RELEVANSI KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUA TERHADAPPENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PASARMINGGU SISWA KELAS IX
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh : SYARIF HIDAYATULLOH NIM: 1810011000005
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK JENJANG S-1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013/2014
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi berjudul Relevansi Keteladanan Beragama Orang Tua Terhadap peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di SMP Pasarminggu Siswa Kelas IX disusun oleh Syarif Hidayatulloh, NIM. 1810011000005, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 15 Maret 2014
Yang mengesahkan Pembimbing,
Sholeh Hasan, MA. NIP. 197102142006041018
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Relevansi Keteladanan Beragama Orang Tua Terhadap peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di SMP Pasarminggu Siswa Kelas IX disusun oleh Syarif Hidayatulloh, NIM. 1810011000005, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 23 September 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pdi) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 23 September 2014 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
_______________
_________________
_______________
_________________
_______________
_________________
Ketua Panitia (Pjs. Ketua Jurusan PAI) Dr. Muhbib Abd. Wahab, MA. NIP. 196810231993031002 Penguji I Tanenji, MA. NIP. 197207121998031004 Penguji II Drs. Abdul Ghofur, MA. NIP. 196812081997031003
Mengetahui, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. NIP. 195910201986032001
ABSTRAK Syarif Hidayatulloh. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Relevansi Keteladanan Beragama Orang Tua Terhadap peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di SMP Pasarminggu Siswa Kelas IX. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar siswa kelas IX SMP Pasarminggu. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pasarminggu Jakarta Selatan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2014. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP Pasarminggu kelas IX dengan jumlah sampel 40 siswa. Ini merupakan sebagian dari populasi yang jumlahnya 100 siswa kelas IX SMP Pasarminggu Jakarta Selatan. Data tentang keteladanan beragama orang tua diperoleh berdasarkan angket yang diisi oleh siswa/i SMP Pasarminggu. Sedangkan hasil belajar diperoleh dari hasil tes soal. Metode analisis data yang digunakan adalah Korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis didapat nilai korelasi r = 0,696 terletak antara 0,60 – 0,799 yaitu tingkat korelasi yang tergolong kuat. Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Dari perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar r2 = 0,484, ini berarti keteladanan beragama orang tua mempunyai pengaruh sebesar 48,4%.
Kata kunci: Keteladanan beragama orang tua, Hasil belajar, Pendidikan Agama Islam
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan muslimat. Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya. Karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berkat jasa beliau penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Sholeh Hasan, MA., selaku dosen pembimbing, berkat jasa beliau, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. 4. Ibu Endang Triastuti, S.Pd., kepala sekolah SMP Pasarminggu Jakarta Selatan, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengadakan penelitian di sekolah. 5. Keluarga Besar SMP Pasarminggu Jakarta Selatan. 6. Seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
7. Kedua orang tua, yang senantiasa memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil. Juga tak henti-hentinya memanjatkan do’a kepada-Nya untuk penulis, agar senantiasa mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah perjuangan dalam menempuh perjalanan yang berliku untuk menggapai kesuksesan. 8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan selama penyusunan skripsi ini. 9. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan banyak inspirasi kepada penulis. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyusunan skripsi. Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amin. Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta, Maret 2014 Penulis
Syarif Hidayatulloh
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
4
C. Pembatasan Masalah .................................................................
4
D. Perumusan Masalah ..................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
F. Kegunaan Penelitian..................................................................
5
KAJIAN TEORI ...........................................................................
6
A. Keteladanan Beragama..............................................................
6
1. Pengertian keteladanan beragama ........................................
6
BAB II
2. Ciri-ciri keteladanan beragama ............................................ 11 3. Faktor-faktor keteladanan beragama .................................... 20 4. Fungsi keteladanan beragama .............................................. 22 B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam...................................... 22 1. Pengertian hasil belajar Pendidikan Agama Islam ................ 22 2. Ciri-ciri hasil belajar............................................................ 26 3. Faktor-faktor hasil belajar.................................................... 28 4. Fungsi hasil belajar.............................................................. 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 32 A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 32 1. Tempat penelitian ................................................................ 32 2. Waktu penelitian ................................................................. 32 B. Metode Penelitian ..................................................................... 32 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 32 D. Variabel Penelitian .................................................................... 33
iii
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 34 1. Observasi ............................................................................ 34 2. Wawancara.......................................................................... 34 3. Angket ................................................................................ 35 4. Tes ...................................................................................... 36 F. Teknik Analisis Data ................................................................. 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 39 A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 39 1. Gambaran umum SMP Pasarminggu ................................... 39 2. Visi dan Misi SMP Pasarminggu ......................................... 39 3. Sarana dan Prasarana ........................................................... 40 4. Struktur Organisasi dan Fungsi ............................................ 41 B. Hasil Penelitian ......................................................................... 46 1. Analisis Deskripsi Keteladanan Beragama Orang Tua ......... 46 2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam................................ 53 3. Analisis Data ....................................................................... 55 4. Pembahasan......................................................................... 58 BAB V
PENUTUP ..................................................................................... 60 A. Kesimpulan ............................................................................... 60 B. Saran ........................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62 LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah, adalah harapan semua orang terutama bagi orang tua, untuk itu dalam suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak tidak terlepas dari hal-hal pendidikan terutama pendidikan agama pada anak keluarga yang berpredikat sebagai salah satu Lembaga Pendidikan di Luar Sekolah sangatlah dipandang penting sebagai mitra kerja dalam menyelenggarakan pendidikan agama pada anak karena keluarga adalah lembaga pertama yang dikenal anak sebelum ia mengenal sekolah. Hal ini berarti sangatlah dimungkinkan pengajaran agama menjadi paripurna bila dalam pelaksanaannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah akan tetapi juga keluarga terutama orang tua. Membangun keluarga sakinah merupakan suatu proses kedepan dalam jangka waktu yang panjang, karena bukan keluarga yang tanpa masalah tapi lebih pada keterampilan orang tua dan mengelola konflik yang terjadi di keluarga. Berbicara masalah pendidikan keluarga, menurut M. Ngalim Purwanto menerangkan bahwa “Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya”.1 Dalam lingkungan keluarga, orang tualah yang menjadi tokoh terdekat, bahkan tidak banyak pola pikir seorang anak, sikap dan perilaku anak tidak jauh dari kedua orang tuanya, untuk itu dapat saya simpulkan bahwa hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga, sedikit banyaknya akan turut mewarnai perolehan pendidikan agama pada anak di sekolah. Sering dijumpai orang tua yang mempercayakan pendidikan agama anaknya di sekolah saja. Tindakan orang tua seperti itu memang benar. Tapi ternyata itu belum mencukupi. Di sekolah pengajaran itu lebih banyak bersifat
1
M. Ngalim, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. ke 18, h. 79
1
2
kognitif saja, berupa penyampaian pengetahuan. Adapun akhlak berhubungan dengan tingkah laku, maka harus ditanamkan sejak kecil kepada anak oleh orang tuanya sendiri. Caranya melalui keteladanan dan pembiasaan sejak kecil. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk tindakan-tindakannya, terutama akhlaknya. Disadari atau tidak itu akan tercetak dalam jiwa dan perasaan anak didik. Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, maka punya harapan besar anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran berbentuk akhlak mulia, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina. Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam al-qur’an bahwa anak merupakan amanah yang perlu dipelihara dan dijauhkan dari hal-hal yang maksiat. Firman Allah SWT dalam surat At-Tahrim ayat : 6 yang berbunyi:
... ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ وَأَھْﻠِﯿﻜُﻢْ ﻧَﺎرًا Hai orang - orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka... (QS At-Tahrim: 6) Sebagaimana ayat di atas memberikan tuntunan kepada kaum beriman untuk meneladani Nabi dan memelihara istri, anak-anak dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api neraka. Ayat diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula di rumah. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggungjawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu
3
sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilainilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis. Anak bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan dibimbing sesuai dengan kehendak Allah. Anak didik, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, dan bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan terutama pokok-pokok pendidikan, selama mereka tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dan memiliki moral yang tinggi. Sangat mudah bagi sosok pendidik mengajar anak didiknya dengan berbagai metode pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik untuk melaksanakan selama pendidik diketahui oleh mereka tidak melaksanakan didikan dan bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya omong kosong. Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis kepercayaan. Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orang tua dalam lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orang tua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya. Hal ini ditegaskan oleh Muhibbin “lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2 Orang tua yang paham akan ajaran agama Islam biasanya akan mendidik anak-anaknya sesuai dengan ajaran Islam. Di atas telah dituliskan bahwa orang tua dan keluarga banyak mempengaruhi kegiatan belajar, sehingga jika anggota keluarga memiliki pemahaman yang lebih tentang agama dan semakin aktif orang 2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 135
4
tua dalam kegiatan keagamaan maka semakin bertambah ilmu agama yang didapat orang tua dan semakin luar pemahamannya tentang ajaran agama islam maka akan semakin besar anak menerima perhatian dari orang tuanya dan memacu kemampuan, semangat anak-anaknya dalam memahami dan mempelajari agama. Dari latar belakang yang penulis paparkan dan ketengahkan diatas, maka penulis tertarik sekali untuk mengungkapkan masalah ini dalam sebuah skripsi yang berjudul “Relevansi Keteladanan Beragama Orang Tua Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Pasarminggu Siswa Kelas IX”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah berikut: 1. Apakah orang tua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya? 2. Apakah anak cenderung menirukan perkataan dan perilaku orang tua. 3. Apakah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. 4. Apakah hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga akan turut mewarnai perolehan pendidikan agama pada anak di sekolah. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari perluasan dan salah tafsir terhadap judul penelitian tersebut penulis memberikan batasan sebagai berikut: 1. Membahas mengenai keteladanan beragama yang diterapkan orang tua siswa. 2. Membahas relevansi keteladanan beragama orang tua siswa terhadap peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam. D. Perumusan Masalah
5
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keteladanan beragama orang tua siswa kelas IX SMP Pasarminggu? 2. Bagaimanakah hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IX SMP Pasarminggu? 3. Apakah ada relevansi keteladanan beragama orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMP Pasarminggu? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui keteladanan beragama orang tua siswa kelas IX SMP Pasarminggu. 2. Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IX SMP Pasarminggu. 3. Untuk mengetahui relevansi keteladanan beragama orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMP Pasarminggu. F. Kegunaan Penelitian Adapun harapan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah suatu kegunaan, yaitu: 1. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan sebagai bacaan untuk memperkaya
khazanah
ilmu
pengetahuan,
terutama
dalam
ilmu
Pendidikan Agama Islam. 2. Digunakan sebagai sumbangan pemikiran kepada sekolah untuk memecahkan permasalahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan peningkatan belajar PAI. 3. Memberikan kontribusi kepada masyarakat khususnya orang tua untuk mencontohkan pelaksanaan ilmu agama kepada anak melalui keteladanan.
BAB II KAJIAN TEORI A. Keteladanan Beragama 1. Pengertian keteladanan beragama Keteladanan menurut kamus bahasa Indonesia yang berarti hal (perbuatan, kelakuan, sifat) yang dapat ditiru atau dicontoh.1 Sehingga keteladanan berarti perbuatan atau perilaku yang dapat ditiru atau dicontoh. Menurut Kartini Kartono, keteladanan sama dengan modeling, yaitu bentuk pembelajaran
seseorang
bagaimana
melakukan
suatu
memperhatikan dan meniru sikap serta tingkah laku orang lain.
tindakan
dengan
2
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari seseorang. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai metode pendidikan, yaitu keteladanan yang baik yang sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat-ayat al-Qur‘an. Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam kesuksesan anak didik untuk menjadi baik atau buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, diharapkan anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia pada diri anak, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina. Keteladanan beragama sebagai salah satu metode pendidikan didasarkan pada dua sumber, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Dalam al-Qur’an keteladanan diistilahkan dengan kata uswah hasanah. Islam memberikan contoh kongrit melalui 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta; Pusat Bahasa, 2008), h. 1656 2
Kartini Kartono, Kamus Psikologi, (Bandung: Satelit, 1987), h.285 6
7
figur Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti beliau patut dijadikan contoh (diteladani). Sebagaimana dalam surat al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:
َﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎنَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ رَﺳُﻮلِ اﻟﻠﱠﮫِ أُﺳْﻮَةٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِﻤَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾَﺮْﺟُﻮ اﻟﻠﱠﮫَ وَاﻟْﯿَﻮْم (21 :اﻟْﺂﺧِﺮَ وَذَﻛَﺮَ اﻟﻠﱠﮫَ ﻛَﺜِﯿﺮًا )اﻷﺣﺰب “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21). Ayat ini merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah saw. baik dalam ucapan, perbuatan maupun perlakuannya. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada manusia agar meneladani Nabi Muhammad dalam peristiwa Al Ahzab, yaitu meneladani kesabaran, upaya dan penantiannya atas jalan keluar yang diberikan oleh Allah Azza wa jalla. Yakni, ujian dan cobaan Allah akan membuahkan pertolongan dan kemenangan sebagaimana yang Allah janjikan kepadanya.3 Dan Nabi sendiri juga pernah mendidik para sahabat dengan prinsip meniru model shalat yang ditunjukkan di depan mereka sebagai berikut:
ﺻَﻠﱡﻮْا ﻛَﻤَﺎ رَأَﯾْﺘُﻤُﻮْﻧـِﻲْ أُﺻَﻠِّﻲ “Shalatlah kamu seperti kamu lihat aku bershalat”. Pada dasarnya ayat tersebut menunjukkan pada pribadi Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, pribadi Rasulullah Saw. hendaknya harus dimiliki oleh seorang pendidik, ini berarti seorang guru atau orang tua mempunyai peranan penting dalam membentuk jiwa anak. Sifat sabar, teguh pendirian, akhlakul karimah merupakan sifat yang harus ditanamkan kepada mereka. Sehingga mereka akan memiliki jiwa dan mental yang kuat dengan kepribadian yang baik serta tidak memiliki sifat pengecut. Keteladanan di dalam al-Qur’an juga dijelaskan pada surat Al-Muntahinnah ayat 4 dan 6, yang berbunyi:
ُﻗَﺪْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟَﻜُﻢْ أُﺳْﻮَةٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻓِﻲ إِﺑْﺮَاھِﯿﻢَ وَاﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻣَ َﻌﮫُ إِذْ ﻗَﺎﻟُﻮا ﻟِﻘَﻮْﻣِﮭِﻢْ إِﻧﱠﺎ ﺑُﺮَآء 3 Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Terj., Drs. Syihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3, (Jakarta: Geema Insani Press,1989) h.841.
8
ﻣِﻨْﻜُﻢْ وَﻣِﻤﱠﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُونَ ﻣِﻦْ دُونِ اﻟﻠﱠﮫِ ﻛَﻔَﺮْﻧَﺎ ﺑِﻜُﻢْ وَﺑَﺪَا ﺑَﯿْﻨَﻨَﺎ وَﺑَﯿْﻨَﻜُﻢُ اﻟْﻌَﺪَاوَ ُة َوَاﻟْﺒَﻐْﻀَﺎءُ أَﺑَﺪًا ﺣَﺘﱠﻰٰ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮا ﺑِﺎﻟﻠﱠﮫِ وَﺣْﺪَهُ إِﻟﱠﺎ ﻗَﻮْلَ ِإﺑْﺮَاھِﯿﻢَ ﻟِﺄَﺑِﯿﮫِ ﻟَﺄَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮَنﱠ ﻟَﻚ َوَﻣَﺎ أَﻣْﻠِﻚُ ﻟَﻚَ ﻣِﻦَ اﻟﻠﱠﮫِ ﻣِﻦْ ﺷَﻲْءٍ ۖ رَﺑﱠﻨَﺎ ﻋَﻠَﯿْﻚَ ﺗَﻮَﻛﱠﻠْﻨَﺎ وَإِﻟَﯿْﻚَ أَﻧَﺒْﻨَﺎ وَإِﻟَﯿْﻚ (4 :اﻟْﻤَﺼِﯿﺮُ )اﻟﻤﻤﺘﺤﻨﺔ Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali"
ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎنَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﯿﮭِﻢْ أُﺳْﻮَةٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِﻤَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾَﺮْﺟُﻮ اﻟﻠﱠﮫَ وَاﻟْﯿَﻮْمَ اﻟْﺂﺧِﺮَ ۚ وَﻣَﻦْ ﯾَﺘَﻮَلﱠ (6 :ﻓَﺈِنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ھُﻮَ اﻟْﻐَﻨِﻲﱡ اﻟْﺤَﻤِﯿﺪُ )اﻟﻤﻤﺘﺤﻨﺔ Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. Keteladanan dalam pribadi Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya adalah sesuatu yang pasti terealisasi bagi orang-orang yang mengharapkan ridha Allah dan kehidupan akhirat. Merekalah orang-orang yang menyadari tentang nilai dari ujian yang mereka hadapi karena ikatan yang kuat dan mulia. Mereka menemukan padanya keteladanan yang pantas dan sangat patut dicontoh dan preseden yang baik untuk menjalani petunjuk hidayah. Sedangkan, bagi orangorang yang ingin berpaling dari manhaj ini, orang-orang yang ingin menyimpang dari jalan lurus kafilah iman, dan orang-orang yang ingin melepaskan diri dari garis keturunan nasab yang tinggi ini, maka Allah tidak membutuhkan apa-apa darinya.4 Dari ayat dan penafsiran para mufasir dapat disimpulkan bahwa Nabi 4
Sayid Quthub, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 11, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 238
9
Ibrahim telah mengedepankan keteladanan dalam beberapa hal. Sebagai pendidik, Nabi Ibrahim tampil sebagai teladan dengan kasih sayang dan lemah lembut. Dalam hubungan ini hendaknya seorang guru atau pendidik tidak boleh berlaku kasar kepada muridnya, tidak boleh menghina murid yang sedang berkembang. Kasih sayang dan lemah lembut yang ditunjukkan seorang guru tersebut sejalan dengan psikologi manusia. Diketahui bahwa kegairahan dan semangat belajar seorang murid atau sebaliknya, sangat bergantung kepada hubunngan antara murid dengan guru. Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Sebagai pusat pendidikan pertama dan utama, keluarga merupakan poros penentu dalam membentuk pribadi seorang anak menjadi muslim yang taat beribadah serta perkembangan berfikirnya dalam mempersiapkan anak bagi perannya di masa depan. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan di dalam rumah tangga (keluarga) adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci. Keteladanan yang baik memiliki pengaruh yang cukup besar pada diri seorang anak. Anak akan selalu meniru tabiat orang tuanya hingga orangtualah yang akan pertama kali mencetak anak menjadi apa saja yang diajarkan orangtuanya melalui perilaku mereka sendiri. 5 Orang tua yang saleh, yang menjalankan ajaran-ajaran agama akan membawa dampak positif bagi anak dalam mengamalkan ajaran agama tersebut. Karena anak adalah peniru yang baik dan ia akan melakukan sesuai dengan apa 5
M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet. ke-1, h. 290-291
10
yang ia lihat dan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal ini ditegaskan oleh M. Nur Abdul Hafizh bahwa, “Anak akan selalu melihat apa yang tengah dilakukan kedua orang tuanya dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku jujur, maka hal itu akan membentuk mereka menjadi orang yang jujur pula. Demikian pula sebaliknya”.6 Dalam perspektif psikologi, bahwasanya anak dalam perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. 7 Hal ini karena secara insting manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk mencontoh atau mengikuti orang lain, terlebih lagi mereka yang dianggap sebagai figur atau panutan. Pada mulanya remaja hanya merindukan sesuatu yang dianggap bernilai dan pantas dipuja, walaupun sesuatu itu belum mempunyai bentuk tertentu. Kemudian objek pemujaan itu menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (personifikasi nilai-nilai). Menurut Abdurrahman an-Nahlawi proses peniruan atau taqlid ada beberapa tahap, yaitu: Pertama, keinginan untuk meniru dan mencontoh. Anak terdorong oleh keinginan halus yang tidak dirasakannya untuk meniru orang yang dikaguminya tanpa disengaja. Peniruan tidak disengaja ini tidak hanya mengarah pada perilaku yang baik saja, tetapi kadang-kadang merambah kepada tingkah laku yang tidak terpuji. Seseorang yang terpengaruh, secara tidak disadari akan menyerap kepribadian orang yang mempengaruhinya, baik sebagian atau keseluruhan. Kedua, kesiapan untuk meniru. Setiap tahapan mempunyai kesiapan dan potensi tertentu. Oleh karenanya Islam tidak memberikan perintah sholat pada anak yang usianya belum mencapai 7 tahun. Ketiga, Tujuan. Setiap peniruan mempunyai tujuan yang kadang diketahui 6 7
Ibid., h. 291
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. ke 9, h. 30
11
oleh peniru dan kadang tidak. Peniruan biasanya berlangsung dengan harapan akan memperoleh sesuatu seperti yang dimiliki oleh orang yang dikaguminya. Apabila peniruan ini disadari, dan disadari pula tujuannya, maka peniruan ini tidak lagi disebut taqlid, tetapi merupakan kegiatan yang disertai dengan pertimbangan yang disebut ittiba’.8 Keempat, melakukan. Ketika anak memasuki tahap melakukan, ia akan mulai membiasakannya, sehingga lama kelamaan, sesuatu itu akan menjadi pribadinya. Apa yang dilakukannya bisa benar-benar serupa dengan apa yang ditirunya, namun juga bisa sebagian saja. 2. Ciri-ciri Keteladanan Beragama Dilihat dari term-term keteladanan (uswatun hasanah) dalam al-Qur’an. Yakni “Uswah, Iqtida’,Ittiba’”, yang kesemuanya memiliki arti mencontoh atau mengikuti perilaku orang lain, di mana para Rasul dan para sahabatnya menjadi sentral modeling, maka keteladanan mereka tersebut dapat sifat dan prilaku sebagai berikut: a. Keteladanan dalam Kesabaran Keteladanan dalam kesabaran ini tercermin pada diri rasul. Sebagai mana firman Allah SWT:
ﻓَﺎﺻْﺒِﺮْ ﻛَﻤَﺎ ﺻَﺒَﺮَ أُوﻟُﻮ اﻟْﻌَﺰْمِ ﻣِﻦَ اﻟﺮﱡﺳُﻞِ وَﻟَﺎ ﺗَﺴْﺘَﻌْﺠِﻞْ ﻟَﮭُﻢْ ۚ ﻛَﺄَﻧﱠﮭُﻢْ ﯾَﻮْ َم ﯾَﺮَوْنَ ﻣَﺎ ﯾُﻮﻋَﺪُونَ ﻟَﻢْ ﯾَﻠْﺒَﺜُﻮا إِﻟﱠﺎ ﺳَﺎﻋَﺔً ﻣِﻦْ ﻧَﮭَﺎ ٍر ۚ ﺑَﻠَﺎغٌ ۚ ﻓَﮭَﻞْ ﯾُﮭْﻠَﻚُ إِﻟﱠﺎ (35 :اﻟْﻘَﻮْمُ اﻟْﻔَﺎﺳِﻘُﻮنَ )اﻻﺣﻘﺎف Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Q.S. Al-Ahqaf: 35). Menurut Sayid Quthub dalam tafsir fi zhilalil qur’an, bahwa jalan dakwah sebagai jalan yang pahit. Sehingga, seseorang perlu berjiwa seperti 8 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha fi baiti wal madrasati wal mujtama”, Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 263-266
12
Muhammad SAW., yaitu bersabar dan tidak tergesa-gesa meminta diturunkannya azab atas musuh-musuh dakwah yang congkak. Ayat ini memotivasi, menyuruh bersabar, bersimpati, dan menghibur. Allah tidak berkehendak untuk menzalimi para hamba. Hendaknya para dai bersabar atas penderitaan yang dialaminya.9 Senada dengan itu Ibnu katsir menafsirkan ayat tersebut bahwa Allah menyuruh Rasul SAW untuk bersabar atas pendustaan kaumnya itu, maka bersabarlah kamu seperti orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasulrasul atas pendustaan yang telah dilakukan oleh mereka. 10 Dari ayat dan penafsiran para mufasir dapat diketahui bahwa kesabaran merupakan kunci kekuatan iman. Hal itu didasarkan bahwa para Nabi yang memperoleh gelar Ulul Azmi memiliki kesabaran yang sangat luar biasa. Kesabaran para nabi dalam menerima ejekan, hinaan dan perlawanan dari kaumnya yang memusuhi merupakan bukti akan ketabahan dan kesabaran dalam menempuh jalan Allah. Dan mereka percaya akan memperoleh kemenangan dan keselamatan di dunia dan akherat. b. Keteladanan dalam Beribadah Firman Allah SWT dalam al-Quran sebagai berikut:
ﻦ اﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ وَاﺻْﺒِﺮْ ﻋَﻠَﻰٰ ﻣَﺎ ِ َﯾَﺎ ﺑُﻨَﻲﱠ أَﻗِﻢِ اﻟﺼﱠﻠَﺎةَ وَأْﻣُﺮْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوفِ وَاﻧْﮫَ ﻋ (17 :أَﺻَﺎﺑَﻚَ ۖ إِنﱠ ذَٰﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺰْمِ اﻟْﺄُﻣُﻮرِ )ﻟﻘﻤﺎن Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman : 17). Inilah jalan akidah yang telah dirumuskan. Yaitu, mengesakan Allah, merasakan pengawasan-Nya, mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada keadilan-Nya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian ia 9
Sayid Quthub, op.cit., h. 337-338
10
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, Terj. Bahrun Abu Bakar, Juz 26, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 389
13
beralih kepada dakwah untukmenyeru manusia agar memperbaiki keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang makruf dan mencegah mereka dari yang mungkar..11 Dari ayat dan penafsiran mufasir diatas, dapat penulis ambil benang merah dalam pendidikan keteladanan ibadah yaitu Lukman Hakim memerintahkan kepada anaknya untuk melaksanakan shalat karena dalam shalat itu terdapat hikmah dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Lukman Hakim merupakan contoh dari orang tua yang patut dijadikan teladan bagi orang-orang yang beriman. Ia merupakan bapak yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Nasehatnya yang dimulai dengan perintah shalat, kemudian diakhiri dengan perintah untuk sabar merupakan suatu hal yang sangat fundamental dalam mencapai ridha Allah SWT. Orang tua dalam keluarga merupakan orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Untuk itu keteladanan beribadah perlu ditanamkan pada anak mulai sejak kecil. Dengan mempraktekkan ibadah seperti mengajak anak shalat berjamaah, berpuasa dibulan Ramadhan merupakan bentuk ibadah yang ditanamkan oleh ajaran agama. Hal tersebut akan membekas dan tertanam pada jiwa anak bila bila pendidikan beribadah dimulai sejak kecil. c. Keteladanan dalam Akhlaq Karimah
(4 :وَإِﻧﱠﻚَ ﻟَﻌَﻠَﻰٰ ﺧُﻠُﻖٍ ﻋَﻈِﯿﻢٍ )اﻟﻘﻠﻢ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al Qalam: 4) Ayat di atas menurut para, mufasir menunjukkan keutamaan akhlaq Nabi Muhammad saw. sebagaimana keutamaan akhlak Rasul maka dikatakan bahwa akhlak beliau adalah qur’an. Sebagaimana sabda Rasulullah:
ِﻋَﻦْ ﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ھِﺸَﺎمٍ ﻗَﺎلَ ﺳَﺄَﻟْﺖُ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻓَﻘُﻠْﺖُ أَﺧْﺒَﺮِﯾْﻨِﻲْ ﻋَﻦْ ﺧُﻠُﻖِ رَﺳُﻮْل 11
Sayid Quthub, op.cit., Jilid. 9, h. 176-177
14
.ُاﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻛَﺎنَ ﺧُﻠُﻘُﮫُ اﻟْﻘُﺮْآن Dari Sa’id ibn Hisyam berkata saya bertanya kepada ‘Aisyah ceritakan kepadaku tentang akhlak Rasulullah Saw., maka ‘Aisyah menjawab akhlak beliau adalah Al-Qur’an. (H.R. Ahmad) Ma’mar menceritakan dari Qutadah, dia pernah menanyakan kepada Aisyah tentang akhlaq rasul, maka dia menjawab, “Akhlaq Rasul adalah alQur’an”. Yaitu sebagaimana yang terdapat dalam alQur’an. Seseorang dari Bani Sawad menyatakan, “aku bertanya kepada Aisyah,beritahukan kepadaku hai Umuml Mukminin, tentang akhlaq Rasulullah saw! lalu dia menjawab “tidaklah kamu baca alQur’an, dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung?” dia menjawab, pada suatu hari aku pernah membuatkan makanan untuknya.ternyata hafsah juga membuat makanan untuknya. Aku pun berkata pada budakku, pergila jika hafsah membawa makanan untukku, maka lemparkan makanan itu. Maka Hafsahpun datang dengan membawa makanan dan budak itupun melemparkan makanan tadi, sehingga piringnya jatuh dan pecah. Rasulullah ketika itu sudah kenyang, lalu rasul mengumpulkannya dan mengatakan, mintalah ganti piring itu kepada bani Aswad dengan piring lain.” Aisyah berkata dan Rasul saw sedikitpun tidak mengomentari hal itu”.12 Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa nabi Muhammad merupakan manusia yang sangat mulia dan patut dijadikan suri tauladan dalam akhlaknya. Sebagaimana dikatakan bahwa Rasulullah berakhlak qur’an, maka segala tindakan beliau merupakan pilar ajaran moral. Dengan berakhlak karimah sebagaimana yang dicontohkan nabi akan membentuk jiwa yang suci. Nabi Muhammad merupakan perwujudan semua kebajikan. Dia tidak hanya merupakan orang yang terbaik, tetapi juga nabi yang terbesar. Akhlaknya adalah qur’an demikian kata Aisyah istri nabi. Dengan kata lain, kehidupan sehari-harinya merupakan gambaran yang benarbenar dari ajaran al-Qur’an. Karena kitab tersebut merupakan undang-undang 12
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, op.cit.
15
yang mengandung moral-moral yang tinggi bagi pengembangan kemampuan manusia yang berbeda-neda, maka kehidupan nabi memperlihatkan semua moral itu dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata. Kesederhanaan, tutur bahasa yang halus, pemaaf merupakan inti akhlak nabi. Beliau mencintai kebajikan untuk kepentingan akhlak itu sendiri. Moral yang tinggi merupakan gambaran yang menarik dari akhlaknya. Dengan demikian patutlah bila beliau dijadikan sumber teladan dalam segala kebajikan. d. Keteladanan dalam Tawadu’ Q.S. Asy Syu’ara’ ayat 215:
(215 :وَاﺧْﻔِﺾْ ﺟَﻨَﺎﺣَﻚَ ﻟِﻤَﻦِ اﺗﱠﺒَﻌَﻚَ ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﯿﻦَ )اﻟﺸﻌﺮاء Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Q.S. AsySyu’ara’ : 215) Bersikap rendah hati kepada orang lain maksudnya menghormati orang lain dengan ikhlas. Orang lain diperlakukan dengan penuh rasa hormat, dijaga perasaannya, dan ia menampakkan tingkah laku yang menyenangkan. Siapapun yang dihadapinya selalu diperlakukan dengan hormat. Bila berbicara dengan orang lain selalu dihargai lawan bicaranya. Kalau bertemu dengan orang yang lebih rendah tingkat sosialnya ia akan tetap berlaku hormat dan memuliakan martabatnya. Rasul mempraktekkan sikap ini dalam kehidupan sehariharinya. Beliau tidak pernah marah terhadap orang yang menghina beliau. Bahkan beliau bila bertemu dengan para sahabat terlebih dahulu mengucapkan salam. Dan bila di tengah jalan beliau disapa oleh sahabat beliau menoleh dengan seluruh badannya. Akhlak rasul ini merupakan suri tauladan bagi kaum muslimin. Orang tua pun dapat melatih anak-anaknya memiliki sifat rendah hati kepada sesamanya bila sejak kecil ditanamkan sifat-sifat yang baik seperti tutur kata yang lembut, kasih sayang dan penghargaan terhadap mereka. Dengan didididk kasih sayang dan sikap rendah diri (tawadu’) akan menjadikan kelak diwaktu dewasa memiliki akhlak yang mulia.
16
e. Keteladanan dalam Keadilan Q.S. An Nisa’ ayat 135:
ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا ﻛُﻮﻧُﻮا ﻗَﻮﱠاﻣِﯿﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂِ ﺷُﮭَﺪَاءَ ﻟِﻠﱠﮫِ وَﻟَﻮْ ﻋَﻠَﻰٰ أَﻧْﻔُﺴِﻜُ ْﻢ ﺎ أَوْ ﻓَﻘِﯿﺮًا ﻓَﺎﻟﻠﱠﮫُ أَوْﻟَﻰٰ ﺑِﮭِﻤَﺎ ۖ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘﱠﺒِﻌُﻮاأَوِ اﻟْﻮَاﻟِﺪَﯾْﻦِ وَاﻟْﺄَﻗْﺮَﺑِﯿﻦَ ۚ إِنْ ﯾَﻜُﻦْ ﻏَﻨِﯿ َاﻟْﮭَﻮَىٰ أَنْ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮا ۚ وَإِنْ ﺗَﻠْﻮُوا أَوْ ﺗُﻌْﺮِﺿُﻮا ﻓَﺈِنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ﻛَﺎنَ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮن (135 :ﺧَﺒِﯿﺮًا )اﻟﻨﺴﺎء Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (Q.S. An Nisa’ : 135) Dalam tafsir fi zhilalil qur’an ayat ini menjelaskan bahwa ini adalah seruan kepada orang-orang yang beriman, untuk menegakkan keadilan secara mutlak, dalam semua keadaan dan lapangan. Keadilan yang mencegah kesewenang-wenangan dan kezaliman, dan keadilan yang menjadi kesamaan di antara manusia dan memberikan hak kepada masing-masing yang punya hak, baik muslim maupun non muslim. Karena dalam hak ini, samalah di sisi Allah antara orang-orang mukmin dan orang-orang yang tidak beriman, atara kerabat dan orang jauh (bukan kerabat), antara kawan dan lawan, serta antara orang kaya dan orang miskin.13 Bersikap adil merupakan hakekat Islam itu sendiri karena Islam itu berisikan ajaran yang menegakan keadilan. Setiap dalam Islam, misalnya; hal ibadah, pergaulan dimasyarakat, dan tata tertib kehidupan keluarga, umat maupun negara, selaulu didasarkan pada prinsip keadilan. Adapun adilnya seorang guru adalah dalam memberikan nilai kepada murid-muridnya sesuai dengan tingkat kemampuan dan kepandaian seorang
13
Sayid Quthub, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah Naungan AlQur’an, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 99
17
murid, tidak karena pilih kasih. Begitu juga dalam keluarga orang tua dapat membimbing
anak-anaknya
untuk
bersikap
adil.
Seperti
bila
anak
menumpahkan air teh ke lantai, maka yang bersangkutan harus membersihkan lantai yang dikotorinya, bukan menyuruh saudara yang lain untuk membersihkan karena ia menjadi anak kesayangan orang tuanya. Pada hakekatnya proses menanamkan perilaku adil pada anak dapat dimulai oleh orang tua sejak timbulnya kasus anak dengan saudaranya atau dengan teman sepermainannya. Bila sejak dini dalam diri anak-anak sudah ditanam semangat untuk bertingkah laku adil, maka kelak setelah mereka dewasa semangat akan menjadi jiwa dan kepribadiannya. Dengan tertanamnya sifat adil pada anak-anak yang disemaikan oleh orang tua dalam keluarga, insyaallah akan dapat tercipta masyrakat yang adil dan umat yang berjiwa adil, insya Allah kelak mereka menjadi manusia saleh dan berani memperjuangkan tegakya kalimat Allah di muka bumi ini. f. Keteladanan dalam Zuhud Q.S. Al-Furqan ayat 57:
ﻗُﻞْ ﻣَﺎ أَﺳْﺄَﻟُﻜُ ْﻢ ﻋَﻠَﯿْﮫِ ﻣِﻦْ أَﺟْﺮٍ إِﻟﱠﺎ ﻣَﻦْ ﺷَﺎءَ أَنْ ﯾَﺘﱠﺨِﺬَ إِﻟَﻰٰ رَﺑﱢﮫِ ﺳَﺒِﯿﻠًﺎ (57 :)اﻟﻔﺮﻗﺎن Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orangorang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya. (Q.S. al-Furqan: 57) Sayid Quthub menafsirkan ayat ini bahwa Rasul Saw. tidak mengharapkan imbalan atau materi dan kenikmatan dunia dari mereka yang menyambut ajakan beliau, tidak ada ada upeti, tidak ada pemberian dalam bentuk apapun yang dipersembahkan orang muslim kepada beliau, saat beliau masuk Islam. Hanya satu upah/imbalan rasul, yaitu memperoleh hidayah menuju Tuhannya dan kedekatannya. Yang memuaskan hati beliau yang suci, menyenangkan jiwa beliau yang luhur, adalah ketika melihat seorang hamba dari hamba Allah telah mendapat petunjuk TuhanNya, karena memang beliau
18
hanya mencari ridha-Nya.14 Dari ayat dan dan penafsiran mufasir bila dikaitkan dengan profil pendidik, maka seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia maupun akhirat, harus mengarah kepada tujuan hidup muridnya yaitu mencapai hidup bahagia dunia akhirat. Guru harus membimbing muridnya agar ia belajar bukan karena ijazah semata, hanya bertujuan menumpuk harta, mengapai kemewahan dunia, pangkat dan kedudukan, kehormatan dan popularitas. Dalam mengajar pendidik haruslah meneladani rasul,bukan bertujuan mencari harta benda dan kemewahan duniawi, melainkan mencari ridha Allah, ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Sebagaimana hal tersebut dikutib Abidin Ibn Rusn dalam Ihya’ yang artinya mengatakan: Barang siapa mencari harta benda dengan cara menjual ilmu, maka bagaikan orang yang membersihkan bekas injakan kakinya dengan wajahnya. Dia telah mengubah orang yang memperhamba menjadi orang yang dihamba dan orang yang diperhamba.15 Pernyataan di sini bukan berarti seorang guru tidak boleh menerima gaji atau upah. Namun pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa seorang guru harus ikhlas. Tetapi kriteria ikhlas itu bukan hanya bersih dari tujuan lain selain Allah yang bersifat lahir seperti mengajar untuk mendapatkan upah atau gaji.
g. Keteladanan dalam Berpolitik Q.S. Muhammad ayat 4.
ﻓَﺈِذَا ﻟَﻘِﯿﺘُﻢُ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻛَﻔَﺮُوا ﻓَﻀَﺮْبَ اﻟﺮﱢﻗَﺎبِ ﺣَﺘﱠﻰٰ إِذَا أَﺛْﺨَﻨْﺘُﻤُﻮھُﻢْ ﻓَﺸُﺪﱡوا : )ﻣﺤﻤﺪ...ﺎ ﺑَﻌْﺪُ وَإِﻣﱠﺎ ﻓِﺪَاءً ﺣَﺘﱠﻰٰ ﺗَﻀَﻊَ اﻟْﺤَﺮْبُ أَوْزَارَھَﺎاﻟْﻮَﺛَﺎقَ ﻓَﺈِﻣﱠﺎ ﻣَﻨ 14
Sayid Quthub, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah Naungan AlQur’an, Jilid 19, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 310 15
Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998) h. 68
19
(4 Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. (Q.S. Muhammad:4). Ayat ini menerangkan cara menghadapi orang-orang kafir dalam peperangan. Allah swt menerangkan, apabila kaum muslimin menghadapi orang-orang kafir dalam peperangan maka penggallah leher mereka di mana saja kamu temui dalam peperangan. Utamakan kemenangan yang akan dicapai pada setiap medan pertempuran dan janganlah kamu mengutamakan penawanan dan harta rampasan dari pada mengalahkan mereka. 16 Menurut Ibnu Katsir ayat ini turun setelah peristiwa Badar. Allah telah mengecam orang-orang yang beriman yang terlalu banyak membawa tawanan dan selalu sedikit membunuh, agar mereka berhasil mengambil tebusan dari tawanan itu.17 Dari ayat dan penafsiran para mufasir maka dapat diketahui bahwa keteladanan Nabi Muhammad dalam perperang terdapat pada sifat keberanian beliau. Ini dibuktikan dengan tidak segan-segannya Nabi membunuh para musuh Allah dengan memancung leher mereka. Dan sifat belas kasihnya terhadap para tawanan perang sehingga Allah memerintahkan pada Nabi untuk tidak memperbanyak tawanan perang. Sesungguhnya peperangan yang dilakukan Nabi bukanlah ambisi untuk menguasai mereka tetapi yang dilakukan Nabi karena membela agama Allah. Bagi beliau bertemu musuh jangan lari, tetapi hadapilah dengan semangat untuk mempertahankan diri karena tujuan peperangan adalah untuk mencapai kemenangan dan keselamatan umat serta menegakkan syariat dari Allah. 3. Faktor Keteladanan Beragama 16
Sayid Quthub, op.cit., Jilid 10, h. 345
17
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, op.cit., Juz 26, h. 394
20
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian ada tiga aliran yang sudah sangat populer, yaitu aliran Nativisme, Empirisme dan aliran Konvergensi. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percumalah kita mendidik; atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.18 Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan itu baik maka seseorang akan menjadi baik, begitupun sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Sedangkan aliran
konvergensi (William Stern) berpendapat bahwa
pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh faktor internal (pembawaan dari diri) dan faktor eksternal (luar) yaitu pendidikan dan pembinaaan yang dilakukan secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian ada dua, yaitu faktor dari dalam, yakni potensi fisik, intelektual, dan hati (rohaniah) yang dibawa seseorang sejak lahir. Dan kedua adalah faktor dari luar yang dalam hal ini adalah orang tua, guru di sekolah, tokoh-tokoh serta pemimpin dalam masyarakat, dan lingkungan pergaulan lainnya seperti: teman bergaul, media informasi, dan lain-lain.
18
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet.12, h. 59
21
4. Fungsi Keteladanan Beragama Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain. Untuk menciptakan anak yang shaleh, pendidik tidak cukup hanya memberikan prinsip saja, karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga sebanyak apapun prinsip yang berikan tanpa disertai dengan contoh tauladan hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak bermakna. Sungguh tercela seorang guru mengajarkan sesuatu kebaikan kepada siswanya sedang ia sendiri tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Allah mengingatkan dalam firmannya:
َأَﺗَﺄْﻣُﺮُونَ اﻟﻨﱠﺎسَ ﺑِﺎﻟْﺒِﺮﱢ وَﺗَﻨْﺴَﻮْنَ أَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ وَأَﻧْﺘُﻢْ ﺗَﺘْﻠُﻮنَ اﻟْﻜِﺘَﺎبَ ۚ أَﻓَﻠَﺎ ﺗَﻌْﻘِﻠُﻮن (44 :)اﻟﺒﻘﺮة Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS. Al-Baqarah: 44) Menurut Sayid Quthub dalam tafsir fi zhilalil qur’an menjelaskan bahwa bahaya para tokoh agama ketika agama sudah menjadi perusahaan dan perindustrian, bukan lagi akidah, pembebasan, dan pembela manusia dari kesesatan, ialah mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada di dalam hati mereka. Mereka menyuruh orang lain berbuat baik sementara mereka sendiri tidak mau melakukannya. Mereka mengajak manusia kepada kebajikan, sedang mereka sendiri mengabaikannya.19 Dari penjelasan tersebut dapat diambil pelajaran, bahwa seorang guru agama hendaknya tidak hanya mampu memberikan perintah atau memberikan teori kepada siswa, tetapi lebih dari pada itu ia harus mampu menjadi panutan 19
Sayid Quthub, op.cit., Jilid 1, h. 81
22
bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikuti tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Oleh karena itu keteladanan merupakan faktor dominan dan sangat menentukan keberhasilan pendidikan. B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Manusia, menurut hakikatnya adalah makhluk belajar. Ia lahir tanpa memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apapun. Kemudian, tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan menguasai banyak hal. Itu terjadi karena ia belajar dengan menggunakan potensi dan kapasitas diri yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmani dan rohani untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat: 78 yang berbunyi:
َن ﺷَﯿْﺌًﺎ وَﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢُ اﻟﺴﱠﻤْﻊ َ وَاﻟﻠﱠﮫُ أَﺧْﺮَﺟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺑُﻄُﻮنِ أُﻣﱠﮭَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻟَﺎ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮ َوَاﻟْﺄَﺑْﺼَﺎرَ وَاﻟْﺄَﻓْﺌِﺪَةَ ﻟَﻌَﻠﱠﻜُﻢْ ﺗَﺸْﻜُﺮُون
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78) Orang yang tidak mau belajar dengan tidak memanfaatkan potensi dan
kapasitasnya berarti menjauhi hakikatnya sebagai manusia. Potensipotensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yaitu indera penglihat (mata), indera pendengar (telinga) dan akal yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 20 Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu 20
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 13
23
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. 21 Seorang belajar bila ia ingin melakukan suatu kegiatan sehingga kelakuannya berubah. Ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Ia menghadapi sutuasi dengan cara lain. Kelakuan harus kita pandang dalam arti yang luas yang meliputi pengamatan, pengenalan, perbuatan, keterampilan, minat, penghargaan, sikap, dan lain-lain. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif, efektif, maupun psikomotor.22 Menurut Juliah “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.23 Hasil belajar dapat dilihat ketika siswa mencapai tujuan-tujuan pengajaran berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan dan saling menunjang antara satu dengan yang lain. Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan tersebut dibagi menjadi 3 domain yaitu: Tiga ranah hasil belajar tersebut dapat disebutkan sebagai berikut : a. Kognitif Domain : 1) Knowledge (pengetahuan, ingatan). 2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh). 3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan) 4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru). 5) Evaluation (menilai). 6) Application (menerapkan). b. Affective Domain : 1) Receiving (sikap menerima). 21
Ibid.
22
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 11, h. 59
23
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. ke-14, h. 22
24
2) Responding (memberikan respon). 3) Valuing (nilai). 4) Organization (organisasi). 5) Characterization (karakterisasi). c. Psychomotor Domain: 1) Initiatory level. 2) Pre-routine level. 3) Rountinized level.24 Benjamin S. Bloom berpendapat tiga ranah hasil belajar adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. 1) Ranah kognitif “berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.” 2) Ranah afektif “berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi”. 3) Ranah psikomotoris “berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek raah psikomotoris, yakni (a) gerak reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif”. 25 Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar, penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar ialah tingkat penguasaan seseorang yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai akibat dari proses belajar yang telah diuji, salah satunya ialah dengan memberikan tes. Hasil tes mempunyai fungsi yaitu sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar serta dapat memberikan gambaran kemajuan bagi siswa. Menurut HM. Arifin dalam bukunya menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun 24 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 19, h. 23-24 25
Nana Sudjana, op.cit., h. 22-23
25
ukhrawi.26 Dalam kurikulum PAI yang dikutip oleh Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalu kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.27 Berdasarkan definisi dan pengertian yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana berupa bimbingan dan asuhan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani anak didik yang bertujuan untuk membentuk anak didik agar setelah mereka memperoleh pendidikan itu anak didik dapat meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan seluruh ajaran Islam sehingga mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dari penjelasan di atas dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, yaitu : 1. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pembelajaran, atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. 2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dalam arti ada yang dibimbing, Dibelajarkani, atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran Islam. 3. Pendidik atau Guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pembelajaran atau latihan secara sadar terhadap peseta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Islam. 4. Kegiatan pembelajaran PAI yang diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didiknya. Menurut Muhaimin (2002) yang dikutip oleh Nusat Putra, dkk, 26
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. ke. 5, h. 8 27
Abdul Majid, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, Jurnal, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia.
26
berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam pada dasarnya menyentuh tiga aspek secara terpadu, yaitu: (1) knowing, yakni agar para peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran dan nilai-nilai agama; (2) doing, yakni agar peserta didik dapat mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai agama; dan (3) being, yakni agar peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama.28 Berdasarkan definisi mengenai pendidikan agama islam maka teori-teori pendidikan Islam sekurang-kurangnya haruslah membahas hal-hal sebagai berikut: a. Pendidikan dalam keluarga: 1) Aspek jasmani 2) Aspek akal 3) Aspek hati b. Pendidikan dalam masyarakat 1) Aspek jasmani 2) Aspek akal 3) Aspek hati c. Pendidikan di sekolah 1) Aspek jasmani 2) Aspek akal 3) Aspek hati29
2. Ciri-ciri Hasil Belajar Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
28
Nusa Putra dan Santri Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 3 29
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2010), Cet. IX, h. 32
27
mengerti menjadi mengerti.30 Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Perubahan yang terjadi secara sadar. Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu. 2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis. Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. 30
h. 30
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. 11,
28
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.31 3. Faktor-faktor Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Yudi 31
15-16
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h.
29
Munandi mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal.32 Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor internal 1) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. 2) Faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis yang diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar. b. Faktor eksternal 1) Faktor lingkungan. Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. 2) Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. 4. Fungsi Hasil Belajar Menurut Arikunto secara sistematis dapat dikemukakan bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu: a. Siswa sendiri Secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang telah mereka lakukan, entah hasil itu menggembirakan atau mengecewakan. Jika 32
Yudi Munandi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. III, h. 24
30
siswa mendapat informasi bahwa jawabannya salah, maka lain kali ia tidak akan menjawab seperti itu lagi. b. Guru yang mengajar Seperti halnya siswa yang ingin tahu akan hasil usahanya, guru yang mengajar siswa itu pun ingin mengetahui hasil u saha yang telah dilakukan terhadap siswa. Dengan melihat pada catatan laporan kemajuan siswa, maka guru akan dengan tenang mengamati hasil tersebut. Daftar nilai yang disimpan oleh guru masih merupakan catatan sementara, dan masih bersifat rahasia. Tetapi laporan kemajuan siswa yang berupa rapor atau STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) sudah merupakan laporan resmi yang bersifat tetap dan terbuka. Oleh karena laporan ini merupakan titik tolak bagi guru untuk menentukan langkah selanjutnya, maka laporan ini harus dibuat sejujur dan setepat mungkin. c. Guru lain Yang dimaksud dengan guru lain di sini adalah guru yang akan menggantikan guru yang mengajar terdahulu karena siswa tersebut sudah naik kelas atau adanya perpindahan baik siswa yang pindah atau guru yang pindah ke tempat lain. Apabila tidak ada catatan atau laporan mengenai siswa, maka guru yang menggantikan mengajar akan tidak tahu bagaimana meladeni atau memperlakukan siswa tersebut. d. Petugas lain di sekolah Siswa yang berada di suatu sekolah, sebenarnya bukan hanya merupakan asuhan atau tanggung jawab guru yang mengajar saja. Kepala sekolah, wali kelas, dan guru pembimbing, ketiganya merupakan personalpersonal penting yang juga memerlukan catatan tentang siswa. Dengan demikian maka hasil belajar siswa akan diperhatikan dan dipikirkan oleh beberapa pihak. e. Orang tua
31
Secara alamiah, orang tualah yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap pendidikan anak. Akan tetapi karena berkembangnya pengetahuan secara pesat, menyebabkan orang tua tidak mampu lagi menguasai seluruh ilmu yang ada. Dengan menyerahkan ke sekolah ini tidak berarti bahwa orang tua dapat lepas pemikiran dan menyerahkan cita-citanya kepada guru. Orang tua masih tetap merupakan penanggung jawab utama, dan masih pula menentukan cita-cita bagi anaknya. Itulah sebabnya maka orang tua masih ingin selalu mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari, yang dapat dilihatnya melalui laporan yang dibuat oleh guru. 33
33
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet. I, h. 316-318
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pasarminggu Jakarta Selatan yang berlokasi di Jln. Asem Komp Pejaten Indah II Kebagusan Pasarminggu Jakarta Selatan. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan mulai bulan Februari sampai dengan selesai. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau andaian, dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang hendak digunakan.1 C. Populasi dan Sampel Pengertian populasi menurut Singarimbun yang dikutip oleh Iskandar “adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga”.2 Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, 1
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), Cet. 5,
2
Ibid., h. 69
h. 17
32
33
oragnisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah “kumpulan dari sejumlah elemen”. 3 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMP Pasarminggu Jakarta Selatan kelas IX yang berjumlah 100 siswa. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati. Penelitian terhadap sampel biasanya disebut studi sampling.4 Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan system kelompok atau cluster sampling. Sampel ini digunakan apabila populasi cukup besar, sehingga perlu dibuat beberapa kelas atau kelompok. Dengan demikian, dalam sampel ini uni analisisnya bukan individu tetapi kelompok atau kelas yang terdiri atas sejumlah individu.5 Mengingat keterbatasan waktu penulis mengambil sampel berjumlah 40 siswa kelas IX. Dengan cara seperti ini, maka diharapkan setiap anggota dari populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk di pilih sebagai sampel penelitian. Setelah angket yang diberikan kepada responden telah dikembalikan, tahap berikutnya adalah penyuntingan (editing) yaitu memeriksa angket yang telah dikembalikan oleh responden dalam tahap untuk mengelola data. D. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel X sebagai variabel bebas (independent variable), yaitu keteladanan beragama orang tua. 2. Variabel Y sebagai variabel terikat (dependent variable), yaitu hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
3
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT Sinar Baru, Algensindo 2001), Cet. 2, h. 84 4
Iskandar, op.cit., h.131
5
Nana Sudjana dan Ibrahin, op.cit., h. 92
34
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian dapat menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Observasi Teknik observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Observasi terlebih dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang hendak diobservasi, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian, mengenai gejala yang nampak dari perilaku individu yang diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek list pada kolom jawaban hasil observasi, jika pedoman observasi yang dibuat telah disediakan jawabannya (berstruktur). 6 2. Wawancara Untuk memperoleh data yang memadai sebagai Cross Ceks, peneliti juga menggunakan teknik wawancara dengan subyek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili obyek penelitian. 7 Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru untuk mengetahui kemampuan guru dalam pengelolaan kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
6
Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit., h. 109
7
Iskandar, op.cit., h. 78
35
3. Angket (Kuesioner) Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variabel-variabel yang diteliti. Penyebaran kuesioner atau angket kepada subjek penelitian bertujuan untuk memperoleh data atau informasi mengenai masalah penelitian yang menggambarkan varibel-variabel yang diteliti.8 Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang keterkaitan antara keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Skala pengukuran dari angket yang disebarkan kepada responden menggunakan skala likert. Skala Likert atau skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi, hal ini secara spesifik telah ditetapkan oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. 9 Pertanyaan atau pernyataan akan dijawab oleh responden berbentuk skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat posittif dan sangat negatif yang diungkapkan melalui kata-kata sebagai berikut: Tabel 1 Instrumen skala likert Pernyataan
8
Ibid.
9
Ibid., h. 83
Positif
Selalu
4
Sering
3
Kadang-kadang
2
Tidak pernah
1
36
4. Tes Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturanaturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.10 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu angket (kuesioner) mengenai keteladanan beragama orang tua dan menggunakan tes soal pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji korelasi, uji signifikansi dan koefisien determinasi. secra rinci dijabarkan sebagai berikut: 1. Deskriptif data Untuk menjelaskan gambaran dalam penelitian ini berikut akan dijabarkan deskripsi data berupa rentang sekor, rata-rata, standar deviasi, dan modus. Selain itu, data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogram untuk memperjelas deskripsi masing-masing variabel yang diteliti. Skala data nominal menghasilkan data dalam bentuk kategori jawaban yang bisa dihitung jumlahnya dan dilukiskan dalam tabel frekuensi jawaban. Demikian juga data interval dalam bentuk skor-skor hasil pengukuran dapat dibuat kategori skor sehingga bisa dibuat dalam bentuk tabel distribusi skor. Untuk mengukur frekuensi digunakan rumus persentase sebagai berikut:
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Edisi 2, h. 67
37
P= Keterangan: P = Persentase F = Jumlah jawaban responden N = Jumlah responden 2. Uji Korelasi Konsep analisis korelasi dapat dipahami melalui salah satu bentuk korelasi yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan teknik korelasi “product-moment” Person-r untuk melihat korelasi antara bariabel bebas dengan variabel terikat.11 Rumus Product Moment yaitu:
Keterangan: rxy
= Angka Indeks korelasi “r” Product Moment
N
= Number of Cases
XY
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
X
= Jumlah seluruh skor X
Y
= Jumlah seluruh skor Y Nilai r mempunyai interval antara +1.00 dan -1.00, oleh karena itu,
korelasi sempurna jarang ditemukan dalam penelitian, sebagai indeks korelasi 11
Iskandar, op.cit., h. 130
38
mempunyai nilai antara -1 hingga +1. Seperti diagram sebagai berikut:
Tabel 2 Interprestasi Nilai Korelasi Variabel Penelitian Korelasi
Tingkat Hubungan
.80 hingga 1.00 atau -.80 hingga -1.00
Sangat Kuat
.60 hingga .799 atau -.60 hingga -.799
Kuat
.40 hingga .599 atau -.40 hingga -.599
Sedang
.20 hingga .399 atau -.20 hingga -.399
Rendah
.01 hingga .199 atau -.01 hingga -.199
Sangat Rendah
.00 Sumber: Iskandar (2013: 83)
Tidak Korelasi
3. Koefesien Deteminasi Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel dependen terhadap variabel independen digunakan analisis koefisien determinasi dimana langkah perhitungannya sebagai berikut: Rumus Koefesien Determinan KD = R2 x 100% Keterangan: KD = Konstribusi variabel X terhadap variabel Y R2
= Koefesien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran Umum SMP Pasarminggu Nama Sekolah
: SMP Pasarminggu
Tahun Berdiri
: 1979
Kepemilikan Tahah
: Yayasan
Luas Tanah
: 1660 m2
Luas Tanah Bangunan
: 1060 m2
Pendiri
: - Ketua
: Kolonel, H. Suwardi Tirtosudarmi
- Wakil Ketua : Comodor (AL) H. Sujendro - Sekertaris
: H. Muhamamad Alakfi, SH
- Bendahara
: Drs. H. Soetadi
Alamat
: Jl. Asem Pejaten Indah II Pasarminggu Jakarta Selatan
Jumlah siswa
:
- Kelas VII
: 146 siswa
- KelasVIII
: 150 siswa
- Kelas IX
: 100 siswa
Jumlah Guru
: 23 guru
Jumlah TU
: 9
2. Visi, Misi dan Moto SMP Pasarminggu Visi : “Terwujudnya tamatan SMP Pasarminggu yang, berilmu dilandasi iman dan taqwa“ Misi: 1. Memperbaiki proses pembelajaran dengan metode tepat guna 2. Melaksanakan kurikulum yang sesuai standar yang ada 39
40
3. Memperbaiki peserta didik ilmu yang dibutuhkan sesuai dengan lingkungannya Moto: “Pengetahuan adalah Kekuatan” 3. Sarana dan Prasarana SMP Pasarminggu Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Sebagaimana ditetapkan dalam UU sisdiknas No 20/2003 Bab XII pasal 45 ayat 1 dijelaskan bahwa: "Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik".
Ruang kelas
Ruang perpustakaan
Ruang laboratorium biologi
Ruang laboratorium fisika
Ruang laboratorium kimia
Ruang laboratorium computer
Ruang laboratorium bahasa
Ruang pimpinan
Ruang guru
Ruang tata usaha
Tempat beribadah,
Ruang konseling
Ruang UKS
Ruang organisasi kesiswaan
Toilet
Gudang
41
Ruang sirkulasi
Tempat bermain/berolahraga
4. Struktur Organisasi dan Fungsi Sebagai
mana
diketahui
bahwa
struktur
organisasi
adalah
penggambaran struktur kerja dari suatu organisasi, penggambaran ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam koordinasi setiap bagian dari satuan kerja personil dalam melakukan tugas dan fungsi organisasi. Penggambaran struktur organisasi pada SMP Pasarminggu adalah sebagai berikut :
Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Wk. Urusan Kurikulum
Wk. Urusan Kesiswaan
Wk. Urusan Prasarana
Wali Kelas Guru Kurikulum Siswa
Gambar 1 Struktur Organisasi
Wk. Urusan Humas
42
Uraian Fungsi dan Tugas Dari susunan struktur organisasi dapat dijelaskan tugas dan fungsi dari masing-masing yaitu : a. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah • Sebagai Edukator bertugas melaksanakan proses Belajar mengajar secara efektif dan efisien (lihat tugas guru). • Kepala sekolah selaku manajer mempunyai tugas menyusun perencanaan. • Bertanggung jawab penuh terhadap sekolah. • Menyelenggarakan supervisi mengenai proses belajar mengajar. b. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah • Membantu
Kepala
sekolah
dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai
menyusun perencanaan. • Membuat program kegiatan dan pelaksanaan program. • Membantu
Kepala
sekolah
dalam
urusan-urusan
kurikulum,
kesiswaan, sarana prasarana, dan hubungan dengan masyarakat. c. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum • Menyusun Program Pembelajaran. • Menyusun pembagian tugas guru. • Menyususn jadwal pelajaran. • Melakukan pengecekan kehadiran guru dalam kegiatan mengajar setiap jam pelajaran. • Menanggulangi kelas yang gurunya tidak hadir dalam KBM dengan cara menghadirkan invaler berserta tugasnya. • Mengatur pengadaan dan pengelolaan daftar hadir guru dalam proses pembelajaran. • Menyusun jadwal evaluasi belajar. • Menyusun pelaksanaan Ujian Nasional (UAN). • Menetapkan kreteria persyaratan naik kelas/tidak naik kelas. • Menetapkan jadwal penerimaan buku laporan pendidikan (Rapor) dan pemeberian Ijazah serta Surat Tanda Lulus.
43
• Mengkoordinasikan
dan
mengarahkan
penyusunan
perangkat/
administrasi pembelajaran. • Membantu
pengadaan
administrasi
guru,
wali
kelas
yang
berhubungan dengan proses pembelajaran dan urusan kurikulum. • Menyediakan buku kemajuan kelas. • Mengatur pengadaan bahan laporan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan
kegiatan
belajar
mengajar
dan
urusan
kurikulum. • Mengumpulkan dan mendistribusikan informasi mengenai segala sesuatu
yang
perlu
diketahui
atau
dilaksanakan
dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. • Menyusun laporan pelaksanaan pembelajaran. d. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan • Menyusun Program Pembinaan Kesiswaan (OSIS) • Melaksanakan Bimbingan, Pengarahan dan Pengendalian kegiatan siswa/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tertib sekolah • Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin dan tata tertib siswa serta menanggulangi segala kendalanya • Membina dan melaksanakan koordnasi keamanan, dan kebersihan, ketertiban, keindahan, kerindangan, dan kekeluargaan • Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS • Melakukan pembinaan dan pembimbingan pengurus OSIS • Melakukan pembinaan dan pembimbingan pengurus OSIS dalam berorganisasi serta memantau realisasi kegiatannya • Memberikan bantuan secara aktif dalam realisasi pelaksanaan Anggaran Dasar, Penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga dan realisasi kegiatannya • Menyusun Progaram dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan insidental • Melaksanakan Pemilihan calon siswa Teladan dan calon siswa penerima bea siswa
44
• Mengadaka pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah • Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala • Mengatur/mengurus mutasi siswa e. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Hubungan Massa (HUMAS) • Menyusun Program Kerja Humas • Memberikan penjelasan tentang kebijaksanaan sekolah, situasi dan perkembangan sekolah sesuai dengan pendelegasian Kepala Sekolah • Mengatur dan menyelenggarakan hubungan baik antara sekolah dengan Komite Sekolah • Menampung saran-saran dan pendapat masyarakat demi kemajuan sekolah • Mengatur dan menyelenggarakan hubungan antara sekolah dengan orang tua/wali murid • Membina hubungan baik antar sesama personal sekolah, siswa dengan personal sekolah dan antarsesama siswa di sekolah • Mengkoordinasikan segala aspek dari setiap urusan / bidang yang akan diinformaskan kepada orang tua / wali atau Dinas Instansi lain baik negeri maupun swasta • Membantu mewujudkan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan usaha dan kegiatan pengabdian masyarakat • Melayani pelayanan terhadap Tamu Dinas, yang berkepentingan dengan Kepala Sekolah, Guru, Siswa dan warga sekolah pada umumnya. • Menengani surat-surat undangan dinas baik kedalam maupun keluar
45
• Menunjukkan guru untuk menjadi notulis dalam rapat Dinas an rapat persekolahan lainnya serta mempersiapkan/menyimpan Buku Notulen Rapat. • Membuat konsep-konsep Surat Dinas dan surat-surat lainnya yang berhubungan dengan urusan Humas serta mengarsipkannya • Menjalin kerjasama kemitraaan antara sekolah dengan instansi lain • Menyerap segala informasi baik dari sekolah maupun luar sekolah guna peningkatan pendidikan • Melaksanakan pemanggilan kepada orang Tua/Wali Siswa bagi siswa yang tidak masuk sekolah dan atau melakukan pelanggaran, tata tertib sekolah, bekerjasama dengan wali kelas, Guru BK, dan guru bidang studi. • Turut serta memantau prestasi guru dan personal sekolah lain serta membuat rekapitulasinya guna kepentingan penilaian kinerja pegawai dan pendanaannya • Turut serta memantau prestasi siswa dan membuat rekapitulasinya guna peningkatan disiplin serta pembinaan dan pembimbingan siswa • Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan kepada orang tua/wali siswa • Menyusun laporan pelaksanaan hubungan massa secara berkala f. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana • Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana sekolah • Mengatur pengadaan denah sekolah, organigram, papan data, kohor, atribut, label, dan lain-lain yang berhubungan dengan keperluan sekolah • Mengadministrasikan pendayagunaan sarana dan prasarana sekolah • Pengelolaan pembiayaan alat-alat pembelajaran • Mengatur dan atau mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan dan atau rehabilitasi gedung ,ruangan, halaman, kebun, meubeler, sarana prasarana sekolah lainnya
46
• Melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap sarana sekolah (barang habis pakai/barang tidak habis pakai) serta peningkatan ketertiban administrasinya • Menyusun laporan pelaksanaan Urusan / bidang Sarana dan Prasarana secara berkala g. Tugas dan Fungsi Guru : • Membuat perangkat pengajaran • Melaksanakan kegiatan pembelajaran • Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir. • Melaksanakan analisis hasil ulangan harian. • Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan. h. Tugas dan Fungsi Wali Kelas • Membantu
Kepala
Sekolah
dalam
kegiatan-kegiatan
sebagai
pengelolaan kelas. • Penyelenggaraan administrasi kelas. • Pengisian daftar kumpulan nilai siswa. i. Tugas dan Fungsi Siswa • Penyelenggaran proses pembelajaran tugas harian, ulangan harian, UAS dan UAN. B. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskripsi Keteladanan Beragama Orang Tua Tabel 1 Orang tua rajin melaksanakan ibadah shalat 5 waktu setiap hari Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
7 7 26 40
17,5 17,5 65,0 100
47
Tabel 2 Orang tua selalu mengajak untuk melaksanakan shalat berjamaah Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
15 10 15 40
37,5 25,0 37,5 100
Tabel 3 Setiap selesai ibadah shalat, orang tua selalu berdo’a dan dzikir terlebih dahulu Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
1 12 27 40
2,5 30,0 67,5 100
Tabel 4 Orang tua selalu melaksanakan ibadah puasa pada bulan ramadhan Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
19 21 40
47,5 52,5 100
Tabel 5 Orang tua membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
8 13 19 40
20,0 32,5 47,5 100
48
Tabel 6 Orang tua selalu mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat apabila sudah memasuki waktu shalat Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
10 11 19 40
25,0 27,5 47,5 100
Tabel 7 Orang tua sering memberi keteladanan untuk menutup aurat kepada anaknya Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
14 8 17 1 40
35,0 20,0 42,5 2,5 100
Tabel 8 Orang tua selalu memberikan teguran kepada anak-anaknya apabila tidak mengaji dan belajar Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
16 11 13 40
40,0 27,5 32,5 100
49
Tabel 9 Orang tua selalu membantu apabila saya mengalami kesulitan dalam shalat, mengaji dan belajar Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
10 13 17 40
25,0 32,5 42,5 100
Tabel 10 Apabila orang tua maupun anda sendiri mendapat rejeki lebih dari Allah, memberi keteladanan untuk menabung Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
13 11 12 4 40
32,5 27,5 30,0 10,0 100
Tabel 11 Orang tua anda selalu memberi contoh untuk selalu berinfaq kepada yatim piatu Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
19 7 13 1 40
47,5 17,5 32,5 2,5 100
50
Tabel 12 Apabila ada penarikan iuran atau sumbangan untuk membangun masjid atau mushola orang tua anda ikhlas dan senang untuk menyumbang Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
10 13 17 40
25,0 32,5 42,5 100
Tabel 13 Apabila di dalam keluarga ada yang mendapat musibah/cobaan, orang tua anda sabar dan ikhlas menghadapi dan menerimanya Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
11 8 19 2 40
27,5 20,0 47,5 5,0 100
Tabel 14 Orang tua anda selalu berbicara baik dan sopan kepada keluarga maupun orang lain Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
17 2 20 1 40
42,5 5,0 50,0 2,5 100
51
Tabel 15 Orang tua selalu menjaga kebersihan dirumah maupun di lingkungan Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
19 7 14 40
47,5 17,5 35,0 100
Tabel 16 Ketika ada saudara atau tetangga yang sakit, orang tua anda menengok keluarga untuk menjenguknya Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
19 13 8 40
47,5 32,5 20,0 100
Tabel 17 Apabila tetangga ada yang meminjam sesuatu seperti uang atau barang, orang tua bersedia meminjamkannya bila ada Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
22 6 12 40
55,0 15,0 30,0 100
52
Tabel 18 Orang tua selalu mengikuti pengajian yang ada di lingkungan Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
11 17 11 4 40
27,5 35,0 27,5 10,0 100
Tabel 19 Orang tua selalu ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan gotong royong di lingkungan RT Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
9 15 16 40
22,5 37,5 40,0 100
Tabel 20 Orang tua selalu menegur apabila saya melakukan perbuatan yang tidak baik Alternative jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
F
Persen (%)
8 14 18 40
20,0 35,0 45,0 100
Jika dibuat tingkat atau level persepsi siswa tentang keteladanan beragama orang tua pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 40 siswa adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
53
Tabel 21 Indeks Tingkat Keteladanan Orang Tua No.
Rentang Perolehan Nilai Hasil Belajar
Tingkat Nilai Hasil
Jumlah Siswa
%
1
70-79
Sangat Tinggi
6
15%
2
60-69
Tinggi
10
25%
3
50-59
Sedang
16
40%
4
40-49
Rendah
8
20%
40
100
Jumlah
Berdasarkan perhitungan perolehan nilai keteladanan beragama orang tua menunjukkan bahwa skor hasil berada pada rentang 50-59 yaitu 40% dari jumlah siswa sebanyak 40 orang yaitu menunjukkan skor yang tertinggi pada posisi Sedang. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan beragama orang tua sedang atau cukup.
2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Deskripsi data hasil penelitian tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam penulis menggunakan hasil tes soal pada mata pelajaran PAI di SMP Pasarminggu Jakarta Selatan, rentang skor angka nilai hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 22 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI (Variabel Y)
Valid 42 44 47 49 50 51 52 53 54
Frequency
Persen
1 2 1 4 2 1 1 2 1
2.5 5.0 2.5 10.0 5.0 2.5 2.5 5.0 2.5
54
55 56 57 58 59 60 61 62 64 65 66 68 70 71 73 74 Total
2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 40
5.0 5.0 5.0 2.5 5.0 2.5 5.0 2.5 5.0 2.5 2.5 5.0 2.5 5.0 5.0 2.5 100
Jika dibuat tingkat atau level hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 40 siswa adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 23 Tingkat Hasil Belajar No.
Rentang Perolehan Nilai Hasil Belajar
Tingkat Nilai Hasil
Jumlah Siswa
%
1
65 – 74
Sangat Tinggi
5
12,5%
2
55 – 64
Tinggi
15
37,5%
3
45 – 54
Sedang
10
25%
4
35 – 44
Rendah
10
25%
40
100
Jumlah
Berdasarkan perhitungan perolehan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menunjukkan bahwa skor hasil belajar siswa pada rentang 55-64 yaitu 37,5% dari jumlah siswa sebanyak 40 orang yaitu menunjukkan skor yang tertinggi pada posisi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar cukup baik.
55
3. Analisis Data Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel X (keteladanan beragama orang tua) dengan variabel Y (hasil belajar siswa) dengan menggunakan rumus Product Moment. Penghitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 24 Variabel Keteladanan beragama orang tua (X) dan Variabel Hasil belajar siswa (Y) 1
X 53
Y 45
X2 2809
Y2 2025
XY 2385
2
50
40
2500
1600
2000
3
68
50
4624
2500
3400
4
56
40
3136
1600
2240
5
64
55
4096
3025
3520
6
47
45
2209
2025
2115
7
49
50
2401
2500
2450
8
74
65
5476
4225
4810
9
71
60
5041
3600
4260
10
58
50
3364
2500
2900
11
65
60
4225
3600
3900
12
44
40
1936
1600
1760
13
66
65
4356
4225
4290
14
50
55
2500
3025
2750
15
64
60
4096
3600
3840
16
51
35
2601
1225
1785
17
73
65
5329
4225
4745
18
73
65
5329
4225
4745
19
55
60
3025
3600
3300
20
57
55
3249
3025
3135
21
59
60
3481
3600
3540
22
54
55
2916
3025
2970
23
70
60
4900
3600
4200
24
68
55
4624
3025
3740
25
44
40
1936
1600
1760
26
49
60
2401
3600
2940
Resp.
56
27
56
65
3136
4225
3640
28
59
40
3481
1600
2360
29
61
45
3721
2025
2745
30
61
45
3721
2025
2745
31
55
40
3025
1600
2200
32
42
35
1764
1225
1470
33
71
60
5041
3600
4260
34
57
55
3249
3025
3135
35
53
45
2809
2025
2385
36
49
40
2401
1600
1960
37
52
45
2704
2025
2340
38
49
40
2401
1600
1960
39
60
50
3600
2500
3000
40
62
55
3844
3025
3410
2319
2050
137457
108500
121090
Diketahui: N
= 40
∑X2
= 137457
2
= 108500
∑X
= 2319
∑Y
∑Y
= 2050
∑XY = 121090
Untuk menghitung korelasi antara variabel X dengan variabel Y, data di atas akan diuji dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut: rxy
N .
N . XY ( x )( Y ) X2
( X ) 2 N . Y 2 ( Y ) 2
40 121090 ( 2319)( 2050)
40 137457 (2319) 40 108500 (2050) 2
4843600 4753950
5498280 53777614340000 4202500 89650 120519 137500
2
57
89650 1657136250 0 89650 128729 .8042
r = 0.696 Berdasarkan perhitungan korelasi tersebut diketahui bahwa korelasi antara keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar siswa SMP Pasarminggu sebesar = 0,696. Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,696 ternyata terletak antara 0,60 – 0,799. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan sebelumnya, dikatakan bahwa nilai 0,696 dalam kategori tingkat korelasi yang tergolong kuat. Dengan demikian secara sederhana dapat diberikan kesimpulan bahwa terdapat korelasi positif antara keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar siswa SMP Pasarminggu dan tingkat korelasinya kuat. Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi dari variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (r xy) atau “r” hitung sebesar = 0,696 tersebut diinterpretasikan berapa prosentase variansi variabel pertama berasosiasi dengan variansi variabel kedua. Artinya, berapa persen variansi keteladanan beragama orang tua (variabel X) berasosiasi dengan variansi hasil belajar siswa (variabel Y). Ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi yakni merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: KD = r2 x 100% = 0,6962 x 100% = 0,484 x 100% = 48,4 % Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui besar koefisien determinasi yaitu 48,4% yang berarti bahwa keteladanan beragama orang tua mempunyai pengaruh sebesar 48,4% terhadap hasil belajar siswa SMP Pasarminggu, sedangkan sisanya 51,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.
58
4. Pembahasan Berdasarkan deskripsi keteladanan beragama orang tua siswa SMP Pasarminggu dengan pengambilan sampel berjumlah 40 siswa, menunjukkan bahwa skor yang tertinggi pada posisi sedang yaitu 40% dengan rentang nilai 5059. Hal ini menggambarkan bahwa keteladanan beragama orang tua belum cukup baik, oleh karena itu diperlukan kerja sama dengan orang tua siswa. Berdasarkan deskripsi data hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diatas, menunjukkan bahwa skor hasil belajar siswa pada rentang 55-64 yaitu 37,5% dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang yaitu menunjukkan skor yang tertinggi pada posisi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar cukup baik. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara keteladanan beragama orang tua (variabel X) dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (variabel Y) menunjukkan dengan tingkat korelasi R (rxy) sebesar 0,696 terletak antara 0,60 – 0,799 yaitu tingkat korelasi yang tergolong kuat. Nilai R Square/(Koefesien Diterminasinya) adalah 48,4%, ini berarti keteladanan beragama orang tua mempunyai pengaruh sebesar 48,4%, sedangkan sisanya 51,6% dipengaruhi oleh faktor lain. Di karenakan banyaknya faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal sangat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor eksternal mempunyai andil dalam menentukan hasil belajar. Karena hasil belajar merupakan hasil dari usaha belajar yang dilakukan oleh siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini keteladanan beragama orang tua berpengaruh terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam yaitu dengan berkorelasi yang kuat. Orang tua yang saleh, yang menjalankan ajaran-ajaran agama akan membawa dampak positif bagi anak dalam mengamalkan ajaran agama tersebut. Karena anak adalah peniru yang baik dan ia akan melakukan sesuai dengan apa yang ia lihat dan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal ini ditegaskan oleh M. Nur Abdul Hafizh bahwa, “Anak akan selalu melihat apa yang tengah
59
dilakukan kedua orang tuanya dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku jujur, maka hal itu akan membentuk mereka menjadi orang yang jujur pula. Demikian pula sebaliknya”.1
1
M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet. ke-1, h. 291
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian yang telah di paparkan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut: 1. Secara umum keteladanan beragama merupakan hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari seseorang yang dapat dijadikan sebagai metode pendidikan, yaitu keteladanan yang baik yang sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat-ayat al-Qur‘an. Adapun hasil yang diperoleh dari keteladanan beragama orang tua siswa kelas IX pada SMP Pasarminggu ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata skor dari penelitian untuk variabel keteladanan beragama orang tua yang diperoleh sebesar 40%, nilai tersebut dalam kategori cukup baik. 2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Adapun hasil belajar siswa kelas IX pada SMP Pasarminggu hal ini ditunjukkan dengan memperoleh nilai rata-rata skor penelitian variabel hasil belajar pada posisi yang tinggi yaitu sebesar 37,5%. 3. Terdapat hubungan positif antara variabel X (keteladanan beragam orang tua) dan variabel Y (hasil belajar), dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,696. Dengan perolehan nilai tersebut hubungan kedua variabel dikategorikan sebagai hubungan yang kuat. Hubungan yang positif tersebut dinyatakan dengan adanya kontribusi variabel X (keteladanan beragama orang tua) terhadap variabel Y ( hasil belajar) melalui koefisien determinasi. Dari perhitungan koefisien determinasinya adalah 48,4% hal ini di cerminkan bahwa keteladanan beragama orang tua dapat memberikan kontribusi atas hasil belajar siswa sebesar 48,4%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang penulis sarankan yaitu: 60
61
1. Untuk orang tua hendaknya: a. Memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya sebab bagaimanapun juga anak adalah peniru ulang. b. Memperhatikan pendidikan anak-anak, sehingga anak tidak ketinggalan mengenai ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. c. Membiasakan situasi pergaulan keluarga yang mencerminkan tingkah laku orang yang agamais, sehingga apa yang dapat dihayati anak setiap harinya menunjukkan pengaruh yang bernilai agama. d. Bijaksana
dalam
menghadapi
anak-anaknya,
karena
setiap
anak
mempunyai sifat dan bakat sendiri-sendiri. 2. Kepada pihak sekolah: a. Sebagai penyelengara pendidikan pihak sekolah harus lebih fokus dalam membina
kepribadian
anak,
karena
lingkungan
sekolah
juga
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak muslim. b. Meningkatkan komunikasi dan mengajak orang tua untuk mampu menjadi orang yang baik. Karene untuk menididik diperlukan contoh atau teladan. c. Membiasakan shalat berjama’ah disekolah, baik peserta didik maupun guru dan karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi sikap dalam melaksanakan shalat berjama’ah dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir, Terj. Bahrun Abu Bakar, Juz 26, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000 an-Nahlawi, Abdurrahman, “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha fi baiti wal madrasati wal mujtama”, Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995. Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. ke. 5 Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, Edisi 2 ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Terj., Drs. Syihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3, Jakarta: Geema Insani Press,1989 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet. 3 Hafizh, M. Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Al-Bayan, 1997, Cet. ke-1 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, Cet. 11 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013 Kartono, Kartini, Kamus Psikologi, Bandung: Satelit, 1987 Majid, Abdul, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, Jurnal, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia. Munandi, Yudi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, Cet. III. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. 11 Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, cet.12 Putra, Nusa dan Santri Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. I Quthub, Sayid, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 11, Jakarta: Gema Insani, 2004 62
63
Rusn, Abidin Ibn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet. 19 Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, Cet. ke 9 Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: PT Sinar Baru, Algensindo 2001, Cet. 2 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya: 2010, Cet. IX Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta; Pusat Bahasa, 2008
ANGKET PENELITIAN KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUA
I. Identitas Nama
:
Usia
:
Jenis Kelamin : II. Petunjuk Umum 1. Isilah biodata diri kamu di atas terlebih dahulu. 2. Bacalah
tiap
pertanyaan
dengan
teliti
sehingga
mudah
untuk
menjawabnya. 3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan keadaanmu setiap hari. 4. Pengisian angket ini adalah semata-mata untuk kepentingan penelitian. 5. Jawaban serta identitasmu akan dijamin kerahasiaannya. 6. Sebelum mengisi angket ini, bacalah basmalah terlebih dahulu.
III. Daftar Pertanyaan 1. Orang tua anda rajin melaksanakan ibadah shalat 5 waktu setiap hari a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Orang tua anda selalu mengajak untuk melaksanakan shalat berjamaan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Setiap selesai ibadah shalat, orang tua anda selalu berdo’a dan dzikir terlebih dahulu a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Orang tua anda selalu melaksanakan ibadah puasa pada bulan ramadhan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
5. Orang tua anda membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Orang tua selalu mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat apabila sudah memasuki waktu shalat a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
7. Orang tua anda sering memberi keteladanan untuk menutup aurat kepada anaknya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Orang tua anda selalu memberikan teguran kepada anak-anaknya apabila tidak mengaji dan belajar a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Orang tua anda selalu membantu apabila saya mengalami kesulitan dalam shalat, mengaji dan belajar a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Apabila orang tua maupun anda sendiri mendapat rejeki lebih dari Allah, memberi keteladanan untuk menabung a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
11. Orang tua anda selalu memberi contoh untuk selalu berinfaq kepada yatim piatu a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
12. Apabila ada penarikan iuran atau sumbangan untuk membangun masjid atau mushola orang tua anda ikhlas dan senang untuk menyumbang a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
13. Apabila di dalam keluarga ada yang mendapat musibah/cobaan, orang tua anda sabar dan ikhlas menghadapi dan menerimanya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
14. Orang tua anda selalu berbicara baik dan sopan kepada keluarga maupun orang lain a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
15. Orang tua anda selalu menjaga kebersihan dirumah maupun di lingkungan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
16. Ketika ada saudara atau tegangga yang sakit, orang tua anda mengak keluarga untuk menjenguknya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
17. Apabila tetangga ada yang meminjam sesuatu seperti uang atau barang, orang tua bersedia meminjamkannya bila ada a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
18. Orang tua anda selalu mengikuti pengajian yang ada di lingkungan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
19. Orang tua anda selalu ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan gotong royong di lingkungan RT a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
20. Orang tua anda selalu menegur apabila saya melakukan perbuatan yang tidak baik a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUA Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1
2
3
4
5
6
Keteladanan Beragama Orang Tua 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16
17
18
19
20
2 3 2 3 2 2 2 4 4 2 3 2 2 2 4 2 4 2 2 2 3 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 2
4 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 2 2 2 3 2 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 2 2 2 2 2 3 2
2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2
3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3
2 2 4 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4
2 2 2 3 3 2 3 4 4 4 3 2 2 2 4 4 4 3 2 3 2 2 3 4 2 2 3 3 4 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 4
2 3 1 3 3 2 2 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 2 3 3 2 3 4 2 2 2 2 4 2 2 3 4 4 2 4 4 2 3 2
4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 2 2 3 4
2 2 4 4 4 2 2 4 4 2 4 2 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 3 2 4 4 3 2 3 4 4 4
2 2 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 4 1 2 1 3 4 3 3 4 1 3 4 2 2 2 4 3 4 4 1 3 4 3 3 3 2 4 2
2 3 4 2 3 2 3 4 4 2 4 2 4 3 2 2 4 4 3 3 3 4 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3
3 2 4 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4
2 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 2 2 2 3 4 4 3 3 2 4 2 4 2 3 2 4 4 4 2 2 4 4 2 3 2 4 3 4
2 3 4 2 3 2 3 4 4 2 4 2 4 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2
2 2 4 2 3 2 3 4 3 4 3 2 4 1 2 1 3 4 3 3 4 1 4 4 2 2 2 4 3 4 4 1 3 4 3 3 2 2 4 2
2 3 4 3 2 3 2 4 4 2 3 2 4 4 2 3 4 4 3 4 2 2 4 4 2 2 3 2 4 4 1 2 4 4 4 2 4 4 4 4
3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 2 4 2 3 2 4 4 4 2 2 2 4 2 2 3 3 2 4 2 4 2 3 4 3 4 3 2 3 2
4 3 3 2 3 2 2 2 4 4 2 2 4 2 4 2 3 4 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 1 3 3 2 4 2 2 2 2 2 1 4
4 2 4 4 2 2 2 4 3 3 4 2 2 2 4 4 4 4 1 2 2 2 4 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 4 4 4
4 2 4 3 4 2 2 4 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 3 2 4 4 4 2 3 3 4 4 3 2 2 3 2 2 2 3 2 4 4
Jml
53 50 68 56 64 47 49 74 71 58 65 44 66 50 64 51 73 73 55 57 59 54 70 68 44 49 56 59 61 61 55 42 71 57 53 49 52 49 60 62