PERILAKU PROSOSIAL MAHASIS\NA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKAIRTA. (Perbedaan lntensitas antara Mahasiswa Aktivis) dengan Mahasiswa non Aktivis

PERILAKU PROSOSIAL MAHASIS\NA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKAIRTA (Perbedaan lntensitas antara Mahasiswa Aktivis) dengan Mahasiswa non Aktivis

Oleh Ahmad Baihaqqi NIM: 101070023002

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERll (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKi/:\RTA

1428 HI 2007 M

PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARlTA (Perbedaan lntensitas antara Mahasiswa Aktivis) dengan Mahasiswa non Aktivis

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh AHMAD BAIHAQI NIM : 101070023002

DI Bawah Bimbingan

FAKULTAS PSIKOLOGI '~

' UNIVER.SITAS !SLAM NE~ERI (UIN) ~

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H I 2007 M

PENGESAHAN PANITIA UJIA!N Skripsi yang berjudul " PERILAKU PROSOSIAL MAHASISVl/A UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA; Perbedaan lntensitas antara Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa non Aktivis" telah diajukan dalam munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 Mei 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, :28 Mei 2007

Sidang Munaqasyah, Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap 11\nggota,

Ora. Zahrotun Nihayah, II/I. Si. NIP: 150 238 773

1

Anggota: Penguji I!;

Penguji I;'\,

·.

I

\1 .·

Ora. Nett NIP: 150 21

II/I. Si.

"Allah melapangkan keadaanmu agar engkau tidak tetap dalam kesempitan, dan Allah menyempitkan keadaanmu agar engkau tidak terus dalam kelapangan, d:an Dia melepaskanmu dari keduanya agar engkau terbebas dari sesuatu selain- Nya"

{Kitab al-Hikam, lbn 'Atha 'ii/ah)

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Untuk yang tercinta dan tersayang Umi, Abi dan Saudara-saudaraku Serta orang-orang yang meridhai aku

ABSTRAK (A) (B) (C) (0)

(E) (F)

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2007 Ahmad Baihaqqi "PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA; Perbedaan lntensitas antara Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa non Aktivis" Halaman xiv + 118 Antusiasme mahasiswa di dalam melakukan aksi-aksinya, baik yang berorientasi politik maupun yang murni berorientasi sosial, menjadikan mahasiswa memiliki nilai perilaku prososial yang baik di mata masyarakat. Akan tetapi jika pada kenyataannya di dalam kelompok mahasiswa itu sendiri terdapat berbagai tipe-tipe mahasiswa yang dalam penelitian ini dikerucutkan menjadi dua kate~iori, yakni mahasiswa aktivis dan mahasiswa non aktivis, apal
Dari gambaran latar belakang tersebut mal
Subjek yang dijadikan sampel di dalam peneltian ini adalah mereka para mahasiswa-mahasiswa aktivis yang tergabung di dalam organisasi BEM (Sadan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas dan Universitas, serta organisasi el<stra kampus yang di terdiri dari HMI, PMll, IMMM dan KAMMI dengan masa jabatan 20013-2007. Adapun subjek untuk mahasiswa non aktivis adalah merel
yang satu fakultas dan satu angkatan dengan mahasiswa aktivis akan tetapi mere!
Pendekatan yang digunakan adalah dengan meng£1unakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif komparatif. lnstrumen yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner dengan purpossive sample sebagai teknik pengambilan datanya.

Dari hasil pengujian data yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 10.0 for Windows, penulis mendapatkan hasil ketidak adanya keberbedaan secara umum pada intensitas perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non al
(G)

Bahan bacaan 31 (1978 - 2005) + 1 Jurnal

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Yang berkuasa atas segala sesuatu, syukur yang tak henti-hentinya atas segala nikmat yang telah diberikan dan atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah di jalanNya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun materiil dari semua pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Oekan Fakultas Psikologi yang juga merupakan dosen pembimbing 1 penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini, lbu Hj. Ora. Netty Hartati, M. Si. Terima kasih atas ilmu, bimbingan dan motivasinya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Gazi Saloom, M. Si selaku pembimbing 2 yang :sudah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi arahan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Bapak Ors. Choliluddin AS, MA selaku dosen penasehat akademik penulis. Terima kasih atas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama ini. 4. Seluruh dosen beserta staf-stafnya yang telah membantu dan membimbing penulis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan S1 Psikologi.

5. Kedua orangtuaku yang selalu dan masih mengorbankan waktu, tenaga dan biayanya untuk memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas serta yang terbaik bagi penulis dalam mengenyam pendidikan dan mengarungi kehidupan, lbu Bapak saya mencintaimu, saya akan membahagiakanmu dan memberikan yang terbaik untukmu. Terima kasih, ya Allah lindungilah dan sayangilah kedua orangtuaku, Amin. 6. Saudara-saudara kandungku yang tercinta beserta keluarga-keluarganya yang selalu memberikan keceriaan dan semangat pada penulis. 7. Para Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang telah sudi memberikan waktunya untuk menjadi sampel di dalam penelitian ini, khususnya kepada BEM Universitas, BEM-BEM Fakultas dan 4 opganisasi ekstra kampus (IMM, HMI, PMll dan KAMM!) beserta fungsionarisnya. Mohon maaf jika penulis tidak bisa menyebutkan namanya satu persatu, karena biarlah Allah sajalah yang mencatatnya. 8. Teman-teman seperjuanganku; Ki Agus "Kaizen", Eko ''Kubik Leadership", Bud-Jeng "Ayah/Abu", Sholeh 'The Big Guy", Good Man, i2P, Adib "Pa'Oe", Adit, Suryana, ldham, A'as "Bakso Meteor", "Den" Bagoes, Fahri (aim.), dan teman-teman angkatan 2001 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya.Mari kita menjadi sukses, karena sukses adalah hak kita. 9. Teman-teman ex-BEMF Psikologi 2003-2004, IMAMUPSI, FP21, LOK Korfak, dan Komunitas Bahasa. Kalian telah membesarkanku semua!! 10.Sahabatku yang baik, A.P Hanum, yang telah mau menemaniku di tengah gelapnya badai dan teriknya tantangan. 11. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UI dan Perpustakaan Umum Oaerah OKI.

12. Rekan-rekan petualanganku di Daarut Tauhid Jakarta dan A plus Training Outdoor. Semoga usaha kita membawa berkah bagi bekal kita menuju ke surga. 13. Saudara-saudaraku lainnya yang telah berjasa membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Mahon maaf jika ada kealpaan di dalamnya.

Akhirnya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikkan saudaraku semua dan ilmu yang ada bertambah serta bermanfaat dan membawa berkah di dunia rnaupun di akhirat kelak. Amin. Tiada gading yang retak, karena memperbaiki diri adalah sebuah hal yang mutlak.

Jakarta, 22 Mei 2007

Ahmad Baihaqqi

DAFTAR ISi

Halaman Judul Lem bar Persetujuan

..... .............. ..... ... ....... .......... .... ......... ........ ... ..... ii

Lem bar Pengesahan

..... ....... ... ...... ... ... ...... .. .... ...... ... ... ...... ... ..... ...... .. iii

Motto

............................................................................................... iv

Abstrak

............................................................................................... v

Kata Pengantar Daftar lsi

.................................................................................... vii

................................................................................................ xi

Daftar Tabel ................................................................................................ xiii Daftar Gambar ....... .. ............ .... ......... .... .... .... .................... .. .............. ... ... .. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah

........................... ........................ 1

1.2.

ldentifikasi Masalah

........................... ........................ 12

1.3.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

...... ........ ...............

13

1.3.1. Pembatasan Masalah

................. .......................

13

1.3.2. Perumusan Masalah

........................................ 14

1.4

Tujuan Penelitian

1.5

Manfaat Penelitian ....... ..... ....... ................ ........ ..... .............. 15

1.6

Teknik dan Sistematika Penulisan

....... ............................... ........................ 15

.............................. 16

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1

Deskripsi Teoritik

.............................................................. 18

2.1.1. Perilaku Prososial 2.1.2. Mahasiswa

................................................... 19

.............................................................. 48

2.1.3 Mahasiswa Aktivis ........................... ........................ 59 2.2

Kerangka Berpikir

.............................................................. 75

2.3

Hipotesis

......................................................................... 78

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.

Jenis Penelitian

······························································· 85 3. 1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .................... 85 3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel

3.2.

Pengambilan Sampel

.. .. ..... ........................................ ... 88

3.2.1. Populasi dan Sampel

.......... ...... ...... ........... ........ 88

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel 3.3.

............. 86

Teknik Pengumpulan Data

.............................. 89

......................................... 90

3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian 3.3.2. Teknik Uji lnstrumen Penelitian

................... 90 ............................... 92

3.4 Teknik Analisa Data

............................................................... 93

3.5 Prosedur Penelitian

............................................................... 94

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1

Gambaran Umum Subjek .... ..... ..... ....................... ...... .. ..... . 96

4.2

Presentasi dan Analisa Data

........................................ 101

4.2.1 Uji instrumen penelitian

........................................ 101

4.2.2 Uji persyaratan 4.2.3 Uji hipotesis

................................................... 105

........................... .......... ...... ...... .. .. ..... .... 107

4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

...... ............... ........ 111

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1.

Kesimpulan

113

5.2.

Diskusi

113

5.3.

Saran

116

DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

1. Tabel distribusi item pada tiap-tiap komponen perilaku prososial

91

2. Tabel gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin ..........

96

3. Tabel gambaran umum subjek berdasarkan fakultas ..... ...............

97

4. Tabel gambaran umum subjek berdasarkan semester...................

100

5. Tabel hasil pengujian butir item tes

102

.............................................

6. Tabel posisi butir item yang valid pada indikator perilaku prososial ................... .............. ..........................................

103

7. Tabel tabel perbedaan intensitas perilaku prososial antara Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa non Aktivis

108

8. Tabel Perbedaan Komponen Prososial antara Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa non Aktivis .......... .......... ........................

109

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar

Halaman

1. Bagan Perbedaan lntensitas Perilaku Prososial pada Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa non Aktivis ... .. ... ..... .. ..... 2. Gambar diagram scatterplot

..................................... ..............

78 107

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Banyaknya aksi-aksi mahasiswa baik yang dilakukan di dalam kampus maupun di luar kampus cukup menjadi bahan sorotan para pengkaji ilmuwan sosial maupun pada ilmuwan lainnya. Terlebih apabila ternyata aksi tersebut ternyata menimbulkan dampak sosial yang cukup besar pada masyarakat di sekitarnya, seperti yang terjadi pada aksi reformasi di tahun 1998 dimana pada aksi tersebut mahasiswa berhasil menumbangkan rezim kekuasaan Orde Baru yang ditandai dengan turunnya presiden RI Suharto pada 21 Mei 1998.

Aksi tersebut sebenarnya adalah puncak dari keprihatinan mahasiswa melihat penderitaan masyarakat yang begitu berat akibat tempaan krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 disamping kegeramannya melihat para elit-elit politik dan pemerintah yang diindikasikan melakukan tindakan korupsi serta melindungi para koruptor yang membuat krisis ekonomi itu terjadi.

2

Disamping aksi-aksi sosial yang berorientasi pada politik, adapula aksi-aksi murni sosial mahasiswa yang sering kita juga saksikan di pinggir-pinggir jala.1 maupun di dalarn lingkungan l
Dari beberapa contoh kasus di alas kita bisa melihat betapa antusiasme mahasiswa di dalam menolong dan membantu warga masyarakat yang sedang membutuhkan bantuan begitu besar. Sehingga secara eksplisit dapat diartikan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh mahasiswa tersebut seperti yang dikatakan oleh Wrightman L.S & Deaux K (1984), adalah merupakan ciri dari kedelapan jenis perilaku prososial pada manusia yang diantaranya adalah menolong, berbagi, berkerjasama, bertindak jujur, menyumbang, dermawan memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain serta peduli terhadap kondisi sesama.

Secara definisi, David 0. Sears (1985) berpendapat bahwa perilaku prososial adalah sebuah bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa

3

memperdulikan motif-motif si penolong. Dalam hal ini ada beberapa teori atau alasan yang menyebabkan mengapa perilaku itu bisa terjadi pada diri seseorang. Alasan yang pertama clijelaskan pada teori sosiobiologi yang menyanclarkan bahwa perilaku tersebut sebenarnya berasal dari insting genetik yang di bawa oleh individu dari zaman dahulu hingga sekarang. Pendukung teori ini di dasarkan pada teori evolusi Darwin yang meyakini adanya proses seleksi alam pada setiap makhluk hidup sehingga setiap jenis makhluk hidup harus bisa menolong jenisnya sendiri agar tidak punah.

Akan tetapi pada perkembangannya kemudian teed ini dikritik oleh teori evolusi sosial yang menyebutkan bahwa faktor sosial jauh lebih penting dibandingkan dengan faktor biologis di dalam menentukan perilaku prososial (0. Sears et.all, 1985). Hal tersebut dikemukakan oleh Donald Campbell pada tahun 1Sl75. Beliau berpendapat bahwa warisan genetik memang bisa menjelaskan beberapa perilaku prososial dasar seperti pemberian perlindungan orang tua pada anaknya atau sekelompok kawanan gajah yang melindungi rekannya dari serangan binatang buas. Akan tetapi teori tersebut memiliki banyak titik kelemahan, seperti teori-teorinya yang selama ini hanya dilandaskan pada pengamatan perilaku binatang

4

saja atau ternyata teori tersebut tidak dapat diterapkan pada contoh yang ekstrim seperti menolong individu asing yan9 sedang mengalami kesulitan (0. Sears et.all, 1985).

Berdasarkan studinya, Campbell mengemukakan bahwa teori evolusi sosial ini di buat berdasarkan keyakinan bahwa karena adanya manfaat yang begitu besar yang bisa di dapatkan di dalam perilaku ini sehingga masyarakat kemudian menerima perilaku ini sebagai bagian dari aturan atau norma sosial pada maf'yarakat itu sendiri. Adapun norma-norma tersebut meliputi norma tanggung jawab sosial, norma timbal balik serta norma keadilan sosial (0. Sears et.all, 1985).

Norma tanggung jawab sosial menentukan bagairnana kita seharusnya membantu orang lain yang bergantung pada kita. Seperti orang tua yang diharapkan memelihara anak-anaknya, guru yang memfasilitasi kepandaian pada murid-muridnya, rekan kerja yang membantu pekerjaan kita dan lain-lain. Terkadang aturan ini kemudian ditulis dalam bentuk aturan hukum. Seperti dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Atau pada undang-undang negara bagian Minnesota yang yang mewajibkan bahwa " Setiap

5

orang dalam keadaan darurat yang mengetahui bahwa orang lain yang berada dalam keadaan bahaya atau mengalami Iuka fisik yang parah, agar sedapat mungkin tanpa mer:nbahayakan dirinya sendiri atau orang lain, memberikan bantuan yang layak bagi orang tersebut" (0. Sears et.all, 1985).

Sedangkan pada norma timbal balik menyatakan bahwa kita harus menolong orang lain yang telah menolong kita. Artinya apabila kita diperlakukan layak pada orang maka kita harus memperlakukan orang tersebut secara layak pu!a. Di dalam bukunya, (The 7 Habits of Highly Effective People) Stephen Covey (1993) menyebutnya hal

itu sebagai Hukum Utama yang termasuk ke dalam Etika Karakter. Pcmbuktian mengenai pernyataan ini dilakukan oleh Regan (1968) terhadap beberapa subjek mahasiswa yang diminta untuk membeli sebuah tiket penyelenggaraan amal. Di dalam hasil penelitian tersebut Regan mendapati intensitas membeli tiket yang lebih besar pada si penjual yang memberi minuman Coke (sejenis minuman ringan bersoda) dibandingkan dengan si penjual yang tidak memberinya minuman Coke terlebih dahulu (0. Sears et.all, 1985). Hal ini disebabkan karena orang yang diberi minuman Coke merasa dihargai sehingga ia merasa harus membalasnya perbuatan yang layak.

\

.,

denga~·'-1

6

Disamping itu adapula norma keadilan sosial yang memiliki prinsip bahwa dua orang yang memberikan andil yang sama dalam suatu tugas harus mene:ima ganjaran yang sama pula dengan apa yang dikerjakannya (0. Sears et.all, 1985). Hasil pernyataan ini didukung dengan hasil eksperimen yang di!akukan o!eh Berscheid & Waister pad a tahun 1967. Di dalam eksperimennya tersebut kedua subjek diberikan suatu permainan dan pasangan yang menjadi lawan bo<mainnya tersebut, tanpa membuat suatu kesalahan, kehilangan ua11g atau barang berharga lainnya sementara subjek yang satunya lagr memperoleh kemenangan yang besar dan mendapatkan sejumlah uang yang banyak. Di akhir permainan subjek yang menang diberi kesempatan untuk memberikan sejumlah uang kepada pasang::rnnya yang kalah. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil kecenderungan yang kuat untuk memberikan sebagian dari hasil kemenangan kepada yang kalah (dan kehilangan uang secara tidak disengaja) walaupun subjek yang menjadi pemenang tersebut menang secara sah. Akan tetapi dalam kondisi di mana keduanya sama-sama menang, l<ecil kecenderungan subjek untuk memberikan hasil kemenangannya kepada pemain yang lain (0. Sears et.all, 1985).

7

Disamping teori-teori di alas, masih ada beberapa teori dan pendapat lain yang mendukung terjadinya perilaku prososial itu sendiri seperti pada teori belajar prososial yang menekankan pada reward and punishment (0. Sears et.all, 1985), faktor internal yang diantaranya termasuk faktor pola asuh pada anak, jenis kelamin dan faktor agama serta faktor eksternal yang termasuk diantaranya faktor kehadiran orang lain serta faktor desakan waktu (Sarwono, 2002).

Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah bukan faktor mana yang paling dominan di dalam proses pengambilan keputusan pada diri mahasiswa untuk melakukan aksi-aksi prososialnya melainkan apakah perilaku prososial tersebut akan mengalami perbedaan intensitas apabila di dalam kelompok mahasiswa itu sendiri ternyata terdapat dua jenis tipe yang berbeda dalam hal ini.

Kedua jenis tipe yang dimaksud adalah tipe mahasiswa aktivis dengan tipe mahasiswa non aktivis. Secara etimologi pengertian kata aktivis itu sendiri sebenarnya berasal dari kata aktif yang menurut kamus Bahasa Indonesia berarti giat dalam berusaha

8

maupun dalam bekerja (Poerwadarminta, 1993). Sedangkan secara definisi kata aktivis pada kamus Bahasa Indonesia berarti orang yang mendorong terjadinya kegiatan-kegiatan tertentu (Brataatmaja, 1995). Jadi apabila kedua kata tersebut digabung dengan kata mahasiswa maka mahasiswa aktivis yang dimaksud adalah mahasiswa yang menjadi pendorong terjadinya kegiatankegiatan tertentu di dalam maupun di luar kampus. Pengertian yang sebaliknya dilekatkan pada mahasiswa yang termasuk pada kategori non aktivis.

Apabila definisi kata aktivis yang dimaksud adalah seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, maka yang termasuk kategori mahasiswa aktivis yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang tergabung di dalam organisasi kemasyarakatan I kemahasiswaan yang ada di dalam lingkungannya. Hal itu disebabkan karena pertama, yang memiliki kewenangan dan kemampuan penuh untuk mengadakan aktivitasaktivitas secara luas baik di dalam maupun di luar kampus dalam hal ini adalah organisasi-organisasi yang terdaftar secara sah dan diakui oleh pihak kampus setempat. Kedua, pada lazimnya aktivitas-aktivitas 11enonjol yang dilakukan oleh rnahasiswa baik di dalam maupun di luar kampusnya biasanya mengusung nama

9

suatu organisasi tertentu untuk memperkenalkan serta mempublikasikan eksistensi organisasi tersebut di dalam kampus. Jadi pada intinya, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di dalam maupun di luar kampus tanpa membawa nama bendera organisasi atau label komunitas tertentu yang dikelola oleh maha3iswa tersebut.

Pengertian serupa yang menyatakan bahwa mahasiswa aktivis adalah merupakan mahasiswa yang aktif di dalam organisasiorga11isasi kemahasiswaan I kemasyarakatan jug21 diperkuat oleh pernyataan Sjahrir (Syuaib, 1987) yang menyatakan bahwa mahasiswa aktivis adalah mahasiswa yang selain giat di dalam studinya mereka juga giat di dalam kelompok-kelompok diskusi dan tergabung dalam lembaga-lembaga swadaya masyarakat maupun organisasi-organisasi intra maupun ekstra kampus.

Biasanya aktivitas-aktivitas kegiatan organisasi kemahasiswaan yang diadakan oleh mahasiswa aktivis berkisar pada orientasi pengembangan akademik pada konsentrasi fakultas mahasiswa yang bersangkutan seperti dengan mengadakan seminar-seminar, pelatihan atau workshop yang terkait dengan bidangnya. Adapun bila ada orientasi lainnya, ha! itu berkisar pada bidang sosial, politik,

IO

budaya, hoby maupun keagamaan. Tidak jarang aktivitas nyata yang dilakukannya tersebut terkadang berwujud dalam bentuk aksi rnassa seperti deMontrasi. Oleh sebab itulah tidak sedikit dari para aktivis mahasiswa yang menjadi korban perpolitikan di suatu negeri di mana pemerintahannya sangat represif di dalarn menangani aksi-aksi massa seperti belakangan yang terjadi pada tahun 1998 yang dikenal dengan "Tragedi Semanggi".

Dari uraian yang telah dijabarkan tersebut penulis melihat bahwa :c1:? f:ec:enderungan dan kesempatan untuk memiliki intensitas perilaku prososial yang lebih besar pada tipe mahasiswa yang pertama, yaitu pada tipe mahasiswa aktivis. Hal itu disebabkan karena pada pada saat ia memutuskan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam suatu wadah organisasi dibutuhkan nilaini!::i etika dalam berinteraksi yang termasuk di dalamnya juga adalah merupakan indikator dari perilaku prososial, seperti nilai kejujuran dan tolong menolong. Disamping itu juga apabila ternyata organisasi yang dipilihnya adalah organisasi yang berorientasi pada nilai sosial dan politik, nilai-nilai perilaku prososial yang akan direalisasikan juga akan semakin lebih banyak pula diterapkan di dalamnya, seperti kegiatan advokasi warga yang l1ak-haknya dirampas oleh pihak-pihak tertentu.

11

Asurnsi-asurnsi rnengenai lebih tingginya perilaku prososial pada rnahasiswa aktivis tersebut juga di dukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh L. C Baird pada tahun 1964. Di dalarn penelitiannya yang dilakukan di beberapa perguruan tinggi di Arnerika Serikat ia rnenernukan bahwa mahasiswa aktivis lebih independen, artistik, ekspresif dan lebih service oriented (berorientasi pelayanan) dibandingkan dengan rnahasiswa non aktivis.

Sedangkan di dalam negeri sendiri, Sarwono (197'8) di da!am bukunya tentang "Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis dalam

G8rakan Prates Mahasiswa". Menyebutkan bahwa mahasiswa ;:;ktivis iebih sGring merasakan ketidak tenangan karena hal-hal yang bersinggungan dengan kebijaksanaan pemerintah dan keadaan masyarakat pada umumnya dibandingkan dengan mahasiswa pada non aktivis dimana ketidak tenangan akan timbul jika ada permasalahan pada keluarganya.

Dari beberapa pernyataan-pernyataan yang telah diutarakan di "t"ls yang menjadi pertanyaannya kembali adalah apakah asumsi dan hasil penelitian-penelitian tersebut bisa digeneralisasikan di setiap-setiap kampus? Menurut hemat penulis, tidak. Karena di

12

dalam setiap kampus memiliki tipologi lingkungan serta atmosfer yang berbeda dalam ha! ini. Seperti halnya pada kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki kondisi dan lingkungan yang memiliki latar belakang sosiologis yang lslami mengingat ha!-hal yang dipelajarinya berkaitan dengan agama Islam ditambah lagi banyak dari para mahasiswanya yang berasal dari kalangan pesantren. Bisa jadi intensitas perilaku prososial antara tipe mahasiswa aktivis dengan tipe non aktivisnya adalah sama mengingat Gallup (1984) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor agama memilki peran yang cukup besar di dalam proses pengambilan keputusan pada seseorang untuk berperilaku prososial.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yakni men9enai ada atau tidaknya perbedaan intensitas mahasiswa di dalarn berperilaku prososial diantara kalangan tipe mahasiswa aktivis dengan kalangan tipe mahasiswa non aktivis maka dibuatlah penelitian ini.

1.2

ldentifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan di atas maka permasalahan yang mungkin timbul di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

13

1. Apakah ada perbedaan intensitas perilaku prososial di antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa yang non aktivis? 2. Apakah ada perbedaan ciri I indikator perilaku atau bentuk perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis?

1 3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. 3. 1 Pembatasan Masalah I. Perbandingan intensitas perilaku prososial adalah perbandingan besarnya frekuensi atau aktivitas perilaku prosososial pada seseorang yang diwakili oleh jumlah skor yang di dapat melalui ~f?nyebaran

alat tes skala intensi perilaku prososial.

Jonis d<Jn bentuk perilaku prososial yang akan dinilai di dalam penelitian ini adalah segala bentuk perilaku menolong, berbagi, bekerjasama, bertindak jujur, menyumbang, dermawan, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain serta mempunyai kepedulian terhadap sesama.

>.

Mahasiswa aktivis UIN Jakarta adalah sekelornpok mahasiswa yang masih belajar di perguruan tinggi UIN Jakarta dan masih tercatat sebagai peserta yang belajar di perguruan tinggi UIN Jakarta yang terdiri dari angkatan tahun 2003 sampai dengan tahun 2005, aktif berorganisasi serta menjabat sebagai ketua

14

umum atau koordinator I kepala bidang dari suatu organisasi intrn maupun ekstra yang masih terdaftar aktif di lingkungan

i;ampus UiN J:-ikarta yaitu BEMU, BEMF, HMI, PMll, IMM serta KAMMI. -l.

Mahasiswa non aktivis yang dimaksud ada!ah seke!ompok rnahasiswa UIN Jakarta yang rnasih terdaftar aktif sebagai nlah35iswa 2kan tetapi tidak aktif di organisasi rnanapun di lingkungan UIN Jakarta.

1.2.2 Perurnusan Masalah Dari pernbatasan rnasalah di alas rnaka perurnusan masalah di r10112m penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut: ·:. ,A,pc:kah ada porbedaan intensitas di dalarn berperilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis? 2. Apakah ada perbedaan ciri I indikator perilaku atau bentuk perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis?

15

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan intensitas di dalam berperilaku prososial pada mahasiswa aktivis dengan mahasiswa yang bukan aktivis, serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan ciri I indikator perilaku atau bentuk perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian 1.Teoritis Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan pada studi perilaku mahasiswa khususnya yang berkaitan dengan perilaku prososial. 2. Praktis Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan informasi atau pengetahuan baru bagi mahasiswa-mahasiswi yang ingin bergabung ke dalam lingkungan aktivis.

16

1.5 Teknik dan Sistematika Penulisan Teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku standar pedoman penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun untuk sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta teknis dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN, yang meliputi kajian teoritik tentang mahasiswa, aktivis dan perilaku prososial. Disusul dengan kajian tentang keterkaitan di antara dua variabel penelitian (perilaku mahasiswa dengan perilaku prososial) yang terangkum dalam kerangka berpikir serta perumusan hipotesis penelitian yang diambil berdasarkan kerangka berpikir.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN, yang meliputi jenis penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB 4 PRESENTASI DA1'1 PENELITIAN O,\TA, yang meliputi gambaran umum subjek penelitian, presentasi dan analisa data serta pembahasan hasil penelitian.

17

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN , yang meliputi kesimpulan yang dinyatakan baik secara deskriptif maupun analitis. Pada bagian ini juga akan dijelaskan implikasi apa yang akan ditarik dari hasil kesimpulan tersebut. Sedangkan pada bogian diskusi penulis penulis akan memberikan argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis. Adapun pada bagian saran penulis akan memuat pandangan dan pernyataan obyektif untuk pihak-pihak terkait guna kepentingan penelitian lebih lanjut.

'

'•

.

..

~

BAB2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritik Di dalam deskripsi teoritik ini penulis akan menjabarkan definisi mengenai perilaku prososial, bentuk-bentuknya, teori-teori yang mempengaruhi timbulnya perilaku prososial, motif dan perkembangan perilaku prososial, perilaku prososial dalam Islam, cara mengukur perilaku prososial serta penelitian-penelitian yang berkaitan dengannya. Adapun pada sub bab berikutnya penu\is akan mendeskripsikan mahasiswa aktivis secara terpisah dengan mendeskripsikan apa itu mahasiswa beserta karakteristik yang menyertainya, tipe-tipe- mahasiswa disusul dengan definisi mahasiwa aktivis itu sendiri beserta latar belakang yang menyebabkan mahasiswa menjadi seorang aktivis.

Pada sub bab berikutnya penulis akan menjabarkan bebHrapa organisasi kemahasiswaan yang terkait dengan penelitian ini dengan terlebih dahulu mendefinisikan apa itu organisasi dan apa yang dimaksud dengan organisasi kemahasiswaan itu sendiri.

19

Dari beberapa variabel tersebut, penulis akan merangkumnya menjadi satu bentuk kerangka berpikir yang kemudian membentuk hipotesis di dalam penelitian ini.

2.1.1 Perilaku Prososial Manusia sebagai mahluk sosial tidaklah akan dapat hidup seorang diri di dalam lingkungannya. Hal itu disebabkan karena ketika ia akan menjalani kehidupannya, ia akan bertemu dan berinteraksi dengan manusia-manusia lain di dalam lingkungannya tersebut. lnteraksinya ini biasanya terjadi ketika manusia ingin memenuhi kebutuhan di dalam hidupnya. Biasanya yang terjadi di dalam suatu interaksi adalah adanya suatu saat dimam:: manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk menolong dirinya maupun kelompoknya. Perilaku seseirang di dalam memberikan bantuan kepada orang lain maupun kelompoknyan inilah yang kemudian kita kenal dengan isitilah perilaku prososial.

A. Definisi Perilaku Prososial Secara definisi, ada berbagai macam ragam penjelasan mengenai perilaku prososial. Keberagamannya tersebut sebenarnya mengacu pada intensitas dan akibat terhadap orang yang dikenai tindakan perilaku prososial itu sendiri.

20

Hal itu seperti yang dikemukakan oleh E. Staub (1978) ya1ng menyatakan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan orang lain, (yang dinilai) baik dari keuntungan yang dihasilkan (dari perilaku tersebut) maupun dari pengorbanan yang diberikan oleh si penolong, yang mungkin dalam hal ini begitu beragam dalam tingkatan m;:iupun jenisnya.

Dari definisi di atas Wispe menambahkan bahwa perilaku prososial adalah merupakan segala bentuk perilaku yang mempunyai konsekuensi sosial positif yang diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan fisik maupun psikis terhadap orang lain. "Prosocial behavior is that has positi11e social consequences - that contributes to the physical or psychological well-being of another person" (Wrightsman & Deaux, 1981).

Dalam hal ini Batson & Coke (1981), Karylowsky (1981), Eisenberg (1986) dan Barnett (1987), membagi perilaku prososial menjadi clua, yaitu perilaku prososial yang murni (genuine) serta perilaku prososial instrumental. Perilaku prososial yang murni (ger:uine) dapat disebut jug a sebagai perilaku altruistik, yaitu tindakan seseorang yang dilakukan semata-mata untuk kebaikan serta keuntungan orang lain tanpa ada maksud motif apapun pada diri si penolong. Contohnya, seperti orang asing yang menolong orang lain yang sedang

21

terperangkap di dalam kobaran api kemudian

menghilan~1

begitu saja setelah

si korban selamat.

Gambaran mengenai perilaku prososial yang genuine sebenarnya adalah gambaran definisi perilaku prosososial yang diberikan oleh Baron dan Bryne ( 1994) yang dalam hal ini menyatakan bahwa perilaku prososial adalah

perilaku yang ditujukan untuk memberi keuntungan terhadap orang lain walaupun tampak tidak ada keuntungan yang jelas bagi orang yang menolong, dan bahkan menimbulkan resiko pada si penolong. "Prosocial behavior is action that benefits others but have no obvious benefits for the person carrying them out, and which som<'01times involves risk for the prosocia/ person".

Sedangkan gambaran perilaku prososial yang instrumental ditandai dengan adanya orientasi terhada1• keuntungan diri sendiri walaupun membawa keuntungan pula terhadap orang lain. Contohnya seperti pada seorang karyawan yang memberikan sebuah sumbangan amal pada acara amal yang diadakan oleh atasannya dengan harapan agar ia mendapatkan kesan yang baik dan menyenangkan sehingga iapun memperoleh kenaikan gaji.

22

Luasnya definisi mengenai perilaku prososial yang menc;akup tindakan serta motif-motif si penolong secara tidak langsung digambarkan oleh 0. Sears et.al, (1985) yang menyebutkan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa melihat dan mempedulikan motif-motif si penolong.

Berdasarkan definisi-definisi dan pendapat yang telah diberikan oleh para tokoh di atas maka yang menjadi acuan serta indikator perilaku prososial pada penelitian ini adalah berupa segala jenis bentuk perilaku yang menguntungkan dan bermanfaat bagi orang lain atau kelompok lain, yang mempunyai konsekuensi sosial positif serta tidak bertentangan dengan norma-norma sosial, yang perwujudannya diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan fisik maupun psikis tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.

B. Bentuk-bentuk Perilaku Prososial Sama seperti halnya pada definisi perilaku prososial, bentuk-bentuk ·atau dimensi perilaku prososial itu sendiri dalam hal para tokoh memiliki keragaman di dalam pengaplikasian dari tindakannya ter:sebut. Seperti Mussen (1984) yang secara kultural menjabarkan perilaku seperti berbagi, membantu seseorang yang sedang membutuhkan, bekerjasama dengan

23

orang lain serta mengungkapkan simpati adalah termasuk bagian dari perilaku prososial.

Sedangkan Wispe (Zanden, 1984) memasukan perilaku simpati, kerjasama, membantu, berderma dan altruisme sebagai bentuk-bentuk dari perilaku prososial.

Adapun Deaux, K. & Wrightsman, L. S. (1984) menyebutkan sedikitnya ada delapan komponen yang terdapat pada perilaku prososia:I itu sendiri, yaitu menolong, berbagi, bekerjasama, bertindak jujur, menyumbang, dermawan, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain serta rnemiliki kepedulian terhadap orang lain sebagai bagian dari tindakan perilaku prososial.

Dari ketiga konsep di alas, penulis akan memakai delapan komponen bentuk perilaku prososial versi Deaux, K. & Wrightsman, L. S. di dalam penelitian ini karena pada item perilaku memperhatikan kesejahteraan orang lain serta memiliki kepedulian terhadap orang lain sangat erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa di dalam menjalankan aksinya.

24

C. Teori-teori yang Mernpengaruhi Tirnbulnya Perilaku Prososial Ada beberapa rnacarn teori yang rnenyebutkan tentang bagairnana perilaku prososial itu dapat terbentuk. Teori-teori tersebut rneliputi : a. Teori sosiobiologi Yakni suatu teori yang rnendasarkan konsep pernikirannya pada teori evolusi. Teori ini tentu dicetuskan oleh Charles Darwin (1871) yang kernudian disusul oleh Hall (1960) dan Wilson (1971). Menurut teori ini, perilaku prososial yang terjadi pada suatu individu adalah rnerupakan perilaku yang diwariskan dari nenek rnoyang individu tersebut. Artinya, pewarisan perilaku tersebut dihantarkan rnelalui g•en-gen yang dirniliki oleh si pernbawa sifat yang kernudian diteruskan kernbali kepada keturunannya. Teori ini rnengandalkan dasar pernikirannya pada perilaku setiap hewan yang selalu berusaha rnelindungi keturunannya dari serangan predator. Hal inilah yang kernudian rnelahirkan suatu bentuk kecenderungan biologis yang kemudian terdokumentasikan melalui bentuk ger> pada makhluk hidup tersebut (0. Sears et.all,

1985).

b. Teori evolusi sosial Teori ini sebenarnya adalah merupakan suatu kritik pada teori sebelumnya, yakni teori sosiobiologi. Karena menurut teori ini, teori

25

sosiobiologi mempunyai banyak kelemahan-kelemahan seperti studinya yang selama ini hanya dipraktel
Menurut teori ini, rnanusia secara bertahap mengembangkan kemampuan, keyakinan serta teknologinya untuk menunjang kesejahteraan hidup mereka. Dari hal tersebut manusia membutuhkan interaksi yang berkala guna memenuhi kebutuhannya. Dikala interaksi itu terjadi, perilaku prososial hadir dan membantu proses dari interaksi itu sendiri. Dan karena dianggap menguntungkani di dalam proses berinteraksi maka perilaku prososial dianggap menjadi suatu norma yang diakui bahkan kemudian disarankan untuk clikerjakan. Aclapun norma-norma yang mendukung terjadinya perilaku prososial di tengah masyarakat terdiri dari tiga, yaitu :

26

1. Norma tanggung jawab sosial Norma ini menentukan bahwa seharusnya kita membantu orang lain yang bergantung kepada kita. Seperti orang tua yang diharapkan memelihara anak-anaknya, seorang guru yang diharapkan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada muridnya atau seorang pelatih yang mengurus anggota regunya. Aturan ini biasanya termaktub di dalam ajaran-ajaran afjama. Bahkan terkadang norma ini dikeluakan dalam bentuk hukum, seperti undang-undang di negara bagian Minnesota yang mewajibkan " Setiap orang yang mengetahui bahwa ada orang lain yang sedang berada dalam keadaan bahaya atau rnengalami Iuka fisik yang parah, agar sedapat mungkin tanpa membahayakan dirinya atau orang lain untuk memberikan bantuan yang layak kepada orang tersebut" (0. Sears et.all, 1985).

2. Norma timbal balik Norma ini secara sederhana menyatakan bahwa kita harus menolong orang lain yang telah menolong kita. Sebuah studi yang dilakukan oleh Regan (0. Sears et.all, 1985) menunjukkan bahwa intensitas membeli tiket yang ditujukan untuk kegiatan amal pada sebuah sekolah dilakukan lebih tinggi pada subjek yang dibelikan minuman coke (sejenis minuman ringan) pada sebuah sesi

27

penelitian dibandingkan dengan yang tidak dib1:ilikan minuman. Adapun faktor-faktor situasi yang mendukung clibalasnya perbuatan tadi juga turut dipertimbangkan. Mis:alnya sebuah studi yang dilakukan oleh Greenberg dan Frisch (0. Sears et.all, 1985) yang menyimpulkan bahwa bantuan yang lebih besar lebih sering dibalas dibandingkan dengan bantuan yang lebih kecil. Kesimpulan lainnya menunjukkan bahwa keberadaan motif yang ditampilkan oleh si penolong juga turut berpen~1aruh di dalam norma timbal balik ini. Upaya membalas pertolongan leih mungkin terjadi bila bantuan awal dipersepsi sebagai sesuatu yang diberikan secara sengaja dan sukarela.

Masih berkaitan dengan norma timbal balik, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Goranson dan Berkowitz (0. Sears et.all, 1985) menyimpulkan bahwa subjek yang dibantu oleh seseorang cenderung untuk membalas perbuatan orang tmsebut, tetapi cenderung tidak menawarkan bantuan kepada orang lain.

3. Norma Keadilan Sosial Norma ini memberikan aturan tentang keadilan dan pembagian sumber daya secara adil. Salah satu prinsip keadilan yang diyakini di dalam norma ini adalah kesamaan pembagiain hasil. Menurut

28

prinsip ini, dua orang yang rnernberikan andil yang sarna dalam suatu tugas harus rnenerirna ganjaran yang sa1rna. Bila salah seorang menerima lebih dari yang lain maka ia akan mengalami tekanan untuk mencoba mernulihkan keadaan dengan mengulangi pembagian ganjaran tersebut (0. Sears et.all, 1985).

Sebuah telaah eksperimen telah dilakukan oleh Berscheid dan Waster pada tahun1967. Di dalarn penelitiannya tersebut mereka mengamati sepasang subjek yang sedang melakukan sebuah permainan yang salah satu dari subjek tersebut adalah teman dari peneliti itu sendiri yang sudah direkayasa. Di clalam perrnainannya tersebut subjek yang sudah direkayasa, tanpa terlihat sebuah kesalahan yang disengaja, kehilangan sejumlah uang dan barangbarang lainnya sementara subjek yang menjadi pasangannya meraih kemenangan yang besar. Pada akhir permainan, subjek yang menjadi pemenangnya (subjek sebenarnya) di beri kesempatan untuk memberikan sejurnlah

uan~J

kepada

pasa,ngannya yang kalah. Dari hasil penelitian tersebut ternyata didapatkan kecenderungan yang besar subjek yang menjadi pemenang untuk memberikan sebagaian dari hasil kemenanganya tersebut kepada pasangannya yang kalah. Sebaliknya, di dalam kondisi di mana keduanya sama-sama menang, kecil

29

kemungkinan kecenderungan subjek untuk memberikan hasil kemenangannya kepada pemain yang lain (0. Sears et.all, 1985).

c. Teori Belajar Pros•.isial Di dalam teori ini terdapat dua prinsip belajar yang dipergunakan di dalam pembentukan perilaku prososial pada diri individu, yakni proses belajar melalui peniruan serta proses belajar melalui efek ganjaran (reward) dan hukuman (punishment).

Banyak studi yang dilakukan untuk menguji kebenaran dari hipotesis tersebut. Salah satunya seperti yang dilakul
30

Selesai permainan, kedua kelompok tadi di dorong oleh si peneliti untuk memikirkan perasaan anak-anak terlantar yang akan senang mendapatkan hadiah dari keping-keping logam yang sudah dimenangkan oleh subjek tersebut. Dari hal ini didapatkan hasil bahwa subjek dari kelompok kedua lebih banyak memberikan keping lo~iamnya dibandingkan dengan kelompok pertama yang di pegang oleh model yang mementingkan dirinya sendiri (0. Sears et.all, 1985).

Pada penelitian lainnya dilakukan oleh Moss dan

Pa~1e

pada tahun 1972

dengan menggunakan subjek pejalan kaki. Di dalam eksperimennya tersebut subjek yang sedang berjalan diberhentikan oleh seorang wanita cantik yang ingin menanyakan sebuah alamat. Adapun setelah diberikan keterangan jalan yang diberikan, jawaban dari si wanita tersebut yang pertama adalah "terima kasih, saya benar-benar mengerti" dan yang kedua "saya tidak mengerti apa yang Anda katakan, tetapi tidak apa-apa, saya akan bertanya kepada orang lain". Ketika subjek melanjutkan perjalanannya ia melihat seorang wanita lain menjatuhkan tasnya secara tidak sengaja tanpa ia ketahui. Dari hasil penelitian tHrsebut ternyata 90 persen orang yang memberikan pertolongan adalah subjek yang mana pada kondisi sebelumnya diberikan ganjaran terima kasih pada wanita pertama. Sedangkan di saat subjek sebelumnya dibeirikan jawaban

31

berupa "saya tidak mengerti", terbukti hanya hanya 40 persen saja dari subjek yang memberikan pertolongan (0. Sears et.all, 1985).

Selain berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas, Sarwono (2002) memaparkan bahwa perilaku prososial sebenarnya juga ditentukan oleh dua

--

faktor penting, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal Disebut sebagai faktor internal karena proses terjadinya keputusan untuk berperilaku prososial berasal dari dalam individu itu sendiri. Adapun faktor tersebut dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut : a. Pola Asuh. Peranan orang tua sangatlah besar di dalam menentukan karakter anak dimasa yang akan datang. Diyakini orang tua yang biasa memberi contoh perilaku prososial kepada anaknya dan dalam lingkungan kelurga akan mendukung terbentuknya perilaku prososial. b. Perasaan dalam diri (suasana hati) Ada sejumlah bukti yang membuktikan bahwa seseorang akan memberikan pertolongan bila mereka sedang berada dalam suasana hati yang baik. Misalnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh lsen dan Simmonds (Sarwono, 2002) yang menemukan kecenderungan orang untuk menolong apabila ia menemukan sekeping uang di

32

tempat telepon, diberi kue gratis di perpustakaan kampus, berhasil menyelesaikan beberapa tugas kampus atau setelah mendengarkan musik yang menyejukkan hati. c. Faktor kepribadian Beberapa studi menunjukkan bahwa ada beberapa ciri kepribadian tertentu yang mendorong orang untuk memberikan pertolongan dalam beberapa situasi akan tetapi tidak dalam situasi yang lain. Seperti pada studi yang dilakukan oleh Gergen dan Meter (Sarwono, 2002) yang menemukan bahwa ada beberapa orang yang mempunyai kecenderungan tinggi untuk menjadi seorang pengasuh dan mau secara sukarela untuk memberi nasehat tentang masalah pribadi pada temannya akan tetapi untuk keterlibatan bantuan pada tugas-tugas yang lain seperti menyiapkan materi pelajaran dan membantu tugas penelitian, kecenderungan tersebut menjadi berkurang. d. Agama Gallup (1984) menemukan bahwa 12% dari orang Amerika Serikat yang tergolong taat beragama 45% diantara mereka membantu dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sosial, seperti membantu anak miskin, rumah sakit dan panti jompo. Sementara digolongan orang yang tidak ta at beragama persentase untuk mau terlibat di dalam aksiaksi sosial tersebut berkisar hanya sekitar 22%.

33

e. Jenis kelamin Goldberg (Sarwono,2002) menyimpulkan bahwa dari pengamatannya terhadap lebih d<.ri 6300 orang pejalan kaki di Boston dan Cambridge, Amerika Serikat, ternyata 1,6% dari jumlah tersebut menyumbang kepada peminta-minta jalanan.Dan diantara para penyumbang itu, laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

2. Faktor Eksternal Disebut sebagai faktor eksternal karena dorongannya dipengaruhi oleh faktor yang terjadi di luar diri si penolong. Adapun faktor tersebut meliputi hal sebagai berikut: a. Kehadiran orang lain Dari sejumlah penelitian yang dilakukan, ternyata adanya kehadiran orang lain di dalam suatu situasi darurat malah menghambat seseorang untuk berperilaku prososial. Hal ini diketahui melalui seran£1kaian penelitian yang dilakukan oleh Darley dan Latane (0. Searsr et.al, 1985), yang kemudian mereka namakan proses tersebut dengan nama efek penonton

(bystander effect).

Salah satu penelitiannya di lakukan di Nu-Way Beverage Center, New York pada tahun 1970 di mana para peneliti berpura-pura melakukan sebuah pencurian di sebuah toke swalayan. Dari hasil percobaannya itu

34

subjek yang terdiri dari beberapa orang (diantaranya teman si peneliti) memiliki kecenderungan yang kecil untuk melaporkan kasus pencurian tersebut ke penjaga toko dibandingkan dengan

subje~:

yang hanya sendiri

saja yang melihat. Hal tersebut terjadi, seperti yang dikatakan oleh Darley dan Latane, disebabkan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama disebabkan karena adanya penyebarar. tanggung jawab untuk melakukan tindakan prososial tersebut. Perasaan bersalah karena tidak mt3laporkan atau melakukan sesuatu yang bersifat memberi bantuan akan terasa lebih besar pada seseorang yang sendirian saja di tempat s;uatu peristiwa jika dibandingkan dengan adanya beberapa orang lain di tempat tersebut.

Faktor yang kedua adalah adanya ambiguitas di dalam menginterpretasikan sesuatu di dalam situasi yang benar-benar darurat. Pendapat tersebut dibuktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sama.

Di dalam penelitiannya tersebut peneliti memancing subjek untuk masuk ke sebuah ruangan untuk mengisi beberapa lembar kuisioner pura-pura yang kemudian tidak berselang lama timbullah asap yang keberadaannya makin lama makin menggangu. Subjek yang duduk bersama dengan orang lain terbukti lebih lambat melaporkan keberadaan asap yang

35

menggangu tersebut dibandingkan dengan subjek yan!l duduk sendiri di dalam ruangan tersebut.

Faktor ketiga yang terdapat pada kekuatan efek penonton adalah perasaan takut dinilai. Hal itu berawal dari asumsi bahwa jika ada orang lain yang sedang memperhatikan perilaku kita, mungkin kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan apa yang menurut kita diharapkan oleh orang lain dengan menambahkan kesan yang baik pula. Oleh sebab itu, Darley dan Latane berpendapat bahwa dalam kasus lambatnya respon yang diberikan oleh subjek untuk melaporkan keberadaan asap yang menggangu pada situasi subjek sedang bersama dengan beberapa orang disebabkan karena subjek takut mereka akan tampak merasa sangat bodoh atau pengecut disaat subjek lainnya (yang sebenarnya rekayasa peneliti) duduk diam dan tenang-tenang saja (0. Searsr et.al, 1985).

b. Desakan waktu Biasanya orang-orang sibuk dan terge_sa-gesa cenderung untuk tidak menolong, sedangkan orang yang santai lebih besar keimungkinannya untuk memberi pertolnngan kepada orang yang memerlukan. Pernyataan ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Batson, dkk yang meneliti sekelompok mahasiswa untuk yang ditekankan untuk bersegera menuju

36

ke gedung di sampingnya secara individual untuk mengerjakan suatu tugas sedangkan kelompok lainnya diminta tanpa ditekankan waktu yang terburu-buru untuk dapat sampai kesana. Ditengah jalan, secara terpisah dalam situasi penelitian, kedua kelompok tadi menemui seorang mahasiswa yang sedang batuk-batuk dan mengerang sambil tergeletak di pingyir jalan. Hasil yang mengejutkan menunjukkan bahwa hanya 40 persendari subjek yang dikondisikan untuk pergi terburu-buru menolong mahasiswa sakit tersebut sedangkan 65 persen subjek yang tidak dikondisikan untuk pergi terburu-buru menolong mahasiswa sakit tersebut (0. Sears et.al, 1985).

D. Motif Perilaku Prososial Didalam menjalani kehidupan, setiap manusia memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu hal. Begitu juga dalam menunjukkan perilaku prososial sudah dipastikan terdapat banyak faktor yang memotifasinya, sebagai contoh, dikarenakan adanya pengharapan akan diperlakukan yang sama di lain waktu disaat membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain, adanya rasa welas kasih, mengikuti norma sosial yang berlaku, meringankan kesulitan orang lain atau sekedar untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.

37

Staub (1978) rnengernukakan bahwa pada dasarnya terdapat tiga motif yang rnendasari seseorang rn0lakukan tindakan prososial, yaitu self-gain, beliefs, dan empathy.

1. Self gain Adalah keinginan untuk rnernperoleh penghargaan sosial dan rnenghindari kritik atau celaan yang datang dari linnkungan sosial karena tidak rnelakukan perbuatan rnenolong tersebut. Rasa takut akan dinillai buruk oleh orang lain, rnernungkinkan seseorang berusaha rnelakukan apa yang rnenurutnya diharapkan oleh orang lain dan rnernberikan kesan yang baik.

Sigmund Freud sebagairnana yang dikutip Baron & Byrne (1994), mengemukakan bahwa dorongan super ego yang begitu kuat dalam diri manusia akan rnenirnbulkan rasa cernas dan bersalah apabila melihat orang lain dalam kondisi yang perlu ditolon9 namun tidak ditolong. Dan untuk mengurangi rasa bersalah dan cernas tersebut biasanya seseorang akan melakukan defense mechanism berupa kompensasi dengan melakukan tindakan prososial agar kondisi seimbang kembali terjadi dalam dirinya.

38

2. Beliefs Adalah nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang sudah terinternalisasi dalam diri dan berkembang dalam perjalanan hidup seseorang. lnternalisasi ini akan menghasilkan self reward, positive

effect, dan enchanced self esteem pada diri seseorang. Beliefs berasal dari apa yang dilihat dan diyakini pada suatu ajaran agama atau stereotip yang sudah ada pada masyarakat. Berawal dari hal inilah kemudian terbentuklah suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek, orientasi terhadap nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang telah terinternalisasi yang kemudian mendorong timbulnya perilaku prososial yang menimbulkan rasa kepuasan dan keseimbangan (equilibirium) pada diri seseorang di dalam kehidupan sosialnya.

3. Empathy Empathy atau empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Freshbach (1978) berpendapat bahwa empati adalah sejenis pemahaman perspektif yang mengacu pada respon emosi yang dianut bersama dan dialami seseoran£1 ketika ia mempersepsikan reaksi emosi orang lain.

39

Dalam hal ini empati terdiri dari dua komponen, yaitu kognitif dan komponen afektif (emosi). Komponen kognitiftesebut adalah kemampuan mengidentifikasikan dan melabelkan keadaan perasaan orang lain dan kemampuan mengasumsikan perspt:Jktif orang lain. Sedangkan komponen afektif adalah kapasitas untuk meresponsifkan emosi tersebut ke objek yang dituju.

E. Dinamika Perkembangan Perilaku Prososial Menurut Kevin (1995) secara umum perkembangan perilaku prososial manusia terbagi menjadi empat periode penting, yaitu : 1. Masa kanak-kanak awal atau usia pra sekolah (2-5 tahun) Yaitu usia dimana anak-anak menunjukkan perilaku prososialnya karena alasan praktis dan merasa butuh akan kehadiran orang lain. Adapun menurut Hurlock (1980) pertimbangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut sebenarnya dilandasi untuk mendapatkan akibat-akibat secara fisik dari perbuatan tersebut atau karena ingin mendapatkan pujian. 2, Masa kanak-kanak akhir atau usia sekolah Pad a masa ini perilaku prososial cenderung meningkat tajam. Dari yang hanya berbuat baik pada teman sebayanya saja kemudian meningkat kepada orang lain secara umum.

40

3. Masa remaja (adolescence) Masa ini adalah masa di mana penuh pertimbangan bagi remaja untuk berperilaku prososial. Di satu sisi remaja sedang mengembangkan ego sosialnya

un~uk

b1~rkompromi

untuk

bersentuhan dengan realitas

sosialnya sedangkan di sisi lain remaja sedang mencoba-coba untuk melakukan sesuatu yang lain dari yang biasanya ia1 lakukan pada masa kanak-kanak. Sehingga orientasi prososial pada masa ini menjadi tidak begitu jelas karena ada sebagian remaja yang menunjukkan kecenderungan perilaku prososial yang tinggi serta ada pula yang menunjukkan kecenderungan yang rendah (Yarrow, 1983) Yang menjadi catatan di dalam masa perkembangan remaja ini adalah individu menjadi lebih pengertian namun mereka juga menjadi lebih sensitif terhadap hubungan antar pribadi. Hal itulah yang kemudian mempengaruhi pertimbangan remaja untuk menolong seseorang dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. 4. Masa dewasa Pada masa ini orientasi perilaku prososial kembali menemukan bentuknya dari masa yang sebelumnya yang sedikit kabur. Perilaku prososial pada masa ini disertai dengan perilaku yang nyata dan jelas karena individu melakukannya dengan sepenuh hati disertai dengan perasaan yang lebih bertanggung jawab (Kevin, 1995)

41

F. Pengukuran Perilaku Prososial Seperti yang telah dikutip oleh Hartati (1997) di dalam tesisnya, para ahli dalam hal ini menggunakan dua metode yang berbeda di dalam mengukur perilaku prososial itu sendiri. Seperti yang dilakukan oleh Mayer & Mulherin serta Weiner yang menggunakan metode non eksperimental di dalam pengambilan datanya serta Bryan, Staub, Yarraw & Zahn VVaxler dan Rheingold yang dalam hal ini menggunakan metode eksperimen di laboratorium.

Pada pendekatan metode non eksperimental terdapat tiga cara, yaitu : 1. Pendekatan dengan menggunakan alat tes proyektif. Alat tes yang digunakan biasanya dengan menggunakan TAT (Thematic

Apperception Test} di mana subjek biasanya di tes melalui serangkaian gambar yang kemudian di telaah berdasarkan tema yang dideskripsikan dari gambar-gambar tersebut dengan kategori perilaku prososial. 2. Pendekatan kuisioner Biasanya subjek akan diberi beberapa inventaris pertanyaan yang menanyakan tentang apa yang akan dikerjakan seseorang pada situasi tertentu serta tindakan apa yang lebih disukai untuk dilaksanakan. 3. Pendekatan observasi Pendekatan ini dilakukan untuk mengungkap motif sosial dalam situasi kehidupan sehari-hari pada beberapa subjek. (Eisenberg, 1982)

42

Sedangkan pada rnetode eksperirnental, Staub ( 1974) dalarn hal ini rnenggunakan pendekatan activating potential of situation dan personal goal di dalarn proses pengukurannya. Pada proses activating potential of situation subjek di desain sedernikian rupa untuk rnelahirkan bebera1pa respon yang kernudian diukur dan dirnasukkan pada kategori tindakan perilaku prososial. Sedangkan proses pengukuran pada personal goal Staub dalarn hal ini rnenggunakan 2 cara. Cara yang pertarna adalah dengan c:ara rnengukur urutan goals yang dirniliki pada individu dengan jalan rnen~1ukur urutan nilai. Nilai dalarn hal ini dibakukan secara norrna sehingga rnenjadi nilai yang stabil (Staub, 1978).

Cara yang kedua adalah dengan cara rnengukur jaringan kognisi yang berhubungan dengan personal goals. Ada tiga dirnensi perasaan dalarn hal ini yang akan di ukur, yaitu :

1. Dirnensi perasaan positif terhadap keberadaan

oran1~

lain di

lingkungannya. 2. Dirnensi perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. 3. Dirnensi rnerasa bertanggung jawab terhadap kesejahteraan ora_ng lain (Staub, 1978).

43

Dari kedua pendekatan metode tersebut, penulis di dalam penelitian ini menggunakan metode non-eksperimental di dalam proses pengambilan datanya. Adapun alat yang akan digunakan berupa kuisioner yang di adopsi dari skala intensitas prososial yang dibuat oleh Retno Leylani Dewi (1995) pada skripsinya yang merujuk pada konsep 8 komponen bentuk perilaku prososial versi Wrightman LS dan Deaux K (1981).

G. Penelitian-penelitian yang Berhubungan dengan Perilaku Prososial lsen dan Simmonds (0. Sears et.all, 1985) menernukan bahwa ada kecenderungan yang besar untuk menolong apabila suasana hati orang tersebut dalam keadaan senang. Hal itu dibuktikan dengan eksperimeneksperimennya di mana subjek sebelum diukur respon prososialnya, subjek dikondisikan (tanpa ia ketahui) menemukan sekeping uang di tempat telepon umum, diberi kue gratis di perpustakaan kampus, berhasil rnenyelesaikan beberapa tugas kampus atau setelah mendengarkan musik yang menyejukkan hati.

Adapun Gallup (Sarwono, 2002) di dalam penelitiannya menemukan bahwa

12% dari orang Amerika Serikat yang tergolong taat beragama 45% diantara mereka membantu dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sosial, seperti membantu anak miskin, rumah sakit dan panti jompo. SemE!ntara digolongan

44

orang yang tidak taat beragama persentase untuk mau terlibat di dalam aksiaksi sosial tersebut berkisar hanya sekitar 22%.

Sedangkan Goldberg (Sarwono,2002) menyimpulkan bahwa dari pengamatannya terhadap lebih dari 6300 orang pejalan kaki di Boston dan Cambridge, Amerika Serikat, ternyata 1,6% dari jumlah tersebut menyumbang kepada peminta-minta jalanan. Dan diantara para penyumbang itu, laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

Di dalam negeri sendiri penelitian yang berkaitan tentang perilaku prososial dilakukan oleh Dian Uswatun Hasanah (2004) yang meneliti tentang perbedaan perilaku prososial pada anak-anak yang tinggal di rumah dan di panti asuhan. Dari hasil penelitiannya tersebut didapatkan hasil yang menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku prososial antara laki-laki dan perempuan baik yang tinggal di rumah maupun di panti asuhan. Adapun tingkat perilaku prososial anak perempuan yang tinggal di panti asuhan lebih tinggi daripada laki-laki yang sama-sama tinggal di panti asuhan sedangkan tingkat perilaku prososial laki-laki yang tinggal di rumah lebih tinggi daripada anak perempuan yang sama-sama tinggal di rumah. Terakhir, tingkat perilaku prososial anak perempuan yang tinggal di panti asuhan lebih tinggi daripada anak perempan yang tinggal di rumah. Sedangkan anak laki-laki yang tinggal

45

di panti asuhan serta di rumah, peneliti tidak mendapatkan perbedaaan yang signifikan di dalamnya.

G. Perilaku Prososial dalam Islam Perillaku prososial di dalam agama-agama, sebagaimana yang yang telah diajarkan oleh pembawanyci, hampir memiliki makna yang sama dan bersifat universal di setiap orang. Oleh sebab itulah Gallup (Sarwono, 2002) dalam hal ini memasukkan faktor agama sebagai penyebab timbulnya perilaku prososial pada seseorang, seperti yang terlihat pada penelitiannya di tahun 1984 dimana 12% dari orang Amerika Serikat yang tergolong taat beragama 45% diantara mereka membantu dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sosial, seperti membantu anak miskin, rumah sakit dan panti jompo. Sementara digolongan orang yang tidak taat beragama persentase untuk mau terlibat di dalam aksi-aksi sosial tersebut berkisar hanya sekitar 22%.

Di dalam Islam sendiri, perintah-perintah maupun anjuran untuk berperilaku prososial terhadap sesama manusia maupun terhadap makhluk hidup sangatlah banyak ditemukan bail< di dalam literatur hadist maupun di dalam al-Quran sendiri sebagai kita suci pegangan umat Islam. Seperti yang diterangkan pada surat ar-Rum di dalam Al-Quran ayat 38.:

46

"Maka berikanlah kepada kerabat yang dekat akan haknya, demikian pu/a kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. /tu Jebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah, dan mereka itulah orangorang yang beruntung."

Atau ayat-ayat lain di dalam surat Al-Quran yang selalu meinempatkan posisi shalat dengan zakat. Hal itu membuktikan bahwa menjaga hubungan baik dengan Allah SWT sama pentingnya dengan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Oleh sebab itulah anjuran untuk berzakat sama halnya dengan mendirikan shalat, yakni sama-sama memiliki nilai pahala yang wajib dan berdosa apabila meninggalkannya.

Disamping wajib hukumnya untuk berbuat baik dengan saling tolongmenolong terhadap sesama manusia, Islam juga mengajarkan untuk berbuat baik terhadap binatang. Seperti yang telah diteranQkan dalam suatu riwayat hadist, bahwa sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda: "Suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan. Ketika ia merasa sangat ha us, ia menemukan se/:>uah sumur yang kemudian ia menuruninya serta min um disana. Tidak seberapa jauh ia melihat seekor anjing yang menju/urjulurkan lidahnya karena kehausan seperti apa yang dialaminya. Kemudian laki-laki itu memenuhi tempat aimya itu lalu diminumkannya tempat air itu kepada anjing yang kehausan tadi."

47

Kemudian dikatakan kembali oleh Rasulullah bahwa Allah SWT menerima amal baik laki-laki tersebut dan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Mendengar perkataan tersebut para sahabat bertanya kepada Rasullah, "Ya Rasu/ullah, sesungguhnya apakah kita ini bisa mendapatkan pahala di dalam memperlakukan binatang?" Rasulullah menjawab, " Pada sega/a sesuatu yang memi!iki jantung yang masih segar ada pahala." (Al-Ghazali, 1997)

Dari cuplikan hadist di atas, kita bisa memahami betapa Islam sangat menghargai sekali makhluk hidup. Oleh sebab itulah Islam sendiri dijuluki sebagai agama rahmatan Iii 'alamin, yakni agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Kaitanya dengan perilaku prososial, dalam hal ini kita bisa melihat betapa Islam sangat menganjurkan sekali jika tidak ingin dikatakan wajib, untuk menolong orang yang sedang membutuhkan bantuan atau mengalami masalah. Sampai-sampai orang tersebut diperangi jika ia tidak ingin menolong sesamanya melalui zakat yang dibebani kepacla setiap muslim yang mampu. Kejadian ini pernah terjadi pada saat masa kekhalifahan Abu Bakar menyusul setelah Rasulullah wafat (Syaiabi, 1997). Dari hal tersebut kita bisa mengetahui betapa Islam sangat menginginkan sekali umatnya untuk berbuat baik terhadap sesama maupun terhadap semua makhluk hidup.

48

2.1. 2 Mahasiswa Mitos mengenai kejayaan mahasiswa di dalam mengusun~1 perubahan struktur sosial sudah cukup dikenal oleh warga masyarakat. Aksi-aksinya yang mendorong perubahan tersebut membuat para mahasiswa dikenal sebagai agent of change yang dipercaya tidak membawa misi kepentingan praktis apapun selain perubahan untuk semua dan berjangka panjang. Untuk mengetahui lebih lanjut siapakah mereka, karakteristik apa saja yang menyertainya serta tipe-tipe yang menjadi bagian dari dirinya, sub bab ini akan mendeskripsikan pertanyaan tersebut.

A. Definisi Mahasiswa menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah pelajar yang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 1993). Definisi ini didukung dengan adanya peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi yang mendefinisikan mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, 1995). Namun demikian, definisi

tersi~but

menurut

penulis masih terbata_s pada definisi formal yang kaitannya erat dengan masalah administratif saja.

Definisi lain tentang gambaran mahasiswa dapat dilihat dari ungkapan seorang aktivis mahasiswa angkatan 70-an, yakni Fauzie Syuaib ( Sjahrir,

49

kelompok masyarakat yang relatif murni, belum mempunyai kepentingan serta ikatan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu. Adapun daya kepeloporannya setara dengan kaum intelektual. Bahkan dalam ungkapan yang lebih populer dan cenderung menjadi sebuah mitos, mahasiswa menjadi sebuah bagian dari kekuatan moral (moral force) pada kelompok masyarakat.

Sarwono (1978) di dalam tesisnya menambahkan bahwa peran mahasiswa di dalam perjuangannya tidak hanya terbatas pada kritik dan kontrol sosial saja. Melainkan bisa juga menjadi kekuatan politik yang mampu merangsang terjadinya perubahan struktur sosial dan politik di negara yang bersangkutan.

Dari gambaran-gambaran dan ungkapan di alas maka dapatlah disimpulkan bahwa mahasiswa adalah sebuah sosok pelajar yang idealis yang menjadi bagian dari kelompok masyarakat. Fungsi merel
50

B. Karakteristik Mahasiswa

Di dalam studinya Sarwono (1978) memaparkan bahwa ada beberapa karakteristik yang melekat pada diri seorang mahasiswa yang dalam hal ini dapat dilihat dengan menggunakan dua macam cara. Cara yang pertama dapat dilihat dengan ciri kepemudaannya sedangkan cara yang kedua dapat dilihat dari segi keintelektualitasannya.

Pada ciri kepemudaannya, beliau membaginya kembali menjadi dua sudut pandang. Sudut pandang yang pertama terletak pada tema sentral dari kesadaran dan perilakunya sendiri sedangkan sudut pandang yang kedua mahasiswa dapat dilihat dari perkembangan dan tingkah laku di tingkat perkembangannya.

Sudut pandang pertama mengenai tema sentral dari kesadaran dan perilaku pada pemuda, dalam hal ini pemuda dihadapkan pada ketegangan antara dirinya dengan lingkungan dimana ia tinggal (tension between self and society). Hal ini disebabkan karena adanya dorongan atau hasrat yang begitu kuat akan kebebasan mutlak (absolute freedom) terhadap sistem norma yang dirasa mengungkung dirinya sewaktu dirinya masih dalam usia kanak-kanak. Walaupun penentangan tersebut tidak selalu ditunjukkan dengan aktivitasaktivitas yang "menantang arus'', ada juga perilaku di mana pemuda yang

51

bersangkutan menjadi lebih berorientasi pada pemikiran-pemikiran dan hasratnya saja.

Pada sudut pandang yang kedua mengenai perkembangan dan tingkah laku pada pemuda. Hurlock (1980) dalam hal ini mernasukan para pemuda ke dalam masa dewasa awal yang dimulai pada usia 18 tahun sampai dengan usia 40 tahun. Di masa ini individu biasanya mengalami masa ketegangan emosional. Hal itu disebabkan karena pemuda harus

men!~hadapi

dan

menyelesaikan permasalahan di dunia nyatanya secara sendiri. Selain itu juga masa ini juga disebut sebagai masa.perubahan nilai dimana pada masa ini para pemuda I pemudi mulai merubah nilai yang dianggap memberontak pada waktu remaja (antisosial) menjadi nilai yang lebih idealis dan prososial agar dirinya dapat lebih diterima oleh masyarakat dengan alasan pertimbangan tertentu. Seperti untuk pertimbangan harga diri, karier dan image.

Cara yang kedua untuk melihat karakteristik yang melekat pada mahasiswa adalah dengan cara menilai dari segi keintelektualitasannya di dalam berpikir. Hal itu disebabkan karena mahasiswa adalah calon sarjana di mana keterlibatannya di dalam dunia perguruan tinggi diharapkan dapat mampu menjadi calon-calon intelektual di masa depannya. Akan tetapi menurut

52

Knopelmacher, seperti yang dikutip oleh Sarwono ( 1978), tidak semua sarjana atau orang yang pernah atau sedang duduk di bangku perguruan tinggi dapat disebut sebagai seorang intelektual. Ada beberapa syarat yang perlu dimiliki oleh seorang intelektual, seperti :

1. Sifat kritis pada kenyataan. Hal itu disebabkan karena para intelektualis hidup dalam dunia idea. Sehingga apabiia ada kenyataan yang tidak sesuai dengan hal idealnya maka para ka1um intelektualis akan mengkritiknya dengan harapan adanya perubahan pada alam nyata sehingga mendekati hal-hal yang bersifat ideal. 2. Sangat berminat pada nasib orang lain terlebih pada masalah moral dan politiknya. 3. Mampu menyatakan ide-ide atau pendirian-pendirian moral maupun politiknya dalam bentuk lisan maupun tulisan.

C. Tipe-tipe Mahasiswa Sebelum memasuki gambaran mengenai definisi mahasiswa aktivis, baiknyalah perlu diketahui pula tipe-tipe dari mahasiswa itu sendiri. Perlu diketahui pula penamaan tipe ini tidaklah dimaksudkan untuk menilai bahwa tipe yang satu lebih baik dari tipe yang lainnya dan begitu juga dengan sebailknya. Penggolongan mahasiswa ke dalam tipe ini hanyalah suatu upaya untuk memudahkan kita di dalam mengidentifikasi dan menganalisis perilaku mereka yang berkaitan dengan respon mereka terhadap apa yang

53

perilaku mereka yang berkaitan dengan respon mereka terhadap apa yang terjadi di lingkungan di mana mereka tinggal khususnya yang berkaitan dengan bidang sosial, politik, ekonomi dan kebudayasin.

Pendapat mengenai pengaktegorian tipe-tipe mahasiswa ini salah satunya dilakukan oleh Selo Soemarjan (1999) di dalam bukunya "Perjuangan

Refonnasi". Dalam hal ini beliau membagi tipe tersebut ke dalam 5 kelompok.

Kelompok yang pertama disebut sebagai kelompok Idea/is Konfrontatif. Mereka adalah mahasiswa yang aktif di kelompok-kelompok diskusi atau lembaga-lembaga swadaya mahasiswa I masyarakat. Ke[Jiatan mereka senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, serta teori-teori yang mendasarinya. Merekapun aktif dalam demonstrasi-demonstrasi memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas. Ciri khas perjuangan mereka adalah non kooperatif. Mereka secara terang-terangan menentang pemerintah. Meskipun secara kuantitas jumlah mereka tidak terlalu banyak, keberadaan mereka di kampus cukup menonjol. Se_bagian dari mereka mempunyai penampilan yang unik seperti berambut gondrong, mengenakan sandal, membawa tas ransel yang penuh dengan buku dan pakaian. Kebanyakan mereka aktif di dalam organisasi ekstra kampus. Hal itu disebabkan penilaian mereka bahwa organisasi intra kampus telah mencapai stagnasi karena birokrasi universitas

54

yang terlalu dorninan. Karena itu rnereka aktif dalarn organisasi luar karnpus seperti WALHI, PRO (Partai Rakyat Dernokratik), ALDER/\ (Aliansi Dernokratik Rakyat Merdeka) dan sebagainya.

Kelornpok ini bersikap tidak rnenerirna atau dalam arti rnenolak posisi pernerintah dikarenakan keyakinan rnereka bahwa pernerintah yang berkuasa saat itu tidak sesuai dengan norrna, nilai dan prinsip-prinsip kemasyarakatan secara universal seperti prinsip-prinsip dernokrasi keadilan dan HAM.

Kelompok kedua disebut sebagai kelornpok Idea/is Rea/istis. Seperti halnya pada kelompok pertama, kelompok ini juga terdiri alas rnahasiswa yang aktif di berbagai kelornpok-kleornpok diskusi atau lernbaga-lernbaga swadaya mahasiswa I rnasyarakat.

Mereka banyak rnenggagas ide-ide perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara seperti undang-undang politik, undang-undang lernbaga kepresidenan dan Jainnya .. Karena bersikap kooperatif, kelompok ini cenderung tidak terlalu mernpersalahkan keberadaan lernbaga-lernbaga kemahasiswaan intra kampus seperti Senat atupun BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Mereka malahan berusaha untuk rnernanfaatkan lernbaga

55

tersebut untuk mensosialisasikan gagasan-gagasan mereka mengenai pemerintahan yang demokratis.

Perbedaannya dengan kelompok pertama adalah dari cara perjuangannya yang cenderung kompromistis dan kooperatif. Mereka tidak secara terangterangan menentang pemerintah tetapi berusaha mencari jalan tengah ur.tuk mengatasi permasalahan politik di negaranya. Kelompok ini biasanya tergabung dalam organisasi-organisasi seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan kelompok Cipayung lainnya.

Kelompok yang ketiga disebut sebagai kelompok Oportunis. Berbeda dengan kelompok satu dan dua, kelompok ini adalah para mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk mendukung program-program pemerintah dan Golkar. Mereka aktif di dalam organisasi kepemudaan di luar kampus yang dekat dengan kekuasaan, seperti KNPI, Pemuda Pancasila (PP) dan organisasi underbouw Golkar lainnya. Mereka sadar dan mengerti tentang kondisi

sosial, politik, ekonomi dan budaya saat itu dan mereka mengambil posisi untuk mendukung kenyataan yang ada dengan tujuan agar mendapatkan keuntungan bagi dirinya. Alasan yang tidak dapat disembu11yikan adalah agar terjadi mobilitas vertikal pada diri mereka yakni bahwa suatu saat mereka akan memperoleh posisi penting di pemerintahan serta mendapatkan proyekproyek yang memiliki nilai ekonomis.

56

Hal menarik pada kelompok yang ketiga adalah keberpih•3kannya pada penguasa. Perilaku politik kelompok ini ditunjukkan dengan melakukan counter aksi dengan tujuan mendukung pemerintahan berkuasa.

Dari ketiga kelompok yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disebut sebagai kelompok mahasiswa yang sadar politik. Yang dimaksud dengan sadar politik di sini adalah para mahasiswa memahami pHrmasalahan ekonomi, sosial dan politik bangsa yang kemudian menentukan cara mereka di dalam merespon kondisi sosial politik tadi.

Dua kelompok selanjutnya yang akan dijelaskan pada tulisan berikutnya dapat digolongkan sebagai kelompok apolitis karena keberminatan mereka terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial dan politik bangsa sangat kurang. Mereka disebut sebagai kelompok profesional dan kelompok rekreatif.

Pada kelompok Profesional orientasi mereka adalah profosionalisme dengan kecenclerungan untuk menyelesaikan kuliah secepat mungkin kemudian memperoleh pekerjaan yang clapat menjamin masa depan mereka. Untuk itulah mereka giat untuk mengikuti kursus-kursus maupun kuliah di dua tempat sekaligus.

57

Adapun pada kelompok yang kelima hampir sama pada kelompok yang keempat, yakni sama-sama kurang berminat pada permasalahan ekonomi, sosial dan politik bangsa, disebut sebagai kelompok Rekreatif. Ciri yang menonjol dari mereka adalah penampilan berbusana yang cenderung glamour dan gaya hidup yang mengikuti mode. Sebagian besar berasal dari keluarga kaya. Hal ini ditunjukkan dengan pakaian, aksesori dan atribut sosial yang dimilikinya. Bahkan sebagian dari mereka ada yang cenderung hedonis, yakni dengan menghabiskan waktu dan juga banyak uanfJ untuk keperluan dan kepentingan sesaat.

Dari uraian tersebut ada juga pendapat lain tentang tipe atau ragam mahasiswa. Pendapat itu diberikan oleh Maman S. Mahayana dalam dari sebuah tulisannya yang berjudul Format Gerakan Mahasiswa Indonesia (Fadhly, 1999). Di dalam tulisannya, ia menyoroti berdasarkan sudut pandang sosio-kultural, tingkat ekonomi serta motivasi yang melatar belakanginya. Dari hal itu kemudian ia membaginya menjadi 6 kelompok.

Kelompok yang pertama berasal dari wilayah pedesaan dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan kuliah. Menyadari dirinya tidak memiliki sesuatu yang dibanggakan serta mengalami masalah dalam hal keuangan, pada umumnya mereka berusaha untuk menjadi mahasiswa yang

58

baik agar tidak mengalami kendala di dalam menempuh studinya. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai mahasiswa underdog.

Kelompok yang kedua, berasal dari wilayah perkotaan dan pada umumnya berasal dari keluarga yang berada I mampu. Kuliah bagi mereka adalah sekedar untuk tidak menganggur selepas SMA atau sekedar bersiap untuk melanjutkan usaha orang tua. Tujuan utama mereka berkuliah adalah untuk mencari status, bukan ilmu. Di kalangan mahasiswa, mereka disebut sebagai mahasiswa salon.

Kelompok yang ketiga disebut sebagai kelompok anak mamih karena perilaku mereka yang sekedar kuliah dan pulang tanpa pernah tertambat dan memperdulikan keberadaan kegiatan kemahasiswaan

yan~J

berorientasi non-

akademis. Pada umumnya mereka berasal dari kalangan menengah ke atas dan sangat bersungguh-3ungguh di dalam menyelesaikan kuliah dengan cepat.

Adapun kelompok keempat disebut sebagai kelompok mahasiswaja/an pintas karena usaha mereka memanfaatkan berbagai macam cara untuk segera menyelesaikan studi dan segera memperoleh gelar tanpa harus bersusah payah seperti pada mahasiswa kebanyakan. Pacla umumnya mereka berasal dari keluarga kaya dan sering mernanfaatkan keberadaan

59

mahasiswa yang lebih pintar dari dirinya untuk menyelesaikan tugas-tugas akademis.

Kelompck yang kelima adalah mahasiswa yang berasal dari kalangan keluarga yang hidup pas-pasan sehingga memaksa mereka untuk bekerja sampingan atau para karyawan yang ingin merubah nasib kariernya melalui jalus pendidikan. Mahasiswa pada kelompok ini disebut sebagai mahasiswa pekerja.

Kelompok yang keenam dikenal sebagai kelompok mahasiswa unggu/an karena mereka memanfaatkan masa kuliahnya untuk menempa diri dengan melibatkan dirinya pada

k~giatan-kegiatan

kamahasiswaan maupun kegiatan

ilmiah lainnya. Biasanya berasal dari keluarga yang terpelajar dan mapan dari segi ekonomi dan intelektual.

2. 1. 3 Mahasiswa Aktivis Dari beberapa penjelasan yang telah diberikan pada sub bab sebelumnya yakni mengenai tipe-tipe mahasiswa, penulis dalam hal ini akan memasukkan tipe-tipe mahasiswa tadi ke dalam pengertian kelompok mahasiswa aktivis atau non aktivis di dalam penelitian ini berdasarkan ciri-ciri atau deskripsi yang telah dijabarkan sebelumnya. Namun sebelum menjabarkan tipe manakah yang termasuk aktivis atau bukan, penulis terlebih dahulu akan

60

menjelaskan secara terminologis apakah yang dimaksud dengan mahasiswa aktivis.

A. Definisi Secara definisi, kata aktivis berasal dari kata aktif yang menurut kamus Bahasa Indonesia berarti giat dalam berusaha maupun dalam bekerja (Poerwadarminta, 1993). Sedangkan secara lengkap definisi kata aktivis pada kamus Bahasa Indonesia berarti orang yang mendorong te~jadinya kegiatankegiatan tertentu (Brataatmaja, 1995). Jadi apabila kedua kata tersebut digabung dengan kata mahasiswa maka yang dimaksud dengan mahasiswa aktivis adalah mahasiswa yang menjadi pendorong terjadinya kegiatankegiatan tertentu. Pengertian yang sebaliknya dilekatkan pada definisi mahasiswa yang termasuk kategori non aktivis.

Apabila definisi kata aktivis yang dimaksud adalah seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, maka yang termasuk kategori mahasiswa aktivis yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah mahasiswamahasiswi yang tergabung di dalam organisasi kemahasiswaan baik di dalam (interna~

maupun di luar (eksterna~ kampus. Hal itu disebabkan karena

pertama, yang memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mengadakan aktivitas-aktivitas secara legal baik di dalam maupun di luar lkampus dalam hal ini adalah organisasi-organisasi yang terdaftar secara sah dan diakui oleh

61

pihak kampus setempat. Kedua, pada lazimnya aktivitas-al<.tivitas menonjol yang dilakukan oleh mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampusnya biasanya mengusung nama suatu organisasi tertentu untuk memperkenalkan serta mempublikasikan eksistensi organisasi tersebut di dalam kampus. Jadi pada intinya, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di dalam maupun di luar kampus tanpa membawa nama bendera organisasi atau label komunitas tertentu yang dikelola oleh mahasiswa itu sendiri.

Selain itu juga, gambaran mengenai mahasiswa aktivis di dalam beberapa literatur yang sudah penulis temui terdapat di dalam artikel majalah Prisma yang dituliskan oleh Sjahrir (1987). Di dalam artikelnya tersebut beliau menuliskan bahwa mahasiswa aktivis digambarkan sebagai sosok mahasiswa yang disamping melakukan studinya juga giat di dalam kelompokkelompok diskusi, lembaga swadaya mahasiswa I masyarakat, organisasi intra dan ekstra kampus serta lembaga kepemudaan Jainnya. Jadi dalam ha! ini, cocoklah mahasiswa aktivis yang dimaksud dalam ha! ini adalah mahasiswa yang aktif dan giat dalam kegiatan-kegiatan yang organisasi kemahasiswaan.

Kata-kata giat di dalam uraian di atas menunjukkan bahwa rnahasiswa yang menjadi bagian dari organisasi kemahasiswaan tersebut bukan saja hanya

62

sebagai pengikut atau ikut-ikutan belaka, melainkan mahasiswa itu sendirilah yang menjadi pelopor dalam dalam kegiatan organisasi tersebut.

Secara resmi kewenangan untuk memutuskan

kegiatan-ke~1iatan

yang

berkaitan dengan program-program kemahasiswaan terletak di tangan ketua umum dibantu dengan wakil, sekretaris dan bendahara serta kordinatorkordinator bidang yang semuanya tersebut masuk ke dalam struktur BPH (Sadan Pengurus Harian). Akan tetap dalam hal ini yang paling berweang di dalam merancang program kerja organisasi selama masa periode kepengurusan dalam hal ini adalah ketua umum beserta kordinator bidang. Oleh sebab itulah penulis di dalam penelitian ini membatasi sampel penelitian kepada BPH minus wakil, sekretaris dan bendahara organisasi karena fungsi mereka clalam hal ini bisa dikatakan hanya sebagai pendukung program dan bukan sebagai perencana program karena untuk masalah perencanaan, tanggung jawab itu terletak di tangan koordinator dan juga di tangan ketua umum organisasi.

Untuk masalah mengenai tipe kelompok mahasiswa manakah yang termasuk kelompok aktivis atau non aktivis, Mahayana (Fadhiy, 1999) dalam hal ini memasukkan tipe kelompok mahasiswa unggulan clan undwdog-lah yang cenderung untuk menjadi seorang aktivis. Dalam hal ini ia berargumen bahwa, pertama dari segi ekonomi dan intelektual yang men~ka miliki lebih

63

siap sehingga hal itu tidak mengganggu aktifitas mereka dalam mengikuti perkuliahan. Kedua, kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang mereka adakan justru dimanfaatkan sebagai proyek untuk "menyambung hidup", khususnya pada mahasiswa underdog. Karena dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, paling tidak biaya makan mereka bisa dihemat apabila kiriman dari kampung mereka belum sampai. Selain itu juga sudah menjadi hal yang umum apabila properti yang dimiliki oleh lembaga di mana t,empat mereka bernaung seperti komputer, ruang sekretariatan dan lain sebagainya apabila tidak sedang dipakai untuk urusan organisasi, bisa mereka !~unakan untuk keperluan pribadi seperti untuk mengerjakan tugas kuliah pada komputer atau ruang kesekretariatan untuk tempat mereka tidur apabila mahasiswa tersebut diusir dari kos-kosannnya karena sudah lama menunggak.

Dari gambaran tersebut nampak ada motif ekonomi maupun sosial yang melatar belakangi mereka untuk te~un sebagai seorang aktivis, walaupun tidak semua aktivis seperti itu. Karena seperti yang dikatakan oleh Soemarjan (1999) sendiri bahwa pada dasarnya mereka adalah kelompok yang sadar akan hak-hak politik mereka. Selain itu juga kedekatan mereka terhadap studi-studi kemasyarakatan serta hak-hak politik warga negara juga memaksa mereka untuk tampil ke dalam forum dan terjun sebagai seorang aktivis (Karim, 1997). Untuk mengetahui motif atau

hal-h~t,yang~melatar

•'"•"" •c>"~>"-~;

\ \

64

belakangi mahasiswa untuk memutuskan terjun sebagai seorang aktivis akan dibahas pada bab berikut.

B. Sebab Mahasiswa menjadi Aktivis Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa mahasiswa menjadi seorang aktivis. Hal itu seperti yang dikatakan oleh peneliti ;asal Jepang, M. Shimbori seperti yang dikutip oleh Sarwono (1978) bahwa faktor-faktor tersebut meliputi: a. Faktor intelektual. Karena merasa mampu dan memiliki pendidikan lebih tinggi dari anggota masyarakat yang lain maka mahasiswa tersebut terdorong untuk mengaplikasikan ilmunya yang kemudian membawa ia menjadi seorang aktivis. b. Faktor marginality. Mahasiswa yang merasa hak-hak individunya terabaikan akan memicu mereka menjadi aktivis yang menuntut hak-haknya dikembalikan dan diakui baik ditengah masyarakat maupun di mata penguasa. c. Faktor konsentrasi geografis. Mahasiswa yang wilayahnya terletak maupun berdekatan dengan kantung-kantung pergerakan akan lebih cepat mudah terpengaruh untuk menjadi seorang aktivis dibandingkan dengan yang tidak.

fj

65

Upset (Sarwono,1978) dalam hal ini menambahkan bahwa tekanan dan pengaruh dari lingkunganlah yang membuat seorang mahasiswa menjadi seorang aktivis. Lingkungan yang dimaksud meliputi : a. Lingkungan keluarga. Dari survey yang dilakukannya, lingkungan keluarga aktivis pada umumnya berasal dari keluarga yang mampu dan be•rpendidikan baik. b. Lingkungan akademis. Dalam hal ini perguruan tinggi yang cenderung ketat di dalam menerapkan sistem kurikulumnya akan memperkecil gerak mahasiswa untuk menjadi seorang aktivis. Sebaliknya, suasana kampus yang cenderung longgar dan bebas akan melahirkan bibit-bibit aktivis. c. Lingkungan Sosial. Adanya pengkotak-kotakan sosial seperti pembagian kelas berdasarkan suku, agama, ras dan golongan akan memaksa mahasiswa untuk bergerak untuk menyamakan kedudukan kelas maupun bergerak berdasarkan kelas-kelas tadi. Dari pergerakan inilah yang kemudian melahirkan aktivis-aktivis mahasiswa.

Komariah (2002) sendiri di dalam penelitiannya menemukan ada 3 sebab yang membuat mahasiswa untuk memutuskan menjadi seorang aktivis, yaitu:

66

a. Terjadinya banyak ketimpangan-ketimpangan di lingkungan sosial mereka. Di mana harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal inilah yang membuat mereka kecewa kemudian memutusk:an bergabung untuk menjadi seorang aktivis untuk melakukan perubahan. b. Adanya dorongan untuk mengaktualisasi diri. Seperti. yang dikatakan oleh Abraham Maslow di dalam teori motivasinya, pada dasarnya manusia akan bergerak memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi jika kebutuhan dasarnya atau kebutuhan yang lebih rendah sudah terpenuhi. Jadi jika ada mahasiswa yang memutuskan untuk bergabung menjadi seorang aktivis karena ingin mengaplikasikan keilmuan yang didapatkannya di bangku kuliah, hal itu adalah karena adanya dorongan yang tadi. c. Adanya kesadaran yang lebih baik mengenai pentingnya pendidikan serta kesadaran hak-hak individu terhadap lingkungan sekitar. Hal itu biasanya terjadi ketika lingkungan memang sudah kondusif dan individu menginginkan situasi yang sudah baik untuk menjadi lebih baik lagi.

Dari pendapat-pendapat di alas tadi nampaklah bahwa keputusan seorang mahasiswa untuk menjadi seorang aktivis bukan hanya sek(i!dar dilandasi "untuk menyambung hidup" saja, melainkan motif-motif lain yang juga berhubungan dengan kepentingan orang banyak.

67

C. Penelitian-penelitian yang Berkaitan dengan Mahasiswa1 Aktivis L.C Baird (Sarwono, 1978) di dalam penelitiannya yang di adakan di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat mengenai peffbedaan antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis. Menemukan beberapa kesimpulan bahwa : a. Mahasiswa aktivis lebih independen, artistik, ekspre:sif dan lebih

service oriented (berorientasi pelayanan) dibandingkan dengan mahasiswa non aktivis. b. Bakat untuk menjadi seorang aktivis sudah bisa terlihat ketika mahasiswa tersebut masih duduk di sekolah lanjutan. c. Keadaan keluarga aktivis pada umumnya lebih men9gairahkan dan lebih banyak memberi kesempatan untuk memperoh3h pendidikan setinggi-tingginya dibandingkan dengan keluarga non aktivis. d. Pola berpikir aktivis lebih cenderung ke arah praktis dan kurang romantis. e. Aktivis tidak merasa terasing dengan keadaan lingkungannya. f.

Aktivis tidak begitu menonjol dalam prestasi akademis akan tetapi menonjol dalam prestasi non akademis.

Selain itu, penelitian lainnya di tahun 1969 di adakan penelitian kembali di Universitas Barkeley oleh Watts dan kawan-kawannya (Sarwono, 1978). Di dalam penelitiannya itu ia membandingkan antara kelompol< mahasiswa

68

aktivis dengan mahasiswa non aktivis di satu sisi sedangkan di sisi yang lain ia membandingkan kedua kelompok tadi dengan pemuda mm konformis atau pemuda dengan tingkat usia yang sama akan tetapi tidak mengenyam bangku kuliah serta tidak pula sedang bekerja. Di dalam penelitiannya tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut : a. Dalam tingkat kecerdasan IQ, kelompok mahasiswa aktivis cenderung memiliki tingkat IQ rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelompok mahasiswa non aktivis dan kelompok pemuda non konformis. Adapun di kedua kelompok yang telah disebutkan belakangan cenderung memiliki rata-rata IQ yang sederajat. b. Dalam hal keadaan ekonomi keluarga, ketiga kelompok tadi tidak menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Akan tetapi dalam hal tingkat pendidikan serta status sosial, kelompok mahasiswa aktivis cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kedua kEilompok lainnya. c. Minat terhadap situasi dan keadaan politik pada kelompok mahasiswa aktivis terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan ke dua kelompok lainnya. Hal itu juga terlihat pada sikap orangtua mere?ka, yakni kecenderungan untuk tertarik terhadap hal-hal yang bersifat politik d. Lebih tinggi pada mahasiswa aktivis dibandingkan dengan orang tua yang anaknya memiliki status sebagai mahasiswa non aktivis serta pemuda non konformis.

69

e. Hubungan komunikasi antara orang tua dengan analc pada keluarga mahasiswa aktivis lebih rasional dibandingkan dengan ke dua kelompok lainnya. Adapun tema-tema yang dibicarakan pada komunikasi keluarga di kelompok mahasiswa aktivis lebih berkisar pada masalah-masalah ideal, intelektual dan politik.

Sedangkan di dalam negeri sendiri, penelitian yang mengarnbil tema tentang aktivis dilakukan oleh Sarwono (1978) di dalam bukunya tentang "Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis dalam Gerakan Prates Mahasiswa". Dari hasil penelitiannya tersebut didapatkan hasil sebagai berikut : a. Kecenderungan responden pria untuk menjadi pemimpin dan aktivis lebih besar. Sedangkan kecenderungan untuk menjadi non aktivis pada wanita lebih besar. b. Responden yang orang tuanya memiliki pekerjaan yang berstatus tinggi lebih banyak menjadi pemimpin dan aktivis. Sedangkan mahasiswa yang orang tuanya memiliki pekejaan kasar cenderung menjadi non aktivis. c. Aktivis lebih sering tidak sepakat dengan Ayahnya mengenai perihal ekonomi dan sosial. Sedangkan pada rnahasiswa non aktivis lebih sering tidak sepakat terhadap Ayah mereka dalam masalah-masalah pribadi dan keluarga.

70

d. Kecenderungan mahasiswa non aktivis terhaclap dogma agama lebih besar daripada mahasiswa aktivis. Hal itu disebabkan karena daya kritis dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap hal-hal yang tidak dapat dibuktikan k:ebenarannya. e. Mahasiswa aktivis sering merasakan ketidak tenangan karena ha-hal yang bersinggungan dengan kebijaksanaan pemerintah dan keadaan masyarakat pada umumnya. Sedangkan pada non aktivis ketidak tenangan akan timbul jika ada masalah pad a keluarga. f.

Tidak ada p&rbedaan signifikan antara mahasiswa aktivis dengan non aktivis dalam hal gangguan emosional yang berupa rasa marah dan rendah diri.

2. 1. 4 Organisasi Kemahasiswaan

A. Definisi Sebelum membahas apa itu organisasi kemahasiswaan ada baiknya penulis mengulas kembali apa arti kata organisasi itu sendiri. J. H Vesting, I. V Fine dan Gary J. Zent (Sutarto,2002) menyebutkan bahwa organisasi ada apabila ada orang-orang yang bergabung berusaha untuk mencapai tujuan bersama. Adapun Yamamoto (1980) menambahkan bahwa organisasi sebenarnya bukan hanya sekedar kumpulan dari individu-individu belaka akan tetapi lebih dari itu. Dimana setiap individu di dalamnya melakukan interaksi dan

71

interaksinya tersebut terjadi berdasarkan harapan atau tujuan informal yang kemudian diatur oleh aturan formal yang sudah disepakati bersama. Angotaanggota di dalamnya memiliki sikap dan keyakinan yang sama terhadap organisasi, yang mungkin pada akhirnya kemudian membentuk suatu kultur umum pada suatu masyarakat.

Disamping sebagai kumpulan individu-individu yang mempunyai pandangan yang sama, Edgar Schein mendefinisikan organisasi sebagai proses pembagian kerja pada suatu kumpulan individu-individu yang mempunyai tujuan yang sama (Sutarto, 2002). Selain itu juga Paul C. Bartholomew menambahkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem hubungan atau sistem kerjasama untuk mencapai suatu maksud tertentu (Sutarto,2002).

Oleh sebab itu secara singkat penulis mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan individu-individu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi untuk mencapai beberapa tujuan bersama yang diatur melalui sistem pembagian tugas yang formal dan yang telah disepakati bersama.

Apabila definisi tesebut di atas digabungkan dengan organisasi kemahasiswaan maka organisasi kemahasiswaan yang dimaksud di dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa mahasiswa yang mempunyai beberapa tujuan yang sama, di mana di dalam proses

72

pencapaian tujuannya tersebut mereka saling berinteraksi dan mempengaruhi berdasarkan sistem pembagian tugas yang formal dan yang telah disepakati bersama.

Berdasarkan definisi tersebut di alas, sesuai dengan judul penelitian, ada beberapa organisasi mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ingin penulis teliti untuk dijadikan bahan pengambilan data. Dalam hal ini penulis merujuk kepada pemetaan yang sudah dilakukan oleh saudari Komariah (2002) di dalam penelitian skripsinya mengenai pEirilaku asertif pada mahasiswa aktivis dan mahasiswa non aktivis. Dari hasil pemetaannya tersebut, didapatkan dua macam organisasi di dalam kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni organisasi intra kampus yang terrnasuk di

dalamnya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU), Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU), Unit Kegiatan l\/lahasiswa (UKM) dan Lembaga Semi Otonom (LSO) serta organisasi ekstra kampus seperti lkatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan lain-lain.

73

B. Jenis-jenis Organisasi Mahasiswa Berdasarkan Orientasi di Lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi kemahasiswaan yang berada di lingkungan UIN, Komariah (2002) dalam hal ini membaginya menjadi tujuh jenis organisasi yang berdasarkan orientasi dan masih tetap eksis di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, organisasi tersebut yaitu: a. Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada kegiatan sosial politik, seperti lkatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMM!), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (F'Mll) dan lain-lain. Pada umumnya organisasi ini adalah termasuk di

or~ianisasi

ekstra

kampus dan biasanya di fasilitasi oleh pihak universi!:as dalam bentuk partai mahasiswa seperti Partai lntelektual Muslim (PIM), Partai Progresif, Partai Reformasi Mahasiswa (PARMA) dain lain-lain yang sebenarnya kepanjangan tangan dari organisasi ekstra itu sendiri, walaupun tidak semua. b. Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan keagamaan. Karena di UIN Syarif Hidayatullah Jaka1ta dalam hal ini mayoritas mahasiswanya adalah yang beragama Islam maka organisasi yang fokus pada kegiatan ini adalah Lembaga Dakwah Kampus (LOK). Adapun untuk kampus lain yang memiliki

74

heterogenitas mahasiswa yang tinggi biasanya juga terdapat lembaga keagamaan seperti ini seperti Rohani Kristen (ROKRllS) dan Jain-lain. c. Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan seni dan budaya, seperti Teater SYAHID yang menggeluti seni di bidang peran atau Kelompok Mahasiswa Musik (KMM) RIAK yang bergelut di bidang musik. d. Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan ilmu pengetahuan serta Kelompok studi, seperti lkatan Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (IMAMUPSI), Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI), Forum Pengkajian Psikologi Islam (FP21), Piramida Circle dan lain-lain. e. Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan jurnalistik seperti Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Universitas. f.

Organisasi mahasiswa yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan minat dan bakat mahasiswa seperti Himpunan Qari Mahasiswa (HIQMA), ARKADIA atau RANITA (kelompok mahasiswa pecinta alam) dan lainlain.

75

2. 2 Kerangka Berpikir Mahasiswa secara definisi merupakan sekelompok pelajar yang menimba ilmu di perguruan tinggi. Akan tetapi disamping perannya sebagai pelajar, mahasiswa diyakini sebai:;ai bagian dari kelompok masyarakat yang memiliki kekuatan untuk merubah tatanan sosial sehingga tidak heran disamping sebagai pelajar yang belajar di perguruan tinggi mahasiswa juga dijuluki sebagai agent of change (agen perubah).

Karakterisitiknya yang setaraf dengan kaum intelektual menjadikan mahasiswa memiliki sifat kritis terhadap kenyataan karena seringnya mahasiswa berhubungan dengan hal-hal yang bersifat ideal (Sarwono, 1978). Sehingga tidak heran apabila terjadi ketimpangan-ketimpangan di lingkungan sosialnya maka mahasiswa bergerak untuk kembali menyeirnbangkannya dibantu dengan unsur-unsur kekuatan sosial lainnya.

Dengan responnya tersebut mahasiswa dianggap sebagai kekuatan moral (moral force) karena pergerakannya yang berlandaskan terhadap nilai-nilai yang ideal. Adapun peneliti dalam hal ini menyebutkan bahwa perilaku rnahasiswa yang bergerak untuk kernbali rnenyeirnbangkan tatanan sosial yang timpang tersebut sebagai perilaku yang prososial.

76

Secara definisi perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan dan bermanfaat bagi orang lain atau kelompok lain, yang mempunyai konsekuensi sosial positif serta tidak bertentangan dengan norma-norma sosial, yang perwujudannya diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan fisik maupun psikis tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.

Secara teori terdapat lima faktor yang menyebabkan manusia berperilaku prososial. Faktor yang pertama adalah faktor sosiobiologi yakni faktor yang meyakini bahwa beberapa dari perilaku kita adalah hasil warisan genetik dari orang tua kita. Faktor yang kedua adalah faktor evolusi sosial yaitu faktor yang meyakini bahwa perilaku kita dibentuk oleh beberapa norma sosial, seperti norma tanggung jawab sosial, norma keadilan sosial serta norma timbal balik. Faktor yang ketiga yaitu faktor belajar lingkungan dimana faktor ini meyakini bahwa perilaku prososial yang kita tampakkan sekarang adalah hasil reward and punishment lingkungan terhadap diri kita (0. Sears et.al, 1994). Sedangkan faktor yang keempat yaitu faktor eksternal yang mencakup di dalamnya yaitu faktor kehadiran orang lain serta faktor desakan waktu. Adapun faktor yang ke/ima yaitu faktor internal yang mencakup di dalamnya yaitu faktor jenis kelamin, perasaan dalam diri, kepribadian serta agama (Sarwono, 2002) .

77

Kaitannya dengan kelima faktor tadi, dalam hal ini di dalam kelompok mahasiswa itu sendiri terdapat dua tipe mahasiswa yang memiliki orientasi dan aktivit:is y::rng berbeda di dalam menjalani masa studinya. Tipe-tipe tersebut adalah tipe mahasiswa aktivis dan juga tipe mahasiswa non aktivis. Secara definisi tipe mahasiswa aktivis adalah tipe mahasiswa yang selain giat di dalam studinya juga giat di dalam organisasi-organisasi kemahasiswaan I kemasyarakatan (Sjahrir, 1987). Adapun orientasi dan aktivitas yang berbeda terdapat pada mahasiswa non aktivis yang berorientasi nilai pada hal-hal yang bersifat al
Apabila kelima faktor tadi mampu mempengaruhi perilaku prososial pada seseornng sek:mrng yang menjadi pertanyaannya adalah apakah perbedaan tipe tadi pada kelompok mahasiswa juga turut mempengaruhi perilaku prososialnya? Secara singkat penjelasan tersebut dapat dipresentasikan pada bagan berikut :

Gambar 2.1 Bagan Perbedaan lntensitas Perilaku Prososial pada Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa non Aktivis

- Trial and error - Reward and punisment

Belajar

Lingkungan

Tipe Non aktivis Faktor Internal - Perasaan dalam diri -Agama - Jenis Kelamin - Kepribadian ktor Eksternal

M A H A

s I

w

3kan waktu biolooi

Evo/usi Sosia/

an genetis

I-

- Fokus pada kuliah dan cenderung rekreatif - Bukan sebagai pelopor kegiatan tertentu

s

A

3diran orang

I-

-

Tipe Aktivis

,__

- Aktif berorganisasi - Menjadi pelopor kegiatan tertentu

? .....

Perilaku Prososial

rl>

- segala jenis bentuk perilaku yang menguntungkan dan bermanfaat bagi orang lain atau ke/ompok Jain, yang mempunyai konsekuensi soslal positif serta tidak bertentangan dengan norma-norma sosial.

- Norma-norma lingkungan

2. 3 Hipotesis Sebelum penulis membuat hipotesis penelitian, maka penulis ingin mengulas kembali pertanyaan di dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa : 1. Apakah ada perbedaan intensitas perilaku prososial di antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa yang non aktivis?

79

2. Apakah ada perbedaan ciri I komponen perilaku atau bentuk perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis?

Dari kedua bentuk pertanyaan di atas penulis menjadikan kedua pertanyaan tadi menjadi dua macam. Untuk pertanyaan nomor 1 disebul: sebagai pertanyaan general sedangkan untuk pertanyaan nomor 2 dmyatakan sebogoi pertonyoon khusus yang dalam hal ini terdiri dari beberapa jawaban yang harus dijabarkan karena jawaban tersebut merujuk pada ciri atau indikator dari perilaku prososial itu sendiri versi Deaux, K. & 'Nrightsman, L. S. (1984) yang terdiri dari delapan komponen yakni: 1.Menolong;

6. Menyumbang;

2.Berbagi;

7. Dermawan;

3.Bekerjasama;

8. Jujur;

4.Memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain; 5.Memiliki kepedulian terhadap orang lain;

Untuk menjawab pertanyaan tersebut yang kemudian sekaligus menjadi hipotesa di dalam penelitian ini, maka penulis menyatakan:

80

1. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara intensitas perilaku prososial pada mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis no! diterima (Ho : sig.<: 0,05 ).

2. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara intensitas perilaku prososial pada mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UJN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. s; 0,05).

3. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen menolong pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mcihcisiswci non aktivis di !ingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis nol diterima (Ho : sig.<: 0,05 ).

4. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen menolong pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan m:.ih:.isisw:.i non 3ktivis di !ingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. :> 0,05).

81

5. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada kornponen berbagi pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis nol diterima (Ho : sig.<: 0,05 ).

6. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen berbagi pada perilaku prososial antara rnahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di !ingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. :S 0,05).

7. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan pad a kornponen bekerjasama pada perilaku prososial antara rnahasiswa aktivis dengan m:Jh:Jsls\~i:J

non oktivis di !ingkung3n kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

apabila hipotesis nol diterima (Ho : sig.<: 0,05 ).

8. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen bekerjasama pada perilaku prososial antara rnahasiswa aktivis dengan m:::hasiswci non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. :S 0,05).

82

9. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada kornponen rnemperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain pada perilaku prososial antarn mahasiswa aktiv\s dcr.gan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis nol diterima (Ho: sig.2: 0,05 ).

10. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen mempcrhatikar. hak dar. kcsejahteraan orang lain pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. s 0,05).

11. Tid:ik tcrdapat perbcdaan yang cukup signifikan pada komponen memiliki kepedulian terhadap orang lain pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis nol diterima (Ho : sig.2: 0,05 ).

12. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen memiliki kepedulian terhadap orang lain pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. s 0,05).

83

13. Tidal< terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen menyumbang pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis nol diterima (Ho: sig.<: 0,05 ).

14. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen menyumbang pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabi!a hir.otesis alternatif diterima (Ha : sig. s 0,05).

15. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen berderma pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis nol diterima (Ho : sig.<: 0,05 ).

16. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen berderma pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apahila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. s 0,05).

84

17. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen jujur pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis nol diterima (Ho : sig.~ 0,05 ).

16. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada komponen jujur pada perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non ;:iktivis di lingkung;:in kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila hipotesis alternatif diterima (Ha : sig. :S 0,05).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yakni suatu pendekatan yang mendeskripsikan hasil data penelitiannya dengan menggunakan angka atau bilangan (Arikanto, 1998). Adapun untuk penggunaan metodenya penulis menggunakan metode deskriptif komparatif yakni suatu metode penelitian yang digunakan untuk mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu (Naz:ir, 1988).

Alasan penulis menggunakan metode ini dikarenakan tidak memungkinkannya penulis untuk melakukan metode experimental di dalam mencari jawaban yang mendasar tentang hubungan sebab akibat antara variabel mahasiswa aktivis dan non aktivis dengan variabel perilaku prososial. Oleh sebab itulah di dalam beberapa literatur metode penelitian ini dikatakan bersifat ex post facto (Nazir, 1988).

,.

. t .........

4?

86. ,,.

3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel Sesuai dengan judul penelitian ini maka yang menjadi variabel terikat (dependent variable) di dalam peneltian ini adalah intensitas perilaku

prososial sedangkan yang menjadi variabel bebas (indip11ndent variable) dalam hal ini adalah mahasiswa aktivis dan mahasiswa non aktivis. Dari hasil penjabaran tadi maka variabel-variabel tersebut akan di definisikan sebagai berikut :

1. lntensitas perilaku prososial Adalah besarnya kesungguhan upaya I usaha pada seseorang untuk berperilaku yang menguntungkan dan bermanfaat bagi orang lain atau kelompok lain, yang mempunyai konsekuensi sosial positif serta tidak bertentangan dengan norma-norma sosial, yang perwujudannya diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan fisik maupun psikis tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.

2. Mahasiswa aktivis. Adalah mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi dan menjadi bagian dari terjadinya aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan mahasiswa I masyarakat baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat kampus.

87

3. Mahasiswa non aktivis. Adalah mahasiswa UIN Jakarta yang masih aktif men!~ikuti perkuliahan akan tetapi tidak aktif di organisasi manapun di lingkungan UIN Jakarta. Dari ketiga penjabaran sebelumnya maka secara definitif variabel tersebut akan dioperasionalisasikan sebagai berikut : I. Perbandingan intensitas perilaku prososial adalah perbandingan besarnya frekuensi atau aktivitas perilaku prosososial pada seseorang yang diwakili oleh jumlah skor yang di dapat melalui penyebaran alat tes skala intensi perilaku prososial. 2. Bentuk perilaku prososial yang akan dinilai di dalarn penelitian ini adalah perilaku menolong, berbagi, bekerjasama, bertindakjujur, menyumbang, berderma, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain serta mempunyai kepedulian terhadap sesama. 3. Mahasiswa aktivis UIN Jakarta adalah mahasiswa yang masih belajar di perguruan tinggi UIN Jakarta, aktif berorganisasi serta menjabat sebagai ketua umum atau kordinator I kepala bidang dari suatu organisasi yang masih terdaftar aktif di lingkungan kampus UIN Jakarta yaitu BEMU, BEMF, HMI, PMll, IMM sisrta KAMM!. 4. Mahasiswa non aktivis adalah mahasiswa UIN Jakarta yang masih aktif mengikuti perkuliahan akan tetapi tidak aktif di organisasi manapun di lingkungan UIN Jakarta.

88

3.2 Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi dan Sampel

A. Populasi Pemilihan populasi untuk kalangan mahasiswa aktivis dalam hal ini diambil berdasarkan periode kerja, yakni periode kerja a·ntara tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 . Sedangkan pemilihan populasi untuk kalangan mahasiswa non aktivis diambil berdasarkan program studi dan semester yang sama dengan mahasiswa aktivis.

B. Sampel Untuk kriteria sampel yang akan diambil dalam hal ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mahasiswa aktivis, ia sedang menempati posisi ketua umum atau koordinator I kepala bidang pada organisasi BEMU, BEMF, HMI, PMll, IMM dan KAMMI di lingkungan UIN Jakarta; 2. Untuk mahasiswa non aktivis, ia sedang tidak terlibat pada suatu kepengurusan dalam organisasi atau lembaga manapun di lingkungan UIN Jakarta akan tetapi duduk di program studi serta semester yang sama dengan sampel yang berasal dari kalangan mahasiswa aktivis.

89

Dari ketetapan kriteria tersebut maka dapat dipastikan bahwa jumlah total dari keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjurnlah 60 orang dengan rincian sebagai berikut: 1. 30 orang berasal dari populasi kalangan mahasiswa aktivis yang di dapat berdasarkan perhitungan 2 unit sampel, yang terdiri dari ketua umum dan koordinator I ketua bidang, untuk setiap satu organisasi yang kemudian dikalikan dengan jumlah total organisasi yang termasuk ke dalam kriteria pembatasan masalah, yakni sebesar 15 organisasi yang dalam hal ini terdiri dari 1O BEM Fakultas, 1 BEM Universitas serta 4 organisasi ekstra kampus seperti HMI, PMll, IMM dan KAMMI. 2.

30 orang lagi berasal dari populasi kalangan mahasiswa non aktivis yang diambil jumlahnya berdasarkan jumlah sampel mahasiswa aktivis.

3. 2. 2 Teknik Pengambilan Sampel Berdasarkan kriteria sampel di atas maka teknik pengambilan sampel dalam hal ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling, yakni suatu teknik dimana subjek yang dipilih hanya berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dipandang memiliki sangkut paut dengan ciri-ciri atau sifat sampel yang sud ah ditetapkan sebelumnya (Bachtiar, 1997).

90

3. 3 Teknik Pengumpulan Data 3. 3. 1 Metode dan lnstrumen Penelitian Metode dan instrumen yang akan dipakai untuk mengumpulkan data di dalam penelitian ini adalah kuisioner yang digunakan untuk mengukur intensi perilaku prososial yang didasarkan pada teori Vvrightsman & Deaux yang terdiri atas delapan komponen yang terdi1'i dari:

1. Perilaku menolong; 2. Berbagi; 3. Bekerjasama; 4. Bertindak jujur; 5. Menyumbang; 6. Memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain; 7. Peduli; 8. Berderma

Adapun untuk pembuatan kuisionernya, penulis mengadaptasi dari skala intensi prososial yang dibuat oleh Retno Leylani Dewi yang dikutip oleh Azwar (2003).

91

Tabel di bawah ini akan memuat distribusi item komponen perilaku yang akan diukur.

Tabel 3.2 Distribusi Item pada Tiap-tiap Komponen

No.

Komponen lntensi

Nomor Aitem

Jumlah

%

1.

Menolong

1,24,26,33,38

5

12,5

2.

Berbagi

3, 7, 10, 14, 34

5

12,5

3.

Berkerjasama

4,21,25,27,40

5

12,5

4.

Bertindak Jujur

16, 19, 22, 23, 29

5

12,5

5.

Menyumbang

8, 15, 17,28,35

5

12,5

6.

Memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain

11, 13, 20, 31,36

5

12,5

7.

Pun ya kepedulian terhadap orang lain

5, 9, 12, 32,37

5

12,5

8.

Berderma

2,6, 18, 30, 39

5

12,5

40

·100

Jumlah Total

...92

3. 3. 2 Teknik Uji lnstrumen Penelitian Untuk menguji kevaliditasan butir item !es yang akan disebar, penulis menggunakan formula koefisien korelasi product-moment Pearson yang diwakili dengan rumus :

r ix

=

l: ix - (l:i) (l:x) I n

i = slkor item

n = banyaknya subyek

Sedangkan untuk menguji reabilitas aitem skor yang ak:an disebar, penulis akan menggunakan rumus koefisien reabilitas alpha cronbach yang akan diwakili dengan rumus sebagai berikut seba!Jai berikut:

s1 2 + s2 2

0=2[1-

sx2

]

s1 2 dan s2 2 = varian skor belahan 1 dan varian skor belahan 2 Sx = varian skor skala.

Untuk penghitungan kedua uji item tersebut penulis dalam hal ini menggunakan program SPSS 10.0 for Windows.

93

3.4 Teknik Analisa Data Teknik analisa data dilakukan dengan analisis statistik yang rneliputi :

1. Statisitik deskriptif yang digunakan untuk mengolah gambaran umum subjek tentang data-data subjek yang diwakili dengan rumus :

P

=F

x 100%

N

P F N

=jumlah persentasi k1egiatan =jumlah frekuensi ke!~iatan = total kegiatan

2. T tes yang digunakan untuk mengukur perbedaan antara intensitas perilaku prososial pada mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis, yang diwakili dengan rumus :

T = '1 l_d 2 n (n-1)

T n

=nilai perbedaan =jumlah sampel

l_d2 = (B - 8')2 = l_B2 - !LID.: n

B B'

=beda antara pengamatan tiap pa sang =mean dari beda pengamatan

Sama seperti proses penghitungan pada uji butir item tes, dalam hal ini penulis menggunakan SPSS 10.0 for Windows di dalam menclapatkan hasil datanya.

94

3.5 Prosedur Penelitian Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu : 1. Persiapan Penelitian Dimulai dengan perumusan masalah. Menentukan variabel yang akan diteliti. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian. Menyiapkan alat ukur yang akan digunakan. Menentukan dan menyiapkan kontak person yang akan dijadikan sampel.

2. Pelaksanaan Penelitian - Melakukan uji validitas dan reabilitas item yang dilakukan pada hari Kamis, 11 Januari 2007 di kampus Psikologi UIN Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. - Melakukan penyebaran kuisioner pada item-item yang lulus uji validitas dan reabilitasnya yang dilakukan pada hari Senin, 15 Januari 2007 sampai dengan 12 Maret 2007.

95

3. Pengolahan Data Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden sebanyak 60 buah. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian.

BAB4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Gambaran umum yang akan ditampilkan di dalam sub bab ini meliputi jenis kelamin, fakultas dan semester dari masing-masing tipe mahasiswa, baik yang berasal dari kalangan aktivis maupun non aktivis. Ada pun untuk presentasi datanya akan ditampilkan secara tabel yang disertai dengan narasi deskriptif.

4.1.1 Gambaran umum subjek berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1

Tipe

Mahasiswa Aktivis

Mahasiswa non Aktivis

Jenis Kelamin

Frekuensi

%

Laki-laki

28

93,33

Perempuan

2

6,66

Laki-laki

28

93,33

Perempuan

2

6,66

97

Dari gambaran label 4.1 diketahui jumlah laki-laki dan perempuan dari kedua tipe mahasiswa memiliki jumlah yang sama yakni sama-sama 28 orang lakilaki dan 2 orang perempuan. Hal itu sengaja dilakukan kamna Sarwono (2002) menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin mampu mempengaruhi perilaku prososial sehingga untuk mengurangi hasil error pada perbedaan perilaku yang akan dihitung penulis berinisiatif untuk mengontrolnya dengan menyamakan jumlahnya.

4.1.2 Gambaran umum subjek berdasarkan Fakultas Tabel 4.2 I

!

I

Tipe Asal Fakultas

!I

Mahasiswa Aktivis

Mahasiswa non Aktivis

'

I

Frekuensi

%

FrekueMi

%

5

16,66

5

16,66

Adab dan Humaniora

3

10

3

10

Ushuludin dan Filsafat

2

6,66

2

6,66

Syariah dan Hukum

4

13,33

4

13,33

I

I I

I llmu Tarbiyah dan Keguruan

98

~

I

I

Dakwah dan Komunikasi

I

--

~

2

2

6,66

6,66

. ·-

Dirasat lslamiyah

2

6,66

2

6,66

Psikologi

5

16,66

5

16,66

2

6,66

2

6,66

Ekonomi dan llmu sosial I

I

' Sains dan Teknologi

I'

i !' l

3

I I

I L

Kedokteran dan llmu Kesehatan

-I

10

3

6,66

,,

3,33

i

!

l

! !

2

Ii

"-

6,66

Dari label 4.3 di atas diketahui bahwa jumlah sampel pacla kedua tipe mahasiswa disamakan banyaknya sebagai upaya kontrol variabel. Seperti jumlah sampel yang berasal dari Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan yang berjumlah 5 orang atau 16,66% dari jumlah total sampel pada mahasiswa aktivis juga terdapat pada jumlah sampel yang berasal dari kalangan non aktivis yakni sebanyak 5 orang atau 16,66% dari jumlah total sampel pada mahasiswa non aktivis. Lainnya, jumlah sampel yang berasal dari fakultas Ad ab dan Humaniora sebanyak 3 orang atau 10% dari total sampel mahasiswa aktivis dan 3 orang atau 10% dari total sampel mahasiswa non

99

akt!vis. Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Ekonom! dan llmu Sos!al, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan serta Fakultas Dirasat lslamiyah, semuanya masing-masing memiliki 2 orang sampe.1 yang berasal dari kalangan mahasiswa aktivis dan 2 sampel lagi yang berasal dari kalangan non aktivis atau 6,66% dari total jumlah sampel pada masing-masing-rnasing tipe rnahasiswa. Sedangkan untuk Fakultas Sains dan Teknologi serta Fakultas Adab dan Hurnaniora masing masing memiliki 3 orang sarnpel yang berasal dari kalangan mahasiswa aktivis dan 3 sampel lagi yang berasal dari kalangan non aktivis atau 10% dari total jumlah sarnpel pada rnasing-masing-rnasing tipe mahasiswa.

Adapun untuk jumlah sampel yang berasal dari Fakultas Syariah dan Hukurn, masing-masing tipe mahasiswa rnerniliki jurnlah 4 orang sarnpel atau 13,33% dari jumlah total sarnpel pada masing-rnasing tipe mahasiswa. Sedangkan jumlah sarnpel untuk Fakultas Psikologi sebanyak 10 orang dengan rincian 5 orang dari tipe rnahasiswa aktivis dan 5 orang lainnya dari tipe non aktivis atau 16,66% dari jurnlah total sarnpel dari rnasing tipe.

100

4.1.3 Gambaran umum subjek berdasarkan semester Tabel 4.3 Tiee Semester

I

Mahasiswa-Aktivis

I

Frekuensi

4 6

8

2 12 10

iO

4

12

I

2

% 6,66 40 16,66 13,33 6,66

Mahasiswa non Aktivis Frekuensi

2 12 10 4

2

% 23,33 40 16,66 13,33 6,66

Dari label 4.4 di atas diketahui jumlah sampel antara kedua tipe mahasiswa adalah sama. Hal itu dilakukan untuk mengontrol variabel bebas, yakni pada tipe-tipe mahasiswa.

Diketahui jumlah total sampel mahasiswa pada semester 4 sebanyak 4 orang dengan rincian 2 orang dari tipe mahasiswa aktivis dan 2 orang lagi dari tipe non aktivis atau 6,66% dari total jumlah sampel masing masing tipe. Sedangkan jumlah sampel untuk semester 6 sebanyak 24 orang dengan rincian 12 orang dari tipe mahasiswa aktivis dan 12 orang la!Ji dari tipe non aktivis atau 40% dari total jumlah masing masing tipe sampel. Adapun untuk jumlah total sampel untuk semester 8 sebanyak 20 orang dengan rincian 10 orang dari tipe mahasiswn aktivis dan 10 orang lagi dari tipe mahasiswa non

, l~ I

aktivis atau 33,33% dari total jumlah masing masing tipe sampel. Dan, untuk jumlah sampel dari semester 10 diketahui sebanyak 4

oran!~

dengan rincian 2

orang dari tipe mahasiswa aktiilis dan 2 orang lagi dari tipe non aktivis atau 13,33% dari jumlah total masing-masing tipe sampel. Terakhir untuk sampel. dari semester 12 diketahui sebanyak 4 orang dengan rincian 2 orang dari tipe mahasiswa aktivis dan 2 orang lagi dari tipe non aktivis atau 13,33% dari. jumlah total masing-masing tipe sampel.

4.2 Presentasi dan Analisa Data Di dalam sub bab ini penulis akan mepresentasikan hasil uji instrumen penelitian yang meliputi hasil uji validitas dan reabilitas alat tes. Disamping uji instrumen, penulis juga akan mengadakan uji persyaratan alat untuk mengetahui normalitas penyebaran data. Setelah pengujian itu semua, penulis baru akan menampilkan uji hipotesis untuk mengetahui data utama di dalam penelitian ini.

4.2.1 Uji instrumen penelitian

A. Validitas butir item Pengujian butir item tes dilakukan dengan taraf signifikansi sebesar 0, 1sampai dengan 0,01 dengan df = 30 -2 (28) yang berarti memiliki batas t tabel minimal sebesar 0,306 sampai dengan 0, 463. Dari hasil t tabel tersebut

102

penulis membandingkan dengan hasil penghitungan yang di dapat dari program SPSS 10.0 for Windows dengan menggunakan rumus korelasi dari Pearson. Untuk hasil penghitungannya dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 4.4 Tabel hasil pengujian butir item tes

lutir ! Nilai Valid tern : korelasi i item I f dengan i to ta I

I II

1 --2 3 4 5 6

7 8

9-- 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 10

.134 .377 v .148 .459 v .092 .140 .342 v .218 .315- f---T.537 .088 .155 .380 .408 .347 .363 .367 v .149 .095 .040

v

v "v v

Tidak Valid

I !

I

I

I j

Nilai korelasi item dengain total

I

Tidak Valid !

Valid

1.

I I

y I

v

" -" "v

Butir Item

!

v

~

i

'f-

! !

I

I !

21 .187 22 .108 v I v 23 .387 .179 ~ 24 I ~ 25 .331 __2_6_~ __._30_7_--i~-'~'- - t - - - - i 21 I .373 ..; 28 ' 6·15 ·'' • \ 29 .367 .4•15 ~ 30 ! \ 31 .384 32 .103 i ' \ 33 .501 34 .066 .133 35 .232 36 v .403 37 38 .010 .129 39 v 40 .374

"

i

!

!

v

"v

"

"vv

"v

Dari tabel hasil pengujian butir item tes di atas (Tabel 4.5) diketahui terdapat 21 buah item valid. Untuk mengetahui posisi butir item yansi valid pada indikator perilaku prososial maka penulis membuat tabel sebagai berikut: ...

~

IUJ

Tabel 4.5

No.

Komponen lntensi

Nomor Aitem

Jumlah

1.

Menolong

26, 33

:1

2.

Berbagi

7, 10, 14

:l

3.

Berkerjasama

4,25,27,40

4

4.

Bertindak Jujur

16,23,29

3

5.

Menyumbang

15,17,28

:1

Memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain

13, 31

'·

6.

'>

I

7.

8.

Pun ya kepedulian terhadap orang lain

9, 37

Berderma

2, 30

•.

,,

'

I' i

Total

2

2·1

Dari gambaran label 4.5 dapat disimpulkan bahwa: 1. Komponen pada perilaku menolong memiliki 2 buah butir item valid yang terdiri dari nomor 26 dan 33.

n..i.

2.. Komponen pad a perilaku berbagi terdapat 3 buah butir item valid yang terdiri dari nomor 7, 10 dan 14. 3. Komponen pada perilaku bekerja sama terdapat 4 buah butir item valid yang terdiri dari nomor 4, 25, 27 dan 40. 4. Komponen pada perilaku bertindak jujur terdapat 3 buah butir item valid yang terdiri dari nomor 16, 23 dan 29. 5. Komponen pada perilaku menyumbang terdapat 3 buah butir item valid yang terdiri dari nomor 15, 17 dan 28. 6. Komponen pada perilaku perhatian terdapat 2 buah butir item valid yang terdiri dari nomor 13 dan 31. 7. Komponen pada perilaku peduli terdapat 2buah butir item valid yang terdiri dari nomor 9 dan 37. 8. Komponen pada perilaku berderma terdapat 2 buah butir item valid yang terdiri dari nomor 2 dan 30.

Dari 21 butir item yang valid penulis hanya menggunakan 20 butir item tes saja sebagai alat ukur perilaku prososial pada kedua masing-masing tipe mahasiswa. Hal itu tentu saja melalui pertimbangan bahwa butir item tes yang tidak diikut sertakan tidak membawa pengaruh yang signifikan pada proses pengukuran perilaku. Selain itu juga, butir item tes yang tidak diikut sertakan memang sudah terwakili dengan butir item tes yang lain.

105

Butir item tes valid yang tidak diikut sertakan dalam hal ini ;;1dalah terdapat pada butir item tes nomor 40 yang mengukur komponen kerja sama karena seperti yang terlihat pada label 4.6, untuk komponen tersebut penulis mendapati 4 butir item tes yang valid sehingga bila dihilangl
B. Reabilitas alat Tes Untuk pengujian reabilitas alat tes penulis menggunakan rumus alpha cronbach dengan proses penghiiungan dari program SPSS 10.0 for Windows. Dari hasil penghitungan tersebut penulis mendapati skor reabilitas a= 0,7667. Dengan demikian, dengan merujuk kepada pernyataan Singarimbun dan Effendi (2006) yang menyatakan bahwa jika suatu nilai

Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60 maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel maka alat tes ini layak digunakan untuk mengukur intensitas perilaku prososial pada mahasiswa UIN Jakarta.

4.2.2 Uji persyaratan

A. Uji normalitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel yang akan diukur memiliki kelayakan atau tidak untuk diuji dengan menggunakan statistik parametrik. Karena seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa analisis

106

statistik parametrik pada umumnya menggunakan asumsi p19nyebaran normal dari variabel yang akan dianalisis. Oleh sebab itulah 1Jntuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak penulis menggunakan uji Kolmogorov - Smirnov.

Uji Kolmogorov - Smirnov adalah salah satu cara untuk mell!JLiji goodness of

fit, yakni suatu pengujian (kesesuaian) antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan dengan tidak memerlukan anggapan tertentu tentang bentuk distribusi populasi dari suatu sampeL Dalam arti hipotesis statistik dari hasil uji Kolmogorov - Smirnov ini adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan yang bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoretis). (E. Wibowo& Sugiyono, 2002)

Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan program SPSS 10.0 for

Windows diketahui angka probabilitas pada hasil hitung sebe!sar 0,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,883. Jika parameter ukur menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05 maka data dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, karena diketahui nilai signifikansi sampHl lebih besar daripada 0,05 (0,585
scatterp/ot keluaran SPSS versi 10.0 for Window.

107

Gambar4.6

Normal Q-Q Plot of MHS

60

0

/

~a Q)

::l

~

CY

50'

0 o,..O a.,/


"'0t:

z

,,A"

0

a a

40

u

Q)

u Q)

Cl.

~ 30<~~~~--~~~~~~~~~~~·~~~~~ 30

40

50

60

70

Observed Value

Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data pada variabel perilaku prososial pada mada mahasiswa aktivis dan non aktivis berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas. Hal ini menandakan data berdistribusi normal.

4.2.3 Uji hipotesis Setelah diketahui data memiliki sebaran yang berdistribusi normal maka penulis menggunakan statistik parametrik (dalam hal ini uji t) di dalam proses pengukurannya. Dari hasil penghitungan yang di dapat dari program SPSS versi 10. 0 for Windows maka di dapat has ii hitung sebagai berikut :

108

Tabel 4.7 Tabel Perbedaan lntensitas Perilaku Prososial antara Mahasiswa Aktivis dengan Mahasiswa non Aktivis

Mean 3ir 1 ris-non 1.766

Paired Differences Std. Std.Error 95% Confidence Deviation Interval of the Mean Difference Lower I Unoer 6.061 1.106 -.496 I 4.029

t

df

Sig.(2tailed)

1.596

29

.121

Data di atas menunjukkan angka probabilitas sebesar 1,596 dengan nilai signifikan sebesar 0, 121. Apabila penulis menggunakan tara1' signifikansi sebesar 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotei>is yang di dapat adalah menerima Ho dan menolak Ha karena nilai signifikasi pada t hitung lebih besar daripada 0,05 (dengan ketentuan penerimaan dan penolakan hipotesis, apabila signifikansi di bawah atau sama dengan 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak). ltu artinya tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada intensitas perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis.

Sedangkan untuk mengetahui perbedaan hasil hitung kompcinen perilaku prososial antara mahasiswa aktivis dengan mahasiswa non aktivis penulis dalam hal ini mendapati hasil sebagai berikut :

109

Tabel 4.8

Perbedaan Komponen Prososial antara Mahasiswa A.ktivis dengan Mahasiswa non Aktivis Paired Samples Test >----~_ _P_a_ir~ed Differences

Mean Pair 1 tvs1-non 1

.5667

Std. Deviation

Std.Error Mean

1.15466

.2824

95% Confidence Interval of the Difference Lower Unner 1.1442 -1.08 E-02

I t

df

2.007

29

Ii

I Sig.(2tailed) .054

1

-Pair2___ 2ooo- '-1:"1567---:2112-r-:::23i91----.6-3_1_9-+-~_9_4_-r-+--~29----.~3-5-1 -·1vs2-non2 I I -+---.057 Pair 3 .5000 , 1.3834 .2526 -1.66 1.0166 1.980 29 E-02 tvs3-non3 : -.237 .814 29 I -1.00 I 2.3096 .4217 -.9624 .7624 Pair 4 E-01 1 tvs4-non4 Pair 5 .1923 -.2266 .1667 I 1.0532 vs5-non5 -.4422 Pair 6 6.667 I 1.3629 .2488 E-02 I vs6-non6 1.000 .8449--i---15~4~3· I -.2155 Pair 7 vs7-non7 E-01 : "'P-cai-r7 8~-+--.2=c6~6'i-i1:"04il3!- 1914--r:::-12-;18 vs8-non8 ' ~-"-"'=--'---·--'-------

1

__ __, ______________ ]' -···

.5599

.867

'

.3756

i

I 1

.268

.4155

.648

i

.6581

I

I 1

1.393

i I

I

29

.393

29

.791

29

.522

29

.174

1

___ l_ ____ _ J _____ ,______ ;_ _ _ _ _ _ _ _~

Dari tabel 4.8 di atas diketahui pair 1 yang mewakili komponen perilaku menolong memiliki nilai signifikan sebesar 0,054 sedangkan pair 2 yang mewakili komponen berbagi memiliki nilai signifikan sebesar 0,351. Adapun untuk pair 3 yang mewakili komponen bekerja sama memiliki nilai signifikan sebesar 0,057 dan pair 4 yang mewakili komponen bertindak jujur memiliki nilai signifikan sebesar 0,814.

110

Selanjutnya pair 5 yang mewakili komponen perilaku menyumbang memiliki nilai signifikan sebesar 0,0393 sedangkan pair 6 yang mewakili komponen memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain memiliki nilai signifikan sebesar 0,791, pair 7 yang mewakili komponen peduli terhadap keadaan orang lain memiliki nilai signifikan sebesar 0,522 dan terakhir pair 8 yang mewakili komponen berderma memiliki nilai signifikan sebesar 0,174.

Jika merujuk pada ketentuan penerimaan dan penolakan hipotesis yang menyatakan bahwa menerima Ha dan menolak Ho apabila nilai signifikansi berada di bawah atau sama dengan 0,05 maka dalam hal ini penulis menemukan dua komponen perilaku yang menerima Ha dan enam komponen lainnya menolak Ha atau dengan kata lain menerima Ho.

Komponen-komponen yang menerima Ha adalah terletak pada komponen perilaku menolong dan berkerja sama mengingat nilai signifikansi mereka berada sama pada nilai batas signifikansi 0,05 {0,054 s 0,0Ei dan 0,057 s

...

0,05). Sedangkan enam komponen lainnya yakni komponen perilaku berbagi, bertindak jujur, menyumbang, perhatian, peduli serta berderma, penulis dalam hal ini tidak menemukan perbedaan diantara keduanya karena nilai signifikan yang dimiliki oleh keenam komponen tersebut lebih besar dari batas nilai signifikansi 0,05.

I 12

Adapun pada enarn buah komponen Jainnya yang meliputi perilaku berbagi, bertindak jujur, menyumbang, perhatian terhadap hak dan kesejahteraan orang lain, peduli terhadap keadaan orang lain serta berderma, penulis dalam hal ini tidak menemukan perbedaan hitung yang cukup signifikan diantara keduanya atau dengan kata Jain menerima Ho, menolak Ha karena diketahui nilai signifikansi t hitung lebih besar dari batas nilai signifikansi 0,05 Jika merujuk pada ketentuan penerimaan dan penolakan hipo!e8is yang menya!akan bahwa menerima Ha dan menolak Ho apabila nilai signifikansi berada di bawah atau sama dengan 0,05.

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SJ\RAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil penghitungan yang dilakukan secara statistik maka secara garis besar penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara umum tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara mahasiswa aktivis dengan mahasiwa non aktivis di dalam berperilaku prososial. 2. Perbedaan yang terjadi hanyalah terdapat pada komponen perilaku menolong dan bekerjasama dengan skor tertinggi dimiliki oleh mahasiswa aktivis(lihat lampiran). '

5.2 Diskusi Tidak ditemukannya perbcdaan intensitas di dalam berperilaku prososial secara umum namun ditemukannya perbedaan intensitas secara khusus di dalam berperilaku menolong dan bekerjasama pada hasil penelitian ini menimbulkan beberapa buah diskusi.

114 ··-·

Pertama, tidak ditemukannya perbedaan secara umum tersebut membuktikan bahwa dorongan seseorang untuk berperilaku prososial masih di dominasi oleh beberapa faktor yang sudah di bahas di dalam bab 2, yakni faktor sosiobiologi, evolusi sosial, faktor eksternal yang meliputi faktor kehadiran orang lain dan desakan waktu dan faktor internal yang meliputi faktor agama, jenis kelamin, perasaan dalam diri, kepribadian serta pola as.uh. Adapun peran organisasi dalam hal ini teruji cukup signifikan di dalam membuat perbedaan intensitas mahasiswa di dalam berperilaku menolong dan bekerjasama walaupun penulis dalam hal ini belum menemukan hubungan intensitas tersebut bermakna positif atau negatif, dalam arti apakah dengan semakin tingginya intensitas seseorang di dalam menjalani kehidupan berorganisasi akan berpengaruh pada tingginya intensitas se1seorang di dalam berperilaku prososial atau malahan sebaliknya. Karena bisa jadi tingginya perilaku menolong dan bekerjasama pada mahasiswa aktivis memang sudah ada semenjak mereka belum aktif di organisasi yang sedang dan sudah mereka jalani sebelumnya.

Diskusi yang kedua, tidak terjadinya perbedaan perilaku pros.osial diantara kedua tipe mahasiswa tersebut bisa jadi disebabkan karena kuatnya pengaruh lingkungan kampus yang bernuansa agama. Seperti yang telah dikemukakan di bab awal, Universitas Islam Negeri Jakarta adalah sebuah kampus yang kurikulum maupun norma yang dibangun berdasarkan

115

landasan-landasan agama Islam. Mulai dari konsentrasi bidang studi sampai dengan kegiatan ekstra kampusnya. Sedangkan Gallup (1984) dalam hal ini menemukan bahwa peran agama cukup penting di dalam memotivasi perilaku prososial pada seseorang. Hal itu terbukti dengan ditemukannya fakta empirik bahwa 12% dari orang Amerika Serikat yang tergolong taat beragama 45% diantara mereka membantu dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sosial, seperti membantu anak miskin, rumah sakit clan panti jompo. Sementara digolongan orang yang tidak taat beragama persentase untuk mau terlibat di dalam aksi-aksi sosial tersebut berkisar hanya sekitar 22%.

Diskusi yang ketiga, terjadinya perbedaan intensitas di dalam berperilaku menolong dan dan bekerjasama diantara kedua tipe mahasi:swa, yang dalam hal ini skor tertinggi dimiliki oleh mahasiswa aktivis, sejalan clengan apa yang telah dikemukakan oleh Sarwono (1978) di dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa service oriented (orientasi pelayanan) di kalangan mahasiswa tipe aktivis lebih tinggi dibandingkan dengan kalangan mahasiswa non aktivis. Kedua perilaku tersebut memang harus dimiliki oleh mahasiswa aktivis karena untuk menjalankan roda-roda orgimisasi yang berpihak pada masyarakat unsur kerjasama di antara sesama aktivis maupun diantara anggota masyarakat sangat diperlukan di lapangan. Selain itu juga dampak dari ide-ide pengembangan masyarakat yang ideal di kalangan

116

mahasiswa aktivis membawa pengaruh kepada tingginya orientasi pelayanan kepada masyarakat yang kemudian hal itu berwujud pada peirilaku menolong.

5.3 Saran Dari hasil diskusi di atas untuk melengkapi data pada penelitian selanjutnya maupun pada pihak-pihak yang terkait yang memiliki hubungan dengan judul penelitian ini maka penulis dalam hal ini memberikan saran S»ebagai berikut: 1. Saran Teoritis a. Kepada penelitian selanjutnya, agar cakupan unit analisinya lebih diperluas lagi. Dalam arti subjek yang berasal dari kalangan mahasiswa aktivis juga meliputi mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) serta organisasi yang merujuk pada keprofesian bidang studi seperti IMAMUPSI (lkatan Mahasiswa Muslim Psikologi), HIMA (Himpunan Mahasiswa Akutansi) dan lain sebagainya. Hal itu dilakukan untuk melihat apakah arah pergerakan organisasi juga turut mempengaruhi perilaku individu di dalam berperilaku prososial atau tidak.

117

b. Kepada penelitian selanjutnya, agar metode penggalian datanya dilengkapi dengan hasil wawancara disamping alat tes yang sudah ada. Hal itu dilakukan agar data yang diambil mengenai motivasi untuk menjadi aktivis dapat terungkap, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh beberapa sumber disamping faktor lingkungan serta idealisme yang mendorong seorang mahasiswa untuk menjadi aktivis ternyata faktor ekonomi juga cukup berperan di dalamya.

c. Kepada penelitian selanjutnya, agar meneliti lebih lanjut apakah tingginya skor intensitas perilaku prososial pada komponen perilaku menolong dan bekerjasama pada mahasiswa aktivis memang lebih disebabkan oleh faktor organisasi, atau memang disebakan oleh faktor lainnya yang membentul< perilaku prososial itu sendiri, seperti faktor kepribadian, norma, pola asuh, agama dan lain sebaganya.

2. Saran Praktis a. Kepada mahasiswa non al
118

mahasiswa yang apatis, rekreatif dan cenderung hedonis dapat dipertimbangkan kembali.

b. Kepada mahasiswa aktivis yang menjadi sampel di dalam penelitian ini agar lebih giat dan semangat lagi di dalam melayani anggota masyarakat maupun mahas.iswa yang menjadi tanggung jawabnya karena jabatan dan fasilitas yang diberikan adalah merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan kelak.

Jormal Q-Q Plot of MHS .,

\'

40

50

60

I

70

)bserved Value

Detrended Normal Q-Q Plot of MHS

1·--····- ·-· -- . - - - ------------------------1

I

Observed Value

,

:·

CEK DATA PERSONAL

Nama (inisial)

..

Umur

: ................. tahun

Jenis Kelamin

····~······················

:L/P

Fakultas

Jurusan

Semester

.. ................................................................................. .

l\ktif dalam organisasi (lingkari salah satu) : BEMU b. BEMF c. HMI d. PMll e. IMM f. KAMMI Jabatan

.. ························································-························

Program kerja yang sedang I sudah dijalankan (sebutkan) : ..........................................................................................................

~········

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••n•••••••••••••••••••••••••••

•·············································•·················•··········•··••••········•••··········••·•••····· songkan bila tidak sesuai)

npul Depan untuk Try Out Test

Correlatfons

)OS

Correlation tiled)

TOTAL

833

1.000

.501 .005 30

30 Correlation tiled)

.501 1.000 .005 30 30 lation is significant at the 0.01 level (2-

TOTAL 1.000

Correlation iiled)

30 .067 .726 30

834 .067 .726 30 1.000 30

;ons

TOTAL Correlation 3iled)

1.000 30

Correlation 3iled)

835 .134 .481 30

134 .481 30

1.000

TOTAL

836

30

ions

v

Pearson Correlation 1.000 .403 .027 Sig. (2-tailed) 30 30 N 837 \_,,. .403 1.000 Pearson Correlation .027 Sig. (2-tailed) 30 30 N • Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).

1.000 30

t Correlation ailed)

.232 .217 30

.232 .217 30 1.000 30

TOTAL

838

1.000

.010 .957 30

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 838 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

30 .010 .957 30

1.000

TOTAL

839

1.000

.130 .494 30

30

Correlations

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed). N 839 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

30 .130 .494 30

1.000

TOTAL

840

30

Correlations

TOTAL t Correlation ailed)

837

Correlations

ons

Correlation iiled)

TOTAL TOTAL

1.000 .375 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .041 N 30 30 840 Pearson Correlation .375 1.000 Sig. (2-tailed) .041 N 30 30 • Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).

J

•. A B I L I T Y

B2 B4 B7 B9 BlO Bl3 Bl4 Bl5 Bl6 Bl7 B23 B25 B26 B27 B28 B29 B30 B31 B33 B37 B40

Mean 1.4190

.ty Coefficients

. 7667

s

S C A L E

Mean

Std Dev

Cases

1.4333 1.1333 1.3000 1. 4 667 1. 7000 1. 4 667 1.1667 1. 7667 1.2000 1.6667 1. 4 667 1.8000 1. 5667 1.3333 1. 5667 1. 4 667 1. 0667 1.1667 1. 6000 .9667 1. 5000

. 5683 .7303 .5350 . 5713 . 4 661 .5074 .5307 . 4302 .8052 • 54 67 . 6814 • 4 068 .5040 .6065 .5040 .5074 .5833 .6477 .5632 . 614 9 .6823

30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0

(A L P H A)

30.0

I of Cases lS

A N A L Y S I

Minimum

. 9667

21

Maximum 1.8000

Range

.8333

it€'ffiS

Standardized item alpha

.7749

Max/Min 1.8621

Variance .0553

>ts

ie-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MHS ameters•.b ne

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

1-Smirnov Z . 12-tailedl

30 51.3000 5.3250 .107 .107 -.078 .585 .883

;tribution is Normal. ted from data.

D 1.

ormal quan'[iles calculated using Blom's proportional form'-1.l.e. a::.ci assigning the mean to ties.

le MHS ... tribution parameters estimated: location=51.3 scale=5.3249575

,,,

Uji Validitas lnstrumeri·

Correlations ions

1 Correlation

TOTAL

B1

1.000

.135 .477. 30

ailed) 30 1 Correlation

ailed)

.135 .477 30

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N B5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

1.000 30

B5

1.000

.092 .629 ,30

3() .092 .629 30

1.000

TOTAL

B6

1.000

.140 .460 30

30

Correlations

ions TOTAL

B2

v' 1 Correlation

TOTAL

1.000

ailed) 30

.377 .040 30

Correlation ailed)

.377 1.000 .040 30 30 ;lion is significant at the 0.05 level (2-tailed). 1

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N B6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed N

30 .140 .460 30

·1.000

TOTAL

B7

30

ions

Correlation ailed)

1

TOTAL

B3

1.000

.149 .433 30

30 Correlation ailed)

1

.149 .433 30

1.000

TOTAL

B4

1.000

.459 .011 30

Correlations

TOTAL Pearson Correlation 1.000 .342 Sig. (2-tailed) .064 N 30 30 B7 Pearson Correlation .342 1.000 .064 Sig. (2-tailed) N 30 30 •Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

v

30

ions

Correlation ailed)

1

30 Correlation· ailed)

1

.459 .011 30

1.000

Correlations

\/

30

ition is significant at the 0.05 level (2-tailed).

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 88 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

TOTAL

B8

1.000

.218 .247 30

30 .218 .247 30

1.000 30

...

ions

Correlations

TOTAL

817

TOTAL Correlation oiled)

1.000 30

.367 .046 30

Correlation oiled)

.367 1.000 .046 30 30 ation is significant at the 0.05 level (2-

v

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N 821 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N

TOTAL

821

1.000

.187 .322 30

30 .187 .322 30

1.000

TOTAL

822

1.000

.108 .569 30

30

Correlations ions

1 Correlation

TOTAL

818

1.000

.150 .430 30

ailed) 30 1 Correlation

ailed)

.150 430 30

1.000 30

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N 822 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N

30 .108 .569 30

1.000

TOTAL

823

1.000

.388 .034 30

30

Correlations ,ions

1 Correlation

TOTAL

819

1.000

.095 .616 30 1.000

ailed)

l Correlation :ailed)

30 .095 .616 30

30

lions

·, Correlation tailed)

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N

30

823 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

.388 1.000 .034 N 30 30 • Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed). Correlations

TOTAL

819

1.000

.095 .616 30

30 1 Correlation tailed)

TOTAL

.095 .616 30

TOTAL

1.000 30

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N 824 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N

TOTAL

824

1.000

.179 .343 30

30 .179 .343 30

1.000 30

v

Correlations ions

1 Correlation ailed)

TOTAL

89

1.000

.315* .090 30

30 Correlation ailed)

l

.315* .090 30

1.000

TOTAL

810

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

-

30

lions

1 Correlation

1.000

tailed) 30

N

30 in Correlation -tailed)

.089 .640 30

.538 .002 30

v

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 814 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

in Correlation

1.000

-tailed) 30

30

TOTAL

814

1.000

.409 .025 30

30

.409 1.000 .025 N 30 30 * Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).

.117 .536 30

v

.089 .640 30

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

1.000

815 Pearson Correlation Sig.· (2-tailed)

30

TOTAL

815

1.000

.348 .060 30

TOTAL N

N

30 .348 .060 30

1.000

-

30

C
TOTAL

816

1.000

,364 :048 30

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N

30 ,. ; ' .- ' 816 ·1.000 Pearson Correlation .364 .048 Sig. (2-tailed) 30 30 N * Correlation is significant at the 0.0.5 level (2tailed). ~

m Correlation -tailed)

v

Correlations 811

Correlations

TOTAL

.380 .038 30

.380 1.000 .038 N 30 30 • Correlation is significant atthe 0.05 level (2tailed).

Correlations

1.000

1.000

813 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

TOTAL

.538 1.000 .002 30 30 elation is significant at the 0.01 level (2-

n Correlation tailed)

813

Correlations

n Correlation tailed)

TOTAL

TOTAL

1.000 30

. :·:

v

Correlations

tions

TOTAL

817

TOTAL 1 Correlation

1.000

tailed) 30

.367 .046 30

1 Correlation

.367 1.000 .046 30 30 1lation is significant at the 0.05 level (2tailed)

v

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 821 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

TOTAL

821

1.000

.187 .322 30

30 .187 .322 30

1.000

TOTAL

822

1.000

.108 .569 30

30

Correlations tions

1 Correlation

TOTAL

818

1.000

.150 .430 30

lailed) 30 1 Correlation

tailed)

.150 .430 30

1.000

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 822 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

30 .108 .569 30

·1.000

TOTAL

823

30

30 Correlations

tions

1 Correlation

TOTAL

819

1.000

.095 .616 30 1.000

tailed)

n Correlation tailed)

30 .095 .616 30

30

TOTAL

819

1.000

.095 .616 30

30 n Correlation tailed)

Pearson Correlation 1.000 .388 Sig. (2-tailed) .034 N 30 30 823 Pearson Correlation .388 1.000 Sig. (2-tailed) .034 N 30 30 * Correlation is signific:ant at the 0.05 level (2tailed). Correlations

lions

n Correlation tailed)

TOTAL

.095 .616 30

TOTAL

1.000 30

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 824 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

TOTAL

824

1.000

.179 .343 30

30 .179 .343 30

1.000 30

v

Correlations

lions

TOTAL

TOTAL

825

829

TOTAL ~ Correlation tailed)

1.000 30

1 Correlation

tailed)

Pearson Correlation 1.000 .368 Sig. (2-tailed) .046 30 30 N 829 1.000 Pearson Correlation .368 Sig. (2-tailed) .046 N 30 30 • Correlation is signific:ant at the 0.05 level (2tailed).

0,331* .074 30

0.331* .074 30

1.000

TOTAL

826

1.000

.307 .099 30

v

30

lions

Correlations 1 Correlation

:ailed) 30 Correlation ailed)

l

.307 .099 30

1.000

TOTAL

827

1.000

.374 .042 30

TOTAL

'

30

:ions

1 Correlation

ailed) 30 Correlation ailed)

1

.374 .042 30

1.000

-'

30

ation is significant at the 0.05 level (2-

ions

Correlation oiled)

828

1.000

.615 .000 30

30

v

.615 1.000 .000 30 30 'lation is significant at the 0.01 level (2-

Correlation 3iled)

830

Pearson Correlation 1.000 .415 Sig. (2-tailed) .023 N 30 30 830 Pearson Correlation .415 1.000 Sig. (2-tailed) .023 N 30 30 • Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).

v

Correlations

\./

TOTAL

TOTAL

TOTAL

TOTAL

831

Pearson Correlation 1.000 .385 Sig. (2-tailed) .036 N 30 30 831 Pearson Correlation 1.000 .385 Sig. (2-tailed) .036 N 30 30 • Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed). Correlations

TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 832 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

TOTAL

832

1.000

.104 .586 30

30 .104 .586 30

1.000 30

v

Petunjuk Mengerjakan ~rikut

ini terdapat sejumlah pernyataan tentang situasi yang diandaikan benar-benar

erjadi pada diri anda. Anda diminta untuk memilih salah satu dari pilihan mengenai apa yang akan Anda lakukan dalam situasi tersebut. 1ri pilihan Anda dengan memberi tanda silang (X) atau lingkaran pada huruf di depan pilihan jawaban yang tersedia. Anda bebas menentukan pilihan ang

0 ~,

sesuai dengan diri Anda sendiri.

a tergesa-gesa berangkat ke

3. Ketika sedang naik. bus keluar kota,

s dengan naik motor. Tiba-tiba

ada seorang tua

1elihat tabrakan di jalan. Apa yang

tempat duduk. Maka Anda :

ikukan?

a. Tetap duduk, karena itu hal yang

eruskan perjalanan agar tidak 1mbat ke kampus. 1enti dan memberikan pertolongan. u sudah ada orang lain yang

yan~1

tidak kebagian

biasa. b. Menawarkan tempat duduk, bila hampir sampai tujuan.

c. Memberikan tempat duduk kepadanya.

olong, meneruskan perjalanan.

4. Sebelum pelajaran, anda dan temanla bepergian naik bus, di sebuah

teman melihat kursi-kursi belum ditata

11 ada seorang pengemis

kembali setelah dipakai diskusi. Maka

·an. Anda akan :

anda:

1

saja, karena hampir di setiap

inal terdapat pengemis seperti.

a. Mengambil dan ducluk di salah satu kursi.

1berinya uang.

b. Merapikan sebagian kursi.

berinya, jika ada uang kecil.

c. Bersama teman-teman menata seluruh kursi.

Rumah tetangga anda yang jaraknya 1k jauh dari rumah anda ha bis

c. Bercanda dengan teman yang sudah'· selesai di dalam kelas.

)akar. Maka anda : v'lenyumbangkan beberapa barang

21. Anda diajak kerja bakti, maka anda :

rang dibutuhkan.

a. lkut bekerja bakti sampai selesai.

v'lenyumbang beberapa barang jika

b. Bekerja bakti tapi tidak sampai selesai.

liminta.

c. Datang walaupun tidak ikut bekerja

"idak merasa perlu menyumbang.

bakti.

Teman anda datang siang hari

22. Motor yang anda pinjam menjadi

iahal anda baru mau pergi makan

rusak sedikit. Maka, anda :

1g. Ternyata ia juga belum makan

a. Be1terus terang tentang kerusakan

~g.

Maka anda :

motor itu.

v'lengajaknya makan siang dan

b. Jika ditanya baru mengatakan.

nembayarnya sendiri-sendiri.

c. Diam saja, seolah tidak terjadi

.1akan sendiri dan memintanya

kerusakan.

nenunggunya sebentar. i1entraktirnya makan siang.

23. Selesai berbelanja di toko, uang ker.ibalian yang anda terima berlebih.

Anda mempunyai foto copy soal-soal

Maka anda:

1n semester lau. Ketika ada teman

a. Memberikan kepada yang

1n meminjam. anda:

membutuhkan.

ilengatakan tidak punya.

b. Membelanjakan barang lain di toko itu.

ileminjamkan sebagian soal.

c. Menyerahkan ke kasir.

i1eminjamkan semuanya. 24. Anda dan seoran~i teman melihat Pada saat mata pelajaran pertama,

seorang yang lanjut usia tampak

;en tidak masuk. Mahasiswa diminta

kesusahan hendak menyebrang jalan.

ngerjakan tugas. Anda telah selesai

Maka anda:

ngerjakan tugas. lalu anda :

a. Membantu menyebrangkan jalan :

i1enunggu pelajaran berikut dengan

b. Membiarkan teman

enang di kelas.

menyebrangkannya.

i1engobrol dengan teman lain yang

c. Menyebrangkan jika diminta bantuan.

:udah selesai di dalam kelas.

. Teman-teman mengajak anda

28. Kelas' anda hendak mengunjungi

;mbantu kegiatan bazaar di kampus.

panti asuhan Yatim Piatu. Beberapa

ika anda:

teman anda secara s.uka rela

Bersedia bekerja bersama teman yang

memberikan sumbai'Jgari t.intuk oleh-oleh.

lain.

Anda dalam ha!)ni term,a,s,uk_orang yang

Hanya mau bekerja jika bersama orang

"berada". Maka anda :

yang disukai

a. Menyumbang sesuai kemampuan keuangan:

Menyarankan orang yang lain saja.

, .. ,

b. Menyumbang sesuai dengan rata-rata . Anda sedang berkunjung ke rumah

sumbangan teman lain .

nan dekat anda. Kebetulan ia sedang

c. Menyumbang jika dimintai.

;ngubah tata ruang belajarnya. Maka .· da:

29. Teman.ar;ida di lain kelas hendak

membantu menyelesaikan

meminjam buku-buku bacaan. Ketika ia

pekerjaannya.

;

'

menanyakannnya pada anciarmaka

Membantu jika dia meminta.

and a:

Menunggu ia menyelesaikan

a. Mengatakan sedang dipinjam orang

P~kerjaannya.

lain.

'/

b. Mengatakan1hanya memil,iki beberapa. . Dalam suatu kepanitiaan, seorang nan yang kurang begitu anda sukai

c. Menjawab denganjujur buku-buku apa saja yang dimiliki.

nxata memberikan banya gagasan

.

'

1g cemerlang. Anda:

30. Seorang)l'lman anda dit.agih untuk

Bersama yang lain melaksanakan ide-

melunasi pembayaran bukli yang

ide cemerlang tersebut.

dibelinya di koperasi mahasiswa.

Membiarkannya melaksanakan ide

Ternyata uangnya tidak cuku'p untuk

tersebut.

membayarnya. Bagi anda jumlah uang itu

lttelaksanakan ide tertentu yang cocok .

tidak;Jlebe~apµ,•maka

jengan anda.

a. Diam saja karena itu urusannya.

._,,

":;

anda :·

"

b. Menambah kekurangan harga buku itu. c. Membelikan buku itu untuknya. :

i

\

. Sarnpah dedaunan di rurnah anda

c. Mernbiarkannya berteduh di dalam

·nyata banyak yang berjatuhan ke

teras rurnah anda.

'karangan tetangga. Maka anda : Menyapu pekarangan tetangga.

35. Teman anda yang kurang mampu

Menyapu sarnpah yang dekat dengan

dirawat di rumah sakit. Anda termasuk

pekarangan rurnah.

orang yang mampu. Maka anda :

Membiarkannya karena itu bukan

a. Menyurnbang lebih banyak.

kesengajaan.

b. Menyumbang

menyesuai~an

dengan

rata-rata surnbangan teman. . Paman and a dirawat di rumah sakit.

c. Menyumbang jika diminta .

1da sedang libur kuliah, maka anda : Berlibur.

36. Selokan air di rurnah anda marnpet

Men1enguknya Jika sempat.

dan airnya rnenggenangi halarnan

Menjenguknya

tetangga anda. Maka anda: a. Mernbiarkannya.

. Dalarn suratnya. seorang teman anda luar kota membutuhkan sebuah buku ng ada di perpustakaan kampus anda.

b. Mernbersihkannya, jika tetangga mengajak. c. Membersihkannya.

ika anda : Memfotocopynya dan mengirimkannya.

37. l<etika anda akan pergi berangkat

Memintanya datang untuk

bertarnasya, teman satu kost anda

memfotocopy sendiri.

rnengeluh perutnya s.akit. Maka anda :

Memfotocopynya jika ia mengirimkan

a. Mernberi obat dan mernintanya

ongkosnya.

mengurus diri sendiri. b. Mernbantu rnerawatnya dulu, baru

. Siang hari hujan turun dengan rasnya. Sementara anda melihat

pergi. c. Merawatnya sarnpai sernbuh.

xang gadis kecil yang sedang jinginan karena kehujanan masuk ke

38. Seorang ternan mendapat nilai jelek

lam !eras rumah anda untuk

dalam rnata kuliah tertentu. Sernentara

!numpang berteduh. Maka anda :

anda terkenal sebaga juara dalam

Mengajaknya masuk dan membuatkan

pelajaran tersebut. Maka anda :

teh hangat.

a. Mengajaknya belajar bersarna anda.

Membiarkannya berteduh dan

b. Mendorongnya untuk banyak belajar.

l. Seorang bapak tua mengaku dari 1yasan tertentu datang meminta 1mbangan untuk pembangunan gedung 1ng digunakan untuk penampungan 1ak yatim piatu. Maka anda : Memberi bantuan lebih. Memberi bantuan rata-rata seperti penyumbang lain. Meminta padanya untuk ke tempat lain saja .

. RT anda akan mengadakan kerja kti. Anda: Bersama yang lain membersihkan ruangan jalanan di sekitar RT. Membersihkan sebagian wilayah RT Membersillka11 jalanan dan pekarangan rumah sendir1.

TERiiviA KASIH ATAS PARTISIPASINYA DAN PASTIKAN TIDAK SOAL YANG TERLEWAT

CEK DATA PERSONAL

Nama (inisial)

.. ···························

Umur

: ................. tahun

Jenis Kelamin

:L/P

Fakultas

Jurusan ········································•·······•·······•······················

Semester

. 0

oaooaogaa•Oaaaaogaaaooaaoogaaaaaaaa~aoaoaaaaMaaoaaaaoaaoo•aOOaooaaaaoaaooaOOgaaaaa

A.ktif dalam organisasi (lingkari salah satu) : . BEMU b. BEMF c. HMI d. PMll e. IMM f. KAMMI Jabatan

.. ..... .... .. .... .......... .. .. ... .......... .... .. .... .. ........ ........ ..... .. ...

Program kerja yang sedang I sudah dijalankan (sebutlkan) :

songkan bila tidak sesuai)

1mpul Depan untuk Ala! Tes ntensi Perilaku Prososioal

1galaman anda di bidang tulis

8. Di kampung akan didirikan tempat

is telah membuat anda menjadi

ibadah untuk orang-orang seiman dengan

al. Salah seorang teman anda

anda. Anda:

' dengan bidang itu dan berharap

a. Memberi sumbangan sesuai dengan

prestasi sebaik anda. Ketika ia 1ta anda untuk berbagi pengalaman nnya, anda: 1yarankannya agar bertanya pada

kemampuan. b. Menyumbang jika ada yang datang meminta. c. Tidak merasa perlu menyumbang.

J lain saja. 1ceritakan semua pengalaman

9. Buku yang anda pinjam di

J mungkin perlu baginya.

perpustakaan sobek satu halaman ketika

ceritakan bagian tertentu saja.

anda membacanya. :Saat mengembalikan buku itu, anda:

a tidak memiliki pekarangan rumah ga kesulitan untuk membuang h. Sementara pekarangan ia sangat Juas dan tampak tidak 1diurus. Maka anda :

a. Menunjukkan sobeknya dan bersedia mengganti. b. Mengatakan bahwa buku itu sudah sobek sejak awal. c. Berterus terang jika ketahuan.

1buang sampah ke pekarangan ia di malam hari.

10. Rum ah tetangga anda yang jaraknya

a izin membuang sampah di

agak jauh dari rumah anda habis

1rangan tetangga.

terbakar. Maka anda :

1buang sampah ke tempat

a. Menyumbangkan beberapa barang

buangan sampah walaupun jauh.

yang dibutuhkan. b. Menyumbang beb€;rapa barang jika

1ampuan bahasa lnggris anda baik. Teman-teman minta diberi . Maka anda: yarankan ikut kursus di lembaga al. yetuji, jika ada waktu. erima permintaan itu dengan

diminta. c. Tidak merasa perlu menyumbang.

lesai berbelanja di toko, uang

14. Dalam suatu kepanitiaan, seorang

lian yang anda terima berlebih.

teman yang kurang begitu anda sukai

mda:

ternyata memberikan banya gagasan

1berikan kepada yang

yang cemerlang. Anda :

1tuhkan.

a. Bersama yang lain melaksanakan ide-

1belanjakan barang lain di toko itu. ferahkan ke kasir.

ide cemerlang ters:ebut. b. Membiarkannya melaksanakan ide tersebut.

nan-teman mengajak anda 1ntu kegiatan bazaar di kampus.

c. Melaksanakan ide tertentu yang cocok dengan anda.

nda: edia bekerja bersama teman yang

15. Kelas anda hendak mengunjungi panti asuhan Yatim Piatu. Beberapa

•a mau bekerja jika bersama orang

teman anda secara suka rela

disukai.

memberikan sumbangan untuk oleh-oleh.

rarankan orang yang lain saja.

Anda dalam hal ini termasuk orang yang "berada". Maka ancla :

a sedang berkunjung ke rumah lekat anda. Kebetulan ia seC'ang >ah tata ruang belajarnya. Maka

a. Menyumbang sesuai kemampuan keuangan. b. Menyumbang sesuai dengan rata-rata sumbangan teman lain.

bantu menyelesaikan

c. Menyumbang jika dimintai.

·jaannya. ~antu

jika dia meminta.

16. Teman anda di lain kelas hendak

nggu ia menyelesaikan

meminjam buku-buku bacaan. Ketika ia

jaannya.

menanyakannnya pada anda, maka anda: a. Mengatakan sedan(! dipinjam orang lain. b. Mengatakan hanya memiliki beberapa. c. Menjawab dengan jujur buku-buku apa saja yang dimilikL

~rang

teman anda ditagih untuk

20. Ketika anda akan pergi berangkat

1si pembayaran buku yang

bertamasya, teman satu kost anda

fa di koperasi mahasiswa.

mengeluh perutnya sakit. Maka anda :

ta uangnya tidak cukup untuk

a. Memberi obat dan memintanya

1yarnya. Bagi anda jumlah uang itu ~berapa,

mengurus diri sencliri.

maka anda :

b. Membantu merawatnya dulu, baru

1 saja karena itu urusannya.

pergi.

ambah kekurangan harga buku itu.

c. Merawatnya sampai seml:luh

1belikan buku itu untuknya.

npah dedaunan di rumah anda a banyak yang berjatuhan ke ngan tetangga. Maka anda : fapu pekarangan tetangga. {apu sampah yang dekat dengan rangan rumah. biarkannya karena itu bukan ngajaan.

am suratnya, seorang teman anda

TERI MA Kt~SIH ATAS PARTISIF>ASINYA DAN PASTIKAN TIDAK ADA SOJ!ll YANG TERLE:WAT

cota membutuhkan sebuah buku la di perpustakaan kampus anda. nda: fotocopynya dan mengirimkannya. intanya datang untuk fotocopy sendiri. fotocopynya jika ia mengirimkan osnya.

•

• • • • e • • • • • • • • ~ o o e •

s

2 2 2 2

Oh

DK AG

3 '

AK

CFfl

6

R~

7

CT

8

JC

9

Y~M

!5

i'6

F~h

!A

!7

28 29

2

2 2 2 2

2

2

\

2 2 2

0

'

2 2 '

2 2

\

\

2 2

2

2 2 2

2 2

'

2

2

2 2

2

2 2

\

2 2

2

2 2

2

2

2 2 2

'2

1

2

2

2

2

2 2 2 2

2

'

2

2 2 2

2

2

2 2 2

'2

0

2

'

52

"

"

2

\

55

"

~o

2

1

2

2

2 2 2

2 2

2 2

2

·2

2 2 2

'0

2 2 2 2

2

2

"

2

Na ma

5

4

3

6

2 2

7

10

9

8

2 2

~

11

0

2'

2

2 2

2 2

e

12

13

;._ ..

0

'~

·.·.~

0

:;

0

'

15

:3

:;-,., 3.;:

.,_. A:-G

\

·.~;.J

0

2 2 2 2 2 2

'

,!.,!

.;,.-1

7':.\al

0 0

2

29

,.,

2 2

,,'

0

32

" "" 33 35

25 31 25 1

32

'

55

19

"

9~9

Total S~.-:ir

20 0 0

2~

0 2 2 0

JO

0 2

::s 0

20

25 27 28

2

"

'

21

35 21

;:g

2

~·1

2

\

2

2

2 2

"

-

32

21 21

"

2 <

0

2

2

2

"

18

0

ze "';; ;::>im

2

2 2

2

c'

0

'

G?

:-..')

"

33 32 35 35

31 2

0

0

2s •.•s :::s ~-'r 1-:r

\

0

30

17

~5

\

'.9

:.'>!

\

0

2 2

51

0

20 21 22 23 2.:

21

0

c

2

25

\

=·"'

\

2 2 2

\

2 2

2 2 2

2 2 2

0

2 2

~

17

,,"

"'

0 2

i2

:; .. ,

2 0 0

1

:.:5

"

"

2

·~.~

·.-:;

30

2

\

2 0

.:.r.~

'"

;:'

\

0

'

,,

60

35

2

2

2

2

..

•.•:..

15

0

"29 2

;..:.;•,,vis

3sr

1)

2

2 2

57

2 2 2 2 2

2

2

2'

'

2 2

2

2 0

1

2 2 2 2 2 2 2 2

0

2

0

0

2 2 5'

\

2 2 2

0

2 2 2 2

0

,,

2 2 2

2

2

'9

'2

2

2

\

~:;1£:1

"2 2 2 2

\

;o

'° '

\

2

2

0

""'"'s

l'
2

\

2

2

2

N...,S IC

irr.c'l"

2 2 2

\

= M•J. A:-.Cr Hrs MS Ah

!3

2

2

0

M"

5

'0 !1 !2

'

2

2

0

2 2 2 2

7

"

0 2

'

0 0

0

'

2

'

39

2

"

"

,,

'

0

31

0

JO

2

35

'0

39 23

2

0 0

'

"

0 0

29

0 0

2

28

25

" 31

"

"

<8

t.i

55

"

'°

"

25

!!96

,. "'":';

DAFTAR PUSTAKA

A. Syalabi. (1997). Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. Jakarta: Al Husna Zikra. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Ghazali, Imam. Mukasyafatul Qulub. Dibalil< Ketajaman Mata Hati. Mahfudli Sahli (terj). (1997). Jakarta : Pustaka Amani. Baron, R.A. & Byrne, D. (1994) Social Psychology: Understanding Human Interaction, 7th ed. Boston: Allyn & Bacon Inc. Deaux, K. & Wrightsman, L. S. (1984) Social Psychology in The BO's. 4th ed. California: Brooks I Cote Publishing Company. Dian Uswatun Hasanah. (2004). Peri/aku Prososial Anak-anak Yang Tingga/ di Panti Asuhan, skripsi. Jakarta : F. Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Wibowo& Sugiyono (2002). Statistika untuk Penelitian; Aplikasinya dengan SPSS ver10.0 for Window (cet.2). Bandung: Alfabeta Eisenberg, N. (1982). The Developmental of Prosocia/ Behaviour. New York : Academic Press. Fahruz Zaman Fadhly, (1999) Mahasiswa Mengugat: Potret Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998, Bandung: Pustaka Hidayah. Hurlock, Elizabeth B. Developmental Psychology; A Life-Span Approach. Fifth Edition. Psiko/ogi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. lstiwidayanti & Soedjarwo (terj.). 1980. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kevin, Durkin. (1995). Developmental Social Psychology; From Infancy to Old age. USA: Blackwell.

Murtadlo Imam (2005) Self Esteem & lmplikasinya terhadap Pembentukan Peri/aku Prososial Penyandang Tunanetra, skripsi. Jakarta : F. Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nazir, Moh. (1988). Metode Penelititan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Netty Hartati. (1997). Peri/aku dan Motif Prososial Anak Berbiakat /ntelektual Umum di Ke/as Reguler, tesis. Jakarta : Fakultas Psikologi UI. Retno Leylani Dewi. (1995). Studi Mengenai lntensi Prososia/Siswa SLTA pada Seka/ah Koedukasi dan Seka/ah Non-Edukasi, skripsi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Saifuddin Anwar. (2003). Penyusunan Skala Psikologi, cet.V,Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sanapiah Faisal. (1992). Format-format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasi, cet.2. Jakarta: Rajawali. Sarlito Wirawan Sarwono. (1978). Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis da/am Gerakan Prates Mahasiswa, cet.1, Jakarta : PT. Bulan Bintang Sarlito Wirawan. -----------------------------. (2002). Psiko/ogi Sosial: /ndividu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka. Sears, David 0., et.al.. Social Psychology (5th ed). Psikologi Sosia/, ed.5. Michael Adryanto (terj.) 1985. Jakarta: Penerbit Erlangga. M. Rusli Karim. (1997). HM/ MPO dalam Kemelut Modemisasi Politik di Indonesia. Bandung : Mizan. Selo Soemarjan. (1999). Kisah Peljuangan Reformasi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Singarimbun, Masri, dan Efendi, Sofian. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Siti Komariah. (2002). Perbandingan antara Mahasiswa Aktivis & Bukan Aktivis dalam Sikap terhadap Kuliah dan Perilaku Asertiff, skripsi . Jakarta : F.Psikologi UIN Jakarta.