1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TE.NTANG MIJSIBAH DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA UIN SYARIF HIOAYATULLAH JAKARTA YANG PERNAH MEN,IADI RELAWAN Ole...
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TE.NTANG MIJSIBAH DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA UIN SYARIF HIOAYATULLAH JAKARTA YANG PERNAH MEN,IADI RELAWAN
Oleh TUTI ALAWIYAH
10207002l'0938 Skripsi diajukan untuk memenuhi seban:an persyaratan dalani memperoleh qelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVER.SITAS ISLAM NEGE:R! SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG MUSiHAH DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JA~\ARTA YANG PERNAH MENJADI RELAWAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psil
Oleh:
TUTI ALAWIYAl-I
NIM: 102070025938 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing ll
{~lLU~
''?:=..-~ .=;::-----~· lkhwan Lutf1Jlll.Sj
11~
g,1'. S. Sylistyono, M.Si NIP. 13'1 472 258
NIP. 150 368 309
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF H!DAY,IJ\TULlAH JAKARTA 1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANT ARA PERSEPSI TENTANG MUSIBAH DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHAS!SWA UIN SYARIF H!DAYATULLAH JAKARTA VANG PERNAH MENJADi RELAWAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psilwlogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta p::ida tanggal 26 Fobruari 2007. Skripsi ini tel ah diterima sebagai salah satu syarat untuk mernpenJ!eh gelar Sarjana Psikologi
Jakarta, 26 Februari 2007 Sidang Munaqasyah Ketua
e ·angkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggoia /'e
/
Dra. Nett Hartati M.Si. NIP. 15G"- 5938
Anggota Penguji II
Penguj
./ Ora. Net' Hartati,_M.Si. NIP. 150 j5938
(.:_
___--- "?---·· ~=--
,.,,--ikhw;::,n Lutfi, M.Si. l\llP. 150 368 80
Pembimbing I
Pmnbimbing ll
F-oJ'S!
fr;hwan Lutfi, !VI.Si NIP. 150 368 809
NYP. 131 472 258
ABSTRAKSI (A) Fakultas Psikologi (B) Mmet 2007 v (C) Tuti Alawiyah (D) Hubungan antara persepsi tentang musib::ih dengan perilaku prososial pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah menjadi relawan. (E) xii + 63 halaman (F) Bencana alam datang silih berganti, setelah Aceh diterjang tsunami, berbagai gempa juga terjadi di daerah yang lain, seperti bencana longsor, kekeringan dan banjir bandang yang menelan banyak korban jiwa. Bantuan pun mengalir dari berba9ai pihak, dalam dan Juar negeri dan ratusan relawan berdatangan un,uk membantu korban. Sears, Freedmen and Peplau (1994) menyatakan bahwa perilaku prososial merupakan bagian kehidupan sehari-hari. Orang menunjukkan kesediaan unluk 111enolony o!Tlll!I lain yann dilwrwl, jU~Ja terhadap orang asing. Orang trn11pak sangat mudah menolong atau mernberi tanggapan terhadap per111i11taan t0long. Kenyataan tersebut juga dibuktikan rnelalui berbagai penelitian psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk 111engetahu1 hubunyan ant:ira persepsi tentang 111usibah dengan perilaku prososial. Populasi yr11g diteliti adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah rnenjadi relawan yang berjumlah 500 o~ang ter~ebar dari angkatan 2000 - 2005, dan jumlah sampel sebanyak 83 orang. Penarikan sampel menggunakan metode simple random sampling. lnstrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah skala persepsi tentang musibah dan skala perilaku prososial. Skala persepsi tentang musibah 111empunyai reliabilitas = 0,8865 dan validitas butir berkisar antara 0,328 sampai 0, 719. Relia!Jilitas ska la perilaku prososial 0,9992 dengan vaiiditas butir antara 0,322 sampai 0,818. Hasil penelitian menunjukkan ada korelas1 positif yang srgnifikan antara persepsi tentang musibah dengan peri!aku prososial pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah .Jakarta yang pernah menjadi relawan (r = 0,291; p<0,01 ). (G) Daftar Bacaan : 42 (1978 - 2006)
=
v
KA TA PEN GANT.AR Puji syukur penulis panjatkan ke!ladirat lllahi Rabl)i yang telah melirnpahkan karunia dan rahrnatNya sel1ingga ;:ienulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjurl1il " Hubungan antara persepsi tentang musibah dengan penlaku prososial pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah menjadi relawan" yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Dalam menyusun skripsi ini tidak sedikit hambatan, rintangan dan tantangan yang penulis temui tetapi dibalik itu kelancaran penulisan ini tidak lepas dari bimbingan, dorong;;in dnn bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penlis mengucapkan terima kasih yang sel>esar-besarnya khususnya kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, H.Sodik dan Hj.Eneny, terima kasih alas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, juga atas kasih sayang yang telah diberikan d:rn µerjuang<:
dan motivasi yang telah diberikan, adik d;oin kepon.3kanku tercinta (Eneng, Asep, Dadan, dede galc:in) yung selalu memberikan keceriaan dalam menemani hari-hari p<3nulis, semoga cita-cita kalian tercapai.
3. Bapak Haji (Alm) yang telah mengajcirka.n arti prososial semasa hidupnya kepada penulis dan keutarnaan hidup Jengan ibadah kepada Allah. Mudah-mudaha.1 segala amal baiknya menjadi pengentar menuju haribaan lllahi cmin. 4. Dekan Fakultas Psikologi lbu DraJlj.Netty Hartati. M.Si, beserta dewan dekanat dan civita3 ciKademika Fakultas Psikologi yang tidak dapat penulis sebutkan sctu persatu. 5. Bapak Ors. S. Sulistyono. M.Si, 3ebagai dosen per,1bimbing I dan bapak lkhwan Lutfi, M.Si, sebagai doseri pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, motivasi serta ilmu dan wawasan yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
vi
6. Sahabat - sahabatku angkatar. 2002, khususnya kelas A. yanah, lis, Yani, Uci, Holinda, lsmi, terima kasih atc.s bantvan, suoort oar sharingnya dalam penyusunan skripsi ini dan sebuah persahabatan yang telah terjalin diantara kita, mudC'h-mudahan tali silaturrahmi kita akan tetap tsrjalin. Ade, Ozi, Apet, Fandi, Yuyun, Dama, terima kasih telah membantu dalam penyabaran angket semoga Allah mencatatnya sebagai amal ibadah.
7. Ka Via terima kasih atas printingnya, semoga tetap eksis di Trans tv, Devi sahabat kecilku, mudah-mudahan cita-cita terdekat kita akan cepat tercapai amin .... lit.bail HELL's rental dan ka Udin's rental terima kasih atas editing dan printingnya. Teman-teman kostanku Yuyun, Dama, Novi, Ema, lka dan Dewi cepat lulus ya .... !!. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ir.i marih n1emilild banyak kekurangan, karenanya saran dan kritik akan sa.1ga\ btrmanfaat bagi p€ nulis. Akhirnya tiada kata yang dapat penulis sampa1kan kecuali rasa krima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT selalu meridhoi langkah kita amin.
Jakarta, Maret, 2007
Penulis
vii
DAFTAR ISi Halaman Judul ································································ ····················· Halaman Persetujuan ...........................................................................
DAFTAR LAl\11PIRAN Lampi ran 1: Validitas skala persepsi tentang musit>ah Lampiran 2: Reliabilitas skala persepsi tentang musibah Lampiran 3: Validitas skala perilaku prososial Lampiran 4: Reliabilitas skala perilaku prososial Lampiran 5: Data hasil penelitian skala persepsi tentang musibah Lampiran 6: Data hasil penelitian skala rierilaku prososial Lampiran 7: lnstrumen penelitian Lampiran 8: Grafik normalitas
xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang m;,salah Gempa tektonik dan tsunami yang terjadi di selatan Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAO), menelan korban sedikitnya 15.000 orang. Gempa berkekuatan 9 .8 pad a Skala Richter (SR) itu mengakibatkan kerusakan serius di 15 negara di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika Timur. Setelah Aceh diterjang tsunami, berbagai gempa juga torjadi di daerah yang lain, seperti bencana longsor, kekeringan dan banjir bandang (Wahyu, www. Suara pembaruan.r::om, 2004).
Berikutnya bencana yang tidak kalah besarnya adalah gempa {ektonik berkekuatan 5,9 pada Skala Rikhter yang berpusat di Yogyakarta dan Jawa Tengah (Wahyu, Suara pembaruan.com, 2004). Gempa tersebut oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mi11eral dikatflgJrikan sebagai gempa bumi merusak, dengan puluhan ribu rumah dan fasilitas umum hancur, hampir 5.000 orang meninggal serta ribuan orang lainnya Iuka-Iuka.
1
2
Wilayah Bantu! di Daerah lstimewa Yogya~arta (DIY) mengalarni kerusakan paling parah, disusul oleh wilayah Klaten di Jawa Ter.gah (lta, dkk, kompas, 2006). Sementara pada saat Yogyakarta dan Jawa Tengah memasuki fase
pembangunan kembali, gempa dan tsunarn! kombali melanda negeri ini yang terjadi di pantai selatan Jawa Barat dan Jc.wa Tengah ratusan nrang tewas dan puluhan lainnya hilang dalam sekejap.
Besarnya korban jiwa dengan gempa yang barskala nasional ini, menjadikan masyarakat tergerak untuk membantu. Bantuan pun mengalir dari berbagai pihak, sejumlah masyarakat menghimpun dana untuk korban gempa. Para relawan berdatangan untuk membantu ko1 ban dan berbagai organisasi mahasiswa langsung turun tangan mendirikan posko peduli bencana gempa bumi dan tsunami. Dari luar negeri bentuk bantuan yang diberii\an dalam penanganan gempa bumi di antaranya selain makanan, 111inuman, peralatan medis, Rumah sakit lapangan dan peralatan penunja11g lainny2, juga mengirimkan relawan, tim medis dan anjing pelacak (Sri hartat:, kompas, 2006).
<egiatan pengumpulan dana dilakukan melalui berbagai cara, ada yang nengadakan konser amal, bazar, membuka
~akening
pribadi untuk
nenampung dana bantuan dari masyarakat, Jejaringan juga te1 bentuk melalui ~ontak
person seperti SMS, e-mail, surat elektronik. Sejumlah ;;tasiun tv
3
)erlomba menjadi fasilitator dan penyalur informasi (Susi lrvaty, kompas
2006).
)i sepanjang jalan besar, baik di Jakarta maupun di kota-kota lain di seluruh ndonesia, terlihat mahasiswa, pelajar dan masyarak.'3t umwa mengedarkan
rntak amal untuk korban gempa. Penggalang3n bantuan juga rJilakukan oleh
Jerbagai perusahaan, lembaga atau instansi yang menyalurkan sendiri
Jaket-paket bantuannya.
"erguruan tinggi beramai-ramai membent•Jk posko bantuan mengerahkan
·elawan ke lokasi bencana. Mereka dengan inisiatif sendiri mengevakuasi
nakanan, tenda dll, membuat jaringan denge1n sesama relawe1n di tempat
<ejadian, dan melakukan penghimpunan dan penggalangan dana (Sri
-lartati, Kompas, 2006).
)iantara faktor yang mempengaruhi seseorn11g untuh: memberikan
iertolongan adalah derajat kebutuhan yang ditolong, tanggung jawab, norma imbal balik, biaya yang dikeluarkan, derajat penerimaan sosial. dan
>engalaman di masa lampau.
4
1alam kebanyakan situasi, ketika orang-orang menyaksikan atau 1empersepsikan adanya keadaan darurat yang jelas dan situ<:1si tersebut ,bih serius seperti kisah-kisah tragis (tsunami, gempa bumi, banjir dll), iendorong seseorang untuk memberikan pertolongan. Sebaguimana yang liungkapkan oleh Staub (1987) diantara faktor-faktor yang mempengaruhi :ecenderungan seseorang untuk menolorig adalah kejelasan stimulus.
\lamun tingkal1 laku manusia kadang-kacang mementingkan dirinya sendiri. Fenomena yang sering terlihat bahwa ketika ada orang yang mengalami kesulitan sering tidal< rnendapatkan bantuan dari orang lain. Sebagian orang,
l<etika menyaksikan orang lain dalam kesui,tan, langsung rnembantunya.
Sedangkan yang lain kernungkinan diam saja meskipun mampu
melakukat\nya. Sebagian lagi cenderung rnenirnbanQ-nimbang lebih dahulu
sebelum bertindak.
Fenomena-fenomena diatas sebenarnya diperkuat oleh beberapa hasil
penelitian, Sears, dkk (1994) menernukan bahwa beberapa ornng tetap
memberikan bantuan meskipun kekuatan situasional mengharnbat pernberian
oantuan, dan yang lain tidak memberikan bantuan meskipun berada dalam ~ondisi
yang sangat baik. Selanjutnya Staub (Kurtines dan Ge;witz, dalam
?idacla, 1993) menemukan bahwa orang sering tidak turun tangan rnernbantu
xang lain yang benar-benar rnemerlukannya. Sementara Foa dan Foa
5
ilam Sarlito, 2002) menemukan bahwa setiap bertindak membantu orang n, orang mempertimbangkan untung ruginya.
las, orang bisa menolong atau mengabaikan orang lain yan£ sedang rngalami kesulitan. Mengapa kadang-kc.dang orang menolcng orang lain n mengapa kadang-kadang mereka tidak mau memberikan µertolongan ng justru sangat dibutuhkan, hal inilah yang selanj•Jtnya membuat penulis 1rminat untuk melakukan penelitian mengenai persepsi tentang musibah mgan perilaku prososial dengan judul "Hut.ungan anta;a persepsi tentang Jsibah dengan perilaku prososial pada mahasiswa UIN Syanf Hidayatullah
1karta yang pernah menjadi relawan".
2. ldentifikasi masalah 1. Apakah ada hubungan yang signifi'
6
3. Pembatasan dan perumusan masnlah 1.1. Pembatasan masalah
1rsepsi adalah proses kerja indrawi untuk me11genali dan mendeteksi gala peristiwa yang terjadi di sekitar manusia, bai!{ melalui proses ngetahuan atau pengalarnan dan analisa. Atau dolam bentuk yang lebih igkat adalah pandangan seseorang (teritang sit11as1 atau dalam hal ini Jsibah).
'rilaku prososial (menolcng) adalah tindakan memberikan bantuan kepada ang lain yang sifatnya positif atau menguntungkan dan tindakan tersebut
tujukan untuk kepentingan orang lain.
:isponden dalam penelitian ini adalah mahasiswa LilN Syarif Hidayatullah
1karta yang pernah menjadi relawan pada berbagai peristiwa bencana alam
1ng terjadi di masyarakat seperti gempa bumi, b8njir, tsunami di!.
3.2. Perumusan masalah
irmasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan yang
Jnifikan antara persepsi tentang musibah dergan perilaku prososial pada
3hasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah menjadi relawan.
7
4. Tujuan dan manfaat penelitian 4.1. Tujuan penelitian .ijuan penelitian ini adalah untuk rnengelcthui hubungan antara persepsi mtang musibah dengan perilaku prososi31 pada rnahasiswa UIN Syarif liclayatullah Jakarta.yang pernah rnenjadi re!awan
.. 4.2. Manfaat penelitian 3ecara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mernperkaya khazanah <eilmuan yang bisa dijadikan literatur tamhahan parla berbagai bidang
'3Sikologi, khususnya bidang psikologi sos:al tentang peranan persepsi
o;eseorang terhadap perilaku yang dimunculkan
khu~usnya
persepsi tentang
nusibah dengan perilaku prososial pada mahasiswa.
Secara praktis, manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah agar
nahasiswa dapat mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi entang musibah dengan perilaku prososial pada mahasiswa .JIN Syarif
-lidayatullah Jakarta yang pernah menjadi rP.lawan. Gan sejauh mana
nusibah yang sering terjadi dapat mernpengC1ruhi sedap indivirlu untuk
nenolong.
8
1.5. Sistematika penulisan Sistematika Penulisan dalam penelitian irn mengacu ~Jada pedoman penyusunan dan penulisan Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan ini dituli~. dalam lima bab sebagai oerikut: Bab 1 Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, ldentifikasi masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfa<:Jt perielitian, dan Sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian pustaka Meliputi Deskripsi Teoritik yaitu membahas tentang teori persepsi tentang musibah, dan teori perilaku prososial.
Bab 3 Metode penelitian Membahas tentang pendekatan penelitiar. yang dipakai yaitu kuantitatif, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian yang digunakan dan teknik analisa data.
9
Bab 4 Hasil penelitian Meliputi penguraian hasil uji coba instrumen, pelaksanaan penAlitian, deskripsi data penelitian dan uji hipotesis.
Bab 5 Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2. 1. Perilaku prososial 2. 1. 1. Pengertian perilaku prososial Sears, dkk (1994) mengemukakan perilaku prososi~I sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif t0rtentu.
Wispe sebagaimana dituturkan oleh Wrightsman & Deaux (daiam
Zand~,n.
1984) perilaku prososial merupakan segala bentuk perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif yang diwujudkan dalam bentuk pemherian bantuan fisik maupun psikis terhadap orang lain. Myers (dalam Sarwono, 2002) mengatakan bahwa perilaku prososial merupakan hasrat un uk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sen::liri.
Staub (dalam Zanden, 1984) mengatakan bahwa perilaku prososial tidak hanya memberikan manfaat bagi orang yang meneriMa bantuan, tetapi juga bagi orang yang memberikan bantuan, antara lain diperolehnya berbagai
10
11
perasaan positif berupa perasaan bahagia karena telah berguna bagi orang lain, perasaan kompeten dan terhindar dari perasaan bersal'lh.
Moskipun rnernka mendefinisik
Dalam mengistilahkan dan menggolongkan t1ngkah laku prososial ini, ada perbedaan pendapat diantara para ahli. Raven dan Rub:n menggunakan istilah tingkah laku menolong (helping behavior) untuk tingkah laku prososial. Sedangkan Watson et al (dalam Merian,
:?oCd) s!Mta WrightsmFln dan Deaux
( i 987) menyatakan tingkah lakU prososia! sebe!~al kebalikan dmi tingkah laku anti sosial. Mereka menyatakan bahwa ada dua ben!Uk lingkah laku prososial, yaitu menolong (helping) dan bekerja sama (cooperation). Selain itu kadang digunakan pula istilah altruisme dalam tingkah laku menolong.
Menu rut Wispe (dalam Zanden, 1984), perilaku prososial terdiri dari perilaku
symphaty (adalah kepedulian terhadap tasa sakit atau kesedihan orang lain), cooperation (adalah kesediaan individu bekerja bersFima orang lain, biasanya -tapi tidak selalu- untuk keuntungan yang sarna), donating (adalah perilaku rnemberikan sesuatu hadiah, sumbangan ;:itau memberikan kontribusi,
12
biasanya berupa amal). helping (adalah perilaku memberikan bantuan kepada orang lain, sehingga orang lain tersehut dapat mencapai tujuan tertentu atau mendapatkan sesuatu). dan altruism (adalcih perilaku menolong yang dilakukan untuk keuntungan orang lain tanpa menghmapkan adanya imbalan apapun). Sementara itu Schroeder, et al (1985), mengemukakan adanya tiga kategori tingkah laku prososial berdasarkan bentuk yang paling sering menjadi fokus dalam mempelajari ti:igkah laku prososial. yaitu: helping, altruism, dan cooperation.
Meskipun terjadi suatu pertentangan dalam mengistilcihkan atau menggolongkan tingkah laku prososial, namun tampak adanya kesamaan. l<esamaan tersebut adalah para ahli menyebutkan bcihwa helping atau menolong sebagai salah satu tindakan yang tcrmasuk dalam ';ngkah laku prososial. Yang dimaksud dengan halping atau menolong adalc.h: ".... helping which we will define as an action that has the consequences of providing some benefit to or improving the well-being of anothnr person" (Schroeder et al .. 1995).
Suatu tindakan tetap dapat dikategorikan sebagai menolong a1au helping selama terjadi perbaikan kesejahteraan pc:da seseorang yang akan dilakukan o!eh orang lain (seperti memberi hadia:i. me:nbantu menyelesc;ikan tugas). Bahkan dalam situasi tindakan seperti menyumbangkan uang kepada
13
organisasi sosial, penyumbang tidak perlu atau harL~s mengad<1kan kontak langsung dengan penerima pertolongan.
Bentuk menolong sendiri dapat dibedakan alas beberapa macam mulai dari tindakan yang hanya memerlukan pengorbarian paling kecil atciu mudah dilakukan sampai dengan tindakan yang mer01erlukan pengorbanan besar. Dalam hal ini pengorbanan dapat berup2. waktu, tenaga, materi, hingga jiwa dan keselamatan si penolong.
Staub (dalam Merian, 2000) mengatakan bahwa helping atau menolong dapat diklasifikasikan menurut derajat pengorbanan r;an resiko si penolong
(coast to the actor) atau derajat keuntung2n dan manfaat yang dirasakan sl penerima (utility for recipient). Lebih jelas lagi, Wrightsman dan Deaux (1987) memberikan contoh konkret menolong dan klasifikasi tingka.. pengorbanannya, seperti berikut ini : 1. Membukakan pintu untuk orang Jain. Merupakan tindakan yang menguntungkan orang lain namun memgrJukan pengorbanan yang relatif kecil, yaitu waktu dan tenaga.
2. Menyumbang atau berderma. Melibatkan pengorbanan yang agak besar, selain pengorbanan waktu dan tenaga juga pengorbanan materi.
14
3. lntervensi dalam keadaan darurat. Mer:.Jpakan bentuk menolong yang melibatkan pengorbanan yang besar dari sisi penolong d;in kemungkinan mendapatkan keuntungan yang relatif kecil bagi si penolon[.!.
Usaha lain untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang helping atau menolong dilakukan oleh Pesrce dan Amato (dalam Schroeder et. al., 1995). Mereka menggambarkan suatu bentuk klasifikasi yang mengelompokkan situasi menolong dalam tiga dimensi, yaitu: 1. direncanakan dan formal (seperti menj;:idi 1elawan yang mengurus atau berkecimpung dalam masalah Aids) Vs. Spontan dan informal (seperti memberitahukan seseorang bahwa ada barang bawaannya yang jatuh). 2. persoalan yang serius (seperti memberikan pertolongan pi:irtama pada korban serangan jantung) Vs. Persoalc.r. y;;mg tid;:ik serius (seperti memberikan uang logam untuk telephone). 3. pemberian bantuan secara langsung (seperti menolong anak-anak menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang sulit) V'>. Membenkan bantuan secara tidak langsung (seperti menyumbangkan uang kepada organisasi sosial yang akan memberikannya keparfa orang-orang yang membutuhkan).
15
Meskipun kedua klasifikasi yang dikemukakan diatas memilki perbedaan, kedua - duanya mempunyai dua kesimpulan penting yang sama tentang tingkah laku menolong, yaitu: 1. Tingkah laku menolong terdiri dari berbagai macam tingkah laku yang dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku menolong dalam suatu situasi mempunyai pengaruh yang berbeda dengan tingkah laku menolong dalam situasi yang lain (dalciri Schroeder et. al., 1995).
Karena penjelasan secara spesifik mengenai menolong melalui beberapa pendekatan teori tidak dijelaskan oleh para ahli dari literntur-lit.,,ratur yang ada, penjelasan teoritis mengenai menolong dilakukan melalui kon&ep tingkah laku prososial. Alasan itulah yang membuat p0nu1:s menganggap bahwa penjelasan teoritis mengenai tingkah laku prcsosiai akan mewakili penjelasan teoritis mengenai menolong.
2.1.2. Teori dasar tentang perilaku prososial Sct1roeder, dkk (1995) mengemukal<'.an bahwa cara yang paling efektif untuk menggambarkan dan menjelaskan tingkah laku prososial adal
16
ini adalah untuk memperjelas dan mempermudah penjelasan, namun tetap harus diingat bahwa beberapa proses tetap memiliki aspek afektif dan kognitif, dan juga kedua aspek tersebut saling mempcngaruhi. Tingkah laku prososial yang cocok dijelaskan dengan proses aiektif adalah tingkah laku prososial yang sifatnya informal. tidak direncanakan, dan yang durasi atau jangka waktunya pendek. Selain itu proses afektif juga cocok untuk menjelaskan tingkah laku prososial yar1g terjadi antara toman, keluarga, atau orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk menimbulkan emosi yang kuat pada si penolong. Lebih jauh lani penjelasan dengan proses afeksi mempunyai pengaruh yang paiing kuat pada
situa~;i
di
rnana orang yang ditolong merasakan stress ya11g tinggi atau herada pada keadaan bahaya. Pada situasi seperti itu seorang penolong ak1n lebih menentukan tingkah lakunya dengan perasaan atau f'lmosinya ketimbang dengan kepalanya.
Sementara penjelasan dengan proses l
17
terutama tergantung pada penentuan asst1s:Jmt;jnf of costs and rewards yang dilakukan oleh individu yang berpotensi sebagai rcnolonQ.
Sarwono (2002) mengemukakan tentang bebcrapa leori yang mendasari seseorang untuk berperilal
1. Teori behaviorisme Kaum Behaviorisme menekankan maf,;ne r;entiniJ proses belajar melalui proses kondisioning, yaitu manusia menolong karenci dibiC1sakan oleh masyarakat untuk menolong dan untuk pcrbuatan itu masymakat menyediakan ganjaran (reward) positif. 2. Teori pertukaran sosial Foa and Foa memaparkan bahwa teori pArtuka1an sosial itu dasarnya adalah prinsip sosial ekonomi. Setiap tindakan dilakukan orang dengan mempertimbangkan untung ruginya baik dari arti mater;al maupun psikologis. Setiap perilaku pada dasamya d:lakukan dengan menggunakan strategi minimax, yaitu meminimalkan usaha dan memaksimalkan hasil agar diperoleh ki:luntungan yang sebesar-besarnya. 3. Teori empati Batson mengatakan bahwa egoisme dar. simpati berfungsi sama-sama dan saling melengkapi dalam perilaku menolong orang lain. Dari segi egoisme, perilaku menolong dapat mengurangi ket()gangan itu sendiri.
Sedangkan dari segi simpati, perilaku me11olong dapat mengurangi
18
penderitaan orang lain. Gabungan kedu&nya dapat menjadi empati yaitu ikut merasakan penderitaan orang lair. sebagai penderitaannya sendiri. 4. Teori norma sosial Menurut teori ini, orang menolong karena diharuskan oleh norma-norma masyarakat. Ada tiga macam norma sosial yaitu : a. Norma timbal balik, pada intinya teori ini berpandangan bahwa harus membalas pertolongan dengan pertolongan. b. Norma tanggung jawab sosial, kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun di masa yang akan datang. c. Norma keseimbangan, intinya adal3h bahwa seluruh alam semesta harus berada dalam keadaan yang seimbang serasi dan selaras. Manusia harus mempertahankan kesei!Tlbangar, itu antara lain dalam bentuk perilaku prososial. 5. Teori evolusi Beranggapan bahwa perilaku prososial demi mempertahankan jenis dalam proses evolusi (survival). Pertama, perlinJungan kembat (kin protection), orang cenderung membc:.ntu orang lain yang ada pertalian
darah dan orang yang dekat dengan diri sendiri. l<:Gdua, timJal balik biologik (biological reciprociliy), menolong untuk memperolFJh pertolongan kembali, perilaku prososial didasarkan oleh genetic disposition, yaitu sifat atau bakat yang terkandung dalam kepribadian yang harus ditujukan untuk menolong orang lain. Ketiga, orientasi seks•Jal, kaum homo
19
seksual, mempunyai kecenderungan parilaku pro3osial yang lebih besar dari pada orang-orang heteroseksual. 6. Teori perkembangan kognitif Menurut teori ini, tingkat perkembangan kognitif akan berpengaruh pada perilaku menolong. Pada anak-anak perilaku menolong lebih didasarkan kepada pertimbangan hasil (gain). Semakin dew2sa anak i\11,menurut Lourenco semakin tinggi kemampuannya untuk berpikir abstrak, semakin mampu ia untuk mempertimbangkan usaha atau biaya (cost) yang harus ia korbankan untuk perilaku menolong itu (Sarwono, 2002). Dan keuntungan yang diperoleh dari oerilaku menolong tentu bukan hanya dalarn bentuk materi.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempe11garuhi perilaku
pro~osial
Sears, dkk (1994) mengemukakan bahwa pE::rilaku prososial dipengaruhi oleh faktor karakteristik situasi, faktor karakteristik penolong dan faktor karakteristik orang yang membutuhkan pe:iolongan.
Faktor karakteristik situasi meliputi: 1. Kehadiran orang lain
Menurut penelitian psikologi sosial, yang berpengaruh pada perilaku menolong adalah kehadiran orang lain di kmpat kejadian. Semakin banyak orang yang hadir, semakin kecil kemungkinan seseorang benar-
20
benar memberikan pertolongan dan semakin besm rata-rata tentang waktu pemberian bantuan. Darley dan Latane (d:>lam Seam, dkk. 1994) menamakannya efek penonton (by stander effect).
Analisis pengambilan keputusan tentang perilaku µrososial dijelaskan oleh beberapa ahli yang menyatakan bahwa mengapa kehadiran orang lain kadang-kadang menghambat usaha untuk menolong. Pertama, penyebaran tanggung jawab yang timbul karena kehadiran orang lain. Kedua, ambiguitas dalam menginterpretasikan situasi. Perilaku penonton lain dapat mempengaruhi bagaimana kita menginterpretasikan situasi dan bagaimana reaksi kita. Jikn orang lain rnengabaikan suatu situasi atau memberih.an reaksi seolah tidak terjadi apa-apa, mungkin kita juga beranggapoin tidak ada keadaan darurat. Ketiga, rasa takut di nilai. Bila kita mengetahui bahwa orang lain mernperhatikan perilaku kita, mungkin kita berusaha melakukan apa yang diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang baik. 2. Kondisi lingkungan Berdasarkan dua penelitian lapangan yang dilakukan oleh Cunningham (dalarn Sears, dkk, 1994), dikatakan bahwa efek cuaca menimbulkan perbedaan dalam rnemberikan bantuan. Orang lebih cenderung rnembantu bila hari cerah dan suhu udara cukup menyenangkan (relatif hangat di musim dingin dan relatif hangat di musim panas).
21
Dalam penelitian kedua, yang mengamali bahwa para pelanggan memberikan tip yang lebih banyak bilci hari cukup cerah.
3. Tekanan waktu Tekanan waktu juga memberikan pengaruh terhadap kerelaan seseorang untuk menolong orang lain. Orang yang tergesa-gesa, merr>iliki kecenderungan yang lebih kecil untuk menolong dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami tekanar. waktu.
Faktor dari karakteristik penolong meliputi: 1. Faktor pribadi Ciri kepribadian tertentu mendorong orang untuk :nemberil
Keaclaan psikologis yang memiliki relevansi khusus dengan perilaku prososial adalah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul bila kit 1
22
melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah bisa menyebabkan kita menolong oran9 yanri kita rugikan atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan tindakan yang baik. 4. Distress diri dan rasa empatik
Distress adalah perasaan tertekan yang dialami oleh seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Sedangken yang dimaksua dengan
distress diri (personal distress) adalah
re~Jksi
diri kita terhadap
penderitaan orang lain. perasaan terl<ejut. takut, cemas, prihatin, tidal< berdaya atau perasaan apapun yang kita Eilami.
Sebaliknya, yang dimaksud rasa peduli atau sikap empatik (emphatic
concern) adalah perasaan simpatik atau µerhatian terhadap orar1g lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tirlak langsung merasakan penderitaan orang lain. Distress diri memotivasi kita untuk mengurangi kegelisahan kita sendiri. Kita bisa melakuka11nya dengan memoantu orang lain.
l<arakteristik orang yang membutuhkan pertolongan:
1. Menolong orang yang kita sukai Rasa suka awal kita terhadap orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tarik fisik dan kesamaan. Dalam beberapa situasi, mereka
23
yang memiliki daya tarik fisik memiliki kemungkinRn yang IE..bih besar untuk menerima bantuan. Penelitian tentang perilaku prososial, meny1rPpulkan bar wa karakteristik yang sama juga mempengaruhi pembcria11 bantt.:an. Deng<.in kata lain, tingkat kesamaan antara orang yang akan menoiong dan orang yang membutuhkan pertolongan juga penting.
2. Menolong orang yang pantas ditolong Apakah seseorang akan mendapatkar. bantuan atau tidak, sebagian bergantung pada "manfaat" kasus
tersebu~.
Mis;ilnya, penumpang kereta
bawah tanah di New York lebih cenderung menolong pria yang terjatuh bila dia tampak sakit dari pada bila dia tampak m<Jbuk Rodin & Piliavin (dalam Sears, dkk,1994). Penilaian tentang makna penting kebutuhan tertentu sangat dipengaruhi oleh nilai de>.n budaya.
Orang yang akan menolong mungkin juga men&rik kesimpul1m tentang sebab-sebab timbulnya kebutuhan orang
~ersebut.
Beberapa penelitian
rnenunjukkan bahwa faktor sebab akibat yang utama adalah pengendalian diri : kita lebih cenderung menolong seseorang bila kita yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut. Sebagai contoh dalam suatu penelitian Meyer & Mulherin (dalam Sears, dkk.1994) para rnahasiswa mengatakan bahwa mereka lebih suka merninjamkan uang
24
mereka kepada seorang kenalan bila kebwluhannya itu timbul karena sakit (sebab yang tidak terkendali) dari pada k
Sementara menurut Staub, dkk (1978) faktor yang mempe:igaruhi perilaku prososial adalah aspek personal dan aspek situasional. 1. Aspek personal a. Keuntungan pribadi Seseorang membantu orang lain dengan alasan untuk mendapatkan persetujuan sosial atau menghindari kritik dari orang lain. Orang akan menolong orang lain karena ada ycing diinginkan, misalnya penghargaan sosial sebagai contoh, seseorang akan melakukan imitasi (meniru perbuatan orang lai.i dengan t.engaja) orang yang diidolakan di masyarakat guna mendapatkan penghar(.dan sosial. b. Sistem nilai dan norma Sistem nilai dan norma yang telah diinternalis.:isi dalam pengalamanpengalaman akan mendorong seseorang melakukan perbuatan sesuai dengan sistem nilai dan norma yang dianutnya. Hal ini r'lendukung sikap menghargai diri sendiri, perasac.n positif, serta meningkatkan harga diri. Sebaliknya, bila terjadi penyeiewengan terhadap nilai dan norma yang diyakini, maka akan timbul kecemasan, tindakan menghukum diri sendiri, dan merasa bersalah.
25
2. Aspek situasional a. Kejelasan stimulus Stimulus yang semakin jelas menunjukkan keadaan se8eorang yang perlu ditolong akan meningkatkan kecenderungan menolong. Sebaliknya, kekaburan stimulus akan menimbulkan kebingungan bagi pihak penolong mengenai apa dan si<Jpa yang harus di+olong. b. Derajat kebutuhan yang ditolong Semakin besar derajat kebutuhannya semakin besar derajat seseorang untuk menolong. c. Tanggung jawab l<ekaburan tanggung jawab (diffusion of responsibility) menyebabkan orang tidak segera memberikan pertolongan karena munr.ul perasaan bahwa hal itu menjadi tanggung jawab orang lain untuk menolong. d. Norma timbal balik Seseorang menolong orang lain karena 01ang teffebut oernah memberikan pertolongan kepadanya dengan dasar bahwa ia wajib membalas pertolongan tersebut. e. Biaya yang dikeluarkan Mengacu kepada seberapa besar tenaga, waktu, dan uang maupun resiko yang harus diambil ketika seseorang berperilaku prososial terhadap orang lain. Semakin sedil;it bi3ya yang dikeluarkan, semakin besar kecenderungan seseorang bertingkah laku prososial.
26
f.
Derajat penerimaan sosial Apakah sebuah perilaku prososial yang dilakukan seseorang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Adakalanva perlaku prososial justru rnembawa bencana t:.ag1 si pelaku, karena rnasyarakal umum tidak menerimanya. Misalnya rnembari tur~1pangan kepada wanita jalanan yang sedang kesusahan, sementara warga di daerah tersebut percaya bahwa wanita jalanar1 edalah sampah rnasyarakat yang harus dijauhi.
g. Hubungan interpersonal Semakin dekat dan akrab hubungan
~eseornng
dengan orang yang
ditolong, maka akan semakin cepat seseorang berperilaku prososial terhadap orang tersebut. h. Pengalaman di masa lampau Pengalaman positif ketika seseorang berperilc.ku prososial akan mendorong orang tersebut untuk mengulangi !)erbuatannya. Misalnya seseorang pernah mendapatkan pujian sebagai "dermawan" karena ia telah menyumbangkan hartanya pada orang \'ang r.iembutuhkan, maka ia akan cenderung mengulangi perilakunya tersebut.
27
Sri Untari Pidada (1994) menjelaskan faktor-faktor yang khas prososial yaitu: 1. Faktor-faktor kognitif
a. Affective Perspective Taking Affective dan perspective taking digambarkar1 rebagai kemampuan kognitif untuk memahami dan mengerti keadaan emosional orang lain (Hoffan, Staub, Krebs & Russel, Batson, Staub). Sedangkan proses
affective dan perspective taking merupakan proses penampatan diri pada posisi orang lain secara kognitif, sehingga dengan demikian akan dapat memahami perasaan or-ing tersebut dengan lebih baik. Jadi wajar kalau diasumsikan bahwa orang akan menolong orang lain, karena ia tahu bahwa orang tersebut sedang merasakan distress. b. Pola atribusi terhadap penyeb::ib distress Dalam banyak situasi keputusan seseorang untuk memberikan pertolongan kepada orang lain sangat dipengaruhi oleh atribusinya terhadap penyebab terjadinya distress yang dialarni oleh orang yang hendak ditolong. Singkatnya, apakah distress yang dialami dianggap sebagai akibat kesalahan orang itu sendiri atau disebabkan oleh faktor-faktor yang memang tidal< bisa dikendalikan. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh Weinei" (1980, 1986) menunjukkan bahwa atribusi yang menganggaµ korban tidak bersa1a:1 akan menggugah emosi sang (calon) penolong, dan emosi ini selanjutnya mendorongnya untuk bertindak prososial.
Empati di sini diartikan sebagai gabunyan antara "ikut merasakan " (vicarious affect response) dan "rasa peduli" (concern) terl .adap distress yang dialami orang lain. Jadi ia merupakan suatu •eaksi afek yang terkait dengan distress yang dialami orang lain. 3. Tujuan prososial Menurut Staub tujuan prososial memberikan orientasi prosl'sial bagi tindakan. Orientasi tindakan selalu tE::rkait dengan tindakan konkret yang akan dilakukan dalam konteks situasi tertentu, S'3hingga ia menyerupai norma pribadi bagi tingkah laku. Tujuan yang secara subjektif dinilai positif selalu mengandung potensi yang dapat menggerakkan man us ia untuk bertindak, bila mendapat rnngsang (arousal of tension). Dalam beberapa penelitiannya Staub (1978,
~984.
1986) menemui
makin jelas dan kuat tujuan prososial yang dimiliki seseorang, akan makin besar pula kecenderungannya untuk ben.indak prososial
2.1.4. Perilaku prososial dalam perspektif islam Sebagai makhluk sosial, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kita tidak akan hidup sendiri, melainkan akan selalu membutuhkan ornng lain. Hidup bersama dan saling melengkapi antara satu SC!ma lain.
29
Perilaku prososial sangat dianjurkan dalam ajaran agama l~lam. Al-Qur'an telah mengarahkan kaum muslimin untuk menjalin tali persaudaraan, memupuk rasa cinta dan saling tolong menolong. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2: -•"·11 ..9 j!-' · .11 . .. . .. i.S y-u
1~ ~
I..J-'·..9W ..9 ....
.. ::an tolong meno/onglah kamu dnlarn mengerjakan kebajikan dan taqwa ... "
Selain itu, kepekaan dalarn merasakan pcndcritaan orang lain
(sirn1v1~i)
juga
rncrupakan perilaku yang rncrupakan cenninan kcimanan scorang muslim. Diriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir bah.va Rasululbh SAW bersabda (AnNawawi, dalarn Najati, 2003):
<\J ~I.ii~~ '-"_s:.:;..;;,1 1.:i) ~I Ji,, ~W-' ~l_ji-' r-A>olji <.) ~ ~1..9 _;~\.,> ~I _jiL... Ji,, ).JI " Perumpamaan orang yang beriman dalam tolong-meno1ong, cinta kasih clan rahmat, saling sayang dan saling simpati mereka bRgaikan badan (seperti jasad). Apabila satu anggota badan menderita maka menja/ar/ah penderitaan itu ke seluruh badan, apabila satu anggota badan sakit, maka bagian lain ikut merasakannya." (H.R. Bukhari dan Muslim\.
Hadits tersebut mencerminkan bahwa apabila ada salah satu anggota masyarakat mengalami kesulitan, maka anggota masyarakat yang lain turut merasakan
kesulitan
tersebut
dan
tergerak
untuk
memberikan
pertolongannya untuk meringankan beban orang yang sedang mengalami kesulitan tersebut.
30
2.1. Persepsi tentang m usibah 2.2. 1. Persepsi 2.2. 1. 1. Pengertian persepsi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1888) perse;:isi adalah tanggapan (penerimaan) /angsung dari sesuatu atau erases seseorang mengetahui beberapa ha/ melalui panca indra.
Menurut Gibsons, dkk (1986) persepsi mencakup kognisi yang meliputi penafsiran tentang objek, maupun tanda-tanda dari sudut pengalaman orang yang bersangkutan. Dengan kata lain persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan o/eh individu, o/eh karena itu tiap orang akan memberikan arti pada stimulus dengan cara y:mg berbeda meRkipun objeknya sama.
Persepsi itu sendiri adalah proses di mana individu mengorgc..iisasikan dan menafsirkan po/a stimulus dalam lingkungan (Atkinso11, 2000). Senada dengan itu persepsi juga diartikan sebagai SU'ltu proses yang rlidahului stimulus yang diterima oleh alat indra yc.ng kemudiar, diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyAdnri tenta11g apa yang diindrakannya itu (Davidoff, 1981 ).
31
Dari dua definisi di atas, yang dimaksud dan~an persepsi adalah proses di mana individu memahami sesuatu dengan cara memilili dan mengorganisasikan melalui pengindraan yang berhubungan dengan lingkungan-lingkungan di sekitarnya sehingga dapat memberikan makna pada masukan tersebut.
Kaplan (2004) mengemukakan persepsi sebagai salah satu sisi dari bentuk pernikiran manusia, sedangkan pada sisi lair. adalah kepercayaan. Persepsi dapat dianggap sebagai penyebab dan pengaruh terl1adap perilaku seseorang. Persepsi yang difungsikan sebagai salah satu alat problem solving, dapat menjadi sarana yang jitt.. jika memaksimalkan perannya.
Semakin banyak alternatif persepsi yang cida dalam pikiran manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan, maka akan semakin kaya pula kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan masalah dengan baik demikian pula dengan sebaliknya.
Dengan demikian definisi persepsi merupakan proses kerja inrlrawi untuk mengenali dan mendeteksi segala peristiwa yang terjadi di sekitar manusia, baik melalui proses pengetahuan atau pengalaman can analisa. Atau dalam bentuk yang lebih singkat adalah pandangan seseorang (tentsng situasi atau dalam ha! ini musibah).
32
Persepsi juga didefinisikan sebagai pengalainan tentnng objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkun informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah rnemberikan makna kepada stimuli indrawi (sensory stimuly). Walaupun begitu makr.a informas indrawi tidak hanya melibatkan indrawi, tetapi juga aterisi, ekspeklasi, motivasi, dan memori (Walgito, 2002).
2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Menu rut Robbins (2001) diantara faktor-faktor yang mermpengaruhi persepsi yaitu: 1. Orang yang melakukan persepsi, adapun beher3pa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang antara lain: a. Sikap individu yang bersangkutan terhadap objek persepsi. b. Motif atau keinginan yang belum terpenuhi yang ada di dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadaµ persepsi yang d1munculkan. c. Interest atau ketertarikan, faktor pe.-hatian individu dipengaruhi oleh ketertarikan tentang sesuatu. Hal ini menyebabkan objek persepsi yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleb masing-masing individu. d. Harapan, harapan dapat menyebabkan distorsi terhadao objek yang dipersepsikan atau dengan kata lain seseorang akan mempersepsikan suatu objek atau kejadian sesuai denrian apa yang diharapkan pada orang tersebut.
33
2. Target atau objek persepsi, karakteristik atau objek persepsi yang dipersepsikan bisa mempengaruhi apa yang dipersepsikan Karakteristik orang yang di persepsi bail< itu karakteristik personal sikap maupun tingkah laku dapat berpengaruh terhadap perceiver, karena manusia dapat saling mempengaruhi persepsi !"atu sama lain. 3. Faktor situasi yaitu situasi saat persepsi muncul, l
Hal senada dikemukakan oleh Hollander (1981) bahv1a persepsi antar individu merupakan proses kognitif yang kompleks yang menyangkut saling keterkaitan antara orang yang mempersepsi, orang yang dipersepsikan dan situasi pada saat proses persepsi berlangsung. Jadi teraapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi antar individu y:oing dapat msnyebabkan ha! yang sarna dipersepsikan secara berbeda oleh orang yang berlainan.
34
Sementara menurut Kossen (1993) faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:
1. Faktor keturunan (heredity factor), mernpengaruhi persepsi secara fisik seperti indra, kognisi dan lain-lain. 2. Latar belakang dan pengalaman, mempunyai pengaruh yarig lebih besar atas apa yang seseorang lihat atau dalam mempf'lrsepsikan sesuatu. 3. Tekanan teman sejawat, pengaruh teman sejawat, (peer effect) pengaruh dari seseorang apalagi teman dekat sangat mempengaruhi pandangan kita terhadap sesuatu. 4. Proyeksi, kecenderungan manusiawi untuk melemparkan beberapa kesalahan pada orang lain bisa menjadi persf'lpsi terhadap seseorang berbeda. 5. Penilaian yang tergesa-gesa, dapat menimbulkan kecerobohan dalam persepsi yang menghasilkan sebuah kesimpulan yang salah. 6. Hallo effect dan halo karatan (hallo ruo-ty effect),
~eseorang
yang cakap
dalam suatu hal yang dianggap cakap untu1< hal lain, as1 ,msi tersebut dapat menimbulkan halo sehingga akan berpengaruh terhadap pandangan atau persepsi dia terhadap sesuatu.
Abdurrahman Saleh dan Abdul Mujib (2004) menyatcikan bahwa setiap orang dalam memandang setiap objek persepsi akan berbeda satu sama lain,
35
karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada prrises pengindraan, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain:
1. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan nienEirima b myak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun dtilmikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya, untuk itu individu memusatkan perhatiannya pad a rangsang-r angsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau ge;ala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan. 2. Ciri-ciri rangsangan Rangsang yang bergerak diantara rangsz.ng vang diamankan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil yang konstan dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya paling kuat. 3. Nilai dan kebutuhan individu Seorang seniman tentu punya pola dan c1ta rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar dari pada anak-anak orang kaya. Hal ini membuktikan bahwa seberapa besar nilai dan kebutuhan mereka terhadap suatu yang mereka lihat.
36
4. Pengalaman dahulu Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya.
2.2.2 Musibah 2.2.2.1
Pengertian musibah
Dalam Ka mus besar Bahasa Indonesia (1983) musiliah adalah kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa; malflpetaka, bencana: banjir, gempa, tsunami dll. Kalangan ahli bahasa menyatakan kata musibah bisa juga disebut dengan mushabah atau mushuba yang hakif:atnya adalah hal-hal yang buruk yang menimpa seseorang (Al-manjabi, 2001).
Pengertian musibah menurut Raqib al-Asfahani adal"!h asal kata musibah yaitu lemparan, kemudian digunakan untuk pengertian bahaya, celaka atau bencana dan bala. Sementara Al-Qurtubi menyatakan bahwa rnusibah adalah segala sesuatu yang mengganggu seorang mu'min dan menjadi bencana baginya (Sindu Wiryo, 1997).
Musibah yaitu perkara yang di benci yang menimpa manusia, didasarkan pada sabda Nabi SAW yang artinya: " Musibah itu ada/ah sega/a sesuatu yang menyakiti manusia, pada jiwa, harta, atau keluarganya sedikil atau banyak" (al-Hadits).
37
Selanjutnya Muhammad Husin Thabiuttab1'i mengatai
Kata musibah disebut dalam Al-Qur'an seba11yak 10 kali, yaitu dalam surat alBaqarah :156, ali- lmran: 165, an-Nisa': 62, 72, al-Maidah: 106, al-Taubah: 50, al-Qashash : 47, as-Syura : 30, al-Hadid : 22, dan al-Tagh
Telaah yang dilakukan oleh Shetland da11 Huston (d
1. Sesuatu terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga 2. Ada ancaman bahaya yang jelas terhadap korba'l
3. Tindakan yang membahayakan korban cenderung meningkat bila tidak ada campur tangan seseorang. 4.
Korban tidak berdaya dan membutuhk;;in bantuar orang lain
5. Ada beberapa kemungkinan cara campur tangan yang efektif.
38
2.2.2.2
Musibah dalam perspektif islarn
Musibah atau cobaan dan ujian merupakan sunnatuliah dalarn kehidupan. Manusia akan diuji dalam segala sesuatu, dalam hal-hal yang disenanginya dan disukainya maupun dalarn hal-hal yang dibenci dan tidak c1isukainya. Allah SW berfirman :
" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai c0baan (yEing sebenar-benamya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikem/Jalikan "(al-Anbiyaa: 35).
Tentang ayat ini, lbnu Abbas ra menafsirkan: "kami akan menguji kalian dengan kesulitan, kesenangan, kesehatan dan ;:ieny::ikit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan rnaksiat, petunjuk dan kesesatan".
Dalam riwayat lain darinya : kesenangan dan kesulitan rnerupcikan cobaan. Allah SWT berfirman :
"Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjac!i beberapa go/ongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (ni'mat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar merelw kembali (kepada kebenaran)" (QS. al-A 'raf: 168).
Menurut lbnu Jari yang dimaksud dengan "karni menguji mereka dengan kebaikan-kebaikan (al-Hasanaat)" adalah f 3mudahan dalam kehidupan dan
39
kelapangan rizki, sedangkan yang buruk-buruk (as-Sayyiaat) adalah kesempitan dalam hidup, kesulitan, musibah, dan sedikitnya hmta, agar mereka kembali (La'al/ahum yurja'un), yai\u kembali taat kepada Rabb, agar kembali kepada Allah dan bertaubat dari perbuatan dosa dan maksiat yang mereka lakukan" (Yazid, 2005).
Lewat Al-Qur'an Allah menegaskan bahwa tidal< ada sebuah bencana yang terjadi di luar kekuasaan-Nya. Dia juga menegaskan iJahwa bencana dan musibah itu merupakan peringatan dan akibat dari orang-orang yang berdosa dan ujian bagi orang-orang yang beriman :<arena itu bencana dan musibah pada dasarnya adalah respon Allah terhadap perlak11an manusia yang melakukan kesalahan (Abdurrahman Al-Baghdady, 2005).
2.2.3 Persepsi tentang musibah Manusia sebagai makhluk sosial yang dalam realitanya melakukan berbagai interaksi dengan makhluk lain melalui berbagai situasi. Dalarr. setiap persepsi masing-masing individu mempunyai kesan tE:rsendiri atas kejadian atau peristiwa yang di tangkap oleh indra sensorinya, sehingga biss terjadi perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya dalam pemberian arti tentang objek peristiwa yang ditangkap inrlera sens0r;nya.
40
Dengan demikian, persepsi mahasiswa tentang musibah dalam penelitian ini adalah interpretasi atau pandangan mahasiswa tentana suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan membahayaka'.1 (seperti tsunami dan gempa bumi).
2.3. Relawan Untuk mengetahui pengertian relawan, tarlebih dahulu dikemukakan beberapa ciri relawan menurut Omoto dan Snyder (1895) yaitu· 1. Selalu mencari kesempatan untuk memb;mtu. Dalam membantu ini, pertolongan yang diberikan membutuhkan waktu yang relc.tif lama serta tingkat keterlibatan yang cukup tinggi. 2. l
Oleh karena itu berdasarkan definisi di atc.s, yang diseb•Jt relawan dalam penelitian ini adalah orang yang berkesempatan untuk membantu orang lain dalam peristiwa tragis yang terjadi di masyarakat seperti benc8na alam, banjir
41
gempa, tsunami dll. Dan pertolongan yang diberikan .nemiliki personal cost yang harus dikorbankan.
2.4. Kerangka berfikir
I-
I
J
Musibah
----1>
Persepsi tentang musibah
konkrit
Memberikan pertolong 31i
Tidal< memberikan pertolongan
Bagaimana persepsi seseorang tentang rnusibcih dapat menentukan pula bagaimana ia memberikan respons terhadap suatu tindakan. Jadi bagaimana persepsi seseorang tentang musibah berruhungan dengan baoaimana kecenderungan seseorang Llntuk berperilaku prososial. Sebab kondisi stimulus dapat mempengaruhi perilaku prososial seseorang.
Dari uraian di alas menunjukkan bahwa kecenderungan seseorang untuk berperilaku prososial sangat dipengaruhi oleh baga1mana seseorang
42
mempersepsikan suatu musibah yang dia1am1 oleh orang lain. Semakin konkrit stimulus yang dipersepsikan maka semakin tinggi kecenderungan untuk berperilaku prososial. Begitu pula sehaliknya, f'>emakin ambigu stimulus yang dipersepsikan maka kecenderunrian mahasiswa
un~uk
bP.rperilaku
prososial akan semakin menurun.
2.5. Hipotesis Hi
Ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentan!-] musibah dengan perilaku prososial pada !T!ahasisw2. UIN Syarh' Hidayatullah Jakarta yang pernah menjadi relawan.
Ho
: Tidak ada hubungan yang signifik;:m antara persepsi tentang musibah dengan perilaku prososial pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah menjadi relawan.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian 3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada'ah pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskrii:itif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla, et al, 1993) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi p&ngumpulc:n data d2'am rangka menguji hipotesis atau menjawab pertar.yaa11 yang mfmyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari suatu pokok or:melitian. Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk nienentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang borbeda dalam suatu populasi.
3.1.2. Variabel penelitian dan operasionalisasi variabel 3.1.2.1. Variabel penelitian Variabel penelitian korelasional ini yaitu vnriabel \erikat (persepsi tentanr musibah) dan variabel bebas (perilaku prososiai).
43
44
3.1.2.2. Operasionalisasi variabel
1. Persepsi tentang musibah dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan mahasiswa terhadap peristiwn yang t<;rjadi secara tiba-tiba dan membahayakan (seperti tsunami dan gempa ':iumi). Sk'Jr yang diperoleh dari subjek penelitian mengenai persepsi tentang musibah di ukur dengan faktor karakteristik pernepsi yang dikemukakar1 oleh Robbins (2001) yaitu: orang yang melakukan persepsi, target atau ohj&k persepsi,
dan faktor situasi. 2. Perilaku prososial adalah tindakan memberikan buntuan kepada orang lain yang sifatnya positif atau menguntungkan dan tindakan tersebut ditujukan untuk kepentingan orang lain Skor yang dipcro1eh dari subjek penelitian mengenai perilaku prososial diukur dengan faktor-faktor yang di kemukakan oleh Staub (1978) yang terme1suk dalam aspek situasional yaitu kejelasan stimulus, derajat kebutuhan yang '.Jitolong, tanggung jawab, norma timbal balik, biaya yang dikeluarkan, de•·ajat penerimaan sosial, pengalaman di masa lampau.
3.2. Populasi dan sampel 3.2.1. Populasi Gay mendefinisikan populasi sebagai kelomp0k di mana penelrti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya (Sevilla, et al, 1993). Jadi populasi
adalah sejumlah penduduk atau individ•~ yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah menjadi relawan p<1da herbagai peristiwa bencana alam yang terjadi di masyarakat seperti gempa bumi, banjir, tsunami, berjumlah 500 orang yang tersebar dciri angkatan 2000-2005.
3.2.2. Sampel Menurut Ferguson sampel adalah sebagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi (Sevilla, et al, 1993). ,Jadi sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitic.n.
Sevilla, et all, (1993) menawarkan beberaria ukuran minimal yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian. Untuk metode penehtian korelasional, jumlah sampel minimal adalah 30 subjek. Adapun menurut Arikunto (2002) jumlah sampel minimal yang dapat diambil adalah 10% -·15% dari ju ml ah populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 83 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
46
3.3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling dengan metode simple random sampling, yaitu setiap individu dalam populasi mempunyai hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian (Arikunto, 2002). Ukuran sampel dari populasi menggunakan rumus Slavin (Sevilla, at al, 1993): N
Keterangan: n = Sampel N Populasi e = Sampling eror
=
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus Slavin di atas dengan populasi yang berjumlah 500 orang diperoleh sebanyak 83 sampel. Jadi falam penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 82 orang.
47
3.4. Pengumpulan data 3.4 . 1. Metode dan instrumen penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan aualB1h skala model Likert, yaitu skala persepsi tentang musibah dan perilaku prosos1al. Dalam penelitian ini skor akhir subjek merupakan skor total dari jawaban pada setiap pernyataan. Adapun alternatif jawaban yarg diberikan adala.i : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS). dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor jawaban antara pernyataan yang bersifat favorablf' dan
unfavorable berbeda, untuk lebih jelasnya dapat dilihRt pada tabel 3.1.
1. Skala persepsi tentang musibah Pernbuatan item-item pernyataan skala perscpsi tentang rnusibah disusun berdasarkan faktor-faktor yang rnempengciruhi perseµsi yang c'ikemukakan oleh Robbins (2001), yaitu faktor orang yang mempersepsi musibah, faktor objek persepsi atau target, dan faktor situasi. Blue print skala persepsi tentang rnusibah dapat dilihat pada tabel 3.2.
48
Tabel 3.2
ska la perseps1. tentang M LISI'b a h ---· Nomor Item lndikator Ur1favorable Favorable
2. Skala per-1laku prososial Pembuatan item-item pernyataan skala p€rilaku prososial disusun berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi proso·sial pada z.spek situasional yang dikemukakan oleh Staub (1878), yaitu kejelasan stimulus, derajat kebutuhan yang ditolong, tangguny jawab, norma timbal balik, biaya yang dikeluarkan, derajat penerimaan sosial, pengalaman di masa lampau. Blue print skala perilaku prososial dapat dilihat pada tabel 3.3.
49
Tabel 3.3 81 ue pnn . t s k
lndikator
1
Jumlah
Favorable
Unfavorable
Kejelasan stimulus
1,3
2,4,5,6
6
2
Derajat kebutuhan yang ditolong
7,9
8
3
3
Tanggung jawab
11, 12
10, 13
4
4
Norma timbal balik
15,17
14,16,18
5
Biaya yang dikeluarkan
19,22
20,.~I
f---
5
--
6
Derajat penerimaan sosial
7
Pengalaman di masa lampau
--
24,/.7
-
4
·--
5 ---
28,29,31 -
Jumlah
----
· - - - - - - -- - - - - - - · - - - -
23,25,26
--
-----
16
30 --
4
···-,.··- --·-·····--
15
31
3.4.2. Teknik uji instrumen penelitian Untuk menguji validitas item digunakan ru1nus product moment (Azwar, 2003), yaitu :
M:XY-(I\')IIY)
Keterangan: r xy N l:XY l:X l:Y
:
: : : :
Angka koefisien korelasi "'r'' proc'uct moment Jumlah subjek Jumlah ha<>il perkalian artar;:i sk.or X dan sl;or Y Jumlah skor X Jumlah skor Y
50
Dari hasil uji coba penelitian dengan totc>I item 60 unt•Jk skala persepsi tentang musibah, ada 27 item yang valid dan 13 yano tidal< valid, sedangkan untuk skala perilaku prososial dari selurL:h item yang berjumlah 6_0 item tercJapat 31 item valid dan 9 item yang ticJak valid.
Koefisien product moment rbervariasi dari korelasi positif yang sempurn 1 (r = + 1,00) dan korelasi negatif yang sempurna (r = -1,00) dan jika tidak ada hubungan ditandai dengan r = 0,00.
Untuk melihat reliabilitas sk'lla digunakan teknik alpha cronL.ach (Azwar, 2003), rumusnya sebagai berikut :
-[ -k- ][1 -'£.~'i' a- 2k- I
S'.'>:
J
Keterangan: a : Reliabilitas alpha k : Jumlah belahan tes Sj2 : Varian belahan j; j 1,2 ...... k Sx 2 : Varian skor tes
Dari hasil uji coba penelitian di dapat koefisien reliabi1itas untuli skala oersepsi tentang rnusibah adalah a= 0.8865, sedan9kan koefisien reliabilitas Jntuk skala perilaku prososial adalah a= 0.9992. dengan demrkian kedua ;kala ini reliabel untuk digunakan dalarn pe;1elitian. Hal ini disebabkan tingkat
51
reliabilitas yang pada umumnya dapat diteriina mini1w1I OJO (Kountur Ronny, 2004).
3.5. Teknik analisa data Metode analisa data dalam penelitian ini merggunakan rumus oroduct moment (Saifuddin Azwar, 2003), untul< m8nentukan keterkaitc.n antar
variabel yang datanya berbentuk interval (Sevilla, et ::ii, 1993), yaitu:
Keterangan: r xy N L:XY
L:X L:Y
: Angka koefisien korelasi "r" product mor11ent : Jumlah subjek : Jumlah hasil perkalian ar.tara skor X dan skor Y : Jumlah skor X : Jumlah skor Y
Dalam analisa data peneliti menggunakan bc;ntuan s1sti:i;n komputer dengan program SPSS versi 11, 5.
3.6. Prosedur penelitian 1. Tahap persiapan
Penulis merumuskan permasalahan dalam penelilian ini, menentukan variabel yang akan diteliti, melakukan sturJi kepus'.akaan untuk
52
mendapatl
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1. Gamba ran um um subjek pen(-)litian Penelitian ini dilakukan di UIN Syar;f Hidayatull&h Jakarta. Populasi penelitian berjumlah 500 orang. Subjek penelitian ynng digunal<ari berjurr:lah 83 orang yang tersebar dari angkatari 2000 - 2005. l_atar bela:cing subjek penulis ilustrasikan pada tabel 4. 1 dan 4.2
Tabel 4. 1 Lat~H be_l
subjek berdasarkan jer1~_!(ela_min dan~hu~angkatan ___ Jenis kelamrn Jumlah 1-------Laki-lald Pererr:iE.!:l
--------~------
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seca;a keselu1uhan subjek peneliti didominasi oleh laki-laki dengan jumlah 5?. orang. Proporsi sampel terbesar terdapat di angkatan 2001 dengan ju~lah 19 orang d:oin proporsi sampel terkecil terdapat di angkatan 2005 dengan jumlah 9 orang.
53
55
Berdasarkan label di alas, skor mean teoritik (67,5) lebih besar dari skor mean perolehan (78,5), hal ini berarti bahwa mahasiswa relawan mempersepsikan musibah dengan positif.
4.2.2. Skor skala perilaku prososial Secara umum skor hasil penelitian dapat cideskripsik1n seperti pada label
4.4
Tabel 4.4 Distribusi statistik perolehan dan teoriti~~i
~
Untuk menentukan tingkat kategori perilaku subjek dalam kategori tinggi, sedang, rendah. Peneliti
mengguna~can
ka'.eriorisasi janjang.
Dari label tersebut dapat diketahui bahwa jika X (sebaran skor pada variabel X) lebih kecil dari 78 maka perilaku subjek tergolcng rend3h. Jika X lebih
56
besar dari 78 sampai 96 maka termasuk k
4.2.3. Uji persyaratan Sebelum melakukan analisa data harus dipenuhi pen;;yaratan analisis terlebih dahulu. Dalam uji persyaratan tersebut penulis menggunakan hantuan sistem komputer SPSS versi 11, 5. Dan uji prasyc.rat ycing ciilakukan adalah:
4.2.3.1. Uji normalitas
Pada uji normalitas peneliti menggunakan analisis shapiro wilk, hal ini dilakukan l<arena jumlah subjek yang digunakan
kura~g
dari 100 orang
(Kuncoro, 2003). Hasil uji normalitas pada skala persepsi tenta'lg musibah, angka signifikan 0,054 (p>0,05), dan untuk variabel perilaku prososial, angl
57