HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM MELAKUKAN PEMBERIAN OBAT
Skripsi Diajukan untuk memenuhi syrat mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH : LYDYA PERWITASARI AS 107104001538
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1433 H/2012
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Februari 2012
Lydya Perwitasari AS
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Lydya Perwitasari AS
Tempat/tanggal lahir : Serang, 07 Maret 1989 Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Raya Cilegon Km.5 Taman Baru Komp. KS Rt 16/05 No. 05 42162 Serang-Banten
Tlp
: 0254232172/087878198523
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan : TK Alkhariyah
(1994-1995)
SDN 1 Kramatwatu
(1995-2000)
SMPN 1 Serang
(2000-2004)
SMAN 2 Serang
(2004-2007)
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Februari 2012 Lydya Perwitasari AS, NIM : 107104001538 Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat xvi+ 86 halaman, 20 tabel, 2 bagan, 7 lampiran
ABSTRAK Salah satu peran perawat di pelayanan kesehatan adalah melakukan pemberian obat yang sesuai dengan enam prinsip benar. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat yang tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan memberikan informasi kepada klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat (nama dan bentuk obat, sifat dan kerja obat, efek dan reaksi obat, sistem perhitungan obat, rute pemberian obat, dan peran perawat dalam melakukan pemberian obat) dengan perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat yang sesuai dengan enam prinsip benar yaitu benar obat, benar pasien, benar waktu, benar dosis, benar rute, dan benar dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel sebanyak 34 orang, pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh. Pengumpulan data untuk pengetahuan melalui pengisian kuesioner, dan perilaku melalui observasi dengan menggunakan lembar check list. Analisis data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat ( spearman rank). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh dari hasil pengetahuan baik yaitu laki-laki 14.3% dan perempuan 29.6%. Nilai farmakologi dan nilai IPK mempengaruhi pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan yaitu nilai C pengetahuan kurang 60% dan nilai IPK memuaskan (2,00-2,74) pengetahuan kurang sebanyak 66,7%. Hasil penelitian pengetahuan didapatkan pengetahuan kurang 35.3%, pengetahuan cukup 38.2%, dan pengetahuan baik 26.5%. Hasil penelitian perilaku didapatkan responden yang memiliki perilaku baik sebanyak 79.4% dan perilaku buruk 20.6%. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian tidak ada hubungan (p-value: 0,16). Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Pemberian Obat, prinsip enam benar, mahasiswa profesi keperawatan.
vii
Daftar bacaan : 40 (1994 – 2011).
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduated thesis, February 2012 Lydya Perwitasari AS : 107104001538
Relationship with the knowledge of the behavior of the nursing profession students Syarif Hidayatullah State Islamic University in the conduct administration of drugs xvi + 86 pages, 20 tables, 2 figures, 7 appendices
ABSTRACT One of nurse’s role in health service is drug administration which appropriate with six right principle. Nurse be responsible in understand drug’s work, side effect which posed, giving an appropriate drug, monitoring client’s response and helping client to use correctly and giving an information to the client. The aim from this research is to know relationship between knowledge nurse student profession in drug administration (name and drug form, nature and drug’s work, effect and drug’s reaction, drug’s calculation system, drug’s route, and nurse’s role in drug administration) with proffesion student’s behavior in drug administration which appropriate with six right principle that is right drug, right patient, right time, right dose, right route and right documentation. Research’s type is quantitative analytic with cross sectional design. Number of sample 34 with sampling jenuh technique. Data’s collection for knowledge with questionare and behavior with observation and check list. Data’s analysis with univariate and bivariate (spearman rank). Research’ s outcome show that profession student’s knowledge not different between man and woman, man 14.3% dan woman 29.6%. pharmacology score and IPK affecting nurse profession student knowledge, C score with less knowledge 60% and IPK score satisfy (2,00-2,74) with less knowledge 66,7%. Research outcome for knowledge are student with less knowledge 35.3%, enough 38.2%, and good 26.5%. research outcome for behavior are, good behaviour 79.4% and bad behaviour 20.6%. based on data’s analysis outcome that there have no relation between knowledge with nurse profession student behavior in drug administration (p-value: 0,16). Keyword : knowledge, behavior,administration drug, six principles, nursing profession students References : 40 (1994-2011) ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
"Hiduplah seakan engkau akan mati besok. Belajarlah seakan engkau akan hidup selamanya" Mahatma Gandhi
Jika Anda mendidik seorang pria, maka seorang pria akan menjadi terdidik. Jika Anda mendidik seorang wanita, maka sebuah generasi akan terdidik" Brigham Young
"Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia" Nelson Mandela
"Kecerdasan dan karakter adalah tujuan sejati pendidikan" Martin Luther King Jr.
"Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara berpikir, bukan apa yang harus dipikir" Margaret Mead
Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini" Malcolm X
"Tidak penting seberapa lambat Anda berjalan, selama Anda tidak berhenti" Confucius
"Pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong. Pendidikan adalah proses menyalakan api pikiran" W.B. Yeats
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa Profesi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Melakukan Pemberian Obat“. Tidak lupa pula sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pelita kehidupan bagi umatnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis merasa tidak akan mampu membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu. Rasa terima kasih ini disampaikan kepada : 1.
Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan. Terimakasih telah memberikan motivasi.
3.
Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan.
4.
Ibu Ernawati S.Kp., M.Kep. Sp. KMB selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
5.
Ibu Ita Yuanita S.Kp., M.Kep selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
xi
6.
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku penguji penguji sidang skripsi yang memberikan bimbingan pada penulis.
7.
Ibu Anna selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan membantu lancarnya penelitian.
8.
Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi dan ilmunya pada penulis.
9.
Segenap Staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan.
10. Mahasiswa profesi angkatan kedua yang menyediakan waktunya dan selalu memberikan semangat. 11. Kedua orang tua (bapak Narto dan Ibu Karsih) yang selalu memberikan do’a, semangat, dorongan, arahan, kasih sayang dan dukungan moril serta materiil tanpa pernah berhenti sepanjang waktu 12. Om dan Tante (P’min dan Tante Eka) juga Kakak-kakak dan adik-adik (Mas Rhony, Mba’ Maria dan Agus) yang selalu memberikan do’a, semangat dan dukungan 13. Sahabat-sahabat PSIK ’07 yang telah berjuang bersama-sama dalam perkuliahan di Keperawatan. 14. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin Semoga skripsi ini bisa dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat.
xii
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Februari 2012
Lydya Perwitasari AS
xiii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................... LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. ABSTRAK ............................................................................................... ABSTRACT ............................................................................................ LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................. KATA PENGANTAR . ............................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR TABEL . .................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
i ii iii v vi vii viii ix x xiii xiv xv xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... A. Latar Belakang ............................................................................ B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Pertanyaan Penelitian .................................................................. D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 1. Tujuan umum ........................................................................ 2. Tujuan khusus ........................................................................ E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 1. Instansi Pendidikan Keperawatan ........................................... 2. Responden ............................................................................. 3. Peneliti .................................................................................. 4. Peneliti Selanjutnya ............................................................... F. Ruang Lingkup ............................................................................
1 1 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
10
A. Pengetahuan ................................................................................ 1. Definisi .................................................................................. 2. Proses Adopsi Perilaku .......................................................... 3. Tingkat Pengetahuan didalam Domain Kognitif ..................... B. Perilaku ....................................................................................... 1. Definisi .................................................................................. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku ........... 3. Pembentukan Perilaku ........................................................... C. Mahasiswa Profesi Keperawatan.................................................. 1. Definisi Profesi ......................................................................
10 10 10 11 12 12 13 14 14 14
xiv
2. Definisi Keperawatan............................................................. 3. Tahapan Pendidikan Keperawatan ......................................... D. Pemberian Obat ........................................................................... 1. Definisi Obat ......................................................................... 2. Nama dan Bentuk Obat .......................................................... 3. Sifat dan Kerja Obat .............................................................. 4. Efek dan Reaksi Obat............................................................. 5. Perhitungan Obat ................................................................... 6. Peran Perawat dalam Pemberian Obat .................................... 7. Pemberian Obat berdasarkan enam prinsip benar ................... E. Penelitian Terkait ........................................................................ F. Kerangka Teori............................................................................
15 15 18 18 19 21 23 26 31 33 38 41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINSI OPERASIONAL ...........
42
A. Kerangka Konsep ....................................................................... B. Hipotesis .................................................................................... C. Definisi Operasional ...................................................................
42 43 44
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................ A. Desain Penelitian ........................................................................ B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... C. Populasi dan Sampel ................................................................... 1. Populasi ................................................................................ 2. Sampel.................................................................................. D. Instrumen Penelitian .................................................................. 1. Kuesioner ............................................................................. 2. Lembar observasi .................................................................. E. Pengumpulan Data...................................................................... 1. Sumber Data ......................................................................... 2. Prosedur Pengumpulan Data ................................................. F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ........................................ 1. Uji Validitas ......................................................................... 2. Reliabilitas ............................................................................ G. Tekhnik Analisa Data ................................................................. 1. Langkah Analisis Data .......................................................... 2. Analisis Data ....................................................................... H. Etika Penelitian ..........................................................................
46 46 46 47 47 47 47 47 49 50 50 50 52 52 52 53 53 54 55
xv
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 57 A. Wewenang Mahasiswa Profesi Keperawatan dalam pemberian obat .................................................................................................. 57 B. Gambaran Demografi 1. Jenis Kelamin....................................................................... 58 2. Nilai Farmakologi ................................................................ 59 3. Nilai IPK.............................................................................. 59 C. Analisis Univariat 1. Pengetahuan ......................................................................... 60 2. Perilaku ................................................................................ 67 D. Analisis Bivariat ........................................................................ 69
BAB VI PEMBAHASAN......................................................................... 71 A. Analisis Univariat ...................................................................... 71 1. Gambaran jenis kelamin dengan pengetahuan ...................... 71 2. Gambaran nilai farmakologi dan nilai IPK dengan pengetahuan 74 3. Gambaran jenis kelamin dengan perilaku pemberian obat .... 76 4. Gambaran perilaku pemberian obat ...................................... 78 B. Analisis Bivariat ........................................................................ 81 1. Hubungan pengetahuan dengan perilaku dalam melakukan pemberian obat ..................................................................... 81
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 85 B. Saran .......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL No. Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Reaksi Alergi Ringa ...................................................................... 24 Tabel 2.2 Ekivalensi Ukuran ........................................................................... 26 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 42 Tabel 5.1 Frekuensi Jenis kelamin .................................................................. 58 Tabel 5.2 Frekuensi Nilai Farmakologi ........................................................... 59 Tabel 5.3 Frekuensi Nilai IPK ......................................................................... 59 Tabel 5.4 Frekuensi Subvariabel nama dan bentuk obat .................................. 60 Tabel 5.5 Frekuensi Subvariabel sifat dan kerja obat ....................................... 61 Tabel 5.6 Frekuensi Subvariabel efek dan reaksi obat ..................................... 61 Tabel 5.7 Frekuensi Subvariabel sistem perhitungan obat ............................... 62 Tabel 5.8 Frekuensi Subvariabel rute pemberian obat ..................................... 62 Tabel 5.9 Frekuensi Subvariabel peran perawat dalam pemberian obat ........... 63 Tabel 5.10 Frekuensi tingkat pengetahuan ...................................................... 64 Tabel 5.11 Frekuensi jenis kelamin dan tingkat pengetahuan .......................... 64 Tabel 5.12 Frekuensi nilai farmakologi dan tingkat pengetahuan .................... 65 Tabel 5.13 Frekuensi nilai IPK dan tingkat pengetahuan ................................. 66 Tabel 5.14 Frekuensi jenis kelamin dan perilaku ............................................. 67 Tabel 5.15 Frekuensi Subvariabel perilaku pemberian obat ............................. 68 Tabel 5.16 Frekuensi perilaku pemberian obat ................................................ 69 Tabel 5.17 Proporsi Pengetahuan dan perilaku ................................................ 69
xvii
DAFTAR GAMBAR No. Gambar Gambar 2.3 Kerangka Teori .......................................................................
39
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................
40
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent Lampiran 2 Lembar Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa Profesi dalam melakukan pemberian obat Lampiran 3 Lembar Observasi Lampiran 4 Lembar Petunjuk Pengisian Lembar Observasi Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6 Hasil Penelitian Univariat Lampiran 7 Hasil Penelitian Bivariat
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada upaya lain yang perlu dilakukan kecuali mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap mutu layanan keperawatan (Muhlisin & Ichsan 2008). Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil Lokakarya Nasional (1983), didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis-psikologis-sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Peran perawat adalah sebagai pemberi pelayanan keperawatan yang professional, pembuat keputusan klinis, pelindung atau advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh dan sebagai pendidik. Pada perannya sebagai pemberi pelayanan keperawatan salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu pemberian obat yang pada dasarnya merupakan
1
suatu kolaborasi antara dokter, apoteker dan perawat. Saat pemberian obat tersebut hal yang terpenting adalah perawat memberikan obat yang aman dan akurat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan, walaupun obat menguntungkan klien, obat juga menimbulkan efek samping yang serius dan berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat yang tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan memberikan informasi kepada klien. Perawat pada saat sebelum memberikan obat harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya yang nantinya untuk perawat dapat berdiskusi dengan dokter apakah obat tersebut tepat dan aman untuk klien (O’shea,1998). Pemberian obat oleh perawat diharuskan menggunakan prinsip “benar” yaitu, benar pengkajian, benar obat, benar klien, benar rute, benar dosis, benar waktu, benar dokumentasi, benar tindakan,benar bentuk, dan benar respon, benar evaluasi, sehingga apabila terjadi kesalahan dan tidak sesuai dengan prinsip pemberian obat maka akan timbul atau terjadi kesalahan pemberian obat yang merupakan tanggung jawab perawat (Elliott & Liu, 2010). Angka kejadian kesalahan pemberian obat masih terhitung banyak data ini didapatkan dari penelitian di Auburn University di rumah sakit dan nursing home di Colarado dan Gerogia, USA pada tahun 2002, dari 3216 jenis pemberian obat terdapat 43% pemberian obat dilakukan pada waktu yang salah, dan 4% diberikan obat yang salah (Joint Commission on Acreditation of Health Organization [JCAHO], 2002). Peneliti pada penelitian ini juga
2
mengemukakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Institut of Medicine pada tahun 1999, yaitu kesalahan medis (medical error) telah menyebabkan 1 (satu) juta cedera dan 98.000 kematian dalam setahun. Data yang didapat dari JCAHO juga menunjukkan bahwa 44.000 dari 98.000 kematian yang terjadi di rumah sakit setiap tahun disebabkan oleh kesalahan medis. (Kinninger & Reeder, 2003 dalam Kusmarjathi, 2009). Di Nort-WestEngland dari 11.077 kesalahan, terdeteksi 124.260 pemberian obat tingkat kesalahan rata-rata 8,9 per 100 pemberian obat (Ashcroft, Healthfield, Lewis, Miles, Taylor, & Tully, 2009) Kesalahan obat di Australia terjadi sebanyak 350.000 per tahun yang 42% mengakibatkan kerugian pasien, termasuk 130 kematian. 27% (96.000) kesalahan cairan yang mengakibatkan 27% kerugian pada pasien, termasuk 7 kematian (Hospira,2009). Negara Malaysia terdapat sebanyak 1118 pemberian obat yang diamati pada 66 pasien rawat inap dengan kesalahan pemberian obat yang tercatat sebanyak 135. Ini berarti 12,1/100 kesalahan pemberian obat. Jenis kesalahan yang umum terjadi adalah pada waktu yang salah (25,2%), diikuti oleh salah teknik (cara) pemberian (16,3%), dan lain-lain seperti penyiapan obat yang tidak benar, dosis yang salah dan kelalaian (masing-masing 10,4%) (Hui, Siang, & Rahman, 2005). Sedangkan untuk Negara Indonesia sendiri data yang didapatkan berdasarkan laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007), kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama. Kurangnya data-data yang diperoleh terhadap masalah kesalahan pemberian obat adalah dikarenakan kurangnya laporan dan pencatatan.
3
Berdasarkan kejadian dari kesalahan pemberian obat maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian obat kepada klien harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dan berdasarkan dengan prinsip-prinsip pemberian obat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Pemberian obat yang dilakukan oleh perawat harus berdasarkan pengetahuan yang memadai sehingga resiko terjadinya kesalahan pemberian obat dapat dikurangi. Pengetahuan merupakan hal yang penting untuk melandasi bagaimana seseorang berperilaku, sehingga diharapkan dengan mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemberian obat dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat, oleh karena itu, untuk menghasilkan perawat yang professional perlu dimulai pada saat pendidikan. Pendidikan
perawat
di
Indonesia
telah
dimulai
pada
masa
pemerintahan Kolonial Belanda, perawat penduduk pribumi yang disebut Vepleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Pada masa ini perkembangan rumah sakit maju dengan pesat tetapi perkembangan keperawatan secara konseptual belum ada. Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan keperawatan dari tahun 1945 sampai akhir tahun 1962-an masih berorientasi pada keterampilan melaksanakan prosedur, sampai adanya perubahan konsep tentang konsep tentang keperawatan sebagai profesi tahun 1983 (kusnanto, 2003). Berlangsungnya proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia, telah terjadi pergeseran yang sangat mendasar di beberapa aspek dalam perkembangan
keperawatan.
Pergeseran
dalam
pemahaman
tentang
keperawatan, yaitu yang tadinya dipersepsikan sebagai pekerjaan bersifat
4
vokasional (vocational) secara bertahap diterima keberadaannya sebagai suatu profesi
(professional).
Menghasilkan
tenaga
profesi
saat
ini
telah
dikembangkan beberapa program pendidikan, yaitu Program Pendidikan D-III Keperawatan, Program Pendidikan Ners, Program Magister Keperawatan dan Program Spesialis Bidang Keperawatan, dan Program Doktor Keperawatan (Kusnanto 2003). Program pendidikan Ners harus memiliki sikap dan kemampuan professional (professional competencies) melakukan praktik keperawatan ilmiah dasar secara mandiri. Menurut Shortdrige (1985) menyatakan karakteristik esensial dari suatu profesi adalah pelayanan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, menggunakan berbagai konsep teori dan prinsip sebagai landasan asuhan yang didapat melalui pengalaman belajar dan praktik; berorientasi pada komitmen untuk memberikan pelayanan professional dalam memenuhi kebutuhan pasien (Erniyati, Bukit & Salbiah 2007). Alasan dilakukannya penelitian ini adalah dikarenakan dalam hal pemberian obat adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh perawat di pelayanan keperawatan, dan dilakukan pada mahasiswa profesi keperawatan (ners) dikarenakan untuk menciptakan perawat yang profesional dimulai dari mahasiswa profesi, sehingga dengan penelitian ini akan dapat membantu dalam meningkatkan kualitas keperawatan pada pelayanan di rumah sakit., selain itu penelitian tentang mahasiswa profesi juga belum pernah dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian yang dapat mendukung alasan peneliti melakukan penelitian masalah ini adalah sebagai berikut : Penelitian menurut Manias & Bullock (2001), didapatkan hasil adalah Perawat klinis menyatakan
5
bahwa perawat yang baru lulus dari akademik mengalami kekurangan dalam bidang farmakologi, yang mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang nama obat beserta golongannya, ketidakmampuan dalam membaca grafik obat, dan kesulitan dalam perhitungan obat, selain itu juga kurangnya pemahaman
dalam
mengaplikasikan
konsep
farmakologi
ke
dalam
prakteknya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kusmarjathi tahun 2009 tentang penerapan prinsip “enam benar” dalam pemberian obat oleh perawat di ruang rawat inap, didapatkan hasil tingkat pengetahuan responden tentang obat adalah 62,5% pengetahuan sangat baik, 25% pengetahuan baik, 2,5% pengetahuan cukup dan 5% pengetahuan kurang. Hasil penelitian dalam tingkat penerapan prinsip “enam benar” dalam pemberian obat oleh perawat didapatkan hasil 55% tinggi, 41,2% sedang, 3,7% rendah. Hasil wawancara pada tanggal 15 juni 2011, kepada 3 orang mahasiswa profesi keperawatan didapatkan bahwa mahasiswa berusaha untuk melakukan pemberian sesuai dengan prinsip 6 benar, permasalahan mahasiswa profesi tentang obat adalah macam-macam obat yang tidak umum beserta golongannya, serta efek samping yang akan ditimbulkan oleh obat tersebut, selain itu juga mahasiswa profesi masih merasakan kesulitan pada perhitungan dosis obat yang akan diberikan.
6
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat?”. C. PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimana karakteristik responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan yang dimiliki mahasiswa profesi terkait dengan obat seperti efek dan reaksi obat, sifat dan kerja obat dan system perhitungan dosis obat, dan peran perawat dalam pemberian obat? 3. Bagaimana gambaran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat sesaui dengan enam prinsip benar ? 4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum : Tujuan Penelitian adalah untuk Mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku mahasiswa profesi keperawatan dalam pemberian obat. 2. Tujuan Khusus a. Karakteristik responden : jenis kelamin, nilai mata kuliah farmakologi, dan nilai IPK
7
b. Diperolehnya data tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa profesi terkait dengan obat seperti efek dan reaksi obat, sifat dan kerja dari obat, dan system perhitungan dosis obat. c. Diperolehnya gambaran perilaku mahasiswa dalam mengidentifikasi pasien ketika akan memberikan obat. d. Diperolehnya gambaran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan crosscheck terkait dengan nama obat, rute yang diberikan, waktu pemberian dan dosis yang akan diberikan pada pasien. e. Diperolehnya
gambaran
mahasiswa
hubungan
antara
profesi
dalam
melakukan
dokumentasi. f. Menganalisa
pengetahuan
dengan
perilaku
mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah dalam melakukan pemberian obat. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Instansi Pendidikan Menambah literatur dan memberikan informasi tentang pengetahuan dan perilaku mahasiwa profesi dalam pemberian obat, sehingga dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Responden Manfaat bagi responden adalah diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan bahan evaluasi, sehingga mahasiswa profesi dapat terus meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuannya tersebut saat melaksanakan praktek keperawatan.
8
3. Peneliti Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah, dan sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Program Sarjana di keperawatan. F. RUANG LINGKUP Penelitian ini dilakukan untuk dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat yang sedang melaksanakan praktek klinik di Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta. Subjek yang diteliti adalah mahasiwa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah angkatan kedua. Dilakukan dengan metode analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Variable terikat pada penelitian ini adalah perilaku pemberian obat, sedangkan variable bebas adalah pengetahuan tentang pemberian obat.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tanggung jawab perawat selalu mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak menghasilkan informasi. Perawat pelaksana maupun mahasiswa keperawatan dituntut untuk dapat mengadaptasikan diri dalam suatu lingkungan yang mengalami perkembangan pengetahuan (Asmadi, 2005). A. PENGETAHUAN 1. Definisi pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). 2. Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yaitu:
10
a. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mencoba perilaku baru e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 3. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.
11
c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contohnya menggunakan prinsip-prinsip benar dalam melakukan pemberian obat. d. Analisis (Analysis) analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sinstesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang
baru.
Misalnya
dapat
menyusun,
dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan–rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin
12
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan diatas. B. PERILAKU 1. Definisi Perilaku Perilaku menurut Skinner 1938 adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Definisi lain dari perilaku menurut Suryani 2003 adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannnya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktorfaktor tersebut antara lain : a. Susunan syaraf pusat Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke rangsang yang dihasilkan. b. Persepsi Persepsi adalah pengalaman yang diahasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman. c. Motivasi Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku.
13
d. Belajar Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilakuyang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu. e. Faktor ekstern: objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. 3. Pembentukan perilaku Perilaku manusia terbesar adalah perilaku yang dibentuk, dengan perilaku yang dipelajari. Cara untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan harapan : a. Cara pembentukan perilaku dengan condititioning/kebiasaan Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai dengan harapan maka akan terbentuklah suatu perilaku. b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight) belajar secara kognitif disertai dengan adanya pengertian atau insight, dan dalam belajar juga dibutuhkan latihan. c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model. C. MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN 1. Definisi Profesi Profesi memiliki mekanisme aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan pekerjaan tidak memerlukan hal rumit. Profesi menurut Paul F Comenisch (1983). Adalah suatu “komunitas moral” yang
14
memiliki cita-cita dan nilai bersama. Seluruh profesi dipersatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama dan keahlian yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pada hakikatnya, profesi merupakan suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menegaskan bahwa individu akan mengabdikan dirinya kepada suatu pekerjaan tertentu karena dirinya merasa terpanggil untuk menjalani pekerjaan itu. (Aziz 2002) 2. Definisi Keperawatan Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat pendidikan
keperawatan
juga
menekankan
pemahaman
tentang
keprofesian. 3. Tahapan Pendidikan Keperawatan Pendidikan
merupakan suatu proses yang sangat
kompleks
dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, yang intinya didalam pendidikan keperawatan membutuhkan proses belajar yang dapat merubah perilaku dalam dunia pendidikan. Menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya
15
mendapat gelar S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi mahasiswa mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik. a. Pendidikan Keperawatan Sebagai Pendidikan Akademik Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mana pola pendidikan terdiri dari dua aspek yakni pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pada pendidikan akademik dituntut mampu melaksanakan tiga fungsi pendidikan yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, dalam bidang keperawatan melalui tiga fungsi tersebut diharap dapat menghasilkan berbagai jenis tenaga keperawatan dalam berbagai jenjang kemampuan baik sebagai professional maupun sebagai ilmuan keperawatan, dengan riset keperawatan atau penelitian keperawatan akan dapat diperoleh hasil yang dapat menambah atau memperluas ilmu pengetahuan keperawatan yang mampu menerapkan teknologi keperawatan, dalam
16
meningkatkan pelayanan keperawatan dan melalui pengabdian masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan. b. Pendidikan Keperawatan sebagai Pendidikan Profesi Sebagai pendidikan profesi, pendidikan keperawatan harus memiliki landasan akademik yang kuat dan selalu mengikuti perkembangan
IPTEK
Keperawatan,
mampu
mengembangkan
keterampilan dasar dan kemampuan sebagai sarjana keperawatan. Pada pendidikan profesi diharapkan mampu menumbuhkan dan membina sikap tingkah laku dan kemampuan professional keperawatan dalam melakukan
praktek
professional,
keperawatan
ilmiah,
menumbuhkan
sikap
membina landasan profesi merupakan sosialisasi
professional sehingga mampu melakukan adaptasi secara professional, melalui pembelajaran klinik keperawatan menjadikan diri sebagai model peran. Pendidikan keperawatan dalam melaksanakan praktek klinik akan menggunakan
rumah
sakit
pendidikan
sebagai
usaha
untuk
mengembangkan pengalaman belajar klinik keperawatan, secara professional konsep-konsep keperawatan akan dapat diterapkan. Pendidikan profesi dikembangkan dan dibina berdasarkan tanggung jawab moral kepada masyrakat. Pendidikan profesi dilaksanakan setelah selesai menyelesaikan pendidikan akademik, oleh karena itu landasan kokoh dalam bidang ilmu keperawatan yang diperoleh selama pendidikan
akademik
akan
pembelajaran pendidikan profesi. 17
mempunyai
arti
penting
dalam
Pemberian asuhan keperawatan secara professional dapat bersifat saling berhubungan dan saling bergantung dengan system pelayanan professional lain, seperti pelayanan asuhan medik, sifat saling bergantung mempunyai arti bahwa system pemberian pelayanan saling memerlukan dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Asuhan keperawatan dikatakan professional bila pelaksanaan asuhan keperawatan kepada klien berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dengan pendekatan holistic, mencakup bio-psiko-sosiospiritual yang berorientasi pada kebutuhan dasar manusia. Disamping itu dalam prakteknya asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menggunakan metode penyelesaian masalah secara ilmiah dengan landasan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan secara tepat guna dan menggunakan keterampilan interpersonal, tehnikal dan intelektual (Husin, 1999 dalam Hidayat 2002). Pada dasarnya pengembangan pendidikan profesi merupakan aplikasi dari pendidikan akademik. Tuntutan secara professional dalam memberikan asuhan keperawatan merupakan wujud dari penerapan pendidikan profesi. Dengan demikian program pendidikan professional mengutamakan peningkatan kemampuan penerapan ilmu pengetahuan. Pendidikan profesi lebih mengutamakan penguasaan keahlian dalam upaya profesi tertentu yang dilaksanakan setelah menyelesaikan pendidikan akademik dan lulusannya mendapatkan sebutan profesi.
18
D. PEMBERIAN OBAT 1. Definisi Obat Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia) . 2. Nama dan Bentuk Obat a. Nama Obat 1) Nama kimia memberi gambaran pasti komposisi obat. Salah satu contoh nama kimia adalah asam asetilasetat yang biasa dikenal sebagai aspirin. 2) Nama generik diberikan oleh pabrik yang pertama kali meproduksi obat tersebut sebelum mendapat izin dari FDA dalam hal ini dilindungi hukum. 3) Nama resmi adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi resmi, misalnya dalam United States Pharmacopeia (USP). 19
4) Nama dagang, nama merek atau nama pabrik adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generik dapat memasarkan sebuah obat generik memiliki nama yang berbeda. Nama dagang memiliki simbol ® disebelah kanan atas nama obat, yang mengindikasikan bahwa obat terdaftar. b. Bentuk Obat 1) Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. 2) Tablet (Compressi) merupakan sedian padat berbentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan tanpa bahan tambahan. 3) Pilulae (PIL) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. 4) Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. 5) Solutiones (Larutan) merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, 6) Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. 7) Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir
20
8) Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. 9) Guttae (Obat Tetes) Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. 10) Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan 3. Sifat dan Kerja Obat Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika (Raden Sanjoyo, 2005). a. Absorpsi Absorpsi adalah cara molekul obat masuk kedalam darah. Faktorfaktor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi. Setiap rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat, bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat ditembus zat kimia, sehingga sehingga absorpsi menjadi lambat, selain
21
itu obat yang diberikan lewat oral juga lambat dikarenakan harus melewati sistem percenaan. Membran mukosa dan saluran napas mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan kapiler-alveolar. (potter dan perry 1999). b. Distribusi Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke selruh tubuh melalui sirkulasi darah. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya didalam tubuh : 1) distribusi yang terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. 2) distribusi mencakup jaringan yang perfusi jaringannya mencakup tidak sebaik organ di fase pertama misalnya, otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan terditribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. (Raden Sanjoyo, 2005). c. Metabolisme Proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal.
22
d. Ekskresi Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik. 4. Efek dan Reaksi Obat Menurut Potter dan perry (1999)
efek dan reaksi obat dapat dibagi
menjadi 5 : a. Efek Terapeutik Efek terapeutik merupakan respons fisiologis obat yang diharapkan atau diperkirakan timbul. Contoh, aspirin berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi, dan menurunkan agregasi (gumpalan) trombosit. b. Efek samping Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak diinginkan. Contoh, penggunaan kodein fosfat dapat membuat
23
seorang klien mengalami konstipasi, dan penggunaan teofilin dapat membuat klien sakit kepala dan pusing. c. Efek Toksik Efek toksik terjadi setelah klien meminum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu lama, setelah lama menggunakan obat yang ditujukan
untuk
aplikasi
eksternal,
atau
setelah
suatu
obat
berakumulasi didalam darah akibat kerusakan metabolisme atau ekskresi. Satu dosis obat dapat menimbulkan efek toksik pada beberapa klien. Jumlah obat yang yang berlebihan didalam tubuh dapat menimbulkan efek yang mematikan, bergantung pada kerja obat. Contoh, morfin, sebuah analgesik narkotik, meredakan nyeri dengan menekan susunan saraf pusat. Bagaimanapun, kadar toksik morfin menyebabkan depresi pernapasan yang berat dan kematian. d. Reaksi Idiosinkratik Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak bereaksi, atau bereaksi tidak normal terhadap obat. Contoh, seorang anak yang menerima antihistamin (contohnya, Benadryl) menjadi sangat gelisah atau sangat gembira, bukan mengantuk. e. Reaksi Alergi Reaksi alergi adalah respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% sampai 10% merupakan reaksi alergi. Kekebalan tubuh seseorang dapat tersentralisasi terhadap
24
dosis awal obat,. Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan menglami respon alergis terhadap obat atau zat kimia bekerja sebagai antigen, memicu pelepasan antibodi. Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat. Gejala alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat. Contoh, antibiotik dapat menimbulkan banyak reaksi alergi. Tabel 2.1 Reaksi Alergi REAKSI ALERGI RINGAN GEJALA
DESKRIPSI
Urtikaria
Erupsi
kulit
yang
bentuknya
tidak
beraturan,
meninggi, ukuran dan bentuk bervariasi; erupsi memiliki batas berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna pucat. Ruam
Vesikel kecil yang meninggi yang biasanya berwarna merah; seringkali tersebar diseluruh tubuh
Pruritus
Gatal-gatal pada kulit, kebanyakan timbul bersama ruam.
Rinitis
Inflamasi
lapisan
membrane
mukosa
hidung
menimbulkan bengkak dan pengeluaran rabas encer dan berair. Sumber: Potter & Perry 2007 Reaksi yang berat atau reaksi anafilaksis ditandai oleh konstriksi (pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat, dan sesak napas. Klien juga dapat mengalami hipotensi berat, sehingga 25
membutuhkan resusitasi darurat. Klien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu harus menghindari penggunaan berulang obat tersebut, dan setelah sadar, klien harus mengenakan gelang atau kalung identifikasi, sehingga perawat dan dokter dapat mengetahui klien tersebut alergi terhadap obat tertentu. 5. Perhitungan Obat a. Sistem Perhitungan Obat Ketepatan perhitungan obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan akurat dan mengukur obat dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dalam menempatkan angka desimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat
akan
mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat bertanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya serta memberitahu klien tentang dosis yang diprogramkan. 1) Sistem Metrik Sistem Metrik merupakan system desimal, sistem metrik merupakan sistem perhitungan yang secara logis paling teratur. Unit metrik dengan mudah dapat dikonversi dihitung melalui perkalian dan pembagian sederhana.
Satiap
satuan dasar
perhitungan disusun ke dalam unit-unit 10. Mengalikan atau membagi dengan 10 membentuk unit-unit sekunder. Pada perkalian, angka desimal berpindah kekanan. Pada pembagian, angka desimal berpindah kekiri.
26
Satuan dasar perhitungan pada sistem metrik antara lain meter (panjang), liter (volume), dan gram (berat). Pada perhitungan obat, perawat terutama menggunakan satuan volume dan berat. Pada sistem metrik, huruf besar dan kecil digunakan untuk menandai satuan-satuan utama. Contoh: gram = g atau Gm; liter = l atau L. Huruf kecil merupakan singkatan untuk subbagian satuan utama. Contoh: milligram=mg, mililiter = ml. 2) Ukuran Rumah Tangga Ukuran rumah tangga meliputi tetesan, sendok teh, sendok makan, dan cangkir (cups) untuk volume dan ounce serta pound untuk
berat.
Kerugian
ukuran
rumah
tangga
adalah
ketidakarutannya. Peralatan rumah tangga misalnya sendok teh dan cangkir, ukurannya seringkali bervariasi. Keuntungan penggunaan ukuran rumah tangga adalah aspek kenyamanan dan mudah dikenali. Apabila keakuratan tidak terlalu diperlukan, penggunaan ukuran rumah tangga aman digunakan. Contoh: obat yang dijual bebas, misalnya laksatif, antasida, dan obat batuk sirup, dapat diukur dengan aman menggunakan ukuran rumah tangga. Tabel 2.2 Ekivalensi Ukuran EKIVALENSI UKURAN Metrik
Rumah Tangga
1 ml
15 tetes (tts)
4-5 ml
1 sendok teh (sdt)
27
16 ml
1 sendok makan (sdm)
30 ml
2 sendok makan (sdm)
240 ml
1 cangkir (c)
480 ml (kira-kira 500 ml)
1 pint (pt)
960 ml (kira-kira 1 L)
1 quart (qt)
3840 ml (kira-kira 5 L)
1
galon (gal)
Sumber : Potter & Perry 1999 3) Larutan Pada praktik klinis perawat menggunakan larutan yang konsentrasinya berbeda-beda untuk injeksi, irigasi, dan infus. Perawat harus mengerti istilah yang menggambarkan konsentrasi larutan. Suatu larutan adalah suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui. Apabila sebuah zat padat di larutankan dalam cairan, satuan konsentrasinya adalah satuan berat per satuan volume (missal. g/ml, g/L, mg/ml). Suatu konsentrasi juga dapat diekspresikan sebagai persentase. Misal, larutan 10% adalah 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 ml larutan. Suatu perbandingan juga menunjukkan konsentrasi. Larutan 1:1000 adalah larutan yang mengandung 1 g zat padat dalam 1000 ml cairan atau 1 ml cairan dalam 1000 ml cairan lain. b. Mengonversi Satuan Ukuran Seorang farmasi tidak selalu membagikan obat dalam satuan ukuran yang diprogramkan. Perusahaan obat menyalurkan obat dengan ekuivalensi standar tertentu dalam bentuk kemasan dan botol. Contoh, 28
dokter memprogramkan 250 mg obat yang tersedia hanya dalam gram. Perawat bertanggung jawab mengubah satuan volume dan berat ke dalam dosis yang diinginkan. Perawat harus mengetahui ekuivalensi standard dalam semua sistem perhitungan utama. Pemberian obat bukan satu-satunya fungsi konversi yang dilakukan perawat. Konversi digunakan dalam banyak aktivitas keperawatan. 1) Konversi dalam satu sistem Pada sistem metrik, perawat secara sederhana membagi dan mengali. Untuk mengubah milligram menjadi gram, perawat membagi dengan 1000, menggeser koma pada angka decimal tiga kali ke kiri (contoh, 1000 mg = 1 g dan 350 mg = 0,35 g). Untuk mengubah liter menjadi mililiter perawat mengalikannya dengan 1000 atau menggeser koma pada angka decimal tiga kali ke kiri, 1 L = 1000 ml dan 0,25 L = 250 ml. 2) Konversi Antar-Sistem Perawat harus menentukan dosis akurat sebuah obat dengan mengubah berat atau volume dari satu sistem perhitungan ke dalam sistem perhitungan lain. Biasanya,satuan metrik dan apothecary harus diubah ke dalam ukuran rumah tangga yang ekuivalen untuk digunakan dirumah. Ketika harus melakukan kalkulasi obat yang sebenarnya, perawat sangat dianjurkan menggunakan satuan dalam sistem perhitungan yang sama
29
Sebelum membuat konversi, perawat membandingkan sistem
perhitungan
yang
tersedia
dengan
sistem
yang
diinstruksikan. Contoh, dokter mengintruksikan “Morfin 1/6 gram IM”. Obat hanya tersedia dalam milligram. Untuk mengubah gram kedalam milligram, perawat harus mengetahui ekuivalensi 1 mg= 1/60 gr atau 60 mg=1 gr, sehingga dengan mengubah 1/6 gr ke dalam milligram , perawat memiliki ukuran yang dibutuhkan untuk membuat kalkulasi dosis akhir. Perawat membagi dengan 6: 60 mg : 6 = 1/6 gr 10 mg = 1/6 gr Setelah menghitung bahwa instruksi dokter untuk “1/6 gr morfin” sama dengan 10 mg morfin, perawat dapat menyiapkan obat dengan akurat berdasarkan dosis yang tersedia. 3) Kalkulasi Dosis Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis. Rumus yang dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam bentuk padat atau cair: 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟 𝑑𝑜𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Seorang tidak mampu memetabolisasi banyak obat semudah orang dewasa, karena tubuh anak yang lebih kecil, dosis
30
obat yang diberikan juga harus lebih rendah. Metode perhitungan pediatrik yang paling akurat didasarkan pada area permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat tubuh. Nomogram standar, atau grafik menggambarkan area permukaan tubuh berdasarkan berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio area permukaan tubuh anak dibandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa (1,7 meter persegi atau 1,7 m2). 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑎𝑘 =
𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 1,7 𝑚2
6. Peran Perawat dalam Pemberian Obat a. Peran perawat Peran dan tanggung jawab perawat dalam pemberian obat mengalami perubahan seiring dengan perubahan keperawatan dan sistem pelayanan kesehatan dalam menanggapi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan tuntutan teknologi (Asperheim, Eisenhauer, 1974, dalam Priharjo 1994) Pada dasarnya, perawat mempunyai beberapa jenis peran bila dilihat dari batas kewenangannya. 1) peran independen merupakan peran dimana perawat secara legal dapat melakukan tindakan secara mandiri terhadap diagnose keperawatan tertentu. 2) peran dipenden merupakan peran dimana perawat tergantung pada profesi lain dalam melakukan
tindakan
interdipenden
terhadap
(kolaborasi)
masalah
merupakan
31
kesehatan. peran
3)
dimana
peran perawat
melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan yang memerlukan penanganan bersama. b. Peran dalam mendukung keefektivitasan obat Perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasn obat yang diberikan pada pasien. Namun laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan, sehingga perawat penting untuk bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan. c. Peran perawat dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat. Perawat harus memberitahu pasien yang memakai atau minum obat di rumah mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau perawat. Perawat
perlu
tanggap
terhadap
kemungkinan
terjadinya
sensitivitas solang (cross sensitivity) terhadap berbagai obat atau makanan yang berbeda.
32
d. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat Cara menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat sangat bervariasi antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain. Perawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar karena penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat. Saat mempersiapkan obat, perawat harus memeriksa tanda kadaluwarsa obat, cara penggunaan dan pemberiannya. Perawat juga harus menguasai dasar-dasar perhitungan obat misalnya dalam menyiapkan pemberian dosis insulin, injeksi, pembuatan larutan dan lain-lain. e. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas. Hal ini termasuk pendidikan yang berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat obat secara umum, sedangkan informasi yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung perawat tetapi tanggung jawab dokter. 7. Pemberian obat berdasarkan “6 prinsip benar” Pemberian obat harus menggunakan prinsip benar agar pemberian obat tersebut aman. menurut Ni Ketut Kusmarjathi 2009 menggunakan 6 prinsip benar dalam pemberian obat.
33
a. Benar pasien Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar. Mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya. b. Benar waktu Obat-obatan harus diberikan pada waktu yang tepat untuk memastikan level kadar serum terapeutik. Pemberian pada waktu yang salah juga dapat dikategorikan kesalahan dalam pemberian obat. Bullock, Manias dan Galbraith (2007) menyatakan bahwa jika obat diintruksikan harus diberikan pada interval waktu tertentu, pemberian obat oleh perawat tidak boleh lebih dari 30 menit, jika pemberian lebih 30 menit dari waktu yang ditentukan maka biovailabilitas (kemampuan kecepatan obat untuk menyerap ke dalam sirkulasi sitemik) dari obay mungkin terpengaruh. c. Benar obat Obat pada saat pertama kali diprogramkan, perawat harus di cek ulang antara format pencatatan dengan intruksi yang ditulis dokter. Perawat melakukan tiga kali cek ulang saat melihat label obat dengan laporan pencatatan yaitu, 1) sebelum memindahkan obat dari wadah obat dari laci atau lemari (tempat penyimpanan). 2) pada saat sejumlah obat yang di intruksikan atau diprogramkan dipindahkan dari
34
wadahnya. 3) sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan. Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. d. Benar cara atau rute Perawat hanya diperbolehkan untuk memberikan obat pada rute yang telah diresepkan atau diintruksikan, perawat harus memahami perbedaan antara rute seperti tingkat penyerapan, sehingga apabila rute yang diintruksikan tidak sesuai dengan cara yang direkomendasikan, perawat dapat mengingatkan dokter, selain itu apabila terdapat intruksi obat yang tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikannya kepada dokter. Rute yang digunakan dalam pemberian obat : 1) Oral Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung atau usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur. Tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah,
35
serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai. 2) Sublingual Cara
penggunaannya,
obat
ditaruh
dibawah
lidah.
Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari. 3) Inhalasi Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru–sekresi saluran nafas, toksisitas pada jantung. Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosa pada perjalanan pernafasan.
36
4) Rektal Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung,
terjadi
efek
lintas
pertama.
Contoh,
asetosal,
parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat. 5) Pervaginam Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur. 6) Parentral Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi lambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati; bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai pasien, berbahaya (suntikan – infeksi). Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah
37
aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi. Beberapa cara pemberian obat dengan parenteral : a) Subkutan (SC). Injeksi ke dalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit. b) Intradermal (ID). Injeksi ke dalam dermis tepat dibawah epidermis. c) Intramuskular (IM). Injeksi ke dalam otot tubuh. d) Intravena (IV). Injeksi ke dalam vena. 7) Topikal/lokal Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep. e. Benar dosis Sebelum memberikan obat terkait dengan dosis yang diberikan maka perawat harus melakukan perhitungan, selain itu juga perawat harus berhati-hati dalam membaca rencana obat. Sebuah titik decimal yang salah dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pada dosis obat. Sebagai perawat bertanggung jawab untuk memastikan keamanan klien. f. Benar dokumentasi Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Pendokumentasian meliputi nama obat, dosis, rute, waktu, dan tanggal inisial dan tanda tangan perawat. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan
38
atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena berpikir obat itu belum diberikan (Sari 2009; Kee and Hayes, 2000; Joyce 1996). Dokumentasi yang detail sangat dibutuhkan, apabila ternyata perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu yang telah diintruksikan, harus tercantum alasan mengapa perawat tidak memberikan obat tersebut, selain itu apabila terdapat perubahan dalam rute pemberian obat maka harus dicatat atau didokumentasikan. E. PENELITIAN TERKAIT 1. Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Manias, Shane Bullock (2001) dengan judul persepsi perawat di rumah sakit tentang pengetahuan perawat yang baru lulus mengenai farmakologi. Metode yang dilakukan diskusi kelompok (Focus Group Discussion) pada 12 participan (perawat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perawat yang baru lulus mengalami kekurangan yang besar dalam pendidikan farmakolgi, yang mengakibatnya kurangnya pemahaman
tentang kelompok obat, ketidakmampuan
membaca grafik obat. Perawat klinis juga menunjukkan bahwa kekurangan tidak terbatas tentang pemahaman obat
tetapi juga
mengaplikasikan konsep farmakologi dalam pengaturan praktek. 2. Penelitian lain dilakukan oleh Ni Ketut Kusmarjathi (2009) dengan judul Penerapan prinsip “Enam Tepat dalam Pemberian Obat oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Berdasarkan UU No.23 Th 1992. Metode yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis univariat
yang
dilakukan
pada
80
responden.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa secara umum tingkat penerapan prinsip “enam tepat” 39
dalam pemberian obat oleh perawat di ruang rawap inap RSDK baik, namun untuk prinsip umum yang berkaitan dengan dengan aspek keamanan (safety) bagi perawat masih rendah. Dari hasil penelitian juga tampak bahwa penerapan prinsip”enam tepat” dalam pemberian obat yang cukup baik, dipengaruhi oleh faktor internal perawat, yaitu karakteristik responden dan tingkat pengetahuan. Faktor eksternal yang teridentifikasi yang mempengaruhi adalah ketersediaan fasilitas pemberian obat, supervise oleh ketua tim atau grup dan kepala ruangan masih kurang, dan kebijakan institusi dalam pemberian obat dalam
hal ini dilihat dari
ketersediaan dan penerapan SOP. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ellen o’shea tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan obat yang terkait dengan perawat dan system yang ada. Penelitiannya dilakukan dengan sistematik review dengan 97 artikel yang didapatkan hasil bahwa faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan obat adalah mengenai perhitungan (kemampuan matematika), pengetahuan perawat mengenai obat-obatan (medikasi), lamanya pengalaman kerja sebagai perawat, lamanya pergantian shift perawat, beban kerja dan pengaturan staff, Pelayanan Keperawatan dan Sistem Pemberian Obat, Single-Perawat pemberi Obat, Kebijakan dan Prosedur, Distraksi dan Interupsi (maksudnya adalah kondisi lingkungan perawat), dan Kualitas resep
40
F. KERANGKA TEORI
PENDIDIKAN : 1. Kurangnya pengetahuan dan informasi 2. Kurangnya kemampuan untuk mengkalkulasi obat 3. Kurangnya pelatihan untuk penggunaan/pengelolaan alat 4. Kegagalan untuk mencatat alergi/alergi pada pasien yang tidak tercatat
PRINSIP 6 BENAR : 1. Benar pasien 2. Benar waktu
BEBAN KERJA: 1. Lingkungan kerja yang tidak menyenangkan 2. Kurangnya komunikasi, seperti tidak tercatatnya riwayat penggunaan obat diluar resep.
3. Benar obat
YA
4. Benar cara atau TIDAK
rute 5. Benar dosis
Pemberian obat sesuai dengan prinsip benar Kesalahan pemberian obat
6. Benar dokumentasi
SISTEM : 1. Tidak adanya standar untuk dosis 2. Perubahan istilah dan tidak konsistennya antara produsen 3. Kurangnya penyimpanan obatobatan 4. Tidak jelasnya laporan kejadian 5. Kurangnya umpan balik untuk mengidentifikasi kesalahan.
Sumber : Ellen O’she 1999 dimodifikasi dengan Ni Ketut Kusmarjathi 2009
41
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : Variabel independen adalah pengetahuan mahasiswa profesi tentang obat dan pemberian obat. Variabel dependen adalah perilaku mahasiswa profesi dalam pemberian obat yang sesuai dengan 6 prinsip benar. Variabel Independen
Variabel Dependen
3. Efek dan reaksi obat
PERILAKU PEMBERIAN OBAT SESUAI DENGAN 6 PRINSIP BENAR : 7. Benar pasien
4. Sistem perhitungan obat
8. Benar waktu
5. Rute pemberian obat
9. Benar obat
6. Peran perawat dalam
10. Benar cara atau rute
PENGETAHUAN : 1. Nama dan bentuk obat 2. Sifat dan kerja obat
11. Benar dosis
pemberian obat
12. Benar dokumentasi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan
kerangka
teori
dan
tujuan
penelitian,
peneliti
ingin
mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat.
42
B. HIPOTESIS Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat.
43
C. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Hasil Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Pengetahuan Segala Sesuatu
yang
Angket
Dinyatakan
diketahui mahasiswa
tingkatan:
tentang
0. Kurang :
pemberian
obat, yaitu:
dalam
Apabila skor
1. Nama dan bentuk
Kuesioner
Ordinal
Lembar
Ordinal
tingkat
pengetahuan responden
obat
kurang dari 55% dari
2. Sifat dan kerja obat jawaban yang benar.
3. Efek dan reaksi obat 4. Sistem perhitungan
1. Cukup :
obat
Apabila
skor
tingkat
5. Rute pemberian pengetahuan responden
obat 6. Peran perawat
antara
dalam pemberian
56%-75%
dari
jawaban yang benar.
obat 2. Baik : Apabila
skor
pengetahuan lebih
dari
tingkat
responden 76%
dari
jawaban yang benar. (Arikunto, 1998) Perilaku
Melakukan Pemberian
Observasi
1
44
Perilaku baik : jika
obat sesuai dengan prinsip benar yaitu: 1. Benar pasien
skor 100% 0 Perilaku buruk : jika skor < 100%
2. Benar waktu 3. Benar obat 4. Benar cara atau rute 5. Benar dosis 6. Benar dokumentasi
45
Check List
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Desain tersebut dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, relatif murah, namun tetap dapat menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti.
Peneliti
ingin
mengetahui
hubungan antara
variabel
bebas
(pengetahuan tentang pemberian obat) dengan variabel yang terikat (perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat) dengan melakukan pengamatan sekaligus. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta tahun 2011. Daerah tersebut dipilih karena mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melaksanakan praktek klinik di rumah sakit tersebut. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada 3 November – 12 November tahun 2011
46
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa profesi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakulktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alasan pengambilan populasi karena mahasiswa profesi yang sedang melaksanakan program profesi masih merasakan kesulitan dalam obat dan perhitungan obat dalam studi pendahuluan. 2. Sampel Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. (Hidayat 2007) . sampel yang diambil adalah seluruh mahasiswa profesi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu sebanyak 34 orang. D. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian ini berupa kuesioner dan lembar observasi. 1. Kuesioner Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner
berisi tentang data
demografi dan pertanyaan tertutup tentang pengetahuan obat dan pemberian obat. a. Data demografi : nama, jenis kelamin, nilai IPK dan nilai farmakologi.
47
b. Kuesioner Pengetahuan : berisi pengetahuan 30 pertanyaan tertutup yang terdiri dari : 1) Menggambarkan pengetahuan tentang nama dan bentuk obat nomor 1, 4 dan 5 2) Menggambarkan pengetahuan tentang sifat dan kerja obat nomor 2-3, 6-7 3) Menggambarkan pengetahuan tentang efek dan reaksi obat nomor 8 s.d 12 4) Menggambarkan pengetahuan tentang sistem perhitungan obat nomor 13 s.d 17 5) Menggambarkan pengetahuan tentang rute pemberian obat nomor 18 s.d 24 6) Menggambarkan pengetahuan tentang pengetahuan tentang peran perawat dalam pemberian obat nomor 25 s.d 30 Pada pengisian kuesioner diberikan nilai (1) apabila responden menjawab dengan benar dan diberikan nilai (0) apabila responden menjawab salah pada pertanyaan yang tersedia. Kemudian data yang didapat, dikumpulkan dan dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat, lalu digolongkan tingkat pengetahuan mahasiswa profesi ners kedalam tiga kategori : baik, cukup dan kurang. Hasil ukur variabel tingkat pengetahuan di kategorikan menjadi 3 yaitu : (2) Baik (skor > 76%), (1) Cukup (skor 55%-75%), dan (0) kurang (skor <55%).
48
2. Lembar Observasi Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi adalah untuk mengetahui perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat yang harus sesuai dengan “6 prinsip benar”. Pada pengisian lembar observasi observer mengisi nama yang akan diobservasi, jenis kelamin, dan ruangan (tempat) dilakukan penilaian. Setelah itu melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pemberian obat yang harus dilakukan dengan “6 prinsip benar”. Pada lembar observasi terdiri dari 6 aspek yang didalamnya terdapat 11 kegiatan. Observer dalam melakukan penilaian memberikan cek list pada kolom yang tersedia yaitu: (YA) apabila hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat dan (TIDAK) apabila mahasiswa profesi keperawatan tidak melakukan kegiatan yang ada di lembar observasi tersebut, untuk lembar petunjuk observer tersedia didalam lampiran. Data
yang
telah
didapatkan
dari
hasil
observasi
kemudian
dikumpulkan, kemudian dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat lalu digolongkan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat menjadi tiga kategori: yaitu baik, cukup, dan buruk (kurang). Hasil ukur variabel perilaku di kategorikan menjadi 2 yaitu: (1) Perilaku Baik (skor 100%), dan Perilaku Buruk/Kurang (0) (skor <100%).
49
E. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui data demografi, dan pengetahuan yang terkait dengan pemberian obat, dan perilaku dengan menggunakan lembar observasi pada mahasiswa profesi ners yang penilaiannya dilakukan oleh perawat di rumah sakit dan diruangan tempat mahasiswa profesi melaksanakan praktek pada tanggal 3 November-12 November tahun 2011. Kuesioner memuat beberapa pertanyaan yang dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada literatur sebanyak 30 pertanyaan dengan menggunakan tiga bentuk yaitu, pilihan ganda, dan tipe soal pilihan benar dan salah. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 20-30 menit. Untuk menghindari persoalan teknis yang berkaitan saat dilakukan pengumpulan data responden dan ketelitian dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian kuesioner serta mengadakan pengawasan dan penjelasan kembali apabila responden mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan. Pada penilaian perilaku dilakukan sebelum responden mengisi kuesioner berisi pengetahuan yang tekait dengan pemberian obat.
50
2. Prosedur Pengumpulan Data Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu: a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin validitas dan penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Diklat Rumah Sakit Gatot Soebroto. b. Setelah mendapatkan persetujuan dari Litbang, peneliti menyerahkan surat permohonan tersebut kepada kepala ruangan tempat mahasiswa profesi ners melaksanakan praktek. c. Setelah mendapatkan izin dari kepala ruangan, kemudian peneliti menjelaskan terkait hal-hal yang akan diteliti kemudian meminta izin untuk melihat data-data mahasiswa profesi yang praktek (dinas) di ruangan tersebut, d. Melakukan pengobservasian kepada mahasiswa profesi terkait dengan prinsip benar pemberian obat, yang dilakukan sebanyak satu kali pada setiap ruang dan setiap responden. e. Menjelaskan dan memberikan petunjuk pengisian atau penilaian terkait dengan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat. f. Melakukan pendataan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.
51
g. Memberikan
lembar
persetujuan
(informed
consent)
untuk
ditandatangani oleh responden apabila setuju menjadi subjek penelitian. h. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner. i.
Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
j.
Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
k. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa. l.
Peneliti
mengucapkan
terima
kasih
kepada
responden
atas
partisipasinya. F. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Uji validitas dan realibilitas telah dilaksanakan pada mahasiswa profesi dari Universitas Pelita Harapan sebanyak 10 responden dan tempat pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas di RSPAD Gatot Soebroto. Hasil dari pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas setelah diolah dengan menggunakan program SPSS didapatkan nilai alpha cronbach sebesar (0.907) G. Teknik Analisa Data 1. Langkah Analisis Data Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam
52
pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya: a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. c. Entry Data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. d. Melakukan Teknik Analisis Dalam melakukan teknik analisis, khusunya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan statistika inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang
53
digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial. 2. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependen dan independen. Variabel independen diantaranya jenis kelamin, nilai IPK, nilai Farmakologi, dan pengetahuan yang terkait dengan pemberian obat. Variabel dependen yaitu perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat. b. Analisis Bivariat Pengolahan data dilakukan dengan mempertimbangkan jenis hipotesis dan skala datanya. Berdasarkan rumusan hipotesisnya, hipotesis penelitian ini bersifat assosiatif dengan jenis skala ordinal, pengujian assosiasi kedua variabel tersebut dilakukan dengan uji Korelasi Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta dalam melakukan pemberian sesuai dengan prinsip enam benar di RSPAD Gatot Soebroto. H. Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
54
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian , dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya. 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan 3. Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan
55
mengajukan surat pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan membahayakan bagi responden. Peneliti akan menjamin kerahasian identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan.
56
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Wewenang mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pemberian obat Kewajiban mahasiswa dalam pemberian obat di ruang rawat anak responden tidak jauh berbeda dengan pemberian obat yang dilakukan oleh perawat ruangan (senior), di ruangan rawap inap anak dalam prinsip pemberian obat menggunakan prinsip 10 B (sepuluh benar), sedangkan penelitian ini menggunakan 6 B (enam benar). Pencatatan pemberian obat terbagi menjadi 2 (dua) yaitu lembar intruksi obat dan buku obat. Pada saat pemberian obat dokumen yang dibawa ke pasien adalah buku obat. Prosedur pemberian obat di Rumah Sakit: 1. Memindahkan intruksi obat pada rekam medic ke buku obat. 2. Pencatatan didalam buku obat terdiri dari nama pasien, nama obat, dosis yang diberikan, waktu pemberian. 3. Melihat label obat yang akan diberikan dan cairan yang digunakan, dan tanggal kadaluwarsa. 4. Menghitung dosis yang akan diberikan. 5. Menyiapkan obat sesuai dengan dosis yang telah dihitung. 6. Menyimpan kembali obat di tempat penyimpanan 7. Melakukan double crosscheck dengan perawat ruangan (senior) terkait dengan benar obat, tanggal kadaluwarsa, perhitungan dosis dan penyiapan dosis obat.
57
8. Pada saat pemberian ke pasien, melihat pada papan nama yang ada di tempat tidur, memanggil nama pasien. 9. Pemberian obat diberikan pada rute yang telah diintruksikan 10. Melakukan pendokumentasian yaitu mencoret pada bagian jam pemberian B. Gambaran Demografi Responden Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan yang telah menyelesaikan program S1 dan melanjutkan program profesi. Data demografi yang di ambil adalah jenis kelamin, nilai IPK dan nilai Farmakologi. Pada variabel demografi tidak diteliti karena hanya sebagai data demografi. Berikut adalah kategori responden penelitian antara lain : 1. Jenis Kelamin Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentasi
N = 34
(%)
Laki-Laki
7
20.6
Perempuan
27
79.4
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 7 orang (20,6%), dan perempuan sebanyak 27 orang (79.4%).
58
2. Nilai Farmakologi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Farmakologi Nilai
Frekuensi
Persentasi
N=34
(%)
A
11
32.4
B
13
38.2
C
10
29.4
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan nilai farmakologi sebagai berikut: mahasiswa yang mendapatkan nilai A pada mata kuliah farmakologi sebanyak 11 orang (32.4%), mendapatkan nilai B sebanyak 13 orang (38.2%), dan yang mendapatkan nilai C sebanyak 10 orang (29.4%). 3. Nilai IPK Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai IPK Nilai
Frekuensi
Persentasi
N=34
(%)
Memuaskan (2.00-2.74)
6
17.6
Sangat memuaskan (2.75-3.49)
26
76.5
Terpuji (3.50-4.00)
2
5.9
59
Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan nilai IPK. mahasiswa profesi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah adalah memuaskan sebanyak 6 orang (17.6%), sangat memuaskan sebanyak 26 orang (76.5%), dan terpuji sebanyak 2 orang (5.9%). C. Analisa Univariat 1. Pengetahuan Tabel dibawah ini adalah menggambarkan pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan pemberian obat. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Kurang, cukup, dan baik. Pada bab ini pengetahuan akan digambarkan sesuai dengan sub variabel. a. Distribusi frekuensi Pengetahuan (sub variabel nama dan bentuk obat) Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Nama dan Bentuk Obat
Kategori Pengetahuan
T
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
5
14.7
Cukup
21
61.8
Baik
8
23.5
Total
34
100.0
Tabel 5.4 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan nama dan bentuk obat, yang terbanyak
60
adalah cukup 61.8% sedangkan yang paling sedikit adalah kurang 14.7%. b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub variabel Sifat dan Kerja Obat) Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Sifat dan Kerja Obat Kategori Pengetahuan
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
0
0.0
Cukup
15
44.1
Baik
19
55.9
Total
34
100.0
Tabel 5.5 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan sifat dan kerja obat sebagai berikut baik 19 orang (55.9%), cukup sebanyak 15 orang (44.1%) dan kurang sebanyak 0 orang (0.0%). c. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub Variabel Efek dan Reaksi Obat) Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Efek dan Reaksi Obat Kategori Pengetahuan
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
0
0.0
Cukup
8
23.5
61
Baik
26
76.5
Total
34
100.0
Tabel 5.6 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan efek dan reaksi obat, sebagai berikut baik 26 orang (76.5%), cukup sebanyak 8 orang (23.5%) dan kurang sebanyak 0 orang (0.0%). d. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub Variabel Sistem Perhitungan Obat) Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Sistem Perhitungan Obat Kategori Pengetahuan
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
1
2.9
Cukup
11
32.4
Baik
22
64.7
Total
34
100.0
Tabel 5.7 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan sistem perhitungan obat, sebagai berikut baik 22 orang (64.7%), cukup sebanyak 11 orang (32.4%) dan kurang sebanyak 1 orang (2.9%). e. Distribusi
Frekuensi
Pengetahuan
(sub
variabel
Rute
Pemberian Obat) Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Rute Pemberian Obat
62
Kategori Pengetahuan
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
0
0.0
Cukup
18
52.9
Baik
16
47.1
Total
34
100.0
Tabel 5.8 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan rute pemberian obat, sebagai berikut baik 16 orang (47.1%), cukup sebanyak 18 orang (52.9%) dan kurang sebanyak 0 orang (0.0%). f. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub variabel Peran Perawat dalam Pemberian Obat Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Kategori Pengetahuan
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
0
0.0
Cukup
3
8.8
Baik
31
91.2
Total
34
100.0
Tabel 5.9 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan peran perawat dalam pemberian obat, sebagai berikut baik 31 orang (91.2%), cukup sebanyak 3 orang (8.8%) dan kurang sebanyak 0 orang (0.0%).
63
g. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang pemberian obat Kategori Pengetahuan
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
12
35.3
Cukup
13
38.2
Baik
9
26.5
Total
34
100.0
Tabel 5.10 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan, sebagai berikut baik 9 orang (26.5%), cukup sebanyak 13 orang (38.2%) dan kurang sebanyak 12 orang (35.3%). h. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin dan Tingkat Pengetahuan Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi antara Jenis Kelamin dan Tingkat Pengetahuan Responden
Jenis kelamin
Pengetahuan Kurang
Total
Cukup
Baik
N
%
N
%
N
%
N
%
Laki-laki
4
57.1
2
28.6
1
14.3
7
100
Perempuan
8
29.6
11
40.7
8
29.6
27
100
Total
12
35.3
13
38.2
9
26.5
34
100
64
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa responden laki-laki memiliki pengetahuan baik 14.3% dan perempuan 29.6%, sedangkan responden laki-laki yang memiliki pengetahuan kurang 57.1% dan perempuan 29.6%. i. Distribusi
Frekuensi
Nilai
Farmakologi
dan
Tingkat
Pengetahuan Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi antara Nilai Farmakologi dan Tingkat Pengetahuan Responden Nilai
Pengetahuan
Farmako Kurang
Cukup
logi
Total Baik
N
%
N
%
N
%
N
%
A
1
14.7
6
54.5
4
36.4
11
100
B
5
38.5
6
46.2
2
15.4
13
100
C
6
Total
12
60.0 35.3
1 13
10.0 38.2
3 30.0 9
26.5
10 100 34
100
Tabel 5.12 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan terkait Nilai Farmakologi dengan Pengetahuan adalah sebagai berikut responden yang memiliki nilai farmakologi A pengetahuan kurang 1 orang 14.7%, memiliki nilai farmakologi B pengetahuan kurang 5 orang (38.5%). Dan nilai farmakologi C memiliki pengetahuan kurang 6 orang (60.0%)
65
j. Distribusi Frekuensi Nilai IPK dan Tingkat Pengetahuan Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi antara Nilai IPK dan Tingkat Pengetahuan Responden Pengetahuan Nilai IPK
Total
Kurang
Cukup
Baik
N
%
N
%
N
%
N
%
Memuaskan (2.00-2.74)
4
66.7
0
0.0
2
33.3
6
100
Sangat memuaskan (2.75-
8
30.8
12
46.2
6
23.1
26
100
3.49) Terpuji
0
0.0
1
50.0
1
50.0
2
100
(3.50-4.00) 12 35.3
Total
13
38.2
9
26.5
34
100
Tabel 5.13 menunjukkan pengetahuan mahasiswa terkait dengan nilai IPK adalah sebagai berikut responden dengan nilai IPK memuaskan (2.00-2.74) pengetahuan kurang 66.7%, nilai IPK sangat memuaskan (2.75-3.49) pengetahuan kurang 30.8% dan nilai IPK terpuji (3.50-4.00) pengetahuan kurang 0.0%. 2. Perilaku Pengambilan data untuk perilaku dilakukan dengan cara observasi yang dilakukan oleh peneliti. Perilaku dibagi menjadi dua kelompok yaitu baik dan buruk. a. Distribusi frekuensi jenis kelamin dengan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat.
66
Tabel 5.14 Distribusi frekuensi jenis kelamin dengan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar Perilaku Jenis Kelamin
Baik Jumlah
Total
Buruk (%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Laki-laki
4
57.1
3
42.9
7
100.0
Perempuan
23
85.2
4
14.8
27
100.0
Total
27
79.4
7
20.6
34
100.0
Tabel 5.14 menunjukkan perilaku pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar yang berjenis kelamin laki-laki memiliki penrilaku baik 42.9% dan yang berjenis kelamin perempuan memiliki perilaku baik 85.2%. b. Distribusi frekuensi perilaku pemberian obat responden Tabel 5.15 Distribusi frekuensi perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar PERILAKU KOMPONEN
Baik
Buruk
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Benar Obat
34
100
0
0.0
Benar Pasien
34
100
0
0.0
Benar Dosis
34
100
0
0.0
Benar Waktu
27
79.4
7
20.6
Benar Rute
34
100
0
0.0
67
Benar Dokumentasi
34
100
0
0.0
Table 5.15 menunjukkan perilaku pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar responden dengan hasil sebagai berikut, semua responden (100%)
melakukan pemberian obat dengan
prinsip benar yaitu benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute dan benar dokumentasi, tetapi tidak untuk benar waktu yaitu 7 orang (20.6%) tidak melakukan pemberian obat sesuai dengan waktu yang diintruksikan. c. Distribusi frekuensi perilaku responden dalam melakukan pemberian obat. Tabel 5.16 Distribusi frekuensi perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan enam prinsip benar Kategori Perilaku
Frekuensi Persentase (%)
Buruk
7
20.6
Baik
27
79.4
Total
34
100.0
Tabel 5.16 menunjukkan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar adalah sebagai berikut responden yang memiliki perilaku baik 79.4% dan perilaku buruk 20.6%.
68
D. Analisis Bivariat 1. Distribusi proporsi pengetahuan dengan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar. Tabel 5.16 Distribusi proporsi pengetahuan dengan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar Perilaku Pemberian Obat Pengetahuan
Baik N
Total
Buruk %
N
%
N
%
Kurang
7
58.3
5
41.7
12
100.0
Cukup
11
84.6
2
15.4
13
100.0
Baik
9
100.0
0
0.0
9
100.0
Total
27
79.4
7
20.6
34
100.0
Tabel
5.16
menunjukkan
adanya
p-value
hubungan
0.016
antara
pengetahuan dengan perilaku responden, responden dengan pengetahuan kurang dengan perilaku baik 58.3%, pengetahuan cukup dengan perilaku baik 84.6%, dan pengetahuan baik dengan perilaku baik 100.0%.
69
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembahasan ini hal yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya (terkait). Pada bab pembahasan juga akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan. A. Analisi Univariat 1. Gambaran Jenis Kelamin dengan Pengetahuan responden Gambaran Demografi jenis kelamin dari 34 sampel yang diambil dari penelitian ini adalah responden laki-laki sebanyak 7 orang (20,6%), dan responden perempuan sebanyak 27 orang (79.4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengetahuan baik antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh yaitu laki-laki 14.3% dan perempuan 29.6% Jenis kelamin responden sesuai dengan penelitian Sari 2009, untuk data demografi perawat yang ada di ruang rawat inap terdiri dari jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 111 orang (88.8%) dan laki-laki
sebanyak 14 orang (11.2%), penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Marwoto, Kusnanto dan Handono 2007) responden yang tersebar di lima ruang rawat inap menunjukkan bahwa SDM Perawat didominasi oleh jenis kelamin perempuan 67% sedangkan laki-laki 33%. Hal ini terjadi karena
70
lazimnya profesi keperawatan lebih banyak diminati kaum perempuan, mengingat profesi keperawatan lebih dekat dengan masalah-masalah mother instink, meskipun diera globalisasi atau alasan lain misalnya kesetaraan gender atau juga karena faktor kebutuhan di ruang UGD, OK dan lain-lain atau mungkin juga karena perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maka jumlah perawat laki-laki juga mulai dipertimbangkan dan diperhitungkan. (Marwoto A, Kusnanto H, Handono D (2007)). Terdapat banyak perbedaan anatomis dan biokimiawi antara wanita dan pria, hasil penelitian terhadap Sembilan otak yang diotopsi ditemukan bahwa otak wanita rata-rata memiliki 11 persen lebih banyak sel di area korteks yang berkaitan dengan proses informasi autif, bahkan semua wanita memiliki sel-sel ini lebih banyak dibandingkan pria. (Witelson, Glazer, & Kigar, 1994). Penelitian dengan menggunakan pemindaian otak telah menemukan bahwa ada sebuah bagian korteks frontal wanita yang lebih besar daripada pria (Gur dkk,2002) dan bahwa wanita memiliki lebih banyak lipatan kortikal di lobus frontal dan lobus parietal (Luders dkk, 2004). Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh struktur otak yang dimiliki, perbedaan dalam struktur otak, pada wanita bagian otak yang berhubungan dengan bahasa, penilaian dan daya ingat lebih padat susunannya, dengan jumlah neuron 18% lebih banyak (Browning, 2005). Menurut Pasiak (2008) menyatakan struktur otak perempuan dan laki-laki itu berbeda, perbedaan itu tidak menghasilkan perbedaan dalam tingkat kecerdasan (level of intelligence), kecuali bagaimana mereka mengatur kecerdasan itu sendiri. Struktur otak terlihat perbedaan pada : 71
korpus kolosum, hipotalamus, lobus parietal bawah, dan kehilangan selsel saraf pada hipokampus dan lobus parietal. Implikasi perbedaan struktur itu terjadi pada cara dan gaya melakukan sesuatu. Laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan dalam beberapa yaitu: emosi, tingkah laku seksual, proses berbahasa, kemampuan spasial, dan problem-problem matematis. Perbedaan otak baik struktur maupun cara kerja tidak menunjukkan tingkat kecerdasan. Beberapa komponen otak memang lebih besar pada perempuan, seperti corpus callosum (bagian belakangnya bernama splenium memang lebih tebal dan banyak serabut sarafnya), atau pusat pengaturan bahasa yang lebih tersebar pada dua belahan otak, tidak berhubungan langsung dengan tingkat kecerdasan. Termasuk juga lobus parietal bawah (bertanggung jawab untuk pengenalan ruang tiga dimensi) yang lebih besar pada laki-laki. Dalam kecerdasan linguistic-verbal, misalnya perempuan lebih unggul. Sementara dalam kecerdasan visuospasial, lelaki lebih unggul. Sandra Witelson dalam penelitiannya (1982, 1985) pada 9 otak laki-laki dan 5 otak perempuan, menemukan bahwa otak perempuan itu, secara keseluruhan, lebih kecil daripada otak laki-laki. Ia menyebut korpus kalosum (jembatan saraf antara dua belahan otak), terutama bagian isthmus, dan splenium (di belakang) sebagai komponen yang cenderung lebih besar pada perempuan. Bagian-bagian ini bertanggung jawab dalam hubungan antarbelahan otak yang menjamin ketepatan dan kecepatan pertukaran informasi antarbelahan otak. Ukuran dan bentuk otak yang berbda, secara otomatis, membedakan perempuan dan laki-laki dalam cara dan gaya berpikir, termasuk kemampuan-
72
kemampuan khusus keduanya. Namun, itu tidak berarti berbeda dalam tingkat kecerdasan. Jika perempuan memiliki corpus callosum (jembatan saraf penghubung belahan otak) lebih tebal daripada laki-laki, tidak lantas berarti lebih cerdas daripada laki-laki. Pengetahuan yang dimiliki perawat berperan penting dalam kinerjanya, jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang luas ia akan mahir dan mudah dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga apapun yang dikerjakannya akan menghasilkan kinerja yang baik. (Robbins, 1998 dalam Isesreni dan Warni 2009). 2. Gambaran Nilai farmakologi dan Nilai IPK dengan pengetahuan responden Hasil penelitian menunjukkan nilai C pada mata kuliah farmakologi mendapatkan hasil pengetahuan kurang 60.0%, dan untuk nilai IPK responden dengan hasil memuaskan (2.00-2.74) mendapatkan hasil pengetahuan kurang 66.7%. Jadi nilai farmakologi dan nilai IPK mempengaruhi terhadap pengetahuan, semakin baik nilai farmakologi dan nilai IPK maka pengetahuan juga semakin baik. Hasil penelitian pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan responden pengetahuan baik 9 orang (26.5%), pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (38.2%) dan pengetahuan kurang sebanyak 12 orang (35.3%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sari (2009) tentang Gambaran pengetahuan perawat tentang prinsip 10 benar dalam
73
pemberian obat, tingkat pengetahuan perawat 56% responden tingkat pengetahuan cukup baik dan 44% tingkat pengetahuan rendah. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Kusmarjathi 2009 hasil penelitian mengetahui pengetahuan tentang prinsip pemberian obat yaitu sebanyak
62.5%
pengetahuan
baik,
pengetahuan
sedang
27.5%
pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang sebanyak 5%. King 2004 menyatakan setelah melewati tiga (3) tahun belajar ilmu farmakologi, mahasiswa perawat kurang percaya diri dalam memberikan informasi mengenai obat terhadap pasien. Pernyataan ini juga sesuai dengan Honey dan Lim 2007 yang menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi mahasiswa profesi keperawatan adalah kurangnya percaya diri dalam melakukan pemberian obat dan kesulitan mahasiswa dalam menggunakan pengetahuan farmakologi. Pengetahuan farmakologi dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman (Jordan et al (1999)), pernyataan ini juga sesuai dengan pernyataan Trnobranski (1993), bahwa selain ilmu biologi, ilmu farmakologi
juga
menjadi
kontributor
utama
dari
pengetahuan
keperawatan. Demikian juga dengan pernyataan King (2004) bahwa peningkatan pemahaman mengenai farmakologi dapat meningkatkan rasa percaya diri perawat dalam melaksanakan pemberian obat, pendidikan pasien. Selain itu juga menurut Manias dan Bullock (2002) menyatakan bahwa perawat yang memiliki basis pengetahuan yang kuat dalam farmakologi akan lebih siap untuk memenuhi peran perawat dalam pengelolaan terapi obat. 74
3. Gambaran
jenis
kelamin
dengan
perilaku
responden
dalam
pemberian obat sesuai prinsip enam benar Hasil penelitian menunjukkan perilaku baik lebih banyak dilakukan yang berjenis kelamin perempuan 85.2%, sedangkan perilaku buruk lebih banyak pada yang berjenis kelamin laki-laki 57.1%. Hasil penelitian ini sesuai dengan puspitawati 2008 bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam memberikan asuha keperawatan, didapatkan hasil bahwa sebesar 55% perawat berjenis kelamin perempuan mempunyai perilaku penerapan SOP dalam
memberikan asuhan
keperawatan dengan kategori baik sedangkan perawat berjenis kelamin laki-laki sebagian besar mempunyai perilaku penerapan SOP dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kategori buruk yaitu 72,4%. Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian Isesreni dan Warni 2009 yang menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi kinerja. Mereka menyatakan bahwa perawat yang berjenis kelamin lakilaki belum tentu memiliki kinerja yang baik dari perawat perempuan begitu juga sebaliknya. Mereka juga menyimpulkan bahwa penerapan dalam praktek baik laki-laki maupun perempuan adalah sama. Bidang keperawatan perempuan lebih mendominasi daripada perawat laki-laki dilihat dari besarnya jumlah perawat perempuan,. Tapi, ini tidak menutup kemungkinan laki-laki juga mempunyai basic dalam
75
bidang keperawatan. Untuk itu laki-laki lebih memungkinkan lebih banyak melakukan pekerjaan sehingga kinerja seorang perawat laki-laki bisa lebih baik (Heather, 2001 dalam Isesreni dan Warni 2009). Perilaku wanita di rumah sakit lebih baik daripada laki-laki dikarenakan pada otak wanita, corpus callosum yaitu rangkaian synapsis dan neuron yang menyambung kedua belahan otak bentuknya lebih lebar dibagian belakang dan juga lebih tebal 23% daripada otak laki-laki. Hal ini berarti “pipa” yang menghubungkan kedua belahan otak pada wanita memungkinkan adanya interaksi yang lebih cepat daripada lelaki, dengan aktivitas yang lebih banyak pada berbagai bagian otak secara bersamaan. Ini sebabnya wanita pada umumnya lebih baik dalam multitasking (melakukan beberapa hal sekaligus) dan mengikuti intuisi. Terdapat perbedaan aktivitas pada otak wanita dan pria saat melakukan suatu tugas. Sebagian besar pria menunjukkan aktivitas pada bagian otak sebelah kiri. Sebaliknya wanita menunjukkan aktivitas pada kedua belah bagian otak. Kemampuan menggunakan beberapa bagian otak pada waktu bersamaan membuat wanita lebih unggul dalam pikiran social, sedangkan untuk pria lebih unggul pada bidang yang membutuhkan penalaran. Hal yang menarik adalah bahwa meskipun otak pria dan wanita berfungsi secara berbeda, kemampuan mereka sama, yang menunjukkan bahwa otak berpotensi punya cara berlainan dalam melakukan tugas yang sama (Shaywitz et al. dalam Browning 2005)).
76
Pria dan wanita mungkin menunjukkan perbedaan pola dalam aktivitas otak dalam suatu tugas tertentu, tetapi mereka tidak memiliki perbedaan kemampuan dalam melakukan pekerjaan itu. (Wade & Travis). 4. Gambaran perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku responden lebih banyak berperilaku baik yaitu 79.4% sedangkan untuk perilaku buruk 20.6%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti 2007 tentang Gambaran Pemberian Obat berdasarkan enam benar oleh perawt di ruang cendrawasih II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan jumlah responden 15 orang didapatkan hasil sebanyak 60% melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar dan 40% tidak melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar terutama pada benar waktu dan benar dokumentasi. Sari (2009) Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2009 tentang pengalaman perawat dalam menerapkan prinsip enam benar dalam pemberian obat di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus, didapatkan data sebagai berikut yaitu 30% obat yang diberikan tidak didokumentasikan, 15% obat diberikan dengan cara yang tidak tepat, 23% obat yang diberikan dengan waktu yang tidak tepat, 2% obat tidak diberikan, 12% obat diberikan dengan dosis yang tidak tepat.
77
Beberapa hal yang ditemukan saat pengobservasian dalam melakukan pemberian obat responden pada benar obat selalu melakukan double crosscheck selain dengan sesama responden tetapi juga dengan perawat ruangan, pada benar pasien juga dari hasil observasi bebeapa responden yang tidak lagi melihat papan nama, ini di karenakan responden sudah hafal nama-nama pasien yang dirawat disana dan tempat tidurnya selain itu juga sebelum melakukan pemberian obat selalu memanggil nama pasien terlebih dahulu. Hasil pengobservasian benar dosis ditemukan beberapa responden kurang dalam melakukan perhitungan dan penyiapan obat yang akan diberikan kepada pasien, tetapi dengan adanya double crosscheck kepada lebih dari satu orang sehingga dosis yang diberikan sesuai dengan yang diintruksikan. Perhitungan yang benar menjadi modal awal untuk perawat dalam berbagai macam hal di pelayanan keperawatan selain melakukan perhitungan dosis, menurut Bindler & Bayne 1984 kemahiran matematika merupakan syarat untuk kinerja fungsi keperawatan seperti melakukan perhitungan obat, menghitung tetesan infuse dan menghitung balance input dan output. Studi deskriptif yang dilakukan Bindler dan Bayne 1984 menunjukkan bahwa dari 741 siswa yang diteliti berkaitan dengan keterampilan matematika sebanyak 38% tidak dapat melewati nilai minimum test 70%. Penelitian ini menyatakan atau menyiratkan bahwa siswa tidak dapat melakukan perhitungan dosis dengan tepat karena kurangnya keterampilan matematikan (O’shea ,1999).
78
Hasil pengobservasian benar rute responden sudah melakukan pemberian
obat
sesuai
dengan
rute
yang
diintruksikan.
Hasil
pengobservasian benar waktu beberapa responden ditemukan dalam melakukan pemberian obat tidak sesuai dengan waktu yang diintruksikan atau yang tertulis dalam buku obat, ini dikarenakan pasien yang akan diberikan adalah anak-anak yang harus menggunakan pendekatan karena anak-anak ketika di ruang rawat takut dengan yang berpakaian putih, sehingga harus mempunyai pendekatan khusus sehingga pasien dapat trust kepada responden. Menurut
Dean (2005) menyatakan bahwa sebanyak 31%
pemberian obat pada waktu yang salah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Barker et al, (2002) kesalahan obat (medication error) yang ada di 36 fasilitas kesehatan di Amerika Utara sebanyak 43% kesalahan terjadi akibat pemberian obat tidak dilakukan pada waktu yang ditentukan. Bullock, mania dan Galbaraith (2007) menyatakan bahwa jika obat yang diintruksikan pada waktu tertentu, maka perawat tidak boleh menyimpang dan tidak boleh lebih dari 30 menit, jika pemberian obat diberikan diluar waktu yang ditentukan, maka bioavailabilitas obat mungkin akan terpengaruh (Elliott & Liu (2010)). Hasil pengobservasian pada dokumentasi, di lingkungan praktek pendokumentasian untuk obat dicatat pada buku obat, yang di catat pada buku obat adalah
nama pasien, nama obat, waktu pemberian, rute
pemberian, dan dosis pemberian, untuk mengetahui obat tersebut sudah diberikan atau belum, dilihat dari waktu pemberian obat yang sudah di 79
coret (silang atau check list), kekurangannya adalah tidak menuliskan nama atau inisial perawat yang memberikan dan tanda tangan perawat. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Honey dan Lim 2007 yang menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat adalah tempat praktek, karena mahasiswa pada prakteknya mengikuti sistem pencatatan obat yang berlaku di tempat praktek. Aspek legal dalam pendokumentasian yang perlu diperhatikan antara lain nama atau inisial dan tanda tangan atau paraf perawat yang memberikan. Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat yaitu mencatat yang dikerjakan diri sendiri dan tidak mencatat apa yang dikerjakan oleh orang lain (Abrams, 1995 dalam Kusmarjathi 2009). Pentingnya pendokumentasian dengan benar, berdasarkan hasil penelitian Diyanto 2007 adalah 9 dari 15 responden menyatakan bahwa menulis dokumentasi karena terkait dengan tanggung gugat jika terjadi masalah di kemudian hari dan karena memang sudah menjadi kewajiban perawat, selain itu faktor pendorong untuk melaksanakan dokumentasi 5 dari 15 responden menyatakan bahwa faktor pendorong yang utama adalah pemenuhan aspek legalitas, yang maksudnya adalah sebagai bukti otentik jika ada pemeriksaan maupun jika suatu saat terjadi masalah tertentu yang membutuhkan dokumentasi keperawatan.
80
B. Analisis Bivariat 1. Hubungan
Pengetahuan
dengan
perilaku
responden
dalam
melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar. Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan
antara
pengetahuan dengan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat yang sesuai dengan prinsip enam benar. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan baik maka perilaku responden juga baik
yaitu sebanyak
100% dan untuk pengetahuan kurang perilaku responden kurang sebanyak 41.7%.
Sehubungan dengan hal tersebut maka responden dengan
pengetahuan kurang perlu meningkatkan pengetahuannya dalam praktik keperawatan khususnya dalam hal pemberian obat, sementara responden yang berpengathuan tinggi tetap mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya agar dapat lebih bertanggung jawab untuk menerapkan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Idayanti (2008) tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan standar operasional prosedur (SOP) tehknik menyuntik dalam pencegahan infeksi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan penerapan SOP teknik menyuntik nilai p-value 0.025 dengan hasil pengetahuan tinggi yang menerapkan SOP menyuntik dengan kategori baik sebanyak 41 orang (97.6%) dan 1 orang yang menerangkan dengan kategori
cukup,
sedangkan
untuk
berpengetahuan
rendah
yang
menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 14
81
orang (77.8%) dan kategori cukup menerapkan SOP teknik menyuntik sebanyak 4 orang (22.2%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Kusmarjathi (2009) yang menyatakan bahwa penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat lebih dipengaruhi oleh faktor internal perawat yaitu tingakt pengetahuan. Kualiatas pelayanan kesehatan khususnya dalam memeberikan tindakan
keperawatan
dipengaruhi
oleh
pengetahuan
responden.
Pengetahuan responden yang baik tentang pemberian obat dapat mempengaruhi
penerapannya
(perilaku)
baik
dengan
kata
lain
pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Idayanti, 2008) . Pengetahuan yang dimiliki perawat berperan penting dalam kinerjanya, jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang luas ia akan mahir dan mudah dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga apapun yang dikerjakannya akan menghasilkan kinerja yang baik. (Robbins, 1998 dalam Isesreni dan Warni 2009). Pernyataan ini juga sesuai dengan pernyataan Fink (1983) dan Rainbow (1984) bahwa perawat yang terus menerus memperbaharui pengetahuan mereka tentang obat akan lebih sedikit
membuat
kesalahan
obat
daripada
mereka
yang
tidak
memperbaharui pengetahuan. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Honey dan Lim (2007) didapatkan hasil bahwa selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi
82
mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat terdapat faktor eksternal lain yaitu seperti tempat praktek mahasiswa, dan perawat ruangan. Selain itu juga faktor ekternal lain yang dapat mempengaruhi pemberian obat sesuai prinsip benar adalah ketersediaan fasilitas pemberian obat dan
kebijakan institusi dalam pemberian obat.
Kusmarjathi (2009). C. Keterbatasan Penelitian 1. Pengukuran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat menggunakan lembar observasi, dikarenakan, waktu yang minim untuk melakukan penelitian maka melaksanakan observasi hanya dilakukan sebanyak satu kali. Pada saat pengobservasian hanya dilakukan oleh peneliti yang didampingi oleh pembimbing di tempat penelitian. 2. Peneliti dalam mengukur kuesioner adalah dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sehingga dikhawatirkan tidak dapat mewakili seluruh pengetahuan yang dimiliki mahasiswa profesi terkait dengan pemberian obat.
83
BAB VII PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan dari tujuan penelitian dan hasil penelitian yang di peroleh tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku pemberian obat mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden: hasil penelitian yang didapatkan dari 34 respnden 7 orang (20,6 %) berjenis kelamin laki-laki dan 27 orang (79,4%) berjenis kelamin perempuan. Nilai farmakologi yang diperoleh responden yang terbanyak adalah nilai B sebanyak 13 orang (38,2%) dan nilai IPK yang diperoleh responden yang terbanyak adalah nilai IPK sangat memuaskan (2,75-3,49) 26 orang (76,5%). 2. Pengetahuan : tingkat pengetahuan mahasiswa profesi yang terbanyak adalah pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (38,2%). Pengetahuan baik yang terbanyak diperoleh oleh jenis kelamin perempuan yaitu 29,8 %. Responden dengan pengetahuan baik yang terbanyak adalah yang memperoleh nilai farmakologi A 36,4% dan nilai IPK (2,75-3,49) 6 orang. 3. Perilaku: perilaku baik lebih banyak dilakukan oleh responden berjenis kelamin perempuan 85,2%. Hasil penelitian tentang perilaku responden dalam melakukan pemberian obat yang memiliki perilaku baik sebanyak 79,4% dan perilaku buruk 20,6%. Tingkat pengetahuan responden baik
84
dan perilaku baik sedangkan tingkat pengetahuan kurang hasil perilaku buruk 58,3%. 4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip benar. B. SARAN 1. Bagi Responden Untuk mempermudah responden dalam melaksanakan pemberian obat pada pasien anak maka dibutuhkan penerapan atraumatic care oleh responden. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang dpat mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam melakukan pemberian obat dan menambahkan prinsip benar yang terbaru, dan melaksanakan prinsip benar yang terbaru dalam praktek di pelayanan kesehatan,
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Browning.2005. Emergenetics. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Diyanto, Yahyo. 2007. Tesis: Analisis Faktor-faktor Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo. Semarang: Universitas Diponegoro. Dornan T, Ashcroft D, dkk. 2009. An In Depth Investigation Into Causes Of Prescribing Errors By Foundation Trainees In Relation To Their Medical Education. Manchester. Elliot M, Liu Y. 2010. The Nine Rights Of Medication Administration : an overview. British Journal of Nursing Vol 19 No 5. Erniyati, Bukit K, Salbiah. 2007. Buku Panduan Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan. Ed 1. Sumatra : Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU. Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Grandell-Niemi H, Hupli M, Leiono-Kilpi H & Puukka P. 2005. Finnish Nurses’ and Nursing Students’ Pharmacological Skill.. Journal of Clinical Nursing 14, 685–694 Griffth R et al. 2003. Administration of Medicines Part 1: the Law and Nusrsing. Nursing Standard 28, 47-53. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawtan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto. Honey M & Lim A. 2008. Aplication of Pharmacology Knowledge in Medication Management by Final year Undergraduate Nursing Studenst. Contamponary 30, 12-19 Hospira.2006. Mandating Dose Error Reduction Systems for Improved Patient Safety in Hospitals. Australia.
Hui T, Siang C, Rahman H.2005. Observational Study On drug Administration Errors in a Hospital Ward. Malaysia. Idayanti. 2008. Tesis : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeski di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Medan : Universitas Sumatra Utara. Isesreni dan Warni. 2009. Hubungan Karakteristik Perawat dengan kinerja perawat di RSJ. Prof. HB Sa’anin Padang tahun 2008. MNM No1. Vol.1. King. 2004. Nurses’ perceptions of their pharmacology educational needs. Blackwell Publishing Ltd, Journal of Advanced Nursing, 45 (4), 392-400 393 Kusmarjathi, Ni Ketut. 2009. Penerapan Prinsip “Enam Tepat” Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Berdasarkan UU No. 23 TH 1992. Journal Vol 15 No. 2. Denpansar Kusnanto. 2003. Pengantar Profesi dan praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC Lestari N Yustina. 2009. Skripsi: Pengalaman Perawat dalam Menerapkan Prinsip Enam Benar dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Manias E & Bullock S. 2002. The Educational Preparation of Undergraduate Nursing Students in Pharmacology : Clinical Nurses’ perceptions and Experiences of Graduate nurses’ Medication Knowledge. International Journal of Nursing Studies 39 (2002) 773-784. Marwoto, Kusnanto & Handono. 2007. Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang IRNA RSUP Dr. Sardjito. Yogyakarta Muchlisin A, Ichsan B. 2008. Aplikasi Model Konseptual Caring dari Jean Watson dalam Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol. 1 No. 3 September:147-150. Muntasir, Regaletha & Kono.2007. Kajian Fungsi dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat bagi Pasien Rawat Inap di RSUD Prof. W.Z Yohannes Kupang. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
O’she, Ellen. 1999. Factors Contributing to Medication Errors : a Literature review. Journal of Clinical Nursing 8 : 486-504. Pasiak, T. 2002. Revolusi IQ/EQ/SQ : Menyikap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Alquran dan Neurosains Mutakhir Perry dan Potter. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Vol 1. Jakarta: EGC Priharjo, Robert. 1994. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC Sari, Christina. 2009. Skripsi: Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prinsip Sepuluh Benar Pada Pemberian Obat Secara Injeksi Di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional. Stanislaus S, Uyanto. 2009. Yogyakarta:Graha ilmu.
Pedoman
Analisis
Data
dengan
SPSS.
Sujianto A, Eko. 2009. Aplikasi Statistik: dengan SPSS 16.0. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Wade dan Travis. _____. Psikologi. Ed.9. Jakarta: Erlangga Anonim. Drug Dosage And Therapy. Edition 100. Texas Anonim. Medication Study Guide for Unlicensed personal in Adult Care Homes. Carolina Anonim.2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta Anonim. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
INFORMED CONSENT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH DALAM MELAKUKAN PEMBERIAN OBAT
Assalamu’alaikum. WR. WB Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang mengadakan penelitian untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kepada rekan-rekan mahasiswa profesi (sebagai responden studi saya) dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Dalam kuesioner ini jawaban rekanrekan akan dijaga kerahasiaannya sehingga kejujuran rekan-rekan dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terima kasih banyak atas bantuan dan kerjasama rekan-rekan untuk peran sertanya dalam studi saya.
TTD
Hormat Saya, (Peneliti)
Responden
Lydya Perwitasari AS
Nomor Responden : LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH DALAM MELAKUKAN PEMBERIAN OBAT
Petunjuk Pengisian: 1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan 2. Pertanyaan di bawah ini mohon di isi semuanya 3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling sesuaidengan memberikan tanda silang ( X )
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama Lengkap
:
______________________________________________ Jenis Kelamin Nilai Farmakologi
: a. Laki-laki
b. Perempuan
:
______________________________________________ Nilai IPK
:
______________________________________________
B. PENGETAHUAN Pilihlah salah satu jawaban untuk setiap butir pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang ( X ) yang sesuai dan menurut anda benar. 1. Nama obat yang diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi obat adalah a. Nama kimia
d. Nama dagang
b. Nama generik
e. BSSD
c. Nama resmi 2. Obat adalah zat yang digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit. a. Benar
b. Salah
3. Fungsi obat adalah KECUALI a. Melindungi sel dari pengaruh agen kimia lain b. Memperlambat fungsi sel c. Mempercepat atau memperlambat proses kerja sel d. Mengganti zat tubuh yang hilang 4. Obat yang merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit: a. Supositoria
d. Guttae (obat tetes)
b. Tablet
e. Unguenta (Salep)
c. Injeksi 5. Obat oral harus disimpan terpisah dengan obat topical : a. benar
b. salah
6. Proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim adalah a. Absorpsi
c. Metabolisme
b. Distribusi
d. Ekskresi
7. Obat dikeluarkan dari dalam tubuh dengan berbagai bentuk seperti keringat dan air liur, proses ini disebut dengan: a. Absorpsi
c. Metabolisme
b. Distribusi
d. Ekskresi
8. Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak diinginkan disebut: a. Efek terapeutik
c. Reaksi idiosinkratik
b. Efek samping
d. Reaksi Alergi
c. Efek toksik 9. Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna pucat adalah a. Urtikaria
c. Rinitis
b. Ruam
d. BSSD
c. Pruritus 10. Manakah dari pernyataan berikut yang TIDAK BENAR tentang alergi dengan obat? a. Alergi adalah reaksi yang terjadi akibat dari kepekaan yang tidak biasa terhadap obat b. Reaksi alergi dapat termasuk ruam, pembengkakan, gatal-gatal tetapi tidak pernah mengancam kehidupan. c. Semua alergi atau reaksi yang timbul harus segera dilaporkan, atau dicatatkan kedalam rekam medik. 11. Dari jenis-jenis zat berikut ini, manakah yang dapat digunakan untuk mengurangi intensitas reaksi alergi? a. Antiemetik
c. parasimpatolitik
b. Antihistamin
d. parasimpatomimetik
12. Ditemukan klien dengan konsumsi obat yang tidak lagi efektif. Klien sekarang memerlukan dosis yang lebih besar. Reaksi ini disebut dengan a. Kecanduan
c. terbentuknya kebiasaan (habituasi)
b. Ketergantungan
d. Toleran
13. Obat yang diintruksikan dokter adalah hadol liquid concentrate 2ml setiap 8 jam. Berapa banyak obat yang harus diberikan? a. 1 mg
c. 2 mg
b. 5 mg
d. BSSD
14. Berapa 27,3 ml dirubah kedalam liter? a. 0,0273 liter
c. 2,73 liter
b. 0,273 liter
d. 27.300 liter
15. Berapa 0,3 mg dirubah ke dalam gram a. 0.0003 g
c. 0,03 g
b. 0,003 g
d. 0,3 g
16. Berapa milliliter yang harus diberikan jika obat yang tersedia Hidroklorida 25 mg/ml dan harus diberikan 12,5 mg? a. 0,5 ml
c. 12,5 ml
b. 6,25 ml
d. 25 ml
17. Obat yang tersedia Prochlorperazine 10 mg/ 2 ml dan diintruksikan 7,5 mg. Berapa banyak milliliter yang harus diberikan? a. 1 ml
c. 2 ml
b. 1,5 ml
d. 2,5 ml
18. Obat yang diberikan secara sublingual adalah dengan cara? a. dibawah lidah
c. diteteskan melalui telinga
b. langsung ditelan
d. dioleskan ke kulit
19. Ketika memberikan obat dengan cara topical sebaiknya menggunakan : a. Masker
c. Masker dan sarung tangan
b. Sarung tangan 20. Inhaler harus dikocok saat : a. Sebelum setiap kali digunakan b. Jika diintruksikan dokter lebih dari satu semprotan saat diberikan pada pasien c. Hanya jika inhaler tersumbat 21. Setelah pasien menerima obat tetes hidung, yang harus dilakukan pasien adalah: a. Kepala dimiringkan sekitar 60 menit b. Menghembuskan nafas c. Berbaring dengan kepala lebih rendah dari bahu selama beberapa menit 22. Saat pemberian obat, pemberian yang aman jika : a. Hanya mengandalkan pada warna obat
b. Hanya mengandalkan pada bentuk obat c. Hanya mengandalkan pada lokasi tempat obat d. Membaca label obat dan rekam medik setiap kali pemberian obat 23. Pemberian obat dengan cara melakukan injeksi kedalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit disebut dengan: a. Interkutan
c. Subkutan
b. Intramuscular
d. Intravena
24. Pemberian obat yang fungsinya untuk uji alergi pada pasien dilakukan dengan cara: a. Interkutan
c. Subkutan
b. Intramuscular
d. Intravena
25. perawat bertanggung jawab terhadap semua obat yang diberikan : a. benar
b. salah
26. Setelah 30 menit melakukan pemberian obat maka yang harus dilakukan KECUALI: a. Menanyakan klien apakah pasien mengalami respon yang biasa timbul akibat penggunaan obat b. Memantau efek samping obat, toksik, dan reaksi alergi c. Menilai semua tahap proses keperawatan d. Menanyakan perasaan klien terhadap pemberian obat 27. Berikut ini adalah contoh kesalahan dalam pemberian obat. KECUALI : a. Kelalaian dari resep obat b. Penolakan terhadap pemberian obat c. Gagal dalam melakukan pemberian obat yang sesuai dengan prinsip 6 benar d. Memberikan obat yang tidak diresepkan. 28. Jika perawat tidak dapat membaca tulisan tangan dokter (resep) atau resep obat yang tidak lengkap, maka perawat harus : a. Tinggalkan pemberian obat untuk shift berikutnya b. Hubungi perawat lain, apoteker atau dokter, c. Tanyakan pada pasien atau keluarga d. Gunakan yang terbaik “menebak”
29. Jika pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap obat yang anda berikan, apa yang harus perawat lakukan : a. Tetap memberikan obat tersebut b. Berjalan pergi dan menuliskan pada rekam medik bahwa pasien “menolak” c. Mengecek obat dan informasi dosis d. Memberikan obat tersebut kepada pasien lain yang satu ruangan. 30. Pasien mendapatkan resep dari dokter untuk diberikan Amoksisilin sedangkan pada buku obat ditandai “alergi terhadap amoksisilin” sebagai perawat apa yang harus anda lakukan? a. Memberikan obat sesuai dengan yang diintruksikan, karena dokter tahu yang terbaik b. Ingatkan dokter tentang peringatan alergi c. Tarik label alergi dari buku obat.
C. LEMBAR OBSERVASI Kode Responden
:
Nama Responden
:
Jenis Kelamin
:
Ruangan
:
No.
L
P
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
1.
Melihat intruksi yang ditulis dokter
2.
Melihat label obat yang sesuai dengan intruksi
3.
Melakukan double crosscheck dengan perawat/mahasiswa profesi lain
4.
Melihat tanggal kadaluwarsa obat
5.
Melakukan perhitungan dosis sebelum obat diberikan dengan tepat
6.
Menyiapkan obat sesuai dengan dosis yang telah dihitung
7.
Mengecek nama pasien dengan memanggil nama/melihat papan atau gelang nama pasien.
8.
Pemberian obat dilakukan tidak boleh kurang atau lebih dari 30 menit waktu yang telah ditentukan
9.
Memberikan obat sesuai dengan rute yang telah ditentukan dengan benar
10.
Memberikan obat sesuai dengan dosis yang diintruksikan
11.
Mencatat hasil tindakan, seperti nama obat, dosis obat, rute pemberian, waktu dan tanggal pemberian, inisial perawat dan tanda tangan perawat setelah obat diberikan pada pasien
YA
TIDAK
LEMBAR PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR OBSERVASI
Petunjuk Pengisian : Observer diminta mengisi lembar observasi ini dengan cara mengisi kolom yang tersedia, dengan identitas observe (mahasiswa profesi yang sedang dinilai) sebagai berikut: 1. Mengisi nama mahasiswa profesi, jenis kelamin dan Ruangan dilakukannya mahasiswa profesi 2. Memberikan tanda check list pada kolom yang tersedia : kolom YA apabila kegiatan tersebut dilakukan dan TIDAK apabila tidak dilakukan untuk setiap kegiatan. 3. Kegiatan untuk benar pasien : mahasiswa profesi memeriksa kembali ke buku obat atau rekam medis, mengecek kembali dengan melihat papan nama pada tempat tidur pasien atau gelang yang ada pada pasien, mengecek kembali dengan memanggil nama pasien. 4. Kegiatan untuk benar obat: melihat intruksi yang ada pada buku obat atau rekam medis, menyamakan label obat dengan rekam medic atau buku obat, melakukan double crosscheck dengan perawat atau dengan teman sesama mahasiswa terkait dengan nama obat, rute pemberian, dan tanggal kadaluwarsa. 5. Kegiatan untuk benar rute : mahasiswa dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan rute yang diintruksikan dan dilakukan dengan benar. 6. Kegiatan untuk benar waktu: mahasiswa profesi dalam memberikan obat harus tepat waktu atau tidak boleh lebih dari 30 menit waktu yang telah diintruksikan. 7. Kegiatan untuk benar dosis: mahasiswa profesi melakukan perhitungan obat dengan tepat dan sesuai dengan yang diintruksikan, memberikan dosis obat yang dengan benar. 8. Kegiatan untuk benar dokumentasi : mahasiswa profesi setelah melakukan pemberian obat menuliskan nama obat, dosis obat, rute pemberian, waktu dan
tanggal pemberian dan inisial dan tanda tangan dari mahasiswa profesi yang melakukan pemberian obat
Reliability
Scale: Pengetahuan Case Processing Summary N Cases
%
Valid
10
43.5
Excludeda
13
56.5
Total
23
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.907
30
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
a1
.50
.527
10
a2
.80
.422
10
a3
.50
.527
10
a4
.50
.527
10
a5
.70
.483
10
a6
.50
.527
10
a7
.70
.483
10
a8
.70
.483
10
a9
.80
.422
10
a10
.70
.483
10
a11
.70
.483
10
a12
.40
.516
10
a13
.50
.527
10
a14
.40
.516
10
a15
.50
.527
10
a16
.60
.516
10
a17
.50
.527
10
a18
.60
.516
10
a19
.60
.516
10
a20
.70
.483
10
a21
.70
.483
10
a22
.70
.483
10
a23
.50
.527
10
a24
.50
.527
10
a25
.60
.516
10
a26
.60
.516
10
a27
.80
.422
10
a28
.80
.422
10
a29
.70
.483
10
a30
.70
.483
10
Item-Total Statistics Corrected ItemScale Mean if
Scale Variance if
Cronbach's
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
Item Deleted
Item Deleted
a1
18.00
56.667
.392
.905
a2
17.70
55.344
.723
.900
a3
18.00
56.667
.392
.905
a4
18.00
56.889
.363
.906
a5
17.80
56.400
.472
.904
a6
18.00
57.778
.250
.908
a7
17.80
56.400
.472
.904
a8
17.80
56.400
.472
.904
a9
17.70
57.344
.397
.905
a10
17.80
57.289
.346
.906
a11
17.80
58.844
.132
.909
a12
18.10
56.767
.388
.905
a13
18.00
56.444
.421
.905
a14
18.10
55.433
.566
.902
a15
18.00
56.000
.479
.904
a16
17.90
56.544
.418
.905
a17
18.00
56.889
.363
.906
a18
17.90
56.100
.477
.904
a19
17.90
56.100
.477
.904
a20
17.80
55.067
.663
.901
a21
17.80
55.956
.535
.903
a22
17.80
57.289
.346
.906
a23
18.00
57.556
.278
.907
a24
18.00
57.556
.278
.907
a25
17.90
54.100
.749
.899
a26
17.90
54.100
.749
.899
a27
17.70
56.011
.613
.902
a28
17.70
56.011
.613
.902
a29
17.80
54.844
.696
.900
a30
17.80
54.178
.794
.898
Frequencies Statistics Jenis.Kelamin N
Valid
34
Missing
0
Mean
.21
Median
.00
Mode
0
Std. Deviation
.410
Minimum
0
Maximum
1
Jenis.Kelamin Cumulative Frequency Valid
Perempuan Laki-Laki
Percent
Valid Percent
Percent
27
79.4
79.4
79.4
7
20.6
20.6
100.0
Jenis.Kelamin Cumulative Frequency Valid
Perempuan Laki-Laki Total
Percent
Valid Percent
Percent
27
79.4
79.4
79.4
7
20.6
20.6
100.0
34
100.0
100.0
Frequencies Statistics Nilai.Farmakologi N
Valid
34
Missing
0
Mean
2.03
Median
2.00
Mode
2
Std. Deviation
.797
Minimum
1
Maximum
3
Nilai.Farmakologi Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
C
10
29.4
29.4
29.4
B
13
38.2
38.2
67.6
A
11
32.4
32.4
100.0
Total
34
100.0
100.0
Frequencies Statistics NilaiIPK.Kat N
Valid Missing
34 0
Mean
1.88
Median
2.00
Mode
2
Std. Deviation
.478
Minimum
1
Maximum
3
NilaiIPK.Kat Cumulative Frequency Valid
Memuaskan Sangat Memuaskan
Percent
Valid Percent
Percent
6
17.6
17.6
17.6
26
76.5
76.5
94.1
Terpuji Total
2
5.9
5.9
34
100.0
100.0
100.0
Frequencies Statistics NamadanBentukObat.Kat N
Valid
34
Missing
0
Mean
2.09
Median
2.00
Mode
2
Std. Deviation
.621
Minimum
1
Maximum
3
NamadanBentukObat.Kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
5
14.7
14.7
14.7
Cukup
21
61.8
61.8
76.5
8
23.5
23.5
100.0
Baik
NamadanBentukObat.Kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
kurang
5
14.7
14.7
14.7
Cukup
21
61.8
61.8
76.5
Baik
8
23.5
23.5
100.0
Total
34
100.0
100.0
Frequencies Statistics SifatdanKerjaObat.Kat N
Percent
Valid Missing
34 0
Mean
2.56
Median
3.00
Mode Std. Deviation
3 .504
Minimum
2
Maximum
3
SifatdanKerjaObat.Kat
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Cukup
15
44.1
44.1
44.1
Baik
19
55.9
55.9
100.0
Total
34
100.0
100.0
Frequencies Statistics EfekdanReaksiObat.Kat N
Valid
34
Missing
0
Mean
2.76
Median
3.00
Mode
3
Std. Deviation
.431
Minimum
2
Maximum
3
EfekdanReaksiObat.Kat Cumulative Frequency Valid
Cukup
Percent 8
23.5
Valid Percent 23.5
Percent 23.5
Baik
26
76.5
76.5
Total
34
100.0
100.0
100.0
Frequencies Statistics SistemPerhitunganObat.Kat N
Valid
34
Missing
0
Mean
2.62
Median
3.00
Mode
3
Std. Deviation
.551
Minimum
1
Maximum
3
SistemPerhitunganObat.Kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
1
2.9
2.9
2.9
Cukup
11
32.4
32.4
35.3
Baik
22
64.7
64.7
100.0
Total
34
100.0
100.0
Frequencies Statistics RutePemberianObat.Kat N
Valid
34
Missing
0
Mean
2.47
Median
2.00
Mode
2
Std. Deviation
.507
Minimum
2
Maximum
3
RutePemberianObat.Kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Cukup
18
52.9
52.9
52.9
Baik
16
47.1
47.1
100.0
Total
34
100.0
100.0
Frequencies Statistics PeranPerawatdalamPemberianObat.K at N
Valid
34
Missing
0
Mean
2.91
Median
3.00
Mode
3
Std. Deviation
.288
Minimum
2
Maximum
3
PeranPerawatdalamPemberianObat.Kat Cumulative Frequency Valid
Cukup
Percent
Valid Percent
Percent
3
8.8
8.8
8.8
Baik
31
91.2
91.2
100.0
Total
34
100.0
100.0
Frequencies Statistics Pengetahuan.Kat N
Valid
34
Missing
0
Mean
1.91
Median
2.00
Mode
2
Std. Deviation
.793
Minimum
1
Maximum
3
Pengetahuan.Kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
12
35.3
35.3
35.3
Cukup
13
38.2
38.2
73.5
Baik
9
26.5
26.5
100.0
Total
34
100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Jenis.Kelamin *
Missing
Percent 34
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 34
100.0%
Pengetahuan.Kat
Jenis.Kelamin * Pengetahuan.Kat Crosstabulation Pengetahuan.Kat kurang Jenis.Kelamin
Perempuan
Count % within Jenis.Kelamin
Laki-Laki
Count % within Jenis.Kelamin
Total
Count % within Jenis.Kelamin
Crosstabs
Cukup
Baik
Total
8
11
8
27
29.6%
40.7%
29.6%
100.0%
4
2
1
7
57.1%
28.6%
14.3%
100.0%
12
13
9
34
35.3%
38.2%
26.5%
100.0%
Case Processing Summary Cases Valid N Nilai.Farmakologi *
Missing
Percent 34
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 34
100.0%
Pengetahuan.Kat
Nilai.Farmakologi * Pengetahuan.Kat Crosstabulation Pengetahuan.Kat kurang Nilai.Farmakologi
C
Count % within Nilai.Farmakologi
B
A
3
10
60.0%
10.0%
30.0%
100.0%
5
6
2
13
38.5%
46.2%
15.4%
100.0%
1
6
4
11
9.1%
54.5%
36.4%
100.0%
12
13
9
34
35.3%
38.2%
26.5%
100.0%
Count
Count % within Nilai.Farmakologi
Total
1
% within Nilai.Farmakologi Total
Baik
6
Count % within Nilai.Farmakologi
Cukup
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N NilaiIPK.Kat *
Missing
Percent 34
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 34
100.0%
Pengetahuan.Kat
NilaiIPK.Kat * Pengetahuan.Kat Crosstabulation Pengetahuan.Kat
Total
kurang NilaiIPK.Kat
Memuaskan
Count % within NilaiIPK.Kat
Sangat Memuaskan
Terpuji
0
2
6
66.7%
.0%
33.3%
100.0%
8
12
6
26
30.8%
46.2%
23.1%
100.0%
0
1
1
2
.0%
50.0%
50.0%
100.0%
12
13
9
34
35.3%
38.2%
26.5%
100.0%
Count % within NilaiIPK.Kat
Total
Count % within NilaiIPK.Kat
Baik
4
Count % within NilaiIPK.Kat
Cukup
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Jenis.Kelamin * perilaku.kat
Missing
Percent 34
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 34
100.0%
Jenis.Kelamin * perilaku.kat Crosstabulation perilaku.kat buruk Jenis.Kelamin
Perempuan
Count % within Jenis.Kelamin
Laki-Laki
Count % within Jenis.Kelamin
Total
Count % within Jenis.Kelamin
Frequencies
baik
Total
4
23
27
14.8%
85.2%
100.0%
3
4
7
42.9%
57.1%
100.0%
7
27
34
20.6%
79.4%
100.0%
Statistics benarobat.kat N
Valid
34
Missing
0
Mean
1.00
Median
1.00
Mode
1
Std. Deviation
.000
Minimum
1
Maximum
1
benarobat.kat Cumulative Frequency Valid
baik
Percent
34
Valid Percent
100.0
100.0
Percent 100.0
Frequencies Statistics benarpasien.kat N
Valid
34
Missing
0
Mean
1.00
Median
1.00
Mode
1
Std. Deviation
.000
Minimum
1
Maximum
1
benarpasien.kat Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
benarpasien.kat Cumulative Frequency Valid
baik
Percent
34
Valid Percent
100.0
100.0
Percent 100.0
Frequencies Statistics benardosis.kat N
Valid
34
Missing
0
benardosis.kat Cumulative Frequency Valid
baik
Percent
34
Valid Percent
100.0
100.0
Percent 100.0
Frequencies Statistics benarrute.kat N
Valid
34
Missing
0
benarrute.kat Cumulative Frequency Valid
baik
Frequencies Statistics
34
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Percent 100.0
benardokumentasi.kat N
Valid
34
Missing
0
benardokumentasi.kat Cumulative Frequency Valid
baik
Percent
34
Valid Percent
100.0
100.0
Percent 100.0
Frequencies Statistics benarwaktu.kat N
Valid
34
Missing
0
benarwaktu.kat Cumulative Frequency Valid
buruk
Percent 7
20.6
Valid Percent 20.6
Percent 20.6
baik
27
79.4
79.4
Total
34
100.0
100.0
100.0
Frequencies Statistics perilaku.kat N
Valid
34
Missing
0
perilaku.kat Cumulative Frequency Valid
buruk
Percent
Valid Percent
Percent
7
20.6
20.6
20.6
baik
27
79.4
79.4
100.0
Total
34
100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Pengetahuan.Kat *
Missing
Percent 34
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 34
100.0%
perilaku.kat
Pengetahuan.Kat * perilaku.kat Crosstabulation perilaku.kat buruk Pengetahuan.Kat
kurang
Count % within Pengetahuan.Kat
Cukup
Count % within Pengetahuan.Kat
Baik
Count % within Pengetahuan.Kat
Total
Count % within Pengetahuan.Kat
baik
Total
5
7
12
41.7%
58.3%
100.0%
2
11
13
15.4%
84.6%
100.0%
0
9
9
.0%
100.0%
100.0%
7
27
34
20.6%
79.4%
100.0%
Symmetric Measures Asymp. Std. Errora
Value
Approx. Tb
Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R
.408
.118
2.529
.017c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.410
.122
2.546
.016c
N of Valid Cases
34
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Nonparametric Correlations Correlations Pengetahuan.Kat Spearman's rho
Pengetahuan.Kat
1.000
.410*
.
.016
34
34
Correlation Coefficient
.410*
1.000
Sig. (2-tailed)
.016
.
34
34
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
perilaku.kat
perilaku.kat
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).