PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU DAN SUKU JAWA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi
Oleh: Desriyanti Susan Mauboy 069114104
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU DAN SUKU JAWA
Disusun Oleh : Desriyanti Susan Mauboy 069114104
Telah disetujui oleh
Pembimbing
(Yohanes Heri Widodo M.Psi)
Tanggal,
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU DAN SUKU JAWA
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Desriyanti Susan Mauboy NIM
: 069114104
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji pada tanggal 12 Oktober 2011 dan dinyatakan memenuhi syarat.
Susunan Panitia Penguji
1.
Yohanes Heri Widodo M.Psi
..........................
2. V. Didik Suryo H., S.Psi., M.Si
..........................
3.
..........................
Agnes Indar E,. S.Psi., M.Si., Psi.
Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan
(Dr. Christina Siwi Handayani)
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya ia pun tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Karena kebodohan melekat pada orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya. Amsal 22:6,15
Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku…. Filipi 4:13
Skripsi ini ku persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus Papa Edu & Mama Cory Adikku Tersayang Nyongri De Felten Almamaterku tercinta “Sanata Dharma” Semua yang mendukungku melewati setiap proses dalam hidupku hingga aku jadi seperti saat ini. iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Perbedaan Asertivitas Antara Remaja Putri Suku Belu dan Suku Jawa” tidak memuat bagian atau karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Penulis
(Desriyanti Susan Mauboy)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU DAN SUKU JAWA Desriyanti Susan Mauboy ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji asertivitas antara remaja putri suku Belu dan suku Jawa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah asertivitas remaja putri suku Belu lebih tinggi dibanding suku Jawa. Subyek dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 50 remaja putri suku Belu dan 50 remaja putri suku Jawa. Seluruh subyek adalalah mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta dengan kisaran usia antara 17 – 21 tahun. Penelitian ini menggunakan skala sebagai metode pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Skala Asertivitas. Data penelitian kemudian dianalisis dengan Independent Sample t-test dan diperoleh hasil 0,0295 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara asertivitas remaja putri suku Belu dan suku Jawa. Akan tetapi, hipotesis dalam penelitian tidak terbukti karena berdasarkan Mean Empirisnya tingkat asertivitas remaja putri suku Belu lebih rendah dibandingkan suku Jawa. Kata kunci: asertivitas, suku Belu, suku Jawa, mahasiswi.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE DIFFERENCES OF ASSERTIVENESS BETWEEN BELU AND JAVANESE TEENAGER GIRLS Desriyanti Susan Mauboy ABSTRACT
This study aims to test the level of assertiveness Belu and Javanese teenager girls. The hypothesis in this study is the level of assertiveness teenager girls Belu higher interest rates than on Java. Subjects in the study in are as many as 100 people consisting of 50 Belu teenager girls and 50 Javanese teenager girls. The whole subject is a student who was studying in Yogyakarta with age range between 17-21 years. This study used the scale as a method of data collection. The data collection tool used is the assertiveness scale. The research data were then analyzed with Independent Sample t-test and obtained results of 0,0295 (p <0,05). These results indicate that there is a difference between the level of assertiveness Belu and Javanese teenager girls. However, the hypothesis is not proven in this study because it is based on its level of assertiveness Empirical Mean Belu teenager girls rates lower than the Javanese.
Key words: Assertiveness, Belu etnic, Javanese, University student.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Desriyanti Susan Mauboy NIM
: 069114104
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul : PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU DAN SUKU JAWA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta pada tanggal, Yang menyatakan,
(Desriyanti Susan Mauboy)
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat penyertaan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Asertivitas Antara Remaja Putri Suku Belu dan Suku Jawa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, dukungan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak terkait diantaranya: 1. Dr. Christina Siwi Handayani. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Santa Dharma yaitu Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. 3. Bapak Yohanes Heri Widodo M.Psi selaku dosen pembimbing saya, yang dengan banyak sabar telah membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Terima kasih bapak,… Tuhan memberkati. 4. Bapak Minta Istono S.Psi. M.Si selaku dosen pembimbing akademik, yang dengan sabar membimbing saya selama masa perkuliahan saya di kampus tercinta. Terima kasih bapak,…
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Segenap dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengajariku banyak hal untuk kelak menjadi seorang sarjana muda yang dapat diandalkan. Kalian pahlawan tanpa tanda jasa yang akan selalu ku banggakan. 6. Seluruh karyawan di bagian sekertariat & ruang baca Psikologi, terima kasih untuk pelayanan yang diberikan kepada kami selama ini. Terima kasih untuk kesabaran dan senyum ramah yang kalian berikan selama ini. Yang penting senang. 7. Papa Eduard Mauboy, yang dengan sangat sabar selalu mendampingiku, menjadi teman curhatku dan berusaha memberikan apa yang aku butuhkan. Walau terkadang papa sendiri harus mengorbankan apa yang papa miliki, termasuk kebahagiaan papa. Papa adalah terbaik yang ku miliki. Love u papa,. U’r my no. 1. Mama Cornelia Tampani yang selalu berusaha mengajarkanku bagaimana
menjadi
seorang
anak
perempuan
yang
baik,
selalu
mengkhawatirkan aku dalam segala hal. Doa mama membuatku kuat hingga saat ini. Thank you mom,. U’r the best 4 me. Kalian segalanya bagiku. 8. Adikku tersayang Nyongri Defelten Mauboy
yang selalu berusaha
membuatku tersenyum dengan tingkah jahilnya saat masa-masa sulit menghampiriku, menasehati aku ketika ia mengkhawatirkan pergaulanku. Aku sangat menyayangi mu,… 9. Keluarga ku: kici Wely, Nyadu Yan, kici Elsy, bang Opel, k’ Rensy, Ti’i Oza, Pablo, Dedy Keliting, dan semua yang tidak terucap… Apa yang ku peroleh sekarang, tidak lepas dari dukungan kalian selama ini. Tuhan sayang kalian semua.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Dia yang bersedia ku marahi, sabar menghadapi ketidakdewasaanku, mencoba menyayangiku dengan keterbatasan yang dimilikinya, selalu menanyakan kapan skripsi ini selesai. “Secret Name’s”…. Terima kasih untuk perhatian dan pengertianmu untuk ku selama ini. Lophe U kuadkuad…. 11. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu menemaniku dan siap menolongku saat kesulitan menghampiriku. Lusi, Vivia, Lingga, Rona, Nur, Marsel (“Mace”), Vina, Poyo, Je’, Ika kalian teman terbaikku. Love u all. 12. Anak-anak kos putri “Sari Ayu”: Inang (Sary), Mauryn, Usy Jamilah, K’Ade, Ote, Lingga, Lidya, Dwi, Ines, Leza, Sely, Opung (Devy), Marjan. Matur nuwun ngge…. 13. Buat IKABE Yogyakarta (Ikatan Keluarga Belu), terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini. Menjadi satu keluarga besarku saat aku berada di Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, 12 Oktober 2011
(Desriyanti Susan Mauboy)
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….....
i
HALAMAN PERSETUJUAN
…………………………….…….
ii
HALAMAN PENGESAHAN
..……………………….………..
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
………………………………….
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
.…………
v
ABSTRAK ……………………………………………………………
vi
ABSTRACT ………………………………………………………….
vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
viii
KATA PENGANTAR
…..
.………………………………………….
ix
DAFTAR ISI .………………………………………………….………
xii
DAFTAR TABEL
..…………………………………………………
xv
………………………………………………
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………...
xvii
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………….
1
A. Latar Belakang ………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………
8
C. Tujuan Penelitian ………………………………………..
8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………
9
LANDASAN TEORI………………………………………..
10
DAFTAR GAMBAR
BAB II
A. Remaja ……………........................................................... 10 1. Pengertian Remaja ......................................................
xii
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Ciri-ciri Remaja Akhir
……………………………
11
3. Tahap Perkembangan Remaja Akhir ………………..
13
4. Tugas Perkembangan Remaja Akhir ........................... 15 5. Asertivitas Pada Remaja Akhir …………………….. B. Asertivitas
………………………………………..….
1. Pengertian Asertivitas
20
...........................................
20
2. Aspek-Aspek Asertivitas ...........................................
21
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas .......
22
C. Kebudayaan
.……………….............................……….
1. Kebudayaan
.............................................................
2. Kebudayaan Suku Belu
29 29
...........................................
30
3. Kebudayaan Suku Jawa ...........................................
33
D. Dinamika Hubungan Asertivitas dan Kebudayaan
.......
36
......................................................................
41
METODOLOGI PENELITIAN ..………………………….
42
A. Jenis Penelitian
42
E. Hipotesis BAB III
18
.………………………………………
B. Identifikasi Variabel Penelitian
….................................
42
C. Definisi Operasional …………………………………...
42
1. Asertivitas
.………………………………………
42
……………………………………..
43
.…………………………………..
44
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...............................
44
F. Uji Skala
45
2. Kebudayaan D. Subyek Penelitian
...................................................................
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Validitas .……………………………………..……
45
2. Reliabilitas
.………………………………..……..
46
3. Uji Daya Beda Item .................................................
46
G. Uji Asumsi
...................................................................
1. Uji Normalitas
....................................................
49
2. Uji Homogenitas
....................................................
50
..........................................................
50
H. Uji Hipotesis BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
…………
51
……………………………….
51
1. Proses Penelitian .…………………………………..
51
2. Data Demografi
.......................................................
52
....................................................
53
.………………………………
53
.…………………………….
54
.………………………………
55
A. Pelaksanaan Penelitian
3. Hasil Uji Asumsi b. Uji Normalitas
c. Uji Homogenitas 4. Hasil Uji Hipotesis
5. Deskripsi Data Penelitian
..……………………….
55
………………………………………......
57
KESIMPULAN DAN SARAN .……………………….….
68
A. Kesimpulan
………………………………………..….
68
…………………………………..…………..…
68
B. Pembahasan BAB V
49
B. Saran
C. Kelemahan
…………………………………………...
69
..…………………………………………..….
70
LAMPIRAN ……………………………………………………………
74
DAFTAR PUSTAKA
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
1. Tabel Blue Print Skala Asertivitas Sebelum Uji Coba ………….. 45 2. Tabel Blue Print Skala Asertivitas Setelah Uji Coba ……………. 48 3. Tabel Blue Print Skala Asertivitas ……………………………….. 49 4. Tabel Presentase Subyek Berdasarkan Latar Belakang Suku……. 53 5. Tabel Presentase Subyek Berdasarkan Usia ……………………. 53 6. Tabel Hasil Uji Normalitas
.………………………………........ 54
7. Tabel Hasil Uji Homogenitas .…………………………………… 55 8. Tabel Uji Tambahan ………………………………………….… 57
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Skema Dinamika Hubungan Asertivitas dan Kebudayaan
xvi
……………
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 → Skala Uji Coba Asertivitas
………...……………… 75
LAMPIRAN 2 → Analisis Data Skala Uji Coba Asertivitas ……....…. 87 LAMPIRAN 3 → Skala Penelitian Asertivitas ………...……………...
93
LAMPIRAN 4 → Analisis Data Uji Normalitas ………..…………….
103
LAMPIRAN 5 → Analisis Data Uji Homogenitas
……..…………….
104
..………..…………….
105
LAMPIRAN 6 → Analisis Data Uji Hipotesis
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak bisa hidup sendiri tanpa berhubungan langsung dengan orang lain. Hal inilah yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Menurut Gerungan (2004) individu memerlukan hubungan dengan lingkungan yang menggiatkannya, merangsang perkembangannya, atau yang memberikan sesuatu yang ia perlukan. Dalam suatu fenomena sosial, komunikasi adalah suatu proses yang penting. Relasi antara satu orang atau satu kelompok dengan orang lain atau kelompok lain pasti mengandaikan adanya komunikasi (Sumintardja dalam Probowo, 2000). Komunikasi dimaksudkan agar terjadi keserasian dan mencegah terjadinya konflik dalam lingkungan bermasyarakat. Tanpa komunikasi yang efektif diantara berbagai pihak yang terlibat didalamnya, pola hubungan dalam suatu masyarakat atau suatu organisasi tidak akan mampu melayani kebutuhan berbagai pihak
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dengan baik. Bentuk komunikasi yang baik dan efektif dalam membangun sebuah relasi adalah komunikasi secara asertif. Assertion theory secara tradisionil menyatakan bahwa perilaku yang muncul dalam menghadapi orang lain dibedakan menjadi 3 macam perilaku, yaitu non asertif, asertif dan agresif (Towned dalam Prabowo, 2000). Perilaku non asertif digambarkan sebagai kegagalan untuk mengekspresikan secara jujur perasaan, pikiran dan kepercayaan, dan konsekuensinya adalah mengijinkan pihak lain untuk mengganggu haknya. Towned juga menambahkan bahwa orang yang non asertif tidak tegas dalam menyatakan haknya dan membiarkan orang lain menguasainya (Towned
dalam
Probowo,
2000).
Selanjutnya,
perilaku
agresif
digambarkan sebagai orang yang mengekspresikan perasaan, pikiran dan kepercayaannya secara berlebihan sehingga mengganggu hak orang lain (Towned dalam Probowo, 2000). Berbeda dengan perilaku non asertif dan agresif, perilaku asertif lebih dinyatakan dengan pernyataan hak yang menghormati dan tidak mengganggu hak orang lain (Townend dalam Probowo, 2000). Orang yang mempunyai sikap dan perilaku asertif adalah orang yang mempunyai kepercayaan diri dan harga diri yang cukup. Ia menghargai dirinya dan juga orang lain. Orangnya cenderung terbuka dan bertanggung jawab, suka mendengar perasaan dan pikiran orang lain dan mengharap feedback dari orang lain (Townend dalam Probowo 2000). Berdasarkan penjelasan mengenai ketiga cara berkomunikasi di atas, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
akan lebih baik ketika setiap individu dapat menumbuhkan kemampuan bersikap asertif dalam dirinya. Lazarus dalam Rakos (1991) adalah tokoh yang pertama sekali mendefinisikan perilaku asertif. Ia yang menyatakan bahwa perilaku asertif adalah cara individu dalam memberikan respon dalam situasi sosial, yang berarti sebagai kemampuan individu untuk mengatakan tidak, kemampuan untuk menanyakan dan meminta sesuatu, kemampuan untuk mengungkapkan perasaan positif dan negatif, serta kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri percakapan. Ketika berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain, sikap remaja akan sangat menentukan bagaimana ia memandang dirinya dan juga bagaimana orang lain memandang dirinya. Seorang remaja yang mengembangkan sikap asertif dalam menjalin hubungan dengan orang lain tentunya akan semakin mandiri dan bebas. Mereka dapat mengambil keputusan sesuai dengan keinginan mereka, tanpa harus merasa membatasi diri dari orang-orang dan lingkungan (Santosa, 1999). Sikap asertif seorang remaja dalam berinteraksi juga akan mempengaruhi sejauhmana remaja tersebut bersikap jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Sikap asertif juga dapat menimbulkan harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan. Selain itu, dengan adanya sikap asertif terlebih dalam diri seorang remaja, maka akan dapat mengurangi stress maupun konfliknya sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal yang negatif (Widjaja & Wulan, 1998). Contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang sering terjadi pada seorang remaja (mahasiswa) yaitu, ketika dalam suatu diskusi ada mahasiswa yang secara spontan memberikan ide-ide briliannya, dengan percaya diri mengungkapkan pendapatnya, dan yakin itu benar, serta ide-ide positifnya itu dapat diterima oleh yang lain. Orangorang seperti ini disebut orang yang asertif (Bagus dalam Umiyati, 2009). Manfaat lain yang akan diperoleh ketika seseorang mampu bersikap asertif adalah: membuka banyak kemungkinan baru mendapatkan banyak teman, membina hubungan yang lebih akrab dan jujur dengan orang lain, dan dalam situasi sulit dan tidak menyenangkan, pribadi masih dihargai dan diterima (Stein dan Book dalam Suwarni, 2008). Selain manfaat di atas, adapun beberapa akibat lain dari kurang atau tidak adanya sikap asertif dalam diri seseorang yang dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian berikut ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Family and Consumer Science di Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan fakta bahwa kebanyakan remaja memulai merokok karena dipengaruhi temannya, terutama sahabat yang sudah lebih dahulu merokok (Anonim, 2009). Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Meliana (2007) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif dengan tingkat stress pada remaja. Artinya bahwa semakin tinggi perilaku asertif akan semakin rendah tingkat stress yang dialami oleh seseorang. Sebaliknya jika tingkat asertifnya semakin rendah maka tingkat stress yang dialami akan semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Perilaku asertif seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pola asuh orang tua, kebudayaan, usia, jenis kelamin, dan strategi copping (Santosa,1999). Ditambah lagi dengan pendidikan (Hadjam dalam Yusuf, 2008) dan kepribadian (Allport dalam Suryabrata, 1988). Taylor menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku asertif yaitu budaya ( Taylor dalam Umiyati, 2009). Hal ini juga diungkapkan Rakos dalam Santosa (1999) yang memandang bahwa kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik perilaku asertif. Biasanya ini berhubungan dengan norma-norma masyarakat atau lingkungan sekitarnya, yang merupakan salah satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara individu berperilaku. Berkaitan dengan kebudayaan, menurut G. Stanly Hall, lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan perkembangan pada masa remaja ketimbang di waktu sebelumnya. Jadi, dalam kaitannya dengan remaja, ia percaya bahwa hereditas berinteraksi dengan lingkungan untuk menentukan perkembangan individu (dalam Santrock, 2003). Santrock (2003) mengatakan bahwa budaya adalah pola tingkah laku, keyakinan dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Kelompok suatu kebudayaan bisa besar dan bisa juga kecil. Apapun ukurannya, budaya kelompok akan mempengaruhi identitas, belajar, dan tingkah laku sosial anggotanya (Brislin, et. al dalam Santrock, 2003). Kebudayaan merupakan
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni,
moral,
hukum,
adatistiadat
(kebiasaan),
dan
pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor dalam Umiyati, 2009). Salah satu budaya yang ada di Indonesia adalah budaya yang berasal dari suku Belu. Belu merupakan sebuah kabupaten Belu terletak pada sentral pulau Timor dengan luas wilayahnya 2.445,57
2
atau
5,16% dari luas wilayah Propinsi NTT. Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2009 sebanyak 465.933 jiwa. Mata pencaharian yang utama di bidang pertanian khususnya lahan kering meliputi 79 % dari jumlah penduduk kabupaten Belu. Disamping pertanian lahan kering, masyarakat juga memlihara ternak dan unggas. Daerah kabupaten Belu pada umumnya terdiri atas daratan bukit dan pegunungan serta hutan. Daerah Belu tergolong daerah yang curah hujannya sedikit yang secara tidak langsung iklim tersebut mempengaruhi pola
hidup
dan
watak
keseharian
masyarakat
Belu.
Tempat tinggal orang-orang Belu dahulunya banyak berada di daerah perbukitan yang dikelilingi oleh semak berduri dan batu karang yang tidak mudah didatangi orang dan hidup secara berkelompok, dengan maksud untuk menjaga keamanan dari gangguan orang luar maupun binatang buas. Dalam kesehariannya, masyarakat Belu termasuk didalamnya adalah remaja laki-laki dan perempuan akan lebih gampang untuk berterus terang mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Mereka cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
untuk mengutamakan apa yang mereka rasakan, sehingga mereka tidak akan tertutup atau berbohong untuk menyatakan perasaan mereka. Mereka memegang prinsip bahwa menjadi Belu berarti menjadi seorang sahabat yang dengan budi dan hati bening mampu untuk bersikap terbuka bagi persahabatan dengan orang lain, lingkungan dan semua ciptaan Tuhan (Bria, 2004). Dalam penelitian ini, pengaruh budaya Belu dalam pembentukan perilaku akan dibandingkan dengan pengaruh dari budaya Jawa, mengingat Jawa adalah salah satu budaya besar yang dominan di Indonesia. Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk terpadat di dunia. Dengan populasi sebesar 136 juta jiwa, pulau Jawa adalah yang menjadi tempat tinggal lebih dari 57% populasi Indonesia, dengan kepadatan 1.029 jiwa/km². Sekitar 45% penduduk Indonesia berasal dari etnis Jawa. Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dalam budaya masyarakat Jawa, berkembang pula prinsip-prinsip hubungan sosial yang sebagian besar terdiri dari dua bagian yaitu: prinsip hormat dan prinsip kerukunan (Ali, 1986). Masyarakat Jawa terkadang melakukan
sesuatu
yang
tidak
ia
sukai
karena
keseganannya
mengungkapkan perasaan penolakannya secara tegas dan berani. Selain itu, bisa dikatakan, orang Jawa sukar bisa dertindak tegas karena pertimbangan manusianya yang lekas berbicara sehingga mengakibatkan dia bersedia untuk memberi dan menerima yang bisa membuahkan suatu kompromi guna mengakhiri pertentangan atau konflik yang ada (Hardjowirogo, 1983). Salah satu contohnya, Koencoro dan Suseno & Reksosusilo dalam Santosa (1999) menyatakan bahwa dalam budaya Jawa pada anak wanita yang dituntut untuk bersikap pasif, dan menerima apa adanya atau pasrah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk melihat apakah ada perbedaan asertivitas antara remaja putri suku Belu dan suku Jawa.
B. RUMUSAN MASALAH Apakah asertivitas antara remaja putri suku Belu lebih tinggi dari pada suku Jawa?
C. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui apakah asertivitas remaja putri suku Belu lebih tinggi dari pada suku Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya pengetahuan dalam bidang ilmu psikologi sosial terutama mengenai perbedaan asertivitas di antara remaja. 2. Maanfaat Praktis Bagi subyek penelitian, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang dapat mendukung subyek dalam mengembangkan sikap asertif dalam diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. REMAJA AKHIR 1. Pengertian Remaja Masa remaja (Adolesence) didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007). Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sementara itu, perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Blos dalam Sarwono, 2007). Adapun Anna Freud menggambarkan masa remaja sebagai suatu
proses
perkembangan
meliputi
perubahan-perubahan
berhubungan dengan psikoseksual, perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka (Gunarsa, 2003). Di Indonesia batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 14 – 24 tahun. Penggolongan remaja ini didasarkan pada pertimbangan usia tanpa membedakan remaja dari keadaan sosial-psikologiknya (Sarwono, 2007).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Ciri-ciri Remaja Akhir Hurlock dalam Mappiare (1982) menulis bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang nampak khas bagi usia-usia tertentu maka masa remaja akhir di alami pada usia 17 – 21 tahun. Dalam rentang masa itu terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis yang telah dimulai pada masa-masa sebelumnya. Selanjutnya, Monks (2004) dalam bukunya juga mengatakan bahwa remaja akhir berada pada rentan usia 18-21 tahun. Pada masa remaja akhir umumnya terdapat ciri-ciri khas yang nampak dalam diri remaja, diantaranya: a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat, yang berarti bahwa remaja relatif tetap atau mantap dan tidak mudah berubah pendirian akibat adanya rayuan atau propaganda. Akibatnya remaja akan lebih dapat melakukan penyesuaian dalam banyak aspek
kehidupannya
dibandingkan
dengan
masa-masa
sebelumnya. b. Citra-diri dan sikap-pandangan yang lebih realistis, dimana remaja sudah mulai menilai dirinya sebagaimana adanya, menghargai miliknya, keluarganya, orang-orang lain seperti keadaan sesungguhnya. Akibatnya, akan timbul rasa puas, menjauhkan mereka dari rasa kecewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Menghadapi masalahnya secara lebih matang. Remaja akhir menghadapi masalah dengan lebih matang. Kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi; baik dengan cara sendiri maupun dengan berdiskusi dengan teman-teman sebaya mereka. d. Perasaan menjadi lebih tenang. Remaja akhir umumnya lebih tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya. Hal ini juga ditunjang dengan adanya kemampuan piker dan dapat menguasai perasaan-perasaannya (Mappiare, 1982). Melengkapi ciri-ciri remaja akhir, Dadang Sulaeman dalam Rochmah (2005) memberi tanda tentang ciri-ciri umum remaja akhir adalah sebagai berikut: a. Pemilihan kehidupan mulai mendapat perhatian yang tegas, b. Telah ada spesialisasi berdasarkan bakat-bakat yang diselidikinya, c. Kecenderungan untuk menetapkan pekerjaan yang dipilih sebagai bekal mencari nafkah, d. Memilih teman hidup dan memikirkan masalah keluarga, e. Berhati-hati dalam memilih pakaian dan cara berdandan, f. Kalau pada remaja awal sikap dan tindakan-tindakannya serba kaku, maka kelakuan itu mulai hilang menjelang masa remaja akhir, g. Keamanan dan kebebasan ekonomis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
h. Mereka mulai berpikir tentang tanggung jawab sosial, moral, ekonomi, dan keagamaan, i. Perspektif kehidupan semakin meluas, nilai-nilai kehidupan mulai muncul, pengertian-pengertian lebih diperluas dan dalam, j. Mereka benar-benar telah mengambil tanggung jawab sebagai manusia dewasa.
3. Tahap Perkembangan Remaja Akhir Petro Blos dalam Sarwono (2007) seorang penganut aliran psikoanalisa berpendapat bahwa perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam proses penyesuaian diri, ada tiga tahap perkembangan yang dilalui oleh remaja. Dari ketiga tahap perkembangan tersebut masa remaja akhir berada pada tahap ke tiga. Masa remaja akhir (Late Adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dalam kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol dibandingkan pada masa remaja awal. Tahap ini (remaja akhir) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal berikut ini: a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru. c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentrisme yang diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain. e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). Menurut Erikson selama masa remaja, individu akan masuk dalam tahap perkembangan identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion). Pada tahap ini, individu dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka akan menuju dalam hidupnya (Santrock,2003). Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya,
mereka
mungkin
akan
mengembangkan
perilaku
menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri dari masyarakat (Yusuf, 2008). Pada tahap perkembangan emosi, remaja laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi, bila pada akhir remaja tidak lagi meledakkan emosinya di hadapan orang lain, melainkan
menunggu
saat
dan
tempat
yang
tepat
untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau seperti orang yang tidak matang (Rochmah, 2005). Tahap perkembangan lain yang juga dialami remaja adalah perkembangan sosial. Tahap perkembangan ini berhubungan dengan penyesuaian sosial yang dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan relasi. Dalam perkembangan sosial, kontak remaja dengan orang lain merupakan sesuatu yang sangat penting. Remaja harus membuat penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilainilai baru dalam seleksi pemimpin. Pada tahap ini juga berkembang kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (Rochmah, 2005).
4. Tugas Perkembangan Remaja Akhir Menurut Robert Havighurts, tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apa bila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya (Havighurts dalam Yusuf, 2008). Pada fase remaja akhir, sudah mulai terpolakan aktivitas seksual melalui langkah pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antar pribadi yang sungguh-sunggu matang sesuai dengan kesempatan yang ada. Fase ini merupakan inisiasi kearah hak, kewajiban, kepuasan dan tanggung jawab kehidupan sebagai warga masyarakat dan warga Negara. Tugas
perkembangan
pada
fase
remaja
akhir
adalah
economically, intellectually, emotionally self sufficient. Setelah individu melewati enam fase perkembangan kepribadian, ia mencapai taraf kedewasaan yaitu enjadi pribadi manusia yang matang dan setelah itu memasuki usia lanjut (Suryono, 2004). Selain itu, seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel dalam Noviahelni, 2009). Tahap remaja akhir merupakan tahap ketiga yang mana tugas perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian seperti pada tahap remaja madya, namun juga berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Selain itu adapun tugas perkembangan remaja pada umumnya menurut Robert Havighurts (dalam Sarwono, 2007) adalah sebagai berikut: 1. Menerima kondisi fisik dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif. 2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun. 3. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan). 4. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. 5. Mempersiapkan karier ekonomi. 6. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. 7. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab. 8. Mencapai system nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya. Selain itu, Gunarsa (2003) juga menyebutkan ada beberapa tugas perkembangan lainnya pada masa remaja adalah: 1. Menerima keadaan fisiknya, 2. Memperoleh kebebasan emosional, 3. Mampu bergaul, 4. Menemukan model untuk identifikasi, 5. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri,
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma, 7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan.
5. Asertivitas Pada Remaja Akhir Dalam diperhadapkan
beberapa dengan
tahapan tugas-tugas
perkembangannya perkembangan
yang
remaja harus
diselesaikannya untuk bisa berhasil pada tahap perkembangan selanjutnya.
Pada
masa
remaja
akhir,
ada
beberapa
tugas
perkembangan yang harus diselesaikan diantaranya, economically, intellectually, emotionally self sufficient. Selain itu remaja akhir juga diharapkan mampu mencapai kemandirian seperti pada tahap remaja madya, namun juga berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik. Menjadi asertif berarti mampu untuk berkata “tidak”, mampu meminta pertolongan, mampu mengungkapkan perasaan yang positif maupun negatif secara wajar, mampu untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri suatu pembicaraan, yang semuanya itu dilakukan tanpa mengganggu hak orang lain. Ketika remaja dalam tahap
perkembangannya
mampu
untuk
menyelesaikan
tugas
perkembangan diatas dengan baik, maka diharapkan remaja tersebut akan menjadi remaja yang asertif dalam kehidupan sehari-harinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ketika berinteraksi dengan orang lain baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pentingnya perilaku asertif ditanamkan sejak dini pada remaja karena asertivitas bukan merupakan sesuatu yang lahiriah, tetapi lebih merupakan pola sikap dan perilaku yang dipelajari sebagai reaksi terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan. Bagi remaja sikap dan perilaku asertif sangatlah penting karena beberapa alasan sebagai berikut: pertama, sikap dan perilaku asertif akan memudahkan remaja tersebut bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan seusianya maupun di luar lingkungannya secara efektif. Kedua, dengan kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkannya, terus terang maka mahasiswa bisa menghindari munculnya ketegangan
dan perasaan tidak nyaman
akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya. Ketiga, dengan memiliki sifat asertif maka para mahasiswa dapat dengan mudah mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya secara efektif, sehingga beban masalah itu tidak menjadi beban pikiran yang berlarut-larut. Keempat, asertivitas
akan
membantu
para
siswa
untuk
meningkatkan
kemampuan kognitifnya, memperluas wawasan tentang lingkungan, dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi). Kelima, asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku kurang tepat bisa membantu remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
yang bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekurangan tersebut (Erlinawati, 2009).
B. ASERTIVITAS 1. Pengertian Asertivitas Lazarus (Rakos, 1991) adalah tokoh yang pertama sekali mendefinisikan perilaku asertif, yang menyatakan bahwa perilaku asertif adalah cara individu dalam memberikan respon dalam situasi sosial, yang berarti sebagai kemampuan individu untuk mengatakan tidak,
kemampuan
untuk
menanyakan
dan
meminta sesuatu,
kemampuan untuk mengungkapkan perasaan positif dan negatif, serta kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri percakapan. Menurut Cawood (1997) perilaku asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak anda tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Selain itu perilaku asertif juga bersifat interaktif. Selain itu, Llyod dalam Cawood (1997), mendefinisikan perilaku asertif sebagai suatu gaya wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan penuh respek sementara berinteraksi dengan orang lain. Asertivitas
adalah
suatu
kemampuan
untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
hak serta perasaan orang lain (Rini, 2001). Selain itu, Rimm dan Masters (dalam Rakkos, 1991) juga mengartikan perilaku asertif sebagai suatu perilaku dalam hubungan interpersonal yang bersifat jujur serta mengekspresikan pikiran dan perasaan secara langsung dengan tetap memperhitungkan kondisi sosial yang ada. Selain itu, Rathus dalam Ulyniami,(2010) mengungkapkan bahwa asertivitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengemukakan pendapat, sasaran dan keinginan yang dimilikinya secara langsung, jujur dan terbuka kepada orang lain Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa asertivitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berkata tidak, kemampuan untuk meminta pertolongan, kemampuan dalam mengungkapkan pendapat dan apa yang sedang dirasakan dengan sungguh-sungguh secara bebas, jujur, langsung, pada tempatnya dengan tetap memperhatikan hak-hak orang lain.
2. Aspek-aspek Asertivitas Beberapa aspek dalam perilaku asertif menurut Lazarus dalam Rakos (1991) yaitu: a. Kemampuan untuk berkata “tidak”. b. Kemampuan meminta pertolongan. c. Kemampuan mengungkapkan perasaan yang positif maupun negatif secara wajar.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri suatu pembicaraan. Menurut Kanfer dan Goldstain seseorang dikatakan asertif bila: (a) dapat menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada, (b) dapat memberikan respon dengan wajar pada hal-hal yang sangat disukainya, (c) dapat menyatakan kasih sayang dan cintanya kepada seseorang secara terus terang dan wajar (Kanfer dan Goldstain dalam Santosa, 1999). Rathus (1986), juga mengungkapkan bahwa orang yang asertif mampu
mengekspresikan
perasaan
dengan
sungguh-sungguh,
menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif juga mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain (Rathus dalam Ulyniami, 2010).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas Berkembangnya perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dialami individu dalam lingkungan dan sepanjang hidupnya (Rathus dalam
Iriani,
2009). Adapun beberapa faktor
yang
mempengaruhi perkembangan perilaku asertif dalam diri seseorang:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Pola asuh orang tua 1) Pola asuh otoriter Pada pola asuh otoriter, orang tua akan mendidik anak secara keras, penuh dengan disiplin yang tidak dapat diterima anak tetapi dipaksakan, penuh dengan aturan-aturan dan larangan-larangan yang pada prinsipnya membatasi ruang kehidupan anak. Anak-anak yang diasuh dengan cara otoriter biasa akan menjadi remaja yang permisif di kemudian hari. Akan tetapi, jika diasuh secara otoriter dan disertai dengan perilaku agresif maka anak akan menjadi remaja yang agresif pula, sukar untuk mengontrol diri dan biasanya terlibat dalam juvenile delinquency. 2) Pola asuh demokratis Orang tua akan mengasuh anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang tetapi tidak dengan cara memanjakan mereka. Jika remaja dididik secara demokratis, hal ini akan menjadikan mereka mempunyai tempat berlindung ketika mereka sedang mempunyai masalah. Anak yang dididik secara demokratis akan menjadi remaja yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang menjadi hak mereka, dapat mengkomunikasikan segala keinginannya secara wajar, dan tidak memaksakan kehendak mereka dengan cara menindas hak-hak orang lain. Pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pengasuhan demokratis sering disebut juga sebagai pola pengasuhan Authoritative merupakan pola asuh mempunyai banyak sisi positif dalam pengaruhnya terhadap anak. Pola asuh demokratis dapat didefinisikan sebagai pemeliharaan anak atau kendali orang tua terhadap anak dengan cara kesederajatan, lebih mengutamakan kepentingananak (childcenteredness) (Hurlock dalam Adji, 1995) Menurut menunjukkan
Peck, bahwa
berdasarkan remaja
yang
hasil
temuannya
“friendliness”
dan
“spontanetty” berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis (Yusuf, 2008). 3) Pola asuh permisif Lewat pola asuh ini, anak akan dididik tanpa adanya batasan/aturan yang bersifat mengikat bahkan terkesan bebas. Anak yang dibesarkan dengan cara ini akan terbiasa untuk mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan cepat. Jika tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka ia akan mudah kecewa dan menjadi marah. Keluarga yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: (a) saling memperhatikan dan mencintai, (b) bersikap terbuka dan jujur, (c) orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya, (d) ada”sharing” masalah atau pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
di antara anggota keluarga, (e) mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya, (f) saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi, (g) orang tua melindungi anak, (h) komunikasi anggota keluarga berlangsung dengan baik, (i) keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai budaya, dan (j) mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Yusuf, 2008). b. Kebudayaan Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996). Taylor menyatakan mempengaruhi
perilaku
bahwa salah
asertif
yaitu
satu
budaya.
faktor
yang
Kebudayaan
merupakan pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi
pengetahuan,
kepercayaan,
seni,
moral,
hukum,
adatistiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Sulaeman, 1998). Rakos (dalam santosa, 1999), juga memandang bahwa kebudayaan mempunyai peran besar dalam pembentukan perilaku asertif. Biasanya hal ini sangat berhubungan dengan norma-norma yang ada. Contohnya, dalam budaya Jawa, seorang wanita dituntut untuk bersifat pasif dan menerima apa adanya atau pasrah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
c. Usia Pada anak kecil perilaku asertif belum terbentuk. Struktur kognitif yang ada belum memungkinkan mereka untuk menyatakan apa yang diinginkan dengan bahasa verbal yang baik dan jelas. Sebagian dari mereka masih bersifat pemalu dan pendiam sedangkan yang lain justru bersifat agresif dalam menyatakan keinginannya. Perilaku asertif akan semakin berkembang saat seorang menginjak masa remaja dan dewasa. Sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penurunannya. d. Jenis kelamin Masong, Dickson, & Ritzler (1982) dan Rakos (1991) (dalam santosa, 1999) mengatakan bahwa pria lebih asertif dibandingkan dengan wanita karena adanya tuntutan masyarakan yang menjadikan pria lebih agresif, mandiri dan kompetitif sedangkan wanita pada umumnya pasif dan tergantung. Adapun hal menarik lain yang diungkapkan oleh Freud mengenai kepribadian pria dan wanita yang berhubungan dengan jenis kelamin. Sejak kecil anak laki-laki dan perempuan sudah memperhatikan alat kelamin mereka. Adanya kenyataan bahwa penis yang menonjol keluar merupakan salah satu organ penentu yang memungkinkan pria bersifat berani dan agresif. Sementara perempuan dengan struktur organ kelaminnya, menyebabkan ia pasif dan pasrah. Meski begitu, tampaknya perbedaan asertivitas pada pria dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
wanita bukanlah sesuatu yang bersifat konstan. Adanya pengaruh globalisasi yang membawa pengaruh pada norma-norma setempat dan adanya kesadaran mengenai persamaan gender membuat wanita sekarang cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri, rasional dan asertif. e. Strategi coping Strategi coping adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsur kognisi dan afeksi dari seorang guna mengatasi suatu masalah yang dating pada dirinya. Menurut Massong et al. (dalam santosa, 1999) strategi coping yang digunakan
remaja
juga
mempengaruhi
tingginya
tingkat
keasertivan mereka. Dengan kata lain, remaja yang menggunakan mekanisme coping yang efektif dan adaptif dalam menyelesaikan suatu permasalahan akan lebih asertif dibanding dengan remaja yang menggunakan mekanisme coping seperti penyangkalan (denial) dan proyeksi. f. Pendidikan Hadjam
mengatakan
bahwa
lingkungan
pendidikan
mempunyai andil yang cukup besar terhadap pembentukan perilaku, khususnya perilaku asertif. Pendidikan mempunyai tujuan untuk menghasilkan individu yang mudah menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan–perubahan, lebih mampu untuk menghasilkan individu yang mudah menerima dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menyesuaikan diri terhadap perubahan–perubahan, lebih mampu untuk mengungkapkan pendapatnya, memiliki rasa tanggung jawab dan lebih berorientasi ke pendapatnya, memiliki rasa tanggung jawab dan lebih kemasa depan (Hadjam dalam Yusuf, 2008). Perkembangan
kepribadian
seorang
individu
juga
dipengaruhi oleh tingkat intelegensi yang dimiliki. Individu yang tingkat intelegensinya lebih tinggi biasanya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar., sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya ( Hadjam dalam Yusuf, 2008). g. Kepribadian Allport (dalam Suryabrata, 1988) mengatakan bahwa kepribadian ialah organisasi dinamis dalam diri Individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kepribadian yang dimiliki seseorang juga mempengaruhi perilaku asertif dalam berinteraksi dengan individu lain di lingkungan sosial. Menurut Hurlock, salah satu ciri kepribadian yang sehat adalah ketika individu memiliki orientasi keluar (Hurlock dalam Yusuf, 2008). Mendukung apa yang dikatakan oleh Hurlock, Barret Leonard juga mengemukakan sifat-sifat individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berorientasi keluar, yaitu: (a) menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri, (b) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, (c) tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya (Barret Leonard dalam Yusuf, 2008).
C. KEBUDAYAAN 1. Kebudayaan Budaya adalah pola tingkah laku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya (Santrok, 2003). Produk tersebut dihasilkan dari interaksi antar kelompok manusia dengan lingkungannya selama bertahun-tahun. Besar ataupun kecilnya suatu kebudayaan, budaya kelompok akan mempengaruhi identitas, belajar, dan tingkah laku sosial anggotanya (Brislin, Goodnow, LeVine & Shweder, Lonner & Malpass, Triandis dalam Santrok, 2003). Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996). Kebudayaan dimaknai sebagai pandangan hidup dari sekelompok orang yang tanpa sadar semuanya itu diwariskan melalui proses komunikasi dan peniruan dari satu generasi kepada generasi berikutnya (Bria, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya yang mengambil bagian dalam suatu kebudayaan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996). Sebuah bangsa dikatakan mempunyai kebudayaan jika para warganya memiliki kesamaan dalam sejumlah pola-pola berpikir dan kelakuan yang didapat melalui proses belajar. Dalam bagian-bagian tertentu dalam suatu masyarakat kita yang mempunyai asal usul etnis atau daerah atau agama atau mempunya pekerjaan yang sama dengan kita, kita memiliki cirri-ciri bersama tertentu.
2. Kebudayaan Suku Belu Wilayah kabupaten Belu terletak pada sentral pulau Timor dengan luas wilayahnya 2.445,57
2
atau 5,16% dari luas wilayah
Propinsi NTT. Bagian utara kabupaten Belu berbatasan dengan selat Ombai. Bagian selatan berbatasan dengan Laut Timor, bagian Timur berbatasan dengan Negara Timor Leste, dan bagian Barat berbatasan dengan kabupaten TTU. Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2009 sebanyak 465.933 jiwa, terdiri dari laki-laki 226.586 jiwa dan perempuan sebanyak 239.347 jiwa. Kepadatan rata-rata masyarakat kabupaten Belu 191 jiwa/
2
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Mata pencaharian yang utama di bidang pertanian khususnya lahan kering meliputi 79 % dari jumlah penduduk kabupaten Belu. Disamping pertanian lahan kering, masyarakat juga memlihara ternak dan unggas. Daerah kabupaten Belu pada umumnya terdiri atas daratan bukit dan pegunungan serta hutan. Daerah Belu tergolong daerah yang curah hujannya sedikit yang secara tidak langsung iklim tersebut mempengaruhi pola hidup dan watak keseharian masyarakat Belu. Tempat tinggal orang-orang Belu dahulunya banyak berada di daerah perbukitan yang dikelilingi oleh semak berduri dan batu karang yang tidak mudah didatangi orang dan hidup secara berkelompok, dengan maksud untuk menjaga keamanan dari gangguan orang luar maupun binatang buas. Belu dalam bahasa Tetun artinya sahabat. Kata Belu tidak hanya sekedar basa basi, namun juga mengekspresikan nilai-nilai, budaya dan falsafah hidup masyarakatnya (Bria, 2004). Seseorang yang lahir dengan latar belakang kebudayaan Belu hendaknya dapat memaknai hakekatnya sebagai seseorang yang berkehendak baik, berpikir dan berbuat baik demi kemajuan Rai Belu dan seluruh masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, orang Belu umumnya juga memiliki falsafah hidup. Falsafah hidup orang Tetun (suku Belu) adalah keharmonisan. Sesuai dengan namanya yaitu “tetu” berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
membuat sesuatu menjadi seimbang, tidak miring atau tidak berat sebelah. Menjadi Belu berarti menjadi seorang sahabat yang dengan budi dan hati bening mampu untuk bersikap terbuka bagi persahabatan dengan orang lain, lingkungan dan semua ciptaan Tuhan (Bria, 2004). Hal ini dimaksudkan agar manusia ini (masyarakat Belu) dapat hidup tentram, aman, damai, bahagia lahir dan batin, sejahtera dan nyaman (Bria, 2004). Menurut masyarakat suku Belu terdapat tiga fakta keseimbangan utama dalam menjalani kehidupan yang harus selalu dijaga: 1. Keseimbangan manusia dengan Roh, Dewata atau Tuhan, 2. Keseimbangan manusia dengan sesame manusia lain, 3. Keseimbangan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Ketika falsafah hidup di atas dapat dipahami dan dihayati dengan benar dan mendalam, maka pintu kedamaian, persaudaraan, kekeluargaan, kenyamanan, kebersamaan selalu terbuka dalam kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan maupun dalam hidup keagamaan. Intisari pandangan hidup Ema-tetun (masyarakat Belu) adalah sikap hidup yang selalu berusaha menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat, menghindari konflikkonflik horizontal maupun vertikal, menggalang sikap kerja sama dan gotong royong mentaati hukum adat, menghormati tokoh-tokoh adat dan orang tua, menghargai sesama, menilai tinggi harga diri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
bekerja keras, melestarikan nilai-nilai budaya adat yang bersifat positif sebagai pedoman pengayom hidup bersama masyarakat, bersikap ramah terhadap alam sebagai partner kehidupan dan memanfaatkan segala ciptaan Tuhan secara bijaksana dan bertanggung jawab, demi kebahagiaan manusia (Bria, 2004).
3. Kebudayaan Suku Jawa Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk terpadat di dunia. Dengan populasi sebesar 136 juta jiwa, pulau Jawa adalah yang menjadi tempat tinggal lebih dari 57% populasi Indonesia, dengan kepadatan 1.029 jiwa/km². Sekitar 45% penduduk Indonesia berasal dari etnis Jawa. Walaupun demikian sepertiga bagian barat pulau ini (Jawa Barat, Banten, dan Jakarta) memiliki kepadatan penduduk lebih dari 1.400 jiwa/km2. Pulau Jawa bertetangga dengan Sumatera di sebelah barat, Bali di timur, Kalimantan di utara, dan Pulau Christmas di selatan. Pulau Jawa merupakan pulau ke-13 terbesar di dunia. Perairan yang mengelilingi pulau ini ialah Laut Jawa di utara, Selat Sunda di barat, Samudera Hindia di selatan, serta Selat Bali dan Selat Madura di timur. Orang Jawa adalah salah satu kelompok etnik yang mempunyai kebudayaan, nilai-nilai maupun kebiasaan tertentu. Mulder (dalam Martaniah, 1984) mengemukakan bahwa pada orang Jawa ada kaidahkaidah moral yang mengatur dorongan-dorongan dan emosi pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kaidah-kaidah itu antara lain: sabar, waspada, merendahkan diri, dan bersahaja. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa anak Jawa dimanjakan, tidak dilatih untuk berdiri sendiri. Remaja Jawa yang pada umumnya memiliki sifat yang lebih tertutup. Bisa dikatakan, orang Jawa sukar bisa dertindak tegas karena pertimbangan
manusianya
yang
lekas
berbicara
sehingga
mengakibatkan dia bersedia untuk memberi dan menerima yang bisa membuahkan suatu kompromi guna mengakhiri pertentangan atau konflik yang ada (Hardjowirogo, 1983). Selain itu, orang Jawa umumnya begitu kuat terikat tradisi dan tata gaul feodalistik, sehingga ia belum bisa bersikap dan berbicara bebas di dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, berkembang pula prinsipprinsip hubungan sosial yang sebagian besar terdiri dari dua bagian: prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Prinsip hormat menyatakan bahwa setiap orang dalam cara bicara dan membawa diri harus selalu menunjukkan sikap hormat pada orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Kefasihan seseorang dalam mempergunakan sikap hormat yang tepat, pada orang Jawa dikembangkan sejak kecil melalui pendidikan dalam keluarga. Pendidikan itu tercapai melalui tiga perasaan yang dipelajari anak-anak Jawa dalam situasi-situasi yang membuat rasa hormat, yaitu: wedi, isin, dan sungkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
a. Wedi berarti takut, baik sebagai reaksi ancaman fisik maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enaknya suatu tindakan. b. Isin berarti malu, juga dalam arti malu-malu, merasa bersalah dan sebagainya. Rasa isin dikembangkan pada anak dengan membuatnya malu di depan tetangga, tamu dan sebagainya bila ia melakukan sesuatu yang pantas ditegur. c. Sungkan merupakan suatu perasaan yang dekat dengan isin. Akan tetapi, sungkan adalah perasaan malu yang positif. Sungkan bukan suatu rasa yang hendak dicegah, rasa hormat yang sopan terhadap atasan dan sesame yang belum dikenal. Prinsip rukun bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Keadaan rukun terletak dimana semua pihak berada dalam keadaan damai, suka bekerja sama, saling menerima dalam suasana tenang dan sepakat (Ali, 1986). Menurut Suseno, ada dua segi dalam tuntutan kerukunan, yaitu: a. Dalam pandangan Jawa, masalahnya bukan penciptaan keadaan keselarasan sosial, melainkan lebih untuk tidak mengganggu keselarasan sosial yang diandaikan sudah ada. Prinsip kerukunan bersifat negatif, yang mana tujuannya untuk mencegah segala kelakuan yang bisa mengganggu keselarasan dan ketenangan dalam masyarakat. Rukun juga berarti menghindari konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Prinsip kerukunan pertama-tama tidak menyangkut suatu sikap batin atau keadaan jiwa, melainkan penjagaan keselarasan dalam pergaulan.
D. DINAMIKA HUBUNGAN ASERTIVITAS DAN KEBUDAYAAN Tiap
masyarakat
mempunyai
kebudayaan,
bagaimanapun
sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya yang mengambil bagian dalam suatu kebudayaan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996). Suatu masyarakat dengan kebudayaan tertentu umumnya memiliki kebiasaan dan kesamaan dalam melakukan sesuatu. Apa yang dilakukan oleh setiap orang dalam suatu masyarakat akan disesuaikan dengan nila dan norma serta aturan yang dibuat dalam masyarakat tersebut. Salah satu faktor pembentuk perilaku asertif adalah faktor kebudayaan. Rakos (dalam santosa, 1999), memandang bahwa kebudayaan mempunyai peran besar dalam pembentukan perilaku asertif. Biasanya hal ini sangat berhubungan dengan norma-norma yang ada. Salah satu budaya yang ada di Indonesia adalah budaya yang berasal dari suku Belu. Seseorang yang lahir dengan latar belakang kebudayaan Belu hendaknya dapat memaknai hakekatnya sebagai seseorang yang berkehendak baik, berpikir dan berbuat baik demi kemajuan Rai Belu dan seluruh masyarakat. Kata Belu tidak hanya sekedar basa basi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
namun juga mengekspresikan nilai-nilai, budaya dan falsafah hidup masyarakatnya (Bria, 2004). Menjadi Belu berarti menjadi seorang sahabat yang dengan budi dan hati bening mampu untuk bersikap terbuka bagi persahabatan dengan orang lain, lingkungan dan semua ciptaan Tuhan (Bria, 2004). Hal ini nampak dalam falsafah hidup orang Tetun (suku Belu) yang adalah keharmonisan. Keharmonisan disini dimaksudkan agar manusia ini (masyarakat Belu) dapat hidup tentram, aman, damai, bahagia lahir dan batin, sejahtera dan nyaman (Bria, 2004). Menurut masyarakat suku Belu terdapat tiga fakta keseimbangan utama dalam menjalani kehidupannya, yaitu: keseimbangan manusia dengan Roh, Dewata atau Tuhan, keseimbangan manusia dengan sesama manusia lain, dan yang terakhir keseimbangan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Sehingga melalui sikap terbuka dengan budi dan hati bening dalam bersahabat dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungan sekitar, maka dengan sendirinya sikap asertif itu akan tumbuh dalam diri masyarakat Belu. Secara umum prinsip hidup masyarakat Belu adalah sikap hidup yang selalu berusaha menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat, menghindari konflik-konflik horizontal maupun vertikal, menggalang sikap kerja sama dan gotong royong mentaati hukum adat, menghormati tokoh-tokoh adat dan orang tua, menghargai sesama, menilai tinggi harga diri dan bekerja keras (Bria, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dalam penelitian ini, pengaruh budaya Belu dalam pembentukan perilaku asertif akan dibandingkan dengan pengaruh dari budaya Jawa, mengingat Jawa adalah salah satu budaya besar yang dominan di Indonesia. Masyarakat Jawa, pada umumnya memegang prinsip hubungan sosial yang sebagian besar terdiri dari dua bagian yaitu : prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Prinsip hormat menyatakan bahwa setiap orang dalam cara bicara dan membawa diri harus selalu menunjukkan sikap hormat pada orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Kefasihan seseorang dalam mempergunakan sikap hormat yang tepat, pada orang Jawa dikembangkan sejak kecil melalui pendidikan dalam keluarga. Pendidikan itu tercapai melalui tiga perasaan yang dipelajari anak-anak Jawa dalam situasi-situasi yang membuat rasa hormat, yaitu: wedi, isin, dan sungkan. Bagi masyarakat Jawa, wedi berarti takut, baik sebagai reaksi ancaman fisik maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enaknya suatu tindakan. Sedangkan isin berarti malu, juga dalam arti malu-malu, merasa bersalah dan sebagainya. Rasa isin dikembangkan pada anak dengan membuatnya malu di depan tetangga, tamu dan sebagainya bila ia melakukan sesuatu yang pantas ditegur. Selai itu, adapun perasaan sungkan yang merupakan suatu perasaan yang dekat dengan isin. Akan tetapi, sungkan adalah perasaan malu yang positif. Sungkan bukan suatu rasa yang hendak dicegah, rasa hormat yang sopan terhadap atasan dan sesama yang belum dikenal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Selain itu, adapun prinsip rukun bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Keadaan rukun terletak dimana semua pihak berada dalam keadaan damai, suka bekerja sama, saling menerima dalam suasana tenang dan sepakat. Rukun juga berarti menghindari konflik. Bisa dikatakan, orang Jawa sukar bisa dertindak tegas karena
pertimbangan
manusianya
yang
lekas
berbicara
sehingga
mengakibatkan dia bersedia untuk memberi dan menerima yang bisa membuahkan suatu kompromi guna mengakhiri pertentangan atau konflik yang ada. Dikatakan pula bahwa remaja Jawa yang pada umumnya memiliki sifat yang lebih tertutup (Hardjowirogo, 1983). Dengan adanya kedua prinsip di atas yang melatar belakangi masyarakat Jawa dalam berelasi dengan lingkungan sosial, maka masyarakat Jawa telah mengembangkan perilaku tidak asertif dalam dirinya. Hal inilah yang menunjukkan adanya perbedaan dari tingkat asertivitas remaja suku Belu dan remaja suku Jawa. Bahwa latar belakang kebudayaan dan norma-norma yang ada dalam kebudayaan akan sangat menentukan bagaimana seorang anak dalam mengembangkan sikap asertif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Skema Dinamika Hubungan Asertivitas dan Kebudayaan Kerja Sama Suku Belu
Prinsip Hidup
Harmonis
Terbuka
Saling Menghormati
Asertif
Menghargai
Kebudayaan
Wedi/Takut Hormat
Suku Jawa
Prinsip Hubungan Sosial
Isin/Malu Sungkan/M alu Positif
Harmonis
Menghindari Konflik Kerukunan Menjaga Keselarasan Pergaulan
Non Asertif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
E. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah bahwa tingkat asertivitas remaja putri suku Belu lebih tinggi daripada suku Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, yang bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat asertivitas yang dimiliki oleh remaja putri suku Belu dan suku Jawa.
B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas Variabel bebas atau variabel independen sering disebut variabel prediktor. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suku. 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah asertivitas.
C. Definisi Operasional 1. Asertivitas Asertivitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengungkapkan pendapat dan apa yang sedang dirasakan dengan
42
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sungguh-sungguh secara bebas, jujur, langsung, pada tempatnya dengan tetap memperhatikan hak-hak orang lain. Asertivitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala asertivitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Lazarus. Skor yang tinggi dalam skala ini menunjukkan tingginya tingkat asertivitas yang yang dimiliki oleh seseorang. Begitupun sebaliknya, skor yang rendah menunjukkan rendahnya tingkat asertivitas yang dimiliki oleh seseorang. Aspek-aspek dalam perilaku asertif menurut Lazarus, yaitu: a. Kemampuan untuk berkata “tidak”. b. Kemampuan meminta pertolongan. c. Kemampuan mengungkapkan perasaan yang positif maupun negatif secara wajar. d. Kemampuan
untuk
mengawali
kemudian
melanjutkan
serta
mengakhiri suatu pembicaraan. 2. Kebudayaan Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996). Kebudayaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kebudayaan suku Belu dan suku Jawa. Latar belakang suku yang dimiliki oleh subyek dalam penelitian ini diketahui melalui pertanyaan tentang kesukuan subyek yang tertera pada lembar kuisioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
D. Subjek Penelitian Sampling penelitian dalam penelitian ini menggunakan model purposive sampling. Pengambilan sample didasarkan pada keperluan peneliti, artinya setiap individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Ciri-ciri subyek dalam penlitian ini adalah: 1. Perempuan, 2. Termasuk dalam tahap perkembangan remaja akhir dengan kisaran usia 17 – 21 tahun, 3. Berstatus sebagai mahasiswa yang sedang berkuliah di Yogyakarta, 4. Berasal dari dua latar belakang kebudayaan (suku) yaitu suku Belu dan suku Jawa.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode pengambilan data dilakukan dengan penyebaran skala pada subjek yang telah ditentukan sesuai dengan variabel yang akan diukur yaitu skala asertivitas. Subyek akan diminta untuk memberikan respon yang sesuai atau tidak sesuai atas setiap pernyataan yang tertera dalam skala. Jawaban atas pernyataan terbagi dalam empat kategori yaitu: Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Dalam skala ini, terdapat dua macam pernyataan yaitu pernyataan yang favorable dan unfavorable. Pemberian skor pada pernyataan favorable dimulai dari 1 (STS), 2 (TS), 3 (S),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4 (SS), sedangkan pada pernyataan unfavorable dimulai dari 4 (STS), 3 (TS), 2 (S), 1 (SS). Tabel 1 Blue Print Skala asertivitas Sebelum Uji Coba
Aspek
Favorable
Unfavorable
Jumlah
Presentase
a. Kemampuan untuk berkata “Tidak”.
1, 12, 17, 25, 33, 41, 52, 60
8, 13, 21, 29, 40, 45, 53
15
25 %
b. Kemampuan pertolongan.
meminta
2, 11, 18, 26, 34, 42, 51, 59
7, 14, 22, 30, 39, 46, 54
15
25 %
c. Kemampuan mengungkapkan perasaan positif maupun negatif.
3, 10, 19, 27, 35, 43, 50, 58
6, 15, 23, 31, 38, 47, 55
15
25 %
d. Kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri suatu pembicaraan.
4, 9, 20, 28, 36, 44, 49, 57
5, 16, 24, 32, 37, 48, 56
15
25 %
Jumlah
32
28
60
100 %
F. Uji Skala 1. Validitas Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 1999). Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
professional judgment untuk melihat sejauh mana item-item tersebut mencakup keseluruhan kawasan isi obyek
yang hendak diukur
(Azwar,1999). Professional judgment dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing melalui evaluasi kualitas aitem-aitem yang termuat dalam skala penelitian. 2. Reliabilitas Reliabilitas merupakan hasil dari suatu pengukuran yang dapat dipercaya. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang 0 – 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas (Azwar, 1999). Dalam penelitian ini, reliabilitas alat ukur ditentukan dengan menggunakan koefisien alfa dari Cronbach. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya, berarti semakin tinggi pula tingkat kepercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok subyek yang diteliti. Hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas terhadap 27 item yang lolos dalam konsistensi internal adalah 0,745. 3. Uji Daya Beda Item Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan untuk menyeleksi itemitem mana yang baik dan berkualitas untuk dipakai dalam penelitian selanjutnya. Sedangkan item yang kurang baik akan dibuang. Proses seleksi item dilakukan dengan cara melakukan uji coba alat ukur. Pengujian daya diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi korelasi. Komputasi korelasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
item-total (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda item (Azwar, 1999). Batasan yang dipakai dalam pemilihan item berdasarkan korelasi item-total adalah (rix) ≥ 0,25. Batasan ini ditentukan karena jumlah item diatas batasan rix = 0,300 masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan. Pada tahap awal seleksi item, diperoleh nilai korelasi item-total yang dimulai dari -0,429 – 0,589. Dengan menggunakan batasan kriteria 0,25 diperoleh item-item yang gugur, diantaranya: 1, 2, 3, 6, 11, 12, 1, 15, 16, 17, 20, 21, 23, 25, 32, 33, 41, 49, 51, 52, 56, 57, 59, dan 60. Pada tahap ini diperoleh pula nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,837. Pada tahap kedua, diperoleh beberapa item gugur dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,899. Sedangkan item-item yang gugur tersebut antara lain: 4 dan 28. Dengan demikian diperoleh jumlah seluruh item yang gugur adalah sebanyak 26 item, dan item yang lolos adalah sebanyak 34 item, dengan korelasi itemtotal antara 0,251 – 0,696 dan memiliki nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,901.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 2 Blue Print Skala asertivitas Setelah Uji Coba
Aspek a. Kemampuan untuk berkata “Tidak”. b. Kemampuan meminta pertolongan.
Item yang lolos seleksi
Item yang gugur
Fav. _
Unfav. 8, 13, 29, 40, 45, 53
18, 26, 34, 42
7, 22, 30, 39, 46, 54
10
31, 38, 47, 55
11
3
5, 24, 37, 48
7
20
34
10, 19, c. Kemampuan 27, 35, mengungkapkan perasaan positif 43, 50, 58 maupun negatif. 9, 36, 44 d. Kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri suatu pembicaraan. Jumlah
Jlh.
14
6
Fav. 1, 12, 17, 25, 33, 41, 52, 60 2, 11, 51, 59
Jlh.
Unfav. 21
9
14
5
6, 15, 23
4
4, 20, 28, 49, 57
16, 32, 56
8
18
8
26
Setelah mendapatkan jumlah item yang dinilai baik dan berkualitas sebanyak 34 item, pada tahap selanjutnya peneliti menyeleksi lagi beberapa item untuk digugurkan dengan tujuan untuk membuat proporsional jumlah item dari tiap aspek. Hal ini dilakukan dengan cara menggugurkan item-item pada aspek kedua dan ketiga yang mana, nilai dari item-item tersebut mendekati nilai dari korelasi item-total yaitu 0,25. Dengan demikian diperoleh jumlah total item yang akan dipakai dalam penelitian sebanyak 27 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 3 Blue Print Skala asertivitas Aspek
Favorable
a. Kemampuan berkata “Tidak”.
Unfavorable 8, 13, 21, 29, 40, 45, 53
Jumlah
Presentase
6
21 %
untuk
-
meminta
26
7, 22, 30, 39, 46, 54
7
26,33 %
c. Kemampuan mengungkapkan perasaan positif maupun negatif.
10, 19, 58
31, 38, 47, 55
7
26,33 %
d. Kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri suatu pembicaraan.
9, 36, 44
7
26,33 %
Jumlah
7
27
100 %
b. Kemampuan pertolongan.
5, 24, 37, 48
20
G. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian dimaksudkan untuk melihat apakah data distribusi dalam penelitian tersebut bersifat normal atau tidak. Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SSPS for windows versi 17.0 terhadap 27 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan dua kelompok data sampel memiliki variansi yang sama atau tidak. Jika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka sampel pada penelitian memiliki variansi yang sama. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (p) < 0,05 maka sampel pada penelitian memiliki variansi yang tidak sama. H. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test, program SSPS for windows versi 17.0 yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan nilai rata-rata dari dua kelompok sample berbeda secara signifikan. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara remaja suku Belu dan remaja suku Jawa secara signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Proses Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan kurang lebih dua minggu yaitu dari tanggal 15 – 27 Januari 2011. Dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan 120 eksemplar skala asertivitas pada 120 subyek yang terdiri dari 60 subyek remaja dari suku Belu dan 60 subyek remaja dari suku Jawa. Subyek penelitian adalah remaja putri dari suku Belu dan Jawa dengan kisaran usia antara 17 – 21 tahun. Saat ini subyek berstatus sebagai mahasiswi dan sedang menempuh masa belajarnya di Yogyakarta. Untuk mengetahui kesukuan dari subyek yang akan mengisi skala, peneliti menguhubungi komunitas perkumpulan mahasiswa suku Belu dan juga melalui pertanyaan tentang kesukuan yang tertera pada lembar kuisioner. Setelah semua skala diisi dan dikembalikan, hanya terdapat 100 eksemplar skala yang memenuhi kriteria untuk diolah lebih lanjut. 100 eksemplar skala tersebut terdiri dari 50 eksemplar dari mahasiswi suku Belu dan 50 eksemplar lagi dari mahasiswi suku Jawa.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Proses pengumpulan data terhadap keseluruhan subyek dilakukan
pada waktu yang tidak bersamaan pada tempat yang
berbeda pula, yaitu di kos atau tempat tinggal dan di area kampus. Waktu penyebaran skalapun berbeda-beda, mulai dari pagi, siang dan malam. Beberapa subyek yang melakukan pengisian skala mengaku sedang dalam keadaan capek karena baru pulang dari kuliah dan atau baru selesai melakukan suatu aktivitas lain. Dan sebagian besar lainnya mengatakan sedang buru-buru karena akan segera mengikuti perkuliahan yang dimulai beberapa menit lagi, dan ada juga yang terburu-buru karena harus segera pulang ke tempat tinggalnya.
2. Data Demografi Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan kisaran usia antara 17 – 21 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa. Subyek dibagi dalam dua kelompok subyek berdasarkan latarbelakang subyek yaitu suku Belu dan suku Jawa. Karakteristik subyek penelitian dapat diketahui melalui analisis presentase sebagai berikut:
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Presentase Subyek Berdasarkan Latar Belakang Suku Tabel 4 Presentase Subyek Berdasarkan Latar Belakang Suku Suku
Frekuensi
Presentase
Belu
50
50%
Jawa
50
50%
Total
100
100%
b. Presentase Subyek Berdasarkan Usia Tabel 5 Presentase Subyek Berdasarkan Usia Usia
Frekuensi
Presentase
Belu
Jawa
Belu
Jawa
17 tahun
3
6
3%
6%
18 tahun
9
6
9%
6%
19 tahun
17
21
17 %
21%
20 tahun
15
8
15 %
8%
21 tahun
6
9
6%
9%
Total
50
50
50 %
50 %
3. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian dimaksudkan untuk melihat apakah data distribusi dalam penelitian tersebut bersifat normal atau tidak. Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan
One
Sample
Kolmogorov
Smirnov
54
dengan
menggunakan program SSPS for windows versi 17.0 terhadap 27 item. Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Variabel
Nilai K-SZ
P > 0,05
Keterangan
Asertivitas
0,857
0,455
Normal
Berdasarkan table diatas, dapat dilihat bahwa nilai dari koefisien Kolmogorof – Smirnof Z (K – SZ) adalah sebesar 0,857 dengan nilai signifikansi ( p ) sebesar 0,455 ( syarat p > 0,05). Hal ini dapat berarti bahwa keseluruhan data pada variabel asertivitas berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan dua kelompok data sampel memiliki variansi yang sama atau tidak. Jika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka sampel pada penelitian memiliki variansi yang sama. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (p) < 0,05 maka sampel pada penelitian memiliki variansi yang tidak sama.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 7 Uji Homogenitas Levene Statistic
df1
df2
Sig.
0,419
1
98
0,519
Dari hasil analisis berdasarkan table diatas, diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,519. Hal ini berarti nilai p > 0,05 sehingga menunjukkan adanya variansi yang sama dari sampel penelitian. 4. Uji Hipotesis Uji
hipotesis
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan independent sample t-test, program SSPS for windows versi 17.0. Berdasarkan hasil perhitungannya, diperoleh nilai t = -1,908 dengan signifikansi (p) 0,0295 syarat (p > 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan asertivitas antara remaja putri suku Belu dan suku Jawa. Akan tetapi, hipotesis penelitian tidak terbukti karena nilai mean antara kedua kelompok subyek menunjukkan bahwa tingkat asertivitas remaja putri suku Belu lebih rendah dari suku Jawa. 5. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi
data
dalam
penelitian
ini,
dilakukan
untuk
mengetahui respon subyek terhadap variabel tergantung yang diteliti. Secara keseluruhan apakah tingkat asertivitas yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
keseluruhan subyek tinggi atau rendah. Untuk mengetahuinya peneliti membandingkan antara Mean Teoritik (MT) dan Mean Empirik (ME). Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
MT = MT =
( (
) (
× ×
) ( ×
×
)
)
MT = MT =
MT = 67,5
MEBelu = 79,08 MEJawa = 82,02 Nilai
ME
diperoleh
dari
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan program SSPS for windows versi 17.0. Berdasarkan nilai-nilai mean yang ada, diperoleh nilai mean Empiris lebih tinggi daripada mean Teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan subyek penelitian memiliki tingkat asertivitas yang cukup tinggi.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 8 Uji Tambahan
Subjek
Mean
Mean
Std.
Empiris
Teoritis
Deviation
N
p
Belu
50
79,08
67,5
7,529
0,0295
Jawa
50
82,02
67,5
7,873
0,0295
B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah tingkat asertivitas remaja putri suku Belu lebih tinggi daripada suku Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat asertivitas remaja putri suku Belu dan suku Jawa. Akan tetapi hipotesis penelitian ditolak karena dari nilai mean antara kedua kelompok subyek menunjukkan bahwa tingkat asertivitas remaja putri suku Belu lebih rendah dari suku Jawa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis dalam penelitian ini diantaranya: kondisi real subyek ketika mengisi skala, dan pengaruh dari faktor pembentuk perilaku asertif lain seperti tingkat pendidikan subyek dan pola asuh orang tua pada masa ini. Proses pengumpulan data terhadap keseluruhan subyek dilakukan pada waktu yang tidak bersamaan. Ada beberapa yang ditemui di tempat tinggalnya, namun sebagian besar ditemui di area kampus. Beberapa subyek yang melakukan pengisian skala mengaku sedang dalam keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
capek karena baru pulang dari kuliah dan atau baru selesai melakukan suatu aktivitas lain. Sebagian besar subyek lainnya mengatakan mereka sedang buru-buru karena akan segera mengikuti perkuliahan yang dimulai beberapa menit lagi, dan ada juga yang terburu-buru karena harus segera pulang ke tempat tinggalnya. Hal ini membuat mereka menjadi kurang fokus dalam pengisian skala. Selain itu, subyek dari suku Belu yang dimintai untuk mengisi skala adalah mahasiswa yang kurang lebih sudah 2 tahun berada di Yogyakarta. Dalam jangka waktu tersebut subyek sudah mengalami penyesuaian perilaku dan perasaan, sehingga mereka menjadi lebih hati-hati dalam mengungkap apa yang mereka rasakan. Dengan melihat kenyataan-kenyataan yang ada maka hasil akhir yang diperoleh dari pengisian skala bisa saja tidak menunjukkan keadaan subyek yang sebenarnya, sehingga menyebabkan hipotesis dari penelitian ini tidak terbukti. Faktor lain yang juga menjadi faktor pembentuk perilaku asertif seseorang adalah pendidikan. Hadjam (dalam Yusuf, 2008) mengatakan bahwa lingkungan pendidikan mempunyai andil yang cukup besar terhadap pembentukan perilaku, khususnya perilaku asertif. Pendidikan mempunyai tujuan untuk menghasilkan individu yang mudah menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan–perubahan, lebih mampu untuk mengungkapkan pendapatnya, memiliki rasa tanggung jawab dan lebih berorientasi ke pendapatnya, memiliki rasa tanggung jawab dan lebih ke masa depan. Ketika seseorang dididik dalam sebuah lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pendidikan yang baik dan berkualitas maka siswa akan lebih cepat mengembangkan perilaku asertifnya. Siswa akan belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, belajar untuk mampu mengungkapkan pendapatnya, dan lebih bertanggung jawab. Selain itu, dikatakan pula bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka (Rathus dan Nevid dalam Tjala, 2008). Artinya bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, diharapkan semakin tinggi pula perilaku asertifnya. Bila dilihat dari latar belakang pendidikan yang dilalui oleh keseluruhan subyek, dimungkinkan adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh pada lingkungan tempat bersekolah sebelumnya. Subyek dengan latar belakang suku Jawa umunya menyelesaikan tingkat pendidikan sebelumnya di Jawa, sedangkan subyek dari suku Belu menyelesaikan tingkat pendidikan sebelumnya di daerah asal mereka di Belu, yang mana berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Belu masih menjadi yang terendah dibanding dengan daerah-daerah lain termasuk Jawa. Kualitas pendidikan disini bisa dilihat dari: (a) mutu guru, (b) fasilitas: ketersediaan gedung sekolah, meja dan bangku, buku-buku pelajaran, dan alat pendukung pembelajaran lainnya), dan (c) tingkat kelulusan. Terkait dengan mutu guru, dikatakan bahwa: puluhan ribu guru di NTT dinilai tak layak. Hal ini disampaikan oleh Gubernur NTT Frans
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lebu Raya, bahwa sebanyak 44.977 guru di NTT belum memenuhi syarat sebagai pengajar. Sebanyak 26.972 orang diantara hanya berijazah setara sekolah menengah atas. Hal lain yang juga diungkapkan oleh Gubernur NTT adalah sekitar 77,25% guru SD juga tidak layak menjadi guru karena latar belakang pendidikan yang tidak layak. Persyaratan yang dimaksud antara lain tidak menguasai ilmu secara baik, kemampuan penguasaan beberapa mata pelajaran yang rendah dan beberapa persoalan lain (“Puluhan Ribu Guru”, 2010). Prof. Elias Kopong juga menambahkan bahwa, di NTT jumlah guru masih terbatas. Baru sekitar 9 ribu orang guru yang berkualifikasi sarjana dari sekitar 50 ribu orang total jumlah guru (Dhiu Matilde, Alfred Dama, Agus Sape, 2009). Hal lain yang bisa dilihat sebagai salah satu faktor merosotnya kualitas pendidikan adalah fasilitas mencakup: ketersediaan gedung sekolah, meja dan bangku, buku-buku pelajaran, dan alat pendukung pembelajaran lainnya. Dari segi ketersediaan dan keterjangkauan buku pelajaran bermutu, tampaknya para siswa NTT amat sulit memiliki buku pelajaran mata-mata pelajaran kunci yang diuji dalam UN. Indikator sederhana yang kasat mata adalah melihat sebesar dan seberat apa tas sekolah yang dibawa para siswa di NTT. Jika kita lihat para siswa SD, SMP, dan SMA bermutu di Jawa dan Bali tampak mereka terbungkuk bungkuk membawa tas sekolah berisi buku. Sebaliknya di NTT, kita lihat para siswa sekolah bermutu di NTT hanya bawa sedikit sekali buku pelajaran (Kleden, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Selain itu, sarana peningkatan mutu, seperti perpustakaan, laboratorium dan ICT, juga masih terbatas. Dari 4.024 sekolah dasar di NTT, hanya 344 SD yang memiliki perpustakaan, 3.434 SD yang memiliki laboratorium serta 3.330 SD memiliki fasilitas ICT. Di tingkat SMP, dari 795 SMP, hanya 539 SMP yang memiliki perpustakaan, 549 laboratorium serta 15 fasilitas ICT. Di tingkat SMA, dari 235 SMA, hanya 160 SMA yang memiliki perpustakaan, 145 laboratorium serta 124 unit fasilitas ICT. Sedangkan dari 105 SMK, hanya 54 SMK memiliki perpustakaan, 40 laboratorium dan 85 unit fasilitas ICT. Data dari Dinas PPO Propinsi NTT ini menunjukkan ketimpangan yang luar biasa proses belajar mengajar di NTT (Dhiu Mathilde, dkk, 2009). Adapun fakta lain yang menunjukkan bahwa begitu kurangnya fasilitas penunjang jalannya proses pendidikan di Belu seperti, Siswa SD Kleseleon di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, NTT tetap belajar meski bangunan sekolah mereka nyaris rubuh. Kayu-kayu atap lapuk dan sebagian seng penutupnya jatuh diterbangkan angin. Jika musim kemarau, seng yang tertiup angin sering jatuh di tengah kelas. Sedangkan kala musim penghujan para murid pasti diliburkan karena kelas becek (Dore, 2008). Seperti halnya yang dikatakan Dr. Sirilus Belen, ketika diwawancarai tentang bagaimana mutu pendidikan di NTT dibanding dengan daerah lain mengatakan bahwa, “Belum pernah saya lihat tulisan anak SD kelas 3 di propinsi-propinsi yang amat tertinggal di bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pendidikan, seperti Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua, yang seburuk tulisan anak anak kelas 3 SD di NTT. Terbanyak masih menggambar huruf dan angka. Jelas anak-anak ini tidak bisa membaca dan memahami soal atau tugas kalau menulis saja masih pontang panting. Kemampuan membaca anak-anak kelas 3 dan kelas 5 SD juga parah di daerah-daerah tertentu di NTT” (Kleden, 2010). Selanjutnya, Belen menambahkan “Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya merintis inovasi di berbagai daerah di Indonesia, kemampuan siswa-siswa NTT pukul rata dua tahun tertinggal di belakang dibandingkan kemampuan para siswa di Jawa. Jika saya cek kemampuan siswa kelas 5 SD di Kota Kupang dan Belu, misalnya, ternyata masih setaraf kemampuan siswa kelas 3 SD di Malang. Kemampuan siswa kelas 3 SMP di Ende masih setaraf kemampuan siswa kelas 1 SMP di Solo. Kemampuan siswa kelas 3 SMA di Maumere masih setaraf kemampuan siswa SMA kelas 1 di Yogyakarta. Ini kesimpulan sementara saya pada awal tahun 2000. Dengan mengamati hasil UN tahun 2008-2010, mungkin perbedaan itu sudah melebar menjadi 3 tahun” (Kleden, 2010). Lebu Raya juga menambahkan bahwa kekurangan dan persoalan diatas, berdampak pada hasil ujian nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA tahun ajaran 2010 yang presentase kelulusannya turun menjadi 47,92%. Prestasi tersebut juga terjadi pada tingkat SMP/MTs yang presentasi kelulusannya turun menjadi 60% (ADO/Ant, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berbeda dengan Belu, pada tahun 2008 lalu pendidikan di jawa barat dikatakan menjadi yang terunggul di Indonesia (Ahira, 2009). Tidak hanya itu, pada tanggal 12 september 2011 gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mendapatkan penghargaan inklusif 2011. Menurut Tim Penilai Nasional, Heryawan merupakan salah satu dari dua kepala daerah di Indonesia yang dinilai peduli dan berhasil dalam membina sekaligus mendorong
perkembangan
pendidikan
inklusif
di
Jawa
Barat(“Penghargaan Pendidikan Inklusif”, 2011). Selain itu, kepala bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Yogyakarta, Sugeng M Subono mengatakan bahwa kualitas guru di sekolah Negeri dan Swasta di Yogyakarta sudah sudah bagus (Ton, 2011). Fasilitas pendukung pada umumnya seperti gedung sekolah, bukubuku pelajaran, gedung perpustakaan dan media pendukung lainnya sudah cukup tersedia. Dapat pula dilihat pada tingkat kelulusan peserta didik tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) sederajat Propinsi Jawa Timur, terus mengalami kenaikkan. Pada tahun ajaran 2010/2011, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa
Timur, hanya mengalami angka tidak lulus mencapai 709 siswa dari 1.541.683 siswa peserta ujian nasional, dengan prestasi tersebut Jawa Timur menduduki peringkat kelima untuk jumlah tingkat kelulusan setelah Propinsi Bali, Sumatera Utara, Maluku, dan Kalimantan (“Hanya 709 Siswa”, 2011). Selain itu, hal yang juga menunjukkan bahwa pendidikan di jawa lebih baik dari pada di NTT adalah terlihat dari perbandingan banyaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di jawa jauh lebih banyak dai yang ada di NTT. Di Jawa Timur misalnya, terdapat 324 perguruan tinggi swasta dengan jumlah program studi sebanyak 1.516. Di Jakarta terdapat 321 perguruan tinggi swasta, di Jawa Barat terdapat 439 perguruan tinggi swasta, dan di pulau Jawa terdapat 38 perguruan tinggi negeri. Sedangkan di NTT hanya terdapat 32 perguruan tinggi swasta dan 3 perguruan tinggi negri di NTT (“Daftar Perguruan Tinggi”, 2011). Selain pendidikan, faktor lain yang juga dimungkinkan menjadi indikator lebih tingginya tingkat asertivitas remaja suku Jawa dibanding suku Belu adalah pola asuh orang tua. Sebagaimana diungkapkan Erikson bahwa individu-individu sejak lahirnya telah memiliki predisposisi untuk merespon ke arah harapan-harapan lingkungan sosial. Dengan begitu dalam aktivitas kehidupannya, secara tidak sengaja individu terkadang akan mengidentifikasi dirinya dengan lingkungan sosialnya, atau secara tidak sadar berusaha untuk memenuhi nilai-nilai ataupun norma-norma sosial yang diinginkan lingkungannya (social desirable). Kecenderungan ini pada akhirnya menjadikan individu berusaha untuk memenuhi seluruh harapan-harapan sosial. Dalam kerangka harapan-harapan sosial tersebut termasuk di dalamnya adalah harapan dari orang tua, ataupun keluarganya (dalam Yusuf, 2008). Keluarga (orang tua) merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator” sosial bagi anak (Hurlock & Pervin dalam Yusuf, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kuatnya pengaruh keluarga terhadap pembentukan identitas diungkap oleh Grotevant dan Cooper (Idrus, 2003) terletak pada interaksi orang tua dengan anak yang terangkum dalam gaya pengasuhan orang tua. Dalam proses tersebut anak akan mengambil nilai-nilai yang secara tidak sengaja ataupun sengaja diberikan orang tua, dan pada kehidupan selanjutnya nilai-nilai itu akan digunakannya dalam mensikapi objek ataupun peristiwa yang sama (Idrus, 2003). Untuk bisa menumbuhkan perilaku asertif dalam diri seorang anak, orang tua disarankan untuk mengembangkan pola pengasuhan anak yang bersifat demokratis. Seperti yang terdapat dalam karakteristik keluarga yang menjalankan fungsinya dengan baik yang salah satunya adalah bersikap terbuka dan jujur (Yusuf, 2008). Menurut Peck, berdasarkan hasil temuannya menunjukkan bahwa remaja yang “friendliness” dan “spontanetty” berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis (Yusuf, 2008). Melalui pola asuh yang demokratis, orang tua akan mengasuh anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang tetapi tidak dengan cara memanjakan mereka. Jika remaja dididik secara demokratis, hal ini akan menjadikan mereka mempunyai tempat berlindung ketika mereka sedang mempunyai masalah. Di samping itu, anak yang dididik secara demokratis akan tumbuh menjadi remaja yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang menjadi hak mereka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dapat mengkomunikasikan segala keinginannya secara wajar, dan tidak memaksakan kehendak mereka dengan cara menindas hak-hak orang lain (Santosa, 1999). Pola asuh ini menggunakan cara-cara demokratis yang berupa, membuka kesempatan berbeda pendapat, saling terbuka, menghargai dan menyediakan kesempatan terjadinya diskusi (Estiningtyas, 2005). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mariani dan Andriani (2005), menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara pola asuh orang tua yang authoritative dengan sikap asertif dalam diri seseorang. Artinya adalah bahwa subyek yang dididik dengan pola asuh authoritative lebih asertif dibandingkan jika mereka dididik dengan pola asuh lainnya. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Widowati (2008) terhadap 100 mahasiswa di universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa adanya hubngan yang positif antara pola asuh orang tua yang demokratis dengan tingkat asertivitas remaja akhir. Hal ini berarti bahwa, semakin demokratis pola asuh orang tua, maka tingkat asertivitas anak remaja akan semakin tinggi. Melalui penelitian ini juga dapat dilihat bahwa sebagian besar orang tua telah menerapkan pola asuh demokratis dengan baik. Hal ini diketahui dari banyaknya subyek yang menilai bahwa orang tua mereka telah menerapkan sistem pola asuh demokratis yaitu sebanyak 55% dari keseluruhan subyek. Di samping itu, hasil analisis deskriptif juga menunjukkan nilai mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis (114,53>90).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Adanya pola asuh demokratis yang dilakukan oleh kebanyakan orang tua dalam suku Jawa saat ini, dengan sendirinya membuat anak-anak (remaja) untuk belajar bagaimana bersikap baik dan menunjukkan perilaku asertif pada orang lain ketika berkomunikasi. Dengan adanya beberapa faktor lain sebagai pembentuk perilaku asertif seperti yang dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini remaja suku Jawa dapat menunjukkan tingkat asertivitas yang lebih tinggi daripada dugaan sebelumnya yang mengatakan bahwa remaja suku Jawa memiliki tingkat asertivitas yang rendah atau kurang asertif dibanding dengan remaja suku Belu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa nilai t = -1,908 dengan probabilitas (p) = 0,0295 lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat asertivitas remaja putri suku Belu dan suku Jawa. Akan tetapi hipotesis penelitian ditolak karena tingkat asertivitas remaja putri suku Belu ternyata lebih rendah dibanding suku Jawa. Hal ini terlihat dari hasil nilai Mean Empiris (ME) suku Belu yang lebih kecil dari suku Jawa, yaitu = 79,08 < 82,02. B. Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya a. Pemilihan subyek harus lebih mempertimbangkan pengaruh budaya dan kontrol variable lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. b. Lebih memperhatikan situasi dan kondisi subyek ketika diminta untuk mengisi skala. Agar pengisian skala dapat dilakukan dalam keadaan yang nyaman dan lebih kondusif sehingga hasil yang dihasilkan lebih kondusif. c. Ketika akan melakukan penyebaran skala, peneliti sebaiknya langsung
bertemu
dan
68
meminta
kesediaan
subyek
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengisinya tanpa melalui perantara orang lain. Hal ini diharapkan agar dapat memperkecil kemungkinan faking bad atau faking good yang akan dilakukan oleh subyek.
C. Kelemahan Reliabilitas dalam penelitian menjadi rendah setelah jumlah item diproporsionalkan menjadi 27 item. Reliabilitas setelah seleksi item adalah 0,901 dengan jumlah item sebanyak 34, sedangkan reliabilitas setelah jumlah item diproporsionalkan menjasi 27 item adalah 0,745.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A. (tanpa tahun). Dinas Pendidikan Jabar. Dipungut 12 Juli dari http://www.anneahira.com/dinas-pendidikan-jabar.htm Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bria, F. M. U. (2004). The Way To Happiness of Belu People. Jakarta Pusat : Caritas Publishing House Indonesia. Cawood, D. (1988). Assertiveness for Managers: Learning Effective Skill for Managing People. Ed. 2. Canada: International Self-Counsel Press Ltd. Dhiu, M. Alfred, D & Agus, S. (2009, 27 Maret). Menemukan Masalah Pendidikan di NTT (1). Dipungut 12 Juli dari http://dionbata.blogspot.com/2009/03/menemukan-masalah-pendidikan-di-ntt1.html Dore, P. D. (2008, Agustus 14). Gedung Sekolah Inpres Wewean Rusak Parah.Dipungut 12 Juli, dari http://berita.liputan6.com/read/163750/gedung-sekolah-inpreswewean-rusak-parah Dore, P. & Teguh, D. H. (2006, April 27). Bangunan Sekolah Rusak, Kegiatan Belajar Terganggu. Dipungut 12 Juli, dari http://berita.liputan6.com/read/121853/bangunan_sekolah_rusak_kegia tan_belajar_terganggu Estiningtyas. (2005). Perbedaan Kemandirian Pada Remaja Akhir Suku Jawa Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma. Erlinawati, A. M. (2009). Kecenderungan Perilaku Asertif Pada Remaja Akhir Di Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan Universitas Sanata Dharma. Gunarsa, S.D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. Gunarsa, Y. S. D. 2003. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Hardjowirogo, M. (1983). Manusia Jawa. Jakarta: Yayasan Idayu. Idrus. M. (2003). Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Kematangan Identitas diri Remaja Etnis Jawa. Fenomena (Vol. 1 No. 1). Iriani. N. 2009. Perilaku Asertif. Dipungut 22 November dari http://rumahoptima.com/optima/artikel-psikologi/54-perilaku-asertif. Kleden T. (2010, Mei 24). Dr. Sirilus Belen: Tas Anak Sekolah NTT Kempes. Dipungut 12 Juli dari http://202.146.4.119/read/artikel/48270/pkminggu/tamukita/2010/5/24/ dr-sirilus-belen-tas-anak-sekolah-ntt-kempes Manehat, Piett. P. (1990). Agenda Budaya Pulau Belu. Kupang : c.v. BUDAYA. Martaniah, Sri Mulyani. (1984). Motif Sosial Remaja Suku Jawa Dan Keturunan Cina di Beberapa SMA Yogyakarta: Suatu Study Perbandingan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Meliana. (2007). Hubungan Antara Perilaku Asertif Dan Tingkat Stress Pada Remaja. Skripsi. Tidak diterbitkan Universitas Sanata Dharma. Noviahelni. (2009). Tugas Kelompok. Dipungut 20 Septeber, http://www.keyshe.com/komunitas/printthread.php?tid=275
dari
Prabowo, S. (2000). Membangun Perilaku Asertive Pada Komunikasi Antara Perawat Dan Pasien. Psikodimesia: Kajian Ilmu Psikologi, 1 (1), 6-20. Rakos, R.F. l99l. Assertive Behavior : Theory, Research and Training. New York : Routledge. Rini, J. (2001). Asertivitas. Dipungut 22 November, dari http://www.epsikologi.com/epsi/search.asp. Santosa. (1999). Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Asertivitas Pada Remaja. Anima: Indonesian Psychological Journal, 15 (1), 83-91. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (edisi ke lima, jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, J. W. (2003). ADOLESCENCE Perkembangan Remaja (edisi ke enam). Jakarta: Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Soesilowindradini. (tanpa tahun). Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Dipungut 20 September dari http://books.google.co.id/books?id=6GzU18bHfuAC&pg=PA57&lpg= PA57&dq=Tugas+Perkembangan+Remaja+Akhir&source=bl&ots=aV qckdzw6A&sig=Mvnd4mz2HMI5HiB8i5frnClL1T0&hl=id&ei=weJ3 TuSgC4irrAfFpIy4Cw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10 &ved=0CE4Q6AEwCTgK#v=onepage&q=Tugas%20Perkembangan %20Remaja%20Akhir&f=false Theria, Ari Alef. (2004). Hubungan Antara Harga Diri Dengan Asertivitas Pada Remaja. Dipungut 20 September, dari http://eprints.uad.ac.id/1085/1/uad8-asertivitas_pada_remaja-abstrakpsikologi.pdf Tidjan. (1995). Hubungan Antara Kepemimpinan, Penerimaan Bimbingan dan Asertivitas Siswa. Jurnal Kependidikan, XXV, 83-90. Tjalla, Awaludin. (2008). Perilaku Asertif Pada Remaja Awal. Diunduh Senin, 11 juli 2011 dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008 /Artikel_10503107.pdf. Ton. (2011, Juni 30). Kualitas Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Yogya Sudah Bagus. Dipungut 12 Juli, dari http://jogja.tribunnews.com/2011/06/30/kualitas-guru-di-sekolahnegeri-dan-swasta-di-yogya-sudah-bagus Umiyati. (2009). Perbedaan Perilaku Asertif Antara Etnis Jawa Dengan Etnis Dayak. Dipungut 15 Juni, dari http://jurnal-psikologi/perbedaanperilaku-asertif-antara-etnis.html Uyun. (2001). Sikap Terhadap Kesetaraan Jender Ditinjau Dari Pola Asuh Demokratis Orang Tua. Dipungut 13 juli 2011 dari http://data.dppm.uii.ac.id/jurnal/uploads/l05060564-76.pdf. Widjaja, P.D.C., & Wulan, R. (1998). Hubungan Antara Asertivitas Dan Kematangan Dengan Kecenderungan Neurotik Pada Remaja. Jurnal Psikologi (No. 2, 56-62). Widowati, M. A. (2008). Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan Tingkat Asertivitas Pada Remaja Akhir. Skripsi. Tidak diterbitkan Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Yusuf, H. Syamsuh. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jurnalist NTT. (2009). Sepintas Tentang Orang Kemak di Belu. Kupang: Pos Kupang. 12 Ribu Siswa SMA/SMK Tak Lulus. (2009, Juni 13). Dipungut 12 Juli, 2011, dari http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=33143 Hanya 709 Siswa Di Jawa Timur Yang Tidak Lulus. (2011). Dipungut 20 September, dari http://beritapas.com/hanya-709-siswa-di-jawa-timuryang-tidak-lulus/ Pengertian Perilaku Asertif. (2009). Dipungut 1 Oktober, dari http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2009/11/pengertia n-perilaku-asertif.html. “Penghargaan Pendidikan Inklusif 2011 untuk Gubernur Jabar”. (2011). Dipungut 20 september, 2011, dari http://id.berita.yahoo.com/penghargaan-pendidikan-inklusif-2011untuk-gubernur-jabar-070005110.html “Perguruan Tinggi Negeri Di Indonesia”. (2011). Dipungut 20 september, 2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perguruan_ tinggi_negeri_di_Indonesia Puluhan Ribu Guru di NTT Dinilai Tak Layak. (2010). Dipungut 12 Juli, 2011, dari http://berita.liputan6.com/read/277694/puluhan-ribu-gurudi-ntt-dinilai-tak-layak SMP dan SMK "Pinggiran" Tak Kebagian Siswa. (2011). Dipungut 12 Juli dari http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/11/16451598/SMP. dan.SMK.Pinggiran.Tak.Kebagian.Siswa Tata Krama Jawa Kurang Asertif?. (2010). Dipungut 22 November 2010, dari http://bataviase.id/node/142994
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1 Skala Uji Coba Asertivitas
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh: Desriyanti Susan Mauboy
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Yogyakarta, 25 November 2010 Kepada Yth. Rekan Mahasiswa Yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini Dengan hormat, saya Nama
: Desriyanti Susan Mauboy
NIM
: 06 9114 104
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma
sedang menyusun tugas akhir guna menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai seorang mahasiswa. Oleh karena itu, saya mohon bantuan Anda untuk memberikan tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang telah tersusun dalam skala ini. Semua tanggapan yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan Anda untuk menjawab sesuai keadaan yang sebenarnya. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk mengisi skala penelitian ini. Hormat saya Desriyanti S. M
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IDENTITAS SUBJEK
Nama
:
……………………
Umur
:
……………tahun
Jenis Kelamin :
L (laki-laki) / P (perempuan) (coret yang tidak perlu)
Suku
:
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa, saya mengisi skala ini tidak dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Melainkan mengisinya dengan suka rela demi membantu terwujudnya penelitian ilmiah ini. Semua jawaban yang saya berikan merupakan murni dari apa yang saya alami bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya dan saya mengijinkan bahwa jawaban saya tersebut dapat dipergunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini. Yogyakarta, ___ November 2010
Menyetujui,
(…………………………………………………..) Nama/inisial boleh tidak dicantumkan
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PETUNJUK PENGISIAN Dalam skala ini terdapat 60 butir pernyataan, bacalah dan pahami setiap pernyataan tersebut dengan seksama. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya, oleh sebab itu dimohon anda dapat mengisi sesuai dengan keadaan anda yang sebenar-benanrnya yang paling sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberikan tanda chek list (√) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawabannya sebagai berikut: SS
: Jika pernyataan “Sangat Sesuai” dengan diri anda
S
: Jika pernyataan “Sesuai” dengan diri anda
TS
: Jika pernyataan “Tidak Sesuai” dengan diri anda
STS
: Jika pernyataan “Sangat Tidak Sesuai” dengan diri anda
Contoh cara mengerjakan: No.
Pernyataan
Pilihan Jawaban STS
1.
Saya
sering
membentak
teman
TS
S
SS
√
ketika mengajaknya berbicara.
JIka anda keliru mengisi dan mau mengganti jawaban anda, maka cara memperbaikinya adalah sebagai berikut: Anda dapat memberi tanda silang (X) pada jawaban pertama, dan kemudian anda dapat kembali memberi tanda chek list (√) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling sesuai.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Pernyataan
Pilihan Jawaban STS
1.
Saya sering membentak teman ketika
√
mengajaknya berbicara.
***Selamat Mengerjakan*** (^_^)
TS
S √
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. 1.
Pilihan Jawaban
Pernyataan
STS
Ketika teman saya mengajak saya bolos kuliah dan pergi ke mall untuk merayakan ulang tahunnya , saya akan menolaknya.
2.
Saya segera meminta bantuan pada teman jika saya membutuhkannya tanpa malu.
3.
Ketika merasa sedih saya akan mengungkapkan kesedihan saya dengan menangis.
4.
Saya akan terlebih dahulu menyapa orang lain sekalipun belum saya kenal.
5.
Saya malu ketika akan berbicara dengan orang lain.
6.
Saya berusaha untuk menutupi perasaan sedih saya
didepan
orang
lain
dengan
selalu
tersenyum. 7.
Meminta bantuan pada orang lain adalah suatu hal yang memalukan bagi saya sehingga saya tidak mampu melakukannya.
8.
Saya mengalami kesulitan untuk tidak menerima ajakan sahabat saya untuk pergi ke diskotik.
9.
Saya akan mengajak orang lain terlebih dahulu untuk berbicara tentang fenomena umum yang sedang terjadi.
10.
Saya dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan marah saya pada orang lain.
11.
Saya langsung menanyakan pendapat orang atas apa yang baik bagi saya.
81
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan
No. 12.
Ketika diminta untuk membuat tanda tangan palsu oleh kakak saya, saya dapat menolak untuk melakukannya.
13.
Ketika diminta untuk menggunakan obat terlarang oleh sahabat saya, saya tidak dapat menolaknya karena dia sering sekali menolong saya.
14.
Saya segan untuk menanyakan alamat pada orang lain yang belum dikenal.
15.
Saya enggan mengungkapkan perasaan sakit hati saya pada orang lain yang telah menyakiti saya.
16.
Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol kata-kata ketika sedang berbicara dengan orang lain.
17.
Saya memilih untuk tidak mengikuti tawuran, meskipun sahabat saya yang mengajak saya.
18.
Saya tidak segan-segan untuk menanyakan alamat yang ingin saya tuju daripada nyasar.
19.
Ketika kesal, saya dapat mengungkapkan rasa kesal saya pada orang yang memicu kekesalan saya.
20.
Mengajak orang lain berbicara terlebih dahulu adalah hal yang sangat menyenangkan.
21.
Saya kesulitan untuk menolak permintaan teman yang meminta saya membohongi dosen, karena tidak ingin menyakitinya.
82
Pilihan Jawaban STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan
No. 22.
Saya tidak dapat meminta pertolongan dari orang lain karena takut akan diabaikan.
23.
Ketika merasa marah, saya akan berteriak dan memarahi teman-teman yang ada didekat saya, tanpa peduli dengan perasaan mereka.
24.
Saya mengalami kesulitan ketika akan berkomunikasi dengan orang lain.
25.
Saya lebih memilih tinggal di kos daripada mengikuti sahabat saya pergi ke suatu acara yang tidak saya ketahui diluar jam malam.
26.
Saya dapat meminta bantuan teman saya untuk menerangkan pada saya topik apa yang belum saya pahami dalam perkuliahan.
27.
Saya dapat mengungkapkan perasaan simpati saya pada oranglain yang mengalami bencana.
28.
Ketika berbicara dengan orang lain, saya akan berusaha mengakhirinya dengan baik.
29.
Sulit bagi saya ketika harus menolak permintaan saudara saya untuk menipu orang tua karena dia sering memberikan saya uang.
30.
Saya enggan untuk meminta bantuan pada orang lain meskipun saya sedang mengalami kesulitan.
31.
Saya merasa malu mengungkapkan perasaan senang yang saya rasakan di depan orang banyak.
32.
Saya lebih banyak mencela ketika sedang berbicara dengan orang lain.
83
Pilihan Jawaban STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Pernyataan
33.
Saya mampu menolak ajakan sahabat saya untuk melakukan tindak kekerasan pada teman lain.
34.
Saya dapat meminta bantuan teman untuk membelikan obat ketika saya sedang sakit.
35.
Saya tidak segan-segan untuk mengungkapkan kekaguman saya pada artis idola saya di depan orang banyak.
36.
Saya dapat mengimbangi pembicaraan teman ketika sedang berdiskusi.
37.
Saya lebih sering mengaikhiri suatu pembicaraan dengan orang lain menggunakan nada yang kasar.
38.
Saya enggan untuk mengungkapkan perasaan kagum saya pada orang lain karena tidak ingin dia merasa sombong.
39.
Saya merasa malu untuk meminta teman saya mengantarkan saya ke kampus.
40.
Suatu hal yang menyulitkan saya adalah ketika harus menolak ajakan teman dekat saya untuk ikut berpesta minuman keras.
41.
Saya tidak memberikan contekan pada sahabat saya ketika sedang ujian meskipun dia adalah teman terbaik saya.
42.
Saya segera meminta teman-teman untuk membantu saya mengangkat barang yang tidak bisa saya angkat sendiri tanpa malu.
84
Pilihan Jawaban STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Pernyataan
43.
Ketika merasa sangat bahagia saya dapat mengungkapkan kebahagiaan itu dengan cara yang wajar.
44.
Saya dapat berdiskusi dengan baik bersama teman soal apa yang menjadi kesukaan kami.
45.
Saya tidak dapat menolak ajakan teman saya untuk membuat keributan didalam kelas karena dia adalah teman baik saya.
46.
Saya kesulitan untuk meminta bantuan teman, ketika saya tidak dapat mengangkat sebuah benda yang berat seorang diri.
47.
Saya sulit mengungkapkan perasaan kecewa saya pada teman yang selalu mengingkari janji.
48.
Saya mengalami kesulitan ketika harus mengajak orang lain berbicara terlebih dahulu.
49.
Saya akan segera mengakhiri pembicaraan dengan teman ketika arah pembicaraan mulai ngawur.
50.
Saya dapat menegur seorang teman yang membuat saya merasa kesal dan merasa sakit hati.
51.
Saya meminjam uang pada teman ketika saya membutuhkannya.
52.
Saya memilih untuk menolak menerima telepon dari orang tua, karena sedang serius mengikuti kuliah.
85
Pilihan Jawaban STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
Pilihan Jawaban
Pernyataan
No.
STS
TS
Saya kesulitan untuk menolak melakukan apa yang diinginkan oleh pacar saya ketika sedang bersama, walaupun itu tidak sesuai dengan ajaran agama.
54.
Saya takut untuk meminjam catatan teman, ketika saya tidak masuk kuliah.
55.
Saya enggan mengungkapkan perasaan sakit hati saya pada orang lain yang telah menyakiti saya.
56.
Saya tidak dapat memotong pembicaraan teman ketika pembicaraannya mulai membosankan.
57.
Setela basa basi dengan orang lain saya akan mengajaknya untuk berbicara lebih lanjut.
58.
Saya mampu mengungkapkan perasaan kecewa yang saya rasakan secara wajar tanpa merugikan banyak orang.
59.
Saya akan meminta teman saya mengantarkan payung pada saya ketika sedang hujan.
60.
86
Ketika diminta untuk membeli minuman keras oleh saudara saya, saya dapat menolak melakukannya.
HARAP PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA JANGAN SAMPAI ADA JAWABAN YANG TERLEWATKAN (^_^)
Terima Kasih
S
SS
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 Analisis Data Skala Uji Coba Asertivitas
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 47
100.0
0
.0
47
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.837
60
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00001
170.81
180.897
-.209
.844
VAR00002
170.49
173.125
.181
.836
VAR00003
170.72
173.291
.120
.838
VAR00004
171.04
170.520
.253
.835
VAR00005
170.72
167.639
.536
.829
VAR00006
171.49
171.994
.230
.835
VAR00007
170.32
167.135
.420
.831
VAR00008
170.45
168.166
.323
.833
VAR00009
170.87
171.809
.302
.834
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00010
171.09
166.993
.481
.830
VAR00011
170.55
173.166
.211
.835
VAR00012
170.51
174.212
.128
.837
VAR00013
169.85
170.260
.358
.833
VAR00014
170.68
170.918
.249
.835
VAR00015
171.17
174.753
.085
.838
VAR00016
170.91
180.080
-.177
.843
VAR00017
170.09
172.080
.220
.835
VAR00018
169.91
171.645
.359
.833
VAR00019
170.89
167.575
.463
.830
VAR00020
170.55
172.557
.220
.835
VAR00021
170.87
172.679
.187
.836
VAR00022
170.47
164.907
.589
.827
VAR00023
170.15
178.608
-.104
.842
VAR00024
170.72
169.770
.366
.832
VAR00025
170.45
180.905
-.202
.845
VAR00026
170.11
170.097
.454
.831
VAR00027
170.26
171.803
.388
.833
VAR00028
170.23
173.140
.305
.834
VAR00029
170.66
168.056
.338
.833
VAR00030
170.51
164.516
.566
.827
VAR00031
170.47
166.907
.530
.829
VAR00032
170.26
175.716
.061
.838
VAR00033
170.17
177.362
-.043
.841
VAR00034
170.26
170.716
.400
.832
VAR00035
170.62
167.633
.401
.831
VAR00036
170.38
172.850
.403
.833
VAR00037
170.15
171.303
.294
.834
VAR00038
170.81
165.636
.477
.829
VAR00039
170.70
168.214
.436
.831
VAR00040
170.15
169.912
.288
.834
VAR00041
171.23
185.270
-.429
.848
VAR00042
170.36
170.584
.404
.832
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00043
170.19
172.289
.324
.834
VAR00044
170.19
170.549
.494
.832
VAR00045
170.28
171.248
.373
.833
VAR00046
170.34
169.403
.470
.831
VAR00047
170.89
165.793
.515
.829
VAR00048
170.83
167.970
.493
.830
VAR00049
170.79
178.475
-.099
.841
VAR00050
170.70
171.388
.281
.834
VAR00051
170.47
174.167
.129
.837
VAR00052
171.11
176.010
.019
.840
VAR00053
170.47
167.080
.385
.831
VAR00054
170.17
171.231
.430
.832
VAR00055
170.91
165.384
.515
.828
VAR00056
170.79
173.084
.215
.835
VAR00057
170.66
175.186
.109
.837
VAR00058
170.49
169.951
.414
.832
VAR00059
170.85
173.521
.163
.836
VAR00060
170.13
173.809
.129
.837
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 47
100.0
0
.0
47
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.899
36
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00004
104.21
137.823
.241
.901
VAR00005
103.89
135.097
.532
.895
VAR00007
103.49
133.429
.478
.896
VAR00008
103.62
134.285
.377
.898
VAR00009
104.04
138.172
.344
.898
VAR00010
104.26
134.020
.505
.895
VAR00013
103.02
137.630
.341
.898
VAR00018
103.09
139.775
.269
.899
VAR00019
104.06
135.191
.449
.896
VAR00022
103.64
130.758
.697
.892
VAR00024
103.89
135.836
.433
.897
VAR00026
103.28
136.900
.481
.896
VAR00027
103.43
138.902
.377
.898
VAR00028
103.40
140.898
.221
.899
VAR00029
103.83
134.927
.358
.899
VAR00030
103.68
131.092
.629
.893
VAR00031
103.64
133.410
.590
.894
VAR00034
103.43
138.554
.343
.898
VAR00035
103.79
135.302
.385
.898
VAR00036
103.55
139.992
.374
.898
VAR00037
103.32
138.657
.272
.899
VAR00038
103.98
133.065
.484
.896
VAR00039
103.87
133.027
.587
.894
VAR00040
103.32
135.570
.363
.898
VAR00042
103.53
138.167
.367
.898
VAR00043
103.36
139.192
.325
.898
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00044
103.36
137.845
.477
.897
VAR00045
103.45
139.470
.282
.899
VAR00046
103.51
135.081
.583
.895
VAR00047
104.06
133.105
.529
.895
VAR00048
104.00
135.435
.485
.896
VAR00050
103.87
138.722
.260
.899
VAR00053
103.64
132.410
.486
.896
VAR00054
103.34
137.360
.509
.896
VAR00055
104.09
132.862
.522
.895
VAR00058
103.66
136.621
.448
.897
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 47
100.0
0
.0
47
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.901
34
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00005
98.28
127.117
.533
.896
VAR00007
97.87
125.505
.479
.897
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00008
98.00
125.696
.408
.899
VAR00009
98.43
130.598
.310
.900
VAR00010
98.64
125.932
.515
.896
VAR00013
97.40
129.507
.347
.899
VAR00018
97.47
131.907
.251
.900
VAR00019
98.45
126.861
.472
.897
VAR00022
98.02
122.934
.696
.893
VAR00024
98.28
127.857
.433
.898
VAR00026
97.66
128.969
.475
.898
VAR00027
97.81
131.202
.344
.899
VAR00029
98.21
126.693
.372
.900
VAR00030
98.06
123.539
.612
.895
VAR00031
98.02
125.413
.596
.895
VAR00034
97.81
130.549
.339
.899
VAR00035
98.17
127.666
.366
.899
VAR00036
97.94
132.061
.355
.899
VAR00037
97.70
130.735
.263
.901
VAR00038
98.36
125.062
.489
.897
VAR00039
98.26
124.933
.600
.895
VAR00040
97.70
127.909
.346
.900
VAR00042
97.91
129.993
.377
.899
VAR00043
97.74
131.281
.311
.900
VAR00044
97.74
129.846
.474
.898
VAR00045
97.83
131.579
.267
.900
VAR00046
97.89
127.228
.575
.896
VAR00047
98.45
125.035
.539
.896
VAR00048
98.38
127.285
.498
.897
VAR00050
98.26
130.716
.256
.901
VAR00053
98.02
124.152
.504
.897
VAR00054
97.72
129.291
.513
.897
VAR00055
98.47
124.515
.547
.896
VAR00058
98.04
128.607
.449
.898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3 Skala Penelitian Asertivitas
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh: Desriyanti Susan Mauboy
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Yogyakarta, Januari 2011 Kepada Yth. Rekan Mahasiswa Yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini Dengan hormat, saya Nama
: Desriyanti Susan Mauboy
NIM
: 06 9114 104
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Sanata Dharma
sedang menyusun tugas akhir guna menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai seorang mahasiswa. Oleh karena itu, saya mohon bantuan Anda untuk memberikan tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang telah tersusun dalam skala ini. Semua tanggapan yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan Anda untuk menjawab sesuai keadaan Anda yang sebenarnya. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk mengisi skala penelitian ini. Hormat saya Desriyanti S. M
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IDENTITAS SUBJEK
Nama
:
……………………
Umur
:
……………tahun
Jenis Kelamin :
L (laki-laki) / P (perempuan) (coret yang tidak perlu)
Suku
:
Universitas
:
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa, saya mengisi skala ini tidak dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Melainkan mengisinya dengan suka rela demi membantu terwujudnya penelitian ilmiah ini. Semua jawaban yang saya berikan merupakan murni dari apa yang saya alami bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya dan saya mengijinkan bahwa jawaban saya tersebut dapat dipergunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini. Yogyakarta, ___ Januari 2011
Menyetujui,
(…………………………………………………..) Nama/inisial boleh tidak dicantumkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PETUNJUK PENGISIAN Dalam skala ini terdapat 27 butir pernyataan. Baca dan pahamilah setiap pernyataan tersebut dengan seksama. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya, oleh sebab itu dimohon agar anda dapat mengisinya sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenar-benanrnya saat ini. Berilah tanda chek list (√) pada salah satu alternatif jawaban yang anda pilih pada kolom pilihan jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawabannya sebagai berikut: SS
: Jika pernyataan “Sangat Sesuai” dengan diri anda
S
: Jika pernyataan “Sesuai” dengan diri anda
TS
: Jika pernyataan “Tidak Sesuai” dengan diri anda
STS
: Jika pernyataan “Sangat Tidak Sesuai” dengan diri anda
Contoh cara mengerjakan: No.
Pernyataan
1.
Saya sering membentak teman
Pilihan Jawaban STS
TS
S
SS
√
ketika mengajaknya berbicara.
JIka anda keliru dalam memberikan jawaban dan mau mengganti jawaban anda, maka cara memperbaikinya adalah sebagai berikut: Anda dapat memberi tanda silang (X) pada jawaban pertama, dan kemudian anda dapat kembali memberi tanda chek list (√) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pilihan Jawaban
No.
Pernyataan
2.
Saya sering membentak teman ketika
STS
TS
√
mengajaknya berbicara.
***Selamat Mengerjakan*** (^_^)
S √
SS
98
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pilihan Jawaban No.
Pernyataan STS
1.
Saya dapat meminta bantuan teman saya untuk menerangkan pada saya topik apa yang belum saya pahami dalam perkuliahan.
2.
Saya dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan marah saya pada orang lain.
3.
Saya akan mengajak orang lain terlebih dahulu untuk berbicara tentang fenomena umum yang sedang terjadi.
4.
Saya
mengalami
kesulitan
untuk
tidak
menerima ajakan sahabat saya untuk pergi ke diskotik. 5.
Meminta bantuan pada orang lain adalah suatu hal yang memalukan bagi saya sehingga saya tidak mampu melakukannya.
6.
Saya merasa malu mengungkapkan perasaan senang yang saya rasakan di depan orang banyak.
7.
Saya malu ketika akan berbicara dengan orang lain.
8.
Saya dapat mengimbangi pembicaraan teman ketika sedang berdiskusi.
9.
Ketika kesal, saya dapat mengungkapkan rasa kesal saya pada orang yang memicu kekesalan saya.
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Pilihan Jawaban Pernyataan
No.
STS 10.
Saya mengalami kesulitan ketika akan berkomunikasi dengan orang lain.
11.
Saya enggan untuk mengungkapkan perasaan kagum saya pada orang lain karena tidak ingin dia merasa sombong.
12.
Saya tidak dapat meminta pertolongan dari orang lain karena takut akan diabaikan.
13.
Ketika diminta untuk menggunakan obat terlarang oleh sahabat saya, saya tidak dapat menolaknya karena dia sering sekali menolong saya.
14.
Saya mampu mengungkapkan perasaan kecewa yang saya rasakan secara wajar tanpa merugikan banyak orang.
15.
Saya dapat berdiskusi dengan baik bersama teman soal apa yang menjadi kesukaan kami.
16.
Saya lebih sering mengaikhiri suatu pembicaraan dengan orang lain menggunakan nada yang kasar.
17.
Saya sulit mengungkapkan perasaan kecewa saya pada teman yang selalu mengingkari janji.
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pilihan Jawaban
Pernyataan
No.
STS 18.
Saya enggan untuk meminta bantuan pada orang lain meskipun saya sedang mengalami kesulitan.
19.
Sulit bagi saya ketika harus menolak permintaan saudara saya untuk menipu orang tua karena dia sering memberikan saya uang.
20.
Saya mengalami kesulitan ketika harus mengajak orang lain berbicara terlebih dahulu.
21.
Saya enggan mengungkapkan perasaan sakit hati saya pada orang lain yang telah menyakiti saya.
22.
Saya merasa malu untuk meminta teman saya mengantarkan saya ke kampus.
23.
Suatu hal yang menyulitkan saya adalah ketika harus menolak ajakan teman dekat saya untuk ikut berpesta minuman keras.
24.
Saya kesulitan untuk meminta bantuan teman, ketika saya tidak dapat mengangkat sebuah benda yang berat seorang diri.
25.
Saya tidak dapat menolak ajakan teman saya untuk membuat keributan didalam kelas karena dia adalah teman baik saya.
101
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Pilihan Jawaban No.
Pernyataan STS
26.
TS
S
Saya takut untuk meminjam catatan teman, ketika saya tidak masuk kuliah.
27.
Saya kesulitan untuk u menolak melakukan apa yang diinginkan oleh pacar saya ketika sedang bersama, walaupun itu tidak sesuai dengan ajaran agama.
HARAP PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA JANGAN SAMPAI ADA PILIHAN JAWABAN YANG TERLEWATKAN UNTUK DIISI
{^_^}
Terima Kasih
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4 Analisis Data Uji Normalitas
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Dependen N Normal Parameters
100 a,,b
Most Extreme Differences
Mean
80.55
Std. Deviation
7.805
Absolute
.086
Positive
.046
Negative
-.086
Kolmogorov-Smirnov Z
.857
Asymp. Sig. (2-tailed)
.455
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5 Analisis Data Uji Homogenitas
Oneway Test of Homogeneity of Variances Total Levene Statistic .419
df1
df2 1
Sig. 98
.519
ANOVA Total Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
216.090
1
216.090
Within Groups
5814.660
98
59.333
Total
6030.750
99
F 3.642
Sig. .059
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
LAMPIRAN 6 Analisis Data Uji Hipotesis
T-Test Group Statistics subjek total
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
50
79.08
7.529
1.065
2
50
82.02
7.873
1.113
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Total
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.419
Sig. .519
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
-1.908
98
.059
-2.940
1.541
-5.997
.117
-1.908
97.805
.059
-2.940
1.541
-5.997
.117