PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEPSI RISIKO REMAJA DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEROKOK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Luh Putu Tri Yulianti Ardana 129114062
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PER.SETUJI}AN I}OSE,N PPMBIMBING
SKRIPSI PERSSP$ Rf,STKO REMAJA }ALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTU$AN
UNTUKMEROKOK
:)
,ry',i
!F! J;
p.2
i{i ill',
71
l.
i !,
l[!, 'A
Yir i:r
'
En li.
DosenPembimbing
ranggal
Ratri Sunar Astuti, M.Si.
20111AR2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PSNGESAHAN SKRIPSI PERSEPSI RISIKO REMAJA DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
UNTUKMEROKOK Dipersiapkan dan Ditulis oleh:
Luh Putu Tri Yulianti Ardana 129r14062 Teiah dipertahankan dan dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji Pada tanggal
i3
Januan 201,7
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia
Nama Lengkap
Penguji
1
Ratri Sunar Astuti, M.Si.
Penguji 2
YB. Cahya Widiyantq Ph.D.
Penguji 3
C. Siswa Widyatmoko, M.Psi.
Yog3,akarta,
"j it lfril
;[ii
Fakultas Psikologi
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Untuk bisa bertahan, majulah satu langkah lebih jauh dari yang lain -seorang Ayah-
Untuk maju atau tidak, dirimulah yang memutuskan -LPTYA-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha Baik Untuk Papa, Mama, Tari Untuk Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Untuk para teman-teman yang luarbiasa Untuk para remaja yang masih sulit dalam mengambil keputusan, terima kasih telah mengispirasi saya untuk menulis karya ini. Semoga dapat membantu dan bermanfaat.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
tulis saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya
ini
tidak
disebutkan dalam kutipan dan mernuat karya atau bagian karyaorang lain, kecuali yangtelah daft ar pustak a, s eb agaim
an
a lay akrry a karya ilmi ah'
Yogyakarta ,20
}l.4:ar.et
2017
Penulis
Luh Putu Tri Yulianti Ardana
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEPSI RISIKO REMAJA DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEROKOK Luh Putu Tri Yulianti Ardana ABSTRAK Remaja perokok menjadi salah satu kekhawatiran bagi bangsa Indonesia. Data Global Youth Tobacco Survey menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah remaja perokok terbesar di Asia. Peringatan terhadap bahaya merokok telah dicantumkan pada sebagian besar produk rokok yang beredar di Indonesia. Namun, adanya cantuman peringatan risiko merokok tidak menurunkan jumlah perokok melainkan menambah jumlah perokok. Oleh sebab itu peneliti hendak mendalami persepsi risiko remaja dalam proses pengambilan keputusan untuk merokok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis isi induktif. Pengambilan data dilakukan lewat wawancara semi terstruktur terhadap tiga orang subjek perokok remaja berjenis kelamin laki-laki yang mulai merokok diusia remaja awal (12-16 tahun). Verifikasi data dilakukan dengan pengecekan sejawat, pengecekan anggota serta menyertakan rekaman wawancara sebagai bukti pendukung. Penelitian ini menemukan bahwa remaja mengalami beberapa tahapan selama proses pengambilan keputusan diantaranya, adanya dorongan untuk mengubah perilaku, munculnya konflik, menimbang konsekuensi, memutuskan untuk merokok, mendapat feedback negative, merasakan dampak dari merokok dan mempertahankan perilaku merokok. Para remaja tidak peduli terhadap risiko dari merokok. Ketidakpedulian remaja terhadap risiko merokok dilatarbelakangi oleh penilaian remaja terhadap risiko merokok. Para remaja menilai rokok tidak akan berdampak besar karena mereka memiliki antisipasi terhadap risiko merokok. Ketidakpastian dari konsekuensi merokok juga menyebabkan remaja bertahan dengan perilaku merokok hingga saat ini. Kata kunci: Pengambilan keputusan, persepsi risiko, perokok remaja, analisis isi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ADOLESCENTS’ RISK PERCEPTION IN THE DECISION-MAKING PROCESS TO SMOKE Luh Putu Tri Yulianti Ardana ABSTRACT Adolescent smokers become one of concern in Indonesia. The Global Youth Tobacco Survey data mentioned that Indonesia is the country with the largest number of adolescent smokers in Asia. The warnings of the dangers of smoking have been written on the most cigarette products in Indonesia. The warnings of the dangers of smoking do not decrease the number of smokers, but surprisingly the number of smokers increase. Therefore, the researcher conducted the study to go deeper to adolescents’ risk perception in the decision-making process to smoke. This research is a qualitative study which was conducted by inductive content analysis method. Data retrieval were conducted by semistructured interview to three boys as the participations who started smoking since 12-16 years. Data verification were done by peer-checking, member-checking and included the interview recording as evidence to support the study. The finding is the adolescents experienced several stages during the processes of decisionmaking; those are the motivation to change their behavior, the conflicts, the consideration of the consequences, the decision to smoke, getting negative feedback, experiencing the effects of smoking and continuing to smoke. The adolescent smokers did not care about the risks of smoking and it was influenced by their assumption towards the risks of smoking. The adolescent smokers assumed that smoking does not have any major impact because they had anticipation to the risks of smoking. The uncertain consequences of smoking also cause adolescent smokers still continue to smoke up to now.
Keywords: decision making, risk perception, adolescent smokers, content analysis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama Nomor
: Luh Putu
Mahasiswa
Tri Yulianti Ardana
:129114062
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya
ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI RISIKO REMAJA DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
UNTUK MEROKOK
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelolanya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademik, tanpa perlu
meminta rzin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 20 Maret 2017
Yang menyatakan,
Luh Putu Tri Yulianti Ardana
lx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Berkesempatan menjadi seorang mahasiswa dan menyelesaikan skripsi menjadi pengalaman yang tidak akan dilupakan. Pegalaman adalah guru yang paling berharga yang nantinya menjadi bekal saya berproses dikehidupan kedepannya. Dalam prosesnya banyak hal yang memang tidak mudah, namun, setiap orang punya kesempatan untuk dapat menyelesaikannya. Begitu banyak pihak yang membantu, mendoakan, dan mendukung. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada 1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih, Pelindung, dan Penyayang. Tanpa lindungan-Nya, penulis tidak akan bisa apa-apa. 2. Bapak Dr. Priyo Widiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi. 5. Para dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji hasil kerja saya.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Para dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bekal berupa pengalaman dan pengetahuan yang tidak ternilai harganya. 7. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih telah banyak membantu selama berproses di Fakultas Psikologi tercinta. 8. Terima kasih untuk perpustakaan Universitas Sanata Dharma terutama untuk fasilitas komputer dan internet pada ruangan Workstation. Tanpa para komputer penelitian ini tidak akan bisa sempurna. 9. Keluarga saya, Papa terganteng, Komang Ardana, Mama terkece, Ni Made Trisna Kumala Dewi, dan gembel, Ni Made Santri Yusantari Ardana, beruntungnya saya lahir dalam keluarga ini dan terima kasih sudah mau membesarkan saya. 10. Terima kasih untuk para subjek yang dengan sukarela bersedia menjadi narasumber dan membatu proses penelitian ini. 11. Teman-teman yang membantu mempertemukanku dengan para subjek, Clara, Banya, Vita, Sekkar, dan semua yang sudah direpotkan untuk pencarian subjek penelitian. 12. Teman hidupku sekaligus sahabat, para kutukan, Anty, Cik Desi, Ira Yoshida, Ave, Tiara, dan Flo, terima kasih untuk apapun, karena semuanya sepertinya selalu dilakukan bersama kalian haha. 13. Teman berwaham sekaligus sahabat, Kaka Rini, Kak Gue, Pipi, Nikur, Sekkar, Gege, Mbak Dep, Stefi, Ochik, Maureen, terima kasih sudah mau
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berimaginasi bersama, selalu menghadirkan tawa dan mau direpotkan. Semoga tidak ada yang berhenti berwaham. 14. Nyameku, Gayatri dan Mayun, terima kasih selalu mengingatkan untuk cepat wisuda dan pulang. 15. Teman-teman seperjuangan skripsi, Sekkar, Audrey, Eny, Teteh, Ema, Lona, Dimas, GM, Cintya, Mb. Retha, Wulan, dan teman-teman lainnya. Semangat terus sampai acc! 16. Keluarga KU 40, terutama Pa Om dan Ma Tante yang selalu mampir ke Yogyakarta dengan modus menjenguk padahal mau jalan-jalan dan selalu tanya kapan tanggal wisuda. 17. Keluarga K36 yang selalu prihatin dengan asupan gizi saya. 18. Sepupu tanpa belas kasih, Wi Tude, Wi Adhit yang selalu curiga, sensitif dan berkhayal tentang pacar adiknya di Jogja. Tapi meski begitu, sebenarnya kalian inspirasi saya untuk menulis skripsi. Terima kasih. 19. Adik-adik manis, Dekna, Kintya, Oming, Dede, Nyanya terima kasih karena terus menerus meminta saya cepat pulang. 20. Teman-teman psikologi angkatan 2012, terima kasih banyak sudah menjadi keluarga dan diijinkan untuk berdinamika bersama teruntuk kelas B semester 1 dan kelas C semester 2 hingga seterusnya. See u on top guys. 21. Keluarga Clara yang sudah menganggap saya layaknya keluarga sendiri. 22. Temen-temen Aditara Angels yang selalu tanya kapan sidang.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23. Untuk idola penulis yang senantiasa membuat penulis berimajinasi, memotivasi (dia bisa sukses kenapa saya tidak), dan (lagunya) menemani penulis mengerjakan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi. Penulis penyadari skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik maupun saran yang dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik.
Yogyakarta, 30 November 2016 Penulis, Luh Putu Tri Yulianti Ardana
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ..................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latarbelakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8 a. Manfaat Praktis ................................................................................ 8 b. Manfaat Teoritis .............................................................................. 8 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9 A. Merokok sebagai Perilaku Berisiko ............................................................ 9 B. Merokok .................................................................................................... 11 1. Definisi dan Proses menjadi Perokok ............................................ 11 2. Faktor Penyebab Perilaku Merokok .............................................. 12 3. Dampak Perilaku Merokok............................................................ 14 C. Remaja dan Perilaku Merokok .................................................................. 15 1. Definisi Remaja ............................................................................. 15 2. Perilaku Merokok Remaja ............................................................. 17 D. Pengambilan Keputusan ............................................................................ 18 1. Definisi Pengambilan Keputusan .................................................. 18 2. Proses Pengambilan Keputusan ..................................................... 19 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan........ 22 4. Pengambilan Keputusan Remaja ................................................... 22 E. Persepsi Risiko .......................................................................................... 25 F. Persepsi Risiko dalam Proses Pengambilan Keputusan ............................ 28 G. Pendekatanm Analisis Isi Induktif ............................................................ 29 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 30 A. Strategi Penelitian ..................................................................................... 30 B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 31 C. Informan Penelitian ................................................................................... 32 D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 32
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Metode Analisis Data ................................................................................ 34 F. Kredibilitas Penelitian ............................................................................... 37 BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 39 A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 39 B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 40 C. Analisis...................................................................................................... 51 D. Pembahasan ............................................................................................... 62 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 70 A. Kesimpulan ............................................................................................... 70 B. Saran .......................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Pertanyaan Wawancara ................................................................ 33
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Persepsi Risiko dalam Proses Pengambilan Keputusan .......... 29 Gambar 2. Pola Proses Pengambilan Keputusan untuk Merokok......................... 62
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG “Bagiku ngerokok tu bukan hal yang aneh lagi, ya namanya Indonesia juga kan.” (Informan FG, 19 tahun) “Temen kelas kebanyakan pada merokok.” (Informan CIP, 19 tahun) Pernyataan tersebut seolah menggambarkan merokok bukan hal yang baru dan langka bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Kemala, 2007). Usia dan jenis kelamin tidak menjadi batasan seseorang untuk merokok. Tak hanya kaum dewasa, remajapun telah banyak menjadi perokok aktif. Merokok merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan sedari remaja. Hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014, memaparkan bahwa sebanyak 18,3% pelajar Indonesia usia 13-15 tahun sudah mempunyai kebiasaan merokok dengan rincian adalah 33,9% pelajar laki-laki dan 2,5 % pelajar perempuan (Kompas, 30 Mei 2015). Memasuki usia remaja, seseorang mengalami tugas perkembangan yang oleh Erikson disebut menghadapi krisis identitas versus kekacauan identitas. Seorang remaja yang tidak berhasil mengatasi situasi-situasi krisis dalam rangka konflik peran kemungkinan besar akan terperangkap masuk ke jalan yang salah (Sarwono dan Wirawan, 2005). Bagi remaja, perilaku merokok merupakan perilaku simbolisasi.
Merokok
merupakan
simbol
dari
kematangan,
kekuatan,
kepemimpinan dan daya tarik (Komasari dan Helmi, 2000). Penelitian yang 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dilakukan oleh Cahyo, Wigati dan Shaluhiyah (2012) menunjukkan bahwa remaja memiliki persepsi bahwa teman yang merokok memiliki fisik yang hebat. Pada masa remaja, individu cenderung memisahkan diri dari orangtua dan mulai bergabung dengan teman sebaya (Komasari dan Helmi, 2000). Kebutuhan untuk diterima seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima kelompoknya. Oleh sebab itu, seorang remaja memutuskan untuk merokok dengan alasan ingin mengikuti temannya, ada rasa gengsi diantara teman, serta dalih ingin menghargai teman. Merokok menjadi suatu bentuk perilaku berisiko yang banyak dilakukan remaja. Merokok dapat menjadi gerbang awal dari perilaku berisiko lain yang mungkin saja dilakukan oleh remaja. Remaja yang mulai merokok diusia 11 tahun dua kali lebih mungkin untuk melakukan perilaku berisiko, seperti naik kendaraan dengan pengemudi yang mabuk, membawa senjata api ke sekolah, menggunakan inhalant, mariyuana, atau kokain, dan membuat rencana bunuh diri dibandingkan remaja lain (DuRant, Smith, Kreiter, dan Krowchuk, 1999 dalam Papalia et al., 2009). “Sebelum coba rokok, ya aku berpikir”-CIP “Ya sempet (berpikir sebelum merokok). Ya aku ki kalo merokok jadi kayak gondes. Citranya jelek ”-S “Iya pertimbangan, ini kan baru pertama kali nih. Kalo aku ga bias berhenti nih gimana yah? Terus aku ketahuan gimana yah?-FG Petikan tiga pernyataan diatas merupakan pernyataan yang mewakili para remaja perokok yang melakukan pertimbangan saat sebelum memutuskan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
merokok. Merokok merupakan salah satu perilaku berisiko, dimana keputusan untuk terlibat dalam perilaku berisiko tidak terjadi secara spontan tetapi melalui proses kognitif (Puspita, 2014). Secara kognitif, menurut Piaget, remaja telah memasuki tingkat perkembangan kognitif tertinggi yaitu operasional formal (Papalia et al, 2009). Pada tingkat perkembangan kognitif
ini remaja dapat
berpikir tentang hal yang mungkin terjadi, membayangkan kemungkinan serta menguji hipotesis atau dugaan. Menurut Kuhn (dalam Santrock, 2011) kognitif remaja mengalami peningkatan didalam fungsi eksekutif, yang melibatkan kognitif yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil keputusan, memonitor cara
berpikir
kritis
dan
memonitor
perkembangan
kognitif
seseorang.
Peningkatan fungsi eksekutif membuat remaja lebih efektif dan mampu mengambil keputusan. Namun, faktanya remaja masih kerap kali mengambil keputusan secara tidak rasional. Emosi seringkali menghambat kemampuan pengambilan keputusan remaja (Santrock, 2011). Masa remaja adalah masa penuh emosi yang meledakledak dan sulit untuk dikendalikan (Sarwono, 2011). Sebagian besar orang mengambil keputusan dengan lebih baik pada saat mereka berada dalam kondisi tenang dibandingkan ketika sedang emosi. Secara khusus hal ini, berlaku pada remaja yang cenderung memiliki emosi yang kuat (Santrock, 2011). Akan menjadi permasalahan bila remaja mengambil keputusan berdasarkan emosi terkait dengan perilaku berisiko. Merokok adalah keputusan dari hasil akhir dari proses pengambilan keputusan. Menurut Janis dan Mann (dalam Imelda, 2014), proses pengambilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keputusan adalah suatu proses pemilihan terhadap alternatif yang dianggap terbaik oleh individu. Untuk memperoleh suatu keputusan, individu menjalani beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan teori Janis dan Mann terdapat lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Kelima tahap tersebut diantaranya, menilai masalah, mencari alternatif, menimbang alternatif, menyatakan komitmen dan bertahan dari feedback negatif. Hal ini lah yang ingin diperdalam oleh peneliti terkait dengan perokok remaja. Teori proses pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann akan digunakan peneliti sebagai acuan untuk melihat proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok. Peneliti ingin melihat gambaran proses pengambilan keputusan hingga akhirnya remaja mencapai keputusan untuk merokok. Mengingat kemampuan kognitif yang dimiliki remaja secara teori dikatakan telah mampu membantu remaja dalam membuat keputusan. Penelitian sebelumnya mengenai proses pengambilan keputusan dilakukan oleh Mayasari, Pratiwi dan Supriyono (2013). Penelitian tersebut membahas mengenai proses pengambilan keputusan remaja untuk bergabung dengan komunitas Crust Punk. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa remaja mengalami proses pengambilan keputusan tetapi tidak menjalani keseluruhan tahapannya. Namun, penelitian tersebut belum dapat digeneralisasikan pada konteks perilaku berisiko, seperti halnya merokok. Peneliti berasumsi bahwa perilaku merokok remaja merupakan keputusan dari hasil proses pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, peneliti akan meneliti proses pengambilan keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan tujuan untuk melihat gambaran tahapan yang dilalui remaja sebelum akhirnya memutuskan untuk merokok. Memutuskan untuk merokok bukanlah suatu hal yang mudah, dimana perilaku tersebut merupakan perilaku berisiko khususnya dari segi kesehatan. Pengaruh bahan-bahan yang dikandung rokok seperti nikotin, karbonmonoksida dan tar memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi penyakit kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan, 1993, dalam Komasari dan Helmi, 2000). Dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya ‘membakar uang’ terlebih lagi hal tersebut dilakukan oleh remaja yang notabene belum memiliki penghasilan sendiri. Pada bungkus rokok telah tercantum peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan (Kompasiana, 31 Mei 2013). Secara tak langsung remaja telah mendapat informasi tentang bahaya merokok dari produk rokok yang dijual dipasaran. Tetapi hal tersebut seakan tidak membuat remaja menghindari mengkonsumsi rokok. Jumlah konsumsi rokok masih meningkat 20 persen setiap tahunnya dan perharinya terdapat 45 ribu perokok baru di Indonesia (Republika, 19 Juni 2015; Tribunlampung, 27 Januari 2016). Informasi bahaya merokok telah dicantumkan tetapi remaja masih tetap memilih merokok. Slovic dan Severson (dalam Puspita, 2014) menyebutkan bahwa remaja yang terlibat dalam perilaku berisiko memiliki pengetahuan terhadap risiko atas perilaku tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Puspita (2014), perilaku berisiko dipengaruhi oleh persepsi risiko. Namun, berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiastomo (2007), menyebutkan bahwa
perilaku berisiko tidak disebabkan oleh persepsi risiko.
Adanya kontradiksi antara dua penelitian tersebut membuat peneliti ingin meneliti kembali tentang persepsi risiko. Peneliti berasumsi bahwa keputusan remaja untuk merokok dan tetap merokok dipengaruhi oleh bagaimana persepsi remaja terhadap risiko dari merokok. Oleh sebab itu, peneliti hendak mendalami persepsi risiko remaja terhadap rokok. Persepsi individu merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan (Moordiningsih, 2005). Persepsi risiko merupakan penilaian subjektif dari probabilitas suatu kejadian dan sejauh apa individu peduli terhadap konsekuensinya (Sjoberg, Bjorg-Elin, dan Rundmo, 2004). Peneliti berasumsi
bahwa
bagaimana
remaja
menilai
risiko
terhadap
rokok
melatarbelakangi proses pengambilan keputusan. Remaja mungkin menimbang keuntungan dan kerugian yang didapatkan, namun bagaimana remaja menilai konsekuensi tersebut juga dapat mempengaruhi keputusannya. Hal ini membuat proses pengambilan keputusan penting untuk diteliti. Mengingat didalam proses pengambilan keputusan terdapat beberapa tahapan serta diharapkan mampu memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan sepertihalnya persepsi risiko. Penelitian ini penting dilakukan mengingat semakin meningkatnya angka perokok remaja tetapi hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang melatar belakangi keputusan remaja untuk merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran proses pengambilan keputusan remaja serta bagaimana remaja mempersepsikan risiko dari merokok. Oleh sebab itu, peneliti memilih metode analasis isi kualitatif sebagai metode penelitian. Analisis isi kualitatif adalah metode untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi yang bersifat tertulis, lisan atau visual (Supratiknya, 2015). Penelitian ini akan menggunakan analisis isi dengan pendekatan induktif. Pendekatan ini dinilai cocok digunakan mengingat hasil penelitian mengenai proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok dan persepsi remaja terhadap risiko merokok belum banyak dilakukan. Analisis isi merupakan salah satu metode analisis data secara mendetail. Konsep dalam analisis isi kualitatif terdiri dari isi manifest, isi laten, satuan analisis, satuan makna, meringkas teks, abstraksi, konten area, kategori dan tema (Elo & Kyngas, 2007). Langkah-langkah pengolahan data dari analisis isi yang mendetail dapat memandu peneliti dalam merumuskan tema-tema berdasarkan hasil penelitian. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan mengingat peneliti tergolong masih pemula dalam melakukan penelitian. B. RUMUSAN MASALAH Dalam penelitian ini, masalah umum yang ingin diangkat oleh peneliti adalah “Bagaimana persepsi risiko remaja dalam proses pengambilan keputusan untuk merokok?” C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok dan persepsi remaja terhadap bahaya merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi ilmu psikologi, khususnya terkait dengan persepsi remaja mengenai risiko merokok dan studi mengenai proses pengambilan keputusan remaja untuk menjadi perokok. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada orang tua mengenai bagaimana persepsi remaja terhadap risiko merokok serta gambaran proses yang dilalui remaja hingga menjadi seorang perokok. Penelitian ini diharapkan mampu membantu para orangtua untuk melihat apa yang menyebabkan para remaja memutuskan untuk merokok. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu orang tua dan guru sebagai figur otoritas dalam mencegah remaja untuk merokok. Bagi para remaja, penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran nyata mengenai konsekuensi yang terjadi apabila mereka memilih untuk merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini, peneliti akan memberikan gambaran mengenai merokok sebagai perilaku berisiko, perilaku merokok sebagai hasil proses pengambilan keputusan dan hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja untuk merokok. Pembahasan akan dimulai dengan penjelasan singkat tentang merokok sebagai perilaku remaja yang berisiko, diikuti dengan definisi perilaku merokok, faktor penyebab perilaku merokok, serta tahapan dari perilaku merokok. Kemudian, peneliti akan memaparkan perilaku merokok sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan remaja serta persepsi risiko remaja terhadap bahaya merokok. Diakhir, peneliti juga akan memaparkan mengenai analisis isi induktif sebagai metode dalam menganalisis hasil penelitian ini. A. Merokok sebagai Perilaku Berisiko Perilaku dan konsekuensi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Setiap perilaku yang dimunculkan oleh individu diikuti oleh sebuah konsekuensi baik yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Namun, risiko seringkali dikaitkan dengan kehilangan (Oppe 1988, Yates,1990;1992 dalam Triompop 1994). Risiko memiliki makna yang berbeda pada setiap individu (Brun, 1994 dalam Sjoberg, 2004), dan pemahaman mengenai risiko dipelajari melalui konsep struktur sosial dan budaya serta evaluasi terhadap lingkungan, seperti, bagaimana seharusnya dan tidak seharusnya(Boholm, 1998, dalam Sjoberg, 2004). 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Risk appears to mean different things to different people (see Brun, 1994, for a more extensive discussion of the term), and actions and understandings about risks are learned by socially and culturally structured conceptions and evaluations of the world, what it looks like, what it should or should not be (Boholm, 1998, in Sjoberg, 2004).
Meskipun demikian, berdasarkan berbagai sumber, perilaku berisiko lebih banyak dikaitkan dengan munculnya kerugian. Perilaku berisiko di artikan sebagai perilaku dengan konsekuensi yang tidak diinginkan dimana berkaitan dengan kemungkinan mendapatkan kerugian atau kehilangan (Cairns & Cairns 1994, Reese & Silbereisen 2001, Raithel 2004, Hurrelmann 2007, dalam Richter, 2010). Menurut Resnick, perilaku berisiko adalah perilaku yang meningkatkan kemungkinan kerugian pada fisik, sosial atau konsekuensi psikososial (Carr, 2003). Perilaku berisiko secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan individu (Jessor 1988, Hurrelmann & Richter, 2006 dalam Richter 2010). Merokok, minum alkohol, mengendarai kendaraan tanpa sabuk pengaman, seks bebas dikatakan sebagai perilaku berisiko yang dinilai dapat mengundang kecacatan dan kematian dini (Fawzani, 2015). Centers for Disease Control and Prevention (2013), memantau perilaku berisiko yang menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pemuda, yaitu perilaku yang menyebabkan cendera yang bersifat tidak sengaja dan kekerasan, perilaku seksual yang berkontribusi terhadap infeksi HIV, penyakit menular seksual, serta kehamilan yang tidak diinginkan, konsumsi tembakau, alkohol dan penggunaan obat-obatan, perilaku diet tak sehat, dan gaya hidup bebas. Konsumsi tembakau merupakan salah satu perilaku yang dianggap berisiko. Risiko yang ditimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dari merokok dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti bronchitis, kanker mulut, tenggorokan, pankreas, bahkan kematian (Wulan, 2012). Selain itu, merokok juga dapat menjadi batu loncatan bagi terbentuknya penyalahgunaan narkoba, karena pada umumnya penyalahgunaan narkoba diawali dari merokok, disusul merokok ganja dan berlanjut pada konsumsi narkoba (Damayanti, dalam Lestary 2011). Adanya risiko yang ditimbulkan dari mengkonsumsi rokok, khususnya dari segi kesehatan dapat menjadi alasan bahwa merokok merupakan salah satu perilaku berisiko. B. Merokok 1. Definisi dan Proses menjadi Perokok Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong dalam Kemala, 2007). Individu yang mencoba untuk merokok tidaklah langsung dapat dikatakan sebagai perokok. Leventhal & Clearly (1980; Komasari, 2000) menggambarkan proses yang terjadi dalam tahap menjadi perokok yaitu: a. Tahap prepatory Pada tahap ini individu mendapatkan dorongan untuk mencoba merokok. Tekanan sosial seperti dorongan teman sebaya dan saudara yang lebih tua dapat menjadi inisiator untuk mencoba merokok. Pada tahap ini individu memiliki persepsi dari keterlibatan merokok dan fungsi dari merokok. Pada tahap prepatory, individu terlihat tidak menyadari akan masalah adiksi atau ketergantungan dari merokok. Tahap prepatory untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mencoba merokok merupakan tahap awal, tahap selanjutnya adalah mencoba rokok untuk pertamakalinya. b. Tahap Initiation Percobaan awal merupakan langkah kritis untuk menjadi perokok. Pada tahap inin individu memutuskan untuk meneruskan atau tidak meneruskan perilaku merokok. c. Tahap Becoming a Smoker Individu yang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. d. Tahap Maintenance of Smoking Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari regulasi diri. Merokok
dilakukan
untuk
memperoleh
efek
fisiologis
yang
menyenangkan. 2. Faktor penyebab perilaku merokok Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan perilaku merokok, diantaranya: a. Kepuasan Psikologis Kepuasan psikologis memberikan sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku merokok (Komasari, 2000). Perilaku merokok dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Rokok diyakini dapat mendatangkan efek-efek yang menyenangkan. Kepuasan psikologis yang didapatkan berkaitan dengan aspek emosi, dimana individu merasakan kenikmatan, kepuasan dan ketenangan setelah merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
b. Lingkungan Keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komasari (2000), diketahui sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok memuncul perilaku merokok. Sikap permisif orangtua diartikan sebagai penerimaan keluarga terhadap perilaku merokok. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Carolyn (2005), menyebutkan bahwa sebagian besar perokok memiliki keluarga dan teman yang merupakan perokok. Seseorang yang melihat orangtua ataupun saudara kandung yang merokok dapat memicu munculnya keinginan untuk ikut merokok (Wulan, 2012). Teman sebaya juga dapat menjadi prediktor perilaku merokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2012), diketahui bahwa teman sebaya mempengaruhi perilaku merokok khususnya pada remaja. Perilaku remaja merokok sebagian besar disebabkan mengikuti teman dekatnya yang merokok. c. Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu merupakan salah satu faktor yang memicu perilaku merokok (Wulan, 2012). Rasa ingin tahu terhadap rasa rokok mendorong individu untuk mencoba rokok (Dijk, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. Dampak perilaku merokok Perilaku merokok menimbulkan dampak yang bersifat menguntungkan dan merugikan bagi para perokok. a. Dampak negatif Dari segi kesehatan, konsumsi rokok menjadi salah satu penyebab kematian didunia (Fawzani, 2015). Sebatang rokok mengandung bahan kimia seperti nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Karbonmonoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah dan membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Nikotin merupakan salah satu stimulan yang memberikan rangsangan ketagihan, perasaan senang sekaligus menenangkan. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Akibat mengkonsumsi zat tersebut maka rokok dapat memacu kerja dari susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Kendal & Hammen, dalam Komasari, 2000). Mengkonsumsi rokok juga dapat menstimuli penyakit seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan dkk,1993 dalam Komasari 2000). Selain itu, perokok juga memiliki kemungkinan untuk menjadi ketagihan akibat dari kadar nikotin yang ada pada rokok. Dari segi keuangan, perokok juga merasakan kerugian secara materi akibat mengkonsumsi rokok. Perokok banyak menghabiskan uang semata-mata hanya untuk membeli rokok (Cahyo, Wigati, Shaluhiyah, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Dampak positif Nikotin merupakan sebuah obat psikoaktif (Subanada, 2010). Dengan menghisap rokok, kadar puncak nikotin dalam otak dapat tercapai hanya dalam waktu 10 detik, mengaktifasi sirkuit otak yang mengatur kesenangan dan meningkatkan dopamin. Dampak positif yang dirasakan oleh perokok (Cahyo, Wigati dan Shaluhiyah, 2012) adalah sebagian besar dari perokok dapat menghilangkan rasa stress atau pikiran-pikiran yang mengganggu mereka. Selain itu, perokok juga merasakan keuntungan pada relasi sosialnya seperti memiliki banyak teman.
C. Remaja dan Perilaku Merokok 1. Definisi Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa perkembangan transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa awal (Santrock, 2007). Masa perkembangan remaja dimulai kira-kira pada usia 10-12 tahun. Di negaranegara Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Desmita, 2007). Hurlock (dalam Jahja, 2011) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal berusia 13 hingga 16 atau 17 tahun. Sedangkan, remaja akhir berusia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun. Garis pemisah antara awal dan akhir remaja terletak kira-kira disekitar usia 17 tahun. Hal yang berbeda diungkapka oleh Mappiare mengenai garis pemisah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
usia remaja. Masa remaja menurut Mappiare (Ali, 2009) berlangsung antara umur 12-21 tahun untuk wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Rentang usia ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 12-17 tahun sebagai remaja awal. Usia 18-22 tahun sebagai remaja akhir. Meskipun memiliki pendapat yang berbeda mengenai pembagian usia remaja, kedua ahli tersebut sama-sama membagi usia remaja dalam usia remaja awal dan remaja akhir. Adanya perbedaan garis pemisah usia pada remaja, membuat peneliti menyimpulkan sendiri definisi remaja dan pengkategorian usia remaja untuk kepentingan penelitian. Peneliti menyimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan anak-anak menuju dewasa yang dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 22 tahun. Masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu remaja awal pada rentang usia 12-17 tahun dan remaja akhir berusia 18-22 tahun. Memasuki usia remaja, remaja menghadapi tugas perkembangan yang oleh Erikson disebut menghadapi krisis identitas verseus kekacauan identitas. Seorang remaja yang tidak berhasil mengatasi situasi-situasi krisis dalam rangka konflik peran kemungkinan besar akan terperangkap masuk kejalan yang salah (Sarwono dan Wirawan, 2005). Menurut Ali (2009), terdapat sejumlah sikap yang ditunjukkan oleh remaja, seperti kegelisahan, pertentangan, mengkhayal, melakukan aktivitas berkelompok, dan mencoba segala sesuatu yang baru. Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dialaminya. Dorongan keinginan untuk menjadi seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan orang dewasa, salah satu diantaranya dengan mencoba merokok. 2. Perilaku Merokok Remaja Pada masa remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang penting dalam kehidupan mereka (Santrock, 2007). Beberapa remaja akan melakukan apapun agar dapat dimasukkan sebagai anggota kelompok pertemanan. Merokok digunakan untuk mendapatkan penerimaan sosial dan menjadi bagian dari suatu kelompok (Lavental, 1987). Remaja melakukan suatu perilaku juga dapat dikaitan dengan konformitas. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku oranglain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang meraka bayangkan. Merokok dalam penelitian Cahyo, Wigati dan Shaluhiyah(2012) merupakan bentuk perasaan gengsi yang timbul diantara teman serta merupakan dalih ingin menghargai teman. Gejala merokok dikalangan remaja disebabkan oleh keinginan untuk diterima oleh kelompoknya atau pengaruh panutannya, misalnya teman sebaya, orang tua, atau saudara yang merokok. Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Merokok merupakan simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik (Komasari dan Helmi, 2000). Berdasarkan pernyataan tersebut, remaja menjadikan rokok sebagai media untuk memberikan cerminan diri yang matang, kuat, serta memiliki jiwa pemimpin. Adanya persepsi bahwa teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yang merokok memiliki fisik yang hebat memicu perilaku merokok remaja (Cahyo, Wigati, Shaluhiyah, 2012). Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, oleh sebab itu remaja ingin mencoba sesuatu yang belum pernah dialaminya (Ali, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dijk (2006), menyebutkan bahwa untuk memuaskan rasa keingintahuan terhadap rasa dari rokok menyebabkan para remaja mencoba merokok.
D. Pengambilan keputusan 1. Definisi Pengambilan Keputusan Siagian (dalam Mayasari, 2013) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Menurut Suharman
(2005), pengambilan keputusan ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi dalam situasi-situasi yang meminta individu untuk membuat prediksi kedepan, memilih salah satu dari dua pilihan atau lebih, atau membuat prakiraan mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti. Janis dan Mann (dalam Imelda, 2014) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan terhadap alternatif yang dianggap terbaik oleh individu. Dalam pengambilan keputusan terdapat beberapa tahap yang harus dilalui. Individu juga dihadapkan pada berbagai macam alternatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang harus dipilihnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengambilan keputusan (decision making) merupakan salah satu bentuk aktivitas berpikir dan hasil dari aktivitas itu disebut keputusan (Desmita, 2007). Merokok merupakan salah satu bentuk keputusan yang merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan. 2. Proses Pengambilan Keputusan Janis dan Mann (1977; Imelda, 2014) mengemukakan tahap pengambilan keputusan yaitu, sebagai berikut: 1) Tahap menilai informasi atau masalah (appraising the challenge) Ketika individu menerima informasi yang tidak atau informasi yang menurutnya jauh dari harapan, maka ia akan mempertahankan sikap mengenai tindakan yang ingin ia lakukan. Adanya informasi yang belum jelas membuat individu cenderung mengalami konflik sementara (personal temporary crisis) dan mulai ragu dengan apa yang dipercayai selama ini. Jika individu menyadari adanya konsekuensi negatif yang akan ia terima, maka biasanya individu merasa kehilangan harga diri dimata teman-teman dan kerabat akibat dari kebodohan yang ia lakukan selama ini. Individu juga akan merasa sangat kaku apabila menolak untuk mengubah perilakunya sesuai kebutuhan. 2) Mencari alternatif (surveying alternative) Setelah kepercayaan individu diguncang oleh informasi baru yang dirasa memiliki konsekuensi, maka individu mulai memfokuskan pada satu alternatif atau lebih. Individu haus akan informasi sehingga mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mencari berbagai alternatif dan meminta saran atau informasi dari oranglain untuk menghadapi konflik yang dialaminya. 3) Menimbang alternatif (weighting alternative) Individu pada tahap ini menuju pada analisis dan evaluasi yang lebih dalam pada keuntungan dan kerugian pada tiap alternatif yang tersedia. Hal tersebut dilakukan hingga individu tersebut merasa yakin terhadap satu alternatif yang sesuai dengan tujuannya. Ketika individu menyadari kemungkinan adanya penyesalan dimasa depan, pembuat keputusan menjadi sangat berhati-hati dalam menilai alternatif. Tindakan yang saat ini individu lakukan biasanya berfungsi sebagai dasar untuk membandingkan setiap alternatif baru. Individu terkadang merasa tidak puas terhadap setiap alternatif setelah melalui berbagai pertimbangan. Individu dapat kembali menuju tahap 2 untuk menemukan alternatif baru yang mungkin lebih baik dari pada alternatif yang ada selama ini. Secara umum, pada tahap 3 individu cenderung merasa ragu terhadap tindakan terdahulu. Individu juga belum dapat berkomitmen dengan alternatif baru, meskipun individu memiliki pilihan yang terbaik yang bisa diambil. Individu akan semakin responsif terhadap informasi baru yang membuatnya mempertimbangkan pilihannya kembali. 4) Menyatakan komitmen (deliberating about commitment) Setelah secara internal memutuskan, maka individu mulai membicarakan niat dan penerapan keputusannya terhadap oranglain secara hati-hati. Sebagai pembuat keputusan yang waspada, ia menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
khawatir terhadap kemungkinan penolakan dari orang lain yang sebelumnya tidak ia pikirkan. Individu cenderung memikirkan banyak cara untuk menghindari penolakan dari oranglain sebelum memberitahukan pilihan
yang
akan
diambilnya.
Pengambil
keputusan
mungkin
membicarakan pilihannya pada orang yang dianggap mampu menerima dan menahan informasi untuk sementara dari siapapun yang diduga akan tidak setuju terhadap pilihannya. 5) Bertahan dari feedback negatif Banyak individu yang merasa senang dan nyaman dengan keputusan baru yang diambil. Namun, seringkali keadaan tersebut terganggu oleh munculnya feedback negatif dari pihak lain. Kemudian, tahap 5 akan setara dengan tahap 1 dalam artian bahwa munculnya peristiwa yang tidak menguntungkan atau munculnya feedback negatif merupakan untuk mengadopsi kebijakan baru. Namun, tahap 5 berbeda dengan tahap 1, ketika tantangan muncul, pembuat keputusan hanya terguncang sementara dan mengambil keputusan sementara meskipun sebenarnya ia lebih suka untuk tetap pada keputusan aslinya. Tahap 5 akan tetap berlangsung sepanjang semua tantangan diabaikan, dibantah, ditiadakan, yang memungkinkan pengambil keputusan untuk tetap menjalani tindakan yang dipilih. Pengambil keputusan akan tetap pada tahap 5 tanpa batas waktu tertentu, hingga pengambil keputusan menemukan tantangan bersifat kuat yang mampu membuat pengambil keputusan tidakpuas terhadap tindakannya selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Janis dan Mann (dalam Schvandelt, 1983) percaya bahwa semakin adekuat seseorang menggunakan setiap langkah-langkah maka semakin teliti dan efisien proses pengambilan keputusannya. 3. Faktor-faktor dalam Pengambilan Keputusan Faktor-faktor yang berpengaruh dari pengambilan keputusan individual dapat dibedakan menjadi dua faktor utama yaitu faktor internal, yang berasal dari dalam individu dan faktor eksternal, yang berasal dari luar individu (Moordiningsih, 2005). Faktor internal meliputi kreativitas individu, persepsi, nilai-nilai yang dimiliki individu, motivasi dan kemampuan analisis permasalahan. Faktor eksternal meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan, informasi dan komunitas individu saat mengambil keputusan, peran pengaruh sosial maupun peran kelompok. 4. Pengambilan Keputusan Remaja Konteks sosial berperan penting dalam pengambilan keputusan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Steinberg (dalam Santrock, 2011) mengungkapkan bahwa kehadiran rekan sebaya dalam situasi berisiko meningkatkan kecenderungan remaja dalam mengambil keputusan berisiko. Salah satu usulan yang menjelaskan mengenai pengambilan keputusan remaja adalah model proses-ganda (dual-process model). Model proses-ganda ini menekankan bahwa sistem pengalamanlah yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan remaja, bukan sistem analitis (Santrock, 2011). Selain itu, dalam pengambilan keputusan sehari-hari, remaja kerap kali tidak berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
rasional. Berpikir rasional mencakup mengidentifikasi pro-kontra mengenai setiap alternatif, menilai kemungkinan berbagai hasil, mengevaluasi pilihan mereka berdasarkan pertimbangan tujuan dan belajar dari kesalahan dan mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan (Berk, 2012). Dalam mengambil keputusan, remaja lebih sering beralih pada intuitif (Jacob & Klaczynski, dalam Berk, 2012). Kebanyakan remaja membuat pilihan berdasarkan argumen sampel kecil, yang mirip dengan pendapat informal yang mereka andalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, emosi seringkali menghambat kemampuan pengambilan keputusan remaja (Santrock, 2011). Masa remaja adalah masa yang penuh emosi yang meledak-ledak dan sulit untuk dikendalikan (Sarwono, 2011). Sebagian besar orang mengambil keputusan dengan lebih baik pada saat mereka tenang dibandingkan ketika sedang emosi. Secara khusus hal ini, berlaku pada remaja yang memiliki emosi yang kuat (Santrock, 2011). Remaja akan dapat mengambil keputusan secara lebih bijaksana apabila dalam kondisi emosi yang tenang. Dari segi perkembangan kognitif, remaja telah memiliki kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan. Menurut Piaget, remaja memasuki tingkat perkembangan kognitif tertinggi yaitu operasional formal (Papalia et al., 2009). Pada tahap operasional formal, remaja mampu bernalar secara lebih abstrak, idealis dan logis (Santrock, 2007). Pada tahap perkembangan ini, remaja dapat berpikir tentang hal yang mungkin terjadi, membentuk serta menguji hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Menurut Kuhn (dalam Santrock, 2011) kognitif remaja mengalami peningkatan didalam fungsi eksekutif, yang melibatkan kognitif yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil keputusan, memonitor cara berpikir kritis dan memonitor perkembangan kogitif seseorang. Penalaran adalah pemikiran logis yang menggunakan induksi dan deduksi untuk meraih kesimpulan. Penalaran induktif merupakan penalaran yang dimulai dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum, yakni mengambil kesimpulan mengenai semua anggota dari sebuah kategori yang didasarkan pada observasi terhadap beberapa anggotanya (Santrock, 2011). Berlawanan dengan penalaran induktif, penalaran deduktif adalah penalaran yang dimulai dari hal-hal umum ke hal-hal khusus. Berkembangnya penalaran deduktif memunculkan pemikiran hipotesis atau biasa disebut berpikir “jika-maka”. Pemikiran hipotesis membantu remaja berpikir selangkah lebih maju dari pada saat ini. Berpikir hipotesis juga berperan penting dalam kemampuan membuat keputusan karena memungkinkan remaja untuk membuat rencana dan menafsirkan konsekuensi dari memilih sebuah alternatif (Steinberg, 2011). Peningkatan fungsi eksekutif membuat remaja lebih efektif dan mampu mengambil keputusan. Berdasarkan hasil riset diketahui bahwa remaja yang lebih muda lebih kompeten dibandingkan dengan anak-anak. Namun, pengambilan keputusan oleh remaja muda tidak lebih kompeten dibandingkan dengan remaja yang lebih tua (Keating, 2009, dalam Santrock, 2011). Penelitian sebelumnya mengenai proses pengambilan keputusan dilakukan oleh Mayasari, Pratiwi dan Supriyono (2013). Penelitian tersebut membahas mengenai proses pengambilan keputusan remaja untuk bergabung dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
komunitas Crust Punk. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa keputusan yang dibuat remaja telah melalui beberapa tahapan dalam proses pengambilam keputusan. Namun, hasil penelitian belum dapat digeneralisasikan pada permasalahan dan subjek yang beragam. Oleh sebab itu, peneliti ingin mendalami proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok yang sebelumnya belum diteliti. Peneliti juga hendak mendalami mengenai persepsi risiko remaja terhadap rokok. Dimana peneliti berasumsi bahwa persepsi risiko berhubungan dengan perilaku berisiko dan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. E. Persepsi Risiko Persepsi risko (Sjoberg, Bjorg-Elin, dan Rundmo, 2004), diartikan sebagai penilaian subjektif dari probabilitas suatu kejadian dan sejauh apa individu peduli terhadap konsekuensinya. Untuk mempersepsikan risiko individu membutuhkan evaluasi terhadap probabilitas juga terhadap konsekuensi negatif yang muncul. Menurut Williams (2007), persepsi risiko berhubugan dengan adekuasi informasi risiko yang diperoleh individu. Wiliams mendefinisikan persepsi risiko sebagai dugaan terhadap risiko serta adekuasi dari berbagai risiko berdasar pada adekuasi informasi yang didapatkan. Persepsi risiko yang terbentuk dipengaruhi oleh bagaimana informasi disampaikan kepada individu dan bagaimana individu mengolah informasi tersebut (Yim dan Vaganov, dalam Williams, 2007). Slovic dan Severson (dalam Puspita, 2014) menyebutkan bahwa remaja yang terlibat dalam perilaku berisiko memiliki pengetahuan terhadap risiko atas perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tersebut. Ketika remaja terlibat dalam dalam perilaku berisiko maka mereka telah menganalisis manfaat dan harga yang harus dibayar dari perilaku tersebut. Penilaian terhadap risiko juga melalui pertimbangan afek (Slovic, 2006). Bila suatu kegiatan menimbulkan perasaan yang menyenangkan maka risiko dinilai rendah dan banyak keuntungan yang akan diperoleh. Jika dirasa tidak menimbulkan kesenangan maka risiko dinilai menimbulkan kerugian dan keuntungan yang akan diperoleh tidaklah banyak. Selain itu, persepsi risiko juga dipengaruhi oleh pengaruh sosial, konstruk budaya dan ideologi yang dipegang oleh individu (Sjoberg, Bjorg-Elin dan Rundmo, 2004). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa persepsi risiko tidak hanya dipengaruhi oleh penilaian individu secara personal, tetapi juga mendapatkan pengaruh dari nilai-nilai budaya dan lingkungan sosial yang ada disekitar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi risiko (Ropeik & Slovic, 2003): 1. Ketakutan atau kengerian Meninggal akibat kecelakaan atau terkena penyakit kanker akibat merokok. Keduanya memunculkan rasa ketakutan atau kengerian bagi individu. Peristiwa mana yang dianggap lebih mengerikan tergantung dari penilalian individu. Kengerian adalah sebuah contoh yang jelas dari bagaimana individu berpikir tentang risiko dalam perasaan intuitif, sebuah proses yang dilabel sebagai heuristik afek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Kontrol Kontrol individu sangat berpengaruh dalam mempersepsikan risiko dimana individu yang memegang kendali atas penentuan risiko akan melihat risiko tidak sebesar saat dirinya tidak memegang kendali. 3. Asal risiko Peristiwa alam memiliki risiko lebih besar tetapi hanya menimbulkan sedikit kekhawatiran karena bersifat natural. Berbeda halnya dengan risiko yang berasal dari perbuatan manusia. 4. Pilihan Risiko yang dipilih terlihat kurang berisiko daripada risiko yang dikenakan pada individu. 5. Apakah risikonya baru. Risiko yang baru diketahui terlihat menakutkan daripada risiko yang telah dihidupi untuk sementara dan pengalaman membantu individu dalam memandang risiko. 6. Kesadaran Semakin individu menyadari risiko, semakin risiko ada dalam kesadaran dan semakin individu peduli terhadap kemungkinan risiko. 7. Dapatkah itu terjadi pada saya. Risiko terlihat lebih besar jika individu berpikir atau orang terdekat menjadi koban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
8. Pertukaran risiko-keuntungan Jika individu menilai keuntungan dari perilaku atau pilihan, risiko terkait perilaku atau pilihan dipandang lebih kecil. Jika tidak ada penilaian keuntungan, risiko akan dipandang lebih besar. 9. Kepercayaan Semakin sedikit individu mempercayai orang yang melindunginya, seseorang atau pemerintah atau institusi menempatkan individu pada risiko ditempat utama, atau orang yang menghubungkan kita pada risiko, semakin kita merasa takut. Semakin kita percaya, semakin kita merasa perhatian terhadap risiko berkurang. F. Persepsi Risiko Remaja dalam Proses Pengambilan Keputusan Berdasarkan uraian diatas, keputusan untuk merokok merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan. Dalam prosesnya remaja mengalami berbagai tahapan hingga akhirnya sampai pada keputusan akhir yaitu merokok. Keputusan untuk merokok tidak lepas dari adanya faktor yang memberikan pengaruh besar. Adapun faktor yang mempengaruhi para remaja dalam mengambil keputusan merokok, sepertihalnya faktor dari dalam maupun luar diri. Dari dalam diri, persepsi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
Persepsi
risiko
merupakan
penilaian
terhadap
kemungkinan
konsekuensi negatif yang diperoleh dan kepedulian individu terhadap konekuensi negatif tersebut. Persepsi risiko dapat dikatakan sebagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan, dimana keputusan untuk terlibat dengan perilaku merokok didasari pada penilaian terhadap konsekuensi negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dari merokok yang mungkin terjadi. Namun, bagaimana seorang remaja menilai risiko atau konsekuensi negatif dari merokok masih menjadi suatu pertanyaan. Oleh sebab itu, peneliti hendak mendalami persepsi risiko remaja dalam proses pengambilan keputusan untuk merokok. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui bagaimana penilaian remaja terhadap risiko yang melatarbelakangi pengambilan keputusan untuk merokok.
Persepsi risiko
Proses pengambilan keputusan
Perilaku merokok remaja
Gambar 1. Skema Persepsi Risiko dalam Proses Pengambilan Keputusan
G. Pendekatan Analisis Isi Induktif Penelitian ini bertujuan untuk mendalami proses pengambilan keputusan remaja serta persepsi risiko remaja terhadap merokok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis isi induktif. Analisis isi merupakan metode untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi yang yang bersifat tertulis, lisan, atau visual (Elo & Kyngas, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisis isi pendekatan induktif. Dimana tujuan dari analisi isi induktif sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mendeskripsikan sebuah fenomena bertolak dari fakta-fakta spesifik yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. STRATEGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis isi kualitatif. Menurut Creswell (2013), penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian kualitatif yang bersifat eksploratik. Dimana peneliti akan lebih berusaha mendengarkan opini informan dan membangun pemahaman berdasarkan apa yang didengar. Dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti menggunakan analisis isi kualitatif. Analisis isi kualitatif adalah metode untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi yang yang bersifat tertulis, lisan, atau visual (Elo & Kyngas, 2008). Secara umum, terdapat dua pendekatan analisis isi kualitatif, yaitu pendekatan induktif dan pendekatan deduktif (Elo & Kyngas, dalam Supratiknya, 2015). Penelitian ini akan menggunakan pendekatan induktif, dimana pendekatan induktif bertujuan mendeskripsikan sebuah fenomena bertolak dari fakta-fakta spesifik yang ada. Pendekatan ini sesuai digunakan apabila belum ada atau hanya tersedia sedikit teori dan hasil-hasil penelitian sehingga belum tersedia pengetahuan yang cukup utuh tentang fenomena yang belum diteliti. Peneliti hendak mendalami proses pengambilan keputusan para remaja 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk merokok yang pada penelitian sebelumnya belum dilakukan. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberi sumbangan teoritis khususnya mengenai gambaran proses pengambilan keputusan remaja dalam mengambil keputusan berisiko. Analisis isi merupakan salah satu metode analisis data yang melihat data secara mendetail. Tujuannya untuk meringkas dan memberi gambaran umum dari fenomena, dan hasil dari analisis adalah konsep atau kategori yang menggambarkan fenomena (Elo & Kyngas, 2007). Konsep dalam analisis isi kualitatif terdiri dari isi manifes, isi laten, satuan analisis, satuan makna, meringkas teks, abstraksi, konten area, kode, kategori dan tema. Langkah-langkah yang mendetail dalam analisis isi dapat membantu peneliti dalam merumuskan tema-tema berdasarkan hasil data penelitian. Menurut Graneheim dan Lundman (2004), salah satu dasar ketika menggunakan analissi isi adalah dengan memilih satuan analisis. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan transkripsi wawancara sebagai satuan analisis dan kalimat sebagai satuan makna. B. FOKUS PENELITIAN Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses yang dilalui dalam pengambilan keputusan remaja untuk merokok serta persepsi risiko remaja terhadap merokok. Peneliti memfokuskan penelitian pada tahapan-tahapan yang dilalui oleh remaja dalam mengambil keputusan untuk merokok berdasarkan persepsi risiko mereka terhadap bahaya merokok. Selain itu, peneliti juga hendak menggali faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang mempengaruhi pengambilan keputusan serta pertimbangan pada remaja terhadap keuntungan dan kerugian merokok. Dari proses pengambilan keputusan peneliti juga ingin melihat bagaimana persepsi risiko remaja terhadap rokok serta faktor yang melatarbelakanginya. C. INFORMAN PENELITIAN Informan penelitian ini merupakan remaja yang tergolong usia remaja akhir yaitu 18-22 tahun. Informan penelitian merupakan perokok aktif, berjenis kelamin laki-laki, dan mulai merokok pada usia remaja awal (12-17 tahun). Hal tersebut dikarenakan berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2014 diketahui bahwa sebagian besar perokok remaja di Indonesia berjenis kelamin laki-laki. D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data penelitian menggunakan wawancara semi-terstruktur. Wawancara semi-terstruktur memfasilitasi terbentuknya hubungan atau empati, memungkinkan keluwesan yang lebih besar dalam peliputan dan memungkinkan wawancara untuk memasuki daerah-daerah baru dan cenderung untuk menghasilkan data yang lebih subur (Smith, 2013). Wawancara semi-terstruktur memberikan peneliti kebebasan dalam bertanya dan memiliki kebebasan dalam mengatur alur dan setting wawancara (Herdiansyah, 2013). Pada wawancara semi-terstruktur peneliti merancang serangkaian pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar wawancara, akan tetapi daftar tersebut digunakan untuk menuntun dan mendikte wawancara tersebut (Smith, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 1 : Daftar Pertanyaan Wawancara No.
Pertanyaan
Tujuan
Pertanyaan Pembuka 1.
Silahkan perkenalkan dirimu secara singkat.
Data pribadi subjek
Pertanyaan Inti 2.
3.
4.
Menurutmu apa itu rokok?
Coba ceritakan awal mula anda merokok.
7.
8.
9.
10.
Untuk mengetahui permulaan subjek merokok dan penyebabnya. Untuk mengetahui perbedaan
yang anda rasakan setelah
yang dialami subjek sebelum
merokok.
dan sesudah merokok.
mengkonsumsi rokok secara intens?
6.
tentang rokok
Coba ceritakan perubahan apa
Kapan anda mulai 5.
Untuk mengetahui persepsi
Berapa puntung rokok yang dikonsumsi saat ini?
Kapan anda merasa membutuhkan rokok?
Mengetahui seberapa lama subjek telah menjadi perokok. Untuk menggolongkan subjek kedalam tahapan dalam perilaku merokok. Mengetahui tipe perilaku merokok subjek berdasarkan management of affected theory.
Coba ceritakan apa yang anda
Mengetahui dampak yang
rasakan setelah merokok.
dirasakan oleh subjek.
Apakah ada anggota keluarga yang menjadi perokok?
Mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok subjek.
Mengapa anda memilih untuk
Mengetahui gambaran proses
menjadi perokok?
pengambilan keputusan subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
untuk merokok.
11.
Coba ceritakan bagaimana akhirnya anda menjadi perokok? Bagaimana pendapat anda
12.
mengenai tulisan dan gambar yang tertera pada bungkus rokok? Apakah tulisan dan gambar yang
13.
tertera pada bungkus rokok mempengaruhi pandangan anda tentang rokok?
Mengetahui gambaran proses pengambilan keputusan subjek untuk merokok. Mengetahui penilaian subjek terhadap risiko bahaya merokok.
Mengetahui penilaian subjek terhadap risiko bahaya merokok.
Pertanyaan Penutup 14.
Apakah masih ada yang mau
Mengakhiri sesi wawancara
diceritakan?
E. METODE ANALISIS DATA Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan induktif. Dalam metode analisis isi kualitatif ini, data yang telah diperoleh melalui wawancara akan menjalani proses analisis data. Supratiknya (2015), menjabarkan proses analisis data akan mengikuti langkah-langkah yaitu: 1. Langkah Pertama Langkah awal dari analisis isi konvensional atau analisis isi induktif adalah menentukan satuan analisis (Elo dan Kyngas, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kalimat dalam transkripsi wawancara sebagai satuan analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2. Langkah Kedua Mengikuti Granaheim dan Lundman (2004), peneliti hendak menemukan aneka satuan makna dan aneka kawasan isi. Oleh karena itu, peneliti membaca keseluruhan data secara cermat dan berulangkali, menandai dengan garis bawah atau warna bagian-bagian transkripsi berupa frase-frase yang merupakan satuan makna atau kawasan isi. 3. Langkah Ketiga Langkah ketiga adalah melakukan open coding atau pengodean atau menciptakan aneka kode secara terbuka dalam arti secara agak bebas berdasarkan apa yang muncul dari data. Peneliti membaca kembali secara keseluruhan transkripsi wawancara dan membuat atau memberikan catatan-catatan atau judul-judul khusus terhadap aneka satuan makna dan kawasan isi yang sudah ditandai pada langkah sebelumnya. 4. Langkah Keempat Langkah keempat adalah peneliti memilah aneka kode yang ditemukan kedalam sejumlah kategori berdasarkan hubungan kesamaan isi atau makna dari masing-masing kode. Menurut Elo dan Kyngas (2008), tujuan pengelompokkan dilakukan untuk mereduksi
atau
mengurangi
jumlah
kode
dengan
cara
menggabungkan kode-kode dengan makan yang serupa atau sebaliknya memisahkan kode-kode dengan makna yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
serupa, sehingga diperoleh kategori atau himpunan-himpunan kode yang bermkana. 5. Langkah Kelima Langkah kelima adalah peneliti mengidentifikasi dan menemukan hubungan antar kategori pada tingkatkan yang lebih tinggi lagi dan merumuskannya ke dalam tema. Elo dan Kyngas (2008), menyatakan bahwa langkah ini merupaka upaya yang dilakukan peneliti untuk melakukan abstraksi yaitu merumuskan aneka deskripsi tentang topik yang diteliti dengan menemukan tematema. Jika telah berhasil menemukan tema-tema, peneliti bias dikatakan telah berhasil mendeskripsikan, memahami, dan menghasilkan pengetahuan tentang fenomena yang diteliti (Elo dan Kyngas, 2008). 6. Langkah Keenam Langkah keenam adalah membuat interpretasi atau merumuskan makna dari keseluruhan temuan yang diperoleh. Menurut Creswell (2009, dalam Supratiknya, 2015) langkah ini bisa dilakukan dengan menuliskan interpretasi pribadi peneliti terhadap temuan penelitian dalam bentuk aneka hikmah atau pembelajaran yang diperoleh bertolak dari budaya, sejarah dan pengalaman pribadi peneliti. Selain itu, peneliti dapat merumuskan makna dan interpretasi
dengan
cara
membandingkan
temuan-temuan
penelitian dengan hasil-hasil penelitian sejenis terdahulu atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dengan teori-teori tertentu. Kemudian, peneliti merumuskan interpretasi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab melalui penelitian lebih lanjut. F. KREDIBILITAS PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif dikenal istilah validitas yang berarti bahwa instrumen yang dipergunakan dan hasil pengukuran yang dilakukan menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Djamal, 2015). Sebaliknya dalam penelitian kualitatif digunakan istilah kredibilitas atau derajat kepercayaan untuk menjelaskan bahwa data hasil penelitian yang dilakukan benar-benar menggambarkan objek yang sesungguhnya. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Pengecekan sejawat Pengecekan keabsahan
sejawat
keabsahan
data
merupakan yang
teknik
dilakukan
pemeriksaan dengan
cara
mendiskusikan hasil sementara antara hasil akhir dengan rekanrekan sejawat. Para peserta diskusi terdiri dari rekan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang materi yang dikaji serta prosedur dan metodologi penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan diskusi dengan dosen pembimbing. 2. Kecukupan referensi Bahan-bahan referensi yang tersedia dalam jumlah yang memadai dapat dipakai sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
penelitian
ini
peneliti
akan
melengkapi
referensi
dengan
menyertakan rekaman wawancara sebagai bukti pendukung. 3. Pengecekan anggota Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti perlu dilakukan pengecekan ulang kepada informan data agar benar-benar sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan tersebut. Aspek apa saja yang perlu dicek oleh anggota meliputi data, kategorisasi, penafsiran dan kesimpulan. Apabila data yang ditemukan beserta interpretasinya disetujui oleh pemberi databerarti data dan penafsiran tersebut kredibel. Menurut Gibbs (2007, dalam Creswell 2013), reabilitass kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain untuk proyek-proyek yang berbeda. Terdapat berbagai prosedur reabilitas yang dipaparkan oleh Gibbs (2007, dalam Creswell, 2013). Peneliti telah melakukan prosedur reabilitas menurut Gibbs, diantaranya peneliti telah memeriksa hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi. Selain itu, peneliti juga telah memastikan tidak ada definisi yang mengambang mengenai kode-kode selama proses coding. Hal tersebut dilakukan dengan terus membandingkan data dengan kode-kode yang telah dibuat oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan proses pelaksanaan penelitian dan memamparkan hasil penelitian. Kemudian dalam bab ini juga akan dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian. A. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menggali gambaran proses pengambilan keputusan para remaja untuk merokok serta persepsi risiko remaja terhadap rokok. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat menggali informasi maka, peneliti menggunakan wawancara sebagai cara pengumpulan data. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan melakukan wawancara semi terstruktur terhadap tiga orang informan yang telah memenuhi kriteria. Dimana, ketiga informan merupakan remaja perokok yang memasuki usia remaja akhir namun telah merokok sejak usia remaja awal. Sebelum proses pengambilan data berlangsung peneliti menyampaikan tujuan dari penelitian serta menentukan waktu dan tempat yang sesuai untuk melakukan wawncara. Sebelum wawancara dilakukan peneliti juga menyampaikan inform consent yang berisi persetujuan informan untuk menjadi narasumber secara sukarela dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga tidak lupa membangun rapport dengan para informan penelitian agar para informan dapat bercerita secara lebih nyaman dan terbuka. 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan selama bulan Oktober sampai dengan November 2016. Wawancara dilakukan pada informan yang berdomisili di Yogyakarta. Informan CIP, S, dan FG merupakan mahasiswa yang berasal dari angkatan yang berbeda namun mulai mencoba merokok di usia remaja awal. Dalam wawancara peneliti menggunakan alat perekam suara sebagai sarana untuk menyimpan informasi yang didapatkan melalui wawancara dengan informan. B. HASIL PENELITIAN Proses dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti mengambil enam tahapan dalam proses analisis, yaitu menentukan satuan analisis, menentukan satuan makna, melakukan pengodean, memilah dan menggelompokkan kode kedalam kategori, menemukan hubungan antar kategori, merumuskan tema dan merumuskan makna dari temuan penelitian. Pada tahap awal peneliti telah menentukan satuan analisis yaitu berupa kalimat dalam transkripsi wawancara dengan informan. Peneliti membaca secara berulang hasil transkripsi wawancara dan menandai satuan makna yang ditemukan dalam transkripsi wawancara. Peneliti melakukan pengodean terhadap satuan makna yang ditemukan, memilah dan menggelompokkan kode kedalam kategori. Kemudian, peneliti mencari hubungan dari kategori dan merumuskannya kedalam tema. Setelah tahap tersebut, peneliti menggambarkan tema hasil penelitian yang ditemukan pada setiap subjek dalam bentuk narasi. 1. CIP CIP (19) adalah mahasiswa yang merupakan perokok aktif. Dalam satu hari CIP mengkonsumsi kurang lebih satu bungkus rokok. CIP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
terbiasa melakukan aktivitas bersama teman-teman sesama kaum perokok. CIP merasa merokok sudah menjadi salah satu kebiasaannya. CIP mencoba merokok untuk pertamakalinya saat duduk dikelas tiga SMA. Saat itu, sebagian besar teman CIP merupakan perokok. CIP mendapatkan tawaran untuk ikut merokok dari teman-temannya. Tawaran untuk ikut merokok sebenarnya sudah CIP dapatkan sejak SD. Tawaran tersebut tak lantas langsung diterima. CIP tetap bertahan dengan tidak menerima tawaran merokok karena rasa takut yang ia miliki. Saat SMA, CIP kembali menerima tawaran untuk merokok. Sebagian besar temanteman CIP merokok, tetapi CIP tidak merokok. Hal tersebut membuat CIP merasa dirinya berbeda dengan temannya. CIP sempat mendapatkan cemoohan akibat tidak ikut merokok. Teman-teman CIP mengatakan CIP tidak jantan karena tidak merokok. CIP melakukan pertimbangan untuk memutuskan ikut merokok atau tidak ikut merokok. CIP membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berpikir dan melakukan pertimbangan. CIP memiliki keinginan besar untuk menyamai teman-teman tetapi merasa takut akan konsekuensi yang dapat timbul akibat merokok. CIP takut mendapatkan hukuman dari guru ataupun orang tua. Sekolah CIP memiliki peraturan yang melarang siswanya untuk merokok. Orangtua CIP juga melarang CIP untuk merokok. Jika CIP ketahuan merokok maka ia akan mendapatkan hukuman dari guru sekolah maupun dari orangtua. Ketakutan terhadap konsekuensi
merokok
membuat
CIP
melakukan
pertimbangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
berulangkali. Bagi CIP dorongan dari teman-teman mempengaruhinya sehingga berani untuk mengambil keputusan merokok. Saat melihat orang lain merokok, CIP merasa rokok menimbulkan kesenangan bagi orang yang mengkonsumsinya. CIP membayangkan bahwa asap rokok dapat dimainkan sesuka hati dan hal tersebut dapat memberikan kesenangan. CIP juga ingin tahu mengenai varian dari rasa rokok yang sering didengarnya dari pembicaraan teman-teman perokok. Rasa ingin tahu membuat CIP terdorong untuk mengambil keputusan merokok. CIP mengetahui berbagai konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari merokok. Konsekuensi yang ia dapatkan mungkin tidak selalu bersifat memberikan kesenangan tetapi juga dapat mendatangkan kerugian. CIP mengetahui bahwa hukuman bisa saja didapatkan bila CIP mengkonsumsi rokok. Tetapi konsekuensi tersebut tergolong masih bisa di antisipasi dengan
merokok
pengambilan mempedulikan
secara
keputusan
sembunyi-sembunyi. untuk
konsekuensi
mencoba
negatif
atau
Pada
saat
proses
merokok,
CIP
tidak
kerugian
yang
akan
didapatkannya. CIP mengetahui bahwa rokok dapat membuatnya menderita gangguan kesehatan hingga menyebabkan kematian. CIP menanggap risiko kesehatan tersebut bersifat tidak pasti. CIP beranggapan bahwa sekali mengkonsumsi rokok tidak akan langsung menghadapkannya dengan kematian. CIP menilai risiko kesehatan dari merokok sebagai suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kemungkinan yang belum pasti terjadi pada setiap perokok. Ketidakpastian dari konsekuensi kesehatan dari merokok ini sebenarnya tidak terpikirkan selama CIP menimbang konsekuensi sebelum memutuskan untuk merokok. CIP hanya menimbang risiko merokok dari sisi lainnya seperti risiko mendapatkan hukuman dari sekolah maupun dari orangtua. Ketidakpastian dari konsekuensi merokok membuat CIP mempertahankan perilaku merokoknya hingga saat ini. CIP merasa bahwa dirinya belum terkena efek dari merokok sehingga kemungkinan untuk terkena risiko kesehatan merokok sangat minim. CIP mendapatkan umpan balik atau feedback yang tidak menyenangkan dari perilaku merokok. CIP mendapatkan hukuman dari guru akibat perilaku merokoknya. Namun, hukuman tersebut tidak membuat CIP berhenti merokok. Ayah CIP juga sempat mengajukan berbagai pertanyaan tentang rokok yang ditemukan ditas CIP. Larangan untuk merokok diberikan oleh Ayah dan Ibu CIP, tetapi CIP merasa ayahnya tidak peduli dengan perilaku merokok yang ia lakukan. CIP merasakan dampak yang menguntungkan dan merugikan setelah
merokok.
Setelah
mengkonsumsi
rokok,
CIP
merasakan
kenikmatan rasa rokok dimulut dan tenggorokan. Asap rokok yang dapat dimainkan juga menimbulkan kesenangan bagi CIP. Rokok memang menimbulkan kesenangan, tetapi disisi lain CIP merasakan gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi rokok. Selain itu, CIP menghabiskan cukup banyak uang untuk membeli rokok. Meski merasakan dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
negatif dari merokok, CIP merasa tidak bisa berhenti merokok. CIP merasa telah kecanduan dengan rokok sehingga tidak bisa berhenti merokok. 2. S S (18) merupakan mahasiswa perokok aktif yang menghabiskan rokok kurang lebih satu bungkus dalam satu hari. Ayah S merupakan mantan perokok aktif yang memutuskan untuk berhenti merokok sejak tahun 2010. Sejak kecil, S terbiasa melihat ayahnya merokok dan rokok bukanlah suatu hal yang terbilang baru bagi S. S mencoba rokok untuk pertamakalinya pada saat kelas tiga SMP. Saat itu, S menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan relasi lawan jenis. Permasalahan yang dihadapi membuat S merasa tertekan sehingga membutuhkan media yang dapat digunakan untuk menyalurkan rasa kecewa dan meredakan rasa tegang akibat permasalahan yang dihadapi. S berpikir bahwa rokok dapat menjadi media untuk meredakan ketegangannya. S memikirkan berbagai konsekuensi yang bisa didapatkan bila menjadikan rokok sebagai media untuk melarikan diri dari masalah. S merasa takut akan konsekuensi sosial yang mungkin ia dapatkan. S mengetahui bahwa label sebagai anak nakal dan bermasalah akan diberikan padanya bila memutuskan untuk merokok. Selain itu, jika S ketahuan merokok maka orangtua S akan memarahinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
S mengalami konflik selama menjalani proses pengambilan keputusan untuk merokok. S memiliki keinginan untuk segera meredakan ketegangan akibat permasalahan yang dihadapi. Disisi lain, S merasa takut akan konsekuensi sosial yang bisa didapatkannya. Keinginan untuk segera lari dari masalah membuat S melakukan pertimbangan secara tergesa-gesa. S mengambil keputusan untuk merokok dan berusaha untuk tidak mempedulikan konsekuensi sosial yang mungkin didapatkannya. S berasumsi bahwa rokok dapat memberikan kesenangan. Dengan merokok, S dapat menyegarkan kembali pikiran yang penat. S menilai rokok tidak memberikan banyak kerugian. S merasa kerugian yang mungkin timbul dari merokok masih dapat ditanggungnya, seperti adanya pemberian label anak nakal dari lingkungan sekitarnya dan hukuman yang mungkin didapatkannya dari orangtua. Saat ini, Ayah S sudah tidak lagi mengkonsumsi rokok dan Ibu S selalu mengingatkan untuk tidak ikutikutan merokok. Merokok menjadi hal yang dilarang dalam keluarga S. Apabila S ketahuan mengkonsumsi rokok maka ia akan mendapatkan hukuman dari orangtuanya. S mengatakan hukuman yang didapatkan kemungkinan hanya sekedar dimarahi oleh orangtua dan hal tersebut masih
dapat
ditanggungnya.
Agar
terhindar
dari
hukuman,
S
menyiasatinya dengan merokok secara sembunyi-sembunyi. Selama proses pengambilan keputusan, S tidak pernah memikirkan risiko kesehatan yang mungkin didapatkan jika memutuskan untuk merokok. S mendapatkan informasi mengenai risiko merokok, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
informasi
tersebut
tidak
menjadi
bahan
pertimbangannya
dalam
memutuskan untuk merokok. S hanya mempertimbangkan konsekuensi sosial dan keuntungan yang akan didapatkan sesaat sebelum S memutuskan untuk merokok. S tidak peduli terhadap konsekuensi negatif yang sempat terpikirkan. S sangat membutuhkan media untuk melarikan diri dari masalah dan segera meredakan ketegangan yang dirasakan. Oleh sebab itu, S memilih untuk merokok. S merasakan dampak positif maupun negatif dari rokok setelah mengkonsumsinya. Rokok dapat membuat tubuh S menjadi lebih rileks. Tetapi, rokok juga menyebabkan gangguan kesehatan bagi S. Rasa senang yang dirasakan setelah merokok membuat S kembali merokok. Saat ini, S merasa sudah terikat dengan rokok dan merokok telah menjadi salah satu kebiasaannya. S mendapatkan feedback yang tidak menyenangkan dari temantemannya semasa SMP. Teman-teman memberikan sindiran terhadap perilaku merokok S. Selain itu, S tidak menerima feedback negatif lain. Hal tersebut disebabkan S yang masih menyembunyikan dengan rapat kebiasaan merokok yang dilakukannya dari keluarga. 3. FG FG (19) merupakan mahasiswa perokok aktif yang tidak mudah bersosialisasi dengan lingkungan. FG mengatakan dirinya sulit beradaptasi dengan orang baru. Rokok membantu FG menemukan teman baru yang bisa diajak untuk menghabiskan waktu bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
FG mencoba rokok untuk pertamakalinya saat kelas 2 SMA. Saat itu, FG yang tidak mudah bergaul merasa kesepian dan membutuhkan teman. Sebelumnya FG memiliki permasalahan dengan teman yang tergabung dalam kegiatan basket. FG merasa tidak nyaman berteman dengan teman-teman yang tergabung dalam kegiatan tersebut. Kemudian, FG berkenalan dengan teman-teman baru yang merupakan perokok. Ketika berkumpul dengan teman-teman perokok, FG merasa berbeda dengan teman-teman merokok. FG tidak merokok seperti teman-teman barunya. FG merasa tidak melakukan aktivitas apapun saat berkumpul bersama dengan teman-teman perokok. Hal tersebut menyebabkan FG merasa sungkan dan ingin menyamai teman-temannya dengan ikut merokok. FG melakukan pertimbangan terhadap keuntungan dan kerugian yang mungkin didapatkan dari merokok. Keuntungan yang mungkin didapatkan yaitu FG bisa mendapatkan lebih banyak teman. Selain itu, FG berpikir rokok dapat membuat dirinya menjadi lebih rileks. FG juga melakukan pertimbangan dengan melihat kerugian yang mungkin didapat. Kerugian yang dibayangkan oleh FG menimbulkan rasa takut untuk merokok. FG merasa takut bila nantinya tidak bisa berhenti merokok. Selain itu, FG merasa takut terjerumus ke dalam kegiatan yang lebih berbahaya seperti menggunakan narkoba dan minum minuman beralkohol yang dekat dengan rokok. FG juga mengkhawatirkan uang dan tanggung jawabnya terhadap orangtua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
FG mengalami konflik selama proses pengambilan keputusan. Konflik yang dialami berkaitan dengan keinginan dan ketakutan akan konsekuensi negatif yang mungkin didapatkan akibat mengkonsumsi rokok.
FG
menghabiskan
waktu
berhari-hari
untuk
melakukan
pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan untuk merokok. Pada saat proses pengambilan keputusan, FG tidak mempedulikan konsekuensi negatif dari merokok. FG merasa kemungkinan untuk terkena konsekuensi negatif dari merokok sangatlah kecil. Oleh sebab itu, FG mengambil keputusan untuk merokok. FG berasumsi bahwa rokok dapat memberikan kesenangan. FG merupakan seorang pemikir. Ketika FG menghadapi permasalahan yang rumit, ia akan berpikir lebih keras dan merasa tegang. Menurut FG, rokok dapat membantu meredakan ketegangan dan membuat tubuhnya merasa lebih rileks. Rokok juga dapat membantunya mendapatkan teman. FG menganggap rokok dapat memberikan kesan mudah bergaul pada dirinya. FG mengetahui tentang berbagai risiko kesehatan yang dapat muncul akibat merokok. FG menilai risiko merokok sebagai kemungkinan yang belum tentu terjadi. FG menganggap bahwa hanya perokok beratlah yang memiliki peluang untuk mendapat gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi rokok. FG merasa kemampuannya dalam mengontrol diri dapat membantunya untuk menghindari risiko yang mungkin ditimbulkan akibat mengkonsumsi rokok. Oleh sebab itu, FG masih mempertahankan perilaku merokoknya hingga saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Setelah merokok FG menerima umpan balik atau feedback yang kurang baik dari lingkungan sekitar. FG menerima teguran bahkan hukuman dari perilaku merokoknya. FG menerima hukuman dari ayahnya setelah ketahuan mengkonsumsi rokok. Teman-teman FG memberikan teguran dan pertanyaan reflektif yang membuat FG mematikan rokok yang sedang dihisapnya pada saat itu. FG merasakan dampak positif dan negatif setelah merokok. Rokok memberikan rasa rileks pada FG sehingga dirinya dapat tertawa lebih lepas saat berkumpul bersama teman-teman. Rokok juga membuat FG mendapatkan teman untuk menghabiskan waktu luang. Tetapi, disisi lain rokok juga menimbulkan gangguan kesehatan pada FG, seperti memperparah penyakit sinus yang dideritanya dan memperlambat proses pemulihan dari sakit. Saat ini, FG merasa dirinya sudah terikat dengan rokok sehingga akan sulit baginya untuk berhenti merokok. Berdasarkan penjabaran tema-tema dari setiap informan ditemukan bahwa semua informan merasakan dorongan untuk mengubah perilaku. Para informan yang sebelumnya tidak merokok mendapat dorongan untuk ikut merokok. Para informan juga mengalami konflik dalam proses pengambilan keputusan. Konflik yang dihadapi berkaitan dengan keingin memuaskan dorongan dari dalam diri dan konsekuensi negatif dari merokok. Para informan ingin memuaskan dorongan dari dalam diri, tetapi disisi lain merasa takut akan konsekuensi negatif yang mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
didapatkan jika mengambil keputusan untuk merokok. Konsekuensi yang ditakutkan berupa hukuman dari orangtua atau guru sekolah. Dalam proses pengambilan keputusan ketiga informan melakukan pertimbangan terhadap konsekuensi negatif dan positif yang mungkin didapatkan bila merokok. Informan FG dan CIP membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menimbang hingga akhirnya membuat keputusan. Berbeda halnya dengan Informan S, tekanan untuk lari dari permasalahan membuat Informan S mengambil keputusan secara tergesa-gesa. Pada proses pengambilan keputusan para informan mempertimbangkan konsekuensi positif dan negatif dari merokok, tetapi para informan tidak terlalu mempedulikan konsekuensi negatif yang mungkin didapatkan. Konsekuensi sosial yang mungkin didapatkan dinilai masih bisa diatasi dan dapat ditanggung oleh para informan. Para informan menilai rokok dapat memberikan kesenangan. Para informan tidak mempertimbangkan risiko merokok dari segi kesehatan melainkan dari segi sosial seperti mendapatkan hukuman dan label anak nakal. Ketiga informan sudah mengetahui risiko kesehatan yang mungkin didapatkan jika mengambil keputusan merokok. Menurut, informan FG dan CIP risiko merokok dari segi kesehatan belum pasti terjadi. Setelah merokok, para informan mendapatkan umpan balik yang tidak menyenangkan dari lingkungan sekitar. Para informan mendapatkan teguran, sindiran, bahkan hukuman akibat dari perilaku merokok. Namun, hal tersebut tidak berdampak pada perilaku merokok yang dilakukan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
informan. Para informan juga merasakan dampak negatif dan positif dari mengkonsumsi rokok. Saat ini, para informan merasa kesulitan untuk berhenti merokok karena telah kecanduan mengkonsumsi rokok. C. Analisis Tema-tema yang muncul dari hasil penelitian yang didapatkan mampu mengambarkan proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok serta persepsi para remaja terhadap risiko merokok. Secara rinci gambaran proses pengambilan keputusan dan persepsi risiko remaja terhadap rokok akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Adanya dorongan untuk mengubah perilaku Para informan sebelumnya tidak pernah mencoba merokok. Keinginan untuk merokok diawali oleh adanya dorongan dari dalam diri maupun dari lingkungan. a. Dorongan dari dalam diri Para informan memiliki keinginan untuk memuaskan dorongan dari dalam diri. Bagi Informan FG dan CIP, dorongan untuk menyamai teman adalah penyebab munculnya keinginan untuk ikut merokok. Bagi Informan CIP dan FG merokok hanya sekedar untuk mengikuti teman-temannya. Cuma sekedar ngumumi tadi tuh loh. Sama kayak yang lainnya (24-25)-Informan CIP Awalnya aku merokok itu hanya untuk ikut-ikutan. Mmm… Temen-temen merokok, aku coba ikutin dan aku ikut-ikutan (6-8)- Informan FG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Bagi Informan S dorongan yang menyebabkan munculnya keinginan untuk merokok adalah keinginan meredakan ketegangan yang dialami akibat permasalahan relasi. Aku mikirnya wis tekanan aku butuh sesuatu yang bikin tenang. Aku kepikiran rokok.(301-302)- Informan S Dorongan dari dalam diri muncul akibat perasaan ‘sungkan’ dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Informan CIP dan FG ingin ikut merokok karena merasa berbeda dengan temantemannya yang merupakan perokok. Informan FG dan CIP tidak berperilaku sama seperti teman kelompoknya. Informan FG juga merasa tidak melakukan apapun saat berkumpul dengan temantemannya. Soalnya temen kelas kebanyakan pada merokok. Terus saya gak ngerokok kesannya kayak gimana. Kayak gak mengumumi gitu loh. (4-6)-Informan CIP Kenapa ya? Gabut mbak kalo ngumpul-ngumpul gitu. Mereka ngerokok akunya gga. Ga enak mbak, kayak misalnya aku ga ngerokok susah akrab. ( 440-441, 459460)-Informan FG b. Dorongan dari lingkungan Keinginan untuk merokok juga muncul akibat dorongan dari lingkungan. Teman sebaya mendorong Informan CIP untuk ikut merokok.
Teman
sebaya
memberikan
penawaran
bahkan
mencemooh Informan CIP agar ikut merokok. “aku ditawari temenku pertama” (19)-Informan CIP “Cah lanang kok ya ra udut coro liane,”(anak laki-laki kok tidak merokok seperti anak laki-laki lainnya) (85-86)Informan CIP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Konflik Konflik adalah pertentangan dari dalam diri yang dialami oleh para informan sebelum mengambil keputusan. Para informan mengalami konflik antara dorongan keinginan untuk merokok dan konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan dari merokok. Para informan ingin memuaskan dorongan untuk merokok tetapi disisi lain takut akan konsekuensi negatif dari merokok. Takut kalo ketahuan (30)-Informan CIP Kalo aku ga bisa berhenti nih gimana yah? Terus aku kalau ketauan gimana yah. Nanti kalau aku apa terjerumus dan halhal selain merokok gimana yah?. (88-90)- Informan FG Terus nek ketauan pasti diseneni.(Terus jika ketahuan pasti akan dimarahi)(113-114)- Informan S Konflik yang dialami Informan CIP memunculkan keraguan untuk mengambil keputusan merokok. aku ditawari temenku pertama, jadi aku sempet berkata mau ga, mau ga, tapi akhirnya mau. (19-21)-Informan CIP
3. Pertimbangan Konsekuensi Para informan melakukan pertimbangan terhadap konsekuensi positif dan negatif yang bisa didapatkan dari merokok. Konsekuensi positif diartikan sebagai keuntungan yang bisa didapatkan ketika memutuskan untuk merokok. Informan CIP membayangkan asap rokok dapat dimainkan sehingga menimbulkan kesenangan. Informan CIP juga membayangkan bahwa rokok memiliki beragam rasa yang bisa dicicipi. Kayaknya ada orang yang ngisep sesuatu asepnya keluar masuk keluar lagi. Kayaknya asik tuh loh masuknya sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
keluarnya.Bayangin kalo ngerokok itu, aku kira ada rasanya juga.(373-379)-Informan CIP
Informan FG dan S membayangkan rokok dapat memberikan rasa rileks dan mampu menyegarkan pikiran. Waktu itu pola pikirku adalah rokok itu bisa bikin rileks. Terus rasanya enteng terus keuntungannya juga aku dapat teman (50-52)-Informan FG Nah dulu mikirnya rokok itu refreshing (33)-Informan S Selain itu, Informan FG merasa bahwa dengan merokok ia dapat memperoleh teman baru. Keuntungannya juga aku dapat teman. Walau hanya sekedar temen gitu lah masih kayak aku tuh waktu itu masih banyakan konformitas itu apa namanya. Mmm… yah walaupun kayak gitu at least saya ga sendiri kalo lagi menyantai. Kalau lagi ngopi gitu saya ga sendiri. (52-56)Informan FG Konsekuensi negatif diartikan sebagai kerugian yang ditimbulkan dari merokok. Para informan akan mendapatkan hal menyenangkan
dari
orang
tua
maupun
guru
yang tidak
bila
ketahuan
mengkonsumsi rokok. Dimarahain atau enggak. Terus efek negatifnya. Tapi takut sama orangtua, guru kalo ketauan (347-348)-Informan CIP Terus aku kalau ketauan gimana yah.(88)- Informan FG Terus nek ketauan pasti diseneni. (113-114)- Informan S Selain itu, Informan S memikirkan konsekuensi sosial yang dapat merugikannya, seperti diberi label yang identik dengan preman. Ya aku ki kalo merokok jadi kayak gondes. Jadi mirip gondes. Citrane elek koyo ngene ngene ngene. (Aku kalo merokok jadi kayak gondes. Jadi mirip gondes. Citranya jelek kayak gini gini gini) (112-114)- Informan S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Informan FG mencemaskan kemungkinan dirinya akan ketergantungan mengkonsumsi rokok. Informan FG juga mencemaskan bila nantinya ia dapat terjerumus kedalam penggunaan narkoba dan minuman keras yang dianggap dekat dengan rokok. Kalo aku ga bisa berhenti nih gimana yah? Nanti kalau aku apa terjerumus dan hal-hal selain merokok gimana yah? Biasanya merokok ada minum, narkoba. (88-91 FG)
4. Tidak peduli risiko merokok Persepsi risiko merupakan penilaian subjektif dari probabilitas suatu
kejadian
dan
sejauh
apa
individu
peduli
terhadap
konsekuensinya. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan mendapatkan kerugian atau kehilangan, sehingga penilaian terhadap risiko berkaitan dengan konsekuensi negatif yang dipikirkan oleh para informan. Para informan tidak peduli terhadap konsekuensi negatif atau kerugian yang mungkin didapatkan setelah merokok. Informan S merasa tidak peduli terhadap konsekuensi sosial yang mungkin didapatkannya seperti diberi label anak bermasalah oleh lingkungan sekitar. Sempet kepikiran ning merokok yo koyo gondes. Ah luweh sing urusan. Ya udah biarin aja. Yang penting ngerokok wae. (302-304)- Informan S Informan CIP tidak terlalu memikirkan kerugian yang ditimbulkan dari merokok. Kalo aku sih ga mikir negatifnya tuh loh (371)- Informan CIP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Informan FG juga tidak mempedulikan risiko yang dapat timbul dari merokok. Informan FG merasa kemungkinan untuk mendapatkan kerugian, seperti kecanduan merokok tidak akan menimpanya. Ada sih waktu itu. Itu waktu itu kayak keep it ah damn. Ga peduli tuh loh. Waktu itu ga terlalu peduli kenapa, kan aku kan mikirnya ga kecanduan lah ya, ga kecanduan lah ya (185-187)- Informan FG Ketidak pedulian terhadap risiko merokok membuat para informan mengambil keputusan untuk merokok. 5. Risiko merokok bisa dihindari dengan merokok sembunyi-sembunyi Konsekuensi negatif yang terpikirkan oleh para informan saat menimbang keputusan adalah adanya hukuman dari orang tua dan guru. Para informan merasa mampu mengantisipasi konsekuensi negatif tersebut dengan menutupi perilaku merokok yang dilakukan atau merokok secara sembunyi-sembunyi. Pinter-pinter menutupi lah istilahe.(60)- Informan S Ada sih, yah setiap sekolah ada larangan merokok. Tapi tetap aja (merokok) sembunyi sembunyi. (272-274)Informan CIP Papaku taunya aku ga ngerokok. Ga ga ga papaku taunya aku berhenti. (375-376)- Informan FG Keyakinan akan kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi negatif dari merokok menjadi salah satu penilaian para informan terhadap risiko atau persepsi risiko. Dimana dengan adanya antisipasi dari risiko dapat meminimalisir risiko yang mungkin didapatkan dari merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
6. Ketidakpastian konsekuensi dari merokok Sebagian besar konsekuensi negatif yang dijadikan bahan pertimbangan oleh para informan berupa hukuman yang mungkin diberikan oleh orangtua ataupun guru. Para informan merasa takut bila nantinya dimarahi atau mendapat hukuman dari orangtua atau guru. Para informan tidak melakukan pertimbangan terhadap konsekuensi negatif merokok dari segi kesehatan. Padahal para informan mengetahui mengetahui risiko dari merokok. Kalo dari kanan kiriku pokoknya ngatain yang negatif. Pokoknya yang bisa menyebabkan kanker, serangan jantung apalah. (165-167)- Informan CIP Udah. Dulukan aku asma toh mbak. Waton toh. (Sudah tahu bahaya merokok. Dulu kan aku asma. Ngawur kan)Informan S aku udah tau banget bahaya merokok.(143-144)- Informan FG Penilaian terhadap risiko kesehatan yang muncul akibat merokok tidak dilakukan pada saat mengambil keputusan untuk mencoba merokok. Penilaian terhadap risiko merokok nyatanya membuat para informan mempertahankan
perilaku
merokok.
Informan
FG
dan
CIP
menganggap risiko kesehatan dari merokok belum pasti terjadi karena saat ini mereka tidak merasakan risiko merokok seperti yang diinformasikan. Iya karena itu belum terjadi aja sih ya kayaknya sama orangnya. (274-275)- Informan FG Pokoknya yang bisa menyebabkan kanker, serangan jantung apalah. Buktinya aku ngerokok ga kena tuh. (166168)-Informan CIP Informan S merasa informasi bahaya merokok tidak mempengaruhinya untuk berhenti mengkonsumsi rokok. Informan S mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
informasi bahaya merokok dianggap sebagai bahan lelucon yang sering digunakan teman-temannya. Ga ngaruh buat aku itu mbak. Halah, yo wis. Kadang dipake becandaan tuh loh mbak sama temenku yang ga ngerokok (206-207)-Informan S
7. Feedback negatif terhadap perilaku merokok Setelah memutuskan untuk tetap merokok, para informan mendapatkan feedback atau umpan balik yang kurang menyenangkan dari lingkungan, seperti mendapatkan teguran, sindiran bahkan hukuman. Informan FG mendapatkan teguran dari teman-temannya pada saat merokok. Teman-teman FG terkadang memberikan pertanyaan reflektif yang membuat Informan FG merasa bersalah telah merokok. Teguran dan pertanyaan reflektif tersebut membuat FG mematikan rokok yang sedang dihisapnya. Kalo yang cewek mereka bener-bener kayak ngelarang gitu loh. Dan ngelarang ada yang kayak, “do asap rokokmu! Matiin aja.” Tapi ada juga yang melarang, “udah berhenti, kamu pernah kepikiran berhenti ga sih?” Nanyak tuh kayak yah jadi pertanyaan reflektif gitu tuh loh. “Oh iya iya aku salah.” Aku matiin deh.(234-239)-Informan FG Hukuman didapatkan oleh Informan FG dan CIP terhadap perilaku merokok yang dilakukan. Informan FG mendapat hukuman dari ayahnya, sedangkan Informan CIP mendapat hukuman dari guru sekolahnya. Udah terus awalnya papaku diem aja. Terus, waktu pulang aku dimarah. Waktu itu disuruh merokok satu kotak, habisin sekarang! (371-373)- Informan FG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Ya terus cuma disuru ke lapangan, apa disuruh buat surat keterangan gitu loh. Pernyataan, orangtuanya dipanggil. (275-278)- Informan CIP Informan S mendapatkan komentar dan sindiran terhadap perilaku merokoknya. Komentar tersebut diberikan oleh teman-teman Informan S semasa SMP. Paling temenku dulu SMP gitu. Saiki ngudut toh? Kui ngopo ngudut? (Sekarang merokok? Kamu ngapain merokok?) (184-185)- Informan S 8. Mempertahankan perilaku merokok Feedback
negatif
yang
diterima
oleh
para
informan
tidak
menghentikan perilaku merokok yang dilakukan. Informan FG dan CIP tetap merokok meskipun sebelumnya mendapatkan hukuman. Setelah itu (setelah mendapat hukuman), beberapa hari iya (merokok lagi). (387)- Informan FG Ya udah lah hadepi aja, orangtua bilang apa bla bla bla bla. Esok harinya ngerokok udah. (257-259)- Informan CIP Informan CIP tertangkap menyimpan rokok dalam tas. Hal tersebut membuat Ayah CIP mengajukan berbagai pertanyaan terhadap rokok yang ditemukan. Namun setelahnya, CIP merasa ayahnya tidak peduli terhadap perilaku merokok CIP. Beli rokok satu, terus ditanyai punya siapa. Ya udah lah hadepi aja, orangtua bilang apa blab la bla. Esok harinya ngerokok udah. Lebih ke ibuku yang ngelarang merokok. Kalau bapakku yah cuek lah, padahal bapakku ga merokok (256-263)- Informan CIP 9. Merasakan dampak dari perilaku merokok Selain mendapatkan feedback negatif para informan juga merasakan dampak positif dan negatif setelah merokok. Keuntungan dari merokok yang dirasakan oleh informan FG dan S adalah rokok dapat membuat tubuh menjadi lebih rileks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Yang aku pikirkan waktu itu yah rokok itu bisa buat rileks badan sampai sekitar satu atau dua tahun terakhir aku masih mikir kalo rokok bisa bikin untuk bisa rileks badan. But aku langsung dapet perbedaannya tuh loh, ternyata antara rileks sama lemes tuh beda. Hehehehe. Jadi bisa kalo pas capek atau lagi ada beban pikiran jadi ngerokok aja. (34-42)- Informan FG Memang dapet sih rileksnya. Rileks itu dalem artian yah secara fisik itu memang lemes tapi bisa ketawa dengan temen. Gitu lah. (63-65)- Informan FG Jadi rileks tuh mbak. Ga ada ini tuh jadi aneh. Sakjane aku ga tau efeknya secara biologis apa aku ga tau. Kok bisa terus sampai. Paling dopamine naik. (132-134)- Informan S Rasa rileks yang dirasakan oleh informan FG membuatnya dapat tertawa lebih lepas saat berkumpul bersama teman-temannya. Memang dapet sih rileksnya. Rileks itu dalem artian yah secara fisik itu memang lemes tapi bisa ketawa dengan temen. (63-65)-Informan FG Informan CIP merasa rokok memberikan rasa senang. Informan CIP merasakan kesenangan saat memainkan asap rokok. Selain itu, rokok juga memberikan sensasi kenikmatan pada mulut dan tenggorokan. Kalo saya yah ada sesuatu yang masuk gitu loh. Asep bisa ditahan, bisa dikeluarin, enaklah (217-218)- Informan CIP Informan FG merasakan keuntungan lain yang ia dapatkan setelah merokok. Informan FG merasa mendapatkan lebih banyak teman setelah dirinya merokok. Iya, rasanya tuh memang yah, dari situ juga aku dapet banyak temen. Ada beberapa yang bener bener baik. Ada beberapa yang memang kampret lah gitu. (60-62)Informan FG Para informan tidak hanya merasakan dampak positif dari merokok tetapi juga merasakan dampak negatif yang ditimbulkan rokok. Para informan mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
rokok. Informan CIP dan S merasa proses pemulihan dari sakit menjadi lebih lambat setelah mereka merokok. Terus kalo biologis, yah pas kalo sakit. Sakit biasa misalnya. Apalagi kalo pas batuk atau sariawan misalnya itu sembuhnya lama banget (171-173)- Informan S Saya tuh, sebelum merokok, batuk dikasi obat sembuh. Tapi setelah merokok, batuk, dikasi obat ada sembuhnya sih, tapi agak kepending gitu loh. (97-100)- Informan CIP Informan FG merasa bahwa merokok menyebabkan gangguan pernafasan seperti nafas yang berbunyi dan nafas menjadi tidak teratur. Informan FG juga merasa detak jantungnya menjadi lebih cepat setelah merokok. Nafasku itu ga bisa teratur, detak jantungnya selalu lebih cepet dari orang lain. (147-148) Kalo misalnya pas kita merokok tiba-tiba nafasnya hik. Suara apa nih. (406-407)- Informan FG Informan FG dan CIP mengalami kerugian materi akibat banyak mengkonsumsi rokok. Udah kalo ga merokok itu menurutku berat banget dan juga ngabisin uang. Dan aku juga belum tau gimana caranya mencari uang. Malah bikin boros. (398-400)Informan FG Ada boros.(398)- Informan CIP Saat ini, para informan merasa kesulitan untuk berhenti merokok karena telah terikat dengan rokok. Para informan merasa telah kecanduan merokok dan merasakan tidak lengkap apabila dalam satu hari tidak merokok. Kalo sekarang kepikiran untuk berhenti tuh udah cukup susah menurutku. Tapi kalo ngurangi aku bisa (258-259) Udah kecanduan. Udah kalo ga merokok itu menurutku berat banget (398-399)-Informan FG Terus ditutupi terus ya rasanya terikat wae mbak sama rokok ini. Nek ga ngerokok ga enak. (45-47)-Informan S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Semacam ah ketagihan lah pokoknya. Enak. (229) Ada rasa ketagihan (merokok).(295)-Informan CIP D. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis ditemukan tema besar yang mewakili proses pengambilan keputusan remaja untuk merokok, yaitu adanya dorongan untuk mengubah perilaku, terjadi konflik, adanya pertimbangan terhadap konsekuensi merokok, adanya feedback negatif terhadap perilaku merokok, merasakan dampak dari merokok dan mempertahankan perilaku merokok. Dari hasil penelitian dan analisis juga ditemukan tema yang berkaitan dengan persepsi risiko yaitu adanya ketidak pedulian terhadap risiko dan ketidakpastian dari konsekuensi merokok. Pola hubungan antar tema yang ditemukan akan digambarkan dalam skema berikut ini.
Adanya dorongan untuk mengubah perilaku
Terjadi konflik antara dorongan dan konsekuensi
Pengaruh lingkungan
Mempertahankan perilaku merokok
Menimbang konsekuensi
Mengambil keputusan merokok
Tidak peduli risiko
Merasakan dampak positif dan negatif setelah merokok
Mendapat feedback negatif
Gambar 2. Pola Proses Pengambilan Keputusan untuk Merokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
1. Adanya dorongan dari dalam diri untuk mengubah perilaku Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya dorongan untuk mengubah perilaku yang selama ini telah dilakukan. Para informan mengalami dorongan untuk mengubah perilaku dimana selama ini mereka tidak berperilaku merokok menjadi berperilaku merokok. Hal tersebut serupa dengan teori proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Janis dan Mann (1977). Teori Janis dan Mann menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan diawali dengan munculnya tahap menilai informasi. Pada tahap ini individu merasa ragu terhadap apa yang dipercaya selama ini. Adanya informasi yang belum jelas membuat individu cenderung mengalami konflik sementara. Dorongan dari dalam diri para informan sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan untuk merokok. Informan FG dan CIP merasa dirinya berbeda akibat tidak berperilaku seperti halnya temanteman mereka. Rasa sungkan akibat perbedaan perilaku membuat Informan FG dan CIP terdorong untuk ikut merokok. Hal tersebut berarti Informan FG dan CIP memiliki dorongan untuk menyamai teman sebaya. Hal yang serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Cahyo, Wigati dan Shaluhiyah (2012) yang menyatakan bahwa alasan para remaja untuk merokok pertama kali mulai dari mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
teman, adanya rasa gengsi yang timbul diantara teman serta dalih ingin menghargai teman. Dorongan dalam dalam diri muncul akibat adanya pengaruh lingkungan. Informan CIP merasa lingkungan menyebabkan timbulnya dorongan untuk merokok. Penawaran merokok serta adanya cemoohan yang ditujukan pada Informan CIP menyebabkan timbulnya keinginan untuk berperilaku merokok. Pada penelitian Komasari dan Helmi (2000), ditemukan bahwa perilaku merokok sebagian besar dipengaruhi oleh teman sebaya yang merokok. Hal yang serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Wulan (2012), dimana perilaku merokok pada remaja sebagian besar karena mengikuti teman dekat yang merokok. 2. Munculnya Konflik Konflik diartikan sebagai adanya pertentangan dari dalam diri Informan yang disebabkan oleh dorongan mengubah perilaku dan ketakutan akan konsekuensi negatif dari merokok. Para informan berkeinginan untuk memuaskan dorongan dari dalam diri, namun disisi lain ketakutan terhadap hukuman yang bisa saja diberikan oleh figur otoritas. Dalam penelitian ini, para informan merasa takut pada hukuman yang mungkin didapatkan dari orangtua maupun guru yang memberikan larangan terhadap perilaku merokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3. Melakukan pertimbangan Adanya konflik keinginan dan ketakutan akan konsekuensi menyebabkan para informan melakukan pertimbangan terhadap konsekuensi. Para informan melakukan pertimbangan terhadap keuntungan dan kerugian yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Pada proses pengambilan keputusan, individu menuju pada analisis dan evaluasi yang lebih dalam terhadap keuntungan dan kerugian yang pada alternatif yang tersedia. Tahap ini oleh Janis dan Mann (1977) disebut sebagai menimbang alternatif. Selain dapat memenuhi dorongan dari dalam diri, keuntungan lain yang terpikirkan oleh Informan FG dan S adalah rokok dapat memberikan kesenangan seperti rasa rileks dan menyegarkan pikiran. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Komasari (2000), kepuasan psikologis memberikan sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku merokok. Rokok diyakini dapat mendatangkan efek-efek yang menyenangkan. Para informan juga memikirkan kerugian atau konsekuensi negatif yang mungkin didapatkan dari merokok. Para informan memikirkan kerugian berasal dari konsekuensi sosial seperti diberi label anak bermasalah dan mendapatkan hukuman dari orangtua ataupun guru sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4. Persepsi risiko dan keputusan merokok Penilaian terhadap risiko atau persepsi risiko berkaitan dengan penilaian subjektif dari kemungkinan kejadian dan sejauh apa para informan
peduli
terhadap
konsekuensi.
Para
informan
tidak
mempedulikan kerugian atau konsekuensi negatif yang bisa didapatkan saat mengambil keputusan untuk merokok. Para informan memang menimbang keuntungan dan kerugian yang didapatkan sebelum mengambil keputusan, namun lebih tidak mempedulikan kerugian yang bisa didapatkan. Hal tersebut menyebabkan para informan mengambil keputusan untuk merokok. Ketidakpedulian
para
informan
terhadap
risiko
dapat
dilatarbelakangi oleh penilaian terhadap risiko. Para informan menilai risiko dari merokok tidak akan berdampak besar terhadap mereka. Hal tersebut disebabkan oleh adanya antisipasi dari para informan terhadap risiko merokok. Lipperman-Kreda dan Grude (2009, dalam Chotidjah, 2012) juga menjelaskan hal yang sama bahwa perilaku merokok pada remaja sebagian besar merupakan hasil dari proses kognitif dimana mereka memiliki antisipasi terhadap konsekuensi terkait dengan perilaku-perilaku mereka. Selain itu, ketidakpastian dari risiko merokok membuat para informan mempertahankan perilaku merokok hingga saat ini. Para informan mengetahui risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok. Menurut Informan FG dan CIP, risiko merokok yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diinformasikan saat ini tidak terjadi pada diri mereka. Informan FG pun mengasumsikan bahwa risiko kesehatan hanya akan mengenai perokok berat. 5. Adanya feedback negatif terhadap perilaku merokok Para informan mendapatkan umpan balik atau feedback yang tidak menyenangkan dari lingkungan terhadap perilaku merokok. Informan CIP dan FG menerima hukuman dari orangtua dan guru akibat ketahuan mengkonsumsi rokok. Informan CIP juga menerima feedback negatif. Selaras dengan teori proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Janis dan Mann (1977), yang menyatakan bahwa individu yang sedang menikmati keputusan baru yang telah diambil seringkali mengalami gangguan akibat munculnya feedback negatif dari pihak lain. 6. Merasakan dampak dari merokok Para informan merasakan dampak positif atau keuntungan dari merokok, seperti merasa rileks setelah merokok. Informan FG dan S merasa rokok dapat membuat tubuh menjadi lebih rileks. Selain itu, rokok memberikan kesenangan bagi informan CIP. Bagi Informan CIP memainkan asap rokok yang dihisapnya menimbulkan kesenangan tersendiri. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyo, Wigati dan Shaluhiyah (2012), dimana sebagian besar perokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
menghilangkan raa stress atau pikiran yang mengganggu mereka dengan merokok Selain itu, para informan juga merasakan dampak negatif dari merokok, seperti adanya gangguan kesehatan dan kerugian materi. Bagi informan CIP dan S, merokok berdampak pada pemulihan setelah sakit. Informan CIP dan S merasa pemulihan dari sakit berlangsung lebih lama dibandingkan sebelum merokok. Bagi informan FG, merokok mengganggu juga mengganggu kondisi kesehatannya. Informan FG merasa nafasnya menjadi tidak teratur, nafas berbunyi dan jantungnya berdetak lebih cepat. Selain mengganggu kesehatan, rokok juga menyebabkan kerugian materi. Informan FG dan CIP merasa mengeluarkan cukup banyak uang untuk membeli rokok. Hal tersebut disebabkan harga rokok yang semakin mahal dan dalam satu hari Informan CIP dan FG merasa tak mampu untuk tidak merokok. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Cahyo, Wigati dan Shaluhiyah (2012), dimana perokok merasakan kerugian secara materi akibat mengkonsumsi rokok. Perokok banyak menghabiskan uang semata-mata hanya untuk membeli rokok. 7. Mempertahankan perilaku merokok Para informan tidak langsung berhenti merokok hanya karena mendapat feedback negatif dari lingkungan. Feedback berupa hukuman dari orangtua dan guru tidak mampu meredakan keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
para informan untuk berhenti merokok. Begitupula dengan teguran dan sindiran yang ditujukan kepada informan FG dan S. Bagi informan FG teguran dan pertanyaan reflektif yang diberikan oleh oranglain hanya membuat Informan FG mematikan rokok pada saat itu saja. Para informan merasakan dampak negatif maupun positif dari merokok. Dampak negatif yang dirasakan para informan seperti halnya mengalami gangguan kesehatan dan menjadi terikat atau kecanduan dengan rokok. Hal tersebut yang melatarbelakangi sulitnya para informan untuk berhenti merokok. Adanya rasa kecanduan membuat para informan tetap merokok hingga saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjelaskan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan. Kemudian, akan disampaikan pula saran bagi orangtua, guru dan peneliti selanjutnya yang dibuat berdasarkan hasil penelitian. A. KESIMPULAN Proses pengambilan keputusan untuk merokok pada remaja terdiri dari beberapa tahap diantaranya adanya dorongan untuk mengubah perilaku, munculnya konflik, mengambil keputusan untuk merokok, adanya feedback negatif, merasakan dampak dari merokok dan mempertahankan perilaku merokok. Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya dorongan untuk mengubah perilaku yang berasal dari dalam diri. Pada penelitian ini para remaja mendapatkan dorongan untuk mengubah perilaku dari tidak merokok menjadi merokok. Dorongan tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh lingkungan teman sebaya. Selanjutnya, para remaja mengalami konflik antara dorongan keinginan untuk merokok dan ketakutan terhadap konsekuensi negatif yang mungkin didapatkan. Konsekuensi negatif yang menjadi momok bagi para remaja adalah adanya hukuman dari orangtua atau guru sekolah. Konflik yang dialami oleh para remaja menimbulkan pertimbangan terhadap konsekuensi positif dan negatif dari perilaku merokok. Pertimbangan terhadap konsekuensi negative dan positif yang terpikirkan oleh remaja dikaitkan dengan persepsi risiko atau penilaian terhadap risiko. Persepsi risko (Sjoberg, Bjorg-Elin, dan Rundmo, 2004), diartikan sebagai penilaian 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
subjektif dari probabilitas suatu kejadian dan sejauh apa individu peduli terhadap konsekuensinya. Para remaja tidak mempedulikan risiko dari merokok sebelum mengambil keputusan. Para remaja menilai risiko dari merokok tidak akan berdampak besar terhadap mereka. Hal tersebut disebabkan oleh adanya antisipasi dari para remaja terhadap risiko merokok. Pemikiran para remaja yang menilai risiko merokok sebagai hal yang tidak berdampak besar memunculkan ketidakpedulian terhadap konsekuensi negatif dari merokok. Hal ini menyebabkan para remaja mengambil keputusan untuk merokok. Selain itu, ketidakpastian dari risiko merokok membuat para informan mempertahankan perilaku merokok hingga saat ini. Para informan mengetahui risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, tetapi saat ini tidak merasakan risiko seperti yang diinformasikan. Hal ini menyebabkan remaja mempertahankan perilaku merokok hingga saat ini. Para remaja mendapatkan feedback yang tidak menyenangkan terhadap perilaku merokok. Feedback yang didapatkan berupa sindiran, teguran bahkan hukuman. Namun, feedback tersebut tidak membuat para remaja berhenti merokok. Dampak negatif juga dirasakan dari merokok juga dirasakan oleh para remaja sepertihalnya mengalami gangguan kesehatan dan menjadi kecanduan merokok. Adanya rasa kecanduan membuat para remaja sulit untuk berhenti dan tetap merokok hingga saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
B. SARAN 1. Bagi para orangtua dan guru Para remaja memutuskan untuk merokok setelah menimbang konsekuensi dari merokok. Konsekuensi negatif yang menjadi momok bagi para remaja adalah adanya hukuman dari orangtua maupun guru. Tetapi konsekuensi yang diberikan oleh orangtua dan guru ternyata tidak cukup membuat remaja beralih untuk berhenti merokok. Oleh sebab itu, disarankan kepada orangtua dan guru untuk memberikan sanksi tegas yang bersifat memberatkan remaja. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian remaja perokok selama ini merokok secara sembunyi-sembunyi. Dorongan untuk merokok juga dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya. Oleh sebab itu, disarankan pada orangtua dan guru untuk lebih mengawasi para remaja dan mengenal teman sebaya para remaja. Tanpa adanya pengawasan orangtua dan guru, keterlibatan remaja terhadap perilaku berisiko sepertihalnya merokok tidak akan bisa dicegah. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini hanya bisa digeneralisasikan pada remaja laki-laki yang melakukan perilaku berisiko. Oleh karena itu, peneliti menyarankan peneliti selanjutnya menggunakan varian dari segi jenis kelamin serta menambah jumlah remaja guna lebih memperluas penerapan hasil penelitian. Selain itu, informasi yang didapatkan oleh peneliti masih belum mendalam. Disarankan untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tentang persepsi risiko remaja agar lebih menggali informasi secara lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M & Asrori, M., 2009. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta. Bumi Aksara. Budiastomo, N., Santoso, G.A., 2007, Hubungan Persepsi Risiko Kecelakaan dan Pengambilan Keputusan Melanggar Lampu Merah, JPS Vol. 13 No. 01 Januari 2007, Jakarta, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Berk, Laura E. 2012. Development Through The Lifespan : Dari Prenatal Sampai Remaja (Transisi Menjelang Dewasa). Yogyakarta. Pustaka Pelajar Carolyn A. S., Sidira E., 2006, “The influence of family and friends on teenage smoking in Greece: some premiliminary findings”, Marketing Intelligence & Planning, vol.24 Iss 2 pp.119-126, DOI: 10.1108 Cahyo K, Wigati, P.A., Shaluhiyah, Z., Rokok, Pola Pemasaran dan Perilaku Merokok SMA/Sederajat di Kota Semarang, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol 11/No.1, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang. Center of Disease Control and Prevention, 2013, Methodology of Youth Risk Behavior Surveillance System, Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) Vol 6 No. 1, Atlanta, U.S. Department of Health and Human Services Chotidjah, S., 2012, Pengetahuan tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal dan Perilaku Merokok, Makara, Sosial Humaniora, Vol 16 No. 1, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Indonesia, Bandung Creswell, J.W., 2013, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Edisi 3, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan: Cetakan ketiga, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Dijk, F., de Nooijer, J., Heinrich, E., de Vries, H., (2007), Adolescents' view on smoking, quitting and health education, Health Education, Vol. 107 Iss: 2, pp.114 – 125, Emerald Group Publishing Limited Djamal, M., 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif Cetakan II (Edisi Revisi), Yogyakarta: Pustaka Pelajar Elo S., Kyngas H., 2007, The Qualitative Content Analysis Process. Journal of Advanced Nursing 62(1), 107-115, Finland, Bllackwell Publishing Ltd. DOI: 10.1111/j.1365-2648.2007.04569.x Fawzani, N., Triratnawati A., 2005, Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus pada Tiga Perokok Berat). Makara Kesehatan Vol. 9 No.1 :Juni 2005. Jurnal Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Graneheim, U.H., Lundman B, 2004, Qualitative Content Analysis in Nursing Research : Concepts, Procedures, and Measure to Accept Trustworthiness, Nurse Education Today Vol 24 Issue 2, Elsevier, DOI: 10.1016/j.nedt.2003.10.001 Herdiansyah, H., 2015, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, Jakarta: Salemba Humanika 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Imelda, F. T. Y, Hartanti, S., 2014, Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 : Pengambilan Keputusan untuk Menikah Beda Etnis Studi Fenomenologis pada Perempuan jawa, Fakultas Psikologi Universitas DiponegoroJahja. R, 2011, Psikologi Perkembangan: Edisi Pertama, Jakarta, Prenada Media, Grup Janis, I.L., Mann, L., (1977), Decision Making A Psychological Analysis of Conflict, Choice and Commitment, New York: The Free Press Kemala, N.I, 2007, 2007, Perilaku Merokok Remaja, Universitas Sumatera Utara, USU Repository Komasari D., Helmi, A.F, 2000, Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja, Jurnal Psikologi 2000, No. 1, ISSN: 0215-8884 Lestary H., Sugiharti, 2011, Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia Menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 1 No. 3, Agustus 2011 Leventhal H., Cleary P.D., 1980, The Smoking Problem: A Review of Research Theory in Behavioral Risk Modification, Psychological Bulletin Vol 88 No. 2, American Psychological Association Mayasari, I. P, 2013, Proses Pengambilan Keputusan Remaja Perempuan untuk Bergabung Dengan Komunitas Crust Punk, Jurnal Psikologi, Universitas Brawijaya Moordiningsih, Faturochman, 2005, Proses Pengambilan Keputusan Dokter, Jurnal Psikologi Vol. 33, No.2, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, ISSN: 0215-8884 Papalia, Old, Feldman, Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi kesepuluh. 2009. Jakarta. Salemba Humanika Puspita, T.R., 2014, Hubungan antara Risk Perception, Peerpresure dan Parenting Style dengan Risk Taking Behavior pada Remaja Awal, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.2 Rahmadi A, Lestari. Y, Yenita, 2013, Jurnal Kesehatan Andalas: Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Siswa SMP di Kota Padang Richter M., 2010, Risk Behaviour in Adolescent: Patterns, Determinants, and Consequences, Germany, VS Ropeik D., Slovic P., 2003, Risk in Perspective. Risk Communication : A Neglected Tool in Protecting Public Health, Vol 11 Issue 2 June 2003, Harvard Center for Risk Analysis Santrock, J.W., 2007, Remaja, edisi kesebelas, Jakarta, Erlangga. Santrock, J.W., 2011, Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup, edisi tiga belas, Jakarta, Erlangga. Sarwono, Wirawan S., 2005, Psikologi Remaja, Jakarta, Rajawali Schvaneveldt, J.D, Adam, G.R, 1983, Adolescent and Decision Making Process, Vol. 22, No. 2, Early Adolescence: A New Look (Spring, 1983), pp. 98-104, Taylor & Francis.Ltd Sjoberg L., Bjorg-Elin M., Rundmo T., 2004, Explaining Risk Perception: An Evaluation of The Psychometric Paradigm in Risk Perception Research,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Norwegian, University of Science and Technology, Department of Psychology, C Rotunde Publikasjoner. Slovic, P., Peters, E., 2006, Risk Perception and Affect, Current Directions in Psychological Science Vol. 15, No. 6, pp. 322-325, Sage Publication, Inc. Smith, J.A., 2013, Dasar-dasar Psikologi Kualitatif, Pedoman Praktis Metode Penelitian, Cetakan kedua, Bandung, Nusa Media Steinberg, L. ,Albert, D., 2011, Journal of research on adolescence: Judgement and Decision making in Adolescence, Temple University, DOI: 10.1111 Sternberg, R.J., 2008, Psikologi Kognitif Edisi Keempat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Subanda, I.B., 2010, Merokok pada Remaja, Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta, CV. Sagung Seto Suharnan, M.S., 2005, Psikologi Kognitif, Surabaya, Srikandi Supratiknya, A., 2015, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam Psikologi, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma Trimpop M.R., 1994, The Psychology of Risk Taking Behavior, Netherland, Elsevier Science B.V. Williams, D.J, Noyes, J.M, How does our perception of risk influence decisionmaking? Implication for the design of risk information, Taylor & Francis Group, DOI: 10.1080/1463922X Wulan D. K., 2012, Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja, Humaniora Vol 3 No. 2 Oktober 2012, Jurnal Psikologi, Faculty of Humanities, BINUS University Artikel: __________.10 Oktober 2014. Menkes Luncurkan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Korban Rokok. http://www.depkes.go.id/article/view/201410130001/menkes-luncurkaniklanlayanan-masyarakat-ilm-korban-rokok.html Handaka, H., Jumlah Perokok Remaja di Indonesia Meingkat Drastis, http://lampung.tribunnews.com/2016/01/27/jumlah-perokok-remaja-diindonesia-meningkat-drastis Rachman, T., 19 Juni 2015, 70 Persen Perokok Aktif adalah Remaja, http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/06/19/nq6px1-70persen-perokok-aktif-remaja Utomo, H.A., 31 Mei 2013, Tarik Ulur Pesan Bergambar di Bungkus Rokok, http://www.kompasiana.com/arisheruutomo/tarik-ulur-pesan-bergambar-dibungkus-rokok_574d6b3386afbdb908ec71b9 Wardhana, H. 30 Mei 2015. Musibah Bagi Indonesia di Hari Tanpa Tembakau Sedunia, http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/musibah-bagiindonesia-di-hari-tanpa-tembakau-sedunia_556c462041afbdfd038b4569
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar Inform Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CIP 1 : CIP Jenis Kelamin : L Usia : 19 tahun No. Verbatim 01 Aku mau tanya tentang pertama kali kamu 02 merokok, kejadiannya itu gimana? 03 Kejadiaanya itu, saya ya cuma iseng-iseng aja 04 sih. Soalnya temen kelas kebanyakan pada 05 merokok. Terus saya gak ngerokok kesannya 06 kayak gimana. Kayak gak mengumumi gitu loh. 07 Kayak gak sama? Hm iya kayak ga sama. Nah, 08 coba satu terus masih batuk-batuk gitu. Tapi yah 09 kebisaaan abis itu, sebenernya waktu SMA aku 10 ngerokoknya tiap sama mereka. Kalo diluar atau 11 ga sama mereka itu ga sama sekali. 12 Kejadian rincinya gimana, jadi misalkan 13 kamu awalnya ketemu sama orang atau 14 gimana gitu pas waktu itu, pas pertama 15 kalinya kamu merokok. Waktu itu pas istirahat 16 SMA jam 9 nan lah, diparkiran motor lah yah 17 kayak gitu tadi. Saya mencoba.
Satuan Makna
Satuan Makna dipadatkan
CIP merasa iseng dan mulai merokok. CIP memiliki teman yang sebagian besar merupakan perokok. CIP merasa tidak sama dengan temannya karena CIP tidak merokok. CIP mencoba sebatang rokok dan terbatuk, namun setelah itu CIP mulai terbiasa merokok. Sewaktu SMA, CIP hanya merokok ketika bersama temantemannya. CIP pertamakali merokok disekolah sewaktu jam istirahat.
CIP coba-coba merokok. Teman CIP adalah perokok. (4-5) CIP ingin menyamai temannya dengan ikut merokok. (5-7) CIP batuk saat pertama kali merokok. (8-10) CIP merokok ketika bersama teman-teman. (911)
Kode
Teman-teman merupakan perokok Ingin menandingi teman Batuk
Merokok bersama temanteman
Merokok disekolah
CIP merokok disekolah. (15-17) 18 19 20 21 22
Mencobanya itu langsung kamu beli atau gimana? Gak, aku ditawari temenku pertama, jadi aku sempet berkata mau ga, mau ga, tapi akhirnya mau. Terus mencoba satu. Gak habis sebenernya satu itu.
CIP ditawari rokok oleh temannya. CIP merasa ragu untuk mencoba rokok namun akhirnya memberanikan diri
Ditawari rokok Perasaan ragu saat ditawari rokok. (19-20) Memberanikan diri untuk
Ada tawaran merokok Ragu Memberanikan diri 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23 24 25 26
Jadi kamu coba, Cuma satu dan ga habis. Jadi Cuma sekedar ngumumi tadi tuh loh. Sama kayak yang lainnya. Belum menikmati rasa sesungguhnya rokok.
27 28 29 30 31 32 33 34
Terus kamu kan sempat merasa ragu kan, iya ga sih, nyoba gak sih, terus didalam pikiranmu waktu itu, apa sih yang kamu pikirin? Takut kalo ketahuan. Ketahuan siapa? Ketahuan guru soalnya itu disekolah. Yang akhirnya bikin kamu berani? Yang akhirnya bikin aku berani mungkin dorongan suara dari temen-temen yang ada disitu.
35 36 37 38 39 40
Yang kamu pikirin tentang rokok saat itu apa? Aku ga mikir negatifnya sih, kok ada asep yang masuk keluar lagi, masuk keluar lagi. Kayak pengen. Terus, ah gimana sulit dijelasin e. Jadi sekali kamu coba, kamu ngerasain sesuatu, terus kamu coba lagi gitu. He eh
41 42 43 44
Terus habis kamu nyoba untuk pertama kalinya, apa yang kamu rasain? Mmmm, abis yang mencoba pertama kali, yang jelas rasa ketagihan itu belum ada. Belum ada rasa nikmat
ntuk merokok. Awal merokok CIP hanya menghisap sebatang rokok dan tidak habis. CIP tidak menikmati rasa rokok.
merokok. (21-22) Merokok tidak sampai habis. (21-22) Ingin menyamai teman sehingga merokok. (24-25) CIP belum menikmati rasa rokok. (25-26)
CIP merasa ragu untuk merokok karena takut ketahuan oleh guru disekolahnya. CIP berani merokok karena adanya dorongan dari teman-temannya.
Ada rasa takut jika diketahui merokok oleh guru.(30-31)
CIP tidak memikirkan dampak negatif dari rokok. CIP membayangkan asap rokok yang keluar masuk sewaktu menghisap rokok. CIP berkeinginan untuk mencoba merokok.
Tidak memikirkan konsekuensi negatif dari rokok saat awal merokok. (36) Ada rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencoba rokok. (36-38)
Tidak memikirkan konsekuensi negatif Ingin tahu Ingin mencoba
CIP tidak langsung merasa ketagihan setah pertamakali mencoba merokok. CIP tidak
Tidak langsung ketagihan merokok. Tidak merasakan
Tidak langsung ketagihan(4246)
Ingin menandingi teman Tidak menikmati rasa rokok
Takut ketahuan
Dorongan teman Adanya dorongan dari teman untuk merokok. (3334)
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45 46 47 48
dari rokok itu sendiri, ya cuma sekedar biar sama tadi sama teman-temannya. Jadi, maka dari itu kalo diluar diluar apa diluar tempat tidak bersama teman-teman saya gak merokok.
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
Kapan kira-kira kamu merasa butuh rokok akhirnya? Nah itu lupa, seiring berjalannya waktu yang jelas saya merasakan nikmatnya juga pada saat saya bareng sama mereka (teman). Kalau sendiri waktu itu pernah coba ga? Kalo sendiri belum pernah. Tapi setelah menemukan nikmatnya itu, sendiri sendiri sendiri. Itu akhirnya mulai kapan? Pas akhirnya merokok sendiri? Ga sampai setahun sih. Ga sampe setahun mungkin satu semesteran. Kayaknya.
59 60 61 62 63
Itu waktu awal SMA kelas berapa? Satu, iya. Berarti waktu itu hampir tiap hari lah merokok? Yah, itu ga tiap hari sih. Mungkin kalau apa uang sakunya sisa atau kalau ada rejeki lah.
merasakan sensasi kenikmatan dari merokok. CIP merokok hanya sekedar ingin menyamai teman-temannya. CIP tidak merokok saat tidak bersama temannya.
kenikmatan dari merokok saat pertama kali merokok. (42-46) Ingin menyamai teman sehingga merokok. (44-46) CIP merokok hanya saat berkumpul bersama temantemannya. (47-49)
CIP merasa sensasi kenikmatan dari merokok saat merokok bersama teman-temannya. CIP mulai merokok sendiri setelah merasakan sensasi kenikmatan dari rokok. CIP membutuhkan waktu selama 6 bulan sampai akhirnya dapat merokok sendirian.
Merasakan kenikmatan rokok saat merokok bersama teman-teman. (5052)
CIP merokok untuk pertamakalinya saat kelas satu SMA. CIP tidak merokok setiap hari. CIP hanya merokok saat ia memiliki uang untuk membeli rokok.
Setelah mendapatkan rasa nikmat dari merokok, maka CIP mencoba merokok sendiri. (54-55) Butuh waktu 6 bulan untuk dapat merasakan nikmatnya rokok dan akhirnya mencoba merokok sendiri. (57-58)
Ingin menandingi teman (4446) Merokok bersama temanteman
Tidak merasakan kenikmatan merokok (50-52)
Merasakan kenikmatan saat merokok Merokok sendiri setelah 6 bulan
Merokok diusia remaja awal (59) Pertama kali merokok saat kelas satu SMA. (59)
Tidak merokok setiap hari Merokok jika memiliki uang 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tidak merokok setiap hari. Merokok jika memiliki uang 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Tadi kan kamu bilang, negatifnya kamu ga mikir lah, murni biar sama kayak tementemenmu. Kepo juga. Kepo juga kan. Nah, waktu itu kenapa kamu ngerasa harus sama kayak temenmu. Yah gimana yah, karena masa SMA kan masa-masanya anak labil. Sini ngikut sini. Situ ngikut situ. Berarti ketika kamu ingin sama dengan teman-temanmu, selain merokok kamu ada ga keinginan yang lain? Selain merokok, maksudnya gimana sih. Dari ceritamu tadi kan temen-temenmu merokok, karena kamu temennya maka kamu ikut ngerokok juga. Kamu ada kepikiran melakukan hal lain ga selain merokok untuk bisa tetap sama dengan temanmu? Karena masih polos, masih suka ngikut-ngikut gitu deh, ga mikirin yang lainnya.
82 83 84 85
Terus waktu itu mereka (teman CIP) kan nawarin, apa yang mereka bilang tentang rokok itu kamu inget ga? Apa kira-kira. Sebenernya bahasa jawa sih. Yah kayak, “Cah
CIP mencoba rokok karena didorong rasa ingin tahu terhadap rokok. CIP merasa sewaktu SMA, dirinya masih labil sehingga CIP merokok sekedar mengikuti teman-temannya.
Adanya rasa ingin tahu terhadap rokok. (66) Ingin mengikuti teman sehingga merokok. (68-70)
Suka mengikuti teman. (8081) CIP merasa swatu SMA dirinya Tidak memikirkan hal lain masih polos dan suka mengikuti selain merokok teman. Hal tersenut membuat CIP tidak memikirkan hal lain selain merokok.
CIP dicemooh oleh teman-
Adanya cemohan dari
Ingin tahu, menandingi teman (66, 68-70)
Menandingi teman (80-81) Tidak memikirkan hal lain selain merokok
Cemohan dari teman 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113
lanang kok ya ra udut coro liane, kayak diimingimingi gitu. Terus apa lagi yang mereka bilang? Yah semacam itulah, kayak ajakan bahasa jowo. Berarti mereka bilang kayak misalnya, kamu ga merokok berarti kamu ga laki? Nah, ha ah (mengiyakan). Kayak gitu tapi menggunakan bahasa lain. Bahasa alien. Dampak yang kamu rasain dari habis merokok itu apa? Kalo dampak yang selama ini aku rasain kayak batuk. Yah kalo batuk yang perokok sama gak perokok itu beda kan. Saya tuh, sebelum merokok, batuk dikasi obat sembuh. Tapi setelah merokok, batuk, dikasi obat ada sembuhnya sih, tapi agak kepending gitu loh. Yang lain lagi apa? Yang lain lagi (berpikir), rasa dari rokok itu sendiri. Rasanya kayak, kan ada yang filter, mild ringan, ada yang mentol, ada yang ice. Nah itu tergantung suasana hati. Oh, suasana hati mempengaruhi rokok. Tapi yang paling sering tuh. Kalo aku yang paling sering mild, ringan. Mmmm... Pas kapan aja kamu merasa butuh rokok tuh loh. Waktu pup (BAB), setelah makan, pas lagi ngopi, break dari ngerjain tugas atau belajar. Soalnya kalo belajar terus kan jenuh. Yang jelas itu, pup (BAB), makan, ngopi. Hampir tiap hari? Ga hampir tiap hari sih.
temannya karena tidak merokok. Teman-teman CIP menanyakan mengapa anak laki-laki seperti CIP tidak merokok. CIP dikatakan tidak jantan karena tidak merokok.
CIP merasakan dampak dari merokok saat CIP batuk. Setelah merokok proses pemulihan dari sakit batuk membutuhkan waktu lama. CIP mengkonsumsi jenis rokok sesuai dengan suasana hati.
CIP merokok ketika sedang BAB, setelah makan, saat minum kopi, saat beristirahat belajar atau saat mengerjakan tugas. CIP akan merokok ketika
teman.(85-87)
Proses pemulihan penyakit butuh waktu lama. (99-100)
Menganggu kesehatan
Suasana hati mempengaruhi konsumsi rokok. (102-106)
Suasana hati
Merokok saat BAB. Merokok setelah makan. Merokok setelah belajar.
Merokok saat beraktivitas Merokok setelah beraktivitas.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134
Kalo sekarang berapa batang perhari? Sebungkus kadang sisa kadang enggak. Satu hari? Itu. Isi 20. Pas kapan habis? Sering. Garagara kalo aku sih sebenernya borosnya rokok bukan tergantung dari akunya yang rokok. Tapi kan teman, kita kan sukak kaum perokok kan kumpul bareng. Kalo udah duduk santai ngerokok dikeluarkan semua. Kayak mau yang nyoba punyaku, coba punyamu. Nah itu, aku ga tau sehari habis berapa. Tapi kalo sebungkus sudah pasti habis tapi bukan aku semua yang merokok. Berarti ada temen-temenmu juga? He em. Pernah ga kamu sendiri tuh kira-kira ngabisin berapa? Kalo sendiri liburan aku dirumah. Sebungkus bisa sampai tiga hari. Tiga hari bisa. Berarti otomatis lebih banyak waktu kamu ngumpul? Iya jelas. Waktu ngumpul, waktu ngobrol kayak gini rasanya juga pengen ngerokok sih. Ya itulah. Soalnya kalo dirumah sendiri, liburan ga ngapa-ngapain kan cuma waktu pup makan, stelah makan, sama belajar, ngopi tadi.
135 136 137 138
Apa yang kamu rasain kalo kamu pengen merokok? Apa tanda-tandanya? Tandatandanya gimana yah, aku juga bingung gitu loh mbak. Sumpah. Aku dari dulu tuh mencari
merasa jenuh saat belajar.
Merokok saat merasa jenuh. (109-111)
Merokok saat jenuh
CIP menghabiskan kuranglebih sebungkus rokok dalam sehari. Ketika berkumpul bersama teman-teman sesame kaum perokok, CIP sering berbagi rokok.
Konsumsi rokok kurang lebih satu bungkus perhari (115) Berkumpul dengan teman perokok. (119-120) Berbagi rokok dengan teman. (120-122)
Kurang lebih satu bungkus perhari
CIP menghabiskan satu bungkus rokok dalam waktu tigahari ketika dirumah. CIP banyak mengkonsumsi rokok ketika sedang berkumpul bersama teman-temannya. CIP merasa ingin merokok saat sedang berbincang-bincang dengan ornaglain.
Jumlah konsumsi rokok lebih banyak saat berkumpul bersama temanteman. (130) Ingin merokok saat berbincang-bincang. (130132)
Konsumsi rokok lebih banyak bila bersama teman-teman
CIP tidak merasakan sensasi apapun ketika ingin merokok. CIP berusaha mencari tanda-
Tidak merasakan tanda apapun ketika ingin merokok. (136-141, 145-
Merokok bila ingin
Berkumpul dengan teman perokok Berbagi rokok
Merokok saat beraktivitas
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162
jawabannya. Kenapa kok dari dulu temen-temen bilang kecut lambene kayak opo gitu. Tapi saya, ga merasakan yang kayak gitu. Kecut lambene yang dimaksud seperti apa sih lambenya ga kecut. Soalnya aku denger dari yang lainnya itu kayak gitu jadi asem gitulah lah. Tapi saya ga merasakan kayak gitu, hanya rasa pengen sih. Nggak nggak apa yah ada efek aku udah gini terus aku harus gini tuh ga ada. Berarti kapan kamu pengen, ya udah. Iya. Terus kalo misalkan kira-kira dalam satu hari kamu bisa gak ga ngerokok? Gak mungkin sehari gak ngerokok. Udah kebisaaan, udah kecandu banget gitu. Dari waktu SMA itu udah langsung kecandu banget atau? Belum mulai kecandu banget akhir-akhir kelas tiga mau ujian nasional. Itu lebih banyak ngerokoknya waktu deket-deket ujian? Iya. Soalnya belajar, merokok, belajar merokok, belajar, merokok, Kalo kepanitiaan kamu rokoknya juga sering? Ya tergantung sih. Kalo kepanitiaan kan ada aturannya juga sih.
tanda yang menimbulkan keinginan untuk merokok, namun belum menemukannya. CIP akan langsung mengisap rokok ketika menginginkannya.
146)
CIP tidak bias bila tidak merokok dalam satuhari. CIP mengatakan merokok sudah menjadi kebiasaan dan ia telah kecanduan merokok. CIP mulai kecanduan merokok saat kelas tiga SMA, saat CIP hendak mengikuti ujian nasional. CIP mengatakan sehabis belajar ia langsung merokok. CIP akan merokok sesuai dengan aturan kepanitiaan ketika sedang bergabung pada sebuah kepanitiaan.
Mengkonsumsi rokok setiap hari. (151-153)
Merokok setiap hari
Terbiasa merokok Merasa kecanduan rokok sejak kelas tiga SMA, ketika hendak mengikuti Ujian Nasional. (156) Merokok sehabis belajar. (158-159)
Terbiasa merokok, Kecanduan rokok sejak SMA (156) Merokok setelah beraktivitas
Merokok mengikuti aturan Mengikuti aturan merokok dikepanitiaan. (161-162)
163 Sejauh apa kamu tahu tentang risiko 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190
merokok? Kalo dari kanan kiriku pokoknya ngatain yang negatif. Pokoknya yang bisa menyebabkan kanker, serangan jantung apalah. Buktinya aku ngerokok ga kena tuh. Terus kata, pernah denger nggak mbak, opo apa yah, lelucon dalam bis ada dua orang bercerita tentang rokok. Nggak aku belom pernah denger. Misalnya aku sama kamu dalem bis. Kamu bukan perokok, aku perokok kita didalam bis. Kamu tanya aku, mas sehari habis berapa batang rokok . Aku jelasin, dua bungkus mas. Terus, perbungkusnya harganya berapa? Sekian mas. Coba sebulan berapa dikali tiga puluh. Sekian mas sekian. Nah, itu bisa buat beli mobil mas. Langsung aku jawabnya simple, mana mobilmu kok naik bis. Oh iya. Lah, tiap orang kan kebutuhannya sendiri-sendiri. Abis itu apalagi yang kamu tahu? Rokok, ya kayak pokoknya kayak satu batang rokok mengurangi sebelas menit hidup. Apasih! Itu quote ga jelas dari siapa sih. Yang jelas ga ngerokok orang itu pasti bakalan mati. Yang kedua, merokok orang juga bakalan mati. Mending ngerokok sampai mati. (Tertawa). Kalo sekarang kamu belum ngerasain ini nya? Belum. Yang serem-serem yang dikatain orang itu. Mungkin paru-paruku udah gelap. Tau dari mana. Ga tau sih.
CIP mengatakan orang sekitarnya mengatakan tentang efek negative dari merokok. CIP mendengar bahwa rokok dapat menyebabkan kanker dan serangan jantung. CIP tidak merasakan efek negatif dari merokok seperti yang diinformasikan.
CIP tidak mempercayai quote yang menyatakan bahwa rokok memperpendek lamanya kehidupan. CIP berangapan bahwa merokok atau tidak merokok, seseorang pada akhirnya akan mati. Oleh sebab itu, CIP memilih merokok sampai mati.
Ada informasi risiko Ada informasi risiko merokok merokok dari segi kesehatan yang diberitahukan oleh orang disekitar CIP. (165167)
Saat ini tidak terkena efek negative dari rokok.(165168)
Tidak mempercayai himbauan bahaya merokok. (181-184) Rokok bukan penyebab kematian secara langsung.
Tidak terkena efek negative dari merokok (165-168)
Tidak percaya himbauan Rokok bukan penyebab kematian secara langsung(181184)
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201
Terus ada yang sempet ngasi tau ga sih. Mengingatkan ada. Siapa aja? Orangtua yang jelas, terus pacar. Oh aku ga punya pacar. Punya gak sih? Dari tadi pacar pacar. Oh ya, punya tapi cuma satu. Iyalah. Temen-temen khususnya yang cewek itu juga sering. Kalo cowok sih, juga sama-sama perokok mana mungkin bisa ngingetin. Kadang, sesama perokok bisa ngingetin juga loh. Oh gitu, tapi lebih sering yang mana ngingetin ato apa? Lebih sering ngajak beli rokok bareng. Hahaha (tertawa).
Orangtua dan pacar mengingatkan CIP akan risiko merokok. Teman laki-laki CIP adalah perokok. CIP mengatakan sesame perokok terkadang mengingatkan untuk mengurangi jumlah konsumsi rokok. CIP lebih sering membeli rokok bersamaan dengan teman-teman sesama perokok.
Orangtua, teman Diingatkan risiko merokok perempuan, dan pacar CIP oleh keluarga dan pacar mengingatkan tentang risiko bahaya merokok. (192-196) Teman-teman adalah perokok Teman laki-laki CIP adalah perokok. (196-197)
Saling mengingatkan Sesama perokok saling mengingatkan jumlah rokok yang dikonsumsi. (198-199)
Membeli rokok bersama
202 203 204 205 206 207 208
Kalo sekarang merokok bareng siapa aja? Yah sama temen komunitasku (perokok) tadi. Itu yang paling sering. Misalnya ya aku kuliah cuma hidup dikampus dikos kampus dikos. Yah kumpulnya cuma sama orang-orang itu tok. Nyaman, elegan, comfortable banget gitu loh. Ramah lingkungan. Kemana-mana bisa.
CIP biasanya merokok dengan teman-teman komunitas kelompok perokok. CIP hanya berkumpul dengan orang-orang tergabung dalam kelompok tersebut. CIP merasa nyaman saat berkumpul dengan temanteman kelompoknya.
Sering membeli rokok bersama dengan temanteman perokok. (200-201) Merokok dengan temanteman kelompok perokok. (202-204)
Merokok dengan teman-teman
Rasa nyaman Adanya rasa nyaman berteman dengan teman 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok sesama perokok. (205-208) 209 210 211 212 213 214 215
216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229
Kalo seminggu bisa berapa bungkus habisnya? Aku kalo sekarang sehari satu. Seminggu yah tujuh tapi kalo senin sampe jumat itu bisa lima, sabtu minggu itu bisaanya cuma satu bungkus. Soalnya pulang kerumah ga main. Tapi kalo main, kumpul sama temen apalagi minum, wah bisa nambah.
Pas kamu merokok apa sih yang kamu rasain? Kalo saya yah, ada sesuatu yang masuk gitu loh. Asep bisa di tahan, bisa dikeluarin, enak lah. Mau coba? Engga lah. Terus bisa dimainin asepnya? Bisa. Abis itu apalagi? Yang diirasain apa yah. Dulu pertama yang aku rasain kok pusing. Soalnya kata temenku yang perokok lain tuh gak ngerasain pusing. Nikotin juga mempengaruhi. Bikin kepala pusing-pusing. Tapi sekarang udah terbiasa jadi. Lemah. Malahsekarang nyari-nyari apanya dari nikotin? Nyari-nyari pusingnya? Gak. Ga tau juga nyari apanya. Ga nyari apa-apa sih. Semacam ah ketagihan lah pokoknya. Enak.
CIP menghabiskan satu bungkus rokok dalam satu hari. Diakhir pekan, CIP hanya menghabiskan satu bungkus rokok karena CIP berada dirumah. CIP akan menghabiskan rokok lebih banyak apabila berkumpul bersama teman-temannya.
CIP dapat memainkan asap dari rokok saat merokok. Hal tersebut membuat CIP merasakan sensasi kenikmatan saat merokok. CIP merasa pusing saat pertamakali mencoba rokok. CIP mengatakan bahwa zat nikotin yang ada pada rokok membuat kepala CIP menjadi pusing. Namun, saat ini, CIP sudah tidak lagi merasa pusing saat merokok. CIP merasa ketagihan untuk merokok.
Menghabiskan satu bungkus Satu bungkus rokok perhari rokok perhari. (210) Jumlah konsumsi rokok Banyak merokok saat bersama lebih sedikit bila berada teman-teman dirumah. (212-213) Jumlah rokok yang dikonsumsi akan lebih banyak bila berkumpul bersama teman-temannya. (214-215) Asap rokok menimbulkan sensasi kenikmatan. (217218)
Asap rokok menimbulkan kesenangan
Pusing Adanya rasa pusing saat mencoba rokok. (221-222) Nikotin membuat CIP pusing. (223-224) Tidak pusing 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tidak merasa pusing lagi saat terbiasa merokok. (224- Ketagihan merokok 225) Ketagihan merokok. (229) 230 231 232 233 234 235 236 237
Kalo misalkan kamu ga dapet rokok gimana? Ga dapet rokok, tidur. Misalnya, waktu luang nih. Kan aku merokoknya tiap waktu luang. Ga merokok yah tidur aja. Kalo gga yah diganti kayak kegiatan kayak maksudnya main game atau gimana gitu. Kalau gak, ketemu pacar. Yang lain gantinya rokok apa? Gantinya rokok apa yah, vapor mungkin.
238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248
Kalo rokok harganya 50 ribu kamu mau beli? Ngecer mungkin. Terus yang dibungkus-bungkus yang ada gambar serem-serem itu ga mempan po buat kamu? Gga sih menurutku. Kalo justru, itu cuma modusnya pemerintah sih. Sebenarnya apa yah, segala bantuan yang turun itu kan dari rokok, masak pemerintah naikin cukai rokok atau harga rokok, otomatis beasiswa pendidikan dari rokok kayak djarum atau sampoerna. Itu kan jadi ga laku.
CIP akan tidur bila tidak bias merokok. CIP merokok saat waktu luang. Selain itu, jika tidak bias merokok, CIP memilih bermain game atau bertemu pacar.
Tidur, bermain game, dan bertemu pacar saat tidak dapat merokok. (231-235)
Melakukan berbagai aktivitas bila tidak merokok
Merokok saat ada waktu luang.(232)
Merokok saat ada waktu luang.
CIP akan memilih membeli rokok secara eceran apabila nanti harga rokok bertambah mahal. CIP tidak terpengaruh terhadap gambar-gambar seram yang tercantum pada bungkus rokok. CIP mengatakan bahwa himbauan yang tercantum pada bungkus rokok hanyalah modus dari pemerintah.
Tetap membeli rokok meski harganya naik. (239)
Tetap membeli rokok
Tidak terpengaruh dengan himbauan merokok yang tercantum pada bungkus rokok. (242-423)
Tidak terpengaruh himbauan merokok
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263
Kalo sekarang orangtua ngelarang merokok ga sih? Pertama orangtua pasti ngelarang. Waktu SMA pertama kali kamu coba, ketahuan apa ga? Aku sembunyi-sembunyi pertamanya. Tapi kedua, langsung ketahuan. Kebetulan bapakku itu nyari apa gitu di dalem tasku ada rokok satu disalam tasku. Jaman SMA kan masih ngecer kan. Beli rokok satu, terus ditanyai punya siapa. Ya udah lah hadepi aja, orangtua bilang apa bla bla bla bla. Esok harinya ngerokok udah. Yang penting yah, kalo bapakku itu, langsung aja. Kalo ibumu? Sama ngelarangnya, sama cerewetnya. Lebih keibuku yang ngelarang merokok. Kalau bapakku yah cuek lah, padahal ayahku ga merokok.
CIP dilarang merokok oleh orangtuanya. CIP merokok secara sembunyi-sembunyi pada saat awal ia merokok. Namun, lama-kelamaan Ayah CIP mengetahui bahwa CIP merokok. Ayah CIP menanyai CIP dengan berbagai pertanyaan perihal rokok yang ditemukan dalam tas CIP. CIP menghadapi ayahnya dan keesokan harinya kembali merokok. Menurut CIP, ibunya sangat cerewet dan melarang CIP untuk merokok. CIP merasa ayahnya terkesan cuek saat CIP ketahuan merokok.
Adanya larangan dari orangtua untuk merokok. (250)
Larangan dari orangtua
Merokok sembunyi-sembunyi Merokok secara sembunyisembunyi. (252-253) Ketahuan merokok (253)
Ketahuan merokok
Tetap merokok Tetap merokok meski ditanyai berbagai macam hal oleh ayah CIP. (257259) Larangan merokok dari ibu Adanya larangan merokok dari ibu CIP. (260-262)
Sikap ketidakpeduli terhadap perilaku merokok
Adanya kesan ketidak pedulian ayah terhadap CIP yang merokok. (262-263) 264 265 266 267 268 269
Di orang rumah, keluarga ga ada yang merokok? Ga ada. Sama sekali? Kalau orang rumah sama sekali ga ada. Berarti lebih banyak yang merokok temantemanmu. Saudara-saudaramu ada yang merokok? Ada. Kalau sodara banyak.
Keluarga inti CIP tidak ada yang merokok.
Anggota keluarga tidak ada yang merokok. (265-266)
Keluarga tidak ada yang merokok
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283
Kan kamu cerita kan kamu sempat merokok sembunyi-sembunyi, itu kapan? Pas SMA. Emang ada larangan merokok? Ada sih, yah setiap sekolah ada larangan merokok. Tapi tetap aja sembunyi sembunyi. Sempet ketahuan ga? Sempet sekali. terus kamu gimana? Ya terus Cuma disuru ke lapangan, apa disuruh buat surat keterangan gitu loh. Pernyataan, orangtuanya dipanggil. Apa yang kamu rasain saat itu? Jengkel sama gurunya. Kenapa pada saat itu dia keliling. Padahal jam istirahat kan waktunya ya beristirahat. Setelah itu, kamu masih merokok? Masih lah. Wajar kalo SMA juga ada perokok.
284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297
Kamu cerita kan kalo pas batuk itu sembuhnya lama ketika sudah merokok. Nah itu kamu cara. Ganti pake rokok mentol. Soalnya tiap orang ngatasinya beda-beda. Kalo aku batuk bisaanya aku ganti kementol atau ke ice. Oh gitu, itu nimbulin rasa yang sama ga sih kayak obat batuk mentol? Yah sekedar mentolnya yang perlu, rasanya beeesss… Berarti pas kamu merokok yang terasa ga cuma dimulut aja? Iya ditenggorokan juga. Terus ada suka sama dukanya ga sih dari merokok? Sukanya itu ada rasa ketagihan. Dukanya itu dompet. Semakin lama, semakin naik harganya. Dulu jamanku masih pemula,
Sewaktu SMA, CIP merokok secara sembunyi-sembunyi. Sekolah CIP melarang siswanya untuk merokok. Tetapi CIP tetap merokok secara sembunyisembunyi. CIP sempat ketahuan merokok disekolah. Guru CIP memberikan hukuman berupa menulis surat keterangan dan memanggil orangtua CIP. CIP merasa jengkel dengan guru yang memberikan hukuman padanya.
Merokok secara sembunyisembunyi. (271; 273-274) Larangan untuk merokok dari sekolah. (272-273)
Merokok sembunyi-sembunyi
CIP mengganti jenis rokoknya dengan rokok mentol saat CIP sedang batuk. CIP tidak hanya merasakan sensasi dari rokok di mulut namun juga di tenggorokan.
Mengganti jenis rokok sesuai dengan kondisi tubuh. (286-289) Ada rasa nikmat dimulut dan tenggorokan saat merokok. (292-293)
Rokok menyesuaikan kondisi tubuh Rasa nikmat dimulut dan tenggorokan
CIP merasa sudah ketagihan merokok. Setelah merokok CIP merasa
Adanya rasa ketagihan rokok (295) Kehilangan banyak uang
Ketagihan merokok (295) Kehilangan uang (296-297 Mengganggu kesehatan (302)
Larangan merokok dari sekolah Mendapat hukuman
Menerima hukuman akibat merokok. (275-278) jengkel Adanya rasa jengkel terhadap guru. (279-280)
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315
316 317 318 319 320
harga rokok djarum super harga ecerannya itu masih 800 rupiah perbatang kalo sekarang 1500 rupiah perbatang. Terus ada lagi ga? Dukanya yang lain apa yah? Ga ada sih cuma kendala itu. Yah sama batuk sulit sembuh lagi. Sukanya ada lagi? Sukanya kalo merokok sambil ngobrol jadi lebih nikmat. Apalagi kalo ngobrol dengan sesama perokok tambah asik gitu loh. Asiknya kayak gimana? Kayak ga garing banget. Yah gitu sih. Oiya, pandanganmu tentang rokok sekarang bagaimana? Maksudnya? Dalam pikiranmu sekarang rokok seperti apa? Rokok itu adalah melebihi teman menurutku. Soalnya dimanamana ada, sewaktu-waktu bisa. Comfortable tadi. Terus ya, sekedar itu sih. Merokok membunuhmu itu quote ga jelas. Ada lagi ga? Kayaknya itu aja deh. Itu aja.
kehilangan banyak uang karena harga rokok yang semakin lama semakin naik. CIP merasa sulit untuk sembuh dari penyakit setelah dirinya merokok. CIP lebih merasakan sensasi kenikmatan dari rokok saat berbincang sambil merokok bersama teman-temannya.
akibat merokok. (296-297)
CIP menanggap rokok sudah melebihi teman. Rokok selalu ada kapanpun dan dimanapun CIP membutuhkannya. CIP tidak mempercayai himbauan yang mengatakan bahwa merokok dapat membunuhmu. CIP mengatakan bahwa himbauan tersebut tidaklah jelas.
Rokok seperti teman. (310312)
Pemulihan dari sakit menjadi lambat. (302) Merokok sambil berbincang dengan orang lain menimbulkan rasa senang. (303-305)
Rokok ada kapanpun dan dimanapun saat dibutuhkan. (311-312) Himbauan bahaya merokok dianggap tidak jelas. (313314)
Merokok sambil berbincang menimbulkan kesenangan (303-305)
Rokok sebagai teman (310312, 311-312)
Himbauan bahaya merokok tidak jelas (313-314)
Tambahan: Kalau misalnya kamu ngambil keputusan apa yang pertamakali kamu lakuin biasanya? Keputusan tentang apa dulu nih mbak? Misalnya kamu diwajibkan untuk memilih dan ada banyak pilihan, tetapi kamu 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
321 322 323 324 325 326
diwajibkan memilih satu. Nah untuk memutuskan apa yang kamu pilih itu apa yang kamu lakuin? Ya berpikir, apa yah. kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan. Yah kalo aku sih, iya yah iya. Enggak ya enggak. Itu prinsipku.
327 328 329 330 331 332 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348
Bagaimana caranya kamu meyakinkan diri kalo ya udah kamu milih yang ini aja? Ya terima risikonya. Ya udah itu. Jadi kamu ngelakuin itu tuh, disetiap kamu mau menentukan keputusan atau cuma kadang-kadang aja kamu kayak gitu? Kalau posisi aku ngantuk banget yah aku tidur, terus belajarnya mungkin pas sebelum kelas. Kalo aku sih tiap mau menentukan keputusan kayak gitu. Misalnya kayak apa yah. Seandainya misalnya belajar atau tidur. Abis itu, kamu bilang kan itu disetiap kegiatan kamu ngelakuin itu kan? Iya. Nah, pas kamu awal coba ngerokok kamu ngelakuin itu juga ga? Iya. Iya? Apa yang kamu pikirin waktu itu? Yang pertama yah jelas itu orangtua. Dimarahain atau enggak. Terus efek negatifnya. Tapi takut sama orangtua, guru kalo ketauan. Kalo sekilas
Saat akan menentukan keputusan, CIP memikirkan kekurangan dan kelebihan dari setiap pilihan. CIP memiliki prinsip dalam menentukan keputusan.
Memikirkan kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan untuk menentukan keputusan. (324-326)
CIP meyakinkan diri dengan menerima risiko dari pilihan yang akan diambil. CIP memutuskan untuk tidur bila ia sangat mengantuk dan belajar sebelum kelas dimulai. CIP cenderung mengambil keputusan menyesuaikan dengan kondisinya.
Memilih keputusan yang dapat ditanggung risikonya (328-329). Membuat keputusan disesuaikan dengan kondisi CIP. (332-335)
CIP mengatakan ia melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum mencoba merokok untuk pertamakalinya. CIP memikirkan efek negative
Melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum mencoba rokok (344) Adanya kekhawatiran akan dimarahi oleh orangtua.
Melakukan pertimbangan terhadap konsekuensi
Memilih keputusan yang dapat ditanggung risikonya
Melakukan pertimbangan sebelum mencoba merokok Khawatir akan dimarahi 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359
waktu coba-coba itu. Yang lainnya enggak. Berarti itu kamu mikir negatifnya kalo kamu mau merokok gitu? Iya.
360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375
Ooo gitu terus apa lagi yah. Oh iya, waktu itu apa sih yang kamu bayangin tentang rokok? Apa yang kamu pikirin tentang rokok. Pas dulu loh yah, bukan sekarang. Rokok tuh ya, kayak apa yah. Ada pertanyaan yang lebih spesifik lagi gak? Jadi kan kamu pas mau nyobak nih, nah abis itu apa yang kamu bayangin dari ngerokok tuh loh. Gimana yah? Apa yang didalem pikiranmu waktu itu tentang merokok lah? Negatifnya atau positifmya. Kalo aku sih ga mikir negatifnya tuh loh. Cuma rasa keponya malah lebih ke positif. Rasa positifnya kayaknya ada orang yang ngisep sesuatu asepnya keluar masuk keluar lagi. Kayaknya asik tuh loh masuknya sama keluarnya.
Nah, kamu ada mikir ga sih keuntungannya kalo misalnya nanti kamu merokok? Ga ada keuntungannya. Sekedar coba-coba. Kepo. Orang temen-temenku semuanya kayak gitu.
dari merokok. CIP merasa takut dimarahi orangtua jika ketahuan merokok.
(346-348) Memikirkan efek negatif dari merokok.(347)
orangtua
CIP merasa saat itu tidak memikirkan keuntungan dari merokok, ia hanya sekedar mencoba dan memuaskan rasa ingin tahu.
Tidak memikirkan keuntungan dari merokok.(356-357) Ingin memuaskan rasa ingin tahu terhadap rokok (356357)
Tidak memikirkan keuntungan dari merokok
Tidak memikirkan kerugian dari merokok (saat akan mencoba rokok). (371-372) Rasa ingin tahu mengarahkan pada
Tidak memikirkan kerugian dari merokok
CIP tidak memikirkan kerugian dari merokok. Rasa ingin tahu CIP terhadap rokok mengarahkan CIP pada keuntungan yang akan ia dapatkan setelah merokok. CIP lebih membayangkan bahwa
Ingin memuaskan dorongan dari rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu mengarahkan pada keuntungan merokok 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404
Terus ada lagi? Bayangin kalo ngerokok itu, aku kira ada rasanya juga. Misalnya kayak rasa tiap rokok berbedabeda tapi kalo faktanya menurutku tiap rokok tu yah rasanya ya beda sih tetapi ga seperti yang dibayangin sama sebelumnya. Kayak misalnya sebelumnya tuh rokok ini sama ini. Misalnya, gimana yah, sulit ceritanya. Yah gapapa ceritain aja. Misalnya sebut aja merk yah. Kalo malbor sama apa yah, 76. Aku ngebayangin rasanya. Kok kayaknya rasanya enakan Marlbor tapi pas kalo pas udah pernah coba dua-duanya. Rasa enaknya itu ga jauh beda tuh loh. Terus ada lagi ga yang kamu pikir, selain kamu kepo itu? Kayaknya rasanya beda. Terus adalagi ga? Yah Cuma itu sih. Terus, oh iya, setelah udah ngerokok kan, kamu ada ngerasain keuntungannya gak setelah merokok? Ada boros. Itu kerugian Misalnya, bisa ngisi waktu luang sih. Misalnya bangun tidur, bingung mau ngapain, ngerokok. Itu keuntungan sih buatku. Terus ada lagi gga? Apa lagi yah. Yah buat refreshing lah buat aku.
menghisap dan memainkan asap keuntungan yang Menghisap rokok rokok akan memberikan didapatkan setelah merokok menimbulkan rasa senang kesenangan. Menghisap rokok dan memainkan asap rokok akan menimbulkan rasa senang. (373-376) Membayangkan rokok memiliki rasa yang berbedabeda. (378-379)
CIP merasa menghabiskan banyak uang untuk membeli rokok. CIP merasa waktu luang yang dimiliki dapat diisi dengan merokok. CIP dapat menjadi media untuk
Menghabiskan banyak uang untuk membeli rokok (398) Rokok dapat mengisi waktu luang (400-401)
Kehilangan uang
Rokok menjadi media untuk
Merokok dapat menyegarkan
Rokok mengisi waktu luang
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
405 Kayak misalnya apa yah, jenuh, bingung mau 406 ngapain, pikiran banyak, lagi stress ato gimana 407 ngerokok. Itu ngaruh banget.
408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430
Ngaruh banget? Apa yang kamu rasain tuh loh. Waktu ngerokok kamu refreshing, refreshing itu apa yang kamu rasain? Refresh, pokoknya yah gitulah (tertawa). Berarti ada rasa lega kayak gitu kah? Iya ho oh. Terus penatnya hilang, terus apalagi? Ngusir nyamuk. Emang fogging? Ya udah sih itu aja kayaknya. Itu sih lebih ke pertimbangan waktu kamu coba rokok diawal, kamu pasti toh kayak pasti ada berpikir gitu lah. Kira-kira kamu berpikirnya, oh gini ketika kamu ditawarin sama temenmu satu kali itu apa yang kamu lakuin? Mikir dulu. Mikir dulu? Itu kira-kira mikirnya berapa lama? Ya ga sampe full istirahat pertama jam sekolah. Berarti pas itu dalam satu hari itu, misalkan pagi ditawarin terus? Oh kalo itu maksudnya aku udah ditawarin
refreshing saat CIP merasa jenuh, binggung, banyak pikiran, stress dan tidak tahu ingin melakukan apa. CIP merasa rokok sangat banyak memberikan pengaruh.
menyegarkan pikiran dan meredakan kepenatan akibat banyak pikiran (refreshing) (404-407)
CIP merasa segar kembali setelah merokok CIP merasa lebih lega setelah mengkonsumsi rokok.
Merasa segar kembali (411) Mengkonsumsi rokok menimbulkan rasa lega. (412-413)
CIP tidak langsung menerima tawaran temannya untuk merokok. CIP mengakui dirinya berpikir terlebih dahulu.
Berpikir sebelum menerima tawaran (424) Tidak langsung menerima tawaran teman untuk merokok (424)
Melakukan pertimbangan (424)
Ditawari merokok berkalikali. Selalu menolak tawaran
Ditawari merokok berkali-kali dan menolak (430-431)
CIP telah berkali-kali ditawari merokok oleh temannya. CIP mengatakan karena ia banyak menolak tawaran untuk
pikiran dan meredakan kepenatan (404-407, 411, 412413)
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459
berkali-kali. Cuma waktu jatuh temponya itu loh. Jatuh tempo? Ditawari yang penawaran terakhir. Bukan malah penawaran terakhir sih mungkin karena akunya yang ga terima terus masih ditawarin lagi. Itu yang mikirnya sesaat ga sampai 15 menit. 15 menit itu anggaplah itu penawaran terakhir lah ya. Berarti udah dari lama toh kamu ditawarinnya, Cuma kamu berani cobanya SMA toh? SMA ya? (Mengangguk) Itu ditawarinnya itu pas SMA atau udah lama? Kan itu yang nawarin temen SMA yang baru pertama kenal di SMA. Di SMP tuh juga ada yang nawarin tapi beda orang tuh loh. Penawaran itu selalu ada. Terus apa sih yang akhirnya bikin kamu pasrah, ya udah deh ikut. Karena kalah sama rasa kepo itu tadi. Jadi ditawarinnya itu dari kapan sebenernya? SMP kah? Kalo ditawari tuh dari SD, Cuma orangnya itu bukan itu-itu terus. Aku kan dari SD udah ditawarin Cuma berusaha menolak menolak menolak. Kan kalo anak SD kan takut banget kalo ketauan. Udah itu, aku sambil ngulur waktu, sampai juga. Akhirnya coba juga.
merokok, temannya kembali berkali-kali menawarkan untuk ikut merokok.
teman untuk merokok (430431)
CIP ditawari merokok saat awal masuk SMA, namun sebelumnya saat SMP CIP juga pernah ditawari.
Semenjak SMP sudah Ditawari merokok ditawari untuk ikut merokok (445-447)
Rasa ingin tahu CIP membuat CIP akhirnya membuat CIP mencoba merokok. CIP telah ditawari merokok sejak SD. CIP tidak langsung menerima tawaran tersebut karena takut ketahuan merokok.
Adanya rasa ingin tahu tentang rokok. (450)
Ingin tahu
Ditawari merokok sejak SD Menolak tawaran teman karena takut ketahuan (453458)
Ditawari merokok dan menolak Takut
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471
Ho oh. Tapi pas kamu mikir berani gga nya itu yang paling berat kamu mikir itu pas kapan? Pas itu terakhir penawaran itu tadi. Pas limabelas menit itu? Iya Terus apa respon temenmu ketika kamu pertama kali cobak? Ya diketawain sih, soalnya batuk. Udah abis itu? Yah sekedar itu aja. Terus coba-coba tapi ga setiap hari gitu.Belum setiap hari.
CIP berpikir cukup keras pada saat diberikan penawaran terakhir untuk merokok.
CIP ditertawakan oleh temantemannya karena batuk saat pertamakali mencoba merokok.
Berpikir keras pada saat penawaran terakhir (463)
Berpikir keras
Ditertawakan teman karena batuk saat merokok (468)
Ditertawakan batuk
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Inisial : S JK: L No. Verbatim 1 Terus waktu kamu awal mulai merokok itu, piye ceritane? 2 Aaa waktu itu SMP kelas tiga, pas libur. Kan gabut toh mbak, 3 terus biasa toh jaman SMP kan masih bocah. Mentale kan juga 4 masih bocah. Belum bisa mikir panjang toh mbak masih pelarian 5 yang ga jelas gitu. Nah, waktu itu, kan aku deket sama cewek toh 6 mbak, alaaahh jijik banget. 7 Gapapa gapapa, aku dengerin. 8 Aib ini, deket sama cewek toh mbak. Itu dari SMP kelas dua sampai SMP kelas 3 terus deket lagi. Udah sampai mau jadian 9 10 terus tiba-tiba ngilang. Ninggalke dengan alasan sing ra mutu tuh 11 lo mbak. Alesanne ki, “kamu terlalu baik buat aku”. 12 Woooo 13 Opo ki loh, asem ki alesane ra mutu. Terus tak tanya alesan detail 14 tuh gak mau jawab, yah terus lost contact sampai sekarang. Yo 15 paling cuma dikit, kontak cuma sebatas basa-basi. Nanyak seputar 16 pensinya, kan dia adek kelas soalnya. Masih SMA. Jadi kayak 17 unfinished business tuh mbak sampai sekarang. Terus aku coba 18 beraniin ngerokok. Cobak pertamanya itu ga enak. Pait, batuk, 19 terus yo wis. Terus abis itu nyobak lagi besoknya loh kok enak. 20 Terus lanjut sempet ganti ke shisa, yang pake alat itu. Nah, waktu 21 SMP tuh ak sering banget nyisa sama temen-temenku, sama 22 temenku yang E itu. Nyisa nyisa nyisa, masuk SMA mulai kenal, 23 kan SMA pertama kalinya kan euphoria tenan toh masuk JB. 24 Rasane bangga tenan toh mbak. Meneh temen-temene cowok 25 semua dan itu opo jenenge, iki loh temen-temenmu sing bener26 bener dulur. Euforia, pergi terus, nah terus pergi ke burjonan. 27 Pasti pulang sekolah ke burjo ngerokok, lanjut sampai sekarang. 28 Yah awalnya gitu mbak, gara-gara pelarian cewek. Bocah tenan
Satuan Makna
Satuan Makna Dipadatkan
Kode
S merokok saat libur sekolah. S saat itu duduk dikelas tiga SMP. S banyak memiliki waktu luang dan tidak memiliki banyak aktivitas. S merasa belum dapat berpikir untuk jangka panjang. S mengatakan merokok adalah bentuk pelariannya dari masalah dengan teman dekat perempuannya.
Merokok pertamakali saat duduk dibangku SMP kelas tiga. (2-3) Dorongan dari dalam diri untuk melarikan diri dari masalah (1-18)
Merokok diusia remaja awal
Merokok sebagai media untuk menghilangkan rasa kecewa (13-18)
Merokok sebagai media untuk menghilangkan rasa kecewa
Merasakan pahit dan batuk saat merokok
Merasa pahit Batuk
S mulai merasakan kenikmatan dari merokok
Merasakan kenikmatan
S merasa permasalahan dengan teman dekat perempuannya tidak terselesaikan. Permasalahan yang dialami membuat S memberanikan diri untuk mencoba merokok. S mengatakan rasa rokok tidak enak saat pertamakali mencobanya. S merasakan sensasi pahit dan mengalami batuk.
Ingin melarikan diri dari masalah
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
toh mbak. Isin e jaman bocah.
Apa yang kamu rasain pas awal pertamakali nyobain rokok? Aaaaa… nek rasa secara dimulut ga enak. Tapi dihati rasanya wis… luweh. Kan pelarian toh mbak, ah biarlah luweh. Pengen refreshing. Nah dulu mikirnya rokok itu refreshing. Terus lamalama yah belo dewe. Ning ngopo ngerokok? Ngapain aku merokok? Ga enak toh, berentine susah lagi. Sempet mau berhenti, berhentine susah terus njuk, sing jelas toh mbak… nek pagi pasti banyak riak tuh loh. Sama setiap sakit nek dulu demam tuh nek sakit pasti tiga hari sembuh.sekarang tuh bisa lebih dari tiga hari. Misale sariawan tuh dulu lima hari sembuh. Sekarang bisa seminggu. Lebih dari seminggu. Terus keluargaku kan ga ada yang merokok. Dulu papaku ngerokok tapi 2010 udah berhenti. Meski aku tenan merokok ki kendala banget dalam keluarga.
S merasa sangat senang dan bangga karena berhasil masuk ke Menjadi perokok aktif sekolah JB. S sering semenjak SMA (23-27) bepergian bersama teman-temannya. Sepulang sekolah sekolah S terbiasa merokok. Sejak saat itu S aktif merokok hingga sekarang. S merokok pertamakalinya akibat memiliki masalah dengan teman dekat perempuannya. Merokok merupakan bentuk pelarian S dari masalah tersebut. Saat pertamakali mencoba rokok, S tidak merasakan kenikmatan dari rokok. S tidak merasakan sensasi kenikmatan dimulut saat merokok. Merokok merupakan bentuk pelarian dari masalah yang dihadapi S. S merasakan adanya perubahan suasana hati
Tidak merasakan sensasi kenikmatan di mulut. Terjadi perubahan suasana hati (30-32) Rokok untuk refreshing (32-33) Merasa tidak berdaya akibat kecanduan rokok (34-37) Rokok menganggu proses pemulihan dari sakit. (37-
Perokok aktif sejak SMA
Rokok tidak memberikan sensasi kenikmatan Rokok memberikan kesenangan secara emosi Rokok untuk refreshing Terikat dengan rokok (3437)
Mengganggu kesehatan( 37-40) 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Kakakku kan ga ngerokok alim toh. Alim banget. Sing senenge metu-metu Cuma aku. Yang doyan rokok, minum Cuma aku. Yo kan, istilahe kudu nutup-nutupi lah gara-gara ini. Terus ditutupi terus ya rasanya terikat wae mbak sama rokok ini. Nek ga ngerokok ga enak. Bahkan misalnya abis makan terus mau tidur tuh ga bisa kalo ga ngerokok dulu mbak. Mesti nek aku, habis makan dirumah, pergi. Nek alesane mau belajar kelompok, tapi kebanyakan kerja kelompok beneran sih. Nek enggak sih alesane ke burjo, ngopi bentar. Ngopi bukan ngerokok. Pulang terus tidur. Rasane wi piye yoo, jadi kayak habit gitu mbak. Nek kayak habis makan terus ga minum, nah gitu. Kayak habit gitu mbak. Kayak bener-bener kebiasaan tuh mbak. Gitu.
yang sulit digambarkan saat merokok. Pada saat itu, S ingin refreshing dari masalah yang dihadapi. S mengganggap rokok dapat menjadi bentuk refreshing. Setelah cukup lama merokok, S berpikir dan menyesali bahwa dirinya telah mencoba merokok. S merasa bahwa akan sulit untuk berhenti dari kebiasaannya merokok. S ingin berhenti merokok, namun S merasa kesulitan. Setelah merokok, S merasa tenggorokannya beriak setiap pagi. Setelah merokok, S merasa proses pemulihan dari sakit membutuhkan waktu yang lebih lama. Keluarga S tidak ada yang merokok. Ayah S sempat merokok namun telah berhenti pada tahun 2010. Merokok menjadi permasalahan dalam keluarga.S mengatakan
40) Merokok tanpa sepengetahuan keluarga (40-45) Kebiasaan merokok membuat S terikat dengan rokok (46-54)
Merokok sembunyisembunyi
Terikat dengan rokok
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya dirinya yang senang bepergian, merokok dan minum. Maka S harus menutupi bahwa jika dirinya merokok. Jika tidak merokok S merasakan keganjalan. S merasa terikat dengan rokok. S merasa merokok sudah menjadi kebiasaannya. 55 56 57 58 59 60
Berarti sampai sekarang mereka kamu ga tau kamu merokok? Yo paling mereka ga pernah ngetok-ngetok i. ketok e ga tau sih. Soale mereka bilang kalo aku pergi, ra sah melu-melu ngerokok. Kadang-kadang gitu, terus ak jawab, ora santé wae. Padahal aku merokok. Pinter-pinter menutupi lah istilahe.
61 62 63 64 65 66 67 68
Selain itu, tadi kan kamu bilang merokok itu pelarian kan? Kamu sempet mikir ga mau coba pelarian yang lain selain merokok, waktu itu? SMP itu? SMP ini belum ada mbak. Pelarian selain merokok belum ada mbak. SMP tuh kan SMP Stece, SMP tuh ga ada nakalnakal toh. Ga ada anak-anak sing nakal-nakal mbak. Jadi yah aku belum kenal yang namanya minuman. Terus opo yo. Paling ya pelarianku yah cuma itu, dolan, terus pas SMP tuh kan liburan,
S mengatakan keluarganya tidak mengetahui bahwa ia merokok. S mengatakan bahwa keluarganya selalu mengingatkannya untuk tidak ikut-ikutan merokok. S menutupnutupi dirinya yang seorang perokok.
S tidak jujur pada keluarga dan merokok secara sembunyi-sembunyi (5760)
Menyembunyikan jatidiri
Saat SMP, S belum memikirkan pelarian lain selain merokok. Hal tersebut dikarenakan teman-teman S bukanlah
Tidak terpikirkan pelarian terhadap masalah selain dengan merokok.(64-65)
Tidak terpikirkan pelarian masalah dlm bentuk lain
S melakukan kegiatan
Mencari kesenangan 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
pas itu aku gek seneng-senengnya naik motor tuh loh. Paling itu terus ke Kaliurang motoran keliling, paling nonton band-band nan. Sampe kelas tiga SMP ini. Begitu masuk SMA baru kenal sama yang namanya minuman, pelarianku minum. Rokok hitungannya udah bukan pelarian yo koyok habit ga ada artinya gitu. Yo wis gitu aja mbak. Kebanyakan kan biasanya ikut-ikut tuh mbak. Liat orang lain merokok terus pengen ikut kan. Wah ketok tenan mbak aku liat kayak gitu. Sekarang apa toh. Aku malah mikirnya kayak gitu. Terakhir tuh aku musik sama rokok. Motivasine, orientasiku malah lebih ke music lebih pengen jadi musisi mbak. Pengene esok. Tapi kan kudu nggolek link toh mbak. Mau dapet link didunia music tuh susah banget mbak. Duite nggak jalan kalo bener-bener ga ada link. Nah, pelarianku itu sekaligus cari link. Jadi disini ada acara di café apa, terus dapet link. …. Terus komunitas bass aku ikutin. Kalo temenku manggung aku ikut bantu dia, aku nanti kan kenal sama yang lain juga. Jadi gitu mbak. Sekalian golek duit. Itu mbak. Uda seneng dapet duit. Nah itu mbak apalagi wis passion. Kalo ga passion wis angel mbak. Oiya, kalo kamu mengambil keputusan apakah kamu menimbang ga? Iya, aku termasuk banyak pertimbangan. Tenanan iki mbak. Kalo menimbang apa yang kamu lakuin pertama? Urusan yang jadi masalah atau uruan untuk memilih sesuatu? Yang aku lakuin? Yang kamu pikirin. Resikone mbak. Nek aku milih ini, resikonya ini. Aku sih mikir kayak gitu. Wah milih keputusan itu bingung nek iki resikone. Tapi nek iki iki resikone. Sue gitu. Yang dipikir terakhir tuh, wis lah waton maneh.
anak nakal. Sewaktu liburan SMP, S senang berkeliling dengan mengendarai motor bersama teman-teman S. Selain itu S juga suka menonton pertujunkan band. S saat SMA merokok telah menjadi suatu kebiasaan.
yang menimbulkan kesenangan(68-71) Semenjak SMA rokok menjadi kebiasaan (71-74)
Perokok aktif sejak SMA
Selama mengambil keputusan S banyak melaukan pertimbangan.
Melakukan pertimbangan sebelum risiko sebelum mengambil keputusan (9198)
Mempertimbangkan risiko
S mempertimbangkan risiko dari suatu pilihan saat melakukan pertimbangan.
Butuh waktu yang lama untuk melakukan pertimbangan (98)
Membutuhkan waktu yang lama
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S membutuhkan waktu yang lama saat memikirkan risiko dari setiap pilihan. 100 101 102 103 104 105 106 107
Terus misalkan dalam ini, apa namanya mau nimbangnimbang itu kamu nanya oranglain kah atau mikir sendiri biasanya? Nek itu menyangkut pribadi aku biasanya sendiri. Nek misalnya itu ga terlalu pribadi, aku ga bisa nyeleseiin aku pasti tanya sama orang lain. Soalne kan nek kita ga bisa nyeleseiin masalah sendiri kan mending tanya toh mbak daripada pusing sendiri terus tau-tau salah. Mending cari pertimbangan oranglain kayak gimana.
108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118
Terus waktu pertama kali coba rokok itu sempet nimbangnimbang ga? Ya sempet. Iya po? Apa yang kamu timbang? Ya aku ki kalo merokok jadi kayak gondes. Jadi mirip gondes. Citrane elek koyo ngene ngene ngene. Terus nek ketauan pasti diseneni. Hah, karena itu waktu kan aku masih bocah toh mbak. Yang namanya bocah kan belum bisa mikir panjang toh mbak.Nah itu wis, ah luweh. Jadi cuma gara-gara masalah cewek pun aku sampe ngerokok kan. Wah, elek lah bin pertimbanganne. Ga bisa mikir aku. Bocah labil.
S bertanya pada oranglain bila menemukan kesulitan dalam melakukan pertimbangan. Namun, jika S diharuskan membuat keputusan yang bersifat pribadi dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi maka S melakukan pertimbangan sendiri tanpa campur tangan oranglain.
Tidak mengijinkan Menjaga urusan pribadi oranglain ikut campur dalam urusan pribadi (103107)
S sempat melakukan pertimbangan sebelum memutuskan untuk merokok. Dalam pertimbangan yang dilakukan oleh S sebelum merokok, S memikirkan perubahan citra diri saat dirinya
Melakukan pertimbangan sebelum memutuskan untuk mencoba merokok. (110) Adanya konflik antara keinginan untuk merokok dan konsekuensi didapatkan akibat merokok.
Melakukan pertimbangan
Konflik keinginan dan konsekuensi negatif
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119 120 121 122 123 124 125
Terus apa yang akhirnya bikin ya udah aku ngerokok aja? Karena itu enak. Banyak orang punya mindset ngerokok itu mirip gondes. Bahkan ngerokok itu belum tentu ngebentuk kepribadian menurut aku mbak. Banyak orang kan mbak, akui ngopo ngudut? Koyo gondes. Koyo opo jenengen, koyo anak sing gak teratur. Menurutku ga mencerminkan itu, jadi ya beda konteks dengan yang lain. Cuma identiknya orang yang ngerokok itu gondes.
merokok. S merasa jika merokok S akan mirip dengan gondes dan dilabel jelek. Jika ketahuan sedang merokok maka S akan dimarahi. S merasa saat itu dirinya belum bias berpikir panjang sehingga hanya karena memiliki permasalahan dengan teman perempuannya membuat S akhirnya melarikan diri dengan merokok.
Merokok akan memberikan label jelek dan hukuman seperti dimarahi (112-114) Tidak dapat melakukan pertimbangan jangka panjang
Akan diberi label jelek dan mendapat hukuman
S merokok karena merasakan sensasi kenikmatan dari merokok. S merasa banyak orang memiliki pemikiran bahwa merokok itu mirip dengan gondes dan anak yang bermasalah. S menganggap bahwa merokok tidak membentuk kepribadian seseorang.
Merokok karena merasakan sensasi kenikmatan dari rokok. (120) Menyangkal bahwa rokok identik dengan label jelek (120-125)
Rokok memberikan kesenangan
Tidak melakukan pertimbangan jangka panjang
Menyangkal pelabelan jelek untuk perokok
126 Hooh sekarang. 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138
Habis makan tuh aku pasti ngerokok. Kalo ngerjain sesuatu juga aku pasti butuh rokok. Kalo belajar juga merokok. Kalo pas misale band-bandan gitu mbak, manggung, nah itu pasti ngerokok. Terus pas misalnya rekaman bikin lagu pasti. Pasti buat bantu cari inspirasi. Berangkat kuliah itu juga pasti. Terus kalo dingin, buat ngangetin badan. Jadi rileks tuh mbak. Ga ada ini tuh jadi aneh. Sakjane aku ga tau efeknya secara biologis apa aku ga tau. Kok bisa terus sampai. Paling dopamine naik. Tapi kayak sugesti aja wis koyo habit toh. Abis itu udah. Kalo ga ada itu berasa ada yang kurang. Iya.
139 140 141 142 143 144 145 146
Terus kamu merasa ngabisin banyak rokok tuh pas kapan? Pas lagi banyak masalah. Sama pas lagi gabut. Wis bingung lagi ngapain pasti hasil akhirnya ke burjo dari jam 7 sampai jam 1 malem. Nah ga jelas toh mbak. Dulu liburanku kayak gitu. Pas ada masalah, banyak. Pas ga ad kerjaan banyak. Terus apa lagi? Pas ada kerjaan juga banyak. Gek lagi sibuk gini palingan bisa beberapa gitu.
147 Berarti kamu ga ngitung satu hari tuh berapa gitu? 148 Ngitung endak mbak tapi nek ada satu bungkus yo pasti habis.
S merokok setelah makan, saat melakukan berbagai aktivitas dan setelah belajar. S merokok sebelum berangkat kuliah dan saat S merasa kedinginan. S merasa bahwa rokok dapat memberikan kehangatan dan meredakan ketegangan. S menganggap bahwa merokok sudah menjadi kebutuhannya dan merasa janggal bila tidak merokok. S merasa rokok sudah menjadi habit atau kebiasaan.
Merokok sebelum dan setelah melakukan kegiatan. (127-130) Merokok untuk menemukan inspirasi Merokok untuk memperoleh kehangatan dan membuat rileks(131133) Tak bisa lepas dari rokok (133-136)
Merokok diberbagai kesempatan
S meghabiskan banyak rokok saat S memiliki banyak masalah dan sedang dalam waktu luang atau tidak beraktivitas. S juga banyak merokok saat memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya.
Merokok untuk meredakan ketegangan akibat permasalahan yang dialami (140-146) Banyak merokok saat ada masalah, dan saat tidak ada kegiatan
Merokok untuk meredakan ketegangan
S tidak menghitung
Mengkonsumsi satu
Satu bungkus perhari
Merokok untuk mencari inspirasi Memperoleh kehangatan Membuat rileks
Terikat dengan rokok
Jumlah konsumsi meningkat saat ada masalah dan sedang tidak ada kegiatan
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149 150 151 152 153 154 156 157 158
Satu hari? Ho oh (mengiyakan, sambil tertawa). Kalo sebungkus ada. Kalo enggak, yah paling ngecer-ngecer wae. Yah enam atao delapan batang pasti ada sehari. Tapi pagi pasti. Pagi pasti. Pas mau berangkat sekolah, ngecer rokok pinggir jalan. Sambil dijalan. Sampai sini nek pas, ga pernah sih aku ga mepet. Wis langsung masuk kelas. Deeet. Pulang kelas paling kantin, makan disela-sela istirahat satu kelas.
159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178
Oiya, seberapa banyak kamu tau konsekuensi merokok? Konsekuensiku sosial sik mbak. Secara sosial aku pasti dimarahi keluarga. Karena apa? Karena keluargaku ga ada yang merokok. Apa namane, yah dari segi social kan kita dimindset orang-orang apalagi merokok kan. Tetanggaku kalo liat aku merokok, wah ki anakne Pak C, ngerokok ki ngopo? Misalnya dimindset orangorang tuh aku mikirnya jelek tuh mbak, dari segi sosial. Tapi nek aku pribadi terserah kamu bilang aku kayak gitu, terserah. Yak aku punya alasan yang lain yang kamu ga tau kayak gitu. Nek konsekuensi social yah paling itu. Terus sama kakakku yah, nah kakakku kan paling anti sama rokok. Bau rokok aja ngenalin. Wih koe mambu rokok seko ndi? Seko burjo, paling gitu. Konsekuensi social itu pasti ada. Terus kalo biologis, yah pas kalo sakit. Sakit biasa misalnya. Apalagi kalo pas batuk atau sariawan misalnya itu sembuhnya lama banget. Sama misale kayak pagi itu pasti riak (sambil menunjuk leher). Itu yang paling berat kan papaku sakit bukan dari faktor ngerokok sih. Dia ngerokoknya dari muda selesai 2010, tapi kena kankernya sekarang, kemarin. Paru-paru po? Nah bukan. Nah itu aneh toh. Mungkin ada kaitannya? Mungkin
banyaknya rokok yang ia konsumsi dalam satu hari. S merasa bahwa ia pasri menghabiskan satu bungkus rokok dalam satu hari. S merokok saat akan berangkat menuju kampus. S merokok saat selesai kuliah dan diselasela waktu istirahat. S mengetahui konsekuensi social yang didapatkannya jika ia merokok. S akan dimarahi oleh keluarganya karena anggota keluarganya tidak ada yang merokok. S mengatakan bahwa orang-orang memiliki pemikiran yang buruk terhadap perilaku merokok. S tidak mempedulikan anggapan oranglain terhadap dirinya. S merasakan konsekuensi dari merokok saat s sakit. Saat s batuk dan sariawan
bungkus rokok perhari. (148, 150)
Merokok sebelum dan sesudah melakukan aktivitas (154-158)
Merokok diberbagai kesempatan
Rokok dapat memberikan label jelek dan mendatangkan hukuman (160-165)
Rokok member label jelek dan mendatangkan hukuman
Tidak mempedulikan pandangan oranglain terhadap dirinya (166-167)
Merokok mempengaruhi proses pemulihan dari sakit. (171-173) Adanya rasa tidak nyaman pada tenggorokan dipagi hari. (173-174)
Tidak terlalu memikirkan
Tidak peduli
Mengganggu kesehatan
Tidak terlalu memikirkan 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179 konsekuensinya lebih ga tak pikir tuh loh mbak. Ah wis ben 180 luweh. Ah pikir keri, terakhir aja paling. Konsekuensi apalagi, ya. 181 Yah hidupku jadi terikat sama barang ini. Itu konsekuensinya. 182
183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203
Ada yang pernah komen ga atau protes kamu merokok? Paling temenku dulu SMP gitu. Saiki ngudut toh? Kui ngpo ngudut? Yah ngopo toh enak. Apalagi temen-temen SMP yang cewek-cewek itu mbak, yang anak stece anak stece. JB stece taukan. Kalo ketemu, weh saiki ngudut? Paling gitu. Terus apa yah. Dari keluarga ga ada. Paling sebatas temen. Paling temen aja. Soalnya aku ga pernah ngomong sama keluargaku nek aku ngerokok, jadi. Orang kamu ngerokoknya sembunyi-sembunyi. Nah itu dia. Kamu ga ada keinginan untuk berhenti gitu? Ada. 5 dari 100 persen gitu ahahahaha (sambil tertawa). Kalo sekarang ga ada sih mbak. Piye yah nek sekarang menurutku. Dari rokok tuh ga ada yang bisa disalahkan kok mbak. Dari segi social ga ada yang jelek-jelek. Cuma sekedar kesadaran aja tapi ga tau sebenernya kayak apa. Misalkan kayak orang lain tuh nggak tau kalo aku sebenernya kayak apa. Kalo orang lain nge-judge yah itu terserahnya dia. Terus kalo rokok disalahkan. Yah, gampange kayak agama, agama apapun pasti jalannya menuju cinta kasih. Ga mungkin yang lain. Kan tergantung orangnya. Aku mikirnya gitu. Belum ada pertimbangan berat untuk berhenti merokok.
maka pemulihannya sangat lama. S tidak memikirkan konsekuensi dari merokok. S cenderung memikirkan konsekuensinya diakhir. S merasa hidupnya menjadi terikat dengan rokok.
konsekuensi merokok (179-180)
konsekuensi merokok
Ketergantungan dengan rokok. (181-182)
Terikat dengan rokok
Teman SMP S mengomentari dan menyindir s yang kini merokok. Keluarga S tidak melarang S merokok karena orang tua S tidak mengetahui jika S perokok.
Adanya komentar dan sindiran terhadap perilaku merokok (188-189) Menyembunyikan perilaku merokok yang dilakukan dari orangtua (188-89)
Dikomentari dan disindir
S tidak memiliki keinginan untuk berhenti merokok. Menurut S tidak ada yang salah dari merokok. S merasa tidak ada yang jelek dari segi social. S mengatakan tergantung orang mau menilai apa tentang merokok.
Tidak memiliki keinginan untuk berhenti merokok. (194-195, 203) Rokok tidak bisa disalahkan dan konsekuensi sosial dari merokok tidak buruk (196197) Tidak mempedulikan oranglain yang
Tidak berkeinginan berhenti merokok
Merokok sembunyisembunyi
Konsekuensi negative merokok tidak buruk
Tidak peduli penilaian oranglain 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204 Gampangnya gitu. Rasanya pengen tapi raiso, angel.
205 206 207 208 209 210 211
Terus ini, yang dibungkus rokok itu loh. Kan ada gambarnya. Ga ngaruh buat aku itu mbak. Halah, yo wis. Kadang dipake becandaan tuh loh mbak sama temenku yang ga ngerokok. Modar, nanti lambene seko ngene. Modar, we bolong iki loh. Medeni yo aku yo. Yah paling gitu. Aku kebanyakan pancal dulu mikir belakangan kalo masalah kayak gitu.
212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225
Dari semua orang aku tanyain itu jawabannya hampir sama loh. Mau berhenti tapi ga bisa, alesan dibalik kenapa aku harus berhenti tuh belom dapet tuh loh. Nah, itu paling besok kalo aku misalnya kegembleng sesuatu yang misalnya berat, paling itu bisa. Aku emang kayak gitu tuh loh mbak. Aku memang berhenti karena sesuatu tuh karena aku sudah kegembleng. Istilahnya ketampar lah. Ketampar oleh sesuatu yang sangat sangat sangat berat baru aku bisa. Kecuali nek passion. Misalkan aku passion di music tapi aku udah ketampar sama temen. Diejek gitu lah. Alah kamu kok ngene? Nah itu malah aku termotivasi tuh loh mbak. Aku bakal ngilang dari peradabannya dia aku belajar sendiri, tau tau aku bawak bukti karya, aku udah main dimana kayak gitu. Daripada opo yo. Aku orang senengane main bass, ya tak pelajari. Yo selama aku bales
S belum mempertimbangkan untuk berhenti merokok. S memiliki keinginan untuk berhenti tetapi rasanya sulit.
memberikan penilaian terhadap perilaku merokok S
Gambar himbauan bahaya merokok pada bungkus rokok tidak mempengengaruhi S. S mengatakan gambar pada bungkus rokok menjadi bahan candaan temannya. S terbiasa melakukan sesuatu terlebih dahulu setelah itu baru berpikir.
Tidak terpengaruh dengan Tidak terpengaruh himbauan bahaya merokok himbauan bahaya merokok (207-208)
S berhenti merokok jika nanti ia merasa tertampar sesuatu yang berat yang memaksanya untuk berhenti merokok.
Akan berhenti merokok apabila dirinya telah tertampar oleh sesuatu yang membuatnya terpaksa untuk berhenti merokok (215-219)
Tidak mampu untuk berhenti merokok (204)
Terikat dengan rokok
Berhenti merokok jika merasa harus berhenti
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226 227 228 229 230 231 232 233 234 235
dendam sama diriku sendiri dan itu membuahkan hasil positif yo ora popo. Walaupun sakjane popo. Toh efeke jangka panjang.
236 237 238 239 240 241 242 243 244 245
Aku mau tanya, kan kemarin itu eeee kamu bilangnya kan awal pertama merokok karena ada problem toh. Nah, itu buat pelarian. Aku tuh mau tanya, dulu siapa yang ngenalin kamu sama rokok? Aaaa kenal sama rokok itu dulu papaku merokok. Terus kan otomatis aku tahu. Jaman kecil aku dulu pernah ambil rokoknya, tak coba gak enak. Nah, dari situ aku tau rokok tuh kayak gini. Nah terus, begitu aku kenal. Nah begitu aku merokok lagi yah ya pas itu. Deket rumahku itu ada warung kecil mbak disana jualan eceran rokok. Nah akhirnya saat itu. Ga enak.
Kamu biasanya ngerokok sama siapa sih? Sendiri. Sendiri? Yo nek ada temenne ya sama temen. Yo kalo enggak ya sendiri. Pas kuliah itu penat, mumet, ijin keluar ngerokok. Tapi yo liat matkul juga mbak. Matkulnya biopsi nek tak tinggal keluar merokok yo balik-balik yo sak ngono kui. Apalagi statistika.
246 Tapi kamu sempet ditawarin ga sebenernya? 247 Nek ditawarin sempet pas SMA. 248 249 250 251
Tapi kan kamu coba pas SMP itu karena ditawarin kah atau gimana? Keinginan sendiri, tapi itupun cuma satu batang doang udah itu aja. Terus waktu SMA mulai ngerokok lagi. Nah diburjo itu
S terbiasa merokok sendiri. Jika ada teman merokok maka S akan merokok bersama teman. Pada saat kuliah, jika S merasaka penat S akan meminta ijin keluar untuk merokok.
Terbiasa merokok sendirian, namun terkadang merokok bersama teman-temannya. (230-232) Merokok untuk menghilangkan kepenatan dan memperoleh kesenangan(233)
Merokok sendiri Merokok bersama teman
S mengenal rokok dari ayahnya yang dulu merupakan perokok. Semasa kecil S sempat mencoba rokok milik ayahnya dan mengatakan rasanya tidak enak.
Mengenal rokok dari ayah (240-241) Mencoba rokok saat masih kecil (241) Tidak merasakan sensasi kenikmatan dari rokok (241-245)
Mengenal rokok dari ayah
S sempat ditawari merokok saat SMA
Ditawari merokok saat SMA (247)
Ditawari merokok saat SMA
Saat pertamakali merokok S mengakui
Ingin memuaskan rasa ingin tahu (250)
Memuaskan rasa ingin tahu
Merokok untuk menghilangkan kepenatan dan mendapatkan kesenangan
Mencoba merokok saat masih kecil Reaksi setelah merokok
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252 ditawari sama temen. Ngerokok ra? Itu kelas satu SMA, masuk 253 baru awal-awal.
254 255 256 257 258 259
Berarti yang intense merokok itu kapan? Nek SMP itu cuma satu batang aja. Istilahe ga terus-terusan mulai ketergantungan itu belum mbak. Cuma nyobak tok. Istilahe ga terus-terusan. Berapa hari blub terus abis itu coba lagi. Nek pas SMA itu hampir tiap hari. Ya udah tiap hari. Masih 3 ato empat batang sehari.
260 261 262 263 264 265 266 267
Nah, yang pas pertamakali kamu coba itu pas liburan itu kan, waktu SMP? Heem (mengiyakan) Yang waktu SMP itu masih jarang-jarang. Jadi waktu SMA kelas satu itu baru intense. Nek yang waktu SMP itu ga pasti mbak. Ga langsung terus-terusan merokok. Cuma berapa hari, blub kalau pengen ngerokok lagi. Masih iseng-iseng merokok pelarian. Aku kan mikirnya rokok tuh pelarian.
268 269 270 271
Pas kamu coba pertamakali merokok kamu sendiri atau emang ada teman-teman yang lain kah? Atau bagaimana? Nek pertama kali, sing SMP itu sendiri. Jadi aku tuh ndelik toh mbak. Aku ndelik di, deket rumahku kan ada taman terus ada
bahwa hal tersebut adalah Merokok kembali saat keinginannya sendiri. SMA (251-253) Saat itu S hanya merokok satu batang. Setelah SMA S mulai merokok lagi setelah ditawari oleh temannya.
Merokok kembali saat SMA
Saat SMP, S tidak merokok terus menerus. Saat SMA S merokok setiap hari. S mengatakan tidak mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang banyak hanya tiga atau empat batang sehari.
Tidak langsung terikat dengan rokok.(255-257) Merokok setiap hari saat SMA (257-258)
Tidak langsung terikat dengan rokok.
S pertamakali merokok saat SMP, dan tidak langsung merokok secara terus menerus. S mengatakan merokok sebagai pelarian yang iseng. S berpikir bahwa rokok dapat menjadi sebuah pelarian.
Pertamakali merokok saat SMP (262). Tidak langsung terikat dengan rokok (263-266) Merokok sebagai media untuk melarikan diri dari masalah (266-267)
Merokok diusia remaja awal
Saat pertamakali merokok, S merokok
Tidak ingin jati diri diketahui sehingga
Merokok sembunyisembunyi
Menjadi perokok aktif saat SMA
Media untuk melarikan diri
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272 273 274 275 276 277
kayak kebunnya. Nah neng kebunke kae. Ndelik wae. Tapi tetep pas SMP. Asalmulanya itu yah pas SMP itu. Karena ada masalah itu. Coba merokok trus ngerasa oh enak e. Terus yah jadi keturutan. Dua tiga hari ngerokok lagi. Dulukan lupa aku, tapi yah nek waktu itu seminggu ada ngerokok. Tapi ga intense mbak. Yah satu-satu gitu. Bocahlah.
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287
Pas kamu awal mau coba rokok yang kamu bayangin itu apa sih? Image jelek yang keluar mbak. Wah kalo ngerokok ki imageku jelek aku yo mirip karo gondes, karo preman ni. Hahahaha. Mikir juga. Nek sekarang tuh menurutku merokok ga merokok tuh ga mempengeruhi orang tuh loh. Nah, dulu tuh aku mikirnya, ngerokok imagenya jelek. Terus, pas ngerokok itu yah rasanya ga tau orang lah. Ga tau kenapa ngerokok tuh jadi sebuah pelarian gitulah mbak. Ga ngerasain apa-apa. Yah cuma sensasi aja. Sensasi dari pikiranku dewe.
secara sembunyisembunyi ditaman dekat rumahnya. S merokok karena menghadapi permasalahan dengan teman perempuannya. Setelah merokok S merasakan sensasi kenikmatan dari merokok. Semenjak itu, S terus menerus merokok namun belum dapat dikatakan merokok yang intense.
merokok sembunyisembunyi (270-272) Merokok karena ada masalah(273-274) Kesenangan yang didapatkan membuat S rokok lagi (274-277)
S membayangkan jika S merokok maka S akan memiliki image yang jelek. Saat ini s menanggap bahwa dengan merokok tidak akan mempengaruhi seseorang. Saat merokok S mengatakan dirinya tidak lagi memikirkan oranglain. S tidak menyadari penyebab rokok menjadi pelariannya dari masalah. Setelah merokok S
Rokok akan memberikan image jelek (280-284)
Memberikan image jelek
Rokok membuat kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitar (284) Rokok menjadi pelarian (286-287)
Kehilangan kesadaran
Merokok karena ada masalah Rasa senang yang didapatkan membuat merokok lagi
Rokok menjadi pelarian
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasakan sensasi kenikmatan dari rokok. 288 289 290 291 292 293
Jaman dulu itu kamu udah tau bahayanya merokok ga sih? Udah. Dulukan aku asma toh mbak. Waton toh. Aku asma terus merokok. Diterapi terus berhenti asmane bukan rokoke. Waktu SMP kamu ada mikir lain ga selain merokok sebagai pelarianmu? Ga ada. Aku ga ada mikir pelarian lagi selain merokok.
294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306
Dulu bayanagnmu tentang merokok itu kan jelek-jeleknya toh. Hooh. (mengiyakan) Nah terus apa yang membuat kamu berani mencoba rokok padahal kamu membayangkan hal yang jelek-jelek tentang rokok? Yang bikin aku berani tuh ya tekanan mbak. Wah bocah toh pikirane sempit mbak. Aku mikirnya wis tekanan aku butuh sesuatu yang bikin tenang. Aku kepikiran rokok. Sempet kepikiran ning merokok yo koyo gondes. Ah luweh sing urusan. Ya udah biarin aja. Yang penting ngerokok wae. Akhirnya begitu. Djarum super pertamakali merokok. Sendirian. Ditaman, terus temenku liat. Yo jangan bilang-bilang.
S telah mengetahui risiko merokok sejak lama. S memiliki riwayat penyakit asma, namun tetap merokok.
Mengetahui risiko dari merokok (289)
Mengetahui risiko merokok
Tidak mempedulikan risiko merokok (293)
Tidak peduli konsekuensi merokok
S mengalami tekanan yang membuatnya merokok. Tekanan yang dihadapi S membuat S membutuhkan sesuatu yang dapat membuat S tenang dan S kepikiran rokok. S sempat memikirkan konsekuensi dari merokok, namun ia tidak mempedulikannya dan memilih merokok. S merokok pertamakalinya
Ingin menghilangkan tekanan (300-302) Tidak mempedulikan konsekuensi negatif merokok (302-304) Merokok sendiri (305)
Ingin menghilangkan tekanan Tidak peduli konsekuensi negatif merokok Merokok sendiri
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seorang diri.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Inisial : FG Jenis Kelamin: L Usia: 19 tahun No. Verbatim 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Terus aku mulai nih ke merokoknya. Aku minta, minta tolong cobalah ceritain ke aku pas awalnya kamu coba merokok. Pas kapan dan gimana waktu itu kejadiannya? Eeee… Awalnya aku merokok itu, itu ga banget. Hanya untuk ikut-ikutan, serius. Awalnya aku merokok itu hanya untuk ikut-ikutan. Mmm… Tapi temen-temen merokok, aku coba ikutin dan aku ikut-ikutan. Waktu itu Sampoerna tiga batang aja langsung, udah bikin ngambang kayak gitu. Mmm… Kejadiannya waktu itu lagi dirumah terus temantemanku datang, main, ngerokok. Yah aku ikut-ikutan ngerokok. Mereka pulang mereka ada ninggalin rokok. Sisa tiga batang. Oh ambil aja gapapa. Oh iya makasi. Mereka pulang, ya udah aku ngerokok sendiri. Setelah itu pening kan ya, langsung tidur. Setelah itu, besok besoknya itu udah langsung terbiasa tuh loh. Jadi merokok itu aku dari pengalamanku itu ga mungkin lepas dari lingkungan pergaulanku. Pergaulanku itu mmmm banyak orang-orang merokok, jadi biasanya ke warung kopi, pesen kopi sama rokok tahannya tiga jam. Gitukan cerita-cerita, ngomong ga jelas jelek-jelekin orang lain kan, mmm ayolah padahal mereka sendiri ga bagus kan. Kayak gitu-gitu lingkunganku dulu waktu SMA. Yah, dari situ aku belajar aktif merokok tuh dari situ. Pas itu sebelumnya, pas sebelum kamu coba rokok sempat ditawari kah atau gimana? Atau emang kamu
Satuan Makna
Satuan makna dipadatkan
Kode
FG mencoba merokok karena ingin mengikuti temantemannya. FG mengatakan satu batang rokok yang ia coba membuat FG merasa melayang. FG merokok untuk petamakalinya dirumah saat temanteman FG berkunjung ke rumah FG. FG ikut-ikutan merokok dengan temannya. Saat temen-teman FG pulang, FG mencoba merokok sendiri dan merasa pusing. Menurut FG, merokok tidak lepas dari lingkungan pergaulannya. FG mengatakan lingkungan pergaulannya semasa SMA dikelilingi oleh perokok.
Merokok hanya karena ingin menandingi teman (5-8, 10-11)
Menandingi teman
Adanya rasa melayang yang dirasakan setelah merokok (8-10)
Melayang (8-10)
Pusing setelah merokok (14-15)
Pusing (14-15)
Teman-teman disekeliling FG adalah perokok(16-20, 22-24)
Dikelilingi perokok (1620, 22-24)
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
46 47
pengen ikut sendiri? Maksudnya ditawari? Kamu ditawari temen-temenmu rokok atau kamu memang pengen coba sendiri? FG memiliki keinginan untuk Kepengen. Hehehe, Aku memang kepengen. Itu… mencoba merokok. Apa yang kamu rasain tuh loh sampe akhirnya kamu pengen ya udah deh aku ikut? Ga tau eh aku. Gak inget jelas e aku. Yang aku pikirkan FG berpikiran bahwa rokok waktu itu yah rokok itu bisa buat rileks badan sampai dapat membuat badannya sekitar satu atau dua tahun terakhir aku masih mikir kalo menjadi lebih rileks. FG rokok bisa bikin untuk bisa rileks badan. But aku langsung berpikiran seperti itu selama satu dapet perbedaannya tuh loh, ternyata antara rileks sama dua tahun ini. lemes tuh beda. Hehehehe. Rileks tuh beda lemes tuh beda. Jadi rokok tuh sebenernya jadi bikin ke lemes. Itu yah FG merasa rokok membuat mikirnya kayak gitu yah. Jadi bisa kalo pas capek atau lagi membuat badannya menjadi ada beban pikiran jadi ngerokok aja. Jatuhnya sih mahal, lemas. FG berpikir bahwa bila ia tapi yah kalo mahal ya udah ngecer aja. Satu hari ga usah sedang kelelahan atau memiliki banyak-banyak tiga dulu, tiga batang. Eh naik naik naik beban pikiran, FG dapat jatuh jatuhnya satu hari enam batang. merokok. FG merasa mengkonsumsi rokok terbilang mahal, namun ia masih dapat membeli rokok secara eceran. FG mengkonsumsi rokok tiga batang dalam sehari, namun lambat laun konsumsi rokoknya semakin bertambah hingga mencapai enam batang perhari.
Adanya keinginan untuk mencoba rokok (31)
Ingin mencoba
Merokok dapat membuat badan menjadi rileks (3537)
Rokok membuat rileks (183-186, 189-190, 189191)
Merokok membuat badan menjadi lemas dan mudah untuk tidur (189190) Rokok membantu meringankan beban pikiran (189-191) Bila harga rokok mahal dapat dibeli satuan (191192) Jumlah rokok yang dikonsumsi semakin hari semakin bertambah (192194)
Membeli satuan
Konsumsi rokok kian bertambah
Itu tuh dulu kan pengen, abis itu apa nama nya ngebayangin rokok itu bisa bikin rileks, dah abis itu 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
waktu itu beneran kamu dapetin ga? Dari rasa rileks dari rokok itu? Iya, bener-bener aku dapetin, karena waktu itu pola pikirku adalah rokok itu bisa bikin rileks. Terus rasanya enteng terus keuntungannya juga aku dapat teman. Walau hanya sekedar temen gitu lah masih kayak aku tuh waktu itu masih banyakan konformitas itu apa namanya. Mmm… yah walaupun kayak gitu at least saya ga sendiri kalo lagi menyantai. Kalau lagi ngopi gitu saya ga sendiri. Mmm… apa tadi pertanyaanya apa? Tadi kan pas kamu coba, kamu berpikiran rileks toh. Apakah itu bener-bener kamu rasain atau gimana? Iya, rasanya tuh memang yah, dari situ juga aku dapet banyak temen. Ada beberapa yang bener bener baik. Ada beberapa yang memang kampret lah gitu. Yah itu aja sih. Memang dapet sih rileksnya. Rileks itu dalem artian yah secara fisik itu memang lemes tapi bisa ketawa dengan temen. Gitu lah.
66 67 68 69 70 71 72 73 74
Dah abis itu, terus aku mau nanya nih. Ketika kamu disuruh membuat keputusan nih. Kamu terbiasa melakukan pertimbangan atau gga? Pertimbangan banget, tapi kadang-kadang juga enggak. Pertimbangan itu ketika adalah circumstance kita itu menutut pertimbangan aku. Tapi kalau misalnya peristiwanya merupakan hal-hal yang sudah ada polanya sejak dulu, maksudnya aku udah pernah ngelewatin itu beberapa kali. Ga terlalu pertimbangan banget. Kayak kalo
FG berpikir bahwa rokok dapat membuatnya menjadi lebih rileks. FG juga merasa dirinya memperoleh teman setelah merokok. Meskipun bukan teman yang bias dekat dengan FG, setidaknya FG memiliki teman saat bersantai.
Rokok membuat rileks dan mendapat banyak teman (50-56)
Rokok dapat memberikan kesenangan dan mendapat banyak teman
FG meraa rokok membuatnya menjadi lebih rileks dan mendapatkan lebih banyak teman. FG merasa rasa rileks yang didapatkannya setelah merokok memang membuatnya lemas. Tetapi, rokok juga membuat FG dapat tertawa lebih lepas saat bersama temantemannya.
Mendapat banyak teman setelah merokok Rasa rileks sehabis merokok dapat membuat FG tertawa lepas (63-65)
Mendapat teman
FG terkadang melakukan pertimbangan saat mebuat keputusan. FG melakukan pertimbangan berdasarkan keadaan FG saat itu. FG tidak akan melakukan
Terkadang melakukan pertimbangan saat mengambil keputusan (69) Melakukan pertimbangan berdasakan keadaan (70-
Melakukan petimbangan
Rokok dapat membuat tertawa lepas (63-65)
Melihat keadaan 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75 76 77 78 79 80
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
hasil akhirnya bakal tau pertimbangan saat ini, ya udah aku langsung ngelakuin aja. Tapi kalo apakah aku pake pertimbangan atau gga, aku pertimbangan banget. Tiap kali buat keputusan? Pertimbangan. Hanya kalanya kadang ringan kadangkadang berat.
Apa yang kamu pikirin ketika awal pertama kali pas kamu mau melakukan pertimbangan itu? Mmm tergantung masalahnya apa? Misalnya nih, aku kaitin nih sekarang. Jadi ketika kamu pertama kali mau merokok itu kamu melakukan pertimbangan atau enggak? Ooooo mmm…. Iya pertimbangan, ini kan baru pertama kali nih. Kalo aku ga bisa berhenti nih gimana yah? Terus aku kalau ketauan gimana yah. Nanti kalau aku apa terjerumus dan hal-hal selain merokok gimana yah? Biasanya merokok ada minum, narkoba. Panjanglah ya, sebelum merokok aku mikirnya dulu tuh. Kemudian yah udah ngerokok deh juga. Setidaknya aku bisa mengantisipasi beberapa hal lah ya, kayak narkoba itu jelas aku ga pake. Kecanduan yah, ahahahha kecanduan sih tapi yah ga terlalu banyak. Masih bisa dibilang belum perokok berat gitu loh. Dalam satu hari itu ga pernah sampai satu bungkus habis, itu gga. Setidaknya aku bisa ngantisipasi beberapa hal yang bisa aku takutkan lah. Ketahuan sih, udah pernah.
pertimbangan yang berat bila masalah yang dihadapi memiliki pola yang sama dengan masalah yang sudah pernah FG selesaikan. FG mengatakan dirinya adalah pribadi yang banyak melakukan pertimbangan dalam membuat keputusan.
71) Tidak melakukan pertimbangan bila menemui masalah yang mirip dengan masalah yang pernah diselesaikan (71-74) Banyak melakukan pertimbangan (76-77)
FG melakukan pertimbangan sebelum mencoba merokok. FG merasa takut bila ia ketahuan merokok. FG merasa takut terjerumus dengan narkoba dan minuman keras setelah terbiasa merokok. FG berpikir panjang sebelum memutuskan untuk mencoba rokok. FG merasa dirinya mampu mengendalikan diri sehingga tidak terjerumus dalam penggunaan narkoba. FG merasa telah kecanduan merokok namun masih belum tergolong sebagai perokok berat.
Melakukan pertimbangan sebelum mencoba rokok untuk pertamakalinya (87-88) Adanya konflik keinginan dan ketakutan dengan konsekuensi negative dari merokok (88-93) Takut tidak bisa berhenti merokok (88) Takut ketahuan (88-89) Takut terjerumus narkoba dan minuman keras yang dekat dengan rokok (8991)
Tidak mempertimbangkan masalah yang sudah ada jalan keluarnya
Banyak pertimbangan
Melakukan pertimbangan
Konflik antara keinginan dan konsekuensi negatif
Rasa takut akan konsekuensi negative merokok
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FG tidak pernah menghabiskan satu bungkus rokok dalam waktu satu hari. FG merasa mampu mengantisipasi ketakutannya. FG pernah ketahuan sedang merokok.
101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Waktu kamu melakukan pertimbangan kan kamu lebih banyak berpikir tentang ketakutanmu kan. Kamu takut ini ini ini. Selain itu, kamu ada mikir keuntungannya ga kalo misalnya kamu merokok waktu itu. Keuntungan waktu itu yah ada. Tapi keuntungan waktu itu yah sifatnya subjektif banget gitu loh. Kayak hanya keuntungan dalam pikiranku lah ya. Like keuntungan misalnya aku bisa dapet temen banyak itu keuntungan. But keuntungan yah menurutku aja, tapi ga banyak untung banget lah. Aku mikirnya bisa lebih rileks itu aja sih. Yah ngatasi gabut gitu kan. Kalo ga ada kerjaan ya udah ngerokok sambil ngewifi udah jadi lah ya apalagi sambil ngopi. Kalo merokok sendiri menurutku sebenernya bukan bikin gaya. Ya iya dih. Tapi menurutku itu bukan untuk gaya atau keren. Menurutku biasa ajasih, cuma ada beberapa orang yang menurutku nganggepnya keren. Kalo menurutku biasa aja. Cuma ada aja orang yang ga ngerokok, apa yang ga ngerokok sama ngerokok itu keren. Kalo emang keren yah emang keren bawaannya. Mmm… terus kalo masalah keuntungan udah sih, itu aja sih.
FG merasa mendapatkan keuntungan setelah merokok. FG memiliki lebih banyak teman setelah merokok. FG menjadi lebih rileks setelah merokok. FG bisa mengisi waktu luang dengan merokok. FG merokok bukan untuk membuat dirinya terlihat keren dan bergaya.
Mampu mengantisipasi dan hal yang ditakutkan (93-100) Belum tergolong perokok berat (96-97) Mengkonsumsi rokok tidak sampai satu bungkus perhari (97-98) Ketahuan merokok (99100)
Mampu mengantisipasi ketakutan akan konsekuensi Belum perokok berat
Rokok dapat mendatangkan hal yang menyenangkan seperti memperbanyak teman dan menimbulkan rasa rileks. (106-111) Merokok diwaktu senggang (111-114) Merokok bukan untuk gaya dan terlihat keren (114-116)
Mendapat banyak teman setelah merokok Menimbulkan rasa rileks
Tidak sampai satu bungkus perhari Ketahuan merokok
Merokok sebagai aktivitas Bukan untuk terlihat keren
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152
Abis itu apalagi yah, oh iya waktu awal kamu merokok itu untuk rileks kan emang waktu itu kamu ada diposisi yang ada banyak masalah po? Atau sebenernya enggak? Kalo aku banyak masalah sebenernya enggak tapi aku sebelum aku merokok kan ceceku masih belom minggat kan ya. Terus yah, ceceku itu banyak buat masalah lah ya. Yah kayak bohongin papaku itu udah berapa kali, kemudian memuncak kan masalahnya, kan posisinya dirumah. Sedangkan aku di ibukota provinsi jadi jauh gitu kan. Dan apa yah, jadi kayak aku yang tegang tuh loh. Jadi sebenernya kalo menurutku yang membuat aku berpikir keras. Karena kayak aku terbiasa dapat hal yang kayak gini banget tuh loh. Complicated bener bener complicated. Karena itu jadi jatuhnya merokok. Karena kan tegang banget kan. Jadi biar rileks. Rileks dalam artian yang beda. Beda rileks sama lemes. Kalo sekarang aku tanya, seberapa kamu tahu tentang bahaya merokok? Mmmm kalo sekarang kan udah tau banget kan yah. Kalo sekarang kan? Sekarang itu aku udah tau banget bahaya merokok. Dibungkusnya aja udah ada. Hancur atau apalah kayak gitu. Bahaya yang paling sederhana itu, kalo orang merokok itu nafasnya ga akan pernah bisa teratur. Maksudnya nafasku itu ga bisa teratur, detak jantungnya selalu lebih cepet dari orang lain. Itu pasti kemudian perokok itu sebenernya bahayanya adalah misalnya untuk aku sendiri, aku sinus dan aku merokok. Mantap kan? Asepnya ga keluar keluar? Itu kalo keluar asepnya dari satu hidung aja hehehe. Tapi
FG merasa tegang dan membuatnya berpikir keras. FG terbiasa berpikir keras terhadap masalah yang bersifat rumit. Rasa tegang yang dialami FG dalam menghadapi masalah membuatnya merokok.
Berpikir keras karena terbiasa menghadapi masalah rumit (133-136) Merokok untuk menghilangkan ketegangan (134-137)
Berpikir keras
FG telah mengetahui bahya dari merokok. Fg mengatakan bahwa bahaya merokok yang berifat paling sederhana adalah nafas yang menjadi tidak teratur dan detak jantung menjadi lebih cepat. FG menderita penyakit sinus tetapi tetap merokok. FG merasa asap rokok hanya keluar dari salah satu lubang hidung dan
Mengetahui bahaya merokok untuk kesehatan (142-147)
Mengetahui risiko merokok
Nafas menjadi tidak teratur, detak jantung cepat. (147-148)
Menganggu kesehatan(147-148, 148155)
Rokok menghilangkan ketegangan
Penyakit sinus yang diderita menjadi 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179
itu sebenernya buat ingus tuh senantiasa ada. Dampak paling ringan banget dan itu sebenernya mengganggu. Tiap pagi harus buang ingus lah. Kemudian, kalo pagi yah kalo lagi numpuk misalnya kemarinnya lagi banyak merokok misalnya paginya biasanya kayak nafasku rada bunyi kayak ngik ngik. Kemudian, yang namanya perokok itu yang aku bilang ada bedanya lemes sama rileks. Kalo lemes itu jatuhnya energy pasti habis. Jadi kalo perokok jatuhnya energy cepat habis lebih cepat daripada yang ga merokok. Namanya nikotin dalam darah lah ya, yah pasti tubuh bekerja lebih keras. Kemudian, bahaya merokok itu yang paling sederhana belum lagi yang lainnya. Aku sebenernya ga tau bentuk paru-paruku kayak gimana. Udah sehitam apa itu aku gatau. Terus kemudian aku tau nya juga, darah kan dipompa ke otak, darah yang mengandung nikotin kan masuk ke otak juga. Jadi otak juga ada hitamhitamnya setau aku. Yah pengaruh-pengaruh lain yang yah apa yah ini. Ini (menunjuk dada) bronchitis, kalo ini (menunjuk leher) kan udah pasti radang. Aku juga kadangkadang kalo udah kebanyakan tuh sakit kan yah. Minum air putih hangat aja kadang-kadang ga cukup. Ya udah berhenti merokoknya satu hari itu. Tapi besoknya lanjutlanjut lanjut. Bahaya merokok itu sebenernya banyak. Bahaya banget tuh loh. Yah namanya sampah kan ya, benda itu kan ga seharusnya masuk dalam tubuh. Bukan zat-zat yang alamiah diproduksi dalam tubuh kan ya nikotin. Yah seharusnya ga masuk.
membuat lendir senantiasa muncul. Setiap pagi FG harus membuang lendir dari hidungnya dan itu cukup mengganggu FG. Jika FG mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang banyak maka nafasnya akan berbunyi. FG mengatakan bahwa energy tubuh dari seorang perokok akan lebih mudah menurun. Menurut FG, nikotin membuat proses metabolism dalam tubuh menjadi lebih berat. FG mengetahui bahwa nikotin dapat membuat paru-paru dan otak berbercak hitam. FG mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan bronchitis dan radang tenggorokan. Jika FG terlalu banyak merokok, ia akan merasa sakit. FG mengatasinya dengan tidak merokok selama satu hari.
memburuk dan merepotkan (148-155)
Nafas berbunyi akibat banyak merokok (156158) Merokok membuat energi tubuh cepat berkurang (158-163) Merokok menyebabkan bercak pada paru-paru dan otak (164-169)
Merokok menyebabkan bronchitis dan radang tenggorokan (170-171) Mengatasi gangguan kesehatan dengan berhenti merokok sementara (173-174) Kembali merokok bila kondisi fisik membaik (174-175)
Berhenti merokok sementara Kembali merokok
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180 181 182 183 184 185 186 187 188
Terus waktu kamu pertama kali merokok, itu Ada ga kepikir bahaya bahayanya itu? Iya betul. Gaak ahahahaha.. mmm ga ada kayaknya. Bener-bener ga ada sama sekali? Ada sih waktu itu. Itu waktu itu kayak keep it ah damn. Ga peduli tuh loh. Waktu itu ga terlalu peduli kenapa, kan aku kan mikirnya ga kecanduan lah ya, ga kecanduan lah ya. Tapi ah, akhirnya eh kecanduan.
189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200
Kalo sekarang itu pas kapan aja kamu butuh rokok? Ahahahaha. Ngopi itu pasti perlu rokok. Kalau bangun tidur itu perlu banget. Jadi baru bangun tuh bawaannya pengin langsung merokok apalagi kalau bangun kepagian. Kayak tadi? Bangun jam 5 pagi? Itu baru bangun, tadi yah aku tuh bangunnya jam 1 terus ga tidur sampai jam 5. Terus akhirnya malah ketiduran. Mmmm… kalo pagi misalkan kuliahnya jam 7 bangunnya jam stengah 5, kalo aku punya waktu satu jam setelah mandi, setelah siap-siap biasanya kau ngopi dulu sama ngerokok. Biasanya kayak gitu yah. Kemudian, abis makan itu ga mesti sih. Abis makan. Kalo malam sekitar dua jam
FG tidak memikirkan bahaya merokok saat akan mencoba merokok untuk pertamakalinya. FG tidak terlalu mempedulikan bahaya merokok. FG berpikir bahwa dirinya tidak akan kecanduan rokok. Namun, pemikiran tersebut ternyata tidak benar. Kini FG telah kecanduan merokok.
Tidak memikirkan bahaya merokok saat mencoba rokok (183) Tidak mempedulikan bahaya rokok (185-186) Tidak memperkirakan dapat menjadi kecanduan rokok (186-188)
Tidak memikirkan risiko merokok Tidak peduli Tidak memperkirakan akan kecanduan
FG membutuhkan rokok saat ia minum kopi dan bangun tidur.
Merokok saat beraktivitas Merokok diberbagai (190-192) kesempatan
Jika FG memiliki waktu senggang di pagi hari, FG terbiasa minum kopi dan merokok. FG terkadang merokok setelah makan dan dua jam sebelum tidur.
Merokok untuk mengisi waktu senggang (194199) Merokok setelah melakukan aktivitas (199-200) Rokok memudahkan
Rokok membuat rileks 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214
sebelum tidur tuh enaknya ngerokok. Jadi kan antara rileks sama lemes tadi. Jadinya kan rileks sama lemes itu kan ada persamaannya sama-sama bikin gampang tidur. Ya udah lemes aja gapapa langsung tidur. Tapi itu sebenernya ga baiklah ya. Tidur kan sebenernya darah terpompa kan bisa langsung masuk otak. Ga baik sebenernya gitu lah. Apalagi tambah ngopi dulu. Kemudian, abis makan aku udah bilang kan yah? Tidur, makan, ngopi. Itu aja sih waktu tentunya. But semuanya itu bisa aku sesuaikan dengan tubuh aku. Kalo aku lagi sama temenku, lagi sama temen yang ga ngerokok itu biasanya gga. Kecuali memang lagi pening banget , aku udah ga peduli sama sekitarku, yah ngerokok, ngerokok aja. Bodo amat.
215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228
Terus kapan aja kamu merasa konsumsi rokoknya banyak? Belakangan ini lagi nambah. Aku ga tau e. Biasanya ini kayak enam batang smpai delapan batang sehari. Ini bisa lebih. Kayak gini tuh loh, ini basanya habis makan satu tapi ini abis makan dua. Aku juga ga tau e. Mungkin lagi, iya sih lagi tegang sih kayaknya, pengantar kemarin. Kemudian banyak lah ya. Oh iya, kemarin juga kontrakanku kemalingan, yang aku bilang pas hari rabu itu aku ga bisa. Itu kontrakan aku kemalingan, laptopku itu ilang terus pening, tertekan. Berarti rokok nya banyak pas kamu merasa tegang. Iya lagi hectic. Overlapping itu biasanya iya. Gini, misalnya temen-temenmu gitu ada yang coba
FG mengatakan bahwa rokok untuk tidur. (200-204) membuatnya rileks dan lemas sehingga memudahkan FG untuk tidur.
FG tidak merokok saat bersama teman yang bukan perokok. Jika FG merasa pusing, FG tidak akan mempedulikan orang sekitarnya dan akan tetap merokok.
FG merasa bahwa konsumsi rokoknya semakin bertambah. Saat ini, FG dapat menghabiskan rokok hingga delapan batang dalam sehari. FG merasa bahwa ketegangan yang dialaminya saat ini, membuat FG mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih banyak.
Tidak merokok saat bersama nonperokok (210-212) Merasakan efek kecanduan terhadap rokok yaitu harus merokok ketika pening (213-214)
Menghargai nonperokok
Konsumsi rokoknya bertambah karena tegang menghadapi banyak permasalahan (217-225)
Banyak mengkonsumsi rokok akibat tegang
Terikat dengan rokok
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259
ngelarang kamu ngerokok ga? Ada, biasanya yang cewek. Kalo yang cowok biasanya perokok semua. Ini yang cowok juga biasanya sering sih terutama pas udah kebanyakan merokok. Anjir dada gue sakit. Udah-udah berhenti. Tapi nih masih banyak. Mana sini buat gue. Biasanya kayak gitu. Kalo yang cewek mereka bener-bener kayak ngelarang gitu loh. Dan ngelarang ada yang kayak, “do asap rokokmu! Matiin aja.” Tapi ada juga yang melarang, “udah berhenti, kamu pernah kepikiran berhenti ga sih?” Nanyak tuh kayak yah jadi pertanyaan reflektif gitu tuh loh. “Oh iya iya aku salah.” Aku matiin deh. Ada sih temen-temen yang ngelarang. Tapi kamu ada niatan berhenti? Tuh kan aku jadi ngajuin pertanyaan reflektif. Mmm kalok berhenti, ga pernah. Tapi aku udah pernah berhenti juga sebenernya enam bulan. Pas kapan? Waktu abis sakit tifus. Waktu itu SMA kan yah kelas dua, terus satu tahun setelahnya kelas tiga , nah aku sakit tifus satu minggu di rumah sakit, delapan hari, delapan hari ding dirumah sakit. Keluarnya aku masih lama kan, sampai enam bulan aku berhenti. Eh lanjut merokok lagi sampai sekarang. Terus apa yang bikin kamu lanjut (merokok)? Ga tau. Ga paham. Yang jelas aku pernah berhenti kan dan itu cukup lama dan aku berhenti waktu itu aku mikirnya aku ga mau sakit lagi kan. Tapi ah iya, lanjut lagi karena aku mikir bahwa sakitnya kan tifus terus hubungannya sama rokok apa? Ga ada. Ya udah terus lanjut lagi. Ya begitu sih. Kalo sekarang kepikiran untuk berhenti tuh udah cukup susah menurutku. Tapi kalo ngurangi aku bisa.
FG dilarang merokokoleh teman-temannya yang berjenis kelamin perempuan. Kebanyakan teman-teman FG yang berjenis kelamin laki-laki merupakan perokok. FG dan teman-teman sesama perokok seringkali saling mengingatkan untuk tidak merokok dalam jumlah yang banyak. Teman-teman perempuan FG terkadang menegur FG ketika sedang merokok dan memintanya untuk mematikan rokok. FG belum berniat untuk berhenti merokok. FG pernah berhenti merokok selama enam bulan setelah menderita tifus. FG kembali merokok setelah vakum selama enam bulan.
Adanya larangan atau himbauan untuk berhenti merokok.(234-235) Adanya teguran ketika sedang merokok. (235236) Mendapatkan pertanyaan reflektif yang membuat berhenti merokok (237240)
Berhenti merokok karena sakit. (246-249)
Berhenti karena sakit
FG tidak ingin jatuh sakit lagi sehingga berhenti merokok. FG kembali merokok setelah menyadari bahwa sakit yang dialaminya tidak berhubungan dengan mengkonsumsi rokok. FG merasa sulit untuk berhenti
Kembali merokok karena menyadari sakit yang pernah dialaminya tidak berkaitan dengan mengkonsumsi rokok. (253-257) Merasa sulit untuk
Kembali merokok
Pernah berhenti merokok namun kembali merokok lagi (243-251)
Larangan Himbauan untuk berhenti Teguran untuk berhenti merokok Mendapat pertanyaan reflektif yang membuat berhenti merokok
Pernah berhenti merokok namun kembali merokok
Terikat dengan rokok 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288
Kayak kemarin kan terus aku ngerokoknya cuma dua kali tuh. Itu kan kalo kondisi badannya ga mendukung kan? Iya kalo kondisi badannya menurun. Kayak kemarin kan aku kondisinya kekurangan cairan gitu dan ngerokok satu batang tuh bikin ngerasa ga enak. Nyut nyut nyut (sambil menunjuk tengkuk leher). Ya udah lah habisin dulu lah. Langsung matiin langsung baring tiduran. Terus sekarang dibungkus rokok ka nada tulisan dan gambar-gambar kan. Ngaruh ga sih? Diiiiii di awal-awal. Kalo sekarang? Ga terlalu. Kenapa menurutmu ga ngaruh tuh loh? Iya karena itu belum terjadi aja sih ya kayaknya sama orangnya. Sama kayak misalnya contoh merokok dekat anak dapat membahayakan hiyaaa aku belum punya anak gimanaaa… ato ga merokok menyebabkan apa bronchitis kronis yah katanya yang bolong sininya (menunjuk leher). Terus kalo dia mikirnya bronchitis kan belum tentu kena. Kalo yang kayak gini kan yang mungkin ngerokoknya gila-gilaan mungkin. Itu sih, dan itu bronchitis yang sebenernya sih terjadi sama aku sih. Jadi kalo misalkan aku beli (rokok) ngeliat (bungkus), udah nanti-nantinya ga liat lagi. Jadi langsung merokok? Terus ngeliat juga cuma ngeliat doang, ga dibaca didalemin. Jadi kayaknya kurang efektif sih sebenernya cara kayak gitu.
merokok, namun FG menyanggupi untuk mengurangi konsumsi rokok. FG merasa rokok memperburuk kondisi tubuhnya yang sedang tidak sehat.
berhenti merokok (258260) Mengkonsumsi rokok akan memperparah kondisi badan yang sedang tidak sehat(263266)
FG merasa gambar pada bungkus rokok hanya sedikir mempengaruhinya. FG merasa bahwa informasi bahaya merokok belum tentu berdampak pada dirinya. FG menggap seseorang yang terkena bronchitis kronis adalah perokok berat. Saat FG membeli rokok, FG hanya melihat bungkusnya satu kali saja, setelah itu FG tidak melihat bungkusnya lagi.
Tidak terpengaruh dengan himbauan bahaya merokok yang tertera pada bungkus rokok. (270-271) Bahaya merokok belum tentu terjadi. (274-279) Bahaya merokok mengenai perokok berat(279-281) Tidak memperhatikan himbauan bahaya merokok (282-284)
Tidak terpengaruh
FG hanya memilhat himbauan bahaya merokok pada bungkus rokok dan tidak membacanya secara mendalam. FG menanggap bahwa himbauan
Himbauan bahaya merokok tidak efektif (287-288)
Himbauan bahaya merokok tidak efektif
Memperparah kondisi badan yang tidak sehat
Ketidakpastian dari konsekuensi negatif merokok Bahaya merokok mengenai perokok berat Tidak memperhatikan himbauan merokok
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut kurang efektif. 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318
Kalo rokok harganya mahal kamu gimana? Hehehehe ngelinting. Aku beli filter sendiri, beli tembakau sendiri. Ga tau juga sih mungkin itu bisa jadi alternatif. Atau kalo engga ngevape. Ngevape kan jatohnya lebih irit kan. Beli liquid satu botol kan tahan satu bulan kan yah? Delapan puluh ribu. Tapi alatnya kan lumayan. Iya sih. Tapi kamu ada kepikiran ga mau ganti ke vape? Enggak. Belakangan. Mmmm kemarin sih pernah tapi sekarang sih enggak. Menurutku sih lebih jauh bahaya ngevape. Soalnya kan vape, uap. Vapor, uap. Jadi kan bukan asap tapi air kan sebenernya. Itu terbukti kalo misalkan kita hisap terus keluarin lewat hidung, basah tuh loh. Ooooh… Ada air dalam hidung. Sebenernya itu bukan lebih sehat sih dan lebih gampang berhenti ngerokok. Itu lebih parah . Belum lagi banyak orang tuh, apa yah kalo menurut tementemenku tuh mereka bilang sekarang jamannya ngevape nih, kenapa masih merokok? Vape alesannya lebih ngepul, mereka ngomong kayak gitu seolah-olah kayak ngevape itu lebih keren. Oh iya kelupaan, waktu dulu kamu coba merokok kan untuk diawal untuk ngilangin penat toh, atau ikut bagian konformitas lah gitu. Kamu ada mikir ga ngelakuin aktivitas lain untuk ngilangin penat atau bias masuk konformitas? Saat itu. Sebenernya aku ngelakuin yang lain tuh ada. Pernah kosong gitu, hampa. Kayak dulu kan aku basket tapi
Bila harga rokok naik, maka FG memutuskan untuk membuat rokok sendiri. FG memilih vape sebagai alternative lain.
Membeli bahan-bahan rokok dan membuatnya sendiri. (290-291)
Membeli bahan untuk membuat rokok
FG sempat berkeinginan mengganti rokok dengan vape namun tidak saat ini. FG beranggapan bahwa vape lebih berbahaya jika dibandingkan dengan rokok. FG merasa ketika menghisap vape, asap yang dikeluarkan mengandung air. FG juga merasa vape tidak lebih sehat dibandingkan dengan rokok.
Tidak ingin mengganti rokok dengan vape. (298-299)
Tetap merokok
Vape memiliki dampak yang lebih berbahaya dibandingkan rokok. (299-300)
Vape lebih berbahaya
FG sempat mengikuti kegiatan
Mengikuti kegiatan
Mengikuti kegiatan 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349
dibasketnya itu rada kacau kan dan keberadaanku disana tuh ga buat keadaan lebih baik. Mereka main, main sendiri, jago- jago, yang ga jago yah ketinggalan lah. Pelatihku juga lebih lebih melatih anak-anak yang udah tau dasar dsb. Sedangkan yang baru tuh gga tau. Kalo aku sih masih ga terlalu lah, aku waktu itu masih masuk dalem kelas tengah-tengah lah ya. Bisa tapi ga terlalu jago. Tapi tuh aku lihat, temen-temen yang baru masuk itu ga dilatih sama dia, ga dikasi perhatian lebih, wah kacau lah pokoknya. Ya udah aku keluar. Setelah itu lagi ga ada apaapa. Jdi gitu. Kalo misalkan basketnya itu lebih bagus kemungkinan bakal kejadian ga sih kamu merokok? Itu menurutku ga lepas dari pergaulan, lingkup pergaulan sih. Nah pergaulan kami disana tuh, jadi kayak terbagi dua kubu gitu loh. Jadi aku juga berteman sama mereka, tapi kubu yang satunya lagi mereka eksklusif. Jadi mereka eksklusif terus kayak pilih-pilih temen. Ini yah buka stereotip sih tapi Cina sama Cina. Bukan stereotip sih. Tapi kayak ada, karena mereka sendiri sih yang stereotip, jadi maksudnya mereka ngumpulnya tuh sendiri-sendiri. Anakanak basket sama anak-anak basket. Kemudian anak-anak basket pacarannya sama anak basket juga. Eee kalo kayak gitu mah ujung-ujungnya lama-lama malah lepas dari lingkaran aja atau lebih baik saya lepas aja dari lingkaran. Apa tadi pertanyaannya? Oh, kalo misalkan temenku baikbaik aja sih ya baik-baik aja. Temenku yang eksklusifeksklusif itu, aku ga bisa deh. Aku bilangin kalo orangnya solid sih bisa solid. Tapi kalo orangnya ekslusif gitu yah ga cocok di aku ya udah aku keluar. Eh mereka yang ngeliat ngerokok ngerokok gitu yah udah join. Walaupun
basket untuk mengisi waktu luang. FG merasa keberadaannya tidak membuat perubahan pada tim basket. FG beranggapan bahwa pelatih basket membedabedakan anak bimbingannya. FG memutuskan untuk berhenti dari kegiatan basket. Setelah keluar dari kegiatan basket, FG tidak memiliki banyak aktivitas.
basket untuk mengisi waktu luang. Merasa tidak cocok dengan kegiatan basket dan memilih untuk keluar (317-329)
basket
FG merokok tidak lepas pengaruh lingkungan pergaulannya. Sewaktu SMA, lingkungan pergaulan FG terdiri dari banyak kubu yang eksklusif.
Perilaku merokoknya Merokok akibat dorongan tidak lepas dari teman lingkungan pergaulannya. (332-333, 344-351)
FG tidak bisa menjadi bagian eksklusif dari suatu kelompok. FG melihat temannya merokok dan FG mengikutinya. Meskpin menurut FG merokok bukan hal yang baik tetapi FG tetap dapat 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362
kenyataannya ga baik tapi ada juga temen-teman yang baik. Kalo sekarang kamu lebih sering ngerokok sendiri atau bareng-bareng? Kalo sekarang? Lebih sering sendiri. Kenapa? Karena udah kuliah lah yah. Kayak yang udah aku bilang tadi kuliah itu udah mulai sibuk sama diri sendiri. Kemudian, apa yah istilahnya temen juga ga bakal bisa sebanyak dulu. Aku sih ngerasa gitu, kenapa? Karena mereka kan makin dewasa, ideologinya kan makin tajam, makin nusuk. Makin banyak yang ideologinya ga cocok karena kan ideologinya bedabeda. Dan perbedaan dikit aja kan bisa bikin kontras. Ya udah, ribet.
363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376
Kalo sekarang, keluargamu tau ga kalo kamu merokok? Hanya ceceku yang tahu. Soalnya ceceku kan juga perokok kan. Tapi papamu ga tau? Papaku pernah tau, but sekarang ga tau lagi. Taunya pas kapan? Taunya pas itu. Nah itu, aku gatau ceceku goblok dia bilang A sekarang merokok. Udah terus awalnya papaku diem aja. Terus, waktu pulang aku dimarah. Waktu itu disuruh merokok satu kotak, habisin sekarang! Ya udah. Setelah itu. Papaku taunya aku ga ngerokok. Ga ga ga papaku taunya aku berhenti. Pernah berhenti, yang papaku tau. Yang aku
bertemu dengan teman.
FG lebih sering merokok sendirian. FG merasa setiap orang memiliki kesibukan tersendiri dengan perkuliahannya. Oleh sebab itu, FG mengatakan temannya sekarang tidak sebanyak dulu. FG juga merasa bahwa semakin dewasa setiap orang memiliki ideology yang berbeda. Hal tersebut seringkali membuat FG merasa tidak cocok dengan beberapa orang.
Sering merokok sendiri (354-356)
Merokok sendiri
Sulit mendapat banyak teman karena memiliki banyak perbedaan dan ketidakcocokan pandangan. (356-362)
Sulit mendapat teman yang cocok
Kakak perempuan FG mengetahui bahwa FG merupakan perokok. Kakak perempuan FG merupakan perokok. Dahulu, ayah FG sempat mengetahui FG merokok, namun saat ini ayah FG hanya mengetahui bahwa FG telah berhenti merokok. Saat ketahuan merokok, FG dihukum oleh ayahnya. FG
Diketahui sebagai perokok (365) Anggota keluarga FG perokok (365-366) Ayah FG tidak mengetahui bahwa FG masih merokok. (368)
Diketahui sebagai perokok Anggota keluarga perokok Menyembunyikan identitas sebagai perokok
Mendapat hukuman saat ketahuan merokok. 370-
Hukuman 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
377 bilang aku berhenti karena sakit enam bulan itu. Aku dipperintahkan untuk 378 berhenti. Tapi lanjut. menghabiskan satu bungkus rokok sekaligus Ayah FG hanya mengetahui FG berhenti merokok semenjak ia menderita sakit tifus. Ayah FG tidak mengetahui bahwa setelah enam bulan berhenti merokok, FG kembali merokok. 379 Nah, papamu sempet taukan kamu merokok. Terus 380 kamu disuru merokok satu bungkus. Habis itu kamu 381 gimana? 382 Kayak anak yang lagi dimarahin sama orangtuanya kan FG hanya terdiam saat dimarahi 383 diam aja kan. Diam aja, tapi masa iya disuruh ngabisin satu orangtuanya. 384 bungkus rokok. Ya aku ngelawan lah, aku ga mau, aku FG dihukum menghabiskan satu 385 nolak. bungkus rokok sekaligus, tetapi 386 Tapi setelah itu kamu merokok lagi? FG menolaknya. 387 Setelah itu, beberapa hari iya. Kemudian lagi libur kan 388 posisinya, aku dirumah. Kemudian aku ke Pontianak lagi, FG berhenti merokok karena 389 sakit terus ga ngerokok. sakit. 390 Berarti pas kamu dimarahin papamu itu, belum ada 391 kepikiran buat berhenti merokok? FG tidak berpikir untuk berhenti 392 Enggak. merokok setelah dimarahi ayahnya. 393 Berarti enam bulan itu, pure gara-gara kamu sakit itu 394 toh? Oh ternyata gitu. 395 Kalo sekarang sih aku ada keinginan buat berhenti FG memiliki keinginan untuk 396 merokok. But, sedikit susah menurutku. berhenti merokok. 397 Susahnya menurutmu itu kenapa? FG merasa masih sulit untuk 398 Udah kecanduan. Udah kalo ga merokok itu menurutku berhenti merokok.
373) Ayah FG hanya mengetahui bahwa saat ini FG telah berhenti merokok. (375-377) Kembali merokok setelah sempat berhenti selama enam bulan. (377-378)
Menyembunyikan identitas sebagai perokok
Diam saat dihukum (382)
Diam
Menolak hukuman (384385) Berhenti merokok karena sakit (388-389)
Menolak hukuman
Tidak berniat berhenti merokok (392)
Tidak berniat berhenti merokok
Kembali merokok
Berhenti karena sakit
Merasa terikat dengan Terikat dengan rokok rokok sehingga sulit unruk berhenti. (395-398) Merokok menghabiskan Kerugian materi 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
399 berat banget dan juga ngabisin uang. Dan aku juga belum FG merasa telah kecanduan 400 tau gimana caranya mencari uang. Malah bikin boros. merokok. Merokok membuat FG menghabiskan banyak uang, tetapi FG tidak bisa bila tidak mengkonsumsi rokok. 401 Oh iya, aku mau tanya, suka dukanya merokok tuh 402 apa sih? 403 Suka dukanya ngerokok hahahha. Sukanya ga terlalu terasa FG merasa bahwa rokok dapat 404 lah yah sekarang sukanya tuh sambil merokok bisa ketawa- membuatnya tertawa lepas saat 405 ketawa bareng sama temen itu lebih enak. eeee… dukanya berkumpul bersama teman406 tuh lebih banyak. Kalo misalnya pas kita merokok tiba-tiba temannya. 407 nafasnya hik. Suara apa nih. Terus pas lagi ngerokok FG merasa terganggu apabila 408 orang-orang pada (mengibaskan tangan), kan aku jadi ga setelah merokok FG mendengar 409 enak gitu kan. Kadang-kadang kepikiran uang bulanan nafasnya berbunyi hik. 410 habis cuma buat ngerokok doang. Ya udahlah ga papa FG juga merasa sungkan bila 411 merokok lagi. Ya gitulah lebih banyak dukanya ketimbang orang disekitarnya mengibaskan 412 sukanya sekarang. Tapi yah ada sukanya lebih asyik tuh tangan didepan hidung saat 413 loh. Karena kan sama temen-temen tuh. Terus kan kalo dirinya sedang merokok. 414 lagi ngopi ada rokok ada wifi, beuh, itu komplit banget. FG terkadang memikirkan banyaknya uang saku yang telah habis untuk membeli rokok. Tetapi FG tidak terlalu mempedulikannya.
banyak uang (398-400)
Berkumpul dengan teman-teman menjadi lebih menyenangkan saat merokok. (403-405) Merasa terganggu apabila saat merokok nafas menjadi berbunyi.(406407) Sungkan akibat mendapatkan respon tidak menyenangkan terhadap perilaku merokok.(407-409) Tidak mempermasalahkan banyak uang yang habis untuk mengkonsumsi rokok (409-411)
Rokok memberikan kesenangan
Mengganggu kesehatan
Rasa sungkan akibat feedback dari orang lain
Tidak mempermasalahkan kehilangan uang
Tambahan: 415 Gini kemarin kamu cerita pertamakali merokok itu 416 kelas 2 SMA. Kamu merokok karena ngikutin 417 temenmu toh. Apa yang kamu pikirin sebelum km ikut 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448
merokok? Ummm rada bingung sih. Soalnya ga inget yang aku pikirin kelas dua dulu. Mungkin ya mungkin, aku mikirnya karena aku kesepian. Apa yang buat kamu merasa kesepian? Yaa soalnya kan aku ceritanya lagi ada masalah dengan temen-temenku yang anak-anak alim itu. Anak-anak basket tu loh. Hehe. Aku punya beberapa temen nongkrong kan ya udah mereka ngajakin aku buat kenalan sama anakanak lain. Nah setelah itu mereka ngerokok kan. Ya udah aku ngikut. Oh kamu waktu itu ada masalah sama temen-temen basket? Bukan masalah serius sih Cuma yaa kayaknya mereka terlalu alim jaim gitu aja, sampai ngecap kalo anak-anak ngerokok tuh anak-anak ga baik gitu loh. Ya standarku sih ga segitunya tuh loh mbak. Tapi kelamaan jadi males aja temenan sama orang-orang begituan. Beda pandangan gitu yah do sama temen-temen basket itu? Yah gitu lah. Lalu kenapa kamu ikut ngerokok do? Kenapa ya? Gabut mbak kalo ngumpul-ngumpul gitu. Mereka ngerokok akunya gga. Menurutmu temen yang ngerokok itu gimana? Temen-temenku dulu? Iya temen-temenmu dulu yang merokok. Netral mbak. Mereka nakal sih, tapi ya semua orang kan ada buruk baiknya masing-masing. Tapi at least mereka ga menetapkan idealism yang ga masuk akal mbak. Dan bagiku ngerokok tu bukan hal yang aneh lagi mbak yang
FG merasa kesepian menjadi penyebab ia merokok. S sedang menghadapi permasalahan dengan temannya berkenalan dengan teman baru. Teman baru FG adalah perokok. Melihat teman barunya merokok, FG ikut merokok. FG ingin mencari teman baru dan meninggalkan teman-teman sebelumnya.
Merokok untuk karena kesepian. (419-421)
Merokok karena kesepian
Merokok karena mengikuti teman (425428)
Menandingi teman
S merasa tidak memiliki kegiatan ketika berkumpul dengan teman-teman perokok. S menganggap teman-teman perokok memiliki idealisme yang masih dapat diterima. S merasa merokok bukan hal yang aneh.
S tidak melakukan apapun didepan temanteman perokok (440-441) Merokok bukan hal yang aneh (448-449)
Tidak melakukan apapun
Merokok bukan hal aneh
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
449 450 451 452 453 454 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473
namanya Indonesia juga kan hehehe Terus ada lagi tenatng teman-temanmu yang ngerokok? Mereka temapat nongkrongnya enak, ga mahal, warung doing. Walaupun ngerokok tapi pengeluaranku lebih sedikit dibanding sebelumnya mbak hehehe Nah itu dulu pemikiranku pas kelas dua SMA ya mbak. Kamu ngeliat temen-temenmu ngerokok tapi kamu ga merokok. Apa yang kamu rasain? Ga enak mbak, kayak misalnya aku ga ngerokok susah akrab. Terus gabut aja rasanya mbak. Waktu kamu pertamakali kenal sama temen-temen perokok itu apa langsung saat itu juga ikut nyobain rokok? Olah, gak mbak, gak. Masih takut-takut dulu setelah itu baru nyoba. Takut-takutnya berapa lama do? Ga lama. Kalo gga salah tiga harian. Apa yang kamu takutin waktu itu? Takut banyak hal mbak. Keputusan besar juga kan kalo merokok. Contoh rasa takutnya gimana do? Khawatir keuangan lah yang pertama. Terus tanggung jawab ke orangtua, terus kesehatan.
S merasa sungkan bila tidak ikut merokok. S merasa tidak melakukan kegiatan saat berkumpul dengan teman-teman perokok. Awalnya, S merasa takut untuk merokok. S membutuhkan waktu untuk berpikir. S mengkhawatirkan masalah keuangan, pertanggungjawabannya terhadap orangtua, dan masalah kesehatan yang bisa didapatkan.
Merasa sungkan dan takut terkesan tidak mudah bergaul (459-460)
Merasa sungkan Takut terkesan tidak mudah bergaul
Rasa takut mucul sebelum mencoba merokok (464-465)
Takut
Mengkhawatirkan masalah keuangan,tanggung jawab pada orangtua dan kesehatan (472-473)
Mengkhawatirkan uang, tanggung jawab pada orangtua dan kesehatan
54