PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE JAYA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diamanatkan untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan daerah perlu disusun dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014, yang merupakan penjabaran visi, misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam periode 5 (lima) tahun; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan dalam suatu Peraturan Bupati; Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 144); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang ...
2
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47) 11. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21) 16. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 18. Peraturan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 21 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2007-2012 (Berita Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 19);
MEMUTUSKAN...
3
MEMUTUSKAN : Menetapkan :
PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014. Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pidie Jaya. 2. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya adalah unsur Penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya yang terdiri dari Bupati, Wakil Bupati dan Satuan Kerja Perangkat Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Pidie Jaya 4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Pidie Jaya 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjut disebut SKPD adalah Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRK, Dinas, Badan, Kantor dan Lembaga Daerah Kabupaten Pidie Jaya. 6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014, yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. 7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya selanjutnya disebut Bappeda adalah lembaga yang mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah di Kabupaten Pidie Jaya. 8. Kepala Bappeda adalah Kepala Bappeda Kabupaten Pidie Jaya. Pasal 2 (1) RPJMD merupakan penjabaran, Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati hasil pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang dilaksanakan secara langsung pada tahun 2008. (2) RPJMD sebagai mana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman bagi : a. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (MUSRENBANGDA) dan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahun; b. SKPD dalam menyusun Rencana Strategis ; Pasal 3 SKPD melaksanakan program RPJMD dengan melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Bappeda yang dituangkan dalam Rencana Strategis SKPD. Pasal 4 Kepala Bappeda sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan terhadap pencapaian sasaran pelaksanaan RPJMD Pidie Jaya yang dituangkan dalam Rencana Strategis SKPD.
Pasal 5 ...
4
Pasal 5 Rencana anggaran pembangunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran RPJMD Pidie Jaya Tahun 2009-2014 adalah merupakan pagu indikatif, dan akan dilakukan penyesuaian setiap tahunnya berdasarkan kemampuan keuangan dan penerimaan daerah serta sesuai dengan Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Daerah setiap tahunnya. Pasal 6 RPJMD adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Bupati ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 7 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundang Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pidie Jaya Ditetapkan di Meureudu pada tanggal 22 Desember 2009 M 5 Muharram 1431 H BUPATI PIDIE JAYA,
M. GADE SALAM Diundangkan di Meureudu pada tanggal 24 Desember 2009 M 7 Muharram 1431 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA,
RAMLI DAUD
BERITA DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009 NOMOR 21
KATA PENGANTAR Dengan Rasa Syukur atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa karena atas hidayahnya kami telah dapat menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014 yang merupakan kewajiban pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pejewantahan sistem perencanaan pembangunan Nasional dan Daerah yang dapat dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam perencanaan pembangunan sehingga
menghasilkan
rencana-rencana
pembangunan
dalam
jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Pidie Jaya harus mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 5 (lima) tahunan. RPJMD Kabupaten Pidie Jaya diharapkan dapat mewujudkan pencapaian Tujuan Pembangunan Daerah secara khusus dan Pembangunan Nasional secara umumnya sebagaimana harapan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. RPJMD Kabupaten Pidie Jaya dibuat sebagai dokumen pelaksanaan pembangunan daerah yang disusun secara sistematis, sehingga arah pembangunan daerah untuk lima tahun ke depan dapat dicapai dengan sebaikbaiknya. Arah pembangunan yang diusulkan merupakan isu-isu strategis yang ada dalam konteks daerah Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi maupun Nasional. Pelaksanaan
pembangunan
daerah
tetap
memperhatikan
terhadap
kemampuan keuangan daerah sebagai sumber keuangan utama disamping, sumberdana lainnya. RPJMD Kabupaten Pidie Jaya dijadikan acuan penyusunan RKPK dan Renstra SKPK, sehingga tersusunya perencanaan anggaran daerah melalui Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran ii
Sementara (PPAS) sehingga lahirnya Penetapan anggaran tahunan daerah melalui rancangan Qanun APBD Kabupaten Pidie Jaya. Akhir kata, diharapkan dokumen ini dapat menjadi pedoman dan acuan penyusunan Rensta SKPD dalam menyelenggaraan pemerintahan demi tercapainya
pelaksanaan
pembangunan
daerah
yang
efektif,
efisien,
berkeadilan dan demokratis selama 5 (lima) tahun mendatang.
Meureudu, 23 Desember 2009 BUPATI PIDIE JAYA
DRS. H. M. GADE SALAM
iii
DAFTAR ISI Hal PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA........................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GRAFIK ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................ 1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................... 1.3 Landasan Hukum ........................................................ 1.4 Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009-2014 ........................................ 1.5 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ........................................................................ 1.6 Sistematika Penulisan.................................................. BAB II
ii iv x xvi xvii 1 4 5 6 13 15
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH .............................. 2.1 Kondisi Geografis ........................................................ 2.1.1 Iklim ................................................................... 2.1.2 Struktur Tanah................................................... 2.1.3 Tapografi .......................................................... 2.1.4 Geologi .............................................................. 2.1.5 Hidrologi ............................................................ 2.1.6 Penggunaan Lahan ........................................... 2.1.7 Pengelolaan Kawasan Lindung ......................... 2.1.8 Pengelolaan Kawasan Budidaya....................... 2.1.9 Pengelolaan Kawasab Rawan Bencana............ 2.1.10 Demografi (Kependudukan) .............................. 2.2 Kondisi Perekonomian dan Keuangan Daerah ............ 2.2.1 Potensi Sektoral daerah .................................... 2.2.2 Keuangan Daerah ............................................. 2.3 Bidang Sosial Budaya Daerah .................................... 2.4 Bidang Tenaga Kerja .................................................. 2.5 Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak....................................................... 2.6 Bidang Pemuda dan Olah Raga................................... 2.7 Bidang Syariat Islam .................................................... 2.8 Bidang Pendidikan ...................................................... 2.9 Bidang Kesehatan........................................................ 2.10 Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ............. 2.11 Bidang Pariwisata dan Kebudayaan ............................ 2.12 Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah .............
20 22 23 24 27 28 29 31 31 33 33 41 42 63 65 67 68 69 70 72 76 78 79 80
iv
2.13
Bidang Prasarana dan Sarana Daerah ........................ 2.13.1 . Fasilitas Pendidikan......................................... 2.13.2 . Fasilitas Kesehatan ......................................... 2.13.3 Fasilitas Transportasi Perhubungan .................. Bidang Telekomunikasi dan Informasi ......................... Bidang Pelayanan Umum ............................................ 2.15.1 Pemerintahan Umum........................................ 2.15.2 Kepegawaian.................................................... 2.15.3 Pelayanan Perijinan ......................................... 2.15.4 Keteramtaman dan Ketertiban Umum .............. 2.15.5 Pelayanan Catatan Sipil ................................... Bidang tata Ruang Pembangunan ............................... Bidang Perumahan dan Pemukiman............................ Bidang Lingkungan Hidup ............................................ Bidang Pertanahan ...................................................... Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................... 2.20.1 Ekonomi dan Sumber Daya Alam .................... 2.20.2 Energi dan Sumber Daya Mineral ....................
80 81 82 84 87 89 89 91 91 92 93 94 95 95 97 97 98 101
VISI DAN MISI ........................................................................ 3.1 Visi ............................................................................... 3.2 Misi...............................................................................
102 102
BAB IV
STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH................................ 4.1 Faktor Lingkungan Internal .......................................... 4.2 Faktor Lingkungan Eksternal........................................ 4.3 Asumsi Analisis dan pilihan Strategi ............................ 4.4 Analisis Lingkungan Strategis ...................................... 4.4.1. Analisis Lingkungan Internal .............................. 4.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal ........................... 4.4.3. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan ....................... 4.5 Agenda Prioritas Pembangunan Daerah ....................
103 103 105 106 107 108 126 133 134
BAB V
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH.......................... 5.1 Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah........................ 5.1.1. Asumsi/Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian yang Mempengaruhi Pengembangan Sumber Pendapatan............. 5.1.2. Sumber-sumber Pendapatan Daerah.............. 5.1.3. Pengembangan Sumber Pendapatan Daerah ............................................................ 5.1.4. Kebijakan Umum Anggaran ........................... 5.2 Arah Pengelolaan Belanja Daerah ............................... 5.2.1. Analisis Belanja.................................................. 5.2.2. Kebijakan Umum Belanja Daerah ...................... 5.3. Arah Pembiayaan.........................................................
135 137
2.14 2.15
2.16 2.17 2.18 2.19 2.20
BAB III
137 140 145 148 151 152 154 155
v
BAB VI
ARAH KEBIJAKAN UMUM ................................................... 6.1 Bidang Pemerintahan ................................................ 6.1.1. Penciptaan Tata Pemerintahan yang Baik....... 6.1.2. Perwujudan Kelembagaan Demokrasi Politik yang Makin Kokoh .................................. 6.1.3. Penegakan Hukum .......................................... 6.1.4. Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah ............................................................. 6.2 Bidang Ekonomi.......................................................... 6.2.1. Revitalisasi Pertanian ....................................... 6.2.2. Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) .......................... 6.2.3. Peningkatan Investasi dan Perdagangan......... 6.2.4. Peningkatan Daya Saing Pariwisata ................ 6.2.5. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan .................... 6.3 Bidang Infrastruktur, Sarana dan Prasarana Wilayah........................................................................ 6.3.1. Peningkatan Prasarana Jalan dan Jembatan ........................................................ 6.3.2. Pengembangan Transportasi Darat ................. 6.3.3. Pengembangan Transportasi Laut ................... 6.3.4. Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air ................................................................... 6.3.5. Percepatan Pemerataan Infrastruktur Energi dan Kenagalistrikan .............................. 6.3.6. Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman .............................................. 6.3.7. Peningkatan Sarana dan Prasarana Gedung/Kantor Pemerintah ............................ 6.3.8. Pengembangan Fasilitas Olah Raga................ 6.4 Bidang Lingkungan Hidup........................................... 6.4.1. Perencanaan dan Pengendalian Tata Ruang Wilayah................................................. 6.4.2. Peningkatan Penyehatan Lingkungan.............. 6.4.3. Pengelolaan Persampahan.............................. 6.4.4. Pengembangan Fasilitas Drainase .................. 6.5 Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Penyelenggaran syariat Islam..................................... 6.5.1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan ...................................................... 6.5.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan....................................................... 6.5.3. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Syariat Islam ................................................... 6.6 Bidang Perlindungan Sosial........................................
158 158 158 159 161 163 164 164 167 169 170 172 173 173 175 176 176 178 179 180 181 181 182 182 183 184 185 185 187 189 191 vi
6.6.1. Peningkatan Kesejahteraan Sosial .................. 6.6.2. Pemberdayaan Masyarakat Miskin .................. 6.6.3. Peningkatan Peran Perempuan Serta Perlindungan Anak........................................... 6.6.4. Pengembangan Ketahanan Budaya ................ BAB VII
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH .............................. 7.1 Program Pembangunan Daerah ................................. 7.1.1. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Ekonomi ............................................... 7.1.2. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pendidikan ........................................... 7.1.3. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Kesehatan............................................ 7.1.4 Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pelayanan Umum ................................ 7.1.5. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Ketertiban dan Ketentraman ................ 7.1.6. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Lingkungan Hidup ................................ 7.1.7. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Perlindungan Sosial ............................. 7.1.8. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Perumahan dan Fasilitas Umum........ 7.1.8 Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pariwisata dan Budaya ........................ 7.2 Program Lintas SKPD................................................. 7.2.1. Program SKPD................................................. 7.2.2. Program Kewilyahan ........................................ 7.3 Rencana Kerja ............................................................ 7.3.1. Rencana Kerja Karangka Regulasi .................. 7.3.2. Rencana Kerja Kerangka Pendanaan..............
BAB VIII PENUTUP ......................................................................... 8.1 Program Transisi ........................................................ 8.2 Kaidah Pelaksanaan ................................................... 8.2.1. RPJMD sebagai panduan bagi setiap SKPD untuk menyusun Renstra....................... 8.2.2. RPJMD sebagai landasan acuan penyusunan RKPD........................................... 8.2.3. Dasar Evaluasi dan Laporan Pelaksanaan RPJMD, RKPD atas Kinerja 5 (lima) Tahunan dan Tahunan.....................................
191 193 195 197
199 200 204 205 206 208 209 210 211 211 212 212 213 213 213 213 215 215 215 215 215
216
LAMPIRAN : Matrik Program Kerja Lima Tahunan RPJM Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya 2009-2014 vii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3
Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16
Luas dan Prosentase Luas Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya ........................................................................ Jumlah Desa , Kelurahan dan Kemukiman di Kabupate Pidie Jaya ........................................................................ Perkembangan Curah Hujan dan Hari Hujan dirinci menurut Bulan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 20042005 ................................................................................ Intensitas Hujan Harian Rata-Rata .................................. Kemiringan Lahan Kecamatan Dalam Kabupaten Pidie Jaya................................................................................. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya tahun 2005 .............................................................. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya tahun 2005 .............................................................. Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan Lima Tahun Terakhir ...................................................... Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kabupaten Pidie tahun 2008 ........................................... Persentase Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya ................................................................................ Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Per Kecamatan Tahun 2008 .................................................. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007 ..................................................................... Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 .................................................... Jumlah Korban Jiwa dan Pengungsi Pasca Tsunami di Kabupaten Pidie Jaya ..................................................... Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2004-2008................ Tanaman Pertanian Unggulan Di Kabupaten Pidie Jaya
21 21
22 23 24 26
30 34 35 36 38 38 39 40 41 44
Tabel 2.17 Peranan Sektor Pertanian Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 20002007 ................................................................................ Tabel 2.18 Luas Areal, Produksi dan Jumlah Petani Perkebunan Rakyat di Ka bupaten Pidie Jaya Tahun 2007................. Perkebunan Unggulan Berdasarkan Tabel 2.19 Tanaman Perkecamatan Di Kabupaten Pidie Jaya ......................... Tabel 2.20 Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 ................................................................................ Tabel 2.21 Banyaknya Produksi Daging di Rinci Per Kecamatan di
44 45 46 47
viii
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007.................................. Tabel 2.22 Hewan Ternak Unggulan di Kabupaten Pidie Jaya .........
47 48
Tabel 2.23 Luas areal Tambak di Kabupaten pidie Jaya Tahun 2008.. Luas Areal Budidaya Air Payau dan Air Tawar Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008.................................. Tabel 2.24 Produksi Perikanan Budidaya Air Payau dan Air Tawar Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008.................................. Tabel 2.25 Jumlah Gedung TPI/PPI di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 ................................................................................ Tabel 2.26 Daftar Jumlah Dermaga Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 ................................................................................ Tabel 2.27 Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan Di Kabupaten Pidie Jaya ................................................................................ Tabel 2.28 Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007 ........................ Tabel 2.29 Peranan Sektor Angkutan dan Komunikasi Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007.................................................... Tabel 2.30 Peranan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007 ........... Tabel 2.31 Peranan Sektor Jasa-Jasa Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 20002007 ................................................................................ Tabel 2.32 PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2004-2007 (Berdasarkan Harga Konstan) ............................................................... Tabel 2.33 Pendapatan dari Dan Perimbangan di Kabupaten Pidie Jaya................................................................................. Tabel 2.34 Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 ................................................................................ Tabel 2.35 Jumlah Fasilitas Tempat Peribadatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008............................................................. Tabel 2.36 Jumlah Peserta Ujian Nasional Tahun 2008/2009...........
49
Tabel 2.37 Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 .
76
49 50 50 51 51
55
56
58
59
61 64 68 71 74
Tabel 2.38 Kondisi Tenaga Medis Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 ..................................................................... Tabel 2.39 Objek Wisata Cakra Budaya dan Lokasinya di Kabupaten Pidie Jaya ..................................................... Tabel 2.40 JumlahFasilitas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 ................................................................................ Tabel 2.41 Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB
77 79 83
ix
Tahun 2004-2007 ............................................................ Tabel 2.42 Peranan Sektor Pertanian Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku ....................................................... Tabel 2.43 PDRB Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2004-2007 (berdasarkan Harga Konstan) ......................................... Luas Lahan dan Produksi Padi di Kabupaten Pidie Jaya Tabel 4.1 Tahun 2007 ..................................................................... Tanaman Pertanian Unggulan Berdasarkan Analisis LQ Tabel 4.2 di Kabupaten Pidie Jaya .................................................. Tanaman Sayuran Unggulan Berdasarkan Analisis LQ di Tabel 4.3 Kabupaten Pidie Jaya ..................................................... Luas Areal Produksi dan Jumlah Petani Perkebunan Tabel4.4 Rakyat di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2004.................. Tanaman Perkebunan Unggulan Berdasarkan Analisis Tabel 4.5 LQ di Kabupaten Pidie Jaya ........................................... Hewan Ternak Unggulan Berdasarkan Analisis LQ di Tabel 4.6 Kabupaten Pidie Jaya...................................................... Luas Areal Tambak Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 4.7 2008 ................................................................................ Produksi Perikanan Budidaya Air Payau dan Air Tawar di Tabel 4.8 Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008.................................. Jumlah Gedung TPI/PPI di Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 4.9 2008 ................................................................................ Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan Tabel 5.1 Tahun 2000 Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2001-2007 ... Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tabel 5.2 Pidie Jaya Periode 2008-2009 Realisasi PAD Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran Tabel 5.3 2008-2009 ....................................................................... Realisasi Prediksi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Tabel 5.4 Jaya Tahun Angagaran 2010-2014 ................................. Kontribusi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Tabel 5.5 Kabupaten Pidie Jaya Tahun anggaran 2008-2009 ........ Rasio Kemandirian Daerah.............................................. Tabel 5.6 Realisasi kemampuan daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2008-2009 .......................................................... Prediksi realisasi Komponen PAD Kabupaten Pidie Jaya Tabel 5.8 Tahun Anggaran 2009-2014 Prediksi Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Tabel 5.9 Jaya Tahun 2009-2014 Tabel 5.10 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2008-2009 ....................................................................... Tabel 5.11 Realisasi Prediksi Belanja Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2010-2014............................................
99 99 100 109 111 112 114 115 117 118 119 123 138 140 141 143 144 145
Tabel 5.7
146 149 150 152 154
x
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3
Grafik 2.4 Grafik 2.5
Grafik 2.6 Grafik 2.7 Grafik 2.8 Grafik 2.9 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3
Area Budidaya Perikanan Per Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 ...................................................
32
Area Sawah di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007.......... Diagram Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2008.............................................................
32 37
Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 .................................. Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berdasarkan Harga Berlaku Sawah di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 .............................................................
44
54
PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007 .
60
PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita Berdasarkan Harga Konstan 2000 Kabupaten Pidie Jaya 2000-2007 ..
60
Kondisi Rata-Rata Nilai Ujian Nasional Tahun 2008 Tingkat SMP ................................................................... Data Guru PNS dan Non PNS Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan ....................................................................... Prediksi Realisasi Total Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2010-2014....................... Prediksi Total Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Jaya Periode 2010-2014 ......................................... Prediksi Total Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2010-2014..................................................
74 75 150 151 155
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1
Hubungan RPJMD Kabupaten Pidie Jaya dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ...................................
14
Gambar 2.1
Rencana Pengembangan Transportasi Darat ................
85
Gambar 2.2
Sirkulasi Tranportasi Propinsi Aceh ...............................
85
Gambar 2.3
Rencana Higway di Kabupaten Pidie Jaya ...................
87
xii
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Berbagai tingkat keragaman masyarakat serta adanya karakteristik geografis yang unik dan khas bagi setiap wilayah, pemerintah telah menyusun Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
yang bersifat terpadu,
menyeluruh, sistematik dan tanggap terhadap perkembangan zaman sesuai dengan ketetapan dalam Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional . Untuk membangun kehidupan bernegara dengan berbagai aspek dimensi yang kompleks, dalam Pasal 1 , UU No.25 Tahun 2004 dinyatakan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana-rencana
pembangunan
dalam
jangka
panjang,
menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Oleh karenanya sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mewajibkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan kerangka
pelaksanaan
pembangunan pemerintahan yang berisikan penjabaran visi, misi dan program kepala
daerah
yang
berpedoman
kepada
RPJP
daerah
dengan
memperhatikan RPJM Nasional dan RPJM Propinsi yang secara substantif memuat arah dan kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan Program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Dalam masa kepemimpinan Bupati terpilih untuk lima tahun mendatang, Kabupaten Pidie Jaya sudah pasti menghadapi tantangan pertumbuhan dan perkembangan, juga menghadapi persaingan dan ketidakpastian global yang
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
1
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
makin meningkat, jumlah penduduk yang makin banyak, dan dinamika masyarakat yang makin beraneka ragam. Oleh karena itu, janji Visi dan Misi Bupati pada masa kampanye, perlu menyusun dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah, yang menjadi landasan hukum bagi perencanaan anggaran pembangunan daerah dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya yang sifatnya terukur serta dapat diperbandingkan tingkat keberhasilannya pada saat sasaran akhir dari target pembangunan ingin dicapai. Pemerintah Kabupaten melaui badan perencanaan pembangunan daerah menyusun rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014, merupakan aspirasi
kebutuhan masyarakat yang di dalam implementasi
pembangunan daerah akan berdampak pada pengembangan program dan pembiayaan bagi pembangunan daerah kabupaten Pidie Jaya. Pengembangan program pembangunan daerah mencakup aspek percepatan pembangunan, sinergisitas pembangunan dan keberlanjutan pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya. Pengembangan Pembiayaan pembangunan daerah diharapkan memberikan peluang atas sumber sumber pembiayaan pembangunan daerah baik dalam bentuk pembagian atau sharing, hibah, kerjasama investasi, pinjaman daerah dan lain sebagainya. RPJMD Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014 merupakan bagian dari usaha memobilisasi seluruh sumber daya pembangunan Kabupaten Pidie Jaya untuk terlibat langsung menjawab tantangan dan peluang yang nyata dengan pilihan strategi
dan arah kebijakan umum pada kerangka program pembangunan
daerah sesuai visi misi kepala daerah. Disadari bahwa Kabupaten Pidie Jaya yang baru berumur dua tahun, tentu menghadapai
permsalahan
yang
cukup
kompleks.
Selanjutnya
dalam
penyusunan RPJM Kabupaten Pidie Jaya 2009-2014 ini diawali dari adanya sembilan permasalahan pokok yang dihadapi Kabupaten yang terdiri atas:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
2
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
a. Lambatnya pertumbuhan ekonomi. b. Lambannya pembangunan antar wilayah akibat belum tersedianya prasarana infrastruktur dasar masyarakat dan infrastruktur akses ke wilayah produksi. c. Minimnya pendapatan asli daerah (PAD). d. Belum meratanya sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. e. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam. f. Menurunnya kualitas lingkungan hidup. g. Belum optimalnya kinerja aparatur. h. Terbatasnya anggaran pembangunan daerah. i. Rendahnya peran serta umat beragama dalam aspek pembangunan daerah. Selanjutnya kesembilan permasalahan tersebut memunculkan isu aktual pembangunan yang terumuskan dalam sembilan isu strategis pembangunan Kabupaten Pidie Jaya . Kesembilan isu strategis tersebut adalah: a. Peningkatan peran ulama dalam aspek pembangunan daerah. b. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran. c. Jangkauan dan peningkatan kualitas mutu layanan pendidikan serta kesehatan masyarakat. d. Revitalisasi pembangunan pertanian e. Revitalisasi UMKM f. Daya saing pariwisata. g. Good governance. h. Peningkatan peran perempuan dalam pembangunan. i. Pelayanan Prima. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kebijakan pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Pidie Jaya 2009 – 2014 didasarkan pada sembilan isu strategis dan sembilan permasalahan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
3
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1.2.
Maksud dan Tujuan
RPJM Kabupaten Pidie Jaya dimaksudkan untuk menjabarkan agenda-agenda yang ditawarkan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih pada saat kampanye Pilkada 2008 ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah kurun waktu 2009 – 2014. Mengupayakan agar pembangunan daerah berjalan efektif, efisien, tepat sasaran dan adanya sinkronisasi dengan Rencana Pembangunan Nasional dan Rencana Pembangunan Propinsi. RPJM dapat memberi pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra – SKPD). Selanjutnya RPJMD juga sebagai usaha pemecahan yang solutif dan antisipatif bagi kepentingan serta kebutuhan mutakhir daerah selama periode 2009 – 2014. Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009 - 2014 adalah: 1. Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan. 2. Menjamin terciptanya efektifitas, efesiensi, sinkronisasi dan sinergisitas antar daerah dan antar fungsi pemerintah daerah dan pemerintah pusat. 3. Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang. 4. Mengoptimalkan peran serta masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam pembangunan daerah, serta menumbuhkan rasa memiliki (Sanse of belonging)
seluruh
lapisan
pengguna
pembangunan
dengan
mengedepankan kearifan lokal. 5. Menjaga Kesinambungan pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya dalam lima tahunan pada bingkai jangka panjangnya. 6. Memberikan tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap satuan kerja perangkat daerah. 7. Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
4
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Pidie Jaya Tahun 20092014 ini adalah tersedianya dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan: (a) arah kebijakan keuangan daerah, (b) strategi pembangunan daerah, (c) kebijakan umum, (d) program SKPD dan lintas SKPD, serta program kewilayahan yang disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.
1.3.
Landasan Hukum
RPJMD Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009 – 2014 disusun berdasarkan sejumlah peraturan telah digunakan sebagai landasan hukum dan rujukan yaitu : 1. Landasan Idiil Pancasila 2. Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. 3. Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 Pasal 4 ayat (1); 4. Landasan Operasional: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4421); c. Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 150; d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
5
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
f. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; g. Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2000 Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah; h. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; i. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah,
Tambahan
Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 4124; j.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga; dan
k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; l. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM Nasional Tahun 2005-2009. m. Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. n. Qanun Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim Dalam Propinsi NAD; o. Qanun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong Dalam Propinsi NAD sebagai salah satu Landasan Hukum; p. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP dan RPJM Daerah; q. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
6
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1.4. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009-2014 RPJM Kabupaten Pidie Jaya ditempuh melalui mekanisme koordinasi dan musyawarah secara bertahap, berkesinambungan serta berupaya adanya keterkaitan antara satu bidang dengan bidang lainnya, antara satu tahapan dengan
tahapan
perencanaan
berikutnya
pembangunan
yang
sifatnya
tersebut
lima
tahunan.
diselenggarakan
Koordinasi
dalam
berbagai
dimensi, yaitu ; lintas sektor, lintas daerah, lintas lembaga dan lintas sumber pembiayaan. Perencanaan pembangunan meliputi empat tahapan,yakni: (a) Penyusunan rencana, (b) penetapan rencana, (c) pengendalian pelaksanaan rencana dan (d) evaluasi pelaksanaan rencana. Empat tahapan tersebut diselanggarakan secara berkelanjutan, sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu : 1. Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur. 2. Setiap instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. 3. Melakukan
penjaringan aspirasi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dihasilkan
dan
oleh
menyelaraskan
masing-masing
rencana jenjang
pembangunan pemerintahan
yang melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. 4. Melakukan penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Penetapan rencana merupakan salah satu produk hukum, sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakan isi rencana-rencana tersebut. Untuk itu
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
7
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Pidie Jaya harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah/Qanun. Sementara itu, pengendalian pelaksanaan
rencana
pembangunan
dimaksudkan
untuk
menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Demikian pula halnya dengan pengendalian pelaksanaan rencana yang mencakup kegiatan monitoring juga dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan yang dianut mencakup 5 (lima) pendekatan yaitu : a. Pendekatan Politik memandang bahwa pemilihan Bupati adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat menentukan pilihannya berdasarkan visi dan misi program-program pembangunan yang ditawarkan masingmasing calon Bupati. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Bupati terpilih pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. b. Pendekatan Teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. c. Pendekatan Partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Keterlibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. d. Pendekatan atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah (top down) dan bawah atas (bottom up) diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
8
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Perekonomian daerah yang akan dikembangkan dalam tahun 2009-2014 sebagai pemerintahan Kabupaten yang baru dua tahun tentunmya masih banyak mengalami kendala dan hambatan. Namun demikian pemerintah Kabupaten Pidie Jaya harus mengambil kebijakan ekonominya yaitu perekonomian yang mengarah kepada percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memberi kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembangnya ekonomi lokal kerakyatan bersama-sama dengan pelaku bisnis lainnya. Strategi dan keinginan kuat Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya
untuk
mewujudkan pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat bergairah untuk ikut serta membentuk struktur ekonomi yang di cita-citakan. Dengan pembangunan ekonomi yang terencana, diharapkan bahwa pembayar pajak dan penanam modal dapat tertarik untuk menanamkan investasi sehingga meningkatkan ekonomi. Kebijakan pertanian, perkebunan serta kelautan dan perikanan yang mantap di Kabupaten Pidie Jaya diharapkan akan membuat pengusaha dapat melihat adanya peluang untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan, peternakan
serta kelautan dan perikanan,
pemenuhan kebutuhan pangan dan perluasan ekspor. Demikian pula dengan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan retribusi tidak dinaikkan, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan ekonomi pada tahun mendatang. Pembangunan ekonomi Kabupaten Pidie Jaya harus dapat memberikan solusi terhadap isu-isu ekonomi lokal yang dihadapi, dan melakukan pengamatan dinamis serta perlu mengkoreksi kebijakan yang keliru bila dalam kondisi riel dimasyarakat
mengalami
pertumbuhan
ekonomi
yang
lambat.
Perlu
dirumuskan dua prinsip dasar pengembangan ekonomi Kabupaten Pidie Jaya yang perlu diperhatikan adalah:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
9
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1. Mengenali karakter ekonomi wilayah, Isu-isu utama yang perlu dikenali dalam
kerangka
pengenalan
perkembangan
ekonomi
wilayah
di
Kabupaten Pidie Jaya, antara lain adalah: 1) Perkembangan penduduk dan urbanisasi, pertumbuhan penduduk merupakan salah satu variabel pertumbuhan ekonomi, yang mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian menjadi agropolitan dan selanjutnya menjadi kota besar. 2) Dominasi sektor pertanian, perkebunan serta kelautan dan perikanan lebih dikembangkan dengan upaya pengembangan sektor agribisnis yang mampu mengangkat dan mempromosikan agroindustri di wilayah tertinggal. 3) Sektor pariwisata, memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi ekonomi lokal. Kekayaan/keindahan alam dan budaya dapat menjadi daya tarik wilayah, dan kemudian berlanjut menarik turis dan penduduk ke wilayah tersebut. 4) Kualitas lingkungan, persepsi atas suatu wilayah apakah memiliki kualitas hidup yang baik, merupakan hal penting bagi dunia usaha untuk melakukan investasi. Investasi pemerintahan daerah dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat sangat penting untuk
mempertahankan daya saing, keterkaitan wilayah dan aglomerasi, kemampuan wilayah untuk mengefisienkan pergerakan orang, barang dan jasa adalah componen pembangunan ekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu memiliki akses transportasi menuju pasar serta mobilitas pasar secara lancar 2. Merumuskan manajemen pembangunan daerah dengan prinsip kerakyatan yang pro bisnis. Sedikitnya ada dua komponen yang mempengaruhi corak pertumbuhan ekonomi daerah, antara lain adalah Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dan pelaku bisnis (pengusaha). Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya mempunyai
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
10
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kelebihan dalam satu hal dan keterbatasan dalam hal lain, demikian juga pengusaha. Terjalinnya kinerja yang bersinergi antara keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi Kabupaten Pidie Jaya. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya mempunyai tugas/kewajiban menerbitkan berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan menciptakan peluang, serta membentuk wawasan orang banyak. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya perlu banyak memahami tentang proses kegiatan ekonomi yang sebenarnya berlangsung. Disinilah perlunya dikembangkan prinsip-prinsip manajemen pembangunan pro-bisnis yang antara lain, meliputi : 1. Menyediakan informasi kepada pengusaha kecil dan menengah. 2. Memberikan kepastian dan kejelasan kebijakan. 4. Mendorong sektor jasa dan perdagangan. 5. Meningkatkan daya saing pengusaha daerah, dan 6. Membentuk ruang yang mendorong kegiatan ekonomi kerakyatan. Komponen pokok percepatan ekonomi lokal Kabupaten Pidie Jaya 2009-2014 sebagai Pemerintahan Kabupaten Yang baru diupayakan untuk percepatan ekonomi lokal agar dapat memacu ketertinggalan dan memantapakan pondasi dasar ekonomi adalah menjadi pertimbanagan di Kabupaten Pidie Jaya yaitu dengan cara : a. Membangun Daya Tarik, maksudnya Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya harus melakukan upaya
: penyehatan iklim investasi dan dinamisasi
ekonomi daerah. Hal ini merupakan salah satu upaya menciptakan kondisi yang kondusif terutama untuk menarik investasi baik investasi domestik (selain investasi lainnya) guna menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah. Ada beberapa faktor penyehatan iklim investasi yang perlu menjadi perhatian utama, yaitu: 1. Melakukan transparansi dan efisien dalam hal faktor biaya yang terkait dengan sistem perizinan dan perpajakan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
11
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2. Terbangunnya dan tersedianya berbagai infrastruktur (transportasi, telekomunikasi, energi dan air) yang efisien dan cukup. 3. Membangun dan mengupayakan tersedianya tenaga kerja lokal yang cukup kompetitif. 4. Melakukan pencitraan dan persepsi bahwa daerah sangat aman dan kondusif untuk melakukan kegiatan investasi dalam bentuk jasa dan perdagangan 5. Pencitraan budaya good governance. Sedangkan faktor dinamisme ekonomi dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu: 1. Potensi, struktur ekonomi, stabilitas makro ekonomi dan dinamika sosial politik yang kondusif. 2. Tranparansi, stabilitas dan prediktibilitas kebijakan. 3. Institusi yang efektif memberikan kepastian hak kepemilikan dan kontrak. 4. Menemukan serta mempromosikan citra komoditi dan produk unggulan daerah. b. Membangun Daya Tahan, maksudnya adalah membangun daya tahan ekonomi
yang
merupakan
kemampuan
mengelolal,
mengolah
dan
menyesuaikan diri serta memulihkan diri sektor ekonomi dari tekanantekanan faktor ekonomi maupun non ekonomi. Dalam lingkungan yang senantiasa berubah dimana peluang dan resiko dapat muncul setiap saat, setiap unit ekonomi baik rumah tangga, perusahaan, maupun daerah, perlu mempersiapkan diri. Hal yang perlu dilakukan adalah upaya untuk diversifikasi
usaha
dan
transformasi
produk
serta
pengembangan
kewirausahaan. c. Membangun Daya Saing, maksudnya adalah menyiapkan konsep regional managemen yang mampu mengintegrasikan antara wilayah administrasi menjadi wilayah ekonomi dalam suatu wadah kerjasama antar daerah di bidang
kebijakan
ekonomi,
komunikasi
informasi,
serta
kerjama
pemasaran. Selain sejalan dengan dua strategi di atas, maka kegiatan yang dapat dilakukan untuk membangun daya saing ekonomi Kabupaten BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA 12
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Pidie Jaya, antara lain adalah dengan cara mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi dan keberlanjutan, mendukung keberlanjutan inovasi produk unggulan yang menekankan pada sektor pertanian, perkebunan serta kelautan dan perikanan yang dapat menguatkan sendi ekonomi serta membangun kemitraan regional.
1.5. Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Pidie Jaya mempunyai kedudukan sebagai pedoman umum bagi aparatur pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, organisasi politik, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan tokoh masyarakat, dan seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya dalam melaksanakan pembangunan daerah mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Dalam penyusunan RPJMD secara hierarki memperhatikan Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi sebagai acuan RPJM Daerah Kabupaten Pidie Jaya. Dengan demikian hubungan dokumen RPJM Daerah dengan dokumen perencanaan lainnya dari mulai tingkat Nasional, Provinsi menjadi pedoman dalam penyusunannya bagi Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Selain itu Dokumen RPJM dalam penuangan penyusunannya memperhatikan pula kebijakan rencana tata ruang yang telah disusun sebelumnya sehingga dapat sinergis dan konsisten dalam perencanaan lima tahun ke depan. Penyusunan RPJM Daerah dilaksanakan bersama seluruh SKPD dan stakeholder di Kabupaten Pidie Jaya yang sekaligus merupakan prasosialisasi kepada jajaran pemerintah dan masyarakat Kabupaten Pidie Jaya. RPJM Daerah Kabupaten Pidie Jaya dalam implementasinya menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang harus disusun
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
13
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
dalam rangka memenuhi target capaian masing-masing SKPD sebagai perwujudan kinerja yang berlandaskan kepada anggaran. Gambar 1.1 Hubungan RPJMD Kabupaten Pidie Jaya dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RPJP NASIONAL (Dokumen perencanaan 20 tahunan)
RPJP PROVINSI (Dokumen perencanaan 20 tahunan)
RPJP KAB. Pidie Jaya (Dokumen perencanaan 20 tahunan)
RPJM NASIONAL (dokumen perencanaan 5 tahunan)
TINGKAT NASIONAL
RPJMD PROV. NAD (dokumen perencanaan 5
Renstra SKPD Provinsi NAD
tahunan)
RPJMD KAB. PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014
RENSTRA SKPD KAB.PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014
RENJA SKPD RKPD KAB. PIDIE JAYA
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan RPJM Kabupaten Pidie Jaya
periode 2009-2014 ini
mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Sistematika RPJMD Kabupaten Pidie Jaya tersebut adalah sebagai berikut:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
14
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Maksud dan Tujuan
1.3
Landasan Hukum
1.4
Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya tahun 20092014
1.5
Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
1.6
Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1.
Kondisi Geografis 2.1.1
Iklim
2.1.1
Struktur Tanah
2.1.3
Topografi
2.1.4
Geologi
2.1.5.
Hidrologi
2.1.7
Pengelolaan Kawasan Lindung
2.1.8
Pengelolaan Kawasan Budidaya
2.1.9
Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana
2.1.10 Demografi ( Kependudukan ) 2.2
Kondisi Perekonomian dan Keuangan Daerah 2.2.1
Potensi Sektoral Daerah
2.2.2
Keuangan Daerah
2.3
Bidang Sosial Budaya Daerah
2.4
Bidang Tenaga Kerja
2.5
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
2.6
Pemuda dan Olah Raga
2.7
Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
2.8
Bidang Kesehatan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
15
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.9
Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2.10
Bidang Pariwisata
2.11
Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah
2.12
Bidang Prasarana dan Sarana Daerah 2.12.1 Fasilitas Pendidikan 2.12.2 Fasilitas Kesehatan 2.12.3 Fasilitas Transportasi Perhubungan
2.14. Telekomunikasi dan Informasi 2.15
Pelayanan Umum 2.15.1 Pemerintahan Umum 2.15.2 Kepagawaian 2.15.3 Pelayanan Perijinan 2.15.4 Ketentraman dan Ketertiban umum 2.15.5 Pelayanan Catatan Sipil
2.16. Tata Ruang Pembangunan 2.17
Perumahan dan Pemukiman
2.18
Lingkungan Hidup
2.19
Pertanahan .
2.20
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2.20.1 Ekonomi dan Sumber Daya Alam 2.20.2 Energi dan Sumber Daya Mineral
BAB III VISI DAN MISI 3.1
Visi
3.2
Misi Kabupaten Pidie Jaya 2009-2014
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1
Faktor Lingkungan Internal
4.2
Faktor Lingkungan Eksternal
4.3
Asumsi Analisis dan Pilihan Strategi
4.4
Analisis Lingkungan Strategis
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
16
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
4.4.1
Analisis Lingkungan Internal
4.4.2
Analisis Lingkungan Eksternal
4.4.3
Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan
4.4.4
Asumsi
BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 5.1.
Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah 5.1.1. Asumsi/Perkiraan
Pertumbuhan
Perekonomian
yang
Mempengaruhi Pengembangan Sumber Pendapatan 5.1.2. Sumber-sumber Pendapatan Daerah 5.1.3. Pengembangan Sumber Pendapatan Daerah 5.1.4. Kebijakan Umum Anggaran 5.2.
Arah Pengelolaan Belanja Daerah 5.2.1. Analisis Belanja 5.2.2. Kebijakan Umum Belanja Daerah
5.3.
Arah Pembiayaan
BAB VI ARAH KEBIJAKAN UMUM 6.1.
Bidang Pemerintahan 6.1.1. Penciptaan Tata Pemerintahan yang Baik 6.1.2. Perwujudan Kelembagaan Demokrasi Politik yang makin Kokoh 6.1.3. Penegakan Hukum 6.1.4. Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
6.2.
Bidang Ekonomi 6.2.1. Revitalisasi Pertanian 6.2.2. Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 6.2.3. Peningkatan Investasi dan Perdagangan 6.2.4. Peningkatan Daya Saing Pariwisata 6.2.5. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan
6.3.
Bidang Infrastruktur, Sarana dan Prasarana Wilayah
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
17
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
6.3.1. Peningkatan Prasarana Jalan dan Jembatan 6.3.2. PengembanganTransportasi Darat 6.3.3. Pengembangan Transportasi Laut 6.3.4. Pembangunan Infrastruktur Sumberdaya Air 6.3.5. Percepatan Pemerataan Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan 6.3.6. Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman 6.3.7. Peningkatan Sarana dan Prasarana Gedung/Kantor Pemerintahan 6.3.8. Pengembangan Fasilitas Olah Raga 6.4.
Bidang Lingkungan Hidup 6.4.1. Perencanaan dan Pengendalian Tata Ruang Wilayah 6.4.2. Peningkatan Penyehatan Lingkungan 6.4.3. Pengelolaan Persampahan 6.4.4. Pengembangan Fasilitas Drainase
6.5.
Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Agama 6.5.1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan 6.5.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan 6.5.3. Peningkatan Kualitas Bidang Agama
6.6.
Bidang Perlindungan Sosial 6.6.1. Peningkatan Kesejahteraan Sosial 6.6.2. Pemberdayaan Masyarakat Miskin 6.6.3. Peningkatan Peran Perempuan Serta Perlindungan Perempuan dan Anak 6.6.4. Pengembangan Ketahanan Budaya
BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1.
Program Pembangunan Daerah 7.1.1. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Ekonomi 7.1.2. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pendidikan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
18
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
7.1.3. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pelayanan Umum 7.1.4. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Ketertiban dan Ketentraman 7.1.5. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Lingkungan Hidup 7.1.6. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Perlindungan Sosial 7.1.7. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Perumahan dan Fasilitas Umum 7.1.8. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pariwisata dan Budaya 7.2.
Program Lintas SKPD 7.2.1. Program SKPD 7.2.2. Program Kewilayahan
7.3.
Rencana Kerja 7.3.1. Rencana Kerja Kerangka Regulasi 7.3.2 Rencana kerja Kerangka Pendanaan
BAB VIII PENUTUP 8.1.
Program Transisi
8.2.
Kaidah Pelaksanaan 8.2.1. RPJMD sebagai panduan bagi SKPD dalam penyusunan Renstra 8.2.2 RPJMD sebagai landasan acuan menyusun RKPD 8.2.3 Dasar Evaluasi dan Laporan Pelaksanaan RPJMD, RKPD Atas Kinerja 5 (lima) tahunan dan tahunan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
19
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Kondisi Geografis Potensi sumber daya nasional di Provinsi Aceh yang tersebar di kabupaten dan kota, memiliki makna dan peran tersendiri terhadap kepentingan pembangunan nasional dan daerah. Kondisi demikian perlu mendapat perhatian pemerintah sejalan dengan kebijakan nasional dalam percepatan pembangunan kawasan Indonesia Barat, terutama di Provinsi Aceh. Kedudukan Kabupaten Pidie Jaya berada pada posisi yang sangat strategis yang dilintasi oleh jalan negara Trans Sumatera atau jalan yang menghubungkan Banda Aceh dan Medan, begitu juga Kecamatankecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Pidie Jaya dan Ibu Kota Kecamatan berada pada lintasan jalan negara tersebut. Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten yang baru terbentuk berada dalam wilayah Provinsi Aceh, dengan ibukota Kabupaten adalah Kota Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007, dengan luas wilayah Kabupaten Pidie Jaya 1.162,84 km2, yang terdiri dari 8 kecamatan, 34 Mukim, 9 kelurahan dan 213 desa. Batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan Tangse, Kecamatan Geumpang dan Kecamatan Mane),
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan Geulumpang Tiga, Kecamatan Geulumpang Baro, dan Kecamatan Keumbang Tanjong).
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
20
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Wilayah kabupaten Pidie Jaya terdiri dari 8 (delapan) wilayah kecamatan, yaitu: Bandar Baru, Pante Raja, Trienggadeng, Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya, dan Kecamatan Bandar Dua. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Pidie Jaya memilki luas 1.162,85 Km², dengan wilayah yang terluas di Kecamatan Meurah Dua dan Bandar Baru, masing-masing luasan 25,13% dan 24,19% dari luas wilayah Kabupaten Pidie Jaya. Tabel 2.1 Luas dan Prosentase Luas Kecamatan Di Kabupaten Pidie Jaya NO 1 2 3 4 5 6 7 8
KECAMATAN
LUAS (Km2)
Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Jangka Buya Bandar Dua Jumlah
PERSENTASE (%)
281.24 40.04 128.00 156.74 292.2 60.73 29.64 174.26 1.162,85
24.19 3.44 11.01 13.48 25.13 5.22 2.55 14.99 100,00
Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 Wilayah administrasi Kabupaten Pidie Jaya terdiri atas 8 kecamatan, 213 desa, dan 9 kelurahan serta kemukiman sebanyak 34 kemukiman. Lebih jelasnya tentang wilayah administrasi Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Jumlah Desa, Kelurahan dan Kemukiman Di Kabupaten Pidie Jaya No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Jangka Buya Bandar Dua
Luas Wilay ah (km2) 281.24 40.04 128.00 156.74 292.2 60.73 29.64 174.26
Desa 43 10 27 27 19 30 18 39
TOTAL 1,162.85 213 Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Jumlah Kelurahan 3 6
Kemukiman 8 2 5 7 5 2 5
9
34
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
21
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.1.1 Iklim Kabupaten Pidie Jaya termasuk ke dalam wilayah beriklim tropis basah, temperatur berkisar dari suhu minimum 19°-22° sampai dengan suhu maksimum 30° -35°. Selama ini curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Januari, sedangkan curah hujan tetap terjadi pada bulan Oktober dan Desember. Walaupun kebiasaan musim hujan di daerah dimulai dari September hingga Desember namun bila di lihat dari rata-rata curah hujan dan hari hujan selama periode September sampai dengan Desember 2004 (data masih tergabung dalam Kabupaten Pidie) masing-masing 285,25 mm dan 16,55 hh dan selama musim kemarau Januari sampai Agustus 2004 rata-rata curah hujan masing-masing 171,62 mm dan 8,5 hh. Curah hujan tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada bulan Januari 569 mm/bulan dan hari hujan 12 hari. Sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli 66 mm/bulan selama hari hujan 4 hari, umumnya diwilayah pesisir seperti ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Perkembangan Curah Hujan dan Hari Hujan dirinci menurut Bulan Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2004-2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2004
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
2005
Curah Hujan 394 29 307 109 145 -
Hari Hujan 17 2 11 5 1 -
Curah Hujan 276 348 247 158 190 212 45 71 195 259 256 216
Hari Hujan 9 13 8 9 9 10 4 5 10 9 11 8
948
36
2473
105
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie 2005
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
22
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Penilaian faktor iklim digambarkan dalam bentuk curah hujan, oleh karena curah hujan sangat berpengaruh terhadap kondisi tanah, baik terhadap kesuburan maupun kerusakan tanah. Klasifikasi curah hujan menurut Kepmentani No.837/Kpts/UM/II/1980 ditunjukkan pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Intensitas Hujan harian Rata-Rata No
Intensitas Hujan
Tingkat Kepekaan
Nilai Bobot
1.
< 13,6 mm/hari
Tidak peka
15
2.
13.6 – 20.7 mm/hari
Agak peka
30
3.
20.7 – 27.7 mm/hari
Agak peka
45
4.
27.7 – 34.8 mm/hari
Peka
60
5.
> 34.8 mm/hari
Sangat Peka
75
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie 2005
Selanjutnya bila ke tiga faktor yaitu : kemiringan lahan, kepekaan tanah, dan intensitas curah hujan dijumlahkan bobotnya. Jika nilai bobot ke tiga faktor tersebut < 124 mempunyai kesesuaian lahan untuk Hutan Produksi Biasa (HPB) atau Hutan Produksi Konversi (HPK), nilai bobot 125 – 174 mempunyai kesesuaian lahan untuk Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan nilai bobot > 175 mempunyai kelas kesesuaian lahan untuk Hutan Lindung. 2.1.2
Struktur Tanah
Dari klasifikasi lereng, Kabupaten Pidie Jaya merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki daerah kelas lereng lebih besar dari 40 % dan daerah pesisir pantai yang memiliki klasifikasi lereng 0 - 3 %. Bila dilihat dari jenis tanah kabupaten Pidie Jaya, jenis tanah podzolit merah kuning merupakan jenis terluas dengan beberapa jenis tanah lainnya. Keadaan tanah efektif di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 94,78 % untuk kedalaman lebih dari 90 cm, sedangkan sisanya 5,22 % tersebar ke dalaman lainnya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
23
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.1.3 Topografi Kabupaten Pidie Jaya menurut kelas ketinggiannya bervariasi antara 0 – 1500 m dpl. Kondisi fisik dataran dengan ketinggian yang relatif rendah berada di sebelah utara dengan kondisi kemiringan lereng yang cenderung landai antara 0-25%, yaitu sebesar 28,53%. Sedangkan dataran dengan ketinggian relatif tinggi berada di selatan dengan kemiringan lereng antara 25 - >40% Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut; Tabel 2.5 Kemiringan lahan Kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya No
Kecamatan
1
Meureudu
2
Ulim
3
Jangka Buya
4
Bandar Dua
5
0 - 3% 4,82
Persentase Kemiringan Lahan ( % ) 4 - 8% 9 - 15% 16 - 25% 26 - 40% 10,39 11,12 2,20 40,74
>40% 30,74
59,02
19,44
12,55
3,39
2,58
3,01
8,34
7,88
4,05
5,71
11,56
54,46
Meurah Dua
4,82
10,39
11,12
2,20
40,74
30,74
6
Bandar Baru
22,36
29,24
16,63
12,23
9,28
10,26
7
Pante Raja
44,01
46,41
9,58
-
-
-
8
Trienggadeng
44,01
46,41
9,58
-
-
-
Sumber : Data Pokok Kabupaten Pidie Tahun 2005
Secara topografi Kabupaten Pidie Jaya berada pada ketinggian 0,80 m s.d 125,0 m di atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan lahan 0 s.d 40 %, di mana untuk kota kecamatan seperti: Pante Raja,Trienggadeng, dan Meureudu berada di pesisir pantai selat Malaka. Secara keseluruhan Kabupaten Pidie Jaya rawan terhadap banjir dan erosi. Wilayah selatan dari Kecamatan Bandar Dua, kecamatan Bandar Baru, Pante Raja, Trienggadeng dan Meurah Dua dari Kabupaten Pidie Jaya merupakan kawasan hutan yang selama ini terjadi penebangan hutan yang tidak terkendali dan kurang berhasilnya reboisasi, sehingga kawasan hutan berpotensi untuk terjadinya erosi. Kabupaten Pidie Jaya juga merupakan BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA 24
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
daerah dataran tinggi yang memiliki daerah kelas lereng lebih besar dari 40 % dan daerah pesisir pantai yang memiliki klasifikasi lereng 0 s.d 3 %. Dilihat dari jenis tanah, kabupaten Pidie Jaya memilki jenis tanah Podzolit merah kuning yang terluas dibandingkan dengan jenis tanah lainnya. Keadaan tanah efektif di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 94,78 % untuk kedalaman lebih dari 90 cm, sedangkan sisanya 5,22%
tersebar di
pedalaman lainnya. Pengelompokan dan Bobot jenis tanah atas kepekaan tanah terhadap erosi. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pidie Jaya sangat beragam. Sebagian besar merupakan jenis tanah Kambisol yang bercampur dengan jenis tanah lainnya, seperti: Gleisol, regosol, andosol, alluvial, dan podsolik. Penggunaan lahan terbagi atas beberapa bagian/fungsi yaitu daerah daratan yang berfungsi sebagai daerah pemukiman dan lahan perkebunan serta pertanian, dan daerah rawa/tambak terdapat di sepanjang pantai. Pasca tsunami terjadi pergeseran fungsi lahan yang sebelumnya berorientasi ke pantai, sekarang ini mengarah menjauhi pantai, hal ini terjadi akibat kerusakan di kawasan pesisir pantai, sehingga terjadi penurunan pada permukaan daratan. Pemanfaatan lahan cenderung ke arah bagian utara, terutama kegatan budidaya pertanian (tanaman pangan, perkebunan, perikanan/tambak), pemukiman penduduk serta perdagangan dan jasa. Secara morfologi wilayah Pidie jaya terbagi pada 3 bagian yaitu: daratan rendah (pesisir), daerah perbukitan, dan daerah pegunungan.Kawasan pemukiman perkotaan yang tumbuh dan berkembang di Wilayah Kabupaten Pidie Jaya lebih banyak terkonsentrasi di pusat Ibukota Kecamatan, terutama yang dilintasi oleh jalan negara dari barat ke timur atau sebaliknya. Kawasan pusat perkotaan tersebut antara lain di sekitar pusat kota: Ulee Glee, Ulim, Meureudu, Trienggadeng, Pante Raja, dan Lueng Putu.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
25
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.6 Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 No.
Kawasan Lindung
Kecamatan
Kawasan Budidaya
(Ha)
(%)
(Ha)
(%)
6,002
1,44
17,478
4,20
1
Bandar Baru
2
Pante Raja
-
-
3,496
0,84
3
Trienggadeng
-
-
4,341
1,04
4
Meureudu
20,270
4,87
24,503
5,89
5
Meurah Dua
7,603
1,83
6,876
1,65
6
Ulim
-
-
2,220
0,53
7
Bandar Dua
2,543
0,61
11,240
2,7
8
Jangka Buya
565
0,13
402
0,11
Sumber: BPS Provinsi NAD, Profil Pidie Jaya 2005
Tabel 2.6 di atas memperlihatkan luas pemanfaatan lahan Kabupaten Pidie Jaya pada Tahun 2005. Kondisi tersebut merupakan bagian dari wilayah kecamatan-kecamatan sewaktu dalam wilayah administrasi Kabupaten Pidie (Pra pemekaran). Luas lahan tersebut memberikan gambaran perbandingan terhadap lahan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Status Penguasaan Lahan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya saat ini yang terindentifikasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: Hak Guna tanah (HGU) dan Hak Milik. Penggunaan lahan yang termasuk status HGU diantaranya Hak Penguasaan Hutan (HPH), Perkebunan Besar dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pemanfaatan lahan juga untuk berbagai kegiatan pemukiman, pertanian, perkebunan, perdagangan dan jasa serta perkantoran. Berdasarkan kondisi eksisting, dengan semangat untuk mempercepat perkembangan Kabupaten Pidie Jaya, khususnya Ibu Kota Kabupaten. Berkurangnya luas
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
26
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
lahan yang sebelumnya sebagai sarana pertanian/sawah, ini disebabkan oleh karena pembangunan perkantoran pemerintah dan perumahan. Kabupaten Pidie Jaya pada Tahun 2007 memiliki luas sawah 8015,25 ha, potensi perkebunan yang diambil dari tahun 2006 adalah seluas 30.383 ha, disertai dengan luas ladang 300 ha, tegalan kebun 8.888 ha, dan kontribusi dari sektor pertanian ini sangat besar bahkan mendominasi sebesar 72,40 % - 74,15 % pada tahun 2006. Data-data tersebut akan membawa kepada usaha agar dapat mempertahankan lahan untuk kegiatan tersebut, konsep agropolitan menjadi konsep orientasi Pidie Jaya ke depan. Untuk itu dari beberapa hal di atas, perlu dibuat rencana terpadu
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
terhadap
perkembangan
Kabupaten Pidie Jaya. Kawasan penggunaan lahan campuran (mix use are) akan semakin jelas terelisasi, kemudian asumsi terhadap penurunan lahan
pertanian
akan terjadi setiap tahun
dan akan mempengaruhi
pendapatan masyarakat dan daerah, sehingga konsep-konsep yang berbasis agro perlu dilakukan.
2.1.4 Geologi Jenis Geologi yang menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari batuan sedimen kuarter dan tersier yang berada di bagian utara Pidie Jaya serta batuan sedimen pra tersier yang umumnya berada di bagian selatan Pidie Jaya. Susunan formasi batuan dan endapan yang menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari aluvium, campuran estuarin dan marin yang masih muda, aluvium sungai muda, gambut yang berada di bagian tengah Pidie Jaya (di sepanjang jalan arteri), aluvium, endapan laut yang muda (pasir-pasir pantai, kerikil) yang berada di bagian utara Pidie Jaya serta formasi batuan basalt, andesit, tefra berbutir halus dan tefra berbutir kasar yang berada di bagian selatan Pidie Jaya. Jenis
tanah
berhubungan
erat
dengan
plastisitas,
permeabilitas,
kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
27
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
daerah-daerah geografis tertentu.
Tanah dengan 25 % liat misalnya,
maka liat monmorilonit akan lebih plastis dibandingkan dengan tanah yang mengandung 70 % liat yang terdiri dari oksida-oksida dari besi dan aluminium. Pasir dan debu pada beberapa tanah, umumnya terdiri dari mineral-mineral yang kaya akan hara-hara esensial, sedangkan pada kasus lain mereka didominasi oleh kwarsa. Tidak suburnya tanah-tanah berpasir biasanya berhubungan erat dengan kandungan kwarsa yang tinggi. Jenis Tanah di Pidie Jaya terdiri dari aluvium dan batuan beku.
2.1.5. Hidrologi Sistem jaringan pengairan atau sistem irigasi di kabupaten Pidie Jaya, indentifikasi lokasi dilakukan dengan disesuaikan berdasarkan batas wilayahnya. Daerah irigasi Pidie Jaya terbagi menjadi 4 lokasi: 1) Daerah Ulim seluas 115 ha; 2) Beuracan seluas 813 ha; 3) Meureudu dengan luas 1729 ha; dan 4) Cubo-Trienggadeng seluas 1546 ha. Irigasi ini di kategorikan tipe A1 dan tipe B. Sistem jaringan irigasi di Kabupaten Pidie Jaya yaitu berasal dari 5 aliran sungai besar yang masih alami, dan di daerah ini terdapat sebuah bangunan bendungan irigasi tepatnya di daerah Beuracan yang masih perlu untuk dikembangkan agar mampu mengairi seluruh daerah pertanian di wilayah Kabupaten Pidie Jaya guna terwujudnya percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Secara Geografis, potensi Sumber Daya Air di Kabupaten Pidie Jaya, sangat dimungkinkan untuk membangun
satu unit Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), dan Tower air bersih untuk memenuhi kebutuhan
pokok
masyarakat
perkotaan/pedesaan,
perumahan,
perkantoran, dan zona Industri. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk dalam melangsungkan
kegiatan
sehari-hari,
sehingga
untuk
memenuhi
kebutuhan masyarakat/penduduk di Kabupaten Pidie Jaya harus dengan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
28
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kapasitas yang optimum. Ketersediaan Air bersih sangat tergantung pada sumber air yang dapat di olah dan dimanfaatkan. Sistem distribusi dalam pengadaan air bersih di Kabupaten Pidie Jaya melalui jaringan sistem perpipaan PDAM, dan sistem non perpipa (swadaya masyarakat). Kondisi sekarang ini, pusat pelayanan PDAM di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di beberapa tempat yaitu: Meureudu, Pante Raja, Ulim, dan PDAM Pidie Jaya.
Sedangkan untuk daerah-
daerah yang belum terlayani oleh PDAM, kebutuhan air bersih pada umumnya masih menggunakan pompa tangan untuk menaikkan air dari sumur galian, mata air, dan sungai. Selain itu dalam perhitungan kebutuhan
air
bersih
untuk
Kabupaten
Pidie
Jaya
harus
mempertimbangkan kehilangan air (tingkat kebocoran) dan kebutuhan pada beban maksimum. . 2.1.6. Penggunaan Lahan Perbandingan kawasan budidaya dan lindung di Kabupaten Pidie Jaya (data masih tergabung dalam Kabupaten Pidie) berkisar 60 % dan 40 % . Penggunaan lahan terluas adalah pemukiman dan pertanian/perkebunan, sisanya adalah hutan lindung. Dari seluruh lahan baru sekitar 17,52 % lahan yang telah di gunakan, sedangkan sisanya merupakan hutan lebat dan lainnya.Kawasan non budidaya merupakan hutan lebat. Pola penggunaan lahan eksisting di kabupaten Pidie Jaya, dilihat dari perkembangan pemanfaatan lahan cenderung berorientasi ke bagian utara, terutama kegiatan budidaya pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan/tambak), permukiman penduduk, serta jasa dan perdagangan. Secara morfologi wilayah Pidie Jaya terbagi dalam tiga bagian yaitu : dataran rendah atau pesisir, daerah perbukitan, dan daerah pegunungan. Kawasan permukiman perkotaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kabupaten Pidie Jaya lebih terkonsentrasi di pusat-pusat ibu kota
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
29
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kecamatan, terutama yang telah dilintasi jalan negara dari barat sampai timur atau sebaliknya. Luas permukiman penduduk terus meningkat sesuai
dengan
berkembangnya
pertambahan kegiatan
jumlah
ekonomi,
penduduk
seperti
dan
kegiatan
semakin pertanian,
perdagangan dan jasa. Pemerintah Kabupaten semakin serius untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hal fungsi lahan, untuk fungsikan sebagai lahan perkantoran, dan permukiman. Dari yang
telah
disusun,
pemerintah
Kabupaten
Pidie
di
rencana
Jaya
akan
memanfaatkan lahan baru sebagai pusat pemerintahan. Tabel 2.7 Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 No
Kecamatan
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Ha
%
Ha
%
6,002
1,44
17,478
4,2
1
Bandar Baru
2
Pante Raja
-
-
3,496
0,84
3
Trienggadeng
-
-
4,341
1,04
4
Meureudu
20,270
4,87
24,503
5,89
5
Meurah Dua
7,603
1,83
6,876
1,65
6
Ulim
-
-
2,220
0,53
7
Bandar Dua
2,543
061
11,240
2,7
8
Jangka Buya
565
0,13
402
0,11
Sumber : BPS Privinsi NAD, Profil Pidie Jaya 2005
Tabel 2.7
di atas memperlihatkan luas lahan dan pemanfaatan lahan
Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2005. Kondisi tersebut merupakan bagian dari wilayah kecamatan. Kecamatan sewaktu dalam wilayah administrasi Kabupaten Pidie (sebelum pemekaran). Luas tersebut memberikan gambaran perbandingan terhadap lahan kawasan kindung dengan kawasan budidaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
30
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Pada penggunaan hutan wilayah ini, terdiri atas peruntukan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan konversi, serta hutan lindung. Dari berbagai fungsi peruntukan lahan tersebut terlihat adanya tumpang tindih fungsi lahan, terutama bila di bandingkan dengan kebijakan yang telah ada dalam pengelolaan/kebutuhan masyarakat. Bentuk penyimpangan yang sering terjadi antara lain : penyimbangan terhadap fungsi hutan lindung, dan fungsi pemanfaatan lahan pada kawasan budidaya serta penyimpangan daerah sempadan pantai/sungai. Kondisi ini dapat menimbulkan konflik pemanfaatan lahan (mix land use).
2.1.7 Pengelolaan Kawasan Lindung Pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antara wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, rencana pemanfaatan kawasan lindung adalah : a. Mengarahkan
fungsi
kawasan
lindung
yang
meliputi
rencana
pemanfaatan ruang kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya, kawasan suaka alam, kawasan perlindungan setempat dan kawasan bencana b. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber air. c. Mengendalikan pemanfatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung
2.1.8 Pengelolaan Kawasan Budidaya Pengembangan kawasan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya bertujuan untuk menjaga kualitas daya dukung kabupaten Pidie Jaya di lingkungan wilayah perencanaan menciptakan lapangan kerja, terciptanya keserasian dengan rencana struktur ruang yang dikembangkan. Adapun kawasan budidaya meliputi kawasan pemukiman, kawasan pertanian
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
31
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
tanaman pangan, kawasan tanaman tahunan/perkebunan, kawasan peternakan, kawasan perikanan dan kawasan pariwisata. Luas area budidaya perikanan menurut kecamatan tahun 2007 di Kabupaten Pidie Jaya sebagai mana pada grafik berikut : G r afik 2.1 Ar ea Budiday a Per ik anan Per k ec amatan di Kabupaten Pidie J ay a T ahun 2007
1500 1000 500 0
Meureud u
Meurah Dua
Bandar Dua
Jangka Buya
Ulim
116.9
83.35
0
171.15
318.8
242.55
92.36
1062.11
Kolam
0
1
1.5
0
0.5
0
0
0
Waduk
5
0
0
0
0
29
12.1
18.25
Tambak
Triengga Panteraja deng
Banda Baru
Sumber : BPS , Pidie Jaya Dalam Angka tahun 2007
Sedangkan lahan sawah sebagai kawasan budaya pertanian sektor persawahan di kabupaten Pidie Jaya baik sawah pengairan maupun sawah tadah hujan. Luas lahan sawah pengairan 7.806 Ha dan sawah tadah hujan 151 Ha. Berdasarkan luas area sawah perkacamatan dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 2.2 Area Saw ah di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 Meureudu
2000
Meurah Dua
1500
Bandar Dua
1000
Jangka Buya
500
Ulim
0
Trienggadeng
Sawah Pengairan
Sawah Tadah Hujan
Panteraja Bandar Baru
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
32
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.1.9 Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana Pengembangan kawasan rawan bencana merupakan usaha untuk menjaga keseimbangan terhadap kondisi alam yang rawan terjadinya perubahan. Perubahan itu terjadi karena banjir, longsor, abrasi dan gempa bumi serta perubahan lainnya. Kawasan rawan bencana tersebut harus dilindungi dari pemukiman penduduk melalui berbagai perencanaan yaitu membentuk sempadan dan daerah terbuka hijau sehingga dapat meminimalisir terjadinya dampak dari perubahan kondisi tersebut. Daerah yang rawan bencana yaitu daerah pesisir laut dan pinggiran sungai (DAS) Adapun daerah pesisir yang rawan terjadinya bencana abrasi adalah pesisir Pante Raja, pesisir Meureudu, pesisir Trienggadeng, pesisir Bandar Baru dan pesisir Meurah Dua. Sedang Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan daerah yang paling rawan bencana meliputi krueng Putue Bandar Baru, krueng Ulim, krueng panton Beurasan Trienggadeng, krueng Meureudu dan krueng Jeulangan Bandar Dua. 2.1.10 Demografi ( Kependudukan ) Kabupaten Pidie Jaya merupakan Kabupaten baru, pemekaran wilayah secara administrasi terjadi pada tahun 2007. Terjadi perubahan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Pidie Jaya dari sebelum tsunami dan pasca tsunami. Untuk data penduduk sebelum tsunami Berdasarkan data statistik Kabupaten Pidie Jaya tahun 2008, jumlah penduduk per kecamatan dari Kabupaten Pidie Jaya yaitu 141,949 jiwa, dimana total keluarga di Kabupaten Pidie Jaya 36.757 KK, dengan jumlah keluarga terbanyak di Kecamatan Bandar Baru. Pertumbuhan penduduk di kabupaten Pidie jaya tejadi penurunan yang sangat drastis dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 hal ini terjadi karena akibat konflik yang berkepanjangan di Aceh sehingga banyak penduduk pindah ke daerah lain. Paska ditandatangani perjanjian damai, maka setelah kondisi daerah sudah aman dan normal, penduduk yang pindah pulang kembali ke kampung, sehingga jumlah penduduk bertambah secara drastis.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
33
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.1.10.1 Pertumbuhan Penduduk Jumlah
penduduk
Kabupaten
Pidie
Jaya,
berdasarkan
data
per
kecamatan yang diperoleh masih berbeda antara satu instansi dengan instansi lainnya. Perbedaan jumlah penduduk antar wilayah yang begitu jauh dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti: kondisi wilayah, lokasi wilayah, serta luas administrasi masing-masing kecamatan tersebut. Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie jaya per Kecamatan Lima Tahun Terakhir Jumlah Penduduk (jiwa) No.
Kecamatan
2004
2005
2006
2007
2008
1.
Bandar Baru
30.801
30.043
29.313
42.176
33.192
2.
Pante Raja
8.093
7.864
7.133
8.106
8.279
3.
Trienggadeng
22.497
20.532
18.955
18.523
21.490
4.
Meureudu
18.565
19.075
17.508
18.580
19.961
5.
Meurah Dua
9.597
9.557
9.776
9.670
10.331
6.
Ulim
11.795
12.411
12.375
11.671
14.885
7.
Jangka Buya
7.625
7.663
8.415
7.362
9.374
8.
Bandar Dua
20.742
22.521
22.496
23.691
24.437
129.715
129.636
129.953
139.779
141.949
Jumlah
Sumber: Bappeda dan Dinas Kependudukan,Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab. Pidie Jaya 2008
Gambaran
jumlah
penduduk
menjadi
penting,
jika
dilihat
dari
perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk. Kabupaten Pidie Jaya sebagai wilayah perencanaan, yang berdiri pada tahun 2007, sehingga jumlah penduduk pada tahun sebelumnya adalah menggunakan data yang ada di Kabupaten Pidie sebagai Kabupaten Induk. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya pada Tahun 2008 yaitu: 141.949 jiwa dengan 36.757 Kepala Keluarga (KK). Pada Tahun 2008, mengalami perubahan jumlah penduduk per kecamatan,
jika dilihat dari jumlah
penduduk pada tabel 2.9.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
34
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No.
Penduduk (jiwa)
Kecamatan Laki-Laki
Perempuan
L+P
Kepala Keluarga
1.
Bandar Baru
16.358
16.834
33.192
8.679
2.
Pante Raja
4.142
4.137
8.279
2.133
3.
Trienggadeng
10.583
10.907
21.490
5.833
4.
Meureudu
9.795
10.166
19.961
5.164
5.
Meurah Dua
5.123
5.208
10.331
2.665
6.
Ulim
7.385
7.500
14.885
3.715
7.
Jangka Buya
4.697
4.677
9.374
2.367
8.
Bandar Dua
12.069
12.368
24.437
6.201
Jumlah
70.152
71.797
141.949
3.715
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya, Tahun 2008
Tabel 2.9 memperlihatkan jumlah penduduk terbesar di kecamatan Bandar Baru yaitu 33.192 jiwa dan terdiri dari 8.679 Kepala Keluarga, sedangkan kecamatan Pante Raja memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu dengan jumlah penduduk 8.279 jiwa dan 2.133 Kepala Keluarga. Penurunan jumlah penduduk pada Tahun 2005i merupakan dampak dari bencana tsunami Kemudian karakteristik perkembangan jumlah penduduk suatu wilayah merupakan salah satu dasar dalam menentukan proyeksi penduduk. Dalam hal ini, tidak semua wilayah kecamatan mengalami pertumbuhan penduduk yang terus naik, tetapi juga tidak bisa dipungkiri terjadi penurunan jumlah penduduk yang cukup besar, seperti pada kecamatan Trienggadeng terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan pada Tahun 2007, yaitu dari -7,68 % pada Tahun 2006 menjadi – 2,28 % pada Tahun 2007. Di kecamatan Meureudu mengalami penurunan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
35
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
penduduk pada Tahun 2005 -2006 dari jumlah 19.075 jiwa menjadi 17.508 jiwa. Ini terjadi merupakan dampak dari bencana gempa dan tsunami pada akhir Tahun 2004 Tabel 2.10 Persentase Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Pertumbuhan (%) No.
Kecamatan
Pertumbuhan (%) 2005
2006
2007
2008
1
Bandar Baru
-2.46
-2.43
43.88
-21.30
4.42
2
Pante Raja
- 2.83
-9.30
13.64
2.13
0.91
3
Trienggadeng
-8.73
-7.68
-2.28
16.02
0.67
4
Meureudu
2.75
-8.21
6.12
7.43
2.02
5
Meurah Dua
-0.42
2.29
-1.08
6.84
1.91
6
Ulim
5.22
-0.44
-5.55
27.54
6.69
7
Jangka Buya
0.10
10.24
-12.51
27.33
6.29
8
Bandar Dua
8.58
-0.11
5.31
3.15
4.23
0.28
-1.95
5.94
8.64
3.23
Jumlah
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya, 2008, Dinas Kependudukan, Transmigrasi, dan Tenaga Kerja Kab. Pidie Jaya, 2008, Hasil Perhitungan, 2008
Pertumbuhan penduduk terbesar pada kecamatan Ulim dengan laju pertumbuhan rata-rata 6.69 %. Sedangkan kecamatan Trienggadeng mengalami pertumbuhan yang kurang baik (minus), tetapi seperti yang terlihat peningkatanyang terjadi pada tahun 2008 sangat jauh terjadi pertambahan penduduknya, sehingga persentase pertumbuhan rata-rata tiap kecamatan menjadi utuh dari pertumbuhan penduduk Kabupaten Pidie Jaya ke depan. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Pidie Jaya 4 (empat) tahun terakhir dalam bentuk diagram batang di bawah ini.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
36
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Grafik 2.3 Diagram Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya 2005-2008 50.00 Bandar Baru
40.00 30.00
Pante Raja
20.00 10.00
Trienggadeng
0.00 -10.00
Meurah Dua
-20.00
Jangka Buya
Meureudu Ulim
-30.00 2005
Berdasarkan
2006
karakteristik
laju
2007
2008
pertumbuhan
Bandar Dua
penduduknya,
maka
diperkirakan kecenderungan (trend) pola perkembangan penduduk dapat berbentuk linier atau eksponensial.
2.1.10.2 Kepadatan Penduduk Distribusi penduduk belum dapat ditabulasi dengan baik dan menjdi sumber acuan, hal ini merupakan fakta yang ditemui dilapangan. Dari tabel 2.13 menunjukkan rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Pidie Jaya adalah 122 orang/km2. Kepadatan penduduk yang tertinggi berada di kecamatan Jangka Buya dan yang terkecil yaitu di kecamatan Meurah Dua, hal ini disebabkan wilayah kecamatan yang sangat luas. Kemudian kecamatan Meurah Dua adalah kecamatan dengan wilayah administrasi terluas di Kabupaten Pidie Jaya, dan sebaliknya kecamatan Jangka Buya merupakan kecamatan dengan luas wilayah yang terkecil. Pada tabel 2.11 berikut ini adalah memperlihat angka kepadatan penduduk di Kabupaten Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
37
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.11 Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Per Kecamatan Tahun 2008 No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk (km2) 33,192
Luas Wilayah( km2) 281,24
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 118
1
Bandar Baru
2
Pante Raja
8,279
40,04
207
3
Trienggadeng
21,490
128
168
4 5 6 7 8
Meureudu Meurah Dua Ulim Jangka Buya Bandar Dua Jumlah
19,961 10,331 14,885 9,374 24,473 141.949
156,74 292,2 60,73 29,64 174,26 1.162,85
127 35 245 316 140 1.357
Sumber: - Dinas Kependudukan, Transmigrasi, dan Tenaga Kerja 2008 - Hasil perhitungan Konsultan 2008
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007 No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Petani
Nelayan
PNS
Lain-Lain
Jumlah
Mata Pecaharian (jiwa)
1
Bandar Baru
42.176
24.672
535
502
16.467
42.176
2
Pante Raja
8.106
4.742
470
151
2.743
8.106
3
Trienggadeng
18.523
10.836
360
354
6.973
18.523
4
Meureudu
18.580
10.869
592
476
6.643
18.580
5
Meurah Dua
9.670
5.657
302
180
3.531
9.670
6
Ulim
11.671
6.828
350
270
4.223
11.671
7
Jangka Buya
7.362
4.307
660
92
2.303
7.362
8
Bandar Dua
23.691
13.859
-
483
9.349
23.691
Total
139.779
81.770
3.269
2.508
52.232
139.779
100
58.50
2,34
1,79
37,37
100
Persentase
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Berdirinya Kabupaten Pidie Jaya sebagai Kabupaten Baru, memberi berbagai peluang bagi masyarakat dalam memenuhi perekonomian masing-masing.
Tabel
2.12
memperlihatkan
jumlah
penduduk
berdasarkan mata pencaharian di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2007.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
38
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Total jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian adalah 139.779 jiwa, dalam persentase sebesar 58,5 % yang berprofesi sebagai petani. Sedangkan kegiatan perdagangan, pengusaha, guru merupakan bagian kelompok mata pencaharian lain-lainnya dengan jumlah penduduk 52.232 jiwa, atau 37,37 %. Kemudian menyusul Nelayan sebesar 2,34 % dan PNS dengan jumlah 2.508 jiwa. Berdasarkan
struktur
penduduk
menurut
kelompok
umur
dapat
menunjukkan beberapa indikator kependudukan, yaitu jumlah angkatan kerja
(usia
produktif),
angka
ketergantungan,
potensi
pergeseran
penduduk dan sebagainya. Pada tahun 2005 jumlah penduduk dirinci menurut kelompok umur dapat dilihat seperti pada tabel 2.13 berikut ini. Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 No
Kecamatan
Kelompok Umur 0 -14 15 -64
65 +
1
Bandar Baru
9,005
17.474
1.597
2
Pante Raja
2.235
4.296
275
3
Trienggadeng
5.659
11.411
1.216
4
Meureudu
5.004
10.723
1.062
5
Meurah Dua
2.537
5.269
570
6
Ulim
3.770
7.594
647
7
Jangka Buya
2.187
4.458
281
8
Bandar Dua
6.951
13.722
1.129
Jumlah
37,348
74,947
6,777
Sumber: BPS Provinsi NAD, Profil Kabupaten Pidie Jaya 2005
Analisis terhadap struktur penduduk menurut kelompok umur bertujuan untuk memperlihatkan indikator kependudukan, yaitu: jumlah angkatan kerja
(usia
produktif),
angka
ketergantungan,
potensi
pergeseran
penduduk, dan sebagainya. Proyeksi jumlah penduduk menurut kelompok
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
39
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
umur di dasarkan pada asumsi bahwa perbandingan jumlah penduduk untuk masing-masing kelompok umur sama. Angka Ketergantungan =
Berdasarkan
hasil
perhitungan
diperoleh
bahwa
rasio
beban
ketergantungan di Kabupaten Pidie Jaya adalah sebesar 0,58 % yang artinya setiap 1000 jiwa penduduk pada usia produktif menanggung 580 jiwa pendudukl usia nonproduktif. Bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 menyebabkan banyaknya penduduk yang kehilangan tempat tinggal dan trauma untuk kembali ke tempat tinggal asalnya. akibatnya terjadi pengungsian yang jumlahnya mencapai 59.058 orang tersebar di sekitar 55 titik, baik yang merupakan penduduk Kabupaten Pidie Jaya maupun penduduk yang mengungsi ke Kabupaten Pidie. Jumlah korban dan pengungsi wilayah Kabupaten Pidie Jaya pasca tsunami sebagaimana tabel berikut; Tabel 2.14 Jumlah Korban Jiwa dan Pengungsi Pasca Tsunami Di Kabupaten Pidie Jaya No Kecamatan
Meninggal
Hilang
Korban (jiwa) Luka-Luka
Pengungsi (jiwa)
1
Bandar Baru
15
0
0
1.080
2
Pante Raja
191
9
0
3.022
3
Trienggadeng
310
35
0
1.668
4
Meureudu
11
0
0
110
5
Meurah Dua
1
0
0
175
6
Ulim
8
0
0
577
7
Jangka Buya
0
0
0
0
8
Bandar Dua
25
27
2
1.534
Jumlah
561
62
2
8.166
Sumber: RTRW Kabupaten Pidie Tahun 2006
Pertumbuhan
penduduk
berdasarkan
data
dinas
kependudukan,
transmigrasi dan tenaga kerja menunjukkan cenderung meningkat 4,17%
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
40
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
pertahun di Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan pertumbuhan penduduk tersebut jumlah penduduk akan terus meningkat 20 tahun ke depan. Adapun gambaran perkembangan penduduk Kabupaten Pidie Jaya selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dicermati pada tabel 2.15 berikut ini. Tabel 2.15 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Jenis KelaminTahun 2004-2008 Tahun
Laki-Laki
Perempuan
60.997 59.941 62.567 68.912 70.152
70.382 69.695 65.86 70.867 71.797
2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Penduduk 131.379 129.636 135.953 139.779 141.949
Perkembangan Penduduk. 0,28 -1,95 9,72 8,64 0.83
Kepadatan Penduduk/Km 112.55 111.48 116.92 120.20 122.07
Sumber: Dinas Kependudukan Kabupaten Pidie Jaya
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Pidie Jaya dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif kecil (kurang lebih 3.51%). 2.2 Kondisi Perekonomian dan Keuangan Daerah Profil perekonomian Pidie Jaya dikaji dari tingkat pertumbuhan dan struktur ekonominya, dengan indikator yang dipakai untuk mengetahui profil tersebut adalah perkembangan nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan sumbangan setiap sektor terhadap nilai PDRB tersebut. Adapun indikator yang dipakai untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga konstan, karena pengaruh inflasi telah ditiadakan. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang merupakan indikator dari pencapaian kinerja perekonomian di suatu wilayah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas kegiatan perekonomian yang cukup berarti.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
41
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pidie Jaya yang ditunjuk oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun 20012007 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2001 perekonomian Pidie Jaya (masih tergabung dengan Kabupaten Pidie hingga 2007) tumbuh 5,59 persen dibandingkan tahun 2000. Tahun 2002 perekonomian Pidie Jaya tumbuh 2,63 persen, pada tahun 2003 pertumbuhan melambat menjadi 2,37 dan kemudian terjadi peningkatan kembali pada tahun 2004 menjadi 2,78 persen. Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi menjadi melambat 2,32 persen dan kembali meningkat pada tahun 2006 sebesar 3,06 persen kemudian pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi menjdi melambat kembali yaitu sebesar 2,93 persen. Secara sektoral pertumbuhan sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. PDRB menurut lapangan usaha dibagi menjadi sembilan sektor, dan masing-masing sektor dirinci menjadi subsektor.
Pemecahan menjadi
subsektor ini disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2000. 2.2.1 Potensi Sektoral Daerah 2.2.1.1 Sektor Pertanian Sektor pertanian mencakup subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Pidie Jaya masih cukup dominan, walaupun menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun hingga tahun 2007. pada tahun 2000 peranan sektor ini mencapai 74,15 persen,
pada tahun 2001 hingga 2007 sektor ini mengalami
penurunan yang masing-masing sebesar 73,76 persen dan 73,33 persen. Tanaman palawija yang paling banyak di tanami oleh petani adalah kacang kedelai seluas 2110 Ha, kacang hijau yaitu di kecamatan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
42
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Meureudu seluas 764 Ha, di kecamatan Bandar Dua seluas 750 Ha. Tanaman palawija kedua yang paling banyak di tanami petani adalah jenis kacang tanah yaitu seluas 455 Ha. Jenis tanaman kacang tanah ini paling banyak di tanam di kecamatan Trienggadeng yaitu seluas 180 Ha, kemudiaan di kecamatan Pante Raja dan
kecamatan Bandar Dua.
Sedangkan palawija jenis ubi jalar dalam jumlah yang sedikit yaitu hanya di kecamatan Jangka Buya seluas 2 Ha. Dari kelima subsektor yang termasuk dalam sektor pertanian, subsektor yang paling besar menyumbangkan peranannya terhadap perekonomian Kabupaten Pidie Jaya adalah subsektor tanaman bahan makanan yang mencakup komoditas padi, jagung, ketela, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan pada tahun 2007 mencapai 31,11 persen atau sedikit menurun dari tahun 2006 sebesar 32,12 persen. Produksi tanaman palawija yang paling banyak menghasilkan adalah tanaman palawija jenis kacang kedelai yaitu sebanyak 3.535 ton, selanjutnya kacang tanah sebanyak 1.095 ton, ubi kayu 960 ton, dan jagung 212 ton. Sementara untuk jenis kacang hijau menghasilkan 23 ton. Kecamatan Bandar Dua dan kecamatan Meureudu merupakan penghasil terbesar tanaman kacang kedelai dengan hasil panen 1.350 ton dan 1.316 ton. Tanaman kacang tanah yang paling banyak di hasilkan adalah di kecamatan Trienggadeng dan kecamatan Pante Raja yaitu 473 ton dan 284 ton. Untuk tanaman jagung kecamatan Meureudu menghasilkan 142 ton atau yang paling besar di bandingkan dengan kecamatan lainnya. Sedangkan produksi ubi kayu paling banyak di hasilkan di kecamatan Bandar Dua dan kecamatan Bandar Baru yaitu sebanyak 255 ton dan 180 ton. Sedangkan subsektor
peternakan yang menyumbangkan terhadap perekonomian
Pidie Jaya hingga mencapai 21,50 persen pada tahun 2007, walaupun mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2006 mencapai 22,18 persen.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
43
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.16 Tanaman Pertanian Unggulan Di Kabupaten Pidie Jaya No.
Kecamatan
Jenis Tanaman
1.
Bandar Baru
Padi, kacang Hijau, Ubi Kayu
2.
Pante Raja
Kacang Tanah, Kacang Kedelai, Ubi Kayu
3.
Trienggadeng
Padi, kacang Tanah
4.
Meureudu
Kacang Hijau, Kacang Kedelai, Jagung
5.
Meurah Dua
Padi, Jagung, Ubi Kayu
6.
Ulim
Padi
7.
Bandar Dua
Kacang Hijau, Kacang Kedelai, Ubi Kayu
8.
Jangka Buya
Padi, Kacang Hijau, Kacang Kedelai
Sumber : Hasil Analisis
Tabel.2.17 Peranan Sektor Pertanian Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007
A B
Sektor/Subsektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan
2000
2001
2002
2004
2005
2006
2007
74.15
73.31
72.85
72.4
71.83
71.29
70.96
70.51
32.27
31.84
31.48
31.48
31.13
31.06
31.12
31.11
7.65
7.56
7.47
7.25
7.35
7.31
7.34
7.51
Tanaman Perkebunan
2003
C
Peternakan
23.9
23.86
23.93
23.75
22.93
22.78
22.18
21.5
D
Kehutanan
0.03
0.03
0.03
0.04
0.05
0.04
0.04
0.05
10.3 10.03 Perikanan Bukan Sektor Pertanian 25.85 26.69 Angka sementara : BPS Kabupaten pidie
9.93
9.88
10.38
10.09
10.28
10.34
27.15
27.6
28.17
28.71
29.04
29.49
E
Grafik 2.4 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Pidie Jaya tahun 2007
Bukan Sektor Pertanian, 29.49
Perikanan, 10.34 Kehutanan, 0.05
Tanaman Bahan Makanan, 31.11
Tanaman Per kebunan, 7.51 Peternakan, 21.5
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
44
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.2.1.2 Sektor Perkebunan Luas areal perkebunan di Kabupaten Pidie Jaya terjadi penurunan dari 10.627 Ha pada tahun 2004 menjadi 10.480 Ha pada tahun 2007, yang ditanami berbagai komoditi, dengan jumlah petani 17.086 KK. Dari 20 komoditi yang di tanami, beberapa di antaranya merupakan komoditi yang memiliki potensi untuk di kembangkan. Komoditi tanaman kakao merupakan yang memiliki produktivitas yang tinggi disamping beberapa komoditi lain. Untuk lebih jelas dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini: Tabel 2.18 Luas Areal, Produksi dan Jumlah Petani Perkebunan Rakyat Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 Komoditi
No.
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (kg/Ha)
Jumlah Petani (KK)
Bentuk Produksi
1
Kakao
4.027
2.396
935
5.440
Biji kering
2
Kelapa Dalam
3.112
2.117
730
5.462
Kopra
3
Kelapa Hibrida
73
35
505
215
Kopra
4
Kelapa Sawit
307
93
360
428
TBS
5
Kopi
307
93
360
429
Kopi Beras
6
Cengkeh
39
1
133
149
Bunga kering
7
Pala
41
10
250
99
Biji Pala kering
8
Pinang
1.311
358
940
1.723
Biji Pinang
9
Kapuk/Randu
124
39
370
748
Serat Berbiji
10
Karet
7
4
500
12
Karet kering
11
Jambu Mete
14
0
150
78
Glondong Mete
12
Kemiri
720
265
357
835
Biji kering
13
Lada
56
15
333
96
Lada kering
14
Sagu
346
78
640
801
Tepung Sagu
15
Aren
28
6
300
125
Gula Merah
16
Nilam
15
0
88
62
Minyak Nilam
17
Tembakau
30
14
850
82
Daun kering
18
Tebu
27
5
390
82
Gula Hablur
19
Kunyit Jahe
30 13
103 40
7.750 8000
98 44
Rimpang Bsh Rimpang Bsh
10.627
5.672
23.941
17.008
20
Jumlah
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
45
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.19 Tanaman Perkebunan Unggulan Berdasarkan Di Kabupaten Pidie Jaya No.
Kecamatan
Jenis Tanaman kakao, kemiri, pala, lada, tembakau, kunyit dan jahe.
1
Bandar Baru
2
Meureudu
3
Trienggadeng
4
Bandar Dua
Kakao, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kelapa Sawit, kopi, pinang, kapuk, aren, tebu, kunyit dan karet.
5
Ulim
Kakao, Kelapa Dalam, Kelapa Sawit, kopi, cengkeh, pinang, kapuk, sagu, aren, tembakau serta tebu.
6
Pante Raja
Kakao, Kelapa Dalam, Kunyit dan Jahe.
7
Jangka Buya
Kelapa Dalam dan Kunyit.
8
Meurah Dua
Kakao, Kelapa Dalam, Jahe dan Sawit.
Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kelapa Sawit, pala, kopi, pinang, kapuk, sagu, aren, tembakau dan tebu. Kakao, Lada, Kelapa Dalam, Jahe dan Kunyit.
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2008
2.2.1.3 Sektor Peternakan Kabupaten Pidie Jaya memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan budidaya peternakan, sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan daging (sapi potong). Secara keseluruhan jumlah ternak di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 953.466 ekor, jenis ternak yang di budidayakan adalah di dominasi jenis Ayam buras yang berjumlah 778.794 ekor atau 81,68 %, hal ini dapat di mengerti mengingat daging ayam lebih murah dari pada daging sapi atau daging kambing, sehingga kecenderungan masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi daging ayam karena harganya relatif lebih murah. Kemudian ternak jenis itik/bebek berada di urutan kedua yaitu berjumlah 91.207 ekor atau 9,57 %, dan diikuti dengan budidaya ternak sapi, kambing, kerbau, dan ayam boiler serta domba, seperti terlihat pada tabel-tabel berikut;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
46
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.20 Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 Kecamatan
Sapi (ekor)
Kerbau (ekor)
Kambing (ekor)
Domba (ekor)
Ayam Buras (ekor)
Ayam Boiler (ekor)
Itik (ekor)
Jumlah (ekor)
1
Bandar Baru
3.605
2.845
5.107
80
102.210
1500
9.686
125.033
2
Pante Raja
5.421
2.270
3.856
144
147.602
-
18.326
177.619
3
Trienggadeng
2.866
1.641
1.340
75
57.408
-
7.215
70.545
4
Meureudu
1.645
1.176
1.325
37
102.556
-
5.665
112.404
5
Meurah Dua
3.833
2.743
3.367
100
122.045
10.000
13.196
155.284
6
Ulim
2.841
3.927
2.543
87
98.321
-
4.337
112.056
7
Jangka Buya
2.693
1.721
2.749
25
46.199
1500
15.119
70.006
8
Bandar Dua
4.489
2.335
3.524
55
102.453
-
17.663
130.519
Jumlah
27.393
18.658
23.811
603
778.794
13.000
91.207
953.466
Persentase (%)
2.87
1.96
2.50
0.06
81.86
1.36
9.57
100
No.
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
Tabel 2.21 Banyaknya Produksi Daging di rinci Per Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 No.
Kecamatan
Sapi (ekor)
Kerbau (ekor)
Kambing (ekor)
Domba (ekor)
Ayam Buras (ekor)
Ayam Boiler (ekor)
Itik (ekor)
Jumlah (ekor)
10.674
8.800
4.360
20
5.061
2.318
1.540
18751
1
Bandar Baru
2
Pante Raja
9.525
10.240
4.880
20
7.463
515
2.909
21944
3
Trienggadeng
1.642
3.200
2.430
-
8.175
-
2.849
12941
4
Meureudu
5.748
3.200
4.220
-
21.214
-
900
28316
5
Meurah Dua
14.287
5.600
4.260
-
37.351
-
2.098
54218
6
Ulim
7.554
4.480
3.960
-
6.191
-
993
15582
7
Jangka Buya
10.838
9.920
3.260
-
5.562
-
2.405
20123
8
Bandar Dua
5.747
3.040
3.410
-
5.689
-
2.717
14798
66.015
48.480
30.780
40
96.706
2.833
16.411
186.673
35.36
25.97
51.81
1.52
8.79
100
Jumlah Persentase (%)
16.49
0.002
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
47
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.22 Hewan Ternak Unggulan Di Kabupaten Pidie Jaya No.
Kecamatan
Jenis Ternak
1.
Bandar Baru
Sapi, Kambing, Domba, dan Ayam Boiler
2.
Pante Raja
Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, Ayam Boiler dan iktik
3.
Trienggadeng
Kambing, Ayam Buras dan itik
4.
Meureudu
Ayam Buras
5.
Meurah Dua
Ayam Buras
6.
Ulim
Sapi, Kerbau, dan Kambing
7.
Bandar Dua
Sapi, Kerbau, Kambing, dan itik
8.
Jangka Buya
Sapi, Kerbau, dan itik Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
2.2.1.4. Sektor Kelautan dan Perikanan Kegiatan perikanan terdiri dari perikanan darat dan perikanan tangkap. Perikanan darat merupakan kegiatan yang memanfaatkan lahan tambak sebagai tempat budidaya ikan tersebut. Seluruh kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya memiliki tambak dan membudidayakan jenis ikan air payau. Secara geografis seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Pidie Jaya berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Luas areal yang digunakan untuk budidaya air payau yaitu seluas 2.087,22 Ha dengan jumlah petak (tambak) berjumlah 3.136 petak dan jumlah pemilik tambak adalah sebanyak 2.110 orang. Untuk budidaya air tawar tidak semua kecamatan memeliharanya, dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya, hanya 4 kecamatan yang terdata dalam membudidayakan ikan air tawar dengan jenis ikan mas dan ikan nila. Dari data yang ada pada tahun 2008 luas areal budidaya ikan air tawar di Kabupaten Pidie Jaya seluas 64,35 Ha yang tersebar di 4 kecamatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.22 .
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
48
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.22 Luas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No.
Kecamatan
Luas
Jumlah
Jumlah Pemilik
(Ha)
(Petak)
(orang)
1.062,11
1,384
950
1
Bandar Baru
2
Pante Raja
92,36
139
111
3
Trienggadeng
242,55
522
311
4
Meureudu
116,90
180
118
5
Meurah Dua
83,35
151
112
6
Ulim
318,80
504
313
7
Bandar Dua
-
-
-
8
Jangka Buya
117,15
256
195
2.087,22
3.136
2,110
JUMLAH
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
Tabel 2.23 Luas Areal Budidaya Air Payau dan Air Tawar Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
No.
Kecamatan
Luas Area (Ha)
Keterangan
1
Bandar Baru
-
-
2
Pante Raja
12,1
-
3
Trienggadeng
29
-
4
Meureudu
5
-
5
Meurah Dua
-
-
6
Ulim
-
-
7
Bandar Dua
18,25
-
8
Jangka Buya
-
-
64,35
-
JUMLAH
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pidie jaya Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
49
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.24 Produksi Perikanan Budidaya Air Payau dan Air Tawar Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 Produksi BudidAir Payau (Ton) No.
Kecamatan
Bandeng
Udang
Mujahir
Mas
Nila
Gurami
Patin
Udang Galah
Betutu
Produksi Budidaya Air Tawar (Ton)
1
Bandar Baru
291,2
65,4
238,9
-
-
-
-
-
-
2
Pante Raja
45
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Trienggadeng
62,4
18
53
-
-
-
-
-
-
4
Meuredu
52
-
34
0,52
1,33
-
-
-
-
5
Meurah Dua
52,20
-
33
1,80
1,45
-
-
-
-
6
Jangka Buya
134,4
-
-
-
-
-
-
-
-
7
Ulim
152,5
45
85
-
-
-
-
-
-
8
Bandar Dua
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JUMLAH
789,7
128,4
443,9
2,32
2,78
-
-
-
-
Total
595,5 45 133,4 87,85 88,45 134,4 282,5 1.367,1
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
Produksi perikanan tangkap di kabupaten Pidie Jaya sangat melimpah, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi laut, serta jenis alat tangkap, jenis kapal dan fasilitas pelengkap lainnya yang digunakan oleh nelayan. Tabel 2.25 Jumlah Gedung TPI/PPI Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No.
Kecamatan
1
Jangka Buya
2 3
TPI/PPI
Sumber Dana
Ukuran
Kondisi
Tahun
1 Unit Gedung TPI
10 x 6
Baik
APBK Pidie
2006
Meuredu
1 Unit Gedung Pelelangan
20 x15
Baik
APBA
1989
Triengadeng
1 Unit Gedung TPI Pangwa
12 x 4
Baik
APBK Pidie
2007
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pidie Jaya 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
50
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.26 Daftar Jumlah Dermaga Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No
Kecamatan
TPI/PPI
Ukuran
Kondisi
1
Jangka Buya
Dermaga
30 x 10
Layak Pakai
2 3
Meuredu Triengadeng
Dermaga Dermaga
30 x3 12 x 4
Baik Kurang sempurna 4 Meurah Dua Dermaga 40 M Baik 5 Bandar Baru Dermaga 30 x 3 Tidak layak Pakai Sumber : Dinas Kelautan dan Pereikanan Kab. Pidie Jaya 2008
Sumber Dana APBK Pidie APBA PPK
Tahun
BRR APBK Pidie
2006 2007
2000 1990 2002
Tabel 2.27 Jenis Alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
-
3
-
-
-
22
-
19
44
2
Pante Raja
-
55
-
25
-
34
-
-
114
3
Trienggadeng
-
3
20
-
1
27
22-
10
83
4
Meuredu
7
1
-
-
-
81
-
90
179
5
Meurah Dua
8
-
55
8
-
42
-
1
114
6
Jangka Buya
8
26
-
31
-
-
-
3
89
8
Bandar Dua
8
8
85
-
6
10
-
-
109
JUMLAH
15
96
160
64
7
216
22
152
732
Alat tangkap Lainnya
Pukat Pantai
Bandar Baru
Pancing Tonda
Tramelt Net
1
Rawai Pancing
Gill net
Jenis Alat Tangkap Purse Saine Mini
Kecamatan Purse Saine
No
Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pidie Jaya 2008
Garis pantai yang membentang
11 km di Kabupaten Pidie Jaya
merupakan potensi untuk pengembangan perikanan di mana pada tahun 1999 potensi lahan budidaya tambak seluas 632,20 ha yang tersebar di
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
51
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kecamatan Meurah Dua, Meuredu dan Jangka Buya. Peluang lain adalah adanya lembaga donor yang membantu dalam peningkatan usaha kelautan dan perikanan. Meningkatnya permintaan pasar dunia akan hasil perikanan dan kelautan semakin mendorong tumbuhnya sub sektor ini. Sub sektor perikanan merupakan penyumbang PDRB terbesar pada sektor pertanian yaitu sebesar 3,59 % pada tahun 2005. Pidie Jaya termasuk salah satu daerah penghasil udang, kepiting, ikan kerapu dan berbagai jenis makanan laut (sea food) dengan produksi total 56.797 ton pada tahun 2005. Prediksi kondisi kelautan dan perikanan untuk jangka waktu lima tahun ke depan, antara lain; meningkatnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, semakin meningkatnya ekonomi masyarakat pesisir, meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan, meningkatnya kesadaran hukum dalam pendayagunaan sumber daya laut, meningkatnya mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut, meningkatnya kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat, meningkatnya pengembangan budidaya perikanan dan perikanan tangkap, produksi
perikanan,
meningkatnya pengelolaan dan pemasaran
serta
meningkatnya
pengembangan
kawasan
budidaya laut, air payau, dan air tawar.
2.2.1.5 Sektor Pertambangan dan Penggalian Ketiadaan sumber daya pertambangan terutama minyak dan gas yang dapat dieksploitasi menyebabkan sektor ini tidak dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Pidie Jaya. Besaran PDRB sektor ini ditentukan oleh sub-sektor penggalian dan penggaraman. Pada kurun waktu tahun 2000-2007 kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB Pidie Jaya merupakan yang terkecil kedua setelah sektor listrik dan air minum. Walaupun peran sektor ini relatif meningkat dari 0,78 persen pada tahun 2004 menjadi 0,83 pada tahun 2007, dimana sektor ini tumbuh 6,13 persen dari tahun sebelumnya
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
52
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.2.1.6 Sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan Industri yang ada di Kabupaten Pidie Jaya lebih di dominasi oleh industri kecil / industri rumah tangga yaitu sebanyak 827 unit pada tahun 2005. Sama halnya dengan sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap PDRB Pidie Jaya. Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2007, secara ratarata peranan sektor ini sekitar 5 persen. Pada tahun 2004 peran sektor ini tercatat 5,34 persen dan pada tahun 2007 hanya sebesar 4,75 persen. Sementara itu pertumbuhan sektor ini pada tahun 2007 mencapai 1,17 persen, atau mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006 yang mengalami pertumbuhan 2,26 persen.
2.2.1.7 Sektor Listrik dan Air Minum Sektor ini merupakan penunjang seluruh kegiatan ekonomi dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Produksi listrik sebagian besar
dihasilkan oleh PT. PLN. Sementara air minum dihasilkan oleh PDAM. Walaupun sektor listrik dan air minum merupakan sektor yang vital, namun kontribusi dari nilai tambah sektor ini terhadap PDRB Pidie Jaya secara keseluruhan merupakan yang terkecil dibanding dengan sektor lainnya. Pada tahun 2000 sektor ini hanya memberikan kontribusinya dibawah 0,28 persen, relatif stabil hingga tahun berikutnya dan pada tahun 2007 kontribusi sektor ini hanya 0,26 persen. Kontribusi sektor ini semuanya dari subsektor listrik dan pertumbuhan sektor ini pada tahun 2007 hanya 1,91 persen.
2.2.1.8 Sektor Bangunan Seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan fisik, kontribusi yang diberikan sektor bangunan terhadap PDRB Pidie Jaya selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2007 menunjukkan kecenderungan yang
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
53
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
meningkat namun tidak begitu signifikan. Pada tahun 2000 sektor ini menyumbang 3,11 persen terhadap PDRB Pidie Jaya, sedangkan pada tahun 2007 kontribusi sektor ini meningkat menjdi 3,88 persen
pada
tahun 2006 terus mengalami pertumbuhan sangat signifikan yaitu sebesar 7,15 persen dan mengalami kelambatan pada tahun 2007 sebesar 5,03 persen.
2.2.1.9 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor
ini
berperan
sebagai
penunjang
kegiatan
ekonomi
yang
menghasilkan produk dan jasa. Andil sektor ini terhadap pembentukan PDRB Pidie Jaya pada tahun 2000 mencapai 8,20 Persen dan pada tahun berikutnya mengalami peningkatan hingga 8,81 persen pada tahun 2007. Subsektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan sektor ini adalah subsektor perdagangan yang memberikan kontribusi PDRB sebesar 7,26 persen terhadap PDRB Pidie Jaya ahun 2007. Sedangkan sub-sektor hotel dan restoran/rumah makan memberikan kontribusi yang relatif kecil, yaitu masing-masing hanya sebesar 0.02 persen dan 1,52 persen pada tahun 2007. Grafik 2.5 Peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan harga berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2007
8 7 6 5 4 3 2 1 0
7.26
7.2
7.06
1.39
1.52
1.34
0.02
0.02
0.02
2005
2006
2007
Perdagangan
Hotel
Restoran
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
54
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.28 Peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran menurut subsektor atas dasar harga berlaku Kabupaten Pidie tahun 2000-2005 Sektor/Sub-sektor Perdagangan,Hotel, dan Restoran Perdagangan Hotel Restoran BukanSektor Perdagangan,Hotel, dan Restoran
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
8,20
8,42
8,39
8,29
8,33
8,47
8,57
8,81
6,85
7,05
6,95
6,91
6,95
7,06
7,20
7,26
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
1,33
1,35
1,42
1,36
1,35
1,39
1,34
1,52
91,80
91,58
91,61
91,71
91,67
91,53
91,43
91,19
Sumber: PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2000-2007
Secara umum pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2007 menunjukkan nilai sebesar 2.87 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 2,63 persen. Pertumbuhan sektor ini didukung oleh subsektor perdagangan yang mengalami pertumbuhan 2,96 persen, subsektor hotel mengalami pertumbuhan sebesar 1,03 persen dan subsektor restoran/rumah makan terjadi pertumbuhan terhadap PDRB sebesar 2,44 persen
2.2.1.10 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor
pengangkutan
dan
komunikasi
memiliki
pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi.
peranan
sebagai
Dalam era globalisasi
peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu daerah, terutama jasa telekomunikasi yang dapat menjadikan dunia tanpa batas. Subsektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas penduduk dan perekonomian. Di Kabupaten Pidie Jaya hanya terdapat tiga sub-sektor dari lima sub-sektor yang tergabung dalam sektor transportasi dan komunikasi, yaitu sub-sektor pengangkutan jalan raya (darat), jasa penunjang angkutan, dan sub-sektor komunikasi. Sub-sektor
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
55
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
pengangkutan laut, sungai, dan danau, serta pengangkutan udara tidak terdapat di Kabupaten Pidie Jaya. Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya selama kurun waktu tahun 2000-2007 secara umum menunjukkan peningkatan.
Pada tahun 2000 sektor ini hanya mampu
memberikan kontribusinya sebesar 4.01 persen dan pada tahun 2007 sektor ini mengalami kenaikan hingga menjadi 4,52 persen. Dari tiga Subsektor, sub-sektor pengangkutan jalan memiliki peranan yang tertinggi dalam perekonomian Pidie Jaya, yaitu mencapai 3,21 persen pada tahun 2007.
Sedangkan sub-sektor jasa penunjang angkutan memberikan
kontribusi sebesar 0,01 persen, dan sub-sektor komunikasi sebesar 1,15 persen. Pada tahun 2007 pertumbuhan cenderung fluktuatif. Sektor ini mampu tumbuh 2,27 persen. Lebih lambat dari tahun 2006 yang mampu tumbuh 3,35 persen. Pertumbuhan sektor ini sangat didukung oleh subsektor komunikasi sebesar 3.03 persen sedangkan subsektor pengangkutan jalan raya hanya mengalami pertumbuhan 2,05 persen dan jasa penunjang angkutan tumbuh 1.36 persen pada tahun 2007. Tabel. 2.29 Peranan sektor angkutan dan komunikasi menurut subsektor atas dasar harga berlaku Kabupaten Pidie Jaya tahun 2000-2007 Sektor/Sub-sektor
2000
2001
2002
2003
Pengangkutan Dan 4.01 4.04 4.13 4.14 komunikasi a. Pengangkutan jalan 3.18 3.13 3.13 3.11 raya b.Jasa penunjang 0.01 0.01 0.01 0.01 angkutan c. Komunikasi 0.83 0.89 0.99 1.02 Bukan Sektor 95.99 95.96 95.87 95.86 Pengangkutan dan Komunikasi Sumber: PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2000-2007
2004
2005
2006
2007
4.16
4.29
4.46
4.52
3.11
3.12
3.29
3.21
0.01
0.01
0.01
0.01
1.05
1.16
1.16
1.15
95.84
95.71
95.54
95.48
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
56
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.2.1.11 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Secara garis besar sektor ini terbagi atas 5 kelompok kegiatan utama, yaitu: usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, usaha persewaan bangunan (jasa real esatate), serta jasa perusahaan.
Tiga kelompok
pertama disebut juga sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun pengalirannya kembali kepada masyarakat atau pelaku ekonomi. Adanya beberapa kebijakan di bidang moneter dan fiskal oleh pemerintah, serta adanya krisis ekonomi pada beberapa tahun yang lalu menyebabkan sektor ini terpuruk pada tahun 1999. Pada tahun 2001 sektor ini mulai bangkit kembali dan tumbuh hingga 6,07%.
Namun pada tahun 2002
sektor mulai turun kembali dan tumbuh 1,28%, berikutnya pertumbuhan sektor ini hanya mencapai 6,82% pada tahun 2005. pertumbuhan subsektor bank pada tahun 2005 mencapai 14,74%, sub-sektor lembaga keuangan tanpa bank tumbuh 6,47%, sewa bangunan tumbuh 2,34%, dan sub-sektor jasa perusahaan tumbuh 4,06%. Fungsi sektor ini terhadap jalannya roda perekonomian sangat besar, terutama dalam sisi pembiayaan pembangunan. Namun kontribusi yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Pidie Jaya relatif kecil, walaupun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 2000 sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 1.03 Persen, sedangkan tahun 2007 kontribusi yang diberikan sektor ini naik menjadi 1,54 persen. Diantara 4 sub-sektor yang terdapat di Pidie Jaya, sektor sewa bangunan memiliki peranan yang paling besar, yaitu mencapai 0.88 persen terhadap pertumbuhan PDRB Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
57
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.30 Peranan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menurut subsektor atas dasar harga berlaku Kabupaten Pidie Jaya tahun 2000-2007
Sektor/Sub-sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Bank Lembaga keuangan bukan bank Sewa bangunan Jasa perusahaan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
1.03
1.22
1.15
1.27
1.29
1.42
1.40
1.54
0.16
0.32
0.23
0.33
0.34
0.39
0.41
0.56
0,09
0,09
0,10
0,09
0,09
0,09
0.09
0.09
0.75
0.77
0.80
0.81
0.82
0.91
0.88
0.88
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0.02
0.02
97,55
97,26
98.60
98.46
Bukan Sektor Keuangan, Persewaan, 98,18 97,66 97,85 97,54 dan Jasa Perusahaan Sumber: PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2000-2007
2.2.1.12 Sektor Jasa-jasa Secara umum sektor jasa-jasa terdiri dari sub-sektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta.
Jasa pemerintahan umum mencakup
administrasi pemerintahan dan pertanahan serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan lainnya. Sub-sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga. Peran sektor ini terhadap pembentukkan PDRB Kabupaten Pidie Jaya relatif besar. Tahun 2000 kontribusi sektor ini mencapai 3,07 persen, dan pada tahun 2007 sumbangan sektor ini meningkat hingga 4,89 persen. Dari dua sub-sektor yang termasuk dalam sektor jasa-jasa, sub-sektor pemerintahan
umum
merupakan
sub-sektor
yang
paling
besar
kontribusinya terhadap PDRB Pidie Jaya yakni mencapai sebesar 3,80 persen pada tahun 2007. Sedangkan sub-sektor lainnya hanya memberi kontribusi kurang dari 1,90 persen. Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2007 sebesar 2,75 persen, lebih lambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 3,56 persen. Bila dilihat berdasarkan subsektor, pada tahun 2007 pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor pemerintahan umum
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
58
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
yakni sebersar 3,19 persen sedangkan subsektor swasta hanya tumbuh 1,96 persen. Tabel 2.31 Peranan Sektor Jasa-Jasa Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007 Sektor/Sub-sektor
2000
2001
2002
2003
Jasa-jasa 3.07 3.48 3.84 4.30 Pemerintahan umum 1.89 2.30 2.64 3.08 Sosial 0.75 0.75 0.76 0.78 kemasyarakatan Hiburan,rekreasi, 0.06 0.06 0.06 0.07 kebudayaan Perorangan dan 0.37 0.37 0.37 0.37 rumah tangga Bukan Sektor Jasa96.93 96.52 96.16 95.70 jasa Sumber : PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2000-2007
2004
2005
2006
2007
4.54 3.34
4.61 3.42
0.77
0.75
4.76 3.63 0.72
4.89 3.80 0.68
0.07
0.07
0.06
0.08
0.37
0.37
0.35
0.33
95.46
95.39
95.24
95.11
2.2.1.13 Sektor Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita PDRB dapat dilihat dari hasil antara PDRB dengan jumlah penduduk, sedang pendapatan regional perkapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusunan dan pajak tak langsung) dengan penduduk. Sepanjang kurun waktu 2000-2007, PDRB perkapita maupun pendapatan regional perkapita Kabupaten Pidie Jaya atas dasar harga berlaku menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, namun bila dilihat berdasarkan harga konstan, laju pertumbuhannya relatif rendah Pada tahun 2007 berdasarkan harga berlaku, PDRB perkapita Pidie Jaya mencapai 6,14 juta rupiah. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 9,97 persen dibanding tahun 2006 yang hanya sebesar 5,58 juta rupiah. Sedangkan pendapatan regional perkapita tahun 2007 mencapai 5,82 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 9,97 persen dari tahun 2006 yang sebesar 5,29 juta rupiah. Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB perkapita Kabupaten Pidie Jaya tahun 2007 tercatat sebesar 3,63 juta
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
59
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
rupiah. Nilai ini meningkat 0,88 persen di bandingkan tahun 2006 yang tercatat 3,60 juta rupiah. Sementara itu pendapatan regional perkapita Pidie Jaya tahun 2007 berdasarkan harga konstan 2000 tercatat sebesar 3,44 juta rupiah. Nilai ini mengalami kenaikan 0,88 persen dibandingkan 2006 yang sebesar 3,41 juta rupiah. Grafik 2.6 PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007
25 20 15
Pendapatan ragional PDRB Perkapita
10 5 9.9
10.77 9.97 8.4 9.34 8.42 7.87
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Grafik 2.7 PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita Berdasarkan Harga Konstan 2000 Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2000-2007
4 3.5 3 Pendapatan ragional PDRB Perkapita
2.5 2 1.5 1 1.41 1.32 0.5 1.3
1.76 1.79 0.95 0.88
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
60
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Untuk
Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB)
per-kapita
dan
pendapatan regional per- kapita Kabupaten Pidie Jaya dari tahun 2004 – 2007 dapat dilihat seperti pada tabel 2.32 Tabel 2.32 PDRB Per-kapita dan Pendapatan Regional Per-kapita Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2004-2007 (berdasarkan harga Konstan) Tahun
PDRB Perkapita Nilai rupiah
Pertumbuhan
Pendapatan regional Perkapita Nilai Rupiah
2004 2005 2006 2007 2008
3.128.006,13 3.209.852,47 3.294.617,74 -
Berdasarkan Harga konstan 2.00 2.960.179,83 2.62 3.037.634,89 2.64 3.117.852,26 -
2004 2005 2006 2007 2008
4.171.074,36 4.644.191,87 5.114.636,32 -
Berdasarkan Harga Berlaku 8,68 3.952.152,76 11,34 4.400.438,39 10,13 4.846.191,25 -
Pertumbuhan
2.00 2.62 2.64 8,69 11,34 10,13 -
Sumber : BPS Kabupaten Pidie Jaya
Selama 4 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita berdasarkan harga konstan terjadi pertumbuhan dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi sekitar 2.00 % , pada tahun 2005 terjadi pertumbuhan sekitar 2.62 % dan pada tahun 2006 pertumbuhan PDRB dan Pendapatan Regional sekitar 2.64 %. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga berlaku pada tahun 2004 pertumbuhan PDRB perkapita dan Pendapatan regional perkapita dari 8,68 % dan 8,69 % , meningkat menjadi 11,34 % pada tahun 2005 dan mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 10,13 %. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan turunnya inflasi menunjukkan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya semakin membaik.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
61
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.2.1.14 Tingkat Inflasi Laju inflasi tahun kalender yang mencerminkan tingkat inflasi dalam satu tahun menunjukkan Kabupaten Pidie Jaya sebesar 6,3 persen. Inflasi tahun 2007 hanya sampai satu digit sehingga cukup melegakan bagi Kabupaten Pidie Jaya. Kemampuan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menjaga kestabilan harga beberapa barang kebutuhan pokok yang memiliki kontribusi besar penyumbang inflasi, menjadi kunci utama keberhasilan Kabupaten Pidie Jaya untuk menekan inflasi hanya satu digit. Terjadinya tingkat inflasi yang tinggi satu tahun di Kabupaten Pidie Jaya diperkirakan akibat kontribusi beberapa komoditas penting seperti cabe rawit, timun, sawi, bayam, kangkung, labu siam/jipan, garam, minyak tanah dan solar. Kesemua komoditi tersebut mencatat kenaikan yang cukup signifikan selama tahun 2007. Berikut ini grafik inflasi Kabupaten Pidie Jaya perbulan tahun 2002. Angka inflasi Kabupaten Pidie Jaya cenderung positif dari bulan Januari sampai dengan Desember 2007 dengan kisaran angka 1,12 % hingga 1,63 %. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Nopember sebagai akibat Hari Besar Islam dan kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga BBM. Inflasi Kabupaten Pidie Jaya Desember 2006 sebesar 1.07 % lebih rendah dibanding inflasi Desember 2007, tetapi hal ini tidak akan terjadi pada laju inflasi, dimana laju inflasi di tahun 2004 sebesar 5,62 % lebih tinggi satu tingkat dibanding tahun 2003 yang sebesar 4,53 %. Perlu adanya perhatian khusus kepada pihak Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, untuk menekan inflasi di tahun 2005 tidak mencapai dua digit. Lima pendorong utama inflasi Pidie Jaya dari sepuluh yang sudah dijelaskan diatas adalah daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, beras dan gas elpiji rentan terhadap
perubahan
harga,
tetapi
tahun
2004
terlihat
menjadi
penyumbang inflasi tertinggi dibanding dengan kelompok pengeluaran yang lain. Yang kedua karena kenaikan BBM, sehingga bisa menimbulkan inflasi yang tinggi di kelompok transportasi dan komunikasi. Kenaikan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
62
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BBM akan mempengaruhi semua sektor pengeluaran yang selalu dibutuhkan pihak konsumen. Secara umum nilai konsumsi rata-rata rumah tangga di Kabupaten Pidie Jaya untuk bulan Desember 2008 sebesar Rp. 2.284.598,93. Ini berarti terjadi kenaikan nilai konsumsi sebesar 5,32 % dibandingkan dengan nilai konsumsi rata-rata rumah tangga untuk bulan Desember 2007. Inflasi akhir tahun 2008 sebesar 6,12 % tidak mencapai level dua digit, sehingga masih bisa melegakan pihak Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, bila dibanding tahun 2007 masih tinggi satu tingkat, antara lain dipicu oleh adanya beberapa kebijakan Pemerintah yaitu kenaikan Tarif Dasar Listrik, telekomunikasi dan gas elpiji. Selain itu hari-hari besar yang hampir bersamaan di tahun 2008 juga ikut menjadi pemicu terjadinya inflasi.
2.2.2 Keuangan Daerah Sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, Sumber Keuangan Daerah menjadi lebih banyak dan lebih luas. Berbagai sumber keuangan tersebut adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus.
2.2.2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas pajak daerah, Retribusi Daerah, keuntungan perusahaan daerah, zakat dan berbagai sumber PAD lainnya. Pajak daerah yang menjadi kewenangan provinsi terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor (PBBKB), Pajak Kendaraan di Atas Air, serta Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air. Penerimaan pajak di Kabupaten Pidie Jaya relatif belum berjalan dengan baik hingga tahun 2006 masih didominasi oleh jenis PKB, BBNKB, dan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
63
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
PBBKB. Realisasi penerimaan pajak daerah mengalami peningkatan yang fluktuatif bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain pajak daerah, retribusi dan Zakat juga merupakan bagian dari PAD yang memiliki prospek cukup baik untuk memperkuat kemampuan keuangan daerah pada masa yang akan datang. Zakat sebagai salah satu sumber PAD belum dikelola dengan baik. Hal ini disebabkan belum adanya Qanun yang mengatur lebih lanjut tentang zakat sebagai sumber PAD seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Sebenarnya tingkat kesadaran masyarakat sudah tinggi dalam hal membayar zakat.
2.2.2.2 Dana Perimbangan Dana perimbangan bersumber dari APBN dan APBD Propinsi Aceh adalah yang dimaksudkan untuk memberikan kepastian pendanaan daerah berdasarkan pasal 10 ayat (1) Undangundang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dana perimbangan tersebut terdiri atas : a) Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak; b) Dana Alokasi Umum (DAU), dan; c) Dana Alokasi Khusus (DAK). Perkembangan pendapatan dari dana perimbangan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 disajikan pada Tabel 2.33. Tabel 2.33 Pendapatan dari Dana Perimbangan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No.
Uraian
Jumlah (Rp)
1.
Dana Bagi Hasil Pajak
Rp 26.537.260.000,00
2.
Dana Alokasi Umum
Rp 124.563.260.000,00
3.
Dana Alokasi Khusus
Rp 12.989.000.000,00
Jumlah
Rp 164.089.520.000,00
Sumber : Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
64
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.2.2.3 Dana Otonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nangggroe Aceh Darussalam, sejak tahun 2002 Aceh mendapat dana otonomi khusus berasal dari tambahan bagi hasil minyak bumi. Dengan ditetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA), berdasarkan pasal 183 ayat 2, Pemerintah Aceh mendapatkan dana otonomi khusus selama 20 tahun dengan rincian untuk tahun pertama yaitu mulai tahun 2008 sampai tahun kelima belas besarnya setara dengan 2% (dua persen) dari plafon Dana Alokasi Umum (DAU) Nasional dan untuk tahun keenam belas sampai dengan tahun kedua puluh setara dengan 1% (satu persen) dari plafon Dana Alokasi Umum (DAU) Nasional.
2.2.2.4 Sumber Pendapatan Daerah lainnya Sumber pendapatan daerah yang lainnya adalah berasal dari jenis penerimaan daerah lainnya yang disesuaikan dengan jenis pendapatan dapat berupa hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.
2.3 Bidang Sosial Budaya Daerah Permasalahan pokok sosial budaya yang ditimbulkan dengan adanya gempa dan tsunami baik yang dirasakan langsung oleh masyarakat diantaranya jumlah penduduk yang menjadi korban, kerusakan fisik yang masiff, rentan terhadap prilaku yang mengarah kepada kejatahan seksual dan perdagangan manusia. Seperti diketahui sebelum tsunami terjadi, daerah Pidie Jaya atau dulunya masih begabung dengan Kabupaten Pidie, mengalami masa-masa konflik yang cukup berkepanjangan. Semangat perdamaian yang mulai dirasakan oleh seluruh lapisan BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA 65
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
masyarakat, pasca penandatanganan perjanjian Helsinki, ikut memberikan masukan terhadap arah kebijaksanaan dalam pembangunan sosial budaya bagi Kabupaten Pidie Jaya. Arah kebijakan pembangunan sosial budaya dimaksud antara lain: 1)
memberikan perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada anak, wanita dan keluarga akibat tindakan/perlakuan kekerasan, pengungsi dan korban bencana;
2)
meningkatkan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap panti asuhan dan panti jompo serta kelompok rentan sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
3)
meningkatkan pembinaan dan pemberdayaan perempuan dalam rangka
kesetaaraan
gender
dalam
bidang
pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan serta melakukan pemberdayakan perempuan khususnya perempuan yang menjadi kepala rumah tangga dalam kegiatan ekonomi; 4)
meningkatkan pembinaan dan pelestarian budaya daerah, seni dan adat istiadat dengan membangun kembali apresiasi masyarakat, pengembangan kelembagaan dan menciptakan iklim sosial dengan membuka kesempatan yang luas dalam mengaplikasikan budaya daerah, seni dan adat istiadat dalam kehidupan masyarakat;
5)
menciptakan iklim budaya olah raga dalam kehidupan masyarakat guna peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memilik tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup melalui penddikan olah raga di sekolah dan lingkungan masyarakat;
6)
melakukan pembinaan terhadap pemuda secara terarah dan terpadu dalam rangka peningkatan partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah dan kemasyarakatan;
Kondisi mata pencaharian masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang manyoritasnya adalah petani, karena sesuai dengan geografis wilayah Pidie Jaya yang agraris disamping adanya masyarakat yang berprofesi
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
66
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
sebagai Nelayan dan PNS serta pekerjaan lainnya seperti tukang kayu, bengkel, pedagang dan lain-lain. 2.4. Bidang Tenaga Kerja Angka pengangguran pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebesar 21.220 orang atau sebesar 32 % dari total penduduk. Daya saing tenaga kerja lokal masih rendah di bandingkan dengan tenaga kerja dari luar, terutama dalam masa rehabilitasi dan rekonstruksi. Terbatasnya sektor yang dapat menampung tenaga kerja, di mana pada tahun 2007 hanya empat sektor yang berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja yaitu : sektor konstruksi/bangunan, perdagangan, angkutan dan jasa. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi fluktuasi tingkat pengangguran, secara rinci tingkat pengangguran di Kabupaten Pidie jaya meningkat setiap tahunnya yaitu : pada tahun 2004 (11,23 %), tahun 2005 (12,75 %), tahun 2006 (12,77 %), tahun 2007 (14,05 %), tahun 2008 (14,95 %). Meningkatnya pengangguran di sebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: akibat krisis ekonomi menyebabkan banyak usaha yang tutup, terbatasnya lapangan kerja sektor primer, dengan berakhirnya BRR dan banyaknya NGO asing yang tidak melanjutkan pekerjaannya akibat dari negara donor yang mulai berkurang. Secara riil pada tahun 2008 dari jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 141.949 jiwa, tingkat partisipasi angkatan kerja sebanyak 94.383 orang, penduduk usia kerja sebanyak 87.547 orang (62,63 %), dan jumlah pengangguran sebanyak 21.220 orang (14,95 %), angka kemiskinan masih cukup tinggi. Dengan menggunakan Indikator Pendataan Kemiskinan dengan Indikator Baru (PKIB), kondisi kemiskinan di kabupaten Pidie Jaya tahun 2008 dapat di cermati pada tabel 2.34 berikut ini.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
67
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.34 Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 Jumlah Penduduk Miskin (KK) No
Kecamatan
Prasejahtera
Prasejahtera I
Jumlah (KK)
3.725
2.855
6.580
419
928
1.347
1
Bandar Baru
2
Pante raja
3
Trienggadeng
2.035
1.378
3.413
4
Meureudu
1.645
1.393
3.038
5
Meurah Dua
760
707
1.467
6
Ulim
1.031
991
2.022
7
Jangka Buya
337
1.651
1.988
8
Bandar Dua
384
673
1.057
Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Pidie Jaya
Jumlah penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 sebesar 19,4%, Tahun 2005-2006 rata-rata mengalami penurunan sebesar 8,27%, Sedangkan rata-rata jumlah penurunan penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya selama 5 tahun terakhir sebesar 229 RTM.
2.5 . Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sejak awal kerajaan Aceh secara umumnya, perempuan sudah memegang peranan dalam bidang ekonomi, politik dan perjuangan kemerdekaan, perempuan masih menyimpan potensi dalam berbagai bidang, seperti bidang politik dan ekonomi. Sejalan dengan era modernisasi perempuan banyak yang berkiprah dalam bidang pendidikan. Banyak perempuan Di Kabupaten Pidie Jaya lebih tertarik untuk menjadi guru. Fenomena tersebut lebih disebabkan karena sebagai pendidik mempunyai kualitas pengabdian yang kompleks dan baik jika dibanding dalam bidang politik. Disamping itu banyak juga perempuan Kabupaten Pidie Jaya yang bekerja keras menjadi pedagang kaki lima, dan membantu suaminya dalam aktifitas untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
68
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Persoalan perempuan merupakan hal yang sangat fundamental untuk diselesaikan dengan memberikan hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan diukur dengan tingkat kecerdasan, intelektual dan ketrampilan disamping hal-hal yang sifatnya kodrati. Kesetaraan laki-laki dan perempuan hendaknya dijadikan kekuatan sehingga tidak
terjadi diskriminasi dalam kebijakan politik, ekonomi
maupun hal-hal lain.
2.6 Pemuda dan Olah Raga Pemuda merupakan komponen bangsa yang sering dijadikan indikator keberhasilan ataupun kemunduran suatu bangsa. Peran pemuda dalam beberapa dekade perjuangan bangsa telah menjadi saksi sejarah dalam membawa perubahan-perubahan besar. Tidak salah apabila dikatakan bahwa pemuda merupakan agen pembawa perubahan (tranformation agent) dalam pembangunan suatu bangsa. Peningkatan jumlah penduduk usia muda, apabila tidak diikuti dengan pembinaan yang baik, akan dapat menimbulkan berbagai kerawanan sosial, diantaranya; pengangguran, dekadensi moral, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba dan zat-zat adiktif lainnya, serta perbuatan yang mengarah pada tindak kriminal. Kondisi seperti ini menjadi lebih parah lagi karena tidak tersedianya lapangan kerja yang dapat menampung mereka. Oleh karena itu, perlu adanya usaha konkrit untuk memberdayakan pemuda agar memiliki keunggulan dan daya saing serta mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Program pembinaan kepemudaan saat ini belum tampak terkoordinir dengan baik, di Kabupaten Pidie Jaya, hal ini dimungkinkan oleh rendahnya partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan organisasi-organisasi kepemudaan dalam peningkatan SDM dan produktivitas pemuda, sehingga menyebabkan fokus pembinaan pemuda belum mengarah pada
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
69
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
peningkatan meningkatkan
keterampilan
hidup
kesejahteraan
(life
dan
skill)
yang
kelangsungan
bertujuan hidup
untuk
(livelihood).
Pembinaan-pembinaan yang selama ini dilakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah masih bersifat parsial (satu aspek saja) dan belum menyeluruh (holistic). Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sedang dan telah berupaya melakukan pembinaan
dan
pemberdayaan
terhadap
organisasi-organisasi
kepemudaan di wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam bentuk dukungan pendanaan yang bersifat stimulant. Ini dimaksudkan sebagai
upaya
meningkatkan
kemandirian
organisasi
guna
mengaktualisasikan berbagai program pembinaan bagi generasi pemuda. Di
bidang
olahraga,
perkembangan
dan
pembinaannya
kurang
menggembirakan karena Kabupaten Pidie Jaya yang baru berusia kurang lebih dua tahun diakui bahwa fasilitas olah raga yang ada memang masih sangat minim, namun demikian Prestasi pemuda di bidang olah raga saat ini sudah mulai membanggakan. Pembinaan bakat dan pembibitan olah raga juga menjadi prioritas dan terus dilakukan, baik melalui event kompetisi maupun peningkatan SDM olahraga dan kegiatan pemasyarakatan olahraga. Kegiatan-kegiatan pembinaan olah raga di Kabupaten Pidie Jaya harus dilaksanakan secara intensif untuk menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap olahraga. Olah raga dapat menjadi medium pembentukan pribadi yang sehat jasmani dan rohani, disiplin, dan memiliki jati diri yang kuat.
2.7 Bidang Syariat Islam Syariat Islam merupakan persoalan utama di Provinsi Aceh, sehingga persoalan syariat Islam menjadi bagian integral dalam pelaksanaan Pemerintahan di Aceh. Dengan pemberlakuan Aceh sebagai Daerah Syariat Islam maka pekerjaan utama yang perlu disegerakan adalah pembentukan qanun yang mengatur persoalan syariat.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
70
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Persoalan yang perlu dilakukan adalah pelaksanaan syariat secara konsisten dan berkesinambungan. Secara umum masyarakat Pidie Jaya menyikapi dengan antusias agar pelaksanaan syariat dapat dilaksanakan secepat mungkin. Pada tahun 2008 sudah beberapa pelanggar syariat yang telah memberlakukan pelaksanaan sanksi. Kabupaten Pidie Jaya merupakan Kabupaten yang baru mekar, pelaksanaan sanksi syariat terhadap pelanggar sudah berjalan walaupun belum maksimal, hal ini rujukan qanun yang diharapkan untuk dapat melaksanakan pemberlakuan syariat belum diterbitkan. Persoalan ini yang perlu menjadi perhatian pihak eksekutif dan legislatif di Kabupaten Pidie Jaya dengan segera dapat merampungkan Qanun tersebut meskipun untuk sementara pemerintah menggunakan Qanun syariat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Aceh. Tabel 2.35 Jumlah Fasilitas Tempat Peribadatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kecamatan Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Jangka Buya Bandar Baru Jumlah
Mesjid
Mushalla/Meunasah
Balai Pengajian
16 4 8 10 6 8 3 13
55 18 52 51 23 33 20 78
71 23 22 26 28 25 22 49
68
330
309
Keterangan
Sumber : Dinas Syariat Islam Kab. Pidie Jaya
Sedangkan dalam kegiatan kemasyarakatan yang selama ini belum tersentuh adalah membudayakan kembali syariat melalui pelaksanaan shalat jamaah dalam lima waktu shalat. Anjuran ini merupakan tuntunan agama yang sangat diwajibkan dalam Al-quran dan Al-hadits. Untuk terlaksananya program tersebut berdasarkan data fasilitas peribadatan di Kabupaten Pidie Jaya sangat mendukung untuk terealisasinya syariat islam.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
71
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.8 Bidang Pendidikan Pendidikan merupakan prioritas utama pembangunan Nasional yang perlu perhatian yang maksimal dan komprehensif sehingga dengan penetapan anggaran dibidang pendidikan dapat meningkatkan kualitas dan kemajuan peradaban
daerah
dan
bangsa
Indonesia
secara
umumnya.
Permasalahan umum yang dihadapi dalam Bidang Pendidikan adalah : 1) Rendahnya kualitas Pendidikan Dasar, dan Menengah
serta mutu
Pendidikan Dayah; 2) Kurang terwujudnya perencanaan dan pemerataan pendidikan secara optimal; 3) Kurang tersedianya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai; 4) Rendahnya prestasi belajar dan prestasi olah raga serta kesenian; 5) Rendahnya kualitas sistem pengelolaan manajemen sekolah. Atas dasar permasalahan di atas, ditetapkan 4 (empat) sasaran dengan SKPD penanggung jawab adalah Dinas Pendidkan, Pemuda dan Olah Raga 1. Meningkatnya Mutu Pendidikan
Prosentase kenaikan rata-rata Nilai Ujian Nasional dibandingkan tahun lalu;
Prosentase meningkatnya jumlah lulusan SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA baik secara kualitatif maupun kuantitatif;
Prosentase kenaikan ratio siswa yang diterima di sekolah unggulan dan PT Negeri dibanding tahun lalu;
Peningkatan Jumlah guru ideal dengan rasio siswa
Prosentase kenaikan jumlah guru berkualifikasi D2, D3 dan S1/S2 pada tingkat SD, SLTP, SLTA dibanding tahun lalu
Meningkatkan kemampuan profesionalisme guru
Terpenuhinya tingkat kesejahteraan guru
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
72
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.
Terwujudnya pemerataan pendidikan
Pemberian perhatian kepada kelompok yang kurang beruntung dan rawan putus sekolah
Pemberian Bantuan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu
Pemberian pelayanan khusus kepada siswa berkebutuhan khusus
Meningkatkan pembangunan sekolah dan Penambahan Ruang Kelas Baru (RKB)
3.
Meningkatnya prestasi belajar, dan prestasi olah raga serta kesenian
Pembinaan siswa melalui tambahan jam belajar;
Pengembangan kelompok kajian ilmiah remaja di setiap lembaga pendidikan;
Meningkatkan fokus dan kapasitas intermdiasi transformasi IPTEK;
Pelaksanaan pembinaan olahraga usia dini;
Penyelenggaraan Olimpiade Bidang Studi;
Penyelenggaraan pertukaran pelajar dan pemuda
Melaksanakan Pekan Olah raga dan Seni (Porseni)
4.
Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan,
Pembangunan
gedung
sekolah
baru,
laboratorium
dan
perpustakaan serta ruang keterampilan;
Rehabilitasi Sarana dan prasarana pendidikan;
Pengadaan buku-buku paket pelajaran dan
buku penunjang
lainnya;
Pengadaan bahan atau KIT Laboratorium;
Pengadaan media elektronik pendidikan.
5.
Meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen sekolah
Melaksanakan sistem rekrutmen kepala sekolah yang profesional;
Meningkatnya kualitas Kepala sekolah melalui pelatihan dan pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah;
Mengoptimalisasi
peran serta Komite Sekolah dan stakeholder
pendidikan;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
73
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Mengoptimalisasikan sistem supervisi pengawas dan kepala sekolah. Grafik 2.8 Kondisi Rata-Rata NIlai Ujian Nasional Tahun 2008 Tingkat SMP
Bahasa Indonesia, 5.84
IPA, 7.29
Bahasa Inggris, 7.69
Matematika, 7.79
Sumber Data : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pidie Jaya Tahun 2008
Grafik di atas berdasarkan Nilai Ujian Nasional siswa Tingkat Menengah Pertama (SMP) Tahun 2008, menggambarkan Nilai tersebut merupakan gambaran prestasi dari sekolah. Indikator ini memiliki capaian per-mata pelajaran menunjukkan rata-rata 5,84
untuk Bahasa Indonesia, 7,69
untuk mata pelajaran Bahasa Inggris , 7,79
untuk mata pelajaran
Matematika dan 7,29 untuk mata pelajatan IPA. Tabel. 2.36 Jumlah Peserta Ujian Nasional Tahun 2008/2009 No
Jenjang Sekolah
1
Jumlah Peserta
Total
Lk
Pr
SMP
859
771
1.630
2
MTs
425
537
962
3
SMA
748
701
1.449
4
MA
280
419
699
5
SMK
37
18
55
Jumlah
2.349
2.446
4.795
Sumber Data : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pidie Jaya Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
74
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Jumlah peserta Ujian tahun 2008/2009 berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pidie Jaya menunjukkan jumlah peserta ujian keseluruhan jenjang pendidikan 4.795 siswa dengan komposisi terdiri dari 48,98 persen laki-laki dan 51.02 persen perempuan. Sedangkan berdasarkan jenjang sekolah menunjukkan 33,99 persen siswa SMP, 20,06 persen siswa MTs, 30,32 persen SMA, 14,58 persen MA dan SMK 1,14 persen. Berdasarkan data tersebut kebijakan pemerintah yaitu meningkatkan tingkat kelulusan dari tahun 2009-2013 dengan proyeksi sebesar 98,52 persen Grafik 2.9 Data Guru PNS dan Non PNS Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 700 600 500 400
PNS
300
Non PNS
200 100 0 D1
D2
D3
S1/D4
S2
S3
Sasaran peningkatan mutu dan pemerataan distribusi guru berdasarkan data yang ada menunjukkan jumlah guru diseluruh jenjang berjumlah 2.107 orang dengan klasifikasi 39 orang D1 2 atau sebesar 1,85 persen, D2 berjumlah 1.037 orang atau sebesar 49,22 persen, D3 berjumlah 179 orang atau sebesar 8,50 persen dan S1 / D4 berjumlah 846 orang atau sebesar 40,15 persen. Sedang untuk S2 baru 0,24 persen atau 5 orang dan S3 1 orang. Berdasarkan data tersebut pemerintah berusaha untuk meningkatkan kualitas guru hingga berkualifikasi rata-rata S1 sebagai
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
75
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
sasaran dalam rangka peningakatan kualitas dan mutu pendidikan untuk masa yang akan datang dan yang mungkin untuk dicapai. Pemerintah kabupaten Pidie Jaya untuk lima tahun kedepan akan berupaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan serta mewujudkan pemerataan pendidikan melalui leding sector SKPD terkait dengan bidang Pendidikan,
juga turut membangun moral bangsa dengan meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan di seluruh lapisan masyarakat yang berbeda agama.
2.9 Bidang Kesehatan Masalah utama yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah belum baiknya koordinasi kebijakan yang dapat mendorong peningkatan tingkat kesehatan masyarakat. Di samping itu pembiayaan di sektor kesehatan masih kurang memadai dibandingkan dengan tingkat pelayanan yang harus diberikan sesuai dengan keadaan penduduk dewasa ini. Tabel 2.37 Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 Kondisi RR RB -
Jumlah unit belum ada
B -
Rumah sakit ibu Dan Anak
-
-
-
-
Puskesmas
9
3
4
2
Pustu
21
10
5
7
Poskesdes
39
39
-
-
Nama Fasilitas Rumah sakit Umum
Jlh Kondisi ideal
Ideal nya 34 unit Idealnya 222 Unit
Sumber ; Dinas Kesehatan dan Sosial Pidie Jaya Tahun 2007
Pembangunan di bidang kesehatan ini diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan pada puskesmas-puskesmas serta mewujudkan pembangunan Rumah Sakit Umum yang sampai sekarang belum ada di Kabupaten Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
76
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.38 Kondisi Tenaga Medis Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 Jlh Tenaga Medis berdasarkan Tugas/Profesi NO
Kecamatan
Dokter Dokter Dokter Bidan Spesialis Umum Gigi
Analis
Ahli Gizi
Ahli Kes.Lingk
Perawat Gigi
Perawat
2
2
18
1 Bandar Baru
0
2
15
2 Pante Raja
0
1
3
1
3 Trienggadeng
0
1
8
2
1
2
4 Meureudu
0
2
17
4
1
2
5 Meurah Dua
0
4
1
1
6 Ulim
0
1
8
2
7 Bandar Dua
0
3
12
4
8 Jangka Buya
0
2
0
12
Jumlah
1
3
2
71
2
4
8 3
1 14
5
3 8
3
4 1
1
14
6 3
6
51
Sumber ; Dinas Kesehatan dan Sosial Pidie Jaya Tahun 2007
Berdasarkan tabel 2.38 menunjukkan perlunya pembangunan Rumah Saket Umum minimal tipe B, sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, apalgi Pidie Jaya sebagai sebuah kabupaten yang memiliki jumlah masyarakat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sedangkan jumlah Puskesmas telah memadai karena setiap kecamatan memiliki satu pusat kesehatan masyarakat, namun yang perlu ditingkatkan adalah fasilitas pelayanannya. Untuk jumlah pustu di Kabupaten Pidie Jaya adalah 21 unit yang terdapat di beberapa kemukiman dan poskesdes 39 unit yang telah ada, ini belum memenuhi seluruh desa yang ada di Kabupaten Pidie Jaya. Kabupaten Pidie Jaya sangat membutuhkan tenaga dokter spesialis yang kondisi sekarang belum mempunyai seorangpun. Tenaga kesehatan terbanyak berasal dari tenaga bidan yaitu 71 orang, 51 orang perawat, ahli gizi 15 orang analis 14 orang, ahli kesehatan lingkungan 14 orang dan dokter umum sebanyak 12 orang yang tersebar dibeberapa Puskesmas, sedangkan perawat gigi 6 orang dan dokter gigi hanya satu orang.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
77
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.10
Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Dampak konflik yang berkepanjangan dan khususnya melanda desa-desa pedalaman, dan desa yang terkena tsunami menyebabkan hancurnya tatanan kehidupan masyarakat,
belum maksimalnya luncuran alokasi
dana desa yang menyebabkan ketergantungan desa sangat besar terhadap pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan desa, ketidaksiapan aparatur desa dalam mengelola sumber daya yang ada, dan belum dilaksanakannya musrenbang di tingkat desa di Kabupaten Pidie Jaya. Selanjutnya tantangan terbesar terhadap perkembangan desa adalah arus globalisasi dan informasi, yang di sertai dengan masuknya nilai-nilai budaya baru akan menghilangkan social capital
yang sudah
lama terbentuk di masyarakat. Belum adanya qanun yang mengatur tentang kewenangan desa, dan penerapan alokasi dana desa yang semakin mengancam otonomi desa yang seharusnya sudah dimilki. Permasalahan yang dapat muncul adalah belum siapnya aparatur desa dalam menjalankan otonomi desa, mengingat infrastruktur yang harus disiapkan
sangat
banyak,
mulai
dari
pembentukan
Badan
Permusyawarahan Desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah desa hingga Anggaran Pendapatan Belanja Desa. Sehingga Peluang untuk menjadikan desa sebagai wilayah otonom sangat besar. Hal ini sangat jelas dengan adanya peraturan pemerintah yang mengatur tentang desa. Di samping itu, adanya regulasi yang mengatur tentang partispasi masyarakat desa dalam proses penyusunan rencana yang merupakan peluang agar masyarakat desa dapat mempengaruhi kebijakan yang akan di keluarkan oleh pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Meningkatnya antusias dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa, tumbuhnya perencanaan desa (village planning) terutama di daerah-daerah yang terkena tsunami, telah terbangunnya berbagai sarana dan prasarana masyarakat melalui dana PNPM. Selanjutnya faktor keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat dan desa adalah banyaknya lembaga adat di lingkup desa yang dapat
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
78
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
dijadikan sebagai perekat (social capital) dalam pembangunan desa. Nilainilai partisipatif yang selama ini sudah terbangun melalui berbagai keterlibatan masyarakat dalam penyusunan village planning.
2.11 Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Potensi pariwisata Kabupaten Pidie Jaya secara umum cukup menarik, dan memiliki potensi wisata bahari, Lokasi suaka alam dan objek wisata alam serta situs-situs sejarah yang terdapat di Kabupaten Pidie Jaya dapat dikembangkan untuk di jadikan obyek wisata lokal, nasional dan mungkin ke internasional antara lain obyek wisata sebagai berikut : Tabel 2.39 Obyek Wisata Cakra Budaya dan Lokasinya di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
9.
Obyek Wisata Orang Aneuk Sihe/Durhaka Pantai wisata Kuthang Mesjid Beuracan Mesjid Iskandar Muda Tugu Iskandar Muda Kolam Ikan Tawar Kuta Batee/ Benteng Iskandar Muda Lokasi Benteng Pertahanan Perang Kuburan Tgk.Abdullah Syafeiee
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kuburan Tgk ja’,(Tgk Idris) Kuburan Tgk Tu Manah Kuburan Tgk Japakeh Kuburan Tgk Batee Timoh Kuburan Malem Dagang Kuburan Limong Kuburan Tgk Sampurna Kuburan Tgk Tu Kuburan Tgk Julok(Tgk ibrahim) Kuburan Tgk Muda Belia
8.
Lokasi Blang Dalam Bandar dua Kuthang,Trienggadeng Simpang Beuracan,Meureudu Meunasah Mayang, Meureudu Meunasah Raya, Meurah Dua Blang Awee, Meureudu Mns Mayang,Kuta Batee,Meureudu Desa Sawang, Bandar Baru Desa Blang Sukon, Cubo,Bandar Baru Beurandeh,Bandar Baru Desa Tu Manah,Trienggadeng Dayah Kruet, Meurah Dua Kuta Geulumpang,Meureudu Meunasah Kumbang,Ulim Desa Tu Manah, Treinggadeng Meunasah Teugoh, Meurah Dua Desa Tu, Pante Raja Gampong Blang, Meurah Dua Desa Sawang, Bandar Baru
Sumber : Dinas Perhubparkebimfokom Kabupaten Pidie Jaya ,2007
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
79
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.12
Koperasi ,Usaha Kecil dan Menengah
Permasalahan umum koperasi di Kabupaten Pidie Jaya adalah saat ini koperasi belum bisa menjadi kekuatan ekonomi masyarakat, koperasi yang sudah terbentuk sejak berdirinya Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2007 terjadi penurunan.
Jumlah usaha koperasi yang aktif dari 158
koperasi menjadi 113 dengan keanggotaan sekitar 14.226 di tahun 2008. Belum tersentuhnya usaha kecil menengah oleh lembaga keuangan. Kurangnya pembinaan manajerial terhadap usaha koperasi. Pada tahun 2008 ini sektor koperasi dan usaha kecil menengah mendapat bimbingan guna meningkatkan mutu dan kualitas kelembagaan dari Disperindagkop
Kabupaten
Pidie
Jaya,
sehingga
koperasi
terus
berkembang dan tumbuh menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan terus menjadi mitra pendukung kegiatan industri dan usaha kecil masyarakat. Tahun 2008 Kabupaten Pidie Jaya membangun beberapa koperasi di lokasi baru dengan dana Otsus melalui Dinas Perindagkop. Tahun 2008 pemerintah Kabupaten Pidie Jaya memberikan penghargaan bagi koperasi yang berprestasi dan bisa meningkatkan kinerjanya. Prediksi kondisi koperasi dan usaha kecil menengah untuk jangka waktu lima tahun ke depan, antara lain : meningkatnya kontribusi koperasi dan usaha kecil menengah terhadap PDRB, meningkatnya nilai ekspor usaha kecil menengah, iklim usaha kecil menengah yang lebih kondusif, berkembangnya kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah, berkembangnya sistem pendukung usaha kecil menengah, dan semakin meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi.
2.13
Bidang Prasarana dan Sarana Daerah
Peningkatan kepadatan penduduk perlu diantisipasi dengan perencanaan tata ruang yang tepat, karena penambahan infarstruktur yang tidak terencana dengan tepat dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan di kemudian hari. Kabupaten Pidie Jaya
harus
mengantisipasi perluasan pengembangan wilayah perkotaan, karena
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
80
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
bukan tidak mungkin permasalahan perkotaan akan berpindah ke wilayah Meureudu. Terlepas dari dampak negatif perluasan perkembangan Kota Meureudu, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam lima tahun ke depan harus
mendukung
pembangunan
Infrastruktur
jalan,
sarana
dan
parasarana transportasi, perumahan, pusat perdagangan, industri dan instalasi
air
bersih,
kesehatan
,pendidikan,
serta
telekomunikasi.
Sementara alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan jalan Kabupaten dan wilayah lain yang masih sangat buruk seperti infrastruktur dasar masyarakat belum memadai. Permasalahan utama Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam pembangunan sarana prasarana fisik adalah luasnya wilayah yang harus dikerjakan tidak sebanding dengan nilai anggaran yang tersedia sehingga untuk menyelesaikannya pemerintah perlu memikirkan strategi yang tepat yaitu dengan melaksanakan pembangunan
kemitraan
bersama
masyarakat,
terutama
untuk
membangun jalan, jembatan dan irigasi.
2.13.1 Fasilitas Pendidikan Secara umum fasilitas pendidikan belum menggembirakan, hal itu dapat dilihat di tingkat kesenjangan antar sekolah yang berada di perkotaan dan di pedesaan, dengan keterbatasan dana, sarana, tenaga pengajar, dan kemampuan manajemen sekolah. Upaya peningkatan fasilitas pendidikan secara umum masih dihadapkan pada kendala minimnya daya dukung dana, sarana dan kemampuan untuk mengimplementasikan wacana kebutuhan
saat
ini, dengan
pewujudan
kurikulum
yang
spesifik,
sedangkan pada pendidikan kejuruan masih dihadapkan pada kendala keterbatasan ruang dalam meningkatkan kompetensi, keberadaan usaha kecil dan menengah atau industri-industri yang menjadi wadah kajian praktek lapangan pelajar. Kebijakan pembangunan pendidikan diarahkan sebagai berikut:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
81
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1) Pembangunan baru dan rehabilitasi fasilitas pendidikan dalam upaya
meningkatkan kualitas prasarana dan sarana pendidikan dengan penambahan unit sesuai dengan kebutuhan jangkauan pelayanan pendidikan secara merata; 2) Meningkatkan kembali proses belajar mengajar baik pendidikan formal
dan Non Formal serta informal; 3) Meningkatkan
relevansi
pendidikan
yang
dititikberatkan
pada
kemampuan beradaptasi terhadap persaingan bebas dan issu globalisasi dunia; 4) Meningkatkan mutu pendidikan yang dilandasi wawasan keunggulan
untuk semua jenjang pendidikan dan jenis pendidikan lainnya; 5) Mengintensifkan
peningkatan
profesionalisme
tenaga
fungsional
pendidikan maupun tenaga non fungsional; 6) Meningkatkan penyediaan sarana dan fasilitas pendukung pendidikan.
2.13.2 Fasilitas Kesehatan Perkembangan sarana kesehatan untuk tingkat kecamatan relatif memadai, akan tetapi dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan, perluasan dan pembangunan Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Pidie Jaya yang sangat diharapkan Masyarakat. Berdasarkan kondisi tahun 2007 bebrapa fasilitas kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya telah dibangun dan sangat terbatas akan tetapi dengan semangat dan loyalitas yang tinggi
terus
memberikan
kontribusi
dalam
pelayanan
masyarakat
meskipun belum optimal, hal itu disebabkan fasilitas yang tersedia belum mencukupi untuk memenuhi seluruh masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara maksimal. Fasilitas tersebut meliputi fasilitas pembangunan puskesmas, polindes dan puskesmas pembantu yang berada di setiap kecamatan, namun disamping itu pelayan kesehatan yang sangat diingikan adalah dengan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
82
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
ketersediannya pembangunan RSU dengan taraf yang cukup baik, sebagai usaha perwujudan prioritas program daerah maupun nasional. Tabel 2.40 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2007 Fasilitas Pelayanan Kesehatan No
Kecamatan
RS Puskesmas Pustu Polindes 1 Bandar Baru 0 1 2 0 2 Pante Raja 0 2 5 25 3 Trienggadeng 1 1 1 0 4 Meureudu 0 1 5 27 5 Meurah Dua 0 1 3 25 6 Ulim 0 1 1 0 7 Jangka Buya 0 1 1 0 8 Bandar Dua 0 1 2 0 Jumlah 1 9 20 77 Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Apotik -
Toko Obat 0 5 4 5 4 0 1 2 21
Jumlah Puskesmas pada tahun 2007 sebanyak 9 buah. Sedangkan berdasarkan standar pelayanan umum yang ditinjau dari jumlah penduduk pendukungnya, jumlah Puskesmas yang dibutuhkan adalah 1 buah untuk setiap kecamatan, berarti unit yang ada sudah melampui dari jumlah penduduk pendukung. Berdasarkan data
eksisting hampir semua
kecamatan telah memiliki unit sarana Puskesmas, untuk Kecamatan Pante Raja sudah terdapat 2 unit Puskesmas. Sedangkan untuk Puskesmas pembantu yang ada di Kabupaten Pidie Jaya sampai dengan tahun 2007 berjumlah 20 unit. Jumlah tersebut telah lebih dari memenuhi standar kebutuhan Puskesmas pembantu karena berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya adalah sebanyak 5 buah. Sehingga beberapa kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya memiliki lebih banyak Puskesmas pembantu diantaranya Kecamatan Meureudu dan Kecamatan Pante Raja. Analisa perkiraan kebutuhan sarana kesehatan berdasarkan jumlah penduduk pendukungnya dilakukan selain untuk mengetahui jumlah unit, juga untuk memperkiraan kebutuhan lahan atau besarnya pertambahan lahan ke depannya. Penilaian dilakukan dengan pembulatan bilangan, jika
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
83
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
nilai dibawah 1, berarti belum membutuhkan unit tersebut, walau secara skala pelayanan harus terjangkau. Pelayanan dapat berupa skala pelayanan kecamatan sendiri atau kabupaten. Hal ini dapat disesuaikan dengan rencana fungsi pemanfaatan wilayah.
2.13.3 Fasilitas Transportasi Perhubungan Transportasi adalah kegiatan memindahkan atau mengangkut orang atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan menggunakan sarana pembantu berupa kendaraan. Dalam pengembangan wilayah, transportasi mempunyai peranan yang sangat penting yaitu memudahkan interaksi wilayah. Dengan semakin mudahnya interaksi antar wilayah maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan wilayah (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya). Hubungan antar wilayah yang semakin baik dan mudah akan merangsang dan membangkitkan pergerakkan penduduk, kegiatan ekonomi dan sosial, yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah tersebut. Jaringan transportasi wilayah penting untuk mempermudah pergerakan barang dan orang. Pelayanan transportasi perlu ditingkatkan guna menciptakan keterkaitan spatial antar bagian-bagian wilayah di Propinsi Aceh. Hal ini penting, karena didasarkan pada asumsi bahwa mekanisme perkembangan, dapat terjadi apabila tercipta keterkaitan antar bagian wilayah. Berdasarkan sistem jaringan jalan, terdapat tiga koridor utama pelayanan jaringan jalan, yaitu Koridor Utara, Tengah dan Koridor Selatan. Kota-kota yang masuk ke dalam Koridor Utara yaitu Kuala Simpang, Langsa, Peureulak, Lhokseumawe, Bireuen, Meureudu, Sigli, dan Banda Aceh. Kota-kota
yang
masuk
Koridor
Tengah
antara
lain
Takengon,
Blangkejeren, dan Kutacane. Sedangan kota yang masuk koridor Selatan yaitu
Lamno,
Meulaboh,
Blang
Pidie,
Tapak
Tuan,
dan
Subulussalam/Singkil.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
84
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.13.3.1 Pola Sirkulasi Jumlah penduduk akan memacu dengan dinamis aktivitas masyarakat dalam ekonomi bisnis dan perdagangan dengan pola pergerakan orang dan atau barang akan menggambarkan kekuatan/potensi disuatu wilayah, perekonomian yang kuat, dan pelayanan transportasi yang prima. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah mampu melayani pergerakan orang dan barang, maka daerah mempunyai potensi untuk membangkitkan aktivitas masyarakat dalam segala bidang. Rencana pengembangan transportasi darat berupa rencana highway yang melintasi Sigli, Pidie Jaya, Bireuen, Lhok Sukon, Langsa, Sehingga dengan demikian setiap jalur lintas darat dapat saling terhubung, dan setiap daerah terbuka atau mudah dijangkau. Untuk lebih jelas pola sirkulasi transportasi darat. Gambar 2.1 Rencana Pengembangan Transportasi Darat
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
85
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Gambar 2.2 Sirkulasi Transporasi Propinsi Aceh
2.13.3.2 Jaringan Transportasi Jalan Darat Jaringan jalan di Kabupaten Pidie Jaya, hampir seluruhnya sudah dilakukan pengerasan. Jalan yang menghubungkan kecamatan, dan desadesa sudah dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Tetapi seiring dengan
waktu
prasarana
jalan
tersebut
sudah
rusak,
bahkan
kerusakannya sudah sangat mengganggu pengguna jalan. Kerusakan tersebut dapat dilihat pada jalan Kuta Rentang Simp. 4 Meuredu, atau jalan menuju desa lainnya yang diantaranya menuju Jiem Jiem atau Desa Cot Langien di Kecamatan Bandar Baru. Panjang jalan kabupaten bervariasi dalam tiap kecamatan atau antara kecamatan lainnya. Hanya untuk lebar ruas jalan adalah sama yaitu 3,5 m, untuk
kondisi
pengerasan
semua
ruas
sudah
dilakukan
dengan
menggunakan aspal. Propinsi melalui Dinas Bina Marga telah melakukan peningkatan jalan, rencana adalah pembangunan Highway. Rencana highway Propinsi Aceh dan Trase rencana highway Kabupaten Pidie Jaya. Kabupaten Pidie Jaya dilalui oleh jalur lintas/jalan propinsi yang menghubungkan Kota Banda Aceh dengan kota-kota di Propinsi Sumatera Utara.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
86
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Gambar 2.3 Rencana Higway di Kabupaten Pidie Jaya
2.14. Telekomunikasi dan Informasi Pembangunan dan pengembangan e-Government di Kabupaten Pidie Jaya,dilakukan oleh dinas yang terkait untuk melaksanakan dan merencanakan program dan kegiatan melalui sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pembangunan dan pengembangan Sistim Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), penyediaan infrastruktur, penyediaan dan pengelolaan data serta melakukan pembinaan terhadap sumber daya aparatur di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Berdasarkan kebijkan, program dan kegiatan yang telah dilaksanakan, hendaknya
mengikut
sertakan
indikator
kinerja
yang
dapat
menggambarkan sebagai berikut : 1.
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur jaringan komunikasi data dan informasi yang telah tersedia berupa Bandwidth BPDE untuk kebutuhan Dinas/Badan/Lembaga Daerah dengan kapasitas 1 Mbps,
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
87
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
bandwidth untuk kebutuhan sumatera on line dengan kapasitas 256 Kbps, radio link untuk interkoneksi jaringan Dinas/Badan/Lembaga Daerah dengan frekwensi 5.8 Ghz sejumlah 25 unit serta kelengkapan perangkat pendukung lainnya. Dalam kaitan ini juga perlu dilakukan pengembangan jaringan VoIP, untuk dilaksanakan jaringan antar Dinas/Badan/Lembaga Daerah dan perlu disediakannya infrastruktur pendukung lainnya untuk jaringan keluar. 2.
Untuk
mendukung
penerapan
sistem
informasi
manajemen
pemerintah daerah perlu dibangun sejumlah infrastruktur (perangkat keras) dan aplikasi sistem informasi (perangkat lunak) pengolah data untuk Dinas/Badan/Lembaga Daerah. 3.
Database yang harus dibangun oleh Dinas atau Badan terkait di Kabupaten Pidie jaya, meliputi database kepegawaian, sarana dan prasarana umum pemerintahan, korban konflik, korban tsunami, pertambangan dan energi, kesehatan, pendidikan, anak yatim, pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan, SDA, SDM, pimpinan pemerintahan, diklat aparatur, koperasi dan UKM, pariwisata dan database sms center bupati.
4.
Pembangunan dan Pengembangan portal pemerintah daerah adalah penyediaan situs www.pidiejaya.go.id sebagai media penyebaran informasi Pemerintah Pidie Jaya melalui intenet.
5.
Untuk
ketersediaan
www.pidiejaya.go.id
data untuk
di tujuan
dalam
database
kegiatan
dan
pengumpulan
portal data,
verifikasi data, up dating dan back up data. 6.
Pembinaan dan pengembangan sumber daya aparatur bidang teknologi komunikasi dan informasi direncanakan dengan cepat dan tepat dengan melaksanakan Bimbingan Teknis, Workshop dan sosialisasi serta proses alih teknologi informasi lainnya yang dilaksanakan pada saat pengembangan sistem infromasi kepada pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
88
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Selain program-program tersebut di atas Dinas dan Badan terkait untuk Pengelolaan Data Elektronik juga harus menyediakan jaringan komunikasi data antar Kabupaten/Kota dengan kapasitas bandwidth 1 Mbps dengan menggunakan Vsat dan alokasi dananya direncanakan bersumber dari APBK Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 – 2014, untuk interkoneksi antar Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan menempatkan satu unit perangkat Vsat serta jaringan Metroplitan Area Network (MAN). Diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlaksananya penerapan e-Government, tersedianya database pada masing-masing Dinas/Badan/ Lembaga Daerah, tersedianya sumberdaya aparatur yang handal dibidang teknologi komunikasi dan informasi serta tersedianya infrastruktur telematika daerah hingga periode pemerintahan 2009 -2014. 2.15 Pelayanan Umum 2.15.1 Pemerintahan Umum Penyelenggaraan berbagai urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan daerah belum tepat sasaran, Perubahan sistem sentralistik menjadi desentralistik dimaksudkan untuk memberi keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Eksistensi Pemerintah Daerah tidak terlepas dari tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai sektor kehidupan, sosial ekonomi, kesehatan, pendidikan, pendapatan masyarakat dan sebagainya. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut, harus melalui peningkatan tingkat pelayanan
pemerintah
kepada
masyarakat
sesuai
dengan
tujuan
desentralisasi. Dengan berlakunya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah serta UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UU-PA) memberikan implikasi yang sangat mendasar yang mengarah pada perlu dilakukannya reformasi sektor
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
89
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
publik
dan
berkembangnya
paradigma
baru
dalam
pengelolaan
pemerintahan daerah dan keungan daerah. Paradigma baru tersebut diikuti secara simultan dengan reformasi sektor publik melalui reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen publik. Kabupaten Pidie Jaya saat ini belum optimal dalam pelaksanaan urusan pemerintahan umum.
Hal ini disebabkan karena koordinasi antara
instansi belum berjalan sinergi dan maksimal, belum berubahnya perilaku, pola pikir dan budaya birokrasi sebagai pelayan masyarakat. Dari segi pengolahan keuangan daerah yang belum berjalan secara profesional, di mana kuantitas dan kualitas aparatur masih terbatas. Kapasitas lembaga DPRD Kabupaten Pidie Jaya yang masih kurang peka terhadap aspirasi masyarakat dan masih sedikitnya qanun - qanun yang dihasilkan, rendahnya pelaksanaan pengawasan daerah terhadap pencapaian kinerja pembangunan, hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas aparatur masih terbatas. Belum optimalnya mekanisme pengaduan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pidie Jaya. Permasalahan internal yang terjadi dalam pemerintahan umum yaitu : belum optimalnya restrukturisasi kelembagaan di Kabupaten Pidie Jaya dalam menjalankan wewenang dan fungsinya sesuai dengan peraturan dan perundang-udangan yang berlaku.
Budaya birokrat yang lamban
dalam merespon perubahan yang begtu cepat, kurangnya kualitas dan profesionalisme aparatur dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat dan dalam merespon peluang yang ada juga merupakan permasalahan yang dapat terjadi ke depan. Kabupaten Pidie Jaya memiliki 8 kecamatan yaitu : kecamatan Bandar Baru, Pante Raja, Trienggadeng, Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya, dan Bandar Dua. Telah dilakukan studi tentang penataan organisasi dilingkungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya.
Di samping itu,
pemerintah telah menerapkan sistem teknologi informasi yang dapat mempermudah urusan administrasi yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat banyak.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
90
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.15.2 Kepagawaian Kabupaten Pidie Jaya yang baru berdiri pada tahun 2007 , masih banyak kendala yang dimiliki dan dibenahi dengan cepat, tepat dan efektif. Permaslahan yang muncul dalam urusan kepegawaian di Kabupaten Pidie Jaya antara lain : belum mencukupinya jumlah aparatur pemerintah yang berkualitas dengan kualifikasi pendidikan yang memadai dan belum sesuai dengan kebutuhan, masih rendahnya kesejahteraan pegawai bila ditinjau dari beban kerjanya, seringnya terjadi mutasi aparatur yang menyebabkan tidak optimalnya kinerja yang bersangkutan, penetapan yang belum sesuai dengan the right man on the right place, sehingga mengurangi tingkat kualitas kerja, belum berubahnya pola pikir birokrat dengan menempatkan masyarakat sebagai salah satu konsumen yang harus dilayani, masih sering terlihat aparatur yang sibuk diliuar dalam waktu jam kantor (Dinas) , serta belum adanya penerapan reward dan punishment terhadap aparatur di lingkungan pemerintah. Akibat dari kondisi kinerja kepegawaian di Kabupaten Pidie Jaya maka tingkat keberhasilan urusan kepegawaian sejauh ini masih terbatas, antara lain : minimnya program dan kebijakan penjenjangan pendidikan diklat kepemimpinan melalui pengalokasian dana setiap tahun, standard kompetisi rekruitmen aparatur yang terbatas dari kebutuhan kesesuaian keahlian dan ketrampilan dibidangnya. Namun demikian Pemerintah Kabupaten
Pidie
Jaya
berusaha
meningkatkan
kualitas
aparatur
pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dengan jalan melakukan kerjasama dan koordinasi antar instansi dengan NGO dan lembaga donor melalui berbagai bentuk pelatihan, lokakarya dan lain-lain.
2.15.3
Pelayanan Perijinan
Penyediaan pelayanan pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, barang-barang publik (public goods), berbagai perizinan, dan lain-lain belum sepenuhnya berkembang dengan baik. Berbagai prosedur perizinan belum disusun
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
91
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan yang mudah, murah dan cepat. Pelayanan perizinan juga belum didasarkan pada standar pelayanan minimal. Dalam rangka menghadapi berbagai urusan pemerintahan di bidang perekonomian, perdagangan, investasi, pariwisata, dan lain-lain, sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Udang-Undang No. 11 Tahun 2006, perlu dibentuk sistem untuk kelancaran perizinan dan berbagai prosedur. Pelayanan perizinan secara cepat dan tepat oleh pemerintah dapat memberi dukungan terhadap pembangunan ekonomi sesuai harapan masyarakat.
2.15.4 Ketentraman dan Ketertiban umum Fokus dalam ketertiban dan keamanan adalah kesatuan bangsa, pelindung masyarakat, polisi pamong praja dan Wilayatul Hisbah (WH). Setelah penandatanganan perdamaian antara pemerintah dan kelompok GAM di Helsinki – Swedia, stabilitas politik dan keamanan mulai meningkat, hal ini berdampak pada penurunan gangguan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat, munculnya kebebasan berpolitik dan memberikan pendapat di depan umum oleh setiap warga masyarakat. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang berjalan aman, dan damai, terbentuknya polisi pamong praja dan wilayatul hisbah Kabupaten Pidie Jaya. Dengan lahirnya Undang-Undang Pemerintah Aceh pasca kesepakatan perdamaian antara pemerintah dan kelompok GAM
telah membuka
peluang bagi masyarakat provinsi pada umumnya dan Kabupaten Pidie Jaya khususnya untuk bebas berpolitik dan memberikan pendapat di muka umum. Demikian pula dengan adanya Undang-Undanga No.32 Tahun
2004
tentang
pemerintahan
daerah,
masyarakat
dapat
menggunakan haknya untuk memberikan aspirasinya dalam pilkada. Hal tersebut berimplikasi pada berkurangnya intervensi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Aceh terhadap penentuan kepala pemerintahan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
92
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Kabupaten Pidie Jaya. Pemberian tugas yang maksimal kepada polisi pamong praja dan wilayatul hisbah dalam menjalankan kedisplinan dan penegakan hukum syariat. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perdamaian dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran.
2.15.5 Pelayanan Catatan Sipil Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf l UUPA, ditegaskan bahwa pelayanan kependudukan dan catatan sipil merupakan salah satu urusan
wajib
Pemerintah
Aceh.
Penempatan
urusan
pelayanan
kependudukan dan catatan sipil sebagai urusan wajib, mempunyai arti bahwa Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya mempunyai wewenang (sebagai hak sekaligus sebagai kewajiban) untuk menyelenggarakan pelayanan dalam bidang kependudukan dan catatan sipil. Registrasi
penduduk
merupakan
kegiatan
utama
dalam
rangka
memberikan pelayanan kependudukan dan catatan sipil. Administrasi kependudukan memuat tentang kegiatan pendaftaran dan pencatatan kejadian vital penduduk (kelahiran, kematian, perpindahan, perkawinan, perceraian dan perubahan status lainnya). Tujuan penyelenggaraan administrasi kependudukan adalah untuk mendokumentasikan data-data yang berkaitan dengan pencatatan melalui suatu sistem registrasi yang terpadu dan pelaporan data kependudukan agar terciptanya tertib administrasi dan legalisasi sebagai dokumen bagi setiap penduduk. Akan tetapi, dalam pengelolaan registrasi penduduk sampai saat ini dihadapkan pada berbagai kendala yang menyebabkan penyelenggaraan belum berjalan
sebagaimana
diharapkan.
Akibatnya
data
dan
informasi
kependudukan yang berbasis individu dan berskala mikro belum dapat dikembangkan perencanaan
untuk dan
dimanfaatkan
kebijakan
bagi
kepentingan
pembangunan.
penyusunan
Sementara
tuntutan
ketersediaan data mikro dan rutin makin mendesak sebagai konsekuensi kebutuhan perencanaan dalam era otomomi daerah Kabupaten Pidie Jaya yang menjadi sentral pembangunan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
93
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Sasaran
yang
ingin
dicapai
kedepan
adalah
terwujudnya
tertib
administrasi kependudukan, yang dimulai dengan terselenggara registrasi penduduk.
Dengan
tertibnya
administrasi
kependudukan
tersebut
diharapkan mampu menghasilkan data dan informasi perkembangan kependudukan pada berbagai tingkat secara akurat, tepat, menyeluruh dan mudah diakses, sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan program pembangunan. Untuk mencapai sasaran tersebut, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya perlu
melakukan
penguatan
instansi
pelaksana
administrasi
kependudukan dan catatan sipil, dengan tujuan: (a) menggembangkan sistem administrasi kependudukan yang terpadu dan efisien, termasuk registrasi penduduk; (b) meningkatkan cakupan dan ketepatan pelaporan pendaftaran penduduk dari tingkat terendah sampai ketingkat Kabupaten secara cepat, tepat dan lengkap; (c) mengembangkan organisasi atau unit kerja pendaftaran penduduk diberbagai tingkatan mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat Kabupaten ; (d) peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang arti penting registrasi dan administrasi kependudukan sebagai sumber data mikro dan rutin untuk mendukung terselenggara pengelolaan sistem administrasi kependudukan yang efektif dan efisien; (e) menyusun rancangan undang-undang (Qanun) tentang registrasi penduduk. 2.16. Tata Ruang Pembangunan Proses dalam melakukan identifikasi bentuk dan struktur ruang di Kabupaten Pidie Jaya, perlu dilakukan analisis struktur tata ruang yang ada.
Hal
ini
ditujukan
agar
dapat
mengangkat
permasalahan
pengembangan wilayah yang memiliki sisi ruang tertentu. Analisis ini di harapkan mampu memberikan gambaran tentang keadaan jenjang/hirarki pusat-pusat kegiatan dan jangkauan pelayanan serta hubungan interaksi dengan pusat-pusat kegiatan yang pada akhirnya merupakan distribusi dan pengumpul untuk wilayah sekitarnya. Struktur tata ruang dilakukan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
94
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
untuk mengetahui pola kecenderungan pemanfaatan lahan, penguasaan dan status pemanfaatan lahan, deliniasi kawasan perkotaan dan perdesaan serta sistem pusat-pusat permukiman.Sebagai pedoman dalam melakukan analisis ini perlu di perhatikan beberapa azas, di antaranya : a). Demokratisasi ruang, yaitu sebagai suatu sistem jaringan interaksi sosial, ekonomi dan fisik. b). Pendekatan sinergi wilayah, merupakan sistem permukiman yang berbeda secara fungsional, juga di pandang sebagai pertumbuhan dan diversifikasi permukiman dan penciptaan keterkaitan yang baru dan lebih kuat di antara satuan permukiman tersebut. 2.17 Perumahan dan Pemukiman Permasalahan perumahan korban tsunami sampai saat ini masih belum terselesaikan sepenuhnya.
Sebelum terjadi musibah tsunami, jumlah
perumahan adalah 54,801 unit, di mana setelah tsunami adalah sebanyak 17.100 unit mengalami kehancuran dan 3.887 unit mengalami kerusakan. Pembangunan perumahan korban tsunami tidak tertata dengan baik dan teratur, sehingga telah menimbulkan permasalahan , khususnya dalam hal pembangunan, pelebaran dan pelurusan badan jalan, juga terhadap fasilitas pendukung lainnya seperti pembangunan saluran/drainase. Pasca tsunami pembangunan perumahan rakyat adalah tidak ada lagi warga yang tinggal di tenda atau barak (huntara). Seluruh warga korban tsunami telah mendapatkan bantuan rumah serta sertifikat tanah yang mereka tempati. Berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan perumahan akibat tsunami. Menjadi berkurangnya rumah kumuh di areal bekas tsunami. Meningkatnya pembangunan perumahan di wilayah yang aman dari bencana.
2.18 Lingkungan Hidup Permasalahan lingkungan hidup yang di akibatkan oleh faktor manusia adalah terkait dengan perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
95
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
aspek kelestarian dan kebersihan lingkungan, misalnya kurang disiplinnya masyarakat dalam hal membuang sampah, pembuangan limbah industri ke aliran sungai, pendirian rumah hunian di sepanjang daerah aliran sungai, dan pendirian bangunan liar yang tidak mentaati peraturan perundangan. Meskipun dana
APBD
yang
di
pergunakan
untuk
menangani pengelolaan persampahan dari tahun ke tahun semakin besar (ketika masih dalam wilayah kabupaten induk/Pidie), tidak akan memberikan hasil yang optimal apabila tidak di barengi dengan meningkatnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan lingkungan hidup. Prasarana pengelolaan sampah pemerintah Kabupaten Pidie Jaya kondisinya sampai dengan tahun 2008, antara lain : jumlah gerobak sampah 12. unit, transfer depo 26 unit, bak kontainer 18. unit, dump truck 10 unit, armroll truck 3 unit, pick up, buldozer dan wheel loader masing-masing 1 unit, TPA seluas 2,5 Ha dengan daya tampung 3.285.000 ton. Meningkatnya kepadatan lalu lintas di Kabupaten Pidie Jaya sebagai akibat dari semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor secara langsung berpengaruh pada meningkatnya polusi udara di kabupaten Pidie Jaya. Masalah
penurunan kualitas udara sehat dan bersih di
Kabupaten Pidie jaya di perparah dengan telah berkurangnya pepohonan kota akibat dari penggunaan lahan sebagai kebutuhan aktivitas manusia. Di samping itu, berkurangnya pepohonan di daerah penyangga yang berada di luar kewenangan Kabupaten Pidie Jaya akibat pengalihan lahan untuk perumahan dan industri juga memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara di kabupaten Pidie Jaya. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam masalah lingkungan hidup berkaitan dengan pembangunan pemerintahan secara umum saat ini baru tercapai
antara
lain
:
meningkatnya
pengelolaan
sampah/limbah
Kabupaten Pidie Jaya melalui penambahan armada kebersihan oleh lembaga donor, di bangunnya taman kota untuk terbentuk keindahan dan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
96
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kesegaran udara, adanya tata ruang yang aspiratif dengan tetap memperhatikan kawasan lindung, terbangunnya irigasi-irigasi pertanian sebagai wadah normalisasi sungai, serta di bangunnya bantaran, tanggul sungai dan pengamanan garis pantai untuk mencegah terjadinya erosi dan abrasi. 2.19 Pertanahan. Pertanahan di kabupaten Pidie Jaya memiliki permasalahan yang serius, di mana bukti-bukti kepemilikan tanah banyak yang belum terlegalisasi secara hukum pemerintah, akan tetapi masih dalam konteks hukum adat atau kebijakan lokal. Hal ini dapat dilihat dari kasus kepemilikan tanah, di mana pada tahun 2005 sebanyak 326 orang yang mengajukan penegasan hak milik. Akibat tsunami luas Kabupaten Pidie Jaya mengalami penurunan sebesar 1/3 dari luas total. Semakin tingginya harga tanah di pusat Kabupaten Pidie Jaya. Belum adanya sistem data base pertanahan dengan menggunakan teknologi modern dan informatif. Meskipun demikian Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya telah melakukan usaha pembenahan bidang pertanahan dengan melakukan pendataan ulang pertanahan
akibat
tsunami.
Terselesaikannya
berbagai
kasus
pembebasan lahan untuk kepentingan umum.
2.20 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu yang menjadi andalan PDRB pemerintah Kabupaten Pidie Jaya adalah hasil pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, energi dan sumber daya mineral. Telah terbukanya dialog antara Pemerintah Kabupaten (Excecutive) bersama dengan DPRK dalam mencari formula untuk meningkatkan hasil sebagai upaya peningkatan PDRB. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi dalam PDRB Kabupaten Pidie Jaya, adanya alokasi anggaran untuk pemberdayaan sektor pertanian,
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
97
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
lahan pertanian yang memberikan hasil yang besar dalam meningkatkan ekonomi masyarakat agar terus bisa dipertahankan sebelum adanya pembukaan lahan baru yang berkualitas.
2.20.1 Ekonomi dan Sumber Daya Alam Fokus analisis dalam fungsi ekonomi dan sumber daya alam ini, antara lain : perhubungan, tenaga kerja, koperasi dan usaha kecil dan menengah, penanaman modal, pemberdayaan masyarakat dan desa, pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, energi dan sumber daya mineral dan transmigrasi. Sektor pertanian merupakan salah satu yang menjadi andalan PDRB pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, selama ini sektor tersebut terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Banyak lahan pertanian yang luas terhampar sepanjang jalan negara yang menghubungkan dua Kabupaten lain yaitu : Kabupaten Bireuen dan kabupaten Pidie dalam wilayah Kabupaten
Pidie
Jaya.Belum
adanya
sistem
pengelolaan
secara
profesional lahan perkebunan, sehingga dapat menjadi aset komoditi unggulan
daerah,
sistem
pengelolaan
peternakan
yang
masih
manggunakan perelatan tradisional, sehingga kualitas peternakan belum maksimal, perembahan hutan secara liar dan illegal loging sulit di kendalikan, sehingga produksi kehutanan belum berkualitas, belum di berlakukannya hutan produktif sebagai harapan dalam pemberdayaan ekonomi
daerah,
menghiraukan
pembangunan
tata
pertanian.Pembuatan
ruang
yang
telah
irigasi
begitu
pesat
mempersempit
pertanian,
sehingga
dan
tanpa
daerah
lahan
memudahkan
masyarakat dalam pengelolaan air persawahan. Data-Data berikut ini memperlihatkan peranan sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
98
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 2.41 Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan Produk Domestik regional Bruto (PDRB) Tahun 2004 - 2007 No
Tahun Lapangan Usaha
2005
2006
2007
71.29
70.96
70.51
1
Pertanian
2004 71.83
2
Pertambangan/penggalian
0..78
0.81
0.81
0.83
3
Industri pengolahan
5.34
5.16
4.93
4.75
4
Listrik dan Air
0.29
0.27
0.27
0.26
5
Bangunan
3.44
3.68
3.83
3.88
6
Perdagangan, Hotel/Restoran
8.33
8.47
8.57
8.81
7
Pengangkutan & Komunikasi
4.16
4.29
4.46
4.52
8
Keuangan, Persewaan
1.29
1.42
1.40
1.54
9
Jasa-Jasa
4.54
4.61
4.76
4.89
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pidie
Bila dilihat dari PDRB Kabupaten Pidie Jaya, baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan nampak bahwa pertumbuhan sektor ekonomi tahun 2004 sebesar 71,81 %, mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 71,29 % dan 70.96 % pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 sektor ekonomi mengalami penurunan sebesar 70,51 %. Sektor pertanian sebagaimana sektor perekonomian lainnya pada tabel 2.11 di atas, telah memberikan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB di kabupaten Pidie Jaya. Tabel 2.42 Peranan Sektor Pertanian Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun No
Sektor Pertanian
2004
2005
2006
2007
1
Tanaman Bahan Makanan
31.13
31.06
31.12
31.11
2
Tanaman Perkebunan
7.35
7.31
7.34
7.51
3
Peternakan
22.93
22.78
22.18
21.50
4
Kehutanan
0.065
0.04
0.04
0.05
Sumber : BPS Kabupaten Pidie
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
99
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Peranan Sektor Pertanian Menurut subsektor atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 dengan pertumbuhan sebesar 31,13 %, dan mengalami penurunan 31,06 % pada tahun 2005, kemudian pada tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu sebesar 31,12 %, selanjutnya pada tahun 2007 menurun sedikit sebesar 31,11 %. Untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per-kapita dan pendapatan regional per- kapita Kabupaten Pidie Jaya dari tahun 2004 – 2007 dapat dilihat seperti pada tabel 2.50 berikut ini. Tabel 2.43 PDRB Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2004-2007 (berdasarkan harga Konstan) Tahun
PDRB Perkapita Nilai rupiah
Pendapatan regional Perkapita
Pertumbuhan Nilai Rupiah Berdasarkan Harga konstan 2004 3.128.006,13 2.00 2.960.179,83 2005 3.209.852,47 2.62 3.037.634,89 2006 3.294.617,74 2.64 3.117.852,26 2007 2008 Berdasarkan Harga Berlaku 2004 4.171.074,36 8,68 3.952.152,76 2005 4.644.191,87 11,34 4.400.438,39 2006 5.114.636,32 10,13 4.846.191,25 2007 2008 Sumber : BPS Kabupaten Pidie Jaya
Pertumbuhan 2.00 2.62 2.64 8,69 11,34 10,13 -
Selama 4 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita berdasarkan harga konstan terjadi pertumbuhan dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi sekitar 2.00 % , pada tahun 2005 terjadi pertumbuhan sekitar 2.62 % dan pada tahun 2006 pertumbuhan PDRB dan Pendapatan Regional sekitar 2.64 %. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga berlaku pada tahun 2004 pertumbuhan PDRB perkapita dan Pendapatan regional perkapita dari 8,68 % dan 8,69 % pada tahun 2004, menjadi 11,34 % pada tahun 2005 dan mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
100
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
10,13 %. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan turunnya inflasi menunjukkan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya semakin membaik. 2.20.2 Energi dan Sumber Daya Mineral Sebelum tsunami kontribusi sektor listrik terhadap PDRB mengalami kenaikan yaitu : rata-rata 0,02 %. Adanya sumber pasokan listrik selain dari PLN yang mencapai 7.036.260 Kwh. Terkoneksinya kembali jaringan listrik di wilayah yang terkena tsunami. Tersedianya pasokan listrik yang terbatas, di mana pada tahun 2004 produksi produksi yang di hasilkan adalah 284.751,730 Kwh menurun sebesar 35,7 % menjadi 183.099,901 Kwh pada tahun 2005. Hal ini di sebabkan hilangnya sumber pasokan listrik selain dari pembangkit PLN akibat tsunami. Jumlah pelanggan pada tahun 2005 juga menurun sebesar 50,4 % menjadi menjadi 92.469 orang dari 186.388 orang pada tahun 2004. Demikian pula kontribusi sektor listrik terhadap PDRB mengalami penurunan dari 0,7 % pada tahun 2004 menjadi 0,41 % pada tahun 2005. Peluang untuk menambah pasokan listrik di Kabupaten Pidie Jaya adalah: adanya rencana Pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan PLTA di Lhok Sandeng Kecamatan Bandar Dua . Di samping itu, jika dilakukan interkoneksi antara pasokan listrik untuk wilayah sumatera bagian utara dengan wilayah Sumatera bagian selatan ataupun dengan pulau Jawa tentunya akan meningkatkan pasokan listrik. Seiring dengan laju pertambahan penduduk dan aktivitas, maka kebutuhan listrik akan meningkat dan tentunya hal ini berdampak kepada akan semakin memberikan penambahan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Pidie Jaya. Hal ini yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mengembangkan energi kelistrikan adalah bahwa listrik sudah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
101
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB III VISI DAN MISI 3.1 Visi Visi Bupati terpilih yang disampaikan pada saat melakukan kampanye pemilihan Kepala Pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya untuk lima tahun ke depan (Th.2009 - 2014) adalah: ” Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat ”. Dari visi ini terdapat empat sasaran pokok untuk membangun masyarakat Kabupaten Pidie Jaya menuju masyarakat madani. Adapun uraian dan penjabaran visi Bupati Kabupaten Pidie Jaya sebagai agenda pembangunan lima tahun kedepan adalah sebagai berikut: 1. Peudong sikula yaitu Mewujudkan kabupaten Pidie Jaya yang Damai menuju masyarakat yang cerdas; 2. Peusep Nafakah yaitu Mewujudkan kabupaten Pidie Jaya yang Adil Makmur melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat; 3. Peukong Agama yaitu Mewujudkan kabupaten Pidie Jaya yang Islami dengan menegakkan syariat islam; 4. Peuwo Marwah yaitu Mewujudkan kabupaten Pidie Jaya yang Aman, dan Damai
di
Bawah
Pemerintahan
yang
Pro
Rakyat
dengan
mempertahankan Adat isdiadat dan budaya daerah. 3.2 Misi Sebagai jabaran dari visi yang telah ditetapkan, pemerintah kabupaten Pidie Jaya untuk periode 2009-2014 telah menyusun lima misi sebagai berikut : 1. Membangun dan memperbaiki kredibilitas, kapasitas manajemen dan kinerja aparatur Pemerintah Daerah; 2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat disektor perkebunan, pertanian, nelayan, perternakan, industri dan perdagangan; 3. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan, layanan kesehatan dan melaksanakan syariat Islam serta pembinaan sosial kemasyarakatan; 4. Meningkatkan peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat; 5. Menumbuhkan kembali potensi adat istiadat dan budaya daerah dalam pembangunan Kabupaten Pidie Jaya dengan semangat kebersamaan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
102
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
Dalam
penyelenggaraan
diperhadapkan
dengan
pembangunan permasalahan
daerah, utama
pemerintah
yaitu
senantiasa
keterbatasan
dana
pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan yang terfokus pada bidang-bidang pembangunan yang bersifat strategis yaitu membangun sebagian dari seluruh bidang yang ada, tetapi benar-benar dapat memberikan manfaat yang luas bagi kemajuan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Untuk itu pengelola pemerintahan seharusnya memiliki kompetensi analisis yaitu kemampuan menganalisa kebenaran dari berbagai kondisi dan multi faktor yang berpengaruh dalam daerah, untuk menentukan alternatif pilihan dan faktor kunci yang dapat memunculkan strategi unggulan, dalam upaya mewujudkan Visi dan Misi dan tujuan pembangunan daerah yang telah ditetapkan. Analisis Lingkungan Strategis merupakan suatu pendekatan ilmiah yang berdasarkan fakta dan data untuk menganalisa keadaan atau kondisi eksisting daerah yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pemerintah. Keberadaan faktor-faktor lingkungan strategis yang terdiri dari faktor lingkungan internal strategis dan faktor lingkungan eksternal strategis akan merupakan kerangka dasar mengingat pada faktor tersebut dapat ditemukan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Analisis faktor lingkungan internal strategis dan faktor eksternal strategis mengisyaratkan bahwa implementasi strategi yang tepat adalah terwujudnya peningkatan dan optimalisasi setiap program dan kegiatan. 4.1 Faktor Lingkungan Internal Identifikasi faktor lingkungan internal dilakukan untuk menguraikan faktor faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan Kabupaten Pidie Jaya. Faktor kekuatan adalah situasi dan kondisi internal yang bersifat positif, yang memungkinkan
organisasi
pemerintah
Kabupaten
Pidie
Jaya
memiliki
kemampuan dan keunggulan strategis dalam mencapai tujuannya, sedangkan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
103
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kelemahan merupakan situasi dan kondisi ketidakmampuan internal yang mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran.
4.1.1. Kekuatan 1)
Letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang strategis sebagai jalur penghubung Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara;
2)
Potensi
perangkat
daerah
Kabupaten Pidie Jaya yang dapat
mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan; 3)
Hubungan baik antar Pemerintah (Pusat, Provinsi, kabupaten dan kota) yang memungkinkan terciptanya jejaring (network) yang kuat;
4)
Tersedianya pranata (hukum dan peraturan) yang menjamin dan mengatur berbagai aktivitas pembangunan;
5)
Tersedianya
Potensi
sumber
daya
(manusia, metode, alam dan
buatan) yang memadai; 6)
Tersedianya
infrastruktur yang relatif memadai;
7)
Potensi lembaga kemasyarakatan yang solid dan partisipatif;
8)
Tersedia beberapa potensi sector pertanian yang berbasis komoditas unggulan;
9)
Tersedianya
prasarana,
sarana sosial, budaya
dan
ekonomi
yang memadai; 10) Transparansi dan akuntabilitas publik mulai terimplementasi dengan baik.
4.1.2. Kelemahan 1) Terbatasnya kemampuan daerah untuk mendanai pembangunan; 2) Pranata
hukum dan peraturan (qanun) yang ada belum terimplentasi
dengan baik; 3) Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral; 4) Rendahnya
kemampuan masyarakat dalam berwirausaha dan melihat
peluang yang tersedia; 5) Belum optimalnya pendayagunaan potensi ekonomi lokal; 6) Lemahnya penguasaan pasar lokal, regional dan internasional; 7) Kurangnya kesempatan dan peluang kerja; 8) Kurangnya profesionalisme dan proporsi aparatur Pemerintah Daerah;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
104
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
9) Belum diterapkannya e-government; 10) Kurangnya penelitian tentang pengembangan potensi daerah; 11) Masih kurangnya data dan informasi tentang potensi investasi;
4.2 Faktor Lingkungan Eksternal Faktor lingkungan eksternal menggambarkan peluang dan tantangan. Peluang merupakan faktor yang menyatakan situasi dan kondisi positif yang berada di luar kendali oraganisasi pemerintah daerah yang dapat mendukung tercapainya tujuan dan sasaran, sedangkan faktor tantangan adalah situasi dan kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan. 4.2.1
Peluang
1) Peluang Kabupaten Pidie Jaya untuk menjadi Pusat Pelayanan Jasa dan Perdagangan di Kawasan jalur timur dan barat dari kota Meureudu sebagai Ibukota Kabupaten; 2) Meningkatnya peran aktif masyarakat; 3) Jejaring (network) yang cukup solid antara lembaga pemerintah, dan stakeholder; 4) Hubungan yang harmonis antara legislatif dan eksekutif; 5) Terbukanya peran aktif swasta (dunia usaha); 6) Terbukanya peran aktif lembaga pendidikan; 7) Meningkatnya kerjasama regional; 8) Terwujudnya etika dan moralitas baru yang positif; 9) Kemajuan teknologi dan komunikasi; 10) Potensi sumberdaya alam (SDA) yang baik; 11) Kondisi politik, keamanan, ketertiban daerah yang relatif stabil;
4.2.2
Tantangan
1) Potensi dan daya saing daerah tetangga terutama untuk komoditi produk primer; 2) Perubahan geopolitik;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
105
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3) Krisis ekonomi yang
berkelanjutan
dan
menyebabkan
rendahnya
daya beli masyarakat dan menambahnya jumlah pengangguran; 4) Belum ditegakkannya konsep agribisnis dalam penyelenggaraan usaha; 5) Rendahnya supremasi hokum; 6) Semakin tingginya biaya pendidikan dan kesehatan; 7) Merebaknya NAPZA dan penyakit masyarakat lainnya.
4.3 Asumsi Analisis dan Pilihan Strategi Asumsi analisis adalah kesimpulan yang dihasilkan dalam analisis SWOT tentang faktor-faktor lingkungan serta dampaknya terhadap masa depan organisasi pemerintah dan dapat berpengaruh terhadap hubungan internal dalam pemerintahan di Kabupaten Pidie Jaya. Asumsi-asumsi tersebut merupakan dasar dalam menetapkan dan menyusun perencanaan strategis, dengan menggunakan visi dan misi sebagai kriteria seleksi maka didapatkan pilihan strategis ( strategic choices) sebagai berikut : 4.3.1.
Tingkatkan sarana dan prasarana yang ada serta ciptakan iklim yang kondusif agar Kabupaten Pidie Jaya dapat menjadi Pusat Pelayanan Jasa dan perdagangan di Kawasan Jalur Timur dan Jalur Barat dari ibu kota Kabupaten;
4.3.2.
Tingkatkan kerjasama yang harmonis antara legislatif dan eksekutif dengan dukungan hubungan baik antara pemerintah (pusat dan provinsi);
4.3.3.
Wujudkan aparatur pemerintah yang profesional dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan menjalin kerjasama regional, dan global;
4.3.4.
Tingkatkan peran aparatur pemerintah dalam mewujudkan etika dan moralitas baru;
4.3.5.
Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat agar memiliki kemampuan untuk berwirausaha dalam rangka menghadapi krisis ekonomi, meningkatkan daya beli dan mengurangi pengangguran.
4.3.6.
Tingkatkan
kinerja
lembaga
masyarakat melalui pembinaan oleh
aparatur pemerintah dalam rangka penguatan dan pengembangan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
106
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
ekonomi
lokal
di
sektor
pertanian
dan
nelayan,
perkebunan,
peternakan dan kehutanan; 4.3.7.
Tingkatkan peran aparatur pemerintahdan dukungan pihak swasta dan lembaga masyarakat dalam mengatasi tingginya biaya pendidikan dan kesehatan;
4.3.8.
Tingkatkan peran aparatur pemerintah daerah dan peran serta masyarakat dan swasta dalam rangka perwujudan supremasi hukum;
4.3.9.
Manfaatkan pranata hukum yang ada dalam menanggulangi NAPZA dan penyakit masyarakat lainnya;
4.3.10. Optimalkan potensi penggalian sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan dana pembangunan daerah.; 4.3.11. Tingkatkan
profesionalisme
aparatur
pemerintah
untuk
menghadapi perubahan geopolitik dan dinamik sosial politik serta transformasi birokrasi; 4.3.12. Memfasilitasi
penyediaan
modal
usaha
bagi
perumbuhan
ekonomi dan kemakmuran masyarakat; 4.3.13. Tingkat penyediaan infrastruktur dasar masyarakat dan infrastruktur akses produksi untuk menumbuhkan sentra komoditi unggulan daerah. 4.4 Analisis Lingkungan Strategis Dalam suatu organisasi selalu menghadapi masalah internal dan eksternal dalam lingkungannya.
Dengan
adanya
permasalahan
tersebut
maka
pimpinan
organisasi harus mencari jalan keluar terhadap masalah yang terjadi antara lingkungan
internalnya
(Kekuatan
dan
Kelemahan)
dengan
lingkungan
eksternalnya (Peluang dan Ancaman) dari luar organisasi tersebut. Dari proses pemecahan
masalah
tersebut
pemerintah
dapat
menemukan
dan
mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada dengan tetap memperhatikan kekuatan dan kelemahan kinerja yang ada dalam organisasi tersebut, sehingga organisasi dapat melihat secara obyektif kondisi internal dan eksternal untuk dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternalnya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
107
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
4.4.1
Analisis Lingkungan Internal
4.4.1.1 Ekonomi a. Kekuatan 1). Secara makro, Pertumbuhan Ekonomi selama kurun waktu 2008 - 2009 cenderung mengalami peningkatan yaitu Rp. 1.340.000.000.,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 4. 360.000.000,- pada tahun 2009 atau terjadi peningkatan angka kontribusi sebesar 1,46 %. Sepanjang kurun waktu 2000-2007, PDRB perkapita maupun pendapatan regional perkapita Kabupaten Pidie Jaya atas dasar harga berlaku menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, namun bila dilihat berdasarkan harga konstan, laju pertumbuhannya relatif rendah Pada tahun 2007 berdasarkan harga berlaku, PDRB perkapita Pidie Jaya mencapai 6,14 juta rupiah. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 9,97 persen dibanding tahun 2006 yang hanya sebesar 5,58 juta rupiah. Sedangkan pendapatan regional perkapita tahun 2007 mencapai 5,82 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 9,97 persen dari tahun 2006 yang sebesar 5,29 juta rupiah. Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB perkapita Kabupaten Pidie Jaya tahun 2007 tercatat sebesar 3,63 juta rupiah. Nilai ini meningkat 0,88 persen di bandingkan tahun 2006 yang tercatat 3,60 juta rupiah. Sementara itu pendapatan regional perkapita Pidie Jaya tahun 2007 berdasarkan harga konstan 2000 tercatat sebesar 3,44 juta rupiah. Nilai ini mengalami kenaikan 0,88 persen dibandingkan 2006 yang sebesar 3,41 juta rupiah. 2). Tersedianya berbagai komoditi unggulan daerah yang siap untuk dikelola dan dikembangkan melalui penyertaan infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya. Mengingat sebagian besar Kabupaten Pidie Jaya berupa lahan pertanian, maka saat ini dan masa yang akan datang sektor ini akan menjadi salah satu sektor unggulan daerah yang dapat di kembangkan, sehingga nantinya menjadi salah satu pemasukan PAD dan dengan sendirinya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Kabupaten Pidie Jaya. Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya, untuk itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui komoditi unggulan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya, sehingga
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
108
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
di ketahui pula kecematan-kecamatan mana saja yang menjadi basis pertanian. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor, diantaranya adalah tanaman pangan terdiri atas : padi, palawija, perkebunan, peternakan, perikanan, serta kehutanan. a). Tanaman pangan Luas lahan sawah di Kabupaten Pidie Jaya 7.997 Ha, dengan sistem pengairan yang didominasi oleh sistem pengairan teknis seluas 350 ha dan setengah teknis seluas 3.850 Ha, sisanya menggunakan sistem pengairan sederhana, serta sistem pengairan tadah hujan. Pada umumnya petani di Kabupaten Pidie Jaya menggunakan pola tanam 2 kali dalam setahun dengan luas 6.750 Ha, dan sisanya seluas 1.247 ha menggunakan pola tanam 1 kali setahun. Dengan luas lahan 7997 Ha padi yang dapat di hasilkan oleh petani sebanyak 91.800 Ton/Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Luas Lahan dan Produksi Padi di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No.
Kecamatan
Luas Tanam (Ha)
Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi Ha (Ton)
1.
Bandar Baru
1365
8817
6.46
2.
Pante Raja
204
1175
5.76
3.
Trienggadeng
1376
9230
6.71
4.
Meureudu
1100
5785
5.26
5.
Meurah Dua
650
4376
6.73
6.
Ulim
1002
8377
8.36
7.
Bandar Dua
1834
12959
7.07
8.
Jangka Buya
466
3528
7.57
Jumlah
7997
91.800
674
Sumber : Pidie Jaya Dalam angka, Tahun 2006
Tanaman palawija terdiri dari beberapa jenis komoditi bahan makanan selain padi seperti : Kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Tanaman palawija yang paling banyak di tanami oleh petani adalah kacang kedelai seluas 2110 Ha, kacang hijau yaitu di kecamatan Meureudu seluas 764 Ha, di kecamatan Bandar Dua seluas 750 Ha. Tanaman palawija kedua yang paling banyak di tanami petani adalah jenis kacang tanah yaitu
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
109
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
seluas 455 Ha. Jenis tanaman kacang tanah ini paling banyak di tanam di kecamatan Trienggadeng yaitu seluas 180 Ha, kemudiaan di kecamatan Pante Raja dan kecamatan Bandar Dua. Sedangkan palawija jenis ubi jalar dalam jumlah yang sedikit yaitu hanya di kecamatan Jangka Buya seluas 2 Ha. Bahwa produksi tanaman palawija yang paling banyak menghasilkan adalah tanaman palawija jenis kacang kedelai yaitu sebanyak 3.535 ton, selanjutnya kacang tanah sebanyak 1.095 ton, ubi kayu 960 ton, dan jagung 212 ton. Sementara untuk jenis kacang hijau menghasilkan 23 ton. Kecamatan Bandar Dua dan kecamatan Meureudu merupakan penghasil terbesar tanaman kacang kedelai denghasil panen 1.350 ton dan 1.316 ton. Tanaman kacang tanah yang paling banyak di hasilkan adalah di kecamatan Trienggadeng dan kecamatan Pante Raja yaitu 473 ton dan 284 ton. Untuk tanaman jagung kecamatan Meureudu menghasilkan 142 ton atau yang paling besar di bandingkan dengan kecamatan lainnya. Sedangkan produksi ubi kayu paling banyak di hasilkan di kecamatan Bandar Dua dan kecamatan Bandar Baru yaitu sebanyak 255 ton dan 180 ton. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap tanaman padi dan palawija dengan menggunakan metode analisis Location Qoution (LQ), maka di ketahui kegiatan utama/sektor unggulan di masing-masing kecamatan yaitu sebagai berikut : 1.
Komoditi unggulan yang paling menonjol di kecamatan Bandar Baru yaitu: tanaman padi, kacang hijau, dan ubi kayu. Untuk kecamatan Pante Raja sektor unggulannya adalah tanaman kacang tanah, kacang kedelai, dan ubi kayu. Sedangkan kecamatan Trienggadeng adalah tanaman padi, kedelei dan kacang tanah, di kecamatan Meureudu adalah tanaman padi, kacang hijau, kacang kedelai, dan jagung.
2. Komoditi unggulan yang paling menonjol di kecamatan Meurah Dua adalah tanaman padi, kakao, jagung, dan ubi kayu, di kecamatan Ulim yang menjadi komoditi unggulan yang menonjol adalah tanaman padi. Komoditi unggulan di kecamatan Bandar Dua adalah tanaman padi, kacang hijau, kacang kedelai, dan ubi kayu, sedangkan di kecamatan Jangka Buya yang menjadi komoditi unggulan adalah tanaman padi,
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
110
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kacang hijau, dan kacang kedelai. Komoditi unggulan di Kabipaten Pidie Jaya secara keseluruhan dapat dilihat seperti pada tabel 4.2 berikut: . Tabel 4.2 Tanaman Pertanian Unggulan Berdasarkan Analisis LQ Di Kabupaten Pidie Jaya No.
Kecamatan
Jenis Tanaman
1.
Bandar Baru
Padi, kacang Hijau, Ubi Kayu
2.
Pante Raja
Kacang Tanah, Kacang Kedelai, Ubi Kayu
3.
Trienggadeng
Padi, kacang Tanah, kedelei
4.
Meureudu
Padi Kacang Hijau, Kacang Kedelai, Jagung
5.
Meurah Dua
Padi, Jagung, Ubi Kayu
6.
Ulim
Padi
7.
Bandar Dua
Kacang Hijau, Kacang Kedelai, Ubi Kayu
8.
Jangka Buya
Padi, Kacang Hijau, Kacang Kedelai
Sumber : Hasil Analisis
Luas tanaman sayuran di Kabupaten Pidie Jaya yaitu seluas 349 Ha yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan. Jenis tanaman sayuran yang di tanam adalah cabai, bawang merah, tomat, kacang panjang, seluas lahan menanam cabai adalah 156 Ha, bawang merah seluas 11 Ha, dan kacang panjang seluas 83 Ha, serta bayam seluas 46 Ha. Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap tanaman sayuran yang menggunakan metode Location Qoution (LQ), maka diketahui kegiatan utama/sektor unggulan di masing-masing kecamatan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Komoditi unggulan yang menonjol di kecamatan Bandar Baru yaitu tanaman cabai, bawang merah dan terong. Untuk kecamatan Pante Raja adalah tanaman bawang merah dan bayam. 2. Komoditi unggulan yang menonjol di kecamatan Trienggadeng adalah tanaman bawang merah dan kacang panjang. Sedangkan di kecamatan Meureudu adalah tanaman tomat, terong, dan kacang panjang.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
111
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3. Komoditi unggulan yang menonjol di kecamatan di kecamatan Meurah Dua adalah tanaman tomat dan bayam, di kecamatan Ulim adalah tanaman cabai. 4. Komoditi unggulan yang menonjol di kecamatan di kecamatan Bandar Dua adalah tanaman cabai, terong, dam bayam, sedangkan untuk kecamatan Jangka Buya adalah tanaman cabai dan kacang panjang. Lebih jelasnya komoditi unggulan di Kabupaten Pidie Jaya seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Tanaman Sayuran Unggulan Berdasarkan Analisis LQ Di Kabupaten Pidie Jaya No.
Kecamatan
Jenis Tanaman
1.
Bandar Baru
Cabai, Bawang Merah, dan Terong
2.
Pante Raja
Bawang Merah, Bayam
3.
Trienggadeng
Bawang Merah, Kacang Panjang
4.
Meureudu
Tomat, Terong,kacang Panjang
5.
Meurah Dua
Tomat, Bayam
6.
Ulim
Cabai
7.
Bandar Dua
Cabai, Terong, dan Bayam
8.
Jangka Buya
Cabai, Kacang Panjang
Sumber : Hasil Analisis
Jenis buah-buahan yang dihasilkan di Kabupaten Pidie Jaya adalah : ketimun, melon, semangka, rambutan dan langsat serta melinjo. Hasil produksi tanaman buah-buahan tersebut seluruhnya berjumlah 52.237 kwintal yang terdiri dari 10 jenis tanaman buah-buahan yaitu, tanaman melinjo menghasilkan yang paling banyak yaitu 25.795 kwintal, selanjutnya tanaman rambutan sebanyak 7.986 kwintal, durian 7.926 kwintal, dan yang paling sedikit menghasilkan adalah tanaman melon 101 kwintal. Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya produksi melinjo di Kabupaten Pidie Jaya, oleh karena buah melionjo merupakan bahan dasar pembuatan kerupuk emping atau biasa di sebut dengan nama kerupuk mulieng.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
112
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kecamatan Bandar Baru memiliki komoditi unggulan buah-buahan berupa ketimun, rambutan dan tanaman buah pisang. Di kecamatan Pante Raja adalah jenis tanaman, mangga, langsat dan jambu air serta buah durian. 2. Komoditi unggulan yang menonjol di kecamatan Trienggadeng adalah buah semangka, rambutan dan melinjo. Sedangkan di kecamatan Meureudu tanaman buah-buahan yang menonjol adalah tanaman melon, mangga, melinjo dan buah pisang. 3. Komoditi unggulan yang menonjol di kecamatan Meurah Dua adalah tanaman buah ketimun, melon, semangka, mangga dan buah jambu serta durian. Kecamatan Ulim memiliki komoditi unggulan hanya tanaman melinjo. 4. Untuk kecamatan Bandar Dua adalah tanaman ketimun, semangka, melinjo, dan jambu biji serta buah durian merupakan komoditi unggulan, sedangkan di kecamatan Jangka Buya yang menjadi unggulan adalah tanaman rambutan, langsat, dan jambu biji serta buah durian.
b). Tanaman perkebunan Luas areal perkebunan di Kabupaten Pidie Jaya terjadi penurunan dari 10.627 Ha pada tahun 2004 menjadi 10.480 Ha pada tahun 2007, yang ditanami berbagai komoditi, dengan jumlah petani 17.086 KK. Dari 20 komoditi yang di tanami, beberapa di antaranya merupakan komoditi yang memiliki potensi untuk di kembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman yang memiliki produktivitas yang tinggi di Kabupaten Pidie Jaya. Selain itu, ada juga beberapa komoditi lain yang di tanami oleh petani seperti: pinang, kelapa dalam, kemiri, kopi dan lainnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
113
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 4.4 Luas Areal, Produksi dan Jumlah Petani Perkebunan Rakyat Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2004 No.
Komoditi
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (kg/Ha)
Jumlah Petani (KK)
4.027
2.396
935
5.440
Biji kering
3.112
2.117
730
5.462
Kopra
73
35
505
215
Kopra
307
93
360
428
TBS
307
93
360
429
Kopi Beras
39
1
133
149
Bunga kering
41
10
250
99
Biji Pala kering
1.311
358
940
1.723
124
39
370
748
Serat Berbiji
7
4
500
12
Karet kering
14
0
150
78
720
265
357
835
Glondong Mete Biji kering
56
15
333
96
Lada kering
346
78
640
801
Tepung Sagu
28
6
300
125
Gula Merah
15
0
88
62
Minyak Nilam
30
14
850
82
Daun kering
27
5
390
82
Gula Hablur
30
103
7.750
98
Rimpang Bsh
Jahe
13
40
8000
44
Jumlah
10.627
5.672
23.941
17.008
1
Kakao
2
Kelapa Dalam
3
Kelapa Hibrida
4
Kelapa Sawit
5
Kopi
6
Cengkeh
7
Pala
8
Pinang
9
Kapuk/Randu
10
Karet
11
Jambu Mete
12
Kemiri
13
Lada
14
Sagu
15
Aren
16
Nilam
17
Tembakau
18
Tebu
19
Kunyit
20
Bentuk Produksi
Biji Pinang
Rimpang Bsh
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, maka dilakukan analisis untuk mengetahui komoditi unggulan yang menonjol di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya dengan menggunakan metode LQ, untuk mengetahui nilai produksi hasil perkebunan di Kabupaten Pidie Jaya. Hasil analisis menggunakan metode LQ untuk produksi perkebunan dapat di jelaskan sebagai berikut :
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
114
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1.
Kecamata Bandar Baru memiliki komditi unggulan hasil perkebunan berupa tanaman pala, kakao, kemiri, lada, tembakau, kunyit, dan jahe.
2.
Komoditi unggulan di kecamatan Trienggadeng adalah tanaman jenis kakao dan lada. Sedangkan di kecamatan Meureudu adalah tanaman kelapa dalam, kelapa hibrida, kelapa sawit, kopi, pala, pinang, kapuk, lada, sagu, aren, tebu, jahe dan karet.
3.
Kecamatan Ulim memiliki komoditi unggulan yaitu berupa tanaman kelapa dalam, kelapa sawit, kopi, cengkeh, pinang, kapuk, sagu, aren dan tembakau serta tanaman tebu.
4.
Untuk kecamatan Bandar Dua yaitu tanaman kelapa dalam, kelapa hibrida, kelapa sawit, kopi, pinang, kapuk/randu, aren, tebu, dan kunyit serta tanaman karet merupakan komoditi unggulan. Sedangkan tiga kecamatan seperti : kecamatan Jangka Buya, Pante raja, dan Meurah Dua tidak di analisis karena tidak ada data untuk sektor perkebunan. Tabel 4.5 Tanaman Perkebunan Unggulan Berdasarkan Analisis LQ Di Kabupaten Pidie Jaya
No.
Kecamatan
Jenis Tanaman Pala, kakao, kemiri, lada, tembakau, kunyit dan jahe.
1
Bandar Baru
2
Meureudu
3
Trienggadeng
4
Bandar Dua
Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kelapa Sawit, kopi, pinang, kapuk, aren, tebu, kunyit dan karet.
5
Ulim
Kelapa Dalam, Kelapa Sawit, kopi, cengkeh, pinang, kapuk, sagu, aren, tembakau serta tebu.
6
Pante Raja
Kelapa Dalam, Kakao, Pinang
7
Jangka Buya
Kelapa Dalam, Kunyit
8
Meurah Dua
Kelapa Dalam, Kakao, Pinang
Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kelapa Sawit, pala, kopi, pinang, kapuk, sagu, aren, tembakau dan tebu. Kakao, Lada.
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
115
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
c). Perternakan Kegiatan sektor perternakan sangat di pengaruhi oleh ketersediaan lahan gembalaan sebagai tempat habitat hewan ternak. Kabupaten Pidie Jaya memilki potensi yang sengat besar untuk mengembangkan budidaya peternakan, sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan daging (sapi potong), terutama untuk kebutuhan lokal. Secara keseluruhan jumlah ternak di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 953.466 ekor, jenis ternak yang di budidayakan adalah di dominasi jenis Ayam buras yang berjumlah 778.794 ekor atau 81,68 %, hal ini dapat daging ayam lebih murah. Jumlah ternak sapi 30.021 ekor, ternak kerbau berjumlah 2.534 ekor dan ternak kambing mencapai 31.080 ekor, sehingga kencenderungan masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi daging ayam karena harganya relatif lebih murah. Kemudian ternak jenis itik/bebek berada di urutan kedua yaitu berjumlah 91.207 ekor atau 9,57 %, dan diikuti dengan budidaya ternak sapi, kambing, kerbau, dan ayam boiler serta domba. Usaha perternakan sapi di Kabupaten Pidie Jaya secara keseluruhan menghasilkan produksi daging sebesar 18.667,3 kg yang berasal dari jenis ternak ayam buras yaitu sebanyak 96.706 kg atau 51,81 % dari total produksi daging, daging sapi 66.015 kg (35,36 %), daging kerbau 48.480 kg (25,97 %), daging kambing sebanyak 30.780 kg (16,49 %), daging itik/bebek 16.411 kg (8,79 %), dan ayam boiler 2.833 kg (1,52 %) serta daging domba yaitu sebanyak 40 kg (0,02 %). Usaha peternakan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya adalah menyebar di seluruh kecamatan. Hasil analisis dengan menggunakan metode LQ
terhadap produksi ternak
Kabupaten Pidie Jaya yang diperoleh bahwa : 1.
Kecamatan Bandar Baru memiliki komoditi unggulan hewan ternak sapi, kambing, domba, dan ayam boiler. Di kecamatan Pente Raja ternak unggulannya adalah sapi, kerbau, kambing, domba, ayam boiler dan itik.
2.
Hewan ternak unggulan di kecamatan Trienggadeng adalah jenis kambing, ayam buras dan itik, sedangkan di kecamatan Meureudu yang menjadi ternak unggulannya hanya ayam buras, ayam boiler dan itik.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
116
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3.
Kecamatan Meurah Dua memiliki hewan ternak unggulan ayam buras. Di kecamatan Ulim memilki ternak unggulan jenis sapi, kerbau dan kambing.
4.
Untuk kecamatan Bandar Dua memilki ternak unggulan yaitu sapi, kerbau, kambing serta itik. Sedangkan di kecamatan Jangka Buya yang menjadi unggulan adalah ternak sapi, kerbau dan itik.
Dari hasil analisis komoditi hewan ternak pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hewan Ternak Unggulan Berdasarkan Analisis LQ Di Kabupaten Pidie Jaya No.
Kecamatan
Jenis Ternak
1.
Bandar Baru
Sapi, Kambing, Domba, dan Ayam Boiler
2.
Pante Raja
Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, Ayam Boiler dan iktik
3.
Trienggadeng
Kambing, Ayam Buras dan itik
4.
Meureudu
Ayam Buras, Ayam Boiler, Itik
5.
Meurah Dua
Ayam Buras
6.
Ulim
Sapi, Kerbau, dan Kambing
7.
Bandar Dua
Sapi, Kerbau, Kambing, dan itik
8.
Jangka Buya
Sapi, Kerbau, dan itik
d). Perikanan Kegiatan perikanan terdiri dari perikanan darat dan perikanan tangkap. Perikanan darat merupakan kegiatan yang memanfaatkan lahan tambak sebagai tempat budidaya ikan tersebut. Budidaya juga dapat dibedakan atas budidaya air payau dan budidaya air tawar. Jenis ikan yang di budidayakan di air payau diantaranya : ikan bandeng, udang, dan ikan mujair. Sedangkan Budi daya air tawar terdiri atas ikan mas, ikan nila, ikan gurame, ikan patin, dan beberapa jenis ikan air tawar lainnya. Di Kabupaten Pidie Jaya seluruh kecamatan memiliki tambak dan membudidayakan jenis ikan air payau, oleh karena seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
117
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Luas areal yang digunakan untuk budidaya air payau seluas 2.087,22 Ha dengan jumlah petak (tambak) berjumlah 3.136 petak dan jumlah pemilik tambak sebanyak 2.110 orang. Untuk budidaya air tawar hanya berlokasi di 4 (empat) kecamatan dengan membudidayakan jenis ikan mas dan ikan nila. Berdasarkan data pada tahun 2008 luas budidaya ikan air tawar di Kabupaten Pidie Jaya seluas 64,35 Ha yang tersebar di 4 kecamatan yaitu : kecamatan Meureudu, Bandar Baru, Pante Raja, dan Trienggadeng. Dari luas tambak 64,35 Ha menghasilkan 5,10 ton jenis ikan nila dan ikan mas. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7 Luas Areal Tambak di kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No.
Kecamatan
Luas (Ha)
Jumlah Tambak (Petak)
Jumlah Pemilik (orang)
1.062,11
1.384
950
1.
Bandar Baru
2.
Pante Raja
92,36
139
111
3.
Trienggadeng
245,55
522
311
4.
Meureudu
116,90
180
118
5.
Meurah Dua
83,35
151
112
6.
Ulim
318.80
504
313
7.
Bandar Dua
-
-
-
8.
Jangka Buya
171,15
256
195
2.087,22
3.136
2.110
Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
118
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 4.8 Produksi Perikanan Budidaya Air Payau dan Air Tawar Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 Produksi Budidaya Air Payau (Ton)
Nila
Gurame
Patin
65.4
238.9
-
-
-
-
-
-
595.5
45
-
-
-
-
-
-
-
-
45
62.4
18
53
-
-
-
-
-
-
133.4
52
-
34
0.52
1.33
-
-
-
-
87.85
Meurah Dua
52.20
-
33
1.80
1.45
-
-
-
-
88.45
6.
Ulim
152.5
45
85
-
-
-
-
-
-
282.5
7.
Bandar Dua
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8.
Jangka Buya
134.4
-
-
-
-
-
-
-
-
134.4
789.7
128.4
443.9
2.32
2.78
Bandar Baru
2.
Pante Raja
3.
Trienggadeng
4.
Meureudu
5.
Jumlah
Betutu
Mas
291.2
1.
Udang Galah
Mujair
Total
Udang
Kecamatan
Bandeng
No
Produksi Budidaya Air Tawar (Ton)
1.367,1
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
3). Infrastruktur Yang Menunjang Perkembangan Perekonomian Transportasi adalah kegiatan memindahkan atau mengangkut orang atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan menggunakan sarana pembantu berupa kendaraan. Dalam pengembangan wilayah, transportasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk memudahkan interaksi wilayah. Semakin mudahnya interaksi antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan wilayah (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya). Hubungan antar wilayah yang semakin baik dan mudah di jangkau akan merangsang dan membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan sosial, yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah tersebut. Jaringan transportasi wilayah penting untuk mempermudah pergerakan barang dan orang. Pelayanan transportasi perlu ditingkatkan guna menciptakan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
119
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
keterkaitan spatial antar bagian-bagian wilayah di Provinsi Aceh. Hal ini penting, karena di dasarkan pada asumsi bahwa mekanisme perkembangan dapat terjadi apabila tercipta keterkaitan antar bagian wilayah. Berdasarkan jaringan jalan, terdapat tiga koridor utama jaringan jalan, yaitu : koridor utara, tengah, dan selatan. Kota-kota yang masuk dalam koridor utara yaitu Kuala Simpang, Langsa Peureulak, Lhokseumawa, Bireuen, Meureudu, Sigli, dan Banda Aceh. Kota-kota yang masuk dalam koridor tengah antara lain : Takengon, Blangkejeren, dan Kutacane. Sedangkan Kota yang masuk koridor Selatan yaitu : Lamno, Meulaboh, Blang Pidie, Tapak Tuan, dan Subulussalam/Singkil. Dari koridor-koridor tersebut, koridor utara jauh lebih ramai lalu lintasnya di bandingkan dengan koridor Utara dan Selatan. Karena koridor Utara merupakan koridor jalur penghubung kota Banda Aceh dengan kota Medan, serta di tunjang dengan jaringan jalan yang lebih baik. Ketersediaan berbagai fasilitas pendukung lebih lengkap di bandingkan dengan koridor lainnya. Pesatnya perkembangan transportasi di jalur Utara membawa dampak yang sangat baik bagi perkembangan wilayah Kabupaten Pidie Jaya. Dampak tersebut antara lain kemudahan pencapaian (aksesibiltas) tinggi yang menyebabkan berkembangnya kegiatan perdagangan terutama kota-kota (kecamatan) di sepanjang jalur regional tersebut. A. Transportasi Darat Undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, maka jalan adalah salah satu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi
segala
bagian
jalan
termasuk
bangunan
pelengkap
dan
perlengkapannya yang di peruntukkan bagi lalu lintas. Jalan dapat di klasifikasikan menurut fungsi dan wewenang pembinaan. Klasifikasi jalan menurut fungsinya, yaitu : 1. Sistem jaringan jalan primer, di susun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
dan
struktur
pengembangan
wilayah
tingkat
nasional
yang
menghubungkan simpul-simpul jasa sebagai berikut : Dalam satu satuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus kota herarki I, kota herarki II, dan kota herarki di bawahnya,
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
120
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Menghubungkan kota herarki I dengan kota herarki I antar satuan wilayah pengembangan. Sistem jaringan jalan primer meliputi : a.
Arteri primer
Menghubungkan kota herarki I yang terletak berdampingan atau menhubungkan kota herarki I dengan kota herarki II,
Kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam,
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter,
Memiliki kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata,
Lalu lintas pada jam tertentu tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.
Menurut wewenang pembinaan (administratif), jalan dapat diklasifikasikan menjadi : Jalan nasional, meliputi jalan Arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi, jalan selain jalan tersebut yang memilki nilai strategis terhadap kepentingan nasional. Jalan provinsi, meliputi jalan kolektor primer yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibi kota Kabupaten/Kota, jalan selain kedua jalan tersebut yang memilki nilai strategis terhadap kepentingan Provinsi. Jalan Kabupaten, meliputi jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan negara/provinsi, jalan lokal primer dan jalan sekunder selain jalan negara/provinsi, jalan selain ke tiga jalan tersebut yang memilki nilai strategis terhadap kepentingan Kabupaten. Jalan kota, meliputi jalan sekunder di kota. Jalan desa, meliputi jaringan jalan skunder di desa.
b. Kolektor primer
Menghubungkan kota herarki II dengan kota atau menghubungkan kota herarki II dengan kota herarki III,
Kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam,
Lebar jalan tidak kurang dari 7 meter,
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
121
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Memilki kapasitas yang sama besar dan direncanakan sesuai dengan persyaratan,
Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
2. Sistem jaringan jalan sekunder, di susun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi primer sekunder ke satu, fungsi primer sekunder ke dua, fungsi primer sekunder ke tiga sampai dengan ke perumahan. Sistem jaringan jalan skunder meliputi : a. Jalan Arteri skunder Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder ke satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder kedua, Kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam, Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter, Memiliki kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata, Pada jalan arteri sekunder lalu lintas tidak terganggu oleh lalu lintas lambat, Persimpangan pada jalan ini harus memenuhi syarat kecepatan minimum dan lebar jalan minimum, Jalan lokal primer tidak terputus walaupun melalui desa. c. Jalan kolektor sekunder Menghubungkan
kawasan
sekunder
kedua
dengan
kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga, Kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam, Lebar jalan tidak kurang dari 7 meter.
Jaringan jalan di Kabupaten Pidie Jaya, hampir seluruhnya sudah dilakukan pengerasan Jalan yang menghubungkan kecamatan dan desa-desa sudah dapat dilalui kendaraan roda empat. Tetapi seiring dengan waktu prasarana jalan tersebut kondisinya sudah rusak, bahkan tingkat kerusakannya sangat
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
122
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
mengganggu bagi pengguna jalan. Secara rinci untuk tingkat kerusakan jalan di Kabupaten Pidie Jaya tidak terdata sebagaimana yang di harapkan. Namun data/informasi panjang jalan Kabupaten berdasarkan perpotongan/ruas jalan, panjang jalan yang bervariasi di setiap kecamatan atau antar kecamatan lainnya, dengan jumlah panjang jalan secara keseluruhan adalah 334 km, hanya untuk lebar ruas jalan adalah sama yaitu 3,5 m, untuk kondisi perkerasan semua ruas sudah dilakukan dengan pengaspalan.
B. Transportasi Laut Kondisi pelabuhan laut di Kabupaten Pidie Jaya saat ini, yang ada hanya pelabuhan perikanan tangkap yang dilengkapi dengan fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Berikut ini dapat di perlihatkan fasilitas pelabuhan ikan yang ada pada masing-masing kecamatan di kabupaten Pidie Jaya. Tabel 4.9 Jumlah Gedung TPI/PPI di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 No. Kecamatan
TPI/PPI
Ukuran
Kondisi Sumber Dana
Tahun
1
Jangka Buya
1 Unit Gedung TPI
10 x 6
Baik
APBK Pidie
2006
2
Meureudu
1 Unit Gedung Pelelangan
20 x 15
Baik
APBA
1989
3
Trienggadeng
1 Unit Gedung TPI Pangwa
12 x 4
Baik
APBK Pidie
2007
4
Meurah Dua
-
-
-
-
-
5
Bandar Baru
-
-
-
-
-
6
Ulim
-
-
-
-
-
7
Pante Raja
-
-
-
-
-
8
Bandar Dua
-
-
-
-
-
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kab. Pidie Jaya Tahun 2008
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
123
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3)
Secara
geografis
luas
Kabupaten Pidie Jaya sangat menunjang untuk
perkembangan ekonomi baik dilihat dari luasnya maupun jumlah penduduk. 4)
Adanya
otonomi daerah yang memberi kewenangan kepada pemerintah
daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya.
b. Kelemahan 1. Pendapatan perkapita belum merata dalam masyarakat sehingga terjadi ketimpangan antara yang berpendapatan rendah dan yang berpendapatan tinggi. 2. Potensi yang dimiliki belum terkelola dengan baik dan memadai akibat terbatasnya sarana infrastruktur terhadap akses sentra produksi masyarakat 3. Masih banyaknya tenaga kerja produktif yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan. 4. Keahlian
sumber daya
manusia sektor-sektor lapangan usaha belum
memadai. 6. Sarana dan teknologi industri untuk mengelola hasil pertanian maupun industri itu sendiri masih kurang, sehingga untuk mendapatkan nilai tambah hasil pertanian maupun industri itu sendiri masih kurang. 7. Luas dan
besarnya
jumlah
penduduk
di Kabupaten
Pidie
Jaya
mengakibatkan pemerintah daerah tidak dapat memenuhi semua keinginan wilayah sehingga sering terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah.
8. Kemampuan dan usaha pemerintah daerah untuk peningkatan pendapatan daerah masih minim. 4.4.1.2 Sosial Budaya a. Kekuatan 1. Tersedianya
gedung
sekolah
yang
cukup
memadai
untuk
perkembangan pendidikan kedepan; 2. Tersedianya tenaga pengajar terdidik disegala tingkatan sekolah; 3. Jumlah
penduduk
yang mengenyam
pendidikan
cukup banyak
terutama usia sekolah dasar; 4. Tersedianya rintisan Rumah Sakit Umum di Kabupaten , Puskesmas dan Pustu yang menyebar di setiap kecamatan serta Poskesdes di desa-desa;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
124
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
5. Tersedianya tenaga dokter dan paramedic; 6. Seni budaya yang ada di dalam masyarakat cukup beragam dan unik.
b. Kelemahan 1. Penyebaran gedung sekolah yang tidak disesuaikan dengan jumlah penduduk yang bersekolah di masing-masing kecamatan; 2. Kuantitas jumlah gedung sekolah khususnya Sekolah Dasar tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas fisik gedung sekolah dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan; 3. Tenaga pengajar terdidik yang ada masih kurang serta distribusi tenaga pengajar belum merata; 4. Jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah bertambah akibat krisis ekonomi local dan global yang berimbas pada tingkat pendapatan masyarakat yang kurang sehingga tidak mampu menyekolahkan anaknya; 5. Ketersediaan tenaga dokter dan paramedis tidak dibarengi dengan pemenuhan standar kualifikasi pelayanan kesehatan sehingga tenaga dokter dan paramedis yang ada belum mampu memberikan andil yang besar bagi perkembangan kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya; 6. Ketersediaan peralatan kesehatan yang dimiliki belum memadai untuk melakukan tindakan-tindakan pengobatan pada pasien tertentu; 7. Kekayaan seni budaya yang ada belum dikemas dalam bentuk yang dapat menarik
minat
wisatawan
domestik
maupun
mancanegara
untuk
berkunjung ke Kabupaten Pidie Jaya
4.4.1.3 Sumber Daya Manusia a. Kekuatan 1. Status kependudukan di Kabupaten Pidie Jaya kondisinya mulai stabil pasca tsunami, sehingga memudahkan pemerintah daerah dalam sistem pendataan penduduk; 2. Tersedianya Tenaga kerja yang bekerja diberbagai sektor lapangan usaha perekonomian;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
125
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3. Tenaga kerja yang bekerja di sektor Pertanian sebanyak 58,4%; Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran 37,37 %; nelayan 2,34 % dan pegawai negeri sipil berjumlah 2.508 pada tahun 2007; 4. Jumlah aparatur cukup memadai untuk pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi pemerintah daerah; 5. Kualitas aparatur cukup memadai baik dari segi pendidikan formal maupun pendidikan non formal seperti pendidikan struktural, teknis dan fungsional. b. Kelemahan 1. Tenaga Kerja yang ada tidak semua terakomodasi dalam lapangan pekerjaan, masih banyak yang menganggur baik terbuka maupun terselubung; 2. Tenaga Kerja yang bekerja belum sesuai dengan keahlian masingmasing dan masih terkonsentrasi pada lapangan usaha primer; 3. Aparatur yang ada dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya belum sesuai dengan pendidikan formal yang dimilikinya sehingga tidak tercipta aparatur yang spesialis dibidangnya.
4.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal 4.4.2.1. Ekonomi a. Peluang 1. Globalisasi ekonomi dengan persaingan bebasnya memberi/membuka peluang kepada Kabupaten Pidie Jaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas komoditi ekspornya yang didasari kepada basis SDA dan Unggulan Daerah 2. Semakin berkembangnya dunia usaha baik regional maupun nasional. 3. Kemudahan melakukan kerjasama dibidang ekonomi dengan daerah lain dapat menambah pangsa pasar bagi hasil pertanian maupun industri Kabupaten Pidie jaya. 4. Berkembangnya
teknologi
informasi
yang
dapat
memudahkan berkembangnya perekonomian Kabupaten Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
126
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
5. Berkembangnya teknologi industri yang dapat dimanfaatkan guna nilai tambah bagi produk komoditi yang dihasilkan. b. Tantangan 1. Globalisasi ekonomi akan membuat setiap daerah untuk melakukan kegiatan yang dapat membuatnya bertahan dengan meningkatkan perekonomiannya. 2. Teknologi yang berkembang pesat saat ini juga diikuti dengan harga yang masih mahal bagi daerah. 3. Pelaku pembangunan yaitu pemerintah daerah, swasta dan masyarakat belum bersinergi untuk pengembangan perekonomian ke depan. 4. Peluang usaha yang ada kalau tidak dicermati akan menjadi bumerang bagi daerah itu sendiri. 5. Peluang agro industri untuk percepatan nilai tambah masih kurang
4.4.2.2 Sosial Budaya a. Peluang 1. Komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat. 2. Terbukanya peluang
untuk mendapatkan beasiswa baik daerah maupun
pusat yang disediakan oleh lembaga pemerintah. 3. Kemajuan
teknologi komunikasi dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan
informasi-informasi kebudayaan sehingga memudahkan untuk pertukaran kebudayaan antar daerah yang pada akhirnya akan mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya. b. Tantangan 1. Pemanfaatan
tehnologi
yang
mudah
diakses tapi tidak merusak
genarasi muda maupun adat budaya yang ada di Kabupaten Pidie Jaya. 2. Peningkatan
kualitas
layanan
pendidikan
dan
pelayanan
derajat
kesehatan harus dibarengi dengan peningkatan anggaran di sektor tersebut.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
127
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pendidikan dan derajat kesehatannya terutama perempuan.
4.4.2.3 Sumber Daya Manusia a. Peluang 1. Terbukanya peluang untuk berusaha dan menjadi wiraswasta. 2. Terbukanya peluang kerja pada sektor-sektor sekunder dan tersier terutama sector agro industri. 3.
Berkembangnya
pendidikan
dan
pelatihan
struktural,
teknis
dan
fungsional bagi aparatur daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun lembaga independent. b. Tantangan 1. Pola pikir tenaga kerja yang ada lebih cenderung untuk menjadi pegawai negeri dari pada berwiraswasta, serta minat generasi muda dalam sektor pertanian 2. Meningkatkan kesadaran Penduduk Kabupaten Pidie Jaya yang memiliki tingkat pendidikan tinggi untuk bersama-sama membangun Kabupaten Pidie Jaya dan lebih memilih untuk mengabdi di daerah sendiri dari pada di daerah lain. 3. Membuka dan menambah peluang kerja bagi tenaga kerja yang masih menganggur. 4. Mengubah pola pikir aparatur pemerintah untuk melakukan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang bertugas sebagai abdi negara.
4.4.2.4 Produksi sektoral a) Sektor Pertanian Pada Tahun 2000 peranan sektor pertanian dapat mencapai 74,15 %, namun terus mengalami penurunan hanya sebesar 70,96 % pada tahun 2006. Dari ke lima sub sektor yang termasuk dalam sektor pertanian, sub sektor yang paling besar memberikan sumbangannya terhadap perekonomian Pidie Jaya
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
128
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
adalah sub sektor tanaman pangan yang menyumbang sebesar 31,12 % terhadap PDRB Kabupaten Pidie Jaya. Sub sektor perternakan merupakan penyumbang kedua terbesar yaitu 22,18 % pada tahun 2006. Untuk sub sektor lainnya yaitu perikanan memberi kontribusi sebesar 10,28 %, sub sektor perkebunan sebesar 7,34 % dan sub sektor kehutanan sebesar 0,04 % terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya tahun 2006. b) Sektor Pertambangan dan Penggalian Ketiadaan sumber daya pertambangan terutama minyak dan gas yang dapat di eksploitasi menyebabkan sektor ini belum mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian Pidie Jaya, besaran pertumbuhan PDRB di sektor ini otomatis ditentukan oleh sub sektor penggalian dan penggaraman saja. Kontribusi yang di berikan sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Pidie Jaya merupakan yang terkecil kedua setelah sektor listrik dan air minum. Walaupun peranan sektor ini relatif stabil, namun pada tahun 2006 sektor ini mengalami kenaikan angka pertumbuhan yang cukup hingga mencapai 7,63 %. c) Sektor Industri pengolahan Sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap PDRB Pidie Jaya. Pada tahu 2000 peranan sektor ini tercatat 5,41 % dan pada tahun 2006 hanya sebesar 4,93 %.Sementara pertumbuhan sektor ini pada tahun 2006 mencapai 2,26 %, sedikit lebih tinggi di bandingkan tahun 2005 yaitu sebesar 1,5 %. d) Sektor Listrik dan Air minum Walaupun sektor listrik dan air minum merupakan sektor yang vital, namun kontribusi dari nilai tambah sektor ini dalam pembentukan perekonomian Pidie Jaya secara keseluruhan merupakan yang terkecil di bandingkan sektor lain. Dalam kurun waktu tahun 2000 hingga tahun 2006 sektor ini hanya memberikan sumbangan di bawah 0,30 %. Kontribusi pada tahun 2006 yaitu sebesar 0,27 % yang berasal dari sub sektor listrik.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
129
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
e) Sektor Bangunan Seiring dengan meningkatnya pembangunan fisik, kontribusi yang diberikan sektor bangunan terhadap pembentukan PDRB Pidie Jaya dalam kurun waktu tahun 2000 -2006 menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2000 sektor bangunan menyumbang 3,11 % terhadap PDRB kabupaten Pidie Jaya, sedangkan pada tahun 2006 kontribusi sektor ini terhadap PDRB meningkat menjadi 3,83 %. Pada tahun 2004 dan 2005 pertumbuhan sektor ini terus meningkat dari 4,40 % menjadi 4,49 %. f) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sub sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan nilai tambah sektor ini adalah sub sektor perdagangan yang memberikan sumbangan terhadap PDRB Pidie Jaya sebesar 7,20 % pada tahun 2006. Sub sektor lainnya seperti hotel dan restoran/rumah makan relatif kecil terhadap PDRB. Pada tahun 2006 sumbangan sub sektor hotel hanya 0,02 % dan sub sektor restoran/rumah makan sebesar 1,34 %. Secara umum pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2006 sebesar 2,63 %. g) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas setiap sektor ekonomi. Sub sektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas penduduk dan juga perekonomian. Di kabupaten Pidie Jaya hanya terdapat 3 sub sektor dari 5 sub sektor yang tergabung dalam sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sub sektor pengangkutan jalan raya (darat), jasa penunjang angkutan dan sub sektor komunikasi. Sumbangan yang diberikan sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya merupakan yang terbesar ke lima. Selama kurun waktu tahun 2000-2006, sumbangan sektor ini menunjukkan peningkatan. Dari ke lima sub sektor yang termasuk dalam sektor ini, sub sektor pengangkutan jalan raya memiliki peranan yang tertinggi yaitu mencapai 3,29 % pada tahun 2006, sedangkan sektor lainnya yaitu penunjang angkutan sebesar 0,01 % dan sub sektor komunikasi memberikan sumbangan sebesar 1,16 % terhadap pembentukan PDRB Pidie Jaya pada tahun 2006.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
130
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
h) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor ini terbagi dalam lima kelompok kegiatan utama yaitu usaha perbankan dan moneter, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, usaha persewaan bangunan, serta jasa perusahaan. Tiga kelompok pertama disebut sektor finansial. Dari beberapa kebijakan di bidang moneter dan fiskal oleh pemerintah serta adanya krisis ekonomi pada waktu yang lalu menyebabkan sektor ini terpuruk drastis pada tahun 1999. Pada tahun 2001 sektor ini mulai bangkit kembali dan tumbuh hingga 4,67 %, namun tahun 2004 sektor ini mengalami pertumbuhan negatif hingga minus 0,95 %. Pertumbuhan sub sektor Bank pada tahun 2006 mencapai 14,79 %, sub sektor lembaga keuangan tanpa bank tumbuh 1,06 %, sewa bangunan tumbuh 2,47 % dan sub sektor jasa perusahaan tumbuh 2,93 %. Fungsi sektor ini terhadap jalannya roda perekonomian sangat besar, terutama dalam sisi pembiayaan pembangunan, namun kontribusi yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya relatif masih kecil namun terus menunjukkan kecenderungan meningkat. i) Sektor Jasa-Jasa Secara umum sektor jasa-jasa terdiri dari sub sektor jasa pemerintahan umum dan
jasa
swasta.
Jasa
pemerintahan
umum
mencakup
administrasi
pemerintahan dan pertanahan serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan. Sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga. Perenan sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya relatif besar yaitu menempati peringkat ke empat. Pada tahun 2000 kontribusi sektor ini mencapai 3,07 %, namun pada tahun 2006 sumbangan sektor ini meningkat menjadi 4,76 %. Dari empat sub sektor yang termasuk dalam sektor jasa-jasa, sub sektor pemerintahan umum merupakan sub sektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB yaitu mencapai 3,63 % pada tahun 2006, sedangkan sub sektor lainnya masih kurang dari 0,9 %. Pada sektor pertambangan dan energi di Kabupaten Pidie Jaya saat ini masih belum mampu untuk mengembangkan potensi sumber daya alamnya
agar
memperoleh data-data/informasi berdasarkan hasil survey sehingga menjadi
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
131
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
asset daerah, dalam rangka memperkuat strategi pembangunan daerah selama 5 tahun ke depan. Dengan berbagai persiapan pendataan sebagai informasi tentang keberadaan Kabupaten Pidie Jaya terhadap sumber daya alam yang dimiliki merupakan salah satu konsep untuk mendatangkan para investor baik lokal/daerah maupun investor asing agar menaruh minat yang tinggi untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Pidie Jaya. Saat ini di Kabupaten Pidie Jaya hanya memiliki hasil sektor pertambangan dan penggalian berupa bahan galian C dan penggaraman. Pada tahun 2000 – 2006 sektor ini memberikan kontribusi terhadap PDRB yang relatif stabil, walaupun merupakan yang terkecil kedua setelah sektor listrik dan air minum. Tetapi pada tahun 2006 sektor ini mengalami kenaikan angka pertumbuhan yang cukup signifikan hingga mencapai 7,63 %. Selain dari sektor pertambangan dan penggalian juga adanya potensi sumber daya air yang cukup di Kabupaten Pidie Jaya untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang dapat di kembangkan di daerah ini, disamping untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan, bahkan mampu melayani
untuk prospek kebutuhan industri yang
akan berkembang di masa 5 tahun mendatang, khususnya daerah kawasan industri yang telah di tetapkan berdasarkan perencanaan RTRW daerah. Dari berbagai potensi di sektor pertanian dan nelayan, perkebunan, peternakan dan kehutanan di Kabupaten Pidie Jaya merupakan kekuatan untuk dapat membangkitkan sistem perekonomian daerah dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Hal ini di dasari dari berbagai komoditi unggulan yang dimiliki oleh Pidie Jaya saat ini, sehingga dengan penyusunan program-program pembangunan daerah yang partisipatif di perlukan peran pemerintah daerah agar lebih terfokus pada skala prioritas dalam memfasilitasi pembangunan serta peduli terhadap program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini, untuk terwujudnya suatu keberhasilan di berbagai aspek pembangunan daerah adalah dengan adanya kerjasama dari berbagai unsur terkait seperti : Dinas, Lembaga Teknis, Badan, Kantor, serta keterlibatan masyarakat
untuk
berpartisipasi
melalui
program-program
pembangunan
pemerintah daerah, terutama yang menjadi perhatian dan perlu dibenahi adalah
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
132
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
di mulai dari pembinaan Sumber Daya Aparatur, guna menjalankan Tupoksi sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki serta kewenangan yang dapat bermanfaat bagi seluruh kepentingan pembangunan
dan
pemberdayaan
ekonomi masyarakat serta pembangunan infrastruktur yang menunjang untuk membangkitkan sistem perekonomian daerah baik perdagangan dan jasa, sehingga dengan meningkatnya nelayan,
perkebunan,
produktivitas baik di sektor pertanian dan
peternakan,
kehutanan
dan
investasi
akan
menjadi/menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta meningkatnya pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kabupaten Pidie Jaya. Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2009-2014 memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat mengembangkan seluruh potensi alam yang ada, yaitu dengan konsep-konsep perencanaan pembangunan daerah yang lebih terarah, sehingga diharapkan dapat terciptanya pembangunan baik yang bersifat fisik, ekonomi kerakyatan, politik, sosial dan budaya yang berlandaskan kepada Syariat Isalam. Untuk Program pembangunan dan pengembangan perekonomian daerah, maka pada sektor-sektor yang merupakan komoditi unggulan daerah, perdagangan dan jasa, perkantoran serta perumahan dan permukiman rakyat di Kabupaten Pidie Jaya di perlukan Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) dan perbatasan wilayah yang di tetapkan sebagai produk hukum untuk terwujudnya peraturan daerah (qanun) berdasarkan hasil kesepakatan/keputusan dari seluruh jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) di Kabupaten Pidie Jaya. 4.4.3 Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan 1. Komitmen yang kuat dari pemerintah bekerjasama dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan; 2. Penciptaan suasana yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha dan investasi, terutama pada sektor unggulan daerah; 3. Ketersediaan anggaran untuk peningkatan sektor-sektor yang menjadi tujuan utama
pemerintah
daerah
khususnya
dalam
pengadaan
infrastruktur
masyarakat dan infrastruktur akses produksi komoditas unggulan daerah; 4. Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang profesional pada setiap sektor lapangan usaha;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
133
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
5. Perubahan pola pikir aparatur pemerintah dari yang dilayani menjadi yang melayani masyarakat untuk menciptakan pelayanan prima; 6. Ketersediaan sarana informasi dan telekomunikasi serta jaringannya yang dapat dimanfaatkan oleh aparatur dan dapat diakses oleh masyarakat.
4.5. Agenda Prioritas Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan yang serasi dan terpadu antara pembangunan sektoral dengan perencanaan. Pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok wilayah. Kebijakan prioritas pembangunan diambil berdasarkan kondisi kondisi daerah yang dikembangkan melalui masalah, kebutuhan, dan potensi daerah yang bersangkutan. Kebijakan prioritas Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya yaitu: 1)
Peningkatan
kesejahteraan
dan
perluasan
kesempatan
kerja
serta
pemberdayaan ekonomi rakyat yang berbasis komoditi unggulan dalam usaha penanggulangan kemiskinan 2)
Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
3)
Peningkatan akses dan pemerataan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan non formal yang berkualitas
4)
Peningkatan akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat
5)
Pembinaan wawasan keislaman dan pelaksanaan syariat Islam secara berkelanjutan dan berkeadilan serta pembangunan sosial budaya.
6)
Penguatan tata kelola kelembagaan Pemerintah yang berbasis professional dan akuntabel
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
134
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Reformasi pemerintahan di Indonesia telah memberikan pedoman yang kuat bagi setiap daerah dalam menjalankan program maupun kegiatan yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bentuk reformasi ini jelas tergambar dari sikap dan tindakan pemerintah yang telah melimpahkan wewenang serta tanggungjawab dalam bentuk pelaksanaan otonomi daerah yang ditujukan pada tercapainya efesiensi, efektifitas maupun akuntabilitas. Ketiga aspek tujuan tersebut harus bersinergi dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah yang bermuara pada tujuan pembangunan nasional secara utuh baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Otonomi daerah yang diberikan oleh Pemerintah Pusat merupakan wewenang yang harus dilaksanakan secara profesional melalui pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya daerah maupun nasional yang berkeadilan, sehingga akan terwujud keseimbangan antara pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini sangat ditekankan oleh Pemerintah Pusat dengan tujuan agar Pemerintah Daerah mampu melaksanakan tatanan kehidupan daerah sesuai prinsip-prinsip demokrasi yang pada akhirnya akan meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menjadi dasar hak dan kewajiban bagi setiap daerah dalam melaksanakan otonomi secara penuh. Demikian halnya dengan Kabupaten Pidie Jaya sebagai Kabupaten yang baru dan masih sangat muda, juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan sistem pemerintahan yang terpadu dan kokoh dalam mewujudkan tujuan daerah yang telah dijabarkan melalui visi dan misi Bupati terpilih. Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang didiukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Bagi
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
135
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Kabupaten Pidie Jaya hal ini merupakan tantangan terbesar sebagai Kabupaten baru dalam menggali kemampuan daerah yang optimal disamping tetap memperhatikan keseimbangan kehidupan seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian agar penyelenggaraan otonomi daerah terjamin, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri melalui arah kebijakan keuangan daerah yang fleksibel dan terarah. Arah tersebut perlu dititik beratkan pada kualitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik melalui penerimaan sumber PAD yang sudah ada maupun dengan penggalian sumber PAD baru yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat. Arah kebijakan keuangan daerah yang tercermin dalam APBD memberikan gambaran tentang kemampuan dan keadaan daerah secara kuantitatif, sehingga apabila dihubungkan dengan RPJM, maka APBD dapat menjadi sarana dalam pengambilan keputusan pembuatan kebijakan untuk seluruh satuan program dan kegiatan selama kurun waktu 5 tahun ke depan. Kebijakan yang dibuat dan ditetapkan harus memperhatikan komponen-komponen yang terdapat dalam APBD dengan menitikberatkan pada
kekuatan maupun kelemahan setiap
komponen atas dasar realisasi pelaksanaan program maupun kegiatan yang telah dijalankan pada periode sebelumnya. Bagi Kabupaten Pidie Jaya sebagai daerah baru, arah pengelolaan keuangan daerah lebih diprioritaskan pada peningkatan kemampuan daerah secara maksimal. Mekanisme yang akan ditempuh sangat ditentukan oleh pola pelaksanaan
pemerintahan
secara
keseluruhan,
sehingga
konsistensi
pelaksanaan akan mendorong terciptanya kekuatan daerah dalam menutupi kekurangan terhadap belanja daerah yang diperkirakan terus meningkat setiap tahun. Pengelolaan belanja daerah harus lebih dipusatkan pada kepentingan masyarakat melalui program dan kegiatan yang mampu memberikan nilai lebih bagi pemerataan pembangunan seluruh aspek sosial masyarakat. Disamping pendapatan maupun belanja daerah, tahap selanjutnya yang harus dipahami adalah arah pengelolaan pembiayaan daerah. Bagian ini merupakan hal yang sangat krusial bagi sebuah daerah, artinya kelebihan (surplus) maupun kekurangan
(defisit)
dari
penggunaan
anggaran,
akan
memperlihatkan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
136
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kemampuan ataupun keberhasilan daerah dalam mengelola keuangan daerah, sehingga keputusan penguasa daerah harus benar-benar realistis dan mencerminkan
arah
pembiayaan
yang
tepat
sasaran
dan
menunjang
pembangunan. Khususnya menyangkut kondisi surplus anggaran, pemerintah daerah
harus
memperhatikan
arah
kebijakan
yang
tepat
dalam
mengalokasikannya pada pos-pos yang diperkenankan oleh peraturan.
5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Arah pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Pidie Jaya sangat dititik beratkan pada penggalian dan pemanfaatan sumber-sumber PAD yang mampu menunjang jalannya pembangunan yang masih sangat baru. Usaha ini menjadi indikator dalam mengukur kemandirian daerah baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa arah kebijakan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah adalah pada sumber pendapatan maupun belanja yang cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini merupakan langkah yang harus ditempuh malalui mekanisme yang sehat dan bersih guna menjamin tumbuhnya Kabupaten Pidie Jaya menjadi daerah yang mandiri dan kuat sehingga mampu disandingkan dengan daerah-daerah lain di Propinsi Aceh. Disamping itu, optimalisasi setiap satuan kerja perlu ditingkatkan guna memperoleh pendapatan. Keselarasan ini perlu dicapai terutama pada sumber daya manusia yang handal dan profesional dalam menjalankan fungsi serta wewenang yang telah diberikan. Seluruh komponen yang terlibat dalam setiap satuan kerja harus ikut serta bertanggungjawab dan menciptakan kondisi yang sehat dari dan ke dalam setiap program maupun kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan.
5.1.1. Asumsi/Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian yang Mempengaruhi Pengembangan Sumber Pendapatan Pertumbuhan perekonomian tercermin melalui nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pidie Jaya yang baru memasuki tahun kedua menunjukkan
angka
yang
fluktuatif
dengan
pertumbuhan
yang
positif.
Pertumbuhan perekonomian Pidie Jaya mulai tahun 2001-2007 dapat dilihat dalam tabel di bawah berikut ini:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
137
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 5.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2001-2007
Tingkat Fluktuasi Dari Tahun Sebelumnya Naik Turun
Tahun
Tingkat Pertumbuhan (%)
2001
5,59
-
-
-
2002
2,63
-
2,96
Lemah
2003
2,37
-
0,26
Lemah
2004
2,78
0,41
-
Kuat
2005
2,32
-
0,46
Lemah
2006
3,06
0,74
-
Kuat
2007
2,93
-
0,13
Lemah
Pergerakan Pertumbuhan
Sumber: BPS Kabupaten Pidie Jaya
Secara umum, data dalam tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa Pidie Jaya mengalami fluktuasi dari pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 7 tahun cenderung menunjukkan angka yang sangat lemah atau berada pada kisaran angka hampir 67% atau 4/6 kali pergerakan tingkat pertumbuhan. Hal ini perlu dicermati bahwa walau dengan pergerakan positif tetapi tidak memperlihatkan peningkatan angka yang cukup signifikan. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan perekonomian dari seluruh sektor maupun sub-sektor, pertanian yang menjadi andalan bagi masyarakat masih menunjukkan peran yang sangat besar yaitu sebesar 70,51% pada tahun 2007 dimana sub-sektor yang paling dominan adalah pada tanaman bahan makanan 31,11% dan peternakan sebesar 21,5%. Sedangkan peranan diluar sektor pertanian hanya menunjukkan angka sebesar 29,49%, dimana angka ini merupakan gabungan dari beberapa sektor lainnya yang turut menyumbangkan pertumbuhan PDRB secara makro. Apabila dikaji lebih mendalam pada masingmasing sektor pada tahun 2007 maka dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 8,81% yang kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 4,89%, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 4,52%
(Sumber: PDRB Kabupaten Pidie Jaya 2000-2007). Posisi
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
138
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
peranan masing-masing sektor terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut belum menunjukkan signifikansi pertumbuhan saat ini dengan alasan bahwa angka tersebut diperoleh jauh sebelum Kabupaten Pidie Jaya berdiri sendiri. Dengan demikian perlu keseriusan dan arah yang matang dalam memprediksi, menyusun maupun implementasi program dan kegiatan daerah melalui SKPD yang ada. Pemberdayaan SKPD perlu ditingkatkan dengan memperhatikan tingkat kemampuan daerah dan harmonisasi seluruh komponen daerah secara berkelanjutan. Memperhatikan kontribusi bagi masing-masing sektor di atas, maka asumsi ataupun perkiraan pertumbuhan perekonomian bagi Kabupaten Pidie Jaya masih memperlihatkan adanya indikasi kuat bahwa pertumbuhan ekonomi daerah akan mampu mempengaruhi pengembangan sumber pendapatan sebagai ukuran kinerja pemerintah daerah dalam rangka mencapai tingkat kemandirian dengan titik berat pada prioritas program yang benar-benar dibutuhkan sebagai daerah yang baru tumbuh. Dengan demikian arah pengembangan sumber pendapatan bagi Kabupaten Pidie Jaya yang dituangkan dalam RPJM periode 2009-2014 dapat diarahkan pada hal-hal berikut: 1. Pemberdayaan peningkatan kualitas aparatur daerah sebagai sumber daya manusia yang mampu memberikan kontribusi dalam pengelolaan keuangan daerah; 2. Optimalisasi bidang pertanian melalui mekanisasi industri pertanian dan angro industry yang merupakan nilai tambah, khususnya pada sub-sektor yang masih memiliki nilai kontribusi yang rendah; 3. Pengembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran melalui peningkatan sarana maupun prasarana wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang paling dominan; 4. Pengembangan dan perbaikan sistem pengangkutan serta komunikasi daerah; 5. Menggali dan memanfaatkan sumber daya baru yang mampu meningkatkan pendapatan daerah secara keseluruhan; 6. Pengembangan seluruh sektor ril daerah dengan memperhatikan tingkat prioritas bagi kepentingan masyarakat.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
139
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
5.1.2. Sumber-sumber Pendapatan Daerah Komponen pendapatan suatu daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Sama halnya dengan daerah lain, Kabupaten Pidie Jaya juga memiliki tiga komponen besar pendapatan daerah (kecuali Pinjaman Daerah) sebagai indikator dalam mengukur keberhasilan daerah, namun masih terdapat sumbersumber pendapatan yang belum mampu digali secara maksimal sesuai peraturan yang berlaku. Dengan kondisi sebagai Kabupaten yang masih baru, manajemen pengelolaan keuangan daerah masih difokuskan pada bagaimana menggali seluruh potensi daerah yang belum teridentifikasi berdasarkan prioritas kepentingan masyarakat. Seiring dengan pemberlakuan otonomi daerah maka pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk APBD telah menggunakan anggaran yang berbasis pada kinerja (based performance budgeting), sehingga sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu akan termasuk dalam struktur pembiayaan daerah yang akan mempengaruhi pengusulan anggaran tahun berikutnya. Untuk memperoleh analisa lebih lanjut terhadap masing-masing komponen, berikut ini disajikan terlebih dahulu realisasi APBD Kabupaten Pidie Jaya untuk periode 2008-2009. Tabel 5.2. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2008-2009
(Milyar Rupiah) Realisasi (Rp)
Tahun Pendapatan
Belanja
Surplus / Defisit
2008
190,49
190,14
0,35
Surplus
2009
301,89
313,58
11,69
Defisit
Sumber: Bagian Keuangan Pemda Pidie Jaya
Memperhatikan tabel 5.2 di atas, dapat dilihat dalam kurun waktu tahun 20082009, data realisasi anggaran yang diperoleh oleh Pidie Jaya sebagai daerah Kabupaten baru masih memperlihatkan kecenderungan meningkat sebesar 58,48% untuk pendapatan dan 64,92% untuk belanja daerah, dimana pengembangan
yang
dilakukan
belumlah
maksimal
sehingga
sumber
penerimaan daerah masih mengandalkan Pemerintah Pusat. Disamping itu kecenderungan peningkatan ini juga memberikan sinyal kepada pemerintah
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
140
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
daerah agar mampu memanfaatkan sumber penerimaan yang ada dengan terus tetap fokus pada penggalian dan pemanfaatan sumber-sumber pendapatan baru guna membantu kemandirian daerah.
5.1.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Saat ini PAD yang merupakan komponen utama pendapatan daerah bagi Kabupaten Pidie Jaya memiliki tiga sub komponen yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Melalui PAD diharapkan adanya kemungkinan tingkat kemampuan Kabupaten Pidie Jaya dalam memperoleh serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan daerah yang secara faktual memiliki potensi sektor unggulan dalam menunjang perekonomian daerah. Selama dua tahun berturut-turut PAD memberikan kontribusi terkecil diantara ketiga komponen terbesar pendapatan daerah. Kontribusi terbesar masih berasal dari Pemerintah Pusat dalam bentuk Dana Perimbangan yang kemudian diikuti oleh Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Hal ini memperlihatkan bahwa pada umumnya masih terdapat kekurangan akan kemampuan daerah, sehingga perlu adanya prioritas dalam mengelola pendapatan yang pada akhirnya akan menciptakan kemandirian daerah. Berikut disajikan perkembangan realisasi PAD Kabupaten Pidie Jaya periode
2008-2009
yang terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, dan lain-lain PAD yang sah. Tabel 5.3. Realisasi PAD Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2008-2009 (Milyar Rupiah)
Komponen PAD Pajak Daerah Retribusi Daerah Lain-Lain PAD Total
Kontribusi 2008 Jumlah % 1,50 64,10 0,74 31,62 0,10 4,27 2,34 100
Kontribusi 2009 Jumlah % 2,15 49,31 1,96 44,95 0,25 5,73 4,36 100
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya
Pajak Daerah.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
141
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwasanya kontribusi realisasi masingmasing komponen PAD Kabupaten Pidie Jaya
masih didominasi oleh
penerimaan yang bersumber dari pajak daerah. Terdapat peningkatan walau tidak signifikan secara total yaitu meningkat dari 2,34 M menjadi 4,36 M. Meskipun nilai kontribusi pajak menurun sebesar 14,79% di tahun 2009, namun total jumlah penerimaan dari pajak meningkat sebesar 43%. Peningkatan persentase terhadap jumlah pajak ini, menandakan adanya pertumbuhan ekonomi masyarakat dari berbagai sektor telah mulai dikembangkan dan perlu ditinjau kembali cara-cara yang lebih efektif dalam mempercepat tingkat pertumbuhan pajak itu sendiri. Kebijakan ini perlu diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan yang mampu menciptakan nilai lebih dalam jangka panjang. Sumber penerimaan pajak daerah Kabupaten Pidie Jaya bersumber dari pajak restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, pengambilan bahan galian golongan C, serta sarang burung walet. Sumber-sumber tersebut masih dapat ditingkatkan serta kemungkinannya dengan mencari sumber-sumber yang baru.
Retribusi Daerah.
Retribusi daerah yang berasal dari jasa umum dan usaha menempati posisi kedua setelah pajak daerah. Nilai retribusi daerah juga memperlihatkan angka yang cenderung meningkat dari tahun 2008 sebesar 31,62% menjadi 44,95%. Peningkatan jumlah ini menunjukkan hal yang positif bagi pengembangan daerah dengan menitikberatkan pada pembaharuan terus menerus kebijakan retribusi khususnya menyangkut tarif yang tidak memberatkan masyarakat.
Lain-Lain PAD Yang Sah
Demikian pula dengan lain-lain PAD yang sah, menunjukkan peningkatan angka kontribusi sebesar 1,46%. Jumlah ini masih sangat kecil karena selama ini Kabupaten Pidie Jaya hanya mengandalkan sumber penerimaan ini dari jasa giro. Namun penerimaan yang hanya satu-satunya tersebut perlu dicermati sebagai tantangan bagi Pemda dalam menetapkan kebijakan penggunaan dana ini dalam bentuk program ataupun kegiatan yang mampu mendorong tumbuhnya
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
142
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
perekonomian daerah secara optimal. Dengan demikian akan menunjang terciptanya tambahan pendapatan baru bagi kemajuan pembangunan daerah. 5.1.2.2. Dana Perimbangan (Transfer) Kabupaten Pidie Jaya memiliki struktur komponen dari Dana Perimbangan yaitu terdiri dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Komponen pendapatan daerah ini cukup memberikan arti bagi Kabupaten Pidie Jaya sebagai Kabupaten baru, namun alasan ini tidak memberikan makna bahwa pemerintah daerah harus selalu tergantung kepada pusat. Setiap daerah yang telah mampu membiayai daerahnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, secara perlahan akan melepaskan diri dari ketergantungan ini, karena pada prinsipnya campur tangan pemerintah yang telah dibatasi melalui otonomi yang diberikan menunjukkan bahwa suatu saat pemerintah daerah tidak lagi memerlukan bantuan pemerintah pusat dalam menunjang pembangunan daerah. Hal ini berarti bahwa tingkat kemandirian daerah telah mencapai posisi delegatif, artinya hubungan antara pemerintah pusat dan daerah hanya pada hal-hal yang bersifat pendelegasian hal-hal yang dianggap perlu. Perkembangan secara keseluruhan dana perimbangan dalam dua tahun berturut-turut dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 5.4. Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2008-2009 (Milyar Rupiah)
Komponen Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Non Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Total
Kontribusi 2008 Jumlah % 27,69 16,76 124,56 75,38 12,99 7,86 165,24 100
Kontribusi 2009 Jumlah % 25,69 8,97 212,55 74,19 48,27 16,85 286,51 100
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan tabel 5.4 di atas maka dapat diketahui perkembangan dana perimbangan tahun 2008 dan 2009, dana yang bersumber langsung dari Pemerintah Pusat baik DAU maupun DAK sangat mendominasi. Hal ini jelas memperlihatkan adanya ketergantungan Pemerintah Daerah yang masih sangat kuat sebagai Kabupaten baru terhadap dana perimbangan. Jumlah yang
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
143
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
meningkat untuk kedua jenis dana tersebut harus mampu dipergunakan oleh daerah sebagai perangsang dan motivasi dalam mencapai target pembangunan yang maksimal. Realisasi dana perimbangan Kabupaten Pidie Jaya secara keseluruhan meningkat tajam yaitu sebesar 73,39%. Dari jumlah ini, yang paling mendominasi adalah DAK dengan peningkatan sebesar 271,59% yang kemudian disusul oleh DAU sebesar 70,64%. Sedangkan untuk Bagi Hasil Pajak / Non-Pajak mengalami penurunan sebesar 7,22%. 5.1.2.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah di Kabupaten Pidie Jaya meliputi pendapatan hibah, dana darurat, bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dan dana penyesuaian dan otonomi khusus. Untuk saat ini tambahan pendapatan bagi lain-lain pendapatan yang sah hanya berasal dari dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya serta bantuan keuangan dari propinsi atau pemerintah daerah lainnya. Berikut uraian realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat dilihat pada tabel di bawah ini periode 2008-2009. Tabel 5.5. Kontribusi Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2008-2009 (Milyar Rupiah)
Komponen Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak Bantuan Keuangan Total
Kontribusi 2008 Jumlah % 6,40 27,94 16,51 72,06 22,91 100
Kontribusi 2009 Jumlah % 7,04 63,77 4,00 36,23 11,04 100
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya
Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2008 komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah memberikan kontribusi untuk bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari provinsi dan daerah lainnya masing-masing sebesar 27,94% dan 72,064%. Sedangkan untuk tahun 2009 kontribusi bagi hasil pajak
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
144
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
meningkat menjadi 63,77% serta untuk bantuan keuangan menurun sebesar 36,23%. 5.1.3. Pengembangan Sumber Pendapatan Daerah Melihat keberhasilan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dari realisasi anggaran selama periode 2008-2009, maka perlu dilakukan berbagai upaya dalam rangka untuk meningkatkan dan memberdayakan seluruh potensi penerimaan yang dapat digali dan dikembangkan. Pengembangan upaya dan peningkatan khususnya pada penerimaan daerah, lebih ditekankan pada Pendapatan Asli Daerah yang mampu menunjukkan kekuatan daerah sehingga diharapkan di masa-masa mendatang Pemerintah Daerah mampu melepaskan diri dari ketergantungan kepada Pemerintah Pusat. Untuk lebih memperjelas sejauh apa tingkat keberhasilan atau kinerja yang telah dicapai oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, maka akan diperlihatkan angka kemandirian yang menjadi tolok ukur keberhasilan tersebut. Hasil analisa ini dapat dijadikan sebagai dasar peningkatan kinerja pada tahuntahun mendatang. Menurut Hikmah dalam Abdul Halim (2004), untuk melihat kinerja atau kemampuan daerah maka salah satu indikatornya dapat digunakan derajat desentralisasi fiskal antara pemerintah pusat dan daerah yang diukur berdasarkan angka kemandirian dengan empat kategori yaitu:
Tabel 5.6. Rasio Kemandirian Daerah
Kemandirian (%)
Kategori
Pola Hubungan Dengan Pusat
0% - 25%
Rendah Sekali
Instruktif
25% - 50%
Rendah
Konsultif
50% - 75%
Sedang
Partisipatif
75% - 100%
Tinggi
Delegatif
Sumber: Abdul Halim (2004)
Untuk lebih rinci mengenai angka kemandirian pada Kabupaten Pidie Jaya dalam mengelola anggaran dengan optimalisasi kemampuan sumber daya khususnya PAD selama periode 2008-2009, dapat dilihat pada uraian tabel berikut ini:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
145
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Tabel 5.7. Realisasi Kemampuan Daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2008-2009
Kemandirian (%) Keterangan *
2008
2009
Rata2
PAD/TPD
1,23
1,44
1,34
(BHP+BHBP)/TPD
14,54
8,51
11,53
SD/TPD
84,24
90,05
87,15
Sumber: Hasil Analisa (data diolah) *PAD (Pendapatan Asli Daerah), TPD (Total Penerimaan Daerah), BHP (Bagi Hasil Pajak), BHBP (Bagi Hasil Bukan Pajak), SD (Sumbangan Daerah)
Memperhatikan table 5.7 di atas bahwa jelas terlihat rata-rata tingkat kemandirian Kabupaten Pidie Jaya untuk dua tahun terakhir terhadap perolehan PAD adalah hanya 1,34%. Angka ini sangatlah jauh apabila diukur dari tingkat kemandirian sebuah Kabupaten yang diharapkan oleh Pemerintah Pusat, sehingga dapat dipastikan bahwa ketergantungan daerah Pidie Jaya sangatlah tinggi pada Pusat. Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat pada rasio sumbangan daerah yang diperoleh yaitu sebesar 87,15% dengan indikasi bahwa sangat tinggi dana yang disumbangkan oleh pihak pusat dan provinsi dalam mewujudkan pembangunan di daerah. Berdasarkan kajian di atas maka selayaknya Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya harus lebih serius dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan daerah yang menjadi ukuran kemandirian. Adapun upaya-upaya yang harus dilakukan oleh Pemda adalah mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak Melihat tingkat kemandirian daerah yang sangat rendah sekali, memberikan makna bahwa Kabupaten Pidie Jaya masih belum mampu dalam menggali potensi daerah yang ada saat ini. Hal tersebut dapat dilihat pula pada realisasi penerimaan PAD dari pajak daerah yang seharusnya menjadi tolok ukur bagi
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
146
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
pengembangan ekonomi daerah ternyata belum mampu dijalankan dengan maksimal. Penerimaan terkecil yang diperoleh selama kurun waktu 2008-2009 jelas memperlihatkan tingkat stagnasi bagi Pemerintah Daerah dalam mencapai target kegiatan setiap SKPD. Dengan demikian hal yang paling utama dibenahi dalam pengembangan sumber-sumber PAD adalah menyangkut pajak daerah melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak. Permasalahan intensifikasi maupun ekstensifikasi menjadi topik utama untuk setiap daerah di Indonesia. Tidak terlepas dengan Kabupaten Pidie Jaya sebagai daerah baru tumbuh dan berkembang, permasalahan pajak tidak hanya terletak pada kurangnya tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, namun masih kurangnya kesiapan aparatur pemerintah yang menjalankan fungsi perpajakan serta masih lemahnya sistem perpajakan daerah. Melalui intensifikasi, Pemerintah Daerah dapat melakukan pembaharuan kembali kebijakan perpajakan yang selama ini dilaksanakan melalui (a) peningkatan efisiensi dan efektivitas PAD; (b) perbaikan sistem perpajakan daerah, atau melalui (c) peningkatan tarif pajak. Ketiga hal tersebut dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus dengan memperhatikan tingkat kepentingan dan tidak memberatkan masyarakat. Peningkatan efisiensi dan efektifitas dapat dilakukan melalui penghematan sejumlah dana yang dikeluarkan dalam menangani permasalahan pajak seperti pemungutan
pajak,
administrasi
penerimaan,
serta
penyusunan
waktu
pemungutan pajak. Ketiga hal tersebut akan membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas PAD khususnya pajak. Melalui perbaikan sistem perpajakan, perlu pembaharuan kebijakan tertentu agar sistem perpajakan daerah tertata rapi serta mampu mengurangi pemborosan waktu. Sedangkan menyangkut peningkatan tarif pajak, pemerintah daerah perlu melihat jenis pajak yang mampu disesuaikan dengan kepentingan dan kesanggupan masyarakat, misalnya peningkatan tarif pajak pendaftaran perusahaan atau pajak galian C yang berpotensi bagi peningkatan perekonomian daerah. Untuk ekstensifikasi pajak, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sementara hanya dapat mengoptimalkan penerimaan pajak pusat dengan cara membantu memobilisasi penerimaannya sehingga berdampak akan menguntungkan daerah
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
147
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
dalam bagi hasil dengan pemerintah pusat. Cara lain yang mungkin ditempuh adalah mengoptimalkan retribusi daerah atau menambah jenis pajak baru bagi daerah dengan tidak memberatkan masyarakat. Pemerintah dapat melakukan tindakan ini setelah melakukan pembenahan secara internal terlebih dahulu yang diperkirakan akan ditempuh dalam kurun waktu tiga tahun mendatang. b. Program Pemberdayaan Aparatur Daerah Memperhatikan banyaknya sektor penerimaan daerah dalam bentuk PAD yang masih sangat rendah, maka mendorong untuk dilakukan program pemberdayaan SDM
aparatur
yang
berhubungan
dengan
penanganan
masalah
PAD.
Kabupaten Pidie Jaya yang telah berdiri selama 2 tahun masih mengalami kekurangan aparatur yang berkualitas dalam menjalankan roda perekonomian daerah. Permasalahan ini muncul berbarengan dengan tuntutan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sehingga permasalahan kualitas aparatur belum dapat diselesaikan dengan maksimal.
Untuk periode 2010-2014 Pemda Kabupaten Pidie Jaya harus memberdayakan aparatur daerah melalui program pelatihan maupun studi baik jangka pendek maupun jangka panjang sesuai dengan bidang keahlian. Program ini perlu dilakukan guna mempersiapkan kualitas aparatur yang mampu memberikan value added dalam menggali sumber pendapatan daerah di masa mendatang.
c. Program Pengembangan Pariwisata Daerah Melihat adanya tingkat kontribusi PDRB pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,81% pada tahun 2007, maka sektor ini berpotensi untuk dikembangkan. Alasan yang paling mendasar adalah letak daerah yang strategis dan mudah dijangkau merupakan nilai tambah bagi Pidie Jaya agar lebih terfokus untuk memperhatikan masalah pariwisata. 5.1.4. Kebijakan Umum Anggaran Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kabupaten Pidie Jaya untuk periode
2009 -
2014 pada prinsipnya lebih diarahkan pada permasalahan pokok yang selama ini masih dihadapi pemerintah daerah. Permasalahan tersebut merupakan isu
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
148
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
strategis bagi Kabupaten Pidie Jaya menurut RPJPD Tahun 2009-2029 yang mencakup ekonomi daerah (26,88%), pendidikan
(12,89%), kesehatan
(12,21%), pelayanan umum (7,93%), ketertiban dan ketentraman (7,82%), lingkungan hidup (6,17%), perumahan dan infrastruktur (6,04%), pariwisata (5,36%) dan perlindungan sosial (4,94%). Adapun keseluruhan isu di atas harus menjadi prioritas yang harus diselesaikan terlebih dahulu dan diformulasi sebagai kebijakan umum anggaran sehingga kesinambungan program dapat dikendalikan dan disempurnakan pada periode berikutnya. 5.1.4.1. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Daerah Kebijakan umum anggaran bagi pendapatan daerah lebih difokuskan pada PAD yang menjadi basis dari kekuatan daerah. Dalam aspek mikro, kebijakan yang ditempuh sangat mendasar yaitu menyangkut pengelolaan pajak dan retribusi daerah, sehingga arah formulasi kebijakannya adalah pada efisiensi dan efektivitas pencapaian dua komponen tersebut.
Sedangkan pada aspek makro, kebijakan yang diambil merupakan bagian untuk menciptakan lingkungan usaha (enviromental economic) yang kondusif bagi investasi, pemulihan ekonomi, kestabilan fiskal daerah khususnya potensi sumber pembiayaan bagi penyelenggaraan pelayanan publik serta jalannya pemerintahan.
a.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berikut akan disajikan data prediksi PAD Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009 2014 yang diharapkan akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan daerah. Tabel 5.8. Prediksi Realisasi Komponen PAD Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2009 -2014 (Milyar Rupiah)
Keterangan Pajak Daerah Retribusi Daerah Lain-Lain PAD
2010 2,53 2,66 0,34
2011 2,80 3,16 0,40
2012 3,01 3,55 0,45
2013 3,18 3,87 0,49
2014 3,32 4,14 0,52
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
149
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Total PAD
5,53
6,36
7,01
7,54
7,98
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya
Selanjutnya akan disajikan grafik prediksi komponen PAD periode 2009 - 2014, sebagai berikut: Grafik 5.1. Prediksi Realisasi Total Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2009 -2014 9
Realisasi Anggaran
8
7,98
6,36
7 6
7,54
7,01 5,53
5 4 3 2 1 0 2010
2011
2012
2013
2014
Tahun Anggaran
Berdasarkan hasil prediksi pada grafik 5.1 di atas, maka dapat diketahui bahwa sumber PAD yang berasal dari pajak daerah, retribusi, dan lain-lain PAD yang sah, secara total menunjukkan kenaikan yang terus menerus dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 9,60%. b. Dana Perimbangan Realisasi Dana Perimbangan untuk periode tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.9. Prediksi Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2010-2014 (Milyar Rupiah) Keterangan
2010
2011
2012
2013
2014
Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak
24,52
23,69
23,05
22,52
22,08
Dana Alokasi Umum (DAU)
264,01
300,52
328,85
351,99
371,55
Dana Alokasi Khusus (DAK)
68,91
83,55
94,91
104,19
112,03
Total Dana Perimbangan
357,44
407,76
446,81
478,70
505,66
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
150
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Berikut akan digambarkan grafik untuk melihat pertumbuhan total prediksi realisasi Dana Perimbangan periode 2010-2014. Grafik 5.2. Prediksi Total Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Jaya Periode 2010-2014
Realisasi Anggaran
600 500 407,76 400
446,81
478,7
505,66
357,44
300 200 100 0 2010
2011
2012
2013
2014
Tahun Anggaran
Berdasarkan hasil prediksi pada grafik 5.2 di atas, maka dapat diketahui bahwa sumber pendapatan yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) menunjukkan kenaikan yang terus menerus dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 9,06%. 5.2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah Belanja daerah menjadi fokus utama bagi pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diformulasikan dalam perencanaan daerah. Keberhasilan program dan kegiatan akan terwujud apabila penggunaan belanja tepat sasaran dan optimal dalam pelaksanaan. Demikian pula dengan Kabupaten Pidie Jaya yang secara pasti sangat banyak membutuhkan dana dalam membangun daerah yang masih dalam tahap awal. Tidak hanya perencanaan yang tepat guna untuk diformulasikan,
namun
sumber
darimana
belanja
diperoleh
menjadi
permasalahan inti bagi Pidie Jaya dalam menyusun rencana-rencana yang strategis dan efektif. Hak otonomi daerah yang telah dilimpahkan oleh Pusat harus menjadi dasar dalam mengelola keuangan daerah termasuk belanja bagi daerah.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
151
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Formulasi kebijakan belanja daerah diarahkan pada efisiensi dan efektifitas berdasarkan skala prioritas program dan kegiatan dengan mengandalkan asumsi perekonomian yang diperkirakan terus tumbuh di Pidie Jaya. Untuk mencapai arah yang lebih positif bagi pelaksanaan program dan kegiatan daerah, maka harus memberdayakan seluruh SKPD yang ada melalui berbagai peningkatan mutu internal maupun eksternal. 5.2.1. Analisis Belanja Untuk melihat perkembangan dan analisis terhadap
belanja daerah bagi
Kabupaten Pidie Jaya, maka harus diketahui lebih dahulu kondisi Belanja daerah Kabupaten Pidie Jaya selama tahun 2008-2009 seperti dalam tabel berikut: Tabel 5.10. Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2008-2009 (Milyar Rupiah)
Keterangan Pendapatan Belanja Tidak Langsung: Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung: Belanja Pegawai Belanja Barang Dan Jasa Belanja Modal Total Belanja Daerah Surplus / Defisit Pembiayaan: Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan netto
2008
2009
190,49
301,89
102,54 8,04 6,88 8,69 0,25
131,12 2,26 16,91 18,18 0,50
5,74 25,31 32,68 190,14 0,35
10,89 47,20 86,51 313,58 (11,68)
0,49 0,84 (0,35)
12,68 1,00 11,68
Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya
Melihat data realisasi belanja daerah pada tabel 5.10, bahwa dalam kurun waktu dua tahun, jelas memperlihatkan kenaikan tingkat belanja total sebesar 64,92% pada tahun 2009. Kenaikan angka ini masih memperlihatkan bahwa Kabupaten Pidie Jaya masih belum maksimal mengakomodir kepentingan publik. Pada
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
152
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
posisi belanja baik langsung maupun tidak langsung terlihat bahwa dari total realisasi anggaran yang ada sebesar 56,95% dialokasikan untuk pegawai pada tahun 2008 dan sebesar 45,29% pada tahun 2009. Meskipun persentase menurun secara keseluruhan pada tahun 2009, namun kenaikan realisasi untuk masing-masing komponen belanja pegawai naik sebesar 31,15% dimana jumlah kenaikan hampir sepertiga dari total kenaikan pada komponen-komponen lain. Apabila dilihat dari sisi pembiayaan, pemerintah daerah sudah mulai berinisiatif untuk membantu laju pertumbuhan ekonomi dan juga untuk mengurangi pengangguran
dan
kemiskinan
melalui
pengeluaran
pembiayaan
pada
penyertaan modal (investasi) sebesar 0,84 M untuk tahun 2008 dan 1,00 M untuk tahun 2009. Tindakan ini dipandang cukup efektif, namun dari sudut pandang mikro penggunaan belanja daerah, maka tindakan ini perlu ditinjau ulang, sehingga penggunaan dari kelebihan anggaran yang dialokasikan ke SILPA mengindikasikan adanya kepentingan publik yang tertunda dalam bentuk program dan kegiatan yang belum selesai dilaksanakan. Hal ini menjadi catatan bagi kinerja pemerintah daerah agar lebih efektif dan efisien dalam mengelola belanja daerah dengan menyesuaikan kemampuan PAD. Dasar analisa atas realisasi anggaran pada tahun 2008-2009, maka sebaiknya kebijakan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya terhadap belanja daerah harus diarahkan
pada
pencapaian
efisiensi
penyelenggaraan
pemerintahan,
penyerapan anggaran pada skala prioritas pembangunan dan program strategis daerah. Komposisi dan pertumbuhan anggaran harus disesuaikan berdasarkan komponen
program
dan
non
program
dengan
memperhatikan
tingkat
kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh pendapatan. Kebijakan yang lebih spesifik bisa diarahkan langsung berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, dimana rencana alokasi belanja yang ditetapkan dengan kebijakan daerah dapat dialokasikan pada komponen belanja langsung terhadap belanja SKPD yang disesuaikan nantinya dengan program dan kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat. Dengan kata lain Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya lebih dituntut untuk memprioritaskan masyarakat dalam menunjang program dan kegiatan yang diformulasi melalui anggaran. Atas dasar adanya prioritas yang mengarah
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
153
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
pada publik, maka peranan seluruh sektor ril yang ingin dikembangkan akan terwujud.
5.2.2.
Kebijakan Umum Belanja Daerah
Kebijakan umum belanja daerah Kabupaten Pidie Jaya yang didasari dari arah kebijakan yang telah ditetapkan akan ditujukan kepada seluruh
komponen
belanja yang akan memberikan kontribusi bagi masyarakat untuk periode 20102014 nanti. Prediksi realisasi masing-masing komponen dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5.11. Prediksi Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun Anggaran 2010-2014
Keterangan
2010
2011
2012
Belanja Tidak Langsung: Belanja Pegawai 147,99 159,89 169,13 Belanja Hibah 8,04 Belanja Bantuan Sosial 22,78 26,94 30,17 Belanja Bantuan 23,73 27,67 30,72 Keuangan Belanja Tidak Terduga 0,65 0,75 0,83 Belanja Langsung: Belanja Pegawai 13,90 16,04 17,69 Belanja Barang Dan Jasa 60,00 69,09 76,14 Belanja Modal 117,99 140,34 157,67 Total Belanja Daerah 357,15 440,72 482,35
2013
2014
176,68 32,81
183,05 35,04
33,22
35,33
0,90
0,95
19,05 81,89 171,83 516,38
20,20 86,76 183,80 545,13
Dari data prediksi di atas maka berikut ini akan digambarkan dalam grafik untuk melihat tingkat pertumbuhan belanja yang akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Prediksi ini akan membantu pemerintah dalam mengoptimalkan program dan kegiatan daerah.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
154
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Grafik 5.3. Prediksi Total Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pidie Jaya Periode 2010-2014
Realisasi Anggaran
600 482,35
500
545,13
516,38
440,72 395,08
400 300 200 100 0
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun Anggaran
Melihat prediksi dari grafik 5.3 di atas, maka dapat dilihat untuk keseluruhan total belanja baik langsung maupun tidak langsung, maka pertumbuhan rata-rata yang akan terjadi adalah sebesar 8,38%. Hal ini dengan asumsi bahwa pemerintah daerah hanya memanfaatkan kekuatan daerah yang dimiliki saat ini. Apabila tingkat
belanja
dapat
dimanfaatkan
dengan
efisien
dan
efektif
bagi
pengembangan program dan kegiatan, maka jumlah belanja dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
5.3. Arah Pembiayaan Pembiayaan
merupakan
terakhir
dari
struktur
anggaran
yang
mampu
menjelaskan dampak dari kinerja yang telah dijalankan oleh pemerintah daerah. Peran pembiayaan sangatlah signifikan dalam memformulasikan kebijakan daerah menyangkut penerimaan maupun pengeluaran sehingga pada akhirnya akan mencerminkan arah yang dituju oleh pemerintah dalam mewujudkan efisiensi maupun efektifitas atas keseluruhan program yang telah dijalankan dalam satu periode maupun yang akan direncanakan selanjutnya. Permasalahan menyangkut pembiayaan daerah Kabupaten Pidie Jaya selama tahun 2008-2009 melalui realisasi anggaran daerah adalah bagaimana kebijakan yang harus ditempuh oleh pemerintah daerah menyangkut surplus dan defisit anggaran. Perlunya kebijakan yang tepat bagi kedua komponen pembiayaan tersebut
akan
menentukan
arah
kerja
bagi
pemerintah
daerah
untuk
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
155
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
mengoptimalkan setiap program yang telah direncanakan bagi masing-masing SKPD. Hal ini harus mampu dijelaskan dalam arah pembiayaan menyangkut beberapa hal berikut: 1. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) 2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 3. Kemungkinan optimalisasi pada penerimaan seperti pinjaman daerah. Menyangkut SiLPA yang terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp. 490.236.960.memberikan indikasi bahwa terjadi kelebihan atas jumlah pendapatan dari belanja daerah yang diperoleh dari realisasi anggaran tahun tersebut. Hasil analisa dengan memperhatikan kondisi daerah dan kajian berbagai aspek dari struktur anggaran, maka dapat dipastikan bahwa SiLPA yang terjadi adalah belum optimalnya perencanaan daerah pada program dan kegiatan yang telah dianggarkan, sehingga diperlukan pengelolaan yang lebih transparan dan profesional melalui kebijakan-kebijakan yang lebih strategis. Dengan demikian pemerintah akan mampu memformulasikan baik program maupun kegiatan pada pembangunan daerah yang mampu menunjang meningkatknya kemandirian daerah itu sendiri. Sedangkan defisit yang terjadi pada tahun 2009 membutuhkan pembiayaan untuk penerimaan dari SiLPA sebesar Rp. 12.683.000.000.- yang kemudian dialokasi sebesar Rp. 1.000.000.000.- untuk penyertaan modal (investasi) daerah. Kebijakan yang ditempuh pada tahun ini seharusnya mempertimbangkan tingkat inflasi yang terjadi dan sebaiknya Pemda Pidie Jaya lebih memperhatikan tingkat pengembalian yang memberikan keuntungan bagi daerah dalam jangka menengah. Dengan demikian tingkat penggunaan SiLPA akan lebih efeisien untuk setiap periode, artinya dana yang tersedia dari pembiayaan sebaiknya harus diarahkan kepada program dan kegiatan yang mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendorong peningkatan sumber PAD bagi daerah. Sehingga kebijakan yang sifatnya memberikan hasil yang relatif lambat harus dihindari dan dipertimbangkan pelaksanaannya. Menyangkut komponen lain seperti penerimaan pinjaman daerah yang mampu dilakukan oleh Pemda merupakan sebuah arah pembiayaan yang harus dipertimbangkan dalam analisis manajemen keuangan daerah. Pinjaman yang mungkin diperoleh oleh Pemda menjadi sebuah kekuatan daerah dimana
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
156
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
kematangan
keputusan
daerah
menjadi
support
bagi
daerah
untuk
memanfaatkan hasil pinjaman tersebut secara efektif dan efisien karena tanggungjawab dalam menilai tingkat return atas pinjaman tersebut. Kabupaten Pidie Jaya sangat mungkin melakukan hal ini dengan menitikberatkan pada implementasi yang lebih sehat dan transparan sehingga tercapai kondisi good governance yang akuntabel.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
157
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB VI ARAH KEBIJAKAN UMUM
Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun lintas SKPD yang akan dicapai, ditempuh dengan beberapa kebijakan yang sesuai dengan strategi pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya selama periode waktu tahun 2009 2014. Arah kebijakan umum pada masing-masing bidang disesuaikan dengan misi pembangunan Pidie Jaya untuk lima tahun ke depan yang selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk program pembangunan daerah.
6.1. Bidang Pemerintahan Urusan pemerintahan di kabupaten Pidie Jaya masih belum optimal, tetapi fungsi koordinasi antar unit kerja sudah berjalan baik, namun perlu perhatian terhadap perubahan kultur birokrasi. Beberapa Program Pembangunan pada bidang pemerintahan seperti dirumuskan berikut ini.
6.1.1. Penciptaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya yang baru berumur dua tahun, bertekad untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang bersandarkan pada prinsipprinsip good governance. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Pidie Jaya berusaha menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggungjawab. Pencapaian tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek seperti; peningkatan kinerja aparatur, pelayanan prima, penguatan kapasitas aparatur, serta peningkatan sarana dan prasarana. a. Sasaran Sasaran yang hendak dicapai berkenaan dengan pemantapan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik: 1.
Meningkatnya kualitas kinerja aparatur dan ketrampilan pejabat Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, yang memiliki kompetensi agar punya kemampuan teknis sesuai prinsip-prinsip good governance pada semua tingkat dan lini di pemerintahan.
2.
Kinerja aparatur yang menjalankan prinsip value for money, yaitu mampu mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang dibelanjakan (akuntabel).
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
158
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3.
Terwujudnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik.
b. Arah Kebijakan Penciptaan Tata Pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab diharap mampu mengemban amanah rakyat dalam pembangunan daerah, baik dalam proses maupun pelaksanaannya, sehingga pemerintah harus mengikut sertakan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kegiatan pembangunan . Oleh karena itu arah kebijakan yang harus diambil adalah: 1. Menciptakan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel. 2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan pada semua kegiatan. 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik. c. Program Pembangunan Program Pembangunan yang akan ditempuh dalam Penciptaan Pengelolaan Tata Pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab adalah: 1.
Program
Peningkatan
Pengawasan
dan
Akuntabilitas
Aparatur
pemerintahan. 2.
Program Perencanaan Pembangunan Partisipatif.
3.
Program sistem pelayanan terpadu satu atap (UPTSA)
4.
Program pengembangan Electronic Goverment (E-Gov)
5.
Program pemberdayaan pemerintahan tingkat mukim dan gampong.
6.1.2. Perwujudan Kelembagaan Demokrasi Politik yang makin Kokoh Pelaksanaan demokrasi dapat berjalan dengan baik bilamana terdapat dukungan dari adanya kelembagaan demokrasi yang kokoh. Hingga saat ini, proses awal demokratisasi dalam kehidupan sosial dan politik di Kabupaten Pidie Jaya dapat dikatakan telah berjalan pada jalur dan arah yang benar yang ditunjukkan antara lain dengan terlaksananya PILKADA Langsung yang diikuti oleh Parnas dan Parlok, yang berakhir pada terbentuknya kelembagaan DPRK baru hasil pemilihan umum langsung, dengan aman dan tertib. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya dalam Bidang Politik hanya bersifat membantu
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
159
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
membina masyarakat dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi politik yang lebih baik. Namun dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan tahun-tahun sebelumnya diantaranya peningkatan wawasan demokrasi dan kebangsaan telah mendukung penciptaan kondisi berdemokrasi yang tertib. Secara umum dapat dikatakan, masyarakat tampak makin sensitif terhadap berbagai gejala dan proses politik yang terjadi, serta ingin lebih banyak turut serta dalam proses pengambilan keputusan politik yang langsung berkaitan dengan kepentingan mereka. Kondisi masyarakat seperti ini dapat dikatakan sebagai sebuah model awal yang baik bagi demokratisasi. Teladan, pembinaan dan dorongan secara terus menerus untuk menerapkan nilai-nilai demokrasi, organisasi kemasyarakatan, LSM dan Pers merupakan hal yang akan terus dilakukan bagi peningkatan kualitas keikutsertaan (partisipasi) politik dan internalisasi nilai-nilai demokrasi dalam jiwa setiap individu masyarakat Kabupaten Pidie Jaya. Pelaksanaan pembangunan politik ditandai dengan semakin meningkatnya arus demokratisasi telah membawa implikasi pada berbagai permasalahan yang dihadapi, antara lain dinamika perubahan politik yang dinamis menyebabkan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap peran lembaga legislatif sebagai wahana representasi politik masyarakat. a. Sasaran Sasaran Perwujudan Kelembagaan Demokrasi yang Makin Kokoh adalah: 1. Terlaksananya peran dan pelembagaan yang lebih kokoh melalui peran dan fungsi lembaga politik, kemasyarakatan, pers dan pemerintahan dengan meningkatkan hubungan yang harmonis antara DPRD, partai politik nasional, partai politik lokal dan masyarakat. 2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan kebijakan publik melalui forum publik. 3. Terwujudnya fungsi kontrol partai politik yang memihak kepada kepentingan masyarakat.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
160
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
b. Arah Kebijakan Arah kebijakan dari Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kokoh akan ditempuh melalui kebijakan: 1. Mewujudkan
kelembagaan
demokrasi
yang
lebih
kokoh
dengan
mempertegas tugas, wewenang dan tanggungjawab. 2. Membangun etika dan pendidikan politik yang sehat melalui rasa saling percaya dan menghargai (sportifitas) di dalam kelompok masyarakat 3. Memperkuat peran masyarakat dalam rangka menuju tatanan masyarakat sipil/masyarakat madani (civil society). c. Program Pembangunan Program Pembangunan dalam Perwujudan Lembaga Demokrasi yang makin kokoh dijabarkan dalam program-program sebagai berikut: 1.
Program penyempurnaan dan penguatan kelembagaan demokrasi
2.
Program perbaikan proses politik.
3.
Program Penguatan Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
6.1.3. Penegakan Hukum Gangguan terhadap ketenteraman dan ketertiban secara umum masih dalam tingkat
terkendali,
meskipun
demikian
perkembangan
variasi
gangguan
kejahatan dan aktualisasi konflik horisontal serta peningkatan konflik antar masyarakat harus diantisipasi. Meskipun upaya-upaya menjaga ketentraman dan ketertiban telah mampu menciptakan iklim yang relatif kondusif, namun besarnya wilayah Kabupaten Pidie Jaya, ketenteraman dan penanggulangan kriminalitas masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menjadi prioritas untuk diantisipasi dan diselesaikan. Adanya perilaku anarki dan pelanggaran hukum di masyarakat, kecenderungan meningkatnya angka kriminalitas dan kenakalan remaja sebagai dampak dari masalah ekonomi maupun globalisasi informasi. Bila tidak dilakukan antisipasi secara dini akan berdampak pada penyelenggaraan perlindungan ketentraman masyarakat. Problem kamtibmas yang bersumber dari politik dan separatisme,, tindak pidana dan perdata merupakan skala prioritas yang perlu ditangani oleh pemerintah daerah dalam penegakan hukum di kabupaten Pidie Jaya.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
161
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
a. Sasaran Sasaran dari Peningkatan Ketentraman, Ketertiban dan Penanggulangan Kriminalitas adalah sebagai berikut: 1. Terpeliharanya rasa persatuan dan kesatuan serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. 2. Meningkatnya situasi ketenteraman dan ketertiban yang kondusif. 3. Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum. 4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan aparat penegak hukum dalam pelaksanaan tugas dilapangan. b. Arah Kebijakan Arah keijakan tersebut dicapai dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan profesionalisme institusi yang terkait dengan masalah penegakan hukum, ketentraman dalam rangka terjaminnya ketertiban umum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan yang akan ditempuh
meliputi : 1.
Meningkatkan kemampuan untuk mencegah, menangkal dan menindak kejahatan terutama melalui deteksi dini dan keterlibatan para tokoh masyarakat.
2.
Meningkatkan profesionalisme aparat Satuan Polisi Pamong Praja, petugas Wilayatul Hisbah (WH) melalui pembinaan kinerja dengan meningkatkan sumber daya organisasi dan manajemen.
3.
Meningkatkan kerja sama antara polisi pamong praja, petugas wilayatul hisbah dengan kepolisian dalam upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban.
c. Program Pembangunan Penegakan hukum, peningkatan keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas dijabarkan ke dalam Program Pembangunan sebagai berikut: 1.
Program pemeliharaan kamtrantibmas dan pencegahan tindak kriminal.
2.
Program pengelolaan sumber daya pertahanan sipil dalam pemberdayaan potensi keamanan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
162
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3.
Program pembentukan produk hukum dan Legislasi Daerah
4.
Program peningkatan kesadaran hukum dan hak asasi manusia.
6.1.4. Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Desentralisasi dan otonomi daerah memiliki dampak pada penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah, sementara dampak terhadap birokrasi adalah pelayanan publik akan menjadi lebih sederhana dan cepat serta lebih baik. Dalam usia
yang sangat muda, Kabupaten Pidie Jaya sebagai
kabupaten baru, masih ditemukan permasalahan seperti kurang optimalnya fungsi birokrasi dalam peran sebagai pelayanan publik dan fungsi sebagai dinamisator pembangunan. Dengan spirit otonomi daerah Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, perlu menata kembali kelembagaan maupun sumber daya manusia, sehingga diharapkan pelayanan publik akan lebih optimal a. Sasaran Sasaran yang hendak dicapai berkenaan dengan pemantapan pelaksanaan otonomi daerah adalah: 1.
Meningkatkan kapabilitas sumberdaya aparatur pemerintah daerah yang profesional dan kompeten.
2.
Meningkatkan kualitas pelayanan dan informasi guna memudahkan akses informasi.
b. Arah Kebijakan Pemantapan
pelaksanaan
otonomi
daerah
diarahkan
untuk
mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelayanan dan penerapan pelaksanaan pemerintahan daerah yang baik dilaksanakan melalui kebijakan: 1. Peningkatan kompetensi SDM. 2. Sosialisasi jenis pelayanan melalui leaflet, media elektronik dan IT. 3. Peningkatan sarana dan prasarana guna meningkatkan pelayanan pada masyarakat sampai wilayah kecamatan/mukim/gampong. 4. Mengadakan evaluasi tahunan guna perbaikan yang berkelanjutan. 5. Menyederhanakan prosedur pelayanan publik/peningkatan pelayanan prima.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
163
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
c. Program Pembangunan Program yang akan ditempuh dalam Pemantapan otonomi daerah adalah: 1. Program Peningkatan Pendapatan Daerah. 2. Program Pengelolaan Sumber Daya Aparatur 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Pemerintahan 4. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi. 5. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah. 6. Program Pengembangan Ekonomi dan Kerjasama Daerah. 7. Program Peningkatan dan Pengelolaan Aset/Kekayaan Daerah 8. Program Peningkatan Pelayanan Administrasi.
6.2. Bidang Ekonomi Arah kebijakan dalam peningkatan pembangunan bidang ekonomi disesuaikan dengan kondisi alam serta potensi sektoral wilayah kabupaten Pidie Jaya. Terdapat beberapa aspek dasar yang menjadi sasaran perhatian antara lain; revitalisasi bidang pertanian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. 6.2.1. Revitalisasi Pertanian Pembangunan bidang pertanian mencakup sub sektor tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Dalam era otonomi daerah, pemerintah kabupaten Pidie Jaya selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang pembangunan salah satunya melalui peningkatan ketahanan pangan daerah untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Bidang Pertanian selama ini mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian, karena di sektor ini masyarakat Kabupaten Pidie Jaya menggantungkan hidupnya. Selain itu mata rantai yang timbul dari sektor pertanian sangat besar sehingga dampak yang ditimbulkan dari sektor pertanian sangat luas. Sebagai bagian dari pembangunan masyarakat, pembangunan bidang pertanian diupayakan agar sinergis dengan pembangunan sektor lainnya, bahkan merupakan titik pusat, sebagai sumber penggerak sektor lain dengan pengembangan sistem agribisnis termasuk agroindustri yang tahan terhadap badai krisis dan dapat menjadi penopang untuk tidak menjadikan krisis ekonomi berkelanjutan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
164
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
a. Sasaran Sasaran pembangunan bidang pertanian di Kabupaten Pidie Jaya adalah meningkatnya
pertumbuhan
sektor
pertanian,
perkebunan,
perikanan,
peternakan dan kelautan, dalam hal menjaga stabilitas ketahanan pangan serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani/nelayan yang dirinci sebagai berikut: 1. Meningkatnya efisiensi dan peningkatan produksi serta produktivitas pembangunan bidang pertanian, yang diupayakan melalui konsolidasi perluasan usaha, ketepatan penyediaan sarana produksi dan terjaminnya sistem pengendalian hama dan penyakit maupun penanganan bencana alam banjir, longsor dan kekeringan. 2. Menumbuhkan pusat-pusat dan kawasan komoditi unggulan daerah. 3. Terjaganya sistem pemasaran yang menguntungkan pelaku usaha dan menjaga permintaan dan penawaran produk yang berimbang, sehingga akan mampu menjaga stabilitas harga produk pertanian. 4. Meningkatnya akses petani/nelayan kepada sumberdaya produktif, dicirikan oleh berkembangnya sistem usaha pertanian yang didukung oleh sistem permodalan, informasi dan transportasi yang memadai maupun peningkatan kemampuan SDM petani/nelayan. 5. Meningkatnya kemampuan petani/nelayan dalam menghasilkan komoditas yang berdaya saing tinggi melalui perkuatan sistem penyuluhan maupun penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang memadai. 6. Terwujudnya pengelolaan lahan sesuai daya dukung lingkungan dengan konsep pertanian berkelanjutan. b. Arah Kebijakan Dalam rangka mengoptimalkan perencanaan pembangunan bidang pertanian sebagai
kelanjutan
peningkatan
dari
produktivitas
kebijakan melalui
percepatan
pemulihan
pengembangan
ekonomi
ekonomi
dan
kerakyatan,
penguatan unit-unit usaha dan lembaga-lembaga ekonomi yang difokuskan dengan mengakomodir produk unggulan daerah yang sesuai dengan potensi dan perkembangan di sektor pertanian. Untuk itu, dalam implementasinya diarahkan pada strategi kebijakan sebagai berikut: 1. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
165
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
a) Mempertahankan tingkat produksi pangan dan produktivitas komoditi di Kabupaten Pidie Jaya. b) Melakukan penganekaragaman pangan untuk menurunkan tingkat ketergantungan pada beras dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi masyarakat. 2.
Kebijakan dalam peningkatan efisiensi, produksi dan produktivitas, daya saing dan nilai tambah produk sektor pertanian diarahkan untuk: a) Pengembangan usaha sektor pertanian dengan pendekatan terpadu dengan konsep kawasan komoditi unggulan daerah yang berwawasan agribisnis b) Peningkatan daya saing produk dan pengolahan hasil produk, peningkatan standar mutu serta mengupayakan perlindungan petani dan nelayan dari persaingan yang tidak sehat. c) Penguatan jaminan pasar dan sistem pemasaran serta manajemen usaha untuk mengatasi resiko usaha maupun dalam mendukung pengembangan agroindustri.
3.
Kebijakan dalam peningkatan kemampuan pelaku pertanian, nelayan dan perikanan lain beserta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan untuk: a) Penyuluhan dan pendampingan serta pemberdayaan petani, termasuk peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan. b) Memperkuat penyuluhan dan lembaga pertanian untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya produktif. c) Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian/perikanan. d) Penerapan standar mutu produk. e) Meningkatkan
pengamanan lingkungan budidaya
peternakan dan
perikanan terhadap penyakit hewan menular dan penyakit ikan. 4.
Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan diarahkan untuk: a) Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu dengan hutan cadangan pangan. b) Peningkatan partisipasi masyarakat luas dalam pengembangan hutan tanaman serta pelaksanaan konsep konservasi dan pelestarian hutan serta pengembangan hutan masyarakat.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
166
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
c) Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. d) Pengawasan peredaran hasil hutan untuk menjamin kelangsungan sistem distribusi legal. e) Pemanfaatan lahan yang berdaya guna dan berhasil guna terutama pada hutan rakyat. d. Program Pembangunan Program
Pembangunan
tersebut
dijabarkan
dalam
program-program
pembangunan pertanian sebagai berikut: 1.
Program peningkatan ketahanan pangan.
2.
Program
pengembangan
agribinis
tanaman
pangan,
perkebunan,
peternakan dan perikanan. 3.
Program Pengembangan Sumberdaya Kelautan.
4.
Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan.
5.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani/Peternak/ Nelayan.
6.
Program Pemantapan Pemanfaatan Usaha Perhutanan Rakyat.
7.
Program Pengembangan Usaha Perhutanan Rakyat.
6.2.2. Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pembangunan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan langkah strategis karena sektor tersebut memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan taraf hidup dan pertumbuhan ekonomi daerah serta sebagai upaya dalam penciptaan lapangan kerja baru. Dalam masa krisis, usaha skala mikro, kecil, dan menengah telah memperlihatkan ketangguhannya. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi kedepan diarahkan untuk memperkuat keberpihakan pada
pemberdayaan
usaha
ekonomi
rakyat
melalui
pertumbuhan
dan
pengembangan usaha yang komprehensif dan terpadu. a. Sasaran Sasaran yang dituju pada kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UMKM dalam tahun 2009–2014 mendatang adalah: 1. Meningkatnya produktivitas dan nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
167
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2. Berkembangnya usaha mikro di pedesaan atau di daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan. 3. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jatidiri koperasi. 4. Meningkatkan omzet koperasi. 5. Meningkatkan jumlah KSP/USP yang berpredikat sehat. 6. Meningkatkan jumlah koperasi aktif yang melaksanakan RAT.
b. Arah Kebijakan Arah kebijakan umum yang akan diterapkan pada pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada tahun-tahun mendatang adalah: 1.
Mengembangkan UKM yang diarahkan untuk memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
daerah
dengan
sasaran
penciptaan lapangan kerja, peningkatan produktivitas dan daya saing. Pengembangan usaha skala mikro diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan keterlibatan kaum perempuan. 2.
Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuh kembangkan wirausaha baru yang lebih kreatif untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja.
3.
Mengembangkan KUMKM untuk lebih berperan sebagai penyedia barang dan jasa dipasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor.
4.
Membangun tatanan kelembagaan dan organisasi Koperasi, meningkatkan kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) dan meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.
c. Program Pembangunan Untuk mencapai sasaran pembangunan yang sesuai arah kebijakan tersebut, maka program-program dalam pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang akan diimplementasikan pada lima tahun ke depan adalah: 1.
Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, Kecil dan Menengah
2.
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
168
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
KUMKM. 3.
Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
4.
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.
6.2.3. Peningkatan Investasi dan Perdagangan Kondisi geografis kabupaten Pidie Jaya yang terbentang di sepanjang jalan negara,
sangat
berpotensi
untuk
meningkatkan
bidang
investasi
dan
perdagangan. Perkembangan nilai Investasi bidang industri yang ada di Kabupaten Pidie Jaya lebih di dominasi oleh industri kecil / industri rumah tangga yaitu sebanyak 827 unit pada tahun 2005. Sama halnya dengan sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap PDRB Pidie Jaya. Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2007, secara rata-rata peranan sektor ini sekitar 5 persen. a. Sasaran Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi dan perdaganan adalah: 1. Terwujudnya iklim investasi yang kondusif dan penyederhanaan prosedur perizinan dan perdagangan. 2. Berkembangnya investasi melalui fasilitas (PMDN/PMA) maupun investasi non fasilitas. 3. Semakin terciptanya pemerataan investasi secara bertahap sesuai dengan potensi daerah, sehingga peranan investasi terhadap PDRB lebih meningkat agar dapat memicu pertumbuhan perekonomian daerah dan penciptaan lapangan kerja. 4. Berkembangnya pasar spesifik produk UKM/IKM.
b. Arah Kebijakan Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi dan perdagangan, kebijakan yang ditempuh diarahkan pada upaya: 1. Menjamin kepastian usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
169
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
penyelesaian konflik di bidang investasi. 2. Meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas di Kabupaten Pidie Jaya berbasis SDA, teknologi dan produk unggulan daerah. 3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota lainnya guna pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing. 4. Penyederhanaan sistem dan prosedur. 5. Secara bertahap, mendorong perluasan basis produk ekspor dengan tetap memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan. 6. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor. 7. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam bentuk pelatihan investasi, tata cara ekspor dan pembinaan secara sinergis, simultan dan berkelanjutan. c. Program Pembangunan Program Pembangunan yang akan ditempuh dalam peningkatan investasi dan perdagangan adalah: 1. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Kerjasama Investasi. 2. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. 3. Program Peningkatan Daya Saing Produksi Daerah. 4. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor. 5. Program Pengamanan Perdagangan dan Perlindungan Konsumen.
6.2.4. Peningkatan Daya Saing Pariwisata Pembangunan sektor pariwisata memiliki peranan penting karena disamping sebagai penggerak perekonomian, juga diharapkan meningkatkan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Potensi pariwisata di kabupaten Pidie Jaya secara umum cukup menarik, dan memiliki potensi wisata bahari, benteng pertahanan perang dan tugu Iskandar Muda serta situs-situs sejarah yang dapat dikembangkan untuk di jadikan obyek wisata lokal, nasional dan mungkin ke internasional.
Saat ini berbagai potensi pariwisata di Kabupaten
Pidie Jaya masih belum dikelola secara optimal terutama wisata pantai, wisata
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
170
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
budaya sejarah maupun kerajinan rakyat sehingga kemungkinan pengembangan masih terbuka lebar. a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan sektor pariwisata adalah: 1. Terciptanya penataan dan pengembangan wilayah Pariwisata yang islami serta berwawasan lingkungan. 2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas produk pariwisata yang memiliki daya saing. 3. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Pidie Jaya baik domestik maupun manca negara. 4. Meningkatnya kualitas SDM bidang pariwisata. 5. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan pariwisata. 6. Meningkatnya fungsi kelembagaan pariwisata dan kerjasama promosi. b. Arah Kebijakan Arah Kebijakan untuk mencapai sasaran pada peningkatan daya saing pariwsata tersebut adalah: 1.
Meningkatkan dan menumbuhkan potensi pariwisata yang ada, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta pelestarian budaya leluhur.
2.
Memberdayakan pengembangan pariwisata dan menggalang peran serta masyarakat dengan cara memposisikan masyarakat sebagai subyek pengembangan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan dinamis.
3.
Meningkatkan kualitas SDM pariwisata yang profesional dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan.
c. Program Pembangunan Program Pembangunan peningkatan daya saing pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya pada lima tahun ke depan adalah: 1. Program pengembangan obyek tujuan pariwisata 2. Program pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata 3. Program penataan wilayah dan agenda pariwisata
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
171
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
4. Program pengembangan wisata budaya dan agama.
6.2.5. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Stabilitas ekonomi yang semakin membaik dari tahun ke tahun memang dapat mendorong kinerja bidang lainnya. Namun demikian hal tersebut tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan kerja bagi para angkatan kerja di Kabupaten Pidie Jaya.
Untuk mengatasi masalah meningkatnya jumlah angkatan kerja
pemerintah kabupaten Pidie Jaya perlu melakukan beberapa upaya khususnya untuk menstimulasi munculnya lapangan pekerjaan baru dan mempersiapkan angkatan kerja yang siap pakai, dengan cara memberikan berbagai pelatihan. a. Sasaran Sasaran yang hendak dicapai berkaitan dengan upaya perbaikan iklim ketenagakerjaan dalam lima tahun mendatang antara lain: 1. Kenaikan jumlah calon tenaga kerja yang dilatih dan diterima di dunia kerja. 2. Naiknya jumlah penempatan tenaga kerja. 3. Penurunan angka kasus perselisihan antara pekerja dengan pengusaha. 4. Kenaikan
jumlah
perusahaan
yang
melaksanakan
Undang-undang
Ketenagakerjaan. 5. Menurunnya jumlah tenaga pengangguran secara signifikan. b. Arah Kebijakan Arah Kebijakan yang ditempuh untuk menciptakan lapangan kerja formal dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dilaksanakan dengan: 1. Menciptakan kesempatan kerja melalui investasi. Dalam hal ini Pemerintah akan
menciptakan
iklim
usaha
yang
kondusif
dengan
peningkatan
investasi.Iklim usaha yang kondusif memerlukan stabilitas ekonomi, politik dan keamanan, biaya produksi yang rendah, kepastian hukum serta peningkatan ketersediaan infrastruktur. 2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang dilakukan antara lain dengan pelatihan ketrampilan yang berbasis kompetensi. 3. Mengoptimalkan
program-program
perluasan
kesempatan
kerja
yang
dilakukan oleh pemerintah, antara lain adalah program Padat Karya Produktif, pengembangan UKM dan sektor informal produktif, koordinasi
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
172
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
dengan PJTKI untuk penempatan tenaga kerja ke luar negeri, serta programprogram pengentasan kemiskinan. c. Program Pembangunan Program Pembangunan untuk perbaikan iklim ketenagakerjaan di kabupaten Pidie Jaya pada lima tahun ke depan adalah: 1. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. 2. Program penempatan dan pengembangan kesempatan kerja. 3. Program peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja.
6.3. Bidang Infra Struktur, Sarana dan Prasarana Wilayah Bidang infra struktur, sarana dan prasarana wilayah merupakan faktor pendukung utama terhadap pelaksanaan bidang pemerintahan, bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya. Arah kebijakan bidang ini menyangkut penyediaan sarana phisik seperti; gedung/kator, jalan, sumber daya air, energi dan ketenagalistrikan serta fasilitas umum lainnya.
6.3.1. Peningkatan Prasarana Jalan dan Jembatan Sistem jaringan jalan di Kabupaten Pidie Jaya secara keseluruhan didominasi oleh transportasi jalan raya dan dalam perkembangannya sampai saat ini prasarana
transportasi
telah
ditingkatkan
melalui
program-program
pembangunan jalan dan jembatan serta rehabilitasi jalan dan jembatan yang ada. Secara umum, kendala yang dihadapi sektor transportasi meliputi aspek kapasitas,
kondisi,
jumlah
dan
kuantitas
prasarana
dan
sarana
fisik,
kelembagaan dan peraturan, sumberdaya manusia, teknologi, pendanaan/ investasi, serta manajemen operasi dan pemeliharaan. a. Sasaran Sasaran umum peningkatan prasarana jalan dan jembatan adalah: 1. Terwujudnya pengelolaan prasarana Jalan dan Jembatan pada ruas jalan di wilayah kabupaten Pidie Jaya antara lain: a) Terbinanya pengelolaan sarana dan prasarana trasportasi. b) Tersedianya data Jalan dan Jembatan yang mutakhir c) Bertambahnya bangunan pelengkap Trotoar
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
173
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
d) Bertambahnya pohon pelindung tepi Jalan (btg). 2. Terwujudnya peningkatan sistem jaringan Jalan dan Jembatan untuk mendukung
kawasan potensial ekonomi untuk tujuan pengembangan
wilayah ya ng mengakses sumber-sumber produksi komoditi unggulan daerah; 3. Terwujudnya peningkatan daya dukung serta kapasitas ruas Jalan yang baik dan memadai; 4. Terwujudnya aksesibilitas sarana dan prasarana jalan yang menunjang pariwisata, hal ini akan ditandai oleh bertambahnya panjang jalan penunjang pariwisata yang mantap. b. Arah Kebijakan Arah kebijakan pembangunan prasarana jalan dan jembatan di kabupaten Pidie Jaya untuk lima tahun kedepan Adalah: 1. Meningkatkan kemampuan pengelolaan prasarana jalan dan jembatan; 2. Penanganan seluruh ruas jalan dan jembatan dengan mengutamakan pemeliharaan rutin dan berkala; 3. Meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk mengatasi pertumbuhan lalu lintas; 4. Membangun prasarana transportasi yang medukung pengembangan desa miskin dan daerah terisolasi. 5. Meningkatkan profesionalisme dan SDM bidang penyelenggara prasarana jalan dan jembatan; 6. Membangun sistem jaringan jalan yang menunjang kawasan strategis potensial pembangunan sumber ekonomi masyarakat dan pariwisata; c. Program Pembangunan Untuk mencapai sasaran dan mengimplementasikan arah kebijakan, maka aksi kegiatan dapat dituangkan dalam bentuk Program Pembangunan antara lain: 1. Program pembangunan jalan dan jembatan; 2. Program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan; 3. Program peningkatan/pembangunan jalan lingkungan dan jembatan; 4. Program pengembangan dan tata laksana terkait kebinamargaan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
174
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
6.3.2. PengembanganTransportasi Darat Angkutan jalan merupakan alat transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pergerakan barang dan manusia, serta mempunyai kontribusi terbesar dalam menampung pangsa angkutan dibandingkan yang lain. a. Sasaran Sasaran yang diharapkan pada pegembangan transportasi darat adalah: 1. Berkurangnya angka kecelakaan lalu lintas jalan raya; 2. Terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan; 3. Menurunnya tingkat pelanggaran lalu lintas; 4. Terbangunnya isolasi daerah, dan tersedianya jalur produksi pada daerahdaerah pengembangan dan pusat pertumbuhan baru. b. Arah Kebijakan Untuk pencapaian sasaran dalam pengembangan prasarana transportasi darat, dijabarkan beberapa arah kebijakan antara lain: 1. Peningkatan keselamatan lalu lintas jalan secara komphrehensif dan terpadu dari berbagai aspek (perencanaan, pembinaan dan penegakan hukum), penanganan dampak kecelakaan dan daerah rawan kecelakaan, sistem informasi kecelakaan lalu lintas dan kelaikkan sarana serta izin pengemudi; 2. Meningkatkan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta pembinaan teknis tentang pelayanan operasional transportasi; 3. Peningkatan pembinaan teknis pengguna transportasi yang berkelanjutan; 4. Meningkatkan akses layanan masyarakat pada sumber-sumber produksi pasar dan pusat pertumbuhan baru. c. Program Pembangunan Bebera
Program
Pembangunan
dapat
dilakukan
untuk
pengembangan
transportasi darat, antara lain: 1. Program pengelolaan sarana dan prasarana transportasi darat; 2. Peningkatan standart keselamatan dan keamanan sarana dan prasarana LLAJ; 3. Peningkatan ketertiban, pengawasan lalu lintas dan laik jalan kendaraan bermotor; 4. Pembinaan/peningkatan SDM pengguna transportasi jalan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
175
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
5. Program pembangunan, rehabilitasi, pemeliharaan prasarana,
fasilitas
transportasi dan penataan lalu lintas angkutan jalan.
6.3.3. Pengembangan Transportasi Laut Transportasi
laut
saat
ini
begitu
besar
peranan
bagi
perkembangan
perokonomian Kabupaten Pidie Jaya ke depan. Hal itu harus didukung dengan meningkatnya pelayaran transportasi laut bagi nelayan tradisional dan nelayan modern baik untuk angkutan penumpang dalam negeri maupun luar negeri bahkan untuk transaksi perdagangan ekspor-impor. Bila ditinjau dari kondisi permasalahan saat ini adalah persoalan ini bukan menjadi prioritas utama bagi Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, meskipun sangat dibutuhkan untuk masa yang akan datang, apalagi dengan terbatasnya dukungan sarana dan prasarana, tingkat aksesibilitas dan kemampuan pendanaan guna pengembangan angkutan laut. a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai pada pengembangan transportasi laut adalah: 1. Terpenuhinya dermaga/pelabuhan yang standar (TPI dan PPI) bagi produksi perikanan daerah; 2. Berkembangnya sarana dan prasarana transportasi laut. b. Arah Kebijakan Arah kebijakan dari sasaran yang ingin dicapai pada pengembangan transportasi laut adalah: 1. Meningkatkan peran sarana dan prasarana PPI dan TPI; 2. Meningkatkan SDM di bidang transportasi laut c. Program Pembangunan Beberapa Program Pembangunan dalam pegembangan transportasi laut adalah: 1. Pembangunan dan rehabilitasi fasilitas penunjang dermaga/pelabuhan; 2. Pelatihan SDM nelayan dan aparatur bidang kelautan. 6.3.4. Pembangunan Infrastruktur Sumberdaya Air Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya. Selain itu, pembangunan di bidang sumber
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
176
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman. Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan berupa banjir, sedangkan pada musim kemarau, kelangkahan air pada beberapa daerah pertanian apabila tidak ditata akan menimbulkan potensi bahaya kekeringan. a. Sasaran Sasaran umum pembangunan sumber daya air adalah: 1.
Tercapainya pola pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan serta berdaya guna dan berhasil guna;
2.
Terkendalinya potensi konflik air;
3.
Terkendalinya pemanfaatan air tanah;
4.
Meningkatnya kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, pertanian, dan industri dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian rakyat;
5.
Berkurangnya dampak bencana banjir dan kekeringan, terkendalinya pencemaran air, terlindunginya daerah pantai dari abrasi air laut;
6.
Meningkatnya kualitas koordinasi dan kerjasama antar instansi dan peran aktif masyarakat;
7.
Terciptanya pola pembiayaan yang berkelanjutan;
8.
Tersedianya data dan sistem informasi yang aktual, akurat dan mudah diakses. pulihnya kondisi sumber-sumber air dan prasarana sumber daya air, ketersediaan air baku bagi masyarakat, pengendalian banjir terutama pada daerah perkotaan.
b. Arah Kebijakan Kebijakan dalam pegelolaan sumber daya air diarahkan pada: 1. Sistem pengelolaan sumber daya air yang terencana dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang; 2. Peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun dengan sistem rehabilitasi pada areal irigasi yang mengalami kerusakan dan pembangunan jaringan baru;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
177
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah; 4. Penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung
jawab
masing-masing
pemangku
kepentingan
dengan
memantapkan mekanisme koordinasi, baik antar institusi pemerintah maupun antara institusi pemerintah dengan institusi masyarakat; 5. Peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan air irigasi. c. Program Pembangunan Untuk mencapai sasaran umum kebijakan di atas maka dilakukan kegiatankegiatan yang tercakup dalam beberapa program, yaitu: 1. Program
Perencanaan
Pengembangan,
Pengelolaan
dan
Konservasi
sumberdaya air; 2. Program operasi, pemeliharaan dan pengelolaan jaringan irigasi dan perairan umum; 3. Program pembinaan dan pemanfaatan infrastruktur perairan umum; 4. Program penataan kelembagaan pengelolaan sumberdaya air; 5. Program pembangunan sarana prasarana pengairan pengendalian banjir dan pengamanan pantai; 6. Program pengembangan pelayanan air minum perkotaan dan perdesaan.
6.3.5. Percepatan Pemerataan Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan Kebutuhan akan energi terutama energi listrik yang lebih besar dengan meningkatnya pembangunan diberagai bidang, perlu perencanaan sejak awal sebagai langkah antisipatif. Kondisi yang dihadapi saat ini adalah kurangnya energi listrik dan pemanfaatan energi alternatif (microhidro, biomassa, tenaga surya, tenaga angin) sebagai tenaga listrik yg masih menggunakan BBM. a. Sasaran Arah kebijakan yang harus ditempuh untuk percepatan pemerataan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan adalah: 1. Terpenuhinya kebutuhan energi, terutama energi listrik bagi masyarakat.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
178
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2. Terbentuknya lembaga-lembaga yang mencari sumber-sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM. b. Arah Kebijakan 1. Meningkatkan pelayanan dan penyediaan energi bagi masyarakat 2. Penguasaan dan pengembangan aplikasi serta tekologi ketenagalistrikan 3. Pengembangan penggunaan energi non BBM. d. Program Pembangunan Guna
pencapaian
sasaran
terhadap
kebijakan
masalah
energi
dan
ketenagalistrikan, melalui program-program sebagai berikut: 1.
Program penguasaan dan pengembangan migas dan energi lainnya serta aplikasi teknologi energi non BBM
2.
Program pengembangan aplikasi serta teknologi ketenagalistrikan.
6.3.6. Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman Pemenuhuhan kebutuhan masyarakat akan hunian yang layak dan sehat merupakan salah satu tujuan utama pembangunan perumahan dan permukiman. Permasalahan dan kondisi saat ini masih terbatasnya ketersediaan perumahan dan permukiman yang perlu mendapatkan perhatian untuk pengembangan kedepan. a. Sasaran Pembangunan infra struktur perumahan ditujukan untuk memenuhi ketersediaan tempat hunian bagi masyarakat, dengan sasaran: 1. Terwujudnya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya akan hunian yang layak dan sehat; 2. Terciptanya masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan untuk mewujudkan lingkungan pemukiman yang sehat, higynes, harmonis dan berkelanjutan; 3. Tercapainya penurunan luasan kawasan pemukiman kumuh. b. Arah Kebijakan Arah kebijakan pada pembangunan infrastruktur perumahan adalah: 1. Mendorong pembangunan perumahan yang bertumpu pada kemandirian
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
179
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
(swadaya) kelompok masyarakat; 2. Percepatan perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial; 3. Mendorong pembangunan perumahan layak huni bagi masyarakat marjinal. c. Program Pembangunan Untuk mencapai sasaran dan arah kebijakan sebagaimana disebutkan diatas maka kegiatan-kegiatan pokok akan dilakukan melalui program-prgram sebagai berikut: 1.
Program Pengembangan Perumahan Rakyat;
2.
Program pemukiman lingkungan sehat
6.3.7. Peningkatan Sarana dan Prasarana Gedung/Kantor Pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya sebagai daerah yang baru pemekaran sangat memerlukan fasilitas fisik berupa gedung perkantoran yang representatif terutama untuk setiap satuan kerja perangkat daerah. a. Sasaran Peningkatan sarana dan prasarana gedung/kantor pemerintah ditujukan untuk memenuhi ketersediaan kantor-kantor pemerintah, dengan sasaran: 1.
Terwujudnya kompleks perkantoran pemerintahan yang layak lam rangka peningkatan layanan minimal kepada masyarakat;
2.
Memudahkan koordinasi dan kerjasama antar SKPD
b. Arah Kebijakan Arah kebijakan yang diinginkan adalah: 1.
Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana kantor pemerintahan;
2.
Meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan;
3.
Mewujudkan pembangunan pusat perkantoran yang layak.
c. Program Pembangunan Program Pembangunan yang dapat dilakukan untuk peningkatan sarana dan prasarana gedung pemerintah adalah: 1.
Program pembangunan dan relokasi gedung pemerintah pada pusat perkantoran;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
180
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2.
Program pengembangan sarana dan prasarana kantor kecamatan, kantor geucik dan balai desa.
6.3.8. Pengembangan Fasilitas Olah Raga Fasilitas olah raga yang memadai sangat dibutuhkan di kabupaten Pidie Jaya, mengingat potensi pemuda daerah cukup berbakat dibidang olah raga serta dalam rangka meningkatkan kegiatan olah raga dan mewujudkan prestasi daerah a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari kebijakan pengembangan fasilitas olah raga adalah: 1.
Tersedianya fasilitas olah raga yang memadai;
2.
Terwujudnya atlet berprestasi daerah.
b. Arah Kebijakan Arah kebijakan yang harus ditempuh untuk pengembangan fasilitas olah raga adalah: 1.
Peningkatan penyediaan fasilitas olah raga yang memadai
2.
Pembinaan dan motivasi masyarakat yang sehat dengan berolah raga.
c. Program Pembangunan Dalam upaya pengembangan fasilitas olah raga, ditempuh melalui Program Pembangunan sabagai berikut: 1. Program peningkatan dan pengelolaan sarana dan prasarana olah raga; 2. Program pembinaan dan pemasyarakatan olah raga; 3. Program pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga.
6.4. Bidang Lingkungan Hidup Bidang lingkungan hidup perlu dijaga pelestariannya agar tertata dengan baik melalui perencanaan dan tata ruang wilayah. Arah kebijakan bidang ini menyangkut perencanaan dan pengendalian tata ruang wilayah, penyehatan lingkungan, pengelolaan persampahan, dan pengembangan fasilitas drainase.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
181
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
6.4.1. Perencanaan dan Pengendalian Tata Ruang Wilayah Sebagai kabupaten yang paling muda, Pidie Jaya sangat berpeluang menyusun sejak awal pengendalian tata ruang dan tata wilayah kota kabupaten dan sekitarnya. Tata ruang pusat-pusat pemerintahan, perdagangan, fasilitas umum dan pemukiman harus dirancang dengan baik untuk menuju tata ruang yang indah dan nyaman bagi pemerintah dan rakyatnya terutama terhadap akses pelayanan publik. a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari kebijakan pengendalian tata ruang wilayah adalah: 1. Tersedianya produk tata ruang yang sesuai dengan perkembangan wilayah; 2. Meningkatnya kesesuaian pemanfaatan tata ruang dan wilayah. b. Arah Kebijakan Arah kebijakan pada perencanaan dan pengendalian tata ruang wilayah adalah: 1. Pemerataan dan pemanfaatan ruang yang terpadu dalam mengantisipasi perkembangan penduduk dan perkembangan wilayah pedesaan; 2. Meningkatkan keseimbangan pemanfaatan ruang antara perkotaan dan pedesaan; 3. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang daerah pedesaan dan perkotaan. c. Program Pembangunan Program Pembangunan yang dapat dilakkan adalah: 1. Perencanaan Tata Ruang; 2. Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang.
6.4.2. Peningkatan Penyehatan Lingkungan Pembangunan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan (sanitasi) yang telah dilakukan mengalami banyak kemajuan, namun demikian untuk prasarana dan sarana pengolahan air limbah dasar belum mencapai hasil yang optimal.
a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai untuk peningkatan penyehatan lingkungan adalah:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
182
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1.
Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana air limbah yang memenuhi syarat;
2.
Membangkitkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat buruknya sanitasi lingkungan.
b. Arah Kebijakan Arah kebijakan pada peningkatan penyehatan lingkungan ditujukan untuk: 1.
Meningkatkan cakupan pelayanan sarana dan prasarana sanitasi di pedesaan;
2.
Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat dalam realisasi pembangunan dan pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi.
c. Program Pembangunan Program Pembangunan yang dapat dilakukan untuk peningkatan penyehatan lingkungan adalah: 1. Program pengembangan dan pengelolaan PS sanitasi (air limbah domestik); 2. Program penyuluhan kesehatan lingkungan.
6.4.3. Pengelolaan Persampahan Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan perlu ditangani secara baik sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sehat. Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Pidie Jaya belum mencapai hasil yang optimal dan rendahnya partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan kebersihan. a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari pengelolaan persampahan adalah: 1. Meningkatnya pelayanan kebersihan perkotaan; 2. Meningkatkan suasana lingkungan yang baik; 3. Mengembangkan manajemen pengelolaan sampah melalui perencanaan konsep tata lingkungan. b. Arah Kebijakan Arah keijakan yang harus ditempuh pada pengelolaan persampahan adalah: 1. Meningkatkan upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sampah.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
183
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2. Meningkatkan peranserta dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan sarana persampahan, serta kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat. c. Program Pembangunan Untuk mencapai sasaran terhadap pengelolaan persampahan, dapat dilakukan melaului Program Pembangunan: 1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Kebersihan (persampahan). 2. Program Peningkatan Kebersihan dan Pertamanan. 6.4.4. Pengembangan Fasilitas Drainase Kemampuan drainase untuk menyalurkan air limah rumah tangga perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah kabupeten Pidie Jaya, karena daerahnya termasuk rawan banjir. a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari pengembangan fasilitas drainase ini adalah: 1. Menurunnya daerah genangan akibat hujan. 2. Tersedianya drainase yang memenuhi syarat dan mendukung tata kelola lingkungan dan keindahan kawasan perkotaan serta perdesaan. b. Arah Kebijakan Arah kebijakan yang harus ditempuh untuk pengembangan fasilitas drainase adalah: 1. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholder dalam mencapai sasaran pembangunan drainase guna pengendalian banjir. 2. Mempersiapkan segala sumberdaya pada pengelolaan sistem drainase. c. Program Pembangunan Dalam upaya pengembangan fasilitas drainase,
ditempuh melalui Program
Pembangunan sabagai berikut: 1. Program pengembangan dan normalisasi saluran drainase lingkungan pemukiman. 2. Program pembangunan dan pemeliharaan turap, talud dan bronjong.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
184
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
6.5. Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Penyelenggaraan Syariat Islam Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan merupakan prioritas pembangunan nasional yang termasuk urusan wajib, dengan demikian secara otomatis juga merupakan prioritas pembangunan di daerah. Untuk masyarakat Aceh khususnya kabupaten Pidie Jaya yang 100 persen masyarakatnya beragama Islam, maka bidang keagamaan ini menjadi hal penting.
6.5.1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Dalam peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, dimana saat ini dunia pendidikan menghadapi tiga tantangan besar: pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, dalam menghadapi era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar output-nya mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan penyesuaian untuk mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, dengan memperhatikan keberagaman kebutuhan, keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, setiap warga negara berhak mendapatkan layanan pendidikan. Sebagai konsekuensi dari komitmen tersebut, setiap warga negara tanpa mengenal latar belakang, baik yang normal maupun yang berkelainan, serta yang berkebutuhan khusus, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu setidaktidaknya selama 9 tahun. Pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Pidie Jaya masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, yaitu; kurangnya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, kurangnya relevansi pendidikan, dan tidak meratanya penempatan dan kebutuhan tenaga pengajar serta jumlah tenaga pengajar masih kurang
a. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan akses pendidikan yang berkualitas pada lima tahun ke depan adalah:
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
185
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1. Meningkatnya mutu pendidikan dasar dan menengah dengan indikator antara lain: a)
Kenaikan rata-rata Nilai Ujia Nasional SD, SLTP dan SLTA
b)
Kenaikan jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri
c)
Kenaikan jumlah siswa SMK yang lulus dan mendapat pekerjaan
2. Meningkatnya proporsi anak yang terlayani pada pendidikan; 3. Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan pendidikan usia dini, dasar dan menengah; 4. Terbentuknya sekolah unggulan di setiap kecamatan. b. Arah Kebijakan Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, peningkatan kualitas pendidikan masyarakat akan dilaksanakan sebagai berikut: 1.
Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen melalui: a) Peningkatan kualitas pendidikan secara profesional yang bermuara pada peningkatan kualitas kelembagaan; b) Meningkatkan kompetensi pendidikan kejuruan dan pendidikan non formal untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam rangka memasuki dunia kerja; c) Meningkatkan layanan pendidikan ketrampilan bagi anak luar biasa agar dapat hidup mandiri;tingkat Kabupaten dan Kecamatan.
2.
Kebijakan pemerataan kesempatan Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang brmutu dengan: a) Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun; b) Peningkatan sarana prasarana; c) Peningkatan pelayanan Pendidikan Luar Sekolah.
c. Program Pembangunan Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut, langkah-langkah yang akan ditempuh dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai berikut :
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
186
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1. Program Pendidikan Pra Sekolah (Usia Dini – TK). 2. Program Pendidikan Dasar. 3. Program Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruhan. 4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan. 5. Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS). 6. Program Pembinaan Tenaga Kependidikan. 7. Program penunjang pengembangan pendidikan dan kebudayaan. 8. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. 6.5.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Upaya mencapai keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya adalah terciptanya masyarakat yang sehat baik fisik maupun mental. Selama ini apresiasi masyarakat terhadap kesehatan masih relatif rendah, utamanya bagi keluarga-keluarga miskin. Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit menular ataupun faktor ketidak tahuan masyarakat dalam menyikapi kesehatan, harus menjadi perhatian utama semua pihak khususnya pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Dalam bidang kesehatan, kondisi umum pembangunan kesehatan antara lain dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat serta pola penyakit. Status kesehatan masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai indikator kesehatan seperti usia harapan hidup, angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu melahirkan dan keadaan gizi masyarakat. Selanjutnya, pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan
kesehatan
dasar,
yaitu
Puskesmas
yang
diperkuat
dengan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di seluruh kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, karena masalah biaya dan jarak transportasi. Masalah pembangunan kesehatan yang masih dihadapi saat ini adalah; belum meratanya jangkauan pelayanan kesehatan khususnya bagi keluarga miskin di pedesaan dan adanya beberapa penyakit menular serta bencana yang berpotensi menjadi masalah luas pada kesehatan masyarakat.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
187
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
a. Sasaran Sasaran kebijakan pembangunan kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin. 2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas dan jaringannya, pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas, serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta perbaikan gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi, penurunan prevalensi gizi kurang, dan peningkatan pengamatan kasus gizi. 3. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, cakupan sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan rujukan serta pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan di Rumah Sakit. 4. Meningkatkan ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, keamanan obat dan makanan, mutu obat dan perbekalan kesehatan serta pemerataan distribusinya, meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya NAPZA serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya, serta meningkatkan kualitas dan keanekaragaman tanaman obat, peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat obat bahan alam Indonesia. 5. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan cakupan posyandu ke arah kemandirian. b. Arah Kebijakan Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada: 1. Peningkatan kualitas pelayanan pada setiap strata pelayanan. 2. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk terutama keluarga miskin 3. Peningkatan kualitas,kuantitas dan pendayagunaan tenaga kesehatan. 4. Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat. 5. Peningkatan pembinaan dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan. 6. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan. 7. Pengembangan manajemen bidang kesehatan.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
188
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
c. Program Pembangunan Dalam rangka untuk mencapai sasaran tersebut Program Pembangunan yang dilaksanakan adalah: 1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat dan Perorangan. 2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat. 3. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. 4. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. 5. Program Lingkungan Sehat dan Promosi Kesehatan. 6. Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan. 7. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan.
6.5.3. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Syariat Islam Kabupaten Pidie Jaya yang hampir 100 persen penduduknya beragama islam, perlu meningkatkan kualitas pengamalan beragama, hal ini mengandung maksud bahwa kehidupan masyarakat dalam hal beragama dan bersosial, hendaknya menganut prinsip saling menghargai dan menghormati pemahaman pelaksanaan syariat islam yang tidak bertentangan dengan Alqur’an dan Assunnah Rasulullah Muhammad SAW dengan tanggungjawab sosial yang tinggi. Untuk itu, Pemerintah bersama masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam hal berinteraksi secara sosial, seyogianya didasarkan pada nilai-nilai keagamaan secara terus menerus dan berkesinambungan (sustainable). Di samping itu, perlu jaminan agar masyarakat dapat melakukan kegiatannya secara benar, tertib dan teratur serta dengan disiplin yang tinggi, dan menjaga hubungan yang harmonis antara sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Kehidupan masyarakat dalam hal beragama dan bersosial di Kabupaten Pidie Jaya , sudah cukup seperti yang diharapkan. Pengamatan menunjukkan, bahwa dalam
kehidupan
sehari-hari,
masih
dijumpai
persoalan-persoalan
yang
bersumber pada pemahaman yang bervariatif dalam beragama dan berinteraksi secara sosial. Berkenaan dengan keagamaan, masih sering dijumpai konflikkonflik horizontal ,beda pendapat dan pemahaman yang masih dapat dilakukan rujukan dan pendekatan aqidah. Sementara yang berkaitan dengan masalah sosial juga masih sering ditemui perilaku-perilaku masyarakat yang tidak sejalan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
189
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
dengan agama dan keyakinan mereka, dengan demikian pemahaman syariat Islam dan sosial dalam beragama masih perlu pembinaan dan pengarahan.
b. Sasaran Sasaran agar terciptanya kondisi yang kondusif dalam hal pemahaman syariat Islam yang berkualitas dan sosial antar umat beragama dalam lima tahun ke depan adalah: 1. Meningkatkan kualitas kelembagaan penyelenggara syariat Islam. 2. Meningkatkan
kesadaran
dan
pemahaman
terhadap
pentingnya
penyelenggaraan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari 3. Meningkatkan
peranserta
tokoh-tokoh
masyarakat
dan
ulama
untuk
mendukung terlaksananya syariat Islam dalam kehidupan sosial. 4. Meningkatkan kualitas penyelenggara syariat Islam yang berkearifan local dan memahami adat-istiadat daerah. c. Arah Kebijakan Secara umum kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya diarahkan kepada upaya minimalisasi konflik sosial keagamaan dan peningkatan kualitas pemahaman
syariat islam dan hubungan sosial melalui
berbagai program yang mampu meningkatkan kerukunan antar umat beragama. Sedangkan secara spesifik kebijakan peningkatan kualitas pemahaman syariat islam dan hubungan sosial dalam beragama diarahkan pada: 1. Penyempurnaan masyarakat
berbagai
dalam
kebijakan
mendapatkan
yang
merintangi
pemahaman
syariat
aksesibilitas Islam
yang
komprehensif. 2. Meningkatkan
kualitas
aparatur
dan
pelayanan
syariat
Islam
bagi
masyarakat. 3. Mengoptimalkan fungsi pengawasan syariat islam melalui Satpol PP dan WH 4. Mengotimalisasikan informasi tentang syariat Islam dan aksesibilitas masyarakat terhadap ketersediaan tempat-tempat ibadah dan pengajian.
c. Program Pembangunan Berpijak dari sasaran dan arah kebijakan, maka program peningkatan Kualitas pemahaman syariat islam dan hubungan sosial dalam beragama tetap akan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
190
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
berpegang pada akar permasalahan dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan yang ada. Tidak semua permasalahan mampu dijawab melalui berbagai program yang dirancang hanya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten saja, tetapi diperlukan kerjasama dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Selama 5 (lima) tahun ke depan langkah kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pemahaman syariat islam dan hubungan sosial dalam beragama di Kabupaten Pidie Jaya dituangkan dalam program-program sebagai berikut: 1. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Syariat. 2. Program pembinaan dan pengembangan Syariat Islam 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan Syariat Islam. 4. Program Peningkatan Kualitas Aparatur Penyelengara Syariat Islam.
6.6. Bidang Perlindungan Sosial Bidang perlindungan sosial merupakan masalah yang krusial yang harus diurus oleh pemerintah daerah kabupaten Pidie Jaya, karena menyangkut dengan kondisi ekonomi masyarakat ditengah-tengah krisis global, juga pasca gempa dan tsunami. Pada bidang ini mencakup beberapa aspek pembangunan antara lain; peningkatan kesejahteraan sosial, pemberdayaan masyarakat miskin, peningkatan peran perempuan, perlindungan perempan dan anak serta pembangunan bidang lainnya menyangkut pengamanan sosial.
6.6.1. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial merupakan tujuan akhir dari berbagai pembangunan di suatu daerah. Indikasi suatu masyarakat dikatakan sejahtera secara sosial, adalah apabila di daerah tersebut sudah tidak dijumpai lagi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keberadaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) antara lain: keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, ketunasusilaan, bencana alam dan konflik sosial, penyandang cacat, gelandangan dan pengemis, anak nakal dan korban narkotika, anak jalanan, wanita rawan sosial ekonomi, dan fakir miskin.
a. Sasaran Kebijakan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
191
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Sejalan dengan permasalahan di atas, sasaran dalam program pembangunan seyogianya berfokus pada upaya untuk menanggulangi dan menurunkan jumlah penduduk yang terperangkap dengan fenomena PMKS, dengan rincian sasaran yang dimaksud adalah: 1. Menurunkan jumlah penyandang PMKS dari tahun ke tahun. 2. Memberdayakan para penyandang PMKS untuk
melaksanakan Usaha
Sosial Ekonomi Produktif (USEP); 3. Meningkatkan program dan kegiatan pemberdayaan dan bantuan terhadap korban bencana alam, terutama penanganan pasca bencana; 4. Meningkatkan program dan kegiatan pemberdayaan dan bantuan terhadap keluarga pra-sejahtera dan keluarga miskin. b. Arah Kebijakan Bila kita lihat kompleksitas PMKS dan kerentanan yang ada pada setiap proses upaya penanganannya, maka akan kita sadari bahwa pemecahan masalah ini tidak bisa dilakukan secara sektoral. Tetapi multi dimensi dalam program lintas pembangunan yang menyangkut sinergitas peran pemerintah, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM). Secara umum kebijakan pembangunan bidang kesejahteraan sosial diarahkan pada upaya penurunan PMKS. Sedangkan secara spesifik kebijakan yang berkenaan dengan PMKS diarahkan pada: 1. Penampungan sementara terhadap para PMKS dan melakukan upaya pemberdayaan usaha dan pembinaan keterampilan dan pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan kesejahteraan. 2. Mendorong partisipasi masyarakat dan lembaga sosial yang ada di daerah dalam pembinaan USEP. 3. Mendorong partisipasi masyarakat dan lembaga sosial di daerah untuk meringankan dan mengatasi penderitaan para korban bencana alam. 4. Mendorong partisipasi masyarakat dan lembaga sosial untuk mencegah dan mengatasi permasalahan sosial. 5. Peningkatan pemenuhan dan aksesibilitas masyarakat terhadap ketersediaan dana-dana bantuan. c. Program Pembangunan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
192
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Dengan berpijak pada sasaran dan arah kebijakan, maka program penurunan jumlah penduduk yang menyandang PMKS tetap akan berpegang pada akar permasalahan dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan yang ada. Tidak semua permasalahan mampu dijawab melalui berbagai program yang dirancang hanya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten saja, tetapi diperlukan kerjasama dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Selama 5 (lima) tahun kedepan langkah kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan kesejahteraan sosial di Kabupaten Pidie Jaya dituangkan dalam programprogram sebagai berikut: 1. Program
Pemberdayaan
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial
(PMKS). 2. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. 3. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial. 4. Program Bantuan Kesejahteraan Sosial.
6.6.2. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kemiskinan merupakan masalah kompleks sebagai akibat dari berbagai faktor yang
saling
berhubungan,
antara
lain:
tingkat
pendapatan,
kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Kompleksitas masalah kemiskinan tentu tidak bisa dijawab melalui program pembangunan yang bersifat parsial apalagi kontradiktif, tetapi diperlukan sebuah rumusan kebijakan yang bersifat holistik, dimana ada keterkaitan satu sama lain meskipun tidak bisa menghindari pendekatan sektoral. Rumusan kebijakan pembangunan hendaknya disatukan oleh dua isu sentral dan mendasar yaitu penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Program
yang
khusus
ditujukan
untuk
mengatasi
masalah
kemiskinan
diorientasikan pada upaya peningkatan pendapatan dan pengurangan beban masyarakat miskin melalui pendekatan pemberdayaan usaha, pemberdayaan manusia dan pemberdayaan lingkungan. Dalam upaya Pengentasan Kemiskinan, langkah-langkah yang telah dilakukan antara lain: 1. Memberikan bantuan modal usaha melalui pinjaman lunak; 2. Peningkatan akses pada masyarakat miskin;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
193
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
3. Pendampingan Program
Program,
Pengembangan
Pemberdayaan Kecamatan
Masyarakat,
(PPK),
pendampingan
Pendampingan
Program
Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), dan kegiatan PNPM Mandiri; 4. Penunjang OPK Raskin dan pembinaan Usaha Mandiri. Kebijakan pengurangan subsidi BBM menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa yang berakibat pada turunnya daya beli masyarakat, khususnya masyarakat miskin.
Program dana kompensasi (BLT) untuk penanggulangannya telah
berjalan dengan baik di Kabupaten Pidie Jaya. Dengan mempertimbangkan dampak dari pengurangan Subsidi BBM akan dilakukan upaya-upaya mengatasi kemiskinan dan pengangguran dalam jangka pendek diantaranya dengan program padat karya dan lebih mengoptimalkan kerjasama dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. a. Sasaran Sasaran penanggulangan kemiskinan terkait dengan sasaran kebijakan adalah: 1. Menurunnya persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan; 2. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha ; 3. Terbukanya akses permodalan dalam menciptakan dan mengembangkan usaha, peningkatan kapasitas kelembagaan desa dan kapasitas kelompok masyarakat (Pokmas) dalam mengelola usaha baik secara mandiri maupun kolektif; 4. Terbukanya akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan SDA dan terjaganya kualitas lingkungan hidup. b. Arah Kebijakan Secara umum kebijakan pembangunan pemerintah Pidie Jaya diarahkan pada: 1.
Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha melalui kebijakan yang mampu mengentaskan kemiskinan. Peningkatan akses dan layanan permodalan dan pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan memberikan skim khusus (bunga rendah) tetapi tetap memperhatikan mekanisme pasar yang ada;
2.
Pemeliharaan dan pengembangan kesempatan kerja yang didukung oleh tenaga kerja yang terampil dalam suasana hubungan kerja yang harmonis
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
194
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
antar pelaku produksi, adanya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta peningkatan upah buruh berdasarkan standar kebutuhan hidup minimal; 3.
Pengembangan potensi wilayah baik pada daerah pesisir, sekitar hutan, persawahan, pertambakan, dan daerah-daerah sekitar kawasan industri dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik dan kompetitif serta mempunyai dampak langsung terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja;
4.
Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar dan sarana ekonomi sesuai dengan karakteristik kebutuhan, sehingga mampu membuka akses dan meningkatkan peluang kelompok masyarakat miskin untuk meningkatkan produktivitas sesuai dengan basis mata pencahariannya.
c. Program Pembangunan Program-program
yang
akan
diimplementasikan
dalam
penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya adalah: 1.
Program gardu taskin;
2.
Program pemenuhan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin;
3.
Program pengembangan Usaha Ekonomi Produktif bagi masyarakat Miskin;
4.
Program pengembangan Infrastruktur perdesaan bagi masyarakat miskin;
5.
Program peningkatan pemberdayaan masyarakat desa.
6.6.3. Peningkatan Peran Perempuan Serta Perlindungan Perempuan dan Anak Pembangunan yang ditujukan pada kedudukan dan peranan perempuan diarahkan pada terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, agar kualitas hidup perempuan dapat ditingkatkan sehingga mampu menjadi mitra sejajar dengan laki-laki. Kebijakan ini dilakukan secara lintas bidang dan program, lintas lembaga dan lintas daerah. Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan
kebijakan
tersebut
adalah
dengan
mengupayakan
pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) pada kebijakan dan program pembangunan. Langkah ini dilakukan di setiap tahapan pembangunan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
195
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
Salah satu permasalahan pembangunan sosial dan budaya adalah masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di sebagian besar bidang kehidupan dan pembangunan yang mengakibatkan ketimpangan gender. b. Sasaran Kebijakan Sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada lima tahun ke depan dalam rangka
peningkatan
kualitas
kehidupan
dan
peran
perempuan
serta
kesejahteraan dan perlindungan anak adalah: 1. Peningkatan kualitas kehidupan dan Peran Perempuan; 2. Kesejahteraan dan Perlindungan Anak c. Arah Kebijakan Dalam kondisi yang bersifat kultural dan bersifat struktural, diperlukan tindakan pemihakan yang jelas dan nyata guna mengurangi kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan. Untuk itu, diperlukan kemauan politik yang kuat agar semua kebijakan dan program pembangunan memperhitungkan kesetaraan dan keadilan gender, serta peduli anak. Prioritas dan arah kebijakan pembangunan yang akan dilakukan adalah: 1.
Meningkatkan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan;
2.
Meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum perempuan;
3.
Meningkatkan kampanye anti trafficking dan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak serta advokasi kepada korban trafficking dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);
4.
Mengeliminir berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta menyelenggarakan perlindungan hukum bagi perempuan dan anak korban tindak kekerasan;
5.
Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak serta penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak;
6.
Pendampingan dalam rangka pemberdayaan perempuan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
196
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
d. Program Pembangunan Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mendukung peningkatan kualitas dan kehidupan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak dijabarkan ke dalam program-program pembangunan sebagai berikut: 1. Program Peningkatan Peran Perempuan; 2. Program Perlindungan Anak; 3. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.
6.6.4. Pengembangan Ketahanan Budaya Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku. Dalam kondisi seperti itu, pengembangan kebudayaan diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional dan daerah yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Di samping itu pengembangan kebudayaan dimaksudkan untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif. Untuk mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat, perilaku budaya seperti kehalusan budi dalam pergaulan, rasa keadilan, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan hakekat nilai-nilai penting yang harus ada didalam interaksi setiap manusia. Terjadinya pergeseran nilai budaya dan masuknya budaya asing dapat menimbulkan benturan nilai ketahanan budaya. Dengan kuatnya budaya masyarakat diharapkan akan mempunyai kekuatan dalam menyelesaikan masalah dan membangun masa depan yang lebih baik. Pembangunan bidang kebudayaan di Kabupaten Pidie Jaya saat ini masih dihadapkan pada berbagai permasalahan antara lain; masih belum optimalnya upaya penyelamatan dan pemanfaatan benda cagar budaya sebagai aset peninggalan sejarah, belum optimalnya apresiasi karya seni budaya daerah, dan masih rendahnya perhatian terhadap pelestarian budaya spiritual. a. Sasaran Agar tercipta kondisi yang kondusif dalam hal mempertahankan budaya lokal dalam lima tahun ke depan, caranya melalui inventarisasi dan pembinaan budaya yang bersumber pada nilai luhur daerah dan pelestarian nilai-nilai luhur
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
197
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
budaya dengan cara selalu berpartisipasi dalam acara-acara pameran seni dan budaya baik regional maupun nasional. Sasaran tersebut mempunyai rincian: 1. Mengangkat dan meningkatkan kualitas budaya dengan kearifan local; 2. Berpartisipasi aktif dalam setiap acara pameran seni dan budaya; 3. Meningkatkan peran tokoh-tokoh masyarakat dan agama dalam kehidupan seni dan budaya; 4. Meningkatkan dan menggali kembali seni budaya Aceh yang Islami. b. Arah Kebijakan Secara umum kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya berhubungan dengan bidang ini diarahkan pada upaya revitalisasi budaya lokal yang bersumber pada nilai-nilai luhur bangsa. Secara spesifik kebijakan yang berkaitan dengan bidang ini diarahkan pada: 1. Reaktualisasi
nilai-nilai
budaya
daerah
sebagai
salah
satu
dasar
pengembangan etika pergaulan sosial. 2. Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya daerah. 3. Berkembangnya potensi ekonomi lokal yang berbasiskan pengembangan budaya. c. Program Pembangunan Arah kebijakan dalam Pengembangan Kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dijabarkan dalam program-program sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Nilai-nilai Budaya. 2. Program Pembinaan Dan Pengelolaan Kekayaan Budaya. 3. Program Pengelolaan Keragamanan Budaya
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
198
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
7.1. Program Pembangunan Daerah Percepatan pembangunan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, pemerintah daerah menyusun berbagai program pembangunan daerah. Program-program tersebut merupakan bagian terpenting dan relevan dengan cita-cita pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu lima tahun. Dalam penetapan program pembangunan daerah, kepala pemerintah daerah harus tetap mengacu kepada Permendagri 59 tahun 2007 yang menyangkut fungsi dan urusan pemerintahan. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar kota, antar desa, antar kota dan desa, antar sektor, serta pembukaan dan percepatan pembangunan kawasan tertinggal, daerah terpencil, daerah
minus,
sehingga
terwujudnya
pembangunan
yang
berwawasan
lingkungan, serta bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah. Mengacu pada visi dan misi Pemerintah Provinsi Aceh yang tercantum pada Peraturan Gubernur Aceh Nomor 21 Tahun 2007
tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Aceh 2007-2012, antara lain adalah Pengamalan
ajaran Islam secara kaffah; pengembangan good
governance dan clean government; Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
peningkatan
kemampuan
keuangan;
pengembangan
pusat
keunggulan ilmu pengetahuan dan reformasi sistem politik. Secara kewilayahan, pembangunan daerah harus didasarkan pada penataan ruang dan penyediaan infrastruktur wilayah yang memadai dan adanya isu strategis pembangunan daerah yang teridentifikasi berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya dibagi menjadi enam bidang prioritas pembangunan daerah sebagaimana prioritas pembangunan provinsi dan Nasional yaitu :
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
199
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
1. Bidang Ekonomi 2. Bidang Infrastruktur 3. Bidang Pendidikan 4. Bidang Kesehatan 5. Bidang Sosial Budaya dan Agama 6. Bidang Pemerintah Umum dan Politik Program pembangunan Kabupaten Pidie Jaya dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dengan memperhatikan skala prioritas pembangunan daerah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam RPJPD Kabupaten Pidie Jaya, Program Pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya mengacu Permendagri No 59 tahun 2007 yang terdiri dari 9 fungsi pemerintahan. Adapun program prioritas pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya antara lain adalah :
7.1.1. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Ekonomi Kesejahteraan masyarakat merupakan prioritas utama dalam rangka memenuhi hajat kehidupan masyarakat. Namun kondisi ekonomi masyarakat terpengaruhi dampak krisis ekonomi global, sehingga terjadinya penurunan tingkat daya beli yang berdampak pula turunnya pertumbuhan ekonomi tahun 2008 bila dibandingkan dengan tahun 2007. Untuk mengatasi hal tersebut perlu upaya konkrit yang harus dilakukan guna pemulihan kondisi ekonomi dengan mendorong pertumbuhan terutama dari sektor komoditi unggulan atau non migas yang selama ini memberikan kontribusi dominan terhadap PDRB. Kondisi lainnya adalah masih tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran yang harus dilakukan dengan upaya pemberian kesempatan memperoleh pekerjaan terutama dengan membangunn sektor ril dan sektor pertanian secara terpadu yang merupakan sarana yang akurat untuk membangun lapangan pekerjaan baru terutama bagi masyarakat miskin dan pengangguran. Berdasarkan fenomena di atas maka prioritas program
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
200
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
pembangunan yang akan dilakukan untuk 5 (lima)
tahun ke depan adalah
sebagai berikut: 1. Pertanian Urusan pertanian diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program peningkatan kesejahteraan Petani; 2. Program peningkatan ketahanan pangan pertanian / perkebunan; 3. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan; 4. Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan; 5. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan; 6. Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan; 7. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak; 8. Program peningkatan produksi hasil peternakan; 9. Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan; dan 10. Program peningkatan penerapan teknologi peternakan.
2. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Urusan pemberdayaan masyarakat dan desa diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan; 2. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan; 3. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa; 4. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa; 5. Program peningkatan peran perempuan di pedesaan.
3. Kelautan Dan Perikanan Urusan kelautan dan perikanan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi; 1. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir; 2. Program
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pengawasan
dan
pengendalian sumber daya Kelautan; 3. Program
peningkatan
kesadaran
dan
penegakan
hukum
dalam
pendayagunaan sumberdaya laut; 4. Mitigasi bencana alam laut dan perkiraan iklim laut;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
201
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
5. Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat; 6. Program pengembangan budidaya perikanan; 7. Program pengembangan perikanan tangkap; 8. Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan; 9. Program optimalisasi pengelola dan pemasaran produksi perikanan; dan 10. Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar.
4. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif; 2. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha Kecil Menengah. 3. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah; dan 4. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.
5. Tenaga Kerja Urusan tenaga kerja diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; 2. Program peningkatan kesempatan kerja; dan 3. Program perlindungan pengembangan lembaga ketenagakerjaan.
6. Perhubungan Urusan perhubungan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan; 2. Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas Lalu Lintas Angkatan Jalan (LLAJ); 3. Program peningkatan pelayanan angkutan; 4. Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan; 5. Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas; dan 6. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
202
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
7. Penanaman Modal Daerah Urusan penanaman modal daerah diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi; 2. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi; dan 3. Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah.
8. Perdagangan Urusan perdagangan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan; 2. Program peningkatan dan pengembangan ekspor; 3. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri; dan 4. Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.
9. Kehutanan Urusan kehutanan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan; 2. Program rehabilitasi hutan dan lahan; 3. Program perlindungan dan konservasi sumber daya hutan; dan 4. Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan.
10. Perindustrian Urusan perindustrian diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program peningkatan kapasitas iptek sistem produksi; 2. Program pengembangan industri kecil dan menengah; 3. Program peningkatan kemampuan teknologi industri; dan 4. Program pengembangan sentra - sentra industri potensial.
11. Energi Dan Sumber Daya Mineral Urusan energi dan sumber daya mineral diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program Pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan; dan 2. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
203
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
12.
Transmigrasi
Urusan transmigrasi diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. program pengembangan wilayah transmigrasi; 2. program transmigrasi lokal;
7.1.2. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pendidikan 1. Pendidikan Urusan Pendidikan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program pendidikan anak usia dini; 2. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun; 3. Program pendidikan menengah; 4. Program pendidikan non-formal; 5. Program pendidikan luar biasa; 6. Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; 7. Program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan; 8. Program manajemen pelayanan pendidikan.
2. Pemuda dan Olah Raga Urusan pemuda dan olah raga diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program peningkatan peran serta kepemudaan; 2. Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba; 3. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga; 4. Program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga; dan 5. Program peningkatan sarana dan prasarana olah raga.
3. Perpustkaan Urusan perpustakaan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program peningkatan untuk perpustakaan sekolah dari tingkat SD,SMP dan SMA serta Sekolah Kejuruan; 2. Program pengembangan perpustakaan keliling; 3. Program Pembangunan perpustakaan Daerah;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
204
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
7.1.3. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Kesehatan 1. Kesehatan Urusan kesehatan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program obat dan perbekalan kesehatan; 2. Program upaya kesehatan masyarakat; 3. Program pengawasan obat dan makanan; 4. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; 5. Program perbaikan gizi masyarakat; 6. Program pengembangan lingkungan sehat; 7. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular; 8. Program standarisasi pelayanan kesehatan; 9. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin; 10. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya; 11. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata; 12. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata; 13. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan; 14. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita; 15. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia; 16. Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan; dan 17. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak.
2. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Urusan Keluarga berencana dan keluarga sejahtera diprioritaskan pada program pembangunan meliputi : 1. Program keluarga berencana; 2. Program kesehatan reproduksi remaja; 3. Program pelayanan kontrasepsi; 4. Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
205
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
5. Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat; 6. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR; 7. Program
peningkatan
penanggulangan
narkoba,
PMS
termasuk
HIV/AIDS; 8. Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga; dan 9. Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
7.1.4. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pelayanan Umum 1. Perencana Pembangunan Urusan perencanaan pembangunan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program pengembangan data/informasi; 2. Program kerja sama pembangunan; 3. Program pengembangan wilayah perbatasan; 4. Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh; 5. Program
peningkatan
kapasitas
kelembagaan
perencanaan
pembangunan daerah; 6. Program perencanaan pembangunan daerah; 7. Program perencanaan pembangunan ekonomi; 8. Program perencanaan sosial budaya; 9. Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam; dan 10. Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.
2. Pemerintahan Umum Urusan pemerintah umum diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1.
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah;
2.
Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah;
3.
Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
206
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
4.
Program
pembinaan
dan
fasilitas
pengelolaan
keuangan
kabupaten/kota; 5.
Program pembinaan dan fasilitas pengelolaan keuangan desa;
6.
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH;
7.
Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan;
8.
Program penataan dan penyempurnaan kebijakan system dan prosedur pengawasan;
9.
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi;
10. Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat; 11. Program peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah; 12. Program penataan peraturan perundang-undangan; 13. Program penataan daerah otonomi baru; dan 14. Program Pelayanan Umum.
3. Kepegawaian Urusan kepegawaian diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1.
Program pendidikan kedinasan;
2.
Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur; dan
3.
Program pembinaan dan pengembangan aparatur.
4. Syariat Islam Untuk Syariat Islam diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1.
Program pembinaan dan pengembangan syariat Islam;
2.
Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur pelaksana syariat islam;
3.
Pengembangan sistem informasi pelaksanaan syariat islam; dan
4.
Program peningkatan kualitas kelmbagaan syariat islam.
5. Statistik Urusan statistik diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1.
Program Pengembangan data/informasi/statistik daerah;
2.
Program data based daerah
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
207
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
6. Kearsipan Urusan kearsipan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1.
Program perbaikan sistem administrasi kearsipan;
2.
Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah;
3.
Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan;
4.
Program peningkatan kualitan pelayanan informasi.
7. Komunikasi dan Informatika Urusan komunikasi dan informatika diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1.
Program pengembangan komunikasi, informasi dan media massa;
2.
Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi;
3.
Program fasilitas Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi;
4.
Program kerja sama informasi dan media massa.
7.1.5. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Ketertiban dan Ketentraman 1. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1.
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan;
2.
Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal;
3.
Program pengembangan wawasan kebangsaan;
4.
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan;
5.
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan;
6.
Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat);
7.
Program pendidikan politik masyarakat; dan
8.
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
208
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
7.1.6.
Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Lingkungan Hidup
1. Penataan Ruang Urusan Pemerintahan Penata Ruang diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program perencanaan tata ruang; 2. Program pemanfatan ruang; 3. Program pengendalian pemanfatan ruang.
2.
Lingkungan Hidup
Urusan lingkungan hidup diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan; 2. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; 3. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam 4. Program rehabilitas dan pemulihan cadangan sumber daya alam; 5. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup; 6. Program peningkatan pengendalian polusi; 7. Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan di kawasankawasan konservasi laut dan hutan; 8. Program pengendalian kebakaran hutan; 9. Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir laut; dan 10. Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau ( RTH ).
3. Pertanahan Urusan pertanahan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program pembangunan sistem pendaftaran tanah; 2. Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan; 3. Program pengembangan sistem informasi pertanahan;
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
209
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
7.1.7. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Perlindungan Sosial 1. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program
keserasian
kebijakan
peningkatan
kualitas
anak
dan
perempuan; 2. Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak; 3. Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan; 4. Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan; 5. Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak.
2. Sosial Urusan sosial diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya; 2. Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial; 3. Program pembinaan anak terlantar; 4. Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma; 5. Program pembinaan panti asuhan/panti jompo; 6. Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya); dan 7. Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial.
3. Kependudukan dan Catatan Sipil Urusan
kependudukan
dan
cacatan
sipil
diprioritaskan
pada
program
pembangunan yang meliputi: 1. Program penataan administrasi kependudukan; 2. Program pengembangan mobilitas penduduk.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
210
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
7.1.8.
Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Perumahan dan Fasilitas Umum
1. Pekerjaan Umum Urusan pekerjaan umum diprioritaskan
pada
program pembangunan
yang
meliputi : 1. Program pembangunan jalan dan jembatan; 2. Program peningkatan jalan dan jembatan; 3. Program pembangunan saluran drainase / gorong – gorong; 4. Program pembangunan turap / talud / bronjong; 5. Program rehabilitasi / pemeliharaan jalan dan jembatan; 6. Program rehabilitasi / pemeliharaan talud / bronjong; 7. Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan; 8. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi , rawa dan jaringan pengairan lainnya; 9. Program pengembangan kenerja pengelolaan air minum dan air limbah; 10. Program pengendalian banjir; 11. Program pembangunan wilayah strategis dan cepat tumbuh; dan 12. Program pembangunan infrastruktur perdesaan. 2. Perumahan Urusan perumahan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program pembangunan perumahan; 2. Program lingkungan sehat perumahan; 3. Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial; dan 4. Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran.
7.1.9. Program Prioritas Pembangunan Daerah Bidang Pariwisata dan Budaya 1. Pariwisata Urusan pariwisata diprioritas pada program pembangunan yang meliputi : 1. Program pengembangan pemasaran pariwisata; 2. Program pengembangan destinasi pariwisata; 3. Program pengembangan kemitraan
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
211
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
2. Kebudayaan Urusan Kebudayaan diprioritaskan pada program pembangunan yang meliputi: 1. Program pengembangan nilai budaya; 2. Program pengelolaan kekayaan budaya; 3. Program pengelolaan keragaman budaya; dan 4. Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya. Semua program prioritas pembangunan dilaksanakan oleh SKPD – SKPD yang ada di lingkungan pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya. Program tersebut dapat dilaksanakan sesuai target lima tahun berdasarkan visi dan misi kepala pemerintah daerah terpilih tahun 2009 - 2014. 7.2. Program Lintas SKPD Pada jenis kegiatan ini, sangat dimungkinkan kerjasama dan pembagian kerja (job description) yang jelas dan tegas. Program –program seperti Program penyempurnaan dan penguatan kelembagaan demokrasi, Program perbaikan proses politik dan Program perencanaan pembangunan partisipatif memerlukan suatu rumusan kerja yang lebih kompleks. Hal ini menyangkut masalah aturan main yang jelas tentang siapa yang mengelola, siapa yang melakukan pembiayaan serta siapa yang bertanggung jawab bila program misalnya dalam posisi multi years. Hal ini perlu terus dilakukan untuk menghindari adanya pembiayaan ganda, tumpang tindih serta kontraproduktif dengan program yang dilakukan. 7.2.1. Program SKPD Program SKPD ini merupakan program sektoral yang menjadi tanggung jawab langsung dinas teknis, baik SKPD yang berbentuk Badan, Dinas dan Kantor. Program – program yang ada merupakan program yang tidak memiliki keterkaitan dengan program lain secara jelas dan tegas. Implementasi program SKPD ini
lebih mudah, khususnya didalam pengorganisasiannya. Hal ini
mengingat program SKPD ini hanya bertumpu kepada satu unit kerja tertentu. Program masing-masing SKPD dapat dilihat pada matrik yang ditampilkan pada lampiran I.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
212
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
7.2.2. Program Kewilayahan Dalam program kewilayahan ini dilakukan pada program-program yang bukan hanya berbasis pada satuan kerja yang ada, tetapi bisa lintas satuan kerja dan wilayah. Upaya pencegahan dan pengendalian banjir, pengembangan kawasan manggrove, serta pengembangan energi alternatif merupakan isu yang harus ditangani secara wilayah. Jika hal itu hanya ditangani dengan pendekatan sektoral maka, problematika yang ada tidak bisa diselesaikan secara efektif dan efisien. Program kewilayahan menggambarkan bagaimana daerah harus terus melakukan kerjasama dengan daerah lain (inter-regional network).
Dengan
memiliki jaringan dengan daerah lain yang baik, maka diharapkan pelayanan publik semakin baik.
7.3. Rencana Kerja 7.3.1. Rencana Kerja Kerangka Regulasi Rencana kerja kerangka regulasi adalah bagaimana pemerintah daerah mampu mengkondisikan suatu program dengan membuat kebijakan yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu program.
Hal ini terkait dengan fungsi
pemerintah yakni stabilisasi, distribusi dan alokasi. Dengan membuat kerangka regulasi ini peran pemerintah akan semakin efisien, dimana suatu program tidak harus dibebankan secara menyeluruh pembiayaan dan eksekusinya kepada pemerintah.
7.3.2 Rencana kerja Kerangka Pendanaan Hal yang dimaksud dengan rencana kerja kerangka pendanaan adalah bagaimana
suatu
pemerintah
daerah
mampu
membuat
rencana
berdasarkan perkiraan jumlah dana yang dimiliki oleh pemerintah.
kerja
Dengan
demikian rencana kerja yang dilakukan oleh pemerintah daerah ini sangat tergantung kepada jumlah dan struktur anggaran yang dimiliki. Oleh karena itu, rencana kerja yang berbasis kerangka pendanaan sangat kaku dan tegantung jumlah dana. Diharapkan dimasa mendatang, rencana kerja yang berbasis kerangka pendanaan ini akan semakin berkurang. Dengan kata lain, rencana kerja yang
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
213
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
dibuat pemerintah daerah lebih banyak berdasarkan kerangka regulasi, sedangkan pembiayaan/pendanaan lebih banyak dibiayai oleh pihak ketiga maupun masyarakat sendiri.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
214
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
BAB VIII PENUTUP
8.1. Program Transisi Penyusunan RPJMD Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014, berdasarkan surat edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 tentang petunjuk penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
(RPJM),
maka
dalam
penyusunan program ditambahkan rancangan program indikatif 1 (satu) tahun ke depan setelah priode RPJM Kabupaten Pidie Jaya berakhir. Untuk menjembatani kekosongan dokumen perencanaan pada masa akhir jabatan Kepala Daerah, maka dapat dimuat rancangan program indikatif 1 (satu) tahun setelah masa berakhir jabatan Kepala Daerah.
8.2. Kaidah Pelaksanaan 8.2.1. RPJMD sebagai Panduan Bagi SKPD dalam Penyusunan
Renstra RPJMD Kabupaten Pidie Jaya merupakan penjabaran dari visi dan misi yang telah dibuat oleh pemerintah Daerah untuk priode tahun 2009-2014. Dalam penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah, Bupati Pidie Jaya dibantu oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Kepala Bappeda), dan DPRD Kabupaten Pidie Jaya. Dalam penyusunan Renstra bagi masing-masing SKPD Kabupaten Pidie Jaya di haruskan untuk
berpedoman kepada RPJMD ini. Untuk hal tersebut, agar
program-program yang direncanakan dalam Renstra SKPD dapat diintegrasikan dengan RPJMD, sehingga visi dan misi Kabupaten Pidie Jaya diharapkan pada tahun 2014 dapat dicapai secara optimal.
8.2.2 RPJMD sebagai landasan acuan menyusun RKPD RPJMD Kabupaten Pidie Jaya ini akan digunakan dalam penyusunan RKPD. Dalam Penyusunanan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Pidie Jaya yang jangka waktunya selama 1 (satu) tahun, penyusunannya diharuskan berpedoman kepada RPJMD dan RPJP Pidie Jaya. Hal tersebut, dikarenakan implementasi BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
215
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PIDIE JAYA 2009-2014
dari Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten (RKPK) Pidie Jaya diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJM Kabupaten Pidie Jaya. 8.2.3
Dasar Evaluasi dan Laporan Pelaksanaan RPJMD, RKPK Atas Kinerja 5 (lima) tahunan dan tahunan.
Penyusunan RKPK Pidie Jaya menjadi acuan bagi setiap SKPD dalam menyusun Renja (Rencana Kerja) SKPD. Penyusunan Renja SKPD dilakukan menggunakan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai. Keberadaan RKPD merupakan dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun Anggaran berikutnya. Sedangkan Renja SKPD harus menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKASKPD). RPJM Kabupaten Pidie Jaya merupakan dasar evaluasi dalam laporan pelaksanaan atas kinerja lima tahunan dan tahunan. RPJM Kabupaten Pidie jaya Tahun
2009-2014
pelaksanaan
atas
merupakan kinerja
lima
indikator tahunan
dalam
proses
dan
tahunan,
evaluasi sehingga
laporan dapat
meminimalisir pelaksanaan kegiatan yang menyimpang dari visi dan misi Tahun 2014.
BAPPEDA KABUPATEN PIDIE JAYA
216
Lampiran
MATRIK PROGRAM KERJA RPJMD KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI
: Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat
MISI 1
: Membangun dan memperbaiki kredibilitas, kapasitas manajemen dan kinerja aparatur Pemerintah Daerah. INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS
NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
1
Mewujudkan Tata kelola pemerintahan yang baik
1
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan Tersusunnya Rancangan Perda rakyat daerah
Terlaksananya rapat
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
2
Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah
Terlaksananya dialog dengan masyarakat
Terlaksananya kunjungan kerja ke Pidie Jaya dengan baik
Terlaksananya rapat Terlaksananya koordinasi Terlaksananya peringatan HUT Pidie Jaya
SUMBER PENDANAAN
600
APBK
Hearing/ dialog dan Koordinasi dengan Pejabat Pemerintah Sek.DPRK Daerah dan Tokoh Masyarakat/ Tokoh Agama
750
APBK
Kegiatan Reses Kunjungan Kerja Pimpinan dan Anggota DPRD dalam Daerah Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan
Tersosialisasinya peraturan perundang-undangan
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Sek.DPRK
Rapat- rapat Alat Kelengkapan Dewan Rapat- rapat Paripurna
Terserapnya aspirasi masyarakat
Meningkatnya kapasitas pimpinan dan anggota dewan
KERANGKA REGULASI
Peningkatan Kapasitas Pimpinan dan Anggota DPRK
Sek.DPRK
1.395
APBK
Sek.DPRK Sek.DPRK
1.200 1.025
APBK APBK
Sek.DPRK
725
APBK
Sek.DPRK
700
APBK
Sek.DPRK
4.975
APBK
630
APBK
Dialog/Audiensi dengan TokohTokoh Masyarakat, Sekdakab Pimpinan/Anggota Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan Penerimaan Kunjungan Kerja Pejabat Negara/Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen/Luar Negeri Rapat Koordinasi Unsur MUSPIDA Koordinasi Dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Lainnya Peringatan HUT Kab. Pidie Jaya
Sekdakab
Sekdakab
395
1.000
APBK
APBK
Sekdakab
600
APBK
Sekdakab
520
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
3
Peningkatan Pengembangan Sistem Laporan Capaian Kinerja dan Keuangan
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Tersusunnya Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
Sekdakab
340
APBK
Tersusunnya LAKIP
Penyusunan LAKIP Kabupaten Sekdakab
600
APBK
Tersusunnya Standar Satuan Harga
Penyusunan Standar Satuan Harga
PPKAD
522
APBK
Tersusunnya Sistem Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah
Penyusunan Sistem Prosesdur PPKAD Pengelolaan Keuangan Daerah
270
APBK
PPKAD
360
APBK
PPKAD
247
APBK
PPKAD
237
APBK
PPKAD
270
APBK
APBK
4
Program peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Tersusunnya Rancangan Peraturan KDH Tentang Penjabaran Perubahan APBD Tersusunnya Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang APBD Penyusunan Rancangan Peraturan KDH Tentang Penjabaran APBD Penyusunan Rancangan Peraturan Tentang Perubahan APBD Penyusunan Rancangan Peraturan KDH Tentang Penjabaran Perubahan APBD Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
PPKAD
305
APBK
Tersusunnya Rancangan Peraturan KDH Tentang Peraturan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Penyusunan Rancangan Peraturan KDH Tentang PPKAD Peraturan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
270
APBK
Terlaksananya Sosialisasi Paket Regulasi tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terwujudnya data tentang WP, RW dan PBB Terlaksanya Pendataan Pajak Dan Restribusi dengan baik Terwujudnya tata kelola Gaji Pegawai yang baik Terwujudnya Laporan Sistem Akuntansi
Sosialisasi Paket Regulasi tentang Pengelolaan Keuangan PPKAD Daerah
65
APBK
Tersedianya data evaluasi administrasi keuangan dinas, badan dan kantor
Evaluasi Administrasi Keuangan Pada Dinas , Badan Sekdakab Dan Kantor
Tersusunnya Rancangan Peraturan Daerah Tentang APBD Tersusunnya Rancangan Peraturan KDH Tentang Penjabaran APBD Tersusunnya Rancangan Peraturan Tentang Perubahan APBD
Pendataan WP, RW dan PBB
PPKAD
275
APBK
Operasional Pendataan Pajak Dan Restribusi
PPKAD
299
APBK
Pengelolaan Gaji Pegawai
PPKAD
168
APBK
Penyusunan Laporan Sistem Akuntansi
PPKAD
341
APBK APBK
5
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota
510
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
6
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
Terlaksananya pengawasan internal secara berkala
Pelaksanaan Pengawasan Internal Secara Berkala
Adanya tindak lanjut terhadap pengaduan di lingkup pemerintah daerah Terlaksananya tindak lanjut hasil temuan pengawasan
7
KERANGKA REGULASI
Tersusunnya Rencana Kerja Program Penataan Peraturan Rancangan Peraturan PerundangPerundang-undangan Undangan
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Inspektorat
760
APBK
Penanganan kasus pengaduan Inspektorat di Lingkup Pemerintah Daerah
220
APBK
Tindak Lanjut hasil Temuan Pengawasan
Inspektorat
500
APBK
Penyusunan Rencana Kerja Rancangan Peraturan Perundang-Undangan
Sekdakab
510
APBK
Pengesahan Peraturan PerundangUndangan
Legislasi Rancangan Peraturan Sekdakab Perundang-Undangan
Terwujudnya Publikasi Peraturan Perundang-Undangan Terwujudnya tata kelola Perangkat Daerah yang baik Tersusunya Peraturan Bupati Tentang Tupoksi
Publikasi Peraturan PerundangSekdakab Undangan
400
APBK
Penataan Perangkat Daerah
Sekdakab
250
APBK
Penyusunan Peraturan Bupati Tentang Tupoksi
Sekdakab
320
1.260
APBK
APBK APBK
8
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Fasilitasi Percepatan Penyelesaian Tapal Batas Wilayah Administrasi Antar daerah
Terwujudnya percepatan penyelesaian tapal batas wilayah administrasi antar daerah Terwujudnya tapal batas antar kecamatan dalam kabupaten
Pembangunan Tapal Batas Antar Kecamatan dalam Kabupaten
Sekdakab
273
APBK
Sekdakab
250
APBK APBK
9
Program Pelayanan Umum
Tersedianya Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)
Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)
Sekdakab
347
APBK
Sampainya Laporan Penyelengaraan Pemerintah Daerah ( ILPPD ) kepada masyarakat
Informasi Penyusunan Laporan Penyelengaraan Pemerintah Sekdakab Daerah ( ILPPD )
312
APBK
Tersedianya tanah pemda Terlasananya rapat-rapat koordinasi Terselenggaranya pemilihan perangkat gampong dan mukim Terselenggaranya pembinaan monitoring serta evaluasi izin usaha dan gangguan (HO)
Pengadaan Tanah Pemerintah Daerah
Sekdakab Rapat -Rapat Koordinasi Sekdakab Bagian Pemerintahan Pemilihan Perangkat Gampong Sekdakab dan Mukim Pembinaan Monitoring serta Sekdakab evaluasi izin usaha dan gangguan (HO)
56.500 APBA 270
APBK
520
APBK
270
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
10
Program Penataan Administrasi Kependudukan
KERANGKA REGULASI
Meningkatnya pelayanan publik dalam bidang kependudukan
Peningkatan Pelayanan Publik Disdukcapil Dalam Bidang Kependuduan
Terwujudnya data base kependudukan yang lebih baik Meningkatnya pemahaman tentang kebijakan kependudukan
Pengembangan Data Base Kependudukan Sosialisasi Kebijakan Kependudukan
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
510
SUMBER PENDANAAN
APBK
Disdukcapil
850 APBK/ APBN
Disdukcapil
210
APBK APBK
11
Pembinaan dan Program kerjasama informasi Meningkatnya jaringan komunikasi Pengembangan Jaringan dan informasi dan media massa komunikasi dan informasi Pengadaan Alat Studio Tersedianya alat studio komunikasi Komunikasi Penyebarluasan Informasi yang bersifat penyuluh bagi masyarakat Penyebaran informasi Penyelengaraan pemerintahan daerah
Sampainya informasi kepada masyarakat Sampainya informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat
Dishubudparin kom
1.230
APBK/APBA/A PBN
Dishubudparin kom
1.710
APBK/APBA/A PBN
Dishubudparin kom
520
APBK
Dishubudparin kom
315
APBK APBK
12
Program Pengembangan data/informasi
Tersedianya dokumen PDRB Daerah Tersedianya dokumen Pidie Jaya Dalam Angka Tersedianya Profil Daerah Tersedianya domuken IKK
Penyusunan PDRB Daerah
Bappeda
Penyusunan Pidie Jaya Dalam Angka Penyusunan Profil Daerah Penyusunan IKK
750
APBK
Bappeda Bappeda
1.250 216
APBK APBK
Terselenggaranya GIS dengan baik Operasional GIS
Bappeda
5.250
APBK
Penyusunan dan analisis data Tersedianya analisis data informasi informasi perencanaan perencanaan pembangunan ekonomi pembangunan ekonomi
Bappeda
25.000
APBK/APBA/A PBN
Bappeda
830
Bappeda
860
Pembangunan sistem informasi spasial potensi wilayah Kabupaten Pidie Jaya Program perencanaan pembangunan daerah
APBK
Bappeda
Kajian dan Penyusunan Rencana Pembangunan Basis Unggulan
13
850
APBK
Tersedianya dokumen RPJP
Penyusunan RPJP
Bappeda
210
Tersedianya dokumen RPJM
Penyusunan RPJM Penyusunan rancangan RKPK
Bappeda
257
APBK
Bappeda
750
APBK
Penyelenggaraan Musrenbang Bappeda RKPK
1037
APBK
Tersedianya dokumen RKPK Terlaksananya musrenbang
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
KERANGKA REGULASI
Tersedianya dokumen KUA-PPAS Penyusunan KUA-PPAS Terlaksananya Monev dan Pelaporan
Bappeda
2
Program peningkatan
14 kapasitas sumberdaya aparatur
760
SUMBER PENDANAAN
APBK
Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana Bappeda pembangunan daerah
959
APBK
Bappeda
17.980
APBK
Bappeda
1.549
APBK
15.000
APBK
Perencanaan dan Tersusunya SID dan DED Pengawasan Pembangunan perencanaan Pembangunan Daerah Infrastruktur Daerah Koordinasi Percepatan Pembangunan Daerah Terwujudnya koordinasi (pendukung dana pembangunan daerah dekonsentrasi dan tugas perbantuan) Peningkatan kapasitas kinerja aparatur yang profesional, akuntabel dan bersih
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi CPNSD
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan bagi CPNSD
BPPK
Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan struktural bagi PNS Daerah
Pendidikan dan Pelatihan Struktural bagi PNS Daerah
BPPK
12500
APBK APBK
15
Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
Terselenggaranya seleksi penerimaan CPNSD Terwujudnya tata kelola sistem administrasi kenaikan pangkat PNS dengan baik Berlangsungnya tugas belajar dan ikatan dengan baik Terwujudnya data kepegawaian yang diperbaharui Terlaksananya mutasi PNS dan penyelesaian SK PNS dengan baik Terlaksananya Bimbingan Teknis Kepegawaian Terlaksananya penyelesaian pensiun, karpeg dan kartu PNS Terselenggaranya penerimaan Praja STPDN Terlaksananya penyelesaian ujian dinas dan penyesuaian ijazah Terlaksananya penyelesaian gaji berkala PNS
Seleksi Penerimaan CPNSD
BPPK
1500
APBK
Penataan Sistem Administrasi BPPK Kenaikan Pangkat PNS
450
APBK
Penyelesaian Tugas Belajar dan Ikatan Dinas Pembaharuan Data Kepegawaian (Validasi Data)/ Pemutakhiran Data Penyelesaian Pemindahan/Mutasi PNS dan Penyelesaian SK PNS Bimbingan Teknis Kepegawaian Penyelesaian Pensiun, Karpeg, Karsu PNS Penyelenggaraan Penerimaan Praja IPDN Penyelesaian Ujian Dinas dan Penyesuaian Ijazah
BPPK
5.000
APBK
BPPK
760
APBK
BPPK
390
APBK
BPPK
3.000
APBK
BPPK
336
APBK
BPPK
510
APBK
BPPK
450
APBK
Penyelesaian Gaji Berkala PNS BPPK
220
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
16
Program Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Program peningkatan
17 kapasitas aparatur pemerintah desa
KERANGKA REGULASI
Pelatihan Pengembangan Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan
Inspektorat
694
APBK
Terlaksananya pelatihan teknis pengawasan dan penilaian akuntabilitas kerja
Pelatihan Teknis Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas Kerja
Inspektorat
609
APBK
Terlaksananya pelatihan dan sosialisasi pelaksanaan ADG
Pelatihan dan Sosialisasi Pelaksanaan ADG
BPM
Pengadaan Kantor Mukim Pengadaan kantor Geuchik Pengadaan Mobiler Kantor Tertsedianya mobiler kantor Mukim mukim
Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
SUMBER PENDANAAN
Terlaksananya pelatihan pengembangan tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Tersedianya Kantor Mukim Tersedianya Kantor Geuchik
18
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
BPM BPM
899 4.080 7.200
APBK APBK APBK
BPM
750
APBK
Terlaksananya pembekalan peraturan Pemerintahan Terhadap Perangkat Gampong dan Mukim
Pembekalan Peraturan Pemerintahan Terhadap Perangkat Gampong dan Mukim
Sekdakab
800
APBK
Meningkatnya kemampuan teknis aparat perencana
peningkatan kemampuan teknis aparat perencana
Bappeda
Terselenggaranya Bimbingan teknis Bimbingan teknis tentang tentang perencanaan pembangunan perencanaan pembangunan daerah daerah Terselenggaranya Program Wismp dan Penguatan kelembagaan P3A, GP3A, dan Induk P3A dalam Kabupaten Pidie Jaya
Bappeda Koordinasi Program Wismp dan Penguatan kelembagaan P3A, GP3A, dan Induk P3A dalam Kabupaten Pidie Jaya
Bappeda
825
736
APBK
APBK
6.000 APBK/ APBN
MATRIK PROGRAM KERJA RPJMD KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 2. : Pemberdayaan ekonomi masyarakat disektor perkebunan, pertanian, nelayan, perternakan, industri dan perdagangan INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
1
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berbasis Komoditi unggulan dan Non Unggulan dalam usaha penanggulangan kemiskinan
1
2
Program perencanaan pembangunan ekonomi
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
KERANGKA REGULASI
Tersusunnya Perencanaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Penyusunan Perencanaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Terkoordinirnya Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi Tersusunnya Tabel Data Dasar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Tersusunnya masterplan penggulangan kemiskinan Tersusunnya Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA) Terwujudnya perkembangan potensi unggulan daerah
Koordinasi Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi Penyusunan Tabel Data Dasar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Penyusunan masterplan penanggulangan kemiskinan Penyusunan Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA) Pengembangan potensi unggulan daerah
Meningkatnya pengetahuan petani dalam berusaha tani dan berwawasan agribisnis
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
Magang,Sekolah Lapang dan Pelatihan, Pendidikan Pertanian dan Kewirausahaan Agribisnis Meningkatnya pengetahuan serta wawasan petani dan pelaku agribisnis
Penyuluhan dan Pendampingan Petani dan pelaku agribisnis
Meningkatnya kemampuan Lembaga Petani (PUAP) Meningkatnya kemampuan Lembaga Petani (PENAS) Terwujudnya pemeliharaan dan peningkatan pendapatan petani kakao
Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani (PUAP). Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani (PENAS). Pemeliharaan dan Peningkatan pendapatan petani kakao
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Bappeda
1.250
APBK
Bappeda
640
APBK
Bappeda
285
APBK
Bappeda
340
APBK
Bappeda
398
APBK
Bappeda
1.950
APBK
DPP
3.500
APBA/APBK /APBN
DPP
1.550
APBA/APBK /APBN
BPKP
6.200
APBA/APBK /APBN
BPKP
2.500
BPKP
1.860
Dishutbun
27.340
APBA/APBK /APBN APBA/APBK /APBN APBA/APBK /APBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
Terwujudnya demplot tanaman kakao Tersedianya peta tentang lahan pembangunan kakao
3
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Dishutbun
2.500
APBA/APBK /APBN
Pemetaan Lahan Pembangunan Kebun Kakao 7000 Ha
Dishutbun
1.620
APBA/APBK
Pendukung Program Revitalisasi 1000 Ha (pembebasan tanah/sertifikat lahan)
Dishutbun
2.560
APBA/APBK
Demplot Tanaman Kakao
Meningkatnya pengetahuan pemeliharaan kakao
Peningkatan pengetahuan pemeliharaan tanaman kakao
Dishutbun
5.750
APBA/APBK /APBN
Meningkatnya kemampuan Lembaga Petani
Peningkatan Kemampuan lembaga Petani
Dishutbun
2.640
APBA/APBK /APBN
Terwujudnya pengendalian hama/penyakit tanaman perkebunan
Pengendalian hama/penyakit tanaman perkebunan
Dishutbun
6.230
APBA/APBK /APBN
Terwujudnya SLPHT pada tanaman Perkebunan
SLPHT pada tanaman Pekebunan
Dishutbun
4.780
APBK /APBN
Daerah rawan pangan tertangani
Penanganan Daerah Rawan Pangan.
DPP
1.300
APBA/APBK /APBN
Tersusunnya database potensi prod.pangan
Penyusunan data base potensi prod. pangan.
BPKP
740
APBK
Terbentuknya Laporan berkala kondisi ketahanan pangan.
Laporan berkala kondisi ketahanan pangan.
BPKP
650
APBA/APBK /APBN
Monitoring,Evaluasi & Pelaporan kebijakan perberasan
BPKP
700
APBK
BPKP
470
Terwujudnya Monitoring,Evaluasi & Pelaporan kebijakan perberasan Tersusunnya Laporan Pola Konsumsi Pangan Terwujudnya desa mandiri pangan Terbentuknya Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) yang lebih baik
Analisa & penyusunan pola konsumsi pangan Pengembangan desa mandiri pangan Pembinaan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP)
APBK
DPP/BPKP
5.860
APBA/APBK /APBN
BPKP
4.630
APBA/APBK /APBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
Terwujudnya pemanfaatan lahan dan pekarangan secara optimal untuk pengembangan pangan Terwujudnya ketahanan pangan dengan mutu yang lebih baik Terwujudnya sarana kerja penyuluh pertanian Tersusunnya kebijakan umum Ketahanan Pangan Meningkatnya mutu dan keamanan pangan Tersedianya benih/bibit, Sarana Produksi Pertanian dan Penguatan Kelembagaan Perbenihan
4
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk pengembangan pangan
BPKP
1.740
APBA/APBK
Peningkatan mutu dan keamanan pangan
BPKP
2.520
APBA/APBK
BPKP
2.500
APBA/APBK /APBN
BPKP
560
APBK
DPP
1.550
APBK
DPP
35.440
APBA/APBK /APBN
Terwujudnya Pengembangan Pengembangan Diversifikasi Diversifikasi Tanaman Tanaman
DPP
18.740
APBA/APBK /APBN
Meningkatnya produksi Penyediaan Sarana Produksi pertanian/perkebunan, Pertanian terutama untuk tanaman kakao
DPP
56.320
APBN
Dishutbun
25.670
APBA /APBN
Dishutbun
50.460
Dishutbun
7.500
Terwujudnya pembangunan jalan produksi / usaha tani Terpeliharanya tanaman kakao Terwujudnya Kebun Bibit
Pengadaan sarana kerja peyuluh pertanian Penyusunan kebijakan umum Ketahanan Pangan Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan Bantuan Benih / Bibit, Sarana Produksi Pertanian dan Penguatan Kelembagaan Perbenihan
Pembangunan jalan produksi/usaha tani (75 Km) Pemeliharaan/Rehabilitasi tanaman kakao Pembangunan Kebun Bibit dan pusat peneliti
APBA/APBK /APBN APBA/APBK /APBN
Meningkatnya Pembangunan Kebun Kakao Rakyat (P0)
Pengembangan Pembangunan Kebun Kakao Rakyat (P0)
Dishutbun
282.780
APBA/APBK /APBN
Terpeliharanya tanaman Kakao Rakyat (P1) Meningkatnya pengetahuan petani dalam usaha peningkatan produksi pertanian/perkebunan Terlaksanya pertemuan petugas dan petani
Pemeliharaan tanaman Kakao Rakyat (P1)
Dishutbun
22.560
APBA/APBK /APBN
Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Dishutbun
7.556
APBA/APBK /APBN
Pertemuan petugas dan petani
Dishutbun
754
APBA/APBK /APBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
Tersedianya Obat-obatan untuk pengandalian hama/penyakit tanaman perkebunan
5
6
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
Meningkatnya pengetahuan dan wawasan petani dalam penerapan teknologi pertanian/perkebunan Tersedianya sarana dan prasarana teknologi pertanian yang tepat guna Tersedianya sarana & Prasarana tehnologi Pertanian/Perkebunan Terwujudnya Monitoring evaluasi dan pelaporan
KERANGKA REGULASI
Pengadaan Obat-obatan untuk pengandalian hama/penyakit tanaman perkebunan
Pelatihan Penerapan Teknologi Pertanian Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian tepat guna Pengadaan sarana & Prasarana tehnologi Pertanian/Perkebunan Monitoring evaluasi dan pelaporan
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Dishutbun
5.213
APBA/APBK /APBN
DPP
1.385
APBA/APBK /APBN
DPP
2.000
APBA/APBK
Dishutbun
2.566
APBA/APBK
Dishutbun
400
APBK
Meningkatnya kapasitas penyuluh pertanian
Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian
BPKP
4.620
APBK/APBA
Meningkatnya kesejahteraan tenaga peyuluh pertanian
Peningkatan kesejahteraan tenaga peyuluh pertanian
BPKP
6.320
APBK/APBA
Meningkatnya pengetahuan dan wawasan petani
Penyuluhan dan pendampingan pertanian/perkebunan
BPKP
8.650
APBK/APBA
7
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Terpeliharanya kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan dan tercegahnya ternak dari Pencegahan Penyakit Menular penyakit menular
DPP
2.820
APBK/APBA
8
Program peningkatan produksi hasil peternakan
Meningkatnya produksi hasil peternakan
DPP
21.440
APBN
DPP
4.549
APBN/APBA
DPP
7.504
APBK/APBA
Dishutbun
2.250
APBA/APBK/A PBN
Dishutbun
7.040
APBA/APBN
9
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Terwujudnya Perencanaan dan Pengembangan hutan kemasyarakatan (400 ha) dan sarana pendukung Sumber daya hutan yang terpelihara
Pengembangan Agribisnis Peternakan Pembibitan dan Perawatan Ternak Pengadaan Kebun rumput, JITUT Perencanaan dan Pengembangan hutan kemasyarakatan (400 ha) dan sarana pendukung Pemeliharaan Hutan Kemasyarakatan
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
10
Program rehabilitasi hutan dan lahan
Terwujudnya Penghijauan lingkungan Terwujudnya pembaharuan hutan dan lahan Terpeliharanya hutan dan lahan
KERANGKA REGULASI
Meningkatkan kesadaran Perlindungan dan konservasi masyarakat terhadap sumber daya hutan kerusakan hutan dan efeknya Terwujudnya Kantor pengamanan hutan Tersedianya mobil patroli Tersedianya kenderaan Operasional roda dua Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak kebakaran hutan dan lahan Terbentuknya DAM Pengendali sebanyak 6 buah
Program pembinaan dan
12 penertiban industri hasil hutan
SUMBER PENDANAAN
Penghijauan lingkungan
Dishutbun
2.479
APBK/APBA
Rehabilitasi hutan pantai
Dishutbun
4.060
APBK
Pemeliharaan lahan reboisasi
Dishutbun
1.870
APBK
Dishutbun
4.315
APBK
Dishutbun
APBK/APBA/A 3.740 PBN
Pemeliharaan tanaman Terpeliharanya kawasan hijau penghijauan Terwujudnya Rehabilitasi Rehabilitasi hutan dan lahan hutan dan lahan Tersusunnya Perencanaan dan Pengawasan yang lebih Perencanaan dan Pengawasan optimal
11
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Penyuluhan kesadaran masyarakat terhadap kerusakan hutan Pembangunan Kantor pengamanan hutan Pengadaan mobil patroli Pengadaan kenderaan Operasional roda dua Sosialisasi Pencegahan dampak kebakaran hutan dan lahan Pembuatan DAM Pengendali (6 buah) Pengawasan dan pengendalian hutan
400
APBK
Dishutbun
348
APBK
Dishutbun
3.740
APBA/APBN
Dishutbun
3.710
APBA/APBN
Dishutbun
648
APBK/APBA
Dishutbun
236
APBK
Dishutbun
10.000
Dishutbun Sosialisasi Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan industri hasil hutan
Terbinanya ketertiban industri hasil hutan
Dishutbun
Dishutbun
APBK/APBN/A PBA APBK/APBN/A 1.972 PBA
275
APBK APBK
13
Berkembangnya Hutan Program perencanaan dan pengembangan hutan rakyat Masyarakat adat seluas 300 ha
Pengembangan Hutan Masyarakat adat (300 ha)
Terpeliharanya Tanaman Hutan Rakyat
14
Pengembangan Budidaya Perikanan
Meningkatnya pengetahuan dan wawasan petani dalam pengembangan budidaya perikanan
Pembinaan dan Pengembangan Perikanan
Dishutbun
3.390
APBK
Pemeliharaan Tanaman Hutan Dishutbun Rakyat
675
APBK
DKP
3.721
APBK/APBN/A PBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
Terwujudnya pengembangan bibit ikan unggul
Pengembangan Bibit Ikan Unggul
Program Pengembangan Perikanan Tangkap
Terwujudnya Pengembangan Lembaga usaha Perikanan Tangkap Terakomodasinya kelompok nelayan perikanan tangkap yang mengalami kesulitan Tersedianya Tempat Pelelangan Ikan Terpeliharanya Tempat Pelelangan Ikan Terwujudnya tempat pelelangan ikan yang lebih baik
SUMBER PENDANAAN
DKP
2.500
APBK/APBN/A PBA
DKP
2.500
APBK/APBN/A PBA
Pengembangan Lembaga usaha Perikanan Tangkap
DKP
760
APBK/APBN/A PBA
Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap
DKP
2.650
APBK/APBN/A PBA
DKP
9.800
APBK/APBN/A PBA
DKP
591
Rehabilitasi sedang / berat tempat pelelangan ikan
DKP
2.567
APBK/APBN/A PBA
Pembinaan Kelompok Ekonomi Masyarakat Pesisir
DKP
2.340
APBK
Terakomodasinya para petani Pendampingan pada Kelompok yang mengalami kesulitan Tani Pembudidaya Ikan dalam pembudidayaan ikan
15
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan Pemeliharaan Rutin / Berkala Tempat Pelelangan Ikan
APBK
16
Ekonomi masyarakat pesisir Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir lebih optimal
17
Program Peningkatan Kesadaran dan Penegakan Hukum dalam Pendayagunaan sumber daya laut
Meningkatnya kesadaran dan Penyuluhan Hukum dalam penegakan hukum dalam pendayagunaan sumber daya pendayaan sumber daya laut laut
DKP
420
APBK
18
Program Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritim kepada Masyarakat
Meningkatnya kegiatan budaya kelautan dan wawasan Penyuluhan Budaya Kelautan maritim kepada masayarakat
DKP
550
APBK/APBN/A PBA
Program Pengembangan
Berkembangnya kawasan
Kajian Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar
DKP
890
APBK/APBA
Pengawasan Terpadu Usaha Penangkapan dan Hasil Perikanan
DKP
850
APBK/APBA
19 Kawasan Budidaya Laut,Air budidaya laut, air payau dan
20
Payau dan Air Tawar
air tawar
Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan
Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan optimal
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
2
Meningkatkan perkembangan industri kecil dan pertumbuhan sektor perdagangan
21
Meningkatnya perkembangan Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah industri kecil dan menengah Program Perlindungan
22 Konsumen dan pengamanan Terlindunginya hak konsumen perdagangan Terciptanya perdangan yang aman Program Peningkatan
Pengurusan perizinan efisien dan efektiv Terwujudnya Pasar dan Pengembangan Pasar dan distribusi barang produk yang distribusi barang produk lebih baik
Program Pembinaan asongan
25 Program Pelayanan Umum
3
Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur daerah untuk menunjang kelancaran perputaran roda ekonomi masyarakat
26
27
Tertatanya tempat usaha untuk Penataan tempat usaha bagi pedagang kaki lima dan pedagang kaki lima dan asongan asongan Terfasilitasinya modal usaha bagi pedagang kaki lima Meningkatnya wawasan dan pengetahuan untuk masyarakat Pembinaan Usaha Untuk ekonomi lemah dalam Ekonomi Lemah menjalani usaha
Program peningkatan sarana Tersedianya sarana dan prasaran aparatur dan prasarana aparatur
Program Pembangunan Jalan Terwujudnya pembangunan jalan dan jembatan dan Jembatan
SUMBER PENDANAAN
Disperindag kop
8.760
APBK/APBN/A PBA
Fasilitasi penyelesaian masalah konsumen
Disperindag kop
678
APBK/APBN/A PBA
Disperindag kop
567
APBK/APBN/A PBA
Disperindag kop
250
APBK
Disperindag kop
500
APBK
Disperindag kop
650
APBK
Disperindag kop
1.365
APBK
Disperindag kop
2.839
APBK
Sekdakab
4.556
APBK/APBN
Fasilitasi Kemudahan perizinan pengembangan usaha
Meningkatnya sistem jaringan Peningkatan sistem jaringan informasi perdagangan informasi perdagangan
24 pedagang kaki lima dan
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Fasilitas bagi industri Kecil dan Menengah thd Pemamfatan sumber Daya
Operasional & Pengembangan kemetrologian daerah
23 Efisiensi Perdagangan Dalam pengembangan usaha lebih Negeri
KERANGKA REGULASI
Fasilitasi modal usaha bagi pedagang kaki lima
Pembangunan gedung kantor pemerintah Pidie Jaya
PU
800.000
APBN/APBA/A PBK
Rehabilitasi dan pemeliharaan gedung kantor
PU
7.790
APBN/APBA/A PBK
Perencanaan Jalan
PU
3.452
APBN/APBA/A PBK
Pembangunan Jalan
PU
650.900
APBN/APBA/A PBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
Terciptanya Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Program
28 rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan
29
Program Pembangunan turap/talud/brojong
Perencanaan Jembatan
PU
Pembangunan Jembatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
PU
APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A 246.700 PBK APBN/APBA/A 500 PBK APBN/APBA/A 3.420 PBK 3.200
Pembangunan Jalan
PU
340.560
APBN/APBA/A PBK
Perencanaan Jembatan
PU
1.250
APBN/APBA/A PBK
PU
175.600
APBN/APBA/A PBK
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
PU
Pengawasan
PU
Perencanaan Turap / Talud / Bronjong
PU
35.600
APBK
PU
12.870
APBK
PU
750
APBK
PU
35.000
APBN/APBA/A PBK
PU
1.650
APBK
PU
6.780
APBK
PU
5.463
APBK
PU
15.400
APBK
Program peningkatan sarana Terwujudnya peningkatan dan Pengadaan alat berat pemeliharaan sarana dan kebinamargaan prasarana kebinamargaan kebinamargaan Pemeliharaan Alat-alat berat kebinamargaan
30 dan prasarana
31
SUMBER PENDANAAN
PU
Pembangunan Turap / Talud / Bronjong Pengawasan Turap / Talud / Bronjong
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, Terwujudnya jaringan rawa dan jaringan pengairan pengairan lainnya Tersusunnya rencana normalisasi saluran sungai Terwujudnya normalisasi saluran sungai
PU
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Perencanaan Jalan
Terwujudnya rehabilitasi/pemeliharaan jalan Pembangunan Jembatan dan jembatan
Terwujudnya turap/talud/brojong yang terpelihara dengan baik
KERANGKA REGULASI
Perencanaan pembangunan jaringan irigasi Perencanaan normalisasi saluran sungai Pelaksanaan normalisasi saluran sungai
APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A 500 PBK 500
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
Terpemeliharanya jaringan irigasi
33
Program penyediaan dan pengolahan air baku
Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya
Tersedianya prasarana pengambilan dan saluran pembawa Terpeliharanya prasarana pengambilan dan saluran pembawa
Pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembawa Pemeliharaan prasarana pengambilan dan saluran pembawa
Tersusunnya rencana pengadaan bendungan
Perencanaan Bendungan
PU
5.600
APBK
Perencanaan Embung dan Penampung Air
PU
1.000
APBK
PU
2.000.000
APBN
PU
10.000
APBN/APBA
PU
1.070
APBK
PU
1.960
APBA
Terpeliharanya prasarana dan Rehabilitasi/Pemeliharaan sarana air minum sarana dan Prasarana air Minum
PU
1.000
APBA
Terbentuknya Perusahaan Daerah Air Minum
Penbentukan Perusahaan Daerah Air Minum
PU
2.590
APBA
Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai
PU
32.480
APBN/APBA/A PBK
PU
451
Pembangunan Bendungan Lhok Sandeng Pembangunan embung, dan Terbangunnya embung dan bangunan penampung air tempat penampungan air lainnya Rehabilitasi kawasan lindung Rehabilitasi kawasan lindung daerah tangkapan sungai dan daerah tangkapan sungai dan danau danau
34
SUMBER PENDANAAN
Terpeliharanya normalisasi saluran sungai
Tersusunnya rencana pengadaan Embung dan Penampung Air Terwujudnya Pembangunan Bendungan Lhok Sandeng
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Rehabilitasi /pemeliharaan jaringan irigasi Rehabilitasi /pemeliharaan pintu air Rehabilitasi/ pemeliharaan normalisasi saluran sungai
Terpeliharanya pintu air
32
KERANGKA REGULASI
Tersedianya prasarana dan sarana air minum
35 Program pengendalian banjir Banjir terkendali Meningkatnya Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir
Penyediaan Prasaranan dan sarana Air Minum bagi Masyarakat berpenghasilan Rendah
Peningkatan Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir
PU
9.509
APBK
PU
2.190
APBK
PU
2.029
APBK
PU
17.530
APBA
PU
8.540
APBA/APBK
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
36
Program pembangunan infrastruktur perdesaaan
Meningkatnya pembersihan dan pengerukan sungai/kali Terwujudnya prasarana pengaman pantai Pembangunan tanggul pemecah ombak
Peningkatan pembersihan dan pengerukan sungai/kali Pembangunan prasarana pengaman pantai Pembangunan tanggul pemecah ombak
Terwujudnya jalan dan Jembantan Perdesaan
Pembangunann jalan dan Jembantan Perdesaan
Program pembinaan dan ketenagalistrikan
38
SUMBER PENDANAAN
PU
1.740
APBA
PU
20.500
APBA/APBN
PU
54.200
APBN/APBA
PU
1.847.000
APBN
Terwujudnya Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan Rehabilitasi/Pemeliharaan dan Jembatan Perdesaan jalan dan Jembatan Perdesaan
PU
10.360
APBK
Rehabilitasi /Pemeliharaan Terwujudnya Rehabilitasi sarana dan Prasarana air bersih /Pemeliharaan sarana dan Prasarana air bersih Perdesaan Perdesaan
PU
4.350
APBA
PU
755
APBK
PU
500
APBK
PU
500
APBK
PU
4.098
APBA
Perencanaan Pembangunan MCK Perdesaan
PU
500
APBK
Pengawasan Pembangunan MCK Perdesaan
PU
200
APBK
Terlaksanya Pengawasan Jalan Pengawasan Jalan dan Jembatan dan Jembatan Perdesaan Perdesaan
PU
200
APBK
Berkembangnya bidang ketenagalistrikan
Pembangunan Listrik tenaga air lhok sandeng
PU
400.000
Pembangunan gedung olah raga daerah
Disdikpora
5.000
APBA
Pembangunan Lapangan bola kaki
Disdikpora
2.000
APBA
Terlaksanya Monitoring Evaluasi Pelaporan Tersusunnya Perencanaan Infrastruktur Jalan Perdesaan TersusunnyaPerencanaan Sarana dan Prasaranan Air Bersih Perdesaan Tersedianya MCK yang tersebar di 8 Kecamatan Tersusunnya Rencana Pembangunan MCK Perdesaan Terlaksanya Pengawasan Pembangunan MCK Perdesaan
37 pengembangan bidang
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Program Peningkatan Sarana Meningkatnya sarana dan prasarana olah raga dan Prasarana Olahraga
Monitoring Evaluasi Pelaporan Perencanaan Infrastruktur Jalan Perdesaan Perencanaan Sarana dan Prasaranan Air Bersih Perdesaan Pembangunan MCK tersebar di 8 Kecamatan
APBN/APBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
SKPD
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA ANGGARAN
Program Pembangunan
39 Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Terciptanya pembangunan fasilitas perhubungan
Disdikpora
1.000
APBA
Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana olah raga
Disdikpora
830
APBK
Perencanaan Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan Raya Sosialisasi Penyuluhan Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Penunjang Perpakiran Roda 2 dan 4 Pengadaan Mobil Forreder Kendaraan Roda Dua Patroli (fatwal)
Program Pembangunan Perhubungan
41
Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas
Terciptanya pembangunan sarana dan prasarana pembangunan
Dishubbudpa rminko
4.000
APBK/APBA
Dishubbudpa rminko
1.200
APBK
Dishubbudpa rminko
200
APBK
1.000
APBK
1.600
APBA
670
APBA
Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko
Pembangunan Halte Bus,Taxi,
Dishubbudpa rminko
4.250
APBA/APBK
Pembangunan Terminal Bus Umum dan Angkutan Barang
Dishubbudpa rminko
5.500
APBA
1.810
APBA
1.000
APBK
2.000
APBK
2.150
APBK
Meningkatnya keamanan lalu Pengadaan dan Pemasangan lintas warning light Pembuatan Zona Selamat Tersedianya ZOSS Sekolah ( ZOSS ) ( 2 Lokasi) Tersedianya Rambu-rambu Pengadaan Rambu-rambu lalu lalu lintas lintas Tersedianya Marka Jalan
SUMBER PENDANAAN
pembangunan lapangan bola volly
Terciptanya ketertiban lalu lintas
40 Sarana dan Prasarana
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Pengadaan Marka Jalan
Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko
MATRIK PROGRAM KERJA RPJMD KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 3 : Meningkatkan kualitas layanan pendidikan, layanan kesehatan dan melaksanakan syariat Islam serta pembinaan sosial kemasyarakatan INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
1
Peningkatan akses dan pemerataan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan non formal yang berkualitas;
1
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Pembangunan Gedung PAUD
Disdikpora
1.179
Terrehabilitasinya gedung PAUD
Rehabilitasi Gedung PAUD Pengadaan Alat Permainan Edukasi (APE)
Disdikpora
635
APBK
Disdikpora
900
APBA/APBK
Disdikpora
62
APBK
Publikasi dan sosialisasi pendidikan anak usia dini
Terpublikasinya PAUD bagi Masyarakat Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
SUMBER PENDANAAN
Terbangunnya gedung PAUD
Tersedianya APE untuk PAUD
2
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
APBA/APBN
Terlaksananya rehabilitasi sedang/ berat ruang kelas/ perpustakaan
Rehabilitasi sedang/ berat ruang kelas sekolah
Disdikpora
61.200
APBK/APBA/APB N
Tersedianya Mobiler Sekolah Dasar
Pembangunan Mobiler Sekolah
Disdikpora
1.615
APBA
Disdikpora
494
APBK
Disdikpora
132
APBK
Disdikpora
420
APBK
Disdikpora
544
APBK
Disdikpora
642
APBK
Disdikpora
180
APBK
Disdikpora
168
APBK
Disdikpora
600
APBK
Terselenggaranya paket B setara SMP Terlaksananya kegiatan penyebarluasan dan sosialisasi berbagai informasi Dikdas Terlaksananya penyelenggaraan akreditasi sekolah Terlaksananya ujian akhir sekolah SD/ MI Terlaksananya ujian akhir sekolah SMP/MTS Terlaksananya Try out SMP/ MTs Terlaksananya Try out SD/. MI Terlaksananya kegiatan Pesantren kilat
Penyelenggaraan paket B setara SMP Penyebarluasan dan sosialisasi berbagai informasi pendidikan dasar Penyelenggaraan akreditasi sekolah dasar Penyelenggaraan ujian akhir sekolah (SD/MI) Penyelenggaraan UAS (SMP/MTS) Penyelenggaraan Try out SMP/ MTS Penyelenggaraan Try out SD/ MI Penyelenggaraan Pesantren Kilat SMP
Terlaksana kegiatan olimpiade tingkat SMP
Penyelenggaraan Olimpiade
Disdikpora
345
APBK
Terlaksananya kegiatan pekan olahraga dan seni SMP thn Pelajaran
Pekan Olahraga dan Seni
Disdikpora
480
APBK
Tersedianya akses pendidikan yang baik untuk pendidikan inklusi
Penyelenggaraan Pendidikan inklusi
Disdikpora
720
APBK/APBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
3
Program Pendidikan Menengah
Pengadaaan perlengkapan sekolah
Disdikpora
1.213
APBK/APBA
Terehabilitasi berat/sedang RKB
Rehabilitasi sedang/ berat ruang kelas sekolah
Disdikpora
5.489
APBA/APBN
Terbangunnya sekolah unggul
Pembangunan sekolah Unggul
Disdikpora
6.010
APBA/APBN
Tersediannya mobiler sekolah
Pengadaan Mobiler Sekolah
Disdikpora
1.020
APBK/APBA
Terselenggaranya paket C setara SMA
Penyelenggaraaan paket C setara SMA
Disdikpora
400
APBK
Terselenggaranya UAS
Penyelenggaraan UAS (SMA/SMK/ MA)
Disdikpora
546
APBK
Disdikpora
252
APBK
Disdikpora
600
APBK
Penyelenggaraan Try out SMA/ SMK/ MA Penyelenggaraan Pesantren Kilat
Terselenggaranya pesantren kilat
Program Pendidikan Non Formal
Terselenggaranya olimpiade SMA
Penyelenggaraan Olimpiade
Disdikpora
516
APBK
Terlaksananya Pekan ol;ah raga pelajar
Pekan Olahraga dan Pelajar
Disdikpora
660
APBK
Disdikpora
720
APBK/APBA
Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan non formal
Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan non formal
Disdikpora
150
APBA/APBK
Disdikpora
180
APBK
terlaksananya pelatihan peserta kaligrafi
Monitoring evaluasi dan pelaporan Rapat koordinasi dayah dalam kabupaten pidie jaya Pelatihan kaligrafi untuk santri dayah
Disdikpora
180
APBK
Terbinanya kurikulum dayah
Pembinaan kurikulum dayah
Disdikpora
225
APBA/APBK
Tersosialisasinya kurikulum dayah
Sosialisasi kurikulum dayah terpadu dan salafi
Disdikpora
150
APBK
Terbangunnya dayah
Pembangunan Dayah
Disdikpora
3.700
APBK/APBA
Pembangunan Gedung SLB Baru
Disdikpora
4.750
APBN
Pengadaan Sarana dan Prasarana SLB
Disdikpora
1.140
APBN
Terlaksananya monitoring evaluasi Terlaksananya koordinasi dayah
5
SUMBER PENDANAAN
Tersedianya perlengkapan sekolah
Terselengaranya try out
4
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Program Pendidikan Luar Biasa Terbangunnya gedung SLB Tersedianya sarana dan prasaran SLB
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
6
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
KERANGKA REGULASI Pembinaan forum masyarakat peduli pendidikan luar biasa
Disdikpora
231
APBK
Terlaksananya sertifikasi pendidik
Pelaksanaan Sertifikasi pendidik
Disdikpora
268
APBK
Disdikpora
900
APBK
Disdikpora
710
APBK
Disdikpora
298
APBK
Disdikpora
240
APBK
Pembangunan Gedung BPMG( Balai Peningkatan Mutu Guru)
Disdikpora
4.200
Pembangunan Pustaka Daerah
Disdikpora
800
APBA
Pengembangan minat dan budaya baca
Disdikpora
563
APBA
Disdikpora
164
APBK
Terlaksananya pesupervisi pengawas Pelaksanaan Supervisi Pengawas
Disdikpora
443
APBK
Terbinanya komite sekolah
Pembinaan komite sekolah
Disdikpora
324
APBK
Terselenggaranya pelatihan dan seminar
Penyelenggaraan pelatihan, seminar dan lokakarya serta diskusi ilmiah tentang berbagai isu pendidikan
Disdikpora
385
APBK
Terlaksananya perlombaan guru, kepaqla, pengawas berprestasi
Perlombaan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Berprestasi
Disdikpora
698
APBK
Terlaksananya perlombaan siswa berprstasi
Perlombaan Siswa Berprestasi
Disdikpora
390
APBK
Pendidikan lanjutan bagi pendidik untuk memenuhi standar kualifikasi Pengembangan mutu dan kualitas program pendidikan dan pelatihan pendidikan Pengembangan sistem pendataan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan
terlaksananya pengembangan kurikulum terlaksananya pengembangan sistem penataan dan pemetaan tenaga pendidik terlaksananya sistim penetapan angka Tim pemantapan angka kredit kredit Terbangunnya gedung BPMG
Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca
8
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
SUMBER PENDANAAN
Terbinanya forum masyarakat peduli
Terlaksananya pendidikan untuk memenuhi standar kualifikasi
7
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
APBN/APBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
Tersedianya buku laporan siswa
9
2
Peningkatan akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat;
10
Program perencanaan sosial budaya
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pengadaan Rapor Siswa
324
Koordinasi penyusunan masterplan pendidikan
444
Tersusunya masterplan pendidikan Pidie Jaya
Penyusunan masterplan pendidikan
250
Tersusunya profil pendidikan Pidie Jaya
Penyusnan Profil Pendidikan Pidie Jaya
120
Tersedianya oabat dan perbekalankesehatan
Pengadaaan obat dan perbekalan kesehatan
Terlaksanaannya pemerataan obat dan pembekalan kesehatan
Peningkatan pemerataan obat dan pembekalan kesehatan Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
Terlaksananya mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit Tersedia dokumen monitoring, evaluasi dan pelaporan
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Disdikpora
Terlaksannya koordinasi dalam penyusunan masterplan pendidikan kabupaten Pidie Jaya
Terjadinya keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama penduduk miskin
11
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
SUMBER PENDANAAN APBK
APBK/APBA/APB N
Dinkes
9.510
Dinkes
150
Dinkes
4.099
Dinkes
221
APBK
Dinkes
478
APBK
APBK
APBK/APBN
Terlaksananya pelayanan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya
Pelayanan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya
Dinkes
720
APBK/APBA
Terlaksananya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
Dinkes
150
APBK
Tersedianya pengadaan sarana dan prasaran Puskesmas dan jaringannya
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya
Dinkes
3.000
Terlaksananya revitalisasi sistem kesehatan
Revitalisasi sistem kesehatan
Dinkes
324
Tersedianya peralatan dan perbekalan kesehatan terasuk obat generik esensial
Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan terasuk obat generik esensial
Dinkes
1.482
APBK/APBA
Terjadinya peningkatan kesehatan masyarakat
Peningkatan kesehatan masyarakat
Dinkes
444
APBA/APBK
Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana
Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana
Dinkes
151
APBK/APBN/APB A
APBK/APNA/APB N APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
12
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Terselenggaranya penyehatan lingkungan di masyarakat Terlaksananya Pelayanan Kesehatan Jiwa
Penyelenggaraan penyehatan lingkungan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa
Terjadinya pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan
Peningkatan pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya Peningkatan kapasitas laboratorium pengawasan obat dan makanan Peningkatan penyidikan dan penegakan hukum di bidang obat dan makanan
Terlaksananya pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya terlaksananya kapasitas laboratorium pengawasan obat dan makanan Terlaksananya penyidikan dan penegakan hukum di bidang obat dan makanan
13
Program Promosi Kesehatan dan Terbentuknya media promosi dan informasi sadar hidup sehat Pemberdayaan masyarakat
Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh Kesehatan Peningkatan Kesehatan anak
Terlaksananya penyuluhan masyarakat pola hidup sehat Meningkatnya kapasitas penyuluh kesehatan Meningkatkan kesehatan anak
14
15
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
KERANGKA REGULASI
Terbentuknya peta informasi masyarakat kurang gizi
Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Dinkes
240
APBK
Dinkes
508
APBK
Dinkes
240
APBK
Dinkes
390
APBK
Dinkes
209
APBK
Dinkes
240
APBK
Dinkes
239
APBK
Dinkes
231
APBK
Dinkes
363
APBK
Dinkes
232
APBK
Dinkes
89
APBK
Terlaksananya pemberian tambahan makanan dan vitamin
Pemberian tambahan makanan dan vitamin
Dinkes
461
APBK
Terlaksananya Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan kurang zat gizi mikro lainnya
Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan kurang zat gizi mikro lainnya
Dinkes
253
APBK
Terwujudnya pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
Dinkes
125
APBK
Terlaksananya penyemprotan/fogging sarang nyamuk
Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
Dinkes
102
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan foging Pengadaan vaksin penyakit menular Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah Pelayanan pencagahan dan penanggulangan penyakit menular
Tersedianya alat fogging dan bahanbahan foging
60
APBK
Dinkes
150
APBK
Dinkes
102
APBK
Dinkes
240
APBK
Dinkes
120
APBK
Dinkes
300
APBK
Dinkes
180
APBK
Penyusunan standar kesehatan
Dinkes
462
APBK
Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan
Dinkes
84
APBK
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Dinkes
120
APBK
Dinkes
300
APBK
Terlaksananya vaksinasi bagi balita dan anak sekolah Terlaksananya pencagahan dan penanggulangan penyakit menular Terlaksananya imunisasi
Peningkatan imunisasi
Terlaksananya surveillance epidemiologi dan penanggulangan wabah
Peningkatan surveillance epidemiologi dan penanggulangan wabah Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
Terjadinya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
17
Program Standarisasi Pelayanan Terbentuknya dokumen standar kesehatan Kesehatan Terlaksanannya evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan Tersedia dokumen monitoring, evaluasi dan pelaporan Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
Terlaksananya operasi katarak
Pelayanan operasi katarak
Terwujudnya kesehatan THT
Pelayanan kesehatan THT Pelayanan operasi bibir sumbing Pelayanan sunatan masal Pelayanan kesehatan akibat lumpuh layu
Terwujudnya operasi bibir sumbing Terwujudnya sunatan masal Terwujudnya kesehatan akibat lumpuh layu
18
SUMBER PENDANAAN
Dinkes
Tersedianya vaksin penyakit menular
16
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Dinkes
133
APBK
Dinkes
186
APBK
Dinkes
340
APBK
Dinkes
420
APBK
Pembangunan Puskesmas
Dinkes
11.274
APBA/APBN
Terwujudnya Puskesmas Pembantu
Pembangunan Puskesmas Pembantu
Dinkes
2.900
APBA/APBN
Terwujudnya Poskesdes
Pembangunan Poskesdes
Dinkes
Terwujudnya sarana dan prasarana Puskesmas
Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas
Dinkes
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan Terwujudnya Puskesmas prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya
APBA/APBN/APB K APBA/APBN/APB 3.651 K 3.004
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
19
KERANGKA REGULASI
Terwujudnya sarana dan prasarana Puskesmas Pembantu
Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas Pembantu
Terwujudnya Puskesmas Pembantu menjadi Puskesmas Terlaksananya pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana Puskesmas Terwujudnya rehabilitasi sedang/berat Puskesmas Pembantu
Peningkatan Puskesmas Pembantu menjadi Puskesmas Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana Puskesmas/Pustu/Poskesdes Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas/Pustu/Poskesdes
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Dinkes
2.540
APBA/APBN/APB K
Dinkes
2.298
APBA/APBN/APB K
Dinkes
2.202
APBA/APBN/APB K
Dinkes
2.291
APBA/APBN/APB K
Pembangunan Rumah Sakit
Dinkes
14.944
Terwujudnya Rumah Sakit ruang poliklinik Rumah Sakit
Pembangunan Rumah Sakit ruang poliklinik Rumah Sakit
Dinkes
3.990 APBA/APBN/APB K
Terwujudnya Gudang Obat/Apotik
Pembangunan Gudang Obat/Apotik
Dinkes
1.000 APBA/APBN/APB K
Terwujudnya uang rawat inap Rumah Sakit (VVIP, VIP, Kelas I,II,III)
Penambahan ruang rawat inap Rumah Sakit (VVIP, VIP, Kelas I,II,III)
Dinkes
3.450 APBA/APBN/APB K
Terwujudnya ruang gawat darurat
Pengembangan ruang gawat darurat
Dinkes
2.770 APBA/APBN/APB K
Terwujudnya ruang ICU, ICCU, NICU
Pengembangan ruang ICU, ICCU, NICU
Dinkes
4.061 APBA/APBN/APB K
Terwujudnya ruang operasi
Pengembangan ruang operasi
Dinkes
1.100 APBA/APBN/APB K
Terbangunnya ruang lab. Rumah sakit
Pengembangan ruang laboratorium Rumah Sakit
terbangunnya kamar jenazah
Pengembangan ruang jenazah
terbangunnya instalasi air limbah
Pembangunan Instalasi Air Limbah
terbangunnya instalasi air bersih
Pembangunan Instalasi Air Bersih
terehabiliasinya rumah sakit
Rehabilitasi bangunan Rumah Sakit
tersedianya alat-alat rumah sakit
Pengadaan alat-alat Rumah Sakit
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah Terwujudnya Rumah Sakit sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata
APBA/APBN
2.540 APBA/APBN/APB K 230 APBA/APBK 750 APBA/APBN/APB K 280
APBN/APBK
2.802 APBA/APBN/APB K Dinkes
2.280 APBA/APBN/APB K
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Tersedianya obat-obatan Rumah Sakit
Pengadaan obat-obatan Rumah Sakit
Dinkes
2.750 APBA/APBN/APB K
Tersedianya ambulance/mobil jenazah
Pengadaan ambulance/mobil jenazah
Dinkes
4.430 APBA/APBN/APB K
Tersedianya mebeleur Rumah Sakit
Pengadaan mebeleur Rumah Sakit
Dinkes
1.720 APBA/APBN/APB K
Pengadaan perlengkapan rumah sakit (dapur, ruang pasien) Pengembangan tipe Rumah Sakit
Tersedianya perlengkapan rumah sakit (dapur, ruang pasien Tersedianya tipe Rumah Sakit
Dinkes
770
APBA/APBK
500
APBK
20
Program pemeliharaan sarana Terwujudnya pemeliharaan rutin dan prasarana rumah rutin/berkala Rumah Sakit sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata
Pemeliharaan rutin rutin/berkala Rumah Sakit
Dinkes
3.050
21
Program Kemitraan Peningkatan Terjadinya kemitraan asuransi kesehatan masyarakat Pelayanan Kesehatan
Kemitraan asuransi kesehatan masyarakat
Dinkes
145
APBK
Dinkes
296
APBK
Dinkes
205
APBK
Dinkes
176
APBK
Penyuluhan kesehatan anak balita
Dinkes
180
APBK
Imunisasi bagi anak balita
Dinkes
150
APBK
Pelayanan pemeliharaan kesehatan
Dinkes
222
APBK
Dinkes
420
APBK
Dinkes
102
APBK
Terjadinya kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis Terjadinya kemitraan pengobatan lanjutan bagi pasien rujukan Terjadinya Kemitraan pengobatan bagi pasien kurang mampu
22
Kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis Kemitraan pengobatan lanjutan bagi pasien rujukan Kemitraan pengobatan bagi pasien kurang mampu
Program peningkatan pelayanan Terlaksananya penyuluhan kesehatan anak balita kesehatan anak balita Terlaksanya Imunisasi bagi anak balita
23
24
Program peningkatan pelayanan Terlaksananya pemeliharaan kesehatan kesehatan lansia Terlaksananya pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan
Terlaksananya pengawasan keamanan Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan dan kesehatan makanan hasil industri
Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan
Pengawasan keamanan dan kesehatan makanan hasil industri
APBA/APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
Terlaksananya pengawasan dan pengendaliankeamanan dan keselamatan makanan hasil produksi rumah tangga Terlaksananya pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan makanan rumah makan
25
Pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan makanan hasil produksi rumah tangga Pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan makanan rumah makan
Terlaksananya penyuluhan kesehatan Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan ibu hamil dari keluarga kurang mampu anak Terlaksananya Perawatan berkala bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu Terwujudnya Pertolongan persalinan bagi ibu hamil dri keluarga kurang mampu
Penyuluhan kesehatan ibu hamil dari keluarga kurang mampu Perawatan berkala bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu Pertolongan persalinan bagi ibu hamil dri keluarga kurang mampu Peningkatan kesehatan Ibu dan Anak
Terwujudnya kesehatan Ibu dan Anak
26
27
Program perencanaan sosial budaya
Program Keluarga Berencana
Tersusunnya masterpaln Kesehatan Pidie Jaya Terlaksananya koordinasi secara berkelanjutan dalan penyusunan masterplan kesehatan kabupaten Pidie
Penyusunan masterplan kesehatan Koordinasi penyusunan Masterplan kesehatan
Tersedianya pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin
Pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin
Tersedianya pengadaan mobil pelayanan KB (DAK) Tersedianya operasional pelaksana petugas lapangan (PLKB relawan) Tersosialisasikannya KB pria bagi Toga dan Toma Tersedianya TNI manunggal KB Kesehatan (TMKK)
28
Program Kesehatan Reproduksi Remaja
KERANGKA REGULASI
Pengadaan mobil pelayanan KB (DAK) Operasional pelaksana petugas lapangan (PLKB relawan) Sosialisasi KB pria bagi Toga dan Toma TNI manunggal KB Kesehatan (TMKK)
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Dinkes
120
APBK
Dinkes
90
APBK
Dinkes
150
APBK/APBA
Dinkes
360
APBK/APBA
Dinkes
420
APBK/APBA
Dinkes
240
APBK/APBA
Bappeda
450
APBK
Bappeda
76
APBK
BKBP
1.570
APBN
BKBP
1.550
APBN
BKBP
1.380
APBN/APBK
BKBP
240
APBK
BKBP
439
APBK
Tersedianya pelayanan KIE
Pelayanan KIE
BKBP
297
APBK
Terlaksananya lomba PIK KRR tingkat kabupaten
Lomba PIK KRR tingkat kabupaten
BKBP
144
APBK
210
APBK/APBA
BKBP
29
Program pembinaan peran serta Tersedianya pendampingan bagi masyarakat dalam pelayanan kegiatan kelompok UPPKS KB/KR yang madiri
Pendampingan bagi kegiatan kelompok UPPKS
BKBP
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
3
Pembinaan wawasan keislaman dan pelaksanaan syariat Islam secara berkelanjutan dan berkeadilan
30
Program Pembinaan Dan Pengembangan Syariat Islam
Terbangunnya sarana dan parasana syariat
Pengadaan sarana dan prasarana pengembangan syariat islam
terlaksananya seleksi anak shaleh kabupaten
Pelaksanaan Seleksi Festival anak Shaleh Kerja sama peningkatan pelaksanaan syariat Islam dengan lembaga / instansi lainnya Pembinaan eks pelaku pelanggaran Syariat Islam
terwujudnya kerjasama dalam pelaksanaan syariat islam terbinanya para eks pelaku syariat
31
Program Peningkatan Kapasitas terdidiknya pelaksana syariat islam Sumber Daya Aparatur daerah Pelaksana Syariat Islam
KERANGKA REGULASI
Pendidikan dan pelatihan Pelaksana Syariat Sosialisasi Qanun Pelaksanaan Syaraiat Islam
tersosialisasinya qanun syariat
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Dinsyariat
2.175
APBA/APBK
Dinsyariat
390
APBK
Dinsyariat
300
APBK
Dinsyariat
400
APBK/APBA
Dinsyariat
360
APBK
Dinsyariat
215
APBK
-
32
Program Pengembangan Sistem Informasi Pelaksanaan Syariat Islam
Berkembangnya sistem informasiu syariat Terwujudnya pusat pelayanan syariat tersebarnya informasi syariat bagi masyarakat
33
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Syariat Islam
terwujudnya penguatan kelembagaan syariat meningkatnya siste manajemen syariat dari berbagai tingkat
34
Program perencanaan sosial budaya
Pengembangan Sistem Informasi Syariat Islam Fasilitasi pengembangan pusat pelayanan pemberdayaan syariat Islam Penyebaran informasi syariat Islam yang bersifat penyuluhan bagi masyarakat Penguatan kelembagaan organisasi -organisasi Islam Peningkatan Manajemen Syariat Islam Tingkat gampong/mukim/lurah/kecamat an
Berkembangkan model kelembagaan gampong syariat
Pengembangan Model Kelembagaan Gampong syariat
Terlaksananya koordinasi secara berkelanjutan dalan penyusunan rencanan induk pembangunan syariat islam
Koordinasi Penyusunan rencana induk pembangunan syariat islam
Dinsyariat
296
APBK
Dinsyariat
400
APBK
Dinsyariat
297
APBK
Dinsyariat
293
APBK
Dinsyariat
345
APBK
Dinsyariat
720
APBK
Bappeda
130
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
4
Mewujudkan perlindungan sosial masyarakat dan penguatan lembaga kemasyarakatan
35
Program perencanaan sosial budaya
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Koordinasi perencanaan pembangunan bidang sosial dan budaya
Bappeda
510
APBK
Koordinasi dan Sinkronisasi program pengembangan sumber daya manusia
Bappeda
390
APBK
Koordinasi perencanaan pembangunan responsif Gender
Bappeda
203
APBK
Koordinasi Penyusunan perencanaan Program pembangunan pemetaan aset budaya daerah Pidie Jaya
Bappeda
388
APBK
Terwuudnya koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan keistimewaan antar SKPK dan SKPA
Koordinasi dan Sinkronisasi perencanaan program pembangunan keistimewaan
Bappeda
383
APBK
terkoordinasinya dan terevaluasinya hasil monitoring program nasional secara efektif dan akuntabel
Koordinasi monitoring dan evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri dan program pembangunan daerah tertinggal
Bappeda
433
APBK
Terjalinnya koordinasi yang efektif dan efisien dengan SKPK dan SKPA Terlaksananya koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan sumberdaya manusia antar SKPK dan SKPA Terjalinnya koordinasi perencanaan pembangunan yang berorientasi rensponsi jender Terkoordinasi secara efektif dan efisien dalam penyusunan perencanaan pembangunan pemetaan aset budaya daerah Kabupaten Pidie Jaya
36
Program Pelayanan dan Terwujudnya masalah strategis daerah Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Penanganan masalah strategis
Dinsosnakertrans
236
APBK
37
Program pembinaan anak terlantar
terlatihnya anak jalanan dan nakal
Pelatihan Ketrampillan bagi anak jalanan dan nakal
Dinsosnakertrans
487
APBK
38
Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma
Terlaksananya pendayagunaan penyandang cacat dan ekstrauma
Pendayagunaan penyandang cacat dan ex trauma
Dinsosnakertrans
676
APBK/APBA
39
Program pembinaan panti asuhan/ panti jompo
Terlaksananya pelatihan dan pendidikan bagi penghuni panti asuhan
Pendidikan dan pelatihan untuk Dinsosnakertrans penghuni panti asuhan / jempo
520
APBK
Dinsosnakertrans
720
APBK
Terwujudnya biaya operasional panti Operasional Sarana dan asuhan Prasarana Panti Asuhan/ Jompo
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
40
Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)
Terlaksananya Monev dan Pelaporan Monitoring, Evaluasi Dan Kegiatan Pelaporan
41
Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan
Tersosialisasinya qanun perlindungan anak
Sosialisasi qanun perlindungan anak Peningkatan SDM Kelembagaan Perlindungan perempuan dan anak Pembinaan gampong Peningkatan Peranan wanita dan keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS), Bina Keluarga Balita (BKB) dan Gerakan Sayang Ibu (GSI)
Meningkatnya SDM Kelembagaan Perlindungan perempuan dan anak Terselenggaranya pembinaan gampong Peningkatan Peranan wanita dan keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS), Bina Keluarga Balita (BKB) dan Gerakan Sayang Ibu (GSI)
42
43
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Program Peningkatan Kualitas Hidup Anak dan Perlindungan Perempuan
SUMBER PENDANAAN
Dinsosnakertrans
210
APBK
BKBP
134
APBK
BKBP
246
APBK
BKBP
737
APBK
terlaksananya penguatan kelembagaan gender dan anak
Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
BKBP
189
APBK
Terwujudnya sistem pengembangan informasi gender dan anak
Pengembangan sistem informasi Gender dan Anak
BKBP
195
APBK
Tersosialisasinya undang-undang penghapusan KDRT
Sosialisasi undang-undang penghapusan KDRT
BKBP
136
APBK
Meningkatnya kualitas hidup dan perlindungan perempuan
Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan
BKBP
174
APBK
BKBP
150
APBK
Kegiatan pembinaan organisasi perempuan
BKBP
270
APBK
Kegiatan penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun keluarga sejahtera
BKBP
150
APBK
Terlaksananya pembinaan putri berprestasi
44
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Program Peningkatan peran serta Terwujudnya kegiatan pembinaan dan kesetaraan jender dalam organisasi perempuan kabupaten pembangunan Terlaksananya kegiatan penyuluhan bagi ibu rumah tangga sejahtera
Perekrutan pembinaan pengiriman remaja putri berprestasi
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
KERANGKA REGULASI
45
Program penguatan kelembagaan Terlaksananya sosialisasi gender dan pengarusutamaan gender dan anak anak
Sosialisasi yang terkait dengan kesejahteraan gender, perempuan dan perlindungan anak serta pornografi dan porno aksi
46
Program peningkatan peran serta Dapat melaksanakan pelatihan tentang bahaya narkoba kepemudaan
47
Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
terlaksananya penyuluhan narkoba bagi generasi muda
48
Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga
Dapat melaksanakan pembinaan olahraga
140
APBK
Penyuluhan pencegahan penggunaan narkoba di kalangan generasi muda
Disdikpora
270
APBK
Pemberian penyuluhan tentang bahaya narkoba bagi pemuda
Disdikpora
517
APBK
Disdikpora
295
APBK
380
APBK
450
APBK
600
APBK
Dinsosnaketran
5.200
APBA
Dinsosnaketran
2.610
APBK
Kesbanglinmas
450
APBK
Pelatihan tata krama siswa Pembinaan organisasi olahraga pemuda
Terbentuknya pemuda yang Kreatif
49
Program Pengembangan Perumahan
Terbangunnya rumah kaum dhuafa di Pembangunan Rumah Dhuafa kabupaten Pidie Jaya
50
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial
terehabilitasinya perumahan korban bencana alam
51
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
terlaksananya pendidikan dan pelatihan bagi pertolongan dan pencegahan bencana
SUMBER PENDANAAN
BKBP
Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olahraga Pembinaaan oirganisasi olahraga pemuda
Terbentuknya pemuda yang mencintai olahraga Terbinanya generasi muda / siswa berbudi pekerti yang luhur
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Rehabilitasi Perumahan Korban Bencana Alam dan Sosial
Pendidikan dan Pelatihan Pertolongan dan Pencegahan Kebakaran
Disdikpora
Tersedianya sarana dan prasarana pencegahan bahaya kebakaran
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Bahaya Kebakaran
Kesbanglinmas
318 APBA/APBN/APB K
terpeliharanya sarana dan prasarana pencegahan kebakaran
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Kebakaran
Kesbanglinmas
279
Terlaksananya pengendalian bahaya kebakaran
Pencegahan dan Pengendalian Bahaya Kebakaran
Kesbanglinmas
424 APBA/APBN/APB K
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
KERANGKA REGULASI Peningkatan Pelayanan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Terelokasinya tam,an makam pahlawan kabupaten
Relokasi Taman Pahlawan Kabupaten
52
Program pengelolaan areal pemakaman
53
Pengendalian Keamanan Program peningkatan keamanan Terkendalinya keamanan lingkungan Lingkungan dan kenyamanan lingkungan
54
Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Meningkatnya kapasitas aparatur Siskamswakarsa di Kabupaten Pidie Jaya Terlaksananya monev dan pelaporan kegiatan Tertunjangnya pengamanan pemilu
Peningkatan Kapasitas Aparat Dalam rangka Pelaksanaan Siskamswakarsa di Daerah Monitoring, Evaluasi dan Pengawas Pemilu Penunjang Pengamanan Pemilu Satlinmas
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Kesbanglinmas
304
APBK
Kesbanglinmas
185 APBN/APBA/APB K
Kesbanglinmas
240
APBK
Kesbanglinmas
360
APBK
Kesbanglinmas
240
APBK
Kesbanglinmas
217
APBK
MATRIK PROGRAM KERJA RPJMD KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 4. : Meningkatkan peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat;
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
1
Menciptakan kesempatan kerja dalam rangka menurunkan angka pengangguran
1
2
3
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
KERANGKA REGULASI
Tersusunnya penyusunan data base tenaga kerja
Penyusunan Data Base Tenaga Kerja
Dinsosnakertr ans
tersedianya tanah pembangunan BLK Terbangunnya BLK Kabupaten Pidie Jaya Terlaksananya pelatihan dan pendidikan keterampilan bagi pencari kerja
Pengadaan Tanah Pembangunan Gedung BLK Pembangunan Balai Latihan Kerja
Dinsosnakertr ans Dinsosnakertr ans
Tersusunya bursa tenaga kerja daerah Tersebarnya informasi busrsa tenaga kerja daerah Terlaksananya kerjasama pendidikan dan pelatihan Terbangunnya sistem kelembagaan yang produkstif dalam pelatihan tenaga kerja
Terfasilitasinya pereselisian yang terjadi dalam hubungan industrial
Terwujudnya perlindungan hukum Jamsostek Sosialisasinya berbagai peraturan ketenagakerjaan daerah
Pendidikan dan pelatihan Dinsosnakertr Keterampilan Pencari Kerja ans
Penyusunan Informasi Bursa Dinsosnakertr Tenaga Kerja ans Penyebarluasan Informasi Dinsosnakertr Bursa Tenaga Kerja ans Kerja Sama Pendidikan dan Dinsosnakertr Pelatihan ans Pengembangan Dinsosnakertr Kelembagaan Produktifitas ans dan Pelatihan Fasilitas Penyelesaian Prosudur, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Fasilitas Penyelesaian Prosudur,Pemberian Perlindungan Hukum dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Sosialisasi Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Tentang Ketenaga Kerjaan
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
210
APBK
3.638
APBA
7.638
APBA/APBN
1.710
APBA/APBK
196
APBK
155
APBK
1.599
APBK/APBA
222
APBK
Dinsosnakertr ans
222
APBK
Dinsosnakertr ans
195
APBK
Dinsosnakertr ans
105
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
Penyusunan kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah
Program penciptaan iklim Tersusunya Kebijakan Daerah Usaha Kecil Menengah yang tentang UKM kondusif
APBK
Sosialisasi tentang Usaha Kecil Menengah
105
APBK
Fasilitasi kemudahan formalitas Badan UKM
120
APBK
Disperindagko p
154
APBK/APBA
Disperindagko p
155
APBK/APBA
Terkoordinasinya pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk UKM dan Kopeperasi
Koordinasi pemanfatan Disperindagko Fasilitas Pemerintah untuk p UKM dan Koperasi
270
APBK
6
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Terlaksananya proses pemberdayaan UKM secara efektif
Pemberdayaan UKM
Disperindagko p
390
APBK/APBA
7
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Terkoordinasinya pelekasanaan kebijakan pengembangan koperasi
Disperindagko p
150
APBK
Disperindagko p
280
Dinsosnakertr ans
780
Terlaksananya sosialisasi tentang UKM Terfasilitasi Badan UKM sebvagai sebuah lembaga formalitas daerah
5
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
8
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan
Tersosialisasnya dukungan permodalan Terbangunnya sistem pengembangan klaster
Membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin
Disperindagko p
SUMBER PENDANAAN
185
4
2
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Terlaksananya proses bimbingan keterampilan bagi keluarga miskin non produktif
Pengembangan Klaster Bisnis
Koodinasi Pelaksanaan kebijakan dan program pengembangan koperasi Pendidikan dan pelatihan koperasi
Bimbingan Ketrampilan Usaha Bagi Keluarga Miskin Non Produktif
APBK/APBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
9
10
11
Program Pemberdayaan Meningkatnya jejaring pelaku Kelembagaan Kesejahteraan sosial Sosial Terlaksananya pelatihan Program pengembangan keterampilan manajemen lembaga ekonomi pedesaan UMG Terselenggaranya PNPM mandiri Pengembangan Wilayah Translok
Terlaksananya surve dan pemetaan daearah Translok Terlaksananya pengauatan SDM Transmigrasi daerah Terwujudnya kerjasama antar sektor dalam kawasan trasmigrasi
KERANGKA REGULASI
Peningkatan jejaringan pelaku sosial Pelatihan Ketrampilan manajemen Aparat Badan Usaha Milik Gampong Penyelanggaraan PNPM Mandiri
Surve dan Pemetaan Penguatan SDM Pemerintah Daerah dan Masyarakat Transmigrasi di Kawasan Perbatasan Peningkatan Kerja sama antar sektor dalam rangka kawasan transmigrasi
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Dinsosnakertr ans
209
APBK
BPM
376
APBK
BPM
2.700
APBK/APBN
Dinsosnakertr ans
900
APBK
Dinsosnakertr ans
160
APBK
Dinsosnakertr ans
125
APBK
MATRIK PROGRAM KERJA RPJMD KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 5 : Menumbuhkan kembali potensi adat istiadat dan budaya daerah dalam pembangunan Kabupaten Pidie Jaya dengan semangat kebersamaan INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
NO
PROGRAM
Melestarikan kembali potensi kebudayaan dan adat istiadat daerah
1
Program Pengembangan Nilai Budaya
SUMBER PENDANAAN
Dishubbudparimko m
400
APBK/APBA/ APBN
Dishubbudparimko m
130
APBK
Dishubbudparimko m
300
APBK/APBA/ APBN
Sosialisasi pengelolaan Dishubbudparimko kekayaan budaya lokal daerah m
125
APBK
850
APBK/APBA/ APBN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
1
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
INDIKATOR KELUARAN KERANGKA REGULASI
Terlaksananya Pelestarian dan Pelestarian dan aktualisasi adat menumbuhkan kembali adat dan budaya daerah budaya daerah Kabupaten Pidie Jaya Penyusunan kebijakan tentang budaya lokal daerah
2
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Terlaksanannya Pelestarian Pelestarian fisik dan kandungan Bangunan dan naskah sejarah dan bahan pustaka termasuk naskah budaya daerah Kabupaten Pidie Jaya kuno Tersosialisasinya sistem pengelolaan budaya daerah dalam kehidupan masyarakat Terkelolanya berbagai karya budaya dalam rekaman CD Daerah Tersusunnya sistem data base sejarah kebudayaan Pidie Jaya
3
2
Mengembangkan semangat kebersamaan dan kesatuan dalam pembangunan daerah
Program Pengelolaan Keragaman Terlaksananya pengembangan kesenian kebudayaan Pidie Jaya Budaya Terselenggaranya Dialog Kebudayaan Pidie Jaya Terfasilitasi Penyelenggaranya festival budaya daerah
Pengelolaan karya cetak dan karya rekam Pengembangan data base sistem informasi sejarah purbakala
Dishubbudparimko m Dishubbudparimko m
Pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah Penyelenggaraan dialog kebudayaan
Dishubbudparimko m Dishubbudparimko m Dishubbudparimko m
Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya daerah Membangun Kemitraan pengelolaan kebudayaan antar daerah
120
254
APBK/APBA/ APBN
140
APBK
620
APBK
270
APBK/APBA
4
Terbangunnya Kemitraan dalam Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan pengelolaan kebudayaan antar daerah budaya
5
Program Kerjasama Pembangunan
Terkoordinasinya kerjasama perencanaan dan pengendalian pembangunan khusus
Koordinasi Peningkatan Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Khusus
Bappeda
1.500
APBK
6
Program perencanaan pembangunan daerah
terlaksananya peruimusan program pembangunan secara transparansi dengan kebijakan publik
Pengembangan Partisipasi dalam Perumusan Program dan Kebijakan Layanan Publik
Bappeda
300
APBK
Dishubbudparimko m
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
NO
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
7
Program pengembangan wawasan terfasilitasi operasional BRA kebangsaan
Fasilitasi Operasional BRA
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa
8
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
10
Program pendidikan politik masyarakat
Terbentuknya satuan keamanan lingkungan masyarakat
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan
terlaksannya peningkatan kesadaran masyarakat tentang perpolitikan melalui penyuluhan Terwujudnya koordinasi forum politik Kabupaten Tersusunnya data base partai politik Penyusunan Data Base Partai Kabupaten Politik
Terlaksannaya pembuatan TTG dalam masyarakat pedesaan Tersusunya sistem pendataan dan pembinaan masyarakat desa Tersosialisasinya berbagai produk masyarakat melalui pameran
12
Program peningkatan partisipasi Terlaksananya bulan bakti LKMD masyarakat dalam membangun kabupaten dan Nasional desa Terlaksakasananya pelatihan remaja putus sekolah terlatihnya aparatur pemerintahan secara profesional
APBK
Kesbanglinmas
1.096
APBK/APBA
Kesbanglinmas
240
APBK
Kesbanglinmas
210
APBK
Kesbanglinmas
120
APBK/APBA
Penyuluhan Kepada Masyarakat
Kesbanglinmas
240
APBK
Koordinasi Forum-Forum Diskusi Politik
Kesbanglinmas
390
APBK
Kesbanglinmas
100
APBK
Kesbanglinmas
150
APBK
Pembentukan Satuan Keamanan Lingkungan di Masyarakat
Fasilitasi Kelengkapan Pengajuan Bantuan Partai Politik
Fasilitasi kelengkapan pengajuan bantuan Partai Politik Kabupaten
11
1.800
Pentas Seni dan Budaya, Festifal, Lomba Cipta dalam upaya peningkatan Wawasan Kebangsaan Peningkatan rasa solidaritas dan ikatan sosial dikalangan masyarakat
Terlaksananya perlombaan festival peningkatan wawasan kebangsaan
SUMBER PENDANAAN
Kesbanglinmas Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa
Meningkatnya rasa solidaritas dan ikatan sosial masyarakat
9
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
APBK/APBA/AP BN
Pembuatan Teknologi Tepat Guna
BPM
3.240
Pendataan dan Pembinaan
BPM
130
APBK
Sosialisasi dan Pameran
BPM
352
APBK
BPM
1.200
BPM
690
APBK/APBA
408
APBK/APBA/ APBN
Bulan Bakti LKMD Pelatihan kepada remaja putus sekolah Pelatihan Aparatur Pemerintahan Gampong
BPM
APBK/APBA/ APBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
NO
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
3
Menciptakan keseimbangan pembangunan dengan menjaga kelestarian lingkungan yang berbasis kearifan lokal
13
14
Program Pengembangan Kinerja Tersedianya prasarana dan sarana pengelolaan persampahan daerah Pengelolaan Persampahan
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
KERANGKA REGULASI
Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan
meningkatnya sistem operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan Terlaksananya sistem pengembangan teknologi pengelolaan persampahan
Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan sarana persampahan Pengembangan Teknologi Pengolahan Persampahan (Alat Daur Ulang Sampah)
Terpantaunya kualitas lingkungan daerah secara periodik
Pemantauan Kualitas Lingkungan
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
KLH
3.410
APBA/APBN
KLH
720
APBK/APBA
KLH
4.232
APBA/APBN
KLH
245
APBK
Terlaksananya kajian dampak lingkungan DAS Kabupaten Pidie Jaya
Pengkajian Dampak Lingkungan Daerah Aliran Sungai (Kabupaten)
KLH
256
APBK/APBA
Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-sumber Air
KLH
316
APBK
15
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Terkonservasinya SDA dan Pengendalian Dampak Lingkungan
16
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam
Terkelolanya pola rehabilitasi terumbu karang
Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang, Mangrove, Padang Lamun, Estauria dan Teluk
KLH
263
APBK
17
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Pengembangan Data dan Terlaksananya pengembangan data Informasi Lingkungan Hidup base lingkungan hidup (Papan Informasi)
KLH
700
APBK/APBA
18
Program Peningkatan Pengendalian Polusi
Pembangunan Tempat Terbangunnya tempat pembuangan Pembuangan Benda Padat/ cair benda padat dan cair yang Menimbulkan Polusi
KLH
2.720
APBA/APBN
19
Program Pengelolaan dan Terkelolanya ekosistem daerah rehabilitasi ekosistem pesisir dan pesisir laut
Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut
KLH
390
APBK
20
Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Terlaksananya penataan ruang terbuka hijau diperkotaan
Penataan Ruang Terbuka Hijau
KLH
1.200
APBK
Terpeliharanya rung terbuka hijau
Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
KLH
510
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KEBIJAKAN
NO
PROGRAM
INDIKATOR KELUARAN
SKPD KERANGKA ANGGARAN
21
22
Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan
Program Perencanaan Tata Ruang
KERANGKA REGULASI
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Tersusunya regulasi tentang penambangan galian C
Penyusunan regulasi mengenai kegiatan penambangan bahan galian C
DPPKAD
150
APBK
Terlaksananya pengawasan penambangan galian C
Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan galian C
DPPKAD
257
APBK
Tersusunnya RTRW Kabupaten Pidie Jaya
Penyusunan Rencana Deatail Tata Ruang Kawasan
Bappeda
350
APBK
Tersusunnya RDTRK Kabupaten Pidie Jaya
Penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan
Bappeda
300
APBK
Bappeda
400
APBK
Penyusunan Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Bappeda
480
APBK
Koordinasi perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
Bappeda
362
APBK
Terwujudnya sistem pemetaan dan Survey dan pemetaan surve wilayah kabupaten Pidie Jaya
23
Program Pemanfaatan Ruang
24
Tersusunnya perencanaan dan Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis pengembangan wilayah cepat tumbuh dan cepat tumbuh
25
Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
terwujudnya koordinasi perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
Lampiran
MATRIK PROGRAM DAN KEGIATAN LIMA TAHUN RPJMD KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI
: Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat
MISI 1 : Membangun dan memperbaiki kredibilitas, kapasitas manajemen dan kinerja aparatur Pemerintah Daerah. Kebijakan 1: Mewujudkan Tata kelola pemerintahan yang baik Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kinerja aparatur yang profesional, akuntabel dan bersih INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
1
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Sek.DPRK
100
100
100
100
100
100
600
APBK
Hearing/ dialog dan Koordinasi dengan Pejabat Sek.DPRK Pemerintah Daerah dan Tokoh Masyarakat/ Tokoh Agama
125
125
125
125
125
125
750
APBK
Rapat- rapat Alat Kelengkapan Dewan
Sek.DPRK
150
250
200
235
260
300
1.395
APBK
Rapat- rapat Paripurna
Sek.DPRK
200
200
200
200
200
200
1.200
APBK
Sek.DPRK
135
135
155
175
200
225
1.025
APBK
Sek.DPRK
75
100
125
125
150
150
725
APBK
Sek.DPRK
80
95
115
120
135
155
700
APBK
Sek.DPRK
750
750
800
850
875
950
4.975
APBK
Dialog/Audiensi dengan TokohTokoh Masyarakat, Sekdakab Pimpinan/Anggota Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
70
100
105
110
120
125
630
APBK
Penerimaan Kunjungan Kerja Pejabat Negara/Departemen/Lembaga Sekdakab Pemerintah Non Departemen/Luar Negeri
50
65
65
65
70
80
395
APBK
Kegiatan Reses
Peningkatan Kapasitas Pimpinan dan Anggota DPRK
2
2009
KERANGKA REGULASI
Kunjungan Kerja Pimpinan dan Anggota DPRD dalam Daerah Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan
Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
3
Peningkatan Pengembangan Sistem Laporan Capaian Kinerja dan Keuangan
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Rapat Koordinasi Unsur Sekdakab MUSPIDA Koordinasi Dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Sekdakab Lainnya Peringatan HUT Kab. Pidie Sekdakab Jaya
100
100
120
200
230
250
1.000
APBK
100
100
100
100
100
100
600
APBK
70
85
85
90
90
100
520
APBK
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Sekdakab Kinerja SKPD
50
50
60
60
60
60
340
APBK
Penyusunan LAKIP Kabupaten Sekdakab
100
100
100
100
100
100
600
APBK APBK
4
Program peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Penyusunan Standar Satuan Harga
PPKAD
85
76
96
88
85
92
522
APBK
Penyusunan Sistem Prosesdur PPKAD Pengelolaan Keuangan Daerah
30
40
40
50
50
60
270
APBK
PPKAD
45
54
55
63
73
70
360
APBK
PPKAD
32
35
34
40
51
55
247
APBK
PPKAD
25
32
33
42
50
55
237
APBK
PPKAD
30
30
50
40
60
60
270
APBK
PPKAD
51
55
52
47
45
55
305
APBK
Penyusunan Rancangan Peraturan KDH Tentang PPKAD Peraturan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
42
42
40
43
50
53
270
APBK
-
23
-
-
42
-
65
APBK
42
41
43
45
54
50
275
APBK
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang APBD Penyusunan Rancangan Peraturan KDH Tentang Penjabaran APBD Penyusunan Rancangan Peraturan Tentang Perubahan APBD Penyusunan Rancangan Peraturan KDH Tentang Penjabaran Perubahan APBD Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Sosialisasi Paket Regulasi tentang Pengelolaan Keuangan PPKAD Daerah Pendataan WP, RW dan PBB PPKAD
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
Operasional Pendataan Pajak Dan Restribusi Pengelolaan Gaji Pegawai Penyusunan Laporan Sistem Akuntansi
SUMBER PENDANAAN
54
44
63
62
299
APBK
25
31
28
31
30
168
APBK
PPKAD
53
56
62
55
53
62
341
APBK
70
70
80
90
100
100
510
APBK
Inspektorat
100
120
120
130
140
150
760
APBK
Penanganan kasus pengaduan Inspektorat di Lingkup Pemerintah Daerah
30
30
30
40
40
50
220
APBK
Tindak Lanjut hasil Temuan Pengawasan
Inspektorat
70
70
80
80
100
100
500
APBK
Penyusunan Rencana Kerja Rancangan Peraturan Perundang-Undangan
Sekdakab
70
70
80
90
100
100
510
APBK
Legislasi Rancangan Peraturan Sekdakab Perundang-Undangan
200
200
210
210
220
220
1.260
APBK
50
60
60
70
80
80
400
APBK
30
30
40
40
50
60
250
APBK
80
120
-
-
120
-
320
APBK
Pelaksanaan Pengawasan Internal Secara Berkala
Publikasi Peraturan PerundangSekdakab Undangan Penataan Perangkat Daerah Sekdakab Penyusunan Peraturan Bupati Sekdakab Tentang Tupoksi Fasilitasi Percepatan Penyelesaian Tapal Batas Wilayah Administrasi Antar daerah Pembangunan Tapal Batas Antar Kecamatan dalam Kabupaten
Program Pelayanan Umum
2014
34
6
9
2013
23
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
8
2012
42
Evaluasi Administrasi Keuangan Pada Dinas , Badan Sekdakab Dan Kantor
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
2011
PPKAD
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota
Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
2010
PPKAD
5
7
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)
Sekdakab
-
-
123
-
-
150
273
APBK
Sekdakab
-
-
250
-
-
-
250
APBK
Sekdakab
42
45
65
56
75
347
APBK
64
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
52
50
62
66
312
APBK
Sekdakab
9.000
11.000
10.000
11.000
8.000
7.500
56.500
APBK
30
40
40
50
50
60
270
APBK
70
80
80
90
100
100
520
APBK
30
30
40
50
60
60
270
APBK
APBK
Pengembangan Data Base Kependudukan Sosialisasi Kebijakan Kependudukan Program kerjasama informasi
2012
47
Peningkatan Pelayanan Publik Disdukcapil Dalam Bidang Kependuduan
Program Penataan
2011
35
Rapat -Rapat Koordinasi Sekdakab Bagian Pemerintahan Pemilihan Perangkat Gampong Sekdakab dan Mukim Pembinaan Monitoring serta evaluasi izin usaha dan Sekdakab gangguan (HO)
10 Administrasi Kependudukan
2010
Informasi Penyusunan Laporan Penyelengaraan Pemerintah Sekdakab Daerah ( ILPPD ) Pengadaan Tanah Pemerintah Daerah
11 dan media massa
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
Pembinaan dan Pengembangan Jaringan komunikasi dan informasi Pengadaan Alat Studio Komunikasi Penyebarluasan Informasi yang bersifat penyuluh bagi masyarakat Penyebaran informasi Penyelengaraan pemerintahan daerah
-
150
-
160
-
200
510
Disdukcapil
130
130
140
150
150
150
850 APBK/ APBN
Disdukcapil
-
60
-
70
-
80
210
Dishubudparin kom
200
200
200
210
210
210
1.230
APBK/APBA/A PBN
Dishubudparin kom
-
-
540
340
520
310
1.710
APBK/APBA/A PBN
Dishubudparin kom
70
80
80
90
100
100
520
APBK
Dishubudparin kom
50
43
52
51
55
64
315
APBK
APBK
APBK
12
Program Pengembangan data/informasi
Penyusunan PDRB Daerah Penyusunan Pidie Jaya Dalam Angka Penyusunan Profil Daerah Penyusunan IKK Operasional GIS Penyusunan dan analisis data informasi perencanaan pembangunan ekonomi
Bappeda
130
130
140
140
150
160
850
APBK
Bappeda
110
120
120
130
130
140
750
APBK
Bappeda Bappeda Bappeda
200 34 750
200 35 800
210 36 800
210 30 900
210 42 1.000
220 39 1.000
1.250 216 5.250
APBK APBK APBK
Bappeda
3.000
3.000
4.000
4.000
5.000
6.000
25.000
APBK/APBA/A PBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
Kajian dan Penyusunan Rencana Pembangunan Basis Unggulan
Bappeda
Pembangunan sistem informasi spasial potensi wilayah Kabupaten Pidie Jaya Program perencanaan
13 pembangunan daerah
Program Pembinaan dan
15 Pengembangan Aparatur
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
-
830
-
-
-
-
830
APBK
-
340
210
-
310
-
860
APBK
56
-
-
-
-
210
APBK
154
Penyusunan RPJM Penyusunan rancangan RKPK
Bappeda
127
-
-
130
-
-
257
APBK
Bappeda
100
110
120
130
140
150
750
APBK
Penyelenggaraan Musrenbang Bappeda RKPK Bappeda
177
156
174
154
166
210
1.037
APBK
110
110
120
130
140
150
760
APBK
150
120
167
182
155
185
959
APBK
3.000
2.100
3.600
2.500
2.780
4.000
17.980
APBK
250
240
275
300
230
254
1.549
APBK
Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Daerah Koordinasi Percepatan Pembangunan Daerah (pendukung dana dekonsentrasi dan tugas perbantuan)
aparatur
2011
Bappeda
Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana Bappeda pembangunan daerah
Program peningkatan
2010
Penyusunan RPJP
Penyusunan KUA-PPAS
14 kapasitas sumberdaya
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan bagi CPNSD
BPPK
2.000
2.000
2.500
2.500
3.000
3.000
15.000
APBK
Pendidikan dan Pelatihan Struktural bagi PNS Daerah
BPPK
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.500
12.500
APBK
BPPK
200
200
250
250
300
300
1.500
APBK
60
60
70
80
90
90
450
APBK
800
800
800
800
900
900
5.000
APBK
110
120
130
130
130
140
760
APBK
Seleksi Penerimaan CPNSD
Penataan Sistem Administrasi BPPK Kenaikan Pangkat PNS Penyelesaian Tugas Belajar BPPK dan Ikatan Dinas Pembaharuan Data Kepegawaian (Validasi Data)/ BPPK Pemutakhiran Data
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
Program Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Program peningkatan
17 kapasitas aparatur pemerintah desa
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
50
50
60
70
80
80
390
APBK
BPPK
500
500
500
500
500
500
3.000
APBK
BPPK
50
55
62
58
49
62
336
APBK
BPPK
70
80
80
90
90
100
510
APBK
BPPK
60
70
70
80
80
90
450
APBK
Penyelesaian Gaji Berkala PNS BPPK
30
30
30
40
40
50
220
APBK
Pelatihan Pengembangan Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan
Inspektorat
-
87
120
143
155
189
694
APBK
Pelatihan Teknis Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas Kerja
Inspektorat
-
65
72
124
166
182
609
APBK
Pelatihan dan Sosialisasi Pelaksanaan ADG
BPM
53
132
155
201
178
180
899
APBK
BPM BPM
1.200
720 1.200
840 1.200
840 1.200
840 1.200
840 1.200
4.080 7.200
BPM
100
110
120
130
140
150
750
APBK
Sekdakab
120
120
130
140
140
150
800
APBK
-
157
120
185
210
153
825
APBK
Bappeda
67
120
132
125
152
140
736
APBK
Bappeda
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Pembekalan Peraturan Pemerintahan Terhadap Perangkat Gampong dan Mukim
18
2010
BPPK
Pengadaan Kantor Mukim Pengadaan kantor Geuchik Pengadaan Mobiler Kantor mukim
Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
2009
KERANGKA REGULASI
Penyelesaian Pemindahan/Mutasi PNS dan Penyelesaian SK PNS Bimbingan Teknis Kepegawaian Penyelesaian Pensiun, Karpeg, Karsu PNS Penyelenggaraan Penerimaan Praja IPDN Penyelesaian Ujian Dinas dan Penyesuaian Ijazah
16
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
peningkatan kemampuan teknis Bappeda aparat perencana Bimbingan teknis tentang perencanaan pembangunan daerah Koordinasi Program Wismp dan Penguatan kelembagaan P3A, GP3A, dan Induk P3A dalam Kabupaten Pidie Jaya
APBK/APBA APBK/APBA
6.000 APBK/ APBN
MATRIK PROGRAM DAN KEGIATAN LIMA TAHUN RPJM KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 2. : Pemberdayaan ekonomi masyarakat disektor perkebunan, pertanian, nelayan, perternakan, industri dan perdagangan Kebijakan 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berbasis Komoditi unggulan dan Non Unggulan dalam usaha penanggulangan kemiskinan Kebijakan 2. Meningkatkan perkembangan industri kecil dan pertumbuhan sektor perdagangan Kebijakan 3. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur daerah untuk menunjang kelancaran perputaran roda ekonomi masyarakat INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
1
Penyusunan Perencanaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Program perencanaan pembangunan ekonomi
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Magang,Sekolah Lapang dan Pelatihan, Pendidikan Pertanian dan Kewirausahaan Agribisnis
Penyuluhan dan Pendampingan Petani dan pelaku agribisnis Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani (PUAP). Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani (PENAS).
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Bappeda
200
200
200
200
200
250
1.250
APBK
Bappeda
100
100
110
110
110
110
640
APBK
Bappeda
150
0
0
135
0
0
285
APBK
Bappeda
0
0
340
0
0
0
340
APBK
Bappeda
168
0
0
230
0
0
398
APBK
Bappeda
0
650
0
650
0
650
1.950
APBK
DPP
500
600
600
600
600
600
3.500
APBA/APBK /APBN
DPP
150
200
250
250
300
400
1.550
APBA/APBK /APBN
6.200
APBA/APBK /APBN
KERANGKA REGULASI
Koordinasi Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi Penyusunan Tabel Data Dasar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Penyusunan masterplan penanggulangan kemiskinan Penyusunan Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA) Pengembangan potensi unggulan daerah
2
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
BPKP
1.000
1.000
1.000
1.000
1.100
1.100
BPKP
400
400
400
400
400
500
2.500
BPKP
260
300
310
320
330
340
1.860
APBA/APBK /APBN APBA/APBK /APBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
3
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
Pemeliharaan dan Peningkatan pendapatan petani kakao
Dishutbun
Demplot Tanaman Kakao
Dishutbun
400
400
400
400
400
Pemetaan Lahan Pembangunan Kebun Kakao 7000 Ha
Dishutbun
0
0
760
0
Pendukung Program Revitalisasi 1000 Ha (pembebasan tanah/sertifikat lahan)
Dishutbun
400
400
400
400
Peningkatan pengetahuan pemeliharaan tanaman kakao
Dishutbun
750
Peningkatan Kemampuan lembaga Petani
Dishutbun
300
Pengendalian hama/penyakit tanaman perkebunan
Dishutbun
SLPHT pada tanaman Pekebunan
Dishutbun
700
700
700
800
900
DPP
0
300
0
400
BPKP
0
100
100
BPKP
100
100
BPKP
100
BPKP DPP/ BPKP
2014
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
27.340
APBA/APBK /APBN
500
2.500
APBA/APBK /APBN
0
860
1.620
APBA/APBK
460
500
2.560
APBA/APBK
5.750
APBA/APBK /APBN
2.640
APBA/APBK /APBN
6.230
APBA/APBK /APBN
980
4.780
APBK /APBN
0
600
1.300
140
200
200
740
APBK
100
100
100
150
650
APBA/APBK /APBN
100
100
100
100
200
700
APBK
60
70
80
80
90
90
470
APBK
900
960
4.000
1.000
4.000
1.000
400
1.000
4.340
1.000
440
1.000
5.000
1.000
500
1.030
5.000
1.000
500
1.100
5.000
1.000
500
1.100
Penanganan Daerah Rawan Pangan. Penyusunan data base potensi prod. pangan. Laporan berkala kondisi ketahanan pangan. Monitoring,Evaluasi & Pelaporan kebijakan perberasan Analisa & penyusunan pola konsumsi pangan Pengembangan desa mandiri pangan Pembinaan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP)
BPKP
600
700
1.000
1.000
1.000
1.000
5.860
800
800
800
930
4.630
APBA/APBK /APBN
APBA/APBK /APBN APBA/APBK /APBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
KERANGKA ANGGARAN
Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk pengembangan pangan Peningkatan mutu dan keamanan pangan Pengadaan sarana kerja peyuluh pertanian Penyusunan kebijakan umum Ketahanan Pangan Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan Bantuan Benih / Bibit, Sarana Produksi Pertanian dan Penguatan Kelembagaan Perbenihan Pengembangan Diversifikasi Tanaman
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
2009
2010
2011
2012
2013
2014
BPKP
200
240
300
300
300
400
1.740
BPKP
400
400
400
400
400
520
2.520
APBA/APBK
2.500
APBA/APBK /APBN
KERANGKA REGULASI
BPKP
400
400
400
400
400
500
BPKP
0
0
240
0
320
0
DPP
100
100
200
300
400
450
DPP
5.500
5.750
DPP
0
0
6.570
4300
6.000
6740
5.870
0
5.750
7700
APBA/APBK
560
APBK
1.550
APBK
35.440
APBA/APBK /APBN
18.740
APBA/APBK /APBN
4
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
DPP
8.000
9.000
9.320
10.000
10.000
10.000
56.320
APBN
Pembangunan jalan produksi/usaha tani (75 Km)
Dishutbun
3.000
3.000
4.000
5.000
5.000
5.670
25.670
APBA /APBN
Pemeliharaan/Rehabilitasi tanaman kakao Pembangunan Kebun Bibit dan pusat peneliti Pengembangan Pembangunan Kebun Kakao Rakyat (P0) Pemeliharaan tanaman Kakao Rakyat (P1) Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan Pertemuan petugas dan petani Pengadaan Obat-obatan untuk pengandalian hama/penyakit tanaman perkebunan
APBA/APBK /APBN APBA/APBK /APBN
Dishutbun
7.000
7.000
8.000
9.000
9.000
10.460
50.460
Dishutbun
1.000
1.000
1.000
1.500
1.500
1.500
7.500
30.000
56.000
67.000
74.000
55.780
282.780
APBA/APBK /APBN
Dishutbun
-
Dishutbun
3.000
3.000
4.000
4.000
4.000
4.560
22.560
APBA/APBK /APBN
Dishutbun
1.000
1.000
1.000
1.500
1.500
1.556
7.556
APBA/APBK /APBN
754
APBA/APBK /APBN
5.213
APBA/APBK /APBN
Dishutbun Dishutbun
80
80 250
90 780
1.130
100 860
150 1.233
254 960
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
5
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Pelatihan Penerapan Teknologi Pertanian
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
8
Program peningkatan produksi hasil peternakan
9
10
2012
2013
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
2014
SUMBER PENDANAAN
230
350
250
260
170
1.385
APBA/APBK
DPP
100
210
370
660
420
240
2.000
APBA/APBK
Dishutbun
-
400
576
420
620
550
2.566
APBA/APBK
Dishutbun
50
60
78
58
96
58
400
Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian
BPKP
120
650
760
1.200
1.000
890
4.620
APBK/APBA
Peningkatan kesejahteraan tenaga peyuluh pertanian
BPKP
-
560
760
1.300
1.400
2.300
6.320
APBK/APBA
Penyuluhan dan pendampingan pertanian/perkebunan
BPKP
760
780
1.400
1.570
1.240
2.900
8.650
APBK/APBA
Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular
DPP
80
450
530
760
600
400
2.820
APBK/APBA
DPP
2.900
3.900
4.600
3.500
3.980
2.560
21.440
APBN
DPP
100
960
790
879
860
960
4.549
APBN/APBA
DPP
500
650
1.780
934
1.870
1.770
7.504
APBK/APBA
Dishutbun
300
560
400
230
430
330
2.250
APBK/APBA
Dishutbun
500
1.200
1.100
960
1.540
1.740
7.040
APBA/APBN
Penghijauan lingkungan
Dishutbun
120
430
579
340
420
590
2.479
APBK/APBA
Rehabilitasi hutan pantai Pemeliharaan lahan reboisasi Pemeliharaan tanaman penghijauan
Dishutbun Dishutbun
400 200
650 320
760 320
660 280
750 330
840 420
4.060 1.870
APBK/APBA APBK
Dishutbun
115
869
498
834
1.119
880
4.315
APBK/APBA
Pengembangan Agribisnis Peternakan Pembibitan dan Perawatan Ternak Pengadaan Kebun rumput Perencanaan dan Pengembangan hutan kemasyarakatan (400 ha) dan sarana pendukung Pemeliharaan Hutan Kemasyarakatan
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Program rehabilitasi hutan dan lahan
2011
125
Monitoring evaluasi dan pelaporan
7
2010
DPP
Pengadaan sarana & Prasarana tehnologi Pertanian/Perkebunan
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
2009
KERANGKA REGULASI
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian tepat guna
6
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
11
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
2009
KERANGKA REGULASI
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
780
880
560
870
650
Perencanaan dan Pengawasan
Dishutbun
67
56
66
74
80
57
APBK/APBA/A PBN 400 APBK
Dishutbun
45
55
46
52
67
83
348
Dishutbun
340
-
1.540
1.860
-
-
3.740
APBA/APBN
Penyuluhan kesadaran masyarakat terhadap kerusakan hutan
Pembuatan DAM Pengendali (6 buah) Pengawasan dan pengendalian hutan
300
3.710
APBA/APBN
-
58
250
-
340
-
648
APBK/APBA
Dishutbun
-
-
76
80
80
-
236
APBK
Dishutbun
-
-
2.000
3.000
4.000
1.000
Dishutbun
255
267
350
660
230
210
Dishutbun
-
-
-
175
-
100
275
-
-
670
870
1.200
650
3.390
89
87
120
135
98
146
675
DKP
500
600
600
621
700
700
DKP
400
400
400
400
400
500
DKP
300
300
400
500
500
500
DKP
100
100
110
110
140
200
DKP
400
400
400
400
500
550
DKP
1.500
1.500
1.600
1.700
1.700
1.800
DKP
78
120
89
105
110
89
Sosialisasi Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan industri hasil hutan
13
Program perencanaan dan pengembangan hutan rakyat
Pengembangan Hutan Dishutbun Masyarakat adat (300 ha) Pemeliharaan Tanaman Hutan Dishutbun Rakyat Pembinaan dan Pengembangan Perikanan Pengembangan Bibit Ikan Unggul Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Pengembangan Lembaga usaha Perikanan Tangkap Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan Pemeliharaan Rutin / Berkala Tempat Pelelangan Ikan
1.650
APBK
Dishutbun
Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan
1.760
3.740
Dishutbun
12
Program Pengembangan Perikanan Tangkap
2012
-
Sosialisasi Pencegahan dampak kebakaran hutan dan lahan
15
2011
Dishutbun
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
Pengembangan Budidaya Perikanan
2010
Rehabilitasi hutan dan lahan
Pembangunan Kantor pengamanan hutan Pengadaan mobil patroli Pengadaan kenderaan Operasional roda dua
14
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
APBK/APBN/A PBA APBK/APBN/A 1.972 PBA -
10.000
APBK APBK APBK?APBA/A PBN APBK
APBK/APBN/A PBA APBK/APBN/A 2.500 PBA 3.721
2.500
APBK/APBN/A PBA
APBK/APBN/A PBA APBK/APBN/A 2.650 PBA APBK/APBN/A 9.800 PBA 760
591
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
Rehabilitasi sedang / berat tempat pelelangan ikan
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
DKP
400
400
400
400
467
500
2.567
APBK/APBN/A PBA
16
Pembinaan Kelompok Ekonomi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Masyarakat Pesisir
DKP
300
400
400
400
400
440
2.340
APBK
17
Program Peningkatan Penyuluhan Hukum dalam Kesadaran dan Penegakan pendayaan sumber daya laut Hukum dalam Pendayagunaan sumber daya
DKP
-
130
-
140
-
150
420
APBK
18
Program Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritim kepada Masyarakat
Penyuluhan Budaya Kelautan
DKP
70
80
80
90
100
130
550
APBK/APBN/A PBA
19
Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut,Air Payau dan Air Tawar
Kajian Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar
DKP
-
-
-
890
-
-
890
APBK/APBA
20
Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan
Pengawasan Terpadu Usaha Penangkapan dan Hasil Perikanan
DKP
130
130
140
140
150
160
850
APBK/APBA
21
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Fasilitas bagi industri Kecil dan Menengah thd Pemamfatan sumber Daya
Disperindag kop
1.450
1.450
1.460
1.460
1.470
1.470
8.760
APBK/APBN/A PBA
22
Program Perlindungan Konsumen dan pengamanan perdagangan
Fasilitasi penyelesaian masalah konsumen
Disperindag kop
100
100
100
100
100
178
678
APBK/APBN/A PBA
Disperindag kop
80
80
90
90
100
127
567
APBK/APBN/A PBA
Disperindag kop
40
40
40
40
40
50
250
APBK
70
80
80
80
90
100
500
APBK
100
110
110
110
110
110
650
APBK
Operasional & Pengembangan kemetrologian daerah
23
Fasilitasi Kemudahan perizinan pengembangan usaha
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Pengembangan Pasar dan distribusi barang produk Peningkatan sistem jaringan informasi perdagangan
Disperindag kop Disperindag kop
-
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
24
Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
2009
KERANGKA REGULASI
Penataan tempat usaha bagi pedagang kaki lima dan asongan Fasilitasi modal usaha bagi pedagang kaki lima
2010
2011
2012
2013
2014
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
Disperindag kop
200
200
200
230
235
300
1.365
APBK
Disperindag kop
400
439
500
500
500
500
2.839
APBK
25
26
27
28
29
Program Pelayanan Umum
Pembinaan Usaha Untuk Ekonomi Lemah
700
700
700
800
800
856
4.556
PU
125.000
130.000
130.000
135.000
140.000
140.000
800.000
PU
900
1.000
1.000
1.300
1.500
2.090
PU
500
500
600
600
600
652
3.452
Pembangunan Jalan
PU
100.000
100.900
110.000
110.000
110.000
120.000
650.900
Perencanaan Jembatan
PU
500
500
500
500
600
600
3.200
Pembangunan Jembatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
PU
34.000
35.000
41.000
44.000
46.000
46.700
246.700
PU
60
70
80
90
100
100
500
Perencanaan Jalan
PU
400
500
500
600
700
720
3.420
Pembangunan Jalan
PU
55.000
56.000
56.000
57.000
58.000
58.560
340.560
APBN/APBA/A PBK
Perencanaan Jembatan
PU
200
200
200
200
200
250
1.250
APBN/APBA/A PBK
Pembangunan Jembatan
PU
25.000
30.000
30.000
30.000
30.000
30.600
175.600
APBN/APBA/A PBK
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
PU
70
70
80
90
90
100
Pengawasan
PU
70
80
80
80
90
100
PU
5.000
5.600
6.000
6.000
6.000
7.000
35.600
APBK
PU
1.250
2.250
2.250
2.300
2.350
2.470
12.870
APBK
Program peningkatan sarana Pembangunan gedung kantor pemerintah Pidie Jaya dan prasarana aparatur Rehabilitasi dan pemeliharaan gedung kantor
Program Pembangunan Jalan Perencanaan Jalan dan Jembatan
Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan
Program Pembangunan turap/talud/brojong
Perencanaan Turap / Talud / Bronjong Pembangunan Turap / Talud / Bronjong
Sekdakab
APBK/APBN
APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A 7.790 PBK APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A PBK
APBN/APBA/A PBK APBN/APBA/A 500 PBK 500
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
Pengawasan Turap / Talud / Bronjong
30
31
32
33
Program peningkatan sarana Pengadaan alat berat dan prasarana kebinamargaan kebinamargaan Pemeliharaan Alat-alat berat kebinamargaan Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, Perencanaan pembangunan rawa dan jaringan pengairan jaringan irigasi lainnya Perencanaan normalisasi saluran sungai Pelaksanaan normalisasi saluran sungai Rehabilitasi /pemeliharaan jaringan irigasi Rehabilitasi /pemeliharaan pintu air Rehabilitasi/ pemeliharaan normalisasi saluran sungai Program penyediaan dan pengolahan air baku
Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
Pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembawa Pemeliharaan prasarana pengambilan dan saluran pembawa
Perencanaan Bendungan Perencanaan Embung dan Penampung Air Pembangunan Bendungan Lhok Sandeng Pembangunan embung, dan bangunan penampung air lainnya Rehabilitasi kawasan lindung daerah tangkapan sungai dan danau
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
PU
100
100
100
100
150
200
750
PU
4.000
5.000
6.000
6.000
7.000
7.000
35.000
APBN/APBA/A PBK
PU
200
200
300
300
300
350
1.650
APBK
PU
900
900
1.000
1.280
1.300
1.400
6.780
APBK
PU
800
800
900
900
1.063
1.000
5.463
APBK
PU
2.000
2.000
2.000
3.000
3.000
3.400
15.400
APBK
PU
1.600
1.500
1.800
2.230
1.256
1.123
9.509
APBK
PU
350
350
450
340
500
200
2.190
APBK
PU
198
176
289
190
576
600
2.029
APBK
PU
-
2.400
5.430
6.700
3.000
17.530
APBA
PU
-
-
2.540
-
8.540
APBA/APBK
PU
-
-
5.600
-
-
5.600
APBK
PU
-
-
-
-
1.000
APBK
PU
-
-
PU
-
-
-
PU
100
150
260
500.000
-
2.000
-
1.000
4.000
APBK
500.000
500.000
500.000
2.000.000
APBN
3.000
4.000
3.000
10.000
APBA
130
200
230
1.070
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
34
35
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
Program pengendalian banjir
2010
2011
2012
2013
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
2014
SUMBER PENDANAAN
Penyediaan Prasarana dan sarana Air Minum bagi Masyarakat berpenghasilan Rendah
PU
-
-
-
500
770
690
1.960
APBA
Rehabilitasi/Pemeliharaan sarana dan Prasarana air Minum
PU
120
132
148
240
200
160
1.000
APBA
Rehabilitasi dan pemeliharaan Perusahaan Daerah Air Minum
PU
-
-
500
450
860
780
2.590
APBA/APBK
Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai
PU
4.780
6.740
5.500
3.460
8.000
32.480
APBN/APBA/A PBK
Peningkatan pembersihan dan pengerukan sungai/kali Pembangunan prasarana pengaman pantai Pembangunan tanggul pemecah ombak Program pembangunan infrastruktur perdesaaan
2009
KERANGKA REGULASI
Peningkatan Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir
36
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
-
76
80
75
100
120
451
APBK
PU
-
200
430
400
250
460
1.740
APBA
5.000
4.000
3.000
3.500
2.000
20.500
APBA/APBN
6.000
11.600
16.800
9.800
10.000
54.200
APBN/APBA
PU
Monitoring Evaluasi Pelaporan Perencanaan Infrastruktur Jalan Perdesaan Perencanaan Sarana dan Prasaranan Air Bersih Perdesaan Pembangunan MCK tersebar di 8 Kecamatan Perencanaan Pembangunan MCK Perdesaan Pengawasan Pembangunan MCK Perdesaan
PU
PU
Pembangunann jalan dan Jembantan Perdesaan Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan Jembatan Perdesaan Rehabilitasi /Pemeliharaan sarana dan Prasarana air bersih Perdesaan
4.000
3.000 -
PU
220.000
360.000
170.000
890.000
200.000
7.000
1.847.000
APBN
PU
400
570
890
1.200
2.300
5.000
10.360
APBK
PU
300
830
540
950
950
780
4.350
APBA
PU
120
120
140
135
120
120
755
APBK
PU
-
-
500
-
-
-
500
APBK
PU
-
250
-
250
-
-
500
APBK
PU
340
890
780
678
950
460
4.098
APBA
PU
250
-
-
250
-
-
500
APBK
PU
100
-
-
100
-
-
200
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
37
38
Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
-
200
Pembangunan Listrik tenaga air lhok sandeng
PU
-
-
50.000
Disdikpora
-
-
-
Disdikpora
-
-
Disdikpora
-
Disdikpora
Perencanaan Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan
Pengadaan Mobil Forreder Kendaraan Roda Dua Patroli (fatwal)
Pembangunan Halte Bus,Taxi,
Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas
Pengadaan dan Pemasangan warning light Pembuatan Zona Selamat Sekolah ( ZOSS ) ( 2 Lokasi) Pengadaan Rambu-rambu lalu lintas
2013
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
-
2014 -
200
SUMBER PENDANAAN
APBK
150.000
100.000
100.000
400.000
1.500
2.000
1.500
5.000
APBA
560
500
450
490
2.000
APBA
400
-
300
300
-
1.000
APBA
120
120
120
120
150
200
830
APBK
Dishubbudpa rminko
1.000
500
500
2.000
-
-
4.000
APBK/APBA
Dishubbudpa rminko
200
200
200
200
200
200
1.200
APBK
Dishubbudpa rminko
-
-
50
50
50
50
200
APBK
300
150
100
200
100
150
1.000
APBK
-
400
600
600
-
-
1.600
APBA
-
670
-
-
-
-
670
APBA
600
600
500
800
750
1.000
4.250
APBA/APBK
-
-
1.000
1.500
2.000
1.000
5.500
APBA
-
200
300
360
400
550
1.810
APBK/APBA
-
500
500
-
-
-
1.000
APBK/APBA
200
200
300
300
400
600
2.000
APBK/APBA
Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko
Pembangunan Terminal Bus Umum dan Angkutan Barang 41
2012
-
Penunjang Perpakiran Roda 2 dan 4
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
2011
PU
Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan Raya Sosialisasi Penyuluhan Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan
40
2010
Pengawasan Jalan dan Jembatan Perdesaan
Program Peningkatan Sarana Pembangunan gedung olah raga daerah dan Prasarana Olahraga Pembangunan Lapangan bola kaki pembangunan lapangan bola volly
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
2009
KERANGKA REGULASI
Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana olah raga
39
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko Dishubbudpa rminko
APBN/APBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN) SKPD
KERANGKA ANGGARAN
Pengadaan Marka Jalan
2009
KERANGKA REGULASI
Dishubbudpa rminko
2010 -
400
2011 600
2012 300
2013 400
2014 450
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
2.150
SUMBER PENDANAAN
APBK/APBA
MATRIK PROGRAM DAN KEGIATAN LIMA TAHUN RPJM KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 3 : Meningkatkan kualitas layanan pendidikan, layanan kesehatan dan melaksanakan syariat Islam serta pembinaan sosial kemasyarakatan Kebijakan 1. Peningkatan akses dan pemerataan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan non formal yang berkualitas; Kebijakan 2. Peningkatan akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat; Kebijakan 3. Pembinaan wawasan keislaman dan pelaksanaan syariat Islam secara berkelanjutan dan berkeadilan Kebijakan 4. Mewujudkan perlindungan sosial masyarakat dan penguatan lembaga kemasyarakatan INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
1
Program Pendidikan Anak Usia Pembangunan Gedung PAUD Dini Rehabilitasi Gedung PAUD Pengadaan Alat Permainan Edukasi (APE)
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
2009
KERANGKA REGULASI
Publikasi dan sosialisasi pendidikan anak usia dini
2
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Disdikpora
120
220
240
289
210
100
1.179
Disdikpora
87
121
110
140
89
88
635
APBA/APBN APBK
Disdikpora
130
160
180
150
120
160
900
APBA/APBK
Disdikpora
-
15
17
20
10
-
62
APBK
Rehabilitasi sedang/ berat ruang kelas sekolah
Disdikpora
9.000
11.000
12.000
10.000
8.000
11.200
61.200
APBK/APBA/APB N
Pengadaan Mobiler Sekolah
Disdikpora
200
420
450
350
120
75
1.615
APBA
Disdikpora
75
75
76
82
88
98
494
APBK
Disdikpora
25
26
21
28
-
32
132
APBK
Disdikpora
65
65
67
72
70
81
420
APBK
Disdikpora
89
86
85
96
90
98
544
APBK
Disdikpora
92
100
100
100
120
130
642
APBK
Disdikpora
30
30
30
30
30
30
180
APBK
Disdikpora
28
28
28
28
28
28
168
APBK
Disdikpora
100
100
100
100
100
100
600
APBK
Penyelenggaraan Olimpiade
Disdikpora
45
50
55
60
65
70
345
APBK
Pekan Olahraga dan Seni
Disdikpora
80
80
80
80
80
80
480
APBK
Penyelenggaraan paket B setara SMP Penyebarluasan dan sosialisasi berbagai informasi pendidikan dasar Penyelenggaraan akreditasi sekolah dasar Penyelenggaraan ujian akhir sekolah (SD/MI) Penyelenggaraan UAS (SMP/MTS) Penyelenggaraan Try out SMP/ MTS Penyelenggaraan Try out SD/ MI Penyelenggaraan Pesantren Kilat SMP
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KERANGKA ANGGARAN
Program Pendidikan Menengah
2012
2013
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
2014
SUMBER PENDANAAN
120
120
120
120
120
720
APBK/APBA
Pengadaaan perlengkapan sekolah
Disdikpora
130
200
240
230
189
224
1.213
APBK/APBA
Rehabilitasi sedang/ berat ruang kelas sekolah
Disdikpora
800
769
790
890
1.200
1.040
5.489
APBA/APBN
Pembangunan sekolah Unggul
Disdikpora
-
2.000
1.800
1.230
980
-
6.010
APBA/APBN APBK/APBA
Disdikpora
140
230
130
260
140
120
1.020
Penyelenggaraaan paket C setara SMA
Disdikpora
64
65
60
67
58
86
400
APBK
Penyelenggaraan UAS (SMA/SMK/ MA)
Disdikpora
88
86
93
93
93
93
546
APBK
Disdikpora
42
42
42
42
42
42
252
APBK
Disdikpora
100
100
100
100
100
100
600
APBK
Penyelenggaraan Olimpiade
Disdikpora
86
86
86
86
86
86
516
APBK
Pekan Olahraga dan Pelajar
Disdikpora
110
110
110
110
110
110
660
APBK
Disdikpora
120
120
120
120
120
120
720
APBK/APBA
Disdikpora
25
25
25
25
25
25
150
APBA/APBK
Disdikpora
30
30
30
30
30
30
180
APBK
Disdikpora
-
45
45
-
45
45
180
APBK
Pembinaan kurikulum dayah
Disdikpora
-
75
-
75
-
75
225
APBA/APBK
Sosialisasi kurikulum dayah terpadu dan salafi
Disdikpora
25
25
25
25
25
25
150
APBK
560
560
630
700
600
650
3.700
APBK/APBA
-
-
-
2.300
1.670
780
4.750
APBN
Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan non formal Monitoring evaluasi dan pelaporan Rapat koordinasi dayah dalam kabupaten pidie jaya Pelatihan kaligrafi untuk santri dayah
Pembangunan Dayah
5
2011
120
Penyelenggaraan Try out SMA/ SMK/ MA Penyelenggaraan Pesantren Kilat
Program Pendidikan Non Formal
2010
Disdikpora
Pengadaan Mobiler Sekolah
4
2009
KERANGKA REGULASI Penyelenggaraan Pendidikan inklusi
3
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
SKPD
PROGRAM
Program Pendidikan Luar Biasa Pembangunan Gedung SLB Baru
Disdikpora
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
Pengadaan Sarana dan Prasarana SLB Pembinaan forum masyarakat peduli pendidikan luar biasa
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Disdikpora
-
-
-
500
340
300
1.140
APBN
Disdikpora
-
-
45
56
60
70
231
APBK
0
6
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pelaksanaan Sertifikasi pendidik Pendidikan lanjutan bagi pendidik untuk memenuhi standar kualifikasi Pengembangan mutu dan kualitas program pendidikan dan pelatihan pendidikan Pengembangan sistem pendataan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan
7
35
40
50
45
50
48
268
APBK
Disdikpora
150
150
150
150
150
150
900
APBK
Disdikpora
100
120
130
120
120
120
710
APBK
Disdikpora
0
78
120
100
0
0
298
APBK
Tim pemantapan angka kredit
Disdikpora
40
40
40
40
40
40
240
APBK
Pembangunan Gedung BPMG( Balai Peningkatan Mutu Guru)
Disdikpora
-
Disdikpora
-
-
-
Disdikpora
35
40
Disdikpora
12
Disdikpora
Pembinaan komite sekolah Penyelenggaraan pelatihan, seminar dan lokakarya serta diskusi ilmiah tentang berbagai isu pendidikan Perlombaan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Berprestasi
Program Pengembangan Budaya Pembangunan Pustaka Daerah Baca dan Pembinaan Perpustakaan Pengembangan minat dan budaya baca Publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca
8
Disdikpora
Program Manajemen Pelayanan Pelaksanaan Supervisi Pengawas Pendidikan
1.200
1.000
2.000
-
-
4.200
APBN/APBA
-
600
200
800
APBA
98
100
130
160
563
APBA
34
36
25
26
31
164
APBK
65
65
70
76
80
87
443
APBK
Disdikpora
45
50
54
56
63
56
324
APBK
Disdikpora
-
120
-
105
-
160
385
APBK
Disdikpora
98
120
120
120
120
120
698
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Perlombaan Siswa Berprestasi
Disdikpora
65
65
65
65
65
65
390
APBK
Pengadaan Rapor Siswa
Disdikpora
54
54
54
54
54
54
324
APBK
0
9
Program perencanaan sosial budaya
Koordinasi penyusunan masterplan pendidikan
Bappeda
74
74
74
74
74
74
444
Penyusunan masterplan pendidikan
Bappeda
-
-
-
250
-
-
250
Penyusnan Profil Pendidikan Pidie Jaya
Bappeda
-
120
-
-
-
-
120
Dinkes
650
1.700
1.800
2.000
1.600
1.760
9.510
Dinkes
25
25
25
25
25
25
150
Dinkes
550
679
547
677
869
777
4.099
Dinkes
34
35
36
40
36
40
221
APBK
Dinkes
78
80
80
80
80
80
478
APBK
Dinkes
120
120
120
120
120
120
720
APBK/APBA
Dinkes
25
25
25
25
25
25
150
APBK
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya
Dinkes
500
500
500
500
500
500
3.000
Revitalisasi sistem kesehatan
Dinkes
54
54
54
54
54
54
324
Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
Dinkes
247
247
247
247
247
247
1.482
APBK/APBA
Peningkatan kesehatan masyarakat
Dinkes
76
77
80
67
74
70
444
APBA/APBK
Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana
Dinkes
25
25
25
25
25
26
151
APBK/APBN/APB A
0
10
Pengadaaan obat dan perbekalan kesehatan Peningkatan pemerataan obat dan pembekalan kesehatan Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
11
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Pelayanan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
APBK/APBA/APB N APBK
APBK/APBN
APBK/APNA/APB N APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KERANGKA ANGGARAN
13
Peningkatan pemberdayaan konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya Peningkatan kapasitas laboratorium pengawasan obat dan makanan Peningkatan penyidikan dan penegakan hukum di bidang obat dan makanan
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat
Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh Kesehatan Peningkatan Kesehatan anak
14
15
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
2009
KERANGKA REGULASI Penyelenggaraan penyehatan lingkungan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa
12
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM
Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Dinkes
40
40
40
40
40
40
240
APBK
Dinkes
80
85
87
92
80
84
508
APBK
Dinkes
40
40
40
40
40
40
240
APBK
Dinkes
65
65
65
65
65
65
390
APBK
Dinkes
-
-
-
120
-
89
209
APBK
Dinkes
32
40
40
43
40
45
240
APBK
Dinkes
54
65
57
-
63
-
239
APBK
Dinkes
-
35
53
55
32
56
231
APBK
Dinkes
56
56
70
67
54
60
363
APBK
Dinkes
35
40
40
37
39
41
232
APBK
Dinkes
-
-
34
-
55
-
89
APBK
Pemberian tambahan makanan dan vitamin
Dinkes
65
66
78
69
93
90
461
APBK
Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan kurang zat gizi mikro lainnya
Dinkes
25
33
43
45
52
55
253
APBK
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
Dinkes
-
25
25
25
25
25
125
APBK
Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
Dinkes
15
16
17
16
18
20
102
APBK
Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan foging
Dinkes
10
10
10
10
10
10
60
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KERANGKA ANGGARAN
18
2012
2013
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
2014
SUMBER PENDANAAN
25
25
25
25
25
150
APBK
Dinkes
17
17
17
17
17
17
102
APBK
Dinkes
40
40
40
40
40
40
240
APBK
Dinkes
20
20
20
20
20
20
120
APBK
Dinkes
50
50
50
50
50
50
300
APBK
Dinkes
30
30
30
30
30
30
180
APBK
Dinkes
76
70
77
73
78
88
462
APBK
Dinkes
14
14
14
14
14
14
84
APBK
Dinkes
20
20
20
20
20
20
120
APBK
Pelayanan operasi katarak
Dinkes
50
50
50
50
50
50
300
APBK
Pelayanan kesehatan THT Pelayanan operasi bibir sumbing Pelayanan sunatan masal Pelayanan kesehatan akibat lumpuh layu
Dinkes
-
-
55
-
78
-
133
APBK
Dinkes
-
55
-
65
-
66
186
APBK
Dinkes
56
57
60
55
46
66
340
APBK
Dinkes
70
70
70
70
70
70
420
APBK
Pembangunan Puskesmas
Dinkes
1.200
2.387
2.489
2.500
1.578
1.120
11.274
APBA/APBN
Pembangunan Puskesmas Pembantu
Dinkes
320
450
560
670
450
450
2.900
APBA/APBN
Program Standarisasi Pelayanan Penyusunan standar kesehatan Kesehatan Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya
2011
25
Peningkatan surveillance epidemiologi dan penanggulangan wabah Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
2010
Dinkes
Peningkatan imunisasi
17
2009
KERANGKA REGULASI Pengadaan vaksin penyakit menular Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
16
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
SKPD
PROGRAM
Pembangunan Poskesdes
Dinkes
560
651
453
542
553
245
Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas
Dinkes
320
765
643
600
832
491
Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas Pembantu
Dinkes
340
442
481
543
338
396
APBA/APBN/APB 3.004 K APBA/APBN/APB 3.651 K 2.540
APBA/APBN/APB K
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KERANGKA ANGGARAN
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana Puskesmas/Pustu/Poskesdes Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas /Pustu/Poskesde
19
2009
KERANGKA REGULASI Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas rawat inap
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paruparu/rumah sakit mata
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM
Pembangunan Rumah Sakit
Pembangunan Rumah Sakit ruang poliklinik Rumah Sakit Pembangunan Gudang Obat/Apotik Penambahan ruang rawat inap Rumah Sakit (VVIP, VIP, Kelas I,II,III) Pengembangan ruang gawat darurat Pengembangan ruang ICU, ICCU, NICU
2010
2011
2012
2013
2.298
APBA/APBN/APB K
441
289
2.202
APBA/APBN/APB K
350
378
400
2.291
APBA/APBN/APB K
2.651
3.000
2.110
1.762
14.944
APBA/APBN
1.000
1.020
1.100
870
-
-
Dinkes
250
350
420
452
Dinkes
300
420
443
Dinkes
2.000
3.421
-
-
Dinkes
400
350
1.000
-
-
-
Dinkes
1.298
250 2.000
Dinkes
-
670
Dinkes
-
-
-
820
Pengembangan ruang operasi
Dinkes
-
-
450
650
Pengembangan ruang laboratorium Rumah Sakit
Dinkes
Pengembangan ruang jenazah
Dinkes
Pembangunan Instalasi Air Limbah Pembangunan Instalasi Air Bersih Rehabilitasi bangunan Rumah Sakit Pengadaan alat-alat Rumah Sakit Pengadaan obat-obatan Rumah Sakit Pengadaan ambulance/mobil jenazah Pengadaan mebeleur Rumah Sakit Pengadaan perlengkapan rumah sakit (dapur, ruang pasien)
1.320
780
1.241 1.200
-
-
SUMBER PENDANAAN
-
Dinkes
Dinkes
2014
-
230
-
1.450 2.000 1.340
APBA/APBN/APB K APBA/APBN/APB 1.000 K 3.990
3.450
APBA/APBN/APB K
APBA/APBN/APB K APBA/APBN/APB 4.061 K APBA/APBN/APB 1.100 K APBA/APBN/APB 2.540 K 2.770
-
230
APBA/APBK
Dinkes
-
-
300
450
-
-
APBA/APBN/APB 750 K
Dinkes
-
-
150
-
130
-
280
Dinkes
400
500
642
700
240
320
2.802
Dinkes
100
230
540
1.000
210
200
2.280
Dinkes
400
560
360
460
550
420
2.750
Dinkes
800
760
1.200
1.670
-
-
4.430
Dinkes
200
300
560
200
340
120
1.720
Dinkes
-
-
200
320
150
100
770
APBN/APBK APBA/APBN/APB K APBA/APBN/APB K APBA/APBN/APB K APBA/APBN/APB K APBA/APBN/APB K APBA/APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Pengembangan tipe Rumah Sakit
Dinkes
-
-
500
-
-
-
20
Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata
Pemeliharaan rutin rutin/berkala Rumah Sakit
Dinkes
500
600
700
400
350
500
3.050
21
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Kemitraan asuransi kesehatan masyarakat
Dinkes
20
25
25
25
25
25
145
APBK
22
Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
500
APBK
APBA/APBK
Kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis Kemitraan pengobatan lanjutan bagi pasien rujukan Kemitraan pengobatan bagi pasien kurang mampu
Dinkes
50
55
47
52
45
47
296
APBK
Dinkes
36
32
30
35
36
36
205
APBK
Dinkes
24
25
30
33
30
34
176
APBK
Penyuluhan kesehatan anak balita
Dinkes
30
30
30
30
30
30
180
APBK
Imunisasi bagi anak balita
Dinkes
25
25
25
25
25
25
150
APBK
0
23
Pelayanan pemeliharaan kesehatan
Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan
24
Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
Pengawasan keamanan dan kesehatan makanan hasil industri Pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan makanan hasil produksi rumah tangga Pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan makanan rumah makan
25
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Penyuluhan kesehatan ibu hamil dari keluarga kurang mampu Perawatan berkala bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu
Dinkes
20
30
42
35
45
50
222
APBK
Dinkes
70
70
70
70
70
70
420
APBK
Dinkes
17
17
17
17
17
17
102
APBK
Dinkes
20
20
20
20
20
20
120
APBK
Dinkes
15
15
15
15
15
15
90
APBK
Dinkes
25
25
25
25
25
25
150
APBK/APBA
Dinkes
60
60
60
60
60
60
360
APBK/APBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
KERANGKA ANGGARAN
27
Penyusunan masterplan kesehatan Koordinasi penyusunan Masterplan kesehatan
Program perencanaan sosial budaya
Pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin
Program Keluarga Berencana Pengadaan mobil pelayanan KB Operasional pelaksana petugas lapangan (PLKB relawan)
Program Kesehatan Reproduksi Remaja
2010
2011
2012
2013
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
2014
SUMBER PENDANAAN
Dinkes
70
70
70
70
70
70
420
APBK/APBA
Dinkes
40
40
40
40
40
40
240
APBK/APBA
Bappeda
-
-
-
450
-
-
450
APBK
Bappeda
-
-
76
-
-
-
76
APBK
BKBP
350
270
260
290
200
200
1.570
APBN
BKBP
-
700
-
850
-
-
1.550
APBN
BKBP
230
230
230
230
230
230
1.380
APBN/APBK
BKBP
80
80
80
-
-
-
240
APBK
BKBP
68
70
76
68
77
80
439
APBK
Pelayanan KIE
BKBP
43
43
56
48
50
57
297
APBK
Lomba PIK KRR tingkat kabupaten
BKBP
24
24
24
24
24
24
144
APBK
BKBP
35
35
35
35
35
35
210
APBK/APBA
Dinsyariat
320
320
450
430
335
320
2.175
APBA/APBK
Dinsyariat
65
65
65
65
65
65
390
APBK
Dinsyariat
50
50
50
50
50
50
300
APBK
Dinsyariat
-
70
-
80
120
130
400
APBK/APBA
Dinsyariat
60
60
60
60
60
60
360
APBK
Sosialisasi KB pria bagi Toga dan Toma TNI manunggal KB Kesehatan (TMKK)
28
2009
KERANGKA REGULASI Pertolongan persalinan bagi ibu hamil dri keluarga kurang mampu Peningkatan kesehatan Ibu dan Anak
26
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
SKPD
PROGRAM
BKBP
29
Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang madiri
30
Program Pembinaan Dan Pengembangan Syariat Islam
Pendampingan bagi kegiatan kelompok UPPKS Pengadaan sarana dan prasarana pengembangan syariat islam Pelaksanaan Seleksi Festival anak Shaleh Kerja sama peningkatan pelaksanaan syariat Islam dengan lembaga / instansi lainnya Pembinaan eks pelaku pelanggaran Syariat Islam
31
Program Peningkatan Kapasitas Pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Aparatur Pelaksana Syariat Pelaksana Syariat Islam
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI Sosialisasi Qanun Pelaksanaan Syaraiat Islam
Dinsyariat
2010 65
2011 -
2012 70
2013 -
2014 80
-
SUMBER PENDANAAN
215
APBK
0
32
Program Pengembangan Sistem Pengembangan Sistem Informasi Informasi Pelaksanaan Syariat Syariat Islam Islam
Dinsyariat
50
60
65
-
45
76
296
APBK
Dinsyariat
60
60
60
67
87
66
400
APBK
Dinsyariat
50
45
55
45
46
56
297
APBK
Penguatan kelembagaan organisasi -organisasi Islam
Dinsyariat
42
43
53
49
51
55
293
APBK
Peningkatan Manajemen Syariat Islam Tingkat gampong/mukim/lurah/kecamat an
Dinsyariat
-
102
120
-
-
123
345
APBK
Pengembangan Model Kelembagaan Gampong syariat
Dinsyariat
120
120
120
120
120
120
720
APBK
Bappeda
-
-
-
-
130
-
130
APBK
Bappeda
85
85
85
85
85
85
510
APBK
Bappeda
65
65
65
65
65
65
390
APBK
Bappeda
25
31
43
27
38
39
203
APBK
Bappeda
53
54
46
57
88
90
388
APBK
Bappeda
60
65
62
58
70
68
383
APBK
Fasilitasi pengembangan pusat pelayanan pemberdayaan syariat Islam Penyebaran informasi syariat Islam yang bersifat penyuluhan bagi masyarakat
33
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Syariat Islam
34
Program perencanaan sosial budaya
35
Program perencanaan sosial budaya
Koordinasi Penyusunan rencana induk pembangunan syariat islam Koordinasi perencanaan pembangunan bidang sosial dan budaya Koordinasi dan Sinkronisasi program pengembangan sumber daya manusia Koordinasi perencanaan pembangunan responsif Gender Koordinasi Penyusunan perencanaan Program pembangunan pemetaan aset budaya daerah Pidie Jaya Koordinasi dan Sinkronisasi perencanaan program pembangunan keistimewaan
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Koordinasi monitoring dan evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri dan program pembangunan daerah tertinggal
Bappeda
65
67
72
68
88
73
433
APBK
36
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Penanganan masalah strategis
Dinsosnakertrans
-
70
-
84
-
82
236
APBK
37
Program pembinaan anak terlantar
Pelatihan Ketrampillan bagi anak jalanan dan nakal
Dinsosnakertrans
50
67
75
108
89
98
487
APBK
38
Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma
Pendayagunaan penyandang cacat dan ex trauma
Dinsosnakertrans
76
84
102
121
143
150
676
APBK/APBA
39
Program pembinaan panti asuhan/ panti jompo
Pendidikan dan pelatihan untuk Dinsosnakertrans penghuni panti asuhan / jempo
56
76
82
85
121
100
520
APBK
Dinsosnakertrans
120
120
120
120
120
120
720
APBK
Dinsosnakertrans
35
35
35
35
35
35
210
APBK
BKBP
35
45
54
-
-
-
134
APBK
BKBP
-
-
56
67
66
57
246
APBK
BKBP
120
125
110
132
150
100
737
APBK
Operasional Sarana dan Prasarana Panti Asuhan/ Jompo
40
Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks Monitoring, Evaluasi Dan narapidana, PSK, narkoba dan Pelaporan penyakit sosial lainnya)
41
Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan
Sosialisasi qanun perlindungan anak Peningkatan SDM Kelembagaan Perlindungan perempuan dan anak Pembinaan gampong Peningkatan Peranan wanita dan keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS), Bina Keluarga Balita (BKB) dan Gerakan Sayang Ibu (GSI)
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
BKBP
-
-
65
54
70
-
189
APBK
Pengembangan sistem informasi Gender dan Anak
BKBP
54
-
66
-
75
-
195
APBK
Sosialisasi undang-undang penghapusan KDRT
BKBP
-
45
43
48
-
-
136
APBK
Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan
BKBP
43
-
45
46
40
-
174
APBK
BKBP
25
25
25
25
25
25
150
APBK
Kegiatan pembinaan organisasi perempuan
BKBP
40
45
50
43
38
54
270
APBK
Kegiatan penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun keluarga sejahtera
BKBP
25
25
25
25
25
25
150
APBK
45
Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
Sosialisasi yang terkait dengan kesejahteraan gender, perempuan dan perlindungan anak serta pornografi dan porno aksi
BKBP
-
-
-
65
75
-
140
APBK
46
Program peningkatan peran serta kepemudaan
Penyuluhan pencegahan penggunaan narkoba di kalangan generasi muda
Disdikpora
45
45
45
45
45
45
270
APBK
47
Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
Pemberian penyuluhan tentang bahaya narkoba bagi pemuda
Disdikpora
78
82
87
85
90
95
517
APBK
48
Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga
Disdikpora
45
50
50
50
50
50
295
APBK
45
67
67
67
67
67
380
APBK
75
75
75
75
75
75
450
APBK
100
100
100
100
100
100
600
APBK
42
43
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Program Peningkatan Kualitas Hidup Anak dan Perlindungan Perempuan
Perekrutan pembinaan pengiriman remaja putri berprestasi
44
Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan
Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olahraga Pembinaaan oirganisasi olahraga pemuda Pelatihan tata krama siswa Pembinaan organisasi olahraga pemuda
Disdikpora
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
JLH. PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
49
Program Pengembangan Perumahan
50
Program perbaikan perumahan Rehabilitasi Perumahan Korban Bencana Alam dan Sosial akibat bencana alam/sosial
51
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
2009
KERANGKA REGULASI
Pembangunan Rumah Dhuafa
Dinsosnaketran
2010
1.000
2011
1.000
2012
2013
2014
1.000
700
700
SUMBER PENDANAAN
800
5.200
APBA
-
2.610
APBK
Dinsosnaketran
-
-
760
850
1.000
Kesbanglinmas
75
75
75
75
75
75
450
APBK
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Bahaya Kebakaran
Kesbanglinmas
-
120
120
78
-
-
318
APBA/APBN/APB K
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Kebakaran
Kesbanglinmas
40
60
30
40
54
55
279
APBK
Pencegahan dan Pengendalian Bahaya Kebakaran
Kesbanglinmas
55
65
75
88
76
65
424
APBA/APBN/APB K
Kesbanglinmas
45
53
46
50
55
55
304
APBK
Kesbanglinmas
-
-
-
-
120
65
185
APBN/APBA/APB K
Pendidikan dan Pelatihan Pertolongan dan Pencegahan Kebakaran
Peningkatan Pelayanan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Relokasi Taman Pahlawan Kabupaten
52
Program pengelolaan areal pemakaman
53
Program peningkatan keamanan Pengendalian Keamanan Lingkungan dan kenyamanan lingkungan
Kesbanglinmas
40
40
40
40
40
40
240
APBK
54
Peningkatan Kapasitas Aparat Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan Dalam rangka Pelaksanaan Siskamswakarsa di Daerah tindak kriminal
Kesbanglinmas
60
60
60
60
60
60
360
APBK
Kesbanglinmas
120
-
-
-
-
120
240
APBK
Kesbanglinmas
87
-
-
-
-
130
217
APBK
Monitoring, Evaluasi dan Pengawas Pemilu Penunjang Pengamanan Pemilu Satlinmas
MATRIK PROGRAM DAN KEGIATAN LIMA TAHUN RPJM KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI: Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 4.: Meningkatkan peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat; Kebijakan 1. Menciptakan kesempatan kerja dalam rangka menurunkan angka pengangguran Kebijakan 2. Membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
1
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
3
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
2009
KERANGKA REGULASI
Penyusunan Data Base Tenaga Kerja Pengadaan Tanah Pembangunan Gedung BLK Pembangunan Balai Latihan Kerja
2
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
Dinsosnakertr ans
2011
35
-
2014
SUMBER PENDANAAN
35
35
35
210
APBK
-
1.000
1.200
889
549
3.638
APBA
-
-
3.000
3.000
1.638
-
7.638
APBA/APBN
60
89
220
325
450
566
1.710
APBA/APBK
-
-
65
76
55
-
196
APBK
23
34
44
-
-
54
155
APBK
-
-
240
200
260
899
1.599
30
45
69
-
78
-
222
APBK
Dinsosnakertr ans
-
-
-
66
76
80
222
APBK
Dinsosnakertr ans
20
30
32
35
40
38
195
APBK
Dinsosnakertr ans
-
-
40
65
-
-
105
APBK
Penyusunan Informasi Bursa Dinsosnakertr Tenaga Kerja ans Penyebarluasan Informasi Dinsosnakertr Bursa Tenaga Kerja ans Kerja Sama Pendidikan dan Dinsosnakertr Pelatihan ans Pengembangan Dinsosnakertr Kelembagaan Produktifitas ans dan Pelatihan
35
2013
2012
35
Dinsosnakertr ans Dinsosnakertr ans Dinsosnakertr Pendidikan dan pelatihan Keterampilan Pencari Kerja ans
Fasilitas Penyelesaian Prosudur, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Fasilitas Penyelesaian Prosudur,Pemberian Perlindungan Hukum dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Sosialisasi Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Tentang Ketenaga Kerjaan
2010
APBK/APBA
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
4
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
Penyusunan kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah
Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif
2009
KERANGKA REGULASI
Disperindagko p
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
7
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
65
120
-
-
-
185
APBK
-
25
35
-
-
45
105
APBK
-
-
-
60
60
-
120
APBK
Disperindagko p
-
-
67
-
-
87
154
APBK/APBA
Disperindagko p
-
80
-
-
75
-
155
APBK/APBA
Koordinasi pemanfatan Disperindagko Fasilitas Pemerintah untuk p UKM dan Koperasi
45
45
45
45
45
45
270
APBK
Disperindagko p
65
65
65
65
65
65
390
APBK/APBA
Disperindagko p
25
25
25
25
25
25
150
APBK
Disperindagko p
-
-
80
100
100
-
280
Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan Pengembangan Klaster Bisnis
6
2010
-
Sosialisasi tentang Usaha Kecil Menengah Fasilitasi kemudahan formalitas Badan UKM
5
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
Pemberdayaan UKM
Koodinasi Pelaksanaan kebijakan dan program pengembangan koperasi Pendidikan dan pelatihan koperasi
8
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Bimbingan Ketrampilan Usaha Bagi Keluarga Miskin Non Produktif
Dinsosnakertr ans
130
130
130
130
130
130
780
APBK/APBA
9
Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Peningkatan jejaringan pelaku sosial
Dinsosnakertr ans
43
30
26
35
35
40
209
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
10
11
2009
KERANGKA REGULASI
Pelatihan Ketrampilan manajemen Aparat Badan Usaha Milik Gampong Penyelanggaraan PNPM Mandiri
Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan
Pengembangan Wilayah Translok
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
Surve dan Pemetaan Penguatan SDM Pemerintah Daerah dan Masyarakat Transmigrasi di Kawasan Perbatasan Peningkatan Kerja sama antar sektor dalam rangka kawasan transmigrasi
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
BPM
-
70
80
80
70
76
376
APBK
BPM
450
450
450
450
450
450
2.700
Dinsosnakertr ans
250
-
250
-
400
-
900
APBK
Dinsosnakertr ans
-
-
40
40
40
40
160
APBK
Dinsosnakertr ans
-
25
25
25
25
25
125
APBK
APBK/APBN
MATRIK PROGRAM DAN KEGIATAN LIMA TAHUN RPJM KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya Kabupaten Pidie Jaya Yang Damai, Adil Makmur dan Islami di Bawah Pemerintahan yang Pro-Rakyat MISI 5 : Menumbuhkan kembali potensi adat istiadat dan budaya daerah dalam pembangunan Kabupaten Pidie Jaya dengan semangat kebersamaan Kebijakan 1. Melestarikan kembali potensi kebudayaan dan adat istiadat daerah Kebijakan 2. Mengembangkan semangat kebersamaan dan kesatuan dalam pembangunan daerah Kebijakan 3. Menciptakan keseimbangan pembangunan dengan menjaga kelestarian lingkungan yang berbasis kearifan lokal INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
1
Program Pengembangan Nilai Budaya
3
Pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah
Dishubbudparimko m Dishubbudparimko m
2010
2011
2012
2013
2014
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SUMBER PENDANAAN
-
80
80
80
80
80
400
APBK/APBA/ APBN
-
-
130
-
-
-
130
APBK
Dishubbudparimko m
-
-
-
300
-
-
300
APBK/APBA/ APBN
Dishubbudparimko Sosialisasi pengelolaan kekayaan budaya lokal daerah m
-
-
60
-
65
-
125
APBK
-
-
400
-
450
-
850
APBK/APBA/ APBN
-
-
-
120
-
-
120
35
43
45
45
40
46
254
APBK/APBA/ APBN
-
-
60
-
80
-
140
APBK
60
80
120
120
120
120
620
APBK
Dishubbudparimko m
45
45
45
45
45
45
270
APBK/APBA
Pelestarian fisik dan kandungan Program Pengelolaan Kekayaan bahan pustaka termasuk naskah Budaya kuno
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
2009
KERANGKA REGULASI
Penyusunan kebijakan tentang budaya lokal daerah
2
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
SKPD
Pengelolaan karya cetak dan karya rekam Pengembangan data base sistem informasi sejarah purbakala
Dishubbudparimko m Dishubbudparimko m
Pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah Penyelenggaraan dialog kebudayaan
Dishubbudparimko m Dishubbudparimko m Dishubbudparimko m
Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya daerah
4
Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Membangun Kemitraan pengelolaan kebudayaan antar daerah
5
Program Kerjasama Pembangunan
Koordinasi Peningkatan Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Khusus
Bappeda
250
250
250
250
250
250
1.500
APBK
6
Program perencanaan pembangunan daerah
Pengembangan Partisipasi dalam Perumusan Program dan Kebijakan Layanan Publik
Bappeda
50
50
50
50
50
50
300
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
7
Program pengembangan wawasan kebangsaan
Fasilitasi Operasional BRA
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
10
Program pendidikan politik masyarakat
12
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
300
300
300
1.800
APBK
Kesbanglinmas
168
170
180
200
180
198
1.096
APBK/APBA
Kesbanglinmas
40
40
40
40
40
40
240
APBK
Kesbanglinmas
35
35
35
35
35
35
210
APBK
Kesbanglinmas
30
30
30
30
-
-
120
APBK/APBA
Kesbanglinmas
40
40
40
40
40
40
240
APBK
Kesbanglinmas
65
65
65
65
65
65
390
APBK
Kesbanglinmas
-
-
-
100
-
-
100
APBK
Kesbanglinmas
25
25
25
25
25
25
150
APBK
Pembuatan Teknologi Tepat Guna
BPM
540
540
540
540
540
540
3.240
Pendataan dan Pembinaan Sosialisasi dan Pameran
BPM BPM
20 49
35 58
67
56
40 52
35 70
130 352
BPM
200
200
200
200
200
200
1.200
BPM
115
115
115
115
115
115
690
APBK/APBA
408
APBK/APBA/ APBN
3.410
APBA/APBN
Pentas Seni dan Budaya, Festifal, Lomba Cipta dalam upaya peningkatan Wawasan Kebangsaan Peningkatan rasa solidaritas dan ikatan sosial dikalangan masyarakat Pembentukan Satuan Keamanan Lingkungan di Masyarakat Penyuluhan Kepada Masyarakat Koordinasi Forum-Forum Diskusi Politik
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
2012 300
Bulan Bakti LKMD Pelatihan kepada remaja putus sekolah Pelatihan Aparatur Pemerintahan Gampong
13
2011 300
Fasilitasi Kelengkapan Pengajuan Bantuan Partai Politik Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan
2010 300
Penyusunan Data Base Partai Politik
11
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
Kesbanglinmas
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
9
2009
KERANGKA REGULASI
Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa
8
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
SKPD
Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan
BPM
68
68
68
68
KLH
450
860
900
1.200
68
68
-
-
APBK/APBA/AP BN APBK APBK APBK/APBA/ APBN
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
2009
KERANGKA REGULASI
Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan sarana persampahan Pengembangan Teknologi Pengolahan Persampahan (Alat Daur Ulang Sampah)
14
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
2010
2011
2012
KLH
120
120
KLH
-
-
KLH
-
-
-
Pengkajian Dampak Lingkungan Daerah Aliran Sungai (Kabupaten)
KLH
67
-
Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-sumber Air
KLH
-
Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang, Mangrove, Padang Lamun, Estauria dan Teluk
KLH
Pemantauan Kualitas Lingkungan
2013 120
120
1.642
1.700
890
-
-
120
125
245
APBK
89
100
-
-
256
APBK/APBA
-
78
80
68
90
316
APBK
-
50
68
89
56
-
263
APBK
KLH
-
-
-
700
-
-
700
APBK/APBA
APBA/APBN
16
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam
17
Program Peningkatan Kualitas Pengembangan Data dan dan Akses Informasi Sumber Informasi Lingkungan Hidup Daya Alam dan Lingkungan (Papan Informasi) Hidup
18
Program Peningkatan Pengendalian Polusi
Pembangunan Tempat Pembuangan Benda Padat/ cair yang Menimbulkan Polusi
KLH
-
-
-
-
19
Program Pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut
KLH
65
65
65
20
Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Penataan Ruang Terbuka Hijau
KLH
200
200
Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
KLH
85
DPPKAD
-
Penyusunan regulasi mengenai kegiatan penambangan bahan galian C
SUMBER PENDANAAN
120
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan
2014
120
15
21
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
720
APBK/APBA
4.232
APBA/APBN
1.400
1.320
2.720
65
65
65
390
APBK
200
200
200
200
1.200
APBK
85
85
85
85
85
510
APBK
150
-
-
-
-
150
APBK
INDIKASI KEGIATAN PRIORITAS NO
PROGRAM KERANGKA ANGGARAN
22
TAHUN DAN PAGU INDIKATIF (JUTAAN)
PAGU INDIKATIF (Jutaan)
SKPD
Program Perencanaan Tata Ruang
2009
KERANGKA REGULASI
2010
2011
2012
2013
2014
SUMBER PENDANAAN
Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan galian C
DPPKAD
35
40
43
46
46
47
257
APBK
Penyusunan Rencana Deatail Tata Ruang Kawasan
Bappeda
350
-
-
-
-
-
350
APBK
Penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan
Bappeda
300
-
-
-
-
-
300
APBK
Bappeda
400
-
-
-
-
-
400
APBK
23
Program Pemanfaatan Ruang
24
Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan cepat tumbuh
Penyusunan Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Bappeda
140
100
240
-
-
-
480
APBK
25
Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
Koordinasi perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
Bappeda
-
67
70
78
72
75
362
APBK
Survey dan pemetaan