PERANCANGAN KEBUN WISATA ILMIAH II BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK (BALITTRO) CIMANGGU, BOGOR
IWAN KURNIAWAN A34203055
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PERANCANGAN KEBUN WISATA ILMIAH II BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK (BALITTRO) CIMANGGU, BOGOR” adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2008
Iwan Kurniawan A34203055
PERANCANGAN KEBUN WISATA ILMIAH II BALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK (BALITTRO) CIMANGGU, BOGOR
Oleh : IWAN KURNIAWAN A34203055
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Perancangan Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro) Cimanggu, Bogor
Nama
: Iwan Kurniawan
NRP
: A34203055
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP. 131578792
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
IWAN KURNIAWAN. Perancangan Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro) Cimanggu, Bogor. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH. Pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap tersedianya ruang sehingga diperlukan alternatif untuk tempat-tempat wisata. Kegiatan wisata dipadukan dengan aspek pendidikan atau keilmuan diterapkan pada suatu area. Dengan melakukan kegiatan wisata, para wisatawan tidak hanya melakukan kegiatan rekreasi, tetapi juga memperoleh berbagai wawasan di bidang keilmuan. Salah satu lokasi yang dapat dijadikan kawasan wisata ilmiah adalah Kebun Wisata Ilmiah II yang merupakan bagian dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) yang terletak di Cimanggu, Bogor. Balai ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 06/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 merupakan pemekaran dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan perancangan terhadap Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di Cimanggu Bogor, yang menampilkan koleksi tanaman, menyediakan sarana dan prasarana wisata, ditata dalam suasana lanskap yang nyaman, indah dan memberi pengajaran atau edukasi kepada pengunjung. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, tepatnya di Kebun Wisata Ilmiah II yang terletak di Kawasan Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor. Kegiatan perancangan ini dilakukan dalam dua tahap. Kegiatan lapang berupa inventarisasi, dan dilanjutkan dengan kegiatan studio untuk pengolahan data dan pembuatan gambar. Tahapan studi mengikuti prosedur perancangan menurut Gold (1980), yang terdiri atas tahapan (1) Inventarisasi, (2) Analisis, (3) Sintesis/Konsep, (4) Perencanaan/Perancangan. Data yang ada diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang dan data sekunder. Kebun Wisata Ilmiah II beriklim tropis dengan curah hujan bulanan berkisar antara 300 - 430 mm, suhu rata-rata 27°C, kecepatan angin rata-rata 2,1 km/jam dengan arah Timur Laut, kelembaban udara di atas 75% dan nilai THI 25,8. Lokasi berada pada ketinggian 220 – 234 m dpl dengan kategori kemiringan lahan mayoritas pada tingkat 0 – 1%. Jenis tanah pada lokasi adalah latosol coklat kemerahan. Potensi utama obyek wisata didapat dari beragam jenis tanaman obat dan aromatik. Fasilitas yang ada meliputi rumah kaca, tanaman koleksi, dan jalan setapak. Konsep dasar Kebun Wisata Ilmiah II diarahkan untuk membentuk kebun yang dapat digunakan untuk kegiatan penelitian sekaligus sebagai kebun wisata yang menunjang aspek pendidikan, terutama pengenalan akan tanaman obat dan aromatik. Dalam perancangan, Kebun Wisata Ilmiah II dibagi menjadi 8 zona yaitu: (1) Zona Penerimaan, (2) Zona Pelayanan, (3) Zona Koleksi, (4) Zona Penelitian, (5) Zona Wisata Umum, (6) Zona Pembibitan, (7) Zona Display dan (8) Zona Penyangga. Tanaman yang dipilih dalam merencanakan dan merancang tapak berasal dari jenis obat dan aromatik untuk memberikan kesatuan tema, sesuai dengan tanaman koleksi yang berada pada tapak. Tanaman yang dipilih untuk tujuan
estetika diantaranya: Pinang Jambe (Areca sp.), Soka (Ixora javanicus), Bungur (Lagerstromia speciosa), Melati (Jasminum sambac), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Kenanga (Cananga odorata), Tapak Dara (Catharantus roseus), Nona Makan Sirih (Clerodendrum thomsonae) dan Cempaka Cina (Artabotrys odoratissimus). Tanaman yang digunakan untuk melengkapi koleksi diantaranya: Saputangan (Maniltoa grandiflora), Kayu Putih (Maniltoa leucadendra), Buni (Antodesma bunius), Kecubung (Datura suaveolens), Sukun (Artocarpus communis), Dewandaru (Artocarpus camansi), Bratawali (Tinospora crispa), Ceremai (Phyllanthus acidus), Pandan Besar (Pandanus tectorius), Girang (Leea aquleata), Hahapaan (Fleminia strobilifera), Ketepeng Cina (Cassia alata), Murbai (Morus alba), Daun Kupu Kupu (Bauhinia purpurea) dan Bungur (Lagerstromia speciosa). Fasilitas yang diadakan dalam Kebun Wisata Ilmiah II meliputi pintu gerbang, loket, lapangan parkir sepeda motor (1060 m²), lapangan parkir mobil pribadi (342 m²), lapangan parkir bis (288 m²), pendopo, mushola, toilet, menara pandang (3 lantai, tinggi 12 meter), kolam dan tugu, kantin, kios cinderamata, mess, gudang peralatan, bedengan ( 11 m x 6 m) 12 petak, gazebo, rumah kaca, hamparan rumput (9322 m², jenis Axonopus compressus), bangunan display, perpustakaan, tanaman koleksi dan bangunan pengelola sekaligus pusat informasi. Penambahan fasilitas dan berbagai tanaman yang ada akan memaksimalkan Kawasan Wisata Ilmiah II sebagai kawasan wisata berbasis pendidikan berbasis koleksi tanaman obat dan aromatik.
UCAPAN TERIMA KASIH Syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan berkat melimpah yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr sebagai pembimbing akdemik dan pembimbing skripsi untuk semua bimbingan, masukan, saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Dr.Ir. Andi Gunawan M.Sc selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Fitriah Nurul HU, ST, MT selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program Studi Arsitektur Lanskap atas segala kritik dan saran yang telah diberikan. 4. Kedua Orang tua yang terkasih, Bapak dan Mama atas segala tuntunan, doa, dan kasih sayangnya yang tidak pernah dapat terbalaskan. 5. Kakak dan Adikku yang terkasih, Rini dan Cindy, terimakasih buat semangat, doa dan candanya. 6. Yang tercinta Vera Nova, untuk setiap waktu yang disediakan, semangat, doa, saransaran dan seluruh perhatiannya selama ini. 7. Pak Cecep dan Pak A’ang dari Kebun Wisata Ilmiah II, atas kerjasama dan bantuannya selama pengambilan data dan seluruh aktivitas di lokasi penelitian. 8. Teman-teman ARL, terutama angkatan 40 buat kenangan yang unik selama kuliah. Buat Yudi, Piko, Endry, Gregorio, Sano, Dani Basyir, Rezki, Jabee, Budiman, Indra, Febby, Anggi, Puji, Miftahul, terimakasih buat informasi dan bantuannya. Senang masih bisa bertemu teman-teman seangkatan di saat-saat penyelesaian tugas akhir. 9. Dosen dan seluruh staf ARL, terimakasih atas bimbingan dan kerjasamanya selama ini.
10. Ocha, Junika, Besti, Jimi, Christ, Andri Parna, Andri 41, AKKku: Alfred dan Chrisman buat doa dan segala dukungannya. 11. Para penghuni Gladyss, Prita, Didi, Eni, Yohana, Yeni, Fiona, Nova, Maria, Ester dan Melisda untuk doa dan berbagai gurauan yang lucu. 12. Jay dan teman-teman kosan Batosai atas segala dukungannya selama ini 13. Tian Fahutan 40 dan Obed FPIK 41 atas bantuannya selama turun lapang dan informasi tentang berbagai software yang ada. 14. Pak Yahya, atas bantuan dan keramahannya dalam melayani pencarian referensi skripsi dan buku-buku di Perpustakaan ARL. 15. Terimakasih buat semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu untuk doa dan dukungan kepada penulis selama studi dan selama mengerjakan penelitian ini.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sintang, Kalimantan Barat pada tanggal 27 Januari 1985. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Laman Yoab dan Ibu Apong Sekarningsih. Penulis lulus dari SD Panca Setya 1 Sintang pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Panca Setya 1 Sintang. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di SLTA Negeri 1 Sintang dan pada tahun 2003 diterima sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur SPMB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di UKM PMK IPB, diantaranya sebagai asisten Pendidikan Agama Kristen Protestan pada tahun 2004/2005, Koordinator Komisi Pelayanan Anak periode 2005/2006 serta sebagai sekretaris Tim Kelompok Kecil Pemuridan UKM PMK IPB periode 2006/2007. Selain itu penulis pernah mengikuti seminar Kepemimpinan tahun 2005 dan Koentjaraningrat Memorial Lecture IV pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat rahmat-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Perancangan Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik (Balittro) Cimanggu, Bogor. Penulis memilih aspek perancangan dalam penelitian ini karena merupakan kesatuan dari berbagai proses dalam arsitektur lanskap, mencakup kegiatan lapang hingga kegiatan studio. Hasil dari perancangan ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak pengelola Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Penulis
mengucapkan
terimakasih
yang
sebesar-besarnya
kepada
pembimbing akademik, Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr, sekaligus sebagai pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam membantu dan memberikan pengarahan selama pendidikan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dalam berbagai dukungan, serta kepada seluruh Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap IPB, khususnya angkatan 40. Saran
dan
kritik
yang
membangun
sangat
diharapkan
untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Sekian dan terimakasih.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan .............................................................................................. Perancangan Lanskap ................................................................................ Rekreasi dan Wisata .................................................................................. Sumberdaya Kegiatan Wisata .................................................................... Wisatawan ................................................................................................ Pelayanan.................................................................................................. Informasi .................................................................................................. Promosi..................................................................................................... Vegetasi .................................................................................................... Aspek Lingkungan .............................................................................. Aspek Arsitektural ............................................................................... Aspek Visual Estetik ........................................................................... Aspek Ilmiah atau Pendidikan .............................................................
3 4 6 6 7 7 7 7 8 8 8 10 10
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ..................................................................................... Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. Inventarisasi ........................................................................................ Analisis ............................................................................................... Sintesis................................................................................................ Konsep ................................................................................................ Perencanaan ........................................................................................ Perancangan ........................................................................................
11 12 12 12 13 13 14 14
INVENTARISASI Kondisi Umum.......................................................................................... Iklim ......................................................................................................... Batas Tapak .............................................................................................. Tanah dan Topografi ................................................................................. Vegetasi .................................................................................................... Satwa ....................................................................................................... Sirkulasi .................................................................................................... Fasilitas..................................................................................................... Akustik .....................................................................................................
16 18 22 22 27 30 30 33 36
ii
Ekonomi ................................................................................................... 36 Sosial ........................................................................................................ 37 ANALISIS DAN SINTESIS Kondisi Umum.......................................................................................... Iklim ......................................................................................................... Sirkulasi .................................................................................................... Vegetasi .................................................................................................... Satwa ........................................................................................................ Tanah dan Air ........................................................................................... Fasilitas ..................................................................................................... Ekonomi.................................................................................................... Sosial ........................................................................................................
39 39 41 42 46 46 48 50 50
KONSEP Konsep Dasar ............................................................................................ Konsep Pengembangan ............................................................................. Konsep Wisata ................................................................................... Wisata Umum................................................................................. Wisata Pendidikan/Ilmiah ............................................................... Konsep Ruang .................................................................................... Zona Penerimaan ............................................................................ Zona Pelayanan .............................................................................. Zona Koleksi .................................................................................. Zona Penelitian............................................................................... Zona Pembibitan ............................................................................ Zona Wisata Umum ........................................................................ Zona Display .................................................................................. Zona Penyangga ............................................................................. Konsep Sirkulasi ....................................................................................... Konsep Visibilitas ..................................................................................... Konsep Vegetasi ....................................................................................... Vegetasi Estetika ........................................................................... Vegetasi Ilmiah/Pendidikan ........................................................... Vegetasi Arsitektural ..................................................................... Vegetasi Konservasi ...................................................................... Konsep Fasilitas ........................................................................................ Alternatif Tata Ruang................................................................................
53 54 54 55 55 55 56 56 56 56 56 56 56 56 58 58 58 59 59 59 60 60 60
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zona Penerimaan ...................................................................................... Zona Pelayanan ......................................................................................... Zona Koleksi............................................................................................. Zona Pembibitan ....................................................................................... Zona Wisata Umum .................................................................................. Zona Display............................................................................................. Zona Penelitian ......................................................................................... Zona Penyangga ........................................................................................
65 72 83 90 94 99 105 110
iii
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................... 112 Saran......................................................................................................... 113 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 114 LAMPIRAN .................................................................................................. 115
iv
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Aspek, Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Umum ........ 13 2. Persen Kemiringan Dan Luasan Lahan ................................................... 27 3. Fasilitas Wisata Pada Tapak ................................................................... 33 4. Tipe Iklim Utama ................................................................................... 41 5. Subdivisi Iklim ....................................................................................... 41 6. Alternatif Tambahan Tanaman Koleksi .................................................. 45 7. Kesesuaian Lahan dan Akivitas Wisata .................................................. 52 8. Komposisi Zona ..................................................................................... 57 9. Kriteria Penilaian Peta Konsep ............................................................... 63 10. Luas Berbagai Zona Dalam KWI II ........................................................ 64 11. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Penerimaan ........ 65 12. Rencana Vegetasi Zona Penerimaan ....................................................... 66 13. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Pelayanan ........... 72 14. Rencana Vegetasi Zona Pelayanan ......................................................... 73 15. Rencana Detil Site Furniture dan Fasilitas Pada Zona Koleksi ............... 83 16. Rencana Tanaman Koleksi Tambahan Dan Pengganti ............................ 84 17. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Pembibitan ......... 90 18. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Wisata Umum ..... 84 19. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Display ............... 99 20. Rencana Vegetasi Zona Display ............................................................. 99 21. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Penelitian ............ 106 22. Rencana Vegetasi Zona Penelitian.......................................................... 106 23. Rencana Vegetasi Zona Penyangga ........................................................ 110
v
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Vegetasi Pembentuk Ruang .................................................................... 9 2. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 11 3. Bagan Perancangan Menurut Gold (1980) .............................................. 15 4. Grafik Total Curah Hujan Tahunan ........................................................ 18 5. Grafik Rataan Curah Hujan Berdasarkan Bulan ...................................... 19 6. Grafik Rata-rata Suhu Udara Maksimum ................................................ 19 7. Grafik Rata-rata Suhu Udara Minimum .................................................. 19 8. Grafik Rata-rata Suhu Udara Harian ....................................................... 20 9. Grafik Kecepatan Angin ......................................................................... 20 10. Grafik Kelembaban Udara ...................................................................... 20 11. Batas Tapak Dan Sirkulasi Eksisting ...................................................... 21 12. Peta Kontur ............................................................................................ 25 13. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan ........................................................ 26 14. Penampakan Vegetasi Dari Udara .......................................................... 28 15. Petak Tanam Eksisting ........................................................................... 29 16. Serunai Rambat Sebagai Tanaman Penutup Tanah ................................. 30 17. Pacing Sebagai Tanaman Penutup Tanah ............................................... 30 18. Jalan Tentara Pelajar .............................................................................. 31 19. Pagar Pembatas Kebun Wisata Ilmiah II Dengan Jalan Tentara Pelajar... 31 20. Gang Antara KWI II Dengan Komplek Perumahan Balitro .................... 32 21. Jalan Kecil Berlapis Semen Antara KWI II Dengan Komplek Perumahan Balitro .................................................................................................... 32 22. Perbatasan KWI II Dengan Pemukiman Di Sebelah Selatan ................... 32 23. Jalan Masuk Kebun Wisata Ilmiah II Dan Balitklimat ............................ 35 24. Tanah Longsor Pada Sungai Kecil .......................................................... 35 25. Kondisi Visual Petak Tanam .................................................................. 35 26. Peta Eksisting......................................................................................... 38 27. Jalan Antara Kumpulan Pohon Pinus Dan Karet Hutan .......................... 44 28. Batas Tapak Dengan Perumahan Karyawan ........................................... 44 29. Ilalang Dan Pancang Bambu Bekas Penelitian ........................................ 45 30. Bak Penampungan Dan Tangki Air ........................................................ 47 31. Tanah Longsor Pada Dinding Sungai Kecil DalamTapak ....................... 47 32. Bagian Sungai Kecil Yang Memerlukan Penutup ................................... 48 33. Penimbunan Sampah Pada Petak KW..................................................... 49 34. Analisis Tapak ....................................................................................... 51 35. Konsep Alternatif 1 ................................................................................ 61 36. Konsep Alternatif 2 ................................................................................ 62 37. Detil Zona Penerimaan ........................................................................... 67 38. Rencana Penanaman Zona Penerimaan................................................... 68 39. Detil Pintu Gerbang................................................................................ 69 40. Detil Bangunan Parkir Sepeda Motor ..................................................... 70 41. Detil Lampu Taman ............................................................................... 71 42. Pola Perkerasan Pada Zona Pelayanan .................................................... 74 43. Detil Zona Pelayanan ............................................................................. 75 44. Rencana Penanaman Zona Pelayanan ..................................................... 76
vi
45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70.
Detil Balai Bengong ............................................................................... Detil Mushola ........................................................................................ Detil Kantin ........................................................................................... Detil Kolam Dan Tugu ........................................................................... Detil Menara Pandang ............................................................................ Detil Tempat Wudhu Dan Toilet ............................................................ Label Tanaman ...................................................................................... Rencana Penanaman Zona Koleksi 1 ...................................................... Rencana Penanaman Zona Koleksi 2 ...................................................... Rencana Penanaman Zona Koleksi 3 ...................................................... Rencana Penanaman Zona Koleksi 4 ...................................................... Detil Zona Pembibitan ........................................................................... Rencana Penanaman Zona Pembibitan ................................................... Detil Rumah Kaca .................................................................................. Detil Salah Satu Bagian Zona Wisata Umum.......................................... Rencana Penanaman Salah Satu Zona Wisata Umum ............................. Detil Toilet Zona Wisata Umum............................................................. Detil Gazebo .......................................................................................... Detil Zona Display ................................................................................. Rencana Penanaman Zona Display ......................................................... Detil Bangunan Display ......................................................................... Detil Perpustakaan ................................................................................. Detil Pusat Informasi Dan Kantor Pengelola .......................................... Detil Zona Penelitian.............................................................................. Rencana Penanaman Zona Penelitian ..................................................... Detil Bangunan Gudang Dan Mess .........................................................
77 78 79 80 81 82 83 86 87 88 89 91 92 93 95 96 97 98 100 101 102 103 104 107 108 109
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Site Plan .............................................................................................. 116 Lampiran 2. Pembagian Zona.................................................................................. 117 Lampiran 3. Rataan Data Iklim Tahun 2001 ............................................................ 118 Lampiran 4. Rataan Data Iklim Tahun 2002 ............................................................ 119 Lampiran 5. Rataan Data Iklim Tahun 2003 ............................................................ 120 Lampiran 6. Rataan Data Iklim Tahun 2004 ............................................................ 121 Lampiran 7. Rataan Data Iklim Tahun 2005 ............................................................ 122 Lampiran 8. Rataan Data Iklim Tahun 2006 ............................................................ 123 Lampiran 9. Daftar Tanaman Petak KO Kebun Wisata Ilmiah II ............................. 124 Lampiran 10. Daftar Tanaman Petak KW Kebun Wisata Ilmiah II ............................ 125 Lampiran 11. Daftar Tanaman Petak J,K dan L Kebun Wisata Ilmiah II ................... 126 Lampiran 12. Daftar Tanaman Petak M, N, O dan P Kebun Wisata Ilmiah II ............ 127
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk saat ini, sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Jumlah ruang yang tersedia semakin lama semakin berkurang dan terjadi berbagai perubahan fungsi ruang, sementara tuntutan populasi penduduk yang semakin bertambah tersebut menuntut ruang-ruang untuk pemenuhan kebutuhannya tentunya akan semakin meningkat pula. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan akan tempat tinggal, ruang kerja, kegiatan wisata dan sebagainya. Seperti yang telah disebutkan di atas, masyarakat menggunakan ruang untuk memenuhi kebutuhannya, yang salah satunya adalah wisata. Kegiatan wisata yang ada dapat dipadukan dengan berbagai aspek yang diterapkan pada suatu area tertentu yang tidak jauh dari kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah aspek keilmuan yang apabila dipadukan dengan kegiatan wisata disebut dengan wisata ilmiah. Dengan melakukan kegiatan wisata, para wisatawan tidak hanya melakukan kegiatan rekreasi, tetapi juga memperoleh berbagai wawasan di bidang keilmuan. Salah satu lokasi yang dijadikan kawasan wisata ilmiah adalah Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) yang terletak di Cimanggu, Bogor. Balai ini dibentuk Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 06/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 merupakan pemekaran dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Balai penelitian ini memiliki 5 unit laboratorium, 9 unit rumah kaca, sebuah bengkel mekanisasi, Kebun Wisata Ilmiah, sebuah perpustakaan dan sebuah petak pamer berukuran 1 Hektar. Tanaman obat dan aromatik yang terdapat didalamnya merupakan kelompok tanaman yang mempunyai daya tarik yang khas, seperti jenis-jenis tanaman, budidaya, pengolahan sampai kepada khasiatnya. Hal inilah yang menjadikan komoditas rempah dan obat mempunyai peluang yang besar untuk dijadikan objek wisata. Kebun Wisata Ilmiah II merupakan bagian dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Kebun Wisata Ilmiah II dipakai untuk melakukan penanaman
2
tanaman obat dan aromatik yang sedang dikembangkan atau diteliti. Dengan ukuran yang cukup luas, serta jenis tanaman yang ada di dalamnya, area ini sangat berpotensi untuk kegiatan wisata, khususnya yang berkaitan dengan pengenalan tanaman obat dan aromatik. Hal inilah yang menjadikannya sebagai titik berat perancangan sebagai kebun wisata ilmiah. Dengan adanya suatu perancangan, diharapkan Kebun Wisata Ilmiah II dapat lebih memenuhi kebutuhan para pengunjung akan kegiatan wisata dan pendidikan mengenai berbagai jenis tanaman obat dan aromatik beserta pengembangannya. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan perancangan terhadap Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, yang menampilkan koleksi tanaman, menyediakan sarana dan prasarana wisata, ditata dalam suasana lanskap yang nyaman, indah dan memberi pengajaran atau edukasi berupa pengenalan tentang tanaman obat dan aromatik kepada pengunjung. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memaksimalkan fungsinya sebagai kebun wisata ilmiah dalam bentuk perancangan elemen-elemen koleksi tanaman, vegetasi pendukung, dan fasilitas yang mendukung pelayanan wisata, beserta konsep tata ruang dan sirkulasinya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pengelola dalam merencanakan Kebun Wisata Ilmiah Balai Penelitian tanaman Obat dan Aromatik.
3
TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Menurut Laurie (1986), perencanaan merupakan pendekatan ke masa depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak. Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan berdasarkan lima komponen utama yaitu faktor alami, sosial, teknologi, metodologi, dan nilai-nilai. Sedangkan menurut Lynch (1981), perencanaan tapak merupakan seni menciptakan fisik luar yang menyokong tindakan manusia, dimana proses perencanaan dimulai dengan memahami perilaku pengunjung yang akan menggunakan tapak tersebut dan kebijakan-kebijakan yang ada. Satu hal yang diyakini, tidak ada satu elemen yang dapat diubah tanpa memberikan pengaruh yang luas. Menurut Simonds (1983), proses perencanaan merupakan suatu alat sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut dan dapat dipelajari dari observasi. Perencanaan yang baik adalah untuk menilai setiap obyek yang ada dengan pengamatan yang dipenuhi inspirasi, serta dengan konsep yang ada
memecahkan
permasalahan
yang ditemukan dengan sasaran
menciptakan lingkungan hidup dan cara hidup yang lebih baik bagi manusia. Dalam mencapainya, seorang perencana haruslah menganalisa kecocokan suatu lahan dengan setiap penggunaan yang diusulkan. Perencanaan merupakan proses pemikiran dari suatu ide ke arah nyata. Perencanaan juga merupakan kegiatan perumusan masalah dan beserta proses pengambilan keputusan. Dalam ruang lingkup arsitektur lanskap, merencana merupakan suatu tindakan menata berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis, lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan pada lahan tersebut (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Hasil perencanaan harus memungkinkan untuk dilaksanakan, mudah dipelihara, dan harus menarik untuk dilihat maupun digunakan. Pada tahap ini dihasilkan rencana tapak (site plan), zonasi pada tapak, rencana tata hijau, rencana sirkulasi dan fasilitas penunjang.
4
Perancangan Lanskap Perancangan lanskap merupakan suatu pendalaman dan perluasan dari perencanaan lanskap, yang berkaitan dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuhan dan kombinasinya sebagai pemecahan masalah-masalah tertentu yang muncul pada rencana tapak (Laurie, 1986). Melalui perancangan akan dihasilkan ruang tiga dimensi. Perancangan ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, setiap volume memiliki bentuk, ukuran, warna, bahan, tekstur, dan kualitas lain. Keseluruhan kualitas ini akan mengekspresikan serta mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dalam perancangan terdapat pengorganisasian ruang yang berbeda dapat memberikan dampak yang berbeda pula pada psikologis manusia. Dampak yang akan muncul misalnya rasa takut, keriangan, gerak dinamis, keheningan dan lainlain (Simonds, 1983). Dasar-dasar estetika dalam perancangan berkaitan dengan titik, garis, bentuk, tekstur, warna, variasi, perulangan, penekanan dan keseimbangan. Garis merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual dan fisik. Bentuk berkaitan dengan bentuk vertikal maupun horizontal dan kedalaman. Tekstur berkaitan dengan halus dan kasarnya bentuk. Dalam perancangan, bentuk dan tekstur lebih banyak didukung oleh elemen tanaman. Warna berkaitan dengan pengaruh kejiwaan yang dihasilkannya. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kemotonan maka dalam pewarnaan diperlukan adanya variasi. Sementara dalam perulangan, variasi yang ada dapat lebih memiliki ekspresi. Keseimbangan berperan dalam penentuan bentuk formal atau nonformal dan simetris atau asimetris. Sedangkan penekanan berperan dalam mengarahkan mata pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dari sebuah komposisi (Carpenter et al, 1975). Menurut Harris dan Dines (1988), sasaran dari perancangan adalah kelayakan dan respon terhadap situasi dan keadaan sekitar. Kelayakan yang dimaksud adalah sasaran utama dalam perancangan dan berhubungan dengan penempatan elemen-elemen tapak, sehingga penting bagi perancang untuk mengetahui lebih lanjut karakter dari tapak, baik kondisi awal maupun fungsi yang diusulkan. Keberhasilan seorang perancang ditentukan dari tanggapan yang
5
diberikan oleh penggunanya, mempertemukan fungsi yang dibutuhkan dan beradaptasi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan yang mempengaruhinya. Prinsip yang digunakan dalam perancangan suatu lanskap adalah mengeliminasi elemen-elemen yang buruk atau tidak harmonis. Elemen-elemen yang baik sedapat mungkin ditonjolkan dan dipertahankan dan diciptakan. Menurut Simonds (1983), terdapat dua jenis elemen lanskap, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor meliputi bentuk alam (topografi, pegunungan, sungai, lembah) dan kekuatan alam (curah hujan, angin, suhu) yang relatif sulit diubah oleh manusia. Elemen lanskap minor dapat berupa anak sungai dan hutan-hutan kecil yang dapat dimodifikasi oleh perencana. Perubahan yang dapat diterapkan secara garis besar berupa melestarikan, merusak, mengubah dan memberi penekanan. Karakter tapak yang dipertahankan dan diciptakan akan menjadi kesatuan yang harmonis dengan berbagai variasinya. Dalam perancangan lanskap, pemilihan bahan merupakan hal penting. Pemilihan ini merupakan titik utama selain penggunaan teknologi dan pemeliharaan bahan tersebut (Laurie, 1986). Sifat dari materi yang dipakai bervariasi sifatnya dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Simonds (1983) menyatakan bahwa pemilihan materi sangat ditentukan oleh faktor iklim, terutama di daerah tropis yang panas dan lembab. Pada daerah ini sebaiknya materi yang digunakan bersifat tahan terhadap jamur yang mudah sekali berkembang biak di daerah yang lembab. Konstruksi yang langsung berhubungan dengan tanah sebaiknya menggunakan batu, beton, dan logam atau kayu yang diawetkan. Menurut Reid (1993), perancangan yang baik mempunyai organisasi bentuk sebagai berikut: 1. Unity, merupakan kesatuan dengan komponen lain dalam tapak. 2. Emphasis/Dominance, merupakan penekanan atau kontras yang dibuat pada salah satu titik dalam tapak 3. Balance, merupakan keseimbangan dalam skala dan proporsi untuk menyusun elemen lanskap. 4. Rhytm, merupakan ritme atau irama, gradasi dan sequence pada penyusunan elemen lanskap.
6
Rekreasi Dan Wisata Rekreasi dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyegarkan kembali sifat mentalnya serta dapat bermanfaat. Rekreasi berkaitan dengan apa yang terjadi dalam hubungannya dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Biasanya rekreasi dihubungkan dengan adanya pemilihan bermacam aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok, baik yang bersifat aktif maupun pasif dan ditentukan oleh elemen kondisi, waktu, sikap manusia dan lingkungan (Gold, 1980). Menurut Smith (1989), berbagai penelitian wisata dianggap sebagai suatu pengalaman hidup manusia, dimana wisata adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu-individu untuk dinikmati. Interaksi antara pelaku wisata dan tujuan wisata merupakan hal yang sangat penting untuk ditinjau. Tempat wisata hendaknya dikondisikan untuk menciptakan suatu daya tarik dan perasaan tertentu, tidak hanya bagi pengunjung yang murni berwisata dan pengelola yang memperoleh keuntungan dari keindahan tempat wisata, namun juga bagi mereka yang mencari pemahaman teoritis yang lebih baik, dalam hal motivasi dan persepsi. Sudah seharusnya, wisata menawarkan suatu pengalaman yang berbeda dari kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara konvensional. Lebih lanjut dinyatakan juga bahwa wisata juga merupakan perilaku sosial sebagai hasil dari kontak yang terjadi antara seseorang dengan orang maupun institusi sosial lainnya. Sumberdaya Kegiatan Wisata Menurut Gold (1980), ketersediaan sumberdaya untuk aktivitas wisata dapat dilihat dari jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia serta dapat digunakan pada waktu tertentu. Sumberdaya untuk aktivitas wisata adalah tujuan bagi orang yang melakukan wisata, merupakan kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik keinginan untuk berwisata. Identifikasi dan inventarisasi yang kemudian dilanjutkan dengan analisa potensi dan kendala dapat dilakukan untuk mengetahui sumberdaya yang tersedia. Menurut Yoeti (1996), sumberdaya wisata yang mengendalikan dan menarik para wisatawan disebut dengan atraksi. Atraksi wisata menjadi daya tarik wisatawan yang mengunjungi daerah tertentu, tidak
7
hanya berupa obyek yang dapat disaksikan tetapi juga merupakan aktivitas yang dapat dilakukan pada daerah tujuan wisata. Wisatawan Menurut WTO pada tahun 1992 (Gunn, 1997), pengunjung adalah semua jenis orang yang melakukan perjalanan seperti orang yang mengunjungi teman atau kerabat, bepergian untuk urusan bisnis, berziarah dan melakukan aktifitas rekreasi lain, termasuk perjalanan sehari ataupun yang lebih lama. Terdapat pengecualian bagi para komuter, prajurit, diplomat, pengungsi dan mereka yang menyeberangi batas internasional dan mendapatkan bayaran untuk bekerja di negara yang dikunjunginya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa istilah wisatawan atau pengunjung mencakup semua jenis orang yang melakukan perjalanan, baik untuk bersenang-senang maupun untuk kepentingan bisnis. Pelayanan Menurut Yoeti (1997), pelayanan untuk kegiatan wisata memerlukan fasilitas akomodasi perhotelan, rumah makan, pelayanan umum seperti telepon umum, mushalla, toilet dan sebagainya. Adanya pertimbangan perencanaan yang baik terhadap pelayanan wisata akan sangat membantu memenuhi fungsi tempat wisata (Gunn, 1977). Informasi Sarana informasi dalam wisata dapat berupa tanda-tanda pengarah jalan, leaflet, peta, pusat informasi, pusat interpretasi pengunjung dan pemandu wisata. Dengan adanya informasi yang diberikan lewat sarana informasi, diharapkan dapat membantu wisatawan dalam hal panduan arah dan identifikasi lokasi wisata serta pelayanan wisata (Gunn, 1977). Promosi Menurut Gunn (1977), yang termasuk dalam komponen promosi adalah semua bentuk penawaran dan ajakan yang digunakan untuk memikat orang berwisata. Hal ini perlu dilakukan agar dapat mencapai sasaran, seperti meningkatkan jumlah wisatawan yang datang, lebih lamanya para wisatawan tinggal, serta lebih banyaknya para wisatawan membelanjakan uangnya (Yoeti, 1996).
8
Vegetasi Secara umum, vegetasi yang ada pada tapak menurut fungsinya dapat digolongkan ke dalam beberapa aspek berikut: Aspek Lingkungan Dalam pengembangan suatu tapak, aspek lingkungan harus diperhatikan tanpa melupakan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas lingkungan. Dengan meredam segala polusi yang mengganggu kenyamanan pengunjung dan masyarakat. Vegetasi yang dipilih adalah vegetasi yang melindungi pengunjung dari radiasi sinar matahari yang berlebihan serta suhu tinggi, mereduksi adanya penggenangan air di permukaan, mengurangi terciptanya bad view dari kawasan sekitar serta dapat juga digunakan sebagai habitat bagi beberapa jenis satwa. Aspek Arsitektural Pada aspek ini, vegetasi merupakan pembentuk ruang atau unsur-unsur yang dapat membentuk ruang. Ruang-ruang yang dapat terbentuk oleh vegetasi menurut Booth (1983) adalah: a. Open Space, yaitu ruang yang terbentuk dari vegetasi rendah dan tanaman penutup tanah. Ruang ini memiliki area visual yang luas, tanpa ada batas dan langsung mendapat banyak sinar matahari. Sangat diperlukan agar tapak tidak menjadi lembab dan gelap. b. Semi Open Space, hampir sama dengan open space, hanya terdapat beberapa vegetasi penghalang pada beberapa bagian tertentu, masih dapat meneruskan sinar matahari hingga ke permukaan tanah. c. Canopied Space, adalah ruang yang tercipta dari vegetasi yang memiliki kerapatan kanopi yang menutupi ruang atas kepala. Ruang ini dapat mengurangi sinar matahari yang menyengat, memberikan kenyamanan dalam beraktivitas. d. Enclosed Space, adalah ruang tertutup dengan ruang atas kepala yang rimbun, dan strata tanaman yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Dapat meredam berbagai polusi dari luar tapak.
9
e. Vertical Space, ruang yang terbentuk dari tanaman penutup tanah dan tanaman tinggi yang tidak rimbun kanopinya. Memberikan kenyamanan dalam beraktivitas. Unsur-unsur yang mempengaruhi kualitas estetika yang dihasilkan oleh vegetasi adalah garis atau bentuk batang, bentuk tajuk, warna daun, warna bunga, tekstur vegetasi, struktur, unsur, massa seperti transparan atau massif, serta unsur karakter vegetasi.
Gambar 1. Vegetasi Pembentuk Ruang Sumber: Booth (1983)
10
Aspek Visual Estetik Aspek ini erat kaitannya dengan kegiatan rekreasi. Vegetasi sebagai unsur yang mempengaruhi kualitas estetika memiliki garis dan bentuk batang, bentuk tajuk, warna daun dan bunga, tekstur vegetasi, struktur, unsur massa seperti transparan atau massif, serta unsur karakter vegetasi. Aspek Ilmiah atau Pendidikan Berfungsi memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pengunjung. Aspek pendidikan didapat dari tanaman koleksi yang ditata dalam tapak menyangkut bentuk fisik yang terlihat, dan wawasan lain tentang tanaman yang didukung oleh fasilitas yang ada.
11
METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, tepatnya di Kebun Wisata Ilmiah II yang terletak di Kawasan Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik atau disingkat Balittro merupakan unit pelaksana teknis dibidang penelitian dan pengembangan tanaman obat dan aromatik di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbang Perkebunan), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber: Peta Jakarta (2003) Kegiatan perancangan ini dilakukan dalam dua tahap. Kegiatan lapang berupa inventarisasi dilakukan selama satu bulan, dimulai dari minggu pertama bulan Juni 2007 hingga Juli 2008, dan dilanjutkan dengan kegiatan studio untuk pengolahan data dan pembuatan gambar.
12
Pelaksanaan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survei yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan studio. Dalam kegiatan perancangan dilakukan pendekatan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu inventarisasi, analisis, sintesis, konsep serta perancangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sumberdaya dan aktivitas. Sumberdaya yang digunakan adalah Kebun Wisata Ilmiah Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pendekatan aktivitas ditetapkan dengan tema wisata dan pendidikan. Adapun tahapan kerja mengikuti tahapan kerja dari Gold (1980) sebagai berikut: Inventarisasi Inventarisasi adalah suatu tahap pengumpulan data dari tapak yang dirancang. Data yang dikumpulkan mencakup data fisik, biofisik, dan sosial disajikan pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan (survai lapang), wawancara dengan pengelola tapak, pemeriksaan peta eksisting serta studi pustaka. Melalui survai lapang diketahui keadaan tapak yang sebenarnya. Data yang didapatkan dengan cara ini berupa data sirkulasi, kualitas visual, satwa, vegetasi, pengelolaan lahan, dan keadaan fasilitas pendukung tapak. Wawancara dengan pihak pengelola dilakukan untuk mengetahui kemungkinan dan keinginan pengembangan tapak sebagai kebun wisata ilmiah beserta data-datanya. Alat dan bahan yang digunakan dalam tahap inventarisasi meliputi kamera digital, GPS, peta topografi dan peta jenis tanah. Selanjutnya studi pustaka dilakukan untuk memperoleh berbagai data seperti iklim, tanah, hidrologi, topografi, data sosial dan ekonomi. Hasil dari tahap ini diwujudkan ke dalam sebuah peta eksisting. Analisis Berdasarkan data yang didapatkan dari tahap inventarisasi, dilakukan analisis terhadap tapak dengan meninjau berbagai faktor yang mempengaruhi keadaan tapak, seperti iklim, topografi, hidrologi, vegetasi dan satwa, kualitas visual, aksesibilitas, pengunjung dan pengelola. Dengan demikian akan diketahui potensi dan kendala yang terdapat dalam tapak terhadap berbagai macam penggunaan yang dirangkum dalam peta analisis tapak.
13
Tabel 1. Aspek, Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Umum No 1
Aspek
Jenis Data
Bentuk
Sumber
Cara
Sekunder
Stasiun Klimatologi
Studi Pustaka
Fisik a. Iklim - Suhu
Baranangsiang FMIPA-IPB - Kelembapan
Sekunder
Stasiun Klimatologi
Studi Pustaka
Baranangsiang FMIPA-IPB - Kecepatan Angin
Sekunder
Stasiun Klimatologi
Studi Pustaka
Baranangsiang FMIPA-IPB - Curah Hujan
Sekunder
Stasiun Klimatologi
Studi Pustaka
Baranangsiang FMIPA-IPB b. Jenis Tanah
Sekunder
BPPT Bogor
Studi Pustaka
Primer & Sekunder
Lapang & Peta
Survey Lapang
d. Fasilitas/Utilitas
Primer
Lapang
Survey Lapang
e. View
Primer
Lapang
Survey Lapang
f. Akses
Primer & Sekunder
Lapang & Peta
Survey Lapang
c. Topografi
& Peta
& Peta g. Sirkulasi
Primer & Sekunder
Lapang & Peta
Survey Lapang & Peta
2
Biofisik
Vegetasi
Primer
Lapang
Survey Lapang
Satwa
Primer
Lapang
Survey Lapang
3
Sosial
Kunjungan
Sekunder
Balittro
Studi Pustaka
4
Ekonomi
Sumber Dana
Sekunder
Balittro
Studi Pustaka
Sintesis Pada tahap sintesis dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi tapak yang disesuaikan dengan tujuan dan pendekatan perencanaan. Hasil akhir dari tahap ini adalah berbagai solusi atau pemecahan masalah dari berbagai aspek. Solusi tersebut didapat berdasarkan tinjauan pustaka yang menjadi patokan terhadap kesesuaian antara tapak dengan berbagai aktivitas. Konsep Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sintesis. Kegiatan dalam tahap ini berupa penentuan konsep dasar yang akan dikembangkan di dalam tapak, serta dilengkapi dengan konsep-konsep pengembangan. Konsep yang ada ditentukan
14
berdasarkan segala pertimbangan yang ada pada tapak, yang berasal dari solusi pada tahap sebelumnya. Konsep yang dihasilkan digambarkan dalam peta konsep yang merupakan perpaduan pengembangan tapak dengan struktur tapak yang terdiri dari pola ruang, sirkulasi antar ruang, serta vegetasi dalam tapak. Setelah ditemukan berbagai alternatif perencanaan, maka dilakukanlah suatu tindakan pemilihan terhadap salah satu alternatif yang dianggap paling baik. Perencanaan Merupakan pengembangan dari berbagai konsep yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tapak. Rencana tapak merupakan rencana yang berisi sirkulasi, pola ruang, vegetasi dan fasilitas dalam suatu kesatuan. Rencana tapak digambarkan dalam site plan atau biasa disebut dengan gambar rencana tapak. Perancangan Tahap ini adalah tahap yang dilakukan untuk memilih materi, bentuk, simbol yang digunakan dalam tapak sehingga membentuk ruang, obyek, atau konstruksi tertentu pada tapak sesuai dengan tujuan dan fungsi yang diinginkan. Tahap ini berisikan rancangan dan gambar-gambar detil dari komponen komponen lanskap, serta fasilitas yang akan dihadirkan dalam tapak dari alternatif yang dipilih sebelumnya. Pertimbangan yang dilakukan dalam tahap ini adalah kesesuaian tujuan perencanaan awal tapak dengan desain yang dibuat. Potensi dan kendala yang ada dalam tapak sangat diperhatikan dalam pemilihan dan penempatan fasilitas yang tepat sehingga tapak dapat dimanfaatkan dengan maksimal dengan tingkat pemeliharaan yang tidak sulit.
15
INVENTARISASI
- Iklim - Kemiringan Lahan - Hidrologi - Tanah - Vegetasi - Visual & Akustik
Kendala & Peluang Potensi Penggunaan Ruang Kecocokan Pengembangan Area
ANALISIS
SINTESIS
KONSEP
PERENCANAAN
PERANCANGAN
Rancangan Detil
Gambar 3. Bagan Perancangan Sumber: Gold (1980)
16
INVENTARISASI
Kondisi Umum Kebun Wisata Ilmiah II sebagai bagian dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik merupakan area yang dipakai untuk melakukan penanaman tanaman yang sedang dikembangkan atau diteliti. Dahulu Kebun Wisata Ilmiah II bernama Kebun Percobaan. Namun seiring perkembangan dan tuntutan keperluan, pengelola mengubah nama tersebut menjadi Kebun Wisata Ilmiah II. Tanaman yang dikembangkan tidak hanya berasal dari dalam negri saja, namun juga terdapat beberapa varietas tanaman yang berasal dari negara lain. Keberadaan Kebun Wisata Ilmiah berasal dari didirikannya Cuulturtuin atau Kebun Tanaman Berguna (Economic Garden) sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor pada tanggal 14 Februari 1876. Cuulturtuin ini berfungsi sebagai kebun koleksi tanaman tropis yang diintroduksi baik dari dalam maupun dari luar negeri, dengan fungsi lain sebagai
pusat
pengembangan
tanaman
berguna
atau
industri
sebelum
disebarluaskan dan dibudidayakan ke seluruh nusantara. Selanjutnya Cuulturtuin berkembang menjadi cikal bakal balai-balai penelitian pada sektor pertanian atau perkebunan. Tujuan dibangunnya Kebun Wisata Ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Melestarikan plasma nutfah atau sumberdaya genetik, khususnya tanaman perkebunan untuk daerah tropis yang diperlukan umat manusia. 2. Menciptakan sarana pembelajaran yang akan memberikan nilai tambah di bidang ilmiah, riset dan teknologi tanaman perkebunan tropis. 3. Memberikan nilai tambah komersial bagi pengguna riset, ilmu pengetahuan dan teknologi terkait, terutama stake holder. Layanan yang diberikan oleh Kebun Wisata Ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Wisata agro yang terletak di dalam Kota Bogor dengan keanekaragaman komoditasnya, mencerminkan keunikan yang bernilai tinggi dan mempunyai daya tarik kuat sebagai salah satu usaha agribisnis yang prospektif. 2. Penyediaan berbagai benih tanaman koleksi termasuk simplisia tanaman obatobatan yang merupakan inovasi perbanyakan benih, implementasi teknologi budidaya serta pasca panen.
17
3. Fieldtrip bagi peserta pelatihan, pelajar, mahasiswa dan karyawan untuk mengenal dan mengetahui berbagai jenis tanaman perkebunan serta manfaatnya. 4. Data base yang meliputi tanaman perkebunan tropis, baik yang berasal dari dalam dan luar negeri. Berisi informasi mengenai jenis dan manfaat serta potensi dan teknologi budidaya dan pengolahan hasil panen ataupun pemasaran bagi komoditas tanaman perkebunan dan produk turunannya. Informasi tersebut dikemas dalam bentuk buku, leaflet, brosur, dan compact disc. 5. Penelitian dan pengembangan tanaman dengan kebun wisata ilmiah sebagai titik sentral kegiatan di lapangan, terbuka bagi praktisi mahasiswa maupun peneliti untuk melakukan pengkajian, penelitian, pengembangan dan rekayasa perbaikan mutu genetik tanaman koleksi ataupun tanaman introduksi baru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebun wisata ilmiah berfungsi sebagai bank koleksi (sumber genetik tanaman), gerbang perbanyakan benih serta perbaikan mutu genetik agar dapat potensi jenis tanaman perkebunan dapat dilestarikan dan bernilai tambah ekonomi. (Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Pengembangan Perkebunan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Maret 2008).
Secara umum, tapak Kebun Wisata Ilmiah II di sebelah timur berbentuk dataran, dan di daerah barat memiliki ketinggian yang bervariasi dari permukaan laut. Terdapat sebuah sungai kecil yang terbentang dari arah tenggara ke barat laut area ini. Sungai kecil ini bermuara ke sungai Cisadane. Potensi utama dari Kebun Wisata Ilmiah II ini adalah beragamnya tanaman yang dikembangkan dan diteliti. Pengunjung yang datang dapat melihat berbagai jenis tanaman obat dan aromatik yang ditanam dalam 31 petak tanam dan tiga petak rumah kaca. Kegiatan
inventarisasi
tidak
sepenuhnya
dilakukan
dengan
cara
pengambilan data langsung dari tapak yang diteliti. Data iklim didapatkan dari Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB dan data tanah didapatkan dari Balai Penelitian Tanah Bogor. Sedangkan pengamatan yang dilakukan secara langsung adalah untuk memperoleh datum yang meliputi batas tapak,
18
pembandingan keadaan topografi, fasilitas tapak, satwa, vegetasi, dan pola sirkulasi serta akses tapak. Data sekunder yang sangat membantu adalah peta eksisting petak tanam milik pengelola dan peta topografi. Inventarisasi terhadap keadaan vegetasi dan satwa dilakukan dengan cara pengamatan langsung di tapak dengan bantuan petugas pengelola kebun. Datum yang diperoleh dicatat secara manual maupun dengan bantuan alat berupa kamera digital dan peta eksisting. Iklim Berdasarkan data tahun 2007 yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB, Kota Bogor secara umum beriklim tropis. Jumlah curah hujan rata-rata di wilayah ini berkisar antara 3.000 - 4.000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 300 - 430 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada Bulan Agustus sekitar 159,5 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan April sekitar 440 mm. Temperatur rata-rata berada pada suhu 27°C, temperatur tertinggi mencapai 30,8°C dan terendah sebesar 23,3˚C dengan kelembaban udara rata-rata sekitar lebih 77%. Kecepatan angin rata-rata pertahun adalah 51,6 km/hari atau 2,1 km/jam dengan arah Timur Laut. Iklim mikro dikendalikan dengan baik karena adanya vegetasi yang tinggi. Berikut adalah grafik dari berbagai parameter iklim yang diperoleh:
Gambar 4. Grafik Total Curah Hujan Tahunan Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB Tahun 2007
19
Gambar 5. Grafik Rataan Curah Hujan Berdasarkan Bulan
Gambar 6. Grafik Rata-rata Suhu Udara Maksimum
Gambar 7. Grafik Rata-rata Suhu Udara Minimum Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB Tahun 2007
20
Gambar 8. Grafik Rata-rata Suhu Udara Harian
Gambar 9. Grafik Kecepatan Angin
Gambar 10. Grafik Kelembaban Udara Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB Tahun 2007
21
Gambar 11. Batas Tapak Dan Sirkulasi Eksisting
22
Batas Tapak Tapak yang akan dirancang terletak di Kota Bogor, Kecamatan Bogor Barat, Kelurahan Menteng dengan luas 7,5 Hektar memiliki batas-batas sebagai berikut: 1. Di sebelah timur berbatasan dengan Jalan Tentara Pelajar. 2. Di sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman masyarakat dan lapangan sepak bola, dan Puslitbangtan. 3. Di sebelah barat berbatasan dengan Komplek Perumahan Balitro dan lahan bercocok tanam warga. 4. Di sebelah utara berbatasan dengan Unit Penyedia Benih Sumber, Balitklimat dan Puslitbangbun. Peta batas tapak dapat dilihat pada gambar 11. Tanah dan Topografi Menurut Balai Pusat Penelitian Tanah, jenis tanah pada tapak digolongkan ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan. Jenis tanah ini terbentuk oleh adanya iklim dengan curah hujan 2000 mm/tahun atau lebih dengan 3 atau tanpa bulan kering dengan bahan induk tuf andesit. Tingkat kemasamannya masam hingga agak masam. Proses terjadinya jenis tanah ini adalah laterisasi. Coraknya adalah memiliki tebal solum 1,5 - 10 meter, horizon terselubung, dengan tekstur liat tetap dari atas hingga bawah, struktur remah hingga gumpal lemah, tetap dari atas hingga bawah, serta konsistensi gembur tetap dari atas hingga ke bawah. Menurut Setyati (1996), tanah adalah komponen hidup dari lingkungan yang penting, dan dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman terdapat 3 fungsi tanah yang utama, yaitu : 1.
Memberikan unsur-unsur mineral, melayaninya baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan.
2.
Memberikan air dan melayaninya sebagai reservoir.
3.
Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak. Untuk pertumbuhan tanaman diperlukan pH tanah yang cocok, yaitu antara
6 – 7. Nilai pH yang terlalu tinggi (di atas 9) atau rendah (di bawah 4) dapat bersifat racun bagi akar-akar tanaman. Namun demikian, reaksi tanah yang ada dapat diubah. Untuk menaikkan pH, dapat diberikan kation basa seperti kalsium,
23
magnesium, natrium, atau kalium. Kalsium adalah kation yang paling murah untuk menaikkan pH dan penambahannya yang dikenal dengan sebutan pengapuran atau liming mempunyai efek yang menguntungkan. Pengapuran secara nyata memperbaiki penampilan tanaman yang tumbuh pada tanah asam. Jumlah kapur yang diperlukan tergantung pada tingkatan perubahan pH yang diinginkan. Untuk meningkatkan keasaman tanah, dapat dilakukan dengan menambah ion hidrogen dalam tanah. Hal ini dapat terlaksana dengan cara menambahkan asam keras. Beberapa jenis pupuk N dapat digunakan untuk menambah keasaman tanah, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan belerang (S). Tekstur tanah berpengaruh pada mudah atau tidaknya pH diubah. Tanah liat lebih sukar dinetralkan daripada tanah pasir. Hal ini disebabkan oleh tanah pasir memiliki lebih banyak luas permukaan untuk absorpsi, memegang dan mensuplai ion hidrogen. Tapak memiliki ketinggian antara 220 - 234 meter dari permukaan laut. Menurut Booth (1983), kemiringan lahan dapat digolongkan dalam klasifikasi berikut: 1.
0-1% (Too Flat). Lahan yang memiliki kondisi kemiringan seperti ini pada umumnya memiliki drainase yang buruk. Oleh sebab itu dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap pengembangan eksterior dengan berbagai fungsinya kecuali digunakan untuk pengembangan cagar alam lahan basah. Tipe ini cocok untuk dijadikan ruang terbuka atau area konservasi.
2.
1-5% (Flat). Lahan dengan klasifikasi ini cocok untuk pengembangan ruang eksterior, memiliki fleksibilitas yang maksimal untuk pengembangan dan dapat memberikan akomodasi untuk elemen tapak yang memiliki ukuran besar seperti gedung utama, area parkir, lapangan tenis dan sarana untuk kegiatan atletik. Efek negatif yang dapat terjadi pada tapak adalah secara visual akan terlihat monoton apabila dilakukan perluasan secara berlebihan. Tanah yang bersifat kedap air juga dapat menjadi masalah pada tapak dengan tingkat kemiringan ini. Standar yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:
24
a. 1%: Kemiringan minimal untuk diterapkan sebagai hamparan rumput. b. 2%: Kemiringan maksimal untuk lapangan rumput yang digunakan sebagai sarana kegiatan atletik. Selain itu, tingkat kemiringan ini adalah yang maksimal untuk pembuatan lahan berteras atau terasering. c. 3%: Tingkat kemiringan yang sering diabaikan, terlihat seperti dataran lainnya. 3.
5-10%. Kondisi ini juga cocok untuk berbagai tipe penggunaan lahan. Penerapan penggunaan elemen tapak harus memperhatikan arah kemiringan lahan. Penerapan dinding dan tangga yang lebar dapat digunakan untuk menciptakan peralihan yang baik ke topografi yang lebih tinggi. Selain itu, pengembangan untuk area perkotaan memmungkinkan untuk dilakukan.
4.
10-15% (Rolling). Digolongkan sebagai lahan yang terlalu curam untuk berbagai penggunaan lahan. Masalah erosi terjadi pada tingkat kemiringan ini. Konstruksi elemen yang berukuran besar harus ditempatkan sejajar dengan kontur dalam upaya meminimalisasikan adanya perlakuan cut and fill pada tapak serta penyesuaian dengan tapak secara visual. Potensi dari tingkat kemiringan ini adalah terciptanya view yang baik ke arah tapak yang lebih rendah.
5.
>15% (Steep). Di atas 15%, maka tapak memiliki kemiringan yang terlalu curam untuk berbagai penggunaan. Pembangunan pada tapak tipe ini biasanya dilarang. Namun, dengan adaptasi yang baik dan kepekaan yang tinggi terhadap keadaan tapak dapat menciptakan solusi arsitektural yang baik serta menciptakan pemandangan yang indah ke tapak lain yang lebih rendah dari pada tapak ini. Berdasarkan rumus ini diketahui bahwa pada bagian tengah tapak
kemiringan lahan tergolong ke dalam kelas 0 – 1 %. Demikian juga halnya dengan perbatasan tapak dengan trotoar hingga ke badan jalan. Sedangkan bagian tapak yang berada di sebelah barat bervariasi, mulai dari 1 - 5% hingga diatas 15%. Bentukan lahan ini merupakan celah bagi sungai kecil yang berada antara pemukiman pegawai dengan area Kebun Wisata Ilmiah II hingga ke daerah kebun singkong milik warga. Bagian tapak ini tidak terlalu banyak dimanfaatkan karena kemiringannya yang tergolong curam.
25
Gambar 12. Peta Kontur
26
Gambar 13. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan
27
Apabila dilihat melalui luasan lahan, persen kemiringan lahan yang paling banyak terdapat pada tapak adalah kategori 0 – 1 % seluas kurang lebih 5,4 Hektar, dan yang paling kecil adalah lahan dengan kemiringan 10 – 15 % seluas 0,2 Hektar. Lahan yang sangat curam (< 15 %) tergolong banyak ditemukan pada tapak, yakni seluas 0,9 Hektar. Berdasarkan luasan tiap kategori kemiringan lahan yang ada, secara umum tapak memiliki topografi yang terlalu datar, terutama pada area petak tanam. Lahan seperti ini memerlukan sirkulasi air dan irigasi yang baik sehingga tidak terjadi penggenangan air pada tapak. Keuntungan dari tapak yang datar adalah mudahnya pembuatan dan perawatan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak, seperti jalan, dan bangunan lain yang mendukung kegiatan wisata. Pengamatan terhadap berbagai jenis tanaman pada petak tanam oleh pengunjung juga lebih mudah untuk dilakukan pada keadaan lahan yang datar. Jumlah luas tapak dalam persen berdasaran klasifikasi Booth dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Persen Kemiringan Dan Luasan Lahan Persen Kemiringan 0 – 1% 1 – 5% 5 – 10% 10 – 15% 15% <
Luas (Hektar) 5,4 0,6 0,4 0,2 0,9
Persen Luas 72,5 8,1 5,3 1,9 12,2
Vegetasi Secara visual, tapak didominasi oleh vegetasi pohon dan rumput. Vegetasi yang berada di luar petak tanam di antaranya pinus, pisang, ketela dan pecah beling. Pada bagian barat tapak semak belukar menutupi tapak ke arah perbatasan tapak dengan Komplek Perumahan Balitro. Sedangkan kumpulan tanaman pohon pisang berada pada tepian sungai kecil sebelah timur tapak. Pada tapak terdapat tanaman garut yang berupa ground cover. Tanaman ini dapat digunakan sebagai penghasil bahan makanan pokok alternatif. Terdapat juga vegetasi lain seperti pacing, dan serunai rambat. Pada bagian selatan tapak, terdapat lahan kosong yang hanya ditumbuhi rumput dan ilalang yang cukup lebat. Sebelumnya lahan ini digunakan untuk penelitian, misalnya penelitian
28
terakhir mengenai uji protoplas tanaman nilam. Lahan untuk penelitian ini sebagian besar sudah ditumbuhi oleh ilalang. Petak tanam yang berjumlah 31 terbagi ke dalam 9 kelompok, yaitu KO, KW, J, K, L, M, N, O, dan P dapat dilihat pada gambar 14. Daftar vegetasi yang terdapat di dalam masing-masing petak dapat dilihat pada lampiran 8 hingga 11.
Gambar 14. Penampakan Vegetasi Dari Udara Selain tanaman dalam petak tanam, terdapat juga tanaman singkong yang berada di sekitar pintu masuk pada perbatasan dengan pemukiman karyawan di sebelah barat tapak. Lahan yang berada pada lokasi ini digunakan oleh karyawan untuk berkebun karena sebelumnya lahan kosong dan memiliki tingkat kemiringan yang curam.
29
Gambar 15. Petak Tanam Eksisting
30
Gambar 16. Serunai Rambat Sebagai Tanaman Penutup Tanah
Gambar 17. Pacing Sebagai Tanaman Penutup Tanah Satwa Satwa yang ditemukan di lokasi diantaranya semut, nyamuk, laba-laba, lebah, belalang, kadal, ular, biawak dan beberapa jenis burung seperti parkit, dan tekukur. Pada sungai kecil yang mengaliri tapak pernah dilakukan pemeliharaan ikan dalam skala kecil namun tidak berlangsung lama karena kebanyakan ikan yang dipelihara tidak sehat. Sirkulasi Jalan yang terdapat pada bagian timur tapak adalah jalan yang menghubungkan Kecamatan Bogor Barat dengan Bogor Utara (Gambar 18). Jalan ini dilalui oleh angkutan kota yang menjadikan tapak mudah untuk di capai. Jalan masuk ke tapak dari Jalan Tentara Pelajar dilapisi oleh aspal dengan lebar 4 meter yang ditandai dengan gedung Balitklimat dan lapangan rumput. Pada sebelah kiri dan kanan jalan terdapat trotoar dengan lebar 1,5 meter yang dilapisi dengan
31
paving block menggunakan pagar beton yang dipadukan dengan batang kawat (Gambar 19). Antara jalan raya dengan trotoar terdapat jalur hijau dan selokan.
Gambar 18. Jalan Tentara Pelajar
Gambar 19. Pagar Pembatas Kebun Wisata Ilmiah II Dengan Jalan Tentara Pelajar Sedangkan sirkulasi yang ada di dalam tapak didukung oleh jalan selebar 4 meter yang dilapisi kerikil. Pada awalnya seluruh bagian jalan yang ada pada tapak dilapisi dengan batu kerikil, namun saat ini tidak semua badan jalan terlihat dilapisi kerikil karena sudah terbenam oleh lapisan tanah. Jalan ini digunakan untuk pengunjung dan pemelihara tapak dengan mobil pengangkut pupuk. Pada sebelah barat (Gambar 20), akses masuk ke tapak dari Komplek Perumahan Balitro berupa beberapa gang kecil, dengan tangga semen serta jalan setapak (Gambar 21). Akses ini biasa digunakan oleh pegawai yang bekerja di tapak, maupun masyarakat sekitar. Untuk membatasi tapak dengan pemukiman sekitar digunakan pagar tembok (Gambar 22).
32
Gambar 20. Gang Antara KWI II Dengan Komplek Perumahan Balitro
Gambar 21. Jalan Kecil Berlapis Semen Antara KWI II Dengan Komplek Perumahan Balitro
Gambar 22. Perbatasan KWI II Dengan Pemukiman Di Sebelah Selatan
33
Fasilitas Fasilitas yang terdapat pada tapak sebagai penunjang kegiatan wisata adalah sebagai berikut: Tabel 3. Fasilitas Wisata Pada Tapak No Fasilitas Ukuran 1 Lapangan 15 m × 6 m Parkir Motor 2 Lapangan 4,5 m × 16 m Parkir Mobil 3 Mess 1 buah 4 Pos Satpam 1 buah 5 Papan Nama 2 buah Lokasi 6 Jalur Lebar 2 - 3 Pengunjung meter 7 Papan Nama 25 cm × 10 cm Tanaman 8 Toilet 2 buah 9 10
Bangunan Display Jembatan
11
Petak Tanam
31 petak
12
Pagar Pembatas Lokasi Menara air + pompa Rumah Kaca
Tinggi 0,5 m
13 14
1 buah 2 buah
2 buah 2 buah
Keterangan Menyatu dengan Kompleks Balitklimat Menyatu dengan Kompleks Balitklimat Tidak digunakan, keadaan kurang terawat Baik Baik, kurang menonjol Perlu diperjelas, dapat dilakukan pelapisan kembali dengan perkerasan atau batu kali Tidak lengkap atau sebagian besar hilang Menyatu dengan bangunan display dan kantor, kurang terawat Masih dapat ditata dengan baik, memiliki taman kecil di sekitarnya Keadaan rusak diakibatkan oleh tanah tanah di sekitar sungai kecil Perlu diperjelas batasannya antar petak satu dengan yang lainnya Baik, namun pada beberapa lokasi rusak.
Kondisi baik namun salah satu pompa air hilang Perlu diperindah dengan elemen tanaman
Pada area penerimaan terdapat lapangan parkir yang digunakan bersama oleh pengelola kebun dan pegawai Unit Produksi Benih Sertifikat dan Balai Penelitian Klimatologi. Lapangan parkir menyatu dengan bangunan fotocopy. Di sebelah area parkir terdapat lapangan volly dengan kondisi rumput yang sudah menutupi sebagian besar batas-batas lapangan permainan. Sebagai penanda atau identitas area, terdapat papan nama yang menghadap ke jalan raya. Bangunan yang ada pada tapak meliputi kantor yang menyatu dengan ruang tata usaha, gudang alat perawatan tanaman yang menyatu dengan penginapan dan bangunan display untuk memamerkan beraneka ragam hasil tanaman dari berbagai daerah seperti rotan, kulit kayu, biji tanaman, damar dan
34
lain sebagainya. Khusus untuk gudang alat perawatan tanaman yang menyatu dengan penginapan dan bangunan display kondisinya terlihat kurang terawat. Toilet yang ada pada bangunan tersebut juga kurang terawat. Sedangkan rumah kaca yang digunakan untuk perbanyakan tanaman dan penelitian kondisinya baik. Fasilitas yang mendukung informasi berupa papan nama tanaman yang sedang diteliti. Untuk tanaman yang sudah dewasa atau berbentuk pohon sebagian besar tidak terdapat papan nama keterangan tanaman yang berisi nama latin dan nama local tanaman serta asalnya. Menurut pihak pengelola, papan nama tanaman sudah diberikan pada setiap tanaman. Namun banyak yang hilang, diduga karena adanya vandalisme pengunjung. Selain itu di dekat petak kebun terdapat sebuah bak air yang digunakan untuk penyiraman tanaman, namun tidak berfungsi dengan baik karena pompa air yang digunakan untuk menyedot air dari sungai kecil dekat pemukiman pegawai sudah hilang dan sumber air yang digunakan untuk mengisi bak air hanya berasal dari air hujan yang ditampung dalam drum yang dibenamkan dalam tanah diantara petak tanam. Sungai kecil yang terdapat pada tapak memiliki lebar 2 meter, sebagian besar pada kanan dan kirinya sudah dilapisi beton, namun badan sungai yang berada di bagian barat tapak dibiarkan alami dengan semak belukar yang cukup rimbun di sekitarnya. Sungai kecil ini berhubungan dengan selokan yang berada di luar pagar batas tapak yang berada di sebelah Jalan Tentara Pelajar. Pada beberapa bagian sungai kecil terjadi kerusakan yang disebabkan oleh longsornya tanah di bagian tepi. Batas antara petak tanam satu dengan yang lainnya secara visual tidak jelas, penyebabnya adalah tertutup oleh rumput yang tumbuh tinggi hingga menutupi jalan-jalan dan tidak ada patok-patok sebagai penanda antara satu petak tanam dengan yang lainnya. Pengelompokkan tanaman dalam petak tanam secara umum terbagi menjadi dua yaitu tanaman untuk penelitian dan tanaman berupa pepohonan usia dewasa yang digunakan sebagai tanaman koleksi. Berikut ini adalah keadaan tapak pada berbagai titik berupa gambar yang diambil dengan kamera digital:
35
Gambar 23. Jalan Masuk Kebun Wisata Ilmiah II Dan Balitklimat
Gambar 24. Tanah Longsor Pada Sungai Kecil
Gambar 25. Kondisi Visual Petak Tanam
36
Akustik Bunyi-bunyian yang terdengar pada tapak berasal dari kendaraan bermotor di Jalan Tentara Pelajar. Suara kendaraan bermotor ini terdengar sangat jelas pada pagi dan siang hari. Namun jika memasuki tapak lebih jauh ke arah barat maka suara kicauan burung akan lebih dominan terdengar. Selain itu, aliran sungai kecil yang melewati tapak terdengar sepanjang waktu. Suara kicauan burung dan aliran air dari sungai kecil merupakan potensi yang terkandung pada tapak dan perlu dijaga keberadaannya. Ekonomi Menurut laporan tahunan 2007, sumber dana operasional yang digunakan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik berasal dari pemerintah yang sudah dianggarkan dalam APBN setiap tahun. Rangkaian kegiatan operasional tersebut adalah sebagai berikut: 1. Honor Pegawai tidak tetap 2. Persiapan media pembibitan dan pemeliharaan 3. Pengolahan lahan, ploting dan penanaman 4. Pemeliharaan tanaman 5. Pengamatan morfologi 6. Panen Selain untuk keperluan kegiatan operasional di atas, dana APBN juga digunakan untuk pemenuhan kebutuhan barang dan bahan yang mendukung kegiatan operasional. Barang pendukung yang dimaksud berkaitan dengan kegiatan dokumentasi dan penyediaan papan nama, sedangkan bahan pendukung yang dimaksud meliputi: 1. Furadan (3G) 2. Decis 3. Basamid 4. Gandasil 5. Pupuk (Urea, SP35, KCl) 6. Media dan alat semai (polybag, gunting stek dan sebagainya)
37
Sosial Berdasarkan data pengunjung KWI II, jumlah kunjungan pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 secara berturut-turut adalah 23, 69, 57 dan 126 kunjungan. Pada tahun 2004 dominasi kunjungan adalah untuk keperluan pencarian bahan penelitian. Pada tahun 2005, sebagian besar pengunjung yang datang bertujuan untuk melaksanakan praktek pemanenan tanaman. Sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 kunjungan yang ada sebagian besar dilakukan untuk kegiatan penelitian dan monitoring. Rangkuman hasil inventarisasi yang dipadukan menjadi satu ditampilkan dalam peta eksisting yang dapat dilihat pada gambar 26.
38
Gambar 26. Peta Eksisting
39
ANALISIS DAN SINTESIS
Kondisi Umum Posisi tapak yang berada dekat dengan jalan raya merupakan suatu potensi tersendiri. Keadaan ini memudahkan pencapaian tapak karena jalur transportasi darat sudah tersedia dan kondisinya baik. Koleksi tanaman obat dan aromatik sangat mendukung pelestarian plasma nutfah. Selain itu, jumlah tanaman cukup banyak dan terdiri dari jenis yang beragam dalam area yang luas. Tersedianya berbagai jenis tanaman koleksi merupakan suatu kontribusi bagi bidang pendidikan dan penelitian khususnya perkebunan. Secara spesifik, kegiatan pendidikan berupa pemberian informasi secara lengkap mengenai rupa dan keterangan lain yang menyangkut keberadaan tanaman, cara perbanyakan, dan produk hasil olahannya. Berbagai tanaman yang ada merupakan suatu potensi bagi para peneliti tanaman. Berbagai kegiatan di atas tentu menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan untuk mendatangkan masukan yang bernilai komersil bagi pengguna riset, ilmu pengetahuan, serta stake holder. Aspek pelayanan Kebun Wisata Ilmiah II masih sangat mendukung kegiatan wisata. Penataan dan penambahan sarana kegiatan wisata dapat dilakukan untuk memaksimalkan kegiatan wisata, terutama yang berlatar belakang keadaan alam dan tanaman. Saat ini, kegiatan kunjungan yang dilakukan pada tapak adalah untuk keperluan pendidikan dan penelitian. Peningkatan pelayanan terhadap keperluan ini dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan cara penyampaian dan media yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Iklim Menurut Laurie (1986), iklim yang ideal untuk kenyamanan manusia adalah 10˚ C – 26.7˚ C dengan kelembaban udara 40% - 75%. Rumus Temperature Humidity Index (THI), adalah sebagai berikut:
40
THI = 0.8 T + (rH x T/500) Keterangan : THI = Temperature Humidity Index T
= Suhu
rH = Kelembaban udara Di daerah tropis, iklim yang nyaman adalah dengan nilai THI>27. Dengan melakukan perhitungan terhadap data iklim yang ada maka nilai THI pada lokasi adalah : THI = 0,8 x 27 + (77 x 27/500) = 25,8 Dengan demikian nilai THI tapak yang diteliti masih berada di bawah standar. Hal ini juga terlihat dari kelembaban rata-rata tapak yang lebih besar dari 75%. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemangkasan terhadap pohon yang terlalu lebat. Curah hujan antara 3.000 hingga 4.000 mm/tahun dapat dikatakan cukup tinggi. Curah hujan pada tingkat ini dapat mengakibatkan terjadinya kelebihan air sehingga terjadi genangan air pada tapak yang tergolong datar. Oleh sebab itu dibutuhkan drainase yang baik serta penanaman vegetasi yang mampu menyerap kelebihan air. Grey dan Daneke (1978) menyatakan bahwa tanaman yang memiliki daun jarum (conifer) dapat menangkap air hujan yang jatuh hingga 40%. Selanjutnya tanaman berkanopi juga dapat membantu mengurangi 20% air hujan yang jatuh. Selain itu, tanaman dengan percabangan horizontal menahan hujan lebih efektif. Namun demikian, curah hujan pada tingkat ini merupakan suatu potensi yang baik bagi area wisata yang didominasi oleh tanaman karena persediaan air cukup. Oldeman dalam Handoko (1995), melakukan klasifikasi iklim berdasarkan perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) yang batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman, dalam hal ini digunakan komoditas padi dan palawija. Batas penentuan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) sebagai berikut: Bulan basah (BB)
: bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm
Bulan lembab (BL)
: bulan dengan rata-rata curah hujan 100 – 200 mm
Bulan kering (BK)
: bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm
41
Tipe klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 didasarkan jumlah bulan basah berturut-turut dengan 4 subdivisi menggunakan jumlah bulan kering berturutturut. Berikut tipe iklim utama dan subdivisinya : Tabel 4. Tipe Iklim Utama Tipe Utama A B C D E
Tabel 5. Subdivisi Iklim Sub divisi 1 2 3 4
Bulan basah berturut-turut >9 7-9 5-6 3-4 <3
Bulan kering berturut-turut <2 2–3 4–6 >6
Dari lima tipe utama dan empat sub divisi tersebut, maka tipe iklim dapat digolongkan menjadi 17 daerah agroklimat, mulai dari A1 hingga E. Berdasarkan data curah hujan yang ada, tidak terdapat bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm, maka tidak terdapat bulan kering. Namun, terdapat bulan lembab dengan rata-rata curah hujan 159,5 mm. Selain itu menurut tipe iklim utama dan subdivisi iklim, keadaan iklim tapak digolongkan menjadi Tipe A dan subdivisi 1. Selanjutnya berdasarkan tipe agroklimat, dapat disimpulkan bahwa tapak berada dalam kondisi tipe iklim A1. Dapat dikatakan tapak dapat mengandalkan air hujan sebagai sumber air dan memperoleh penyinaran matahari yang cukup. Sirkulasi Tapak berbatasan langsung dengan Jalan Tentara Pelajar. Hal ini sangat mendukung mudahnya pencapaian dan pengenalan lokasi oleh masyarakat luas. Identitas tapak dapat lebih di tonjolkan melalui rancangan pintu gerbang pada jalan masuk tapak agar menunjang aksesibilitas dan keamanan pengunjung. Adanya perancangan pintu gerbang diharapkan membantu mengenalkan tapak lebih luas kepada masyarakat serta sebagai pengawasan terhadap sirkulasi keluar masuk tapak. Untuk keamanan maka posisi pintu gerbang hendaknya berada pada jarak tertentu dari jalan raya.
42
Berkaitan dengan keamanan akses masuk, maka dibutuhkan sebuah pengontrol berupa loket yang dapat membantu kelancaran arus keluar masuk kendaraan maupun pejalan kaki. Arus keluar masuk pengunjung perlu diperhatikan sebab tidak hanya digunakan oleh pengunjung beserta kendaraannya, tetapi juga oleh pegawai Balai Penelitian Klimatologi (Balitklimat). Oleh sebab itu, dibutuhkan jalan masuk yang berbeda dari jalan masuk yang digunakan oleh pegawai Balai Penelitian Klimatologi (Balitklimat). Tujuannya agar tercipta keteraturan penggunaan tapak, sehingga tidak terjadi tumpang tindih arus masuk dan keluar antara pegawai dengan pengunjung yang ingin melakukan kegiatan wisata. Keadaan sirkulasi tapak menuntut banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh keadaan petak tanam beserta sirkulasi yang sudah mulai tidak terlihat jelas polanya. Pengembangan lokasi dapat dilakukan dengan membuat sirkulasi baru sehingga nilai estetik dan fungsinya dapat lebih ditingkatkan. Sirkulasi yang menghubungkan tapak dengan area pemukiman karyawan dan penduduk sekitar perlu diperhatikan. Ukurannya yang sempit pada sebelah barat tapak dengan keadaan topografi yang curam dapat membahayakan pengguna. Selain itu, dengan adanya pengawasan pada area ini diharapkan arus masuk karyawan dan pengunjung dapat dikontrol dengan baik untuk menghindari pengaruh negatif pengunjung terhadap tapak dan seluruh isinya. Pengaruh negatif tersebut diantaranya pencurian, masuknya pengunjung gelap dan kecelakaan pengunjung. Di samping itu tidak semua batas tapak dengan area pemukiman ini terbuat dari bahan permanen seperti beton. Untuk lebih memperindah pandangan dapat dilakukan perubahan dengan melapisinya dengan batu tempel. Penambahan lain dapat dilakukan pada pagar pembatas tapak dengan jalan rata dengan cara memilih struktur yang baik dan kuat serta indah dipandang. Vegetasi Vegetasi utama pada tapak adalah tanaman koleksi. Tanaman koleksi merupakan potensi utama yang ditawarkan tapak. Penempatan tanaman pada petak tanam tidak lagi terlihat dengan jelas sebab batas antara petak satu dengan lainnya sudah tidak nyata. Hal ini disebabkan keadaan fisik tanaman dan sirkulasi yang tertutup semak. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
43
memberikan suasana baru bagi tapak tanpa menggunakan petak tanam. Tanaman koleksi berada pada area terbuka namun kelompok tanaman sejenis dibiarkan tumbuh berdekatan sesuai dengan keadaan awalnya. Dengan demikian terbentuklah susunan tanaman yang bebas. Secara umum, varietas tanaman yang ditanam di petak tanam adalah seragam. Sebagian besar tanaman dalam petak tanam memiliki diameter tajuk 5 meter atau lebih. Dengan demikian, tanaman yang ada digolongkan ke dalam usia dewasa. Tanaman pada usia dewasa cocok untuk dijadikan obyek wisata khususnya pendidikan karena bentuk fisiknya lebih mudah untuk dibedakan antara jenis yang satu dengan yang lain atau dapat dikatakan sudah tumbuh dengan sempurna. Penampakan fisiknya berupa bentuk tajuk, buah dan lain sebagainya lebih mudah diamati. Fungsi lain tanaman untuk memperbaiki iklim tapak dan daerah sekitar juga ditunjang dengan baik oleh tanaman dewasa dengan luasan permukaan daun yang besar. Selain itu, tanaman yang dikembangkan Kebun Wisata Ilmiah II dengan kategori sebagai tanaman obat dan aromatik yang berasal dari dalam dan luar negeri merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung, antara lain dari penampakan fisik, pembibitan, penanaman, dan pemungutan hasil panennya, pengolahan hasil, produk dan sejarah pengembangan serta asal usulnya. Penumpukan letak tanaman akibat pepohonan yang terlalu banyak pada lokasi yang terlalu sempit harus dihindari karena akan meningkatkan keadaan lembab dan mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengunjung. Selain itu dapat menciptakan hidden corner pada tapak. Potensi lainnya adalah pemandanagan indah di sekitar kumpulan pohon pinus pada bagian tengah tapak, khususnya di sekitar tepian sungai kecil. Kumpulan pohon Pinus ini berseberangan dengan pohon Karet Hutan yang berjumlah 3 buah dengan diameter sangat besar. Daerah ini mempunyai pemandangan yang baik dan alami. Untuk mendukungnya dapat dilakukan penempatan fasilitas berupa tempat duduk sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan yang ada dengan baik. Berikut adalah gambar dari lokasi yang dimaksud.
44
Gambar 27. Jalan Antara Kumpulan Pohon Pinus Dan Karet Hutan Berkaitan dengan pemukiman karyawan yang terletak di sebelah selatan tapak, penambahan elemen tanaman dapat dilakukan sebagai upaya untuk menyaring pemandangan kurang baik ke arah pemukiman tersebut. Tembok bata yang dilapisi dengan semen tempel bertekstur kasar dengan penampakan atap perumahan sangat mengurangi nilai estetika. Solusinya adalah dengan tanaman pembatas yang tinggi sehingga pemandangan yang kurang baik tersebut dapat diatasi. Berikut adalah gambar lokasi yang memerlukan screening dengan menggunakan elemen tanaman:
Gambar 28. Batas Tapak Dengan Perumahan Karyawan Pada petak tanam K4, L5 dan M3 terlihat pemandangan yang kurang baik akibat ilalang dan semak yang tumbuh lebat. Petak K4 dan K5 sebelumnya digunakan untuk kegiatan penelitian tanaman tertentu, namun saat ini petak-petak tersebut belum digunakan kembali untuk kegiatan penelitian.
45
Gambar 29. Ilalang Dan Pancang Bambu Bekas Penelitian Untuk kenyamanan dalam penggunaan kembali sebagai lokasi penelitian, ilalang yang tumbuh lebat dapat dipangkas sehingga keadaan tapak terjaga keindahan dan keteraturannya serta tampak lebih terawat. Walaupun area ini tidak digunakan untuk kegiatan penelitian namun tetap terlihat indah ketika sewaktuwaktu pengunjung datang ke lokasi dan kesan terawat akan timbul dari rerumputan yang terpangkas rapi. Tanaman koleksi dapat ditambah jenisnya dengan tanaman obat dan aromatik lain yang belum terdapat di tapak. Berikut adalah beberapa alternatif tanaman yang dipilih: Tabel 6. Alternatif Tambahan Tanaman Koleksi No Nama Lokal Nama Latin 1 Buni Antidesma bunius 2 Daun Saputangan Maniltoa grandiflora 3 Dadap Serep Erythrina lithosperma 4 Hahapaan Flemingia strobilifera 5 Ketepeng Cina Cassia alata 6 Girang Leea aquleata 7 Bratawali Tinospora crispa 8 Sukun Artocarpus communis 9 Kecubung Gunung Datura suaveolens 10 Dewandaru Artocarpus camansi Untuk lebih memperindah tapak dapat ditambahkan vegetasi lain pada tapak yang mendukung berbagai fungsi diantaranya sebagai pengarah, peneduh tambahan dan pembatas. Penambahan vegetasi merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan nilai estetika pada fasilitas-fasilitas lain di tapak seperti di sekitar tempat berteduh, toilet dan pintu masuk. Penggunaan vegetasi eksisting juga dapat dilakukan untuk menambah kesan alami pada tapak. Secara umum
46
penambahan tanaman pada tapak diusahakan berasal dari golongan obat dan aromatik sehingga tapak memiliki satu kesatuan tema dalam setiap ruang yang dirancang. Satwa Beragam satwa melata masih dapat terlihat pada tapak. Beberapa jenis burung dengan kicauannya yang indah menjadi potensi tersendiri pada tapak, terutama bagi pengunjung yang menginginkan suasana alami pada saat melakukan kegiatan wisata. Selain itu, dengan keragaman satwa yang ada maka dapat dikatakan tapak mendukung habitat alami yang ada di dalamnya. Diharapkan dengan adanya berbagai macam tanaman obat, aromatik yang dikelola dengan baik maka keragaman satwa yang ada di dalamnya akan meningkat. Dalam perancangan diharapkan tercipta hubungan yang baik antara pengunjung dengan lingkungan satwa, sehingga tercipta suatu keberlangsungan yang baik pada kehidupan satwa di dalam tapak. Tanah dan Air Jenis tanah pada tapak yang merupakan latosol coklat kemerahan. Sifatnya memiliki tingkat kemasaman masam hingga agak masam, bahan organik pada lapisan atas rendah hingga agak sedang dan menurun pada lapisan bawah, kejenuhan basa rendah hingga sedang, daya absorpsi rendah hingga sedang, unsur hara sedang, permeabilitas tinggi, aktivitas biologi baik serta kepekaan erosi kecil. Golongan latosol coklat kemerahan memiliki tingkat kesesuaian wilayah S-1 atau sangat sesuai untuk penanaman tanaman semusim, tahunan dan padi sawah (Soepraptohardjo, 1976). Hal ini sangat mendukung pengembangan tapak sebagai lokasi wisata ilmiah yang berbasis tanaman. Petak tanam sebagian besar berada pada area dengan topografi yang landai. Hal ini sangat baik karena akan mengurangi perlakuan cut and fill dalam merancang tapak. Selain itu, kondisi tersebut memudahkan perawatan dan pemanenan terhadap tanaman yang ditanam, serta keanekaragaman tanaman yang ada pada petak tanam akan lebih mudah untuk diamati dan diperkenalkan kepada para pengunjung. Untuk keperluan pengairan tanaman koleksi dan penelitian, tapak mengandalkan mata air yang disedot dengan pompa air ke bak penampungan dan
47
tangki yang dilengkapi dengan menara penopang yang kemudian dialirkan ke berbagai tempat pada tapak dengan pipa paralon. Berikut adalah gambar dari bak penampungan dan tangki air yang dimaksud:
Gambar 30. Bak Penampungan dan Tangki Air Keadaan hidrologis lain yang perlu diperhatikan adalah sungai kecil. Alirannya terkontaminasi sampah dan limbah sebab pada bagian hulu melalui Kompleks Pasar Anyar. Perlu dilakukan pembersihan terhadap kualitas air sungai kecil pada tapak juga merupakan potensi tersendiri bagi pengunjung. Salah satu bahaya potensial yang ada pada sungai kecil adalah tanah longsor. Perlu dilakukan suatu perlindungan terhadap pengunjung akan bahaya tanah longsor di badan sungai kecil pada bagian tengah tapak. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan tambahan struktur yang lebih kuat pada pinggiran sungai kecil, agar arus air yang deras tidak menyebabkan tanah longsor melebar ke area lain yang berada sekitarnya serta mengurangi bahaya bagi pengunjung. Keberadaan kumpulan Pinus di sungai kecil dapat dipertahankan guna menyerap kelebihan air yang terjadi pada badan sungai.
Gambar 31. Tanah Longsor Pada Dinding Sungai Kecil Dalam Tapak
48
Bagian sungai kecil lain yang memerlukan perhatian berada di sebelah timur tapak. Alirannya mulai dari batas tapak dengan pemukiman hingga bagian sungai yang mengalami tanah longsor. Keadaanya masih baik, namun dapat dilakukan penutupan pada bagian atasnya, untuk menjaga kualitas pemandangan pada tapak. Dengan adanya penutupan diharapkan tidak terlalu menarik perhatian pengunjung mengingat ukurannya yang lebar dan memanjang pada tapak dan terlalu terbuka. Berikut adalah gambar dari lokasi yang dimaksud:
Gambar 32. Bagian Sungai Kecil Yang Memerlukan Penutup Fasilitas Pemanfaatan tapak sebagai kebun wisata ilmiah akan menuntut tersedianya fasilitas yang memadai, bukan saja untuk memenuhi berbagai kebutuhan kegiatan wisata, juga agar informasi tentang berbagai tanaman yang ditanam di dalam tapak dapat disampaikan dengan baik kepada para pengunjung. Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan dalam hal pemberian informasi kepada pengunjung berupa pemberian identitas tanaman, penunjuk arah, dan pusat informasi maupun perpustakaan. Pemberian papan nama dapat dilakukan untuk menunjukkan identitas tanaman kepada pengunjung. Hal-hal yang dicantumkan dapat berupa nama lokal, nama latin, famili, dan asal tanaman. Disamping itu, penempatan papan penunjuk arah pada lokasi yang strategis juga membantu pengunjung dalam melakukan perjalanan ke titik-titik tertentu disertai dengan adanya peta lokasi yang diletakkan pada posisi strategis dalam tapak. Bangunan yang digunakan untuk memamerkan tanaman hendaknya diperlengkap koleksinya dan ditata sehingga pengunjung dapat lebih menikmati
49
informasi yang ingin disampaikan pengelola. Dalam pemeliharaannya, tanaman dalam jumlah besar pada tapak memerlukan air untuk hidup. Fasilitas pemeliharaan yang berkaitan dengan pemeliharaan dan penyediaan air bagi tanaman perlu ditingkatkan, mengingat tapak juga digunakan untuk penelitian yang pemeliharaan dan perawatannya harus terjaga dengan baik. Segi keamanan juga perlu diperhatikan demi menjaga keberadaan fasilitas yang ada. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tapak, penyediaan tempat pembuangan sampah perlu diperhatikan. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa tempat untuk penimbunan sampah. Selain dapat mengurangi keindahan tapak juga dapat mengganggu kesehatan karena sampah yang dibuang sembarangan akan menyebabkan bau tidak sedap dan mengundang datangnya hewan-hewan liar. Dengan adanya lokasi dan tempat pembuangan sampah maka diharapkan hal-hal tersebut di atas tidak terjadi. Materi yang digunakan dan jenis sampah yang akan dibuang dalam tempat sampah perlu diperhatikan. Tempat sampah yang akan digunakan oleh para pengunjung hendaknya dibuat dengan pemisahan fungsi, yaitu untuk sampah organik dan anorganik. Penampungan sampah yang dihasilkan dari perawatan dan pemeliharaan tanaman dalam tapak hendaknya dipisahkan dari tempat sampah yang digunakan oleh pengunjung. Berikut adalah gambar penumpukan sampah yang terjadi pada tapak:
Gambar 33. Penimbunan Sampah Pada Petak KW Penyediaan fasilitas yang mendukung aktivitas pengunjung dapat ditempatkan di beberapa titik pada tapak. Salah satunya adalah gazebo guna melindungi pengunjung dari hujan cuaca ekstrim atau untuk melepas lelah ketika
50
melakukan perjalanan di dalam tapak. Secara umum, fasilitas dalam tapak berupa jalan, welcome area dan point of interest, masih dapat ditambahkan. Untuk lebih menunjang aspek pendidikan, penataan dan penyediaan media informasi pada bangunan display dapat lebih ditingkatkan. Berdasarkan keadaannya, bangunan yang digunakan perlu diperbaiki atau diganti untuk menambah nilai estetika agar kegiatan pemberian informasi dapat berjalan lancar. Penyediaan poster dan bahanbahan yang dipamerkan meliputi hasil-hasil tanaman perkebunan dari tapak dapat dilakukan dalam suatu bangunan agar lebih menarik perhatian pengunjung sehingga meningkatkan rasa ingin tahu terhadap berbagai komoditas tanaman perkebunan, khususnya obat dan aromatik. Dengan fasilitas yang memadai, diharapkan terjadi suatu keberlanjutan yang baik pada tapak dan lingkungan sekitarnya. Pengadaan fasilitas pada tapak juga harus memperhatikan kemudahan dalam hal perawatannya sehingga fasilitas yang diadakan pada tapak memiliki usia pakai yang maksimal dan tujuan pengadaannya dapat tercapai dengan benar. Ekonomi Sumber dana operasional KWI II yang dianggarkan dalam APBN merupakan suatu potensi untuk pengembangan lebih lanjut dari segi ekonomi. Dengan adanya dana dari pemerintah maka kegiatan belanja dan lainnya yang membutuhkan dana dapat terkontrol dan terjamin keberlanjutannya. Apabila telah dilakukan pengembangan maka KWI II juga dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi karyawan maupun pemerintah daerah. Sosial Berdasarkan data yang ada, sebagian besar pengunjung melakukan kegiatan yang dikategorikan ke dalam aspek pendidikan di KWI II. Hal ini merupakan suatu gambaran untuk pengembangan yang lebih baik ke arah pendidikan, seperti pengadaan fasilitas yang mendukung. Dengan demikian akan terjadi peningkatan jumlah kunjungan. Peta analisis tapak dan tabel penilaian kesesuaian lahan dapat dilihat pada gambar 34 dan tabel 6.
51
Gambar 34. Analisis Tapak
52
Tabel 7. Kesesuaian Lahan dan Akivitas Wisata No
Fisik
Aktivitas Wisata Suhu
1
Pendidikan Pengamatan Pohon Praktek Penanaman Praktek Pemanenan Praktek Pengolahan sederhana Pengamatan Pengolahan Pameran
2
Umum Piknik Jogging Out Bond Perkemahan Menikmati Pemandangan Bermain Pembelian Cinderamata
Keterangan: : Sangat sesuai : Sesuai : Tidak sesuai : Sangat tidak sesuai
Kelembaban
Kecepatan Angin
Curah Hujan
Jenis Tanah
Biofisik Topografi
Fasilitas
Pemandangan
Air
Luas Lahan
Sirkulasi
Vegetasi
Satwa
53
KONSEP Berdasarkan kondisi awal, potensi serta kendala yang ditemui di tapak, maka perencanaan Kebun Wisata Ilmiah II Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik dapat diarahkan menjadi sebuah kebun wisata ilmiah. Nilai sosialnya yaitu memenuhi kebutuhan rohani masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata ilmiah. Dalam kaitannya dengan peran terhadap lingkungan, tapak juga bernilai ekologis serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitar tapak lewat perannya dalam pengatur iklim. Proses perencanaan tersebut didukung dengan konsep dasar dan konsep pengembangan tapak. Konsep pengembangan terdiri atas konsep wisata, ruang, aksesibilitas dan sirkulasi, visibilitas dan vegetasi. Setiap konsep yang ada dipusatkan pada tujuan pengembangan tapak sebagai kebun wisata ilmiah. Konsep Dasar Konsep dasar pengembangan tapak Kebun Wisata Ilmiah II sebagai kebun wisata ilmiah untuk kegiatan penelitian sekaligus sebagai kebun wisata yang menunjang aspek pendidikan, terutama pengenalan akan tanaman obat dan aromatik. Dengan konsep tersebut, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penduduk sekitar dan masyarakat luas dalam hal wisata dan pendidikan. Mengingat lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk, maka perlu diperhatikan keharmonisannya dengan bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya. Pengembangan tapak dapat menampilkan koleksi tanaman, sebagai upaya edukasi kepada pengunjung dan ditunjang oleh sarana dan prasarana wisata, dengan latar belakang lanskap yang ditata dalam suasana nyaman, indah. Alasan pemilihan tapak sebagai kebun wisata ilmiah adalah dengan mempertimbangkan potensi-potensi sebagai berikut: 1. Fungsi Pendidikan. Kebun Wisata Ilmiah II ini digunakan oleh Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sebagai tempat mengembangkan dan meneliti berbagai tanaman obat dan aromatik. Hasil dari penelitian tersebut menjadi suatu nilai tambah dalam bidang pendidikan. Selain itu, tanaman yang ada memiliki nilai lebih sebagai tanaman yang diteliti sesuai dengan fungsinya, sehingga akan sangat menarik untuk diinformasikan
54
keberadaannya kepada masyarakat dengan cara pemberian papan nama yang dilengkapi informasi lengkap pada tanaman atau kumpulan tanaman, serta pembiakan di rumah kaca dan lain sebagainya. Dengan demikian, para pengunjung yang datang akan memperoleh ilmu pengetahuan mengenai berbagai tanaman yang ada pada tapak. 2. Fungsi Wisata. Kebun Wisata Ilmiah II merupakan area terbuka yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk dapat menikmati keindahan alam dengan latar belakang tanaman yang sedang diteliti, dan berjalan-jalan di antara berbagai jenis tanaman. 3. Fungsi Ekologis dan Iklim Mikro. Dengan adanya berbagai macam jenis tanaman, diharapkan dapat mendukung terciptanya populasi berbagai satwa yang hidup bebas. Contohnya berbagai jenis burung yang dapat menggunakan tajuk pohon sebagai habitatnya. Selain itu, kumpulan tanaman dengan petak tanam seluas 7,5 Hektar dapat membantu mengendalikan iklim mikro bagi lingkungan sekitarnya yang didominasi oleh pemukiman dan lalu lintas kendaraan. Konsep dasar sebagai kebun wisata ilmiah akan lebih dijelaskan dalam konsep-konsep pengembangan yang berupa konsep ruang, sirkulasi, konsep visibilitas dan vegetasi sebagai berikut: Konsep Pengembangan Konsep pengembangan merupakan penjelasan mengenai konsep dasar yang telah dibuat ke dalam berbagai deskripsi dalam konsep-konsep yang lebih terperinci. Terdiri atas konsep wisata (umum dan pendidikan), konsep ruang, konsep aksesibilitas dan sirkulasi, konsep visibilitas dan konsep vegetasi. Konsep Wisata Dalam melakukan aktivitas, setiap orang memiliki motivasi yang berbedabeda. Demikian pula halnya dengan pengunjung yang akan berwisata ke Kebun Wisata Ilmiah II ini. Dalam pengembangannya, pengunjung dan kegiatannya dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengunjung yang melakukan aktivitas wisata secara umum dengan tujuan menikmati keindahan alam dan pengunjung yang melakukan aktivitas wisata khusus untuk tujuan studi, yaitu pengenalan berbagai
55
tanaman obat dan aromatik. Beberapa alternatif penerapan konsep wisata dapat dilihat pada gambar 35 dan 36. Penjelasan tentang pengembangan konsep wisata berkaitan dengan tujuannya adalah sebagai berikut: Wisata Umum Konsep wisata berupa kegiatan menikmati udara segar dengan latar belakang lanskap yang indah dan tertata. Kegiatan wisata dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok (rombongan). Aktivitas wisata dilakukan tanpa kendaraan. Pengunjung juga dapat melakukan aktivitas olahraga seperti jogging dengan adanya sirkulasi tapak. Kegiatan wisata ini tidak memerlukan pemandu. Pengunjung dapat berwisata dan memilih lokasi yang ingin ditujunya dalam tapak sesuai dengan keinginan. Wisata Pendidikan/Ilmiah Konsep kegiatan pendidikan adalah penyediaan informasi mengenai berbagai tanaman industri, khususnya tanaman obat dan aromatik, baik secara langsung dengan mengamati berbagai tanaman maupun dengan media seperti poster, dan pajangan berbagai produk olahan hasil tanaman obat dan aromatik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan berwisata sehingga kegiatan pendidikan yang ada tidak terasa jenuh. Informasi yang diperoleh pengunjung juga dapat ditambah dengan melihat pembiakan tanaman yang dilakukan dalam rumah kaca dan penelitian terhadap tanaman tertentu bila pada saat kunjungan sedang dilakukan penelitian di tapak. Agar lebih terarah, dalam pelaksanaannya dibantu dengan pemandu yang akan menjelaskan tentang berbagai tanaman yang ada dan rute perjalanan di dalam tapak. Dengan demikian penyampaian informasi dan hal-hal yang dibutuhkan oleh pengunjung berkaitan dengan aspek ilmiah dapat terpenuhi dengan baik. Konsep Ruang Secara garis besar, tapak ini akan dibagi menjadi Zona Penerimaan, Zona Pelayanan, Zona Koleksi, Zona Pembibitan, Zona Wisata Umum, Zona Display, Zona Penelitian dan Zona Penyangga. Beberapa alternatif penataan zona dapat dilihat pada gambar 35 dan 36. Berikut adalah penjelasan zona-zona di atas:
56
Zona Penerimaan. Zona ini merupakan zona yang pertama kali dimasuki oleh pengunjung. Melalui zona ini, para pengunjung akan mendapatkan izin untuk memasuki tapak lebih jauh. Zona Pelayanan. Berfungsi untuk memberikan berbagai pelayanan kepada pengunjung, dari pelayanan informasi, makan dan minum, hingga beribadah sehingga pengunjung akan lebih siap memasuki dan meninggakan lokasi. Zona Koleksi. Merupakan zona yang mendukung fungsi wisata pendidikan dan umum. Zona ini dapat digunakan oleh pengunjung untuk mengenal berbagai jenis tanaman obat dan aromatik sebagai potensi utama Kebun Wisata Ilmiah II. Selain itu, zona ini digunakan pengunjung untuk menikmati keindahan alam. Bagi pengunjung yang ingin mengenal secara detil tanaman pada zona ini dapat menggunakan jasa pemandu. Zona Penelitian. Merupakan zona yang bersifat insidentil. Apabila di zona ini tidak dilakukan kegiatan penelitian maka dapat dilakukan kegiatan berupa praktek penanaman oleh pengunjung yang dikoordinasikan dengan pengelola dan dipandu oleh tenaga ahli. Pada saat dilakukan penelitian maka para pengunjung dapat mengamati tanaman yang sedang diteliti. Zona Pembibitan. Pada zona ini para pengunjung dapat melihat lebih dekat pembibitan sederhana yang dilakukan pada berbagai tanaman aromatik, dan rempah-rempah
yang
dikembangkan
dan
diteliti.
Peneliti
juga
dapat
memanfaatkan fasilitas di zona ini bila diperlukan. Zona Wisata Umum. Memberikan suasana baru pada tapak yang pada umumnya didominasi oleh tegakan tanaman dengan menghadirkan ruang terbuka berupa hamparan rumput dikombinasikan dengan vegetasi peneduh secukupnya. Zona ini sangat mendukung aktivitas wisata umum. Zona Display. Zona ini berfungsi sebagai tempat memperoleh informasi mengenai berbagai tanaman obat dan rempah yang disediakan secara lengkap berupa media tulisan dan gambar atau simplisia yang dapat memperluas wawasan pengunjung. Peran serta pengelola sangat dituntut agar zona ini berfungsi dengan maksimal. Zona Penyangga. Merupakan zona yang digunakan untuk mengurangi pengaruh negatif baik yang berasal dari dalam tapak ataupun dari luar tapak. Zona
57
ini mencakup perbatasan tapak dengan pemukiman karyawan beserta sirkulasi masuknya, area sepanjang sungai kecil, dan perbatasan dengan Jalan Tentara Pelajar. Dengan adanya area ini diharapkan dapat meminimalisasi bahkan menghilangkan berbagai pengaruh negatif yang akan mengurangi kualitas tapak. Rincian zona-zona hasil dari konsep ruang dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Komposisi Zona No 1
Zona Penerimaan
Fungsi
Aktivitas
Fasilitas
Penerimaan
Memasuki KWI II
Pintu gerbang
Estetika
Mendapatkan tiket
Loket
Parkir kendaraan
Pos jaga Lapangan parkir Vegetasi estetika dan peneduh
2
Pelayanan
Gathering
Istirahat
Balai bengong
Pelayanan
Layanan informasi
Papan informasi
Estetika
Briefing peserta
Pusat informasi
Mendapatkan pemandu
Tempat ibadah
Ibadah
Kolam dan tugu batu
Makan dan minum
Menara Pandang
Jual beli souvenir
Vegetasi estetika dan peneduh Warung makan Warung souvenir Toilet dan tempat wudhu
3
Zona Koleksi
Wisata pendidikan
Pengamatan tanaman
Petak tanam
Wisata umum
Menikmati alam
Vegetasi koleksi dan peneduh
Penelitian
Jogging
Jalur sirkulasi bebas
Estetika
Mengambil foto
Papan informasi
Penelitian
Praktek penanaman
Bedengan
Wisata pendidikan
Pengamatan tanaman
Label tanaman 4
Penelitian
Pagar pembatas Pendopo Gudang peralatan & Mess Gazebo
5
Pembibitan
Wisata pendidikan
Pengamatan pembibitan
Rumah kaca
Pembelian tanaman
Perkerasan
Menikmati pemandangan
Vegetasi peneduh dan estetika
Vegetasi esetika 6
Wisata Umum
Wisata umum Estetika
Piknik
Shelter
Mengambil foto
Lapangan rumput
Bermain
Bangku taman Papan informasi
58
(lanjutan Tabel 8) No 7
Zona Display
Fungsi Wisata pendidikan
Aktivitas Pengamatan simplisia
Fasilitas Bangunan display
Pengamatan produk hasil
Sampel tanaman
Pameran
Vegetasi peneduh
Pencarian informasi 8
Penyangga
Penyangga
-
Vegetasi pembatas dan konservasi
Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang akan diterapkan pada tapak adalah roda sirkulasi. Dikatakan roda sirkulasi karena sirkulasi yang ada berupa beberapa buah lingkaran seperti roda yang terhubung antara satu dengan yang lainnya. Sirkulasi untuk keluar masuk pegawai KWI II dibuat terpisah dengan pengunjung. Dengan demikian akan tercipta kenyamanan dalam melakukan aktivitas wisata sebab tidak terganggu oleh keluar masuknya pegawai KWI II. Untuk pengunjung hanya disediakan satu pintu keluar masuk melalui pintu gerbang yang terletak di Zona Penerimaan. Hal ini dilakukan untuk mendapakan keteraturan dan pengawasan yang baik bagi aktifitas wisata dan keberadaan seluruh properti yang dimiliki oleh KWI II. Konsep Visibilitas Secara umum, potensi utama tapak adalah berbagai jenis tanaman berupa pepohonan dewasa. Keadaan tersebut juga merupakan pemandangan andalan untuk dinikmati oleh pengunjung. Dengan keadaan tersebut maka penerapan konsep alam berlatar belakang pepohonan yang dibantu dengan elemen keras sebagai pelengkap maka kualitas visual yang ada pada tapak dapat semaksimal mungkin dinikmati pengunjung melalui kegiatan wisata pendidikan yang bersifat semi-aktif. Sirkulasi wisata yang ada juga merupakan penunjang bagi pengunjung untuk menikmati pemandangan tersebut. Pada titik tertentu, seperti disebutkan pada bagian analisis, khususnya mengenai area pepohonan pinus dan karet hutan, bila dilengkapi dengan fasilitas bangku taman dan meja dapat digunakan untuk menikmati pemandangan alami pada tapak. Sebelum melakukan perjalanan ke zona koleksi, penelitian, display dan pembibitan, pengunjung diajak untuk menikmati pemandangan tapak secara keseluruhan melalui peta tapak yang ditempatkan pada zona pelayanan. Selain itu
59
pemandangan tapak keseluruhan dapat juga dinikmati secara tampak burung melalui zona ini yang didukung oleh menara pandang. Dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar, Kebun Wisata Ilmiah II ini dikelilingi oleh pemukiman masyarakat di sebelah selatan. Selain itu, Kebun Wisata Ilmiah II juga berbatasan dengan kantor pengelola, serta Puslitbangbun dan Balitklimat. Dengan demikian area Kebun Wisata Ilmiah II dikelilingi oleh area terbangun, baik yang tertata dengan rapi maupun lingkungan tinggal yang kurang tertata. Di bagian timur terdapat view arus kendaraan yang melewati jalan raya. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas visual dari dalam tapak. Oleh sebab itu, diperlukan penyusunan tanaman yang baik, yang berfungsi sebagai penambah nilai visual dan sebagai screening terhadap pemandangan yang kurang baik di luar tapak. Dengan penyusunan tanaman yang baik, diharapkan tapak dapat meningkatkan nilai visual lingkungan sekitarnya. Konsep Vegetasi Berdasarkan keadaan tapak, vegetasi yang digunakan dalam perancangan dipilih untuk menunjang hal-hal sebagai berikut: Vegetasi Estetika Didapat dari penyusunan dan kombinasi tanaman dengan karakter indah ditunjang oleh warna daun, bunga, tajuk, bentuk batang, dan tekstur vegetasi. Penempatan tanaman yang menunjang hal ini dipusatkan pada keseluruhan tapak, namun lebih diutamakan pada zona penerimaan. Vegetasi Ilmiah (Pendidikan) Didapat dari koleksi tanaman dalam petak-petak tanam dan memiliki nilai ilmiah sebagai tanaman perkebunan tropis yang berguna sebagai tanaman obat dan aromatik. Penggunaan tanaman yang menunjang aspek ilmiah ini tidak hanya didapatkan dalam petak tanam saja, tetapi juga dari penggunaannya dalam memperindah tapak. Vegetasi Arsitektural Ruang-ruang yang dibentuk dalam tapak berupa open space, semi open space, canopied space dan vertical space. Bentukan ruang tertutup, yaitu enclosed space sedapat mungkin ditiadakan untuk menghindari perilaku yang kurang baik di tapak.
60
Vegetasi Konservasi Keseluruhan vegetasi yang ada pada tapak beserta susunan dan kombinasinya merupakan penunjang bagi lingkungan sekitarnya. Kawasan Wisata Ilmiah II juga memberikan kontribusi dalam hal iklim dan polusi. Kumpulan vegetasi yang ada merupakan pendukung terciptanya penyerapan air hujan yang baik, menurunkan suhu, dan mengurangi polusi udara dan memberikan habitat bagi berbagai satwa liar. Konsep Fasilitas Secara umum seluruh fasilitas yang dibuat di tapak diarahkan untuk memberi kelancaran dan kenyamanan bagi pengunjung, peneliti dan pengelola. Dengan
demikian,
semua
pihak
yang
berkepentingan
akan
terpenuhi
kebutuhannya, terutama dalam hal kegiatan ilmiah. Alternatif Tata Ruang Sebelum dilakukan perencanaan pada tapak maka berbagai konsep yang telah dibuat disusun terlebih dahulu menjadi beberapa alternatif tata ruang. Suatu alternatif merupakan kesatuan utuh dari berbagai konsep yang ada dengan dihubungkan sirkulasi di dalamnya dinamakan peta konsep. Beberapa alternatifnya dapat dilihat pada gambar 35 dan 36.
61
Gambar 35. Konsep Alternatif 1
62
Gambar 36. Konsep Alternatif 2
63
Berikut ini adalah kriteria penilaian peta konsep alternatif 1 dan 2: Tabel 9. Kriteria Penilaian Peta Konsep Kriteria Penilaian Akses Sirkulasi Kesatuan antar zona Visual Luas dan fungsi zona Estetika Total
Alternatif 1 4 3 3 3 4 4 21
Alternatif 2 1 3 3 3 3 4 17
Keterangan: 4 = Sangat baik
2 = Buruk
3 = Baik
1 = Sangat Buruk
Melalui tabel di atas, perbedaan yang paling terlihat adalah penilaian mengenai akses. Pada alternatif pertama akses memasuki tapak adalah melalui daerah baru, yaitu berseberangan dengan pintu masuk Kebun Wisata Ilmiah I. Keadaan ini membantu untuk promosi dan memberi identitas tapak serta menghindari penggunaan bersama jalan masuk oleh pegawai dan pengunjung. Sedangkan pada alternatif 2, akses masuk tetap seperti keadaan semula. Perbedaan lainnya adalah pada urutan sirkulasi ke berbagai zona. Selain itu, pada alternatif 1 zona wisata umum terbentuk oleh lima buah lingkaran yang tersebar. Sedangkan pada alternatif 2, zona wisata umum digabungkan menjadi satu. Berdasarkan penilaian yang ada maka alternatif yang dipilih untuk dikembangkan adalah alternatif 1.
64
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Perencanaan dan perancangan terhadap tapak secara keseluruhan menghasilkan suatu kesatuan antara berbagai ruang dalam tapak. Secara luas, perancangan dengan menggunakan perpaduan hard material dan soft material dalam skala keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 1 (Site Plan). Hasil akhir yang dituangkan dalam site plan menerapkan beberapa hal baru pada tapak, meliputi lokasi pintu masuk, pengurangan vegetasi eksisting pada petak tanam untuk keperluan sirkulasi di dalam tapak, penambahan vegetasi dengan fungsi tertentu dan penambahan fasilitas yang mendukung aktivitas wisata umum maupun wisata pendidikan. Tanaman yang dipilih berasal dari kategori obat dan aromatik. Pembagian tapak menjadi 8 zona masing-masing memerlukan luas yang berbeda. Luas masing-masing zona dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10. Luas Berbagai Zona Dalam KWI II 1 2 3 4 5 6 7 8
Zona Penerimaan Pelayanan Penelitian Koleksi Wisata Umum Display Pembibitan Penyangga Total
Luas (m²) 2669.72 1715.15 3394.42 39967.85 9321.83 3213.32 1730.72 12483.68 74496.68
Persen (%) 3.58 2.30 4.56 53.65 12.51 4.31 2.32 16.76 100.00
Zona dengan persentase terbesar adalah zona koleksi karena merupakan potensi utama. Zona penelitian dan pembibitan saling mendukung sehingga persentasenya tidak besar. Zona terkecil adalah zona pelayanan yang berdekatan dengan zona penerimaan. Pembagian zona pada tapak dapat dilihat pada lampiran 2 (Peta Zonasi). Berikut adalah perencanaan dan perancangan yang dilakukan pada berbagai zona yang telah dibagi berdasarkan tahap konsep:
65
Zona Penerimaan Zona Penerimaan merupakan zona awal untuk menampung pengunjung. Pengunjung yang ada dapat bervariasi jumlahnya, dari perorangan hingga dalam jumlah banyak atau rombongan dan berasal dari latar belakang yang berbedabeda. Untuk mengatasi keadaan ini diperlukan pengamanan dan pengarahan yang baik agar sirkulasi keluar masuk pengunjung dapat berjalan dengan teratur. Penempatan loket merupakan solusi untuk hal ini. Loket yang berada di pintu gerbang berfungsi untuk mengawasi arus keluar masuk pengunjung. Dengan adanya pengamanan yang baik maka pengunjung akan terhindar dari bahaya kecelakaan lalu lintas. Kegiatan selanjutnya adalah parkir kendaraan. Fasilitas yang disediakan meliputi tempat parkir. Selain itu penempatan vegetasi juga dilakukan pada zona ini untuk memberi nilai estetika dan keteduhan. Petak tanam yang difungsikan untuk sub zona ini adalah Petak J4. Dalam hal pemangkasan, pepohonan yang dipilih adalah pohon yang sifatnya umum dijumpai sehari-hari. Pepohonan yang ada pada area ini meliputi Melinjo, Mindi, Kemiri dan Lamtoro. Jenis pepohonan ini merupakan jenis yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat umum. Berikut adalah detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang digunakan pada Sub Zona Penerimaan: Tabel 11. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Penerimaan No 1
Jenis Gerbang Masuk
2
Loket
3
Area Parkir Bis Mobil Pribadi Sepeda Motor
4 5
Lampu Taman Tempat Sampah
Ukuran T = 500 cm L = 600 cm P = 300 cm L = 200 cm
Bahan / Keterangan Beton, batu tempel, dan lampu Ditempatkan pada gerbang masuk
Luas = 288 m² Aspal / Daya tampung 6 buah Luas = 342 m² Aspal / Daya tampung 20 buah Luas = 129,6 m² Perkerasan / Daya tampung 40 buah, dengan naungan T = 250 cm Beton, besi Beton, kayu, besi, seng D = 40 cm, T = 60 cm
66
Tabel 12. Rencana Vegetasi Zona Penerimaan No 1 2 3 4 5 6
Nama Lokal Pinang Jambe Tapak Dara Soka Pegagan Melati Puring
Nama Latin Areca sp Catharantus roseus Ixora javanicus Centella asiatica Jasminum sambac Codiaeum variegatum
Fungsi Estetika, pengarah Estetika, konservasi Estetika, pengarah, pembatas Estetika, konservasi Estetika, aromatik Estetika, pembatas
Pada saat pengunjung tiba di lokasi maka akan menemui pintu gerbang yang berbentuk huruf U terbalik yang memiliki ketinggian 5 m, dan lebar 6 meter berbahan dasar beton dilapisi batu tempel dengan plang bertuliskan nama lokasi. Jalan masuk yang ada memiliki lebar 5,5 dengan lapisan aspal. Selanjutnya dibalik pintu masuk terdapat sebuah loket berukuran 2 m x 3 m. Disekeliling loket dan pintu gerbang ditempatkan tanaman Tapak Dara (Catharantus roseus). Setelah mendapatkan tiket masuk dari loket, maka pengunjung dapat melanjutkan perjalanan masuk. Jalan masuk menuju tempat parkir diberi tanaman pengarah Pinang Jambe (Areca sp.) dan Soka (Ixora javanicus) yang membatasi Zona Penerimaan dengan zona koleksi. Tanaman Soka (Ixora javanicus) ditanam dalam kumpulan memanjang membentuk pagar tanaman. Penyusunan tanaman dilakukan serupa hingga ke tempat parkir. Pengunjung yang menggunakan sepeda motor dapat menemukan bangunan parkir berukuran 10 m x 16 m dengan area parkir didalamnya seluas 129,6 m² dilapisi paving block yang dapat menampung hingga 40 sepeda motor. Bangunan parkir dihiasi dengan Tapak Dara (Catharantus roseus), Pegagan (Centella asiatica) sebagai penutup tanah dan Melati (Jasminum sambac) untuk memberikan nuansa wewangian atau aromatik. Untuk bis dan mobil pribadi disediakan lahan parkir masing masing untuk 6 buah bis dan 20 buah mobil pribadi. Posisi parkir bis dan mobil pribadi diatur dengan garis pembatas antar kendaraan pada kemiringan 25 derajat menghadap ke utara dan selatan. Posisi ini dilakukan untuk memaksimalkan daya tampung kendaraan. Area parkir bis dan mobil pribadi seluruhnya dilapisi aspal. Gambar detil zona penerimaan dan fasilitas adalah sebagai berikut:
67
Gambar 37. Detil Zona Penerimaan
68
Gambar 38. Rencana Penanaman Zona Penerimaan
69
Gambar 39. Detil Pintu Gerbang
70
Gambar 40. Detil Bangunan Parkir Sepeda Motor
71
Gambar 41. Detil Lampu Taman
72
Zona Pelayanan Zona ini bersebelahan dengan Zona Penerimaan. Berada pada petak tanam K4 dan K5, sehingga dalam penerapannya memerlukan penebangan terhadap beberapa pohon dari jenis Cengkeh (Eugenia aromatica), Sawo (Manilkara zapota) dan semak. Zona ini dilengkapi dengan fasilitas seperti pendopo, mushola, kolam, kantin, toilet dan sebagainya. Pada kolam diberikan kesan monumental dengan menambah tugu batu. Penempatan site furniture seperti tugu batu merupakan suatu upaya untuk memberikan identitas khas secara monumental dan memberikan nuansa estetik pada zona pelayanan. Berikut adalah rencana detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang disediakan pada Zona Pelayanan: Tabel 13. Rencana Detil Fasilitas Dan Site Furniture Pada Zona Pelayanan No Jenis 1 Pendopo
2 3 4 5 6 7 9 10 11 12
Ukuran L = 700 cm, P = 1000 cm
L = 600 cm, P = 800 cm Kolam D = 1000 cm, Tugu batu D = 600 cm, T = 645 cm Kantin L = 300 cm, P = 900 cm Toilet L = 400 cm, P = 750 cm Bangku Taman P = 150 cm, L = 75 cm Papan Informasi T = 200 cm, L = 150 cm Tempat Sampah D = 40 cm, T = 60 cm Lampu Taman T = 250 cm Menara Pandang T = 1200 cm
Bahan / Keterangan Beton dan kayu / Tanpa dinding, hanya terdiri dari tiang-tiang, lantai panggung, tangga dan atap
Mushola
Beton, batu tempel Beton/Dilengkapi lampu dan dicat hijau 2 Buah. Masing-masing terdiri atas 3 kapling Daya tampung 8 kamar Beton, keramik Beton, besi, kayu Beton, kayu, besi, seng Beton, besi Terdiri atas 3 lantai
73
Tabel 14. Rencana Vegetasi Zona Pelayanan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Lokal Kenanga Cempaka Putih Patah Tulang Tapak Dara Gelang Pisang Hias Pegagan Kangkung Air Palem Ekor Ikan Lidah Buaya
Nama Latin Cananga odorata Michelia alba Pedilanthus pringlei Catharantus roseus Portulaca oleracea Heliconia colinsiana Centella asiatica Ipomoea aquatica Cariota mitis Aloe Vera
Fungsi Estetika, aromatik, peneduh Estetika, aromatik, peneduh Estetika, konservasi Estetika Estetika, konservasi Estetika Estetika, konservasi Estetika Estetika Estetika
Pada zona ini pengunjung dapat menjumpai balai bengong berukuran 7 m x 10 m. Balai bengong ini terdiri atas tiang-tiang yang terbuat dari kayu dan lantai keramik tanpa dinding. Pengunjung dapat menggunakan bangunan ini untuk beristirahat saat datang atau hendak meninggalkan tapak. Selain itu, bangunan ini dapat digunakan sebagai tempat briefing pengunjung. Di sebelah balai bengong ditempatkan mushola berukuran 6 m x 8 m. Tersedia pula bangunan toilet berukuran 7,5 m x 4 m sebanyak 2 unit, masing-masing dengan 8 bilik untuk pria dan wanita dibuat terpisah guna memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Tanaman yang dipilih untuk memperindah bangunan tersebut di atas meliputi Tapak Dara (Catharantus roseus), Patah Tulang (Pedilanthus pringlei) yang disusun dengan pola organik di sekitar bangunan ditambah Kenanga (Cananga odorata) sebagai tanaman peneduh dan aromatik yang ditempatkan di sebelah barat. Untuk keperluan makan dan minum pengunjung, disediakan bangunan berukuran 3 m x 9 m sebagai kantin berbahan dasar kayu dengan 3 bilik. Tepat di sebelah kantin ditempatkan bangunan yang sama persis namun digunakan sebagai kios cinderamata (souvenir). Pada halaman depan kantin dan kios souvenir diberikan meja dan kursi bagi pengunjung guna menambah daya tampung kantin. Demikian juga dengan pada bagian serambi kios souvenir dimanfaatkan untuk pengunjung yang ingin memesan makanan dari kantin. Guna memperindah kios cinderamata dan kantin digunakan tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) dengan Palem Ekor Ikan (Cariota mitis) sebagai peneduh dan
74
penambah nilai estetik. Penempatan tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) mengikuti bentuk bangunan kios cinderamata dan kantin yaitu geometrik. Berseberangan dengan kios cinderamata dan kantin terdapat sebuah kolam dengan diameter 10 m terbuat dari beton yang dilapisi batu tempel. Pada bagian tengah dari kolam ini ditempatkan sebuah tugu batu berdiameter 6 m dan tinggi 6,5 m. Tugu batu diberi warna hijau dengan bentuk pucuk tanaman terdiri atas sepuluh helai daun dilengkapi lampu pada bagian paling atas. Di sekeliling kolam ditempatkan bangku taman dengan lebar 75 cm, berbentuk melingkar menyesuaikan bentuk lingkaran kolam dengan material dasar beton. Kolam dihiasi oleh Kangkung Air (Ipomoea aquatica) yang merupakan salah satu jenis tanaman yang tergolong sebagai tanaman obat. Untuk memberikan keteduhan di sekitar kolam digunakan Cempaka Putih (Michelia alba). Fasilitas lain pada zona ini adalah menara pandang yang memiliki 3 lantai dengan ketinggian 12 m yang dapat digunakan untuk memperoleh pemandangan lokasi secara keseluruhan berupa hamparan tanaman. Dalam upaya memperindah menara pandang, digunakan Pisang Hias (Heliconia sp), Gelang (Portulaca oleracea) dan Pegagan (Centella asiaica) yang disusun dengan pola organik di sekeliling menara pandang. Penggunaan material perkerasan juga dilakukan pada zona seluas 1715,2 m² ini untuk lebih memberikan kesan rapi dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap konsentrasi massa pengunjung, mengingat zona ini memiliki luasan yang tidak besar. Gambar detil zona pelayanan dan fasilitas adalah sebagai berikut:
75
Gambar 43. Detil Zona Pelayanan
76
Gambar 44. Rencana Penanaman Zona Pelayanan
77
Gambar 45. Detil Pendopo
78
Gambar 46. Detil Mushola
79
Gambar 47. Detil Bangunan Kantin dan Kios Souvenir
80
Gambar 48. Detil Kolam Dan Tugu
81
Gambar 49. Detil Menara Pandang
82
Gambar 50. Detil Tempat Wudhu Dan Toilet
83
Zona Koleksi Zona Koleksi merupakan zona terluas di Kebun Wisata Ilmiah II. Seluruh tanaman koleksi dibiarkan tumbuh secara alami dengan perawatan seperlunya. Kesan alami namun rapi merupakan hal yang didapat selain dari potensi utama dari tanaman koleksi yang tersebar merata di zona ini. Sirkulasi yang ada tidak dibentuk secara spesifik, hanya didukung oleh beberapa jalur sirkulasi yang merupakan penghubung dengan zona lain. Berikut adalah detil site furniture dan fasilitas yang digunakan pada zona koleksi: Tabel 15. Rencana Detil Site Furniture dan Fasilitas pada Zona Koleksi No 1
Jenis Papan Informasi
2 3 4
Pohon Koleksi Papan Penunjuk Arah Label Tanaman
5 6
Lampu Taman Tempat Sampah
Ukuran T = 175 cm, P = 150 cm T = 200 cm, P = 20 cm L = 9 cm T = 250 cm D = 40 cm, T = 60 cm
Bahan / Keterangan Beton, besi, kayu, kaca Jenis bervariasi Beton, besi, kayu Plat dan pipa besi Beton, besi Beton, kayu, besi, seng
Pada saat beralih menuju zona koleksi maka pengunjung akan menemukan suasana berupa pepohonan dengan label tanaman berukuran 20 cm x 9 cm yang terbuat dari plat besi. Label tanaman ini dipasang dengan baut pada batang pohon dewasa, atau ditopang oleh pipa besi yang ditancapkan pada tanah di depan tanaman yang dimaksud. Warna yang digunakan adalah hijau muda terang agar label tanaman menyatu dengan lingkungan tanaman namun juga mudah dibaca dengan adanya warna yang terang. Contoh bentuk label tanaman dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 51. Label Tanaman
84
Fasilitas lain yang ditemukan oleh pengunjung pada zona ini adalah papan informasi dan papan penunjuk arah. Papan informasi dibuat dengan pondasi beton, tiang besi, dengan papan yang kemudian dilapisi kaca dan diberi kunci pengaman. Lapisan kaca dan kunci pengaman dipilih untuk menjaga materi tulisan atau informasi dari kerusakan yang disebabkan oleh cuaca, satwa, maupun perilaku pengunjung namun tetap indah dan mudah untuk dibaca dan diamati. Selain itu dimensi papan informasi dibuat sesuai dengan ketinggian arah pandangan manusia yaitu setinggi 175 cm. Hal ini juga membantu memudahkan pemberian informasi kepada pengunjung mengenai berbagai tanaman koleksi yang ada. Sedangkan papan penunjuk arah berupa papan berukuran panjang 30 cm dan lebar 20 cm, yang ditopang oleh tiang besi setingi 200 cm berpondasi beton. Pemilihan material papan untuk mencegah kerusakan karat atau bengkok yang biasa terjadi pada materi logam. Dengan adanya papan penunjuk arah maka pengunjung dapat menemukan sirkulasi utama berupa jalan selebar 3 m dilapisi paving block yang menghubungkan zona satu dengan lainnya. Sebagai penutup tanah digunakan Rumput Paetan (Axonopus compressus) untuk mencegah erosi ini mengingat zona ini berada pada kelas kemiringan lahan 0 – 1 %. Tanaman yang ditanam pada lokasi baru dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 16. Rencana Tanaman Koleksi Tambahan dan Pengganti Nama Lokal Pinang Jambe Kayu Putih Saputangan Buni Kecubung Sukun Lamtoro Pala Dewandaru YlangYlang Sintok Kicangcorang Pacira Cengkeh
Nama Latin Areca sp. Maniltoa leucadendra Maniltoa grandiflora Antodesma bunius Datura suaveolens Artocarpus communis Leucaena leucocephala Myristica fragrans Artocarpus camansi Artabotrys odoratissimus Cinnamomun sintoc Desmonium triquitrum Pachira insignis Eugenia aromatica
Lokasi Pada Gambar
Zona Koleksi 1
85
(lanjutan Tabel 16) Nama Lokal Pinang Jambe Bratawali Marasi Ceremai Kersen Kayu Manis Pandan Besar Girang Hahapaan Pinang Jambe Ketepeng Cina Cempaka Kuning Mahoni Kecapi Karet Hutan Vanili Bungur Makadamia Tongka Mimba Mindi Cengkeh Pinang Jambe Tengkawang Kayu Upas Belimbing Wuluh Kluwih Sawo Jati Pentadesma Gatep Kenanga Murbai Daun Kupu Kupu Gamal
Nama Latin Areca sp. Tinospora crispa Crculigo latifolia Phyllanthus acidus Mintingia calabura Cinnamomun burmanii Pandanus tectorius Leea aquleata Fleminia strobilifera Areca sp. Cassia alata Gardenia tubifera Swietenia mahogani Sandroricum koetjape Ficus elastica Vanilla planifolia Lagerstromia speciosa Macadamia grandis Eurycoma longifolia Azadirchta indica Melia azedarach Eugenia aromatica Areca sp. Shorea amplexicaulis Merremia mammosa Averrhoa bilimbi Artocarpus camansi Manilkara zapota Tectona grandis Pentadesma butyraceum Quasia indica Cananga odorata Morus alba Bauhinia purpurea Glicirida sepium
Lokasi Pada Gambar
Zona Koleksi 2
Zona Koleksi 3
Zona Koleksi 4
86
Gambar 52. Rencana Penanaman Zona Koleksi 1
87
Gambar 53. Rencana Penanaman Zona Koleksi 2
88
Gambar 54. Rencana Penanaman Zona Koleksi 3
89
Gambar 55. Rencana Penanaman Zona Koleksi 4
90
Zona Pembibitan Pada zona ini aktifitas pengunjung adalah melihat kegiatan pembibitan yang dilakukan terhadap tanaman tertentu yang dilakukan oleh pihak pengelola. Menurut Wachjar (2006), pembibitan tanaman perkebunan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembibitan pendahuluan (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Dengan adanya dua tahap maka seleksi terhadap bibit-bibit menghasilkan bibit yang berkualitas. Bangunan yang ada merupakan bangunan eksisting yang berdimensi tinggi 250 cm, lebar 1250 cm serta panjang 1500 cm yang kemudian diperindah dengan penempatan tanaman di sekelilingnya dan diberi kawat kasa atau paranet. Selain itu, disediakan juga area terbuka dengan perkerasan seluas 153,86 m² untuk kegiatan persiapan media tanam dan penanaman dalam polybag. Tanaman yang ditempatkan di sekeliling rumah kaca adalah Sutra Bombay (Portulaca Grandiflora), Kencur (Kaempferia galanga), Pisang Hias (Heliconia colinsiana). Sebagai peneduh dipilih Bungur (Lagerstromia speciosa) dan untuk memperkaya tekstur dipilih Pakis Haji (Cycas rumphii). Pola penyusunan tanaman secara organik juga dilakukan dengan tanaman utama dari kategori obatobatan. Tanaman tersebut meliputi Rosela (Hibiscus sabdariffa), Nona Makan Sirih (Clerodendrum thomsonae), Poslen (Talium triangulare) dan Daun Wati (Piper methysticum) yang masing-masing dilingkari oleh kumpulan tanaman Sutra Bombay (Portulaca grandiflora). Berikut adalah fasilitas dan site furniture yang dirancang pada zona pembibitan: Tabel 17. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Pembibitan No 1
2 3 4 5
Jenis Rumah Kaca
Ukuran T = 250 cm, L = 1250 cm, P = 1500 cm Papan Nama Lokasi T = 200 cm Lampu Taman T = 250 cm Halaman dengan perkerasan L = 153860 cm² Tempat Sampah D = 40 cm, T = 60 cm
Keterangan / Bahan Berjumlah 2 buah
Beton, besi, kayu Beton, besi Beton, kayu, besi, seng
91
Gambar 56. Detil Zona Pembibitan
92
Gambar 57. Rencana Penanaman Zona Pembibitan
93
Gambar 58. Detil Rumah Kaca
94
Zona Wisata Umum Merupakan zona yang bentuk dasarnya lingkaran dibentuk oleh jalur sirkulasi utama pada tapak. Jumlah keseluruhan lingkaran yang digunakan untuk zona ini adalah 5 buah yang masing-masing berdiameter 45,7 meter dikelilingi oleh jalur sirkulasi selebar 3 m berlapis paving block. Secara umum zona ini terdiri dari tegakan pohon yang disusun tidak terlalu rapat sehingga dapat membantu mengurangi sinar matahari berlebihan pada ruang yang terbuka dan dapat dimanfaatkan untuk berteduh. Vegetasi yang ada di zona ini adalah vegetasi koleksi. Pengunjung yang ingin memanfaatkan KWI II untuk aktifitas wisata yang sifatnya umum dapat menggunakan zona ini untuk kegiatan piknik atau pesta kebun, bermain, dan lain sebagainya. Berikut adalah rencaba detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang digunakan pada Zona Terbuka: Tabel 18. Rencana Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Wisata Umum No 1 2 3 4 5
Jenis Lapangan Rumput Pohon Peneduh Gazebo Sirkulasi Melingkar Toilet
6
Tempat Sampah
Ukuran 9321.83 m²
Bahan / Keterangan Rumput Paetan (Axonopus compressus) Koleksi KWI II Beton dan kayu Paving block Daya tampung 8 kamar
D=3m L=3m L = 400 cm, P = 1600 cm D = 40 cm, Beton, kayu, besi, seng T = 60 cm
Berikut adalah gambar detil salah satu bagian dari zona wisata umum dan fasilitas di dalamnya:
95
Gambar 59. Detil Salah Satu Bagian Zona Wisata Umum
96
Gambar 60. Rencana Penanaman salah satu Zona Wisata Umum
97
Gambar 61. Detil Toilet Zona Wisata Umum
98
Gambar 62. Detil Gazebo
99
Zona Display Fasilitas utama yang direncanakan di dalam zona ini adalah bangunan display dan perpustakaan yang berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pemberian informasi berbagai jenis tanaman beserta hasil olahan. Selain itu, dapat juga digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pameran. Kegiatan wisata ilmiah yang dilakukan pada zona ini bersifat pasif dan berada di dalam ruangan tertutup. Berikut adalah detil site furniture, fasilitas dan tanaman yang digunakan pada zona display: Tabel 19. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Display No 1
Jenis Bangunan Display/Pameran
2
Pusat Informasi
3
Perpustakaan
4 5 6
Papan Nama Lokasi Lampu Taman Tempat sampah
Ukuran L = 1300 cm, P = 2100 cm L = 700 cm, P = 1500 cm L = 700 cm, P = 1500 cm T = 200 cm T = 250 cm D = 40 cm, T = 60 cm
Bahan / Keterangan Berbentuk huruf U
Beton, besi, kayu Beton, besi Beton, kayu, besi, seng
Tabel 20. Rencana Vegetasi Zona Display No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lokal Poslen Sutra Bombay Cempaka Cina Karet Kebo Bunga Pagoda Bungur Lidah Buaya
Nama Latin Talium triangulare Portulaca grandiflora Artabotrys odoratissimus Ficus elastica Clerodendron paniculatum Lagerstroemia speciosa Aloe vera
Fungsi Estetika Estetika, Konservasi Estetika, Aromatik Estetika, Peneduh Estetika Estetika, Peneduh Estetika
Ketika pengunjung memasuki zona ini maka ditemukan 3 bangunan utama yaitu bangunan display, pusat informasi dan perpustakaan. Bentuk yang dipilih untuk bangunan display adalah huruf U. Bentuk ini dimaksudkan untuk memberikan kesan resmi namun terbuka. Sedangkan pusat informasi dan perpustakaan menggunakan bangunan yang sama ukurannya.
100
Gambar 63. Detil Zona Display
101
Gambar 64. Rencana Penanaman Zona Display
102
Gambar 65. Detil Bangunan Display
103
Gambar 66. Detil Perpustakaan
104
Gambar 67. Detil Pusat Informasi Dan Kantor Pengelola
105
Pada bagian belakang perpustakaan dibuat dua buah lapangan bulutangkis yang khusus digunakan oleh pengelola. Untuk fasilitas pendukung lain seperti papan nama lokasi tidak jauh berbeda dari papan penunjuk arah yang berada di Zona Koleksi, begitu pula dasar pemilihan materinya. Sebagai tambahan, pada zona ini dibuat dua buah lapangan bulutangkis yang khusus digunakan oleh pengelola. Lapangan ini diberi pagar pembatas dan pintu yang dikunci dan hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu oleh pengelola yang tidak sedang bertugas. Dengan demikian penggunaan lapangan hanya oleh pengelola atau seizing pengelola saja. Tanaman yang dipilih di sekitar bangunan display sebagai tanaman peneduh adalah Bungur (Lagerstromia speciosa). Selain itu, tanaman lain yang digunakan untuk meningkatkan nilai estetika dan mengurangi lahan terbuka di sekitar bangunan display adalah Karet Kebo (Ficus elastica), Bunga Pagoda (Clerodendron paniculatum), Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus), Sutra Bombay (Portulaca grandiflora), Poslen (Talinum triangulare) dan Cempaka Cina (Artabotrys odoratissimus). Sedangkan pusat informasi dan perpustakaan memanfaatkan naungan dari Pinus (Pinus mercusii) dan Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai pelengkap yang ditanam di sekeliling perpustakaan, bangunan informasi dan lapangan bulutangkis. Zona Penelitian Zona ini direncanakan di atas petak M3 dan M4 yang sebelumnya ditumbuhi oleh rumpun bambu dan semak yang tumbuh dengan lebat. Berfungsi menyediakan fasilitas penelitian bagi peneliti berupa lahan bercocok tanam atau bedengan. Bedengan dibuat memanjang dari utara ke selatan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan penyinaran matahari yang maksimal bagi tanaman yang ditanam. Selain itu, bedeng yang ada juga menjadi fasilitas untuk melakukan praktek penanaman dan pemanenan bagi para pengunjung. Untuk keperluan pengairan, ditambahkan fasilitas berupa menara air yang memiliki 4 buah tangki dilengkapi dengan pompa air.Dengan demikian zona ini dapat membantu peneliti dan memberikan suatu pengalaman baru bagi pengunjung yang ingin mencoba bercocok tanam dalam waktu singkat Berikut adalah rencana fasilitas dan vegetasi pada Zona Penelitian:
106
Tabel 21. Rencana Detil Fasilitas dan Site Furniture Pada Zona Penelitian No Jenis 1 Bedengan 2
Balai bengong
3
Gudang Peralatan
4 5 6 7
Tangki Air Menara Gazebo Toilet
Ukuran P = 1100 cm, L = 600 cm L = 100 cm, P = 200 cm P = 1500 cm, L = 700 cm D = 150 cm T = 1200 cm D = 300 cm P = 750 cm L = 150 cm
Bahan / Keterangan Tanah digemburkan terlebih dahulu Serupa dengan Zona Pelayanan
Fiber glass/Berjumlah 4 buah Dilengkapi pompa air Sama dengan Zona Koleksi Serupa dengan Zona Pelayanan
Tabel 22. Rencana Vegetasi Zona Penelitian No 1 2 3 4 5 6
Nama Lokal Kayu Manis Pisang Hias Cemara Kipas Kembang Sepatu Cengkeh Pinang Jambe
Nama Latin Cinnamomun burmanii Heliconia colinsiana Thuja orientalis Hibiscus rosa-sinensis Eugenia aromatica Arecaria sp
Fungsi Estetik Estetik Estetik, penahan angin Estetik, pembatas Estetik, peneduh, aromatika Estetik
Pengunjung dapat langsung menuju Zona Penelitian dari Zona Pelayanan. Ketika memasuki zona ini, di hadapan pengunjung terbentang lahan yang diberi perkerasan dengan 12 bedengan yang berada di tengah. Peralatan yang ingin digunakan dapat diambil dari gudang peralatan yang dirancang dengan ukuran 15 m x 7 m. Tersedia juga gazebo berjumlah 5 buah berdimensi serupa dengan yang terdapat pada Zona Wisata Umum dan sebuah balai bengong seperti yang ada pada Zona Pelayanan. Kedua jenis bangunan ini dapat dimanfaatkan oleh pengunjung dan peneliti yang ingin beristirahat sejenak setelah melakukan aktivitasnya. Tersedianya toilet berukuran 7,5 m x 1,5 m dengan 5 bilik akan menambah lengkapnya fasilitas di zona ini. Toilet diletakan di belakang gudang peralatan. Untuk menambah daya tarik, digunakan elemen tanaman bernuansa obat dan aromatik seperti Kayu Manis (Cinnamomun burmanii), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Pisang Hias (Heliconia colinsiana), Cemara kipas (Thuja orientalis), Pinang Jambe (Areca sp) dan Cengkeh (Eugenia aromatica).
107
Gambar 68. Detil Zona Penelitian
108
Gambar 69. Rencana Penanaman Zona Penelitian
109
Gambar 70. Detil Bangunan Gudang Dan Mess
110
Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) diletakkan di sebelah selatan zona yang berbatasan tanaman penyangga dan tembok pemukiman membentuk kumpulan pohon. Antara tanaman penyangga dan Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) dibentuk pagar tanaman dengan menggunakan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Pagar tanaman dengan jenis serupa juga digunakan untuk membatasi zona penelitian dengan zona koleksi yang dilengkapi dengan Pinang Jambe (Areca sp) pada beberapa titik lekukan zona. Untuk memberi keteduhan digunakan beberapa pohon yang dipilih dari jenis aromatik yaitu Cengkeh (Eugenia aromatica). Penggunaan Cemara kipas (Thuja orientalis) juga dilakukan untuk menambah nilai estetika pada zona ini. Sebagai tambahan pada bangunan gudang juga disediakan fasilitas menginap atau biasa disebut dengan mess yang berjumlah 2 kamar bagi peneliti yang memerlukan tempat menginap selama melakukan penelitian. Zona Penyangga Zona ini menggunakan tanaman sebagai elemen utamanya dan merupakan zona yang terdiri atas bagian-bagian kecil zona lainnya, yaitu zona penerimaan dan zona koleksi. Pada zona penerimaan digunakan tanaman Glodogan tiang untuk mengurangi terpaan angin dari lalu lintas dan sebagai tanaman pengarah serta memberikan kesan sebagai pembatas lokasi yang bersifat vertikal. Bagian lain dari tapak yang merupakan zona penyangga adalah batas tapak dengan pemukiman karyawan dan sepanjang jalur sirkulasi karyawan dari pemukiman ke tapak, tepatnya di sebelah barat tapak. Vegetasi yang digunakan pada area ini adalah Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) yang berfungsi untuk membatasi sirkulasi pegawai dengan jalur wisata yang digunakan oleh pengunjung. Pada aliran sungai kecil, zona penyangga berupa kumpulan Pinus yang berfungsi menyerap kelebihan air dan memperkuat struktur tanah. Tabel 23. Rencana Vegetasi Zona Penyangga No 1 2 3 4
Nama Lokal Puring Pinus Kembang Sepatu Kayu Manis
Nama Latin Codiaeum variegatum Pinus merkusii Hibiscus rosa-sinensis Cinnamomun burmanii
Fungsi Pembatas dan konservasi Konservasi Estetis dan pembatas Pengarah dan pemecah angin
111
Penyusunan Puring (Codiaeum variegatum) dilakukan pada batas tapak membentuk pembatas yang solid untuk meminimalisasi pemandangan yang kurang baik dari daerah sekitar. Penyusunan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis.) membentuk pagar rapat guna memperindah pagar batas sirkulasi pegawai di sepanjang batas barat tapak dengan zona wisata umum. Selain itu, fungsi konservasi juga dipenuhi dengan adanya penempatan vegetasi ini disepanjang sungai sebelah barat tapak. Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) diletakan di batas dalam tapak setelah pagar pembatas, disusun berbaris secara individual guna memenuhi fungsinya untuk memecah angin dan pengarah bagi Jalan Tentara Pelajar. Sedangkan Pinus (Pinus merkusii) disusun berupa kelompok maupun individu di daerah rawa dan sekitar zona display.
112
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kebun Wisata Ilmiah II memiliki potensi yang baik sebagai sarana wisata pendidikan berbagai macam tanaman dan suasana alamnya yang mendukung untuk wisata. Kegiatan perencanaan dan perancangan yang dilakukan pada tapak mengarah untuk membentuk kawasan wisata berbasis pendidikan pertanian dengan melengkapi fasilitas pelayanan dan penataan tanaman koleksi. Konsep dasar pengembangan tapak adalah Kebun Wisata Ilmiah II yang digunakan untuk penelitian dan pendidikan dalam aktivitas wisata, terutama dengan tanaman obat dan aromatik atau lebih dikenal dengan kebun wisata ilmiah. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan penduduk sekitar dan masyarakat luas dalam
hal wisata pendidikan.
Pengembangan tapak dapat menampilkan koleksi tanaman, dalam upaya memberi pengajaran atau edukasi kepada pengunjung ditunjang oleh sarana dan prasarana wisata, dengan latar belakang lanskap yang ditata dalam suasana nyaman, indah. Tapak dibagi menjadi Zona Penerimaan (Welcome Area), Zona Pelayanan, Zona Koleksi, Zona Pembibitan, Zona Wisata Umum, Zona Display, Zona Penelitian dan Zona Penyangga. Fasilitas yang direncanakan dan dirancang pada tapak meliputi pintu gerbang, ruang parkir, balai bengong, mushola, kolam dengan tugu batu, menara pandang, lahan piknik, bedengan, pusat informasi dan bangunan display untuk keperluan pameran. Tanaman yang dipilih berasal dari kategori tanaman obat dan aromatik dengan fungsinya sebagai tanaman pengarah, peneduh dan estetika.
113
Saran Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi tapak sekaligus memperbaiki kekurangan yang ada pada Kebun Wisata Ilmiah II adalah sebagai berikut: 1. Melengkapi tanaman koleksi yang ada pada Kebun Wisata Ilmiah II. 2. Meningkatkan estetika dengan tanaman obat dan aromatik. 3. Perbaikan sepanjang badan sungai kecil yang melintasi tapak untuk meminimalisasi terjadinya longsor dan mengurangi bahaya yang mungkin terjadi pada pengunjung maupun karyawan. 4. Melengkapi fasilitas pelayanan yang mendukung kegiatan wisata pendidikan. 5. Meningkatkan promosi kepada masyarakat luas tentang keberadaan lokasi Kebun Wisata Ilmiah II dan potensi yang ada di dalamnya.
114
DAFTAR PUSTAKA Booth, K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Waveland Press, Illinois. Carpenter, P. L. T. D. Walker, and F. O. Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. W. H. Freeman and Co., San Fransisco. Gold. 1980. Recreational Planning And Design. Mc, Graw-Hill, Company New York. Gunn, C.A. 1997. Vacationscape : Developing Tourist Areas. USA : Taylor and Francis. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya, Jakarta. Harris, C.W. and N.T. Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan). Erlangga, Jakarta. Lynch, K. 1981. Site Planning. The MIT Press Cambridge. London. Nurisjah, S dan Pramukanto, Q. 1995. Penuntun
Praktikum Perencanaan
Lanskap. PS Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Reid, G.W. 1993. From Concept to Form in Landscape Design. Van Nostrand Reinhold an International Thomson Pbl. Co. New York, London, etc. Setyati, Sri. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Co. New York. Smith, Stephen L. J. 1989. Tourism Analysis. Longman Singapore Publihsers, Singapore. Soepraptohardjo, M. 1976. Sifat dan Jenis Tanah. Jakarta. Wachjar, Ade. 2006. Tehnik Perkebunan. Fakultas Pertanian IPB. Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
115
LAMPIRAN
116 Lampiran 1. Site Plan
117 Lampiran 2. Peta Zonasi
118 Lampiran 3. Rataan Data Iklim Tahun 2001 Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 Januari 30.0 23.0 24.1 28.7 26.0 87.3 71.0 83.0 Februari 28.1 22.4 23.4 27.1 25.7 89.0 77.5 84.1 Maret 30.1 23.1 24.2 29.0 26.3 86.6 68.9 81.3 April 30.8 23.2 24.2 29.8 26.0 87.5 67.1 84.4 Mei 31.4 23.5 24.5 30.6 27.6 86.8 62.8 77.4 Juni 30.8 22.5 23.6 29.8 26.9 85.5 64.1 78.9 Juli 30.6 22.2 23.3 30.0 26.8 83.5 58.9 75.3 Agustus 31.2 22.5 23.6 30.5 27.3 82.3 58.7 73.3 September 31.5 23.2 24.5 30.7 26.8 85.0 63.8 79.1 Oktober 30.6 23.2 24.7 29.3 26.1 87 74 86 November 29.8 23.2 24.6 28.8 25.7 88 72 85 Desember 30.4 23.4 24.9 29.6 27.1 81 66 79 Rata-rata 30.4 22.9 24.1 29.5 26.5 85.8 67.1 80.6 Rata-rata 26.7 77.8 Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007 Bulan
Radiasi Surya (MJ/m2/hari) 8.5 7.0 9.6 8.8 9.8 9.5 11.3 10.8 10.7 9.55 8.27 10.76 9.6
Curah Hujan (mm) 418.3 511.3 367.9 494.8 349.0 313.9 405.8 256.5 352.2 694.5 446.2 154.8 397.1
Evaporasi (mm) 3.8 3.3 3.8 4.0 4.7 4.2 4.7 4.9 4.5 3.90 4.01 4.33 4.2
Windrun (km/hari) 44.3 52.8 53.9 42.5 45.8 43.0 50.9 49.5 53.2 53.16 53.4 63.50 50.5
119
Lampiran 4. Rataan Data Iklim Tahun 2002 Kelembaban Udara(%) Suhu Udara (0C) Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 Januari 28.6 22.7 23.8 27.6 25.9 93 80 87 Februari 27.5 22.5 23.2 26.7 25.8 93 81 86 Maret 30.7 23.1 24.2 29.5 26.6 89 70 83 April 30.9 23.2 24.3 29.7 26.6 91 70 85 Mei 31.3 23.4 24.4 30.7 28.1 86 64 77 Juni 31.1 23.2 24.0 30.2 27.6 84 65 77 Juli 30.8 22.8 23.5 30.1 27.6 87 68 77 Agustus 31.3 22.2 23.4 30.7 27.6 80 59 74 September 32.0 22.5 23.6 31.4 28.2 80 58 75 Oktober 32.9 23.0 24.6 32.3 28.7 81 55 73 November 31.8 23.7 25.3 31.0 26.3 85 64 84 Desember 30.8 23.4 24.8 30.0 26.5 86 67 84 Rata-rata 30.8 23.0 24.1 30.0 27.1 86.3 66.7 80.2 Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007 Bulan
Radiasi Surya (MJ/m2/hari) 6.92 6.3 10.04 10.05 10.09 9.38 9.59 11.07 12.62 12.96 10.08 9.63 9.9
Curah Hujan (mm) 743.4 321.6 511.6 586.2 280.2 261.7 416.1 162.3 252.9 244.6 427.5 589.8 399.8
Evaporasi (mm) 3.3 2.9 4.4 4.0 4.3 4.3 4.3 5.1 5.5 5.7 4.6 4.3 4.4
Windrun (km/hari) 31.2 34.3 40.6 38.8 39.7 46.3 46.9 63.7 76.9 68.3 57.3 57.7 50.1
120
Lampiran 5. Rataan Data Iklim Tahun 2003 Suhu Udara (0C) Max Min 7.30 13.30 17.30 Januari 30.7 23.7 24.9 29.9 27.7 Februari 29.2 23.1 24.0 28.2 26.0 Maret 30.4 23.4 24.3 29.5 26.3 April 31.5 23.7 24.7 30.6 27.3 Mei 31.7 23.4 24.4 31.0 27.3 Juni 31.6 22.7 23.8 31.1 28.5 Juli 31.8 22.1 23.1 31.3 28.5 Agustus 32.3 22.3 23.5 31.6 28.6 September 31.5 22.8 23.9 30.8 27.5 Oktober 31.3 23.5 24.9 29.9 26.5 November 31.3 24.0 25.2 30.5 27.4 Desember 29.5 23.0 24.3 28.7 26.1 Rata-rata 31.1 23.2 24.2 30.3 27.3 Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007 Bulan
Kelembaban Udara(%) 7.30 13.30 17.30 81 64 75 91 76 85 88 70 84 87 66 81 86 63 81 85 59 73 82 60 73 82 58 70 84 62 77 85 68 84 84 64 81 87 73 85 85.1 65.4 79.1
Radiasi Surya Curah Hujan Evaporasi (MJ/m2/hari) (mm) (mm) 10.32 223.5 5.2 8.0 579.7 3.1 10.09 421.3 4.2 10.02 649.5 4.6 11.74 472.6 4.3 11.06 157.4 4.8 11.33 32.7 5.3 11.96 118.3 5.4 11.51 254.0 4.8 10.79 597.8 4.7 10.77 259.0 4.9 7.90 291.3 3.0 10.5 338.1 4.5
Windrun (km/hari) 81.1 38.2 47.5 50.1 49.7 54.9 62.9 70.1 68.0 67.5 63.4 47.6 58.4
121
Lampiran 6. Rataan Data Iklim Tahun 2004 Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 Januari 29.7 23.3 24.2 28.6 26.2 89 76 85 Februari 28.8 23.0 23.9 27.1 25.7 91 79 87 Maret 30.7 23.6 24.7 29.3 26.7 84 70 79 April 31.7 23.6 24.6 30.9 27.8 90 64 79 Mei 31.4 23.8 24.8 30.6 27.3 86 64 79 Juni 30.7 22.7 23.6 30.3 27.7 81 61 73 Juli 30.7 22.6 23.4 30.1 27.5 85 65 77 Agustus 31.4 22.2 23.3 30.9 27.3 82 56 75 September 31.7 22.9 24.2 31.2 27.0 84 57 78 Oktober 32.4 23.2 25.0 31.9 27.7 81 55 75 November 31.3 23.5 25.1 30.5 26.6 86 65 82 Desember 29.5 23.5 24.6 28.8 26.1 87 71 83 Rata-rata 30.8 23.2 24.3 30.0 27.0 85.5 65.3 79.4 Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007 Bulan
Radiasi Surya (MJ/m2/hari) 7.85 6.0 9.28 11.19 10.33 10.61 9.94 11.75 11.51 13.27 10.47 7.69 10.0
Curah Hujan (mm) 416.3 255.4 307.5 443.7 367.1 83.0 181.5 55.9 406.7 319.3 476.6 517.9 319.2
Evaporasi (mm) 3.7 2.7 4.5 4.6 4.8 4.6 4.4 5.4 5.3 6.0 4.6 4.2 4.6
Windrun (km/hari) 46.9 41.9 63.6 49.9 57.2 61.2 48.4 66.1 52.8 64.9 52.4 55.7 55.1
122
Lampiran 7. Rataan Data Iklim Tahun 2005 Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 Januari 28.5 22.9 23.9 27.5 25.9 89 79 85 Februari 29.6 23.1 24.1 28.8 25.8 91 73 87 Maret 30.4 23.4 24.4 29.7 26.6 88 69 84 April 31.3 23.6 24.8 30.3 27.3 85 65 80 Mei 31.3 23.7 24.7 30.7 27.4 85 64 80 Juni 30.7 23.4 24.2 30.2 27.0 89 67 82 Juli 30.6 22.7 23.6 30.1 27.0 84 65 78 Agustus 30.9 22.6 23.8 30.5 27.2 82 62 77 September 31.4 23.4 24.8 31.0 27.3 83 60 77 Oktober 31.2 23.4 25.2 30.3 26.6 84 66 82 November 30.8 39.6 25.3 30.0 26.7 84 67 81 Desember 29.6 23.3 25.0 28.3 25.9 84 73 83 Rata-rata 30.5 24.6 24.5 29.8 26.7 85.6 67.5 81.4 Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007 Bulan
Radiasi Surya (MJ/m2/hari) 7.12 7.7 9.80 10.05 10.15 9.28 10.40 10.60 10.85 10.38 10.93 7.26 9.5
Curah Hujan (mm) 485.0 547.2 593.9 349.3 417.6 851.2 346.4 289.3 320.9 473.4 310.1 205.6 432.5
Evaporasi (mm) 3.2 3.8 4.3 4.6 4.5 3.8 4.5 4.5 5.0 4.7 4.6 3.4 4.2
Windrun (km/hari) 41.4 37.2 34.1 39.9 44.9 33.8 50.3 46.6 62.1 60.6 63.1 47.2 46.7
123
Lampiran 8. Rataan Data Iklim Tahun 2006 Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara(%) Max Min 7.30 13.30 17.30 7.30 13.30 17.30 Januari 28.7 22.9 24.0 27.7 25.6 89 76 86 Februari 29.9 23.0 24.2 28.2 26.1 88 76 85 Maret 30.0 23.5 24.5 28.9 27.0 87 72 78 April 30.6 23.5 25.0 29.4 26.3 83 69 83 Mei 31.1 23.0 24.7 30.0 29.3 83 66 79 Juni 31.2 22.5 23.9 30.6 27.5 84 62 76 Juli 31.5 22.6 23.4 30.9 27.6 84 58 71 Agustus 32.0 21.7 23.1 31.4 27.9 79 52 69 September 32.9 20.8 24.0 32.3 28.7 79 51 70 Oktober 33.5 23.1 25.0 32.9 28.5 80 54 74 November 32.6 23.4 25.5 31.9 26.2 84 62 85 Desember 30.7 23.4 25.3 29.4 25.9 86 74 89 Rata-rata 31.2 22.8 24.4 30.3 27.2 83.8 64.4 78.8 Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 2007 Bulan
Radiasi Surya (MJ/m2/hari) 7.25 8.8 9.16 8.73 10.16 10.33 10.89 12.81 13.80 12.87 11.01 8.73 10.4
Curah Hujan (mm) 571.0 573.6 192.7 356.3 338.5 217.5 62.9 74.7 51.5 269.8 464.6 540.0 309.4
Evaporasi (mm) 3.1 4.0 4.2 4.0 3.8 4.2 4.6 5.5 6.2 6.6 5.8 3.8 4.6
Windrun (km/hari) 40.4 29.8 51.3 47.3 29.4 41.5 47.7 59.3 67.6 88.8 40.8 38.8 48.6
124
Lampiran 9. Daftar Tanaman Petak KO Kebun Wisata Ilmiah II Petak Nama Lokal Nama Latin KO Angsana Pterocarpus indicus Belimbing Averrhoa carambola Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi Bungur Lagerstromeia speciosa Gatep Quassia indica Jakaranda Jacaranda mimosifolia Jati Tectona grandis Jati Belanda Guazuma ulmifolia Kamper Dryobalanops aromatica Kayu Putih Melaleuca leucadendra Kayu Upas Merremia mammosa Kedaung Parkia roxburghii Kemiri Aleurites moluccana Kenanga Cananga odorata Kenari Canarium commune Kendal Cordia dichotoma Kepel Stelechocarpus burahol Kisariawan Symplocos odoratissima Marasi Curculigo latifolia Mengkudu Morinda citrifolia Mindi Melia azedarach Pete Parkia speciosa Pongporang Oroxylum indicum Pule Rauwolfia serpentina Sengon Paraserianthes falcataria Tengkawang Shorea amplexicaulis Tongka Eurycoma longifolia Trengguli Casia fistula
125
Lampiran 10. Daftar Tanaman Petak KW Kebun Wisata Ilmiah II Petak Nama Lokal Nama Latin KW Alpukat Persea gratissima Bisbul Diospyros philippensis Cengkeh Syzygium aromaticum Flamboyan Delonix regia Gamal Gliricidia sepium Getah Perca Palaquium Jati Belanda Guazuma ulmifolia Kapuk Randu Ceiba pentandra Kayu Manis Cynamomum aromaticum Kelapa Cocos nucifera Kelapa Sawit Elaeis guineensis Kemiri Aleurites moluccana Kenari Canarium commune Kepuh Sterculia foetida Keruing Dipterocarpus retusus Kicangcorang Desmodium triquitrum Kola Akuminata Cola acuminata Kopi Coffea spp. Kupa Eugenia polycephala Lamtoro Leucaena leucocephala Luteng Taraktogenus curzii Mahoni Swietenia mahagoni Marasi Curculigo latifolia Pacing Costus speciosus Pala Myristica fragrans Parkia Parkia intermedia Pentadesma Pentadesma butyraceum Sawo Manilkara zapota Sengon Buto Enterolobium cyclocarpum Tongka Eurycoma longifolia
126
Lampiran 11. Daftar Tanaman Petak J,K dan L Kebun Wisata Ilmiah II Petak Nama Lokal Nama Latin J Kayu Putih Melaleuca leucadendra Mahoni Swietenia mahagoni Melinjo Gnetum gnemon Mindi Melia azedarach Lada Piper nigrum Pacira Pachira insignis Pala Myristica fragrans Sereh Cymbopogon winterianus Sekang Caesalpinia sappan Sengon Paraserianthes falcataria Sintok Cinnamomum sintoc Ylang Ylang Artabotrys odoratissimus K Cengkeh Eugenia aromatica Cordia Cordia dichotoma Gandaria Bouea macrophylla Kemiri Aleurites moluccana Kupa Eugenia polycephala Lamtoro Leucaena leucocephala Mindi Melia azedarach Sawo Manilkara zapota Sawo Kecik Manilkara kauki Selasih Ocimum basilicum L Beringin Ficus benjamina Cloa Gigantochloa achmadii Hydnocarpus Taraktogenus curzii Kayu Manis Burmani Cinnamomum burmannii Kayu Manis Ceylan Cinnamomum zeylanicum Kayu Manis Cina Cinnamomum cassia Mahoni Swietenia mahagoni Marasi Curculigo latifolia Mindi Melia azedarach Pala Myristica fragrans Tanjung Mimusops elengi Tongka Eurycoma longifolia
127
Lampiran 12. Daftar Tanaman Petak M, N, O dan P Kebun Wisata Ilmiah II Petak Nama Lokal Nama Latin M Getah Perca Palaquium Karet Brazil Hevea brasiliensis Makadamia Macadamia grandis Payena Payena leerii Tongka Eurycoma longifolia Saga Pohon Adenanthera microsperma N Albizia Albizia falcataria Caesalfinia Caesalfinia ariaria Karet Hutan Ficus elastica Kelapa Cocos nucifera Kola Akuminata Cola acuminata Kola Nitida Cola nitida Makadamia Macadamia hildebrandii Mimba Azadirachta indica Nilam Pogostemon cablin Pacira Pachira insignis Sambiloto Andrigraphis paniculata Sengon Paraserianthes falcataria Serei Wangi Cymbopogon nardus Ylang Ylang Artabotrys odoratissimus O Cempaka Kuning Gardenia tubifera Kecapi Sandoricum koetjape Kopi Coffea spp. Mahoni Swietenia mahagoni Mundulea Mundulea sericea Sono Keling Dalbergia latifolia Vanili Vanilla planifolia Ylang Ylang Artabotrys odoratissimus P Mahoni Swietenia mahagoni Serei Wangi Cymbopogon nardus