KETERSEDIAAN INFORMASI BAGI PENELITI: Studi Kasus Perpustakaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Eka Kusmayadi1) dan Rushendi2) 1)
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 2) Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
ABSTRAK Untuk mengantisipasi kebutuhan informasi pengguna telah dibangun berbagai jenis perpustakaan sebagai sumber informasi. Namun demikian, kondisi sebagian perpustakaan tersebut masih memprihatinkan. Untuk meningkatkan kinerja perpustakaan dapat dilakukan melalui upaya: (1) menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman, (2) menciptakan suasana kerja yang kondusif, (3) mengadakan kerja sama dengan pihak lain, (4) membangun jaringan antarperpustakaan, dan (5) mengembangkan profesionalisme pengelola. Kebutuhan informasi peneliti Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) tergambar pada subjek penelitian. Persentase tertinggi adalah subjek tanaman obat (36,41%), diikuti tanaman rempah, pestisida nabati, atsiri, serta aneka tanaman perkebunan dan aromatik. Koleksi perpustakaan Balittro meliputi 9.177 judul buku, 9.624 judul literatur ilmiah, dan 47 lembar foto. Data bibliografis koleksi tersebut termuat pada pangkalan data (44,64%) dan informasi berartikel lengkap dalam bentuk file pdf (8,86%). Koleksi perpustakaan Balittro masih didominasi oleh materi tercetak (91,12%), selebihnya berupa hasil alih media digital. Koleksi tercetak yang belum diproses data bibliografis digitalnya mencapai 55,36%, sehingga pengguna masih harus datang ke perpustakaan dan mencarinya secara manual. Jenis koleksi utama berupa majalah, prosiding dan laporan (85%), sedangkan koleksi buku hanya 15%. Koleksi yang banyak dimanfaatkan peneliti adalah mengenai tanaman obat, tanaman rempah, dan atsiri masingmasing sebesar 51%, 20%, dan 10%. Subjek pada jurnal online yang paling banyak di-download peneliti adalah tanaman obat dan minyak atsiri, dan paling sedikit mengenai tanaman aromatik.
ABSTRACT Information Availability for Researcher, Case Study on the Library of Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute To anticipate the user's information need, several libraries have been established which could be functioned as information resource, eventhough most of them are still very apprehensive. To increase the library performance it could be reached by: (1) creating contented situation, (2) creating a condusive work situation, (3) conducting collaboration with stakeholder, (4) establishing library networking, and (5) improving library officers’ competence and professionalism.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007
The Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute (IMACRI) scientists’ information needs were reflected upon the research subjects. The highest percentage is on the medicinal plant (36.41%), followed by spices plant, botanical pesticides, essential oil, and estate and aromatic crops. IMACRI library’s collection consisted of 9,177 titles of textbook, 9,624 titles of scientific literature, and 47 pieces of photograph. Then 44,64% of them had already been processed their bibliographical data and uploaded into the database, while 8.86% among them had been transferred into fulltext format with pdf file. The whole collections are still dominated by printed materials (91.12%). The remains 55.36% not inputed yet into the database, so that users still have to visit the library when they need information. The major collection materials are journals, proceedings, and reports (85%) while textbook just only 15%. The more subjects of the collection which were searched and used by researchers, respectively were medicinal plant, spices plant, and essential oil plant, while from online journal were on medicinal plant, then essential oil plant, and the least was aromatic plant. Keywords: Special library, digital performance, library collection, information needs, e-journal
PENDAHULUAN Perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi (TI) yang pesat dewasa ini telah menjadikan TI sebagai kekuatan pendorong bagi reformasi di berbagai bidang, sehingga berimplikasi pula terhadap pembangunan sosial dan ekonomi sekarang dan di masa mendatang. TI melahirkan era baru yaitu berbagai barang dan jasa dibeli, dikirim, dibayar, dan digunakan tanpa meninggalkan sistem informasi dan jaringan komunikasi. Artinya seluruh proses mulai dari pengadaan sampai penggunaan barang tersebut dilakukan dengan bantuan TI. Di era informasi, bahasa manusia banyak digantikan oleh bahasa mesin, seperti angka, huruf atau kode, kata pengenal (password), dan personal identification number (PIN), yang memungkinkan penanganan dan pengolahan informasi secara otomatis dalam format yang sama pada level yang sama.
51
Saat ini, pengetahuan menjadi model investasi, sedangkan intelektual manusia sebagai peralatan produksinya. Karena itu, informasi memiliki nilai strategis, dan merupakan komoditas yang mahal (Zainal 2004). Teknologi informasi juga telah banyak dimanfaatkan di perpustakaan. Penerapan TI tersebut dapat dilihat dari perkembangan perpustakaan, diawali dari perpustakaan manual kemudian menjadi perpustakaan terotomasi sampai dengan perpustakaan digital atau cyber library. Salah satu ukuran perkembangan perpustakaan adalah penerapan TI dalam menunjang kegiatan perpustakaan, bukan dari besarnya gedung, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah pengguna. Kebutuhan akan TI berhubungan dengan peran perpustakaan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, yang berkembang seiring dengan kegiatan menulis, mencetak, mendidik, dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan membagi informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola, dan menyediakannya untuk pengguna (Fahmi dalam Arif 2003). Menurut Arif (2003), penerapan TI di perpustakaan dapat difungsikan dalam dua bentuk, yaitu: 1. Sebagai sistem informasi manajemen perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi koleksi pustaka, pengelolaan data anggota, dan statistik. Fungsi ini diistilahkan sebagai bentuk otomasi perpustakaan. 2. Sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan, dan menyebarluaskan informasi (ilmu pengetahuan) dalam format digital. Bentuk penerapan TI ini dikenal dengan nama perpustakaan digital. Faktor yang menunjang peluang aplikasi TI di perpustakaan antara lain adalah: (1) kemudahan untuk mendapatkan produk TI, (2) harga produk TI yang makin terjangkau, (3) kemampuan meningkatkan kinerja pengelolaan perpustakaan, dan (4) makin meningkatnya tuntutan layanan masyarakat yang menginginkan serba “klik” (cepat dan mudah). Selain faktor penunjang tersebut, alasan lain penerapan TI di bidang perpustakaan adalah: (1) meningkatkan efisiensi dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan, (2) memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna, (3) meningkatkan citra perpustakaan, dan (4) turut mengembangkan infrastruktur unit kerja pada tingkat nasional, regional dan global.
52
Implikasi penerapan TI di perpustakaan antara lain adalah makin banyak dan tersedianya berbagai sumber informasi ilmiah seperti jurnal elektronis, yang dapat diperoleh secara gratis ataupun membeli. Pangkalan data jurnal elektronis yang tersedia dan dapat diakses melalui internet oleh para peneliti lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) adalah ProQuest dan Science Direct, di samping TEEAL yang dapat diakses melalui local area network (LAN). Tiga pangkalan data jurnal elektronis tersebut memuat 520 judul jurnal ilmiah fulltext dan dilanggan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) dalam upaya mendukung pelaksanaan penelitian pertanian di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) ketersediaan informasi di perpustakaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), (2) jenis informasi yang dibutuhkan peneliti, (3) pemanfaatan koleksi perpustakaan oleh peneliti, dan (4) pemanfaatan jurnal elektronis oleh peneliti.
TINJAUAN PUSTAKA Ketersediaan Infrastruktur Global Infrastruktur berdampak luas terhadap pelayanan perpustakaan. Cara menangani informasi yang hanya mengandalkan tenaga manusia tidak mungkin dipertahankan lagi. Ledakan informasi sebagai akibat ketersediaan infrastruktur informasi global memaksa perpustakaan untuk memanfaatkan TI. Perpustakaan konvensional di bidang pendidikan dan penelitian yang masih berorientasi kepada sumber daya informasi berbasis materi cetak, kecuali perpustakaan yang melayani pengguna yang gemar membaca buku budaya dan seni, perlahan-lahan akan ditinggalkan pelanggannya. Penggantinya adalah sumber daya informasi digital yang tersedia dalam berbagai media dan situs web dan dapat dengan mudah diakses dengan memanfaatkan infrastruktur informasi global (Hasugian dan Rabita 2005). Kebutuhan pengguna informasi yang makin besar dan kompleks, tidak mungkin lagi dapat dilayani dengan sumber daya informasi dari koleksi yang dimiliki semata, tetapi dituntut untuk dapat memasuki dan memanfaatkan berbagai situs dan sumber daya informasi yang berada di mana saja tanpa batas waktu, geografis, dan geopolitis. Pengaplikasian TI merupakan syarat mutlak bagi perpustakaan masa kini agar dapat memasuki jaringan informasi global (Hasugian dan Rabita 2005).
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007
Pemanfaatan Jurnal Elektronis Menurut Huber (2000), terdapat tiga aspek utama yang perlu diperhatikan pustakawan dalam memanfaatkan jurnal elektronis, yaitu harga, kemutakhiran dan kelengkapan informasi, serta tampilan dan fitur temu kembali informasi. Sementara itu, frekuensi penggunaan jurnal elektronis oleh pengguna dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, dan pengalaman dalam menggunakan komputer. Dari ketiga hal tersebut, pengalaman lebih berpengaruh terhadap frekuensi pemanfaatan jurnal elektronis. Pengguna yang berpengalaman akan lebih sering memanfaatkan jurnal elektronis (Rozana 1996). Kebiasaan Pengguna Pengguna umumnya kurang peduli terhadap sistem pengadaan atau penyimpanan buku di perpustakaan. Pengguna lebih mementingkan cara memperoleh informasi secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, perpustakaan perlu memperhatikan kebiasaan pengguna dan kualitas pelayanannya. Peningkatan kualitas perpustakaan perlu dilakukan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan para pengguna. Untuk mengantisipasi kebutuhan informasi pengguna telah dibangun berbagai jenis perpustakaan, tetapi kondisi sebagian perpustakaan tersebut masih memprihatinkan. Oleh karena itu perlu upaya-upaya peningkatan antara lain: (1) menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman, (2) menciptakan suasana kerja yang kondusif, (3) mendorong kerja sama dengan pihak luar yang peduli terhadap perpustakaan, (4) membangun jaringan kerja antarperpustakaan, (5) membina komunikasi dan kerja sama dengan institusi lain sehubungan dengan keperluan dana dan materi pustaka, dan (6) mengembangkan profesionalisme pengelola perpustakaan (Sudiana 2007). Upaya peningkatan kemampuan perpustakaan perlu dibarengi dengan peningkatan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
nikasi secara menarik dan membantu pengguna dalam memperoleh informasi dengan mudah dan cepat. Umumnya pengguna belum merasa puas dengan mencari informasi di satu perpustakaan. Pengguna akan mencari sumber-sumber informasi lain sebagai alternatif, antara lain pusat-pusat dokumentasi dan informasi juga internet yang dewasa ini sangat diandalkan dan digemari oleh pengguna perpustakaan. Contohnya adalah 41% peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) lebih memilih menggunakan internet dan CD-ROM untuk mendapatkan informasi karena lebih mudah, cepat, dan murah (Sufiatini 1999). Sumber informasi lain yang paling sering dimanfaatkan pengguna perpustakaan adalah kolega, karena informasi lebih mudah diperoleh daripada melalui sumber informasi lainnya. Hubungan ini bersifat informal sehingga komunikasinya juga lebih mudah dan lancar. Faktor kedekatan dan pergaulan sehari-hari menjadikan teman sebagai sumber utama setelah perpustakaan.
Dampak Penggunaan Internet terhadap Perpustakaan Kehadiran teknologi informasi seperti internet dan multimedia telah mengubah konsep dasar maupun peran perpustakaan (Rahardjo 1996). Konsep pelayanan perpustakaan konvensional yang menekankan penyediaan akses ke informasi yang dimiliki, kini dengan internet berubah ke arah konsep tanpa harus memiliki. Konsep perpustakaan yang selama berabad-abad menjadi pengelola informasi berbasis cetak, dengan internet dapat menjadi pengelola informasi digital elektronis.
Suasana nyaman perlu diciptakan agar pengguna perpustakaan merasa senang dan tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan. Untuk itu ruangan perpustakaan perlu ditata secara menarik dan fungsional. Koleksi yang tertata secara sistematis dan fungsional akan membuat pengguna merasa senang dan nyaman berada di perpustakaan.
Beberapa keuntungan perpustakaan yang tersambung ke internet adalah: (1) sumber ilmu pengetahuan yang biasanya terbatas hanya tersedia pada perpustakaan tertentu, kini menjadi tidak terbatas; (2) buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian dan dokumen lainnya yang umumnya tersedia hanya di perpustakaan lokal menjadi tidak terbatas karena dapat ditelusur di berbagai perpustakaan yang tergabung pada internet; dan (3) layanan perpustakaan tidak lagi terbatas dan terpaku pada koleksi, tetapi menjadi pusat diseminasi informasi maupun pangkalan data penelitian serta aktivitas lainnya (Purbo 1996).
Koleksi perpustakaan hendaknya beragam dan berkembang sejalan dengan kebutuhan informasi pengguna. Petugas perpustakaan juga harus dapat berkomu-
Internet sebagai sumber informasi dapat menjadi kompetitor perpustakaan. Internet memiliki daya tarik yang besar karena tidak hanya sebagai sumber informasi,
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007
53
tetapi dalam waktu yang bersamaan juga mampu menjadi media komunikasi, sarana hiburan, dan sarana pengembangan ilmu pengetahuan bagi para penggunanya. Dengan kata lain internet memiliki sisi dinamis yang sangat menonjol (Iskhandiningsih dan Johny 2004). Dengan biaya yang relatif murah dan waktu yang sangat singkat, internet mampu menghubungkan beberapa orang dari tempat yang berbeda. Internet mampu menembus batas geografis dan waktu serta membentuk semacam global village. Jaringan informasi yang terbentuk dan dibentuk internet dapat bersifat regional hingga internasional. Fenomena tersebut memaksa pengelola perpustakaan menjadikan internet sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perpustakaan. Layanan informasi yang semula diberikan melalui pustakawan dan koleksi perpustakaan, kini dapat melalui internet. Pelayanan melalui internet menjadi bagian integral dari perpustakaan. Pelayanan internet memberi warna modern pada perpustakaan. Tidak hanya pengguna yang diuntungkan, tetapi juga perpustakaan, terutama untuk: (1) memperlancar proses pelayanan silang layan; (2) membentuk jaringan informasi dengan lembaga-lembaga informasi baik tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional; (3) menyebarluaskan peran dan fungsi serta keberadaan perpustakaan kepada masyarakat luas; (4) memperpendek jarak perpustakaan dengan pengguna; dan (5) mempersingkat waktu untuk menelusur dan memperoleh informasi. Dengan kelebihan tersebut, internet menjadi tantangan bagi perpustakaan dan pustakawan. Kenyataan bahwa internet sangat digemari oleh pengguna, memaksa pustakawan untuk menguasai teknologi informasi ini, terlebih dengan berkembangnya media informasi. Pada saat ini informasi tidak hanya terekam pada kemasan tercetak, namun juga dalam bentuk teknologi audiovisual, yang dikenal dengan istilah koleksi audio-visual. Oleh karena itu, pustakawan dituntut untuk menguasai teknologi alat bantu tersebut.
METODE Analisis pemanfaatan informasi elektronis dilakukan pada bulan Mei-Juni 2007. Data diperoleh dari berbagai sumber, antara lain laporan perkembangan koleksi perpustakaan, laporan kegiatan penelitian, dan sistem informasi manajemen kepegawaian di Balittro. Data diolah dengan menggunakan tabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
54
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Informasi Peneliti Kebutuhan informasi para peneliti Balittro berkaitan erat dengan subjek-subjek dalam program penelitian balai tersebut. Gambaran tentang subjek-subjek penelitian Balittro sejak tahun anggaran (TA) 2003 sampai 2007 dapat dilihat pada Tabel 1. Data menunjukkan penelitian dengan subjek tanaman obat memiliki porsi tertinggi (39,53%), diikuti oleh subjek penelitian tanaman rempah, pestisida nabati, atsiri, aneka tanaman perkebunan, dan aromatik. Pada TA 2007, kegiatan penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tanaman obat dan aromatik. Jumlah peneliti yang terlibat dalam penelitian tanaman obat sebanyak 51 orang dan dalam penelitian tanaman aromatik 31 orang. Aspek yang diteliti bervariasi sesuai dengan spesialisasi masing-masing peneliti. Spesialisasi, jenjang jabatan fungsional, dan latar belakang pendidikan peneliti Balittro dapat dilihat pada Tabel 2. Ketersediaan Informasi Sampai dengan TA 2007, perpustakaan Balittro mempunyai koleksi 9.177 judul buku teks, 9.624 judul literatur ilmiah, dan 47 buah foto (Tabel 3). Koleksi buku dan literatur ilmiah yang sudah dialihmediakan ke dalam bentuk file pdf sebanyak 8,8%. Hasil alih media tersebut dapat diakses oleh para peneliti melalui jaringan lokal (intranet), sehingga akses mereka terhadap informasi lebih mudah dan cepat. Walaupun ketersediaan artikel lengkap masih rendah, informasi keberadaan koleksi sudah dapat diketahui melalui pangkalan data informasi bibliografis yang sudah mencapai 44,64%, sehingga peneliti akan lebih cepat mengetahuinya dengan cara mengakses pangkalan data dari ruangan kerja tanpa harus bertanya kepada pustakawan. Ragam Koleksi Berdasarkan jenis koleksi, perpustakaan Balittro masih didominasi oleh koleksi tercetak, yaitu 91,12%. Jumlah koleksi tercetak yang sudah dialihmediakan dalam format file pdf sebanyak 8,87%. Dengan tersedianya koleksi dalam bentuk file pdf, peneliti dapat memperoleh artikel lengkap secara cepat karena mereka dapat mengaksesnya dari ruang kerja yang bersangkutan. Dari seluruh koleksi tercetak yang ada, 44,64% sudah mempunyai data bibliografi dan disimpan dalam pangkalan data, dan 55,46%
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007
Tabel 1. Komposisi subjek penelitian di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2003-2007.
Program
Tanaman obat Tanaman rempah Tanaman atsiri Aneka tanaman perkebunan Pestisida nabati/DHP1 Tanaman aromatik
2003
2004
2005
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
25 23 12 15
29,4 27,1 14,1 17,7
17 23 5 9
27,0 36,5 7,9 14,3
14 17 8 -
10 -
11,7 -
9 -
14,3 -
6 -
2006
2007
Jumlah
%
Jumlah
%
Rata-rata (%)
31,1 37,8 17,8 -
27 -
77,14 -
17 -
68 -
39,53 24,90 9,88 9,49
13,3 -
3 5
8,57 14,29
8
32
11,07 5,13
%
Untuk tahun 2005 program pestisida nabati diubah menjadi diseminasi hasil penelitian (DHP). Sumber: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2007a)
1
Tabel 2. Sebaran peneliti Balittro berdasarkan karakteristik individual, 2007. Karakteristik peneliti Spesialisasi Hama dan penyakit Ekofisiologi Plasma nutfah dan pemuliaan
Jumlah (orang)
%
29 29 24
35,37 35,37 29,26
Jabatan fungsional Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Peneliti Non Kelas
13 31 19 9 10
15,65 37,80 23,17 10,97 12,19
Pendidikan S3 S2 S1 SM
16 23 41 2
19,51 28,05 50,00 2,44
Tabel 3. Ketersediaan koleksi perpustakaan Balittro sampai dengan tahun 2007. Jenis koleksi
Informasi bibliografis
Koleksi
Buku (judul) Literatur ilmiah (majalah, laporan, prosiding) (judul) Foto (lembar) Jumlah
9.177
1.375
9.624 47
6.989 1 47
1.046
8.411
1.675
18.848
Persentase terhadap koleksi tercetak (%) 1
Artikel lengkap 111
44,64
8,87
Jumlah literatur dalam majalah, laporan, serta prosiding.
Cantuman Sumber: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2007b)
10.000 Buku Literatur ilmiah Foto Buku fulltext Literatur fulltext
8.000
belum memilikinya sehingga penelusuran masih dilakukan secara manual di perpustakaan. Namun demikian, penelusuran secara manual kurang diminati peneliti karena memakan waktu dan informasi yang diinginkan belum tentu dapat ditemukan. Pangkalan data bibliografis di Balittro telah dibangun sejak tahun 2004. Sampai dengan TA 2007, jumlah cantuman informasi bibliografis dari seluruh koleksi baru mencapai 8,87%. Namun demikian, jumlah tersebut terus meningkat setiap tahun (Gambar 1). Ketersediaan informasi bibliografis dalam pangkalan data disajikan pada Gambar 2.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007
6.000
4.000 2.000
0 2004
2005
2006
2007
Tahun Gambar 1. Perkembangan jumlah cantuman pangkalan data dan koleksi artikel lengkap di perpustakaan Balittro, 20042007.
55
Jumlah cantuman
Tabel 4. Pemanfaatan koleksi informasi elektronis oleh peneliti Balittro berdasarkan subjek/komoditas, Mei-Juni 2007.
5.000 Buku Literatur ilmiah Foto
4.352
4.000
3.000
Subjek/komoditas
Jumlah (file)
%
Tanaman obat Tanaman minyak atsiri Tanaman rempah Tanaman pestisida nabati Tanaman aromatik Tanaman industri lain Penyakit tanaman Perpustakaan
185 112 19 28 7 16 28 5
46,25 28,00 4,75 7,00 1,75 4,00 7,00 1,25
Total
400
2.000 1.645
1.207
51%, 20% dan 10%. Sisanya adalah koleksi tentang tanaman industri lain (jambu mete, makadamia, melinjo) dan koleksi lainnya.
867
1.000 680
Pemanfaatan Jurnal Elektronis
513 278 43
176
4
98
143
0 Tanaman obat
Tanaman rempah
Tanaman atsiri
Tanaman industri lainnya
Lainlain
Keterangan: Industri lainnya = Jambu mete, makadamia, dan melinjo Gambar 2. Ketersediaan informasi bibliografis dalam pangkalan data Balittro sampai dengan tahun 2007.
Selain memanfaatkan koleksi perpustakaan instansi, para peneliti Balittro juga menggunakan jurnal elektronis online yang dilanggan PUSTAKA, antara lain ProQuest dan Science Direct. Jurnal elektronis tersebut dapat diakses melalui internet dan diambil artikel lengkapnya. Subjek yang paling banyak diambil peneliti adalah tanaman obat, selanjutnya tanaman minyak atsiri, dan yang paling sedikit tanaman aromatik (Tabel 4).
KESIMPULAN Perpustakaan Balittro belum memiliki koleksi pustaka digital dalam bentuk CD-ROM, DVD, video atau multimedia lain, padahal jenis koleksi tersebut dapat diperoleh secara gratis, misalnya melalui pertukaran, permintaan/hadiah atau dari peneliti atau pejabat Balittro yang menitipkan koleksinya di perpustakaan untuk digunakan oleh para peneliti. Koleksi utama perpustakaan Balittro lebih banyak berupa majalah, prosiding dan laporan (85%), sedangkan koleksi buku hanya 15%. Untuk suatu lembaga penelitian, proporsi tersebut cukup baik karena peneliti lebih membutuhkan majalah dan prosiding yang memuat informasi mutakhir untuk menunjang kegiatan mereka. Berdasarkan subjek, koleksi perpustakaan Balittro lebih didominasi oleh informasi tentang tanaman obat, kemudian tanaman rempah dan atsiri masing-masing
56
Kebutuhan informasi ilmiah peneliti Balittro untuk subjek tanaman obat, atsiri, aneka tanaman perkebunan dan aromatik sudah dapat disediakan oleh perpustakaan, namun untuk subjek tanaman rempah dan pestisida nabati masih belum tersedia sepenuhnya. Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang belum dapat disediakan perpustakaan Balittro, peneliti berupaya memanfaatkan jurnal elektronis online yang disediakan PUSTAKA serta pusat informasi lain. Subjek yang paling banyak dibutuhkan peneliti adalah tanaman obat (36,41%) diikuti tanaman rempah, pestisida nabati, atsiri, aneka tanaman perkebunan dan aromatik. Koleksi perpustakaan Balitro didominasi oleh koleksi tercetak (91,12%), sedangkan dalam bentuk hasil alih media file pdf sebanyak 8,48%. Dari 18.848 judul koleksi yang tersedia, 44,64% sudah dilengkapi data biblio-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007
grafis dan sudah tersimpan dalam pangkalan data, sedang sisanya 55,36% belum dimasukkan ke pangkalan data, sehingga pengguna harus datang ke perpustakaan dan melakukan penelusuran secara manual. Koleksi utama perpustakaan Balittro berupa majalah, prosiding dan laporan (85%), sedangkan koleksi buku hanya 15%. Berdasarkan subjek, koleksi yang banyak dimanfaatkan peneliti adalah mengenai tanaman obat, tanaman rempah dan atsiri masing-masing sebesar 51%, 20% dan 10%. Subjek pada jurnal online yang paling banyak di-download peneliti adalah tanaman obat dan minyak atsiri, sedangkan yang paling sedikit adalah tanaman aromatik. DAFTAR PUSTAKA Arif, I. 2004. Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan. Makalah Workshop Sehari: Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan. Universitas Muhammadiyah Malang. 14 hlm. http//lib.ugm.ac.id/ data/download/1073443876_MakalahAP.doc. [12 April 2007]. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2007a. Laporan Tahunan 2006. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 51 hlm. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2007b. Laporan Teknis Penelitian 2006. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Hasugian, J. dan E. Rabita. 2005. Infrastruktur informasi global dan dampaknya terhadap perpustakaan. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi 1(2): 26-31.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007
Huber, C.F. 2000. Electronic journal publishers: a reference librarian’s guide. Issues in Science and Technology Librarianship. Summer 2000. http://www.library. ucsb.edu/istl/98-sumer/article2.html [28 Oktober 2000]. Iskhandiningsih, M.I. dan A.K. Johny. 2004. Pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber informasi ilmiah. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial 5(1): 68-74. Purbo, O.W. 1996. Perpustakaan dan teknologi informasi/ internet. Bandung: ITB. www.unhas.ac.id/~rhiza/onno/ library.doc. [27 April 2007]. Rahardjo, A.I. 1996. Teknologi informasi: Ancaman ataukah peluang bagi profesi pustakawan di Indonesia. Prosiding Kongres VII Ikatan Pustakawan Indonesia dan Seminar Ilmiah. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia. Rozana, A. 1996. Hubungan antara Pemanfaatan Jasa Penelusuran Pangkalan Data dalam CD-ROM dan Ketersediaan Sumber Informasi dalam Koleksi Perpustakaan: Suatu studi terhadap dua perpustakaan bidang kesehatan. Skripsi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia. Sudiana, I.N. 2007. Peningkatan kualitas perpustakaan sebagai pusat sumber informasi di era globalisasi. www. depdiknas.go.id/jurnal/54/j54_08.pdf [10 Mei 2007]. Sufiatini, R. 1999. Pemanfaatan indeks tercetak, CD-ROM dan online searching untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pemakai di PDII-LIPI dan perpustakaan BPPT. Tesis Magíster Sains. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Bidang Ilmu Informatika, Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia. Zainal, R. 2004. Pidato pelantikan dan pengukuhan jaringan komunikasi organisasi Melayu Riau (JKOM-R). www. bangrusli.net [10 Mei 2007].
57