PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBIMBING BAKAT ANAK USIA 6-12 TAHUN
11111 111111-...
Ull I
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh: Eti Suarni
104011000093
l~ltl.i~
•.'
iNHH""'""'"~"".''"
••,. ,. ••, ... '""""·'j'
: J2.1.:.Q.k.:.: ....O:?.\~····· .....
, .O..LO...::.P..3..::::.l.8.2cL
"1•,i'rlkll;I ............................................. ..
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1430 H / 2009 M
PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBIMBING BAKAT ANAK USIA 6-12 TAHUN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
1111
111111111 ......
Ull I Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh : Eti Suarni
104011000093 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 14JO H / 2001) M
SURAT PERNY AT AAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Name
ET! SUARNI
Tempatffanggal Lahir
Sumedang, 23 Desember 1985
NIM
104011000093
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
Peranan
Orang
Tua
Dalam
Membimbing Bakat Anak Usia 6-12 Tahun Pembimbing
Drs. Faridal Arkam, M.Pd.
Dengan ini saya menyatakan bahwa: I.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif 1-lidayatullah Jakarta
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarifl-lidayatullah Jakarta
Jakarta, 12 November 2008
ET! SUARNI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBIMBING BAK.AT ANAK USIA 6-12 TAHUN Skripsi Diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan keguruan Untuk memenuhi salah stau syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ETI SUARNI
104011000093
Di Bawah Bimbi
an
Drs. Farida Arkam, M.Pd.
NIP.150191177
PENDIDIKAN AGAJ\1A ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008
PENGESAHAN P ANITIA UJIAN
Skripsi
yang
berjudul
"PERANAN
ORANG
TUA
DALAM
MEMBIMBING BAKAT ANAK USIA 6 - 12 TAHUN" telah diujikan dalam munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 November 2008. skcipsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.l) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 26 November 2008 Panitia Ujian Sidang Munaqasah Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A. NIP: 150 236 009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag. NIP: 150 299 477 Penguji I Dra. Hj. Eri Rossatria, M.A. NIP: 150 007 315 Penguji II Heny Narendrany Hidayati, M.Pd. NIP: 150 277 688
Mengetahui
Tanda Tangan
~·
.1.~-~?.~.~~01 ../............. ..
.l!J/z,-~ ..7....... : I
.............. .
ABSTRAK
ET! SUARNI
104011000093 Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Masalah pokok dalam skripsi ini adalah peranan orang tua dalam membimbing bakat anak usia 6-12 tahun. Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Pengembangan bakat anak sangat ditentukan oleh peranan orang tua dalan1 membimbingnya. Pada kenyataannya banyak orang tua yang kurang peduli akan pentingnya pengembangan bakat. Untuk mengembangkan bakat anak, hendaknya para orang tua dapat menyadarinya sejak dini karena kalau anak setelah menginjak dewasa sudah terlambat. Maka mulailah ketika anak memasuki Sekolah Dasar karena belum terlalu jauh tingkat pendidikannya. Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, maka digunakan metode penelitian kepustakaan (library reseach) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku-buku ilmiah, majalah-majalah, surat kabar serta bahan dan sumber-sumber lain yang ada relevansinya dengan masaiah skripsi ini. Setelah terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan cara menganalisa data-data tersebut secara deskripsi yang pendekatannya melalui pengumpulan dan pendapat para ahli yang disajikan sesuai dengan datanya, Kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan kemampuan penulis Sehingga dapat diambil kesimpulan. Peranan orang tua sangat besar pengaruhnya dalam membimbing bakat anak. Peranan orang tua dalam ha! ini memegang kedudukan yang sangat penting dalam mengembangkan bakat anak. Apabila orang tua salah membimbing maka anakpun akan terjerumus kepada hal-hal yang dapat membuat bakatnya tidak berkembang. Maka dengan adanya peranan masing-masing hendaknya orang tua saling melengkapi sehingga bakat yang ada pada anak dapat berkembang secara optimal. Peranan orang tua dalam membimbing bakat anak usia 6-12 tahun pertama-tama yang bisa dilakukan adalah mengetahui dan mengenal bakat anak dengan cara memperhatikan apa yang dikerjakan anak sehari-hari, membuat angket untuk menganalisa jawaban anak dan melakukan ters bakat. Kemudian orang tua bisa menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam rumah dan rnenghindarkan perbuatan yang negatif yang bisa mengganggu perkembangan potensi anak.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta aiam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nya, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah, pejuang agama Islam dan teladan yang terbaik yaitu Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam. Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempumaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi selesainya skripsi ini dan bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca sekalian. Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan hormat yang setinggitingginya kepada kedua orang tua tercinta, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya, kerja kerasnya serta doa yang selalu dipanjatkan yang telah mengantarkan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan SI di UIN Jakarta dan menjadi Sarjana. Semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh serta diterima Allah swt dan semoga Allah selalu menjaga dan memberikan rahmat, hidayah beserta karuniaNya kepada mereka. Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya
3.
Bapak Drs. Faridal Arkam, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, mencurahkan tenaga, perhatian, pengertian, kesabaran dan kemudahan dalam memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
4.
Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama menjalankan kuliah
5.
Bapak Drs. H. Nurdin Idris, M.A. sebagai penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa
6.
Kepada perpustakaan utama UIN Jakarta, perpustakaan FITK, perpustakaan umum Islam Iman Jama dan perpustakaan Kuningan beserta staf-stafnya yang telah membantu penulis dalam mencari referensi
7.
Kepada ayah (Suhana) dan ibu (Apong Suarsih) tercinta beserta seluru.'1 keluarga yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan memberikan dukungan kepada penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan penulis kekuatan untuk istiqomah dalam berbakti dan membuat mereka bahagia dunia dan akhirat
!?.
Kepada suami tercinta (Bilal Wahyudi) yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis
9.
Kepada segenap teman-teman seperjuangaa PAI angkatan 2004 khususnya kelas C yang selama ini selalu saling melengkapi, memberikan pengalaman, motivasi serta doa dan selalu menghiasi hari-hariku selama masih aktif kuliah
10.
Semua pihak yang tidak dapat penuls sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada
semua yang telah
membantu penulisan skripsi
ini,
penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya semoga Allah swt membalas
kebaikan dan bantuan yang telah mereka berikan selama penulisan. Apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempruna, baik dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin .....
Jakarta, 12 November 2008
Penulis
DAFTARISI
ABSTRAK ....................................................................................................... . KAT A PEN GANTAR ......................................................................................
11
DAFTAR ISi .....................................................................................................
v
BABI
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..........................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
9
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Acuan Teori...................................................................................
10
I. Peranan Orang Tua terhadap Anak .............................................
10
a. ·Pengertian Peranan ...................................................................
10
b. Pengertian Orang Tua .............................................................
14
c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak ..........................
20
2. Kepribadian dan Bakat.................. ..............................................
29
a. Teori-teori Kepribadian............................................................
29
b. Pengertian Bakat .....................................................................
33
c. Pentingnya Mengembangkan Bakat .......................................
36
d. Hubungan Kepribadian dan Bakat...........................................
39
3. Perkembangan Pad a Anak ..........................................................
41
a. Pengertian Anak ............... ........................................................
41
b. Perkembangan Pada Anak .......................................................
43
I) Pengertian Perkembangan ....................................................
43
2) Fase-fase Perkembangan Pada Anak....................................
45
4. Peranan Orang Tua dalam Membimbing Bakat Anak Usia 6-12 Tahun...........................................................................
53
a. Cara Mengenal Bakat Anak .....................................................
53
b. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif di Rumah Tangga....
59
c. Menghindarkan Perbuatan Negatifyang Bisa Mengganggu Perkembangan Potensi Anak ....................................................
67
d. Kerjasama Orang Tua dengan guru..........................................
78
B. Pembahasan Hasil Kajian yang Relevan ....................................
80
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penulisan ... .... ............ ..... .. ... .. ...... ... ...... .. ....... .. ... ... .... ...
81
B. Fokus Penelitian ........................................................................
81
C. Prosedur ....................................................................................
82
BAB IV HASIL PENEL1TIAN
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif .......................... .........
83
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komperatif.................................
85
C. Interpretasi ...............................................................................
86
D. Pembahasan...............................................................
86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .. .... ... ..... .......... ...... ..... ... ...... ... ........... ............. ...... ..
87
B. Saran.........................................................................................
88
DAFTARPUSTAKA...................................................................................
89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terns berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bi dang kehidupannya. Bagi bangsa Indonesia, krisis multidimensi membawa hikmah dan pelajr :·an yang luar biasa besarnya, yang pasti bangsa ini dapat belajar dari kekeliruankekeliruan masa lalu, sehingga dapat menatap dan membangun masa depan dengan semangat yang lebih optimisme. Pendidikan merupakan hal penting bagi proses pendewasaan seorang anak. Dalam pendidikan segala aspek yang berhubu:igan dengnn anak didik diterapkan dengan harapan mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dan mencapai sasaran yang diinginkan. Anak didik adalah objek utama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Perkembangan anak dari segi kognitif, afektif dan psikomotor saling berkaitan satu sama lain. Saiah satu hal yang terpenting pada anak yang
2
pintar dan mempunyai bakat akan bisa mengembangkan dirinya dalam prestasi belajar. 1 Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, baik di rumah atau keluarga, sebelum anak masuk sekolah, telah banyak pengalaman yang diterimanya di rumah, dari orang tua sarnpai saudaranya serta seluruh anggota keluarganya. Sebab itu, peranan orang tua sangat penting, karena orang tua adalah pendidik yang pertama dan terutama bagi anak-anaknya yang dapat membantu mereka
berkembang
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Anak-anak merupakan investasi bangsa, karena itu mereka benar-benar membutuhkan pendidikan yang tepat, baik dari segi pendidikan Formal (Sekolah) maupun pendidikan Informal (Keluarga). Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah pertumbuhan masyarakat pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. 2 Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Mortimer J Adler yaitu pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik. 3 Dalam pendidikan, bakat yang mempunyai sifat khas sangat besar peranannya dalam proses pendidikan karena merupakan hal yang ideal kalau kita dapat memberikan pendidikan dan pemilihan lapangan pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan bakat pada masing-masing anak didik, karena seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar dan bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya. Akan tetapi, tugas ini adalah tugas yang mudah untuk dikatakan, namun
1
M Arifin, lbnu Pendidikan fs!an1; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan lnterdisip/iner, (Jakarta: Pt. Bumi Aksara, 2003). Cet. I, h. I. 2 M Aritin. /ln1u Pendidikan .... h. 1. 3 M Aritin. Fi/safat Pendidikan Islam. (Jakarta; Bina Aksara, 1987), Cet. I. h. 10.
3
tidak mudah untuk dilaksanakan. Maka dari itu, kenalilah bakat-bakat para anak didik seawal mungkin. Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilaksanakan dimasa yang akan datang. Bakat menentukan prestasi seseorang, jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat. Jadi bakat adalah kemampuan alamia:1 untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan dan keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (Baka! akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talent., Baka! memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Keunggulan dalam salah satu bidang itu, merupakan hasil interaksi dari bakat pembawaan dan faktor lingkungan yang menunjang, termasuk minat dan dorongan pribadi. Merupakan kenyataan yang berlaku dimana-mana (universal) bahwa manusia berbeda satu sama lain dalam berbagai ha!, antara lain dalam intelegensi. bakat, minat kepribadian, keadaan jasmani dan keadaan sosial. Begitupun dengan Setiap anak yang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan rlerajat yang berbeda-beda. Para orang tna henuaknya mempunyai kepekaan mengamati bakat masing-masing anak agar dapat membantu anak memupuk bakatnya dengan memberikan kesempatan dan pengaiaman sebaik-baiknya. Demikian pula, guru di dalam kelas perlu mengenal setiap anak didiknya dan bakat-bakat khusus yang mereka miliki, agar dapat memberikan pengalaman pendidikan
yang
dibutuhkan
oleh
masing-masing
siswa
untuk
dapat
mengembangkan bakat-bakat mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan perorangan (individual) dalam belajar serta dalam diri anak didik antara siswa dalam bakat dan minat.
4
SC Utami Munandar, !vfengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah; Petunjuk
Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Pt. Grasindo, 1992), Cet. I, h. 12.
4
Guru rnengarnati adanya siswa yang cepat dan siswa yang larnban dalarn belajar,
dan ada sis\va yang baik dan ada siswa yang ku:·ang
bai~~ 1naka
dari itu,
rnengusahakan pernenuhan kebutuhan pendidikan setiap siswa adalah tugas rnulia seorang pendidik. 5 Proses perkernbangan anak tergantung pada orang tua yang mendidiknya di rumah dan guru di sekolah. Fitrah ini merupakan kemampuan dasar yang rnengandung kernungkinan atau peluang untuk berkembang, namun mengenai arah dan kualitas perkembangan anak sangat bergantung pada proses pendidikan yang ditorimanya. 6 Akan tetapi, ha! ini dapat terwujud karena dipengaruhi oleh beberapa faktor . 7 d1antaranya: I.
Faktor Internal (faktor dalam diri siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.
Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.
3.
faktor pendekatan belajar (approach to learning}, yaitu jenis upaya belajar siswa yang mdiputi strategi dan rnetode yang digunakan siswa untuk rnelakukan kegiatan pembelajaran dalam materi-materi pclajaran. Faktor-faktor diatas
dalam
banyak
hal
sering sating
berkaitan
dan
mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan
kualitas
hasil peml>eiajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut diataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan
under-achievers
(berprestasi rendah) atau gaga! sama sekali. 5 Conny Semiavvan, Dkk, Mernupuk Bakat dan Kreativitas Sis\~·a Sekolah Aienengah; Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Pt. Gramedia, 1990), Cet. 3. h. 2. 6 Syan1su YusuC Psiko!ogi Perkenibangan Anak dan Reniaja, (Bandung: Pt. Re1naja Rosdakarya, 2000). Cet. I, h. 136. 7 Muhibin Syah, Psikofogi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 1999), Cot. 4, h. 132.
5
Dikutip dari harian Jawa Pos, edisi Nasional dan Jakarta, terbit hari jum'at 3 Maret 2003, tentang bakat anak dikatakan bahwa banyak cara yang bisa dilakukan untuk menggali bakat anak dengan cara mewajibkan setiap anak memiliki kegiatan luar akademik sesuai dengan minat dan bakat anak. Dengan cara ini anak dengan sendirinya akan menemukan kegemaran da'l bakatnya, bila sudah ditemukan maka anak akan lebih giat untuk mendalami bakatnya itu. Pada umumnya, tidak ada orang tua yang
tidak menginginkan anaknya
meraih suatu prestasi yang baik dan mampu mengembangkan bakatnya. Pada dasarnya, tugas menddidik anak adalah sepenuhnya terletr.k pada orang tua, tetapi karena kemampuan atau kesempatan orang tua untuk melaksanakannya terbatas, maka mereka memberi mandat kepada lembaga pendidikan yaitu sekolah. Salah satu kesalahkaprahan dari para orang tua dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Meskipun disadari bahwa berapa lama waktu yang tersedia dalam setiap harinya bagi anak di sekolah. Anggapan tersebut tentu saja keliru, sebab pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga adalah bersifat asasi. Karena itulah orang tua merupakan pendidik pertama, utama dan kodrati. Dialah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak. Tindakan dan sikap orang tua seperti ini merupakan perwujudan dari peran mereka sebagai pendidik. Padahal orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat
seorang siswa
terhadap pelajaran. 8 Orang tua dalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keiuarga atau pemimpin rumah tangga. Orang tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka
8
Abdul Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pt. Tiara Wacana Yogya, 1993),Cet.4,h.1!3.
6
merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dan dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. 9 Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga, umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Segala sesuatu yang diperbuat anak mempengaruhi keluarganya atau sebaliknya. Keluarga memberikan dasar pembentukkan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Pengalaman interaksi didalam keluarga akan menentukan pula pola tingkah laku anak terhadap orang lain daiam masyarakat. Disamping keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak, keluarga juga merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan akan kepuasan emosional telah dimiliki bayi yang baru lahir. Perkembangan jasmani anak tergantung pada pemeliharaan fisik yang layak yang diberikan keluarga. Sedangkan perkembangan sosial anak akan bergantung pada kesiapan keluarga sebagai tempat sosialisasi yang layak. Memang besar peranan dan tanggung jawab yang harus dimainkan orang tua dalam membina anak.
10
Karena ha! itu, hubungan anak dan orang tua dalam konsep Islam baik secara struktural maupun fungsional saling melengkapi satu sama lain. 11 Di dalam Islam, Rasu!lallah SAW. Secara jelas mengingatkan akan pentingnya pendidikan keluarga ini, sebagqimana haditsnya:
-u ;;--~ .i_~I\ 1;... '.ll' ' ~· J• - " L. r..r.J:l • _,...JA tY-'
,_;L......:..:.j' 1.UI '" I .ub - ' ~I - - - .J - - .):!"''..,:U - - ~ J-!
"Anak itu dilahirlr.an dalam keadaan fitrah, maka orang tualah yang dapat merifadikannya Yahudi, Nasrani ataupun Majusi". (H.R Muslim). Sekolah harus menyadari kualitas siswa yang tidak hanya bisa dibentuk lewat sisi akademik. Menurut Garner, seorang ahli pendidikan mengatakan ada delapan 9
Zakiah Darajat, I/mu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 4, h. 26. Meniandu Anak, (Jakarta: Rajawali,1992), Cet. 2, Ed. 1, h. 19. 11 Mantep Miharso, Pendidikan Keluarga Qur'ani, (Yogyakarta: Safira, 2004), h. 123.
°Kartini Kartono, Peranan Keluarga
1
7
aspek kecerdasan yang harus dikembangkan, yang dikenal sebagai "Multi
Jntelegency" yaitu: 1.
Bahasa
5.
Budaya
2.
Ruang B idang
6.
Naturalistik
3.
Inter Personal
7.
Musikal
4.
Logika Matematik
8.
Gerakan.
Pada umumnya, sekolah tidak memberikan porsi yang cukup dalam mengembangkan bakat anak mereka, hanya mengadakan kegiatan ekstrakulikuler. Masyarakat juga hanya memberikan apresiasi pada kegiatan akademik mereka. Menganggap siswa yang nilainya bagus pastilah ia pintar dan cerdas. Tidak jarang orang tua yang karena keinginannya membantu anak berprestasi sebaik mungkin mendorong anak dalam bidang-bidang yang tidak diminati anak. Karena itu, orang tua berlomba-lomba untuk mengkursuskan anak-anaknya sehingga sering ditemukan seorang siswa yang tidak memiliki waktu luang lagi. Akibatnya adalah meskipun anak berprestasi cukup baik menurut ukuran standar, mencapai nilai tinggi, mendapat penghargaan, tetapi mereka tidak menyukai kegiatan tersebut sehingga tidak menghasilkan sesuatu yang betul-betul kreatif. 12 Orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang dapat memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal rnungkin. Dengan memperhatikan hal-hal ten,ebut, hendaknya orang Illa dapat mengusahakan suatu lingkungan yang kaya akan rangsangan mental dan suatu suasana dimana anak merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan bakat-bakat dan kreativitasnya. Lingkungan juga harus memberikan dukungan yang kondusif untuk anak. Menurut survei
seorang ahli psikologi dari Amerika, mengatakan bahwa
lingkungan itu meliputi semua kondisi-kondisi daiarn dunia dengan cara-cara tertentu yang dapat mempengaruhi tingkah laku, perturnbuhan dan perkembangan kita.
M. Ngalim Punvanto. Psiko/ogi pendidikan, (Bandung: Pt. Re1n~iu Rosdakarya, 2000), Cet. I. h. 28. 12
8
Jadi yang dibutuhkan adalah kesempatan dan ungkapan yang menunjang, karena setiap anak memiliki potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan
1ninatnya. Hal ini dipertegas pada pasa! 24, bahwa "setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak pada ayat I tentang mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan anak". Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul " PERANAN ORANG TUA DALAM
MEMBIMBING BAKAT ANAK USIA 6-12 TAHUN ".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan pembatasan masalah agar arah dan sasarannya yang akan dica.pai lebih jelas. Adapun pembatasan masalahnya sebagai berikut: I.
Peranan Orang Tua ad a Iah tindakan, kewaj iban orang tua terhadap anaknya baik dalam segi mendidik. melindungi dan menghidupi. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya atau usaha orang tua baik ayah maupun ibu dalam mengembangkan bakat anak dan memberikan kesempatan dan kebebasan akan keinginannya.
2.
Bakat anak adalah kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud melalui latihan, pendidikan dan pelayanan khusus.
3.
Usia 6-li tahun disini, yang dimaksud adalah Anak yang ada pada masa sekolah dan berada pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (SD). Agar tidak terjadi kesimpang siuran, maka penulis perlu memberikan
perumusan masalah, yaitu: I.
Bagaimanakah peranan orang tua dalam membimbing bakat anak usia 6-12 tahun?
2.
Bagaimana cara atau upaya orang tua dalam mengembangkan bakat anak?
9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian a.
lngin mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam membimbing bakat anak usia 6-12 tahun agar bakatnya
itu dapat tersalurkan dan terwujud
sehingga tidak terabaikan dan terpendam saja. b.
lngin mengetahui upaya
apa saja
yang dilakukan orang tua dalam
membimbing bakat anak usia 6-12 tahun. 2. Kegunaan Penelitian a.
Memberikan
informasi
kepada
orang
tua
tentang
pentingnya
mengembangkan bakat yang ada pada anak. b.
Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca yang membutuhkan tentang konsep dan teori peranan orang tua dalam membimbing bakat anak.
BABII KAJIAN TEORITIK
A. Acuan Teori 1. Peranan Orang Tua Terhadap Anak a. Pengerti:m Peranan Peranan berasal dari kata peran yang mempunyai arti seperangkat tingkat yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sumber lain mengatakan, kata Peran sebagai karakter yang dimainkan oleh objek. 1 Peran sangat penting sekali dalam kehidupan manusia khususnya di masa sekarang ini, karena menurut pengertian diatas peran ini harus dilaksanakan oleh orang yang berkedudukan
dalam
masyarakat,
seperti
perlunya
peran
guru
dalam
menanggulangi kebodohan, perlunya peran orang tua dalam •nendidik anak ke jalan yang benar, perlLiilya peran Negara dalam mengentaskan kemiskinan dan begitu pula dengan perlunya peran manusia untuk menyayangi sesama manusia. Dan peran yang baik akan terwujud kehidupan manusia menjadi
aman dan
tentram. Berdasarkan definisi peran ini dapat disimpulkan bahwa peran dapat diwujudkan oleh orang yang lebih tinggi tingkatannya di dalam suatu masyarakat.
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kan1us Besar B{lhasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. 1, h. 667.
11
Hal tersebut dapat terlaksana jika terdiri dari
beberapa manusia, tidak
individualisme. Peran dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam 1nasyarakat, yaitu berdasarkan norma-nonna yang berlaku di n1asyarakat. Dalam masyarakat terdapat banyak individu dengan peran yang beraneka ragam. Beragamnya peran sosial tersebut membawa akibat dinamis berupa konflik, ketegangan, kegagalan dan kesenjangan. Konflik peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan te11entu harus melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak dia harapkan. Hal ini terjadi karena seseorang mempunyai banyak status sosial. Contohnya, seorang polisi yang baik harus menangkap pelaku kejahatan yang sebenarnya adalah keponakannya sendiri. Padahal, sebagai seorang paman, dia wajib mdindungi keponakannya itu. Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan peran sosial yang dimilikinya karena adanya ketidaksesuaian antara kewajibankewajiban yang harus dia jalankan dengan tujuan peran sosial itu sendiri. Contohnya, seorang pimpinan kantor yang harus menerapkan disiplin waktu secara ketat kepada karyawannya yang sebagian besarnya adalah kerabat dekatnya. Kegagalan peran te1jadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa
peran
sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan
yang saling
bertentangan. Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus
m~njalankan
peran yang
tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau merasa tidak cocok menjalankan peran tersebut. Setelah mendapat akhiran "An" kata peran memiliki arti yang berbeda diantarannya: 1.
Peranan adalah konsekuensi atau akibat dari kedudukan atau status seseorang.-'
Tiap
orang
dalam
masyarakat
mempunyai
berbagai
kedudukan. Misalnya seorang murid mempunyai kedudukan sebagai pelajar, ketua murid, anggota regu sepak bola atau sebagai kakak terhadap 2
S. Nasution, Sosio/ogi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). Cet. I, Ed. 2, h. 73.
12
111urid-111urid
yang
lebih
rendah kelasnya,
sedangkan
dirun1ah
ia
berkedudukan sebagai anak ter:iadap orang tuanya, adik terhadap kakaknya dan di luar rumah ia menjadi teman bagi sejumlah anak-anak lainnya.
Dalam
kedudt~ia
tiap
menjalankan
peranan
tertentu
berdasarkan kedudukan daripadanya diharapkan kelakuan tertentu. Dari pengertian ini, menyimpulkan bahwa peranan adalah kewajiban yang dilaksanakan
baik
oleh
setiap
pribadi
maupun
institusi
dalam
kcdudukannya pada peran berbeda. Kewajiban yang dilaksanakan ini dimaksudkan untuk mencapai maksud dan tujuan. 2.
Peranan adalah seperangkap harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. 3 Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan halhal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan lainnya. Di dalam peranan terdapat dua macam harapan yaitu harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peranan, da!am pandangan ini bagian
dari
struktur
peranan-peranan dapat dilihat sebagai
masyarakat,
misalnya
peranan-peranan dalam
pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lain yang diciptakan oleh masyarakat bagi manusia. Dan yang kedua adalah harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. 3.
Peranan diartikan sebagai suatu proses tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari semua pekerjaan atau jabatan tertentu. 4 Pribadi n1anusia beserta aktivitas-aktivitasnya tidak semata-m~.ta
J David Berry, Pokok-pokok Pikiran Da/0111 Sosiologi, (Jakarta: Pt. Raja GrafinC:o Persada, 2003), Cet. 4. Ed. t, h. 106. 4 Djumhur dan Moh. Surya. Bilnbingan dan Penyuluhan di Sekolah. (Bandung: Cv. Pectoman llmu Jaya, 1975), h. 12.
13
ditentukan oleh pengaruh-pengaruh dan proses-proses yang berlangsung tetapi juga dipengaruhi oleh sejauhmana peranan
manusia dalam
1ne1npengaruhi proses itu.
4.
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). seseorang
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya
5
sesuai
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan
Apabila dengan yang
melekat pada diri seseorang hams dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang
menunjukkan
tempat
individu
pada organisasi
masyarakat. Peranan lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu: a.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam m1i ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang
membimbing
seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan. b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. 5.
Peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau pimpinan yang memegang wewenang untuk menjalankan hak dan kewajiban. 6 Dalam !eater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor daiam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam !eater, posisi orang dalam masyarakat sama dengan posisi aktor dalam !eater, untuk perilaku
5 Soerjono Soekanto, Sosio/ogi Suatu Pengantar, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 212. 6 Slameto, Bimbingan di Sekolah. (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 16.
14
yang diharapkan darinya selalu berada dalam kaitan dengan adanya orangorang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Peranan mencakup kewaj iban dan hak yang bertalian dengan
kedudukan.
Misalnya dalam kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu memberinya hukuman. Sebaliknya anak dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran. Kita lihat bahwa peranan selalu mempunyai segi timbal balik. Guru hanya dapat menJalankan peranannya antara lain meyuruh anak belajar bila murid mematuhinya dan mau belajar. Hak guru memerintah dibarengi oleh kewajiban murid untuk mematuhinya. Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik da!am hubungan antar individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak seseorang dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
b. Pengertian Orang Tua lstilah orang tua bukanlah kata yang asing lagi didengar di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan sebagai "1. ayah dan ibu kandung, 2. orang tua-rna yaitu orang yang di anggap tua (cerdik, pandai, ahli, dsb) dan 3. orang-orang yang di hormati atau disegani di kampung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang disebut orang tua adalah ayah dan ibu atau anggota masyarakat secara keseluruhan. Dalam Islam orang tua ditempatkan pada posisi tertinggi sehubungan kasih sayang dan keiulusan oleh anak-anak mereka. Orang tua harus mendapatkan perlakuan kasih sayang dan penghormatan sepanjang hidupnya dan harus menerima kepedulian khusus di hari tuanya.banyak ayat Al-Qur'an
maupun
had its yang memerintahkan anak manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti kepada orang tua tidak saja ketika keduanya masih hidup, bahkan sampai
15
keduanya meninggalpun kebaktian tersebut masih tetap dituntut oleh Islam, hal ini sesuai dengan had its yang diriwayatkan oleh Bukhori, yaitu: 7
:11·. l .._, '·••' ~1~' l ;\.:, G.. :\j~ .,·o'.Xl ·.(.).!')ii• 4.LC. ·•~L~~I. ~l ·.'I i:.iloU .J.J •• ~ I'"' .J • .) . i" U! . • G..'.JI ('-?.J .
~1.)
3.J
.\J't li-1 . (.'"' Lo
"Apabi/a manusia te/ah mati, maka terhentilah (hitungan balasan) semua ama/ baiknya kecuali dari tiga unsur yaitu: shadaqah jariyah (yang masih bcrfungsi), anak yang sha/eh (karena do 'a-do 'a yang dipanjatkan untuk orang tuanya) dan ilmu yang bermanfaat (yang membawa kemas/ahatan bagi manusia seutuhnya). " (H.R. Bukhari) Sedangkan dalam penggunaan Bahasa Arab, istilah orang tua
"Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya;
ibunya Telah
mengandungnya dalam
keadaan
lemah
yang
bertambah- tarnbah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu." adapun dalam penggunaan Bahasa lnggris, istilah orang tua dikenal dengan sebutan "parent". Menurut Miami Utama, orang tua adalah pria dan wanita yang berjanji dihadapan Tuhan dalam perkawinan untuk hidup sebagai suami istri dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang
7
Abudin Nata dan Fauzan. ?endidikan Dala111 Perspekt(f liadits, (Jakarta: UIN Press. 2005), Cct. I, h. 233.
16
dilahirkannya. lni berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk menjadi orang tua. 8 Menurut Ny. Singgih D Gunarsa, orang tua adalah dua individu yang berbeda
me1nasuki hidup bersan1a dengan 1ne1nbawa pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari. 9 Dalam buku llmu Pendidikan Islam karangan Hery Noer Aly orang tua adalah ibu dan ayah don masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dan bekerjasama dalam pendidikan anak. Hanya saja, terutama dalam lingkungan keluarga yang menuntut ayah lebih banyak berada diluar rumah untuk mencari nafkah dan ibu lebih banyak di rumah untuk mengatur urusan rumah, pengaruh pendidikan yang diberikan ibu lebih besar. Hal ini karena anak dalam proses tumbuh kembangnya sampai menjadi manusia yang mampu memikul kewajiban banyak dekat dengan ibunya. itu lah sebab mengapa setiap wanita penting dipersiapkan untuk menjadi ibu yang diharapkan mampu menjalankan tugas sebagai pendidik. Menurut M. Nashir Ali, menjadi orang tua adalah menjadi lain. Maksudnya fungsinya menjadi lain. Dua orang yang membentuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya sebagai "orang tua". Menjadi orang tua dalam arti menjadi bapak atau ibu dari anak-anaknya, menjadi penanggung jawab dari lembaga kekeluargaannya sebagai sarn sel anggota keluarga. 10 Secara
ilmiah,
seorang
bapak
adalah
kepala
keluarga,
dimana
ia
mempertanggung jawabkan segala sesuatu mengenai rumah tangganya. Melihat ruang lingkup kerumah tanggaan yang harus dipe11anggung jawabkannya. pada hakekatnya tugas bapak lebih meroha111ah dan tugas si ibu lebih menjasmaniah. Dengan perkataan lain, bapak mempunyai tugas yang lebih abstrak dan ibu lebih konkrit. Penghayatan tugas-tugas yang lebih merohaniah itu, dapat juga dikatakan dengan mengayomi, memimpin dan mengamankan. lnilah praktis yang nampak dari sifat kebapaan yang norn1al. Dan seorang ibu tentu saja perlu berfungsi
8
Kartini Kartono, Pera nan Ke/uarga .... h. 37. Singgih D Gunarsa. Psiko/ogi untuk Keluargo, (Jakarta: Gunung Mulia. 1976). h. 27. 10 M Nashir Ali, Dosar-
9
17
sebagai ibu, dalam arti dia menghayati tugasnya sebagai ibu yang berkoordinasi dengail bapak. Keluarga dengan pembagian tugas antara bapak dan ibu tidak ada artinya kalau masing-masing jalan sendiri tan pa koordinasi. Kedua pihak itu akan selalu bergesekan, tahan menahan dan aksi mereaksi. Jadi jelas prinsip kekompakan itu perlu dalam mendidik dan tidak ada yang boleh bertindak sendiri-sendiri. Rusaknya pendidikan banyak sekali disebabkan karena tindakan-tindakan sendinsendiri itu. Maka dari itu, fungsi dan peranan orang tua dalam keluarga adalah: 11 1. Pengalaman pertama Masa Kanak-kanak Didalam keluargalah anak dididik mulai mengenal hidupnya. Hal ini harus disadari dan dimengerti oleh setiap kciuarga, bahwa anak dilahirkan didaiam keluarga yang tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga. Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa didalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan, karena pendidikan keluarga adalah yang pertama dan utama. 2. Menjamin kehidupan Emnsional Anak Suasana didalam keluarga merupakan suasana yang diliputi rasa cinta dan simpati yang sewajarnya, suasana yaug aman dan tenteram dan suasana yang percaya mempercayai.
Untuk itulah, melalui pendidikan keluarga ini
kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik, ha! ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dengan anak didik, sebab orang tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan arena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni. Kehidupan emosional ini merupakan salah satu faktor yang terpenting didalam membentuk pribadi seseorang. Berdasarkan penelitian, terbukti 11
Hasbuilah. Dasar-dasar I/mu Pendidikan, (Jakarta: Pt. R~ja Grafindo Persada, 2003). Cet. 3, Ed. I, h. 39-43.
18
adanya kelainan-kelainan didalam perkembangan pribadi indiviJu yang disebabkan karena kurang berkembangnya kehidupan emosional ini secara wajar, antara Ja;n bagi anak-anak yang sejak kecil dipelihara dirumah yatim piatu atau panti asuhan banyak mengalami kelainan-kelainan jiwa seperti menjadi seorang anak yang pemalu atau agresif. Kurangnya rasa kasih sayang yang diperoleh anak dari orang tuanya dapat juga tumbuhnya tindak kejahatan atau kriminal. 3. Menanamkan Dasar Pendidikan Moral Didalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku crang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Dengan teladan ini, melahirkan gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru dan hal ini penting sekali dalam rangka pembentukkan kepribadian. Segala nilai yang dikenal anak akan melekat pada orang-orang yang disenang dan dikaguminya dan dengan melalui inilah salah satu proses yang ditempuh anak mengenai nilai. 4.
Memberika11 Dasar Pendidikan Sosial Didalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat pcnting dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak. Perkembangan benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh tolong menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan dan keserasian dalam segala hal.
5.
Peletakan Dasar-dasar Keagamaan Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama. Disamping sangat menentukan dalam menanamkan dasar-dasar moral, yang tak kalah pentingnya adalah berperan besar dalam proses internalisasi dan transpormasi nilai-nilai keagamaan kedalam pribadi anak.
19
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasardasar hidup beragama, dalam ha! ini tentu saja terjadi dalam keluarga. Anakanak seharusnya dibiasakan ikut serta ke mesjid bersama-sama untuk menjalankan
ibadah,
keagamaan,
kegiataan
mendengarkan seperti
ini
khutbah
besar sekali
atau
ceramah-ceramah
pengaruhnya terhadap
kepribadian anak. Kenyataan membuktikan, bahwa anak yang semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal yang berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah pergi bersama orang tua ke mesj id atau tempat ibadah untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan klrntbah atau ceramahceramah keagamaan dan sebagainya, maka setelah dewasa mereka itu pun tidak ada perhatian terhadap hidup keagamaan. Fungsi dan peranan orang tua dalam keluarga ini sangat besar peranannya bagi kehidupan
dan
perkembangan kepribadian anak. Oleh karena
itu,
harus
diupayakan oleh para orang tua sebagai realisasi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik primer atau kodrat. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 Tahun 1989 pasal I 0 ayat 4 dan penjelasannya mengemukakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang tugas atau peranannya adalah untuk memberikan atau menanamkan keyakinan agama, nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral dan keterampilan. Dengan demikian, pendidikan di lingkungan keluarga ini oleh UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional, diakui sangat penting peranannya dalam upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa adanya pendidikan keluarga yang terlaksana dengan baik maka pembentukkan kepribadian yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan sulit dapat diwujudkan oleh lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya karena dasar-dasar kepribadiannya kurang terbentuk dengan baik waktu di lingkungan pendidikan keluarga. Berdasarkan semua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang dewasa yaitu ayah dan ibu dari setiap anak yang memikul tanggungjawab sebagai pendidik dan pembimbing dalam hidupnya.
20
c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah
ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak 1nulai 1nengenal
pendidikannya. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Mereka dapat mengenalkar, kepada anak segala hal yang mereka ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri ingin mengetahuinya. Dalam Ilmu Pendidikan, kedudukan orang tua disebut sebagai pendidik kodrat atau primair, karena secara kodrat memang anak berasal dari orang tua, sehingga orang tualah yang mempunyni tanggung jawab primer (penanggung jawab utama) dalam mendidik anak. Di samping itu, orang tua juga berfungsi sebagai pendidik pertama dan utama karena dari orang tualah anak pertama kali memperoleh dasar-dasar pendidikan yang sangat penting artinya bagi perkembangan pribadi dan kehidupannya. 12 Orang tua disebut sebagai pendidik utama karena orang tualah yang mempunyai kesadaran dan cinta kasih yang mendalam untuk mengasuh atau mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran. Lagipula kesempatan untuk mendidik atau memperoleh pendidikan bagi anak lebih banyak orang tua, mengingat sebagian besar waktu hidup anak banyak dirumah bersamasama dengan orang tuanya. Ada Had its yang dengan jelas menunjukkan kepada kita akan tanggung jawab kita sebagai umat !slam kaitan posisinya sebaga; orang tua terhadap anakanaknya, diantaranya:
"Tiap-tiap kalian ada/ah pemimpin dan akan memperlanggung jawabkan kepemimpinannya ". (H.R. Mullafaqun 'Alaih) Anak bagi orang tua merupakan amanat dan tanggung jawab kepada Allah. Maka dari itu, oraug tua memiliki kewajiban-kewajiban terhadap anaknya yang harus dipenuhi.
12
M Alisuf Sabri, I/mu Pendidikan. (Jakarta: C-•. Pedoman llmu .laya, 1999). Cel. I, h. 8.
21
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan . . 13 me I1puti: 1.
anaknya
Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anaknya. Kasih sayang orang tua yang ikhlas
dan murni akan
mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada anaknya. 2.
Pemberian motivasi kewaj iban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggungjawab moral ini meliputi nilainilai agama atau nilai-nilai spiritual. Menurut Para Ahli, bahwa penanaman sikap beragama sangat baik pada masa
anak-anak. Pada masa anak-anak (usia 3 sampai 6 tahun) seorang anak memiliki pengalaman agama yang asli dan mendalam, serta mudah berakar dalam diri dan kepribadiannya. Hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting melebihi yang lain, karena pada saat itu anak mempunyai sifat wardering atau heran sebagai salah satu faktor untuk memperdalam pemahaman spiritual reality. Pada periode ini, peranan orang tua dirasakan sangat penting melalui pembiasaan, misalnya orang tua sering mengajak anak-anaknya keternpat-tempat ibadah, sebagai penanaman dasar yang akan mengarahkan anak pada pengabdian yang selanjutnya, dan mampu menghargai kehadiran agama dalam bentuk pengalaman
dan
pengamalan dengan
penuh
ketaatan.
Dengan
demikian,
penanaman agama yang dimiliki anak sejak kecil itu betul-betul tertanam dan terkesan pada dirinya. 3.
Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. Tanggung jawab sosial
itu
merupakan
perwujudan kesadaran
tanggung jawab
kek0luargaan yang dibina oleh dara:i, keturur.an dan kesatuan keyakinan Terjalinnya hubungan antara orang tua dengan anak berdasarkan rasa kasih sayang yang ikhlas dan kesediaan mcngorbankan segala-galanya adalah hanya untuk melindungi dan memberikan pertolongan kepada anak, dalam membimbing mereka agar pertumbuhan dan perkembangannya menjadi sempurna sebagaimana " Hasbullah, Dasar-dasar ... , h. 44-46.
22
yang diharapkan. Begitu juga diharapkan untuk melatih sikap mandiri dan rnampu mengambil keputusan sendiri serta kehidupannya dalam keadaan stabil. 4.
Memelihara dan rnernbesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. Disamping itu, ia be1tanggung jawab dalarn ha! melindungi dan menjamin kesehatan annknya, baik secara jasmaniah rnaupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak terse but.
5.
memberikan
pendidikan
dengan
berbagai
ilmu
pengetahuan
dan
keterarnpilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri. Dalam menjalankan tugas mendidik, orang tua membimbing anak. Anak sebagai rnanusia yang belum sempurna perkembangannya dipengaruhi dan diarahkan orang tua untuk mencapai kedewasaan. Kedewasaan dalam arti keseluruhan, yakni dewasa secara biologis (badaniah) dan dewasa secara rohani. Anak dewasa secara biologis, bila fungsi badannya sudah berkembang dan siap untuk menyelami hidup sendiri dalam keluarga. Dewasa secara rohani, bila anak tersebut te!ah menjadi manusia yang mampu berfikir, berkehendak dan berbuat sendiri bagi masyarakat maupun Tuhan. Dengan kedewasaan rohani dan jasmani anak tersebut akan dapat menjadi manusia yang mampu mencapai tujuan hidupnya yakni kebahagiaan di dunia maupun diakhirat nanti. Menurut Hasbul!ah, 14 Tanggung jawab pendidikan yang peril! disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain adalah: 1.
Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya
2.
Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT sebagai tujuan hidup akhir hidup manusia. 14
H°'bulbh, Dasar-dasar .... h. 88.
Pada pendapat Abdullah Ulwan, 15 tanggung jawab utama orang tua dalam pendidikan anak ialah pendidikan jasmani dalam bentuk pemenuhan nafkah. Yang dimaksud dengan nafkah ialah penyediaan pangan, Sandang dan papan yang baik agar jasmani anak tumbuh sehat dan kuat. Tanggung jawab itu disebut utama karena pahala yang akan diterima dengan memenuhinya adalah besar, dan sebaliknya dosa yang akan diterima akibat melalaikannnya juga besar. Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak tidak hanya dalam bentuk pendidikan jasmani seperti yang ditekankan Ulwan, tetapi juga dalam bentuk rohani seperti yang dirinci oleh Zakiah darajat. Ulwan sendiri meskipun dari segi hukum bagi orang tua menekar.kan pendidikan jasmani, tetapi dari segi kepentingan pendidikan bagi anak tidak mengutamakan satu bentuk pendidikan atas pendidikan lainnya. Dalam buku yang di tulis oleh Abdullah Ulwan yaitu judulnya "Tarbiyah Al-Au/id Fial-Islam" (Pendidikan Anak Dalam Islam), ia merinci bidang-bidang pendidikan anak sebagai berikut: I.
Pendidikan Keimanan, antara lain dengan menanamkan tauhid kepada Allah, kecintaan kepada Rasullullah saw mengajari hukum-hukum halal dan haram, membiasakan untuk beribadah sejak usia tujuh tahun dan mendorong untuk suka membaca Al-Qur'an. Menanamkan tauhid kepada Allah misalnya ketika lahir diazani telinganya dan sejak dini dilatih membaca kalimat tauhid. kecintaan kepada Rasullullah saw yaitu dengan menanal11kan pengetahuan sebat~yak-banyaknya kepada anak hal-hal yang berkenaan dengan akhlak dan cara hidup Rasullullah saw.dan juga dapat menanamkan perasaan cinta dan hormat yang sebenarbenarnya kepada Rasul agar masuk ke dalam hati anak. Semua hal ini dilakukan karena Allah adalah yang telah menciptakan diri kita, memberi rizki dan memberi pertolongan serta bimbingan dalam mengarungi hidup dan 16 kehidupan.
2.
Pcndidikan Akhlak, antara lain dengan menanamkan dan membiasakan kepada anak sifat-sifat terpuji serta menghindarkannya dari sifat-sifat tercel a.
15
Hery Noer Aly, I/mu Pendidikan I/mu Islam, (Jakarta: Logos, 1999). Cet. 2, h. 39-92. Maulana Musa Ahmad piga1·, Tips Mendidik Anak Bagi Orang Tua A11-:sliln, (Yogyakarta: Citra Media, 2006). Cet. l, h. 104. 16
24
Etika yang harus diterapkan dan ditanamkan pada pihak anak dalam menanamkan dan membiasakan kepada anak sifat-sifat terpuji serta menghindarkannya dari sifat-sifat tercela dapat dilakukan dengan membiasakan anak menggunakan tangan kanan bila memberi, mengambil
1nakan dan minum, n1enulis dan 1neneri1na tamu, mengajarkannya untuk selalu memulai setiap pekerjaan dengan membaca basmalah serta mengakhiri segala pekerjaan dengan membaca hamdalah. 17 3.
Pendidikan
Jasmani,
antara
lain
dengan
memperhatikan
gizi
anak,
melatihnya berolah raga dan mengajarkan cara-cara hidup yang sehat. 4.
Pendidikan lntelektual, antara lain dengan mengajarkan ilmu pengetahuar kepada anak dan memberinya kesempatan untuk menuntut ilmu seluas dan setinggi mungkin.
5.
Pendidikan Psikis, antara lain dengan menghilangkan gejala-gejala penakut, rendah diri, malu-malu dan dengki serta bersikap adil terhadap anak.
6.
Pendidikan Sosial, antara lain dengan menanamkan penghargaan dan etiket (sopan santun) terhadap orang lain seperti tetangga, guru dan teman serta membiasakan menjenguk teman yang sakit dan mengucapkan selamat dalam kesempatan hari-hari besar Islam.
7.
Pendidikan Seksual, antara lain dengan membiasakan anak agar selalu meminta izin ketika memasuki kamar orang tua dan menghindarkannya dari hal-hal yang pornografis. l'endek kata, pendidikan yang drberikan orang tua kepada anak hendaknya
berwawasan pendidikan manusia seutuhnya meskipun dalam bentuk penanaman dasar-dasar. Menurut Ramayulis dalam bukunya yang berjudul "Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga" mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban terpenting orang tua terhadap anak-anaknya adalah sebagai berikut: 18 1.
Memilih nama yang baik bagi anaknya, terutama jika ia seorang lelaki. Sebab nama yang baik itu mempunyai pengaruh yang positif alas kepribadian tingkah laku, cita-cita dan angan-angannya. 17
A. Mudjad Mahali, llubungan Ti111ba/ Batik Orang Tua Dan Anak, (Solo: Ramadhani, 1994).Cet.3.h.138. 18 Rainayulis, et all, Pendidikan !s!a1:i dalam Runiah tangga, (Jakarta: Kalam Mulia). h. 60.
2.
Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong mereka membina aqidah yang betul dan agama yang kukuh. Begitu juga dengan menerangkan kepada mereka prinsip-prinsip dan hukum-hukum agama dan melaksanakan upacara-upacara agama dalam waktunya yang tepat dengan cara yang betul. Juga ia harus menyiapkan peluang dan suasana praktis untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam kehidupan. Sebagaimana ia mengawinkan anak-anaknya yang sudah baligh untuk menjaga kehormatan dan akhlaknya.
3.
Orang tua harus memuliakan anak-anaknya berbuat adil dan kebaikan diantara mereka. Mengembangkan
bakat-bakat,
kesanggupan-kesanggupan
dan
minatnya.
Begitu juga orang tua haruslah membolehkan anak-anaknya mengerjakan kegiatan-kegiatan yang diingini yang berfaedah bagi pertumbuhannya didalam dan diluar rumah. 4.
Orang tua bekerja sama dengan Jembaga-lembaga dalam masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara kesehatan, akhlak dan sosial mereka. Juga melindungi mereka dari segala yang mernbahayakan badan dan akalnya. Menurut M Thalib,' 9 ada
~O tanggung jawab orang tua terhadap anak,
diantaranya: 1.
Memilihkan calcn ibu yang baik Konsep Islam tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak berwawasan
jauh, hal ini dapat diperhatikan dari diberi petunjuk seorang laki-laki muslim agar jauh sebelum menanamkan benihnya pada sang istri, ia seharusnya memikirkan kemampuan calon istrinya dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Karena ibu yang akhlaknya tidak baik, kemungkinan besar akan memberi pengaruh bmuk terhadap perkembangan akhlak anak yang berada di bawah asuhannya kelak. Hal itu dapat kita perhatikan dari hadits riwayat lbnu Majah, Daraquthi dan Al-Hakim berikut ini:
19 M. Tha\ib, 40 Tanggung Jawab Orang Tlta Terhadap Anak, (Bandung: Irsyad Baitus Salam. 1995). Cet. 9, h. 13-57.
26
-
'.1:~1-•.1 ~
1'JJ:!-">-l , --. ,
.1-. ·.:.. ~1
•~
- · -_) <,F""'
~
-
t.c. UC "·
Dari 'Aisyah ra: "Pilihlah untuk tempal air mani kamu dan nikahilah orangorang yang sepadan ".
Begitulah Islam memerintahkan kita. kalau sebelum kita punya anak, Islam menyuruh atau memberi petu,,juk cara memilih calon ibu yang akan menjadi pendidik bagi anak-anak kita, begitu juga dengan perempuan dalam menerima Iamaran Iaki-laki, apakah kelak ayah anak saya itu orang yang baik. Pada saat hendak menikah, kita harus memikirkan tanggungjawab terhadap anak yang akan lahir kelak, bukan sekedar memikirkan kesenangan dan keasyikannya, atau bisa hidup berkecukupan, bermewah-mewahan dan segala macam yang sifatnya sejauh kenikmatan duniawi semata. Jadi tanggung jawab orang tua terhadap anak itu tidak hanya berawal dari anak dalam kandungan akan tetapi mulai dari memilih calon ibu yang baik. 2.
Mencarikan calon ibu yangjauh hubungan darahnya Seorang calon ayah hendaknya berusaha mencari calon ibu bagi anaknya
seorang wanita yangjauh hubungan darah dengan dirinya. Yang dimaksud dengan jauh hubungan darah adalah wanita yang secara kekeluargaan menurut hukum Islam
tidak ada ikatan keluarga sama sekali. Dalam ha! ini terdapat riwayat
sebagai berikut:
\'J~ - .. ,':I-J 1·Y.yc_ ' ,, I "Cari/ah wanila-wanita yang jauh danjanganlah engkau memilih yang dekat hubungannya"
3.
Mengutamakan perawan Rasullullah memberikan dorongan agar kita menikah dengan perawan, karena
perawan mempunyai kelebihan dalam hal membcniuk suasana senda gurau yang meriah. Hikmahnya adalah dengan adanya istri yang mempunyai semangat dan gairah tinggi dalam bersenda gurau dengan suaminya, maka hal ini sudah membangkitkan
rangsangan kepada suaminya sehingga diharapkan kelak
membuahkan keturunan.
27
4.
Menghayati fungsi anak Harta dan anak rnerupakan perhiasan ibu bapak dalarn kehidupannya di dtinia
ini. Keinginan orang tua dalarn rnendapatkan anak, rnereka ingin anaknya serba bisa, rnernberikan hiburan, menjadikan dirinya terhorrnat dan rnenjadi tumpuan kesejahteraan hidup orang tuanya. 5.
Mohon perlindungan kepada Allah Ketika berjirna' Rasululllah
rnenjanjikan
bahwa
bila
suarni
istri
dalarn
bersebadan
rnendahuluinya dengan doa perrnohonan kepada Ai!ah agar kelak anaknya dijauhkan dari godaan setan, rnaka Allah tentu akan rnenjaganya. Doa sang ayah sernacarn ini sudah rnerupakan langkah awal yang rnernbawanya pada usaha rnenyiapkan anak kearah hidup shalih. 6.
Sikap ayah dalarn rnenyarnbut kelahiran bayi perernpuan Cinta kepada anak adalah suatu fitrah yang rnelekat pada diri setiap rnanusia
dan tidak pernah berubah. Jika sang ayah rnengutarnakan fitrahnya, rnaka ia tidak akan bersikap tawaaraa yaitu rnalu karena rnenghadapi pandangan rnasyarakat yang bertentangan dengan fitrah. 7.
Bergernbira rnenyarnbut kelahiran anak Allah rnenyatakan bahwa seseorang yang dikaruniai anak berarti rnendapatkan
kegernbiraan yang rnernuaskan hati dan bukan sekedar rasa senang. 8.
Mernberi nama yang baik kepada anak Orang tua memberi nama kepada anaknya seharusnya mencerrninkan adanya
pujian atau doa, harapan atau gambaran semangat dan dambaan indah dirinya kepada anak-anaknya, karena narna memiliki fungsi ideal. Memakai narna yang baik rnisalnya: Ahmad bagi laki-laki dan Khadijah bagi narna perempuan. 9.
Meng'aqiqahi anak Aqiqah adalah meyembelih karnbing untuk menyatakan rasa syukur kepada
Allah alas lahirnya seorang bayi. Bagi bayi laki-laki
~qiqahnya
dua ekor karnbing
dan bagi bayi perempuan aqiqahnya seekor kambing. I 0.
Menyusui Bila anak sudah lahir, secara fitrah ia rnernbutuhkan rnakanan. Makanan
paling cocok bagi bayi adalah air susu ibu kandungnya. Para ibu hendaknya agar
TAKMN UT
28
1'4 SY /J,HID JAKARTA
menyusui anak-anak mereka dengan sepenuhnya yaitu selama dua tahun. Mengenai ini Allah telah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 233, Yaitu:
,. \.~t..,;;,.JI(; ,) ~1) ~ ~t? 0].Y- ~:Jjf ~:;.~·JJ·.J}lj Ill
"Para ibu hendakn)1a n1eny11s11i anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi ibu yang ingin menyempurnakan penyusuan ". Allah juga memberikan pelajaran kepada para ibu agar tidak boleh merasa keberatan dalam menyusui bayinya dengan alasan yang tidak semestinya, seperti menjaga kecantikan, mempertahankan
kemontokan
tubuh dan mengejar karir
atau kesibukan kerja. l l.
Mengkhitankan Mengkhitankan adalah membersihkan ala! kemaluan dari kulit yang menutup
kepalanya. khitan merupakan suatu tuntunan Rasullullah yang harus dilakukan baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan. Kapan saja anak itu boleh dikhitankan. Demikianlah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, terutama dalam konteks pendidikan. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus periu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tapi telah disaciar; oleh teori-kori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam sejarahnya, Rasullullah adalah orang yang sangat sayang terhadap sesamanya terlebih kepada anak cucunya. Suatu hari Rasullullah memangku cucunya Hasan, kemudian datang anak kecil yang lain, yaitu Usamah. Kedua anak kecil tersebut akhirnya dipangku Rasullullah dan Rasullullah berdo'a: "Ya Allah, kasihanilah keduanya karena aku jug?. mengasihi mereka". Rasullullah lantas mencium keduanya sementara disekitar Rasullullah ada beberapa sahabat. Diantara Sahabat tersebut ada yang berkomentar "aku punya I 0 orang anak, tapi aku tak pernah mencium satupun diantara mereka'', Rasullullah lantas berkata: "orang yang tidak memiliki kasih sayang, maka tidak akan dikasihi oleh Allah".
29
Tentunya anak kecil yang didekati dengan kasih sayang akan lebih mudah menerima arahan dan bimbingan atau pendidikan dari orang tuanya. Karenanya Rasullullah sangat mengasihi anak kecil. Selain anak kecil masih bersih dari niatniat buruk atau hati yang jelek, anak kecil dapat lebih diharapkan menjadi orang yang benar karena lebih mudah diarahkan daripada orang dewasa. Pendidikan yang diiakukan oleh Rasullullah adalah melalui pendekatan cinta dan kasih sayang. Dalam ajaran Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat adalah sesuatu yang harus atau wajib untuk dipertanggung jawabkan. Jelas sekali bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya adalah tidak kecil. Secara umum tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya adalah mendewasakannya, karena orang tua adalah pihak yang paling berkeinginan 1kan keberhasilan pendidikan seorang anak, berhasil menjadi orang yang baik secara lahir dan batin. Dari segi perilaku, seorang anak akan menyerap pola prilaku yang umum berlaku dimana ia berada yang kemudian mengkristal pada tingkah lakunya yang biasanya menggunakan timbangan akhlak sebagai pijakan dalam melihat segala bentuk kehidupan. Dari aspek sosial, seorang anak akan terbentuk rasa cintanya karena Negara dan lingkungannya dimulai dari rasa perlindungannyB kepada keluarga dan kemudian meluas keseluruh kehidupan, baik yang bersifat pesimis maupun optimis.
2. Kepribadian dan Bakat a. Teori-Teori Kepribadian Ada beberapa teori kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli pakar terkemuka, diantaranya: I. Teori Kepribadian Psikoanalisa Teori ini di Pelopori oleh Sigmund Freud. Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego. Meskipun ketiga sistem tersebut merniliki fungsi, kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme dan mekanismenya
30
masing-masing, tetapi ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas. Maka dari itu, tingkah laku tidak lain merupakan produk interaksi antara id, ego dan superego. Berikut ini adalah penjelasan dari id, ego, superego yang dikemukakan oleh Freud, yaitu: a)
Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya
terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukannya b)
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu
kepada dunia objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. c)
Superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-
aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Superego terbentuk melalui intemalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. 20 Teori kepribadian yang dikemukakan oleh Freud, yang sesuai dengan bakat adalah id yaitu naluri atau instink yang bertindak sebagai penyalur energi yang dibutuhkan oleh semua kegiatan yang akan dilakukan okh tubuh. Bakat adalah kemampuan bawaan sejak lahir. Dengan naluri, apabila suatu kebutuhan muncul maka pada gilirannya naluri ini akan bertindak ke arah pemuasaan
kebutuh~n
itu.
Maka dari itu, bisa dikatakar. bahwa naluri merupakan salah satu faktor pendukung yang mempengaruhi bagi tumbuhnya bakat. 2. Teori Kepribadian Behaviorisme Teori kepribadian ini dipelopori oleh B.F. Skinner. Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang 20
E Koswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), Cet. 2, h. 32.
31
genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tesebut. Bagi skinner, studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya. Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian sebagai pendorong tingkah laku karena ha! semacam itu sebagai sisa dari animisme primitif. Menurutnya lapangan belajar atau pembelajaran tidak bisa mengandalkan hanya pada teori-teori yang diformulasikan. Teori-teori tentang tingkah laku manusia sering memberikan ketentraman yang keliru apabila para ahli psikologi tidak memahami kaitan antara tingkah laku yang muncul dengan peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Baka! memerlukan latihan, dengan teori kepribadian behaviorisme ini dapat diketahui bahwa semua tingkah laku didapatkan dari pengalaman belajar dan faktor bawaan yang khas dari individu. Maka dari itu latihan bisa dilakukan dengan belajar. 3. Teori Kepribadian Humanistik Teori ini dipelopori oleh Abraham Harold Maslow. Para ahli psikologi humanistik menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Pendek kata, psikologi humanistik mengambil model dasar manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. Konsep penting lainnya dari psikologi humanistik adalah konsep kemenjadian
(becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak perr.ah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Tetapi perubahan itu hanya terjadi apabila lingkungan memungkinkan. Dengan menempatkan nilai yang tinggi pada kemenjadian, para ahli psikologi humanistik mengingatkan bahwa pencapaian kehidupan yang penuh dan memuaskan tidaklah mudah.
32
Kesulitan ini terutama dialami individu-individu akibat adanya perubahan dan hambatan kultural. Dalam ajaran-ajaran dasar humanistik ada tentang pembawaan baik dan potensi kreatif manusia yang sesuai dengan konsep bakat bahwa setiap orang mempunyai pembawaan lahir sebagai potensi yang bersifat kreatifyang memiliki kesempatan dengan kreativitasnya itu akan mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya agar dapat tumbuh dan berkembang. 4. Teori Kepribadian Eksistensial Kaum eksistensialis berpendapat bahwa keadaan kita sekarang bukanlah karena lingkungan, orang tua, pengaruh masyarakat atau keadaan ekonomi tetapi karena kita sendiri yang memilih atau menghendaki kita menjadi pribadi seperti apa dan berarti kita sendiri yang bertanggung jawab akan pi!ihan itu yaitu pribadi kita sekarang. Jadi eksistensialisme menekankan bahwa manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya.
21
Kebebasan memilih itu tidak boleh diartikan dan tidak bisa menjamin hahwa setiap orang akan selalu bertindak menurut pilihan atau tindakan yang terbaik, maka tentunya manusia tidak akan ada yang tertimpa kesengsaraan, keterasingan, kebosanan, kecemasan, rasa bersalah dan penderitaan-penderitaan diri lainnya. Hal ini sangat menarik perhatian bagi para ahli psikologi humanistik. Pendek kata, karena pengaruh eksistensialisme, psikologi humanistik mengambil model dasar manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab dan tentang konsep kemenjadian. Eksistensialisme menekankan tentang kesadaran manusia, perasaan subjektif dan pengalaman-pengalaman personal yang berkaitan dengan keberadaan individu dalam dunia bersama individu-individu lainnya. Pandangan ini disebut juga perspektif fenomenologis. Dengan adanya teori kepribadian eksistensialisme ini dapat memberikan masukan bahwa kita sebagai manusia dapat melakukan atau memilih sesuatu apa saja sesuai dengan keinginan kita. Hal ini dapat membantu akan pengembangan kemampuan bakat yang sudah ada sejak lahir agar dapat terwujud karena kita bisa 21
Bemaro Poduska, 4 Teori Kepribadian, (Jakarta: Restu Agung, 2000), Cet. 3, h. 5.
33
melakukan sesuatu yang sesuai dengan bakat kita masing-masing tanpa adanya paksaan dari orang lain yang menginginkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan sendiri. Dari semua teori-teori kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka menurut penulis yang lebih sesuai dengan judul skripsi ini adalah teori kepribadian Humanistik yang dipelopori oleh Abraham Harold Maslow. Hal ini karena teori ini sesuai dengan konsep bakat yaitu pembawaan lahir manusia sebagai potensi yang harus dikembangkan dan individu bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya sesuai keinginannya
dengan syarat harus
bertanggung jawab.
b. Pengertian Bakat Dalam Bahasa Belanda, bakat disebut aanleg artinya yang diletakkan. Dalam Bahasa Jerman bakat adalah an/age artinya juga sama . Keterangan lain mengatakan bakat ialah yang dibawa lahir (natives). Dalam Bahasa Inggris bakat itu sama dengan talent yaitu keistimewaan-keistimewaan seseorang, kelebihan-kelebihan seseorang yang kadang-kadang begitu menakjubkan, didalam arti baik serta berfaidah. Didalam pengertian ini kata bakat adalah untuk pengertian-pengertian baik fisik maupun rohaniah dalam makna kekhususan-kekhususan. Bakat-bakat fisik itu macam-macam, umpamanya kemampuan kelihatan, ada yang buta warna dan ada yang eidetis (sangat jelas gambaran yang dilihat). 22 Bakat sebagai "aptitude" pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat memerlukan latihan, pendidikan dan pelayanan khusus agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. 23 Jadi bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebutjuga talent. 24 Dalam buku kreativitas dan keuerbakatan karangan S.C. Utami Munandar, ia mengatakan bahwa ada tiga tingkat konsepsi bakat, yaitu:
22
M Nashir Ali, Dasar-dasar, ... , h. 125. SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat .. ., h. 17. 24 Conny Semiawan, et.al, Mennipuk Baka/ ... , h. 2.
23
34
Tingkat J adalah kemampuan atau potensi pembawaan {aptitude) yang merupakan komponen penting, tetapi tidak menjamin kinerja unggul.
Tingkat 2 menunjukkan bahwa bakat pembawaan perlu dipupuk, dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud dan untuk itu diperlukan kerja keras.
Tingkat 3 adalah bakat yang sudah nyata: talenta dan kinerja tingkat tinggi dan Juar biasa. 25 Ada beberapa macam definisi bakat yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, yaitu: I.
Menurut SC Utami Munandar, mengemukakan bahwa bakat merupakan interaksi antara tiga ha!, yaitu adanya kemampuan diatas rata-rata, kreativitas dengan ciri-ciri antara lain orisinalitas, kelancaran dalam berfikir dan tanggung jawab atau keterikatan terhadap tugas. 26 Menurut Munandar, untuk mengetahui seorang anak mempunyai bakat atau tidak bisa dilakukan tes kecerdasan dan tes kreativitas, sedang keterikatan atau tanggung jawab anak terhadap tugas bisa diketahui jika anak mampu menyelesaikan tugasnya itu dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat diperoleh prestasi yang tinggi.
2.
Menurut Wiliam B Michael, meninjau bakat dari segi kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai ha! tersebut.
3.
Menurut Woodworth dan Marquis, bakat dimasukkan dalam kemampuan
(ability) yang mempunyai tiga arti, yaitu: a. Achievement yang merupakan actual ability yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
b. Capacity yang merupakan potential ability yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana
2
~ SC Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Me1vujudkan Potensi Kreatif dan Baka/, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. I0 I. 26 Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 63.
35
kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman. c. Aptitude yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap atau diukur tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Menurut Guilford, 27 mengemukakan bahwa aptitude itu mencakup tiga
4.
dimensi psikologis yaitu: a.
Dimensi Perceptual, meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi dan meliputi faktor-faktor antara lain: kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang dan waktu, luasnya daerah persepsi, kecepRtan resepsi dan sebagainya.
b. Dimensi Psiko-motor, mencakup enam faktor yaitu: faktor kekuatan, impuls, kecepatan gerak, ketelitian atau ketepatan, faktor koordinasi dan keluwesan. c. Dimensi lntelektual, meliputi lima faktor yaitu: Faktor ingatan, pengenalan, evaluatif, faktor berpikir konvergen dan divergen. 5.
Menurut Bingham, bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang dengan suatu latihan khusus memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, semuanya ini hams ditunjang oleh faktor lingkungan agar bakatnya dapat berkembang secara optimal. 28 Dalam proses interaksi antara faktor keturunan dan faktor lingkungan, faktor keturunan dikembangkan melalui olahan lingkungan, misalnya melalui latihan. 6.Menurut G. Frederic Kuder dan Blance B. Paulson dalam bukunya "Mencari Bakat .\nak-anak", mengatakan bahwa bakat adalah semacam perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir. Kita mengatakan bahwa seseorang mempunyai bakat terhadap kegiatan tertentu, ketika ia merasakan kelegaan dan kenikmatan, serta apabila ia gembira mengerjakannya dan membicarakannya, juga ketika ia berusaha atas dasar keinginannya untuk menampakkan seluruh tenaganya guna mencapai ha! itu. Akan tetapi, apabila kita tidak menyukai suatu macam kegiatan, maka ha! itu biasanya berarti bahwa tidak ada bakat kita terhadap kegitan tersebut.29
21 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 2, Ed. I, h. 160-165. "Ayahbunda, Inte/egensi. Baka/ dan Tes IQ, (Jakarta: Pt. Gaya Favorit Press, 1986), Cet. I, H. 63. 29 G. Frederic Kuder dan Blance B. Paulson, Mencari Baka/ Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. I, H.12-13.
36
Baka! menentukan prestasi seseorang, orang yang berbakat diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang ittL Jadi, prestasi merupakan perwujudan dari bakat Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut Akan tetapi semuanya ini diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud,
c. Pentingnya Mengembangkan Bakat Latihan dan proses belajar sangat menentukan bagi pengembangan bakat, mengingat sifat khusus anak berbeda dari orang dewasa, Umpamanya: I,
Anak berada dalam keadaan selalu tumbuh dan berubah dan bentuk perubahan sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan,
2,
Ciri khas seorang anak adalah mempunyai dorongan yang besar untuk belajar, Oleh karena itu, tugas utama orang tua pada saat ini adalah menunjang proses itu dan menyediakan kesempatan agar proses belajar terjadi dengan memberikan kelonggaran untuk belajar sendiri tanpa terlalu memaksa,
3,
Ada tahap-tahap khusus dalam perkembangan anak dimana anak paling mudah dapat menerima macam cara belajar tertentu, Pada tahap khusus ini bakat psikis tertentu paling dimungkinkan berkembang, sedang pada tahap berikutnya akan hilang, misalnya bakat musik, Oleh karena itu, sering kita lihat adanya masa-masa tertentu dimana anak-anak sangat tertarik pada suatu ha! khusus, Oleh karena adanya ciri-ciri khas pada anak yang sedang tumbuh, hendaknya
para orang tua menggunakan kesempatan tepat tersebut diatas di dalam mengembangkan bakat anak, Dalam hubungan mengembangkan bakat anak, maka yang dapat dilakukan adalah: I,
Memperkaya
anak
dengan
bermacam-macam
pengalaman
dan
memperdalam pengalamannya, Oleh karena makin banyak dan makin
37
bervariasi hal-hal baru yang dilihat dan didengar anak, maka makin tertarik pula anak untuk mengalami bermacam-macam hal. Makin besar variasi rangsang lingkungan yang dapat dipecahkan atau ditanggulangi maka besar kemampuannya untuk menanggulangi berbagai-bagai masalah. Hal ini sangat membantu membangun motivasi belajar anak. 2.
Dorong atau rangsanglah anak untuk meluaskan kemampuan dari satu bakat ke bakat lainnya. Misalnya, setelah ia mengarang cerita, anjurkan untuk membuat pula ilustrasi (menggambar). Hal ini memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba berbagai bakatnya.
3.
Bersama-sama
melakukan
suatu
kegiatan
yang
memungkinkan
berkembangnya bakat dan minat anak, sebab tanpa pernah mencoba bermacam-macam bidang, bakat tersebut tidak akan tampil. Proses belajar hanya timbul dan mungkin terjadi dalam suasana lingkungan dimana minat ada dan anak tidak merasa dipaksa. 4.
Berilah penghargaan dan pujian untuk usaha anak, walau sekecil apapun usaha
tersebut,
karena hal
ini
merupakan
langkah
awal
menuju
berkembangnya bakat secara maksimal nanti. 5.
Sediakanlah sarana yang cukup bagi pengutaraan bakat tersebut, sebab tanpa adanya sarana atau medium sebagai alat realisasi, bakat tidak akan berkembang dan tidak akan tampil. Misainya seorang anak yang bakatnya main biola, tidak akan berkembang bakatnya bila tidak ada sarananya, yaitu biola.
6.
Pilihkan mula-mula bidang yang umum, lalu setingkat demi setingkat mengkhususkannya. Hal ini mengingat bahwa kelompok-kelompok sifat yang umum tidak terlalu memerlukan kemampuan yang sangat khusus dibandingkan dengan kelompok bidang yang khusus, sehingga anak belajar secara bertahap dan hambatan yang dialami tidak akan mengejutkan. Ini penting untuk mempertahankan minat dan motivasi serta kepercayaan diri si anak. 30
30
Ayahbunda, lnte/egensi, Bakat ... , H. 72-76.
38
Akhirnya, oleh karena pengembangkan bakat merupakan interaksi antara sifat yang diturunkan dan proses belajar yang terjadi di sepanjang hidupnya,maka sangatlah penting hubungan akrab ibu sebagai orang tua dengan anak. Suasana emosional yang baik merupakan prasyarat yang tidak dapat diperkecil artinya. Peranan ibu dalam pengembangan bakat lebih penting dari siapapun, oleh karena ibu yang dapat mempunyai kesan yang lebih benar tentang anaknya. Ibu dapat mengenal anak secara individual, lebih mengenal akan minat anaknya, tahu hal-hal yang menjadi motivasinya dan saat-saat anak menyukai sesuatu lebih dari iainnya. !bu mengetahui seberapa besar daya juang anak terhadaµ rintanganrintangan, sehingga dengan demikian hanya ibulah yang dapat mengatur suasana yang sangat khusus dan unik bagi anaknya agar dapat tetap dipertahankan proses belajar yang bergairah. Karenanya tugas ibu dalam mengembangkan bakat anaknya tidak dapat diwakilkan kepada siapapun. Menurut S C Utami Munanadar, dalam mewujudkan bakat-bakat dan kreativitas anak hendaknya orang tua dapat mengusahakan suatu lingkungan yang kaya akan rangsangan mental dan suatu suasana dimana anak merasa tertarik dan tertantang untuk mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya. Kondisi ini dapat tercipta antara lain apabila:
J.
Orang tua sendiri menunjukkan minat terhadap hobi tertentu, untuk membaca dan mcnyediakan cukup bahan bacaan yang bervariasi
2.
Orang tua menyempatkan diri mendiskusikan dengan amik bacaan tertentu atau masalah-masalah yang terjadi dalam lingkungan mereka
3.
Orang tua mengusahakan alat-alat permainan yang mendidik dan yang merangsang
kreativitas anak.
Permainan-permainan konstruktif yang
memungkinkan anak membuat sesuatu (berkreasi) tidak perlu mahal, misalnya balok-balok kayu. bersama dengan anak, orang tua dapat mengumpulkan bahan kayu sisa atau bahan-bahan bekas lainnya yang dapat diolah menjadi alat permainan yang mendidik.
39
4.
Orang tua menciptakan lingkungan rumah dimana orang tua berperan serta dalam kegiatan intelektual atau dalam permainan yang meningkatkan daya pikir anak, seperti main dam, catur dan sebagainya
5.
Orang tua menciptakan lingkungan dimana orang tua mengajak anak untuk menyanyi, menggambar, melukis, memainkan alat musik. Jadi bukan kegiatan intelektual semata-mata.
6.
Tanpa perlu makan banyak biaya, orang tua dapat menjadikan rumah sebagai semacam "pusat kreativitas" bagi anak, dimana anak sendiri atau bersama beberapa teman lainnya dapat bersibuk diri secara kreatif. Untuk itu dapat disediakan ruang (tidak terlalu besar) dengan persediaan macammacam bahan yang merangsang anak untuk berkreasi sambil berekreasi, seperti bahan kertas berbagai warna, buku-buku, alat-alat yang sederhana, kardus sisa, botol, plastik, cat, crayon, alat-alat musik dan sebagainya, semuanya tidak perlu mahai. 31
d. Hubungan Kepribadian dan Bakat Bakat seseorang itu dipengaruhi oleh konstitusi kepribadiannya, bahkan ada kalanya bakat itu dibangun oleh kepribadiannya. Bakat itu sendiri sifatnya hereditas, artinya telah dibawa sejak lahir dan merupakan kecakapan yang khusus yang sedikit sekali dipengaruhi oleh pengalaman. Namun demikian, dalam pengertian yang luas, kepribadian itu dapat memberikan bentuk yang nyata pada potensi-potensi b~kat dan memberikan ruang gerak yang lebih luas pula. Sebab bakat-bakat itupun berkembangnya memerlukan perangsang-perangsang.
Dengan
demikian,
mempengaruhi keaktifan tumbuhnya bakat pribadi.
kepribadian
manusia
itu
32
Ha! ini sesuai dengan teori kepribadian humanistik yang dikemukakan oleh Abraham Harold Maslow yang menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, bebas
31 32
18.
SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat ... , h. 71-72. Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. 5, Ed. I, h.
40
memilih atau menentukan setiap tindakannya karena manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. Ada kalanya bakat ini menyebabkan timbulnya kekakuan dan sifat-sifat yang naYf. Sebabnya ialah karena dengan wemiliki bakat-bakat tersebut sering timbul sikap sombong dan egosentris yang tebal, sehingga menyukarkan tergugahnya potensi-potensi yang lain. Oleh karena itu, pribadi harus dapat mengadakan distansi pada diri sendiri dan harus dapat keluar dari egosentrisnya agar dapat memperoleh kebenaran. Tipe primer, yang pada umumnya kurang dapat berfikir introspektif (mawas diri), kurang dapat memasak insightnya (pengetahuannya) guna memperbaiki kepribadiannya,
sehingga kurang
pula
keberaniannya untuk
mengoreksi
kepribadiannya sendiri. Oleh karena itu orang-orang yang memiliki bakat yang besar, terutama bakat intelektual mempunyai kemungkinan besar pula melalui insight-insightnya akan bisa mempengaruhi kepribadiannya. Sebab untuk dapat bertindak secara tepat, orang memerlukan insight yang tepat dan insight ini didorong oleh kecenderungan-kecenderungan dan usaha-usaha yang tepat. Oleh karena itu, maka terjadilah kerjasama dan pengaruh yang tim!>al batik antara kepribadian dan bakat yang didorong oleh kehidupan kehendak dan intelek tadi dan kerjasama antara bakat, kepribadian, intelek dan kehendak itu adalah soal struktur kepribadian sebagai totatitas atau kesatuan yang terintegrasi.33 Telah dibuktikan dari penetitian-penelitian bahwa anak-anak yang mempunyai bakat yang sesuai biasanya perkembangan kepribadiannya secara psiko!ogis dinilai lebih positif dibandingkan dengan anak-anak yang tidak sesuai bakatnya. Keadaan
ini
disebabkan
oleh
sukses-sukses
yang
diperoleh
selama
perkembangannya, serta penggunaan bakat-bakatnya berpengaruh terhadap penyesuaian emosionalnya, hubungan antar manusianya dan konsep dirinya. Khusus mengenai pembentukan konsep diri yang positif, dikatakan sangat nyata adanya pengaruh yang timbal batik antara bakat dan kepribadian seseorang. Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut: 33
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian ... , h. 18.
41
Suksesnya prestasi seorang anak
d~lam
sekolahnya, suksesnya dalam
lingkungan bermainnya atau suksesnya dalam situasi-situasi lain akan membantu pembentukan konsep dirinya, pembentukan kepercayaan diri dan sebagainya. Dan konsep diri yang terbentuk itu selanjutnya akan mempengaruhi prestasinya dalam tingkat-tingkat perkembangan selanjutnya. Sebaliknya, seorang anak yang selalu dihadapkan kepada kegagalan-kegagalan akibat bakat yang tidak sesuai (padahal intelegensinya cukup baik), akan mengalami berbagai akibat negatif. Misalnya ia akan mempunyai konsep bahwa dirinya tidak mampu, yang mengakibatkannya kurang mempunyai kepercayaan diri, sedangkan faktor ini sangat penting bagi titik tolak perkembangannya ke tingkat perkembangan selanjutnya.
34
Anak yang dihadapkan kepada kegagalan akibat bakat yang tidak sesuai, maka ia akan mengalami berbagai akibat negatif. Misalnya, ia kurang mempunyai kepercayaan diri untuk menemukan konsep dirinya, ia merasa tidak mampu untuk melakukan semua hal itu. Apabila hal ini terus saja terjadi, maka akan membuat perkembangannya terhambat ke tingkat selanjutnya, misalnya penghambatan itu akan mempengaruhi kepada prestasinya di sekolah yang bisa menurun atau pertumbuhannya sedikit melambat dibandingkan anak yang seumuran dengannya. Oleh karena itu, faktor-Fktor seperti kepribadian dan konsep diri dianggap sebagai faktor penentu yang penting bagi berkembangnya bakat.
3. Perkembangan Pada Anak a. Pengertian Anak Anak adalah merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia, karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter dasar seseorang dibentuk baik yang bersumber dari fungsi otak maupun emosionalnya. Berkualitas atau tidaknya seseorang di masa dewasa sangat dipengaruhi oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima di masa kanak-kanaknya. Dengan kata lain, kc>ndisi seseorang di masa dewasa adalah merupakan basil dari proses pertumbuhan yang diterima di masa anak-anak. Adapun faktor-faktor dominan
34
Ayahbunda, Intelegensi, Bakat ... , h. 67.
42
yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan anak adalah orang tua, sekolah dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kata anak berasal dari Bahasa Arab yaitu "aw/ad" yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan sang anak. Anak telah diartikan sebagai objek singular yang bersifat universal dimanapun semua anak berada tidak kepada kelompok anak tertentu saja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan sedang
dalam
masa pertumbuhan dan
perkembangan.35 Sebagai manusia kecil yang belum dewasa, ia membutuhkan bimbingan
dan
pendidikan
dari
orang
tua
dan
pendidiknya
dalam
perkembangannya menuju kedewasaan. Anak dalam pendidikan disebut anak didik atau terdidik. Anak adalah pokok yang berlangsung antara masa kecil dengan pancaroba yaitu dari usia 4 sampai 11 tahun. Berarti anak berada pada tingkat perkembangan kedua.36 Anak adalah stadium perkembangan dari masa bayi hingga menjelang masa dewasa muda atau adolesen.37 Anak adalah yang belum mencapai tingkat kedewasaan. Bergantung pada sifat referensinys. lstilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran dan masa pubertas atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa pertumbuhan atau masa kecil) dan masa pubertas.38 Berdasarkan Filsafat Pendidikan Indonesia, anak adalah manusia yang membutuhkan bantuan agar potensi yang terdapat dalam dirinya dapat berkembang secara harmonis menjadi pribadi yang berguna bagi nusa dan bangsanya.39
35
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 32. A Budiarjo, et.al, Kamus Psiko/ogi, (Semarang: Dahara Prize, 1991), Cet. 2, h. 77. 37 Sudarsono, Kannis Filsafat dan Psiko/ogi, (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 1993), Cet. 1, h. 36
11.
James P. Chaplin, Ka111us Lengkap Psikologi, (Jakarta: Pt. Raj~ Grafindo Persada, 2004), Cet. 9, Ed. 1, h. 83. 39 IL Pasaribu B Sirnanjuntak, Proses Be/ajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, tt), h. 11. 38
43
Menurut A Muri Yusuf anak adalah yang sedang bertumbuh dan berkembang ditinjau dari segi fisik maupun dari perkembangan mentalnya.
40
Dengan
demikian, anak adalah manusia yang belum dewasa yang membutuhkan bantuan bimbingan dan pendidikan dalam perkembangannya menuju kedewasaan baik fisik maupun mental secara harmonis. Anak yaitu yang masih berada pada masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria.41 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anak merupakan mahkluk sosial yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.
b. Perkembangan Pada Anak 1). Pengertian Perkembangan
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh b!!gian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek biologis saja, tetapi juga aspek biologis. Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti
40
sebuah
tahapan
perkembangan.
lstilah
A Muri Yusuf, Pengcntar I/mu Pendidikan, (Jakarta: Balai Aksara, 1989), h. 53. Elizabeth B Hurlock, Pslko/ogl Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Ed. 5, h. 108. 41
44
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman.42 Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, perkembangim adalah perihal berkembang. kata berkembang ini berarti mekar terbuka atau membentang yaitu menjadi besar, luas dan banyak serta menjadi bertambah sempurna dalam ha! kepribadian, pikiran, pengetahuan dan sebagainya. Dengan demikian, kata berkembang tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstarak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkrit. Menurut Van den Daele, dalam buku karangan Elizabeth B. Hurlock perkembangan
berarti
perubahan
secara
kualitatif. 43
lni
berarti
bahwa
perkembangan bukan hanya penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang komplek. Dalam buku karangan Singgih D. Gunarsa yang berjudul "Dasar dan teori Perkembangan Anak", ada beberapa pendapat yang merumuskan pengertian perkembangan di antaranya: Menurut H.
Warner,
konsep
perkembangan
sejalan dengan
prms1p
orthogenetis yang mengemukakan bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan yang global dan kurang berdiferensiasi sampai ke dalam di mana diferensiasi, artikulasi dan intep:rasi meningkat secara bertahap. Seorang anak pada mulanya hanya bisa mengeluarkan suara-suara yang tidak bermakna, kemudian secara bertahap sedikit demi sedikit suara-suara itu mempunyai arti. Hal ini akibat dari peniruan bunyi di sekeliling hidupnya, sehingga lama kelamaan anak bisa mengucapkan suatu rangkaian suara yang tertentu (kata) untuk menunjukkan atau mengungkapkan sesuatu. Menurut Nagel, perkembangan merupakan pengertian di mana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, dan karena 42
Muhibin Syah, Psiko/ogi Pendidikan ... , h. 41. Elizabeth B. Hurlock, Psiko/ogi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 2. 43
45
itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk akan mengakibatkan perubahan fungsi. Menurut Schneirla, perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi pada oraganisme dan organisme ini di lihat sebagai sistim fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yaitu kematangan dan pengalaman. Bijou dan Baer mengemukakan perkembangan psikologis yakni perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan interaksinya dengan lingkungan. 44 Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan pembahan jasmani dan rohani manusia menuju kea rah yang lebih maju dan sempuma. 2). Fase-fase Perkembangan Pada Anak Fase-fase perkembangan atau periodesasi perkembangan yaitu pembagian masa-masa perkembangan dengan ciri pertumbuhan dan perkembangan yang terdapat pada masing-masing fase tersebut.45 Pembagian perkembangan ke dalam masa-masa perkembangan itu hanyalah untuk memudahkan bagi kita dalam mempelajari dan memahami jiwa anak-anak pada setiap fase perkembangannya. Waiau perkembangan itu dibagi-dibagi ke dalam masa-masa perkembangan, akan tetapi tetap mempakan suatu kesatuan yang hanya dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya. Para ahli psikologi membagi-bagi masa perkembangan itu menurut pendapat yang berbeda-beda dengan menggunakan dasar-dasar pemikiran yang berlainan, diantaranya:
44
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia,
2003), h. 29-3 l. 45
M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkemhangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. 1, h. 146.
46
a. Pembagian Aristoteles Menurut Aristoteles, ada tiga masa perkembangan yaitu: 1. Periode anak kecil, usia sampai 7 tahun 2. Peiode anak sekolah, usia 7 sampai 14 tahun 3. Periode pubertas (remaja), usia 14 sampai 21 tahun. Peralihan antara masa pertama dengan masa kedua ditandai dengan pergantian gigi. Peralihan antara ma$a kedua dengan masa ketiga ditandai dengan tumbuhnya bulu-bulu menjelang masa dewasa. Pembagian masa perkembangan menurut Aristoteles ini didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani atau proses biologis tertentu yang lamanya masing-masing periode 7 tahun. b. Pembagian Comenius Pembagian masa-masa perkembangan menurut Comenius adalah sebagai berikut: 1. Masa sekolah ibu, sampai usia 6 tahun 2. Masa sekolah bahasa ibu, usia 6 sampai 12 tahun 3. Masa sekolah bahasa latin, usia 12 sampai 18 tahun 4. Masa sekolah tinggi, usia 18 sampai 24 tahun. Masa-masa perkembangan yang ditetapkan oleh Comenius ini berdasarkan tingkat sekolah atau jenjang pendidikan yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Untuk masing-masing sekolah harus diberikan bahan pengajaran dan cara-cara mengajar yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Periodisasi ini dapat dikatakan berdasar kepada didaktis. c. Pembagian Kohnstamm Kohnstamm membagi-bagi masa perkembangan seperti di bawah ini:
47
I. Masa vital, sampai usia satu setengah tahun 2. Masa anak kecil, usia satu setengah sampai 7 tahun 3. Masa anak sekolah, usia 7 sampai dengan 14 tahun 4. Masa remaja, usia 14 sampai 21 tahun 5. Masa dewasa, usia 21 tahun ke atas. Pembagian masa perkembangan anak ini, Kohnstamm membagi-bagi masa perkembangan dilihat dari sisi pendidikan dan tujuan luhur umat manusia.46 d.
P~mbagian
Harvey A. Tilker dan Elizabeth B. Hurlock
Pembagian masa-masa perkembangan menurut rnereka yaitu: 47 I. Masa sebelum lahir, selama 9 bulan 2. Masa bayi barn lahir, sampai usia 2 minggu 3. Masa bayi, dari 2 minggu sampai 2 tahun 4. Masa kanak-kanak awal, dari 2 sampai 6 tahun 5. Jviasa kanak-kanak akhir, usia 6 sampai 12 tahun 6. Masa puber, dari 12 sampai 15 tahun 7. Masa remaja, usia 15 sampai 21 tahun 8. Masa dewasa awal, dari 2: sampai 40 tahun 9. Masa dewasa madya, usia 40 sampai 60 tahun I 0. Masa usia lanjut, dari 60 tahun ke alas. Pembagian masa-masa perkembangan ini berdasar pada didaktis sama dengan menurut Comenius. Per!odisasi ini tampak sudah lengkap mencakup sepanjang
46
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. I0, h. 18-20. 47
M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi .. ., h. 149.
48
hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Yang menjadi pokok pembahasan pada masalah ini adalah masa anak sekolah yaitu antara umur 6-12 tahun. Menurut saya, pendapat yang sesuai dengan umur yang ada pada karya ilmiah ini adalah pembagian masa-masa perkembangan anak yang dikemukan oleh Harvey A. Tilker dan Elizabeth B. Hurlock karena anak usia 6 sampai 12 tahun ini berada pada Tingkat Sekolah Dasar dan berada pada masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini terjadi perkembangan yang menghebat, banyak dan majemuk pada seluruh aspek-aspeknya seperti perkembangan kognitif melalui pendidikan formal di sekolah, perkembangan sosial dan moral, melalui hubungan-hubungan yang lebih luas dengan lingkungan hidupnya. Masa ketika anak menumbuhkan dan memperkembangkan keterampilan-keterampilan dasar, memperoleh dan memperlihatkan sistem nilai dalam kehidupannya. la juga mempelajari dasardasar untuk bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial. Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhannya untuk mendapat tempat dalam kelompok seumumya. la harus berjuang untuk mencapai hal ini. Kenyataan bahwa ia sebagai anak kecil dan anak sekolah di mata gurugurunya, menumbuhkan padanya perasaan bahwa ia belum sempurna sebagai manusia, sehingga timbul perasaan rendah diri. 48 Anak usia 6-12 tahun adalah anak yang telah memasuki sekclah dasar. Lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap anak, baik dalam pendidikan individual maupun sosial. Pengarnh guru-guru, peraturan-peraturan sekolah dan pergaulan
dengan anak sangat besar. Sikap egosentris berubah
menjadi realitis. Ia ingin belajar dengan mendapat keterangan dari hal-hal yang dialami. Kesanggupan berfikir mulai diletih, apa yang diterima dan diterangkan oleh guru dianggap benar.
48
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Yogyakarta: UGM, 1966), h. 148-153.
49
Pada umur 8 tahun fantasi anak berkembang terus. Dia suka kepada hal-hal yang bersifat avonturir, yang menggemparkan dan menunjukkan keberanian. Karena itu anak suka certa-cerita seperti robinson. Bahaya dari masa ini ialah anak akan meniru secara berlebih-lebihan tokoh-tokoh yang dikaguminya. Masa anak usia 6-9 tahun mempunyai kecenderungan memuji diri sendiri, kalau anak tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting dan pada masa ini anak menghendaki (angka) rapot yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. Pada umur I 0-12 tahun anak mulai kritis, realistis, ingin tahu dan ingin belajar, dia sanggup mengetahui kesalahan-kesalahan pada orang lain juga guru mendapatkan kritikan. Sikap ini ada hubungannya dengan keinginan untuk menyelidiki hubungan benda-benda, mulailah anak mengadakan pemikiran dan menginjak masa abstraksi dalam berfikir. Dalam bermain anak mempunyai peraturan tersendiri dan minatnya tertuju pada kehidupan praktis konkrit sehari-hari. Pada umur 12 tahun anak mulai memperhatikan dirinya sendiri, akunya mulai diperhatikan. Anak bclajar mengabaikan keadaan-keadaan luar yang tidak menarik perhatiannya, menjaga tingkah lakunya dengan kontrol-kontrol dari dalam, membentuk tipe dalam sikapsikap, mengembangkan cara-cara yang baru dan lebih efektif dan membedakan dengan lebih jelas antara khayalan dan kenyataan. Menjelang akhir masa ini anak telah ada minat kepada mata pelajaran. 49 Pada akhir masa ini anak mulai mengagumi tokoh-tokoh baik dari sejarah maupun dari cerita fiksi, dari duaia film atau olahraga. Berdasarkan pengalaman ini ia membentuk konsep "diri ideal"-nya dan munculnya konsepsi tentang orientasi hidup, pribadi macam apa yang ia cita-citakan bagi dirinya. Mula-mula ideal ini dibantu menurut pola orang tua, guru dan tokoh-tokoh lain dalam lingkungan dekatnya. Dengan meningkatnya usia, orang-orang yang tak dikenal tetapi pemah didengar atau dibaca dapat juga menjadi inti dari diri idealnya. Dari sumber-sumber yang banyak ini anak membentuk "diri ideal" yang akan menjadi patokan umum bagi perilakunya.
49
Kartini Kartono, Peranan Keluarga .. ., h. 44.
50
Orang yang memiliki orientasi hidup sepanjang ia telah berhasil merumuskan atau dengan mudah dapat dibimbing untuk merumuskan (mempunyai wawasan) tentang jenisjenis kecenderungan-kecenderungan antar pribadinya, keadaankeadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan-kebutuhan itu dan yang relatif bebas dari kecemasan dan tujuan-tujuan yang kurang lebih berjangka panjang sehingga
untuk
mendekatinya
orang
perlu
menangguhkan
kesempatan-
kesempatan menikmati kepuasan ataupun peningkatan prestise jangka pendek. 50 Pada masa sekolah ini anak belum menguasai dirinya sendiri dan menghendaki kekuasaan orang lain, karena itu ia dapat dipaksa bekerja. Pekerjaan dapat menimbulkan kenikmatan anak-anak atas
inisiatifnya yang dapat
membentuk kemauan. 51 Hubungan-hubungan dalam keluarga tetap berpengaruh besar terhadap perkembangarmya. Bagaimana hubungan dengan orang tuanya dan saudara kandungnya, kedudukannya dalam keluarga (apakah ia anak pertama, anak ditengah atau anak bungsu, dari kelarga besar atau kecil), dan bagaimana pendapatnya mengenai cara-cara asuha11 anak yang berlaku dalam keluarganya berperan dalam menentukan perkembangan kepribadiannya. Jika sebagai anak sulung ia diharapkan membantu merawat adik-adiknya, ia dapat merasa airinya penting atau mungkin sebaliknya sebagai orang yang harus berkorban. Anak tunggal bisa menjadi semakin bergantung pada orang lain atau sebaliknya dapat menjadi lebih cepat matang daripada anak-anak yang mempunyai kakak dan adik. Hal ini banyak bergantung dari bagaimana orang tua memperlakukan anak. Banyak perkembangan baru terjadi pada masa anak sekolah, perubahan dari bentuk badan kanak-kanak ke bentuk badan anak sekolah, anak mulai senang berkelompok dengan teman sebaya dan ini adalah masa penyesuaian diri dan pada umumnya anak terbuka untuk pengalaman dan senang belajar. Bagi orang tua usia ini sebagai masa sulit karena pendapat kelompok lebih diikuti daripada pendapat orang tua, selain itu anak suka berpakaian dan bermain tak rapi serta suka 50
51
SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat ... , h. 12. Kartini Kartono, Peranan Keluarga ... , h. 44.
51
bertengkar. Sedangkan bagi pendidik masa usia tersebut merupakan periode kritis karena dalam dorongan berprestasi anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Sekali terbentuk kebiasaan maka kecenderungan akan menerap sampai dewasa. 52 Secara spesifik ada beberapa periode perkembangan pada masa kanak-kanak akhir yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, diantaranya: 1. Pertumbuhan Fisik
Pada usia ini pertumbuhan badan menjadi agak lambat dibandingkan dengan usia sebelumnya. Sampai usia 12 tahun anak-anak akan bertambah panjang 5-6 cm setiap tahunnya. Bentuk badan mempengaruhi tinggi dan berat badan. Pda umur 10 tahun dapat dilihat anak laki-laki sedikit menjadi besar dibansingkan wanita. Wanita lebih unggul dalam panjang badan. Perkembangan motorik masa kanak-kanak akhir menjadi lebih halus dan terkoordinasi dari pada masa awal kanak-kanak. Setiap gerakannya selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau motorik yang lincah. Pada usia I 0 tahun, kebanyakan anak dapat belajar berrnain, olah raga, berlari, memanjat, melompat tali dan lain-lain. !tu semua merupakan sebagian dari keterampilan fisik yang biasanya dimiliki anak-anak pada periode ini. Dan bila ha! ini dikuaai, keterampilan fisik merupakan suatu kegiatan yang sangat diminati anak dan menjadi kenikmatan tersendiri baginya dan merupakan suatu upaya pencapaian prestasi 2. Perkembangan Kognitif Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berfikir operasional. Operasi-operasi ini berlangsung dengan didukung oleh fungsi-fungsi, regulasi-regulasi dan identitas menjadi operasi yang lebih lengkap, terdeferensiasi, kuantitatif dan stabil.
Anak mulai
mampu
menggunakan
konsep
matematika,
mampu
mengklarifikasi, dapat berfikir bolak-balik, menyatakan hubungan antara satu ha! dengan ha! lain dan mampu melihat hubungan serial berdasarkan fakta. 52
SC Utami Munandar, Mengembangkan Bakat .... h. 12.
52
3. Perkembangan Psikososial Dalam aktivitas di sekolah, anak banyak berorientasi pada keterampilanketerampilan khusus maupun umum. Ruang gerak lebih luas dan sudah mampu mengembangkan kemampuan sosialisasi deng!ln radius yang lebih luas. Dalam proses perkembangan produktifitas, muncul arah pikiran untuk mencapai tujuan dan memberikan hasil, artinya mereka lebih memiliki arah dan tujuan tertentu yakni menghasilkan sesuatu bersdasarkan potensi yang mereka miliki. 53 Ada
beberapa
perkembangan
berupa
kemampuan,
kecakapan
dan
keterampilan yang harus dimiliki pada masa anak-anak sekolah dasar yaitu: I.
Belajar tentang keterampilan jasmani yang diperlukan dalam permainan yang ringan dan mudah seperti lompat tinggi, mengejar dan menghindari kejaran.
2.
Membentuk sikap-sikap sehat (positit) terhadap dirinya demi kepentingan organismenya yang sedang tumbuh seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan diri.
3.
Belajar untuk bergaul dan bermain bersama dengan teman usianya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakat.
4.
Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya sebagai pria atau wanita.
5.
Mengembangkan
keterampilan-keterampilan
dasar
dalam
membaca,
menulis dan berhitung. 6.
Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan seharihari.
7.
Mengembangkan kata hati, moral dan ukuran nilai-nilai dalam kehidupan yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat.
8.
Mengembangkan sikap-sikap objektif baik positif maupun negatif dalam memandang !(e]ompok sosial dan lembaga masyarakat.
53
Zahrotun, et.al, Psikologi Perken1bangan; Tirljauan Psikologi Baral dan ls/an1, (Jakarta: UJN Press, 2006), Cet. I, h.103.
53
9.
Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independent (mandiri) dan bertanggung jawab.
54
Hal-ha! yang amat menentukan perkembangan anak ialah sejauh mana ia memperoleh kasih sayang dirumah, sejauh mana ia diterima oleh orang lain (guru dan
teman
sebaya),
sejauh
mana
ia
mampu
melakukan
tugas-tugas
perkembangannya dan bagaimana prestasinya di sekolah. Kesulitan dapat timbul apabila kebutuhan anak akan kasih sayang, penerimaaan dan prestasi tidak terpenuhi. Sesungguhnya masa anak usia sekolah dasar ini tidak merupakan masa yang sulit (baik bagi anak maupun pendidik) dibandingkan dengan masa kanakkanak dan masa remaja. Dengan memahami ciri-ciri anak usia sekolah dasar, pendidik (guru dan orang tua) dapat mengusahakan suatu lingkungan pendidikan yang mempuk perkembangan optimal dari bakat dan kemampuan anak.
4. Peranan Orang Tua dalam Membimbing Bakat Anak Usia 612 Tahun a. Cara Mengenal Bakat Anak Menurut sejarahnya, usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja (jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan yang paling banyak dilakukan. 55 Dalam prakteknya, hampir semua ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor yang dikemukakan oleh Guilford. Apa yang dikemukakan oleh Guilford merupakan salah satu contoh dari pola pemikiran yang berorientasi pada hal (materi) yang ada pada individu, yang diperlukan untuk aktivitas apa saja; jelasnya untuk setiap aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor. Pemberian nama alas berjenisjenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas dalam lapangan apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat o!ahraga dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada konteks 54 Heri Jat•hari Mucthar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 68-69. 55 Sumadi Suryabrata, Psiko/ogi Pendidikan ... , h. 166.
54
kebudayaan
dimana
seseorang
individu
hidup.
Mungkin
penamaan
itu
bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja. Sebenamya setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu faktor bakat saja. Bermacam-macam faktor mungkin diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh misainya bakat untuk belajar di Fakultas Teknik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berpikir abstrak, bahasa, mekanik dan sebagainya. Karena itu ada kecenderungan di antara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat il'J pada pendapat, bahwa pada setiap individu sebenamya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi dan intensitas yang berbedabeda. Karena itu biasanya yang dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah merupakan urutan (ranking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu. Prosedur yang biasanya di tempuh adalah: I. Melakukan analisis jabatan atau analisis lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut 2. Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan (job description) atau pencandraan lapangan studi 3. Dari pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu 4. Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkap bakat yang biasanya berwujud tes. Telah diketahui bagaimana bertumbuhnya bakat, tinggal lagi bagaimana kita &endiri mengetahui bagaimana dapat mengetahui bakat anak-anak. Orang tua dan guru dapat memperoleh alat-alat dan bantuan dari ahli-ahli jiwa yang akan menolong dalam mengetahui bakat anak-anaknya. Orang tua dan guru dapat memperoleh gambaran yang benar tentang bakat anak-anak mereka dengan cara-cara berikut ini, yaitu:
55
1.
Dengan memperhatikan apa yang dikerjakan anak Cara mengenal keadaan anak adalah dari segi kebiasaannya dalam bekerja,
caranya berhubungan dalam masyarakat, dari segi kemampuan mentalnya, kemajuannya dalam membaca dan kemajuannya secara umum. Sebagai orang tua atau guru hendaklah mengamati kelakuannnya dalam kelas, di sekolah dan ketika bermain. Artinya haruslah menggunakan cara pengamatan. Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui bakat masing-masing anak. Pengamatan ini dilakukan dengan pengambilan data yang didasarkan atas tindakan nyata dari anak-anak. Misalnya macam kegiatan yang diperbuat oleh isham pada waktu luangnya, yang kecondongannya untuk membaca daripada sibuk dengan permainan. Pengamatan terhadap segi-segi kegiatan dan pelajaran sekolah yang diminati oleh masing-masing anak adalah lebih jelas dari pada cara lainnya, hal tersebut akan menjadi bukti atau petunjuk kepada orang tua tentang bakat anak mereka yang menonjol. Dengan pengamatan yang cermat da!am waktu yang lama, dapat diketahui dengan jelas arah dari bakat anak, misalnya tampak perhatiannya sangat besar terhadap segi-segi yang berhubungan dengan sesuatu. Pengenalan terhadap segi-segi yang kuat pada bakat anak baik yang berhubungan dengan orang ataupun dengan sesuatu, atau dengan hal-hal yang abstrak akan sangat membantu dalam menghubungkan antara bakat dan pekerjaan sekolahnya serta kegiatannya dalam waktu luang. 2.
Dengan menganalisa jawaban anak terhadap beberapa pertanyaan yang dihadapkan kepadanya dalam bentuk angket Agar hasil pengamatan yang dikumpulkan oleh orang tua dan guru tentang
anak-anak dapat terpadu, maka beberapa orang guru membuat pertanyaan tentang bakat anak-anak dalam bentuk angket dan anak-anak menjawabnya. Seperti: Apakah anda menyukai atau membenci pemikiran tentang teka-teki, mendengar cerita, bermain dan sebagainya. Angket merupakan cara yang mudah yang dapat membantu guru clan orang tua dalam mencari bakat anak-anak secara umum walaupun tidak banyak manfaatnya untuk mengetahui berapa kuatnya bakat dan tingkat perhatiannya dalam berbagai segi kegiatan yang bermacam-macam.
56
3.
Dengan meneliti jawaban anak terhadap terhadap pertanyaan-pertanyaan tes bakat yang standar. Cara yang cermat untuk mengukur bakat anak-anak adalah tes yang telah baku
untuk menemukan bakat, banyak macam tes yang digunakan pada waktu sekarang. Tes bakat pekerjaan misalnya membagi bakat atas tiga dasar: dari segi lapangan seperti bakat mekanik, bakat seni dan bakat ilmu. Dari segi cara, seperti bakat bicara, bakat kerja dan dari segi tingkat, seperti bakat yang menghendaki keterampilan dan keahlian serta bakat praktis. Setiap orang yang menjawab pertanyaan tes tersebut dapat diketahui lapangan pekerjaan atau studi apa yang sesuai betul dengan bakat pribadinya.56 Menurut Marcus Buckingham dalam bukunya,yang berjudul "Now, Discover Your Strengths", mengatakan bahwa ada empat ha! yang bisa dijadikan dugaan awal terhadap apa bakat, yaitu : reaksi spontan, tanda masa kecil, cepat belajar, dan kepuasan. Semua reaksi spontan menunjukkan bakat mental yang sering disebut kepribadian. Tanda masa kecil (yearnings) menunjukkan apa bakat natural. Cepat belajar (rapid learning/ fast learning) merupakan tanda bahwa Anda berbakat pada bidang tersebut. Terkadang kita sendiri tidak tahu, sampai suatu ketika mendapat kesempatan mempelajari hal baru, dan rasanya begitu mudah menguasainya. Kalau ada bidang yang Anda begitu cepat menguasainya, mungkin di situlah bakat Anda. Ciri-ciri kita berada di j~lur yang benar adalah kalau kita merasa puas dengan apa yang kita lakukan. Orang-orang yang sukses di berbagai bidang menunjukkan kepuasan terhadap pekerjaan mereka, baik pekerjaan itu menghasilkan banyak uang maupun tidak. Kalau Anda senang melihat orang lain tumbuh karena bimbingan kita, maka Anda berbakat menajadi pembina/pendidik. Seringkali yang membuat puas bukanlah sesuatu yang tampak secara fisik. Mengenal bakat anak sangat bermanfaat bagi para orang tua agar mereka dapat memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak baik kebutuhan kognitif, afektif maupun kebutuhan psikomotorik. Dengan mengenal ciri-ciri 56
G. Frederic Kuder dan Blance B. Paulson, Mencari Ba/cat ... , h. 28-31.
57
bakat anak, orang tua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bidang bakat anak. Orang tua dapat membantu anak memahami dirinya agar tidak melihat bakatnya sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan. Kemampuan orang tua untuk mengenal bakat anak ialah agar orang tua dapat membantu sekolah dalam memberikan inforrnasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka. Di lain pihak, harus diakui bahwa sering orang tua cenderung mengamati dan menafsirkan perilaku anaknya sesuai dengan harapan dan keinginan mereka, hal ini dapat menyebabkan orang tua tidak obyektif dalam pengamatan perilaku anaknya dan tidak sesuai dengan kenyataan. Mungkin orang tua akan melebihlebihkan kemampuan anaknya dan mendorong guru atau sekolah untuk memberi kesempatan-kesempatan tertentu pada anaknya, meskipun guru mempunyai pandangan lain tentang kemampuan anak tersebut. Selain itu, orang tua tidak dapat melihat perilaku dan prestasi anak di sekolah. Sering orang tua menyuruh anak mengikuti macam-macam pelajaran tambahan, mereka mengharapkan anak dapat meningkatkan prestasinya. Mendorong anak biasa dengan kemampuan ratarata untuk dapat mengikuti program pengayaan bagi mereka yang mempunyai bakat hanya akan menimbuikan kekecewaan dan rasa tidak berhasil Orang tua memang perlu membina anak agar mau berprestasi secara optimal, karena kalau tidak akan berarti suatu penyianyiaan terhadap bakat-bakatnya. PembinaaTJ dilakukan dengan mendorong anak untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuannya. 57 Sekolah harus menyadari kualitas siswa yang tidak hanya bisa dibentuk lewat sisi akademik. Menurut Gamer, seorang ahli pendidikan mengatakan hahwa ada delapan aspek kecerdasan yang harus dikembangkan, yang dikenal sehagai "Multi Intelegency" yaitu:
I. Kecerdasan Linguistik Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya pendongeng) maupun tertulis (misalnya penulis). Ini meliputi kemampuan memanipulasi tata atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau 57
Conny Semiawan, et.al, Memupuk Bakat ... , h. 30.
58 ,~r-1;,_,f~;
1 .1\,-i.:
/\_/>-__ ~-.-
1J;
·'4 ~;?'/\!ti()
makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa. Penggunaan bahasa
ini
antara
lain
mencakup
retorika
(penggunaan
bahasa
untuk
mempengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu}, menemonik atau hafalan (penggunaan bahasa untuk mengigat infonnasi}, eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi infonnasi) dan menata bahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). 2. Kecerdasan Matematis-Logis Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya ah!! matematika) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya ilmuwan). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pemyataan dan dalil Gika-maka, sebab-akibat), fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis-logis ini antara lain: kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan dan pengujian hipotesis. 3. Kecerdasan Spasial Kemampuan mempernepsi dunia spasial-visual secara akurat (misalnya sebagai pemburu, pramuka) dan mentransfonnasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya arsitek, seniman). Kecerdasan ini meliputi kepekrum pada wama, garis, bentuk, ruang dan hubungan antar unsur tersebut juga meliputi kemampuan
membayangkan,
mempersentasikan
ide
secara
visual
dan
mengorientasika11 diri secara tepat dalam matriks spasial. 4. Kecerdasan kinestetis-Jasmani Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya sebagai aktor) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya sebagai perajin). Kecerdasan ini meliptuti kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan denganm sentuhan. 5. Kecerdasan Musikal Kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi (misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik}, mengubah (misalnya sebagai komposer) dan mengekspresikan (misalnya
59
sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titik nada atau melodi dan warna nada atau suara suatu lagu. Orang dapat memiliki pemahaman musik figural atau "atas-bawah" (global, intuitif), pemahaman formal atau "bawah-atas" (analitis, teknis) atau keduanya. 6. Kecerdasan Interpersonal Kemapuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara,
gerak-isyarat;
kem~mpuan
membedakan
berbagai
macam
tanda
interpersonal dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu). 7. Kecerdasan Intra personal Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai Jiri. 8. Keccrdasan Naturalis Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di ·lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti mobil, sepatu karet dan sampul kaset CD. 58
b. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif di Rumah Tangga Rumah tangga ada konsepnya, isteri bukan sekedar perempuan pasangan tempat tidur dan ibu yang melahirkan anak, suami bukan sekedar lelaki, tetapi ada konsep aktualisasi diri yang berdimensi horizontal dan vertikal. Kebahagiaan dalam rumah tangga dapat melahirkan rasa ketenteraman, ketenangan dan kemantapan psikologis. 58
Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara; Menerapkan Multiple lnte/egences Di Dunia Pendidikan, (Bandung: Kaifa, 2003), Cet. 2, h. 2-4.
60
Hasil dari pekerjaan membangun keluarga dalam rumah tangga adalah berdirinya bangunan keluarga. Layaknya sebuah bangunan, bangunan keluarga dapat dibuat maketnya, dianalisis anatomi dan keseimbangan elemen-elemennya sehingga dapat dibayangkan apa pondasinya, pilarnya, atap dan dindingnya serta apa assesorisnya. 59 Dalam bangunan keluarga mempunyai beberapa pondasi utama, yaitu: I. Pondasi Cinta Cinta merupakan pondasi yang sangat penting dalam membangun keluarga. Perasrum cinta suami pada
ist~ri
dan sebaliknya akan membuat mereka bisa
menikmati kesulitan, karena kesulitan yang ditempuh oleh dua orang yang saling mencinta justru memperteguh jalinan cinta. Ciri cinta sejati ada tiga, yaitu menikmati keberduaan, hangat dalam pembicaraan dan saling mengikuti keinginan orang yang dicintai. 2. Dorongan Fitrah Manusia diciptakan Tuhan dengan fitrah menyukai lawan jenis. Fitrah inilah yang mendorong orang untuk mencari jodoh dan kemudian hidup berumah tangga. Hidup dalam kesendirian adalah berlawanan dengan fitrah hidup manusia, oleh karena itu diakui atau tidak sesungguhnya hidup melajang itu terasa gersang. Lelaki yang ditinggal mati isteri sering lebih merasa kehilangan dibanding wanita yang ditinggal mati suami. Menjadi janda memang tidak enak tetapi meski ada yang merasa malu tetapi fitrah manusia juga menyayangi janda, terutama janda tua. Sebaliknya menjadi duda meski su
59
13.
Achmad Mubarok, Psikologi Ke/uarga, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. I, h.
61
separuhnya ada di dalam rumah tangga, separuh selebihnya tersebar pada berbagai aspek kehidupan. 60 Menurut Hasan Basri, dalam upaya mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, ada dua faktor penting yang harus diperhatikan yaitu dasar-dasar pembentukan rumah tangga atau keluarga dan pembinaannya. 61 Membina pendidikan dan memberi pengarahan yang baik dalam rumah tangga berarti telah ikut memperbaiki sebagian dari masyarakat yang luas secara tidak langsung. Pembinaaan kehidupan bermasyarakat itu sebenamya merupakan sambungan dari pembinaan keluarga dan begitulah selanjutnya hingga sampai kepada Bangsa dan Negara. Karenanya, anak-anak harus diajar dan dididik supaya mereka pandai bergaul semenjak kecil. Suatu hal yang harus dihinJari bersama pada masa sekarang ini adalah dimana orang tua sebagiannya ada yang membatasi pergaulan anak-anaknya dengan tetangganya, karena mungkin mereka sebagai orang tua tidak sama profesinya atau satu pihak berada dalam kehidupan yang serta mewah sedangkan yang lainnya sederhana saja, mereka merasa gengsi jika anak-anaknya bergaul dengan orang yang tidak setaraf dengannya, ini satu sikap yang tidak baik. Untuk mewujudkan tercapainya cita-cita kearah keluarga yang bahagia dan sejahtera itu memerlukan usaha yang gigih. Keluarga yang bahagia dapat menciptakan lingkungan yang kondusif di rumah, hai ini sangai penting bagi perkembangl!n bakat anak. Di antara usaha tersebut ada!ah: I. Mewujudkan hubungan suami isteri secara harmonis Agar hubungan antara suami isteri dapat berjalan secara harmonis diperlukan usaha-usaha antara lain: saling pengertian, saling memaafkan, menyesuaikan diri, saling berpartisipasi, selalu bermusyawarah untuk mencapai kemajuan bersama sehingga merupakan faktor yang kondusif (mendukung) bagi terjadinya kesenjangan antara keluarga, saling mencintai, kasih sayang, saling menghormati,
60
61
h. 17-23.
Achmad Mubarak, Psikologi Ke/uarga,, .... h. 13. Hasan Basri, Membina Ke/uarga Bahagia, (Jakarta: Pt. Pustaka Antara, 1996), Cet. 4,
62
menjaga kesopanan, hubungan yang ma'ruf, perhatian terfokus untuk mendidik dan mengasuh anak dan sating menghargai.62 2. Membina hubungan baik anatara anggota keluarga serta lingkungan Secara makro, keluarga itu tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak, akan tetapi juga menyangkut hubungan persaudaraan yang lebih besar, yaitu hubungan antara anggota keluarga maupun hubungan dengan lingkungan masyarakat sekitar. Adapun tentang hubungan antara anggota keluarga, hubungan tersebut haruslah terjalin secara baik, yaitu hubungan baik terhadap famili kedua belah pihak. Memelihara hubungan baik terhadap famili ini sesuai dengan yang diisyaratkan oleh Allah di dalam firman-Nya surah An-Nisaa' ayat I, yaitu:
" Bertakwa/ah kamu semua kepada Allah yang kamu selalu meminta kepadaNya, dan peliharalah hubunganfamili (silaturahmi) ".
Membina hubungan baik dengan anggota keluarga bisa dengan mempunyai perhatian terhadap kerabat lain seperti tetangga. Maka perlu hati-hati dan tenggang rasa dalam berhubungan dengan mereka, sehingga tidak membuat tercela di muka umum dan menimbulkan perselisihan. Tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita setiap saat, apalagi jika terjadi sesuatu yang tidak diiingini misalnya terjadi kebakaran clan perampokan maka tetanggalah yang pertama mengetahuinya. Berbuat baik kepada tetangga merupakan ajara.1 keimanan seseorang. Kita tidak diharuskan menyukai keluarga lain, namun diharapkan agar masing-masing saling menjaga perasaan, kehormatan dan wibawa lainnya.63 Sedangkan hubungan dengan lingkungan masyarakat merupakan keharusan dan haruslah secara baik pula. Perlu diketahui bahwa masyarakat, khususnya tetangga adalah orang-orang yang terdekat dan umumnya para tetangga itu adalah 62 Rafi'udin, Mendambakan Keluarga yang Tenteram (Keluarga Sakinah), (Jakarta: lntermasa, 2001), Cet. 1, h. 6. 63 Nashir Bin Sulaiman Al-Umar, Kendala-kendala Memlju Keluarga Bahagia, (Solo: Cv. Pustaka Mantiq, 1995), Cet. 1, h. 69.
64
memperhatikan pengadaan makanan yang halal, maka akan membuahkan sikap yang baik serta budi pekerti yang luhur pada diri seseorang. Dalam membina kehidupan beragama dalam keluarga bisa juga dilakukan dengan kemampuan keluarga untuk lebih berkonsentrasi melakukan ketaatan. Jika suasana rumah tangga tenteram, jauh dari perselisihan, maka keluarga akan cenderung untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan akan mendorong ke arah komunikasi yang aktif berkaitan dengan kemaslahatan dunia dan akhirat. 4. Keluarga akan lebih mampu berkonsentrasi untuk terlibat dalam kerja-kerja sosial Di luar rumah masih banyak permasalahan umat yang masih perlu perhatian dan bantuan, misalnya membantu memecahkan masalah rumah tangga lain.64 5. Menciptakan suasana humor dan senda gurau. Dalam suatu jalinan perkawinan perlu adanya suasana santai, relaks dan tak resmi. Humor dan senda gurau sesekali mungkin harus mewamai jalinan perkawinan, sehingga menambah kemesraan, membuat hati senang dan dapat melupakan masalah-masalah yang menjadi pikiran. 65 6. Berfikir positif ketika ada krisis Hal ini adalah suatu yang lumrah. Jika suatu saat hubungan antara keluarga mengalami krisis. Penyebab krisis itu sendiri tidak selalu datang dari dalam rumah, bisa juga dari luar rumah ataupun dari diri masing-masing pasangan. Bila terjadi suatu krisis, maka usahakanlah suatu penyelesaian bersama. Kurang bijaksana kalau saling menyalahkan atau mau menang sendiri saja. Bilamana persetujuan atau negosiasi tidak tercapai, lalu mencapai jalan buntu, maka jangan ragu-ragu dan bimbang jika harus berkonsultasi dengan seorang ahli untuk mendapatkan nasehat agar krisis tersebut tidak berlarut dan berkepanjangan yang pada gilirannya dapat meruntuhkan tiang rumah tangga. Tidaklah mudah membuat hubungan perkawinan yang baik, namun kiranya dapat dijadikan pegangan atau ukuran bagi diri kita masing-masing bahwa 64
Nabil Ibn Muhammad Mahmud, Prob/ematika R11mah Tangga dan Kunci Penye/esaiannya, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), Cet. I, h. 210. 65 Imam Al-Ghozali, Perkawinan Sakinah, (Surabaya: Tiga Dua, 1995), Cet. I, h. 71.
65
keluarga yang bahagia dan sejahtera itu dapat dilihat dari hubungan suami istri yang serasi, selaras dan seimbang. Keluarga yang bahagia kehidupannya selalu tenang dan tenteram, rukun dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan yang mesra dan harmonis di antara semua anggota keluarga dengan per.uh kelembutan dan kasih sayang. Namun yang lebih penting adalah sarana yang baik untuk pembinaan perkembangan jiwa anak. lni merupakan kewajiban dan tanggung jawab para orang tua demi masa depan anak-anak yang merupakan generasi penerus. Maka dari itulah diperlukan suatu periapan menjelang perkawinan yang meliputi persiapan di bidang fisik, mental dan sosial. Pada dasarnya masjid itu menerima anak-anak setelah mereka di besarkan dalam lingkungan keluarga, dalam asuhan orang tuanya. Dengan demikian, rumah keluarga muslim adalah benteng utama
t~mpat
anak-anak di besarkan melalui
pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembnentukan keluarga yang sesuai dengan syariat Islam. Keluarga atau rumah tangga yang sakinah, dapat membuat anak merasa aman dan tentram, tidak akan terganggu belajarnya, ha! ini sangat bagus bagi perkembangan bakat anak, karena segala usaha yang dilakukan orang tua khususnya keadaan rumah sangat mempengaruhi bagi perkembangan bakat anak. Apabila keadaan rumah baik maka kemungkinan besar bakat dapat berkembang. Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah, dapat dikatakan bahwa tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut: I.
Mendirikan syariat Allah daiam segala permasalahan rumah tangga. Artinya, tujuan berkeluarga adalah mendirikan rumah tangga muslim yang mendasarkan kehidupannya pada perwujudan penghambaan kepada Allah. Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh dan dibesarkan di dalam rumah yang dibangun dengan dasar ketakwaan kepada Allah, ketaatan pada syariat Allah dan keinginan menegakkan syariat Allah. Dengan sangat mudah anakanak akan meniru kebiasaan orang tua dan akhirnya terbiasa untuk hidup islami dan ketika dia sudah dewasapun, dia akan merasakan kepuasaan pada akidah yang dianut dirinya dan orang tuanya.
66
2.
Mewujudkan ketenteraman dan ketenangan psikologis. J ika suami istri bersatu di atas landasan kasih sayang dan ketenteraman psikologis yang interaktif, anak-anak akan tumbuh dalam suasana bahagia, percaya diri, tenteram, kasih sayang, serta jauh dari kekacauan, kesulitan dan penyakit batin yang melemahkan kepribadian anak.
3.
Mewujudkan Sunnah Rasulullah SAW. Dengan melahirkan anak-anak shaleh sehingga umat manusia merasa bangga dengan kehadiran kita. Dalam mendidik putra-putri melalui pendidikan yang dapat mewujudkan tujuan Islam dan terpatri dalam jiwa mereka, tanggung jawab itu terletak di atas pundak para orang tua sehingga anak-anak terhindar dari kerugiar., keburukan dan api neraka yang senantiasa menantikan manusia-manusia yang jauh dari Allah.
4.
Memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak. Naluri menyayangi anak merupakan potensi yang diciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia dan binatang. Allah menjadikan naluri itu sebagai salah satu landasan kehidupan alamiah, psikologis dan sosial mayoritas makhluk hidup. Keluarga, terutama orang tua bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya karena
ka~ih
sayang merupakan landasan
terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan psikologis dan sosial anak. 5.
Menjaga
fitrah
anak
agar
anak
tidak
melakukan
penyimpangan-
penyimpangan. Dalam konsepsi Islam, keluarga adalah penanggung jawab utama terpeliharanya fitrah anak. Dengan demikian, penyimpanganpenyim pangan
yang
dilakukan
anak-anak
lebih
disebabkan
oleh
ketidakwaspadaan orang tua atau pendidik terhadap perkembangan anak.63
63 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rwnah, Seko/ah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), Cet.1, h. 139-142.
67
c. Menghindarkan Perbuatan Negatif yang Bisa Mengganggu Perkembangan Potensi Anak Orang tua sangat berperan penting dalam mengatasi perilaku buruk anaknya. Jangan menyerahkan
pembentukan
perilaku, kepribadian dan
pendidikan
sepenuhnya kepada sekolah. Orang tualah yang paling tahu dan mengerti apa yang dibutuhkan anak serta rencana terbaik yang paling tepat untuk anak yang dikasihi. Menghindarkan semua perilaku buruk yang ada pada anak dapat membantu dalam mengatasi hal yang dapat rnenghambat perkembangan potensi anak. Karena apabila perbuatan r.egatif itu dapat dihindarkan, kemungkinan besar bakat yang ada pada anak dapat berkembang secara optimal tanpa ada hambatan apapun. Menurut Ernest R. Hilgard, Dalam buku Introduction to Psychology berpendapat bahwa perilaku buruk anak ditentukan oleh kendali (bisa dihindari atau dihentikan), evaluasi kognitif (berarti atau tidak), perasaan mampu mengatasi dan dukungan lingkungan sosial seperti orang tua, pasangan dan teman. Oleh karena itu, ha! terpenting untuk menghadapi perilaku buruk anak adalah keterbukaan, rasa percaya dan sikap tidak terlalu melindungi antara anak dan orang tua. Bila orang tua melarang anak bermain di luar, sebutkan alasan larangan itu daripada hanya sekedar berkata "tidak boleh", misalnya supaya anak terhindar dari penculikan. Sampaikan pada anak agar segera berteriak bila ada orang asing yang mencoba memaksanya atau mengingat nomor telepon rumah atau telepon genggam orang tuanya. Ada hal lain yang tak kalah pentingnya adalah mePJelaskan pac!a anak bahwa perilaku buruk adalah normal pada tingkat tertentu dan bukan ha! yang tabu bi!a seseorang marah, takut, kesepian atau cemas karena itu adalah ekspresi normal sebagai manusia biasa yang ada cara yang tepat untuk mengungkapkan semua ekspresi negatif itu. Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik untuk menghindarkan perilaku buruk anak yang bisa mengganggu perkembangan potensi anak, caranya antara lain:
68
I. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Anak harus memiliki sikap percaya diri dengan segala sesuatu yang dihadapinya. Bila anak sudah percaya diri, ia akan lebih berani mengambil resiko dan tidak gentar menghadapi apapun. Anak yang mempunyai rasa percaya diri mampu mengembangkan sikap toleransi terhadap penolakan tanpa merasa terhina atau depresi. Keberhasilan anak
menge~jakan
tugas dengan baik secara bertahap
dapat memperkuat rasa percaya diri dan akan mempengaruhi sikap percaya diri dan harga diri anak bila orang tuanya juga turut mendukung penuh. Dengan mendapat dukungan orang tua, perilaku buruk anak dapat dikurangi dan diarahkan. 2. Ciptakan Rasa Humor dan Komunikasi yang Baik Peristiwa yang lucu dan menggelikan bisa membuat rileks dan menyehatkan, baik secara fisik maupun mental. Dengan tertawa, hormon perilaku buruk yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah, penggumpalan darah can penurunan sistem kekebalan tubuh akan terhambat bereaksi dan dapat membuat jantung berdetak lebih cepat, sistem kekebalan tubuh makin diaktitkan dan oksigen mengalir ke otak sehingga membantu untuk berpikir tajam dan meiihat lebih jernih. Rumitnya persoalan yang dihadapi sering membuat orang tua melimpahkan kekesalannya kepada anak sehingga anak menjadi korban dan memicu perilaku buruknya. Sete!ah tertawa, tingkat perilaku burukpun
m~njadi
turun.
Untuk memperoleh manfaat tertawa, diperlukan menciptakan suasana humor dalam keluarga dengan melakukan kegiatan seperti: saling berbagi peristiwa lucu, sating meledek sebatas nonnal, main tebak-tebakan dan bermain dengan anak. 3. Perkenalkan Tuhan Sejak Kecil Orang tua dapat mengajarkan anak kecil untuk mengenal Tuhan melalui alam ciptaan-Nya dengan mengamati pertumbuhan hewan peliharaan, awan, pohon dan sebagainya karena hal itu dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak, menimbulkan kesadaran bahwa ada yang mengatur, menjaga dan melindungi seluruh ciptaan-Nya. Biasakan anak untuk berdoa setiap hari. Dengan demikian ia akan terbiasa berkomunikasi dengan Sang Penciptanya. Dengan berkomunikasi,
69
berarti anak belajar menata pikiran sekaligus mengenali masalah dan belajar untuk menyelesaikannya dengan cara yang benar. 4. Mengajarkan Anak Untuk Menyelesaikan Persoalannya Memahami ornng lain atau suatu peristiwa merupakan bekal anak untuk menghadapi dunianya sehingga ia tidak mudah berperilaku buruk dan mampu mengatasi persoalannya dengan jalan yang baik. Caranya adaiah dengan menjelaskan segala peristiwa ada penyebabnya dan belajar bertanya dan memikirkan berbagai alternatif pemecahan dalam menyelesaikan persoalan. Hal ini bisa dilatih melalui permainan, misalnya, dengan pertanyaan "Bagaimana bila sekolah tiba-tiba mengeluarkan peraturan tentang kenaikan uang sekolah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu?". Anak-anak bisa saja menjawab dengan berbagai kemungkinan. Contohnya, orang tua akan mengadukan ha! itu kepada menteri pendidikan melalui demostrasi penolakan, anak pindah sekolah atau akan tetap mengikuti
peraturan
tersebut.
Melaui
permainan
itu,
orang
tua akan
membengkitkan perasaan mampu untuk mengatasi masalah dan anak bisa belajar bahwa masalah sesuatu yang harus dihadapi bukan untuk dihindari. 5. Mengajarkan Anak Untuk Mengendalikan Emosi
Di dalam diri manusia ada empat emosi dasar yaitu marah, takut, sedih dan gembira Di antara keempat emosi tersebut, hanya gembira yang dianggap sebagai emosi yang positif, sedangkan yang lain merupakan emcsi negatif. Waiau demikian ketiga emosi negatif itu merupakan jala'l menuju kegembiraan. Agar emosi negatif tidak sampai menghancurkan kepribadian anak, ada beberapa kiat untuk mengendalikannya, yaitu: a. Tegaskan bahwa menggunakan kekerasa;1 fisik bukan cara untuk mengungkapkan kemarahan, anak dapat mengekspresikan kemarahan secara verbal. b. Perasaan sedih bisa diekspresikan dengan menangis. Dengan menangis, tubuh akan mengeluarkan zat kimia sejenis endorphin untuk menghambat kerja reseptor rasa sakit dan menghasilkan zat penenang. Kesedihan bisa juga diatasi dengan menyendiri, bercerita akan kesedihan dan berusaha menenangkannya.
70
c. Rasa takut bisa diatasi dengan mencari penyebab inasalah ketakutan yang mengganggu sehingga takut dapat mengungkapkan dengan sendirinya apa penyebabnya dan buatlah rencana untuk mengatasi rasa takut agar membuat anak merasa lebih aman. 6. Memberikan Nutrisi yang Tepat pada Anak Sejak kecil, kita sudah mendengar peribahasa "Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat". Sampai saat ini masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya gizi terhadap kesehatan mental. Orang tua sebaiknya memberikan makanan yang mempunyai gizi tepat dan cukup kepada anak-anak, dengan cara gaya hidup yang Jebih sehat. Orang tua juga bisa melakukan menu seimbang dalam seminggu agar anak cukup makan makanan yang bergizi. 7. Mendapat Hadiah Saat Meraih Prestasi Menerima hadiah merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi seorang anak. Berikanlah hadiah untuk prestasi yang berhasil diraih anak atau setelah melakukan sesuatu yang orang tua inginkan seperti bila anak berhasil meredam kemarahannya. Hadiah tidak harus mahal tapi anak dapat melihat bahwa orang tua tulus menghargai dan menyayanginya sepenuh hati. 8. Menjadi Contoh Bagi Anak dan Mengajarkan Keterampilan Orang tua adalah figur yang patut ditiru oleh anak. oleh sebab itu, berikan anak contoh perilaku dan perkataan yang baik dalam hidup sehari-hari. Disamping itu, agar anak siap memasuki dunia kerja nantinya, lebih baik orang tua mempersiapkan anak mereka dengan keterampilan sejak dini supaya anak tidak merasa kesulitan ketika menghadapi dunia kerja. Misalnya dengan mengajarkan anak menulis, melukis, bermain musik, bercerita, memimpin, memperbaiki perkakas rumah yang rusak atau mainan dan sepeda. Meskipun tidak mengajarkannya secara detil, setldaknya anak sudah memiliki dasar keterampilan untuk terjun dalam dunia kerja selanjutnya. Jni sangat berguna untuk bekal hidup anak. Kebaikan orang tua yang ditanamkan dalam diri anak tidak akan pernah hilang dari ingatan mereka.
71
9. Memotivasi Anak dan Menerapkan Aturan atau Disiplin Motivasi atau dorongan sangat penting bagi seorang anak untuk melangkah ke tindakan yang lebih baik. Dengan motivasi, anak mampu mengerjakan sesuatu yang dianggapnya tidak sanggup untuk dilakukan, sehingga anak bisa meraih prestasi. Setelah memberikan motivasi, jangan lupa menerapkan aturan-aturan dalam keluarga maupun di rumah. Hal ini penting untuk mendisiplinkan anak mengenai tindakan apa yang boleh dilakukan dan mana yang dilarang. Yang perlu diingat juga adalah caranya menyampaikan dorongan dan aturan yang ditetapkan. Pendekatan yang akrab dan masuk aka! akan membuat motivasi dan aturan orang tua mudah diterima oleh anak dan tidak malas untuk melaksanakannya. Orang tua sering mengemukakan suatu pertanyaan yaitu: "Bagaimana caranya melarang anakku berperilaku begini atau begitu?". Maka para psikolog sering memberikan jawaban bahwa tidak mungkin menjawab pertanyaan itu karena tanpa mengetahui lebih banyak mengenai anak sendiri maka tidak ada jalan keluamya. Mengapa begitu, karena setiap anak itu berbeda dan perbedaan yang tampaknya tak berarti sekalipun pada dua anak yang serupa dapat menimbulkan perbedaan yang besar dalam cara penanganannya dan seorang psikolog wajib bersikap hati-hati seka!i dalam memberikan nasehat serta banyak masalah anakanak yang dapat ditangani secara efektif oleh orang tua hanya dengan bantuan tenaga ahlinya. Tetapi sebagian besar masalah perilaku sehari-hari seorang anak dapat ditangani sendiri oleh para orang tua. Sesungguhnya, kenakalan anak-anak seperti berbohong, menipu dan banyak lagi perilaku yang sengaja dikarang anakanak untuk menjengkelkan orang tua dapatlah diatasi dengan baik asalkan orang tua mengenal beberapa strategi dasar tertentu. 64 I 0. Perubahan stimulus (kondisi) Perubahan stimulus merupakan cara yang paling disenangi. Strategi ini dapat dimanfaatkan pada berbagai situasi pribadi dan dapat digunakan secara efektif pada semua anak dan semua usia pada semua situasi. Strategi ini sering digunakan karena serasa tidak terbatas tergantung dari wawasan kreativitas dan kejelian 64
Jenny Gichara, Mengatasi Perilaku Buruk Anak, (Jakarta: Pt. Kawan Pustaka, 2006), Cet. I, h. 54-72.
72
orang tua sendiri dan biasanya strategi ini cukup berhasil mengubah situasi yang sedang dihadapi. Contohnya,
pimpinan
memanfaatkan
strategi
menggairahkan para pekerja yang bekerja terlalu lamban.
stimulus
ini
untuk
65
Ada peribahasa yang mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Artinya, sifat-sifat orang tua umumnya diturunkan pada anak-anaknya, termasuk perilaku. Padahal tidak semua perilaku bersumber dari orang tua. Lingkungan dan pergaulanpun sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Ada perilaku yang dapat diubah dan adapula perilaku yang sudah mendarah daging sehingga sulit sekali diubah. Dunia nyata bagi anak sebaiknya mudah diprediksi dan diusahakan stabil. Gangguan sekecil apapun bisa membuat anak menjadi stress sehingga dapat memicu perilaku buruk, apalagi setiap anak memiliki sifat yang unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Peristiwa yang menekan pada seorang anak belum tentu menjadi masalah bagi anak lain. Di sekolah, terdapat juga masalah-masalah tingkah laku yang negatif yang bisa menjengkelkan bagi para guru seperti gangguan-gangguan yang relatif kecil dilakukan olah para siswa setiap hari. Tingkah laku yang tidak tepat itu seperti bermain di dalam kelas meliputi berbicara keras, keluar kelas tanpa izin, tidak mengikuti aturan-aturan kelas dan tidak perhatian. Memang tingkah laku tidak terlalu serius, tetapi tingkah laku ini harus dikurangi sekecil mungkin dengan lingkungan belajar yang cocok yang dapat diciptakan. Sebaiknya prinsip-prinsip campur tangan guru dilakukan seminim mungkin. Dalam menghadapi masalah-masalah tingkah laku yang selalu ada di kelas, prinsip yang paling penting adalah tingkah laku harus dibetulkan dengan menggunakan campur tangan yang paling sederhana. Tujuan guru dalam menghadapi tingkah laku yang tidak tepat yang dilakukan terus menerus secara rutin oleh siswa adalah sesuatu yang efektif dan menghindari gangguan yang
65
111-140.
Paul W. Robinson, et.al, Tingkah laku Negatif Anak, (Jakarta: Arcan, 1992), Cet. I, h.
terjadi di kelas. Jika memungkinkan, pelajaran dapat jalan terus sementara menghadapi masalah tingkah laku tetap dilaksanakan. Dalam menghadapi tingkah laku yang tidak tepat di kelas, ada suatu rangkaian strategi dalam mengaturnya dimulai dari yang paling kecil sampai yang pa1.mg besar ya1"tu: 66 I.
Pencegahan, masalah tingkah laku dapat dicegah dengan membuat aturan dan prosedur secara jelas, memberikan kesibukan kepada anak-anak dengan memberikan tugas-tugas dan menggunakan teknik-teknik lain yang efektif untuk mengatur kelas. lsi pelajaran yang bervariasi, menggunakan pendekatan dan bahan-bahan pelajaran yang bennacam-macam, humor, dan antusias, semua ini dapat mengurangi masalah tingkah laku yang tidak tepat.
2.
Isyarat non verbal, banyak tingkah laku tidak tepat yang dilakukan seharihari di dalam kelas yang dapat dikurangi tanpa mengganggu momentum pelajaran, yaitu dengan menggunakan isyarat non verbal seperti membuat kontak mata, mendekati atau menepuk pundak merupakan isyarat bagi siswa untuk berhenti bertingkah laku yang tidak tepat.
3.
Pujian yang tidak cocok, pujian dapat menjadi motivasi bagi banyak siswa. Salah satu strategi untuk mengurangi penyimpangan tingkah laku di kelas ada!ah dengan memuji tingkah laku siswa yang tidak cocok dengan tingkah laku yang guru inginkan. Artinya, pujilah siswa pada kesempatan ketika dia melakukan pekerjaan yang baik.
4.
Membetulkan tingkah laku dan pujian pada siswa lain,
hal ini sering
dilakukan untuk seorang siswa yang bertingkah laku yang tidak guru inginkan dengan memuji tingkah laku siswa lain. Hal ini tidak baik, seharusnya guru tetap harus memuji siswa yang
b~rtingkah
laku yang tidak
baik tanpa menyinggung tingkah laku buruknya itu. 5.
Memperingatkan secara lisan, peringatan dengan kata-kata sederhana yang diberikan segera sesudah siswa bertingkah laku yang tidak tepat mungkin 66
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), Cet. 3, h. 307-312.
74
membantu dan mengubah daripada dengan komunikasi yang negatif. ingatkan siswa dengan kata-kata yang berhubungan dengan tingkah laku yang dilakukan siswa daripada mengatakan apa kesalahannya. 6.
Mengingatkan berulang-ulang, guru dapat menggunakan strategi dengan peringatan yang sederhana atau dengan mencoba mengulang peringatan. Guru harus segera memutuskan apa yang diinginkan dari siswa untuk melakukan sesuatu. Sampaikan peringatan ini secara jelas (pernyatan yang diinginkan) dan kemudina ulangi sampai siswa tunduk.
7.
Menerapkan konsekuen, konsekuen dapat dilakukan dengan lembut. Setelah menjatuhkan konsekuen, guru harus tetap menerimi: siswa, tidak dendam dan tidak memandang sin is.
8.
Reinforcement negatif, prinsip dasar pendekatan ini adalah memberikan kepada siswa satu altematif yaitu tingkah laku negatif dihadapi dengan memusatkan pada tingkah laku positif yang hilangnya situasi yang tidak menyenangkan.
9.
Berlatih positif, yaitu suatu strategi untuk membantu siswa dalam mengganti tingkah laku yang satu dengan tingkah laku yang lain. Pendekatan ini biasanya diterapkan pada masalah-masalah akademik.
Ketika siswa
membuat kesalahan, mereka harus segera membetulkan kesalahan itu dan ' melatih respons yang benar. 67 Perilaku buruk anak adalah suatu kondisi terhambatnya pemenuhan kebutuhan seseorang atau frustasi serta perasaan terancam yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: I. Emosi yang tidak terkendali a. Korban Kekerasan, dapat dilakukan secara fisik maupun verbal (kata-kata) baik dari orang tua seperti merendahkan anak, memukul dan mengucapkan kata kasar, dari saudara, teman maupun pengasuhnya sehingga anak kadangkadang meniru perbuatan tersebut.
67
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psiko/ogi pendidikan, (Jakarta: Pt. Gramcdia Widiasarana Indonesia, 2006), Cet. 3, h. 307-312.
75
b. Frustasi, yang timbul dari berbagai sumber seperti kemarahan orang tua, kurang kasih sayang,
Iingkungan, fisik, sosial atau karena proses
pendewasaan yang terhambat membuat anak merasa tidak berdaya c. Terancam, masa krisis yang terjadi bila anak mengalami kejadian traumatik atau penganiayaan yang serius, baik secara fisik maupun mental. 2. Lingkungan sosial dan keluarga tidak mendukung a. Merasa diri lain dari yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan fisik sampai status (anak adopsi). Perbedaan ini bagi seorang anak berarti bernilai buruk sehingga menimbulkan sikap tidak percaya diri dan akibatnya anak merasa sensitif terhadap kekurangan tersebut b. Sibling Rivalry, yaitu sikap bermusuhan dan cemburu di antara saudara kandung c. Media massa (tv, tabloid, film), yang berisikan berita-berita kriminalitas, terorisme, perang, dan berita-berita negatif yang dapat mempengamhi anak untuk bertindak buruk karena menurut mereka ha! itu sah-sah saja dan belum mengetahui akibatnya. d. Pertengkaran orang tua, dapat menimbulkan trauma yang mengerikan dalam memori anak sehingga menghambat perkembangannya. 3. Penanaman disiplin yang keliru a. Mudah tersinggung, anak yang mudah tersinggung adalah anak yang sensitif atau hipersensitif yang bereaksi berlebihan terhadap komentar apapun yang ia dengar tentang dirinya karena mereka sering salah tanggap terhadap maksud komentar itu. b. Malu, rasa yang ada dalam diri anak ini bisa disebabkan oleh perasaan tidak aman sebagai akibat µola asuh yang keliru dan merasa berbeda dari anak yang lain (cacat atau sebab lain) c. Perfeksionis, yaitu kecenderungan untuk tampil sempurna, cirinya adalah sulit menerima kesalahan orang lain.inti permasalahnnya terletak pada hambatan merasa puas dan takut berbuat salah secara berlebihan, terlalu khawatir terhadap penampilan, perasaan tertekan, frustasi, kecewa, sedih,
76
marah, takut, perasaan antara percaya diri dan ragu-ragu serta perasaan kurang mampu atau tak berdaya. d. Tingkah laku kekanak-kanakan, yaitu anak yang beringkah laku tidak sesuai dengan usianya yang disebabkan oleh kurangnya rangsangan atau masalah dalam perkembangannya dan tertekan e.
lmplusif, anak yang implusif bisa bertindak secara spontan, tiba-tiba dan tanpa mengindahkan sopan santun dan berfikir yang disebabkan oleh ketidakmampuannya
mengendalikan
dorongan
dan
tidak
memilki
perencanaan. f.
Melamun,adalah mengangankan hal-hal yang menyenangkan. Biasanya terjadi pada anak yang kurang puas dengan keadaan dirinya, merasa berbeda atau malu.
g. Dependen, yaitu tergantung pada orang lain, selalu mencari bantuan dan perhatian dari orang lain yang umumnya muncul karena didukung oleh orang tua dan anak merasa ditolak. Anak yang dependen ingin selalu berdekatan dengan orang dewasa dan diperhatikan orang tua karena mereka juga cemas terhadap perpisahan. h.
Antisosial, anak yang anti sosial biasanya berpaling dari pergaulan masyarakat
dan
m~ncari
sendiri
tempat
yang
dapat
memenuhi
kebutuhannya. 1.
Bully, merupakan ancaman baik secara fisik maupun verbal dari lawan main anak.
4. Tekanan dari sekolah dan kompetensi Pengharapan orang tua yang terlalu besar pada anak untuk menjadi orang berprestasi, mampu mengatasi berbagai masalah dan menguasai keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja membuat anak tertekan sehingga dapat menimbulkan perilaku buruk seperti memberontak karena merasa dipaksa dan tidak dihargai. 5. Tidak cukup gizi Gizi sangat penting terhadap kesehatan mental, akan tetapi sampai saat ini masih banyak orang yang belum menyadari akan pentingnya gizi. Menurut
77
Alexander Schauss, dalam bukunya Diet, Crime and Deliquency menunjukkan perubahan tingkah laku anak-anak bermasalah bisa diatasi setelah mendapat sayuran, makanan tanpa pengawet, dan tidak diberi makanan yang mengandung gula tinggi. 68 6. Unsur material Kemilauan kehidupan material, sikap terbuka terhadap barat, interest sebagian kalangan yang mengimport peradaban barat tanpa filter keimanan, minimnya pengawasan keluarga terhadap budaya mode, gaya rambut dan bentuk-bentuk kemewahan lainnya menjadi sebab timbulnya keanekaragaman bentuk perilaku negatif kepada orang tua. 7.Masa pubertas Masa pubertas merupaken fase terawan yang dilalui setiap manusia, jika tidak memiliki daya keseimbangan, belum mampu melihat dampak suatu perbuatan, pikiran masih dangkal, tenggelam dalam semnagat j iwa, tidak menselaraskan agama dan realitas, penuh percaya diri terhadap pemikirannya, tidak memenuhi perintah orang tua dan memandang bahwa mcreka berdua hanyalah generasi lama yang tidak hidup di zamannya serta selalu berfkir negatif dan penilaian-penilaian subyektif yang terdapat dalam benak m~reka. 8. Kebodohan Manusia adalah musuh terhadap apa yang tidak diketahui, tidak akan berdosa kepada Allah SWT dengan satu kesalahan daripada suatu kebodohan yang lebih besar tentang agama. Sesuatu yang lebih berat dari kebodohan adalah tidak mengetahui bahwa dirinya bodoh, berarti ia menutup diri dari seluruh pintu ilmu. Hidup di zaman sekarang banyak ilmu yang diangkat dan kebodohan makin merajalela sehingga manusia meninggalkan kebiasaan, adat dan realitas yang menyimpang dari nilai-nilai agama. 9. Mcnjustifikasi kedurhakaan akibat kezaliman orang tua Seorang anak tidak dibolehkan bersikap durhaka kepada kedua orang tua meskipun keduanya berbuat zalim terhadapnya, karena bagaimanapun sikap orang tua kepada kita mereka tetaplah orang yang merawat kita dari kecil hingga 68
Jenny Gichara, Mengatasi Peri/aku .. ., h. 21-33.
78
dewasa, kecuali jika orang tua memerintahkan kepada anak untuk berbuat maksiat seperti meninggalkan shalat maka janganlah didengar dan ditatati. Hal ini bukanlah termasuk durhaka kepada orang tua melainkan merupakan cerminan taat kepada Allah SWT. I 0. Kurang peduli dalam berbakti Modernitas zaman diasumsikan sebagai sebab timbulnya berbagai bentuk perbuatan negatif seperti mengklaim kafir kepada kedua orang tua dan memandang mereka dengan pandangan remeh dan hina karena tidak sejalan dengan keinginan anak, yang diakibatkan oleh diri yang tidak dibekali dengan ilmu-ilmu agama dan kode etik keimanan. Hendaklah sebagai anak kita berusaha memperbanyak mendoakan kedua orang tua dan sayangilah mereka. 11. Mengabaikan perintah Allah SWT Janganlah menjerumuskan diri ke dalam siksa neraka dengan menyia-nyiakan amanat dan mengabaikan pendidikan iman bagi anak-anak kita. Karena dengan ilmu, kita bisa meraih semua perbuatan baik, menunaikan risalah agama dan menyampaikan amanat Allah dengan sempurna. Khianat merupakan perbuatan buruk yang bersumber dari diri sendiri serta akibat dari dosa-dosa yang kita lakukan, maka mintalah ampun kepada Allah SWT. Hendaklah orang tua memperhatikan makna-makna yang berkaitan dengan kemaslahatan anak sehingga perintah orang tua berlandaskan hujjah yang nyata. 69
d. Kerjasama Orang Tna dengan Guru Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah (formal) memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah (Pendidik yaitu guru). Keluarga dan
sekolah dapat bersama-sama mengusahakan
pelayanan
pendidikan bagi bakat anak, misalnya memandu dan memupuk minat anak. Orang tua dapat membantu sekolah dalam merencanakan dan menyelenggarakan 69
Sa'id Abdul Azhim, Mengapa Anak Menjadi Durhaka?, (Jakarta: Pustak2 Azzam, 2004),Cet.1,h.111-113.
79
kunjungan ke proyek-proyek tertentu, seperti pabrik, perusahaan, museum dan kegiatan penyelidikan lainya. Perlu diadakan pertemuan berkala antara guru-guru dengan para orang tua untuk bersama-sama membicarakan dan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan bakat anak, baik masalah-masalah di sekolah maupun masalahmasalah di rumah. Orang tua juga bisa mendirikan perkumpulan orang tua dengan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan bakat anak seoptimal mungkin, antara lain dengan mengadakan pertemuan berkala guna saling tukar menukar pengalaman dan mengusahakan kemudahan (fasilitas) untuk memperkaya pengalaman pendidikan anak. 70 Apabila guru ingin agar anak murid mengungkapkan diri mereka
dan
membentuk bakat baru, maka harus meletakkan di hadapan mereka pengalaman yang mengharuskan mereka mengungkapkannya, mereka memerlukan percobaanpercobaan baru dan sebagian besar ini adalah tugas sebagai guru agar orang tua yakin bahwa sekolah mempunyai percobaan yang bermacam-macam dan pengalaman-pengalaman baru yang sesuai dengan anak laki-laki dan perempuan. 71 Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama berada di ruangan sekolah. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalamanpengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara belajar anak di rumah, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar. Anak didik yang kurang maju dalam pelajaran, berkat kerja sama orang tua anak didik dengan pendidik, banyak kekurangan anak didik yang dapat diatasi. Semua kerja sama ini sangat besar manfaat dan artinyanya dalam memajukan pendidikan sekolah pada umumnya dan anak didik pada khususnya. Adanya kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua sangat menguntungkan bagi 70
SC Utami Munandar, Mengembangkan Baka/ ... , h. 77.
71
G. Frederic Kuder dan Blance B. Paulson, Mencari Bakat ... , h. 69.
80
perkembangan anak didikk, karena segala kesulitan dan kekurangan yang dialami anak dalam proses pendidikan di sekolah dapat segera diatasi bersama oleh pihak guru yang bekerja sama dengan pihak orang tua.
72
B. Pembahasan Hasil Kajian yang Relevan Untuk
lebih memperkuat teori ini, maka ada beberapa pembahasan hasil
kajian peneliti sebelumnya yang ada sangkut pautnya denganjudul ini, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika Dewi dengan judul "Sikap Orang Tua Terhadap Bakat Anak dan Peranannya dalam Menunjang Keberhasilan Pendidikan". Menyimpulkan bahwa sikap orang tua yang mendukung terhadap anak dapat mengembangkan bakat yang ada pada anak, ha! ini bisa mempengaruhi suksesnya anak dalam pendidikan seperti prestasinya bagus, karena apabila bakat anak dapat tersalurkan dan ia berkecimpung di dalam bidang yang sesuai dengan kemampuan bakatnya maka ia akan sukses. Dengan hasil penelitian ini, penulis ingin lebih mengkhususkan penelitian kepada peranan orang tua dalam membimbing bakat anak yang berada pada masa akhir kanak-kanak yaitu yang berada pada tingkat sekolah dasar kirakira usia 6-12 tahun. 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meriastuti dengan judul "Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak dengan Pendekatan Psikologis". Membuktikan bahwa peran orang tua dalam memupuk bakat dan kreativitas anak dapat dilakukan dengan pendekatan psikologis, karena menggunakan cara melalui pengamatan dari perbuatan dan tingkah laku manusia itu lebih berhasil dibandingkan dengan cara lainnya dan hal ini berdasarkan
atas
tindakan
nyata
dari
seseorang
sehingga
dapat
mempermudah memberikan gambaran yang jelas akan kemampuan apa yang paling menonjol dari dalam dirinya.
72
M. Alisuf Sabri, I/mu Pendidikan ... , h. 24.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
'· Metode Penulisan Mengigat penelitian pada dasarnya adalah suatu usaha memecahkan masalah yang ihadapi dengan cara memperoleh data-data yang meyakinkan dan dikumpulkan melalui rosedur yang sistematik. Maka, dalam pengumpulan data untuk penulisan penelitian ini, enulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan
(Library Rescearch) yaitu
engumpulan data yang dilakukan dengan cera membaca bukn-buku ilmiah, majalahiajalah, surat kabar serta bahan dan sumber-sumber data lain yang ada hubungannya engan penelitian dalam pembahasan ini. Setelah terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan cara menganalisa data-data ;rsebut secara content analysis yaitu catatan yang diambil dari bahan bacaan pustaka engan memakai jenis deskripsi yaitu pendekatan melalui pengumpulan dan pendapat ma ahli yang disajikan sesuai dengan datanya kemudian dianalisa sehingga dapat fambil kesimpulan.
l. Fokus Penelitian Pada penelitian jenis kepustakaan (Library Rescearch) ini peneliti memfokuskan diri :epada masalah peranan orang tua dalam membimbing bakat anak usia 6-12 tahun.
82 >imana
Peranan Orang Tua disini meliputi upaya atau usaha orang tua baik ayah
iaupun ibu dalam mengembangkan bakat anak dan memberikan kesempatan dan ebebasan akan keinginannya agar bakat yang ada pada anak dapat berkembang secara ptimal. Anak usia 6-12 tahun disini, yang dimaksud adalah Anak yang ada pada masa ;ko!ah dan berada pada tingkat satuan pendidikan formal sekolah dasar (SD).
:. Prosedur Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan prosedur yang sistematis dalarn paya memecahkan masalah yang dihadapi dengan melalui beberapa cara untuk iemperoleh data-data yang meyakinkan, diantaranya: I. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan denga cara membaca buku-buku ilmiah, majalah1ajalah, surat kabar serta bahan dan sumber-sumber data lain yang ada hubungannya engan penelitian ini 2. Analisa data etelah data terkumpul, kemudian data tersebut diolah dengan cara menganalisa data-data :rsebut secara content analysis yaitu catatan yang diambil dari bahan bacaan pustaka engan memakai jenis deskripsi yaitu pendekatan melalui pengumpulan dan pendapat ara ahli yang disajikan sesuai dengan datanya kemudian dianalisa sehingga dapat iambi! kesimpulan
BAB IV HASIL PENELITIAN
•· Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif Keberhasilan belajar anak ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. Nature adalah faktor bawaan anak dari lahir, misalnya bakat khusus 2. Nurture adalah faktor asuhan, didikan dan lingkungan, misalnya pola asuh orang tua di rumah. Kedua faktor ini telah disepakati bahwa sama penting dan erat kaitannya. Dalam aitannya dengan faktor nurture, kita perlu menganut teori belajar Humanistik :ehaviorism. Teori ini membentuk perilaku yang diinginkan dengan mendukung :rjadinya perilaku tersebut (memberi dukungan positif), misalnya pujian, sarana dan ang paling penting adalah menentukan perilaku apa yang ada dalam jangkauan emampuan anak. Anak memerlukan pujian, sebab otak ana.1< belajar dan berkembang 1elalui emosi yang positif. Bila anak merasa gembira, dihargai dan didukung, maka emampuan belajamyapun akan meningkat. Sebalilmya bila anak belajar dalam suasana :rtekan dan terpaksa, ia tidak. akan mencapai hasil belajar yang optimal. Pujian akan 1emberikan motivasi internal dalam diri anak. Peran orang tua dituntut untuk dapat mengawal setiap keinginan anaknya. Di ngkungan sekolah, anak diarahkan untuk mengembangkan bakatnya. Oleh karena itu,
84 perlukan adanya hubungan yang baik antara orang tua, sekolah dan lingkungan asyarakat agar bakat dari seorang anak dapat semakin terasah. Kreativitas orang tua sangat diperlukan dalam mendidik anak. Semakin banyak ngsangan yang diberikan sejak dini, maka anak akan terpacu untuk mengeksplor iapun yang mereka lihat. Orang tua harus dapat memberi kebutuhan akan keingintahuan iak terhadap hal-hal baru. yang dapat dilakukan orang tua di rumah adalah latihan yang lakukan sejak dini dan kontinyu agar bakat yang ada pada anak dapat muncul yang :lama ini tersembunyi. Peranan orang tua dalam membimbing bakat anak sangat besar sekali, sebab orang a adalah penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bakat anak bisa ~rkembang
ditangan orang tua. Segala ha! yang dilakukan orang tua sangat berpengaruh
1gi anak. Oleh sebab itu, orang tua haruslah selalu berbuat yang baik dan menyediakan :gala kebutuhan yang diperlukan bagi pengutaraan bakat dan orang tua sendirilah yang 1rus memhimbingnya secara lansung tidak memberikan tanggung jawab ini kepada ·ang lain. Tetapi, pada kenyataanya di lapangan banyak terdapat orang tua yang memberikan ,gas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak memberikannya kepada guru di :kolah atau pengasuh. Alasan mereka adalah sibuk dengan pekerjaan atau kurang .ampu untuk mendidiknya apabila sendiri dan tidak mendapatkan bantuan dari orang in. Hal ini akan menimbulkan dampak negatif bagi anak, misalnya anak merasa kurang .endapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya yang lama kelamaan akan .empengaruhi prestasin;a. Fase anak-anak merupakan tempat yang subur bagi pembinaan dan pendidikan. Masa mak-kanak ini cukup lama, dimana seorang pendidik khususnya orang tua bisa .emanfaatkan waktu yang cukup untuk menanarnkan dalam jiwa anak apa yang dia :hendaki. Jika masa ini dibangun dengan penjagaan, bimbingan dan arahan yag baik :aka kelak anak akan tumbuh menjadi kokoh. Seorang pendidik hendaknya :emanfaatkan masa ini sebaik-baiknya karena masa ini adalah masa emas bagi :rtumbuhan.
85
. Temuan Hasil Analisis Kritis Komperatif Dari berbagai pendapat para ahli pendidikan mengenai berbagai macam pengertian .ri beberapa pembahasan yang ada di skripsi ini, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya cara tidak langsung yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan itu satu sama lain ling berkaitan dan pada dasamya ada persamaan di dalam merumuskannya, misalnya: 1. Pengertian peranan yang saya setujui ada!ah peranan merupakan konsekuensi dari status seseorang. Pengertian ini hampir sama maksudnya dengan pengertian peranan yang merupakan aspek dinamis status. Kedua pengertian ini maksudnya apabila seseorang mempunyai kedudukan di dalam masyarakat, maka ia akan melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka dapat dikatakan bahwa ia menjalankan suatu peranan 2. Pengertian orang tua adalah ibu dan ayah yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak. Pengertian orang tua ini merupakan salah satu pendapat para ahli yang pada intinya sama dengan pengertian orang tua yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan yang iainnya 3. Bakat pada dasarnya adalah kemampuan dasar sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujnd. Pengertian bakat ini telah disetujui oleh para ahli karena pada dasarnya bakat itu adalah kemampuan bawaan yang dibawa sejak anak lahir 4. Para ahli pendidikan mengatakan bahws anak ada!ah manusia yang masih kecil dan belum dewasa yang sedang dalam masa pertumbnhan dan perkembangan. Dengan demikian, anak membutuhkan bantuan bimbingan dan pendidikan dari orang tua dan pendidiknya baik fisik maupun mental secara harmonis. Pengertian ini sesuai dengan kebanyakan pendapat para ahli 5. Perkembangan berarti perubahan atan pertumbuhan ke arah yang lebih maju dan sempurna. Pertumbuhan ini bersifat secara bertahap sedikit demi sedikit tetapi mempunyai arti. Orang tua apabila ingin bakat anaknya berkembang, maka haruslah mengacu kepada eori-teori yang ada dalam pendidikan sehingga arah dan tujuan yang akan dicapai terarah
86 m terorganisir. Apabila ha! ini dilakukan, maka kemungkinan besar bakat anak dapat :rkembang secara optimal.
. In terp retasi Orang tua yang bisa membimbing bakat anak secara optimal dengan mengacu kepada ori-teori pendidikan maka akan lebih besar kemungkinannya untuk mengembangkan ikat anak dibandingkan dengan orang tua yang tidak bisa
dengan sepenuhnya
.embimbing bakat anak maka bakatnya akan kurang berkembang dikarenakan kurang rpenuhinya segala kebutuhan yang ia perlukan. Orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. 'ipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih ~sar
bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai J?inat anak. Peran pola
mh keluarga khususnya orang tua yang dilandasi kasih sayang dan disertai pemberian mulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan bakat anak1ak.
I. Pembahasan
Dari semua teori-teori yang telah dipaparkan oleh para ahli pendidikan dan 1embandingkan antara yang satu dengan yang lainnya, maka pada dasamya semua teori ang dikemukakan oleh para ahli pendidikan itu secara tidak lansung satu sama lain iling berkaitan dan melengkapi. Teori-teori pendidikan ini sangat penting bagi orang tua dalam membantu dan iembimbing bakat anak. Hal ini mempermudah orang tua dalan1 menggunakan cara-cara an usaha yang tepat dalam memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan bagi engutaraan bakat. Apabila orang tua melakukan ha! ini, maka akan lebih besar emungkinannya dalam mengembangkan bakat anak dibandingkan dengan orang tua ang tidak memakai teori-teori pendidikan dalam membimbing bakat anak.
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan Peranan orang tua dalam membimbing bakat anak sangat besar sekali karena di tangan orang tualah anak dapat mengembangkan bakatnya. Orang tua (ayah dan ibu) mempunyai peranan sebaga1 pengasuh, pendidik serta pembimbing bagi perkembangan bakat anak karena orang tua adalah orang pertama dan utama yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mendidik anak. Ada beberapa ha! yang dapat dilakukan orang tua dalam peranannya untuk membimbing bakat anak khususnya pada usia 6-12 tahun. Pertama-tama mulailah dengan mengetahui dan mengenal bakat anak, kemudian ciptakanlah lingkungan yang kondusif di dalam rumah serta menghindarkan anak dari perbuatan negatif yang bisa mengganggu perkembangan potensi yang ada pada diri anak dan jangan lupa untuk bekerja sama dengan guru. Dalam mengembangkan bakat anak, orang tua harus melaksanakannya dengan baik, penuh keterampilan dan strategi serta memahami kemampuan anak itu sendiri. Orang tua dapat melakukan upaya atau hal-hal yang dapat membantu untuk membimbing bakat anak agar dapat tersalur diantaranya:
88
1.
Memperkaya
anak
dengan
bermacam-macam
pengalaman
dan
memperdalam pengalamannya. Hal ini bertujuan untuk membangun motivasi belajar anak Rangsanglah anak untuk meluaskan kemampuan dari satu bakat ke bakat
2.
lainnya. Hal ini memberikan kcsempatan pada anak untuk mencoba berbagai bakatnya 3.
Bersama-sama
melakukan
suatu
kegiatan
yang
memungkinkan
berkembangnya bakat dan minat anak 4.
Berilah pengharguan dan pujian untuk usaha anak
5.
Sediakanlah sarana yang cukup bagi pengutaraan bakat anak
6.
Pilihlah mula-mula bidang yang umum, lalu setingkat demi setingkat mengkhususkannya.
B. Saran-Saran Dari semua isi skripsi ini, penulis merasa perlu menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Orang tua hendaknya lebih menyadari akan tugas dan peranannya sebagai orang yang paling berpengaruh di dalam keluarga. Orang tua juga harus bisa membimbing akan bakat anaknya, agar bakat anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2.
Orang tua Jiarus mampu memberikan pengarahan kepada anak-anaknya, terutama kepada anak yang ada pada masa anak-anak usia sekolah antara umur 6-12 tahun. Dalam mengembangkan bakat anak orang tua dapat melakukan hal-hal yang dapat membantu untuk membimbing bakat anak agar dapat tersalur diantaranya dengan memperkaya anak berbagai macam pengalaman, merangsangnya untuk meluaskan kemampuannya ke bidang bakat lain dan sediakanlah sarana yang cukup bagi pengutarnan bakatnya.
DAFTAR PUST AKA
Abror, Abdul Rachman, Psiko/ogi Pendidikan, Yogyakarta: Pt. Tiara Wacana Yogya, Cet. 4, 1993. Ali, M. Nashir, Dasar-dasar I/mu Mendidik, Jakarta: Mutiara, Cet.2, 1982. Aly, Hery Noer, I/mu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Cet. 2, 1999. Arifin, M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, Cet. 1, 1987. _ _ ,I/mu Pendidikan Islam; Tinjauan Tcoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Pt. Bumi Aksara, 2003, Cet. 1, 2003. Armstrong, Thomas, Sekolah Para Juara; Menerapkan Multiple Intelegences Di Dunia Pendidikan, Bandung: Kaifa, Cet. l, 2003. Ayahbunda, Intelegensi, Bakat dan Tes IQ, Jakarta: Pt. Gaya Favorit Press, Cet. 1, 1986.
Azhim, Sa'id Abdul, Mengapa Anak Menjadi Durhaka?, Jakarta: Pustaka Azzam, Cet.l, 2004. Basri, Hasan, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta: Pt. Pustaka Antara, Cet. 4, 1996. Berry, David, Pokak-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, Cet. 4, 2003. Budiarjo, A, et.al, Kamus Psikologi, Semarang: Dahara Prize, Cet. 1, 1991. Chaplin, James P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, Cet. 9, 2004. Darajat, Zakiah, I/mu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 4, 1996. _ _ , Kesehatan Mental, Jakarta: Pt. Toko Gunung Agung, 2001. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
90
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi pendidikan, Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia, Cet. 3, 2006. Djumhur dan Smya, Moh, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: Cv. Pedoman Ilmu Jaya, 1975. Al-Ghozali, Imam, Perkawinan Sakinah, Surabaya: Tiga Dua, Cet. I, 1995. Gichara, Jenny, Mengatasi Perilaku Buruk Anak, Jakarta: Pt. Kawan Pustaka, Cet. 1, 2006. Gunarsa, Singgih D, Psikologi untuk Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 1976. _ _ , Dasar dan Teori perkembangan Anak, Jakarta: Gunung Mulia, 2003. Hasbullah, Dasar-dasar !!mu Pendidikan, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, Cet. 3, 2003. Horton, Paul B dan Hunt, Chester L, Sosiologi, Jilid. 1, Jakarta: Erlangga, 1984. Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1980. Kartono, Kartini, 1992.
Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta: Rajawali, Cet. 2,
Koswara, E, Teori-teori Kepribadian, Bandung: Eresco, Cet. 2, 1991. Kuder, G. Frederic dan Paulson, Blance B, Mencari Bakat Anak-anak, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 1, 1982. L, Zulkifti, Psikologi Perkembangan, Bandung: Pt. Remaja Rosdakar1a, Cet. 1, 2003. Mahali, A. Mudjad, Hubungan Timbal Balik Orang Tua Dan Anak, Solo: Ramadhani, Cet. 3, 1994. Mahmud, Nabil Ibn Muhammad, Problematika Rumah Tangga dan Kunci Penyelesaiannya, Jakarta: Qisthi Press, Cet. 1, 2004. Miharso, Mantep, Pendidikan Keluarga Qur'ani, Yogyakarta: Safira, 2004. Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga, Jakarta: Bina Rena Pariwara, Cet. 1, 2005.
91
Mucthar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2005. Munandar, SC. Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekalah; Petunjuk Guru dan Orang Tua, Jakarta: Pt. grasindo, Cet. 1, 1992. _ _ , Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: Grarnedia Pustaka Utarna, 1999. An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Seka/ah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. 1, 1995. Nasution, S, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 1995. Nata, Abudin dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Press, Cet. 1, 2005. Olgar, Maulana Musa Ahmad, Tips Mendidik Anak Bagi Orang Tua Muslim, Yogyakarta: Citra Media, Cet. 1, 2006. Poduska, Bemaro, 4 Teori Kepribadian, Jakarta: Restu Agung, Cet. 3, 2000. Purwanto, M. Ngalim, Psikalogi pendidikan, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2000. Rafi'udin , Mendambakan Keluarga yang Tenteram ;Ke/uarga Sakinah, Jakarta: Intermasa, Cet. 1, 200 I. Ramayulis, et al!, Pendidikan Islam dalam Rumah tangga, Jakarta: Kalarn Mulia. Robinson, Paul W, et.al, Tingkah Laku NegatifAnak, Jakarta: Arcan, Cet. 1, 1992. Sabri, M. Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. 1, 1993. _ _ , llmu Pendidikan, Jaka..rta: Cv. Pcdoman Ilmu Jaya, Cet. 1, 1999. Semiawan, Conny, et.al, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Seka/ah Menengah; Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua, Jakarta: Pt. Grarnedia, Cet. 3, 1990. Simanjuntak, IL Pasaribu B, Proses Be/ajar Mengajar, Bandung: Tarsito. Slameto, Bimbingan di Sekolah, Jakarta: Bina Aksara, 1988. Sobur, Alex, Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa, 1986.
92
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2006. Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta: Pt. Rineka Cipta, Cet. 1, 1993. Sujanto, Agus, et.al, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 7, 1997. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, Yogyakarta: UGM, 1966. _ _ , Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, Cet. 2, 2002. Syab, Muhibin, Psikologi Pendidikon Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, Cet. 4, 1999. · Thalib, M, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Bandung: Irsyad Baitus Salam, Cet. 9, 1995. Al-Umar, Nashir Bin Sulaiman, Kendala-kendala Menuju Keluarga Bahagia, Solo: Cv. Pustaka Mantiq, Cet. 1, 1995. Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2000. Yusuf, A Muri, Pengantar llmu Pendidikan, Jakarta: Balai Aksara, 1989. Zabrotun, et.al, Psikologi Perkembangan; Tinjauan Psikologi Baral dan Islam, Jakarta: UIN Press, 2006.
: lstimewa No Lamp : I (satu) Berkas Hal : Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Yang Terhormat Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Di Tempat
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Eti Suami NIM : 104011000093 Semester/Kelas : VII/C Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAl) Bermaksud mengajukanjudul skripsi "PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBJMBING BAK.AT ANAK USIA 6-12 TAHUN", sebagai persyarata.'1 untuk menyelesaikan Program Starata Satu ( S 1 ). Berikut ini saya lampirkan: I. Outline 2. Bab !, Bab II dan Bab IIV 3. Daftar Pustaka sementara Demikianlah surat pengajuan ini saya buat, dengan harapan semoga dapat diterima. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Dosen Seminar Skripsi
Pemohon
Eti Suami NIM. 104011000093 Dosen Penasehat Akademik
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Telp. : (62-21) 7443328, 7401925, Fax. (62-21) 7443328
1or 95, Ciputat 15412, Indonesia
lllnor lmp. a I
Email :
[email protected]
J'J
: l ln.0 Iil'l!TL022i /2008 : /lhstmks1i'0111/i11u : JllMBINGAN SKRIPSI
.lakarta. I I l'cbru:tri 2008
\(cpuda Yth.
l)r,. l'J\rid:tl J\rkam. M.l'd Pcn1bin1bing Skripsi 1:akultas lln1u l"arbiyah dan t...:.cguruan \JIN Syarirllidayalu\\ah .l~1karta .
.·lssa/on1l! 'a/uiku111 11·r. lFh.
l)engan ini diharupkan kcscdiaan Saudara untuk 111cnjadi Pcn1bin1bing 1/11 (1na1cri/tL'knis) pi.:nulisan skripsi 1nah:1sis,,·;i: Narna
Eti Suarni
Nl~·I
i 0,101100009.'
.lurusan
Pcndidikan
Scn1cstcr
VIII
.l11dul Skripsi
/\g~11na
lsla1n
Pera nan (>ranµ tua d;1l:un 1111:111hin1hing I~ 1:1\11111 -
l~ak:.ll
1\11ak l lsia
(1
.ludul tcrschut tclah disctujui oleh .lurusan yang hc:rsangkulan pada tnnggal 10 Ja1111nri 2008 dcngan abstrak/outlinc sdx1gain1ana lcrla1ilpir. Mcskipun dc111ikian l'cmbimbing berhak u11tuk n1engubah judul tcrschut bi la dipandang tidak /kurang si..·suni. llimbingan skripsi ini diharapkan scksai d:tlam w:.ktu (1 (cnam) bulan. dan dapal dipcrpan,iang sc\a111a 6 bu Ian bcrikutnya tanpa surat perpu1~jangan. /\las pcrhatian dan kc1:jn san1u Saudura. kan1i ucapkan terirna ka.si\~. ll'ussulf111111 'u/uik.11.111 11·r.11·h.