POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DALAM PEMBINAAN IBADAH SHALAT DI RAUDHATUL ATFHAL INSANUL KAMIL PULO GEBANG CAKUNG
Oleh Aziyati Ruhmana NIM: 208051000031
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013/1434 H
POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DALAM PEMBINAAN IBADAH SHALAT DI RAUDHATUL ATFHAL INSANUL KAMIL PULO GEBANG CAKUNG
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Aziyati Ruhmana NIM: 208051000031
Pembimbing
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily. M.A NIP. 19710412220003201
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013/1434 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memeperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Juli 2013
Aziyati Ruhmana
ABSTRAK
AZIYATI RUHMANA, Pola Komunikasi Guru dan Murid Dalam Pembinaan Ibadah Shalat di RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Jakarta Timur merupakan lembaga pendidikan tingkat prasekolah yang berfungsi untuk membimbing, mengawasi, dan mengembangkan perkembangan fisiologis dan psikologis anak dengan nuansa Islami. Salah satunya adalah dengan melakukan pembinaan ibadah shalat. Pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Komunikan (siswa) dan komunikatornya adalah guru yang menyampaikan pesan berupa materi ibadah shalat. Dalam pembinaan ibadah shalat tidak terlepas dari adanya hubungan komunikasi. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting pada proses belajar mengajar. Komunikasi yang baik antara guru dan murid maka akan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Sehingga dengan demikian diperlukan konsep pola komunikasi antara guru dan murid yang baik agar proses belajar mengajar pun menjadi efektif. Untuk mengetahui pola komunikasi guru dan murid dalam pembinaan ibadah shalat, maka penulis memaparkan dengan pertanyaan yang meliputi dua hal: Bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh guru RA Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak? Bagaimana faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di RA Insanul Kamil? Adapun teori yang digunakan oleh penulis adalah teori dari Steward L. Tubbs dan Silvia Mess, menguraikan ciri-ciri komunikasi yang efektif ada lima: Pengertian, Kesenangan, Mempengaruhi Sikap, Hubungan sosial yang baik, Tindakan. Sedangkan metode yang digunakan adalah tanya jawab, nasihat, curhat dari hati ke hati (komunikasi secara pribadi), demonstrasi, ceramah, monitoring dan cerita (kelompok). Dalam hal ini, Siswa (komunikan) diberikan materi tentang ibadah shalat oleh guru (komunikator) yang berlangsung secara tatap muka baik komunikasi antarpribadi maupun kelompok. Metodologi penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan, komunikasi yang dipakai dalam membina ibadah shalat murid menggunakan komunikasi kelompok kecil dalam memberi pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang ada di dalam ibadah shalat. Sedangkan pola komunikasi antar pribadi (interpersonal) secara tatap muka (face to face) untuk menilai pemahaman murid tentang gerakan shalat dan pengucapan bacaan-bacaan yang ada di dalam ibadah shalat. Sedangkan faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil karena faktor murid, faktor lingkungan, dan faktor media.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT. Karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, yang senantiasa menuntun kita kejalan yang di ridhai Allah SWT. Penulis menyadari tanpa bimbingan, bantuan, bantuan dari semua pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Maka haturan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniasi. Wakil Dekan Bid. Akademik, Drs. Wahidin Saputra, M.A., Wakil Dekan Bid. Administrasi Umum Drs. H. Mahmud Jalal, M.A., dan Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Study Rizal LK, M.A. 2. Drs. Jumroni, M.SI dan Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Almarhumah Dra. Hj. Asriati Jamil selaku ketua Kordinator Program Non Reguler. 4. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku Sekretaris Program Non Reguler sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya di tengah kesibukan dan tidak bosan berhenti member ide, bimbingan, nasihat, kritik, dan motivasi yang diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
ii
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Drs. H. Zaenal, A.G, selaku Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung, Ibu Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, selaku Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung, para guru pembina Ibadah Shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil (Ibu Khairiah, Ibu Rukoyah, Ibu Maemunah, Ibu NurhikmahYanti, dan Ibu Miftahus Sa'adah), dan segenap keluarga besar RA Insanul Kamil yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 8. Teruntuk yang mulia kedua orang tuaku, Ayahanda Drs. H. Faizin dan Ibunda Hj. Haryanti, yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih, dan sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala susah maupun senang. Membantu dengan segenap kemampuan dan doa-doa dalam setiap shalatnya, doa yang selalu mengiringi tiap langkah kaki ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 9. Adik-adikku Fina Nabilah, Raedah Haq dan Aufa Syarofi kalian semua adalah inspirasi dalam hidupku untuk terus menjadi Kakak yang sukses dan dapat menjadi inspirasi untuk kalian. 10. Untuk anakku tersayang Adam Ahmada yang selalu memberi semangat dan senantiasa menghibur bunda.
iii
11. Sahabat-sahabat KPI Non-Reg 2008 khusunya Selvi, Dillah, Nana, Aisyah terima kasih atas motivasi, doa, bantuan dan semangat yang kalian berikan untuk penulis yang tidak tidak bisa disebutkan satu persatu, jazakallah atas dukungannya.
Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sharing dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari
bahwa
masih
banyak
kekurangan
dan
ketidaksempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin…
Jakarta, 21 Juli 2013
Aziyati Ruhmana Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I:
Pendahuluan ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6 D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7 E. Metodologi penelitian ................................................................... 9 F. Sistematika penulisan .................................................................... 12
BAB II: Tinjauan Teoretis ............................................................................... 13 A. Pola Komunikasi ............................................................................ 13 1. Pengertian Pola Komunikasi .................................................... 13 2. Unsur-Unsur Komunikasi ........................................................ 17 3. Macam-Macam Pola Komunikasi ........................................... 21 B. Pembinaan Ibadah Shalat ............................................................... 24 1. Pengertian, Ciri dan Langkah Pembinaan ............................... 24 2. Macam-Macam Pembinaan ..................................................... 26 3. Pengertian dan Keistimewaan Pembinaan Ibadah Shalat ........ 28
v
BAB III: Gambaran Umum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ..................... 32 A. Sejarah Berdiri .............................................................................. 32 B. Visi Misi dan Tujuan .................................................................... 34 1. Visi ......................................................................................... 34 2. Misi ........................................................................................ 35 3. Tujuan .................................................................................... 35 B. Sarana dan Prasarana .................................................................... 36 C. Profil Guru dan Murid Raudhatul Atfhal ..................................... 37 1. Profil Guru Pembina Ibadah Shalat ........................................ 37 2. Profil Murid Raudhatul Atfhal ............................................... 39 D. Historisitas Kegiatan .................................................................... 40
BAB IV: Analisis Hasil Penelitian .................................................................... 43 A. Pola Komunikasi Guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam Membina Ibadah Shalat .................................................... 43 B. Faktor Penghambat Pola Komunikasi Pembinaan Ibadah Shalat ............................................................. 52
BAB V: Penutup ................................................................................................. 58 A. Kesimpulan ................................................................................... 58 B. Saran ............................................................................................. 58
Daftar Pustaka .................................................................................................... 60 Lampiran-Lampiran
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di sekolah di tempat kerja, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Semua manusia terlibat dalam kegiatan komunikasi dan berbahasa. Komunikasi akan berjalan dengan lancar dan berhasil bila proses itu berjalan dengan baik. Sebagaimana diungkapkan oleh Widjaya,
Komunikasi adalah
“hubungan kontak langsung maupun tidak langsung antar manusia, baik itu individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.”1 Komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang paling cermat, sehingga maksud dan tujuan dalam komunikasi dapat tersampaikan dan dimengerti oleh sipenerima informasi. Komunikasi dikatakan efisien apabila berusaha untuk mengurangi sebanyak-banyaknya waktu dan biaya dalam pertukaran informasi, namun informasi yang disampaikan dapat dimengerti. Sedangkan komunikasi yang baik adalah komunikasi yang terjadi apabila pengertian penerima sesuai dengan maksud yang diinginkan oleh pengirim.
1
H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000). cet. ke-2. h. 26
1
2
Oleh karena itu ketiganya saling terkait, komunikasi yang baik harus yang bersifat efektif, efisien, dan baik. Komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, bahkan pada proses belajar mengajar. Percakapan yang ada dalam proses pembelajaran di kelas merupakan salah satu realitas komunikasi. Komunikasi di kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah tingkah laku anak didik. Proses perubahan tingkah laku tersebut terutama terjadi melalui komunikasi. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting pada proses belajar mengajar. Sebab proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.2 Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sebab fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dengan baik, maka seorang pendidik perlu menerapkan pola kumunikasi yang baik pula.3 Selain agar tercipta komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran, kemampuan tersebut juga dapat membantu seorang pengajar untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan 2
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilnu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta. 2005). cet. ke-I,h.
3
H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 11
II
3
memelihara lingkungan, bermain dan mencari hiburan, dan membantu orang lain. Pada Diskusi Publik “Nasionalisme dan Masa Depan Pendidikan Kita” yang diadakan MAARIF Institute, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (23/10) malam, Anies menilai guru merupakan ujung tombak masalah pendidikan di Indonesia, sebab edukasi merupakan proses interaksi antar manusia. Lebih lanjut Anies mengatakan, sistem pendidikan Indonesia saat ini belum memberikan apresiasi khusus kepada guru, padahal apresiasi terhadap guru mencerminkan bagaimana seseorang mengapresiasi masa depan bangsa. Apresiasi terhadap guru, menurut Anies, tidak selalu harus berbicara gaji, namun juga mengenai komponen pengembangan guru itu sendiri.4 Menurut Miftah Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung amat efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun diantara para pelajar sendiri sebab mekanismenya memungkinkan sipelajar terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan mengkaji dirinya, apakah yang telah diketahuinya itu benar atau tidak. Agar jalannya komunikasi berkualitas, maka diperlukan suatu pendekatan komunikasi yaitu; pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan).5
4
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/12/10/23/mccq9k-aniesbaswedan-guru-ujung-tombak-pendidikan (di akses 1 April 2013) 5 M. Miftah, M.Pd. Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran, (BPM Semarang – Pustekkom – Depdiknas)
4
Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (Kober), Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu Terintegrasi PAUD (POSPAUD) merupakan beberapa lembaga pendidikan yang khusus didirikan untuk anak. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi sekarang ini, pendidikan anak usia dini dianggap sebuah keniscayaan untuk mengembangkan kreatifitas dan mental anak sebelum menginjak pada pendidikan formal selanjutnya. Sebab pendidikan anak pada usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.6 Dan, lembaga tersebut tadi merupakan lembaga pendidikan tempat bermain, belajar, dan berinteraksi serta bersosialisasi anak. Fasilitas yang memadai, sumber dana yang kuat, dan kurikulum yang baik akan sangat menunjang perkembangan anak, baik secara fisik maupun non-fisik, seperti Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Jakarta Timur. Raudhatul Atfhal Insanul Kamil adalah lembaga pendidikan tingkat prasekolah yang berfungsi sebagai tempat anak-anak untuk bermain bersama teman sebaya mereka. Selain itu, lembaga ini berfungsi untuk membimbing dan mengawasi serta mengembangkan perkembangan fisiologis dan psikologis anak dengan nuansa Islami. Arah Islami di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil yaitu dengan pengenalan peserta didik terhadap rukun iman, rukun Islam, dan pembinaan akhlakul karimah lebih mendalam. Salah satunya 6
ayat 4
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
5
adalah dengan melakukan pembinaan ibadah shalat. Pembinaan ini dilakukan untuk menumbuh kembangkan ibadah shalat anak didik.7 Sebab pada tahap usia Raudhatul Atfhal perkembangan kognitif anak berada pada tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan
merepresentasikan
benda-benda
berbahasanya. dengan
kata-kata
Mereka dan
mulai gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. Berdasarkan beberapa fenomena dan kajian di atas, cukup penting sekali pola komunikasi guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul: “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam
7
Raudhatul Atfhal merupakan salah satu bentuk PAUD jalur pendidikan formal. Pada prinsipnya penyelenggaraan Raudhatul Atfhal memiliki banyak kesamaan dengan Taman KanakKanak bahkan sama dengan Taman Kanak-Kanak Islam. Perbedaan Raudhatul Atfhal dengan Taman Kanak-Kanak ada pada nuansa keagamaannya, dimana nuansa agama Islam pada Raudhatul Atfhal lebih menonjol dan menjiwai keseluruhan proses belajar mengajar. Raudhatul Atfhal adalah satuan pendidikan anak usia dini yang memiliki karakteristik keagamaan, maka kurikulumnya harus memunculkan ciri khas keagamaan. Berdasasrkan hal tersebut pihak pengelola Raudhatul Atfhal yang berada di bawah naungan Kementrian Agama, memiliki tantangan untuk KTSP yang dapat menghasilkan peserta didik yang siap menghadapi berbagai tuntutan globalisasi dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta berlandaskan iman dan takwa.
6
Pembinaan Ibadah Shalat Di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Skripsi ini membahas pola komunikasi guru pada pembinaan ibadah shalat. Agar peneliti lebih fokus, peneliti membatasi permasalahan pada pola komunikasi yang terjadi pada proses pembinaan ibadah shalat peserta didik Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Jakarta Timur tahun ajaran 20112012. Adapun rumusan masalah ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak? 2. Bagaimana faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: a. Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak. b. Untuk mengetahui faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.
7
2. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat: a. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi mengenai hubungan komunikasi dengan pendidikan dalam membina ibadah shalat yang mungkin untuk diterapkan pada anak usia dini. b. Secara Praktis, bagi penulis ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam membuat karya ilmiah dan bagi pemerhati komunikasi dan pendidikan dalam pembinaan anak usia dini, khususnya di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Penelitian ini dapat memberikan penjelasan praktis terhadap pola komunikasi para guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam membina ibadah shalat anak.
D. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan, baik perpustakaan Fakultas Dakwah maupun perpustakaan utama UIN Jakarta. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis belum menemukan judul yang sama seperti judul skripsi yang peneliti ambil. Akan tetapi peneliti melihat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan tema yang akan peneliti angkat dalam penelitian ini, yaitu: 1. Skripsi, Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam Penerapan Nilai Keislaman Di MAN 7 Jakarta. Oleh Nurhasanah, FDK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2010.
Pada
skripsi
metode
penelitiannya
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pola
8
komunikasi yang digunakan pada judul ini adalah dengan komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan sifat tatap muka. 2. Skripsi, Pola Komunikasi Guru Agama dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan. Oleh Shochibul Hujjah, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Skripsi menggunakan metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif. Pola komunikasi yang dilakukan pada skripsi ini menggunakan pola komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan sifat tatap muka dan dialog. 3. Skripsi, Pola Komunikasi Guru Agama terhadap Siswa dalam Pembinaan Ibadah di SMP Islam Al Syukro Ciputat. Oleh Eka Irmawati, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Skripsi ini menggunakan metodelogi deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pola komunikasi yang digunakan komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan cara tatap muka dan breafing. 4. Skripsi, Pola Komunikasi Guru dan Murid dalam Mengenalkan Kalimat Thayyibah Pada Paud Amanah di Benda Tangerang. Oleh Rizki Amelia, FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Skripsi ini menggunakan metodelogi deskriptif. Pola komunikasi yang digunakan komunikasi kelompok kecil dan pola komunikasi antar pribadi secara tatap muka.
Adapun perbedaan skripsi yang penulis teliti ini lebih kepada pola komunikasi guru dan murid di Raudhatul Atfhal (RA) dalam membina ibadah shalat.
9
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Dengan mengamati kasus dari berbagai sumber data yang digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif, berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis.8 Dengan menggunakan metodologi kualitatif deskriptif peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.9 Ciri lain dalam metodologi kualitatif deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan suasana alamiah yang dimaksudkan bahwa peneliti terjun kelapangan.10 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: a.
Observasi, merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek
8
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: 2007), Cet. ke.2, h.
102 9
Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 22 10 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, h. 25
10
yang diteliti,11 yakni bagaimana pola komunikasi guru dan murid dalam membina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. b.
Depth Interviewing, Wawancara mendalam dengan informan yang dijadikan narasumber yang relevan dengan substansi utama penelitian. Tujuan mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba adalah mongkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan diharapkan untuk dapat mengubah, dan memperluas informasi yang telah diperoleh.12
c.
Studi dokumentasi, mengumpulkan data berupa buku, majalah, makalah, literatur-literatrur dan arsipa-arsip milik Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Penulis juga mengumpulkan beberapa buku atau pun tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan bahasa penelitian ini.
3. Teknik Analisis Data Beberapa langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini: a. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, observasi langsung baik dengan mengikuti kegiatan komunikasi dan pembinaan maupun dengan melakukan komunikasi verbal dengan para pengajar di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan lain sebagainya.
11
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, h. 25 Lincoln Yvona S., dan Egon G. Guba, Natularistic Inquiry, (Baverly Hills: Sage Publication, 1995), h. 266 12
11
b. Reduksi. Langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian. c. Penyajian. Setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk tabel, atau pun uraian penjelasan. d. Penganalisisan data. Pada tahap ini peneliti berusaha
untuk
menganalisis data dengan menyususn kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas dengan kerangkan teori pola komunikasi. e. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan. 4. Pedoman Penulisan Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Indah Blok K4/36 Cakung Jakarta Timur dengan. Sedangkan waktu penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011, dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan setiap hari sesuai pada hari pembelajaran berlangsung. 6. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang berkaitan dengan program pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini
12
adalah pola komunikasi guru dan murid dalam pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.
F. Sistematika Penulisan Skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (lima) bab, dan masing-masing bab akan dibagi menjadi sub-sub bab, yaitu sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan, dalam bab ini dibahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: Tinjauan Teoretis, yang meliputi, Pola Komunikasi: Pengertian Pola Komunikasi, Unsur-Unsur Komunikasi, dan Macam-Macam Pola Komunikasi. Pembinaan Ibadah Shalat: Pengertian, Ciri dan Langkah Pembinaan, Macam-Macam Pembinaan, dan Pengertian dan Keistimewaan Ibadah Shalat.
BAB III
: Gambaran Umum. Raudhatul Atfhal Insanul Kamil: Sejarah Berdiri, Visi Misi dan Tujuan, Sarana dan Prasarana, Profil Guru dan Murid Raudhatul Atfhal, dan Historisitas Kegiatan.
BAB IV
: Analisis dan Temuan. Menjelaskan, Pola Komunikasi Guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam Membina Ibadah Shalat dan Faktor Penghambat Pola Komunikasi Pembinaan Ibadah Shalat.
BAB V
: Penutup. Yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Pola Komunikasi 1. Pengertian Pola Komunikasi Pola komunikasi merupakan rangkaian dari dua kata yang memiliki keterkaitan makna, di mana antara makna satu dengan makna yang lainnya saling mendukung satu sama lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pola memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan.1 Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki arti model, contoh atau pedoman (rancangan).2 Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses didalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.3 Berdasarkan pengertian pola di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pola adalah gambaran, bentuk, rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Pada pembahasan
ini, makna pola dapat diartikan sebagai bentuk, karena
memiliki keterkaitan dengan kata yang dirangkulnya (komunikasi).
1
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 885 2 Puis A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605 3 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004). h. 9
13
14
Kata
komunikasi
itu
sendiri
berasal
dari
bahasa
latin
“communicate” yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik feedback.4 Pengertian tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendi, menurut Onong komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
“communication”
yang
bersumber
dari
bahasa
latin,
“communication” atau “communis” yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.5 Lebih lanjut Onong mengatakan, bahwa komunikasi mempunyai arti pemberitahuan atau pertukaran pikiran,6 baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.7 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi secara etimologi memiliki arti sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita.8 Sedangkan menurut Arni Muhammad, komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubunganya dengan individu lainnya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu informasi.9 Menurut penulis dari beberapa definisi di atas memiliki tujuan yang sama, yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana
4 5
A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 35 Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992), cet.ke-
1, h. 4 6
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1, h. 4 7 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet, ke-2, h. 6 8 Dept. Pendidikan, h. 454 9 ArniMuhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet ke-4, h. 3
15
mempunyai kesamaan pesan yang sistematis oleh seseorang dengan melibatkan orang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang disampaikan. Jadi diantara yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif. Berkaitan
dengan
pesan
yang
disampaikan
dalam
suatu
komunikasi. Schramm dalam T. A. Lathief Rosyidi merumuskan adanya kondisi yang harus diketahui jika kita menginginkan pesan yang disampaikan mendapat respon sesuai dengan yang dikehendaki. Kondisi ini disebut The Condition of Success in Communication, yang terdiri dari: a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikasi. b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.10 10
T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: PT. Firma Rimbow, 1985), h. 48
16
Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, sebagaimana dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, dalam bukunya “psikologi komunikasi” ia menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat menimbulkan 5 hal: 1) Pengertian: komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan. 2) Kesenangan: menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan. 3) Mempengaruhi sikap: dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. 4) Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. 5) Tindakan: membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diiginkan.”11 Dari lima ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia.
Melalui
komunikasi
akan
ditemui
jati
diri,
dapat
mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitarnya. Berdasarkan pengertian pola dan komunikasi diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pola dan komunikasi merupakan serangkaian dua kata yang memiliki keterkaitan makna, dimana salah satu kata tersebut mendukung makna lainnya. Pola komunikasi adalah bentuk, 11
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-15, h. 13-16
17
gambaran atau rancangan bagaimana proses komunikasi antara komunikan dengan komunikator dapat berjalan dengan efektif ketika pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan itu dapat sampai dan bisa mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan secara face to face communication,
dan
dapat
juga
melalui
sebuah
medium
telepon/menggunakan media komunikasi (Komunikasi Massa) baik secara lisan ataupun tulisan dan baik yang terjadi secara individu, antar individu maupun kelompok.
2. Unsur-Unsur Komunikasi Adapun yang merupakan bagian dari unsur-unsur komunikasi antara lain sebagai berikut: a. Komunikator (Source) Komunikator
yaitu
orang
yang
menyampaikan
pesan.
Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian akan disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang paling menentukan dalam berkomunikasi dan untuk menjadi seorang komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan komunikasi untuk mencapaitujuannya. Sehingga dari persyaratan tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap komunikator. Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses komunikasi harus mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk,
18
model, dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktorfaktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan kepada komunikator. Komunikator berfungsi sebagai encoder, yakni orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah
komunikan
yang
berfungsi
sebagai
decoder,
yakni
menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertian sediri.12 Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya : 1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya. 2) Kemampuan berkomunikasi. 3) Mempuyai pengetahuan yang luas. 4) Sikap. 5) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.13 Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai
dengankarakter
yang
dimilikinya.
Dalam
menghadapi
komunikan, seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah, sedih, dan lain sebagainya, maka ia harus menunjukkan sikap empatiknya tersebut. 12
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: al-Amin Press, 1996), cet. ke-1, h. 59 13 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59
19
b. Pesan (Massage) Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media. c. Penerima Pesan/Komunikan (Receiver) Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator
kemudian
komunikan
menganalisis
dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.14 Dalam hal ini perlu diperhatikan karena penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya, pengalamannya, kebudayaannya, pengetahuannya dan usianya. Akan hal itu komunikator tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada anak-anak dan berkomunikasi dengan orang dewasa. Jadi, dalam berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antar pribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti dan menimbulkan komunikasi dua arah.
14
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: BumiAksara, 2005), cet. ke-7, h.18
20
d. Saluran Komunikasi (Media Komunikasi) Media yaitu sarana atau saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupakan bentuk jamak dari medium, yang artinya perantara, penyampai dan penyalur. Media yang dimaksud di sini adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat kabar, buku dan gambar. media komunikasi ini sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua media cocok untuk maksud tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih efesien digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain tidak. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi. e. Efek Komunikasi Efek yaitu dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan. Komunikasi bisa dilakukan berhasil apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan tetapi perlu
21
diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain. Hal yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu : 1) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. 2) Dampak efektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya perasaan iba, terharuh, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
3) Dampak behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan.15
3. Macam-Macam Pola Komunikasi Pada dasarnya ada beberapa pola komunikasi, yakni komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi) dan komunikasi kelompok. a. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri) 15
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-4, h, 7
22
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri, yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.16 Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil
keputusan
menerima
ataupun
menolaknya
akan
mengadakan terlebih dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunikator.17 Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan dengan menggunakan perasaan yang di sadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, pikiran tidak terkontrol. b. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi) Komunikasi antar pribadi adalah “proses paduan penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu.”18 Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis
16
Sasa Djuarsa Sendjaja, PengantarKomunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), h.
39 17
Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju, 1992). Cet. ke-1, h. 4 18 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet. ke-5, h. 126
23
berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat.19 Hubungan interpersonal adalah hubungan yang berlangsung, keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat diperoleh segera. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikasi interpersonal, komunikan dapat memberi arus balik secara langsung kepada komunikator. c. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.20 Komunikasi kelompok ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar dan tatap muka. Komunikasi berlangsung kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.21 Komunikasi kelompok dapat dibagi menjadi dua bagian kelompok kecil. Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana
19
Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-Dasar Public Relation Teori dan Praktis, (Jakarta: Grasindo, 2002), cet. ke-1, h. 88 20 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1986), cet. ke-2, h. 5 21 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet 2, h. 33
24
setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antar satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudah memberikan tanggapan kepada masingmasing individu komunikan.22 Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contohnya, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti.
B. Pembinaan Ibadah Shalat 1. Pengertian, Ciri dan Langkah Pembinaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Pembinaan adalah sebagai proses, perbuatan, atau cara membina.”23 Arti dapat ditelusuri dari kata dasar bina yang mendapat prefiks pen-an sufiksan sehingga menjadi “proses, perbuatan, atau cara.” Sementara menurut Poerwadarminta dalam Shochibul Hujjah, mengartikan pembinaan dengan “pembangunan dan pembawaan”.24 Kedua pendapat ini pada hakikatnya tidak berbeda, hanya arti pembinaan itu sendiri yang bersifat luas, bergantung orientasi dan persepsi yang menafsirkannya. Dengan kata lain, pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina juga berarti atau berpadanan dengan pembangunan atau pembawaan.
22
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 129 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 152 24 Shochibul Hujjah, Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta, 2011), h. 27 23
25
Sedangkan menurut Abdur Rahim, “Pembinaan dapat juga berarti poses melakukan kegiatan membina atau membangun sesuatu, seperti membina bangsa. Dalam pembinaan ini tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentusaja perubahan yang mengacu kepada peningkatan.25 Pembinaan merupakan segala usaha, ikhtiar, dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.26 Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh S. Hidayat, bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar terencana, teratur, dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan subjek didik dengan tindakan, pengarahan, bimbingan, pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.27 Dari beberapa definisi pembinaan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu upaya yang dijalankan secara sistemik sebagai usaha menuju pada perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya,
yang
diawali
dengan
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik. Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, ciri-ciri pembinaan adalah: 25
Abdur Rahim, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007), h. 67 26 Masdar Hilmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra, 1973), h. 53 27 Jumhur dan Muh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1987), h. 25
26
a. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai setinggi-tingginya tingkat kematangan dan tujuan pembinaan. b. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai terarah. c. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih peristiwa yang sesuai dengan anak binaan. d. Pembinaan diartikan sebagai usaha menata kondisi yang pantas.28 Agar langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dapat terlaksana dengan efektif, perlu memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah: a. Menganalisis kebutuhan lembaga, kebutuhan tugas dan kebutuhan siswa. b. Menentukan sasaran dan materi program pembinaan. c. Menentukan metode dan prinsip yang digunakan. d. Mengevaluasi program pembinaan.29
2. Macam-Macam Pembinaan30 Pembinaan secara umum ada beberapa macam, yaitu: a. Pembinaan Orientasi Pembinaan ini diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang hidup dan kerja. Bagi orang yang sama sekali
28
Hadi Suyono, Social Intelegence, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 180 Slamet Santoso, Teori-teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 139 30 Juli Astuti, Pembinaan Shalat Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 10-11 29
27
belum
berpengalaman
dalam
bidangnya,
pembinaan
orientasi
membantunya untuk mendapatkan hal-hal pokok. b. Pembinaan Kecakapan Pembinaan ini untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan yang sudah dimiliki/mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. c. Pembinaan Kepribadian Pembinaan
ini
menekankan
pada
pengembangan
sikap
dan
kepribadian. Bagaimana untuk membantu orang agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran/cita-cita hidup yang sehat dan benar. d. Pembinaan Kerja Pembinaan ini diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota stafnya. Pada dasarnya pembinaan ini diadakan bagi mereka yang sudah bekerja dalam bidang tertentu. e. Pembinaan Penyegaran Pembinaan ini hampir sama dengan pembinaan kerja. Pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal yang sama sekali baru, tapi sekedar penambahan cakrawala pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada. f. Pembinaan Lapangan Pembinaan ini bertujuan untuk menempatkan para peserta dalam situasi nyata agar mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan. Pembinaan ini
28
membantu peserta untuk membandingkan situasi hidup dan kerja di tempat yang dikunjungi. Hal ini dapat memberi pandangan dan gagasan yang baru dan segar.31
Pembinaan
jika
dikaitkan
dengan
pengembangan
manusia
merupakan bagian dari pendidikan, pelaksanaan pembinaan adanya dari sisi praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan.32 Pembinaan terhadap anak usia dini ini terdiri dari dua hal, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan ibadah shalat terhadap anak usia dini merupakan pembinaan kepribadian yaitu pembinaan kesadaran beragama.
3. Pengertian dan Keistimewaan Ibadah Shalat Ibadah secara bahasa artinya taat atau patuh,33 sedangkan dari segi istilah ibadah bermakna semacam kepatuhan sampai pada batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah.34 Menurut Syeikh Syaltut dalam Mochtar Effendy, bahwa ibadah yaitu semua amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah yang didasari dengan rasa ikhlas.35 Sedangkan menurut Ensiklopedi Islam ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang 31
Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986),
h.11 32
Mangun Harjana, Pembinaan; Arti, dan Metodenya, h. 11 Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam,(ttp. central media, tt), h. 29 34 Yusuf Qordlowi, Konsep Ibadah Dalam Islam, h. 33 35 Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang: PT. Widyadara, 2001), h. 360 33
29
dilakukan oleh setiap mukmin-muslim dengan tujuan untuk mencari ridha Allah.36 Mencermati ketiga definisi tersebut, menurut kesimpulan penulis, ibadah yaitu segala kegiatan yang semata-mata dikerjakan berdasarkan pada memperhambakan diri kepada Allah SWT. Sedangkan kata shalat menurut bahasa “berdoa”, dan menurut istilah ialah beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mempunyai pengertian mengkonsentrasikan akal pikiran kepada Allah untuk sujud kepada-Nya dan bersyukur serta meminta pertolongan kepada-Nya atau berarti doa.37 Imam Taqiyuddin dalam Machful memberikan komentar tentang pengertian shalat, bahwa shalat menurut bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah bermakna suatu ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai takbir dan diakhiri salam dengan beberapa syarat.38 Muhsin Qira’ati berpendapat bahwa shalat juga bisa dijadikan sarana
besyukur
kepada
Tuhan
atas
segala
nikmat-nikmat-Nya.
Kedudukan shalat dalam Islam sebagai bendera. Ia merupakan tanda bagi agama Islam. Rasul Saw., Bersabda, “shalat adalah dasar dan tiang agama.”39 Berdasarkan dari beberapa pengertian shalat di atas penulis menyimpulkan, bahwa pada hakikatnya shalat itu berhadapannya hati 36
Depag, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: CV Anda Utama, 1993), h. 385 Machful. M, Meninggalkan Shalat, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1992), Cet 1, h. 15 38 Machful. M, Meninggalkan Shalat, h. 16 39 Muhsin Qira’ati, Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1990), Cet. 1, 37
h. 62
30
(jiwa) kepada Allah, hadap yang mendatangkan rasa takut, mengakui kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan penuh khusyuk dan ikhlas di dalam perkataan dan perbuatan, yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Kemudian shalat yang diberi batasan sebagai sekumpulan bacaan dan tingkah laku yang dibuka oleh takbir dan diakhiri salam juga merupakan simbol bentuk ketundukan dan kepasrahan seseorang kepada Tuhan. Setelah takbir pembuka dalam shalat seseorang dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya ditujukan Allah, yaitu pencipta seluruh alam raya. Dan dari pengertian tentang ibadah dan shalat yang sudah penulis simpulkan di atas, penulis menyimpulkan, bahwa ibadah shalat adalah segala bentuk kegiatan untuk memperhambakan diri kepada Allah SWT dengan penuh khusyuk dan ikhlas di dalam perkataan dan perbuatan, yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat merupakan keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah Saw dan umatnya. Demikian istimewanya, hingga proses turunnya perintah shalat diawali dengan peristiwa Isra Mikraj. Allah SWT langsung mengundang Rasulullah Saw ke langit. Nilai strategis dan keistimewaan shalat sudah tidak terbantahkan lagi. Menurut Ratmiyati ada beberapa keistemawaan shalat,40 diantaranya: a. Amalan pertama yang diwajibkan atas Rasulullah Saw. b. Tiang yang menyangga bangunan Islam. c. Pembeda atau pemisah antara seorang Muslim dan kafir. 40
Ratmiyati, Merindukan Shalat, (http://www.mail-archive.com/smun65@yahoogroups. com/msg00210.html), h. 2
31
d. Amalan yang pertama dihisab. e. Kunci kesuksesan dan kebahagiaan hidup. f. Penggugur dosa-dosa. g. Kunci kesuksesan seorang hamba. h. Sarana pengundang datangnya pertolongan Allah. i. Saat istimewa bagi seorang hamba, karena ia bisa berhadapan langsung dengan Tuhannya.
BAB III GAMBARAN UMUM RAUDHATUL ATFHAL INSANUL KAMIL
A. Sejarah Berdiri Cikal bakal pendirian Raudhatul Atfhal Insanul Kamil tak bisa dilepaskan dari keberadaan Yayasan Ala Hamid wa Basyir Cakung Jakarta Timur, selaku induk naungan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Pendirian Raudhatul Atfhal Insanul Kamil guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat untuk mempersiapkan putra-putrinya di pendidikan formal.1 Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas di Sekolah Dasar adalah anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah atau Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Atfhal, Taman Bermain, dan sejenisnya. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuannya untuk memasuki Sekolah Dasar. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dengan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah mengalami kejutan dan tidak dapat menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia pra sekolah.2 Berdasarkan hal tersebut Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ingin menjadi mentari pagi yang selalu menyinari kegelapan. Seperti ilmu pengetahuan yang telah menyinari manusia dari kebodohan dan kebatilan. 1
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2012), h. 8 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung. 2 Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.
32
33
Sesuai dengan namanya, “Insanul Kamil” yang berarti “manusia paripurna (sempurna)”, berusaha mencetak generasi paripurna yang memiliki IMTAQ dan IPTEK. Karena Raudhatul Atfhal Insanul Kamil memiliki semangat untuk maju membina anak bangsa menuju ridho Allah SWT.3 Maka atas inisiatif Hj. Nuroniyah, S.Pd.I –yang kelak menjadi Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil– setelah bermusyawarah dengan segenap jajaran pengurus dan anggota Yayasan Ala Hamid wa Basyir, serta beberapa tokoh masyarakat di Pulo Gebang Indah Blok K4 Cakung Jakarta Timur disepakati untuk membentuk pendidikan pra sekolah yang kental dengan nuansa keagamaan.4 Oleh sebab itu dibentuklah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil pada tahun 1989, pada awal berdiri bernama Raudhatul Atfhal Ala Hamid wa Basyir dan berdomisili di Jl. Raya Bekasi km. 23,5 Cakung, Jakarta Timur. Di bawah naungan Yayasan Ala Hamid wa Basyir. Kemudian pada tahun 1997 Raudhatul Atfhal Ala Hamid wa Basyir berganti nama menjadi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.5 Dalam perjalanannya, Raudhatul Atfhal Insanul Kamil banyak memiliki pengalaman dalam bidang pendidikan dan mengalami pasang surut. Akan tetapi, semangat juang Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dalam mencerdaskan anak bangsa tak pernah surut dan akan selalu berkobar seiring
3
Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 4 Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, Kepala Sekolah Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 5 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung.
34
dengan perubahan zaman dan globalisasi. Dan tentu saja, untuk menegakkan syiar agama Allah di bumi ini.6 Dengan dedikasi yang tinggi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil selalu berusaha membangun kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul
karimah,
cakap,
sehat,
serta
berilmu
seiring
dengan
perkembangan IPTEK. Untuk mewujudkan hal tersebut Raudhatul Atfhal Insanul Kamil melakukan strategi pendidikan dan pengajaran yang berbasis Islami, menyenangkan, dan mengedepankan akhlakul karimah. Juga ingin menanamkan IMTAQ dalam diri peserta didik, serta IPTEK yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan perkembangannya. Oleh sebab itu, 5 bidang pengembangan yang menjadi acuan di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sesuai dengan KTSP yang berlaku, yaitu ASK (Akhlakul Karimah, Sosial Emosional, dan Kemandirian), PAI (Pendidikan Agama Islam), Bahasa, Kognitif, dan Fisik Motorik.7 Saat ini Raudhatul Atfhal Insanul Kamil berlokasi di Pulo Gebang Indah Blok. K4 No. 36, Cakung, Jakarta Timur.8
B. Visi Misi dan Tujuan 1. Visi Menjunjung tinggi kebersamaan, serta menciptakan manusia paripurna yang memiliki IMTAQ dan IPTEK.9 6
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 6 dan Wawancara pribadi dengan Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung, dan wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 8 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 1 dan hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian. 7
35
2. Misi a. Menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun informal. b. Menanamkan jiwa religius pada peserta didik. c. Mengembangkan kemampuan IPTEK yang sejalan dengan Iman dan Taqwa. d. Menghasilkan lulusan peserta didik yang mampu menerapkan konsep IPTEK dalam kehidupan sehari-hari.10
3. Tujuan a. Membangun kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, cakap, sehat, serta berilmu seiring dengan perkembangan IPTEK. b. Mengembangankan intelegensi peserta didik yang sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. c. Menjadikan peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya dalam lingkungan sosial yang edukatif dan menyenangkan. d. Menjadikan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sebagai Raudhatul Athfal yang menghasilkan peserta didik yang dapat mengembangkan potensi akademik dan non akademik.11
9
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Cakung. 10 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Cakung. 11 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Cakung.
h. 6, Kamil 6 dan Kamil 6 dan Kamil
36
C. Sarana dan Prasarana Raudhatul Atfhal Insanul Kamil saat ini telah mendapatkan akreditasi dengan nilai B (Baik) pada tahun 2011. Dan memiliki standar bangunan yang ideal untuk sebuah Raudhatul Athfal, dengan klasifikasi luas tanah 324M2 dan luas bangunan 189M2. Yang berada di bawah naungan Yayasan Insanul Kamil dengan NPWP: 02.182.687.0-006.000.12 Pada bangunan tersebut terdapat perpustakaan, loker anak, box holder, TV, satu komputer dan laptop, fasilitas untuk bermain anak didik di luar lapangan, dan alat-alat untuk proses pembelajaran dan bermain, seperti bukubuku perpustakaan berjumlah 20, 2 set balok bangunan, 3 buah boneka, 5 mobil-mobilan, 10 puzzle, 1 bola basket, 2 bola kaki, 3 boneka tangan, 1 simpai, 5 angklung, 2 timbangan, dan 3 tape recorder. Sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah: Tabel. 1 Sarana dan Prasarana Raudhatul Atfhal Insanul Kamil NO
FASILITAS SARANA
JUMLAH
KONDISI
DAN PRASARANA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mainan di luar lapangan Balok bangunan Boneka Mobil-mobilan Puzzle Bola Basket Bola Kaki Boneka tangan Simpai Angklung Timbangan
6 2 set 3 5 10 1 2 3 1 5 2
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Rusak
Wawancara pribadi dengan Hj. Nuronniyah, S.Pd.I., Kepala Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
37
12 Laptop 1 Baik 13 Komputer 1 Baik 14 TV 1 Baik 15 Tape Recorder 3 Baik 16 Perpustakaan 1 ruang Baik 17 Buku Perpustakaan 20 Rusak 18 Box holder 2 Baik 19 Loker anak 3 Baik Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, pengamatan secara langsung dan wawancara dengan para guru Pembina ibadah shalat13
Sumber pendanaan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil yang digunakan untuk membiayai sarana dan prasarana serta kegiatan belajar mengajar di sekolah, berasal dari Yayasan Insanul Kamil Hamduna dan Infak Wali murid.
D. Profil Guru dan Murid Raudhatul Atfhal 1. Profil Guru Pembina Ibadah Shalat Guru pembina ibadah shalat berjumlah 5 orang, 2 guru untuk kelompok A dan 3 guru untuk kelompok B. Guru untuk kelompok A terdiri dari Nurhikmah Yanti, beliau alumnus dari UIJ. Dan, Miftahus Sa’dah alumnus MAN 8 Cakung.
13
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 9, hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan guru-guru pembina ibadah shalat.
38
Tabel. 2 Guru Kelompok A No
Nama
Pendidikan
Jenis Kelamin
Usia
Perempuan
32
Perempuan
19
Universitas 1
NurhikmahYanti, S.Pd.I
Islam Jakarta (UIJ) MAN 8
2
Miftahus Sa'adah Cakung
Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok A14
Sedangkan untuk guru kelompok B terdiri dari Khairiah, beliau alumnus STAI Babunnajah. Maemunah alumus STAI Shalahuddin AlAyyub dan Rukoyah alumnus Universitas Attahiriyah.
Tabel. 3 Guru Kelompok B No
Nama
Pendidikan
Jenis Kelamin
Usia
Perempuan
38
Perempuan
34
STAI 1
Khairiah, S.Pd.I Babunnajah
2
Maemunah, S.Pd.I
14
STAI
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 10 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat RA Insanul Kamil Cakung Kelompok A.
39
Shalahuddin Al-Ayyub Universitas 3
Rukoyah, S.Pd.I
Perempuan
37
Attahiriyah Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok B15
2. Profil Murid Raudhatul Atfhal Murid-murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil berjumlah 70 orang, 21 murid tergabung dalam kelompok A, terdiri dari 10 murid perempuan dan 11 murid laki-laki. Pada murid perempuan 5 anak berusia 5 tahun dan 5 anak berusia 6 tahun. Sedangkan untuk murid laki-laki 4 anak berusia 5 tahun dan 7 anak berusia 6 tahun.
Tabel. 4 Murid Kelompok A Usia
Jenis No
Jumlah Kelamin
5 Tahun
6 Tahun
1
Perempuan
5
5
10
2
Laki-laki
4
7
11
Sumber: Wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok A16 15
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 10 dan wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok B.
40
Dan 49 murid tergabung dalam kelompok B. terdiri dari 21 murid perempuan dan 28 murid laki-laki. Pada murid perempuan 12 anak berusia 6 tahun dan 9 anak berusia 7 tahun. Sedangkan untuk murid laki-laki 14 anak berusia 6 tahun dan 14 anak berusia 7 tahun.
Tabel. 4 Murid Kelompok B Usia
Jenis No
Jumlah Kelamin
6 Tahun
7 Tahun
1
Perempuan
12
9
21
2
Laki-laki
14
14
28
Sumber: Wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat kelompok B dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok B17
E. Historisitas Kegiatan Sejak berdiri sampai sekarang Raudhatul Atfhal Insanul Kamil sudah beberapa kali mengikuti kegiatan perlombaan. Pada tahun pelajaran 2009-2010 mengikuti perlombaan yang diadakan oleh IGRA, seperti Juara III Lomba Menari, Juara III Lomba Menyanyi, Juara Harapan II untuk Shalat Berjamaah. Dan perlombaan yang diadakan oleh LBP, seperti Juara II Kalimat Thoyyibah, Juara I Lomba Menari, dan Juara III Puitisasi al-Qur’an.
16
Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok A. 17 Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung Kelompok A dan pengamatan secara langsung pada murid kelompok B.
41
Tabel. 5 Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2009 – 2010 JENIS LOMBA Menari
JUARA Juara III
PENYELENGGARA IGRA
Menyanyi Shalat Jama'ah Kalimat Thoyyibah Menari
Juara III Juara Harapan II Juara II Juara I
IGRA IGRA LBP LBP
Puitisasi al-Qur'an
Juara III
LBP
Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan18
Pada tahun pelajaran 2010-2011 mengikuti perlombaan yang diadakan oleh IGRA, seperti Juara Harapan I Lomba Menyanyi Bersama dan Juara I Lomba Asmaul Husna. Dan perlombaan yang diadakan oleh LBP, seperti Juara III Puitisasi al-Qur’an, Juara II Kalimat Thoyyibah, Juara II Lomba Menari, Juara III Shalawat Badar dan Juara Harapan III Shalat Berjama’ah.
Tabel. 6 Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2010 – 2011 JENIS LOMBA
JUARA
PENYELENGGARA
Menyanyi Bersama
Juara Harapan I
IGRA
Asmaul Husna Puitisasi al-Qur'an Kalimat Thoyyibah Menari Shalawat Badar
Juara I Juara III Juara II Juara II Juara III
IGRA LBP LBP LBP LBP
Shalat Jama'ah
Juara Harapan III
LBP
18
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai sekarang.
42
Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan19
Pada tahun pelajaran 2010-2011 mengikuti perlombaan Membaca Iqra yang diadakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, dan menjadi Juara II. Juara Harapan II Puitisasi al-Qur’an pada perlombaan yang diadakan oleh IGRA. Selain itu mengikuti perlombaan yang diadakan oleh LBP dan berhasil menjadi Juara II Doa Harian, Juara III Puitisasi al-Qur’an, Juara Harapan I Shalawat Badar dan Juara Harapan I Shalat Berjama’ah.
Tabel. 7 Kegiatan yang diikuti pada Tahun Pelajaran 2011 – 2012 JENIS LOMBA Membaca Iqra
JUARA Juara II
PENYELENGGARA Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
Puitisasi al-Qur'an Doa Harian Puitisasi al-Qur'an Shalawat Badar
Juara Harapan II Juara II Juara III Juara Harapan I
IGRA LBP LBP LBP
Shalat Jama'ah
Juara Harapan I
LBP
Sumber: Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan dokumentasi kegiatan20
19
Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal sekarang. 20 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul beberapa dokumentasi kegiatan Raudhatul Atfhal sekarang.
Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 8-9 dan Insanul Kamil Cakung dari awal berdiri sampai
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Pola Komunikasi Guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Dalam Membina Ibadah Shalat Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama berada di lokasi penelitian. Penulis melihat proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil. Indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih.1 Dengan menggunakan pola komunikasi kelompok, bertujuan untuk menjadikan siswa saling berinteraksi satu sama lain tentang hal yang sudah dilakukan atau yang dialami, saling berbagi tentang hal apa yang disukainya. Sehingga diharapakan siswa mempunyai sikap terbuka terhadap apa yang sudah dilakukannya. Dan juga guru dapat mengukur tingkat kemampuannya dalam pemahaman dan pengucapan bacaan pada ibadah shalat, hal ini dilakukan ketika guru mengajukan pertanyaan yang memancing siswa untuk merespon pertanyaan guru. Meskipun komunikasi antara guru dan murid dalam kelas tersebut termasuk komunikasi kelompok kecil. Sewaktu-waktu Guru mengubahnya menjadi komunikasi antarpribadi (interpersonal) dengan menggunakan metode dialog, yakni guru menjadi komunikator dan siswa menjadi komunikan. Metode dialog ini digunakan apabila para murid bersifat 1
Berdasarkan hasil pengamatan penulis secara langsung pada proses pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dan wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat.
43
44
responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak diminta. Kelebihan dari komunikasi antarpribadi ini yakni anak mendapat rangsangan (stimuli) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan umpan balik (feed
back) pada diri anak. Sedangkan
kelemahannya yaitu karena melihat sifat anak berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan ada juga yang sulit. Oleh sebab itu, guru di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung dituntut memiliki keahlian untuk mengajak para murid-murid agar terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran tersebut. Jika si siswa pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah atau tanggapan untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, komunikasi itu tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu arah serta tidak efektif dalam proses belajar mengajar.2 Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan pembinaan ibadah shalat yang telah dilakukan oleh guru terhadap murid di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, menurut pengamatan penulis sudah dilakukan pola komunikasi yang efektif dan sangat efesien untuk melangsungkan kegiatan pembinaan tersebut. Proses pembinaan ibadah shalat yang terjadi di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face). Dan, komunikasi pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil jika dilihat dari segi sasaran dan situasinya, merupakan komunikasi kelompok 2
Wawancara pribadi dengan NurhikmahYanti, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
45
dalam bentuk kelompok kecil. Indikasi ini terlihat ketika komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih. Kemudian komunikator menunjukan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan, maka timbulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal yang disampaikan komunikator, dan pada saat itu komunikator bisa merubah bentuk komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal.3 Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat penelitian skripsi ini dilakukan, bahwasanya pembinaan ibadah shalat yang dilakukan oleh guru terhadap murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil, merupakan salah satu program wajib yang ada di sekolah tersebut. Program pembinaan ibadah shalat yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil ini, untuk menanamkan sejak dini IMTAQ anak, agar berperilaku baik kepada Allah.4 Selain itu untuk melatih disiplin waktu, kebersihan sejak dini, kepemimpinan, dan mampu membaca bacaan shalat sejak dini, maka program pembinaan ibadah shalat mulai diterapkan sejak anak terdaftar menjadi peserta didik di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.5 Pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil tersebut, para guru sering kali menggunakan pendekatan komunikasi, salah
3
Wawancara pribadi dengan Miftahus Sa‟adah, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 4 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, (Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2013), h. 6 5 Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
46
satunya adalah dengan pendekatan komunikasi antar pribadi.6 Dalam tatanan komunikasi terdapat komunikasi antar pribadi yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Pentingnya
komunikasi
antar
pribadi
karena
prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersikap pasif. Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda. Masing-masing menjadi pembicara dan mendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para perilaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama. Komunikasi antar pribadi sangat ampuh dibanding bentuk komunikasi lainnya. Alasannya komunikasi berlangsung secara tatap muka oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi.7 Misalnya pribadi guru pembina menyentuh pribadi anak didiknya. Ketika guru pembina ibadah shalat menyampaikan pesan, umpan
6
Wawancara pribadi dengan Maemunah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 7 Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
47
balik berlangsung seketika. Guru mengetahui pada saat itu tanggapan siswa terhadap pesan yang telah disampaikan, ekspresi wajah, dan gaya bicara.8 Pendekatan komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) yang dilakukan oleh para guru dengan para murid secara tatap muka melalui lisan, komunikasi ini berlangsung dalam proses pembinaan ibadah shalat di dalam kelas. Bagi siswa yang telah menguasai materi yang diajarkan, diminta untuk mendemonstrasikannya di hadapan teman-teman kelasnya. Sehingga murid yang belum menguasai materi tersebut menjadi paham.9 Komunikasi antar pribadi ini terjadi di dalam maupun di luar proses pembinaan ibadah shalat. Dengan bentuk komunikasi ini, hubungan antara guru pembina dengan anak didiknya sangat baik. Sehingga materi yang diajarkan cepat dikuasainya. Bentuk komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh para guru tersebut, sangat membantu anak didik yang mempunyai kesulitan dalam memahami materi pada pembinaan ibadah shalat. Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi (interpersonal), bagi guru pembina ibadah shalat dan guru-guru Raudhatul Atfhal Insanul Kamil lainnya adalah untuk dapat mengetahui secara langsung diri murid selengkaplengkapnya, artinya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian guru dapat mengarahkan anak didik pada suatu tujuan sebagaimana yang ia inginkan, yaitu proses pengajaran yang efektif.10
8
Hasil pengamatan langsung pada pembinaan ibadah shalat, saat guru pembina sedang memberikan materi tentang cara-caranya sujud atau gerakan sujud di dalam shalat. 9 Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I. guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 10 Wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil.
48
Pada proses pembinaan ibadah shalat yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Penulis menemukan beberapa unsur-unsur komunikasi, yakni guru pembina sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan (materi pelajaran/ pembinaan ibadah shalat) kepada para muridnya. Adapun pesannya itu adalah berupa materi pelajaran/pembinaan ibadah shalat yang dilakukan oleh guru pembina kepada anak didiknya. Anak didik sendiri sebagai komunikan atau penerima pesan yang telah disampaikan oleh guru pembina tersebut. Sedangkan yang menjadi medianya adalah CD, televisi, dan kertas. Maka dari situlah timbul efek komunikasi dimana anak didik dapat memahami ibadah shalat. Selain melalui materi-materi yang sudah di ajarkan oleh guru, juga melalui praktek-praktek yang dilakukan secara langsung. Penyampaian materi-materi yang diajarkan oleh para guru Pembina dalam pembinaan ibadah shalat melalui beberapa metode pengajaran yang menyenangkan. Penggunaan beberapa metode ini untuk mendukung pola komunikasi pembinaan ibadah shalat.11 Oleh sebab itu metode dan materi Raudhatul Atfhal Insanul Kamil dilaksanakan dalam konteks “bermain sambil Belajar” yang disesuaikan dengan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.12 Untuk menyukseskan pola komunikasi pembinaan ibadah shalat, para guru menerapkan beberapa metode pengajaran. Adapun metode-metode yang digunakannya, adalah sebagai berikut:
11
Wawancara pribadi dengan Nurhikmah dan Khairiah, S.Pd.I guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 12 Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013, h. 12 dan hasil wawancara pribadi dengan para guru pembina ibadah shalat.
49
1. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pembelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawabnya atau sebaliknya. Para guru manyampaikan materi pembinaan ibadah shalat kepada siswa secara langsung melalui tatap muka dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil. Setelah siswa mendengarkan materi tersebut dengan baik, maka guru mempersilahkan kepada anak didik yang hendak bertanya apabila materi yang dijelaskan belum dapat dimengerti dan dipahami. Maka guru akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik. 2. Metode Peraga Metode peraga merupakan bentuk penyampaian pesan atau materi dengan cara mempraktekkan atau memperagakan gerakan, kejadian, aturan dan urutan yang ada dalam ibadah shalat. Kegiatan di lakukan secara langsung dan melalui penggunaan media komunikasi yang relevan dengan materi yang sedang diajarkan. Setelah guru memaparkan materi pembinaan ibadah shalat kepada siswa, kemudian guru memberikan sebuah pelatihan kepada murid untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan dalam materi diterima baik atau tidak. Dalam pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh guru, terkadang siswa mendapat ketidakpahaman terhadap materi yang sudah disampaikan. Dengan terjadinya hal tersebut maka siswa langsung bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dipahami, kemudian
50
guru menerangkan pertanyaan yang diajukan murid tersebut dengan penerapan pola komunikasi antar pribadi. Dengan begitu terciptalah komunikasi dua arah dikarenakan murid bersikap responsif, mengajukan pendapat/pertanyaan, dengan begitu masalah yang tidak dipahami dapat terjawab langsung Metode ini sangat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran ibadah shalat. Dan, dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah disampaikan. Karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat bahkan memperagakannya secara langsung. Metode ini akan berjalan lebih efektif dan efisien, apabila materi yang diperagakan dan ditindaklanjuti oleh siswa dalam kehidupan seharihari maupun latihan secara continue sehingga siswa tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan metode ini, guru mudah mengukur dan menilai kemampuan anak didik dalam proses pembinaan ibadah shalat.13 3. Metode Menghafal Pada metode menghafal ini para siswa diajarkan untuk menghafal beberapa surat pendek yang biasa dibaca di dalam ibadah shalat. Seperti surat al-Fatihah, al-Ashr, al-Ikhlas dan al-Kautsar, serta bacaan-bacaan lainnya, seperti bacaan yang ada pada adzan, takbiratulikhram, rukuk, sujud dan lain-lain.
13
Wawancara pribadi dengan Miftah Hussaidah dan Maemunah, S.Pd.I guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
51
Metode menghafal ini selain ditujukan untuk menguatkan hafalan para murid Raudhatul Atfhal Insanul Kamil terhadap bacaan-bacaan tersebut. Juga untuk mengetahui bacaan-bacaan apa saja yang sukar untuk di hafalkan oleh anak didik. Sehingga para guru pembina dapat segera mencari solusi yang tepat untuk meminimalisir kesukaran-kesukaran tersebut.14
Metode dan materi di atas mempermudah para guru pembina dalam menyampaikan pesan (materi pembinaan ibadah shalat) kepada anak didiknya. Dan anak didik pun dapat dengan mudah untuk memahaminya. Dengan demikian menurut penulis proses belajar-mengajar yang diterapkan oleh guru pembina ibadah shalat dalam menyampaikan sebuah materi atau pesannya, sudah bisa dikatakan cukup baik. Hal ini disebabkan materi yang akan disampaikan sudah terencana atau dirancang sedemikian rupa. Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, antara guru dan siswa sudah melakukan pola komunikasi yang sangat efektif dan`efesien untuk melangsungkan kegiatan pembinaan ibadah shalat tersebut. Dikatakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilihat pada proses penyampaian (teori), dimana hal tersebut terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi. Dan sebelum menyampaikan materi, guru terlebih dulu merencanakan pesan (materi pelajaran) yang akan disampaikan kepada siswa didiknya dengan 14
pesan-pesan
yang
terancana.
Sehingga
menimbulkan
suatu
Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I dan Khairiah, S.Pd.I. guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
52
komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh anak didik. Komunikasi yang baik jika seorang guru dan siswa mengadakan kesamaan makna atau arti. Dikatakan efesien, indikasi ini terjadi pada proses pembelajaran atau praktek, ketika terdapat beberapa siswa yang belum mengerti, disebabkan siswa tersebut kurang memahami dasar-dasar pada suatu materi yang berlangsung. Oleh sebab itu, seorang guru memerintahkan kepada siswa yang sudah mengerti untuk memberitahu atau menerangkan kepada siswa yang tidak paham. Dengan begitu proses kegiatan belajar-mengajar menjadi sangat efesien.
B. Faktor Penghambat Pola Komunikasi Pembinaan Ibadah Shalat Hambatan-hambatan pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil terdiri dari beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor Murid Faktor penghambat yang terjadi disini lebih disebabkan karena pengaruh usia anak didik yang ada di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Sebab bagi anak pada tingkat Raudhatul Atfhal, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup mereka. Anak pada usia ini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja.
53
Sebagaimana yang dikatakan oleh Rukoyah: “...apa ya? Kalau hambatan dari siswanya sih lebih karena faktor umur anak kali ya. Karena kan anak seumuran ini belum terlalu tanggap sama apa yang di perintahkan, masih senang main. Makanya kadang mereka ga bisa bedain antara main, belajar, dan kerja”15
Beberapa hambatan yang terjadi karena faktor murid adalah sebagai berikut: a. Anak nakal b. Sulit di nasehati (diberitahu) c. Kurangnya konsentrasi murid d. Perilaku berbeda dari masing-masing murid.16
2. Faktor Lingkungan Waktu untuk bertemu di sekolah hanyalah 5 jam dan tidak seimbang dengan waktu yang anak didik gunakan di luar jam sekolah. Sehingga masing-masing guru Pembina tidak bisa memantau secara penuh ibadah shalat anak para murid ketika di luar jam sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurhikmah Yanti: “Waktu kita bertemu secara langsung dengan para murid kan cuma lima jam, jadi ya kita kurang tahu bagaimana kebiasaan ibadah para murid kalau di luar sini.”17
15
Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I dan Nurhikmah Yanti guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 16 Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat dan pengamatan secara langsung kegiatan pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. 17 Wawancara pribadi dengan Nurhikmah Yanti, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
54
Bagi pihak guru pembina, hambatan yang membuat mereka sedikit susah dalam pembinaan ibadah shalat ini adalah tentunya hambatan dari lingkungan para murid tinggal. Sebab, lingkungan kadang-kadang secara tidak langsung bisa
mempengaruhi seorang
murid
untuk
tidak
menjalankan ibadah shalat. Sebagaimana kita tahu, anak-anak pada masa usia Raudhatul Atfhal masih senang-senangnya bermain, baik dengan teman-teman sebayanya ataupun dengan alat-alat mainan yang mereka miliki. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut: “Anak-anak pada umur seperti segini kan masih senangnya main sama teman-teman seumurannya, sama alat-alat mainan kesukaannya.”18
Hambatan tersebut seharusnya bisa di minimalisir, jika program pembinaan shalat yang ada Raudhatul Atfhal Insanul ikut didukung oleh orang tua para murid. Mendukung yang di maksud disini adalah ikut mengajarkan dan membina praktek ibadah shalat di lingkungan rumah mereka. Dalam artian menguatkan pengetahuan yang baru saja di dapatkan oleh murid. Sebagai contoh, ibu murid menyuruh si anak untuk mengulangi gerakan yang baru saja di ajarkan di sekolah, atau si anak di suruh untuk mengulang kembali bacaan-bacaan yang baru saja di beritahu oleh guru pembina. Kemudian orang tua anak tersebut memberi laporan kepada guru pembina ibadah shalat mengenai kondisi terbaru. Selain itu orang tua juga harus bisa mengajak anak untuk ikut shalat berjamaah dengannya ketika memasuki waktu shalat tiba. 18
Wawancara pribadi dengan Maemunah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
55
Berkenaan dengan hal di atas, Rukoyah mengatakan: “Inginnya kita itu, kalau mereka lagi di rumah, orang tua juga ikut ngebantu kita, seperti, mereka di suruh ngulang lagi gerakan-gerakan shalat yang baru saja kita ajarkan. Terus coba si anak di tanya lagi tentang bacaan-bacaan yang baru saja kita kasih tau. Nah, habis itu orang tua ngasih laporan ke kita, „bu si A kurang lancar disini, si B kurang hafal di bacaan ini!‟ Soalnya nanti laporan-laporan itu akan menjadi bahan pertimbangan kita bersama. Berarti metode dan materi yang kita sampaikan harus dikuatin lagi.”19
3. Faktor Media Dan hambatan yang terakhir ialah dari media, baik dari media televisi, internet, dan alat-alat teknologi. Dimana secara tidak langsung perkembangan tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan dan perilaku seorang anak didik. “…kemajuan teknologi sekarang ini sangat maju dan pesat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang berusia matang sangat menggandrungi alat-alat tersebut. Anak-anak usia dini juga kok!. Keakraban anak-anak usia dini terhadap teknologi bisa dilihat banyaknya anak-anak yang menggunakan tablet PC, apalagi pada anak-anak usia dini di perkotaan. Dengan teknologi ini dengan mudahnya mereka mengakses video games ataupun video movie pada fitur-fitur dalam tablet PC tersebut.”20 Belum lagi para produsen pun berlomba-lomba untuk memberikan suatu produk yang dapat dibeli oleh semua kalangan. Hal ini berdampak pada menjamurnya produk-produk teknologi yang bersahabat dan murah. Gak bisa dipungkiri bahwa hal ini menjadi fenomena dan gengsi tersendiri bagi para orang tua. Karena kesibukkan dari para orang tua tersebut, membuat waktu bermain menjadi sangat sedikit, dan orang tua sudah terlampau capek ketika anak-anak mereka ingin bermain dengannya.”21
19
Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I. salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 20 Wawancara pribadi dengan Maemunah, S.Pd.I. dan Nurhikmah Yanti, guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 21 Wawancara pribadi dengan Nurhikmah Yanti, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
56
Penggunaan teknologi membuat anak usia dini terasah secara kognitif, mereka (anak usia dini) dapat berlatih pada permainan-permainan kecerdasan yang memerlukan proses berfikir. Serta menyimak film-film pendek pada fitur yang tersedia, membuat mereka konsentrasi penuh untuk memperhatikan apa yang terpampang pada layar tablet PC tersebut. Fasilitas layar sentuh juga memudahkan anak usia dini mengakses fasilitas apa-apa saja yang terdapat dalam perangkat teknologi tersebut. Akan tetapi, keasyikan ini membuat anak-anak terlena untuk terus bermain belajar bersama tablet PCnya. Sehingga kebutuhan akan gerak menjadi kurang terpenuhi. Karena pada hakikatnya anak usia dini memerlukan latihan-latihan untuk memaksimalkan motorik kasar maupun halus.22 Keasyikan tersebut juga berdampak pada proses pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Karena ketika anak didik berada di rumah mereka lebih memilih untuk bermain dengan alat-alat teknologi atau dengan alat main kesukaannya. Dan ada juga yang lebih senang menghabiskan waktunya dengan melihat tayangan-tayangan yang ada di televisi.23 “Gimana ya, anak-anak itu kalau di rumah lebih senang sama alat-alat teknologi itu! Malahan waktu itu ada yang pernah bawa alat-alat itu kesini (Raudhatul Atfhal Insanul Kamil). Dan ada juga orang tua yang cerita ke kita, kalau anaknya lebih senang menonton tv… memang sih gak semuanya, ada yang suka mengulang lagi di rumah. Tapi porsi waktunya tetap lebih banyak menonton dan bermain.24
22
Wawancara pribadi dengan Miftah Hussaidah, salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 23 Wawancara pribadi dengan Rukoyah, S.Pd.I., salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. 24 Wawancara pribadi dengan Khairiah, S.Pd.I., salah satu guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung.
57
Hambatan-hambatan karena faktor media ini terkadang ikut menyumbangkan hambatan yang ada di faktor murid itu sendiri. Seperti kurangnya konsentrasi anak didik dalam menyimak dan mengikuti perintah guru pembina ibadah shalat.25
25
Kamil.
Hasil wawancara dengan para guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
uraian
tentang
pembinaan
ibadah
shalat
yang
dilaksanakan di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. Penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: 1. Komunikasi yang dipakai dalam membina ibadah shalat murid yakni menggunakan komunikasi kelompok kecil dalam memberi pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang ada di dalam ibadah shalat. Sedangkan pola komunikasi antar pribadi (interpersonal) secara tatap muka (face to face) untuk menilai pemahaman murid tentang gerakan shalat dan pengucapan bacaan-bacaan yang ada di dalam ibadah shalat. 2. Faktor penghambat pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil karena faktor murid, faktor lingkungan, dan faktor media.
B. Saran 1. Untuk lebih mengefektifkan pola komunikasi dalam pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil. Guru pembina di tuntut untuk lebih kreatif lagi dalam melakukan proses pembinaan ibadah shalat. Seperti mencari metode dan materi yang lebih menyenangkan dan mudah di terima oleh anak didik pada usia dini.
58
59
2. Untuk mengurangi hambatan pada pola komunikasi pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Cakung. Perlu di bangun komunikasi yang intensif dan terpadu antara guru pembina ibadah shalat dan orang tua murid. 3. Untuk para orang tua murid agar lebih memperhatikan pemahaman dan hafalan bacaan ibadah shalat anaknya. Karena segala sesuatu yang tertanam sejak dini, akan memberikan hal yang positif di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Buku Arif, Anwar. Ilmu Komunikasi (Sebagai Pengantar Ringkas), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995). Astuti, Juli.“Pembinaan Shalat Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta,” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Depag. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: CV Anda Utama, 1993). Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996). Effendi, Onong Uchjana. Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1986). ___________________. Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992). ___________________.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990). ___________________. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001). ___________________. Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: al-Amin Press, 1996). ___________________. Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992). Effendy, Mochtar. Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang: PT. Widyadara, 2001). Harjana, Mangun. Pembinaan; Arti, dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986). Hilmi, Masdar. Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra, 1973). Hujjah, Shochibul. “Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Jumhur dan Surya, Muh. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1987). Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: 2007). Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Yayasan Insanul Kamil Hamduna, 2013). M, Machful. Meninggalkan Shalat, Cet 1, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1992). Miftah, M. M.Pd. Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran, (BPM Semarang – Pustekkom – Depdiknas). Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Muis, A. Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001).
60
61
Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005). Partanto, Puis A. dan al-Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). Qira’ati, Muhsin. Pancaran Cahaya Shalat, Cet. 1, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1990). Qordlowi, Yusuf. Konsep Ibadah Dalam Islam,(ttp. central media, tt). Rahim, Abdur. “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTS Sunan Ampel Pasuruan,” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Pasuruan, 2007. Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005). ________________. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000). Robbins, James G. Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995). Rosyidi, T. A. Lathief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: PT. Firma Rimbow 1985). Rumanti, Sr. Maria Assumpte, OSF. Dasar-Dasar Public Relation Teori dan Praktis, (Jakarta: Grasindo, 2002). Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilnu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta. 2005). Santoso, Slamet. Teori-teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010). Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998). Susanto, Astrid Phil. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju,1992). Suyono, Hadi, Social Intelegence, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007). Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 4. Widjaya, H.A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000). Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004). Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 2004). Yvona S.,Lincoln dan G. Guba,Egon. Natularistic Inquiry, (Baverly Hills: Sage Publication, 1995).
62
Sumber Lain Media Online http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/12/10/23/mccq9kanies-baswedan-guru-ujung-tombak-pendidikan
DAFTAR RESPONDEN
A. Pimpinan Raudhatul Athfal Insanul Kamil 1. Drs. H. Zaenal, A.G, Kepala Yayasan Insanul Kamil Hamduna Cakung 2. Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, Kepala Sekolah Raudhatul Athfal Insanul Kamil Cakung
B. Guru Pembina Ibadah Shalat Raudhatul Athfal 1. NurhikmahYanti S.Pd.I 2. Miftahus Sa'adah 3. Khairiah, S.Pd.I 4. Maemunah, S.Pd.I 5. Rukoyah, S.Pd.I
PEDOMAN WAWANCARA
1. Sejarah pendirian Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 2. Sarana dan fasilitas yang ada di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 3. Letak geografis Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 4. Dasar dan tujuan pembinaan ibadah shalat terhadap anak di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 5. Profil guru pembina ibadah shalat dan murid Raudhatul Athfal Insanul Kamil. 6. Tugas guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 7. Historisitas kegiatan Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 8. Pola komunikasi pada pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 9. Pelaksanaan pembinaan ibadah shalat terhadap anak di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 10. Metode yang diterapkan dalam pembinaan ibadah shalat di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung. 11. Keaktifan murid Raudhatul Athfal dalam mengikuti kegiatan pembinaan ibadah shalat. 12. Faktor penghambat pola komunikasi dalam pelaksanaan pembinaan ibadah shalat.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PIMPINAN RA INSANUL KAMIL
Hari/Tanggal
: Sabtu, 18 Mei 2013
Tempat
: RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung
Terwawancara
: Drs. H. Zaenal, A.G
Pewawancara
: Aziyati Ruhmana
Bagaimana sejarah berdirinya Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Jadi begini, kalau cikal bakal pendirian Raudhatul Athfal Insanul Kamil tak bisa dilepaskan dari keberadaan Yayasan Ala Hamid wa Basyir Cakung Jakarta Timur, selaku induk naungan Raudhatul Athfal Insanul Kamil. Saat itu atas inisiatif Hj. Nuroniyah, S.Pd.I, sekarang jadi Kepala Sekolah Raudhatul Athfal Insanul Kamil. Setelah musyawarah dengan pengurus dan anggota Yayasan Ala Hamid wa Basyir dan beberapa tokoh masyarakat di Pulo Gebang Indah Blok K4 Cakung Jakarta Timur yang ketika itu, disepakati untuk membentuk pendidikan pra sekolah yang kental dengan nuansa keagamaan. Hasil dari musyawarah tersebut yaitu untuk membentuk Raudhatul Athfal Insanul Kamil, saat itu tepatnya tahun 1989. Di awal berdiri masih bernama Raudhatul Athfal Ala Hamid wa Basyir dan berdomisili di Jl. Raya Bekasi km. 23,5 Cakung, Jakarta Timur. Tetapi pada tahun 1997 Raudhatul Athfal Ala Hamid wa Basyir diganti menjadi Raudhatul Athfal Insanul Kamil. Dan seiring berjalannya waktu Raudhatul Athfal Insanul Kamil saat ini telah mendapatkan akreditasi dengan nilai B (Baik) pada tahun 2011.
Apa dasar dan tujuan didirikannya Raudhatul Athfal tersebut? Pendirian Raudhatul Athfal Insanul Kamil sebetulnya untuk memenuhi keinginan dari masyarakat saat itu, masyarakat saat itu menyiapkan putra-putrinya di lembaga pendidikan formal. Sebab, berdasarkan masalah ketika itu, diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas di SD adalah anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah atau TK, RA, TB, dan sejenisnya. Mereka
adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuannya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dengan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan pra sekolah mengalami kejutan dan tidak dapat menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia pra sekolah. Berdasarkan hal tersebut kita (Raudhatul Athfal Insanul Kamil) ingin menjadi mentari pagi yang selalu menyinari kegelapan. Seperti ilmu pengetahuan yang telah menyinari manusia dari kebodohan dan kebatilan. Sesuai dengan namanya, “Insanul Kamil” yang berarti “manusia paripurna (sempurna)”, berusaha mencetak generasi paripurna yang memiliki IMTAQ dan IPTEK. Karena kita (RA Insanul Kamil) memiliki semangat untuk maemajukan dan membina anak bangsa menuju ridho Allah SWT. Walaupun dalam perjalanannya, Raudhatul Athfal Insanul Kamil mengalami pasang surut, semangat juang RA Insanul Kamil dalam mencerdaskan anak bangsa tak pernah surut dan akan selalu berkobar seiring dengan perubahan zaman dan globalisasi. Dan tentu saja, untuk menegakkan syiar agama Allah di bumi ini. Kita justru melihat kendala-kendala itu menjadi sebuah pelajaran dan pengalaman tersendiri dalam mengembangkan dunia pendidikan. Khususnya pendidikan anak usia dini. Berdasarkan hal-hal itu tadi, tujuan dibentuknya Raudhatul Athfal Insanul Kamil ingin membangun pesarta didik yang memiliki kepribadian yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah, cakap, sehat, serta berilmu seiring dengan perkembangan IPTEK. Nah, untuk mewujudkannya Raudhatul Athfal Insanul Kamil melakukan strategi pendidikan dan pengajaran yang berbasis islami, menyenangkan, dan mengedepankan akhlakul karimah. Adapun 5 bidang pengembangan yang menjadi acuan di Raudhatul Athfal Insanul Kamil, sebagaimana sesuai dengan KTSP yang berlaku, yaitu ASK (Akhlakul Karimah, Sosial Emosional, dan Kemandirian), PAI (Pendidikan Agama Islam), Bahasa, Kognitif, dan Fisik Motorik.
Bagaimana letak geografis Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Letak geografisnya sebelah Utara berbatasan dengan Cakung Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Terminal Terpadu, sebelah Timur berbatasan dengan Pulo Gebang Kirana, sebelah Barat berbatasan dengan Tol Cakung.
Bagaimana sarana dan fasilitas yang ada Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Alhamdulillah! saat ini kita sudah memiliki standar bangunan yang ideal untuk sebuah Raudhatul Athfal (RA), dengan klasifikasi luas tanah 324M2 dan luas bangunan 189M2. Yang berada di bawah naungan Yayasan Insanul Kamil dengan NPWP: 02.182.687.0-006.000. Kalau untuk lebih jelasnya tentang fasilitas-fasilitas yang kita miliki, langsung ke lokasi aja. Nanti disana kamu bisa lihat sarana sama fasilitas apa aja yang ada di Raudhatul Athfal Insanul Kamil. ehhh… kalau ga salah di buku kurikulum ada deh info jelasnya. Coba deh kamu cek, kayaknya ada deh!
Bagaimana dasar dan tujuan pembinaan ibadah shalat terhadap anak di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Dasar dari pembinaan ini, kita berpacu kepada kurikulum (IGRA) Ikatan Guru Raudhatul Athfal di bawah naungan Kementrian Agama. Kalau untuk tujuannya itu sendiri, yaitu untuk menanamkan sejak dini IMTAQ anak, agar berperilaku baik kepada Allah, orang tua dan orang lain. Melatih disiplin waktu, melatih kebersihan sejak dini, dan melatih kepemimpinan agar anak mampu membaca bacaan sholat.
Apa tugas guru pembina ibadah shalat di Raudhatul Athfal Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Tugas guru pembina ibadah sholat di Raudhatul Athfal Insanul Kamil yaitu untuk membimbing dan mengajarkan anak didik dengan hal-hal yang berkaitan dengan praktek ibadah shalat. Seperti bagaimana caranya sholat,
gerakan-gerakan yang ada di dalam sholat, dan bacaan apa saja ada pada ibadah sholat.
Profil guru pembina ibadah shalat dan murid Raudhatul Athfal Insanul Kamil? Untuk profil lengkapnya, seperti kapan mereka lahir, sekolah dimana, aktif di organisasi apa dan yang lainnya, saya kurang tahu detailnya. Coba aja langsung di tanyakan sama para guru pembina ibadah sholat. Kalau secara singkatnya, para guru pembina ibadah sholat ada lima orang. Guru Kelompok A ada dua orang, NurhikmahYanti dengan Miftahus Sa'adah. Kalau Nurhikmah Yanti sudah mendapat gelar S.Pd.I. di Universitas Islam Jakarta (UIJ), sedangkan Miftahus Sa'adah lulusan MAN 8 Cakung. Guru Kelompok B ada tiga, yaitu, Khairiah, S.Pd.I lulusan STAI Babunnajah, Maemunah, S.Pd.I dari STAI Shalahuddin al-Ayyub, sedangkan Rukoyah, S.Pd.I dari Universitas Attahiriyah.
Historisitas kegiatan RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Kegiatan yah? Banyak sih, seperti menari, menyanyi, shalat jama'ah, kalimat thoyyibah, puitisasi al-Qur'an, membaca Asmaul Husna, shalawat badar, belajar dan menghafal doa harian, juga shalat jama'ah. Untuk daftar table sama data statistiknya bisa di lihat di buku Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013. Serta beberapa dokumentasi dari awal berdiri sampai dengan sekarang. Disitu ada catatan lengkapnya tentang kegiatan dan perlombaan apa saja yang sudah kita lakukan selama ini. Juga lengkap dengan juara dan siapa penyelenggaranya.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Hari/Tanggal
: Jumat, 17 Mei 2013
Tempat
: RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung
Terwawancara
: NurhikmahYanti S.Pd.I
Pewawancara
: Aziyati Ruhmana
Bagaimana pola komunikasi pada pembinaan ibadah shalat di RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Pola komunikasi yang biasa kita pakai saat pembinaan ibadah shalat ada tiga. Pertama, komunikasi satu arah. Pada pola ini kita (guru pembina) yang lebih aktif ketimbang si anak. Kedua, komunikasi dua arah. Pada pola ini guru dan murid bisa berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi, jadi kita (guru pembina dan si anak) bisa saling bertukar informasi. informasi disini tentunya yang berhubungan dengan shalat. Dengan pola ini kita bisa secara langsung melihat hasilnya. Ketiga, komunikasi banyak arah. Komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan murid secara perorangan, tetapi ke banyak orang. Di sini para guru di tuntut lebih aktif dari pada murid. Dengan pola ini diharapkan bisa menciptakan interaksi dinamis antara guru pembina dengan anak didik dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Sehingga muncul niat dan keaktifan belajar anak tentang ibadah shalat.
Bagaimana pelaksanaan pembinaan ibadah shalat terhadap anak di RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Pembinaan ibadah shalat di RA Insanul Kamil dilakukan dengan cara pidato, ceramah, dan pemberian tugas kepada murid. Serta menunjukkan tentang suatu gerakan dalam shalat dengan menggunakan media komunikasi, seperti CD, televisi, komputer, dan kertas. Dengan media tersebut para guru menunjukkan adegan-adegan tentang gerakan-gerakan yang terdapat dalam shalat. Dimana dalam adegan tersebut diperlihatkan tentang seorang anak yang sedang melakukan ibadah shalat. Selain cara tadi, kita juga melakukan komunikasi tatap muka (face
to face), simulasi, praktek ibadah shalat dan belajar kelompok. Untuk belajar kelompok kita membentuk beberapa kelompok kecil. Nantinya kelompokkelompok itu kita lombakan. Sehingga nanti akan terlihat kelompok mana yang masih belum paham dan tahu. Makanya kita para guru pembina ibadah shalat dituntut memiliki keahlian untuk mengajak para murid-murid agar terlibat aktif dalam kegiatan pembinaan ibadah shalat. Agar nantinya ketika proses kegiatan si anak tidak pasif atau hanya mendengarkan tanpa adanya tanggapan. Karena kan kalau komunikasi seperti itu ga akan berjalan efektif. Pembinaan ibadah shalat yang ada di RA Insanul Kamil, merupakan salah satu program wajib yang ada di sekolah. Program pembinaan ibadah shalat yang ada di RA Insanul Kamil ini, untuk menanamkan sejak dini IMTAQ anak, agar berperilaku baik kepada Allah. Dan nantinya si anak sudah biasa melakukan shalat, baik sendirian maupun secara berjamaah. Dan program pembinaan ibadah shalat mulai diterapkan sejak anak terdaftar menjadi peserta didik di RA Insanul Kamil. Selain yang tadi itu, yang sudah saya jelaskan tadi! Para guru pembina juga sering membimbing dan menuntun lafadz doa-doa solat, berbarengan dengan muridnya.
Metode yang diterapkan dalam pembinaan ibadah shalat di RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Pembinaan ibadah shalat dilakukan melalui beberapa metode pengajaran yang menyenangkan. Penggunaan beberapa metode ini untuk mendukung pola komunikasi pembinaan ibadah shalat. Oleh sebab itu metode dan materi RA Insanul Kamil dilaksanakan dalam konteks “bermain sambil Belajar” yang disesuaikan dengan PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Untuk memudahkan si anak supaya bisa menguasai materi pada pembinaan ibadah shalat yang disampaikan. Serta untuk menyukseskan pola komunikasi pembinaan ibadah shalat. Kita menerapkan beberapa metode pengajaran, metode-metode yang kita gunakan diantaranya:
1. Metode Tanya Jawab Pada metode ini guru manyampaikan materi pembinaan ibadah shalat kepada anak secara langsung melalui tatap muka dengan lisan dan membentuk beberapa kelompok kecil. Setelah anak didik mendengarkan materi tersebut, maka guru mempersilahkan anak didik yang hendak bertanya. 2. Metode Peraga Metode peraga di lakukan secara langsung dengan menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Metode ini untuk merangsang anak didik untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran ibadah shalat. Selain itu juga untuk ngebantu si anak untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah sudah diajarkan. Karena kan disini
siswa
tidak
hanya
mendengar
tapi
juga
melihat
bahkan
memperagakannya secara langsung. Dengan penggunaan metode ini, kita bisa mudah mengukur dan menilai kemampuan anak didik dalam proses pembinaan ibadah shalat. Kira-kira apa nih yang masih kurang? Terus kenapa ini bisa terjadi? Kesemuanya itu nanti jadi bahan koreksi kita para guru pembina ibadah shalat. 3. Metode Menghafal Metode menghafal ini para murid diajarkan untuk menghafal beberapa surat pendek yang biasa dibaca dalam ibadah shalat. Seperti surat al-Fatihah, al-Ashr, al-Ikhlas dan al-Kautsar, serta bacaan-bacaan lainnya seperti bacaan yang ada pada adzan, takbiratulikhram, rukuk, sujud, dan lain-lain. Metode menghafal selain untuk menguatkan hafalan para murid RA Insanul Kamil terhadap bacaan-bacaan ayat tadi. Juga untuk mengetahui bacaan-bacaan apa saja yang sukar untuk di hafalkan oleh anak didik. Sehingga para guru pembina dapat segera mencari solusi yang tepat untuk mengurangi masalahnya.
Bagaimana keaktifan murid RA dalam mengikuti kegiatan pembinaan ibadah shalat di RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Kalau untuk keaktifan, alhamdulillah anak-anak didik di RA Insanul Kamil, semua mengikuti praktek sholat dan mereka sangat antusias menjalaninya.
Apa faktor penghambat pola komunikasi dalam pelaksanaan pembinaan ibadah shalat? Hmm... apa ya? Kalau hambatan dari siswanya sih lebih karena faktor umur anak kali ya. Karena kan anak seumuran ini belum terlalu tanggap sama apa yang di perintahkan, masih senang main. Makanya kadang mereka ga bisa bedain antara main, belajar, dan kerja. Seperti halnya faktor penghambat yang lainnya juga karena faktor usia si anak tersebut, seperti anak nakal, susah dibilangin, faktor lingkugan, faktor orang tua yang kurang mendukung anaknya sehingga anak susah dibilangin, dan anak yang kurang konsentrasi. Kalau penghambat lainnya, kendala waktu. Soalnya waktu kita bertemu secara langsung dengan para murid kan cuma lima jam, jadi ya kita kurang tahu bagaimana kebiasaan ibadah para murid kalau di luar sini. Karena kita kan tahu anak-anak pada umur seperti ini kan masih senangnya main sama teman-teman seumurannya, sama alat-alat mainan kesukaannya. Makanya Inginnya kita itu, kalau mereka lagi di rumah, orang tua juga ikut ngebantu kita, seperti, mereka di suruh ngulang lagi gerakan-gerakan shalat yang baru saja kita ajarkan. Terus coba si anak di tanya lagi tentang bacaan-bacaan yang baru saja kita ajarin. Nah, habis itu orang tua ngasih laporan ke kita, “bu si A kurang lancar disini, si B kurang hafal di bacaan ini!” Soalnya nanti laporanlaporan itu akan menjadi bahan pertimbangan kita bersama. Berarti metode dan materi yang kita sampaikan harus dikuatin lagi. Selain faktor-faktor tadi, juga karena kemajuan teknologi, kemajuan teknologi sekarang ini sangat maju dan pesat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang berusia matang sangat menggandrungi alat-alat tersebut. Anakanak usia dini juga kok!. Keakraban anak-anak usia dini terhadap teknologi bisa dilihat banyaknya anak-anak yang menggunakan tablet PC, apalagi pada anakanak usia dini di perkotaan. Dengan teknologi ini dengan mudahnya mereka mengakses video games ataupun video movie pada fitur-fitur dalam tablet PC tersebut. Belum lagi para produsen pun berlomba-lomba untuk memberikan suatu produk yang dapat dibeli oleh semua kalangan. Hal ini berdampak pada menjamurnya produk-produk teknologi yang bersahabat dan murah. Gak bisa
dipungkiri bahwa hal ini menjadi fenomena dan gengsi tersendiri bagi para orang tua. Karena kesibukkan dari para orang tua tersebut, membuat waktu bermain menjadi sangat sedikit, dan orang tua sudah terlampau capek ketika anak-anak mereka ingin bermain dengannya.
Historisitas kegiatan RA Insanul Kamil Pulo Gebang Cakung? Hmm..... kalau kegiatan sih banyak ya! kalau untuk lebih jelasnya sih bisa di lihat langsung di buku Kurikulum Raudhatul Atfhal Insanul Kamil Tahun Pelajaran 2012-2013 aja! Sama itu di dokumen-dokumen kegiatan yang ada. Yang jelas kita dari tahun pelajaran 2009 sampai dengan tahun 2012 sering ikut berbagai macam perlombaan. Tapi bukan cuma perlombaan yang berhubungan dengan pembinaan ibadah sholat aja. Yang di luar ibadah shalat juga kita sering ikut kok, walaupun kadang dapat juara kadang tidak.
Lampiran
Lampiran
Lampiran