GAMBARAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN TEORI BARBER-JOHNSON DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG TRIWULAN I-IV TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH:
MUHAMMAD AMRI YUSUF NIM :1110101000026
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
2015
Muhammad Amri Yusuf
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, 17 Mei 2015 Muhammad Amri Yusuf, NIM: 1110101000026 Gambaran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Teori Barber-Johnson Di Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang Triwulan I-IV Tahun 2014 (XVII + 93 halaman, 5 gambar, 7 tabel, 9 grafik, 3 bagan, 4 lampiran) ABSTRAK Perhitungan empat parameter Grafik Barber Johnson sangat diperlukan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit. Berdasarkan observasi awal di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkal Pinang, didapatkan indikator efisiensi di pelayanan rawat inap tahun 2013 yaitu nilai LOS pada triwulan I-IV berkisar antara 2,72-3,09 hari, nilai BOR pada triwulan I-IV berkisar antara 60,89%-73,49%, nilai TOI pada triwulan I-IV berkisar antara 1,16-2,29 hari, nilai BTO pada triwulan I-IV berkisar antara 17,56-20,58 kali. Penelitian difokuskan di ruang rawat inap Anggrek kelas utama. Nilai BOR pada ruang anggrek dibandingkan dengan ruang rawat inap lainnya di RS Bakti Timah Pangkalpinang relatif tinggi berkisar antara 81-96% pada tahun 2012,dan 86-100% pada tahun 2013. Oleh karena itu, untuk optimalisasi sarana (tempat tidur) yang ada di ruang rawat inap dan meningkatkan kualitas pelayanan rawat inap perlu diketahui gambaran efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan grafik barber-johnson. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat efisiensi pelayanan rawat inap di ruang anggrek pada triwulan I-IV tahun 2014 berdasarkan Grafik Barber Johnson dengan perhitungan empat indikator yaitu BOR, LOS, BTO, dan TOI yang dihitung menggunakan teori Barber-Johnson. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif. Cara pengumpulan data dengan telaah dokumen Rekapitulasi Sensus harian rawat inap (SHRI) pada Triwulan I-IV Tahun 2014 di RS Bakti Timah Pangkalpinang. Pengambilan data dengan melihat dan mencatat untuk mendapatkan data rekapitulasi sensus harian rawat inap yang meliputi hari perawatan, jumlah tempat tidur terisi, jumlah pasien masuk dan keluar, dan jumlah tempat tidur siap pakai. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu LOS pada triwulan I-IV tahun 2014 dalam rentang nilai 2,94-3,63 hari, TOI pada triwulan I-IV tahun 2014 dalam rentang nilai 0,43-0,78 hari, BOR pada triwulan I-IV tahun 2014 dalam rentang nilai 80,97-88,78%, BTO pada triwulan I-IV tahun 2014 dalam rentang nilai 22,5-25,1 kali. Gambaran efisiensi berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan menggunakan grafik Barber-Johnson di ruang rawat inap Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV tahun 2014 tidak masuk dalam daerah efisien dalam grafik Barber-Johnson. Saran untuk rumah sakit yaitu diadakan penambahan jumlah tempat tidur yang sesuai untuk menjaga nilai TOI dan BOR, kebijakan pengarahan oleh dokter dan perawat mengenai resiko dan dampak pengobatan yang tegas kepada pasien yang pulang belum saatnya agar tidak terjadi kasus pulang paksa, kebijakan mengenai pemindahan ruangan dan kekonsistenan perhitungan efisiensi menggunakan rumus teori Barber-Johnson. Kata kunci : efisiensi rawat inap, RS Bakti Timah Pangkalpinang Daftar Bacaan : 25 (1991-2013)
iii
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH HEALTH CARE MANAGEMENT Undergraduate Thesis, 17 Mei 2015 Muhammad Amri Yusuf, NIM: 1110101000026 Description Of Efficiency Inpatient Care Based On Barber-Johnson Theory In Anggrek Room Bakti Timah Pangkalpinang Hospital On I-IV Quarter Of 2014 (XVII + 93 pages, 5 images, 7 tables, 9 graphics, 3 charts, 4 attachments) ABSTRAK Four parameters calculation of Barber-Johnson graphic is needed to measure the efficiency of hospital services. Based on preliminary observations in Bakti Timah Pangkalpinang Hospital, been gained efficiency indicators in inpatient care in 2013 are LOS results on I-IV quarter 2,72-3,09 day, BOR results on I-IV quarter 60,89%-73,49%, TOI results on I-IV quarter 1,16-2,29 day, BTO results on I-IV quarter 17,56-20,58 times. The research is focusing at Anggrek room. BOR at Anggrek room is relative high compared with other inpatient rooms in Bakti Timah Pangkalpinang Hospital ranged from 81-96% in 2012, and 86-100% in 2013. Therefore, for utilities optimization (Bed) in inpatient rooms and quality improvement inpatient cares need to know the description of efficiency inpatient care based on use of a bed with Barber-Johnson graphic. The research objective was to assess the efficiency of inpatient care in the Anggrek Room at I-IV quarter of 2014 based on calculations Barber-Johnson graphic with four indicators: BOR, LOS, BTO, and TOI are calculated using the theory of Barber-Johnson. This research used a analytic descriptive research with a retrospective approach. The data collected by the Census Summary of Document Review Daily Hospitalization (SHRI) in Quarter I-IV 2014 in Bakti Timah Pangkalpinang hospital. Collecting data by viewing and recording to get data recapitulation daily inpatient census includes day care, the number of beds occupied, the number of patients in and out, and the number of beds ready. Based on the results of the calculations have been done, the result is LOS on I-IV quarter of 2014 in the range 2.94 to 3.63 days, TOI on I-IV quarter of 2014 in the range 0.43 to 0.78 days, BOR on I-IV quarter of 2014 in the range 80.97 to 88.78%, BTO I-IV quarter of 2014 in the range 22.5 to 25.1 times. the description of efficiency inpatient care based on use of a bed with Barber-Johnson graphic in Anggrek room Bakti Timah Pangkalpinang hospital on I-IV quarter of 2014 not enter into efficient areas in the Barber-Johnson graphic. Saran Suggestions for the hospital that held the addition of an appropriate number of beds to keep the TOI and BOR, policies regarding the directives by doctors and nurses about the risks and effects of treatment to patients who go home firm is not the time to prevent cases of forced return, policy regarding the moved room and consistency efficiency calculations using formulas Barber-Johnson theory. Key words : efficiency inpatient care, Bakti Timah Pangkalpinang Hospital References : 25 (1991-2013)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN TEORI BARBER-JOHNSON DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKAL PINANG TRIWULAN I-IV TAHUN 2014
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh : Muhammad Amri Yusuf NIM. 1110101000026
Jakarta,
Juli 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, Ph.D
dr. Yuli Prapanca Satar, MARS
NIP. 19761209 200604 2 003
NIP. 19530730 198011 1 001
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta,
Juli 2015
Ketua
(Minsarnawati Tahangnacca, S.KM, M.Kes)
Anggota I
(Catur Rosidati, M.KM)
Anggota II
(Susanti Tungka, MARS) vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap
: Muhammad Amri Yusuf
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 Januari 1991 Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Benda timur 9 blok e 40 nomor 1 pamulang 2, Tangerang selatan
Telepon
: 08981582315, 087808030230
Email
:
[email protected]
Pendidikan Formal 1. SDN Pondok Benda IV (1996-2002) 2. SMP Negeri 1 Pamulang (2002-2005) 3. SMAKBo Bogor (2005-2009) 4. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) (2010-2015)
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT, Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah-NYA jualah maka penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul “Gambaran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Teori Barber-Johnson Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Triwulan I-IV Tahun 2014”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas. Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Keluarga tercinta dengan doa restu serta dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas waktu hingga akhirnya penulis mampu mencapai pendidikan di jenjang universitas. 2. Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat serta selaku Dosen Pembimbing I terima kasih penulis ucapkan atas keikhlasan waktunya, kepercayaannya, semua arahan, masukan, bimbingan, inspirasi, pelajaran, dorongan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS Dosen Pembimbing II, terima kasih penulis ucapkan atas keikhlasan waktunya, kepercayaannya, semua arahan, masukan, bimbingan, inspirasi, pelajaran, dorongan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Pak Risdiarto selaku Kepala Rekam Medis di RS Bakti Timah Pangkalpinang yang senantiasa memberikan dukungan dalam proses pengumpulan data. 6. Para Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat terutama dosen peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Jakarta, atas semua ilmu yang telah diberikan. 7. Sahabat super Yusuf Al Aziz, Permana Eka Satria, Agung Raharjo, Ilham Eka Praditya yang sempat menemani proses pembuatan skripsi dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi serta teman-teman MPK 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 (HACAMSA UIN SH) dan Munir, Wanda, Enjar, Asril yang telah membantu penulis dalam proses pendaftaran skripsi. Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari Penulis selaku hamba yang dhaif, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang. Tangerang Selatan, Mei 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... ii ABSTRAK.............................................................................................................. iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ............................................................... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiv DAFTAR GRAFIK................................................................................................ xv DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 8 1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................... 9 1.4.1 Tujuan Umum..................................................................................... 9 1.4.2 Tujuan Khusus.................................................................................... 9 1.5 Manfaat........................................................................................................ 11 1.5.1 Bagi Peneliti ....................................................................................... 11 1.5.2 Bagi Rumah Sakit .............................................................................. 11 1.5.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 11 1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................ 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 13 2.1 Rumah Sakit ................................................................................................ 13 2.2 Rawat Inap................................................................................................... 15 2.3 Evaluasi ....................................................................................................... 15 2.3.1 Definisi ............................................................................................... 15 2.3.2 Tujuan Evaluasi.................................................................................. 16
ix
2.3.3 Jenis-jenis Evaluasi ............................................................................ 17 2.4 Evaluasi Tingkat Efisiensi ........................................................................... 19 2.5 Efisiensi Pelayanan Rawat Inap................................................................... 20 2.5.1 Efisiensi Metode DEA (Data Envelopment Analysist) ...................... 20 2.5.2 Efisiensi Rawat Inap Standar Departemen Kesehatan Republik Indonesia ............................................................................. 22 2.5.3 Efisiensi Rawat Inap Standar Teori Barber-Johnson ......................... 24 2.6 Teori Barber-Johnson .................................................................................. 26 2.6.1 Konsep Barber-Johnson ..................................................................... 26 2.6.2 Dasar Menggambar Grafik Barber-Johnson....................................... 28 2.6.3 Menggambar Grafik Barber-Johnson................................................. 33 2.6.4 Makna Grafik Barber-Johnson ........................................................... 34 2.7 Kerangka Teori ............................................................................................ 36 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............... 38 3.1 Kerangka Konsep......................................................................................... 38 3.2 Definisi Operasional .................................................................................... 41 BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 44 4.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 44 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 44 4.3 Informan Penelitian ..................................................................................... 45 4.4 Pengumpulan Data....................................................................................... 45 4.4.1 Sumber Data....................................................................................... 45 4.4.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 46 4.4.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 47 4.5 Pengolahan Data .......................................................................................... 48 4.6 Analisis Data................................................................................................ 49 BAB V HASIL........................................................................................................ 52 5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit................................................................... 52 5.1.1 Sejarah Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang ............................ 52 5.1.2 Visi, Misi, Tujuan, Motto, dan Budaya Kerja Rumah Sakit .............. 54 5.1.3 Status dan Struktur Organisasi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang ................................................................................... 56
x
5.1.4 Kegiatan Pelayanan Rawat Inap......................................................... 58 5.2 Hasil Perhitungan Rata-rata Lama Hari Pasien Dirawat (LOS) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................................................................................................. 59 5.3 Hasil Perhitungan Rata-rata Lama Hari Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson Pada Triwulan I-IV Tahun 2014 ................................................................. 62 5.4 Hasil Perhitungan Persentase Tempat Tidur Yang Terisi (BOR) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 .......................................................................... 65 5.5 Hasil Perhitungan Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur Pada Satu Periode (BTO) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................................................................. 68 5.6 Hasil Perhitungan Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Pemanfaatan Tempat Tidur Dengan Menggunakan Grafik Barber-Johnson di Ruang Rawat Inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................... 70 BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 74 6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 74 6.2 Gambaran Rata-rata Lama Hari Pasien Dirawat (LOS) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................................................................. 74 6.3 Gambaran Rata-rata Lama Hari Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................................................................. 78
xi
6.4 Gambaran Persentase Tempat Tidur Yang Terisi (BOR) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................................................................. 81 6.5 Gambaran Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur Pada Satu Periode (BTO) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Grafik Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................................................................. 85 6.6 Gambaran Efisiensi Berdasarkan Pemanfaatan Tempat Tidur dengan Menggunakan Grafik Barber-Johnson di Ruang Rawat Inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV Tahun 2014.................................................................................................. 87 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 91 7.1 Simpulan...................................................................................................... 91 7.2 Saran ............................................................................................................ 94 7.2.1 Bagi Rumah Sakit............................................................................... 94 7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................... 95 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 96
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar sumbu X-absis (TOI) dan sumbu Y-ordinat (LOS) ............... 28 Gambar 2.2 Garis BOR 50%, 70%, 80%, 90% ....................................................... 30 Gambar 2.3 Garis BTO 30, 20, 15, 12.5.................................................................. 32 Gambar 2.4 Daerah Efisiensi Pada Grafik Barber-Johnson .................................... 33 Gambar 2.5 Batas Daerah Efisiensi Pada Grafik Barber-Johnson .......................... 34
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................................ 41 Tabel 5.1 LOS Tahun 2014 menurut perhitungan rumus Barber-Johnson.............. 59 Tabel 5.2 TOI Tahun 2014 menurut perhitungan rumus Barber-Johnson............... 62 Tabel 5.3 Perbandingan Nilai TOI Depkes dengan Barber-Johnson....................... 64 Tabel 5.4 BOR Tahun 2014 menurut perhitungan rumus Barber-Johnson ............. 65 Tabel 5.5 Perbandingan Nilai BOR Depkes dengan Barber-Johnson ..................... 67 Tabel 5.6 BTO Tahun 2014 menurut perhitungan rumus Barber-Johnson ............. 68
xiv
DAFTAR GRAFIK Grafik 5.1 Nilai Perhitungan Indikator LOS Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Bulan Tahun 2014 .......................................................................... 60 Grafik 5.2 Nilai Perhitungan Indikator LOS Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Triwulan Tahun 2014.......................................................................... 61 Grafik 5.3 Nilai Perhitungan Indikator TOI Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Bulan Tahun 2014............................................................................... 63 Grafik 5.4 Nilai Perhitungan Indikator TOI Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Triwulan Tahun 2014.......................................................................... 63 Grafik 5.5 Nilai Perhitungan Indikator BOR Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Bulan Tahun 2014 ............................................................................... 66 Grafik 5.6
Nilai Perhitungan Indikator BOR Berdasarkan Teori Barber-Johnson
Periode Per Triwulan Tahun 2014.......................................................................... 66 Grafik 5.7
Nilai Perhitungan Indikator BTO Berdasarkan Teori Barber-Johnson
Periode Per Bulan Tahun 2014 ............................................................................... 69 Grafik 5.8 Nilai Perhitungan Indikator BTO Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Triwulan Tahun 2014.......................................................................... 69 Grafik 5.9 Barber-Johnson Per Triwulan Tahun 2014 ............................................ 71
xv
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori Indikator Pengukuran Efisiensi Pelayanan
Rawat Inap Berdasarkan Barber-Johnson (1973)............................... 37 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Indikator Pengukuran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Barber-Johnson (1973)................................... 40 Bagan 5.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang ............. 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Lampiran 1
Surat penerimaan penelitian/TA
Lampiran 2 Rekapitulasi sensus harian rawat inap Anggrek rekam medis 2012 Lampiran 3
Rekapitulasi sensus harian rawat inap Anggrek rekam medis 2013
Lampiran 4
Rekapitulasi sensus harian rawat inap Anggrek rekam medis 2014
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan stándar yang ditetapkan (Mardiyono, dkk, 2011). Rumah sakit sebagai penyedia jasa layanan kesehatan masyarakat harus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani para pasien sebagai pengguna jasa kesehatan dan berusaha semaksimal mungkin menggunakan sumber daya yang ada. Salah satu cara meningkatkan produktivitas dari rumah sakit adalah peningkatan efisiensi dari Instalasi Rawat Inap (IRNA). Sebagai bagian dari rumah sakit, instalasi rawat inap merupakan sebuah layanan kesehatan yang sangat penting dalam bidang kesehatan karena beberapa kelebihan yang dimilikinya. Karena instalasi rawat inap dapat beroperasi mengawasi pasien selama 24 jam terus menerus
1
2
dan disiapkan untuk menangani keadaan darurat yang memiliki keterkaitan yang besar dengan keselamatan jiwa (Aidil, 2007). Mutu pelayanan rawat inap salah satunya dipengaruhi oleh faktor ketersediaan jumlah tempat tidur. Hal ini karena pasien rawat inap membutuhkan tempat tidur sebagai tempat perawatannya. Pelayanan yang diberikan berdasarkan pada optimalisasi sarana yang ada, maka penempatan tempat tidur harus diperhatikan agar jangan terlalu over loaded ataupun tidak pernah dipakai. Jika terlalu over loaded akan mengakibatkan mutu pelayanan medis menjadi berkurang, dimana dalam kondisi yang padat pasien dapat menurunkan mutu sanitasi ruangan. Sedangkan jika tidak pernah terpakai akan mengakibatkan pemborosan biaya bila tingkat utilitas tempat tidur yang disediakan sangat rendah. Kedua hal tersebut dapat menjadi ancaman efisiensi pelayanan medis karena ada biaya yang hilang tanpa menghasilkan sesuatu (Dharmawan, 2006). Kualitas pelayanan rawat inap di rumah sakit salah satunya dapat dilihat melalui pemanfaatan penggunaan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap suatu rumah sakit. Pemanfaatan penggunaan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap dinilai melalui indikator seperti Bed Occupancy Ratio (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO). Indikator tersebut selain untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur juga untuk mengetahui mutu, dan efisiensi pelayanan rawat inap suatu rumah sakit.
3
Kehadiran sistem pencatatan rekarn medik dan kaitan tirnbal-baliknya diharapkan dapat ikut rnembantu rnenilai sejauh rnana keberhasilan rnisi rurnah sakit itu. Untuk dapat menilainya perlu ada kriteria dengan perangkat tolok ukur yang sensitif, tolok ukurnya berdasarkan kriteria yang dikaitkan dengan
rnutu
penyelenggaraan
pelayanan
(rnedis
manajemen.
dan
Kriteria
perawatan) yang
dan
kriteria
berkaitan
dengan
penyelenggaraan rnanajernen salah satunya yaitu efisiensi dan kriteria yang berkaitan dengan jangkauan pelayanan kepada rnasyarakat (Respati, dkk , 2001). Kriteria yang berkaitan dengan jangkauan pelayanan misalnya dengan adanya berbagai fenomena yang diketemukan di kota-kota besar tentang kecenderungan lamanya rawat inap (length of stay), rendahnya pernanfaatan tempat tidur dikarenakan masyarakat akhirnya menjadi takut untuk berobat dirumah sakit karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini akan menyebabkan semakin rendahnya Bed Occupancy Rate, yang semuanya akan berakibat terhadap semakin mahalnya biaya sehingga semakin sulit untuk dijangkau oleh masyarakat luas. Dengan semakin rendahnya pemanfaatan maka tempat tidur yang dapat digunakan kembali juga semakin rendah (Bed Turn Over) serta makin panjangnya tempat tidur yang kosong (Turn Over of Interval). Keempat indikator tersebut secara bersama-sama telah dijadikan salah satu indikator untuk menilai efisiensi dengan apa yang disebut Area Barber Johnson (Respati,dkk , 2001).
4
Efisiensi rawat inap merupakan penilaian terhadap pemanfaatan tempat tidur yang disediakan agar sesuai dengan tujuan pemanfaatannya berdasarkan jumlah pasien dan jumlah tenaga medis yang bekerja di ruang rawat inap. Penilaian efisiensi rawat inap dapat menggunakan beberapa metode yaitu metode Data Envelopment Analysis dan metode berdasarkan teori Barber-Johnson. Metode Data Envelopment Analysis merupakan salah satu metode untuk penilaian efisiensi di rumah sakit dengan menggunakan analisis biaya (Cost Benefit Analysis, Cost Effectiveness Analysis, Critical Factor Analysis, Activity Base Costing, Logistic Requirement, Trend, dan Break Even Point), variabel input (jumlah total pekerja rumah sakit, jumlah tempat tidur, jumlah alat, jumlah biaya operasional), dan variabel output (jumlah pasien, jumlah pendapatan bersih, pelayanan sosial lainnya). Selain metode Data Envelopment Analysis terdapat metode perhitungan efisiensi di rawat inap yang lebih cepat, sederhana dan mudah dilakukan oleh rumah sakit tanpa harus membandingkan dengan organisasi sejenis untuk menilai efisiensi dari suatu pelayanan rawat inap dan juga tanpa harus melakukan analisis biaya rumah sakit, teori ini dikenal sebagai teori Barber-Johnson. Teori yang dibuat oleh Barber–Johnson, merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal perawatan pasien. Efisiensi pelayanan rawat inap yang berkaitan dengan pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di
5
rumah sakit dengan menggunakan teori Barber-Johnson merupakan salah satu syarat penilaian oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit. Terdapat beberapa penelitian di rumah sakit lain untuk mengkaji efisiensi pelayanan rawat inap dengan menggunakan grafik Barber-Johnson. Penelitian tersebut diantaranya dilaksanakan di RSUD Pandan Arang Boyolali periode triwulan Tahun 2012 oleh Tri Lestari, dkk. Pada Bangsal kelas III periode triwulan I tahun 2012 yang masuk daerah efisiensi adalah Bangsal Cempaka III sedangkan Bangsal Anggrek dan Bougenfil berada diluar daerah efisiensi. triwulan II yang masuk daerah efisiensi adalah Bangsal Cempaka III sedangkan Bangsal Anggrek dan Bougenfil berada diluar daerah efisiensi. Triwulan III yang masuk daerah efisiensi adalah Bangsal Bougenfil dan Cempaka III sedangkan Bangsal Anggrek berada diluar daerah efisiensi. Triwulan IV yang masuk daerah efisiensi adalah Bangsal Bougenfil sedangkan Bangsal Anggrek dan Cempaka III berada diluar daerah efisiensi. Penelitian Nisa (2013) di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Berdasarkan teori Barber-Johnson Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan tahun 2012 terlihat bahwa titik temu keempat indikator berada diatas dan jauh dari daerah efisien. Hal ini dikarenakan masih panjangnya angka TOI yaitu mencapai 13 hari dan tingginya ALOS yang mencapai 26 hari. Rumah Sakit Bakti Timah merupakan rumah sakit tertua dan percontohan di wilayah Provinsi Bangka-Belitung yang sedang dalam proses akreditasi JCI (Joint Commision International). Sarana dan prasarana
6
fasilitas pengobatan di Rumah Sakit Bakti Timah cukup lengkap sehingga menjadi pilihan utama masyarakat yang ada di Provinsi Bangka-Belitung terutama di pulau Bangka. Berdasarkan observasi awal di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkal Pinang, didapatkan indikator efisiensi di pelayanan rawat inap tahun 2013 yaitu nilai LOS dari Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada triwulan I-IV berkisar antara 2,72-3,09, nilai BOR dari Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada triwulan I-IV berkisar antara 60,89%-73,49%, nilai TOI dari Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada triwulan I-IV berkisar antara 1,16-2,29 hari, nilai BTO dari Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada triwulan I-IV berkisar antara 17,5620,58 kali. Keempat indikator tersebut tidak sesuai dari ketentuan standar Barber-Johnson. Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang memiliki 11 ruang rawat inap, salah satunya adalah ruang Anggrek. Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap kelas utama yaitu ruang rawat inap dengan standar di bawah kelas VIP dan diatas kelas I. Berdsasarkan hasil observasi awal ruang Anggrek merupakan ruangan pilihan utama masyarakat Pangkalpinang dan sekitarnya. Hal ini ditandai oleh tingginya nilai Bed Occupancy Rate (BOR) dibandingkan dengan ruang rawat inap lainnya di RS Bakti Timah Pangkalpinang relatif tinggi berkisar antara 81-96% pada tahun 2012 dan 86-100% pada tahun 2013 sehingga menyebabkan nilai melebihi standar menurut teori Barber-Johnson yaitu antara 75-85%. Hal tersebut menjadi pertanda bahwa tingginya utilitas pemakaian tempat tidur di ruang Anggrek
7
yang dapat mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap. Oleh karena itu penelitian difokuskan di ruang Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan terdapat beberapa indikator yang belum memenuhi standar Barber-Johnson untuk menilai efisiensi pelayanan rawat inap di Ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang. Pada triwulan I-IV tahun 2013 ada beberapa indikator tidak sesuai standar teori Barber-Johnson yaitu indikator Turn Over Interval (TOI) yang memiliki standar 1-3 hari didapatkan hasil yaitu triwulan I dengan nilai 0,22 hari, triwulan II dengan nilai 0,25 hari, dan triwulan IV dengan nilai 0,50 hari, dan indikator Bed Occupancy Rate (BOR) yang memiliki standar 75-85% didapatkan hasil yaitu triwulan I dengan nilai 94,17%, triwulan II dengan nilai 93,13%, triwulan III dengan nilai 69,02%, dan triwulan IV dengan nilai 86,64%. Pada tahun 2014 ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang belum melakukan perhitungan efisiensi pelayanan rawat inap pada triwulan I-IV dengan menggunakan perhitungan teori Barber-Johnson sebagai syarat penilaian akreditasi KARS. Selain itu, perlu diketahuinya faktor-faktor penyebab keempat indikator yang mempengaruhi efisiensi menurut teori Barber-Johnson. Untuk mengetahui apakah tahun 2014 ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkal Pinang telah
8
memenuhi standar teori Barber-Johnson dan faktor yang mempengaruhi nilai keempat indikator perhitungan efisiensi, maka perlu dilakukan penelitian efisiensi pelayanan rawat inap untuk mengetahui efisiensi pelayanan rawat inap dari pemanfaatan tempat tidur. Indikator efisiensi pelayanan
rawat
inap
dengan
menggunakan
teori
Barber-Johnson
merupakan salah satu syarat penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dimana RS Bakti Timah Pangkalpinang memiliki penilaian akreditasi lima dasar dan masih dalam proses untuk akreditasi versi tahun 2012 untuk itu perhitungan efisiensi pelayanan rawat inap dengan teori Barber-Johnson sangat dibutuhkan.
1.3
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran umum Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang ? 2. Berapa rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 ? 3. Berapa rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 ? 4. Berapa persentase tempat tidur yang terisi (BOR) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 ?
9
5. Berapa frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 ? 6. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS),
rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI),
persentase tempat tidur yang terisi (BOR), dan frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang? 7. Bagaimana
gambaran
penilaian
efisiensi
pelayanan
rawat
inap
berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan menggunakan teori Barber-Johnson di ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV tahun 2014?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Diketahui gambaran penilaian efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan pemanfaaatan tempat tidur dengan menggunakan teori Barber-Johnson di ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV tahun 2014. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.
Diketahui
gambaran
Pangkalpinang.
umum
Rumah
Sakit
Bakti
Timah
10
2.
Diketahui berapa rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.
3.
Diketahui berapa rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.
4.
Diketahui berapa persentase tempat tidur yang terisi (BOR) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014.
5.
Diketahui berapa frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan IIV Tahun 2014.
6.
Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS), rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI), persentase tempat tidur yang terisi (BOR), dan frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.
7.
Diketahui efisiensi berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan menggunakan teori Barber-Johnson di ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV tahun 2014.
11
1.5
Manfaat
1.5.1 Bagi Peneliti 1.
Dapat menerapkan keilmuan manajemen pelayanan rumah sakit yang diperoleh di bangku kuliah.
2.
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang efisiensi sumber daya di Rumah Sakit.
1.5.2 Bagi Rumah Sakit 1.
Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang untuk meningkatkan pengelolaan dalam penyusunan perencanaan selanjutnya.
2.
Sebagai masukan kepada bagian rekam medis Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang dalam upaya memanfaatkan data pada rekam medis.
1.5.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan efisiensi pelayanan rawat inap rumah sakit.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian ini berjudul “Gambaran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Teori Barber-Johnson di Ruang Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkal Pinang Triwulan I-IV Tahun 2014”. Penelitian ini dilakukan dengan melihat pemanfaatan tempat tidur menggunakan indikator
12
berdasarkan
teori
Barber-Johnson
di
Rumah
Sakit
Bakti
Timah
Pangkalpinang. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jenis penelitian deskriptif melalui pendekatan retrospektif untuk mengetahui efisiensi yang dihitung berdasarkan empat indikator sebagai dasar pembuatan grafik Barber-johnson. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Waktu penelitian adalah bulan Agustus 2014 - Maret 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rumah Sakit Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan garawat darurat yaitu keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan
karateristik
tersendiri
yang
dipengaruhi
oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan
sosial
ekonomi
masyarakat
yang
harus
tetap
mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 tugas rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Rumah sakit juga memiliki fungsi diantaranya sebagai berikut : 1.
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2.
Pemeliharaan
dan
peningkatan
kesehatan
perorangan
melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
13
14
3.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 Rumah sakit dibagi beberapa
jenis yaitu : 1. Berdasarkan Jenis Pelayanan a) Rumah sakit umum yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. b) Rumah sakit khusus yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. 2. Berdasarkan Pengelolaannya a) Rumah sakit publik yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. b) Rumah sakit privat yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
15
Klasifikasi rumah sakit yang tercantum dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Rumah sakit umum dan rumah sakit khusus di kategorikan menjadi 4 kelas yaitu A ,B ,C, dan D.
2.2
Rawat Inap Berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1165/MENKES/SK/X/2007 pelayanan rawat inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di Rumah Sakit. Pembagian ruang rawat inap berdasarkan pedoman teknis bangunan rumah sakit rawat inap kementerian kesehatan yaitu :
2.3
1.
Untuk ruang perawatan VIP yaitu 18 m2/ tempat tidur ;
2.
Untuk ruang perawatan kelas I yaitu 12 m2/ tempat tidur ;
3.
Untuk ruang perawatan kelas II yaitu 10 m2/ tempat tidur ;
4.
Untuk ruang perawatan kelas III yaitu 7,2 m2/ tempat tidur.
Evaluasi
2.3.1 Definisi Evaluasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari
16
jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau juga gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978). Menurut WHO Suatu cara yang sistematis untuk mempelajari berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang dipelajari untuk memperbaiki kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan masa mendatang. Menurut Jones (1984) evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis dan bentuk rekomendasi. Selanjutnya Evaluasi menurut Griffin & Nix (1991) adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Dengan kata lain evaluasi informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya.
2.3.2 Tujuan Evaluasi Menurut Boyle yang dikutip oleh Suharto dalam buku “Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial” Sosial utama dari evaluasi adalah diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana stategis. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan yang transparan dan
17
akuntabel dan harus disertai dengan penyusunan sosial kinerja pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi : 1. Sosial masukan 2. Sosial keluaran 3. Sosial hasil Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Dengan demikian evaluasi bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan 2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran 3. Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar sosial (Suryani, 2010).
2.3.3 Jenis-jenis Evaluasi Berdasarkan tahapan pelaksanaannya, evaluasi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (Suharto, 2006). 1. Evaluasi tahap perencanaan Yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
18
2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan Pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara konsep menurut penelitian ini dengan monitoring. Evaluasi bertujuan terutama untuk mengetahui apakah yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sedangkan monitoring bertujuan melihat pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuan, apakah tujuan tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut akan memecahkan masalah yang akan dipecahkan. 3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin dicapai.
19
2.4
Evaluasi Tingkat Efisiensi Evaluasi tingkat efisiensi merupakan evaluasi tahap pasca pelaksanaan yaitu penilaian terhadap hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia seminimal mungkin untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin. Selain itu Evaluasi tingkat efisiensi juga merupakan penilaian terhadap taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses. Efisiensi menurut Atmosudirdjo dalam Soejadi (1996) mengemukakan pengertian efisiensi yang dilihat dari empat sudut pandang sebagai berikut : 1) Efisiensi dilihat dari sudut pandang ilmu teknik adalah buah pikiran seorang homo technicus, seorang manusia teknika. Efisiensi adalah ratio (perbandingan) antara efek yang tercapai secara riil dan efek yang secara teoritis (harus) dapat dicapai. 2) Efisiensi dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi adalah keseimbangan yang paling baik antara output dan input, antara hasil dan biaya (ongkos) dan sebagainya. 3) Efisiensi dilihat dari sudut pandang ilmu sosial adalah keseimbangan yang sebaik-baiknya antara tingkat rasa puas atau hasil dan derita-derita serta jerih payah (telah) harus dialami guna memperoleh hasil tersebut. 4) Efisiensi dilihat dari sudut pandang ilmu administrasi adalah paduan dari pada pengertian efisiensi dalam ilmu teknik, ekonomi, dan sosial tersebut diatas.
20
2.5
Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Efisiensi pelayanan rawat inap merupakan penilaian terhadap pemanfaatan tempat tidur yang disediakan agar sesuai dengan tujuan pemanfaatannya berdasarkan jumlah pasien dan jumlah tenaga medis yang bekerja di ruang rawat inap. Penilaian efisiensi rawat inap dapat menggunakan beberapa metode yaitu metode Data Envelopment Analysis dan metode berdasarkan teori Barber-Johnson. Efisiensi pelayanan rawat inap menggunakan teori Barber-Johnson merupakan salah satu prasyarat penilaian oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit.
2.5.1 Efisiensi Metode DEA (Data Envelopment Analysist) Data envelopment analysist pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Semenjak itu pendekatan dengan menggunakan DEA ini banyak digunakan di dalam penelitian-penelitian operasional dan ilmu manajemen. Pendekatan DEA lebih menekankan pendekatan yang berorientasi kepada tugas dan lebih memfokuskan kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat keputusan/UPK (decision making units). Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada evaluasi terhadap efisiensi relatif dari UPK yang sebanding. Selanjutnya UPK-UPK yang efisien tersebut akan membentuk garis frontier. Jika UPK berada pada garis frontier, maka UPK tersebut dapat dikatakan efisien ralatif dibandingkan dengan UPK yang lain dalam Peer Group-nya. Selain menghasilkan nilai efisiensi
21
masing-masing UPK, DEA juga menunjukkan unit-unit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien. Model metode analisis efisiensi DEA yang digunakan dalam penilaian efisiensi di rawat inap rumah sakit yaitu model DEA CRS primal. Model DEA CRS primal yaitu model DEA yang memiliki performansi secara tepat dari cabang terbaik. Faktor yang mendapat nilai bobot yang kecil berarti memiliki pengaruh yang kecil pula terhadap produktivitas. Kemudian dibentuk Peer Group untuk menentukan arahan perbaikan produktivitas bagi UPK (pelayanan rawat inap) yang tidak efisien dan sebagai salah satu teknik perbaikan origin DEA. Setelah menentukan variabel lalu dianalisis korelasi faktor menggunakan software SPSS dengan metode Correlate Bivariate dengan parameter yang digunakan Pearson Correlation. Variabel yang digunakan dalam menggunakan metode ini yaitu : a.
Variabel Input meliputi jumlah dokter, jumlah perawat, jumlah paramedis, jumlah teknisi, jumlah staff administrasi, jumlah staff lain, jumlah tempat tidur, jumlah alat, jumlah biaya operasional.
b.
Variabel Output meliputi jumlah keseluruhan pasien rawat inap di rumah sakit per klinik/pelayanan (Aidil, 2007).
22
2.5.2 Efisiensi Rawat Inap Standar Departemen Kesehatan Republik Indonesia Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada (Soejadi, 1996). Parameter yang umum digunakan untuk mengukur efisiensi rumah sakit adalah Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Net Death Rate (NDR), Gross Death Rate (GDR). a.
Bed Occupancy Rate (BOR) Bed
Occupancy
Rate
(BOR)
merupakan
persentase
pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai rasio jumlah hari perawatan RS terhadap jumlah tempat tidur dikalikan dengan jumlah hari dalam satuan waktu. Standar nilai Departemen Kesehatan RI tahun 2005 adalah 60% - 85%. BOR =
Jumlah hari perawatan rumah sakit
x100 %
Jumlah TT X jumlah hari dalam satu periode b.
Average Length of Stay (ALOS) Average Length of Stay (ALOS), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
23
pengamatan lebih lanjut. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005, standar ideal LOS adalah 6-9 hari. Jumlah lama dirawat
ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup+mati) c.
Bed Turn Over (BTO) Bed Turn Over (BTO), yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (biasanya dalam periode satu tahun). Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. BTO =
Jumlah pasien keluar (hidup+mati) Jumlah tempat tidur
d.
Turn Over Interval (TOI) Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong/tidak terisi ada pada kisaran 1-3 hari. TOI =
(Jumlah TT x periode) – hari perawatan Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
e.
Net Death Rate (NDR) Net Death Rate (NDR) yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
24
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 dari 1000. Jumlah pasien mati >48 jam dirawat
NDR =
Jumlah pasien keluar (hidup+mati) f.
x 1000 o /oo
Gross Death Rate (GDR) Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk 1000 penderita keluar. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar. GDR =
Jumlah pasien mati seluruhnya Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
x 1000 o /oo
2.5.3 Efisiensi Rawat Inap Standar Teori Barber-Johnson Perhitungan efisiensi rawat inap, jika menggunakan teori yang dikemukakan oleh Barber-Johnson memiliki perbedaan standar tingkat efisiensi dan rumus perhitungan yang berbeda dibandingkan dengan standar dan rumus perhitungan yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2005. Rumus yang dikemukakan oleh BarberJohnson yaitu : a.
Bed Occupancy Rate (BOR) BOR
=
O A
x
100%
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
A
= tempat tidur yang siap pakai
Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75% - 85%
25
b.
Length Of Stay (LOS) LOS
=
O xt D
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
T = waktu (hari/bulan/tahun) Standar nilai LOS menurut Barber Johnson adalah 3-12 hari c.
Bed Turn Over (BTO) BTO
= D A
D
= pasien keluar (hidup + mati)
A
= rata-rata tempat tidur siap pakai
Standar nilai BTO menurut Barber Johnson adalah > 30 kali d.
Turn Over Interval (TOI)
TOI
=
A
= rata-rata tempat tidur siap pakai
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
D
= pasien keluar (hidup+mati)
t
= waktu (hari/bulan/tahun)
Standar nilai TOI menurut Barber Johnson adalah 1-3 hari
26
2.6
Teori Barber – Johnson
2.6.1 Konsep Barber – Johnson Barry Barber dan David Johnson pada tahun 1973 menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit yang dilihat dari segi medis dan segi ekonomi. Barber – Johnson merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal perawatan pasien. Empat parameter tersebut yaitu : a. Rata-rata lama rawat atau Average Length of Stay (AvLOS). b. Rata-rata waktu luang tempat tidur terisi atau Turn Over Interval (TOI). c. Persentasi tempat tidur terisi atau Bed Occupancy Rate (BOR). d. Produktivitas tempat tidur atau Bed Turn Over Rate (BTO). Terdapat empat garis bantu yang dibentuk oleh empat parameter Grafik Barber Johnson, yaitu : a. AvLOS pada umumnya menjadi sumbu vertical. b. TOI pada umumnya menjadi sumbu horizontal. c. Garis bantu BOR merupakan garis yang ditarik dari pertemuan sumbu horizontal dan vertical, yaitu titik 0,0 dan membentuk seperti kipas. d. Garis bantu BTO merupakan garis yang ditarik dan menghubungkan posisi nilai AvLOS dan TOI yang sama. Grafik Barber Johnson (GBJ) mempunyai manfaat yaitu :
27
1. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. 2. Memonitor perkembangan target efisiensi penggunaan tempat tidur 3. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur antar unit. (Sudra, 2010) Menurut Soejadi (1996) Grafik Barber -Johnson bermanfaat untuk mengadakan perbandingan atau dapat digunakan sebagai pembantu untuk menganalisa, menyajikan dan mengambil keputusan mengenai : 1. Perbandingan dalam kurun waktu Grafik
Barber
Johnson
dapat
menunjukkan
perkembangan
produktivitas dari rumah sakit dari tahun ke tahun yang dapat dilihat dari grafik dan bidang efisiensi. 2. Perbandingan antar rumah sakit Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama di beberapa rumah sakit atau antar bagian di suatu rumah sakit dapat digambarkan pada satu grafik. Dengan jelas dan mudah diambil kesimpulan rumah sakit mana atau bagian mana yang pengelolaannya efisien. 3. Meneliti akibat perubahan kebijakan Grafik dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijakan realokasi tempat tidur atau keputusan memperpendek Length of Stay. 4. Mengecek kesalahan laporan Dengan menggambarkan ke-empat parameter Length of Stay, Turn Over Interval, Bed Occupancy Rate, dan Bed Turn Over pada satu
28
grafik. Laporan dikatakan benar apabila empat parameter tersebut tepat pada posisi grafik tersebut.
2.6.2 Dasar Menggambar Grafik Barber-Johnson 1. Gambar Sumbu X dan Sumbu Y Gambar sumbu horizontal X - absis dan sumbu vertikal Y- ordinat. X- absis adalah Turn Over Interval (TOI) dan Y ordinat adalah Length of Stay (LOS) (Soejadi, 1996).
Gambar 2.1 gambar sumbu X-absis (TOI) dan sumbu Y-ordinat (LOS) Sumber: Soejadi, 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator 2. Gambar Garis Bed Occupancy Rate (BOR) a. Gambar garis BOR = 50%, dengan menghubungkan titik (0,0) dan titik (1,1). Penjelasan :
29
Jika average of beds (O) = 50%, maka O = ½ A. 365
= Jumlah hari dalam setahun
O
= Rata-rata tempat tidur yang terisi (average of beds)
D
= Jumlah Pasien yang Keluar dalam Keadaan Hidup dan Meninggal (discharges) selama setahun
A
= Rata-rata Tempat Tidur yang Siap pakai ( Average of available beds).
L
= O x 365/D = 1/2 A x 365/D
T
= ( A- O ) x 365/D = (A- 1/2A) x 365/D = 1/2A 365/D
b. Gambar garis BOR – 70%, dengan rumus yang sama akan menghasilkan 3L = 7T dengan titik (0,0) dan titik (3,7). c. Gambar garis BOR = 80%, menghasilkan L = 4T dengan titik (0,0) dan titik (1,4). d. Gambar garis BOR = 90%, menghasilkan L = 9T dengan titik (0,0) dan titik (1,9).
30
Gambar 2.2 Garis BOR 50%, 70%, 80%, 90% Sumber: Soejadi, 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator 3. Garis BTO pada Grafik Barber-Johnson a. Gambar garis BTO = 30 pasien yaitu membentuk garis dengan titik (12 1/6, 12 1/6). Penjelasan : L
= O x 365 dan D
T
= (A – O ) x 365 D
T
= (A X 365 ) – O x 365 D D = 365 A D
T
31
Menggambar garis BTO 30 B
= D/A
30
= D/A, dimana D = 30, A = 1, dan O = 1
L
= O x 365/D
L
= 1 x365/30
L
= 12 1/6
T
= 365 A/D
T
= 12 1/6
Maka T = 12 1/6 dan L = 12 1/6, sehingga didapat garis dengan titik (12 1/6,12 1/6). b. Gambar garis BTO = 20 pasien dengan cara yang sama membentuk garis dengan titik (18 ¼, 18 ¼). c. Gambar garis BTO = 15 pasien membentuk garis dengan titik (24 1/3, 24 1/3). d. Gambar garis BTO = 12,5 pasien membentuk garis dengan titik (29 1/5,29 1/5).
32
Gambar 2.3 Garis BTO 30, 20, 15, 12.5 Sumber: Soejadi, 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator 4. Daerah Efisiensi pada Grafik Barber – Johnson Menggambar daerah yang efisien. Daerah efisien dibatasi oleh garis : a. TOI = 1 b. LOS = 3 c BOR ≥ 75% Menurut Barber Johnson grafik yang berbeda di luar daerah ini menunjukkan bahwa sistem yang sedang berjalan kurang efisien. Pada satu grafik hasilnya adalah komposisi seperti pada grafik dibawah ini (Soejadi, 1996).
33
Gambar 2.4 Daerah Efisiensi Pada Grafik Barber-Johnson Sumber: Soejadi, 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator 2.6.3 Menggambar Grafik Barber-Johnson Untuk menentukan suatu titik efisiensi pada grafik BarberJohnson dengan menghubungkan nilai LOS, TOI, BOR, dan BTO berdasarkan data dari suatu rumah sakit. Misalnya suatu rumah sakit nilai LOS nya 12 hari, TOI = 3 hari, BOR = 80%, dan BTO = 25 pasien maka hasilnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini (Soejadi, 1996).
34
Gambar 2.5 Batas Daerah Efisiensi Pada Grafik Barber-Johnson Sumber: Soejadi, 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator 2.6.4 Makna Grafik Barber-Johnson a.
Makin dekat grafik BOR dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi.
b.
Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu, maka BTO makin tinggi jumlahnya.
c.
Menurut Benjamin dan Perkins (1961), jika rata-rata Turn Over Interval tetap, tetapi Length of Stay berkurang, maka Percentage Bed Occupancy akan menurun.
d.
Bilamana Turn Over Interval tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurang permintaan (demand)
35
akan tempat tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat (the level anad pattern of emergency bed requirements). Turn Over Interval yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi, tanpa mempengaruhi Length of Stay. e.
Bertambahnya Length of Stay disebabkan karena kelambanan administrasi di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau kebijaksanaan di bidang medis.
f.
Pada grafik Barber-Johnson terdapat suatu daerah yang dibatasi garis: 1. Turn Over Interval = 1 hari 2. Turn Over Interval = 3 hari 3. Percentage Bed Occupancy minimal 75% Menurut Barber-Johnson grafik yang berada di luar daerah diatas menunjukkan, bahwa sistem yang sedang berjalan adalah kurang efisien (Soejadi, 1996).
36
2.7
Kerangka Teori Kerangka teori efisiensi pelayanan rawat inap rumah sakit menggunakan beberapa metode yaitu metode DEA yang menggunakan beberapa variabel input dan output yang dianalisis menggunakan software spss dengan model Correlate Bivariate menggunakan parameter Pearson Correlation dan metode yang berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan indikator standar Departemen Kesehatan (2005) dan indikator standar teori Barber-Johnson (1973). Dimana Departemen Kesehatan membuat enam indikator pengukuran efisiensi pelayanan rawat inap dan metode BarberJohnson menggunakan empat
indikator pengukuran efisiensi pelayanan
rawat inap. Indikator pengukuran efisiensi pelayanan rawat inap menurut Departemen Kesehatan yaitu Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Net Death Rate (NDR), dan Gross Death Rate (GDR). Sedangkan indikator pengukuran efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan grafik Barber-Johnson hanya menggunakan Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Bed Turn Over (BTO), dan Turn Over Interval (TOI). Pada penelitian ini peneliti lebih fokus kepada teori Barber-Johnson yang berarti peneliti melihat hanya dari empat indikator pengukuran efisiensi pelayanan rawat inap karena teori Barber-Johnsn merupakan pengukuran efisiensi rawat inap sebagai salah satu syarat akreditasi oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit KARS.
37
Input
Output
Data rekam medis: 1. hari dirawat 2. jumlah tempat tidur terisi 3. jumlah pasien masuk dan keluar 4. jumlah tempat tidur siap pakai
Proses Perhitungan dengan teori BarberJohnson
Hasil perhitungan indikator : 1. Efisiensi pelayanan rwat inap menurut teori BarberJohnson 2. Bed Occupancy Rate (BOR) 3. Length of Stay (LOS) 4. Bed Turn Over (BTO) 5. Turn Over Interval (TOI)
Efisien
Grafik BarberJohnson Tidak Efisien
Bagan 2.1 Kerangka Teori Indikator Pengukuran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Barber-Johnson (1973) Sumber: Soejadi, 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Konsep Pemenuhan mutu dalam pelayanan rawat inap di rumah sakit maka dalam evaluasi pelayanan rawat inap penulis mengambil dimensi mutu efisiensi, karena dimensi ini berkaitan dengan aspek pelayanan medis dan aspek ekonomi yang mudah diteliti dengan pengamatan dan perhitungan data di rumah sakit. Upaya mempermudah pemahaman dalam mengetahui gambaran efisiensi pelayanan rawat inap Anggrek, maka peneliti membuat kerangka konsep yang diambil dari teori Barber-Johnson. Peneliti memfokuskan pengukuran indikator menurut teori Barber-Johnson yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
Departemen Kesehatan yaitu
adanya sebuah grafik yang saling berkaitan antara keempat indikator penilaian sehingga penilaian efisiensi dapat dilihat secara menyeluruh dibandingkan dengan indikator penilaian dari Departemen Kesehatan yang hanya melihat secara parsial diantara indikator-indikatornya. Standar
yang
ditetapkan
oleh
Barber-Johnson
lebih
tinggi
dibandingkan standar yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan dengan perhitungan yang berbeda. Selain itu, dengan adanya grafik Barber-Johnson dapat membantu manajemen rumah sakit dalam pengambilan suatu kebijakan mengenai pelayanan rawat inap. Berdasarkan hal tersebut peneliti
38
39
membuat sebuah kerangka konsep dengan menggunakan teori BarberJohnson yang menggunakan empat indikator Bed Occupancy Rate (BOR), Length of Stay (LOS), Bed Turn Over (BTO), dan Turn Over Interval (TOI) sebagai indikator penilaian efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan pemanfaatan tempat tidur. Metode perhitungan efisiensi teori Barber-Johnson memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode metode Data Envelopment Analysis yaitu perhitungan
teori Barber-Johnson lebih mudah dilakukan karena hanya
mengambil data-data yang berhubungan langsung dengan rawat inap dan pasien tanpa perlu menghitung analisis biaya satuan seperti yang digunakan dalam metode metode Data Envelopment Analysis. Disamping itu, metode teori Barber-Johnson tidak memerlukan unit pembanding dari rumah sakit lain seperti yang digunakan oleh metode metode Data Envelopment Analysis yang memerlukan pembanding dari unit sejenis (pelayanan rawat inap) dari rumah sakit lain. Metode teori Barber-Johnson sangat mudah untuk digunakan dalam penelitian dan tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk perhitungan efisiensi di pelayanan rawat inap. Salah satu keunggulan metode BarberJohnson yaitu dipakai sebagai indikator dalam penilaian akreditasi oleh KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit).
40
Input
Output
Data rekam medis: 1. hari dirawat 2. jumlah tempat tidur terisi 3. jumlah pasien masuk dan keluar 4. jumlah tempat tidur siap pakai
Proses Perhitungan dengan teori BarberJohnson
Hasil perhitungan indikator : 1. Efisiensi pelayanan rwat inap menurut teori BarberJohnson 2. Bed Occupancy Rate (BOR) 3. Length of Stay (LOS) 4. Bed Turn Over (BTO) 5. Turn Over Interval (TOI)
Efisien
Grafik BarberJohnson Tidak Efisien
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Indikator Pengukuran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Barber-Johnson (1973)
41
3.2 No 1
2
Definisi Operasional Substansi Efisiensi pelayanan rawat inap menurut teori BarberJohnson
Bed Occupancy Rate (BOR)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Cara Ukur Cara Pengambilan Data
Definisi Operasional Efisiensi berdasarkan keempat titik indikator dalam grafik BarberJohnson menggunakan standar perhitungan teori Barber-Johnson
Prosentase pemakaian tempat tidur pada triwulan waktu (91-92 hari)
Pembuatan grafik berdasarkan perhitungan Barber-Johnson dan ditentikan dalam daerah efisiensi
Hasil perhitungan empat indikator dimasukkan ke dalam Grafik BarberJohnson menggunakan Software computer
Menghitung dengan rumus BOR berdasarkan Barber-Johnson : BOR = O x 100/A
Telaah dokumen bersumber dari sensus harian yang diperoleh dari ruang rawat inap berdasarkan formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap bulan Diambil data lama dirawat, waktu dan jumlah tempat tidur
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
A
= tempat tidur yang siap pakai
Instrumen Penelitian Komputer
Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan teori BarberJohnson efisiensi di pelayanan rawat inap
Hasil Ukur 1. Efisien jika nilai indikator: a. BOR = 75%-85% b. LOS = 3-12 hari c. BTO = > 30 d. TOI = 1-3 hari 2. Tidak Efisien (diluar dari standar BarberJohnson) Efisien apabila masuk ke dalam standar BOR berdasarkan BarberJohnson yaitu 75%85%
42
3
Length of Stay (LOS)
Rata-rata lama rawat seorang pasien
Menghitung dengan rumus LOS berdasarkan Barber-Johnson : LOS = O x t/D O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan teori BarberJohnson efisiensi di pelayanan rawat inap
Efisien apabila masuk ke dalam standar LOS berdasarkan BarberJohnson yaitu 3-12 hari
Telaah dokumen bersumber dari sensus harian yang diperoleh dari ruang rawat inap berdasarkan formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap bulan Diambil data jumlah pasien keluar dan jumlah tempat tidur
Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan teori BarberJohnson efisiensi di pelayanan rawat inap
Efisien apabila masuk ke dalam standar BTO berdasarkanBarberJohnson yaitu >30 kali dengan nilai ideal 4050 kali
t 4
Bed Turn Over (BTO)
Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam periode triwulan (91-92 hari)
= waktu (91-92 hari) Menghitung dengan rumus BTO berdasarkan Barber-Johnson : BTO = D / A
Telaah dokumen bersumber dari sensus harian yang diperoleh dari ruang rawat inap berdasarkan formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap bulan Diambil data lama dirawat, waktu, dan jumlah pasien keluar
D
= pasien keluar (hidup + mati)
A
= rata-rata tempat tidur siap pakai
43
5
Turn Over Interval (TOI)
Rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya
Menghitung dengan rumus TOI berdasarkan Barber-Johnson : TOI =((A-O)x t)/D A
= rata-rata tempat tidur siap pakai
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
D
= pasien keluar hidup& mati
t
= waktu (91-92 hari)
Telaah dokumen bersumber dari sensus harian yang diperoleh dari ruang rawat inap berdasarkan formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap bulan Diambil data jumlah
tempat tidur, lama dirawat, waktu, dan jumlah pasien keluar
Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan teori BarberJohnson efisiensi di pelayanan rawat inap
Efisien apabila masuk ke dalam standar TOI berdasarkan BarberJohnson yaitu 1-3 hari
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah operational research yaitu penelitian yang bertujuan memberikan solusi terhadap masalah-masalah operasional dalam pelaksanaan program atau kegiatan yang hasilnya dipergunakan untuk membantu pemecahan masalah tersebut dengan tetap menggunakan metode ilmiah. Selain itu, operational research menentukan status atau tingkat masalah, tindakan atau intervensi pemecahan masalah serta membuat hipotesis peningkatan kinerja program. Penelitian ini peneliti akan
mengambil data dari rekapitulasi sensus
harian rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang triwulan I-IV tahun 2014. Hasil perhitungan efisiensi digunakan untuk menggali dan menjelaskan
faktor-faktor
penyebab
pada
masa
lampau
(memandang
kebelakang) dengan melihat simpulan (efisien atau tidak efisien pelayanan rawat inap) yang telah di tetapkan melalui perhitungan indikator-indikator efisiensi di pelayanan rawat inap menurut Barber-Johnson.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkal Pinang yang beralamat di Jl Bukit Baru, Batin Tikal, Taman Sari Kota Pangkal Pinang 44
45
Provinsi Bangka-Belitung. Penelitian ini dilakukan dimulai sejak Agustus 2014 - Maret 2015.
4.3
Informan Penelitian Subyek informan penelitian ini adalah Kepala Ruang Rekam Medis, Perawat ruang rawat inap Anggrek, dan Staf administrasi.
4.4
Pengumpulan Data
4.4.1 Sumber data 1.
Data sekunder Data sekunder diperoleh dari telaah dokumen catatan rekam medis Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang meliputi hari perawatan, jumlah tempat tidur terisi, jumlah pasien masuk dan keluar jumlah tempat tidur siap pakai untuk menghitung indikator BOR, ALOS, BTO dan TOI pada periode triwulan I-triwulan IV Tahun 2014. Adanya keterbatasan data sekunder yaitu validitas data tidak bisa diukur karena bukan peneliti yang merekam dan mencatat data.
2.
Data primer Data primer didapatkan dari wawancara terhadap subyek penelitian yaitu Kepala Ruang Rekam Medis, Perawat ruang rawat inap Anggrek, dan Staf administrasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keempat indikator efisiensi menurut teori Barber-Johnson .
46
4.4.2 Metode pengumpulan data 1.
Telaah dokumen Melihat dan mencatat data yang dibutuhkan untuk perhitungan keempat indikator efisiensi menurut teori Barber-Johnson. Data yang diambil merupakan data rekapitulasi sensus harian rawat inap yang berada di ruang rekam medis.
2.
Wawancara Data diperoleh dari wawancara tidak terstruktur. Peneliti menggunakan metode wawancara tidak terstruktur, yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis tetapi hanya berdasarkan hasil perhitungan keempat indikator efisiensi. Data didapatkan dengan cara wawancara berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan menggali faktor-faktor yang mempengaruhi keempat indikator terhadap efisiensi yang merupakan data input untuk keempat indikator dan faktor lainnya. Hasil wawancara digunakan untuk mendukung dan memperkuat hasil perhitungan yang telah dihitung berdasarkan teori Barber-Johnson. Wawancara terkait dengan faktor dari input (lama dirawat, jumlah tempat tidur terisi, jumlah pasien masuk dan keluar jumlah tempat tidur siap pakai) yang mempengaruhi efisiensi rawat inap.
47
4.4.3 Instrumen pengumpulan data 1.
Length of Stay (LOS) Indikator Length of Stay (LOS) didapatkan dengan menggunakan instrumen telaah dokumen yang berisi panduan pengambilan data-data dari rekapitulasi sensus harian rawat inap ruang anggrek selama satu tahun pada tahun 2014 yang meliputi lama dirawat, jumlah hari, jumlah pasien keluar.
2. Turn Over Interval (TOI) Indikator Turn Over Interval (TOI) didapatkan dengan menggunakan instrumen telaah dokumen yang berisi panduan pengambilan data-data dari rekapitulasi sensus harian rawat inap ruang anggrek selama satu tahun pada tahun 2014 yang meliputi lama dirawat, jumlah hari, jumlah pasien keluar, jumlah tempat tidur tersedia. 3. Bed Occupancy Rate (BOR) Indikator Bed Occupancy Rate (BOR) didapatkan dengan menggunakan instrumen telaah dokumen yang berisi panduan pengambilan data-data dari rekapitulasi sensus harian rawat inap ruang anggrek selama satu tahun pada tahun 2014 yang meliputi lama dirawat, jumlah hari, jumlah tempat tidur tersedia. 4. Bed Turn Over (BTO) Indikator Bed Turn Over (BTO) didapatkan dengan menggunakan instrumen telaah dokumen yang berisi panduan pengambilan data-data
48
dari rekapitulasi sensus harian rawat inap ruang anggrek selama satu tahun pada tahun 2014 yang meliputi jumlah pasien keluar, jumlah tempat tidur tersedia.
4.5
Pengolahan Data a.
Collecting Dilakukan pengumpulan data di ruang rekam medis untuk memperoleh rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) ruang rawat inap Anggrek selama tahun 2014 yang dicatat tiap bulan yang berisi lama hari dirawat, jumlah tempat tidur terisi, jumlah pasien masuk dan keluar, dan jumlah tempat tidur siap pakai.
b.
Editing Setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikoreksi dengan cara membandingkan data yang telah direkap di ruang rekam medis dengan data rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) pada ruang rawat inap. Apabila ada perbedaan data antara data di rekam medis dengan data di ruang rawat inap maka data diedit sesuai dengan yang ada di ruang rawat inap.
c.
Classification Mengelompokkan data yang telah diperoleh untuk memudahkan dalam perhitungan. Data untuk perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu lama dirawat, waktu dan jumlah tempat tidur, untuk Length of Stay (LOS)
49
yaitu lama dirawat, waktu, dan jumlah pasien keluar, untuk Turn Over Interval (TOI) yaitu jumlah tempat tidur, lama dirawat, waktu, dan jumlah pasien keluar, untuk Bed Turn Over (BTO) yaitu jumlah pasien keluar dan jumlah tempat tidur. d.
Tabulasi Dari hasil pengumpulan data yang telah dikelompokkan kemudian data dimasukkan ke dalam bentuk tabel perhitungan per indikator untuk memudahkan perhitungan.
e.
Penyajian Data Setelah data dimasukkan ke tabel dan dihitung kemudian hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk Grafik Barber-Johnson.
4.6
Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat simpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).
50
Rumus perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) berdasarkan BarberJohnson yaitu : BOR
=
O A
x 100%
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
A
= tempat tidur yang siap pakai Indikator Bed Occupancy Rate (BOR) dikatakan efisien apabila masuk ke
dalam standar Barber-Johnson yaitu 75-85%. Rumus perhitungan Length of Stay (LOS) berdasarkan Barber-Johnson yaitu : LOS
= Oxt D
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
t
= waktu (hari/bulan/tahun) Indikator Length of Stay (LOS) dikatakan efisien apabila masuk ke dalam
standar Barber-Johnson yaitu 3-12 hari. Rumus perhitungan Bed Turn Over (BTO) berdasarkan Barber-Johnson yaitu : BTO
= D A
D
= pasien keluar (hidup + mati)
A
= rata-rata tempat tidur siap pakai
51
Indikator Bed Turn Over (BTO) dikatakan efisien apabila masuk ke dalam standar Barber-Johnson yaitu lebih dari 30 kali. Rumus perhitungan Turn Over Interval (TOI) berdasarkan BarberJohnson yaitu :
TOI
=
A
= rata-rata tempat tidur siap pakai
O
= rata-rata tempat tidur yang terisi
D
= pasien keluar (hidup+mati)
t
= waktu (hari/bulan/tahun) Indikator Turn Over Interval (TOI) dikatakan efisien apabila masuk ke
dalam standar Barber-Johnson yaitu 1-3 hari. Rumus mendapatkan nilai O (rata-rata tempat tidur terisi) yaitu : O
= Total Lama Dirawat per waktu
lama dirawat = pasien awal + pasien masuk + pasien pindahan - pasien dipindahkan - pasien keluar hidup - pasien keluar mati kemudian jumlahkan lama dirawat tersebut selama satu tahun.
BAB V HASIL
5.1
Gambaran Umum Rumah Sakit
5.1.1 Sejarah Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang adalah Rumah Sakit setingkat kelas C milik Yayasan Bakti Timah, yang terletak di Jalan Bukit Baru, Batin Tikal, Taman Sari Kota Pangkal Pinang Provinsi Bangka-Belitung. Rumah Sakit ini pada awalnya merupakan sebuah Rumah Sakit yang didirikan oleh perusahaan Hindia Belanda Banka Tin Winningbedrijf (BTW) sekitar tahun 1900. Setelah
kemerdekaan
Banka
Tin
Winningbedrijf
(BTW)
dinasionalisasikan maka perusahaan ini sepenuhnya milik negara pada tahun 1953, namun pada tahun 1969-1990 perusahaan ini milik PT. Timah dan status perusahaan menjadi Rumah Sakit Unit Tambang karena adanya restrukturisasi perusahaan maka Rumah Sakit dikelola secara terpisah (Swakelola) oleh para dokter yang dulu bekerja di PT. Timah Tbk (1993-1994), pada waktu itu Rumah Sakit mendapat subsidi berupa gaji karyawan selama 15 bulan dan pada tahun 1993 dibentuk Yayasan Bakti Timah sebagai badan hokum yang akan mengelola Rumah Sakit. Penghibahan tanah, bangunan dan alat-alat kedokteran, alat kesehatan, obat-obatan oleh PT. Timah Tbk kepada Yayasan Bakti Timah.
52
53
Tepatnya pada bulan April tahun 1994 Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdiri sebagai Rumah Sakit Swasta murni dengan luas area 33.600 m2, luas bangunan 13.661 m2, dengan tempat tidur yang tersedia 98 tempat tidur. Pada waktu penyerahan keadaan bangunan dan tata letak ruang sudah dalam keadaan rusak, maka pada tahun 1996 diadakan renovasi atau pengaturan kembali tata letak ruang dan selesai pada tahun 1998, dengan sumber dana berasal dari Rumah Sakit dan pinjaman bank. Dengan adanya renovasi ruangan tersebut kinerja Rumah Sakit terlihat meningkat baik rawat jalan maupun rawat inap. Pada tahun 2000 hingga saat ini ada penambahan bangunan dan jumlah tempat tidur bertambah sehingga total tempat tidur yang tersedia pada tahun 2014 sebanyak 134 tempat tidur. Sejalan dengan perkembangan IPTEK dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, maka Rumah Sakit Bakti Timah merasa perlu dan harus mempunyai standar yang diakui oleh pemerintah dengan jalan melaksanakan dan mengikuti pedoman standar pelayanan Rumah Sakit, pelayanan medis, keperawatan, administrasi, dan rekam medis sehingga Rumah Sakit dapat terakreditasi. Untuk peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan penilaian akreditasi Pentahapan I (5 pelayanan) dan sedang dalam proses untuk akreditasi Joint Commision International (JCI).
54
5.1.2 Visi, Misi, Tujuan, Motto, dan Budaya Kerja Rumah Sakit a. Visi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Menjadikan Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang sebagai pilihan utama masyarakat dalam pelayanan kesehatan secara professional, berkualitas dan terpercaya. b. Misi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme sumber daya Rumah Sakit dalam pelayanan kesehatan. c. Tujuan Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang 1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 2. Tujuan Khusus Mempertahankan
keberadaan
Rumah
Sakit
dalam
rangka
mendukung pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. d. Motto Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Mitra Terpercaya Layanan Kesehatan Keluarga Dan Masyarakat. e. Budaya Kerja Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Rumah Sakit sebagai suatu organisasi mempunyai pedoman dasar untuk pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan pada pelanggannya. Sumber daya Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang juga mempunyai pedoman untuk dapat bekerja menjadi sumber daya yang
55
bermoral, disiplin, dan bijak dalam melakukan tugas pekerjaannya serta selalu mempunyai rasa memiliki kebersamaan terbuka dan kebersihan dalam memberikan informasi kepada pelanggannya. Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang mempunyai budaya kerja yaitu 3K dan 3A. Adapun budaya kerja 3K yaitu : a. Keterbukaan Secara harfiah arti dari keterbukaan adalah kita sebagai karyawan harus saling memberikan informasi yang benar, baik kepada sesama karyawan maupun kepada pelanggan kita dan siap untuk menerima koreksi dari siapapun untuk memperbaiki kinerja Rumah Sakit. b. Kebersamaan Yang dimaksud dengan kebersamaan adalah rasa tanggung jawab bersama terhadap seluruh prosedur dan etika yang berjalan di Rumah Sakit. c. Kebersihan Dalam melaksanakan tugas pekerjaan selalu bersifat jujur dan tidak mempunyai sifat ingin menguntungkan diri sendiri ataupun grup maupun organisasi.
56
Sedangkan budaya kerja 3A yaitu : a. Asah Seluruh sumber daya Rumah Sakit selalu melakukan pembelajaran
diri
untuk
meningkatkan
kemampuan
dan
keahliannya. b. Asih Sebagai sumber daya yang dipercaya karyawan Rumah Sakit harus menjaga mutu pelayanan dan melayani pasien dengan penuh kasih dan tanggung jawab. c. Asuh Dalam memberikan pelayanan yang prima karyawan Rumah Sakit harus menekankan pada asuhan keperawatan yang bermutu sesuai standar.
5.1.3 Status dan Struktur Organisasi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang a. Status Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang mendapatkan izin operasional
yang dikeluarkan
oleh
Dirjen
Pelayanan
Medik
Kementerian Kesehatan dengan nomor surat izin HK.03.05/I/1302/11 yang memiliki masa berlaku selama 6 tahun. b. Struktur Organisasi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
57
Direktur Komite Medik
Wadir Pelayanan
Pen. Medik
UGD
Wadir Umum & Keu
Perawatan
Laboratorium
IPSRS
Ins. Farmasi
Pel. &Askep
Perencanaan
kepegawaian
Sekretariat
Mesin listrik
K. Bedah Radiologi
Rekmed Fisiotrapi PPI
Gizi
Mutu & diklat
gudang
Ranap
K. Obat
Rajal
Depo
satpam
EDP/S IM
Adm/umum
perbendaharaa n
telepon
Gudang ATK/ART
kasir
pemeliharaan
Humas/ pemasaran
akuntansi
SMF nonbedah
SMF bedah
keuangan
garasi
PI
Bagan 5.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
Bidkumdang
PIE pengadaan
58
5.1.4 Kegiatan Pelayanan Rawat Inap Secara ringkas alur pelayanan rawat inap adalah sebagai berikut : pasien masuk yang telah diputuskan untuk menjalani rawat inap dapat melalui rujukan dari dokter jaga di instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat. Pasien masuk kemudian menjalani pelayanan perawatan setelah dilakuka prosedur penempatan klasifikasi di kelas I, II, III. Pasien dengan klasifikasi perawatan di ruang VIP atau VVIP menjalani prosedur khusus yang terpisah. Pasien di semua kelas perawatan menjalani pemeriksaan yang dilayani oleh beberapa dokter. Penanganan oleh tenaga medis di instalasi rawat inap dilaksanakan sesuai dengan penyakit yang diderita. Kegiatan pelayanan rawat inap diselenggarakan pada instalasi rawat inap dimana ruang rawat inap di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang memiliki pengklasifikasian yang terdiri dari : 1. Instalasi rawat inap VVIP, VIP, dan Utama 2. Instalasi rawat inap kelas I, III, dan III 3. Instalasi rawat kebidanan Selain itu terdapat instalasi perawatan ruang isolasi dan perawatan intensif (ICU). Kapasitas tempat tidur tersedia terdiri dari : 1. Kelas VVIP
: 1 tempat tidur
2. Kelas VIP
: 12 tempat tidur
3. Kelas Utama
: 10 tempat tidur
4. Kelas I
: 16 tempat tidur
59
5.2
5. Kelas II
: 41 tempat tidur
6. Kelas III
: 24 tempat tidur
7. R. Isolasi
: 4 tempat tidur
8. R. Kebidanan
: 18 tempat tidur
9. R. ICU
: 6 tempat tidur
Hasil Perhitungan Rata-rata Lama Hari Pasien Dirawat (LOS) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan IIV Tahun 2014 Nilai Length of Stay (LOS) pada triwulan I-IV tahun 2014 untuk ruang rawat inap anggrek menurut perhitungan menggunakan rumus BarberJohnson dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.1 LOS Tahun 2014 Menurut Perhitungan Rumus Barber-Johnson Bulan
Lama Dirawat
Jumlah Hari
Jumlah Pasien Keluar
LOS (Hari)
Januari
292
31
76
3,84
Februari
251
28
77
3,26
Maret
256
31
80
3,2
Triwulan I
799
90
233
3,43
April
231
30
78
2,96
Mei
260
31
87
2,99
Juni
247
30
86
2,87
Triwulan II
738
91
251
2,94
Juli
235
31
82
2,87
Agustus
234
31
69
3,39
September
276
30
74
3,73
60
Tabel 5.1 LOS Tahun 2014 Menurut Perhitungan Rumus Barber-Johnson (lanjutan) Lama Jumlah Jumlah Pasien Bulan LOS (Hari) Dirawat Hari Keluar Triwulan III 745 92 225 3,31 Oktober
290
31
86
3,37
November
217
30
82
2,64
Desember
252
31
73
3,45
Triwulan IV
759
92
241
3,15
3041
365
950
3,20
TAHUN 2014
Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang Tahun 2014
Grafik 5.1 Nilai Perhitungan Indikator LOS Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Bulan Tahun 2014 3,84 3,20
2,96
2,99
3,39 2,87 2,87
3,73
3,45
3,37 2,64
Hari
3,26
Bulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang Tahun 2014 Standar nilai indikator LOS menurut Barber-Johnson yaitu 3-12 hari. Berdasarkan Grafik 5.1, menunjukkan nilai LOS ruang Anggrek selama tahun 2014 yang tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai 3,84 hari yang artinya telah memenuhi standar Barber-Johnson, sedangkan nilai LOS terendah terjadi pada bulan November dengan nilai 2,64 hari yang artinya belum memenuhi standar Barber-Johnson.
61
Grafik 5.2 Nilai Perhitungan Indikator LOS Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Triwulan Tahun 2014 3,43 3,31
Hari
3,15 2,94
Triwulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang Tahun 2014 Standar LOS menurut teori Barber-Johnson yaitu 3-12 hari. Berdasarkan Grafik 5.2, terlihat bahwa nilai LOS pada triwulan I, II, III, IV tahun 2014 mengalami fluktuasi nilai LOS, nilai LOS tertinggi terjadi pada triwulan I yaitu 3,43 hari yang artinya pada triwulan I nilai LOS telah memenuhi standar Barber-Johnson. Nilai LOS terendah terjadi pada triwulan II yaitu 2,94 hari yang artinya pada triwulan II nilai LOS belum memenuhi standar Barber-Johnson. Pada triwulan IV nilai LOS yaitu 3,15 hari yang artinya telah memenuhi standar Barber-Johnson, namun pada triwulan tersebut terdapat nilai LOS yang belum memenuhi standar BarberJohnson yaitu terjadi pada bulan November (2,64 hari).
62
5.3
Hasil Perhitungan Rata-rata Lama Hari Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan IIV Tahun 2014 Nilai Turn Over Inteval (TOI) pada triwulan I-IV tahun 2014 untuk ruang rawat inap anggrek menurut perhitungan menggunakan rumus BarberJohnson dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.2 TOI Tahun 2014 Menurut Perhitungan Rumus Barber-Johnson Bulan Lama Jumlah Jumlah Pasien T.Tidur Siap TOI Dirawat Hari Keluar Pakai (Hari) Januari 292 31 76 10 0,24 Februari
251
28
77
10
0,38
Maret
256
31
80
10
0,68
Triwulan I
799
90
233
10
0,43
April
231
30
78
10
0,88
Mei
260
31
87
10
0,57
Juni
247
30
86
10
0,62
Triwulan II
738
91
251
10
0,69
Juli
235
31
82
10
0,91
Agustus
234
31
69
10
1,10
September
276
30
74
10
0,32
Triwulan III
745
92
225
10
0,78
Oktober
290
31
86
10
0,23
November
217
30
82
10
1,01
Desember
252
31
73
10
0,79
Triwulan IV
759
92
241
10
0,67
TAHUN 2014
3041
365
950
10
0,64
Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang Tahun 2014
63
Grafik 5.3 Nilai Perhitungan Indikator TOI Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Bulan Tahun 2014 1,10 0,88
Hari
0,68
1,01
0,91
0,79 0,57
0,62
0,38
0,32
0,24
0,23
Bulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014 Standar nilai indikator TOI menurut Barber-Johnson yaitu 1-3 hari. Berdasarkan Grafik 5.3, menunjukkan selama tahun 2014 nilai TOI ruang Anggrek yang memenuhi standar Barber-Johnson hanya terjadi pada bulan Agustus (1,10 hari) dan bulan November (1,01 hari). Grafik 5.4 Nilai Perhitungan Indikator TOI Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Triwulan Tahun 2014 0,78
Hari
0,69
0,67
0,43
Triwulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014
64
Standar TOI menurut teori Barber-Johnson yaitu 1-3 hari. Berdasarkan Grafik 5.4, menunjukkan pada tahun 2014 nilai TOI secara triwulan tidak ada yang memenuhi standar Barber-Johnson, namun pada triwulan tertentu terdapat bulan yang memenuhi standar Barber-Johnson yaitu triwulan III yang terjadi pada bulan Agustus dan triwulan IV yang terjadi pada bulan November. Perbandingan nilai TOI Triwulan I-IV tahun 2014 menggunakan perhitungan rumus Departemen Kesehatan dengan rumus Barber-Johnson : Tabel 5.3 Perbandingan Nilai TOI Depkes dengan Barber-Johnson TOI (Hari) Triwulan Depkes Barber-Johnson Triwulan I 0,34 0,43 Triwulan II 0,39 0,69 Triwulan III 0,61 0,78 Triwulan IV 0,43 0,67 Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014 Terdapat perbedaan hasil perhitungan pada nilai TOI berdasarkan rumus perhitungan antara Departemen Kesehatan (Depkes) dengan BarberJohnson, nilai hasil perhitungan Departemen Kesehatan (Depkes) lebih kecil dibandingkan dengan nilai hasil perhitungan Barber-Johnson. Jika menggunakan perhitungan dan standar Departemen Kesehatan (Depkes) yaitu 1-3 hari, nilai TOI pada triwulan I, II, III, IV tidak masuk ke dalam standar Departemen Kesehatan (Depkes).
65
5.4
Hasil Perhitungan Persentase Tempat Tidur Yang Terisi (BOR) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan IIV Tahun 2014 Nilai Bed Occupancy Rate (BOR) pada triwulan I-IV tahun 2014 untuk ruang rawat inap anggrek menurut perhitungan menggunakan rumus Barber-Johnson dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.4 BOR Tahun 2014 Menurut Perhitungan Rumus Barber-Johnson T.Tidur BOR Bulan Lama Dirawat Jumlah Hari Siap Pakai (%) Januari 292 31 10 94,19 Februari
251
28
10
89,64
Maret
256
31
10
82,58
Triwulan I
799
90
10
88,78
April
231
30
10
77
Mei
260
31
10
83,87
Juni
247
30
10
82,33
Triwulan II
738
91
10
81,09
Juli
235
31
10
75,81
Agustus
234
31
10
75,48
September
276
30
10
92
Triwulan III
745
92
10
80,98
Oktober
290
31
10
93,55
November
217
30
10
72,33
Desember
252
31
10
81,29
Triwulan IV
759
92
10
82,5
3041
365
10
83,32
TAHUN 2014
Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014
66
Grafik 5.5 Nilai Perhitungan Indikator BOR Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Bulan Tahun 2014 82,58
77
83,87 82,33
92
93,55
75,81 75,48
72,33
81,29
Persentase
94,19 89,64
Bulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014 Standar nilai indikator BOR menurut Barber-Johnson yaitu 75-85%. Berdasarkan Grafik 5.5, terlihat bahwa nilai BOR di ruang Anggrek pada bulan Januari, Februari, September, dan Oktober tahun 2014 memiliki nilai BOR yang melebihi standar Barber-Johnson, sedangkan pada bulan November nilai BOR kurang dari standar Barber-Johnson. Grafik 5.6 Nilai Perhitungan Indikator BOR Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Triwulan Tahun 2014
Persentase
88,78
82,50
81,09
80,98
Triwulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014
67
Standar
BOR
menurut
teori
Barber-Johnson
yaitu
75-85%.
Berdasarkan Grafik 5.6, terlihat bahwa hanya pada triwulan I tahun 2014 nilai BOR tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Nilai BOR pada triwulan III
dan triwulan IV telah memenuhi standar Barber-Johnson,
namun pada triwulan tersebut terdapat nilai BOR yang tidak memenuhi standar Barber-Johnson yang terjadi pada bulan September (92%) dan bulan November (72,33%). Perbandingan nilai BOR Triwulan I-IV tahun 2014 menggunakan perhitungan rumus Departemen Kesehatan dengan rumus Barber-Johnson : Tabel 5.5 Perbandingan Nilai BOR Depkes dengan Barber-Johnson BOR (%) Triwulan Depkes Barber-Johnson Triwulan I 91,11 88,78 Triwulan II 89,23 81,09 Triwulan III 85 80,98 Triwulan IV 88,80 82,5 Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014 Terdapat perbedaan hasil perhitungan pada nilai BOR berdasarkan rumus perhitungan antara Departemen Kesehatan (Depkes) dengan BarberJohnson, nilai hasil perhitungan Departemen Kesehatan (Depkes) lebih besar dibandingkan dengan nilai hasil perhitungan Barber-Johnson. Jika menggunakan perhitungan dan standar Departemen Kesehatan (Depkes) nilai BOR yaitu 60-85%, pada triwulan II, III, IV masuk ke dalam standar. Hanya triwulan I yang tidak masuk ke dalam standar Departemen Kesehatan (Depkes).
68
5.5
Hasil Perhitungan Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur Pada Satu Periode (BTO) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 Nilai Bed Turn Over (BTO) pada triwulan I-IV tahun 2014 untuk ruang rawat inap anggrek menurut perhitungan menggunakan rumus BarberJohnson dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.6 BTO Tahun 2014 Menurut Perhitungan Rumus Barber-Johnson Bulan Jumlah Pasien Keluar T.Tidur Siap BTO Pakai Januari 76 10 7,6 Februari 77 10 7,7 Maret 80 10 8 Triwulan I 233 10 23,3 April 78 10 7,8 Mei 87 10 8,7 Juni 86 10 8,6 Triwulan II 251 10 25,1 Juli 82 10 8,2 Agustus 69 10 6,9 September 74 10 7,4 Triwulan III 225 10 22,5 Oktober 86 10 8,6 November 82 10 8,2 Desember 73 10 7,3 Triwulan IV 241 10 24,1 TAHUN 2014 950 10 95
Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014
69
Grafik 5.7 Nilai Perhitungan Indikator BTO Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Bulan Tahun 2014 7,7
8
7,8
8,7
8,6
8,6
8,2 6,9
7,4
8,2
7,3
Kali
7,6
Bulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014 Standar nilai indikator BTO menurut Barber-Johnson yaitu lebih dari 30 kali. Berdasarkan Grafik 5.7, menunjukkan bahwa nilai BTO ruang Anggrek setiap bulan selama tahun 2014 tidak ada yang memenuhi standar Barber-Johnson. Grafik 5.8 Nilai Perhitungan Indikator BTO Berdasarkan Teori Barber-Johnson Periode Per Triwulan Tahun 2014 25,1
Kali
24,1 23,3 22,5
Triwulan Sumber: Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang tahun 2014
70
Standar BTO menurut teori Barber-Johnson yaitu lebih dari 30 kali. Berdasarkan Grafik 5.8, dapat disimpulkan bahwa nilai BTO pada periode triwulan tahun 2014 tidak ada yang memenuhi standar Barber-Johnson.
5.6
Hasil Perhitungan Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Pemanfaatan Tempat Tidur dengan Menggunakan Grafik Barber-Johnson di Ruang Rawat Inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV Tahun 2014 Hasil perhitungan terhadap keempat indikator yang menggunakan rumus menurut teori Barber-Johnson didapatkan grafik efisiensi per triwulan pada ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang dapat dilihat pada grafik berikut ini.
71
Grafik Indikator Efisiensi berdasarkan teori BarberJohnson Periode Per Triwulan Tahun 2014 BOR 90%
BOR 80%
BOR 70%
BTO 12,5
BTO 15 BOR 50%
Triwulan I
BTO 20
Triwulan III Triwulan IV Triwulan II
BTO 30
Hari
Sumber: hasil perhitungan indikator LOS, TOI, BOR, BTO berdasarkan teori Barber-Johnson periode triwulan tahun 2014 Grafik 5.9 Barber-Johnson Per Triwulan Tahun 2014
72
Berdasarkan Grafik5.9, terlihat bahwa pada triwulan I pertemuan titik keempat indikator dalam grafik tidak berada dalam daerah efisiensi menurut teori Barber-Johnson, nilai indikator Length of Stay (LOS) berada pada titik 3,43 pada sumbu y, nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 0,43 pada sumbu x, nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis 88,78%, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 23,3. Pada triwulan II pertemuan titik keempat indikator dalam grafik tidak berada dalam daerah efisiensi menurut teori Barber-Johnson, nilai indikator Length of Stay (LOS) berada pada titik 2,94 pada sumbu y, nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 0,69 pada sumbu x, nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis 81,09%, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) pada titik 25,1. Pada triwulan III pertemuan titik keempat indikator dalam grafik tidak berada dalam daerah efisiensi menurut teori Barber-Johnson, nilai indikator Length of Stay (LOS) berada pada titik 3,31 pada sumbu y, nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 0,78 pada sumbu x, nilai indikator Bed Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis 80,98%, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 22,5. Pada triwulan IV pertemuan titik keempat indikator dalam grafik tidak berada dalam daerah efisiensi menurut teori Barber-Johnson, nilai indikator Length of Stay (LOS) berada pada titik 3,15 pada sumbu y, nilai indikator Turn Over Interval (TOI) berada pada titik 0,67 pada sumbu x, nilai indikator Bed
73
Occupancy Rate (BOR) berada pada titik garis 82,5%, dan nilai indikator Bed Turn Over (BTO) berada pada titik 24,1. Berdasarkan Grafik 5.9, menunjukkan bahwa pada triwulan I-IV tahun 2014 tidak masuk di dalam daerah efisiensi grafik Barber-Johnson. Daerah efisiensi yaitu daerah yang dibatasi dengan nilai Length of Stay (LOS) 3-12 hari pada sumbu y, Turn Over Interval (TOI) 1-3 hari pada sumbu x, Bed Occupancy Rate (BOR) 75-85% pada garis diagonal kiri bawah ke kanan atas, dan Bed Turn Over (BTO) lebih dari 30 pada garis diagonal kanan bawah ke kiri atas. Triwulan yang paling mendekati daerah efisiensi yaitu pada triwulan III. Dapat dinyatakan bahwa periode triwulan I-IV tahun 2014 tidak efisien menurut teori Barber-Johnson.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Penelitian 1. Sulitnya mendapatkan informasi dari pejabat yang berwenang yang bersangkutan dengan unit pelayanan rawat inap untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi pelayanan rawat inap. 2. Akses data yang terbatas di Rumah Sakit menyebabkan didapatkannya data yang sudah direkapitulasi di rekam medis sehingga perlu diverifikasi ulang untuk menghindari kesalahan pencatatan data.
6.2
Gambaran Rata-rata Lama Hari Pasien Dirawat (LOS) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 Length of Stay (LOS), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Selain itu, nilai LOS dapat digunakan untuk menghitung tingkat penggunaan sarana (utilization management) dan untuk kepentingan finansial (financial reports). (Depkes RI, 2005) Nilai LOS pada triwulan I-IV tahun 2014 mengalami fluktuasi. Pada triwulan II mengalami penurunan dari triwulan I dan menaik kembali pada
74
75
triwulan III namun pada triwulan IV terjadi penurunan kembali dengan perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan, perlu diperhatikan pada triwulan IV nilai LOS telah memenuhi standar Barber-Johnson, namun pada triwulan IV terdapat nilai LOS yang belum masuk ke dalam standar BarberJohnson yang terjadi pada bulan November. Rentang nilai LOS yang terjadi selama triwulan I-IV tahun 2014 berkisar antara 2,94-3,43 hari. Nilai LOS pada triwulan II tidak memenuhi standar Barber-Johnson yaitu minimal 3 hari. Nilai LOS pada triwulan II tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyak pasien yang keluar sebelum saatnya, misalnya segera dirujuk, meninggal karena gagalnya pertolongan, dipindahkan ke ruangan lain/pindah kelas, dan atau pulang atas permintaan sendiri. Menurunnya nilai LOS di ruang rawat inap Anggrek menurut hasil wawancara dengan Perawat (Ibu Jauhara), biasanya disebabkan oleh banyaknya pasien yang meminta untuk pindah ruangan dan pulang sebelum waktunya. Di ruang Anggrek lebih banyak merawat pasien dengan penyakit malaria yang hanya membutuhkan rawat inap 2-3 hari. Menurut hasil wawancara dengan Kepala rekam medis (Bapak Risdiarto), penurunan nilai LOS disebabkan karena banyak pasien yang meminta pindah ruangan dengan alasan kenyamanan dan pelayanan yang diberikan lebih baik dibandingkan di ruang rawat inap Anggrek yang merupakan ruang rawat inap kelas Utama dengan jumlah sepuluh tempat tidur yang disusun per ruang dan tidak ada ruang tunggu untuk keluarga.
76
Observasi yang dilakukan di ruang rawat inap Anggrek didapatkan pasien yang memilih pindah kelas karena di ruang rawat inap anggrek kurang nyaman dan lebih memilih kelas VIP untuk kenyamanan keluarga yang menunggu. Faktor-faktor pasien yang pulang belum saatnya menurut Penelitian yang dilakukan oleh Menap (2007) di RSUD Praya Kabupaten Lombok Tengah menyebutkan diantaranya yaitu alasan biaya sebesar 9,2%, ingin pindah rawat ke tempat lain sebesar 12,5%, kecewa dengan pelayanan yang diberikan sebesar 18,3%, tidak ada keluarga yang menunggu di RS 20,8%, tidak ada harapan untuk sembuh 17,5%, takut dan tidak setuju dengan tindakan sebesar 6,7% dan konflik dengan sikap dan perlakuan petugas sebesar 15%. Setelah melakukan observasi di ruang rawat inap Anggrek ditemukan adanya pasien yang lebih memilih pulang dan dirawat di rumah dengan alasan tidak ada yang menemani di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Denny Astrie (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai LOS diantaranya yaitu jumlah pasien keluar, jumlah hari perawatan pasien keluar, dan jenis obat paten yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan nilai LOS yang turun pada triwulan II dimana jumlah hari perawatan di ruang rawat inap Anggrek yang relatif rendah karena kebanyakan pasien yang dirawat merupakan pasien dengan penyakit akut misalnya malaria. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Lestari (2012) di RSUD Kabupaten Sukoharjo didapatkan nilai LOS di ruang Cempaka II pada triwulan I yaitu
77
4,46 hari, triwulan II yaitu 3,75 hari, triwulan III yaitu 4,28 hari, dan triwulan IV yaitu 4,70 hari. Secara keseluruhan nilai LOS di ruang Cempaka III sesuai dengan standar Barber-Johnson. Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Tri Lestari dapat dikatakan bahwa teori Barber-Johnson sangat dibutuhkan oleh rumah sakit untuk menilai indikator LOS di ruang rawat inap karena merupakan salah satu prasyarat penilaian akreditasi rumah sakit mengenai efisiensi oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit. Pasien mempunyai hak untuk menolak perawatan atau tindakan sesuai dengan hukum yang berlaku namun harus diberi tahu mengenai akibat medis dari penolakan ini. Adanya faktor-faktor yang membuat pasien pulang belum saatnya atau pindah ke ruangan lain/pindah kelas dapat mempengaruhi nilai lama hari pasien dirawat (LOS) di ruang rawat inap rumah sakit sehingga mempengaruhi tingkat efisiensi pelayanan rawat inap. Bila dibandingkan dengan perhitungan LOS menurut rumus Departemen Kesehatan tidak mengalami perbedaan. Menurut standar Departemen Kesehatan nilai LOS ruang rawat inap Anggrek pada triwulan I-IV tahun 2014 tidak memenuhi standar Departemen Kesehatan yaitu 6-9 hari. Upaya menjaga nilai lama hari pasien dirawat (LOS) agar sesuai dengan standar menurut Barber-Johnson perlu adanya kebijakan dari manajemen rumah sakit. Rumah sakit perlu memperhatikan keahlian dan keterampilan tenaga medis yang sesuai standar. Rumah sakit disarankan untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu sesuai standar akreditasi.
78
Dokter maupun perawat memberikan arahan kepada pasien untuk tidak pulang sebelum saatnya. Dokter dan perawat harus menghindari konflik antara pasien dengan tenaga medis.
6.3
Gambaran Rata-rata Lama Hari Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan IIV Tahun 2014 Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran efisiensi penggunaan tempat tidur. (Depkes RI, 2005) Nilai TOI pada triwulan I-IV mengalami fluktuasi. Pada triwulan I-III terjadi peningkatan nilai TOI namun pada triwulan IV terjadi penurunan dengan perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan pada turunnya nilai TOI. Rentang nilai TOI yang terjadi selama tahun 2014 per triwulan berkisar antara 0,4-0,78 hari. Dari rentang waktu triwulan I-IV tahun 2014 nilai TOI dinyatakan tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Nilai TOI yang rendah di ruang rawat inap Anggrek tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Nilai TOI yang rendah disebabkan karena kurangnya jumlah tempat tidur, padahal peminat sangat tinggi atau kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan rawat inap di ruang Anggrek sangat tinggi. Hal ini dimungkinkan karena Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang menjadi pilihan utama masyarakat kota Pangkalpinang dan
79
sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya antrian penggunaan tempat tidur di ruang tersebut. Faktor ekonomi masyarakat Pangkalpinang berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat Pangkalpinang tahun 2012 yaitu 73,78 yang menandakan masyarakat Pangkalpinang cukup maju. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) tahun 2013 sebesar 106,76. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) menggambarkan persepsi kondisi ekonomi konsumen level rumah tangga pada triwulan berjalan dan perkiraan untuk triwulan mendatang. Berdasarkan kedua indeks tersebut, ekonomi masyarakat Pangkalpinang dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat menjadi faktor pemicu alasan masyarakat Pangkalpinang memilih kelas utama sebagai ruang rawat inap di rumah sakit. Hasil wawancara dengan Staff registrasi menunjukkan bahwa ruang rawat inap Anggrek yang merupakan ruangan kelas utama menjadi pilihan ruangan yang paling banyak dipilih oleh pasien terutama pasien dengan ekonomi menengah ke atas yaitu pasien umum dan pasien rekanan dari Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang. Hal ini menyebabkan banyaknya pasien yang antri untuk rawat inap sehingga membuat nilai TOI menjadi rendah. Menurut Soejadi (1996) nilai TOI yang rendah mempunyai nilai positif untuk efisiensi ruang rawat inap dari segi ekonomi namun dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadinya infeksi nosokomial. Pada ruang rawat inap Anggrek jeda waktu tempat tidur tidak terisi atau kosong yang
80
kurang dari satu hari, tempat tidur yang telah dipakai oleh pasien sebelumnya kemungkinan akan sulit untuk dibersihkan atau disterilkan sehingga meningkatkan resiko infeksi nosokomial. Penelitian yang dilakukan oleh Dwianto, dkk (2012) di ruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali pada triwulan I yaitu 0,24 hari, triwulan II yaitu 0,15 hari, triwulan III yaitu 0,33 hari, dan triwulan IV yaitu 0,15 hari. Secara keseluruhan nilai TOI di ruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Nilai TOI yang rendah disebabkan karena kurangnya jumlah tempat tidur di ruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang yang juga kekurangan jumlah tempat tidur. Perbandingan perhitungan TOI per triwulan tahun 2014 antara perhitungan menurut teori Barber-Johnson dengan menurut rumus Departemen Kesehatan (Depkes) mengalami perbedaan yaitu didapatkannya hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai standar Barber-Johnson. Hal ini disebabkan rumus yang digunakan dalam perhitungan berbeda, Departemen Kesehatan menggunakan hari perawatan sedangkan teori Barber-Johnson menggunakan lama hari dirawat. Perbedaan hari perawatan dengan lama dirawat mempengaruhi nilai TOI, karena bila hari perawatan dihitung mulai dari tanggal pertama pasien masuk ruang perawatan sampai tanggal pasien keluar ruang perawatan,
81
sedangkan lama hari dirawat dihitung selisih dari tanggal terakhir pasien dirawat dan tanggal pasien masuk ruang perawatan. Upaya meningkatkan nilai TOI agar sesuai standar diperlukan adanya penambahan jumlah tempat tidur pada ruang rawat inap atau pembuatan ruangan baru yang sejenis dengan jumlah tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan dengan jumlah pasien masuk dan beban kerja tenaga medis sehingga mengurangi resiko kejadian infeksi nosokomial dan beban kerja tenaga medis berkurang.
6.4
Gambaran Persentase Tempat Tidur Yang Terisi (BOR) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014 Bed Occupancy Rate (BOR) menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai BOR triwulan I-IV tahun 2014 mengalami fluktuasi. Pada triwulan I-III terjadi penurunan nilai BOR namun pada triwulan IV terjadi peningkatan dengan perbedaan nilai BOR yang tidak terlalu signifikan. Rentang nilai BOR yang terjadi selama tahun 2014 per triwulan yaitu antara 80,98%-88,78%. Dari rentang waktu triwulan I-IV tahun 2014 nilai BOR relatif memenuhi standar teori Barber-Johnson hanya pada triwulan I tidak
82
memenuhi standar. Pada triwulan IV nilai BOR telah memenuhi standar Barber-Johnson, namun pada triwulan IV terdapat nilai BOR yang tidak memenuhi standar Barber-Johnson yang terjadi pada bulan November. Penambahan jumlah tempat tidur pada tahun 2013 dikatakan masih kurang karena masih rendahnya nilai TOI periode triwulan tahun 2014 dan terjadi peningkatan BOR pada triwulan I tahun 2014 yang tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Adanya kendala masalah pembiayaan menghambat penambahan jumlah tempat tidur di ruang rawat inap Anggrek. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyono, dkk (2011) di Bangsal Sakura Rumah Sakit Umum Daerah Sragen didapatkan nilai BOR pada triwulan I yaitu 76,07 %, triwulan II yaitu 84,35%, triwulan III yaitu 74,05%, dan triwulan IV yaitu 74,52%. Pada triwulan I dan triwulan II nilai BOR sudah masuk dalam standar Barber-Johnson namun pada triwulan III dan triwulan IV terjadi penurunan nilai BOR dan tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Hal ini dipengaruhi oleh nilai TOI yang mengalami fluktuasi. Nilai BOR di ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang juga dipengaruhi oleh nilai TOI yang mengalami fluktuasi. Menurut Soejadi (1996), secara statistik nilai TOI yang rendah dapat disebabkan karena nilai BOR yang tinggi, karena semakin besar nilai BOR maka nilai TOI akan rendah. Peningkatan BOR yang terlalu tinggi justru menurunkan kualitas kinerja tim medis karena tekanan beban kerja, ruangan yang terbatas dan penggunaan yang berlebihan fasilitas dan peralatan dan berakibat menurunkan kepuasan serta keselamatan pasien. Keadaan yang
83
penuh (crowded) akan mengurangi jumlah oksigen yang siap pakai untuk setiap pasien, terbuka kemungkinan bahaya infeksi dan meningkatkan kesulitan memperoleh perawatan yang layak yang dibutuhkan pasien. Keadaan demikian tercermin pada kurang adanya kemajuan kondisi pasien. Perpanjangan masa penyembuhan yang ditandai oleh komplikasi dan adanya halangan untuk mendapat perawatan yang baik. Bila dibandingkan perhitungan BOR per triwulan tahun 2014 antara perhitungan menurut teori Barber-Johnson dengan menurut rumus Departemen Kesehatan (Depkes) mengalami perbedaan. Nilai BOR menurut standar Departemen Kesehatan lebih besar dari nilai standar BarberJohnson. Nilai BOR ruang rawat inap Anggrek pada triwulan I-IV tahun 2014 berdasarkan perhitungan dengan rumus Departemen Kesehatan tidak memenuhi standar yang menurut standar Departemen Kesehatan yaitu 6085%. Rumus yang digunakan dalam perhitungan menurut Departemen Kesehatan menggunakan hari perawatan sedangkan teori Barber-Johnson menggunakan lama hari dirawat. Perbedaan ini mempengaruhi nilai karena bila hari perawatan dihitung mulai dari tanggal pertama pasien masuk ruang perawatan sampai tanggal pasien keluar ruang perawatan, sedangkan lama hari dirawat dihitung selisih dari tanggal terakhir pasien dirawat dan tanggal pasien masuk ruang perawatan. Semakin rendah nilai BOR maka semakin sedikit tempat tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah tersedia.
84
Dengan kata lain, penggunaan tempat tidur yang rendah menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Suatu pengelolaan rumah sakit dikatakan efektif jika rumah sakit mendapat keuntungan atau benefit sebesar-besarnya yang dapat juga diartikan semakin tinggi persentase BOR semakin tinggi juga keuntungan suatu rumah sakit. Tetapi nilai BOR mempunyai standar nilai yang dapat mengatakan efisiensi pengelolaan rumah sakit sudah efisien yaitu jika pengelolaan rumah sakit menggunakan sumber daya sekecil-kecilnya yaitu yang dimaksud dengan sumber daya disini dapat berupa jumlah tempat tidur maupun jumlah tenaga medis. Jadi suatu rumah sakit yang efektif belum berarti rumah sakit tersebut sudah dikelola efisien, dan begitu juga sebaliknya. Rumah sakit sudah dikelola secara efektif dan efisien jika dengan sumber daya yang ada dipakai sekecil-kecilnya tetapi mendapat juga keuntungan yang besar. Upaya menjaga nilai BOR agar sesuai standar rumah sakit perlu menambahkan jumlah tempat tidur melalui perhitungan jumlah tempat tidur berdasarkan nilai BOR periode sebelumnya dengan beban kerja tenaga medis di ruang rawat inap atau pembuatan ruangan baru yang sejenis. Rumah sakit juga membuat kebijakan mengenai jumlah tempat tidur apabila terjadi lonjakan jumlah pasien karena faktor penyakit musiman yang salah satunya adalah penyakit malaria dimana Provinsi Bangka Belitung merupakan daerah endemis malaria.
85
6.5
Gambaran Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur Pada Satu Periode (BTO) di Ruang Rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan IIV Tahun 2014 Bed Turn Over (BTO) menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Nilai BTO pada triwulan I-IV tahun 2014 mengalami fluktuasi. Pada triwulan I-II terjadi peningkatan nilai BTO namun pada triwulan II-III terjadi penurunan dengan perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan dan pada triwulan III-IV terjadi peningkatan kembali nilai BTO. Rentang nilai BTO yang terjadi selama tahun 2014 periode triwulan yaitu antara 22,5-25,1 kali. Nilai BTO pada triwulan I-IV tahun 2014 tidak memenuhi standar Barber-Johnson, standar menurut teori Barber-Johnson yaitu lebih dari 30 kali. Perbandingan perhitungan BTO menurut teori Barber-Johnson dengan rumus Departemen Kesehatan (Depkes) tidak mengalami perbedaan tetapi memiliki standar yang berbeda yaitu menurut teori Barber-Johnson lebih dari 30 kali dan menurut standar Departemen Kesehatan mempunyai nilai ideal 40-50 kali. Jika dihitung selama periode 1 tahun nilai BTO ruang rawat inap Anggrek pada tahun 2014 memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson yaitu dengan nilai 95 kali tetapi untuk standar Departemen Kesehatan melebihi batas ideal yang ditetapkan.
86
Menurut Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), perhitungan nilai BTO secara periode triwulan belum dapat menggambarkan efisiensi ruang rawat inap, karena perhitungan yang dapat menjelaskan efisiensi rawat inap menggunakan satuan periode tahun dalam perhitungannya. Perhitungan nilai BTO periode triwulan digunakan hanya untuk mengetahui peningkatan pelayanan rawat inap dari periode triwulan sebelumnya. Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dwianto, dkk (2012) di ruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali nilai BTO pada triwulan I yaitu 18,53 kali, triwulan II yaitu 23,34 kali, triwulan III yaitu 19,58 kali, dan triwulan IV yaitu 21,47 kali. Secara keseluruhan nilai BTO di ruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali tidak memenuhi standar BarberJohnson. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang, perhitungan nilai BTO dilakukan dalam satuan periode triwulan. Berdasarkan penelitian Denny Astri (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai BTO di ruang rawat inap yaitu jumlah pasien keluar dan kejadian luar biasa. Untuk menaikkan nilai BTO, maka rumah sakit dapat meningkatkan jumlah pasien keluar karena memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai BTO. Berdasarkan hasil penelitian Denny Astri disarankan RS Bakti Timah Pangkalpinang perlu membuat kebijakan mengenai
lama
perawatan
pasien
meningkatkan jumlah pasien keluar.
terhadap
penyakitnya
sehingga
87
Secara statistik semakin tinggi nilai BTO berarti setiap penggunaan tempat tidur yang tersedia digunakan oleh banyak pasien secara bergantian. Hal ini menguntungkan bagi pihak rumah sakit, karena tempat tidur yang tesedia aktif menghasilkan pemasukan. Nilai BTO berhubungan dengan rendahnya nilai LOS rumah sakit. Semakin tinggi angka BTO berarti setiap tempat tidur yang tersedia digunakan oleh semakin banyak pasien secara bergantian. Tetapi semakin singkat lama perawatan pasien, maka pergantian tempat tidur juga akan semakin cepat.
6.6
Gambaran Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Pemanfaatan Tempat Tidur dengan Menggunakan Teori BarberJohnson di Ruang Rawat Inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV Tahun 2014 Barry Barber dan David Johnson pada tahun 1973 menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit yang dilihat dari segi medis dan segi ekonomi. Barber – Johnson merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal perawatan pasien yaitu LOS, TOI, BOR dan BTO. Titik efisiensi dalam grafik Barber-Johnson di ruang Anggrek pada triwulan I sampai triwulan IV mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada grafik 5.9, terlihat pada triwulan I sampai triwulan IV tahun 2014 tidak ada titik yang masuk ke dalam daerah efisiensi. Titik yang mendekati daerah efisiensi yaitu titik pada triwulan III tahun 2014.
88
Titik pada triwulan I sampai triwulan IV berdasarkan grafik BarberJohnson belum berada pada daerah efisiensi. Hal ini disebabkan oleh jumlah pasien rawat inap yang masuk meningkat dikarenakan Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang diambil alih kembali oleh PT. Timah Tbk yang sebelumnya telah dilepas sehingga Rumah Sakit Bakti Timah mendapatkan tambahan pasien dari karyawan serta rekanan lainnya dan tidak hanya melayani pasien umum, banyaknya pasien yang pindah kelas dan pulang belum saatnya serta kurangnya jumlah tempat tidur. Meningkatnya jumlah pasien rawat inap perlu dibuat suatu rencana kebijakan rumah sakit untuk penambahan tempat tidur pada tahun 2015. Pada tahun 2013 telah diajukan penambahan 4 tempat tidur namun menemui kendala di bagian keuangan dan hanya ditambahkan 2 tempat tidur saja. Penambahan jumlah tempat tidur membuat nilai BOR telah memenuhi standar Barber-Johnson, namun berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Rekam Medis penambahan jumlah tempat tidur tersebut masih dirasa kurang dan untuk mengendalikan nilai LOS perlu adanya kebijakan yang lebih lanjut dari manajemen tingkat atas untuk pelayanan medis dan kebijakan pengontrolan pasien yang pulang belum saatnya. Standar indikator efisiensi pelayanan rawat inap menurut teori BarberJohnson yaitu: 1. BOR = 75-85% 2. LOS = 3-12 hari 3. TOI = 1-3 hari
89
4. BTO = > 30 kali Nilai TOI yang terlalu kecil yaitu kurang dari satu hari terjadi karena banyaknya pasien yang memilih ruang Anggrek sebagai tempat rawat inap terutama pasien rekanan Rumah Sakit Bakti Timah dan pasien umum yang mempunyai tingkat ekonomi menengah ke atas karena ruang rawat inap Anggrek merupakan kelas Utama di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang tidak sebanding dengan jumlah tempat tidur yang tersedia. Semakin rendah nilai BOR maka semakin sedikit tempat tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah tersedia. Dengan kata lain, penggunaan tempat tidur yang rendah menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Untuk menjaga nilai TOI dan BOR sesuai standar diperlukan kebijakan penambahan jumlah tempat tidur agar nilai TOI dan BOR masuk ke dalam standar dan untuk menjaga nilai LOS diperlukan kebijakan dalam pengontrolan pasien agar tidak pulang sebelum saatnya, kebijakan pemindahan kelas ruang rawat inap, dan peningkatan mutu pelayanan baik dari sisi medis maupun administrasi dan manajemen serta peningkatan keahlian dan keterampilan tenaga medis baik dokter maupun perawat. Di Indonesia Rumah Sakit wajib membuat laporan mengenai efisiensi menggunakan grafik Barber-Johnson namun pada perhitungan nilai keempat parameter masih menggunakan rumus Departemen Kesehatan. Hal ini kurang sesuai karena grafik Barber-Johnson dibuat berdasarkan rumus Barber-Johnson yang berbeda dengan rumus Departemen Kesehatan pada
90
perhitungan nilai TOI dan nilai BOR. Oleh karena itu rumah sakit disarankan untuk melakukan perhitungan keempat indikator menggunakan rumus Barber-Johnson agar sesuai dengan grafik yang telah dibuat oleh Barry Barber dan David Johnson. Strategi
yang
dapat
dilakukan
Rumah
Sakit
Bakti
Timah
Pangkalpinang untuk tercapainya efisiensi rawat inap menurut standar Barber-Johnson diantaranya yaitu : 1. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas melalui pendidikan dan pelatihan baik petugas medis maupun paramedis. 2. Meningkatkan kuantitas tenaga, khususnya tenaga keperawatan untuk memenuhi standar kebutuhan tenaga Rumah Sakit. 3. Melakukan pengembangan fasilitas tempat tidur untuk mengantisipasi jumlah pasien. 4.
Melengkapi alat-alat kedokteran penunjang pelayanan medis rawat inap.
5.
Meningkatkan promosi pemasaran rumah sakit baik dari segi pelayanan maupun peralatan.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan 1. Rumah Sakit Bakti Timah merupakan rumah sakit swasta yang dikelola oleh PT. Timah Tbk yang melayani pasien umum dan pasien rekanan rumah sakit. 2. Gambaran rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai LOS menurut teori Barber-Johnson dengan nilai : a. Triwulan I
= 3,43 hari
b. Triwulan II
= 2,94 hari
c. Triwulan III
= 3,31 hari
d. Triwulan IV
= 3,63 hari
Nilai LOS pada Triwulan I,III, dan IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek sudah memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson sedangkan Triwulan II tidak memenuhi standar Barber-Johnson. 3. Gambaran rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai TOI menurut teori barber-johnson dengan nilai : a. Triwulan I
= 0,43 hari
91
92
b. Triwulan II
= 0,69 hari
c. Triwulan III
= 0,78 hari
d. Triwulan IV
= 0,67 hari
Nilai TOI pada Triwulan I-IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek tidak memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson. 4. Gambaran persentase tempat tidur yang terisi (BOR) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai BOR menurut teori Barber-Johnson dengan nilai : a. Triwulan I
= 88,78%
b. Triwulan II
= 81,09%
c. Triwulan III
= 80,97%
d. Triwulan IV
= 82,5%
Nilai BOR pada Triwulan II-IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek sudah memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson. 5. Gambaran frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai BTO menurut teori Barber-Johnson dengan nilai : a. Triwulan I
= 23,3 kali
b. Triwulan II
= 25,1 kali
c. Triwulan III
= 22,5 kali
d. Triwulan IV
= 24,1 kali
93
Nilai BTO pada Triwulan I-IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek belum memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi keempat indikator yaitu: a. Rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS) dipengaruhi oleh faktor banyaknya pasien yang meminta untuk pindah ruangan dan pulang sebelum waktunya. b. Rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI) dipengaruhi oleh faktor kurangnya jumlah tempat tidur tetapi ruang Anggrek menjadi pilihan utama masyarakat. c. Persentase tempat tidur yang terisi (BOR) dipengaruhi oleh faktor adanya penambahan jumlah tempat tidur di ruang rawat inap Anggrek dari yang sebelumnya berjumlah 8 tempat tidur menjadi 10 tempat tidur. d. Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) dipengaruhi oleh faktor perbandingan jumlah pasien masuk lebih banyak daripada pasien keluar. 7. Gambaran efisiensi berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan menggunakan grafik Barber-Johnson di ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV tahun 2014 tidak masuk dalam daerah efisien dalam grafik Barber-Johnson, yang paling mendekati daerah efisien yaitu pada Triwulan III tahun 2014.
94
7.2
Saran
7.2.1 Bagi Rumah Sakit 1. Perlu diadakan penambahan jumlah tempat tidur yang sesuai untuk menjaga nilai TOI dan BOR agar masuk ke dalam standar menurut teori Barber-Johnson atau pembuatan ruangan sejenis dengan memperhatikan jumlah tenaga medis sesuai dengan beban kerjanya. 2. Perlu dibuat kebijakan pengarahan oleh dokter dan perawat mengenai resiko dan dampak pengobatan yang tegas kepada pasien yang pulang belum saatnya agar tidak terjadi kasus pulang paksa yang mempengaruhi nilai keempat indikator grafik Barber-Johnson. 3. Perlu dibuat kebijakan mengenai pemindahan ruangan atas permintaan pasien dengan pembatasan jumlah pasien per kelas. 4. Untuk kekonsistenan perhitungan efisiensi sebaiknya menggunakan rumus teori Barber-Johnson bila menggunakan grafik Barber-Johnson dalam pelaporannya karena bila menggunakan rumus dari Departemen Kesehatan sedikit berbeda pada hasil perhitungan yang menyebabkan nilai parameter BOR menjadi lebih tinggi dan nilai TOI yang menjadi lebih rendah. 5. Diadakannya pencatatan di ruang rekam medis untuk jumlah pasien masuk per ruang untuk memudahkan prakiraan jumlah tempat tidur agar tercapainya efisiensi pelayanan rawat inap.
95
7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Mendapatkan informasi dari manajemen tingkat atas untuk masalah efisiensi pelayanan rawat inap. 2. Mendapatkan akses data yang luas di rekam medis maupun di ruang perawatan mengenai data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-Press Aidil,
Jaoumil.
1994.
Analisa
Tingkat
Efisiensi
Untuk
Meningkatkan
Produktivitas Instalasi Rawat Inap (IRNA) Dengan Menggunakan Metode DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA). Madiun: Universitas Pembangunan Nasionan “veteran” Jawa Timur Astrie, Denny. 2009. Perancangan Model Penentuan Standar Indikator Keberhasilan Pelayanan Rumah Sakit Kelas C Di Provinsi Riau. Depok: Universitas Indonesia Darmanto, R. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta: Hipokrates Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1978. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dharmawan, Y. 2006. Sistem Informasi Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur Unit Rawat Inap dengan Menggunakan Indikator Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang Dwianto, dkk. 2012. Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson Pada Bangsal Kelas III Di Rsud Pandan Arang Boyolali Periode Triwulan Tahun 2012. Karang Anyar: APIKES Mitra Husada Hartono, D. 1991. Indikator Penampilan Penilaian Rumah Sakit. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran
Hasibuan, S. 2010. Pembuatan Program Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara Jones, Charles O. 1984. Pengantar Kebijakan Publik ( Public Policy ). Jakarta : Rajawali Press Kementerian
Kesehatan
R.I.
2007.
KEPMENKES
NO.1165/MENKES/SK/X/2007 Tentang Pola Tarif Rumah Sakit Badan Layanan Umum Kementerian Kesehatan R.I. 2009. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Kementerian Kesehatan R.I. 2011. Juknis SIRS 2011 Sistem Informasi Rumah Sakit Kementerian Kesehatan R.I. 2006. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum) Mardiyono, dkk. 2011. Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Periode Triwulan Tahun 2011. Karanganyar: APIKES Mitra Husada Karanganyar Menap, 2007. Analisis Alasan Pasien Pulang Paksa (Discharge Against Medical Advice) Di RSUD Praya Kabupaten Lombok Tengah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Lestari, Tri, dkk. 2012. Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur Di Unit Pelayanan Penyakit Dalam Di Bangsal Cempaka 1 Dan Cempaka 2 Berdasarkan Grafik Barber Johnson Di RSUD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012. Karang Anyar: APIKES Mitra Husada
Nisa, F. 2013. Tinjauan Grafik Barber Johnson Terhadap Pemanfaatan Sarana di Rumah Sakit Jiwa DR. Soeharto Heerdjan. Jakarta: Universitas Esa Unggul Respati, dkk. 2001. Penerapan Metode Barber Johnson Untuk Menilai Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia. Surabaya: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan Riyadi, S. 1994. Penilaian Kembali Penggunaan Metoda Barber Johnson dalam Penilaian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran Rustiyanto, E. 2010. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sari, I. 2009. Gambaran Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber-Johnson di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003-2007. Medan: Universitas Sumatera utara Simatupang, S. 2004. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Porsea Kabupaten Toba-Samosir Tahun 1999-2003. Medan: Universitas Sumatera Utara Soejadi, DHHSA. 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator. Jakarta: Katiga Bina Suharto, Edi. 2006. Kebijakan Sosial, Makalah Seminar. Bandung Suryani, A.E. 2010. Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
REKAPITULASI SENSUS HARIAN RAWAT INAP ANGGREK REKAM MEDIS 2012
Lampiran 3 REKAPITULASI SENSUS HARIAN RAWAT INAP ANGGREK REKAM MEDIS 2013
Lampiran 4 REKAPITULASI SENSUS HARIAN RAWAT INAP ANGGREK REKAM MEDIS 2014