Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
PERANAN GURU PKn DALAM MEMBINA ETIKA SISWA DISEKOLAH Oleh : Prima Melati Program Studi PKn Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), Garut ABSTRAK Guru PKn mempunyai peranan membawa peserta didiknya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik, Guru PKn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi serta keterampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan ke arah yang lebih baik, bahwa jelas guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada peserta didiknya. Seorang guru harus mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas supaya peserta didiknya bisa lebih berkualitas dan gurunya juga merupakan orang yang bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, guru yang bertanggung jawab dapat mengarahkan siswa berbuat baik, sabar dan penuh pengertian. Guru harus memiliki moral yang baik dan menunjukkann sikap serta nilai-nilai yang berbudi luhur agar dapat menjadi panutan bagi anak didiknya, sehingga proses pendidikan yang dilaksanakan dapat berhasil sesuai dengan tujuan. Berdasarkan deskripsi diatas dan dihubungkan dengan kenyataan yang terjdi di SMA Negeri 17 Garut, sebagai guru PKn sejauh mana memberikan pelajaran tentang etika kepada siswa baik bagaimana cara berbicara atau bertingkah laku. Untuk itu penulis bermaksud melaksanakan penelitian lebih dalam yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “PERANAN GURU PKN DALAM MEMBINA ETIKA SISWA DI SEKOLAH” (Studi Deskriptif di Kelas XI-IPA SMA Negeri 17 Garut). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :”Bagaimana Peranan Guru Pkn Dalam Membina Etika Siswa Di Sekolah”. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui sejauhmana peranan Guru PKn dalam emmbina etika siswa di SMA Negeri 17 Garut. (2) Untuk mengetahui sejauhmana bentuk kegiatan siswa yang bisa dikembangkan melalui mata pelajaran PKn. (3) Untuk mengetahui sejauhmana Hambatanhambatan yang ditemui dalam membina etika siswa SMA Negeri 17 Garut. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 140 orang responden dan sampel sebanyak 42 orang responden yang diambil datanya melalui angket dan 2 orang Guru PKn yang diambil datanya melalui wawancara untuk memperoleh hasil penelitian tentang Peranan Guru PKn dalam membina etika siswa di sekolah. Sedangkan untuk saran penulis menyaran : (1) Bagi pengajar dalam hal ini guru PKn diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau informasi dalam pencapaian tujuan pengajaran. (2) Guru diharapkan dalam melaksanakan proses pembelajaran harus mengedepankan sikap etika yang baik agar menjadi contoh bagi siswanya. (3) Guru diharapkan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan. (4) Guru PKn tidak hanya sekedar menyampaikan materi, tetapi juga sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran agar prestasi bisa tercapai dengan optimal. Keyword : Gur PPKn, Etika Siswa
Pendahuluan Berkembangnya isu-isu moral di kalangan remaja seperti tindakan melawan orang tua, melanggar peraturan atau kebijakan sekolah, tawuran pelajar, penggunaan narkoba, pornografi, merusak milik orang lain, mencari kebocoran soal ujian, kekerasan dan lai-lain sudah menjadi masalah sosial yang serius di kalangan pelajar sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.
65
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
Dampak yang timbul cukup memprihatinkan dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan yang muda, karena menuju kepada tindakan kriminal. Kondisi ini sangat meresahkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku berserta korbannya adalah kaum remaja terutama para pelajar dan mahasiswa. Dari beberapa faktor di atas mencerminkan bahwa perilaku siswa tidak lagi didasari etika, akhlaq yang baik, mereka melakukan tindakan sesuai dengan keinginannya, mereka berbuat tanpa memandang itu benar atau salah menurut agama, tata krama, adat istiadat masyarakat, mereka lebih memilih hidup bebas ( tidak terikat dalam aturan) dan kontroversial. Persoalan moral siswa ini sebenarnya tidak cukup hanya dibebankan kepada guru masingmasing di sekolah, melain semua unsur yang ada dalam masyarakat baik itu orang tua, lembaga keagamaan, pendidikan sosial, instansi pemerintah dan sebagainya. Apalagi jika komunitas suatu sekolah terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan ras. Berbagai konflik bermunculan. Jika kondisi tidak diatas maka akan timbul konflik-konflik yang lebih besar. Akibat masalah moral, etika akan terabaikan begitu saja. Hal tersebut benar-benar bertentangan dengan tujuan dari pendidikan di Indonesia yaitu untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Manusia yang mempunyai kepribadian, beretika, bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan demikian tujuan pendidikan untuk membentuk manusia seutuhnya seperti yang diuraikan dalam UU No. 20. Tahun 2003, Bab II, pasal 3, adalah : Manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk itu perlu ditanamkan sikap jujur, saling menghargai, bertoleransi dalam diri setiap siswa, karena sikap ini mempunyai dampak luas bagi dikehidupan orang lain dalam masyarakat dan negara. Untuk menanamkan nilai-nilai moral tersebut pada siswa di perlukan adanya pengajaran pendidikan Kewarganegaraan. PendidikanKewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang terampil, dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan mencakup : 1. Tujuan Umum Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai hubungan antara warga negara dengan dengan negara serta PPBN agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara. 2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai WNI terdidik dan bertanggung jawab. b. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional. c. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Rumusan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Aspek-aspek kompetensi tersebut mencakup “pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions)” Branson dalam Budimansyah dan Suryadi (2008:33).
66
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
Pendidikan Kewarganegaraan menitikberatkan pada kemampuan dan keterampilan berfikir aktif warga negara, terutama generasi muda, dalam menginternalisasikan nilainilai warga negara yang baik (good citizen) dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah kemasyarakatan” (civic affairs). (Soemantri, 2001:161). Pendidikan Kewarganegaraan juga selalu mengajarkan nilai-nilai moral. Dan mengajarkan nilai-nilai moral tersebut tentunya merupakan tugas pendidik atau guru. “Para pendidik berperan dalam mengembangkan nilai ketika anak mulai masuk sekolah. Pada saat inilah anak mulai memasuki dunia nilai yang ditandai dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Mereka memasuki proses peralihan menuju kesadaran bernilai”. Zaim Elmubarok (2008:33) Penanaman nilai-nilai dan peraturan dalam membina etika siswa, kewarganegaraan tidak lain adalah untuk membina etika siswa, karena etika merupakan faktor pendorong dalam kemajuan sekolah. Dimana etika merupakan pola tingkah laku baik atau buru. Zaim Elmubarok (2008:9). Di dalam implementasinya, guru PKn memegang peranan penting dalam pembentukan warga negara Indonesia yang baik, (to be a good citizenship) karena guru PKn secara langsung berinteraksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran. Selain itu juga guru PKn dituntut bukan hanya sebagai pemberi materi pembelajaran saja, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pembinaan moral dan perilaku siswa sesuai dengan nilai, etika, moral, norma, yang berlaku di masyarakat sehingga akan terbentuk warga negara yang baik dan bertanggung jawab, dan mempunyai karakter budaya Indonesia. Sementara trifungsi peran PKn seperti yang dikemukakan oleh Achmad Kosasih Djahiri (1996:19) adalah berikut : 1. Membina dan membentuk kepribadian atau jati diri manusia Indonesia yang berjiwa pancasila dan berkepribadian Indonesia. 2. Membina bangsa Indonesia melek politik, melek hukum, dan melek pembangunan serta melek permasalahan diri, masyarakat, bangsa dan negara. 3. Membina pembentukan siswa (Substansial dan potensi dirinya belajar lebih lanjut). Sasaran utama guru PKn adalah membawa anak didiknya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik, hal ini sejalna dengan pendapat N’Uman Soemantri (1976:35) dalam (www.One.Indoskripsi.com) yang menyatakan bahwa : “Guru PKn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi serta keterampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan ke arah yang lebh baik”. Berdasarkan uraian diatas jelas guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu. Seorang guru harus mempunyai ilmu pengetahuan atau wawasan yang luas supaya anak didiknya bisa lebih berkualitas dan gurunya juga merupakan orang yang bertanggung jawab dapat mengarahkan siswa berbuat baik, sabar dan penuh pengertian. Guru harus memiliki moral yang baik dan menunjukkan sikap serta nilai-nilai yang berbudi luhur agar dapat menjadi panutan bagi anak didiknya, sehingga proses pendidikan yang dilaksanakan dapat berhasil sesuai dengan tujuan dalam (www.One.Indoskripsi.com). Akan tetapi pada kenyataannya peranan guru PKn dalam membina etika siswa di sekolah ini, hanya sebagian guru yang mampu bersikap sabar dan penuh pengertian dalam mencerminkan etika atau pola tindak siswa. Maka s angat dibutuhkan figur seorang guru yang mencerminkan etika baik terhadap siswa. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji bagaimana peranan guru Pkn dalam membina etika siswa di sekolah. Dengan demikian penulis judul penelitian “Peranan Guru PKn Dalam Membina Etika Siswa di sekolah” (Studi kasus di SMA Negeri 17 Garut).
67
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
Metode Penelitian Metode memegang peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena tanpa menggunakan metode maka penelitian tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencari gambaran tentang peranan guru PKN dalam membina etika siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2010:3) “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang mencari dan mengumpulkan data terhadap masalah yang sedang diteliti. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ali (1985:120) bahwa “Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan dan menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang” dalam penulisan skripsi ini metode deskriptif merupakan metode penulisan yang sangat cocok karena metode ini menggambarkan dan menafsirkan bagaimana proses suatu masalah. Hasil Penelitian Setelah proses menganalisis hasil penelitian, selanjutnya penulis menguraikan pembahasan penelitian berdasarkan hasil penelitian kajian tentang peranan guru PKn dalam membina etika siswa di SMA Negeri 17 Garut. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peranan Guru PKn Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar bahwa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Uzer Usman (2010:9) antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Adapun yang menjadi indikator dari variabel di atas adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan Kesadaran Nasional Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sementara itu, Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD negara republik Indonesia tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, Kebudayaan Nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah utnuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Searah dengan itu, prinsip penyelenggaraan pendidikan di negara kita salah satunya adalah pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
68
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Terkait dengan paparan ideal-normatif tersebut kiranya dapat dikatakan di sini bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) benar-benar memiliki peranan yang sentral dan strategis dalam kerangka keseluruhan sistem yang telah digariskan. Betapa tidak ? Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik spesifik dalam hal orientasinya untuk membentuk pribadi peserta didik agar menjadi warga negara yang baik yang memiliki pemahaman, penghayatan dan kesadaran yang tinggi akan hak-hak dan kewajibannya serta mampu dan cakap melaksanakannnya dalam kehidupan sehari-hari di segala bidang kehidupan dengan dilandasi oleh prinsip proporsionalitas, nilai-nilai spiritualitas keagamaan, nilainilai pluralitas sosio-budaya, nilai-nilai nasionalisme kultural, serta nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu semua kiranya tidak diartikan sebagai isapan jempol ataupun melebihlebihkan tetapi lebih dimaksudkan untuk menggugah dan membangun kesadaran para sejawat dan se-profesi guru, khusus guru bidang studi PKn, bahwa tantangan yang dihadapi guru PKn tidaklah ringan, apalagi di era globalisasi sekarang ini, di era globalisasi dan pasar bebas sekasrang ini manusia dihadapkan pada perubahanperubahan besar yang tidak menentu dan sulit di prediksi. Manusia ibarat buih di lautan lepas yang mudah terseret oleh ombak dan tergulung oleh gelombang, serta mudah kehilangan arah dalam melangkah, kecuali bagi yang memiliki daya tahan yang tinggi serta pedoman dan pegangan hidup yang kuat. Bangsa Indonesia dengan laju pembangunannya selama ini dipengaruhi oleh banyak masih menghadapi masalah pendidikan berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan. Dalam kaitan ini tilar mensinyalir ada beberapa masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu : 1)
Menurunnya akhlak dan moral peserta didik
2)
Pemerataan kesempatan belajar
3)
Masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan
4)
Status kelembagaan
5)
Manajemen pendidikan tidak sejalan dengan pembangunan
6)
Sumber daya yang belum profesional. Dalam (http/skripsiview. Tahun 2010).
b. Menanamkan Nilai-nilai Etika Ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. Ki Hajar Dewantara (1962 :459) secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada pada diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan atau diberikan yang kemudian akan diterma sebanyak yang diberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang , peka, tidak egois, baik hati, ramah adil, dan murah hati (Linda,1995). Dalam Zaim Elmubarok (2009:7). Nilai-nilai itu semua telah diajarkan pada anak-anak di sekolah dasar sebab nilai-nilai tersebut menjadi pokokpokok bahasan dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Jadi sebenarnya
69
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
perilaku-perilaku yang diinginkan dan dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari generasi muda bangsa ini telah cukup tertampung dalam pokok-pokok bahasan dalam pendidikan nilai yang sekarang berlangsung. Persoalannya ialah bagaimana cara mengajarkan agar mereka terbiasa berperilaku sesuai nilai-nilai. c. Menanamkan Rasa Tanggung jawab Tanggung jawab mungkin bisa diartikan sebagai konsekuensi yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah dilakukan atau dijalani. Kita sering mendengar kata “lepas tanggung jawab” artinya tidak mau mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan (lempar bagu sembunyi tangan). Ada hal penting yang harus dipahami dan dijalankan oleh siswa atau pelajar berkenaan dengan tanggung jawab. Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggung jawab pada diri masing-masing. Tanggung jawab siswa sebagai pelajar adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, disiplin dalam mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah. Artinya setiap siswa wajib dan mutlak melaksanakan tanggungjawab tersebut tanpa terkecuali. Tapi kenyataannya banyak siswa yang merasa terbebani dengan kewajiban mereka sebagai pelajar. Siswa berangkat ke sekolah tidak lagi untuk tujuan belajar, akan tetapi dijadikan sebagai ajang untuk ketemu, kumpul dengan teman-teman, ngobrol dan lain sebagainya. Sementara tugas sejatinya untuk belajar dan menimba ilmu sudah bukan lagi menjadi pokok. Tapi ini realita dan potret siswa masa kini. Selalu menginginkan sesuatu tanpa bersusah payah. Menyerah sebelum berjuang, kalah sebelum bertanding. Banyak siswa tidak menyadari atau menyadari tapi tidak mau melakukan penyadaran diri, bahwa orang tua tidak menginginkan banyak hal pada dirinya. Hanya satu yang diinginkan oleh orang tua yaitu anak saya bisa bersekolah, belajar dengan baik dan kelak lulus mempunyai kehidupan lebih baik dari orang tuanya. Sekali lagi, hanya itu wahai para siswa tercinta. Tidakkah kita pernah membayangkan, bagaimana orang tua membanting tulang mencari biaya untuk kita bersekolah. Tidak pernah terbersit sedikitpun dalam benak mereka agar kalian mengganti apa yang sudah diberikan. Tidakkah pernah kita pikirkan, bagaimana orang tua kita memutar otak untuk kita, tapi apa balasan yang kita berikan. Semuanya kita balas dengan kemalasan dan kebohongan. Kita malas bersekolah, berbohong ke sekolah tapi tidak sampai. Sekali lagi inilah potret siswa masa kini. Sudah kita menjalankan kewajiban kita sebagai orang yang beragama. Banyak diantara yang mampu secara akademis, tercukupi dari segi materi tapi jiwanya kosong karena tidak tersentuh oleh nilai-nilai ibadah. Untukmu para siswa, dijalankan kewajiban sebagai umat, jangan banyak meminta tapi mengabaikan tugasmu sebagai seorang hamba. Kita mendekatkan diri pada-Nya manakala kita berada pada kondisi terjepit dalam kehidupan. Bayangkan betapa indahnya hidup kita seandainya ketiga tanggungjawab ini seiring sejalan atau saling terintegrasi. Maka akan terbentuk siswasiswa yang cerdas akademik dan pribadi yang sholeh sehingga akhirnya akan lahir generasi penerus yang membanggakan. Dalam (http://hlasrinkos.com/2008/10/24). 2. Membina Etika Menurut Achmad Charris Zubair (1990:13) dapat disimpulkan bahwa membina etika itu adalah sebagai berikut : Peran pembinaan moral dan budi pekerti masyarakat Indonesia maka membahas perkembagnan peradaban manusia. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Pentingnya pendidikan moral dan etika bagi manusia, serta sasaran pendidikan secara umum di Indonesia. Salah satu tujuan penyelenggaraan
70
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
pendidikan ialah untuk membentuk sikap moral dan watak masyarakat yang berbudi luhur, dan itu bisa dimulai dari generasi muda khususnya murid sebagai dasar pendidikan yang utama bagi peserta didik yaitu diberikan pelajaran budi pekerti untuk mencapai tujuan tersebut. Namun sekarang pelajaran itu telah ditiadakan karena pelajaran tersebut mungkin tidak banyak merubah kepribadian murid menjadi lebih baik dan bermoral. Maka Indonesia memiliki Pancasila dan nilai-nilai yang dapat menjadi acuan kehidupan. Sehubngan dengan variaberl terikat di atas maka dapat diperoleh indikator penelitian sebagai berikut : a. Mencerminkan Sopan Santun di Sekolah Tata krama terdiri dari dua kata Tata adalah Adat, aturan, norma, peraturan. Krama adalah Sopan Santun, tindakan, kelakuan, perbuatan. Tata krama adalah Kebiasaan adat sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antara anggota masyarakat di suatu tempat. Kebiasaan sopan santun yang disepakati dilingkungan rumah, keluarga, sekolah, hubungan masyarakat dimana siswa berada. Tata krama ada disetipa kelompok masyarakat dimana saja dan kapan saja, bila kita berkomunikasi seperti perkenalan berbicara, bertatap muka, atau pembicaraan melalui sarana komunikasi lainnya seperti telepon dan surat kita harus mengetahui tata kramanyha. Bagi siswa, sopan santun merupakan wujud budi pekerti luhur yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan dari berbagai orang dalam kedudukan masing-masing, seperti orang tua dan guru, para pemuka agama dan masyarakat dan tulisan-tulisan atau hasil karya para bijak (cerdik atau pandai) yang merupakan bagian dari ajaran moral. Dalam (http://wwwheriyanti-blogspot.com/2010/05). Dari pendidikan dan latihan tersebut, diharapkan siswa dapat mewujudkannya dalam sikap bentuk dan perilaku yang selaras dan serasi dengan kodrat, tempat waktu dan kondisi yang lingkungan dimana siswa berada sehari-hari. Siswa sebagai insan pribadi (individual), insan pendidikan, insan pembangunan nasional baik secara individu maupun secara kelompok sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan sosial harus dapat mewujudkan sikap dan perilaku yang dapat mencerminkan norma nilai sopan santun yang dimilikinya sesuai dengan kondisi dan situasi secara pribadi (individual) maupun secara kelompok. b. Melaksanakan Kewajiban dari Sekolah Menurut Muhaimin Syah (2002:120) dapat disimpulkan bahwa melaksanakan kewajiban dari sekolah adalah sebagai berikut : Bahwa sesungguhnya ilmu itu merupakan salah satu karunia Tuhan yang Maha Esa yang harus diamalkan untuk membawa manusia ke arah kebahagiaan hidup. Bahwa Indonesia dengan kemerdekaannya telah memperoleh kesempaan dan waktu yang seluas-luasnya untuk mencari, menggali, dan mendalami ilmu pendidikan menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sekolah sebagai lembagai pendidkan mempunyai kewajiban dan tanggungjawab mendidik, membina, melatih dan membekali para siswa sebagai generasi penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dalam usaha menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Bahwa para siswa sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan perkembangan nasional, sadar akan kewajiban, peranan dan tanggungjawabnya terhadap dirinya sendiri, keluarga, bangsa dan negara, dalam rangka pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa. Maka kami para siswa SMA Negeri 17 Garut menghimpun diri dalam satu organisasi intra sekolah yang disusun dalam anggaran dasar sebagai berikut. Apalagi kata dia, sudah menjadi kewajiban, sekolah untuk melaksanakan upacara bendera bagi siswanya terutama pada hari besar dan hari bersejarah. Hal itu, tegasnya penting untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa
71
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
Indonesia. Dalam membentuk ketidakdisiplinan sekolah membangun nilai-nilai kebangsaan. c. Mentaati Tata Tertib di Sekolah Ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama sebagai makhluk Tuhan dalam kehidupan disekolah, kondisi itu mencerminkan keteraturan dalam pergaulan dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana prasarana, pengunaan waktu pengelolaan administrasi dan dalam mengatur hubungan dengan masyarakat dan lingkungannya. Ketertiban sekolah dituangkan dalam tata tertib peserta didik, dan disusun secara operasional untuk mengatur tingkah laku dan sikap hidup peserta didik. Temuan Penelitian 1. Setelah melaksanakan penelitian, hal yang penulis temukan dalam penelitian ini adalah diantaranya mengenai sikap dan perilaku etika siswa yang sering kali nampak diantara sebagian siswa, adalah kurangnya sopan santun dan penggunaan bahasa yang kurang baik ketika melakukan komunikasi dalam berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa atau kata-kata yang kurang baik masih seringkali terselip dalam pembicaraan mereka tetapi disisi lain ada juga sebagian dari siswa yang menunjukkan perilaku yang baik pula. 2. Sikap dan perilaku etika siswa lain yang tampak selama pelaksanaan penelitian ini, adalah masih ada diantaranya sebagian kecil siswa yang seseringkali iseng, menganggu pada teman-temannya. Namun demikian hal itu masih berada pada taraf yang wajar tetapi disisi lain ada juga siswa yang berinteraksi dengan temannya selalu mengedepankan etika dalam berteman. 3. Keteladanan yang ditunjukkan dalam sikap dan perilaku Guru PKn, lebih efektif dapat mengubah perilaku siswa dari pada halnya sekedar memberi teguran dan saksi atau hukuman. Namun demikian, masih ada diantaranya sebagian kecil atau beberapa orang guru yang memperlihatkan sikap dan perilakunya yang kurang baik dihadapan siswasiswinya tetapi disisi lain ada juga diantaranya sebagian besar guru memperlihatkan sikap dan perilakunya dengan baik. 4. Sebelum proses belajar mengajar dimulai guru selalu mengingatkan siswa agar belajar disiplin untuk tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Karena dengan hal tersebut siswa dapat melaksanakan kewajiban pelajar. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesimpulan umum : Kesimpulan umum yang diperoleh dari penelitian ini adalah Implementasi pembinaan yang dilakukan Guru PKn terhadap siswa-siswinya, dalam upaya mengembangkan sikap dan perilaku etika siswa, dilakukan dengan cara memberikan penjelasan terkait dengan sikap dan perilaku yang diharapkan. Di SMA Negeri 17 Garut khususnya kelas XI IPA yang dijadikan subjek dalam penelitian ini, secara umum menunjukkan sikap dan perilaku yang cukup baik. Hal ini diantaranya mencerminkan siswa yang baik ketika siswa sedang mengikuti prose belajar mengajar, sikap dan perilaku siswa dalam pergaulan sesama temannya mengedepankan sikap saling menghargai, sementara itu disisi lain Guru PKn melakukan pengawasan kepada siswa dan melaksanakan koordinasi dengan guru yang lainnya serta memberikan sanksi atau hukuman kepada siswa yang melanggar, dan guru memberikan contoh sikap dan perilaku etika dan sopan santun yang baik.
72
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
2. Kesimpulan khusus a.
Peranan Guru PKn dalam melakukan pembinaan terhadap sikap dan perilaku etika siswa, memiliki peranan yang sangat penting terkait: Dengan eksistenya sebagai pendidik, pembimbing, pembina dan pengajar di sekolah. Dengan adanya pelajaran PKn, siswa-siswi SMA Negeri 17 Kabupaten Garut telah berupaya memahami dan menghayati terhadap nilai-nilai luhur yang tergantung di dalam setiap sila Pancasila. Mereka menyadari bahwa nilai-nilai luhur yang tergantung di dalam setiap sila Pancasila. Mereka menyadari bahwa nilai-nilai tersebut sangat berpengaruh terhadap pola tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari, khususnya ketika berada dilingkungan sekolah. Dengan kata lain, mereka menyadari dengan adanya kemampuan memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut akan memberikan pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar untuk menjadi warga masyarakat yang diharapkan.
b.
Upaya Guru PKn dalam meningkatkan perilaku nilai moral etika yang baik, mewajibkan kepada siswanya untuk selalu mentaati peraturan sekolah dan mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam sila Pancaila, agar tercapainya proses belajar mengajar yang kondusif.
c.
Hambatan-hambatan dalam meningkatkan nilai perilaku etika siswa dapat diatasi dengan baik, salah satu faktor lingkungan yang tidak kondusif mempengaruhi dan menjadi hambatan guru membina perilaku siswa. Oleh karena hal tersebut guru PKn disisi lain tidak hanya bertanggung jawab terhadap keberhasilan belajar siswa, tetapi perhatian utama dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta, Rhineka Cipta Aryani, Ine Kusuma. 2010.Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, Ghalia Indonesia Djahiri, Kosasih. 1999. Strategi dan Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bandung IKIP Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta Sapriya. 2003.Pendidikan Kewarganegaraan Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran, Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia Saud, Syaefudin Udin. 2010. Pengembangan Profesi Guru, Bandung, Alfabeta Sugiono, 2010.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung, Alfabeta Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar, Jakarta, Karnisius Suseno, Franz Magnis. 1999. Etika Dasar, Yogyakarta, Kanisius (Anggota IKAPI) Suwarno, Rus Bambang. 2009. Menjadi Guru yang Baik, Bandung, Pustaka Putra Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas kedua atas Undangundang No 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional, Bandung, CV. Yrama Widya Usman, Uzer Muhammad. 2010.Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Wahab, Abdul Azis. 2011. Teori dan landasan Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung, Alfabeta Wahab, Abdul Azis. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung, Alfabeta Wijaya, Ruswandi, 2010. Peran Guru PKn Dalam Membina Kedisiplinan Siswa, Dalam Skripsi Ruswandi Wijaya Zubair, Akhmad Kharis. 1990.Kuliah Etika, Jakarta, CV Rajawali http://mts-negeri-lahat.blogspot.com/2011/03/tanggung-jawab-moral-guru.html
73
Volume III Nomor 2 Desember 2016 / ISSN 2460-1802
74