Jurnal Pembelajaran dan Ilmu CIVIC(JIPC) (ISSN:2460-6111)Volume 1No. 1 April 2017
JPIC. Volume 1. Nomor 1. Edisi April 2017. ISSN 2460-6111 Jurnal Pembelajaran Dan Ilmu Civic
CIVITAS
JURNAL
Kajian Pembelajaran Pendidikan PKN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PKn SEKOLAH TINGGI KEGURUAN LABUHANBATU
DAN
ILMU
PENDIDIKAN
Tinjauan Tentang Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Serta Pengaruhnya Terhadap Etika Dan Moral Siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu TONI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pelaksanaan tata tertib sekolah MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu agar dapat menumbuhkembangkan etika dan moral para siswa ke arah yang lebih baik, Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII (delapan) MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhan Batu.Dengan adanya tata tertib sekolah maka siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017dapat berlaku disiplin dan tertib dalam proses belajar mengajar dan dalam lingkungan sekolah,Penerapan pelaksanaan tata tertib di sekolah dapat dikatakan sudah baik, hal ini tidak terlepas dari upaya guru untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar selalu mematuhi tata tertib sekolah, walaupun masih dapat dijumpai siswa yang belum mentaati tata tertib sekolah,Etika dan moral siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu Tahun dikategorikan baik. Artinya, etika dan moral siswa terbentuk bukan saja setelah mengikut pembelajaran PPKn di sekolah, akan tetapi etika dan moral siswa juga terbentuk dari faktor lainnya.. Untuk selanjutnya, hal ini dibuktikan pula melalui hipotesis bahwa pelaksanaan tata tertib sekolah tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung di dalam pembelajaran PPKn, sehingga siswa yang mengikuti pembelajaran PPKn etika dan moral siswa semakin baik,Meskipun antara pelaksanaan tata tertib serta etika dan moral dikategorikan positif, akan tetapi terdapat juga hal-hal yang menghambat pelaksanaannya. Hambatan tersebut bisa saja datangnya dari luar pembelajaran PKn, misalnya ketika siswa berinteraksi dengan teman-temannya atau bersosialisasi ditengah lingkungan masyarakat, oleh karena itu, hal ini dijadikan perhatian tambahan untuk segera di teliti. Kata Kunci :Tata Tertib Sekolah, Etika Dan Moral Siswa
Jurnal Pembelajaran dan Ilmu CIVIC(JIPC) (ISSN:2460-6111)Volume 1No. 1 April 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merebaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan obatobat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi dan lain-lain, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakantindakan yang bersifat kriminal. Remaja merupakan usia atau tahap seorang siswa mencari jati diri yang dilakukan melalui peniruan diri atau imitasi. Pergaulan remaja yang tanpa arah dan pengawasan terhadap tingkah laku mereka akan mempunyai kecenderungan mengarah pada pergaulan remaja yang negatif. Banyak anggapan dari siswa selama ini bahwa tata tertib sekolah hanya membatasi kebebasan mereka sehingga berakibat pelanggaran terhadap peraturan itu sendiri. Tanpa disadari bahwa kebebasan yang kurang bertanggung jawab akan merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Pendidikan moral kepada anak diawali saat mereka berada pada lingkungan keluarga terutama orang tua melalui proses sosialisasi norma dan aturan moral dalam keluarga sendiri serta lingkungan dekat pergaulan sosial anak. Kemudian saat anak masuk ke sekolah mulai diperkenalkan dan diajarkan sesuatu yang baru yang tidak diajarkan dalam keluarga. Sekolah, sebagai tempat sosialisasi kedua setelah keluarga serta tempat anak ditatapkan kepada kebiasaan dan cara hidup bersama yang lebih luas lingkupnya serta ada kemungkinan berbeda dengan kebiasaan dan cara hidup dalam keluarganya, sehingga berperan besar dalam menumbuhkan kesadaran moral diri anak.
Pada saat remaja inilah masa anak berhadapan dengan cara bertindak dan cara bernalar berbeda dengan apa yang selama ini sudah menjadi kebiasaannya, anak mulai ditantang untuk memilih dan mengambil keputusan sendiri, entah ia akan meneruskan kebiasaan yang selama ini telah ditanamkan dalam keluarganya atau mengambil jarak terhadapnya dan lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya di sekolah. Kondisi saat ini dalah ketika anak berada pada masa memulai pilihan dirinya akan pendewasaan diri dari masa anak - anak ke masa dewasa. Meski tugas dan tanggung jawab utama untuk melakukan pendidikan moral terhadap anak terletak di pundak orang tua dalam lingkungan keluarga tempat anak itu lahir dan dibesarkan, namun itu tidak berarti sekolah tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pendidikan moral khususnya pada tahap pendidikan dasar dan menengah, tempat remaja masih dalam proses pembiasaan diri mengenal dan mematuhi aturan hidup bersama yang berlaku dalam masyarakatnya, berlatih displin, berbuat baik dan mengalami proses pembentukan identitas diri moral mereka, pendidikan moral perlu secara khusus mendapat perhatian para Guru dan pendidik di sekolah. Masalah yang paling mendasar adalah bagaimana meyiapkan remaja (anak didik) sebagai generasi muda pewaris dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dipersiapkan agar menjadi kaderkader pembangunan yang tangguh yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa. Fenomena diatas menunjukkan betapa sangat berperannya generasi muda dalam menentukan arah serta perkembangan bangsa. Karena itulah, generasi muda perlu mendapatkan pembinaan dari berbagai pihak, sehingga jika mereka tampil dapat menjadi idola
2
dan panutan, yang bukan saja dikarenakan oleh kemampuannya, tetapi juga dikarenakan oleh sikap dan penampilannya. Sekolah merupakan pusat menimba ilmu pengetahuan yang mempunyai tugas untuk membentuk manusia-manusia pembangunan atau kader-kader pemimpin bangsa agar mempunyai keahlian, keterampilan, jiwa kepemimpinan yang tinggi, semangat pengabdian kepada bangsa dan negara serta mempunyai moral yang tinggi sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonsia. Oleh sebab itu, disetiap sekolah menerbitkan berbagai peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh segenap siswa dan pegawai yang bertugas disekolah tersebut. Menyadari akan arti pentingnya tata tertib dalam mengisi pembangunan, maka pemerintah sedini mungkin melalui jalur pendidikan menanamkan sikap kedisiplinan kepada para siswa dan menjadikan bagian terpenting dari materi kurikulum PPKn. Tujuan dan penanaman tata tertib adalah agar siswa memiliki sikap tata tertib yang baik dilingkungan masyarakat, minimal di lingkungan sekolah. Tata tertib dalam suatu sekolah adalah suatu langkah membentuk tingkah laku siswa baik dalam pergaulan, maupun dalam mengikuti materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Adapun pengaruh yang baik dengan dibuatnya tata tertib sekolah terhadap tingkah laku siswa agar siswa dapat lebih disiplin dalam berpakaian maupun dalam jadwal masuk sekolah, dapat menghormati orang tua, guru, sesama teman dan mampu bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat dengan mencerminkan jiwa, tingkah laku, yang mulia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila. Di lapangan, penerapan tata tertib sekolah adakalanya mengundang kebencian di antara anak didik terhada
gurunya. Hal ini mengakibatkan siswa akan malas mengikuti mata pelajaran yang akan diberikan oleh guru tersebut. Adapun hal yang demikian terjadi diakibatkan oleh kurangnya daya serap siswa dalam menerapkan tata tertib yang diberikan sekolah kepadanya dan hendaknya pihak guru pun harus melakukan pendekatan kepada siswa untuk menghindari terjadinya efek-efek kerenggangan antara siswa dengan guru. Pendidikan yang baik dan kemampuan yang tinggi tidak akan bermanfaat jika tidak diimbangi dengan etika dan moral yang tinggi pula, karena dikwatirkan bahwa ilmunya akan dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri bahkan dapat mencelakakan umat manusia. Pada dasarnya sewaktu siswa mendaftar untuk masuk sekolah, pihak sekolah terlebih dahulu menerangkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah tersebut, khususnya di MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu. Dari pengamatan sementara di berbagai sekolah, ternyata pelaksanaan tata tertib sekolah masih banyak diabaikan. Jika tata tertib tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, bisa berpengaruh pada tingkah laku siswa, untuk itu peran guru ataupun tanggung jawab guru bukan saja sebagai guru mata pelajaran, melainkan juga harus memberikan dukungan moral kepada siswa sehingga dapat mengubah perangai ataupun tingkah laku yang baik, karena itulah dilaksanakannya penelitian ini demi melihat banyaknya masalah- masalah yang terjadi di lingkungan sekolah terutama dalam hal pelaksanaan tata tertib sekolah dan pengaruhnya terhadap etika dan moral siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhan Batu. Atas dasar hal-hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Tinjauan
3
Tentang Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Serta Pengaruhnya Terhadap Etika Dan Moral Siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tata Tertib Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, sebagai wahana untuk menempa anak didik menjadi manusia berkualitas baik dari segi ilmu pengetahuan maupun etikanya. Untuk mencapai tingkat kemampuan siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam kurikulum sekolah tidak hanya menyediakan buku-buku atau sarana pendidikan yang cukup, guru yang berkualitas, tetapi juga harus dibarengi dengan peraturan-peraturan mengikat anak didik dan tenaga kependidikan. Peraturan-peraturan yang lazim dalam tata terib sekolah sangat menunjang terhadap keberadaan proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Menurut pendapat paradikma yang dikemukakan Sastrapradja (1996:34) dalam buku kamus istilah pendidikan dan umum, tata tertib sekolah adalah, ”Keseluruhan peraturan bagi kelakukan atau perbuatan siswa di dalam lingkungan sekolah yang pelaksanaanya dapat dipaksakan.” Abdul Karim (1996:86) juga mengemukakan, ”Tata tertib adalah himpunan petunjuk yang berupa perintah maupun larangan dan seharusnya ditaati oleh siswa yang bersangkutan. Karena pelanggaran terhadap petunjuk tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak sekolah.”
2. Isi Tata Tertib Sekolah Tata tertib sekolah sebagaimana tercantum di dalam Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14/4/1974 Tanggal 1 Mei 1974 (Nawawi, 1986:161) mencakup aspek-aspek sebagai berikut: a. Tugas dan kewajiban. b. Larangan-larangan bagi para siswa. c. Sanksi-sanksi bagi siswa. Tata tertib sekolah termasuk dalam administrasi ko-kurikulum yaitu merupakan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di sekolah untuk menunjang dan meningkatkan daya dan hasil guna kegiatan kurikulum. (Arikunto, 1990:123) berpendapat batasan antara peraturan dan tata tertib sekolah sebagai berikut: a. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Misalnya peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung. b Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya khusus yang harus dipenuhi oleh siswa. Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus, seperti penggunaan pakaian seragam, penggunaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP dan sebagainya. Tata tertib sekolah bukan hanya sekedar kelengkapan dari sekolah, tetapi merupakan kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait, terutama dari pelajar atau siswa itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sekolah pada umumnya menyusun pedoman tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait baik Guru, tenaga administrasi maupun siswa. Isi tata tertib sekolah secara garis besar adalah berupa
4
tugas dan kewajiban siswa yang harus dilaksanakan, larangan dan sanksi. Pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123 – 124) yaitu: a Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang; b Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar peraturan; c Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut. 3. Jenis dan Fungsi Tata Tertib Sekolah Tata tertib dalam suatu sekolah sangat mempengaruhi dan membatasi tingkah laku siswa baik dalam pergaulan, maupun dalam mengikuti materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Sifat-sifat dari tata tertib adalah memaksa dan mengikat dalam pengertian harus mematuhi undang-undang, maupun peraturan-peraturan yang ada dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah. Peraturan-peraturan sekolah yang lazim disebut tata tertib sekolah sangat menunjang terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Adapun tata tertib di MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu dari hasil wawancara dari guru-guru mengatakan bahwa tata tertib tersebut mengikat seluruh siswa semua civitas akademiknya tanpa kecuali sebagai berikut : 1. Datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai; 2. Berpakaian seragam sesuai dengan yang berlaku di sekolah; 3. Menghormati kepala sekolah, guru serta kepala sekolah; 4. Menghormati sesama teman; 5. Mengikuti semua kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
sesuai dengan rencana kegiatan sekolah; 6. Mengikuti upacara bendera serta menjaga agar pelaksaan upacara bendera berjalan dengan tertib, hikmad dan lancar; 7. Mengikuti pengembangan diri/senam kesehatan jasmani yang diselenggarakan sekolah; 8. Meminta izin kepada kepala sekolah atau wakil kepala, atau juga kepada guru yang sedang piket yang ditunjuk bila tidak masuk sekolah atau meninggalkan sekolah sebelum selesai waktunya belajar; 9. Secara nyata melibatkn diri dalam usaha melaksanakan, menjaga dan memelihara keamanan sekolah, kebersihan sekolah, ketertiban sekolah, keindahan sekolah dan menumbuhkan rasa kekeluargaan disekolah; 10. Turut berperan serta secara aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah; 11. Selalu belajar dengan giat dan tekun, rajin membaca dan mampu memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. 4. Usaha-Usaha untuk Menerapkan Tata Tertib Sekolah Penerapan disiplin boleh dikatakan hampir sama dengan makanan bergizi. Dikatakan demikian karena setiap siswa disadari atau tidak sangat memerlukannya. Untuk hidup sehat siswa perlu makanan bergizi. Untuk dapat hidup dengam baik siswa memerlukan kedisiplinan, yakni disiplin dalam menjalankan aktivitas hidupnya. Tata tertib merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting demi ketertiban sekolah. Siswa tidak akan hidup tertib, sopan, tahu menghargai diri
5
sendiri dan diri orang lain jika tidak diajarkan oleh guru sebelumnya. Bahkan sebelum menerangkan pelajaran, guru perlu memberikan rangsangan kepada siswa untuk mematuhi apa yang diinginkan guru. Bila proses belajar mengajar berlangsung dengan baik, menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki sikap disiplin yang baik dalam belajar. Sumarjinah (1997:3) mengatakan, ”Tata tertib yang terlalu lunak, efeknya tidak memuaskan, untuk penerapannya memang kadang-kadang diperlukan hukuman-hukuman atau sanksi dalam situasi tertentu, akan tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tata tertib yang terlalu keraspun akan menimbulkan dampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang diinginkan.” Kemudian, Abdulkarim (1996:94) mengemukakan, ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam menanamkan disiplin kepada siswa di sekolah, yakni : ,Dengan pembiasaan, Dengan contoh teladan, Dengan penyadaran, Dengan pengawasan Dari keempat usaha di atas untuk menciptakan tata tertib sekolah guru sangat berperan dan bertanggung jawab karena guru yang terutama melaksanakan tata tertib tersebut. Setelah itu ditanamkan kepada seluruh siswa. Dalam hal ini guru sebagai tauladan bagi anak didik. Tata tertib sekolah yang harus diketahui, dihayati dan diamalkan oleh guru merupakan salah satu pencerminan keberhasilan seorang guru dalam menunaikan tugasnya dalam membentuk watak dan kepribadian siswa. 5. Fungsi Pelaksanaan Tata Tertib MTs Hafizul Ikhsan Aek Paing Untuk lebih memudahkan para pengelola sekolah baik sebagai pimpinan guru dan petugas sekolah lainnya untuk mengarahkan dan membimbing para siswa sehingga dapat melaksanakan peraturan-peraturan sekolah yang berlaku, maka oleh Depdiknas telah merumuskan
beberapa peraturan yang berlaku dan perlu diketahui serta wajib dilaksanakan oleh siswa, yang lebih populer disebut dengan tata tertib sekolah, adapun yang menjadi fungsi pelaksanaan tata tertib sekolah adalah : 1. Mengajar siswa agar dapat bertingkah laku dan bersikap dengan baik 2. Agar pelaksanaan sekolah dapat berlangsung dengan baik dan teratur 3. Agar proses belajar dapat berjalan secara efesian dan efektif 4. Mendidik siswa untuk menjadi manusia yang taat terhadap peraturan 5. Agar segala sesuatu yang direncanakan sebelumnya oleh pihak sekolah dapat tercapai 6. Memberi petunjuk kepada siswa mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang harus diperbuat dan mana yang tidak boleh, sehingga segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik 7. Agar terbina hubungan yang baik antara sesama siswa maupun siswa dengan guru Menurut Undang-Undang Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan Bahwa: ”Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa . Menurut pandangan kepala sekolah dan guru-guru MTs Hafizul Ikhsan Aek Paing bahwa pelaksanaan tata tertib sekolah terkadang masih belum diindahkan, dengan kata lain masih
6
terdapat siswa-siswi yang melanggar tata tertib yang berlaku disekolah tersebut. 6. Beberapa Faktor Penghambat Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan tata tertib sekolah, antara lain : 1. Siswa tidak terbiasa melaksanakan tata tertib sekolah Tidak dibiasakan untuk melakukan hal-hal dengan tertib, baik dan teratur. Misalnya tidak berpakaian dengan rapi, masuk dan keluar kelas tidak teratur. Bila ketidakbiasaan ini terus berlanjut akan mengakibatkan pelanggaran tata tertib dan siswa akan terus menyepelekan tata tertib tersebut. 2. Siswa kurang mendapat contoh teladan Upaya untuk membentuk siswa mentaati peraturan dan tata tertib sekolah tidaklah mudah. Siswa tidak akan patuh pada tata tertib jika guru sebagai panutan tidak bersikap disiplin. Sebagai pembina, selayaknyalah guru memahami apa sebenarnya makna tata tertib sekolah itu dan bagaimana menanamkannya kepada siswa. Penanaman tata tertib yang sangat efisian adalah melalui contoh teladan, jika sekolah melarang siswa terlambat hadir disekolah, maka terlebih dahulu guru harus menunjukkan sikap bahwa ia merupakan sosok guru yang tidak pernah hadir terlambat ke sekolah 3. Kurangnya kesadaran siswa Disamping kurangnya pembiasaan yang disertai dengan contoh dengan contoh teladan, maka siswa juga harus menyadari bahwa peraturan dan tata tertib sangat penting dalam menjalani hidup dan kehidupan. Oleh karena itu diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Apabila siswa sudah menyadari nilai dan fungsi dari
peraturan-peraturan itu, maka kesadaran itu telah timbul, berarti pada siswa telah tumbuh disiplin. 4. Kurangnya pengawasan Pengawasan agar siswa mengaktualisasikan apa yang diajarkan disekolah secara kontinyu. Pengawasa perlu dilakukan terlebihlebih dalam situasi yang sangat memungkinkan bagi siswa untuk berbuat suatu yang melanggar tata tertib sekolah. 7. Pengertian Sekolah Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem Pendidikan formal, yang umumnya wajib. Nama-nama untuk sekolahsekolah ini bervariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar. Selain sekolah-sekolah inti, siswa di negara tertentu juga mungkin memiliki akses dan mengikuti sekolah-sekolah baik sebelum dan sesudah Pendidikan dasar dan menengah. TK atau pra-sekolah menyediakan sekolah beberapa anak-anak yang sangat muda (biasanya umur 3-5 tahun). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari mungkin tersedia setelah sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat menyediakan kurikulum dan metode non-tradisional. Ada juga sekolah nonpemerintah, yang disebut sekolah swasta. Sekolah swasta mungkin untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika
7
pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka; keagamaan, seperti sekolah Islam, sekolah Kristen, hawzas, yeshivas dan lain-lain, atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi atau berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya. 8 Pengertian Siswa Seorang siswa adalah warga sekolah, tempat ia belajar. Walaupun demikian jangan lupa, bahwa seorang siswa juga anggota masyarakat. Sebagai warga sekolah, siswa diharapkan dapat memenuhi tugas kewajiban dengan baik. Dan juga diharapkan agar siswa memperoleh hak-haknya dengan layak. Sebagai warga sekolah, seorang siswa diharapkan telah mulai menempatkan diri sebagai warga sekolah. Hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat jauh lebih luas bila dibandingkan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga sekolah. Di dalam kehidupan bermasyarakat siswa sebagai pribadi dituntut bersikap dan bertingkah laku yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi lebih mengutamakan kepentingan umum, orang banyak, tidak merusak milik umum dan sebagainya. Selama sebagai siswa diharapkan sudah dapat memahami kehidupan masyarakat, sebab pada saat yang sama juga siswa tersebut adalah warga masyarakat sekitarnya, warga dari satu keluarga. Sabagai warga masyarakat, siswa perlu berpandangan luas, artinya memandang dirinya bukan sekedar warga masyarakat lingkungannya, tetapi ia adalah warga bangsa. Sikap dan jiwa persatuan terhadap masyarakatnya selalu baik dan benar serta mengandung nilai-nilai panutan siswa lainnya, karena sikapnya menunjukkan kepribadian yang baik. 9. Pengertian Etika dan Moral Imam Ghazali (1989:56) mengatakan, ditinjau dari segi kalimat,
antara etika dan moral merupakan dua bentuk kalimat yang paling berbeda satu sama lainnya. Menurut istilah, etika dan moral sering disamakan (ekuivalen) dengan akhlak. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa siswa, yang dari padanya timbul perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan. Pada dasarnya etika dan moral ini merupakan pembawaan yang dapat diperbaiki dan dibangun berdasarkan sendi-sendi dan nilai-nilai luhur manusia itu sendiri, karena etika dan moral yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan seseorang berdasarkan bimbingan-bimbingan yang telah diterimanya sejak lahir. Oleh karena itu, apabila yang ditanamkan nilai-nilai kebajikan seja seseorang itu mengenal lingkungannya maka nilai-nilai yang baik pulalah yang akan muncul ketika berada dalam pergaulannya, karena bersifat berbudi baik tersebut telah ditanamkan lebih awal sebelum anak mengenal dunianya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, betapa besarnya fungsi bimbingan dan pengarahan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang, sehingga dengan bimbingan dan pengarahan yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan, karena itu bagaimanapun keadaan seseorang, namun bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak tetap saja diperlukannya, terutama dalam menapaki arti kehidupannya sebagai seorang manusia, yang dipandang sebagai manusia apabila akhlaknya baik. Sebaliknya, manusia itu tidak lagi dipandang sebagai manusia apabila akhlaknya telah rusak. Karena itu etika dan moral inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sebagai suatu fundamen dalam kehidupan manusia, etika dan moral (akhlak) merupakan faktor yang sangat dominan dalam pembangunan manusia,
8
sebab tanpa terbangunnya moral manusia sesuai dengan fitrah kemanusiannya, pembangunan yang dilaksanakan akan mendatangkan bencana bagi kehidupan lainnya, karena nilai-nilai etika dan moral telah diabaikan. Artinya, jika kita hendak membangun kehidupan masyarakat kepada yang lebih paripurna, maka langkah awal yang harus dibangun itu sebagai sosial kontrol dalam kehidupan kelak. Dengan demikian jelaslah bahwa, orang yang mempunyai etika dan moral tidak sama dengan orang yang tidak mempunyai etika dan moral dalam segala bidang kehidupan, karena manusia akan lebih mulia jika etika dan moralnya baik, dan manusia akan lebih rendah dari pada hewan apabila akhlaknya telah rusak. Rusaknya akhlak seseorang sangat banyak ditentukan oleh bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam kehidupan. Pendidikan moral adalah upaya dari orang dewasa dalam membentuk tingkah laku yang baik, yaitu tingkah laku yang sesuai dengan harapan masyarakat yang dilakukan secara sadar. (Daryono, 1998:13) mengemukakan bahwa: ”Pendidikan moral adalah merupakan suatu usaha sadar untuk menanamkan nilai – nilai moral pada anak didik sehingga anak bisa bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai - nilai moral tersebut”. Sementara itu (Sudarminta, 2004:108) menyatakan bahwa pendidikan moral pada umumnya, baik di dalam keluarga maupun di sekolah, sebagai bagian pendidikan nilai, adalah upaya untuk membantu subjek didik mengenal, menyadari pentingnya, dan menghayati nilai – nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan tingkah lakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama – sama dalam suatu masyarakat. (Daroeso, 1986:45), berpendapat tentang pendidikan
moral bahwa: “pendidikan moral adalah pendidikan yang menyangkut aspek dari pada watak seseorang yang sama pendidikannya, watak itu tidak baru dimulai pada saat ia masuk sekolah”. Pendidikan moral dapat dirumuskan sebagai: suatu proses yang disengaja di mana para warga muda dari masyarakat dibantu supaya berkembang dari orientasi yang berpusat pada diri sendiri mengenai hak – hak dan kewajiban mereka, ke arah pandangan yang lebih luas, yaitu bahwa dirinya berada dalam masyarakat dan ke arah pandangan yang lebih mendalam mengenai diri sendiri (Salam, 2000:76). Diungkapkan oleh Magnis (Daroeso, 1986:27) bahwa : berkesadaran moral tidak lain adalah merasa wajib untuk melakukan tindakan yang bermoral. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral itu ada dan terjadi di dalam hati sanubari manusia, siapapun, dimanapun dan kapanpun ju 2.3. Hipotesis Sebelum seseorang melakukan penelitian terlebih dahulu harus merumuskan hipotesis dan mengetahui arti serta kegunaan hipotesis tersebut. Menurut Sudjana (1998:75), ”Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dipertanyakan. Hipotesis dimaksud mestilah menjadi landasan logis dan pemberi arah pada proses pengumpulan data serta penyelidikannya itu sendiri. Sebuah hipotesis mestilah bisa membuat semakin jelasnya arah yang mau diuji dari suatu masalah.” Menurut James A. Black ”Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, keadaannya biasanya tidak diketahui. Jadi, hipotesis itu adalah jawaban sementara bagi kegiatan penelitian yang dapat merupakan jawaban yang benar atau sebaliknya. Kemungkinan benar atau tidak itu harus dibuktikan
9
melalui pengujian data yang sudah diperoleh. Selanjutnya, ditambahkan Ary (1992:85), kegiatan hipotesis adalah : 1. Memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala memudahkan perluasan pengetahuan suatu bidang 2. Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian 3. Memberikan arah pada penelitian 4. Memberi kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan berdasarkan pendapat diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : ”Siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu, telah menjalankan peraturan dan tata tertib sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar, namun masih terdapat pelanggaran tata tertib, atau dengan kata lain tata tertib sekolah belum diterapkan secara ketat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII (delapan) MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhan Batu. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan melakukan peninjauan ke lokasi penelitian untuk mengetahui secara cermat tentang keadaan jumlah kelas dan siswa kelas VIII semester 11 (dua) 3.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan yang dapat dijadikan sebagai objek penelitian atau tempat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Ali (1997:85) ”populasi merupakan jumlah keseluruhan yang dapat dijadikan sumber
data yang diperlukan atau diduga diperlukan.” Selanjutnya menurut Nawawi (1989:61), ”populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala fenomena, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian.” Sejalan dengan kutipan diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian diatas adalah semua siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu Tahun2017 yang berjumlah 202 siswa yang terdiri dari 6 kelas. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili populasi untuk dijadikan sumber data atau informasi dalam suatu penelitian ilmiah. Menurut Nawawi (1989:19), ”sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian tersebut. Tentang jumlah sampel dan penelitian tidak ada ketentuannya, tetapi harus disesuaikan dengan yang terjadi di lapangan.” Banyak ahli mengemukakan batasan pengertian tentang sampel akan tetapi hampir semuanya sama. Jadi pengertian sampel adalah yang ditentukan pada metodenya (cara menentukan sampel). Menurut Husaini Usman, ”Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Walaupun secara prinsipil tidak ada ketentuan untuk menentukan berapa persen sampel tersebut harus diambil dari populasi, namun untuk lebih validnya suatu penelitian maka ditetapkan sampel, maka ditetapkan sampel penelitin ini 70 orang siswa yang terdiri dari kelas VIIIa dan VIIIb. Populasi dan sampel tertera pada tabel berikut :
10
3.3. Instrumen Penelitian Instrumen atau alat pengumpul data merupakan salah satu yang prinsipil dalam suatu penelitian. Data diperlukan untuk merinci dan untuk membuktikan kebenaran Hipotesis. Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah : 1. Angket yaitu alat untuk mengumpulkan informasi dengan membuat pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh siswa (sampel), yang berjumlah 25 item dengan 3 pilihan jawaban yang telah ditentukan yaitu antara baik, kurang baik dan tidak baik. Adapun pertimbangan angket adalah : a. Mempermudah siswa untuk memberikan jawaban karena hanya memilih salah satu jawaban yang tersedia b. Hemat waktu, biaya dan tenaga; c. Tidak hanya meminta fikiran dari siswa sehingga tidak membosankan siswa; d. Mempermudah metabolisme, menskor dan menganalisis data. 2. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan siswa dan guru. Data wawancara digunakan untuk memperkuat jawaban angket siswa; 3. Penelitian ke perpustakaan (Library research) yaitu penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku literature yang ada relevansinya dengan penelitian yang dilaksanakan. 3.4. Teknik Analisis Data
Untuk mengolah data penelitian ini, ditetapkan beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Tahap persiapan, tahap ini adalah tahap awal, merupakan perencanaan atau program kerja untuk mengumpulkana data dari lapangan. Tahapan ini dimulai dengan penyusunan alat-alat pengumpulan data dan mengurus surat-surat dari instansi terkait sehingga tugas penelitian ini sah berdasarkan ketentuan yang berlaku; 2. Tahap pengumpulan data, pada tahap ini keseluruhan alat pengumpul data diedarkan kepada semua sampel untuk diisi berdasarkan keadaan siswa itu sendiri tanpa dipengruhi dan kemudian dikumpulkan; 3. Tahap pegolahan data, pada tahap inilah data yang telah dikumpulkan diolah sesuai dengan rumus/tata cara yang sudah ditetapkan kemudian diinterpretasikan; 4. Tahap penulisan hasil penelitian, pada tahap ini segala sesuatu yang didapat dari lapangan sesuai dengan tujuan penelitian ini, setelah diolah akan dituliskan kedalam skripsi, untuk dipertahankan sebagai karya ilmiah. Berhubung penelitian ini berbentuk deskriptif, maka dalam menganalisis data dipergunakan teknik penggambaran dengan mengggunakan tabel frekuensi yaitu menguraikan berdasarkan persentase dengan menggunakan rumus :
P
F x100% N
Keterangan : P : Persentase Pertanyaan yang dijawab F : Frekuensi Jawaban N : Jumlah Responden (sampel)
11
% : persentase Dengan mengetahui persentase tertinggi dan terendah dari analisis data, maka dapat digambarkan pelaksanaan tata tertib sekolah serta pengaruhnya terhadap etika dan moral siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Tahun 2017 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Data Penelitian Untuk mengetahui hasil penelitian secara keseluruhan, maka pembahasan dilakukan berdasarkan data yang terkumpul dari instrument penelitian. Data tersebut berhubungan dengan masalah pelaksanaan tata tertib sekolah serta etika dan moral siswa. Untuk menyederhanakan data tersebut kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami maka dianilisis dalam bentuk tabel frekuensi berdasarkan jawaban angket dan observasi terhadap 70 orang siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Tahun 2017 Angket yang dijadikan sebagai alat pengumpul data disusun sebanyak 25 item yang terdiri dari 3 (tiga) jawaban yang telah disediakan, sehingga apabila data telah terkumpul akan diketahui apakah hipotesa yang dibuat oleh penulis terbukti atau tidak. TABEL II KISI –KISI ANGKET No. Indikator Nomor Butir Soal 1 2 3 4
Mematuhi Tata Tertib Sekolah Sikap Terhadap Teman dan Lingkungan Sikap Terhadap Guru dan Orang Tua Etika dan Moral Siswa
1234567 8 9 13 16 22 10 11 17 18 19 12 13 14 15 20 21 23 24 25
Dalam Pembahasan ini, frekuensi diurutkan dari item angket nomor 1 hingga 25. Tetapi Sebelumnya perlu dijelaskan istilah yang dipakai dalam tabel frekuensi tersebut yaitu P = persentase jawaban (%); F = Frekuensi jawaban; N = Jumlah siswa. Dengan demikian sangat berarti palaksanaan tata tertib di sekolah. Tetapi siswa belum seluruhnya melaksanakan tata tertib, sehingga para guru harus bekerja keras mendidik dan membimbing para siswa. 4.2. Analisa Data Penelitan Setelah data angket di deskripsikan dengan menggunakan tabel analisis persentase, selanjutnya dianalisis dengan memberikan tafsiran secara keseluruhan jawaban angket tersebut. Hasil analisis data penelitian tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Tahun 2017 sudah baik dalam mengikuti tata tertib yang diterapkan di sekolah. Walaupun terkadang masih terdapat pelanggaranpelanggaran, namun itu masih dalam skala kecil dan tidak berpengaruh besar terhadap jalannya proses belajar mengajar; 2. Berpakaian rapi menunjukkan suatu identitas siswa. Pada umumnya siswa sebelum memasuki kelas mengenakan pakaian rapi. Apabila terdapat siswa yang belum mengenakan pakaian rapi maka guru untuk selalu mengingatkan para siswa; 3. Kehadiran siswa di sekolah tepat pada waktunya, merupakan upaya siswa untuk mentaati tata tertib sekolah; 4. Dalam kegiatan belajar mengajar, disiplin merupakan kebutuhan setiap orang termasuk siswa dan
12
guru. Jika hendak meninggalkan kelas pada waktu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, pada umumnya siswa meminta izin kepada guru; 5. Siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing senantiasa menggunakan atribut sekolah. Dalam hal ini tetap memperhatikan dan memberi sanksi dan nasehat kepada siswa yang tidak memakai atribut sekolah; 6. Dari upaya-upaya guru untuk menjelaskan kedisiplinan dan cara mematuhi tata tertib sekolah dapat dikatakan sudah maksimal, namun pelaksanaannya masih banyak kekurangan-kekurangan, tetapi secara umum hal ini dapat dikatakan sudah baik; 7. Sikap menghargai orang lain dan guru merupakan cermin kepribadian siswa yang baik, dalam hal ini siswa telah melaksanakannya semaksimal mungkin dan selalu menghargai dan menghormati guru atau orang lain; 8. Sikap siswa mentaati tata tertib sekolah dikatakan positif, semuanya dapat diterima oleh siswa; 9. Sikap siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing terhadap temannya adalah saling menghargai. Apabila temannya melakukan perbuatan tidak baik maka berusaha mengingatkan dan menasehatinya; 10. Pandangan siswa terhadap guru di sekolah adalah menghargai dan menghormati guru tersebut sehingga terhadap nasehat yang diberikan guru akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. 11. Sikap siswa terhadap perintah dan nasehat yang diberikan
keluarga kepadanya adalah menurutiya. Akan tetapi sikap siswa jika diajak temannya berbuat tidak baik adalah memberikan motivasi terhadap temannya tersebut, agar jangan melakukan hal-hal yang tidak baik. Selain itu sikap siswa terhadap hal-hal yang tidak baik dalam lingkungannya adalah menjauhi dan berusaha memperbaikinya, untuk selanjutnya jika diganggu teman adalah menjauhinya dan berusaha menasehati temannya tersebut; 12. Siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing tidak pernah mengharapkan imbalan atas perbuatan baik yang pernah dilakukannya. Selain itu sikap siswa apabila melakukan perbuatan salah baik sengaja maupun tidak, senantiasa meminta maaf dan menyesal atas kesalahan yang diperbuatnya tersebut. Berdasarkan analisis data diatas, maka dapat diketahi hal-hal sebagai berikut : 1. Secara umum pelaksanaan tata tertib sekolah di MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing adalah baik, dan pelaksanaannya di dukung oleh seluruh civitas akademika sekolah tersebut; 2. Secara umum etika dan moral siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Tahun 2017 adalah baik; 3. Berpengaruhnya pelaksanaan tata tertib sekolah terhadap etika dan moral siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing karena guru sering memberikan pembelajaran etika dan moral kepada siswa dan siswa senang menerimanya.
13
Akibatnya etika dan moral siswa maupun guru adalah baik. 4.4. Hasil Penelitian Setelah diadakan penelitian ada beberapa temuan yang merupakan bahan masukan bagi MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing sebagai tujuan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Penerapan pelaksanaan tata tertib sekolah dapat dikatakan sudah baik, hal ini tidak terlepas dari upaya guru untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar selalu mematuhi tata tertib sekolah, walaupun masih dapat dijumpai siswa yang belum mentaati tata tertib sekolah; 2. Etika dan moral siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing tahun dikategorikan baik. Artinya etika dan moral siswa terbentuk bukan saja setelah mengikuti tata tertib di sekolah, akan tetapi etika dan moral siswa juga terbentuk dari faktor lain, misalnya keluarga, teman bersosialisasi, masyarakat, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya yang pada penelitian ini tidak ditetili; 3. Pengaruh yang diberikan dari pelaksanaan tata tertib sekolah terhadap etika dan moral siswa dapat dikategorikan positif, karena semua civitas akademika sekolah menunjang kelancaran pelaksanaan tata tertib tersebut dengan berbagai upaya sehingga siswa merasa tata tertib tersebut bagian dari dirinya. Untuk selanjutnya, hal ini dibuktikan pula melalui hipotesis bahwa pelaksanaan tata tertib sekolah tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran PPKn, sehingga siswa yang mengikuti pembelajaran PPKn, etika dan moral semakin baik;
4.
5.
6.
7.
Meskipun antara pelasanaan tata tertib serta etika dan moral siswa dikategorikan positif, akan tetapi terdapat juga hal-hal yang menghambat pelaksannaanya. Hambatan tersebut bisa saja datangnya dari luar pembelajaran PPKn, misalnya ketika siswa berinteraksi dengan temantemannya atau ketika bersosialisai di tengah lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, hal ini dijadikan perhatian tambahan untuk segera diteliti; Dalam upaya membentuk etika dan moral para siswa, guru sering sekali menjelskan materi pembelajaran PPKn termasuk pokok bahasan etika dan moral. Dengan upaya ini guru mampu menciptakan kondisi etika dan moral siswanya berubah kearah yang lebih baik. Usaha guru ini dapat dikategorikan baik. Adanya peningkatan etika dan moral siswa bukan hanya sematamata disebabkan adanya pengarahan dan bimbingan dari guru PPKn saja, melainkan juga disebabkan etika dan moral yang baik itu telah di miliki siswa sebelumnya, ataupun berasal dari faktor di luar proses belajar PPKn; Dengan mengikuti pembelajaran PPKn ini sepenuhnya menjadi pedoman dalam membentuk etika dan moral siswa disamping pembinaan dalam keluarga. Sehingga para siswa akan menjadi lebih beretika dan bermoral dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika berada dilingkungan sekolah maupun ketika berada dilingkungan masyarakatnya sendiri terutama dalam mematuhi segala peraturan
14
dan tata tertib yang diberlakukan di sekolah dan masyarakat; 8. Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan siswa melalui angket yang disajikan, sebenarnya jawaban tersebut hanya dalam batas-batas yang sempit, sehingga memerlukan analisis yang dalam dan berlanjut sampai pada akhirnya apa sebenarnya yang menjadikan siswa itu baik dan buruk dalam tingkah lakunya, baik dilingkungan sekolah mupun dilingkungan masyarakatnya. Sehingga jelas diketahui kegiatan mana yang berperan aktif dalam membina dan membimbing kehidupan etika dan moral para siswa; 9. Di dalam membimbing etika dan moral siswa kearah yang lebih baik, kegiatan belajar mengajar PPKn yang hanya beberapa jam belumlah memadai, apalagi terdapat siswa yang telah buruk kelakuannya. Hal ini tentu memerlukan kontrol psikologi, sehingga penyebab utamanya dapat diketahui dan dapat pula memberikan pengobatannya secara psikologis pula; Sebagai hasil akhir penelitian yang dilaksanakan ini, dapat pula dikemukakan bahwa etika dan moral siswa yang bersumber dari pembelajaran PPKn menjadikan sumber utama kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah, di samping etika dan moral para tenaga pendidik yang juga sebagai teladan para siswa, selain itu, disiplin sekolah, guru mata pelajaran agama, dan lingkungan sekolah yang komunikatif merupakan faktor-faktor pendukung penciptaan pelaksanaan tata tertib sekolah serta peningkatan etika dan moral para siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Tahun 2017
Sebagaimana yang telah dibuktikan bahwa adanya peranan guru dalam menerapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah di MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing terlaksana dengan baik, namun, pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan karena memang siswa belum mematuhi seluruh tata tertib sekolah, tapi dari persentasi jawaban siswa yang menjadi responden pada penelitian ini dapat dikatakan baik. Artinya, semua hasil penelitian yang diperoleh ini dipengaruhi oleh beberapa keterbatasan antara lain : 1. Kemungkinan data yang diperoleh kurang tepat, hal ini disebabkan para responden yang kurang memberikan data-data yang sebenarnya sesuai dengan apa yang diharapkan; 2. Alat pengumpul data serta tehnik analisis data yang digunakan masih sederhana sekali, sehingga data yang diperoleh belum mampu menungkapkan asekaspek yang diharapkan secara terperinci; 3. Kurangnya pengetahuan, pengalaman peneliti menyebabkan kemungkinan kurang tepatnya dalam mengambil kesimpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan adanya tata tertib sekolah maka siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dapat berlaku disiplin dan tertib dalam proses belajar mengajar dan dalam lingkungan sekolah;
15
2.
3.
4.
5.
Penerapan pelaksanaan tata tertib di sekolah dapat dikatakan sudah baik, hal ini tidak terlepas dari upaya guru untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar selalu mematuhi tata tertib sekolah, walaupun masih dapat dijumpai siswa yang belum mentaati tata tertib sekolah; Etika dan moral siswa MTs Swasta Hafizul Ikhsan Aek Paing Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dikategorikan baik. Artinya, etika dan moral siswa terbentuk bukan saja setelah mengikut pembelajaran PPKn di sekolah, akan tetapi etika dan moral siswa juga terbentuk dari faktor lainnya. Misalnya keluarga, teman bersosialisasi, msyarakat, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya yang pada penelitian ini tidak diteliti; Pengaruh yang diberikan dari pelaksanaan tata tertib sekolah terhadap etika dan moral siswa dapat dikategorikan positif, karena semua civitas akademika sekolah menunjang kelancaran pelaksanaan tata tertib tersebut dengan berbagai upaya sehingga siswa merasa tata tertib tersebut bagian dari dirinya. Untuk selanjutnya, hal ini dibuktikan pula melalui hipotesis bahwa pelaksanaan tata tertib sekolah tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung di dalam pembelajaran PPKn, sehingga siswa yang mengikuti pembelajaran PPKn etika dan moral siswa semakin baik; Meskipun antara pelaksanaan tata tertib serta etika dan moral dikategorikan positif, akan tetapi terdapat juga hal-hal yang menghambat pelaksanaannya. Hambatan tersebut bisa saja
datangnya dari luar pembelajaran PKn, misalnya ketika siswa berinteraksi dengan temantemannya atau bersosialisasi ditengah lingkungan masyarakat, oleh karena itu, hal ini dijadikan perhatian tambahan untuk segera di teliti.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1999. Penelitian Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hunis, S., (2007), Pengantar Perencanaan Pembelajaran, Universitas Negeri Medan, Medan. Mulyasa, E, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Pandual Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Bagi Pengelolan Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru. Jakarta : PT Bumi Aksara. Nasution. S. MA. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nazir. Muhammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
16
Syah, Muhibbin. 2004. Psikilogi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.