Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF TIPE LSA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA SUBKONSEP SISTEM IMUN MANUSIA Reni Ernawati, S.Pd1, Dr. Uus Toharudin, M.Pd2 Drs. Yusuf Ibrahim, M.Pd.,M.P3., Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd., M.Si 4 1 Sekolah Pascasarjana UPI 2,3,4 Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan 1
[email protected] 4
[email protected] ABSTRACT This study aims to determine high school student learning outcomes by implementing active learning model-type cooperative Listen-Say-Arrange (LSA) on subconcepts human immune system. The method used in this study is a QuasiExperimental research design Static group pretest-posttest design, through procurement control class. The population of this research is a class XI IPA at SMAN 10 Bandung, with a sample of two classes, namely class XI IPA 1 (as the control group) and XI IPA 2 (as a class experiment). The research instrument used is an objective test that measures cognitive domain in the form of multiple choice of 20 items given through pretest and posttest. Based on the analysis of research data, obtained by the average value (x ̅) pretest control class that uses conventional learning models (lectures) at 52.62 and the average value (x ̅) posttest at 68.91. While in the classroom experimentation that use active learning model-type cooperative LSA, obtained average value (x ̅) pretest at 56.58 and the average value (x )̅ posttest at 77.58. Having in mind the results of pretest and posttest each class then performed t-test, then the results obtained t-test value of pretest and posttest control class with thitung (4.85)> t0,01 (66) (2.66) were significantly different, as well as the t-test results and the value pretest posttest experimental class thitung (8.54)> t0,01 (72) (2.65) which means significantly different as well. Testing continued with the calculation of the N-Gain, which gained control class N-Gain of 0.34 and obtain experimental class N-gain of 0.48. Criteria value N-Gain in control class and experimental class are equally included in the medium category. From these results it can be concluded that the application of active learning model-type cooperative subconcepts LSA on the human immune system can improve student learning outcomes. Keywords: active learning model-type cooperative LSA, learning outcomes, the human immune system
90
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa SMA dengan menerapkan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe Listen-Say-Arrange (LSA) pada subkonsep sistem imun manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-Experimental dengan desain penelitian Static Group PretestPosttest Design, melalui pengadaan kelas kontrol. Populasi dari penelitian ini adalah kelas XI IPA SMA Negeri 10 Bandung, dengan sampel sebanyak 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 1 (sebagai kelas kontrol) dan XI IPA 2 (sebagai kelas eksperimen). Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes objektif yang mengukur ranah kognitif dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal yang diberikan melalui pretest dan posttest. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata ( ̅ ) pretest kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) sebesar 52,62 dan nilai rata-rata ( ̅ ) posttest sebesar 68,91. Sedangkan pada kelas eskperimen yang menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA, diperoleh nilai rata-rata ( ̅ ) pretest sebesar 56,58 dan nilai rata-rata ( ̅ ) posttest sebesar 77,58. Setelah diketahui hasil pretest dan posttest tiap kelas maka dilakukan uji-t, kemudian diperoleh hasil uji-t nilai pretest dan posttest kelas kontrol dengan thitung (4,85) > t0,01 (66) (2,66) yang berbeda secara signifikan, serta pada hasil uji-t nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dengan thitung (8,54) > t0,01 (72) (2,65) yang berarti berbeda secara signifikan pula. Pengujian dilanjutkan dengan perhitungan N-Gain, dimana kelas kontrol memperoleh N-Gain sebesar 0,34 dan kelas eksperimen memperoleh Ngain sebesar 0,48. Kriteria nilai N-Gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama termasuk dalam kategori sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA pada subkonsep sistem imun manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: Model pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA, hasil belajar, sistem imun manusia A. PENDAHULUAN
pemeragaan
semata
1. Latar Belakang Masalah
membuahkan
hasil
Mengajar
bukan
semata
merupakan
konsekuensi
dalam
melupakan
Belajar
yang
hanya menerima pelajaran dari guru, ada
siswa.
belajar
Ketika peserta didik pasif atau
otomatis dari penuangan informasi ke benak
akan
optimal (Silberman, 2012: 9).
persoalan menceritakan dan belajar bukan
tidak
kecenderungan pelajaran
untuk
cepat
yang
telah
memerlukan keterlibatan mental dan
diberikan. Menurut Samadhi (2008:
kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
46), siswa belajar hanya 10% dari apa 91
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 yang dibaca, 20% dari apa yang
proses pembelajaran, yakni didapati
didengar, 30% dari apa yang dilihat,
para
50%
dan
memahami materi yang disampaikan
yang
oleh gurunya. Maka dari itu, dalam
dari
didengar,
apa
yang
70%
dari
dilihat apa
siswa
yang
kurang
dikatakan, dan 90% dari apa yang
pelaksanaannya
dikatakan
ini
dapat memilih dan merancang model
menunjukkan bahwa jika mengajar
pembelajaran yang tepat agar tercipta
dengan
maka
suatu kondisi belajar yang kondusif
tingkat pemahaman siswa hanya 20%.
yang memungkinkan semua siswa
Tetapi sebaliknya, jika siswa diminta
merasa
untuk belajar secara aktif, tingkat
tertantang untuk melakukan kegiatan
pemahaman siswa dapat mencapai
belajar sehingga dapat meningkatkan
sekitar 90%.
prestasi hasil belajarnya.
dan
dilakukan.
banyak
Kegiatan
Hal
ceramah,
Belajar
Mengajar
(KBM) merupakan kegiatan
guru
mampu
termotivasi,
Purwati
diharapkan
senang
(2010:
67)
dan
telah
siswa
melakukan penelitian terhadap siswa
atau
yang pembelajarannya menggunakan
pemahaman. Tanggung jawab belajar
model pembelajaran aktif pada mata
berada pada diri siswa, dan guru
pelajaran biologi (materi pencemaran).
bertanggung
untuk
Hasilnya, siswa yang menggunakan
menciptakan situasi yang mendorong
model pembelajaran aktif memperoleh
prakarsa, potensi, motivasi, tanggung
peningkatan
jawab dan kerja sama siswa dalam
dibandingkan
dengan
belajar (Astari, 2010: 1).
memperoleh
pembelajaran
dalam
membangun
Namun
makna
jawab
pada
kenyataannya
masih banyak guru yang cenderung memegang
paradigma
lamanya,
hasil
belajar siswa
yang biasa
(ceramah saja). Subratha menjelaskan
(2007: mengenai
145)
pun
penerapan
dengan menganggap otak seorang
model pembelajaran kooperatif yang
anak ibarat botol kosong yang siap
dapat
diisi dengan segala ilmu pengetahuan
kompetensi
dan kebijaksanaan dari sang maha
kognitif) pada mata pelajaran fisika
guru (Lie, 2008: 2).
dari siklus-1 sampai dengan siklus-3
Tentu
saja
hal
tersebut
meningkatkan dasar
siswa
capaian (aspek
pada penelitiannya.
berdampak menjadi masalah dalam 92
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 Dari kedua penelitian tersebut dapat
disimpulkan
pembelajaran
meningkatkan
materi
yang
diambil
bahwa
model
penulis dalam penelitian ini adalah
dan
model
subkonsep
kooperatif
dapat
Meskipun
siswa.
dianggap tidak terlalu penting dalam
aktif
pembelajaran
Adapun
hasil
belajar
sistem sistem
imun imun
sering
hal
keingintahuan
diabaikan, namun sebenarnya sangat
ketertarikannya,
dan
ini
Oleh karena itu, bermula dari rasa dan
pengajarannya
manusia.
terkadang
penulis bermaksud untuk melakukan
berhubungan
penelitian
menggabungkan
kehidupan sehari-hari siswa. Sistem
penerapan model pembelajaran aktif
imun ini merupakan perlindungan dan
dan model pembelajaran kooperatif
pertahanan
terhadap peningkatan hasil belajar
manusia.
dengan
sekali
utama
bagi
dengan
tubuh
siswa dalam pembelajaran biologi. Model
pembelajaran
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
2. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
model pembelajaran aktif-kooperatif
masalah yang telah diuraikan, maka
tipe Listen-Say-Arrange (LSA). Model
dapat dirumuskan permasalahan yang
ini dipilih dengan alasan karena belum
akan diungkap dalam penelitian ini
pernah ada penelitian sebelumnya
yaitu: “Apakah dengan menerapkan
yang
model
model pembelajaran aktif-kooperatif
menggunakan
pembelajaran
aktif-kooperatif
tipe
tipe LSA dapat meningkatkan hasil
LSA.
pembelajaran
aktif-
belajar siswa SMA pada subkonsep
Model
kooperatif tipe LSA adalah model
sistem imun manusia?”
pembelajaran yang menuntun siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, dimana akan terdapat komunikasi
berbagai hal dan untuk menghindari
kelompoknya.
meluasnya masalah, maka penulis
Model pembelajaran ini melibatkan
membatasi permasalahannya sebagai
tiga
berikut:
tahap
partisipasi
Mengingat keterbatasan dalam
positif
antarsiswa
dan
3. Batasan Masalah
dalam
dasar,
yaitu
listen
(mendengarkan), say (mengatakan)
a. Subjek Penelitian
dan arrange (menyusun) (Hizqiyah,
Subjek pada penelitian ini adalah
2011; Ratmiwati, 2012).
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 93
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 Bandung semester 2 tahun ajaran
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
2011/2012, dengan kelas yang dipilih
pada
ialah sebanyak dua kelas berdasarkan
manusia.
nilai rata-rata hasil belajar siswa yang
penelitian ini, diantaranya untuk:
sedang,
1. Mengetahui
yakni
kelas
XI
IPA
1
subkonsep
sistem
Adapun
tujuan
imun khusus
kemampuan
sebanyak 34 orang sebagai kelas
penguasaan siswa pada subkonsep
kontrol dan XI IPA 2 sebanyak 37
sistem imun manusia sebelum dan
orang sebagai kelas eksperimen.
setelah
b. Objek Penelitian
pembelajaran aktif-kooperatif tipe
Objek pada
penelitian
ini adalah
model pembelajaran aktif-kooperatif
diterapkan
model
LSA. 2. Mengetahui
peningkatan
tipe LSA.
belajar
siswa
pada
c. Materi Penelitian
sistem
imun
manusia
Materi
yang
penelitian
digunakan
ini
adalah
dalam
mengenai
penerapan
model
hasil
subkonsep setelah
pembelajaran
aktif-kooperatif tipe LSA.
subkonsep sistem imun manusia yang mencakup
pengertian
dan
fungsi
B. LANDASAN TEORI
sistem imun, mekanisme pertahanan
Model
pembelajaran
aktif-
tubuh alami, mekanisme pertahanan
kooperatif adalah model pembelajaran
tubuh
yang
buatan,
respon
imun
non-
dapat
digunakan
spesifik serta respon imun spesifik.
meningkatkan
c. Parameter Penelitian
mampu menumbuhkan kemampuan
Parameter
yang
diukur
dalam
bekerja
aktivitas
untuk
sama,
siswa
menjadikan
dan
siswa
penelitian ini adalah hasil belajar
belajar aktif, kreatif, serta berpikir
siswa yang ditunjukkan pada aspek
kritis,
kognitif berbentuk tes secara tertulis
kelompoknya dituntun untuk terlibat
(pretest
langsung dalam proses pembelajaran,
dan
posttest),
dengan
karena
siswa
membandingkan kelas kontrol dan
sehingga
kelas eksperimen.
bermakna
4. Tujuan Penelitian
siswa, dan hasil yang diinginkan dapat
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa SMA
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
dalam
mampu
dirasakan
yang oleh
tercapai. Pada pembelajaran
awalnya, aktif-kooperatif
model tipe 94
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 Listen-Say-Arrange (LSA) ini bernama
Model
pembelajaran
aktif-
“I Can Share with You, You Can
kooperatif tipe LSA dalam kegiatan
Share with Me”, dengan cakupan dua
pembelajarannya menyajikan peserta
tahap
didik belajar secara efektif
dasar
(Listen
yang
berarti
untuk
mendengar dan Say yang berarti
berproses meningkatkan kemampuan
mengatakan)
dalam memahami materi kompetensi
(Hizqiyah,
2011).
Namun dengan seiring waktu dan
dengan
perkembangan pola pemikiran, model
pembelajaran
ini berganti nama menjadi
“LSA”
motivasi belajar sehingga membuat
dengan cakupan yang bertambah pula
pembelajaran terasa lebih dalam serta
menjadi tiga tahap dasar, yakni Listen
hasil kegiatan belajar yang berjalan
yang berarti mendengar, Say yang
optimal
berarti mengatakan dan Arrange yang
Hizqiyah, 2011; Ratmiwati, 2012).
berarti menyusun (Ratmiwati, 2012).
Menurut Hizqiyah (2011); Ratmiwati
Hizqiyah (2011); Ratmiwati (2012)
(2012), terdapat beberapa hal yang
menyatakan
model
perlu diperhatikan dalam menerapkan
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
model pembelajaran aktif-kooperatif
menuntun siswa untuk berperan aktif
tipe LSA, antara lain:
dalam kegiatan pembelajaran (tidak
a. Harus
bahwa
menikmati dan
menumbuhkan
(Nugroho,
sesuai
proses
2010:
dengan
119;
kondisi
hanya menghafal dari materi yang
dimana tempat siswa itu berada
diberikan oleh guru), dimana akan
dan
terdapat partisipasi positif antarsiswa
dipelajari.
dalam
kelompoknya.
materi
apa
yang
akan
Model
b. Tidak efektif dilaksanakan pada
pembelajaran ini melibatkan tiga tahap
kelas dengan jumlah siswa yang
dasar,
terlalu
yaitu:
(1)
Listen
besar
karena
bimbingan
(mendengarkan beberapa kata kunci
guru tidak akan dapat berjalan
dari
maksimal.
konsep
(mengatakan kata-kata didengarnya);
tertentu);
(2)
informasi
mengenai
kunci dan
yang (3)
Say
telah
Subkonsep Sistem Imun Manusia Sistem
imun
adalah
sistem
Arrange
pertahanan tubuh terhadap serangan
(menyusun semua kata kunci yang
“benda asing” (antigen) dan patogen
ada menjadi sebuah bahasan konsep
(mikroorganisme penyebab penyakit)
yang utuh serta menyeluruh). 95
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 yang masuk ke dalam tubuh (Aryulina,
vaksinasi.
et al., 2007: 333).
pemberian vaksin ke dalam tubuh
Aryulina,
et
al.
(2007:
321)
Vaksinasi
seseorang
merupakan
untuk
memberikan
mengemukakan bahwa sistem imun
kekebalan terhadap penyakit tersebut.
memiliki beberapa fungsi bagi tubuh,
Vaksin adalah bibit penyakit yang
yaitu sebagai: (a) penangkal “benda
telah
asing” yang masuk ke dalam tubuh;
mengandung
patogen
(b) untuk keseimbangan fungsi tubuh
lemah
mati)
terutama
sebagai antigen yang akan memacu
menjaga
keseimbangan
dilemahkan
atau
(zat
yang
yang
telah
dan
berperan
komponen tubuh yang telah tua; dan
tubuh
(c)
sel-sel
melawan patogen. Vaksin diperoleh
abnormal, termutasi atau ganas, serta
dari sumber-sumber berikut, yakni:
menghancurkannya.
mikroorganisme
pendeteksi
adanya
membentuk
cair
antibodi
mematikan
guna
yang
Kebanyakan patogen yang ada
dimatikan, strain hidup yang tidak
di sekitar kita sulit masuk ke dalam
mematikan, toksin yang dimodifikasi,
tubuh
antigen hasil isolasi dan antigen hasil
akibat
pertahanan Terdapat
adanya tubuh
empat
pertahanan
mekanisme
secara jenis
tubuh
alami.
mekanisme
alami
rekayasa genetika (Aryulina, et al., 2007: 328-330).
terhadap
Setiap
saat
tubuh
kita
patogen yang akan masuk ke dalam
menghadapi radiasi, zat-zat asing,
tubuh, yaitu pertahanan fisik melalui
mikroorganisme dan sebagainya yang
kulit
disebut dengan bibit penyakit. Tubuh
dan
air
mata,
mekanik
dengan
hidung,
pertahanan
pertahanan
adanya
rambut
kita
kimia
dengan
melawan bibit penyakit, yang disebut
enzim lisozim dan HCl, pertahanan
dengan daya tahan tubuh (respon
biologis
alami/bakteri
tubuh). Daya tahan tubuh (respon
tidak berbahaya (Aryulina, et al., 2007:
imun) dibedakan menjadi dua, yaitu
322).
respon imun non-spesifik dan respon
seperti
Selain dinamakan
itu
flora
pula,
dengan
ada
yang
memiliki
kemampuan
untuk
imun spesifik (Kurnadi, 2002: 146).
mekanisme
Respon imun non-spesifik yaitu
pertahanan tubuh buatan terhadap
respon imun yang efektif terhadap
patogen yang akan masuk ke dalam
semua mikroorganisme atau berbagai
tubuh, salah satunya yaitu melalui
bibit penyakit yang selektif, artinya 96
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 tubuh tidak harus mengenal dahulu
semua variabel yang relevan (Purwati,
jenis bibit penyakitnya serta tidak
2010: 43).
harus
memilih
bibit
Dalam penelitian ini terdapat
untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
dihancurkannya. Respon imun non-
Kelas eksperimen diberi perlakuan
spesifik
dengan
penyakit
hanya
tertentu
satu
saja
berupa
inflamasi
dan
fagositosis
(peradangan)
yang
imun
spesifik
yaitu
Mengajar
menggunakan
model
dan kelas kontrol diberi perlakuan
respon imun yang khusus (spesifik)
dengan
untuk jenis bibit penyakit tertentu saja.
model
Hal ini mencakup pengenalan dahulu
(ceramah).
terhadap
Belajar
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
(Kurnadi, 2002: 146). Respon
(PBM)
Proses
bibit penyakit,
PBM
yang
menggunakan
pembelajaran
konvensional
kemudian
Desain yang digunakan dalam
memproduksi antibodi khusus yang
penelitian ini adalah Static Group
hanya akan bereaksi terhadap bibit
Pretest-Posttest
penyakit
2008: 112 dalam Tresnawati, et al.,
tersebut
(Kurnadi,
2002:
147).
(Sugiyono,
2011: 192). Respon imun spesifik timbul dari
dua
Design
sistem
berbeda
yang
saling
Adapun
Tabel 6.1. Desain Penelitian
dan imunitas selular (Aryulina, et al.,
Kelo mpok
C. METODOLOGI PENELITIAN
ini
Experimental dengan
tujuan
adalah (eksperimen untuk
P
P
P
rete
erlaku
osttes
st
an
t
Eksperime
Metode yang digunakan pada penelitian
n
O
memperoleh
2
O
Kontrol 1
bagi informasi yang dapat diperoleh
Keterangan:
dengan eksperimen yang sebenarnya
O1 =
memungkinkan
untuk
yang
2
(Sumber: Sugiyono, 2008: 112 dalam Tresnawati, et al., 2011: 192)
keadaan
O
Y
informasi yang merupakan perkiraan
dalam
O
X
1
Quasisemu)
desain
penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.1
bekerja sama, yaitu imunitas humoral
2007: 325).
rancangan
Pretest dan O2 = Posttest
tidak
mengontrol 97
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 X =
PBM
dengan
menggunakan
uji
Bartlett,
pengujian
hipotesis
model pembelajaran aktif-kooperatif
menggunakan uji-t dan perhitungan
tipe LSA
tingkat
keefektifan
dengan
menggunakan
Y =
PBM
dengan
menggunakan
(N-Gain).
pembelajaran Normalized
model pembelajaran konvensional
Gain
Berikut
ini
akan
(ceramah)
disajikan satu persatu mengenai datadata tersebut.
D. HASIL PENELITIAN Data
hasil
Perbandingan hasil belajar siswa
penelitian
ini
dengan
menggunakan
model
didapatkan melalui kegiatan pretest
pembelajaran konvensional (ceramah)
(tes awal) dan posttest (tes akhir).
pada
Data tersebut diambil pada subkonsep
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
sistem imun manusia, dari kelas yang
pada kelas eksperimen dapat dilihat
mendapat
pada Gambar 7.1.
pembelajaran
dengan
kelas
kontrol
dan
model
menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif
tipe
LSA
(kelas
77.58
eksperimen) dan kelas yang hanya mendapat
pembelajaran
perlakuan
kontrol
model
68.91
dengan
56.58 52.62
menggunakan
pembelajaran
konvensional
atau ceramah (kelas kontrol). Data
pretest
dan
posttest
diperoleh dari 20 butir soal tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan
jawaban,
yang
mana
sebelumnya telah diuji terlebih dahulu
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
dengan uji validitas, reliabilitas, daya
Pretest
52.62
56.58
pembeda
Posttest
68.91
77.58
dan
tingkat
kesukaran
soalnya. Data-data
hasil
pretest
dan
posttest akan dianalisis dengan uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat
Gambar 7.1. Grafik Perbandingan Antara Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
(X2), uji homogenitas menggunakan 98
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 1. Data Hasil Pretest dan Posttest Adapun rincian data hasil tes
kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen,
terdapat
perbedaan
yang diperoleh dari nilai pretest dan
selisih angka sebesar 0,14, dimana
posttest, tercantum pada Tabel 7.1.
tingkat keefektifan pembelajaran kelas
Tabel 7.1. Data Hasil Pretest dan Posttest
pembelajaran konvensional (ceramah)
Data Hasil Penelitian Kelas Kelas Eksperime Kontrol n Pret Post Pretest Posttest est test 56,5 77,5 52,62 68,91 8 8 11,0 14,59 13,43 9,45 2 34 34 37 37
Nilai
S N Nilai Min Nilai Max N-Gain
kontrol dengan menggunakan model
15
40
30
55
80
85
80
95
0,34
lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe
LSA,
yakni
dapat
dilihat
perbandingannya 0,34 (untuk kelas kontrol)
<
0,48
(untuk
kelas
eksperimen). 2. Analisis Data Hasil Pretest dan Posttest
0,48
Penganalisisan data hasil pretest
Berdasarkan Tabel 7.1., dapat
dilakukan untuk memperoleh informasi
diketahui bahwa nilai rata-rata hasil
dan
belajar
kemampuan pemahaman awal siswa
siswa
yang
menggunakan
mengetahui
seberapa
model pembelajaran aktif-kooperatif
sebelum
tipe LSA lebih besar dibandingkan
berlangsung.
dengan nilai rata-rata hasil belajar
penganalisisan data hasil posttest
siswa
model
dilakukan untuk memperoleh informasi
konvensional
dan mengetahui seberapa besar hasil
yang
menggunakan
pembelajaran
proses
jauh
pembelajaran Sedangkan
(ceramah). Pada kelas kontrol, nilai
belajar
rata-rata pretest siswa adalah 52,62
pembelajaran
dan nilai rata-rata posttest adalah
penerapan
68,91 dengan selisih sebesar 16,29.
konvensional (ceramah) pada kelas
Pada kelas eksperimen, nilai rata-rata
kontrol
pretest siswa adalah 56,58 dan nilai
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
rata-rata
pada kelas eksperimen.
posttest
adalah
77,58
dengan selisih sebesar 21. Jika dilihat kepada
nilai N-Gain masing-masing
siswa
berlangsung, model
serta
Adapun
setelah
proses yakni
pembelajaran
penerapan
tahapan
model
dalam
penganalisisan data hasil pretest dan 99
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 posttest
tersebut
adalah
sebagai
dengan data hasil posttest kelas
berikut:
kontrol memiliki nilai X2hitung = 11,23
a. Uji Normalitas
yang lebih kecil daripada X20,01
Uji normalitas pada penelitian ini dengan
menggunakan
Chi-Kuadrat
=
(3)
11,3 dan kelas eksperimen memiliki nilai X2hitung = 3,33 yang lebih kecil
(X2) karena jumlah data lebih dari 30.
daripada X20,01 (4) = 13,3.
Adapun hasil uji normalitas dapat
b. Uji Homogenitas
dilihat pada Tabel 7.2.
Setelah diketahui bahwa data
Tabel 7.2. Hasil Uji Normalitas
hasil pretest dan posttest berdistribusi
Pretest
normal, maka selanjutnya dilakukan
dan Posttest pada Kelas Kontrol
uji homogenitas. Uji homogenitas ini
dan Kelas Eksperimen Kelas
Kelas
Kontrol
Jenis
2
Tes
X
hit
0,01
2
2
X
X
hit
0,01
pulan
nilai pretest dan posttest dikatakan homogen jika X2hitung < X2tabel. Berikut ini adalah Tabel 7.3.
Data Pre-test
1,89
13,3 5,97 13,3
berdis-
yang
tribusi
homogenitas:
normal Data Post-test
11,23
uji Bartlett.
Berdasarkan uji Bartlett, varians dari
Eksperimen Kesim2
X
dengan menggunakan
11,3 3,33 13,3
berdistribusi
menunjukkan
Kelas
2 hitung
X
2 0,01
X
Kontrol
0,25
6,63
daripada
X2tabel
Eksperimen
kontrol
dan
eksperimen memiliki nilai 1,89
dan
0,86
6,63
pada taraf signifikan α
kelas
5,97
yang
kelas
X2hitung
lebih
=
kecil
daripada X20,01 (4) = 13,3. Begitu juga
Homoge
Varians Homoge n
= 0,01 atau X2hitung < X20,01. Data hasil pretest
ulan
n
pretest maupun posttest berdistribusi normal, karena X2hitung lebih rendah
Kesimp
Varians
dilihat bahwa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen baik pada data hasil
uji
Tabel 7.3. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
normal
Berdasarkan Tabel 7.2., dapat
hasil
Berdasarkan Tabel 7.3., hasil uji homogenitas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yakni nilai pretest dan
posttest
menunjukkan
bahwa
X2hitung lebih rendah daripada X2tabel 100
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 pada taraf signifikan α = 0,01 atau
yaitu pada subkonsep sistem imun
X2hitung < X20,01. Maka data pretest dan
manusia.
posttest pada masing-masing kelas mempunyai varians yang homogen. Data hasil pretest dan posttest kelas kontrol memiliki nilai
X2hitung
= 0,25
X20,01
yang lebih kecil daripada
(1)
=
Adapun hasil uji hipotesis (uji-t) dapat dilihat pada Tabel 7.4. Tabel 7.4. Hasil Uji Hipotesis (Uji-t) Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
6,63. Begitu juga dengan data hasil
Kelas
pretest dan posttest kelas eksperimen
Kontrol
4,85
2,66
Ho ditolak
memiliki nilai X2hitung = 0,86 yang lebih
Eksperimen
8,54
2,65
Ho ditolak
Kesimpulan:
X20,01 (1) = 6,63.
kecil daripada
perbedaan
c. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada kelas kontrol
dan
kelas
eksperimen
mencakup data hasil pretest dan posttest dengan menggunakan uji-t, karena
thitung t0,01 Keterangan
kedua
data
tersebut
terdapat
yang
signifikan
atau
berbeda nyata antara nilai rata-rata pretest serta posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada Tabel 7.4. menunjukkan bahwa
terdapat
perbedaan
yang
mempunyai
signifikan antara nilai rata-rata pretest
varians yang homogen dan jumlah
serta posttest pada kelas kontrol dan
data lebih dari 30. Uji hipotesis ini
kelas eksperimen, bahwa thitung lebih
dilakukan
tinggi
berdistribusi
normal,
dengan
tujuan
untuk
daripada
ttabel
pada
taraf
mencari apakah terdapat perbedaan
signifikan α = 0,01 atau thitung > t0,01.
yang signifikan antara nilai siswa
Dimana kelas kontrol menunjukkan
sebelum belajar (pretest) dan setelah
nilai thitung = 4,85 yang lebih besar
belajar
daripada t0,01
(66)
membandingkan nilainya pada kelas
dengan
kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Melalui
menunjukkan nilai thitung = 8,54 yang
penerapan
lebih besar daripada t0,01
(posttest)
model
dengan
pembelajaran
= 2,66. Begitu juga eksperimen
(72)
= 2,65.
konvensional (ceramah) pada kelas
Hal ini mengartikan bahwa terdapat
kontrol
model
perbedaan yang cukup jelas dimana
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
kelas eksperimen menunjukkan angka
pada
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
dan
kelas
penerapan
eksperimen
dengan
masing-masing bahasan yang sama
kelas kontrol. 101
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 Berdasarkan
hasil
pengana-
Tabel 7.5. Hasil Perhitungan Nilai N-
lisisan tersebut, telah dapat diketahui
Gain (g) Rata-rata Pretest dan
bahwa nilai hasil belajar siswa antara
Posttest
kelas
yang
menggunakan
model
pada Kelas Kontrol dan Kelas
pembelajaran konvensional (ceramah)
Eksperimen Kelas
Nilai Ratarata Gain NPre- Postgain test test
Kontrol
52,62 68,91 16,29
dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA terdapat perbedaan yang nyata/signifikan, serta dapat diketahui bahwa
penerapan
model
Ekspe-rimen
pembelajaran
konvensional
3. Analisis Perhitungan Nilai NGain Nilai N-Gain dapat menunjukkan keefektifan
(efektivitas)
peningkatan suatu pembelajaran yang diterapkan,
dalam
penerapan
model
hal
ini
yaitu
pembelajaran
konvensional (ceramah) pada kelas kontrol
dan
penerapan
model
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA pada
kelas
eksperimen.
Dalam
perhitungan nilai N-Gain ini, dilakukan perbandingan
nilai
rata-rata
hasil
pretest
nilai
rata-rata
hasil
dan
posttest. Deskripsi data nilai N-Gain (gain yang dinormalisasi) dapat dilihat pada Tabel 7.5.
perbedaan selisih angka sebesar 0,14 antara nilai N-Gain (g) pada kelas kontrol dan nilai N-Gain (g) pada kelas
(ceramah).
tingkat
,48
0 Sedang 0 Sedang
Berdasarkan Tabel 7.5., terdapat
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA lebih baik dibandingkan dengan model
56,58 77,58 21
,34
N Kriteria
eksperimen,
dimana
tingkat
keefektifan pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah) lebih rendah dibandingkan eksperimen
dengan yang
kelas
menggunakan
model pembelajaran aktif-kooperatif tipe
LSA,
yakni
dapat
dilihat
perbandingannya 0,34 (untuk kelas kontrol)
<
eksperimen).
0,48
(untuk
Namun
kelas
mengenai
kriteria nilai N-Gain untuk masingmasing kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen)
tersebut
sama-sama
termasuk dalam kategori sedang. E. PEMBAHASAN Penguasaan konsep awal siswa dilihat dari nilai pretest. Nilai rata-rata pretest
siswa
pada kelas kontrol 102
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 adalah 52,62, sedangkan pada kelas
wujud dari pemilihan dan penerapan
eksperimen
model
adalah
56,58.
Dalam
pretest, nilai minimum yang ditemukan pada
kelas
kontrol
yaitu
pembelajaran
yang
kurang
tepat selama PBM berlangsung.
15,
Penguasaan
konsep
sedangkan pada kelas eksperimen
setelah
yaitu 30. Kemudian nilai maksimum
berupa materi sistem imun manusia
pretest yang diperoleh pada kelas
pada
kontrol dan kelas eksperimen yaitu 80.
perbedaan
Pada nilai minimum pretest, terdapat
Pengujian setelah diberikan materi
rentang yang tidak terlalu jauh hanya
tersebut berupa posttest. Pada kelas
dengan
nilai
kontrol dengan menggunakan model
maksimum pretest pada dua kelas
pembelajaran konvensional (ceramah)
sama
Kriteria
yakni diperoleh nilai rata-rata sebesar
Ketuntatasan Minimal (KKM) yang
68,91 dan pada kelas eksperimen
harus dicapai dalam mata pelajaran
dengan
Biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 10
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
Bandung yaitu 73, oleh sebab itu
diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,58.
masih cukup banyak siswa yang
Pada kelas kontrol, nilai minimum
belum mencapai KKM tersebut. Pada
yang dicapai pada posttest adalah 40
pretest di kelas kontrol, siswa yang
dan nilai maksimumnya adalah 85.
mendapatkan nilai di atas KKM yaitu
Kelas eksperimen menunjukkan nilai
hanya dua orang (sekitar 5,88%) dan
minimum pada angka 55 dan nilai
yang mendapatkan nilai di bawah
maksimum pada angka 95.
selisih
yakni
80.
15,
serta
Adapun
KKM yaitu 32 orang (sekitar 94,12%).
diberikannya
siswa
kedua
pembelajaran
kelas
yang
mengalami
cukup
menggunakan
Berdasarkan
jauh.
model
perhitungan
Pada pretest di kelas eksperimen pun
distribusi nilai siswa pada posttest ini
tidak berbeda jauh, dengan siswa
menunjukkan cukup banyak siswa
yang nilainya berada di atas KKM
yang mendapatkan nilai di atas KKM.
yaitu hanya dua orang (sekitar 5,41%)
Pada kelas kontrol, jumlah siswa yang
dan yang nilainya berada di bawah
nilainya berada di atas KKM yaitu 16
KKM yaitu 35 orang (sekitar 94,60%).
orang (sekitar 47,06%) dan yang
Banyaknya belum tersebut
mampu
nilai
siswa
mencapai
merupakan
indikasi
yang
nilainya berada di bawah KKM yaitu
KKM
18 orang (sekitar 52,94%). Sedangkan
atau
pada kelas eksperimen, jumlah siswa 103
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 yang mendapatkan nilai di atas KKM
dengan
yaitu 28 orang (sekitar 75,68%) dan
menunjukkan nilai thitung sebesar 4,85
yang mendapatkan nilai di bawah
dan ttabel
KKM yaitu hanya sembilan orang
karena itu, nilai thitung berada di luar
(sekitar 24,32%). Hal ini memberikan
daerah penerimaan Ho, maka dapat
gambaran yang sangat jelas bahwa
disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya
adanya peningkatan nilai siswa yang
pada penerapan model pembelajaran
berbeda pada kelas kontrol dan kelas
konvensional
eksperimen, yang dipengaruhi oleh
kelas kontrol mengalami peningkatan
penerapan model pembelajaran yang
hasil belajar siswa pada subkonsep
tepat untuk memperkuat pemahaman
sistem imun manusia secara signifikan
siswa dalam menguasai bahan ajar
atau berbeda nyata.
sebagai capaian pembelajarannya di sekolah.
menggunakan
(0,01) (66)
uji-t
sebesar 2,66. Oleh
(ceramah)
terhadap
Pada kelas eksperimen, sebelum siswa melaksanakan kegiatan belajar
Berdasarkan perhitungan gain,
dengan model pembelajaran aktif-
pada kelas kontrol sebelum siswa
kooperatif tipe LSA, nilai rata-rata
melaksanakan
pretest sebesar 56,58, sedangkan
dengan
kegiatan
model
belajar
pembelajaran
pada
hasil
belajar
siswa
konvensional (ceramah), nilai rata-rata
melaksanakan
pretest sebesar 52,62, sedangkan
didapat nilai rata-rata posttest sebesar
pada
setelah
77,58. Selisih nilai rata-rata (gain)
belajar
yang diperoleh yaitu 21. Pada kelas
didapat nilai rata-rata posttest sebesar
eksperimen ini menunjukkan seluruh
68,91. Selisih nilai rata-rata (gain)
siswa sejumlah 37 orang mengalami
yang diperoleh yaitu 16,29. Pada
peningkatan hasil belajar. Hasil uji
kelas kontrol ini menunjukkan siswa
hipotesis dengan menggunakan uji-t
yang mengalami peningkatan hasil
menunjukkan nilai thitung sebesar 8,54
belajar sejumlah 26 orang, sisanya
dan ttabel
ada dua orang siswa yang mengalami
karena itu, nilai thitung berada di luar
penurunan hasil belajar dan enam
daerah penerimaan Ho, maka dapat
orang siswa yang tidak mengalami
disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya
peningkatan maupun penurunan hasil
penerapan model pembelajaran aktif-
belajar (statis). Hasil uji hipotesis
kooperatif tipe LSA terhadap kelas
hasil
belajar
melaksanakan
siswa
kegiatan
(0,01) (72)
kegiatan
setelah belajar
sebesar 2,65. Oleh
104
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 eksperimen dapat meningkatkan hasil
lebih rendah dibandingkan dengan
belajar siswa pada subkonsep sistem
kelas eksperimen yang menggunakan
imun manusia secara signifikan atau
model pembelajaran aktif-kooperatif
berbeda nyata.
tipe
Berdasarkan hasil analisis data pada
uji
hipotesis
menggunakan
uji-t
dengan
menunjukkan
LSA,
yakni
dapat
dilihat
perbandingannya 0,34 (untuk kelas kontrol)
<
0,48
eksperimen).
(untuk
Namun
kelas
mengenai
yang
kriteria nilai N-Gain untuk masing-
signifikan antara nilai rata-rata pretest
masing kelas (kelas kontrol dan kelas
serta posttest pada kelas kontrol dan
eksperimen)
kelas eksperimen, bahwa thitung lebih
termasuk dalam kategori sedang. Hal
tinggi
ini
bahwa
terdapat
perbedaan
daripada
ttabel
pada
taraf
tersebut
menandakan
sama-sama
besarnya
angka
suatu
model
signifikan α = 0,01 atau thitung > t0,01.
efektivitas
Dimana kelas kontrol menunjukkan
pembelajaran
nilai thitung = 4,85 yang lebih besar
bahwa model pembelajaran tersebut
daripada t0,01
(66)
(model pembelajaran aktif-kooperatif
dengan
kelas
= 2,66. Begitu juga eksperimen
menunjukkan nilai thitung = 8,54 yang lebih besar daripada t0,01
(72)
dari dapat
membuktikan
tipe LSA) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
= 2,65.
Dengan
demikian,
penelitian
Hal ini mengartikan bahwa terdapat
yang peneliti lakukan di SMA Negeri
perbedaan yang cukup jelas dimana
10 Bandung melalui penerapan model
kelas eksperimen menunjukkan angka
pembelajaran aktif-kooperatif tipe LSA
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pada
kelas kontrol.
manusia,
subkonsep
sistem
menegaskan
imun bahwa
Pada analisis data tahap terakhir
pembelajaran dengan menggunakan
dengan membandingkan nilai N-Gain,
model pembelajaran aktif-kooperatif
terdapat
tipe LSA dapat meningkatkan hasil
perbedaan
selisih
angka
sebesar 0,14 antara nilai N-Gain (g)
belajar
pada kelas kontrol dan nilai N-Gain (g)
pencapaian hasil belajar pada kelas
pada
kontrol dan kelas eksperimen sebagai
kelas
eksperimen,
dimana
siswa.
tingkat keefektifan pembelajaran kelas
akibat
kontrol
perlakuan
dengan
menggunakan
pembelajaran konvensional (ceramah)
dari
Adanya
perbedaan
perbedaan
yang
diterima
bentuk siswa,
dimana siswa yang diberi perlakuan 105
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 dengan model pembelajaran aktif-
dengan
kooperatif tipe LSA menjadi lebih baik
adanya peningkatan hasil belajar pada
hasil belajarnya dibandingkan dengan
penerapan model pembelajaran aktif-
siswa yang diberi perlakuan dengan
kooperatif
model
menggambarkan bahwa siswa lebih
pembelajaran
konvensional
(ceramah).
siswa.
Adapun
tipe
LSA
dengan
tersebut
memahami dan menguasai konsep
Dalam model pembelajaran aktif-
yang dipelajari.
kooperatif tipe LSA tersebut, terdapat
Model
pembelajaran
aktif-
proses dimana siswa belajar secara
kooperatif tipe LSA dapat diterapkan
aktif,
sebagai bentuk model pembelajaran
menyenangkan
dan
bersemangat, bergerak leluasa dan
alternatif
berpikir keras. Agar tercipta suasana
proses
proses
berlangsung
di
kelas.
Model
menyenangkan tersebut, siswa harus
pembelajaran
ini
sangat
efektif
mendapatkan
dengan
diterapkan pada materi pembelajaran
kelompok
yang cukup memuat banyak konsep
menjadi
pembelajaran
rasa
bagian
aman dari
yang
(Silberman, 2012: 9 dan 30).
yang
digunakan
pembelajaran
dalam yang
yang perlu dipahami siswa, dengan
Berbeda halnya dengan model
cara siswa sendiri yang menyusun
pembelajaran konvensional (ceramah)
bahasan konsep dari materi tersebut.
yang cenderung lebih membosankan,
Model pembelajaran aktif-kooperatif
kurang
tipe LSA dapat juga dijadikan sebagai
menarik
dan
lebih
menitikberatkan pada keaktifan guru
salah
satu
upaya
guru
saja (Purwati, 2010: 65-66).
menciptakan
proses
pembelajaran
yang
variatif
Jadi dengan menerapkan model pembelajaran
aktif-kooperatif
tipe
lebih
meningkatkan
untuk
yang
akan
belajar
siswa
menjadikan
siswa
hasil
LSA, siswa tidak hanya menghafal
dengan
dan duduk pasif untuk mendengarkan
menjadi aktif tanpa pemahaman dan
materi yang diberikan oleh guru, tetapi
penguasaan konsep, karena pada
siswa dapat belajar secara aktif dan
hakikatnya
bekerja
teman
penguasaan konsep siswa terhadap
kelompoknya sehingga dapat terjadi
pelajaran dengan cara menggalinya
komunikasi berbagai arah baik antara
sendiri akan lebih kuat mengingatnya
guru dengan siswa ataupun siswa
dibandingkan hanya dengan diberikan
sama
dalam
tidak
pemahaman
dan
106
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 umpan
oleh
guru
berupa
dibandingkan
pembelajaran konvensional (ceramah)
pembelajaran
yang membuat siswa kurang aktif dan
(ceramah).
menjadi
G. SARAN
pasif
dalam
mengikuti
pelajaran.
F. KESIMPULAN
tergambar
hasil
penelitian
dari
bahasan
sebelumnya, terdapat beberapa saran
Berdasarkan analisis data hasil dan
model
konvensional
Berdasarkan yang
penelitian
dengan
pembahasan
yang
telah diuraikan sebelumnya, maka
yang
menyangkut
penelitian
yang
telah penulis lakukan, diantaranya: 1. Bagi
guru,
sekiranya
mulai
penulis dapat menarik kesimpulan
menerapkan model pembelajaran
sebagai berikut:
aktif-kooperatif tipe LSA sebagai
Terdapat
peningkatan
hasil
salah
satu
belajar siswa pada subkonsep sistem
pembelajaran
imun manusia setelah diterapkannya
dikembangkan
model pembelajaran aktif-kooperatif
pembelajaran.
alternatif
model
yang
dapat dalam
tipe LSA. Hal ini dapat dilihat dari
2. Bagi siswa, penulis menyarankan
perolehan nilai rata-rata siswa yang
hendaklah selalu meningkatkan
semakin
kelas
kreativitas dan aktivitas dalam
eksperimen, kriteria nilai N-Gain yang
memanfaatkan kesempatan yang
termasuk dalam kategori sedang dan
diberikan
bertambahnya
pembelajaran.
meningkat
pada
jumlah
siswa
yang
telah mencapai KKM. Selain dilihat
3. Bagi
guru
peneliti
selama
berikutnya
dari ketiga aspek tersebut, hal ini
tertarik
didukung pula oleh hasil analisis data
penulis
uji-t yang menyatakan bahwa terdapat
dilakukan penelitian lebih lanjut
perbedaan
yang
untuk
dimana
kelas
nyata/signifikan, eksperimen
dengan
yang
penelitian
menyarankan
menguji
efektivitas
sejauh dari
ini, perlu
mana model
menunjukkan angka yang lebih tinggi
pembelajaran aktif-kooperatif tipe
dibandingkan dengan kelas kontrol,
LSA,
sehingga
perencanaan dan persiapan yang
dapat
diketahui
bahwa
diimbangi
penerapan model pembelajaran aktif-
lebih
kooperatif
menentukan
tipe
LSA
lebih
baik
matang,
seperti alokasi
dengan
dalam waktu, 107
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 menyampaikan model
langkah-langkah
pembelajaran
kooperatif
tipe
aktif-
LSA,
serta
mengatur jumlah kelompok siswa, yang
hendaknya
diperhatikan
serta
dipertimbangkan
dengan
saksama agar penelitian dapat dilakukan sebagaimana mestinya. 4. Bagi
sekolah,
masukan
sebagai
bahan
untuk
memperhatikan
sarana
perlu dan
prasarana yang menunjang pada proses pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi XIV). Jakarta: PT Rineka Cipta. Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., dan Winarni, E.W. (2007). Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis. Asikin, S.A.M. (2010). Pengaruh Penerapan PQ4R Terhadap Penguasaan Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan pada Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Astari, R.W. (2010). Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi
dengan Model Pembelajaran Mind Mapping pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun Ajaran 2009/2010. [Online]. Tersedia: http://etd.eprints.ums.ac.id/843 5/1/A31006037.pdf. [13 April 2012] Kurnadi, K.A. (2002). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia (II). Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Lie, A. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Nugroho, D.H. (2010). “Studi Tentang Implementasi Metode Pembelajaran Aktif Berbasiskan Konstruktivisme untuk Prodi Elektronika-InstrumentasiSTTN”. Makalah pada Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir, tanggal 18 November 2010. Yogyakarta: tidak diterbitkan. Purwati, R. (2010). Penggunaan Model Active Learning dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Pencemaran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Katapang. Skripsi Sarjana pada Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan Bandung: tidak diterbitkan. Samadhi, T.M.A. A. (2008). “Pembelajaran Aktif (Active Learning)”. Makalah pada Teaching Improvement Workshop (TIW), Engineering Education Development Project. Jakarta: Depdikbud. 108
Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : 24775673 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016 Silberman, M.L. terjemahan Raisul Muttaqien. (2012). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Edisi Revisi VI). Bandung: Nuansa. Subratha, N. (2007). “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (JPPP). 1 (2), 135-147. Sudjana. (2002). Metoda Statistika (Edisi Revisi VI). Bandung: Tarsito. Suhaerah, L. (2009). Pengantar Statistika untuk Pendidikan Biologi. Bandung: Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan Bandung. Tresnawati, C., Tapilouw, F.S., dan Ratnawulan, A. (2011). “Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Sistem Pernapasan untuk Meningkatkan Kemampuan Konseptual, Prosedural dan Sikap Ilmiah Siswa”. Biosfer: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi dan Lingkungan Hidup. 3 (2), 189202.
109