PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG DI KALANGAN REMAJA DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI BAMBU APUS JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Mira Humaira Azalia NIM : 109052000008
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M.
PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG DI KALANGAN REMAJA DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI BAMBU APUS JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Mira Humaira Azalia NIM : 109052000008
Pembimbing :
Dr. Suparto, S.Ag, M.Ed NIP. 19710330 199803 1 004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Mei 2014
Mira Humaira Azalia
ABSTRAK Mira Humaira Azalia Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur. Peran Bimbingan Rohani Islam dalam mengatasai perilaku menyimpang di kalangan remaja, sangat penting dalam menumbuhkan nilai-nilai keagamaan terhadap remaja agar bertindak sesuai dengan petunjuk agama Islam. Di era globalisasi ini yang berperilaku menyimpang sangat marak terjadi di kalangan remaja, maka akan berdampak besar bagi kehidupan bangsa kita. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan rohani Islam terhadap remaja yang berperilaku menyimpang agar mereka dapat mengetahui mana perkara-perkara yang diharamkan dalam agama dan mana yang diperbolehkan. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang pembimbing rohani Islam dan 5 orang remaja yang berperilaku menyimpang dengan kasus yang berbeda-beda diantaranya kasus pengeroyokan dan kasus penyalahgunaan narkoba. Dari hasil analisis bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur diketahui bahwa peran bimbingan rohani Islam adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada klien dengan menjalankan fungsi preventif, kuratif, preservatif dan developmental agar kondisi psikologis dan kondisi sosial remaja dapat tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat. Selain itu, remaja dapat menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas, berakhlak mulia, serta menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap remaja yang berperilaku menyimpang yang dapat menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung.
Kata Kunci: Bimbingan, Rohani, Islam, Perilaku, Menyimpang.
i
بسم ﷲ الرحمن الرحيم KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Dialah sumber tempat bersandar, Dialah sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya. Sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur.” Shalawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidan kebahagiaan, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman. Setulusnya dari hati yang paling dalam penulis menyadari, bahwa suksesnya penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ayahanda Drs. RHE. Ghazali Thoyib (Alm) dan Ibunda Hj. Ida Rosyidah, Hsy yang telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang, do’a, kesabaran, keihklasan, dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya, terimakasih semuanya. Dan kepada
ii
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, khususnya kepada : 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. Bapak Dr. Suparto, S.Ag, M.Ed selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan masukan, ilmu dan motivasi selama penulis mengerjakan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bapak Drs. Sigiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan tenaga dan pikirannya untuk mendidik penulis. Semoga do’a dan didikannya menjadi berkah dan dapat menuntun penulis untuk memasuki kehidupan yang lebih baik. 5. Segenap pengelola Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan, fasilitas kepada penulis dalam mencari literatur pustaka. 6. Seluruh karyawan, Pembina Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan observasi di tempat ini, serta anak-anak didik yang telah meluangkan
iii
waktunya untuk bekerja sama bagi penulis untuk mengenal lebih dekat lagi. 7. Ibu Dewi Kania dan Ibu Nova yang telah meluangkan waktu, sehingga penyusunan skripsi ini berjalan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. 8. Teristimewa Suami tercinta H. Fuad Ubaidillah, Lc yang dengan tulus dan ikhlas mencurahkan perhatian, kasih sayang, doa dan dukungan moril maupun materil yang senantiasa mengiringi penulis. 9. Semua saudara penulis, Lia Hafiliani, S.Pd.I dan H. Asep Supriadi, Lc, MA., Meliani Thoyib, S.Pd.I dan Ismatullah, SE., Nadiana Fikriani dan H. Aom Romli, Lc., Ria Rizki Amalia, SH.I., dan H. Abdul Ghofur, Lc. yang telah membantu dengan doa dan materi serta memberikan motivasi kepada penulis. 10. Kepada teman-teman satu kelas BPI angkatan 2009 yang selalu memberikan kenangan yang tak terlupakan yaitu: Kantata Anita Maharani, Sri Yulianah, Abir, Sri Hesty Hardiyati, Dini Hayati Nufus, Dede Iskandar, Andrian Saputra, Yofie Novera, Muhammad Hari dan Zainal Abidin, terima kasih semuanya kawan atas motivasi dan doadoanya, semangat terus Perisai 09 ku. Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun materiil, penulis panjatkan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan imbalan pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah
iv
surut mengalir pahalanya, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis dan semua pihak. Aamiin..
Jakarta, Mei 2014 M 05 Rajab 1435 H
Mira Humaira Azalia NIM : 109052000008
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...............................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................
9
D. Tinjauan Pustaka ..............................................................
10
E. Metodologi Penelitian ......................................................
12
F. Sistematika Penulisan ......................................................
18
TINJAUAN TEORITIS A. Teori Peran .......................................................................
20
1. Peran ...........................................................................
20
2. Pengertian Bimbingan Rohani Islam .........................
22
3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam.............
25
4. Metode Bimbingan Rohani Islam ..............................
27
B. Akhlak ..............................................................................
31
1. Pengertian Akhlak ......................................................
31
2. Macam-macam Akhlak ..............................................
33
3. Tujuan Pembinaan Akhlak .........................................
36
vi
4. Manfaat Akhlakul Karimah........................................
37
5. Faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak ....
39
C. Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja ....................
40
1. Pengertian Perilaku Menyimpang ..............................
41
2. Bentuk Perilaku Menyimpang....................................
43
3. Faktor Penyebab berperilaku menyimpang................
43
4. Langkah-langkah Dasar Pencegahan Perilaku Menyimpang .............................................. D. Penyalahgunaan
Narkoba
sebagai
Bentuk
Perilaku
Menyimpang……………………………………….......
BAB III
BAB IV
46
49
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA A. Sejarah Berdirinya ............................................................
53
B. Visi dan Misi ....................................................................
56
C. Maksud dan Tujuan ..........................................................
58
D. Tugas Pokok dan Fungsi .................................................
59
E. Sasaran Garapan ...............................................................
61
F. Sarana dan Prasarana........................................................
63
G. Struktur Organisasi ..........................................................
65
H. Jadwal Kegiatan ...............................................................
66
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Informan .................................................................
67
B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam .............................
70
vii
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam ....................................................................................
70
2. Materi Bimbingan Rohani Islam ................................
70
3. Metode Bimbingan Rohani Islam ..............................
74
4. Media Bimbingan Rohani Islam ................................
75
C. Peran Bimbingan Rohani Islam Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus. ........................................
BAB V
79
PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................
94
B. Saran .................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL 1. Table 1 Daftar Informan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani……... 15 2. Table 2 Data Penerima Manfaat PSMP Handayani……………………… 56 3. Table 3 Sarana dan Prasarana PSMP Handayani………………………… 64 4. Tabel 4 Jadwal Kegiatan BimSos Kelas Taruna di PSMP Handayani…... 66
ix
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, masa remaja merupakan masa dimana seseorang sedang mencari jati dirinya dan mudah terpengaruh sehingga remaja merupakan kelompok yang rentan terlibat dalam perilaku menyimpang. Terlebih dalam era globalisasi sebagaimana yang digambarkan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani berikut ini. “Arus globalisasi memberi sumbangan yang cukup besar terhadap permasalahan remaja. Ketidakstabilan emosi dan kondisi pada remaja seringkali menjadikan pemahaman mereka tentang makna dari arus globalisasi salah sehingga menyebabkan perilaku yang salah arah. Akibatnya menimbulkan berbagai permasalahan pada masyarakat umumnya dan khususnya remaja antara lain perkelahian, pencurian, narkotika, bahkan pelecehan seksual sehingga seorang remaja harus berhadapan dengan hukum.”1 Uraian di atas menegaskan bahwa transparansinya peradaban dunia saat ini dapat menimbulkan multi budaya, apakah ia cenderung kearah yang positif atau sebaliknya, cenderung ke arah yang negatif. Persoalan tersebut berkembang dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa, sesuai dengan kelompok masyarakat yang terbentuk. Terkait dengan remaja, berbagai gejala yang melibatkan perilaku remaja akhir-akhir ini tampak menonjol di masyarakat. “Perilaku-perilaku tersebut menonjol baik dalam bentuk kenakalan biasa maupun perilaku yang menjurus tindak kriminal. Masyarakat pun secara langsung ataupun tidak langsung menjadi
1
Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Petunjuk Teknis Penanganan Anak yang Berkonflik dengan Hukum (Jakarta: Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, 2007), h. 1.
1
2
gelisah menghadapi gejala tersebut.”2 Oleh sebab itu, seorang remaja perlu dibimbing dan diberi arahan agar tidak mengalami hambatan dari masalahmasalah yang kecil sampai pada persoalan yang besar, yang mungkin menimbulkan tekanan-tekanan dalam perkembangannya. Perkembangan tersebut erat kaitannya dengan pola asuh sebagaimana dijelaskan Astuti bahwa “proses pengasuhan sangat mempengaruhi perkembangan remaja. Pola asuh yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang terus berubah
akan
menyebabkan
remaja
tersebut
melakukan
hal-hal
yang
menyimpang.”3 Pandangan Astuti tersebut menegaskan bahwa pola asuh yang tepat merupakan usaha preventif terhadap perubahan tingkah laku remaja. Mengingat remaja merupakan suatu periode di mana individu mengalami perubahan, baik fisik maupun mental dari seorang anak yang menjadi dewasa. Perubahan tersebut dapat diketahui dari pembagian masa remaja bahwa “masa remaja (adolescent) dibagi menjadi dua, yaitu remaja awal dan remaja akhir, di mana perubahan tingkah laku terjadi lebih cepat pada masa awal dari pada masa akhir tersebut.”4 Pembagian masa remaja tersebut mengarahkan kita kepada pandangan bahwa pada remaja akhir seharusnya mereka telah mendapat ketenangan dalam menghadapi
masalah-masalah
dibandingkan
dengan
masa
remaja
awal.
Mengingat remaja umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, sebab remaja berada dalam masa transisi. Emosi remaja cenderung meninggi dan belum 2
Paulus Hadisuprapto, “Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan Remaja” Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. III (September 2004): h. 9. 3 Astuti, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Gejala Kenakalan Anak/Remaja. (Semarang: Universitas Diponegoro, 2004), h. 91. 4 Charletty Choesyana Sofat, “Pengembangan Karakter Melalui Pendidikan Keluarga: Studi Komparatif Teori al-Ghazali dan Teori Kornadt,” (Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 2.
3
stabil. Mereka cenderung kurang dapat menguasai diri dan tidak lagi memperhatikan keadaan sekitarnya. Tentu kondisi perilaku dan kepribadian remaja yang demikian sangat jauh dari yang diharapkan. Apalagi jika terjadi perilaku yang cenderung menyimpang dari nilai-nilai ajaran agama, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya. Contohnya adalah remaja usia sekolah yang terjerumus pada pergaulan bebas atau bahkan seks bebas, pemakai dan pengedar narkoba, terlibat dalam kasus-kasus kriminal, seperti pencurian, perampokan dan pemerkosaan. Hal ini menunjukkan betapa kondisi anak-anak remaja usia sekolah pada saat ini berada dalam masalah besar sebagai akibat dari perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang di kalangan remaja merupakan salah satu problema lama yang senantiasa muncul ditengah-tengah masyarakat. “Masalah tersebut hidup, berkembang, dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa yang sulit untuk dicari ujung pangkalnya, sebab kenyataan perilaku menyimpang telah merusak nilai-nilai susila, agama, dan hukum.”5 Sebagai contohnya adalah penyalahgunaan narkotika. “Tidak sedikit negara-negara di dunia, baik di negara-negara maju maupun berkembang, masalah narkotika ini merupakan problem sosial yang masing-masing negara tengah mencari upaya untuk menanggulangi dan begitu juga dengan Indonesia.”6 Narkoba merupakan racun yang tidak hanya merusak manusia secara fisik, tetapi juga merusak jiwa dan masa depannya. Bahaya narkoba nyata terlihat pada pemakainya bahwa “secara fisik semakin lama semakin ambruk, sedangkan
5
M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001), h. 155. 6 M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001), h. 155.
4
mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan pemenuhan narkoba yang semakin tinggi. Jika dia tidak menemukan narkoba maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan.”7 Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh masalah narkotika sebagaimana disebutkan di atas bukan lagi merupakan masalah sosial. Fakta-fakta menunjukkan bahwa narkotika sudah merupakan masalah nasional dan nilainya pun sejalan dengan subversif dan hampir 25% korban penyalahgunaan narkotika di Indonesia adalah remaja sebagaimana yang diungkapkan oleh Gun Gun Siswandi berikut ini. “Menurut data Badan Narkotika Nasional Pada tahun 2012 pengguna narkoba di Indonesia ada sekitar 4.000 orang atau sekitar 2,8% dari jumlah keseluruhan penduduk nasional, dimana 70% atau sekitar 2.800 orang merupakan pecandu dari kalangan pekerja, mulai dari karyawan perusahaan swasta, pegawai negeri (PNS) dan pegawai BUMN. Sementara sekitar 25% atau sekitar 1.000 orang merupakan pecandu narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiwa se Indonesia. Baru 5% atau sekitar 200 orang merupakan penyalahguna narkoba dari kalangan ibu rumah tangga dan lainnya.”8 Terlepas dari data tersebut, maksud dari perilaku menyimpang dengan bentuk penyalahgunaan narkoba, baik dipandang buruk atau perbuatan dosa maupun sebagai manifestasi dari rasa tidak puas dan kegelisahan ialah perbuatanperbuatan yang mengganggu ketenangan dan kepentingan orang lain, dan diri sendiri. Efek dari perilaku menyimpang inilah yang akan berdampak besar bagi kehidupan bangsa kita. Karena budaya mencerminkan bangsa dan yang seperti kita ketahui bahwa remaja adalah penerus generasi bangsa yang sangat di 7
Abu Al-Ghifari, Generasi Narkoba (Bandung, PT. Mujahid, 2003), cet. ke-3, h. 10. Laporan Gun Gun Siswandi (Direktur Diseminasi BNN RI) pada seminar terbuka di Universitas Riau (UR) di Pekanbaru bertema "Mahasiswa dan Bahaya Narkotika", Senin,3/6/2013. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/06/03/mntpkf-bnn-seribu-pelajar-indonesiapengguna-narkoba. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014. Lihat juga http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/25/n2zx7v-bnn-dki-gencar-bentuk-kaderantinarkoba. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014. 8
5
harapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa ini agar lebih maju dan sejahtera. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan keagamaan khususnya terhadap remaja yang berperilaku menyimpang, salah satu diantaranya adalah bimbingan rohani Islam, karena bertujuan untuk menuntun agar mereka mengenal dan mengetahui ilmu agama lebih dalam di kehidupan sehari-hari. Bimbingan dapat diartikan sebagai “proses bantuan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan sehingga mereka menentukan sendiri jalan hidupnya, serta bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain.”9 Berdasarkan definisi ini bimbingan yang diberikan kepada para remaja adalah dengan memberikan bekal ilmu akhlak, dengan itu mereka dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang dilarang, juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Akhlak yang dimaksud di atas adalah akhlak menurut Imam al-Ghazali – sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Mubarok- yaitu ‘keadaan yang bersemayam di dalam jiwa yang menjadi sumber keluarnya tingkah laku, dengan mudah tanpa berpikir untung ruginya.’10 Dari definisi ini jelas bahwa akhlak itu bukan perbuatan, tetapi keadaan rohani yang menjadi sumber lahirnya perbuatan. Apabila akhlak dan tingkah lakunya baik di dalam kehidupan seseorang itu, maka dia akan memperoleh hasil yang baik pula. Perbaikan akhlak adalah merupakan diantara misi Rasulullah diatas dunia ini, untuk memperbaiki tingkah laku, perbuatan dan kehidupan umat manusia.
9
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkasan), (Denpasar: Ghalia Indonesia, 1984), h. 17. 10 Ahmad Mubarok, Meraih Bahagia dengan Tasawuf (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), h. 91.
6
Definisi akhlak tersebut menyiratkan bahwa terdapat akhlak yang baik atau akhlak yang buruk. “Akhlak buruk menjadi musuh Islam yang utama karena misi Islam pertama-tama untuk membimbing manusia berakhlak mulia, untuk itu Islam sangat memerangi akhlak yang buruk terutama terhadap orang tuanya sendiri. Misalnya seperti bohong atau dusta, takabbur, bakhil dan amarah.”11 Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw dimana beliau diutus menjadi Rosul adalah untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak manusia, 12
.ق ِ َاألَ ْخال
ُ ُ إِنﱠ َما بُ ِع ْث ار َم ِ ت ِألتَ ﱢم َم َﻣ َك
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.13 Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam Islam akhlak merupakan tolok ukur tingginya peradaban suatu masyarakat. Ketidakberdayaan masyarakat dalam memilih perbuatan baik atau buruk untuk dilakukan telah menjadi bukti bahwa masyarakat kita sedang mengalami demoralisasi (kemerosotan moral). Kurangnya pemahaman baik tentang nilai-nilai akhlak telah menjadikan sebagian masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang sangat berlawanan dengan norma-norma yang ada. Oleh karena itu, sangat penting kiranya menumbuhkan nilai-nilai akhlakul karimah pada anak-anak terutama remaja agar mereka dapat bertindak sesuai dengan petunjuk agama. Tentu memiliki akhlakul karimah tidaklah mudah sebagaimana yang dicita-citakan. Oleh karena itu, bimbingan rohani Islam menjadi sangat penting bagi remaja dalam menumbuhkan sikap sosial dan keagamaan yang baik
11
Ahmad Mahmud Subhi, Filsafat Etika: Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intuisionalis Islam (Jakarta: Serambi, 2001), h. 30. 12 Abu Bakar Ahmad Ibn al-Husain al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi al-Kubra (Makkah: Dar Al-Baz, 1994), Jilid X, h. 191. 13 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Penerbit Mizan, 1997), h. 252.
7
khususnya dalam mengatasi perilaku yang menyimpang. Melalui bimbingan rohani Islam mereka mendapat bimbingan agama dengan cara berkesinambungan, karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Sikap keberagamaan sebagaimana yang disinggung di atas merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja diluar masalah kesejahteraan. Hal ini dikarenakan “sikap keberagamaan ini dapat mengendalikan emosi yang kerap kali muncul karena soal kesejahteraan. Jika lingkungan mendukung untuk melakukan kegiatan keberagamaan, maka sikap itu akan muncul dengan sendirinya tetapi dapat hilang dengan sendirinya.”14 Sikap keberagamaan itulah yang menjadi salah satu fokus pembinaan di Panti Sosial. Panti Sosial adalah “lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental dan sosial.”15 Panti Sosial sebagaimana disinggung di atas berada di bawah pengawasan Direktorat Pelayanan Sosial Anak yang melakukan program rehabilitasi untuk anak-anak yang berhadapan dengan hukum melalui panti sosial. Di bidang perlindungan anak, Direktorat Pelayanan Sosial Anak memiliki child protection home (rumah perlindungan sosial anak). Rumah perlindungan anak ini akan menjadi rencana aksi nasional mengenai perlindungan anak. Sebagai contoh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani (PSMP-Handayani) yang terletak di wilayah
14
Charletty Choesyana Sofat, “Pengembangan Karakter Melalui Pendidikan Keluarga: Studi Komparatif Teori al-Ghazali dan Teori Kornadt,” (Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 4. 15 Jurnal (info Societa: informasi pembangunan kesejahteraan sosial) edisi khusus kaleidoskop 2009, h. 23
8
Cipayung, Jakarta Timur. Panti Sosial ini menerima anak-anak dan remaja dari penduduk setempat yang kurang mampu, pelimpahan keluarga dan hasil sidang. Remaja yang ada di Panti ini diberikan pendidikan serta bimbingan rohani Islam. Karena pada masa remaja ini merupakan kesempatan yang sangat tepat untuk membentuk pengendalian agama, sehingga mereka dapat mengetahui mana pekara-perkara yang di haramkan dalam agama dan mana yang diperbolehkan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus dalam sebuah bentuk karya ilmiah skripsi yang berjudul : “Peran
Bimbingan
Rohani
Islam
dalam
mengatasi
Perilaku
Menyimpang di Kalangan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan pokok pemikiran pada latar belakang masalah tersebut, maka perlu adanya pembatasan untuk lebih mengarah pada titik poin yang diharapkan. Untuk itu, penulis membatasi pada masalah peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja yang menyalahgunakan narkotika di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta, pada aspek pembimbing, terbimbing/klien, metode dan materi.
9
2. Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain : a. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pendidikan akhlak yang lebih baik dan dapat menjadi suri tauladan yang baik untuk anak-anak penerima manfaat.
10
b. Manfaat Akademis Secara akademis hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk para penyuluh atau konselor dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Tinjauan Kepustakaan Dalam penelitian ini, penulis mengambil referensi dari beberapa pustaka dan menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat dan mepertajam analisa. Penelitian ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya, yaitu : 1. Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Akhlak Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan oleh Rike Aryana mahasiswi jurusan BPI tahun 2007. Hasil penelitiannya adalah penekanannya pada hal pola pendidikan, pola asuh orang tua dan pola perilaku mereka dengan menggunakan metode pendekatan perorangan, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan massal atau umum. Penelitiannya hanya difokuskan pada aktifitas seorang penyuluh agama dalam membina akhlak anak pemulung dengan menggunakan pola pendidikan, pola asuh orang tua dan pola perilaku mereka. Tentu catatan kritis perlu ditujukan pada karya ini, dimana faktor penghambat pembinaan akhlak yang
11
disebutkan dibab akhir perlu dianalisa lebih mendalam lagi. Dalam bab penutup semestinya diuraikan saran untuk peneliti selanjutnya. 2. Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir Di Majelis Taklim Mahabbatur
Rasul
Menteng
Atas
Jakarta
Selatan
oleh
Rachmawati mahasiswi jurusan BPI tahun 2002. Hasil penelitiannya adalah dzikir yang digunakan berupa tahlil, pembacaan ratib, surat yaasin serta shalawat yang mana dengan dzikir tersebut remaja akan merasakan ketenangan dalam jiwa mereka sehingga mereka mampu berpikir dengan jernih dan melakukan hal yang baik. Penelitian ini bersifat khusus, karena pembinaan akhlaknya hanya melalui dzikir saja. Penulis karya ini dengan sangat baik memperkaya penelitiannya dengan tabel-tabel yang terkait dengan tema yang dibahas, akan tetapi alangkah lebih baik jika penulis karya ini menyertakan halaman tabel dibagian
daftar
isi
sehingga
mempermudah
pembaca
dalam
mendapatkan informasi. Selain itu, kekurangan yang ada pada karya ini dapat ditelusuri dalam bab kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dinilai masih mengambang dan kurang menggambarkan isi penelitian secara tegas. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penulis lebih fokus dalam memberikan bimbingan rohani Islam, seperti kegiatan dzikir bersama dan pembinaan akhlak kepada remaja yang berperilaku
12
menyimpang dari norma-norma sosial maupun agama dengan menggunakan metode pendekatan individu dan kelompok agar terbentuk remaja yang berakhlakul karimah. Penelitian ini bersifat umum, karena kegiatan bimbingan rohani Islam nya tidak hanya memberikan materi akhlak dan kegiatan dzikir saja, melainkan seluruh materi agama seperti fiqih, tauhid, sirah nabawiyah dan belajar iqro’ pun mereka pelajari. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah ‘prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.’16 Penelitian kualitatif ini sebagaimana dijelaskan oleh Tohirin bermaksud: “memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”17
16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: RosdaKarya,
2008), h. 4. 17
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 3.
13
Dalam hal ini penulis mendeskripsikan tentang bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta. 2. Subjek dan Objek Penelitian Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 7 orang, diantaranya 2 orang pembimbing rohani dan 5 orang remaja. Kedua pembimbing rohani Islam ini menjadi subjek dalam penelitian ini karena para pembimbing lebih tahu keadaan mental para remaja di PSMP Handayani. Serta peneliti memilih subjek 5 orang remaja dengan kasus yang berbeda-beda, diantaranya remaja yang berhadapan dengan hukum karena kasus penyalahgunaan narkotika. Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja di PSMP Handayani Bambu Apus Jakarta Timur. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi, yaitu “pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.”18 Dalam melakukan pengamatan, dalam hal ini penulis sebagai peneliti
18
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosdakarya, 2002), h. 81.
14
tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. “Peneliti sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Peranan demikian masih membatasi para subjek menyerahkan dan memberikan informasi terutama yang bersifat rahasia.”19 Dalam melakukan observasi, peneliti pun ikut serta dalam kegiatan Bimbingan Rohani sebagai pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani. Peneliti melakukan observasi selama 10 kali, selain itu peneliti juga memperhatikan, mencatat, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dari fenomena yang ada pada pelaksanaan bimbingan rohani Islam. b. Wawancara, merupakan “bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dengan seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.”20 Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Bambu Apus dan 5 orang remaja yang ada di panti tersebut.
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: RosdaKarya, 2008), h. 177 20 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001), h. 180.
15
Tabel 1 DAFTAR INFORMAN DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI BAMBU APUS No
Nama Subjek
Status
Asal
1
Bpk. Sudirman
Pembimbing
Kebumen
2
Bpk. Jubaidi
Pembimbing
Bogor
3
Andika Riski Pratama
Penerima Manfaat
Kelapa Gading
4
Dwi Akbar
Penerima Manfaat
Cakung
5
Rizky Kurnianto
Penerima Manfaat
Ciamis
6
Usman Ari
Penerima Manfaat
Banten
7
M. Gilang Maulana
Penerima Manfaat
Jakarta Timur
Sumber: Wawancara pribadi dengan para informan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur.
c. Dokumentasi, merupakan “catatan peristiwa yang sudah berlalu.”21 Dengan mencari data berupa buku, majalah, agenda yang berhubungan dengan bimbingan rohani islam bagi remaja yang berperilaku menyimpang di Panti Sosial tersebut. “Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.”22 Dengan mengumpulkan data-data
mengenai
hal-hal
yang
akan
diteliti
dan
juga
berhubungan dengan objek penelitian. 4. Teknik Analisis Data Analisa data sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono adalah: “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan 21
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011),
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 326 h. 326
16
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.23 Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah di tetapkan lalu menganalisanya secara sistematis. Adapun proses analisis dimulai dengan : a. Reduksi Data, berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.”24 Selain itu reduksi data juga merupakan suatu kegiatan yang berupa penajaman analisis, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu, dan pengorganisasian sedemikian rupa untuk bahan penarikan kesimpulan. b. Penyajian
Data,
maksudnya
adalah
“data
mentah
diolah
sedemikian rupa dengan kalimat yang mudah dicerna, selanjutnya
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-3, h. 244. 24 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 247.
17
penulis menganalisa masing-masing kasus tersebut.”25 Dalam penyajian data ini, penulis kembali melakukan analisa dengan mengombinasikan berbagai kasus yang selanjutnya data tersebut dijadikan panduan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah dengan cara menganalisanya dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab. c. Penarikan Kesimpulan, yaitu “pada tahap akhir data yang telah dianalisa khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian ini diuraikan secara lebih padat dan ringkas,”26 sehingga penulis mendapatkan kesimpulan mengenai peran bimbingan rohani islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani. 5. Teknik Penulisan Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari, 2007”.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011),
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 247. h. 247.
18
6. Sistematika Penulisan Untuk
memudahkan
penulisan,
maka
penulis
membagi
pembahasan skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan terdiri dari: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis terdiri dari: Teori Peran, pengertian bimbingan rohani Islam, tujuan bimbingan rohani Islam, metode bimbingan rohani Islam, pengertian akhlak, pembagian akhlak, tujuan pembinaan akhlak, manfaat akhlakul karimah, faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, pengertian remaja, pengertian perilaku menyimpang, bentuk perilaku menyimpang, faktor penyebab berperilaku menyimpang, langkah-langkah dasar pencegahan dan penanganan perilaku menyimpang di kalangan remaja, penyalahgunaan narkoba sebagai bentuk perilaku menyimpang. BAB III Gambaran Umum tentang profil Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus terdiri dari: Sejarah didirikannya Panti Sosial Marsudi Putra, visi dan misi, maksud dan tujuan, pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial, sasaran pelayanan, indikator keberhasilan, monitoring dan evaluasi. BAB IV Peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi
19
Putra Handayani Bambu Apus – Jakarta Timur, terdiri dari: Deskripsi data, analisis data, analisis bimbingan rohani Islam di PSMP, analisis remaja yang berperilaku menyimpang di PSMP Handayani, peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus). BAB
V
Penutup
terdiri
dari:
Kesimpulan
dan
saran.
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan diuraikan kajian teori mengenai peran dan bimbingan rohani Islam serta perilaku menyimpang agar penelitian yang dilakukan mempunyai dasar yang kokoh. Kajian ini bersumber dari pandangan para ahli maupun organisasi terkemuka dalam bidang atau disiplin terkait sebagaimana dijelaskan dalam bab ini. A. Teori Peran 1. Peran “Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajibankewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran.”1 Pandangan ini mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa peran sangat penting, karena dapat mengatur perikelakuan seseorang, disamping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang sekeloompoknya. Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia, peran didefinisikan sebagai “beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.’2 Dengan mengacu
1
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana, 2007), h. 158-159. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 667.
20
21
kepada definisi jelas bahwa setiap manusia pasti mempunyai kegiatan yang ia ikuti karena apabila ia tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut maka ia tidak mempunyai peranan yang baik dalam lingkungan masyarakatnya. Peranan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa. Selanjutnya, peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran. Suatu peran paling sedikit mencakup tiga hal, yaitu : a) Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. b) Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat. c) Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3
Cakupan di atas menunjukkan kepada kita bahwa seseorang yang mempunyai peran tertentu diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut, karena perilaku ditentukan oleh peran sosial.
3
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3, h. 209.
22
2. Pengertian Bimbingan Rohani Islam Menurut Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, bimbingan adalah “bantuan kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai pemahaman diri, realisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
dalam
mencapai
perkembangan
yang
optimal
dan
penyesuaian diri yang lebih baik dengan lingkungannya.”4 Dalam buku Prayitno dan Erman Amti Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling yang mengutip pendapat Crow & Crow, bimbingan dapat diartikan sebagai: ‘bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.’5 Sementara Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai: “suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.”6 Dari dua definisi di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya esensi bimbingan itu merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada
4
M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), h. 65. 5 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 94. 6 Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling (Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2010), h. 15.
23
orang lain dalam segala usia secara terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya potensi yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal. Selanjutnya, secara etimologis rohani berasal dari bahasa arab yaitu روحانىyang mempunyai arti “mental”.7 Adapun secara terminologi definisi rohani terkait erat dengan definisi ruh sebagaimana diuraikan Samudra berikut ini. “Ruh adalah bagian yang halus dari susunan kehalusan manusia yang memiliki kecenderungan kepada sifat-sifat Allah. Wujud dari ruh secara riil pada jasmani ialah dalam bentuk sifat/akhlak atau perilaku manusia yang baik sesuai pandangan Al-Qur’an. Sedangkan kata rohani menunjuk kepada bendanya yaitu tubuh roh itu sendiri. Kedua kata tersebut yakni ruh dan rohani pada prinsipnya bermakna sama. Allah meniupkan ruh dan sekaligus dengan inti hidup dan kecerdasan kepada setiap rohani manusia. Dengan kata lain, setiap manusia yang hidup, masing-masing memiliki ruh beserta inti hidup dan kecerdasan.”8 Berdasarkan uraian mengenai bimbingan dan rohani diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam adalah suatu proses 7 8
Azhari Aziz Samudra, Eksistensi Rohani Manusia (Jakarta: Yayasan Majelis Taklim HDH, 2004), h. 92-93.
24
pemberian bantuan kepada orang lain dalam segala usia secara sistematis kepada individu dalam membentuk akhlak atau perilaku manusia yang baik sesuai pandangan Islam, serta meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Bimbingan rohani Islam dilakukan oleh manusia dan kepada manusia. Oleh karena itu Al- Qur’an dan Hadist menganjurkan pada manusia agar memberikan bimbingan dan nasehat dengan wajar. Kedua hal tersebut merupakan sumber segala sumber pedoman hidup umat Islam, Al- Qur’an dan Sunnah Rasul dapat diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan rohani Islam. Dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep (pengertian makna hakiki) bimbingan rohani Islam bersumber. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al- Imran ayat 104:
Ìs3Ψßϑø9$# Çtã tβöθyγ÷Ζtƒuρ Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/ tβρããΒù'tƒuρ Îösƒø:$# ’n<Î) tβθããô‰tƒ ×π¨Βé& öΝä3ΨÏiΒ ä3tFø9uρ ∩⊇⊃⊆∪ šχθßsÎ=øßϑø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé&uρ 4 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar9 merekalah orang-orang yang beruntung”. Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa kita diwajibkan menyeru atau mengingatkan kepada kebaikan. Dan itu dapat kita lakukan melalui bimbingan rohani Islam atau bimbingan penyuluhan Agama. Karena dengan agama dapat menuntun kita kearah jalan kebenaran sehingga kita akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 9
Ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
25
Bimbingan Rohani Islam memfokuskan pembahasannya pada pengalaman hidup dalam hubungannya dengan Allah SWT atau dengan kata lain kehidupan religius yang lebih diperhatikan. Selain itu, bimbingan rohani Islam juga membicarakan tentang kehidupan pribadi pada masalah hidup dan bagaimana mengubah sikap untuk membuka diri kepada hubungan yang bersifat personal dengan Allah. Dengan cara itulah dapat dicari penyembuhan, penjelasan dan arah hidup. 3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani Islam a. Fungsi bimbingan rohani Islam Bimbingan rohani Islam sifatnya hanyalah membantu individu dalam menemukan alternatif pemecahan masalah, yaitu menemukan jalan pemecahan tertentu. Untuk dapat menemukan pemecahan tersebut pasti ada jalan keluarnya. Dengan demikian bimbingan Islam merupakan tujuan umum dan tujuan khusus, sehingga dapat dirumuskan fungsi bimbingan Islam itu sebagai berikut: 1) Fungsi preventif yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. 2) Fungsi kuratif atau korektif yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. 3) Fungsi presertatif yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. 4) Fungsi developmental atau pengembangan yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
26
telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.10
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam
mempunyai
fungsi
sebagai
pencegahan,
membantu
dan
memecahkan masalah, membantu dan mengembangkan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh klien. Selain hal tersebut yang menjadi fungsi fundemental bimbingan rohani Islam adalah membantu individu dalam memecahkan masalahnya sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baru baginya.
b. Tujuan bimbingan rohani Islam Adapun tujuan dari bimbingan rohani Islam menurut M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky adalah sebagai berikut : 1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang dan damai (mutmainah), bersikap lapang dada (rodliyah) dan mendapat taufik dan hidayah tuhannya (mardliyah). 2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberi manfaat pada diri sendiri, lingkungan
keluarga
maupun lingkungan
sosial
dan
alam
sekitarnya.
10
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: VII Press, 2001), cet. Ke-2, h. 37.
27
3) Untuk menghasilkan kecerdasan (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang. 4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Allah SWT, serta tabah dalam menerima ujiannya.11
Tujuan yang diuraikan di atas menggambarkan kepada kita bahwa pada kenyataannya di dalam setiap diri manusia, disadari atau tidak pastilah memiliki berbagai kekuatan postif di dalam dirinya. Dengan adanya bimbingan rohani Islam tersebut individu dibantu untuk menyadari segala potensi yang ada di dalam dirinya.
4. Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam
kegiatan
bimbingan
seorang
pembimbing
dapat
menggunakan metode-metode, diantaranya sebagai berikut : a. Metode Wawancara (Interview) Wawancara adalah “melakukan dialog dengan terbimbing untuk mendapatkan masalah-masalah yang dihadapi oleh terbimbing. Dengan melakukan dialog, pembimbing akan masuk dalam kehidupan terbimbing dan akan mengetahui sebab-sebab terbimbing.”12 Seperti yang dilakukan di Panti ini yaitu dengan tanya jawab antara pembimbing dan terbimbing mengenai masalah yang dihadapi oleh terbimbing, baik masalah interpersonal maupun intrapersonal. 11
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar pustaka, 2004), h. 168. 12 H.M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Terayon Pers), h. 44.
28
b. Metode Kelompok Yaitu bimbingan melalui metode kelompok ini merupakan komunikasi langsung antara pembimbing dan para remaja dalam bentuk kelompok. Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan beberapa teknik berikut, yaitu : 1) Metode Ceramah Ceramah merupakan “teknik pembinaan dan bimbingan yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak diwarnai oleh karakteristik dan gaya bicara seorang da’i atau pembimbing.”13 Pada metode ini mereka hanya mendengarkan penjelasan-penjelasan materi yang sedang dijelaskan pembimbing. Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang ramai-ramainya dipergunakan instansi pemerintah ataupun swasta, organisasi (jam’iyah), baik melalui televisi, radio maupun ceramah secara langsung.” Hal ini menunjukkan bahwa istilah ceramah sudah sangat luas penggunaannya. 2) Metode Tanya Jawab (Dialog) sebagaimana didefinisikan oleh Asmuni Syukir sebagai berikut. “penyampaian dakwah dengan cara mendorong audience (peserta pengajian) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti agar lebih aktif dan bersungguh-sungguh memperhatikan materi yang diberikan. Sehingga dengan metode ini pendengar akan langsung memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya.”14
13
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 104. 14 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 124.
29
Dialog atau tanya jawab sebagaimana definsi di atas merupakan tindak lanjut dari teknik ceramah, teknik ini dilakukan setelah pembimbing memberikan penjelasan terhadap materi yang disampaikan kemudian mereka diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan sulit untuk dipahami. “Dalam metode ini terdapat komunikasi dua arah maka penyampaian materi dengan efektif akan dapat dipahami oleh terbimbing.” Sehingga pokok-pokok persoalan agama dapat lebih luas dan lebih dalam diketahui.15 Komunikasi dua arah tersebut juga harus memperhatikan keadaan terbimbing. “Dalam proses bimbingan seorang pembimbing hendaknya mengarahkan minat dan perhatian mereka kepada hidup kebersamaan dan saling tolong menolong dalam memecahkan permasalahan yang menyangkut kepentingan mereka bersama.”16 Dengan adanya komunikasi dua arah dan pengarahan pembimbing terhadap minat dan perhatian terbimbing ini maka tujuan bimbingan akan sangat mudah tercapai. c. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan) Metode ini lebih bersifat mengarahkan terbimbing untuk berusaha mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada terbimbing ialah dalam memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab
15
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 126-127. 16 H.M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Terayon Pers), h. 45.
30
kesulitan
yang
dialaminya.
“Pada
metode
ini,
pembimbing
memberikan saran-saran atau solusi dan nasehat bagaimana sebaiknya bersikap dalam mengahadapi masalahnya tersebut.”17 Metode inilah yang seharusnya diterapkan dalam mengatasi perilaku menyimpang. Agar anak mengetahui mana yang baik dan buruk. d. Metode Non Direktif Metode ini lebih bersifat tidak mengarahkan, dan terbagi menjadi dua bagian yaitu : 1)
Client Centered : dilakukan dengan cara memancing klien dengan mengajukan satu atau dua pertanyaan, selanjutnya klien di beri kesempatan untuk mengungkapkan masalahmasalahnya
yang
menjadi
penghambatnya,
seorang
pembimbing hanya mendengarkan dan mencatat.18 2)
Metode Edukatif : dilakukan dengan cara mengoreh sampai tuntas apa yang menjadi penyebab hambatan, dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
dalam
hal
ini
pembimbing harus bersikap agak santai dan memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan masalah-masalah yang menjadi penghambatnya.19
Penjelasan diatas menegaskan bahwa metode ini berasumsi bahwa terbimbing mau bertanggungjawab atas proses belajarnya dan 17
H.M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Terayon Pers), h. 49. 18 H.M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Terayon Pers), h. 47. 19 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h. 179-180.
31
keberhasilannya sangat tergantung kepada keinginan terbimbing dan pembimbing untuk berbagi gagasan secara terbuka dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan orang lain. B. Akhlak Manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan yang lain karena manusia adalah makhluk sosial. Manusia dalam pergaulan hidupnya dengan sesama manusia ada kalanya saling membantu, ada kalanya bersaing secara sehat, tak jarang menindas serta mengeksploitasi yang lain untuk kepentingan dirinya. 1. Pengertian Akhlak Menurut bahasa perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Ahmad Mubarok akhlak ialah ‘keadaan yang bersemayam di dalam jiwa yang menjadi sumber keluarnya tingkah laku, dengan mudah tanpa dipikir untung ruginya.’20 Dari definisi itu jelas bahwa akhlak itu bukan perbuatan, tetapi keadaan ruhani yang menjadi sumber lahirnya perbuatan. Adapun pengertian akhlak menurut istilah ialah, 20
Ahmad Mubarok, Meraih Bahagia dengan Tasawuf (Jakarta: Dian Rakyat, 2009),h. 91.
32
“suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran, dan dapat dirumuskan pula bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk sekelilingnya.”21 Dari pengertian tersebut, akhlak sesuai fungsinya diharapkan dapat mewujudkan cita-cita pengembangan kemampuan dalam bentuk watak pribadi menuju peradaban yang bermartabat dan dalam rangka mencerdaskan umat Selanjutnya selain akhlak, ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak atau Ilmu akhlak tersebut. Istilahistilah itu ialah : a. Moral, yaitu berasal dari bahasa Latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Yang dimaksud dengan moral “ialah kelakuan yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas tindakan tertentu.”22 Dari pengertian ini jelas bahwa dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah laku yang baik disebut orang yang bermoral. Selain itu dalam ajaran agama, moral sangat penting dimana kejujuran, kebenaran, keadilan dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama.
21
Din Zainudin, Menembus Ruang & Waktu menuju Pencerahan Spiritual (Jakarta: Almawardi Prima, 2005),h. 210 22 Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), h. 30.
33
b. Etika, yaitu berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Yang dimaksud etika adalah “ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.”23 Pengertian tersebut menegaskan bahwa etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran. Dari uraian di atas, maka dapat dilihat persamaan antara akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Perbedaan terletak pada tolok ukurnya masing-masing, dimana ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolok ukur ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
2. Macam-macam Akhlak a. Akhlak Al-Karimah (Akhlak Mulia) Akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, akhlak terhadap Allah, kedua akhlak terhadap diri sendiri, dan ketiga akhlak terhadap sesama manusia. Ketiga akhlak yang mulia ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
23
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 7.
34
1) Akhlak terhadap Allah. Akhlak mulia kepada ini harus dimiliki dengan alasan sebagaimana diungkapkan Ardani berikut ini. “Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak mulia terhadap Allah. Diantaranya karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya. Selain itu, karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya.”24 Dengan alasan-alasan tersebut diatas, sudah sepantasnya dan sewajarnya manusia berakhlak mulia terhadap Allah. 2) Akhlak terhadap Diri Sendiri Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan dengan “menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya.”25 Untuk menjalankan perintah-Nya maka setiap umat Islam harus berakhlak dan bersikap seperti berikut: a) Hindarkan minuman keras b) Hindarkan perbuatan yang tidak baik c) Memelihara kesucian jiwa d) Pemaaf dan pemohon maaf e) Sikap sederhana dan jujur f) Hindarkan perbuatan tercela. 24
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), h. 44. 25 Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), h. 45.
35
Berakhlak yang baik terhadap diri sendiri erat hubungannya dengan pembinaan sumber daya manusia, yaitu pembinaan manusia agar fisik, akal dan mentalnya terbina secara seimbang dan optimal.
3) Akhlak terhadap Sesama Manusia Manusia sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Dan Islam menganjurkan kita untuk berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. “Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya,
memberikan
bantuan,
tolong-menolong,
menghargainya dan sebagainya.”26 Dalam istilah agama akhlak ini tergolong ke dalam hablun minannas.
b.
Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela) Akhlak al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan
atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
1) Berbohong, ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 26
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), h. 45.
36
2) Takabur (sombong), ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat. 3) Dengki, ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain. 4) Bakhil atau kikir, ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.27
Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela. 3. Tujuan Pembinaan Akhlak Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah ketinggian akhlak. Ketinggian akhlak diartikan dengan “meletakkan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan, minum, dan syahwat (seks) dengan cara yang halal. Ada pula yang meletakkan ketinggian akhlak itu pada kedudukan dan tindakan ke arah pemikiran atau hikmah.”28
27
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf (Jakartra: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet. Ke-2, h.57-59. 28 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), h. 10.
37
Jadi, tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Ketinggian akhlak terletak pada hati yang sejahtera dan ketentraman hati. 4. Manfaat Akhlakul karimah Al-Qur’an dan al-Hadits banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97:
َ ًصالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَ ٰى َوھُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنﱠهُ َحيَاة طيﱢبَةً ۖ َولَنَجْ ِزيَنﱠھُ ْم أَجْ َرھ ُ ْم َ َم ْن َع ِم َل َبِأَحْ َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97) Ayat tersebut jelas menggambarkan manfaat dari akhlak yang mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal shaleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki yang melimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia itu adalah keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat. Selanjutnya di dalam Hadits juga banyak keterangan tentang manfaatnya dari akhlak. Diantaranya ialah : a.
Memperkuat dan menyempurnakan agama. Nabi bersabda:
38
ُق َوالسﱠخَ ا ِء فَإِنﱠه َ إِ ﱠن ﷲَ تَ َعالَى إِ ْخت ِ َُارلَ ُك ْم ا ِإل ْسالَ َم ِد ْينًا فَأ َ ْك ِر ُموْ هُ بِ ُحس ِْن ْال ُخل 29
.َاليَ ْك ُم ُل إِالﱠبِ ِھ َما
“Allah telah memilihkan agama Islam untuk kamu, hormatilah agama dengan akhlak dan sikap dermawan, karena Islam itu tidak akan sempurna kecuali dengan akhlak dan sikap dermawan itu.”30
b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat. Nabi bersabda :
ٌ َثَال ك َ ث َم ْن ُك ﱠن فِ ْي ِه َحا َسبَهُ ﷲُ ِح َسابًا يَ ِس ْيرًا َوأَدْخَ لَهُ ْال َجنﱠةَ تُ ْع ِطي َم ْن َح َر َم 31
َ ََص ُل َم ْن ق َ َوتَ ْعفُوْ ا َع ﱠم ْن .()ر َواهُ ْالبَ ْيھَقِى َ َط َعك ِ ظلَ َمكَ َوت
“Ada tiga perkara yang membawa kemudahan hisab (perhitungan amal di akhirat) dan akan dimasukkan ke surga yaitu engkau memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi apa pun kepadamu (kikir), engkau memaafkan orang yang pernah menganiayamu, dan engkau menyambung tali silaturahmi kepada orang yang tak pernah kenal padamu. (HR. Al-Baihaqi).”32 c.
Menghilangkan kesulitan. Nabi bersabda :
ب يَوْ ِم َ ب ال ﱡد ْنيَا نَفﱠ َ َم ْن نَفﱠ ِ س ﷲُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر ِ س ع َْن ُم ْؤ ِم ٍن ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر 33
.(ْالقِيَا َم ِة ) َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم
“Barangsiapa melepaskan kesulitan orang mukmin dari kehidupannya di dunia ini, maka Allah akan melepaskan kesulitan orang tersebut pada hari kiamat. (HR. Muslim).34 d. Selamat hidup di dunia dan di akhirat. Nabi bersabda :
29
Al-Mawardi, adab ad-Dunya wa ad-Diin editor Muhammad Karim Rajih (Beirut: Daar Iqra`, 1985), Cet. Ke-4. 30 Berdasarkan terjemahan hadits yang dikutip dalam H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 173. 31 Abu Bakr Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, editor Muhammad Abdul Qadir 'Atha (Beirut: Dar el-Kutub, 2003), Jilid X. Cet.Ke-3, h. 235. 32 Berdasarkan terjemahan hadits yang dikutip dalam H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 174. 33 Muslim Ibn al-Hajjaj, al-Jami’ ash-Shahih (Beirut: Daar el-Jayl, t.th), Jilid VIII, h. 71. 34 Berdasarkan terjemahan hadits yang dikutip dalam H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 174.
39
ُ َثَال ضا ٍ ث ُم ْن ِجيَا َ السرﱢ َو ْال َعالَنِيَ ِة َو ْال َع ْد َل فِى الرﱢ ِ خَ ْشيَةُ ﷲِ تَ َعالَى فِى: ت 35
.ص ِد فِى ْالفَ ْق ِر َو ْال ِغنَى َ َب َو ْالق َ َو ْالغ ِ َض
“Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada Allah di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil pada waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu miskin, maupun waktu kaya.36 Banyak bukti yang dapat dikemukakan yang dijumpai dalam kenyataan sosial bahwa “orang yang berakhlak mulia itu semakin beruntung, pasti disukai oleh masyarakatnya, kesulitan dan penderitaannya akan dibantu untuk dipecahkan, walaupun ia tidak mengharapkannya.”37 Dari kenyataan ini jelas bahwa jika akhlak yang mulia itu telah sirna dan berganti dengan akhlak yang tercela, maka kehancuran pun akan segera datang menghadangnya. Tentu perubahan tersebut terjadi karena berbagai macam fakor sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada remaja ada dua, yaitu, a. Faktor internal (dari dalam diri) yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang di bawa si anak dari sejak lahir. b.
Faktor eksternal (dari luar) dalam hal ini yaitu kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga
35
Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman (Beirut: Daar el-Kutub el-Ilmiyah, 1410 H), Jilid V, h, 452. Berdasarkan terjemahan hadits yang dikutip dalam H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 175. 37 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an(Jakarta: Amzah, 2007), h. 15. 36
40
pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan), dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk akhlak pada diri anak.38
Bertolak dari dua faktor tersebut di atas, jelas bahwa pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku akhlak seseorang. Sebelum mengenyam pendidikan, kita belum banyak mengetahui nilainilai yang harus dijunjung tinggi, setelah memasuki jenjang pendidikan kita akan banyak mengetahui ilmu mengenai nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi. Kemudian dengan bakal ilmu tersebut kita dapat memiliki wawasan luas dan diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari agar tidak terjerumus dalam perilaku menyimpang sebagaimana yang penulis uraikan berikut ini. C. Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak, karena secara fisik mereka sudah seperti orang dewasa. Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai “periode sturm und drung dan akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja.”39
38 39
2002), h.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 166. F.J Monks, dkk, PsikologiPerkembangan (Yogyakarta:GadjahMada University Press,
41
Hal tersebut terjadi karena umur remaja adalah sebenarnya umur yang goncang karena pertumbuhan pribadi yang sedang dilaluinya dari berbagai segi, baik jasmani, mental maupun pribadi dan sosial. Kegoncangan tersebut ditandai bahwa “kebanyakan dari para remaja yang sering bersikap tidak sabar, sehingga bertindak keras atau kasar dan kadang-kadang melanggar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya, disinilah timbulnya perilaku menyimpang yang biasa disebut nakal.”40 1. Pengertian Perilaku Menyimpang Suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana “perbuatan itu dinyatakan sebagai menyimpang. Penyimpang (orang yang menyimpang) adalah seorang yang memenuhi kriteria definisi itu secara tepat.”41 Perilaku menyimpang secara tegas diartikan Sadli sebagai: “Tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dari aturan-aturan normatif, dari pengertian-pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Perilaku menyimpang tidak pernah berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan aturan-aturan normatif yang berlaku didalam lingkungan sosial tertentu.”42 Dengan mengacu pengertian di atas, penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap normanorma kelompok atau masyarakat. Seorang remaja yang pernah melakukan tindakan-tindakan yang menyeleweng dari pada norma-norma sosial disebut juga perilaku delinkuen. Sedangkan menurut M. Gold dan J. Petronio, perilaku delinkuen yaitu “kenakalan remaja sebagai tindakan
40
Dr. Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 46. Aminuddin Ram dan Tita Sobari, Sosiologi (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 191. 42 Saparinah Sadli, “Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang,” (Thesis Ilmu Psikologi, Universitas Indonesia Jakarta, 1976), h. 36-37. 41
42
oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatan itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.”43 Seorang remaja digolongkan remaja delinkuen “apabila tampak padanya
kecenderungan-kecenderungan
antisosial
yang
demikian
memuncaknya sehingga yang berwajib terpaksa atau hendaknya mengambil tindakan terhadapnya.”44 Penggolongan ini disebabkan karena gangguan kepribadian sosial yang dialaminya sebagaimana penjelasan Wade dan Tavris berikut ini. “Gangguan kepribadian antisosial menunjukkan suatu pola yang bersifat menyebar yang tidak menghiraukan, dan atau melanggar hak-hak orang lain. Mereka yang menderita gangguan kepribadian antisosial akan berulangkali melanggar hukum, mereka bersifat impulsif dan mencari ketegangan sesaat, mereka menunjukkan perilaku mengabaikan keamanan diri mereka sendiri dan keamanan diri orang lain, mereka sering kali terlibat dalam perkelahian fisik atau serangan fisik terhadap orang lain,serta menunjukkan perilaku tidak bertanggung jawab.”45 Uraian tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Akan tetapi, jika penyimpangan itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana barulah disebut kenakalan. Dengan demikian, penulis membatasi pengertian kenakalan pada tingkah laku-tingkah laku yang jika dilakukan oleh orang dewasa disebut sebagai kejahatan. Diluar itu, penyimpanganpenyimpangan lainnya akan disebut perilaku menyimpang saja. 43
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2001),
44
Gerungan, Psychologi Sosial (Jakarta: PT Eresco, 1981), h. 199. Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 344.
h. 205. 45
43
2. Bentuk Perilaku Menyimpang Dalam masyarakat luas, kita menyaksikan berbagai macam perilaku
menyimpang.
Berikut
ini
adalah
bentuk-bentuk
dari
penyimpangan perilaku, antara lain: a. Perilaku menyimpang yang bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan ke dalam pelanggaran hukum. Contohnya: berbohong, kabur dari rumah, berpakaian tidak pantas, dan lain-lain. b. Perilaku menyimpang yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum, yang biasa
disebut
dengan
kenakalan
remaja
(deliquency).
Contohnya: membunuh, mencuri, dan lain-lain.46
Senada dengan itu, menurut Elida bentuk-bentuk perilaku menyimpang adalah sebagai berikut: a. Perilaku yang merusak kehidupan orang lain, b. Perilaku yang merusak diri sendiri, c. Perilaku yang merusak lingkungan alam sekitar.47 3. Faktor Penyebab Berperilaku Menyimpang Ada tiga faktor penyebab perilaku menyimpang, yaitu :
46
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), h. 146. 47 Elida Prayitno, Psikologi Perkembangan Remaja (Padang: Angkasa Raya, 2006),h. 141.
44
a. “Lingkungan keluarga sebagai tempat pertama kali seorang remaja mengenal
lingkungan.
Seorang
remaja
beradaptasi
dengan
lingkungan keluarga setiap harinya.”48 Lingkungan keluarga ini merupakan tempat mereka mengembangkan diri dan berinteraksi dengan anggota keluarga yang lainnya. Baik buruknya seorang anak paling pertama dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Bila lingkungan baik maka anak akan menjadi baik pula dan sikap orang tua yang terlalu memberikan kebebasan kepada anaknya membuat anak tersebut tidak mendapatkan keputusan-keputusan yang bijak dan tepat bagi dirinya sendiri, sehingga anak lebih cenderung berperilaku menyimpang. b. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang diartikan sebagai
“kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk
manusia
dan
perilakunya
yang
mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.”49 Adapun sekolah sebagaimana definisi Jonaidi diartikan sebagai, “Lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.50
48
Jonaidi, “Analisis Sosiologis terhadap Perilaku Menyimpang Siswa pada SMA Pembangunan Kabupaten Malinau,” eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 1, No 3 (Maret 2013): h, 16. 49 Munib, Lingkunan Sekolah dan Proses Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 76. 50 Jonaidi, “Analisis Sosiologis terhadap Perilaku Menyimpang Siswa pada SMA Pembangunan Kabupaten Malinau,” eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 1, No 3 (Maret 2013): h, 16.
45
Faktor lingkungan sekolah sebagaimana dijelaskan di atas adalah faktor objektif. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan sekolah yang baik, warganya taat dalam melakukan ibadah agama dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan memengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan begitu juga sebaliknya. c. Teman
Sebaya,
sebagaimana
yang
didefinisikan
oleh
Tirtarahardja berikut ini: “suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersamaan usianya, antara lain: kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang hanya beranggotakan anak-anak sejenis kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak nakal.”51 Pengaruh teman sebaya ini membuat remaja mempunyai kecenderungan untuk memakai norma teman sebaya dibandingkan norma sosial yang ada. Selain itu, beberapa penyebab yang dapat kita catat sebagaimana yang diuraikan oleh Kartono ialah faktor-faktor sebagai berikut: “Disorganisasi familial, struktur keluarga yang berantakan, lingkungan tetangga yang rusak dan buruk, subkultur delinkuen sebagai manifestasi ekstrim dari kebudayaan remaja, konstitusi jasmaniah dan rohaniah yang lemah, efek mental dan beberapa jenis gangguan kejiwaan yang merangsang para remaja menjadi delinkuen, penggunaan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang negatif oleh anak-anak remaja yang mengalami gangguan
51
Umar Tirtarahardja, Lingkungan Teman Sebaya dan Fungsinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 181.
46
emosional, yang kemudian menstimulir anak-anak remaja dan adolesens menjadi kriminal.52 Dari faktor-faktor yang disebutkan di atas bisa jadi semuanya memberikan andil dalam munculnya perilaku yang menyimpang. “Jarang sekali penyebabnya hanya satu faktor saja, sebaliknya pada umumnya sebabnya merupakan kombinasi dari beberapa faktor.”53 Oleh karena itu dibutuhkan langkah-langkah untuk merespon faktor-faktor tersebut.
4. Langkah-langkah Dasar Pencegahan terhadap Perilaku Menyimpang. Dalam menghadapi remaja ada beberapa hal yang harus selalu diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak. Lingkungan sosial remaja yang ditandai dengan perubahan sosial yang cepat yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma. Kondisi intern dan ekstern yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masa remaja memang lebih rawan dari pada tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia. Maka dari itu agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau kenakalan remaja perlunya pencegahan dan penanganan terhadap para remaja. Tindakan pencegahan yang pertama yaitu menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga dengan sebaik-baiknya, karena keadaan keluarga yang ditandai dengan hubungan suami istri yang harmonis akan lebih menjamin remaja yang bisa melewati masa transisinya dengan mulus dari
52
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: Rajawali, 1992), cet. Ke-2, h. 94. 53 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: Rajawali, 1992), cet. Ke-2, h. 93.
47
pada jika hubungan suami istri terganggu. Dalam kondisi rumah tanggga dengan adanya orangtua dan saudara-saudara akan lebih menjamin kesejahteraan jiwa remaja daripada asrama atau lembaga pemasyarakatan anak. Selanjutnya, tindakan pencegahan perilaku menyimpang remaja dengan menjaga keutuhan keharmonisan keluarga sebagaimana disebutkan di atas meniscayakan kematangannya dalam aspek sosial sebagaimana diuraikan Sudarsono berikut ini. “Ditinjau dari aspek sosiologis, anak remaja dituntut secara moral memiliki rasa solidaritas sosial yang tebal sehingga mereka merasa ikut memiliki kehidupan sosial dan ikut bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedamaian dalam kelangsungan hidup kelompok sosialnya. Pencapaian kondisi ini penting sekali terutama dalam rangka upaya dasar melakukan pencegahan dan penanggulangan perilaku menyimpang.54 Aspek sosial inilah yang menjadi perhatian banyak pihak. Oleh karena tindak delinkuen anak remaja itu banyak menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik pada subjek pelaku sendiri maupun pada para korbannya, “maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindak-tindak preventif dan penanggulangan secara kuratif.”55 Tindakan preventif sebagaimana yang disinggung di atas dilakukan antara lain sebagaimana ditegaskan oleh Kartono dengan: a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga b.
Menyelenggarakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk membangun kontak manusiawi diantara para remaja
54
Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), cet. Ke-3, h. 5-7. Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: Rajawali, 1992), cet. Ke-2, h. 96. 55
48
delinkuen dengan masyarakat luar, diskusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri para remaja. c. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinkuen dan yang nondelinkuen. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, dan lain-lain.”56
Tentu tindakan-tindakan preventif di atas tidaklah memadai jika perilaku menyimpang sudah terjadi, maka dibutuhkan tindakan kuratif bagi usaha penyembuhan anak remaja delinkuen sebagaimana diuraikan oleh Kartono antara lain dengan : a.
Menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang berupa pribadi, keluarga, sosial-ekonomis dan kultural
b.
Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja,
c.
Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan berdisiplin.”57
Tindakan preventif dan kuratif sebagai pengendalian sosial ini sangatlah penting dan dibutuhkan guna meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma dan
mempertebal 56
kebaikan
norma,
khususnya
terhadap
perilaku
yang
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: Rajawali, 1992), cet. Ke-2, h. 98. 57 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: Rajawali, 1992), cet. Ke-2, h. 98.
49
menyimpang demi keseimbangan sosial. Tindakan preventif dan kuratif sebagaimana uraian di atas sangat berperan penting dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini. D. Penyalahgunaan Narkoba sebagai Bentuk Perilaku Menyimpang 1. Pengertian Narkoba Narkoba sebagaimana dijelaskan oleh Martono dan Joewana adalah, “Obat, bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya, kerja otak berubah (meningkat atau menurun), demikian pula fungsi vital organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain).” 58 Adapun menurut FA Purwoko, istilah narkoba adalah, “Singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. ini diperjelas dalam UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika. "Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan menteri kesehatan.”59 Sedangkan penyalahgunaan narkoba sebagaimana yang dijelaskan oleh Martono dan Joewana adalah, “penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya dalam jumlah berlebih, secara lebih kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya.60 58
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 2. 59 Badan Narkoba Nasional, Efektifitas Penanggulangan Narkoba Melalui Sistem Plug In dalam Materi Pembelajaran pada Lembaga Pendidikan Formal (Jakarta: BNN RI, 2005), h. 28. 60 Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 11.
50
Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan bahwa narkoba adalah suatu zat yang dapat menurunkan kesadaran juga dapat menimbulkan gejalagejala fisik dan mental pada pemakainya, dan jika dikonsumsi secara terusmenerus akan dapat mengakibatkan terjadinya ketergantungan terhadap jenis tersebut. Penyalahgunaan narkoba tersebut disebabkan oleh banyak faktor sebagaimana diuraikan berikut ini. 2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Beberapa faktor yang menjadi penyebab seseorang menyalahgunakan narkoba dikelompokkan menjadi faktor pribadi, keluarga dan sosial.61 Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor tersebut diuraikan sebagaimana berikut. a. Faktor pribadi Faktor ini dikarenakan adanya kecacatan atau kekurangan dalam diri seseorang sehingga merasa terasingkan, tidak diperhatikan dan sebagainya. Maka keadaan seperti ini akan memicu kepada perbuatan menyimpang yaitu penyalahgunaan narkoba. b. Faktor keluarga Apabila seseorang mendapatkan perlakuan buruk dalam keluarga, maka akan buruk pula yang akan diperlihatkan pada lingkungannya. c. Faktor sosial dan dinamika perubahannya Lingkungan pergaulan menjadi faktor yang sangat besar bagi penyalahgunaan narkoba pada seseorang karena didalam lingkungan ini seseorang terpengaruh ciri kepribadiannya. Adapun lingkungan sosial
61
Badan Narkotika Nasional Indonesia, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda (Jakarta: BNN RI, 2004), h. 97
51
yang mendukung terjadinya penyalahgunaan narkoba yaitu, lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat. Selain membahas faktor-faktor penyalahgunaaan narkoba, penting pula untuk mengetahui akibat penyalahgunaan narkoba sebagaimana yang diuraikan berikut ini.
3. Akibat Penyalahgunaan Narkoba Ada beberapa akibat dari penyalahgunaan narkoba, diantaranya sebagai berikut : a. Bagi Diri Sendiri Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja, Intoksikasi (keracunan), Overdosis (OD), Gejala putus zat, Berulang kali kambuh, Gangguan perilaku/mental-sosial, Gangguan kesehatan, Kendornya nilai-nilai, Masalah keuangan dan hukum. b. Bagi Keluarga Dipandang dari berbagai aspek, aspek psikis sangat jelas dirasakan oleh keluarga. Keluarga akan sama menderitanya dengan korban penyalahguna narkoba. Perasaan sedih, malu, kecewa dan perasaan lainnya, berkecamuk dan menimbulkan kekacauan dalam keluarga. Anggota keluarga yang menjadi pecandu, pada satu titik akan menujukkan sikap sama dengan pecandu itu sendiri. Mereka mengalami paranoid dan lain sebagainya.
52
c. Bagi Sekolah Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses belajar. Siswa penyalahguna mengganggu suasana belajar mengajar. Penyalahgunaan narkoba juga berkaitan dengan kenakalan dan putus sekolah. Kemungkinan siswa penyalahguna membolos lebih besar daripada siswa lain. d. Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan, sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita kerugian, karena masyarakatnya tidak produktif dan tingkat kejahatan meningkat.62
62
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 17-19.
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
53
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI
Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani adalah salah satu alternatif dari sekian banyak lembaga Pemerintah maupun swasta yang memberikan pelayanan sosial kepada anak yang mengalami gangguan perilaku dan emosi. PSMP Handayani sebagaimana dijelaskan oleh Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH) merupakan: “Salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan keterampilan, resosialisasi dan bimbingan lanjut bagi anak nakal dan anak berhadapan dengan hukum agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.”1 Penjelasan di atas secara tegas menggambarkan bahwa PSMP Handayani termasuk dalam kategori lembaga sosial. Dalam hal ini PSMP Handayani berada di bawah pengawasan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Sudah barang tentu berdirinya suatu lembaga tidak terlepas dari sejarah. Selanjutnya penulis akan membahas sejarah berdirinya panti ini.
A. Sejarah Berdirinya Panti Berawal pada tahun 1957, dimana semakin maraknya permasalahan cross boys dan cross girl di masyarakat, mendorong Departemen Sosial mendirikan
1
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 1.
53
54
suatu Camp bernama Pilot Proyek Karang Taruna Marga Guna dengan Surat Keputusan Kepala Jawatan Pekerjaan Sosial Nomor : 3/BUL-DJPS-A/62 yang diresmikan tanggal 21 Desember 1959. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Menteri Sosial No. HUK 3-2-49/4479 tanggal 30 Oktober 1965 ditetapkan menjadi Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna. Pilot proyek ini terdiri dari Taman Rekreasi Sehat Anak-anak Dwikora, Observation Home untuk anak-anak Tuna Sosial, Camp pendidikan dan latihan kerja untuk anak-anak mogol (drop out), serta Usaha Kesejahteraan Wanita/gadis-gadis desa/LSD.2 Pada periode berikutnya dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial No. HUK 3-1-48/144 tanggal 7 Oktober 1968, yang menetapkan proyek tersebut menjadi Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani, Camp pendidikan dan latihan kerja anak-anak mogol, Sanggar Rekreasi Sehat Ade Irma Suryani, Pusat Perkemahan Remaja (termasuk Pramuka) dari Jakarta dan sekitarnya, serta Pusat Pendidikan, Kursus-kursus dan Upgrading petugas Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat Departemen Sosial. Melalui Rapat Dinas staf Direktorat Kesejahteraan Anak dan Taruna dengan staf Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna tanggal 18 Oktober, 30 Oktober dan 5 November 1971, dihasilkan suatu keputusan bahwa mulai tanggal 1 Desember 1971 kegiatan proyek tersebut menjadi : 1) Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani sebagai kegiatan pokok
2
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 2.
55
2) Pelayanan Umum (Community Service) sebagai kegiatan suplementer.3 Terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 1975 yang salah satunya melahirkan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial didalam Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Departemen Sosial, maka nama Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial dirubah menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Anak Nakal (PRAN) Wisma Handayani. Tahun 1983 secara resmi PRAN Wisma Handayani dialihkan statusnya dari pengolahan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta.4 Pada tahapan terkahir, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI Nomor : 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April 1994 dan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 tentang pembakuan penamaan Panti/Sasana, Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani berubah menjadi Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.5 Sejak berdiri tahun 1968 hingga tahun 2011, PSMP Handayani telah menangani lebih dari 4.000 anak yang mengalami perilaku menyimpang, terutama penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk ke dalam kategori anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN dan ABH).6
3
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 2. 4 Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 3. 5 Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 3. 6 Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 3.
Berhadapan dengan Berhadapan dengan Berhadapan dengan Berhadapan dengan
56
Berikut ini jumlah kasus di kalangan remaja yang ditangani oleh Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur pada tahun 2013, yaitu : Tabel 2 DATA KASUS PENERIMA MANFAAT DI PSMP HANDAYANI JAKARTA 2013 Kasus Asusila Berkelahi Bolos Sekolah Kekerasan dan Penganiayaan Lalu Lintas Membawa Senjata Tajam Mencuri Miras Narkoba Nonton Video Porno Pelecehan Seksual Pembunuhan Penganiayaan Tawuran Jumlah
Jumlah 12 5 7 1 1 1 28 26 41 1 11 1 2 10 147
Sumber : Wawancara pribadi dengan petugas Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus bagian Tata Usaha.
B. Visi dan Misi PSMP Handayani memiliki visi yang mulia yaitu “Mitra Terbaik dalam Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan Hukum (AN/ABH)”7. Visi yang disusun oleh PSMP Handayani ini menggambarkan secara jelas tujuan dan kondisi di masa depan yang ingin dicapai oleh PSMP 7
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 4.
57
Handayani. Visi tersebut sangat berarti dan dapat diukur sehingga dimungkinkan untuk melakukan pengukuran kinerja semua pihak yang terlibat dalam lembaga ini. Artinya visi yang dirumuskan oleh PSMP Handayani ini sudah memenuhi kriteria visi yang baik yang meliputi succinct (singkat), appealing (memberikan gambaran masa depan yang jelas dan besar), feasible (bisa dicapai dengan resource, energi dan waktu), meaningful (menggugah emosi), measurable (terukur). Adapun misi PSMP Handayani adalah, a) Memberikan pelayanan sosial secara profesional b) Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional c) Menjadikan Pusat Kajian dan model percontohan penanganan AN/ABH d) Mengembangkan jejaring sosial (social networking) e) Memperdayakan AN/ABH, Keluarga, Masyarakat, dan Orsos/LSM.8 Misi yang dicanangkan oleh PSMP Handayani tersebut kiranya sangat membantu dalam memberikan arah dan membimbing aksi dalam berbagai tingkat. Hanya saja perlu ditambahkan misi lain apakah lembaga ini sudah canggih secara teknologi. Mengingat era globalisasi saat ini memberikan sumbangan negatif terhadap munculnya perilaku menyimpang di kalangan remaja karena penyalahgunaan teknologi.
Selanjutnya, akan dijelaskan
maksud dan tujuan didirikannya PSMP Handayani.
8
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 4.
58
C. Maksud dan Tujuan Dalam mengemban amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk memajukan kesejahteraan umum, Kementerian Sosial berdiri sebagai leading sector dalam mengembangkan Usaha Kesejahteraan Sosial. Pengembangan tersebut
diimplementasikan
pada
berbagai
upaya
untuk
mengatasi
permasalahan sosial yang ada serta mengembangkan kapasitas sosial masyarakat. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa PSMP Handayani adalah salah satu unit pelaksana teknis (UPT) yang menangani permasalahan anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN/ABH) dengan maksud: 1) Memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial anak sehingga mereka dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas, serta berakhlak mulia. 2) Menghilangkan label dan stigma negatif masyarakat terhadap anak yang menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat.9 Maksud tersebut dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat tercipta suatu pelayanan yang komprehensif dan berorientasi pada kepentingan penerima manfaat pelayanan.
9
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 5.
59
Adapun tujuan pelayanan dan rehabilitasi sosial AN/ABH di PSMP Handayani secara umum adalah “pulihnya kepribadian, sikap mental dan kemampuan AN/ABH sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.”10 Adapun yang menjadi tugas pokok dan fungsi PSMP Handayani diuraikan sebagaimana berikut. D. Tugas Pokok dan Fungsi Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa PSMP Handayani adalah salah satu alternatif dari sekian banyak lembaga pemerintah maupun swasta yang memberikan pelayanan sosial kepada anak yang mengalami gangguan perilaku
dan
emosi.
Dalam
Peraturan
Menteri
Sosial
RI
Nomor
106/HUK/2009 tentang Struktur Organisasi Panti Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial ditetapkan bahwa panti sosial adalah, “Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Sosial yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, sehari-hari secara fungsional dibina oleh para Direktur Kesejahteraan Sosial Anak terkait sesuai dengan bidang tugasnya.”11 Tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan keterampilan, resosialisasi dan bimbingan lanjut bagi anak nakal agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan. 10
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 5. 11 Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 5.
60
Kementerian Sosial RI menjabarkan peran, fungsi dan tugas panti sosial percontohan sebagai berikut:12 1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial. Fungsi dan tugasnya adalah : a. Menggugah, meningkatkan dan mengembangkan kesadaran sosial, tanggung jawab b. Sosial, prakarsa dan peran serta perorangan, kelompok dan masyarakat c. Penyembuhan dan pemulihan sosial d. Penyantunan dan penyediaan bantuan sosial e. Mengadakan bimbingan lanjut 2. Sebagai pusat informasi masalah kesejahteraan sosial. Fungsi dan tugasnya adalah : a. Menyiapkan dan menyebarluaskan informasi tentang masalah kesejahteraan sosial b. Menyelenggarakan konsultasi sosial bagi masyarakat 3. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial. Fungsi dan tugasnya adalah : a. Mengembangkan kebijakan dan perencanaan sosial b. Mengembangkan metode pelayanan kesosialan 4. Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan. Fungsi dan tugasnya adalah :
12
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 6.
61
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada klien dan pegawai b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga di luar panti Selanjutnya,
diuraikan
kriteria
umum
atau
sasaran
garapan
sebagaimana diuraikan berikut ini. E. Sasaran Garapan PSMP Handayani memberikan beberapa alternatif penanganan permasalahan anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Pelayanan yang diberikan tidak dapat lepas dari kontribusi keluarga dan masyarakat sebagai lingkungan terdekat dari anak/remaja nakal. Kepmensos RI menegaskan istilah anak nakal sebagai: “anak/remaja (usia 10 s.d 18 tahun) yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama yang merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat (Kepmensos RI No.23/HUK/1996). Pelayanan yang diberikan tidak dapat lepas dari kontribusi keluarga dan masyarakat sebagai lingkungan terdekat dari anak nakal.” 13 Dengan pengertian yang diuraikan tersebut, jelas bahwa partisipasi aktif dari keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan bagi keberhasilan proses pelayanan. Adapun sasaran garapan dalam penanganan anak nakal meliputi:
13
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 7.
62
a) Anak/Remaja nakal yang dapat memperoleh pelayanan di PSMP Handayani adalah mereka yang memenuhi persyaratan berikut (a) berusia 10-15 tahun dan belum memperoleh pendidikan dasar 9 tahun. Bagi mereka diberikan pelayanan pendidikan setaraf SD dan SLTP umum. b) Anak/remaja nakal berusia 16–18 tahun dan minimal telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Bagi mereka diberikan bimbingan ketrampilan kerja. c) Anak/remaja nakal yang berkonflik dengan hukum.Yaitu, mereka yang sedang dalam proses penyelidikan polisi, sedang dalam proses pengadilan jaksa penuntut umum, menjalani putusan hakim, dan usai menjalani pidana anak. d) Orang Tua Anak/Remaja nakal. Orangtua sebagai lingkungan terdekat anak/remaja perlu dipersiapkan supaya mampu memberikan daya dukung bagi tumbuh kembangnya potensi anak. Menghadapi permasalahan
anak/remaja
nakal,
orangtua
diharapkan
dapat
menciptakan kondisi yang dapat menghindarkan anak dari perilaku nakal. Untuk mencapai hal itu maka PSMP Handayani melaksanakan kegiatan motivasi dan konsultasi keluarga melalui home visit secara berkala.14 e) Masyarakat. Lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting dalam mencegah timbulnya permasalahan kenakalan anak/remaja. Ini 14
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 11.
63
dimungkinkan dengan adanya berbagai upaya memberikan kesempatan kepada anak/remaja nakal untuk mengaktualisasikan diri mereka di dalam kehidupan masyarakat. PSMP Handayani telah melakukan berbagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat termasuk dunia usaha (bengkel-bengkel skala kecil dan menengah) diwilayah DKI Jakarta untuk dapat menerima eks anak/remaja nakal untuk mengikuti program magang. Lebih lanjut diharapkan dapat memberikan lapangan kerja bagi mereka. f) Instansi/lembaga yang berwenang menangani kasus anak yang berkonflik
dengan
hukum
(kepolisian,
kejaksaan,
pengadilan,
Bapas/Rutan dan Lapas Anak) yang memiliki tugas dan kewenangan menangani kasus anak yang berkonflik dengan hukum agar lebih cepat tertangani demi kepentingan terbaik bagi anak. Dengan pelayanan terhadap sasaran garapan di atas, maka sarana prasarana bagi PSMP Handayani sudah pasti sangat dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien sebagaimana uraian berikut. F. Sarana dan Prasarana Sebagai panti percontohan, PSMP Handayani telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mendukung proses pelayanan. Berbagai upaya pembenahan sarana dan prasarana terus dilakukan agar pelayanan yang diberikan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.
64
Beberapa sarana dan prasarana yang ada tersebut adalah : a. Sarana gedung yang cukup representatif b. Sarana peralatan yang sesuai dengan tuntutan jaman c. Kondisi lingkungan yang cukup nyaman, asri dan jauh dari kebisingan.15
Tabel 3 SARANA DAN PRASARANA PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI BAMBU APUS JAKARTA TIMUR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sarana dan Prasarana Gedung Kantor Gedung Sekolah SLB-E Ruang Peksos/Konsultasi Ruang Data dan Informasi Ruang Keterampilan Otomotif Motor Ruang Keterampilan AC Ruang Keterampilan Las Perpustakaan Poliklinik Ruang Komputer Rumah Asuh Rumah Dinas Wisma Tamu Aula Dapur Umum Lapangan Volley Mix Farming/Pertanian Kendaraan Operasional Bis Roda 6 Kendaraan Operasional Roda 4 Kendaraan Operasional Roda 2
Jumlah 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 11 Unit 13 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 6 Unit
Sumber : Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani.
15
Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, h. 12.
65
G. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam suatu kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama pula. Susunan ini dibentuk supaya terdapat pembagian kerja, pelimpahan wewenang dan kewajiban yang jelas antara individu yang satu dengan lainnya. Adapun struktur organisasi Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus yaitu : 16 1. Kepala PSMP Handayani
: Drs. Agus Hizbullah, M. Si.
2. Kasubag TU
: Sugito, S.Pd.I
3. Kasi Rehab.Sos
: Dra. Dewi Kania
4. Kasi PAS
: Drs. Doni Winara Nugraha, S. Sos.
5. Koord. Peksos
: Dra. Sri Musfiah
6. Anggota Peksos
: Amilya Barsalina, S. Sos : Drs. Sudiyana : Maria JB, S. Sos : Lentina, S. Pd : Sarwiji, S. Sos : Sudirman : Saraswati : Gunawan : Nurdiana Rahmawati, S.Pd
16
Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman, 20-02-2014, Pukul 11.10 WIB. Di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus.
66
H. Jadwal Kegiatan Adapun jadwal kegiatan bimbingan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani yaitu : Tabel 4 JADWAL KEGIATAN BIMBINGAN SOSIAL KELAS TARUNA PSMP HANDAYANI JAKARTA TH. 2013 No
Hari
1
Senin
Waktu 08.00-09.15 09.15-10-15 08.00-09.15
2
Selasa
09.15-10-15
Rabu
4
Kamis
5
6
Jum’at
Sabtu
Pembimbing Drs. Sudiyani Syafri Edi, A. Ks, M.Si Sudirman
08.00-09.15
Fajar Tri Handoyo/Fajrin Afiffudin Nilai dan Norma Dwi Novarianty S, Sosial S.Sos Static Group Amilya Barsalina, S.Sos Kewirausahaan Sarwiji, S.Sos
09.15-10-15
Komunikasi Sosial
09.15-10-15 10.15-11.15
Remaja Permasalahan Penyuluhan Hukum
07.00-08.00 09.15-10-15 10.15-11.15
PBB Rehabilitasi Sosial Materi Keterampilan
08.00-09.15 3
Kegiatan Etika dan Budi Pekerti Dinamika Kehidupan Bimbingan Mental Agama Komputer
09.15-10-15
Gunawan, S. Pd, MA dan Dra. Sri Musfiah Naning P Handayani, SH Dra. Dewi Kania
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
67
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil Informan 1. Pembimbing Secara akademis pembimbing rohani harus memiliki wawasan ilmu pengetahuan agama yang memadai, serta memiliki kemampuan dalam membina para remaja untuk membantu menyelesaikan masalah sesuai dengan kondisi yang berkembang di masyarakat. Ditunjang dengan berbagai pengalaman dalam pembinaan, setiap pembimbing mempunyai kompetensi yang seimbang antara teoritik dan praktik. Dalam bimbingan rohani Islam yang dilaksanakan di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani selama ini dibimbing oleh dua pembimbing, yaitu : a. Bapak Sudirman Informan pertama adalah Bapak Sudirman yang berprofesi sebagai pekerja sosial dan pembimbing rohani di PSMP Handayani. Lahir di Kebumen pada tanggal 12 April 1958. Pendidikan terakhir diselesaikannya pada salah satu SMA di Jawa Tengah. Pada tahun 1978, dia mulai bergabung di PSMP Handayani dengan jabatan sebagai petugas honorer. Kemudian diangkat sebagai petugas PNS pada tahun 1981. Sejak itulah dia dan keluarga mulai tinggal di rumah dinas yang berada di komplek PSMP Handayani di Jl. PPA RT. 006/01
67
68
Kel. Bambu Apus, Kec. Cipayung Jakarta Timur. Pada tahun 1993 dia diangkat sebagai pekerja sosial dengan merangkap jabatan sebagai pembimbing rohani Islam pada tahun 1996 sampai sekarang.1 b. Bapak Jubaidi Informan kedua adalah Bapak Jubaidi Hambali. Dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Mei 1987. Pendidikan terakhir diselesaikannya di MAN Serna Bogor. Jabatan yang diembannya saat ini adalah pembimbing rohani Islam dengan merangkap sebagai instruktur las di PSMP Handayani. Dua jabatan tersebut dijalaninya semenjak tahun 2008. Awal kedatangannya ke lembaga ini disebabkan oleh ajakan tetangga yang mengajaknya belajar berbagai macam keterampilan yang ada seperti bidang otomotif, las dan servis AC. Statusnya sebagai lulusan pesantren, di awal kedatangannya, Bapak Jubaidi langsung diberi kepercayaan untuk membantu Bapak Sudirman mengajar agama di PSMP Handayani. Tidak lama kemudian, dia diangkat menjadi pembimbing rohani Islam dan Instruktur las pada tahun 2009.2 Dalam membimbing rohani Islam, kedua pembimbing ini memiliki tugas dan peran yang berbeda. Pembimbing pertama (Bapak Sudirman) bertugas membina tajwid, memperlancar bacaan Al-Qur’an dan Iqro, memimpin tahlil dan dzikir setiap malam jum’at. Sedangkan
1
Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman pada tanggal 10-04-2013, pukul 10.43 WIB, di Ruang Konsultasi PSMP Handayani. 2 Wawancara pribadi dengan Bapak Jubaidi pada tanggal 12-04-2013, pukul 09.15 WIB, di ruang bengkel las PSMP Handayani.
69
pembimbing yang kedua (Bapak Jubaidi) bertugas mengajarkan tauhid, akidah, fikih ibadah dan sirah nabawiyah. 2. Terbimbing a. Nama lengkap Rizky Kurnianto biasa dipanggil Rizky. Lahir di Solo pada tanggal 18 April 1994. Rizky merupakan rujukan dari masyarakat.3 b. Nama lengkap Dwi Akbar biasa dipanggil Dwi. Lahir di Jakarta pada tanggal 17 Maret 1995. Dwi merupakan rujukan dari Lapas karena masalah pengeroyokan.4 c. Nama lengkap Andika Risky Pratama biasa dipanggil Dika. Lahir di Jakarta pada tanggal 09 September 1997. Andika merupakan rujukan dari Lapas karena masalah narkoba.5 d. Nama lengkap Muhammad Gilang Maulana biasa dipanggil Gilang. Lahir di Jakarta pada tanggal 30 Mei 1997. Gilang merupakan rujukan dari Lapas karena masalah narkoba.6 e. Nama lengkap Usman Ari biasa dipanggil Usman. Lahir di Jakarta pada tanggal 13 Juli 1994. Usman merupakan rujukan dari Lapas karena masalah narkoba.7
3
Wawancara pribadi dengan Rizky pada tanggal 18 Maret 2013, pukul WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani. 4 Wawancara pribadi dengan Dwi Akbar pada tanggal 18 Maret 2013, pukul WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani. 5 Wawancara pribadi dengan Andika pada tanggal 21 Maret 2013, pukul WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani. 6 Wawancara pribadi dengan Gilang pada tanggal 21 Maret 2013, pukul WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani. 7 Wawancara pribadi dengan Usman pada tanggal 19 Maret 2013, pukul WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani.
19.51-20.15 19.51-20.15 20.10-20.30 20.10-20.30 19.56-20.20
70
B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam yang dilaksankan di PSMP Handayani dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam. Pada prinsipnya bimbingan rohani Islam di PSMP Handayani dilaksanakan setiap hari. Adapun bimbingan rohani Islam yang terjadwal dilaksanakan setiap hari Senin hingga hari Jum’at setelah shalat Isya berjamaah pada pukul 19.30-20.30 WIB di masjid Istiqomah Fatih. Di masjid inilah seluruh aktivitas bimbingan rohani Islam dipusatkan. 2. Materi Bimbingan Rohani Islam. Materi pembinaan rohani Islam berlandaskan kepada AlQur’an dan Hadits, karena keduanya merupakan pedoman yang harus dipegang oleh pembimbing rohani Islam yang ada di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, dan materi pembinaan rohani ini juga mengacu pada ilmu Fiqih yang mengajarkan tata cara beribadah yang baik dan benar. Materi-materi tersebut antara lain : a. Tauhid Tauhid ialah “suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan
71
kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan-Nya.”8 Remaja yang berperilaku menyimpang diberikan materi ini dengan tujuan agar mengerti bahwa dengan percaya kepada Allah akan mendidik jiwanya untuk mengikhlaskan seluruh kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah, dan harapan yang dikejarnya ialah keridhaan Allah, dengan demikian akan membina karakter yang agung, menjadikan dirinya jujur dan teguh memegang amanah. Selain itu pula tauhid akan membebaskan remaja-remaja ini dari perasaan putus asa, keluh kesah dan bingung menghadapi persoalan hidup. Materi tauhid ini bersumber dari kitab Tijan AdDarori.9 b. Fiqih Ibadah Dalam mendidik kepribadian akan mengubah tingkah laku anak remaja, menggunakan metode latihan dan praktek jiwa mereka. Untuk itu pembinaan rohani Islam melalui berbagai ibadah seperti shalat, do’a, dan dzikir sangat penting, karena pelaksanaan ibadahibadah tersebut dan pada waktu-waktu tertentu mengajarkan seorang anak remaja untuk taat kepada Allah, menjalankan semua perintahNya dan senantiasa menghadap diri kepada-Nya dalam bentuk penghambaan secara penuh.
8
Drs. H.M Yusrah Asmuni, Ilmu Kalam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke-4, h. 2. 9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Jubaidi pada tanggal 17-03-2014, pukul 13.00-13.15 WIB, di Ruang bengkel las PSMP Handayani.
72
Praktek ibadah di Panti Sosial lebih banyak diaktualisasikan dalam bentuk ibadah shalat. Jika anak remaja belum bisa menunaikan shalat dengan baik dan benar maka materi yang diberikan tentang fiqih ibadah. Kegiatan inilah yang paling besar posisinya, karena mereka lebih sering diajak untuk menunaikan ibadah shalat berjamaah dengan pembimbing dan pengurus panti. Materi ini bersumber dari kitab Safinah, Fathul Mu’in, dan Sullamun Najat.10 c. Akhlak Akhlak adalah “perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan
jiwa.”11
Bertolak
dari
definisi
inilah
pembimbing
mengajarkan kepada anak remaja bagaimana tata cara yang baik, tata cara bergaul yang baik sesama teman, tata cara sopan santun kepada yang lebih tua, dan orang yang lebih muda. Selain itu, pembimimbing juga mengajari anak remaja untuk mencintai sesama manusia dan berbuat baik kepada mereka, serta mengembangkan dalam dirinya semangat kerja sama dan solidaritas sosial. Semua itu merupakan sikap terpuji yang menjadi ciri kepribadian yang baik. Materi tentang akhlak ini bersumber dari kitab Mukhtarol Hadits, Durrotun Nasihiin, dan Nasa`ihul Ibad.12
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak Jubaidi pada tanggal 17-03-2014, pukul 13.0013.15 WIB, di Ruang bengkel las PSMP Handayani. 11 Mahtudin, Kuliah Akhlak Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), cet. Ke-3, h. 5. 12 Wawancara Pribadi dengan Bapak Jubaidi, pada tanggal 17-03-2014, pukul 13.0013.15 WIB, di ruang bengkel las PSMP Handayani.
73
d. IQRA Materi ini diberikan untuk memperlancar baca Al-Qur’an terbimbing. Hal ini diberikan berdasarkan keinginan dan permintaan dari terbimbing yang merasa sudah lupa, ingin mengulas kembali dan belum dapat membaca Al-Qur’an. e. Dzikir Dzikir adalah “semua ketaatan yang diniatkan karena Allah SWT, hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yang diniatkan kepada Allah SWT.”13 Bertolak
dari definisi ini, zikir dipandang sebagai refleksi batiniah yang terungkap dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Orang yang berdzikir akan merasakan gerakan-gerakan batiniah yang berasal dari ilahiyah. Dzikir adalah energi dan gizi bagi ruhani. Dzikir dilaksanakan di masjid Istiqomah Fatih yaitu setiap malam Jum’at dari pukul 19.30 WIB sampai dengan pukul 20.10 WIB. Sebelum dzikir dilaksanakan, para terbimbing membaca Surat Yaasin terlebih dahulu secara berjama’ah. Setelah itu mereka melakukan dzikir yang dibimbing oleh Bapak Sudirman. Dilaksanakannya dzikir ini agar penerima manfaat merasakan ada ketenangan dalam hatinya.14
13
Abu Wardah Bin Askat, Wasiat Dzikir dan Doa Rasulullah SAW (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2000), h. 6. 14 Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman pada tanggal 10-04-2013, pukul 10.43 WIB, di Ruang konsultasi PSMP Handayani.
74
3. Metode Bimbingan Rohani Islam. Dalam melakukan suatu kegiatan pembinaan rohani Islam, diperlukan metode yang khusus dan tepat agar tujuan pembinaan rohani Islam dapat tercapai. Dalam pengertian hakiki, metode adalah “segala cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang di inginkan.”15 Adapun metode yang digunakan oleh pembimbing di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dalam membimbing para remaja yang berperilaku menyimpang adalah sebagai berikut : a. Metode Ceramah Ceramah adalah “suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.”16 Apabila definisi ceramah ini dikaitkan dengan keagamaan maka ceramah keagamaan dapat dipandang sebagai teknik yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara soal da’i pada suatu aktivitas dakwah. Dalam hal ini, ceramah keagamaan yang ada di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dilaksanakan setiap hari senin, rabu dan jum’at pada pukul 19.30-20.30 WIB. b. Metode Dialog atau Tanya Jawab. Metode dialog sebagaimana dikemukakan oleh Asmuni Syukir adalah:
15
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden Terayun Press, 1998), cet. Ke-6, h. 43. 16 Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 137.
75
“Penyampaian dakwah dengan cara mendorong audience (peserta pengajian) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti agar lebih aktif dan bersungguhsungguh memperhatikan materi yang diberikan. Sehingga dengan metode ini pendengar akan langsung memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya.”17 Metode dengan pengertian di atas ini digunakan dengan membuka forum tanya jawab yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas. Forum tersebut diadakan setelah pembimbing menyampaikan dan menjelaskan kepada penerima manfaat, kemudian mereka diperbolehkan bertanya jika memang ada hal yang belum jelas dan ada sesuatu yang mengganjal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas pada pengajian saat itu. c. Metode Membaca dan Menghafal Al-Qur’an Pada metode ini, pembimbing hanya mendengarkan bacaan alQur`an terbimbing kemudian membetulkan bacaan dan menerapkan tajwidnya itupun jika ada yang salah. Hal ini dilakukan untuk memperlancar dalam membaca al-Qur`an dan Iqra. Selain metode membaca, pembimbing juga menerapkan metode menghafal al-Qur`an dari Surat an-Naas sampai Surat adh-dhuha.18 4. Media Bimbingan Rohani Islam. Media
merupakan
suatu
wadah
atau
sarana
dalam
menyampaikan suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media didefinisiskan sebagai “segala bentuk dan saluran yang dapat 17
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 124. 18 Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman pada tanggal 10-04-2013, pukul 10.43 WIB, di Ruang konsultasi PSMP Handayani.
76
digunakan dalam suatu proses penyajian informasi.”19 Bertolak dari definisi ini, maka untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam memberikan bimbingan rohani Islam selain dari segi subyek, materi, dan metode juga diperlukan adanya media sebagai sarana dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam. Adapun secara garis besar media bimbingan rohani islam yang digunakan di PSMP Handayani dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Media Lisan Media ini digunakan sebagai sarana pendekatan secara langsung dalam upaya membimbing dan membina para penerima manfaat. Adapun media ini biasa diterapkan oleh pembimbing rohani di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dengan menggunakan model sebagai berikut: 1) Perorangan Program bimbingan model ini sangat memperhatikan kepentingan, kemampuan, minat, kecepatan belajar dari masingmasing penerima manfaat sebagai terbimbing. Mengingat penerima manfaat di panti ini sangat heterogen, maka teknik ini sangat efektif membantu pembimbing rohani untuk bertatap muka dengan penerima
manfaat,
sehingga
dapat
menyampaikan
materi
bimbingan tanpa adanya batasan ruang dan waktu, sehingga 19
Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini (Jakarta: Depdikbud, 1988), h. 11.
77
pembimbing rohani dapat dengan mudah mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh mereka.20 Model semacam ini lebih sering dipakai oleh pembimbing rohani di PSMP Handayani
untuk pembelajaran Iqra`. Dalam
pelaksanaannya, pembimbing rohani terlebih dahulu menguji bacaan Al-Qur`an penerima manfaat, karena tiap-tiap penerima manfaat memiliki penguasaaan yang berbeda – beda dalam membaca Al-Qur`an. Cara seperti ini sangat penting karena akan menentukan dan mempermudah pemberian materi bimbingan yang akan dipelajari.21 2) Klasikal Pada dasarnya dengan bentuk klasikal ini pembimbing rohani dapat menyampaikan bimbingan suatu kelompok dengan jumlah penerima manfaat yang tak terbatas. Materi bimbingan yang diberikan di PSMP Handayani dengan model ini menekankan dasar-dasar pemahaman agama seperti tauhid, akhlak dan fikih serta materi umum seperti kultum dan peringatan hari besar Islam. Dari hasil pengamatan penulis dan wawancara dengan pembimbing rohani, model klasikal yang digunakan di PSMP Handayani menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan teknik probing-prompting agar partisipasi dan aktivitas penerima
20
Wawancara pribadi dengan Bapak Jubaidi Hambali pada tanggal 26-04-2013, pukul 09.30 WIB di ruang bengkel las PSMP Handayani. 21 Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman pada tanggal 09-04-2013, pukul 10.30 WIB, di ruang konsultasi PSMP Handayani.
78
manfaat tinggi. Pada umumnya penerima manfaat akan belajar (berpikir-bekerja) secara individu, sehingga mereka dapat melatih diri dalam memupuk rasa percaya diri.22 3) Media Tulisan Media tulisan merupakan “suatu media yang penyampaian pesan dakwahnya dalam bentuk tulisan. Termasuk didalamnya koran, majalah, buku, pamflet, brosur dan novel.”23 Selain media lisan sebagaimana definisi yang disebutkan di atas, media tulisan pun menjadi salah satu yang penting digunakan oleh para pembimbing rohani di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani ini agar penerima manfaat memahami materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing melalui media tulisan ini.24 Uraian di atas menggambarkan secara jelas pelaksanaan bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus. Selanjutnya, diuraikan mengenai analisa peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus sebagaimana berikut.
22
Wawancara pribadi dengan Bapak Jubaidi Hambali pada tangaal 26-04-2013, pukul 09.30 WIB di ruang bengkel Las PSMP Handayani. 23 Ardani, Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), h. 38. 24 Wawancara pribadi dengan Bapak Jubaidi pada tanggal 12-04-2013, pukul 09.15 WIB, di Ruang konsultasi PSMP Handayani.
79
C. Peran
Bimbingan
Rohani
Islam
dalam
mengatasi
Perilaku
Menyimpang di Kalangan Remaja pada Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus.
Dengan mengacu pada hasil penelitian dari 7 informan yang terdiri dari 2 pembimbing rohani Islam dan 5 penerima manfaat, ternyata terdapat berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh penerima manfaat, khususnya keterlibatan dalam penyalahgunaan narkoba. Umumnya, para penyalahguna narkoba berasal dari kalangan muda, yaitu remaja. Walaupun tidak semua remaja melakukan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, namun ada kecenderungan jumlahnya semakin banyak. Penyalahgunaan obat (substance abuse) dapat membahayakan diri penyalahguna maupun orang lain. Bahaya pada diri penyalahguna maupun orang lain. Bahaya pada diri penyalahguna adalah terjadi ketergantungan pada obat-obatan (substance dependence atau addiction), baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun spritual. Apabila tidak dapat dihentikan atau ditanggulangi dengan baik, maka ketergantungan akan berlangsung sampai masa tua. Sementara itu bahaya yang ditimbulkan penyalahgunaan narkoba pada orang lain, misalnya, adalah menimbulkan pertengkaran, percekcokan, dan dapat mengganggu keharmonisan keluarga. Pengguna menjadi tidak bersahabat dengan sesama anggota keluarga lain, mengucilkan diri, dan menggunakan berbagai macam cara untuk mendapatkan
obat-obatan
tersebut
termasuk
melakukan
tindakan
80
pemerasan, pencurian, atau menjual barang-barang apa saja demi memperoleh obat itu.25 Walaupun mengetahui akibat buruk yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba, namun sering kali seorang individu tak mampu menolak ajakan, bujukan, atau menghindari pengaruh dari lingkungan sosial yang cenderung menjerumuskannya. “Untuk itu, usaha untuk menanggulanginya sangat penting (preventif-promotif). Beberapa upaya yang dapat dilakukan di antaranya adalah dengan membangun kehidupan rohani dan program pelatihan keterampilan psikososial.”26 Dalam kaitannya dengan remaja yang telah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, “proses penyembuhannya harus melalui beberapa tahap, di antaranya dengan pengobatan adiksi, pengobatan infeksi, dan rehabilitasi. Mereka ditangani secara multi-disipliner profesional, baik dari dokter/psikiater, psikolog, maupun pemuka agama.”27
Program-program
dalam
rehabilitasi
ini
bertujuan
memberdayakan mantan pecandu untuk memiliki modal pengertian dan pemahaman diri sehingga dapat merasa siap mental-rohaniah untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial. Dengan demikian, mereka tidak terpengaruh lagi untuk menggunakan obat atau alkohol. Pada tahap 25
Agoes Dariyo, “Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja” dalam Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan; dari Anak sampai Usia Lanjut (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 195-196. 26 Agoes Dariyo, “Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja” dalam Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan; dari Anak sampai Usia Lanjut (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 222-224. 27 Agoes Dariyo, “Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja” dalam Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan; dari Anak sampai Usia Lanjut (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 221-223.
81
inilah PSMP Handayani memainkan perannya dalam menyediakan program-program rehabilitasi yang tersusun secara sistematis khususnya dalam bimbingan rohani Islam sebagaimana fokus penelitian ini. Peran bimbingan rohani Islam sebagai bagian dari program rehabilitasi yang telah disebutkan atas dapat ditelusuri dari hasil wawancara penulis dengan 3 informan sebagai berikut: Usman Ari merasakan betul bahwa program bimbingan rohani Islam yang diikutinya di PSMP Handayani seperti materi bimbingan alQu`an dan pengetahuan tentang agama Islam memberikan pengaruh yang besar terhadap dirinya. “Setiap kali mengikuti kegiatan tersebut jiwanya merasa tenteram. Ketenangan dirasakannya manakala ia tersentuh dengan nasehat-nasehat agama yang disampaikan pembimbing rohani.”28 Untuk menanggulangi tindak kekerasan dan perilaku amoral, maka bimbingan rohani Islam harus lebih dikembangkan dengan arif dan bijaksana dalam arti dapat menyentuh hati sanubari remaja. Namun demikian karena remaja sosok manusia yang sangat sensitif, maka dakwah tidak bersifat menggurui. Itulah yang diharapkan masyarakat, khususnya remaja di PSMP Handayani sebagaimana yang diutarakan Usman Ari.29 Ketenangan batin sebagai buah dari bimbingan rohani Islam juga dirasakan oleh Gilang Maulana. Bimbingan rohani Islam yang diikutinya sudah menjadi kebutuhan jiwa bagi perjalanan hidupnya. Ada perubahan
28
Wawancara pribadi dengan Usman Ari pada tanggal 19-03-2013, pukul 19.56 - 20.20 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani. 29 Wawancara pribadi dengan Usman Ari pada tanggal 19-03-2013, pukul 19.56 - 20.20 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
82
positif yang dirasakannya setelah mengikuti bimbingan rohani Islam. Menurutnya setelah mengikuti bimbingan rohani Islam dia menjadi lebih rajin melaksanakan shalat fardhu sebagai sarana komunikasi dengan penciptanya. Bahkan ditegaskannya pula bahwa ada perasaan risih jika tidak menunaikan shalat.30 Pengalaman rohani yang dialami Gilang Maulana di atas menandakan bahwa bimbingan rohani Islam memberikan pengaruh yang positif pada pemenuhan sisi spiritual manusia. Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa manusia terdiri dari ruh dan jasad. Apabila kebutuhan salah satunya tidak terpenuhi, maka ketidakseimbanganlah yang akan terjadi. Keseimbangan antara jasmani dan rohani inilah yang sebetulnya hendak dicapai oleh bimbingan rohani Islam. Hal tersebut dikuatkan pula bahwa apa yang dialami oleh Gilang Maulana sebagai buah dari bimbingan rohani Islam bukan hanya tampak dari sisi dzahir seperti dia rajin mengerjakan shalat, lebih jauh dari itu buah dari bimbingan rohani Islam yang efektif telah menancapkan pengaruh hingga ke alam bawah sadarnya sehingga ibadah shalat sudah menjadi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Inilah sebetulnya yang diharapkan dari bimbingan rohani Islam. Umat manusia jangan hanya terjebak pada tindakan ritual semata yang kering akan penghayatan agama. Akan tetapi nilai-nilai ibadah mestilah didasari pada ketundukan dan
30
Wawancara pribadi dengan Gilang Maulana pada tanggal 21-03-2013, pukul 20.10 20.30 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
83
kepasrahan sebagaimana makna dasar dari Islam yang tampak pada kesadaran total manusia akan perannya sebagai khalifah di muka bumi.31 Selain sisi spiritual manusia, bimbingan rohani Islam juga berperan menyentuh sisi kemanusiaannya yang khas. Bagaimana manusia dipandang sebagai individu yang utuh dan bagian dari sistem sosial merupakan kenyataan yang perlu diperhatikan. Hasil wawancara penulis dengan Gilang Maulana adalah salah satu bukti bahwa bimbingan rohani Islam membuat jiwa manusia tersentuh dan dihargai keberadaannya. Karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa terjerumusnya remaja ke dunia narkoba salah satunya adalah disebabkan karena kurangnya perhatian lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya. Bila kita perhatikan, pertumbuhan seorang remaja sangat ditentukan oleh bagaimana cara keluarga membina anak remaja itu. Seorang yang bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang penuh cinta kasih dan perhatian maka kecenderungan anak itu, mencintai dan mengasihi sesamanya. Sebaliknya remaja yang hidup dalam keluarga yang penuh dengan dendam, kebencian, kekerasan dan masa bodoh, maka remaja itu akan menjadi anak yang cenderung asosial, amoral dan merugikan orang lain. Karena itulah bimbingan rohani Islam yang
31
Wawancara pribadi dengan Gilang Maulana pada tanggal 21-03-2013, pukul 20.10 20.30 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
84
dilaksanakan di PSMP Handayani sedapat mungkin untuk terus mengedepankan suasana harmonis dan penuh keterbukaan. Selanjutnya, apabila kita menganalisa lebih lanjut mengenai bimbingan rohani Islam di PSMP Handayani maka akan ditemukan bahwa bimbingan rohani Islam dapat berperan sebagai proses individuasi. Hal ini dilandasi bahwa setiap penerima manfaat bersifat unik (berbeda satu sama lainnya),
dan
melalui
bimbingan
rohani
Islam
dibantu
untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta bahwa bimbingan rohani Islam di PSMP Handayani difokuskan atas kenyataan bahwa yang akan merasakan manfaat dari bimbingan rohani Islam adalah diri klien itu sendiri. Hal itu pula yang diakui oleh Dwi Akbar pada saat wawancara dengan penulis.32 Peran ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah pribadi penerima
manfaat,
meskipun
pelayanan
bimbingannya
terkadang
menggunakan teknik kelompok. Bantuan tersebut sangat berperan penting dalam meluruskan sudut pandang dan jalan hidup mereka. Hal ini disebabkan karena mereka mengalami kesulitan akibat pengaruh dari perilaku menyimpangnya di masa lalu mereka. Hasil wawancara penulis dengan Dwi Akbar menyiratkan bahwa mereka sangat memerlukan bimbingan untuk mengarahkan kembali pada jalan yang benar sehingga iman dan takwa
32
Wawancara pribadi dengan Dwi Akbar pada tanggal 18-03-2013, pukul 19.51 - 20.15 WIB, di Masjid Istiqamah PSMP Handayani.
85
yang telah ditanamkan pada diri mereka menjadi daya motivatif untuk menyambut masa depan yang lebih cerah. Dengan demikian, bimbingan rohani Islam sangat berperan penting dalam upaya pembinaan mental para peserta bimbingan. Sehingga dalam memilih kebutuhan hidupnya dapat senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, termasuk dalam kemampuan membedakan antara yang halal dan haram –sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Dwi Akbar- dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi dalam membantu mengatasi permasalahannya dengan memanfaatkan potensi dirinya sehingga ia akan memperoleh ketenangan hidup yang sewajarnya sebagaimana yang diharapkan. Dari seluruh wawancara penulis dengan para informan, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam berperan penting dalam mengembangkan empat dimensi kemanusiaan manusia –khususnya remaja sebagaima fokus dalam penelitian ini- yaitu dimensi keindividuan (individualitas), kesosialan (sosialitas),
kesusilaan (moralitas) dan
keberagamaan (religiusitas). Tinjauan tersebut akan memperlihatkan betapa remaja sangat berpotensi untuk mengembangkan dirinya dan menjauhi perilaku menyimpang yang didasari atas landasan mengabdi kepada Allah dan mengembangkan budaya setinggi-tingginya demi kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat. Dalam
kaitannya
dengan
peran
bimbingan
rohani
Islam,
pengembangan remaja sebagai manusia seutuhnya, baik sebagai
86
komponen orang-orang maupun sebagai individu, bertitik tolak dari kedua sisi hakikat kemanusiaan itu. Penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan rohani Islam sangat berperan dalam mengembangkan potensi diri remaja sehingga keempat dimensi kemanusiannya benar-benar terwujud. Perilaku menyimpang di kalangan remaja adalah disebabkan di antaranya karena kekeliruannya dalam memahami dan mengaplikasikan dimensi kemanusiaannya. Manusia yang utuh baik menurut pandangan agama, psikologi, maupun budaya, pada dasarnya adalah mereka yang telah berhasil mewujudkan keempat dimensi kemanusiaan secara selaras, serasi dan seimbang. Remaja sebagai manusia yang telah berkembang seutuhnya diyakini akan mampu menghadapi setiap tantangan dan perubahan yang berkembang di masyarakat sekitarnya. Lebih jauh lagi, manusia seutuhnya itu diharapkan secara dinamis akan mampu pula berperan dalam menjawab tantangan dan perubahan itu. Sehingga bukan saja dampak negatif dan tantangan dan perubahan itu dapat diredam, tetapi juga dapat mencarikan jawaban-jawaban baru
yang berdampak positif bagi
perkembangan orang-orang di sekitarnya. Tentu dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam, ada beberapa kendala yang dihadapi baik dari pembimbing rohani Islam maupun peserta bimbingan. Rendahnya niat belajar agama merupakan salah satu hambatan penting yang dikeluhkan oleh pembimbing rohani Islam. Bapak Jubaidi mencontohkan masih ada beberapa peserta bimbingan yang sulit untuk
87
diajak shalat berjama’ah di masjid. Ditegaskannya pula bahwa masih ada beberapa peserta yang niat awalnya berangkat ke masjid, akan tetapi dalam perjalanan justru mampir ke tempat lain.33 Hal yang sama juga diutarakan oleh Bapak Sudriman, bahwa di antara kendala pokok adalah ketidakhadiran peserta bimbingan dalam pelaksanaan shalat berjama’ah dan bimbingan rohani Islam di masjid. Hal tersebut sebagaimana diutarakannya disebabkan karena sebagian mereka menganggapnya sepele dan tidak penting, atau bosan dengan materi pengajian yang itu-itu saja selama 6 bulan.34 Adapun dari sudut pandang peserta bimbingan, hambatan yang timbul saat bimbingan rohani Islam adalah rasa malas yang secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis. Rasa malas sebagaimana yang diutarakan oleh terbimbing seperti Usman Ari, Rizki Kurnianto, dan Andika Pratama sebetulnya adalah kendala yang umumnya dirasakan oleh setiap orang yang belajar.35 Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis, malas timbul dari beberapa faktor, yaitu: 1)
Faktor intrinsik (dari dalam diri). Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri peserta dapat disebabkan karena kurang atau
33
Wawancara pribadi dengan Bapak Jubaidi pada tanggal 12-04-2013, pukul 09.15 WIB, di ruang konsultasi PSMP Handayani. 34 Wawancara pribadi dengan Bapak Sudirman pada tanggal 10-04-2013, pukul 10.43 WIB, di Ruang konsultasi PSMP Handayani. 35 Wawancara pribadi dengan Usman pada tanggal 19 Maret 2013, pukul 19.56-20.20 WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani. Wawancara pribadi dengan Rizki Kurnianto pada tanggal 18 Maret 2013, pukul 19.51-20.15 WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani. Wawancara pribadi dengan Andika Pratama pada tanggal 21 Maret 2013, pukul 20.10-20.30 WIB, di Masjid Istiqomah Fatih PSMP Handayani.
88
tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan peserta bimbingan belum mengetahui manfaat dari bimbingan rohani Islam atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. 2)
Faktor ekstrinsik (faktor dari luar). Faktor dari luar peserta bimbingan yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi bimbingan untuk menjadi malas belajar. Dari hasil wawancara penulis, hal ini disebabkan di antaranya karena metode bimbingan yang monoton, penyampaian yang terkesan menggurui bahkan menyindir masa lalu peserta, dan juga sikap teman yang mengolok-ngolok perubahan positif yang dicapai oleh peserta bimbingan. Dengan menganalisa peran bimbingan rohani Islam dalam
mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja di atas, khususnya pada remaja penerima manfaat di PSMP Handayani beserta hambatan yang dihadapi, maka diharapkan bimbingan rohani Islam dapat memberikan
bantuan
peserta
bimbingan
dalam
kehidupan
kemasyarakatannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Dengan demikian, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan 7 informan yang diuraikan di atas, ternyata peran bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh pembimbing rohani dalam mengatasi perilaku menyimpang di PSMP Handayani, antara lain:
89
1) Meningkatkan iman dan takwa; iman dan takwa dalam hati akan meningkat
jika
rajin
membersihkan
hati
dengan
cara,
membersihkan muka dengan air mata yang teringat dosa, membersihkan lidah dengan dzikir kepada Allah, membersihkan dosa dengan bertobat, dan membersihkan hati dengan bertakwa. 2) Menumbuhkan rasa tenang dan menghilangkan rasa gelisah pada diri peserta bimbingan sesuai materi yang disampaikan. 3) Memotivasi peserta bimbingan untuk merancang masa depan yang lebih baik dengan meninggalkan perilaku yang menyimpang sebagai bagian dari masa lalu dan menggantinya dengan perbuatan yang positif dan produktif. 4) Mengingatkan peserta bimbingan; melalui bimbingan rohani, peserta bimbingan akan selalu diingatkan untuk melaksanakan ibadah demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Jika akhirat yang menjadi prioritas dalam hidup maka secara otomatis dunia akan dimiliki pula. 5) Menambah ilmu dan pemahaman agama; dalam bimbingan rohani peserta bimbingan mendapatkan tambahan ilmu agama yang akan lebih menyempurnakan iman, akhlak dan ibadah sehari-hari.
Apabila kita telusuri lebih jauh lagi, peran bimbingan rohani yang disebutkan di atas sejalan dengan tujuan dari bimbingan rohani Islam menurut M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, yaitu :
90
1) Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang dan damai (mutmainah), bersikap lapang dada (rodliyah) dan mendapat taufik dan hidayah tuhannya (mardliyah). 2) Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberi manfaat pada diri sendiri, lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya. 3) Menghasilkan kecerdasan (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang. 4) Menghasilkan kecerdasan spiritual pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Allah SWT, serta tabah dalam menerima ujiannya.36
Peran bimbingan rohani Islam juga dapat ditinjau dari fungsi bimbingan rohani islam, “diantaranya fungsi preventif, kuratif, preservatif dan developmental.”37 Dalam kerangka fungsi preventif, yang memiliki arti membantu para remaja menjaga atau mencegah timbulnya masalah adalah dengan cara pemberian bantuan meliputi pengembangan strategi dan program-program pengaktualisasian diri bagi seorang klien.
36
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar pustaka, 2004), h. 168. 37 Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), h. 34.
91
Ketika materi-materi agama ini diterapkan di PSMP Handayani, seperti akhlak, fiqih, Tauhid, Iqro dan kegiatan zikir maka para remaja akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, serta merutinkan kegiatan dzikir maka para remaja akan selalu menghayati hakikat dari dzikir itu sendiri, dengan mengingat dan berserah diri pada Allah seseorang akan tahan terhadap ujian yang diberikan Allah. Dengan sikap tawakal, seseorang akan mempunyai mental yang kuat sehingga dapat terhindar dari kekacauan pikiran dan hati, dalam hal ini seseorang dapat terhindarkan diri dari perilaku yang menyimpang. Para pembimbing rohani yang mengajak kliennya untuk mengingat Allah, menjalankan fungsi preventif dari bimbingan rohani Islam. Fungsi preventif adalah “membantu individu mencegah terjadinya masalah, dalam hal ini membantu individu menghindarkan diri dari perilaku yang menyimpang.”38 Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para terbimbing dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya:
bahayanya
minuman
keras,
merokok,
penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex). Adapun fungsi kuratif atau pengentasan diartikan “membantu individu memecahkan masalah yang dihadapinya. Perilaku yang menyimpang pada umumnya merupakan masalah yang sering dihadapi
38
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), h. 34.
92
oleh remaja.”39 Mengacu pada pengertian ini, para remaja dibantu untuk mewujudkan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang menimbulkan gangguan psikis. Dalam hal ini, program bimbingan rohani Islam atau bimbingan mental agama di PSMP Handayani menjadi partner dalam penyelesaian masalah yang dihadapi remaja. Para remaja dibimbing untuk selalu berdzikir kepada Allah ketika sedang menghadapi masalah. Remaja yang mengikuti bimbingan rohani dan senantiasa berdzikir mampu menghadapi dan mengendalikan masalah-masalah psikis yang mereka hadapi. Ketika remaja dapat terhindar dari masalah tersebut, maka telah terlaksana fungsi kuratif dari Bimbingan Rohani Islam. Selanjutnya, fungsi preservatif bertujuan untuk “membantu individu menjaga situasi dan kondisi semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.”40 Dalam hal ini berorientasi pada pemahaman individu mengenai keadaan dirinya, baik kelebihan atau kekurangan situasi dan kondisi yang dialaminya saat ini. Oleh karena itu fungsi preservatif sangat dibutuhkan dalam membantu individu memahami keadaan yang dihadapi, memahami sumber masalah dan klien akan mampu secara mandiri menghadapi masalah yang dihadapinya. Dengan mengikuti bimbingan rohani dan melakukan kegiatan dzikir dengan bersungguh-sungguh maka akan menimbulkan rasa dekat kepada Allah, selain itu dapat memahami diri 39
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), h. 34. 40 Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), h. 34.
93
sendiri, baik kelebihan atau kekurangan serta situasi dan kondisi yang sedang dialaminya. Sehingga klien dapat memperbaiki dirinya yang kurang baik menjadi lebih baik. Adapun Fungsi developmental terfokus pada “upaya pemberian bantuan berupa pemeliharaan dan pengembangan situasi dan kondisi yang baik agar tetap menjadi baik atau bahkan menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah.”41 Mengacu pada fungsi developmental ini, maka dengan mengikuti bimbingan rohani dan melakukan dzikir secara terus-menerus, maka emosional dan spiritual para remaja akan tumbuh dan berkembang sehingga dapat memperbaiki dan mengembangkan potensi-potensi dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Dalam hal ini PSMP Handayani telah melaksanakan fungsi developmental dari Bimbingan Rohani Islam. Dari pemaparan di atas, maka dapat ditarik pengertian baru dari penelitian yang penulis lakukan di PSMP Handayani bahwa perilaku menyimpang di kalangan remaja dapat diatasi dengan bimbingan rohani Islam yang memperhatikan faktor-faktor penyebab penyimpangan secara mendalam serta menerapkan prinsip-prinsip bimbingan konseling Islami.
41
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), h. 34.
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari analisis yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan remaja PSMP Handayani pada prinsipnya dilakukan setiap hari. Adapun bimbingan rohani Islam yang terjadwal dilaksanakan setiap hari senin sampai hari jum’at pada pukul 19.30-20.30 WIB di masjid Istiqomah Fatih dengan materi tauhid, fikih, akhlak, Iqra, dzikir. Metode yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan bimbingan seperti metode ceramah, dialog, membaca, bimbingan individual dan kelompok. 2. Peran bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang di PSMP Handayani dilakukan agar sesuai dengan harapan agama Islam atau pun norma-norma dan nilai yang berlaku di masyarakat dengan memberikan materi-materi yang meningkatkan iman dan takwa, menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan kebersihan jiwa dan mental, serta kesopanan tingkah laku, menghasilkan kecerdasan (emosi) dan spiritual pada individu. 3. Peran bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh pembimbing rohani dalam mengatasi perilaku menyimpang di PSMP Handayani dilakukan agar sesuai dengan fungsi bimbingan rohani islam, diantaranya fungsi
94
95
preventif, kuratif, preservatif dan developmental, yakni membantu para remaja mencegah timbulnya masalah, membantu memecahkan masalah, membantu menjaga situasi yang sudah baik agar tidak timbul masalah kembali, serta membantu para remaja mengembangkan situasi yang baik menjadi lebih baik.
B. Saran-saran 1. Bagi pihak PSMP Handayani a)
Kepada pihak PSMP Handayani diharapkan memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan-pelatihan bagi pembimbing rohani Islam guna mengembangkan proses bimbingan rohani Islam yang kreatif, dinamis dan tepat sasaran, termasuk di dalamnya meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual. Metodologi bimbingan yang kreatif dan perilaku prososial yang semakin tinggi
akan meningkatkan
kualitas pelayanan bimbingan rohani Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang. b)
Kepada pembimbing diharapkan dapat memberikan pengertian dan pemahaman kepada peserta bimbingan yang mudah diterima. Perilaku menyimpang yang pernah mereka lakukan mestilah dipandang sebagai bagian dari masa lalu mereka yang perlu diperbaiki secara manusiawi dengan cara yang penuh hikmah dan tidak memojokkan. Di samping itu,
metodologi bimbingan dan
pengajaran yang kreatif sangat penting untuk dikuasai. Penggunaan metode yang monoton seperti terlalu seringnya pembimbing
96
menggunakan metode ceramah mengakibatkan kejenuhan. Sebagai solusinya metode ceramah dapat diselingi dengan kegiatan sharing dan tanya jawab antara pembimbing dan terbimbing. 2. Bagi terbimbing atau peserta bimbingan a)
Diharapkan sebisa mungkin peserta bimbingan memanfaatkan dan merespon dengan baik semua kegiatan yang menjadi program di PSMP Handayani.
b)
Hendaknya para peserta bimbingan memperhatikan dan mematuhi semua tata tertib yang berlaku di PSMP Handayani.
c)
Para peserta bimbingan diharapkan dapat mengamalkan ilmu yang telah didapat di PSMP Handayani.
3. Bagi masyarakat umum Bagi masyarakat umum hendaknya para peserta bimbingan di PSMP Handayani dipanndang sebagai manusia biasa, yang tetap dihormati dan dihargai harkat serta martabatnya, tidak dipandang sebelah mata sehingga apabila mereka kembali ke masyarakat tidak merasa dikucilkan dan rendah diri, mampu bergaul dengan masyarakat. Mereka harus diterima apa adanya dan diberi kesempatan untuk memperbaiki perilaku menyimpang yang dilakukannya di masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2007. Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling Dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar pustaka, 2004. Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, Abu Bakr. as-Sunan al-Kubra. editor Muhammad Abdul Qadir 'Atha. Beirut: Dar el-Kutub, 2003. Al-Baihaqi. Syu’ab al-Iman. Beirut: Daar el-Kutub el-Ilmiyah, 1410 H. Jilid V. Al-Ghifari, Abu. Generasi Narkoba. Bandung: PT. Mujahid, 2003. Al-Mawardi. Adab ad-Dunya wa ad-Diin. editor Muhammad Karim Rajih. Beirut: Daar Iqra`, 1985. Ardani, Moh. Nilai-nilai Akhlak/Budipekerti dalam Ibadat. Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001. Ardani. Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006. Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Asmuni, M Yusrah. Ilmu Kalam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Astuti, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Gejala Kenakalan Anak/Remaja. Semarang: Universitas Diponegoro, 2004. Badan Narkoba Nasional. Efektifitas Penanggulangan Narkoba Melalui Sistem Plug In dalam Materi Pembelajaran pada Lembaga Pendidikan Formal. Jakarta: BNN RI, 2005. Bin Askat, Abu Wardah. Wasiat Dzikir dan Doa Rasulullah SAW. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2000. Daradjat, Zakiah. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang, 1976. 97
98
Dariyo, Agoes. “Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja” dalam Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan; dari Anak sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. F.J Monks, dkk. PsikologiPerkembangan. Yogyakarta:GadjahMada University Press, 2002. Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: VII Press, 2001. Gerungan. Psychologi Sosial. Jakarta: PT Eresco, 1981. Ibn al-Hajjaj, Muslim. al-Jami’ ash-Shahih. Beirut: Daar el-Jayl, t.th. Jilid VIII. Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali, 1992. M. Luddin, Abu Bakar. Dasar-dasar Konseling. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2010. Mahtudin. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia, 1999. Martono, Lydia Harlina dan Joewana, Satya. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: RosdaKarya, 2008. Mubarok, Ahmad. Meraih Bahagia dengan Tasawuf. Jakarta: Dian Rakyat, 2009. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosda, 2001. Munib. Lingkunan Sekolah dan Proses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Musnamar, Thohari. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press, 1992. Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana, 2007.
99
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Prayitno dan Amti, Erman. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Prayitno, Elida. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya, 2006. Ram, Aminuddin dan Sobari, Tita. Sosiologi. Jakarta: Erlangga, 1991. Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press,2005. Sadli, Saparinah. “Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang.” Thesis Ilmu Psikologi, Universitas Indonesia Jakarta, 1976. Samudra, Azhari Aziz. Eksistensi Rohani Manusia. Jakarta: Yayasan Majelis Taklim HDH, 2004. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2001. _______________________, Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan, 1997. Singgih, D Gunarsa dan Singgih, Yulia. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,2003. Sofat, Charletty Choesyana. “Pengembangan Karakter Melalui Pendidikan Keluarga: Studi Komparatif Teori al-Ghazali dan Teori Kornadt,” Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Subhi, Ahmad Mahmud. Filsafat Etika: Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intuisionalis Islam. Jakarta: Serambi, 2001. Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods. Bandung: Alfabeta, 2011. _________, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2007. Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Teori Konseling: Suatu Uraian Ringkasan. Denpasar: Ghalia Indonesia, 1984. Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: AlIkhlas, 1983.
100
Thoyibi. M dan Ngemron. M. Psikologi Islam. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001. Tirtarahardja, Umar. Lingkungan Teman Sebaya dan Fungsinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Wade, Carole dan Tavris, Carol. Psikologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2007. Zainudin, Din. Menembus Ruang & Waktu menuju Pencerahan Spiritual. Jakarta: Almawardi Prima, 2005.
Sumber Internet Siswandi, Gun Gun (Direktur Diseminasi BNN RI) pada seminar terbuka di Universitas Riau (UR) di Pekanbaru bertema "Mahasiswa dan Bahaya Narkotika", Senin,3/6/2013. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/06/03/mntpkf -bnn-seribu-pelajar-indonesia-pengguna-narkoba. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014. Lihat juga http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/25/n2zx7v -bnn-dki-gencar-bentuk-kader-antinarkoba. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014.
Jurnal Hadisuprapto, Paulus. “Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan Remaja” Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. III (September 2004). Jonaidi. “Analisis Sosiologis terhadap Perilaku Menyimpang Siswa pada SMA Pembangunan Kabupaten Malinau,” eJournal SosiatriSosiologi, Volume 1, No 3. Maret 2013. Jurnal (info Societa: informasi pembangunan kesejahteraan sosial) edisi khusus kaleidoskop 2009. Pusat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Anak Berhadapan dengan Hukum (AN dan ABH), Profile Panti Sosial Marsudi Putra Handayani.
LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA PERAN BIMBINGAN ROHANI DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU DI KALANGAN REMAJA
1. WAKTU DAN TEMPAT Hari & tanggal : Jum’at, 26 April 2013 Waktu : 09.30 WIB Tempat : Ruang Bengkel Las PSMP Handayani 2. IDENTITAS SUBYEK Nama : Bpk Jubaidi Hambali TTL : Bogor, 19 Mei 1987 Alamat : Jl. PPA Rt, 02/03 kelurahan bambu apus kec. Cipayung Jakarta Timur. Profesi : Pembimbing Rohani Islam.
1) Sejak kapan bapak memberikan bimbingan rohani di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus? Jawab : kalau mulai ngajar sih tahun 2009, kebetulan dulukan saya siswa sini. Tahun 2008 itu saya masuk handayani dan di interview, karna saya lulusan dari pesantren jadi saya diminta untuk mengajar disini. 2) Bagaiamana metode bimbingan yang bapak laksanakan? Jawab : saya sih sistemnya shering aja, jadi seperti temen sama temen gitu gak ada kesan menggurui. Tapi lebih banyak sesi pertanyaannya. 3) Materi-materi apa saja yang bapak berikan dalam bimbingan rohani ini? Jawab : tauhid, fiqih (seperti sholat dan dasar-dasar agama), akhlak (seperti tatakrama hidup). 4) Media apa sajakah yang bapak gunakan untuk memberikan bimbingan rohani? Jawab : saya memakai tulisan atau memakai kitab kuning yang jadi acuannya. 5) Kitab apa sajakah yang biasa dipakai untuk mengajar? Jawab : untuk materi tauhid saya memakai kitab Tijan Ad-darory, materi fiqih ibadah memakai kitab Safinah, Fathul Mu’in, dan Sulamun Najat,
materi akhlak memakai kitab Mukhtarol Hadits, Durrotun Nasihin, dan Naaso’ihul Ibad. 6) Berapa waktu yang dibutuhkan bapak dalam melaksanakan bimbingan tersebut? Jawab : dalam satu minggu hanya lima hari jadwal bimbingan agamanya, tapi saya dapat jadwal cuma tiga kali pertemuan saja. 7) Bagaimanakah hasil yang diperoleh setelah diadakan bimbingan rohani ini? Jawab : ada, termasuk sholat. Anak sekarang alhamdulillah udah pinter shalatnya, dibandingkan sebelumnya. Dulu yang sholatnya sering bercanda, sekarang mereka sudah tau kalau bercanda itu bisa membatalkan sholat. Kalau dari segi tingkah lakunya pasti ada, jadi lebih sopan aja,dan tidak lagi berbicara kasar. 8) Apakah ada hambatan-hambatan atau kendala yang bapak temui dalam bimbingan rohani ini? Jawab : hambatannya dari segi kemampuan anak-anak, kita susah mendidik anak yang gak punya niat belajar agama, dan anak berangkat ke mesjid juga susah, ini harus bekerja sama dengan pengasuhnya. Tapi kadang-kadang kalo dari asramanya berangkat tapi malah mampir kemanamana. 9) Apa harapan bapak kedepannya untuk program bimbingan rohani ini? Jawab : tentu harapannya agar anak-anak tidak bodo dalam hal agama, maksudnya dalam hal fiqihnya seperti sholat nya, tingkah lakunya dan tatakramanya terhadap sesama. karna agama itu penting dari apapun.
Pewawancara
yang diwawancara
Mira Humaira Azalia
Ust. Jubaidi Hambali
TRANSKIP WAWANCARA PERAN BIMBINGAN ROHANI DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU DI KALANGAN REMAJA
1. WAKTU DAN TEMPAT Hari & tanggal : Rabu, 09 April 2013 Waktu : 10.30 WIB Tempat : Ruang Konsultasi PSMP Handayani 2. IDENTITAS SUBYEK Nama : Bpk Sudirman TTL : Kebumen, 12 April 1958 Alamat : Jl. PPA Rt, 006/01 kelurahan bambu apus kec. Cipayung jakarta timur Profesi : Pembimbing Rohani Islam
1) Sejak kapan bapak memberikan bimbingan rohani di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus? Jawab : 34 tahun, jadi pembimbing rohani 17 tahun 2) Bagaiamana metode bimbingan yang bapak laksanakan? Jawab : Disamping metode ceramah, juga metode sorogan seperti satu persatu mengajar al-qur’an iqro, diskusi tanya jawab. Kelompok itu krna dengan kemampuan anak2 jadi tidak efektif, dengan bimbingan langsung saya pikir bisa membantu anak2, mereka pun sering shering 3) Materi-materi apa saja yang bapak berikan dalam bimbingan rohani ini? Jawab : Kalo saya kebagian Iqro, alqur’an dan dzikir, termasuk menerangkan hadits2 yang umum yang biasa didengar aja.anak-anak kita itu cenderung belum ada minat, mereka mengaji pun sepertinya ada keterpaksaan jadi belum ada niatan. 4) Media apa sajakah yang bapak gunakan untuk memberikan bimbingan rohani? Jawab : Karna kelemahan saya gaptek, saya tidak bisa memakai teknologi jadi saya tidak memakai media
5) Berapa waktu yang dibutuhkan bapak dalam melaksanakan bimbingan tersebut? Jawab : dalam satu minggu hanya lima hari jadwal bimbingan agamanya 6) Bagaimanakah hasil yang diperoleh setelah diadakan bimbingan rohani ini? Jawab : dalam bimbingan agama kan selingannya tidak menjadi pokok hanya tambahana saja, asal mereka mngerti agama saja, krna targetnya tidak muluk-muluk. Karna dari diri bekum ada minat karna 7) Apakah ada hambatan-hambatan atau kendala yang bapak temui dalam bimbingan rohani ini? Jawab : Kalo hambatannya sih banyak Yang paling pokok anak2 yg ga datang ke mesjid, krna menganggap sepele tidak penting, ataupun mungkin bosen krna selama 6 bulan itu ngajinya itu2 aja, saya yg tidak melucu atau apapun, 8) Apa harapan bapak kedepannya untuk program bimbingan rohani ini? Jawab : Karna saya sebentar lagi mau pensiun, saya harap nantinya yg jadi pembimbing yang keluaran dari pesantren atau yang perguruan tinggi.
Pewawancara
yang diwawancara
Mira Humaira Azalia
Ust. Sudirman
DAFTAR WAWANCARA
Nama
: Rizki Kurnianto
Alamat
: Ciamis
Umur
: 19 Tahun
Rujukan
: Masyarakat
Tempat Wawancara : Masjid Istiqomah Waktu Wawancara
: 18 Maret 2013, Pukul 19.51-20.15
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra? Jawab : 4 bulan 2. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di Panti ini? Jawab : shalat subuh terus korpre (bersih-bersih), mandi, makan, bimsos, masuk bengkel, istirahat makan siang, masuk bengkel lagi sampe jam 3 trus baru bisa istirahat. Ntar abis isya ikutan pengajian di mesjid kaya gini aja. 3. Bagaimana dengan kegiatan bimbingan rohani islam di Panti? Jawab : 4. Apakah anda tertarik untuk mengikuti kegiatan bimbingan rohani ini? Jawab : tertarik ka, ya buat masa depan juga biar jadi lebih baik lagi. 5. Materi apa saja yang yang diberikan oleh pembimbing? Jawab : fikih kaya ngejelasin shalat gitu ka, dzikir, tajwid, kadang-kadang sama hafalan al-qur’an. 6. Bagaimana cara pembimbing menyampaikan materi? Jawab : asik si, suka becanda gitu, tapi kalo ada yang ga ngaji suka di hukum sama pak dirman. Kalo pak dirman biasanya ngajar-ngajar iqro sama dzikir aja sih. Kalo pak jubaidi biasanya ngasih ceramah sama tanya jawab gitu. 7. Apakah ada perubahan dalam diri anda setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini? Jika ada, dari segi apa? Jawab : ada lah ka, jadi bisa nahan emosi, jadi lebih ngerti untuk masa depan kaya gimana.
8. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti Bimbingan Rohani Islam? Jawab : seneng, nyaman, enak aja gitu dapat pengetahuan baru. 9. Hambatan-hambatan apakah yang timbul saat anda mengikuti Bimbingan Rohani Islam? Jawab : ngantuk, males, capek abis kegiatan seharian disuruh ngaji lagi. 10. Apa yang anda harapkan setelah mengikuti bimbingan rohani? Jawab : bisa jadi lebih baik dan jadi lebih dewasa lagi. 11. Apa saran anda untuk meningkatkan mutu bimbingan rohani yang dilaksanakan di Panti Sosial Marsudi Putra ini? Jawab : bingung juga si ka, kita kan udah ga lama lagi disini.
Pewawancara
Mira Humaira Azalia
yang diwawancara
Rizki
DAFTAR WAWANCARA
Nama
: Gilang Maulana
Alamat
: Jakarta Timur
Umur
: 16 Tahun
Rujukan
: Lapas
Tempat Wawancara : Masjid Istiqomah Waktu Wawancara
: 21 Maret 2013, Pukul 20.10-20.30
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra? Jawab : 4 bulan 2. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di Panti ini? Jawab : pagi-pagi korpre (bersih-bersih), bimsos, masuk bengkel (otomotif), 3. Bagaimana dengan kegiatan bimbingan rohani islam di Panti? Jawab : biasa-biasa aja, gini-gini doang 4. Apakah anda tertarik untuk mengikuti kegiatan bimbingan rohani ini? Jawab : tertarik, ga ada apa-apa an soalnya ka 5. Materi apa saja yang yang diberikan oleh pembimbing? Jawab : hafalan, dzikir sama ngaji iqro 6. Bagaimana cara pembimbing menyampaikan materi? Jawab : ya gitu deh ka, kaya ceramah tapi kadang suka nyindir gitu ka 7. Apakah ada perubahan dalam diri anda setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini? Jika ada, dari segi apa? Jawab : ada ka, jadi rajin sholat kalo ga sholat tuh kaya risih gitu 8. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti Bimbingan Rohani Islam? Jawab : seneng ka, tersentuh banget ka merasa ada yang merhatiin 9. Hambatan-hambatan apakah yang timbul saat anda mengikuti Bimbingan Rohani Islam?
Jawab : kalo ga ngaji suka di omelin, tapi kalo ngaji suka ketiduran di mesjid jadi suka di omelin juga, 10. Apa yang anda harapkan setelah mengikuti bimbingan rohani? Jawab : pengen sekolah lagi ka, 11. Apa saran anda untuk meningkatkan mutu bimbingan rohani yang dilaksanakan di Panti Sosial Marsudi Putra ini? Jawab : meningan ngaji nya iqro aja, soalnya pada belum bisa ngaji iqro.
Pewawancara
Mira Humaira Azalia
yang diwawancara
M. Gilang
DAFTAR WAWANCARA
Nama
: Dwi Akbar
Alamat
: Kp. Petukangan, Pulo Gadung
Umur
: 18 Tahun
Rujukan
: Lapas
Tempat Wawancara : Masjid Istiqomah Waktu Wawancara
: 18 Maret 2013, Pukul 19.51-20.15
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra? Jawab : 4 Bulan 2. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di Panti ini? Jawab : korpre, bimsos, masuk bengkel (otomotif), service HP 3. Bagaimana dengan kegiatan bimbingan rohani islam di Panti? Jawab : suka diledekin kalo shalat gitu, temen-temen nya pada jail 4. Apakah anda tertarik untuk mengikuti kegiatan bimbingan rohani ini? Jawab : tertarik ka, buat pelajaran di akhirat juga. 5. Materi apa saja yang yang diberikan oleh pembimbing? Jawab : kalo pak dirman lebih banyak ke dzikir sama hafalan-hafalan al-qur’an. 6. Bagaimana cara pembimbing menyampaikan materi? Jawab : itu juga buat diri sendiri jadi ga maksa, kalo pak jubaidi lebih sering ceramah dan tanya jawab 7. Apakah ada perubahan dalam diri anda setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini? Jika ada, dari segi apa? Jawab : ada, dari cara tingkah laku, pokoknya ada dari segala-galanya diambil positif aja, dulu kan mikirnya suka negatif mulu. 8. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti Bimbingan Rohani Islam? Jawab : bersyukur banget jadi bisa tau mana yang halal dan mana yang haram.
9. Hambatan-hambatan apakah yang timbul saat anda mengikuti Bimbingan Rohani Islam? Jawab : suka di becandain sama temen-temen mulu, 10. Apa yang anda harapkan setelah mengikuti bimbingan rohani? Jawab : jadi lebih baik untuk kedepannya, jadi imam yang baik dan kepala keluarga yang baik. 11. Apa saran anda untuk meningkatkan mutu bimbingan rohani yang dilaksanakan di Panti Sosial Marsudi Putra ini? Jawab : bingung juga sih ka, soalnya kita juga disini udah gak lama.
Pewawancara
Mira Humaira Azalia
yang diwawancara
Dwi Akbar
DAFTAR WAWANCARA
Nama
: Andika Pratama
Alamat
: Jakarta Utara
Umur
: 18 Tahun
Rujukan
: Lapas
Tempat Wawancara : Masjid Istiqomah Waktu Wawancara
: 21 Maret 2013, Pukul 20.10-20.30
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra? Jawab : 4 bulan 2. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di Panti ini? Jawab : korpre, bimsos, bengkel (otomotif), service HP 3. Bagaimana dengan kegiatan bimbingan rohani islam di Panti? Jawab : biasa-biasa aja, Cuma gini-gini doank ka 4. Apakah anda tertarik untuk mengikuti kegiatan bimbingan rohani ini? Jawab : tertarik si ka, dari pada bengong di asrama 5. Materi apa saja yang yang diberikan oleh pembimbing? Jawab : kaya tentang sholat, prilaku, dzikir, hafalan Al-Qur’an sama ngaji iqro 6. Bagaimana cara pembimbing menyampaikan materi? Jawab : baguslah ka, kaya ceramah gitu kadang enak tapi kadang suka nyindir status gitu. 7. Apakah ada perubahan dalam diri anda setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini? Jika ada, dari segi apa? Jawab : ada lah ka, kalo ga sholat gimana gitu rasanya, 8. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti Bimbingan Rohani Islam? Jawab : seneng lah ka, karna tersentuh banget masih ada yang merhatiin
9. Hambatan-hambatan apakah yang timbul saat anda mengikuti Bimbingan Rohani Islam? Jawab : kadang males, ngantuk juga gitu ka 10. Apa yang anda harapkan setelah mengikuti bimbingan rohani? Jawab : pengen berubah biar ga kaya dulu lagi trus kerja biar ga blangsak lagi. 11. Apa saran anda untuk meningkatkan mutu bimbingan rohani yang dilaksanakan di Panti Sosial Marsudi Putra ini? Jawab : kan disini ada yang belum bisa, jadi yang belum bisa itu di ajarin ngaji gitu ka
Pewawancara
Mira Humaira Azalia
yang diwawancara
Andika
Tabel 4 LAMPIRAN JADWAL KEGIATAN BIMBINGAN DAN PEMBINAAN PENERIMA MANFAAT TARUNA PSMP “HANDAYANI” TAHUN ANGGARAN 2013
Waktu
SENIN 04.30-05.00 Bangun Pagi dan Shalat Subuh 05.00-06.30 Kurve dan Kegiatan Bersih diri 06.30-07.00 -
SELASA Bangun Pagi dan Shalat Subuh Kurve dan Kegiatan Bersih diri
06.30-07.45 Makan Pagi
Makan Pagi
07.00-08.00
-
-
-
JENIS KEGIATAN RABU KAMIS JUM’AT Bangun Pagi Bangun Pagi Bangun Pagi dan Shalat dan Shalat dan Shalat Subuh Subuh Subuh Kurve dan Kurve dan MFD Kegiatan Kegiatan Bersih diri Bersih diri Makan Pagi Kurve dan Kegiatan Bersih diri -
-
Apel Pagi -
08.00-10.30 Bimbingan Sosial
Bimbingan Sosial
Bimbingan Sosial
Bimbingan Sosial
09.00-11.15 10.30-12.00 Bim. Ketermapilan
Bim. Ketermapilan
Bim. Ketermapilan
Bim. Ketermapilan
-
Makan Pagi
MINGGU Bangun Pagi dan Shalat Subuh Kurve dan Kegiatan Bersih diri Makan Pagi
-
07.45-08.00 Apel Pagi 07.45-12.00 08.00-09.00 -
-
Makan Pagi -
Makan Pagi
SABTU Bangun Pagi dan Shalat Subuh Kurve dan Kegiatan Bersih diri
Apel Pagi -
Morning Meeting SKJ
Bim. Sosial -
Apel Pagi Bimbingan Sosial Bim. Ketermapilan
Bulutangkis -
PENGAJAR Pengasuh Asrama Pengasuh Asrama Pengasuh Asrama Pengasuh/Pe mbimbing Pekerja Sosial Instruktur OR Instruktur Senam Pekerja Sosial, pengajar
-
Ins. Keterampilan
11.30-12.00
-
12.00-13.00 Shalat Duhur dan Makan Siang 13.00-15.00 Bim. Keterampilan 15.00-15.30 15.30-17.00 17.00-18.00 18.00-19.30
19.30-20.00 20.00-21.00
21.00-04.30
-
Shalat Duhur dan Makan Siang Bim. Keterampilan
-
Shalat Duhur dan Makan Siang Bim. Keterampilan
-
Shalat Duhur dan Makan Siang Bim. Keterampilan
Shalat Jum’at dan makan siang Kegiatan Asrama
-
-
Peksos
Shalat Duhur dan Makan Siang Bim. Keterampilan
Shalat Duhur dan Makan Siang Bebas
Pembimbing
Ins. Keterampilan Pengasuh Shalat Ashar Shalat Ashar Shalat Ashar Shalat Ashar Shalat Ashar Shalat Ashar Shalat Ashar Pengasuh Bola Volly Sepak Bola Pramuka Mix Farming Bim. Mental Komputer Bebas Ins. Keterampilan Kurve dan keg. Kurve dan keg. Kurve dan keg. Kurve dan keg. Kurve dan keg. Kurve dan keg. Kurve dan keg. Pengasuh Bersih Diri Bersih Diri Bersih Diri Bersih Diri Bersih Diri Bersih Diri Bersih Diri Asrama Shalat Magrib Shalat Magrib Shalat Magrib Shalat Magrib Shalat Magrib Shalat Magrib Shalat Magrib Pengasuh dan Bimbingan dan mkn dan mkn dan mkn dan Bimbingan dan mkn dan mkn Asrama Mental Malam Malam Malam Mental Malam Malam Mkn Malam Shalat Isya Shalat Isya Shalat Isya Shalat Isya Shalat Isya Bim. Mental Pem. Mental dan Shalat Isya Tenis Meja Kesenian Kesenian Shalat Isya dan Shalat Isya dan Band, Shalat Isya dan Pengasuh dan Kembali ke Kembali ke Badminton, Kembali ke Instruktur Asrama Asrama catur, Asrama angklung Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Pengasuh
Tabel 3 LAMPIRAN DAFTAR PENERIMA MANFAAT PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI (MARET 2013) No 1
Nama Yuli Sartika Sidauruk
Tempat Tgl Lahir Banjarjaya, 26-01-
Kelas
Asal
SMP Kelas III
Lampung Tengah
1997 2
Trisapto Pertelo
Jakarta, 30-05-1996
SMP Kelas III
Bogor
3
Radius Priatama
Gunung Tiga, 19-
SMP Kelas III
Sumatera Selatan
10-1996 4
Muhammad Suhendri
Bogor, 23 Mei 1996
SMP Kelas III
Cisarua Bogor
5
Sandi
Bekasi, 29-09-1994
SMP Kelas III
Bekasi Barat
6
Munzer ZL
Gunung Tiga, 18-
SMP Kelas III
Sumatera Selatan
SMP Kelas III
Cipayung, Jakarta
09-1998 7
Siti Rukmana
Jakarta, 15-06-1997
Timur
Komalasari 8
9
Famy Filadatika
Wonogiri, 12-12-
Rosalia
1998
M. Anjar Hanif
Karang Anyar, 2 -
SMP Kelas III
Bogor Jawa Barat
SMP Kelas III
Tangerang Selatan
SMP Kelas II
Banyumas, Jawa
11-1997 10
Asep Saepudin
Banyumas, 28-09-
Tengah
1997 11
Lanang Setiawan
Bandung, 12-01-
SMP Kelas II
Jaktim
1998 12
Hasyal Fibrata
Padang, 24 Februari
SMP Kelas II
Pipit
Jakarta, 11 Februari
Pondok Gede Bekasi
1998 13
Bambu Apus,
SMP Kelas II
Pandeglang, Banten
SMP Kelas II
Lebak, Banten
1997 14
M. Faruk Fazhil Amin
Lebak, 28 Mei 1999
LAMPIRAN DAFTAR PENERIMA MANFAAT PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI (MARET 2013) No
Nama
15
Drajat Abdullah
Tempat Tgl Lahir Jakarta, 24-10-1997
Kelas
SMP Kelas II Pamulang, Tangsel
Mohammad 16
Rama Kurnianto Saputra
Asal
Banyuwangi, 21-03-
SMP Kelas II Tj.Priuk Jakarta Utara
1998 17
Hana Sakinah
Jakarta, 30-05-1998
SMP Kelas II Depok
18
Sendi
Tangerang, 2-06-1998
SMP Kelas II Jakarta Timur
19
Dimas Haryanto
Bekasi, 11-10-1998
SMP Kelas II Pondok Gede
20
Yuda Ogala Marsyah
Bogor, 27-01-1999
SMP Kelas II Ciomas, Bogor
21
Beni Megi Zoni
Tegineneng, 23-08-
SMP Kelas II Lampung Selatan
1997 22
Ridwan
Bogor, 14-11-1996
SMP Kelas II Citeureup, Bogor
23
Gresimon
Jakarta, 16-07-1997
SMP Kelas II Ciracas
24
Sisie Dwifani Putri
Jakarta, 3-07-1998
SMP Kelas II Cileungsi, Bogor
25
Muhammad Fauzan
Sukabumi, 2-05-1998
SMP Kelas II Sukabumi
26
Uriel Jispan
Jakarta, 4-03-1999
SMP Kelas II Jakarta Timur
27
Afrizal Fardiansyah
Bekasi, 4-04-2000
SMP Kelas II Tambun, Bekasi
28
M. Aditya Pratama
Jakarta, 8 -1-1997
SMP Kelas I
Tangerang Banten
29
M. Amin Nelson
Kalianda, 20-10-1999
SMP Kelas I
Depok
30
Novi Angelina
Bandung, 19-11-1999
SMP Kelas I
Pondok Aren
31
Ferdiansyah
Bandung, 24-06-2000
SMP Kelas I
Bandung Timur
32
Ringga Saka Putra
Kelumpang, 9-02-
SMP Kelas I
Sumatera Selatan
SMP Kelas I
Sumatera Selatan
2001 33
Pipin Angga Saputra
Ulak Kembar, 14-121999
34
Nanda Agustino
Waykanan, 2-09-1999
SMP Kelas I
Lampung Utara
35
Fevi Yhen Puja Ananda
Belitang, 25-05-2000
SMP Kelas I
Cikupa Tangerang
36
Ridho Alfani
Jakarta, 1-11-1997
SMP Kelas I
Pondok Gede
37
M. Ari Rafi
Depok, 28-07-1998
SMP Kelas I
Cibinong, Bogor
38
Rayhan Ramadhan
Jakarta, 10-12-1999
SMP Kelas I
Matraman
LAMPIRAN DAFTAR PENERIMA MANFAAT PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI (MARET 2013) No
Nama
Tempat Tgl Lahir
Kelas
Asal
39
Yuda Dwi Pratama
Jakarta, 26-11-1998
SD Kelas VI
Jakarta Timur
40
Raju Muhammad
Jambi, 01-07-1999
SD Kelas VI
Jambi
Abdullah 41
Rani Widiastuti
Jakarta, 5 Juni 1997
SD Kelas VI
Jakarta Timur
42
Miranti
Jakarta, 13-01-2000
SD Kelas VI
Jakarta Timur
43
Junico
Kelumpang, 15-07-
SD Kelas VI
Sumatera Selatan
1998 44
Ezra Situmorang
Padang, 24-03-1998
SD Kelas VI
Jambi
45
Robby Agustiantoro
Jakarta, 23-08-1995
SD Kelas VI
Jakarta Timur
46
Doni Rivaldi K
Jakarta, 8-01-1999
SD Kelas VI
Cibinong, Bogor
47
Kiki Firmansyah
Ciamis, 10-08-1996
Taruna
Ciamis
48
Aris Rohmansyah
Ciamis, 31 Mei 1996
Taruna
Ciamis
49
Dede Sutisna
Ciamis, 25-12-1994
Taruna
Ciamis
50
Edward Yonka Meizi
Jakarta, 19-11-1996
Taruna
Jakarta Timur
51
Ahmad Fauzan Zulki
Jakarta, 31 Mei 1996
Taruna
Kramat Jati
52
Samsul Nabidin
Indramayu, 8-01-1997
Taruna
Indramayu
53
Luthfi Nurdiansyah
Brebes, 21 April 1995
Taruna
Indramayu
54
Mustofa
Cirebon, 12-09-1995
Taruna
Cirebon
55
Usman Ari
Jakarta, 13 Juli 1994
Taruna
Serang Banten
56
Muhaemin
Indramayu, 22-03-
Taruna
Indramayu
1997 57
Hasan
Cirebon, 12-12-1996
Taruna
Cirebon
58
Juliyanto
Cirebon, 15 Juli 1996
Taruna
Cirebon
59
Saeful Bahri
Cirebon, 26-01-1996
Taruna
Cirebon
60
Mohamad Azis
Cirebon, 29-12-1996
Taruna
Cirebon
61
Suryadi
Cirebon, 30-12-1995
Taruna
Cirebon
62
Muhamad Sanusi
Majalengka, 18-04-
Taruna
Majalengka
Taruna
Cirebon
1994 63
Abduh Al Falaq
Cirebon, 29-08-1997
LAMPIRAN DAFTAR PENERIMA MANFAAT PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI (MARET 2013) No
Nama
Tempat Tgl Lahir
Kelas
Asal
64
Jamroni
Cirebon, 26-04-1996
Taruna
Cirebon
65
Tio
Makassar, 10-11
Taruna
Jatinegara
66
Rizky Kurnianto
Solo, 18 April 1994
Taruna
Ciamis
67
Dwi Akbar
Jakarta, 17-03-1995
Taruna
Jakarta Timur
68
Andika Riski Pratama
Jakarta, 09-09-1995
Taruna
Kelapa Gading
69
Muhammad Gilang
Jakarta, 30 Mei 1997
Taruna
Jakarta Timur
Maulana 70
Sopiansyah
Subang, 29-12-1994
Taruna
Subang
71
Sunarya Kusuma
Subang, 19-03-1994
Taruna
Subang
72
Jajang Sunarya
Subang, 6-10-1995
Taruna
Subang
73
Rizal Madu
Maluku, 6 Maret 1998
Taruna
Maluku
74
M. Daud Kartosuwiryo
Jakarta, 10-10-1997
Taruna
Garut
75
Beni Guntara
Subang, 12-04-1994
Taruna
Subang
76
M. Sholeh Tauda
Ambon, 8-10-1996
Taruna
Ternate
77
Reki Setiawan Konofo
Banten, 17 Juli 1998
Taruna
Maluku
78
Afwan Bayan
Subang, 18 Juli 1996
Taruna
Maluku
79
Ahmad Rifqi Azis
Cirebon, 11-04-1994
Taruna
Cirebon
80
Sigit Ari Sandi
Cirebon, 2 Juli 1997
Taruna
Cirebon
81
Ahmad Qusyairi
Cirebon, 14-08-1993
Taruna
Cirebon
82
Adi Kuswanto
Indramayu, 1 -01-
Taruna
Cirebon
1996 83
Heru Tias Iswanto
Cirebon, 16-04-1997
Taruna
Cirebon
84
M. Miftah Farid
Tasikmalaya, 15 Sept
Taruna
Tanjung Jaya
1996 85
Pahru
Ciamis, 5 April 1997
Taruna
Ciamis
86
Herdianto
Ciamis, 8-01-1997
Taruna
Ciamis
87
Dede Rahmat
Ciamis, 1-01-1995
Taruna
Ciamis
88
Robi Darmawan
Ciamis, 5 April 1997
Taruna
Ciamis
89
M.Ikhwan
Jakarta, 9-12-1996
Taruna
Lenteng Agung
LAMPIRAN DAFTAR PENERIMA MANFAAT PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI (MARET 2013) No
Nama
Tempat Tgl Lahir
Kelas
Asal
90
Wahyu Ginanjar
Ciamis, 19 April 1996
Taruna
Ciamis
91
Ilham Julhiddrian
Jakarta, 9 Mei 1995
Taruna
Duren Sawit
92
Haryanto
Jakarta, 18 Juli 1996
Taruna
Duren Sawit
93
Hermawan
Jakarta, 9 Agustus
Taruna
Kebon Jeruk
1996 94
Irwansyah
Jakarta, 17 Juni 1997
Taruna
Ps. Rebo
95
Handrianus Ravelino F
Jakarta, 26 Agustus
Taruna
Ps. Rebo
Bogor, 8 Februari
Taruna
Ps. Rebo
1997
Taruna
Ps. Rebo
1996 96
Palentino
97
Dwi Bakhtiar
Jakarta, 26 Juli 1996
Taruna
98
Abdul Malik Apriyan
Jakarta, 23 April 1995
Taruna
99
Muhammad Yusuf
Jakarta, 31 Januari
Taruna
Jakarta Timur
Duren Sawit
1995 100 Erwin Syah Hutapea
Jakarta, 14 Juli 1995
Taruna
Jatinegara, Jaktim
101 Redi Sofian
Belinyu, 28 Desember
Taruna
Bangka Belitung
1996 102 Candra Yahya Rompah
Kutai, 24 Juli 1998
Taruna
Riau
103 Vicky Ramadhan
Jakarta, 31 januari
Taruna
Tn. Abang Jakarta
1997
Pusat
LAMPIRAN
PINTU GERBANG PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI – JAKARTA
MASJID ISTIQOMAH FATIH SEBAGAI PUSAT BIMBINGAN ROHANI ISLAM DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA HANDAYANI – JAKARTA
GEDUNG KONSULTASI
SUASANA KONSULTASI
GEDUNG KETERAMPILAN OTOMOTIF MOTOR
RUANG KETERAMPILAN OTOMOTIF MOTOR
MIX FARMING / AULA PERTANIAN
SAYUR-SAYURAN HASIL MIX FARMING SISWA
AULA TARUNA PSMP HANDAYANI