PELAKSANAAN BIMBINGAN DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK TUNA RUNGU DI PANTI SOSIAL BINA RUNGU WICARA MELATI BAMBU APUS JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Oleh : Indri Lesmani NIM : 104052001979
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Telp : 7432728
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE -75 TAHUN AKADEMIK 2009 / 2010 1. Nama
: Indri Lesmani
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Kuningan, 8 Maret 1986
3. Nomor Pokok
: 10405201979
4. Fakultas
: Dakwah Dan Komunikasi
5. Jurusan
: Bimbingan Dan Penyuluhan Islam
6. Program
: S1
7. Judul Skripsi
: Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosial BIna Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur
8. Tanggal Lulus
: 23 Februari 2009
9. NO Ijazah
:
10. Indek Prestasi
: 3,43
Yudisium : 78,
11. Jabatan Dalam Organisasi Kemahasiswaan 12. Alamat Asal
: Jl. Jatayu 4 No.13 RT 006 Rw 03 Kebayoran Lama Selatan 12240
13. Alamat Sekarang
: sama dengan atas
14. Nama Ayah
: Rasdi
15. Pendidikan Ayah
: SD
16. Pekerjaan Ayah
:wiraswasta
17. Nama Ibu
: Enok
18. Pendidikan Ibu
: SD
19. Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga Jakarta, 4 Februari 2009 3x4 Indri Lesmani
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Telp : 7432728 IDENTITAS ALUMNI
Wisuda Ke
: 75 / Tahun Akademik : 2009 / 2010
Yang bertandatangan dibawah ini, 1. Nama
: Indri Lesmani
2. Nomor Pokok
: 10405201979
3. Tempat/Tanggal Lahir
: Kuningan, 8 Maret 1986
4. Jenis Kelamin
: Perempuan
5. Alamat Asal
: Jl. Jatayu 4 No.13 RT 006 RW 03 Kebayoran Lama Selatan 12240
6. Alamat Sekarang
: sama dengan atas
7. Kode Pos
: 12240
8. Telepon
:-
9. Jurusan
: Bimbingan Dan Penyuluhan Islam, Program : S1
10. Judul Skripsi
: Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak
Hp : 085216908540
Tuna Rungu Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur 12. Pembimbing
: Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd
13. Penguji 1
: Drs. M. Luthfi, M.A
14. Penguji 2
: Nasichah, M.A.
15. Tanggal Lulus
: 23 Februari 2009
16. Indek Prestasi
: 3,43
17. Nomor & Tgl Ijazah
:
18. Pekerjaan
:
19. Alamat Pekerjaan
:
Yudisium : 78,
Mengetahui Ketua Jurusan
Drs. M. Luthfi, M.A
Jakarta, 4 Februari 2009 4X6
Indri Lesmani
Abstrak Indri Lesmani Pelaksanaan Bimbingan dalan Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Jakarta Timur Anak adalah rahmat dari Allah SWT. Kelahiran anak sangat dinantikan oleh setiap suami istri. Dalam konsep ajaran Islam, anak merupakan rahmat Allah yang diamanatkan kepada kedua orangtuanya yang harus dijaga sebaik-baiknya dengan penuh kasih sayang, perhatian dan pendidikan yang baik. Namun kadang kegembiraan atas kehadiran anak tersebut menjadi sirna, ketika anak tersebut dilahirkan dalam keadaan abnormal atau cacat. Salah satu anak yang mengalami kekurangan atau abnormal adalah anak tunarugu. Ketunarunguan adalah kekurangan seseorang dalam pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama melalui indera pendengaran. Tetapi dalam perkembangan kognitif anak tunarungu pun baik dan sama seperti anak normal lainnya, bahkan mereka pun mempunyai kreativitas tersendiri. Hanya saja proses kekreativitasan itu tidak mudah dicapai begitu saja seperti anak normal. Sehingga mereka membutuhkan bimbingan yang dapat membantu mereka agar dapat meningkatkan daya kreativitas dan imajinatif mereka dan juga agar mereka dapat menyesuaikan diri dan lingkungan. Dari latar belakang tersebut maka peneliti menulis skripsi dengan judul Pelaksanaan bimbingan dalam meningkatkan kreativitas anak tunarungu. Untuk mengetahui isi dan hasil skripsi, maka peneliti menentukan metode penelitian kualitatif yang di kemukakan secara deskriptif, dimana keabsahan data tersebut dilakukan dengan teknik pemerikasaan yang antara lain adalah triangulasi (membandingkan), pengecekan anggota, ketekunan atau keajegan pengamat, pemeriksaan sejawat melalui diskusi dan auditing. Berdasarkan hasil analisis data maka menghasilkan kesimpulan bahwa bentuk pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kreativitas anaktunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati adalah bimbingan fisik dan mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan. Sedangkan metode yang dipakai adalah dinamika kelompok, bahasa isyarat, ceramah dan praktek. Adapun bentuk kreativitas yang sudah dihasilkan oleh anak asuh disana adalah pakaian yang bermacam-macam modelnya, nyanyian isyarat, pot bunga yang terbuat dari besi, dan masih banyak lagi. Dalam pelaksanaannya ada beberapa faktor penghambat dan itu sebagai penunjang bagi kelancaran bimbingan, faktor tersebut adalah latar belakang keluarga, pendidikan, dan bahasa komunikasi.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil ‘aalamin, segala puji bagi Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini dalam keadaan sehat lahir dan batin. Semoga Allah tetap memberikan hidayah-Nya kepada penulis untuk menjadi manusia yang membawa manfaat dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Salawat dan salam semoga tercurah atas nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh manusia, begitupun bagi seluruh keluarga dan sahabatnya yang berjuang bersama beliau. Ketika rasa putus asa dan keraguan datang disitulah manusia membutuhkan dukungan dan masukan dari orang lain, itulah yang dirasakan penulis ketika menulis skripsi ini. Bersama rahmat- Nya, orang- orang terbaik telah dikirim kepada penulis untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Pembantu Dekan I 3. Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II, 4. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA., selaku Pembantu Dekan III 5. Bapak Drs. M. Luthfi, MA, selaku Ketua Jurusan BPI 6. Ibu Nasichah, MA, selaku Sekretaris Jurusan BPI. 7. Ibu Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi ii dan saran kepada penulis dengan baik serta sabar selama penulisan skripsi. 8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan BPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan selama perkuliahan dapat bermanfaat. iii 9. Pimpinan beserta seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Ayahanda Rasdi dan Ibunda Enok tercinta yang senantiasa menyertai penulis dengan do’a serta dukungan moral dan materil yang tidak henti-hentinya untuk penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 11. Ketua Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati, Ibu Susan selaku Rehsos PSBRW Melati dan staf lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta anak asuh PSBRW Melati yang telah membantu penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini 12. Teman-teman BPI angkatan 2004 - 2005 ( Yusi, Puah, Siti, Septi, Khalifah, Lilis, dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya) yang telah membantu dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi. 13. Guru-guru TPA Raudhatul Qur’an yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk absen mengajar guna menyelesaikan skripsi ini 14. Adik Indra yang telah membantu menyervis komputer sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 15. Dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Tanpa bantuan dari orang tua, keluarga, dan teman-teman penulis tidak mungkin bisa menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini masih banyak iii kekurangan, untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhirtnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan literatur untuk khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 05 Maret 2009
Penulis
Indri Lesmani
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK
.………………………..…………………………………………..i
KATA PENGANTAR ………………………………...………………………. ii DAFTAR ISI …………………………………………...……………………… v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………..……..….1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………..……….….……. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………..………….……. 7 D. Metodologi Penelitian………………………..………………..….. 8 E. Sistematika Penulisan...………………………..…………….…...13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan ……………………………….………14 2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan ………………………..……...16 3. Metode dan Layanan Bimbingan ……………….........………18 B. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas………………………..………………19 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas………….….20 3. Karakteristik Kreativitas……………………………….…... .24 4. Proses Kreativitas…………………………………….. …..…25 C. Tuna Rungu 1. Pengertian Tunarungu……………………………………..…26 2. Klasifikasi Tunarungu……………………………..…………27 3. Faktor Penyebab Anak Tunarungu……………..…………… 29 4. Karakteristik Anak Tunarungu………………….………... ....30 5. Bimbingan Bagi Anak Tunarungu……………………..……..31
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK vPENELITIAN
A. Latar Belakang ..…..………….………………..…………….......33 B. Sistem Pelayanan …………………………………..….……..…. 34 C. Struktur Organisasi….…………………………………………... 36 D. Program Kerja …………..……………………………………….37
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA A. Identifikasi Informen……………………………………………. 42 B. Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas
Anak Tunarungu
………………...……………………………………..45 C. Metode
Bimbingan
Anak
Tunarungu
Dalam
Meningkatkan
Kreativitas
Anak
Tunarungu…………......................................... 49 D. Hasil
Kreativitas
Anak
Tunarungu
Setelah
Diberi
Bimbingan...……….……………………………………………. 53 E. Faktor
Penghambat
dan
Penunjang
Bimbingan
Tunarungu……………………………...………………………...55
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………..……………………....... 60 B. Saran ……………………………………………...…………......62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Bagi
Anak
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam suatu keluarga adalah harapan yang dinantikan oleh kedua orangtua. Dan merupakan salah satu anugrah yang tidak ternilai harganya dari Allah SWT. Anak yang lahir tersebut menyandang harapan dan cita-cita yang tidak kecil dari orang tuanya dan lebih dari itu orangtua beranggapan anak-anak mereka merupakan perluasan dari diri mereka dan memiliki warisan genetik. Namun kadang-kadang kegembiraan, harapan-harapan dan cita-cita yang besar atas kehadiran anak tersebut menjadi sirna, bahkan jadi beban fisik dan psikis bagi kedua orangtua maupun keluarga, bila anak tersebut hadir di tengah-tengah keluarga dalam keadan cacat. Sehingga orangtua merasa malu dengan keadaan yang dialami anak-anaknya. Apalagi bila ada orang-orang disekitarnya yang memperlihatkan keadaan tidak simpatik pada anaknya. Akan tetapi dalam konsep ajaran Islam anak merupakan rahmat Allah yang diamanatkan kepada orangtuanya, ia membutuhkan kasih sayang, perhatian dan pendidikan yang baik. Kesemuanya ini menjadi tanggung jawab setiap orangtua. Dan selanjutnya juga tidak terlepas dari pengawasan guru di sekolah dan masyarakat dimana ia tumbuh dan dibesarkan. Pada saat orangtua menyadari bahwa anaknya menyandang cacat, pada umumnya mereka mendapat pukulan berat. Kemudian timbul pertanyaan dalam hatinya cara mengajar anaknya, apa yang dapat diajarkan kepadanya, dan bagaimana menggali kemampuan yang ada serta mengembangkannya secara optimal. Mereka mempertanyakan hal ini karena menyadari bahwa akibat cacat itu, proses belajar pada anaknya akan mengalami gangguan. Ini berarti mereka memerlukan proses belajar mengajar yang khusus.1
1 Phylis B, Doyle, John F Goodman, Membantu Anak Yang Mennderita Cacat Berat, (Edisi Indonesia pada Binacipta, 1986), h.1.
Interaksi lingkungan keluarga kepada penyandang cacat haruslah diperlakukan seperti anak yang lainnya sebab ada sebagian keluarga yang memperlakukan anak-anak yang cacat tidak seperti anak yang lainnya sehingga si anak merasa tersisih dalam keluarganya. Oleh karena itu keluarga perlu diajak dan diberi petunjuk bagaimana memperlakukan anak penyandang cacat didalam lingkungan keluarga. Khususnya adalah anak penyandang tuna rungu. Mengenai perkembangan kognitif anak-anak tunarungu secara umum baik, khususnya dalam segi berfikir dan pemahaman. Artinya bahwa mereka mempunyai perkembangan kognisi dikarenakan ada hubungan yang erat antara perkembangan berbahasa dengan berpikir. Menurut Watson bahwa proses berpikir anak-anak tuna rungu (hendaya pendengaran) sebenarnya merupakan kebiasankebiasaan gerak yang ada pada pangkal tenggorokan (larynx). 2. Penelitian terhadap anak tuna rungu berkaitan dengan hubungan antara kemampuan berbahasa dan kognisi, diperoleh hasil bahwa “ Jika anak dengan kekurangan pendengaran tidak mempunyai kemampuan berbahasa , (yang sesungguhnya bahwa bahasa merupakan prasyarat dari kemampuan kognisi) maka anak dengan kekurangan pendengaran akan mendapatkan kesulitan dalam kemampuan berpikirnya bahkan dimungkinkan kemampuan bepikir yang sudah ada pun akan menghilang.” 3 Dari keterangan diatas bahwasanya kemampuan berfikir sangat berhubungan sekali dengan kreativitas seseorang. Dengan demikian kemampuan berfikir atau kogitif sangatlah mempengaruhi kreativitas seseorang. Begitupun dengan anak tuna rungu. Walaupun begitu, bukan berarti mereka tidak mempunyai kreativitas yang tinggi. Kadang-kadang ada laporan tentang orang yang berbakat kreatif yang tinggi sedangkan tingkat kecerdasannya rendah dan telah diketahui bahwa tidak semua orang dengan kecerdasan yang tinggi merupakan pencipta.4 Adapun pengertian kreativitas itu sendiri adalah sesuatu yang khas pada setiap individu. Ahli kreativitas Conny Semiawan dkk mengungkapkan bahwa kreatifitas adalah potensi yang pada
2
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Refika Aditama 2006) cet. Pertama, h. 106. Phylis B, Doyle, John F Goodman, h.5. 4 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1978), edisi ke-6, hal.4. 3
dasarnya dimiliki setiap orang dalam derajat yang berbeda-beda. Setiap orang memilikinya, tetapi dengan tingkatan berbeda antara yang satu dengan yang lain.5 Pengertian lain mengenai kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun kebutuhan akan kreativitas sangatlat penting, dalam menghadapi berbagai macam tantangan, baik bidang ekonomi, politik, lingkungan, kesehatan, maupun dalam bidang budaya dan sosial.6 Kreativitas dalam individu sangatlah bermakna di dalam kehidupan antara lain: pertama, kreativitas orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya. Kedua, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan. Ke empat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatnya kualitas hidupnya.7 Kreativitas dapat memberikan suatu dampak yang positif bagi perkembangan anak dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya, dan terkadang memberikan inspirasi terhadap perkembangan psikomotor serta kognitif anak dalam menjalankan aktivitas kehidupannya sehari-hari.8 Kreatifitas merupakan sesuatu yang khas pada setiap individu. Ahli kreativitas Conny Semiawan dkk mengungkapkan bahwa kreatifitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki setiap orang dalam derajat yang berbeda-beda. Setiap orang memilikinya, tetapi dengan tingkatan berbeda antara yang satu dengan yang lain.9 Untuk menumbuh kembangkan kreativitas tersebut maka dibutuhkan bimbingan. Adapun bimbingan disini adalah proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara
5 Fuad Nashori, Rochmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif psikologi Islam,( Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), cet.ke-1, hal.36. 6 Utami Munandar,Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujdkan Potensi Kreativ dan Bakat ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1999), h.48. 7 Utami Munandar, Kreativitas Sepanjang Masa (Jakarta: Sinar Harapan, 1998), h.43. 8 Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1988), h.43. 9 Fuad Nashori, Rochmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif psikologi Islam, ( Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), cet.ke-1, hal.36.
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan keluarga serta masyarakat.10 Dengan bimbingan anak penyandang tunarungu maka mereka dapat terlatih dan menghasilkan kreativitas yang jauh lebih baik dari anak normal lainnya. Untuk menjadikan anak tunarungu dalam meningkatkan kreativitasnya, prestasi belajarnya maupun pekerjaannya. Maka seorang pembimbing dalam melakukan bimbingan harus dapat memberikan motivasi yang sesuai untuk mereka. Pada pelaksanaan bimbingan terhadap anak tunarungu ini sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah dan para pendidik. Salah satu lembaga pemerintahan yang menangani dan melaksanakan bimbingan terhadap anak tuna rungu adalah Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati milik Departemen Sosial yag ada di daerah Jakarta Timur. Kegiatan Bimbingan yang ada di Panti Sosial Binarungu Wicara Melati ini diupayakan terhadap anak tuna rungu (kurang pendengaran dan terganggunya dalam bicara)yang secara kejiwaan pada umumnya tuna rungu mengalami keminderan, pesimis dalam dirinya yang disebabkan oleh fisik mengalami gangguan, sehingga anak tuna rungu merasa kurang mampu dalam meningkatkan kreatifitas. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan dalam meningkatkan kreatifitas anak tuna rungu di Panti Sosial Binarungu Wicara Melati.
Untuk itu skripsi ini penulis beri judul Pelaksanaan Bimbingan Dalam
Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
10
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ( Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), h.94.
Pada latar belakang masalah di atas telah digambarkan dan dapat dipahami hal-hal apa saja yang dijadikan fokus atau batasan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, yaitu mengenai bimbingan dalam meningkatkan kreativitas anak tuna rungu. Bedasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kreativitas anak tunarugu? b. Apa saja metode atau tekhnik bimbingan yang digunakan dalam meningkatkan kreatifitas anak tunarungu? c. Apa saja hasil kreativitas anak tunarungu di panti sosial bina rungu melati setelah diberi bimbingan? d. Apa faktor penghambat dan penunjang bagi anak tuna rungu dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kreativitasnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai pembatasan dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bentuk dan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kreativitas anak tuna rungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati b. Untuk mengetahui metode bimbingan dalam meningkatkan kreativitas anak tuna rungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati c. Untuk mengetahui hasil kreativitas anak tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati
d. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang bagi anak tunarungu dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kreativitasnya 2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis penelitian ini diterapkan menambah pengetahuan wawasan mengenai bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kreatifitas tuna rungu b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan dan pedoman bagi orangtua, guru, sekolah atau panti yang bergerak dalam penanganan anak tuna rungu.
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan dalam Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alasan penulis menggunakan metode ini karena data dan informasi yang diteliti adalah sekitar pelaksanaan bimbingan pada anak tuna rungu ini penulis hanya mendeskripsikan metode-metode dan bentuk bimbingan yang dilaksanakan, kemudian menganalisanya secara kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.11 2. Penetapan Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Binarungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember. Adapun alasan penulis menetapkan tempat ini sebagai sasaran penelitian ialah: bimbingan yang diberikan bagi anak-anak asuh di panti sosial ini dapat meningkatkan kreativitas anak tuna rungu
11
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung :Rosda Karya), cet.ke-21 h.4.
3. Subyek dan Obyek Penelitian Adapun subyek dalam penelitian adalah, 2 orang pembimbing, 1 psikolog, 1 kepala panti,dan 5 anak asuh. Kemudian yang menjadi obyeknya ialah
bimbingan yang dilaksanakan dalam
menumbuhkan kreatifitas anak tuna rungu.
4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan instrument sebagai berikut : a. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee) dengan gaya bahasa apa adanya.12 Peneliti mewawancarai langsung kepada pembimbing, psikolog, dan kepala Panti Sosial Binarungu Wicara Melati b. Dokumentasi, Guban dan Lincolin mendefinisikan dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.13 Peneliti disini meminta dokumentasi berupa foto, hasil tes psikologi, nama-nama wali dan anak asuh. 5. Teknik Keabsahan Data Dalam melakukan sebuah penelitian perlu diadakannya teknik keabsahan data. Teknik keabsahan data dapat dilakukan dengan kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik pemerikasaan yang digunakan adalah :antara lain: a. Triangulasi, dimana teknik triangulasi ini dilakukan dengan 3 teknik pemerikasaan yang memanfaatkan penggunaan yaitu : triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, triangulasi dengan metode, dan triangulasi dengan teori
12 13
Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,1999), h. 83. Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya),cet.ke-21, h.216.
b. Pengecekan anggota. Pengecekan aggota dilakukan dengan mengecek pendapat satu kelompok dengan kelompok lainnya. Misalnya tanggapan pembimbing dapat di cek dengan psikolog, c. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekunan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. d. Pemerikasaan sejawat melalui diskusi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat e. Auditing, dalam teknik ini bahwa peneliti mengumpulkan keseluruhan hasil penelitian lalu dilakukan proses audit oleh seorang pembimbing dan staf PSBRW Melati. Tujuan dari auditing ini adalah untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. 6. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis memakai metode perbandingan dengan kategorisasi. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’.14 7. Sumber dan Jenis Data Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
15
Sumber data yang diambil oleh
peneliti disini adalah kata-kata dari pembimbing, psikolog, dan kepala panti melalui wawancara yang direkam dengan tape recorder. Sedangkan sumber data tertulis berupa arsip , buku dan karya ilmiah. 8. Instrumen dan Alat Bantu Instrumen dan alat Bantu bertujuan untuk mencari sumber data. Yang menjadi Instrument disini adalah peneliti itu sendiri. Sedangkan alat Bantu yang dipakai adalah tape recorder. 9. Teknik Penulisan
14
Ibid., h. 288.
15
Ibid., h.157.
Mengenai teknik penulisan skripsi, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi, yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah tahun 2007. Selain itu, penulis menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan Metode Penelitian dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 10. Tinjauan Pustaka Untuk kajian tema Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu, penulis tidak mendapat tema yang sama dari hasil penelitian di Panti Sosial Bina Rungu Wicara
Melati Cipayung Jakarta Timur, akan tetapi ada berbagai hasil penelitian yang
mempunyai hubungan dengan tema yang penulis angkat. Dalam kajian ini sedikitnya ada 3 judul skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara lain : a. Metode Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan di teliti oleh Lisa Nurcahyani tahun 2007 dengan hasil kegiatan bimbingan Islam yang selama ini dilakukan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi dalam mengembangkan kreativitas anak jalanan menggunakan beberapa metode, diantaranya metode individual, ceramah,tanya jawab dan metode pengamalan nilai b. Upaya Bimbingan dan Konseling Dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak Tuna Grahita di SLB Negeri Kapten Halim Purwakarta di teliti oleh Maimanah Sa’diah tahun 2006 dengan hasil bahwa usaha bimbingan dan konseling yang dilakukan di SLBN Kapten Halim yaitu dengan memberikan bimbingan membaca, menulis dan keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya sangat berguna bagi anak tuna rungu untuk menumbuhkan kemandirian mereka c. Metode Bimbingan Agama Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Tunarungu di SLB-B Islam As-Syafi’iyah Jatiwaringin Pondok Gede di teliti oleh Nining Yuningsih dengan hasil metode bimbingan agama yang digunakan adalah metode individu, demonstrasi, oral dan isyarat dan dalam pelaksanaan metode ini bahwa metode ini memberikan kontribusi dalam pembinaan akhlak siswa tunarungu.
E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini dituangkan kedalam beberapa bab, dan masingmasing dijabarkan kedalam sub-sub bab. Dan selengkapnya disusun sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi kerangka penulisan skripsi, yaitu: latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Berisikan tentang bimbingan,yaitu: pengertian,fungsi dan tujuan, metode dan layanan bimbingan, dan bab ini juga mencakup tentang pengertian kreatifitas, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, karakteristik kreativitas, dan proses kreativitas. Pengertian tuna rungu, klasifikasi, faktor penyebab, karakteristik anak tuna rungu dan bimbingan bagi anak tuna rungu. BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Mencakup gambaran umum obyek penelitian: Latar belakang, Sistem Pelayanan , Struktur organisasi dan program kerja BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA Berisi bentuk dan pelaksanaan bimbingan bagi anak tuna rungu, metode bimbingan dan konseling, bentuk kreativitas anak tuna rungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati, faktor penghambat dan penunjang. BAB V : PENUTUP Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan Istilah bimbingan adalah arti dari kata “guidence” (bahasa Inggris). Kata “guidance” itu sendiri selain di artikan bimbingan atau bantuan juga diartikan pimpinan, arahan, pedoman, petumjuk dan kata “guidance” berasal dari kata dasar “to guide” menuntun,mempedomani, menjadi petunjuk jalan mengemudikan.16 Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana yang masa depan yang lebi baik.17 Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, dibawah ini akan dikutip beberapa definisi: Menurut miller yang dikutip Prayitno bahwa bimbingan adalah “Proses untuk membantu individu ,memperoleh pengertian tentang diri sendiri dan pengarahan diri yang perlu untuk penyesuaian diri yang maksimal di sekolah, rumah dan masyarakat.”18 Menurut smith seperi yang dikutip oleh Prayitno “ Bimbingan adalah proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihanpilihan, rencana-rencana dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.”19 Menurut Jons, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsipprinsip demokratis yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain.20
16
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), h.1. Ibid. h.1. 18 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta,1999), h.23. 19 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1999) cet ke-1, h.94. 20 Ibid. hal. 95. 17
Menurut Lefever bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkam hidupnya sendiri yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat.21 Rochmah Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehigga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.22 Muh Surya mengungkapkan bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.23 Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami mengenai pengertian bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk memehami dirinya, kemempuan untuk menerima dirinya. 2.
Fungsi dan Tujuan Bimbingan Ditinjau dari segi sifatnya, layanan bimbingan dapat berfungsi: a. Pencegahan, (prefentif) artinya merupakan usaha pencegahan terhadaqp timbulnya masalah b. Pemahaman, yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa c. Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya sebagai permasalahan yang dialami siswa 21
Prayitno dan Erman Amti, h. 94. Syamsu Yusuf,LN dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal.6. 23 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 20. 22
d. Pemeliharaan dan Pengembangan, fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.24 Secara implisit, tujuan bimbingan dan konseling sudah bisa diketahui dalam rumusan tantang bimbingan dan konseling. Individu atau siswa yang dibimbing, merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan. Oleh sebab itu, merujuk kepada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan bimbingan dan konseling adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing dan agar individu dapat berkembang sesuai lingkungannya.25 Menurut Prayitno tujuan dari bimbingan dan konseling adalah agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. 26 Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan social dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.27 3.
Metode Bimbingan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud metode adalah cara yang teratur dan
berfikir baik-baik yang mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan,dan sebagainya), cara
24 25
Ibid.,h.26. Tohirin, M.Pd., Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ( Jkarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007 ),
h.35. 26 27
Hallen A., Bimbngan dan Konseling ( Jakarta : Quantum Teaching, 2005 ), cet. Ke-3 h..53. Ibid. h. 54.
menyelidiki, mengajar dan sebagainya.28 Secara sistematis metode berarti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efesien.29 Berkaitan dengan penjelasan di atas maka metode bimbingan dan konseling adalah cara-cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan.
30
Dalam kaitan ini, secara umum ada dua metode
dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu metode bimbingan kelompok (group guidance) dan metode bimbingan individual ( individual konseling). Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah : a. Program home room b. Karyawisata c. Diskusi kelompok d. Kegiatan kelompok e. Organisasi siswa f. Sosio drama g. Psikodrama h. Pengajaran remedial 31 Sedangkan Bimbingan individual dilakukan dengan bertatap muka secara langsung antara pembimbing dank lien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilakukan dengan wawancara antara pembimbing (konselor) dengan siswa (klien). Masalah-masalah yang dipecahkan melalui tekhnik konseling, adalah masalah yang bersifat pribadi. B. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas
28
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995) cet. Ke-14, h.649. Asmuni Syukr, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas, 1983), h.99. 30 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2007 ), h.289. 31 Ibid. h.290. 29
Secara etimologi (bahasa harfiah) kreativitas berasal dari kata latin “create” yang artinya menghasilkan, melahirkan atau mencipta.32 Sedangkan kreativitas dalam arti psikologi adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya. Guilford menyatakan bahwa kreativias mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreativ. Dua cara berfikir yaitu berfikir konvergen dan divergen. Orang kreativ lebih banyak memilki cara-cara berfikir divergen daripada konvergen.33 Utami Munandar mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berfikir,serta kemampuan unuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.34 Clark Mustakis, psikolog humanistic, lain yang terkemuka menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman yang mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan dengan oranglain.35 Conny Semiawan dkk mengemukakan kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.36 Sedangkan menurut Yufiarti kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan seseuatu yang baru yang sebelumnya belum ada untuk menciptakan ide baru atau menggabungkan sesuatu hingga menjadi produk yang baru.37 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Kreatifitas tidak tumbuh begitu saja. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat dideskripkan bahwa setiap manusia telah memiliki bakat kreatif sejak lahir. Namun bakat
32
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta : Rineka Cipta,1993), h.133. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2005), hal. 23. 34 S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta,Gramedia, 1987), hal.12. 35 Ibid., hal.18. 36 Conny Setiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta : PT. Gramedia,1990),cet ke-3,h.8. 37 Yufiarti, Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah Dasar, (Jakarta : Fasilitator, Edisi IV,2003), h.44. 33
tersebut akan mengalami kemajuan atau kemunduran seiring dengan perkembangan usia dan faktorfaktor pendukung lainnya. Kreativitas terwujud karena adanya dorongan dari dalam diri mereka (faktor internal) dan dorongan dari lingkungan (faktor eksternal). Dibawah ini di jelaskan faktor internal yang mendukung kreativitas seseorang, yaitu sebagai berikut : a. Keterbukaan terhadap penglaman terhadap rangsangan-rangsanagn dari luar maupun dari dalam. Yaitu kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya tanpa ada usaha mempertahankan diri (defense), tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipnotis b. Evaluasi internal, yaitu pada dasarnya penilaian pada produk karya seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian seseorang tidak tertutup dari masukan dan kritikan orang lain. c. kemampuan untuk bermain dan bereksplorasi dengan unsure-unsur, bentuk dan dan konsepkonsep. Dan kemampuan untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.38 Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kreativitas seseorang diantaranya : a. Lingkungan keluarga yang menunjang pengembangan kretaivitas seseorang adalah keluarga yang memberi banyak kebebasan pada anak, menghormati keunikan anak, mempunyai hubungan emosional yang tidak menyebabkan ketergantungan, oranmgtua itu sendiri aktif, mandiri dan menghargai kreativitas anak b. Lingkungan sekolah dapat mengembangkan kreativitas anak, dalam iklim kelas yang menunjang kreativitas, sikap guru dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi internal siswa, juga strategi mengajar sehari-hari dapat meningkatkan kreativitas anak.
38
Nashori dan Mucharam, Mengembangkan Kreativita dalam Perspektif Psikologi Islam,h.56.
c. Lingkungan masyarakat, faktor-faktor sosial budaya memiliki peranan dalam mengembangkan kreativitas
anggota
masyarakatnya.
Masyarakat
yang
memiliki
kebudayaan
yang
creativogsenis akan mendukung perkembangan kreativitas anggota masyarakat.39 Kreativitas seseorang tidak datang secara tiba-tiba, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan hukum alam yang ada, bahwa manusia tumbuh dan berkembang setahap demi setahap. Guilford mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan kreativitas a. Kepekaan problem yaitu kemampuan untuk mengetahui adanya sesuatu problem b. Kelancaran ide yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide atau pilihan-pilihan alternative dalam jumlah besar c. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri mereka dalam pendekatan mereka terhadap problem tertentu. d. Orsisinalitas40 Seiring dengan pendapat diatas,
Hurlock mengemukakan berbagai variasi dalam
perkembangan kreativitas, antatra lain ; jenis kelamin, status sosio, ekonomi, urutan kelahiran, ukuran keluarga, kota, lingkungan pedesaan dan intelegensi.41 Utami Munandar mengemukakan bahwa factor-faktor yang memengaruhi kreativitas adalah: usia, tingkat pendidikan orangtua, tersedianya fasilitas dan penggunaan waktu luang. 42 Clark mengategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas kedalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan yang menghambat. Faktor-faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut: a. Situasi yang menghadirkan ketidak lengkapan serta keterbukaan b. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan c. Situasi yang dapat mendorong dalam rangka mengahsilkan sesuatu 39
Ibid.,h.49. Winardi, Kreativitas dan Teknik-Teknik Pemikiran Kreatif dalam Bidang Manajemen, (Bandung : Citra Aditiya Bakti, 1991 ), h. 27. 41 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta,terjemahan dalam bahasa Indonesia pada penerbit Erlangga,1978), edisi ke-6,hal.4. 42 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004 ), h.53. 40
d. Situasi tanggung jawab kemandirian e. Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan,menguji hasil perkiraan dan mengkomunikasikan f. Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirirnya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya g. Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian) h. Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolah, dan motivasi diri.43 3. Karakteristik Kreativitas Piers mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut: a. Memiliki dorongan (drive ) yang tinggi b. Memiliki keterlibatan yang tinggi c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar d. Memiliki ketekunan yang tinggi e. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan f. Penuh percaya diri g. Memiliki kemandirian yang tinggi h. Bebas dalam mengambil keputusan i. Senang humor j. Cendeung tertarik kepada hal –hal yang kompleks k. Toleran terhadap ambiguitas
43
Ibid.,h. 54.
l. Bersifat sensitif44 Sedangkan Torrance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut : a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar b. Tekun dan tidak mudah bosan c. Percaya diri dan mandiri d. Merasa tertantang oleh kemajuan atau kompleksitas e. Berani mengambil risiko f. Berpikir divergen.45 Kreativitas yang dimiliki manusia bersamaan dengan lahirnya manusia itu. Sejak lahir, manusia memperlihatkan kecenderungan mengaaktualkan dirinya yang mencakup kemampuan kreatif. 4. Proses Kreativitas Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu. Tidak mudah mengidentifikasikan secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung. Apa yang dapat diamati ialah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu. Wallas mengemukakan empat tahapan proses kreatif yaitu: a. Persiapan (Prepration). Pada tahap ini, individu berusaha menguimpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. b. Inkubasi (Incubation). Pada tahap ini, proses pemecahan masalah “dierami” dalam alam prasadar, individu seakan-akan melupakannya. Jadi pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diriuntuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya. c. Iluminasi ( Illumination). Pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baruserta proses-proses psikologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.
44 45
Ibid.,h. 52. Ibid.,h. 53.
d. Verifikasi (Verification). Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas.46 C. Anak Tunarungu 1. Pengertian Anak tunarungu Istilah anak tunarungu di ambil dari kata tuna dan rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mapu mendengar atau kurang mendengar. Andreas dwidjosumarno, seperti yang dikutip Permanarian dan Tati Hernawati mengemukakan: “Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorrang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama melalui indera pendengaran.”47 Heward dan Orlansky yang dikutip oleh Soedjadi berpendapat bahwa tuli didefinisikan sebagai : “Kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai salah satu kondisi dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak mempunyai arti untuk sehari-hari.” Menurut Moores definisi dari ketunarunguan adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekensi dan intensitas.48 2. Klasifikasi Ketunarunguan Ada beberapa klasifikasi ketunarunguan sesuai dengan dasanya yaitu : klasifikasi etiologis, klasifikasi anatomis-fisiologis, klasifikasi menurut nada yang tak dapat di dengar, klasifikasi menurut saat terjadinya ketunarunguan dan klasifikasi menurut taraf ketunarunguan.
46
Ibid. h. 51. Permanarian Somad, Tati Hernawati, Ortopedagogik anak Tunarungu, (Jakarta : DepDikBud, 1995), h.27. 48 Frieda Mangunsang dkk, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, (Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi, 1998). Cet. 1, h.68. 47
Secara etiologis ketunarunguan dapat dibedakan atas ketunarunguan endogen dan eksogen. Ketunarunguan endogen ialah ketunarnguna kongenital yang diturunkan dari orangtuanya. Ketunarunguan eksogin ialah ketunarunguan yang diperoleh karena penyakit atau kecelakaan. Secara anatomi fisiologi ketunarunguandapat dibagi menjadi ketunarunguan hantaran (konduksi) dan ketunarunguan syaraf (perseptip). Ketunarunguan hantaran ialah ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan dan ketidak fungsian alat-alat penghantar getaran pada telinga tengah. Ketunarunguan syaraf ialah ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan dan ketidak fungsian alat-alat pendengaran pada telinga bagian dalam. Menurut nada yang tidak dapat didengar, ketunarunguan dapat dibedakan atas ketunarunguan nada rendah, ketunarunguan nada tinggi, dan ketunarunguan total. Menurut terjadinya ketunarunguan dapat dibedakan atas 3 saat, yaitu ketunarunguan yang terjadi saat dalam kandungan (prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah kelahiran (paost natal).49 Klasifikasi ketunarunguan yang lebih bermanfaat bagi pendidikan ialah klasifikasi menurut tarafnya, atas dasar pengukuran audiometris. Menurut klasifikasi ini dapat dibedakan : a. Ketunarunguan pada taraf 15-25 db, yaitu ketunarunguan taraf ringan. Anak tunarungu pada taraf ini masih dapat belajar bersama-sama anak-anak pada umumnya dengan pemakaian alat pembantu mendengar, penempatan yang tepat dan pemberian-pemberian bantuan lain. b. Ketunarunguan pada taraf 26-50 db, yaitu ketunarunguan taraf sedang. Anak tunarungu pada taraf ini sudah memerlukan pendidikan khusus dengan latihan bicara, membaca ajaran dan latihan mendengar dengan memakai alat pembantu mendengar. c. Ketunarunguan pada taraf 51-75 db, yaitu ketunarunguan taraf berat. Anak tunarung pada taraf ini sudah harusmengikuti program pendidikan di Sekolah Luar Biasa dengan mengutamakan pelajaran bahasa, bicara dan membaca ajaran. Penggunaan alat pembantu mendengar baginya tidak banyak berguna dalam pelajaran bahasa, tetapi masih dapat dipakai di jalan-jalan raya untuk bunyi klakson, dan suara-suara bising yang lain.
49
Emon Sastrawinata, Pendidikan Anak Tunarungu, ((Jakarta : Pendidikan dan Kebudayaan, 1977), h. 10-11.
d. Ketunarunguan pada taraf 75 db ke atas, yaitu ketunarunguan taraf sangat berat. Anak tuarungu pada taraf ini lebih memerlukan program pendidikan kejuruan, meskipun pelajaran bahasa
dan
bicara
masih
dapatdiberikan
kepadanya.
Penggunaan
alat
pembantu
mendengarbiasa tidak memberikan manfaat baginya.50 3. Faktor Penyebab Anak Tunarungu Banyak informasi tentang sebab-sesbab terjadinya kerusakan organ pendengaran yang mengakibatkan
penderitanya
mengalami
kelainan
pendengaran
(tunarungu)
Moores
mengidentifikasikan beberapa penyebab ketunarunguan masa anak-anak yang terjadi di Amerika Serikat. Berdasarkan hasil penelitiannya, ia menemukan bahwa factor keturunan, penyakit materinal rubella, lahir sebelum waktunya (premature), radang selaput otak, serta ketidaksesuaian antara darah anak dengan ibu yang mengandungnya, toxemia, pemakaian antibiotic overdosis, infeksi, otitis media kronis, dan infeksi pada alat-alat pernapasan menjadi penyebab utama terjadinya ketunarunguan.51 Sedangkan Cartwright membagi penyebab ketunarunguan menjadi 2 bagian besar yitu penyebab kehilangan yang bersifat peripheral dan disfungsi syaraf pendengaran pusat. Penyebab kehilangan yang peripheral adalah yang bersifat : a. Konduktif yaitu disebabkan oleh kotoran ditelinga. Infeksi pada saluran telinga, gendang telinga yang rusak, adanya benda asing di saluran telinga, otitis media. Penyebab yang bersifat konduktif ini menyebabkan tekanan gelombang suara pada telinga dalam menjadi terhalang. b. Sensorineural, yaitu disebabkan oleh meningitis, infeksi obat-obatan, bisul, luka di kepala, suara keras,keturunan, infeksi virus, penyakit sistemik, multiple sclerosis, campak, otosclerosis, trauma akustik, gangguan vascular, neuritis, gangguan vestibular, presbycusis serta penyabab lain yang tidak diketahui. Transmisi suara menjadi buruk atau terhambat untuk melewati telinga dalam atau syaraf pendengaran rusak.52 4. Karakteristik Anak tuna rungu
50
Ibid, h. 12-13. Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006 ), h.64. 52 Frieda Mangunsang dkk, h. 72. 51
Anak tuna rungu mempunyai karakteristik yang khas dan sukar untuk diuraikan satu persatu secara mendetail. Walaupun demikian ada beberapa cirri khusus pada anak tunarungu yang dapat dilihat melalui aktivitasnya sehari-hari. Emon Sastrawinata mengemukakan pendapatnya diantaranya: a. Cara berjalannya agak kaku dan membungkuk b. Gerakan matanya cepat, agak beringas c. Gerakan kaki, tangannya sangat cepat dan lincah d. Emosinya selalu bergejolak e. Kurang dapat bergaul, mudah marah dan berlaku agresif. Sedangkan menurut Drs Mardiati Busono antara lain: a. Mereka lebih egosentris daripada anak normal b. Mempunyai perasaan takut akan keluasaan dan hidup yang lebih besar c. Kelekatan yang berlebih terhadap orang lain dan apa yang sudah dikenal d. Jika asyik bekerja atau bermain, perhatian mereka sukar dialihkan e. Lebih memperhatikan yang konkrit f. Mereka umumnya mempunyai sifat polos, kelakuannya sederhana dan jarang mempunyai persoalan atau tanpa banyak masalah
5. Bimbingan bagi anak tunarungu Banyak masalah yang dihadapi anak tunarungu dan mereka memerlukan bimbingan agar dapat mengikuti pendidikan secara memadai. Sesuai dengan masalah yang mereka hadapi mereka memerlukan bimbingan komunikasi, bimbingan kepribadian dan bimbingan pekerjaan. 53 a. Bimbingan Komunikasi Tujuan bimbingan komunikasi kepada anak tunarungu adalah untuk membuka dan memperlancar komunikasi mereka, sebagai langkah pertama dan utama dalam pendidikan mereka. Pendidikan hanya mungkin terjadi jika ada komunikasi, ada interaksi. Anak tunarungu yang
53
Ibid., h. 116.
menurut kodratnya tidak mempunyai media komunikasi perlu mendapatkan media tersebut agar pada mereka dapat diberikan pendidikan. Pengertian komunikasi cukup jelas dan luas, tetapi persyaratan pokok dalam komunikasi ialah kemampuan untuk menerima pikiran atau pendapat orang lain. Dan kemampuan untuk mengekspresikan pikiran atau pendpatnya sendiri dengan baik agar dapat diterima oleh oranglain. Persyaratan pokok ini sudah tidak dapat dipenuhi oleh anak tunarungu, apalagi persyaratanpersyaratan yang lain sebagai akibat adanya saling hubungan tersebut yaitu yang menyangkut aspek-aspek yang lebih luas, misalnya : saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dan sebagainya.54
b. Bimbingan Pribadi Bimbingan pribadi ialah bimbingan kepada seseorang yang mempunyai masalah pribadi agar ia dapat mengatasi masalahnya. Masalah dapat diatasi jika ia mengenal dirinya sendiri, jika ia mengenal kemampuan dan kelemahannya. Masalah pribadi dapat bersumber pada dirinya sendiri, lingkungan keluarganya, taraf ketunarunguannya, dan dapat juga bersumber pada masyarakat sekitarnya.55 c. Bimbingan Pekerjaan Pendidikan kepada anak tunarungu berpuncak pada tersalurnya mereka dalam lapangan kerja, sehingga mereka ikut aktif membangun masyarakat, tidak menjadi beban anggota masyarakat yang lain. Jika anak tunarungu dapat bekerja dan menerima nafkah dari pekerjaan itu, maka tercapailah efisiensi ekonomis.56 Langkah pertama dalam bimbingan pekerjaan kepada anak tunarungu ialah analisa kepribadian, bakat dan minat mereka. Hal ini perlu untuk mengarahkan dan memilih langkah selanjutnya, karena penyuluh harus memilih dan melatih pekerjaan yang sesuai dengan anak. 54
Ibid., h.116. Ibid. h.124. 56 Ibid. h.129. 55
Langkah coba-coba, kecuali tidak efisien, mungkin juga merusak jiwa anak kalau ia dipaksa untuk melatih diri dan menyelesaikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan jiwanya.57
57
Ibid. h.130.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Latar belakang Panti Sosial Bina Rungu Wicara (PSBRW) “ Melati “ adalah salah satu panti yang ditetapkan sebagai unit pelaksanaan teknis milik Departemen Sosial yang dikhususkan untuk pelayanan Rehabilitasi dan Vokasi bagi penyandang cacat rungu wicara. Salah satu penyandang masalah kesejahteraaan social yang perlu mendapatkan pelayanan Rehabilitasi Sosial adalah penyandang cacat rungu wicara. Menurut ilmu kedokteran, penyandang cacat rungu wicara memiliki kelainan atau gangguan pada alat pendengaran yang mengakibatkan mereka tidak dapat berbicara, hal ini menyebabkan mereka tidak dapat melakukan komunikasi secara wajar. Pelaksanaan program Rehabilitasi Sosial di PSBRW “Melati” merupakan salah satu pelaksaan program pembangunan dibidang kesejahteraan social, yang diarahakan pada perlindungan, pemulihan dan kemandirian dalam mencapai taraf hidup kesejahteraan social yang layak, normative dan manusiawi guna mengembalikan dapat meningkatkan kemampuan penyandang masalah kesejahteraan sosial, agar mereka dapat memulihkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan dan kemandirian secara di tengah-tengah masyarakat. Pada dasarnya penyandang cacat rungu wicara masih mempunyai potensi, kemempuan dan kemauan yang dapat dikembangkan, dan untuk mengembangkan potensi tersebut diperlukan pemberdayaan kelayan melalui program rehabilitasi social dengan sosialisai proses komunikasi khusus pembelajaran bahasa isyarat. Penyandang cacat rungu wicara juga merupakan bagian dari anggota masyarakat, oleh sebab itu mereka juga mempunyai hak/kesempatan yang sama di masyarakat, mereka tidak boleh di isolir atau dibeda-bedakan. Masyarakat juga hendaknya dapat menerima keberadaan mereka, oleh karena itu masyarakat juga perlu meningkatkan kepeduliannya serta ikut mendukung dan memfasilitasi
kebutuhan penyandang cacat rungu wicara. Seperti apa yang tercantum dalam UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dalam Bab III pasal 5 dan 6 yang berbunyi : Setiap penyandang cacat memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Sebagai salah satu lembaga rehabilitasi sosial penyandang cacat rungu wicara. PSBRW “Melati” memiliki program prioritas pelayanan rehabilitasi social yang dititik beratkan pada kemampuan berkomunikasi. Tujuan kegiatan tersebut adalah agar penyandang cacat rungu wicara dapat mandiri, dapat berkomunikasi dan bersosialisasi secara wajar. Selanjutnya setelah kelayan mengikuti program di PSBRW “ Melati “ mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sesuai dengan kemempuan dan keterampilan yang mereka miliki. B. Sistem Pelayanan 1. Visi dan Misi
a. Visi : PSBRW Melati siap memfasilitasi penyandang cacat rungu wicara menjadi manusia yang mandiri, mampu bersaing dan berkompetensi dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan pada tahun 2017. b. Misi : 1) Tersedianya aksebilitas fisik maupun non fisik 2) Peningkatan pelayanan yang prima dan tepat sasaran 3) Pemerataan jangkauan pelayanan 4) Terciptanya klien yang mampu bersaing dalam dunia usaha/kerja 5) Tersedianya SDM yang Profesional 2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi PSBRW “Melati” Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI No. 22/HUK/1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Type A adalah:
a. Kedudukan PSBRW “Melati” dalam pelaksanaan operasional berada dalam lingkungan Direktorat Pelayanan Rehabilitasi social Departemem Sosial RI. b. Tugas Memberikan pelayanan Rehabilitasi dan Vokasional bagi penyandang cacat rungu wicara yang masih potensial agar dapat mengembangkan bakat dan keterampilan sehingga mereka mampu hidup mandiri terlepas dari ketergantungan oranglain.
c.
Fungsi 1) Sebagai pusat penyebaran pelayanan kesejahteraan sosial 2) Sebagai pusat pemberdayaan dan pembelajaran kerja 3) Sebagai pusat pelatihan keterampilan 4) Sebagai pusat informasi kesejahteraan sosial 5) Sebagai tempat rujukan Pelayanan Rehabilitasi dan Vokasional di bidang rungu wicara dari lembaga rehabilitasi sejenisnya.
C. Struktur Organisasi Kepala Dra Ing. Sri Wuwuh P,M.Si NIP 170019806 Kepala Sub Bagian Tata Usaha Drs Bambang AchmadYoganarta NIP 170028655
Kepala Seksi
Kepala seksi
Program Dan Advokasi Sosial
Rehabilitasi Sosial
Bambang Wibowo SH
Hartono, S.Ap
NIP 170013213
NIP 170009058 Kelompok Jabatan Fungsional: 1. Dra Istiqomah NIP 170023229 2. Sri Mulyani NIP 17002491
D. Program Kerja Panti Sosial Binarungu Wicara Melati ini memiliki beberapa tahapan dalam program kerjanya, di antaranya adalah : 1. Tahap Rehabilitasi Sosial Tahap Rehabilitasi Sosial merupakan suatu kegiatan pelayanan yang ditujukan pada anak asuh dalam panti guna memulihkan kembali rasa harga diri, kecintaan kerja serta rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, sehingga mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan wajar. Rangkaian kegiatan tahap pelayanan di PSBRW “Melati”. a. Tahap pendekatan awal Merupakan tahap memperoleh gambaran tentang permasalahan penyandang cacat, sekaligus pemberian motivasi dan seleksi b. Tahap Penerimaan Merupakan tahap registrasi bagi calon klien atau anak asuh guna mendapatkan data objektif dan menyeluruh tentang permasalahan, tingkat kecacatan, minat dan bakat agar dapat menentukan jenis pelayanan yang dibutuhkan c. Tahap bimbingan sosial dan keterampilan Merupakan tahap pemberian bimbingan rehabilitasi berupa : 1) Bimbingan fisik dan mental, dalam bentuk : (agama, budi pekerti, bahasa isyarat / SIBI, Speech Therapy, Pancasila, kecerdasan, olahraga/out bond)
2) Bimbingan sosial dalam bentuk : (pramuka, dinamika kelompok, kesenian / nyanyian isyarat, rekreasi, kerja bakti lingkungan, koperasi ) 3) Bimbingan keterampilan ( menjahit putra dan putri, salon / tata rias wajah, kerajinan tangan, komputer, tata boga, las listrik, pertukangan kayu) 4) Kegiatan penunjang dalam bentuk : Persatuan Orang Tua Klien (POT) 2. Tahap Resosialisasi Tahap resosialisasi merupakan suatu proses aktualisasi diri kelayan atau anak asuh yang telah menjalani proses rehabilitasi, yang diarahkan untuk mempersiakan kelayan atau anak asuh agar dapat berintegrasi dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Tahap resosialisasi terdiri dari : a. Bimbingan Kesiapan dan peran serta masyarakat, jenis kegiatan antara lain : 1)
Melaksanakan evaluasi perkembangan kelayan atau anak asuh
2)
Melaksanakan bimbingan dan motivasi kepada kelayan atau anak asuh
3)
Melaksanakan penyuluhan sosial kepada keluarga kelayan dan
4)
Pertemuan orangtua kelayan atau anak asuh secara berkala
masyarakat
b. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat, jenis kegiatan antara lain : 1)
Memberikan motivasi kepada kelayan baik secara individu maupun kelompok dalam penyesuaian diri dengan masyarakat
2)
Melaksanakan konsultasi dengan keluarga kelayan atau anak asuh tentang perkembangan kelayan dalam rangka mempersiapkan kelayan untuk disalurkan
3)
Mempersiapkan pelaksanaan Praktek Belajar Kerja (PBJ) bagi kelayan berdasarkan hasil sidang.
c. Bimbingan pembinaan bantuan stimulan usaha produktif, jenis kegian antara lain : 1)
Mengadakan seleksi kelayan atau anak asuh yang mendapat bantuan permodalan stimulant uasha produktif sesuai dengan kemampuan keterampilan yang dikuasai kelayan
2)
Melaksanakan bimbingan motivasi kepada kelayan dan keluarga dalam pengembangan usaha
3)
Melaksanakan bimbingan latihan kerja yang bersifat pemantapan kelompok
4)
Pemberian bantuan stimulant kepada kelayan atau anak asuh
d. Bimbingan usaha / kerja produktif, jenis kegiatan : 1)
Pelaksanakan seleksi kelayan atau anak asuh yang mendapat bantuan permodalan stimulant usaha produktif sesuai dengan kemampuan keterampilan yang dikuasai kelayan atau anak asuh
2)
Melaksanakan bimbingan motivasi kepada kelayan atau anak asuh dan keluarga dalam pengembangan usaha
3)
Melaksanakan bimbingan pendirian kelompok usaha produktif dalam rangka membuka usaha secara kelompok
e. Penyaluran, jenis kegiatan : 1)
Melaksanakan kegiatan Praktek Belajar Kerja (PBK) bagi kelayan atau anak asuh yang telah memenuhi syarat
2)
Melaksanakan pendekatan kepada pihak pengusaha
3)
Melaksanakan penyuluhan dan bimbingan kepada orangtua kelayan atau anak asuh untuk menyalurkan kembali kelayan kepada keluarga.
3. Tahap Pembinaan Lanjut Proses ini merupakan tahap bimbingan pada kelayan atau anak asuh yang sudah mendapatkan rehabilitasi dipanti, agar meningkatkan kehidupan ditengah-tengah masyarakat. Tahap bimbingan lanjut terdiri dari : a. Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan, jenis kegiatannya : 1)
Melaksanakan bimbingan sosial dan motivasi kepada penyandang cacat rungu wicara dalam kehidupan bermasyarakat
2)
Memberikan konsultasi kepada penyandang cacat rungu wicara jika mengalami hambatan dalam peningkatan kerja maupun usaha
b. Bantuan Pengembangan usaha / bimbingan peningkatan keterampilan, jenis kegiatannya : 1)
Bimbingan bidang produksi
2)
Bimbingan bidang pemasaran
3)
Bimbingan bidang administrasi
4)
Bimbingan bidang pengembangan usaha
c. Bimbingan Pemantapan/Pengembangan Usaha, jenis kegiatan : 1)
Bimbingan Pengorganisasian
2)
Bimbingan Pemasaran
3)
Bimbingan Pengelolaan Usaha
4)
Bimbingan cara-cara pembentukan koperasi
5)
Bimbingan penggalian dan pemanfaatan system sumber
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
A.
Identifikasi Informan Informan yang diambil oleh peneliti disini sebanyak 8 informen. Informen pertama adalah Ing Sri Wuwuh yang lahir di Denpasar 8 Oktober 1957. Beliau adalah kepala PSBRW Melati. Pendidikan akhir beliau adalah S2 pada jurusan Kesejahteraan Sosial. Beliau menjabat sebagai kepala PSBRW Melati pada tahun 2001 sampai sekarang, sebelumnya pada tahun 1998 beliau menjabat sebagai kasubak TU, kepala rehsos juga pernah. 58 Informan yang kedua adalah Sri Mulyati yang lahir di Cirebon pada tanggal 24 September 1962. Beliau menjabat sebagai pekerja sosial di PSBRW Melati masa jabatan tahun 1992 sampai sekarang. Sebagai pekerja sosial beliau juga menjadi pembimbing anak asuh di panti ini. Riwayat pendidikan adalah SD di Cirebon begitu pula MTS, PGA sampai Perguruan tinggi yaitu IAIN Cirebon. Dan beralamat di Kp Muara Tanjung Barat Jagakarsa , Jakarta Selatan.59 Selanjutnya informan yang ketiga adalah Jeni Iswanti yang lahir di Jakarta pada tanggal 5 Januari 1964. Beliau adalah seorang staf TU di PSBRW Melati, selain sebagai staf TU beliau pun menjadi pembimbing bagi anak asuh untuk mengajar bahasa Indonesia. Beliau menjabat PNS sejak tahun 1987 di Riau lalu dipindah ke Jakarta pada tahun 2000 di tempatkan di PSBRW Melati ini sampai sekarang. Pendidikan beliau SD Tanah Kusir, SMP Muhamadiyah Jakarta, dan SMA Cilandak.60 Untuk informen yang ke empat,lima,enam, tujuh dan delapan adalah anak asuh PSBRW Melati. Informen yang ke empat adalah Evi Eriyanti yang lahir di Limbur Merangin, pada tanggal 7 Desember 1988. dia mulai masuk panti ini pada bulan Juni 2007. yang memerintahkan masuk panti ini adalah bapaknya sendiri, dan sebelum masuk panti ini dia belum pernah mengenyam pendidikan. Dia masuk panti ini karena ingin belajar keterampilan, supaya dia mempunyai kemampuan untuk 58
Wawancara pribadi dengan Ing Sri Wuwuh (Kepala Panti), Jakarta 11 September 2008 Wawancara pribadi dengan Sri Mulyati (Pembimbing), Jakarta 19 November 2008 60 Wawancara pribadi dengan Jeni Iswanti (Pembimbing), Jakarta 19 November 2008 59
bekal di masa depannya. Di panti ini Evi di beri bimbingan, salah satunya bimbingan keterampilan. Sehingga Evi pun pintar menjahit dan hasilnya dapat membuat celemek.61 Anak asuh selanjutnya adalah Delvin Nugraha yang lahir di Bandung pada tanggal 11 Februari tahun 1987. Delvin dinyatakan tuna rungu sejak berumur 3 tahun. Dan Delvin mulai masuk panti ini pada bulan Februari 2008, sebelum masuk panti ini Delvin bersekolah di SDLB. Delvin masuk panti ini diantarkan oleh ayah dan ibunya, dia juga masuk panti ini bertujuan untuk belajar keterampilan. Berbagai keterampilan dipelajari disini, seperti bimbingan keterampilan menjahit, las, komputer dan lain-lain. Tetapi delvin memilih keterampilan menjahit karena menurutnya menjahit tidak begitu sulit dan dia suka untuk mempelajarinya. Menurutnya apabila belajar menjahit, dia dapat kerja untuk masa depannya. Dari bimbingan keterampilan menjahit yang ia pelajari, dia sudah dapat mengahasilkan baju dan celana. Informen yang kelima adalah Eni Triwahyunianak asuh PSBRW Melati yang lahir di Pandaman tanggal 10 Oktober 1992. eni mulai masuk panti ini pada bulan Maret 2006. eni masuk panti ini diantarkan oleh kakaknya. Eni dinyatakan tunarungu sejak lahir. Sebelum eni datang ke Panti ini, Eni belum pernah merasakan sekolah, sehingga menurut pembimbing bahwa susah untuk membimbingnya karena Eni tidak bisa baca dan menulis. Eni duduk si kelas Cntuk mendapatkan bimbingan mental seperti bahasa Indonesia, agama dan lain-lain. Pada bimbingan keterampilan yang paling ia sukai adalah bimbingan salon, yaitu belajar merias muka, potong rambut dan lain-lain. Eni belajar salon supaya dia dapat bekerja di luar, karena Eni tinggal di panti ini tidak untuk selamanya.62 Anak asuh yang ketujuh adalah Diah Titi Sari, dia berumur 15 tahun. Ia dinyatakan tuna rungu wicara sejak berumur 4 tahun. Dia mulai masuk PSBRW Melati tanggal 9 Juli 2008. Diah masuk panti ini karena bapaknya yang membawa dan memasukkannya. Menurutnya alasan masuk panti ini agar ia bisa belajar menjahit, supaya mudah mendapat pekerjaan dan penghasilan. Diah termasuk anak yang cerdas di panti ini karena Diah duduk di kelas A. Diah senang dengan bimbingan
61 62
Wawancara pribadi dengan Delvin Nugraha (anak asuh), Jakarta 1 Dessember 2008 Wawancara pribadi dengan Eni (anak asuh), Jakarta 1 Desember 2008
keterampilan menjahit selain itu juga Dian suka bimbingan olahraga. Setelah adanya bimbingan, Diah pun dapat menghasilkan beberapa kreativitasnya yaitu membuat rok, baju dan tempat HP.63 Dan informen yang terakhir adalah Yogi Mediarsa, dia adalah anak asuh yang lahir di Jakarta tahun 1986 sebelum masuk panti ini dia pernah sekolah di SMA. Yogi dinyatakan tunarungu sejak lahir, tingkat ketuliannya 40 DB. Orangtuanya adalah seorang PNS, sehingga dia diperintahkan untuk masuk panti ini untuk belajar. Yogi mulai masuk panti ini bulan Juli 2008, menurutnya dia masuk panti ini karena ingi belajar pelatihan khusus. Yogi termasuk anak asuh yang pintar yang duduk di kelas A.
Selain bimbingan mental, fisik dan sosial, dia juga menyukai bimbingan
keterampilan. Bimbingan ketermpilan yang dia sukai adalah keterampilan komputer, yang dia bisa pelajari dari keterampilan komputer adalah word, adobe photo, latihan ketik dan excel. Menuurtnya bila dia mempelajari keterampilan komputer dia dapat diambil oleh perusahaan atau Departemen lain, dan masa depan menjadi cerah. Walaupun dia mempunyai kekurangan tapi dia juga punya kelebihan. Katanya tinggal di panti ini bisa mendapat teman-teman yang punya sama-sama kekurangan sepertinya. Dan dia juga dapat makan atau minum gratis di panti ini.64 B.
Bentuk dan Pelaksanaan Bimbingan dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati merupakan panti yang dikhususkan untuk pelayanan Rehabilitasi dan Vokasi bagi penyandang cacat rungu wicara. Berdasarkan hasil wawancara tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kreativitas anak tunarungu dapat ditabulasikan seperti tabel berikut ini :
No
Kata Kunci
1
Kapan
Hasil wawancara pelaksaan • Setiap hari, kalau bimbingan keterampilan itu
bimbingan dan konseling 63 64
Wawancara pribadi dengan Diah Titi Sari (anak asuh), Jakarta 1 Desember 2008 Wawancara pribadi dengan Yogi Mediarsa (anak asuh), Jakarta 1 Desember 2008
setelah di kelas, sehabis belajarada bimbingan ketera,pilan • Bimbingan kepramukaan itu hari sabtu 2
Bagaimana
pelaksaan • Kalau
bimbingan dan konseling
disini
ada
beberapa
bimbingan,
bimbingan keagamaan, budi pekerti, pancasila, ada juga bimbingan kecerdasan • Bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik meliputi
pemberian
kesehatan,
bimbingan
mental meliputi dinamika kelompok, sosialisasi lingkungan • Tes IQ, melihat potensi sosial dan pola asuhnya 3
Siapakah melaksanakannya
yang • Ada guru, masing-masing bimbingan berbeda gurunya. Ada bu Mul bimbingan mental, ada bu Sinta bimbingan kecerdasan,
bu suminah
bimbingan keterampilan menjahit. Bimbingan pancasila bu Satira, bimbingan agama Islam bu Umi, bimbingan matematika bu sigit, SIBI bu Tina, budi pekerti bu Fatma, bahasa Indonesia bu Suci
Dari hasil tabulasi di atas peneliti dapat mendiskripsikan bahwa bentuk dan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kreativitas anak tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur adalah sebagai berikut : 1. Bimbingan Fisik dan Mental
Bimbingan fisik dan mental ini dilaksanakan dalam pemberian beberapa materi yaitu : agama, budi pekerti, bahasa isyarat, SIBI,speech therapy, pancasila, kecerdasan, olahraga, atau out bond. Pelaksanaan setiap materi diberikan penjadwalan disetiap kelasnya. Pemberian materi ini dilaksanakan setiap hari mulai pukul 08.00 samapai dengan 10.00 WIB. Dalam hal ini kelas dibagi menjadi 3 kelas, diantaranya adalah kelas A,B dan C. Sebelum anak asuh ditetapkan di kelas yang berbeda-beda, anak asuh terlebih dahulu melakukan pengetesan seperti tes IQ,tes pendengaran dan suara, dan tes bakat. Pelaksanaan bimbingan ini bertujuan agar anak mampu mengembangkan dirinya sehingga mereka dapat menyeimbangkan dengan anak normal lainnya. Selain itu juga bimbingan ini bertujuan agar anak asuh dapat memakai kepandaian mereka agar lebih berkreasi dan berkreativitas. 2. Bimbingan Sosial Bimbingan
sosial
disini
pun
terdapat
dalambeberapa
bentuk
materi
seperti:
pramuka,nyanyian isyarat, rekreasi, kerja bakt lingkungan dan koperasi. Bimbingan sosial ini dilaksanakan di lingkungan luar. Dimana tujuan dari bimbingan ini adalah untuk membuka imajinasi para anak asuh agar mereka dapat membuka wawasan mereka untuk lebih kreativ. Selain dari pada itu bimbingan sosial ini dilaksanakan guna memotivasi anak asuh secara individu maupun kelompok dalam penyesuaian diri dengan masyarakat.tujuan yang paling mendasar adalah guna membentuk kerjasama antara anak untuk menghilangkan sikap egois. 3. Bimbingan Keterampilan Bimbingan keterampilan disini memiliki beberapa jenis keterampilan diantaranya: menjahit, salon, kerajinan tangan, komputer, tata boga, las listrik dan pertukangan kayu. Pelaksanan bimbingan keterampilan ini dilakukan setiaphari pula dimana waktu pelaksaaannya dimulai setelah bimbingan fisik danmental yaitu pada pukul 10.00 sampai dengan 13.00 WIB
Bimbingan ini pun mempunyai pembimbing berbeda-beda di setiap masing-masing jenis bimbingankettreampilan. Bimbingan ini merupakan salah satu bimbingan yang sangat berguna untuk menumbuhkan dan meningkatkan kreativitasan anak-anak asuh, dimana mereka diarahkan dan diberi motivasi agar mereka lebih berimajinasi dan berkreasi. 4. Konseling Dalam hal pemberian konseling, yang berperan di panti ini adalah seorang konselor, dimana konselor disini bertatap muka langsung dengan anak asuh secara individual. Perbedaan disini adalah dimana konselor juga mengetes kondisi pisikis dan IQ mereka. Disini konselor melihat potensi sosial dan pola asauh anak tersebut. Menurut konselor disini bahwa koseling terhadap anak tuna rungu tidak seefektif seperti konseling terhadap anak normal. Dimana konselor disini harus dituntut keprofesioanalannya agar sang konselor lebih mengerti kondiri psikis anak tuna rungu. Karena kondisi anak tuna rungu berbeda dengan anak normal, dimana si anak tuna rungu dapat lebih dahulu membaca air muka konselor. C.
Metode bimbingan dalam Meningkatkan Kreativitas Anak tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu wicara Melati Dalam pelaksanaan bimbingan, seorang pemimbing sangat penting sekali untuk memahami metode-metode dalam menyampaikan materi. Yang dimaksud metode adalah jalanan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengalaman kurang memuaskan, lantaran metode penyajian yang digunakan kurang sesuai. Akan tetapi sebaliknya, walaupun materinya kurang bagus tapi penyajiannya baik, maka responnya akan menjadi baik pula, karena metode yang digunakan sesuai. Berdasarkan hasil wawancara dari pembimbing maka dapat ditabulasikan seperti tabel berikut ini :
No
Kata Kunci
1
Bagaimana
Hasil wawancara metode • Menggunakan bahasa isyarat
bimbingan dan konseling
• Metode dinamika kelompok, cuma di tambah Adapu
bahasa isyarat bukan lisan saja • Metode ceramah ditambah bahasa isyarat
n metode yang
• Teori dan praktek. Kalau bimbingan agama
digunakan para
Islam ada praktek shalat, praktek wudhu
pembimbing di Panti
Sosial
Bina Rungu Wicara Melati adalah sebagai berikut:
1. Dinamika Kelompok Dinamika kelompok ini dilakukan disetiap bimbingan, dimana anak asuh dibagi dalam kelompok-kelompok dalam perkelompokan ini pembimbing tidak membedakan antara anak asuh, bagi anak asuuh yang mempunyai IQ tinggi ataupun rendah semua dicampur. Bagi anak asuh yang mempunyai IQ diatas rata-rata dapat membantu anak lain yang mempunyai kemampuan rendah, sehingga ada keseimbangan. Dinamika kelompok ini anak lebih bebas untuk berintreaksi dan mengenal satu dengan yang lainnya. Dan metode ini bertujuan agar anak dapat lebih menuangkan kreasi masing-masing tentunya yang berbeda-beda. Setiap pembimbing tentunya akan lebih muda melihat dan menentukan saiapa saja anak yang lebih berkreasi dan berkreativ dalam bidangnya masing-masing. Disin anka dituntut untuk lebih berkresi karena mereka terpacu dengan teman-teman lainnya yang lebih unggul. Tetapi bagi anak yang mempunyai kemampuan terbatasmaka mereka harus mendapat bimbingan yang lebih dari setiap pembimbing. 2. Bahasa Isyarat Bahasa isyarat adalah salah satu bentuk komunikasi oleh anak tunarungu. Dengan menggunakan tangan untuk mealmbangkan huruf ataupun kalimat yang ingindisampaikan kepada lawan bicara. Metode ini dilakukan bagi anak-anak yang tidak menguasai bahasa vokal.
Keuntungan dari metode ini adalah mereka dapat melakukan komunikasi tanpa harus mengeluarkan suara dan dapat mengeluarkan pikiran-pikiran mereka melalui lambang visual. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah kurang efesien karena banyak isyarat yang harus dipelajari dan organ bicara merka akan menjadi kaku karena tidak terlatih untuk mengeluarkan suara saat mereka melakukan komunikasi. Hampir semua anak asuh yang ada di panti ini mampu menggunakan bahsa isayarat. Karena dalam kegiatan sehari-seharinya pun meraka selalu menggunakan bahsa isyarat. Metode ini sangat menunjang sekali dalam pelaksanaan bimbingan dimana pembimbing dan anak asuh akan lebih interaktif sehingga memotivasi anak asuh agar lebih berkreativ lagi. 3. Meode Ceramah Metode yang dipakai untuk bimbingan anak tunarungu sama halnya dengan metode yang digunakan untuk anak normal, yaitu dengan metode ceramah. Tetapi yang membedakan disini adalah bahwa metode ceramah ini tidak hanya memakai bahsa lisan seperti yang digunakan terhadap anak-anak normal. Metode ceramah ini dilakukan dimana pembimbing memberikan materi-matrei sesuai denagn bidang masing-masing sementara anak asuh berinteraksi dengan menambahkan bahasa isyarat. Selain itu pembimbing memberikan ceramah, anak asuh juga dapat bertanya jawab dengan menggunakan bahasa isyarat. 4. Teori dan Praktek Metode ini digunakan dibeberapa bimbingan. Dimana merode ini, anak asauh lebih banyak memanfaatkan daya kreativitas mereka. Contohnya adalah: olahraga, pramuka, outbond, komputer, keterampilan, menjahit, salon, pertukangan dan las. Metode ini bertujuan untuk memotivasi anak asuh agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan mereka sehingga dapat menambah keaktifan mereka yang menunjang kepada kekreativitasannya.
Pada bentuk pelaksanaan dan metode bimbingan dan konseling yang ada di panti sosial bina rungu wicara melati mempunyai sedikit perbedaan bla dibandingkan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling menurut teori. Dijelaskan dalam bentuk pelaksanaan bimbingan dan ada pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu bimbingan kelompok (group guidance) dan bimbingan individual ( individual konseling). 65 Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah : program home room, karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok, organisasi siswa, sosio drama, psikodrama, pengajaran remedial 66 Sedangkan Bimbingan individual dilakukan dengan bertatap muka secara langsung antara pembimbing dan klien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilakukan dengan wawancara antara pembimbing (konselor) dengan siswa (klien).
D.
Hasil Kreativitas Anak Tunarungu Setelah Diberi Bimbingan Kreativitas menunjukan potensi yang dimiliki oleh anak asuh. Kreativitas pun dapat mendukung kemandirian mereka. Kreativitas merupakan hasil pengalaman dari apa yang dilihatnya. Anak tunarungu atau anak asuh yang ada di panti sosial bina rungu wicara melati ini pun mempunyai kemampuan yang sama seperti anak normal lainnya. Mereka pun dapat berkreasi sesuai dengan keterampilan masing-masing. Menurut pembimbig panti mengatakan” kreativitas anak disini berbedabeda, ada yang kreativnya biasa-biasa saja, tapi juga ada yang memang mereka menciptakan benda baru yang beda dengan yang lain”.67
65
Drs. Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2007
66
Ibid. h.290 Wawancara pribadi dengan Sri Mulyani (pembimbing), Jakarta 19 November 2008
), h.289. 67
Berdasarkan hasil wawancara dari pembimbing dan psikoog maka dapat ditabulasikan seperti tabel berikut: No
Kata Kunci
Hasil wawancara
1
Apa kreativitas itu
• Kreativitas
2
itu
hasil
dari
proses,
pengalaman dari apa yang dilihat
tabulasi di atas
• Kreativitas menunjukkan potensinya
dapat diuraikan
• Kreativitas mendukung kemandirian
bahwa
Apa saja kreativitas anak • Kalau menjahit dia bisa kreasi sendiri asuh
Dari
hasil
anak
asuh
sudah bayak
• Kalau ada acara-acara, kaya 17an, misalkan kita
menciptakan
kasih kertas, ya dia bikin dah • Ada yang bisa nari menambahkan gerakan
kerajinan
keterampilan
sendiri • Ada hasil keterampilan berbeda-beda, ada yang bikin sepre, ada tutup kulkas. Ada pertukangan bikin kursi-kursi, pot bunga, ada juga yng bisa komputer • Melukis juga ada
atau
dan
kesenian
dari hasil karya masing-masing. Dalam
hal
keterampilan menjahit
Anak yang pintar kita jadikan asisten mereka
dapat
mengkreasi sendiri bahan-bahan yang diberikan oleh pembimbing dan membentuknya menjadi barang jadi yang unik. Contohnya : tuutup kulkas yang lucu, tempat menyimpan handpon, ada juga model-model baju yang bagus-bagus. Selain karya keterampilan menjahit ada juga pertukangan kayu yang sudah menghasilkan macam-macam kursi yang menarik. Pada bidang kesenian juga nak asuh sudah banyak yang mengikuti lomba melukis dan perkemahan. Anak asuh pun ada yang sering dipanggil pada acara-
acara penting kenegaraan dan mereka menampilkan tarian-tarian yang indah dan lincah, gerakan tarian itupun diperoleh dari kreativitas masing-masing. Dalam hal ini, peneliti menganalisis bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kreativitas anak nornal dengan anak tunarungu, ditinjau dari teori kreativitas, bahwa Conny Semiawan dkk mengemukakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.68 Sedangkan menurut Clark Mustakis, psikolog humanistic, lain yang terkemuka menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman yang mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan dengan oranglain.69 Pada kenyataannya bahwa anak asuh disini mereka memperoleh kekreativitasannya melalui pengalaman dari pelaksanaan bimbingan yang diberikan di panti sosial bina rungu wicara melati ini. E.
Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Panti Sosial Binarungu Wicara Melati Berdasarkan hasil wawancara dari pembimbing dan psikolog maka dapat ditabulasikan seperti tabel berikut ini :
No
Kata Kunci
1
faktor penghambat dan • Kalau penghambat disini karena pendidikannya penunjang
Hasil wawancara
dalam • Kalau anak tunarungu wicara paling susahnya
pelaksanaan bimbingan
bahasa isyarat • Kendala saya konseling. Konseling tidak efektif karena dia lebih membaca air muka kita daripada kita membaca air muka dia
68
Conny Setiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta : PT. Gramedia,1990),cet ke-3,h.8 69 Ibid hal.18
• Karena panti ini residu, maksudnya anak-anak
Faktor
yang miskin, kaya, pinter, bodoh semua ada
penghambat dan penunjang
disini • Penunjangnya tergantung penanganan. Kalau
merupakan
mereka tidak dibawa keluar ya inputnya kan ga
salah satu kunci keberhasilan
ada jadi outputnya apa • Jadi aksebilitas tidak hanya fisiknya jadi juga
atau
tidaknya pelaksanaan
pendidikann, keperasaanya kalo dia ga pernah
bimbingan
dipuji ya mematikan 2
Karakteristik
dankonseling
anak • Melekat dengan hambatan yang dialami
tunarungu
• Biasanya dia tidak akan memulai perkenalan
terutama untuk meningkatkan
tidak pede • Punya komunitas
kreativitas anak asuh.
Adapun
faktor penghambat disini dapat juga menjadi faktor penunjang bagi pelaksanaannya. 1. Latar belakang keluarga Keluarga merupakan faktor yang sangat berperan dalam pencapaian keberhasilan anak,terutama dalam menungkatkan kreativitas anak. Terkadang bagi orangtua yang tidak bisa menerima anak yang dilahirkan dengan keadaan abnormal maka mereka akan menelantrakan dan tidak memikirkan akan perkembangan si anak. Seharusnya anak tunarungu pun diperlakukan sama halnya dengan anak normal lain. Sedangkan anak yanmg mengalami keadaan cacat seperti ini sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga terdekat. Keadaan psikis anak tunarungu ini sangat sensitiv sekali, mereka butuh pendekatan dan sentuhan. Anak bisa menjadi tertekan sehingga merasa minder bila bertemu dengan anak normal
yang lain. Selain itu perkembangan intelegensi atau daya fikirnya pun akan terganggu, sehingga akan menyebabkan terganggunya tingkat kretivitas si anak.70 Dengan demikian apabila keadaan psikis atau intelegensi mereka terganggu, maka hal ini sangat menyulitkan bagi para pembimbing panti sosial ini untuk melaksanakan bimbingan. 2. Latar belakang pendidikan Hal yang dapat menunjang kreativtas anak adalah masalah pendidikan. Adapun anak asuh yang ada di panti ini mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda.. Anak yang berlatar belakang dari keluarga yang tidak mampu tentunya berbeda pendidikannya dengan anak yang berlatar belakang dari keluarga yang mampu. Disini ada anak asuh yang sudah pernah bersekolah di SLB dan ada juga anak asuh yang memang belum pernah mengenyam pendidikan dan belum mengenal baca tulis. Bagi anak asuh yang tadinya telah di sekolah oleh keluarga, maka anak akan lebih mudah untuk mendapatkan bimbingan tersebut dan lebih banyak lagi untuk berkreasi, dan sebaliknya bagi anak yang memang belum pernah mengenyam pendidikan agak sulit untuk mendapatkan bimbingan yang ada dan tidak muudah untuk mendapat kreativitas tersendiri. 3. Bahasa komunikasi. Anak penyandang cacat rungu wicara adalah anak yang mempunyai kekurangan bahkan ada yang mengalami kerusakan dalam pendengaran, sehingga menyebabkan terganggunya organ lain seperti pita suara. Maka dari itu, anak penyandang cacat rungu wicara tidak seperti anak normal lain yang mudah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Komunikasi yang paling efektif yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anak tunarungu adalah dengan bahasa isyarat. Mereka yang sulit untuk membuka vokal atau suara, maka mereka akan lebih nyaman berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
70
Frieda Mangunsang dkk, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, (Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi, 1998). Cet. 1, h.68.
Selain anak asuh yang dapat berbahasa isyarat, maka para pembimbing dan konselor pun harus pandai memakai bahasa isyarat agar lebih memahami kondisi kejiwaan anak pada saat itu. Dan ini merupakan modal penting bagi mereka demi penunjangnya keberhasilan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut. Adapun perbandingan antara tinjauan di lapangan dengan teori yang ada bahwa faktor penghambat dan penunjangnya dapat di lihat dalam klsifikasi ketunarunguan
yang diantara
klasifikasi tersebut adalah : Ketunarunguan pada taraf 15-25 db, yaitu ketunarunguan taraf ringan. Anak tunarungu pada taraf ini masih dapat belajar bersama-sama anak-anak pada umumnya dengan pemakaian alat pembantu mendengar, Ketunarunguan pada taraf 26-50 db, yaitu ketunarunguan taraf sedang. Anak tunarungu pada taraf ini sudah memerlukan pendidikan khusus dengan latihan bicara, Ketunarunguan pada taraf 51-75 db, yaitu ketunarunguan taraf berat. Anak tunarung pada taraf ini sudah harus mengikuti program pendidikan di Sekolah Luar Biasa dengan mengutamakan pelajaran bahasa, bicara dan membaca ajaran, Ketunarunguan pada taraf 75 db ke atas, yaitu ketunarunguan taraf sangat berat. Anak tuarungu pada taraf ini lebih memerlukan program pendidikan kejuruan, meskipun pelajaran bahasa dan bicara masih dapatdiberikan kepadanya. Penggunaan alat pembantu mendengarbiasa tidak memberikan manfaat baginya.71
71
Emon Sastrawinata, Pendidikan Anak Tunarungu, ((Jakarta : P dan K, 1977), h. 12-13
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah peneliti mendeskripsikan dan menganalisis isi dari skripsi ini maka peneliti dapat menyimpulkan: 1. Bentuk dan Pelaksanaan bimbingan dalam meningkatkan kreativitas anak tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati antara lain : a.
Bimbingan fisik dan mental ini dilaksanakan dalam pemberian beberapa materi yaitu : agama, budi pekerti, bahasa isyarat, SIBI, speech Therapy, Pancasila, kecerdasan, olahraga atau out bond.
b.
Bimbingan sosial disini pun terdapat dalam beberapa bentuk materi seperti : pramuka, nyanyian isyarat, rekreasi, kerja bakti lingkungan dan koperasi.
c.
Bimbingan keterampilan disini memiliki beberapa bagian dalam pelaksanaannya diantaranya : menjahit, salon, kerajinan tangan, komputer, tata boga, las listrik dan pertukangan kayu.
2. Metode Bimbingan dalam Meningkatkan Kreativitas Anak tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati antara lain : a.
Dinamika Kelompok. Dinamika kelompok ini dilakukan disetiap bimbingan, dimana anak asuh dibagi dalam kelompok-kelompok dalam perkelompokan ini pembimbing tidak membedakan antara anak asuh, bagi anak asuuh yang mempunyai IQ tinggi ataupun rendah semua dicampur.
b.
Bahasa Isyarat adalah salah satu bentuk komunikasi oleh anak tunarungu.
c.
Metode Ceramah, metode ceramah ini dilakukan dimana pembimbing memberikan materimatrei sesuai denagn bidang masing-masing sementara anak asuh berinteraksi dengan menambahkan bahasa isyarat.
d.
Teori dan Praktek
3. Bentuk Kreativitas yang dimiliki oleh Anak Tunarungu di Panti Sosial Bina Rungu wicara Melati antara lain: banyak menciptakan kerajinan atau keterampilan dan kesenian dari hasil karya masing-masing. contohnya tutup kulkas yang lucu, tempat menyimpan handpon, ada juga model-model baju yang indah-indah, keterampilan pertukangan yang sudah menghasilkan macam-macam kursi yang menarik. Pada bidang kesenian juga anak asuh sudah banyak yang mengikuti lomba melukis dan perkemahan. Anak asuh pun ada yang sering dipanggil pada acara-acara penting kenegaraan dan mereka menampilkan tari-tarian yang indah dan lincah, gerakan tarian itupun diperoleh dari kekreativitasan masing-masing anak. 4. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling di Panti Sosial Binarungu Wicara Melati a. Latar belakang keluarga b. Latar belakang pendidikan c. Bahasa komuikasi
B. Saran – saran Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan untuk Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati: 1.
Pelaksanaan bimbingan harus lebih dikembangkan lagi agar anak asuh yang ada di sina dapat lebih berkreativitas lagi.
2.
Sumber daya manusia atau para pembimbing dan konselor harus dapat lebih profesional dalam memahami dan melaksanakan bimbingan tersebut dan memang harus yang benarbenar berkompeten dalam bidang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
vi A, Hallen, Bimbngan dan Konseling Jakarta : Quantum Teaching, 2005. Ahmadi, Abu dan Ahmad Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Ali, Muhammad dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2005. Asmuni, Syukr, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Surabaya : Al-Ikhlas, 1983. B, Doyle, Phylis dan John F Goodman, Membantu Anak Yang Mennderita Cacat Berat, terjemahan Dr Wiwi Mar’at, Penerbitan edisi Indonesia pada Binacipta, 1986. Delphie, Bandi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung, Refika Aditama, 2006. Efendi, Mohammad,Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak Jakarta,terjemahan dalam bahasa Indonesia pada penerbit Erlangga, 1978. Ketut, Dewa Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. . Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta, PT Rineka, 2000. Mangunsang, Frieda dkk, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi, 1998. Munandar, Utami, Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujdkan Potensi Kreativ dan Bakat Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999. . Kreativitas Sepanjang Masa Jakarta: Sinar Harapan, 1998. . Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat Jakarta: Rineka Cipta, 1999. . Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta,Gramedia, 1987. Moleong, Lexy J M,A, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda Karya, 2005. Nashori, Fuad dan Rochmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif psikologi Islam, Jogjakarta, Menara Kudus, 2002. Prayitno dan Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004. . Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Sastrawinata, Emon, Pendidikan Anak Tunarungu, Jakarata: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977.
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta : Rineka Cipta, 1993. Semiawan, Conny, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta : PT. Gramedia, 1990. Somad, Permanarian Tati Hernawati, Ortopedagogik anak Tunarungu, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta,Gramedia, 1987. Winardi, Kreativitas dan Teknik-Teknik Pemikiran Kreatif Dalam Bidang Manajemen, Bandung : Citra Aditiya Bakti, 1991. Yufiarti, Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah Dasar, Jakarta : Fasilitator, Edisi IV, 2003. Yusuf,LN, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006.