EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN KETRAMPILAN MENJAHIT UNTUK ANAK PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS JAKARTA TIMUR
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh : PINASTI SEPTHIAN NIM:1110054100028
PRODI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juli 2014
PINASTI SEPTHIAN 1110054100028
ABSTRAK Pinasti Septhian, 1110054100028, Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur, di bawah bimbingan Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. Salah satu masalah sosial yang banyak menjadi perbincangan di Indonesia adalah masalah anak putus sekolah. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai anak, terutama hak mendapatkan pendidikan formal, faktor ekonomi menjadi faktor utama anak menjadi putus sekolah. Sehingga dibutuhkan sebuah wadah atau lembaga pelatihan keterampilan bagi anak putus sekolah untuk membekali mereka keterampilan kerja agar dapat bekerja maupun menciptakan lapangan kerja di masyarakat. Penulis mengambil judul Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah, karena penulis ingin mengetahui sejauh mana lembaga masyarakat maupun pemerintah menangani permasalahan anak putus sekolah di Indonesia melalui program pendidikan luar sekolah, agar anak putus sekolah mendapatkan haknya sebagai anak dan dapat hidup lebih mandiri. Menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert, model evaluasi dibagi menjadi 3 tipe jenis evaluasi yaitu evaluasi Input, Proses, dan Hasil. Dan bimbingan keterampilan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengasah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu sesuai dengan keinginan, pemahaman, pengetahuan dalam bidang keterampilan. Dalam menggali informasi penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Dan dalam prosedur pemilihan informan, penulis menggunakan non probability sampling dimana jenis yang peneliti gunakan yaitu snow ball sampling. dalam penelitian ini penulis mengambil 5 orang, yang terdiri dari 1 orang instruktur keterampilan menjahit, 2 orang staff, dan 2 orang WBS. Pada teknik pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah Evaluasi Input Bimbingan Keterampilan Menjahit (BKM) yang di memaparkan mengenai klien/calon peserta, program pelatihan, sarana dan parasarana, dan staf /instruktur. Evaluasi pelaksanaan BKM yang dilaksanakan dalam waktu 6 bulan, dengan level dasar dan terampil maka teori yang diberikan selama 3 minggu dan praktek yang dilaksanakan selama 16 minggu, teori yang diberikan adalah membuat baju atasan (kebaya, dress, kemeja) dan bawahan (celana pendek, rok), dengan waktu belajar selama 5 jam setiap harinya, pada PKL anak berada pada tingkat mahir, dalam menjalankan PKL anak sudah dapat menerapkan pelajaran yang telah di pelajari saat pelatihan BKM. Evaluasi Hasil BKM yaitu lembaga ini sudah memberikan pelatihan secara maksimal. Instruktur terus menerus membantu anak dalam belajar dari yang belum mengerti hingga anak mengerti dan anak merasa mampu mengerjakan sendiri, serta anak bisa melanjutkan ke proses selanjutnya yaitu praktek kerja lapangan, yang menjadi suatu gambaran bagi anak dalam dunia kerja. Dan anak termotivasi untuk membuka usaha sendiri setelah mereka lulus dari PSBR. Kata kunci : Evaluasi Program dan Bimbingan Keterampilan Menjahit
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad saw. Nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan. Dengan selesainya skripsi yang berjudul Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Prodi Kesejahteraan Sosial. Maka penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari ke sempurnaan. Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak yang menggeluti pemberian pelatihan program keterampilan pada umumnya kepada penulis khususnya. Setelah melalui proses yang amat panjang dan godaan serta hambatan yang sangat banyak yang penulis alami dalam melakukan penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorangan
ii
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan ucapan terima kasih tersebut penulis ucapkan kepada yth : 1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dahwah dan Ilmu Komunikasi beserta para pembantu Dekan. 2. Siti Napsiyah, MSW. dan Ahmad Zaky M.Si selaku Ketua Prodi Kesejahteraan Sosial dan Sekretaris serta Pembimbing Akademik, terimakasih atas dukungan dan izin untuk menyusun skripsi ini. 3. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan perhatian, motivasi, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalankan kuliah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Pimpinan
Staf
Perpustakaan
Utama,
Perpustakaan
Dakwah
dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mengadakan study kepustakaan. 6. Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur beserta para staf, khususnya
Ibu
Nurhasanah selaku
Instruktur
keterampilan menjahit, Ibu Harfiah selaku Ketua PAS, Bapak Namin selaku Ketua REHSOS, dan Ibu Sri selaku staff Rehsos yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan dan melengkapi skripsi ini.
iii
7. Yang tercinta dan yang terhormat kepada orang tua penulis yaitu ayahanda H. Eddi Mashuri dan Ibunda Hj. Ratna Suminar yang telah memberikan semangat, dukungan moral maupun moril, serta selalu memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis sehingga penulis dapat memiliki tujuan untuk memberikan yang terbaik. 8. Alm. H. Obay Sobari dan Alm. Hj. Iin Hindasah selaku Eyang, Kakek Acun dan Nenek Aben, terimakasih telah menjadi motivasi bagi penulis untuk membahagiakan orang tua. Tidak lupa kepada kakak-kakak penulis yaitu Unik Desthiani, Insan Santun, dan Kenjhi Mashuri yang telah memberikan dukungan. Dan keponakan penulis yang bernama Kaysan Rahman yang selalu menjadi penenang dan menjadi motivasi untuk penulis. Serta Tante Rini yang telah mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 9. Yang terhormat dan tersayang keluarga H. Anwar Syamsudin dan Hj. Umaeroh serta saudara-saudara terkasih Destriana Umayati Elly, Annisa Elly, dan Tarisa Elly atas doa-doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini. 10. Sahabat-sahabat susah senang bersama yaitu Dinda Anggraini dan Ihsan Heryana yang selalu mendengarkan keluh kesah serta dukungan, terimakasih untuk persahabatan yang selama ini diberikan, semoga silaturahmi tetap terjalin hingga akhir hidup. Dan terimakasih kepada Shabrina Dwi Pitarini yang selalu mendukung penulis dalam membuat skripsi ini, terimakasih atas bantuannya dan semoga kita bisa terus
iv
berteman hingga akhir, serta Tari bisa menyusul penulis untuk lulus. Tidak lupa kepada seluruh teman-teman Kessos 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga selalu kompak. 11. Sahabat sejak SMP yaitu Sugiarti Rahayu, Dinda Febrika, Erma Irawaty, dan Noor Fitria Ramandari terimakasih selalu menjadi sahabat yang selalu memberikan dukungan, selalu membuat penulis merasa bangga memiliki kalian. Terimakasih atas persahabatan dan persaudaraan yang selama ini terjalin, dan terimakasih atas semangatnya. Tidak lupa kepada sahabatsahabat penulis yaitu Rienhesti dan M. Oesman yang selalu menemani ketika sedang suntuk dan selalu memberikan semangat. Dan kepada Diana Martiana, Ilham Kurniawan, Rismalia, dan Woro Wardani yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Teman seperjuangan dalam menjalani bimbingan yaitu Syarifah Lubna Assegaf, terimakasih telah mendukung, mengajak, serta berjuang bersama dalam membuat skripsi ini, semoga usaha yang telah dilalui dapat berbuah indah, dan kita dapat terus menjalin pertemanan. 12. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Dan pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya.
v
Dan juga semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT. semoga Allah menuntun ke jalan yang lurus yaitu jalan yang Engkau ridhoi dan bukan jalan yang Engkau Murkai. Amin yaa Robbal’alamin.
Jakarta, 17 Juli 2014
PINASTI SEPTHIAN
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR................................................................................................
ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ......................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................
1
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah.......................................................
7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................................
8
E. Metodologi Penelitian ..........................................................................................
9
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 17 G. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 20
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 22 A. Teori-teori Evaluasi Program ............................................................................. 22 1. Definisi Evaluasi ............................................................................................. 22 2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi.................................................................. 24 3. Model-model Evaluasi.................................................................................... 26
vii
4. Pendekatan dalam Evaluasi .......................................................................... 29 5. Desain Evaluasi............................................................................................... 31 6. Indikator Evaluasi.......................................................................................... 32 B. Bimbingan Keterampilan .................................................................................... 34 1. Definisi Bimbingan Keterampilan ................................................................ 34 2. Tujuan Bimbingan Keterampilan................................................................. 36 3. Metode dan Teknik Bimbingan .................................................................... 37 C. Anak Putus Sekolah ............................................................................................. 39 1. Definisi Anak .................................................................................................. 39 2. Definisi Pendidikan ........................................................................................ 40 3. Definisi Anak Putus Sekolah ......................................................................... 42 4. Faktor Penyebab Anak menjadi Putus Sekolah.......................................... 42
BAB III PROFIL LEMBAGA .................................................................................. 46 A. Sejarah Berdirinya Lembaga ............................................................................... 46 B. Landasan Hukum .................................................................................................. 47 C. Visi dan Misi .......................................................................................................... 48 D. Tujuan Berdirinya Lembaga................................................................................ 47 E. Penerima Manfaat (Klien) .................................................................................... 49 F. Program.................................................................................................................. 55 G. Sarana dan Prasarana........................................................................................... 59
viii
H. Struktur Lembaga dan Divisi-divisi .................................................................... 60 I. Sumber Daya Manusia.......................................................................................... 62 J. Keuangan ............................................................................................................... 65 K. Kemitraan dengan Pihak Luar ............................................................................ 66
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS .......................................................... 68 A. Evaluasi Input Bimbingan Keterampilan Menjahit ........................................ 68 1. Klien/calon peserta ......................................................................................... 68 2. Program pelatihan......................................................................................... 71 3. Sarana dan Prasarana ................................................................................... 73 4. Tenaga pelatih/Instruktur ............................................................................. 75 B. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan Menjahit ............................ 76 1. Pemberian Teori Bimbingan Keterampilan Menjahit ............................... 77 2. Pemberian Praktek Bimbingan Keterampilan Menjahit ........................... 79 3. Praktek Kerja Lapangan............................................................................... 85 C. Hasil Bimbingan Keterampilan Menjahit ........................................................ 89
BAB V PENUTUP...................................................................................................... 92 A. Kesimpulan ..................................................................................................... 92 B. Saran ............................................................................................................... 95 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Sarana dan Prasarana
Tabel 2.
Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 3.
Komposisi pegawai PSBR menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.
Komposisi Pegawai Menurut Jabatan
Tabel 5.
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja perjenis Belanja
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 2
Surat Izin Penelitian (Skripsi)
LAMPIRAN 3
Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
LAMPIRAN 4
Hasil Wawancara
LAMPIRAN 5
Surat Pendaftaran Masuk Panti
LAMPIRAN 6
Foto-foto
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak di inginkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Hal itu disebabkan karena gejala tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau tidak sesuai dengan norma dan nilai serta standar moral yang berlaku. 1 Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial selalu dihadapkan kepada masalah sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya akibat tingkah lakunya.2 Salah satu masalah sosial yang banyak menjadi perbincangan di Indonesia adalah masalah anak putus sekolah. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai anak, yaitu hak untuk mendapatkan kasih sayang, hak bermain, hingga hak untuk mendapatkan pendidikan formal, namun sayangnya banyak orangtua yang tidak memenuhi hak anak tersebut, terutama hak untuk mendapatkan pendidikan. Faktor ekonomi menjadi faktor utama anak menjadi putus sekolah, karena orangtua tidak dapat membiayai anak untuk mengikuti pendidikan formal.
1
Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta 1995,
2
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, PT. Eresco, Bandung 1995, h.5.
h.1.
1
Padahal pendidikan memiliki peran yang cukup penting untuk perkembangan dan masa depan anak. Didalam hadits pun dijelaskan tentang menuntut ilmu seperti dalam Hadits riwayat Ibnu Abdil Bar :
ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ ِﻗَﺎ َل َرﺳُﻮْ ُل ﷲ: ِﺼﯿْﻦَ ﻓَﺎ ِنﱠ طَﻠَﺐَ ا ْﻟ ِﻌﻠْﻢ طﻠُﺒُﻮْ اا ْﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ وَ ﻟَﻮْ ﺑِﺎﻟ ﱢ ْ ُا ُﻄﻠُﺐ ْ َﺐ ا ْﻟ ِﻌﻠْﻢِ ِرﺿًﺎﺑِﻤَﺎ ﯾ ِ ِﻀ ُﻊ اَﺟْ ﻨِ َﺤﺘَﮭَﺎ ﻟِﻄَﺎﻟ َ َﻀﺔٌ َﻋﻠَﻰ ﻛُﻞﱢ ُﻣ ْﺴﻠِﻢٍ اِنﱠ ا ْﻟ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔَ ﺗ َ ﻓَ ِﺮ ْﯾ Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar).”
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar di atas menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu wajib dan para malaikat turut bergembira. Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah seseorang menjadi sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah SAW. mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan. Pendidikan pun memiliki fungsi, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No, 20/2003 BAB II Pasal 3, tentang Sistem Pendidikan Nasional).3
3
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks, Jakarta 2009, h.42.
2
3
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB IV pasal 5 yaitu, setiap warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan warga negara yang berada di daerah terpencil, bahkan warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang baik, memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.4 Pasal di atas sejalan dengan semangat dari Konvensi Hak Anak yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mengenai hak anak, secara umum berbagai negara saat ini berpegang pada apa yang telah digariskan oleh PBB. Hak anak-anak ini terutama adalah hak memperoleh air susu ibu, hak mendapat pendidikan, kasih sayang orangtua dan orang dewasa dalam segala bentuk di samping hak untuk bermain. Oleh karena itu, setiap warga berhak mendapatkan pendidikan, akan tetapi masih banyak anak-anak Indonesia yang justru tidak bisa merasakan hak mereka dalam memperoleh pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Anak yang mengalami hal tersebut dapat dikatakan sebagai anak putus sekolah. Anak putus sekolah adalah anak mengalami keterlantaran, karena sikap dan perlakuan orangtua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak dari mereka yang putus sekolah karena faktor lingkungan sosial maupun internal. Biasanya faktor ekonomi keluarga membuat anak harus mencari nafkah dan tidak melanjutkan sekolahnya. Ada pula orangtua yang tidak peduli dengan masa depan anaknya. Oleh karena itu 4
Nasional
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
orangtua lebih sering meminta anaknya untuk membantu mereka mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga hal tersebut menyebabkan anak mengalami kenakalan remaja, putus sekolah, tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, perkelahian dan memiliki rasa minder dalam diri anak.5 Permasalahan anak putus sekolah menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) merilis indeks pembangunan pendidikan (education development index) dalam EFA Global Monitoring Report 2011. Peringkat Indonesia turun pada posisi ke-69 dari 127 negara, dilihat dari angka putus sekolah di jenjang sekolah dasar sebanyak 527.850 anak atau 1,7 persen dari 31,05 juta anak SD, 5,50% untuk SMP, dan SLTA 67,68% putus sekolah setiap tahunnya. Lulusan SD yang tak dapat ke SMP tercatat 720.000 Siswa (18,4 persen) dari lulusan SD tiap tahunnya.6 Dilihat dari presentase di atas, jumlah anak putus sekolah setiap tahun sangatlah meningkat, padahal seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan
formal
maupun
nonformal,
dan
orangtua
wajib
untuk
menyekolahkan anaknya demi masa depan anak dan masa depan bangsa. Pendidikan merupakan hak anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orangtua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah. Oleh karena itu, salah satu kunci untuk mengatasi masalah anak putus sekolah adalah dengan menyediakan berbagai fasilitas sosial penanganan dan Creative Media “makalah anak putus sekolah,” diakses pada tanggal 2 oktober 2013 dari http://hamdipasisingi.blogspot.com/2011/06/makalah-anak-putus-sekolah.html 6 Latief “Presentase anak putus sekolah di Indonesia” diakses pada tanggal 20 Januari 2014 dari http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/04/10323346/527.850.Siswa.SD.Putus.Sekolah 5
4
5
pemeliharaan
anak-anak
putus
sekolah
yang
mendukung
program
perkembangan anak salah satunya program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menangani meningkatnya masalah anak putus sekolah dan meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Untuk mendukung upaya tersebut, keterlibatan masyarakat secara menyeluruh merupakan hal yang penting. Masyarakat bekerja sama dengan instasi pemerintah maupun swasta harus meningkatkan pelayanan sosial yang dapat mengatasi setiap gangguan-gangguan pendidikan yang dialami anak, serta memenuhi setiap kebutuhan anak sehingga anak dapat merasakan haknya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Salah satu bentuk dukungan pemerintah yaitu pada bulan Juli 1972 didirikanlah suatu wadah untuk membantu anak-anak tersebut bernama Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus (PSBR). Panti Sosial Bina Remaja diresmikan oleh Menteri Sosial RI pada waktu itu yaitu HMS Mintaredja,SH. Tujuan PSBR Bambu Apus adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar remaja, terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, terampil dan mandiri. Dalam perkembangannya, Panti Sosial Bina Remaja membuat suatu program bimbingan keterampilan untuk anak asuh mereka atau biasa disebut Penerima Manfaat. Bimbingan keterampilan yang dibuat dan diterapkan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, yaitu bimbingan keterampilan Otomotif Motor dan Mobil, bimbingan keterampilan Elektro, bimbingan keterampilan Las, bimbingan keterampilan Jahit, dan bimbingan keterampilan Salon.7
7
http://bambuapus.kemensos.go.id/modules.php?name=content&pa=showpage&pid=10
Menariknya dari Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus adalah lembaga ini memberikan pelatihan keterampilan kepada para anak putus sekolah secara cuma-cuma dengan kualitas yang mungkin tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat pelatihan lainnya. Salah satu yang membuat penulis tertarik di lembaga ini ialah lembaga ini memberikan bimbingan keterampilan menjahit untuk anak-anak putus sekolah, dengan adanya bimbingan keterampilan terutama keterampilan menjahit, para penerima manfaat dapat mengasah kemampuannya dibidang konveksi dan keahlian yang mereka miliki nantinya dapat dijadikan bekal untuk anal-anak terebut untuk menjalani kehidupan yang layak di masyarakat. Dan di lembaga ini jika anak-anak sudah menerima pembelajaran bimbingan keterampilan selama 5 bulan, maka anak-anak disalurkan untuk mengikuti praktek kerja lapangan, di tempat yang sudah ditentukan dan tempat yang sudah memiliki kerjasama dengan lembaga ini. Jadi, untuk anak-anak yang sudah mengikuti bimbingan keterampilan
menjahit,
setelah
mereka
belajar
mereka
pun
dapat
menerapkannya di dunia kerja agar kemampuan yang telah diasah akan berguna dan terpakai oleh mereka. Bimbingan keterampilan menjahit di lembaga ini memiliki level pada tingkat dasar dan terampil, tingkat dasar dan terampil diterapkan pada saat anak-anak mengikuti pelatihan menjahit, setelah mereka menjalani pelatihan selama 5 bulan pada tingkat dasar dan terampil, mereka akan praktek kerja selama 1 bulan dan pada praktek kerja mereka memasuki tingkat mahir, karena pada kerja praktek mereka lebih banyak memahami mengenai menjahit
6
7
serta mereka lebih diajarkan pada tahap yang lebih tinggi. 8 Hal ini sangat menguntungkan bagi anak-anak yang mengalami putus sekolah, terutama kepada mereka yang kurang mampu. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur.
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis membatasi masalah untuk meneliti mengenai “Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur”. Jadi, penulis meneliti mengenai Evaluasi Input, Pelaksanaan (Proses), dan Hasil Program Bimbingan Keterampilan Menjahit untuk anak putus sekolah.
2. Perumusan Masalah a. Bagaimana evaluasi input program bimbingan keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus? b. Bagaimana
evaluasi
pelaksanaan
(proses)
program
bimbingan
keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus?
8
Wawancara dengan Ibu Erri, pada tanggal 19 Maret 2014.
c. Bagaimana tingkat keberhasilan program bimbingan keterampilan menjahit yang diberikan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus untuk anak putus sekolah?
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Menggambarkan input pada program bimbingan keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. 2. Menggambarkan pelaksanaan program bimbingan keterampilan menjahit serta sejauh mana kaitannya dengan upaya meningkatkan tumbuh kembang anak-anak yang putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. 3. Menggambarkan hasil pelaksanaan bimbingan keterampilan menjahit anak-anak yang putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Menteri Sosial dan pengurus Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan potensi anak asuhnya.
8
9
b. Merupakan
masukan
untuk
penelitian-penelitian
lebih
lanjut,
khususnya penelitian mengenai bimbingan keterampilan milik pemerintah maupun masyarakat 2. Manfaat Akademis : a. Menambah informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial khususnya mengenai penanganan anak putus sekolah dan wawasan baru lagi
bagi
seluruh
mahasiswa/mahasiswi
yang
tertarik
pada
permasalahan anak dan sebagai tambahan bacaan bagi yang berminat membahas pelayanan bimbingan keterampilan untuk anak putus sekolah. b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi Universitas khususnya jurusan bahwasannya skripsi ini bisa menjadi salah satu studi kasus dalam mata kuliah pelayanan anak, sehingga dapat memberikan sumbangan pengertahuan bagi kompetensi pekerja sosial di bidang pelayanan sosial khusunya bagi penanganan anak putus sekolah.
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud, sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja, yaitu cara kerja untuk mendapatkan informasi atau fakta terhadap masalah yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik
dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.9 Sedangkan
menurut
Bodgan
dan
Tailor
dalam
bukunya
mendefinisikan tentang metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong, penelitian kualitatif mempunyai karakteristik yang penting antara lain: berada pada latar alamiah (konteks dari suatu keutuhan/IentryI), memandang manusia (peneliti) sebagai alat atau instrumen penelitian, analisa data bersifat induktif, dan menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data, lebih mementingkan proses dari pada hasil.10 Jadi pada metode kualitatif penulis berperan sebagai peneliti yang terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data baik tertulis maupun lisan dari klien ataupun pihak lembaga. Dalam pendekatan penelitian
ini
penulis
juga
menggunakan
model
evaluasi
yang
dikemukakan oleh Pietzark, Ramler, dan Gilbert yang dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi. Tiga unsur utama yang terkait adalah Evaluasi input, Evaluasi proses, dan Evaluasi hasil. Jadi, penulis mengevaluasi input, proses dan hasil dari bimbingan keterampilan menjahit yang diberikan
9
Nawawi Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1992), h. 209 10 Lexy J, Moleong. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h. 3
10
11
oleh panti kepada anak putus sekolah. Penulis melihat bagaimana input dan pelaksanaan bimbingan keterampilan yang ada di lembaga, kemudian penulis akan melakukan wawancara dengan staf yang terkait dengan bimbingan keterampilan mengenai hasil dan dampak yang telah dirasakan oleh klien setelah mengikuti bimbingan keterampilan di lembaga ini.
2. Jenis Penelitian Jenis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang biasa disebut juga penelitian taksonomi, yaitu penelitian yang berupa mengekplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.11 Penelitian deskriptif juga bisa dikatakan sebagai penelitian yang mengumpulkan data-data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. Tujuan dari data deskriptif ini adalah untuk membuat suatu gambaran sistematis, faktual, dan akurat tentang fenomena-fenomena yang diselidiki dalam penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah melalui: a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Dalam menggunakan teknik observasi yang 11
Sanapiah Faisal. Format-format Penelitian Sosial, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1989, h. 20.
terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti. 12 Jadi disini penulis melakukan pengamatan secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan keterampilan menjahit yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. b. Interview atau wawancara, yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.13 Jadi dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data dari berbagai narasumber, dalam memilih narasumber penulis mengambil 5 narasumber untuk melengkapi data, narasumber yang penulis pilih ialah
narasumber
yang
terkait
dengan
program
bimbingan
keterampilan menjahit, adapun narasumber yang penulis pilih ialah 1 orang instruktur, 2 orang staf, dan 2 orang anak putus sekolah. Pencarian data dengan metode ini sangatlah penting karena peneliti akan mendapat informasi mengenai hasil pelaksanaan bimbingan keterampilan menjahit. Serta keberhasilan klien dalam keberfungsian sosialnya di dalam masyarakat. c. Dokumentasi, yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
brosur,
foto-foto,
dan
lain
sebagainya.
Tujuan
menggunakan data dengan dokumentasi ialah waktu dan tenaga lebih efisien.14
Husain Usman, Purnomo Setiady Akbar, “Metodologi Penelitian Sosial”. PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008, h. 52. 13 Ibid, h. 55. 14 Ibid, h. 69. 12
12
13
4. Sumber Data a. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari sumber utama (Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, Klien, dan Pengurus Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus) b. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.
5. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jl. Panti Sosial (PPA) No. 1 RT. 06 RW. 01 Kel. Bambu Apus Kec. Cipayung-Jakarta Timur 13890. Adapun waktu Penelitian adalah selama 3 bulan dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014.
6. Teknik Pemilihan Informan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berupaya memperoleh
informasi
tentang
pelaksanaan
program
bimbingan
keterampilan menjahit, hasil, dan dampak dari pelaksanaan bimbingan keterampilan menjahit, maka dalam penelitian ini menggunakan non probability
sampling,
dimana
setiap
populasi
tidak
mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih, tidak representatif, dan tidak membolehkan peneliti membuat generalisasi hasil penelitian. Adapun teknik non probability sampling yang penulis gunakan adalah teknik snow ball sampling. snow ball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semakin membesar seiring perjalanan waktu pengamatan. Berangkat
dari seorang informan untuk mengawali pengumpulan data, kemudian peneliti menemui informan berikutnya sesuai yang disarankan oleh informan pertama, begitu seterusnya hingga peneliti merasa yakin bahwa data yang dibutuhkan sudah di dapat secara memadai. 15 Dalam mencari informasi, penulis mengambil 5 informan untuk melengkapi data yang terdiri dari, 1 instruktur, 2 staf, dan 2 anak putus sekolah. Moleong mengemukakan bahwa informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. 16 Sementara Taylor dan Grinnel mengatakan bahwa informan yang baik adalah mereka yang memahami latar penelitian, terlibat secara aktif didalamnya, bersedia membantu, dapat meluangkan waktunya, dan memberikan tanggapan berdasarkan perspektif masingmasing. Sesuai
dengan
tujuan
penelitian
(yang
bersifat
khusus
informasinya) maka informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : a. Evaluasi input program bimbingan keterampilan menjahit menyangkut tentang persiapan awal untuk menjalankan program bimbingan keterampilan menjahit, yang terdiri dari jumlah staf, jumlah anak/peserta, sarana dan prasarana, dan syarat untuk mengikuti bimbingan keterampilan menjahit. Informasi tersebut dapat diperoleh dari informan staf kantor yang dapat memberikan informasi terkait dengan input pada program bimbingan keterampilan menjahit. Pawito, “Penelitian Komunikasi Kualitatif”. (Yogyakarta: LKIS, 2007), h.92. Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h. 90 15 16
14
15
b. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan menjahit menyangkut
keseluruhan
pelaksanaan
program
bimbingan
keterampilan menjahit dalam meningkatkan kemampuan anak. Informasi tersebut dapat diperoleh dari informan Instruktur sebagai mediator dan educator dalam memberikan informasi perkembangan kemampuan anak dan anak sebagai objek kegiatan bimbingan keterampilan tersebut. c. Evaluasi hasil program bimbingan keterampilan menjahit menyangkut mengenai hasil yang telah dicapai oleh penerima manfaat setelah mereka mengikuti bimbingan keterampilan menjahit yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. Informasi tersebut dapat diperoleh dari informan yang sama dalam proses evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan menjahit tersebut.
7. Teknik Analisis data Analisis data dalam penelitian kualitatif secara teoritis merupakan proses penyusunan data untuk memudahkan penafsirannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk data deskriptif, yaitu data yang berbentuk uraian yang memaparkan keadaan obyek
yang
diteliti
berdasarkan
fakta-fakta
aktual
atau
sesuai
kenyataannya sehingga menuntut penafsiran peneliti yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh.
Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data dari hasil observasi, wawancara dengan tiap-tiap informan dan studi dokumentasi untuk direduksi, dideskripsikan, dianalisis, dan kemudian ditafsirkan. Prosedur analisis terhadap masalah tersebut lebih difokuskan pada upaya menggali fakta sebagaimana adanya (natural setting), dengan teknik analisis pendalaman kajian. Untuk memberikan gambaran data tentang hasil penelitian. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyajikan data deskriptif mengenai Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur, yang di dalamnya memaparkan mengenai evaluasi input, pelaksanaan, dan hasil program bimbingan keterampilan menjahit.
8. Teknik Penulisan Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, dan disetasi”, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2009.
9. Keabsahan Data Untuk memeriksakan dan memastikan keabsahan data penulisan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan, pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Denzim membedakan 4 macam triangulasi. 17
17
Salah satunya adalah Teknik
Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2007, Cet-23, Edisi revisi, h. 330-331.
16
17
Triangulasi Sumber Data, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat suatu informasi yang diperoleh dari instruktur dan peserta pelatihan dengan menggunakan instrumen yang telah disusun atau dipersiapkan untuk pengumpulan data. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik triangulasi sumber data, disini penulis menggunakan klien sebagai pemeriksaan keabsahan data yang penulis peroleh dari pengurus Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus.18
F. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis mengkaji tulisan ini, untuk perbandingan maka penulis memaparkan beberapa skripsi sebagai berikut: 1. Dalam skripsi yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara Dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Disusun oleh
: Sri Rahayu
Fakultas/ Jurusan
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/ Kesejahteraan Sosial
Lulus
: 1430 H/2009 M Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis, dimana letak
perbedaannya antara lain: a. Subjek dan Objeknya
: Subjeknya adalah Yayasan Sayap Ibu
Kebayoran Baru Jakarta Selatan dan Objeknya adalah Evaluasi Pelaksanaan
Program
Terapi
Wicara
Dalam
Meningkatkan
Sri Rahayu, “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara Dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta), h.8. 18
Perkembangan Anak Terlantar yang dilaksanakan oleh Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan. b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah : Pertama, mengetahui bagaimana evaluasi pelaksanaan program terapi wicara di Yayasan Sayap Ibu? Kedua, mengetahui bagaimana hasil pelaksanaan program terapi wicara di Yayasan Sayap Ibu? Berdasarkan hasil observasi penulis dalam skripsi ini para peserta pelatihan terapi wicara dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan hasil yang di dapat para peserta sudah dapat berbicara lebih baik dari sebelumnya.
2. Dalam skripsi yang berjudul Pemberdayaan Keterampilan Menjahit dalam Membangun Kemandirian Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Centre for Street Children. Disusun oleh
: Muhammad Hafidzudin
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu /Kesejahteraan Sosial
Lulus
: 1430 H/2009 M Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis, dimana letak
perbedaannya antara lain: a. Subjek dan Objeknya: subjeknya adalah Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Centre for Street Children dan objeknya adalah keterampilan menjahit untuk anak
18
19
jalanan yang dilaksanakan oleh Social Development Centre for Street di jl. Bambu Apus Jakarta Timur. b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah : pertama, bagaimana pemberdayaan keterampilan menjahit untuk anak jalanan di Social Development Centre for Street? Kedua, hasil dari keterampilan menjahit untuk anak jalanan di Social Development Centre for Street? Berdasarkan hasil observasi penulis dalam skripsi ini dijelaskan mengenai
pemberdayaan
keterampilan
menjahit,
dan
hasil
dari
pemberdayaan keterampilan menjahit kepada anak jalanan di Social Development Centre for Street. Dengan melihat beberapa skripsi terdahulu walaupun hampir sama namun skripsi penulis bahas adalah mengenai Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur. Fokus lembaga tersebut adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar remaja, terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, terampil dan mandiri dengan memberikan bimbingan keterampilan, salah satunya adalah bimbingan keterampilan menjahit. Fokus penulis pada skripsi ini adalah penulis mengevaluasi input, proses, dan hasil bimbingan keterampilan menjahit untuk anak putus sekolah, berdasarkan pembahasan penulis maka judul skripsi penulis ialah “Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Menjahit Untuk Anak Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur”.
G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun kedalam lima bab. Dimana setiap bab terdiri dari sub-sub tersendiri. Agar pembaca
dapat
memahami
uraian
selanjutnya,
maka
penulis
mensistematisasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, memuat : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoristis, merupakan paparan dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian meliputi pembahasan mengenai putus sekolah yang dialami anak-anak di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, akibatnya anak-anak mengalami putus sekolah dan tidak memiliki masa depan yang baik oleh karena itu untuk menangani masalah tersebut Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus mengadakan program bimbingan keterampilan, salah satunya ialah bimbingan keterampilan menjahit.
BAB III
Gambaran
Umum
Lokasi
Penelitian,
bagian
ini
menggambarkan secara umum tentang Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus yang dijadikan sebagai tempat penelitian, meliputi : Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Fungsi Panti Sosial
20
21
Bina Remaja Bambu Apus, waktu pelaksanaan Kegiatan, Struktur Organisasi, Program dan Layanan. BAB IV
Hasil Penelitian, sesuai permasalahan dan tujuan penelitian diuraikan tentang hasil penelitian dalam bentuk deskriptif, termasuk data-data faktual dan studi dokumentasi dengan menjelaskan latar belakang input, pelaksanaan program bimbingan keterampilan menjahit yang berada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. Analisis hasil penelitian, yang merupakan analisa hasil penelitian tentang input, pelaksanaan program bimbingan keterampilan menjahit dan hasil bimbingan keterampilan menjahit tersebut, serta mengevaluasi program bimbingan keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. Sebagai analisa adalah konsep-konsep dan kerangka pemikiran yang ada di bab dua.
BAB V
Penutup yang memuat, kesimpulan yang berisikan penilaian dari hasil evaluasi input, evaluasi pelaksanaan program dan hasil program bimbingan keterampilan menjahit sesuai dengan perumusan
masalah
dan
tujuan
penelitian.
Terakhir
dikemukakan beberapa saran yang terkait dengan permasalahan program
bimbingan
keterampilan
khususnya
keterampilan menjahit.19
19
Rahayu, “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara,” h.15
bimbingan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori-teori Evaluasi Program 1. Definisi Evaluasi Bila berbicara mengenai suatu program tentu tidak akan terlepas dari proses evaluasi, karena untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan penentuan keputusan dari suatu program yang dilaksanakan oleh suatu lembaga organisasi atau instansi, perlu melaksanakan kegiatan evaluasi. Secara umum evaluasi memiliki definisi yaitu sebagai proses yang kompleks yang melibatkan beberapa komponen dan bahan pertimbangan dengan tujuan untuk menilai suatu program yang telah dijalani, menilai keberhasilan ataupun kekurangan dari suatu program yang telah dijalani. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai pengindetifikasikan keberhasilan atau pun kegagalan suatu kegiatan atau suatu program. Program adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.20 Selain itu terdapat beberapa definisi menurut para ahli mengenai evaluasi, sebagai berikut : 1. Para komite untuk standar evaluasi yang terdiri dari 17 anggota yang mewakili 12 organisasi sehubung dengan evaluasi sebagai 20
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian, PT: Rineka Cipta, Jakarta 2008, h. 9.
22
23
berikut, Evaluasi adalah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa objek.21 2. Gosling dan Edward mendefinisikan evaluasi sebagai penilaian yang dilakukan pada waktu tertentu terhadap dampak dari serangkaian kegiatan dimana tujuan yang telah ditetapkan tercapai. 3. Fink dan Kosecoff juga
mendefinisikan
evaluasi
sebagai
serangkaian prosedur untuk menilai mutu suatu program dan menyediakan informasi tentang tujuan, aktifitas, hasil, dampak dan biaya program. 4. Sedangkan Casley dan Kumar mendefinisikan evaluasi sebagai suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi dan dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 5. Worthen
dan
Sanders
(1973,
dalam
Anderson
1971)
mendefinisikan evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, juga alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.22
21
Ibid, h. 3-4. Suharsimi Arikunto, Cepi Syarifudi Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta: 2009, h.1-2. 22
Dari definisi diatas, penulis sependapat dengan definisi yang diutarakan oleh Fink dan Kosecoff yang mendefinisikan evaluasi sebagai serangkaian prosedur untuk menilai mutu suatu program dan menyediakan informasi tentang tujuan, aktifitas, hasil, dampak dan biaya program. Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh evaluator untuk menilai keberhasilan ataupun kegagalan suatu program secara berkala yang telah dijalankan oleh lembaga ataupun instansi agar dapat ditindak lanjuti keputusan yang akan di ambil berikutnya.
2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Evaluasi pada dasarnya merupakan suatu proses belajar memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam menyelesaikan tujuan yang diharapkan. Evaluasi juga merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan dalam menilai suatu program yang telah dijalankan, sehingga mereka yang telah melakukan evaluasi dalam diri sendiri atau pun kelompok dapat melakukan pembelajaran melalui pengalaman pada waktu evaluasi. Tujuan evaluasi program menurut Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat” adalah sebagai berikut23:
23
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Kahian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, Cet 1, 2005), h.119.
24
25
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana Menurut Feurstein evaluasi penting untuk dilakukan, oleh karena itu beliau memberikan 10 alasan antara lain sebagai berikut :24 a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program c. Meningkatkan pemnatauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik
24
Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. (Jakarta:FEUI Press), Cet 3, Edisi Revisi, h.188
h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.
3. Model-model Evaluasi Pada tahap evaluasi ada banyak model-model atau jenis-jenis dari evaluasi program, dalam penulisan skripsi ini penulis mengutip beberapa kutipan dari para ahli, antara lain : a. Pelaksanaan evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert yang dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi. Tiga unsur utama yang terkait adalah: 1) Evaluasi input adalah klien, staf, dan program serta sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Tiga unsur utama yang terkait dengan evaluasi ini adalah klien, staf dan program. Pietzark dan kawan-kawan menjelaskan bahwa variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan
26
27
keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi staf seperti latar belakang pendidikan staf, pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu seperti: lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. Ada empat kriteria yang dapat dikaji dalam evaluasi input, antara lain adalah sebagai berikut: a) Tujuan dan obyektif b) Penilaian terhadap kebutuhan komunitas c) Standar dari suatu praktek yang terbaik d) Biaya per unit layanan 2) Evaluasi proses, menurut Pietrzak dkk, memfokuskan diri pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti: ‘standar praktek terbaik’, kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan klien. 3) Evaluasi hasil, yaitu diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan. Pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah:
a) Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya. b) Bagaimana
masyarakat
akan
menjadi
berbeda
setelah
menerima bantuan program tersebut.25 b. Model evaluasi CIPP dikembangkan oleh Stufflebean dan Shinkfield. CIPP merupakan singkatan dari Context, Input, Process, dan Product. Stufflebeam
merumuskan
evaluasi
sebagai
suatu
proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi untuk menilai alternatif keputusan. Penjelasan CIPP dijelaskan sebagai berikut : 1) Contect evaluation, to serve planning decision Konteks
evaluasi
ini
membantu
merencanakan
keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program. 2) Input evaluation, structturing decision Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumbersumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
25
Ibid, h.160
28
29
3) Process evaluation, to serve implementing decision Evaluasi proses membantu mengimplementasikan keputusan sampai sejauh mana rencana telah diterapkan, apa yang harus direvisi?. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki. 4) Product evaluation, to serve recyding decision Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya, apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah program berjalan?26 Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menggunakan model evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert yang dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi. Penulis akan mengevaluasi bagaimana input dalam program
bimbingan
keterampilan
menjahit,
pelaksanaan
(proses)
bimbingan keterampilan menjahit yang diikuti oleh anak putus sekolah di PSBR, dan penulis juga mengevaluasi bagaimana hasil setelah anak-anak putus sekolah mengikuti bimbingan keterampilan menjahit di PSBR.
4. Pendekatan dalam Evaluasi Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain
26
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian, PT: Rineka Cipta, Jakarta 2008, h. 13-22.
tujuan dan prosedur evaluasi. Menurut Farida Yusuf, ada beberapa pendekatan evaluasi yaitu sebagai berikut : a. Pendekatan experimental, yaitu evaluasi yang berorientasi pada penggunaan experimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. b. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yaitu pendekatan ini memakai
tujuan
program
sebagai
kriteria
untuk
menentukan
keberhasilan. Pendekatan evaluasi semacam ini merupakan pendekatan yang amat wajar dan praktis untuk desain dan pengembangan program. 1) Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai; pendekatan ini perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut. 2) Pendekatan yang responsif, pendekatan evaluasi responsif ini percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandang dari semua orang yang terlibat, berminat, dan yang berkepentingan dengan program. c. Pendekatan
yang
berfokus
kepada
keputusan,
pendekatan
ini
menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola
30
31
program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.27
5. Desain Evaluasi Desain evaluasi program (Carol Tayler Fitz-Gibbon & Lynn Lyons Morris, 1987), suatu desain ialah rencana yang menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi. Alasan utama memakai desain yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Semua orang yang terlibat dalam evaluasi adalah orang yang tepat, dilakukan pada waktu yang tepat, dan ditempat yang tepat seperti yang telah direncanakan. Pada dasarnya suatu desain ialah bagaimana mengumpulkan informasi yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi dapat dipakai untuk menilai manfaat dan besarnya program apakah akan diperlukan atau tidak.28 a. Desain dalam evaluasi sumatif Biasanya
desain
dihubungkan
dengan
evaluasi
sumatif,
evaluator sumatif diharapkan membuat kesimpulan umum, menyingkat dan membuat laporan tentang keberhasilan program, karena laporan tersebut dapat mempengaruhi keputusan tentang masa depan program atau nasib orang lain, maka evaluator perlu mendukung penemuannya dengan data yang cukup terpercaya. 27 28
Ibid, h.23 Ibid, h.64
Biasanya desain dibuat sebagai metode untuk melakukan eksperimen ilmiah, metode dimana orang dapat membuat dampak secara logika pada hasil sesuatu perlakuan yang dibuatnya, misalnya evaluasi pendidikan, perlakuannya. Evaluasi sumatif sebaiknya memakai dengan eksperimen apabila meneliti program yang akan di evaluasi dengan hasil evaluasinya. b. Desain dalam evaluasi formatif Menggunakan desain formatif dalam program berarti karyawan program akan berkesempatan melihat dengan seksama keefektifan program dan komponen yang ada di dalamnya. Hal ini memungkinkan evaluator menjalankan fungsinya yang utama, menganjurkan orangorang program mengamati terus menerus dengan cermat kegiatankegiatan dalam program.29
6. Indikator Evaluasi Secara umum, indikator dapat di definisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan
29
Ibid, h.64-67.
32
33
kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukkan suatu keadaan.30 Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan yaitu : indikator ketersediaan, indikator relevansi, indikator efesiensi, dan indikator keterjangkauan. a. Indikator Ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada. b. Indikator Relevansi. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan. c. Indikator Efesiensi, indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisiensi), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. d. Indikator Keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan
masih
berada
dalam
jangkauan
pihak-pihak
yang
membutuhkan.31
30
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Kahian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, Cet 1, 2005), h.126. 31 New Life Options : Evaluasi Program, h.73.
B. Bimbingan Keterampilan 1. Definisi Bimbingan Keterampilan Sebelum membahas mengenai bimbingan keterampilan lebih jauh, terlebih dahulu penulis menguraikan mengenai definisi bimbingan itu sendiri, yang ditinjau dari beberapa pendapat para ahli antara lain : a. Year’s Book of Education 1955, mendefinisikan bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. b. Stoops dan Walquist, mendefinisikan bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. c. DR. Moh Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian
dalam
pemahaman
diri,
penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. d. DR. Rachman Natawidjaja, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, 34
35
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umunya. Bimbingan membantu indidvidu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.32 Dari beberapa definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa definisi bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang berkelanjutan secara sistematis kepada individu ataupun kelompok, melalui usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh individu itu sendiri agar dapat memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Sedangkan pengertian keterampilan itu sendiri adalah kecakapan untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, atau dengan kata lain keterampilan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang kompleks dengan mudah dan cermat serta dapat menyelesaikannya dengan baik.33 Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi bimbingan keterampilan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengasah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
32
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3-5. Sulistiyani, “Evaluasi Program Bengkel Kreativitas Dalam Pelayanan Pendidikan Anak Pemulung”, h.36-37. 33
individu sesuai dengan keinginan, pemahaman, pengetahuan dalam bidang keterampilan yang dimiliki, sehingga mereka dapat menjadi seorang tenaga kerja yang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, agar mereka mendapatkan penghasilan serta penghidupan yang layak di masyarakat. Adapun bimbingan keterampilan yang diteliti oleh penulis merupakan kategori dalam pendidikan non formal, dimana pendidikan non formal merupakan pendidikan yang telah ada dalam diri manusia jauh sebelum ia mendapat
pendidikan formalnya. Adapun bimbingan
keterampilan yang diberikan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur, kepada para anak asuhnya antara lain ialah : bimbingan keterampilan salon atau tata rias rambut, menjahit, elektro, las, otomotif motor dan otomotif mobil. Namun disini penulis lebih memfokuskan bimbingan keterampilan menjahit yang diberikan PSBR kepada anak putus sekolah.
2. Tujuan Bimbingan Keterampilan Tujuan dari diadakannya bimbingan keterampilan adalah sebagai berikut : a. Membantu individu untuk mengembangkan pengetahuan diri sesuai dengan kecakapan yang dimiliki
36
37
b. Membantu proses sosialisasi dan sensitivitas kepada kebutuhan orang lain. c. Membantu individu untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam proses belajar sehingga tercapai kemajuan yang berarti. d. Membantu memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan dalam proses pendidikan e. Membantu individu dalam proses memilih pekerjaan dan memasuki dunia kerja.34
3. Metode dan Teknik Bimbingan Dalam buku yang berjdul “Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (Konseling) Islam”, dijelaskan beberapa metode dan teknik dalam bimbingan yaitu:35 a. Wawancara Wawancara merupakan salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan serta mengetahui mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan yang ada dalam diri klien. Dalam jalnnya wawancara
34 35
h.122-126.
Ibid, h.37-38 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:2008),
seorang pembimbing harus melakukan pencatatan mengenai informasi tentang klien misalnya dengan cara merekam percakapan tersebut. b. Observasi Observasi adalah salah satu cara yang digunakan dengan cara mengamati secara langsung sikap dan prilaku klien yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental dan kejiwaannya. Dalam hal ini ada dua observasi, pertama yaitu observasi secara langsung yaitu dengan pembimbing ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang dijadikan objek observasi, observasi ini sering disebut dengan observasi partisipasi. Kedua, observasi non partisipan yaitu pembimbing berada diluar obyek atau peran yang sedang diidentifikasi, bisa dilakukan dari jarak dekat maupun jarak jauh. c. Tes (Kuesioner) Tes/kuesioner merupakan teknik bimbingan dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan yang telah disediakan alternatif jawabannya. Penggunaan teknik ini ialah untuk mengetahui fakta dan fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui teknik wawancara dan observasi. d. Bimbingan kelompok Ialah teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan lain
38
39
sebagainya. Penggunaan teknik ini biasanya untuk mempelajari dan mengetahui komunikasi dan interaksi sosial yang dilakukan klien.
C. Anak Putus Sekolah 1. Definisi Anak Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja.36 Anak pada hakikatnya adalah seorang manusia atau makhluk individu yang memiliki pola perkembangan tertentu dan kebutuhan yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menurut kamus disebut dengan manusia kecil, sedangkan menurut ahli psikologi anak disebut sebagai manusia kecil yang memiliki potensi, tingkah laku dan karakteristik tertentu dan khas yang tidak sama dengan orang dewasa dan harus dikembangkan, sehingga nantinya ia akan berkembang menjadi dewasa seutuhnya yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi.37 Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada E. Simangunsong “Pengertian Anak” diakses pada tanggal 24 Desember 2013 dari artikel : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24631/4/Chapter%20II.pdf 37 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks, Jakarta 2009, h.40. 36
antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Pada perilaku sosial, anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
2. Definisi Pendidikan
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.38 Sedangkan pengertian pendidikan menurut para ahli adalah sebagai berikut
Haryanto, “Pengertian Pendidikan” diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari artikel : http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ 38
40
41
a. Menurut John Dewey, Pendidikan adalah tuntutan terhadap proses pertumbuhan dan proses sosialisasi anak. Dalam proses pe5rtumbuhan ini anak mengembangkan dirinya ke tingkat yang makin lama makin sempurna, sesuai dengan teori evolusi Darwin (Soemadi Tj. 1981: 24) b. Menurut J.J. Rousseau, Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti.39
Dari definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah Bimbingan atau pembekalan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Menurut Syamsuar Mochtar ada langkah-langkah belajar mengajar yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut: a. Membina
dengan
memotivasi
belajar
dan
memberikan
rangsangan belajar b. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa mencari jawaban c. Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya d. Membimbing siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis.40 Hasbullah, “Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli”, artikel diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan#DEFINISI_PENDIDIKAN 39
3. Definisi Anak Putus Sekolah Sedangkan anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anak putus sekolah juga dapat dikatakan sebagai anak yang tidak lagi melanjutkan pendidikan di jenjang pendidikan dasar.41
4. Faktor Penyebab Anak menjadi Putus Sekolah Ada dua faktor penyebab anak putus sekolah, yaitu faktor Internal yang berasal dari keluarga dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat. Ada pun faktor internal dan eksternal penyebab anak putus sekolah adalah sebagai berikut42 : a. Faktor internal : 1) Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban biaya sekola.ak dipengaruhi oleh berbagai faktor
40
Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h.119. 41 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010), h. 355. 42 Eny Wiji Lestari, “Makalah Anak Putus Sekolah”, artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2014 dari http://eonyhuh.blogspot.com/2013/05/makalah-faktor-penyebab-anak-putus.html
42
43
2) Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas , prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah. 3) Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena Droup Out. b. Faktor Eksternal 1) Keadaan status ekonomi keluarga. 2) Kurang Perhatian orang tua 3) Hubungan orang tua kurang harmonis
Dr. Yunita, MPd sebagai pakar pendidikan asal UIN Sunan Gunung
Djati
Bandung
mengatakan
ada
beberapa
faktor
yang
menyebabkan anak putus sekolah, antara lain biaya sekolah yang terlalu mahal, sekolah membosankan, tidak dapat membeli buku dan peralatan belajar, dan guru melakukan kekerasan. Faktor lain yang tidak kalah mempengaruhi anak putus sekolah yaitu orangtua tidak memberikan motivasi, prestasi buruk dalam pelajaran disekolah, serta ada diskriminasi dari pihak sekolah.43
Menurut Johannes Muller (1980), kemiskinan dan ketimpangan struktur
institusional
kesempatan
adalah
masyarakat
variabel
khususnya
utama
anak-anak
yang untuk
menyebabkan memperoleh
pendidikan menjadi terhambat. Dari segi pendidikan, anak-anak yang bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah, baik putus sekolah Mr. Dan O’Donnell, Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. UNICEF, 2006, h. 128 43
karena bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian bekerja. Bagi anak-anak, sekolah dan bekerja adalah beban ganda yang sering kali dinilai terlalu berat, sehingga setelah ditambah tekanan ekonomi dan faktor lain yang sifatnya sturktural, tak pelak mereka terpaksa memilih putus sekolah ditengah jalan.44
Menurut hasil kajian Sukmadinata (1994), faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orangtua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Disamping itu, tidak jarang terjadi orangtua meminta anaknya berhenti sekolah karena mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan orangtua. Selain itu faktor kelelahan fisik dan sejenisnya, ditambah lagi pengaruh lingkungan teman seusia yang rata-rata memang kurang perhatian kepada kegiatan belajar, serta prestasi belajarnya disekolah relatif rendah, dan bahkan DO sebelum waktunya.
Secara garis besar, karakteristik anak yang putus sekolah adalah pertama, berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran di sekolah, terkesan memahami belajar hanya sekadar kewajiban masuk di kelas, dan mendengarkan guru berbicara tanpa dibarengi dengan kesungguhan untuk mencernapelajaran secara baik. Kedua, akibat prestasi belajar yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya, kebanyakan anak putus sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibandingkan teman-teman sekelasnya. Ketiga, kegiatan belajar dirumah tidak tertib, dan tidak 44
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010), h. 341.
44
45
disiplin, terutama karena tidak didukung oleh upaya pengawasan dari pihak orangtua. Keempat, perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai di dominasi oleh kegiatan lain yang tidakada hubungannya dengan pelajaran. Kelima, kegiatan bermain dengan teman sebayanya meningkat pesat. Keenam, mereka putus sekolah ini kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak teratur (Marzuki, 1994).45
45
Ibid, h. 343.
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Anak atau remaja adalah amanah Tuhan yang maha kuasa yang harus dijaga dan dipelihara. Dilihat dari sisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, anak merupakan generasi muda atau penerus bangsa Indonesia. Kemajuan bangsa di masa mendatang ditentukan oleh kualitas anak pada saat ini. Kualitas generasi muda atau remaja sendiri sangat ditentukan oleh seberapa besar perhatian keluarga, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berperan serta dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak secara wajar. Karena sesuatu hal, tidak semua anak dapat tumbuh kembang secara wajar, mereka adalah anak-anak yang mengalami hambatan rohani, jasmani maupun sosial ekonomi yang membutuhkan pelayanan secara khusus yakni remaja terlantar putus sekolah. Berdasarkan kondisi remaja tersebut diatas, Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur sebagai Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) dilingkungan Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI melaksanakan tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, melalui kegiatan sosial, mental, fisik serta bimbingan sosial dan keterampilan kerja dengan tujuan agar remaja terlantar putus sekolah yang menerima pelayanan dapat berkembang secara wajar, 46
47
mandiri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara baik ditengah masyarakat serta dapat terampil dan aktif dalam pembangunan. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur sebagai Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) berada di bawah naungan Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI. Berikut buktibukti surat kepemilikan tanah46: 1. Bukti Pemilikan Tanah
:Sertifikat
SK
Mensos
Nomor
:
31/HUK/1989. 2. Status Tanah
: Sertifikat No: 09.04.08.01.4.00002
B. Landasan Hukum 1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 3. Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 4. Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial 5. Permensos RI Nomor : 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.47
46 47
Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Ibid
C. Visi dan Misi 1. Visi “Mewujudkan
PSBR
Bambu
Apus
sebagai
lembaga
penyelenggara pelayanan Rehabilitasi Sosial secara Prima bagi Remaja Terlantar Putus Sekolah” 2. Misi a. Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang efektif dan efisien. b. Melaksanakan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang prima, profesional dan berkelanjutan sesuai prosedur dan standar pelayanan. c. Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggaraan rehsos bagi remaja yang akuntabel, transparan dan profesional.48
D. Tujuan Berdirinya Lembaga Tujuan PSBR Bambu Apus adalah terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar remaja, terbentuknya karakter remaja yang jujur, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, terampil dan mandiri. Terlaksananya proses rehabilitasi sosial yang selaras dengan tuntutan kebutuhan penerima manfaat dan masyarakat dan tersedianya Sumber Daya Manusia Pusat Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus yang professional dan
48
Ibid
48
49
berkualitas serta terselenggaranya administrasi dan manajemen Pelayanan yang sistematis, terkoordinasi, terdokumentasi dan konsisten.49
E. Penerima Manfaat (Klien) 1. Jangkauan Pelayanan dan Perekrutan Menyadari perlunya pusat pemberdayaan dan pengembangan diri bagi remaja, sejak 1 September 1994 PSBR telah menerima sekitar 75 angkatan. Setiap tahun ada dua kali pendaftaran yang dilaksanakan setiap bulan Nopember dan Desember untuk angkatan pertama, sedangkan angkatan kedua pada bulan Mei dan Juni. Jangkauan Pusat Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur Tahun 2013 yang merupakan wilayah sasaran program penerima manfaat meliputi Regional Jawa : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur.50 2. Deskripsi Klien Sesuai dengan latar belakang berdirinya PSBR ini adalah untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, melalui kegiatan sosial, mental, fisik serta bimbingan sosial dan keterampilan kerja dengan tujuan agar remaja terlantar putus sekolah yang menerima pelayanan dapat berkembang secara wajar, mandiri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara baik ditengah masyarakat juga serta dapat
49 50
Ibid Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri, Jakarta, 10 April 2014
terampil dan aktif dalam pembangunan. Oleh karena itu penerima manfaat di PSBR Bambu Apus memiliki tipe “Normal Functioning” yakni klien PSBR Bambu Apus
dapat dikatakan berfungsi secara
normal.51 3. Kriteria Pemilihan Kriteria untuk menjadi calon penerima manfaat di PSBR Bambu Apus adalah sebagai berikut : a) Anak laki- laki atau perempuan b) Remaja terlantar dan Putus Sekolah pada tingkat SD, SMP, SLTA atau yang sederajat. c) Usia 15 s/d 18 tahun d) Tidak mampu e) Sehat jasmani dan rohani f) Tidak bertato dan narkoba atau tindak kriminal lainnya g) Surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat h) Lulus seleksi oleh Instansi Sosial setempat atau petugas panti i) Surat penyerahan dari orang tua / keluarga j) Akte kelahiran/ surat kenal lahir.52
51 52
ibid Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
50
51
4. Proses Penerimaan Proses penerimaan calon penerima manfaat PSBR Bambu Apus adalah sebagai berikut53 : a) Sosialisasi Sosialisasi program adalah kegiatan penyebarluasan informasi tentang PSBR secara umum kepada masyarakat. Tujuan sosialisasi ini adalah : 1) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami tugas pokok dan Fungsi PSBR. 2) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami Status PSBR sebagai UPT milik Kementrian Sosial RI. 3) Peserta pertemuan mengetahui dan memahami maksud dan tujuan PSBR. 4) Peserta pertemuan mengetahui program- program yang ada di PSBR, seperti Administrasi, Orientasi Penerima Manfaat, Penelusuran Minat Bakat (PMB) Penerima Manfaat, Out Bond, Bimbingan Sosial Penerima Manfaat, Kegiatan Bimbingan Keterampilan Penerima Manfaat, Kegiatan Kunjungan Industri Penerima Manfaat, Pembekalan dan Persiapan Magang, Magang/ Praktek Belajar Kerja Penerima Manfaat, Monitoring Magang,
53
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri, Jakarta, 10 April 2014
Kegiatan Widyawisata Penerima Manfaat, dan Penyuluhanpenyuluhan. b) Pendaftaran Pendaftaran pendaftaran,
merupakan
mewawancarai,
kegiatan melakukan
membagikan observasi
formulir sekaligus
mencatat anak remaja calon binaan PSBR di lokasi (tempat tinggal calon binaan). Beberapa aspek yang harus diperoleh dari kegiatan ini adalah : 1) Identitas calon binaan (nama calon, usia, pendidikan terakhir, permasalahan yang dihadapi anak pada waktu tersebut. 2) Identitas Orang tua/wali (nama, alamat orang tua/wali, usia, pekerjaan). 3) Jumlah saudara kandung calon (bila ada alamat keluarga / warga terdekat yang tinggal di sekitar PSBR Bambu Apus). 4) Penyebab keterlantaran (putus sekolah). c) Seleksi Seleksi adalah kegiatan untuk memilah dan memilih atau menentukan calon peserta atau penerima manfaat di PSBR Bambu Apus yang dilakukan tim seleksi. Tim Seleksi ini diketuai oleh seorang pekerja sosial yang ditunjuk berdasarkan SK Pimpinan
52
53
PSBR. Seleksi terhadap calon penerima pelayanan PSBR didasarkan pada kriteria pemilihan yang telah dijelaskan di atas. d) Registrasi Registrasi
adalah
kegiatan
mencatat,
menyimpan
serta
mengagendakan data-data calon penerima manfaat PSBR ke dalam buku register. Kegiatan registrasi dilakukan di PSBR Bambu Apus dan dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan SK Kepala panti. e) Orientasi Orientasi adalah proses yang diselenggarakan oleh PSBR untuk melakukan penyesuaian fisik, psikis dan mental anak calon penerima pelayanan ke dalam metode pelayanan yang ada. Prosedur Penerimaan Calon Penerima Manfaat di PSBR Bambu Apus
1
DITERIMA OLEH
SELEKSI PERSYARATAN ADMINISTRASI
2
PEMERIKSAAN KESEHATAN
3
4
5
PELAYANAN DI DALAM PANTI SELAMA 6 BULAN
WAWANCARA: 5
PENETAPAN DI RUMAH ASUH
5 -
- PEKSOS TEST PSIKOLOGIS
Tahapan Pelayanan terhadap Penerima Manfaat di PSBR Bambu Apus
AKSES
REMAJA PUTUS SEKOLAH
(Datang Sendiri, Media Online, Rujukan Dinas Sosial, Dll)
INTAKE & ENGAGEME NT Asesmen Awal Seleksi Kontrak Layanan
ASESSMENT & CASE RECORDING Assesment Lanjutan Case Recording Networking & Coordination Case Conference Home Visit
RENCANA PELAYANAN Perencanaan Pengasuhan Kunjungan Industri Penyuluhan&Ce ramah Umum
IMPLEMENTA SI & SUPERVISI Pemenuhan Kebutuhan dasar Bimbingan Sosial, Psikologis, Mental dan Fisik Bimbingan Keterampilan Rekreasi
RE-INTEGRASI & FOLLOW UP Pembekalan magang Magang Monitoring Magang
TERMINASI/REFERAL
BIMBINGAN LANJUT
MONITORING DAN EVALUASI (Monev, Conditionalities, Akuntabilitas, Respon Pengaduan Masyarakat)
PENCEGAHAN Public Awareness/SosialCampaingn, PendidikanMasyarakat, PenyebarLuasanInformasi
54
55
F. Program 1. Pelaksanaan Program Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Jakarta selaku Mitra Kerja di bawah naungan Kementrian Sosial RI yakni satuan kerja perangkat wilayah yang berada di Jakarta Timur dalam tahun pelaksanaan Anggaran 2013 melaksanakan Kegiatan Program terhadap Penerima Manfaat dengan sasaran target 150 anak pada masing- masing tiap angkatan. Seksi Rehabilitasi Sosial yang bertugas untuk membuat rancangan program kegiatan untuk Penerima Manfaat untuk satu tahun. Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Sosial dan Keterampilan Kerja selama tahun 2013 telah dilaksanakan dengan kegiatan54 : a. Administrasi 1) Mempersiapkan agenda dan data awal tentang penerima manfaat 2) Tersedianya catatan study kasus dan persyaratan administrasi 3) Mempersiapkan atau menyediakan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan seperti : alat tulis dan buku tulis dan peralatan penunjang untuk penerima manfaat. 4) Menyusun berkas biodata dan data kesehatan penerima manfaat. 54
Wawancara Pribadi dengan Ibu Harfiah, Jakarta, 10 April 2014
5) Buku perkembangan penerima manfaat. 6) Mempersiapkan buku induk penerima manfaat. 7) Menyusun dan menelaah identitas calon penerima manfaat. b. Orientasi Penerima Manfaat Pelaksanaan orientasi penerima manfaat di lingkungan panti bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan kedisiplinan remaja dalam pelaksanaan orientasi juga dilakukan pengenalan program dan kegiatan penunjang . c. Penelusuran Minat Bakat (PMB) Penerima Manfaat Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan penerima
manfaat
pada
jurusan
yang
sesuai
dengan
kemampuannya. Juga agar penerima manfaat dapat mengikuti proses belajar-mengajar dengan baik. d. Out Bond Maksud dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk mengembangkan potensi diri dan menumbuhkan rasa percaya diri pada penerima manfaat. Juga untuk membentuk disiplin kerja dan memotivasi diri dalam bekerja. e. Bimbingan Sosial Penerima Manfaat Bimbingan sosial adalah proses komunikasi dan informasi edukasi dan motivasi yang terencana, terarah, dan berkelanjutan 56
57
untuk memberikan pengetahuan dan mendorong perubahan sikap dan perilaku. Adapun materi bimbingan sosialnya adalah Bimbingan dalam PBB (Pelajaran Baris Berbaris), Bimbingan Perubahan Perilaku, Bimbingan Keorganisasian/Kepemimpinan, Pengetahuan tentang NAPZA, Bimbingan Sosial Masyarakat, Etika Sosial Remaja, dll. f. Kegiatan Bimbingan Keterampilan Penerima Manfaat Bimbingan keterampilan kerja dilakukan agar remaja memiliki kemampuan dan kemandirian sehingga mereka dapat terampil dan aktif berpartisipasi di masyarakat dengan bekal keterampilan dasar yang dimiliki yang memungkinkan bagi mereka untuk pemenuhan kebutuhan hidup di masa depan. Bimbingan keterampilan yang ada di PSBR yaitu bimbingan keterampilan Menjahit, Las, Elektro, Salon, Otomotif Motor, dan Otomotif Mobil. g. Kegiatan Kunjungan Industri Penerima Manfaat Kunjungan industri sebagai salah satu pelengkap dari proses bimbingan keterampilan kerja, dan kegiatan ini di harapkan mampu memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja. h. Pembekalan dan Persiapan Magang Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pemantapan penerima manfaat yang akan mencari tempat magang untuk diberi
kesempatan menimba ilmu di berbagai unit usaha sesuai dengan keterampilannya. i. Magang/ Praktek Belajar Kerja Penerima Manfaat Kegiatan magang merupakan ajang pengenalan lembaga tempat bekerja sekaligus mengasah kemampuan penerima manfaat dalam bidang keterampilan yang dimiliki dan diperoleh selama bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan selama di panti. Kegiatan ini dilaksanakan selama 27 hari. j. Monitoring Magang Untuk mengetahui dan mengontrol pelaksanaan magang yang dilaksanakan oleh PM, maka diadakan kegiatan monitoring magang bagi PM tersebut. k. Kegiatan Widyawisata Penerima Manfaat Widya wisata merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan pada Penerima Manfaat agar telibat langsung pada aktifitas permainan. l. Penyuluhan- penyuluhan Penyuluhan atau ceramah umum dilaksanakan di Aula PSBR setiap selesai dilaksanakannya magang.
58
59
G. Sarana dan Prasarana Pusat Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur berada di areal tanah luas seluas 103.400 m2 sesuai dengan pembuatan sertifikat tanah pengganti dengan surat ukur pengesahan akta Notaris Hetty Siagian, SH dengan SPK Nomor : 831H/PPK-UM/X/2010 tanggal 01 Oktober 2010 yang terdiri atas bangunan- bangunan sebagai berikut55 : Tabel 1. Sarana dan Prasarana No. Sarana dan Prasarana 1. Gedung kantor dan ruang aula 2. Rumah asuh (cottage) 3. Gedung Poliklinik / Perlindungan Sosial Anak 4. Dapur umum dan ruang makan 5. Gedung instalasi produksi (shelter workshop) 6. Ruang bimbingan / praktek keterampilan 7. Ruang Ibadah 8. Gedung fungsional peksos dan konseling 9. Pos jaga / keamanan 10. Rumah dinas kepala panti 11. Rumah dinas type 45 12. Rumah dinas type 70 13. Lapangan futsal 14. Lapangan volley ball/basket 15. Gedung olah raga bulu tangkis 16. Taman kanak-kanak (TK) 17. Taman anak sejahtera kasih ibu 18. Pusat pelayanan terpadu / gedung ADK
55
Jumlah 1 unit 23 unit 1 unit 1 unit 5 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 10 unit 9 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit
Wawancara Pribadi dengan Bapak Zulkifli (Staff TU), Jakarta, 11 April 2014
H. Struktur Lembaga dan Divisi-divisi 1. Struktur OrganisasiI Pusat Lembaga Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta KEMENSOS RI NP.106/HUK/201456 : Kepala Lembaga
Dra. Ignatia Sri Wuwuh P, M.Si Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Dyah Wijayanti A.KS, M.Kesos
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Kepala Seksi Program dan Advokasi sosial
Namin Sunarto, AKS
Hasrifah M.Ssi
Kelompok Jabatan Fungsional Dra. Habibi Tamher, M.Si
Shelter Workshop Instalasi Produksi
2. Deskripsi Pekerjaan a. Sub Bagian Tata Usaha berperan dalam bertugas melakukan penyiapan
56
penyusunan
anggaran,
Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
60
urusan
surat-
menyurat,
61
kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan b. Program dan Advokasi Sosial (PAS) berperan melakukan penyusunan rencana program pelayanan rehabilitasi sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan. c. Seksi
Rehabilitasi
Sosial
bertugas
melakukan
observasi,
identifikasi, registrasi pemeliharaan jasmani dan penetapan dignosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut. d. Pekerja Sosial berperan dalam hal (Assessment) pengungkapan dan pemahaman masalah penerima manfaat, melakukan pendekatan kepada
sasaran
melaksanakan
program, pemberian
motivasi materi
dan
dukungan
bimbingan
sosial,
sosial, serta
mencarikan alternative pemecahan masalah penerima manfaat, membuat catatan perkembangan klien, Pekerja sosial yang kompeten
dan
Petugas
Sosial
Professional
pengembangan dan penyaluran Penerima Manfaat.57
57
Wawancara Pribadi dengan Ibu Harfiah, Jakarta, 10 April 2014
melakukan
I. Sumber Daya Manusia58 1. Latar Belakang Pendidikan Tabel 2. Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Strata 2 Strata 1 Diploma IV Diploma III SLTA/SMPS SLTP SD Jumlah
Jumlah Orang 7 12 9 8 12 2 50
Keterangan
2. Gender dan Keragaman Etnis Tabel 3. Komposisi pegawai PSBR menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 No 1 2
Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan Jumlah
Jumlah Orang 25 25
Prosentase (%) 50 50
50
100%
Keterangan Pensiun 1 org
Dengan prosentase yang seimbang 50:50, tidak adanya diskriminasi gender pegawai di lingkungan kerja PSBR. Mereka semua mengerjakan tugasnya tanpa melihat gender bahwa pegawai wanita harus melakukan ini atau tidak harusnya menempati jabatan ini, dll.
58
Wawancara Pribadi dengan Bapak Zulkifli, Jakarta, 11 April 2014
62
63
3. Jumlah pegawai dari Jabatan Tabel 4. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013 No Jabatan 1 Kepala Panti 2 Subbag Tata Usaha a. Kepala Sub Bagian b. Staf Sub Bagian 3 Seksi Program dan Advokasi a. Kepala Seksi b. Staff Seksi 4 Seksi Rehabilitasi Sosial a. Kepala Seksi b. Staff Seksi 5 Fungsional
Jumlah Orang 1
Keterangan
1 18 1 2 1 6
a. Pekerja Sosial
15
b. Perencana c. Arsiparis d. Pranata komputer e. Instruktur
1 -
f. Penyuluh Sosial g. Pustakawan
1 -
h. Psikolog i. Dokter/perawat
1 -
j. Perawat/paramedis k. Verifikator Keuangan
2 -
Fungsional Angka Kredit Fungsional Angka Kredit
Fungsional Angka Kredit Fungsional Non Angka Kredit Fungsional Non Angka Kredit Sda
4. Pengembangan Kompetensi Staff Dalam rangka pembinaan pegawai di lingkungan PSBR, upaya dan langkah- langkah yang diambil antara lain :
a) Meningkatkan observasi dan pengawasan dalam bidang tugas pekerjaan pegawai, dan pemberian sanksi berupa teguran lisan maupun tertulis pada pegawai yang melanggar aturan sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. b) Mengontrol daftar hadir (absensi) pegawai pada setiap hari kerja. c) Memberikan arahan, teguran, dan nasehat kepada pegawai yangmenunjukkan gejala tidak disiplin. d) Melaksanakan Apel pagi setiap hari Senin dan Kamis. e) Kegiatan
Pembinaan
Pegawai.
Tahun
2012
pelaksanaan
pembinaan pegawai dipusatkan di Hotel Marbella, Anyer, Propinsi Banten dari tanggal 23 s/d 24 April 2012. Bertindak selaku pembina adalah Bapak Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementrian Sosial RI yakni Drs. Syamsudi, MM. Dalam kegiatan pembinaan pegawai juga dilaksanakan Outbond Training guna mendukung maksud dan tujuan diselenggarakannya acara dimaksud.
5. Penilaian Pekerja Kepala Seksi masing- masing program mempunyai caranya sendiri untuk mensupervisi dan mengevaluasi staffnya. Seperti yang telah kami ketahui bahwa Ibu Hasrifah selaku Kepala Seksi Program
64
65
dan Advokasi Sosial membuat absen pribadi untuk staffnya dan selalu di pantau mengenai pekerjaan para staffnya. Ibu Dyah dan juga seluruh Kepala Seksi selalu mengevaluasi hasil pekerjaannya ketika menyelesaikan suatu kegiatan.
J. Keuangan Laporan keuangan ini mencakup beberapa transaksi keuangan yang dikelola oleh PSBR Bambu Apus Jakarta Timur yang berasal dari APBN di tuangkan dalam DIPA PSBR Bambu Apus Tahun Nomor : 0306.0/02704.2.01/11/2012 tanggal 9 Desember 2011 sebesar59 : Rp. 7.046.143.000 dan setelah direvisi tanggal 10 Agustus 2012 menjadi sebesar Rp 11.639.776.000 merupakan alokasi tambahan APBN-P 2012 yang digunakan untuk membiayai kegiatan Pusat Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta. Tabel 5. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja perjenis Belanja Tahun 2012 Kode Jenis Belanja 1 51
2 Belanja Pegawai
52
Belanja Barang
98,61%
Belanja Modal
57
59
Uraian Jenis Belanja
Belanja Bantuan Sosial
Anggaran Setelah Direvisi 3 Rp 2.351.729.000 Rp 4.977.587.000 Rp 4.310.460.000 0
Realisasi Belanja
Persentase
4 Rp 2.481.168.802 Rp 4.876.176.910 Rp 4.250.698.450 0
5 105,50% 97,96%
--%
Laporan Tahunan Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Tahun 2012
K. Kemitraan dengan Pihak Luar Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan memperluas jaringan kerjasama dengan masyarakat atau lingkungan di sekitar panti, maka Pusat Pengembangan Remaja (PSBR) Bambu Apus telah melaksanakan kerjasama dengan60 : 1. Komando Rayon Militer 007 Cipayung Jakarta Timur Dalam rangka penanganan disiplin dan perubahan sikap mental penerima manfaat, melibatkan pihak koramil dalam kegiatan saat masa orientasi dan pengenalan lingkungan. 2. Kepolisian Sektor (Polsek) Cipayung Jakarta Timur Dalam rangka penanganan dan pencegahan kenakalan remaja, serta perlindungan remaja berada di lingkungan sosial panti untuk penanganan penerima manfaat serta pemahaman tentang tata tertib di jalan raya. 3. Dinas Pendidikan dan DIKMEN Kecamatan Cipayung Dinas
Pendidikan
diperlukan
dalam
rangka
kerjasama
dalam
pembalajaran serta pendidikan untuk anak sekolah atau untuk remaja terlantas putus sekolah melalui Paket Pendidikan kesetaraan Paket A, B, dan C di PKBM Bina Remaja Bambu Apus yang bekerjasama PSBR Bambu Apus.
60
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri, Jakarta, 10 April 2014
66
67
4. Dinas Kesehatan Dinas kesehatan diperlukan untuk penanganan penerima manfaat yang sakit, serta pemeriksaan, dan pengobatan dilakukan 1 (satu) bulan sekali yang bertempat di gedung Poliklinik dengan tenaga medis Dokter 1 orang Dinas Kesehatan dan Tenaga Perawat di dalam panti 2 orang. 5. Perusahaan Swasta Dibidang perbengkelan/Industri garment telah menjalin kerjasama dalam bentuk penerimaan remaja yang telah mengikuti bimbingan sosial dan keterampilan kerja sesuai dengan bidang yang telah diambil oleh remaja/ penerima manfaat dalam bentuk penyaluran penerima manfaat.
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil temuan lapangan pelaksanaan pelatihan Bimbingan Keterampilan Menjahit (BKM) angkatan 75 periode Januari s.d Juni 2014, dapat diperoleh suatu informasi mengenai input, pelaksanaan (proses), dan hasil dari program bimbingan keterampilan menjahit yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur kepada anak putus sekolah. Dalam bab ini analisis input, pelaksanaan (proses), dan hasil bimbingan keterampilan dijelaskan melalui model evaluasi yang dikemukakan oleh Pietrzak, meliputi analisis klien/calon peserta, program
pelatihan, sarana dan parasarana,
dan
staf
/instruktur.
A. Evaluasi Input Bimbingan Keterampilan Menjahit Input program bimbingan keterampilan menjahit merupakan persiapan awal untuk menjalankan program, adapun input yang peneliti teliti ialah terkait dengan klien/calon peserta, program pelatihan, sarana dan parasarana, dan staf /instruktur. 1. Klien/calon peserta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, perekrutan
klien/calon peserta diawali dengan sosialisasi program
kepada masyarakat. Sosialisasi ini dilaksanakan dengan menyampaikan
68
69
surat pemberitahuan kepada lembaga-lembaga terkait, seperti: Dinas Sosial, LSM, Orsos, dan lain-lain. Secara umum persyaratan pendaftaran untuk calon peserta pelatihan selanjutnya disebut Penerima Manfaat (PM) meliputi kelengkapan administrasi dan kondisi fisik. a. Kelengkapan administrasi k) Jenis kelamin laki-laki atau perempuan l) Remaja terlantar dan Putus Sekolah pada tingkat SD, SMP, SLTA atau yang sederajat. m) Usia 15 s/d 18 tahun n) Berasal dari keluarga tidak mampu o) Sehat jasmani dan rohani p) Tidak bertato, bukan pengguna narkoba, dan tidak terlibat dalam tindak kriminal q) Surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat r) Lulus seleksi oleh Instansi Sosial sebagai penyelenggara s) Surat penyerahan dari orang tua / keluarga t) Akte kelahiran/ surat kenal lahir.
u) Bisa membaca dan berhitung.61 b. Kondisi fisik Untuk menguji ketahanan dan kondisi fisik, calon peserta diuji dengan melakukan squat jump, push up, dan berlari. Bagi
anak yang memenuhi syarat-syarat administrasi dan
pengujian kondisi fisik dilakukan tes wawancara. Jika anak-anak sudah lulus mengikuti tes-tes tersebut dan sudah memenuhi syarat, mereka akan mengikuti tes bakat dan minat. Berdasarkan hasil wawancara dan temuan, terdapat 22 peserta pelatihan untuk mengikuti program pelatihan keterampilan menjahit, maka terindikasi bahwa ke-22 orang peserta pelatihan telah memenuhi syarat untuk mengikuti pelatihan keterampilan menjahit. Dalam tes bakat dan minat dinilai kemampuan dasar yang dimiliki maupun keinginan mereka mengikuti program yang ada dipanti. Sebagai gambaran berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Hasrifah, kemampuan dasar mereka rata-rata mampu membaca, mengukur (menghitung), dan menjahit secara manual (jahit tangan) pekerjaan-pekerjaan sederhana.
61
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 5 Agustus 2014
70
71
2. Program pelatihan a.
Orientasi Penerima Manfaat Pelaksanaan orientasi penerima manfaat (PM) di lingkungan panti bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan kedisiplinan remaja, dalam pelaksanaan orientasi juga dilakukan pengenalan program dan kegiatan penunjang .
b.
Penelusuran Minat Bakat (PMB) Penerima Manfaat Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan penerima manfaat pada jurusan yang sesuai dengan kemampuannya. Juga agar penerima manfaat dapat mengikuti proses belajar-mengajar dengan baik.
c.
Kegiatan Bimbingan Keterampilan Penerima Manfaat Bimbingan keterampilan kerja dilakukan agar remaja memiliki kemampuan dan kemandirian sehingga mereka dapat terampil dan aktif berpartisipasi di masyarakat dengan bekal keterampilan dasar yang dimiliki yang memungkinkan bagi mereka untuk pemenuhan kebutuhan hidup di masa depan. Bimbingan keterampilan yang ada di PSBR yaitu bimbingan keterampilan Menjahit, Las, Elektro, Salon, Otomotif Motor, dan Otomotif Mobil. Untuk masing-masing program keterampilan, diberikan pembelajaran teori selama 3 minggu, pembelajaran praktik selama 16 minggu, dan magang/PKL
selama 4 minggu, sedangkan 1 minggu lainnya untuk masa orientasi dan penyelesaian administrasi. d.
Kegiatan Kunjungan Industri Penerima Manfaat Kunjungan industri sebagai salah satu pelengkap dari proses bimbingan keterampilan kerja, dan kegiatan ini di harapkan mampu memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja.
e.
Pembekalan dan Persiapan Magang Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pemantapan penerima manfaat yang akan mencari tempat magang untuk diberi kesempatan menimba
ilmu
di
berbagai
unit
usaha
sesuai
dengan
keterampilannya. f.
Magang/ Praktek Belajar Kerja Penerima Manfaat Kegiatan magang merupakan ajang pengenalan lembaga tempat bekerja sekaligus mengasah kemampuan penerima manfaat dalam bidang keterampilan yang dimiliki dan diperoleh selama bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan selama di panti. Kegiatan ini dilaksanakan kurang lebih selama 4 minggu.
g.
Monitoring Magang Untuk mengetahui dan mengontrol pelaksanaan magang yang dilaksanakan oleh PM, maka diadakan kegiatan monitoring magang bagi PM tersebut.
72
73
h.
Pemberian Fasilitas (Mesin Jahit) Pemberian fasilitas berupa mesin jahit diberikan kepada masingmasing anak setelah mereka lulus dari pelatihan keterampilan menjahit, agar anak-anak yang telah selesai mengikuti pelatihan keterampilan menjahit dapat memiliki modal untuk membuka usaha sendiri.
3. Sarana dan Prasarana Dalam perencanaan atau input keterampilan menjahit, lembaga ini menyediakan berbagai sarana untuk mendukung terlaksananya pelatihan keterampilan menjahit untuk anak putus sekolah, adapun sarana dan prasarana yang telah disiapkan oleh lembaga yaitu: a.
Ruangan teori dan praktek
b.
40 mesin jahit (manual dan listrik)
c.
Bahan pakaian
d.
40 Bangku siswa
e.
40 meja siswa
f.
1 meja guru
g.
2 lemari baju
h.
Loker
i.
40 set alat jahit dalam bentuk kit(kotak alat) yang berisi: 1) Gunting jahit 2) Pendedel 3) Jarum jahit 4) Pelindung jari 5) Penggaris 6) Meteran kain 7) Meteran pola 8) Kapur pola
Sarana yang telah disediakan oleh lembaga ini kurang lebih 40 set, dan cadangan sebanyak 5 set, dengan pertimbangan karena lembaga ini memiliki kuota untuk keterampilan menjahit lembaga sebanyak 40 anak, tetapi jika anak yang lulus seleksi kurang dari 40, maka sarana yang tersisa akan disimpan, sedangkan bila pesertanya berlebih maka akan menggunakan sarana cadangan yang ada. Prasarana keterampilan menjahit yang disediakan lembaga adalah sebuah ruangan menjahit, yang digunakan sebagai ruangan teori dan ruangan praktek, ukuran ruangan tersebut cukup besar dan dapat menampung kurang lebih 40 anak.
74
75
Dengan keberadaan sarana dan prasarana menjahit seperti ini, terindikasi keberadaan sarana dan prasarana sudah memadai untuk menyelenggarakan atau menampung kurang lebih 40 peserta pelatihan.
4. Tenaga pelatih/Instruktur Untuk
memenuhi
terlaksananya
bimbingan
keterampilan
menjahit, lembaga menyiapkan 2 orang instruktur untuk membimbing pada proses pendidikan dan pelatihan. Beberapa persyaratan untuk menjadi instruktur, yaitu: a.
Laki-laki/Perempuan
b.
Usia maksimal 55 tahun
c.
Minimal lulusan SMA/SMK
d.
Memiliki pengalaman kerja dibidang konveksi minimal 2 tahun
e.
Memiliki sertifikat keterampilan menjahit
Syarat-syarat tersebut telah dipenuhi oleh 2 instruktur menjahit yang sudah disiapkan oleh lembaga, yaitu Ibu Nurhasanah dan Ibu Fajrin. Ibu Nurhasanah sudah bekerja selama kurang lebih 8 tahun di lembaga, beliau sudah menangani kurang lebih 16 angkatan di PSBR. Sebelumnya beliau pernah bekerja di LPK selama 6 tahun. Setelah itu beliau membuka usaha sendiri dirumah dan membuka les jahit, kemudian beliau
berhenti dan melanjutkan bekerja di PSBR menjadi instruktur jahit sejak tahun 2006 hingga saat ini. Sedangkan ibu Fajrin sudah 7 tahun bekerja di PSBR sebagai instruktur menjahit, kurang lebih beliau sudah menangani 10 angkatan keterampilan menjahit di PSBR. Sebelumnya beliau pernah bekerja di perusahaan garment selama 1 tahun, dan beliau juga pernah bekerja di perusahaan konveksi selama 2 tahun. kemudian beliau berhenti dan melanjutkan bekerja di PSBR menjadi instruktur jahit sejak tahun 2007 hingga saat ini. Dilihat dari segi pengalaman bekerja, maka terindikasi bahwa kedua instruktur jahit tersebut sudah memadai dari segi kemampuan untuk melatih kemampuan menjahit.
B. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan Menjahit Evaluasi pelaksanaan merupakan evaluasi proses pelaksanaan pelatihan BKM. Bimbingan keterampilan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu untuk menentukan atau menemukan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu sesuai dengan keinginan, pemahaman, pengetahuan dalam bidang keterampilan yang dimiliki, sehingga mereka dapat menjadi seorang pekerja yang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, agar mereka mendapatkan penghasilan serta kehidupan yang layak di masyarakat. Untuk melihat sejauhmana peserta pelatihan dapat menyerap teori dan praktek yang sudah di programkan, pada fase-fase penyelenggaraan
76
77
pendidikan dan pelatihan sedang berjalan dilakukan desain evaluasi formatif dengan harapan bila terjadi ketidak sesuaian pencapaian tujuan dapat segera dilakukan penyempurnaan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Desain evaluasi formatif dilakukan oleh instruktur, staf rehsos, dan staf PAS. Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang peneliti lakukan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus pada saat pelaksanaan BKM yang dilaksanakan periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni, sebagaimana dikatakan oleh Ibu Nurhasanah selaku instruktur BKM, yaitu : “bimbingan keterampilan pada periode ini dilakukan bulan Januari hingga bulan Juni, biasanya setahun ada 2 periode. Dan setiap periodenya dilakukan selama 6 bulan, kalau untuk pelatihannya dimulai dari pertengahan januari sampai akhir Mei karena selanjutnya mereka mengikuti PKL selama 1 bulan, baru setelah itu mereka dikembalikan ke orangtua atau lanjut bekerja. Ketika mereka mengikuti pelatihan diberikan pembelajaran teori selama 3 minggu, kemudian mereka praktek selama kurang lebih 4 bulan.”62
Pada pelaksanaan BKM yang telah dijelaskan oleh Ibu Nurhasanah selaku instruktur BKM, peneliti juga terjun langsung melihat pelaksanaan bimbingan keterampilan menjahit yang dibagi menjadi 3 tahap dalam 1 periodenya, yaitu sebagai berikut :
1. Pemberian Teori Bimbingan Keterampilan Menjahit Pada pertengahan bulan pertama hingga pertengahan bulan kedua, anak-anak diberikan teori di ruangan menjahit. Pelatihan BKM di lembaga
62
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
ini baru memasuki level dasar dan terampil, teori yang diberikan meliputi pembuatan pola, memotong, menjahit sederhana, membuat bawahan seperti rok, boxer/celana pendek, dan membuat atasan seperti kemeja, pakaian anak, kebaya dan gaun sederhana. Pada saat pemberian teori anak-anak sangat antusias dengan materi yang diberikan oleh instruktur.63 Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Nurhasanah selaku instruktur bimbingan keterampilan menjahit, yaitu sebagai berikut : “...teori yang diberikan kepada anak hanya berlangsung selama 3 minggu, materi yang diberikan kepada anak-anak sebatas materi dasar dan terampil, sesuai dengan level bimbingan keterampilan yang ditetapkan oleh lembaga ini. Teorinya itu seperti membuat pola baju, kerah baju, setelah itu membuat bawahan seperti rok, celana pendek, celana perempuan yang bahannya “jatuh atau lemes” yang bentuknya seperti rok tetapi celana, lalu juga diberikan materi untuk membuat atasan seperti kemeja, kebaya, dress, dan lain sebagainya. Anak sangat antusias mengikuti pelajaran, karena keterampilan ini mereka sendiri yang pilih jadi anak bersemangat untuk mengikuti pelatihan.”64
Memperhatikan penyampaian materi bersifat teoritis selama 3 minggu, yang selanjutnya akan melaksanakan pembelajaran praktik selama kurang lebih 16 minggu, terindikasi komposisi pembelajaran teori dan praktik cukup efektif untuk pendidikan non formal yang diberikan lembaga
kepada
anak-anak,
karena
pada
program
peningkatan
keterampilan memang seharusnya anak lebih diasah dalam aspek
63
Ibid Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014 64
78
79
psikomotoriknya daripada kognitifnya, artinya keterampilan/ketangkasan lebih diutamakan dari hanya sekedar pengetahuan.
2. Pemberian Praktek Bimbingan Keterampilan Menjahit Dalam satu periode atau selama enam bulan, setelah anak mendapatkan kurang lebih 3 minggu pembelajaran teori, anak akan diajarkan untuk melakukan praktek. Dalam hal ini instruktur BKM mempunyai strategi sendiri agar anak dapat lebih menyerap materi dan praktek yang diberikan, serta agar anak termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pelatihan. Yaitu dengan cara teori diberikan tidak begitu memakan banyak waktu dan praktek lebih banyak diberikan, Ibu Nur juga melakukan pendekatan yang berorientasi pada tujuan kepada pemakai dengan memberikan motivasi kepada anak ketika anak merasa bosan pada saat mengikuti pelatihan.65 Seperti yang beliau ceritakan kepada penulis, bahwa: “...saya ada cara untuk membuat anak semangat lagi, jadi ketika mereka mengeluh bosan saya akan mengalihkan ke praktek sedikit, misalnya disuruh buat pola berbentuk bunga untuk membuat taplak meja atau tutup galon, nanti mereka akan merasa seru sendiri dan bersemangat ternyata lucu dan bagus hasilnya, begitu mereka semangat saya menawarkan mau dilanjutkan atau tidak teorinya mereka pun mau untuk melanjutkan.”66 Hal ini juga dikatakan oleh Ernawaty selaku WBS/peserta pelatihan BKM kepada penulis, bahwa:
65
Observasi Penulis, Jakarta 12 Mei 2014 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014 66
“Iya kak, sering banget kak dikasih motivasi, nasehat biar semangat katanya. Intruktur bilang saya gak boleh putus asa biar bisa kerja dengan baik”67
Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Nur dan Ernawaty mengenai pemberian motivasi, hal ini sejalan dengan teknik triangulasi sumber data, yaitu instruktur benar-benar memberikan motivasi kepada peserta pelatihan agar peserta pelatihan memiliki keinginan dalam mengasah kemampuan mereka. Pada bulan kedua hingga bulan kelima ini peserta diberikan pelatihan praktek. Dalam pemberian pelatihan praktek instruktur mempraktekan teori yang telah diajarkan, dan waktu praktek dilakukan setiap hari senin hingga sabtu, jadwal praktek dimulai pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, kemudian istirahat selama 1 jam dan dilanjutkan pada pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Pelaksanaan pelatihan keterampilan menjahit, dilaksanakan pada ruangan yang sama seperti pelaksanaan pembelajaran teori. Dalam pemberian pelatihan praktek, instruktur menjelaskan keberadaan peralatan yang relatif memadai untuk pelaksanaan
pelatihan
keterampilan/praktik.
Kemudian
instruktur
mencontohkan cara menggunakan mesin jahit dan peralatan pendukung lainnya,
dalam pembuatan baju. 68 Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Nurhasanah mengenai sarana dan prasarana, bahwa : “...sebenarnya standar PSBR sudah cukup baik, walaupun kami baru menggunakan level dasar dan terampil dalam menerapkan 67 68
Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014 Observasi Penulis, Jakarta 20 April 2014
80
81
kurikulum yang ada. Tetapi hampir semua sudah kami ajarkan kepada anak-anak, namun kalau dalam pemesanan untuk keluar kami belum bisa, karena waktu belajar yang kami berikan hanya 6 bulan setiap periodenya, anak belum bisa memenuhi pesanan dari orang lain. Berbeda dengan pelatihan yang lainnya yang memang sekolah menjahit itu, mereka sudah bisa menerima pesanan dari luar karena waktu belajar mereka setahun hingga setengah tahun. Waktu itu kami pernah mencoba seperti lembaga lain untuk menerima pesanan, tetapi yang ada kami keteteran. Meskipun sarana dan prasarana kami sudah cukup baik, seperti kami sudah punya kurang lebih 40 mesin jahit, dan nantinya mulai periode kali ini setelah anak keluar dari panti mereka akan mendapatkan mesin jahit yang berukuran kecil masing-masing 1 mesin untuk satu anak.”69
Dalam standar keterampilan yang diterapkan oleh lembaga, terlihat cukup baik karena lembaga ini lebih menerapkan agar anak dapat mengasah kemampuan atau keterampilan jahit-menjahit untuk terjun ke dunia kerja. Namun, menurut salah seorang peserta pelatihan dari mesin jahit yang ada, terdapat beberapa yang rusak dan tidak dapat dipakai, sehingga peserta menggunakan mesin jahit secara bergantian, seperti yang dikatakan oleh Ernawaty selaku WBS, bahwa: “...Pelatihannya bagus kak, bagus banget. Instrukturnya baik, sabar, yang lainnya juga kak staff-staffnya pada baik semua kak. Tapi pas dikelas gak semua anak megang mesin jahit satu-satu kak, harus gantian karena dari 40 mesin jahit ada beberapa yang rusak kak.70” Berdasarkan informasi yang di ungkapkan oleh Ernawaty, hal ini peneliti konfirmasikan kepada Ibu Hasrifah, beliau menjelaskan bahwa: “...memang jumlah mesin jahit yang tersedia dikelas sebanyak 40 buah tidak serta merta sama dengan kuota peserta pelatihan, artinya tidak selalu satu mesin dioperasikan oleh satu orang peserta, melainkan bisa dipakai oleh beberapa orang secara bergantian. 69
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014 70 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014
Pengaturan pembagian tugas praktik dibagi menjadi paling kurang 4 kegiatan pokok, yaitu menggambar atau mendesain, memola, memotong, dan menjahit.”71 Sesuai dengan indikator ketersediaan, pada bagian input lembaga ini telah menyediakan 40 mesin jahit, dan pola penyelenggaraan praktik, memungkinkan dikarenakan
sebagian mengalami
mesin
jahit
kerusakan
harus atau
tidak
dimanfaatkan
sedang
dalam
perawatan/perbaikan. Yang dalam masa peneliti melakukan penelitian dari 40 mesin yang berfungsi 30 mesin jahit, sedangkan 10 mesin jahit sedang dalam perawatan/perbaikan. Sebagai catatan perawatan dan perbaikan ringan dilakukan oleh teknisi yang ada dilembaga, sedangkan bila kerusakan berat harus dibawa keluar/diperbaiki oleh pihak ketiga. Menurut Syamsuar Mochtar ada langkah-langkah belajar mengajar yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut: 1. Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar 2. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa mencari jawaban 3. Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya 4. Membimbing siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis72
71
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hasrifah (Ketua PAS), Jakarta, 3 Agustus 2014 Drs. Syarif Makmur, M.Si, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h.119. 72
82
83
Sesuai dengan teori diatas, untuk point pembinaan dan motivasi serta point mendorong timbulnya pertanyaan dan keberanian mencari jawaban di keterampilan menjahit telah diberikan oleh instruktur kepada para peserta dengan cukup maksimal. Hal ini dapat dilihat dari pemberian motivasi kepada seluruh peserta yang sudah cukup terampil dan kurang terampil, karena instruktur tidak membeda-bedakan antara peserta yang satu dengan yang lainnya. Instruktur sudah cukup tegas dalam menangani anak, anak tidak ada yang melanggar peraturan dari instruktur dikarenakan anak memilih keterampilan ini dengan kemauan mereka sendiri, jadi anak serius dalam mengikuti pelatihan.73 Seperti yang dikatakan oleh instruktur keterampilan menjahit, bahwa: “...saya mencoba untuk terus memberikan motivasi kepada anak, seperti misalnya untuk persyaratan mengikuti keterampilan jahit anak diwajibkan untuk bisa membaca dan berhitung, tetapi kemarin ada anak yang sangat berminat untuk mengikuti keterampilan ini, namun anak tersebut tidak bisa berhitung, otomatis kami tidak bisa menghalangi keinginan anak dan atas ijin lembaga anak tersebut diperkenankan untuk ikut program pelatihan, oleh karena itu disini menjadi tugas saya, saya ajarkan dia untuk membagi 10 dibagi 2, anak ini awalnya tidak bisa, lalu saya berfikir agar anak dapat menghitung dengan mudah, dengan cara saya menanyakan kepada anak ini, kamu pernah liaht uang dan anak ini dengan cepat menjawab iya, lalu saya mencoba pembagian tersebut memakai uang, coba 10.000 dibagi 2 jadi berapa, dan anak menjawab 5000, nah itu kan tau sekarang kamu tinggal hilangkan saja ribuannya, dan anak lama-lama terbiasa dan mengerti dengan cara yang saya berikan.”74
Dalam pemberian motivasi instruktur juga sudah cukup maksimal, hal ini terlihat ketika anak merasa bosan pada pemberian materi. Instruktur 73
Observasi Penulis, Jakarta 12 Mei 2014 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014 74
dengan cepat mencari strategi agar anak tidak lagi merasa bosan. Anak juga diberikan motivasi agar mereka memiliki kemauan untuk bekerja, dan setiap anak diwajibkan untuk membuat minimal 4 baju yang berbeda dalam 1 periode. Dalam memberikan rangsangan kepada para peserta instruktur sudah maksimal, hal ini terlihat ketika di dalam kelas tidak ada anak yang malu bertanya jika mereka tidak mengerti, semua peserta terlihat aktif ketika belajar.75 Dalam point ketiga yaitu membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya juga telah dilakukan oleh kedua instruktur jahit, hal ini terlihat ketika awalnya hanya ada 22 orang peserta yang ada diperiode ini, namun di bulan keempat ada kiriman anak dari pondok pesantren berjumlah 20 orang yang ingin mengikuti bimbingan keterampilan, tetapi hal tersebut bisa diatasi oleh kedua instruktur jahit, Ibu Nur meminta kepada kepala panti untuk mengijinkan 2 instruktur jahit yaitu Ibu Nur sendiri dan Ibu Fajrin untuk mengajar pada jam yang sama, karena biasanya mereka dibagi menjadi 2 shift.76 Hal ini sesuai dengan yang Ibu Nur ceritakan kepada peneliti, bahwa: “....kemarin itu kami sempat kewalahan, karena pas bulan keempat ada 20 anak yang baru masuk, saya pun bingung harus bagaimana sedangkan pada bulan kelima akhir anak sudah harus mengikuti PKL, akhirnya saya memutuskan untuk saya dan Ibu Fajrin mengajar bersamaan, jadi saya mengajarkan praktek kepada anakanak yang sudah lama dan Ibu Fajrin memberikan teori dengan cara cepat yaitu kurang lebih 2 minggu, setelah itu anak diajarkan praktek, Alhamdulillah hasilnya cukup maksimal anak dapat
75 76
Observasi Penulis, Jakarta 14 Mei 2014 Observasi Penulis, Jakarta 13 Mei 2014
84
85
mengikuti pelajaran dan saya juga menambahkan waktu belajar mereka dan mereka pun mau dan sangat bersemangat.”77
Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Syamsuar Mochtar, lembaga ini sudah menerapkan teori belajar tersebut dengan maksimal. Instruktur terus menerus membantu anak dalam belajar hingga anak merasa mampu mengerjakan sendiri, dan anak bisa melanjutkan ke proses selanjutnya yaitu praktek kerja lapangan, yang menjadi suatu gambaran bagi anak dalam dunia kerja.
3. Praktek Kerja Lapangan Praktek kerja lapangan adalah kegiatan para peserta untuk mengasah kemampuan mereka di dunia kerja nantinya. Praktek kerja lapangan yang akan dilakukan peserta setelah mereka mengerti dengan apa yang telah diajarkan instruktur dalam pemberian pelatihan keterampilan. Setelah para peserta mengikuti pelatihan bimbingan keterampilan menjahit yang dilakukan kurang lebih 5 bulan, para peserta dapat mengikuti PKL. PKL dilakukan selama 1 bulan, dan tempat PKL ditentukan oleh pihak lembaga. Dalam PKL para peserta menerapkan pelatihan yang selama ini mereka ikuti, ada yang tugasnya membuat pola, membuat rok, kebaya, kemeja, celana, peci, dan lain sebagainya. Pihak lembaga memiliki kerjasama dengan perusahaan kecil maupun perusahaan
77
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
besar yang bergerak di bidang konveksi.78 Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur, bahwa: “....setelah anak mendapatkan pelatihan, anak dapat mengikuti PKL ditempat yang sudah ditentukan. Tahun ini ada 7 tempat konveksi yang bekerjasama dengan kami, yaitu di Delta Marina, Delta (Metro), Jilambar, Walton, Peci (Al-Farid) 1, Peci (Al-Farid) 2, dan Jatinegara. Untuk periode kali ini jumlah anak yang mengikuti pelatihan ada 42 Anak dan semua lulus dalam mengikuti pelatihan dan dapat melanjutkan untuk mengikuti PKL, dan dari 42 anak dibagi ke 7 tempat PKL tergantung perusahaan itu mau anaknya berapa, ada yang hanya ada 2, ada yang 4, ada yang 3, 9, dan ada juga 10. Jadi sistemnya itu, kami menawarkan dahulu ke perusahaan konveksi, lalu nantinya mereka yang akan menghubungi kami, mereka merasa senang sekali jika menerima anak dari kami untuk PKL disana, karena mereka merasa dibantu dan kami pun sebaliknya, kami merasa anak-anak didik kami sudah dapat diterima oleh masyarakat banyak. Itu semua sudah menjadi suatu keberhasilan untuk kami, walaupun titik keberhasilan kami berada juga di mereka mendapat kerja tetapi mereka mengikuti PKL pun berarti mereka sudah bisa naik ke tingkat mahir yaitu di dunia pra kerja.”79
Selama satu bulan, anak-anak tinggal ditempat mereka PKL, ada pula yang mengontrak di dekat mereka PKL. Hal ini dilakukan agar anak lebih mandiri dan merasakan dunia kerja yang sebenarnya. Walaupun anak dibekali oleh lembaga untuk biaya transportasi dan biaya hidup selama 1 bulan, tetapi anak juga harus berfikir bagaimana cara membagi uang yang diberikan lembaga untuk hidup selama 1 bulan. Lembaga juga tetap memberikan pantauan secara langsung, monitoring dilakukan 2 kali dalam 1 bulan. Pada saat para peseta mengikuti PKL, pihak lembaga pun tetap memberikan motivasi kepada mereka, para peserta juga dapat hidup lebih 78
Observasi Penulis, Jakarta 13 Mei 2014 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014 79
86
87
mandiri dan merubah pola pikir mereka.80 Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur, yaitu: “....iya mereka mendapatkan bekal dari kami untuk biaya hidup selama satu bulan, karena tidak semua perusahaan memberikan upah kepada mereka. Tetapi ada juga perusahaan yang menyediakan makan dan tempat tinggal untuk mereka, kadang juga ada yang memberikan upah setelah 1 bulan mereka PKL disana. Dari situlah mereka dapat merasakan dunia kerja yang sesungguhnya, mereka juga suka bercerita kepada saya ketika saya melakukan monitoring ketempat PKL, ada yang bercerita iya bu susah juga ya cari uang, kami harus memikirkan biaya makan dan tinggal, tidak seperti di panti atau dirumah, kami makan dan tidur udah enak, kalau disini harus kerja dari jam 07.00 pagi sampai jam 17.00, kadang juga harus lembur. Anak-anak bercerita seperti itu kepada saya. Dari cerita itu saya memberikan motivasi kepada mereka, bahwa mereka harus tetap bersemangat agar nantinya mereka bisa hidup lebih mandiri.”81 Dan seperti yang diceritakan oleh Ernawaty dan Solihah, bahwa : Ernawaty :“iya kak kami mendapatkan uang saku dari lembaga, dari situ kami harus bisa mengatur uang selama 1 bulan kak, karena kalau tempat PKL saya gak ngasih jatah makan siang jadi kita harus beli sendiri. Pas monitoring sih instruktur pasti ngasih semangat.”82
Solihah: “dapet dari lembaga, tapi dari situ saya belajar ngatur uang kak, mikir juga buat 1 bulan kedepan. Tapi jadi buat saya lebih dewasa kak, kerja itu susah tapi enak. Instruktur kalau monitoring juga selalu kasih semangat”83
Dari hasil observasi, pada saat mereka mengikuti PKL para peserta sudah dapat menerapkan pelajaran yang selama ini mereka pelajari. Seperti yang diceritakan oleh Solihah dan Ernawaty, yaitu:
80
Observasi Penulis, Jakarta 13 Mei 2014 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014 82 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. 83 Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. 81
Ernawaty: “Iya bisa kak, saya malah disuruh jahit terus kak pas PKL, ada juga temen saya yang jarang disuruh jahit jadi kerjanya cuma packing barang sama setrika”84 Solihah : “Iya bisa kak, materi yang diajarin keluar semua dan saya bisa menerapkannya”85
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Solihah dan Ernawaty, pada saat mereka PKL mereka sudah dapat menerapkan pelatihan yang selama ini mereka ikuti di PSBR. Namun, ada juga perusahaan Peci yang mengharuskan mereka bisa membuat peci, sedangkan pada saat pelatihan para peserta belum diajarkan untuk membuat peci, tetapi saat pihak lembaga melakukan monitoring, para peserta meminta untuk pihak lembaga memberi tahu cara membuat peci, dan saat itu pula mereka diajarkan oleh pihak lembaga. Dengan cepat mereka dapat menyerap pelajaran yang diberikan oleh pihak lembaga.86 Hasil evaluasi pelaksanaan BKM angkatan 75 periode Januari s.d Juni 2014 melalui wawancara dan pengamatan langsung dapat dilihat bahwa; 1) pelaksanaan BKM sudah sesuai program pelatihan yang direncanakan, 2) jam pelatihan relatif efektif, 3) teori yang dipelajari dapat diterapkan dalam praktik keterampilan, 4) strategi dan motivasi yang diberikan instruktur kepada peserta pelatihan relatif cukup baik, 5) peserta pelatihan cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran teori, maupun praktik, 6) pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lembaga dapat diterapkan di perusahaan, 7) perusahaan tempat PKL merasa terbantu
84
Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. 86 Observasi Penulis, Jakarta 10 Juni 2014 85
88
89
dengan adanya anak-anak PKL, 8) anak-anak mendapat wawasan dunia kerja nyata, 9) anak-anak termotivasi untuk membuka usaha mandiri.
C. Evaluasi Hasil Bimbingan Keterampilan Menjahit Evaluasi
Hasil
Bimbingan
Keterampilan
Menjahit
yang
dilaksanakan di lembaga dapat tercermin pada saat anak-anak mengikuti pelaksanaan pelatihan dan saat anak-anak mengikuti kegiatan PKL. Lembaga ini menerapkan pembelajaran sebatas teori dasar dan terampil, hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur selaku Instruktur BKM: “...teori yang diberikan kepada anak hanya berlangsung selama 3 minggu, materi yang diberikan kepada anak-anak sebatas materi dasar dan terampil, sesuai dengan level bimbingan keterampilan yang ditetapkan oleh lembaga ini. Teorinya itu seperti membuat pola baju, kerah baju, setelah itu membuat bawahan seperti rok, celana pendek, celana perempuan yang bahannya “jatuh atau lemes” yang bentuknya seperti rok tetapi celana, lalu juga diberikan materi untuk membuat atasan seperti kemeja, kebaya, dress, dan lain sebagainya.”87
Dalam penyampaian materi bersifat teoritis selama 3 minggu, yang selanjutnya akan melaksanakan pembelajaran praktik selama kurang lebih 16 minggu, menunjukkan komposisi pembelajaran teori dan praktik cukup efektif untuk pendidikan non formal yang diberikan lembaga kepada anakanak, karena pada program peningkatan keterampilan memang seharusnya anak lebih diasah dalam aspek psikomotoriknya daripada kognitifnya, artinya keterampilan/ketangkasan lebih diutamakan dari hanya sekedar 87
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014
pengetahuan. Peserta pelatihan juga dapat memahami mengenai teori yang diajarkan, seperti yang dikatakan oleh Ernawaty bahwa: “Banyak kak, saya jadi percaya diri, saya jadi bisa menjahit, awalnya saya gak bisa kak, terus saya bisa ngerasain dunia kerja, bisa ngatur uang pas PKL itu, jadi saya lebih berfikir kak.”88
Setelah pemberian pelatihan keterampilan menjahit, para peserta diharapkan untuk bisa menerapkan teori dan praktek pada saat mereka mengikuti PKL, dan selanjutnya mereka dapat melanjutkan untuk bekerja. Pemberian materi dan praktek yang dilakukan instruktur kepada peserta pelatihan di nilai baik oleh peserta pelatihan, hal ini seperti yang dikatakan oleh Ernawaty dan Solihah bahwa: Solihah :”Wah kalau itu sangat bagus kak, instrukturnya baik, sabar, telaten, disiplin, pokoknya bikin saya jadi lebih baik”89 Ernawaty :“...Pelatihannya bagus kak, bagus banget. Instrukturnya baik, sabar, yang lainnya juga kak staff-staffnya pada baik semua kak.”90
Dalam standar keterampilan yang diterapkan oleh lembaga, terlihat cukup baik karena lembaga ini lebih menerapkan agar anak dapat mengasah kemampuan atau keterampilan jahit-menjahit untuk terjun ke dunia kerja. Pada saat PKL peserta pelatihan juga sudah bisa menerapkan pembelajaran yang diajarkan lembaga, seperti yang di ungkapkan oleh Solihah dan Ernawaty bahwa:
88
Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. 90 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. 89
90
91
Solihah :”Iya bisa kak, materi yang diajarin keluar semua dan saya bisa menerapkannya”91 Ernawaty :” Iya bisa kak, saya malah disuruh jahit terus kak pas PKL, ada juga temen saya yang jarang disuruh jahit jadi kerjanya cuma packing barang sama setrika”92 Seperti informasi yang disampaikan oleh Solihah dan Ernawaty, pada saat mereka PKL mereka sudah dapat menerapkan pelatihan yang selama ini mereka ikuti di PSBR. Mereka sudah dapat menguasai materi yang diajarkan, menerapkan praktek yang disampaikan oleh instruktur, dan mereka sudah dapat merubah pola pikir mereka untuk melanjutkan bekerja setelah mereka sudah lulus dari PSBR. Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Syamsuar Mochtar, lembaga ini sudah menerapkan teori belajar tersebut dengan maksimal. Instruktur terus menerus membantu anak dalam belajar hingga anak merasa mampu mengerjakan sendiri, dan anak bisa melanjutkan ke proses selanjutnya yaitu praktek kerja lapangan, yang menjadi suatu gambaran bagi anak dalam dunia kerja. Motivasi yang diberikan tidak hanya untuk membuat anak menjadi semangat, melainkan anak dapat merubah pola pikir mereka untuk melanjutkan bekerja dan membuka usaha sendiri setelah mereka lulus dari PSBR.
91 92
Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian awal yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Gambaran Evaluasi Input keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, yaitu: Dalam evaluasi input, diawali dengan sosialisasi, perekrutan, dan orientasi bagi calon peserta pelatihan keterampilan menjahit. Untuk mengikuti keterampilan menjahit calon peserta harus memenuhi syarat administrasi terutama calon peserta harus bisa membaca dan berhitung. Sebelum calon peserta mengikuti pelatihan, mereka harus mengikuti tes minat bakat untuk menentukan bakat mereka sesuai dengan minat mereka. Dalam evaluasi input, lembaga menyedikan sarana dan prasarana, masingmasing sarana yang disediakan untuk keterampilan menjahit berjumlah kurang lebih 40. Untuk menjadi instruktur jahit, lembaga ini memiliki persyaratan yang harus dipenuhi oleh instruktur agar instruktur dapat menjalankan tugasnya dengan baik, syarat utama ialah instruktur harus memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun dan sertifikat menjahit.
92
93
2. Gambaran Evaluasi pelaksanaan keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus ini dilakukan selama enam bulan untuk setiap periodenya. a) Dalam pelaksanaan tersebut diawali dengan orientasi dan pada pertengahan bulan pertama diberikan teori selama 3 minggu. Lembaga menerapkan level dasar dan terampil dalam pelatihan keterampilan, materi yang diberikan seperti pembuatan pola, memotong, menjahit sederhana, membuat bawahan seperti rok, boxer/celana pendek, dan membuat atasan seperti kemeja, pakaian anak, kebaya dan gaun sederhana. Dalam pelatihan menjahit metode yang digunakan adalah metode teori dan praktek, teori diberikan selama 3 minggu dan praktek diberikan selama 16 minggu, metode praktek lebih banyak digunakan agar anak lebih mudah memahami. Jam latihan yang diberikan setiap hari Senin s/d Sabtu, di mulai dari pukul 10.00-12.00, dan dilanjutkan pada pukul 13.00-16.00. b) Praktek yang dilakukan para peserta pelatihan dilaksanakan selama 4 bulan. Pelaksanaan BKM sudah sesuai program pelatihan yang direncanakan, lembaga ini sudah memiliki mesin jahit manual dan mesin jahit listrik dan jam pelatihan relatif efektif. Dalam praktek, anak-anak sudah dapat menerapkan teori yang dipelajari dalam praktik keterampilan, instruktur memberikan strategi dan motivasi kepada peserta pelatihan relatif cukup baik, sehingga peserta
pelatihan cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran teori, maupun praktik. c) Setelah para peserta mengikuti pelatihan bimbingan keterampilan menjahit yang dilakukan kurang lebih 5 bulan, para peserta dapat mengikuti PKL. PKL dilakukan selama 1 bulan, dan tempat PKL ditentukan oleh pihak lembaga. Dalam PKL para peserta menerapkan pelatihan yang selama ini mereka ikuti, ada yang tugasnya membuat pola, membuat rok, kebaya, kemeja, celana, peci, dan lain sebagainya. Pihak lembaga memiliki kerjasama dengan perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang bergerak di bidang konveksi, yaitu di di Delta Marina, Delta (Metro), Jilambar, Walton, Peci (Al-Farid) 1, Peci (Al-Farid) 2, dan Jatinegara. Dalam PKL, para peserta sudah dapat; 1) menambah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lembaga dapat diterapkan di perusahaan, 2) perusahaan tempat PKL merasa terbantu dengan adanya anak-anak PKL, 3) anak-anak mendapat wawasan dunia kerja nyata 4) anak-anak termotivasi untuk membuka usaha mandiri.
3. Evaluasi hasil bimbingan keterampilan diterapkan pada saat PKL, angkatan 75 periode Januari s.d Juni 2014 yang berjumlah 42 anak, melalui wawancara dan pengamatan langsung menunjukkan bahwa lembaga ini sudah memberikan pelatihan secara maksimal. Instruktur terus menerus membantu anak dalam belajar dari yang belum mengerti sampai 94
95
anak mengerti dan anak merasa mampu mengerjakan sendiri, serta anak bisa melanjutkan ke proses selanjutnya yaitu praktek kerja lapangan, yang menjadi suatu gambaran bagi anak dalam dunia kerja. Motivasi yang diberikan tidak hanya untuk membuat anak menjadi semangat, melainkan anak dapat merubah pola pikir mereka untuk melanjutkan bekerja dan membuka usaha sendiri setelah mereka lulus dari PSBR. Anak-anak juga dapat menyerap pelajaran teori dan praktek yang diberikan oleh lembaga, dan mereka sudah lulus dalam mengikuti program PKL
B. Saran Setelah peneliti melakukan penelitian ini, maka penulis dapat memberikan beberapa saran untuk kemajuan dalam segi pelatihan keterampilan menjahit di PSBR, agar dapat menghasilkan seorang penjahit yang mahir dalam setiap membuat baju. Saran itu adalah menaikan level bimbingan keterampilan menjahit menjadi level mahir pada pelaksanaan pelatihan, menambahkan teori seperti membuat peci, membuat baju pengantin dan lain sebagainya, menambahkan waktu pelatihan pada setiap periodenya agar dapat menerima pesanan dari luar, dan menambahkan sarana agar menunjang kualitas produk.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: FEUI Press, 2001, Cet. Ke-3, Edisi Revisi. A, Hallen. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arikunto, Suharsini dan Cepi Syarifudi A.J. Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1989. Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992 Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta, 2008. Makmur, Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2007, Cet. Ke-23, Edisi revisi. Moleong, Lexy J. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001. New Life Options : Evaluasi Program. O’Donnell, Mr. Dan. Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. UNICEF, 2006. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS, 2007.
96
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. Ke-1, 2005. Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks, 2009. Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar, Bandung: PT. Eresco, 1995. Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995. Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. Usman, Husain dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Artikel Internet Creative Media. “makalah anak putus sekolah.” Artikel diakses pada tanggal 2 oktober 2013 dari http://hamdipasisingi.blogspot.com/2011/06/makalahanak-putus-sekolah.html Hasbullah. “Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli” Artikel diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan#DEFINISI_PENDIDIKAN
Latief. “Presentase Anak Putus Sekolah di Indonesia.” Artikel diakses pada tanggal 20 Januari 2014 dari http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/04/10323346/527.850.Siswa.SD. Putus.Sekolah
97
Haryanto. “Pengertian Pendidikan” Artikel diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurutahli/ http://bambuapus.kemensos.go.id/modules.php?name=content&pa=showpage&pi d=10 Lestari, Eny Wiji. “Makalah Anak Putus Sekolah” artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2014 dari http://eonyhuh.blogspot.com/2013/05/makalah-faktorpenyebab-anak-putus.html Simangunsong, E. “Pengertian Anak” diakses pada tanggal 24 Desember 2013 dari artikel : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24631/4/Chapter%20II.pd f
Lain-lain Berdasarkan studi dokumentasi pada Laporan Tahunan Pusat Pengembangan Remaja PSBR Bambu Apus Tahun 2012 Brosur Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Rahayu, Sri. “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara Dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Wawancara Pribadi dengan Ibu Erri. Jakarta, 19 Maret 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri. Jakarta, 10 April 2014 Wawancara Pribadi dengan Ibu Harfiah. Jakarta, 10 April 2014 Wawancara Pribadi dengan Bapak Zulkifli. Jakarta, 11 April 2014.
98
Wawancara Pribadi dengan Bapak Namin (Ketua Rehabilitasi Sosial), Jakarta, 21 Mei 2014 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasanah (Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit), Jakarta, 10 Juni 2014 Wawancara Pribadi dengan Ernawaty (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014 Wawancara Pribadi dengan Solihah (WBS/Peserta Pelatihan), Jakarta, 23 Juni 2014.
99
HASIL WAWANCARA
Nama : Ibu Nurhasanah Status : Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit Waktu : 10 Juni 2014
PELAKSANAAN BIMBINGAN KETERAMPILAN MENJAHIT No. Pertanyaan Jawaban 1. Level BKM di panti ini seperti Level BKM yang diterapkan di panti ini apa? hanya level dasar dan terampil 2. Tujuan dari BKM itu apa? Tujuan dari BKM ini sendiri sebenarnya agar anak memiliki skill dan nantinya mereka dapat menerapkan skill yang mereka inginkan di dunia kerja 3.
Syarat untuk mengikuti BKM?
4.
Apakah kuota ditentukan?
untuk
Sebenarnya syarat untuk mengikuti BKM adalah bisa membaca dan berhitung, karna untuk menjahit diperlukan dapat membaca dan mengukur ukuran baju, tetapi jika ada anak yang tidak memenuhi syarat seperti tidak bisa berhitung namun ia memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti BKM ini, maka kami akan memperbolehkan mereka ikut BKM. Karena kan kalau anak sudah memiliki kemauan tidak mungkin kita halangi, tugas kita disini kan membantu anak agar dapat merubah hidupnya dan dengan menuruti serta mengembangkan kemauan dan kemampuannya, jadi tidak mungkin kami halangi. Kami akan membantu anak tersebut sampai bisa berhitung. BKM Iya ditentukan, idealnya 1 instruktur hanya bisa menangani 30-35 anak, tetapi karena kemarin jumlah anaknya 42 saya dan Ibu Fajrin sempat kewalahan, karena pas bulan keempat ada 20 anak yang baru masuk, saya pun bingung harus bagaimana sedangkan pada bulan kelima akhir anak sudah
5.
Cara menentukan wbs?
penempatan
6.
Bagaimana minat wbs?
menentukan
7.
Ada berapa peserta pada setiap level?
8.
Berapa lama teori diberikan?
9.
Teori apa saja yang diberikan?
10.
Praktek dahulu atau teori terlebih dahulu? Apakah anak dapat menyerap teori yang diberikan?
11.
12.
Berapa
Cara
lama
praktek
yang
harus mengikuti PKL, akhirnya saya memutuskan untuk saya dan Ibu Fajrin mengajar bersamaan. Wbs sendiri yang memilih mereka maunya dimana, jadi kami memberikan pilihan keterampilan apa saja yang ada lalu setelah itu mereka yang menentukan Yang menentukan minat mereka sendiri, karena saat masuk ke lembaga mereka tau apa yang mereka mau tekuni sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Namun, jika mereka bingung kami akan menjelaskan apa saja yang akan mereka pelajari dan kami memberikan masukan kepada mereka, lalu setelah itu mereka yang menentukan, kami hanya memberikan arahan saja Tidak ditentukan, semua belajar bersamaan tetapi jika ada anak yang lebih dulu memahami mengenai praktek yang telah diajarkan maka kami akan mengajarkan ketahap yang berikutnya jadi tidak menunggu anak yang belum paham teori yang diberikan kepada anak hanya berlangsung selama 3 minggu materi yang diberikan kepada anakanak sebatas materi dasar dan terampil, sesuai dengan level bimbingan keterampilan yang ditetapkan oleh lembaga ini. Teorinya itu seperti membuat pola baju, kerah baju, setelah itu membuat bawahan seperti rok, celana pendek, celana perempuan yang bahannya jatuh atau lemes yang bentuknya seperti rok tetapi celana, lalu juga diberikan materi untuk membuat atasan seperti kemeja, kebaya, dress, dan lain sebagainya. Teori dulu baru praktek, teori 3 minggu praktek 4 bulan Sejauh ini sih bisa, karena pada saat praktek mereka sudah mengerti apa saja yang harus mereka kerjakan sesuai dengan teori yang telah diajarkan 4 bulan
13.
14. 15.
16.
17. 18.
19.
diberikan selama 1 periode? Diberikan praktek apa saja dalam Praktek yang diberikan sesuai dengan BKM? teori yang diberikan seperti atasan seperti kemeja, kebaya, dress, dan lain sebagainya. Berapa lama BKM berjalan pada Setiap periode berjalan selama 6 bulan setiap periodenya? Jika BKM telah berjalan apakah Sebenarnya sih udah gak bisa, tetapi masih bisa dilakukan kemarin ini ada penambahan dari penambahan peserta? pondok pesantren jadi mau tidak mau kami harus menerima, masa ada anak yang mau belajar kami menolak kan tidak mungkin Jika anak merasa bosan ketika Boleh jika masih 2 minggu mengikuti mengikuti BKM dan ingin pindah teori, tetapi lebih dari itu sudah tidak ke keterampilan lainapa masih bisa diperbolehkan? Ada berapa jumlah pelatih di Ada 2 saya dan Ibu Fajrin BKM? Apakah pelatih teori dan praktek Tidak sih, kami saling dibedakan? berkesinambungan jadi jika jam mengajar saya sudah selesai namun pelajarannya belum selesai Ibu Fajrin yang melanjutkan Diukur dari mana tingkat Dari anak sudah dapat memahami teori keberhasilan pada BKM? dan mempraktekannya itu sudah menjadi suatu keberhasilan buat kami. Dan anak sudah bisa mengikuti PKL juga sudah menjadi suatu keberhasilan buat kami
Nama : Ibu Nurhasanah Status : Instruktur Bimbingan Keterampilan Menjahit Waktu : 10 Juni 2014
HASIL BIMBINGAN KETERAMPILAN MENJAHIT No. Pertanyaan 1. Apa target utama pelatihan BKM?
2.
3.
4. 5.
6. 7.
Jawaban Targetnya agar anak dapat lebih mandiri dan bisa masuk ke dunia kerja
Bagaimana strategi untuk memilih Strateginya saya memberikan target? motivasi kepada mereka. saya ada cara untuk membuat anak semangat lagi, jadi ketika mereka mengeluh bosan saya akan mengalihkan ke praktek sedikit, misalnya disuruh buat pola berbentuk bunga untuk membuat taplak meja atau tutup galon, nanti mereka akan merasa seru sendiri dan bersemangat ternyata lucu dan bagus hasilnya, begitu mereka semangat saya menawarkan mau dilanjutkan atau tidak teorinya mereka pun mau untuk melanjutkan. Apa syarat untuk mengikuti PKL? Anak telah memahami pelatihan yang diberikan dan anak mau untuk mengikuti PKL Apa semua peserta pelatihan berhak Iya semua berhak mengikuti PKL mengikuti PKL? Bagaimana nasib WBS yang tidak Selama ini tidak ada yang tidak mengikuti PKL? mengikuti PKL kecuali ia memutuskan untuk keluar dari panti karena ingin melanjutkan pendidikan formal Berapa WBS yang memenuhi syarat Untuk periode ini semua anak untuk mengikuti PKL? memenuhi syarat Bagaimana Ibu memilih tempat untuk setelah anak mendapatkan PKL? pelatihan, anak dapat mengikuti PKL ditempat yang sudah ditentukan. Jadi sistemnya itu, kami menawarkan dahulu ke perusahaan konveksi, lalu nantinya mereka yang akan menghubungi
8.
Bagaimana dan atas dasar apa kersama dengan tempat PKL ini dilakukan?
9.
Bagaimana Ibu dapat mengukur keberhasilan WBS dalam PKL?
10.
Apa saja materi PKL yang dilakukan oleh WBS?
11.
Apakah PKL ini dilakukan di beberapa tempat atau hanya ada disatu tempat? Ada dimana saja PKL dapat dilakukan?
12
13.
Ada berapa kuota disetiap tempat?
14.
Bagaimana melakukan pengawasan PKL ini? Apakah setelah selesai PKL anak tetap mendapatkan pemantauan?
15.
16.
Berapa lama menjalani PKL dan apa kelanjutannya?
kami, mereka merasa senang sekali jika menerima anak dari kami untuk PKL disana Atas dasar saling menguntungkan, karena mereka merasa dibantu dan kami pun sebaliknya, kami merasa anak-anak didik kami sudah dapat diterima oleh masyarakat banyak. Itu semua sudah menjadi suatu keberhasilan untuk kami, walaupun titik keberhasilan kami berada juga di mereka mendapat kerja tetapi mereka mengikuti PKL pun berarti mereka sudah bisa naik ke tingkat mahir yaitu di dunia pra kerja Jika anak sudah dapat diterima untuk PKL disana berarti anak sudah dapat bekerja dan dapat diterima oleh orang lain. Dan anak sudah dapat menerapkan pelajaran yang diberikan itu sudah bisa dikatakan berhasil Sama saja seperti materi yang disini, paling hanya yang diperusahaan peci saja yang sedikit berbeda. Karena pada saat pelatihan kami tidak mengajarkan mereka membuat peci Untuk periode kali ini ada 7 tempat konveksi yang bekerjasama dengan kami Delta Marina, Delta (Metro), Jilambar, Walton, Peci (Al-Farid) 1, Peci (Al-Farid) 2, dan Jatinegara. tergantung perusahaan itu mau anaknya berapa, ada yang hanya ada 2, ada yang 4, ada yang 3, 9, dan ada juga 10. Kami melakukan monitoring 2 kali dalam 1 bulan Iya ada, namanya bimbingan lanjut tetapi yang melakukan itu ada di bagian seksi PAS Selama 1 bulan, kelanjutannya tergantung anak mau lanjut bekerja atau mau pulang kerumah. Kami hanya menganjurkan kepada mereka untuk melanjutkan bekerja,
17.
18
tetapi keputusannya ada ditangan anak Setelah mengikuti PKL apakah anak Iya jelas, karena pada saat saya dapat merubah pola pikirnya? melakukan monitoring bercerita iya bu susah juga ya cari uang, kami harus memikirkan biaya makan dan tinggal, tidak seperti di panti atau dirumah, kami makan dan tidur udah enak, kalau disini harus kerja dari jam 07.00 pagi sampai jam 17.00, kadang juga harus lembur. Anak-anak bercerita seperti itu kepada saya. Dari cerita itu saya memberikan motivasi kepada mereka, bahwa mereka harus tetap bersemangat agar nantinya mereka bisa hidup lebih mandiri Pada saat PKL apakah anak diberikan Iya ada tetapi tidak banyak, ada upah oleh pihak konveksi? juga perusahaan yang menyediakan makan dan tempat tinggal untuk mereka, kadang juga ada yang memberikan upah setelah 1 bulan mereka PKL disana.
Nama : S Status : WBS Waktu : 23 Juni 2014
No. Pertanyaan 1. Sudah berapa lama kamu di PSBR ? 2. 3.
Bagaimana perasaan kamu selama di PSBR ? Bagaimana pelatihan bimbingan keterampilan menjahit yang kamu terima di PSBR ?
4.
Teori apa saja yang diberikan instruktur?
5.
Pernah tidak kamu merasa bosan dengan pelatihan BKM?
6.
Ketika kamu bosan dengan pelatihan, apakah instruktur memberikan motivasi kepada kamu agar kamu merasa bersemangat kembali? Motivasi apa yang diberikan?
7.
8. 9.
Berapa lama teori diberikan? Praktek apa saja yang sudah kamu lakukan ketika pelatihan? Sudah berapa baju yang kamu buat?
10.
Jika kamu terlambat masuk kelas keterampilan, apakah ada hukuman?
11.
Lalu setelah kamu mengikuti pelatihan di PSBR, hal apa yang kamu dapat?
Jawaban Sudah hampir 6 bulan kak, saya dari bulan Januari Seneng, seneng banget kak. Saya bersyukur ada disini kak Wah kalau itu sangat bagus kak, instrukturnya baik, sabar, telaten, disiplin, pokoknya bikin saya jadi lebih baik Banyak kak, dari menggambar, gunting lurus,bikin pola, baju, kemeja, celana, kebaya, banyak deh kak Tidak kak, karena emang udah kemauan saya. Ditambah ibu saya juga setujunya saya disitu, katanya biar bisa bikin usaha sendiri Iya kak, sering banget Instrukturnya baik-baik kak, selalu kasih semangat biar kita lebih baik Banyak kak, kayak semangatin pas lagi gak bisa bikin baju yang susah katanya saya pasti bisa dan harus terus belajar biar di kerjaan diterima banyak orang 3 minggu kalau gak salah Kalau saya baru bikin celana, baju,tutup galon, sama baju anak belum ke kebaya soalnya waktunya mepet pas saya mau belajar itu Iya ada kak, disuruh piket. Pokoknya disini disiplin banget deh terlambat dikit pasti disuruh bantu bersih-bersih pas udah selesai kelas Banyak banget kak, saya jadi lebih dewasa, saya jadi tau
12.
Bagaimana PKL yang telah kamu jalani?
13.
Apakah kamu mendapatkan upah setelah kamu mengikuti PKL? Kalau iya, berapa? Apakah kamu bisa menerapkan ilmu yang telah kamu dapat ketika pelatihan di PSBR? Setelah ini apa yang kamu mau? Apakah kamu ingin melanjutkan bekerja atau kamu mau kembali kerumah dan sekolah lagi?
14.
15.
16.
Menurut kamu, apakah pelayanan di PSBR sudah cukup baik?
17.
Menurut kamu, perubahan apa saja yang kamu dapat sebelum masuk PSBR hingga saat ini?
dunia kerja, jadi lebih disiplin, terus yang tadinya saya males jadi rajin dan saya mau kerja kak Capek kak, kerja pagi pulang sore. Tapi enak si kak saya jadi lebih disiplin, saya jadi tau dunia kerja Gak kak, saya cuma dikasih pakaian dalam aja. Karena saya PKL di konveksi pakaian dalam Iya bisa kak, materi yang diajarin keluar semua dan saya bisa menerapkannya Saya mau bekerja kak, tapi gak mau yang di tempat saya PKL. Saya mau buka usaha sendiri tapi mau kerja disini dulu kak nanti dikampung baru saya buka usaha sendiri Baik banget kak, saya malah mau dicariin kerja kak. Terus panti juga baik mau ngelatih saya yang tadinya gak bisa apaapa jadi bisa kak. Banyak kak, saya jadi lebih disiplin, dewasa, pokoknya pola pikir saya berubah, saya jadi semangat untuk kerja kak, kalau bisa lanjut sekolah juga kak.
Nama : E Status : WBS Waktu : 23 Juni 2014
No. 1. 2. 3.
Pertanyaan Sudah berapa lama kamu di PSBR ? Bagaimana perasaan kamu selama di PSBR ? Bagaimana pelatihan bimbingan keterampilan menjahit yang kamu terima di PSBR ?
4.
Teori apa instruktur?
5.
Pernah tidak kamu merasa bosan dengan pelatihan BKM? Ketika kamu bosan dengan pelatihan, apakah instruktur memberikan motivasi kepada kamu agar kamu merasa bersemangat kembali? Motivasi apa yang diberikan? intruktur bilang saya gak boleh putus asa biar bisa kerja dengan baik Berapa lama teori diberikan? 3 minggu kak Praktek apa saja yang sudah kamu Saya udah buat baju, celana, kemeja, lakukan ketika pelatihan? Sudah tutup galon, taplak meja itu kalau yang berapa baju yang kamu buat? saya buat sendiri. Kalau berdua atau berempat saya udah buat kebaya sama dress sederhana Jika kamu terlambat masuk kelas Iya ada kak, pokoknya disini disiplin keterampilan, apakah ada hukuman? banget kak. Kalau telat disuruh piket sesudah selesai belajar Lalu setelah kamu mengikuti Banyak kak, saya jadi percaya diri, saya pelatihan di PSBR, hal apa yang jadi bisa menjahit, awalnya saya gak bisa kamu dapat? kak, terus saya bisa ngerasain dunia kerja, bisa ngatur uang pas PKL itu, jadi saya lebih berfikir kak. Bagaimana PKL yang telah kamu Awalnya gak baik kak pas saya di jalani? Jimbaran, bosnya galak. Tapi baru 3 hari kita dipindahin ke Delta Marina, disitu
6.
7. 8. 9.
10.
11.
12.
saja
yang
diberikan
Jawaban Sudah 6 bulan kalau gak salah kak Beruntung banget kak, seneng banget pokoknya kak, bersyukur lah pokoknya Pelatihannya bagus kak, bagus banget. Instrukturnya baik, sabar, yang lainnya juga kak staff-staffnya pada baik semua kak. Tapi pas dikelas gak semua anak megang mesin jahit satu-satu kak, harus gantian karena dari 40 mesin jahit ada beberapa yang rusak kak. Banyak kak dari buat pola, bikin kerah baju, celana, kemeja, baju atasan, baju anak, celemek, tutup galon, sprei, taplak meja, dress sederhana, kebaya, pokoknya banyak deh kak Pernah kak sekali, pas saya buat kebaya kan susah ya kak Iya kak, sering banget kak dikasih motivasi, nasehat biar semangat katanya
13.
14.
15.
16. 17.
Apakah kamu mendapatkan upah setelah kamu mengikuti PKL? Kalau iya, berapa? Apakah kamu bisa menerapkan ilmu yang telah kamu dapat ketika pelatihan di PSBR? Setelah ini apa yang kamu mau? Apakah kamu ingin melanjutkan bekerja atau kamu mau kembali kerumah dan sekolah lagi? Menurut kamu, apakah pelayanan di PSBR sudah cukup baik? Menurut kamu, perubahan apa saja yang kamu dapat sebelum masuk PSBR hingga saat ini?
enak banget kak, saya bener-bener ngerasain kerja, walaupun capek tapi seneng gitu bisa kerja. Dapet kak, saya dapet Rp. 399.000 itu aja saya udah seneng banget karena kalau ditempat lain gak semua dapet kak. Iya bisa kak, saya malah disuruh jahit terus kak pas PKL, ada juga temen saya yang jarang disuruh jahit jadi kerjanya cuma packing barang sama setrika Saya mau kerja kak ngumpulin uang buat sekolah
Baik banget kak, pokoknya saya seneng banget ada disini. Disini enak kak Banyak kak, saya jadi disiplin, rajin, tau dunia kerja,dewasa, pola pikir saya berubah kak saya jadi mau kerja kak buat jadi lebih baik bantu ibu bapak.
Nama : Ibu Hasrifah Status : Ketua PAS Waktu : 3 Agustus 2014
Evaluasi Input Bimbingan Keterampilan Menjahit No. 1.
Pertanyaan Apa syarat untuk mengikuti BKM?
2.
Apa syarat untuk menjadi Instruktur BKM?
3.
Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan untuk BKM?
4.
Apakah sarana dan prasarana tersebut telah disediakan pada saat pelaksanaan? Apa saja teori yang direncanakan pembuatan pola, memotong, untuk BKM? menjahit sederhana, membuat bawahan seperti rok, boxer/celana pendek, dan membuat atasan seperti kemeja, pakaian anak, kebaya dan gaun sederhana. Apakah teori yang diberikan pada Iya ada, karena memang ada waktu saat pelaksanaan sesuai dengan yang telah direncanakan jadi yang rencana? dilaksanakan harus sesuai dengan rencana Apakah praktek yang diberikan pada Iya sesuai saat pelaksanaan sesuai dengan rencana? Berapa jumlah anak yang Kalau untuk kapasitas itu ada 40 direncanakan? Apakah pada saat pelaksanaan Kalau untuk angkatan 75 melebihi
5.
6.
7.
8. 9.
Jawaban Syaratnya sama dengan syarat masuk lembaga, namun ada tambahan yaitu harus bisa berhitung dan membaca Laki-laki/Perempuan, Usia maksimal 55 tahun, Minimal lulusan SMA/SMK, dan Memiliki pengalaman kerja dibidang konveksi minimal 2 tahun Ruangan teori dan praktek, 40 mesin jahit (manual dan listrik), Bahan pakaian, 40 Bangku siswa, 40 meja siswa, 1 meja guru, 2 lemari baju, Loker, dan 40 set alat jahit dalam bentuk kit(kotak alat) yang berisi: Gunting jahit, Pendedel, Jarum jahit, Pelindung jari, Penggaris, Meteran kain, Meteran pola, dan Kapur pola. Iya ada, karena kita kan menyesuaikan anak yang ada
10. 11. 12.
13. 14.
jumlah anak yang ada sesuai dengan kapasitas, awalnya mencukupi yang direncanakan? tetapi pertengahan pelatihan ada penambahan Bagaimana penilaian awal sebelum Penilaiannya sesuai dengan anak mengikuti pelaksanaan BKM? persyaratan Berapa jumlah instrutur pada saat 2 instruktur perencanaan? Apakah jumlah instruktur pada saat Iya sesuai pelaksanaan sesuai dengan perencanaan? Berapa lama jam latihan yang akan 5 jam setiap harinya diberikan? Apakah jam latihan yang diberikan Iya sesuai sesuai dengan rencana?
LAMPIRAN FOTO