FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS, JAKARTA TIMUR
Oleh: Defa Jeni Nariswari, Faturrahman Departemen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email:
[email protected]
ABSTRAK Kemiskinan yang terjadi di Indonesia merupakan penyebab terbesar yang membuat banyaknya remaja terlantar atau remaja putus sekolah di Negara ini. Kementerian Sosial membuat program yang bernama Panti Sosial Bina Remaja untuk menangani fenomena tersebut, program ini dilakukan dengan bertujuan untuk memajukan kelangsungan hidup remaja terlantar atau putus sekolah agar dapat mandiri serta menjalani kehidupan sosialnya dengan normal. Permasalahan internal yang dihadapi yaitu konsistensi pemerintah itu sendiri seperti sumber daya manusia, non-manusia dan komunikasi. Salah satu Panti Sosial Bina Remaja yang langsung dinaungi oleh kementerian sosial yaitu ada di daerah Bambu Apus, Jakarta Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses implementasi program Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, serta mencari tau apakah faktor sumber daya dan faktor komunikasi mempengaruhi proses implementasi tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut dilakukan penyebaran kuesioner terhadap 30 responden yang merupakan pegawai panti, yang sebelumnya kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reliabilitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis Korelasi Kendal Tau (τ), Koefisian Konkordansi Kendall (W), dan Koefisien Determinasi. Hasil penelitian yang dibantu program SPSS 16 for Windows menunjukkan bahwa Implementasi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus masuk ke dalam kategori baik kemudian terbukti adanya pengaruh sumber daya (X1) terhadap implementasi (Y) sebesar 43,1649%, pengaruh komunikasi (X2) terhadap implementasi (Y) sebesar 9,3636% dan kedua variabel tersebut secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel implementasi sebesar 13,5%. Kata kunci : Implementasi, Sumber Daya, Komunikasi, Remaja
mendapatkan pengalaman pendidikan
PENDAHULUAN
yang
A. Latar Belakang
maksimal
Kementerian Mewujudkan
sekolah).
Sosial
sebagai
yang
departemen
yang
menangani
dibutuhkan guna membangun negara
permasalah
tentang
kesejahteraan
ini bukanlah hal yang mudah. Bidang
sosial melakukan kewajibannya yaitu
yang dapat mewujudkan remaja yang
salah satunya dengan membangun
berkualitas yaitu salah satunya adalah
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR).
dalam
bidang
remaja
(putus
pendidikan,
tetapi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia ini terdapat begitu banyak kondisi masyarakat yang kesulitan ekonomi/
miskin
yang
beriringan
dengan meningkatnya biaya untuk pendidikan sehingga mengakibatkan para anak atau remaja yang ada dalam lingkungan
tersebut
tidak
dapat
melanjutkan
pendidikannya,
bukan
permasalahan ekonomi keluarga saja yang
menghambat
keberlanjutan
seorang anak maupun remaja tetapi ada
juga
permasalahan
seperti
permasalahan anak terlantar atau yang tidak memiliki keluarga di Indonesia. Permasalahan anak terlantar ini terjadi sudah sejak lama dan menjadi salah satu masalah sosial yang sangat luas serta kompleksitas permasalahannya yang
menyebabkan
remaja
tidak
dibangun guna memberikan pelayanan sosial
yang
diperlukan
secara
profesional bagi remaja putus sekolah atau terlantar, yang memungkinkan terwujudnya kemandirian bagi remaja asuhannya berbagai masalah
serta
terhindar
kemungkinan sosial
bagi
lingkungannya
dari
timbulnya dirinya
serta
dan dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki dan
dapat
melaksanakan
fungsi
sosialnya. Salah satu Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) di Indonesia dalam lingkungan Kementerian Sosial RI yaitu
Panti
Sosial
Bina
Remaja
(PSBR) Bambu Apus yang berlokasi di Jakarta Utara. Terdapat begitu banyak
faktor-faktor
mempengaruhi
keberhasilan
yang dari
program Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR)
(PSBR) Bambu Apus ini. Dalam
kemitraan yang jelas sebagai tempat
implementasi suatu program mustahil
praktek kegiatan para anak bimbingan.
apabila
Penulis tertarik untuk menganalisis
tidak
didalamnya,
terdapat
adapun
masalah
permasalahan
ini
misalnya
faktor-faktor
yang
dalam
hal
mempengaruhi
yang hadir dalam pelaksanaan menuju
pelaksanaan program Panti Sosial Bina
keberhasilan pelaksanaan program ini
Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta
yaitu ada masalah internal maupun
Timur. Faktor yang diangkat yaitu
eksternal organisasi.
sumber daya dan komunikasi.
Masalah internal yaitu Keseriusan
B. Perumusan Masalah
serta konsistensi pemerintah misalnya dapat terlihat dari masih banyaknya para sumber daya manusia yaitu pekerja sosial yang kurang memadai, para pengurus panti yang jumlahnya masih
sedikit,
komunikasi
yang
dilakukan para pihak yang berkaitan guna
mendukung
program
(Panti
Sosial Bina Remaja) PSBR yaitu komunikasi sesama pegawai yang ada dalam
organisasi
organisasi
dan
maupun
yang
tidak
luar kalah
penting adalah masalah anggaran serta sarana prasarana yang dibutuhkan dalam program bimbingan bagi para
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana program
implementasi pelatihan
bimbingan
dalam
mempengaruhi
keberhasilan Panti Sosial Bina Remaja
remaja
terlantar dan putus sekolah di Panti
Sosial
Bina
Remaja
(PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur ? 2. Apakah faktor sumber daya dan komunikasi mempengaruhi implementasi program Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur ?
remaja ini. Faktor swasta juga ikut serta
bagi
dan
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini yang dilakukan oleh
implementasi
program
pelatihan
dan
bimbingan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus,
apakah
faktor
sumber daya dan komunikasi yang
apapun
pilihan
tidak melakukan (public policy is whatever governments choose to do or not to do). Stella Theodoulou (dikutip Riant Nugroho, 2014: 127)
dalam
Public Policy: The Essential Readings
Jakarta Timur. 2. Mengetahui
adalah
pemerintah untuk melakukan atau
penulis bertujuan untuk: 1. Mengetahui
publik
mempengaruhi
implementasi program Panti
(2005)
mengemukakan
bahwa
kebijakan publik terbagi atas 6 tahapan yaitu: 1. Problem
recognition
Sosial Bina Remaja (PSBR)
(perumusan masalah): Masalah
Bambu Apus, Jakarta Timur.
yang berpotensi untuk masuk ke dalam agenda kebijakan
D. Kerangka Teori
publik yang diakui. Kebijakan kepustakaan
dalam
2. Agenda setting: Masalah publik
disebut
yang layak untuk diperhatikan
publik internasional
sebagai public policy. Menurut Harold
khusus
yang
dapat
masuk
Laswell dan Abraham Kaplan (1970,
kedalam agenda pemerintahan.
71) yang dikutip oleh Riant Nugroho
3. Policy formulation (formulasi
(2014: 125) mendefinisikan kebijakan
kebijakan): Berbagai kebijakan
publik sebagai suatu program yang
yang dibuat untuk mengatasi
diproyeksikan dengan tujuan-tujuan
suatu
tertentu,
sebelumnya
nilai-nilai
tertentu,
dan
praktek-praktek tertentu (a projected program practices).
of
goals,
Menurut
values,
and
Thomas
Dye
(dalam Islamy, 2003: 18) kebijakan
masalah
yang
telah
menjadi
agenda pemerintah. 4. Policy
adoption
(penentuan
kebijakan): Kebijakan resmi yang telah disepakati.
implementation
untuk memperhatikan empat isu pokok
(implementasi
kebijakan):
agar implementasi kebijakan menjadi
Penerapan
penindakan
efektif,
5. Policy
dan
yaitu
communication,
suatu kebijakan publik yang
resource, disposition or attitudes, and
telah disepakati.
bureaucratic structures.
6. Policy analysis and evaluation: menganalisis dan mengevaluasi apakah penerapan kebijakan telah terlaksana dengan efektif. Bernadine R. Wijaya & Susilo
Menurut Van Horn dan Van Meter (Budi Winarno 2002) sumberdaya yang patut mendapatkan perhatian yang
layak
meliputi
dana
dan
perangsang (incentive) lainnya. Dalam
Supardo (2006:81) mengatakan bahwa
memandang
implementasi
proses
Simamora (2001) mengelompokkan
mentransformasikan suatu rencana ke
sumber daya menjadi 2 bagian yaitu
dalam praktik. Menurut Grindle (1980)
sumberdaya manusia dan sumberdaya
(dikutip Harbani Pasolong, 2007: 57)
non
melihat bahwa implementasi sebagai
implementasi
suatu proses yang penuh dengan
sumber daya manusia yang berkualitas
muatan politik dimana mereka yang
setelah
berkepentingan
manusia yang mencukupi juga perlu
adalah
berusaha
sedapat
Model menurut George Edward III bahwa
masalah
dari
administrasi publik adalah lack of attention
to
implementation.
Dikatakannya, bahwa without effective implementation
the
decision
of
policymaker will not be carried out successfully.
Edward
manusia.
daya
Henry
Keseluruhan
proses
menuntut
adanya
tersedianya
sumber
daya
didukung oleh sumber daya non
mungkin mempengaruhinya.
menegaskan
sumber
menyarankan
manusia yaitu dana maupun waktu jika hanya tersedia sumber daya manusia saja tanpa adanya sumber financial
maupun
waktu
maka
implementasi kebijakan akan berjalan lambat. Komunikasi Uchjana
Effendi
menurut
Onong
(1992)
(dikutip
Rosady Ruslan, 2010: 81) yaitu berasal
(korelasi atau regresi berganda), maka
dari
latin:
jumlah anggota sampel minimal 10
berarti
kali dari jumlah variabel yang diteliti.
“pertukaran
Jumlah variabel dalam penelitian ini
pikiran” dengan demikian maka secara
terdapat 3 variabel (independen +
garis
dependen),
perkataan
bahasa
communication
yang
“pemberitahuan”
besar
atau
dalam
suatu
proses
maka
jumlah
anggota
responden.
Teknik
komunikasi harus terdapat unsur-unsur
sampel
kesamaan
terjadi
pengambilan sampel dalam penelitian
pertukaran pikiran atau pengertian
ini menggunakan teknik purposive
antara komunikator (penyebar pesan)
sampling.
makna
agar
dan komunikan (penerima pesan). Edward
(Budi
Winarno,
2002)
30
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala ordinal
membahas tiga hal penting dalam
karena
proses komunikasi kebijakan yakni
berbentuk peringkat, variabel-variabel
transmisi, konsistensi dan kejelasan.
yang akan diukur dijabarkan dengan
acuan Penelitian ini yang berjudulkan “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus, Jakarta Timur”, merupakan termasuk tipe penelitian eksplanatori. Penulis penelitian
ini
mengambil
populasi pada pegawai Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus. Dalam penelitian ini akan melakukan analisis
dengan
ukuran
yang
indikator variabel kemudian sebagai
E. Metode Penelitian
dalam
melakukan
multivariate
pembuatan
pertanyaan-
pertanyaan dalam kuesioner, yang jawabannya diurutkan sesuai kategori dari yang berbobot rendah hingga tinggi. Instrumen
pada
penelitian
ini
adalah pedoman tertulis mengenai daftar pertanyaan yang dipersiapkan dalam
memperoleh
informasi-
informasi dari responden berdasarkan indikator variable yang telah dibuat. Alat ukur yang digunakan yaitu berupa kuisoner tertutup dan terbuka dengan
memilih satu alternatif jawaban dari setiap
pertanyaan
tabel
induk
pada
skor
variabel sumber daya program
terendah yang diberi angka 1 dan
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
tertinggi
Bambu
dengan
dengan
2. Pengolahan
angka
4
yang
kemudian diberikan alasan. Teknik
analisis
Apus
memperlihatkan
80% dari responden menyatakan
data
yang
memiliki sumber daya kebijakan
digunakan dalam penelitian ini adalah
yang baik, hanya terdapat 6% dari
teknik analisasi data kuantitatif. Uji
responden menyatakan memiliki
validitas,
reliabilitas,
sumber daya kebijakan yang sangat
koefisien korelasi kendall, koefisien
baik. Berdasarkan uraian diatas
konkordinasi,
maka diketahui bahwa tingkat
pengujian
dan
Koefisien
sumber
determinasi
(PSBR) variabel
tabel
induk
implementasi
pada
program
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu 63,3%
Apus
memperlihatkan
responden
yang
dimiliki
program Panti Sosial Bina Remaja
HASIL PENELITIAN 1. Pengolahan
daya
menyatakan
Bambu
Apus,
Jakarta
Timur tergolong dalam kategori baik. 3. Pengolahan
tabel
induk
pada
variabel komunikasi program Panti Sosial
Bina
Remaja
(PSBR)
memiliki implementasi kebijakan
Bambu
yang baik, bahkan terdapat 36,7%
56,7% dari responden menyatakan
responden menyatakan memiliki
memiliki komunikasi
implementasi
yang
terdapat 36,7% dari responden
sangat baik. Berdasarkan uraian
menyatakan memiliki komunikasi
diatas maka dapat diketahui bahwa
kebijakan yang sangat baik, ada
tingkat
pun yang menyatakan sejumlah
kebijakan
implementasi
program
Apus
memperlihatkan
yang baik,
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
6,6%
Bambu
komunikasi yang kurang baik.
Apus,
Jakarta
Timur
tergolong dalam kategori baik.
menyatakan
memilki
Berdasarkan uraian diatas maka
dapat diketahui bahwa tingkat
Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus
komunikasi yang dimiliki program
menghasilkan TX2.Y = 0,306, artinya
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
bahwa hubungan yang dimiliki oleh
Bambu
komunikasi
Apus,
Jakarta
Timur
Korelasi
perhitungan Rank
Koefisian
Kendall
variabel
sumber daya terhadap implementasi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus menghasilkan TX1.Y = 0,657, artinya antara sumber daya dengan
implementasi
memiliki
hubungan positif yang kuat karena berada pada rentang 0,60 - 0,799. Berdasarkan
hasil
perhitungan
karena nilainya berada pada rentang 0,20 -0,399. Perhitungan Koefisien Determinan (KD) dapat disimpulkan bahwa
besarnya
komunikasi implementasi
Panti
antara terhadap
Sosial
Bina
Remaja (PSBR) Bambu Apus (Y) hanya sebesar 9,3636%. Hasil perhitungan diperoleh hasil konkordansi sumber daya (X1) dan komunikasi
kemudian
implementasi
dengan
pengaruh (X2)
didapatkan nilai Zhitung sebesar 5,1 dikonsultasikan
implementasi
positif tetapi tidak begitu kuat (rendah)
tergolong dalam kategori baik. Hasil
dengan
(X2) Panti
terhadap Sosial
Bina
harga Ztabel. Pada taraf signifikansi
Remaja (PSBR) Bambu Apus (Y)
5% maka diperoleh 5,01 > 1,96 yang
sebesar 0,135 dengan nilai signifikansi
berarti
Koefisien
sebesar 0,017 lebih kecil dari 0,05
Determinan (KD) besarnya pengaruh
yang berarti bahwa ketiga variabel
antara
tersebut terdapat hubungan.
signifikan.
sumberdaya
implementasi
Panti
(X1)
terhadap
Sosial
Bina
menguji
signifikansi
Untuk
Koefisian
Remaja (PSBR) Bambu Apus (Y)
Konkordansi Kendall (W) dilihat dari
sebesar 43,1649% .
harga Chi-Square yaitu 8,111. Korelasi
Nilai χ² kemudian dikonsultasikan
Rank Kendall variabel komunikasi
dengan harga kritis χ² dengan df = 2
terhadap implementasi Panti Sosial
pada taraf signifikansi 5% adalah 5,99.
Perhitungan
Koefisian
Berdasarkan hasil konsultasi tersebut
Jakarta Timur dikategorikan
diketahui bahwa nilai χ² hitung > χ²
baik berdasarkan pernyataan
tabel signifikansi 5% yaitu 8,111 >
dari 80% responden. Hal ini
5,99.
dibuktikan adanya ketersedian
Koefisien
Determinan
(KD)
sumber daya manusia, dana
sebesar 13,5%.
dan lahan yang mencukupi
KESIMPULAN DAN SARAN
untuk menjalankan program A. Kesimpulan Berdasarkan
Panti
Bina
Remaja
yang
(PSBR) Bambu Apus Jakarta
responden
Timur. Komunikasi di Panti
yaitu pegawai Panti Sosial Bina
Sosial Bina Remaja (PSBR)
Remaja
Bambu Apus, Jakarta Timur
dilakukan
penelitian
Sosial
terhadap
(PSBR)
Bambu
Apus
maka dapat diambil kesimpulan
dikategorikan
bahwa:
rekapitulasi 56,7% responden.
1. Implementasi program Panti
Tersedianya sarana komunikasi
Sosial Bina Remaja (PSBR)
yang memadai, adanya rutinitas
Bambu Apus di Jakarta Timur
rapat
dikategorikan
dijalankan
Baik
dengan
dan
baik
dengan
sosialisasi dan
yang
kelengkapan
terdapat 63 % dari responden,
informasi yang di terima para
karena
pegawai
pegawai merupakan penyebab
tujuan
beserta
memahami isi
program
PSBR dengan baik dan adanya dukungan maupun kerjasama yang daerah sekitar PSBR.
terdapatnya komunikasi yang baik di PSBR Bambu Apus. 2. Pengujian
hipotesis
yang
diberikan
pemerintah
dilakukan dapat memberikan
maupun
masyarakat
kesimpulan
terhadap Sumber
program daya
hubungan
bahwa (korelasi)
terdapat antara
yang
variabel sumber daya (X1)
terdapat pada Panti Sosial Bina
dengan variabel implementasi
Remaja (PSBR) Bambu Apus,
(Y) yaitu 0,657. Koefisien
Determinan
(KD)
besarnya
variabel implementasi sebesar
pengaruh sumber daya (X1) terhadap
implementasi
(Y)
13,5%. B. Saran
sebesar 43,1649%, kemudian
saran
memberikan kesimpulan bahwa
diberikan oleh penulis berdasarkan
terdapat hubungan (korelasi)
penelitian yang telah dilakukan
antara
yaitu:
yang
sekiranya
dapat
variabel
komunikasi
dengan
variabel
1. Implementasi program Panti
implementasi (Y) yaitu 0,306.
Sosial Bina Remaja (PSBR)
Koefisien
Bambu Apus di Jakarta Timur
(X2)
Determinan
(KD)
besarnya pengaruh komunikasi
dikategorikan
(X2)
yang harus ditingkatkan jika
terhadap
implementasi
(Y) sebesar 9,3636%. 3. Hasil Sumber
Analisis daya
Baik,
adapun
dilihat dari rata-rata terkecil
hubungan
variabel
implementasi
dan
yaitu pada aspek pencapaian
terhadap
target yang kurang maksimal,
secara
pencapaian target ini dapat
bersama-sama
yang
dimaksimalkan dengan melihat
menggunakan
perhitungan
Komunikasi implementasi
rumus
(X1)
pada
(X2) (Y)
Konkordansi
kembali
penyebab
mengapa
Rank
adanya para penerima manfaat
Kendall menghasilkan adanya
tidak menyelesaikan kegiatan
korelasi
bimbingan hingga masa akhir
yang
positif
yaitu
0,135, diketahui bahwa nilai χ² hitung > χ² tabel signifikansi
bimbingan. 2.
Sumber daya yang ada di Panti
5% yaitu 8,111 > 5,99 dengan
Sosial Bina Remaja (PSBR)
begitu maka hipotesis diterima
Bambu Apus Jakarta Timur
dengan kedua variabel tersebut
memang
memiliki pengaruh terhadap
dalam kategori baik, tetapi
sudah
tergolong
alangkah lebih baiknya lagi
jika
diadakan
atau
kategori sangat baik dengan
dapat
peningkatan pemberian respon
kemampuan
atau tanggapan pada saat rapat
penyampaian materi maupun
dilakukan kemudian saran yang
kemampuan
dapat
pelatihan
diklat
yang
meningkatkan
berinteraksi
diberikan
juga
dengan karakteristik penerima
komunikasi yang ada bukan
manfaat yang berbeda beda
hanya dilakukan secara non-
karena itu kendala yang sering
verbal
dialami
program
dilakukan dengan tatap muka
Remaja.
seperti
Panti
pelaksana Sosial
Bina
Diperhatikan
pula
saja
tetapi
rapat-rapat
sosialiasasi
yang
perlu
maupun langsung
pemeliharaan sumber daya non
sehingga dapat meminimalisir
manusia yang sudah tersedia,
kesalahan
Misalnya
informasi.
seperti
perawatan
penyampaian
fasilitas-fasilitas yang ada (bus, masjid,cottage dll) sehingga tetap
nyaman
penerima
manfaat
menjalani dilakukan
untuk
para dalam
aktifitas selama
yang program
Buku Islamy, M Irfan. (2003). Prinsipprinsip
Perumusan
yang
ada
dan
Nugroho, Riant. (2014). Public Policy.
terjalin di Panti Sosial Bina
Jakarta:
Remaja (PSBR) Bambu Apus
Komputindo
dikategorikan
Kebijakan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara
berjalan. 3. Komunikasi
DAFTAR PUSTAKA
sudah
baik,
Pasolong,
PT.
Elex
Harbani.
tetapi bukan berarti tidak ada
Administrasi
hal-hal dalam komunikasi yang
Penerbit Alfabeta
harus di tingkatkan , kategori baik dapat pula meningkat pada
Media
2007.
Publik.
Teori
Bandung:
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian
Kementerian
Sosial
RI.
(2008).
Pedoman Pelayanan Sosial Anak
Kuantitatif
untuk
Publik
dan
Administrasi Masalah-masalah
Sosial. Yogyakarta: Gava Media Ruslan, Rosady. (2010). Manajemen Publik
Dokumen
Relations
Komunikasi.
dan
Jakarta:
Media
Bambu Kepuasan
Apus.
2014.
Indeks
Masyarakat.
Jakarta
Timur: Kementerian Sosial RI
Jurnal, Artikel dan Media Masa
Masri
Effendi.
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
PT.Raja
Grafindo Persada Singarimbun,
Terlantar
dan
(2011).
Sofian Metode
Hardjanto, Arif. (2008). Implementasi Kebijakan
Pajak
Bumi
dan
Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka
Bangunan di Kelurahan Gisikdrono
LP3E
Kecamatan Semarang Barat Kota
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Semarang.
Dalam
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
http://eprints.undip.ac.id/7651/1/D2
Bandung: Alfabeta
A002008_Arif_Hardjanto.pdf.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sunyoto, Danang. (2009). Analisis Regresi
dan
Uji
Hipotesis.
Yogyakarta: Media Pressindo
Yogyakarta: Pressindo
Kebijakan Penerbit
pukul 18.10 WIB Pranoto, Widio. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses
Diakses tanggal 19 Februari 2016
Publik. Media
E-Pembelajaran
Di
Sekolah: Studi Kasus Di Smk Negeri
Pati. Masters
thesis:
Program Pascasarjana Undip Ray, Nazar. (2015). Skill Anak Panti Tak Sia-Sia Honda Ajak Menteri Khofifah.
Dalam
http://www.merdeka.com/otomotif/
skill-anak-panti-sosial-tak-sia-sia-
Diakses Pada 18 Februari 2016
honda-ajak-menteri-khofifah.html.
pukul 20.15 WIB
Diakses tanggal 25 Maret 2015 pukul 19.35 WIB
Yunisca
Riyanto, Eko Slamet. (2010). FaktorFaktor
yang
Mempengaruhi
Implementasi Penyebaran
Kebijakan Informasi
Melalui Forum Badan
Tatap
di Panti Sosial Bina Asuhan Bandar Lampung.
Dalam
hp/JKD/article/view/7849. Diakses
Publik
tanggal 18 Februari 2016 pukul
Dalam
16.35 WIB
36336-T%2028156-Faktor-faktor full%20text.pdf. Diakses tanggal 18 Februari 2016 pukul 19.45 WIB Santosa, B. (2010). Anak Terlantar di Indonesia.
Dalam
http://www.antaranews.com/126854 7583/anak-terlantar-ri-capai-54,juta. Diakses tanggal 22 Maret 2015 pukul 14.50 WIB Bayu.
(2012).
Pelaksanaan Program Panti Sosial Membantu
Remaja Putus Sekolah Menjadi Tenaga Kerja Terampil di Tridadi Sleman
Pengaruh Pelayanan Anak Terlantar
Muka Di
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/1
Bina Remaja dalam
(2014).
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.p
Informasi
Rizqa
Nurmalisa.
Publik
Kemkominfo.
Wicaksana,
Yanti, Septri , Hermi Yanzi dan
Yogyakarta.
Dalam
http://eprints.uny.ac.id/7882/1/cove r%20-%2007102244012.pdf.