PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN OTOMOTIF BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) TARUNA JAYA TEBET-DKI JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: DONY ISMAIL 105054102068
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
PERAN YAYASAN SAYAP IBU DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK TERLANTAR DI TAMAN BALITA SEJAHTERA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: SUPRIYANTI 105054102086
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN OTOMOTIF BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) TARUNA JAYA TEBET-DKI JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: DONY ISMAIL NIM. 105054102068
Di Bawah Bimbingan
Ismet Firdaus, M. Si NIP. 150 411 196
KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skiripsi yeng berjudul PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN OTOMOTIF BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) TARUNA JAYA TEBET-DKI JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tanggal 14 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Strata 1 (S-1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 14 Desember 2009
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA
Dra. Halimah SM, M.Ag.
NIP. 19700903 199603 1 001
NIP. 19590413 199603 2 001
Penguji I
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si NIP. 19690607 199503 2 003
Penguji II
Dra. Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd NIP. 19690322 199603 2 001
Pembimbing
Ismet Firdaus, M. Si NIP. 150 411 196
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Desember 2009
DONY ISMAIL
ABSTRAK
Dony Ismail Pemberdayaan Keterampilan Otomotif Bagi Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan manusia semakin kompleks, bahkan sampai kebutuhan pendidikan dari berbagai bidang ilmu. Karena kurang baiknya tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak remaja menjadi putus sekolah. Sehingga tingkat pengangguran di Indonesia juga semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan adanya sebuah wadah bagi para remaja putus sekolah untuk memberdayakan mereka melalui pemberdayaan. Penulis mengambil judul Pemberdayaan Keterampilan Otomotif Bagi Remaja Putus Sekolah karena hakikatnya remaja putus sekolah tersebut harus diberdayakan melalui pendidikan luar sekolah sehingga mereka memiliki bekal untuk bekerja dan juga agar para remaja putus sekolah tersebut dapat menjadikan diri mereka menjadi lebih mandiri. Menurut Winarni dalam Sulistiyani, inti dari pemberdayaan ada tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian. Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Setiap remaja mempunyai potensi yang kuat untuk berkembang, dan dalam mengembangkan potensi tersebut diperlukan suatu motivasi untuk mendorong meningkatkan kesadaran dalam diri setiap remaja, agar mereka dapat mengembangkan potensi tersebut. Dengan pemberian keterampilan para remaja putus sekolah bisa dapat menjadikan diri mereka lebih mandiri dan juga memiliki keterampilan dalam diri mereka. Dalam prosedur pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan purposive. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang, yang terdiri dari seorang instruktur, seorang staf panti, dan 2 orang peserta pelatihan jurusan otomotif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan juga dokumentasi. Hal ini untuk memudahkan dalam proses analisa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pada keterampilan otomotif diberikan selama enam bulan. Adapun disetiap bulannya pelaksanaan pelatihan tersebut sudah memiliki jadwal yang pasti. Yaitu pada bulan pertama yaitu perekrutan peserta, pada bulan kedua pemberian teori, dibulan ketiga sampai kelima praktek pelatihan dan dibulan keenam yaitu praktek belajar kerja. Hasil dari pelatihan tersebut dapat dilihat dari para remaja putus sekolah yang tadinya mereka tidak dapat memeperbaiki motor menjadi bisa memperbaiki motor, dan yang tadinya tidak mengerti bagian-bagian mesin menjadi lebih tahu. Faktor pendukung dan penghambat dapat dilihat dari hasil observasi dan wawancara. Faktor pendukungnya adanya kerjasama antara PSBR dengan lembaga diluar PSBR. Faktor penghambat diantaranya yaitu terletak pada sarana dan prasarana yang dimiliki panti. Hal ini cukup berdasar dikarenakan peralatan yan dimiliki panti masih kurang memadai dalam pemberian pelatihan otomotif untuk teknologi saat ini.
KATA PENGANTAR
Tiada yang pantas penulis ucapkan selain puja dan puji syukur bagi Allah SWT. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena telah memberikan segala curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada nabi Muhammad saw. Nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan. Dengan selesainya skripsi yang berjudul Pemberdayaan Keterampilan Otomotif Bagi Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. Maka penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak yang menggeluti pemberian pelatihan program keterampilan pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya. Setelah melalui proses yang amat panjang dan godaaan serta hambatan yang sangat banyak yang penulis alami dalam melakukan penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan ucapan terima kasih tersebut terutama kepada yth :
1.
Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta para pembantu Dekan, yang telah membimbing penulis selama penulis melaksanakan studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini.
2.
Bapak Drs. Helmi Rustandi, MA dan Bapak Ismet Firdaus, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, dan juga seluruh Staf Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu penulis dalam memperlancar penulisan skripsi ini.
3.
Bapak Ismet Firdaus, M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang besar kepada penulis dalam menyelsaikan penulisan skripsi ini.
4.
Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmunya selama penulis kuliah di Fakultas dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Pimpinan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mengadakan study kepustakaan.
6.
Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet beserta staf, khususnya Ibu Wiwik selaku Kepala Seksi Bimbingan dan Pelatihan, Bapak Saebun selaku Kepala Tata Usaha serta Bapak Kodir, Bapak Cecep, selaku instruktur pelatihan keterampilan otomotif yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan juga
kepada para staf dan instruktur jurusan lainnya yang telah membantu penulis, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. 7.
Yang terhormat dan tercinta kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda H. Sugiyanto dan Ibunda Etty Endratie semoga Allah SWT selalu mencurahkan karunia nikmat dan kemuliaan sebagai balasan atas cinta kasih dan pengorbanan yang telah diberikan secara tulus dan ikhlas kepada penulis.
8.
Mbah kong dan mbah putri terima kasih atas doa-doanya. Kakak tercinta; Mba Ririn, yang memberi semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Adik tersayang Annisa. Kakak-kakak sepupu-ku Mba Nuk, mba Fanny, mba Emma, Tias terima kasih atas masukkan-masukkannya.
9.
Tidak lupa kepada seseorang yang ku sayang dan selalu ada dalam hati penulis Intan Monika .A. yang selalu memberi penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.
Sahabat-sahabat Kessos tempat berbagai macam inspirasi dan warnawarni kehidupan. Zul, Neo, Akmal, Kejo, Iman, Riza, Sahri, Aa, Iman dan Ersyad. Semoga persahabatan tetap abadi. Tidak lupa dengan teman-teman Nona, Omhy, Ayu, N-cek, Eka, Yayah. Dan juga temanteman Kessos untuk semua angkatan tanpa terkecuali, semoga persaudaraan tetap terjalin selama nafas masih berhembus. Serta Kessos angkatan 2006, 2007 dan 2008 semoga sukses.
11. Sahabat susah senang bersama “Bhu-denk, Om Aris, Mustank, Pais, Achok, Aldi, dan anak-anak “ZEVEN” lainnya, ga lupa juga “ALL star
Engine Family”. 12. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Dan pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umunya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Semoga Allah menuntun ke jalan yang lurus yaitu jalan yang Engkau ridhoi dan bukan jalan yang Engkau murkai. Amin yaa Robbal’alamin.
Jakarta, 14 Desember 2009
DONY ISMAIL
DAFTAR ISI
Hal ABSTRAK ………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ……………………………………….…… ii DAFTAR ISI ………... ……………………...……………………. vi DAFTAR TABEL ……..…………………………………………. x DAFTAR LAMPIRAN ………..……………………………….… xi
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………..
1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ……………………….
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………
10
D. Kajian Pustaka …………...………………………………..
11
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………
14
A. Pemberdayaan …………………………………………….
14
1. Pengertian Pemberdayaan ...………………………...…
14
2. Tujuan Pemberdayaan .…………………………...…..
18
3. Tahap – Tahap Pemberdayaan .....………………..…...
19
B. Keterampilan Otomotif ……...………. ..……………..…..
20
1. Pengertian Keterampilan ……………..….…………..
20
2. Pengertian Otomotif ……………………...………….
22
C. Remaja Putus Sekolah ….…………………………….…..
23
1. Pengertian Remaja ………………………………
23
2. Ciri-ciri Masa Remaja ….……………..……….…
28
3. Pengertian Putus Sekolah ……………………….
30
4. Penyebab Remaja Putus Sekolah ………….……..
31
5. Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Remaja menjadi Putus Sekolah ……………………………. D. Panti Sosial Bina Remaja ………………………………..
32 33
1. Pengertian Panti Sosial Bina Remaja ..................
33
2. Tugas dan Fungsi Panti Sosial ……………………
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................…….
36
A. Pendekatan Penelitian …………………….………………
36
B. Jenis Penelitian ………….………………………………
37
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ………..…………………...
37
D. Penentuan Subyek dan Informan …..……….……………
38
E. Sumber Data ………………………..………….…………
38
F. Teknik Pencatatan Data ……………...……………….......
39
G. Alat Bantu Pengumpulan Data ………...………………....
39
H. Teknik Keabsahan Data ……….…………………..……..
40
I. Teknik Analisis Data …………………………………….
41
J. Teknik Penulisan ...............................................................
41
K. Tinjauan Pustaka ...............................................................
42
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ....................................
45
A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta …....……………………
45
1. Sejarah Perkembangan.…………………………...
45
2. Letak Geografis …………………………………..
48
3. Visi dan Misi …………………………….………..
48
4. Struktur Organisasi ……………………………….
49
5. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………….
50
6. Sasaran Garapan ………………...………………...
50
7. Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di PSBR Taruna Jaya Tebet -DKI Jakarta ………………….
51
8. Proses Pelayanan ……………………………….. .
51
9. Sarana dan Prasarana serta Fasilitas yang tersedia di PSBR Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta ………..
53
10. Landasan Hukum ………………………….……..
54
11. Sumber Dana ………………………….….……..
54
B. Temuan dan Analisis Data ……………………..……….
55
1. Gambaran pelaksanaan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta …………….…………………...
55
a.
Perekrutan Peserta …………………………....
56
b.
Pemberian Teori Pelatihan Otomotif …….…..
58
c.
Praktek Pelatihan Otomotif ……………….… 60
d.
Praktek Belajar Kerja ……………………...... 62
2. Hasil yang dicapai dalam kegiatan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR ….……………...
65
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam program Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR ...
69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………
71
B. Saran ………………………………………………..
73
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Pelaksanaan Pelatihan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Izin Melakukan Penelitan Proses Pemberian Pelayanan Bagi Para WBS Daftar Nilai Bimbingan Sosial dan Pelatihan Daftar Nama Peserta Jurusan Otomotif Angkatan 79 Foto-foto
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual skundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi
dari
kanak-kanak
menjadi
dewasa.
Terjadi
peralihan
dari
ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Dalam masa pertumbuhan tersebut remaja perlu mempunyai kematangan berfikir yang menjangkau tahap global dalam menghadapi globalisasi. Apabila mereka tidak memiliki kematangan dalam berfikir maka mereka tidak akan dapat menjalani roda kehidupan dengan sempurna. Jelasnya remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa perlangsungan yang beragam, yang menandai berakhirnya masa anak dan merupakan
masa
diletakkannya
dasar-dasar
menuju
taraf
kematangan.
Perkembangan tersebut meliputi dimensi biologik, psikologik dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan perkembangan kepribadian. Secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda1.
1
http.h2dy.wordpress.com/2008/12/10/definisi-remaja diakses 14 Juni 2009
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan manusia semakin kompleks, bahkan sampai kebutuhan pendidikan dari berbagai bidang ilmu. Walaupun pendidikan merupakan hak setiap warga negara, tidak setiap orang mendapat kesempatan untuk belajar. Adapun sistem pendidikan di Indonesia diselenggarakan pemerintah maupun swasta, dan jenis pendidikan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu pendidikan formal, informal dan non formal. Pada Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 5 telah jelas tertulis: 1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. 3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. 4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. 5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Dalam hadistpun ilmu pengetahuan diwajibkan untuk setiap muslim. Seperti H.R. Ibnu Majah, Rasulullah berkata:2 2
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam jilid 2, Semarang: CV. Asy Syfa’, 1993, h. 183.
ظ ا ــ ـر ـ ـ Artinya: Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib bagi setiap Muslim.(H.R. Ibnu Majah).
Dalam hadist diatas tersebut Rasulullah mewajibkan kepada setiap muslim untuk mencari ilmu pengetahuan. Hal ini dianjurkan agar para kaum muslim di dunia tidak menjadi kaum yang bodoh. Namun dengan berjalannya waktu banyak masalah sosial yang sering dihadapi oleh masyarakat seperti himpitan ekonomi yang semakin sulit sehingga menyebabkan banyaknya remaja yang menjadi putus sekolah. Faktor ekonomi inilah yang dijadikan alasan mengapa mereka memutuskan untuk berhenti sekolah. Pemerintah telah menetapkan program perluasan dan pengembangan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan, walaupun telah diusahakan agar semua warga negara Indonesia memperoleh pendidikan melalui sekolah secara formal. Namun karena keterbatasan dan ketidak mampuannya membiayai sekolah keadaan inilah yang dapat menyebabkan warga negara yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mengalami putus sekolah. Meski Jakarta menyandang kota metropolitan dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan kota-kota lain di Indonesia tapi masih ada 63.407 remaja yang putus sekolah. Mereka terpaksa putus sekolah karena berasal dari keluarga tidak mampu atau miskin sehingga tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan.3
3
http: //forum.cekinfo.com/showthread.php?t=1440 diakses 21 Oktober 2009
Menurut data resmi yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Jumlah itu pasti sudah bertambah lagi tahun ini, mengingat keadaan ekonomi nasional yang kian memburuk4. Peningkatan jumlah anak putus sekolah di Indonesia sangat mengerikan pada tahun 2006 jumlahnya masih sekitar 9,7 juta anak, namun pada tahun 2007 sudah bertambah sekitar 20 persen menjadi 11,7 juta jiwa5. Dan menurut data Departemen Pendidikan Nasional, dari 25.982.000 siswa tingkat SD pada tahun ajaran 2005/2006, jumlah siswa putus sekolah mencapai 824.684 anak. Sedangkan pada tingkat SMP, dari 8.073.086 siswa, jumlah anak yang putus sekolah sebanyak 148.890. Begitu banyaknya anak Indonesia yang putus sekolah dan setiap tahun semakin meningkat seharusnya menambah keprihatinan terhadap bangsa ini dan sistem pendidikannya. Berdasarkan data Pusat Pengkajian Jakarta (PPJ), pada tahun 2008 di wilayah DKI Jakarta SMP terdapat 1004 siswa putus sekolah dan 22.104 siswa kurang mampu atau sekitar 6,3 persen dari jumlah siswa SMP di seluruh DKI Jakarta yang berjumlah sekitar 346.862 murid.6 Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Aris Merdeka Sirait, kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 persen. Adapun di tingkat SD tercatat 23 persen. Sedangkan prosentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29 persen. Kalau digabungkan kelompok usia puberitas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 persen. Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tahun ini tak kurang dari 8
4
http://muslimyouthsmasa.multiply.com/journal/item/19 diakses 11 September 2009 http://www.republika.co.id/berita/9552/LAZ_Portal_Infaq_Bantu_Anak_Putus_Sekolah diakses 11 September 2009 6 http://www.indosiar.com/ragam/74497/pendidikan-barang-mahal diakses 21 Oktober 2009. 5
juta orang, 8 juta remaja yang masih labil dan mencari identitas diri terpaksa putus sekolah dan terpaksa meninggalkan teman-temannya yang masih terus bersekolah, dan juga terpaksa menelan kenyataan pahit sebagai manusia yang gagal dan tereliminasi.7 Dampak dari banyaknya remaja putus sekolah ini mengakibatkan juga jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memproyeksikan angka pengangguran pada 2009 ini naik menjadi 9 persen dari angka pengangguran 2008 sebesar 8,5 persen. Kenaikan angka pengangguran ini disebabkan semakin merosotnya sumbangan sektor tradable dari 34,9 persen pada kuartal II 2007 kemudian turun menjadi 26,6 persen pada kuartal II 20088. Berdasarkan proyeksi Institute for Development Economics and Finance (Indef), tingkat pengangguran dan kemiskinan pada 2009 akan mencapai 9,5 persen dan 16,3 persen. Ekonom Indef M. Ikhsan Modjo menuturkan, angka tersebut jauh di atas target pemerintah, yaitu tingkat pengangguran dan kemiskinan masing-masing 7 sampai 8 persen dan 12,5 persen. Proyeksi itu juga jauh di atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004–2009 dengan target angka pengangguran dan kemiskinan masingmasing 5,1 persen dan 8,2 persen.9 Analisis Divisi Vibiz Research unit dari Vibiz Consulting melihat dengan adanya potensi peningkatan pengangguran tersebut maka akan membuat
7
http://www.serunifoundation.org/journal_read.php?sxEntryID=5&comments=5 diakses 21 Oktober 2009 8 http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2009/03/04/tahun-2009-angka-kemiskinan-danpenganguran/ diakses 11 September 2009 9 http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/190672/38/ diakses tanggal 11 September 2009
pengangguran meningkat menembus level 10 juta pada tahun ini. Berdasarkan data BPS jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,4 juta orang.10 Sa’id bin Manshur meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra. bahwa ia berkata, “Sesungguhnya saya sangat benci melihat seorang penganggur, tidak bekerja untuk kehidupan dunia dan akhirat”.11 Atas dasar pernyataan diatas, jelas bagi kita bahwa islam sangat memperhatikan pekerjaan, mencari nafkah dari hasil usaha sendiri, menekankan pada keterampilan, dan tidak menyukai kemalasan dan pengangguran. Dalam hadist Ath-Thabarani, Ibnu ’Adiy, dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda:12
إ ا ا ا Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bekerja/kreatif
Oleh karena itu remaja putus sekolah harus diberdayakan melalui pendidikan luar sekolah sehingga mereka memiliki bekal untuk bekerja dan juga, agar para remaja sekolah tersebut dapat menjadikan diri mereka menjadi lebih mandiri. Pada pasal 1 ayat 12 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga dijelaskan ”Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.
10
http://www.vibiznews.com/news_last.php?id=2169&sub=news&month=Maret&tahun=20 09&awal=70&page=economy diakses tanggal 11 September 2009 11 Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam jilid 2, Semarang: CV. Asy Syfa’, 1993, h.425-426. 12 Ibi, h. 424.
Pendidikan berpengaruh mutlak terhadap peluang bekerja, posisi di bidang kerja, tingkat salary dan fasilitas yang dapat dinikmati, menentukan pula terhadap perilaku individu dalam rumah tangga, tanggung jawab sosial, dan mempengaruhi bobot independensi individu di bidang sosial-politik. Mutu pendidikan akan lebih diarahkan pada pendidikan siap kerja dan mandiri (Broad Based Education System)13. Pembinaan remaja merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan sumber daya manusia yang merupakan tanggung jawab antara orang tua, masyarakat, pemerintah serta anak itu sendiri. Karena itu pembinaan dan perkembangan harus dimulai sejak dini dan perlu ditekankan pada kedudukan dan fungsi mereka sebagai harapan bangsa. Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan produktivitas dan daya saing, maka upaya peningkatan kemampuan dalam pengembangan potensi bagi para remaja harus lebih dikembangkan. Dengan pemberdayaan sebagai basis utama, diharapkan nantinya para remaja menjadi masyarakat yang bersifat rasional yang turut berperan serta dalam pembangunan nasional dan mengerti arti mekanisme pasar sehingga menjadi suatu kekuatan besar. Pembaharuan akan mendapat dukungan yang luas apabila mampu menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Pembangunan secara langsung dan konsisten diarahkan pada pembangunan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu menjadi kekuatan yang mandiri. Dalam pemberdayaan dan pengembangan itu, manusia-manusia Indonesia diberi dukungan pemberdayaan yang komprehensif secara terpadu
13
http://www.serunifoundation.org/journal_read.php?sxEntryID=5&comments=5 diakses 21 Oktober 2009
untuk menjadikannya kekuatan pembangunan yang mampu mengembangkan prakarsa, memiliki vitalitas yang tinggi, dan siap bekerja.14 Salah satu usaha yang bisa membangun remaja dalam mengembangkan potensi dari dalam diri mereka yakni dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan non formal seperti pelatihan-pelatihan, dan juga keterampilan. Selain itu usaha lain yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pendidikan yang berlandaskan pada peningkatan kemampuan, kemandirian, dan budi pekerti/ agama, sehingga pada saatnya nanti para remaja tersebut mampu berproduksi dengan hasil yang maksimal.15 Idealnya para remaja putus sekolah diberikan keterampilan agar kelak mereka bisa mandiri, dan membangun kemampuan dalam dirinya masing-masing. Lebih ideal lagi apabila mereka dapat dibina di panti-panti yang sekaligus tempat mereka dididik, belajar dan mengembangkan diri, sehingga keseharian mereka tetap terawasi. Pada wacana diatas terdeskripsikan jika para remaja putus sekolah tersebut tidak memiliki keterampilan maka mereka hanya akan menambah tingkat pengangguran di Indonesia. Sehingga dapat menyebabkan roda perekonomian di negeri ini semakin memburuk. Untuk itu Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet yang bergerak dalam bidang pelayanan sosial bagi para remaja putus sekolah yang awalnya berdiri dibawah naungan Departemen Sosial, kemudian sejak tanggal 13 November 2002 menjadi salah satu Lembaga atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Sosial Propinsi DKI Jakarta memberikan pelatihan-pelatihan 14
http://muslimyouthsmasa.multiply.com/journal/item/19 diakses tanggal 27 Oktober 2009 http://www.borneotribune.com/headline/dua-tahun-kabupaten-kayong-utara.html diakses tanggal 27 Oktober 2009 15
keterampilan kepada para remaja putus sekolah, dan salah satunya adalah pelatihan keterampilan otomotif. Diharapkan dengan memberikan keterampilan ini akan menjadikan para remaja putus sekolah tersebut menjadi remaja yang dapat berkembang secara wajar dan mampu hidup mandiri. Menariknya dari Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet adalah lembaga ini memberikan pelatihan keterampilan kepada para remaja putus sekolah secara cuma-cuma dengan kwalitas yang mungkin tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat pelatihan lainnya. Hal ini sangat menguntungkan bagi para remaja putus sekolah, terutama kepada mereka yang kurang mampu. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik meneliti mengenai Pemberdayaan Keterampilan Otomotif Bagi Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet DKI Jakarta.
B. Pembatasan dan perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan penulis dalam hal waktu, dana dan agar terfokusnya pemikiran maka penelitian ini penulis batasi pada masalah ”Pemberdayaan Keterampilan Otomotif Bagi Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet DKI Jakarta”. 2. Perumusan Masalah Adapun masalah yang akan peneliti lakukan adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta.
2. Bagaimanakah hasil yang dicapai dalam kegiatan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR. 3. Apa
saja
faktor
pendukung dan
penghambat dalam
program
Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pelaksanaan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet. b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam kegiatan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR. c. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR.
2. Manfaat Penelitian a. Segi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pemberdayaan ilmu sosial terutama pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Konsentrasi Kesejahteraan Sosial tentang pemberdayaan keterampilan otomotif bagi remaja putus sekolah sebagai cara memberdayakan remaja putus sekolah dan anak jalanan. masyarakat dan para remaja putus sekolah, dan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Taruna Jaya Tebet dalam memberikan program Keterampilan Otomotif. b.
Secara Praktis 1. Sebagai bahan informasi awal untuk penelitian lebih lanjut. 2. Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan konsep maupun metodologinya dan pengetahuan tentang keterampilan otomotif bagi remaja putus sekolah. 3. Bagi masyarakat hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
menjadi
masukan
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan khususnya bagi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet dalam pelaksanaan program keterampilan otomotif.
D. Kajian Pustaka Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu tentang pendahuluan, kerangka teori, metode penelitian, temuan dan analisis, dan penutup. Berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II
Landasan Teori, berisi tentang Pemberdayaan, Pengertian Pemberdayaan,
Tujuan
Pemberdayaan,
Pemberdayaan,
Pengertian
Keterampilan,
Tahap–Tahap Pengertian
Otomotif, Pengertian Remaja Putus Sekolah, Remaja, Putus
Sekolah, Peyebab Remaja Putus Sekolah, Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Remaja menjadi Putus Sekolah, Pengertian Panti Sosial Bina Remaja, Tugas dan Fungsi Panti Sosial BAB III
Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pemilihan subyek informan, sumber data, teknik pencatatan data, alat bantu pengumpulan data, keabsahan data, teknik analisis data, tehnik penulisan dan tinjauan pustaka.
BAB IV
Temuan dan Analisis yang terdiri dari A.
Gambaran
umum
Panti
Sosial
Bina
Remaja
(PSBR)Taruna Jaya Tebet, Sejarah berdirinya, Letak Geografi, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Sasarapan Garapan, Persyaratan menjadi Warga Bina Sosial di PSBR “Taruna Jaya” Tebet, Proses Pelayanan, Sarana dan Prasarana serta Fasilitas yang tersedia di PSBR “Taruna Jaya” Tebet, Landasan Hukum, Sumber Dana. B. Temuan dan Analisis Data, Analisa Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR)
Taruna
Jaya
dalam
pelaksanaan
pemberdayaan remaja putus sekolah, Analisa hasil Program Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya, Analisa Faktor Pendukung dan Penghambat Program tersebut.
BAB V
Penutup Terdiri dari Kesimpulan dan Saran
BAB II Landasan Teori
A. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan meningkatkan taraf hidup ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.16 Pemberdayaan dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan baik oleh lingkungan atau organisasi yang memberdayakan (empowered organization). Organisasi atau lingkungan yang menyediakan peluang secara luas serta merangsang para pelakunya (manusia) untuk mengembangkan diri dan mengeluarkan seluruh potensi dirinya secara maksimal. Ciri-ciri organisasi yang memberdayakan antara lain adalah memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk:17 a. Memperkaya muatan pekerjaan (job content), tidak kaku sebatas deskripsi pekerjaan yang formal. b. Mengembangkan
keterampilan
dan
pengetahuan
untuk
dapat
menyelesaikan pekerjaan.
16
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogya: Gajah Mada Universitiy Press, 1991, h. 15. 17 semua-hebat.blogspot.com/2009/01/memberdayakan-team.html diakses tanggal 27 Oktober 2009
c. Merangsang kreativitas dan inovasi. d. Lebih banyak mengendalikan dan mengambil keputusan atas pekerjaan. e. Memberikan kepuasan kepada pelanggan. f. Memelihara orientasi terhadap pasar.
Dari enam ciri organisasi di atas lima diantara dapat disimpulkan bahwa panti sosial bina remaja telah memberikan kemudahan bagi para remaja putus sekolah, yaitu dengan memberikan keterampilan kepada para remaja putus sekolah agar mereka terberdayakan, serta mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh para remaja putus sekolah tersebut. Selain itu PSBR juga berperan dalam merangsang kreativitas dan memotivasi para remaja putus sekolah agar mereka dapat hidup mandiri dengan memberikan pelatihan, yang salah satunya adalah pelatihan keterampilan otomotif. Dan yang terakhir adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan, dimana nantinya setelah mereka selesai mengikuti pelatihan mereka dapat memberikan kepuasan pada para pelanggan ketika sudah masuk dalam dunia kerja. Dari ciri organisasi dalam memberdayakan tersebut dapat disinambungan dengan pendapat Winarni dalam Sulistiyani, bahwa inti dari pemberdayaan ada tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering),
dan
terciptanya
kemandirian.
Dimana
pada
hakikatnya
pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi masyarakat tidak menyadari, atau bahkan belum diketahui. Oleh karena itu, sumber daya harus digali, dan kemudian dikembangkan. Berdasarkan
asumsi tersebut maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses kemandirian.18 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap remaja mempunyai potensi yang kuat untuk berkembang. Untuk mengembangkan potensi tersebut diperlukan suatu motivasi untuk mendorong meningkatkan kesadaran dalam diri setiap remaja agar mereka dapat mengembangkan potensi tersebut. Maka dari itu potensi tersebut harus dikembangkan untuk mencapai suatu kemandirian dalam diri remaja. Dengan pemberian keterampilan di bidang otomotif ini para remaja putus sekolah bisa dapat menjadikan diri mereka lebih mandiri nantinya dan juga memiliki keterampilan dalam diri mereka. Konsep
pemberdayaan
menurut
Gunawan
Sumodiningrat
(1987)
sebagaimana dikutip Soetandyo Wignyo Soebroto, dapat dilihat dari 3 sisi: a. Pemberdayaan dengan menciptakan suasana atau iklim yang berkembang. b. Pemberdayaan untuk memperkuat potensi ekonomi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka memperkuat potensi ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta akses terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. c. Pemberdayaan melalui pengembangan ekonomi rakyat dengan cara melindungi dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak 18
http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pemberdayaan-masyarakat.html tanggal 30 Agustus 2009
diakses
seimbang, serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang.19
Dalam konteks pekerja sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui 3 aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, makro. a. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, dan krisis intervension. b. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendekatan dan pelatihan dinamika kelompok, biasanya
digunakan
sebagai
strategi
dalam
meningkatkan
kesadaran pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan dihadapannya. c. Aras mikro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (Large System Strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.20
Menurut T. Hani Handoko, pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.21
19 Prof. Soetandyo Wignyo Soebroto. MPA., Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: PT LKS Pelangi Aksara, 2005, h. 170 20 Ibid. h. 66-67 21 T. Hani Handoko, Manajement Edisi 2, Yogyakarta : BPFE, 1997, cet. Ke-1, h. 337.
Teori ini dapat disimpulkan karena remaja putus sekolah memiliki potensi dalam diri mereka. Dan potensi tersebut harus dikembangkan dengan baik agar para remaja putus sekolah ini dapat menghadapi segala permasalahan dalam diri mereka. Hal ini dilakukan agar mereka dapat melakukan pembaharuan dalam diri mereka nantinya dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk negeri ini.
2. Tujuan Pemberdayaan Menurut Edi Suharto tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidak berdayaan baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal(misalnya ditindas oleh struktural sosial yang tidak adil).22 Menurut Agus Ahmad Syafe’i tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau memberdayakan kemampuan untuk memajukan diri kearah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat atau pengembangan masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya23 Sementara itu dalam pemberdayaan, selain diutamakan terlaksananya program pemberdayaan dengan lancar tujuan akhirnya juga agar klien atau sasaran program ikut terberdayakan.24
22
Edi Suharto, Ph. D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT. Refika Aditama , 2005, h. 60. 23 Agus Ahmad Syafe’I, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Islam, Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001, h. 39. 24 Bactiar Chamsyah, Dimensi Religi dalam Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Badan Peltihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial, 2003, h. 97
3. Tahap – Tahap Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap–tahap yang harus dilalui tersebut adalah sebagai berikut: a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kesadaran tinggi. b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran didalam pembangunan. c. Tahap
peningkatan
kemampuan
intelektual,
kecakapan-
keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inlovatif untuk mengantarkan kemandirian.25
Tahap pertama merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan bagi para remaja putus sekolah. Pada tahap ini pihak pemberdaya (pihak panti) yang terdiri dari kepala panti dan staf-stafnya dan juga bekerja sama dengan pihak lain seperti kepolisian, RT dan RW setempat berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran akan kondisinya saat itu, dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
25
http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pemberdayaan-masyarakat.html tanggal 30 Agustus 2009.
diakses
Pada tahap kedua remaja tersebut akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Sehingga akan bertambah wawasan dan kecakapan-keterampilan dasar yang mereka butuhkan. Tahap ketiga adalah tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan keterampilan yang diperlukan, agar mereka dapat membentuk kemampuan kemandirian. Apabila mereka telah mencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.
B. Keterampilan Otomotif 1. Pengertian Keterampilan Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas26. Maka keterampilan adalah bagaimana kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Arti ketrampilan yang dimaksudkan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang apabila tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh27. Dari pendapat Gulo itu dapat diketahui bahwa suatu keterampilan tidak mungkin akan terwujud tanpa ada kemauan, sikap ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang sehingga aspek kognitif, efektif dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan tidak dapat dipisahkan dari pada seseorang. 26
Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h. 935. 27 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002, h. 29.
Mengenai keterampilan Sardiman MA menjelaskan ada dua macam, yaitu jasmani dan rohani. a) Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. b) Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep-konsep.28
Pekerja sosial dan praktisi perubahan sosial memahami bahwa keterampilan adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Karena itu keterampilan atau keahlian berkembang secara terus menerus dan mengalami pengulangan. Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia. The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut: keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan, praktik, berlatihan, dan mengulang-ulang suatu pekerjaan. Seseorang yang memahami semua azas, metode, pengatahuan dan teori dan kemampuan melaksanakan secara praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.29 Sedangkan Syamsuar Mochtar mengemukakan bahwa keterampilan adalah cara memandang siswa serta kegiatan sebagai manusia seutuhnya, yang di terjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang memerhatikan perkembangan 28 Sardiman MA, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, Op cit, h. 29. 29
Drs. Syarif Makmur. M.Si. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraa Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h. 70
pengetahuan, nilai hidup serta sikap perasaan dan keterampilan sebagai satu kesatuan baik beberapa tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreatifitas.30 Sejalan dengan pendapat diatas menurut Syamsuar Mochtar ada langkahlangkah belajar mengajar yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut:31 Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar, Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa untuk mencari jawaban, Membimbing siswa dalam berbagi kegiatan belajarnya, Membimbing siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis. Dengan
demikian
dapat
dirumuskan
bahwa
hakekat
pendidikan
keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga untuk belajar hidup mandiri dalam menyelenggarakan keterampilan atau life skills.
2. Pengertian Otomotif Otomotif adalah ilmu yang mempelajari tentang alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama mobil dan sepeda motor. Otomotif mulai berkembang sebagai cabang ilmu seiring dengan diciptakannya mesin mobil. Dalam perkembangannya, mobil semakin menjadi alat transportasi yang kompleks
30
Drs. A.Samana, S.Pd, Sistem Pengajaran Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Perkembangan Metodologisnya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992, h. 111 31 Ibid. h. 119
yang terdiri dari ribuan komponen yang tergolong dalam puluhan sistem dan subsistem32. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otomotif adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang berputar dengan sendirinya (seperti: motor, mobil, dan sebagainya).33
C. Remaja Putus Sekolah 1. Pengertian Remaja Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata lain adolescere, (kata bendanya adolescentia, yang berarti remaja), yang berarti ”tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini adolesence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. 34 Walaupun konsep tentang anak sudah dikenal sejak abad ke-13, konsep tentang remaja sendiri baru dikenal secara meluas pada awal abad 20. Akan tetapi hal itu tidak menutup kenyataan bahwa tulisan-tulisan klasik yang menunjukkan indikasi tentang remaja sudah ada sejak zaman filsuf Aristoteles. (284-322M)35. Jelasnya remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa perlangsungan yang beragam, yang menandai berakhirnya masa anak dan merupakan
masa
diletakkannya
dasar-dasar
menuju
taraf
kematangan.
Perkembangan tersebut meliputi dimensi biologik, psikologik dan sosiologik yang
32
http://irwanputra.wordpress.com/kursus-otomotif/ diakses tanggal 12 September 2009
33 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa I ndonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h.805 34
Elizabeth B. Harlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, edisi ke-5, h.
35
Sarlito Wirawan. S, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 19-
206. 20.
saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan perkembangan kepribadian. Secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda.36 Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam islam. Di dalam Al-Qur’an ada kata Al fityatu, fityatan, yang artinya orang muda, terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat An-Nuur ayat 58-59:37 % &'( ) !"#$
123+45( 0"#$
&*)+,-./ 3 0"#$ )+&' ☺7 > 45 )+'( ;*85.= % )859: I1J⌧L. FA45GH CD9:3# B( A ?*@( ; B( *)+R - N&8OP3 0M4 FA45GH V8R U ( FS$T
A 9*)+$ ?*@Y9& > 45 A ) W8.
: '&] 9*.45[ O\ 9R)+.-45[ ☯.-3 R)+.-45[ `8a@3b A ^ 8_V8R :@⌧-⌧U A ef8R Ad4& 9*TcTP8R g + 2 h &*)+3 g 0BM:& ⌧45R 3lm C Pj+ i5[ ;853.
&*)+'( &D ⌧L1bhn
N⌧-./p
☺Oo % ,-.h-a53a q@⌧-⌧U A 9*59c3# ( !"#$
g + r/ ) 9*Tc3 g 0BM:& PC Pjc i5[
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang 36
http.h2dy.wordpress.com/2008/12/10/definisi-remaja diakses tanggal 3 September 2009 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989, h.554 37
lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Pada kedua ayat tersebut terdapat istilah kata baligh. Kata baligh dalam istilah hukum islam digunakan untuk penentuan umur awal, kewajiban melaksanakan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam islam apabila seseorang telah akil baligh berarti ia telah bertanggung jawab atas setiap perbuataannya. Remaja cenderung berenergi tinggi, tidak stabil, senantiasa berubah-ubah, mengukur segalanya dengan ukuran diri sendiri, tidak logis dan umumnya mempunyai sikap berontak.38 Dalam masa remaja berbagai peristiwa terjadi dengan begitu cepat. Acapkali timbul suatu perasaan hilang kendali dan perasaan yang terkadang sama-sama dirasakan oleh si anak dan orang tuanya. Dan hampir dapat dipastikan bahwa sampai pada derajat tertentu pada waktu-waktu tertentu dan karena alasan-alasan tertentu pasti timbul kepedihan psikologis, kebingungan dan rasa tidak bahagia.39 Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun)
38
James. E. Gardner, Memahami Gejolak Masa Remaja, Jakarta: Mitra Utama, 2002, cet. ke-2, h. 1 39 Ibid.,cet ke-2,. h. 31.
dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa40. Elizabeth B. Harlock (1998) menulis adanya sepuluh masa rentang kehidupan, yaitu sebagai berikut : a. Prenatal
: saat konsepsi sampai lahir
b. Bayi
: lahir sampai akhir minggu ke-2 setelah lahir
c. Masa bayi
: akhir minggu ke-2 sampai akhir tahun ke-2
d. Masa kanak-kanak awal
: umur 2 tahun sampai 6 tahun
e. Masa kanak-kanak akhir
: umur 6 tahun sampai 10 tahun
f. Masa puber
: umur 10 atau 12 tahun sampai umur 13 atau 14 tahun
g. Masa remaja
: umur 13 atau 14 tahun sampai umur 18 tahun
h. Awal masa dewasa
: umur 18 tahun sampai 40 tahun
i. Usia pertengahan
: umur 40 tahun sampai 60 tahun
j. Masa tua atau usia lanjut
: umur 60 tahun sampai dengan meninggal41
40
http.catur.dosen.akprind.ac.id/2009/03/30/remaja-dan-internt diakses tanggal 14 Juni
41
Elizabeth B. Harlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga, 1980, edisi ke-5. h.
2009 14.
Jika bertitik tolak pada sepuluh rentang kehidupan dari Elizabeth B. Harlock, maka dapat dipahami bahwa patokan probabilitas usia remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Menurut Worl Health organization (WHO, 1974), remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.42 Bilamana remaja dalam masa peralihan diamati dengan seksama akan diperoleh berbagai catatan khas, sebagai berikut: a. Mula-mula terlihat timbulnya perubahan jasmani, perubahan fisik yang demikian pesatnya dan jelas berbeda dibandingkan dengan masa sebelumnya. b. Perkembangan inteleknya lebih mengarah kepemikiran tentang dirinya (refleksi diri). c. Perubahan-perubahan dalam hubungan antara anak, orang tua dan orang lain dalam lingkungan dekatnya. d. Timbulnya perubahan dalam perilaku, pergaulan dan kebutuhan seksual. e. Perubahan dalam harapan dan tuntutan orang terhadap remaja f. banyaknya perubahan dalam waktu yang singkat menimbulkan masalah dalam penyesuaian dan sulit untuk memadukannya.43
42
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994. h.
9. 43
Singgih D. Gunarsa, Psikologis Perkembangan Anak Remaja, Jakarata: BPK Gunung Mulia, 1989. h. 204
Menurut Stanley Hall sebagaimana dikutip oleh Singgih D. Gunarsa mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup dalam stroam and stress. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan.44 Adapula ahli psikologi yang menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan lagi sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa.45 Orang barat menyebut remaja dengan istilah puber, sedang orang Amerika menyebutnya adolesenci, sedangkan di Indonesia ada yang menggunakan istilah akil baliqh, pubertasidan paling banyak menyebutnya remaja. Panggilan semua itu dapat diartikan sebagai pemuda yang keadaannya sudah mengalami ketenangan.46
2.Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja: a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa (strom&stress). Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
44 45
Ibid., h.205 Zulkifli L. Psikologi Perkembangan Remaj, Bandung: Rosdadakarya, cet ke-10, 2003. h.
63 46
Ibid.,cet k-10,. h.64.
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntunan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertangguang jawab. Kemandirian dan tangguang jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya yang dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
3. Pengertian Putus sekolah Anak putus sekolah adalah seorang anak usia sekolah antara 7 sampai dengan 21 tahun yang tidak bersekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah sebab keluarganya miskin sebagian besar menjadi pekerja anak, termasuk anak jalanan dan sebagian lagi menganggur. Tidak tersedianya sekolah khusus bagi anak putus sekolah sehingga menyebabkan anak dari keluarga miskin yang putus sekolah berpeluang besar menjadi anak jalanan. Selain anak jalanan ada sekelompok anak marginal lainnya yaitu pekerja anak. Mereka sama seperti anak jalanan punya penghasilan yang didapat dari hasil kerjanya. Namun tetap tidak bisa melanjutkan sekolah karena jadwal dan sistem sekolah formal bersifat reguler dan konservatif tidak mungkin untuk bekerja sambil bersekolah47 Anak Putus Sekolah adalah anak yang meninggalkan sekolah sebelum tamat, berhenti sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah. Adapun yang dimaksud dengan anak putus sekolah menurut kamus besar bahasa Indonesia, yaitu :48
47 http://www.portalinfaq.org/p01_program_view.php?program_id=142 diakses tanggal 30 Agustus 2009 48 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-10, h. 568.
a. Anak yang meninggalkan sekolah sebelum tamat b. Anak yang berhenti sekolah c. Anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah Untuk mencapai produktifitas yang tinggi maka kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan, tersedianya sumber daya manusia yang tidak berkualitas tidak akan dapat menghasilkan keluaran yang optimum. Upaya meningkatkan kualitas manusia perlu adanya investasi pada bidang pendidikan, pelatihan, kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan termasuk di dalam negara yang sedang berkembang, pertumbuhan penduduk yang bertambah dari tahun ke tahun serta mengalami peningkatan yang sangat cepat dan tidak mungkin dapat tertampung seluruhnya pada penyediaan lapangan kerja sehingga dapat menyebabkan kelebihan tenaga kerja yang ada, terlihat atau terdapat usia kerja namun tidak punya skill atau keterampilan mengakibatkan pengangguran. Putus sekolah merupakan masalah yang dihadapi dunia pendidikan berbagai alasan yang menyebabkan seseorang tidak dapat melanjutkan sekolah antara lain karena biaya yang tidak terjangkau, lokasi sekolah yang jauh dari tempat tinggal, ataupun karena tidak mampu melanjutkan sekolah.
4. Peyebab Remaja Putus Sekolah Banyak remaja yang putus sekolah disebabkan oleh tidak mampu memenuhi tuntutan sistem sekolah karena keharusan untuk bekerja. Anak-anak lainnya menjadi pekerja anak karena tidak tersedianya sekolah, karena mereka tidak mampu membayar biaya sekolah, karena pendidikan yang ditawarkan berkualitas rendah atau dipandang tidak relevan atau karena lingkungan sekolah
tidak bersahabat.49 Sementara sebagian hak anak terampas atas pendidikannya karena mereka mulai masuk kepasar untuk bekerja terlalu dini, sementara yang lain masuk ke lapangan kerja secara prematur karena hak mereka untuk memperoleh pendidikan tidak secara efektif terjamin. Adalah mungkin bagi seorang anak untuk bekerja dan tetap bersekolah, namun hanya sedikit yang dapat melakukan keduanya itu. Hanya 7 persen anak berusia 5-9 tahun, 10 persen anak yang berusia 10-14 tahun dan 11 persen anak yang berusia 15-17 tahun yang tetap bersekolah sambil bekerja.50
5. Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Remaja menjadi Putus Sekolah Dr Yunita, MPd sebagai pakar pendidikan asal UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan para remaja putus sekolah, antara lain biaya sekolah yang terlalu mahal, sekolah membosankan, tidak dapat membeli buku dan peralatan belajar, dan guru melakukan kekerasan. faktor lain yang tidak kalah mempengaruhi remaja putus sekolah yaitu orang tua tidak memberikan motivasi, prestasi buruk dalam pelajaran di sekolah, serta ada diskriminasi dari pihak sekolah.51 Persoalan putus sekolah tampaknya akan semakin berbelit jika berkaca pada situasi ekonomi negara saat ini yang sedang dilanda krisis. Apabila dikaitkan dengan semakin rapuhnya industri sehingga mengancam terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), bukan mustahil angka putus sekolah akan semakin meningkat. Rudy Handoko Mantan Presidium Himpunan Mahasiswa Kayong 49
Mr. Dan O’Donnell, Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. UNICEF. 2006. h.128 50 Ibid. h.128 51 http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=12182 diakses tanggal 12 Oktober 2009
Utara (HIMAKATRA) mengungkapkan faktor ekonomi merupakan penyebab putus sekolah tetapi itu bukan penyebab satu-satunya remaja menjadi putus sekolah. Faktor kultural secara umum seperti pola pikir orang tua juga berpengaruh terhadap melanjutkan atau putus sekolahnya anak-anak mereka. Karena masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir bahwa pendidikan itu dianggap kurang penting. Bahkan secara kultural juga ada orangtua yang memang tidak ingin anaknya melanjutkan sekolah karena alasan tertentu, ini merupakan sebagian dari faktor penyebab anak putus sekolah. Dalam hal ini orang tua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan sang anak atau tidak begitu memahami makna penting pendidikan juga menyumbang terhadap kemungkinan putus sekolah sang anak. Lokasi fasilitas sekolah yang jauh, tidak terjangkau, tenaga pengajar yang kurang juga menjadi faktor penyebab putus sekolah.52
D. Panti Sosial Bina Remaja 1. Pengertian Panti Sosial Bina Remaja Secara khusus panti sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas SDM dan memberdayakan para penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental, maupun sosial. Panti Sosial Bina Remaja adalah lembaga pelayanan sosial yang bertugas memberikan pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah terlantar secara profesional yang memungkinkan terwujudnya kemandirian serta terhindarnya dari berbagai kemungkinan timbulnya masalah sosial bagi dirinya. 52
http://www.borneotribune.com/headline/dua-tahun-kabupaten-kayong-utara.html diakses tanggal 12 oktober 2009
Pelayanan sosial yang diberikan kepada remaja itu sendiri adalah proses bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terarah terencana, dan sistimatis kepada para remaja yang menjamin dirinya berkemampuan melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai atas dasar profesionalisme. Pelayanan tersebut mencangkup bimbingan sosial, psiko-sosial, mental, fisik dan bimbingan keterampilan yang dilaksanakan dalam waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan dan masalah.53
2. Tugas dan Fungsi Panti Sosial Tugas dan tanggung jawab panti sosial mencakup empat kategori.54 a. Panti
bertugas
untuk
mencegah
timbulnya
permasalahan
sosial
penyandang masalah dengan melakukan deteksi dan pencegahan sedini mungkin b. Panti bertugas melakukan rehabilitasi sosial untuk memulihkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab terhadap diri dan keluarganya, dan meningkatkan kemampuan kerja fisik dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung kemandiriannya di masyarakat. c. Panti bertugas untuk mengembalikan para peserta ke masyarakat melalui penyiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti dan mau menerima kehadiran kembali mereka dan membantu penyaluran mereka ke berbagai sektor kerja dan usaha produktif. d. Panti bertugas melakukan pengembangan individu dan keluarga, seperti mendorong peningkatan taraf kesejahteraan pribadinya, meningkatkan rasa 53
Direktur Bina Pelayanan Sosial Anak, Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja, Jakarta: Departeman Sosial RI, 2002, h. 3-4 54 Diakses dari Makalah Dinas Sosial Bintal Kesos tahun 2003 s.d 2005
tanggung jawab sosial untuk berpartisipasi aktif di tengah masyarakat, mendorong partisipasi masyarakat untuk menciptakan iklim yang mendukung pemulihan, dan memfasilitas dukungan psiko-sosial dari keluarganya.
Panti sosial memiliki beberapa fungsi utama, antara lain: sebagai tempat penyebaran
layanan,
pengembangan
kesempatan
kerja,
pusat
informasi
kesejahteraan sosial, tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi tempat di bawahnya (dalam sistem rujukan/ referral system) dan tempat pelatihan keterampilan. Gambaran tanggung jawab dan fungsi panti-panti sosial di atas jelas sangat strategis. Namun, hal-hal tersebut hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik jika seluruh komponen yang terlibat dalam managemen panti, sumber daya profesional yang ada di dalamnya, sarana dan prasarananya, serta teknologi yang dimilikinya sudah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.55 Ada 2 macam standar panti sosial, yaitu standar umum dan standar khusus. Standar umum adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial jenis apapun. Mencakup aspek kelembagaan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pembiayaan, pelayanan sosial dasar, dan monitoring-evaluasi. Sedangkan standar khusus adalah ketentuan yang memuat hal-hal tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan/ atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis sesuai dengan karakteristik panti sosial. 56 55 56
www.perencanaan.depsos.go.id diakses tanggal 27 Oktober 2009 www.dinsos.pemdadiy.go.id/ diakses tanggal 27 Oktober 2009
BAB III Metodologi Penelitian
A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang diamati.57 Menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dan dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis ataupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.58 Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang kegiatan yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet dalam memberikan program Keterampilan Otomotif bagi para remaja putus sekolah. Selain itu pendekatan kualitatif bertujuan menguji atau membuktikan kebenaran
57
Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h. 30. Nawawi Hadari, instrument Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992, h. 209 58
suatu teori, tetapi teori yang ada dikembangkan dengan menggunakan data-data yang dikumpulkan. B. Jenis Penelitian Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mencoba memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.59 Neuman menjelaskan bahwa penelitian dekriptif menyajikan suatu gambaran tentang detail yang spesifik dari suatu situasi, keadaan sosial atau suatu hubungan.60 Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini akan digambarkan pelaksanaan pemberdayaan keterampilan otomotif, hasil yang dicapai dalam kegiatan pemberdayaan keterampilan otomotif yang dilakukan oleh para instruktur dan pengurus panti sosial bina remaja, serta faktor pendukung dan penghambat dalam program pemberdayaan keterampilan otomotif.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet yang beralamat di Jl. Tebet Raya No. 100 Tlp. 8291582, Jakarta Selatan 12810. 2. Waktu penelitian Penulis melakukan penelitian dimulai pada bulan Agustus 2009 sampai dengan November 2009.
59 Mely G. Tan, Masalah Perencanaan Penelitian dalam Koentjaraningrat, Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 1990, h. 29-30. 60 Lawrence W. Neuman, Sosial Research Methods: Qualitative dan Quantitative Approaches, Needham Heights: Allyn&Bacon. 2000, h. 20-21.
D. Penentuan Subyek dan Informan Teknik yang digunakan untuk penentuan subyek dalam penelitian ini adalah teknik purposive (bertujuan) dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.61 Penelitian ini akan menggali data dari pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan otomotif di panti sosial bina remaja, pihak tersebut antara lain : Kepala Bag. Tata Usaha, Seksi Bimbingan Latihan dan Bimbingan Lanjut, instruktur pelatihan otomotif. Sedangkan informan yang digunakan adalah para remaja putus sekolah yang mengikuti pelatihan otomotif dengan memberikan informasi tentang kegiatan pelatihan otomotif dan faktor pendukung dan penghambat sebatas kemampuan mereka.
E. Sumber Data 1. Data Primer, yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yaitu para remaja putus sekolah yang menjadi warga bina sosial di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet yang mengikuti program keterampilan Otomotif.
61
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosialdann Ilmu Sosial lainnya, Bandung : Rosda, 2004, h. 63.
2. Data Sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literature, buku-buku, atau internet yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.
F. Tekhnik Pencatatan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Studi lapangan (field reseach) yaitu studi yang penulis laksanakan dengan mendatangi Panti Sosial Bina Remaja, dengan tujuan untuk mendapatkan sumber data primer. Dalam studi lapangan, penulis menggunakan metode-metode: observasi (observation), wawancara (interview), dokumentasi (documentation). 1. Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung dalam pelaksanaan pemberian keterampilan otomotif bagi para remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta. 2. Interview atau Wawancara yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data dari berbagai nara sumber, wawancara dalam penelitian ini lebih di arahkan kepada pelaksana program pelatihan otomotif dan terutama pada penerima program tersebut yaitu para WBS di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta. 3. Dokumentasi, dalam dokumentasi penelitian ini peneliti berusaha mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada.
G. Alat Bantu Pengumpulan Data
Penelitian yang menggunakan metode wawancara memerlukan alat bantu. Dalam hal ini alat bantu yang digunakan adalah pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori yang relevan dengan masalah yang ingin dijawab, selain itu juga peneliti menggunakan kamera digital untuk mendokumentasikan segala kegiatan atau aktivitas yang ditemukan dipanti dan juga recorder untuk menyimpan hasil wawancara. Dalam hal observasi, peneliti membuat catatan lapangan mengenai hal-hal yang diperoleh pada saat wawancara maupun dari proses pengamatan (observasi) dari kegiatan keterampilan otomotif di Panti Sosial Bina Remaja.
H. Teknik Keabsahan Data Dalam mencari keabsahan data teknik yang digunakan penulis adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzim membedakan 4 macam triangulasi62. Salah satunya adalah Triangulasi Sumber maksudnya membandingkan dan mengecek balik derajat suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Teknik triangulasi dalam penelitian ini penulisi menggunakan triangulasi dengan sumber yakni berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari instruktur maupun dari peserta pelatihan dengan menggunakan instrumen yang telah disusun atau dipersiapkan untuk pengumpulan data. Dengan dasar pertimbangan bahwa untuk memperoleh 62
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda, 2007, Cet-23, Edisi revisi, h. 330-331.
satu informasi dari satu responden perlu diadakan cross cek antara informasi yang satu dengan informasi yang lain sehingga akan diperoleh informasi yang benarbenar valid. Informasi yang diperoleh diusahakan dari nara sumber yang benarbenar mengetahui permasalahan dalam penelitian. Informasi yang diberikan oleh salah satu responden dalam menjawab pertanyaan akan dicek ulang dengan jalan menanyakan ulang pada pertanyaan yang disampaikan oleh responden pertama ke responden lain. Apabila kedua jawaban yang diberikan sama maka jawaban itu dianggap sah. Apabila kedua jawaban-jawaban saling berlawanan atau berbeda, maka langkah alternatif sebagai solusi yang tepat adalah dengan mencari jawaban atas pertanyaan itu pada responden ketiga yang berfungsi sebagai pembanding antara keduanya. Hal ini dilakukan untuk membahas setiap keabsahan data tetap terjaga dan dapat dipertanggung jawabkan.
I. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melaksanakan analisis terhadap data dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut penulis menggunakan analisis katagorisasi, yaitu mengkatagorisasikan hasil temuan penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai dengan petikan hasil wawancara. Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisi data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.63
63
Moh Nasir D. Metode Penelitian, Jakarta: Graha Indonesia, 1993, h. 405
J. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dan tranliterasi yang digunakan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dierbitkan oleh UIN Jakarta Press. 2007. cet. Ke 2.
K. Tinjauan Pustaka Untuk perbandingan maka penulis memaparkan beberapa skripsi sebagai berikut: 1) Dalam skripsi yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi Hand Phone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa. Disusun oleh
: Amelia / 105054002039
Fakultas/ Jurusan
: Dakwah dan Komunikasi / Pengembangan Masyarakat Islam
Lulus
: 1430 H / 2009 M
Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis, dimana letak perbedaannya antara lain: a. Subjek dan Objeknya : Subjeknya adalah Institut Kemandirian Dompet Dhuafa dan Objeknya adalah Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan
Keterampilan Teknisi
Hand
Phone
yang
dilaksanakan oleh Institut Kemandirian Dompet Dhuafa di Jl. Raya Bogor Km 29, Pekayon, Jakarta Timur gedung YPMG lantai 2.
b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah : Pertama, mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan hand phone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa dilaksanakan? Kedua, mengetahui apakah pelatihan keterampilan elektron di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa memberikan kontribusi kepada semangat kemandirian kepada pelakunya? Berdasarkan hasil observasi penulis dalam skripsi ini banyak para peserta pelatihan yang membuka counter hand phone dan adapula yang bekerja di counter-counter hand phone. Dari pelatihan ini secara otomatis mereka dapat meningkatkan kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik.
2) Dalam skripsi yang berjudul Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim Piatu di Panti Sosial Asuhan Anak Jalanan An-Najah Petukangan Selatan Jakarta Selatan. Disusun oleh
: Aan Saputra / 1030541228817.
Fakultas/ Jurusan
: Dakwah dan Komunikasi / Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Lulus
: 1429 H / 2008 M
Skripsi ini berbeda dengan skripsi penulis, dimana letak perbedaannya antara lain : a. Subjek dan Objeknya: subjeknya adalah Panti Sosial Asuhan Anak An-Najah dan objeknya adalah pelayanan sosial bagi anak yatim piatu yang dilakssanakan oleh panti sosial asuhan anak An-Najah di Jl. Ciledug Raya No. 10 Petukangan Selatan Jakarta Selatan.
b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah : Pertama, kegiatan pelayanan sosial apa saja yang diberikan kepada anak-anak yatim piatu di panti sosial asuhan anak An-Najah Petukangan Selatan Jakarta Selatan? Kedua, faktor pendukung dan penghambat panti sosial asuhan anak An-Najah Petukangan Selatan Jakarta Selatan dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak-anak yatim piatu? Berdasarkan hasil observasi penulis dalam skripsi ini pelayanan sosial yang paling banyak digunakan di panti ini adalah pengasramaan, pendidikan, permakanan, dan keagamaan. Sedangkan faktor pendukung dari pelayanan sosial dipanti ini adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai, dan faktor penghambat dari pelayanan sosial ini kurangnya pengawasan yang diberikan kepada anak asuh dan juga kurangnya dukungan dari orang tua wali dan anak asuh itu sendiri.
Dengan melihat beberapa skripsi terdahulu maka skripsi penulis, walaupun hampir sama dengan skripsi diatas namun berbeda materi yang dibahas, yaitu tentang : Pemberdayaan Keterampilan Otomotif Bagi Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta. Adapun masalah yang penulis bahas adalah : 1. Gambaran pelaksanaan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet DKI Jakarta? 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam program Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR? 3. Hasil yang dicapai dalam kegiatan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR?
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet DKI Jakarta. 1. Sejarah Perkembangan Pada tahun 1960, berdasarkan Keputusan Mentri Sosial RI: HUK-7-2-57 tanggal 2 November 1959 Departemen Sosial bersama-sama dengan UNICEF mengadakan penelitian yang disebut ”Accessment Planing Community of Indonesian Children Needs Surveys” di singkat APS, ke daerah lokasi, Tebet Jakarta Selatan, yang pada waktu itu merupakan daerah yang sangat padat penduduknya dan tingkat perekonomiannya termasuk rendah. Dari masyarakat tersebut ditemukan banyak sekali remaja yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi (putus sekolah). Dari hasil penelitian tersebut pada tahun 1962 di daerah Tebet Jakarta Selatan, maka di dirikanlah pusat kursus dengan nama ”Pusat Keterampilan Serba Guna” yang memberikan berbagai macam kursus ketrampilan seperti montir, menjahit, mengetik, bahasa inggris dan sebagainya, karena banyaknya peserta kursus, dilaksanakan pagi dan sore hari dan bersifat umum tidak terbatas pada remaja putus sekolah saja. Pada tanggal 20 Mei 1970, pusat Ketrampilan Serba Guna yang disingkat PKS diganti namanya menjadi Karang Taruna dan merupakan Proyek Labotatoris Karang Taruna Departeman Sosial Republik Indonesia. Dan pada tahun 1974, nama Karang Taruna Tebet dirubah lagi menjadi Panti Karya Taruna, yang
disingkat menjadi PKT, dan merupakan wadah Pelayanan Kesejahteraan Sosial serta memusatkan kegiatan untuk remaja putus sekolah. Pada tahun 1979, bersama dengan terbitnya Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 41/HUK/KEP/XI/1979, tentang Struktur Organisasi dan tata kerja Panti dan Sasana. Maka nama Panti Karya Taruna mengalami perubahan nama lagi menjadi Sasana Penyantunan Anak Tebet. Pada tahun 1980 panti-panti yang pengelolaannya semula berada dibawah Ditjen RPS departemen sosial dilimpahkan kepada Kantor Wilayah Dep. Sosial DKI Jakarta bersamasama dengan 10 Panti Sasana lainnya dan merupakan Unit pelaksana Teknis dari Kantor Wilayah Departmen Sosial DKI Jakarta. Pada tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan Mentri Sosial RI nomor : 14 tahun 1994, tanggal 23 April 1994 tentang Perubahan Penamaan Unit Pelaksana Teknis Pusat/Sasana di lingkungan Departemen Sosial RI nama Sasana Penyantunan Anak Tebet di bekukan menjadi Panti Sosial Bina Remaja Tebet. Pada tahun 1995, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor : 22/HUK/95 tanggal 24 April 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial RI, Struktur Organisasi Panti Sosial Bina Remaja Tebet mengalami perubahan dari yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Mentri Sosial RI sebelumnya yantu adanya perampingan Jabatan Struktural dan adanya kelompok Fungsional Jabatan Pekerja Sosial.64 Dan sejak tanggal 28 Maret 2000 Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet, menjadi salah satu Lembaga atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas
64
Brosur Sasana Penyantunan Anak ”Tebet”
Sosial Propinsi DKI Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Sosial Propinsi DKI Jakarta. PSBR merupakan satu-satunya Lembaga Pemerintah di Propinsi DKI Jakarta yang memberikan pelayanan langsung kepada remaja bermasalah sosial (putus sekolah, terlantar, dan anak jalanan) untuk dibina dan dilatih dengan model sistem panti selama 6 bulan, sehingga menjadi remaja yang berkualitas mandiri, bermoral dan dapat berfungsi sosial secara normative. Kemudian sejak keluarnya Perda nomor 3 tahun 2001, tanggal 21 Aguatus 2001, tentang bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 41 tahun 2002 tanggal 7 Maret 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta, maka nama Dinas Sosial berubah menjadi Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta. Selanjutnya dengan keluarnya Kep. Gubernur No. 163 tahun 2002, tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta. Maka sejak tanggal 13 November 2002 PSBR Taruna Jaya Tebet menjadi UPT dari Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Bintal dan Kessos Propinsi DKI Jakarta.65
65
Brosur Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta.
2. Letak Geografisnya Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian di sebuah panti yang menangani remaja putus sekolah dan juga anak-anak jalanan. Panti ini adalah Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta yang beralamat di Jl. Tebet Raya No. 100 Tlp. 8291582, Jakarta Selatan 12810.
3. Visi dan Misi66 Visi dari Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta adalah menyelamatkan remaja dari keterlambatan agar dapat tumbuh kembang secara wajar dan mampu hidup mandiri. Misi dari Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta : a. Membentuk remaja berkepribadian, berdedikasi, percaya diri, dan mempunyai keterampilan kerja yang dapat mendukung para remaja untuk dapat hidup mandiri. b. Melakukan pembinaan fisik, mental, dan sosial serta ketrampilan kerja. c. Melakukan kesosilalisasi bagi remaja bermasalah menuju prilaku hidup normatif.
66
Wawancara dengan Kepala Bimbingan dan Pelatihan pada tanggal 3 Oktober 2009
4. Struktur Organisasi67 Berdasarkan Keputusan Gubernur No. 163 Tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, maka sturuktur organisasi di PSBR sebagai berikut: Kepala Panti Drs. Acep Bunyamin
Subag. Tata Usaha Drs. Saebun
Seksi Bimbingan Latihan Dra. Wiwik Widyawati, Msi
Seksi Penyaluran dan Bimjut Achmad Cherid
Sub Kelompok bagian Fungsional
67
Observasi Penulis tanggal 23 September 2009
5.Tugas Pokok dan Fungsi68 a. Tugas Pokok PSBR Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta adalah: Menyelenggarakan
kegiatan
pelayanan
kesejahteraan
sosial
remaja
bermasalah sosial, putus sekolah yang meliputi identifikasi dan assesment, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. b.
Fungsi PSBR Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta adalah: 1) melaksanakan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi. 2) melaksanakan penerimaan meliputi registrasi, kelengkapan administrasi dan penempatan dalam panti. 3) melaksanakan assesment meliputi penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah dan potensi. 4) melaksanakan pembinan fisik, bimbingan mental, sosial, dan pelatihan keterampilan kerja usaha mandiri. 5) melaksanakan resosialisasi meliputi praktek belajar kerja, reintegrasi, dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, persiapan dan pelaksanaan penyaluran ke lapangan kerja. 6) melaksanakan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi.
6. Sasaran Garapan Sasaran garapan dari PSBR Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta adalah para remaja putus sekolah, terlantar dan atau anak jalanan, baik yang datang langsung 68
Brosur Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Tebet h. 2
maupun yang dikirim melalui Sudin Bintal dan Kesos lima wilayah Kotamadya, Kasie Bintal dan Kesos Kecamatan, Lurah, LSM, PSM, dan unsur masyarakat serta hasil penertiban dari wilayah Propinsi DKI Jakarta.
7. Persyaratan menjadi Warga Bina Sosial (WBS) di PSBR Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta a. laki-laki/perempuan, usia 15-21 tahun b. sehat jasmani dan rohani c. belum pernah menikah/ foto copy KTP d. pas foto 4x6=2 lembar dan 2x3=2 lembar e. putus sekolah ( belum bekerja/ menganggur ) f. bebas narkoba ( keterangan dokter Puskesmas ) g. surat pengantar dari Rt/ Rw, lurah setempat ( keterangan tidak mampu dan tidak terlibat kriminal ) h. surat rujukan dari Institusi pelayanan kesejahteraan sosial (pemerintah/ swasta) i.
bersedia mengikuti aturan dan tata tertib di PSBR Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta.
8. Proses Pelayanan a. Tahap Persiapan, meliputi: 1) Pendaftaran 2) Seleksi 3) Registrasi Administrasi
4) Penempatan di dalam asrama b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan, meliputi : 1) Penyatuan Visi dan Misi peserta (outbond) 2) Bimbingan Mental Agama 3) Bimbingan Sosial 4) Bimbingan Fisik/ Olah raga 5) Bimbingan Keterampilan kerja, sesuai minat peserta, antara lain: a) Otomotif (Bengkel motor dan mobil) b) Las (Listrik dan karbit) c) Menjahit (Pakaian pria dan wanita) d) Salon (Tata rias dan kecantikan) e) AC 6) Program PKL (Praktek Kerja Lapangan/magang) 7) Bimbingan extrakurikuler, seperti: a) Vokal Group b) Olah Raga c) Wirausaha d) Pertamanan, dll.
c. Tahap Penyaluran/ Pembinaan lanjut 1) Penyaluran meliputi kegiatan : a) Pemberian pengarahan dan motivasi kerja b) Merujuk ke lembaga lain yang lebih spesifik
c) Menghubungkan dengan sumber/ lapangan pekerjaan (program magang) 2) Pembinaan lanjut meliputi kegiatan: a) Mengadakan kunjungan rumah (home visit) kepada ex WBS untuk mengetahui perkembangannya secara langsung. b) Menjalin hubungan dengan orang tua dan masyarakat atau lembaga pengiriman WBS. c) Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap kelangsungan usaha ex WBS serta terminasi, jika ex WBS sudah dapat hidup mandiri.
9. Sarana dan Prasarana serta Fasilitas yang tersedia di PSBR Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta. a. Luas Tanah
= 11.383 m2
b. Luas Bangunan
= 4.802 m2
c. Gedung asrama putra 3 lantai
= 2.870 m2
d. Gedung asrama putri 2 lantai
= 1.408 m2
e. Ruang belajar (teori dan praktek) f. Dapur/ Ruang makan g. Rumah Dinas Pegawai h. Lapangan olah raga i.
Aula/ Ruang Pertemuan
10. Landasan Hukum Dalam penyelenggaraan pelayanan sosial Panti Sosial Bina Remaja memiliki landasan hukum yang berpacu pada: a. Undang-Undang Dasar 1945 b. Konvensi Hak Anak c. Undang-Undang No. 6/1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial d. Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak e. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah f. Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Jo Peraturan Pemeritah No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi.
11. Sumber Dana69 Seperti yang telah dijelaskan diawal bab II nama dari lembaga ini adalah berbentuk sebuah sasana yang kemudian beralih menjadi Liposos yang dimiliki oleh Departemen Sosial, dan kemudian setelah Surat Keputusan Gubernur turun lembaga ini beralih nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet yang kemudian berpindah menjadi milik Dinas Sosial Pemerintah Daerah Ibukota Jakarta dengan sumber bantuan dana pembagunan dari lembaga Jepang yang diberi nama bantuan dana LOAN S. PL 9899 Dansos. Dimana pembangunan
69
2009
Wawancara Pribadi dengan Pak Saebun (Kepala Tata Usaha PSBR), Jakarta 3 Oktober
tersebut merubah struktur bangunan panti yang tadinya berupa bangunan coutage (rumah per rumah) berubah menjadi bangunan asrama. Untuk setiap tahunnya sumber dana yang didapatkan oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet merupakan sumber dana APBD dan dimasukkan dalam Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA). Dana tersebut dipergunakan untuk keperluan sehari-hari para WBS selama mereka menerima pelatihan dan tinggal di panti.
B. Temuan dan Analisis Data Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis dengan para pengurus serta para peserta pelatihan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet, maka dapat dianalisa hasil dari pelaksanaan pelatihan keterampilan otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya TebetDKI Jakarta dalam upaya membantu para remaja putus sekolah untuk menjadi remaja yang produktif yang lebih mandiri.
1. Gambaran pelaksanaan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya Tebet. Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan di PSBR jangka waktu yang diberikan kepada para peserta pelatihan untuk menjalani pelatihan selama 6 bulan, apabila dimulai dari bulan Januari berakhir pada bulan Juni, dan apabila dimulai dari bulan Juli maka berakhir pada bulan Desember. “Dan kita sudah punya jadwal sendiri, jadwal awal itu Masa Orientasi Siswa (MOS), setelah MOS siswa belajar teori, setelah itu praktek, setelah itu kita mempunyai jadwal yang pasti, kemudian Praktek Belajar Kerja (PBK, jadi anak-anak mengikuti kegiatan yang ada. Tapi di PSBR tidak hanya anak-
anak yang datang dari awal masuk saja, ada anak-anak jalanan yang baru sebulan atau 2 bulan masuk, apabila mereka belum siap mengikuti PBK maka mereka tidak di PBKkan. Materi keterampilan yang dilakukan diluar MOS dan PBK kurang lebih sekitar 4 bulanan. Dan setelah PBK pun anakanak akan melakukan ujian tertulis seperti ujian-ujian bimbingan sosial, agama, dan juga teori keterampilan. Ujian tertulis ini dilakukan selama 2 hari.”70 Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan maka penulis dapat menggambarkan pelaksanaan pelatihan keterampilan otomotif dengan bagan sebagai berikut:
Pertemuan Bulan Pertama
Materi Pertemuan
Metode Pelatihan
Perekrutan peserta, seleksi peserta, Pengenalan MOS
(Masa
Orientasi
PSBR,
Siswa), Pembentukan kelompok
Penentuan Jurusan Bulan Kedua
Pemberian teori pelatihan otomotif
Bulan Ketiga - Praktek Pelatihan otomotif
Praktek dan Tanya jawab Praktek dan Tanya jawab
Kelima Bulan Keenam
PBK, Ujian tulis
Praktek Lapangan dan karya tulis
Tabel 1. Pemberian Pelatihan
Sesuai dengan bagan diatas maka dapat dilihat teori yang diterapkan PSBR dalam pelaksanaan pelatihan diawali dengan:
a. Perekrutan Peserta Pada bulan pertama pelatihan digunakan untuk kegiatan perekrutan, sosialisasi, dan orientasi bagi calon peserta pelatihan. Dalam perekrutan ini PSBR 70
Wawancara Pribadi dengan Ibu Wiwik (Seksi Bimbingan dan Latihan), Jakarta 4 November 2009
menggunakan pendekatan sosial, yaitu dengan melakukan sosialisasi kependuduk masyarakat, keluarga, dan perorangan. Sosialisasi ini dilaksanakan dengan memberikan surat pemberitahuan kepada lembaga-lembaga terkait, seperti: dinas lima wilaya di Jakarta, LSM, Orsos, dan lain-lain. Selain dengan menggunakan pendekatan social perekrutan peserta juga dilakukan melalui pendaftaran, dimana para peserta datang sendiri dan kemudian mengisi formulir pendaftaran dan melengkapi persyaratan administrasi, sesuai dengan yang penulis tulis pada BAB IV point G tentang persyaratan menjadi WBS Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta. Setelah pendaftaran dan persyaratan tersebut terpenuhi kemudian dilakuakan seleksi untuk para calon peserta pelatihan. Seleksi yang dilakukan berupa kelengkapan administrasi, kelengkapan tersebut seperti: surat bebas narkoba, surat kesehatan, surat pengantar berupa keterangan tidak mampu dan tidak terlibat kriminal, surat rujukan dari Institusi pelayanan kesejahteraan sosial. Selain kelengkapan administrasi juga dilakukan tes fisik, berupa: squat jump, push up, lari, dan juga kondisi fisik badan apakah mereka memiliki tato atau tidak, apabila memiliki tato maka calon peserta tidak dapat mengikuti pelatihan. Kemudian jika dari semua persyaratan tersebut telah terpenuhi para calon peserta pelatihan kemudian diwawancara. Wawancara tersebut berisikan pertanyaan tentang kehidupan pribadi, seperti: sampai mana tingkat pendidikannya? sudah bekerja atau belum? dan lain-lain. Setelah wawancara para peserta melakukan Masa Orientasi Siswa, yaitu pengenalan tentang PSBR. Dimana hal tersebut dilakukan di dalam kelas, yaitu proses pemberian informasi pelayanan yang tersedia di PSBR kepada para peserta. Kemudian setelah itu peserta melakukan kesepakatan dan pembentukan kelompok kerja yang berguna nantinya sebagai kelompok piket
harian. Selain itu juga pembentukan kabinet di panti, yaitu pemilihan presiden untuk ketua dari semua WBS. Setelah melakukan proses diatas para peserta diberikan tes untuk penentuan jurusan. Tes tersebut dilakukan untuk melihat tingkat kemampuan peserta agar mereka tidak salah dalam memilih jurusan, namun semua dikembalikan kepada mereka sendiri dimana minat mereka.
b. Pemberian Teori Pelatihan Otomotif Pada bulan kedua pelatihan, peserta melakukan kegiatan pemberian teori jurusan yang diberikan oleh instruktur. Dalam pemberian keterampilan otomotif ini Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet-DKI Jakarta menyediakan sebuah ruangan khusus untuk pemberian teori kepada para peserta pelatihan dan sebuah ruangan praktek. Adapun ruangan teori tersebut berisikan bangku-bangku dan meja untuk para peserta pelatihan dan juga ada sebuah kerangka mobil dan juga sebuah kerangka motor dengan sebagian mesinnya selain itu ada beberapa lemari untuk menyimpan kunci-kunci dan juga ada sebuah kompresor yang berukuran besar.71 Pelatihan keterampilan otomotif di PSBR ini terdiri dari dua macam pelatihan yaitu pelatihan mobil dan motor. Dari setiap pelatihan tersebut memiliki materi yang hampir sama. Pemberian teori dilakukan diruang teori, ketika pemberian teori kepada para peserta pelatihan terlihat para peserta berantusias mendengarkan instruktur menjelaskan materinya72. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan instruktur otomotif Pak Kodir kepada penulis, bahwa: 71 72
Catatan lapangan, Jakarta 12 Oktober 2009 Observasi Penulis, Jakarta 12 Oktober 2009
“..materi yang diberikan kepada anak sebatas materi dasar teori motor 4 tak dan 2 tak disertai dengan praktek-praktek bongkar pasang mesin secara terus menerus agar para peserta pelatihan dapat mengingat dengan kontruksi dan rangkaian mesin-mesin tersebut.”73
Untuk materi teori kendaraan roda dua yaitu: 1. Uraian tentang Motor berbahan bakar 2 dan 4 tak 2. Perincian dan Pembahasan alat-alat motor a) Alat-alat di dalam kepala silinder motor 4 tak b) Alat-alat mekanik yang bergerak pada motor 4 tak c) Alat-alat mekanik yang bergerak pada motor 2 tak d) Hubungan rantai mesin Honda CB 100/125 e) Diagram klep f) Reed valve 3. Sistem Bahan bakar a) Pesawat perbensinan 4. System Pelumasan 5. System Pendinginan 6. Pesawat Penghubung atau kopling (clutch) a) Susunan pesawat kopling Honda CB b) Pesawat kopling otomatis 7.Pesawat Transmisi74
Sedangkan dalam pemberian materi roda empat atau mobil tidak jauh berbeda dengan materi roda dua atau motor. Setelah satu bulan para peserta 73 74
Wawancara Pribadi dengan Pak Kodir (Instruktur Otomotif), Jakarta 5 November 2009 Observasi Penulis, Jakarta, 12 Oktober 2009
pelatihan ini diberikan teori tentang teknik-teknik pembongkaran mesin kemudian mereka langsung mempraktekkannya.
c. Praktek Pelatihan Otomotif Dari enam bulan pelatihan itu yang benar-benar digunakan untuk pelatihan dari setiap jurusan kurang lebih hanya empat bulan. Dalam empat bulan pelatihan tersebut keterampilan otomotif menerapkan strategi pembelajaran sendiri. Dalam hal ini instruktur mempunyai strategi dalam pembelajaran keterampilan otomotif agar para peserta dapat mengikuti pelatihan dengan baik. Sesuai dengan yang dikatakan instruktur otomotif Pak Kodir kepada penulis tentang strategi pembelajaran, bahwa: “dengan 1 bulan teori dan 3 bulan praktek.”75 Dimana pada jangka waktu 1 bulan para peserta pelatihan diberikan materi-materi dasar tentang pembongkaran mesin dan lain-lainya, dan di waktu 3 bulan itu mereka diajarkan praktek dari teori yang sebelumya sudah diberikan. Pada bulan ketiga sampai dengan kelima ini para peserta diberikan pelatihan praktek. Pemberian pelatihan otomotif dilakukan mulai dari pukul 10.00 WIB setelah para peserta menerima materi bimbingan sosial, dan setelah pukul 12.00 WIB para peserta beristirahat dan makan siang, yang kemudian dilanjutkan kembali menerima pelatihan pada pukul 13.30 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB. Dalam keterampilan otomotif antara ruang teori dan ruang praktek berbeda. Di dalam ruang praktek itu sendiri terdapat sebuah mesin mobil yang sudah terpisah dari rangkanya dan juga ada beberapa sepeda motor, namun sepeda motor yang dapat digunakan untuk parktek hanya satu saja. Selain itu juga ada mobil
75
Wawancara Pribadi dengan Pak Kodir (Instruktur Otomotif), Jakarta 5 November 2009
yang masih lumayan lengkap keadaannya.76 Dalam pemberian praktek ini instruktur memperagakan cara-cara membongkar mesin dan kemudian di ikuti oleh para peserta. Karena alat praktek yang digunakkan seperti sepeda motor hanya satu buah maka para peserta mempraktekkannya secara bergantian.77 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan instruktur otomotif Pak Kodir kepada penulis tentang saran dan pra sarana, bahwa:
“..untuk standart tingkatan PSBR sudah mencukupi tapi kalau untuk standar pelatihan diluar saya kurang tau karena setiap tempat pelatihan kurikulumnya biasanya berbeda-beda, untuk peralatan-peralatan di PSBR ini sudah mencukupi tapi kalau untuk bengkel diluar tidak, pelatihan otomotif diluar biasanya peralatannya sudah lebih modern agar lebih produktif dan lebih baik. Hal tersebut dikarenakan di PSBR materi yang dajarkan hanya tingkat dasar, sedangkan diluar materi yang diajarkan tingkat bekerja yang sebenarnya.”78
Menurut Syamsuar Mochtar ada langkah-langkah belajar mengajar yang selaras dengan penerapan keterampilan yaitu sebagai berikut: 1. Membina dengan memotivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar 2. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa untuk mencari jawaban 3. Membimbing siswa dalam berbagi kegiatan belajarnya 4. Membimbing siswa dalam menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis.79
76
Observasi Penulis 12 Oktober 2009. Ibid. 78 Wawancara Pribadi dengan Pak Kodir (Instruktur Otomotif), Jakarta, 5 November 2009. 79 Drs. Syarif Makmur. M.Si. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraa Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008, h 119 77
Sesuai dengan teori di atas, untuk point pemberian pembinaan dan motivasi di keterampilan otomotif telah diberikan oleh instruktur kepada para peserta tetapi masih kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari pemberian motivasi yang hanya diberikan kepada peserta yang benar-benar mengikuti pelatihan dengan baik tetapi tidak dengan peserta yang kurang serius dalam mengikuti pelatihan80. Selain itu kurang tegasnya instruktur dalam memberikan hukuman kepada peserta yang telat ataupun tidak mengikuti praktek. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh M. Saiful A peserta angkatan 80 kepada penulis, bahwa: ”…kurang tegas aja, kurangnya tuch kalo ada anak-anak yang telat masuk ga ada hukuman. Kaya anak AC kalo telat dikit aja kadang ga boleh ikut pelajaran atau dusuruh keluar.”81 Dalam
point
kedua dari langkah-langkah
belajar
mengajar
yang
dikemukakan oleh Syamsuar Mochtar dalam memberikan rangsangan kepada para peserta instruktur masih kurang sehingga suasana kelas didominasi oleh peserta yang hanya benar-benar mengikuti pelatihan tersebut.82
d. Praktek Belajar Kerja Praktek belajar kerja adalah kegiatan para peserta pelatihan untuk mengasah kemampuan mereka di dunia kerja nantinya. Praktek belajar kerja yang akan dilakukan peserta pada akhir setelah mereka mengerti dengan apa yang telah diajarkan instruktur dalam pemberian keterampilan. Dalam praktek belajar kerja ini peserta pelatihan akan melakukan praktek membongkar motor dan
80 81
Observasi Penulis, Jakarta 12 Oktober 2009 Wawancara Pribadi dengan Saiful (Peserta Pelatihan Otomotif), Jakarta 5 November
2009 82
Observasi Penulis 12 Oktober 2009.
memperbaiki secara langsung di bengkel-bengkel tempat mereka melakukan praktek. Dalam mencari tempat praktek ini para peserta diberikan kebebasan untuk mencari tempat praktek belajar kerja yang mereka inginkan, agar dalam menjalani praktek belajar kerja nantinya mereka akan merasa nyaman. Namun apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan mereka maasih belum mendapatkan tempat untuk praktek belajar kerja maka instruktur akan mencarikan tempat untuk mereka praktek belajar kerja nantinya. Praktek belajar kerja ini diadakan untuk melihat tingkat kemampuan para peserta pelatihan setelah mereka menerima pelatihan di PSBR. Dari hasil observasi yang penulis lakukan kepada peserta pelatihan keterampilan otomotif di PSBR pada kegiatan praktek di bengkel AHASS motor dapat dilihat peserta pelatihan sudah bisa membongkar motor sendiri seperti memeriksa kekencangan rantai. Namun dalam praktek belajar kerja ini peserta belum bisa langsung memperbaiki sepeda motor karena masih dalam pengawasan oleh pihak AHASS itu sendiri, jadi peserta masih di dampingi oleh seorang mekanik dari AHASS dan membantu mekanik tersebut ketika memperbaiki sepeda motor. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja peserta pelatihan yang cukup cekatan dalam membantu mekanik seperti membongkar body motor sebelum motor tersebut diservis83 Meskipun hanya membantu mekanik tersebut dalam memperbaiki motor peserta pelatihan tetap diberikan kesempatan untuk memperbaiki sepeda motor, hal tersebut dapat penulis lihat bahwa peserta sudah dapat membongkar
83
Observasi Penulis 17 November 2009
karburator motor dan kemudian membersihkannya tanpa perlu diberi petunjuk oleh mekanik tersebut dan kemudian peserta tersebut memasangnya kembali. 84 Maka dapat disimpulkan hasil dari pemberdayaan remaja putus sekolah pada keterampilan otomotif di PSBR menuai hasil yang baik, karena remaja yang tadinya tidak mengerti bahkan tidak bisa memperbaiki sepeda motor menjadi terlatih dan sudah bisa membongkar sebuah sepeda motor meskipun masih dalam dasar-dasarnya saja. Selama kurang lebih satu bulan setelah melaksanakan praktek belajar kerja para peserta diminta untuk membuat karya tulis tentang hasil praktek belajar kerja mereka. Karya tulis tersebut akan dimasukkan dalam hasil penilaian peserta nantinya. Selain praktek belajar kerja dan membuat karya tulis para peserta pelatihan juga akan melakukan ujian tulis, akan tetapi ujian ini hanya menyangkut tentang bimbingan sosial dan bimbingan agama saja dan ujian tulis ini dilakukan selama dua hari. Setelah menerima hasil penilaian dari PSBR para peserta akan melakukan perpisahan bersama dengan para staf panti dan para instruktur. Perpisahan tersebut biasanya dilakukan di luar kota selama satu hari. Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan di PSBR tersebut panti memiliki tugas dan tanggung jawab. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab panti yang telah penulis tulis pada BAB II, maka dari hasil pelaksanaan pemberdayaan pada keterampilan otomotif ini PSBR telah menjalankan tugasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari awal perekrutan para peserta pelatihan dimana panti bertugas melakukan rehabilitasi sosial untuk memulihkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab kepada para remaja putus sekolah dengan memberikan motivasi kepada
84
Ibid.
mereka. Selain itu panti juga bertugas mencegah timbulnya permasalahan sosial dengan melakukan deteksi dan pencegahan sedini mungkin. Dalam hal ini PSBR melakukan tugasnya dengan pembentukan kabinet di panti, yaitu kegiatan pemilihan presiden atau ketua dari semua WBS dan juga pembentukan kelompok kerja yang berguna nantinya sebagai kelompok piket harian. Pembentukan kabinet dan kelompok kerja ini dimaksudkan agar para remaja ini memiliki tanggung jawab dalam diri mereka dan juga kedisiplinan dalam mengikuti pelatihan. Tugas lain dari panti adalah mengembalikan para peserta ke masyarakat serta mau menerima kehadiran mereka dan membantu penyaluran ke berbagai sektor kerja dan usaha produktif. Hal ini dapat dilihat setelah para peserta selesai mereka dikembalikan kekeluarga mereka, dan kemudian disalurkan ke sektor kerja yang sesuai dengan jurusan yang mereka ambil.
2. Hasil yang dicapai dalam kegiatan Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR. Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, hasil yang dicapai dalam kegiatan pemberdayaan keterampilan otomotif adalah para peserta mendapatkan materi dasar dari teori teknik pembongkaran motor, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pak Kodir instruktur otomotif kepada penulis, bahwa:
”..materi yang diberikan kepada anak sebatas materi dasar teori motor 4 tak dan 2 tak disertai dengan praktek-praktek bongkar pasang mesin secara terus menerus agar para WBS dapat mengingat dengan kontruksi dan rangkaian mesin-mesin tersebut.”85
85
Wawancara Pribadi dengan Pak Kodir (Instruktur Otomotif), Jakarta 5 November 2009.
Dalam pemberian materi tersebut peserta pun mengungkapkan cukup mengerti dengan materi yang diberikan instruktur. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bambang alumni PSBR angkatan 79 jurusan otomotif, bahwa: “Yang saya dapat di pelatihan otomotif ya materi-materi dasar, cara-cara membongkar motor, servis kecil motor, dan servis berkala.”86 Hasil yang telah dicapai setelah pelatihan ini berlangsung pun telah didapatkan, seperti yang dikatakan oleh Bambang alumni PSBR angkatan 79 jurusan otomotif, bahwa:
”Dari pelatihan itu pertama yang kita dapetin yang tadinya belum ngerti bidang otomotif jadi lebih ngerti, selanjutnya kita masih ingin menekuni bidang itu dan sampai saat sekarang saya latihan di bengkel ini jadi kita tinggal nerusin tinggal menyesuaikan lagi menambah ilmu lagi untuk lebih mendalami dengan arti kata kita sudah mempunyai persiapan.”87
Setelah pemberian pelatihan otomotif ini para peserta diharapkan bisa membongkar dan memperbaiki motor sendiri sehingga dapat memberikan kepercayaan diri dalam diri mereka. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Saiful peserta pelatihan, bahwa: “Saya jadi gak ragu-ragu lagi buat bongkar-bongkar motor karena udah tau teknik-tekniknya,”88 Dalam pemberian sertifikat dan hasil pelatihan untuk para peserta setelah melakukan pelatihan di PSBR ada beberapa penilaian yang harus dilakukan.Yang menjadi kriteria dalam melakukan hasil penilaian di PSBR terbagi menjadi lima kelompok materi yaitu sebagai berikut89:
86
Wawancara Pribadi dengan Bambang (Alumni Otomotif), Jakarta 4 November 2009 Ibid 88 Wawancara Pribadi dengan Saiful (Peserta Pelatihan Otomotif), Jakarta 5 November 87
2009 89
Bagian data PSBR.
a.
Kelompok dasar yang terdiri dari: 1) Pendidikan Moral Pancasila 2) Pembinaan Keagamaan 3) Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial 4) Etika Sosial 5) Manajemen Kewirausahaan
b. Kelompok inti. 1. Teori Otomotif 1) Roda Dua
2) Roda Dua
a) Engine
a) Engine
b) Rangka/chasis
b) Rangka/chasis
c) Kelistrikan
c) Kelistrikan
1) Mobil
c.
2. Praktek Otomotif
2) Mobil
a) Engine
a) Engine
b) Rangka/chasis
b) Rangka/chasis
c) Kelistrikan
c) Kelistrikan
Karya tulis. Karya tulis dibuat setelah para peserta melakukan PBK atau PKL dan bersifat individu.
d. Praktek belajar kerja. Nilai dari materi ini diberikan oleh lembaga yang menerima para peserta untuk melakukan PBK ini. e.
Kelompok penunjang, yang terdiri dari: 1. Tanggung jawab kerja
2. Disiplin 3. Kerajinan 4. Kejujuran 5. Kerjasama
Sesuai dengan teori Syamsur Mochtar dalam langkah belajar mengajar instruktur membimbing peserta dalam berbagai kegiatan belajarnya dan juga dalam pelaksanaan program praktek belajar kerja. Untuk bimbingan dalam proses belajar mengajar instruktur melakukan bimbingan terhadap materi-materi yang diberikan. Sedangkan dalam program praktek belajar kerja, instruktur melakukan bimbingan seperti memberikan masukan kepada para peserta pelatihan untuk tempat melakukan program praktek belajar kerja. Selain itu instruktur juga membantu mencarikan tempat unuk para peserta yang sudah benar-benar tidak mampu mendapatkan tempat praktek belajar kerja. Kemudian instruktur juga melakukan monitoring kepada para peserta selama kegiatan praktek belajar kerja berlangsung.90 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Pak Kodir instruktur otomotif kepada penulis, bahwa: “monitoring yang dilakukan instruktur hanya pada saat PBK saja…”91 Untuk point nomor empat tentang langkah belajar mengajar dalam membimbing siswa untuk menafsirkan hasil penelitian serta melaporkan hasil kerjanya baik lisan maupun tertulis, instruktur membimbingnya dalam pembuatan karya tulis setelah para peserta melakukan program praktek belajar kerja.
90 91
Observasi penulis 12 Oktober 2009. Wawancara Pribadi dengan Pak Kodir (Instruktur Otomotif), Jakarta, 5 November 2009.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam program Pemberdayaan Keterampilan Otomotif di PSBR. Dari hasil temuan dan wawancara penulis tentang faktor pendukung dalam program pelatihan otomotif adalah adanya kerjasama antara PSBR dengan lembaga diluar PSBR. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ibu Wiwik Kepala Bimbingan dan Pelatihan, bahwa: ” Karena sistem sudah berjalan secara otomatis kita sudah terbiasa dan terjalin dengan institusi-institusi terkait seperti kelurahan, kecamatan, dan sebagainya itu kan sudah termasuk pendukung dalam pelatihan, kita juga bekerja sama dengan Panti Kedoya dan Panti Ceger…”92
Hal ini senada dengan yang dikatakan intruktur pelatihan otomotif sendiri, bahwa : ”Program PSBR didukung oleh Pemda Dinas Sosial DKI Jakarta dan juga merupakan salah satu pelayanan Dinas Sosial untuk masyarakat DKI Jakarta…”93 Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam pelatihan otomotif terletak pada sarana dan prasarana yang dimiliki PSBR. Karena menurut hasil observasi yang penulis lakukan, motor yang digunakan menjadi alat praktek hanya satu buah saja. Dan untuk mobil hanya mesin saja, itupun mesin mobil produksi keluaran tahun lama.94 Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ibu Wiwik sebagai kepala Bimbingan dan Latihan, bahwa: “…begitu pula dengan otomotif, sekarang ini sudah banyak mobil-mobil Eropa yang ada di Jakarta tetapi di PSBR hanya sekedar mobil-mobil tahun lama buatan Jepang dan juga motor Jepang.”95
92
Wawancara Pribadi dengan Ibu Wiwik (Seksi Bimbingan dan Latihan), Jakarta 4 November 2009. 93 Wawancara Pribadi dengan Pak Kodir (Instruktur Otomotif), Jakarta 5 November 2009. 94 Observasi Penulis 12 Oktober 2009. 95 Wawancara Pribadi dengan Ibu Wiwik (Seksi Bimbingan dan Latihan), Jakarta, 4 November 2009.
Sedangkan menurut instruktur otomotif sendiri yang menjadi faktor penghambat dalam pelatihan otomotif tidak ada, karena untuk standar yang diberikan di PSBR dalam memberikan pelatihan hanya dasar-dasarnya saja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pak Kodir melalui wawancara kepada penulis, bahwa: “…sedangkan hambatannya saya rasa tidak ada hambatan karena untuk standar pelatihan di PSBR semua sudah cukup memenuhi.”96
96
Wawancara Pribadi dengan Pak Kodir (Instruktur Otomotif), Jakarta, 5 November 2009.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian awal yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebaga berikut : 1. Gambaran pelaksanaan pemberdayaan keterampilan otomotif di panti sosial bina remaja ini dilakukan selama enam bulan untuk setiap angkatan. a) Dalam pelaksanaan tersebut diawali dengan perekrutan, sosialisasi, dan orientasi bagi para calon peserta pelatihan. Perekrutan dilakukan dengan cara pendekatan sosial, yaitu dengan melakukan sosialisasi kepada penduduk sekitar, masyarakat, dan juga perorangan. Selain dengan menggunakan pendekatan sosial perekrutan peserta juga dilakukan melalui pendaftaran. b) Pemberian teori dilakukan pada bulan selanjutnya dimana materimateri yang diajarkan mengenai meteri dasar tentang perbengkelan. Dalam pelaksanaan pelatihan pemberian materi yang diberikan cukup jelas sehingga peserta dapat memperoleh pengetahuan lebih luas. Dalam pelatihan otomotif metode yang digunakan adalah metode teori dan praktek, metode praktek lebih banyak dibanding teori karena dengan metode praktek peserta lebih mudah memahami. c) Pratek yang dilakukan para peserta pelatihan dilaksanakan selama 3 bulan. Alat praktek otomotif ini masih banyak menggunakan
kendarana tahun lama. Meskipun media yang digunakan dalam pelatihan sudah lama tetapi peserta dapat menghargai. d) Kegiatan akhir yang dilaksanakan dalam pemberdayaan remaja putus sekolah dalam pelatihan otomotif dengan melakukan praktek belajar kerja selama 1 bulan di bengkel-bengkel sepeda motor atau mobil.
2. Hasil yang dicapai dalam kegiatan pemberdayaan keterampilan otomotif bagi para remaja putus sekolah tersebut mereka mendapatkan ilmu tentang teknik-teknik memperbaiki kendaraan bermotor, dari yang sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti, dan untuk para alumni setelah keluar dari panti mereka dapat melanjutkannya dengan bekerja di bengkelbengkel.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam program pemberdayaan keterampilan otomotif ini: a) Faktor pendukung dari program ini : 1) adanya kerjasama antara pihak panti dengan lembaga diluar panti 2) memiliki instruktur yang baik dan mengerti benyak tentang otomotif. b) Faktor penghambat dari program ini : 1) sarana dan prasarana yang dimiliki panti masih kurang mencukupi dalam segi peralatan. 2) kurangnya disiplin untuk para peserta dalam mengikuti pelatihan. 3) waktu yang digunakan untuk memberikan materi kurang
B. Saran Setelah melakukan penelitian ini, maka penulis dapat menyarankan beberapa hal untuk kemajuan dalam segi pelatihan keterampilan otomotif di PSBR agar dapat menghasilkan seorang mekanik yang handal dalam setiap memperbaiki kendaraan. Maka saran itu adalah waktu yang diberikan kepada para peserta harus lebih intensif, menambah sarana untuk para peserta untuk menunjang pelatihan keterampilan otomotif agar berjalan dengan lebih baik, melakukan pengawasan kepada para peserta pada saat jam pelatihan berlangsung, agar tidak ada yang tidur lagi di asrama, memberikan saksi yang lebih berat kepada para peserta yang tidak mengikuti pelatihan, setiap instruktur maupun petugas di PSBR dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi setiap peserta
DAFTAR PUSTAKA
Chamsyah, Bactiar. Dimensi Religi dalam Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial, 2003, Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989. Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogya: Gajah Mada Universitiy Press, 1991,. Direktur Bina Pelayanan Sosial Anak, Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja, Jakarta: Departeman Sosial RI, 2002. Drs. A. Samana, S.Pd, Sistem Pengajaran Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Perkembangan Metodologisnya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992.
Gardner, James. E. Memahami Gejolak Masa Remaja, Jakarta: Mitra Utama, 2002, cet. ke-2. Gunarsa, Singgih D. Psikologis Perkembangan Anak Remaja, Jakarata: BPK Gunung Mulia, 1989. Hadari, Nawawi. instrument Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992. Handoko, T. Hani. Manajement Edisi 2, Yogyakarta : BPFE, 1997, cet. Ke-1. Harlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, edisi ke5. Makmur. M.Si, Drs. Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggaraa Pemerintah Desa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008. Moh Nasir D. Metode Penelitian, Jakarta: Graha Indonesia, 1993. Neuman, Lawrence W. Sosial Research Methods: Qualitative dan Quantitative Approaches, Needham Heights: Allyn&Bacon. 2000. O’Donnell, Mr. Dan. Perlindungan Anak Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. UNICEF. 2006. Sardiman MA, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, Op cit
.
Salam, Syamsir. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Sarwono, Sarlito Wirawan Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994. Soebroto, Prof. Soetandyo Wignyo. MPA., Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: PT LKS Pelangi Aksara, 2005. Suharto, Edi. Ph. D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT. Refika Aditama , 2005. Syafe’I, Agus Ahmad. Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Islam, Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001. Tan, Mely G. Masalah Perencanaan Penelitian dalam Koentjaraningrat, Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 1990. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
.
Ulwan, Dr. Abdullah Nashih. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam jilid 2, Semarang: CV. Asy Syfa’, 1993 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002, Wirawan. S, Sarlito Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Zulkifli L. Psikologi Perkembangan Remaj, Bandung: Rosdadakarya, cet ke-10, 2003
Artikel Internet semua-hebat.blogspot.com/2009/01/memberdayakan-team.html http://muslimyouthsmasa.multiply.com/journal/item/19 http://www.republika.co.id/berita/9552/LAZ_Portal_Infaq_Bantu_Anak_Putus sekolah http.h2dy.wordpress.com/2008/12/10/definisi-remaja http://www.indosiar.com/ragam/74497/pendidikan-barang-mahal http://www.serunifoundation.org/journal_read.php?sxEntryID=5&comments=5 http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2009/03/04/tahun-2009-angkakemiskinan-dan-penganguran/ http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/190672/38/ http://www.vibiznews.com/news_last.php?id=2169&sub=news&month=Maret&t ahun=2009&awal=70&page=economy http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pemberdayaan-masyarakat.html http://irwanputra.wordpress.com/kursus-otomotif/ http.h2dy.wordpress.com/2008/12/10/definisi-remaja http.catur.dosen.akprind.ac.id/2009/03/30/remaja-dan-internet http://www.portalinfaq.org/p01_program_view.php?program_id=142 http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=12 182 http://www.borneotribune.com/headline/dua-tahun-kabupaten-kayong-utara.html www.perencanaan.depsos.go.id www.dinsos.pemdadiy.go.id/
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS SOSIAL
PANTI SOSIAL BINA REMAJA “TARUNA JAYA” TEBET JL. Tebet Barat Raya No. 100 Tlp. 8291582 J AKAR T A S ELAT AN
DAFTAR NILAI BIMBINGAN SOSIAL DAN PELATIHAN KETERAMPILAN PSBR TARUNA JAYA TEBET NAMA : ........................................... JENIS KELAMIN : ........................................... NO. INDUK : ........................................... TEMPAT TGL LAHIR : ........................................... JURUSAN : OTOMOTIF MATERI : A. KELOMPOK DASAR 1. Pendidikan Moral Pancasila : ......................................... 2. Pembinaan Keagamaan : .......................................... 3. Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial : .......................................... 4. Etika Sosial : .......................................... 5. Manajemen Kewirausahaan : .......................................... B. KELOMPOK INTI I. Teori Otomotif 1. Roda Dua a. Engine : .......................................... b. Rangka/Chasis : .......................................... c. Kelistrikan : .......................................... 2. Mobil a. Engine : .......................................... b. Rangka/Chasis : .......................................... c. Kelistrikan : .......................................... II. Praktek Otomotif 1. Roda Dua a. Engine : .......................................... b. Rangka/Chasis : .......................................... c. Kelistrikan : .......................................... 2. Mobil a. Engine : .......................................... b. Rangka/Chasis : .......................................... c. Kelistrikan : .......................................... C. KARYA TULIS D. PRAKTEK BELAJAR KERJA E. KELOMPOK PENUNJANG 1. Tanggung jawab kerja 2. Disiplin 3. Kerajinan 4. Kejujuran 5. Kerjasama Nilai Rata-rata HASIL AKHIR
: .......................................... : .......................................... : : : : : Jumlah : ..........................................
: .............. 19 : ............ Jakarta, .......................................... Kepala PSBR “Taruna Jaya” Tebet
DRS. H. ACEP BUNYAMIN NIP. 170010442
Daftar Nama Peserta Jurusan Otomotif Angkatan 79 No.
Nama
L/P
Tempat / tgl Lahir
Pendidikan
1.
Abdul Syahid Qoyyum
L
Jakarta, 17 Agustus 1990
2.
Abdul Syukur
L
Jakarta, 28 Mei 1990
SMP
3.
Agus Dian
L
Jakarta, 21 Agustus 1988
SMP
4.
Agus Hermawan
L
Jakarta, 1 Septenber 1991
SMP
5.
Andi Kemaludin Malik
L
Jakarta, 16 April 1987
SMP
6.
Angga Putra Gayo
L
Baradatu, 11 Maret 1988
SMK
7.
Ardi
L
Jakarta, 22 November 1989
STM
8.
Ari Dwi Yuliarto
L
Jakarta, 19 Januari 1992
SMP
9.
Ariyanto
L
Jakarta, 10 Maret 1989
SMP
10.
Bambang
L
Wonogiri, 21 November 1987
SMP
11.
Bayudia Sapta
L
Jakarta, 12 Juli 1988
SMP
12.
Bramantyo
L
Jakarta, 5 Februari 1990
SMP
13.
Budi Yulianto
L
Jakarta, 9 Juli 1991
14.
Burhanudin
L
Jakarta, 14 November 1991
SMP
15.
Danny Sulaiman
L
Purworejo, 12 April 1989
SMP
16.
Didit Noperiyanto
L
Jakarta, 9 November 1989
SMK
17.
Dwi Fauzi
L
Jakarta, 25 Juli 1993
SMP
18.
Fatik Tanjung Anom
L
Bekasi, 22 Maret 1991
SMP
19.
Indra Susanto
L
Jakarta, 28 Oktober 1990
SMP
20.
Jaka Ranto Aji
L
Jakarta, 30 Oktober 1990
SMK
21.
Lotus Inchi Lukman
L
Bogor, 27 November 1991
SD
22.
Muhammad latief Maulana
L
Jakarta, 26 September 1993
SMP
23.
Muhammad Risky
L
Jakarta, 28 Juni 1992
SMP
24.
Muhammad Syahlid
L
Jakarta, 20 September 1990
SMP
25.
Priasto Hutomo
L
Jakarta, 26 Oktober 1987
SMA
26.
Rachmat Maulana
L
Jakarta, 25 November 1985
SMP
27.
Robby Arif Rahman
L
Jakarta, 2 Oktober 1989
SMA
28.
Rodliyansyah
L
Jakarta, 23 Desember 1988
SMP
29.
Sandy Prawiro Raharjo
L
Jakarta, 17 Oktober 1990
SMA
30.
Sudaryanto
L
Jakarta, 5 Maret 1990
SMP
31.
Suhendra
L
Bekasi, 18 Agustus 1988
SMP
SD
SD
32.
Syaeful Bachri
L
Jakarta, 3 Desember1990
SMK
33.
Tayana
L
Indramayu, 14 Agustus 1986
SMP
Lampiran Foto