Perilaku Menyimpang Pada Kalangan Remaja (Studi kasus : Pelaku Balapan Liar Kalangan Remaja Di Daerah Kijang)
Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
SKRIPSI Oleh ANUGRAH ISRAK NIM. 080569201022
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNG PINANG 2016
1
HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini ke persembahkan dengan rasa penuh syukur yang sebesarbesarnya kepada : Allah SWT, puji syukur dipanjatkan atas rahmat dan hidayah-Nya, serta Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidup umatnya. Ayah saya Sukarno Matamin dan ibu saya Mila Aprila serta kakak saya Nur Eka sari yang telah memberikan support dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Buat keluarga saya Uncle kamsul, Anty Ketty, Om Kamil, Bapak Komar, Mak Ema, Paman Riun, Bibik Maya, Paman Rahmat, Anty Ayu, Anty Moly, Sepupu saya, semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, doa dan dorongan. Ibu Suryaningsih, M.Si selaku ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Marisa Elsera, S.Sos Pembimbing kedua, serta bapak Muhammad Yusuf HM,M.Ed yang sebelumnya menjabat sebagai pembimbing kedua. Para dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan politik Raja Ali Haji Tanjung Pinang dan seluruh staf yang telah membantu serta memberikan ilmu dalam pelajaran. Terima kasih juga buat teman-teman semua dan anggota Genk saya “Wak n’ the GENK” dkk, yang telah membantu menemani dan memberikan inspirasi.
2
Angkatan seperjuangan tahun 2008 dari Stisipol hingga ke Umrah dan seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswa/mahasiswi fakultas Fisip Umrah. Terakhir ucapan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang terkait yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini tanpa dapat disebutkan satu persatu.
3
Kata Pengantar Puji syukur peneliti sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti memiliki kemampuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perilaku menyimpang pada kalangan remaja (Studi Kasus : Pelaku Balapan Liar Kalangan Remaja Di Daerah Kijang)”. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada orang tua yang telah memberi dukungan serta semangat positif terhadap penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari
bahwa
penulisan
skripsi
ini
mungkin
terdapat
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki maupun keterbatasan data yang didapati. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini. Tanjung
pinang, 14 Desember
2015 Penulis,
DAFTAR ISI
4
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Perumusan Masalah
16
1.3
Tujuan dan kegunaan penelitian
16
1.4
Konsep Operasional
17
1.5
Metode penelitian
23
1.5.1
Jenis penelitian
23
1.5.2
Lokasi penelitian
23
1.5.3
Populasi dan sample
24
1.5.4
Jenis dan sumber data
24
1.5.5
Teknik dan alat pengumpulan data
25
1.5.6
Teknik analisa data
26
BAB II
KERANGKA TEORI
27
5
BAB III
BAB IV
2.1
Perilaku Menyimpang
27
2.2
Teori Penyimpangan Sosial
31
2.3
Agen-agen Sosialisasi
34
2.4
Remaja
38
2.5
Balapan Liar
39
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
40
3.1
Gambaran Umum Kijang Kota
40
3.2
Kependudukan
42
3.3
Potensi Sarana Prasarana Olah Raga
43
3.4
Lokasi Dan Waktu Balapan Liar
44
3.5
Jumlah Kecelakaan Yang Pernah terjadi
45
PERILAKU
MENYIMPANG
BALAPAN
LIAR
PADA
KALANGAN REMAJA
47
4.1
47
Karakteristik Informan 4.1.1
Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
47
4.1.2
Karakteristik Informan Berdasarkan Umur
48
4.1.3
Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
49
6
4.2
Profil Informan
50
4.3
Penyebab Terjadinya Balap Liar
57
4.3.1
Pengaruh Lingkungan Keluarga
57
4.3.2
Pengaruh Lingkungan Bermain
60
4.3.3
Pengaruh Lingkungan Masyarakat
62
Respon Masyarakat Di Sekitar Arena Balap Liar
64
4.4
BAB V
PENUTUP
67
5.1
Kesimpulan
67
5.2
Saran-saran
68
DAFTAR PUSTAKA
69
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
7
Tabel III.1
LPM, RW, Dan RT Di Kecamatan Bintan Timur
41
Tabel III.2
Jumlah Kepala Keluarga Dan Jumlah Penduduk
42
Tabel III.3
Sarana Dan Prasarana Olah Raga
43
Tabel III.2
Jumlah Kecelakaan Pada Tahun 2015
45
Tabel IV.1
Jumlah Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin
48
Tabel IV.2
Karakteristik Informan Berdasarkan Umur
49
Tabel IV.3
Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir
50
8
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena dari balapan liar yang terjadi pada kalangan remaja. Balapan liar akhir-akhir ini semakin marak terjadi di Indonesia yang tersebar diseluruh penjuru daerah. Pengaruh dari globalisasi dan pergaulan membuat anak-anak remaja ini terlibat dalam aksi balapan liar dijalanan. Mayoritas pelaku balapan yang terlibat dalam aksi balapan liar ini semuanya masih berseragam sekolah. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan identitas diri. Karena kenakalan remaja merupakan suatu hal yang bisa saja terjadi pada setiap anak muda yang masih berseragam sekolah atau berstatus pelajar. Tidak jarang dari kegiatan yang mereka lakukan dimulai dari rasa iseng dan mencoba hal-hal baru yang menurut mereka adalah sesuatu hal menantang tanpa memikirkan resiko dari balapan liar tersebut. Perhatian dan pengawasan dari orang tua sangat diperlukan, sehingga anak tidak terjerumus dalam aksi balapan liar. Peranan dari orang tua merupakan hal yang terpenting untuk memberikan contoh yang baik terhadap anak. Sehingga pola bimbingan orang tua akan membentuk jati dirinya, yang dapat memahami dan mengerti bagaimana yang seharusnya dilakukan.
Kata Kunci : Remaja, Orang tua, Balapan Liar.
9
ABSTRACT
This research aims to determine the phenomenon of illegal racing that happened on among adoslescent. Wild racing of late increasingly in Indonesia scattered all over the area. The influence of globalization and intercommunication makes children involved in the juvenile wild racing action on the street. The majority of actors involved in the racing action this wild race everything was still in uniform school. Adolescence is a crucial period for the formation of identity. Because delinquency is a matter that could have happened to any young people who still wear school uniform or student status. No less than their activities starting from fraudulent taste and try new things which according to them is something that is challenging without thingking about the risks of the wild race. Attention and supervision from parents is necessary, so that children do not fall into the wild racing action. The role of parents is most important to give a good example to children. So that the pattern of parental guidance will establish his true identity, who can grasp and understand how that should be done.
KeyWords : Adolescent, Parents, Illegal Street Racing.
10
Bab I Pendahuluan 1.1
Latar Belakang Pada zaman sekarang
Pergaulan
remaja
adalah
diera contoh
globalisasi, banyak
hal
kecil
banyak
dari
sekian
yang
berubah.
akibat
dari
globalisasi. Pengaruh dari globalisasi setiap tahunnya terus mengalami perubahan dengan cepat dimedia informasi yang berimbas pada pergaulan remaja yang sudah tidak ada batasnya. Banyak remaja yang melakukan hal-hal yang sangat merugikan dirinya dan orang lain. Pengaruh dari globalisasi terhadap remaja sudah tidak terbendung lagi, baik dari media komunikasi maupun pergaulan yang tersalurkan tanpa batas tanpa adanya pengawasan. Diakibatkan remaja melakukan perilaku menyimpang atau tingkah laku hingga pelanggaran norma sosial sudah marak terjadi baik didaerah-daerah hingga kota besar di indonesia. Seperti halnya balapan liar, salah satu masalah dari sekian banyak masalah yang diangkat penulis dalam bentuk skripsi ini. Dimana sudah sangat meresahkan masyarakat sekitar maupun pengguna jalan umumnya. Menanggapi tentang semakin maraknya balapan liar yang didominasi oleh anak-anak remaja yang seharusnya melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi masa depannya.
11
Semakin maraknya balapan liar
akhir-akhir ini terjadi. Menjadi miris
bagi kita sebagai masyarakat mendengarnya, anak-anak muda yang seharusnya melakukan hal-hal yang positif untuk mengisi waktu luang mereka, apalagi balapan yang mereka dilakukan pada tengah malam. Kenakalan remaja itu bisa didefinisikan sebagai perilaku menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Kenalan remaja itu merupakan suatu hal yang bisa saja terjadi pada setiap anak muda yang masih berseragam sekolah atau berstatus pelajar maupun masyarakat pada umumnya yang melakukan tindak kriminal. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Di sisi yang lain sesungguhnya masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan identitas diri. Hal ini berarti bahwa keberhasilan dalam membentuk identitas diri pada masa remaja akan mempengaruhi keberhasilan yang dicapai pada masa-masa selanjutnya. Konsep indentitas pada umumnya merujuk pada suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan, sekali pun terjadi berbagai perubahan. Faktor pergaulan didalam lingkungan sangat mempengaruhi pada seorang remaja. Karena dari situ mereka bisa belajar banyak hal baik itu bersifat positif maupun negatif, maupun baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
12
Menurut Erikson (dalam Cremers,1989), seseorang yang sedang mencari indentitas akan berusaha “menjadi seseorang”, yang berarti berusaha mengalami diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai suatu kesadaran akan kesatuan batinnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang” yang diterima dan diakui oleh orang banyak. Lebih jauh dijelaskannya bahwa orang yang sedang mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan “siapakah” atau “apakah” yang diinginkannya pada masa mendatang. Bila mereka telah memperoleh identitas, maka ia akan menyadari ciri-ciri khas kepribadiannya, kesukaan atau ketidaksukaan nya, aspirasi, tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan
bahwa ia dapat dan harus
mengatur orientasi hidupnya. Setiap kaum remaja umumnya pasti berhasrat ingin memiliki potensi atau bakat individual tertentu. Karena pada masa remajalah merupakan masa yang paling ideal untuk mencari bakat atau mengeksplorasikan kemampuannya dan menjadikannya suatu potensi individu yang kreatif atau sekedar hoby yang bisa mengisi waktu luang yang kosong untuk hal-hal yang positif, Seperti contoh dibidang olah raga, kesenian, maupun pendidikan. Banyak hal yang bisa dimanfaatkan dalam kegiatan yang diminati oleh remaja menjadi suatu hal positif dan bermanfaat bagi hidupnya. Dari kegiatan tersebut bisa menghasilkan suatu pembentukan karakter atau minat yang ingin
13
didalaminya dan berkreatifitas agar bisa didengar, dirasakan, dan dilihat oleh masyarakat luas. Menurut (Habsari 2004:2), potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang dimiliki seseorang dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik, sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciriciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki. Apapun minat yang diinginkan oleh remaja tersebut, baik itu bersifat positif
maupun
negatif pasti akan dilakukannya. Karena, pada masa-masa
remaja itu merupakan masa-masa pencarian identitas atau kebingungan peran, sangat peka, dan penasaran terhadap hal-hal baru yang dilihatnya. Hal-hal baru ini akan menimbulkan dampak baik maupun dampak buruk pada kalangan remaja. Apabila berdampak buruk, maka tidak heran akan terjadi suatu perubahan pada remaja yang disebut kenakalan remaja. Dengan
tingginya
kompleksitas
kehidupan yang terus menerus berkembang, membuat anak-anak remaja pada umumnya ingin mencari sesuatu hal yang sangat diminati bahkan menyimpang dan melanggar norma sosial dimasyarakat dan menjadikannya sesuatu kebanggaan atau identitas individualistis diantara teman-temannya maupun orang lain.
14
Efek dari pergaulan baik itu dari lingkungan masyarakat maupun dilingkungan sekolah dapat mempengaruhi tumbuhnya suatu kesadaran atau minat yang bisa menunjang kreatifitas maupun bakat yang dimiliki. Maupun baik buruknya prilaku para remaja itu tidak terlepas dari pengaruh pergaulan. Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik
dalam
sudut
pandang
kemanusiaan (agama) secara individu
maupun
pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Didalam pola hubungan-hubungan yang lazim disebut interaksi sosial, anak atau remaja merupakan salah satu pihak, disamping adanya pihak-pihak lain. Pihak-pihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadiankepribadian tertentu sebagai akibatnya. Proses saling memengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta unsur-unsur lain yang dianggap salah dan buruk. Unsur-unsur yang lebih berpengaruh biasanya tergantung dari mentalitas pihak yang menerima. Artinya, sampai sejauh manakah pihak penerima mampu menyaring unsur-unsur luar yang diterimanya melalui proses pengaruh-mempengaruhi. Perilaku
menyimpang
dapat
juga
diartikan
sebagai
tingkah
laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan
norma-norma
dan
hukum
yang
ada
didalam
masyarakat. Dalam
15
kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun ditengah kehidupan
masyarakat kadang-kadang masih kita
jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada
masyarakat, misalnya
berbohong,
mencuri,
dan
seorang siswa mengganggu
menyontek pada saat
siswa
lain. Penyimpangan
ulangan, terhadap
norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Penyebab terjadinya perilaku menyimpang yang terjadi pada kalangan remaja
dikarenakan
ketidaksanggupan
menyerap
norma-norma
kebudayaan.
Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan kedalam keperibadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan ini terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak atau broken home. Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga. Disamping
itu, proses
belajar
yang
menyimpang, seseorang
yang
melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat
16
tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Sebagai
contoh
kecil
dari
sekian
banyak
terjadinya
perilaku
menyimpang yaitu karir penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan
yang terus
meningkat
dan
semakin
berani atau
nekat
itu
merupakan suatu bentuk proses belajar yang menyimpang. Adanya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial, mengakibatkan terjadinya ketegangan mengakibatkan
perilaku
antara yang
kebudayaan
dan
menyimpang. Hal
struktur itu
terjadi
sosial
dapat
dalam
upaya
mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Ikatan sosial yang berlainan setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang. Maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa mempilkan berita atau tayangan tentang tindakan kejahatan atau (perilaku menyimpang) hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang.
17
Kebalikan
dari
perilaku
menyimpang
adalah
perilaku
yang
tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang didalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok. Kita tahu bahwa remaja sangat banyak dan sering membuat onar dijalanan. Remaja tidak memikirkan sebab dan akibat yang dilakukannya mereka hanya tahu senang-senang. Hal tersebut sering disebut kenakalan remaja dan apakah kenakalan remaja itu. Kenakalan remaja adalah perilaku-perilaku yang dilakukan remaja diluar dengan tujuan untuk bersenang-senang bersama teman-temannya. Pelanggaran-pelanggaran
tersebut
seringkali
terjadi
dalam
realistis
kehidupan dalam masyarakat sekarang ini, seperti geng-geng motor khususnya didaerah Kijang Kota yang cenderung meresahkan masyarakat. Didalam konteks ini, balapan liar yang terjadi di kijang kota merupakan hal yang sudah lama terjadi. Mulai dari balapan liar atau kebut-kebutan dijalan, minum-minuman keras bahkan menjurus anarkis, seperti bentrok dengan warga sekitar maupun pengguna jalan lainnya yang merasa terganggu kepada anak-anak remaja yang balap liar dijalan raya. Semua itu mereka lakukan hampir disetiap kesempatan dalam ngumpul dan nongkrong bersama teman-temannya.
18
Penyebab terjadinya perilaku balap liar dikalangan remaja dapat dilihat dari media-media sosial atau agen sosialisasi. Dimana agen sosialisasi tersebut terdapat dilingkungan keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah, dan media massa. Menurut Rumiyati, dkk., (2006:7), media-media lingkungan sosial atau sering disebut agen sosialisasi yang sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian individu. Balapan liar ini sesungguhnya sangat beresiko jika dilakukan ditempat umum bukan ditempat atau sarana balapan yang telah disediakan. Tidak jarang nyawa menjadi taruhannya, bahkan masa depan menjadi taruhannya, karena dari aktifitas balapan liar ini kebanyakan terjadi kecelakaan yang berujung maut. Balapan liar itu dimulai setiap hari libur tanpa memikirkan pengguna jalan lainnya yang membuat warga sekitar menjadi emosi melihat anak-anak kebut-kebutan dan berisik akibat suara knalpot plong atau kata lain freeflow yang dihasilkan oleh motor gerombolan geng tersebut pada saat jam tidur masyarakat. Balapan liar tentunya memberikan dampak negatif, diantaranya yang penulis amati adalah membahayakan diri sendiri dan orang Lain. Balapan liar jelas membahayakan keselamatan diri sendiri, apalagi tidak dibarengi dengan perlengkapan keselamatan yang memadai.
19
Contoh kecil untuk keselamatan dalam berkendara ialah selalu memakai helm standart yang dapat melindungi kepala dari hal-hal atau resiko yang tidak diinginkan. Helm digunakan untuk melindungi kepala dari hal yang mungkin tidak disadari oleh pengendara, seperti terbentur kejalan atau benda keras lainnya yang bisa diminimalisir akibat dari kecelakaan Resiko yang didapat apabila terjadi kecelakaan adalah mulai dari lukaluka, cedera, biaya pengobatan sampai yang paling parah yakni kematian. Resiko ini tidak hanya menghinggapi pelaku balapan liar, tetapi juga masyarakat yang menggunakan jalanan umum lainnya. Harus lebih memperhatikan kepada rambu-rambu lalu lintas dan menghargai sesama pengguna jalan lainnya. Sudah sering sekali terjadi kecelakaan fatal dari balapan liar itu sendiri yang berujung pada kematian. Tetapi masih tetap saja dihiraukan dan diabaikan dan terus saja dilakukan tanpa berfikir secara jernih bahaya yang mungkin akan terjadi dilintasan tanpa adanya kelengkapan keselamatan berkendara. Seperti halnya dapat membahayakan pengguna jalan lain maupun hal-hal yang tidak diinginkan. Jalan raya umum tidak untuk digunakan untuk balapan, tetapi jalan raya umum dibuat sebagai sarana untuk memudahkan transportasi darat untuk melakukan kegiatan dan sebagai sarana untuk memudahkan pengendara transportasi ketempat lainnya.
20
Lain hal dari pengguna jalanan umum lainnya, dampak dari balap liar itu sendiri dapat membawa pengaruh buruk bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidak harmonisan dalam masyarakat, merusak tatanan nilai, norma dan berbagai pranata sosial yang berlaku dimasyarakat, dapat merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat. Pelaku balapan liar terutama yang masih duduk dibangku sekolah pastinya akan berdampak buruk bagi dirinya sendiri. Waktu tengah malam yang harusnya digunakan untuk beristirahat, tetapi mereka gunakan untuk nongkrong dipinggir jalan dan melakukan balapan liar hingga shubuh hari. Lebih baik, cari lah suatu kegiatan yang lebih bermanfaat dan tidak merusak masa depannya. Hal tersebut tentu dapat mengakibatkan menurunnya prestasi belajar mereka disekolah. Perilaku pelaku tersebut juga dapat mempengaruhi temantemannya yang lain untuk mengikuti dan akhirnya terjerumus kedalam dunia balap liar. Berkumpul, bergaul dengan teman baru, dan nongkrong dipinggir jalan hingga shubuh hari dapat memicu perilaku menyimpang lainnya. Misalnya pengedar narkoba dapat dengan mudah menyusup dikalangan pembalap liar. Selain itu sex bebas sangat mungkin terjadi akibat liarnya pergaulan, dan juga tindak kekerasan ataupun tawuran yang
mungkin terjadi
diakibatkan oleh salah satu pihak pelaku balap liar tidak menerima kekalahan.
21
Bali atau balap liar adalah suatu kompetisi adu cepat suatu kendaraan bermotor yang menghandalkan skill dan kemampuan mesin berkendara yang dilakukan dilintasan umum. Artinya, kegiatan ini sama sekali tidak digelar dilintasan balap resmi, melainkan dijalan raya. Balapan liar biasanya mereka lakukan pada saat tengah malam sekitar pukul 00.00 sampai pukul 03.00 dini hari. Mereka beradu cepat dijalan-jalan yang mulai sepi seolah-olah merupakan sirkuit balapan. Jam-jam seperti itu sejatinya untuk anak-anak sekolah yang merupakan jam untuk waktunya istirahat. Para pelaku pembalap liar dijalanan banyak didominasi oleh remajaremaja yang masih duduk dibangku sekolah SMP dan SMA. Remaja sekarang ini lebih menuruti egonya daripada keselamatan dirinya. Dengan melakukan kegiatan balapan liar sepeda motor, kegiatan ini bisa dibilang sebagai hobby oleh mereka, penuh tantangan dan sportifitas yang rasakan. Tidak jarang dari kegiatan yang mereka lakukan ini berawal dari rasa iseng atau persaingan untuk memperoleh sesuatu hal, mengadu kecepatan motor yang dimilikinya, atau uang yang dipertaruhkan sebagai tujuan dari kegiatan balapan liar ini. Tak jarang pula ditemukan bengkel yang biasa memodifikasi motor standard menjadi motor balap liar. Motor korekan, begitu biasanya sebutan motor-motor balap modifikasi ini. Beberapa komponen mesin dimodifikasi atau
22
bahkan diganti dengan komponen lain. Dan bukan sembarangan suku cadang yang dipasang. Spare part dengan harga yang melangit juga menjadi pilihan untuk menyulap kondisi motor menjadi yang paling disegani. Bengkel motor ternyata tidak sekadar menjadi tempat memodifikasi. Di arena balap liar, dua motor yang bertarung kerap berasal dari bengkel yang berbeda. Persaingan bukan lagi antar joki melainkan gengsi antar bengkel. Meskipun namanya balapan liar, alias tak resmi, mereka tidak asal bertemu dijalanan. Dibutuhkan
pihak
ketiga
yang
disebut
calo
atau
perantara. Jika
spesifikasi mesin dan perangkat motor sudah dimodifikasi dan layak untuk diadu, sang calo mengajak motor dari bengkel lain
untuk tarung dilintasan
balap liar. Begitu motor-motor yang beradu cepat menyentuh garis finish, penonton pun bergemuruh. Senyum kemenangan bukan hanya didapat dari pembalap tapi juga penonton. Rata-rata usia remaja yang masih muda membuat mereka tak berpikir dua kali akan sebab dan akibatnya pada diri mereka. Tidak jarang sering terjadinya kecelakaan dalam jalan raya yang diakibatkan dari balapan liar itu sendiri dan merugikan pengguna pengendara jalan raya lainnya. Kerugian dari dampak kecelakaan akibat dari balapan liar tidak bisa dinilai dari materi, bahkan bisa berujung maut atau meninggal dunia. Faktor keamanan bukan lagi jadi prioritas utama. Mereka meninggalkan perlengkapan
23
pelindung badan seperti helm dan jaket. Bagi sang joki, yang terpenting adalah bisa beraksi bebas memacu motor. Polisi lalu lintas pun tidak dapat berbuat banyak, polisi sudah sering sekali melakukan razia dan pembubaran, tetapi tetap saja para pelaku dan gerombolan remaja tersebut mengulangi aksi balapan liar disaat polisi sudah pergi. Disaat polisi membubarkan, para gerombolan pelaku balap liar tidak langsung pulang kerumah. Mereka bahkan duduk dan sembunyi sambil melihat kondisi dijalan. Trek-trekan pun tak jarang harus membuat para pembalap liar maupun para penonton kucing-kucingan dengan polisi yang berjaga untuk membubarkan aksi nekat mereka. Saat
patroli tiba pembalap-pembalap jalanan dan yang
hanya menonton langsung kocar-kacir kesegala arah. Dalam konteks kebut-kebutan dijalan raya, gerombolan geng motor tersebut
jelas
merupakan salah satu dari sekian macam bentuk kenakalan
remaja. Hal tersebut jelas melanggar peraturan undang-undang lalu lintas no. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas yang mengatur ketentuan-ketentuan atau sanksi bagi pelanggar lalu lintas, khususnya kegiatan-kegiatan yang dapat membahayakan nyawa seseorang atau para pengguna jalan. Fenomena balap liar ini sebenarnya bukan hal yang asing lagi untuk masyarakat. Malahan bagi
masyarakat
golongan
bawah
merupakan
hiburan
tersendiri. Patut digaris bawahi, sebagian besar pelaku balap liar ini justru bukannya golongan menengah tapi golongan bawah. 24
Fenomena balap liar harusnya menjadi tanggung jawab kita bersama mengingat kegiatan seperti tentunya membahayakan masyarakat yang melintas, kemudian dapat pula memicu permasalahan sosial seperti tawuran ataupun tindak kekerasan lainnya. Balapan liar merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja. Fenomena seperti ini dapat dikategorikan sebagai masalah sosial karena sangat meresahkan atau bahkan dapat membahayakan masyarakat. Terlebih kepada gerombolan yang sering balapan liar itu mayoritas adalah anak remaja yang statusnya adalah pelajar yang tidak atau belum memiliki Sim untuk mengendarai kendaraan bermotor. Mengapa balap liar dikalangan remaja menjadi begitu maraknya dan apa faktor-faktor pendorong timbulnya perilaku balap liar pada kalangan remaja ? Padahal aksi balap liar dapat menimbulkan resiko yang tinggi, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Berdasarkan kenyataan diatas inilah yang menarik peneliti
untuk
meneliti dalam ilmu kajian sosiologis untuk mengambil judul penelitian Perilaku Menyimpang pada kalangan remaja (studi kasus : Pelaku Balapan Liar Kalangan Remaja di Daerah Kijang).
25
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan
masalah
penelitian
dari
latar belakang
sebagai
diatas, maka
berikut mengenai “Perilaku
peneliti
merumuskan
Menyimpang Pada
Kalangan Remaja” atau Studi Kasus remaja mengikuti balap liar : 1. Mengapa remaja mengikuti balap liar? 2. Bagaimana respon masyarakat terhadap perilaku balap liar remaja?
1.3
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perilaku balap liar pada kalangan remaja. 2. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap perilaku balap liar di kalangan remaja.
Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada kepolisian Polantas, keluarga, dan anak-anak remaja umumnya. 2. Agar untuk kedepannya khususnya kepada kaum remaja dapat mengetahui dan mengerti akibat dampak buruk dari balapan liar itu sendiri .
26
3. Sebagai acuan dan bermanfaat untuk pembacanya maupun yang akan meneliti masalah balap liar itu sendiri .
1.4
Konsep Operasional Tinjauan sosiologis mengenai kenakalan remaja yang mempengaruhi
tumbuhnya motivasi dan keberhasilan suatu anak tidak terlepas dari sorotan yang didasarkan pada hubungan antarmanusia, hubungan antar kelompok serta hubungan
antara
manusia
dan
kelompok
didalam
proses
kehidupan
bermasyarakat. Berdasarkan judul penelitian, maka penulis membuat konsep operasional yang dianggap penting yang harus dijabarkan agar mengurangi kesalahan pemikiran. Berikut beberapa istilah penting dalam penelitian ini :
1.4.1
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Yaitu :
1.
Faktor Internal.
a)
Kepribadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak muda atau remaja masuk ke
dalam dunia balap liar dikarenakan tidak mempunyai seseorang sebagai panutan dalam memahami dan meresapi tata nilai atau norma-norma yang berlaku
27
dimasyarakat. Kondisi semacam ini lazim disebut sebagai hasil proses sosialisasi yang tidak sempurna. Akibatnya, ia tidak bisa membedakan hal-hal yang baik ataupun yang buruk, benar
atau salah, pantas atau tidak pantas, dan sebagainya. Adapun
disamping itu pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik, misalnya lingkungan yang dekat dengan arena balap liar , mempunyai teman-teman yang biasa dengan balap liar, dan yang terutama kurangnya perhatian dari orang tua. Dan yang paling penting para remaja tersebut memiliki hobi balap namun hobi tersebut tidak tersalurkan dengan baik karena minimnya dana atau sarana dan prasarana arena balap yang resmi. Kepribadian adalah organisasi
yang
suatu
dinamis pada system psikosomatis dalam individu yang turut
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku menyimpang. b)
Faktor Prestise Prestise merupakan bentuk sanjungan atau pujian yang diberikan kepada
seseorang yang telah melakukan atau berbuat sesuatu. Faktor pretise ini adalah
28
suatu faktor yang menjadi penyebab mengapa seorang terlibat dalam aksi balapan liar. Prestise ini terkadang membuat orang yang memperolehnya akan mengulanginya, sehingga dia memperoleh prestise atau sanjungan tersebut. c)
Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat Status seorang anak atau remaja tidak pernah lepas dari kehidupan
bermasyarakat. Apabila cerminan terhadap remaja dari masyarakat itu baik, maka baik lah status remaja tersebut. Apabila tidak maka tidak baik lah anak remaja tersebut. Perilaku seseorang yang dianggap sebagai perilaku menyimpang akan diberi label oleh masyarakat yang disebabkan adanya perbedaan interpretasi antara individu dengan masyarakat sekitar. Contoh, seseorang yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara), sering kali pada saat kembali kemasyarakat status atau sebutan “eks narapidana” yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan sehingga anak tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hokum karena meresa tertolak dan terasingkan. d)
Faktor Kepuasan Salah satu faktor yang menjadi penyebab maraknya aksi balapan liar
adalah adanya kepuasan tersendiri ketika orang terlibat dalam aksi balapan liar.
29
Apalagi bisa menghasilkan uang dari hasil taruhan. Salah satu maraknya aksi balapan liar adalah faktor keuangan.
2.
Faktor Ekstern
a.
Kondisi Lingkungan Keluarga. Khususnya dikota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang
tuanya disibukan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang. Kondisi orang tua yang lebih mementingkan karier daripada perhatian kepada anaknya akan menyebabkan munculnya perilaku menyimpang terhadap anaknya. Kasus kenakalan remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena kurangnya kebutuhan materi melainkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya. b.
Kontak Sosial dari Masyarakat Kurang Baik atau Kurang Efektif. Apabila pengawasan dari masyarakat terhadap pola perilaku anak muda
sekarang kurang berjalan dengan baik, akan memunculkan tindakan penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku.
30
Seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar, tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang tegas dalam menangani tindakan penyimpangan
perilaku
ini akan
semakin
meningkatkan
kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan dikalangan anak muda. c.
Faktor Sarana Atau Fasilitas. Sarana atau fasilitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
maraknya aksi balapan liar. Faktor keterjangkauan sarana atau fasilitas yang memadai bagi para pelaku aksi balapan liar untuk menyalurkan hasrat mereka sehingga para pelaku aksi balapan liar menggunakan fasilitas umum atau jalan raya sebagai arena untuk melakukan aksi mereka. d.
Faktor Kesenjangan Ekonomi. Kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin akan mudah
memunculkan kecemburuan soSial dan bentuk kecemburuan sosial ini bisa mewujudkan tindakan perusakan, pencurian, dan perampokan. Disintegrasi politik (antara lain terjadinya konflik antar partai politik atau terjadinya peperangan antar kelompok dan perang saudara) dapat mempengaruhi jiwa remaja yang kemudian bisa menimbulkan tindakan-tindakan menyimpang.
31
e.
Faktor Perubahan Sosial Budaya Yang Begitu Cepat (Revolusi). Perkembangan teknologi diberbagai bidang khususnya dalam teknologi
komunikasi dan hiburan yang mempercepat arus budaya asing yang masuk akan banyak mempengaruhi pola tingkah laku anak menjadi kurang baik, lebihlebih anak tersebut belum siap mental dan akhlaknya, atau wawasan agamanya masih rendah sehingga mudah berbuat hal-hal yang menyimpang dari tatanan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
1.4.2
Remaja
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Mussen, Conger & kagan, 1969). Kata remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu : masa remaja awal antara 12 tahun sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15 tahun sampai 18 tahun, dan masa remaja akhir antara 18 tahun sampai 21 tahun.
32
1.4.3
Balap Motor
Balap motor adalah olahraga otomotif yang menggunakan sepeda motor. Balap motor, khususnya road race. Di indonesia even balap motor diselenggarakan yakni selain road race, balap motor jenis lain yang cukup sering diadakan adalah motorcross, drag bike, grasstrack dan supersport.
1.4.4
Balap Liar Bermotor
Balap liar bermotor adalah kegiatan beradu cepat kendaraan, baik kendaraan bermotor atau mobil yang dilakukan diatas lintasan umum. Balap liar bermotor merupakan kegiatan beradu cepat kendaraan bermotor yang dilakukan dijalan raya yang didominasi oleh sekumpulan anak-anak remaja tanpa disertai perlengkapan dan izin pengendara bermotor atau SIM.
1.5
Metode Penelitian
1.5.1
Jenis Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa
penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif
adalah
penelitian
yang
berbentuk
kalimat, kata atau gambar (Sugiyono, 2007:23). Penelitian ini digunakan untuk melihat suatu faktor-faktor penyebab kalangan remaja mengikuti aksi balap liar.
33
1.5.2
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan didaerah Kijang kelurahan Kijang Kota, karena
berdasarkan dari kegiatan pengamatan sebelumnya, daerah Kijang tepatnya di jalan Simpang Pulau Biru sering ditemukan kalangan remaja yang melakukan balapan liar. 1.5.3
Populasi dan Sampel Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi dan sampel,
tetapi
pengumpulan
instrument penelitian
data
dilakukan
dengan
mencari
informasi
melalui
dalam penelitian ini. Informan penelitian terdiri dari
kalangan remaja yang sering melakukan
balap liar dimana kriteria umur
informan remaja diambil antara usia 12 sampai 21 tahun, orang tua remaja pelaku dan penonton, dan masyarakat disekitar yang tinggal di area lokasi balapan liar tersebut. Jumlah disesuaikan dengan kebutuhan peneliti sampai apabila jawaban informan telah seragam. 1.5.4
Jenis dan Sumber Data Didalam suatu penelitian jenis data ada 2, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari masyarakat atau pelaku dari balapan liar, dan data sekundernya dari indera penglihatan, pendengaran, penciuman. Atau berupa observasi partisipan (pengamatan berperan serta).
34
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Bungin (2006:122), data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama
dilokasi
penelitian
atau objek penelitian. Jadi,
berdasarkan pernyataan diatas, peneliti mengambil data langsung kepada pelaku balap liar yaitu dikhususkan pada kalangan remaja. 1.5.5
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1.
Observasi Menurut
Bungin (2006:133), observasi
adalah
kemampuan
seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dengan pancaindra lainnya. Observasi yang digunakan peneliti yaitu observasi langsung. Peneliti turun langsung kelapangan untuk melihat aksi balap liar kalangan remaja dengan menggunakan alat bantu berupa kamera untuk mengambil gambaran para remaja melakukan aksi balap liar. 2.
Wawancara Wawancara merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis, kemudian diberikan kepada responden (Bungin, 2006:123).
35
Berdasarkan jenis-jenis wawancara yang diketahui oleh peneliti, peneliti mengambil wawancara secara langsung sebagai teknik pengumpulan data. Wawancara secara langsung adalah wawancara yang dirancang sedemikian rupa untuk mendapatkan data akurat yang dialami oleh responden sendiri (Bungin, 2006:123-126). 3.
Dokumentasi Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau
mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. 1.5.6
Teknik Analisa Data . Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik
deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah teknik untuk menganalisis data yang diperoleh dari serangkaian pertanyaan mengenai faktor penyebab para remaja mengikuti aksi balapan liar. Adapun langkah-langkah untuk memperoleh data tersebut, yaitu peneliti langsung
turun
kelapangan
untuk
melaksanakan
kegiatan
observasi
dan
wawancara.
36
Bab II Kerangka Teori 3.1
Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang adalah semua bentuk perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma sosial yang ada (Amiek, 1994:30). Menurut Soetomo (2013:94) menyatakan bahwa perilaku menyimpang dianggap menjadi sumber masalah sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Perilaku menyimpang diidentifikasikan ada dua tipe, yaitu perilaku penyimpangan
murni
dan
perilaku
penyimpangan
terselubung.
Perilaku
penyimpangan murni adalah perilaku yang tidak menaati aturan dan dianggap oleh masyarakat merupakan tindakan tercela, walaupun sebetulnya orang tersebut tidak berbuat demikian. Dalam hal dunia pengadilan berupa tuduhan palsu. Sedangkan perilaku menyimpang terselubung adalah perilaku yang tidak menaati aturan, namun tidak dilihat atau diketahui oleh masyarakat. Menurut Budirahayu (2013:20), faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang adalah karena sebagian orang mengganggap bahwa suatu perilaku dikatakan menyimpang. Penyebab terjadinya perilaku penyimpangan menurut Rumiyati (2006:6) antara lain, adanya proses sosial yang dapat membentuk kepribadian individu secara
negatif. Baik
dari
agen
sosialisasi
keluarga, teman
sepermainan,
37
lingkungan sekolah, media massa, media cetak, media komunikasi, dll. Menurut Cohen (dalam Rumiyati, dkk. 2006:19) perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar, bertentangan, atau menyimpang dari aturan aturan yang berlaku. 3.1.1
Bentuk-Bentuk Penyimpangan Menurut Rumiyati (2006:26), jenis-jenis penyimpangan sosial yang terjadi
dimasyarakat ada 2 kategori, yaitu :
1. Penyimpangan berdasarkan sifat.
Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Penyimpangan bersifat positif Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap system sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
b. Penyimpangan bersifat negatif Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk seperti pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.
38
Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut : (1) Penyimpangan primer (primary deviation) Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang
menunda
mencukupi, atau
pembayaran pengemudi
pajak
karena
kendaraan
alasan
bermotor
keuangan
yang
sesekali
yang
tidak
melanggar
rambu-rambu lalu lintas. (2) Penyimpangan sekunder (secondary deviation) Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk.
2. Penyimpangan berdasarkan pelakunya. Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut : 1). Penyimpangan individual (individual deviation) Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
menyimpang
Misalnya, seseorang
dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. bertindak
sendiri
tanpa
rencana
melaksanakan
suatu
kejahatan.
39
Penyimpangan
individu
berdasarkan
kadar
penyimpangannya
dibagi
menjadi lima, yaitu sebagai berikut :
a. Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik. b. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang. c. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat dijalan raya. d. Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan normanorma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain. e. Munafik, yaitu
penyimpangan
karena
tidak
menepati
janji, berkata
bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
2). Penyimpangan kelompok (group deviation) Penyimpangan
kelompok
adalah
tindakan
yang
dilakukan
oleh
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat
yang
berlaku. Misalnya, sekelompok
orang
menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
40
3). Penyimpangan campuran (combined deviation) Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, remaja yang putus sekolah dan pengangguran yang frustasi dari kehidupan masyarakat, dengan dibawah pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok kedalam organisasi rahasia yang menyimpang dari norma umum atau biasa disebut dengan (geng).
3.2 1)
Teori Penyimpangan Sosial Teori Sosialisasi Sosialisasi adalah suatu proses belajar berinteraksi dalam masyarakat
sesuai
dengan
peranan
yang
dijalankan, Rumayati, dkk., (2006:6). Sebagai
makhluk sosial, maka hampir semua kegiatannya dilakukan bersama dengan manusia lainnya. Misalnya, membuat rumah tidak bisa dilakukan hanya satu orang saja, melainkan membutuhkan bantuan beberapa orang. Menurut Peter L. Berger, sosialisasi adalah suatu proses seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
41
Sedangkan
menurut
Soekanto (1982:140) mengatakan
bahwa
proses
sosialisasi dapat diartikan sebagai proses, dimana masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, menaati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. Artinya, sosialisasi merupakan proses seseorang mempelajari pola-pola hidup masyarakat sesuai dengan nilai, norma, dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu. Dari pengertian diatas, dapat diberi suatu asumsi bahwa, fungsi dari adanya proses sosialisasi adalah untuk membentuk kepribadian seseorang yang dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial kebudayaan yang berlaku dilingkungan masyarakat. Kepribadian adalah susunan kebiasaan, harapan, dan sikap-sikap yang bersifat tetap dan ciri atau karakter seorang biasanya terjadi pada kalangan
individu. Hal semacam ini
remaja. Perilaku remaja merupakan interaksi
dari media-media dilingkungan sosial sebagai alat pembelajaran (Soetomo, 2013:168). Teori Biologis, menurut teori ini yang dikemukakan oleh Lombroso dan Kretschmer menyatakan bahwa beberapa tipe tubuh tertentu lebih cenderung melakukan perilaku menyimpang dibandingkan tipe-tipe tubuh lainnya. Secara umum, tubuh
manusia
dibedakan
menjadi
tiga
tipe
yaitu,
endomorph (bundar, halus, dan gemuk), mesomorph (berotot dan atletis), serta
42
ectomorph (tipis dan kurus). Setiap tipe memiliki
kecenderungan
sifat-sifat
kepribadian dan perilaku tertentu. Penemuan ahli teori ini menyebutkan bahwa para pencandu minuman keras dan penjahat umumnya memiliki tipe tubuh mesomorph. 2)
Teori Labeling Teori labeling atau teori pemberian cap yang dipelopori oleh Edwin M.
Lemert menyatakan bahwa perilaku seseorang yang dianggap sebagai perilaku menyimpang (deviasi) diberi
label oleh masyarakat yang disebabkan adanya
perbedaan interpretasi antara individu dengan masyarakat sekitarnya. Contoh, seorang wanita yang keluar malam dianggap sebagai kupu-kupu malam oleh masyarakat sekitarnya (Soetomo, 2013:181). 3)
Teori Anomi Anomi adalah suatu keadaan masyarakat ketika tidak ada norma yang
dipatuhi secara teguh dan luas. Kondisi semacam ini akan melahirkan perilaku yang tidak teratur dan tidak jelas, Arief, dkk., (2009:11). Sedangkan menurut Durkheim, anomi adalah gambaran sebuah masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama lain saling bertentangan. Masyarakat
anomis tidak
mempunyai pedoman
mantap
yang dapat
dipelajari dan dipegang oleh anggota masyarakatnya. Sedangkan Merton berteori bahwa anomi juga disebabkan oleh adanya ketidakharmonisan
antara
tujuan
43
budaya dengan cara-cara formal
untuk
mencapai
tujuan
masyarakat dan
kedudukan sosial. 3.3 1.
Agen-agen sosialisasi Keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga mempunyai fungsi dalam pengawasan sosial. Keluarga memberi pengertian kepada anak tentang peranannya dalam masyarakat. Dalam berhubungan dengan orang lain, biasanya pihak orang tua sebagai media sosialisasi yang pertama mengajari atau membimbing anaknya untuk berperilaku atau melakukan kebiasaan yang telah teratur, misalnya cara makan, berpakaian, menjalin hubungan ramah-tamah kepada orang yang lebih tua darinya dan lain-lainnya. Keluarga merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang anak. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu juga sebaliknya.
44
Apabila terjadi gejala yang menyimpang dari pola-pola yang ditentukan, sebaiknya orangtua cepat memberi peringatan dan berusaha mengembalikan kejalan yang seharusnya. 2.
Teman Sepermainan. Teman
sepermainan
sangat
penting
dalam
rangka
sosialisasi
atau
pembentukan kepribadian anak. Baik buruknya dalam suatu pergaulan sesama teman maupun hal-hal yang dilakukan bersama dan mempersamakan diri dengan teman sepermainan merupakan salah satu mekanisme penting didalam perkembangan tingkah laku. Mereka saling meniru dan selalu belajar dari segala apa yang dilihatnya dari teman sepermainan yang umumnya berusia sebaya. Kemudian timbul lah kesadaran dalam diri anak tentang orang lain disekitarnya. Pada saat itulah kehadiran dan pembentukan kepribadian dimulai. Teman sepermainan juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk
melakukan
penyimpangan
sosial. Seseorang
yang
tinggal
dalam
lingkungan tempat tinggal yang baik, warganya taat dalam ibadah agama dan melakukan
perbuatan-perbuatan
yang
baik
maka
keadaan
ini
akan
mempengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan begitu juga sebaliknya.
45
3.
Lingkungan Sekolah. Lingkungan sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan
berlangsung dimana. Lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Teman sekolah pada umumnya adalah teman sebaya yang memiliki pengaruh, baik yang positif maupun yang negatif. Jika seorang anak bergaul dengan teman-teman yang berperilaku baik, maka kemungkinan perilaku anak itu juga baik. Namun sebaliknya jika seorang anak bergaul dengan anak-anak yang berperilaku negatif maka dimungkinkan anak tersebut juga akan terpengaruh dengan perilaku tersebut. Disamping itu sekolah bukan hanya tempat proses belajar mengajar, tetapi
merupakan
memahami
ilmu
tempat
untuk
pengetahuan
mendidik dan
siswa agar dapat terjun dalam
pola-pola kebudayaan yang terjadi di
masyarakat, sehingga nantinya siswa dapat terjun bersosialisasi dimasyarakat. Di lingkungan sekolah para siswa dapat belajar berorganisasi yang ada di sekolah, siswa mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai bidang studi yang diajarkan oleh guru. 4.
Media Informasi. Media massa atau media informasi adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan
46
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Perkembangan informasi didunia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di era globalisasi ini, sebagaian besar proses sosialisasi dilaksanakan atau menggunakan media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Melalui media cetak, seperti majalah dan Koran terdapat berita-berita atau kabar proses sosialisasi antar individu. Begitu juga dengan media elektronik seperti televisi dan radio serta alat komunikasi seperti telepon atau smartphone yang dapat mengubah informasi dunia tanpa ada batasnya. Dari media-media tersebut, ada yang digunakan masyarakat untuk hal-hal positif juga hal-hal negatif. Hal-hal yang positif, misalnya untuk
menambah
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemajuan masa depan, sedangkan halhal negatif misalnya digunakan untuk koleksi kejahatan, misalnya penipuan dan sebagainya. Dari media-media sosial tersebut, bisa memunculkan penyebab terjadinya perilaku menyimpang, apabila tidak difungsikan dengan baik. Hal semacam ini sering terjadi pada kalangan remaja yang merupakan peralihan dari masa kanak-kanak kemasa pembentukan kepribadian individu dari sesuatu hal yang baru dikenalnya.
47
3.4
Remaja Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan
suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Istilah kata remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh dalam perkembangan
menjadi
dewasa. Untuk
merumuskan
sebuah
definisi
yang
memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Terlepas dari kesulitan untuk merumuskan definisi dan menentukan batas akhir masa remaja, namun dewasa ini istilah adolesen, atau remaja telah digunakan secara luas untuk menunjukan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu : masa remaja awal antara 12 tahun sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15 tahun sampai 18 tahun, dan masa remaja akhir antara 18 tahun sampai 21 tahun. Tetapi, Monks, Knoers, dan Haditono, (2001) membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun). 48
2.5
Balapan Liar
Balapan liar terdiri dari dua kata yaitu kata balapan dan kata liar. Kata balapan berasal dari kata balap yang mengandung arti (lomba) adu kecepatan, pacuan. Membalap artinya berlari kencang hendak mendahului orang yang berlari
didepan nya, memacu
lebih
cepat. Membalapkan
artinya
membawa
kendaraan berlari kencang. Pembalap artinya orang yang turut dalam lomba adu cepat, balapan yaitu artinya sama dengan berbalapan yaitu lomba adu kecepatan. Kata kedua dari balapan liar adalah kata liar yang memiliki arti tidak teratur, tidak menurut aturan, tidak resmi ditunjuk atau diakui oleh yang berwenang. Setelah mengartikan satu persatu unsur kata dari balapan liar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa balapan liar adalah lomba adu kecepatan yang dilakukan secara tidak teratur dan tanpa izin resmi dari yang berwenang. Balapan liar adalah kegiatan beradu cepat kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil, yang dilakukan dilintasan umum. Artinya, kegiatan ini sama sekali tidak digelar dilintasan balap resmi, melainkan dijalan raya.
49
Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian 3.1
Gambaran Umum Kijang Kota Kijang Kota merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan
Bintan Timur, Kabupaten Bintan, provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia. Pulau
Bintan terletak antara °00’ Lintang Utara 1°20’ Lintang Selatan dan 104°00’ Bujur Timur 108°30’ Bujur Barat. Memiliki luas wialayah mencapai 87.777,84 Km², tetapi luas daratannya hanya
1,49%, 1.319,51
Km² saja. Kecamatan
Gunung
Kijang
merupakan
kecamatan terluas yaitu 344,28 Km², sedangkan kecamatan yang paling kecil adalah Tambelan yang memiliki luas hanya 90,96 Km². Pulau Bintan adalah pulau yang berada di Provinsi Kepulauan Riau, yang beribukotakan Kota Tanjung Pinang. Pemerintah Kabupaten Bintan sendiri berada di Bandar Seri Bintan. Posisi Pulau Bintan berada di Semenanjung Selatan Malaysia, Kepulauan Riau. Wilayah Pulau Bintan berbatasan dengan: •
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Natuna
•
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lingga
•
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karimun dan Kota Batam
50
•
Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat
Kecamatan Bintan Timur terdiri dari 4 (empat) kelurahan dan setiap kelurahan mempunyai 1 ( satu ) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di dukung perangkat RT/RW yang berada di masing – masing kelurahan. Adapun RT yang terbanyak di Kelurahan Kijang Kota , seperti tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 LPM, RW, dan RT di Kecamatan Bintan Timur N0.
KELURAHAN
LPM
RW
RT
1.
KIJANG KOTA
1
24
85
2.
GUNUNG LENGKUAS
1
4
19
3.
SUNGAI LEKOP
1
6
22
4.
SUNGAI ENAM
1
4
13
Jumlah
4
38
139
Sumber : Arsip Kecamatan Bintan Timur | 2015
Dari
tabel
3.1
diatas, setiap
kelurahan
memiliki
satu
Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat. Kijang Kota memiliki RW terbanyak dengan 24 RW dan RT sebanyak 85 RT, Gunung Lengkuas memiliki 4 RW dan 19 RT, Sungai Lekop 6 RW dan 22 RT, dan Sungai Enam 4 RW dan 13 RT. Dengan jumlah keseluruhan dimana LPM berjumlah 4 LPM, RW 38, dan RT 139 yang tersebar di daerah Kecamatan Bintan Timur.
51
3.2
Kependudukan Kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk 37.096 penduduk tersebar
di 4 (empat) Kelurahan dengan kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di Kelurahan Kijang Kota yaitu 922/Km². Seperti tertera pada tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel. 3.2 Jumlah Kepala Keluarga, dan jumlah penduduk di Kecamatan Bintan Timur LAKIN0.
KELURAHAN
KK
PEREMPUAN JUMLAH LAKI
KIJANG KOTA 1.
8.644
11.426
10.834
22.260
1.763
3.251
2.838
6.089
1.982
3.973
3.645
7.618
679
1.246
1.168
2.414
12.890
19.896
18.485
38.381
GUNUNG 2. LENGKUAS 3. SUNGAI LEKOP 4. SUNGAI ENAM Jumlah
Sumber : Arsip Kecamatan Bintan Timur | 2015
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, Kijang kota memiliki kependudukan terbanyak, dimana 8.644 KK laki-laki berjumlah 11.426 dan perempuan 10.834, Gunung lengkuas memiliki 1.763 KK dimana laki-laki 3.251 dan perempuan 2.838, Sungai Lekop memiliki 1.982 KK dimana laki-laki berjumlah 3.973 dan
52
perempuan 3.645, dan Sungai Enam jumlah KK 679 dimana laki-laki berjumlah 1.246 dan perempuan 1.168. Jumlah KK keseluruhan di Kecamatan Bintan timur berjumlah 12.830 KK, jumlah keseluruhan penduduk laki-laki 19.836, dan jumlah keseluruhan penduduk perempuan 18.485, dan jumlah keseluruhan adalah 38.381 jumlah kepala keluarga dan penduduk di Kecamatan Bintan Timur.
3.3
Potensi Sarana Prasarana Olah Raga Untuk melihat kemajuan sarana dan prasarana olah raga dalam suatu
daerah dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Tabel. 3.3 Sarana olah raga yang ada di Kecamatan Bintan Timur Sarana dan Prasarana Olah Raga N0.
Kelurahan
Total Bola Kaki
Bola Volly
Badminton
Tenis Lapangan
Futsal
1.
kijang Kota
2
8
2
1
2
14
2.
G. Lengkuas
2
4
-
-
-
6
3.
Sungai Lekop
1
3
1
-
-
5
4.
Sungai Enam
1
2
-
-
3
Total
6
17
1
1
28
3
Sumber : Arsip Kecamatan Bintan Timur | 2015
53
Dari tabel 3.3 diatas dapat diketahui prasarana olahraga yang ada di Kijang Kota yaitu 2 lokasi lapangan bola, 8 lapangan bola volly, 2 lapangan badminton, 1 lapangan tenis, dan 2 lapangan futsal. Dimana fasilitas yang ada di Kijang Kota sudah cukup dengan kebutuhan olah raga masyarakat Kijang. 3.4
Lokasi Dan Waktu Tempat Berlangsung Balapan Liar Lokasi
yang
dijadikan
tempat
untuk
balapan
berlangsung
adalah
didaerah simpang pulau biru kelurahan Kijang Kota. Jalan lurus dan panjang tanpa tikungan menjadikannya arena atau tempat untuk mengadu kecepatan motor pengendara atau pelaku balap liar. Panjang lintasan yang mereka gunakan umunya antara 100m sampai 200m dari panjang jalanan. Waktu atau jam yang biasa para pelaku balapan untuk memulai aksi balap liar tersebut antara sekitar tengah malam jam 00.00 wib hingga menjelang shubuh hari. Pada waktu tersebut para gerombolan remaja sudah mulai mengumpul dilokasi tempat berlangsungnya balapan. Balapan liar biasa dilakukan pada hari libur sekolah maupun tanggal merah. Dimana disaat hari libur sekumpulan anak remaja ramai yang menonton dan ikut meramaikan balapan liar disaat jalanan mulai lengang. Di lokasi Simpang Pulau Biru tepat di Kelurahan Kijang Kota merupakan tempat yang paling sering digunakan para remaja untuk melakukan aksi balapan liar.
54
3.5
Jumlah Kecelakaan Yang Pernah Terjadi, Dapat Di lihat Sebagai Berikut : Tabel 3.4 Jumlah Kecelakaan pada Tahun 2015
KETEERANGAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BULAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
JLH LAKA 1 2 1 1
LR 1 -
LB 1 1
MD 1 2 -
JUMLAH
Sumber : POLANTAS BINTAN TIMUR | 2015 Berdasarkan keterangan dari tabel 3.4 diatas, LR : luka ringan, LB : luka berat, MD : meninggal dunia. Dilihat hasil laporan dari POLANTAS BINTAN TIMUR
data
kecelakaan
lalu
lintas
didaerah
Kijang
Kota
mengalami
peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Dimana pada bulan februari terjadi satu kecelakaan berat sampai meninggal dunia yang berjumlah satu orang, maret terjadi dua kecelakaan satu luka ringan dan satu meninggal dunia, mei satu kecelakaan yang mengalami satu luka berat, juni terjadi satu kecelakaan luka berat, dan pada bulan januari 55
dan april tidak ada kecelakaan yang terjadi. Sumber data kecelakaan di dapat dari Kepolisian Polantas Bintan Timur.
56
Bab IV Perilaku Menyimpang Balapan Liar Pada Kalangan Remaja 4.1
Karakteristik Informan. Adapun karakteristik informan dalam penelitian yang ditujukan ini
dibedakan yakni berdasarkan jenis kelamin, umur informan, dan pendidikan terakhir informan. Seluruh data yang dikumpulkan dari
informan peneliti
merupakan para remaja atau informan yang berdomisili di wilayah Kijang kelurahan Kijang Kota. Adapun karakteristik informan tersebut akan dijelaskan dalam bentuk tabel-tabel sebagai berikut :
4.1.1
Karakteristik informan berdasarkan jumlah dan jenis kelamin. Jumlah remaja yang didapat dari hasil penelitian lapangan diambil hanya
lima orang. Dimana jenis kelamin dan jumlah pelaku yang sering mengikuti balapan liar di daerah kijang dapat dilihat sebagai berikut :
57
Tabel. IV.1 Jumlah Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin NO
JENIS KELAMIN
JUMLAH
1
Laki - laki
5
2
Perempuan
0
∑pelaku
5
Sumber : Data Primer | 2015
Dari tabel 4.1 diatas, disimpulkan bahwa jumlah remaja berdasarkan jenis kelamin berjumlah lima orang. Laki-laki diantaranya berjumlah lima orang dan perempuan berjumlah nol orang.
4.1.2
Karakteristik informan berdasarkan umur
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kijang Kota bahwa umur informan yg sering melakukan balap liar berkisar antara 12 sampai dengan 20 tahun. Umur informan tersebut merupakan kelompok umur remaja, dimana yang pada dasarnya rata-rata sekelompok atau para pelaku balap liar tersebut masih duduk dibangku sekolah. Untuk lebih jelasnya karakteristik informan berdasarkan umur dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
58
Tabel IV.2 Karakteristik informan berdasarkan umur No
Umur/tahun
lelaki
perempuan
jumlah
1
12 - 18 tahun
3
0
3
2
19 - 24 tahun
2
0
2
Jumlah keseluruhan
5
Sumber : Data Primer | 2015
Berdasarkan tabel IV.2 tersebut, maka dapat diketahui bahwa umur informan remaja rata-rata merupakan umur yang masih sangat labil dan mudah terpengaruh dengan pergaulan dan lingkungan. Dimana remaja yang berusia 12 sampai 18 tahun berjumlah 3 orang dan usia remaja 19 sampai 24 tahun berjumlah 2 orang dan perempuan tidak ada.
4.1.3
Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.
Jumlah informan remaja berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
59
Tabel IV.3 Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir Tingkat perdidikan terakhir No
Jenis kelamin
Tidak sekolah
persentase SD
SLTP
SLTA
1
Laki - laki
0
1
3
1
2
perempuan
-
-
-
-
0
1
3
1
jumlah
5
Sumber : Data Primer | 2015
Dari tabel 4.1 diatas, bisa dilihat bahwa jumlah remaja berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, dari laki-laki yang tidak bersekolah berjumlah tidak ada, tamat SD 1 orang, SLTP 3 orang, dan SLTA berjumlah 1 orang. Sedangkan yang perempuan tidak ada. Dimana jumlah keseluruhan berjumlah lima orang anak remaja dari hasil yang diambil dari hasil penelitian.
4.2
Profil Informan. Analisis penelitian terhadap anak-anak remaja berperilaku menyimpang
yang sering mengikuti balapan liar dijalan raya ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai lingkungan keluarga, lingkungan teman bermain, maupun menganalisis dari maraknya balapan liar dari anak remaja tersebut. Untuk memahaminya diperlukan informasi (data) yang lengkap dan dapat dipercaya. Namun informasi (data) yang dibutuhkan tersebut tidaklah mudah
60
untuk didapat, kendalanya adalah karena umumnya anak remaja yang sering mengikuti balapan liar cenderung agak curiga terhadap kehadiran pihak lain yang mengharapkan informasi darinya. Untuk memperoleh informasi (data) yang diinginkan tersebut diperlukan kesabaran untuk tidak langsung mendapatkannya. Upaya ini bertujuan untuk mendapatkan sikap penerimaan
dan kepercayaan anak-anak remaja tersebut
yang sering berperilaku balapan liar ditengah malam hari terhadap pihak lain yang memerlukan informasi. Dan tidak jarang pula menyebabkan peneliti mendapatkan kesulitan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dari tiap-tiap anak remaja yang berperilaku balapan liar yang diamati dilapangan secara langsung. Akibatnya, dari sekian banyak anak remaja yang berperilaku menyimpang dengan balapan liar dijalan raya yang ada didaerah kijang tersebut, hanya 5 (lima) orang anak remaja yang sering balapan liar saja yang dapat diamati selama penelitian dilakukan. Gambaran umum mengenai identitas 5 (lima) orang informan dan sejarah singkat awal mulai melakukan proses balapan liar, akan dijelaskan dalam uraian-uraian berikut :
61
Data informan Muhayat ( MA ) MA adalah anak kedua dari 4 bersaudara, MA berusia 15 tahun, adik perempuannya yang ketiga berusia 13 tahun masih duduk dibangku SMP dan adik paling bungsunya berusia 5 tahun, dan abang tertuanya berusia 20 tahun juga sudah bekerja. MA sekarang berusia 15 tahun, di usia 10 tahun MA sudah bekerja kecil-kecilan menjaga ikan lele untuk membantu orang tuanya mencari nafkah dan biaya sekolah untuk dirinya dan adik-adiknya. Orang tua MA bekerja diluar negeri dan jarang pulang ke Indonesia sebagai pekerja buruh. Perilaku balapan liar sudah dilakukan oleh MA sejak satu tahun yang lalu. Awalnya iseng saja, lama kelamaan menjadi ketagihan dan ingin menjadi pembalap sungguhan. Ajakan teman-teman serta pujian dalam beradu kebut dijalan raya membuat MA tidak pernah melewatkan dalam memacu kecepatan kendaraan bermotor miliknya. Baginya, balapan liar itu merupakan suatu sensasi dimana dengan begitu ia bisa lebih dikenal dan diakui sebagai pembalap jalanan. MA juga menjelaskan, baginya balapan liar merupakan hoby nya, dan itu merupakan
suatu
tantangan
dan
bisa
meningkatkan
adrenalinnya
dalam
berkendara beradu kebut. Dengan balapan liar, ia juga bilang bisa mendapatkan teman pergaulan yang banyak dan bertukar pikiran antar sesama pembalap jalanan. Dalam balapan liar itu sebenarnya berbahaya buat saya yang masih muda belum juga kalau kita tertangkap oleh polisi pasti kita akan ditilang dan
62
didenda oleh polisi, tetapi mau diapakan lagi karena balapan liar sudah termasuk hobi saya. Orang tua saya sih tidak akan mencari saya, karena saya merasa anak laki-laki jadi orang tua saya tidak akan mencari saya jika waktu sudah larut malam. Terkadang saya sering dimarahin juga, tapi itu lama kelamaan jadi biasa saja tambahnya.
Data informan Ijal lanon ( IL ) IL adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, abangnya yang paling tua berusia 23 tahun sudah bekerja, sedangkan abangnya yang nomor 2 juga sudah bekerja. IL sekarang berusia 15 tahun, IL tidak tamat sekolah sejak SD dan bekerja disalah satu bengkel motor dikijang sebagai mekanik, dan ia sudah mulai bekerja untuk belanja kebutuhannya. Orang tua dari IL bekerja jualan kue dipagi hari. Ketertarikan IL untuk mengikuti balapan liar karena ia juga bekerja sebagai mekanik kendaraan bermotor. Sehingga ia tahu persis bagaimana untuk memodifikasi motornya supaya bisa berlari lebih kencang. Jadi balapan itu merupakan bagian dari pekerjaannya sebagai mekanik untuk menarik anak-anak yang lain agar supaya bengkel ditempatnya bekerja menjadi ramai. Hampir setiap malam minggu IL bersama teman-temanya berkumpul dan nongkrong dipinggir jalan. IL menjelaskan tentang balapan liar itu baginya adalah untuk mencari teman yang lebih banyak lagi, bertukar pikiran tentang
63
motor, mesin dan sebagainya. Disamping itu juga, ia bisa memamerkan motormotornya yang sudah dimodifikasi dan bisa berlari kencang diantara motormotor lainnya. Kalau kami sudah berkumpul dan balapan hingga larut malam, orang tua saya sering telepon saya. Terkadang saya bilang saja kalau saya akan tidur dirumah teman dan tidak pulang kerumah. Kalau kan saya ketahuan ikut balapan pasti akan kena marah tambahnya.
Data informan Rio ( R ) R adalah anak paling sulung diantara 4 keluarga bersaudaranya. R dan MA adalah kakak beradik yang sama-sama berusia 15 tahun dan sekolah ditempat yang sama. R mulai hoby ikut balapan liar karena dilingkungan temanteman pergaulannya banyak yang hoby ikut balapan liar. Karena itu R sering ikut menonton bahkan ikut balapan liar. Bagi R balapan liar itu adalah suatu kebanggaan baginya. Karena dengan begitu bisa memompa adrenalinnya sebagai pembalap. Disamping itu, dengan balapan liar namanya bisa dikenal dengan teman-teman yang lain dan disegani. Hampir setiap hari libur, R dan teman-temannya sudah nongkrong dipinggir jalan untuk melihat aksi balapan liar dan bersiap-siap untuk mengikuti aksi balapan liar tersebut dengan teman-teman lainnya. R sendiri sudah mengetahui resiko dari balapan liar itu sendiri dan efek-efeknya dimata masyarakat sekitar dan pengguna jalan. Tetapi dengan
64
ajakan teman-temannya, semua itu tidak dihiraukan lagi. Karena semua temanteman yang lain juga tidak menghiraukan resikonya. Saya jika hari libur kalau tidak pulang kerumah, orang tua saya tahu nya saya tidur dirumah kawan. Sebelum itu saya pasti sudah bilang ke orang tua saya untuk tidur dirumah kawan. Kalau sudah di kasih, pada malam itu juga saya pasti ikut bersama genk lainnya untuk menonton balap. Dari situ saya mencari akal bagaimana untuk tidak ketahuan orang tua saya, tambahnya.
Data informan Hardiyanto ( HY ) HY adalah anak kedua dari 2 bersaudara, HY berusia 19 tahun dan masih duduk di bangku sekolah SMA. Kakaknya yang pertama sudah lulus kuliah disalah satu Universitas di Tg.pinang. Orang tua HY kesehariannya berkerja sebagai nelayan. HY sangat gemar memodifikasi motor, jika untik motor ia tidak segansegan mengeluarkan uang yang banyak untuk memodifikasi motornya dan ngumpul bersama teman-temanya dengan mabuk-mabukan ditepi jalan. Jika waktu balapan telah dimulai, ia bersama teman-temannya juga ikut meramaikan balapan liar. Bagi HY balapan liar itu adalah hal yang menantang dan penuh resiko. Tidak semua orang berani melakukan aksi tersebut dikejar-kejar polisi, apalagi dilintasan jalan raya atau jalan umum. HY sudah sejak lama bergelut didunia
65
balap. Ia sudah sering mengikuti berbagai event balapan, jadi baginya balapan liar itu sudah biasa ia lakukan. Sebenarnya orang tua saya sangat melarang saya untuk ikut balapan liar, disamping itu juga saya butuh waktu untuk mengasah skill balap saya. Mau tak mahu saya iseng-iseng saja ikutan balap liar walau saya sudah sering ikut balapan resmi, ya mau bagaimana lagi tambahnya.
Data informan Wawan ( W ) W adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Wawan sekarang berusia 16 yang masih sekolah di SMP. Orang tua W bekerja sebagai buruh. Hobi W adalah memodif motor dan balapan ditengah malam hari. W mulai mengenal dunia balap sejak 3 tahun yang lalu. Disaat hari libur W sering kali menonton bahkan mengikuti balapan liar dengan para pembalap lainnya. W sangat senang merombak motornya, karena itu ia sering sekali mengutak atik
motornya. Tantangan
dan
pujian
adalah
alasan
utama
W
mengikuti balapan liar dijalan raya. Karena semakin ramai yang menonton, ia akan semakin terpacu untuk memacu kencang motornya dihadapan kawankawannya. Semua resiko yang terjadi dilapangan baik itu kecelakaan maupun dikejar-kejar dengan polisi baginya sudah biasa. W juga menambahkan, bagi orang-orang yang takut dengan balapan sebaiknya untuk tidak mengikuti
66
balapan liar karena memiliki resiko yang sangat besar. Hanya orang yang mempunyai nyali besar saja yang bisa ikut kegiatan balap tersebut tambahnya. Orang tua saya sudah tau saya sering ikut balapan, saya sering dimarahin juga terkadang. Tapi lama-kelamaan pun orang tua saya tidak menghiraukan lagi apa yang saya ingin perbuat. Saya pulang hingga shubuh hari pun kadang sudah tidak di tanya lagi, kecuali selain hari libur pasti saya sangat dimarahi tambahnya.
4.3
Penyebab Terjadinya Balap Liar.
4.3.1 Pengaruh Lingkungan Keluarga. Didalam hasil penelitian ini, kurangnya
suasana
harmonis
dan
rasa
kekeluargaan terhadap anak ditambah kurangnya perhatian hal-hal ini yang membuat para remaja informan menjadi tidak terkendali dalam pengawasan orang tuanya. Sehingga mereka para remaja informan menjadi bebas dalam pergaulan dengan teman-temannya. Pengawasan dan bimbingan orang tua adalah hal terpenting untuk membuat anak menjadi apa nantinya ia dikemudian hari, pola bimbingan orang tua akan membentuk jati dirinya, dengan menjadi orang tua yang dapat memahami dan mengerti bagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap anak, akan membuat anak pun menjadi nyaman.
67
Perlu adanya ditanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan didalam keluarga mereka, dan orang tua harus mampu memberi teladan kepada anakanaknya. Karena
peneliti
melihat, orang
tua
dari
para
informan
kurang
memberikan pengawasan yang baik terhadap anak-anaknya. Terlebih halnya keluarga pelaku adalah keluarga yang broken home atau perceraian orang tua dapat memicu perilaku negatif pada anak. Sehingga anak terjerumus dalam perilaku balapan liar dan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Karena sudah tidak ada lagi yang bisa memberikan teguran atau larangan terhadap mereka. Menurut kata ibu Hamidah salah seorang orang tua dari Hardiyanto : “anak saya sudah tidak bisa diberitahu lagi, setiap apa kata dia mesti dituruti. Kadang saya sendiri sudah merasa jengkel dan tidak urus lagi apa yang mau diperbuatnya. Biar saja dia menuruti apa kata hati dia, entar nantinya dia akan tau sendiri resiko dan menanggung sendiri apa yang telah diperbuatnya”.(wawancara tanggal 10 desember 2015) Berdasarkan dari wawancara tersebut menunjukan keluarga atau orang tua remaja para informan cenderung kurangnya mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak. Seperti halnya meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat anak, sekaligus memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapatkan kesulitan.
68
Masa remaja merupakan masa paling rentan dalam hal pergaulan, terlebih lagi para remaja tersebut ikut kedalam genk motor dan ikut balapan liar. Para remaja informan tersebut sepenuhnya tidak mengetahui baik buruknya akibat dari balapan liar itu sendiri. Dan orang tua para informan sepertinya tidak tahu cara mengatasi seorang anak dan cara membimbingnya dengan benar itu seperti apa. Disamping itu, orang tua informan kurang tegas dalam membuat aturan dan cenderung tidak tahu apa yang selama ini anaknya lakukan diluar tanpa pengawasan dari orang tuanya. Seperti melakukan aturan jam malam terhadap anak-anaknya, melakukan proses belajar disaat malam, tidak keluyuran hingga larut malam, dan memberikan pengawasan terhadap apa yang dilakukannya diluar bersama temannya. Perlu adanya bimbingan dan keterlibatan seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan, orang tua memegang peran utama dalam membentuk perwatakan dan membina sikap anak-anaknya. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan figure utama anak yang dijadikan panutan dan tuntutan didalam keluarga. Sehingga sudah sepantasnya jika orang tua harus mampu memberi teladan bagi anak-anaknya. Melalui lingkungan keluarga anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan sehari-hari. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian dan mendidik
69
anak agar memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik melalu penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian. 4.3.2 Pengaruh Di Lingkungan Bermain. Proses sosialisasi yang berlangsung dengan teman sepermainan berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga. Dalam lingkungan permainan seorang anak belajar berinteraksi dengan orang atau teman sebaya. Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak antara lain yaitu remaja merasa aman dan dianggap penting, remaja dapat tumbuh dengan baik, remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran perasaannya, remaja dapat bersikap lebih dewasa, dan remaja dapat mengembangkan ketrampilannya. Lingkungan tempat para informan peneliti tinggal, motor merupakan salah satu hoby mereka untuk di geluti. Hampir setiap hari mereka berkumpul dan membahas tentang motor yang mereka miliki. Jadi bisa dibilang mereka para informan peneliti sudah membuat suatu perkumpulan atau suatu genk yang dapat menjadi wadah bagi mereka untuk berkumpul dan melakukan halhal yang kurang bermanfaat. Seperti minum-minuman keras, nongkrong ditepi jalan dan terkadang membuat rusuh yang membuat terjadi perkelahian antar genk lainnya.
70
Kata Wawan salah seorang informan peneliti yaitu : “kami merasa sudah besar dan bebas tidak ada yang melarang. Apa yang saya lakukan tidak ada yang urus terserah dari saya mau lakukan apa. Apalagi jika ada yang membeli minum-minuman keras, pasti semuanya akan datang berkumpul dan tak aad yang berani larang. disaat semua sudah mabuk, kami akan beramairamai ketempat balapan dan balapan disana dan disitulah jika ada yang berani menantang kami, pasti kami layan”(wawancara tanggal 10 desember 2015) Lanjut dari salah satu informan lainnya, yaitu Ijal lanon menambahkan : “kami biasa melakukan balapan ini karena dari situ bisa membuat tumbuhnya rasa kekeluargaan. Kami biasa nongkrong ditepi jalan hingga shubuh hari. Apalagi dihari libur sekolah kami sering nonton balapan liar bersama. Dan dari genk kami sering ikut juga dalam balapan liar. Semua itu kami lakukan hanya kesenangan saja, agar perkumpulaan genk lain tahu akannya keberadaan kami”.(wawancara tanggal 10 desember 2015) Dari hasil wawancara kepada informan peneliti, dapat disimpulkan bahwa pengaruh teman bermain para informan sudah sangat memperihatinkan. Hampir tidak ada yang memperhatikan mereka dan melakukan pengawasan didalam pergaulan mereka. Para remaja tersebut seperti tidak mempunyai orang tua yang selalu mengkabari dan menasehati tentang keadaan anaknya. Kepada para remaja informan peneliti, peneliti melihat para remaja tersebut
lebih
menuruti
egonya
dari
pada
keselamatan
dirinya. Mereka
melakukan balapan hanya untuk mencari status atau identitas untuk diri mereka dan genk mereka sendiri. Disamping itu faktor prestise atau suatu bentuk
71
sanjungan atau pujian menjadi penyebab mengapa para remaja tersebut terlibat dalam aksi balapan liar. 4.3.3 Pengaruh Lingkungan Masyarakat. Didalam lingkungan masyarakat, para informan peneliti konteks sosialnya kurang baik dalam hal bermasyarakat. Para remaja atau para informan lebih sering sekali berkumpul dan nongkrong bersama teman-temannya. Hal yang mereka sering lakukan tidak ada sisi positifnya. Mereka berkumpul hanya untuk mabuk-mabukan dan balapan liar, tidak ada hal lain yang dapat mereka lakukan. Para
remaja
masyarakat, seperti
ini
kurang
kepedulian
mengembangkan
terhadap
kerukunan
antar
gotong-royong. Jika didalam
warga suatu
masyarakat terciptanya suatu kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat diminimalisirkan. Membudayakan perilaku disiplin bagi warga atau anak remaja seperti
penetapan
jam
belajar
anak, menjaga
kebersihan
lingkungan, dan
sebagainya. Kata Bang Erick selaku masyarakat berkomentar : “anak-anak zaman sekarang sudah tidak tahu lagi apa itu artinya gotong royong. Mereka lebih asyik melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti ngumpul-ngumpul yang tidak jelas, utak atik motor, balapan, dan kadang tiap hari mabuk-mabukan dikampung sendiri. Kalau dikasih tau meraka malah marah. Kadang saya capek mengajak mereka untuk bergotong royong setiap minggu pagi.
72
Semua pada tidur disaat masyarakat lainnya sedang bekerja membersihkan kampung. Itu efek begadang mereka sendiri tambahnya”.(wawancara tanggal 12 desember 2015) Menurut hasil wawancara dari salah seorang masyarakat, pemberian cap labeling kepada para remaja tersebut sudah sepantasnya dilakukan. Mengingat kelakuan dari para remaja tersebut sudah tidak bisa diberitahu lagi. Sebagai makhluk sosial, para remaja tersebut seharusnya bisa melakukan hal yang sepantasnya dan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban dimasyarakat. Perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja tersebut dikampung sendiri merupakan hal yang tidak patut ditiru oleh teman-teman sepermainannya. Kebiasaan-kebiasaan
buruk
yang
dilakukan
mereka
setiap
malam itu merupakan hal yang kurang baik didalam konteks sosial. Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu mempengaruhi pola pikir seseorang. Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu. Dalam hal ini, perlu terciptanya lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter yang baik. Banyak mengembangkan
hal
yang
berbagai
bermanfaat kegiatan
yang
warga
yang
bisa
dilakukan
bersifat
seperti
positif, seperti
perkumpulan karang taruna, perkumpulan PKK, atau berbagai kegiatan lain yang mengarah pada peningkatan kemampuan anak remaja yang lebih maju dan
73
dinamis. Jika beberapa upaya tersebut dapat diterapkan dalam suatu lingkungan msyarakat, maka kelompok pelaku penyimpangan sosial akan merasa risih dan jengah, sehingga
mereka
akan
merasa
malu
jika
melakukan
tindakan
penyimpangan sosial dilingkungan tempat tinggalnya. 4.4
Respon Masyarakat Di Sekitar Arena Balap Liar. Respon masyarakat sekitar terhadap gerombolan anak remaja yang
melakukan balapan liar sudah sangat meresahkan. Apalagi arena balapan yang mereka atau para pelaku balap pergunakan adalah jalanan umum disekitar rumah warga. Kata Bapak Bakri salah seorang masyarakat : “para pelaku balap liar tersebut hampir setiap malam minggu atau hari-hari libur mereka melakukan kegiatan balapan liar tersebut. Mereka para pelaku balap liar memulai aksi balapan liar disaat tengah malam atau disaat jam
tidur
masyarakat. jelas
apa
yang
mereka
lakukan
tersebut
sangat
mengganggu disaat jam istirahat masyarakat. Ditambah lagi suara kebisingan yang ditimbulkan dari suara knalpot kendaraan bermotor yang mereka gunakan menambah geram masyarakat”.(wawancara tanggal 15 desember 2015) Menurut kata dari salah seorang masyarakat, yaitu Bapak Haji Saleh : “anak-anak remaja ini sudah tidak bisa dikasih tahu lagi. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan itu sangat mengganggu ketenangan tidur orang. Jika mereka dibubarkan polisi, mereka pasti bubar semua dan tidak lama
74
kemudian mereka akan berkumpul kembali ke arena tersebut dan memulai balapan lagi. Sudah banyak masyarakat sini melakukan tindakan terhadap gerombolan remaja yang nongkrong dan balapan liar tersebut. Seperti mengusir mereka dari lokasi balapan dan meletakkan suatu benda kejalanan yang membuat mereka tidak bisa melakukan balap lagi. Kalau kami tidak melakukan tindakan yang lebih, mereka akan tetap melakukan balapan liar hingga shubuh hari tambahnya”.(wawancara tanggal 15 desember 2015)
Berdasarkan hasil dari wawancara kepada masyarakat sekitar, terlihat jelas bahwa apa yang dilakukan oleh anak remaja tersebut sangat mengganggu masyarakat sekitar. Terlebih halnya efek dari suara yang dihasilkan oleh motor tersebut yang sangat membuat masyarakat tidak nyaman untuk beristirahat. Setiap
hari
libur
mereka
atau
gerombolan
remaja
tersebut
mulai
berkumpul dimalam hari hingga shubuh hari. Yang pada waktu itu seharusnya mereka para pelajar dipergunakan untuk tidur dan istirahat dirumah. Suara bising dan aksi kebut-kebutan dijalan raya membuat masyarakat sekitar
dan
pengguna jalan lain menjadi terganggu. Banyak masyarakat yang mengeluh dengan gerombolan remaja balapan liar ini. Mulai dari suara kebisingan knalpot motor, kebut-kebutan, bahkan sempat
adanya
perkelahian
masyarakat. Masyarakat
sekitar
sehingga sering
membuat sekali
rusuh
disekitar
menghubungi
polisi
rumah untuk
75
membubarkan aksi balapan liar tersebut, namun terkadang tidak dihiraukan oleh para remaja tersebut dan memulai aksinya kembali ketika keadaan sudah mulai sepi.
76
BAB V Penutup
5.1
Kesimpulan Dari pembahasan dan analisa dalam karya tulis kami, dapat disimpulkan
bahwa pada anak muda atau remaja yang telah masuk kedalam dunia balap liar dikarenakan oleh faktor pengaruh pergaulan dan lingkungan yang kurang baik. Kurangnya pengawasan dan bimbingan orang tua terhadap anaknya yang membuat anak remaja tersebut dengan mudah dan bebas untuk ikut dalam dunia balap liar. Anak remaja yang terlibat dalam balap liar di Kijang Kota masih berusia sangat muda. Anak remaja tersebut tidak terlalu memikirkan resiko balap liar dan ikut masuk kedalam dunia balap liar dikarenakan remaja tersebut lebih menuruti egonya sendiri dari pada keselamatan dirinya. Sebagian besar
anak
remaja
tersebut
lebih
memilih
balapan
liar
hanya
untuk
mendapatkan sanjungan dan di akui dari teman pergaulannya. Kurangnya peranan orang tua yang cenderung apatis terhadap anaknya untuk tidak mengikuti balapan liar dan pergaulan yang buruk merupakan masalah utama bagi orang tua dari pelaku. Kurangnya suasana harmonis dan rasa kekeluargaan terhadap anaknya, membuat remaja tersebut menjadi tidak terkendali dalam pengawasan orang tuanya.
77
5.2
Saran Saran untuk pelaku remaja balap liar. Jangan mencoba balapan liar dijalanan umum, karena bisa membahayakan
diri sendiri dan pengguna jalan umum lainnya. Masih banyak hal yang lebih bermanfaat untuk dilakukan tanpa menimbulkan resiko yang besar. Jadilah pembalap yang resmi, menangkanlah pertandingan tersebut dan menjadi seorang pembalap yang profesional dan berprestasi.
Saran untuk orang tua remaja. Peranan orang tua sangat diperlukan dengan mengarahkan si anak agar bisa lebih menghormati dan menghargai dirinya sendiri. Memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap diri si anak akan lebih penting, jika memang si anak memiliki bakat dalam adu balap inilah saatnya orang tua bisa memberi arahan dan mengikut sertakan pada kegiatan lomba balapan yang resmi. Kebijaksanaan orang tua dalam menunjang proses sosialisasi anak-anak antara lain mengusahakan agar anak selalu berdekatan dengan orang tua, memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan, mendorong anak membedakan yang baik dan yang salah, memperlakukan anak sebaik mungkin, dan menasihati anak jika melakukan kesalahan.
78
DAFTAR REFERENSI
Desmita. 2005. psikologi perkembangan, PT REMAJA ROSDAKARYA Amiek. 2003. Sosiologi. Solo : Cv Haka MJ.
Idianto. 2005, sosiologi SMA, PENERBIT ERLANGGA
Arief, dkk. 2009. Detik-Detik UN Sosiologi. Klaten : PT Intan Pariwara.
Budirahayu, Tuti. 2013. Sosiologi Perilaku Menyimpang. Surabaya : PT Revka Petra Media.
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Widyastuti, Dyah Ayu.2013. Studi Deskriptif mengenai Pelabelan dan TindakanSosial Polisi. Skripsi pada Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Rumiyati, dkk. 2006. Tuntas Tuntunan ke Universitas. Jakarta : Graha Pustaka Jakarta.
Soekanto , Soerjono.2007. Sosiologi Suatu Pengantar .Jakarta : PT Raja Grafindo.
Soetomo. 2013. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.Celeban Timur : Pustaka Pelajar. 79
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sumber : 1. http://www.anneahira.com/balap-liar.htm 2. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Balap%2520Motor%2520Liar-EDITOR 3. http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/ 4. http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang 5. http://www.pengertian ahli.com 6. http://www.sarjanaku.com 7. http://m.kompasiana.com 8. http://herrystw.wordpress.com 9. http://sumber ilmu islam.com
80