PERAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM DALAM MENUMBUHKAN ETOS KERJA PADA WARGA BINAAN SOSIAL (WBS) DI PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2 CEGER JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh: Haula Sofiana NIM. 1110052000018
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/ 1435 H
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Mei 2014
Haula Sofiana NIM. 1110052000018
ABSTRAK Haula Sofiana Peran Pembimbing Rohani islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur Warga binaan sosial (WBS) merupakan orang-orang penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial dan mendapatkan pembinaan di Panti Sosial. Banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak panti salah satunya dengan diadakan bimbingan rohani Islam agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) khususnya pengemis, pedagang asongan, pemulung, dan joki. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur. Perumusan masalah dalam penelitian ini mengenai bagaimana proses bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada Warga Binaan Sosial (WBS), metode apa saja yang digunakan dalam melakukan bimbingan rohani Islam, dan apa peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research). Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing rohani Islam, dan lima orang warga binaan sosial (WBS) yang menjadi terbimbing dalam kegiatan rohani Islam. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses bimbingan rohani Islam diawali dengan pembukaan, salam, ice breaking, dzikir dan do’a, penyampaian materi, tanya jawab, penutup, dan diakhiri dengan salam-salaman. Metode yang digunakan oleh pembimbing rohani Islam diantaranya: metode ceramah, tanya jawab, client centered, nonton bareng, serta metode do’a dan dzikir. Pembimbing rohani Islam memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan, yaitu dengan merubah pandangan mereka tentang bagaimana bekerja dalam Islam, merubah sikap mereka dengan menanamkan norma hukum, sosial, agama, dan memotivasi agar WBS bekerja lebih mandiri kedepannya. Tapi ada juga beberapa WBS yang hanya sampai pada tahap sadar dan masih ragu untuk meninggalkan pekerjaan lama mereka. Sehingga menurut hemat penulis pendampingan pasca pembinaan menjadi penting untuk di tindak lanjuti agar warga binaan sosial tidak kembali ke jalan. Kata Kunci : Bimbingan Rohani Islam, Etos Kerja
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia. Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur”. Selanjutnya, ucapan terimakasih saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Sofian Sofie dan Ibunda Sutami yang selama ini telah memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa disetiap penghujung malam, dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed selaku Wadek I, Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wadek II, dan Bapak DR. H. Sunandar, M.A selaku Wadek III. i
2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terimakasih atas bimbingan dan masukan yang bermanfaat selama ini. 3. Bapak Drs. Sugiharto, M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis. 5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Pengelola beasiswa Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memperjuangkan kami sehingga bisa menjadi sarjana seperti sekarang. Semoga program beasiswa ini tetap ada untuk tahun-tahun berikutnya. 7. Bapak Purwono, SH, M.Si, Bapak H. Abdul Khair, S.Ag, M.Si, Ibu Yuli, Bapak Supri, Bapak M. Kurniawan, S.Sos, Ustad Munzir dan seluruh pihak Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang telah memberikan izin dan banyak membantu penulis dalam penelitian ini hingga dapat berjalan baik dan lancar. 8. Untuk keluarga besarku Kak Icha, Darmawan, Ramadhan, Ilham Syahputra, dan Dek Amanda yang selalu menghibur, memberikan
ii
motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis. Nenekku Hj. Oktifa Hanum, Bunda Kakat, Bunda Yayan, Om Dede, serta Om Sul yang senantiasa mendukung dan memberikan banyak pelajaran hidup untuk penulis. 9.
Teman-teman kosan: Fatimah, Nupus, Pupuy, Maria, Selly, Sherlin, dan Rima. Teman-teman kampus: Deuis, Sri, Fitri, Mela, Izur, Ayu, Mail, Indah, Elva, Rif’ah,
dan teman-teman BPI angkatan 2010 lainnya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat sharingnya dalam proses merampungkan skripsi. 10. Mrs. Elly di SMAN 22 Kab. Tangerang, Kang Dadang di Do Jo Bandung Karate Club (BKC), Ibu Yusuf di Puspiptek atas kebaikan dan ketulusan yang diberikan kepada penulis. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua. Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.
Jakarta, 15 April 2014
Haula Sofiana NIM. 1110052000018
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………........ i KATA PENGANTAR ……………………………………………………..... ii DAFTAR ISI ……………………………………………………...…….......... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……...………………………........... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………….. 6 C. Manfaat Penelitian....................…......…………………...…. 7 D. Metodologi Penelitian…..…………………………………... 8 E. Tinjauan Pustaka...………………………………………….. 14 F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 16
BAB II
LANDASAN TEORI.................................................................. 20 A. Konsep Peran..............…………………………………….... 20 1. Pengertian Peran……………………………………….... 20 2. Manfaat Peranan.....…………………………………….. 22 B. Pembimbing Rohani Islam.....………………………………. 21 1. Pengertian Pembimbing Rohani Islam………………….. 23 2. Syarat-Syarat Pembimbing.……………………………... 26
iv
3. Keterampilan yang Dimiliki Pembimbing.……………... 27 C. Tujuan, Fungsi dan Metode Bimbingan 1. Tujuan Bimbingan............................................................ 28 2. Fungsi Bimbingan............................................................ 30 3. Metode Bimbingan Rohani Islam..................................... 30 4. Prinsip-Prinsip Bimbingan................................................ 33 D. Etos Kerja………………………………………………….... 31 1. Pengertian Etos Kerja….………………………………... 34 2. Asas-Asas Etos Kerja Islami............................................. 37 3. Fungsi Etos Kerja.............................................................. 39 4. Ciri Etos Kerja Muslim..................................................... 40 BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2 A. Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2.........…......... 42 1. Sejarah Panti.................................................................... 43 2. Kondisi Panti Sosial......................................................... 43 3. Susunan Organisasi Panti................................................. 43 4. Sarana dan Prasarana Pendukung.................................... 43 5. Kondisi SDM................................................................... 44 6. Visi dan Misi.................................................................... 45 7. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi..........………………...... 45 B. Asal dan Persyaratan Pengambilan WBS............................... 47 C. Program dan Tahap Pembinaan Di Panti Sosial..................... 47
v
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Identitas Informan............................................................…. 51 1. Pembimbing..................................................................... 51 2. Terbimbing....................................................................... 54 B. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam.......………………......... 61 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................... 61 2. Proses Kegiatan Bimbingan Rohani Islam....................... 64 C. Metode yang Digunakan dalam Bimbingan............................ 62 1. Metode Ceramah............................................................... 67 2. Metode Tanya Jawab......................................................... 68 3. Metode Client Centered.................................................... 70 4. Metode Nonton Bareng.................................................... 71 5. Metode Do’a dan Dzikir.................................................... 72 D. Analisis Peran Pembimbing Rohani Islam.............................. 73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………84 B. Saran………………………………………………………. 85
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 86 DAFTAR TABEL Tabel 1
Sarana dan prasarana pendukung di Panti Sosial ....................... 43
vi
Tabel 2
Kondisi SDM di Panti Sosial ..................................................... 44
Tabel 3
Pembimbing Rohani Islam ......................................................... 51
Tabel 4
Terbimbing berdasarkan jenis kelamin ...................................... 54
Tabel 5
Terbimbing Berdasarkan Usia ................................................... 54
Tabel 6
Terbimbing Berdasarkan Klasifikasi WBS ............................... 55
Tabel 7
Terbimbing Berdasarkan Asal Daerah ...................................... 55
Tabel 8
Jadwal Bimbingan Rohani Islam ............................................... 63
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
Struktur organisasi Panti ........................................................... 43
Gambar 2
Tahap pembinaan PMKS .......................................................... 49
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Transkip Wawancara dan Teknik Keabsahan Data (Trianguasi) 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 3. Absensi Kegiatan Warga Binaan Sosial 4. Data Penyaluran Warga Binaan Sosial 5. Dokumentasi
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah sosial di masyarakat merupakan suatu fenomena sosial yang mempunyai berbagai dimensi. Begitu banyak dimensi yang terkandung di dalamnya, menyebabkan kegiatan untuk merencanakan, guna mencari upaya pemecahannya menjadi sangat rumit. Permasalahan sosial ini, melanda hampir seluruh wilayah, terutama di kota-kota besar di dunia, termasuk DKI Jakarta. Salah satu masalah sosial yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah tingginya angka PMKS di Indonesia dengan klasifikasi penduduk miskin mencapai angka 30.018.980 jiwa, gelandangan 18.599 jiwa, pengemis 50. 276 jiwa, dan anak jalanan 135.983 jiwa.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial adalah seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat, yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, sosial) secara memadai dan wajar.2 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, terdapat tujuh sasaran prioritas antara lain: kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan, dan
1
Rekapitulasi Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Per Provinsi Tahun 2012, (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, Tahun 2012) 2 Kementrian Sosial RI, Buku Panduan Pengumpulan dan Pengolahan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002), h. 4
1
2
penyimpangan prilaku, korban bencana; dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.3 Mereka umumnya tersebar di berbagai wilayah dengan konsentrasi utama di perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makasssar, dam lainnya. Pola hidup mereka pada umumnya tidak teratur dan tidak sehat serta mengelompok di kantong-kantong kemiskinan seperti di kolong jembatan, pinggir kali, lokasi pembuangan sampah, emperan toko, taman, pinggiran rel kereta api, bahkan ada yang tidur di gerobak bersama anak dan istrinya. Kondisi ini tidak sesuai dengan norma sosial dan menunjukan derajat kesejahteraan yang rendah.4 Walaupun demikian, sebagaimana diamanatkan konstitusi, mereka adalah warga negara yang patut dan wajib mendapat perlindungan dari negara, dan diharapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam hal ini Kementrian Sosial sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam penganganan masalah-masalah kesejahteraan sosial, perlu memiliki kebijakan dan program pelayanan yang jelas dalam menangani masalah ini.
5
Selain itu
upaya yang sama juga dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta, melalui Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta Nomor 105 Tahun 2012, mengenai prosedur penampungan, pembinaan dan penyaluran Penyandang
3
Pusat Penyuluhan Sosial, Bersama Penyuluh Sosial Kita Bangun Indonesia Sejahtera, (Kementrian Sosial RI, 2013), h. i 4 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Petunjuk Teknis Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat Bagi Gelandangan, Pengemis, dan Pemulung Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial, (Jakarta, 2011), h. 1 5 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Panduan Praktis Pendampingan dalam Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, (Kementrian Sosial RI, Jakarta, 2011), h. 1
3
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil penertiban/ penjangkauan sosial di DKI Jakarta. 6 Oleh karena itu untuk menanggulangi banyaknya PMKS khususnya di wilayah DKI Jakarta, diperlukan adanya penertiban sosial dan panti penampungan sementara sebelum dirujuk ke panti pelayanan dan rehabilitasi sosial. Sebagai suatu lembaga sosial pengemban amanah rakyat yang dikelola oleh pemprov DKI untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat PMKS untuk nantinya dikembangkan dan digembleng secara konsisten agar dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri dan mempunyai sumber daya manusia (SDM). Salah satu panti sosial yang menampung hasil penertiban sosial PMKS adalah Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berfungsi sebagai penampungan sementara dan bimbingan sosial awal PMKS hasil penertiban dan penjangkauan sosial seperti gelandangan, pengemis, wanita tuna susila, jompo terlantar, anak jalanan, psikotik terlantar, penyandang cacat terlantar dan PMKS lainnya. Tujuan didirikannya panti ini adalah untuk mencegah dan mengurangi PMKS agar tidak kembali kejalan.7 Ada banyak program pembinaan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 diantaranya: bimbingan fisik, bimbingan psikologis, bimbingan sosial, case conference, bimbingan rohani Islam, bimbingan hukum, bimbingan
6
Brosur, Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Nomor 105 Tahun
7
Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, 15 Januari 2014
2012
4
keterampilan, bimbingan kesenian, dan penyaluran/ pembinaan lanjut ke panti rehabilitasi berikutnya.8 Salah satu kegiatan pembinaan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang penulis jadikan fokus penelitian adalah Bimbingan Rohani Islam. Dimana penulis ingin mencari tahu sejauh mana seorang pembimbing rohani berperan dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial. Hal ini menarik untuk diteliti karena pada dasarnya agama berfungsi sebagai tuntunan dan pegangan hidup yang dapat memberikan pencerahan dan pengalaman ruhaniah
seseorang sehingga akan menumbuhkan kekuatan baik mental
spiritual bagi PMKS dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi. Kefitrahan agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, karena agama merupakan kebutuhan fitrah manusia. Selama manusia memiliki perasaan takut dan cemas, selama itu pula manusia membutuhkan agama. Kebutuhan manusia akan agama tidak dapat digantikan dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek material. Kebutuhan manusia akan materi tidak dapat menggantikan peran agama dalam kehidupan manusia. 9 Agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk melakukan suatu aktifitas, seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Apabila mereka meyakini Tuhan Maha Kuasa, mengatur dan 8
Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, 15 Januari 2014 Dr. Marzuki, M.Ag, Konsep Manusia dan Agama, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta), h. 24 9
5
mengendalikan alam maka segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah ataupun peristiwa sosial, dilimpahkan tanggung jawab pada Tuhan. Tetapi sebaliknya jika mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan, percekcokan, dialam seolah-olah tanpa kendali maka mereka merasa kecewa terhadap Tuhan.10 Dengan adanya bimbingan rohani Islam di Panti diharapkan dapat menambah pengetahuan Warga Binaan Sosial (WBS) dan dapat meningkatkan etos kerja pada diri masing-masing Warga Binaan Sosial (WBS). Sehingga bisa melakukan pekerjaan didasarkan pada prinsip-prinsip iman dan tauhid, bukan saja menunjukan fitrah seorang muslim yang wajib memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai abdullah (hamba Allah) yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari cara dirinya mensyukuri kenikmatan dari Allah Rabbul’Alamin. Menurut Rosmiani etos kerja terkait dengan sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja. Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yang sebagian bersumber dar iagama atau sistem kepercayaan/ paham teologi tradisional. Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah kokohnya tingkat Etos kerja yang rendah itu.11 Menurut K. H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan
memberikan makna ada sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).12
10
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-16, h. 87 Musa Asyari, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Jogyakarta: Lesfi, 1997), Cet. Ke-1, h. 35 12 Drs. H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT. Dhana Bhakti Wakaf, Cet. Ke-2, 1995), h. 20 11
6
Kepedulian Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 terhadap peningkatan kemampuan warga binaan sosial (WBS) salah satunya dibuktikan dengan adanya kegiatan bimbingan rohani Islam yang diharapkan dapat membina Warga Binaan Sosial (WBS) di bidang keagamaan sehingga memiliki ketahanan spiritual, pola pikir, akhlak yang sesuai dengan syariat agama Islam terutama dalam motivasi untuk bekerja lebih giat dari pada sebelumnya. Karena dengan pemahaman dan pengamalan agama yang baik, diharapkan Warga Binaan Sosial (WBS) yang ada dipanti bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan memiliki daya juang yang lebih tinggi dalam hal bekerja. Berdasarkan latar belakang dan pokok pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus dijadikan pembahasan skripsi dengan judul “Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga sampai pada tujuannya, maka penulis membatasi pada layanan bimbingan rohani Islam, dengan meninjau dari aspek pembimbing, terbimbing, proses bimbingan, metode bimbingan, materi bimbingan dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur.
7
Penulis juga melakukan pembatasan pada subjek penelitian yaitu pada pengemis, pemulung, dan pedagang asongan. Karena keterbatasan masa pembinaan dan banyaknya jenis klasifikasi warga binaan sosial (WBS) di panti. 2.
Rumusan Masalah Perumusan masalah yang dijadikan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Bagaimana proses bimbingan rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur? b. Metode apa yang digunakan dalam kegiatan bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur? c. Bagaimana peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur?
C. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang etos kerja, terutama mengenai peranan seorang pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja. 2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tentang proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam, metode bimbingan rohani Islam, dan
8
bagaimana
peranan
seorang
pembimbing
rohani
Islam
dalam
menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial. 3. Untuk bahan evaluasi dalam pelaksanaan layanan bimbingan rohani Islam bagi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 dan Dinas Sosial DKI Jakarta. Serta menambah referensi kajian tentang peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur.
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.13 Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Semua data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.14 2. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek penelitian ini adalah 2 orang pembimbing rohani Islam, dan 5 orang warga binaan sosial (WBS)
yang menerima
bimbingan. Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik dalam
13
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-33, edisi revisi, h. 4 14 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 6
9
non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. 15 Kemudian objek dalam penelitian ini adalah peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.16 Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu. Pada penelitian kualitatif bentuk data berupa kalimat, atau narasi dari subjek atau responden penelitian yang diperoleh melalui suatu teknik pengumpulan data.17 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan: a. Observasi atau Pengamatan Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul
15
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Cet. Ke-2, h. 106 16 Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005) 17 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.116
10
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.18 Inti dari observasi adalah adanya prilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat secara langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Karena mensyaratkan perilaku yang tampak, potensi perilaku seperti sikap dan minat dalam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan perilaku tidak dapat diobservasi. 19 Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian langsung terhadap proses kegiatan bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan. b. Wawancara Wawancara adalah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan
mengetahui mengenai
fakta-fakta mental/
kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien. Wawancara juga merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam, dimana seorang
18
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, ( Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62. 19 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.131 132
11
responden atau kelompok responden mengomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk didiskusikan secara bebas.20 Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan pembimbing rohani islam yang bertugas melakukan kegiatan bimbingan rohani islam pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.21 Dalam hal ini penulis mengumpulkan, membaca, memperoleh, dan mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen mengenai Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah sesuia dengan masalah yang diteliti. 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan teknik observasi, maka sumber
20
Elvinaro Ardianto, M.Si, Metodologi Penelitian untuk Public Relation, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), cet. Ke-1, h. 61. 21 Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73.
12
datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu.
22
Adapun sumber
data dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data primer, yang berupa wawancara kepada pembimbing rohani dipanti dan kepada warga binaan sosial (WBS) yang menerima bimbingan rohani islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur b. Data sekunder, yang berupa data tidak langsung yang berupa catatancatatan atau dokumen. 5. Analisis Data Analisis
data
adalah
suatu
proses
mengorganisasikan
dan
mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.23 Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu: a. Pengumpulan data, proses ini dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian,
dan
bahkan
di
akhir
penelitian.
Idealnya,
proses
pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft. Bahkan, Creswell menyarankan bahwa peneliti
22
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 129 23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h. 11.
13
kualitatif sebaiknya sudah berpikir dan melakukan analisis ketika penelitian kualitatif baru dimulai. b. Reduksi data, inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi, dan/ atau hasil dari FGD diubah menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing. c. Display data, pada prinsipnya display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas. d. Kesimpulan/ Verifikasi, merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis data kualitatif. Kesimpulan menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang mengungkap “what” dan “how. 24 Data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga dapat pengambilan kesimpulan mengenai peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur. 6. Teknik Penulisan Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Yang diterbitkan oleh CeQDA, April 2007, Cet. Ke-2. 24
181
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.164-
14
E. Tinjauan Pustaka Dalam membantu
penulis
untuk
melakukan penelitian maka
diperlukannya tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam di bidang bimbingan rohani Islam, yaitu sebagai berikut: a. “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian Di Polres Jakarta Pusat”, yang ditulis oleh Chintiya Puspita Sari. Hasil penelitian skripsinya menunjukan bahwa
pelaksanaan
bimbingan rohani memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan etos kerja anggota kepolisaian. Hal ini terlihat dari meningkatnya kinerja para anggota kepolisian yang setiap hari semakin giat dalam menjalankan tugasnya. Metode yang digunakan dalam melakukan bimbingan adalah metode ceramah. b.
“Peran
Pembimbing
Agama
dalam
Menanamkan
Pengetahuan
Keagamaan Pemulung Di Yayasan Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”, yang ditulis oleh Eka Camalia Nurhidayati. Hasil penelitian skripsinya
bahwa
pembimbing
agama
berperan
memberikan pemahaman, menanamkan rasa
sebagai
percaya diri
teladan, ibu-ibu
pemulung, penyelenggara program edukasional, pembangkit kesadaran masyarakat, membangun kedekatan emosional, dan advokatif dengan memberikan materi keagamaan meliputi aqidah, syariah dan akhlak bagi ibu-ibu pemulung di Yayasan Amal Media Insani.
15
c. “Peranan Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten”, yang ditulis oleh Hari Kohari Permasandi. Hasil penelitiannya bahwa metode bimbingan
agama
yang
digunakan
pembimbing
agama
dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia tak berbeda dari metode pembimbing lainnya seperti metode ceramah, tanya jawab, tapi ada juga metode yang berbeda yaitu metode pami-pami sehingga semua metode tersebut sangat digunakan dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia. d. “Peran Pembimbing Dalam Menanamkan Norma-Norma Kehidupan Bagi Warga Binaan Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6 Cengkareng”, yang ditulis oleh Siti Fatimatuz Zahra Al-Hasyim. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui metode yang digunakan pembimbing dalam menanamkan norma-norma kehidupan bagi warga binaan sosial adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode pembiasaan, metode keteladanan, metode sosiodrama, dan metode demonstrasi. Disini juga terlihat peran pembimbing sangat berperan dalam menanamkan normanorma kehidupan terutama norma agama yaitu penanaman nilai aqidah dan ibadah serta pada norma sosial yaitu penanaman nilai-nilai sosial yaitu rasa kasih sayang dan saling menghargai terhadap guru dan pembimbing bahkan sesama warga binaan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6 Cengkareng. e. “Peran Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi AnakAnak Yatim Di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar Kelurahan Beji Kota Depok”, yang ditulis oleh Sofhal Jamil. Hasil dari penelitian tersebut
16
bahwa peran pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian anakanak yatim di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar adalah sebagai pengganti orang tua, sebagai pendidik, dan motivator. Sedangkan peranan pembimbing agama menurut masyarakat adalah: sebagai pengganti orang tua dalam sisi kehidupannya dan sebagai pendidik baik formal maupun non formal. Dari kelima penelitian di atas yang membedakan dengan penelitian lainnya adalah peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur. Dalam penelitian ini membahas mengenai bagaimana peranan pembimbing rohani Islam dalam merubah pandangan, nilai-nilai, persepsi, dan sikap warga binaan sosial. Dimana warga binaan sosial ini merupakan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan etos kerjanya terbilang cukup minim. Sehingga perlu adanya upaya untuk menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) salah satunya dengan mengadakan kegiatan bimbingan seputar bekerja yang baik didalam Islam, bagaimana melakukan muamalah yang sesuai syariat, dan lain sebagainya. Ini semua disampaikan dengan bahasa-bahasa agama, oleh pembimbing rohani Islam di Panti. F. Sistematika Penulisan BAB I :
Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
17
BAB II :
Tinjauan teori meliputi konsep dan pengertian peranan,
dan fungsi pembimbing rohani islam yang meliputi : pengertian peran, pengertian pembimbing, syarat pembimbing, tujuan dan fungsi bimbingan, metode bimbingan, pengertian etos kerja, asas-asas etos kerja islami, fungsi etos kerja, dan ciri etos kerja islami. BAB III :
Dalam bab ini dijelaskan tentang gambaran umum tentang
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur diantaranya: profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, visi dan misi, kedudukan, tugas dan fungsi, asal WBS, persyaratan pengambilan WBS oleh keluarga, program pembinaan di panti, dan tahap pembinaan PMKS di panti. BAB IV :
Dalam bab ini menjelaskan hasil dan analisa data
penelitian, dengan penguraiannya tentang peran dan fungsi pembimbing rohani islam, proses bimbingan rohani Islam yang dilakukan, dan metode bimbingan rohani yang digunakan saat menyampaikan materi keagamaan. BAB V :
Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran terhadap
pembahasan bab-bab sebelumnya.
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Peran 1. Pengertian Peran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian peran adalah seperangkat tingkat yang diharapakan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. 1 Ralph Linton, seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto mendefinisikan peranan (role) sebagai berikut: “Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan-kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran.” 2 Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berprilaku tertentu. Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dengan teater, posisi orang dalam masyarakat sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. II, h. 667 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, Cet. 36, 2003), h. 243
18
19
orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.3 Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam 4 golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut: a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut c. Kedudukan orang-orang dan perilaku d. Kaitan antara orang dan perilaku4 Peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut: a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.5 Dari penjelasan mengenai pengertian peran diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu tingkah laku yang diharapkan orang lain dari individu dengan status sosial yang disandangnya dalam sebuah kelompok, dan mempengaruhi prilaku kelompok tersebut. 3
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), h. 233- 234 4 Ibid, h. 234 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), Cet. 44, h. 213
20
2. Manfaat Peranan Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagai masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Arti penting sosiologis dari peran ialah memaparkan apa yang diharapkan dari orang. Ketika individu di seluruh masyarakat menjalankan peran mereka, peran tersebut saling bertaut untuk membentuk sesuatu yang dinamakan masyarakat. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Shakespearse, peran sangkat efektif untuk mengekang orang – mengatakan pada mereka kapan mereka harus “masuk dan kapan mereka harus “keluar”, maupun apa yang harus dilakukan di antaranya.6 Menurut Ely Chinoy, dikutip oleh Soerjono Soekanto pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. 7 Peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena manfaat peranan sendiri adalah sebagai berikut: a. Memberi arah pada proses sosialisasi b. Pewarisan
tradisi,
kepercayaan,
nilai-nilai,
norma-norma
dan
pengetahuan. 6
James M. Henslin, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Jilid I , (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 95 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 215
21
c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat d. Menghidupkan
sistem
pengendali
dan
kontrol,
sehingga
dapat
melestarikan kehidupan masyarakat.8 B. Pembimbing Rohani Islam 1. Pengertian Pembimbing Rohani Islam Pengertian pembimbing menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang membimbing; pemimpin; penuntun. Sedangkan membimbing artinya memberi petunjuk. 9 Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance (Bahasa Inggris).
10
Kata “guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata
benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.11 Pengertian bimbingan menurut Prayitno: “ Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik secara perorangan (individu) maupun kelompok agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, yaitu: mengenal diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan sendiri, mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri.” 12 W.S Winkel mengemukakan : “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan 8
J. Dwi Narkowo dan Bagus Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 3, h. 160 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 117 10 Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi, Bimbingan dan Konseling Islam Di Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2009), h. 53 11 Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 18 12 Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7
22
penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak-ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan. “13 Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Mengemukakan: “Bimbingan dan penyuluhan agama adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran dan penyerahan diri terahadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaa hidup masa sekarang dan masa depannya.” 14 Dari beberapa pendapat tersebut, menurut penulis dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang kepada kelompok tertentu, untuk membantu dan mengarahkan mereka dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan menggali potensi serta kemandirian individu tersebut. Dalam masyarakat Islam telah pula dikenal prinsip-prinsip guidance and counseling yang bersumber dari firman Allah Swt serta hadis Nabi. Diantara dasar-dasar bimbingan dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi adalah sebagai berikut: Firman Allah SWT:
13
7
14
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h.
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan penyuluhan Agama, h. 19
23
ْ ُك ْنتُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج ُوف َو َت ْن َهوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ِ اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر ِ َّت لِلن َّ َِوتُ ْؤ ِمنُونَ ب َب لَ َكانَ َخ ْيرًا لَهُ ْم ِم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُون ِ اَّللِ َولَوْ آ َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا ََوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون “Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” 15 (Q.S Ali Imran: 110) Disamping ayat Al-qur’an diatas, terdapat pula beberapa sabda Nabi yang menjelaskan bahwa penasihatan atau konseling merupakan kewajiban agama. Sabda Rasulullah: “Sesungguhnya Demi Dzat yang diriku ada di tangan-Nya, engkau akan sungguh-sungguh memerintahkan kebajikan dan melarang kemungkaran ataukah Allah akan segera membangkitkan siksaan atas kamu daripada-Nya, kemudian kamu berdoa kepada-Nya sedang doamu tidak akan dikabulkan.” (HR. At-Tirmidzi) 16 Bertolak dari prinsip dasar di atas (ayat-ayat Al-qur’an dan hadis) yang berkenaan dengan kegiatan bimbingan rohani Islam di atas semoga dapat lebih menekankan bahwa kegiatan bimbingan agama, dakwah, tabligh, ceramah yang sifatnya mengajak orang lain kepada kebaikan merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim. Sehingga menjadikan kita untuk terus berlomba-lomba dalam menegakan amar ma’ruf nahi munkar. Pengertian
“rohani”
dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
Kontemporer dijelaskan, rohani adalah kondisi kejiwaan seseorang dimana
15
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 64 Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan penyuluhan Agama, h. 19 16
24
terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran agama yang dianutnya.
17
Rohani,
merupakan unsur yang paling halus, bersifat suci, dan ilahi karena dianggap berasal dari ilahi, kecenderungannya kepada yang suci, bersih, dan mulia, kekal dalam arti tidak hancur karena hancurnya badan jasmani.18 Menurut Imam Al-Ghazali seperti dikutip oleh Jamaludin Kafie mengatakan bahwa: “Roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu: roh jasmani dan roh rohani. Roh jasmani itu yaitu zat yang halus berpusat di ruang hati dan menjalar keseluruh urat nadi (pembiluh darah) selanjutnya tersebar keseluruh tubuh, karenannya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai macam perasaan serta dapat berpikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohani adalah bagian dari yang ghoib, dengan roh ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan, serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian, berkebutuhan, dan berprikemanusiaan), serta tanggung jawab atas segala tingkah lakunya. 19 Istilah ruh juga kadang-kadang dipergunakan dalam pengertian yang sangat ketat untuk menggambarkan spirit kepercayaan yang dihasilkan sebagai buah pengetahuan seseorang terhadap Allah, seperti mohon taubat kepada-Nya sampai mencari-Nya dengan penuh cinta. Ini merupakan spirit (dalam hal ini kesadaran terhadap Tuhan) dimana Allah menguatkan ketakwaan hamba-Nya yang terpilih.
17
Peter Salim dan Yeni, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h. 993 18 Drs. H. Isep Zainal Arifin, M. Ag, Bimbingan dan Penyuluhan Islam: Pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009),h. 27 19 Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Penerbit Indah, 1993), h. 16
25
Dalam hal ini, pengetahuan merupakan “ruh” (kekuatan spiritual), seperti keikhlasan, kebenaran, pertaubatan, cinta pada Allah dan penyerahan diri kepada-Nya. Manusia berbeda-beda dalam pencapaian kekuatan spiritual. Ada beberapa yang benar-benar menguasainya hingga menjadi makhluk “spiritual”, dan yang lain kehilangan kekuatan ini dan dalam titik hampa yang sangat ekstrem menjadi sangat duniawi dan menyerupai hewan.20 Menurut Zaini yang dikutip oleh Rafy Sapuri, manusia dalam Islam memang makhluk yang memiliki dimensi-dimensi kompleks. Manusia dimana pun dan beragama apa pun pasti tersusun dari jasad dan roh. Jasad diartikan sebagai tubuh fisik dan roh diartikan sebagai kekuatan yang berasal dari Allah SWT yang ditiupkan ke jasad manusia saat janin berusia 120 hari. Abu hanifah pernah mengatakan bahwa sumber krisis dunia adalah rohani yang tidak diberi makan (lapar). Demikian juga al-Kindi pernah berkata: ”Hakikat manusia adalah yang ada pada rohnya bukan yang ada pada jasadnya. Manusia akan kehilangan identitasnya di hadapan seluruh makhluk jika tidak mampu memahami eksistensi nilai-nilai ruhiyah yang telah bersemayam dalam dirinya.” 21 Selanjutnya pengertian Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi
20
Muhammad SAW,
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: menyingkap rentang kehidupan manusia dari prakelahiran hingga pascakematian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 293 21 Rafy Sapuri, M.Si., Psikologi Islam: Tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 9-10
26
berpedoman kepada kitab suci Al-qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. 22 Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat memahami pengertian pembimbing rohani Islam adalah individu yang melakukan kegiatan bimbingan kepada seseorang atau kelompok yang memiliki kesulitankesulitan dalam hal rohani/ batin dengan berpedoman kepada Al-qur’an dan Sunnah. Sehingga terbimbing dapat secara mandiri untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapainya dengan menumbuhkan pemahaman agama yang baik pada diri terbimbing. 2. Syarat-Syarat Pembimbing Pembimbing perlu memiliki sifat, syarat, dan keterampilan yang terus-menerus perlu dikembangkan. Adapun sifat atau syarat yang harus dimiliki petugas pembimbing antara lain adalah hendaknya: a. Memiliki sifat baik, setidak-tidaknya sesuai ukuran si terbantu. b. Bertawakal, mendasarkan segala sesuatu atas nama allah. c. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang keinginan untuk diberikan bantuan. d.
Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi emosi diri dan si terbantu.
e. Retorika yang baik, mengatasi keraguan si terbantu dan dapat meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 341
27
f. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap perlunya taubat atau tidak. 23 M. Lutfi juga mengemukakan mengenai berbagai sifat dan akhlak yang seharusnya dimiliki oleh setiap pembimbing: “Sifat atau akhlak tersebut adalah keteladanan (uswah), dan figur (qudwah), ikhlas, sabar dan intropeksi (ihtisab), optimis dan janji setia (tsiqah) kepada Allah, pemahaman mendalam, pengorbanan, antisipatif, dapat berinteraksi dengan berbagai kalangan, penuh perhitungan, cerdas, lemah lembut, menjaga ukhuwah islamiyah, bermartabat, mengutamakan tugas dan berserah diri kepada Allah Swt (tawakkal).24 Selain syarat-syarat di atas, menurut penulis ada satu hal yang perlu diperhatikan bagi seorang pembimbing rohani karena tugas seorang pembimbing adalah menyampaikan pesan dakwah maka pertama-tama pembimbing harus memulainya dari diri sendiri agar menjadi tauladan bagi orang lain. 3. Keterampilan Yang Dimiliki Pembimbing Menurut Jumhur dan Surya adapun keterampilan yang perlu dimiliki oleh
seorang
pembimbing
adalah
keterampilan
komunikasi,
yaitu
mendengarkan dan memerhatikan. Disamping itu, juga kemampuan untuk menyelenggarakan
23
konseling,
mengolah
data
individu,
melakukan
Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi, Bimbingan dan Konseling Islam Di Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2009), h. 142 24 Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 159
28
wawancara, dan menggunakan sumber-sumber yang terdapat di sekolah dan masyarakat.25
Berikut bagan penjelasan mengenai keterampilan komunikasi. 26 Memerhatikan dan Mendengarkan Klien Keterampilan Mikro
Keterampilan Komunikasi Verbal
Keterampilan Bersama Klien Secara Emosional
Mendengarkan Secara Aktif Keterampilan lain yang diperlukan menurut Bimo Walgito, yang dikutip oleh Samsul Munir: “Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik segi teori maupun praktik. Teori merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi landasan di dalam praktik. Praktik tanpa teori tidak dapat mencapai tujuan dan sasaran yang tepat. Demikian pula sebaliknya, praktik juga diperlukan dan menjadi hal penting, karena bimbingan dan penyuluhan merupakan “applied science” ilmu yang harus diterapkan dalam praktik seharihari sehingga seorang pembimbing akan sangat canggung apabila hanya memiliki teori tanpa memiliki kecakapan di dalam praktik.” 27
C. Tujuan, Fungsi, dan Metode Bimbingan 1. Tujuan Bimbingan Menurut Drs. H.M Arifin M, Ed., tujuan bimbingan agama adalah sebagai berikut: 25
Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h.
143 26
Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi, Bimbingan dan Konseling Islam Di Sekolah, h. 143 27 Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h.297
29
“Bimbingan dan penyuluhan agama dimaksudkan untuk membantu si terbimbing supaya memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem. Bimbingan dan penyuluhan agama yang ditujukan kepada si terbimbing agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya.28 Tujuan umum/ jangka panjang bimbingan dan konseling Islami adalah agar individu menjadi muslim yang bahagia dunia dan akhirat. Dimana untuk mencapai tujuan umum tersebut dalam proses konseling perlu dibangun kemandirian individu sebagai pribadi muslim.29 Adapun tujuan bimbingan secara khusus antara lain sebagai berikut: a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.30 Oleh karena itu, tujuan dari bimbingan rohani Islam ialah sebagai suatu kegiatan yang mengarahkan dan membantu individu atau kelompok untuk secara mandiri keluar dari masalah-masalah hidup yang dihadapai dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat Islam dan berdasarkan AlQur’an dan Sunnah.
28
Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan penyuluhan Agama, h. 39 29 Erhamwilda, Konseling Islami,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 119 30 Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), Cet. Ke-2,h. 35
30
2. Fungsi Bimbingan Selanjutnya fungsi dari bimbingan menurut Aunur Rahman Faqih: a. Pemahaman, yaitu membantu individu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. b. Preventif, yaitu mencegah klien agar tidak melakukan perbuatan yang bisa merugikan orang lain. c. Pengembangan, yaitu menciptakan situasi belajar yang kondusif dan memfasilitasi perkembangan klien. d. Perbaikan/penyembuhan, yaitu memberikan bantuan pada klien yang sedang mengalami masalah, baik yang berkaitan dengan pribadinya, sosial, belajar, maupun karirnya. e. Penyaluran, yaitu membantu klien agar mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kemampuan pada bidang dan keahlian yang dimilikinya. f. Penyesuaian, yaitu membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dimanapun ia tinggal dan berada. 31 3. Metode Bimbingan Rohani Islam Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis) untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam melakukan bimbingan, agar materi yang disampaikan oleh pembimbing dimengerti oleh terbimbing (penerima pesan) diperlukan metode, macam-macam metode yang digunakan dalam bimbingan antara lain sebagai berikut:
31
Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h. 7
31
a. Metode Interview (Wawancara), merupakan suatu alat untuk memperoleh fakta/ data/ informasi dari murid secara lisan, jadi terjadi pertemuan di bawah empat mata dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. b. Group Guidance (Bimbingan Kelompok), ada kontak ahli bimbingan dengan sekelompok klien yang agak besar mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif berdiskusi, serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab. Pembimbing mengambil banyak inisiatif dan memegang peranan instruksional, misalnya bertindak sebagai instruktur atau sumber ahli bagi berbagai macam pengetahuan atau informasi. c. Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan klien), metode ini sering disebut juga dengan nondirective (tidak mengarahkan). Dalam metode ini terdapat pandangan bahwa klien sebagai makhluk yang bulat memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self consistency). d. Directive Counseling, metode ini berlawanan dengan metode nondirective atau client centered, di mana konselornya dalam interviewnya, berada di dalam situasi bebas. Klien diberi kesempatan mencurahkan segala tekanan batin sehingga akhirnya mampu menyadari tentang kesulitan-kesulitan yang diderita. Dengan demikian, peranan konselor hanyalah merefleksikan kembali segala tekanan batain atau perasaan yang diderita klien. e. Educative Method, metode ini hampir sama dengan metode client centered, hanya bedanya terletak pada usaha mengorek sumber perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien serta mengaktifkan tenaga
32
kejiwaan klien (potens dinamis) melalui pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya. f. Psychoanalysis Method, metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu jika pikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-motif tertekan tersebut tetap masih aktif mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap di dalam alam bahwa ketidaksadaran (Das Es) yang disebutnya “Verdrongen Complexen”. 32 Selain metode yang diuraikan di atas, dalam perspektif Al-Qur’an juga metode yang bisa diterapkan dalam kegiatan bimbingan, yaitu metode bilhikmah, bil –mauidzah hasanah, dan bil-mujadalah. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah:
ُ ا ْد ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي َ ِّع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب َض َّل ع َْن َس ِبيلِ ِه ۖ َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين َ َّأَحْ َس ُن ۚ إِ َّن َرب َ ك هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl (16): 125) 33 Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam mengajak dan membimbing seseorang kepada jalan Allah, memerlukan metode dan teknik tertentu. Diman kita sebagai pembimbing harus memahami karakteristik, latar belakang dan kepribadian terbimbing, sehingga dapat menggunakan metode bimbingan yang sesuai dan tujuan dari bimbingan tersebut dalam tercapai. 32 33
Drs. Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 69-73 Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), h. 281
33
a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orangorang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. b. Metode “bil-mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk menunjukan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalildalil Allah yang rasional.’ c. Metode “bil-mauidzah”, dengan menunjukan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku.34
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Misalnya menurut Van Hoose mengemukakan bahwa: a.
Bimbingan didasarkan pada keyakinan pada bahwa dalam setiap diri manusia terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu orang lain memanfaatkan potensinya itu.
b.
Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap manusia adalah unik; seseorang berbeda dengan orang lainnya.
c.
Bimbinga merupakan bantuan kepada orang lain dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
34
135-136
Drs. M. Lutfi, M.A., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h.
34
d.
Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.
e.
Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus.35
D. Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja Etos dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya yaitu pandangan hidup yang khas dari suatu golongan.
36
Etos yang berasal dari bahasa
Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap penilaian bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu, pedoman, moral, dan perilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. 37 Selain itu definisi-definisi etos dari beberapa sumber dalam buku Etos kerja Islami diantaranya: a. Dalam buku Websters Worl University Dictionary dijelaskan etos ialah sifat dasar atau karakter yang merupakan kebiasaaan dan watak bangsa atau ras.
35
Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc. Ed, dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 218 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 428 37 H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), Cet. Ke-2, h. 21
35
b. Koentjoroningrat
mengemukakan
pandangannya
bahwa
etos
merupakan watak khas yang tampak dari luar dan terlihat oleh orang lain. c. Dalam Hand Book of Psycology Term, etos diartikan sebagai pandangan
khas
suatu
kelompok
sosial,
sistem
nilai
yang
melatarbelakangi adat istiadat dan tata cara suatu komunitas. d. Menurut Nurcholish Madjid, etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) ialah karakter dan sikap, kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tetang seorang individu atau sekelompok manusia. Etos juga berarti jiwa suatu kelompok manusia yang daripadanya berkembang padangan bangsa itu sehubungan dengan baik dan buruk, yaitu etika.38 e. Drs. H. Toto Tasmara juga mengartikan etos adalah norma serta cara dirinya mempersepsi, memandang dan meyakini sesuatu”.39 Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.40 Dari beberapa definisi-definisi mengenai pengertian etos diatas, menurut penulis dapat disimpulkan bahwa etos adalah cara pandang, konsep, keyakinan, sistem nilai dan seterusnya yang dimiliki seseorang atau kelompok yang disertai dengan semangat dan kemauan yang tinggi guna mewujudkan suatu harapan. 38
DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), h. 25-26 39 Ibid, h. 22 40 Musa Asy’arie, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, (Yogyakarta: Lesfi, 1997), Cet. Ke-1, h. 3
36
Selanjutnya pengertian kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah kegiatan melakukan sesuatu, yang dilakukan atau diperbuat untuk mencari nafkah.41 Pengertian bekerja dalam arti luas adalah bentuk usaha yang dilakukan oleh manusia, baik dalam hal materi maupun non materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan hal materi maupun keakheratan.42 Menurut Ahmad Janan Asifudin, kerja merupaka aktifitas sengaja, bermotif dan betujuan. Pengertian kerja biasanya terikat dengan penghasilan atau upah memperoleh hasil, baik bersifat materill atau non materiil.43 Etos Kerja, menurut Mochtar Buchori dapat diartikan sebagai suatu sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaaan kerja: ciri-ciri atau sifatsifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang atau kelompok manusia atau suatu bangsa. 44 Etos Kerja adalah sifat, watak, dan kualitas kehidupan batin manusia, moral, dan gaya estetik serta suasana batin mereka. Ia merupakan sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupan nyata. Etos kerja adalah pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadap kerja.45
41
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 428 Ilah Fadhilah, Skripsi “Hubungan Antara Pembinaan Agama dengan Motivasi Kerja Di Komunitas Pemulung Jurang Mangu Barat”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 28 43 DR. Ahmad Janan Asifudin, M.A., Etos Kerja Islami, h. 27 44 Mochtar Buchori, Penelitian Pedidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: IKIP Press, 1994), h. 6 45 Ibid, h. 6 42
37
Dari sejumlah definisi dan penjelasan diatas, penulis bisa menangkap bahwa etos kerja artinya pandangan, nilai, dan sikap mendasar yang dimiliki seseorang atau kelompok tertentu mengenai bekerja yang kemudian memancar dan direfleksikan dalam kehidupan nyata. Misalnya seseorang yang merasa bahwa bekerja itu adalah suatu penghormatan, kinerjanya akan lebih tinggi jika dibandingkan yang hanya sekedar bekerja. Begitu juga dengan orang yang merasa bahwa bekerja itu bukan sematamata untuk mencari uang, tapi juga sebagai usaha untuk menggapai ridho Allah SWT dan bernilai ibadah sehingga dengan sendirinya orang-orang tersebut melakukan hal-hal dalam pekerjaan dengan tulus dan totalitas. Contohnya: berangkat dan pulang kerja tepat pada waktunya, mengetahui bahwa pekerjaan meminta-minta dilarang dalam Islam maka Ia lebih memilih untuk berusaha lebih baik lagi.
2. Asas-Asas Etos Kerja Islami 46 Apa yang dimaksud dengan kerja? Makna “bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khoiro ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
46
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 45-46
38
Dari rumusan ini tampak bahwa etos kerja itu dapat didefinisikan sebagai: cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaanya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas. Rasulullah Saw. bersabda: “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang, dan dikendalikan orang lain. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati.” (HR. Bukhari dan Muslim) “Carilah oleh kalian semua rezeki di muka bumi.” (HR. Thabrani)
Bagi kaum muslimin, bekerja dalam rangka mendapatkan rezeki yang halal dan memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT.
َّ َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى َّللاُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ ۖ َو َستُ َر ُّدونَ إِلَ ٰى عَالِ ِم َب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون ِ ْال َغ ْي “Dan katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (at-Taubah: 105)
39
ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل ِ َضي ِ ُفَإ ِ َذا ق ِ ْت الصَّالةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي األر َّ ََّللا َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون َ َّ َّللاِ َو ْاذ ُكرُوا “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (al-Jumu’ah: 10) Karena bekerja dan berusaha merupakan bagian dari ibadah, maka aplikasi dan implementasi dari bekerja perlu diikat dan dilandasi oleh akhlak/ etika, yang disebut dengan etika profesi. Etika profesi itu antara lain tercermin dari kata-kata sifat, yaitu Shiddiq, Istiqomah, Fathanah, Amanah dan Tablig.
3. Fungsi Etos Kerja Lapangan mu’amalah adalah aspek dimana manusia berhubungan secara horizontal antara satu dengan yang lainnya dalam lapangan ekonomi, sosial, kemasyarakatan, dan nilai-nilai dalam rangka memenuhi hajat hidup di dunia fana ini. Untuk mencapai kebahagiaan yang dijanjikan Allah SWT haruslah manusia rajin bekerja dan berbuat sungguh-sungguh sehingga dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Sungguh banyak ayat-ayat yang bertebaran dalam Al-Qur’an yang mengundang manusia agar bermain dan mendorong mereka rajin bekerja. 47 Dengan memiliki etos kerja diharapkan umat Islam khususnya diharapkan supaya ummat Islam menjadi umat yang rajin, cekatan, dan
47
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram dalam Syari’at Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), h. 7
40
tangkas bekerja guna memproduksi kebaikan dan kebajikan sebanyak mungkin. 48 Selain itu etos kerja memiliki fungsi sebagai berikut: a. Pendorong timbulnya perbuatan b. Penggairah dalam aktivitas c. Penggerak, seperti mesin pada mobil. Besar dan kecilnya mempengaruhi motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.49
4. Ciri Etos Kerja Muslim Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, sautu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan (khairo ummah), diantaranya:50 a. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) b. Selalu berhitung c. Menghargai waktu d. Tidak pernah puas berbuat kebaikan (positive improvements) e. Hidup hemat dan efisien f. Memiliki jiwa wiraswasta
48
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram dalam Syari’at Islam, h. 9 49 A. Tarbani Rusyan, Pedekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989), Cet. Ke-8, h. 63 50 H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, Cet. 2, 1995), h. 29-61
41
g. Memiliki insting bertanding dan bersaing h. Keinginan untuk mandiri (independent) i. Haus memiliki sifat keilmuan j. Berwawasan makro – universal k. Memperhatikan kesehatan dan gizi l. Ulet, pantang menyerah m. Berorientasi pada produktivitas n. Memperkaya jaringan silaturrahim
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2 CEGER JAKARTA TIMUR A. Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 1. Sejarah Panti Pada tahun 1978 pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Sosial membangun sebuah panti dengan nama “Panti Pengemis Cipayung”, dalam perkembangan selanjutnya melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor: 736 Tahun 1996, menjadi Panti Sosial Bina Karya Bangun Daya 2 Ceger. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 20002, menjadi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 76 tahun 2000, berubah menjadi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang berfungsi sebagai penampungan sementara dan bimbingan sosial awal PMKS hasil penertiban dan penjangkauan sosial seperti gelandangan, pengemis, wanita tuna susila, jompo terlantar, anak jalanan, psikotik terlantar, penyandang cacat terlantar dan PMKS lainnya.1 Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial dalam pelaksanaan kegiatan penampungan sementara dan bimbingan awal PMKS hasil penertiban dan penjangkauan sosial. (Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 76 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya). 1
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Khair, S.Ag., M.Si, KA Sub Bag Tata Usaha, Ceger, 26 Maret 2014
42
43
2. Kondisi Panti Sosial a. Luas tanah
: 15.000 M²
b. Luas bangunan
: 10.000 M²
c. Kapasitas panti
: 250 orang
d. Lokasi panti
: Jl. Bina Marga No. 48 Ceger, Cipayung, Jakarta
Timur 13820, Telp. 021 844 5761 e. E-mail
:
[email protected] 2
3. Susunan Organisasi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Gambar 1 Struktur organisasi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 3 KEPALA PANTI
KA. SUB BAG TU
4. SEKSI PERAWATAN 5.
SEKSI BIMLUR
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
2 3
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014 Ibid
44
4. Sarana dan Prasarana Pendukung Tabel 1 Sarana dan prasarana pendukung di Panti Sosial 4 No
Nama Bangunan
Volume
1
Ruang kantor
1 unit
2
Auditorium
1 unit
3
Ruang rapat
1 unit
4
Pendopo
1 unit
5
Rumah Dinas
9 unit
6
Pos Jaga
2 unit
7
Ruang Gudang
1 unit
8
Kantin
1 unit
5. Kondisi SDM Tabel 2 Kondisi SDM di Panti Sosial 5 No Jabatan Organik 1 2 3 4
Kepala Panti Ka. Subag/ Ka. Sie Staf PNS Staf CPNS Jumlah
S2 1 2
3
Pendidikan Terakhir S1 D3 SMA SMP
SD
1
2
10
3
4
10
3
4
Jabatan Non Organik
1
4
Tenaga Pelayanan Sosial
3
1
8
Purwono, Buku Pedoman , Pelayanan Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta 5 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
45
6. Visi dan Misi Visi : “Mewujudkan Kemandirian dan Kualitas Hidup Binaan Sosial” Misi : a. Meningkatkan kualitas pelayanan sosial terhadap warga binaan sosial b. Meningkatkan harkat dan martabat binaan sosial c. Mengembangkan sistem sarana dan prasarana binaan sosial d. Mengembangkan prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pelayanan sosial. 6
7. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi a. Kedudukan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial dalam pelaksanaan kegiatan penampungan sementara dan bimbingan sosial awal penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger dipimpin oleh seorang kepala panti yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas Sosial. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya dikoordinasi oleh sekretaris Dinas Sosial. 7 b. Tugas Pokok Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger memiliki tugas untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial hasil
6
Purwono, Buku Pedoman , Pelayanan Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta 7 Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
46
penertiban dan penjangkauan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) jalanan. 8
c. Fungsi dan Tujuan Panti Sosial Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: a. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi, seleksi b. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan, administrasi, dan penempatan dalam panti c. Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan. d. Pelaksanaan asessmen meliputi penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah serta potensi. e. Pelaksanaan bimbingan fisik serta bimbingan mental dan sosial f. Pelaksanaan
penyaluran
kembali
kepada
keluarga,
persiapan
pemulangan ke daerah asal dan rujukan kepanti terkait. g. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi. Tujuan Didirikannya Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini adalah untuk mencegah dan mengurangi PMKS agar tidak kembali kejalan. 9
8
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
9
Pamflet, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
47
B. Asal dan Persyaratan Pengambilan WBS 1. Asal warga binaan sosial (WBS) a. Hasil penertiban dan penjangkauan sosial b. Rujukan dari rumah sakit c. Rujukan dari kepolisian d. Masyarakat 10
2. Persyaratan Pengambilan WBS Oleh Keluarga a. Foto copy KTP yang mengurus b. Foto copy Kartu Keluarga c. Surat keterangan RT, RW, Kelurahan, Kecamatan d. Surat keterangan dari sekolah apabila masih sekolah e. Surat rekomendasi dari instansi yang menertibkan f. Surat rekomdasi dari Dinas Sosial g. Menandatangani surat pernyataan dengan materai Rp. 6.000,- sebanyak 2 lembar 11 C. Program dan Tahap Pembinaan 1. Program Pembinaan di Panti Sosial a. Bimbingan Fisik Kegiatan yang dilaksanakan berupa senam kesegaran jasmani (SKJ) setiap satu minggu dua kali, ada juga futsall, bola voli, tenis meja, bulu tangkis, dan kerja bakti kebersihan lingkungan panti.
10
Ibid Purwono, Buku Pedoman , Pelayanan Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta 11
48
b. Bimbingan Sosial dan Case Conference Bimbingan sosial dilaksanakan secara individu maupun kelompok sehingga WBS dapat memahami permasalahannya serta untuk memperoleh masukan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan rujukan/ penyaluran sesuai dengan permasalahan yang dilanjutkan melalui kegiatan case conference (pembahasanan kasus). c. Bimbingan Psikologis Kegiatan yang dilaksanakan berupa konseling individu dan kelompok sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan harapan WBS. d. Bimbingan Rohani Islam Memberikan bimbingan keagamaan yang berkaitan dengan ibadah, akhlak, hakekat kehidupan, dan penanaman nilai-nilai agama. e. Bimbingan Hukum Memberikan pemahaman tentang Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum dan peraturan perundang-undangan lainnya, dengan harapan mereka dapat hidup layak dan normatif. f. Bimbingan Keterampilan Dilaksanankan sebagai upaya pemberian bekal keterampilan agar WBS dapat mengembangkan diri setelah kembali ke masyarakat antara lain: membuat keset, membuat pot, dan berkebun sayur. g. Bimbingan Kesenian Menyalurkan hobi dan bakat seni musik sehingga WBS dapat menyalurkannya dalam hal menyanyi.
49
h. Penyaluran/ Pembinaan Lanjut a. Penyaluran kepanti terkait b. Penyaluran kembali kekeluarga c. Pemulangan ke daerah asal ke Jawa Tengah dan Jawa Barat (program Dinas Sosial Prov. DKI Jakarta) 12
2. Tahap Pembinaan PMKS PSBIBD 2
Gambar 2 Tahap pembinaan PMKS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 13 TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
Pendekatan awal
Identifikasi WBS
Asesmen
Pemeriksaan dokumen persyaratan
Penjangkauan
Observasi Identifikasi
Penanda tanganan berita acara serah terima
Motivasi
Seleksi
Registrasi Penjelasan program pelayanan Penempatan dlm
panti Penentuan petugas pendamping Perawatan
12
Pengungkapan dan pemahaman masalah dari aspek fisik, sosial, psikologis sesuai dgn karakteristik WBS
TAHAP IV
TAHAP V
TAHAPV I
Pembinaan
Resosialisasi
Penyaluran
Bim. Fisik
Mengikutserta kan WBS dalam kegiatan sosial bersama masy. umum
Bim. Rohani Islam Bim. Sosial Bim. Hukum
Penelaahan Data WBS Identifikasi potensi dan sumber dari WBS dan keluarga
Penyusunan rencana pelayanan
Bim. Rekreasi B. Kesenian
Memberikan gambaran ttg lokasi tujuan penyaluran
Konsultasi keluarga Konsultasi psikologis Bim. Keterampilan
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Khair, S.Ag., M.Si, KA Sub Bag Tata Usaha, Ceger, 26 Maret 2014 13 Brosur, Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, pada Januari 2014
Persiapan penyaluran Pelaksanaan penyaluran ke: 1. Panti sosial terkait 2. Kembali pada keluarga 3. Pemulang an ke daerah asal 4. Lembaga pelayanan sosial lainnya
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan yang penulis dapatkan selama penelitian yang berlangsung di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, diantaranya identifikasi subyek penelitian, identifikasi objek penelitian serta analisis peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS). Kegiatan bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh seluruh WBS yang sudah terjadwal dan merupakan kegiatan yang dapat memberikan motivasi dan bimbingan pada warga binaan sosial (WBS) agar mereka bisa mendapat pencerahan dan mau meninggalkan profesi lama mereka (mengemis, mengamen, joki, gelandangan, pedagang asongan) dengan bekerja mencari nafkah sesuai syariat islam dan pertaturan Pemda DKI Jakarta, minimal mereka tidak kembali ke jalan lagi. A. Identitas Informan 1. Subyek I Pembimbing Tabel 3 Pembimbing Rohani Islam 1 No 1
Nama
Usia
Jabatan
Ustad Ahmad 25 Pembimbin Munzir Tahun g Rohani Islam 1
Pendidikan LIPIA (Semester IV) Jurusan Syariah
Bimbingan yang Diberikan - Ketauhidan - Fiqh shalat, puasa
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran, Di Jakarta pada Kamis, 3 April 2014.
51
52
2
M. Kurniawan, S.Sos
35 Tahun
Staff Bimbingan dan Penyaluran
-
-
Kesos UI (Universitas Indonesia) KPI (STIDD Al-Hikmah)
-
Muamalah Rukun Iman dan Rukun Islam Motivasi Kerja Islami Terapi Stress Terapi Do’a dan Dzikir Motivasi Hidup dan Kerja Konseling Individu Praktek Shalat berjama’ah Bimbingan baca Al-Qur’an
Deskripsi mengenai pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yaitu: a. Ustadz Ahmad Munzir Ustad Ahmad Munzir adalah salah satu pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Ustadz Munzir lahir di Basanlian Lombok Timur, pada tanggal 16 September 1988 berusia 25 tahun. Sekarang Ustadz Munzir sedang menempuh pendidikan lanjutan di LIPIA mengambil jurusan Syariah semester IV (empat). Beliau menjadi pembimbing rohani Islam di panti sejak tahun 2012 hingga sekarang, jadi kurang lebih sudah 2 tahunan. Sejarah Ustadz Munzir bisa menjadi pembimbing rohani islam di panti awalnya beliau datang ke Jakarta untuk kuliah di LIPIA pada tahun 2008. Setelah tiga tahun ada rekannya meminta Ustadz untuk memberikan bimbingan ke panti. Dengan niat untuk belajar
53
berdakwah dan berharap mendapat Ridho dari Allah SWT akhirnya Ustad Munzir memutuskan untuk menjadi pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 sampai sekarang.2 b. Bapak Kurniawan, S.Sos Bapak Kurniawan, S.Sos adalah salah satu staff di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 menduduki jabatan sebagai staff Bimbingan dan Penyaluran. Beliau dikenal oleh banyak orang dengan nama panggilan Pak Kur. Pak Kur lahir di Jakarta, 14 Januari 1979 dan berusia 35 tahun. Pendidikan terakhir beliau yaitu S1 di Universitas Indonesia jurusan Kesejahteraan Sosial dan di STIDDI Al-Hikmah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam semester akhir sedang dalam tahap penyusunan tugas akhir. Sejarah Pak Kurniawan bisa menjadi pembimbing rohani islam di panti karena awalnya beliau PNS (Pegawai Negeri Sipil) bagian Bimbingan dan Penyaluran. Di panti ini masih sangat kekurangan pembimbing rohani Islam, sebagai Sie. Bimbingan dan Penyaluran beliau merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan bimbingan baik agama, sosial, hukum, dan motivasi kepada warga binaan sosial ( WBS). Selain itu basic beliau yang erat dengan dakwah dan kuliah di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam jugalah yang membuat kecintaan
2
Wawancara pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Jakarta, pada 3 April 2014.
54
beliau untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada warga binaan sosial ( WBS) di panti.3 2. Terbimbing Adapun deskripsi mengenai terbimbing adalah sebagai berikut: Tabel 4 Terbimbing berdasarkan jenis kelamin4
No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
23 Orang
2
Perempuan
17 Orang
Jumlah
40 Orang
[
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terbimbing laki-laki berjumlah 23 orang dan terbimbing perempuan berjumlah 17 orang. Tabel 5 Terbimbing Berdasarkan Usia5
3
No
Usia
Jumlah
1
20-25
4 orang
2
26-31
3 orang
3
32-37
7 orang
4
38-42
9 orang
5
43-48
10 orang
6
49-53
6 orang
7
54-59
-
8
60-64
1 orang
Jumlah
40 orang
Wawancara langsung dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran, Di Jakarta pada Kamis, 3 April 2014. 4 Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Periode Maret 2014. 5 Ibid
55
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas terimbing berada dikisaran usia 43-48 tahun, yang mana pada usia ini dapat dikatakan dikatakan sebagai usia produktif. Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Klasifikasi WBS 6 No
Klasifikasi WBS
Jumlah
1
Pengamen
6 orang
2
Joki
10 orang
3
Pemulung
5 orang
4
Pengemis
13 orang
4
Gelandangan
2 orang
5
Pedagang Asongan
4 orang
Total
40 orang
Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Asal Daerah 7 No
Asal Daerah
1
Jakarta
10 orang
2
Padang
1 orang
3
Tangerang
5 orang
4
Jawa Tengah
8 orang
5
Jawa Barat
6 orang
6
Jawa Timur
7 orang
7
Palembang
1 orang
8
Lampung
1 orang
Jumlah
6
Jumlah
40 orang
Data kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Periode Maret 2014. 7 Ibid
56
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas terbimbing yang mengikuti bimbingan adalah WBS yang berusia 43-48 tahun dan memiliki klasifikasi pekerjaan sebagai pengamen, pengemis, joki, pedagang asongan, gelandangan dan pemulung. Terbimbing yang menjadi sampel penelitian penulis adalah yang aktif mengikuti kegiatan bimbingan agama berjumlah 5 orang. Terdiri dari 2 laki-laki dan 3 perempuan. Dengan jenis klasifikasi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), yaitu pengemis, pemulung, dan pedagang asongan. Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil pengamatan penulis selama dilapangan karena WBS dengan klasifikasi lainnya tidak dapat dijadikan objek penelitian karena keterbatasan waktu atau mental dari WBS itu sendiri. Adapun terbimbing yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang telah penulis wawancarai diantaranya : a. Amrizon Pak Amrizon berusia di 37 tahun lahir di Padang, 28 November 1976. Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, sayangnya beliau bertatus belum menikah walau di usia yang tidak muda lagi. Pendidikan terakhir Pak Amrizon yaitu Sekolah Teknik, ini setara dengan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pak Amrizon tinggal di Palmerah, Jakarta Selatan. Bekerja sebagai pedagang asongan yang menjual ID-Card, gantungan, casing HP, dan lain-lain. Dengan penghasilan sehari-harinya berkisar antara Rp. 50.000,sampai dengan Rp. 100.000,-.
57
Pak Amrizon ada di panti sejak tanggal 10 Maret 2014. Latar belakang Pak Amrizon bisa masuk ke panti karena di bawa oleh dua orang SATPOL PP yang sedang melakukan razia, dan akhirnya Pak Amrizon dibawa ke Suku Dinas Jakarta Selatan karena berjualan di tempat yang dilarang yaitu JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) di daerah Polda Metro Jaya. Ini pertama kalinya Pak Amrizon terjaring razia oleh Satpol PP, walaupun sebelum-sebelumnya dia tau bahwa ada Peraturan Daerah (Perda) No. 8 Tahun 2007, yaitu larangan berjualan di JPO. Walaupun begitu Pak Amrizon masih nyaman berjualan di jembatan karena ingin mengumpulkan modal untuk buka usaha. Tapi berdasarkan pengakuan dari Pak Amrizon, setelah keluar dari panti dia tidak akan mau lagi jualan ditempat yang terlarang. Dia memilih untuk membuka usaha lain misalnya kios makanan dengan cara menyewa.8 b. Amirudin Bapak Amirudin, tinggal di Lapak Pemulung daerah Kalibata. Lahir di Pemalang, 19 Januari 1975 usianya 38 tahun. Merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pak Amir memiliki dua orang anak, yaitu SD kelas lima dan balita berusia 5 tahun dan istrinya merupakan ibu rumah tangga. Pendidikan terakhir Pak Amirudin yaitu SMP di daerah Pemalang Jawa Timur. Pekerjaan sehari-hari Pak Amir yaitu bekerja di proyek dari jam 8 pagi sampai dengan jam 4 sore dengan gaji Rp. 50.000,- per 8
Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 27 Maret 2014.
58
hari. Karena Pak Amir memiliki dua orang anak dan satu istri yang menjadi tanggungannya, Pak Amir memilih untuk mencari tambahan dengan cara memulung setelah pulang kerja di proyek kira-kira 1 sampai 2 jam-an. Malangnya hari itu tanggal 10 Maret 2014, Pak Amirudin dibawa oleh Satpol PP ke panti saat sedang tertidur di taman karena kelelahan.9
c. Hatinah Ibu Hatinah berusia 50 tahun, lahir di Subang pada tanggal 16 Maret 1964. Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Bu Hatinah tinggal di Klender di Kampung Pertanian Tengah RT 01 RW 01. Pendidikan terakhirnya lulus SD, di SDN Jati Rejo Subang Jawa Barat. Bu Hatinah memiliki 2 orang anak dan 3 orang cucu. Bu Hatinah masuk ke panti pada tanggal 28 Maret 2014. Pagi itu Bu Hatinah sedang berjalan dengan suaminya Pak Kaming mau menuju ke rumahnya setelah mengemis di salah satu perumahan. Ternyata ketika hendak menyebrang jalan tiba-tiba ada mobil Dinas Sosial (Dinas Sosial), akhirnya mereka berdua terjaring razia dan dibawa ke panti. Menurut pengakuan Bu Hastinah dia terpaksa mengemis karena untuk membantu suaminya yang tuna netra. Baru 20 hari dia di Jakarta, biasanya Bu Hastinah tinggal di kampung. Suaminya sudah 7 tahun mengemis dan tidak pernah terjaring razia karena minta9
Hasil wawancara dengan Amirudin, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 27 Maret 2014.
59
mintanya di perumahan. Suaminya memiliki penuntun orang Tegal, tetapi sedang pulang kampung. Terpaksa Bu Hatinah yang menggantikan untuk menemani suaminya mengemis. Penghasilan mengemis Bu Hastinah Rp. 30.000,- sampai dengan Rp. 60.000,-.10 d. Nuryani Bu Nuryani, lahir di Palopo tanggal 5 Mei 1973 usianya sekarang sudah 40 tahun. Bu Nur merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Tempat tinggal Bu Nur di daerah Juanda gang Kingkit, dia tinggal dengan anak terakhirnya sedangkan anak pertama dan keduanya bekerja di Yogyakarta. Bu Nur memiliki pendidikan terakhir yaitu STM (Sekolah Tinggi Menengah) Palopo, Makassar. Bu Nuryani ada di panti sejak tanggal 11 Maret 2014, dia dirazia oleh Satpol-PP karena sedang berjualan di Monas. Kegiatan sehari-hari Bu Nuryani yaitu berdagang dan mulung. Dia berjualan kopi, mie, rokok, permen, dan lain –lain dari jam 09.00 s.d 17.00 WIB setelah itu Bu Nur melanjutkan kegiatannya dengan memulung dari jam 19.00 s.d 04.00 WIB di daerah Monas sampai ke daerah Senen dengan berjalan kaki. Pagi-paginya dia pulang dulu ke kontrakan untuk menyiapkan perlengkapan anaknya sekolah. Bu Nur melakukan ini untuk menghidupi kebutuhan sehariharinya juga kebutuhan anak terakhirnya. Suaminya telah meninggal dunia karena tabrakan di daerah Kalimantan, sehingga Bu Nur harus memenuhi kebutuhan ekonominya sendirian. Penghasilan yang 10
Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014.
60
diperoleh Bu Nur untuk dagang Rp. 20.000,- s.d Rp. 30.000,- dan penghasilan untuk mulung Rp. 35.000,- per hari.11 e. Suniti Ibu Suniti, lahir di Banjarnegara pada tanggal 23 Oktober 1973. Ibu suniti berusia 40 tahun dan merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Pendidikan terakhir Bu Suniti hanya sekolah dasar saja, karena waktu itu di desanya pendidikan masih minim. Alamat rumahnya di daerah Klender Jakarta Timur. Bu Suniti berada di panti sejak tanggal 20 Maret 2014, dia terjaring razia oleh Satpol PP disaat jalan pulang menuju ke rumah. Bu Suniti dan suaminya dibawa oleh Satpol PP karena melanggar ketertiban umum Pemda DKI Jakarta yaitu mengemis. Ibu Suniti mengemis bersama suaminya, dimana Bu Suniti sebagai penuntun suaminya yang berdasarkan infomasi ternyata seorang tuna netra. Bu Suniti baru saja datang dari kampung, karena suaminya sudah lama tidak mencari nafkah. Suami Bu Suniti sudah tidak bisa melihat sejak 7 tahun yang lalu, sehingga suaminya tidak bisa bekerja seperti biasa. Karena kebutuhan sehari-hari yang mendesak, akhirnya suami Bu Suniti memilih untuk datang ke Jakarta untuk mengemis. Suaminya memiliki seorang teman yang untuk menemani saat mengemis
11
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014.
61
(penuntun), tapi sekarang sedang pulang kampung sehingga suaminya kembali pulang ke kampung. Karena terlalu lama di kampung membuat Bu Suniti dan keluarga, merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ini memaksa Bu Suniti untuk ikut suaminya ke Jakarta untuk mengemis, sayangnya baru satu minggu di Jakarta Bu Suniti terjaring razia oleh Satpol PP dan dibawa ke panti sosial. Pendapatan sehari-hari Bu Suniti dan suami dari hasil mengemis berkisar antara Rp. 30.000,-sampai dengan Rp. 40.000,-/ hari. 12 B. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan bimbingan rohani Islam diberikan kepada warga binaan secara intensif oleh Ustad Munzir dan Pak Kurniawan. Mereka memiliki jadwal bimbingan yang berbeda, dimana Pak Kurniawan sekaligus staff Bimbingan dan Penyaluran memiliki andil untuk bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan untuk warga binaan. Untuk jadwal bimbingan rohani Islam yang dipimpin oleh Ustadz Munzir dilaksanakan pada hari Senin mulai pukul 10.00-11.30 WIB, di aula PSBI atau di aula asrama. Sebagaimana yang Ustadz Munzir kemukakan dalam wawancara: “Awal-awalnya kegiatan bimbingan rohani Islam disini, di Aula hari Senin dari jam 10.00 WIB sampai dengan jam 11.30 WIB.
12
Wawancara Pribadi dengan Suniti , WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 5 April 2014.
62
Terus sering juga kita melaksanakannya di Ruang Bimbingan WBS/ di Barak Lantai 2.”13 Dalam penyampaian materi bimbingan rohani Islam Ustad Munzir sering kali didampingi oleh Pak Kurniawan, atau staff Bimbingan Penyaluran lainnya. Ini dikarenakan butuh penjagaan ekstra untuk mengkondisikan suasana, yakni agar WBS tetap fokus dalam mengikuti kegiatan bimbingan. Selain itu sebelum Pak Munzir menyampaikan materi, biasanya ada pembukaan atau pengarahan-pengarahan terlebih dahulu dari Pak Kurniwan, Bapak H.Abdul Khair, S.Ag, M.Si, atau Bapak Purwono, SH, M.Si selaku Kepala Panti.14 Sedangkan tempat dan jadwal bimbingan rohani Islam yang di pimpin oleh Pak Kurniawan, sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan berikut: “ Tempatnya didepan klinik itu setiap pagi, memberikan motivasi, terapi doa dan dzikir, terapi psikososial, terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Treatment) dimana kita mulai dengan dzikir kemudian menarik nafas sambil berdoa agar ketegangan WBS menurun. Lalu baca surah-surah pendek, AlIkhlas, An-Nas, dan lain-lain. Pelaksanaanya setiap Senin, Rabu, Kamis. Emmm...sering juga bimbing doa di ruang makan, tapi sebelumnya dimotivasi dulu tetang bersyukur kepada Allah SWT. Sering juga dilaksanakan bimbingan shalat di Mushalla di asrama WBS atau di Aula. Setiap Senin juga mendampingi Ustad Munzir menyampaikan ceramah. Bimbingan itu paling lama 45 menit..dan seminggu tiga kali, kalau cuma satu kali engga efisien mereka takut lupa.”15
13
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger, 3 April 2014 14
Observasi di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, 23 Januari s.d 15 April 2014 Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014. 15
63
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tempat pelaksanaan bimbingan rohani Islam yang dipimpin oleh Pak Kurniawan yaitu didepan klinik yang merupakan tempat terbuka (outdoor), bimbingan diberikan kepada warga binaan sosial (WBS) setiap pagi hari Senin, Rabu, dan Kamis. Pak Kurniawan juga memberikan bimbingan di ruang makan, yaitu bimbingan doa, dan menanamkan rasa syukur kepada warga binaan sosial (WBS); memberikan bimbingan shalat berjama’ah di Mushalla; motivasi hidup dan motivasi bekerja di aula, dan lain sebagainya. Untuk lamanya waktu pelaksanaan bimbingan, yaitu 45 menit dengan intensitas waktu seminggu 3 kali agar WBS tidak lupa dengan materi yang disampaikan. JADWAL BIMBINGAN ROHANI ISLAM Tabel 8 Jadwal Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 216 NO 1
WAKTU Senin, Pukul 07.30 s.d 08.00 WIB
16
JENIS BIMBINGAN Terapi Stress
DESKRIPSI -
Bentuk terapinya dengan mengintruksikan kepada WBS untuk mengikuti gerakan pembimbing, menyentuh anggota tubuh tertentu. Dimulai dari kepala, wajah dan tangan. Materi yang disampaikan juga sifatnya universal, ada agama, sosial,
TUJUAN -
Agar hilang ketegangannya, dan kembali normal, tenang, dan dimudahkan segala masalahnya.
-
Untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah atau silaturahim antar WBS, sekaligus
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran, Di Jakarta pada Kamis, 3 April 2014.
64
ekonomi, dan lainlain WBS diajak untuk berlari-lari kecil dilapangan. Terapi doa dan WBS diajak untuk dzikir mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an dan mengikuti lantunan doa dan dzikir yang pembimbing ucapkan. Motivasi Hidup Penyampaian materi dan memberikan semangat kepada WBS agar senatiasa mensyukuri hidup.
silaturahim
-
2.
3
4
Senin, 10.0011.30 WIB
Ceramah Agama
Ustad Munzir menyampaikan materimateri yang berkaitan dengan agama islam. Rabu, Motivasi hidup, Pembimbing melakukan 10.00 – tujuan hidup, bimbingan yang sifatnya 12.00 WIB kultum, informal, misalnya konsultasi, mendatangi asrama WBS cerita tentang dan sharing dengan masalah wbs mereka. Kamis, - Terapi Stress Kita mulai dengan 10.00- Terapi Doa mengupayakan WBS 12.00 WIB dan Dzikir untuk mengenali - Motivasi keluarganya, kita juga hidup menyampaikan tentang bagaimana kita harus sabar, dan memiliki penerimaan yang baik..
Agar WBS mendapatkan ketenangan batin dengan senantiasa mengingat Allah SWT. Agar WBS tidak terus-menerus menyalahkan keadaan dan mau berubah mind set untuk tidak kembali kejalan. Agar pengetahuan WBS bertambah dan prilakunya berubah agar lebih normatif. Untuk mengetahui masalah WBS dan memberikan masukanmasukan kepada mereka. Agar WBS bisa senang , dan gembira melalui waktu-waktu dipanti dan memiliki harapan-harapan untuk kehidupan yang lebih baik kedepannya.
2. Proses Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Setiap kegiatan pasti memiliki tata cara atau prosedur tertentu agar tujuan dari kegiatan tersebut bisa tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan. Begitu juga dengan proses bimbingan rohani Islam yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, berikut adalah pernyataan-
65
pernyataan dari beberapa informan mengenai proses bimbingan rohani Islam. Bu Hatinah mengemukakan: “Prosesnya pertama berdoa terlebih dahulu, shalat dulu, dzikir, shalawatan dulu, baru ceramah seputar ibadah shalat, puasa, tentang sabar, tentang kerja terus baru tanya jawab deh Dek....”17 Ustadz Munzir juga mengungkapkan: “Proses pertama yaa dimulai dengan memuji Allah, dan selalu menyadarkan mereka tentang banyaknya nikmat Allah yang diberikan untuk dihayati dan pikirkan dari pada kita selalu mengeluh karena kekurangan. Setelah itu menyampaikan materi tentang tauladan Rasulullah, sikap-sikap beliau kepada istri, anakanak, keluarga, dan tetangganya. Mudah-mudahan itu bisa dijadikan contoh oleh WBS. Baru kita sampaikan materi pada hari itu, baru tanya jawab, lalu istirahat makan-makan snack. Ada juga reward bagi WBS yang bisa menjawab. Kalau games-games dan doa-doa itu setiap pagi sudah diberikan sama Pak Kurniawan. Setelah itu kita tutup dengan doa penutup dan salam.”18 Proses bimbingan yang dilakukan oleh Ustadz Munzir, pertama yaitu dengan memuji Allah melalui dzikir, doa, agar mereka menyadari banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Sehingga warga binaan sosial tidak lagi mengeluh dan marah dengan kondisi mereka saat ini. Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian materi keagamaan, mengadakan forum tanya jawab, istirahat makan snack, dan ditutup dengan doa dan salam. Berikut proses bimbingan rohani Islam yang dipimpin oleh Pak Kurniawan: “Pertamanya saya salam dulu, kemudian menanyakan kabar mereka Apa kabar hari ini? Mereka Jawab: Alhamdulillah 17
Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 5 April 2014. 18 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger, 3 April 2014.
66
sehat, Allahu Akbar, kemudian agar WBS konsentrasi kita ice breaking dulu, terus doa dan dzikir susunannya membaca dua kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doadoa belajar, doa kesehatan, doa ketenangan, doa orang tua, doa dunia akhirat, istigfar, habis itu kita semua mendoakan WBS. Kalau pagi-pagi ditambah motivasi dan terapi kemudian gerakgerak...oyaa sebelum mulai sambil nunggu WBS kumpul semua kita setel murotal, nasyid, lagu-lagu islami. Penyampaian materinya sedikit, kalau ada waktu sedikit boleh juga curhat, cerita baru deh salam-salaman, doa, penutup.” Berdasarkan analisis penulis dari hasil wawancara dan observasi di lapangan bahwa proses bimbingan yang dipimpin oleh Pak Kurniawan diawali menyetel lagu-lagu islami, atau murotal agar WBS merasakan ketenangan batin ini dilakukan sambil menunggu WBS berkumpul. Kemudian
bimbingan
dimulai
dengan
mengungkapkan
salam,
menanyakan kabar dengan jawaban yang telah disepakati sebelumnya yaitu dengan menjawab “Alhamdulillah sehat, Allahu Akbar”. Selanjutnya adalah mengkondisikan WBS agar mereka fokus mengikuti bimbingan yaitu dengan ice breaking misalnya yel-yel, ikrar, atau games. Contoh ikrarnya “Saya berjanji tidak akan mengemis lagi, saya berjanji akan berusaha, saya berjanji tidak akan ke jalan lagi”. Lalu membimbing WBS untuk berdoa dan berdzikir, susunanya dimulai dari membaca dua kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa belajar, doa kesehatan, doa ketenangan, doa orang tua, doa dunia akhirat, istigfar, setelah itu mendoakan warga binaan sosial (WBS) agar mereka merasa bahwa masih ada orang-orang yang peduli dengan mereka. Kalau bimbingan dilakukan pagi hari, bimbingan ditambah dengan motivasi dan terapi agar badan WBS bergerak dan ketegangan stress mereka menurun. Menyampaikan materi bimbingan dan jika ada sisa
67
waktu WBS diizinkan untuk bertanya, curhat, baru penutup dengan doa, shalawat, dan saling bersalaman-salaman. Untuk bimbingan hari Senin setelah bersalam-salaman WBS diwajibkan mengikuti kegiatan shalat berja’mah, dimana Imam, Adzan, dan Qomatnya dilakukan oleh WBS untuk melatih mereka displin, dan menjadi seorang pemimpin. Dari
hasil
observasi
dan
wawancara
dilapangan
penulis
menyimpulkan bahwa pembimbing rohani memiliki peran sangat penting dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) ini terlihat dari proses bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang terlaksana dengan baik dan terstruktur, sehingga terbimbing ikut antusias dalam mengikuti bimbingan rohani Islam. C. Metode yang Digunakan dalam Bimbingan Rohani Islam Metode dalam bimbingan sangat diperlukan agar materi yang disampaikan oleh pembimbing dimengerti oleh terbimbing (WBS). Adapun metode yang digunakan oleh pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bagun Daya 2 dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS adalah sebagai berikut: 1. Metode Ceramah Pembimbing menggunakan metode ceramah atau tausiyah dengan lama waktu kurang lebih 60 menit. Metode ini dalam keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sama dengan metode bimbingan kelompok, yaitu dimana ada kontak ahli bimbingan dengan sekelompok klien yang agak besar mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif berdiskusi,
serta
menggunakan
kesempatan
untuk
tanya
jawab.
68
Pembimbing mengambil banyak inisiatif dan memegang peranan instruksional, misalnya bertindak sebagai instruktur atau sumber ahli bagi berbagai macam pengetahuan atau informasi. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh pembimbing dalam membimbing warga binaan sosial (WBS) yaitu dengan menyampaikan materi dengan tema tertentu kepada warga binaan sosial (WBS). Materi yang disampaikan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan warga binaan sosial (WBS) yang menjadi terimbing saat itu, karena warga binaan sosial (WBS) yang menjadi sasaran bimbingan itu sangat bervariasai dan berganti-ganti.19 Menurut penulis metode ceramah ini cukup efektif digunakan, karena menyampaikan materinya dengan cara komunikasi satu arah. Ini dilakukan karena pengetahuan agama warga binaan sosial (WBS) yang agak minim, sehingga lebih banyak menerima materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing.
2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab, adalah salah satu metode yang digunakan dalam bimbingan rohani Islam. Metode ini biasanya digunakan saat pembimbing telah selesai menyampaikan materi keagamaan. Warga binaan
sosial
(WBS)diberi
kesempatan
untuk
bertanya
kepada
pembimbing jika ada materi yang kurang jelas dan belum di mengerti. Pembimbing tidak memberikan batasan jumlah pertanyaan, dan diperbolehkan untuk bertanya diluar konteks materi hari itu. Biasanya 19
Observasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam, Ceger, 27 Maret 2014
69
pertanyaan akan langsung dijawab oleh pembimbing rohani saat itu juga, dan terkadang pihak panti menyediakan hadiah untuk warga binaan sosial (WBS) yang aktif bertanya selama kegiatan bimbingan berlangsung. Contoh pertanyaan yang dilontarkan oleh Ibu Nuryani dalam mengikuti bimbingan yang dipimpin oleh Pak Kurniawan, yaitu: “Pak, nama saya Nuryani mau tanya apa perbedaan rukun iman, rukun islam, dengan tauhid?.” Pembimbing (Pak Kurniawan) langsung menjawab: “Tauhid itu ilmu tentang bagaimana kita mengesakan Tuhan, diantaranya kita harus meyakini rukun iman dan rukun islam. Tidak hanya mengerti dan paham tapi juga mengamalkannya.”20 Selain itu pertanyaan yang dilontarkan WBS lain dalam bimbingan yang dipimpin oleh Ustad Munzir, yaitu: “Kok kami ditangkap sih Ustadz....memangnya ada tidak larangan joki, memulung, dan mengamen dalam Al-Qur’an?” Pembimbing (Ustad Munzir) juga langsung menjawab: “Islam melarang kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti itu dengan menyetarakan pekerjaan-pekerjaan yang disetarakan dengan ‘joki’. Seperti tadi kita kan disuruh taat kepada Allah dan Rasulullah, nah ini semua menjadi dasar kita untuk menaati pemimpin kita walaupun pemimpin itu merupakan orang yang dzalim atau bahkan tidak pernah shalat. Selama dia tidak memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah SWT misalnya membunuh orang, atau yang lain itu baru tidak boleh. Nah....kalau demi kenyamanan kita bersama, untuk
20
Observasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, 23 Januari s.d 15 April 2014
70
ketertiban masyarakat itu wajib kita ta’ati meskipun pemerintah itu tidak sepenuhnya baik.”21 Metode tanya jawab yang dilakukan oleh pembimbing, sangat menunjang dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Kita bisa tau sejauh mana konsentrasi warga binaan sosial (WBS) dalam mengikuti bimbingan dan bagaimana daya tangkap warga binaan sosial (WBS). Sayangnya, metode yang digunakan pembimbing masih menggunakan metode satu arah yaitu terbimbing bertanya dan pembimbing menjawab. Pada season ini terbimbing lainnya tidak diikut sertakan dalam berkomentar, memberikan tanggapan, dan memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau pembahasan yang sedang dibahas. 3. Client Centered Method (metode yang dipusatkan pada keadaan terbimbing) Metode ini sering disebut juga dengan nondirective (tidak mengarahkan). Dalam metode ini terdapat pandangan bahwa terbimbing sebagai makhluk yang bulat memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self consistency). Dari hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan penulis menemukan bahwa metode ini sama dengan bimbingan yang sifatnya informal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak Kurniawan sebagai pembimbing rohani Islam: “Untuk bentuknya bimbingannya ada yang bimbingan klasikal, individual, spiritual, motivasi, setiap pagi di morning meeting saling kumpul untuk mengenal satu sama lain dan silaturahim, jadi sifatnya informal dan formal. Kalau formal kan ceramah21
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger, 3 April 2014.
71
ceramah gitu, nah kalau yang informal itu mengingatkan untuk ibadah, teguran-teguran, ngobrol agar sadar, dan senantiasa berdoa.”22 Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa bimbingan rohani Islam di panti juga menggunakan metode Client Centered, dimana pembimbing melakukan bimbingan yang sifatnya informal (agak santai) misalnya: Ngobrol-ngobrol dengan warga binaan sosial (WBS) mengenai penyebab mereka masuk ke panti, harapan-harapan kedepan setelah keluar dari panti, kemudian mengarahkan mereka apakah ingin bekerja, ikut pulang ke kampung halaman, atau menunggu diurus keluarga. Setelah itu baru didata, jika ada yang mau bekerja maka disalurkan ke panti-panti sosial lainnya agar mendapatkan bimbingan yang lebih mendalam. Tapi jika ada yang belum tertarik bekerja dan merasa kurang termotivasi maka pembimbing akan memberikan pengarahan-pengarahan lebih lanjut. 4.
Nonton Bareng Metode ini merupakan salah satu cara menyampaikan pesan yang digunakan oleh pembimbing rohani Islam melalui film, atau video-video motivasi yang mengandung unsur hiburan dan edukasi. Sehingga selain warga binaan sosial (WBS) mendapatkan hiburan melalui film yang ditayangkan tapi warga binaan sosial (WBS) juga bisa mendapatkan hikmah dari apa yang mereka tonton.
22
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014.
72
Film-film yang ditayangkan biasanya yang bernuansa islami atau memiliki nilai edukasi yang cukup baik seperti: Negeri Lima Menara, Hafalan Shalat Delisa, Laskar Pelangi, Alangkah Lucunya Negeri Ini, dan lain-lain. Ada juga video-video motivasi berdurasi pendek antara 10 sampai 15 menit, diantaranya video mengenai Anak Durhaka, Renungan Untuk Apa Kita Hidup, Belajar dari Seekor Katak Tuli, Jangan Menyerah, Motivasi Sukses, dan lain sebagainya.23 Kegiatan nonton bareng ini cukup menarik perhatian, dan membuat warga binaan sosial (WBS) antusias dalam mengikuti bimbingan. Kegiatan ini juga mampu membuat warga binaan sosial (WBS) mendapatkan inspirasi-inspirasi mengenai kehidupan mereka setelah keluar dari panti, karena mendapatkan motivasi hidup, bekerja, dan ibadah dari apa yang ditanyangkan. 5. Metode Do’a dan Dzikir Sebelum
materi
bimbingan
disampaikan
pembimbing
menggunakan metode dzikir dan do’a. Metode ini dilakukan secara bersama-sama, dimana pembimbing membaca kalimat-kalimat dzikir atau do’a kemudian warga binaan sosial (WBS) mengikuti apa yang pembimbing ucapkan. Metode ini bertujuan agar warga binaan sosial (WBS) merasakan ketenangan batin, dan menurunkan tingkat stress mereka. 24
23
Daya 2
24
Observasi dalam kegiatan Bimbingan Rohani Islam, di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014.
73
Metode yang digunakan oleh Ustad Munzir selaku pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 untuk menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) adalah metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode nonton bareng dengan terbimbing. Sedangkan metode yang digunakan oleh Bapak Kurniawan, S.Sos.I selaku pembimbing rohani Islam dan staff bimbingan dan penyaluran adalah metode ceramah, tanya jawab, Client Centered Method, nonton bareng, dan metode do’a dan dzikir. Metode ini mereka terapkan kepada warga binaan sosial (WBS) agar mereka mampu menyerap materi yang disampaikan dengan cepat dan agar apa yang disampaikan lebih mudah diaplikasikan dalam kehidupan terbimbing. Dari hasil wawancara dan observasi dapat terlihat bahwa peran pembimbing rohani Islam sangat penting dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) yaitu dari metode-metode yang mereka gunakan dalam menyampaikan materi bimbingan, yang bertujuan agar WBS lebih mudah menerima dan mengaplikasikan materi yang telah pembimbing berikan. D. Analisis Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Menumbuhkan Etos Kerja pada WBS (Warga Binaan Sosial) Pada penelitian kali ini penulis fokus untuk membahas mengenai bimbingan rohani islam, terutama peran pembimbing rohani islam dalam menumbuhkan etos kerja warga binaan sosial (WBS). Peranan (role) merupakan
aspek
dinamis
kedudukan
(status).
Apabila
seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan-kedudukannya
74
maka dia menjalankan suatu peran.25 Sehingga pada penelitian ini kita bisa lihat sejauh mana seorang pembimbing rohani berperan memberikan pengarahan-pengarahan kepada warga binaan sosial (WBS) melalui bahasabahasa agama, sehingga etos kerja warga binaan sosial (WBS) bisa meningkat. Etos kerja itu sendiri merupakan pandangan, nilai, dan sikap mendasar dari seseorang
mengenai kerja yang memancar dan direfleksikan dalam
kehidupan nyata. Sehingga diharapkan setelah warga binaan sosial (WBS) mengikuti bimbingan rohani islam di panti, pandangan, nilai, dan sikap dari masing-masing warga binaan sosial (WBS) mengenai bekerja dapat berubah. Setidaknya mereka memiliki harapan-harapan kedepan untuk mencari penghasilan yang lebih baik, dan tidak kembali ke jalan. Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan penulis menemukan bahwa bimbingan rohani islam di panti bermanfaat untuk membantu masalah yang dihadapi warga binaan sosial (WBS). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Munzir: “Manfaatnya untuk menyadarkan mereka dengan materi-materi yang saya sampaikan. Intinya sih saya berharap dengan mengikuti kajian seperti ini dapat merubah hidup mereka karena telah berbuat baik dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ta’lim.”26 Dari ungkapan Ustadz Munzir diatas terlihat bahwa bimbingan rohani Islam dapat merubah hidup warga binaan sosial (WBS) menjadi lebih baik melalui materi-materi yang disampaikan. Hal lain diungkapkan oleh Bapak H. Abdul Khair, S. Ag, M.Si: 25
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, Cet. 36, 2003), h. 243 26 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Pembimbing Rohani Islam, Ceger, 3 April 2014
75
“Bimbingan mental dan spiritual seorang Ustadz berkaitan dengan penyampaian materi kepada warga binaan, minimal pembimbing tahu permasalahan dari warga binaan kami sehingga akan memberikan sebuah solusi minimal bisa memberikan solusi dengan contoh-contoh ayat-ayat Al-Qur’an, hadis-hadis, atau tuntunan syariat lainnya dan contoh-contoh figur dari Nabi Muhammad agar memiliki gambaran dari Nabi. Sehingga kita tetap berusaha bagaimanapun kondisi kehidupan kita. Kita harus tetap semangat tidak pasrah dengan masalah hidup. “27 Dari ungkapan diatas terlihat bahwa pembinaan warga binaan sosial (WBS) melalui bimbingan rohani Islam diharapakan seorang pembimbing bisa menyampaikan materi-materi yang sesuai dengan kondisi warga binaan sosial (WBS) dengan bahasa-bahasa agama. Sehingga mereka tidak begitu saja pasrah dan tetap semangat dalam menghadapi setiap masalah hidup. Selain itu dari hasil observasi dan wawancara langsung selama dilapangan ternyata bimbingan rohani Islam memiliki manfaat yaitu agar warga binaan sosial (WBS) mendapatkan ketenangan batin. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak M. Kurniawan, S. Sos : “Dengan mengikuti bimbingan WBS bisa mendapat ketenangan batin. Terus ada juga sesi curhat, sehingga WBS bisa menyampaikan apa masalah yang mereka hadapi dan memberikan solusi. Selain itu saya juga menyampaikan untuk selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan seberat apapun masalah yang mereka hadapi. Biasakan doa dan dzikir Insya Allah ada jalan keluarnya.”28 Dari hasil observasi dan wawancara langsung dari pembimbing rohani Islam selama di lapangan, penulis juga melakukan wawancara langsung dengan terbimbing (warga binaan sosial). Penulis menemukan bahwa seorang pembimbing rohani Islam memiliki peran dalam menumbuhkan etos kerja pada
27
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Khair, S.Ag, M.Si, KA Sub Bag Tata Usaha, Ceger, 26 Maret 2014 28 Wawancara dengan Bapak Kurniawan, S. Sos, Staff Bimbingan dan Penyaluran dan Pembimbing Rohani Islam, Ceger, Kamis, 3 April 2014.
76
warga binaan sosial (WBS) dengan di awali dengan menenangkan diri dan belajar ikhlas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 4: Menurut aku hati jadi rasanya tenang dan mulai sadar bahwa ini kesalahan aku. Sehingga aku pasrah dengan semua yang terjadi, berdoa sama Allah semoga aku di dalam panti ini ada hikmahnya aja. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, saya salahin diri saya sendiri. Selain itu manfaat yang lain dengan ikut bimbingan saya jadi bertambah pengetahuan tentang agama, dari yang tidak tahu jadi tahu. Lalu untuk motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi dari sekarang, dan merubah sikap juga.29 Dari hasil wawancara di atas juga dapat terlihat, pertama-tama yang dilakukan oleh pembimbing adalah mengupayakan agar terbimbing dapat menerima dengan ikhlas bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari sekenario Tuhan, dimana Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan orang tersebut. Setelah itu baru diberikan materi untuk meningkatkan etos kerja masing-masing warga binaan, misalnya agar kedepan setelah keluar dari panti dapat bekerja lebih baik lagi dari sekarang. Hal lain diungkapkan oleh informan 3: “Iya Dek, saya lebih menerima aja kenapa bisa ada disini, ga terlalu marah-marahlah. Saya jadi yakin aja kalau Allah SWT pasti akan membantu.” 30 Dari ungkapan informan 3 diatas dapat terlihat peran dari seorang pembimbing yaitu dengan apa yang disampaikan dapat membuat terbimbing berubah dari segi afektif, dimana saat pertama kali masuk ke panti warga binaan sosial (WBS) masih bersikap kasar, dan suka marah-marah kepada
29
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014. 30
Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014.
77
orang-orang disekitar mereka. Tapi setelah beberapa kali mengikuti bimbingan, dapat terlihat bahwa WBS sudah mulai berubah baik dari segi ucapan atau tingkah laku. Hal lain diungkapkan juga oleh informan 3 dan 4: “Dengan mengikuti bimbingan kami di motivasi untuk mandiri, misalkan tentang bagaimana caranya merubah hidup jadi lebih baik dan layak. Kami diberi pengarahan agar jangan melakukan pelanggaran. Perhatikan dimana wajarnya bisa dagang, di tempattempat yang tidak dilarang. Makanya dari situ saya mau coba mulai dagang di pasar, supaya jangan melanggar”.31 “Disampein si Dek ceramah-ceramah supaya kita engga minta-minta lagi, supaya hidup mulai mandiri. Tapi ya itu Dek, suami saya tuna netra bingung mau gimana nanti saya ga bisa dapat penghasilan.”32 Dari ungkapan informan 4 dapat terlihat bahwa apa yang disampaikan oleh pembimbing diantaranya untuk memotivasi dan memberikan warga binaan sosial (WBS) agar bisa hidup lebih mandiri, dan lebih layak daripada sekarang dalam arti kata warga binaan sosial (WBS) diarahkan agar tidak lagi meminta-minta dijalan, tidak menjadi joki, dan melanggar ketertiban yang telah diatur dalam peraturan daerah. Hal berbeda di ungkapkan oleh informan 3, dari ungkapan Ibu Hastinah dapat terlihat bahwa Bu Hastinah mengakui dalam ceramah-ceramah keagamaan disampaikan tentang bagaimana bekerja yang baik dalam Islam, lebih baik berusaha sendiri mengerahkan kemampuan yang ada dari pada harus mengharapkan kasihan dari orang lain. Hasil dari wawacara disini menunjukan bahwa Bu Hastinah hanya sampai menyatakan bahwa pembimbing memang 31
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014 32 Wawancara dengan Ibu Hatinah, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta pada tanggal 05 April 2014.
78
menyampaikan tentang materi etos kerja dan Bu Hastinah sadar bahwa pekerjaan mengemis itu dilarang. Tapi di sisi lain Bu Hastinah merasa belum yakin untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dengan alasan karena suaminya yang tuna netra dan pengangguran. Bu Hastinah merasa hanya ini satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apa yang diberikan dan disampaikan oleh pembimbing rohani islam juga membuat pandangan dan pola pikir warga binaan sosial (WBS) berubah sebagaimana yang diungkakan oleh informan 1 berikut: “Bekerja seperti apa yang telah disampaikan oleh Pak Kurniawan, bekerjalah karena Allah semata. Bekerjalah kamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah kamu seolah-olah kamu akan mati besok. Arti dari bekerja adalah tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah, seperti yang dikatakan Pak Kurniawan nanti pada akhir jaman di Padang Mashyar Allah tidak akan melihat atau menghadap kepada orang yang meminta-minta..mereka datang kesana dengan tidak dilapisi daging sekalipun, wajahnya rata. Orang meminta-minta itu termasuk orang yang pemalas.”33 Dari ungkapan informan 1 dapat terlihat perubahan pandangan mengenai bekerja, terutama dalam Islam. Pak Amrizon terlihat paham bahwa dalam Islam kita dilarang mengemis untuk memperkaya diri sendiri. Karena di Padang Mashyar kelak, orang yang suka meminta-minta akan menghadap kepada Allah SWT dengan muka tidak dilapisi sepotong dagingpun. Hal lain diungkapkan oleh informan 4 : “Pandangan saya setelah ikut bimbingan sekarang ingin merubah hidup, ya mau dagang sayuran di pasar. Soalnya itu sesuai dengan aku, saya ga mau lagi dagang di emperan. Saya mau kumpulin modalnya sedikit-sedikit. Kalau ada rezeki saya mau buka usaha laundry juga. Bekerja dalam Islam juga ternyata diantaranya harus 33
Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 27 Maret 2014.
79
jadi pedangang yang jujur sesuai dengan syariat agama. Tidak boleh melakukan yang haram, dan melanggar ketertiban. “ 34 Ini terlihat juga dari hasil wawancara oleh informan 5: “Yah kedepan saya bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi, biar nanti ga balik ke jalan,,,pengennya ga minta-minta di jalan lagi Mba. Pengen ngumpulin modal buat buka usaha, dagang nasi uduk atau gorengan. Cuma masih suka bingung ini...suami saya, ga bisa ngeliat, jadi susah nyari nafkahnya.”35 Dari ungkapan informan 4 dan 5 dapat terlihat bahwa setelah mengikuti bimbingan rohani Islam warga binaan sosial (WBS) jadi memiliki rencana-rencana ke depan untuk memperbaiki hidup dan tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Mereka berniat untuk mengumpulkan modal untuk membuka usaha kecil-kecilan. Tapi dari hasil wawancara tersebut ada juga perbedaan jawaban antara informan 4 dan 5. Dimana, informan 4 merasa yakin akan merubah kebiasaan dia bekerja, yaitu dari dagang asongan di tempat yang di larang oleh Pemda DKI Jakarta setelah mengikuti bimbingan Bu Nuryani mau mulai berdagang sayur di pasar dan mengumpulkan untuk modal untuk buka laundry. Selain itu Bu Nuryani juga mulai tumbuh etos kerjanya, ini terlihat karena Bu Nuryani mengungkapkan bahwa jadi pedagang itu harus jujur, dan tidak melawan pemerintah karena pada dasarnya itu semua di tetapkan demi kenyamanan bersama. Ini agak sedikit berbeda dengan hasil wawancara dengan Bu Suniti. Walaupun Bu Suniti sudah memiliki pandangan/ motivasi untuk berdagang tapi terlihat dari cara mengungkapkannya Bu Suniti
34
Wawancara dengan Nuryani, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 5 April 2014 35 Wawancara dengan Ibu Suniti, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 14 April 2014
80
masih tidak yakin benar-benar akan meninggalakan pekerjaan lamanya karena melihat kondisi suami yanh tidak bisa melihat. Pembimbing rohani Islam sangat berperan dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS), ini dapat terlihat dari ungkapan informan 2: “Peran pembimbingnya si sudah bagus, tapi kalau yang dikasih pengarahan kaya gitu kaya gitu gimana Mba kaya pengemis-pengemis kan mereka mah turun-temurun dijalan. Jadi walau pembimbingnya sudah bagus kasih ceramah, semua kembali lagi sama WBSnya.” 36 Hal lain diungkapkan oleh informan 1: “Peran mereka penting, supaya kami tersadar. Apa yang disampaikan Pak Kurniawan kan benar, tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Tapi kan balik lagi ke kita masing-masing, apakah mereka mau mendengar...Allah tidak akan melihat ke orang yang suka meminta-minta. Itu kan bagi mereka yang mau menyadari, soalnya agak sulit WBS disini terutama pengemis kan biasa hidup enak, biasa dapat uang cepat dengan meminta-minta terus sekarang disuruh bekerja, berdagang, dan lain sebagainya rasanya agak sulitlah..ya tapi kembali kediri mereka masing-masing.” 37 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat terlihat, bahwa pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 memiliki peran penting dalam menumbuhkan etos dan motivasi kerja pada warga binaan sosial. Dimana pembimbing menyampaikan mengenai materi-materi yang berkaitan tentang bagaimana bekerja di dalam hukum Islam, larangan mengenai mengemis, mencontohkan bagaimana Rasulullah dan para sahabat berusaha untuk mencari nafkah dengan tidak mengandalkan orang lain, serta bagaimana cara bermuamalah yang baik dalam Islam. 36
Hasil wawancara dengan Amirudin, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 27 Maret 2014. 37 Hasil wawancara dengan Amrizon, WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Ceger, 27 Maret 2014.
81
Tapi karena jumlah klasifikasi warga binaan sosial yang beragam dan keterbatasan waktu pembinaan di panti. Maka terlihat dari ungkapan para terbimbing mereka hanya sampai tahap menyadari bahwa bekerja yang baik itu dengan tidak mengharapkan belas kasihan dari orang lain, tidak melanggar peraturan-peraturan yang di buat oleh pemerintah. Sayangnya, mereka terlihat masih ragu untuk benar-benar tidak kembali melakukan pekerjaan sebelumnya. Ini di karenakan banyak faktorfaktor yang mempengaruhi mind set warga binaan itu sendiri, yakni: faktor ekonomi misalnya fisik yang tidak lagi mendukung untuk bekerja seperti disabilitas, tuna netra, sehingga membuat beberapa warga binaan merasa tidak ada jalan lain selain mengemis; faktor pendidikan, pendidikan warga binaan yang umumnya rendah membuat cara pandang dan pola kerja mereka cenderung rendah; faktor agama, minimnya pengetahuan mereka tentang pendidikan agama membuat mereka juga tidak bisa benar-benar mengamalkan apa yang disampaikan oleh pembimbing. Selain itu karena Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 ini merupakan panti penampungan sementara hasil penjaringan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), dimana pembinaan-pembinaan yang diberikan juga terbatas dengan jangka waktu 1 bulan sampai dengan 3 bulan. Tergantung masing-masing warga binaannya jika setelah sebulan mereka mau kembali kerumah maka di perbolehkan untuk pulang, jika mereka ingin melanjutkan pendidika maka mereka di salurkan ke panti-panti yang memang memiliki program pendidikan, atau setelah dari panti mereka ingin melatih skill dan kemampuan mereka di salurkan ke panti lain untuk mendapatkan
82
pelatihan, seperti bercocok tanam, menyetir, membuat kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden selama di lapangan penulis dapat merefleksikan peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2. Dari beberapa orang terbimbing yang menjadi responden pada penelitian kali ini, mayoritas adalah orang-orang yang memiliki etos kerja rendah. Ini terlihat dari profesi yang mereka jalani seharihari, yaitu mengemis, memulung, atau pedagang asongan yang melanggar peraturan daerah DKI Jakarta. Sehingga mereka harus di rehabilitasi di panti sosial, dan mendapatkan bimbingan. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa pembimbing di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 berperan dalam memberikan bantuan kepada terbimbing (WBS) agar bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan hidup dan mampu mengatasi sendiri masalahmasalah yang dihadapi. Bimbingan
yang diberikan itu bersifat psikis
(kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Materi dan metode bimbingan yang digunakan pembimbing di sesuaikan dengan kondisi WBS saat itu, dimana materi yang disampaikan antara lain tentang tata cara shalat, berdoa, rukun iman, rukun islam, dzikir, bagaimana bekerja dalam Islam, motivasi bekerja, dan lain-lain. Sedangkan metode yang digunakan pembimbing adalah metode ceramah, tanya jawab, client centered, nonton bareng, dan metode doa dan dzikir.
83
Peran pembimbing lainnya dapat terlihat dari manfaat yang dirasakan WBS setelah mengikuti bimbingan, yaitu; meningkatkan ketenangan batin, bertambahnya pengetahuan agama, menumbuhkan rasa tawakal WBS kepada Allah, memotivasi untuk memiliki rencana hidup yang lebih baik, membimbing agar WBS tidak lagi kembali ke jalan, dan memotivasi WBS untuk bekerja dan mencari nafkah yang halal. Ini terlihat dari beberapa pernyataan responden yang telah mengikuti kegiatan bimbingan rohani saat di tanyakan tentang pandangan mereka mengenai bekerja, mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak dibenarkan dalam syariat Islam. Sehingga mereka memiliki rencana-rencana untuk memperbaiki kehidupannya di masa mendatang. Seperti mulai mengumpulkan modal untuk menyewa toko, dan berdagang secara legal. Selain itu, ada juga beberapa WBS yang terlihat hanya sampai pada tahap menyadari bahwa bekerja yang baik itu harus mandiri, tidak melanggar peraturan, dan tidak mengharapkan belas kasihan orang lain. Selebihnya mereka masih kurang yakin akan benar-benar meninggalkan pekerjaan lama mereka karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti minimnya pendidikan baik umum atau agama, faktor ekonomi yang termasuk dalam kategori rendah (miskin), kurangnya pelatihan untuk melatih skill masingmasing WBS, terbatasnya waktu binaan dan tidak adanya pendampingan lebih lanjut setelah mereka keluar dari panti sehingga tidak dapat di lakukan pendataan lebih lanjut mengenai WBS yang tidak kembali ke profesi lama mereka atau minimal melakukan pengawasan bahwa WBS tidak kembali lagi ke jalanan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur tentang peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) adalah sebagai berikut: 1. Prosesnya bimbingan rohani Islam di panti diawali dengan mengucapkan salam terlebih dahulu, menanyakan kabar mereka, kemudian agar WBS konsentrasi diberikan ice breaking, lalu dilanjutkan dengan doa dan dzikir susunannya yaitu dengan membaca dua kalimat syahadat, shalawat, membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa pendek, istigfar, baru menyampaikan materi, tanya jawab, penutup, salam-salaman sambil bershalawat untuk meningkatkan ukhuwah antar WBS. 2. Metode-metode yang digunakan dalam bimbingan rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode client centered, metode nonton bareng, serta metode doa dan dzikir. 3. Pembimbing rohani Islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 telah melakukan beberapa upaya dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, yaitu dengan menyampaikan materi-materi yang berkaitan dengan etos kerja, dan metode yang di sesuaikan dengan kondisi WBS. Tapi pada penelitian kali ini penulis tidak menemukan indikasi bahwa WBS yang telah mengikuti bimbingan benarbenar tumbuh etos kerjanya. Ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi di lapangan, dimana WBS masih hanya pada tahap “menyadari” kalau
84
85
pekerjaan yang mereka lakukan itu tidak di bolehkan dalam Islam atau negara. Tapi di satu sisi mereka juga masih belum yakin akan benar-benar tidak kembali ke jalan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Oleh karena itu perlu ada pendampingan dan pengawasan lebih lanjut untuk meningkatkan etos kerja WBS dan meminimalisir angka PMKS di Indonesia. B. Saran Dari hasil pengamatan penulis mengenai peran pembimbing rohani Islam dalam menumbuhkan etos kerja pada warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, penulis memberikan saran sebagai berikut; 1. Untuk pembimbing kedepannya lebih banyak menggunakan metode bimbingan yang interaktif, materi-materi, dan pelatihan-pelatihan kerja yang di sesuaikan dengan kondisi WBS di panti. 2. Ada jadwal bimbingan khusus untuk WBS yang mengalami gangguan masalah kejiwaan (ODMK) dan WBS yang normal, agar kegiatan bimbingan berlangsung lebih efektif dan WBS lebih cepat menangkap pesan yang sampaikan. 3. Untuk benar-benar meningkatkan etos kerja pada WBS, kegiatan bimbingan rohani Islam diharapkan lebih ditingkatkan intensitasnya, dan diadakan pendampingan serta pengawasan lebih lanjut untuk mengontrol WBS yang telah mendapatkan bimbingan dan telah keluar dari panti agar tidak kembali lagi jalanan dan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
86
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Jakarta: Maghfirah Pustaka. Amin, Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010. Arifin, M. Ag, Drs. H. Isep Zainal. Bimbingan dan Penyuluhan Islam: Pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009. Arifin, M.Ed., Drs. H. Muhammad. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, Cet. Ke-13. ------------. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, Cet. Ke-9. Asifudin, M.A., DR. Ahmad Janan. Etos Kerja Islami, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004.
Asy’ari, Musa. Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, Yogyakarta: Lesfi, Cet. 2, 1997. Asyari, Musa. Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Jogyakarta: Lesfi, 1997, Cet. ke-1. Buchori, Mochtar. Penelitian Pedidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: IKIP Press, 1994. Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, Cet. ke-16. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-2, 1989. Kementrian Sosial RI, Buku Panduan Pengumpulan dan Pengolahan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2002. Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, Petunjuk Teknis Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat Bagi Gelandangan, Pengemis, dan Pemulung Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial, Jakarta: 2011.
87
Faqih, Aunur Rahman. Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press, Cet. Ke-2, 2001. Hafidhuddin, Didin. Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2010, Cet. Ke-2. Hasan, Aliah B. Purwakania. Psikologi Perkembangan Islami: menyingkap rentang kehidupan manusia dari prakelahiran hingga pascakematian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Henslin, James M. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Jakarta: Erlangga, Jilid I, 2006. Husman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Narkowo, J. Dwi dan Bagus Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana, 2007. Kafie, Jamaludin. Psikologi Dakwah, Surabaya: Penerbit Indah, 1993. Lutfi, Muhammad, Drs.,M.A,. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. ke-33. Mu’awanah, S.Ag., M.Pd, Elfi dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si.,Psi, Bimbingan dan Konseling Islam Di Sekolah, Jakarta: PT. Bumi Askara, 2009. Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983. Prayitno, Prof. Dr. H., M.Sc. Ed, dan Drs. Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 Pusat Penyuluhan Sosial. Bersama Penyuluh Sosial Kita Bangun Indonesia Sejahtera, Kementrian Sosial RI, 2013. Sugiyono, Prof. Dr., Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005. Salim, Peter dan Yeni, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991.
88
Sapuri, Rafy. Psikologi Islam: Tuntutan Jiwa Manusia Modern, Jakarta: Rajawali Press, 2009. Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV. Rajawali, 1984. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Grafindo Persada, Cet. ke- 36, 2003. -------------, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, Cet. 44, Ed.1, 2012. Tasmara, Toto, Drs. H. Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta: PT. Dhana Bhakti Wakaf, Cet. ke-2, 1995. -------------, Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, Cet.Ke-2, 1995. Ya’qub, Hamzah , Etos Kerja Islam: Petunjuk Pekerjaan Yang Halal dan Haram dalam Syari’at Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001.
Yusuf, Syamsu, dan Dr. A Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-2.
Nama Usia NOMOR
: Hatinah : 50 Tahun PERTANYAAN/ JAWABAN
Agama Klasifikasi
: Islam : Pengemis
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
BUTIR
Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Jawab: Supaya tahu beginibegini...supaya jadi lebih baik dari kemarin sama nambah pengetahuan sedikit-sedikit.
2.
Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Jawab : Saat bimbingan perasaan jadi sedih Dek, ingat anak cucu di rumah. Jadi pengen pulang,,,menyesal juga kenapa mesti begini, berharap jadinya si Bapak jangan minta-minta lagi. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Jawab: Iya sih Dek, saya lebih menerima aja kenapa bisa ada disini, ga terlalu marah-marahlah. Saya jadi yakin aja kalau Allah SWT pasti akan membantu. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Jawab: Disampein si Dek. Ceramah-
4.
REFLEXI
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutantuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan Suniti yang berprofesi sebagai pengemis, dapat terlihat Ia memiliki etos kerja yang rendah sebelum masuk ke panti. Pembimbing memberikan bantuan kepada Hastinah berupa bimbingan, sehingga setelah mengikuti bimbingan Ia meyakini Allah akan membantunya setiap masalahnya dan mulai menerima masalah yang Ia hadapi. Bantuan yang diberikan pembimbing di sesuaikan dengan kebutuhan terbimbing, dalam hal ini hastinah memiliki etos kerja rendah dan mencari nafkah dengan memintaminta sehingga menurut pengakuan Hastinah dalam bimbingan disampaikan bagaimana kita harus bekerja keras dan laranganlarangan meminta-minta.
KATA KUNCI
1.
3.
TEORI
Supaya bertambah pengetahuan agamanya Supaya lebih baik dari hari kemarin
Menyesal juga kenapa mesti begini Berharap jadinya si Bapak jangan minta-minta lagi. Saya lebih menerima aja Yakin aja kalau Allah SWT pasti akan membantu
Ceramahceramah supaya kita engga minta
Pada butir ke-1 tujuan Hatinah mengikuti bimbingan yaitu untuk menambah pengetahuan dan menjadikan diri lebih baik dari hari kemarin. Pernyataan ini berkaitan dengan butir ke-3 dan ke-5, dimana pada butir ke-3 Hastinah mengemukakan setelah Ia mengikuti bimbingan Ia mulai menerima keadaan, dan meyakini bahwa Allah pasti akan membantunya. Manfaat yang dirasakan Hastinah ini berkaitan dengan materi yang di sampaikan pembimbing di antaranya; shalat, doa, dzikir, arahan agar tidak kembali ke jalan, dan motivasi untuk bekerja. Pada butir ke-2 dapat terlihat setelah mengikuti bimbingan Hastinah mengaku menyesal dengan apa yang dilakukan dan tidak ingin mengemis lagi. Dalam butir ke-7 Hastinah
Page 1
5.
6.
7.
8.
ceramah supaya kita engga minta-minta lagi, supaya hidup mulai mandiri. Tapi ya itu Dek, suami saya tuna netra bingung mau gimana nanti saya ga bisa dapat penghasilan. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Jawab: Materinya tentang shalat, dzikir, doa dan kasih arahan agar jangan ke jalan minta-minta lagi, tentang motivasi supaya kita lebih baik bekerja, cari penghasilan yang halal. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Jawab: Sudah sih Dek, pada baik ceramahnya. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Jawab: Kemaren juga disampein kita harus bekerja keras, tidak boleh meminta-minta, mencuri juga tidak boleh. Saya ngerti sih Dek, tapi suami saya gimana Dek...?? Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Jawab: Bagus kok Dek, saya juga biasanya kerja di kampung motong padi, bertani.
Minta Suami saya tuna netra bingung mau gimana nanti
Materi tentang shalat, doa, dzikir, dan arahan agar jangan ke jalan, dan motivasi bekerja
Baik ceramahnya.
Kita harus bekerja keras, tidak boleh minta-minta Tapi suami saya gimana Dek...??
Bagus kok Dek
mengakui bahwa dalam bimbingan disampaikan mengenai bagaimana bekerja keras dan larangan meminta-minta. Tapi itu masih hanya pada tahap sadar dan paham bahwa pekerjaan mengemis itu tidak baik, tapi terlihat pada butir ke-4 dan ke-7 Hasitinah masih ragu untuk meninggalkan pekerjaan mengemis, karena suaminya yang tuna netra.
Peranan pembimbing menurut Hastinah sudah cukup baik dan bagus seperti yang Ia ungkapkan pada butir ke-8, ini berkaitan dengan butir ke-6 bahwa ceramah-ceramah yang diberikan pembimbing sudah baik dan sesuai. Dengan mengikuti bimbingan membantu Hastinah memiliki rencanarencana ke depan, seperti pada butir ke-9 Hastinah berencana untuk kembali ke kampung untuk bertani dan tidak mau meminta-minta lagi. Tapi pernyataan ini agak tidak sinkron jika di kaitakan dengan pernyataan Hastinah pada butir ke-7
Page 2
mampu menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.
Ia juga di arahkan untuk memiliki rencana-rencana agar hidupnya lebih baik ke depan dan mampu mengatasi masalah hidup. Dalam wawancara Hastinah mengaku mengerti bahwa pekerjaan meminta-minta itu tidak diperbolehkan dalam agama dan negara. Ia memilih untuk pulang ke kampung untuk bertani. Tapi pada butir-butir pertanyaan berikutnya Ia terlihat masih ragu untuk benar-benar meninggalkan pekerjaan lamanya. Ia ragu dengan kondisi suaminya yang tunanetra, dan merasa tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari jika hanya bertani. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan lebih lanjut untuk mengali kemampuan dan meningkatkan kesadaran Ibu Hastinah dalam bekerja baik dari segi agama maupun umum.
9.
10.
11.
Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Jawab: Saya pengennya si bertani aja pulang ke kampung, kaya dulu Dek...saya betah di kampung. Demi Allah. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh pihak panti? Jawab: Berdoa terlebih dahulu, shalat dulu, dzikir, shalawatan dulu, baru ceramah seputar ibadah shalat, puasa, tentang sabar, tentang kerja terus baru tanya jawab deh Dek.
dimana Hasitinah masih ragu untuk meninggalkan pekerjaan mengemis, karena suaminya yang tuna netra
Pengennya si bertani Pulang ke kampung
Berdoa, shalat dulu,dzikir, shalawatan, baru ceramah seputar ibadah shalat, puasa, tentang sabar, tentang kerja terus baru tanya jawab Metode apa saja yang digunakan selama Ceramah, diskusi, saudara mengikuti bimbingan? tanya jawab Jawab: Ceramah, diskusi, tanya jawab
Pada butir ke-8 Hastinah menyatakan bahwa peranan pembimbing menurut sudah cukup baik dan bagus, ini karena pada butir ke-11 metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi,
tanya jawab. Sedangkan proses bimbingannya pada butir ke-10 di awali dengan berdoa, shalat dulu, dzikir, shalawat, ceramah mengenai shalat, puasa, tentang sabar, bekerja, lalu tanya jawab
Page 3
Nama Usia NOMOR
: Suniti : 40 Tahun
Agama Klasifikasi
PERTANYAAN/ JAWABAN
: Islam : Pengemis
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
BUTIR
1.
2.
3.
TEORI
REFLEXI
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutantuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan Suniti yang berprofesi sebagai pengemis, dapat terlihat Ia memiliki etos kerja yang rendah sebelum masuk ke panti. Manfaat yang di rasakan Hastinah setelah mengikuti bimbingan yaitu pengetahuan agamanya bertambah dan memiliki perasaan lebih tenang, tidak lagi marahmarah dan mulai menerima semuanya. Ini berarti pembimbing telah berperan membantu meningkatkan pengetahuan agama dan meningkatkan ketenangan jiwa Suniti. Tapi belum sampai membantu untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup. Bantuan yang diberikan
KATA KUNCI
Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Jawab: Supaya menambah pengetahuan. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Jawab: Menambah pengetahuan agama, dan merasa lebih tenang. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Jawab: Iya setelah ikut itu hati jadi agak tenang, tidak marah-marah lagi dan lebih menerima semuanya.
Menambah pengetahuan.
Menambah pengetahuan Lebih tenang
Tidak marahmarah Lebih menerima semuanya
Pada butir ke-1 dapat terlihat tujuan Suniti mengikuti bimbingan agar pengetahuannya bertambah. Ini berkaitan dengan butir ke-2 bahwa manfaat yang Ia dapatkan setelah bimbingan yaitu pengetahuan agamanya bertambah dan memiliki perasaan lebih tenang. Pada butir ke-3, Suniti mengemukakan bahwa dengan mengikuti bimbingan Ia tidak lagi marah-marah dan mulai menerima semuanya. Ini berkaitan dengan butir ke10, dimana dapat terlihat bahwa dalam proses bimbingan di awali dengan doa, dzikir, pengarahan, tanya jawab, dll sehingga memberikan ketenangan batin bagi terbimbing.
Page 4
4.
5.
6.
Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Jawab: Iya, setelah ikut bimbingan yang kemaren jadi pengen buka usaha, jualan kecil-kecilan seperti jualan nasi uduk dan gorengan. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Jawab: Tentang shalat, bekerja dalam Islam, rukun iman dan rukun Islam, dan lainlain.
Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Jawab: Sudah bagus, sudah sesuai.
Setelah ikut bimbingan Pengen buka usaha
Pada butir ke-4 Suniti mengemukakan bahwa setelah mengikuti bimbingan Ia mulai berencana membuka usaha yaitu jualan kecil-kecilan. Ini di pertegas dengan pernyataan yang di ungkapkan Suniti pada butir ke-9 bahwa Ia mau mengumpulkan modal untuk berdagang. Hal ini sangat berkaitan dengan butir ke-8, menurut Suniti peran pembimbing sudah baik dalam berusaha menumbuhkan etos kerja.
Pada butir ke-5, Suniti menyatakan bahwa materi yang disampaikan pembimbing yaitu tentang shalat, bekerja dalam Islam, rukun iman dan rukun Islam, dll. Ini berkaitan dengan butir ke-2 manfaat yang Suniti dapatkan setelah bimbingan yaitu pengetahuan agamanya bertambah dan memiliki perasaan lebih tenang. Ini karena materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing.
Pada butir ke-6 dapat terlihat pernyataan Suniti bahwa apa yang
Tentang shalat, bekerja dalam Islam Rukun iman dan rukun Islam Sudah bagus Sudah sesuai
Page 5
mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.”
oleh pembimbing bersifat psikis (kejiwaan) yaitu penyampaian materi yang bertujuan untuk mengarahkan WBS agar memiliki kehidupan yang lebih baik. Setelah mengikuti bimbingan Suniti memang menyadari bahwa pekerjaan mengemis itu di larang baik dalam agama, dan negara. Tapi berdasarkan hasil wawancara dapat terlihat bahwa Suniti masih ragu-ragu untuk meninggalkan pekerjaan lamanya dengan alasan bingung dengan kondisi suaminya yang tuna netra. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan lebih lanjutan untuk mengembangakan kemampuan kerja pada Suniti.
7.
8.
9.
Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Jawab: Lumayan sih Mba, saya juga tau ya kalau mengemis itu engga boleh dilarang. Saya juga maunya mah balik aja ke kampung, jadi petani atau momong cucu. Tapi kadang bingung sama suami saya, dia kan ga bisa liat Mba,,,jadi suka bingung. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Jawab: Iya sudah bagus, dan sangat berperan. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Jawab: Mengumpulkan modal mau berdagang aja, misalnya nasi uduk, gorengan, dan lain-lain. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh pihak panti? Jawab: Baca do’a kemudian dzikir, pengarahan-pengarahan, terus ada tanya jawab, sama penutup,dan doa penutup.
Sudah bagus Sangat berperan.
Mengumpulkan modal Mau berdagang aja
pembimbing lakukan sudah sesuai dan bagus, ini lebih di pertegas pada pernyataannya pada butir ke-8 dimana menurut Ia pembimbing sangat memiliki peran penting dalam menumbuhkan etos kerja seseorang.
Balik aja ke kampung, jadi petani atau momong cucu Tapi kadang bingung sama suami saya
Setelah mengikuti bimbingan rohani Suniti memiliki rencana-rencana ke depan, seperti yang terlihat pada butir ke-8 bahwa Ia berencana akan mengumpulkan modal untuk berdagang, tapi sayangnya itu hanya sampai pada tahap kesadaran bahwa pekerjaan meminta-minta itu tidak diperbolehkan dalam Islam dan negara ini terlihat pada pernyataan butir ke-6, dimana Bu Suniti merasa bingung dengan suaminya yang tuna netra, sehingga masih ragu untuk meninggalkan pekerjaan mengemis.
Pada butir ke-10 dan ke-11, dapat terlihat bahwa dalam proses bimbingan di awali dengan doa, dzikir, pengarahan, tanya jawab, dengan metode ceramah, nonton bareng, dan tanya
Baca doa kemudian dzikir, pengarahanpengarahan, tanya jawab, sama penutup,dan doa penutup.
Page 6
Nama Informan Usia BUTIR
: Nuryani : 40 Tahun
Agama Klasifikasi
PERTANYAAN/ JAWABAN
: Islam : Pedagang Asongan
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
KE-
1.
2.
TEORI
REFLEXI
KATA KUNCI
Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Jawab: Supaya hati menjadi tenang setelah mendengar nasehat-nasehat dari Ustad. Kita diingatkan tentang shalat. Saya suka mendengarkan ceramah-ceramah dan bimbingan agama. Walaupun dalam keadaan sedih. Dengan ikut bimbingan hati saya jadi tenang, selain menambah pengetahuan juga. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Jawab: Menurut aku hati jadi rasanya tenang dan mulai sadar bahwa ini kesalahan aku. Sehingga aku pasrah dengan semua yang terjadi, berdoa sama Allah semoga aku di dalam panti ini ada hikmahnya aja. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, saya salahin diri saya sendiri. Selain itu manfaat yang lain dengan ikut bimbingan saya jadi bertambah pengetahuan tentang agama, dari yang tidak tahu jadi tahu. Lalu untuk motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi dari sekarang, dan merubah sikap juga.
Agar hati menjadi tenang Menambah pengetahuan juga.
Bertambah pengetahuan tentang agama Motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi dari sekarang
Pada butir ke-1 tujuan Nuryani mengikuti bimbingan adalah agar hati menjadi tenang dan menambah pengetahuan. Pernyataan ini berkaitan dengan butir ke-2, dimana Nuryani juga mengemukakan bahwa dengan mengikuti bimbingan pengetahuan agamanya bertambah dan Ia termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi dari sekarang. Pada butir ke-3 Nuryani menyatakan bahwa dengan mengikuti bimbingan membuat Ia lebih tenang dan menerima semuanya. Pernyataan ini berkaitan dengan butir ke-4 dan ke-5. Pada butir ke-4 Nuryani mengemukakan bahwa dalam bimbingan Ia di berikan pengarahanpengarahan untuk merubah hidup menjadi
Page 7
hasil Menurut W.S Winkel; Berdasarkan wawancara dan observasi Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihanpilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan
dengan Nuryani, setelah mengikuti bimbingan rohani Islam di panti Ia merasa pengetahuan agamanya bertambah, membuat hatinya menjadi lebih tenang dan termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Ini artinya pembimbing telah berperan dalam memberikan bantuan kepada terbimbing untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan yang diberikan pembimbing bukan berupa “pertolongan“ finansial melainkan melalui proses, materi dan metode bimbingan yang di sesuaikan dengan kondisi terbimbing. Seperti pernyataan Nuryani bahwa proses bimbingan di mulai dengan berdoa terlebih dahulu, ceramah tentang pekerjaan yang di larang dalam Islam, dan
3.
Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Jawab : Hem..iya kok Mba Alhamdulillah, saya jadi lebih tenang menghadapi semuanya, lebih menerima.
4.
Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Jawab : Iya, misalkan tentang bagaimana caranya merubah hidup jadi lebih baik dan layak. Kami diberi pengarahan agar jangan melakukan pelanggaran. Perhatikan dimana wajarnya bisa dagang, di tempat-tempat yang tidak dilarang. Makanya dari situ saya mau coba mulai dagang di pasar, supaya jangan melanggar. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Jawab : Ada materi olahraga, menjaga kebersihan, tentang tata cara shalat, dzikir, doa, surah-surah pendek, terus ceramahceramah. Ada juga yang pakai layar gitu Mba.
5.
Jadi lebih tenang menghadapi semuanya Lebih menerima
Merubah hidup jadi lebih baik Diberi pengarahan agar jangan melakukan pelanggaran
Materi olahraga, menjaga kebersihan, tentang tata cara shalat, dzikir, doa, surah-surah pendek, terus ceramahceramah, dan ada yang pakai layar gitu.
lebih baik dan tidak lagi melakukan pelanggaran. Dari sini dapat terlihat pembimbing berperan dalam membantu memecahkan masalah hidup terbimbing dan mengarahkannya untuk memiliki kehidupan yang lebih baik melalui materi-materi yang di sesuaikan. Seperti pernyataan Nuryani pada butir ke-5 materi yang disampaikan pembimbing yaitu tentang olahraga, kebersihan, tata cara shalat, dzikir, doa, suratsurat pendek, ceramah, dan nobar Pada butir ke-6 Nuryani menyatakan bahwa apa yang dilakukan pembimbing sudah sesuai dengan apa yang Ia harapkan. Pernyataan ini berkaitan dengan butir ke-8, menurut Nuryani pembimbing memiliki peran yang memiliki peran yang bermanfaat dalam menumbuhkan etos kerja, yaitu dengan memberikan contoh bahwa kita bekerja harus
Page 8
menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.”
motivasi kerja. Sedangkan metode yang digunakan yaitu ceramah dan tanya jawab. Setelah mengikuti bimbingan rohani ini, Nuryani akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapinya. Terutama tentang masalah pekerjaan. Ini terlihat dari pernyataan Nuryani bahwa dalam bimbingan Ia mendapatkan pengarahanpengarahan agar tidak melakukan pelanggaran, diberikan materi bagaimana bekerja dalam Islam, dan setelah mengikuti bimbingan etos kerjanya mulai tumbuh yaitu sudah memiliki pandangan dan rencana ke depan seperti ingin menjual sayuran di tempat-tempat yang di ijinkan pemerintah.
6.
7.
8.
Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Jawab : Sudah sesuai Mba, enak cara menyampaikannya. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti? Jawab : Pandangan saya sekarang ingin merubah hidup, ya mau dagang sayuran di pasar. Soalnya itu sesuai dengan aku, saya ga mau lagi dagang di emperan. Saya mau kumpulin modalnya sedikit-sedikit. Kalau ada rezeki saya mau buka usaha laundry juga. Bekerja dalam Islam juga ternyata diantaranya harus jadi pedangang yang jujur sesuai dengan syariat agama. Tidak boleh melakukan yang haram, dan melanggar ketertiban. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Jawab : Ya ada, sangat bermanfaat. Kita dikasih contoh kalau kita bekerja karena Allah pasti ada pahalanya. Saat mulung dapat sedikit harus tetap sabar, jangan menyerah, jangan putus asa. Tetap sabar jangan sampai kamu meminta-minta, itu dilarang dalam agama Islam. Oya kata Pak Ustad kita boleh minta-minta jika kita punya apa-apa, misalnya kamu lapar dan tidak ada makanan satupun maka kita minta ke orang lain itu ga apa-apa karena mendesak. Tapi kalau tujuannya untuk memperkaya diri itu yang ga boleh.
Sudah sesuai Enak cara menyampaikann ya. Ingin merubah hidup, ya mau dagang sayuran Tidak boleh melakukan yang haram, dan melanggar ketertiban.
Sangat bermanfaat Dikasih contoh kalau kita bekerja karena Allah pasti ada
karena Allah SWT. Pada butir ke-7 dapat terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh Nuryani bahwa setelah ikut bimbingan Ia ingin memperbaiki kehidupnya dengan berdagang sayuran, dan menyadari bahwa tidak boleh melakukan pekerjaan haram, dan melanggar ketertiban. Ini di pertegas dengan butir ke-9, bahwa Ia akan mengumpulkan modal untuk berdagang sayuran. Ini artinya menurut Nuryani pembimbing memiliki peran yang bermanfaat dalam menumbuhkan etos kerja, dengan memberikan contoh bahwa kita bekerja harus karena Allah SWT sebagaimana yang terungkap pada butir ke7
Page 9
9.
10.
11
Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Jawab : Mungkin aku mulung dulu ngumpulin modal dulu, baru dagang di pasar untuk jual sayuran. Kalau itu sudah berjalan baru mau nerusin buka laundry. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh pihak panti? Jawab : Berdoa dulu, lalu ceramah, tentang pekerjaan yang dilarang dalam Islam, motivasi kerja, tanya jawab..saya sering nanya juga misalnya nanya “Apa perbedaan rukun iman, rukun islam, dengan tauhid?” Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Jawab : Ceramah dan tanya jawab.
Dagang di pasar untuk jual sayuran. Mau nerusin buka laundry. Berdoa dulu lalu ceramah, tentang pekerjaan yang dilarang dalam Islam, motivasi kerja. Rukun iman, rukun islam Ceramah Tanya jawab.
Page 10
Nama
: Amrizon
Agama
: Islam
Usia
: 37 Tahun
Klasifikasi
: Pedagang Asongan
NOMOR BUTIR
PERTANYAAN/ JAWABAN
1.
Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Jawab: Pertama menambah ilmu, karena saya kan banyak kekurangan dari segi agama. Lalu menambah motivasi kan seperti tadi tentang motivasi kerja..jadi pedagang yang jujur. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Jawab: Manfaatnya diantar lain yang saya ingat dari Ustad Munzir kan, bahwa disetiap kesulitan ada kemudahan. Kita ambil hikmahnya saja, kenapa saya bisa ada disini. Selain itu juga pengetahuan tentang shalat bertambah, dan ibadahibadah lainnya. Biasanya shalat bolongbolong...sekarang alhamdulillah lumayan. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Jawab: Soal kerja saya sangat termotivasi sekali untuk cari modal, saya ingat kata Ippho Santosa tentang keajaiban otak kanan. Kesalahan umat islam terbelakang dalam hal ekonomi, yah karena mereka umat islam yang kurang itu pelaksanaannya. Mereka mau hidup sukses tapi tidak mau melaksanakannya. Mereka tau cara untuk sukses tapi tidak mau bersusah-susah.
2.
3.
KATA KUNCI
Menambah ilmu Motivasi kerja
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI
Kita ambil hikmahnya Pengetahuan tentang shalat bertambah
Soal kerja saya sangat termotivasi sekali untuk cari modal Mereka tau cara untuk sukses tapi tidak mau bersusah-susah.
Pada butir ke-1 tujuan Amrizon mengikuti bimbingan agar menambah pengetahuan dan motivasi dalam bekerja. Ini berkaitan dengan pernyataan pada butir ke-2 dan ke-3 manfaat yang Ia rasakan setelah bimbingan yaitu termotivasi untuk mencari modal untuk berdagang dan menyadari bahwa untuk mencapai sukses itu harus mau berusaha. Setelah mengikuti bimbingan terdapat perubahan pandangan pada diri Amrizon, seperti yang di kemukakan pada butir ke-7. Motivasi awal Ia bekerja hanya untuk mencari uang, tapi sekarang Ia paham bahwa bekerja juga harus karena Allah. Ini berkaitan dengan butir ke-5, materi yang disampaikan diantaranya;
Page 11
TEORI
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihanpilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan
REFLEXI
Berdasarkan hasil wawancara dengan Amirudin yang berprofesi sebagai seorang pemulung dapat kita lihat bahwa Ia memiliki etos kerja yang lumayan baik, karena tidak mengharap belas kasihan orang lain. Di panti Amrizon mendapatkan bantuan berupa bimbingan agama. Setelah Ia mengikuti bimbingan, pengetahuan agama, dan motivasi bekerjanya menjadi meningkat. Bantuan yang diberikan oleh pembimbing bersifat kejiwaan bukan pertolongan bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Ini terlihat dari materi dan metode yang diberikan kepada terbimbing, yaitu materi tentang ibadah seperti shalat, puasa, rukun
4.
5
6
7
Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Jawab: Iya, kedepan nanti saya mau berusaha sendiri, menggunakan modal sendiri. Saya tidak suka minta tolong sama saudara. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Jawab: Materi tentang ibadah seperti shalat, puasa, rukun iman dan rukun islam, serta motivasi untuk bekerja.
Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Jawab: Kalau saya lihat sudah sesuai. Masukannya saat bimbingan kan kita orang-orang waras posisi tempat duduknya jangan dicampur sama orang yang tidak waras. Kalau untuk materi semua sudah bagus. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Jawab : Dulu kan motivasi kerja saya kan karena uang, sekarang setelah sampai sini baru sadar ya ternyata bekerja itu juga harus karena Allah SWT. Ya dulu bukan niat karena Allah, jadi mau melanggar atau tidak...yah ga terlalu dipikirin. Tapi sekarang sudah lumayan, saya mau bekerja karena Allah SWT, sesuai dengan kaidah agama.
Ibadah shalat, puasa, rukun islam, rukun iman, serta motivasi untuk bekerja.
Berusaha sendiri Menggunakan modal sendiri
Materi tentang ibadah seperti shalat, puasa, rukun iman dan rukun islam, serta motivasi untuk bekerja. Saya lihat sudah sesuai Untuk materi semua sudah bagus
Dulu kan motivasi kerja saya kan karena uang Tapi sekarang sudah lumayan, saya mau bekerja karena Allah
menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan melalui Setelah mengikuti dikembangkan bimbingan Amrizon bimbingan. mulai memiliki rencanarencana hidup, sebagaimana yang ia kemukakan pada butir ke-3, 4 dan 9. Dimana Amrizon mau berusaha mengumpulkan modal untuk berdagang dan menyewa kios nasi goreng dan mie ayam. Pada butir ke-6, Amrizon menyatakan bahwa peran pembimbing di panti sudah sesuai dengan apa yang di harapkan. Ini berkaitan dengan pernyataannya pada butir ke-8, dimana pembimbing memiliki peran penting dalam menyadarkan WBS tentang kesalahan yang mereka perbuat walaupun semuanya kembali ke masingmasing diri WBS sendiri.
Page 12
iman dan rukun islam, serta motivasi untuk bekerja. Metodenya ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, dan konsultasi individu. Dengan adanya bantuan berupa bimbingan ini membantu Amrizon dalam mengatasi masalah-masalah hidupnya sendiri terutama yang berkaitan dengan pekerjaan. Ini terlihat dari pernyataan-pernyataa Amrizon saat wawancara. Diantaranya perubahan cara pandang mengenai bekerja, awalnya Ia bekerja hanya untuk mencari uang semata tapi sekarang ternyata sebagai wujud ibadah terhadap Allah SWT. Menurut Amrizon peran pembimbing sudah sesuai dengan apa yang diharapkan, dan memiliki peran penting dalam menyadarkan WBS mengenai kesalahan mereka (pekerjaan).
8
9
Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Jawab : Peran mereka penting, supaya kami tersadar. Apa yang disampaikan Pak Kurniawan kan benar, tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Tapi kan balik lagi ke kita masing-masing, apakah mereka mau mendengar...Allah tidak akan melihat ke orang yang suka memintaminta. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Jawab: Motivasi saya setelah mendapat musibah ini, ya saya ingin cepat dapat modal..saya jangan lama-lama begini dipinggir jalan. Kalau sudah terkumpul modal nanti saya mau sewa kios, saya mau buka usaha makanan “nasi goreng, mie ayam”.
10
Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh pihak panti? Jawab: Pertama kita disuruh berdoa, baca Al-Fatihah, shalawat Nabi, diberikan pengarahan, lalu ada tanya jawab, dan yelyel semangat kerja....dan untuk mengingat Allah SWT. Terakhir penutupan, doa, dan salam-salaman.
11
Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Jawab: Metodenya itu ceramah, sesi tanya jawab, diskusi kelompok, ada juga konsultasi individu.
Peran mereka penting, supaya kami tersadar dan bekerja lebih baik Kembali kediri mereka masingmasing.
Kalau sudah terkumpul modal nanti saya mau sewa kios Saya mau buka usaha makanan “nasi goreng, mie ayam”. Disuruh berdoa, baca Al-Fatihah, shalawat Nabi Pengarahan, tanya jawab, semangat kerja, terakhir penutupan, doa, dan salam. Metodenya itu ceramah, sesi tanya jawab, diskusi kelompok, ada juga konsultasi individu.
Menurut Amrizon seperti yang dikemukakan pada butir ke-11, metode yang digunakan dalam bimbingan yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, dan konsultasi individu. Ini berkaitan dengan proses bimbingan seperti yang terlihat pada butir ke-10, Pertama berdoa, membaca Al-Fatihah, shalawat Nabi, pengarahan, tanya jawab, yel-yel semangat kerja terakhir penutupan, doa, dan salam-salaman.
Page 13
Nama
: Amirudin
Agama
: Islam
Usia
: 38 Tahun
Klasifikasi
: Pemulung
NOMOR BUTIR
1.
2.
3.
PERTANYAAN/ JAWABAN
Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Jawab: Ya istilahnya biar kita sadar dan mengingatlah ya..yang tadinya ga shalat jadi shalat. Waktu pertama ketangkep kesini aja ya Mba ya saya ga shalat, waktu ikut kegiatan itu jadi ingat Tuhan ingat Allah. Yang tadinya kurang sekarang lumayan. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Jawab: Pikiran jadi jernih, inget Allah...shalat misalnya, perkataan yang tadinya kasar jadi ga kasar. Terus untuk masalah pekerjaan mungkin saya mau kumpulin duit dulu Mba, jadi masuk sini termotivasilah untuk dapat kehidupan yang lebih baik dan mengumpulkan duit untuk dagang. Rencana mau tetap di proyek aja dulu. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Jawab: Tadinya malas shalat jadi ikut
shalat sama teman-teman, yang tadinya shalat cuma Ashar sekarang lima waktu. Sekarang saya juga tidak te Sekarang saya juga tidak terlalu menyalahkan keadaan.
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI
Kita sadar dan mengingatlah ya Jadi ingat Tuhan ingat Allah
Pada butir ke-1 Amirudin mengemukakan Ia mengikuti bimbingan untuk mengingat Allah dan shalat. Ini berkaitan dengan pernyataan Amirudin pada butir ke3, dimana setelah mengikuti bimbingan Amirudin tadinya malas shalat wajib mulai bejar untuk konsisten shalat.
Pikiran jadi jernih, inget Allah Perkataan yang tadinya kasar jadi ga kasar Masuk sini termotivasilah untuk dapat kehidupan yang lebih baik
Tadinya malas shalat jadi ikut shalat Tidak terlalu menyalahkan keadaan
Pada butir ke-2 manfaat bimbingan yang di rasakan oleh Amirudin adalah pikiran lebih jernih merubah cara berbicara, dan termotivasi untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Ini berkaitan erat dengan materi yang di sampaikan seperti pernyataan Amirudin pada butir ke-5 Disuruh shalat wajib dan sunnah, jaga kebersihan, motivasi kerja dan
Page 14
TEORI
REFLEXI
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutantuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Amirudin yang berprofesi sebagai seorang pemulung dapat kita lihat bahwa Ia memiliki etos kerja yang lumayan baik, karena tidak mengharap belas kasihan orang lain. Ia mendapatkan bantuan berupa bimbingan agama di panti, manfaat yang Ia rasakan setelah ikut bimbingan yaitu menambah pengetahuan tentang shalat, menjadika n pikiran lebih jernihm dan temotivasi untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Selain itu
4.
5.
6.
7.
Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Jawab: Dari awal si Mba, saya walaupun pendapatan kecil tapi saya kan mulung mandiri, kerja proyek juga mandiri. Setelah masuk sini, ya maleslah ga mau kesini lagi...inget istri dan anak, biar kehidupan lebih baik Mba. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Jawab: Materinya ya paling anuu..disuruh shalat wajib dan sunnah, jaga kebersihan, motivasi kerja dan beribadah karena Allah, berkata-kata yang baik. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Jawab: Saya si saran aja kan disini mushallanya cakep, gedungnya juga cakep tapi kok setiap hari Jum’at ga ada kegiatan shalat Jum’at berjama’ah. Saya si kritik aja. Untuk bimbingannya boleh juga di Mushalla, pembimbingnya si sudah baik, sudah sesuai. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Jawab : Ya....kalau itukan istilahnya omongan orang kadang beda-beda tidak sesuai sama yang dilapangan. Ya kita kalau berdoa terus tapi ga usaha ya sama aja, makanya harus seimbang Mba. Kita shalat terus tapi ga kerja yaa...sama aja, jadi doa harus kerja juga.
Dari awal si Mba saya walaupun pendapatan kecil tapi saya kan mulung dan kerja proyek Biar kehidupan lebih baik
Disuruh shalat wajib dan sunnah, jaga kebersihan, motivasi kerja dan beribadah karena Allah, berkatakata yang baik. Pembimbingnya si sudah baik Sudah sesuai.
Doa harus kerja juga Harus seimbang
beribadah karena Allah, serta berkata-kata yang baik. Setelah bimbingan Amirudin mengalami perubahan cara pandang terhadap bekerja itu sendiri. Seperti dalam butir ke-4, Ia ingin memiliki kehidupan yang lebih baik lagi. Ini berkaitan pernyataannya pada butir ke-9 Amirudin berencana untuk mengumpulkan uang untuk berdagang. Dan pada butir ke-7 Ia memiliki prinsip hidup bahwa hidup itu harus seimbang antara ibadah, doa, dan lain-lain. Menurut Amirudin mengenai peran pembimbing, seperti terungkap pada butir ke6 dan ke-8. Dimana peran pembimbing menurut Amirudin sudah cukup baik dan sudah sesuai dengan harapan. Tapi menurut Airudin, sebagus apapun pembimbing menyampaikan tetap semua tergantung dengan kondisi.
Page 15
8.
9.
10.
11.
Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Jawab: Sudah bagus Mba. Tapi biasanya gini ya Mba..orang yang biasanya udah dijalanan itu susah. Walaupun udah dikasih pengarahan tapi mereka tetap ke jalan lagi, soalnya dijalan itu enak. Kalau saya istilahnnya kan dijalanan bukan turun-temurun kaya mereka agak susah. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Jawab: Mau mengumpulkan duit dulu, ya biar aman Mba saya mau balik lagi ke proyek dulu Mba. Saya mau dagang lagi Mba, kaos-kaos, singlet gitu Mba. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh pihak panti? Jawab: Do’a-do’a, pegarahanpengarahan, materi, tanya jawab, terus penutup. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Jawab: Metode ceramah aja Mba, itu aja.
Sudah bagus Mba Tapi orang yang biasanya udah dijalanan itu susah
Mau mengumpulkan duit dulu Saya mau dagang lagi Mba, kaoskaos gitu Do’a-do’a, pegarahanpengarahan, materi, tanya jawab, terus penutup. Metode ceramah aja Mba
Pada butir ke-10 dan 11, terdapat proses dan metode yang digunakan oleh pembimbing yaitu; disuruh shalat wajib dan sunnah, jaga kebersihan, motivasi kerja dan beribadah karena Allah, berkata-kata yang baik Metode yang digunakan yaitu metode ceramah.
Page 16
Nama Informan
: Ustad Munzir (Pembimbing 1)
Usia
: 26 Tahun
Jabatan
: Pembimbing Rohani Islam
NOMOR BUTIR
1.
2.
PERTANYAAN/ JAWABAN INFORMAN 1
Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap bimbingan? Jawab: Awal-awalnya masalah tauhid yang menyesuaikan kondisi WBS. Intinya disini tetang menyampaikan tentang ketentuan-ketentuan Allah agar kita tidak ada yang menolak dengan adanya disini kita bukan tidak tahu bahwa ketentuan Allah SWT. Materi mengenai etos kerja itu juga ada karena dapat menambah pengetahuan bagaimana kerja yang sesuai dengan koridor Agama Islam. Disini kita sebagai fasilitator untuk membantu mereka. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu WBS memecahkan masalah hidup? Jawab : Iya mudah-mudahan saja kita bisa membantu memberikan solusi. Karena apa yang terjadi itu sudah sesuai dengan apa yang Allah takdirkan, dan Allah juga memberikan kita suatu masalah sesuai dengan apa yang kita mampu dan kekuatan kita menghadapi masalah tersebut. Tinggal bagaimana kita tetap percaya kepada Allah SWT.
KATA KUNCI
Masalah Tauhid Etos Kerja Menyesuaikan kondisi WBS
Membantu memberikan solusi Allah juga memberikan sautu masalah sesuai dengan apa yang kita mampu
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI
TEORI
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutantuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi
Page 17
REFLEXI
3.
4.
5.
6.
Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu WBS berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Jawab: Iya, kita harapkan bisalah. Kita harapkan mereka bisa jadi pribadi sosial yang mandiri, walaupun sulit yaaa..kita sendiri saja kadang masih butuh orang lain. Tapi kita tetap berharap semoga kita semua bisa jadi pribadi yang lebih baik didunia maupun akhirat. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap bimbingan? Jawab: Menjelaskan kepada WBS bahwa dalam Islam melarang kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti itu dengan menyetarakan pekerjaan-pekerjaan yang disetarakan dengan ‘joki’. Seperti tadi kita kan disuruh taat kepada Allah dan Rasulullah, nah ini semua menjadi dasar kita untuk menaati pemimpin kita walaupun pemimpin itu dzalim. Menurut Bapak apakah kegiatan bimbingan rohani Islam itu penting untuk menumbuhkan etos kerja pada WBS? Kenapa? Jawab: Penting banget ya..apalagi tausiahtausiah yang menyemangati untuk kita bekerja itu sangat penting untuk kita semua pada umumnya. Kita juga dalam bekerja harus dikasih semangat agar tidak keluar dari koridor. Apa peran Bapak dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di PSBIBD 2 ? Jawab: Kalau saya sih menyampaikan saja, materi-materi yang sesuai dengan kondisi mereka.
masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan. “
Pribadi sosial yang mandiri Pribadi yang lebih baik dunia maupun akhirat
Menaati pemimpin kita, walaupun orang yang dzalim Islam melarang kita untuk melakukan pekerjaanpekerjaan tertentu Tausiah-tausiah yg menyemangati untuk kita bekerja itu sangat penting Bekerja harus dikasih semangat
Menyampaian materi Sesuai dengan kondisi WBS
Page 18
7.
8.
9.
Menurut Bapak, apa saja perubahan yang terlihat pada WBS setelah mengikuti kegiatan bimbingan? Jawab : WBS yang tadinya tidak bisa shalat, mulai shalat, membaca Iqra. Bahkan ada juga yang non muslim masuk Islam. Dan selama berdirinya panti ini setelah ada bimbingan rohani islam ada kegiatan shalat berjamaah untuk WBS. Kalau untuk sampai tau masing-masing WBS bekerja atau tidak setelah keluar dari panti saya tidak terlalu memerhatikan. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang Bapak terapkan pada WBS? Jawab: Pertama yaa dimulai dengan memuji Allah, dan selalu menyadarkan mereka tentang banyaknya nikmat Allah yang diberikan untuk dihayati dan pikirkan dari pada kita selalu mengeluh karena kekurangan. Setelah itu menyampaikan materi tetang tauladan Rasulullah, baru kita sampaikan materi pada hari itu, tanya jawab, lalu istirahat makan-makan snack. Ada juga reward bagi WBS yang bisa menjawab. Setelah itu kita tutup dengan doa penutup dan salam. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat memberikan bimbingan rohani Islam pada WBS? Jawab:Ya....ceramah, melontarkan pertanyaan agar kita mendapatkan feed back dari WBS. Cara menyampaikannya secara langsung aja. Kalau untuk metode tidak langsung seperti pamflet, selembaran itu tidak cocok untuk WBS karena mereka banyak yang tidak bisa baca.
WBS yang tadinya tidak bisa shalat, mulai shalat, membaca Iqra Tidak terlalu memperhatikan WBS yang bekerja setelah keluar dari panti
Pembukaan, menyadari nikmat Allah SWT, penyampaian materi, tanya jawab, pemberian reward, doa dan penutup.
Ya... ceramah Melontarkan pertanyaan agar kita mendapatkan feed back Cara menyampaikannya secara langsung aja
Page 19
10.
Apa harapan Bapak dengan diadakannya kegiatan bimbingan rohani islam di PSBIBD 2? Jawab : Harapannya agar mereka bisa mengenal agama Islam lebih dalam dan bisa menerapkan dalam kehidupan seharihari WBS, atau dalam bermuamalah/ pekerjaan mereka.
Bisa mengenal Islam lebih dalam Bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari atau pekerjaan
Page 20
Nama Informan Usia
: M. Kurniawan, S. Sos (Pembimbing 2) : 35 Tahun
PERTANYAAN/ JAWABAN INFORMAN 2
1.
2.
3.
Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap bimbingan? Jawab: Pertama tentang syukur, terus tetang doa dan dzikir, tentang shalat, motivasi hidup, motivasi kerja dan untuk mandiri, materi tidak untuk mengemis seperti Pak Walang, rukun iman dan rukun islam, materi tentang rizki, marifatullah, praktek ibadah shalat, hafalan surah-surah pendek karena mereka terbatas dalam menangkap jika materi yang disampaikan terlalu berat. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu WBS memecahkan masalah hidup? Jawab: Iya tentu saja, dengan mengikuti bimbingan WBS bisa mendapat ketenangan batin. Terus ada juga sesi curhat, sehingga WBS bisa menyampaikan apa masalah yang mereka hadapi dan memberikan solusi. Selain itu saya juga menyampaikan untuk selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan seberat apapun masalah yang mereka hadapi. Biasakan doa dan dzikir Insya Allah ada jalan keluarnya. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu WBS berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Jawab: Untuk konseling individu kalau lagi berpas-pasan kami melakukan obrolan
Jabatan Agama
KATA KUNCI
Motivasi hidup, motivasi kerja, hidup mandiri, dan tidak mengemis
Materi tentang ibadah, rukun iman dan rukun Islam
WBS mendapat ketenangan batin WBS bisa menyampaikan masalah yang di hadapi Selalu mengingat Allah seberat apapun masalahnya
: Pembimbing Rohani Islam : Islam
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI
TEORI
Menurut W.S Winkel: “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutantuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan “pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan
Konseling individu Jika WBS mau bekerja maka di salurkan ke panti Page 21
REFLEXI
4.
5.
kecil, nanya-nanya siapa yang ngurus ada atau tidak kadang mereka tidak ada yang ngasih tau kepihak keluarga jadi kami ikut bantu menginformasikan. Kalau mereka ada yang mau bekerja, maka kami salurkan ke panti lainnya untuk latihan. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap bimbingan? Jawab: Pertama tentang syukur, terus tetang doa dan dzikir, tentang shalat, motivasi hidup, motivasi kerja dan untuk mandiri, materi tidak untuk mengemis seperti Pak Walang, rukun iman dan rukun islam, materi tentang rizki, marifatullah, praktek ibadah shalat, hafalan surah-surah pendek karena mereka terbatas dalam menangkap jika materi yang disampaikan terlalu berat. Menurut Bapak apakah kegiatan bimbingan rohani Islam itu penting untuk menumbuhkan etos kerja pada WBS? Kenapa? Jawab: Iya perlu, tapi yang penting kuantitas sama kualitasnya, maksudnya jangan seminggu sekali. Untuk bentuknya bimbingannya ada yang bimbingan klasikal, individual, spiritual, motivasi, setiap pagi di morning meeting saling kumpul untuk mengenal satu sama lain dan silaturahim, jadi sifatnya informal dan formal. Kalau formal kan ceramah-ceramah gitu, nah kalau yang informal itu mengingatkan untuk ibadah, teguran-teguran, ngobrol agar sadar, dan senantiasa berdoa.
lain Jika WBS mau pulang maka di bantu proses pemulangannya
Materi tentang syukur, doa dan dzikir, motivasi hidup, motivasi kerja, materi tentang hukum mengemis, dan ibadah shalat
Perlu, tapi kualitas dan kuantitas bimbingannya ditingkatkan Bimbingan sifatnya formal dan informal
dikembangkan bimbingan.
Page 22
melalui
6.
7.
8.
Apa peran Bapak dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di PSBIBD 2 ? Jawab: Konsultasi kalau dia mau kerja, kita salurkan ke panti. Kalau dia belum tumbuh motivasinya, kita kasih motivasi dulu. Kalau keimanannya kurang kita kasih bimbingan agama dulu. Karena disini pantinya bersifat sementara, kecuali disini langsung kerja setelah bimbingan kita ada program penyaluran kerja atau pemberian modal..yaa bagusnya gitu..tapi disini kan langsung diurus. Menurut bapak, apa saja perubahan yang terlihat pada WBS setelah mengikuti kegiatan bimbingan? Jawab: Untuk sikap biasanya kita juga biasakan untuk ikrar/ perjanjian bahwa WBS tidak akan mengemis lagi, tidak akan melanggar ketertiban lagi. Ya mudahmudahan mereka diluar kan mereka pasti teringat ikrar tersebut untuk mengingat Allah SWT, ibadah sama Allah dan tidak ke jalan lagi. Sikapnya juga berubah, karena kapok dan tidak mau ke jalan lagi..biasanya yang sudah sebulan. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang Bapak terapkan pada WBS? Jawab: Pertamanya saya salam dulu, kemudian menanyakan kabar mereka “Apa kabar hari ini, Alhamdulillah sehat, Allahu Akbar”, kemudian agar WBS konsentrasi kita ice breaking dulu, terus doa dan dzikir susunannya membaca dua kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa, istigfar, habis itu kita mendoakan WBS. Kalau pagi-pagi ditambah motivasi dan terapi kemudian gerak-gerak...oyaa
Konsultasi tentang pekerjaan dan memberikan bimbingan jika belum tumbuh motivasinya Maka mereka yang mau kerja disalurkan ke panti lain. Dengan ikrar tidak mengemis, di harapkan WBS tidak kembali lagi ke jalan Ibadah sama Allah dan tidak ke jalan lagi.
Pembukaan, ice breaking, doa dan dzikir Motivasi dan terapi, dan menyetel lagulagu nasyid sebelum bimbingan
Page 23
9.
sebelum mulai sambil nunggu WBS kumpul semua kita setel murotal, nasyid, lagu-lagu islami, dan ada juga shalat berjamaah. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat memberikan bimbingan rohani Islam pada WBS? Jawab: Metode langsung dan tidak langsung, yaitu ada metode ceramah, tanya jawab, konseling individu, nonton bareng, doa dan dzikir.
Metode langsung, tidak langsung, ceramah, tanya jawab, konseling individu, nonton bareng, doa dan dzikir
Page 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMBIMBING (1) Nama Usia Agama
: Ustad Ahmad Munzir : 26 Tahun : Islam
1. Kapan dan dimana bimbingan rohani islam dilaksanakan? Awal-awalnya disini, di Aula hari Senin dari jam 10.00 sampai dengan jam 11.30 WIB. Terus sering juga kita melaksanakannya di Ruang Bimbingan WBS atau di aula asrama lantai 2. 2. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap bimbingan? Banyak sih, awal-awalnya masalah tauhid yang menyesuaikan kondisi WBS. Intinya disini tetang menyampaikan tentang ketentuan-ketentuan Allah agar kita tidak ada yang menolak dengan adanya disini kita bukan tidak tahu bahwa ketentuan Allah SWT. Dimana kita mengkondisikan ketentuan Allah tersebut apakah malah bertingkah laku merusak atau malah mengambil manfaat. 3. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti, dapat membantu WBS memecahkan masalah hidup? Iya mudah-mudahan saja kita bisa membantu memberikan solusi. Karena apa yang terjadi itu sudah sesuai dengan apa yang Allah takdirkan, dan Allah juga memberikan kita suatu masalah sesuai dengan apa yang kita mampu dan kekuatan kita menghadapi masalah tersebut. Tinggal bagaimana kita tetap percaya kepada Allah SWT. 4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti, dapat membantu WBS berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Iya, kita harapkan bisalah. Kita harapkan mereka bisa jadi pribadi sosial yang mandiri, walaupun sulit yaaa..kita sendiri saja kadang masih butuh orang lain. Tapi kita tetap berharap semoga kita semua bisa jadi pribadi yang lebih baik didunia maupun akhirat. 5. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap bimbingan? Mereka itu sering sekali menuntut mengait-ngaitkan pekerjaan mereka dengan agama. Misalnya pertanyaan ada tidak larangan joki, memulung, dalam AlQur’an? Maka menjelaskan kepada WBS bahwa dalam Islam melarang kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti itu dengan menyetarakan pekerjaan-pekerjaan yang disetarakan dengan ‘joki’. 6. Menurut Bapak apakah kegiatan bimbingan rohani islam itu penting untuk menumbuhkan etos kerja pada WBS? Kenapa? Penting banget ya..apalagi tausiah-tausiah yang menyemangati untuk kita bekerja itu sangat penting untuk kita semua pada umumnya. Orang perang saja dulu dibacakan syair-syair penyemangat baru dia bangkit. Kita juga dalam bekerja harus dikasih semangat agar tidak keluar dari koridor.
7. Menurut bapak, apa saja perubahan yang terlihat pada WBS setelah mengikuti kegiatan bimbingan? WBS mulai yang tadinya tidak bisa shalat, mulai shalat, membacaka Iqra. Bahkan ada juga yang non muslim masuk Islam. Dan selama berdirinya panti ini setelah ada bimbingan rohani Islam ada kegiatan shalat berjamaah untuk WBS. Kalau untuk sampai tau masing-masing WBS bekerja atau tidak setelah keluar dari panti saya tidak terlalu memerhatikan. 8. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang Bapak terapkan pada WBS? Pertama yaa dimulai dengan memuji Allah, dan selalu menyadarkan mereka tentang banyaknya nikmat Allah yang diberikan untuk dihayati dan pikirkan dari pada kita selalu mengeluh karena kekurangan. Setelah itu menyampaikan materi tetang tauladan rasulullah, sikap-sikap beliau kepada istri, anak-anak, keluarga, dan tetangganya. Mudah-mudahan itu bisa dijadikan contoh oleh WBS. Baru kita sampaikan materi pada hari itu, baru tanya jawab, lalu istirahat makan-makan snack. Ada juga reward bagi WBS yang bisa menjawab. Kalau games-games dan doa-doa itu setiap pagi sudah diberikan sama Pak Kurniawan. Setelah itu kita tutup dengan doa penutup dan salam. 9. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat memberikan bimbingan rohani Islam pada WBS? Ya ceramah, melontarkan pertanyaan agar kita mendapatkan feed back dari WBS. Cara menyampaikannya secara langsung aja. Kalau untuk metode tidak langsung seperti pamflet, selembaran itu tidak cocok untuk WBS karena mereka banyak yang tidak bisa baca. 10. Apa harapan Bapak dengan diadakannya kegiatan bimbingan rohani Islam di PSBIBD 2? Harapannya agar mereka bisa mengenal agama islam lebih dalam dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari WBS, atau dalam bermuamalah.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMBIMBING (2) Nama Usia Agama
: Muhammad Kurniawan, S. Sos : 35 Tahun : Islam
1. Kapan dan dimana bimbingan rohani islam dilaksanakan? Tempatnya didepan klinik setiap pagi, memberikan motivasi, terapi doa dan dzikir, terapi psikososial, terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Treatment) dimana kita mulai dengan dzikir kemudian menarik nafas sambil berdoa agar ketegangan WBS menurun. Lalu baca surah-surah pendek, AlIkhlas, An-Nas, dan lain-lain. Setiap Senin, Rabu, Kamis. Sering juga bimbing doa di ruang makan, sebelumnya dimotivasi dulu tetang bersyukur kepada Allah SWT. Sering juga dilaksanakan bimbingan shalat di Mushalla di asrama WBS atau di Aula. Setiap Senin juga mendampingi Ustad Munzir menyampaikan ceramah. 2. Materi apa saja yang Bapak berikan kepada WBS dalam setiap bimbingan? Pertama tentang syukur, terus tetang doa dan dzikir, tentang shalat, motivasi hidup, motivasi kerja dan untuk mandiri, materi tidak untuk mengemis seperti Pak Walang, rukun iman dan rukun islam, materi tentang rizki, marifatullah, praktek ibadah shalat, hafalan surah-surah pendek karena mereka terbatas dalam menangkap jika materi yang disampaikan terlalu berat. 3. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu WBS memecahkan masalah hidup? Iya tentu saja, dengan mengikuti bimbingan WBS bisa mendapat ketenangan batin. Terus ada juga sesi curhat, sehingga WBS bisa menyampaikan apa masalah yang mereka hadapi dan memberikan solusi. Selain itu saya juga menyampaikan untuk selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan seberat apapun masalah yang mereka hadapi. Biasakan doa dan dzikir Insya Allah ada jalan keluarnya. 4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu WBS berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Kalau yang diasramanya shalat mereka masih semangat untuk hidup, untuk bekerja, untuk mengembangkan diri, dan berusaha. Konseling individu kalau lagi berpas-pasan kami melakukan obrolan kecil, nanya-nanya siapa yang ngurus ada atau tidak kadang mereka tidak ada yang ngasih tau kepihak keluarga jadi kami ikut bantu menginformasikan. 5. Menurut Bapak apakah kegiatan bimbingan rohani Islam itu penting untuk menumbuhkan etos kerja pada WBS? Kenapa? Iya perlu, tapi yang penting kuantitas sama kualitasnya, maksudnya jangan seminggu sekali. Untuk bentuknya bimbingannya ada yang bimbingan klasikal, individual, spiritual, motivasi, setiap pagi di morning meeting saling kumpul untuk mengenal satu sama lain dan silaturahim, jadi sifatnya informal
dan formal. Kalau formal kan ceramah-ceramah gitu, nah kalau yang informal itu mengingatkan untuk ibadah, teguran-teguran, ngobrol agar sadar, dan senantiasa berdoa. 6. Apa peran Bapak dalam menumbuhkan etos kerja pada WBS di PSBIBD 2? Konsultasi kalau dia mau kerja, kita salurkan ke panti. Kalau dia belum tumbuh motivasinya, kita kasih motivasi dulu. Kalau keimanannya kurang kita kasih bimbingan agama dulu. Karena disini pantinya bersifat sementara, kecuali disini langsung kerja setelah bimbingan kita ada program penyaluran kerja atau pemberian modal..yaa bagusnya gitu..tapi disini kan langsung diurus keluarganya. 7.
Menurut Bapak, apa saja perubahan yang terlihat pada WBS setelah mengikuti kegiatan bimbingan? Untuk sikap biasanya kita juga biasakan untuk ikrar/ perjanjian bahwa WBS tidak akan mengemis lagi, tidak akan melanggar ketertiban lagi. Ya mudahmudahan mereka diluar kan mereka pasti teringat ikrar tersebut untuk mengingat Allah SWT, ibadah sama Allah dan tidak ke jalan lagi. Sikapnya juga berubah, karena kapok dan tidak mau ke jalan lagi..biasanya yang sudah sebulan.
8. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang Bapak terapkan pada WBS? Pertamanya saya salam dulu, kemudian menanyakan kabar mereka “Apa kabar hari ini, Alhamdulillah sehat, Allahu Akbar”, kemudian agar WBS konsentrasi kita ice breaking dulu, terus doa dan dzikir susunannya membaca dua kalimat syahadat, shalawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, doa-doa, istigfar, abis itu semua kita mendoakan WBS. Kalau pagi-pagi ditambah motivasi dan terapi kemudian gerak-gerak...oyaa sebelum mulai sambil nunggu WBS kumpul semua kita setel murotal, nasyid, lagu-lagu islami. Kalau hari Senin setelah ceramah dilanjutkan dengan shalat berjamaah. 9. Metode apa saja yang Bapak gunakan saat memberikan bimbingan rohani islam pada WBS? Metode langsung dan tidak langsung, yaitu ada metode ceramah, tanya jawab, konseling individu, nonton bareng, doa dan dzikir. 10. Apa harapan Bapak dengan diadakannya kegiatan bimbingan rohani islam di PSBIBD 2? Bimbingannya rutin, dan berkelanjutan. Ada yang stand by di panti untuk kontrol shalat wajib WBS, membimbing shalat, doa dzikir kaya dipesantren gitu....biar dipantau dan mereka terbiasa untuk ibadah. Timbul semangatnya, ingat sama Allahnya, kan kalau gitu semangat buat kerjanya bisa tinggi. Sama adanya pendampingan atau pemantauan di asrama, khusus untuk ibadah selama ini kan adanya fisik, kesehatan, makan.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (1) Nama Usia Agama Klasifikasi
: Amrizon : 37 Tahun : Islam : Pedagang Asongan
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti? Iya Rutin, Alhamdulillah. Bimbingan agama Ustadz Munzir dan Pak Kurniawan 2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti? Pertama menambah ilmu, karena saya kan banyak kekurangan dari segi agama. Lalu menambah motivasi kan seperti tadi tentang motivasi kerja..jadi pedagang yang jujur. 3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam dipanti? Manfaatnya diantar lain yang saya ingat dari Ustad Munzir kan, bahwa disetiap kesulitan ada kemudahan. Kita ambil hikmahnya saja, kenapa saya bisa ada disini. Saya kesini kan karena kesalahan sendiri juga, seperti kemarin harusnya kan saat liat Satpol PP saya lari, tapi malah mengundang mereka untuk datang. Selain itu juga pengetahuan tentang shalat bertambah, dan lainnya. Biasanya shalat bolong-bolong...sekarang ibadah-ibadah alhamdulillah lumayan. 4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Soal kerja saya sangat termotivasi sekali untuk cari modal, saya ingat kata Ippho Santosa tentang keajaiban otak kanan. Kesalahan umat islam terbelakang dalam hal ekonomi, yah karena mereka umat islam yang kurang itu pelaksanaannya, mereka maj hidup sukses tapi tidak mau melaksanakannya. Mereka tau cara untuk sukses tapi tidak mau bersusahsusah. 5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Kedepan saya mau berusaha sendiri, menggunakan modal sendiri. Saya tidak suka minta tolong sama saudara. 6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Materi tentang ibadah seperti shalat, puasa, rukun iman dan rukun islam, serta motivasi untuk bekerja.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Kalau saya lihat sudah sesuai. Masukannya saat bimbingan kan kita orangorang waras posisi tempat duduknya jangan dicampur sama orang yang tidak waras. Misalnya yang normal didepan, yang tidak waras dibelakang. Kita kan bisa liat tadi ada beberapa yang normal milih diluar itu karena bau...makanya kayanya enakan dipisah. Kalau untuk materi semua sudah bagus. 8. Menurut saudara apa itu bekerja? Bekerja seperti apa yang telah disampaikan oleh Pak Kurniawan, bekerjalah karena Allah semata. Bekerjalah kamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah kamu seolah-olah kamu akan mati besok. Arti dari bekerja adalah tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah, seperti yang dikatakan Pak Kurniawan nanti pada akhir jaman di Padang Mashyar Allah tidak akan melihat atau menghadap kepada orang yang memintaminta..mereka datang kesana dengan tidak dilapisi daging sekalipun, wajahnya rata. Orang meminta-minta itu termasuk orang yang pemalas. 9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Dulu kan motivasi kerja saya kan karena uang, sekarang setelah sampai sini baru sadar ya ternyata bekerja itu juga harus karena Allah SWT. Ya dulu bukan niat karena Allah, jadi mau melanggar atau tidak...yah ga terlalu dipikirin. Tapi sekarang ya sudah lumayan, mau bekerja karena Allah SWT, sesuai dengan kaidah agama. 10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Peran mereka penting, supaya kami tersadar. Apa yang disampaikan Pak Kurniawan kan benar, tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Tapi kan balik lagi ke kita masing-masing, apakah mereka mau mendengar...Allah tidak akan melihat ke orang yang suka meminta-minta. Itu kan bagi mereka yang mau menyadari, soalnya agak sulit WBS disini terutama pengemis kan biasa hidup enak, biasa dapat uang cepat dengan meminta-minta terus sekarang disuruh bekerja, berdagang, dan lain sebagainya rasanya agak sulitlah..ya tapi kembali kediri mereka masing-masing. 11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Motivasi saya setelah mendapat musibah ini, ya saya ingin cepat dapat modal..saya jangan lama-lama begini dipinggir jalan. Kalau sudah terkumpul modal nanti saya mau sewa kios, saya mau buka usaha makanan “nasi goreng, mie ayam”. Untuk modalnya saya menyimpan di Bank Syariah Mandiri, saya targetnya sih akhir tahun 2016 setelah piala dunia eropa saya mau buka usaha. 12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang diberikan oleh pihak panti? Pertama kita disuruh berdoa, baca Al-Fatihah, shalawat Nabi, kemudian baru diberikan pengarahan-pengarahan, lalu ada tanya jawab, dan ada juga yel-yel
semangat kerja....dan untuk mengingat Allah SWT. Terakhir penutupan dengan doa, dan salam-salaman. 13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Metodenya itu ceramah, sesi tanya jawab, diskusi kelompok, ada juga konsultasi individu..tapi saya belum pernah. 14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti? Harapan kedepannya hari esok lebih baik dari pada sekarang.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (2) Nama
: Amirudin
Usia
: 38 Tahun
Agama
: Islam
Klasifikasi
: Pemulung
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Iya rutin, Alhamdulillah. 2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Ya istilahnya biar kita sadar dan mengingatlah ya..yang tadinya ga shalat jadi shalat. Waktu pertama ketangkep kesini aja ya Mba ya saya ga shalat, waktu ikut kegiatan itu jadi ingat Tuhan ingat Allah. Yang tadinya kurang sekarang lumayan. Saya juga jadi kangen keluarga Mba, mana punya anak kecil 8 bulan. Makanya saya ga hubungin keluarga takut repot. 3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Pikiran jadi jernih, inget Allah...shalat misalnya, perkataan yang tadinya kasar jadi ga kasar. Terus untuk masalah pekerjaan mungkin saya mau kumpulin duit dulu Mba karena faktor keluarga...pas Bapak saya masih hidup dulu kan saya di Jakara kan 15 tahun Mba sama orang tua. Semenjak Bapak meninggal aja banyak problemlah istilah kasarnya, saya jualan kaos di pasar-pasar. Dulu Bapak saya kan meninggal karena sakit struk, dijual semua sawahnya untuk biaya rumah sakit. Jadi masuk sini termotivasilah untuk dapat kehidupan yang lebih baik dan mengumpulkan duit untuk dagang. Rencana mau tetap di proyek aja dulu. 4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Ya masuk sini ada hikmahnya Mba...yang tadinya malas shalat jadi ikut shalat sama teman-teman, yang tadinya shalat cuma Ashar sekarang lima waktu. Saya juga tidak terlalu menyalahkan keadaan. 5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Dari awal si Mba, saya walaupun pendapatan kecil tapi saya kan mulung mandiri, kerja proyek juga mandiri. Setelah masuk sini, ya maleslah ga mau kesini lagi...inget istri dan anak, biar kehidupan lebih baik Mba. 6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Materinya ya paling anuu..disuruh shalat wajib dan sunnah, jaga kebersihan, motivasi kerja dan beribadah karena Allah, berkata-kata yang baik.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Saya si saran aja kan disini mushallanya cakep, gedungnya juga cakep tapi kok setiap hari Jum’at ga ada kegiatan shalat Jum’at berjama’ah. Saya si kritik aja. Untuk bimbingannya boleh juga di Mushalla, pembimbingnya si sudah baik, sudah sesuai. 8. Menurut saudara apa itu bekerja? Bekerja itukan istilahnya pertama untuk diri sendiri, kedua untuk anak dan istri. Kadang-kadang untuk bantu-bantu orang tua sedikit, orang tua saya kan masih ada yang perempuan, mertua juga masih ada. 9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani Islam di panti? Ya....kalau itukan istilahnya omongan orang kadang beda-beda tidak sesuai sama yang dilapangan. Ya kita kalau berdoa terus tapi ga usaha ya sama aja, makanya harus seimbang Mba. Kita shalat terus tapi ga kerja yaa...sama aja, jadi doa harus kerja juga. 10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Biasanya gini ya Mba..orang yang biasanya udah dijalanan itu susah. Walaupun udah dikasih pengarahan tapi mereka tetap ke jalan lagi, soalnya dijalan itu enak. Kalau saya istilahnnya kan dijalanan bukan turun-temurun kaya mereka agak susah. 11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Mau mengumpulkan duit dulu, ya biar aman Mba saya mau balik lagi ke proyek dulu Mba. Saya mau dagang lagi Mba, kaos-kaos, singlet gitu Mba. 12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang diberikan oleh pihak panti? Do’a-do’a, pegarahan-pengarahan, materi, tanya jawab, terus penutup. 13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Metode ceramah Mba, itu aja. 14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti? Ya semoga saya tambah ingat kepada Allah SWT, dan bisa lebih mandiri kedepannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (3) Nama Usia Agama Klasifikasi
: Hatinah : 50 Tahun : Islam : Pengemis
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Iya Alhamdulillah rutin, ikut terus udah 3 kali sampai 4 kalilah, pemimbingnya Ustad Kurniawan sama yang kemaren ngisi di Aula itu...Ustad Munzir. Mereka nyeramahin kita, pada ngasih masukan-masukan gitu biar kita pada bener. 2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Supaya tahu begini-begini...supaya jadi lebih baik dari kemarin sama nambah pengetahuan sedikit-sedikit. 3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Saat bimbingan perasaan jadi sedih Dek, ingat anak cucu di rumah. Jadi pengen pulang,,,menyesal juga kenapa mesti begini, berharap jadinya si Bapak jangan minta-minta lagi. 4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Iya sih Dek, saya lebih menerima aja kenapa bisa ada disini, ga terlalu marahmarahlah. Saya jadi yakin aja kalau Allah SWT pasti akan membantu. 5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Disampein si Dek ceramah-ceramah supaya kita engga minta-minta lagi, supaya hidup mulai mandiri. Tapi ya itu Dek, suami saya tuna netra bingung mau gimana nanti saya ga bisa dapat penghasilan. 6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Materinya tentang shalat, dzikir, doan dan kasih arahan agar jangan ke jalan minta-minta lagi, tentang motivasi supaya kita lebih baik bekerja, cari penghasilan yang halal. 7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Sudah sih Dek, pada baik ceramahnya.
8. Menurut saudara apa itu bekerja? Bekerja itu yang penting halal, yang penting dapat uang, kalau di kampung mah bisa tani, tapi musim-musiman Dek. 9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Kemaren juga disampein kita harus bekerja keras, tidak boleh meminta-minta, mencuri juga tidak boleh. Saya ngerti sih Dek, tapi suami saya gimana Dek...?? 10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Bagus kok Dek, saya juga biasanya kerja di kampung motong padi, bertani. 11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Saya pengennya si bertani aja pulang ke kampung, kaya dulu Dek...saya betah di kampung. Demi Allah. 12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani islam yang diberikan oleh pihak panti? Berdoa terlebih dahulu, shalat dulu, dzikir, shalawatan dulu, baru ceramah seputar ibadah shalat, puasa, tentang sabar, tentang kerja terus baru tanya jawab deh Dek. 13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Ceramah, diskusi, tanya jawab 14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Harapannya kalau sudah keluar dari panti pengen engga dijalan lagi, engga mau minta-minta lagi, saya kapok Dek. Ga apa-apalah momong-momong anak aja, atau balik ke kampung mau bertani aja. Pengen pulang aja.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (4) Nama Usia Agama Klasifikasi
: Nuryani : 40 Tahun : Islam : Pedagang Asongan
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Iya suka ngikutim, saya ga pernah engga ikut. 2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Agar hati menjadi tenang setelah mendengar nasehat-nasehat dari Ustad. Kita diingatkan tentang shalat. Saya suka mendengarkan ceramah-ceramah dan bimbingan agama. Walaupun dalam keadaan sedih. Dengan ikut bimbingan hati saya jadi tenang, selain menambah pengetahuan juga. 3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Menurut aku hati jadi rasanya tenang dan mulai sadar bahwa ini kesalahan aku. Sehingga aku pasrah dengan semua yang terjadi, berdoa sama Allah semoga aku di dalam panti ini ada hikmahnya aja. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, saya salahin diri saya sendiri. Selain itu manfaat yang lain dengan ikut bimbingan saya jadi bertambah pengetahuan tentang agama, dari yang tidak tahu jadi tahu. Lalu untuk motivasi supaya bisa kerja lebih baik lagi dari sekarang, dan merubah sikap juga. 4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Hem..iya kok Mba Alhamdulillah, saya jadi lebih tenang menghadapi semuanya, lebih menerima. 5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Iya, misalkan tentang bagaimana caranya merubah hidup jadi lebih baik dan layak. Kami diberi pengarahan agar jangan melakukan pelanggaran. Perhatikan dimana wajarnya bisa dagang, di tempat-tempat yang tidak dilarang. Makanya dari situ saya mau coba mulai dagang di pasar, supaya jangan melanggar. 6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Ada materi olahraga, menjaga kebersihan, tentang tata cara shalat, dzikir, doa, surah-surah pendek, terus ceramah-ceramah. Ada juga yang pakai layar gitu Mba, komputer kaya yang di Aula waktu itu Ustad menyampaikan tetang cara bekerja yang baik, cara shalat yang baik, dan banyak Mba yang lain.
7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Sudah sesuai Mba, enak cara menyampaikannya. 8. Menurut saudara apa itu bekerja? Bekerja itu wujud tanggung jawab kita sebagai orang tua. Karena saya memikul beban anak-anak saya tanpa Ayah. Bekerja itu untuk masa depan anak-anak saya, saya pengen mereka sukses dan bisa beli rumah sendiri tanpa bantuan. 9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Pandangan saya sekarang ingin merubah hidup, ya mau dagang sayuran di pasar. Soalnya itu sesuai dengan aku, saya ga mau lagi dagang di emperan. Saya mau kumpulin modalnya sedikit-sedikit. Kalau ada rezeki saya mau buka usaha laundry juga. Bekerja dalam Islam juga ternyata diantaranya harus jadi pedangang yang jujur sesuai dengan syariat agama. Tidak boleh melakukan yang haram, dan melanggar ketertiban. 10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Ya ada, sangat bermanfaat. Kita dikasih contoh kalau kita bekerja karena Allah pasti ada pahalanya. Saat mulung dapat sedikit harus tetap sabar, jangan menyerah, jangan putus asa. Tetap sabar jangan sampai kamu meminta-minta, itu dilarang dalam agama Islam. Oya kata Pak Ustad kita boleh minta-minta jika kita punya apa-apa, misalnya kamu lapar dan tidak ada makanan satupun maka kita minta ke orang lain itu ga apa-apa karena mendesak. Tapi kalau tujuannya untuk memperkaya diri itu yang ga boleh. 11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Mungkin aku mulung dulu ngumpulin modal dulu, baru dagang di pasar untuk jual sayuran. Kalau itu sudah berjalan baru mau nerusin buka laundry. 12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh pihak panti? Berdoa dulu, lalu ceramah, tentang pekerjaan yang dilarang dalam Islam, motivasi kerja, tanya jawab..saya sering nanya juga misalnya nanya “Apa perbedaan rukun iman, rukun islam, dengan tauhid?” 13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Ceramah dan tanya jawab. 14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Semoga ada hikmahnya, setelah keluar dari sini saya akan kembali kesini untuk membagi rizki untuk teman-teman saya.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TERBIMBING (5) Nama Usia Agama Klasifikasi
: Suniti : 40 Tahun : Islam : Pengemis
1. Apakah saudara rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Tidak selalu Mba, karena ada anak. 2. Apa tujuan saudara mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti? Supaya menambah pengetahuan. 3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dipanti? Menambah pengetahuan agama, dan merasa lebih tenang. 4. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara memecahkan masalah hidup? Iya setelah ikut itu hati jadi agak tenang, tidak marah-marah lagi dan lebih menerima semuanya. 5. Apakah dengan mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di panti, dapat membantu saudara berkembang menjadi pribadi yang mandiri? Iya, setelah ikut bimbingan yang kemaren jadi pengen buka usaha, jualan kecil-kecilan seperti jualan nasi uduk dan gorengan. 6. Materi apa saja yang saudara dapatkan saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut? Tentang shalat, bekerja dalam Islam, rukun iman dan rukun Islam, dan lainlain. 7. Apakah yang pembimbing lakukan sudah sesuai dengan apa yang saudara harapkan? Sudah bagus, sudah sesuai. 8. Menurut saudara apa itu bekerja? Bekerja itu untuk menambah penghasilan, memenuhi kebutuhan ekonomi, dan untuk masa depan anak-anak saya. 9. Adakah perbedaan pandangan mengenai bekerja, setelah dan sebelum mendapatkan bimbingan rohani islam di panti ? Lumayan sih Mba, saya juga tau ya kalau mengemis itu engga boleh dilarang. Saya juga maunya mah balik aja ke kampung, jadi petani atau momong cucu. Tapi kadang bingung sama suami saya, dia kan ga bisa liat Mba,,,jadi suka bingung.
10. Bagaimana peran pembimbing dalam menumbuhkan etos kerja pada diri saudara? Iya sudah bagus, dan sangat berperan. 11. Apa rencana saudara kedepan setelah keluar dari panti? Mengumpulkan modal mau berdagang aja, misalnya nasi uduk, gorengan, dan lain-lain. 12. Bagaimana proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh pihak panti? Baca do’a kemudian dzikir, pengarahan-pengarahan, terus ada tanya jawab, sama penutuo, do’a-do’a lagi. 13. Metode apa saja yang digunakan selama saudara mengikuti bimbingan? Ceramah, nonton bareng, sama tanya jawab Dek. 14. Apa harapan saudara setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam di panti? Yah kedepan saya bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi, biar nanti ga balik ke jalan,,,pengennya ga minta-minta di jalan lagi Mba. Pengen ngumpulin modal buat buka usaha, dagang nasi uduk atau gorengan. Cuma masih suka bingung ini...suami saya, ga bisa ngeliat, jadi susah nyari nafkahnya.
DOKUMENTASI KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Dipimpin oleh Bapak Kurniawan, S.Sos, di Aula Asrama PSBIBD 2.
Kegiatan Bimbingan Rohani Islam Dipimpin oleh Ustadz Munzir, di Aula Asrama PSBIBD 2
DOKUMENTASI KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Bimbingan Ibadah Shalat Wajib Berjama’ah Di Pendopo Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Terapi Do’a dan Dzikir di Depan Klinik PSBIBD 2 Oleh Bapak Kurniawan, S.Sos.I
DOKUMENTASI KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Bimbingan Rohani Islam dengan Tema: “Menumbuhkan Etos Kerja Islami pada WBS di Aula PSBIBD 2”
Metode Bimbingan Rohani Islam Ceramah dengan Menggunakan Slide
DOKUMENTASI OBSERVASI DAN WAWANCARA DENGAN INFORMAN
Foto Bersama dengan Terbimbing yaitu Warga Binaan Sosial (WBS) Di Mushalla WBS
Wawancara dengan Ustad Munzir dan Terbimbing (WBS) di PSBIBD 2