PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Sesama Warga Bina Sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi) Rittar Murdani Samosir 090904123 Abstrak Skripsi ini berisi penelitian mengenai proses komunikasi antarpribadi sesama warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran dan proses komunikasi antarpribadi sesama warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Komunikasi Antarpribadi, Teori Pengurangan Ketidakpastian, Teori Penilaian Sosial dan SelfDisclosure. Metode yang digunakan adalah metode deksriptif kualitatif yang menggambarkan proses komunikasi antarpribadi sesama warga bina sosial dan pegawai, yang tujuan dalam penelitian ini dinarasikan secara interpretative. Infromasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap lima warga bina sosial untuk melihat Keterbukaan (Openness) merupakan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing. Empati (Emphaty) merupakan kemampuan untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. Dukungan merupakan Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihakpihak yang berkomunikasi. Rasa positif (Positiveness) merupakan Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi. Kesamaan (Equity) merupakan Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan,sikap usia, ideologi dan sebagainya. Kata Kunci : Komunikasi Antarpribadi, Ketidakpastian dan Penilaian Sosial. PENDAHULUAN Konteks Masalah Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar melalui komunikasi. Komunikasi yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam beberapa bentuk, seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa, semua bentuk komunikasi tersebut terkait dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan, jumlah dan lain sebagainya. Komunikasi antarpribadi juga merupakan proses saling memberi dan menerima informasi diantara pelakunya. Dalam proses komunikasi antarpribadi terjadi sebuah rangkaian kegiatan yang terjadi secara terus menerus menjadikan 1
komunikasi antarpribadi sebagai proses yang dinamis, selalu mengalami perubahan baik oleh pelakunya, pesan, maupun lingkungannya. Beberapa ciri-ciri antarpribadi : Keterbukaan, empati, dukungan, dan rasa positif (dalam Lilliweri, 1992 : 2). Komunikasi antarpribadi mendorong setiap orang menjalin hubungan dengan tingkat yang lebih personal. Prinsip ini menjadikan komunikasi antarpribadi sebagai metode pendekatan yang efektif dan mudah diterima. Sebagai metode pendekatan yang efektif dan mudah diterima komunikasi antarpribadi juga digunakan dalam sesi konsultasi dan konseling di Unit Pelayanan Teknis Pelayanan Sosial Tuna Susila. Unit Pelayanan Teknis Pelayanan Sosial Tuna Susila sebagai tempat rehabilitasi wanita penjaja seks merupakan sebuah bentuk penanganan terhadap masalah sosial masyarakat. Unit Pelayanan Teknis Pelayanan Sosial Tuna Susila adalah Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara khususnya dalam upaya rehabilitasi sosial dan resosialisasi bagi Tuna Susila. Keberadaan diatur dan ditetapkan oleh Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 061.297.K/Tahun 2002 tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi Susunan Organisasi Panti di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. (www.menkesos.co.id/latar-belakang-unitpelayanan-teknis.htm). Salah satu UPT Pelayanan Sosial di Sumatera Utara adalah UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi terletak di desa Raya Kecamatan Berastagi yang diresmikan pada tahun 1977 oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II UPT tersebut diberi nama “Parawasa” yang diartikan tempat untuk mendewasakan para penyandang Tuna Susila melalui proses rehabilitasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi yang dipakai dalam pembinaan Pelayanan Sosial Tuna Susila, komunikasi antarpribadi memungkinkan terjadinya kesamaan pemahaman dan keterkaitan emosional sehingga diharapkan melalui komunikasi antarpribadi dapat membentuk kepribadian dan perilaku warga bina sosial. Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang proses komunikasi antarpribadi sesama warga bina sosial tuna susila di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian masalah ini dengan judul Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimanakah Proses Komunikasi Antarpribadi sesama warga bina sosial di UPT Panti Pelayanan Sosial Tuna Susila di Berastagi?” Tujuan penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan peneliti tersebut : 1. Untuk mengetahui Karakteristik warga bina sosial yang menjalani rehabilitas. 2. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan sesama warga bina sosial. 2
URAIAN TEORI Kerangka Teori Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang dasarnya bersifat dua arah atau timbal balik, artinya kedudukan komunikasi dan komunikan sama-sama sebagai penyampaian pesan atau gagasan, saling membagi informasi dan sekaligus sebagai penerima informasi. Saat akitivitas komunikasi antarpribadi berlangsung, media yang digunakan berupa kontak langsung secara tatap muka (face to face) atau juga melalui telepon maupun surat. Devito menjelaskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan telah diterima oleh orang lain atau sekelompok orang lain dengan efek dan efek umpan balik yang berlangsung (dalam Liliweri 1991: 12). Untuk memperjelas pengertian komunikasi antarpribadi, Devito memberikan beberapa ciri komunikasi antarpribadi yaitu: 1. Keterbukaan (Openness) Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing. 2. Empati (Emphaty) Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. 3. Dukungan (Supporotiveness) Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi.Dengan demikian keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan 4. Rasa positif (Positiveness) Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi. 5. Kesamaan (Equity) Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan,sikap usia, ideologi dan sebagainya. Teori Pengurangan Ketidakpastian Dalam membangun teorinya, Berger dan Calabrese menggunakan sejumlah aksioma sehingga teori pengurangan ketidakpastian ini sering disebut teori yang dibangun berdasarkan aksioma yang disimpulkan dari hasil riset atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnmya atau berdasarkan logika akal sehat (common sense). Berger dan Calabrese melalui teorinya mengajukan sejumlah aksioma atau sering juga disebut dengan istilah preposisi. Suatu aksioma tidak memerlukan pembuktian karena pernyataan itu sendiri merupakan bukti. Pernyataan atau aksioma yang dikemukakan Berger dan Calabrese masing-masing menunjukkan adanya hubungan antara ketidakpastian yang merupakan konsep 3
sentral teori dengan sejumlah konsep lainnya. Hubungan itu dapat bersikap positif atau negatif. Dalam hal ini terdapat tujuh aksioma, yaitu sebagai berikut: 1. Ketidakpastian yang tinggi pada tahap masukan mendorong peningkatan komunikasi verbal di antara orang yang tidak saling mengenal. Peningkatan komunikasi verbal pada akhirnya akan mengurangi tingkat ketidakpastian, dan manakala ketidakpastian terus menurun jumlah komunikasi verbal meningkat. Dua orang yang tidak saling mengenal perlu berbicara lebih banyak agar mereka menjadi lebih pasti satu sama lainnya. Ketika mereka sudah saling mengetahui mereka akan lebih banyak berbicara satu sama lainnya. Dalam hal ini, terdapat hubungan negatif antara ketidakpastian dan komunikasi verbal. 2. Pada tahap awal interaksi, ketika ungkapan nonverbal meningkat maka tingkat ketidakpastian menurun. Penurunan ketidakpastian akan mendorong peningkatan ungkapan nonverbal. Jika dua orang yang tidak saling mengenal menunjukkan komunikasi nonverbal yang baik, maka mereka akan semakin pasti satu sama lainnya. Kepastian yang lebih besar akan mendorong peningkatan komunikasi nonverbal satu sama lainnya. Dalam hal ini terdapat hubungan antara ketidakpastian dan komunikasi nonverbal. 3. Ketidakpastian yang tinggi akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi mengenai perilaku orang lain. Ketika tingkat ketidakpastian menurun maka pencarian informasi perilaku menurun. Pernyataan ini menunjukkan adanya hubungan positif antara ketidakpastian dan pencarian informasi. 4. Tingkat ketidakpastian tinggi dalam suatu hubungan menyebabkan turunnya tingkat keakraban isi komunikasi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat keakraban yang tinggi. Tingkat keakraban tinggi ditandai dengan keterbukaan para pihak untuk mengungkapkan informasi. Pernyataan ini menunjukkan hubungan negatif antara ketidakpastian dan tingkat keakraban. 5. Tingkat ketidakpastian tinggi menghasilkan tingkat resiprositas tinggi. Tingkat ketidakpastian rendah menghasilkan tingkat resiprositas rendah. Kedua pernyataan menunjukkan hubungan positif. Dua orang yang baru pertama kali terlibat dalam percakapan akan cenderung meniru satu sama lainnya. Adapun yang dimakasud dengan resiprositas adalah jika salah satu pihak hanya menyediakan sedikit informasi mengenai dirinya maka pihak lainnya akan melakukan hal serupa. Semakin banyak orang berbicara satu sama lainnya semakin besar kepercayaan mereka untuk membuka informasi dirinya kepada orang lain. 6. Kesamaan akan mengurangi ketidakpastian sedangkan perbedaan akan meningkatkan ketidakpastian. Pernyataan ini menunjukkan hubungan negatif. Dua orang yang belum saling kenal tetapi sama-sama menjadi anggota suatu organisasi menunjukkan adanya kesamaan, namun keduanya mungkin memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut memberikan kontribusi terhadap tingkat ketidakpastian. 4
7. Ketidakpastian yang meningkat akan mengurangi perasaan tertarik dalam berinteraksi sebaliknya penurunan ketidakpastian menghasilkan peningkatan ketertarikan. Pernyataan menunjukkan hubungan negatif antara ketidakpastian dengan rasa suka atau tidak suka. (dalam Morrisan, 2010: 92) Teori Penilaian Sosial Teori penelian sosial memberikan penjelasan bagaimana orang memberikan penilaian mengenai segala informasi atau pernyataan yang didengarnya. Dengan kata lain teori ini juga dapat menjelaskan bagaimana seseorang beropini terhadap sesuatu hal. Tiga hal yang mempengaruhi seseorang dalam memberi penilaian yaitu: 1. Keterlibatan ego Menurut Sherif, keterlibatan ego mengacu pada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, jika suatu isu berdampak atau berakibat secara langsung pada seseorang maka orang tersebut akan menganggap isu itu sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebaliknya, jika suatu isu tidak berdampak secara langsung bagi seseorang maka isu tersebut tidaklah penting bagi dirinya 2. Jangkar sikap Sherif mengatakan, orang cenderung menggunakan acuan atau jangkar sikap sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang berbedabeda atau bahkan bertentangan. Dalam kehidupan sosial, acuan yang seseorang gunakan saat menduga sesuatu (memberikan penilaian) tanpa alat ukur pasti adalah referensi serta pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain seseorang cenderung memberikan penilaian dengan acuan internal yang dimilikinya. 3. Efek kontras Dengan berdasar pada pemahaman yang Sherif jelaskan maka dapat diketahui bahwa seseorang memberikan penilaian untuk menerima atau menolak pesan berdasarkan dua hal yaitu keterlibatan ego dan acuan internal. Namun demikian, proses penilian ini tetap dapat menimbulkan distorsi (penyimpangan). Distorsi ini terjadi jika seseorang menilai suatu pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian yang menjadi lebih jauh dari yang seharusnya ini di sebut sebagai efek kontras. Sebaliknya, distorsi juga terjadi ketika seseorang memberi penilaian terhadap suatu pesan menjadi lebih dekat dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian ini disebut dengan efek asimilasi. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah proses komunikasi antarpribadi sesama warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi.
5
Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini, sebagai informan pokok adalah wanita tuna susila dan peneliti juga memakai informan tambahan dalam penelitiannya adalah pegawai yang berada di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi untuk mendukung validitas informasi. Kerangka Analisis Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sampai data jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data selama dilapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut : Peneliti melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. (dalam Sugiyono, 2005 : 92). Penentuan Informan Penentuan Informan pada Penelitian ini adalah dengan memiliki kriteriakriteria tertentu. Adapun Kriteria-kriteria yang harus dimiliki informan dalam penelitian ini adalah: 1. Informan adalah orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi antarpribadi warga bina sosial. 2. Informan pokok adalah warga bina sosial dan informan tambahan adalah pegawai yang berada berada di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi. 3. Warga bina sosial adalah warga bina yang minimal sudah berada di dalam UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi, warga bina sosial yang sudah berada minimal satu bulan dianggap sudah mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan sesamanya serta sudah mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada di dalam panti sehingga peneliti dapat mengetahui karakteristik warga bina sosial dan juga mengetahui proses komunikasi antarpribadi sesama warga bina sosial yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 4. Pegawai UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi adalah pegawai yang juga secara langsung melakukan komunikasi antarpribadi dengan warga bina sosial. Keabsahan Data Penelitian ini mengunakan teknik triangulasi data untuk mengecek keabsahan data penelitian. Dezin dalam Moleong, membedakan empat macam triangulasi data diantaranya dengan memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dari keempat macam triangulasi data tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber (dalam Moleong 2009) Triangulasi data sumber adalah teknik pemeriksaan data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang 6
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987). Dalam mencapai kepercayaan tersebut, maka diambil langkah sebagai berikut: 1 Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas. 5 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2009) Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu : a. Data Primer Data yang diperoleh dari sumber pertama atau tangan pertama di lapangan dengan cara wawancara mendalam dan Observasi atau suatu pengamatan. (dalam Kriyantono, 2006 :43) b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain). ( dalam Ruslan, 2003 : 138). Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah semua data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder yang berupa wawancara, pengamatan, serta catatan lapangan, lalu akan disusun membentuk laporan yang sistematis, selanjutnya dat yang disusun akan dibagi menjadi data utama dan data penjelas. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan mendapatkan karakteristik warga bina sosial yang menjalani rehabilitas dan proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara warga bina sosial. Dari kelima informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan peneliti dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui karakteristik warga bina sosial dan untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan sesama warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung tidak efektif bila kedua pihak menanggapi prilaku satu sama lain dengan tidak terbuka, maka dapat terjadi kegagalan komunikasi. Adapun ciri komunikasi efektif antara lain : a. Keterbukaan Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Sesama warga bina sosial sangat terbuka dan senang berbagai informasi di antar mereka. terlihat dari informan I, III, IV dan V saling terbuka tentang dirinya dan selalu 7
b.
c.
d.
e.
1.
melakukn aktifitas bersama serta informan I sudah menganggap adik informan V begitu juga informan III sudah menggap adik informan IV. Sedangkan kelima informan utama tidak terbuka dengan pegawai, mereka merasa segan dan tidak nyaman jika menceritakan tentang dirinya kepada pegawai Parawasa, mereka lebih nyaman bercerita dengan sesama warga bina sosial. Empati Merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sesama warga bina sosial merasakan yang dirasakan warga bina sosial lainnya ini terlihat dari Informan I, III, IV dan V tidak segan membela sesama warga bina sosial yang lagi bermasalah dengan pegawai berbeda dengan pegawai. Dukungan Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Sesama warga bina sosial sangat terbuka terlihat dari keempat informan utama peneliti, mereka terbuka dengan teman dekatnya dan tidak segan menceritakan tentang dirasakan satu sama lainnya. Informan I dan V saling terbuka serta informan III dan IV saling terbuka. Sedangkan warga bina sosial kurang terbuka dengan pegawai karena warga bina sosial tidak nyaman terbuka dengan pegawai ini terlihat dari informan V tidak terbuka dengan pegawai. Rasa positif Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Di Parawasa warga bina sosial memilik perasaan positif dan mendukung warga bina sosial lain menerima dan menjalani masa rehabilitasinya di dalam Parawasa, begitu juga dengan pegawai dengan warga bina sosial mendukung dan memberikan nasehat serta berserah kepada Tuhan agar tetap menjalankan masa rehabilitasi di Parawasa. Kesamaan Komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi lebih kuat apabla memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap usia, ideologi dan sebagainya. Warga bina sosial di Parawasa memiliki kesamaan keharusan memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga serta keinginan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Ini terlihat dari informan I, II, III dan V berbeda dengan informan IV. Informan IV melakukan pekerjaan sebagai pekerja seks bukan keinginannya tetapi ibunya menjualnya kepada pria hidung belang. Bila dikaitkan dengan tingkat ketidakpastian dalam interaksi komunikasi antarpribadi warga bina sosial dan pegawai, maka ciri komunikasi antarpribadi yang berlangsung adalah Pada tingkat kecemasan dan ketidakpastian tinggi, komunikasi antarpribadi yang berlangsung umumnya berlawanan dengan komunikasi efektif Devito. Saat terjadi ketidakpastian yang tinggi, keterbukaan diantara warga bina sosial dan pegawai sangat rendah. Pada tahap masuk warga bina sosial akan menyesuaikan diri dengan diri dengan karakter 8
pegawai. Di tingkat ini warga bina sosial kurang terbuka dengan warga bina sosial akan dirinya. 2. Pada tingkat kecemasan dan ketidakpastian moderat, komunikasi antarpribadi yang berlangsung umumnya biasa saja, tidak ada kesan khusus yang diperoleh sesama warga bina sosial dan pegawai. Pada tingkat ini berlangsung singkat dan suasana tidak menegangkan tetapi tidak menyenangkan juga. 3. Pada tingkat ketidakpastian rendah, komunikasi berlangsung umumnya efektif dimana warga bina sosial dengan pegawai membuka diri untuk berkomunikasi, suasana komunikasi menyenangkan, kondusif, serta mendukung berlangsungnya interaksi yang efektif. Komunikasi efektif akan menurunkan ketidakpastian warga bina sosial. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam melakukan penelitian komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi ini, peneliti menemukan beberapa kesimpulan berikut ini : 1. Karkteristik warga bina sosial yang berada di Parawasa tidak memandang tua muda, agama yang dianut, suku dan bermacammacam alasan bekerja sebagai wanita malam. Alasan warga bina sosial melakukan pekerjaan sebagai pekerja seks untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. 2. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan sesama warga bina sosial terjalin dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian peneliti lakukan bahwa dari kelima informan, terdapat empat informan yang lebih memilih untuk melakukan komunikasi atau terbuka terhadap warga bina sosial lain. 3. Kurangnya komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi yang kurang baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian peneliti lakukan bahwa warga bina sosial merasa segan dan takut terbuka menceritkan tentang dirinya kepada pegawai lebih terbuka dengan warga sosial lainnya. Saran Setelah melakukan penelitian mengenai proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi, peneliti mendapati masih banyak hal yang dapat dikaji dan dikembangkan dari penelitian ini. Oleh sebab itu peneliti memiliki beberapa saran yang kiranya bisa bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut : 1. Dalam hal ini sangat disaran agar adanya pemahaman yang lebih dalam bentuk mata kuliah pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU mengenai segala penelitian yang berkaitan dengan penelitian kualitatif dan pendalaman materi tentang teori deskritif kualitatif. Hal ini guna memperkaya khasanah berpikir dan ilmu bagi para mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. 9
2. Orang-orang yang berada di sekeliling warga bina sosial dapat memberikan motivasi serta melihat perjuangan para warga bina sosial dalam menjalani masa rehabilitasinya yang begitu lama untuk kearah yang lebih positif. Hendaknya masing-masing warga bina sosial yang hampir selesai masa rehabilitasi di Parawasa dapat membagi pengalaman dengan teman warga bina sosial yang baru menjalankan masa rehabilitasinya agar tidak menemukan titik jenuh dalam menjalankan masa rehabilitasi, tentang bagaimana mereka harus berkomunikasi dengan lingkungan baru. 3. Penelitian kulitatif pada umumnya tidak mempunyai ukuran yang pasti tentang batas benar dan salah, semua tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti. Karena itu, peneliti menyarankan bagi mereka yang berminat untuk meneliti penelitian kualitatif agar mempunyai ukuran yang pasti. Penelitian ini agar memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian serupa lebih lanjut dengan menambah kekurangan-kekurangan pada penelitian ini, serta dapat memberikan masukan dan saran di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi. DAFTAR REFERENSI Krisyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : Citra Aditya. Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sumber lain www.menkesos.co.id/ latar-belakang-unit-pelayanan-teknis.htm
10