PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM PENANAMAN KECERDASAN SPIRITUAL DI PANTI SOSIAL BINA NETRA “TAN MIYAT” BEKASI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I.)
Oleh
Sri Yulianah NIM: 109052000009
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM PENANAMAN KECERDASAN SPIRITUAL DI PANTI SOSIAL BINA NETRA “TAN MIYAT” BEKASI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh
SRI YULIANAH NIM : 109052000009
Pembimbing
Dra. NASICHAH, MA NIP. 19671126 199603 2 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/ 1434 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,
Oktober 2013
SRI YULIANAH NIM : 1 0 9 0 5 2 0 0 0 0 0 9
ABSTRAK Sri Yulianah Peran Pembimbing Agama dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi Peran pembimbing agama dalam penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra. Menjadi penting karena peran pembimbing agama untuk bisa mengajarkan dan mengarahkan, tentunya dengan cara pengajaran yang berbeda, karena cara belajar disabilitas netra perlu metode khusus, oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual untuk bisa membantu disabilitas netra memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, membantu disabilitas netra yang merasa inferior, mengisi kekosongan spiritual, membangkitkan semangat mereka untuk mempermudah mereka dalam memaknai hidup yang lebih baik. Untuk mengkaji penelitian ini, teori-teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori peran, teori pembimbing agama oleh Dewa Ketut Sukardi dan H. M Arifin. Kecerdasan spiritual itu sendiri diartikan sebagai kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan makna dan nilai, menempatkan berbagai kegiatan dan kehidupan dalam konteks yang lebih luas, kaya dan memberikan makna, mengukur atau menilai bahwa salah satu kegiatan atau langkah kehidupan tertentu lebih bermakna dari yang lainnya. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Peneliti menjawab Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran pembimbing Agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) menggunakan observasi dan wawancara. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 4 orang pembimbing yang terdiri dari 2 orang pembimbing agama, 1 orang pembimbing mental spiritual dan 1 orang pembimbing anak serta yang menjadi subjeknya adalah disabilitas netra yang berjumlah 6 orang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa peran pembimbing Agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Peran dari pembimbing agama dalam penanaman kecerdasan spiritual adalah dengan cara diberikannya bimbingan Agama setiap hari baik secara pendidikan formal maupun nonformal, bukan hanya bimbingan agama saja yang diberikan, namun adapula bimbingan keterampilan, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental yang mana dapat membantu disabilitas netra untuk tidak tergantung kepada orang lain dan mampu melakukan semua hal yang bisa dilakukan orang normal lainnya, dan berharap agar disabilitas netra senantiasa Mengingat tuhannya agar bisa menjauhkan dari perbuatanperbuatan yang dapat merugikannya. Disabilitas netra juga merasa Ibadah sangat berpengaruh dikehidupannya apalagi dalam mengontrol emosi atau memberikan rasa tenang dan memecahkan setiap masalah yang dihadapi, disinilah pentingnya peran pembimbing Agama kepada kami, Metode yang diberikan yaitu metode tabligh/ceramah, bimbingan individual, bimbingan kelompok, metode syukur, bimbingan keterampilan. i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan keridhoan-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Pembimbing Agama Dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi” Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Orang tua Bapak Mad Yusuf yang telah banyak memberi pelajaran kehidupan pada saya dan Ibu tercinta Ibu Masitoh yang senantiasa mendo’akan penulis hingga berkat segala support yang diberikan bapak dan ibu dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada : 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Bapak Suparto, M. Ed, P. hD. Selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 3. Ibu Dra. Rini Laily Prihatini M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 4. Bapak Drs. Sugiharto MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
ii
5. Ibu Dra. Nasichah, MA selaku sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. Yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu dakwah & Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis. 7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam mendapatkan sumber penulisan skripsi ini. 8. Ibu Kepala Panti Dra. Dewi Rani, M. Si, Bapak Kepala TU Lusinto, Ibu Prasetiawati, Ibu Tasuah, Bapak Son Haji, Bapak Arimurti, Bapak Itsna Sahma dan segenap pengurus Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi yang telah memberi informasi serta izin dalam melakukan penelitian. 9. Keluarga besar Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya rekanrekan seperjuangan BPI 2009 ( Abir Mu’az, Dede Iskandar, Dini Hayati Nufus, M. Hary Pranata, Kantata Anita M, Mira Humaira A,Sadam Husen, Sri Hesty Hardiyati, Yofie Novera, Zainal Abiddin, Andrian Saputra) terimakasih atas semuanya. 10. Kepada teman-teman Arya Mulyasari, Teteh Warkop Barokah, Ade Nunung, Eis Akmeliani, dan Anak Kosan Annida dan nenggolan. 11. Saudara, kerabat, teman, sahabat yang namanya tak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala doanya.
iii
Akhirnya kepada-Nya lah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.
Ciputat, 30 Oktober 2013
Sri Yulianah NIM. 109052000009
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ......................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................
9
D. Metodologi Penelitian ............................................................
10
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................
14
F. Sistematika Penulisan ............................................................
17
LANDASAN TEORI A. Peran ...................................................................................... 1.
19
Pengertiam Peran ............................................................
19
B. Pembimbing Agama ...............................................................
21
1.
Pengertian Pembimbing Agama......................................
22
2.
Tujuan dan Fungsi Pembimbing .....................................
27
3.
Metode Bimbingan ..........................................................
31
C. Kecerdasan Spiritual ..............................................................
35
1.
Pengertian Kecerdasan Spiritual .....................................
v
36
BAB III
2.
Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual .........................................
39
3.
Fungsi Kecerdasan Spiritual ...........................................
41
D. Tunanetra................................................................................
42
1.
Pengertian Tunanetra ......................................................
42
2.
Faktor Penyebab Ketunanetraan .....................................
45
3.
Karakter Fisik, Psikis ......................................................
47
4.
Klasifikasi Tunanetra ......................................................
49
GAMBARAN
UMUM
PANTI
SOSIAL
BINA
NETRA
“TAN MIYAT” BEKASI A. Sejarah Berdirinya PSBN “Tan Miyat” .................................
54
B. Landasan Hukum ...................................................................
55
C. Fungsi Panti PSBN.................................................................
55
D. Visi, Misi, dan Tujuan............................................................
56
E. Sarana dan Prasarana fisik PSBN "Tan Miyat" Bekasi .........
57
F. Sumber Daya Manusia ........................................................ ..
59
G. Struktur Organisasi dan Jumlah Penerima Manfaat........... ....
60
H. Proses Pelayanan Rehabilitasi Sosial .....................................
63
I.
Syarat Penerimaan kelayan ....................................................
72
J.
Kerjasama ... ...........................................................................
73
vi
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PENELITIAN A. Identitas Informan ..................................................................
76
B. Analisis Peran Pembimbing Agama dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Pada Disabilitas Netra .........................
82
C. Metode Peran Pembimbing Agama dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Pada Disabilitas Netra ......................... BAB V
92
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
97
B. Saran .......................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... LAMPIRAN
vii
100
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Wawancara untuk Pengurus PSBN “Tan Miyat” Lampiran 2. Daftar Wawancara dengan Pembimbing PSBN “Tan Miyat” Lampiran 3. Daftar Wawancara dengan Disabilitas Netra Lampiran 4. Surat Penelitian Lampiran 5. Surat Keterangan Lampiran 6. Data Mobilitas Lampiran 7. Foto-foto
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi ini manusia dituntut adanya perubahan yang besar dalam segala aspek kehidupan baik positif maupun negatif. Perubahan negatif yang terjadi akibat globalisasi perlu diantisipasi agar setiap manusia tidak mengalami dehumanisasi. Dituliskan Jalaludin Rahmat dalam buku Islam dan Pluralisme, Fromm menjelaskan dehumanisasi merupakan suatu proses dimana mulai ditinggalkannya nilai-nilai kemanusiaan (etika, moral dan agama) dan digantikannya dengan mendewa-dewakan aspek material semata1. Oleh sebab itu seorang anak perlu diberi pengajaran dan arahan sejak dini agar tidak mengalami dehumanisasi, karena keterlambatan dalam memberikan arahan bisa menyebabkan seorang anak mengalami krisis spiritual. Dituliskan Jalaludin Rahmat dalam buku Islam dan Pluralisme, Clinebell menegaskan bahwa anak memiliki kebutuhan dasar spiritual yang harus dipenuhi agar bisa membawa anak dalam keadaan yang tentram, aman, damai dalam menjalani hidup2. Jika kebutuhan tersebut tidak dipenuhi, maka bisa menyebabkan kecemasan neurotis dan kekosongan spiritual dalam diri anak. Kekosongan spiritual (spiritual-emptiness) akan menyebabkan penyakit
1
Jalaluddin Rahmat, Islam dan pluralisme: akhlak Quran menyikapi perbedaan, (Jakarta: Serambi, 2006), Cet ke-2, h. 146 2 Jalaluddin Rahmat, Islam dan pluralisme: akhlak Quran menyikapi perbedaan, (Jakarta: Serambi, 2006), Cet ke-2, h. 146
1
2
ketidak bermaknaan spiritual (spiritual-meaningless) dalam diri anak. Dalam kondisi yang demikian, anak akan mudah terpengaruh dan terombang-ambing oleh pengaruh lingkungan sekitarnya karena si anak tidak punya benteng yang cukup, kehilangan pegangan hidup, kehilangan keimanan dan mudah untuk putus asa (hopeless) 3. Maka dari penjelasan di atas setiap orang mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memberikan pengajaran dan arahan untuk bisa mencegah terjadinya krisis keimanan atau kekososngan spiritual, dan cara membantu pengarahan tersebut bisa dilakukan dengan bimbingan yang baik dari orang tua maupun dari lingkungannya. Bimbingan yang diberikan kepada anak dalam menanamkan pemahaman spiritualnya dapat membantu tumbuh kembang si anak secara optimal. Karena itu bimbingan sangat di perlukan untuk bisa memberikan pengajaran dan arahan, agar anak tersebut tidak mengalami perkembangan yang negatif. Pengertian bimbingan itu sendiri adalah menunjukkan, memberikan jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Pendapat yang sejalan dengan pendapat tersebut adalah D. Ketut Sukardi yang menjelaskan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu memperkembangkan potensi, (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki, mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka
3
Jalaluddin Rahmat, Islam dan pluralisme: akhlak Quran menyikapi perbedaan, (Jakarta: Serambi, 2006), Cet ke-2, h. 146
3
menentukan sendiri jalan hidupnya serta bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain4. Bimbingan yang diberikan kepada seorang anak yang normal mungkin tidak terlalu sulit. Namun, bagaimana memberikan bimbingan agama kepada anak yang memiliki disabilitas (kecacatan), disinilah bimbingan sangat dibutuhkan baik dari orang tua maupun lingkungannya, karena disabillitas bukan penghalang untuk seseorang mendapatkan pengajaran yang layak, baik normal maupun tidak normal mereka sama-sama menginginkan pengajaran agar bisa mengetahui apa yang menjadi landasan hidupnya dan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Kecerdasan spiritual juga sangat penting dalam membentengi seorang anak menghadapi perubahan sosial yang semakin deras. Dengan adanya kecerdasan spiritual ini menyebabkan anak menjadi tangguh dalam menghadapi tantangan dan hambatan sehingga tidak mudah mengalami stress/ kecemasan serta kekosongan spiritual. Kecerdasan
merupakan
perihal
cerdas,
kesempurnaan
dan
perkembangan akal budi pekerti seperti kepandaian dan ketajaman pikiran, sedangkan untuk pengertian spiritual adalah kejiwaan, rohani, bathin, mental dan moral. Dan pada tahap selanjutnya Kecerdasan spiritual (yang dikenal dengan istilah SQ) Danah Zohar dan Ian Marshal menjelaskan bahwa Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas 4
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkasan), (Denpasar: Ghalia Indonesia, 1984), h. 17
4
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan hidup seseorang lebih bermakna dengan yang lain5. Sedangkan Ary Ginandjar Agustian mengatakan bahwa Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya (Kamil) dan memiliki pola pemikiran tauhidi (integralistik) serta berpotensi hanya kepada Allah6. Bagi orang normal yang memiliki kesempurnaan fisik dan mental mungkin akan lebih mudah untuk menanamkan kecerdasan spiritual. Namun, bagi orang yang tidak normal atau disabilitas, dengan keadaan yang mereka alami kadang membuat mereka kehilangan semangat, bahkan ketika nikmat penglihatan mereka pertama kali diambil, bagi mereka tidak ada lagi harapan baginya. Untuk itu, pemberian Penanaman kecerdasan spiritual bagi mereka amatlah penting, terlebih lagi pendampingan bagi mereka agar tetap berjalan dalam jalur Islam, karena mereka juga rentan dengan krisis iman bahkan konversi
agama7
mengingat
adanya
kaum
missionaris8
yang juga
menggiurkan mereka dengan berbagai bantuan yang mereka tawarkan. Seseorang yang memiliki disabilitas fisik seperti tunanetra, yang tentunya menemui kendala tertentu ketika mereka ingin mencukupi 5
Danar Zohar dan Ian Marshall, SQ; Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berpikir Integralistik dan Holistik untuk memaknai kehidupan, (Bandung: Mizan, 2000), h. 3-4. 6 Agustian, Ary Ginanjar, ESQ POWER Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, (Jakarta: ARGA, 2003), h. 217 7 Konversi agama menurut etimologi yaitu kata kata konversi berasal dari kata lain “convernio” yang berarti tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, fakta tersebut dipakai dalam bahasa Inggris “conversion” yang mengandung pengertian : berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion to another). 8 1. orang yang melakukan penyebaran warta Injil kepada orang lain yang belum mengenal Kristus, 2. imam Kristen (Katolik) yg melakukan kegiatan misi.
5
kebutuhannya dalam hal beragama. Kalangan tunanetra misalnya, mereka kesulitan untuk mendapat akses yang sesuai dengan keterbatasan yang mereka alami. Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi pedoman pokok bagi kaum muslim, tidak bisa dicermati dengan mudah karena keterbatasan penglihatan mereka. Hal ini berpengaruh pada kualitas keimanan mereka yang notabene adalah seorang muslim. Berdasarkan data yang ada di Dinas Sosial, populasi tunanetra di Indonesia adalah sebesar 1,5% dari total penduduk Indonesia, maka diperkirakan sejumlah 3.000.000 (tiga juta) orang, delapan puluh persen dari mereka adalah adalah muslim, atau sekitar 2,4 juta orang adalah kaum muslim9. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia dalam menangani kaum tunanetra di Indonesia. Disabilitas pada diri seseorang merupakan hambatan dan gangguan di dalam aktivitas bagi penyandangnya. Hal tersebut dapat menghambat perluasan pengalamannya, gangguan emosionalnya, dan perkembangan intelegasinya. Selain itu, cacat mental maupun fisik juga merupakan salah satu kendala dalam mengerjakan Ibadah. Jika seseorang memiliki cacat tubuh mungkin aktifitas yang mereka lakukan tidak jauh berbeda dengan orang normal lainnya, karena mereka masih bisa melihat dan mendengar dengan baik, cara memberikan bimbinganpun tidak terlalu sulit. Namun, bagaimana dengan tuna netra yang terlahir tanpa penglihatan memungkinkan tidak bisa merespon maupun melaksanakan salah satu kegiatan yang ada di alam raya 9
“Definisi Tunanetra”, Artikel diakses http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/.
pada
20
Maret
2013
dari
6
ini, bagaimana cara kita membimbing anak-anak yang memiliki disabilitas netra. Alasan mengapa penelitian ini penting bagi penulis, karena memiliki kecerdasan spiritual merupakan hal yang penting bagi setiap orang khususnya bagi disabilitas netra, orang yang paham dan mengerti akan agamanya akan bisa membantu mereka mengendalikan diri dan memiliki kualitas hidup yang baik. Selain itu, disabilitas netra kerap mengisolirkan diri karena perasaan inferior. Perasaan lemah, tidak berdaya bagi lingkungannya, dan perbedaan fisik yang membuat disabilitas netra merasa hidupnya tidak berarti lagi. Disabilitas netra sangat tergantung sekali dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhannya sendiripun mereka kurang mampu, oleh sebab itu disabilitas netra banyak yang pesimis untuk mencapai kebahagiaan di hidupnya. Karena mereka memiliki kekosongan spiritual yang menyebabkan mereka menjadi lebih sensitif dan sering kali berputus asa. Panti Sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial kearah kehidupan normatif secara fisik, mental dan sosial. Panti Sosial Bina Netra adalah salah satu lembaga yang berperan aktif dalam memperhatikan kehidupan beragama dan sekaligus aspek kehidupan sosial bagi penyandang tunanetra di wilayah Bekasi dan sekitarnya. PSBN “Tan Miyat”, begitu Panti di Sebut dengan arti “Tanpa Sinar”. Sebagai lembaga sosial yang bergerak untuk mengembangkan potensi para penyandang tunanetra. PSBN tidak
7
hanya menyentuh aspek kehidupan sosial saja, seperti mengupayakan akses informasi untuk para disabilitas netra, tetapi juga membantu para disabilitas netra untuk mempelajari ilmu agama Islam. Juga membantu disabilitas netra untuk melancarkan dalam membaca Al-Qur’an, dan sempat pula ada salah satu penyandang tunanetra yang memenangkan kejuaraan MTQ di Bekasi 10. PSBN “Tan Miyat” juga salah satu lembaga yang turut memperjuangkan kepentingan kegiatan yang mereka lakukan sehingga disabilitas netra bisa meneruskan hidup serta bisa memenuhi kebutuhan kaum disabilitas netra. Yaitu melalui berbagai macam kegiatan tanpa adanya penyesalan dengan kondisi yang terbatas. Pemberian penanaman spiritual secara bertahap dan sistematis merupakan metode yang diterapkan oleh Panti ini. Metode ini terbilang sesuai dengan keadaan tunanetra, hal ini terbukti dengan perilaku beragama para penyandang tunanetra yang mengalami pendewasaan dalam berpikir tentang kebutuhan beragama di tengah krisis kepercayaan diri yang pernah mereka alami serta tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka yang mampu hidup mandiri dengan segala keterbatasan yang mereka miliki bahkan mereka mampu untuk belajar khazanah keilmuan agama Islam untuk memperoleh pendalaman ajaran agama Islam. Pertanyaan yang timbul dari seorang penulis bagaimana seorang pembimbing agama memberikan arahan pada proses sosial penyandang tunanetra,
10
penanaman
“Arti Tan Miyat” http://tanmiyat.depsos.go.id
nilai-nilai
Artikel
agama,
diakses
pada
pemahaman
20
Maret
tentang
2013
dari
8
spiritual/religius, dan mengajarkan sistem pengendalian/pengontrolan diri dan semua tercakup pada penanaman spiritual. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peran pembimbing Agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi dalam sebuah bentuk karya ilmiah skripsi yang diberi judul: “ Peran Pembimbing Agama Dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi” B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat memperjelas masalah dalam penelitian, maka perlu adanya pembatasan untuk lebih mengarah pada titik poin yang diharapkan. Untuk itu, penulis hanya membatasi masalah pada peran pembimbing agama dalam memberikan penanaman kecerdasan spiritual, melalui penanaman nilai-nilai agama, pengendalian diri pada disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi.
2.
Rumusan Masalah Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut : a.
Bagaimana peran pembimbing agama dalam penanaman kecerdasan spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” ?
9
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Bertolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diungkapkan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: a.
Mengetahui peran pembimbing agama dalam penanaman kecerdasan spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat”.
2.
Manfaat Penelitan a.
Akademis Penelitian ini membantu pembaca untuk lebih mengetahui pemaparan teori mengenai peran pembimbing agama dan penanaman kecerdasan spiritual kepada penyandang tunanetra. Dapat menjadi masukan Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Praktis Penulis berharap hasil penelitian ini bisa memberikan manfaat yang besar kepada kami khususnya, dapat menjadi masukan bagi Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” atau lembaga lainnya dan masyarakat luas pada umumnya. Dapat diketahui dengan sistematis mengenai pelaksanaan bimbingan dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan melalui penanaman kecerdasan spiritual terhadap Penyandang Tunanetra yang di berikan Panti tersebut.
10
D. Metodologi Penelitan 1.
Pendekatan dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Adapun pengertian dari penelitian kualitatif adalah menurut Bagdan dan Taylor (1975) seperti yang dikutip Lexy J. Moleong dalam bukunya ialah bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11 Memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian lapangan. Bentuk penulisan tugas ini adalah penelitian lapangan, dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan selama penulisan, disini penulis menguraikan serta mendeskripsikan bagaimana peran pembimbing dalam penanaman kecerdasan spiritual penyandang tunanetra. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi.
2.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data a.
Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi Yaitu mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung terhadap objek (penyandang tunanetra) yang akan diteliti serta pencatatan yang sistematis. Melalui observasi,
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Cet ke-9, h. 3
11
peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut12. Guna memperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan bimbingan dalam menanamkan kecerdasan spiritual melalui bimbingan spiritual/agama dari kegiatan setiap harinya di Panti tersebut. 2) Wawancara Merupakan suatu alat pengumpulan data informasi langsung tentang beberapa jenis data. Wawancara, merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dengan seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan
tujuan
tertentu13. Dalam penelitian ini penulis langsung mewawancarai peran pembimbing agama dalam rangka penanaman kecerdasan spiritual disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi
3) Dokumentasi Yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengambil data dari berbagai dokumen, baik merupakan pembukuan ataupun yang lainnya. Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari 12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: ALFABETA, 2007), Cet ke-3, h. 226 13 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001), h. 180.
12
informasi yang terkait dengan permasalan penelitian. Dan memperluas pemahaman dan pengetian pada teori yang akan digunakan selama penelitian. b. Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain14. Untuk menganalisis data, penulis menjelaskan bagaimana menjalankan peran sebagai pembimbing agama, dan menganalisa penyandang tunanetra yang mendapatkan bimbingan spiritual, penyandang tunanetra diklasifikasi menjadi: buta sejak lahir, buta karena penyakit, dan buta karena kecelakaan. Penulis melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses bimbingan agama dalam program penanaman kecerdasan spiritual. Sebagai sumber data, penulis melakukan observasi langsung dan tidak langsung, seperti wawancara dengan pembimbing dan penyandang tunanetra di panti tersebut. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dideskriptifkan secara 14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: ALFABETA, 2007), Cet ke-3, h. 244
13
kualitatif dengan didukung data-data yang didapat dari berbagai dokumen, literatur serta data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Maka, penulis mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan mengacu pada kerangka teori. 3.
Subjek dan Objek Penelitian a.
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah menjelaskan makna perilaku dengan menafsirkan apa yang orang lakukan15. Atau tempat dimana bisa mendapatkan sumber data/keterangan. Sumber data adalah mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini menjadi subjek utama adalah pembimbing diantaranya 2 orang pembimbing Agama yaitu ustadz Son Haji dan Ustadzah Tasuah, 1 Orang Pembimbing metal spiritual yaitu Ibu Prasetiawati, 1 orang peksos (pekerja sosial) anak yaitu Ibu Putri, serta para disabilitas netra yaitu Lukman, Arina, Tuti, Andry, Ismi, Faizal.
b. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga komponen yaitu, place atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial berlangsung, actor (pelaku) atau orang-orang yang sedang
15
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001), h. 32
14
memainkan peran tertentu, activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung16. Dalam penelitian ini objek penelitian penulis adalah peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. 4.
Dasar Penetapan Lokasi Penelitian Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tan Miyat Bekasi yang beralamat Jl. H. Moeljadi Djojomartono No. 19 Bekasi Timur, Nomor Telp Kantor: 0218800478,
Email:
[email protected],
Website:
http://tanmiyat.depsos.go.id. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian mulai tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 26 Juli 2013. 5.
Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, diambil referensi dari beberapa pustaka dan menggunaskan 16
pendekatan
teori
tertentu
untuk
memperkuat
dan
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: ALFABETA, 2007), Cet ke-3, h. 229
15
mempertajam analisa. Penelitian dengan judul “ Peran Pembimbing Agama Dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi” ini terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya. Pertama, skripsi karya Ina Nurul Lestari, mahasiswi Bimbingan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2003 dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sekolah Alam Depok ”, yang membahas bagaimana pelaksanaan bimbingan agama di sekolah. Ina Mengangkat masalah
bagaimana
pelaksanaan
bimbingan
agama
di
sekolah bisa mengupayakan pengembangan kecerdasan spiritual anak, sedangkan penulis lebih menitik beratkan penanaman kecerdasan spiritual melalui peran pembimbing agama. Kedua, skripsi karya Yuyun Rahmawati, mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta angkatan 2003 dengan judul “Peran Bimbingan Agama Terhadap Mental Disorder Penyandang Tunanetra Di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi”, yang membahas bagaimana peran bimbingan agama terhadap mental disorder penyandang tunanetra. Yuyun mengangkat masalah bagaimana peran bimbingan agama memperbaiki atau membantu untuk mental disorder penyandang tunanetra, sedangkan penulis lebih menitik beratkan bagaimana peran pembimbing agama dalam mengupayakan penanaman kecerdasan spiritual penyandang tunanetra.
16
Ketiga, skripsi karya Arie Mutya Wulan Sari, mahasiswi Bimbingan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta angkatan 2000 dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa Di Yayasan IRTIQO Kebajikan Ciputat Tanggerang”, yang membahas bagaimana pelaksanaan bimbingan islam terhadap kaum dhuafa. Arie mengangkat masalah bagaimana pelaksanaan bimbingan islam bisa mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa, sedangkan penulis lebih menitik beratkan bagaimana peran pembimbing agama dalam mengupayakan penanaman kecerdasan spiritual penyandang tunanetra. Keempat, Skripsi Karya Komari, mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Angakatan 2006 dengan judul “Peran Bimbingan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Bagi Penyandang Tunanetra Di Yayasan Sahabat Mata Mijen Semarang”, yang membahas bagaimana peran bimbingan agama untuk memotivasi dalam beragama. Komari mengangkat masalah Bagaimana peran pelaksanaan bimbingan agama Islam terhadap penyandang tunanetra dalam meningkatkan motivasi beragama, sedangkan penulis lebih menitik beratkan pada peran pembimbing agama dalam penanaman kecerdasan spiritual penyandang tunanetra. Melalui tinjauan pustaka ke perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga menelusuri situs di internet, skripsi dengan judul “ Peran Pembimbing Dalam Penanaman Kecerdasan
17
Spiritual Di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi” belum pernah diteliti sebelumnya. Meskipun penulis terinspirasi dari keempat skripsi sebelumnya yang telah disebutkan di atas, namun seluruh skripsi ini memiliki objek dan subjek penelitian yang berbeda, meski tak bisa disangkal skripsi di atas memberikan banyak masukan untuk penulisan dalam melakukan penelitian. Selain skripsi-skripsi di atas, buku Syamsu Yusuf LN, dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Zohar dan Ian Marshall, Danah, SQ; Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berpikir Integralistik dan Holistik untuk memaknai kehidupan, dan buku-buku lain yang memberi sumbangan besar dalam ide penulisan skripsi ini. Pemaparan mengenai berbagai hal tentang memberikan pemahaman akan tugas pembimbing dan pelayanan apa saja yang diberikan pembimbing dalam proses penanaman kecerdasan spiritual penyandang tunanetra. F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui secara global tentang penulisan ini, maka sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: BAB I
:
Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
18
BAB II
:
Berisi kajian teori yang terdiri dari: pengertian peran, pengertian pembimbing, pengertian kecerdasan spiritual, pengertian Penyandang Tunanetra, ciri-ciri, prinsip-prinsip dan pandangan dasar.
BAB III :
Gambaran umum tentang Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, meliputi sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, serta tujuan, kondisi fisik, sarana dan prasarana, sasaran garapan penerima dan pelayanan Panti tersebut.
BAB IV :
Temuan lapangan dan Analisis data, meliputi data-data informan, peran pembimbing agama dalam penanaman kecerdasan spiritual pada penyandang tunanetra, serta analisis peran pembimbing agama dalam penanaman kecerdasan spiritual pada penyandang tunanetra.
BAB V
:
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Pembimbing Agama 1.
Pengertian Peran Teori peran muncul ketika para ilmuwan sosial menganggap serius wawasan bahwa kehidupan sosial dapat dibandingkan dengan teater, di mana aktor memainkan peran diprediksi. Dituliskan Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku Teori-Teori Psikologi Sosial, Ralph Linton (antropolog) mengemukakan bahwa teori peran ini merupakan sarana untuk menganalisis sistem sosial, dan peran yang dipahami sebagai aspek dinamis dari posisi sosial societally diakui (atau status).1 Dituliskan Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku Teori-Teori Psikologi Sosial membagi istilah dalam teori peran dalam 4 golongan, yaitu istilahistilah yang menyangkut: a.
Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
b.
Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c.
Kedudukan orang-orang dan perilaku.
d.
Kaitan antara orang dan perilaku.2 George Herbert Mead (seorang filsuf sosial) dilihat peran
sebagai strategi penanganan yang berkembang bahwa individu saat mereka berinteraksi dengan orang lain, dan berbicara tentang perlunya
1
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984), Cet Ke-1, h.234. 2 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984), Cet Ke-1, h.234.
19
20
pemahaman orang lain (peran mengambil) sebagai syarat untuk efektif interaksi sosial. Dan bila melihat peran sebagai, kebiasaan kadangkadang berbahaya, taktik yang diadopsi oleh orang-orang dalam hubungan primer, dan berpendapat bahwa perilaku meniru (role playing) adalah strategi yang berguna untuk belajar peran baru.3 Dituliskan Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku Teori-Teori Psikologi Sosial bahwa Kozier Barbara menerangkan peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.4 Sedangkan, Abu Ahmadi mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.5 Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajibankewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status
3
“Teori Peran”. Artikel Ini diakses Pada Http://Www.Scribd.Com/Doc/84673783/TEORI-PERANAN-2 4
21
Desember
2012
Dari
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984), Cet Ke-1, h. 234 5 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), Cet ke-1, h. 115
21
dan tidak ada status tanpa peran. Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, di samping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu6: a.
Peran meliputi norma-norma yang dihubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
b.
Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.
c.
Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Jadi peran yang di maksud disini adalah tingkah laku seseorang
yang diharapkan dalam interaksi sosial, atau seseorang yang menjadi panutan dalam ucapan maupun tindakannya di lingkungan masyarakat. B. Pembimbing Agama Sebelum kita memasuki kegiatan Pembimbing Agama, terlebih dahulu kita perlu memahami, apa arti dari Pembimbing dan Agama itu sebenarnya, dan serta pengertian umum dari Pembimbing Agama.
6
J. Dwi Narwoko, Dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet Ke-3, h. 158-159.
22
1.
Pembimbing Menurut kamus bahasa indonesia pembimbing adalah orang yang membimbing atau menuntun.7 Pengertian harfiyyah bimbingan adalah menunjukkan, memberikan jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Istilah bimbingan merupakan terjemah dari kata bahasa inggris GUIDANCE yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti mengarahkan, memandu, mengelola, menyetir.8 Dalam buku Samsul Munir Amin Bimbingan Dan Konseling Islam Menurut pendapat Crow dan Crow: “Guidance is assistance made available by personality qualified and adequately trained man or woman to an individual of any age to help him manage his own life activities, develop his point of view, make his own decisions and carry his own burdens.9 Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri, memikul beban sendiri.” Pendapat yang sejalan dengan pendapat di atas adalah D. Ketut Sukardi, yaitu: Bimbingan ialah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu memperkembangkan potensi, (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki, mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka menentukan sendiri jalan hidupnya serta bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain.10
7
Anton M. Moeliono, Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdikbud: Balai Pustaka), h. 117 8 H. M. Arifin. M.Ed. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon,1982), Cet Ke-1, h. 1 9 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet Ke-1, h. 4-5 10 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkasan), (Denpasar: Ghalia Indonesia, 1984), h. 17
23
Dalam buku Samsul Munir Amin Bimbingan Dan Konseling Islam Menurut Failor, salah seorang ahli bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah mengartikan bimbingan: “Guidance services assist the individual in the process of self understanding and self acceptance, appraisal of his present and possible future socio-economic environment and in integrating these two variables by choices and adjusments that further both personal satisfaction and socio-economic effectiveness. Bimbingan adalah bantuan kepada seseorang dalam proses pemahaman dan penerimaan terhadap kenyataan yang ada pada dirinya sendiri serta penilaian terhadap lingkungan sosio-ekonominya masa sekarang dan kemungkinan masa mendatang dan bagaimana mengintegrasikan kedua hal tersebut melalui pemilihan-pemilihan serta penyesuaian-penyesuaian diri yang membawa kepada kepuasan hidup pribadi dan kedayagunaan hidup ekonomi sosial11.” Sedangkan H. Abu Ahmadi dan Akhmad Rohani memberikan batasan bimbingan, sebagai berikut: “Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga sekolah maupun masyarakat.12” 2.
Agama Menurut Harun Nasution pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian, dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, kebiasaan, dll. Adapun dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian, religare berarti mengikat. Adapun kata agama 11
Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet
Ke-1, h. 5 12
Herianto, “Peranan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Islam Disekolah Umum.” Artikel Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2012 Dari http://heriantodjava.wordpress.com/2011/07/20/peranan-bimbingan-dan-penyuluhan-agama-islamdisekolah-umum/.
24
terdiri dari a= tak; gam= pergi mengandung arti tak pergi, tetap di tempat atau diwariskan turun-temurun.13 Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah: 1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. 3) Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 5) Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. 6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib. 7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 8) Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul. 14 Selanjutnya, Harun Nasution merumuskan empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu: a. 13
Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia.
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 15 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 15
14
25
b.
Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia.
c.
Respons yang bersifat emosional dari manusia.
d.
Paham akan adanya yang kudus dan suci.15 Apapun bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai agama,
tampaknya memang memiliki ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama-agama primitif (nonteistik) maupun agama monotestik (teistik). Namun menurut Harun Nasution, fakta menunjukan bahwa agama berpusat pada tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan dan tak boleh diabaikan.16 Dalam istilahnya, ia menyebutkan sebagai keyakinan (tentang dunia lain). Pengertian agama juga dibagi menjadi 2 aspek: a.
Aspek subjektif (pribadi manusia). Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin, yang dapat mengatur, dan mengarahkan tingkah laku tersebut, kepada pola hubungan dengan masyarakat, serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu, merupakan perwujudan
(manisfestasi)
dari
pola
hidup
yang
telah
membudayakan dalam batinnya, dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap, dan orientasi hidup sehari-hari.
15
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 14-
15 16
H. M. Arifin. M.Ed. pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama. (Jakarta: golden terayon,1982), cet ke-1, hal 1-2
26
b.
Aspek objektif (doktrinair). Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntun manusia ke arah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk ke dalam batin manusia, atau belum membudaya dalam tingakah laku manusia, karena masih punya doktrin (ajaran) yang objektif berada diluar diri manusia. Oleh karena itu, secara formal, agama dilihat dari aspek objektif dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat illahi (dari tuhan) yang menuntun orangorang berakal budi kearah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia, dan memperoleh kebahagian hidup di akhirat.17 Dengan demikian, maka Bimbingan Agama dapat diartikan
sebagai usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan atau permasalahan, baik lahir dan batin, yang meyangkut kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Jadi peran pembimbing agama yaitu tingkah laku atau perbuatan seseorang yang berusaha memberikan bantuan dalam memecahkan segala permasalahan atau kesulitan, yang menyakut kehidupan beragama. Jadi, Peran Pembimbing Agama yaitu Bimbingan yang dimaksud akan memiliki peran sebagai pengatur bagi kaum penyandang tunanetra dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan beragama maupun sosial. Peran disini diartikan sebagai hal yang bisa mengatur
17
H. M. Arifin. M.Ed. pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama. (Jakarta: golden terayon,1982), cet ke-1, hal 1-2
27
perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat memprediksi perbuatan orang lain, orang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku dirinya sendiri dengan perilaku orangorang sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku.18 2.
Tujuan dan Fungsi Pembimbing a.
Tujuan Pembimbing Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi. 2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat. 3) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain. 4) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya.19 Tujuan dari Bimbingan Agama adalah Memberi bantuan kepada anak bimbing agar mampu memecahkan kesulitan yang dialami dengan kemampuan sendiri atas dorongan dari keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan. Karena bimbingan keagamaan ini relevan dengan
18
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Raja Grafinda Persada, 2006), h. 213 19 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet Ke-1, h. 39
28
pendidikan
agama,
maka
menurut
Zakiyah
Darajat
bimbingan
keagamaan itu bertujuan Membimbing remaja agar menjadi muslim sejati, beriman, teguh, beramal sholeh, dan berakhlaq mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.20 Tujuan pokok dari Pembimbing Agama adalah Memberi bantuan kepada anak bimbing agar mampu memecahkan kesulitan yang dialami dengan kemampuan sendiri atas dorongan dari keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan. Demikian pula tujuan bimbingan dan konseling juga merupakan tujuan dari dakwah islam. Untuk mengungkapkan potensi imam dan takwa sehingga menjadi daya dorong kemampuan pribadi anak bimbing, diperlukan berbagai metoda berdasarkan sistem pendekatan seperti yang telah diuraikan secara singkat diatas. Dalam harfiyyah, metoda adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata Metoda berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan21. Namun pengertian hakiki dari metoda tersebut adalah segala sarana yanng dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi, dan pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metoda seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metoda juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh tauladan, sikap, dan pandangan pelaksana metoda, lingkungan yang menunjang suksesnya 20
Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet
Ke-1, h. 39 21
H. M. Arifin. M.Ed. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon,1982), Cet Ke-1, h. 43
29
bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran metoda seperti wawancara, angket, test psikologi, sosiometri, dan lain sebagainya.22 2.
Fungsi Bimbingan Menurut Dewa Ketut Sukardi menyebutkan bahwa fungsi bimbingan adalah: 1) Menyalurkan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien mendapat lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya. 2) Mengadaptasikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien di lingkungan tertentu untuk mengadaptasikan dengan keadaan atau orang-orang yang ada di lingkungan tersebut. 3) Menyesuaikan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. 4) Pencegahan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien menghindari kemungkinan terjadinya hambatan. 5) Perbaikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien untuk memperbaiki
kondisi
klien
yang
dipandang
kurang
baik/memadai. 6) Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara teratur.23
22
H. M. Arifin. M.Ed. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon,1982), Cet Ke-1, h. 43 23 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet Ke-1, h. 48-49
30
fungsi dari bimbingan agama berada dalam ruang lingkup sebagai berikut: a.
Menjadi penunjang dari pelaksanaan program pendidikan agama dilembaga-lemabaga pendidikan baik maupun lembaga lain.
b.
Menjadi pendorong bagi siswa dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
c.
Menjadi pemantap (stabilisator), dan penggerak (dianmisator) bagi anak bimbing dalam melakukan kegiatan mensukseskan jalannya pendidikan, dan pengajaran di lembaga pendidikan maupun lembaga lain. Sehingga tujuan institusional, kurikuler, instruksional dapat lebih mudah di capai. Atas dasar motivasi ajaran agama, maka segala tugas dapat dilaksanakan dengan baik, yang semata-mata sebagaimna menjalankan ibadah kepada Tuhan semesta alam.
d.
Menjadi
pengarah
(direktif)
bagi
pelaksanaan
program
pendidikan agama di lembaga pendidikan maupun lembaga lain yang bersangkutan. Sehingga dalam pelaksanaan program tersebut,
kemungkinan
terjadinya
penyimpangan
dapat
dihindari. 24 Dari aspek tersebut, maka bimbingan agama sebenarnya adalah usaha untuk menciptakan suasana kegiatan kependidikan agama yang bersifat mengarahkan bagi terwujudnya kelancaran proses belajar-
24
H. M. Arifin. M.Ed. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon,1982), Cet Ke-1, h. 4
31
mengajar, yang dilandasi oleh semangat, atau perasaan pengabdian kepada tuhan, masyarakat, negara, dan bangsa. 3.
Metode Bimbingan Agama Secara umum ada dua metode dalam pelayanan Bimbingan Agama, yaitu: pertama, metode dalam pelayanan bimbingan kelompok dan kedua, metode bimbingan individual. 25 a.
Metode Bimbingan Kelompok (Group Guidance) Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menepatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah: 1) program home room, 2) diskusi kelompok, 3) kegiatan kelompok. 26 1)
Program Home Room Tujuan program ini adalah agar konselor dapat mengenal kliennya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien. Dalam praktiknya, konselor mengadakan tanya jawab dengan klien, menampung pendapat,
merencanakan
suatu
kegiatan,
dan
lain
sebagainya.
25
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 289 26 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 290
32
2)
Diskusi Kelompok Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana klien
memperoleh
kesempatan
untuk
memecahkan
masalah secara bersama-sama. Setiap klien memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masingmasing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi para klien diberi peran-peran tertentu seperti pimpinan diskusi (moderator) dan notulis. Tugas pimpinan diskusi adalah memimpin jalannya diskusi sehingga diskusi tidak menyimpang, sedangkan tugas notulis adalah mencatat hasil-hasil diskusi. Klien yang lain menjadi perserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. 3)
Kegiatan Kelompok Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang
baik
dalam
bimbingan,
karena
kelompok
memberikan kesempatan kepada individu (para klien) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara berkelompok. Melalui kegiatan kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu. Selain itu, setiap
siswa
memperoleh
kesempatan
untuk
menyumbangkan pikirannya. Dengan demikian akan muncul rasa tanggung jawab. Seorang klien diberi
33
kesempatan untuk memimpin teman-temannya dalam membuat pekerjaan bersama, sehingga kepercayaan dirinya tumbuh dan karenanya ia memperoleh harga diri. b. Metode Bimbingan Individual (Konseling Individual) Apabila menunjukan kepada teori-teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling yang biasa dilakukan yaitu: 1) directive counseling, 2) non directive counselling, dan 3) eclective counselling.27 1) Konseling Direktif (directive counselling) Konseling yang menggunakan metode ini, dalam prosesnya yang aktif atau paling berperan adalah konselor. Dalam praktiknya konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya. Selain itu, konselor juga memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada klien. Praktik konseling dalam dunia islam di mana para nabi khususnya Nabi Muhammad Saw. Umumnya menerapkan cara-cara di atas yaitu memberikan saransaran, anjuran dan nasihat kepada klien. 2) Konseling Nondirektif (non directive counselling) Konseling nondirektif
atau
konseling
yang
berpusat pada kllien muncul akibat kritik terhadap konseling direktif (konseling berpusat pada konselor). Konseling nondirektif dikembangkan berdasarkan teori 27
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 296-301
34
client centered (konseling yang berpusat pada klien). Dalam praktik konseling nondirektif, konselor hanya menampung pembicaraan, yang berperan adalah konselor. Klien atau konseli bebas berbicara sedangkan konselor menampung dan mengarahkan. Metode ini tentu sulit diterapkan untuk klien yang bersifat tertutup (introvert), karena klien dengan kepribadian tertutup biasanya pendiam dan sulit diajak berbicara. 3) Konseling eklektif (eclective counselling) Apabila terhadap siswa tertentu tidak bisa diterapkan metode direktif, maka mungkin bisa diterapkan metode nondirektif begitu juga sebaliknya. Atau apabila mungkin adalah dengan cara menggabungkan kedua metode tersebut. Penggabungan kedua metode konseling disebut metode eklektif (eclective counselling). Penerapan metode dalam konseling adalah dalam keadaan tertentu konselor menasihati dan mengarahkan konseli sesuai dengan masalahnya, dan dalam keadaan yang lain konselor memberikan kebebasan kepada konseli untuk berbicara sedangkan konselor mengarahkan saja. C. Kecerdasan Spiritual Dalam buku Taufiq Pasiak REVOLUSI IQ/EQ/SQ: Menyikapi Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an Dan Neurosains Mutakhir Daniel Goleman mengemukakan bahwa EQ merupakan prasyarat dasar bagi
35
penggunaan atau berfungsinya IQ secara efektif. EQ dibangun oleh sarafsaraf emosi di otak manusia, dan saraf emosi bila tidak berkembang dengan baik. Akibatnya, seseorang kehilangan daya empati dan daya sosialisasi diri. Menurut Goleman EQ (emotional quotient) merupakan indikator kunci bagi kesuksesan zaman modern, dicirikan oleh manusia-manusia yang kehilangan emosi.28 Hal ini nampak pada saat bagian otak yang memfasilitasi fungsifungsi perasaan terganggu, maka seseorang tidak dapat berpikir secara efektif. Baru-baru ini, yaitu di akhir abad ke-20 ditemukan Q yang ketiga, yaitu SQ, meskipun data ilmiahnya belum begitu mantap. Dengan ditemukan SQ (spiritual Quotion) semakin lengkaplah gambaran kecerdasan manusia secara penuh.29 Jauh sebelum Zohar, Pesinger, Deloux, dan Damasio, Psikolog Erich Fromm telah menyebut kulit otak sebagai dasar kesadaran diri manusia. Menurut Fromm, Orientasi hidup manusia, yang antara lain termaktub dalam ajaran agama, sesungguhnya bersumber dari otak tersebut.30 Pernyataan tersebut menguatkan pendapat Zohar bahwa kecerdasan Spiritual mempunyai tempat di otak manusia, dan menandakan bahwa manusia mempunyai 3 kecerdasan yaitu, IQ, EQ, SQ yang saling berhubungan. 31
28
Taufiq Pasiak, REVOLUSI IQ/EQ/SQ: Menyikapi Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an Dan Neurosains Mutakhir, (Bandung: Mizan, 2002), h. 23-24 29 Syamsyu Yusuf, LN, Dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet Ke-2, h. 241-242 30 Taufiq Pasiak, REVOLUSI IQ/EQ/SQ: Menyikapi Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an Dan Neurosains Mutakhir, (Bandung: Mizan, 2002), h. 30 31 Taufiq Pasiak, REVOLUSI IQ/EQ/SQ: Menyikapi Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an Dan Neurosains Mutakhir, (Bandung: Mizan, 2002), h. 30-31
36
1.
Pengertian Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.32 SQ adalah suara hati ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat. Kalau EQ berpusat di hati, SQ berpusat pada hati nurani (fuad). Kebenaran suara fuad tidak perlu diragukan. Sejak awal fuad telah tunduk pada perjanjian ketuhanan seperti ayat berikut:
“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-A’raaf 7:172.) Ketiga kecerdasan itu (IQ, EQ, dan SQ) dipandang sebagai tiga proses psikologis dalam diri seseorang. EQ merupakan proses primer yang didasarkan kepada jaringan syaraf asosiatif dalam otak, IQ merupakan proses skunder yang didasarkan kepada jaringan syaraf serial dalam otak, dan SQ merupakan proses tertier yang didasarkan kepada
32
“Definisi Dan Pengertian Kecerdasan Spiritual “, Artikel Diakses Pada 19 Februari 2013 Dari Http://Www.Perkuliahan.Com/Apa-Pengertian-Kecerdasan-Spiritual/.
37
sistem syaraf ketiga dalam otak, yaitu syaraf synchronous, yang menyatukan data dalam otak secara menyeluruh.33 Dalam buku Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak) Menurut Marsha Sinetar kecerdasan spiritual adalah kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektivitas, keberadaan atau hidup ilahiah yang mempersatukan kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Sebagai sumber utama kegairahan yang memiliki eksistensi tanpa asal, kekal, abadi lengkap pada diri dan daya kreatifnya.
Kecerdasan ini melibatkan kemampuan unruk
menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Yang berarti mewujudkan hal terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin.34 Dalam buku Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak) Michael Levin menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah perspekrif “spirituality is a perspective” artinya mengarahkan cara berpikir kita menuju kepada hakekat terdalam kehidupan manusia, yaitu penghambaan diri pada sang Maha Suci dan Maha Meliputi. Menurut Levin kecerdasan spiritual tertinggi hanya bisa dilihat jika individu mencerminkan penghayatannya akan kebijakan dan kebijaksanaan yanag mendalam, sesuai dengan jalan suci menuju pada sang pencipta.35
33
Syamsyu Yusuf, LN, Dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet Ke-2, h. 242 34 Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak), (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet ke-1, h. 15. 35 Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak), (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet ke-1, h. 16
38
Dalam Al-Qur’an, beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengulas tentang dinamika jiwa manusia, spiritualitas dicapai melalui ta’wil dan tafsir. Ta’wil mengacu pada pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memperhatikan implikasi-implikasi yang tersembunyi di bawah atau dibalik makna harfiahnya. Sedangkan tafsir adalah ulasan yang didasarkan atas apa yang diturunkan, diwariskan kepada kita lewat tradisi budaya (keislaman). Perspektif Al-Qur’an memandang jiwa manusia mempunyai dua kecendrungan yang saling bertentangan. Yaitu kecenderungan pada sifat-sifat ketuhanan (kecenderungan positif) dan kecenderungan sifat-sifat kesyaitanan (kecenderungan negatif). bisa juga dikatakan bahwa jiwa manusia seperti dua sisi mata uang. Yang satu cenderung kepada kebajikan dan sisi lainnya cenderung pada kejahatan. 36
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT
“Demi jiwa dan penyempurnaannya, sesungguhnya Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (cenderung pada) keburukan dan kebaikannya ” (Q.S. Asy Syams : 7-8). Untuk mencapai tingkat kepribadian yang sehat, manusia dituntut untuk selalu mengikuti kecenderungan jiwanya pada kebajikan (Positif). Manusia dituntut juga untuk mampu mengaktualkan sifat-sifat Tuhan yang terdapat dalam dirinya. Untuk itu manusia harus mampu mengendalikan dan menghancurkan kecenderungan kejahatan (Negatif),
36
Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak), (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet ke-1, h. 19-20.
39
dalam jiwanya.37 Untuk itulah manusia dituntut untuk selalu mensucikan jiwanya, agar manusia memperoleh keberuntungan. Seperti firman Allah SWT
“sesunggunya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan rugilah orang-orang yang mengotori jiwa itu” (Q.S. 91 : 9-10). SQ ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk a.
mengenal dan memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan makna dan nilai.
b.
menempatkan berbagai kegiatan dan kehidupan dalam konteks yang lebih luas, kaya dan memberikan makna.
c.
mengukur atau menilai bahwa salah satu kegiatan atau langkah kehidupan tertentu lebih bermakna dari yang lainnya.
2.
Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual Dalam buku Syamsyu Yusuf, LN, Dan A. Juntika Nurihsan Landasan Bimbingan Dan Konseling Menurut Danar Zohar, Marshall orang yang memiliki SQ tinggi ditandai dengan beberapa ciri atau indikator sebagai berikut: a. b. c. d. e. 37
Bersifat Fleksibel, yaitu mampu beradaptasi secara aktif dan spontan. Memiliki kesadaran (self-awareness) yang tinggi. Memiliki kemampuan untuk menghadapi penderitaan dan mengambil hikmah darinya. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi rasa sakit. Memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak), (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet ke-1, h. 20.
40
f. g. h. i.
Enggan melakukan sesuatu yang menyebabkan kerugian atau kerusakan. Cenderung melihat hubungan antar berbagai yang berbeda menjadi suatu yang holistik. Cenderung untuk bertanya mengapa atau apa dan mencari jawaban-jawaban yang fundamental. Bertanggungjawab untuk menebarkan visi dan nilai-nilai kepada orang lain dan menunjukan cara menggunakannya. Dengan kata lain, dia adalah orang pemberi inspirasi kepada orang lain.38 Dalam buku Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode
pengembangan kecerdasan spiritual anak) Marsha Sinetar menjelaskan ada beberapa ciri dari anak-anak yang memiliki potensi kecerdasan spiritual yang tinggi. Karakteristik ini biasanya sudah mulai tampak ketika anak mulai beranjak menuju remaja dan akan menjadi mapan ketika dia di mencapai masa dewasa. Adapun karakteristiknya tersebut yaitu: a.
Kesadaran diri yang mendalam, intuisi yang tajam, kekuatan keakuan Contohnya
(ego-strenght), seorang
dan
anak
memiliki
memiliki
otoritas
bawaan.
kemampuan
untuk
memahami dirinya sendiri serta memahami emosi-emosi yang muncul, sehingga mampu berempati dengan apa yang terjadi pada orang lain. b.
Anak memiliki pandangan luas terhadap dunia dan alam.
c.
Moral tinggi, pendapat yang kokoh, kecenderungan untuk merasa gembira, mengalami pengalaman-pengalaman puncak, atau bakat-bakat estesis.
38
Syamsyu Yusuf, LN, Dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet Ke-2, h. 244-245
41
3.
d.
Pemahaman tentang tujuan hidupnya.
e.
Kelaparan tak terpuaskan akan hal-hal selektif yang diminati.
f.
Gagasan-gagasan yang segar dan memiliki rasa humor dewasa.
g.
Pandang pragmatis dan efesien tentang realistas.39
Fungsi Kecerdasan Spiritual SQ (Spiritual Quotion) sebagai proses tertier psikologis berfungsi untuk: a.
Mengintegrasikan dan mentransformasikan bahan-bahan yang berasal dari proses primer (EQ) dan Proses sekunder (IQ).
b.
Memfasilitasi suatu dialog antara pikiran dengan perasaan, atau antara jiwa dengan raga.
c.
Menempatkan
self
sebagai
pusat
keaktifan
(kegiatan),
penyatuan, dan pemberian makna.40 Dewasa ini telah berkembang isu tentang pentingnya meaning (makna). Banyak penulis mengatakan bahwa krisis sentral saat ini adalah pencarian makna. Dalam berbagai kesempatan ditemukan bahwa orangorang dewasa ini banyak membicarakan kembali masalah tuhan, makna, visi, nilai, yang menunjukan adanya kerinduan terhadap aspek spiritual.
39
Triantoro Safaria, Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak), (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet ke-1, h. 26-28 40 Syamsyu Yusuf, LN, Dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet Ke-2, h. 242-243
42
D. Tunanetra 1.
Pengertian Tunanetra Dari segi etimologi tunanetra ialah tuna sama dengan rusak, netra sama dengan netra, atau disebut juga cacat mata.41 Jadi secara umum tunanetra berarti rusak penglihatan. Tunanetra berarti buta, tetapi buta belum tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak dapat melihat. Ada anak buta yang sama sekali tidak ada penglihatan,anak semacam ini biasanya disebut buta total. Disamping buta total,masih ada juga anak yang mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak dapat dipergunakan untuk membaca dan menulis huruf biasa. Istilah buta ini mencakup pengertian yang sama dengan istilah tunanetra atau istilah asingnya blind. Untuk memberikan pengertian di atas yang tepat tentang kebutaan, perlu dirumuskan pengertian sebagai berikut: Menurut Slamet Riadi
adalah
“Seseorang
dikatakan
buta
jika
ia
tidak
dapat
mempergunakan penglihatannya untuk pendidikan “(Slamet Riadi , 1984, hal. 23). Menurut Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meski pun dibantu dengan kacamata (kurang awas).42
41
Anton M. Moeliono, Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdikbud: Balai Pustaka), h. 971 42 “Pengertian Tunanetra”, Artikel ini diakses pada 18 maret 2013 dari http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html.
43
Tunanetra menurut Soedjadi S. (tth:23): Berdasarkan pandangan paedagogis, mereka ini kurang atau sama sekali tidak dapat menggunakan penglihatannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan dalam pendidikan.43 Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan Low Vision apabila: a.
Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi dan atau koreksi refraksi standart (kacamata atau lensa).
b.
Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima persepsi cahaya.
c.
Luas penglihatan kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi
d.
Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan dan atau pelaksanaan suatu tugas.44 Tunanetra berasal dari kata tuna dan netra, yang masing-masing
berarti rusak/tidak memiliki dan mata/penglihatan, jadi tunanetra berarti rusak penglihatan. Sedangkan pengertian tunanetra dilihat dari kacamata pendidikan : menurut Barraga N (1983:25) adalah “Individu yang mengalami gangguan fungsi penglihatan untuk mengikuti belajar dan mencapai prestasi secara maksimal”.45
43
Sukini Pradopo, Pendidikan Anak-anak Tunanetra, (Bandung: CV Masa Baru, 1997), Cet ke-1, h. 12 44 “Pengertian Tunanetra”, Artikel ini diakses pada 18 maret 2013 dari http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html. 45 “Defini Tinanetra” Artikel diakses pada 18 maret 2013 dari http://dtarsidi.blogspot.com/2011/10/definisi-tunanetra.html
44
Daniel P Hallahan dan James M Kauffman memberikan batasan mengenai tunanetra sebagai berikut: “For educational purposes, the blind person is one whose sight is so severaly impaired that he or she must be taught to read by Braille or by aural methods (audiotapes and records). The partially sighted person can read print even though magnifying devices or large-print books may be needed.”46 Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa untuk kepentingan pendidikan, anak tunanetra yang mengalami kelainan yang sangat berat harus diajar membaca dengan menggunakan huruf Braille atau dengan metode pendengaran seperti menggunakan audiotape atau alat perekam lain, sedangkan anak yang mengalami gangguan penglihatan sebagian baru dapat membaca tulisan apabila dibantu dengan menggunakan alat pembesar atau buku yang hurufnya diperbesar. Menurut White Confrence pengertian tunanetra adalah sebagai berikut. a.
b.
46
Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low vision); dari ke dua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk membaca sekalipun dibantu dengan kacamata. Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata yang terbaik setelah mendapat perbaikan yang diperlukan atau mempunyai ketajaman penglihatan lebih dari 20/200 tetapi mempunyai keterbatasan dalam lantang pandangnya sehingga luas daerah penglihatannya membentuk sudut tidak lebih dari 20 derajat.47
“Pengertian Tunanetra”, Artikel ini diakses pada 18 maret 2013 dari http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html. 47 “Defini Tinanetra” Artikel diakses pada 18 maret 2013 dari http://dtarsidi.blogspot.com/2011/10/definisi-tunanetra.html
45
2.
Faktor Penyebab Ketunanetraan Dalam bahasa Indonesia di pelajari akan segala sesuatu pasti ada akibat, maka dalam hal ini dijelaskan faktor-faktor penyebab ketunetraan/kebutaan sebaga berikut: Menurut keterangan dari IAPB (internasional agency for the prefention of blindness). Ada beberapa faktor penyebab ketunanetraan yaitu: a.
Faktor Keturunan (Bawaan) Kecacatan yang disebabkan adanya gangguan pertumbuhan janin selama dalam kandungan, seperti gangguan yang diderita oleh sang ibu dikarenakan unsur-unsur penyakit yang bersifat menahun (misal penyakit TBC, Jantung, dll), sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
b.
Faktor Ketuaan Orang tua identik dengan mata kurang awas (low vision), hal ini disebabkan faktor usia, saat usia berlanjut maka daya penglihatanpun akan menurun, dan saat usia lanjut rentan dengan berbagai penyakit yang menyebabkan menurunnya daya penglihatan.
Misalnya;
glaucoma,
fetinopatia
diabetic,
hiperetinsi48, sklerose pembuluh darah, katarak terutama dikenal sebagai penyakit akibat ketuaan.49
48
Sidarta Ilyas, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000), cet ke-2, Jilid 2, h. 1 49 Sidarta Ilyas, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000), cet ke-2, Jilid 2, h. 163
46
c.
Faktor Kecelakaan Kecacatan yang disebabkan oleh kejadian atau peristiwa yang tidak diduga contohnya, kecelakaan transportasi (motor, mobil, dll), kecelakaan kerja, atau ketidak sengajaan lain yang menyebabkan menurunnya daya penglihatan atau kebutaan total.
d.
Faktor Penyakit Infeksi dan virus adalah penyebab timbulnya penyakit. Jenisjenis penyakit yang pada umumnya menjadi penyebab faktor ketunanetraan adalah: 1) Katarak adalah cacat mata yang disebabkan pengapuran pada lensa mata sehingga penglihatan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang. Umumnya katarak terjadi pada orang yang telah lanjut usia.50 2) Buta warna merupakan gangguan penglihatan mata yang bersifat menurun. Penderita buta warna tidak mampu membedakan warna-warna tertentu, misalnya warna merah, hijau, atau biru. Buta warna tidak dapat diperbaiki atau disembuhkan.51 3) Trakoma adalah penyakit pada permukaan kelopak mata bagian yang terlihat seperti bintik-bintik merah dan terasa
50
Adi D. Tilong, Kalkulator Kesehatan, (Jogjakarta: D-Medika (anggota IKAPI, 2012)), cet ke-1, h. 116 51 Adi D. Tilong, Kalkulator Kesehatan, (Jogjakarta: D-Medika (anggota IKAPI, 2012)), cet ke-1, h. 118
47
sangat
gatal,
jika
tidak
segera
ditangani
akan
mengakibatkan kecacatan permanen.52 4) Glaukoma adalah suatu penyakit
yang memberikan
gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan pupil syaraf optik dengan efek lapangan pandangan mata, dan membesarnya bintik buta fisiologik.53 3.
Karakter Fisik dan Psikis Selain perbedaan dari segi fisik, anak tunanetra mengalami beberapa kondisi yang berbeda dengan anak yang normal pada umumnya. Karena indera penglihatannya terganggu menyebabkan anak tunanetra mengalami kondis-kondisi yang berbeda dengan anak yang normal. Dari segi fisik, mereka mengalami gangguan dengan gejalagejala yang terlihat, di antaranya ialah mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, (kelopak) mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak beraturan dan cepat, mata selalu berair, pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.54 Sehingga aktifitas mereka pun mengalami hambatan yang dapat mempengaruhi aktifitasnya. Dari segi psikis tunanetra pun mengalami beberapa kondisi. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Mental/intelektual
52
Sidarta Ilyas, Penuntun Ilmu Penyakit Mata. (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000), h.
70 53
Sidarta Ilyas, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000), cet ke-2, Jilid 2, h. 97 54 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, “Informasi Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra”, Artikel diakses pada 18 maret 2013 dari www.ditplb.or.id.
48
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya. b.
Sosial Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap dirinya. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:
c.
Curiga terhadap orang lain Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang berlebihan dapat berkembang menjadi
sifat curiga
terhadap orang lain.Untuk mengurangi rasa kecewa akibat
49
keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihanlatihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera
lainnya
akan
membantu
anak
tunanetra
dalam
menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri. d.
Perasaan mudah tersinggung Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.
e.
Ketergantungan yang berlebihan Kergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.55
4.
Klasifikasi Tunanetra Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain : a.
Menurut Lowenfeld, (1955:p.219), klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu : 1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
55
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, “Informasi Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra”, Artikel diakses pada 18 maret 2013 dari www.ditplb.or.id.
50
2) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. 3) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. 4) Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri. 5) Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri. 6) Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)56 b.
Klasifikasi
anak
tunanetra
berdasarkan
kemampuan
daya
penglihatan, yaitu : 1) Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. 2) Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan
56
“Pengertian Tunanetra”, Artikel ini diakses pada http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html.
18
maret
2013
dari
51
menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal. 3) Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.57 c.
Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu: 1) Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat. 2) Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.58
d.
Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi pendidikan, yaitu : 1) Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau kurang setelah memperoleh pelayanan medik. 2) Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan fasilitas pendidikan yang khusus.
57
“Pengertian Tunanettra” Artikel diakses pada 18 maret 2013 http://anggitosaputra.blogspot.com/2012/06/pengertian-tunanetra.html. 58 “Pengertian Tunanetra”, Artikel ini diakses pada 18 maret 2013 dari http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/pengertian-tunanetra.html.
52
e.
Kirk (1962:p.214) mengklasifikasi ketunanetraan, yaitu : 1) Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai dengan 2/2000, ia tidak dapat melihat gerak tangan pada jarak 3 kaki di depan wajahnya. 2) Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia tidak dapat menghitung jari pada jarak 3 kaki di depan wajahnya. 3) Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 10/200, ia tidak dapat membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran. 4) Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 20/200, akan tetapi ia tidak dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang lebih kecil. 5) Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan 20/200 atau lebih, akan tetapi ia tidak memiliki penglihatan cukup untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak ini tidak dapat membaca huruf 10 point.59
f.
Menurut Howard dan Orlansky, klasifikasi didasarkan pada kelainan-kelainan yang terjadi pada mata, yaitu :
59
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, “Informasi Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra”, Artikel diakses pada 18 maret 2013 dari www.ditplb.or.id.
53
Kelainan ini disebabkan karena adanya kesalahan pembiasan pada mata. Hal ini terjadi bila cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada retina. Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa atau lensa kontak. Kelainan-kelainan itu, antara lain : 1) Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif.60 2) Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.61 3) Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan
pada
penderita
astigmatisme
digunakan
kacamata koreksi dengan lensa silindris.62
60
Adi D. Tilong, Kalkulator Kesehatan, (Jogjakarta: D-Medika (anggota IKAPI, 2012)), cet ke-1, h. 112 61 Adi D. Tilong, Kalkulator Kesehatan, (Jogjakarta: D-Medika (anggota IKAPI, 2012)), cet ke-1, h. 113 62 Adi D. Tilong, Kalkulator Kesehatan, (Jogjakarta: D-Medika (anggota IKAPI, 2012)), cet ke-1, h. 117
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA NETRA “TAN MIYAT”
A.
Sejarah Berdirinya PSBN “Tan Miyat” Panti Sosial Bina Netra Tan Miyat merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Sosial RI memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi penyandang cacat netra untuk meningkatkan kemampuan fisik, mental dan sosial agar menjadi warga masyarakat yang produktif. Atas ide Prof. Sumantri Praptokusumo yang diresmikan oleh Bapak Moeljadi Djoyomartono dengan nama Pilot Proyek Asuhan Keluarga AnakAnak Tuna Netra "Wisma Tan Miyat" yang berarti "Rumah Tanpa Sinar", maka berdirilah Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra "Wisma Tan Miyat" yang diresmikan oleh Menteri Kesejahteraan Sosial pada tanggal 20 Desember 1959, berlokasi di Jl. R.S Fatmawati Jakarta Selatan.1 Tahun 1961 diadakan kerjasama dengan Depdiknas didirikan Sekolah Luar Biasa (SLB)/A Tan Miyat dalam rangka untuk mencerdaskan anak-anak penyandang cacat netra. Pada tahun 1992 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI No. 47/HUK/1992 Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra (PRPCN) "Wisma Tan Miyat" dipindahkan ke Jl. H.Moelyadi Djoyomartono No.19 Bekasi Timur. Pada Tahun 1995 diadakan perubahan nama
panti
berdasarkan
Surat
1
Keputusan
Menteri
Sosial
RI
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 3
54
55
No.22/HUK/1995 menjadi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) "Tan MIyat" Bekasi.2 B.
LANDASAN HUKUM 1.
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.
2.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1983 tentang Koordinasi Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penyandang Cacat.
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang cacat. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 10/HUK/2007 tentang
5.
Pembinaan Teknis Jabatan
Fungsional Pekerja Sosial. Keputusan
Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.3 C.
Fungsi Panti PSBN 1.
Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan.
2.
Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa.
3.
Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan mental, fisik dan keterampilan.
4.
Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
2
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 3 3
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 3
56
5.
Pelaksanaan
pemberian
perlindungan
sosial,
advokasi
sosial,
informasi dan rujukan. 6.
Pelaksanaan pusat model pelayanan rehabilitasi dan perlindungan social.
7. D.
Pelaksanaan urusan tata usaha.
Visi, Misi Dan Tujuan PSBN Visi :
Terwujudnya
Pelayanan
Rehabilitasi
Sosial
Penyandang
Disabilitas Netra secara prima. Misi :
Untuk mewujudkan visi di atas, PSBN “Tan Miyat” Bekasi mempunyai misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan
Kompetensi
Sumber
Daya
Manusia
Penyelenggara Pelayanan Rehabilitasi Sosial di PSBN “Tan Miyat” Bekasi. 2. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Pendukung Pelayanan Sosial di PSBN “Tan Miyat” Bekasi. 3. Meningkatkan
dan
mengembangkan
Program
Pelayanan
Rehabilitasi Sosial bagi penyandang disabilitas netra. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial.
57
Tujuan Membina dan mengentaskan penyandang cacat netra agar mampu mandiri serta melaksanakan fungsi sosialnya dalam tatanan penghidupan dan kehidupan dimasyarakat.4 E.
SARANA DAN PRASARANA 1.
Luas tanah
2.
Bangunan
: 47.017 M2
Gedung Kantor
: 533 M2
Auditorium
: 992 M2
Musholla
: 300 M2
Taman Penitipan Anak
: 154 M2
Asrama putra dan putri
:
Ruang pendidikan dan keterampilan
: 2.744 M2
Dapur umum
: 120 M2
Ruang makan
: 103 M2
Menara air
: 30 M2
Pagar
: 550 M2
Selasar
: 1.158 M2
Ruang tangga
: 181 M2
Sarana olah raga : - Sepak Bola
4
1.633 M2
: 3.978M2
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 2
58
- Atletik
: 20.190 M2
Garasi
Rumah Dinas Pegawai sebanyak 35 Rumah, terdiri dari :
: 96 M2
-
Rumah DinasType 70
: 1 Unit
-
Rumah DinasType 54
: 4 Unit
-
Rumah DinasType 45
: 8 Unit
-
Rumah DinasType 36
: 12 Unit
-
Rumah DinasType 27
: 9 Unit
-
Guest House
: 1 Unit
Pos satuan pengamanan
Plaza
: 1 Lokal
a. Taman
: 1.062 M2
b. Masjid
: 1.027 M2
Jalan
: 9.000 M2
Listrik
: 47.300 Watt
Pompa Air
: 8 Unit
Gapura
: 4.50 M2
Sarana transportasi 1) Kendaraan Roda Enam
: 3 Unit
2) Kendaraan Roda Empat
: 2 Unit
3) Kendaraan Roda Dua
: 4 Unit
59
F.
SUMBER DAYA MANUSIA Jumlah pegawai Negeri Sipil pada Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat”
1.
Bekasi sebanyak 48 pegawai, terdiri dari:5
Pegawai Negeri Sipil Pria
: 21 orang
Pegawai Negeri Sipil Wanita
: 27 orang
Komposisi Jabatan :
2.
Jabatan Struktural : - Eselon III.a (Kepala Panti)
: 1 orang
- Eselon IV.a
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
: 1 orang
Kepala Seksi Program & Advokasi Sosial
: 1 orang
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
: 1 orang
Jabatan Fungsional : - Arsiparis -
Staf 3.
5
Pekerja Sosial
: 1 Orang : 15 Orang : 28 Orang
Golongan Kepangkatan : -
Golongan IV
: 5 Orang
-
Golongan III
: 23 Orang
-
Golongan II
: 16 Orang
-
Golongan I
: 4 Orang
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 4
60
4.
G.
Latar Belakang Pendidikan Pegawai : -
S2
: 4 Orang
-
S1
: 15 Orang
-
D III
: 7 Orang
-
SLTA
: 14 Orang
-
SMP
: 5 Orang
-
SD
: 3 Orang
STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH PENERIMA MANFAAT 1.
STRUKTUR ORGANISASI Struktur Organisasi Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi KEPALA PANTI Dra. Dewi Rani, M Si
NIP. 19651126 199102 2 001 KASUBBAG TATA USAHA Drs. M. Lusinto, M.M NIP. 19571110 198203 1 003
KASIE REHABILITASI SOSIAL
KASIE PROGAM & ADVOKASI SOSIAL Drs. Sugiyono NIP. 19570912 198203 1 002
KOORDINATOR PEKSOS Arimurti, S.ST, MM Ismardiati,SE NIP. 19690826 199003 1 003 NIP. 196509021988032001
INSTALASI PRODUKSI Itsna Sahma Muttaqin, S.Psi NIP. 19860428 201012 1 002
61
KEPALA PANTI SOSIAL BINA NETRA “TAN MIYAT” DARI MASA KE MASA
1.
P.Soemono
Masa bakti 1959 s/d 1960
2.
Drs. Riyanto
Masa bakti 1961 s/d 1962
3.
Suganda
Masa bakti 1967 s/d 1972 dan 1980 s/d 1982
4.
Drs. Wardoyo
Masa bakti 1978 s/d 1980
5.
H. Moh. Gais Towe
Masa bakti 1982 s/d 1988
6.
Soehargo, SE
Masa bakti 1988 s/d 1990
7.
Dra. Taslimah
Masa bakti 1990 s/d 1995
8.
Drs. Soewardi Latief
Masa bakti 1995 s/d 1998
9.
Drs. Arief Moenandar ., M.Si
Masa bakti 1998 s/d 2007
10. Dra. Agustina
Masa bakti 2008 s/d 2009
11. Drs. Sirodjulmanan
Masa bakti 2009 s/d 2011
12. Dra. Neneng Heryani, M.Pd
Masa bakti 2012 s/d 2013
13. Dra. Dewi Rani, M Si
Masa bakti 2013 s/d sekarang
2.
JUMLAH PENERIMA MANFAAT Kapasitas tampung bagi penerima manfaat yang bisa mendapatkan
pelayanan rehabilitasi sosial pada Panti Sosial Bina Netra Tan Miyat Bekasi sebanyak : 120 penerima manfaat. Daftar penerimaan Manfaat serta penyaluran bagi penerima manfaat dari tahun 2002 s/d 2012 adalah sebagai berikut :
62
JUMLAH THN
%
JENIS PENYALURAN
PENERIMAAN
PENYALURAN
2002
105 Orang
9 Orang
8,57
Wira usaha panti pijat = 6 Orang Bekerja pada panti pijat = 3 Orang
2003
95 Orang
10 Orang
10,5
2004 2005
95 rang 110 orang
6 Orang 9 Orang
O 6,3 8,18
Wira usaha panti pijat Bekerja pada panti pijat Kembali ke orang tua Wira usaha panti pijat Wira usaha panti pijat
2006
111 Orang
13 Orang
11,7
2007
120 Orang
13 Orang
18,8
2008
110
17 Orang
O 15,5
2009
110
6 Orang
O 5,5
20 Orang
O 18,2
rang rang 2010
110 rang
2011
120 Orang
17 Orang
14,1
2012
120 Orang
27 Orang
22,5
= 5 Orang = 1 Orang = 4 Orang = 6 Orang = 9 Orang
Wira usaha panti pijat = 10 Orang Bekerja pada panti pijat = 1 Orang Kembali ke orang tua = 2 Orang Wira usaha panti pijat = 3 Orang Bekerja pada panti pijat = 1 Orang Kembali ke orang tua = 9 Orang Wira usaha panti pijat = 8 Orang Bekerja pada panti pijat = 9 Orang Wira usaha panti pijat = 5 Orang Bekerja pada panti pijat = 1 Orang Wira usaha panti pijat = 14 Orang Melanjutkan Sekolah = 1 Orang Kembali ke orang tua = 4 Orang Lain-lain = 1 Orang Wira usaha panti pijat = 5 Orang Bekerja pada panti pijat = 12 Orang Wira usaha panti pijat = 10 Orang Bekerja pada panti pijat = 11 Orang Kembali ke orang tua = 4 Orang Melanjutkan Sekolah = 2 Orang
Pada tahun 2013 Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi memiliki klien sebanyak 120 Penerima Manfaat, terdiri dari : 1.
Jenis Kelamin : Penerima manfaat laki-laki
: 73 klien
Penerima manfaat perempuan
: 47 klien
63
2.
Tingkat Kedisabilitasan :
3.
Total/Tuna netra
: 69 klien
Low Vision
: 51 klien
Batasan usia penerima manfaat yang mendapat pelayanan: Usia 7 s/d 14 tahun
: untuk penerima manfaat diberikan pendidikan formal SLB/A
Usia 15 s/d 35 tahun
: untuk
penerima
manfaat
yang
mendapat bimbingan rehabilitasi Sosial keterampilan Vokasional. H.
PROSES PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL Pelaksanaan operasional dilaksanakan Seksi Rehabilitasi Sosial dan Seksi Program dan Advokasi Sosial dan melibatkan para pekerja sosial, meliputi kegiatan sebagai berikut :6 1.
KEGIATAN SOSIALISASI Dalam rangka untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam memberikan kesempatan yang sama hak-hak penyandang disabilitas netra, dengan berdasarkan pada Undang-Undang nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang disabilitas, dan pada Peraturan Pemerintah nomor : 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas.
6
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 7-12
64
2.
PENDEKATAN AWAL Kegiatan yang dilaksanakan berupa : a.
Orientasi dan konsultasi kepada instalasi terkait maupun masyarakat dalam hal
mendapatkan data
keluarga
penyandang disabilitas netra. b.
Melaksakan
identifikasi
bagi
keluarga
penyandang
disabilitas, untuk mendapatkan gambaran kehidupan penyandang disabilitas dalam keluarga, kondisi sosial ekonomi keluarga maupun kondisi lingkungan masyarakat merespon kehidupan penyandang disabilitas di tengahtengah masyarakat. c.
Memberikan
motivasi
kepada
keluarga
maupun
penyandang disabilitas itu sendiri serta masyarakat untuk dapat
memberikan
konstribusi
atas
keberadaan
penyandang disabilitas, baik itu dalam bentuk pemberian pelayanan rehabilitasi luar panti maupun dalam panti. d.
Melaksanakan
kegiatan
seleksi
bagi
penyandang
disabilitas maupun keluarga yang berkeinginan untuk mendapatkan
pelayanan
rehabilitasi
dalam
panti
berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan. 3.
PENELAAHAN DAN PENGUNGKAPAN MASALAH Kegiatan yang dilaksanakan berupa : -
Diagnosa Psikososial, di mana pekerja sosial melakukan
65
analisis terhadap penerima manfaat dengan membuat catatan
tentang
latar
belakang
kedisabilitasannya,
kehidupan sehari-hari ditengah keluarga dan masyarakat, latar belakang pendidikan, potensi diri yang dimiliki dan permasalahan sosial yang dihadapi sehingga merasa rendah diri, tertutup dan kurang percaya diri, dan alasan penerima manfaat dan keluarga untuk mendapatkan pelayanan dalam panti. -
Assesment vokasional, pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk dapat mengetahui potensi diri yang dimiliki calon penerima manfaat agar memudahkan dalam menerima pelayanan.
-
Case
Conference/Pembahasan
Kasus,
kegiatan
ini
dilaksanakan terbagi dalam tiga tahap, yaitu :
4.
a.
Case Conference (CC) tahap awal.
b.
Case Conference (CC) tahap pelayanan.
c.
Case Conference (CC) tahap akhir.
PERENCANAAN PELAYANAN REHABILITASI a.
Penentuan jenis pelayanan yang diikuti penerima manfaat : Pelaksanaan kegiatan berupa hasil putusan rapat pekerja sosial dan pejabat struktural, berdasarkan analisa catatan hasil diagnosa
psikososial,
kedisabilitasan
hasil
assesment
vokasional dan catatan hasil case conference tahap awal.
66
b.
Penempatan klien dalam program pelayanan : Kegiatan ini merupakan tindak lanjut hasil putusan rapat penentuan jenis pelayanan, di mana penerima manfaat diperkenalkan program-program pelayanan panti, bentuk kegiatan secara rutin selama satu bulan, dengan tujuan agar penerima manfaat dapat mengenal lingkungan sosialnya yang baru di dalam panti dan dapat memahami dan berminat untuk mengikuti program-program bimbingan yang lainnya untuk pengembangan bakat dan minat penerima manfaat.
5.
PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL Adapun pelaksanaan bimbingan rehabilitasi sosial yang diberikan adalah : a.
Bimbingan Fisik, berupa : -
Bimbingan Orientasi Mobilitas (OM)
-
Bimbingan Actifity of Daily Living (ADL) atau Keterampilan Kegiatan Sehari-hari (KKS)
-
Bimbingan Olah raga. Pelaksanaan kegiatan bimbingan fisik dilaksanakan setiap hari jumat oleh seluruh klien, dibimbing oleh seluruh Pekerja Sosial.
b.
Bimbingan Mental : Bimbingan
mental
terdiri
dari
Bimbingan
mental
psikologis, Bimbingan Orientasi Mobilitas, Bimbingan
67
Kedisiplinan dan budi pekerti. c.
Bimbingan Agama : Bimbingan
Agama
terdiri
dari
Bimbingan
Shalat,
Bimbingan Al-Qur’an, dan penanaman, pemahaman ilmuilmu Agama. Adapun kegiatan bimbingan Agama dilaksanakan dalam bentuk : -
Bimbingan Shalat
-
Bimbingan Al-Qur’an
-
Bimbingan Ilmu Agama contohnya ilmu Fiqih, Akidah Akhlak, Tauhid dll.
d.
Bimbingan Sosial : Pelaksanaan
bimbingan
sosial
bertujuan
untuk
memulihkan dan menumbuh kembangkan kemauan dan kemampuan
klien
dalam
penyesuaian
diri
dengan
lingkungan sosialnya. Adapun kegiatan bimbingan sosial dilaksanakan dalam bentuk : -
Bimbingan bantu diri
-
Bimbingan integrasi sosial
-
Bimbingan relasi sosial
Adapun metode bimbingan sosial ini dilaksanakan adalah
dengan
menggunakan
tiga
metode
yaitu
68
bimbingan sosial individu, bimbingan sosial kelompok dan bimbingan sosial masyarakat. e.
Bimbingan Keterampilan : Pelaksanaan bimbingan keterampilan yang diberikan klien terdiri dari : 1) Bimbingan Massage dan Shiatsu Adapun bimbingan massage dan shiatsu ini terbagi dalam 3 tipe/kelas yaitu : a.
Massage Kelas Praktis. Klien yang diberikan bimbingan sebanyak : 12 klien, dengan materi bimbingan : Bimbingan pelajaran teori, terdiri diri : -
Pelajaran
Pathologi
Umum
dan
Higiene. -
Pelajaran Fisiologi.
-
Pelajaran Sport Massage.
Bimbingan pelajaran praktek. b.
Praktek Sport massage.
Massage Kelas A.1. Klien yang diberikan bimbingan sebanyak : 17 klien, dengan materi bimbingan : Bimbingan pelajaran teori, terdiri diri : -
Pelajaran Anatomi.
69
-
Pelajaran Fisiologi.
-
Pelajaran
Pathologi
Umum
dan
Higiene. -
Pelajaran Ilmu Kedokteran Timur.
-
Pelajaran Teori Sport Massage.
-
Pelajaran Shiatsu.
-
Pelajaran Diagnosa Penyakit.
Bimbingan pelajaran praktek.
c.
-
Praktek Sport massage.
-
Praktek Shiatsu.
-
Senam Fisik dan Meditasi.
Massage Kelas A.2. Klien yang diberikan bimbingan sebanyak : 13 klien, dengan materi bimbingan : Bimbingan pelajaran teori, terdiri diri : -
Pelajaran Diagnosa Penyakit.
-
Pelajaran Kinesiologi.
-
Pelajaran Anma.
-
Pelajaran Ilmu Kedokteran Timur.
-
Pelajaran Segmen Massage.
-
Pelajaran Shiatsu.
-
Pelajaran Refleki Zona Terapi.
-
Pelajaran Kosmestix.
70
-
Pelajaran Refleksi.
Bimbingan pelajaran praktek. -
Praktek Sport massage.
-
Praktek Shiatsu.
-
Senam Fisik dan Meditasi.
-
Praktek Segment Massage.
-
Praktek Refleksi Zona Terapi.
-
Praktek Kosmetix.
-
Praktek Refleksi.
2) Bimbingan Keterampilan Anyaman Bimbingan
keterampilan
anyaman
yang
dilaksanakan terdiri dari : a.
Bimbingan keterampilan anyaman rotan.
b.
Bimbingan keterampilan taplak Bali.
c.
Bimbingan keterampilan keset.
3) Bimbingan Kesenian/Musik Kegiatan bimbingan kesenian dilaksanakan 2 kali dalam seminggu yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kesenian dewasa dan kelompok kesenian anak-anak, adapun bimbingan kesenian yang diberikan berupa : a.
Bimbingan musik band.
b.
Bimbingan kesenian angklung.
71
6.
RESOSIALISASI Pelaksanaan kegiatan resosialisasi dilaksanakan dalam bentuk : a.
Bimbingan kerja/usaha : Bimbingan kerja/usaha, kegiatan yang dilaksanakan berupa Praktek Belajar Kerja atau magang.
b.
Kegiatan bimbingan rekreasi : Pelaksanaan kegiatan bimbingan rekreasi, bertujuan untuk mengenal lingkungan dalam bentuk bimbingan orientasi mobilitas,
sekaligus
memberikan
penyegaran,
untuk
menghilangkan tingkat kejenuhan penerima manfaat yang secara rutin mengikuti program bimbingan dalam panti. c.
Pertemuan orang tua klien : Pelaksanaan pertemuan orang tua murid, di mana kegiatan ini dikaitkan dengan penyerahan raport penerima manfaat yang mengikuti pendidikan formal kepada orang tua, penyampaian program kerja panti dan sekaligus penyampaian program kerja pengurus Komite Sekolah.
d.
Pelaksanaan penyaluran bagi penerima manfaat yang telah menguasai keterampilan yang dimiliki.
7.
KEGIATAN BIMBINGAN LANJUT Pelaksanaan bimbingan lanjut yang dilaksanakan oleh pejabat Fungsional Pekerja Sosial di tunjukan kepada alumni penerima manfaat yang telah mendapatkan lapangan kerja maupun
72
yang telah membuka lapangan kerja. Adapun kegiatan bimbingan lanjut berupa : a.
Pemberian motivasi dan konsultasi baik itu kepada klien maupun pada perusahaan tempat alumni penerima manfaat tersebut bekerja.
b.
Mengadakan monitoring, motivasi dan evaluasi bagi klien yang telah membuka lapangan kerja berupa usaha panti pijat.
c.
Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan keluarga yang telah membuka usaha panti pijat.
d.
Mengadakan koordinasi dengan tokoh masyarakat tempat usaha klien.
e.
Membuat putusan akhir atau terminasi hasil bimbingan lanjut.
I.
Syarat Penerimaan Kelayan : 1.
Cacat netra usia 6-35 tahun, tidak/belum menikah
2.
Surat pernyataan dari orang tua/wali tentang kesediaan untuk menerima kembali setelah selesai mengikuti program UPT/tidak dapat mengikuti program UPT/dikeluarkan karena melanggar tata tertib UPT
3.
Surat pengantar dari Suku Dinas Sosial setempat
4.
Surat keterangan berkelakuan baik dari kepala desa/Lurah setempat.
5.
Surat keterangan dokter yang menyatakan berbadan sehat/tidak cacat ganda/tidak memilki penyakit menular
73
6.
Surat keterangan dokter specialist mata yang menyatakan tingkat kecacatan matanya
7.
Surat pernyataan calon kelayan untuk sanggup mentaati tata tertib panti
8.
Pas foto terbaru ukuran 3 x 4 = 4 lembar
9.
Selama mengikuti bimbingan rehabilitasi sosial bersedia tinggal di asrama UPT
10. Penyandang cacat yang mengikuti program bimbingan rehabilitasi sosial tidak dipungut biaya 11. penyandang cacat netra yang mengikuti program pendidikan formal SLB/SMPLB dikenakan biaya elementasi7 J.
KERJASAMA Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi melakukan berbagai kegiatan dan kerjasama dengan berbagai instansi baik Pemerintah maupun Swasta, diantaranya :8 1.
Kerjasama dengan Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini dengan Walikota Bekasi dalam bentuk penyelenggaraan Program Pembinaan Sosial Metode Terapeutik Penguluran Jaringan Lunak untuk Penyandang Disabilitas Netra dengan seluruh anggaran berasal dari Pemerintah Kota Bekasi
7
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 3 8
Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Profil danNaskah Akdemis Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi 2013 (Bekasi, PSBN “Tan Miyat” Bekasi, 2013), h. 12-13
74
2.
Kerjasama dengan para pengusaha melalui Coorperate Social Responsibility (CSR) dengan memberikan kegiatan berupa : a.
Pelatihan Kebugaran oleh Merpati Putih, bertujuan untuk: melatih kepekaan para penyandang disabilitas netra, mendeteksi penyakit, mengenal lingkungan, dll.
b.
Pemberian pembinaan mental dari Yayasan Darul Mustafa berupa : Siraman Rohani, Pelajaran Dakwah, Akidah, Akhlak, dll.
3.
Kerjasama dengan Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Kementerian Pertahanan dan Keamanan RI dalam bentuk Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas Netra.
4.
Kerjasama dengan Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Tengah, Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Induk, Dinas Sosial Propinsi Lampung, Dina Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Serang, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Brebes,
Dinas
Sosial
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi Kabupaten Pandeglang dalam bentuk Penyaluran Tenaga Kerja yang telah selesai mengikuti bimbingan Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi.
75
5.
Kerjasama dengan (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Pertuni dalam bidang assesment penglihatan bagi penerima manfaat yang low vision.
6.
Kerjasama dengan pihak JICA dalam bentuk penempatan tenaga yunior Expert dibidang keterampilan massage dan shiatsu.
7.
Kerjasana dengan Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center dalam bentuk rujukan penyakit mata.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Identitas Informan 1. Pembimbing Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengetahui tentang identitas pembimbing yang berada di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Pembimbing selaku subjek penelitian yang dilakukan penulis berjumlah 3 orang pembimbing. Dimana 2 orang pembimbing Agama yang disebut ustad/ustadzah, 1 orang pembimbing mental yang juga sebagai Staff Bimbingan dan Penyaluran, dan 1 pembimbing umum. Adapun Indentitas para pembimbing Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi adalah sebagai berikut: a. Ustad Son Haji Ustad Son Haji adalah salah satu pembimbing Agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi yang bertempat tinggal di perumahan Zamrud blok DT 13 no 34. Ustadz kelahiran Jakarta 7 Oktober 1971 ini sangat menghargai kehidupan. banyak pembelajaran yang bisa didapat. Sebagai seorang muslim beliau senantiasa berusaha menjalankan kewajibannya, baginya hidup adalah anugrah yang wajib disyukuri dengan berserah diri kepadanya melalui ibadah. Melalui itulah
76
77
Ustadz Son Haji merasa telah menemukan pentingnya memahami Agama. Beliau sudah menjadi pembimbing rohani di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi selama hampir 12 tahun. Dari bimbingan Agama yang dilakukan, beliau berharap agar setiap disabilitas netra yang beragama Islam dapat mengetahui dan memahami agama, karena agama dapat membuat manusia hidup lebih bermakna dan bisa menjauhkan dari segala hal yang dapat merugikannya. Beliau mengatakan mereka memang buta namun jangan sampai mereka buta juga akan agama.1 a. Ustadzah Tasuah Ustadzah Tasuah lahir di jakarta 7 mei 1965 adalah salah satu pembimbing Agama perempuan di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi Mulia Tahun 1988 sampai sekarang.sebelumnya beliau sempat bekerja di PT Yuparin Kebayoran sebagai Staff Adminitrasi selama 2 tahun. Beliau bertempat tinggal di Komplek Depsos Blok 1 no 12 rt 02/01 Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur. Beliau lulusan STISIP Widuri S1 Jakarta Barat tahun 1985/1986. Menurutnya kecerdasan spiritual adalah seseorang sudah tahu mana yang baik dan yang buruk untuk dirinya, serta menjalani setiap kehidupannya sematamata mendapatkan keridhoan Allah SWT.2
1
Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Senin, 10 Juni 2013. 2 Wawancara pribadi dengan ibu Tasuah S.Sos , pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Rabu, 24 Juli 2013
78
b. Ibu Prasetiawati Ibu Prasetiawati adalah salah satu pembimbing mental spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Ibu Prasetiawati kelahiran Semarang 17 Juli 1959, sempat mengenyam pendidikan sampai jenjang S1 di IKIP Jakarta. Beliau beralamat di di Komplek Depsos Blok 1 rt 02/01 Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur.Beliau setelah lulus SMA langsung bekerja di PSBN. Menurutnya kecerdasan spiritual hasil dari pembelajaran dan pemahaman tentang Agama yang diberikan oleh para pembimbing Agama, yang mampu memebrikan perubahan yang baik kepada disabilitas netra.3 c. Ibu Tri Putri Kurnianingsiharani Ibu Tri Putri Kurnianingsiharani adalah salah satu pembimbing umum di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Beliau kelahiran 10 Desember 1972, sempat mengenyam pendidikan di SMA Budi Mulya. Beliau beralamat di Perumahan Duren Jaya, Jl. Manggis 407 Blok A Bekasi.Beliau sempat bekerja di Pusdiklat Depsos tahun 1986 sebagai pegawai/staff, setelah itu beliau mulai bekerja di PSBN tahun 2000. Menurutnya kecerdasan spiritual itu di dapat melalui pemahaman yang mendalam tentang agamanya bukan sekedar teori namun bisa
3
Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Prasetiawati, pembimbing mental spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, rabu, 24 Juli 2013.
79
dipraktekan di kehidupannya, serta senantiasa bersyukur dan berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa.4 2. Terbimbing Setelah melakukan wawancara dengan terbimbing atau disabilitas netra di panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, maka penulis mendapatkan identitas terbimbing yang berjumlah 6 orang sebagai berikut: a.
IS lahir di Jakarta 19 Juli 1996, mengalami disabilitas saat usia 5 tahun, penyebab kebutaannya adalah mendapatkan siksaan dari orangtua angkatnya yang biasa dia sebut ibu suri, matanya di beri perasan air cabai, awalnya dia berada di RSPA bambu apus setelah mentalnya sudah membaik dia di bawa ke Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi pada tahun 2006 sampai sekarang, waktu pertama kali masuk panti banyak sekali yang dia takuti, pemurung, dan sedikit emosional. Hal aneh yang biasa dia lakukan yaitu mengumpat di bawah kasur atau malah tidur kolong kasur. Lambat laun keadaan ismi membaik berkat bimbingan yang di berikan oleh panti, sekarang dia sudah bisa mengetahui potensi yang miliki yaitu dia pandai berlari tahun ini dia mendapat juara 1 perlombaan lari
4
Wawancara pribadi dengan ibu Tri Putri Kurnianingsiharani, pekerja sosial di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Kamis, 25 Juli 2013
80
yang diadakan di bandung mengalahkan penyandang disabilitas lain.5 b.
LH lahir di Karawang 10 November 1992, mengalami disabilitas saat usia 3 bulan, penyebabnya kebutaannya adalah kelainan bentuk mata, lukman berasal dari keluarga yang kurang mampu, orangtuanya bekerja sebagai pengepul barang-barang bekas. Namun, itu bukan menjadi kendala lagi bagi dia karena Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi membebaskan biaya sekolah dan tempat tinggal selama anak itu masih mengikuti pelajaran dan bimbingan di panti ini, prestasi yang dia dapat dalam akademis adalah lomba puisi juara 1 di bandung, kemampuan yang dia miliki adalah bisa memainkan alat musik marawis, itu salah satu fasilitas yang diberikan panti untuk anak disabilitas netra.6
c.
Ar lahir di Tanggerang 20 Juli 1992, penyebab kebutaannya total dari lahir dan tidak ada penjelasan yang jelas. Dia pernah mengalami permasalahan di panti, yang hampir membuat resah seluruh panti, dan sekarang dia sudah membaik saat di berikan bimbingan agama secara menyeluruh serta bimbingan mental untuk memperbaiki penyimpangannya, dia menyenangi kegiatan pramuka yang di
5
Wawancara pribadi dengan IS, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 25 Juli 2013 6 Wawancara pribadi dengan LH, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 18 Juli 2013
81
adakan di panti, dia cukup mahir di kegiatan tersebut dan itu di akui juga oleh pembimbingnya yaitu ibu Putri.7 d.
AP lahir di Jakarta 17 agustus 1990, kebutaan total saat usia 19 tahun yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, dia anak kedua dari tiga bersaudara, pernah kuliah di jayabaya jurusan ekonomi sampai semester 2, dia menjabat sebagai ketua organisasi dari anak-anak panti, dan dia pun membuka keterampilan komputer untuk disabilitas netra.8
e.
MFF lahir di tanggerang 4 Desember 1998, buta sejak usia 1 tahun di sebabkan sakit panas, dia anaknya pemalu namun memiliki kemampuan membaca Al-Qur‟an dengan baik, dengan menggunakan irama yang biasa disebut Qori.9
f.
TS lahir di Jakarta 13 November 1993, mengalami penurunan penglihatan saat kelas 3 SMA dan kebutaan total saat lulus SMA, dia terkena virus rubella yang menyebabkan seseorang terkena penyakit glukoma, dia mengambil
kelas massage,
karena bagi
dia
keterampilan tersebut berguna untuk dia di masa mendatang.10
7
Wawancara pribadi dengan Ar, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 25 Juli 2013 8 Wawancara pribadi dengan AP, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 18 Juli 2013 9 Wawancara pribadi dengan MFF, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 26 Juli 2013 10 Wawancara pribadi dengan TS, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 26 Juli 2013
82
B. Analisis Peran Pembimbing Agama Dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Pada Disabilitas Netra Seorang anak terlahir dalam keadaan bersih walaupun anak tersebut tidak terlahir dengan sempurna, biasanya diumpamakan sebagai kertas kosong yang mana perlu diisi dengan hal-hal yang baik seperti pemahaman agama sejak kecil agar anak tersebut memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan harapan setiap orang tua. Pemahaman tentang Agama mampu mengarahkan seorang disabilitas netra untuk menjadi manusia yang lebih baik. Begitu pula dengan tugas seorang pembimbing untuk bisa mengarahkan, membantu, dan memberikan solusi dalam setiap masalah yang sedang dihadapi oleh anak didiknya. Perhatian yang kurang kepada setiap kebutuhan disabilitas netra bisa membuat mereka kehilangan arah dan merasa inferior. Disabilitas netra yang hidup tanpa arahan serta bimbingan dapat menimbulkan keputus asaan dalam menjalankan kehidupan karena buta akan pemahaman Agama. Dengan itu disini diperlukannya pembimbing yang dapat membantu mengarahkan dan membimbing mereka untuk bisa memberikan pemahaman tentang Agama, karena orang yang memahami agama mampu mengendalikan setiap perbuatan yang dilakukan agar terhindar dari hal-hal yang tercela. Orang yang buta tentang agama akan mengalami krisis spiritual yang mana mampu membuat seseorang melakukan hal-hal yang diluar batas. Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, penulis menemukan bahwa peran pembimbing
83
Agama dalam penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi adalah dengan cara diberikan bimbingan Agama setiap harinya baik secara pendidikan formal maupun nonformal, bukan hanya bimbingan agama saja yang diberikan, namun adapula bimbingan keterampilan, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental yang mana dapat membantu disabilitas netra untuk tidak tergantung kepada orang lain dan mampu melakukan semua hal yang bisa dilakukan orang normal lainnya, dan berharap agar disabilitas netra senantiasa Mengingat tuhannya agar bisa menjauhkan dari perbuatan-perbuatan yang dapat merugikannya. Anak-anak dan remaja panti di bina secara mental dan fisik. Di panti ini bagi anak usia sekolah diberikan pendidikan formal karena panti ini memiliki fasilitas pendidikan formal untuk anak-anak disabilitas netra. Menurut Kasie. Rehabilitasi Sosial PSBN Bapak Arimurti para disabilitas netra yang berusia 6-18 tahun wajib mengikuti kegiatan pendidikan formal sesuai dengan keputusan dari pemerintah untuk bisa mencerdaskan anak bangsa. Tenaga pengajar sebagian besar adalah pekerja sosial/ staff yang berada di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama hampir dua bulan bimbingan yang sering diterapkan dalam panti sosial ini adalah bimbingan agama. Penanaman kecerdasan spirirual dalam kehidupan disabilitas netra akan memberikan pengaruh yang baik saat mereka berada di luar panti atau mereka telah kembali kepada keluarganya.
84
Pembimbing yang selalu menerapkan nilai-nilai agama dalam panti akan senantiasa membawa efek baik bagi disabilitas netra. Dalam proses penanaman kecerdasan spiritual, di panti sosial ini sangat mengutamakan penanaman nilai-nilai agama dikeseharian disabilitas netra, selama penulis mengadakan penelitian di panti sosial tersebut, bimbingan yang sering terlihat realitanya adalah bimbingan agama walaupun banyak bimbingan lain yang ada di panti ini. Penanaman kecerdasan spiritual atau nilai-nilai keagamaan dilakukan setiap senin sampai jum‟at jam 2 siang. Kegiatan ini dinamakan bimbingan agama dan diselingi bimbingan mental spiritual, pada kegiatan ini tidak semua disabilitas netra mengikutinya, karena ada yang mengikuti praktek vokasional atau keterampilan shiatzhu dan massage untuk disabilitas dewasa pada jam tersebut. Kegiatan ini guna untuk membantu disabilitas netra memahami agamanya yang mana hal tersebut adalah sebagai pedoman dalam hidupnya. Bimbingan agama yang diberikan yaitu selain menanamkan nilainilai agama, memberikan pengajaran tentang shalat, membaca Al-Qur‟an Brile dan Fiqih.11 Bimbingan keterampilan yang dilakukan di panti ini dilaksanakan setiap hari jam 4 sore. Dalam kegiatan bimbingan keterampilan ini memang tidak semua mengikutinya karena ada beberapa yang mulai praktek shiatzhu diluar lingkungan panti. Bimbingan keterampilan ini dilakukan agar setiap
11
Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Senin, 10 Juni 2013.
85
disabilitas netra memiliki bakat sehingga jika mereka keluar atau dikembalikan kepada keluarga sudah memiliki kemampuan khusus.12 Disabilitas netra yang sudah lulus atau sudah menyelesaikan pendidikan di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi diberikan pilihan kemana mereka ingin melanjutkan pendidikan ataupun membuka pekerjaan. kadang ada beberapa yang ingin kembali pada keluarganya dan kadang pula ada yang membuat kelompok dengan disabilitas lain untuk bersama-sama membuka usaha sendiri seperti membuka praktek shiatzhu dan massage sesuai dengan kemampuan mereka, dan itu juga ada campur tangan dari pihak panti untuk terus mengontrol mereka selama setahun, bila mereka sudah dinilai mampu untuk mandiri berarti panti telah berhasil, namun bila sebaliknya maka panti akan menyalurkan mereka ke lembaga-lembaga terkait yang mampu membantu menyalurkan bakat mereka.13 Pembimbing Agama yang ada di PSBN memiliki tingkatan sosial yang berbeda-beda. Disabilitas netra berpendapat bahwa pembimbing agama di panti tersebut mempunyai sikap yang baik dan sangat memahami keadaan mereka, malah salah satu pembimbing Agama ada yang mempunyai keadaan fisik yang sama yaitu sama-sama penyandang disabilitas netra. Karena memiliki keadaan yang sama pembimbing mampu memberikan pengalamanpengalaman hidup kepada mereka yang nantinya bisa menjadi pembelajaran
12
Wawancara pribadi dengan ibu Tri Putri Kurnianingsiharani, pekerja sosial di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Kamis, 25 Juli 2013 13 Wawancara pribadi dengan ibu Tri Putri Kurnianingsiharani, pekerja sosial di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Kamis, 25 Juli 2013
86
atau bekal mereka nanti, adapula yang meminta saran atau nasihat kepada pembimbing Agama tersebut. Bagi pembimbing Agama bila ingin memberikan pengetahuan kepada seorang disabilitas netra terlebih dahulu kita harus bisa menjadi panutan dan tidak menjaga jarak jadikan mereka sebagai teman maka apa yang kita sampaikan akan lebih mudah untuk di tanam ke diri mereka masing-masing.14 Penanaman Kecerdasan Spiritual selama bulan Ramadhan di laksanakan seperti kegiatan pesantren kilat bukan hanya pada jam 07.30 sampai selesai, adapula setelah shalat tarawih di adakan pengajian dan setiap hari rabu rutinitas pemberiaan bimbingan Agama diisi oleh sukarelawan dari pesantren Darul Mustofa. Kegiatan bimbingan Agama ini bertujuan untuk bisa membantu disabilitas netra dalam meningkatkan kualitas keagamaannya dan utamakan dalam hal ini yaitu Bimbingan Agama Islam. Mengajarkan disabilitas netra menjadi muslim yang seutuhnya, senantiasa melakukan sesuatu yang dianjurkan oleh agama dan selalu menjauhi setiap perbuatan yang dilarang oleh Agamanya.15 Peran pembimbing Agama dalam penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra memberikan tujuan penting sebagai seorang muslim yang baik yaitu selalu menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, selalu menjaga sikap dan tingkahlakunya kepada sesama muslim,
14
Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Senin, 10 Juni 2013. 15 Wawancara pribadi dengan ibu Tasuah S.Sos , pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Rabu, 24 Juli 2013
87
senantiasa bersyukur, menjauhi semua tindakan yang akan merugikannya, dan menjalani kehidupannya sesuai dengan aturan-aturan yang ada baik dari segi Agama, masyarakat maupun negara. Jadi, dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa peran pembimbing Agama dalam penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra sangat berperan peran penting untuk dapat mengubah yang tadinya seorang disabilitas netra berpikiran pasif atau merasa rendah diri dan mereka sekarang jadi mempunyai semangat hidup dan tujuan yang akan di capainya. Dalam proses penanaman kecerdasan spiritual bagi disabilitas netra, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para pembimbing Agama di Panti Sosial tersebut. Kendala yang dihadapi adalah pada disabilitas netra, dikarenakan ada beberapa anak yang sulit untuk di ajak mengikuti kegiatan bimbingan Agama, adapula yang kurang serius/fokus mengikuti kegiatan bimbingan tersebut seperti ada yang mengobrol ataupun bercanda karena yang mengikuti ada yang masih anak-anak. Kendala terhadap disabilitas netra juga dipaparkan oleh Ibu Tasuah sebagai pembimbing Agama dan Bapak Son Haji juga sebagai pembimbing Agama. Menurut mereka disabilitas netra mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada anak yang aktif, ada yang pendiam, ada yang patuh ada pula yang sedikit kurang baik. Dan adapula kendala dari latarbelakang keluarga yang berbeda dan perbedaan sukupun bisa menjadi kendala.16
16
Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Prasetiawati, pembimbing mental spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, rabu, 24 Juli 2013
88
Adapun hasil wawancara penulis dengan disabilitas netra adalah sebagai berikut : AR mengakui bahwa ia mengikuti bimbingan Agama selama berada di panti dan ia bersyukur banyak perubahan yang didapat pada awalnya ia agak sedikit tempramental dan kurang mengenal hukum-hukum agama, belum begitu mengerti mana yang baik dan buruk. Namun, semenjak mengikuti bimbingan Agama ia mampu mengendalikan emosinya serta sedikit memahami hukum-hukum ajaran islam sehingga mampu menjauhi ia dari perbuatan yang mungkin akan merugikan, mampu membantu untuk belajar mandiri khususnya memenuhi kebutuhan diri sendiri, dan tidak mudah menyerah. Selama
berada
di
panti
ini,
pembimbing
Agama
biasanya
menyampaikan materi seperti ceramah atau dijelaskan dulu topiknya, baru setelah itu diadakannya sesi tanya jawab kepada anak disabilitas netra.17 Menurut LH berharap agar pembimbing bisa mengarahkan ia untuk lebih baik lagi, bisa mandiri untuk diri sendiri terutama dan bisa membesarkan hatinya untuk bisa menerima keadaan, memiliki keinginan yang kuat dalam hidup, makanya ia mengatakan bahwa bimbingan agama di panti sangat penting di sana diselipkan pengalaman-pengalaman kehidupan yang diberhubungan dengan agama. Dan karena pembimbing juga netra jadi dapat
17
Wawancara pribadi dengan Ar, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 25 Juli 2013
89
mengerti bagaimana cara mengarahkan, sekarang selain ia sudah bisa mengaji, ia juga memiliki keterampilan seperti marawis.18 LH mengatakan pembimbing secara langsung memberikan bimbingan Agama contohnya bimbingan shalat atau bimbingan wudhu, karena disabilitas netra mempunyai keterbatasan, pembimbing menuntun dan memantau secara langsung dan di bantu dengan pekerja sosial yang lain. Dan saat mengajipun satu persatu di tes saat membaca ayat Al-Qur‟an braile, ia masih harus di bimbing lagi dalam membaca Al-Qur‟an braile, karena berbeda sekali tulisannya dengan Al-Qur‟an yang pada umumnya. Lain halnya lagi AP menurutnya Pembimbing membantu disabilitas netra menghindari kemungkinan terjadinya hambatan. beberapa anak disabilitas
netra
mengatakan
mereka
menginginkan
sosok
seorang
pembimbing yang benar-benar bisa mengarahkan, memahami dan mengerti, bisa menjadi sahabat, orang tua, dan guru, sosok pembimbing yang bisa memberikan kasih sayang dan mengajarkan ilmu-ilmu agama supaya bisa membedakan mana yang hak dan yang bathil, ilmu-ilmu umum dan Agama, serta keterampilan bermanfaat bagi diri sendiri untuk bekal ia nantinya setelah tidak lagi tinggal di panti sosial bina netra “Tan Miyat” ini.19 Namun, TS memberitahukan tugas pembimbing di panti ini bahwa pembimbing tugasnya ialah memberikan kita bekal, agar nanti kita bisa siap 18
Wawancara pribadi dengan LH, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 18 Juli 2013 19 Wawancara pribadi dengan AP, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 18 Juli 2013
90
bila suatu saat kita sudah keluar dari panti, dan mereka pun tidak secepat itu melepaskan kita, kita keluar dari panti masih di kontrol selama setahun, jadi kita disini benar-benar terjamin, perubahan yang ia rasakan yang tadinya terhenti dalam mengaji karena ia sudah tidak bisa melihat setelah lulus SMA, sekarang ia jadi bisa mengaji lagi karena ternyata ada Al-Qur‟an yang bisa di baca oleh tunanetra dengan menggunakan huruf braile, dan ia baru bisa membaca selama belajar 2 tahun, ia belajar dari awal yaitu Iqra‟ lalu dilanjutkan ke juz a‟ma, dan baru setelah itu dilanjutkan ke Al-Qur‟an. Dari sikap ia merasa bisa lebih dewasa, karena banyak nasihat-nasihat yang diberikan, dan banyak pelajaran yang ia dapat juga dari anak-anak panti yang senasib dengannya, panti ini sangat berperan dikehidupannya kedepan nanti, ia berharap bisa berguna selain untuk dirinya, berguna pula untuk keluarganya dan orang di sekitarnya, ia tidak ingin selalu tergantung dengan orang lain, setidaknya ia juga harus memiki tujuan hidup apa yang mau ia kerjakan nantinya. Ia sangat berterima kasih kepada Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” yang menyediakan fasilitas pengajaran yang layak untuk tunanetra mungkin akan banyak tunanetra yang tidak terurus dan lebih parahnya hanya akan meminta-minta di jalan, apalagi yang ada di panti ini mayoritas dari keluarga yang kurang mampu. Oleh, sebab itu panti ini benar-benar berjasa untuknya.20
20
Wawancara pribadi dengan TS, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 26 Juli 2013
91
IS juga berpendapat yang sama dengan TS ia sangat berterima kasih kepada panti ini, karena hanya panti ini yang menjadi keluarganya, ia tidak memiliki sanak sodara, awal datang ke panti ia mempunyai perasaan inferir yang tinggi dan rasa trauma yang disebabkan dari kekerasan yang pernah dialaminya. Namun, setelah beberapa lama di berikan bimbingan Agama ia merasa ibadah sangat berpengaruh dikehidupannya, apalagi dalam mengontrol emosi atau memberikan rasa tenang dan memecahkan setiap masalah yang dihadapi, disinilah pentingnya peran pembimbing Agama baginya. Ia juga merasa Ibadah sangat berpengaruh dikehidupannya apalagi dalam mengontrol emosi atau memberikan rasa tenang dan memecahkan setiap masalah yang dihadapi, disinilah pentingnya peran pembimbing Agama kepada kami, selain itu memberikan ia bimbingan keterampilan nantinya bisa menghasilkan dan berguna baginya setelah keluar dari panti sosial ini.21 MFF
juga
mengatakan
peran
pembimbing
agama
banyak
mempengaruhinya contohnya pak son haji salah satu pembimbing disini, mungkin karena beliau memiliki keadaan yang sama dengan disabilitas netra, banyak pengalaman hidup yang beliau ceritakan yang mungkin bisa jadi pembelajarannya ke depan, jadi ia ada sedikit gambaran mau apa nanti ke depannya, beliaupun tidak pernah membuat jarak ke anak-anak panti, yang membuat banyak anak panti lain meminta nasihat ke pak son haji, atau malah sharing permasalahan agama ataupun yang lain, dan ia juga di ajarkan
21
Wawancara pribadi dengan IS, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 25 Juli 2013
92
membaca Al-Qur‟an braile dari beliau, beliau cukup sabar dalam mengajar, dan tidak segan-segan menerima kritik dari anak-anak yang lain kalau memang beliau ada kesalahan saat bimbingan. Disini bisa kita lihat peran pembimbing agama. Namun, pembimbing yang lain pun sama banyak membantunya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan membantu untuk memiliki keterampilan yang bisa memberikan ia kemampuan khusus, karena keterampilan yang di ajarkan itu bisa menghasilkan contohnya shiatzu dan masagge.22 .B. Metode Pembimbing Agama dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual Pada Disabilitas Netra Dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada disabilitas netra, para pembimbing di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi menggunakan beragam metode diantaranya, metode ceramah, metode bimbingan individual, metode bimbingan kelompok, metode syukur dan keterampilan. 1.
Metode Tablig/Ceramah adalah penyampaian secara lisan dari materi yang diberikan pembimbing di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi untuk bisa menyampaikan pesan yang ada dari materi tersebut dan tercapainya tujuan dari bimbingan. Metode ini sering di pakai oleh pembimbing yang berada di panti ini karena metode ini sangat sesuai dengan kondisi anak disabilitas netra, karena
22
Wawancara pribadi dengan MFF, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 26 Juli 2013
93
keterbatasannya dalam penglihatan maka yang bisa kita gunakan yaitu pendengaran mereka, oleh sebab itu metode ceramah sangat tepat untuk mereka.23 2.
Metode
Bimbingan
Individual
adalah
penyampaian
secara
perorangan dengan maksud untuk bisa membantu disabilitas netra dalam menyelesaikan permasalahannya atau membantu untuk memberikan pengarahan yang lebih baik lagi dan bersama-sama mengkaji materi yang pernah disampaikan, baik dalam ilmu Agama maupun ilmu umum. Biasanya permasalahan yang ada pada anak disabilitas netra adalah rasa rendah diri, emosional, dan kekosongan spiritual.24 3.
Metode bimbingan kelompok adalah teknik dimana bimbingan yang digunakan dalam sebuah kegiatan dengan tujuan adanya hubungan timbal balik, semacam diskusi yang mana pembimbing dan peserta bimbingan memberikan pertanyaan atau pernyataan dari materi yang sudah disampaikan sebelumnya. Seperti yang disampaikan oleh pembimbing yaitu bimbingan yang mana setelah di berikan materi setiap anak memiliki hak untuk bertanya maupun memberikan tanggapannya tentang setiap materi yang di sampaikan.25
23
Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Senin, 10 Juni 2013 24 Wawancara pribadi dengan ibu Tri Putri Kurnianingsiharani, pekerja sosial di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Kamis, 25 Juli 2013 25 Wawancara pribadi dengan ibu Tasuah S.Sos , pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Rabu, 24 Juli 2013
94
4.
Metode Syukur adalah pembimbing selalu mengajarkan setiap anak disabilitas untuk selalu bersyukur, karena menurut pak son haji: bahwa setiap manusia yang bersyukur, maka kehidupannya akan berkah dan selalu mampu untuk menyelesaikan setiap permasalahannya. Maka dari itu saya selalu menanamkan rasa syukur kepada anak-anak netra.26 Seperti firman Allah tentang syukur: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".”(QS. Ibrahim : 7) “berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab27: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".” (QS. An-Naml : 40)
26
Wawancara pribadi dengan bapak Son Haji, pembimbing agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Senin, 10 Juni 2013 27 Al kitab di sini Maksudnya: ialah kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.
95
5.
Metode Bimbingan Keterampilan adalah metode yang lakukan untuk memberikan pelatihan khusus agar seorang disabilitas netra memiliki keterampilan atau skill yang akan bermanfaat untuk kelangsungan hidup mereka, seperti bekal untuk mereka nanti dimasa depan. Dan itupun Sepaham dengan keinginan dari disabilitas netra Bagi kami ibadah sangat berpengaruh dikehidupan apalagi dalam mengontrol emosi atau memberikan rasa tenang dan memecahkan setiap masalah yang mereka hadapi, disinilah pentingnya
peran pembimbing
Agama kepada kami, serta memberikan kami keterampilan atau skill individu yang nantinya bisa menghasilkan dan berguna bagi kami setelah keluar dari panti sosial ini.28 Apalagi banyak fasilitas di panti ini contohnya pelatihan shiatzhu, massage, komputer, musik, pramuka. Metode yang digunakan oleh pak son haji sebagai pembimbing Agama di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi dalam menanamkan kecerdasan spiritual disabilitas netra adalah metode ceramah, bimbingan kelompok, syukur dalam memberikan materi-materi keagamaan, cara bimbingan shalat untuk anak netra berbeda mereka benar-benar di arahkan secara satu persatu, membaca Al-Qur‟an pun di mulai dari mempelajari Iqra‟ Braile selanjutnya Juz „amma Braile, untuk bisa Al-Qur‟an pun butuh waktu 2 tahun, mengajari ilmu Fiqih yang berguna supaya disabilitas netra paham akan hukum-hukum agama mengetahui mana yang baik dan yang buruk, 28
Wawancara pribadi dengan Ismi Soraya, anak disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi, Jum‟at, 25 Juli 2013
96
sehingga terciptanya pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Agama Islam. Menurut beliau bahwa setiap kehidupan manusia sebagian besar di pengaruhi oleh Agama, dan pedoman manusia itu sendiri Al-Qur‟an dan Hadits. Seperti firman Allah berikut ini:
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra‟ : 9)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis selama berada di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi terhadap Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Kecerdasan Spiritual Terhadap Anak Disabilitas Netra, penulis berusaha mengambil kesimpulan yaitu mengenai peran pembimbing, metode bimbingan yang digunakan di panti sosial ini mampu menjadikan anak disabilitas netra yang memiliki kualitas yang baik dalam beragama dan menjadikan agama sebagai kebutuhan dikehidupannya, kesimpulan yang dapat penulis ambil antara lain : 1.
Peran Pembimbing Agama dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi dilakukan dengan cara memberikan bimbingan Agama setiap harinya dan diajarkan untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti mandi, makan, shalat, mengaji. Dll. Berharap agar disabilitas bisa menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak baik, memiliki motivasi hidup yang tinggi.
2.
Peran Pembimbing Agama dalam Penanaman Kecerdasan Spiritual dilakukan agar sesuai dengan harapan disabilitas netra dengan memberikan materi-materi yang berhubungan dengan hukum-hukum islam yang dilaksanakan setiap hari jam 2 siang di mushola dan ada
97
98
pula setiap hari rabu jam 8 malem yang di isi oleh relawan dari pesantren Darul Musthofa. 3.
para pembimbing di Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi menggunakan beragam metode diantaranya, metode ceramah, metode bimbingan individual, metode bimbingan kelompok, metode syukur dan keterampilan seperti shiatzu dan massage.
4.
Selama bulan Ramadhan, disabilitas netra mengikuti kegiatan pesantren kilat dari jam 07 pagi sampai jam 11 siang, malam harinya diisi dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan Taraweh.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis gambarkan mengenai peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di panti sosial bina netra “Tan Miyat” bekasi di atas ternyata memang belum sempurna dan perlu banyak perhatian dan saran yang membangun guna dapat dijadikan evaluasi dalam meningkatkan mutu dan kualitas serta tujuan utama dari penulisan ini yaitu menjadikan anak-anak disabilitas netra yang memiliki pemahaman
yang
mendalam
akan
agamanya
dan
bisa
diterapkan
dikehidupannya, serta berguna bagi dirinya sendiri maupun orang sekitarnya, dan sebagai tolak ukur dari hasil seorang pembimbing melaksanakan bimbingannya. Maka dari itu yang perlu diperhatikan untuk menjadi bahan evaluasi di antaranya adalah :
99
1.
Diharapkan terhadap pihak panti sosial pendidikan agama lebih dikembangkan lagi agar bisa menciptakan anak yang lebih berkualitas dalam moral dan etikanya, dan pengajar bisa meningkatkan kredibilitas keilmuan yang profesional, serta memiliki kapasitas, integritas, loyalitas yang tinggi agar anak disabilitas netra lebih cepat dalam mendapatkan dan memahami keilmuannya.
2.
Perlu ditambahkan beberapa metode atau permainan dalam bimbingan agama agar anak disabilitas bisa lebih cepat menangkap, dan tidak mudah bosan.
3.
Di harapkan panti bisa memberikan bimbingan keterampilan lebih banyak lagi, bukan hanya untuk anak kelas vokasional saja namun untuk anak-anak yang lain, agar semua anak disabilitas mempunyai keterampilan yang bisa membantu mereka nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku Agustian, Ary Ginanjar, ESQ POWER Sebuah Inner Journey Melalui AlIhsan, (Jakarta: ARGA, 2003) Agustian, Ary Ginanjar, ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui AlIhsan, (Jakarta: ARGA, 2003) Ahmadi, Abu Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), Cet ke-1 Amin, Samsul Munir Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet Ke-1 Arifin H. M, pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama. Jakarta: golden terayon,1982. cet ke-1 , Pokok-pokok tentang bimbingan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Arifin, Bambang Syamsul Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Braja, Abu Bakar. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspeknya. Jakarta: Studi Pers, 2005. Depdiknas, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet ke-2 Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001, Cet. Ke-2. Gunarsa, Singgih D., Dr., Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 1998, Cet. Ke-4. Hamid, Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Hartanti, Netty, dkk., Psikologi Dalam Tinjauan Tasawuf, Cet ke-1 . (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2004) 100
101
Ilyas, Sidarta Penuntun Ilmu Penyakit Mata. (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000) __________, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000), cet ke-2, Jilid 2 Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008) Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Cet ke-9 Mulyana, Deddy Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda, 2001) Mulyono, Anton dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (depdikbud: balai pustaka) Narbuko, Cholid. Metodepenelitian.Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong sosiologi: teks pengantar dan terapan, (Jakarta: kencana, 2007), Cet ke-3. Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Indonesia, 1999s Nurihsan, Achmad Juntika strategi layanan bimbingan dan konseling, (Bandung: Pt. Refika Aditama, 2005) Pasiak, Taufiq REVOLUSI IQ/EQ/SQ: Menyikapi Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an Dan Neurosains Mutakhir, (Bandung: Mizan, 2002) Pradopo, Sukini Pendidikan Anak-Anak Tuna Netra, (Bandung: CV Masa Baru, 1997), Cet Ke-1 Rahmat, Jalaluddin Islam dan pluralisme: akhlak Quran menyikapi perbedaan, (Jakarta: Serambi, 2006), Cet ke-2 Safaria, Triantoro Spiritual Intelligence (metode pengembangan kecerdasan spiritual anak), (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet ke-1 Sarwono, Sarlito Wirawan Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984), Cet Ke-1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: ALFABETA, 2007), Cet ke-3
102
Sukardi, Dewa Ketut Pengantar Teori Konseling (suatu uraian ringkasan), (Denpasar: Ghalia Indonesia, 1984) Tilong, Adi D. Kalkulator Kesehatan, (Jogjakarta: D-Medika (anggota IKAPI, 2012)), cet ke-1 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007) Ulwan, Abdullah Nasih. Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani, 1995. Umary, Barmawy. Materi Akhlak. Solo: 1 Ramadhan, 1991, Cet. Ke-10 White, Kevin Pengantar Sosiologi kesehatan dan penyakit, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011) Yusuf LN, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Cet. Ke-1 yusuf, Syamsyu LN, dan Nurihsan, A. Juntika Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet ke-2 Zohar dan Ian Marshall, Danah, SQ; Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berpikir Integralistik dan Holistik untuk memaknai kehidupan, Bandung: Mizan, 2000
Sumber Internet “Arti Tan Miyat” Artikel diakses pada 20 Maret 2013 http://tanmiyat.depsos.go.id
dari
“Definisi dan Pengertian Kecerdasan Spiritual “, artikel diakses pada 19 Februari 2013 dari http://www.perkuliahan.com/apa-pengertiankecerdasan-spiritual/. “Definisi Tunanetra” Artikel Diakses pada 20 maret 2013 dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/. “Teori Peran.” Artikel ini diakses pada 21 Desember 2012 dari http://www.scribd.com/doc/84673783/TEORI-PERANAN-2 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, “Informasi Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra”, Artikel diakses pada 18 maret 2013 dari www.ditplb.or.id.
103
Herianto, “Peranan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Islam Disekolah Umum.” Artikel Diakses Pada Tanggal 18 Desember 2012 Dari Http://C:/Users/Private/Downloads/Peranan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Islam Disekolah Umum_Herianto Sh.I.Htm.
Sumber Jurnal Departemen Sosial RI, pedoman tekhnis penyelenggaraan panti rehabilitasi penderita cacat netra, (Jakarta: direktorat rehabilitasi penderita cacat dan direktorat jendral rehabilitasi dan pelayanan sosial, 1999)
PEDOMAN WAWANCARA
Yang diwawancarai : Disabilitas Netra Berita acara
: Peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap disabilitas netra
Intervewer
: (?)
Intervewee
: (?)
Harapan disabilitas netra terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual (?) Apa peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual anak disabilitas netra ? (?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra ? (?) Kenapa pendekatan tersebut digunakan ? (?) Kapan sebaiknya pendekatan tersebut di gunakan ? (?) Bagaimana harapan anda terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra di panti sosial bina netra “Tan Miyat” Bekasi ?
PEDOMAN WAWANCARA
Yang diwawancarai : Pihak Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi Berita acara
: Peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap disabilitas netra di panti sosial bina netra “Tan Miyat” bekasi dan pendekatan yang digunakan.
Intervewer
: (?)
Intervewee
: (?)
Tugas dan program pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra di panti ini (?) Apa peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual anak disabilitas netra ? (?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra ? (?) Kenapa pendekatan tersebut digunakan ? (?) Kapan sebaiknya pendekatan tersebut di gunakan ? (?) Siapakah yang menggunakan pendekatan tersebut ?
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Jum’at, 25 Juli 2013
Waktu
: 14.17 – Selesai WIB
Tempat
: di taman panti sosial bina netra “Tan Miyat”
Yang di wawancarai
: AR
Berita acara
: Harapan disabilitas netra terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di PSBN
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Apa peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual anak disabilitas netra ? (+) saya sebagai anak yang di berikan bimbingan, pembimbing sangat membantu saya dalam memberikan kebutuhan ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lain, supaya bisa memberikan manfaat kediri saya, saya sih maunya tidak terlalu tergantung dengan orang lain, maka disini saya berharap agar pembimbing bisa membantu saya dalam hal beribadah maupun mandiri dalam kesehariannya, syukur-syukur saya mampu memenuhi kebutuhan saya sendiri dan memiliki tujuan hidup kedepannya, berguna untuk diri saya maupun orang disekitarnya. (?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra ? (+) saya kurang mengetahui pendekatan yang di maksud, namun pengajaran pembimbing dalam memberikan bimbingan biasanya seperti ceramah gitu, setelah itu di adakannya tanya jawab dan di akhir bimbingan diberikan kesimpulan, diluar bimbinganpun pembimbing tidak segan-segan menerima pertanyaan atau seringkali dimintai nasehat, itu saja yang saya tau.
(?) Bagaimana harapan kamu terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di panti sosial bina netra “Tan Miyat” Bekasi ? (+) Keinginan saya tidak jauh berbeda dengan anak lainnya yang normal, saya berharap agar saya mendapatkan pendidikan yang baik, mempunyai keterampilan yang mungkin bisa membantu saya di kehidupannya nanti, kan.. tidak selamanya saya akan tergantung terus dengan orang lain, sayapun ingin bisa mengaji, shalat, dan melakukan kegiatan sehari-hari yang dilakukan orang normal lainnya, walaupun dengan keterbatasannya, setidaknya berguna untuk diri sendiri dulu lah, dan supaya saya tidak melupakan kewajiban saya sebagai muslim untuk memenuhi kebutuhan rohani dan dalam mendapatkan pendidikan yang baik.
Bekasi, 25 Juli 2013 Pewawancara
Yang diwawancara
Sri Yulianah
AR
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Jum’at, 18 Juli 2013
Waktu
: 15.07 - selesai WIB
Tempat
: di taman panti sosial bina netra “Tan Miyat”
Yang di wawancarai
: LH
Berita acara
: Harapan disabilitas netra terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di PSBN
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Apa peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual anak disabilitas netra ? (+) saya berharap agar pembimbing bisa mengarahkan saya untuk lebih baik lagi, bisa mandiri untuk diri sendiri terutama dan bisa membesarkan hati saya untuk bisa menerima keadaan, memiliki keinginan yang kuat dalam hidup, makanya menurut saya bimbingan agama di panti sangat penting di sana diselipkan pengalaman-pengalaman kehidupan yang diberhubungan dengan agama, yaa... mungkin karena pembimbing juga netra jadi mengerti bagaimana cara mengarahkan dan mengerti saya, anak sekarang selain sudah bisa mengaji, saya juga memiliki keterampilan seperti marawis. (?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra ? (+) saya kurang tau yang pendeketan yang di maksud. Tapi pembimbing dia secara langsung memberikan bimbingan contohnya bimbingan shalat atau bimbingan wudhu ya karena saya itu mempunyai keterbatasan, pembimbing menuntun dan memantau secara langsung dan di bantu dengan pekerja sosial yang lain. Dan saat mengajipun satu persatu di tes saat membaca ayat AlQur’an braile, saya masih harus di bimbing lagi dalam membaca Al-Qur’an
braile, ya.. karena berbeda sekali tulisannya dengan Al-Qur’an yang biasa orang normal lainnya. Yaa.. karena itu saya seperti belajar dari awal lagi. (?) Apa pendekatan tersebut sudah sesuai menurut anda? (+) yaa.. menurut penilaian saya sih, itu sudah cukup baik, pendekatan pembimbing dengan sama-sama mempunyai keterbatasan, mungkin bisa lebih mengena ke saya apalagi bila mengajarkannya dengan satu persatu tersebut jadi seakan lebih terarah. Saya sebagai anak yang di asuh di panti berharap banyak kepada pembimbing untuk bisa memberikan perubahan yang baik kepada saya. Yaa.. mungkin bisa berguna untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. (?) Bagaimana harapan anda terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di panti sosial bina netra “Tan Miyat” Bekasi ? (+) Saya berharap bimbingan mengenai ilmu-ilmu agama bisa membantu saya dalam menahan emosinya, memahami Agama tentunya Agama islam agar bisa lebih baik lagi menjalankan ibadah, bisa melanjutkan kehidupan dan mengetahui tujuan hidup lagi. Berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Karenakan saya itu mengalami kebutaan sejak usia 3 bulan, karena kelainan bentuk mata, jadi kadang emosi saya naik turun. Saya mempercayakan kepembimbing untuk mengajari saya untuk menjadi lebih baik lagi.
Bekasi, 18 Juli 2013 Pewawancara
Yang diwawancara
Sri Yulianah
LH
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Waktu
: 15.30 – 16.00 WIB
Tempat
: di ruangan peksos (pekerja sosial)
Yang di wawancarai
: Tri Putri Kurnianingsiharani
Berita acara
: peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual bagi anak disabilitas netra
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) ibu sebagai pekerja sosial di panti ini, sudah banyak pengalaman yang didapatkan selama menjadi pengurus anak disabilitas, jadi menurut ibu Apa sih peran pembimbing agama agar anak disabilitas netra bisa menjadi anak yang berakhlak mulia dan memiliki tujuan hidup? (+) saya sudah menjadi peksos disini mungkin sudah belasan tahun, sudah banyak anak yang saya asuh, karena setiap peksos disini memegang 5-7 anak dan setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, saya menganggap anak yang di asuh sudah seperti anak saya sendiri, cara mengasuh merekapun tidak jauh beda dengan pola asuh anak saya di rumah, kedisiplinan pun sama, anak asuh maupun anak saya selalu ditekankan kedisiplinan, kemudian mengenai peran pembimbing agama yang saya tahu yaitu ada dua, pertama sebagai pengajar seperti guru atau ustadz/ustadzah, yang diajarkanpun tidak jauh dari ilmu-ilmu agama, selesai mengajar bukan berarti sudah selesai tugasnya. Namun, tugas yang kedua adalah sebagai pendidik, yang di maksud sebagai pendidik pembimbing harus bisa memantau dan mengayomi anak
didik terhadap kehidupannya di panti guna menjadikan manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, dan yang terpenting dari tugas pembimbing agama adalah mendidik seorang anak agar berakhlak yang mulia (?) Bagaimana ibu menghadapi anak yang baru masuk cara ibu mendekati anak tersebut seperti apa? (+) ya cara mendekatinya sih, ga ada yang khusus, biasanya anak yang baru masuk itu pertama dia di bawa ke kasie rehabilitasi sosial, segala identitas dikumpulkan di sana dan di cari tau penyebab kebutaannya, setelah itu anak di berikan kepada peksos yang telah di tunjuk oleh kasie rehabilitasi sosial, pertama anak itu di ajarkan menghafal jalanan di panti dan setelah itu di beritahukan peraturan-peraturan panti, trus di berikan jadwal untuk anak tersebut, biasanya yang baru masuk di taruh di kelas orientasi selama sebulan habis itu baru di pindahkan ke kelas-kelas yang sesuai dengan kemampuan si anak, tugas peksos biasanya mengisi angket yang ada, untuk bisa mengetahui perubahan sikap dari anak yang diasuh seperti itulah, tapi kalo saya biasanya selalu menekankan kepada si anak, kalo saya itu bawel, dan tegas, ada waktunya untuk untuk serius dan ada waktunya untuk bercanda, saya tidak segan-segan menanyakan kepada anak bila dia ingin pindah peksos. (?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra ?
(+) kalo yang saya liat, biasanya setiap mengisi bimbingan selalu memakai metode ceramah ya maklum yang diberikan bimbingankan mempunyai permasalahan dipenglihatannya, nanti setelah materi disampaikan baru ada sesi tanya jawab seputar tema dari bimbingan yang diberikan, ya.. walau kadang anak-anak suka melenceng dari tema dalam memberikan pertanyaan, setelah bimbingan biasanya di berikan kesimpulan dari materi yang diberikan, juga bila ingin menanyakan diluar jam bimbinganpun diperbolehkan, ya.. karena mereka kan jauh orang tua, jadi pembimbing disini juga harus bisa memerankan sebagai pendidik dan pula sebagai orang tua ataupun bisa menjadi teman mereka, menciptakan semaksimal mungkin hubungan yang baik kepada anak disabilitas netra, agar mereka nyaman saat di panti dan bisa menyerap setiap pelajaran yang diberikan, seperti itu lah gambaran saya. Dan Metode Bimbingan Individual adalah penyampaian secara perorangan untuk bisa membantu si anak dalam menyelesaikan permasalahannya atau membantu untuk memberikan pengarahan yang lebih baik lagi dan bersamasama mengkaji materi yang pernah disampaikan, baik dalam ilmu Agama
maupun ilmu umum. Biasanya permasalahan yang ada pada anak disabilitas netra adalah rasa rendah diri, emosional, permasalahan dengan teman, percintaan dan kekosongan spiritual, dll.
Bekasi, 25 Juli 2013 Pewawancara
Sri Yulianah
Yang diwawancara
Tri Putri Kurnianingsiharani
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Senin, 10 Juni 2013
Waktu
: 15.30 – 16.00 WIB
Tempat
: di kelas
Yang di wawancarai
: Son Haji
Berita acara
: peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual bagi anak disabilitas netra
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Bapak sebagai pekerja sosial dan pembimbing agama di PSBN ini, banyak pengalaman dalam memberikan bimbingan, menurut bapak apa sih peran pembimbing agama agar anak disabilitas netra bisa menjadi pribadi baik dalam beribadah maupun dalam sosial? (+) ya, kalo di bilang banyak pengalaman ya ga juga, saya bekerja di panti ini sejak 2002 sampai sekarang dan masih banyak yang perlu saya pelajari dan perlu lebih di perbaiki lagi dalam memberikan bimbingan. Ya karena karakter anak berbeda-beda otomatis saya perlu lebih banyak lagi pengetahuan dalam memberikan bimbingan apalagi bimbingan yang saya berikan agama, ya mayoritas orang sudah males untuk mengikutinya, ya kata anak muda zaman sekarang mah, katanya kolot atau cupu gitu, ya itu menjadi PR saya bagaimana saya mengemas materi agama agar lebih menarik dan bisa diterima dengan baik oleh anak zaman sekarang khususnya anak-anak disabilitas netra yang saya ajar sekarang, karena dari mengajarkan seorang anak membaca Al-Qur’an braile aja paling cepat 2 tahun baru bisa membaca dengan benar, dalam memberikan materi tentang fiqih atau ketauhidan itu benar-benar harus di kemas dengan baik ya karena biasanya seorang anak suka cepat jenuh. Masih banyak tugas yang perlu saya jalani selain menjadi pendidik saya pun harus bisa menjadi sahabat atau panutan untuk mereka agar materi yang saya sampaikan bisa mengena ke diri mereka sendiri.
pembimbing agama menekankan pengajaran-pengajaran agama yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti materi agama yang berkaitan dengan menjalin hubungan yang baik antara sesama manusia atau muslim, materi tentang ilmu sabar dan ikhlas agar mereka menerima keadaannya terlebih dahulu, karena bila mereka belum bisa menerima kekuranggannya akan sulit untuk bisa mendapat lingkungan yang sesuai dengan keadaan mereka. Pembimbing juga memiliki tugas dan peran dalam keberhasilan dan kemampuan seorang anak disabilitas netra di lingkungan tertentu dengan cara menanamkan pemahaman spiritual /agama kedalam diri mereka, dari pemahaman tersebut bisa membantu mereka dalam mengontrol emosi dan bisa mengarahkan mereka untuk menjadi manusia yang beriman dan beramal sholeh. Dan perannya yang paling utama adalah pertama mengajari anak disabilitas netra menjadi seorang anak yang berakhlak dan berkepribadian yang kaafah (sempurna), yang kedua menjadikan mereka manusia yang mandiri, yang ketiga menjadikan anak-anak yang kreatif, aktif, dan inovatif. (?) Pendekatan apa yang bapak gunakan untuk mengayomi dan mengarahkan mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik di mata tuhan maupun manusia lainnya? (+) saya sih tidak menggunakan metode pendekatan secara teori, cuman saya saat mengajar bagaimana membuat seorang anak itu bisa menerima saya sebagai teman,ya.. dengan cara tidak ada jarak antara saya dengan anak didik saya, karena bagi saya pelajaran bukan hanya bisa didapat dari orang tua. Namun, dari seorang anak pun banyak pelajaran yang bisa di ambil. Saya selalu menekankan kepada anak didik saya agar jangan pernah minder, dan harus bisa hidup bermasyarakat dengan baik, saya berkata seperti itu bukan karena saya omong kosong saja, toh nyatanya saya juga mempunyai keterbatasan yang sama dengan mereka, karena itulah saya bisa lebih cepat masuk ke diri anak tersebut, sering saya berkomunikasi dengan anak-anak didik di luar jam bimbingan, kadang mereka curhat, minta masehat, atau menanyakan perihal tentang hukum-hukum islam, metode yang biasa saya pakai saat memberikan bimbingan yaitu tabligh, karena bil hal itupun berbeda-beda disesuaikan dengan keadaan seorang anak tersebut. Metode ini sering di pakai oleh pembimbing yang berada di panti ini karena metode ini sangat sesuai dengan kondisi anak disabilitas netra, karena keterbatasannya dalam penglihatan maka yang bisa kita gunakan yaitu pendengaran mereka, oleh sebab itu metode ceramah sangat tepat untuk mereka.
(?) kenapa bapak menggunakan pendekatan tersebut ? (+) bagi saya pendekatan terrsebut sudah cukup baik, karena saya mengikuti keteladanannya nabi saat berdakwah, kita harus bisa mengetuk atau masuk ke dalam hatinya baru kita akan mudah dalam memberikan bimbingan, karena setiap perbuatan berawal dari hati, jadi saya berupaya yang saya ajarkan tersebut bukan hanya melekat di pikiran namun juga melekat di hati-hati anak-anak tersebut, jika yang saya ajarkan tertanam di hati mereka maka secara langsung akan meresap dan mempengaruhi ke kehidupan mereka, karena landasan agama sudah menjadi kebutuhan bagi mereka, seperti mereka membutuhkan udara untuk bernafas.
Bekasi, 10 Juni 2013 Pewawancara
Sri Yulianah
Yang diwawancara
Son Haji
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Rabu, 24 Juli 2013
Waktu
: 13.00 – 14.00 WIB
Tempat
: di ruangan peksos (pekerja sosial)
Yang di wawancarai
: Tasuah S.Sos
Berita acara
: peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual bagi anak disabilitas netra
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Ibu pasti sudah terbiasa menangani dan mengajarkan ilmu agama kepada anak disabilitas netra, menurut ibu bagaimana peran seorang pembimbing agama dalam menanamkan ilmu ketauhidan kepada anak disabilitas netra ? (+) yah gitu, pembimbing harus bisa mengarahkan dan mengayomi anak-anak didiknya supaya memiliki moral dan etika yang baik, yang paling utama pembimbing harus menjadi contoh yang baik pula contohnya seorang pembimbing harus bisa menjaga sikapnya dan memiliki kelakuan baik atau akhlakul karimah, dan memberikan sedikit bayangan-bayangan kehidupan yang akan mereka jalani nanti ibaratnya sebagai modal mereka untuk lebih bisa memahami arti kehidupan, seperti itulah. Karena tugas pembimbing agama disini yaitu mengajarkan setap anak disabilitas netra untuk bisa bersosialisai dan berkomunikasi dengan baik, menanamkan akhlak yang baik kepada setiap anak disabilitas netra akan mempermudah mereka beradaptasi, karena bila seorang memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik mereka akan selalu di terima dengan baik di manapun mereka berada. (?) Pendekatan apa yang digunakan ibu sebagai pembimbing agama dalam menanamkan ilmu ketauhidan kepada anak disabilitas netra?
(+) wah, kalau itu sih saya tidak memakai pendekatan yang secara khusus memberikan materi tentang agama yang berhubungan ketuhanan metode yang di gunakan ceramah, diskusi, dan praktek, ya karena kita lihat sendiri bagaimana keadaan anak tersebut, mungkin setelah di berikan materi diadakannya tanya jawab dan di akhir di berikan kesimpulan, karena saya juga memegang beberapa anak yang menjadi tanggung jawab saya selama di panti, saya berupaya bagaimana selayaknya tugas orang tua kepada anaknya, yaitu mengarahkan dan memberikan nasihat-nasihat yang bisa membangun kepribadian mereka dengan baik, dan para peksos juga mengadakan evaluasi setiap sebulan untuk melihat apa yang harus di perbaiki dalam membimbing dan apa yang harus di tambahkan lagi, dan pantipun mempunyai kegiatan case conference, untuk bisa mengevaluasi anak-anak yang masih ada kendala atau permasalahan selama di panti. (?) Bagaimana ibu membantu seorang anak yang mempunyai masalah ? (+) karena, saya juga salah satu peksos yang mendapatkan tugas untuk bertanggung jawab mengontrol dan mengasuh beberapa orang anak, kalau ada permasalahan yang menimpa anak asuh saya kalau sekiranya tidak merugikan panti hanya permasalahan personal, mungkin saya merangkulnya, menenangkannya, dan sama-sama membantu dalam mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan anak tersebut, ya.. dengan sedikit nasihat, karena saya menyayangi mereka seperti anak saya sendiri. Apalagi saya kasihan dengan keadaan mereka, mungkin yang tadinya punya cita-cita dan tidak bisa menggapainya, saya sangat empati sekali kepada anak-anak asuh saya.
Bekasi, 24 Juli 2013 Pewawancara
Sri Yulianah
Yang diwawancara
Tasuah
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Rabu, 24 Juli 2013
Waktu
: 11.00 – 12.00 WIB
Tempat
: di ruangan peksos (pekerja sosial)
Yang di wawancarai
: Dra. Prasetiawati
Berita acara
: peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual bagi anak disabilitas netra
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Bagaimana menurut ibu mengenai peran pembimbing agama dalam mengajarkan cara mengendalikan emosi anak disabilitas netra ? (+) Ya. Menurut saya tentang peran pembimbing Agama dalam mengajarkan cara mengendalikan emosi anak distabilitas netra itu harus bener-bener ekstra sabar. Karena materi yang akan disampaikan kepada si anak distabilitas netra itu butuh konsentrasi penuh apa yang disampaikan atau di bicarakan bisa di cerna dengan baik segingga bisa di mengerti. Pembimbing membantu anak disabilitas netra untuk memperbaiki kondisi mereka yang di pandang kurang baik. bahwa tugas seorang pembimbing tidak sama dengan seorang pengajar sebab seorang pembimbing agama di panti sosial bina netra “Tan Miyat” beliau bertugas selain mengajar juga mengarahkan, memantau dan mengayomi anak didik terhadap seluruh kehidupannya di panti guna menjadi mereka manusia yang Berguna bagi dirinya dan masyarakat sekitar. (?) Pendekatan apa yang digunakan pembimbing agama dalam mengajarkan cara mengendalikan emosi terhadap anak disabilitas netra ? (+) Pendekatan yang akan diajarkan kepada anak distabilitas netra dalam mengendalikasi emosi nya. Menurut saya dilihat dari segi aspek psikologis digunakan pada saat mencoba mendekati si anak dalam rangka mehami
kepribadian dan kejiwaan serta gejolak jiwa anak distabilitas netra yang disesuaikan dengan perkembangan si anak. Dan dilihat dari segi aspek sosiologis yaitu beusaha mendorong terwujudnya hubungan antara pribadinya dengan masyarakat sehingga dia mampu beradaptasi. Menurut pandangan saya anak disabilitas netra lebih banyak permasalahan di aspek sosiologis. Karena kalo misalnya sosiologis anak terganggu secara otomatis psikologisnya berpengaruh. Makanya menimbulkan gejolak kejiwaan emosional si anak kurang baik. Dan selanjutnya pendekatan dari segi aspek kultural yaitu dnegan cara mengetahui budaya dia dan mengetahui dimana daerah dia tinggal. Dan yang terakhir pendekatan dengan Agama yaitu deberikannya penjelasan dan pemahaman melalui pendidikan ilmu Agama bahwa ilmu Agama mempunyai istimewa sendiri untuk anak disabilitas netra. Dengan begitu si anak tidak berputus asa dan patah semangat untuk meneriman keadaannya tersebut. (?) Bagaimana ibu bisa memberikan motivasi kepada anak-anak disabilitas netra melalui visi dan nilai-nilai agama? (+) ya, kamu tau kan saya di sini sebagai pembimbing mental spiritual, ya sudah semestinya tugas saya untuk memberi motivasi kepada anak-anak disini, biasanya saya memberikan motivasi bukan hanya di jadwal bimbingan saja, namun setiap ada bimbingan saya ikut berpartisipasi dalam membimbing dan saya selipkan kata-kata mutiara atau kata-kata motivasi hidup, ya biasanya kata-kata itu saya dapatkan dari internet, saya selalu mencari bahan-bahan dan metode yang tepat untuk bisa di sampaikan kepada anak-anak panti, ya seperti saat itu, waktu saya menyuruh kamu untuk memberikan bimbingan, ada pelajaran yang saya dapatkan, ya seperti permainan supaya anak-anak tidak tegang atau membuat suasana bimbingan menjadi nyaman seperti sedang bincang-bincang biasa, namun disana kamu selipkan makna-makna kehidupan, serta kamu pun memberikan gambaran bahwa merela jauh lebih beruntung dari manusia lainnya, dan saya melihat anak-anak sangat antusias mendengarkan materi yang kamu sampaikan, dan banyak pembimbing juga yang menggunakan metode yang kamu ajarkan, seperti ucapan salam hai hello itu, dan permainan salam jepang yang kamu maksud. Dan kalau masalah cara memotivasikan seorang motivator terlebih dahulu harus mengetahui akan pengertian dari motivasi itu sendiri, yaitu kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu, jadi seorang motivator adalah pemberian semangat dan penggerakan terhadap anak disabilitas netra agar mereka bisa mendapatkan tujuan hidup mereka dan dapat menggapai apa yang mereka cita-citakan, namun dibalik itu semua anak
disabilitas netra juga harus memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya agar keduanya bisa saling melengkapi guna tercipta cita-cita yang mereka harapkan, namun, sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri. Materi yang saya sampaikan berkaitan dengan visi dan nilai-nilai agama, kalo saya memberikan bimbingan biasanya saya selalu berpatokan pada suri tauladan nabi, dan saya pun memberikan materi tentang anak-anak soleh, di sana banyak contoh-contoh yang bisa di ambil untuk pembelajaran anak-anak panti, dan biasamya sih kalo saya ceritakan tentang kesabaran nabi mereka sangat antusias, makanya saya sering membuka-buka kembali kisah 25 nabi, untuk menjadi bahan materi saya dalam bimbingan. Anda tau sendirikan dari kisah-kisah nabi banyak pembelajaran yang di dapat misalnya sifat-sifat terpuji nabi, kesabarannya, pembelajaran kehidupanpun ada, jadi sudah terkemas dalam satu paket menurut saya, hahaha
Bekasi, 24 Juli 2013 Pewawancara
Yang diwawancara
Sri Yulianah
Prasetiawati
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Kamis, 18 Juli 2013
Waktu
: 15.30 – 16.00 WIB
Tempat Miyat”
: di ruang makan putra panti sosial bina netra “Tan
Yang di wawancarai
: AP
Berita acara
: Tugas dan program peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual bagi anak disabilitas netra
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Apa pendapat kamu mengenai peran pembimbing agama untuk membuat kamu menjadi anak yang berakhlak mulia, menjadi pribadi yang kuat dari segi agama maupun segi sosial ? (+) Pembimbing membantu disabilitas netra menghindari kemungkinan terjadinya hambatan. beberapa anak disabilitas netra mengatakan mereka menginginkan sosok seorang pembimbing yang benar-benar bisa mengarahkan, memahami dan mengerti, bisa menjadi sahabat, orang tua, dan guru, sosok pembimbing yang bisa memberikan kasih sayang dan mengajarkan ilmu-ilmu agama supaya bisa membedakan mana yang hak dan yang bathil, ilmu-ilmu umum yang bermanfaat bagi diri sendiri untuk bekal saya nantinya setelah tidak lagi tinggal di panti sosial bina netra “Tan Miyat” ini. (?) pendekatan apa yang digunakan pembimbing agama saat memberikan materi atau saat di luar jadwal bimbingan ?
(+) yaa, kurang tau ya pendekatan apa, biasanya pembimbing memberikan materi trus abis itu kita tanya jawab, ya kalau pun ada permasalahan biasanya kita sering minta nasihat ke pembimbing yang sekiranya bisa membantu saya untuk memecahkan masalah, dan pembimbing disini benar-benar bersahabat, pelayanan kepada kamipun cukup baik, pengajaran yang diberikan cukup di pahami oleh kami, walau kadang sedikit menjenuhkan, dan biasanya pembimbing mengatasinya dengan membaca shalawat, atau kalau ada yang ngantuk di suruh wudhu biar seger lagi. (?) Menurut anda, Apa pendekatan tersebut sudah sesuai ? (+) ya, bagi saya sih ga ada yang salah dari pengajaran pembimbing cuman, sedikit di beri sentuhan apa gitu supaya bimbingan bisa lebih menarik, atau di pisah jadwalnya anak-anak dan dewasa tidak di gabungkan seperti itulah. (?) Apa bimbingan agama sangat membantu anda dalam perubahan sikap yang lebih baik? (+) bimbingan agama sebenarnya sudah saya dapatkan dari orang tua saya, jadi bimbingan yang di berikan panti hanya melengkapi dari apa yang saya sudah pahami, banyak contoh-contoh dari suri tauladannya nabi, yang membuat saya untuk bisa menjadi manusia yang lebih baim lagi, karena pembimbing disini sudah seperti orang tua saya sendiri dan mereka pun sebaliknya, kami didik disini agar bisa menjadi pribadi yang mandiri dan beramal soleh, karena seperti tulisan yang ada di panti, bahwa kecacatan bukan akhir dari segalanya, dan seperti ucapannya pak son haji, kalu kita yakin kita bisa, pasti bisa, semua harus di awali dengan keyakinan, sama halnya kita yakin dengan tuhan kita, maka keberkahan hidup yang kita dapatkan.
Bekasi, 18 Juli 2013 Pewawancara
Yang diwawancara
Sri Yulianah
AP
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Jum’at, 26 Juli 2013
Waktu
: 15.30 – 16.00 WIB
Tempat Miyat”
: di ruang makan putra panti sosial bina netra “Tan
Yang di wawancarai
: TS
Berita acara
: Tugas dan program peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual bagi anak disabilitas netra
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Bagaimana menurut kamu tentang peran pembimbing agama agar para anak panti memahami ilmu-ilmu agama ? (+) ya cukup baiklah, apalagi yang di bahas ilmu-ilmu agama, ya misalnya dalam hukum-hukum fiqih, mengetahui mana yang haram dan mana yang makruh kadang bercampur aduk, maka disini di butuhkan pembimbing, ya kalo kita ga tau hukum ya bakal kacau lah kehidupannya, ga bakal ad keberkahan nantinya (?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan spiritual itu? (+) waduh, apa ya??? Beberapa pembimbing ada yang bertindak seperti teman ada juga sih yang menjadi sosok orang tua, tergantung dari pembimbing itu
sendiri, ada juga yang tegas namun mudah di mengerti, macem-macem lah cara pembimbing dalam memberikan bimbingan. (?) Apa Anda merasakan perubahan selama menerima bimbingan ? (+) ya pasti adalah kan pembimbing tugasnya memberikan kita bekal, agar nanti kita bisa siap bila suatu saat kita sudah keluar dari panti, dan mereka pun ga secepat itu melepaskan kita, kita keluar dari panti masih di kontrol selama setahun, jadi kita disini benar-benar terjamin, perubahan yang saya rasakan yang tadinya saya terhenti dalam mengaji karena saya sudah tidak bisa melihat, sekarang saya jadi bisa mengaji lagi karena ternyata ada Al-Qur’an yang bisa di baca oleh tunanetra bisa di bilang menggunakan huruf braile, dan itu ya mba, saya baru bisa membaca itupun 2 tahun loh, kita belajar benarbenar dari awal kayak Iqra’ dulu baru juz a’ma, dan lanjut ke Al-Qur’an deh, dan dari sikap mungkin saya jadi bisa lebih dewasa ya, karena banyak nasihat-nasihat yang diberikan, dan banyak pelajaran yang saya dapat juga dari anak-anak panti yang senasib sama saya, intinya mah panti ini berperan banged untuk kehidupan saya kedepan nanti, saya berharap sih, saya bisa berguna selain untuk diri saya, berguna pula untuk keluarga saya dan orang di sekitar saya, kan saya ga mau tergantung terus atuh mba sama orang lain, setidaknya saya juga harus memiki tujuan hidup apa yang mau saya kerjakan nantinya. Saya sih sangat berterima kasih pada panti, ya kalo ga ada panti ini yang menyediakan fasilitas pengajaran yang layak untuk tunanetra mungkin bakal banyak tunanetra yang tidak terurus dan lebih parahnya hanya akan meminta-minta di jalan, apalagi yang ada di panti ini mayoritas dari keluarga yang kurang mampu, makanya panti ini benar-benar berjasa untuk saya. (?) Bagaimana harapan kamu terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di panti sosial bina netra “Tan Miyat” Bekasi ?
(+) Mereka juga mengharapkan pembimbing bisa mendidik mereka yang masih jauh dari pengetahuan agama, apalagi mereka benar-benar belajar dari awal lagi, karena Al-Qur’an braile berbeda cara membacanya, maka bagi mereka akan sulit untuk membacanya bila tidak di dampingi oleh pembimbing, dalam hal beribadah atau hukum islam pun mereka masih perlu bimbingan, bagi mereka ibadah sangat berpengaruh dikehidupan apalagi dalam mengontrol emosi atau memberikan rasa tenang dan memecahkan setiap masalah yang mereka hadapi, disinilah pentingnya pembimbing menanamkan pemahaman spiritual kepada anak disabilitas netra, serta memberikan mereka
keterampilan atau skill individu yang nantinya bisa menghasilkan materi bagi dirinya setelah keluar dari panti sosial ini. Apalagi banyak fasilitas di panti ini contohnya pelatihan shiatzhu, massage, komputer, musik, pramuka, dll.
Bekasi, 26 Juli 2013 Pewawancara
Yang diwawancara
Sri Yulianah
TS
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Jum’at, 25 Juli 2013
Waktu
: 13.51 – Selesai WIB
Tempat
: di taman panti sosial bina netra “Tan Miyat”
Yang di wawancarai
: IS
Berita acara
: Harapan disabilitas netra terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di PSBN
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Apa peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual anak disabilitas netra ? (+) Dan itupun Sepaham dengan keinginan dari disabilitas netra Bagi kami ibadah sangat berpengaruh dikehidupan apalagi dalam mengontrol emosi atau memberikan rasa tenang dan memecahkan setiap masalah yang mereka hadapi, disinilah pentingnya peran pembimbing Agama kepada kami, serta memberikan kami keterampilan atau skill individu yang nantinya bisa menghasilkan dan berguna bagi kami setelah keluar dari panti sosial ini. (?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra ? (+) ya biasa, pendekatan sebagai seorang pembimbing saja, memberikan materi, dan setelah itu tanya jawab, namun, kalo di luar bimbingan biasanya kalo ga pembimbingnya, biasanya saya yang nyamperin ya.. sekedar curhat atau menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan materi yang disampaikan, atau sekedar ngobrol-ngobrol biasa. (?) Bagaimana harapan kamu terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di panti sosial bina netra “Tan Miyat” Bekasi ?
(+) saya berharap agar saya mendapatkan pendidikan yang baik, mempunyai keterampilan yang mungkin bisa membantu saya di kehidupannya nanti, kan.. tidak selamanya saya akan tergantung terus dengan orang lain, sayapun ingin bisa mengaji, shalat, dan melakukan kegiatan sehari-hari yang dilakukan orang normal lainnya, walaupun dengan keterbatasannya, setidaknya berguna untuk diri sendiri dulu lah, dan supaya saya tidak melupakan kewajiban seorang muslim, dan saya pun mengikuti latihan lari karena saya suka lari dan sempat kemarin saya juara 1 di bandung loh. Awalnya ga nyangka bakal menang saingannya lumayan tangguh dan ternyata hasil pengumumannya saya yang juara 1, sempet nangis karena syok saya pikir kalah, hehehee
Bekasi, 25 Juli 2013 Pewawancara
Sri Yulianah
Yang diwawancara
IS
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal
: Jum’at, 26 Juli 2013
Waktu
: 16.24 - selesai WIB
Tempat
: di taman panti sosial bina netra “Tan Miyat”
Yang di wawancarai
: MFF
Berita acara
: Harapan disabilitas netra terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di PSBN
Interviewer
: (?)
Interviewee
: (+)
(?) Apa peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual anak disabilitas netra ? (+) kalo itu sih mba, apa ya, bagi saya peran pembimbing agama banyak mempengaruhi saya, ya contohnya pak son haji salah satu pembimbing disini mba, mungkin karena beliau sama kayak saya sama-sama gak bisa liat, banyak pengalaman hidup yang beliau ceritakan yang mungkin bisa jadi pembelajaran saya ke depan, jadi saya ada sedikit gambaran mau apa saya nanti ke depannya, beliaupun gak pernah membuat jarak ke anak-anak panti, jadi banyak anak panti yang lain meminta nasihat ke pak son haji, atau malah sharing permasalahan agama ataupun yang lain, dan saya pun di ajarkan membaca Al-Qur’an braile dari beliau, beliau cukup sabar dalam mengajar, dan gak segan-segan juga nerima kritik dari anak-anak yang lain kalau memang beliau ada kesalahan saat bimbingan. Nah disitu mba bisa liat kan peran pembimbing agama, itu saya beri contoh dari salah satu pembimbing disini, sebenarnya pembimbing yang lain pun sama banyak membantu saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan membantu saya untuk memiliki keterampilan, ya syukur-syukur bisa memberikan saya penghasilan, karena keterampilan yang di ajarkan itu bisa menghasilkan contohnya shiatzu dan masagge.
(?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual terhadap anak disabilitas netra ? (+) pembimbing dia secara langsung memberikan bimbingan contohnya bimbingan shalat atau bimbingan wudhu ya karena saya itu mempunyai keterbatasan, pembimbing menuntun dan memantau secara langsung dan di bantu dengan pekerja sosial yang lain. Dan saat mengajipun satu persatu di tes saat membaca ayat Al-Qur’an braile, saya alhamdulillah sekarang sudah bisa membaca Al-Qur’an, dan kedua orang tua saya pun senang mendengarkan saya saat membaca Al-Qur’an. (?) Apa pendekatan tersebut sudah sesuai menurut ? (+) yaa.. menurut penilaian saya sih, itu sudah cukup baik, pendekatan pembimbing dengan sama-sama mempunyai keterbatasan, mungkin bisa lebih mengena ke saya apalagi bila mengajarkannya dengan satu persatu tersebut jadi seakan lebih terarah. Saya sebagai anak yang di asuh di panti berharap banyak kepada pembimbing untuk bisa memberikan perubahan yang baik kepada saya. Yaa.. mungkin bisa berguna untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. (?) Bagaimana harapan anda terhadap peran pembimbing agama dalam menanamkan kecerdasan spiritual di panti sosial bina netra “Tan Miyat” Bekasi ? (+) Saya berharap bimbingan mengenai ilmu-ilmu agama bisa membantu saya dalam menahan emosinya, memahami Agama tentunya Agama islam agar bisa lebih baik lagi menjalankan ibadah, bisa melanjutkan kehidupan dan mengetahui tujuan hidup lagi. Berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Karenakan saya itu mengalami kebutaan sejak usia 3 bulan, karena kelainan bentuk mata, jadi kadang emosi saya naik turun. Saya mempercayakan kepembimbing untuk mengajari saya untuk menjadi lebih baik lagi.
Bekasi, 26 Juli 2013 Pewawancara
Yang diwawancara
Sri Yulianah
MFF
Lampiran Foto-Foto
Pengajian Pada Hari Rabu Dari Darul Mustofa
Bimbingan Agama Untuk Anak Orientasi
Kegiatan Olahraga Pada Hari Jum’at
Kegiatan Bimbingan Agama Mengaji Al-Qur’an Setiap Jam 2 Siang
Kegiatan Bimbingan Fisik Melatih Anak Disabilitas Netra Baris-berbaris
Kegiatan Bimbingan Keterampilan Pengajaran Huruf Braile
Bimbingan Keterampilan ADL
Bimbingan Keterampilan ADL
Kegiatan Makan Siang Bersama
Kegiatan Bimbingan Agama Pada Bulan Ramadhan
Kegitan Bimbingan Agama Penghafalan Juz’ama
Kegiatan Bimbingan Sosial