PELAYANAN SOSIAL BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI PANTI SOSIAL BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Muhammad Akmal NIM : 105054102078
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 04 Desember 2009
Muhammad Akmal NIM:105054102078
PELAYANAN SOSIAL BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI PANTI SOSIAL BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Muhammad Akmal NIM : 105054102078
Pembimbing,
Ismet Firdaus, M.Si NIP : 150411196
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “PELAYANAN SOSIAL BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI PANTI SOSIAL BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat tanggal 04 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) program S1 pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam/Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta, 04 Desember 2009 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,
Sekreteris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Jalal, MA NIP. 19520422 198103 1 022
Dra. Halimah SM, M.Ag NIP.19590413 199603 2 001
Penguji I
Dra. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 19610422 199003 2 001
Penguji II
Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW NIP. 19740101 200112 2 003
Pembimbing Skripsi
Ismet Firdaus, M.Si NIP. 150411196
Seuntai Kata Dari Peneliti Skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan untuk kebutuhan kesinambungan. Disamping itu juga memang menjadi kewajiban peneliti guna menyelesaikan kuliah untuk menjadi seorang Sarjana Sosial Islam, tetapi peneliti juga ingin mengatakan untaian ini sebagai hadiah untuk anda khususnya yang sedang membaca. Peneliti mencoba membuat dari bahan-bahan kesungguhan, keseriusan dan ketekunan walaupun kurang focus dalam menjalankannya. Peneliti ramu dengan ilmu dan pengalaman selama kuliah dan praktikum II. Peneliti aduk sambil terus memberikan bumbu-bumbu kebersamaan dan kekeluargaan, agar rasanya benar-benar spesial. Kemudian peneliti panaskan ditungku kesabaran. Peneliti tunggu hingga matang benar di beranda kesabaran. Sesekali peneliti memercikkan tungku tersebut dengan air mata karena ingin membuat bangga sahabat-sahabat dan orang-orang yang menyayangi peneliti. Setelah itu peneliti angkat, walaupun peneliti tau dan sadar belum matang, mungkin hingga saat ini masih jauh dari matang. Tetapi peneliti mencoba mengangkatnya karena peneliti ingin mempersembahkannya kepada anda (sahabat-sahabat, orang-orang yang menyayangi peneliti, PSBK tempat Peneliti melakukan penelitian/skripsi ini dan adik-adik kelas peneliti). Setelah di angkat lalu peneliti bungkus dan hiasi dengan hiasan keikhlasan. Sungguh peneliti tak sungkan untuk memberikan cepat kepada anda dan peneliti menginginkan ini segera dibuka, lalu dicicipi. Karena belum matang, maka harus dimatangkan kembali. Kemudian anda dapat mengolahnya dengan olahan yang jauh lebih baik dari peneliti yang persembahkan ini. Peneliti berharap nantinya anda dapat memberikan hadiah kepada saudara peneliti yang lainnya yang tentu sudah matang dan jauh lebih baik dari persembahan peneliti ini. Muhammad AkMaL
ABSTRAK Muhammad Akmal Pelayanan Sosial Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi Masalah sosial Gelandangan Pengemis (gepeng) merupakan fenomena sosial yang tidak bisa di hindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di daerah perkotaan (kota-kota besar). Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan masalah ini adalah kemiskinan. Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap meningkatnya arus urbanisasi dari daerah pedesaan ke kota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan penduduk dan daerah-daerah kumuh yang menjadi pemukiman para urban tersebut. Sulit dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, serta terbatasnya pengetahuan dan keterampilan menyebabkan mereka banyak yang mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dengan terpaksa menjadi gelandangan dan pengemis. Selama ini, berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat melalui pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dengan system panti maupun non panti, namun belum menunjukan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan antara lain karena besaran permasalahan yang tidak seimbang dengan jangkauan pelayanan, keterbatasan SDM, dana, sarana dan prasarana serta kualitas pelayanan yang masih bervariasi. Disamping itu, dampak dari pemberlakuan Otonomi Daerah yakni menimbulkan Keberagaman persepsi dan upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial di berbagai daerah. Untuk memperluas jangkauan pelayanan, Departemen Sosial RI juga berupaya melibatkan masyarakat dalam setiap pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis namun hasilnya belum optimal. Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana pelayanan sosial terhadap gelandangan dan pengemis dalam bentuk rehabilitatif atau panti. Dengan proses wawancara dan observasi. Melalui analisis data hasil penelitian dengan memilih informan yang dipilih secara sengaja dapat diketahui bahwa tahapan pelayanan sosial yang dilakukan melalui sistem panti diantaranya adalah: tahapan pendekatan awal, tahapan penerimaan, tahapan assessment, tahapan bimbingan mental, sosial, fisik dan keterampilan, tahapan resosialisasi, tahapan penyaluran, tahapan bimbingan lanjut, tahapan evaluasi, dan tahapan pengakhiran pelayanan atau terminasi. Serta dapat diketahui mengenai jenis-jenis pelayanan, yaitu pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan konseling, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan keterampilan, pelayanan bimbingan mental, pelayanan rekreasi dan hiburan. Temuan lapangan yang menarik pada penelitian di PSBK ini yaitu pada pelayanan kebutuhan pangan yaitu WBS mengolah sendiri bahan-bahan mentah untuk makan sehari-hari mereka. Itulah pelayanan yang di dapatkan oleh gelandangan dan pengemis di PSBK tersebut.
i
KATA PENGANTAR Puji serta syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT atas berbagai macam nikmatNya terutama nikmat sehat wal afiat dan umur panjang sehingga peneliti dapat menjalankan penelitian di PSBK dengan diberikan kemudahan, kelancaran dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini di PSBK dapat diselesaikan pada waktunya adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak, untuk itu selayaknya peneliti sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memotivasi kepada mahasiswanya. 4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan kesejahteraan Sosial UIN Jakarta dan juga sekaligus selaku Pembimbing Skripsi yang terus bersabar dan menyempatkan waktu serta selalu memberikan motivasi, dorongan, perhatian, arahan, masukan dan saran-sarannya serta kritik kepada peneliti selama dalam penyusunan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak pak. 5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi umumnya dan khusunya dosen dan staf pengajar pada program studi Kesejahteraan Sosial serta seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dorongan, wacana, wawasan, intelektualitas yang telah ditularkan kepada peneliti selama berada dan mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Drs. Sebak Singkali, sebagai Kepala Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi yang telah memberikan izin, menerima dan informasi kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di PSBK ini. Dan Bapak Drs. Lusinto, sebagai Ka.Subbag Tata Usaha Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi yang telah menerima peneliti dengan baik dan memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian di PSBK ini serta membantu memberikan informasi mengenai kelembagaan panti kepada peneliti.
ii
7. Ibu Dra. Dewi Kania, sebagai Ka.Sie Rehsos, Bapak Drs. Sugiono, sebagai Ka.Sie PAS, Ibu Dra. Shinta Lestari, sebagai Koordinator Pekerja Sosial, Ibu Dra. Laila Kurniati Akbariah, sebagai Penanggung Jawab Rehabilitasi Sosial dan Ibu Dra. Yuyun Susilawati, sebagai Penanggung Jawab Program & Advokasi Sosial Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi yang telah banyak membantu memberikan masukan-masukan, saran-saran, dorongan, semangat, membantu dan mengarahkan peneliti serta memberikan informasi dan data-data mengenai panti dalam mengadakan penelitian skripsi di panti ini. 8. Seluruh Pekerja Sosial, staf, pegawai, karyawan, pembimbing, pegawai honorer, pegawai security dan kepada semua pihak yang namanya tidak disebutkan satu demi satu di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada peneliti dalam mengadakan penelitian di PSBK ini. 9. Para Warga Binaan Sosial Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi Angkatan I 2009 yang telah membantu, menerima dan menyambut baik dengan ramah kehadiran peneliti selama proses penelitian berlangsung sungguh pengalaman dan kenangan ini tak mungkin peneliti lupakan. 10. Setinggi-tingginya penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Ayah Ustadz H. Cholid yang selalu mendorong peneliti untuk maju dan memotivasi dengan semangat yang tinggi, kepada Mamah calon Hj, Mamah Nena Harnawati yang juga selalu memotivasi peneliti untuk segera lulus cepat, kedua orang tua peneliti yang penuh kasih sayang dan kesabarannya, perhatiannya telah memberikan dorongan moril maupun materil dan selalu senantiasa memanjatkan doa untuk anak-anaknya agar sukses dan khususnya tercapainya cita-cita peneliti menjadi seorang sarjana. Semoga Allah SWT membalas pengorbanan mereka dengan gajaran yang berlipat ganda, Amiiin. Bang Dani yang juga sama-sama kuliah semoga skripsi ini menjadi motivasi untuk menyusul dan lulus cepat, ditunggu bang kelulusannya buat Ayah dan Mamah kita bangga, Ade Eki yang masih kelas 3 SMA Abang selalu do’ain semoga menjadi anak yang nurut, sholeh & berbakti pada orang tua menjadi kebanggaan Ayah dan Mamah nantinya, semoga UAN nanti diberi kelulusan nilai yang terbaik dan dapat melanjutkan kuliah seperti abang-abangnya de, Amiiin. 11. Keluarga besar Abi Engkong KH. Abdul Hamid, Almh Umi dan Hj. Hanifah (Aci Ipah) yang telah mengasuh dan tinggal bersama-sama diKebayoran dari kecil TK, SD, SMP, SMA terima kasih peneliti belum bisa mengasih apa-apa hanya doa dan harapan semoga Allah SWT membalas apa yang telah diberikan kalian kepada peneliti hingga saat ini. iii
12. Seluruh keluarga besar Mimih Hj. Mimin Rukmini yang telah banyak mendoakan dan memotivasi peneliti untuk menyelesaikan kuliah sehingga dapat menyusul Aa Yusdi, Aa Agung, Aa Bayu dan Aa Irfan dan semoga kita selalu dapat bersilaturrahim. 13. Sahabat-sahabat Jurusan Kesejahteraan Sosial satu Angkatan 2005 terima kasih atas masukan, saran dan dukungannya tanpa terasa empat tahun kuliah bersama-sama dan sekarang harus berpisah tapi tenang berpisahnya karena selesai kuliah dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi semoga kedepannya kita dapat berkumpul bersama-sama kembali. Ane do’akan semoga kita kedepan menjadi orang yang sukses dan mengamalkan ilmu yang telah kita dapat dibangku kuliah serta menjadi pekerja sosial dimanapun kita berada dan mengembangkan Bidang Kesejahteraan Sosial. 14. Sahabat–sahabat dan Kader Dakwah Aktifis Dakwah Kampus (ADK) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syahid Khususnya Angkatan 2005, empat tahun tanpa terasa di kampus UIN syahid Jakarta bersama-sama berjuang dan berdakwah serta merajut ukhuwah dan menjalin cinta serta mengharapkan ridho-Nya. Kepada yang telah lulus syukron atas do’a dan semangatnya yang telah di berikan dan kepada yang belum lulus semoga dapat termotivasi dan menyusul ane serta teman-teman yang telah lulus duluan, Semoga setelah keluar dari kampus tercinta ini Ukhuwah, Silaturrahim dan kekeluargaan yang telah kita rajut dan jalin tetap terpelihara hingga masa tua. Amiiin. 15. Sahabat–sahabat dan Kader Dakwah Aktifis Dakwah Sekolah (ADS) Ikatan Alumni Rohis (IAR SMAN 29) khususnya dari tahun 2000 sampai dengan 2009 serta Pengurus dan Anggota Rohis SMAN 29 Jakarta kelas X, XI, dan XI pada tahun 2009 ini. Terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan dan motivasinya kepada peneliti sehingga peneliti dapat bangkit dan mengatur strategi untuk menjalani hidup ini. Ane selalu berdoa agar anak-anak Rohis yang menolong Agama Allah di SMAN 29 dan pasti Allah akan menolong kita, janji Allah akan pasti dan terbukti dari Alumni-alumni kita terdahulu hingga sekarang mereka sukses-sukses dan selanjutnya antumlah yang merasakannya. Amiin. Allahu Akbar…………!!! 16. Sahabat–sahabat dan teman-teman SMAN 29 Jakarta Angkatan 2005 khususnya Rohis tercinta Ikhwannya Mukhlisin, Irfan, Yunan, Hafidz, Naufal, Anfal, Hendra, dll dan Akhwatnya Izzaty, Ria, Dita, Neneng, dll semoga Ukhuwah yang telah terjalin ini ada awal tapi tiada akhir dan kita selalu menjaga silaturrahim hingga akhir hayat kita,Amiiin. Tiada masa yang paling indah, masa-masa disekolah, tiada kisah yang paling indah yaitu kisah kisah di Rohis SMAN 29 tercinta. Dari Rihislah ku temui kesuksesan saat ini. iv
17. Sahabat–sahabat dan Kader Dakwah Aktifis Dakwah Masyarakat (ADM) Ikatan Remaja Masjid Al-Mustaqim (IRMA) Ikhwan Wawan, Acim, Irfan, Bakti, Akbar, Ari, Boby, Wariso, Yogi, Ridho, dll dan Akhwat KakaKu ka Citra, Puji, Ita, Desi, Shintya, Sundari, Aulia, Leiny, Anggi, dll terima kasih atas do’a dan dukungannya serta kepada para pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Mustaqim Komplek Depsos Cikarang Barat Bekasi dan Para pengurus RW.08 Komplek Depsos serta teman-teman Karang Taruna. Semoga setelah wisuda ini dapat berkontribusi lagi lebih banyak.
Peneliti sebagai manusia biasa yang lemah meminta maaf jika selama menjalankan penelitian di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi terdapat kekurangan dan kesalahan pada diri peneliti. Peneliti sadari bahwa dalam menjalankan penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini secara kualitas masih jauh dari kesempurnaan dan skripsi ini tentu saja bukan suatu karya yang sempurna serta bebas dari kesalahan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dapat menjadikan peneliti lebih baik di masa yang akan datang, peneliti sambut dengan lapang dada dan ucapan terima kasih. Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya terutama dalam memajukan Bidang Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 04 Desember 2009
Muhammad Akmal Peneliti
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ………………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….....
ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….
x
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis ………….………………………………. 10 2. Manfaat Akademis ………………………………………. 11 D. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian ……………………………………. 11 2. Jenis Penelitian …………………………………………… 12 3. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………. 12 4. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….. 13 5. Teknik Pengumpulan Informan ………………………….. 14 6. Sumber Data ……………………………………………… 15 7. Teknik Pencatatan Data …………………………………... 15 8. Analisa Data ……………………………………………… 15 9. Keabsahan Data ………………………………………….. 16 E. Sitematika Penulisan …………………………………………. 17
BAB II
LANDASAN TEORI …………………………………………… 19 A. Definisi Pelayanan Sosial …………………………………….. 19 B. Definisi Panti Sosial ………………………………………….. 24 C. Pelayanan Sosial Berbasis Panti ……………………………… 25 D. Gelandangan dan Pengemis ………………………………….. 26 1. Pengertian Gelandangan dan Pengemis ………………….. 26 2. Permasalahan Sosial Gelandangan dan Pengemis ………… 27
vi
3. Prinsip-prinsip Penanganan Gelandangan dan Pengemis … 29 4. Masalah Penanganan dan Indikator Keberhasilan ……….. 31
BAB III
GAMBARAN UMUM PSBK PANTI SOSIAL BINA KARYA “PANGUDI LUHUR” BEKASI ……………..
32
A. Profil PSBK dan Sejarah Berdirinya ………………………… 32 B. Visi dan Misi …………………………………………………. 32 C. Tugas Pokok, Tujuan dan Fungsi Lembaga ………………….. 33 D. Struktur Organisasi PSBK …………………………………… 34 E. Mekanisme Kerja …………………………………………….. 36 F. Komposisi Pegawai ……………………………………........... 37 G. Landasan Hukum …………………………………………….. 38 H. Sasaran dan Pelayanan ……………………………………….. 38 I. Persyaratan Calon Keluarga Binaan Sosial ………………....... 39 J. Kapasitas Tampung …………………………………………... 39 K. Proses Pelayanan …………………………………………....... 40 L. Pembiayaan Operasional …………………………………....... 43 M. Kerja Sama Lintas Sektoral ………………………………....... 43 N. Sarana dan Prasarana ……………………………………........ 43 O. Pembimbing Pondok Tahun 2009 ……………………………. 45 P. Jumlah WBS Kelayan Angkatan I Tahun 2009………………. 46
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA ……………………….
47
A. Tahapan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial …………………. 47 1. Tahapan Pendekatan Awal ……………………………...... 48 2. Tahapan Penerimaan ……………………………………… 53 3. Tahapan Assessment ……………………………………… 54 4. Tahapan Bimbingan Mental, Bimbingan Sosial, Bimbingan Fisik dan Keterampilan ………………………. 55 5. Tahapan Resosialisasi …………………………………….. 59 6. Tahapan Penyaluran ………………………………………. 60 7. Tahapan Bimbingan lanjut ………………………………... 60
vii
8. Tahapan Evaluasi …………………………………………. 63 9. Tahapan Pengakhiran Pelayanan atau Terminasi …………. 64 B. Jenis-jenis Pelayanan Sosial ………………………………….. 65 1. Pelayanan Pengasramaan …………………………………. 65 2. Pelayanan Kebutuhan Pangan …………………………….. 65 3. Pelayanan Konseling ……………………………………… 66 4. Pelayanan Kesehatan ……………………………………… 67 5. Pelayanan Pendidikan …………………………………….. 68 6. Pelayanan Keterampilan ………………………………….. 69 7. Pelayanan Bimbingan Mental …………………………….. 71 8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan …………………………. 72
BAB V
PENUTUP ………………………………………………………. 74 A. Kesimpulan …………………………………………………… 74 B. Saran ………………………………………………………….. 79
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 82 LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 84
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kerangka dan Jumlah Informan ………………………………………………
15
Tabel 3.1 Komposisi Pegawai Menurut Kedudukan dan Jabatan ………………………
38
Tabel 3.2 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan ……………………………
38
Tabel 3.3 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Golongan ……………………………..
39
Tabel 3.4 Daftar Nama-Nama Pembimbing Pondok …………………………………….
46
Tabel 3.5 Jumlah WBS Angkatan I Tahun 2009 ………………………………………...
47
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Pedoman dan Hasil Wawancara Pegawai PSBK
Lampiran II
: Pedoman dan Hasil Wawancara WBS / Klien
Lampiran III : Formulir Pendaftaran WBS Lampiran IV : File Rahasia WBS Lampiran V
: Jadwal Kegiatan Pelayanan di PSBK
Lampiran VI : Daftar Kurikulum Keterampilan Lampiran VII : Surat Pengajuan Judul Skripsi Lampiran VIII : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran IX : Surat Penelitian/Wawancara Lampiran X
: Dokumentasi Kegiatan di PSBK
Hasil Wawancara dengan Pegawai PSBK “Pangudi Luhur “ Bekasi Nama Jabatan Hari/Tanggal Tempat
: Ibu Dra. Dewi Kania : Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial : Senin, 27 Juli 2009 : Ruang Kerja Rehabilitasi Sosial
1. Bagaimana proses sosialisasi dan motivasi yang dilakukan oleh PSBK? Kita koordinasi sama instansi terkait ini, koordinasi dengan instansi terkait gituu.. nanti mereka yang menentukan, lokasi mana, kelurahan mana misalnya, kita turun kesana, motivasi juga begitu kantong-kantong kumuh dimana yang terbanyak gepengnya, tapi kita tetap korrdinasi kedinas kepenguasa wilayah, dari penguasa wilayah nanti menentukan. 2. Terus setelah itu caranya seperti apa bu? Apa dukumpulin orang-orangnya atau apa? Iya kitakan koordinasi nih kedinas, biasanya surat dianterin setelah koordinasi, entar kita koordinasi lagi lewat telepon, entar mereka ngumpulin calon-calon yang berminat, kita turun, sehari selesai, kita jangkauannya masih Jabotabek belum yang jauh-jauh meskipun ininyaa wbsnya dari seluruh Indonesia tapi jangkauan kita untuk sosialisasi masih Jabotabek karena terkait anggaran, gituu.. 3. Setelah mereka dikumpulin kemudian yang dilakukan oleh PSBK apa bu ? Iya turun kesana, petugas untuk sosialisasi langsung motivasi, langsung seleksi klo memang ada. 4. Terus apa yang dijelaskan disana bu? Program paaantilah, iya semua ga ada yang kita tutupin kita pait-pait langsung, kita ga janji yang manis-manis, yang pait-pait kita, makanya kalo mentalnya uda jatoh duluan ga kita rekrut, kita ga bilang pondoknya bagus seperti itu misalnya dibuat dari keramik, pokoknya kasih pondok tempat tinggal keadaan seperti ini masak sendiri, mck,mck rame-rame, makanya klo emang yang mau mundur, mundur sekarang gituu.. jangan sampe entar direkrut dibawa kesini, ga taunya minta pulang. 5. Faktor pendukung dan penghambatnya apa bu, biasanya pada saat itu? Pendukungnya ya kitakan didukung sama dinas setempat, tapi kadang-kadang yang jadi hambatannya dinas ini uda memotivasi duluan kemereka dengan janji-janji manis, janji muluk apa gitu, dibilang itu semacam kursus padahal kita bukan kursus beda loh, jadi pada banyak yang pulang, banyak yang ga mau akhirnya, padahal kita bukan kursus, kita ini panti, klo kursus bayar sini, kita minta bayarannya klo kursus, klo ini panti gratis memang, tapi jangan berharap seperti kursus dapat sertifikasi yang legal, yang istilahnya diakui untuk kerja, bukannya gitu, terus apa tingkatnya sampe mahir, kursus bayar, brapa juta bayar klo kursus, cuma jangka waktu satu bulan setengah aja tiga juta setengah bayar untuk montir, montir motor doaang belum spesifikasi yang itu. 6. Berapa banyak WBS yang ada sekarang ini di PSBK Angkatan ke II tahun 2009? Sekarang kurang lebih uda 200an 200 jiwa, iya sekarang angkatan ke II. 7. Itu dari mana aja bu? Dari mana-manaaaaa, uda susah klo ditanya dari mana-mana, dari mana-mana jawabannya, ada yang datang sendiri, ada yang hasil motivasi, ada yang kiriman dinas.
8. Kalau yang datang sendiri mereka tau dari tuh mana bu? Dari mulut kemulut, dari mulut kemulut mereka sering kena garukan, cape akhirnya datang kesini, gittuuuh. 9. Bagaimana prosedur atau criteria apa saja yang harus ditempuh oleh calon WBS agar dapat menjadi WBS di PSBK ini saat seleksi? Atau punya KTP atau gelandangan? Kita tuh tidak perlu KTP, namanya orang gelandangan mana punya KTP, tanpa KTP, tanpa keterangan, tanpa identitas yang jelaspun kita terima, gelandangan mana punya KTP, klo punya KTP bukan gelandangaaan, istilahnya, istilahnya ia urban kekota, mencari kerjaan ga dapet-dapet mau pulang kampung malu, akhirnya diem dijalanan padahal bukan gepeng murni dia, gittuuu. inikan jelas, berbadan sehat, tidak sedang berkaitan dengan hukum, teruuus, ya sehat jasmani rohani, tidak mempunyai penyakit menular, itu yang intinya. 10. Apa harapan PSBK terhadap WBS selama mereka mendapatkan pendidikan disini dan kedepannya setelah selesai dari pendidikan ini? Kan uda jelas kemaren selama praktek tau harapan PSBK, ya mereka memanfaatkan ilmu yang didapat disini sama paket yang diberikan jangan sampe dijual, dimanfaatkan untuk modal usaha, itu harapannya, jangan sampe mereka asalnya menggelandang kembali menggelandang itu harapan utamanya, iya tidak menggelandang, jadi dengan adanya bantuan stimulant, dengan adanya pembekalan keterampilan, terus segala bimbingan mental, itu mereka jangan sampe menggelandang lagi, gittuu harapan kita, iya harapannya itu. 11. Kendala apa yang menghambat pelaksanaan pendidikan selama ini? Jika ada, upaya-upaya apa saja yang dilakukan? Kendalanya penyaluraaan, penyaluran itu kalooo, kalo yang dari daerah, kiriman daerah itu gampang, kita kembalikan ke daerah, nah klo gelandangan murni, mau kita kemanakan selain transmigrasi sama kemarin sawit. 12. Terus kalau mereka tidak ikut kedua-duanya itu bu, yang sudah-sudah bagaimana? Ya kembali kejalan, itu yang sebenarnya kita ga mau, tapi mau di apakan uda mentalnya seperti itu, paket yang dikasih juga malah dijual, kalo gelandangan pengemiskan yang penting mereka punya uang prinsipnya, ga peduli cara apa, gittuuu. 13. Memang sampai sekarang belum ada solusinya bu? Kalo yang murni, paling solusinya hanya transmigrasi, tapi itupun kita melalui seleksi ketat, paling ga yang berjiwa petani, klo ga berjiwa petani, tetep-tetep balik kesini, balik lagi menggelandang lagi ketemu lagi di juanda, gambir, kan tau enam bulan. 14. Harapan PSBKkan tadi ibu sudah bilang, terus yang terjadi sampai saat ini, kenyataannya seperti apa bu? Harapankan tidak menggelandang, kenyataanya masih banyak yang kembali menggelandang, karena apa, pertama mereka pola pikirnya memang sudah terpola seperti itu, kedua sekarang istilahnya lapangan kerja aja, persaingan lapangan kerja ketat, jangankan mereka yang gelandangan, yang tidak punya keterampilan, tidak punya pendidikan, yang punya pendidikan aja S1 banyak yang nganggur, klo berbicara masalah lapangan kerja, makanya harapan kita itu dididik itu bisa mandiri, dibekelin bantuan stimulant paket dia bisa usaha, tapi yang namanya gelandangan pengemis.
Hasil Wawancara dengan Pegawai PSBK “Pangudi Luhur “ Bekasi Nama Jabatan Hari/Tanggal Tempat
: Ibu Amilya : Pekerja Sosial Penanggung Jawab Keterampilan : 13 Agustus 2009 : Ruang Konsultasi
1. Apa saja bimbingan yang ada di PSBK ini bu? Bimbingan keterampilan di PSBK itu merupakan ada 12 macam ilmu keterampilan tapi tingkatnya tingkat dasar, jadi untuk tingkat terampil kita melaksanakan PKL, PKL itu istilahnya PPK latihan kerja, latihan kerja ditempat yang sudah professional istilahnya kalau keterampilan misalnya motor itu ditempat bengkel motor, kalau yang mobil bengkel mobil, jadi itu keterampilan itu ada bervariasi yang angkatan pertama 12 keterampilan angkatan ke dua 10 keterampilan jenisnya antara lain yaitu tata rias, menjahit, olahan pangan, montir motor, montir mobil, elektro, batako, las, pertukangan kayu dan tahu tempe 10 kalau yang sekarang, angkatan kemarin 12. 2. Kenapa bu bisa berbeda antara angkatan satu dan dua? Perbedaan dari hasil minat siswa, berdasarkan minat siswa, cuma kendalanya sekarang itu kan kita itu memasarkan hasil dari mereka itukan kita bervisi misi kita itu dia bisa dipasarkan, bisa digunakan untuk pribadi sendiri maupun masyarakat. 3. Apa yang menjadi hambatan atau kendala dalam menyelenggarakan keterampilan di PSBK ini bu? Kendalanya fasilitas kita ini masih manual, fasilitas masih manual terus untuk instruktur itupun terbatas kendalanya karena biaya, kalau kita panggil yang cukup professional bukan berarti sekarang tidak professional mengajar tapi yang cukup professional yang sesuai dengan pangsa pasar itu honornya tidak mencukupi ibarat katanya tidak memadai, yang kedua waktu, kenapa kita bilang ini hanya bisa sampai tingkat dasar waktunya juga terbatas, waktu terbatas itu dibatasin sampai enam bulan maksimal mereka optimal bisa melaksanakan lima bulan karena tersita waktu dengan out bond, ya ada pra pelatihan, latihan nanti evaluasi kalau kitakan schadulnya gitu. Pra pelatihan itu temanya out bond, karena mentalnya kita gojlok dulu, kita tuh tujuannya sekarang mental, mental perubahan sikap, perubahan prilaku yang kita arakan di PSBK ini jadi bukan balai pelatihan disini sebetulnya, jadi kita hanya untuk mengisi pengetahuannya kita kasihlah keterampilan tingkat dasar, kalau untuk lebih meningkatkan lagi tingkat terampil, tingkat ahli itu memang perlu ada majer, majer dengan balai pelatihan, majer dengan pertanian, pertanian misalnya disukabumi, nah itu, tugas dari peksos ahli seperti saya itu melaksanakan jejaringan tingkat makro, kalau ini pelayanan yang dipantikan mikro, nah kita mau meluas tingkat makro itu kendalanya disitu tergantung dari dipa, iya dipa kalau memang ada programnya untuk dibatasin, dipanya misalnya anggarannya untuk kelapangan hanya segini, ya kita melaksanakan hanya sesuai itu, iya tapi bagaimanapun juga peksos ga tinggal diam, kalau memang ada kenalan saudara diluar dipanti misalnya siswa itu mampu untuk dipekerjakan kita langsung, langsung kita kasih motivasi, kepada baik itu perusahan sendiri maupun kepada klien. karena klien ini riskan apa ya istilahnya rentan, prilakunya agak rentan jadi sulit karena mempelajari perilaku seorang itu tidak semudah mempelajari barang mati, sulit, jadi bukannya kita tidak percaya tapi manusia itu unik gitu loh apa lagi khususnya untuk gelandangan unik banget karena komplit permasalahannya dari mereka itu komplit, komplet banget jadi dari mulai balita kita juga ikut menangani, karena anak itu dari siswa KK yang
kita terima ada KK, bujangan juga kita dapat, bujangan terlantar, fakir miskin, orang tua juga ada tapi fungsional, terus orang hamil, iya jadi itu multifungsi jadi sangat komplek sekali kalau dikatakan PSKB itu menanganinya bukan hanya tingkat, tingkat remaja juga ada komplit bangat. Jadi kalau saya punya visi kedepan kalau pemerintah tanggap, itu maunya saya itu jadi balai karena kalau balai itu ruanglingkupnya udah melebihi dari persyaratan, kita membina satu tahun itu 600, terus ada pengembangan model, yang belum terungkapkan disini adalah pengkajian-pengkajian yang belum terangkat karena terbentur oleh anggaran sama fasilitas, jadi sarana kita terbatas terbentur anggaran sekarang contohnya salah satu tata rias aja, itu kalau dilihat dilapangan dan dilihat dipemasaran itu ada perbedaan jauh peralatannya karena sangat manual, menjahit juga begitu sedangkan dipangsa pasar menjahit itu bukan hanya harus menjahit baju jadi, tidak, kalau khusus pasang kancing, kanciiing semua, kalau mau pasang kerah, keraaaah semua, gunting lengan, lengaaan semua, masang lesetting, lesettiiing semua, nah menerapkan itu harus ada singkron, kerja sama antara instruktur dengan pangsa pasar, pasar minta apa, supaya keterampilan yang dia punya itu bisa dijual, dijual untuk penghasilan dirinya sendiri, untuk menghidupi diri sendiri maupun untuk masa depannya, perlu ditingkatkan itu. Jadi SDMnya perlu ditingkatkan, dalam segi keterampilan, SDM pengajarnya terus fasilitasnya harus sesuai dengan pangsa pasar, terus sistemnya harus diperbaiki, sistem dari atas dari mulai pelaksana yang menyusun program, yang menentukan kebijakan, itu harus singkron sesuai dengan kebutuhan si klien yang dia tangani, misalnya kalau yang cacat, adakanlah peralatan yang sesuai dengan kebutuhan dia, yang sering terjadi masalah di PSBK ini kebanyak kebutuhan siswa itu, istilahnya hasil diagnosa kalau di kedokteran tuh tidak optimal.
4. Tidak optimal karena kenapa itu bu? Dari pihak panti, tidak optimal tidak digalih secara optimal karena terbatas waktu tadi, kan kita kalau menggali masalah tidak bisa hanya sebentar baru kita tau bahwa apa si yang dibutuhkan siswa itu. 5. Terus selama ini solusinya apa itu bu? Solusinya, ya kita sesuaikan dengan kita tidak bisa merubah itu kaya membalikan telapak tangan kita sesuaikan dengan yang ada, ya kalau nasibnya baik ya dia bisa berhasil kalau yang masalahnya tidak terlalu kompleks dia bisa berhasil, tapi kalau masalahnya terlalu ribet itu semua unsur terlibat, misalnya dia terlibat narkoba atau AIDS itukan mempengaruhi potensi dia sendiri atau reproduksi atau kekerasan dalam rumah tangga, itukan kita hanya kulit-kulitnya aja kalau kita karena keterbatasan waktu, kita mulai mencoba memekarkan sayap supaya kita bisa ada MOU kerja sama, kita udah mulai coba baik dalam penanganan keterampilan itu sendiri, maupun dalam rangka pemecahan masalah siswa itu sendiri, psikolog terlibat, itu bagian psikolog, kepolisian kalau itu menyangkut kriminal terus orang tua asuh, anak yang terlantar anak yang anaknya putus sekolah SD, sekolah-sekolahan, pendidikan kita libatkan, kita lagi mencoba itu, solusinya kita itu. 6. Tadikan ibu sudah memaparkan hambatan-hambatannya, kalau dari faktor pendukunya apa bu ? Pendukungnya yaa, pertama dari SDM itu sendiri kemampuannya tinggi terus instruktur juga memahami situasinya, keterampilan tetap jalan walaupun hasilnya tidak optimal, kalau kita liat tetep jalan kita sesuaikan dengan sikon kondisi yang ada tapi secara bertahap kita udah mulai mendekati pangsa pasar tapi belum optimal karena kalau panti ini ada kebijakan-
kebijakan dari atas yang membuat dilapangan itu biasa leluasa tapi kalau kebijakan itu tidak sampai istilahnya orang lapangan dengan orang perkantoran itu beda pemikirannya diakan tidak liat dilapangan kebutuhan sebenarnya, kadang-kadang kita disini peksos ini kelebihannya fleksibel ya udah kalau begini kita jalannya begini jadi boleh dikatakan professional memang professional sebetunya tapi bisa dikatakan menyesuaikan diri juga kalau dikatakan professional kita tidak kenal waktu sebenarnya kita tidak pernah menunggu surat tugas, langsung gerak tapi kantor membutuhkan itu buktinya mana kamu mengeluarkan uang transportasi buktinya apa itu yang jadi kendala disitu tapi kita tetap jalan sesuai dengan apa yang diprogramkan tapi memang ada perencanaan program kadang-kadang perencanaan program itu sudah ngambil informasi dari kita, apa si yang dibutuhkan untuk tahun 2010 misalnya kita udah kasih masukan nih, nih rencana kita, kita membutuhkan ruangan terapi kelompok, kita butuh semacam ruang konsultasi, kita butuh alat untuk terapi kelompok itu, program udah nyusun tapi nanti dianggaran tidak temu lagi karena orang itu tidak mengerti apa yang kita kerjakan saya tidak bisa menyalahkan orang itu tapi memang kalau mau selesai, kaya model dokter itu ada ahli syaraf, ada internis ada kerjasamanya mereka disitu dalam menyusun program merekapun dilibat kalau ini tidak anggaran ya anggaran, anggaran hanya menyusun program doang yang melaksanakan dilapangan tidak dilibatkan, itu kendalanya, nah timbulah dilapangan nanti ada bantuan peralatan itu kadang-kadang tidak cocok, tidak pas yang dibutuhkan itu kendalanya di situ fasilitas, kalau mau benar sistemnya tadi harus dirubah solusinya itu saja. 7. Selama ini ada tidak bu angkatan yang berhasil dari keterampilan di PSBK ini? Alhamdulillah ada, khususnya untuk yang saya tau, yang persis tau itu seksi rehsos, yang saya tau saya penanggung jawab semua keterampilan tapi yang saya dapat laporan di Tata Rias ada dua orang, itu yang kemarin loh ya, yang lama-lama pasti ada, yang sawit juga ada, ada yang kordinasi juga ada yang berhasil, tapi kembalinya pada orangnya lagi, kembali pada orangnya kita udah bina nih, udah diterima di salon dua orang Andi sama Rahmat udah diterima dia, terus di motor juga tapi nama persisnya ada di Rehsos kalau untuk yang berhasil itu, apa lagi angkatan berikut-berikutnya banyak si sebetulnya ada juga angkatan tahun bera tuh yang saya bina Ade Tatang namanya itu dia buka salon sendiri, itu tergantung dari manusianya itu sendiri benar-benar betul ingin merubah sikapnya sendiri, ada jugakan siswa inikan dia manusia ya, sifatnya mungkin hanya sekedar lepas makan atau tempat tinggal ada yang begitu, itu yang tidak berhasil, jadi ceritanya begitu. 8. Setelah mengikuti keterampilan, merakakan dikasih bantuan berupa paket itu tujuannya apa bu ? Tujuan pemberian paket itu, supaya dia punya bekal, dia punya bekal untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keahlian yang dia miliki, misalnya dia ikut keterampilan montir, dia bukalah kecil-kecilan dirumahnya lokasinya atau kita juga kasih tau disitu tuh daerahnya apa misalnya ada tokoh masyarakat yang bersedia menyiapkan tempat motor dia suru buka kerja sama, kadang-kadang paket itu tidak memadai hanya dasarnya aja yang dia pegang jadi harus perlu dukungan tempatkan, nah itu kita kerja sama, sama lingkungan di situ RTnya, RWnya yang punya lahan agak kosong, syukur-syukur dia punya saudara terus kita kasih binjut disitu nanti jalan ga, terus kalau keterampilan tata rias kalau kita bilang dia buka salon ga mungkin jadi sistemnya sistem cukur keliling, jadi dia punya bekal dia keliling dari mulai keluarganya dia benahi, tatangganya jadi dia mulai memasarkan dirinya sendiri dengan gratis dulu saya udah kasih tau tuh trik-triknya nanti orang-orangkan nyari kamu, nah kamu boleh jual sistem jual, nah dari itu punya penghasilankan, jadi perorangan bisa tuh kalau tata rias dengan tidak membutuhkan bahan dulu hanya gunting dan peralatan yang kita kasih.
9. Saya juga sempat dengar bu, adanya bantuan kedua itu seperti apa bu? Nah itu dilihat kelapangan ini perlu ditambah ga bantuanya, ini jalan ga, itu tujuannya ada lagi bantuan kedua, ada pembukuannya jelas, kita ada laporannya dia melaporkan bahwa bu kami udah mulai buka tapi masih kurang apa, kita tuh selalu kontinyu bukan bantuan kedua, kontinyu kalau emang perlu terus, terus aja tergantung dari kemauan siswa itu tadi yang kita salurkan jadi bukan hanya kedua ketiga, jadi kalau ada tahun depan ada lagi dia lagi yang perlu kita bantu, kita bantu tapi bukan hanya dari PSBK ini sendiri bisa juga dari Dinas Sosial kita sudah laporkan bahwa dia sudah buka lahan bengkel misalnya dan berkembang, nanti mungkin dia mau perluas itu, jadi tidak terlepas dari pantauan kita, masih terus dipantau, jadi kalau suatu saat binjut kita pasti liat. 10. Apa bu yang menjadi harapan PSBK setelah mereka buka usaha dari keterampilannya yang diajarkan di PSBK ini? Harapan kita si kalau dia buka gitu kita mengharapkan dia jadi pengusaha harapanku gitu ya, mudah-mudahan tapi juga dari kemampuan siswa itu sendiri bisa ga dia mengelola manajemennya, kalau manajemennya bagus terus attitutnya bagus maksud attitutnya itu bukan dari pendidikan formal tapi memang dia punya bakat disitu, saya yakin dia berkembang, ada tuh tata rias salon yang di Sukabumi kalau ga salah berhasil, terus menjahit konveksi di Bandung juga berhasil, malah dia buka konveksi karena dia dari Dinas dapat dari panti dia dapat, cumakan mas media tidak melihat itu karena kita tidak melibatkan itu karena untuk membayar mas media itu mahal, yang kendala sekarang ini di Departemen Sosial ga terlihat kerjanya Depsos itu apa, padahal yang tau Tuhan ya, kita kerja tuh bukan melihat dari dia tuh hebat, bukan, dari dia mulai cara dia teratur hidup disiplin di pondok di keluarganya, dari mulai di suka berantem ga beramtem, dari ga bisa memecahkan masalah bisa memecahkan masalah, itu udah keberhasilan jangan menilai orang tuh begini, saya rasa itu ga faham apa si tugasnya peksos itu, nah itulah tugas untuk humas bagaimana dia memasarkan lapornya Depsos itu.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI
Nama
: Romli . S
Umur
: 27 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Nikah (Kepala Keluarga)
Pendidikan Terakhir
: (SD)
Pekerjaan Sebelumnya
: Wiraswasta
Alamat Asal
: Bandung
Ikut Keterampilan
: Montir Motor
Alamat Pondok
: Aster
Hari Tanggal
: Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Saya mengetahui tentang keberadaan PSBK ini dari temen saya yang kebetulan dia dulu pernah menjadi WBS atau KBS di PSBK ini.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Saya tertarik karena saya ingin mendapatkan arahan atau ilmu untuk masa depan.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Syarat-syaratnya yaitu saya harus mengikuti peraturan-peraturan yang ada disini.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Kalau kegiatan yang paling suka kegiatan bermacam-macam yaitu Apel Pagi, Pertemuan Pagi, Agama, keterampilan.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Saya mempelajari tentang kedisiplinan dan saya sedikit banyaknya mendapatkan ilmu.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Mudah-mudahan PSBK itu bener-bener tempat untuk menolong atau membantu orangorang yang membutuhkan ilmu.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Banyak pengaruhnya ketika sudah keluar dari PSBK yaitu selain saya mendapatkan ilmu saya juga mendapatkan arahan atau jalan untuk masa depan.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Saya memilih montir motor karena menurut saya motor adalah kendaraan yang paling padat dan banyak yang memakainya.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Saya mau membuka bengkel motor kecil-kecilan ya, contohnya tambal ban atau servis karbulator.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Saran saya untuk PSBK ini agar supaya lebih teliti atau perhatian dibidang keterampilan khususnya, supaya WBS benar-benar memahami atau mencerna tentang apa keterampilan yang mereka inginkan dengan serius.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Saipul Kohar
Umur
: 27 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Nikah
Pendidikan Terakhir
: SD
Pekerjaan Sebelumnya
: Pemulung
Alamat Asal
: Padang Pariaman
Ikut Keterampilan
: Pertukangan Las
Alamat Pondok
: Aster
Hari Tanggal
: Minggu, 21 Juni 2009
1. Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari temen yang pernah ikut pendidikan di PSBK ini.
2. Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Karena ingin dibimbing dan ingin mengikuti keterampilan.
3. Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Yang benar-benar gembel pengemis dan yang tidak mampu.
4. Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Keterampilan dan bimbingan sosial dan lain lainnya.
5. Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Semua pendidikan.
6. Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Lebih maju dan lebih bertanggung jawab.
7. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Mengembangkannya.
8. Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Keterampilan pertukangan las. 9. Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Berusaha untuk mencari kerja sesuai keterampilan yang saya miliki.
10. Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Lebih memperhatikan WBS.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Firman Septiadi
Umur
: 17 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Belum Nikah
Pendidikan Terakhir
: MTS
Pekerjaan Sebelumnya
: Pelajar
Alamat Asal
: Bandung Kp. Karang Anyer RT01/RW 01
Ikut Keterampilan
: Tahu Tempe
Alamat Pondok
: Cemara
Hari Tanggal
: Minggu, 21 Juni 2009
1. Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari surat edaran dari PSBK yang dikirim kekantor desa saya
2. Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Awalnya saya tidak tertarik masuk ke PSBK ini di karenakan pada waktu itu saya dan saudara saya lagi pada sekolah, tetapi setelah saya bearada disini banyak suatu pengalaman disini yang tidak saya dapatkan di luar.
3. Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Status pekerjaan harus benar-benar dari kalangan gepeng atau yang belum punya pekerjaan.
4. Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Kegiatan K3, yaitu diajarkan kepada kita agar selalu rajin dalam membersihkan lingkungan dan juga suatu keterampilan yang sangat bermanfaat karena tadinya belum bisa atau belum ahli sehingga menjadi bisa ddan juga sedikit ahli.
5. Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Diantaranya satu adalah saya belajar kesehatan seperti HIV/AIDS dan macam-macam vitamin dan lain-lain. Dua pelajaran kewirausahaan jadi saya mendapatkan motivasi, inspirasi dan dorongan dalam berwirausaha dan juga masalah etika dan budi pekerti.
6. Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Harapan saya agar PSBK ini mengembangkan dalam memberikan pelajaran baik bimbingan mental sosial maupun keterampilan. Dalam pelajaran bimbingan mental sosial harus lebih berbobot yang bisa mengangkat semangat siswanya dalam menjalani kehidupannya dan dalam keterampilan itu bahan-bahan keterampilannya harus lebih ditingkatkan lagi.
7. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Pengaruhnya banyak bagi saya, diantaranya saya dapat lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari di dalam kehidupan ini dan juga kalau ada peluang saya akan buka usaha dari bekal alat-alat dan keterampilan dari sini.
8. Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Tahu tempe, karena keterampilan ini lebih besar peluangnya untuk langsung berwirausaha sendiri di kampung kelak pulang nanti.
9. Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Insya Allah ingin membuka usaha tahu tempe.
10. Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Saran saya agar PSBK ini lebih meningkatkan pembelajaran dalam membina WBSnya agar menjadi WBS yang cermat, rajin dan disiplin agar tidak terjadi keributan dan pertikaian antara WBS yang lain.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Panji Indrawanto
Umur
: 24 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Belum Nikah
Pendidikan Terakhir
: SMU
Pekerjaan Sebelumnya
: Berdagang
Alamat Asal
: Bandung Barat
Ikut Keterampilan
: Menjahit
Alamat Pondok
: Cemara
Hari Tanggal
: Sabtu, 20 Juni 2009
1.
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari temen dan teman saya itu punya informasi dari kecamatan.
2.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Karena semuanya gratis.
3.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Bermacam-macam kegiatan, misalkan mengikuti bimbingan mental dan keterampilan yang kita ikuti.
4.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Saya bisa mengenal kedisiplinan dan kegotong royongan antar WBS serta wawasan kita bertambah juga wawasan keterampilan bertambah.
5.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Harapan saya tentang PSBK ini supaya selalu terus ada jangan sampai hilang karena itu sangat berguna orang-orang yang ada dari kalangan menengah kebawah atau orangorang yang tidak mampu.
6.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini kedepannya mungkin bisa merubah masa depan saya dengan keterampilan atau ilmu yang diberikan oleh PSBK ini.
7.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Menjahit, karena mungkin pertama saya suka aja dan yang kedua karena ditempat saya kebanyakkan menjahit.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Ahmad Efendi
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Nikah
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan Sebelumnya
: pembuatan taman
Alamat Asal
: Ds. Mimbaan RT 03/24 Kec. Panji Kab. Situbondo
Ikut Keterampilan
: Pertanian
Alamat Pondok
: Cemara
Hari Tanggal
: Minggu, 21 Juni 2009
1. Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari teman yang pernah mengikuti pendidikan di PSBK ini
2. Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Pertama ingin merubah nasib, yang kedua supaya lebih yakin kedepannya lewat bimbingan yang ada di PSBK ini.
3. Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Surat nikah dan berkelakuan baik
4. Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Pertama bimbingan mental dan keterampilan
5. Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Banyak, terutama dibidang sosial
6. Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Harapan saya dalam memberikan motivasi lebih simple aja ya tidak terlalu berlebihan.
7. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Sangat bagus
8. Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Pertanian karena kalau ikut pertanian, kalau ada pemberangkatan transmigrasi kami akan diberangkatkan.
9. Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Mungkin sebelum ada pemberankatan transmigrasi alat atau keterampilan saya, tidak dapat saya fungsikan, tapi sambil menunggu ada transmigrasi saya akan kerja apa saja asalkan halal.
10. Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Saran saya supaya PSBK kedepannya lebih baik lagi
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Zainuddin
Umur
: 27 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMU
Pekerjaan Sebelumnya
: Pengamen
Alamat Asal
: Jakarta
Ikut Keterampilan
: Menjahit
Alamat Pondok
: Cemara III No.1
Hari Tanggal
: Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Pemulung
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Terpaksa karena keadaan ekonomi yang sulit
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Orang-orang jalanan dan mau mengikuti pendidikan serta disiplin
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Bimbingan mental, fisik, rohani dan keterampilan
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Ilmu tentang etika kehidupan dan keterampilan
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Hrapan saya agar PSBK lebih menyediakan anggaran untuk WBS
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Sangat berguna di kehidupan umum atau masyarakat
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Menjahit, karena saya ingin menjadi penjahit keliling
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Melayani vermak keliling
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Agar lebih mendisiplinkan WBS
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Yanto
Umur
: 35 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Kawin
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan Sebelumnya
:
Alamat Asal
: Bogor
Ikut Keterampilan
: Tahu dan Tempe
Alamat Pondok
: Angsana I No. I
Hari Tanggal
: Sabtu, 20 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari petugas PSBK
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Kami tertarik mengikuti pendidikan di PSBK ini karena disamping mendapat pendidikan mental juga dibekali keterampilan untuk menjadi manusia yang mandiri.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Yang menjadi persyaratan di PSBK terutama anak-anak jalanan, pemulung dan gepeng.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Kegiatan keagamaan, kegiatan bimbingan mental, kegiatan pertemuan pagi, kegiatan diskusi kelompok, kegiatan olah raga, kegiatan keterampilan, kegiatan PBB, kegiatan etika dan budi pekerti, kegiatan mengenai kesehatan.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini?
Mempelajari keagamaan sehingga kita lebih menambah wawasan dan menjadikan kita orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan juga keterampilan yang bisa kita menjadikan kita manusia yang mandiri.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Harapan saya sesuatu yang sudah ada sangat baik untuk fasilitas dan pengajarnya supaya dipertahankan.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Pengaruhnya sangat besar yaitu kita bisa belajar hidup disiplin, sopan, santun dan menjadi manusia mandiri yang bisa membuka lapangan kerja sendiri.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Keterampilan tahu tempe, saya memilih keterampilan ini karena keterampilan ini sangat praktis bisa buka usaha dimana saja dan peralatannya pun sederhana.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Saya ingin mengembangkan keterampilan yang saya dapat secara bertahap dengan peralatan seadaanya.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Saran dan masukan saya agar keterampilan dan kegiatan yang ada supaya dipertahankan dan kalau bisa lebih ditingkatkan lagi.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Asep Karman
Umur
: 26 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Nikah
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan Sebelumnya
: Menjahit
Alamat Asal
: Kp. Pasir Gombong Ds. Padelarang Kab. Bandung
Ikut Keterampilan
: Menjahit
Alamat Pondok
: Cemara
Hari Tanggal
: M inggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari saudaraku yang bekerja PNS di Desa atau kecamatan.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Karena ingin mempunyai pengalaman dan ingin merubah nasib.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Nama, alamat, pekerjaan, status, pernikahan.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Kegiatan apa saja yang saya ikuti termasuk keterampilan.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Banyak sekali yang saya dapatkan, penidikan, ternasuk ilmu dan keterampilan.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Ingin mengharumkan atau membanggakan PSBK ini.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Bagus cukup difahami dan cukup dimengerti.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Aku memilih keterampilan menjahit karena di tempat ku kebanyakannya buka menjahit.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Ingin membuka tailor dengan berbekal keterampilan menjahit.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Adakan lagi olah raga main bola futsal, untuk menjalin prsaudaraan, asalnya kita tidak kenal menjadi kenal atau akrab.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Pipit Muhamad
Umur
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Nikah
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan Sebelumnya
:
Alamat Asal
: Bandung
Ikut Keterampilan
: Montir
Alamat Pondok
: Cempaka 4
Hari Tanggal
: Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari teman yang pernah ikut pendidikan di PSBK.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Karena ingin di bombing dan ingin mengikuti keterampilan.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Yang bener-bener gembel pengemis dan yang tidak mampu.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Keterampilan dan bimbingan sosial.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Semua pendidikan.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Lebih maju dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Mengembangkannya.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Keterampilan montir.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Berusaha untuk mencari kerja sesuai keterampilan
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Lebih memperhatikan WBS.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Ramdani
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Belum Nikah
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan Sebelumnya
:
Alamat Asal
: Kp Ciampelas
Ikut Keterampilan
: Menjahit
Alamat Pondok
: Cemara I
Hari Tanggal
: Minggu, 21 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Saya mengetahui dari teman.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Karena saya ingin merubah nasib dan juga karena saya tertarik kepada keterampilannya.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? Pengamen, pengangguran.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Keterampilan, kewirausahaan, dan agama.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? Semuanya yang ada kegiatan di PSBK.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Supaya lebih maju dan bermanfaat bagi masyarakat atau gelandangan.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Cukup difahami dan dapat dikembangkan di masyarakat.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Saya memilih keterampilan menjahit karena menjahit salah satu yang banyak dibutuhkan di masyarakat.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Saya ingin merubah nasib dengan berbekal keterampilan dari PSBK.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Supaya lebih tegas dalam membimbing untuk para WBS.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBS ANGKATAN I 2009 PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI Nama
: Ipar Supartini
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Pernikahan
: Kawin
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan Sebelumnya
: Ibu Rumah Tangga
Alamat Asal
: Bandung Kp Karang Anyar RT 01/01
Ikut Keterampilan
: Olahan Pangan
Alamat Pondok
: Cemara III No. 3
Hari Tanggal
: Sabtu, 20 Juni 2009
Dari mana anda mengetahui tentang keberadaan PSBK ini? Dari surat edaran Kepala Desa Manggung Harja.
Kenapa anda tertarik untuk mengikuti pendidikan di PSBK ini? Karena ingin menambah pengetahuan dan ilmu.
Ketika seleksi apa saja yang menjadi persyaratan menjadi WBS di PSBK ini? 1. Status, 2. Pekerjaan, 3. KTP, 4. Surat tamat sekolah.
Kegiatan apa saja yang anda dapatkan dan ikuti di PSBK ini? Seperti K3 membersihkan lingkungan dan sekitarnya.
Apa saja yang anda pelajari dan dapatkan dari pendidikan di PSBK ini? 1. Keterampilan, 2. Kesehatan Masyarakat, 3. Etika dan Budi Pekerti, 4. Diskusi Kelomok, 5. Apel Pagi, 6. Pertemuan Pagi, 7. Kewirausahaan. Dan lain lainnya.
Bagaimana harapan atau keinginan anda terhadap PSBK ini? Harapan saya PSBK semoga bertambah lebih meningkat dan lebih sosial terhadap binaannya dan menjadi teladan di PSBK Pangudi Luhur ini dan aman tentram sejahtera bebas dari kejahatan.
Bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diberikan PSBK ini untuk diri anda kedepannya setelah keluar dari sini? Pengaruh dari sini mudah-mudahan saya menjadi orang yang sukses setelah keluar dari sini, harapan yang cemerlang untuk masa depan.
Jenis pelatihan apa yang anda pilih? Dan kenapa memilih pelatihan tersebut? Saya pilih olahan pangan biar saya bisa menjadi penjual kue-kue yang digemari oleh masyarakat dan lingkungan sekitar kampung saya.
Rencana kedepan dengan berbekal keterampilan tersebut apa? Rencana kedepan saya ingin buka usaha kecil-kecilan dan lama-lama menjadi besar dan menjadi bos pedagang usaha kue ternama dan bisa dikenang oleh orang-orang ternama.
Apa saran dan masukan dari anda untuk PSBK kedepannya? Saran dari saya semoga PSBK Pangudi Luhur ini kedepannya di adakan sekolah supaya anak jangan sampai putus sekolah dan tertunda untuk sementara dan juga kebersihan agar diutamakan sekali.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan mendapatkan prioritas utama dalam agenda Pembangunan setelah terjadi krisis ekonomi dan politik pada pertengahan tahun 1997. Hal ini tercermin dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas 2001-2004) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat. Secara subtansial kemiskinan merupakan salah satu akar dari masalah kesejahteraan sosial disamping berbagai masalah sosial lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 1998 mencapai 79,4 juta jiwa atau 33,9 % dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 1998).1 Upaya pembangunan kesejahteraan rakyat saat ini menunjukan hasil yang cukup baik namun demikian disadari bahwa tujuan untuk mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi keseluruhan rakyat Indonesia belum sepenuhnya tercapai mengingat cakupan permasalahan sosial begitu luas dan sangat kompleks seperti masalah kemiskinan, keterbelakangan, pengangguran, masalah kependudukan, kerawanan sosial, dan lain lain. Untuk itulah salah satu agenda dan prioritas utama RPJMN 2004-2009 : “Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat melalui Penanggulangan Kemiskinan”. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Juli 2008 sebesar 34,96 juta orang atau 15, 42% (BPS, 2008). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58 %), berarti jumlah penduduk miskin tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 2,21 juta orang. Jumlah pengangguran pada Februari 2008 sebesar 9,43 juta orang. Jumlah pengangguran pada tahun 2008 ini mengalami penurunan sebesar 1,12 juta orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2007 yaitu 10,55 juta orang. Jumlah angka kerja di Indodnesia pada Februari 2008 mencapai 111,48 juta orang. Jumlah
1
Departemen Sosial RI. Masalah Sosial Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial. Jakarta 2005
angka kerja tahun 2008 ini betambah 3,35 juta orang dibandingkan jumlah angka kerja pada Februari 2007 sebesar 108,13 juta orang2. Dampak positif dan negatif tampaknya semakin sulit dihindari dalam pembangunan, sehingga selalu diperlukan usaha untuk lebih mengembangkan dampak positif pembangunan serta mengurangi dan mengantisipasi dampak negatifnya. Gelandangan dan pengemis (gepeng) merupakan salah satu dampak negatif pembangunan, khususnya pembangunan perkotaan. Keberhasilan percepatan pembangunan di wilayah perkotaan dan sebaliknya keterlambatan pembangunan di wilayah pedesaan mengundang arus migrasi desa-kota yang antara lain memunculkan gepeng karena sulitnya pemukiman dan pekerjaan di wilayah perkotaan dan pedesaan. Masalah umum gelandangan dan pengemis pada hakikatnya erat terkait dengan masalah ketertiban dan keamanan yang mengganggu ketertiban dan keamanan di daerah perkotaan. Dengan berkembangnya gepeng maka diduga akan memberi peluang munculnya gangguan keamanan dan ketertiban, yang pada akhirnya akan menggangu stabilitas sehingga pembangunan akan terganggu, serta cita-cita nasional tidak dapat diwujudkan. Jelaslah diperlukan usaha-usaha penanggulangan gepeng tersebut.3 Masalah sosial Gelandangan Pengemis (gepeng) merupakan fenomena sosial yang tidak bisa di hindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di daerah perkotaan (kota-kota besar). Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan masalah ini adalah kemiskinan. Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap meningkatnya arus urbanisasi dari daerah pedesaan ke kota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan penduduk dan daerah-daerah kumuh yang menjadi pemukiman para urban tersebut. Sulit dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, serta terbatasnya 2
Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran. Diambil pada tanggal 21 Oktober 2009 dari http:/www.indonesiaontime.com 3
Saptono Iqbali, Studi Kasus Gelandangan-Pengemis (Gepeng). di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem, Oktober 2006.
pengetahuan dan keterampilan menyebabkan mereka banyak yang mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dengan terpaksa menjadi gelandangan dan pengemis. Berdasarkan data dari pusat data dan informasi kesejahteraan sosial (pusdatinkesos) Departemen Sosial RI tahun 2004, Populasi gelandangan pengemis seluruh Indonesia berjumlah 87.356 orang. Kemudian tahun 2006 mengalami penurunan sehingga populasinya menjadi 68.648 orang. Jika permasalahan ini tidak ditangani secara komprehensif dan berkesinambungan akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks. Dampak dari meningkatnya Gelandangan dan Pengemis munculnya ketidak teraturan sosial (sosial
disorders)
yang
ditandai dengan
kesemrawutan,
ketidaknyamanan,
ketidaktertiban, serta mengganggu keindahan kota. Padahal disisi lain mereka adalah warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, sehingga mereka perlu diberikan perhatian yang sama untuk mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak. Selama ini, berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat melalui pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dengan system panti maupun non panti, namun belum menunjukan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan antara lain karena besaran permasalahan yang tidak seimbang dengan jangkauan pelayanan, keterbatasan SDM, dana, sarana dan prasarana serta kualitas pelayanan yang masih bervariasi. Disamping itu, dampak dari pemberlakuan Otonomi Daerah yakni menimbulkan Keberagaman persepsi dan upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial di berbagai daerah. Untuk memperluas jangkauan pelayanan, Departemen Sosial RI juga berupaya melibatkan masyarakat dalam setiap pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis namun hasilnya belum optimal.4
4
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, hal 1-2
Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut Depertemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. “Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta di muka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. 5 Ali, dkk,. (1990) menyatakan bahwa gelandangan berasal dari gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana (lelana). Dengan strata demikian maka gelandangan merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarang tempat. 6 Menurut Mutholib dan Sudjarwo dalam Ali,dkk.,(1990) diberikan tiga gambaran umum gelandangan, yaitu : 1. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakat, 2. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai, 3. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan.7 Dengan mengutip definisi operasional sensus penduduk maka gelandangan terbatas pada mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, atau tempat tinggal tetapnya tidak berada pada wilayah pencacahan. Karena wilayah pencacahan telah habis membagi tempat hunian rumah tinggal yang lazim maka yang dimaksud dengan gelandangan dalam hal 5
Depertemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem 6
Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem 7
Ibid, h. 3
ini adalah orang-orang yang bermukim pada daerah-daerah bukan tempat tinggal, tetapi merupakan konsentrasi hunian orang-orang seperti dibawah jembatan, kuburan, pinggiran sungai, emperan toko, sepanjang rel kereta api, taman, pasar dan konsentrasi hunian gelandangan yang lain. Pengertian gelandangan tersebut memberikan pengertian bahwa mereka termasuk golongan yang mempunyai kedudukan lebih terhormat dari pada pengemis. Gelandangan pada umumnya mempunyai pekerjaan tetapi tidak memiliki tempat tinggal yang tetap (berpindah-pindah). Sebaliknya pengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain serta tidak menutup kemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal yang tetap. Beberapa ahli menggolongkan gelandangan dan pengemis termasuk ke dalam golongan sektor informal. Keith Harth (1973) mengemukakan bahwa dari kesempatan memperoleh penghasilan yang sah, pengemis dan gelandangan termasuk pekerja disektor informal. Sementara itu, Jan Breman (1980) mengusulkan agar dibedakan tiga kelompok pekerja dalam analisis terhadap kelas sosial di kota, yaitu : 1. Kelompok yang berusaha sendiri dengan modal dan memiliki keterampilan 2. Kelompok buruh pada usaha kecil dan kelompok yang berusaha sendiri
dengan
modal sangat sedikit atau bahkan tanpa modal, dan 3. Kelompok miskin yang kegiatannya mirip gelandangan dan pengemis. Kelompok kedua dan ketigalah yang paling banyak di kota dunia ketiga. Ketiga kelompok ini masuk kedalam golongan pekerja sektor informal. Kebijakan penanggulangan gepeng yang dikembangkan adalah dengan lebih memacu pembangunan pedesaan agar serasi dengan pembangunan di daerah perkotaan. Pendekatan yang diperlukan adalah yang bersifat pendekatan holistic, yang tidak hanya terpaku pada pelaku gepeng itu sendiri tetapi berusaha menjangkau seluruh sub system yang mempengaruhi munculnya urbanisasi dan perilaku menggepeng, serta termasuk seluruh
sumber daya manusia yang ada. Sumber daya manusia yang ada di pedesaan diusahakan untuk dikembangkan sebagai subyek pembangunan yang mampu memanfaatkan peluang yang ada serta menggambarkan potensi yang dimiliki dengan memperhatikan kendala yang dihadapi.8 Perhatian pemerintah dan masyarakat secara umum terhadap perlunya standar kehidupan yang lebih baik, telah mendorong terbentuknya berbagai usaha kesejahteraan sosial. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri, pada dasarnya merupakan suatu program ataupun kegiatan yang didesain secara kongkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha kesejahteran sosial itu sendiri dapat ditujukan pada individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam komunitas, ataupun komunitas secara keseluruhan (baik komunitas lokal, regional, maupun nasional). Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan peran masyarakat yang seluas-luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, maupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan. Dari hal di atas, dapat dilihat bahwa kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi kehidupan yang diharapkan masyarakat tidak dapat terwujud bila tidak dikembangkan usaha kesejahteraan sosial. Karena itu berjalan atau tidaknya suatu usaha kesejahteraan sosial sangat dipengaruhi oleh organisasi atau lembaga yang menyediakan usaha kesejahteraan sosial yang memperhatikan masalah-masalah sosial dan masalah kesejahteraan sosial dalam arti sempit (seperti masalah yang terkait dengan prostitusi, anak jalanan, dll).9
8
Saptono Iqbali, Studi Kasus Gelandangan-Pengemis (Gepeng) di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem. Oktober 2006. 9 Isbandi Rukminto Adi Ilmu Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial (FISIP UI, 2003) h. 189
Dalam Penjelasan Atas Undang Undang Republik Indonsia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial : Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya pencapaian tujuan bangsa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sila kelima Pancasila menyatakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Permasalahan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukan ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat, terutama bagaimana meminimalisir gepeng di kota-kota besar. Padahal tidak sedikit lapangan pekerjaan yang tersedia, namun karena mereka tidak memiliki life skill dan berpendidikan rendah, maka mereka sebagai individu tidak mampu memberdayakan kemampunnya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupan secara mandiri. Oleh karena itu, upaya pemberian Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial gepeng perlu dilakukan. Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial dilakukan oleh Panti Sosial Bina Karya (PSBK) Bekasi Timur Jawa Barat yang memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang meliputi : pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan dan resosialisasi, serta pembinaan lanjut bagi penyandang masalah gelandangan dan pengemis agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Visi dari Panti
Sosial Bina Karya (PSBK) Bekasi Timur Jawa Barat adalah “Mengembalikan fungsi sosial gelandangan, pengemis dan orang terlantar secara professional agar mampu berperan aktif, bermartabat yang memiliki kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat” dan Misinya adalah : 1. Memberikan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Terhadap Gelandangan dan Pengemis beserta Keluarganya. 2. Memberikan pencegahan agar orang tidak menggelandang dan pengemis. 3. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan Rehabilitasi Sosial dan sebagai fungsi Laboratorium penanganan Gelandangan dan Pengemis beserta keluarganya. 4. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan Pelayanan Rehabilitasi Sosial. 5. Mengembangkan sistem rujukan sebagai jaringan kerja dengan instansi terkait. Tujuannya adalah apabila mereka kembali ke kehidupan sosial yang normal, mereka dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki sebagai bekal hidup untuk mencari nafkah, serta diterima ditengah-tengah masyarakat untuk menjalani hidup sesuai dengan kemampuannya dan tidak kembali lagi ke profesinya semula. Dengan memberikan tahapan rehabilitasi sosial dan jenis-jenis pelayanan sosial. Dalam kaitannya dengan skripsi ini, fokus penelitian akan diarahkan hanya kepada Pelayanan Sosial di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi Jawa Barat. Dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti mencoba mengkaji, melakukan penelitian ilmiah di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi Timur Jawa Barat. Penelitian tersebut akan peneliti tuangkan dalam skripsi berjudul : “ Pelayanan Sosial Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi Jawa Barat ”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar penelitian terarah dan tidak melebar, maka peneliti membatasi penelitian ini pada Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi sebagai suatu lembaga yang memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang meliputi : pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan dan resosialisasi, serta pembinaan lanjut bagi penyandang masalah gelandangan dan pengemis agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun 2009 kepemimpinan Bapak Drs. Sebak Singkali sebagai Kepala Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi.
2. Perumusan Masalah Adapun masalah dalam perumusan penelitian ini adalah: Bagaimana Pelayanan Sosial Bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi “. Adapun rinciannya dalah sebagai berikut : a). Bagaimana langkah-langkah pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diberikan terhadap gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi? b). Apa saja jenis
pelayanan sosial yang diberikan terhadap gelandangan
dan
pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi? c). Faktor pendukung dan penghambat dalam langkah-langkah dan jenis pelayanan sosial diberikan terhadap gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian adalah untuk mengetahui mengapa terjadi kesenjagan antara kenyataan dengan yang seharusnya dan bagaimana cara mengatasi suatu kesulitan, pada pokoknya penelitian ilmiah bertujuan untuk mengetahui sasuatu yang belum diketahui.10 Dengan mengacu kepada permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin peneliti capai ialah: 1. Untuk mengetahui Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang di berikan kepada gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui bagaimana PSBK Bekasi Jawa Barat memberikan Pelayanan Sosial kepada gelandangan dan pengemis. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam proses pelaksanaan pelayanan sosial yang diberikan terhadap gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis a. Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca, mengenai pelayanan sosial yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi kepada Gelandangan dan Pengemis (Gepeng). b. Memberikan masukan bagi Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi dalam pemberian pelayanan dan sumbangan pemikiran bagi pembuat
10
DR. Bustanuddin Agus. Pengembangan Ilmi-Ilmu Sosial. GEMA INSANI PRESS. Jakarta 1999
kebijakan kesejahteraan sosial khususnya berkaitan dengan pelayanan sosial kepada gelandangan dan pengemis. c. Menginformasikan faktor pendukung dan penghambat dalam pelayanan sosial di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. 2. Manfaat Akademis a. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar S1 (strata satu) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. b. Diharapkan dapat bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial dalam dimensi usaha kesejahteraan sosial yaitu pemberian pelayanan sosial khususnya kepada gelandangan dan pengemis. D. Metodelogi Penelitian Metodelogi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodelogi ini dimaksudkan untuk menentukan data valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti. 1.
Pendekatan Penelitian Dalam khazanah metodologi, sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan, juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang wajar dan universal adanya. Karena itu memang harus disadari sejak awal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan yang melekat padanya) dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut logika pendekatan tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati11. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang pelayanan sosial untuk gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK). 2.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
3.
Waktu dan Tempat Penelitian Peneliti melakukan penelitian ini berlokasi di PSBK yang berlokasi di Jl.. H. M. Djojomartono No. 19 Departemen Sosial, Bekasi Timur, Jawa Barat. Adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari oleh pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian lumayan dekat dan mudah dijangkau oleh peneliti. 2. Lokasi Penelitian merupakan tempat peneliti melaksanakan Praktikum II sehingga sudah mengetahui tentang pelayanan, kegiatan dan kenal dengan pegawainya sehingga memudahkan peneliti dalam menjalankan penelitian ini. 3. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pelayanan sosial yang diberikan kepada gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK), sebagai penyandang masalah sosial, untuk dijadikan bekal pembelajaran dan pengalaman bagi peneliti khususnya sebagai calon sarjana sosial kedepan nantinya. Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2009 sampai dengan Oktober 2009.
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)
4.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.12 Tehnik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian ini. Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan : a. Observasi atau pengamatan. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan lansung terhadap sarana dan prasarana dan kegiatan pelayanan panti tersebut, kegiatan WBS (gelandangan dan pengemis) dari proses penjangkauan hingga pada proses penyaluran. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan, kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan. Observasi dilakukan pada saat peneliti menjalankan Praktikum II di PSBK ini dari bulan Maret sampai dengan Juni 2009. b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dengan yang terwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan). Jadi wawancara ialah untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan pihak siswa, pegawai panti, dan pekerja sosial yang menangani klien tersebut. Wawancara ini dilakukan dengan 4 orang peksos dan satu orang Kasie Rehsos. Pertanyaan pokok ialah tentang pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh PSBK ini dari awal hingga terminasi bahkan sampai dengan bimbingan lanjut. Wawancara dilakukan pada waktu istirahat dan menanyakan terlebih dahulu untuk dimohon
12
Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA, 2005
kesediaannya diwawancarai. Kegiatan wawancara banyak dilakukan di dalam kantor ruangan kerja dan ruangan konsultasi. c. Dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh dan mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di Panti Sosial Bina Karya serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah. 5.
Teknik Pemilihan Informan Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan menentukan informasi kunci (key informan) tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sempel (dalam hal ini informan kunci) lebih tepat dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orangorang atau pegawai yang menjadi informan untuk diwawancarai. Selanjutnya, bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi baru, proses pengumpulan informasi sudah selesai. Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut Tabel 1.1 Kerangka dan Jumlah Informan Informasi yang dicari
Informan
a.
Tahapan Pelayanan
1 Kasie Rehsos
b.
Jenis Pelayanan
4 Peksos
Jenis Pelayanan dan Kegiatan 3 Orang mantan klien di PSBK
Jumlah 5 Orang
3 Orang
6.
Sumber Data Bila dilihat dari sumbernya, tehnik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu : a. Data Primer Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. b. Data Sekunder Data sekunder ialah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi tidak langsung, seperti dokumen-dokumen yang ada di perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, departemen dan sebagainya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
7.
Teknik Pencatatan Data Dalam teknik pencatan data, peneliti menggunakan catatan lapangan (data lapangan). Catatan lapangan (data) dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara atau menyaksikan kejadian tertentu selama di lapangan dengan menggunakan bahasa objektif. Alat bantu yang peneliti gunakan dalam proses pencatatan data berupa alat tulis, tape recorder dan kekuatan daya ingat. Pada waktu wawancara dan melakukan pencatatan data, keberadaan peneliti diketahui oleh peksos. Pencatatan data tersebut dinamakan dengan transkip wawancara. Kemudian dari hasil wawancara tersebut dicatat, dan direkam untuk kemudian diolah dan disempurnakan apabila peneliti telah berada ditempat tinggal.
8.
Analisa Data Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan proses layanan sosial bagi gelandangan dan pengemis serta hambatan-hambatannya.
b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan sosial bagi gelandangan dan pengemis serta hambatan-hambatannya diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya. c. Penyimpulan
atas
apa
yang
disajikan,
pengambilan
kesimpulan
dengan
menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan. 9.
Keabsahan Data a.
Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik tringulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a). membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui pelayanan sosial bagi gelandangan dan pengemis yang diberikan oleh PSBK tersebut. (b). membandingkan keadaan dan prespektif sesorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh klien yang menerima pelayanan dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau peksos. (c). membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaat dokumen dan data sebagai bahan perbandingan.
b.
Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekungan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada halhal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
c.
Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman sesorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.
E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas 5 bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan, sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Landasan Teori, a). Pengertian Pelayanan Sosial, b). Pengertian Panti Sosial, c). Pengertian Gelandangan dan Pengemis, b). Faktor-Faktor Penyebab adanya Gepeng, c). Macam-Macam Gepeng, d). Masalah Umum Gepeng. BAB III : Gambaran Umum PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi di Bekasi Jawa Barat, terdiri dari : Profil PSBK Pangudi Luhur, yang membahas tentang: sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, prosedur kerja PSBK, mekanisme kerja, kerja sama, komposisi pegawai, landasan hukum, sasaran dan pelayanan, persyaratan calon wbs, pembiyaan operasional, waktu dan kapasitas pelayanan, proses rehabilitasi Gepeng, sarana dan prasarana, alur tahapan rehabilitasi sosial, daftar nama pembimbing pondok, jumlah wbs tahun 2009.
BAB IV : Temuan dan Analisa Data, bab ini akan menguraikan analisa hasil penelitian mengenai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi Jawa Barat. BAB V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran Daftar Pusaka dan Lampiran-Lampiran
BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Pelayanan Sosial Dalam ilmu kesejahteraan sosial pelayanan sosial didefinisikan sebagai usaha, aktifitas, dan kegiatan. Pelayanan sosial adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri13. The Social Work Dictionary (1999), menyebutkan sebagai berikut: “pelayanan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat”14. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, menjelaskan Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis adalah : 1. Pelayanan Sosial adalah semua bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang yang disebut sebagai pekerja sosial untuk menangani masalah sosial individu, kelompok masyarakat, (gelandangan dan pengemis). Artinya pelayanan dan rehabilitasi sosial adalah bentuk kegiatan yang diwujudkan dalam program kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat sendiri yang bertujuan untuk mengatasi masalah sosial gelandangan dan pengemis. Pelayanan sosial dapat dilihat dari dua sisi yaitu pelayanan yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pelayanan sosial yang bersifat langsung adalah pelayanan yang diberikan kepada gelandangan dan pengemis sesuai dengan permasalahannya. Sedangkan pelayanan sosial yang bersifat 13
Departemen Sosial R.I. Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: 1997), h.179 14
Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan Sosial, dalam Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial, (Jakarta:1997), h.119
tidak langsung adalah berupa kebijakan dan peraturan perundang-undangan untuk mengatasi masalah gelandagan dan pengemis15. 2. Tujuan Pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis ditujukan untuk memulihkan fungsi sosial dan gelandangan dan pengemis, antara lain dapat dilihat dari : a. Gelandangan dan pengemis mampu merubah cara hidup dan cara menghasilkan penghasilan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. b. Gelandangan dan pengemis dapat dijangkau dan mau mengikuti program pelayanan dan rehabilitasi sosial. c. Gelandangan dan pengemis mampu menjalankan fungsi dan peran sosialnya di masyarakat secara wajar. 3. Fungsi a. Menumbuhkan kesadaran gelandangan dan pengemis tentang pentingnya program pelayanan dan rehabilitasi sosial. b. Membantu gelandangan dan pengemis untuk mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. c. Membantu gelandangan dan pengemis agar mampu memenuhi kebutuhan dasar. d. Membantu gelandangan dan pengemis untuk mengembangkan potensinya. e. Membantu gelandangan dan pengemis untuk berperilaku normatif. 4. Pendekatan 15
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, hal 13
a. Integratif, adalah pendekatan yang dilakukan secara terpadu antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. b. Komprehensif, adalah pendekatan yang dilakukan untuk kemajuan dan pengembangan gelandangan dan pengemis secara menyeluruh. c. Interdisipliner, adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat masalah gelandangan dan pengemis dari sudut berbagai disiplin ilmu. d. Lintas sektoral, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menangani masalah gelandangan dan pengemis dengan melibatkan berbagai sektor terkait. 5. Komponen a. Organisasi/kelembagaan Dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial, keberadaan organisasi adalah sangat penting terutama untuk menunjukan kesungguhan terhadap pelaksanaan dilapangan secara sistematis dan terencana. Organisai ini akan mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan pekerja sosial dilapangan maupun dimasyarakat. Organisasi ini juga menjadi penanggung jawab semua proses kegiatan pelayanan. b. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia yang dimaksud adalah semua orang yang memiliki kontribusi terhadap proses pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dilihat dari tingkat pendidikan, disiplin ilmu maupun pengalaman praktis. c. Pelayan dan Rehabilitasi Sosial Semua proses pelayanan dan rehabilitasi yang ditujukan untuk kepentingan gelandangan dan pengemis mulai dari pendekatan awal sampai terminasi.
d. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah semua bentuk penunjang pelayanan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis, baik dalam bentuk fisik, seperti halnya gedung, asrama, kamar mandi, transportasi, ruang keterampilan, dan perlengkapan keterampilan, maupun non fisik, seperti antara lain peraturan perundangan-undangan dan buku panduan.16 Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa pelayanan sosial adalah proses kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial. Dalam kegiatannya terdapat beberapa tahapan dalam pelayanan sosial adalah17 : 1.
Tahapan pendekatan awal yaitu suatu proses kegiatan penjajagan awal, konsultasi dengan pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerimaan pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, dan penempatan calon penerima pelayanan, serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan.
2.
Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment) adalah suatu proses kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan dan sistem sumber penerimaan klien.
16
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, hal 13-15 17
Departemen Sosial RI . Buku Saku Pekerja Sosial, (Jakarta: Depsos, 2004) h. 3
3.
Perencanaan pemecahan masalah (Planning) adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya (manusia, biaya, metode-teknik, peralatan, sarana-prasarana, dan waktu) yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
4.
Pelaksanaan pemecahan masalah (intervention) yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan dan bimbingan pembinaan lanjut. a. Bimbingan yaitu suatu proses kegiatan pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa, dan raga si klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, pengembangan masyarakat dan advokasi. b. Bimbingan dan pembinaan lanjut adalah suatu proses pemberdayaan dan pengembangan agar penerima pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan sosial.
5.
Evaluasi, terminasi dan rujukan a. Evaluasi adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah dan atau indikator-indikator keberhasilan pemecahan masalah. b. Terminasi
adalah
suatu
proses
kegiatan
pemutusan
hubungan
pelayanan/pertolongan antara lembaga dan penerima pelayanan (klien).
c. Rujukan adalah suatu kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi, mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan program pelayanan kesejahteraan sosial. B. Definisi Panti Sosial Secara etimologi panti sosial berarti rumah, tempat (kediaman) yang diberlakukan untuk kemasyarakatan. Secara konseptual dapat dikemukakan bahwa panti sosial adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial. Panti sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Departemen Sosial yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sehari-hari secara fungsional dibina oleh para Direktur terkait sesuai dengan bidang tugasnya. Panti Sosial dipimpin oleh seorang Kepala Panti. Panti sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, panti sosial menyelenggarakan fungsinya antara lain sebagai berikut : 1.
Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
2.
Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan
3.
Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental, sosial, phisik dan keterampilan
4.
Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut
5.
Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi
6.
Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rehabilitasi sosial
7.
Pelaksanaan urusan tata usaha. Panti Sosial Bina Karya mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan
dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi para gelandangan dan pengemis agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan18. C. Pelayanan Sosial Berbasis Panti Dari definisi diatas mengenai istilah pelayanan sosial dan panti dapat peneliti rumuskan bahwa pelayanan sosial berbasis panti merupakan jenis pelayanan yang bersifat rehabilitatif, dalam arti bahwa gelandangan dan pengemis dipandang sebagai orang yang berada dalam kondisi ketidakmampuan, ditelantarkan, dirugikan sehingga intervensi yang dilakukan adalah dengan melindungi dan merehabilitasi. Di dalam kalangan pekerja sosial istilah ini lebih dikenal dengan center based program (penanganan yang berbasis panti). Secara empirik lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud organisasi pelayanan manusia, mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenis pelayanan yang diberikan dalam pelayanan berbasis panti bagi gelandangan dan pengemis sebagai berikut : 1.
Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien.
2.
Pelayanan kebutuhan pangan yaitu pelayanan pemberian makan minum dengan berbagai menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.
18
Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003
3.
Pelayanan konseling yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peran sosial, memenuhi kebutuhan, dan memecahkan masalah.
4.
Pelayanan kesehatan yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.
5.
Pelayanan pendidikan yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti pendidikan formal.
6.
Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan pendidikan keterampilan kerja, seperti pertukangan, perbengkelan, kerajinan tangan, komputer dan sebagainya.
7.
Pelayanan bimbingan mental yaitu pelayanan bimbingan keagamaan dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.
8.
Pelayanan rekreasi dan hiburan yaitu pelayanan yang ditunjukan untuk memberikan rasa gembira dan senang melalui permainan, musik, media, dan kunjungan ke suatu tempat rekreasi. Tidak semua jenis pelayanan yang diatas tersebut mampu diberikan oleh lembaga
pelayanan sosial, hal tersebut disebabkan oleh faktor keuangan, kekurangan pegawai dan faktor lainnya yang menghambat pelayanan sosial.
D. Gelandangan dan Pengemis (gepeng) 1. Pengertian Gepeng Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut Depertemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup
mengembara di tempat umum.19 “Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta di muka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. 20 Gelandangan pengemis adalah seseorang yang hidup menggelandang dan sekaligus mengemis.21 Ali, dkk,. (1990) menyatakan bahwa gelandangan berasal dari gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana (lelana). Dengan strata demikian maka gelandangan merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarang tempat. 22 Menurut Mutholib dan Sudjarwo dalam Ali,dkk.,(1990) diberikan tiga gambaran umum gelandangan, yaitu : a. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakat, b. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai, c. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan.23 2. Permasalahan Sosial Gelandangan dan Pengemis Masalah sosial yang tidak bisa dihindari keberadaanya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di daerah perkotaan adalah masalah gelandangan dan pengemis.
19
Depertemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem. 20 Ibid, h. 2 21
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemi, hal 5 22
Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem 23
Ibid, h. 3
Permasalah sosial gelandangan dan pengemis merupakan akumulasi dan interaksi dari berbagai permasalahan seperti halnya
kemiskinan,
pendidikan rendah,
minimnya
keterampilan kerja yang dimiliki, lingkunagn, sosial budaya, kesehatan dan lain sebagainya. Adapun gambaran permasalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Masalah kemiskinan Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan jangkauan pelayanan umum sehingga tidak dapat mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga secara layak. b. Masalah Pendidikan Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan pengemis relatif rendah sehingga menjadi kendala untuk memperoleh pekerjaan yang layak. c. Masalah keterampilan kerja Pada umumnya gelandangan dan pengemis tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja. d. Masalah sosial budaya Ada beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi seseorang menjadi gelandangan dan pengemis. e. Rendahnya harga diri Rendahnya harga diri pada sekelompok orang, mengakibatkan tidak adanya rasa malu untuk meminta-minta. f. Sikap pasrah pada nasib Mereka menganggap bahwa kemiskinan dan kondisi mereka sebagai gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakukan perubahan. g. Kebebasan dan kesenangan hidup menggelandang
Ada kenikmatan tersendiri bagi sebagian besar gelandangan pengemis yang hidup menggelandang, karena mereka merasa tidak terikat oleh peraturan dan noma yang kadangkadang membebani mereka, sehingga mengemis adalah salah satu mata pencaharian. h. Masalah Kesehatan Dari segi kesehatan, gelandangan dan pengemis termasuk kategori warga Negara dengan tingkat kesehatan fisik yang rendah akibatnya rendahnya gizi makanan dan terbatasnya akses pelayanan kesehatan. Selain permasalahn diatas ada berbagai dampak yang ditimbulkan oleh permasalahn gelandanganan dan pengemis antara lain : a. Masalah Lingkungan Gelandangan dan Pengemis pada ummumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, tinggal di wilayah yang sebenarnya dilarang dijadikan tempat tinggal, seperti : taman-taman, bawah jembatan dan pinggiran kali. Oleh karena itu kehadiran mereka di kota-kota besar sangat mengganggu ketertiban umum, ketenangan masyarakat dan kebersihan serta keindahan kota. b. Masalah Kependudukan Gelandangan dan Pengemis yang hidupnya berkeliaran dijalan-jalan dan tempat umum, kebanyak tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK) yang tercatat dikelurahan (RT/RW) setempat dan sebagian besar mereka hidup bersama sebagai suami istri tanpa ikatan pernikahan yang sah. c. Masalah keamanan dan ketertiban Maraknya gelandangan dan pengemis disuatu wilayah dapat menimbulkan kerawaan sosial, serta mengurangi keamanan dan ketertiban di daerah tersebut. 3. Prinsip-prinsip Penangan Gelandangan dan Pengemis A. Prinsip-prinsip Umum
2. Pengharapan terhadap harkat dan martabat manusia, dimana gelandangan dan pengemis diterima dan dihargai sebagai pribadi yang utuh dalam kehidupan masyarakat (bersosialisasi kembali kemasyarakat). 3. Pengakuan terhadap hak gelandangan dan pengemis dalam menentukan nasipnya sendiri melalui pemberian kesempatan turut dalam merencanakan kehidupan/pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kemampuannya. 4. Pemberian
kesempatan
yang
sama
bagi
gelandangan
dan
pengemis
dalam
mengembangkan diri dan berperan serta dalam berbagai aktifitas kehidupan, tanpa membedakan suku, agama, rasa atau golongan. 5. Penumbuhan tanggung jawab social yang melekat pada setiap gelandangan dan pengemis yang dilayani. B. Prinsip-prinsip Khusus 1. Prinsip penerimaan gelandangan dan pengemis secara apa adanya. 2. Prinsip tidak menghakimi (non judgemental) gelandangan dan pengemis. 3. Prinsip Individualisasi, dimana setiap gelandangan dan pengemis tidak disamaratakan begitu saja, tetapi harus dipahami secara khusus sesuai dengan keunikan pribadi dan masalah mereka masing-masing. 4. Prinsip kerahasiaan, dimana setiap informasi yang diperoleh dari gelandangan dan pengemis dapat dijaga kerahasiaannya sebaik mungkin, terkecuali digunakan untuk kepentingan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis itu sendiri.
5. Prinsip partisipasi, dimana gelandangan beserta orang-orang terdekat dengan dirinya diikut sertakan dan dapat berperan optimal dalam upaya pelayanan dan rehabiltasinya kembali kemasyarakat. 6. Prinsip komunikasi, dimana kualitas dan intensitas komunikasi antara gelandangan dan pengemis dengan keluarga dan lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga berdampak positif terhadap upaya rehabilitasi gelandangan dan pengemis. 7. Prinsip kesadaran diri, dimana para pelaksana pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis secara sadar wajib menjaga kualitas hubungan profesionalnya dengan gelandangan dan pengemis, sehingga tidak jatuh dalam hubungan emosional yang menyulitkan dan menghambat keberhasilan pelayanan. 4. Masalah Penanganan dan Indikator Keberhasilan Dalam upaya pelayanan rehabiliatsi sosial gelandangan dan pengemis timbul permasalahan dalam penanganan seperti masalah organisasi, sumber daya manusia, pelayanan rehabilitasi sosial sarana prasarana. Untuk mewujudkan upaya dimaksud, maka diperlukan adanya suatu batasan-batasn minimal yang memiliki ukuran untuk mencapai pelayanan yang berkualiatas dan mendukung pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis. Indikator keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis : 1. Mereka tidak lagi menjadi gelandangan dan pengemis. 2. Mereka dapat mencari nafkah dengan cara yang sesuai dengan norma sosial masyarakat.
BAB III Gambaran Umum PSBK Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi 24
A. Profil Lembaga dan Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Departemen Sosial yang memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang meliputi : pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan dan resosialisasi, serta pembinaan lanjut bagi penyandang masalah gelandangan dan pengemis agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Pada tanggal 04 Oktober 1961 dengan nama “Komando Penampungan Pendidikan dan Penyaluran Tuna Karya” Seluruh Jawa di Bekasi (KOP.3.T.K). SK Mensos RI No. 41/HUK/KEP/XI/79/ tanggal 1 November 1979 perubahan nama menjadi Panti Rehabilitasi Gelandangan pengemis dan Orang Terlantar (PRPGOT) H.Moeljadi Djojomartono Bekasi di bawah naungan Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jawa Barat. SK Menteri Sosial RI No. 14/HUK/KEP/1994 tentang Penamaan UPT Pusat/Panti/Sasana, perubahan nama menjadi Panti Sosial Bina Karya "Pangudi Luhur" Bekasi. Panti Sosial Bina Karya "Pangudi Luhur" Bekasi beralamat di Jalan H. M. Djojomartono No. 19 Departemen Sosial, Bekasi Timur, Jawa Barat.
B. Visi dan Misi Visi “Mengembalikan fungsi sosial gelandangan, pengemis dan orang terlantar secara professional agar mampu berperan aktif, bermartabat yang memiliki kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat” 24
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. Copy righ 2007 dan 2009
Misi 1. Memberikan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Terhadap Gelandangan dan Pengemis beserta Keluarganya. 2. Memberikan pencegahan agar orang tidak menggelandang dan pengemis. 3. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan Rehabilitasi Sosial dan sebagai fungsi Laboratorium penanganan Gelandangan dan Pengemis beserta keluarganya. 4. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan Pelayanan Rehabilitasi Sosial. 5. Mengembangkan sistem rujukan sebagai jaringan kerja dengan instansi terkait.
C. Tugas Pokok, Tujuan dan Fungsi Panti Tugas pokok PSBK, memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi para gelandangan dan pengemis agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan. Tujuan Lembaga, terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan sosial bagi gelandangan dan pengemis yang meliputi pulihnya kembali rasa harga diri, kepercayaan diri, tanggung jawab sosial, serta mau dan mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat. Fungsi PSBK : 1. Penyusunan perencanaan program, evaluasi dan pelaporan. 2. Pelaksanaan Observasi, Identifikasi, Motivasi, Konsulatasi, Seleksi, Registrasi, Assesment, dan Rujukan.
3. Rehabilitasi Sosial yang meliputi Bimbingan Fisik, Mental, Sosial dan keterampilan terhadap Gelandangan dan Pengemis beserta keluarganya. 4. Resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut. 5. Layanan data, Informasi dan Advokasi Sosial. 6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan. 7. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha.
D. Struktur Organisasi PSBK Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor. 59/KUH/2003 tertanggal 23 Juli 2003, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial RI. Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” dipimpin oleh seorang kepala panti dibantu oleh satu kepala subbagian tata usaha, dua kepala seksi dan kelompok jabatan fungsional. Adapun skruktur organisasi di Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi adalah sebagaimana bagan di bawah ini:
STRUKTUR ORGANISASI Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi
KEPALA
Drs. Sebak Singkali
KA.SUB.BAGIAN TATA USAHA
Drs. Lusinto
KASIE PROG & ADVOKASI SOSIAL
KASIE REHABILITASI SOSIAL
Drs. Sugiono
Dra. Dewi Kania
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Dra. Shinta Lestari
KEPALA INSTALASI PRODUKSI
Drs. Alimin
E. Mekanisme Kerja 1. Kepala Panti Mempunyai tugas memimpin mengkoordinasi dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi gelandangan dan pengemis. 2. Sub. Bagian Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan. 3. Seksi Program dan Advokasi Sosial Menpunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program, pemberian informasi dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan serta melakukan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial. 4. Seksi Rehabilitasi Sosial Menpunyai tugas melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, phisik, keterampilan, resosialisasi, penyaluran, dan bimbingan lanjutan. 5. Kelompok Jabatan Fungsional Menpunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masingmasing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Instalasi Produksi Menpunyai tugas kegiatan keterampilan kerja yang bersifat ekonomi, produktif bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial pasca rehabilitasi agar mampu berperan aktif dalam masyarakat.
F. Komposisi Pegawai Pegawai Panti Sosial Bina Karya (PSBK) “Pangudi Luhur” Bekasi adalah berjumlah 65 orang, yang terdiri dari laki-laki 27 orang dan perempuan 38 orang yang terbagi kedalam jabatan strukturan dan fungsional. Komposisi pegawai PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi, menurut kedudukan dan jabatan ditunjukan di bawah ini : Tabel 3.1 Komposisi Pegawai Menurut Kedudukan dan Jabatan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kedudukan Struktural Fungsional Kepala Panti 1 Orang Ka. Subbag TU 1 Orang Ka. Sie Rehsos 1 Orang Ka. Sie PAS 1 Orang Sub Bagian Tata Usaha 23 Orang Seksi Rehsos 8 Orang Seksi PAS 5 Orang Pekerja Sosial 26 Orang Jumlah 27 Orang 39 Orang Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
Jumlah 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 23 Orang 8 Orang 5 Orang 26 Orang 66 Orang
Komposisi pegawai menurut tingkat pendidikan di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi pada tahun 2009, ditunjukan di bawah ini : Tabel 3.2 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Sarjana S1 Sarjana Muda SLTA SLTP SD Jumlah Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
Jumlah 16 Orang 8 Orang 39 Orang 2 Orang 65 Orang
Komposisi pegawai menurut tingkat golongan kepegawaian di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi pada tahun 2009, ditunjukan di bawah ini :
Tabel 3.3 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Golongan No 1 2 3 4
Golongan Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I Jumlah Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
Jabatan 6 Orang 44 Orang 13 Orang 2 Orang 65 Orang
G. Landasan Hukum 1. UU No. 6 th. 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial 2. PP No. 31 th. 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis 3. Keppres RI No. 40 th. 1993 tentang Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis 4. Kep. Mensos RI No. 30/HUK/1996 tentang Rehabilitasi Gelandangan dan Pengemis di dalam Panti Sosial 5. Kep. Mensos RI No. 59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial RI.
H. Sasaran dan Pelayanan 1. Gelandangan Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan tetap serta mengembara di tempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat.
2. Pengemis
Pengemis adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara alasan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. 3. Keluarga Gelandangan dan Pengemis Keluarga Gelandangan dan Pengemis adalah saudara atau family dari Gelandangan dan Pengemis. 4. Anak yang orang tuanya menjadi gelandangan dan pengemis 5. Pemulung gelandangan 6. Pengemis gelandangan 7. Pedagang asongan gelandangan.
I. Persyaratan Calon Keluarga Binaan Sosial 1. Sehat jasmani (tidak mempunyai penyakit menular atau kronis) 2. Sehat rohani (tidak mempunyai penyakit jiwa) 3. Tidak sedang berurusan dengan penegak hukum 4. Usia produktif ( secara fisik mampu bekerja keras ) 5. Tidak dalam keadaan hamil 6. Sudah berkeluarga atau masih bujangan 7. Bersedia mengikuti program pelayanan panti.
J. Waktu dan Kapasitas Pelayanan Dalam 1 (satu) tahun anggaran memberikan layanan sosial sebanyak 600 orang Tuna Sosial beserta keluarganya. Sementara ini pembinaan terhadap Gelandangan dan Pengemis selama 6 (enam) bulan. Ada wacana pelaksanaan pembinaan selama 1 (satu) tahun : 1. Perkembangan kepribadian klien belum matang.
2. Kemampuan keterampilan belum memadai. 3. Penyiapan penyaluran yang disesuaikan dengan penerimaan lapangan kerja. 4. Berdasarkan pertimbangan professional pelaksanaan pelayanan dapat diakhiri sebelum batas waktu yang ditentukan.
K. Proses Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Proses pelayanan yang diterima Keluarga Binaan Sosial (KBS) meliputi : 1. Rehabilitasi Sosial Proses rehabilitasi sosial antara lain : a. Tahap Pendekatan Awal Pada tahap ini Pekerja Sosial melaksanakan; (1) Informasi dan sosialisasi program. (2) Identifikasi masalah. (3) Konsultasi dan Motivasi. (4) Seleksi Penerimaan.
b. Tahap Penerimaan atau Pemanggilan Proses tahap Penerimaan meliputi ; (1) Registrasi; Registrasi dilaksanakan kepada Keluarga Binaan Sosial yang telah lolos seleksi. (2) Penelaahan dan pengungkapan masalah (Need Assesment). (3) Penempatan pada program. c. Tahap Bimbingan fisik, mental, sosial dan latihan keterampilan Kerja : (1) Bimbingan Fisik dan Mental meliputi : - Peraturan Baris Berbaris (PBB)
- Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) - Out Bond - Pendidikan Agama - Etika/ Budi Pekerti - Kebersihan lingkungan/K3 - Pemeriksaan Kesehatan (2) Bimbingan Sosial, meliputi : - Pertemuan Pagi - Bimbingan Perorangan - Dinamika Kelompok - Bimbingan Kelompok - Diskusi Kelompok - Kesehatan Masyarakat - Hidup Bermasyarakat - HIV/AIDS - Kesenian - Komunikasi (3) Bimbingan Keterampilan meliputi ; - Pembuatan Tahu/Tempe
Tahun 1986
- Olahan Pangan
Tahun 1995
- Pembuatan Batako
Tahun 1992
- Menjahit
Tahun 1961
- Tata Rias Kecantikan
Tahun 1996
- Sablon
Tahun 1996
- Elektro
Tahun 1961
- Montir Motor
Tahun 1961
- Pertukangan Las
Tahun 1961
- Pertukangan Kayu
Tahun 1961
- Montir Mobil
Tahun 2008
- Pertanian
Tahun 2008
- Musik
Tahun 2008
2. Resosialisasi Resosialisasi, meliputi : (a) Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat (b) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat (c) Bimbingan bantuan stimulan usaha produktif (d) Penyaluran
3. Bimbingan Lanjut Bimbingan Lanjut, meliputi ; (a) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat. (b) Bantuan pengembangan usaha/kerja. (c) Bimbingan pemantapan usaha/kerja.
L. Pembiayaan Operasional
Anggaran dan pembiayaan pada PSBK “Pangudi Luhur” Bekasi sepenuhnya diperoleh dari Departemen Sosial RI.
M. Kerja Sama Lintas Sektoral Dalam melaksanakan rehabilitasi sosial, PSBK "pangudi Luhur' Bekasi bekerja sama dengan berbagai instansi terkait antara lain :
- Dinas Nakertrans Kota Bekasi - Kantor Kependudukan Kabupaten Bekasi - Dinas Kependudukan Kota Bekasi - Kandep Agama Kota Bekasi - KUA Kecamatan Bekasi Timur - Kepolisian - Badan/Kantor/Dinas Sosial Sejawa Barat - Dan beberapa perusahaan tempat PBK di sekitar Bekasi.
N. Sarana dan Prasarana 1. Sarana a) Luas Tanah
: 51.616 M2
b) Kantor
: 2 Unit
c) R. Keterampilan
:12 Unit
d) R. Kelas
: 3 Unit
e) Aula
: 2 Unit
f) Bengkel
: 1 Unit
g) Gudang
: 1 Unit
h) Poliklinik
: 1 Unit
i) Pondok/Asramah
: 34 Unit
Pondok / Asrama WBS 1) Type 21 : 14 Unit (@ 5 Pintu) 2) Type 18 : 20 Unit (@ 5 Pintu) 3) M C K : 6 Unit (@ 20 Pintu) j) MCK
: 6 Unit
k) TPA
: 1 Unit
l) Wisma Tamu
: 1 Unit
m) Rumah Dinas
: 34 Unit
n) Mushola
: 1 Unit
o) Lahan Pertanian
: 5000 M2
2. Prasarana a) Peralatan Kantor b) Peralatan Praktek Keterampilan c) Peralatan Kesenian d) Mobilitas 1) Roda 6
: 3 Unit
2) Roda 4
: 3 Unit
3) Roda 2
: 6 Unit
e) Telephon / Fax f) Aiphone g) Penerangan Lisrik h) Air Jet Pump Luas tanah 3 Panti
: 15.616 M2
Luas PSBK seluruhnya
: 51.616 M2
Luas tanah untuk bangunan
: 44.412 M2
Luas tanah untuk sarana
: 4.204 M2
Tanah kosong Pertanian
: 2.000 M2
O. Pembimbing Pondok Tahun 2009 Tabel 3.4 Daftar Nama-Nama Pembimbing Pondok Pondok Anggrek 3 Aster 3 Aster 4 Aster 5
Pembimbing Ibu Sri Wibowo Murtini Ibu Yustina Winarti Ibu Martina Tarigan Bapak Sumino
Penanggung Jawab Ibu Amilya Ibu Amilya Ibu Amilya Ibu Amilya
Cempaka 2 Cempaka 3 Cempaka 4 Dahlia 1
Bapak Indra Guntur Ibu Suhartiningsih Ibu Edina Sitanggang Ibu Cahya Kirani
Ibu Yunie Ibu Amilya Ibu Amilya Ibu Yunie
Cemara 1 Cemara 2 Cemara 3 Cemara 4
Ibu Tri Hartati Ibu Nia Dania Bapak Cecep Bapak Nana Sumarna
Ibu Yunie Ibu Yunie Ibu Yunie Ibu Yunie
Beringin 1 Beringin 2 Beringin 3 Beringin 4
Bapak Raden Ibu Nuni Bapak Pujiyanto Bapak Djajadi
Bapak Alimin Bapak Alimin Bapak Alimin Bapak Alimin
Angsana 1 Angsana 2
Bapak Edison Ibu Dedeh
Bapak Alimin Bapak Alimin
Koordinator Pekerja Sosial
: Ibu Dra. Shinta Lestari
Penanggung Jawab Rehabilitasi Sosial
: Ibu Dra. Laila Kurniati Akbariah
Penanggung Jawab Program & Advokasi Sosial
: Ibu Dra. Yuyun Susilawati
P. Jumlah WBS Kelayan Angkatan I Tahun 2009 Tabel 3.5 Jumlah WBS Angkatan I Tahun 2009 Keterangan WBS Produktif Kepala Keluarga Isteri Singel (Bujang) WBS Non Produktif Anak Usia Sekolah Anak Usia Balita
Pria
Wanita
Jumlah
68 Orang
53 Orang 19 Orang
53 Orang 53 Orang 87 Orang
7 Anak
1 Anak
8 Anak
53 Orang
24 Anak
20 Anak Jumlah WBS Sumber : TU PSBK “Pangungi Luhur” Bekasi
44 Anak 254 Orang
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Tahapan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis dilaksanakan melalui suatu rangkaian proses yang mengacu pada tahapan pertolongan pekerja sosial kepada klien yaitu gelandangan dan pengemis. Klien atau anggota penerima pelayanan sosial adalah para gelandangan dan pengemis hasil dari motivasi dan seleksi yang dilakukan oleh para peksos dan pegawai PSBK yang turun kejalan untuk memberikan informasi dan sosialisasi program kepada gelandangan dan pengemis yang ada dijalan-jalan serta kantong-kantong kumus. Pelayanan sosial ini diberikan kepada mereka yang tertarik untuk mengikutinya dan bagi mereka yang tidak berminat dari PSBK tidak memaksakannya karena jika mereka dipaksa percuma nanti mereka kabur. Mereka yang mengikuti pelayanan di PSBK ini banyak yang telah berumah tangga namun ada juga yang masih bujangan latar belakang pendidikan mereka yang hanya tingkat SD bahkan tidak tamat. Pemberi atau pembimbing yang memberikan pelayanan sosial di PSBK ini adalah mereka yang disebut sebagai pekerja sosial (peksos) baik yang lulusan STKS Bandung, PTN/S maupun lulusan tingkat SMA. Mereka sudah sangat pengalaman dan tidak diragukan lagi karena sudah bertahun-tahun dalam memberikan pelayanan sosial di PSBK ini. Pekerja sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan perannya. Dengan kata lain, nilai, pengetahuan
dan keterampilan professional pekerjaan sosial pada dasarnya adalah untuk meningkatkan keberfungsian sosial klien yang dibantunya.25 Pelayanan sosial diberikan di PSBK ini berlangsung selama 6 (enam) bulan. Mereka diberikan berbagai macam jenis-jenis pelayanan antara lain Pelayanan Pengasramaan, Pelayanan Kebutuhan Pangan, Pelayanan Konseling, Pelayanan Kesehatan, Pelayanan Pendidikan, Pelayanan Keterampilan, Pelayanan Bimbingan Mental, dan Pelayanan Rekreasi dan Hiburan. Pemberian pelayanan sosial di PSBK memiliki tahapan-tahapan yaitu sebagai berikut : 1.
Pendekatan Awal Adalah serangkaian kegiatan untuk mendapatkan pengakuan/dukungan/bantuan, dan peran serta dalam pelaksanaan program, termasuk upaya memperoleh gambaran potensialitas sumber-sumber pelayanan, pasar usaha dan kerja serta untuk mendapatkan calon klien. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut : “Pendekatan awal yang di lakukan oleh PSBK pertama kita membuat surat-surat ke Dinas Sosial dalam rangka untuk pengadaan calon warga binaan sosial, jadi dari kita membuat surat-surat yang didalamnya tertera seperti persyaratan-persyaratan dan disebutkan juga keterampilan apa-apa yang ada di PSBK kemudian surat tersebut disebarkan kedinas-dinas sosial yang ada di Jawa Barat, kita sampai detik ini masih di Jawa Barat saja belum keluar jawa, tapi ada juga WBS yang dari padang, medan, ambon, harusnya dari seluruh Indonesia tapi itu belum keseluruhan dikarenakan faktor dana yang kurang26”.
25
Suharto, Edi, “Pekerjaan Sosial dan Paradigma Baru Kemiskinan” Tim Penelitian Kemiskinan Depsos RI, 2006 26 Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
Pendekatan dimaksud, meliputi kegiatan-kegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi, motivasi dan seleksi dengan rincian sebagai berikut : a. Orientasi dan konsultasi Yaitu kegiatan pengenalan program pelayanan kepada Pemerintah Daerah, instansiinstansi teknis, dan pilar-pilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang terkait untuk mendapatkan pengesahan/pengakuan, dukungan/bantuan dan peran sertanya dalam pelaksanaan program. Pendekatan awal pertama kali di lakukan oleh PSBK dalam bentuk orientasi dan konsultasi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Wilayah-wilayah yang banyak gepengnya setelah kita orientasi dan konsultasi kita datang kedinas sosial, yang di maksud konsultasi yaitu dalam rangka pengadaan klein, jadi kita sebelum motivasi ke daerah-daerah kumuh kita orientasi dulu kedinasdinas sosial kita datangi mereka kita tanya daerah-daerah kumuh mana saja yang ada gepengnya, kita tanyakan mengenai data-data gepeng yang ada di daerah mereka, itu yang di maksud orientasi27”. Dalam menjalankan orientasi dan konsultasi PSBK juga mengalami faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan orientasi dan konsultasi, seperti yang diutarakan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah di bawah ini :
“Faktor Pendukungnya yaitu kita dapat bantuan dari pihak dinas sosial yang mau kita ajak kerja sama. Penghambatnya, kadang-kadangkan dia juga punya kerjaan jadi mungkin kita hanya sekedar menitipkan pesan untuk menyampaikannya ketingkat bawah kekecamatan, kekelurahan dirapat-rapat yang mereka adakan di kecamatan atau mungkin dulukan kita punya PSK (Pekerja Sosial Kecamatan) atau ada PSMnya (Pekerja Sosial Masyarakat) yang dari dinas sosialnya menyampaikan ke PSMnya. Kadang kita bisa ikut terjun langsung kadang juga tidak bisa, itu penghambatnya. Jadi kadang-kadang kita titip pesan, mengenai pelayanan disini seperti apa, nanti 27
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
mereka yang menyampaikan lagi ketingkat yang lebih bawah, kalau misalkan mereka dapet ada orang yang mau berminat, dari pihak dinas sosial menghubungi kembali ke kita, mereka bilang di daerah A misalkan ingin mengikuti program pelayanan disini, sudah di motivasi misalkan oleh dinas sosial tanpa sepengetahuan dari kita, mungkinkan kita harus motivasi ulang karena belum tentu apa yang disampaikan oleh dinas sosial sama dengan apa yang kita inginkan walaupan kita secara lisan dan liflet itu kita kasih tapi mungkin penyampaiannya kadang berbeda jadi kita kembali memotivasi ulang, program pelayanan di PSBK seperti ini, itu mungkin yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam orientasi dan konsultasi28”.
b. Identifikasi Ialah kegiatan upaya untuk memperoleh data yang lebih rinci tentang diri gelandangan dan pengemis serta potensi lingkungan, termasuk sumber-sumber pelayanan dan pasaran kerja dan usaha, fasilitas/garis kemudahan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Identifikasi itu adalah pendataan maksudnya calon-calon WBS yang dikantongkantong kumuh itu di identifikasi apa memang dia sesuai dengan garapan di PSBK atau tidak, itu di identifikasi. Nah setelah orientasi dan konsultasi serta identifikasi ini kita laksanakan, baru kita lakukan motivasi, kitakan udah tau didaerah mana saja yang banyak gepengnya, misalnya di daerah ini banyak gepengnya langsung kita motivasi kesana29”.
c. Motivasi Ialah kegiatan program pengenalan kepada gelandangan dan pengemis untuk menumbuhkan keinginan dan dorongan yang tinggi dalam mengikuti, melaksanakan program pelayanan dan rehabilitasi sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut :
28
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 29
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
“Motivasi yaitu kegiatan pengenalan program kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial untuk menumbukan kemauan atau keinginan dan semangat untuk menjadi warga binaan sosial atau klien di panti kita. itulah tujuan motivasi yang kita lakukan di PSBK. Motivasi dimaksudkan agar terciptanya kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional terutama dalam rangka mendapatkan calon warga binaan sosial yang mempunyai kesadaran, untuk memperbaiki kualitas hidupnya sesuai harkat dan martabat kemanusiaanya30”. Ketika melakukan motivasi kepada calon warga binaan sosial PSBK yang disampaikan kepada mereka yaitu : “Kita menawarkan program di PSBK, bahwa di kita di panti ada program ini, ini, ini, misalnya dari bimbingan mental, sosial sampai keterampilan itu kita kasih tau kepada mereka dan kita ajak mereka dari pada mereka menggelandang, lebih baik mereka direkrut ke kita meskipun di kita hanya enam bulan tetapi minimal membuat mereka menambah ilmu dari yang tidak tau menjadi tau31”.
Ibu Dra. Dewi Kania sebagai kepala seksi Rehsos juga menambahkan terkait apa yang disampaikan pada saat sosialisasi dan motivasi yang dilakukan oleh PSBK kepada para calon warga binaan sosial, yaitu : “yang disampaikan ya program pantilah, iya semua tidak ada yang kita tutupi kita pait-paitin langsung, kita tidak janji yang manis-manis, yang pait-pait kita sampaikan makanya kalau mentalnya sudah jatoh duluan tidak kita rekrut, kita tidak bilang pondoknya bagus seperti itu misalnya dibuat dari keramik, pokoknya kasih pondok tempat tinggal keadaan seperti ini, masak sendiri, mck ,mck ramai-ramai, makanya kalau memang yang mau mundur, mundur sekarang, jangan sampai setelah direkrut dibawa kesini, tidak taunya minta pulang32”.
Dalam melakukan motivasi PSBK ada terdapat juga faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan motivasi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut :
30
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 31
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 32
Wawancara pribadi dengan kepala seksi Rehsos Ibu Dra. Dewi Kania , Bekasi Senin, 27 Juli 2009
“Selama ini yang menjadi hambatan kalau kita langsung datang kekantong-kantong dan mereka rata-rata pengamen atau pemulung, mereka sudah mempunya penghasilan yang besar ada yang 30.000 sehari, sedangkan mereka diajak oleh kita otomatis kita tidak memberikan apa-apa kecuali pelatihan dan makan mereka, yang bersifat natura itu. Jadi kita harus pintar-pintar bilangin kepada mereka. Kalau pendukung mah banyak, Alhamdulillah kalau kita dinas sosial rata-rata mendukung ke kita, ayo bu malahan mereka merasa terbantu dengan kita dan mereka mendukung memberitahukan disini ada warga yang tidak punya pekerjaan sama sekali, yang tidak punya rumah sama sekali. Jadi kadang-kadang banyak pendudukungnya itu kalau di luar. Kalau dari kita ya ada pendukungnya yaitu salah satunya dana33”.
d. Seleksi Ialah kegiatan pengelompokan/klasifikasi penyandang masalah kesejahteraan sosial terutama yang sudah dimotivasi, untuk menentukan siapa yang memenuhi persyaratan dan siapa yang tidak dapat diterima menjadi calon penerima pelayanan, pada saat seleksi yang dilakukan oleh PSBK. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut : “Seleksi, setelah ada pemanggilan mereka datang ke PSBK, dimotivasi kembali setelah datang kesini, dimotivasi kembali mau tidak setelah melihat kondisi keadaan disini di panti ini, ternyata oh iya bu berminat baru di seleksi, di seleksi itu ditanya, ditanya jawab diwawancara sama peksos34”. Pada saat seleksi para calon warga binaan sosial yang akan mendapatkan pendidikan di PSBK ini diwawancarai oleh peksos dengan diberikan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Yuyun Susilawati sebagai berikut : “Nanti ada belangko seleksinya misalnya dari nama, asal dia lahir, sampai keluarganya, apa dia masih punya keluarga, itu seleksi awal karena nanti seleksi juga ada kalau jadi disini mau ikut keterampilan apa, jadi yang gitu ada penjelasanpenjelasan35”. 2. Penerimaan 33
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 34
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 35
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab pendekatan awal Ibu Dra. Yuyun Susilawati, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
Adalah serangkaian kegiatan administratif maupun teknis meliputi registrasi, dan penempatan dalam program pelayanan yang dilaksanakan pada saat calon penerima pelayanan hasil seleksi secara syah diterima sebagai klien definitif di panti. Kegiatan penerimaan tersebut secara operasional adalah sebagai berikut : a. Registrasi Ialah kegiatan registrasi administrasi pencatatan dalam buku induk penerima pelayanan (setiap penerima pelayanan 1 klien agar diberi NIP/NIK) dan mengkompilasikan berbagai formulir isian untuk mendapatkan penerima pelayanan definitif lengkap dengan segala informasi/biodatanya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai berikut : “Jadi begitu siswa datang seperti biasa kita kasih arahan dulu mengenai latar belakang kita disini gambaran mengenai PSBK kita berikan, kemudian setelah itu mereka memahami dan mereka betul mau disini, baru kita seleksi biasanya kita tanya dari latar belakangnya dulu menggelandang dimana, kemudian penghasilannya berapa dan lain-lain semuanya. Kalau itu sudah semua kita tulis baru kita kemudian ada semacem pernyataan bahwa dia harus sanggup mentaatin semua peraturan disini segala macemnya, langsung dia tanda tangan pernyataan itu dan siaplah mereka mengikuti apa yang ada di PSBK36”.
b. Penempatan dalam program rehabilitasi sosial Adalah kegiatan pengelompokan bakat dan minat para penerima pelayanan (klien) dipadukan dengan program bimbingan, khususnya program keterampilan kerja praktis yang sudah diprogramkan (sesuai dengan inventarisasi pasaran usaha/kerja) untuk menambahkan semangat dan kecintaan untuk mengikuti bimbingan kerja tersebut.
36
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Kamis, 13 Agustus 2009
Ibu Suhartiningsih, Bekasi,
Pada proses penerimaan setelah registrasi dilakukan oleh petugas registarasi yaitu peksos kemudian penempatan dalam program rehabilitasi sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai berikut : “Kalau udah beres semua baru kita penempatan, bisanya pada tahapan ini kita menyeleksi segala macam, penempatan pondok, penempatan program, biasanya mereka memilih keterampilan tapi kita arahkan kira-kira sesuai tidak dengan asal daerahnya, dia minatnya begini kira-kira bisa tidak dikembangkan di daerahnya kalau memang dia kekeh dengan pilihannya ya kita coba, tapi kadang-kadang ada juga yang tidak sesuai dengan pendidikan sehingga kita alihkan yang sesuai dengan kemampuannya37”.
3. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment) Ialah upaya untuk menelusuri, menggali data penerima pelayanan (klien), faktor-faktor penyebab masalahnya tanggapannya serta kekuatan-kekuatannya dalam upaya membantu dirinya sendiri. Hal ini dapat dikaji, dianalisa dan diolah untuk membantu upaya rehabilitasi sosial, dan resosialisasi bagi penerima pelayanan (klien). Pada saat pengungkapan masalah (assesmen) biasanya yang dilakukan oleh Peksos untuk memahami masalah calon warga binaan sosial di PSBK ini adalah menggalih permasalahannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai berikut : “Kita harus galih permasalahannya kenapa mereka sampai disini, permasalahan apa si yang mendasar sampai dia masuk sini. Tujuannya agar benar-benar mereka sesuai dengan sasaran pelayanan kita gelandangan, pengemis, orang-orang terlantar, kadangkadang juga orang yang datangkan setelah kita telusurin tidak sesuai dengan sasaran pelayanan kita38”.
37
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009 38
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009
Dalam melakukan assessment sering kali peksos juga mengalami kesulitan untuk menggali dan mengungkapkan masalah yang mereka alami. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai berikut : “Ya memang sebetulnya kita tidak bisa langsung menanyakan, kita harus bisa pintarpintar nanya, namanya orang jalanankan. Seharusnya kita terlebih dahulu kekeluarganya atau ketemennya sementara kita hanya semampunya mendapatkan informasi, kalau ada keluarganya yang bisa kita hubungin ya kita hubungin, kalau tidak ya melalui dia saja. Baru nanti ada tahap lanjutan yaitu konsultasi keluarga, selama ini ada lewat temen, informan-informan itu yang bisa kita kontak tapi mungkin banya berapa persen saja, karena yang namanya orang jalanankan kita ga tau keluarganya dimana39”.
4. Bimbingan Mental, Sosial, Fisik dan Keterampilan Adalah serangkaian kegiatan teknis operasional yang diarahkan untuk pulihnya kembali harga
diri,
kepercayaan
diri,
disiplin,
kemampuan
integrasi,
kesadaran
dan
tanggungjawab sosial kemampuan penyesuaian diri dan penguasaan satu atau lebih jenis keterampilan kerja sebagai bekal untuk dapat bermata pencaharian layak dalam tatanan hidup masyarakat. Adapun kegiatan ini meliputi : a. Bimbingan Mental Ialah kegiatan bimbingan atau tuntunan untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi. Dalam bimbingan mental yang dilakukan oleh PSBK adalah dengan memberikan kegiatan keagamaan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut :
39
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Kamis, 13 Agustus 2009
Ibu Suhartiningsih, Bekasi,
“Contoh dari kegiatan bimbingan mental yaitu bimbingan keagamaan jadi kita kasih pengetahuan atau materi mengenai agama, kalau misalnya agama islam ya materinya agama islam kalau ada diluar agama islam misalnya yang Kristen bu dina yang suka memberikan bimbingan khusus agama kristen. Jadi cuma agama saja kalau bimbingan mental40”.
b. Bimbingan Sosial Ialah serangkaian bimbingan kearah tatanan kerukunan dan kebersamaan hidup masayarakat, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kesadaran dan tanggungjawab sosial baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat klien. Banyak sekali Bimbingan Sosial yang diberikan oleh peksos kepada warga binaan sosial karena bertujuan agar timbul sebuah kesadaran dalam diri mereka dan tanggung jawab sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Suhartiningsih sebagai berikut : “Kalau bimbingan sosial banyak, ada pertemuan pagi, bimbingan kelompok, ada diskusi kelompok, terus dinamika kelompok, ada juga pemberian materi mengenai kesehatan masyarakat dan HIV/AIDS, terus ada etika, bimbingan kewirausahaan dan banyak lagi bisa dilihat dijadwal41”. Peneliti waktu pada saat menjalankan praktikum juga pernah mengikuti kegiatan PP (Pertemuan Pagi) di kelas, pertemuan pagi ini materi yang diberikan kepada warga binaan sosial berisikan pengaduan warga binaan sosial, ungkapan perasaan, himbauan, motivasi, penghargaan, kata mutiara, informasi media, dudukduduk santai sambal nyanyi-nyanyi dengan iringan musik menggunakan gitar, penghargaan warga binaan sosial terbaik, disinilah praktikan kagum dengan seorang
40
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 41
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
peksos karena fungsinya menjadi seorang guru, motivator, pembimbing, pendidik, orang tua, dan lain-lainnya 42. Peneliti waktu itu pada saat menjalankan Praktikum II di PSBK “Pangudi Luhir” sempat juga mengikuti kegiatan diskusi kelompok, pada kegiatan ini warga binaan sosial diberi sebuah permasalahan yang dialami oleh mereka dalam bermasyarakat dan mereka harus memecahkan bersama-sama permasalahn tersebut dengan warga binaan sosial lainnya dan mereka diberi kesempatan untuk mencari jalan keluar sendiri dalam sebuah permasalahan atau pemecahan masalah yang diberikan, masing-masing warga binaan sosial memberikan pendapat, masukan dan argument untuk menyelesaikan masalah tersebut, gunanya setelah mereka selesai pendidikan disini jika mereka mengalami masalah, mereka dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri nantinya dengan permasalahn yang mereka hadapi, dalam keluarga maupun dalam bermayarakat43.
c. Bimbingan Fisik Ialah kegiatan bimbingan/tuntunan untuk pengenalan dan praktek cara-cara hidup sehat, secara teratur dan disiplin agar kondisi badan/fisik dalam keadaan selalu sehat. PSBK mengadakan juga beberapa jenis bimbingan fisik, bimbingan tersebut diantaranya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Kalau bimbingan fisiknya yaitu SKJ (Senam Kesegaran Jasmani) sama PBB (Peraturan Baris Berbaris) dan olah raga44”. 42
Observasi dan Catatan Lapangan pada Tgl 19 Maret 2009 pada saat peneliti melakukan praktikum di PSBK ini. 43
Observasi dan Catatan Lapangan pada Tgl 23 Maret 2009 pada saat peneliti melakukan praktikum di PSBK ini. 44
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
d. Bimbingan Keterampilan Kerja Ialah serangkaian usaha yang diarahkan kepada klien untuk mengetahui, mendalami dan menguasai suatu bidang keterampilan kerja tertentu, sehingga menjadi tenaga yang terampil dibidangnya yang memungkinkan mereka mampu memperoleh pendapatan yang layak sebagai hasil pendayagunaan keterampilan kerja yang mereka miliki tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah satu peksos yang bertanggung jawab tentang keterampilan Ibu Amilya S.Sos sebagai berikut : “Bimbingan keterampilan di PSBK ini terdiri dari 12 macam ilmu keterampilan tapi tingkatnya tingkat dasar, jadi untuk tingkat terampil kita melaksanakan PKL, PKL itu istilahnya PPK latihan kerja, latihan kerja ditempat yang sudah professional, misalnya keterampilan motor itu ditempat bengkel motor, kalau yang mobil bengkel mobil, jadi itu keterampilan yang bervariasi. Keterampilan angkatan pertama ada 12 keterampilan dan sekarang angkatan ke dua ada 10 keterampilan jenisnya antara lain yaitu tata rias, menjahit, olahan pangan, montir motor, montir mobil, elektro, batako, las, pertukangan kayu dan tahu tempe 10 kalau yang sekarang, angkatan kemarin 12 dikarenakan minat dari yang sekarang hanya ada di 10 keterampilan tersebutyang dua lagi tidak dipilih dan tidak ada peminatnya45”.
Dalam penyelenggaraan keterampilan di PSBK ada juga hambatan atau kendala dalam menyelenggarakan keterampilan yang di alami oleh PSBK. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Amilya S.Sos sebagai berikut : “Kendalanya fasilitas kita ini masih manual, terus untuk instruktur itupun terbatas kendalanya karena biaya, kalau kita panggil yang cukup professional bukan berarti yang sekarang tidak professional mengajar tapi yang cukup professional yang sesuai dengan pangsa pasar itu honornya tidak mencukupi ibarat kata tidak memadai, yang kedua waktu, kenapa kita bilang waktu karena keterampilan yang kita berikan ini hanya sampai tingkat dasar dan waktunya juga terbatas, waktu terbatas itu dibatasin sampai enam bulan maksimal, mereka optimal bisa melaksanakan lima bulan karena tersita waktu dengan out bond dan ada pra pelatihan, latihan nanti evaluasi kalau kitakan schadulnya gitu46”.
45
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab keterampilan Ibu Amilya S.Sos, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 46
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab keterampilan Ibu Amilya S.Sos, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
5. Resosialisasi Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah yaitu di satu pihak untuk mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh ke dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif, dan di satu pihak lagi untuk mempersiapkan masyarakat khususnya masyarakat daerah asal atau lingkungan masyarakat di lokasi penempatan kerja/usaha klien agar mereka dapat menerima, memperlakukan dan mengajak serta untuk berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan. Adapun kegiatan resosialisasi meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a. Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat Ialah kegiatan bimbingan/tuntunan pendekatan untuk menumbuhkan kemauan keluarga, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi sosial. b. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat Ialah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan agar klien tersebut dapat melaksanakan seluruh kegiatannya sesuai dengan norma yang berlaku dan menghindari kegiatan yang menjadi larangan-larangan masyarakat. c. Pemberian bantuan stimulans usaha produktif Ialah serangkaian kegiatan pengadaan bantuan peralatan dan bahan untuk mempersiapkan klien dapat melaksanakan praktek bermata pencaharian dan bantuan tersebut bersifat merangsang usaha-usahanya agar dapat lebih berkembang.
d. Bimbingan usaha/kerja Ialah kegiatan tuntutan praktek berusaha/bekerja untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang layak, serta praktek mengelola usaha, menuju terciptanya kondisi usaha yang efektif dan efisien. 6. Penyaluran Adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan penerima pelayanan kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normatif baik di lingkungan keluarga, masyarakat, daerah asal maupun kejalur-jalur lapangan kerja/usaha mandiri (wirausaha) dengan bertransmigrasi. 7. Bimbingan Lanjut Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada klien dan masyarakat guna lebih memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan serta penghidupan yang layak. Setelah para warga binaan sosial selesai mengikuti pendidikan di PSBK ini, tidak dilepas begitu saja oleh PSBK namun ada bimbingan lanjut yang diberikan oleh PSBK. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Bimbingan lanjut itu dilakukan setelah lewat 3 bulan WBS selesai mengikuti pelayanan disini, kita adakan bimbingan lanjut tapi tidak semua WBS yang pernah mengikuti pelayanan disini kita binjut, disesuaikan dengan dana yang ada terus kita pilih kira-kira ada WBS yang kita dengar mereka setelah keluar dari sini suka ngasih kabar, saya buka usaha nah kita binjut kita melihat sampai sejauh mana sih keterampilan yang mereka ikuti disini dan paket yang kita dikasih bisa mereka gunakan untuk buka usaha. Jadi setelah mereka keluar tidak kita lepas begitu aja kita juga pantau, kita liat, apakah mereka dengan paket yang kita bekali bisa buka usaha terus keterampilan yang dia ikuti diterapkan apa tidak, jadikan ada manfaatnya atau tidak mereka selama ikuti kegiatan disini, jadi kita binjut47”. 47
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
Dalam melaksanakan bimbingan lanjut ada juga faktor penghambat yang sering PSBK alami. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Mereka gepeng, nah kadang-kadang kita alamat yang pertama dia kasih disini belum tentu dia kembali ke situ, karena mereka gelandangan tidak menetap disatu tempat jadi kemungkinan bisa beralih alamat itu yang kesatu. Yang kedua kalau misalkan dia kembali kedaerah asal dia pulang kampung halaman kadang-kadang lokasinya sulit banget, susah gitu kita cari, sulitlah untuk dijangkau kadang-kadang seperti itu. Faktor dana juga karena dananya sedikit. Selanjutnya dari pihak WBSnya sendiri kalau mereka sudah selesai dan bisa kita hubungin mau buka usaha terbenturnya pada modal karena paket yang kita berikan disini tidak lengkap mereka mau buka usaha dengan paket yang kita kasih dengan alakadarnya susah, jadi faktor dana untuk buka usaha biasanya mereka alami seperti itu48”.
Pada tahap bimbingan lanjut secara operasional PSBK melaksanakannya dalam 3 kegiatan yaitu : a.
Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan. Ialah kegiatan bimbingan usaha bimbingan/tuntunan untuk lebih memantapkan kemampuan penyesuain diri dalam tata hidup bermasyarakat dan keikutsertaan mereka dalam proses pembangunan sesuai dengan kemampuannya. Dalam bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan yang dilakukan oleh PSBK antara lain adalah : “Peran serta masyarakat biasanya gini kalau misalkan WBS itu mau selesai mengikuti kegiatan disini, tapi kita belum melaksanakan itu. Jadi contohnya sebelum WBS kembali kedaerah asalnya kita datang kesana ketempat WBS itu berasal terus kita adakan koordinasi dengan pihak aparat setempat disana masyaraat disana kalau kita itu ingin mengembalikan warganya yang sudah pernah ikut pelatihan disini, jadi mereka siap, fungsinya saling ada kerja sama disini dikasih keterampilan, dikasih paket dan pihak sana mestinya juga menyediakan sarana lebih lanjut jadi mereka
48
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
pulang dari sini itu bisa kerjasama dengan aparat disana gitu tapi selama ini sulit untuk dilakukan49”. Banyak yang menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Daerah setempatnya itu yang tidak punya sarana untuk membimbing lebih lanjut, jadi mereka cuma alhamdulillah saja mereka dididik disini nanti selebihnya setelah mereka keluar mereka mau apain ya sudah tidak ada lagi bimbingan dari sana, semestinyakan kita saling kerja sama, disini kita didik nah mereka yang membuat suatu apalah misalkan di didik lebih lanjut dari dinas sosial setempatnya seperti di serang pernah seperti itu dulu dan tidak tau sekarang ini. Jadi setelah mereka keluar dari sini dinas sosial juga ada bantuannyalah, kalau mereka benar mau bikin buka usaha saling kerja sama jadi tidak hanya membebankan pada pihak panti, padahal pihak panti cuma punya dana hanya untuk paket dan sangat sulit jika mereka untuk buka usaha, oleh karena itu harus bisa kerja sama semestinya, tetapi dinas sosial belum bisa diajak kerja sama mungkin mereka terbentur dana juga karena mereka tidak punya dana untuk membantu. Di serang pernah seperti itu jadi mereka yang pernah ikut pendidikan disini, mau buka usaha disana di bantu dengan dinas sosialnya50”.
b. Bantuan pengembangan usaha/bimbingan peningkatan keterampilan. Ialah serangkaian kegiatan yang diarahkan kepada penerima pelayanan dalam bentuk pemberian bantuan ulang balik berupa peralatan dan bahan permodalan maupun pemantapan keterampilan, sehingga jenis usaha/kerjanya lebih berkembang. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Jadi WBS yang udah buka usaha bikin proposal ke kita dia ngajuin apa kekurangnya nanti setelah kita dapat proposal itu, kita liat kesana ke lokasi benar tidak dia buka usaha, benar tidak dia kekurangan itu barang, misalnya oh iya benar nah nanti kita kesana lagi untuk memberikan bantuan jadi ada monitoring dan evaluasinya ada. Tapi kalau dia benar-benar buka usaha dan kita kasih bantuan lebih lanjut cuma tidak berbentuk uang, berbentuk barang, kalau uang ya namanya 49
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 50
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
uanglah bisa aja dia lagi kekurangan uang, uangnya di pakai jadi tidak berbentuk uang tapi berbentuknya barang yang dia butuhkan51”.
c. Bimbingan pemantapan kemandirian/peningkatan usaha/kerja. Ialah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada penerima pelayanan guna
dapat
meningkatkan
usaha
ekonomis,
produktif,
sehingga
dapat
mengembangkan jenis dan jumlah penghasilannya. Pada bimbingan pemantapan kemandirian dan peningkatan usaha kerja, PSBK secara langsung menggabungnya pada saat bimbingan lanjut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Nah itu tidak pernah kita laksanakan, jadi binjut itu juga secara khusus kita membimbing pemantapan mereka dalam buka usaha tidak, selagi binjut kita laksanakan itu juga, memotivasi juga. Jadi secara khusus kita laksanakan sekalian gitu sambil menyelam minum air sekalian, binjut itu bukan sekedara kita melihat tapi kita juga kasih motivasi, kita pemantapan mereka untuk kerja52”.
8. Evaluasi Untuk memastikan apakah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan pengemis berlangsung sesuai rencana yang telah ditetapkan wajib dilakukan evaluasi terhadap setiap tahapan proses yang dilalui dan kemudian diambil kesimpulan apakah secara keseluruhan proses telah berjalan baik dan dapat dilakukan pengakhiran pelayanan.
51
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 52
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009
9. Terminasi (Pengakhiran Pelayanan) Pengakhiran pelayanan dilaksanakan untuk memastikan hasil evaluasi umum terhadap klien telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu menjadi warga negara masyarakat yang bertanggung jawab. Dalam hal ini dipersiapkan klien dalam proses pengakhiran berjalan secara wajar, dimana pemutusan pelayanan tidak menimbulkan konflik psikologis yang dapat mengganggu klien. Disamping itu agar administrasi penanganan kasus berlangsung dengan tertib, dibuatkan surat pemberitahuan formal bahwa proses pelayanan klien sudah berakhir, kepada pihak-pihak terkait. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Laila Akbariah sebagai berikut : “Terminasi itukan pemutusan hubungan, maksudnya dia bukan jadi WBS kita lagi, jadi setelah mereka selesai disini kemudian mereka diberikan sertifikat tapi bukan dari Depnaker melainkan khusus dari intern PSBK dan diberi bantuan paket, paket sesuai dengan keterampilan yang mereka pilih. Dan kegiatannya secara resmi, ya paling penutupan aja secara resmi, jadi kita adakan acara penutupan pelayanan, penutupan kegiatan setelah itu kita bagi sertifikat dan paket, seperti itu acara penutupan, dengan demikian pemutusan hubungan antara pihak panti dengan WBSnya saat itu53”. Dari tahapan demi tahapan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dijabarkan diatas, PSBK khususnya para pegawai dan peksos menaruh harapan besar kepada para warga binaan sosial untuk dapat memanfaatkannya dan dapat kembali hidup normal setelah mendapatkan pendidikan dan pelayanan disini. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kasie Rehsos Ibu Dra. Dewi Kania sebagai berikut : “Keinginan kami mereka memanfaatkan ilmu yang didapat disini sama paket yang diberikan jangan sampai dijual, dimanfaatkan untuk modal usaha itu harapannya, jangan sampai mereka asalnya menggelandang kembali menggelandang. Jadi dengan adanya bantuan stimulant, dengan adanya pembekalan keterampilan dan bimbingan mental itu, mereka jangan sampai menggelandang lagi, itu harapan kita”54.
53 Wawancara pribadi dengan penanggungjawab Rehsos Ibu Dra. Laila Akbariah, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 54
Wawancara pribadi dengan kepala seksi Rehsos Ibu Dra. Dewi Kania , Bekasi Senin, 27 Juli 2009
B. Pelayanan Sosial 1. Pelayanan Pengasramaan Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi telah menyediakan asrama penginapan yang bisa disebut di panti ini adalah pondok untuk para gelandangan dan pengemis selama mereka mengikuti dan menjalankan pendidikan enam bulan di panti ini, pondok/asrama yang disediakan di PSBK ini berjumlah 34 unit, yang terdiri dari type 21 ada 14 unit satu unitnya ada 5 pintu/ kamar dan ada juga type 18 ada 20 unit yang terdiri dari 5 pintu/kamar, masing-masing kamar maksimal ditempati oleh 3 orang dan minimal 2 orang dan fasilitas yang diberikan selama mereka mengikuti pendidikan I PSBK ini enam bulan tinggal di asrama ketika mereka WBS (Warga Binaan Sosial) baru masuk adalah diberikan kasur lipat, bantal, peralatan dapur seperti kompor gas, penggorengan, perlengkapan mandi seperti sabun, odol, sampo, sikat gigi, gayung, ember, dan lainlainnya. Pada pelayanan pengasramaan yang diberikan PSBK kepada warga binaan sosial, satu kamarnya yang ditempatkan oleh warga binaan sosial terdapat di depannya teras untuk duduk-duduk santai, ruang kumpul keluarga/tamu, 1 kamar dan dapur. Para warga binaan sosial juga sempat mengeluhkan tidak adanya kipas angin yang diberikan di kamarnya sehingga ketika musim panas udara sangat panas sekali dan membuat mereka kegerahan tidak bisa tidur dampaknya ketika peneliti melakukan praktikum banyak warga binaan sosial yang tidurnya diluar atau berkumpul dengan warga binaan sosial yang lainnya untuk tidur dilapangan55. 2. Pelayanan Kebutuhan Pangan Pelayanan kebutuhan pangan adalah pelayanan pemberian makan kepada WBS atau siswa yang berada di panti. Dalam pemberian makan PSBK memberikannya dengan cara 55
Observasi dan Catatan Lapangan pada waktu Praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
membagi-bagikan barang-barang mentah untuk dapat diolah oleh mereka sendiri para WBS atau siswa. Pembagian bahan-bahan tersebut setiap lima hari sekali dan mereka menyebutnya dengan sebutan natura yang terdiri dari beras lima liter perorang, bumbubumbu masakan, kadang-kadang juga mereka dikasih daging ayam, mie instan, telur, sayur-sayuran, sarden, kecap, saus, susu saset, dan lain-lainnya. Dalam pemberian bahanbahan tersebut dari pihak panti juga mempertimbangkan lima sehat enam sempurna agar mereka para siswa juga memiliki gizi yang baik. Mereka, para siswa diajarkan untuk mandiri dengan mengolah bahan-bahan tersebut sendiri menjadi makanan yang akan mereka makan sehari-hari. Mereka juga disediakan kompor gas untuk memasak bahanbahan tersebut dan jatah pemberian gasnya jika habis setiap 10 hari sekali diberikan. Terkadang jika gas yang mereka pakai habis dan waktunya belum 10 hari maka mereka numpang dengan teman atau tetangganya untuk memasak56.
3. Pelayanan Konseling Pelayanan konseling yang diberikan oleh peksos di PSBK kepada klien adalah dalam bentuk curhat dari klien kepada peksos yaitu pembimbingnya dan waktu yang disediakan dalam seminggu sekali pada malam rabu namun jika ada klien yang ingin curhat di lain hari atau lain kesempatan dari pihak peksos mempersilakannya. Jadi pelayanan konseling yang diberikan kepada klien di PSBK ini adalah sesuai dengan kebutuhan dari klien tersebut. Seperti yang dikatakan dibawah ini oleh salah satu peksos tentang pelayanan konseling : “Kalau kita seharusnya konselling lebih banyak kliennya yang banyak bertanya ke kita karena dia yang butuh, disini kita membahasakannya dengan bahasa curhat. Jadwal khusus konseling tidak dijadwalkan tapi kalau tidak salah selasa malam rabu, 56
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
kalau wawancarakan kita yang bertanya terus tapi kalau konseling mereka yang lebih aktif bertanya, misalkan dalam curhat pengen apa si kamu oh mungkin ada permasalah apa, jadi lebih banyak mereka yang ngomong dari pada kita, kita hanya menanpung57”. Pelayanan konseling yang diberikan untuk warga binaan sosial warga binaan sosial di PSBK ini juga memanggil seorang psikolog untuk membantu peksos dalam menangani masalah yang dihadapi warga binaan sosial yang bermasalah maupun bagi warga binaan sosial yang ingin konsultasi tentang apa yang menjadi permasalahannya selama ini dan pemikirannya yang mengganggu, mereka konsultasi dengan psikolog tersebut58. 4. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan yang disediakan di PSBK ini adalah dengan adanya sebuah poliklinik yang berada didalam panti dan sebagian perawatnya juga tinggal didalam panti, poliklinik tersebut ada terdapat dua orang dokter umum, satu orang dokter gigi, dan dua orang perawat. Di dalam poliklinik tersebut terdapat ruangan pemeriksaan, ruangan rawat inap jika sewaktu-waktu ada pasien yang harus dirawat, ada ruangan tunggu yang dilengkapi dengan televisi, obat-obatan yang tersedia di poliklinik ini lumayan lengkap dan komplit untuk penyakit-penyakit yang ringan. Bagi mereka penerima pelayanan sosial di PSBK ini yaitu para gelandangan dan pengemis yang mengalami sakit tinggal datang ke piliklinik tersebut dan laporkan saja apa penyakit yang diderita atau dirasakan oleh wagrga binaan social tersebut maka mereka akan diobati, diperiksa dan dilayani dengan cuma-cuma atau gratis. Pelayanan di poliklinik PSBK ini hanya menangani penyakit-penyakit ringan dan jika ada mengalami penyakit yang memerlukan perawatan
57
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009 58
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
khusus atau penyakit yang dengan fasilitas di poliklinik miliki tidak bisa ditangani maka dokter atau perawat di poloklinik tersebut merujuknya kerumah sakit terdekat59. 5. Pelayanan Pendidikan Pelayanan pendidikan yang diberikan di PSBK ini adalah dengan adanya TPA “BINA INSANI” PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI dengan kegiatan yang diberikan untuk tingkatan SD kelas 1 sampai dengan 2 membaca dan menulis, tingkatan SD kelas 3 sampai dengan 6 diberikan pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Umum, dan lain-lainnya. Pengenalan lingkungan dengan jalan-jalan bersama dengan pengasuh, menari, menyanyi dan membaca sajak. Balita dititipkan di TPA didampingi ibunya sekaligus diberikan pengetahuan tentang perkembangan anak dan merawatnya. Itulah pelayanan pendidikan yang diberikan kepada para anak-anak siswa di PSBK ini dengan Visi “Terciptanya kegiatan TPA yang berkesinambungan agar anak tidak terlantar”. Jadi pelayanan pendidikan yang diberikan oleh TPA “BINA INSANI” PSBK “PANGUDI LUHUR” BEKASI bertujuan agar anak tidak terlantar selama orang tua mereka menjalankan pendidikan di PSBK ini dengan mendapatkan bimbingan mental, sosial, fisik, keterampilan dan lain sebagainya. Salah satu peksos yang juga terlibat langsung dalam pelayanan pendidikan di PSBK khususnya di TPA ini juga menceritakan apa-pa saja yang dilakukan TPA disini : “Kegiatan anak-anak di TPA ada pengajarnya, jadi kita sesuaikan ibaratnya seperti penitipan sementara, dimana orang tuanya mengikuti pendidikan dan supaya anakanaknya tidak terlantar dan juga bimbingan asuhan pendidikannya juga ada, walaupun gurunya tidak masing-masing kelas 1 kelas 2, karena disini pendidikannya banyak SD, nah kita disini paling sesuaikan saja pelajaran misalnya kelas 1, kelas 2, kemudian yang Balita pengenalan warna kemudian menggambar, karena disini masih susah dan memerlukan proses dan penyesuaian untuk sosialisasi dengan temen-temannya, dan juga dengan guru karena mereka biasa selalu dengan orang tua dan tiba-tiba mereka disini harus dilepas, jadi harus berhari-hari mereka menyesuaikan diri. Disini juga ada yang usia balita terus ada juga yang usia batitah masih berapa bulan sampai setahun itu juga ada, terus kita juga ada penambahan gizi contohnya ada kacang ijo, ada susu, ada ager, jadi selama disini kita setiap harinya ada penambahan gizi, ada roti, ada kue dan juga 59
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
kadang-kadang kita mengadakan permainan mereka kita ajak keluar pengenalan lingkungan, berkemah. Pengajarnya kita bergantian tidak hanya kita saja, ada berapa orang dari peksos dan juga dari kantor atas tapi mayoritas dari peksos semua, kita ada pelajaran agama juga kadang pak Endin paling tidak do’a-do’a yang mudah-mudah itu untuk mereka hafalkan60”. Dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan TPA di PSBK ini juga ada terdapat hambatan atau rencana yang belum terealisasi, seperti apa yang disampaikan dibawah ini : “Pengennya kita itu bisa ada kerja sama dengan SD Margahayu selama 6 bulan, saya sudah pernah kesana dengan bu Amil tapi waktu itu belum tembus, mereka inginnya ada hitam di atas putih, kan lumayan 6 bulan mereka kita titpkan dan bisa mengikuti pelajaran, itu yang belum bisa ditempuh, kadang-kadang mereka juga datang kesini ada yang tidak punya rapot kitakan tidak tahu katanya sudah kelas 3 kelas 4 ternyata disuruh baca saja masih belum lancar karena mungkin sudah lama dijalan61”.
6. Pelayanan Keterampilan Pelayanan ini disediakan untuk memberikan suatu keterampilan kepada gelandangan dan pengemis atau warga binaan sosial guna untuk memberikan keahlian kepada mereka sehingga setelah mereka keluar dari panti ini diharapkan mereka memiliki keahlian masing-masing dan dapat mengembangkannya untuk mencari kerja atau membuka usaha sesuai dengan apa yang mereka pilih dan dapatkan dalam mengikuti keterampilan di PSBK ini. Dan juga merupakan serangkaian usaha yang diarahkan kepada klien untuk mengetahui, mendalami dan menguasai suatu bidang keterampilan kerja tertentu, sehingga menjadi tenaga yang terampil dibidangnya yang memungkinkan mereka mampu memperoleh pendapatan yang layak sebagai hasil pendayagunaan keterampilan kerja yang mereka miliki tersebut. Adapun keterampilan yang disediakan di PSBK ini adalah Pembuatan Tahu/Tempe, Olahan Pangan, Pembuatan Batako, Menjahit, Tata Rias
60
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009 61
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009
Kecantikan, Sablon, Elektro, Montir Motor, Pertukangan Las, Pertukangan Kayu, Montir Mobil, dan Pertanian. Peneliti ingin mengetahui tentang siswa yang mengikuti keterampilan di PSBK ini dan sempat mewawancarai beberapa siswa penerima pelayanan keterampilan kemudian menanyakan pengaruh keterampilan yang diberikan oleh PSBK disini pada diri mereka, seperti apa yang mereka dapatkan setelah mengikuti keterampilan yang mereka pilih, mereka mengatakan seperti pada dibawah ini : “Dari keterampilan yang diberikan pengaruhnya banyak bagi saya, diantaranya saya dapat lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari di dalam kehidupan ini dan juga kalau ada peluang saya akan buka usaha dari bekal alat-alat dan keterampilan dari sini. Saya memilih keterampilan Tahu Tempe, karena keterampilan ini lebih besar peluangnya untuk langsung berwirausaha sendiri di kampung kelak pulang nanti”62. “Pengaruh keterampilan yang diberikan PSBK ini kedepannya mungkin bisa merubah masa depan saya dengan keterampilan atau ilmu yang diberikan oleh PSBK ini. Saya memilih menjahit, karena mungkin pertama saya suka aja dan yang kedua karena ditempat saya kebanyakkan menjahit”63. “Banyak pengaruhnya, ketika saya sudah keluar dari PSBK ini nanti selain saya mendapatkan ilmu, saya juga mendapatkan arahan atau jalan untuk masa depan. Saya memilih montir motor karena menurut saya motor adalah kendaraan yang paling padat dan banyak yang memakainya”64.
Dari jawaban mereka diatas tantang keterampilan yang mereka dapatkan di PSBK ini sesuai dengan harapan peksos, yaitu para peksos ingin setelah mereka keluar dari sini dengan keterampilan yang mereka dapatkan disini mereka dapat bekerja dan menghidupi diri mereka sendiri, seperti yang dikatakan salah satu peksos penanggung jawan keterampilan dibawah ini :
62
Wawancara Pribadi dengan salah satu wbs angkatan I Saudara Firman, Minggu, 21 Juni 2009
63
Wawancara Pribadi dengan salah satu wbs angkatan I Saudara Panji, Sabtu, 20 Juni 2009
64
Wawancara Pribadi dengan salah satu wbs angkatan I Saudara Romli, Minggu, 21 Juni 2009
“Mereka ikut keterampilan supaya keterampilan yang dia punya itu bisa digunakan, digunakan untuk penghasilan dirinya sendiri, untuk menghidupi diri sendiri maupun untuk masa depannya65”.
7. Pelayanan Bimbingan Mental Pelayanan bimbingan mental ini disediakan Ialah dengan kegiatan bimbingan/atau tuntunan untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi serta mengubah sikap normatif mereka agar lebih baik. Kegiatan bimbingan mental merupakan kegiatan yang wajib mereka ikuti bagi semua siswa yang ada di PSBK ini. Untuk memperlancar kegiatan ini telah disediakan seorang Ustadz yang sekaligus merupakan seorang pegawai dibagian rehabilitasi sosial yang berkompeten dalam bidangnya, yaitu Bapak Endin Khoiruddin yang selalu memberikan bimbingan mental tentang keagamaan. Pada saat bimbingan mental diberikan tidak hanya memberikan ceramah keagamaan saja namun para gelandangan dan pengemis tersebut juga ditanya bagi mereka yang sudah punya suami atau istri dan anak mereka sudah menikah secara sah atau belum dan jika belum maka dari pembimbing bimbingan mental ini akan menikahkan secara sah menurut agama Islam dengan melakukan ijab qobul disertai dengan saksi dan catatan tertulis. Ketika peneliti menanyakan kepada pembimbing tersebut beliau menjawab itu merupakan kewajiban kita untuk menyanyakan dan menikahkannya secara sah menurut agama dan jika kita tidak melakukan itu maka kita berdosa membiarkan mereka berkeluarga namun belum menikah secara akad dan agama66.
65
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab keterampilan Ibu Amilya S.Sos, Bekasi Kamis, 13 Agustus 2009 66 Observasi dan wawancara pribadi dengan pembimbing bimbingan mental Bapak Endin Khoiruddin pada saat peneliti melaksankan praktikum II dari bulan Maret s/d Juni 2009
8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan Pelayanan rekreasi dan hiburan yang diberikan oleh PSBK ini diadakan di akhir pendidikan, pada saat rekreasi siswa angkatan I 2009 kemarin, hari Kamis tanggal 11 Juni 2009 peneliti juga ikut diajak oleh pegawai PSBK sewaktu peneliti masih menjalankan praktikum II di PSBK ini, bersama dengan siswa peneliti mengikuti kegiatan rekreasi ke Ancol Dufan yang diadakan oleh PSBK di akhir pendidikan dengan tujuan agar menyenangkan hati siswa yang sebentar lagi akan keluar dari panti ini serta sekaligus memberikan hiburan kepada para siswa yang mungkin selama 6 bulan mengikuti pendidikan dan pelatihan di panti merasakan kejenuhan sehingga diakhir pendidikan dan pelatihan dari pegawai sudah menjadi agenda rutin mengadakan rekreasi dan pada kesempatan ini ke Ancol Dufan (dunia fantasi) selama satu hari67. Pada saat diakhir pendidikan PSBK mengadakan rekreasi dengan tujuan agar mereka sebelum pulang dari pendidikan ini mereka ada refresing dan senang-senang bersama warga binaan sosial lainnya, seperti yang di katakan dibawah ini :
“Kalau rekreasi 6 bulan sekali tujuannya biar kita bareng-bareng senang-senang. Di akhir pendidikan disini, untuk menghilangkan kejenuhan sekian lama selama enam bulan disini dan mereka juga agar biar tahu tempat hiburan untuk refresing, sehingga kita mengadakan rekreasi68”. Ada juga hiburan yang diberikan oleh PSBK sehari-hari, seperti yang disampaikan oleh salah satu peksos : “Disini juga ada dinamika kelompok, penampilan hiburan masing-masing mereka punya kretifitas apa dari bakat-bakat mereka ditampilkan. Dan juga pada saat PP (Pertemuan Pagi), di akhir PP ada duduk santai kita isi hiburan sambil nyanyi-nyanyi dan mungkin kalau fasilitas lainnya nonton, olah raga kalau jumat sore mereka main bola69”. 67
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum II dari bulan Maret s/d Juni 2009 68
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009 69
Wawancara pribadi dengan penanggungjawab bagian penerimaan Ibu Suhartiningsih, Bekasi, Kamis, 13 Agustus 2009
Pada Bab IV ini peneliti mencoba menuliskan temuan lapangan yang menarik pada penelitian di PSBK ini yaitu pada pelayanan kebutuhan pangan di PSBK disini yaitu dengan memberikan bahan-bahan mentah untuk dapat diolah oleh mereka sendiri para WBS atau siswa. Pembagian bahan-bahan tersebut setiap lima hari sekali dan mereka menyebutnya dengan sebutan natura yang terdiri dari beras lima liter perorang, bumbu masak, daging ayam, mie instan, telur, sayuran, sarden, kecap, saus, susu saset, dan lain-lainnya. Hal ini menjadi menarik karena berbeda dengan SDC Bambu Apus walaupun memang wajar karena SDC Bambu Apus panti anak, tetapi terlepas dari itu PSBK mengajarkan kepada para warga binaan sosialnya agar bisa mengatur kebutuhan pangannya sendiri sehingga mereka dapat belajar dan setelah keluar dari sini mereka bisa mandiri. Bila dikaitkan dengan teori pelayanan sosial pada halaman 20, diharapkan dari pelayanan sosial yang diberian dan funsi PSBK itu sendiri yaitu klien mampu mengatasi masalahnya sendiri, peneliti melihat PSBK sudah maksimal menerapkannya tinggal bagaimana siswanya menerima dan menerapkannya setelah keluar dari PSBK ini, karena masing-masing siswa peneliti liat sangat berbeda-beda dalam hal keseriusan, kesungguhan dan pemantauan atau bimbingan lanjut yang diadakan oleh PSBK pasca mereka keluar dari panti ini harus menjadi perhatian besar karena itu merupakan keberhasilan dari sebuah pelayanan yang diberikan di PSBK ini jika ingin dikatakan sukses, yaitu mengantarkan mantan-mantan siswanya menjadi manusia mandiri. Hasil dari diskusi dengan para warga binaan sosial, mereka ada yang memiliki rencana setelah pendidikan di PSBK ini yaitu ingin membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki namun ada juga mereka yang kebingungan karena dengan keterbatasan dana, modal yang pas-pasan dan tempat tinggal yang tidak ada. Hal inilah yang menjadi fokus utama kedepan untuk PSBK mencari solusi yang terbaik70.
70
Observasi dan Catatan Lapangan pada saat peneliti melaksankan praktikum dari bulan Maret s/d Juni 2009
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan kemukakan dalam uraian pada bab hasil penelitian dan analisa, maka peneliti mencoba menyimpulkan bahwa pelayanan sosial berbasis panti yang ada di Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi terdapat tahapan pelayanan sosial yang di dalamnya terdapat juga jenis-jenis pelayanan. Peneliti mencoba untuk menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tahapan Pelayanan Sosial Adapun tahapan pelayanan sosial adalah sebagai berikut : a.
Tahapan
Pendekatan
Awal
adalah
serangkaian
kegiatan
untuk
mendapatkan
pengakuan/dukungan/bantuan, dan peran serta dalam pelaksanaan program, termasuk upaya memperoleh gambaran potensialitas sumber-sumber pelayanan, pasar usaha dan kerja serta untuk mendapatkan calon klien, pendekatan dimaksud, meliputi kegiatankegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi, motivasi dan seleksi. b.
Tahapan Penerimaan adalah serangkaian kegiatan administratif maupun teknis meliputi registrasi, dan penempatan dalam program pelayanan yang dilaksanakan pada saat calon penerima pelayanan hasil seleksi secara syah diterima sebagai klien definitif di panti.
c.
Tahapan Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment) ialah upaya untuk menelusuri, menggali data penerima pelayanan (klien), faktor-faktor penyebab masalahnya tanggapannya serta kekuatan-kekuatannya dalam upaya membantu dirinya sendiri.
d.
Tahapan Bimbingan Mental, Sosial, Fisik dan Keterampilan adalah serangkaian kegiatan teknis operasional yang diarahkan untuk pulihnya kembali harga diri, kepercayaan diri,
disiplin, kemampuan integrasi, kesadaran dan tanggung jawab sosial kemampuan penyesuaian diri dan penguasaan jenis keterampilan kerja sebagai bekal untuk dapat bermata pencaharian layak dalam tatanan hidup masyarakat. e.
Tahapan Resosialisasi adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah yaitu di satu pihak untuk mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh ke dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif, dan di satu pihak lagi untuk mempersiapkan masyarakat khususnya masyarakat daerah asal atau lingkungan masyarakat di lokasi penempatan kerja/usaha klien agar mereka dapat menerima, memperlakukan dan mengajak serta untuk berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan.
f.
Tahapan Penyaluran adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan penerima pelayanan kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normatif baik dilingkungan keluarga, masyarakat, daerah asal maupun kejalur-jalur lapangan kerja/usaha mandiri (wirausaha) dengan bertransmigrasi.
g.
Tahapan Bimbingan Lanjut adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada
klien dan
masyarakat
guna
lebih
memantapkan,
meningkatkan
dan
mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan serta penghidupan yang layak. h.
Tahapan Evaluasi untuk memastikan apakah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan pengemis berlangsung sesuai rencana yang telah ditetapkan.
i.
Tahapan Terminasi (Pengakhiran Pelayanan) pengakhiran pelayanan dilaksanakan untuk memastikan hasil evaluasi umum terhadap klien telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu menjadi warga negara masyarakat yang bertanggung jawab.
2. Jenis Pelayanan Sosial Selain tahapan layanan terdapat juga jenis pelayanan sosial di PSBK ini, yang diantaranya adalah sebagai berikut : a. Jenis Pelayanan Pengasramaan Pelayanan pengasramaan di PSBK sudah sangat bagus dan layak huni apa lagi untuk mereka gelandangan pengemis yang mungkin sehari-hari tinggal di pinggir jalan, kolong jembatan dan lain sebagainya. b. Jenis Pelayanan Kebutuhan Pangan Pelayanan kebutuhan pangan yang diberikan oleh PSBK sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna bisa dikatangan, pemenuhan protein dan gizi yang baik karena dari PSBK juga menginginkan para siswanya selama mengikuti pendidikan disini sehat. c. Jenis Pelayanan Konseling Pelayanan konseling yang dilalukan oleh PSBK sudah sangat baik dalam pemberian pelayanan tersebut dengan mempersilahkan para siswanya kapanpun bila ingin konseling atau shering dilayani oleh pembimbingnya. d. Jenis Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan yang diberikan PSBK sangat baik dan lengkap karena adanya poliklinik yang berada di dalam panti sehingga pelayanan kesehatan dapat mudah didapatkan oleh siswa. e. Jenis Pelayanan Pendidikan
Pelayanan pendidikan yang diberikan di PSBK ini adalah adanya sebuah TPA untuk anakanak wbs yang menerima pelayanan disini. f. Jenis Pelayanan Keterampilan Pelayanan keterampilan di PSBK ada berbagai macam keterampilan antara lain Pembuatan Tahu/Tempe, Olahan Pangan, Pembuatan Batako, Menjahit, Tata Rias Kecantikan, Sablon, Elektro, Montir Motor, Pertukangan Las, Pertukangan Kayu, Montir Mobl, dan Pertanian.
g. Jenis Pelayanan Bimbingan Mental Pelayanan bimbingan mental yang diberikan di PSBK ini adalah bimbingan keagamaan dalam bentuk ceramah agama atau siraman rohani dengan tujuan memberikan pengetahuan dan arahan untuk menjalani hidup dengan menjadi manusia yang bertakwa dan beriman. h. Jenis Pelayanan Rekreasi dan Hiburan Pelayanan rekreasi dan hiburan yang disediakan disini lumayan lengkap dengan adanya fasilitas lapangan, televisi, perlengkapan musik, peralatan olah raga dan juga diakhir pelayanan dan pendidikan siswa diajak untuk rekreasi jalan-jalan ketempat wisata. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam pemberian proses pelayanan di PSBK terdapat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalm penyelenggaraan proses pelayanan tersebut, diantaranya adalah : a. Faktor Pendukung 1.
Faktor bantuan dari dinas-dinas sosial pemerintah di kota maupun kabupaten yang membantu dan bekerja sama dalam memberikan informasi-informasi tempat-tempat
kantong-kantong kumuh para gelandangan dan pengemis tinggal dan membantu dalam mensosialisasikan program di PSBK ini. 2.
Faktor sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSBK sangat mendukung untuk proses pelayanan seperti asrama/pondok, perlengkapan tidur, peralatan masak, perlengkapan mandi, kamar mandi, musolah, lapangan olah raga, ruang keterampilan, kebutuhan pangan semua di berikan tersedia di PSBK ini sehingga melancarkan dalam proses pelayanan di PSBK ini walaupun masih harus ada lagi penambahan.
3. Faktor dana yang sangat mendukung karena diberikan langsung sepenuhnya oleh pemerintah pusat yaitu Depertemen Sosial RI. 4. Faktor sumber daya manuasia dalam hal ini Pekerja Sosial (Peksos) yang berkompeten dalam bidang kesejahteraan sosial sehingga menjadi faktor pendukung dalam menjalankan pelayanan sosial yang baik. 5.
Faktor penurut dan adanya rasa memiliki keinginan yang kuat dari beberapa wbs untuk mau merubah dirinya dan bertekad ingin lebih baik lagi di PSBK ini dan itu menjadi faktor yang utama dalam pemberiyan pelayanan sosial di PSBK ini sehingga proses pelayanan yang diberikan berjalan dengan baik dan lancar.
b.
Faktor Penghambat 1. Faktor wbs yang sering malas-malasan dalam mengikuti pendidikan, kegiatan, bimbingan, keterampilan dan lain sebaginya yang telah terjadwal di PSBK. 2. Keterbatasan dana dan fasilitas yang ada masih belum begitu lengkap merupakan salah satu faktor penghambat walaupun sampai saat ini berjalan pelayanan yang diberikan oleh PSBK dengan baik namun kedepannya untuk menjadi catatan untuk dapat ditambahkan.
3. Faktor banjir yang sering terjadi di PSBK jika hujan deras turun dan hal ini menjadi sedikit faktor penghambat dalam proses pelayanan di PSBK ini. 4. Faktor waktu pendidikan yang hanya 6 bulan karena untuk mengubah sikap normatif gelandangan pengemis tidaklah mudah membutuhkan waktu yang lama sehingga yang dihasilkan dari proses pelayanan di PSBK ini kurang maksimal dan banyak yang kembali lagi mengemis dan menggelandang setelah selesai proses pelayanan yang di berikan oleh PSBK. B. Saran-saran Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan panti dan dengan disertai keterbatasan seorang peneliti sebagai manusia awam yang baru belajar tentang pelayanan sosial, dibawah ini dicatat beberapa saran dan rekomendasi yang barangkali dan mungkin mampu memberikan masukan bagi panti untuk memajukan kualitas, kinerja dan efektifitas proses pelayanan sosial dikemudian hari dan setelah peneliti melakukan penelitian sebelumnya juga dari bulam Maret 2009 menjalankan praktikum dan sampai saat ini penelitian skripsi terhitung hingga sampai dengan bulan Agustus 2009, maka peneliti mempunyai saran diantaranya : 1. Peraturan yang ada agar diperketat dan dipertegas lagi untuk kebaikan proses pelayanan yang diberikan kepada warga binaan sosial sehingga mereka terbiasa dapat menjalankan apa yang sudah menjadi aturan secara baik dan disiplin tidak semaunya dan seenaknya agar kedepannya mereka mengalami perubahan. 2. Memperbaiki kinerja para pegawai PSBK dalam segala hal misalnya kedisiplinan, etos kerja, sikap, tingkah laku, kepribadian dan lain sebagainya sehingga para pegawai dapat secara langsung menjadi contoh, panutan dan teladan yang baik kepada para warga binaan sosialnya.
3. Pelayanan pengasramaan di PSBK sudah sangat bagus dan layak huni apa lagi untuk mereka gelandangan pengemis namun kekurangannya tidak dilengkapi dengan kipas angina, ini yang membuat beberapa siswa kegerahan sehingga banyak yang tidur dilapangan terbuka dan jika ini terjadi terus menerus kebeberapa angkatan berarti tidak ada bedanya mereka selama dipanti dengan mereka dijalan. Semoga hal ini bisa diatasi sehingga mereka dapat dengan nyaman tinggal dipondoknya dan mengikuti pendidikan dan mendapatkan pelayanan panti dengan baik. 4. Pelayanan konseling yang dilalukan oleh PSBK sudah sangat baik dalam pemberian pelayanan tersebut dengan mempersilahkan para siswanya kapanpun bila ingin konseling atau shering dilayani oleh pembimbingnya. Semoga kedepannya dapat ditingkatkan dan disediakan seorang psikolog yang stand by atau minimal setiap hari ada dan bekerja sama dengan peksos di panti untuk mengatasi dan menangani siswa yang bermasalah dan perlu penanganan khusus. 5. Pelayanan kebutuhan pangan yang diberikan oleh PSBK harus perlu diperhatikan lagi pengawasan dan peraturan yang tegas karena banyak juga kebutuhan pangan yang diberikan oleh PSBK disalah gunakan oleh siswa dengan menjualnya atau menukarkan dengan tembakau / rokok. Semoga hal ini dapat diatasi walaupun lumayan sulit untuk merubah watak dicampur dengan kebutuhan mereka juga tapi setidaknya menjadi catatan untuk kedepannya memberikan sangsi atau peringatan tegas kepada warga binaan sosial. 6. Pelayanan bimbingan mental / keagamaan menyarankan kedepannya pembinaan dari segi agama Islam agar dapat ditingkatkan dengan adanya sebuah pemantauan dan benar-benar menekankan agar para WBS menjalankan ajaran Islam dengan baik, menjalankan printah Allah SWT dan menjauhi larangannya sehingga para WBS
perlahan-lahan memiliki akhlak yang baik. Dan juga sekali-kali mengadakan training motivasi seperti ESQ dan muhasabah/renungan demi perubahan mental mereka. 7. Mencari solusi terbaik dari penanganan banjir yang sering terjadi di PSBK saat hujan deras agar tidak banjir lagi sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan proses pelayanan. 8. Menambah fasilitas atau sarana prasarana seperti perpustakaan untuk warga binaan sosial tentang buku-buku keagamaan dan umum sehingga mereka dapat menambah ilmu dan wawasan dengan membaca buku dan fasilitas umum lainnya. 9. Membuat tempat untuk worshop IP (Instalasi Produksi) hasil keterampilan, jadi hasil keterampilan yang dapat menjadi pemasukan dana agar dapat dikelola, diatur dan dikoordinir dengan baik karena itu menjadi nilai jual dan nilai tambah buat PSBK. 10. Lebih memperhatikan lagi warga binaan sosialnya dengan sering menemui dan berkunjung serta berkumpul kepondoknya agar terjalin suasana yang akrab sehingga ketika
mereka
menceritakannya.
ada
permasalahan
yang
mereka
alami
dengan
mudah
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. (2003). Ilmu Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial: Pengantar Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Jakarta : Lembaga Penerbit FISIP UI PRESS, h. 189
Akmal, Muhammad. (2009). Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial, Laporan Akhir Semester. Jurusan Kesejahteraan Sosial. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ali, dkk,. (1990) Gelandangan di kartasura, dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem.
Brosur PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. Copy righ 2007
Depertemen Sosial R.I, Buku Saku Pekerja Sosial, (Jakarta: Depsos, 2004) h. 3
Depertemen Sosial R.I (1992) dalam Studi Kasus Saptono Iqbali, gelandangan-Pengemis di Kecamatan kubu Kabupaten Karang Asem.
Departemen Sosial RI. Masalah Sosial Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial. Jakarta 2005
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis, hal 1-2
DR. Bustanuddin Agus. Pengembangan Ilmi-Ilmu Sosial. GEMA INSANI PRESS. Jakarta 1999
Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2008). Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran. Diambil pada tanggal 21 Oktober 2009 dari http:/www.indonesiaontime.com
Keputusan Mentri Sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)
Liflet PSBK. Panti Sosial Bina Karya “Pangudi Luhur” Bekasi. Copy righ 2009
Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA, 2005
Saptono Iqbali, Studi Kasus Gelandangan-Pengemis (Gepeng). di Kecamatan Kubu Kabupaten Karang Asem.
Suharto, Edi, “Pekerjaan Sosial dan Paradigma Baru Kemiskinan” Tim Penelitian Kemiskinan Depsos RI, 2006
UIN Jakarta“Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, Jakarta: CeQDA, 2007