ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOAN TO DEPOSIT RATIO SEBAGAI LIKUIDITAS PERBANKAN (STUDI KASUS PADA BANK UMUM DI INDONESIA PERIODE 2006 - 2010) Penulis Pertama : Gladys Rosadaria Program Studi Ekstensi Fakultas Ekonomi Penulis Kedua : A.A. Ayu Ratna Dewi Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), inflasi dan exchange rate terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai likuiditas perbankan. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran kemampuan rasio kinerja bank dalam mempengaruhi likuiditas perbankan serta memberikan perhatian terhadap likuiditas bagi industri perbankan agar kebutuhan-kebutuhan jangka pendek juga dapat terpenuhi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika pengujian tanpa menggunakan sampel yang bersifat outlier, NIM memiliki pengaruh positif signifikan dan EPS negatif signifikan terhadap LDR. Namun jika pengujian menggunakan sampel outlier, CAR berubah menjadi negatif signifikan terhadap LDR serta kelayakan model penelitian menjadi berkurang. Kata Kunci: Likuiditas Perbankan, LDR, CAR, NPL, NIM, EPS, PER, Inflasi, Exchange Rate The purpose of this study is to examine the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), inflation and exchange rate towards Loan to Deposit ratio (LDR) as the banking liquidity. The benefit of this study is to illustrate the ability of bank performance ratios affecting banking liquidity and to give attention to the liquidity of bank industry so that shortterm needs can also be met. The results showed that if the test without using samples that are outliers, NIM has a significant positive effect and significant negative EPS towards LDR. If the test using sample outliers, CAR turned into a significant negative to LDR and feasibility of the research model is reduced. Key words : Banking Liquidity, LDR, CAR, NPL, NIM, EPS, PER, inflation, exchange rate. Latar Belakang Menghimpun dana dari masyarakat merupakan salah satu sumber dana bank yang dinamakan dengan Dana Pihak Ketiga (Sinungan, 1997). Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan besarnya jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlah Dana Pihak Ketiga (SE No.6/23/DPNP). LDR adalah rasio keuangan yang menunjukkan posisi likuiditas yang paling umum digunakan dalam industri perbankan (Latumaerissa, 1999 dalam Akbar, 2010). Menurut Astuti (1995), masalah likuiditas bagi suatu bank lebih berbahaya dibandingkan dengan kondisi bank yang memberikan pelayanan yang kurang baik terhadap nasabah. Masalah likuiditas bagi suatu bank sangat penting karena likuiditas adalah kepercayaan nasabah terhadap bank. Bank Indonesia menetapkan standar LDR berkisar
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
antara 78% sampai dengan 100% (PBI No.12/19/PBI/2010 Pasal 10 yang berlaku mulai tanggal 1 November 2010). Bersumber dari Info Bank dalam Widiastuti (2005), tiga dari enam kiat bank tidak turun kinerjanya, menekankan pada keseimbangan rasio NPL, CAR dan NIM. Itu berarti bahwa posisi rasio NPL, CAR dan NIM sangat menentukan kinerja bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri oleh bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan sebagainya. semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit (Dendawijaya, 2003). Kredit macet, yang digambarkan dalam rasio Non Performing Loan (NPL). Semakin besar tingkat NPL, menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya (Selamet, 2006). Kredit bermasalah yang tinggi memerlukan bank untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) (Dendawijaya, 2003). Karena pembentukan cadangan tersebut, dapat mengurangi jumlah kredit yang diberikan oleh bank dimana akan mempengaruhi rasio LDR itu sendiri. Jadi, jika NPL tinggi dapat mengakibatkan LDR semakin rendah.
Rasio Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi rasio NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam menempatkan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Granita, 2011). Besar kecilnya laba bank ditentukan dari pendapatan operasional mereka, yaitu dari pendapatan bunga yang nantinya hasil dari laba tersebut dapat digunakan kembali untuk modal bank dan menambah dana bank untuk diputar kembali menjadi kredit sehingga dapat berpengaruh pada LDR bank. Jadi, hubungan yang mungkin adalah jika NIM tinggi, maka LDR akan ikut tinggi. Selain melalui rasio-rasio kinerja bank, akan dilihat pula pengaruh LDR dilihat dari rasio kinerja saham seperti Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) serta variabel makro ekonomi seperti inflasi dan exchange rate.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Kinerja saham dalam suatu perusahaan secara garis besar dapat dinilai dari beberapa rasio, yaitu Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER). Dalam rasio LDR terdapat total Dana Pihak Ketiga yang menggambarkan kepercayaan masyarakat atau nasabah dalam menempatkan dananya untuk disimpan dalam bank. Dalam penelitian ini, investor menjadi gambaran umum dari masyarakat dan sebagai wakil indikator kepercayaan masyarakat. Jika rasio kinerja saham baik, menjadi indikator bahwa masyarakat semakin percaya kepada bank tersebut sehingga dapat mempengaruhi rasio LDR. Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Kurangnya kepercayaan pemilik dana terhadap bank sangat tidak menguntungkan bagi bank karena pemilik dana dapat sewaktu-waktu menarik dana yang disimpannya lalu memindahkannya ke bank lain. Hal ini merupakan indikator tipisnya loyalitas pemilik dana terhadap bank (Azwir, 2006). Selain itu, inflasi dan exchange rate sebagai indikator perekonomian akan diteliti pula bagaimana pengaruhnya terhadap likuiditas perbankan. Kondisi perekonomian dapat mempengaruhi aktivitas perbankan. Salah satu indikator perekonomian adalah inflasi. Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Karena ketidakstabilan inflasi, Bank Indonesia akan memberikan kebijakan menaikkan suku bunga simpanan bank agar masyarakat tetap tertarik untuk menabung. Pada umumnya kebijakan tersebut akan terimplementasi dalam jangka waktu beberapa bulan. Dalam kondisi gap waktu tersebut, masyarakat, khususnya investor, perusahaan dan pengusaha akan mengambil kesempatan tersebut untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan suku bunga simpanan. Hal tersebut dapat berdampak pada LDR karena bank akan memperoleh dana simpanan masyarakat. Namun dana tersebut belum tentu akan langsung disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat, mengingat pemberian kredit juga membutuhkan waktu baik dari segi pemasaran dan penilaian kualifikasi debitur. Jadi, akan terjadi posisi dimana simpanan menjadi lebih besar dari kredit yang dapat diberikan sehingga dapat memungkinkan LDR menjadi menurun. Indikator lain untuk mengukur perekonomian negara adalah melalui fluktuasi kurs exchange rate. Menurut Sukirno (2004) dalam Kusuma (2011), terdapat dua cara dalam menentukan nilai mata uang asing, yaitu: berdasarkan permintaan dan penawaran nilai mata uang asing dan nilai tukar yang ditetapkan oleh pemerintah. Meningkatnya nilai tukar suatu mata uang asing, dalam hal ini Dollar AS terhadap rupiah, dapat mengakibatkan masyarakat
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
lebih ingin untuk memiliki Dollar AS, sehingga sesuai dengan teori Sukirno (2004) bahwa di Indonesia menganut sistem berdasarkan permintaan dan penawaran suatu mata uang asing. Depresiasi mendorong masyarakat untuk menarik dana dari bank dan menukarnya dengan mata uang AS tersebut, sehingga menurunkan persediaan perbankan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi LDR dengan cara mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, sehingga dapat menurunkan LDR. Pada Tabel berikut ini, LDR bank secara umum mengalami perubahan dari tahun 2006 sampai 2010. Tabel 1.1 Rata – rata LDR, Penyaluran Kredit dan DPK 2006 2007 2008 2009 2010 LDR Umum (%) 61,56 66,32 74,58 72,88 75,21 LDR Bank Persero 59,93 62,37 70,27 69,55 71,54 LDR BUSN Devisa 60,03 67,18 74,72 71,14 73,16 LDR BUSN Non Devisa 78,26 78,26 81,66 81,17 79,11 LDR BPD 43,33 53,53 67,28 79,31 78,26 LDR Bank Campuran 113,66 106,53 98,63 85,45 100,61 LDR Bank Asing 79,56 74,09 88,31 85,05 90,86 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia 2012. Diolah Sampai dengan tahun 2010, meski terus mengalami peningkatan, LDR bank umum hanya mencapai 75%. Pencapaian ini masih sedikit di bawah standar LDR oleh Bank Indonesia yang diatur dalam Peraturan BI No.12/19/PBI/2010 pasal 10, yaitu berkisar antara 78% sampai 100%. Dari fenomena ini, sangat menarik untuk diamati faktor-faktor yang dapat mempengaruhi LDR sebagai likuiditas perbankan. Tinjauan Teoritis Dalam penelitian ini, variabel dependen yang dipakai adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio keuangan yang berhubungan dengan aspek likuiditas dalam industri perbankan. Menurut Kasmir (2004) rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. LDR dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) : =
ℎ ℎ
ℎ
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Modal sendiri merupakan salah satu faktor penting agar suatu bank dapat beroperasi. Bank yang bertugas sebagai penyalur kredit kepada masyarakat juga memerlukan modal (selain yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga). Menurut Dendawijaya (2003), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri oleh bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan sebagainya. Sesuai dengan SE BI No. 26/5/BPPP besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9%. Menurut Siamat (2005), Non Performing Loan (NPL) atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adannya faktor kesenjangan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur. Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yag digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus (special mention), yang kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Kredit yang diberikan sangat mempengaruhi laba bank melalui pendapatan bunga. Bila pendapatan bunga yang dicapai tinggi, maka laba bank diprediksikan akan meningkat. Besarnya pendapatan bunga bank tergantung dari besarnya jumlah kredit yang dipinjamkan. Outstanding credit tercermin melalui Net Interest Margin (NIM). Menurut Selamet (2006), NIM adalah perbandingan antara Interest Income (pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi Interest expenses (biaya bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan Average Interest Earning Assets (rata-rata aktiva produktif yang digunakan). Menurut Tandelilin dalam Hadianto (2008), variabel keuangan yang dapat dijadikan sebagai komponen utama dalam analisis fundamental perusahaan adalah Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER). EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006 dalam Hadianto, 2010). Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu rasio untuk menilai kinerja saham dalam pasar modal. PER menerangkan perbandingan harga pasar saham dari setiap lembar saham terhadap EPS (Purnomo, 1998 dalam Hadianto, 2010). Rasio ini mengindikasikan derajat kepercayaan investor terhadap kinerja masa depan perusahaan. Semakin tinggi PER, investor semakin percaya terhadap emiten (Gitman, 2006 dalam Hadianto, 2010).
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Dalam hal ini merupakan sebuah proses kenaikan harga umum barang – barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi (Samuelson, 1998). Nilai tukar atau exchange rate adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Menurut, Dornbus (1997) perdagangan luar negeri melibatkan penggunaan berbagai mata uang asing. Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain dan menunjukkan nilai mata uang suatu negara saat dinyatakan dalam nilai mata uang negara lainnya. Nilai tukar ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu suatu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan. Atau dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Metode Penelitian Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan melihat dan melakukan pencatatan pada laporan keuangan, statistik perbankan dan laporan moneter Bank Indonesia yang dirilis oleh Bank Indonesia setiap tahunnya. Pemilihan sampel penelitian ini ditentukan secara purposive sampling. Kriteria perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan lengkap selama periode 2006-2010. 2. Perusahaan-perusahaan berbasis industri perbankan. 3. Perusahaan yang memiliki data lengkap dalam Index Capital Market Dictionary (ICMD). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini berupa Indonesian Capital Market Directory (ICMD) untuk melihat laporan keuangan perusahaan go-public periode 2006-2010 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id. Disamping itu, penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan meliputi annual report, laporan
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
laba rugi, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan mulai tahun 2006-2010. Data sekunder juga dapat berasal dari data Bank Indonesia melalui www.bi.go.id berupa publikasi laporan bulanan Statistik Perbankan Indonesia serta laporan kebijakan moneter. Data yang tersedia untuk variabel inflasi merupakan data bulanan sepanjang tahun 2006-2010 yang diperoleh dari www.bps.go.id. Sedangkan data yang tersedia untuk variabel exchange rate merupakan data harian sepanjang tahun 2006-2010 yang diperoleh dari www.bi.go.id. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum di Indonesia yang terdiri dari 5 kategori yang berjumlah 120 bank. Sampel yang digunakan adalah seluruh bank umum yang terdaftar dalam BEI dikarenakan bank-bank ini memiliki proporsi penyaluran kredit yang paling besar dalam sistem perbankan nasional pada umumnya. Bank yang menjadi pengamatan terdiri dari 23 bank selama periode tahun 2006-2010. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi yaitu analisis yang dilakukan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel tergantung (dependen) (Suwarno, 2010). Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : LDRt = α1 + β1CARt + β2NPLt + β3NIMt + β4EPSt + β5PERt + β6INFt + β7ERt + ε Dimana : α
: Intercept/konstanta
β1 . . .β7
: Koefisien regresi Xl…….X7 pada model
CAR
: Perbandingan antara modal yang dimiliki bank dengan aktiva tertimbang menurut rata-rata (ATMR).
NPL
: Perbandingan antara kredit dengan kolektibilitas 3 sampai 5 dengan total kredit yang diberikan
NIM
: Perbandingan antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif
EPS
: Perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan rata-rata jumlah lembar saham yang beredar.
PER
: Perbandingan antara harga saham pada saat penutupan dengan Earning Per Share.
INF
: Peningkatan harga secara umum yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari pola konsumsi kota-kota di Indonesia.
ER
: Rata-rata nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap 1 dolar AS (US$) berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
LDR
: Perbandingan antara jumlah kredit dengan seluruh dana yang dihimpun bank sebagai residual atau prediction error
ε
= Error
Hasil Penelitian Berdasarkan statistik deskripsi mengenai variabel-variabel dependen dan independen, terdapat gejala jauhnya nilai minimum dan maksimum variabel dari rata-rata yang kemungkinan terdapat sampel-sampel dalam penelitian yang memiliki sifat outlier. Outlier adalah pengamatan yang jauh dari pusat data yang mungkin berpengaruh besar terhadap koefesien regresi. (R.K Sembiring, 1950 dalam Soemartini, 2007). Penanganan yang perlu dilakukan terhadap adanya data ekstrim ini adalah : data outlier dihilangkan atau data outlier tetap dipertahankan karena dianggap memang terdapat data yang seperti itu, Namun pada saat melakukan analisis hendaknya data outlier tersebut dipisahkan dari data yang lain.
Salah satu cara untuk mendeteksi outliers adalah dengan cara univariate outlier, yaitu dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data kedalam standard score atau yang disebut dengan Z-Score, Untuk sampel besar (lebih dari 80 observasi), pedoman evaluasi outlier adalah nilai ambang batas ZScore yang berada pada nilai Z > +2,5 atau Z < -2,5. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dapat ditemukan adanya beberapa outliers. Pengeluaran sampel tidak semata-mata karena keputusan dari nilai Z-Scorenya. Sampel dikeluarkan juga berdasarkan pertimbangan kesehatan bank tersebut. Setelah pertimbangan, maka bank yang dikategorikan sebagaoi outlier adalah Bank Bumi Artha, Bank Mutiara, Bank Eksekutif Internasional. Karena pengurangan 3 bank diatas, maka sampel yang awalnya 23 bank berubah menjadi 20 bank. Maka total sampel yang akan diobservasi adalah sebesar 20 bank x 5 tahun = 100 sampel.
Hasil Analisis Regresi Setelah Membuang Sampel Outlier Tabel 4.4 Tabel Hasil Regesi Model Setelah Mengeluarkan Sampel Outlier b
Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed a 1 ER, CAR, NPL, EPS, PER, NIM, INF . a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LDR Model Summaryb Model Adjusted R Std. Error of the R R Square Square Estimate a 1 .703 .495 .456 .1123468 a. Predictors: (Constant), ER, CAR, NPL, EPS, PER, NIM, INF b. Dependent Variable: LDR dimension0
dimension0
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Method Enter
DurbinWatson 2.305
b
Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method a 1 ER, CAR, NPL, EPS, PER, NIM, INF . Enter a. All requested variables entered. ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. a 1 Regression 1.136 7 .162 12.861 .000 Residual 1.161 92 .013 dimension0
Total
2.298
99
a. Predictors: (Constant), ER, CAR, NPL, EPS, PER, NIM, INF Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta t 1 (Constant) .565 .097 5.840 CAR -.180 NPL -.457 NIM 5.005 EPS -.001 PER 3.738E-5 INF -.066 ER .069 a. Dependent Variable: LDR
.239 .511 .589 .000 .000 1.193 .293
-.057 -.067 .729 -.625 .015 -.011 .049
-.753 -.894 8.499 -7.114 .192 -.055 .234
Collinearity Statistics Sig. .000
Tolerance VIF
.454 .374 .000 .000 .848 .956 .815
.951 .964 .748 .712 .921 .129 .128
1.051 1.037 1.338 1.404 1.085 7.758 7.817
Dari hipotesa tersebut, pengambilan keputusan diperoleh dari ketentuan berikut ini :
Jika -thitung > –ttabel atau thitung
Jika -thitung<-ttabel atau thitung>ttabel maka hipotesa ditolak
ttabel dilihat dengan derajat bebas = n – k n
= jumlah sampel, dalam hal ini bernilai 100
k
= jumlah variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini bernilai 8
Dapat dihitung bahwa derajat bebasnya (degree of freedom) adalah 92 (100-8). Oleh karena uji t yang dilakukan adalah uji 1 arah, maka dalam tabel t yang dibaca adalah t 0,05. Dari ketentuan tersebut dapat diperoleh nilai ttabel adalah 1,98. Pengambilan keputusan mengenai pengaruh parsial dari tujuh variabel independen tersebut terhadap LDR dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hipotesa 1 : CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap LDR. Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian Akhtar, et al (2011) dimana mereka menemukan CAR positif secara signifikan mempengaruhi likuiditas bank, juga tidak sesuai dengan penelitian Nasiruddin (2005) yang menemukan CAR positif secara signifikan mempengaruhi likuiditas bank. Hasil penelitian ini berbeda pula dengan penelitian Oktaviani (2012) bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Namun, hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2008) yang menunjukkan bahwa CAR tidak signifikan terhadap LDR.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Kemungkinan CAR berpengaruh negatif dikarenakan ketika LDR suatu bank tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut banyak memberikan pinjaman atau ekspansi kredit kepada masyarakat. Perlu untuk diingat bahwa kredit memiliki risiko yaitu risiko tidak tertagih. Semakin besar kredit yang diberikan, maka risiko kredit yang dihadapi bank akan semakin besar yang dapat membuat nilai ATMR akan mengalami kenaikan. Ketika nilai ATMR tinggi, nilai pembagi dalam rasio CAR akan semakin tinggi sehingga nilai CAR bank dapat menurun (kecil). Sebaliknya, jika CAR tinggi dapat menunjukkan bahwa ATMR rendah atau risiko kredit yang rendah. Jadi, dalam posisi ATMR yang rendah mengindikasikan bank sedang tidak banyak memberikan kredit kepada masyarakat sehingga LDR rendah. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa CAR terhadap LDR tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pada teori untuk hipotesa awal, semakin tinggi nilai CAR, menunjukkan struktur modal bank yang semakin kuat. Semakin kuatnya struktur modal yang dimiliki oleh bank, maka bank akan dapat menjaga likuiditasnya dengan baik. Menurut Siamat (2003), perhitungan penyediaan modal minimum (capital adequacy) didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ATMR ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontijen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Terhadap masingmasing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besar didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjaminan atau sifat barang jaminan (Siamat, 2003). Sedangkan menurut Susilo (2000), bahwa kecukupan modal merupakan faktor yang sangat penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Berdasarkan kondisi yang relatif stabil dengan CAR di atas 8% yang ditetapkan oleh pemerintah serta likuiditas yang juga relatif stabil maka CAR tidak mempengaruhi LDR secara langsung karena Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Sedangkan kerugian bank akibat kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga semakin menurun, sehingga CAR tidak berpengaruh terhadap LDR. 2. Hipotesa 2 : NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap LDR.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani (2012) yang menyatakan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasiruddin (2005) yang menemukan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR. Tidak sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Hj. Masithah (2010) yang menemukan NPL secara parsial merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap fungsi intermediasi perbankan (LDR). NPL berpengaruh negatif dalam penelitian ini didukung oleh teori dari Dendawijaya (2003), yaitu dimana dampak dari meningkatnya NPL akan menyebabkan hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk memberikan kredit. Secara teori memang semakin tinggi nilai NPL akan menurunkan tingkat likuiditas bank. NPL akan menurunkan likuiditas bank karena semakin tingginya kredit macet, maka likuiditas bank akan terganggu. Namun, dari data yang ada, NPL cenderung menurun karena industri perbankan bisa menekan angka kredit macet. Banyaknya kredit yang di salurkan oleh pihak bank dengan cara yang selektif mengakibatkan risiko kredit macet menurun. Oleh karena itu, NPL tidak akan menggangu likuiditas perbankan Indonesia. 3. Hipotesa 3 : NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. Hasil penelitian ini menguatkan hubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angbazo (1997) yang menguji faktor LDR terhadap NIM yang memberikan hasil bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap NIM. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, semakin tinggi nilai NIM mengindikasikan bahwa semakin efisien bagi manajemen bank dalam mengelola kreditnya untuk menghasilkan (generates) pendapatan bunga. Tingginya pendapatan bunga bersih berdampak langsung pada laba karena pendapatan bunga merupakan pendapatan operasi bank. Semakin tinggi laba maka dapat meningkatkan kemampuan bank untuk memberikan kredit yang dan dapat ditunjukkan dalam LDR yang semakin meningkat. 4. Hipotesa 4 : EPS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Islam, et al (2007) yang menunjukkan bahwa rasio KPIs (Key Performance Indicators) yang salah satunya EPS mempunyai dampak yang tinggi dalam menentukan posisi likuiditas yang dinilai dari liquidity gap antara Islamic Bank dengan Conventional Bank di Bangladesh. Menurut Purnomo (1998), EPS yang lebih besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi pemegang saham sehingga
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
meningkatkan harga saham. Kemungkinan dari hasil penelitian yang menunjukkan EPS berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR adalah semakin tinggi EPS suatu bank menunjukkan bahwa bank tersebut dapat mampu memberikan laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi EPS tentu menyenangkan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Oleh karena itu EPS menjadi indikator kuat atau besarnya suatu bank yang mampu membuat kepercayaan masyarakat semakin tinggi sehingga masyarakat mau menabung ke bank tersebut. Semakin kuatnya kinerja saham perusahaan tersebut justru menunjukkan semakin besarnya proporsi bank dalam memperoleh persediaan kas dari masyarakat. Namun, bankbank besar yang memiliki EPS tinggi cenderung memiliki LDR yang tidak lebih dari 80%, hal ini kemungkinan dikarenakan dengan LDR dikisaran 50%-70% sudah cukup bagi bank besar untuk menjadi bank yang melaksanakan fungsi intermediari. Karena memang secara rupiah, bank besar sudah melakukan ekspansi kredit dalam jumlah besar tetapi jika diinterpretasikan dalam rasio LDR hanya cenderung dikisaran 50%-70%, lain halnya dengan bank-bank yang memiliki EPS dibawah Rp 100 biasanya memiliki LDR dikisaran 70%-100% . Jadi, dapat dikatakan bahwa semakin kuat atau besar suatu perusahaan yang digambarkan melalui tingginya EPS cenderung semakin rendahnya LDR. 5. Hipotesa 5 : PER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Islam, et al (2007) yang menunjukkan bahwa rasio KPI (Key Performance Indicator) yang salah satunya PER (selain dari EPS) mempunyai dampak yang tinggi dalam menentukan posisi likuiditas yang dinilai dari liquidity gap antara Islamic Bank dengan Conventional Bank di Bangladesh. Kemungkinan dari hubungan positif tidak signifikannya variabel PER terhadap LDR dalam penelitian ini adalah dalam menentukan efisiensi kinerja saham melalui PER, tidak dapat ditentukan dari semakin tinggi nilai PER semakin baik kinerja emiten. Atau sebaliknya semakin rendah semakin baik kinerja emiten. PER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai mahal atau murahnya harga saham secara fundamental atau untuk menilai kewajaran harga saham suatu emiten sehingga menjadi salah satu indikator keputusan investor dalam membeli/menjual suatu saham. Bagi investor, mereka dapat lebih tertarik pada emiten dengan nilai PER yang rendah karena dapat disebabkan oleh laba per saham yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya. Namun hal tersebut masih harus diteliti lebih lanjut, karena nilai PER harus dibandingkan lagi dengan PER emiten sektor sekelas atau pesaingnya, dibandingkan dengan PER tahun sebelumnya atau dibandingkan dengan PER industri. Selain itu, PER terlalu tinggi juga terkadang bukan menjadi suatu masalah atau masih dianggap
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
wajar jika emiten tersebut rajin membagi deviden dalam jumlah besar dan mampu memberikan kinerja yang stabil. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang wajar jika nilai PER tidak signifikan terhadap LDR karena cara menilai PER sangat relatif tidak hanya bergantung dari penentuan bersar kecilnya PER. 6. Hipotesa 6 : inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap LDR. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2007) yang menyatakan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Namun, tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2009) yang menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Tidak sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Haas & Lelyveld (2006) yang menunjukkan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank nasional Eropa Tengah dan Eropa Timur. Pada bank umum yang listed di BEI, variabel makro inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap likuiditas perbankan. Hal ini dapat terjadi karena meski indonesia mengalami dampak krisis keuangan global di tahun 2008 yang tercemin dalam kenaikan inflasi 11,06%, variabel makro ekonomi inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap keseimbangan penyaluran kredit perbankan. Hal ini mencerminkan bahwa bank umum yang listed di BEI memiliki kemampuan fundamental yang kuat dalam mempertahankan LDRnya karena meski inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan misalnya pada 2008, perbankan Indonesia tetap mampu menyalurkan kreditnya tanpa terkena dampak apapun dari gejolak inflasi. 7. Hipotesa 7 : Exchange rate berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2007) yang memberikan hasil bahwa exchange rate tidak signifikan terhadap LDR. Namun, hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mongid (2008) yang mengemukakan exchange rate berpengaruh positif signifikan terhadap pemberian kredit. Bertentangan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2009) bahwa exchange rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR. Dari hasil pengujian, variabel makro exchange rate mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap likuiditas perbankan. Hubungan positif yang dihasilkan dalam penelitian menunjukkan bahwa jika nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS naik atau terdepresiasi, dapat mengakibatkan masyarakat untuk lebih memilih untuk menukarkan mata uang Dollar AS yang mereka miliki kedalam Rupiah karena dinilai lebih tinggi dalam bentuk Rupiah seperti pada tanggal 24 November 2008 yang mencapai angka Rp. 12.400 serta LDR rata-rata bank
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
umum pada tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan menjadi 74,58% yang pada tahun sebelumnya rata-rata 66.32% (lihat tabel 1.1). Masyarakat menjadi cenderung untuk menukarkan uang dollarnya kemudian masyarakat menaruh kembali uang rupiahnya kebank sehingga menaikkan persediaan uang dalam bank untuk disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit sehingga LDR naik. Namun fenomena naik turunnya nilai tukar mata uang ini tetap tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR bank.
Analisa terhadap Sampel Outlier Tabel 4.5 Uji Analisis Regesi dengan Menggunakan Sampel Outlier b
Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method 1 ER, NIM, PER, CAR, NPL, EPS, . Enter a INF a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LDR Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson a 1 .589 .347 .304 .1355770 2.369 a. Predictors: (Constant), ER, NIM, PER, CAR, NPL, EPS, INF b. Dependent Variable: LDR ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. a 1 Regression 1.045 7 .149 8.124 .000 Residual 1.967 107 .018 dimension0
dimension0
Total
3.012
114
a. Predictors: (Constant), Exchange Rate, NIM, PER, CAR, NPL, EPS, Inflasi b. Dependent Variable: LDR Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) .625 .104 6.012 .000 CAR NPL NIM EPS PER INF ER
-.630 .048 4.307 .000 6.391E-5 -.035 .066
.184 .207 .646 .000 .000 1.341 .331
-.284 .020 .619 -.443 .022 -.006 .044
-3.431 .231 6.665 -4.772 .278 -.026 .199
.001 .818 .000 .000 .781 .979 .843
.892 .827 .708 .709 .934 .129 .127
1.122 1.210 1.412 1.411 1.070 7.745 7.845
Berdasarkan hasil perhitungan regresi sebelum dan sesudah mengeluarkan sampel outlier, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan hasil antara penelitian tanpa menggunakan sampel outlier dan dengan menggunakan sampel outlier. Perbedaan-perbedaan hasil penelitian tersebut yaitu antara lain : a. CAR menjadi negatif dan signifikan terhadap LDR b. NPL menjadi berubah arah positif tetapi tetap tidak signifikan terhadap LDR
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
c. Variabel lain mengalami perubahan nilai koefisien regresi, namun memiliki
interpretasi yang sama. d. Model penelitian menjadi kurang baik jika menggunakan data dengan sampel outlier.
Hal ini terlihat dari efek pengaruh variabel independen terhadap dependen secara bersama-sama (simultanous) hanya sebesar 30,4% (berdasarkan nilai Adjusted R2). Perubahan penilaian terhadap CAR ini menjadi negatif signifikan disebabkan oleh 3 bank yang memiliki nilai CAR jauh dari nilai rata-rata, yaitu : a. Bank Bumi Artha selama 5 tahun berturut-turut memiliki nilai CAR lebih tinggi dari CAR bank lainnya yaitu diatas 25% dan tertinggi 41,02% di tahun 2006. Dengan adanya bank ini memperkuat hasil signifikansi karena pada tahun 2006 Bank Bumi Artha memiliki CAR tertinggi 41,02% dan seiring berjalan waktu menurun hingga 25,01% di tahun 2010. Namun penurunan CAR ini tidak mengikuti teori bahwa semakin tinggi CAR, semakin kuat likuiditas bank karena LDR cenderung naik meski tidak terlalu signifikan yaitu 45,51% di tahun 2006 dan hingga tahun 2010 menjadi 54,18% sehingga Bank Bumi Artha menjadi salah satu bank yang berperan besar dalam merubah signifikansi hasil penelitian. Berikut ini data lengkap kinerja Bank Bumi Arta: b. Bank Mutiara yang dulunya adalah Bank Century, pada tahun 2006 merupakan bank yang memiliki LDR terendah dari bank lainnya yaitu 21,35% dengan CAR berada pada nilai rata-rata di 12,2%. Begitu halnya dengan tahun 2007 bank ini memiliki LDR yang cukup rendah. Namun pada tahun 2008, ketika muncul kasus Bank Century yang collapsed, bank ini memiliki CAR menurun jauh dari rata-rata yaitu 22,29%. Penurunan ini malah diikuti dengan LDR yang tiba-tiba melonjak tinggi hingga 93,16% di tahun 2008. Namun pada tahun-tahun berikutnya Bank Century mengalami pemulihan dan memiliki CAR diatas 8% serta LDR diangka rata-rata 70%-80%. Karena gejolak dari bank ini membuat penegujian dengan memasukan sampel Bank Century membuat CAR menjadi negatif signifikan. c. Bank Eksekutif Internasional selama tahun 2006-2009 merupakan bank yang
memiliki nilai CAR diatas 8% dan LDR diangka rata-rata 70%. Bank Eksekutif dari tahun 2006 memang tercatat memiliki kinerja yang kurang optimal dilihat dari kerugian yang sering terjadi. Namun pada tahun 2010 lalu, Bank ini mencatat kenaikan rugi bersih sebesar 538,45% dengan nilai Rp 193,78 Miliar. Bank ini juga mencatat penurunan aset hingga Rp 516,67 Miliar, jumlah kredit menurun hingga Rp 340,641. Permasalahan ini terjadi karena terdapat debitur-debitur bermasalah
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
sehingga bank perlu membentuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif secara optimal terhadap debitur-debitur bermasalah tersebut. Namun, kerugian besar yang terjadi pada tahun 2010 malah menyebabkan CAR tinggi yang mungkin disebabkan oleh turunnya jumlah kredit sehingga risiko yang tergambar dalam ATMR menjadi menurun. Lalu kenaikan CAR ini diikuti oleh LDR yang menurun hingga 52,83. Hal ini tentu saja disebabkan oleh penurunan jumlah angka kredit yang besar karena menurut manajemen pada saat itu, mereka sangat prudent terhadap penyaluran kredit baru dan di satu sisi jenis kredit pada saat itu sebagian besar bersifat angsuran. Karena fenomena inilah maka menguatkan pengujian dalam penelitian ini bahwa CAR bersifat negatif dan signifikan Alternatif penyebab terjadinya negatif signifikan CAR selain karena adanya bank-bank yang outlier ini, dapat juga memberikan indikasi bahwa dalam perbankan Indonesia secara umum memiliki kecenderungan sebagai berikut : 1. Meskipun bank-bank mampu menaikkan CAR atau modal sendiri, mereka tidak mampu menyalurkan pinjaman/kredit dengan optimal. Hal ini bisa disebabkan karena bank sulit dalam strategi marketing yang optimal untuk memasarkan kredit mereka. Perlu diingat bahwa meski sampel outlier telah dibuang, hasil regresi tetap memperlihatkan bahwa CAR memang memiliki trend yang negatif meski tidak signifikan. 2. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam penjelasan hipotesa hasil regresi setelah mengeluarkan sampel outlier, CAR dapat berarah negatif karena apabila bank sedang sedikit memberikan pinjaman, mereka memiliki risiko kredit yang lebih rendah. Perlu diingat bahwa penyebut dalam perhitungan rasio CAR adalah ATMR. ATMR itu sendiri merupakan gambaran risiko kredit yang diberikan. Jadi, semakin rendah kredit yang diberikan, ATMR menjadi rendah. Jika asumsi pembilang dalam CAR yaitu modal sendiri itu tetap, maka CAR akan menjadi tinggi. Begitu dengan sebaliknya. CAR tinggi maka mengindikasikan bank sedang tidak banyak memberikan pinjaman. Untuk variabel NPL yang sebelumnya berarah negatif menjadi berubah arah ke positif setelah memasukkan bank-bank yang outlier, hal ini mengindikasikan bahwa bank-bank outlier tersebut meski memiliki NPL yang besar atau memiliki indikasi kredit macet/bermasalah, mereka tetap terus mengekspansi kreditnya atau memberikan kreditnya ke masyarakat tanpa mempertimbangkan kembali bahwa masih ada kredit-kredit macet yang belum terselesaikan.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Kesimpulan 1. Secara bersama-sama (CAR, NPL, NIM, EPS, PER, inflasi dan exchange rate) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas bank umum yang terdaftar di BEI pada tingkat kepercayaan 5% sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. 2. Terdapat beberapa sampel outlier yang dapat membuat hasil penelitian menjadi bias. Oleh karena itu, dengan menggunakan model penelitian yang sama, dilakukan dua pengujian yaitu dengan mengeluarkan sampel outlier dan pengujian dengan memasukkan sampel outlier. 3. Berdasarkan hasil penelitian secara partial tanpa menggunakan sampel outlier, NIM dan EPS memiliki pengaruh yang kuat atas perubahan LDR dengan NIM berarah positif dan EPS berarah negatif. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan mempengaruhi LDR. 4. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan sampel outlier menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda dari pengujian setelah mengeluarkan sampel outlier yaitu CAR menjadi berubah negatif signifikan, NPL berubah arah menjadi positif tidak signifikan serta pengaruh signifikansi variabel independen terhadap dependen atau kelayakan model penelitian menjadi menurun (dilihat dari adjusted R2). Hal ini dikarenakan terdapat 3 bank outlier yang memberikan efek terjadinya perubahan hasil penelitian. Saran Sebelumnya telah disampaikan beberapa kesimpulan yang dapat ditarik atas penelitian ini, selanjutnya dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepada pengelola perbankan nasional, agar lebih concern dalam mengelola CAR, karena dari penelitian ini terlihat bahwa CAR berpengaruh cukup signifikan namun berarah negatif jika penelitian disertai oleh bank yang bersifat outlier. 2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk diperluas kepada seluruh perbankan di Indonesia, sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisir dan lebih luas hasil dan manfaatnya. 3. Disarankan untuk menambah variabel rasio keuangan bank yang lain yang belum dimasukkan sebagai variabel independen yang mempengaruhi perubahan LDR dan menambah range tahun penelitian supaya tetap up to date. Penambahan variabel yang disarankan untuk penelitian selanjutnya yaitu Return On Assets (ROA), Giro Wajiib Minimum (GWM), Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan suku bunga bank.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Kepustakaan Ahdi. (2009). Pengaruh dari Faktor-Faktor Pangsa Aset, Pangsa Kredit, Pangsa dana, CAR, LDR terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan Di Indonesia (Studi Kasus Bank Rekapitalisasi). Depok : Tesis Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, tidak dipublikasikan. Akbar, Masithah dan Ida Mentayani. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intermediasi Studi Pada Bank Umum Swasta Kalimantan Selatan Tahun 2007-2009. Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 11 Nomor 2. Akhtar, Muhammad Farhan, Khizer Ali dan Shama Sadaqat. (2011). Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Research in Business Vol. 1, Issue. 1, January 2011(pp.35-44). Astuti, Sih Darmi dan Bambang Sudyatno. (1995). Krisis Likuiditas Perbankan. Gema Stikubank. Azwir, Yacub. (2006). Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, NPL, dan PPAP Terhadap ROA Bank. Semarang : Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, dipublikasikan. Dornbus, R. dan Fischer, Stanley. (1997). Ekonomi Makro. Jakarta : Rineka Cipta. Dendawijaya, Lukman (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Fransisca, Hasan Sakti Siregar. (2008). Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Medan : Respository Universitas Sumatera Utara Granita, Jen Kharisa (2011). Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap LDR (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2002- 2009). Semarang : Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Gul, F.A., Kim, J.B., Qiu, A.A. (2010). Ownership Concentration, Foreign Shareholding, Audit Quality, and Stock Price Synchronicity : Evidence from China. Journal of Financial Economics, 95, 425-442. Haas, R and Lelyveld, I. (2006). Foreign Bank and Credit Stability in Central and Eastern Europe. A Panel Data Analysis. Journal of Banking dan Finance. Vol. 30, pp. 1927-1952. Hadianto, Bram. (2010). Pengaruh Earning Per Share dan Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar dan Ritel Pada Periode 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol. 7 No.2 November 2008 : 162-173. Haryati, Sri. (2009). Pertumbuhan Kredit Perbankan Di Indonesia: Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13. No.2 .hal.299310.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Indriastuti, Maya dan Indri Kartika. (2008). Kepercayaan Investor Terhadap Kinerja Perbankan Go Public. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 1, 127 – 135 Islam, Muzahidul dan Hasibul Alam Chowdury. (2007). A Comparative Study of Liquidity Management of an Islamic Bank and a Conventional Bank : The Evidence from Bangladesh. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 5, No. 1 Jauhari, Robertus (2003). Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Return on Equity, Price to Earning Ratio, dan Devidend Payout Ratio terhadap Return Saham. Semarang : Tesis Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Kasmir. (2004). Manajemen Perbankan. Jakarta : Grafindo Persada. Kusuma, Tiara Citra. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intermediasi Perbankan Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Devisa dan Non Devisa Periode 20012009). Semarang : Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Maharani, Ika Lestari dan Sugiharto. (2007). Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil). Vol.2. ISSN : 1858-2559 Manurung, Mandala. (2004). Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta : Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nasiruddin. (2005). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio (LDR) di BPR Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang. Semarang : Tesis Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro. tidak dipublikasikan. Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 Peraturan Bank Indonesia No.5/2003 Poernawati, Fahmi. (2008). Pengaruh Price to Book Value dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Gajayana vol.5 no.2, 105-118. Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. (2004). Ilmu Makroekonomi. Jakarta: Media Global Edukasi. Suwarno, Jonathan. (2010). PASW Statistik 18 – Belajar Statistik Menjadi Mudah dan Cepat. Yogyakarta : Penerbit Andi. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. (2010). Research Methods for Business – a Skill Building Approach. United Kingdom : John Wiley dan Sons Ltd. Selamet, Riyadi. (2006). Banking Assets anf Liability Management. Jakarta : Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Siamat, Dahlan. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012
Sinungan, Muchdarsyah. (1997). Manajemen dana Bank. Jakarta : Bumi Aksara. Soemartini. (2007). Pencilan/Outlier. Jatinangor : Jurusan Statistika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Dipublikasikan. Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Surat Edaran BI No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 Syarif, Syahru. (2006). Analisis Pengaruh Rasio-Rasio CAMELS terhadap Net Interest Margin Studi Empiris pada Bank-Bank yang Listed di Bursa Efek Jakarta Periode 20012004. Semarang : Tesis Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Dipublikasikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Widiastuti, Eri. (2005). Analisis CAR, NPL, Status Kepemilikan dan Kapitalisasi Bank terhadap ROA Bank di Indonesia Tahun 2004 dengan Menggunakan Metode General Linier Model (GLM). Depok : Tesis Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. www.bi.go.id data exchange rate diunduh pada tanggal 10 Agustus 2012 dan laporan Statistik Perbankan Indonesia diunduh pada tanggal 25 Juni 2012 www.bps.go.id data inflasi diunduh pada tanggal 8 Agustus 2012 www.idx.co.id laporan keuangan emiten diunduh pada tanggal 30 April 2012
Analisis faktor–faktor ..., Gladys Rosadaria, FE UI, 2012