PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP BIAYA UTANG (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2008-2010) Mia Ayu Nurdiyana, Yan Rahadian Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) dan kualitas audit terhadap biaya utang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 44 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010 yang memiliki skor indeks Corporate Governance (CG). Penelitian ini menemukan bahwa indeks CG tidak berpengaruh terhadap biaya utang, sedangkan kualitas audit terbukti memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang. Hasil penelitian ini mengindikasikan perusahaan dan regulator perlu mengevaluasi kembali praktik CG yang telah dilaksanakan. Di sisi lain perusahaan dan regulator perlu mempertahankan dan meningkatkan kualitas audit sebab terbukti dapat berperan menurunkan biaya utang.
The Impact of Good Corporate Governance Mechanism and Audit Quality Toward Cost of Debt (Empirical Studies at Company Listed on BEI in 2008-2010) Abstract This study aims to investigate the influence of the mechanisms of Good Corporate Governance (GCG) and quality audit on the cost of debt. The sample used in this study are 44 companies listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2008-2010 which has an index score of Corporate Governance (CG). This study found that the CG index does not affect the cost of debt, while the quality of the audit proved to have a significant negative impact on the cost of debt. Results of this study indicate the company and regulators need to reevaluate the CG practices that have been implemented. On the other hand companies and regulators need to maintain and improve the quality of audit because it is proven to lower the cost of debt. Keywords : corporate governance, corporate governance index, audit quality, cost of debt.
Pendahuluan Perusahaan di Indonesia cenderung memilih utang sebagai sumber pendanaan perusahaan sehingga tingkat utang perusahaan di Indonesia relatif tinggi. Setiawan (2006) melakukan penelitian mengenai perbandingan total utang terhadap total aset dari 75 perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEJ tahun 1994 sampai dengan tahun 2000. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum dan sesudah krisis, perusahaan di Indonesia mempunyai tingkat total utang yang cukup tinggi bila dibandingkan total asetnya. Pada tahun 1994 tingkat total utang dibandingkan total asetnya mencapai
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
67,88%. Kemudian setelah masa krisis ekonomi yaitu tahun 2000 tingkat total utang dibandingkan total asetnya naik menjadi 78,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat tingkat utang yang tinggi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Akan tetapi, penggunaan utang oleh perusahaan juga dapat menimbulkan isu agency problem pada kreditur. Kreditur memiliki klaim terhadap perusahaan atas pinjaman yang diberikan sehingga kreditur berharap manajemen mengambil keputusan yang sesuai dengan kepentingan kreditur. Agency problem yang dihadapi kreditur juga dapat terjadi saat manajemen menggunakan dana yang berasal dari kreditur tetapi tidak sesuai dengan kepentingan kreditur tersebut. Kreditur menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan berupa bunga atas dana yang dipinjamkannya, sedangkan perusahaan sangat bergantung pada besarnya laba perusahaan. Dalam situasi tersebut, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangnya baik pokok maupun bunganya sedangkan manajemen lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam meraih laba yang besar. Salah satu cara manajemen untuk memperoleh laba yang besar adalah melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil, kreditur hanya dapat menikmati keberhasilan tersebut maksimum sebesar bunga yang diterimanya. Namun bila proyek tersebut mengalami kegagalan, kreditur akan menderita kerugian akibat dari ketidakmampuan manajemen memenuhi kewajibannya, baik pokok maupun bunganya. Untuk menekan risiko tersebut seringkali kreditur memberikan berbagai syarat dalam meminjamkan dananya kepada perusahaan. Syarat tersebut dapat diberikan dalam bentuk pembatasan penggunaan utang oleh manajemen perusahaan, maturity yang pendek dan covenant, utang dengan pengawasan yang lebih tinggi (utang bank), leasing serta penggunaan convertible debt. Namun syarat yang kreditur berikan terkadang tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan, sehingga nantinya dapat merugikan manajemen. Oleh karena itu diperlukan mekanisme lain untuk menekan agency problem yang terjadi diantara kreditur dan manajemen. Salah satunya adalah dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik sebagai mekanisme pengawasan internal perusahaan. Kaen (2003) mendefinisikan tata kelola perusahaan atau Corporate Governance (CG) sebagai sesuatu tentang siapa yang mengontrol perusahaan dan mengapa dia mengontrol. Menurut Buckhori (2012), Good Corporate Governance (GCG) merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik, dimana di dalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham (publik) sebagai pemilik perusahaan dan kreditur sebagai pemberi dana eksternal. GCG akan memberikan perlindungan efektif kepada para
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
pemegang saham dan kreditur untuk memperoleh kembali investasi yang telah ditanamkannya dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (The Indonesian Institute for Corporate Governance, 2006). GCG merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi agency problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi risiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham. GCG dapat memberikan manfaat lebih bagi perusahaan karena dengan adanya mekanisme ini akan memudahkan perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan lainnya. Selain itu, GCG dianggap sebagai salah satu mekanisme yang dapat menjamin efektifitas terhadap penggunaan dana yang telah diberikan oleh kreditur. Hal ini juga akan berdampak pada pemberian biaya utang yang lebih rendah bagi perusahaan dimana hal ini merupakan kompensasi atas tingkat risiko yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki GCG. Penelitian yang dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003), Chen dan Jian (2006) serta Piot (2007) juga memberikan bukti bahwa mekanisme GCG memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang perusahaan. Struktur CG yang sehat merupakan salah satu indikator penting yang sangat dipertimbangkan oleh kreditur ketika menentukan risk premium perusahaan. Dengan kata lain, mekanisme GCG merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam pengambilan keputusan oleh kreditur. GCG adalah alat penjamin bagi kreditur bahwa dana yang diberikan telah dikelola dengan baik, transparan dan bertanggung jawab serta dapat melindungi kepentingan kreditur. Oleh sebab itu, penerapan GCG sangat penting untuk diketahui oleh publik, kreditur maupun investor. Selain melalui GCG sebagai mekanisme pengawasan internal, upaya untuk menekan permasalahan keagenan antara kreditur dan manajemen juga dapat dilakukan melalui peran audtor eksternal sebagai mekanisme pengawasan eksternal. Keberadaan dan peran auditor eksternal secara teoritis dapat memitigasi tindakan manajemen yang dapat merugikan pemangku
kepentingan,
termasuk
kreditur.
Auditor
eksternal
diharapkan
dapat
mengidentifikasi, mencegah, dan memperbaiki, atau setidaknya mengungkapkan tindakantindakan manajemen yang merugikan kreditur. Kemampuan auditor eksternal dalam memitigasi permasalahan keagenan tersebut sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan independensi yang dimilikinya. Kompetensi dan independensi auditor eksternal menunjukkan kualitas audit yang diberikan auditor eksternal. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki dan semakin independen auditor eksternal, semakin tinggi kualitas audit yang dapat diberikannya,
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
maka semakin tinggi kemampuan auditor eksternal dalam memitigasi permasalahan keagenan. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar (big four) dipersepsikan memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP kecil (non big four). Hal tersebut karena KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja, selain itu karena reputasinya yang telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan mereka akan melakukan penugasan audit dengan lebih berhati-hati. Lennox (2002) menunjukkan bukti bahwa ukuran KAP yang lebih besar menghasilkan audit yang lebih berkualitas karena reputasinya lebih bagus di mata masyarakat. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Tata kelola perusahaan yang baik atau GCG secara teoritis dapat mengatasi konflik keagenan antara manajemen dan kreditur. Shelifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa kualitas CG diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada keseluruhan proses penciptaan nilai perusahaan. Salah satu ciri penciptaan nilai ini adalah adanya penurunan biaya utang oleh perusahaan. Penerapan GCG juga dapat mengurangi risiko perusahaan dari keputusankeputusan manajemen yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. GCG akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan kreditur untuk memperoleh kembali investasi yang telah ditanamkannya dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (The Indonesian Institute for Corporate Governance, 2006). GCG merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi agency problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi risiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham. GCG dapat memberikan manfaat lebih bagi perusahaan karena dengan adanya mekanisme ini akan memudahkan perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan lainnya. Selain itu, GCG dianggap sebagai salah satu mekanisme yang dapat menjamin efektifitas terhadap penggunaan dana yang telah diberikan oleh kreditur. Hal ini juga akan berdampak pada pemberian biaya utang yang lebih rendah bagi perusahaan dimana hal ini merupakan kompensasi atas tingkat risiko yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki GCG.
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
Penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh, et al. (2004) terhadap 1500 perusahaan di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaksanakan GCG mengalami peningkatan peringkat kredit (firm credit rating) yang signifikan. Peringkat kredit akan mempengaruhi persepsi para kreditur dan calon kreditur atas kredibilitas dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya secara keseluruhan. Dengan demikian jelas bahwa dengan peringkat kredit yang tinggi, perusahaan dengan GCG yang kuat akan menikmati biaya utang yang lebih rendah. Lebih lanjut hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan GCG memberikan keuntungan langsung, berupa biaya utang perusahaan yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003) juga memberikan bukti bahwa mekanisme GCG memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang perusahaan. Struktur CG yang sehat merupakan salah satu indikator penting yang sangat dipertimbangkan oleh kreditur ketika menentukan risk premium perusahaan. Dengan kata lain, mekanisme GCG merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam pengambilan keputusan oleh kreditur. GCG adalah alat penjamin bagi kreditur bahwa dana yang diberikan telah dikelola dengan baik, transparan dan bertanggung jawab serta dapat melindungi kepentingan kreditur. Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jian (2006) menemukan bukti bahwa mekanisme CG yang diproksikan dengan menggunakan Information Disclosure and Transparency Rankings System (IDTRs) yang dipublikasikan oleh Taiwan Securities Future Institute (SFI) memiliki pengaruh negatif terhadap biaya utang perusahaan. Piot (2007) juga membuktikan bahwa mekanisme CG yang diproksikan dengan struktur kepemilikan memiliki pengaruh negatif terhadap biaya utang perusahaan. Rebecca (2012) melakukan penelitian corporate governance index yang dipublikasikan oleh The Indonesian Institute Corporate Director (IICD) terhadap biaya utang dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur di indonesia tahun 2008-2010, menyimpulkan bahwa corporate governance index mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang perusahaan. Uraian di atas menunjukan landasan teoritis dan bukti empirisi peran mekanisme GCG dalam menurunkan biaya utang. Oleh sebab itu hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Mekanisme GCG berpengaruh negatif terhadap Biaya Utang Selain melalui GCG sebagai mekanisme pengawasan internal, upaya untuk menekan permasalahan keagenan antara kreditur dan manajemen juga dapat dilakukan melalui peran audtor eksternal sebagai mekanisme pengawasan eksternal. Keberadaan dan peran auditor
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
eksternal secara teoritis dapat memitigasi tindakan manajemen yang dapat merugikan pemangku
kepentingan,
termasuk
kreditur.
Auditor
eksternal
diharapkan
dapat
mengidentifikasi, mencegah, dan memperbaiki, atau setidaknya mengungkapkan tindakantindakan manajemen yang merugikan kreditur. Kemampuan auditor eksternal dalam memitigasi permasalahan keagenan tersebut sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan independensi yang dimilikinya. Kompetensi dan independensi auditor eksternal menunjukkan kualitas audit yang diberikan auditor eksternal. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki dan semakin independen auditor eksternal, semakin tinggi kualitas audit yang dapat diberikannya, maka semakin tinggi kemampuan auditor eksternal dalam memitigasi permasalahan keagenan. Studi terdahulu telah banyak dilakukan untuk menguji secara empiris pengaruh kualitas audit terhadap upaya memitigasi permasalahan keagenan. Namun dikarenakan kualitas audit tidak dapat diukur secara langsung dengan mudah, maka berbagai penelitian menggunakan beberapa proksi untuk mencerminkan kualitas audit tersebut. Beberapa penelitian terdahulu membedakan kualitas audit berdasarkan perbedaan kelompok auditor big four dan non big four. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar (big four) dipersepsikan memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP kecil (non big four). Hal tersebut karena KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja, selain itu karena reputasinya yang telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan mereka akan melakukan penugasan audit dengan lebih berhati-hati. Lennox (2002) menunjukkan bukti bahwa ukuran KAP yang lebih besar menghasilkan audit yang lebih berkualitas karena reputasinya lebih bagus di mata masyarakat. Menurut Luhgiatno (2008), kualitas audit yang dilakukan oleh KAP yang reputasinya baik akan menjamin akuntabilitas kinerja keuangan perusahaan yang diauditnya. Dengan memiliki akuntabilitas kinerja yang baik maka tingkat risiko perusahaan akan menjadi rendah. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP terhadap permasalahan keagenan manajemen dan kreditur, khususnya biaya utang, telah banyak dilakukan. Sanders dan Allen (1993), dalam Juniarti dan Sentosa (2009), menyatakan bahwa perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP big four secara statistik memiliki peringkat utang yang lebih baik dan biaya utang yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP non big four. Hal tersebut karena
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
KAP yang sudah memiliki nama di mata publik (KAP big four) akan lebih dipercayai kualitasnya dibandingkan dengan KAP yang kecil (KAP non big four). KAP besar dianggap melakukan audit dengan lebih baik dari pada KAP kecil karena sumber daya yang dimiliki juga berkualitas. Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dapat lebih dipercaya oleh kreditur sehingga kreditur memiliki keyakinan terhadap perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat biaya utang. Penelitian oleh Juniarti dan Sentosa (2009) dan Yunita (2012) juga membuktikan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya utang. Uraian di atas menunjukan landasan teoritis dan bukti empirisi peran mekanisme kualitas audit dalam menurunkan biaya utang. Oleh sebab itu hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2: Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Biaya Utang Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Model yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: CODit = a +bCGIit +cBIG4it +dSIZEit +eLEVit + εit Dimana: CODit
= Biaya utang perusahaan i pada tahun t
CGIit
= Skor CG yang diperoleh perusahaan i pada tahun t
BIG4it
= Kualitas audit perusahaan i pada tahun t
SIZEit
= Ukuran perusahaan i pada tahun t
LEVit
= Leverage perusahaan i pada tahun t
a
= konstanta
b, c, d, e
= koefisien regresi
εi
= error terms
Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen penelitian ini adalah biaya utang. Biaya utang meliputi bunga yang harus dibayar oleh perusahaan ketika melakukan pinjaman. Dalam beberapa penelitian sebelumnya, biaya utang diukur dengan menghitung besarnya beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan dalam periode satu tahun dibagi dengan jumlah pinjaman yang menghasilkan bunga (interest bearing debt) tersebut. Hal itu mengingat bahwa perusahaan biasanya memiliki utang tidak hanya kepada satu kreditur, melainkan beberapa pihak kreditur yang
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
besarnya bunga juga ditentukan oleh tiap-tiap kreditur (Ayub, 2008). Francis et al. (2005) menggunakan interest rate dari utang perusahaan untuk menghitung besarnya biaya utang yang diterima perusahaan. Penelitian ini juga akan mengukur biaya utang dengan menggunakan beban bunga dibagi dengan jumlah pinjaman yang menghasilkan bunga. Sehingga biaya utang atau cost of debt (COD) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Variabel Independen (Variabel Tidak Terikat) 1. Mekanisme Corporate Governance Variabel independen pertama dalam penelitian ini adalah mekanisme CG yang diukur dengan Corporate Governance Index yang dipublikasikan oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD). Metode penilaian tingkat penerapan CG pada masing-masing perusahaan publik menggunakan total skor tertimbang (total weighted score). Skor yang dihasilkan berupa presentase dengan nilai maksimal 100%. Setiap skor memiliki interpretasi tersendiri sesuai dengan kriteria penilaian praktek GCG yang telah ditetapkan oleh IICD. Dalam penelitian ini, skor CG yang digunakan adalah skor pada tahun 2008 dan 2010. Untuk skor CG tahun 2009, karena keterbatasan data oleh IICD, nilainya diperoleh melalui teknik interpolasi yaitu dengan cara menggunakan rerata tahun 2008 dan 2010. Skor CG cenderung tidak terlalu banyak berubah dari tahun ke tahun, sehingga penulis berpendapat bahwa skor tahun 2009 dapat didekati dengan rerata nilai skor CG tahun 2008 dan 2010. Penggunaan skor CG dari IICD sebagai proksi praktik GCG sudah banyak dilakukan oleh penelitian sebelumnya, misalnya oleh Rebecca (2012). Selain skor CG dari IICD, penelitian sebelumnya seperti Natalia (2012) menggunakan indeks CG yang diterbitkan oleh lembaga lain yaitu oleh Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG), yang disebut dengan Corporate Governance Perception Index (CGPI). Namun dikarenakan jumlah skor CGPI lebih terbatas, maka penelitian ini memutuskan untuk menggunakan skor CG dari IICD tersebut. Untuk analisis sensitivitas, skor CG akan diproksikan dengan variabel dummy, yaitu skor satu diberikan jika presentase skor indeks CG perusahaan di atas rerata, dan angka nol jika presentase skor indeks CG perusahaan di bawah rerata. 2. Kualitas Audit Variabel independen kedua dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Pengukuran kualitas audit ini dilihat berdasarkan apakah auditor berasal dari KAP big four atau KAP non-
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
big four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu angka satu jika perusahaan menggunakan KAP big four, dan angka nol jika perusahaan menggunakan KAP non-big four. Variabel Kontrol 1. Ukuran Perusahaan Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diduga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memenuhi seluruh kewajibannya di periode mendatang. Menurut Sujianto (2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total penjualan, rerata total penjualan aset, dan rerata total aset. Penelitian ini, dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004), menggunakan total aset sebagai ukuran perusahaan. Untuk menghindari kemungkinan outlier, ukuran perusahaan yang diukur oleh total aset perusahaan ditransformasikan dalam bentuk nilai logaritma natural dari total aset perusahaan tersebut (ln total aset). Pada penelitian terdahulu, seperti Anderson et al (2003) serta Piot (2007), ditemukan bukti yang mendukung dugaan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap biaya utang. 2. Leverage Leverage perusahaan juga dapat mempengaruhi biaya utang. Leverage didefinisikan sebagai tingkat utang yang dimiliki oleh perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Leverage merupakan salah satu cara untuk mengukur risiko perusahaan (Hail, 2001). Risiko perusahaan yang dimaksud terkait dengan ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Semakin besar nilai leverage, maka risiko yang dihadapi perusahaan akan meningkat. Hal ini juga meningkatkan risiko kreditur sehingga dapat mempengaruhi biaya utang perusahaan. Penelitian Lim (2010) menyimpulkan leverage berpengaruh positif terhadap biaya utang. Apabila perusahaan memiliki leverage yang tinggi maka perusahaan menggunakan utang pada komposisi pendanaannya, sehingga tingkat risiko perusahaan semakin besar. Hal ini dapat menyebabkan biaya utang perusahaan akan semakin tinggi. Indikator yang digunakan untuk mengukur leverage dalam penelitian ini adalah rasio total debt terhadap total shareholder’s equity pada akhir tahun (debt to equity ratio). Total debt merupakan total interest bearing debt (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang yang menghasilkan bunga), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Analisis dan Hasil Penelitian
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
Berikut ini merupakan rincian pemilihan sampel yang dilakukan dalam penelitian: Tabel 4.1 Seleksi Sampel No Keterangan 1 Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI dan memiliki skor CG IICD pada tahun 2008 dan 2010 2 Jumlah perusahaan sektor keuangan 3 Jumlah perusahaan yang tidak memiliki interest bearing debt Jumlah akhir sample Tahun observasi Total observasi
Jumlah 58 11 3 44 3 132
Statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 sampai 4.5 berikut. Tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif dari variabel biaya utang (COD) yang digunakan dalam model penelitian. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rerata COD perusahaan dalam sampel secara keseluruhan masih berada di bawah 7%. Perbandingan data COD setiap tahun menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan. Nilai simpangan baku COD cukup tinggi, demikian halnya dengan rentang nilai minimum-maksimum yang cukup lebar. Data setiap tahun juga menunjukkan pola yang hampir sama. Hal ini mengindikasikan tingkat COD perusahaan sampel cukup bervariasi. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Biaya Utang (COD)
COD Rerata Simpangan Baku Maksimum Minimum
2008 0.063 0.031 0.147 0.012
2009 0.067 0.041 0.176 0.014
2010 Keseluruhan 0.070 0.067 0.042 0.038 0.179 0.179 0.012 0.012
Hasil statistik deskriptif untuk variabel independen corporate governance index (CGI) secara keseluruhan menunjukkan nilai rerata di bawah 76% (lihat tabel 4.3). Sesuai dengan kriteria penilaian praktik GCG yang ditetapkan IICD, rerata tersebut menunjukkan praktik CG perusahaan sampel masih berada dalam kategori fair. Dengan kata lain pratik CG perusahaan sampel hanya memenuhi persyaratan peraturan minimum yang terkait dengan penerapan GCG. Hal ini menunjukkan bahwa rerata perusahaan sampel masih kurang memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi terhadap penerapan GCG. Perbandingan rerata indeks CG tahun 2008 dan 2010 menunjukkan indeks CG mengalami penurunan walaupun tidak secara drastis. Nilai simpangan baku pada variabel indeks CG ini cenderung kecil dan hal ini menunjukkan indeks CG antar perusahaan sampel cenderung tidak bervariasi.
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Corporate Governance Index (CGI)
CGI Rerata Simpangan Baku Maksimum Minimum
2008 0.762 0.062 0.893 0.634
2010 Keseluruhan 0.748 0.755 0.076 0.067 0.886 0.893 0.557 0.557
Variabel independen berikutnya adalah kualitas audit (BIG4) yang diukur dengan variabel dummy. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa perusahaan sampel lebih banyak diaudit oleh KAP yang tergolong Big 4. Data setiap tahun juga menunjukkan hal yang sama. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Kualitas Audit (BIG4)
KUALITAS AUDIT 2008 2009 2010 Big4 0.614 0.636 0.614 Non Big4 0.386 0.364 0.386
Selanjutnya, tabel 4.5 menunjukkan rerata ukuran perusahaan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Simpangan baku serta rentang nilai minimum-maksimum setiap tahun dan secara keseluruhan menunjukkan ukuran perusahaan sampel sangat bervariasi. Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan (SIZE) (Dalam Jutaan Rupiah)
SIZE Rerata Simpangan Baku Maksimum Minimum
2008 16,000 20,200 91,300 309
2009 17,400 22,200 97,800 268
2010 19,400 24,000 113,000 277
Keseluruhan 17,600 22,000 113,000 268
Variabel kontrol selanjutnya adalah leverage (LEV). Rerata dari variabel LEV di atas nilai 1 menunjukkan struktur pendanaan perusahaan sampel lebih banyak bersumber dari utang dibandingkan ekuitas. Nilai simpangan baku dan rentang nilai minimum-maksimumnya menunjukkan tingkat utang perusahaan sampel cukup bervariasi. Perbandingan data setiap tahun observasi menunjukkan tingkat utang mengalami fluktuasi yang cukup tinggi dari tahun 2008-2010. .
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Leverage (LEV)
LEV Rerata Simpangan Baku Maksimum Minimum
2008 1.313 0.930 3.190 0.190
2009 2.078 3.730 18.347 0.180
2010 Keseluruhan 1.052 1.481 0.867 2.300 4.340 18.347 0.120 0.120
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
Pada uji korelasi antar variabel independen yang disajikan pada tabel 4.7, tidak terdapat nilai korelasi yang lebih besar dari 0.80. Hal ini menunjukkan bahwa model penelitian tidak memiliki masalah multikolinieritas. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas
COD COD 1.000 CGI -0.132
CGI
BIG4
SIZE
LEV
1.000 0.252 1.000 0.019 -0.023
1.000
1.000
BIG4 -0.380 0.226 SIZE -0.310 0.254 LEV -0.157 -0.171
Pada hasil uji heteroskedastisitas yang disajikan pada tabel 4.8, nilai probabilitas variabel BIG4 dan SIZE lebih kecil dari α = 5%. Dengan kata lain terdapat masalah heteroskedastisitas yang perlu diatasi. Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel CGI BIG4 SIZE LEV
Prob. 0.706 0.020 0.006 0.519
Periode penelitian ini adalah tiga tahun, sehingga termasuk kategori penelitian data panel dengan periode yang pendek. Di dalam model data panel dengan periode yang pendek, sulit diketahui apakah masalah heteroskedastisitas bersumber dari cross-section, periode, atau keduanya. Untuk itu digunakan white’s diagonal standard errors untuk memperhitungkan heterogenitas cross-section dan periode. Perlakuan ini diterapkan pada model penelitian dengan memilih menu white’s diagonal standard errors pada Eviews 6. Pada hasil uji autokorelasi yang disajikan pada tabel 4.9, diperoleh nilai DurbinWatson yang berada pada area 1,54-2,46, yaitu tidak terdapat masalah autokorelasi (Winarno, 2011). Dengan kata lain tidak terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu (disturbance error) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
Uji Durbin-Watson Stat
Nilai 2.369
Tabel 4.10 menyajikan hasil uji regresi dari variabel-variabel yang digunakan dalam model penelitian ini. Tabel 4.10 Hasil Regresi COD
Variabel Predicted Sign Cooefficient t-Statistic Prob. C 0.481 3.756 0.000 CGI - -0.038 -0.375 0.708 BIG4 - -0.053 -3.788 0.000 SIZE - -0.015 -2.746 0.007 LEV + 0.006 2.022 0.045 R-squared 0.219 0.194 Adjusted RF-statistic 4.181 squared Prob(F-statistic) 0.003 Keterangan CGI =Corporate Governance Index ; BIG4 = kualitas audit; SIZE = ukuran perusahaan (logaritma natural total aset); LEV =leverage (debt to total equity ratio ). Hasil dapat dilihat pada Lampiran 3.
Berdasarkan tabel 4.10, dapat dilihat bahwa nilai Prob (F-statistic) adalah 0.003. Hal ini menunjukkan nilai signifikansi model lebih rendah dari α = 5% yang berarti tolak H0. Dengan kata lain, variabel-variabel independen dalam model penelitian ini secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu dengan tingkat keyakinan sebesar 95%. Oleh karena itu, model penelitian ini diterima secara statistik. Nilai adjusted R-squared untuk model penelitian ini adalah 19,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa 19,4%.variasi pada variabel dependen, yaitu biaya utang (COD), dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol, yaitu CGI, BIG4, SIZE dan LEV. Dengan demikian, sebesar 80,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diidentifikasi dalam model penelitian ini. Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa mekanisme GCG yang diukur dengan indeks CG memiliki pengaruh negatif terhadap biaya utang. Hasil pengujian pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa indeks CG (CGI) mempunyai pengaruh negatif terhadap COD namun tidak signifikan pada α = 5%. Dengan demikian, hasil pengujian di atas tidak mendukung hipotesis yang diajukan. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Chen dan Jian (2006) serta Piot (2007) yang menemukan bukti bahwa mekanisme GCG memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang perusahaan. Hasil tersebut juga tidak sesuai dengan
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
penelitian Rebecca (2012) yang melakukan penelitian indeks CG terhadap biaya utang dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur di Indonesia tahun 2008-2010 dan menemukan bukti bahwa indeks CG mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang perusahaan. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Natalia (2012) yang juga gagal menemukan pengaruh indeks CG dalam mengurangi biaya utang. Hasil ini seolah mengindikasikan bahwa mekanisme GCG yang diterapkan perusahaan belum berperan efektif sebagai mekanisme pengawasan internal perusahaan. Selain itu, peneliti menduga hasil ini dipengaruhi oleh struktur skor indeks CG yang digunakan dalam penelitian ini yang tidak cukup bervariasi (lihat penjelasan statistik deskriptif). Hipotesis kedua menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap biaya utang. Hasil pengujian pada tabel 4.10 menunjukkan kualitas audit (BIG4) mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap COD pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, hasil pengujian di atas mendukung hipotesis yang diajukan, yaitu perusahaan yang diaudit oleh KAP dengan kualitas audit yang lebih baik (yaitu KAP BIG 4) memiliki biaya utang yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP bukan BIG 4. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Juniarti dan Sentosa (2009) serta Yunita (2010) yang menyimpulkan bahwa kualitas audit berhubungan negatif signifikan dengan biaya utang. Kehadiran auditor eksternal yang lebih berkualitas meningkatkan transparansi informasi sehingga kreditur dapat lebih mengawasi tindakan yang dilakukan manajemen. Kehadiran auditor eksternal yang lebih berkualitas juga mempersempit diskresi manajemen melakukan tindakan yang dapat merugikan kepentingan kreditur. Setidaknya kehadiran auditor eksternal yang lebih berkualitas memberikan keyakinan kepada kreditur tentang keandalan informasi yang disajikan oleh manajemen. Secara keseluruhan kehadiran auditor yang lebih berkualitas menurunkan risiko yang dihadapi oleh kreditur, sehingga kreditur menurunkan required rate of return-nya dalam bentuk penurunan biaya utang bagi perusahaan Variabel kontrol yang pertama dalam penelitian ini adalah SIZE (ukuran perusahaan). Hasil pada tabel 4.10 menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya utang yang diterima perusahaan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Perusahaan dengan total aset yang lebih besar diperkirakan semakin memiliki kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajibannya di periode mendatang, sehingga risiko default perusahaan lebih rendah, dan hal ini menyebabkan perusahaan dapat memperoleh biaya utang yang lebih rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anderson et al (2003) serta Piot (2007) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap biaya utang. Variabel kontrol yang kedua
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
dalam penelitian ini adalah leverage yang diukur dengan debt to equity ratio. Hasil pada tabel 4.10 menunjukkan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap biaya utang. Hasil pengujian ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Dalam hal ini semakin besar tingkat leverage perusahaan, maka risiko yang dimiliki oleh perusahaan juga semakin meningkat. Risiko ini berhubungan erat dengan default risk, yaitu ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Default risk yang semakin tinggi disikapi oleh kreditur dengan permintaan return yang lebih besar sehingga menaikkan biaya utang yang harus dibayarkan perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Lim (2010) yang menyimpulkan leverage memiliki hubungan positif dengan biaya utang. Dalam bagian ini akan dilakukan pengujian sensitivitas dengan mengubah operasionalisasi pada variabel independen utama yaitu mekanisme CG. Tujuan analisis sensitivitas ini ialah untuk melihat apakah ada tidaknya pengaruh yang signifikan dalam mekanisme CG turut mempengaruhi biaya utang yang diterima oleh perusahaan. Variabel mekanisme CG dalam analisis ini diukur dengan variabel dummy, yaitu skor satu diberikan jika presentase skor indeks CG perusahaan di atas rerata, dan angka nol jika presentase skor indeks CG perusahaan di bawah rerata. Hal ini berbeda dengan pengujian hipotesis dimana variabel mekanisme CG diproksikan sebagai presentase skor indeks CG perusahaan. Dengan kata lain, dalam pengujian hipotesis tidak memperhatikan apakah data presentase indeks CG perusahaan di atas rerata atau di bawah rerata memiliki pengaruh signifikan atau tidak terhadap biaya utang perusahaan. Oleh karena itu, dilakukan analisis sensitivitas untuk memberikan gambaran yang jelas. Berdasarkan hasil yang tertera di bawah, model penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.002 yang berarti seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu biaya utang. Nilai adjusted R-square adalah 15,8% lebih rendah dibandingkan pengujian hipotesis. Hasil ini menunjukkan bahwa 15,8% variasi pada variabel dependen, yaitu biaya utang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam penelitian ini. Dalam tabel 4.11, dapat dilihat bahwa skor indeks CG (CGI) tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Hasil ini sesuai dengan hasil pada pengujian utama. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme GCG belum berjalan efektif sebagai mekanisme pengawasan internal sehingga tidak berhasil menurunkan risiko yang dihadapi oleh kreditur dan mengakibatkan biaya utang perusahaan tidak dapat diturunkan. Oleh karena itu, hasil uji sensitivitas ini mendukung analisis pengujian hipotesis. Variabel utama lainnya, yaitu kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap biaya utang. Hasil ini sama dengan pengujian utama.
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
Variabel-variabel kontrol, seperti ukuran perusahaan dan leverage, juga memberikan pengaruh signifikan terhadap biaya utang. Tabel 4.11 di bawah ini menyajikan hasil dari pengujian sensitivitas. Tabel 4.11 Hasil Pengujian Sensitivitas COD
Variabel Predicted SignCooefficient t-Statistic Prob. C 0. 503 3.787 0.001 CGI - -0.005 -0.885 0.377 BIG4 - -0.021 -2.988 0.003 SIZE - -0.003 -1.500 0.013 LEV + 0.002 1.472 0.014 R-squared 0.186 Adjusted R-squared 0.158 F-statistic 2.946 Prob(F-statistic) 0.002 Keterangan CGI =Corporate Governance Index; BIG4 = kualitas audit; SIZE = ukuran perusahaan (logaritma natural total aset); LEVleverage = (debt to total equity ratio)
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris pengaruh mekanisme GCG, yang diukur melalui indeks CG, dan kualitas audit terhadap biaya utang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008-2010 dan memiliki skor indeks CG yang dikeluarkan oleh IICD. Model penelitian diestimasi dengan teknik Pooled Least Square. Hasil pengujian menunjukkan mekanisme GCG yang diproksikan oleh indeks CG memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap biaya utang. Mekanisme GCG belum berjalan efektif sebagai mekanisme pengawasan internal sehingga tidak berhasil menurunkan risiko yang dihadapi oleh kreditur sehingga biaya utang yang harus ditanggung perusahaan tidak dapat diturunkan. Pengujian sensitivitas mekanisme GCG juga menunjukkan bahwa indeks CG memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap biaya utang. Namun pengujian ini menemukan bukti bahwa kualitas audit yang diproksikan oleh kelompok perusahaan yang diaudit oleh BIG 4 dan non BIG 4 ditemukan berpengaruh negatif terhadap biaya utang. Perusahaan yang diaudit oleh BIG 4 memiliki biaya utang yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh non BIG 4. Hasil ini seolah mengindikasikan kualitas audit (BIG 4) berperan sebagai mekanisme pengendalian eksternal sehingga menurunkan risiko yang dihadapi kreditur dan akhirnya menurunkan biaya utang
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
perusahaan. Sementara itu, pengaruh variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage terhadap biaya utang ditemukan konsisten dengan hasil pada studi sebelumnya. Ukuran perusahaan ditemukan berpengaruh negatif terhadap biaya utang yang artinya semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menunaikan kewajibannya, sehingga semakin rendah risiko yang dihadapi kreditur dan berarti semakin rendah biaya utang perusahaan. Leverage ditemukan berpengaruh positif terhadap biaya utang yang artinya semakin tinggi leverage perusahaan berarti semakin tinggi default risk perusahaan maka semakin tinggi biaya utang yang dihadapi perusahaan.
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI Anderson, R. S. (2003). Founding Family Ownership and the Agency Cost of Debt. Journal of Financial Economics 68 , 263-285. Ashbaugh, H. D. (2004). Corporate Governance and the Cost of Equity Capital. Papers SSRN . Ayub, M. (2008). Pengaruh Family Ownership terhadap Cost of Debt. Tesis Universitas Indonesia. Bhojraj, S. a. (2003). The Effect of Corporate Governance Mechanisms on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Directors. The Journal of Business 76(3) , 455-475. Bukhori. (2010). Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei 2010). Undergraduate thesis, Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Chen, Y. J. (2006). The Impact of Information Disclosure and Transparency ranking Systems (IDTRs) and Corporate Governance Structure on Interest Cost of Debt. Working Paper, National Yunlin University of Sciance and Technology, Taiwan . DeAngelo, L. (1981). Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting & Economics . Hail, L. (2001). The Impact of Voluntary Corporate Disclosure on The Ex ante Cost of Capital. A Swiss Point of View . Juniarti, & Andriyani. (2009). Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Costs of Debt). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11 No. 2 . Kaen, R. F. (2003). A Blueprint for Corporate Governance. American Management Association . Lennox, C. S. (2002). Audit Quality and Auditor Switching. Working Paper, University of Bristol . Lim, Y. D. (2010). Tax Avoidance, Cost of Debt and Shareholder Activism: Evidence From Korea. Journal of Banking & Finance, 35 , 456-470. Luhgiatno. (2008). Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia. Tesis Universitas Diponegoro. Natalia, L. (2012). Corporate Governance Perception Index (CGPI) and Cost of Debt. International Journal of Business & Social Science Sep 2012, Vol. 3 Issue 18 , 223. Piot, & Pierra. (2007). Corporate Governance, Audit Quality and The Cost Of Debt Financing of French Listed Companies. SSRN . Rebecca, Y. (2012). Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi S1 Universitas Indonesia. Saidi. (2004). Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 11, No. 1 , 44-58. Setiawan, A. (2006). Dampak Penentuan Struktur Modal terhadap Permasalahan Moral Hazard pada Perusahaan di Indonesia sebelum dan selama Krisis Ekonomi. Paper Konferensi Nasional, Prasetiya Mulya Business School PPI-39. Shleifer, A., & Vishny. (1997). A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, Vol.52. No.2 , 737-783. Sujianto, A. E. (2001). Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 2. No. 2 . The Indonesian Institute for Corporate Directory. (2013). Diambil kembali dari http://www.iicd.or.id/.
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013
The Indonesian Institute for Corporate Governance. (2006). Diambil kembali dari http://www.iicg.org/. Yunita, N. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Voluntary Disclosure dan Biaya Hutang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi – Vol 1, No. 1, Januari 2012 .
Pengaruh Mekanisme ..., Mia Ayu Nurdiyana, FE UI, 2013