Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kualitas Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi (Studi di Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 dan 2012) Amy Pramanda Nurul Husnah Program Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Salemba,Jakarta, 10430, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris pengaruh intellectual capital (IC) terhadap kualitas laba dengan corporate governance sebagai variabel moderasi. Model pengukuran IC menggunakan model Pulic (1998) yaitu Vallue added Intellectual Coefficient (VAICTM) dan ketiga komponennya yaitu Human Capital Effciency (HCE), Structured Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Effciency (CEE). Variabel kualitas laba dalam peneltian ini diproksikan dengan discretionary accrual. Hasil penelitian menunjukkan intellectual capital memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas laba. Begitu juga dengan komponennya yaitu HCE. Namun, SCE dan CEE memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap kualitas laba. Keberadaan corporate governance tidak berpengaruh signifikan memperkuat hubungan intellectual capital dan kualitas laba.
The Influence of Intellectual Capital on Earning Quality with Corporate Governance as Moderating Variable (Evidence in Manufacturing Company Listed in BEI 2011 and 2012) Abstract
This study aims to empirically examine the influence of intellectual capital (IC) on earning quality with corporate governance as a moderating variable. The measurement of IC use a model Pulic (1998) that Vallue added Intellectual Coefficient (VAICTM) and three component of it (Human Capital effciency (HCE), Structured Capital Efficiency (SCE), and Capital Employed effciency (CEE)). Variable of earnings quality in this research is proxied by discretionary accrual. The results showed intellectual capital (VAICTM) and HCE have a significant and positive effect on the quality of earnings. However, SCE and CEE have a significant and negative effect on the quality of earnings. The existence of corporate governance does not significantly strengthen the relationship of intellectual capital and earnings quality. Keywords :
intellectual capital (IC), discretionary accrual , earning quality, corporate governance
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
1. Pendahuluan Dalam era persaingan bisnis yang ketat, inovasi, dan globalisasi dewasa ini, perusahaanperusahaan dihadapkan pada tantangan perubahan teknologi yang cepat dan peningkatan ketidakpastian dalam lingkungan bisnis global. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk mengubah paradigma dalam menjalankan bisnis ke arah yang memiliki keunggulan kompetitif. Sebuah perusahaan dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif apabila dapat menciptakan nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain dalam industrinya (Widyaningdyah, 2013). Keunggulan ini dapat dibentuk melalui berbagai cara, seperti menciptakan produk dengan desain yang unik, penggunaan teknologi modern, desain organisasi, serta menggunakan sumberdaya yang ada dengan efektif, efisien serta ekonomis ( Zulmiyati, 2012). Dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif tersebut, perusahaan perlu mengubah proses bisnis yang pada awalnya berbasis tenaga kerja (laborbased business) menuju bisnis berbasis pengetahuan (knowledge-based business (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (aset pengetahuan) adalah intellectual capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian diberbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000). Pulic (1998) memperkenalkan pengukuran intellectual capital dengan menggunakan “Value Added Intellectual Coefficient” (VAIC™). Metode VAIC™ dirancang untuk menyediakan informasi mengenai efisiensi penciptaan nilai (value creation) dari aset berwujud dan tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Komponen utama dari VAIC™ dalam penelitian yang dilakukan Pulic (1998) adalah Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employed Efficiency (CEE), dan Structural Capital Efficiency (SCE). Edvinsson dan Malone (1997) dalam Ulum (2009) mengidentifikasikan intellectual capital sebagai nilai yang tersembunyi (hidden value) dalam bisnis. Yang dimaksud dengan tersembunyi disini adalah bahwa intellectual capital tidak terlihat secara kasat mata seperti layaknya aset fisik dan juga aset ini tidak tercatat dalam laporan keuangan perusahaan. Roos (1997) dalam Darabi et al (2012) menyatakan bahwa intellectual capital dapat digunakan untuk menciptakan dan mengaplikasikan pengetahuan dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu,
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
informasi terkait dengan intellectual capital ini menjadi menarik dan dapat menjadi pertimbangan investor maupun kreditor dalam mengambil keputusan ekonomi. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham, investor, kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan. Manajer yang merupakan agent atau pengelola perusahaan merupakan pihak yang bertanggungjawab membuat laporan keuangan. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan keuntungan mereka. Hal itu memunculkan kemungkinan bahwa agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976). Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh manajer dalam memaksimumkan kesejahteraan mereka terkait akuntansi akrual ini adalah manajemen laba yang dapat diproksikan dengan discretionary accruals. Besaran discretionary accrual merupakan hasil modifikasi angka-angka pada laporan keuangan untuk memenuhi tujuan manajemen sehingga keberadaannya menandakan rendahnya kualitas laba perusahaan. Manajemen laba yang berimplikasi kepada rendahnya kualitas laba dapat diminimumkan melalui mekanisme tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Corporate governance adalah suatu upaya untuk mencari cara yang terbaik untuk menjalankan perusahaan, yang mana kebijakan dan peraturan yang ada dalam corporate governance dapat digunakan untuk mengontrol dan monitoring manajemen. Pentingnya kualitas laba dalam mempengaruhi informasi keuangan dan nilai perusahaan serta semakin pentingnya peranan intellectual capital dalam perusahaan dewasa ini membuat penulis tertarik untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kualitas laba. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Darabi et al., 2012. Perbedaan dengan penelitian Darabi et al, 2012, dalam penelitian ini penulis menambahkan variabel Corporate Governance sebagai variabel moderasi atas pengaruh intellectual capital terhadap kualitas laba. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2011 dan 2012. Jenis perusahaan manufaktur dipilih karena anggapan
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
bahwa perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor industri yang dapat menghasilkan inovasi dalam dunia bisnis. 2.
Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Intellectual Capital (IC) diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capital (Ulum (2009). Sullivan (2000) dalam Darabi (2012) menyatakan bahwa intellectual capital mengacu pada seluruh sumber daya yang menentukan nilai organisasi dan keunggulan kompetitif perusahaan. Intellectual capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Intellectual capital diidentifikasi sebagai seperangkat aset tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Bontis, 1998). Beberapa peneliti memberikan pendapat yang berbeda terkait dengan defenisi intellectual capital yang kemudian berdampak pada pembagian komponen IC (Bontis 1998, 1999, Pulic 2000, Petty and Guthrie 2000 dalam Widyaningdyah (2013)). Terdapat dua definsi IC yang menjadi rujukan penelitian ini dikarenakan kemampuannya dalam mengoperasionalisasikan variabel IC, yaitu definsi IC menurut OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) dan Pulic. Menurut OECD, IC didefinsikan sebagai (Petty and Gutrie (2000) sebagai berikut: “the economic value of two categories of intangible assets of a company: (1) organisational (``structural'') capital; and (2) human capital.” Definisi IC menurut Pulic adalah “Intellectual capital consists of human and structural capital.” Kedua definisi di atas menyatakan bahwa komponen IC terdiri atas modal manusia (human capital/HC) dan structural capital (SC). Selain komponen HC dan SC, Pulic (2000) menambahkan komponen physic capital dan finansial capital (capital employed, selanjutnya disingkat CE) sebagai penunjang IC dalam memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Komponen HC dan SC tidak dapat bekerja dalam memberikan nilai tambah apabila tidak didukung oleh CE, sehingga efisiensi pengelolaan IC dapat diukur dengan sinergi yang terjadi diantara ketiga komponen tersebut.
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Human Capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Human capital juga merupakan sumber pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan (Sujarwo dan Agustin, 2003). Stratovis dan Marr (2004) mendefenisikan structural capital sebagai pengetahuan yang akan tetap berada dalam perusahaan. Artinya, modal intelektual ini tetap ada pada perusahaan tersebut walaupun terjadi pergantian pegawai. Structural Capital juga diartikan sebagai kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya bertujuan untuk mendukung usaha karyawan dalam menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Sedangkan Capital Employed dapat didefinisikan sebagai jumlah modal dimanfaatkan dalam aset perusahaan. Jika dilihat dari sisi aset, modal ini sama dengan aset tetap ditambah modal kerja. Dengan demikian, modal yang digunakan merupakan nilai aset yang berkontribusi terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dan juga dikenal sebagai aset operasi. Pulic (1998) mengembangkan suatu metode pengukuran intellectual capital dalam suatu perusahaan melalui Pulic (1998, 2000) dalam Tan et al. (2007) mengembangkan "Value Added Intellectual Coefficient" (VAICTM) untuk mengukur IC perusahaan. Metode VAIC™. Metode ini didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Informasi tersebut diperlukan sebagai salah satu pertimbangan bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan. Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah mengenai laba perusahaan. Dechow et al (2010) mendefenisikan kualitas laba dari Statement of Financial Accounting Concept (SFAC No.1) yang menjelaskan bahwa kualitas laba yang tinggi akan menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang nantinya akan dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh para decision makers. Laba juga digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu sebagai pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan laba yang berkualitas di masa depan (Rifani, 2009). Namun, manajer sebagai agent bertanggung jawab untuk membuat laporan keuangan dan mengelola
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
perusahaan dihadapkan pada dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masingmasing pihak akan mengusahakan peningkatan kemakmurannya sendiri. Tindakan opportunities yang dilakukan oleh manajer untuk meningkatkan keuntungan pribadi dapat dilakukan melalui tindakan manajemen laba (earning management). Ali (2002) dalam dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa timbulnya earnings management yang diproksikan dengan discretionary accrual dapat dijelaskan dengan Teori Keagenan. Perspektif teori keagenan (agency theory) merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance (CG). Informasi asimetris antara manajemen dan pemakai laporan keuangan memberi kesempatan dan mendorong manajemen bersikap opurtunis dengan memperbaiki profil laba akuntansi (Richardson, 1998: Chambers, 1999). Sikap opurtunis ini tidak sejalan dengan semangan good corporate governance, karena rekayasa kinerja mengakibatkan informasiyang disampaikan menjadi tidak akurat dan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Babatunde dan Olaniran (2009) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance dapat dibagi menjadi dua yakni mekanisme internal dan eksternal. Salah satu mekanisme internal corporate governance ialah board of directors (dewan komisaris dalam konteks two tier yang dianut di Indonesia). Untuk membantu tugas dan tanggung jawabnya, dewan komisaris dibantu oleh komite audit. Intellectual capital diukur dengan VAICTM yang merupakan ukuran efisiensi intellectual capital. VAICTM terdiri dari tiga komponen yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed Efficiency (CEE). Kombinasi dari ketiga komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, keterampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang tercermin dalam laba perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan. Baiknya tingkat laba perusahaan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen dalam melakukan pengelolaan perusahaan. Hal tersebut diduga dapat meminimalisir keinginan manajemen untuk
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
melakukan manajemen laba yang berarti keberadaaan intellectual capital berpengaruh positif terhadap kualitas laba. H1: Terdapat pengaruh positif dari Human Capital Efficiency (HCE) terhadap kualitas laba. H2: Terdapat pengaruh positif dari Structured Capital Effieciency terhadap kualitas laba H3: Terdapat pengaruh positif antara Capital Employed Efficiency terhadap kualitas laba. H4: Terdapat pengaruh positif dari intellectual capital (secara keseluruhan) terhadap kualitas laba. Pengelolaan yang baik atas intellectual capital perusahaan akan meningkatkan produktivitas sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan yang salah satunya tercermin melalui kualitas laba. Penulis menduga bahwa pengaruh intellectual capital terhadap kualitas laba akan lebih diperkuat dengan adanya GCG dalam perusahaan. Dukungan tata kelola yang baik diharapkan dapat mengurangi motivasi manajemen dalam menyampaikan informasi yang tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Untuk itu penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H5: Tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif human capital efficiency terhadap kualitas laba. H6: Tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif structured capital efficiency terhadap kualitas laba. H7:
Tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif capital employed efficiency terhadap kualitas laba.
H8: Tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif intellectual capital (secara keseluruhan) terhadap kualitas laba. 3. Metode Penelitian 3.1 Metode pemilihan sampel Unit analisis penelitian adalah perusahaan. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2011 dan 2012. Alasan pengambilan perusahaan manufaktur sebagai Jenis perusahaan manufaktur dipilih karena
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
anggapan bahwa perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor industri yang dapat menghasilkan inovasi dalam dunia bisnis. Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan purposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. 3.2 Model Penelitian Untuk menguji hipotesis, penulis menggunakan model persamaan regresi linear berganda dengan data panel sebagai berikut: |DAi,t| = β0 + β1HCEi,t + β2 SCEi,t + β3 CEEi,t + β4LEVi,t + β5 SIZEi,t + ԑ...................................(1) |DAi,t| = β0 + β1HCEi,t + β2 SCEi,t + β3 CEEi,t + β4 GCGi,t + β5 HCEi,t * GCGi,t + β6 SCEi,t * GCGi,t + β7 CEEi,t * GCGi,t + LEVi,t + β3 SIZEi,t + ԑ................................................................(2) |DAi,t| = β0 + β1VAICi,t + β2 LEVi,t + β3 SIZEi,t + ԑ.......................................................................(3) |DAi,t| = β0 + β1VAICi,t + β2 GCGi,t + β3 VAICi,t * GCGi,t + β2 LEVi,t + β3 SIZEi,t + ԑ.......................................................................................................................................(4) Dimana: DA
= Discretionary Accrual perusahaan i tahun t;
β0
= Intercept
β1 – β6
= Koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel terikat akibat perubahan tiap-tiap unit variabel bebas.
HCEit
= Human Capital Efficiency (HCE)
SCEit
= Structural Capital Efficiency (SCE)
CEEit
= Capital employed efficiency (CEE)
VAICit
= Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
LEVit
= Leverage
SIZEit
= Firm size
ԑ
= Error term
i
= perusahaan i
t
= tahun ke t
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Pengujian ini adalah pengujian two tailed. 3.3 Operasionalisasi Variabel Variabel dependen pada penelitian ini adalah kualitas laba diproksikan dengan discretionary accrual (DA) yang dihitung dengan menggunakan model modified Jones (1991). Variabel independen dalam penelitian ini adalah intellectual capital yang diproksikan dengan VAICTM. Kemudian VAICTM dibagi atas komponen pembentuknya yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structured Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Corporate Governance. Mekanisme corporate governance diukur dengan menggunakan checklist efektivitas dewan komisaris dan komite audit (Hermawan, 2009). Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leverage dan Ukuran Perusahaan (Size). Teknik pengolahan dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis. Dalam statsitik deskriptif diberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai tengah (rata-rata, media atau modus), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, rentang, dan skewness (kemencengan distribusi).Selanjutnya, untuk mendeteksi
adanya
penyimpangan
asumsi
klasik
maka
dilakukan
uji
normalitas,
multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk pengujian hipotesis, dilakukan Uji R2, uji f, dan uji t. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2012. Secara keseluruhan terdapat 91 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 182 perusahaan. Setelah data sampel terkumpul, dihitung nilai statistik deskriptif dan kemudian dilakukan uji asumsi klasik.
4.1 Uji Asumsi Klasik Berdasarkan uji asumsi klasik, diketahui bahwa model mengandung masalah heterokedasitas. Model regresi yang mengandung masalah heteroskedasitas dapat diatasi dengan cara meregresikan model tersebut dengan metode White Heteroskedasticity-Consistent Coefficient
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Covariance yang terdapat dalam software eviews. Dengan demikian hasi regresi yang akan digunakan untuk analisis signifikansi telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. 4.2 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan melalui analisis regresi berganda dengan melihat koefisien determinasi (R2), melakukan uji statistik F dan uji statistik t. 4.2.1 Model 1 Rangkuman hasil regresi pada absolute discretionary accruals terhadap variabel independen HCE, SCE, CEE dan variabel kontrol LEV dan SIZE tertera di table 4.1. Tabel 4.1 Hasil Persamaan Regresi Model 1 Variable
Exp. Sign (-) (-) (-) (+) (+)
Coefficient
t-Statistic
Sig (2-tailed) 0.0000 0.05725 0.0161 0.3914 0.4207
HCE -0.004937 -4.849696 *** SCE 0.016354 1.586201 * CEE 0.000901 2.158468 ** LEV 0.004344 0.276055 SIZE 0.000357 0.200427 R-squared 0.424829 Adjusted R-squared 0.408489 F-statistic 25.99916 Prob(F-statistic) 0.000000 Keterangan: DA = Discretionary Accrual yang merupakan proxy dari kualitas laba. VAIC = Vallue Added Intellectual Coefficient, HCE = Human capital efficiency, SCE = Structured Capital Efficiency, CEE = Capital Employed Efficiency, LEV = Rasio utang terhadap total aset, SIZE = Ukuran Perusahaan berupa Log natural total aset, Nilai SIZE sebenarnya (dalam ribuan). ***) signifikansi kurang dari 1%; **) signifikansi kurang dari 5%; *)signifikansi kurang dari 10% Sumber: Data Olah Menggunakan Eviews
Dari hasil ouput model 1 didapat nilai R2 sebesar 42,48% dan adjusted R2 adalah 40,85%. Artinya 40,85% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada dalam model. Nilai prob. F-statistik dari model 1 sebesar 0.000000 menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%. dapat disimpulkan bahwa variabel independen HCE, SCE, CEE, Leverage, dan Size secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan variabel dependen discretional accrual. Hipotesis pertama menyatakan bahwa ”terdapat pengaruh positif dari Human Capital Efficiency (HCE) terhadap kualitas laba”. Hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
signifikan HCE sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,01 sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Darabi (2012) bahwa Human Capital Efficiency berpengaruh negatif terhadap absolut Discretionary Accrual dan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mojtahedi (2013) yang juga menemukan hubungan positif antara human capital efficiency dengan kualitas laba. Semakin tinggi nilai HCE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan nilai tambah atas setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia, akan mengurangi discretionary acrrual. Semakin tinggi investasi perusahaan untuk memunculkan perilaku produktif para pegawai termasuk yang berhubungan dengan motivasi, pengawasan, dan peningkatan kinerjanya dalam rangka meningkatkan keahliannya maka semakin tinggi pula nilai tambah yang diberikan karyawan tersebut terhadap perusahaan. Besarnya nilai tambah perusahaan berarti merupakan kinerja yang baik bagi perusahaan karena Value Added dihitung melalu selisih pendapatan dan beban perusahaan. Nilai tambah yang tinggi akan memberikan ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Baiknya informasi laba yang merupakan cerminan kinerja manajemen mampu menekan upaya dan motivasi manajer untuk melakukan tindakan yang dapat memanipulasi komponen-komponen akrual pada laporan keuangan untuk menghasilkan informasi yang tidak sebenarnya. Hipotesis kedua menyatakan bahwa ”Terdapat pengaruh positif dari structured capital effieciency terhadap kualitas laba”. Dalam tingkat signifikansi 10%, hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat signifikan SCE sebesar 0.05725 berpengaruh signifikan dan positif terhadap discretionary accrual yang berarti berpengaruh negatif terhadap kualitas laba yang artinya hipotesis 2 ditolak. Pengaruh SCE yang signifikan dan negatif terhadap kualitas laba tidak sesuai dengan penelitian Darabi et al (2012). Structural Capital Efficiency merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal, serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Structured Capital Efficiency mengukur jumlah structured capital yang dibutuhkan dalam menghasilkan 1 rupiah value added. Investasi dalam structured capital juga akan membutuhkan dana pengadaan yang besar dan beban pemeliharaan yang besar. Semakin besar beban yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola structured capital maka akan semakin rendah nilai efisiensinya.
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Nilai tambah yang rendah akan terlihat dari profit yang rendah karena pengukuran nilai tambah diperoleh dari pendapatan dikurangi beban. Jika profit yang menggambarkan kinerja perusahaan rendah akan meningkatkan motivasi manajer untuk melakukan tindakan discretionary accrual dalam rangka mempertahankan reputasinya terhadap para stakeholder. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa ”Terdapat pengaruh positif antara Capital Employed Efficiency terhadap kualitas laba.”. Hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat signifikan CEE sebesar 0,0161 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 sehingga CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Atas hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Darabi (2012) yang menyimpulkan bahwa CEE tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Capital employed merupakan modal total modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan. CEE menunjukkan value added yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan modal yang digunakan (capital employed). Semakin besar nilai aset maka akan semakin tinggi nilai Capital Employed sehingga akan menurunkan value added yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Semakin rendah nilai tambah yang dihasilkan dari pengelolaan aset fisik perusahaan maka tingkat profit yang akan dihasilkan oleh perusahaan akan menjadi menurun. Penurunan tingkat profit menunjukkann kinerja manajemen yang kurang baik. Hal tersebut meningkatkan motivasi dari manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba yang tinggi berarti menunjukkan kualitas laba yang rendah. Hasil pengujian dalam model 1 menunjukkan bahwa bahwa LEV memiliki tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual yang berarti tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil uji t menunjukkan nilai 0.276055 dengan tingkat signifikansi 0.3914. Artinya, leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hasil studi ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darabi (2012), Widyaningdyah (2001) dan Achmad et al. (2007) yang menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Kusumaning (2004) dan Indrayani (2009) menyatakan bahwa leverage tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba. Semakin tinggi rasio utang terhadap aset akan meningkatkan risiko kegagalan utang bagi perusahaan. Akan tetapi, kegagalan utang tidak dapat ditutupi oleh manajemen dengan tindakan manajemen laba karena hal tersebut akan sangat berisiko terutama terkait dengan perjanjian utang perusahaan dengan debt holder.
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Hasil pengujian dalam model 1 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual dan kualitas laba. Uji t menunjukkan nilai 0.200427 dengan tingkat signifkansi 0.4207. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darabi et al (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas laba. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Watts & Zimmerman (1978) dalam Damayanthi (2009) dan Kim et al yang menyatakan bahwa
perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Pengaruh ukuran perusahaan yang tidak signifikan terhadap kualitas laba disebabkan karena saat ini, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan selalu dimonitor oleh para stakeholder sehingga para manajer pada perusahaan besar dan perusahaan kecil tidak agresif dalam melakukan manajemen laba. 4.2.2. Model 2 Rangkuman hasil regresi pada absolute discretionary accruals terhadap variabel independen HCE, SCE, CEE, CGHCE, CGSCE, dan CGCEE dan variabel kontrol LEV dan SIZE tertera di table 4.2. Tabel 4.2 Hasil Persamaan Regresi Model 2 Variable HCE SCE CEE CG CGHCE CGSCE CGCEE LEV SIZE
Exp. Sign (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (+) (+)
Coefficient -0.006605 0.035978 0.001741 0.005415 0.006132 -0.031378 -0.001332 0.013875 -0.001277
t-Statistic
Sig (2-tailed) 0.0000 0.0088 0.00655 0.3125 0.00005 0.01545 0.02285 0.14995 0.22125
Ket
-5.485709 2.398062 2.507497 0.489629 3.994632 *** -2.176591 ** -2.012565 ** 1.039710 -0.769707 R-squared 0.575313 Adjusted R-squared 0.553091 F-statistic 25.88938 Prob(F-statistic) 0.000000 Keterangan: DA = Discretionary Accrual yang merupakan proxy dari kualitas laba. HCE = Human capital efficiency, SCE = Structured Capital Efficiency, CEE = Capital Employed Efficiency, CG = scoring CG berdasarkan sistem checklist, LEV = Rasio utang terhadap total aset, SIZE = Ukuran Perusahaan berupa Log natural total aset, Nilai SIZE sebenarnya (dalam ribuan); Scoring CG= 1 untuk lebih besar dari 56 dan CG=0 untuk skor CG < 56; CGHCE = Interaksi CG dan HCE; CGSCE = interaksi CG dan SCE; CGCEE = interaksi CG dan CEE
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
***) signifikansi kurang dari 1%; **) signifikansi kurang dari 5%; *)signifikansi kurang dari 10%
Sumber: Data Olah Menggunakan Eviews Dari hasil ouput model 1 didapat nilai R2sebesar 57,53% dan adjusted R2adalah 55,31%. Hal Hasil uji f menunjukkan bahwa nilai prob. F-statistik dari model 1 sebesar 0.000000, maka tolak Ho. Hal ini berarti dengan asumsi tingkat signifikansi 5%, secara satatistik dapat disimpulkan bahwa variabel independen HCE, SCE, CEE, CG, CGHCE, CGSCE, CGCEE, Leverage, dan Size secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan variabel dependen discretional accrual. Hipotesis kelima menyatakan bahwa ”Tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif human capital efficiency terhadap kualitas laba”. Hasil pengujian statistik menunjukkan thitung 3.994632 dan tingkat signifikan CGHCE sebesar 0,00005 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 menunjukkan bahwa keberadaan CG berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengaruh Human Capital Efficiency dan kualitas laba. Hasil ini menunjukkan hipotesis kelima ditolak. Artinya, Hasil pengujian menunjukkan bahwa GCG memperlemah pengaruh negatif HCE terhadap DA. Keberadaan dewan komisaris dan komite audit sebagai salah satu perangkat corporate governance belum mampu secara optimal menekan tindakan manajemen untuk melakukan kebijakan bukan untuk kepentingan stakeholder. Hal tersebut karena tidak ada perangkat corporate governance untuk mengawasi keahlian dan inovasi yang dihasilkan oleh karyawan. Komite Audit sebagai perangkat dari corporate governance bertanggungjawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal. Artinya, ukuran keahlian dan kinerja human capital dalam perusahaan tidak secara periodik dapat dievaluasi seperti halnya laporan keuangan. Hal tersebut mengakibatkan keberadaan dari dewan komisaris dan komite audit belum mampu untuk meminimalisir praktek manajemen laba dalam kaitannya dengan human capital efficiency dan kualitas laba karena kedua perangkat corporate governance tersebut tidak memiliki alat pemantau tindakan-tindakan manajemen terkait dengan penggunaan keahlian dan kompetensi manajemen. Selain itu, keberadaan dewan komisaris dan komite audit sebagai atribut Corporate Governance dalam perusahaan tersebut akan menambah biaya terkait dengan remunerasi untuk kedua pihak tersebut. Metode pengukuran HCE yang diperoleh dengan cara membandingkan value added (pendapatan-beban) dengan human capital (beban gaji dan tunjangan pegawai). Remunerasi yang diberikan kepada dewan komisaris dan
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
audit komite akan mempengaruhi nilai human capital efficiency sehingga semakin tinggi human capital (beban gaji dan tunjangan pegawai) maka akan semakin rendah nilai value added atau nilai tambah yang dihasilkan. keberadaan dari dewan komisaris dan komite audit akan menambah beban perusahaan terkait dengan remunerasi dewan komisaris dan komite audit. Hipotesis keenam menyatakan bahwa ”Tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif structured capital efficiency terhadap kualitas laba”. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t-hitung -2.176591 dengan tingkat signifikan CGSCE sebesar 0.01545 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 sehingga keberadaan CG dalam hubungan dapat memperkuat hubungan positif antara structured capital efficiency dan kualitas laba. Hipotesis keenam diterima. Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa ”Tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif structured capital efficiency terhadap kualitas laba”. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t-hitung -2.012565 dengan tingkat signifikan CGSCE sebesar 0.00285 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 sehingga keberadaan CG dalam hubungan dapat memperkuat hubungan positif antara structured capital efficiency dan kualitas laba. Hipotesis ketujuh diterima. Penelitian ini dapat membuktikan secara empiris mengenai peran dari CG perusahaan sampel dapat memperkuat pengaruh negatif SCE terhadap discretionary accruals yang berarti pengaruh lebih kuat positif terhadap kualitas laba. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat dinyatakan bahwa corporate governance perusahaan sampel dapat meminimalisir keinginan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Artinya efektivitas dewan komisaris dan komite audit menekan keinginan manajer untuk menekan keinginan manejemen untuk melakukan discretionary accrual yang akan meningkatkan kualitas laba. Salah satu tugas dewan komisaris adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas penerapan corporate governance dalam perusahaan. Untuk memperkuat fungsi pengawasan, dibentuk Komite audit memiliki fungsi melakukan penelahaan atas laporan keuangan yang disampaikan oleh direksi. Laporan keuangan yang dibuat merupakan bentuk tanggung jawab atas pengelolaan aset yang ada dalam perusahaan. Aset tersebut dapat meliputi aset fisik dan aset struktural perusahaan seperti keberadaan prosedur, database, sistem informasi yang ada pada perusahaan. Artinya, dalam pengawasan terhadap pengelolaan aset struktural dan aset fisik yang ada pada
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
perusahaan, penerapan corporate governance telah mampu mengurangi motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Wilopo (2004) yang menganalis hubungan dewan komisaris independen, komite audit, kinerja perusahaan dan akrual diskresioner. Dari penelitian tersebut dilaporkan bahwa kehadiran komite audit dan dewan komisaris independen mampu mempengaruhi secara negatif praktik manajemen laba di perusahaan.
4.2.3. Model 3 Rangkuman hasil regresi pada absolute discretionary accruals terhadap variabel independen VAIC dan variabel kontrol LEV dan SIZE tertera di table 4.3. Tabel 4.3 Hasil Persamaan Regresi Model 3 Variable VAIC LEV SIZE R-squared Adjusted R-squared F-statistic
Exp. Sign (-) (+) (+)
Prob(F-statistic)
Coefficient -0.001740 0.013444 0.000512
t-Statistic -2.461112 0.758475 0.259614 0.163860 0.149767 11.62763
Prob. 0.0074 0.2246 0.39775
Ket ***
0.000001
Keterangan: DA = Discretionary Accrual yang merupakan proxy dari kualitas laba. VAIC = Vallue Added Intellectual Coefficient, LEV = Rasio utang terhadap total aset, SIZE = Ukuran Perusahaan berupa Log natural total aset, Nilai SIZE sebenarnya (dalam ribuan) ***) signifikansi kurang dari 1%. Sumber: Data Olah Menggunakan Eviews
Dari hasil ouput model 3 didapat nilai R2sebesar 16,39% dan adjusted R2adalah 14,98%. Hal ini berarti variable-variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 14,98%. Berdasarkan uji F, nilai prob. F-statistik dari model 3 sebesar 0.00000. Hal ini berarti dengan asumsi tingkat signifikansi 5%, secara satatistik dapat disimpulkan bahwa variabel independen VAIC, Leverage, dan Size secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan variabel dependen discretional accrual. Hipotesis keempat berupa terdapat pengaruh positif VAICTM terhadap kualitas laba. Hasil pengujian mendapatkan bahwa VAIC memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap DA.
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Artinya, hipotesis 4 dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darabi (2012) yang menyimpulkan bahwa VAICTM memiliki pengaruh negatif terhadap DA dan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Mojtahedi (2013) bahwa VAIC berpengaruh sigifikan dan negatif terhadap DA dan positif terhadap kualitas laba. Hasil tersebut menunjukkan bahwa VAICTM dapat mempengaruhi manajer untuk mengurangi tindakan manajemen laba. VAICTM yang berpengaruh negatif terhadap manajemen laba berarti akan berpengaruh positif terhadap kualitas laba karena dengan rendahnya discretionary accrual maka semakin tinggi kualitas laba. VAICTM terbentuk dari gabungan tiga komponen pembentuk intellectual capital yaitu HCE, SCE dan CEE. HCE merupakan bagian utama dari intellectual capital. Semakin baik perusahaan dalam mengelola intellectual capital (VAICTM), menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola perusahaan dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Peningkatan pengaruh intellectual capital melalui pelatihan pegawai, bonus dan insentif, akan dapat meningkatkan motivasi pegawai dan manajer sehingga akan memberikan nilai tambah terhadap perusahaan. Kinerja perusahaan akan tercermin dalam informasi laba dalam laporan keuangan. Jika informasi laba telah menunjukkan hasil yang baik, maka akan mengurangi tindakan manajer untuk melakukan manajemen laba untuk kepentingan pribadi.
4.2.4 Model 4 Rangkuman hasil regresi pada absolute discretionary accruals terhadap variabel independen VAIC, CG, CGVAIC dan variabel kontrol LEV dan SIZE tertera di table 4.4. Tabel 4.4. Hasil Persamaan Regresi Model 4 Variable VAIC CG CGVAIC LEV SIZE R-squared Adjusted R-squared F-statistic
Exp. Sign (-) (-) (-) (+) (+)
Coefficient
t-Statistic
0.005171 0.000438 -0.000126 0.004315 0.001745
1.088925 0.664638 -1.403808 0.212511 0.781669 0.185435 0.162294 8.013258
Sig-2 tailed 0,0507 0,26675 0,1748 0,31425 0,32295
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Ket *)
Prob(F-statistic) 0.000001 Keterangan: DA = Discretionary Accrual yang merupakan proxy dari kualitas laba. VAIC = Vallue Added Intellectual Coefficient, CG = scoring CG berdasarkan sistem checklist, LEV = Rasio utang terhadap total aset, SIZE = Ukuran Perusahaan berupa Log natural total aset, Nilai SIZE sebenarnya (dalam ribuan); Scoring CG= 1 untuk lebih besar dari 56 dan CG=0 untuk skor CG < 56, CGVAIC = variabel interaksi CG*VAIC ***) signifikansi kurang dari 1%; **) signifikansi kurang dari 5%; *)signifikansi kurang dari 10%
Sumber: Data Olah Menggunakan Eviews Dari hasil ouput model 4 didapat nilai R2 sebesar 18,54% dan adjusted R2adalah 16,23%. Hal ini berarti variable-variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 16,23%. Berdasarkan uji F, nilai prob. F-statistik dari model 1 sebesar 0.000000. Hal ini berarti dengan asumsi tingkat signifansi 5%, secara satatistik dapat disimpulkan bahwa variabel independen VAIC, CG, CGVAIC, Leverage, dan Size secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan variabel dependen discretional accrual. Hipotesis kedelapan berupa tata kelola yang baik memperkuat pengaruh positif intellectual capital (secara keseluruhan) terhadap kualitas laba. Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa CGVAIC tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap DA. Hasil pengujian statistik menunjukkan t-hitung -1.403808 dengan tingkat signifikan CGVAIC sebesar 0,1748 . Hipotesis kedelapan ditolak. Hasil uji empiris tata kelola perusahaan terhadap hubungan intellectual capital dengan kualitas laba menunjukkan hasil tidak signifikan. Artinya, keberadaan corporate governance belum mampu secara optimal menekan motivasi manajemen dalam melakukan manajemen laba. VAICTM merupakan agregat dari HCE, SCE dan CEE dalam menciptakan value added perusahaan. Keberadaan corporate governance hanya mampu mengurangi motivasi manajemen melakukan menajemen laba terkait dengan pengawasan atas pengelolaan aset fisik dan aset struktural perusahaan yang tersaji dalam laporan keuangan dan laporan kinerja perusahaan. Sedangkan mekanisme corporate governance belum mampu mengurangi motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba terkait pengawasan atas pengelolaan dari human capital karena pengelolaan human capital tidak terdokumentasi seperti halnya laporan peggunaan aset lainnya. Kombinasi tersebut menyebabkan pengaruh intellectual capital belum secara signifikan mempengaruhi hubungan intellectual capital secara keseluruhan terhadap manajemen laba dan kualitas laba karena pengaruh keberadaan mekanisme corporate governance yang signifikan dan
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
negatif terhadap pengaruh HCE dan kualitas laba dikurangi oleh pengaruh signifikan dan positif terhadap pengaruh SCE dan CEE terhadap kualitas laba. Kedua hal yang bertentangan tersebut mengakibatkan keberadaan corporate governance belum mampu secara signifikan berperan dalam interaksi intellectual capital secara keseluruhan terhadap kualitas laba perusahaan 5. Kesimpulan a.
Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh positif intellectual capital terhadap kualitas laba. Penelitian ini juga berhasil membuktikan pengaruh positif Human Capital Efficiency (HCE) terhadap kualitas laba. Namun, Structured Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh negatif terhadap kualitas laba sehingga berbeda dengan hipotesis.
b.
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan keberadaan tata kelola yang baik dapat memperkuat hubungan intellectual capital (secara keseluruhan) dan kualitas laba. Pengujian terhadap pengaruh corporate governance terhadap hubungan HCE dan kualitas laba menunjukkan hubungan negatif dan signifikan terhadap kualitas laba. Sedangkan pengaruh corporate governance terhadap hubungan SCE dan CEE menunjukkan hubungan positif dan signifikan terhadap kualitas laba.
c.
Penelitian ini juga menguji pengaruh ukuran perusahaan dan leverage perusahaan terhadap kualitas laba. Variabel tersebut merupakan variabel kontrol dalam model penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) dan Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
6. Keterbatasan Penelitian dan Saran a. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2012. Untuk selanjutnya dapat menggunakan perusahaan industri lainnya dan memperpanjang priode pengamatan. b. Penelitian ini hanya menggunakan efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit sebagai ukuran efektivitas corporate governance pada perusahaan sampel. Penelitian berikutnya dapat menambahkan ukuran lainnya dalam mengukur efektivitas corporate governance sebagai variabel moderasi seperti efektivitas audit internal. Penilaian efektivitas dewan komisaris dan komite audit dengan menggunakan checklist
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2009), dinilai berdasarkan tingkat pengungkapan komponen corporate governance pada laporan tahunan sesuai dengan pertanyaan yang ada pada kerangka checklist. Penelitian berikutnya dapat menggunakan kuesioner untuk mengukur efektivtias tersebut atau menggunakan indeks CG yang dikeluarkan IICG (Indonesian Institute for Corporate governance). Namun, data yang tersedia di IICG mungkin terbatas untuk perusahaan tertentu. c. Penelitian ini menggunakan discretionary accrual sebagai proksi kualitas laba. Penelitian berikutnya dapat menggunakan variabel lain seperti Earning Response Coefficient (ERC) sebagai proksi kualitas laba. Referensi Astuti, Partiwi Dwi, dan Arifin Sabeni. (2005). Hubungan intellectual capital dan Business performance dengan diamond specification : sebuah Perspektif akuntansi. Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal 15 - 16 September 2005. Babatunde, M.A. dan O. Olaniran. (2009). The Effect of Zinternal and External Mechanism on Governance and Performance of Corporate Firms in Nigeria. Corporate Ownership & Control Vol. 7 Issue 2. Bontis et al. (2000). “Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries,”. Journal of Intellectual Capital, 1(1): 85-100. Chen, M.C., S.J. Cheng, dan Y. Hwang. (2005). An Empirical Investigation of the Relationship Between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 2: 159-176. Damayanthi, I G. A. Eka. (2009). Perbedaan Pengaruh Besaran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang MemilikiKomite Audit Dan Diaudit Oleh Auditor Berkualitas. Darabi, R., Rad K., Ghadiri., M., (2012). “The Relationship between Intellectual Capital and Earnings Quality”. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology 4(20): 4192-4199. Dechow, P. M., R. G. Sloan, dan A. P. Sweeney. (1995). “Detecting EarningsManagement”. The Accounting Review. Vol. 70. No. 2. PP 193—225 Dechow, P. M., and I. D. Dichev. (2002). The Quality of Accruals and Earnings: The Roleof Accruals Estimation Errors. The Accounting Review 77 (Supplement): 35-59.
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Dechow., Patricia, Weilige dan CatherineSchrand .(2010). Understanding earnings quality: A review of the proxies, their determinants and their consequences. Journal of Accounting and economics 50. P 344-401. Edvinsson, L. and M. S. Malone (1997), Intellectual Capital: Realising your Company’s True Value by Finding Its Hidden Brainpower, New York: Harper Business. Firer, S., & Williams, S. M. (2003). “Intellectual Capital and Traditional Measures of CorporatePerformance”. Journal of Intellectual Capital, 4(3), 348-360. Hermawan, A. (2009). Pengaruh Efektifitas Dewan Komisaris dan Komite Audit, Kepemilikan oleh Keluarga, dan Peran Monitoring Bank Terhadap Kandungan Informasi Laba. Disertasi S3 Program Ilmu Akuntansi, Universitas Indonesia. Imaningati. (2007). Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusaahan Real Estate &Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2006. Tesis S2 Program Ilmu Akuntansi, Universitas Diponegoro. Indrayani, Sita. (2009). Pengaruh Asimetri Informasi, Kepemilikan Instutitional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Skripsi Program Studi Akuntansi Universitas Diponegoro. Jensen, Michale C dan William H. Meckling.(1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost dan Owrnership Structure, Journal of Financial Economics. Vol 3. Kim, Yangseon., Caixing Liu dan S. Ghon Rhee. (2003). The effect of Size and Earning Management. Social Science Reasearch Network Electronic Paper Collection. Kusumaning, Linda; 2004; Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris danKeberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik di Indonesia, Tesis Universitas Gajah Mada. Mojtahedi., Payam. (2013). The Impact of Intellectual Capital on Earning Quality: Evidence from Malaysian Firms, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 7(2): 535-540, 2013 ISSN 1991-8178. Pulic, A., (1998). Measuring the Performance of Intellectual Potential in the Knowledge Economy, Retrieved from: online, http:// www. measuringip.at/OPapers/Pulic/ Vaictxt /vaictxt.html.
Rifani., Aulia. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Manajemen Laba dan Kualitas Laba. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Rocca, Maurizio La, Tiziana La Rocca and Alfio Cariola. (2008). Corporate Governance, Intellectual Capital, and Value Creation. ICFAI Journal of Corporate Governance.
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014
Sawarjuwono, T. Kadir, P.A. (2003). “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan(Sebuah Library Research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5 No. 1. pp. 35-57. Starovic, D. dan Marr, B. (2004). Understanding Corporate Value : Managing and Reporting Intellectual Capital. Chartered Institute of Management Accountants. Ujiyantho, Muh. Arief. dan Pramuka, Bambang Agus. (2007). Mekanisme Good corporategovernance, Manajemen laba dan Kinerja Keuangan. Simposium NasionalAkuntansi IV, Bandung. Veronica, Sylvia, dan Siddharta Utama. (2005). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal 15 - 16 September 2005. Widyaningdyah, A.U. (2013). Intellectual Capital dan Keunggulan Kompetitif (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur versi Jakarta Stock Industrial Classification-JASICA). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.15 No.1:1-14. ISSN 1411-0288. Xie, B., Wallace N. Davidson and Peter J. Dadalt. (2003). “Earning Management and Corporate Governance: The Roles Of The Board and The Audit Committee”. Journal of Corporate Finance, Vol.9, h. 295-316 Zulmiyati., Rizky. (2012). Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Program Studi Akuntansi Universitas Diponegoro
Pengaruh intellectual..., Amy Pramanda, FE UI, 2014