PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN SERAPAN N, P, DAN K TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DAN KAILAN (Brassica alboglabra) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK PADA TANAH INCEPTISOL CISARUA
HANIFAH A24102023
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN SERAPAN N, P, DAN K TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DAN KAILAN (Brassica alboglabra) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK PADA TANAH INCEPTISOL CISARUA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
HANIFAH A24102023
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica Alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Tanah Inceptisol Cisarua Nama
: Hanifah
NIM
: A24102023
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc.) NIP :
(Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si.) NIP :
Mengetahui Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.) NIP : 19621113 198703 1 003
Tanggal Lulus :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Tanah Inceptisol Cisarua Nama
: Hanifah
NIM
: A24102023
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc
Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si
NIP . 19660315 199103 2 002
NIP . 19620416 198603 2 001
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP . 19571222 198203 1 002
Tanggal Lulus :
RINGKASAN HANIFAH. Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik pada Tanah Inceptisol Cisarua. (Dibawah bimbingan LILIK TRI INDRIYATI dan WIWIK HARTATIK). Tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup dan lingkungan yang sehat akhir-akhir ini semakin meningkat. Kesadaran masyarakat tersebut didukung oleh pemerintah dengan mengeluarkan SNI tentang Sistem Pangan Organik yang tersusun dalam SNI 01-6729-2002 berisi panduan antara lain tentang cara-cara budidaya pangan dan ternak organik. Pertanian organik dalam proses produksinya mendorong kesuburan (kesehatan) tanah dan tanaman seperti pendaurulangan unsur hara dari bahan-bahan organik dan menghindarkan penggunaan pupuk serta pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002). Penelitian ini dilakukan melalui kerjasama dengan Balai Penelitian Tanah Bogor dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam, kotoran kambing + abu sekam, kompos Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam, dan dolomit terhadap kandungan N, P, dan K dalam tanah, serapan dalam tanaman dan produksinya. Lokasi penelitian dilakukan pada lahan di Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sepuluh perlakuan dan diulang tiga kali. Perlakuan-perlakuannya antara lain F1 (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit), F2 (kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit), F3 (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya kompos kirinyuh + fosfat alam + dolomit), F4 (kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos kirinyuh + fosfat alam + dolomit), AT (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman), KT (kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman), KS (kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman), AP (kotoran ayam yang bercampur dengan sekam). KP (kotoran kambing + abu sekam), dan K (kontrol, tanpa dipupuk).
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh perlakuan bahan/pupuk organik secara umum ada yang berbeda nyata dan berpengaruh tidak nyata pada parameter yang diamati. Tetapi secara umum kotoran ayam yang bercampur dengan sekam baik yang diberikan secara tunggal maupun kombinasinya dengan kompos Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam dan dolomit cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap parameter yang diamati.
SUMMARY HANIFAH. An Increasing of The Growth and The Uptake of N, P, and K of Tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) and Kailan (Brassica alboglabra) with The Application Some of Organic Matter in Inceptisol of Cisarua. (Under supervision of LILIK TRI INDRIYATI and WIWIK HARTATIK). Social awareness belong to a good and
healthy life lately is going
increased. Those social awareness is supported by government policy of Organic Food System that arranged in SNI 01-6729-2002 contained guidelines organic for food production and cattle. Production process in organic farming increased soil fertility (health) and plant such as nutrients of recycling from organic matters and to ignore syntetic fertilizer and pesticide useness (IASA in Dimyati, 2002). The experiments was done with Balai Penelitian Tanah Bogor aimed to know the effect of chicken manure mingled with rice husk, goat manure + rice husk ash, compost of Tithonia, compost of kirinyuh, green manure of Tithonia, plant residue compost, natural phosphate, and the dolomite application contained of N, P, and K nutrient in soil and the uptake in the plant and in the production. The experiment was conducted in the land of Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. The experiment was arranged based on Block Randomized Design with ten treatment and three replication. The treatments were chicken manure mingled with rice husk enriched from compost of Tithonia + natural phosphate + the dolomite (F1), goat manure + rice husk ash enriched from compost of Tithonia + natural phosphate + the dolomite (F2). Chicken manure mingled with rice husk enriched from compost of kirinyuh + natural phosphate + the dolomite (F3). Goat manure + rice husk ash enriched from compost of kirinyuh + natural phosphate + the dolomite (F4). AT (chicken manure mingled with rice husk + green manure of Tithonia + plant residue compost). Goat manure + rice husk ash + green manure of Tithonia + plant residue compost (KT). Goat manure + rice husk ash + plant residue compost (KS). Chicken manure mingled with rice husk (AP). Goat manure + rice husk ash (KT), and control, with no fertilized (K). The result from the experiment showed that the effect of the application several of organic fertilizers were generally not significant to all parameters. The
otherwise, generally chicken manure mingled with rice husk with singular or combined compost of Tithonia, compost of kirinyuh, green manure of Tithonia, plant residue compost, natural phosphate, and the dolomite application indicated a good result to all parameter.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang menguasai
ilmu,
karena
atas
rahmat
dan
hidayah-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pertumbuhan dan Serapan N, P, dan K Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan Kailan (Brassica alboglabra) dengan Pemberian Beberapa Bahan Organik pada Tanah Inceptisol Cisarua” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dari tingkat awal hingga akhir sekaligus sebagai pembimbing pertama yang telah dengan sabar membimbing dan tak henti-hentinya memberi masukan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 2. Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya disela-sela kesibukan beliau yang sangat padat untuk memberikan semua arahan,
bimbingan, serta memberi
kesempatan kepada penulis untuk bekerjasama dengan Ibu dalam pelaksanaan penelitian. 3. Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc selaku dosen penguji skripsi ini. 4. Bapak Asep Miswan. Terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya selama di lapang. 5. Staff di Balai Penelitian Tanah Bogor Bu Widati, Bu Mariam, Bu Eti dan seluruh staff Laboratorium Kimia Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Djuanda Bogor (Bu Evi, Bu Lenita, Pak Tia, Mbak Vita, Rini, Pak Yoyok, Pak Usman, Pak Azis, Pak Maksum, dan Bu Leni) serta seluruh staff Laboratorium Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah, Sindangbarang Bogor (Pak Jaenudin, Pak Gunawan, dan Pak Agus)
dan para laboran lainnya yang telah membantu penulis selama menganalisis. 6. Staff Komdik dan Perpustakaan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (Mbak Hesti, Pak Suratman, dan Bu Tini). Terima kasih atas informasi dan bantuannya. 7. Bapak, Ibu, Ua, Mamah dan Papah mertua di Lampung yang selalu mendo’akan dan mendukung dari belakang. Terutama untuk Ibunda tercinta yang selama perkulihan, penelitian hingga penyusunan skripsi selalu mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayang yang tulus dari Ibunda yang mungkin tak akan bisa terbalaskan, semoga Ridha mu Ridha Allah juga, Amien. 8. Suami tercinta mas Suheri yang dengan sabar menyemangatiku, memahami dengan sepenuh hati, dan terus mendo’akanku. 9. Ghania Rahma Suheri putriku tersayang, sabar ya dek... 10. Teh Lia kakakku, Bahri adikku, A’ Agus, Desi, Hadim adik ipar, Muthia, Keiza, Enin, Tante Eli, Bebe Sri, Bi Heti serta semua keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas do’a dan bantuannya. 11. Hapsari Arianne, Harni Rahmawati, Astri Supraptini, Renti, Dewi Titi, teman-teman di Wisma Balsem semuanya.terima kasih atas do’a dan semangat kebersamaannya. 12. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Tanah Angkatan 39, 40, 41, 42, dan 43. 13. Teh Ai, Bu Elin, Teh Endah, Mbak Evi, Bu Dina, Zahro, Rika, Anna, Teh Ireta, Teh Mila, Fitri. Terima kasih atas do’a dan dukungannya.
Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Bogor,
Maret 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vi I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Tujuan ............................................................................................. 3 1.3. Hipotesis ......................................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4 2.1. Pertanian Organik............................................................................ 4 2.2. Inceptisol......................................................................................... 5 2.3. Bahan Organik................................................................................. 6 2.4. Nitrogen .......................................................................................... 8 2.4.1. Bentuk-bentuk Nitrogen di dalam Tanah................................ 8 2.4.2. Transformasi Nitrogen di dalam Tanah .................................. 9 2.4.3. Kemampuan Tanah Menyediakan Nitrogen ......................... 10 2.4.4. Retensi N-ion dalam Tanah.................................................. 10 2.4.5. Kehilangan Nitrogen dalam Bentuk Gas .............................. 10 2.4.6. Ketersediaan Nitrogen.......................................................... 11 2.5. Fosfor............................................................................................ 11 2.5.1. Kandungan P di dalam Tanah .............................................. 11 2.5.2. Bentuk-bentuk P di dalam Tanah ......................................... 12 2.5.3. Ketersediaan P Tanah .......................................................... 12 2.5.4. Transformasi P-Anorganik ................................................... 12 2.5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi P di dalam Tanah 13 2.5.6. Kehilangan Fosfor dari Tanah .............................................. 13 2.6. Kalium .......................................................................................... 13 2.6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan K bagi Tanaman...................................................................... 14
iii 2.7. Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.).......................... 14 2.8. Tanaman Kailan (Brassica alboglabra) ......................................... 15 III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 16 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 16 3.2. Bahan dan Alat............................................................................ 17 3.3. Metode........................................................................................ 19 3.3.1.Pengomposan Pupuk Kandang, Tithonia, dan Kirinyu ........ 19 3.3.2.Persiapan Contoh................................................................ 19 3.3.3.Pelaksanaan di Lapang ....................................................... 20 3.3.4.Penetapan Sifat Kimia Tanah dan Tanaman ........................ 22 3.4. Rancangan Percobaan.................................................................. 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian..............................................
23
4.2. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik ................. 25 4.3. Kandungan Nitrogen Total dalam Tanah ..................................... 27 4.4. Kandungan P (Potensial dan Tersedia) dalam Tanah ................... 28 4.5. Kandungan K (Potensial dan Dapat Dipertukarkan dalam Tanah . 32 4.6. Serapan Hara N, P, dan K oleh Tanaman Tomat .......................... 34 4.7. Serapan N, P, dan K Tanaman Kailan.......................................... 37 4.8. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat dan Kailan.............. 38 4.8.1. Pertumbuhan Tanaman Tomat ........................................... 38 4.8.2. Produksi Tanaman Tomat .................................................. 39 4.8.3. Pertumbuhan Tanaman Kailan........................................... 42 4.8.4. Produksi Tanaman Kailan.................................................. 42 V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 44 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 44 5.2. Saran........................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 45 LAMPIRAN ........................................................................................... 49
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
1. Perlakuan yang Digunakan dalam Penelitian ...................................... 17 2. Perlakuan dan Dosis Pada Petak Percobaan ........................................ 18 3. Sifat Kimia Inceptisol di Permata Hati Farm Sebelum Perlakuan........ 24 4. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik yang Digunakan dalam Penelitian ........................................................ 25 5. Sumbangan Hara dari Bahan/Pupuk Organik yang Diberikan ke Dalam ................................................................. 27 6. Serapan N, P, dan K dalam Buah, Brangkasan, dan akar pada Tanaman Tomat ......................................................................... 36 7. Serapan N, P, dan K pada Tanaman Kailan......................................... 38 8. Tinggi dan Produksi Tanaman Tomat ................................................. 41 9. Tinggi dan Produksi Tanaman Kailan................................................. 43
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1. Tata Letak Petak Percobaan................................................................ 16 2. Tata Letak Tumpangsari Tanaman Tomat dan Kailan......................... 21 3. Kandungan N total dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST).............................................. 28 4. Kandungan P potensial dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST)....................... 31 5. Kandungan P2O5 Tersedia dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) ....................................... 31 6. Kandungan K Potensial dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) ....................................... 34 7. Kandungan K-dd dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) ....................................... 34
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
Halaman
1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983).......... 49 2. Tinggi Tanaman Tomat 21, 35, 49, 56, 63, 77, 91 dan 105 HST ........ 50 3. Tinggi Tanaman Tomat 21dan 35 HST ............................................. 51 4.
Bobot Kering Buah, Brangkasan, Akar, dan Total Bobot Kering Tomat......................................................... 52
5.
Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Buah Tomat ................................................... 53
6. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta Serapan Hara K Buah Tomat.............................................................. 54 7.
Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Brangkasan Tanaman Tomat........................... 55
8.
Bobot Kering, Kandungan Hara K dan Serapan Hara K Brangkasan Tanaman Tomat .................................... 56
9.
Bobot Kering, Kandungan Hara N dan Serapan Hara N AkarTanaman Tomat................................................ 57
10. Bobot Kering, Kandungan Hara P dan Serapan Hara P Akar Tanaman Tomat................................................ 58 11. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta Serapan Hara K Akar Tanaman Tomat ............................................... 59 12. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Tanaman Sayur Kailan.................................... 60 13. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta Serapan Hara K Tanaman Sayur Kailan ............................................. 61 14. Analisis Ragam Kandungan Hara Tanah ............................................ 62 15. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tomat ............................................ 63 16. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kailan ............................................ 64 17. Analisis Ragam Produksi Buah Tomat dan Sayur Kailan.................... 65 18. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Buah Tomat ................... 66
vii 19. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Brangkasan Tanaman Tomat.................................................... 67 20. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Akar Tanaman Tomat .... 68 21. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K Tanaman Sayur Kailan ............. 69 22. Dokumentasi Kegiatan Lapang........................................................... 70
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup dan lingkungan yang sehat akhir-akhir ini semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat akan pentingnya kesehatan yang semakin membaik. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kecenderungan masyarakat untuk memilih produk-produk yang bersifat alami, sehat, bergizi, aman, serta bebas dari bahanbahan kimia berbahaya. Salah satu alternatif menghindari efek negatif dari bahan-bahan kimia sintesis dan penggunaan hormon tumbuh bagi kesehatan manusia dan lingkungan, berkembanglah produk-produk organik yang dipengaruhi oleh arah kebijakan pemerintah yang mencanangkan program “Go Organic 2010”, dukungan dari industri pengolahan pangan, daya serap dari pasar modern (supermarket) terhadap produk organik yang mencapai 50%, dan adanya harga premium atau harga tinggi ditingkat konsumen yang bersedia membayar lebih mahal (Setyorini dan Husnain, 2004). Permintaan pasar akan produk pertanian organik tersebut dibeberapa negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan Singapura, kemajuannya mencapai lebih dari 20% setiap tahunnya (FAO, 1999 dalam Rosita, 2007). Tingginya permintaan produk organik di negara maju, mendorong negara berkembang untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan cara mempercepat dan memacu peningkatan areal pengembangan dan produksi pertanian organik. Proses produksi dalam pertanian organik sebaiknya menganut sistem produksi tertutup (closed system) dan menghindari penggunaan bahan-bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia dan pestisida. Pupuk atau bahan organik yang disediakan dalam praktek budidaya pertanian organik memiliki sumber bahan yang sangat beranekaragam, seperti bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) umumnya sedikit mengandung bahan yang berbahaya. Karakteristik atau sifat fisik maupun kimia pupuk organik berbeda-beda tergantung dari sumber bahan tersebut berasal, hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap lahan dan tanaman yang ditanam. Sehingga, penggunaan bahan organik
2
untuk jangka panjang adalah yang dapat meningkatkan produksi tanaman dan kualitas lahan secara berkelanjutan atau dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mencegah terjadinya degradasi lahan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Bahan organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting antara lain penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang. Bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, kotoran ternak, sisa tanaman, sampah organik yang telah dikomposkan serta bahan pembenah tanah (amelioran) merupakan sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sumber hara yang disediakan antara lain nitrogen, fosfor, dan kalium. Nitrogen yang diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+). Peranan nitrogen dalam tanaman sangat penting terutama pada fase pertumbuhan vegetatif untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang memadai sebelum pembungaan. Selain itu, nitrogen berperan pada pembentukan protein, pertumbuhan dan memberikan warna hijau yang sehat pada daun (Rismunandar, 1990). Fosfor sebagai unsur utama bersama-sama dengan nitrogen dan kalium namun diabsorpsi oleh tanaman dalam jumlah kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer, H2PO4- dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder, HPO42-, Tanaman dapat juga mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin. Fosfat diperlukan tanaman untuk pertumbuhan biji dan banyak dijumpai di dalam buah, serta memperbesar pertumbuhan akar (Leiwakabessy et al., 2003). Kalium merupakan unsur hara mineral paling banyak dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk ion K+.
3
Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain, kalium tidak dijumpai di dalam bagian tanaman namun berfungsi sebagai katalisator. Kalium berperan terhadap peristiwa-peristiwa fisiologis antara lain seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein, dan lain-lain (Foth, 1990).
1.2. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian beberapa bahan organik terhadap pertumbuhan dan serapan N, P, dan K tanaman tomat dan kailan yang ditanam secara tumpangsari dalam sistem pertanian organik. 1.3. Hipotesis Pemberian beberapa bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan serapan N, P, dan K tanaman tomat dan kailan serta produksinya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Organik Standar Nasional Indonesia tentang Sistem Pangan Organik SNI 01-6729 (2002) memberikan pengertian pertanian organik sebagai suatu sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Pertanian organik Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) (2005) yaitu proses pertanian yang melestarikan dan meningkatkan kesuburan (kesehatan) tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Adapun sistem pertanian organik didefinisikan sebagai “kegiatan usahatani secara menyeluruh sejak proses produksi (prapanen) sampai proses pengolahan hasil (pascapanen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi” (SNI No. 01-6729-, 2002). Sedangkan Departemen Pertanian Amerika Serikat (1980) dalam Dinarti (2005) memberikan definisi pertanian organik sebagai suatu sistem produksi yang menghindarkan atau sebagian besar tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, hormon tumbuh, pakan ternak tanpa zat additive. Syarat dan ketentuan tersebut menurut International Federation of Organic Agriculture Movements/IFOAM (2005) yaitu benih yang bukan hasil rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO). Penggunaan GMO tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen (Anonim, 2000). Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002 dalam Rosita 2007). Teknik pertanian yang dimaksud pada dasarnya adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari pertanian konvensional yang biasa menggunakan pupuk buatan pabrik (Sutanto, 2002). Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti
5
pendaurulangan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002). Pertanian organik sebaiknya menggunakan pupuk organik dari bahan yang aman contohnya pupuk organik dari kotoran ternak yang tidak berasal dari factory farming. Factory farming adalah sistem industri peternakan yang sangat bergantung pada penggunaan input pangan dan obat-obatan yang tidak diijinkan dalam sistem pertanian organik (Hartatik dan Setyorini, 2007). Hal tersebut terangkum dalam prinsip pertanian organik yaitu lahan untuk budidaya harus bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida, menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetik atau Genetically Modified Organism (GMO), menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh, menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis pada pakan ternak sebagai kotoran, penanganan pascapanen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami (SNI No. 01-6729-, 2002). Hal ini mendorong terutama produsen pangan untuk menghasilkan produk yang diinginkan oleh konsumen seperti aman dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi yang tinggi (nutritional attributes), dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Produk pangan yang memiliki ketiga atribut tersebut adalah produk yang dihasilkan dari sistem pertanian organik (Sulaeman, 2008).
2.2. Inceptisol Inceptisol menurut Sistem Taksonomi Tanah (1999) adalah tanah yang mempunyai epipedon umbrik, dengan kejenuhan basanya kurang dari 60%, dan mempunyai horizon penciri kambik. Tanah Inceptisols di daerah humid umumnya mempunyai kandungan liat cukup tinggi (37-78%), pH masam hingga agak masam (pH 4,6-5,5), kandungan bahan organik rendah hingga sedang, P-HCl rendah
hingga
tinggi,
dan
K-HCl
sangat
rendah
hingga
sedang.
6
Jumlah basa-basa dapat ditukar tergolong sedang sampai tinggi dengan kompleks adsorpsi didominasi oleh kation Ca dan Mg. KTK pada lapisan atas sebagian besar sedang sampai tinggi dan kejenuhan basanya umumnya tinggi sampai sangat tinggi (Subagyo et al., 2000 dalam Nursyamsi et al., 2002). Dengan demikian, secara umum tanah Inceptisol mempunyai tingkat kesuburan sedang hingga tinggi.
2.3. Bahan Organik Definisi
pupuk
organik
menurut
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, kotoran, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan baku pertanian, dan limbah kota yang berasal dari tanaman. Sebagai contoh bahan organik dari tanaman adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Tanaman kirinyu (Chromolaena odorata) juga dapat digunakan sebagai bahan organik (Tjitrosemito, 1996). Tanaman lain yang juga dapat digunakan sebagai bahan organik adalah paitan (Tithonia diversifolia) (Hartatik, 2007). Adapun yang berasal dari hewan yang dapat digunakan sebagai bahan organik, yaitu seperti kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran sapi, kotoran babi, dan kotoran kuda (Hartatik dan Widowati, 2006). Pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Bagi tanaman tertentu kebutuhan hara untuk pertumbuhannya dipenuhi dari kotoran. Penggunaan kotoran sudah dilakukan petani sejak lama, tapi penggunaannya dalam jumlah besar menimbulkan kesulitan dalam sumber penyediaan, pengangkutan, dan aplikasinya (Hartatik dan Widowati, 2006).
7
Pupuk kandang ayam sebagai salah satu sumber bahan organik mengandung unsur hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Pada kotoran ayam tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam dari alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara kedalam pukan. Kandungan hara dalam pupuk kandang ayam ini sangat dipengaruhi oleh konsentrat yang diberikan. Pupuk kandang ayam lebih cepat terdekomposisi dan mempunyai kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya, sehingga dalam beberapa hasil penelitian pupuk kandang ayam menunjukkan respon yang baik terhadap tanaman (Hartatik dan Widowati, 2006). Adapun pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas, berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan hara. Nilai rasio pupuk kandang kambing masih diatas (> 30) sehingga dalam penggunaannya akan lebih baik jika dikomposkan terlebih dahulu (Hartatik dan Widowati, 2006). Pupuk organik berupa kombinasi kotoran dan
hijauan Tithonia serta
Kirinyu (Chromolaena odorata) dapat meningkatkan hara dalam tanah. Hijauan Tithonia mengandung hara P dan K relatif tinggi, mudah tumbuh, murah, dan banyak terdapat di sekitar lokasi lahan budidaya organik. Hijauan Tithonia berpotensi sebagai sumber N, P,dan K bagi tanaman. Hijauan Tithonia mengandung 3,5% N, 0,37% P, dan 4,10% K (Hartatik, 2007). Tanaman kirinyu (Chromolaena odorata) menghasilkan biomas yang berlimpah sehingga dapat menyumbang bahan organik dalam tanah (Tjitrosemito, 1996). Bahan organik tersebut dapat diperkaya dengan bahan amelioran/pembenah tanah alami yang diperbolehkan dalam budi daya pertanian organik seperti fosfat alam dan dolomit. Bahan amelioran dapat mengantisipasi apabila terjadi kahat hara P pada tanah yang tidak dapat diatasi hanya dengan penambahan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak saja. Bahan mineral seperti dolomit, dan fosfat alam diharapkan dapat meningkatkan kadar hara dalam pupuk organik (Hartatik dan Setyorini, 2006). Pada dasarnya, kandungan unsur hara dalam bahan organik relatif kecil dan lambat tersedia. Penggabungan beberapa bahan organik yang memiliki komposisi fisik, kimia dan biologi yang sangat bervariasi tersebut diharapkan mampu
8
mensuplai hara bagi tanaman, walaupun manfaatnya bagi tanaman umumnya tidak secara langsung sehingga respon tanaman relatif lambat. Selain itu, kandungan hara bahan organik yang cukup di dalam tanah mampu mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah yaitu dengan pengembalian sisa panen/serasah tanaman ke dalam tanah dalam bentuk segar atau dikomposkan terlebih dahulu.
2.4. Nitrogen Sumber nitrogen untuk tanaman adalah gas N2 di udara yang menempati 78% dari kandungan gas atmosfer. Nitrogen dalam bentuk unsur tidak dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen harus diubah menjadi bentuk nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+) melalui proses-proses tertentu. Pengadaan nitrogen di dalam tanah terjadi melalui proses mineralisasi N dari bahan organik dan immobilisasi, fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme, melalui hujan dan bentuk-bentuk presipitasi lain, serta pemupukan.
2.4.1. Bentuk-bentuk Nitrogen di dalam Tanah Nitrogen merupakan unsur penting bagi tanaman dan dapat tersedia melalui pemupukan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Nitrogen di dalam tanah jumlahnya sedikit, sedangkan tanaman mengambil nitrogen dalam jumlah banyak (Soepardi, 1983). Nitrogen tanah dibagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk organik dan anorganik. Bentuk organik di dalam tanah pada umumnya terdapat dalam bentuk asam-asam amino, protein, gula-gula amino dan lain-lain. Sedangkan bentuk anorganik yaitu NH4+, NO2-, NO3-, N2O, NO dan gas N2 yang hanya dimanfaatkan oleh Rizhobium. Bentuk N2O dan N2 merupakan bentuk-bentuk yang hilang dari tanah dalam bentuk gas sebagai akibat proses denitrifikasi. Tanaman mengambil nitrogen dari tanah dalam bentuk NH4+ dan NO3- yang berasal dari pupuk-pupuk N dan bahan organik yang diberikan (Tisdale et al., 1999).
9
2.4.2. Transformasi Nitrogen di dalam Tanah Bahan organik tanah secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif sulit didekomposisi dan bahan organik yang mudah didekomposisi. Dalam proses dekomposisi bahan organik, apabila bahan organik yang didekomposisikan mengandung kadar N yang tinggi dibandingkan dengan kadar C maka tidak ada N yang diimobilisir, artinya pelepasan nitrogen dari bentuk N-anorganik menjadi bentuk N-organik. Sebaliknya, apabila bahan organik yang didekomposisikan kadar N-nya rendah dibandingkan kadar C maka akan terjadi immobilisasi N tanah, akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia. Perubahan nitrogen dari bentuk N-organik menjadi bentuk N-anorganik dilakukan oleh mikroorganisme (Tisdale et al., 1999). Perbandingan kadar C dan N dikenal dengan nama rasio C/N. Nilai C/N memberikan gambaran tentang mudah tidaknya bahan organik dilapuk, selain itu menunjukkan tingkat kematangan dari bahan organik ataupun immobilisasi dari N-tanah. Untuk menghindari imobilisasi hara bahan yang digunakan perlu dilakukan pengomposan terlebih dahulu. Pengomposan adalah suatu proses penguraian bahan organik dari bahan dengan nisbah C/N tinggi (mentah) menjadi bahan yang mempunyai nisbah C/N rendah (< 15), yang berarti bahwa bahan atau pupuk organik telah matang. Bahan organic digunakan oleh mikroorganisme untuk memperoleh energi. Populasi mikroorganisme yang tinggi memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang seharusnya digunakan oleh tanaman, sehingga mikroorganisme dan tanaman saling bersaing memperebutkan hara yang ada (Atmojo, 2003). Nitrogen yang diberikan dalam jumlah banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N juga dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K dan S. Sebagai unsur yang mobil, gejala khlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Apabila kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun mengering (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
10
2.4.3. Kemampuan Tanah Menyediakan Nitrogen Pengadaan nitrogen di dalam tanah terjadi melalui proses mineralisasi N dari bahan organik dan immobilisasi, fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme, dan melalui hujan atau bentuk-bentuk presipitasi lain, serta pemupukan. Jumlah N di dalam tanah merupakan hasil kesetimbangan antara faktor kadar bahan organik, iklim dan vegetasi, topografi, sifat fisika dan kimia tanah, kegiatan manusia, dan waktu.
2.4.4. Retensi ion-N dalam Tanah Nitrogen di dalam tanah akan diuraikan menjadi bentuk ion NH4+ dan NO3-. Dalam bentuk NH4+ dapat ditahan lebih lama oleh tanah selama nitrifikasi belum terjadi, selain itu tergantung dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah, apabila banyak atau sedikit kation terutama NH4+ yang diikat. Bentuk NO3- mudah tercuci terutama saat musim hujan dan relatif tidak diikat oleh tanah sehingga pada musim kemarau akan bergerak ke lapisan-lapisan di atasnya bersama-sama air kapiler (Tisdale et al., 1999). Adapan imobilisasi nitrogen menurut Tisdale et al.,(1999) terjadi apabila penambahan bahan organik memiliki C/N yang tinggi. Adapun retensi ion-N dalam tanah selanjutnya adalah fiksasi amonium yang dilepaskan dari mineral liat tipe 2:1. 2.4.5. Kehilangan Nitrogen dalam Bentuk Gas Kehilangan nitrogen di dalam tanah terjadi tidak hanya melalui pencucian, produksi tanaman, tetapi juga melalui penguapan gas-gas nitrogen, seperti N2, N2O, dan NH3. Adapun mekanisme kehilangan antara lain melalui denitrifikasi, merupakan reduksi nitrat secara bio-kimia dalam anaerobik yang dipengaruhi oleh jumlah dan sifat bahan organik, kadar air tanah (kelembaban tanah), aerasi, pH tanah, suhu tanah, dan kadar serta bentuk N-organik yang ada di dalam tanah, reaksi-reaksi termasuk nitrit dalam suasana aerobik, serta penguapan gas dari pemupukan tanah (Tisdale et al., 1999).
11
2.4.6. Ketersediaan Nitrogen Ketersediaan nitrogen berarti nitrogen harus berada dalam bentuk siap diabsorpsi tanaman , selain itu nitrogen berada di sekitar perakaran, dan berada di lingkungan yang baik bagi proses absorpsi tanaman (Tisdale et al., 1999). Jumlah nitrogen N (NO3- dan NH4+) dalam larutan tanah dipengaruhi oleh dari sifat perakaran tanaman, kehilangan N melalui penguapan dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguapan, selain itu adanya pergerakan vertikal dan pencucian
NO2-,
serta
ada
tidaknya
sisa-sisa
tanaman
yang
dapat
mengimobilisasikan nitrogen (Tisdale et al., 1999). 2.5. Fosfor Fosfor merupakan unsur hara kedua yang penting bagi tanaman setelah nitrogen. Fosfor umunya diserap tanaman sebgai orto-fosfat primer (H2PO4-) atau bentuk sekunder (HPO42-). Fosfor kadarnya di dalam tanaman lebih rendah dari N, K, dan Ca. Hal ini disebabkan retensi yang tinggi terhadap unsur P di dalam tanah menyebabkan konsentrasinya di dalam larutan tanah cepat sekali berkurang (Leiwakabessy et al., 2003). Tanaman memerlukan P pada semua tingkat pertumbuhan terutama pada awal pertumbuhan dan pembungaan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Apabila terjadi kekurangan P akibat retensi di dalam tanah, tanaman akan menunjukkan gejala di dalam jaringan yang tua terlebih dahulu baru diangkut ke bagian-bagian meristem atau jaringan yang lebih muda (Tisdale et al., 1999). Peranan fosfor (P) menurut Rismunandar (1990) dalam tanaman digunakan dalam pembentukan protein terutama dalam transfer metabolik ATP, ADP, fotosintesis dan respirasi, serta termasuk komponen dari fosfolipid, selain itu, peranan fosfor lainnya dalam pembentukan akar, mempercepat matangnya buah, dan memperkuat tubuh tanaman.
2.5.1. Kandungan P di dalam Tanah Kadar P total di dalam tanah umumnya rendah, dan berbeda-beda menurut tanah. Jumlah fosfat yang tersedia di tanah-tanah pertanian biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada tanah-tanah yang tidak diusahakan. Hal ini
12
diduga karena unsur ini tidak tercuci (residunya tinggi), sedangkan yang hilang melalui produksi tanaman sangat kecil (Tisdale et al., 1999).
2.5.2. Bentuk-bentuk P di dalam Tanah Secara umum fosfat di dalam tanah dibagi dalam dua bentuk, bentuk Porganik dan P-anorganik. Jumlah kedua bentuk ini disebut sebagai P-total. Bentuk yang tersedia bagi tanaman atau jumlah yang dapat diambil oleh tanaman hanya merupakan sebagian kecil dari jumlah yang ada di dalam tanah. Bentuk P-organik, biasanya terdapat di lapisan atas tanah yang lebih banyak mengandung bahan organik. Kadar P-organik dalam bahan organik kurang lebih sama dengan kadarnya dalam tanaman, yaitu antara 0,2% - 0,5% dan terdiri dari inositol fosfat, asam nukleat, fosfolida dan berbagai senyawa ester yang stabil. Bentuk P-anorganik, pada bentuk ini satu ataupun ketiga ion H+ dari asam fosfat terikat dengan ikatan ester (ester linkage), sedangkan ion H+ yang sisa, sebagian atau seluruhnya diganti oleh ion logam. Fosfor dalam tanah berasal dari mineral apatit, yaitu fluoroapatit Ca3(PO4)3CaF2 (Tisdale et al., 1999).
2.5.3. Ketersediaan P Tanah Unsur P dalam tanah yang terikat dalam bentuk senyawa fosfat merupakan senyawa yang mudah tersedia bagi tanaman. Fosfor bersama-sama dengan nitrogen dan kalium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama, walaupun diabsorpsi dalam jumlah kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer, H2PO4- dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder, HPO42-. Tanaman dapat juga mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik. Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung dipakai oleh tanaman (Tisdale et al., 1999). 2.5.4. Transformasi P-Anorganik Ada dua macam reaksi transformasi dalam tanah, yaitu reaksi pengendapan, yaitu reaksi ion fosfat dengan kation-kation di dalam larutan tanah membentuk senyawa-senyawa, yaitu Ca-fosfat, Al-fosfat dan Fe-fosfat. Reaksi-reaksi sorpsi, terjadi baik pada permukaan mineral-mineral kristalin (permukaan dengan muatan tetap)
maupun
pada
permukaan
dengan
muatan
variabel
seperti
13
oksida/hidusoksida dari Fe (III) dan Al, bahan organik, alofan dan kalsit (Leiwakabessy, Wahjudin, dan Suwarno, 2003).
2.5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi P di dalam Tanah Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi P menurut Tisdale et al. (1999) yaitu sifat dan jumlah komponen tanah, yaitu adanya hidrus oksida dari Fe dan Al, tipe liat, kadar liat, koloid amorf, dan kalsium karbonat. Selai itu, adanya pengaruh pH, pengaruh kation, pengaruh anion, tingkat kejenuhan kompleks absorpsi, suhu, dan waktu reaksi.
2.5.6. Kehilangan Fosfor dari Tanah Hilangnya fosfor dari tanah dapat terjadi melalui mekanisme panen, yaitu jumlah unsur hara di dalam hasil panen tergantung besarnya panen dan kadar hara. Sehingga jumlah yang hilang melalui panen tergantung dari produksi tanaman dan jumlah yang dikembalikan ke lahan. Selain itu, kehilangan P dapat terjadi melalui pencucian, kadar fosfat di dalam larutan tanah sangat kecil, sehingga walaupun terjadi drainase pencucian terhadap P juga sangat kecil. Kehilangan P melalui penguapan sampai saat ini dapat diabaikan. Sedangkan kehilangan P melalui erosi dapat terjadi di dalam tanah terdapat dalam bentuk yang relatif sukar larut, karena fosfat yang diberikan dalam pupuk segera diikat oleh tanah menjadi bentuk yang sukar larut (Tisdale et al., 1999).
2.6.
Kalium Kalium merupakan unsur hara paling dibutuhkan tanaman setelah nitrogen
dan fosfor. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk ion K+, dan dijumlahkan dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air, seperti KCl, K2SO4, KNO3, K-Mg-Sulfat dan pupuk-pupuk majemuk. Kalium yang cukup dalam tanaman menghasilkan bahan terlarut buah tinggi Rubatzky dan Yamaguchi (1999), sangat berpengaruh besar terhadap prosesproses fisiologi tanaman (Sutandi dan Leiwakabessy, 2004). Kekurangan K pada tanaman maka yang akan terjadi adalah terjadi translokasi K dari bagian-bagian
14
tua ke bagian-bagian yang muda atau dari bagian bawah bergerak ke bagian ujung tanaman (Tisdale et al., 1999). Unsur kalium memegang peranan relatif banyak dalam kehidupan tanaman, transportasi unsur hara dari akar ke daun, maupun dalam proses kerja berbagai enzim pertumbuhan (Masdar, 2003). Tanah-tanah di daerah tropik basah termasuk Indonesia umumnya mempunyai kandungan K sangat rendah. Kalium tanah berasal dari dekomposisi mineral primer, yang ketersediaannya kecil. Berdasarkan ketersediaannya bagi tanaman K-tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu K tidak dapat dipertukarkan (non-exchangeable), yaitu K-mineral yang pelepasannya lambat dan K-difiksasi oleh mineral tipe liat 2 : 1 seperti vermikulit, mineral intergrade, illit (hidus mika) dan khlorit biasanya lebih aktif dan lebih cepat dilepaskan, sedangkan K dapat dipertukarkan (exchangeable) yaitu bentuk K tersedia dan merupakan bentuk yang labil yang cepat tersedia (readily available) serta ada yang lambat tersedia (relatif tersedia), dan bentuk terakhir yaitu K-larutan, tanaman menyerap k dalam bentuk larutan.
2.6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan K bagi Tanaman Faktor-faktor yan mempengaruhi ketersediaan K bagi tanaman antara lain faktor tanah seperti jenis mineral liat, Kapasitas Tukar Kation (KTK), jumlah Kdapat dipertukarkan, kapasitas untuk fiksasi K, K-lapisan bawah dan kedalaman perakaran, kelembaban tanah, aerasi, suhu tanah, reaksi tanah, pengaruh Kalsium dan Magnesium, pengaruh unsur lain dan pengaruh pengolahan tanah. Sedangkan faktor tanaman yang mempengaruhi ketersediaan K , antara lain kapasitas tukar kation akar, sistem perakaran, varietas atau hibrida, populasi tanaman dan jarak tanam, tingkat produksi, faktor waktu, dan konsumsi mewah atau pengambilan K melampaui kebutuhan tanpa penambahan produksi. 2.7. Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) adalah salah satu jenis sayuran yang banyak digemari orang, sudah lama dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Tomat termasuk sayuran yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tetapi biasa dibudidayakan dengan baik di dataran tinggi (Rudiyanto, 2003).
15
Waktu tanam yang baik dua bulan sebelum musim hujan berakhir. Hal ini untuk menghindari tumbuh suburnya patogen atau penyakit yang biasa menyerang seperti cendawan Fusarium Sp. terutama saat musim hujan (Cahyono, 2008). Masa tanamnya singkat 3-4 bulan. Umur tanaman tomat berkisar 60-100 hari sampai panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan sejak benih disebar. Tingginya dapat mencapai 0,5-2,5 meter (Makmun, 2007) sehingga tomat perlu diberi penopang atau ajir yang terbuat dari bambu atau turus kayu agar tidak roboh dan tetap berdiri tegak secara vertikal ke atas (Cahyono, 2008), pemberian ajir dilakukan saat tanaman tomat berumur 3-4 minggu (Makmun, 2007). Benih tomat diperbanyak secara generatif atau dengan biji. 2.8. Tanaman Kailan (Brassica alboglabra) Kailan atau Brassica alboglabra. Bentuknya yang mirip dengan sawi/caisim atau kembang kol atau biasa disebut dengan sawi cina. Berasal dari Mediterania Timur dan merupakan bahan makanan utama sejak 4000 tahun lalu. Meskipun di Indonesia kailan tergolong jenis sayuran baru, dan termasuk sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim. Sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol. Kailan merupakan sayuran dataran tinggi yang dapat tumbuh sepanjang tahun, semusim atau berumur pendek, tumbuh baik pada suhu udara 15-25 0C dan pada ketinggian 300-1900 meter di atas permukaan laut (dpl). Kailan sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan antara bulan Maret sampai bulan April. Pagi atau sore hari adalah waktu yang tepat untuk penanaman dari bibit ke lapang. Kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur dengan pH 5,5-6,5. Kailan mulai dipanen umur 25 hari setelah tanam, tingginya berkisar 35-45 cm (www.cherryfarms.co.uk/kailan.html.). Adapun pemanenan dilakukan dengan cara dicabut.
16
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yang berada pada ketinggian sekitar 984 m di atas permukaan laut. Tanahnya adalah Inceptisol dan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tomat dan kailan. Analisis kimia tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Bogor, dari bulan Mei sampai November 2009. Tata letak dari petak percobaan disajikan pada (Gambar 1) berikut ini.
10 m
UU 1m
K
10 m 1m
F1 AP
S
KT 0,5 m
F2 0,3 m
1m 10 m 1m
KP
III
KS F3
0,3 m AT
F4
10 m
10 m
F1
1m
KS
F2 KT
II
K F4
0,5 m
AT
KP
KP
1m
AP
F3
10 m
10 m
KT
1m
F2
0,3 m
I K
AT KS AP
F1 0,5 m
F4 F3
Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan
17
3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan di lapang adalah bibit kailan, bibit tomat. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman digunakan beberapa bahan organik seperti pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, hijauan Tithonia, kompos kirinyuh, dan kompos sisa tanaman penutup tanah yaitu kacang tanah. Untuk meningkatkan kandungan hara, bahan organik dikombinasikan dan diperkaya dengan dolomit dan fosfat alam. Dalam penelitian ini dicobakan 10 perlakuan beberapa bahan/pupuk organik dengan kombinasi berbeda dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Adapun bahan/pupuk organik pada setiap perlakuan disajikan pada (Tabel 1), sedangkan dosis perlakuan disajikan pada (Tabel 2). Tabel 1. Perlakuan yang Digunakan dalam Penelitian No.
Kode
Perlakuan
1
F1
Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
2
F2
Kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
3
F3
Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit
4
F4
Kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit
5
AT
Kotoran ayam becampur dengan sekam * + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman
6
KT
Kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman
7
KS
Kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman
8
AP
Kotoran ayam becampur dengan sekam *
9
KP
Kotoran kambing + abu sekam
10
K
Kontrol, tanpa dipupuk
* Kotoran ayam bercampur dengan sekam padi sebagai alas
18
Tabel 2. Perlakuan dan Dosis Pada Petak Percobaan
Kode Perlakuan
Kotoran ayam*
Kotoran kambing + abu sekam
Kompos Tithonia
Kompos Kirinyuh
Hijauan Tithonia
Kompos sisa tan.
Palam
Dolomit
……………………………kg/petak……………………… F1
3,5
-
1,5
-
-
-
0,05
0,05
F2
-
3,5
1,5
-
-
-
0,05
0,05
F3
3,5
-
-
1,5
-
-
0,05
0,05
F4
-
3,5
-
1,5
-
-
0,05
0,05
AT
5
-
-
-
1
1
-
-
KT
-
5
-
-
1
1
-
-
KS
-
5
-
-
-
1
-
-
AP
25
-
-
-
-
-
-
-
KP
-
25
-
-
-
-
-
-
K
-
-
-
-
-
-
-
-
* Kotoran ayam bercampur dengan sekam padi sebagai alas
Alat yang digunakan kantong plastik, karung plastik, pelepah pisang untuk pembibitan dan plastik yang berfungsi sebagai naungan untuk pengomposan. Selain itu, peralatan untuk tanam menggunakan alat-alat seperti cangkul, sekop, sendok, perangkap hama, ajir, tali rafia, palang perlakuan, dan peralatan pasca panen
seperti
timbangan,
kantong
plastik,
spidol,
ember
untuk
mencampur/mengaduk tanah komposit, dan bak kontainer untuk menaruh hasil panen, serta komputer dan alat tulis seperti kertas dan tinta untuk mengolah data produksi dan hasil analisis kimia tanah dan tanaman.
19
3.3. Metode 3.3.1. Pengomposan Pupuk Kandang, Tithonia, dan Kirinyu Kegiatan pengomposan kotoran dilakukan di lapang dalam bak kayu berukuran panjang 100 cm, tinggi 50 cm dan lebar 50 cm. Dalam pengomposan ini pupuk kandang, kotoran ayam bercampur dengan sekam padi yang digunakan sebagai alas, sedangkan kotoran kambing ditambah abu sekam, masing-masing dimasukkan ke dalam bak kayu dan diinkubasi selama 14 hari untuk kotoran kambing ditambah abu sekam dan 21 hari untuk kotoran ayam bercampur dengan sekam sampai kompos matang. Selama masa pengomposan, secara rutin dilakukan pembalikan setiap seminggu sekali agar aerasi cukup. Sebelum diaplikasikan ke lapang, kompos ditambahkan dengan fosfat alam dan dolomit sesuai dengan perlakuan, yaitu sebesar 1% dari dosis pupuk kandang ayam maupun kambing. Tanaman Tithonia diversifolia dan kirinyu digunakan karena mudah diperoleh, di sekitar areal kebun lokasi penelitian sebagai tanaman pagar. Sebelum pengomposan baik Tithonia, kirinyu dan kacang tanah terlebih dahulu diptongpotong dengan ukuran kurang lebih lima sampai sepuluh sentimeter, ditumpuk pada wadah/tempat secara terpisah kemudian disiram dengan air dan kemudian ditutup dengan plastik dan diinkubasi selama dua hari. Setiap seminggu sekali kompos dibalik. Pada hari ke-21 kompos telah matang dengan ciri-ciri warna kompos lebih hitam, struktur kompos lebih remah, dan tidak berbau. Adapun bentuk tanaman Tithonia diversifolia, dan kirinyu atau Chromolaena odorata yang telah matang terlihat sama. 3.3.2. Persiapan Contoh Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia dilakukan saat sebelum tanam untuk mengetahui kesuburan tanah dan contoh tanah saat umur tanaman 30 hari setelah tanam (HST) contoh tanah diambil, secara komposit dari lima titik pada setiap petak dengan kedalaman 0-20 cm. Selanjutnya tanah dicampur secara merata dan diambil sebanyak 1 kg. Proses berikutnya contoh tanah komposit dikeringanginkan dan dianalisis sifat kimia. Analisis sifat kimia tanah setelah perlakuan (30 HST) yaitu N-total Tanah, P dan K potensial (ekstrak HCl 25%), P-
20
tersedia (Olsen), K dapat ditukar (K-dd). Adapun, analisis sifat kimia tanaman yaitu N, P, dan K total.
3.3.3. Pelaksanaan di Lapang Penyemaian benih sebelum tanam, benih terlebih dahulu disemaikan pada suatu tempat atau seedbed yang terbuat dari pelepah pisang. Media penyemaian menggunakan campuran tanah dan kompos kotoran ayam yang telah diperkaya dengan fosfat alam dan dolomit dengan perbandingan 1:1. Pada saat umur bibit di persemaian berumur 21 hari, pemindahan bibit ke lapang dilakukan sewaktu bibit berumur 1 bulan atau daunnya telah berjumlah 4 helai. Lahan yang siap ditanam sebelumnya telah ditanami tanaman penutup tanah yaitu kacang tanah selama dua bulan dan sisa tanamannya digunakan sebagai bahan tambahan untuk pupuk yang disesuaikan dengan perlakuan. Bibit kailan dan tomat ditanam secara tumpangsari pada petak ukuran 1m x 10m sebanyak 30 petak. Jarak tanam tomat (60cm x 50cm), sedangkan jarak tanam kailan (20cm x 20cm) ditanam diantara 2 baris tanaman tomat. Populasi tomat per petak sebanyak 40 tanaman, sedangkan populasi kailan per petak sebanyak 100 tanaman. Pada
pinggiran
petak
ditanami
rumput
sebagai
penahan.
Untuk
mengantisipasi tanaman terserang hama dan penyakit adalah dengan menanam tanaman perangkap hama seperti kemangi, kenikir, Tephrosia di sekitar petakan, selain itu, bila terjadi serangan hama penyakit tanaman (HPT) secara manual yang dapat dilakukan antara lain dengan menangkap langsung (hand picking), membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman tomat pada batang dan cabang agar tidak rebah. Penyiraman tanaman dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dengan air yang berasal dari mata air dari dalam tanah setempat yang bebas kontaminasi.
21
10 m
60 cm
20 cm
1m
20 cm 20 cm
20 cm
50 cm
Gambar 2. Tata Letak Tumpangsari Tanaman Tomat dan Kailan Keterangan: Tomat (jarak tanam : 60 x 50 cm) Kailan (ditanam diantara 2 baris tanaman tomat, jarak tanam 20 x 20 cm)
Pengamatan terhadap keragaan pertumbuhan tanaman kailan dan tomat dilakukan setiap dua minggu, dipilih lima tanaman contoh di setiap bedeng perlakuan, yaitu dua tanaman pada baris di depan, satu tanaman di baris bagian tengah, dan dua tanaman di bagian baris belakang. Pengukuran terhadap tinggi tanaman kailan dilakukan saat umur 21 HST dan pengamatan berikutnya pada saat umur 35 HST. Pengukuran tinggi tanaman tomat yang berumur lebih panjang dari tanaman kailan dilakukan saat umur 21 hari setelah tanam (HST), dan pengukuran dua minggu berikutnya dilakukan pada umur 35 HST, 49 HST, 63 HST, 77 HST, 91 HST, dan 105 HST. Tanaman kailan sudah dapat dipanen pada umur 21 hari setelah tanam. Sedangkan tanaman tomat berumur lebih panjang sehingga mulai dapat dipanen pada umur 90 hari dari mulai benih disemai atau 3 bulan. Buah, daun, batang, dan akar dipisahkan kemudian dibersihkan dan dicuci dengan air dan ditimbang berat basah untuk kemudian ditimbang produksinya. Selain itu untuk mengetahui adanya serapan hara N, P, dan K diperoleh dari bobot kering dan kandungan hara tanaman yang berasal dari hasil panen. 3.3.4. Penetapan Sifat Kimia Tanah dan Tanaman Penetapan sifat kimia tanah dan tanaman, cara kerja serta rumus perhitungan kadar hara hasil pengukuran berdasarkan petunjuk teknis analisis kimia tanah (Balittanah, 2005). Metode yang digunakan untuk analisis tanah adalah N-total menggunakan pembangkit warna indofenol biru. Penetapan P dan K potensial tanah
22
menggunakan ekstrak HCl 25%. Penetapan P tersedia tanah sebelum perlakuan menggunakan metode Bray 1 (pH <5,5), sedangkan penetapan P tersedia setelah perlakuan menggunakan metode Olsen (pH >5,5). Penetapan K-dd tanah menggunakan ekstrak Amonium asetat (NH4OAc pH 7,0). Metode yang digunakan untuk analisis tanaman adalah N, P, dan K total tanaman dengan cara Pengabuan Basah menggunakan campuran asam pekat HNO3 dan HClO4.
3.4. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sepuluh perlakuan dan tiga kali ulangan. Data pengamatan diolah dengan analisis analisis ragam dan untuk mengetahui beda antar dua perlakuan dilakuan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%. Model matematika percobaan tersebut adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + βj + εij Keterangan : Yijk
= Pengaruh serapan hara pada tanaman tomat dan kailan akibat pengaruh
τ ke-i dan β ke-j µ
= Nilai tengah umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
βj
= Pengaruh kelompok ke-j (1,2,3)
εij
= Galat
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Deskripsi profil tanah pada kebun organik Permata Hati Farm dilakukan pada penampang tanah di bagian lereng atas. Pada lapisan pertama atau horison Ap pada kedalaman
0-30 cm, tanah berwarna coklat gelap (7.5 YR 3/2),
teksturnya lempung liat berpasir, struktur tanah remah, halus, banyak akar halus, gembur, perbedaan lapisan dengan lapisan di bawahnya jelas rata. Horison Bw1 atau lapisan kedua, kedalamannya 30-68 cm, berwarna coklat gelap (7.5 YR 4/4), teksturnya lempung liat berdebu, strukturnya gumpal membulat, sangat halus, gembur, perbedaan dengan lapisan di bawahnya rata berangsur. Horison Bw2 berada pada kedalaman 68-98 cm, berwarna coklat (7.5 YR 5/4), tekstur tanahnya liat berdebu, struktur tanah gumpal membulat, halus, dan gembur, perbedaan dengan bawahnya baur rata. Lapisan keempat Bw3 yang berada pada kedalaman 98-125 cm, berwarna coklat-coklat kuat (7.5 YR 5/4-5/6), teksturnya liat berdebu, struktur gumpal membulat, halus, dan gembur, serta sangat sedikit akar halus, perbedaan dengan lapisan di bawahnya baur rata. Horison Bw4, pada kedalaman lebih dari 120 cm, berwarna coklat-coklat kuat (7.5 YR 5/4-5/6), tekstur tanahnya liat berdebu, struktur tanahnya gumpal membulat, halus, gembur, sudah tidak dijumpai lagi akar, perbedaan lapisan sudah baur rata. Dari sifat-sifat morfologi di atas klasifikasi tanah dikelompokkan menurut Sistem Taksonomi Tanah (1999) termasuk ordo Inceptisol, dengan alasan karena tanahnya mempunyai epipedon umbrik, dengan kejenuhan basanya kurang dari 60%, memiliki horison penciri kambik. Tanah Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah. Bahan induk berasal dari volkan intermediet. Sifat kimia Inceptisol di Permata Hati Farm ditunjukkan pada Tabel 3.
24
Tabel 3. Sifat Kimia Inceptisol di Permata Hati Farm Sebelum Perlakuan Nilai
Kriteria*
pH H2O (1:5)
Sifat Tanah
5,5
masam
pH KCl (1:5)
5,1
C-organik (%)
2,7
sedang
N Total (%)
0,3
sedang
C/N
10,5
sedang
P2O5 HCl 25% (mg/100g)
139,3
sangat tinggi
P2O5 Bray 1 (ppm)
40,7
sangat tinggi
K2O HCl 25% (mg/100g)
57,6
tinggi
KTK (me/100g tanah)
20,7
sedang
0,0 Kandungan basa-basa (me/100g)
0,0
Ca
2,9
sedang
Mg
2,1
tinggi
K
0,8
tinggi
Na
0,3
rendah
Kejenuhan Basa (%)
58,4
tinggi
* Pusat Penelitian Tanah (1983)
Inceptisol di Permata Hati Farm memiliki pH masam sebesar 5,5. Tanah ini memiliki pH H2O yang lebih tinggi dibandingkan dengan pH KCl. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini memiliki muatan negatif yang mampu menjerap kation-kation tanah (Tan, 1991). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kandungan C-organik sebesar 2,7%, nitrogen total tanah sebesar 0,3% serta C/N sebesar 10,5 termasuk sedang. Kandungan P (ekstrak HCl 25% atau P potensial) dan P (Bray 1 atau P tersedia) sangat tinggi, masing-masing sebesar 139,3 mg/100g dan 40,7 ppm. Kandungan K (ekstrak HCl 25% atau K potensial) tergolong cukup tinggi, yaitu 57,6 mg/100g, sedangkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah termasuk sedang, yaitu 20,7 me/100g. Jumlah basa-basa dapat ditukar tergolong rendah sampai tinggi, kandungan Mg dan K termasuk tinggi, masing-masing sebesar 2,1 me/100g dan 0,8 me/100g, kadar Ca tanah termasuk sedang, yaitu 8,4 me/100g, kandungan Na tergolong rendah, yaitu 0,3 me/100g. Kejenuhan basa termasuk tinggi yaitu 58,4%. Dengan demikian, secara umum tanah Inceptisol di Permata Hati Farm mempunyai tingkat
25
kesuburan yang sedang sampai tinggi, yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
4.2. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik Sebelum penanaman dilakukan analisis sifat kimia kotoran ayam yang bercampur dengan sekam, kotoran kambing ditambah abu sekam, kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, hijauan Tithonia, dan fosfat alam terlebih dahulu. Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Kandungan Unsur Hara dalam Bahan/Pupuk Organik yang Digunakan dalam Penelitian Sifat Kimia C
Kotoran Kompos Hijauan Kambing Kompos Kompos Fosfat alam sisa + abu Tithonia Kirinyu Tithonia tanaman sekam …………………….…………..…….. % ………………........................................... 37,30 19,82 44,85 27,97 20,63 37,73 Kotoran ayam*
N
1,97
1,18
4,66
1,77
1,49
2,57
C/N
23
17
10
18
16
15
P2O5
3,22
1,31
1,79
0,60
0,70
0,42
K2O
2,14
1,79
3,31
1,58
1,76
0,89
0,14
Keterangan : * Kotoran ayam yang bercampur dengan sekam padi sebagai alas, F1 (3,5 kg kotoran ayam yang bercampur sekam diperkaya 1,5 kg kompos Tithonia + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit) F2 (3,5 kg kotoran kambing ditambah abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Tithonia + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit); F3 (3,5 kg kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit); F4 (3,5 kg kotoran kambing ditambah abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit).
Berdasarkan Tabel 4, hasil pengukuran kandungan C-organik kotoran ayam yang bercampur dengan sekam padi sebagai alas dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing sebesar 37,30% dan 19,82%. Kandungan C-organik kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauan Tithonia masing-masing sebesar 44,85%, 27,97%, 20,63%, dan 37,73%. Adapun nilai kandungan C-organik tersebut sesuai dengan persyaratan teknis minimal pupuk organik No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 mengenai kandungan C-organik adalah 12%. Kandungan N-total dalam kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing sebesar 1,97% dan 1,18%. Kandungan N-total dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa
26
tanaman, dan hijauan Tithonia masing-masing sebesar 4,66%, 1,77%, 1,49%, dan 2,57%. Hasil pengukuran kandungan C/N rasio kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing sebesar 23 dan 17. Kandungan C/N rasio dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauan Tithonia masing-masing yaitu 10, 18, 16, dan 15. Nilai kandungan C/N rasio tersebut sesuai persyaratan teknis minimal pupuk organik No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 mengenai tingkat kematangan bahan organik untuk rasio C/N berkisar 10-25. Kandungan P2O5 dalam kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing yaitu 3,22% dan 1,31%. Kandungan P2O5 dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauan Tithonia masing-masing yaitu 1,79%, 0,60%, 0,70%, dan 0,42%. Kandungan K2O dalam kotoran ayam yang bercampur dengan sekam dan kotoran kambing ditambah abu sekam masing-masing yaitu 2,14% dan 1,79%. Kandungan K2O dalam kompos Tithonia, kompos kirinyu, kompos sisa tanaman, dan hijauan Tithonia masing-masing yaitu 3,31%, 1,58%, 1,76%, dan 0,89%. Adapun sumbangan hara dari bahan/pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah disajikan pada Tabel 5.
27
Tabel 5. Sumbangan Hara dari Bahan/Pupuk Organik yang Diberikan ke Dalam Tanah N
P2O5
K2O
Kode Perlakuan
Perlakuan
F1
Kotoran ayam + sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
0,14
0,14
0,12
F2
Kotoran kambing + abu sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
0,11
0,07
0,11
F3
Kotoran ayam + sekam + kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit
0,10
0,12
0,10
F4
Kotoran kambing + sekam + kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit
0,07
0,05
0,09
AT
Kotoran ayam + sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman
0,14
0,17
0,13
KT
Kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman
0,10
0,08
0,12
KS
Kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman
0,07
0,07
0,11
AP
Kotoran ayam + sekam 25 kg/petak
0,49
0,81
0,54
KP
Kotoran kambing + abu sekam 25 kg/petak
0,30
0,33
0,45
K
Kontrol, tanpa dipupuk
-
-
……….… (kg/petak) ………...
-
4.3. Kandungan Nitrogen Total dalam Tanah N total tanah terdiri atas N organik dan N-inorganik. Adapun tanaman menyerap N dalam bentuk N-inorganik (NO3- dan NH4+). Pemberian beberapa bahan/pupuk organik ke dalam tanah akan terjadi penambahan jumlah nitrogen. Pengaruh perlakuan beberapa bahan organik terhadap N total dalam tanah sebelum perlakuan dan setelah diberi perlakuan (30 HST) disajikan pada Gambar 3 berikut ini.
28
0,35 0,30 0,25 0,20 N Total (%) 0,15
Sebelum Perlakuan
0,10
Setelah Perlakuan (30 HST)
0,05 0,00 F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K Perlakuan
Gambar 3. Kandungan N total dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 13) menunjukkan bahwa kandungan N-total tanah pada beberapa bahan/pupuk organik tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena jumlah N-total tanah termasuk sedang (N-total tanah adalah 0,26%), sehingga pemberian bahan organik ke dalam tanah tidak memperlihatkan hasil yang nyata. Kandungan N-total tertinggi setelah diberi perlakuan bahan/pupuk organik terdapat pada perlakuan AP, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam 25 kg/petak sebesar 0,30%. Kandungan N-total terkecil terdapat pada perlakuan F3, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam diperkaya kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit sebesar 0,21%. Sumbangan N-total dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam pada perlakuan AP menyumbangkan 0,49 kg N/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran ayam pada perlakuan F1, F3 dan AT masing-masing menyumbangkan 0,14 kg N/petak, 0,10 kg N/petak dan 0,14 kg N/petak. Adapun sumbangan Ntotal dari kotoran kambing ditambah abu sekam pada perlakuan KP menyumbangkan 0,30 kg N/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran kambing lainnya pada perlakuan F2 dan F4 masing-masing menyumbangkan 0,11 kg N/petak dan 0,07 kg N/petak serta untuk perlakuan KT dan KS masing-masing menyumbangkan 0,10 kg N/petak dan 0,07 kg N/petak. Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap kandungan N-total
29
dalam tanah. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam menyumbangkan N-total lebih tinggi terhadap kandungan N-total dalam tanah. Hal ini sesuai dengan (Tabel 5) sumbangan Ntotal tertinggi diperoleh dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik yang lebih banyak diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh terhadap kandungan Ntotal dalam tanah.
4.4. Kandungan P (Potensial dan Tersedia) dalam Tanah Hasil pengukuran P potensial (P ekstrak HCl 25%) sebelum perlakuan sebesar 139,3 mg/100g. Berdasarkan Gambar 4, kandungan P potensial tanah setelah diberi perlakuan (30 HST) meningkat. Peningkatan kandungan P potensial terbesar pada perlakuan F1, yaitu kotoran ayam yang bercampur sekam diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit sebesar 256%. Peningkatan kandungan P potensial tanah juga terjadi pada kontrol, tanpa dipupuk. Peningkatan kandungan P potensial tanah tersebut diduga berasal dari kandungan P potensial tanah (139,3 mg/100g) sudah sangat tinggi, selain itu terjadi mineralisasi bahan/pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah untuk perlakuan F1, pada perlakuan kontrol, tanpa dipupuk diduga kemampuan menyerap oleh tanaman yang rendah sehingga P yang diserap tidak terlalu banyak, selain itu efek residu pada penelitian terdahulu dan adanya kemungkinan P masih terfiksasi tanah. Penurunan kandungan P potensial tanah terbesar terdapat pada perlakuan AT, yaitu kotoran ayam ditambah hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman sebesar 29%. Penurunan kandungan P potensial tanah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya P potensial yang melarut menjadi P tersedia sehingga kemungkinan diserap oleh tanaman, sedangkan pada perlakuan lain diduga P dalam bahan organik belum dilepaskan atau masih terfiksasi oleh tanah. Berdasarkan hasil analisis ragam, kandungan P potensial tanah pada beberapa bahan/pupuk organik tidak berbeda nyata (Tabel Lampiran 13). Kandungan P potensial tanah tertinggi terdapat pada perlakuan F1, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
30
sebesar 470 mg/100g dan kandungan P potensial tanah terkecil terdapat pada perlakuan F4 sebesar 156 mg P/100g. Hasil pengukuran P tersedia tanah sebelum perlakuan sebesar 40,7 ppm. Berdasarkan Gambar 5, kandungan P tersedia tanah setelah diberi perlakuan (30 HST) meningkat. Peningkatan kandungan P tersedia terbesar pada perlakuan F1, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit sebesar 1524%. Peningkatan kandungan P tersedia juga terjadi pada kontrol, tanpa dipupuk. Peningkatan tersebut diduga berasal dari kandungan P tersedia tanah (40,74 ppm) yang sudah sangat tinggi. Selain itu diduga P yang terambil oleh tanaman tidak banyak, diduga pula P potensial melarut menjadi P tersedia tanah, serta adanya efek residu hasil penelitian terdahulu. Hasil analisis ragam, kandungan P tersedia tanah pada beberapa bahan/pupuk organik tidak berbeda nyata Tabel Lampiran 6. Kandungan P tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan F1, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit sebesar 549 ppm dan kandungan P tersedia tanah terkecil terdapat pada perlakuan AT, yaitu kotoran ayam + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman sebesar 173 ppm. Sumbangan P2O5 dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam pada perlakuan AP menyumbangkan 0,81 kg P/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran ayam lainnya pada perlakuan F1, F3 dan AT masing-masing menyumbangkan 0,14 kg P/petak, 0,12 kg P/petak dan 0,17 kg P/petak. Adapun sumbangan P dari kotoran kambing ditambah abu sekam pada perlakuan KP menyumbangkan 0,33 kg P/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran kambing lainnya pada perlakuan F2 dan F4 masing-masing menyumbangkan 0,07 kg P/petak dan 0,05 kg P/petak serta untuk perlakuan KT dan KS masing-masing menyumbangkan 0,08 kg P/petak dan 0,07 kg P/petak. Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol terhadap kandungan P tersedia dalam tanah. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam menyumbangkan P2O5 lebih tinggi terhadap kandungan P potensial dan P-tersedia dalam tanah. Hal ini sesuai dengan
31
(Tabel 5) sumbangan P2O5 tertinggi diperoleh dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik yang lebih banyak diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh terhadap kandungan P dalam tanah. 500 450 400 350 P Potensial (mg 300 P2 O5 /100 g) 250 200 150
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan (30 HST)
100 50 0 F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K Perlakuan
Gambar 4. Kandungan P potensial dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) 600,0 500,0 400,0 P2 O5 Tersedia 300,0 (ppm) Sebelum Perlakuan 200,0
Setelah Perlakuan (30 HST)
100,0 0,0 F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K Perlakuan
Gambar 5. Kandungan P2O5 Tersedia dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) 4.5. Kandungan K (Potensial dan Dapat Dipertukarkan) dalam Tanah Hasil pengukuran K potensial (K2O ekstrak HCl 25%) tanah sebelum perlakuan sebesar 57,6 mg/100g. Berdasarkan Gambar 6, kandungan K potensial tanah setelah diberi perlakuan (30 HST) meningkat. Peningkatan kandungan K
32
potensial tanah terbesar pada perlakuan KS, Kotoran kambing ditambah abu sekam + kompos sisa tanaman sebesar 344%. Peningkatan kandungan K potensial tanah diduga dari kandungan K potensial tanah (57,6 mg/100g) yang cukup tinggi, dan mineralisasi bahan/pupuk organik yag ditambahkan ke dalam tanah, diduga pula tanaman menyerap tidak terlalu banyak sehingga K potensial tanah masih tersedia dalam jumlah banyak. Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian beberapa bahan/pupuk organik berbeda nyata terhadap kandungan K potensial tanah (Tabel Lampiran 13). Kandungan K potensial tanah tertinggi terdapat pada perlakuan F3, yaitu kotoran ayam yang bercampur sekam diperkaya kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit sebesar 354 mg/100g dan kandungan K potensial tanah terkecil terdapat pada perlakuan F4, yaitu kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit sebesar 71 mg/100g. Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan, memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap kandungan K potensial dalam tanah. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam menyumbangkan K2O lebih tinggi terhadap kandungan K potensial dalam tanah. Hal ini sesuai dengan (Tabel 5) sumbangan K2O tertinggi diperoleh dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik yang lebih banyak diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh terhadap kandungan K dalam tanah. Hasil pengukuran K ekstrak Amonium asetat (NH4OAc pH 7) atau K dapat dipertukarkan (K-dd) tanah sebelum perlakuan sebesar 0,8 me/100g. Berdasarkan Gambar 7, kandungan K-dd tanah setelah diberi perlakuan (30 HST) meningkat. Peningkatan kandungan K-dd tanah terbesar pada perlakuan KS, yaitu kotoran kambing ditambah abu sekam + kompos sisa tanaman sebesar 264%. Peningkatan kandungan K-dd tanah diduga berasal dari kandungan K-dd tanah (0,8 me/100g) yang cukup tinggi, K potensial tanah yang melarut menjadi K-dd tanah, selain itu mineralisasi bahan/pupuk organik yag ditambahkan ke dalam tanah, diduga pula
33
pada kontrol, tanpa dipupuk tanaman menyerap tidak terlalu banyak, sehingga Kdd yang tersedia masih tersedia cukup banyak . Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian beberapa bahan/pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan K-dd tanah (Tabel Lampiran 13). Kandungan K-dd tanah tertinggi terdapat pada perlakuan KP, yaitu kotoran kambing ditambah abu sekam 25 kg sebesar 2,72 me/100g dan kandungan K-dd tanah terkecil terdapat pada perlakuan AT, kotoran ayam yang bercampur sekam+ hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman sebesar 101 me/100g. Sumbangan K dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam pada perlakuan AP menyumbangkan 0,54 kg K/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran ayam lainnya pada perlakuan F1 dan F3 masing-masing menyumbangkan 0,12 kg K/petak dan 0,10 kg K/petak. Adapun perlakuan AT menyumbangkan 0,13 kg K/petak. Adapun sumbangan K dari kotoran kambing ditambah abu sekam pada perlakuan KP menyumbangkan 0,45 kg K/petak lebih tinggi dibandingkan kotoran kambing lainnya pada perlakuan F2 dan F4 masing-masing menyumbangkan 0,11 kg K/petak dan 0,09 kg K/petak. Adapun perlakuan KT dan KS masing-masing menyumbangkan 0,12 kg K/petak dan 0,11 kg K/petak. Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap kandungan K-dd dalam tanah. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam menyumbangkan K2O lebih tinggi terhadap kandungan K-dd dalam tanah. Hal ini sesuai dengan (Tabel 5) sumbangan K2O tertinggi terdapat dalam kotoran ayam yang bercmpur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik yang lebih banyak diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh terhadap kandungan K dalam tanah.
34
400 350 300 K Potensial (mg 250 K2 O/100g) 200 Sebelum Perlakuan
150
Setelah Perlakuan (30 HST)
100 50 0 F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K Perlakuan
Gambar 6. Kandungan K Potensial dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) 3 2,5 2 K-dd (me/100g) 1,5 Sebelum Perla kua n 1
Setela h Perla kua n (30 HST)
0,5 0 F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K Perlakuan
Gambar 7. Kandungan K-dd dalam Tanah Sebelum Pemberian Perlakuan dan Setelah Pemberian Perlakuan (30 HST) 4.6. Serapan Hara N, P, dan K oleh Tanaman Tomat Perlakuan bahan organik yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap serapan N dalam buah, P dan K dalam akar pada tanaman tomat. Adapun perlakuan bahan organik berpengaruh nyata terhadap serapan P dan K dalam buah, N, P, dan K dalam brangkasan, serta N dalam akar pada tanaman tomat (Tabel Lampiran 17, 18, dan 19). Berdasarkan Tabel 6, serapan N tertinggi dalam buah (220,19 mg N/tanaman) dan brangkasan (208,66 mg N/tanaman) tomat terdapat pada perlakuan AP, serta serapan N tertinggi dalam akar (130,83 mg N/tanaman)
35
terdapat pada perlakuan F2 yaitu kotoran kambing ditambah abu sekam + kompos Titthonia. Serapan N terendah dalam buah (144,49 mg N/tanaman) dan brangkasan (140,32 mg N/tanaman) terdapat pada perlakuan KT. Adapun serapan terendah dalam akar (66,06 mg N/tanaman) terdapat pada perlakuan F4. Serapan P tertinggi dalam buah (64,47 mg P/tanaman) dan brangkasan (66,92 mg P/tanaman) terdapat pada perlakuan AP. Adapun serapan P tertinggi dalam akar (32,63 mg P/tanaman) terdapat pada perlakuan F2. Serapan P terendah dalam buah (40,30 mg P/tanaman) dan brangkasan (42,58 mg P/tanaman) terdapat pada KT. Serapan P terendah dalam akar (16,42 mg P/tanaman) terdapat pada perlakuan F4. Serapan K tertinggi dalam buah (512,63 mg K/tanaman), brangkasan (946,57 mg K/tanaman), dan akar (264,63 mg K/tanaman) terdapat pada perlakuan AP. Serapan K terendah dalam buah (324,39 mg K/tanaman) terdapat pada perlakuan F4, brangkasan (618,68 mg K/tanaman) terdapat pada perlakuan F4, sedangkan akar (179,38 mg K/tanaman) terdapat pada perlakuan KP. Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan, tidak memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap serapan N, P, dan K dalam buah, brangkasan, dan akar tomat. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam memberikan pengaruh yang nyata lebih tinggi terhadap serapan N, K pada buah, brangkasan, serta serapan P dalam akar. Hal ini sesuai dengan (Tabel 5) sumbangan N, P, dan K tertinggi terdapat dalam kotoran ayam yang bercampur sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh terhadap serapan N, P, dan K tanaman tomat.
36
Tabel 6. Serapan N, P, dan K dalam Buah, Brangkasan, dan Akar pada Tanaman Tomat Serapan Hara N, P, dan K Tomat Buah Brangkasan Akar N P K N P K N P K ………………………………………………….. (mg/tanaman) ……...………………………………..
Kode Perlakuan
Perlakuan
F1
Kotoran ayam + sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
160,04
49,51
363,82
175,81
52,32
762,24
75,65
18,39
209,74
F2
Kotoran kambing + abu sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
160,61
48,36
361,81
178,24
51,71
719,05
130,83
32,63
342,95
F3
Kotoran ayam + sekam + kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit
162,91
49,51
374,47
169,73
53,53
711,75
72,68
19,28
202,03
146,32
43,46
324,39
145,39
45,42
618,68
66,06
16,42
179,98
159,17
48,64
363,82
161,82
49,28
728,78
79,21
18,69
209,45
144,49
40,30
324,77
140,32
42,58
670,99
66,55
17,11
184,23
148,81
42,98
328,51
142,55
44,00
671,40
67,94
17,50
195,60
220,19
64,47
512,63
208,66
66,92
946,57
102,94
25,51
264,63
196,30
59,10
440,19
187,98
62,46
867,08
67,64
17,70
179,38
167,81
47,78
357,49
174,59
49,88
715,40
76,24
20,17
210,63
F4 AT KT KS AP KP K
Kotoran kambing + sekam + kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit Kotoran ayam + sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman Kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman Kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman Kotoran ayam + sekam 25 kg/petak Kotoran kambing + abu sekam 25 kg/petak Kontrol, tanpa dipupuk
36
37
Jika dikaitkan dengan (Tabel Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, dan 10), kandungan hara N, P, dan K tergolong cukup dalam buah, brangkasan, dan akar tomat (Benton et al., 1991). Data kandungan hara N, P, dan K dalam buah, brangkasan, dan akar pada tanaman tomat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
4.7. Serapan N, P, dan K Tanaman Kailan Perlakuan bahan organik yang diberikan berpengaruh nyata terhadap serapan N, P, dan K tanaman kalian (Tabel Lampiran 20). Berdasarkan Tabel 7 serapan N tertinggi tanaman kalian (168,95 mg N/tanaman) terdapat pada perlakuan AP yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Serapan N terendah tanaman kalian (50,34 mg N/tanaman) terdapat pada kontrol (tanpa dipupuk). Serapan P tertinggi tanaman kalian (35,75 mg N/tanaman) terdapat pada perlakuan AP yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Serapan P terendah tanaman kalian (12,54 mg/tanaman) terdapat pada kontrol. Serapan K tertinggi tanaman kalian (154,13 mg N/tanaman) terdapat pada perlakuan AP yaitu kotoran yang bercampur dengan sekam. Serapan K terendah tanaman kalian (49,45 mg N/tanaman) terdapat pada perlakuan F4 yaitu kotoran kambing yang bercampur dengan abu sekam yang dikombinasikan dengan kompos kirinyu, fosfat alam dan dolomit dan kontrol, tanpa dipupuk. Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan, tidak memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap serapan N, P, dan K pada tanaman kailan. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam memberikan pengaruh yang nyata lebih tinggi terhadap serapan N, P, dan K pada tanaman kailan. Hal ini sesuai dengan sumbangan N, P, dan K pada (Tabel 5) tertinggi diperoleh dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh terhadap serapan N, P, dan K tanaman kailan.
38
Jika dikaitkan dengan (Tabel Lampiran 11 dan 12), kandungan hara N, P, dan K tergolong cukup pada tanaman kailan (Benton et al., 1991). Data kandungan hara N, P, dan K tanaman kailan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 11 dan 12.
Tabel 7. Serapan N, P, dan K pada Tanaman Kailan Kode Perlakuan
Perlakuan
N
Kailan P K … (mg/tanaman) ….
F1
Kotoran ayam + sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
88,40
20,31
117,61
F2
Kotoran kambing + abu sekam + kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit
66,20
15,04
82,84
F3
Kotoran ayam + sekam + kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit
84,73
18,17
78,63
F4
Kotoran kambing + sekam + kompos kirinyu + fosfat alam + dolomit
73,61
14,50
49,45
111,62
22,02
88,29
66,96
16,86
60,71
80,73
14,06
95,63
AT KT KS
Kotoran ayam + sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman Kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman Kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman
AP
Kotoran ayam + sekam 25 kg/petak
168,95
35,75
154,13
KP
Kotoran kambing + abu sekam 25 kg/petak
145,41
32,70
109,87
K
Kontrol, tanpa dipupuk
50,34
12,54
64,60
4.8. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat dan Kailan 4.8.1. Pertumbuhan Tanaman Tomat Tinggi tanaman tomat diukur dari batang di permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengukuran terhadap tinggi tanaman tomat dilakukan dua minggu sekali dan dimulai pada saat dua minggu setelah tanam (MST). Umur tanaman tomat lebih panjang, sehingga pengukuran tinggi tanaman tomat dilakukan tujuh kali, dimulai saat umur 21 hari setelah tanam (HST), pengukuran berikutnya pada 35 HST, 49 HST, 63 HST, 77 HST, 91 HST, dan 105 HST. Hasil analisis ragam pada (Tabel Lampiran 14) menunjukkan bahwa perlakuan bahan organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman tomat pada umur 21 dan 35 HST, sedangkan pengaruh perlakuan bahan organik sampai umur 105 HST sudah tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tomat.
39
Pertumbuhan tertinggi pada tanaman tomat umur 35 HST terdapat pada perlakuan AP, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan sekam setinggi 94,3 cm. Tinggi tomat terendah terdapat pada perlakuan Kontrol, tanpa dipupuk setinggi 45,4 cm. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa secara umum tinggi tanaman antara perlakuan, kotoran ayam yang bercampur dengan sekam lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang mendapat perlakuan kotoran kambing ditambah abu sekam. Tinggi tanaman pada perlakuan F1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan F2, yaitu masing-masing setinggi 81,6 cm dan 67,1 cm. Perlakuan F4 tidak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan F3, yaitu 67,5 cm untuk F4 dan 73,1 cm untuk F3. Begitu pula perlakuan KT yang tidak lebih tinggi daripada perlakuan AT masing-masing setinggi 71,9 cm untuk KT dan 77,8 cm untuk AT. Hal yang sama terdapat pada perlakuan KS yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan KP, masing-masing setinggi 73,1 cm untuk KS dan 77,3 cm untuk KP.
4.8.2. Produksi Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan tanaman sayuran yang diambil buahnya untuk dipanen setelah tanaman berumur 90 hari, yaitu umumnya setelah buah berubah warna menjadi merah. Panen tomat dilakukan beberapa kali, yaitu dalam jangka waktu antara 90 hari sampai 105 hari. Hasil produksi buah tomat disajikan pada (Tabel 8). Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan bahan organik yang diberikan berpengaruh nyata terhadap produksi buah tomat (Tabel Lampiran 16). Produksi buah tomat yang dihasilkan berkisar antara 8,6 kg/petak sampai 36,9 kg/petak. Produksi buah tomat tertinggi terdapat pada perlakuan AP, yaitu kotoran ayam yang bercampur sekam 25 kg/petak sebesar 36,9 kg/petak dan produksi buah tomat terendah terdapat pada perlakuan Kontrol (tanpa dipupuk) sebesar 8,6 kg/petak. Secara umum perlakuan bahan organik memberikan pengaruh yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol terhadap produksi buah tomat. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam
40
memberikan pengaruh yang nyata lebih tinggi terhadap produksi buah tomat. Hal ini sesuai dengan (Tabel 5) sumbangan N, P, dan K tertinggi diperoleh dari kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik yang lebih besar diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan produksi buah tomat.
41
Tabel 8. Tinggi dan Produksi Tanaman Tomat Tinggi Tanaman Tomat Umur (HST) 21 35 49 63 77 91 ………………………………… cm …….………………………….....
Perlakuan 3,5 kg Kotoran ayam + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Tithonia + 0,05 kg fosfat alam 1 + 3,5 kg dolomit 3,5 kg Kotoran kambing + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Tithonia + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit 3,5 kg Kotoran ayam + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit 3,5 kg Kotoran kambing + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit 5 kg Kotoran ayam + abu sekam + 1 kg hijauan Tithonia + 1 kg kompos sisa tanaman 5 kg Kotoran kambing + abu sekam + 1 kg hijauan Tithonia+ 1 kg kompos sisa tanaman 5 kg Kotoran kambing + abu sekam + 1 kg kompos sisa tanaman
105
Produksi Buah Tomat (kg/petak)
F1
40,3 b
81,6 b
111,4 ab
130,5 bc
125,0 c
134,7 cd
139,7 b
25,4 bc
F2
32,4 c
67,1 c
101,2 bc
118,1 cd
116,3 c
133,2 cd
131,2 bc
25,9 bc
F3
39,9 b
73,1 bc
104,9 bc
122,2 bcd
119,0 c
133,3 cd
122,7 bc
14,9 e
F4
34,2 bc
67,5 c
92,0 c
111,7 d
115,4 c
126,5 d
122,5 bc
14,4 ef
AT
37,5 bc
77,8 bc
106,3 bc
129,1 bc
131,9 bc
145,5 bc
144,3 b
25,7 bc
KT
34,9 bc
71,9 bc
98,4 bc
115,7 cd
121,6 c
132,4 cd
130,6 bc
18,5 de
KS
34,9 bc
73,1 bc
102,3 bc
121,8 bcd
124,1 c
140,9 bcd
139,8 b
21,1 cd
25 kg Kotoran ayam + abu sekam
AP
48,6 a
94,3 a
124,1 a
146,9 a
154,0 a
163,7 a
166,7 a
36,9 a
25 kg Kotoran kambing + abu sekam
KP
33,9 bc
77,3 bc
104,3 bc
134,3 ab
143,5 ab
154,9 ab
166,5 a
29,3 b
K
24,6 d
45,4 d
63,1 d
85,2 e
86,3 d
96,3 e
112,9 c
8,6 f
Kontrol
Keterangan : Angka dalam kolom yang sama, yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (P<0,05)
41
42
4.8.3. Pertumbuhan Tanaman Kailan Tinggi tanaman kailan diukur dari batang di permukaan tanah hingga helai daun paling tinggi. Pengukuran terhadap tinggi tanaman kailan dilakukan dua minggu sekali dan dimulai dua minggu setelah tanam (MST). Umur tanaman kailan lebih pendek, sehingga pengukuran tinggi tanaman kailan dilakukan hanya dua kali, dimulai saat umur 21 hari setelah tanam (HST), dua minggu berikutnya diukur pada hari ketiga puluh lima setelah tanam (35 HST). Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan bahan organik yang diberikan berbeda nyata terhadap tinggi kailan umur 35 HST (Tabel Lampiran 15). Tinggi kailan umur 35 HST tertinggi terdapat pada perlakuan AP, yaitu kotoran ayam yang bercampur sekam 25 kg/petak setinggi 31,9 cm dan tinggi kailan terendah terdapat pada perlakuan Kontrol, tanpa dipupuk sebesar 19,0 cm. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa secara umum tinggi tanaman antara perlakuan, kotoran ayam yang bercampur dengan sekam lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang mendapat perlakuan kotoran kambing ditambah abu sekam. Tinggi tanaman pada perlakuan F1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan F2, yaitu masing-masing setinggi 26,8 cm dan 24,7 cm. Perlakuan F4 tidak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan F3, yaitu 24,5 cm untuk F4 dan 25,3 cm untuk F3. Perlakuan AT lebih tinggi daripada perlakuan KT masing-masing setinggi 28,5 cm untuk AT dan 23,6 cm untuk KT. Hal yang sama terdapat pada perlakuan KP yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan KS, masing-masing setinggi 27,4 cm untuk KP dan 24,5 cm untuk KS.
4.8.4. Produksi Tanaman Kailan Tanaman kailan merupakan tanaman sayuran, daun dan batangnya diambil untuk dipanen. Panen kailan pertama dilakukan setelah umur 21 hari setelah tanam. Hasil produksi kailan disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan bahan organik yang diberikan berpengaruh nyata terhadap produksi kailan (Tabel Lampiran 16). Produksi kailan tertinggi terdapat pada perlakuan AP, yaitu kotoran ayam yang bercampur dengan
43
sekam 25 kg sebesar 5,03 kg/petak. Produksi kailan terendah terdapat pada perlakuan kontrol, tanpa dipupuk sebesar 1,4 kg/petak. Secara umum perlakuan bahan organik yang diberikan, memberikan pengaruh yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol terhadap produksi kailan. Di antara perlakuan bahan organik, pemberian kotoran ayam yang bercampur dengan sekam memberikan pengaruh yang nyata lebih tinggi terhadap produksi kailan. Hal ini sesuai dengan (Tabel 5) sumbangan N, P, dan K tertinggi terdapat pada kotoran ayam yang bercampur dengan sekam. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan kesuburan tanah. Dengan pemberian bahan organik yang lebih besar diduga kondisi tanah secara fisik dan kimia menjadi lebih baik sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan produksi kailan.
Tabel 9. Tinggi dan Produksi Tanaman Kailan Tinggi Tanaman Umur (HST) 21 35 ……… cm ……...
Perlakuan
Produksi (kg/petak)
3,5 kg Kotoran ayam + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Tithonia + 0,05 kg fosfat alam 1 + 3,5 kg dolomit
F1
17,5 cd
26,8 bc
3,9 c
3,5 kg Kotoran kambing + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Tithonia + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit
F2
16,5 cde
24,7 cd
3,5 cd
3,5 kg Kotoran ayam + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit
F3
17,0 cde
25,3 cd
2,8 de
3,5 kg Kotoran kambing + abu sekam diperkaya 1,5 kg kompos Kirinyu + 0,05 kg fosfat alam + 0,05 kg dolomit
F4
14,3 f
24,5 cd
2,4 e
5 kg Kotoran ayam + abu sekam + 1 kg hijauan Tithonia + 1 kg kompos sisa tanaman
AT
19,8 ab
28,5 b
4,1 bc
5 kg Kotoran kambing + abu sekam + 1 kg hijauan Tithonia+ 1 kg kompos sisa tanaman 5 kg Kotoran kambing + abu sekam + 1 kg kompos sisa tanaman
KT
15,7 def
23,6 d
3,4 cd
KS
15,4 ef
24,5 cd
3,4 cd
AP
20,5 a
31,9 a
5,03 a
KP
18,4 bc
27,4 bc
4,8 ab
K
11,2 g
19,0 e
1,4 f
25 kg Kotoran ayam + abu sekam 25 kg Kotoran kambing + abu sekam Kontrol
Keterangan : Angka dalam kolom yang sama, yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (P<0,05)
44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Pemberian bahan/pupuk organik baik kotoran ayam + abu sekam dan kotoran kambing + abu sekam serta kombinasinya dengan kompos Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam, dan dolomit tidak berbeda nyata terhadap kandungan N-total tanah, P potensial dan P tersedia, K potensial, K-dd tanah, N dalam buah, P dan K dalam akar tomat. Namun, pemberian bahan organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap serapan P dan K dalam buah, serapan N, P, dan K dalam brangkasan, dan serapan N dalam akar tomat, serta pertumbuhan tinggi tomat dan kailan sampai umur 35 HST serta pada produksi tomat dan kailan. Secara umum kotoran ayam + abu sekam yang diberikan secara tunggal maupun dikombinasikan dengan
kompos Tithonia, kompos kirinyuh, hijauan
Tithonia, kompos sisa tanaman, fosfat alam, dan dolomit cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik daripada kotoran kambing + abu sekam terhadap kandungan N total, P potensial dan P tersedia, K potensial dan K-dd tanah, serapan hara, serta pada pertumbuhan tinggi dan hasil produksi tanaman tomat dan kailan.
5.2. Saran Pemberian kotoran ayam + abu sekam yang dikombinasikan dengan kompos Tithonia, atau tanaman in situ lebih disarankan kepada petani dalam sistem pertanian organik daripada kotoran kambing + abu sekam. Namun diharapkan agar kotoran ayam sebagai bahan/pupuk organik tidak berasal dari ayam pedaging. Hal ini sesuai dengan Prinsip Pertanian Organik yang mensyaratkan untuk menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis pada pakan ternak.
45
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000. Pertanian Organik. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/. Diakses 12 Juli 2009. Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, dan Pupuk. BPT. Bogor. Benton Jones Jr. Benjamin Wolf, and Harry A. Mills. 1991. Plant Analysis Hand Book. Cahyono, B. 2008. Tomat Usaha Tani & Pananganan Pascapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Dimyati, A. 2002. Dukungan Penelitian dalam Pengembangan Hortikultura Organik. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik, Jakarta. Hlm 109 – 128. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif/ Vol%206%20No%202%202007/Artikel%203-Rosita-Jahe.pdf Diakses 9 November 2009. Dinarti, D. 2005. Pertanian Organik di Indonesia. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/diny_dinarti.pdf. Diakses 12 Juli 2009. Foth, H. D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8th ed. Jhon Wiley and Son Inc. Canada. Goenadi, D. H dan Bostang Radjagukguk. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Terjemahan dari Principles of Soil Chemistry oleh Kim H. Tan. Edisi I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hartatik, W., A. Kasno, P. Kabar dan J.S. Adiningsih. 1998. Pembandingan Efektivitas Sumber dan Takaran Pupuk Fosfat Terhadap Tanaman Padi dan Kedelai Pada Lahan Kering Masam. Hal. 37-57 dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Bogor, 10-12 Februari 1998. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Hartatik, W dan L. R. Widowati. 2006. Kotoran. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Organic Fertilizer and Biofertilizer. Balai besar Litbang Sumberdaya
46
Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Kotoran. Hal: 59-82. Hartatik, W. 2007. Tithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 29 No 5: hlm 3-4 Hartatik, W dan D. Setyorini. 2007. Bagaimana Memproduksi Sayuran Organik?. Departemen Pertanian. Bogor. IFOAM (International Federation Organic Movement). 2005. Organic Agriculture Worldwide: Statistics and Future Prospects. The World Organic Trade Fair Numberg. BIO-FACH. Kasno A. dan D. Setyorini. 2008. Neraca Hara N, P, dan K pada Tanah Inceptisols dengan Pupuk Majemuk untuk Tanaman Padi. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 27 No 3/2008. Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Leiwakabessy, F. M., U. M. Wahjudin dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Makmun, C. H. 2007. Tomat. Majalah Hortikultura Tahun VI No 69/Oktober 2007. Masdar. 2003. Pengaruh Lama dan Beratnya Defisiensi Kalium terhadap Pertumbuhan Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.). Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Jurnal Akata Agrosia Vol 6 No. 2/Juli-Desember 2003. Hal 60-66. http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2003/60.pdf. Diakses tanggal 9 November 2009. Nursyamsi, D., A. Budiarto dan L. Anggria., 2002. Pengelolaan Kahat Hara pada Inceptisols untuk meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung Jurnal Tanah dan Iklim No 20/2002. Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Pupuk Organik dan Pembenah Tanah. Departemen Pertanian. Jakarta. Purnomo, Joko., S. Sutono., Wiwik Hartatik dan Achmad Rachman. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah Untuk Bawang Merah di Kabupaten Donggala. Hal. 77-83. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Inovasi Lahan Marginal. Balai Penelitian Tanah, Bogor. http://sulteng.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/bptp/Prosiding%2007/2 -4.pdf. Diakses tanggal 9 November 2009 Rismunandar. 1990. Pengetahuan Dasar Tentang Perabukan. Penerbit Sinar Baru. Bandung.
47
Rosita, S.M.D. 2007. Kesiapan Teknologi Mendukung Pertanian Organik Tanaman Obat:Kasus Jahe (Zingiber officinale Rosc.). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor. Perspektif Vol 6 No 2/Desember2007. Hal75-84. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif /Vol%206%20No%202%202007/Artikel%203-Rosita-Jahe.pdf Diakses tanggal. 9 November 2009. Rubatzky, V. E., dan Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung. Rudiyanto, S. A., Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). crop manager BASF/nug. Majalah Hortikultura Vol 2 No 9/September 2003. Setyorini, D., R. Saraswati. dan Ea Kosman Anwar. 2006. Kotoran. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Organic Fertilizer and Biofertilizer. Balai besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Kompos. Hal: 11-40. Setyorini, D. dan Husnain. 2004. Pengelolaan Lahan Untuk Budidaya Sayuran Organik Mendukung program Go-organic 2010. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/juknis/pupuk%20organik .pdf. Diakses tanggal 9 November 2009 Standar Nasional Indonesia. 2002. Sistem Pertanian Organik. Badan Standarisasi Nasional. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Subhan., A. Hidayat., dan Nikardi Gunadi. 1998. Penggunaan Pupuk Nitrogen dan Kotoran Ayam pada Tanaman Cabai di Lahan Kering. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. J. Hort. 8(3) : 1178-1183. Sulaeman, D. 2008. Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia. Ditjen PPHP Deptan. http://agribisnis.deptan.go.id/layanan_informasi/pengolahan_hasil_pertanian /mengenal_sistem_pangan_organik_indonesia.pdf. Diakses tanggal 9 November 2009 Suriadikarta, D.A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Organic Fertilizer and Biofertilizer. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
48
Pertanian. Bogor. http//balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 9 November 2009. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Pemasyarakatan
&
Tisdale, S. L., J. L. Havlin, J. D. Beaton, and W. L. Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizer 6th Ed. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Tjitrosemito, S. 1996. The Management of Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson in Indonesia. In: Distribution, Ecology and Management of Chromolaena odorata. Proceedings of the Third International Chromolaena Workshop, Abidjan, Côte d’Ivoire, Nov. 1993; ORSTOM and ICRAF. http://www.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=67239&a_id=211 &a_seq=0, Diakses tanggal 9 November 2009. http://www.plantmor.com/index.php?plnat=Kirinyuh. Diakses 12 Juli 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Kailan. Diakses tanggal 9 November 2009. www.cherryfarms.co.uk/kailan.html. Diakses tanggal 9 November 2009.
Tabel Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983) Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah C (%) < 1,00 1,00 - 2,00 N (%) < 0,10 0,10 - 0,20 C/N <5 5 - 10 P2O5 HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10 - 15 K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 KTK (me/100g tanah) <5 5 - 16 Susunan kation Ca (me/100g tanah) Mg (me/100g tanah) K (me/100g tanah) Na (me/100g tanah) Kejenuhan Basa (%) pH H2O
Sangat Masam < 4,5
<2 < 0,4 < 0,1 < 0,1 < 20 Masam 4,5 - 5,5
2-5 0,4 - 1,0 0,1 - 0,2 0,1 - 0,3 20 - 35 Agak Masam 5,6 - 6,5
Sedang 2,01 - 3,00 0,21 - 0,50 11 - 15 21 - 40 15 - 25 21 - 40 17 - 24
Tinggi 3,01 - 5,00 0,51 - 0,75 16 - 25 41 - 60 26 - 35 41 - 60 25 - 40
Sangat Tinggi > 5,00 > 0, 75 > 25 > 60 > 35 > 60 > 40
6 - 10 1,1 - 2,0 0,3 - 0,5 0,4 - 0,7 36 - 50 Netral 6,6 - 7,5
11 - 20 2,1 - 8,0 0,6 - 1,0 0,8 - 1,0 51 - 70 Agak Alkalis 7,6 - 8,5
> 20 > 8,0 > 1,0 > 1,0 > 70 Alkalis > 8,5
49
49
Tabel Lampiran 2.Tinggi Tanaman Tomat 21, 35, 49, 56, 63, 77, 91 dan 105 HST Perlaku an
Tinggi Tanaman Tomat 21 HST I II III …………..(cm)…………..
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Perlakuan F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Tinggi Tanaman Tomat 35 HST I II III Ratarata …………..(cm)…………..
Ratarata
40,4 33,2 47,2 40,3 31,6 25,2 40,4 32,4 40,6 41,4 37,8 39,9 34,8 34,4 33,4 34,2 33,8 40,8 38,0 37,5 36,0 30,4 38,2 34,9 33,0 32,0 39,6 34,9 45,0 48,8 52,0 48,6 30,6 32,0 39,2 33,9 25,2 22,8 25,8 24,6 Tinggi Tanaman Tomat 77 HST I
II
III
…………..(cm)………….. 122,4 103,4 110,4 108,6 126,0 127,4 122,4 143,8 149,0 84,0
104,0 113,2 122,2 127,6 134,0 117,0 119,6 158,4 137,2 88,6
148,6 132,4 124,4 110,0 135,8 120,4 130,4 159,8 144,2 86,4
79,4 64,6 77,4 64,6 73,2 77,6 66,2 91,2 72,6 34,8
77,6 59,0 71,8 75,0 82,8 65,8 74,4 96,6 77,8 45,4
Rata-rata 125,0 116,3 119,0 115,4 131,9 121,6 124,1 154,0 143,5 86,3
87,8 77,6 70,0 62,8 77,4 72,2 78,8 95,0 81,4 56,0 I
Tinggi Tanaman Tomat 49 HST I II III Rata-rata …………..(cm)…………..
81,6 107,2 106,4 67,1 99,0 100,2 73,1 107,6 108,8 67,5 99,2 100,8 77,8 96,2 117,0 71,9 99,6 92,8 73,1 86,2 109,8 94,3 122,4 128,8 77,3 108,6 94,8 45,4 61,6 64,4 Tinggi Tanaman Tomat 91 HST II
III
…………..(cm)………….. 133,8 129,8 133,8 125,0 140,2 139,4 151,2 155,0 166,2 102,2
133,0 129,4 134,2 138,6 154,0 125,6 141,2 165,0 150,6 100,0
137,2 140,4 132,0 115,8 142,4 132,2 130,4 171,0 148,0 86,8
120,6 104,4 98,2 76,0 105,6 102,8 110,8 121,0 109,6 63,2
Rata-rata 134,7 133,2 133,3 126,5 145,5 132,4 140,9 163,7 154,9 96,3
Tinggi Tanaman Tomat 63 HST I II III Rata…………..(cm)…………. rata . 111,4 119,4 125,0 147,2 130,5 101,2 110,8 108,2 135,2 118,1 104,9 123,8 117,2 125,6 122,2 92,0 104,6 124,0 106,4 111,7 106,3 129,6 129,4 128,2 129,1 98,4 118,4 108,8 119,8 115,7 102,3 115,4 118,0 132,0 121,8 124,1 136,8 151,8 152,2 146,9 104,3 138,0 128,2 136,8 134,3 63,1 82,0 77,4 96,2 85,2 Tinggi Tanaman Tomat 105 HST I
II
III
…………..(cm)………….. 127,4 118,6 111,8 108,6 136,6 136,8 132,2 152,4 175,8 120,2
125,8 129,0 127,4 138,0 146,0 130,2 150,2 174,4 174,2 108,4
165,8 146,0 128,8 120,8 150,2 124,8 137,0 173,2 149,6 110,0
Ratarata 139,7 131,2 122,7 122,5 144,3 130,6 139,8 166,7 166,5 112,9
50
Tabel Lampiran 3. Tinggi Tanaman Kailan 21dan 35 HST Tinggi Tanaman Kailan 21 HST
I
II
Tinggi Tanaman Kailan 35 HST
III
Perlakuan
I
II
III
Rata-rata
Rata-rata
………… (cm) …………..
………… (cm) …………..
F1
19,4
17,2
16,0
17,5
24,8
27,8
28,0
26,9
F2
16,2
15,8
17,4
16,5
22,8
24,0
27,2
24,7
F3
15,4
16,2
19,4
17,0
21,6
27,2
27,0
25,3
F4
13,8
14,0
15,0
14,3
21,6
28,2
23,8
24,5
AT
20,0
18,8
20,6
19,8
25,6
29,4
30,4
28,5
KT
14,0
16,0
17,0
15,7
22,8
24,4
23,6
23,6
KS
15,4
15,6
15,0
15,3
24,8
26,2
22,4
24,5
AP
21,2
20,0
20,2
20,5
31,2
32,4
32,2
31,9
KP
17,6
18,8
18,6
18,3
26,0
30,2
26,0
27,4
K
11,8
11,2
10,4
11,1
15,4
20,6
21,0
19,0
51
51
Tabel Lampiran 4. Bobot Kering Buah, Brangkasan, Akar, dan Total Bobot Kering Tanaman Tomat Bobot Kering Buah Tomat No.
Bobot Kering Brangkasan Tomat
Total Bobot Kering Tanaman Tomat
Bobot Kering Akar Tomat
Perlakuan I
II
III
I
II
III
I
II
III
Buah
Brangkasan
Akar
……………………………….……………………................. mg/tanaman ………………………...……………………………….. 1
F1
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
2
F2
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
17800,00
17800,00
8635,00
18250,00
14833,33
3
F3
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
4
F4
8635,00
8635,00
5756,67
18250,00
18250,00
12166,67
8900,00
8900,00
5933,33
7675,56
16222,22
7911,11
5
AT
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
6
KT
5756,67
8635,00
8635,00
12166,67
18250,00
18250,00
5933,33
8900,00
8900,00
7675,56
16222,22
7911,11
7
KS
5756,67
8635,00
8635,00
12166,67
18250,00
18250,00
5933,33
8900,00
8900,00
7675,56
16222,22
7911,11
8
AP
8635,00
8635,00
17270,00
18250,00
18250,00
36500,00
8900,00
8900,00
17800,00
11513,33
24333,33
11866,67
9
KP
5756,67
17270,00
8635,00
12166,67
36500,00
18250,00
5933,33
8900,00
8900,00
10553,89
22305,56
7911,11
10
K
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
52
Tabel Lampiran 5. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Buah Tomat Bobot Kering Buah Tomat No.
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III Rata-rata ..…… bobot kering buah (mg)/tanaman ………. 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 7675,56 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 8635,00 8635,00 17270,00 11513,33 5756,67 17270,00 8635,00 10553,89 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 Bobot Kering Buah Tomat
No.
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III Rata-rata ……... bobot kering buah (mg)/tanaman …….. 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 7675,56 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 8635,00 8635,00 17270,00 11513,33 5756,67 17270,00 8635,00 10553,89 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00
Kandungan Hara Buah Tomat N I II III Rata-rata ………...…………. % ………..………. 1,87 1,96 1,73 1,85 1,80 1,94 1,84 1,86 1,80 1,93 1,93 1,89 1,82 1,97 1,94 1,91 1,73 1,87 1,93 1,84 1,83 1,92 1,88 1,88 1,92 1,93 1,96 1,94 1,88 1,89 1,94 1,90 1,95 1,84 1,84 1,88 1,97 1,93 1,93 1,94 Kandungan Hara Buah Tomat P I II III Rata-rata …………...……. % ……...……...… 0,57 0,56 0,59 0,57 0,56 0,56 0,56 0,56 0,57 0,58 0,57 0,57 0,58 0,59 0,51 0,56 0,57 0,55 0,57 0,56 0,51 0,49 0,57 0,52 0,56 0,56 0,56 0,56 0,55 0,55 0,57 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,51 0,58 0,57 0,55
Serapan Hara Buah Tomat N I II III Rata-rata …………..… mg/tanaman …..………. 161,47 169,25 149,39 160,04 155,43 167,52 158,88 160,61 155,43 166,66 166,66 162,91 157,16 170,11 111,68 146,32 149,39 161,47 166,66 159,17 105,35 165,79 162,34 144,49 110,53 166,66 169,25 148,81 162,34 163,20 335,04 220,19 112,26 317,77 158,88 196,30 170,11 166,66 166,66 167,81 Serapan Hara Buah Tomat P I II III Rata-rata ….………. mg/tanaman ………..…… 49,22 48,36 50,95 49,51 48,36 48,36 48,36 48,36 49,22 50,08 49,22 49,51 50,08 50,95 29,36 43,46 49,22 47,49 49,22 48,64 29,36 42,31 49,22 40,30 32,24 48,36 48,36 42,98 47,49 47,49 98,44 64,47 32,24 96,71 48,36 59,10 47,78 44,04 50,08 49,22
53
53
Tabel Lampiran 6. Bobot Kering, Kandungan Hara K dan Serapan Hara K Buah Tomat Kandungan Hara Buah Tomat
Serapan Hara Buah Tomat
K
K
Bobot Kering Buah Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
……... bobot kering buah (mg)/tanaman ……..
I
II
III
I
………….... % …….……...…
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
4,15
4,36
4,13
358,35
376,49
356,63
363,82
2
F2
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
4,16
3,85
4,56
359,22
332,45
393,76
361,81
3
F3
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
3,94
4,52
4,55
340,22
390,30
392,89
374,47
4
F4
8635,00
8635,00
5756,67
7675,56
4,15
4,46
3,99
358,35
385,12
229,69
324,39
5
AT
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
4,42
4,06
4,16
381,67
350,58
359,22
363,82
6
KT
5756,67
8635,00
8635,00
7675,56
4,19
4,29
4,20
241,20
370,44
362,67
324,77
7
KS
5756,67
8635,00
8635,00
7675,56
4,10
4,39
4,29
236,02
379,08
370,44
328,51
8
AP
8635,00
8635,00
17270,00
11513,33
4,28
4,41
4,56
369,58
380,80
787,51
512,63
9
KP
5756,67
17270,00
8635,00
10553,89
4,46
4,24
3,84
256,75
732,25
331,58
440,19
10
K
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
3,97
4,53
3,92
342,81
391,17
338,49
357,49
54
Tabel Lampiran 7.Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Brangkasan Tanaman Tomat No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perlakuan
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Perlakuan
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Bobot Kering Brangkasan Tanaman Tomat I II III bobot kering brangkasan (mg)/tanaman 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 36500,00 12166,67 36500,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00
Rata-rata 18250,00 18250,00 18250,00 16222,22 18250,00 16222,22 16222,22 24333,33 22305,56 18250,00
Bobot Kering Brangkasan Tanaman Tomat I II III Rata-rata bobot kering brangkasan (mg)/tanaman 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 16222,22 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 16222,22 12166,67 18250,00 18250,00 16222,22 18250,00 18250,00 36500,00 24333,33 12166,67 36500,00 18250,00 22305,56 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00
Kandungan Hara Brangkasan Tanaman Tomat N I II III …………...……. % ……...……...… 1,02 0,92 0,95 0,91 1,08 0,94 0,94 0,89 0,96 0,95 0,80 0,96 0,90 0,93 0,83 0,88 0,87 0,85 0,89 0,88 0,87 0,93 0,92 0,79 1,08 0,80 0,77 1,10 0,85 0,92 Kandungan Hara Brangkasan Tanaman Tomat P I II III …………...……. % ……...……...… 0,32 0,26 0,28 0,31 0,26 0,28 0,33 0,27 0,28 0,30 0,26 0,28 0,28 0,26 0,27 0,27 0,25 0,27 0,29 0,27 0,26 0,28 0,30 0,26 0,28 0,29 0,26 0,27 0,29 0,26
Serapan Hara Brangkasan Tanaman Tomat N I II III Rata-rata ….………. mg/tanaman ………..…… 186,15 167,90 173,38 175,81 166,08 197,10 171,55 178,24 171,55 162,43 175,20 169,73 173,38 146,00 116,80 145,39 164,25 169,73 151,48 161,82 107,07 158,78 155,13 140,32 108,28 160,60 158,78 142,55 169,73 167,90 288,35 208,66 131,40 292,00 140,53 187,98 200,75 155,13 167,90 174,59 Serapan Hara Brangkasan Tanaman Tomat P I II III Rata-rata ……………. mg/tanaman ……….… 58,40 47,45 51,10 52,32 56,58 47,45 51,10 51,71 60,23 49,28 51,10 53,53 54,75 47,45 34,07 45,42 51,10 47,45 49,28 49,28 32,85 45,63 49,28 42,58 35,28 49,28 47,45 44,00 51,10 54,75 94,90 66,92 34,07 105,85 47,45 62,46 49,28 52,93 47,45 49,88
55
55
Tabel Lampiran 8. Bobot Kering, Kandungan Hara K dan Serapan Hara K Brangkasan Tanaman Tomat Kandungan Hara Brangkasan Tanaman Tomat
Serapan Hara Brangkasan Tanaman Tomat
K
K
Bobot Kering Brangkasan Tanaman Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering brangkasan (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,14
4,03
4,36
755,55
735,48
795,70
762,24
2
F2
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,08
3,87
3,87
744,60
706,28
706,28
719,05
3
F3
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,09
3,86
3,75
746,43
704,45
684,38
711,75
4
F4
18250,00
18250,00
12166,67
16222,22
3,80
3,71
3,99
693,50
677,08
485,45
618,68
5
AT
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,15
4,06
3,77
757,38
740,95
688,03
728,78
6
KT
12166,67
18250,00
18250,00
16222,22
4,26
4,21
3,98
518,30
768,33
726,35
670,99
7
KS
12166,67
18250,00
18250,00
16222,22
4,12
4,31
3,98
501,27
786,58
726,35
671,40
8
AP
18250,00
18250,00
36500,00
24333,33
4,02
4,00
3,77
733,65
730,00
1376,05
946,57
9
KP
12166,67
36500,00
18250,00
22305,56
3,89
3,88
3,90
473,28
1416,20
711,75
867,08
10
K
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
3,98
3,83
3,95
726,35
698,98
720,88
715,40
56
Tabel Lampiran 9.Bobot Kering, Kandungan Hara N dan Serapan Hara N Akar Tanaman Tomat Kandungan Hara Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara Akar Tanaman Tomat
Bobot Kering Akar Tanaman Tomat No.
Perlakuan
N I
II
III
Rata-rata
bobot kering akar (mg)/tanaman
I
II
N III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,85
0,84
0,86
75,65
74,76
76,54
75,65
2
F2
8900,00
17800,00
17800,00
14833,33
0,83
0,84
0,95
73,87
149,52
169,10
130,83
3
F3
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,64
0,88
0,93
56,96
78,32
82,77
72,68
4
F4
8900,00
8900,00
5933,33
7911,11
0,77
0,81
0,97
68,53
72,09
57,55
66,06
5
AT
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,89
0,90
0,88
79,21
80,10
78,32
79,21
6
KT
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,89
0,91
0,74
52,81
80,99
65,86
66,55
7
KS
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,87
0,93
0,78
51,62
82,77
69,42
67,94
8
AP
8900,00
8900,00
17800,00
11866,67
0,81
0,90
0,88
72,09
80,10
156,64
102,94
9
KP
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,87
0,82
0,88
51,62
72,98
78,32
67,64
10
K
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,90
0,80
0,87
80,10
71,20
77,43
76,24
57
57
Tabel Lampiran 10. Bobot Kering, Kandungan Hara P dan Serapan Hara P Akar Tanaman Tomat Kandungan Hara Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara Akar Tanaman Tomat
P
P
Bobot Kering Akar Tanaman Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering akar (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,20
0,22
0,20
17,80
19,58
17,80
18,39
2
F2
8900,00
17800,00
17800,00
14833,33
0,20
0,23
0,22
17,80
40,94
39,16
32,63
3
F3
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,21
0,22
0,22
18,69
19,58
19,58
19,28
4
F4
8900,00
8900,00
5933,33
7911,11
0,20
0,20
0,23
17,80
17,80
13,65
16,42
5
AT
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,21
0,22
0,20
18,69
19,58
17,80
18,69
6
KT
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,22
0,22
0,21
13,05
19,58
18,69
17,11
7
KS
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,21
0,23
0,22
12,46
20,47
19,58
17,50
8
AP
8900,00
8900,00
17800,00
11866,67
0,21
0,21
0,22
18,69
18,69
39,16
25,51
9
KP
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,22
0,22
0,23
13,05
19,58
20,47
17,70
10
K
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,23
0,23
0,22
20,47
20,47
19,58
20,17
58
Tabel Lampiran 11. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta Serapan Hara K Akar Tanaman Tomat Kandungan Hara Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara Akar Tanaman Tomat
K
K
Bobot Kering Akar Tanaman Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering akar (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,24
2,53
2,30
199,36
225,17
204,70
209,74
2
F2
8900,00
17800,00
17800,00
14833,33
2,26
2,30
2,35
201,14
409,40
418,30
342,95
3
F3
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,19
2,33
2,29
194,91
207,37
203,81
202,03
4
F4
8900,00
8900,00
5933,33
7911,11
2,20
2,30
2,35
195,80
204,70
139,43
179,98
5
AT
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,41
2,35
2,30
214,49
209,15
204,70
209,45
6
KT
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
2,28
2,47
2,22
135,28
219,83
197,58
184,23
7
KS
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
2,27
2,55
2,53
134,69
226,95
225,17
195,60
8
AP
8900,00
8900,00
17800,00
11866,67
2,21
2,39
2,16
196,69
212,71
384,48
264,63
9
KP
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
2,44
2,12
2,30
144,77
188,68
204,70
179,38
10
K
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,67
2,19
2,24
237,63
194,91
199,36
210,63
59
59
Tabel Lampiran 12. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Tanaman Sayur Kailan Bobot Kering Tanaman Sayur Kailan No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perlakuan
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III bobot kering kailan (mg)/tanaman 6540,00 4360,00 3270,00 4360,00 4360,00 2180,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 4360,00 3270,00 6540,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 3270,00 4360,00 3270,00 3270,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 3270,00 3270,00 4360,00
Rata-rata 4723,33 3633,33 4360,00 3633,33 5086,67 3633,33 3633,33 6540,00 6540,00 3633,33
Bobot Kering Tanaman Sayur Kailan
No .
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III bobot kering kailan (mg)/tanaman 6540,00 4360,00 3270,00 4360,00 4360,00 2180,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 4360,00 3270,00 6540,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 3270,00 4360,00 3270,00 3270,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 3270,00 3270,00 4360,00
Rata-rata 4723,33 3633,33 4360,00 3633,33 5086,67 3633,33 3633,33 6540,00 6540,00 3633,33
Kandungan Hara Tanaman Sayur Kailan
Serapan Hara Tanaman Sayur Kailan
N I II III ………...……. % ……...……...… 2,30 1,35 1,71 1,82 1,69 2,09 1,85 2,20 1,78 2,69 1,81 1,65 2,30 2,40 1,83 1,87 1,90 1,75 1,70 3,23 1,91 2,89 2,19 2,67 2,29 2,02 2,36 1,16 1,10 1,77
N I II III Rata-rata …………. mg/tanaman ………..…… 150,42 58,86 55,92 88,40 79,35 73,68 45,56 66,20 80,66 95,92 77,61 84,73 87,96 78,92 53,96 73,61 150,42 104,64 79,79 111,62 81,53 62,13 57,23 66,96 74,12 105,62 62,46 80,73 189,01 143,23 174,62 168,95 149,77 132,11 154,34 145,41 50,34 37,87 35,97 77,17
Kandungan Hara Tanaman Sayur Kailan
Serapan Hara Tanaman Sayur Kailan
P I II III …………...……. % ……...……...… 0,40 0,43 0,49 0,42 0,37 0,49 0,34 0,44 0,47 0,41 0,42 0,36 0,53 0,30 0,42 0,47 0,49 0,43 0,45 0,41 0,28 0,47 0,48 0,69 0,57 0,42 0,51 0,45 0,26 0,33
P I II III Rata-rata ….………. mg/tanaman ………..…… 26,16 18,75 16,02 20,31 18,31 16,13 10,68 15,04 14,82 19,18 20,49 18,17 13,41 18,31 11,77 14,50 34,66 13,08 18,31 22,02 20,49 16,02 14,06 16,86 19,62 13,41 9,16 14,06 30,74 31,39 45,13 35,75 37,28 27,47 33,35 32,70 14,72 8,50 14,39 12,54
60
Tabel Lampiran 13. Bobot Kering, Kandungan Hara K dan Serapan Hara K Tanaman Sayur Kailan Kandungan Hara Tanaman Sayur Kailan
Serapan Hara Tanaman Sayur Kailan
K
K
Bobot Kering Tanaman Sayur Kailan No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering kailan (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
6540,00
4360,00
3270,00
4723,33
2,42
2,43
2,71
158,27
105,95
88,62
117,61
2
F2
4360,00
4360,00
2180,00
3633,33
2,30
2,29
2,22
100,28
99,84
48,40
82,84
3
F3
4360,00
4360,00
4360,00
4360,00
2,37
1,61
1,43
103,33
70,20
62,35
78,63
4
F4
3270,00
4360,00
3270,00
3633,33
1,33
1,37
1,38
43,49
59,73
45,13
49,45
5
AT
6540,00
4360,00
4360,00
5086,67
1,85
1,82
1,48
120,99
79,35
64,53
88,29
6
KT
4360,00
3270,00
3270,00
3633,33
1,89
1,86
1,19
82,40
60,82
38,91
60,71
7
KS
4360,00
3270,00
3270,00
3633,33
2,71
2,50
2,66
118,16
81,75
86,98
95,63
8
AP
6540,00
6540,00
6540,00
6540,00
2,36
2,02
2,69
154,34
132,11
175,93
154,13
9
KP
6540,00
6540,00
6540,00
6540,00
1,80
1,72
1,52
117,72
112,49
99,41
109,87
10
K
3270,00
3270,00
4360,00
3633,33
1,87
1,83
1,67
61,15
59,84
72,81
64,60
61 57
62 58
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Kandungan Hara Tanah Parameter
N Total Tanah (30HST)
Parameter P2O5 TersediaTanah (30HST) Parameter P Potensial Tanah (30HST) Parameter
K-dd Tanah (30HST)
Parameter K Potensial Tanah (30HST)
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,02427000
0,00269667
2,34
0,0594
Blok
2
0,00608000
0,00304000
2,64
0,0987
Galat
18
0,02072000
0,00115111
Total
29
0,05107000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
22229,20000
2469,91111
1,35
0,2796
Blok
2
8071,26667
4035,63333
2,21
0,1388
Galat
18
32901,40000
1827,85556
Total
29
63201,86667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
12413,50000
1379,27778
2,26
0,0674
Blok
2
5684,46667
2842,23333
4,66
0,0234
Galat
18
10986,20000
610,34444
Total
29
29084,16667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
9,81403000
1,09044778
1,15
0,3831
Blok
2
1,38038000
0,69019000
0,73
0,4979
Galat
18
17,13362000
17,13362000
Total
29
28,32803000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
7998,966667
888,774074
7,70
0,0001*
Blok
2
91,466667
45,733333
0,40
0,6787
Galat
18
2078,5333
115,47407
Total
29
10168,96667
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. > 0,05, maka H1 diterima Karena K potensial Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
63 58
Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tomat Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 21 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
1042,92800 143,62400 242,53600 1429,08800
115,880889 71,812000 13,474222
8,60 5,33
<0,0001* 0,0152
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 35 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
4188,752000 165,858667 669,208000 5023,818667
465,416889 82,929333 37,178222
12,52 2,23
<0,0001* 0,1363
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 49 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
6665,754667 68,338667 1359,901333 8093,994667
740,639407 34,169333 75,550074
9,80 0,45
<0,0001* 0,6432
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 63 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
7233,488000 621,194667 1159,392000 9014,074667
803,720889 310,597333 64,410667
12,48 4,82
<0,0001* 0,0210
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 77 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
8773,194667 486,824000 1702,26933 10962,28800
974,799407 243,412000 94,57052
10,31 2,57
<0,0001* 0,1040
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 91 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
8798,821333 97,010667 1141,52267 10037,35467
977,646815 48,505333 63,41793
15,42 0,76
<0,0001* 0,4799
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 105 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
8667,692000 476,354667 2708,79200 11852,83867
963,076889 238,177333 150,48844
6,40 1,58
0,0004* 0,2327
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima
* berbeda nyata pada taraf 5%
64
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kailan Derajat Jumlah Kuadrat Parameter Sumber bebas Kuadrat Tengah Tinggi Tanaman Kailan 2 MST
Parameter Tinggi Tanaman Kailan 4 MST
F
Sig.
Perlakuan
9
201,1466667 22,3496296 16,57 <0,0001*
Blok
2
2,0160000
1,0080000
Galat
18
24,2773333
1,3487407
Total
29
227,4400000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Perlakuan
9
312,4013333 34,7112593 12,10 <0,0001*
Blok
2
61,4960000
30,748000
Galat
18
51,6506667
2,869482
Total
29
425,5480000
Kuadrat Tengah
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
0,75
0,4878
F
Sig.
10,72
0,0009
65 58
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Produksi Buah Tomat dan Sayur Kailan Parameter Produksi Buah Tomat (kg/petak)
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan
9
Blok
2
25,099760
12,549880
Galat
18
213,810990
11,878388
Total
29
2095,491208
1856,580458 206,286718
F
Sig.
17,37
<0,0001*
1,06
0,3683
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
Parameter
Produksi Sayur Kailan (kg/petak)
Sumber
Derajat bebas
Perlakuan
9
Blok
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
31937536,67 3548615,19
15,82
<0,0001*
2
1696006,67
848003,33
3,78
0,0426
Galat
18
4038043,33
224335,74
Total
29
37,6715867
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Buah Tomat Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
34,62325345
3,84702816
0,92
0,5288
0,99
0,3905
Blok
2
8,28099963
4,14049981
Galat Total
17 28
70,79265040 113,69690340
4,16427360
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Serapan Hara P Buah Tomat
Perlakuan Blok Galat Total
9 3 17 29
0,00226667 0,00016241 0,00123759 0,00366667
0,00025185 0,00005414 0,00123759
3,46 0,74
0,0133* 0,5407
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Serapan Hara K Buah Tomat
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
0,13963000 0,00188667 0,06198000 0,20349667
0,01551444 0,00094333 0,00344333
4,51 0,27
0,0032* 0,7653
Serapan Hara N Buah Tomat
H0 Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima. * berbeda nyata pada taraf 5%
:
Parameter Serapan Hara N Brangkasan Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara P Brangkasan Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara K Brangkasan Tanaman Tomat
Sumber Perlakuan
66
Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Brangkasan Tanaman Tanaman Tomat Derajat bebas 9
Jumlah Kuadrat 0,10114667
Kuadrat Tengah 0,01123852
F 5,42
Sig. 0,0012*
0,49
0,6187
Blok
2
0,00204667
0,00102333
Galat Total
18 29
0,03735333 0,14054667
0,00207519
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan Blok
9 2
0,01032000 0,00020667
0,00114667 0,00010333
10,02 0,90
< 0,0001* 0,4230
Galat Total
18 29
0,00206000 0,01258667
0,00011444
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan Blok
9 2
1,88969667 0,02186000
0,20996630 0,01093000
8,05 0,42
< 0,0001* 0,6638
Galat Total
18 29
0,46927333 2,38083000
0,02607074
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima. * berbeda nyata pada taraf 5%
Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara N Akar Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara P Akar Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara K Akar Tanaman Tomat
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,00768333
0,00085370
2,73
0,0359*
Blok
2
0,00039167
0,00019583
0,63
0,5470
Galat
17
0,00532500
0,00031324
Total
28
0,01340000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,00041667
0,00004630
1,76
0,1468
Blok
2
0,00006000
0,00003000
1,14
0,3416
Galat
18
0,00047333
0,00002630
Total
29
0,00095000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,04148000
0,00460889
1,87
0,1233
Blok
2
0,00292667
0,00146333
0,59
0,5626
Galat
18
0,04434000
0,02050259
Total
29
0,08874667
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima. * berbeda nyata pada taraf 5%
67
Parameter
Tabel Lampiran 21. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K Tanaman Sayur Kailan
N
Parameter
P
Parameter
K
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,13347000
0,01483000
11,42
< 0,0001**
Blok
2
0,00268667
0,00134333
1,03
0,3757
Galat
18
0,02338000
0,00129889
Total
29
0,15953667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,00566667
0,00062963
4,40
0,0036**
Blok
2
0,00042667
0,00021333
1,49
0,2514
Galat
18
0,00257333
0,00014296
Total
29
0,00866667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,09240333
0,01026704
9,09
< 0,0001**
0,00037000
0,33
0,7248
Blok
2
0,00074000
Galat
18
0,02032667
Total
29
0,11347000
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima.
68
Parameter
* berbeda nyata pada taraf 5%
69
49
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983) Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah C (%) < 1,00 1,00 - 2,00 N (%) < 0,10 0,10 - 0,20 C/N <5 5 - 10 P2O5 HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10 - 15 K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 KTK (me/100g tanah) <5 5 - 16 Susunan kation Ca (me/100g tanah) Mg (me/100g tanah) K (me/100g tanah) Na (me/100g tanah) Kejenuhan Basa (%) pH H2O
Sangat Masam < 4,5
<2 < 0,4 < 0,1 < 0,1 < 20 Masam 4,5 - 5,5
2-5 0,4 - 1,0 0,1 - 0,2 0,1 - 0,3 20 - 35 Agak Masam 5,6 - 6,5
Sedang 2,01 - 3,00 0,21 - 0,50 11 - 15 21 - 40 15 - 25 21 - 40 17 - 24
Tinggi 3,01 - 5,00 0,51 - 0,75 16 - 25 41 - 60 26 - 35 41 - 60 25 - 40
Sangat Tinggi > 5,00 > 0, 75 > 25 > 60 > 35 > 60 > 40
6 - 10 1,1 - 2,0 0,3 - 0,5 0,4 - 0,7 36 - 50 Netral 6,6 - 7,5
11 - 20 2,1 - 8,0 0,6 - 1,0 0,8 - 1,0 51 - 70 Agak Alkalis 7,6 - 8,5
> 20 > 8,0 > 1,0 > 1,0 > 70 Alkalis > 8,5
49
49
Tabel Lampiran 2.Tinggi Tanaman Tomat 21, 35, 49, 56, 63, 77, 91 dan 105 HST Perlaku an
Tinggi Tanaman Tomat 21 HST I II III …………..(cm)…………..
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Perlakuan F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Tinggi Tanaman Tomat 35 HST I II III Ratarata …………..(cm)…………..
Ratarata
40,4 33,2 47,2 40,3 31,6 25,2 40,4 32,4 40,6 41,4 37,8 39,9 34,8 34,4 33,4 34,2 33,8 40,8 38,0 37,5 36,0 30,4 38,2 34,9 33,0 32,0 39,6 34,9 45,0 48,8 52,0 48,6 30,6 32,0 39,2 33,9 25,2 22,8 25,8 24,6 Tinggi Tanaman Tomat 77 HST I
II
III
…………..(cm)………….. 122,4 103,4 110,4 108,6 126,0 127,4 122,4 143,8 149,0 84,0
104,0 113,2 122,2 127,6 134,0 117,0 119,6 158,4 137,2 88,6
148,6 132,4 124,4 110,0 135,8 120,4 130,4 159,8 144,2 86,4
79,4 64,6 77,4 64,6 73,2 77,6 66,2 91,2 72,6 34,8
77,6 59,0 71,8 75,0 82,8 65,8 74,4 96,6 77,8 45,4
Rata-rata 125,0 116,3 119,0 115,4 131,9 121,6 124,1 154,0 143,5 86,3
87,8 77,6 70,0 62,8 77,4 72,2 78,8 95,0 81,4 56,0 I
Tinggi Tanaman Tomat 49 HST I II III Rata-rata …………..(cm)…………..
81,6 107,2 106,4 67,1 99,0 100,2 73,1 107,6 108,8 67,5 99,2 100,8 77,8 96,2 117,0 71,9 99,6 92,8 73,1 86,2 109,8 94,3 122,4 128,8 77,3 108,6 94,8 45,4 61,6 64,4 Tinggi Tanaman Tomat 91 HST II
III
…………..(cm)………….. 133,8 129,8 133,8 125,0 140,2 139,4 151,2 155,0 166,2 102,2
133,0 129,4 134,2 138,6 154,0 125,6 141,2 165,0 150,6 100,0
137,2 140,4 132,0 115,8 142,4 132,2 130,4 171,0 148,0 86,8
120,6 104,4 98,2 76,0 105,6 102,8 110,8 121,0 109,6 63,2
Rata-rata 134,7 133,2 133,3 126,5 145,5 132,4 140,9 163,7 154,9 96,3
Tinggi Tanaman Tomat 63 HST I II III Rata…………..(cm)…………. rata . 111,4 119,4 125,0 147,2 130,5 101,2 110,8 108,2 135,2 118,1 104,9 123,8 117,2 125,6 122,2 92,0 104,6 124,0 106,4 111,7 106,3 129,6 129,4 128,2 129,1 98,4 118,4 108,8 119,8 115,7 102,3 115,4 118,0 132,0 121,8 124,1 136,8 151,8 152,2 146,9 104,3 138,0 128,2 136,8 134,3 63,1 82,0 77,4 96,2 85,2 Tinggi Tanaman Tomat 105 HST I
II
III
…………..(cm)………….. 127,4 118,6 111,8 108,6 136,6 136,8 132,2 152,4 175,8 120,2
125,8 129,0 127,4 138,0 146,0 130,2 150,2 174,4 174,2 108,4
165,8 146,0 128,8 120,8 150,2 124,8 137,0 173,2 149,6 110,0
Ratarata 139,7 131,2 122,7 122,5 144,3 130,6 139,8 166,7 166,5 112,9
50
Tabel Lampiran 3. Tinggi Tanaman Kailan 21dan 35 HST Tinggi Tanaman Kailan 21 HST
I
II
Tinggi Tanaman Kailan 35 HST
III
Perlakuan
I
II
III
Rata-rata
Rata-rata
………… (cm) …………..
………… (cm) …………..
F1
19,4
17,2
16,0
17,5
24,8
27,8
28,0
26,9
F2
16,2
15,8
17,4
16,5
22,8
24,0
27,2
24,7
F3
15,4
16,2
19,4
17,0
21,6
27,2
27,0
25,3
F4
13,8
14,0
15,0
14,3
21,6
28,2
23,8
24,5
AT
20,0
18,8
20,6
19,8
25,6
29,4
30,4
28,5
KT
14,0
16,0
17,0
15,7
22,8
24,4
23,6
23,6
KS
15,4
15,6
15,0
15,3
24,8
26,2
22,4
24,5
AP
21,2
20,0
20,2
20,5
31,2
32,4
32,2
31,9
KP
17,6
18,8
18,6
18,3
26,0
30,2
26,0
27,4
K
11,8
11,2
10,4
11,1
15,4
20,6
21,0
19,0
51
51
Tabel Lampiran 4. Bobot Kering Buah, Brangkasan, Akar, dan Total Bobot Kering Tanaman Tomat Bobot Kering Buah Tomat No.
Bobot Kering Brangkasan Tomat
Total Bobot Kering Tanaman Tomat
Bobot Kering Akar Tomat
Perlakuan I
II
III
I
II
III
I
II
III
Buah
Brangkasan
Akar
……………………………….……………………................. mg/tanaman ………………………...……………………………….. 1
F1
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
2
F2
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
17800,00
17800,00
8635,00
18250,00
14833,33
3
F3
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
4
F4
8635,00
8635,00
5756,67
18250,00
18250,00
12166,67
8900,00
8900,00
5933,33
7675,56
16222,22
7911,11
5
AT
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
6
KT
5756,67
8635,00
8635,00
12166,67
18250,00
18250,00
5933,33
8900,00
8900,00
7675,56
16222,22
7911,11
7
KS
5756,67
8635,00
8635,00
12166,67
18250,00
18250,00
5933,33
8900,00
8900,00
7675,56
16222,22
7911,11
8
AP
8635,00
8635,00
17270,00
18250,00
18250,00
36500,00
8900,00
8900,00
17800,00
11513,33
24333,33
11866,67
9
KP
5756,67
17270,00
8635,00
12166,67
36500,00
18250,00
5933,33
8900,00
8900,00
10553,89
22305,56
7911,11
10
K
8635,00
8635,00
8635,00
18250,00
18250,00
18250,00
8900,00
8900,00
8900,00
8635,00
18250,00
8900,00
52
Tabel Lampiran 5. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Buah Tomat Bobot Kering Buah Tomat No.
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III Rata-rata ..…… bobot kering buah (mg)/tanaman ………. 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 7675,56 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 8635,00 8635,00 17270,00 11513,33 5756,67 17270,00 8635,00 10553,89 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 Bobot Kering Buah Tomat
No.
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III Rata-rata ……... bobot kering buah (mg)/tanaman …….. 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 7675,56 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 5756,67 8635,00 8635,00 7675,56 8635,00 8635,00 17270,00 11513,33 5756,67 17270,00 8635,00 10553,89 8635,00 8635,00 8635,00 8635,00
Kandungan Hara Buah Tomat N I II III Rata-rata ………...…………. % ………..………. 1,87 1,96 1,73 1,85 1,80 1,94 1,84 1,86 1,80 1,93 1,93 1,89 1,82 1,97 1,94 1,91 1,73 1,87 1,93 1,84 1,83 1,92 1,88 1,88 1,92 1,93 1,96 1,94 1,88 1,89 1,94 1,90 1,95 1,84 1,84 1,88 1,97 1,93 1,93 1,94 Kandungan Hara Buah Tomat P I II III Rata-rata …………...……. % ……...……...… 0,57 0,56 0,59 0,57 0,56 0,56 0,56 0,56 0,57 0,58 0,57 0,57 0,58 0,59 0,51 0,56 0,57 0,55 0,57 0,56 0,51 0,49 0,57 0,52 0,56 0,56 0,56 0,56 0,55 0,55 0,57 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,51 0,58 0,57 0,55
Serapan Hara Buah Tomat N I II III Rata-rata …………..… mg/tanaman …..………. 161,47 169,25 149,39 160,04 155,43 167,52 158,88 160,61 155,43 166,66 166,66 162,91 157,16 170,11 111,68 146,32 149,39 161,47 166,66 159,17 105,35 165,79 162,34 144,49 110,53 166,66 169,25 148,81 162,34 163,20 335,04 220,19 112,26 317,77 158,88 196,30 170,11 166,66 166,66 167,81 Serapan Hara Buah Tomat P I II III Rata-rata ….………. mg/tanaman ………..…… 49,22 48,36 50,95 49,51 48,36 48,36 48,36 48,36 49,22 50,08 49,22 49,51 50,08 50,95 29,36 43,46 49,22 47,49 49,22 48,64 29,36 42,31 49,22 40,30 32,24 48,36 48,36 42,98 47,49 47,49 98,44 64,47 32,24 96,71 48,36 59,10 47,78 44,04 50,08 49,22
53
53
Tabel Lampiran 6. Bobot Kering, Kandungan Hara K dan Serapan Hara K Buah Tomat Kandungan Hara Buah Tomat
Serapan Hara Buah Tomat
K
K
Bobot Kering Buah Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
……... bobot kering buah (mg)/tanaman ……..
I
II
III
I
………….... % …….……...…
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
4,15
4,36
4,13
358,35
376,49
356,63
363,82
2
F2
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
4,16
3,85
4,56
359,22
332,45
393,76
361,81
3
F3
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
3,94
4,52
4,55
340,22
390,30
392,89
374,47
4
F4
8635,00
8635,00
5756,67
7675,56
4,15
4,46
3,99
358,35
385,12
229,69
324,39
5
AT
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
4,42
4,06
4,16
381,67
350,58
359,22
363,82
6
KT
5756,67
8635,00
8635,00
7675,56
4,19
4,29
4,20
241,20
370,44
362,67
324,77
7
KS
5756,67
8635,00
8635,00
7675,56
4,10
4,39
4,29
236,02
379,08
370,44
328,51
8
AP
8635,00
8635,00
17270,00
11513,33
4,28
4,41
4,56
369,58
380,80
787,51
512,63
9
KP
5756,67
17270,00
8635,00
10553,89
4,46
4,24
3,84
256,75
732,25
331,58
440,19
10
K
8635,00
8635,00
8635,00
8635,00
3,97
4,53
3,92
342,81
391,17
338,49
357,49
54
Tabel Lampiran 7.Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Brangkasan Tanaman Tomat No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perlakuan
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Perlakuan
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
Bobot Kering Brangkasan Tanaman Tomat I II III bobot kering brangkasan (mg)/tanaman 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 36500,00 12166,67 36500,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00
Rata-rata 18250,00 18250,00 18250,00 16222,22 18250,00 16222,22 16222,22 24333,33 22305,56 18250,00
Bobot Kering Brangkasan Tanaman Tomat I II III Rata-rata bobot kering brangkasan (mg)/tanaman 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 16222,22 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00 12166,67 18250,00 18250,00 16222,22 12166,67 18250,00 18250,00 16222,22 18250,00 18250,00 36500,00 24333,33 12166,67 36500,00 18250,00 22305,56 18250,00 18250,00 18250,00 18250,00
Kandungan Hara Brangkasan Tanaman Tomat N I II III …………...……. % ……...……...… 1,02 0,92 0,95 0,91 1,08 0,94 0,94 0,89 0,96 0,95 0,80 0,96 0,90 0,93 0,83 0,88 0,87 0,85 0,89 0,88 0,87 0,93 0,92 0,79 1,08 0,80 0,77 1,10 0,85 0,92 Kandungan Hara Brangkasan Tanaman Tomat P I II III …………...……. % ……...……...… 0,32 0,26 0,28 0,31 0,26 0,28 0,33 0,27 0,28 0,30 0,26 0,28 0,28 0,26 0,27 0,27 0,25 0,27 0,29 0,27 0,26 0,28 0,30 0,26 0,28 0,29 0,26 0,27 0,29 0,26
Serapan Hara Brangkasan Tanaman Tomat N I II III Rata-rata ….………. mg/tanaman ………..…… 186,15 167,90 173,38 175,81 166,08 197,10 171,55 178,24 171,55 162,43 175,20 169,73 173,38 146,00 116,80 145,39 164,25 169,73 151,48 161,82 107,07 158,78 155,13 140,32 108,28 160,60 158,78 142,55 169,73 167,90 288,35 208,66 131,40 292,00 140,53 187,98 200,75 155,13 167,90 174,59 Serapan Hara Brangkasan Tanaman Tomat P I II III Rata-rata ……………. mg/tanaman ……….… 58,40 47,45 51,10 52,32 56,58 47,45 51,10 51,71 60,23 49,28 51,10 53,53 54,75 47,45 34,07 45,42 51,10 47,45 49,28 49,28 32,85 45,63 49,28 42,58 35,28 49,28 47,45 44,00 51,10 54,75 94,90 66,92 34,07 105,85 47,45 62,46 49,28 52,93 47,45 49,88
55
55
Tabel Lampiran 8. Bobot Kering, Kandungan Hara K dan Serapan Hara K Brangkasan Tanaman Tomat Kandungan Hara Brangkasan Tanaman Tomat
Serapan Hara Brangkasan Tanaman Tomat
K
K
Bobot Kering Brangkasan Tanaman Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering brangkasan (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,14
4,03
4,36
755,55
735,48
795,70
762,24
2
F2
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,08
3,87
3,87
744,60
706,28
706,28
719,05
3
F3
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,09
3,86
3,75
746,43
704,45
684,38
711,75
4
F4
18250,00
18250,00
12166,67
16222,22
3,80
3,71
3,99
693,50
677,08
485,45
618,68
5
AT
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
4,15
4,06
3,77
757,38
740,95
688,03
728,78
6
KT
12166,67
18250,00
18250,00
16222,22
4,26
4,21
3,98
518,30
768,33
726,35
670,99
7
KS
12166,67
18250,00
18250,00
16222,22
4,12
4,31
3,98
501,27
786,58
726,35
671,40
8
AP
18250,00
18250,00
36500,00
24333,33
4,02
4,00
3,77
733,65
730,00
1376,05
946,57
9
KP
12166,67
36500,00
18250,00
22305,56
3,89
3,88
3,90
473,28
1416,20
711,75
867,08
10
K
18250,00
18250,00
18250,00
18250,00
3,98
3,83
3,95
726,35
698,98
720,88
715,40
56
Tabel Lampiran 9.Bobot Kering, Kandungan Hara N dan Serapan Hara N Akar Tanaman Tomat Kandungan Hara Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara Akar Tanaman Tomat
Bobot Kering Akar Tanaman Tomat No.
Perlakuan
N I
II
III
Rata-rata
bobot kering akar (mg)/tanaman
I
II
N III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,85
0,84
0,86
75,65
74,76
76,54
75,65
2
F2
8900,00
17800,00
17800,00
14833,33
0,83
0,84
0,95
73,87
149,52
169,10
130,83
3
F3
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,64
0,88
0,93
56,96
78,32
82,77
72,68
4
F4
8900,00
8900,00
5933,33
7911,11
0,77
0,81
0,97
68,53
72,09
57,55
66,06
5
AT
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,89
0,90
0,88
79,21
80,10
78,32
79,21
6
KT
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,89
0,91
0,74
52,81
80,99
65,86
66,55
7
KS
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,87
0,93
0,78
51,62
82,77
69,42
67,94
8
AP
8900,00
8900,00
17800,00
11866,67
0,81
0,90
0,88
72,09
80,10
156,64
102,94
9
KP
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,87
0,82
0,88
51,62
72,98
78,32
67,64
10
K
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,90
0,80
0,87
80,10
71,20
77,43
76,24
57
57
Tabel Lampiran 10. Bobot Kering, Kandungan Hara P dan Serapan Hara P Akar Tanaman Tomat Kandungan Hara Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara Akar Tanaman Tomat
P
P
Bobot Kering Akar Tanaman Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering akar (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,20
0,22
0,20
17,80
19,58
17,80
18,39
2
F2
8900,00
17800,00
17800,00
14833,33
0,20
0,23
0,22
17,80
40,94
39,16
32,63
3
F3
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,21
0,22
0,22
18,69
19,58
19,58
19,28
4
F4
8900,00
8900,00
5933,33
7911,11
0,20
0,20
0,23
17,80
17,80
13,65
16,42
5
AT
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,21
0,22
0,20
18,69
19,58
17,80
18,69
6
KT
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,22
0,22
0,21
13,05
19,58
18,69
17,11
7
KS
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,21
0,23
0,22
12,46
20,47
19,58
17,50
8
AP
8900,00
8900,00
17800,00
11866,67
0,21
0,21
0,22
18,69
18,69
39,16
25,51
9
KP
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
0,22
0,22
0,23
13,05
19,58
20,47
17,70
10
K
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
0,23
0,23
0,22
20,47
20,47
19,58
20,17
58
Tabel Lampiran 11. Bobot Kering, Kandungan Hara K serta Serapan Hara K Akar Tanaman Tomat Kandungan Hara Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara Akar Tanaman Tomat
K
K
Bobot Kering Akar Tanaman Tomat No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering akar (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,24
2,53
2,30
199,36
225,17
204,70
209,74
2
F2
8900,00
17800,00
17800,00
14833,33
2,26
2,30
2,35
201,14
409,40
418,30
342,95
3
F3
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,19
2,33
2,29
194,91
207,37
203,81
202,03
4
F4
8900,00
8900,00
5933,33
7911,11
2,20
2,30
2,35
195,80
204,70
139,43
179,98
5
AT
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,41
2,35
2,30
214,49
209,15
204,70
209,45
6
KT
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
2,28
2,47
2,22
135,28
219,83
197,58
184,23
7
KS
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
2,27
2,55
2,53
134,69
226,95
225,17
195,60
8
AP
8900,00
8900,00
17800,00
11866,67
2,21
2,39
2,16
196,69
212,71
384,48
264,63
9
KP
5933,33
8900,00
8900,00
7911,11
2,44
2,12
2,30
144,77
188,68
204,70
179,38
10
K
8900,00
8900,00
8900,00
8900,00
2,67
2,19
2,24
237,63
194,91
199,36
210,63
59
59
Tabel Lampiran 12. Bobot Kering, Kandungan Hara N dan P serta Serapan Hara N dan P Tanaman Sayur Kailan Bobot Kering Tanaman Sayur Kailan No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perlakuan
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III bobot kering kailan (mg)/tanaman 6540,00 4360,00 3270,00 4360,00 4360,00 2180,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 4360,00 3270,00 6540,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 3270,00 4360,00 3270,00 3270,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 3270,00 3270,00 4360,00
Rata-rata 4723,33 3633,33 4360,00 3633,33 5086,67 3633,33 3633,33 6540,00 6540,00 3633,33
Bobot Kering Tanaman Sayur Kailan
No .
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F1 F2 F3 F4 AT KT KS AP KP K
I II III bobot kering kailan (mg)/tanaman 6540,00 4360,00 3270,00 4360,00 4360,00 2180,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 4360,00 3270,00 6540,00 4360,00 4360,00 4360,00 3270,00 3270,00 4360,00 3270,00 3270,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 6540,00 3270,00 3270,00 4360,00
Rata-rata 4723,33 3633,33 4360,00 3633,33 5086,67 3633,33 3633,33 6540,00 6540,00 3633,33
Kandungan Hara Tanaman Sayur Kailan
Serapan Hara Tanaman Sayur Kailan
N I II III ………...……. % ……...……...… 2,30 1,35 1,71 1,82 1,69 2,09 1,85 2,20 1,78 2,69 1,81 1,65 2,30 2,40 1,83 1,87 1,90 1,75 1,70 3,23 1,91 2,89 2,19 2,67 2,29 2,02 2,36 1,16 1,10 1,77
N I II III Rata-rata …………. mg/tanaman ………..…… 150,42 58,86 55,92 88,40 79,35 73,68 45,56 66,20 80,66 95,92 77,61 84,73 87,96 78,92 53,96 73,61 150,42 104,64 79,79 111,62 81,53 62,13 57,23 66,96 74,12 105,62 62,46 80,73 189,01 143,23 174,62 168,95 149,77 132,11 154,34 145,41 50,34 37,87 35,97 77,17
Kandungan Hara Tanaman Sayur Kailan
Serapan Hara Tanaman Sayur Kailan
P I II III …………...……. % ……...……...… 0,40 0,43 0,49 0,42 0,37 0,49 0,34 0,44 0,47 0,41 0,42 0,36 0,53 0,30 0,42 0,47 0,49 0,43 0,45 0,41 0,28 0,47 0,48 0,69 0,57 0,42 0,51 0,45 0,26 0,33
P I II III Rata-rata ….………. mg/tanaman ………..…… 26,16 18,75 16,02 20,31 18,31 16,13 10,68 15,04 14,82 19,18 20,49 18,17 13,41 18,31 11,77 14,50 34,66 13,08 18,31 22,02 20,49 16,02 14,06 16,86 19,62 13,41 9,16 14,06 30,74 31,39 45,13 35,75 37,28 27,47 33,35 32,70 14,72 8,50 14,39 12,54
60
Tabel Lampiran 13. Bobot Kering, Kandungan Hara K dan Serapan Hara K Tanaman Sayur Kailan Kandungan Hara Tanaman Sayur Kailan
Serapan Hara Tanaman Sayur Kailan
K
K
Bobot Kering Tanaman Sayur Kailan No.
Perlakuan I
II
III
Rata-rata
bobot kering kailan (mg)/tanaman
I
II
III
…………...……. % ……...……...…
I
II
III
Rata-rata
….………. mg/tanaman ………..……
1
F1
6540,00
4360,00
3270,00
4723,33
2,42
2,43
2,71
158,27
105,95
88,62
117,61
2
F2
4360,00
4360,00
2180,00
3633,33
2,30
2,29
2,22
100,28
99,84
48,40
82,84
3
F3
4360,00
4360,00
4360,00
4360,00
2,37
1,61
1,43
103,33
70,20
62,35
78,63
4
F4
3270,00
4360,00
3270,00
3633,33
1,33
1,37
1,38
43,49
59,73
45,13
49,45
5
AT
6540,00
4360,00
4360,00
5086,67
1,85
1,82
1,48
120,99
79,35
64,53
88,29
6
KT
4360,00
3270,00
3270,00
3633,33
1,89
1,86
1,19
82,40
60,82
38,91
60,71
7
KS
4360,00
3270,00
3270,00
3633,33
2,71
2,50
2,66
118,16
81,75
86,98
95,63
8
AP
6540,00
6540,00
6540,00
6540,00
2,36
2,02
2,69
154,34
132,11
175,93
154,13
9
KP
6540,00
6540,00
6540,00
6540,00
1,80
1,72
1,52
117,72
112,49
99,41
109,87
10
K
3270,00
3270,00
4360,00
3633,33
1,87
1,83
1,67
61,15
59,84
72,81
64,60
61 57
62 58
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Kandungan Hara Tanah Parameter
N Total Tanah (30HST)
Parameter P2O5 TersediaTanah (30HST) Parameter P Potensial Tanah (30HST) Parameter
K-dd Tanah (30HST)
Parameter K Potensial Tanah (30HST)
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,02427000
0,00269667
2,34
0,0594
Blok
2
0,00608000
0,00304000
2,64
0,0987
Galat
18
0,02072000
0,00115111
Total
29
0,05107000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
22229,20000
2469,91111
1,35
0,2796
Blok
2
8071,26667
4035,63333
2,21
0,1388
Galat
18
32901,40000
1827,85556
Total
29
63201,86667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
12413,50000
1379,27778
2,26
0,0674
Blok
2
5684,46667
2842,23333
4,66
0,0234
Galat
18
10986,20000
610,34444
Total
29
29084,16667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
9,81403000
1,09044778
1,15
0,3831
Blok
2
1,38038000
0,69019000
0,73
0,4979
Galat
18
17,13362000
17,13362000
Total
29
28,32803000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
7998,966667
888,774074
7,70
0,0001*
Blok
2
91,466667
45,733333
0,40
0,6787
Galat
18
2078,5333
115,47407
Total
29
10168,96667
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. > 0,05, maka H1 diterima Karena K potensial Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
63 58
Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Tomat Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 21 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
1042,92800 143,62400 242,53600 1429,08800
115,880889 71,812000 13,474222
8,60 5,33
<0,0001* 0,0152
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 35 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
4188,752000 165,858667 669,208000 5023,818667
465,416889 82,929333 37,178222
12,52 2,23
<0,0001* 0,1363
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 49 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
6665,754667 68,338667 1359,901333 8093,994667
740,639407 34,169333 75,550074
9,80 0,45
<0,0001* 0,6432
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 63 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
7233,488000 621,194667 1159,392000 9014,074667
803,720889 310,597333 64,410667
12,48 4,82
<0,0001* 0,0210
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 77 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
8773,194667 486,824000 1702,26933 10962,28800
974,799407 243,412000 94,57052
10,31 2,57
<0,0001* 0,1040
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 91 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
8798,821333 97,010667 1141,52267 10037,35467
977,646815 48,505333 63,41793
15,42 0,76
<0,0001* 0,4799
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Tinggi Tanaman Tomat 105 HST
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
8667,692000 476,354667 2708,79200 11852,83867
963,076889 238,177333 150,48844
6,40 1,58
0,0004* 0,2327
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima
* berbeda nyata pada taraf 5%
64
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kailan Derajat Jumlah Kuadrat Parameter Sumber bebas Kuadrat Tengah Tinggi Tanaman Kailan 2 MST
Parameter Tinggi Tanaman Kailan 4 MST
F
Sig.
Perlakuan
9
201,1466667 22,3496296 16,57 <0,0001*
Blok
2
2,0160000
1,0080000
Galat
18
24,2773333
1,3487407
Total
29
227,4400000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Perlakuan
9
312,4013333 34,7112593 12,10 <0,0001*
Blok
2
61,4960000
30,748000
Galat
18
51,6506667
2,869482
Total
29
425,5480000
Kuadrat Tengah
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
0,75
0,4878
F
Sig.
10,72
0,0009
65 58
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Produksi Buah Tomat dan Sayur Kailan Parameter Produksi Buah Tomat (kg/petak)
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan
9
Blok
2
25,099760
12,549880
Galat
18
213,810990
11,878388
Total
29
2095,491208
1856,580458 206,286718
F
Sig.
17,37
<0,0001*
1,06
0,3683
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
Parameter
Produksi Sayur Kailan (kg/petak)
Sumber
Derajat bebas
Perlakuan
9
Blok
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
31937536,67 3548615,19
15,82
<0,0001*
2
1696006,67
848003,33
3,78
0,0426
Galat
18
4038043,33
224335,74
Total
29
37,6715867
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima * berbeda nyata pada taraf 5%
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Buah Tomat Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
34,62325345
3,84702816
0,92
0,5288
0,99
0,3905
Blok
2
8,28099963
4,14049981
Galat Total
17 28
70,79265040 113,69690340
4,16427360
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Serapan Hara P Buah Tomat
Perlakuan Blok Galat Total
9 3 17 29
0,00226667 0,00016241 0,00123759 0,00366667
0,00025185 0,00005414 0,00123759
3,46 0,74
0,0133* 0,5407
Parameter
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Serapan Hara K Buah Tomat
Perlakuan Blok Galat Total
9 2 18 29
0,13963000 0,00188667 0,06198000 0,20349667
0,01551444 0,00094333 0,00344333
4,51 0,27
0,0032* 0,7653
Serapan Hara N Buah Tomat
H0 Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima. * berbeda nyata pada taraf 5%
:
Parameter Serapan Hara N Brangkasan Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara P Brangkasan Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara K Brangkasan Tanaman Tomat
Sumber Perlakuan
66
Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Brangkasan Tanaman Tanaman Tomat Derajat bebas 9
Jumlah Kuadrat 0,10114667
Kuadrat Tengah 0,01123852
F 5,42
Sig. 0,0012*
0,49
0,6187
Blok
2
0,00204667
0,00102333
Galat Total
18 29
0,03735333 0,14054667
0,00207519
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan Blok
9 2
0,01032000 0,00020667
0,00114667 0,00010333
10,02 0,90
< 0,0001* 0,4230
Galat Total
18 29
0,00206000 0,01258667
0,00011444
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan Blok
9 2
1,88969667 0,02186000
0,20996630 0,01093000
8,05 0,42
< 0,0001* 0,6638
Galat Total
18 29
0,46927333 2,38083000
0,02607074
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima. * berbeda nyata pada taraf 5%
Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K dalam Akar Tanaman Tomat
Serapan Hara N Akar Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara P Akar Tanaman Tomat
Parameter Serapan Hara K Akar Tanaman Tomat
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,00768333
0,00085370
2,73
0,0359*
Blok
2
0,00039167
0,00019583
0,63
0,5470
Galat
17
0,00532500
0,00031324
Total
28
0,01340000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,00041667
0,00004630
1,76
0,1468
Blok
2
0,00006000
0,00003000
1,14
0,3416
Galat
18
0,00047333
0,00002630
Total
29
0,00095000
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,04148000
0,00460889
1,87
0,1233
Blok
2
0,00292667
0,00146333
0,59
0,5626
Galat
18
0,04434000
0,02050259
Total
29
0,08874667
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima. * berbeda nyata pada taraf 5%
67
Parameter
Tabel Lampiran 21. Analisis Ragam Serapan N, P, dan K Tanaman Sayur Kailan
N
Parameter
P
Parameter
K
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,13347000
0,01483000
11,42
< 0,0001**
Blok
2
0,00268667
0,00134333
1,03
0,3757
Galat
18
0,02338000
0,00129889
Total
29
0,15953667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,00566667
0,00062963
4,40
0,0036**
Blok
2
0,00042667
0,00021333
1,49
0,2514
Galat
18
0,00257333
0,00014296
Total
29
0,00866667
Sumber
Derajat bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Perlakuan
9
0,09240333
0,01026704
9,09
< 0,0001**
0,00037000
0,33
0,7248
Blok
2
0,00074000
Galat
18
0,02032667
Total
29
0,11347000
H0 : Sig. ≤ 0,05 = ada beda nyata antar perlakuan H1 : Sig. > 0,05 = tidak ada beda nyata antar perlakuan Keputusan : Karena Sig. ≤ 0,05, maka H0 diterima.
68
Parameter
* berbeda nyata pada taraf 5%
69
70
Gambar Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan di Lapang
Bibit Tomat di Persemaian
Bibit Kailan di Persemaian
Kompos Tithonia
Kondisi Tanaman di Lapang (1)
Kondisi Tanaman di Lapang (2)
Kondisi Tanaman di Lapang (3)
71
Gambar Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan di Lapang
Tomat Siap Panen
Tomat Panen dalam Kontainer
Buah Tomat Masak
Kegiatan Panen