PENGARUH BEBERAPA PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN N SERTA P TANAMAN PETSAI (Brassica pekinensis) DAN BROKOLI (Brassica oleracea) PADA ANDISOL CISARUA
Oleh Dewi Fajrin Okta Puspita Sari A24103051
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
DEWI FAJRIN OKTA PUSPITA SARI. Pengaruh Beberapa Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Serapan N serta P Tanaman Petsai (Brassica pekinensis) dan Brokoli (Brassica oleracea) pada Andisol Cisarua (Di bawah bimbingan SUWARNO dan WIWIK HARTATIK). Seiring dengan peningkatan pendapatan, pendidikan, serta kepedulian terhadap
kesehatan
beberapa
kalangan
masyarakat
Indonesia
mulailah
berkembang pangsa pasar produk organik. Dengan demikian, permintaan suatu komoditi pertanian organik dalam jangka panjang mempunyai prospek pasar yang sangat baik. Pertanian organik menekankan pentingnya penggunaan bahan organik seperti kotoran ternak dan sisa tanaman (pupuk hijau) sebagai pengganti pupuk kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang (pukan) kambing, ayam, serta kompos Tithonia terhadap pertumbuhan serta serapan N dan P tanaman petsai dan brokoli yang ditanam secara tumpang sari pada Andisol di Cisarua. Percobaan ini merupakan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan, dan ditempatkan dalam rancangan acak kelompok. Perlakuan yang diberikan adalah
pukan kambing (25 t/ha),
pukan ayam (25 t/ha), pukan kambing (25 t/ha) + kompos Tithonia (3 t/ha), pukan ayam (25 t/ha) + kompos Tithonia (3 t/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk hijau pada Andisol di Cisarua dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pengaruh
pukan
ayam terhadap serapan
hara N dan P,
pertumbuhan, serta produksi tanaman brokoli dan petsai sedikit lebih baik daripada pukan kambing. Penggunaan kompos Tithonia tidak selalu memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Penambahan
kompos Tithonia
pada pukan ayam dan pukan kambing cenderung meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman brokoli, tetapi cenderung menurunkan produksi tanaman petsai. Hal ini diduga karena adanya senyawa yang bersifat racun (allelophaty) yang dikeluarkan oleh Tithonia diversifolia.
SUMMARY DEWI FAJRIN OKTA PUSPITA SARI. Effect of Various Organic Fertilizers on Growth and N and P Uptake of Petsai (Brassica pekinensis) and Broccoli (Brassica oleracea) on Andisol in Cisarua (Under Guidance of SUWARNO and WIWIK HARTATIK).
Together with increasing of income, education, and also knowledge of some Indonesian societies, the organic product market beginning to expand. As a result, development of some organic farming commodities in a long term have a very good market prospect. Organic farming emphasizes the important of using organic material such as animal manure and plant residue (green manure) for substituting chemical fertilizer. Purpose of this experiment was to evaluate effect of goat manure, chicken manure, and Tithonia compost on growth, nitrogen and phosporus uptake on yield of petsai and broccoli plants planted in intercropping on Andisol in Cisarua. The experiment was single factor experiment consisted of four treatments and three replications arranged in randomized complete block design. The treatments applied were: (1) goat manure (25t/ha); (2) chicken manure; (3) goat manure (25 t/ha) + Tithonia compost (3 t/ha); (4) chicken manure (25 t/ha) + Tithonia compost ( 3 /ha). The result of experiment indicated that animal and
green manures
improve chemical properties of Andisol in Cisarua. Chicken manure had little bit better effect on growth, N and P uptake as well as yield of petsai and broccoli than those of goat manure.
Application of Tithonia compost not always give possitive effect on growth and yield of plants. The addition of Tithonia compost to chicken manure and goat manure increased growth and yield of broccoli plant, but decreased petsai yield. It apparently associated with allelophaty compound produced by Tithonia diversifolia.
PENGARUH BEBERAPA PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN N SERTA P TANAMAN PETSAI (Brassica pekinensis) DAN BROKOLI (Brassica oleracea) PADA ANDISOL CISARUA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Dewi Fajrin Okta Puspita Sari A24103051
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi
:
PENGARUH BEBERAPA PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN N SERTA
P
TANAMAN
PETSAI
(Brassica
pekinensis) DAN BROKOLI (Brassica oleracea) PADA ANDISOL CISARUA Nama Mahasiswa
:
Dewi Fajrin Okta Puspita Sari
NRP
:
A24103051
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Suwarno, M.Sc NIP. xxxxxxx
Dr. Ir. Wiwik Hartatik, M.Si NIP. 080079850
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sampang pada tanggal 18 Oktober 1984 dari pasangan Edy Bambang Trianto, Sp dan Sukmawati. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis pernah menempuh pendidikan di SD Gunong Sekar I Sampang pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Setelah itu, pada tahun 1997 penulis melanjutkan ke SLTP Negeri I Sampang dan lulus pada tahun 2000, dan kemudian melanjutkan ke SMU Negeri I Sampang pada tahun 2000-2003. Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Tanah (sekarang Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta, IPB, penulis pernah menjadi ketua umum BPPMT Mahasiswa Ilmu Tanah tahun 2003-2004 (periode akhir dari BPPMT). Pada tahun 2004, penulis aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Departemen Kewirausahaan, serta aktif dalam kepanitiaan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah dan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
KATA PENGANTAR Pertanian organik yang mengalami perkembangan saat ini memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama dalam menyediakan unsur hara penting bagi tanaman. Namun, jumlah dan mutu pupuk organik yang disediakan seringkali menjadi faktor pembatas. Serangkaian percobaan lapang dan hasilnya dituangkan dalam skripsi ini yang berjudul ‘PENGARUH BEBERAPA PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN N SERTA P TANAMAN PETSAI (Brassica pekinensis) DAN BROKOLI (Brassica oleracea) PADA ANDISOL CISARUA’. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Suwarno MSc., pembimbing skripsi I dan kepada Dr. Ir. Wiwik Hartatik Msi., pembimbing skripsi II, atas saran, kritik, dan bimbingannya selama penelitian sampai proses penyelesaian skripsi ini. Kepada seluruh pegawai Permata Hati Farm, pegawai Balai Penelitian Tanah, dan pegawai Laboratorium Kimia Balai Penelitian Tanah Sindangbarang Bogor, atas bantuan dan bimbingannya sangat penulis hargai, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu. Akhirnya penulis masih menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, semoga hasil-hasil yang dituangkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya.
Bogor, Mei 2008
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............……………………………………………...
iv
DAFTAR GAMBAR ………….…………………………………………
vii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang …………….………………………………….
1
1.2. Tujuan ...................……………………………………………...
2
1.3. Hipotesis.......................................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………...
3
2.1. Sifat Umum Andisol ...……………………................................
3
2.2. Tanaman Petsai (Brassica pekinensis)
.....................................
4
2.3. Tanaman Brokoli (Brassica oleracea)........................................
5
2.4. Sumber Pupuk Organik
...........................................................
5
2.4.1. Pupuk Kandang .............................................................
6
2.4.2. Tithonia diversivolia ....................................................
6
2.5. Peranan Nitrogen bagi Tanaman ..............................................
7
2.6. Peranan Fosfor bagi Tanaman .................................................
8
2.7. Pertanian Organik
...................................................................
9
III. BAHAN DAN METODE ...................................................................
12
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................
12
3.2. Bahan dan Alat Penelitian .........................................................
12
3.3. Metode Penelitian .....................................................................
13
3.3.1. Pelaksanaan Penelitian ..................................................
13
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
16
4.1. Karakteristik Kimia Tanah Awal .............................................
16
4.2. Kadar Hara dalam Pupuk Organik .............................................
17
4.3. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Sifat Kimia Tanah .....................................................................................
18
4.3.1. Kemasaman Tanah (pH Tanah) .....................................
18
4.3.2. N total Tanah .......................................................... ..... .
19
4.3.3. Fosfor Tersedia ...............................................................
20
4.4. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman ....................................................................
21
4.4.1. Pertumbuhan dan Produksi Petsai ....................................
21
4.4.2. Pertumbuhan dan Produksi Brokoli
................................. 23
4.5. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar, Serapan Hara, dan Bobot Kering Tanaman ...........................................
24
4.5.1. Serapan Hara dan Bobot Kering Tanaman Petsai .........
24
4.5.2. Serapan Hara dan Bobot Kering Tanaman Brokoli ......
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
28
5.1. Kesimpulan .................................................................................
28
5.2. Saran .............................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29 LAMPIRAN ..................................................................................................
32
iii
DAFTAR TABEL No
Teks Halaman
1.
Lahan Pertanian Organik dan Kebun Organik di Kawasan Asia ................................................................................................................. 10
2.
Hasil Analisis Kimia Andisol Sebelum Perlakuan ............................
3.
Kadar Hara dalam Pupuk Organik …...................................................
4.
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap pH, Ntotal, dan P-tersedia .............................................................................. 19
5.
Jumlah Hara N dan P yang Disumbangkan Oleh Pupuk Organik ……
6.
Hasil Uji lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Petsai…………...……………… 22
7.
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Brokoli ……………………….. 23
8.
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering (BK) dan Serapan Hara N dan P Tanaman Petsai …………... 25
9.
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering (BK) dan Serapan Hara N dan P Tanaman Brokoli …………. 26
16 17
20
iv
Lampiran 1
Cara Pengomposan ................................................................................
33
2
Kriterian Berdasarkan Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah PPT (1980)... 34
3
Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap pH Tanah.. 35
4
Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap N-total ….
5
Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap P- 36 tersedia..
6
Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Petsai....................................................................................... 36
7
Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Kompos Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Brokoli........................................................................ 38
8
Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi Tanaman Brokoli..................................................................................... 40
35
9
Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi 40 Tanaman Petsai........................................................................................ 10 Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Brokoli......................................................................... 41 11 Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Petsai ……………...................................................... 41 12 Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman Brokoli........................................................................... 42 13 Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Brokoli........................................................................... 43 14 Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman 44 Petsai.............................................................................. 15 Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Petsai............................................................................... 45 16 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap pH Tanah………………………………………………………………….. 46 17 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap N-total Tanah…………………………………………………………………... 46
v
18 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Ptersedia Tanah........................................................................................ 46 19 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Petsai……………………………………………………… 47 20 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Brokoli………………………………………………. 48 21 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi Tanaman Brokoli...................................................................... 49 22 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi Tanaman Petsai........................................................................ 49 23 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman Brokoli……………………………………………... 50 24 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Brokoli……………………………………...... 50 25 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Brokoli......................................................................... 51 26 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman Petsai.......................................................................... 51 27 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Petsai................................................................. 52 28 Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Petsai........................................................................... 52 29 Dokumentasi Kegiatan di Lahan Permata Hati Farm ............................ 53
vi
DAFTAR GAMBAR No
Teks
Halaman
1.
Peta Areal Pertanian Organik di Asia ………………………………… 11
2.
Tata Letak Tanaman Tumpang Sari ......................................................
14
3.
Nilai pH Tanah Setelah Perlakuan Pupuk Organik …………………..
19
vii
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pertanian organik di Indonesia mulai diperkenalkan oleh beberapa petani
yang sudah mapan dan memahami keunggulan sistem pertanian organik tersebut. Seiring dengan peningkatan pendapatan, pendidikan, serta kepedulian terhadap kesehatan beberapa kalangan masyarakat Indonesia mulailah berkembang pangsa pasar produk organik. Dengan demikian, permintaan suatu komoditi pertanian organik dalam jangka panjang mempunyai prospek pasar yang sangat baik. Pertanian organik berdasarkan Standar Nasional Indonesia (2002), adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Syarat sistem budidaya pertanian organik adalah memilih lahan yang bebas agrokimia, menyediakan pupuk organik dan bukan pupuk kimia sintetis, benih yang bukan merupakan hasil rekayasa genetika, pengelolaan tanaman dengan rotasi, serta aplikasi pestisida nabati untuk perlindungan tanaman (IFOAM, 2005). Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama dalam menyediakan unsur hara penting bagi tanaman seperti unsur nitrogen, fosfor, dan kalium serta unsur mikro lainnya. Pemberian pupuk organik seperti kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau diketahui dapat meningkatkan kesuburan tanah dan hasil tanaman (Berek, et al., 1995 dalam Hermawan, 2002). Namun, jumlah dan mutu pupuk organik yang dapat disediakan seringkali menjadi faktor pembatas dalam penerapan teknologi ini. Oleh sebab itu, perlu
1
dicari sumber pupuk organik yang potensial dalam hal menyediakan unsur hara N dan P serta meningkatkan hasil sayuran organik. Salah satu sumber pupuk organik yang potensial dalam menyediakan unsur N dan P adalah kotoran ternak dan pupuk hijau. Fosfor merupakan unsur hara kedua yang penting bagi tanaman setelah nitrogen, namun pada tanah yang berkembang dari bahan vulkanik yang mengandung bahan mineral amorf seperti Andisol, ketersediaan unsur hara P untuk tanaman di dalam tanah rendah. Bahan-bahan amorf tersebut mempunyai area permukaan spesifik (specific surface area) yang sangat luas dan kandungan Al-nya sangat reaktif sehingga dapat memfiksasi fosfat dalam jumlah banyak (Prasetyo, 2005). Penggunaan bahan organik sebagai salah satu bahan amelioran dapat membantu meningkatkan ketersediaan P. Selain itu, bahan organik juga sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan kepada pupuk anorganik dan kapur (Sanchez dan Uehara, 1980; Easterwood dan Sartain, 1990 dalam Djuniwati, Hartono, dan Indriyati, 2003).
1.2.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pukan kambing,
pukan ayam, dan kompos Tithonia terhadap pertumbuhan dan serapan N serta P tanaman petsai dan brokoli secara tumpang sari dalam sistem budidaya organik pada Andisol di Cisarua.
1.3.
Hipotesis
2
Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan petsai dan brokoli serta mampu mensuplai unsur N dan P pada tanah Andisol Cisarua dengan sistem pertanian organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sifat Umum Andisol Andisol tergolong tanah muda yang terbentuk dari bahan volkan, seperti
abu volkan, tuff, dan lahar yang bersifat andesitik hingga basaltik. Penyebaran tanah ini di Indonesia hanya 5.4 juta ha atau sekitar 2.9% (Subagjo et al., 2004 dalam Prasetyo, 2005) dan biasanya banyak dijumpai di sekitar erupsi muda gunung berapi di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur (Prasetyo, 2005). Sifat kimia Andisol ditandai oleh reksi tanah agak masam sampai netral (pH 5,0 – 6,5). Kejenuhan basa sekitar 20 – 40 %, Kapasotas Tukar Kation (KTK) 20 - 30 me/100 g dan kandungan bahan organik pada lapisan atas 5 – 20 % (Dudal dan Soepraptoharjo, 1960). Soil Survey Staff (1990) menyatakan bahwa sifat fisik yang khas dari Andisol yaitu memiliki daya mengikat air yang tinggi, sangat gembur sehingga mudah diolah dan permeabilitasnya tinggi. Andisol yang berwarna gelap dan terasa licin merupakan kompleks bahan organik dan alofan. Andisol dicirikan oleh dua sifat khusus, yang pertama adalah warna tanah lapisan atas yang gelap sampai hitam yang disebabkan oleh tingginya kandungan bahan organik, dan yang kedua adalah sifat andik yang disebabkan oleh kandungan mineral amorf (non-kristalin) dari alofan, imogolit, atau senyawa komplek humus-Al. Andisol juga dicirikan oleh berat isi rendah, retensi air tinggi, kandungan Al dan Fe aktif tinggi dan retensi fosfat tinggi (Shoji et al., 1993
3
dalam Prasetyo, 2005). Kendala tanah Andisol adalah tingginya retensi fosfat, erosi, dan longsor (Prasetyo, 2005).
2.2.
Tanaman Petsai (Brassica pekinensis) Petsai termasuk dalam famili Cruciferae (Brassicaceae). Petsai dikenal
sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis), tetapi saat ini berkembang pesat di daerah tropis. Di Indonesia, petsai umumnya dibudidayakan di dataran tinggi lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (dpl), kondisi iklimnya sejuk dan lembab, serta kisaran suhu udara antara 150-250 C. Pada suhu di bawah 150 C, tanaman petsai akan cepat berbunga. Sebaliknya pada kondisi suhu diatas 250 C, tanaman petsai akan sulit membentuk krop atau krop yang terbentuk ukurannya kecil-kecil (Rukmana, 1994). Petsai dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah ditanam pada jenis tanah lempung berpasir, seperti tanah Andisol. Pada tanahtanah yang mengandung liat perlu pengelolaan lahan secara sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir, dan pupuk organik. Syarat tanah yang ideal untuk tanaman petsai adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tidak tergenang, tata udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH antara 6 - 7 (Rukmana, 1994). Petsai memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30 – 50 cm. Batang petsai pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Daunnya lebar dan berkerut-kerut serta membentuk krop bulat, bulat memanjang atau variasi bentuk lainnya yang umumnya padat. Cara panen petsai
4
adalah dengan memotong bagian batangnya di atas permukaan tanah dengan menggunakan pisau (Rukmana, 1994).
2.3.
Tanaman Brokoli (Brassica oleracea) Brokoli merupakan hasil dari dua kultivar toleran-panas (‘Green comet’
dan ‘southern comet’), diusahakan di daerah pegunungan atau sebagai pertanaman musim dingin (Williams dan Perengrine, 1991). Brokoli termasuk dalam famili Brassicaceae, genus Brassica, spesies Brassica oleracea (Rukmana, 1994). Tanaman brokoli tidak tahan terhadap suhu panas, oleh karenanya hanya cocok ditanam di dataran tinggi, di atas 700 meter dari permukaan laut. Suhu harian antara 180 – 200 C sangat sesuai untuk pertumbuhannya. Brokoli tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus dan bunganya mudah terserang oleh penyakit busuk yang bewarna bintik-bintik hitam (Erwinia carotovora). Syarat tumbuh brokoli adalah tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik (Ashari, 1995). Tanaman brokoli dipanen sebelum mekar, yaitu kropnya masih bewarna hijau. Apabila bunganya telah merekah, tangkai bunga majemuk memanjang dan keluarlah kuntum bunga seperti pada kol bunga, dan selanjutnya bunga mekar bewarna kuning (Rukmana, 1994). Cara panen brokoli adalah dengan memotong pangkal tangkal bunganya sebelum bunga mekar (Ashari, 1995).
2.4.
Sumber Pupuk Organik Pupuk organik terdiri dari berbagai macam kotoran ternak (kotoran sapi,
babi, ayam, dan lain-lain), hasil buangan dari hewan dan tanaman serta pupuk hijau. Pupuk organik mengandung berbagai macam hara tanaman yang sebagian
5
terdapat di dalam persenyawaan kimia yang sama seperti pada pupuk buatan (Rinsema, 1983).
2.4.1 Pupuk Kandang Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak atau hewan, urine, serta sisa-sisa makanan yang tidak dapat dihabiskan. Kebanyakan pupuk kandang berasal dari kuda, sapi, kerbau, babi, kambing atau domba (Sarief, 1986). Pupuk kandang dibagi dalam dua bentuk. Bentuk yang pertama adalah feces (tahi) atau kotoran dalam bentuk padat dan bentuk kedua adalah urine (kencing) atau kotoran dalam bentuk cairan (Rinsema, 1983). Menurut Sarief (1986), pupuk kandang mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan, antara lain: 1. Sebagai sumber hara nitrogen, fosfor, kalium, dan hara mikro yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 2. Meningkatkan daya menahan air. 3. Banyak mengandung organisme yang berfungsi untuk menghancurkan bahan organik tanah hingga berubah menjadi humus. Jumlah dan kadar hara dalam pupuk kandang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: (1) macam ternak; (2) umur dan keadaan hewan; (3) sifat dan jumlah amparan; dan (4) cara mengurus dan menyimpan pupuk sebelum dipakai (Soepardi, 1983).
2.4.2 Tithonia diversifolia
6
Tithonia diversifolia adalah gulma tergolong famili Asteraceae yang tumbuh baik di dekat saluran air, tebing sungai, dan pinggir jalan. Tithonia tumbuh dengan tinggi 1- 3 meter, bunga bewarna kuning, dan produksi biomassa daun cukup banyak serta tahan kekeringan (Hartatik, Setyorini, dan Widati, 2006). Kandungan hara Tithonia diversifolia cukup tinggi, yaitu 1.35 % N; 0.93 % P; 1.27 % K, 1.98 % Ca; dan 0.54 % Mg (Hartatik, et al., 2005). Ciri dan sifat Tithonia meliputi akar tunggang yang dalam, batang lembut dengan anatomi menyerupai legum, bercabang banyak, terinfeksi mikoriza, berasosiasi dengan Azotobacter, dan berdaun sukulen, sehingga menghasilkan bahan organik yang banyak dan mudah lapuk. Menurut Arfiani (2007), Tithonia adalah gulma yang dapat tumbuh baik di sembarang jenis tanah, mengandung unsur hara terutama unsur NPK. Tithonia dapat dibudidayakan dengan stek batang atau biji
2.5.
Peranan Nitrogen bagi Tanaman Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab
merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat, dan dengan demikian merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan (Sarief, 1986). Jumlah nitrogen dalam tanah sedikit, sedangkan yang diangkut tanaman tiap tahunnya sangat banyak. Pada saat tertentu N sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase, pada saat lain hilang menguap atau di waktu lain sama sekali tidak tersedia bagi tanaman. Umumnya nitrogen diambil oleh tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3- (Soepardi, 1983). Peranan utama N bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, N pun
7
berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2006). Tanaman yang kahat N, tumbuh kerdil dan sistem perakarannya terbatas. Daun menjadi kuning atau hijau kekuning-kuningan dan cenderung cepat rontok. Sebaliknya, kerugian yang disebabkan pemberian N berlebihan adalah: (1) memperlambat pematangan dengan memperpanjang pertumbuhan vegetatif yang tetap hijau walaupun masa masak sudah waktunya; (2) menyebabkan tanaman mudah rebah; (3) menurunkan kualitas; serta (4) dalam beberapa hal dapat melemahkan tanaman terhadap serangan penyakit dan hama (Soepardi, 1983).
2.6.
Peranan Fosfor bagi Tanaman Fosfor merupakan unsur hara kedua yang penting bagi tanaman setelah
nitrogen. Dalam bidang pertanian, fosfor seringkali merupakan faktor pembatas karena ketersediaannya yang rendah. Rendahnya ketersediaan P pada tanah masam karena adanya fiksasi P oleh ion-ion Al, Fe, oksida/hidroksida Al dan Fe serta mineral liat silikat. Rendahnya ketersediaan P juga terjadi pada tanah-tanah yang berkembang dari bahan vulkanik yang mengandung liat amorf seperti Andisol (Djuniwati, Hartono, dan Indriyati, 2003). Secara umum, fosfor di dalam tanah digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu bentuk anorganik dan bentuk organik (Jackson, 1958 dalam Sarief, 1986). Tanaman memerlukan P pada semua tingkat pertumbuhan terutama pada awal pertumbuhan. Fosfor umumnya diserap tanaman sebagai orto fosfat primer (H2PO4-) atau sekunder (HPO42-). Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain
8
itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernafasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah (Lingga dan Marsono, 2006). Gejala kekurangan fosfor pada tanaman mulai tampak pada daun tua, sebab fosfor akan bergerak dari daun tua ke pucuk untuk menyuplai fosfor pada titik-titik tumbuh. Di samping tanaman kerdil dan produksi yang rendah, daun tanaman yang kekurangan fosfor bewarna hijau tua dan pada tanaman tertentu menunjukkan warna keunguan (Ismunadji, Partohardjono, dan Syarifuddin, 1991).
2.7.
Pertanian Organik Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang
holistik dan terpadu dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan (Deptan, 2000 dalam Husnain dan Syahbuddin, 2005). Menurut IFOAM
(International Federation of Organik
Agriculture Movements) (2005), pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan lahan: (1) lahan pertanian yang baru dibuka atau (2) lahan pertanian intensif yang dikonversi untuk lahan pertanian organik (Husnain dan Syahbuddin, 2005). Luasan lahan pertanian organik di Asia dapat dilihat pada Tabel 1 dan sebaran lahan pertanian organik di Asia dapat dilihat pada Gambar 1.
9
Tabel 1. Lahan Pertanian Organik dan Kebun Organik di Kawasan Asia (SOELSurvey, 2004)
283
Lahan yang dikelola secara Organik (ha) 23 040
Persentase Areal Pertanian 0.2
2002
100
177 700
-
India
2002
5 147
97 030
0.03
Indonesia
2001
45 000
40 000
0.09
Japan
1999
-
5 093
0.09
Rep. Of Korea
1998
1 237
902
0.05
Nepal
2001
26
45
0.001
Pakistan
2001
405
2 009
0.06
Philipiness
2000
500
2 000
0.02
Sri Langka
2001
3 301
15 215
0.65
Thailand
2002
1 154
3 993
0.02
Vietnam
2002
1 022
6 475
0.06
Negara
Tahun
Pertanian Organik
Azerbeijan
2002
Bangladesh
10
Gambar 1. Areal Pertanian Organik di Asia (Sumber: SOEL-Survey, 2004)
Di Indonesia luas lahan yang dikelola secara organik berkisar 40.000 ha. Luasan lahan organik di Indonesia ini termasuk di dalamnya lahan pertanian alami seperti kebun campuran dan sebagainya. Untuk kawasan Asia, Indonesia memiliki potensi besar dengan terdapatnya sekitar 45.000 kebun organik (SOEL-Survey, 2004) sebagaimana terdapat dalam Tabel 1.
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2007,
dilakukan di lahan Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor, dari bulan Maret sampai Agustus 2007.
3.2.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit lahan dari
Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yang diusahakan secara organik selama 8 tahun sehingga belum terkontaminasi pupuk anorganik dan pesrisida kimia, bahan-bahan kimia untuk analisis, pukan ayam dan pukan kambing yang telah dimatangkan, abu sekam, kompos Thitonia, bibit petsai, dan bibit brokoli serta pestisida hayati untuk perawatan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Alat-alat yang digunakan adalah botol kocok, mesin pengocok, saringan, pH meter, oven, spektrofotometer, kertas saring, sentrifuse, tabung destruksi, labu ukur,neraca analitik, timbangan, ayakan, dan berbagai alat analisis yang digunakan di laboratorium.
12
3.3.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari 4
perlakuan dan 3 kali ulangan yang ditempatkan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang diberikan adalah: (a) pukan kambing (25 ton/ha), (b) pukan ayam (25 ton/ha), (c) pukan kambing (25 ton/ha) + kompos Tithonia (3 ton/ha), (d) pukan ayam (25 ton/ha) + kompos Tithonia (3 ton/ha). Model matematika rancangan tersebut adalah: Yijk = μ + Ti + Pj + Eij Keterangan: Yijk = Pengaruh serapan hara pada tanaman dan produksi sayuran petsai dan brokoli akibat pengaruh T ke-i dan P ke-j μ
= Nilai tengah umun
Ti
= Pengaruh kelompok ke-i (1, 2, 3)
Pj
= Pengaruh perlakuan ke-j (1, 2, 3, 4)
Eij = Galat
3.3.1. Pelaksanaan penelitian Lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan yang telah diusahakan untuk pertanian organik selama 8 tahun. Untuk meningkatkan kesuburan tanah, dilakukan rotasi dengan penanaman legum Mucuna sp sebagai penutup tanah setelah dua pertanaman sayur. Sebanyak 12 bedengan dengan ukuran 2.4 x 7 meter ditanami Mucuna sp dengan jarak tanam 25 x 25 cm sampai berumur dua bulan. Setelah dua bulan, Mucuna sp dipanen, dipotong-potong kemudian dibenamkan ± 20 cm secara merata dan dicampur/diaduk dengan tanah dalam setiap bedengan selama sebulan. Setelah legum Mucuna sp melapuk di
13
dalam tanah (sebulan), bedengan dibiarkan selama dua minggu. Setelah 2 minggu, masing-masing bedengan diberi perlakuan pupuk organik (yang telah dicampur dengan abu sekam dosis 300 kg/ha) sesuai dengan perlakuan dan dibiarkan selama tiga hari. Sebelum tanam, benih petsai dan brokoli disemaikan dulu di tempat penyemaian selama lima hari. Media yang digunakan adalah campuran tanah dan pukan ayam dengan perbandingan 1 : 2. Setelah lima hari, benih brokoli dan petsai dipindahkan ketempat pembibitan yang terbuat dari daun pisang dengan media yang sama selama 10 hari. Selanjutnya, bibit brokoli dan petsai dipindahkan ke bedeng percobaan yang telah dipupuk sesuai dengan perlakuan. Brokoli dan petsai ditanam secara tumpang sari sesuai Gambar 2.
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣ ■■■■■■■■■■■■■■■■■ ♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ 2.4m ♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣ ■■■■■■■■■■■■■■■■■ ♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
Keterangan: ♣ : Brokoli (jarak tanam 60 x 40 cm) ■ : Petsai (jarak tanam 60 x 20 cm)
7m Gambar 2. Tata Letak Tanaman Tumpang Sari Satu bulan setelah tanam, diambil contoh tanah komposit dari 5 sub contoh tanah yang diambil secara diagonal pada kedalaman 0 - 20 cm. Contoh tanah komposit dikeringanginkan, dihaluskan, dan disimpan dalam kantong plastik berlabel untuk dilakukan analisis kimia Selama masa pertumbuhan, dilakukan pemeliharaan pada semua perlakuan untuk mencegah hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman meliputi (1)
14
pencegahan serangan hama dan penyakit, antara lain secara fisik dengan menangkap langsung hama, membuang bagian tanaman yang terkena penyakit, menyemprotkan pestisida hayati yang dilakukan pada saat sore hari pada tanaman umur 2, 4, dan 5 MST, serta menanam tanaman perangkap hama seperti kemangi, kenikir dan teprosia di sekitar bedengan; (2) penyiraman, dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dengan air yang berasal dari mata air di lokasi penelitian yang bebas kontaminasi; (3) menjaga kebersihan lokasi kebun. Pengamatan pertumbuhan (tinggi tanaman) dilakukan setiap dua minggu sekali pada lima contoh tanaman yang dipilih secara acak di setiap bedeng. Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman untuk petsai dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST dan brokoli dilakukan pada 2, 4, 6, 8 MST. Pada umur 50 hari, tanaman petsai dipanen, sedangkan tanaman brokoli dipanen pada umur 80 hari. Tanaman petsai dan brokoli yang telah dipanen, dibersihkan, dan ditimbang bobot basahnya untuk mendapatkan produksi per bedeng kemudian diambil 1 - 2 contoh tanaman per bedeng untuk analisis serapan hara N dan P. Bagian tanaman yang digunakan untuk analisis serapan hara adalah daun, batang, dan akar yang dibersihkan dengan air bersih. Setelah itu, dicacah dan dikeringkan dengan oven pada suhu 700C selama 24 jam, kemudian digiling halus, lalu dianalisis kadar N dengan metode Kjeldahl, dan P dengan metode pengabuan basah. Data dari semua parameter dianalisis secara statistik dengan analisis ragam pada taraf α = 5%. Jika hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Karakteristik Kimia Sebelum Perlakuan Penelitian ini merupakan percobaan lanjutan dari suatu rangkaian
penelitian sehingga analisis sifat kimia tanah awal telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Hasil analisis kimia tanah sebelum perlakuan disajikan pada tabel berikut. Tabel 2. Hasil Analisis Kimia Andisol Sebelum Perlakuan Parameter pH H2O (1:2,5) C-organik (%) (Walkley and Black) N total (%) (kjeldahl) P Bray (ppm P) C/N (%) Basa-basa : K (me/100g) (N NH4OAc pH 7.0) Na (me/100g) (N NH4OAc pH 7.0) Mg (me/100g) (N NH4OAc pH 7.0) Ca (me/100g) (N NH4OAc pH 7.0) KTK (me/100g) KB(%) Al(me/100g) (N KCl) H(me/100g) (N KCl) Unsur-unsur mikro : Fe (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Mn (ppm)
Hasil Analisis 6.17 3.77 0.52 27.25 7.33
Kriteria* Agak masam Tinggi Tinggi Sangat tinggi Rendah
1.52 0.05 1.36 7.61 28.34 37.00 -
Sangat tinggi Sangat rendah Sedang Sedang Tinggi Rendah
19.92 3.92 3.33 36.50
*kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah PPT (1980) dalam Sulaeman, Suparto, dan Eviati (2005)
Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa Andisol mempunyai sifat kimia dengan pH agak masam yaitu 6.17, kandungan C-organik tinggi (3.77%), N-total tinggi (0.52%), kandungan P-tersedia sangat tinggi (27.25 ppm), kapasitas tukar kation (KTK) tinggi (28.34 me/100g), kandungan Ca dan Mg dapat ditukar
16
tergolong sedang, yaitu sebesar 7.61 dan 1.36 me/100g. Kandungan Kdd dan Nadd masing-masing tergolong sangat tinggi dan sangat rendah yaitu 1.52 dan 0.05 me/100g. Data tersebut menunjukkan bahwa Andisol di Lahan Permata Hati Farm berasal dari bahan induk yang mempunyai tekstur lempung liat berpasir dengan reaksi agak masam dan kandungan basa-basa antara sangat rendah hingga sangat tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Andisol di Permata Hati Farm memenuhi syarat tumbuh tanaman sayur-sayuran yang mampu menyediakan hara yang diperlukan tanaman sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman sayuran.
4.2.
Kadar Hara dalam Pupuk Organik
Tabel 3. Kadar Hara dalam Pupuk Organik
KA 1050C
pH H2O (1:2.5)
C/N
Sifat-Sifat Kimia C N P
K
Ca
Mg
.................................... % ................................. Pukan Ayam* 4.60
7.70
20.40
38
1.86
1.85
2.03
1.34
0.39
0.92
1.58
1.10
0.39
1.30
1.82
1.35
0.41
Pukan Kambing 23.00
8.70
19.30
23
1.19
Kompos Tithonia 6.30
7.30
16.02
23.40
1.46
Keterangan *: media pukan ayam bercampur dengan sekam padi
Hasil analisis kadar hara dalam pupuk organik disajikan dalam Tabel 3. Kandungan C organik untuk pukan ayam, pukan kambing, dan kompos Tithonia berturut-turut yaitu 38%, 23%, dan 23.4%. Hal ini sudah memenuhi kriteria
17
persyaratan pupuk organik yaitu minimal C organik 12% (Hartatik, Setyorini, dan Widati, 2006). Nilai C/N rasio untuk pukan ayam, pukan kambing, dan kompos Tithonia juga sudah memenuhi kriteria, masing-masing yaitu 20.4, 19.3, dan 16.02. Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2006), rasio C/N yang sudah matang berkisar 10 – 25. Kadar N, P, dan K pada pupuk organik berturut-turut pukan ayam>kompos Thitonia>pukan kambing (Tabel 3). Pemanfaatan Tithonia diversifolia sebagai pupuk hijau dalam penelitian ini didasarkan karena Tithonia diversifolia banyak dijumpai di lokasi penelitian, sehingga merupakan bahan organik insitu yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai kandungan N, P, dan K yang lebih tinggi daripada pukan kambing. Perlakuan kombinasi pupuk kandang dan kompos Tithonia diharapkan dapat menyediakan hara yang lebih lengkap.
4.3.
Pemberian pupuk Organik terhadap pH Tanah, N-total, tersedia
dan P-
4.3.1 Kemasaman Tanah (pH Tanah) Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 16), perlakuan setelah pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH tanah. Sebaliknya, Tabel 4 menunjukkan nilai pH tanah setelah perlakuan pupuk organik cenderung menurun jika dibandingkan dengan nilai pH tanah sebelum perlakuan. Adanya kecenderungan penurunan pH pada tanah setelah perlakuan pupuk organik dikarenakan terjadi dekomposisi bahan organik yang mengeluarkan senyawa asam organik (Hartatik, Setyorini, dan Widati, 2006). Nilai pH tanah pada semua perlakuan pupuk organik tidak berbeda nyata. Gambar 3 menunjukkan, bahwa nilai pH tanah yang diberi perlakuan pukan
18
kambing + kompos Tithonia cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pupuk organik lainnya.
7
Nilai pH H2O
6 5 4 3 2 1 0 K
A
KT
AT
Perlakuan
Gambar 3. Nilai pH Tanah Setelah Perlakuan Pupuk Organik Tabel 4. Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap pH Tanah, N-total, dan P-tersedia Perlakuan
pH H2O
N-total
P-tersedia
...... (%) .....
..... ppm .....
Pukan kambing
5.87
0.41
9.17a
Pukan ayam
6.00
0.47
37.26b
Pukan kambing + kompos Tithonia
6.03
0.39
11.06a
Pukan ayam + kompos Tithonia
6.00
0.44
43.3b
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf α=5%
4.3.2. N total Tanah Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 17), seluruh perlakuan setelah pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata terahadap N-total
19
tanah. Nilai N-total tanah setelah perlakuan pupuk organik
cenderung lebih
rendah jika dibandingkan dengan nilai N-total tanah sebelum perlakuan. Hal ini diduga N-total tanah setelah perlakuan hilang karena proses pencucian, terangkut panen dan volatilisasi (Soepardi, 1983). Nilai N-total pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing dan perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Selanjutnya, nilai N-total tanah pada perlakuan pukan kambing cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia. Umumnya, nilai Ntotal pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih baik dibanding pukan kambing. Keadaan ini sejalan dengan jumlah hara N yang dapat disumbangkan oleh pukan ayam. Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah hara N yang dapat disumbangkan oleh pukan ayam lebih besar yaitu 444 kg/ha daripada pukan kambing (242 kg/ha) dan kompos Tithonia (41 kg/ha). Tabel 5. Jumlah Hara N dan P yang Disumbangkan Oleh Pupuk Organik Jenis Pupuk Organik
N
P
.......................................(kg/ha)................................... Pukan Ayam
444
442
Pukan Kambing
242
187
Kompos Tithonia
41
37
4.3.3. Fosfor Tersedia Kandungan P-tersedia pada tanah setelah perlakuan pupuk organik (Tabel 4) cenderung menurun dibanding sebelum perlakuan. Hal ini diduga karena adanya kandungan mineral amorf yang dapat memfiksasi P. Menurut Prasetyo, (2005), bahan-bahan amorf mempunyai area permukaan spesifik (specific surface
20
area) yang sangat luas dan kandungan Al-nya sangat reaktif sehingga dapat memfiksasi fosfat dalam jumlah banyak. Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 18), perlakuan berpengaruh nyata terhadap P-tersedia. Kandungan P-tersedia pada perlakuan pukan ayam nyata lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing dan cendrung lebih rendah daripada perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Selanjutnya, kandungan P-tersedia pada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing. Tampak dari hasil penelitian ini, nilai P-tersedia tertinggi diperoleh dari perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Hal ini sejalan dengan jumlah hara yang disumbangkan oleh pukan ayam dan kompos Tithonia (Tabel 5).
4.4.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
4.4.1. Pertumbuhan dan Produksi Petsai Tinggi tanaman petsai diukur mulai dari batang di permukaan tanah hingga helai daun paling tinggi. Berdasarkan analisis ragam (Tabel Lampiran 19), perlakuan pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi petsai pada umur 2 dan 4 MST, namun pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap tinggi petsai 6 MST tidak nyata. Hasil uji lanjut (Tabel 6) menunjukkan bahwa nilai tertinggi tanaman petsai pada umur 2 dan 4 MST dicapai oleh perlakuan pukan ayam, diikuti perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia, pukan kambing + kompos Tithonia, dan pukan kambing. Hal ini menunjukkan bahwa pada minggu kedua dan keempat, tanaman petsai mulai intensif mengambil unsur hara dan pada
21
minggu keenam sudah tidak tampak lagi pengaruh nyata perlakuan pupuk organik terhadap tinggi petsai. Tabel 6. Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Petsai Perlakuan
Produksi
Tinggi Tanaman Umur (MST) 2 4 6
….ton/ha…
..........................cm……………
Pukan Kambing
11.1
14.1a
23.8a
34.0
Pukan Ayam
13.8
22.4d
34.9c
38.1
Pukan Kambing + kompos Tithonia
9.0
16.7b
28.1ab
34.9
13.1
18.9c
31.9bc
38.9
Pukan Ayam + kompos Tithonia
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf α=5%
Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 22) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap produksi petsai. Produksi petsai berkisar 9.0 - 13.8 ton/ha. Berdasarkan Tabel 6, produksi petsai pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing dan perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Selanjutnya, produksi petsai pada perlakuan pukan kambing cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia. Tampak dari hasil penelitian ini bahwa pengaruh perlakuan pukan ayam pada pertumbuhan dan produksi petsai umumnya lebih baik daripada pukan kambing. Hal ini diduga jumlah hara yang disumbangkan oleh pukan ayam lebih tinggi (Tabel 5). Penambahan kompos Tithonia pada pukan ayam maupun pukan kambing kurang efektif dalam meningkatkan produksi petsai dan cenderung
22
menurunkan produksi petsai. Hal ini diduga karena Tithonia diversifolia mengeluarkan senyawa beracun (allelophaty) sehingga pertumbuhan petsai terhambat dan produksi menurun.
4.4.2. Pertumbuhan dan Produksi Brokoli Sama halnya dengan tinggi petsai, hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 20) menunjukkan bahwa seluruh perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi brokoli umur 2 dan 4 MST, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi brokoli umur 6 dan 8 MST. Tabel 7 menunjukkan, bahwa nilai tertinggi tanaman brokoli umur 2 dan 4 MST dicapai oleh perlakuan pukan ayam, kemudian diikuti perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia, pukan kambing + kompos Tithonia, dan pukan kambing. Hal ini menunjukan bahwa pada minggu kedua dan keempat, brokoli mulai intensif mengambil unsur hara dan pada minggu keenam dan kedelapan sudah tidak tampak lagi pengaruh nyata perlakuan pupuk organik terhadap tinggi brokoli. Tabel 7. Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Brokoli Perlakuan
Produksi .....ton/ha.....
Pukan Kambing
5.1
Pukan Ayam 6.3 Pukan Kambing + kompos Tithonia Pukan Ayam + kompos Titonia
5.3 6.7
Tinggi Tanaman Umur (MST) 2 4 6 8 ...................................cm............................... 15.4a
26.8a
38.5a
51.7a
21.0c
40.2c
48.5b
62.1b
17.8b
29.4ab
42.8ab
53.2ab
19.5bc
35.7bc
48.7b
59.7ab
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf α=5%
23
Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 21), seluruh perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap produksi brokoli. Produksi brokoli pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing, namun cenderung lebih rendah jika dibanding dengan perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Produksi brokoli pada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia cenderung lebih tinggi daripada pukan kambing. Pengaruh perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia pada produksi brokoli umumnya cenderung lebih baik daripada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia. Hal ini diduga karena pengaruh dari gabungan jumlah hara yang disumbangkan oleh pukan ayam dan kompos Tithonia (Tabel 5).
4.5.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar, Serapan Hara dan Bobot Kering Tanaman
4.5.1. Serapan Hara dan Bobot Kering Tanaman Petsai Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 27), perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai serapan N dan P petsai. Tabel 8 menunjukkan bahwa serapan N dan P tanaman petsai pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing, namun cenderung lebih rendah jika dibanding dengan perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Selanjutnya, serapan N dan P tanaman petsai pada perlakuan pukan kambing cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia.
24
Tabel 8. Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering (BK) dan Serapan Hara N dan P pada Tanaman Petsai Perlakuan
Pukan Kambing Pukan Ayam Pukan Kambing + kompos Tithonia Pukan Ayam + kompos Tithonia
Kadar N Kadar P ............. % ............
Serapan N Serapan P BK .................. kg/ha ......................
4.63
0.47
24.13
2.55
532.71
4.33
0.68
25.73
3.94
597.56
4.17
0.53
17.58
2.30
411.44
5.83
0.89
29.20
4.27
490.45
Sama halnya dengan serapan hara petsai, hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 28) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering petsai. Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot kering petsai pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing dan perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Selanjutnya, bobot kering petsai pada perlakuan pukan kambing cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia. Secara umum, serapan N dan P serta bobot kering petsai pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih baik daripada perlakuan pukan kambing. Penambahan kompos Tithonia pada tanaman petsai umumnya cenderung menurunkan nilai serapan N dan P serta bobot kering tanaman petsai. Hal ini diduga karena senyawa allelopathy yang dikeluarkan oleh Tithonia diversifolia. Allelopathy dapat menghambat penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis, respirasi, sintesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas enzim (Anonim, 2008).
25
4.5.2. Serapan Hara dan Bobot Kering Tanaman Brokoli Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 24), perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap serapan N dan P brokoli. Serapan N dan P tanaman brokoli pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing dan cenderung lebih rendah jika dibanding perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Serapan N dan P brokoli pada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia cenderung lebih tinggi daripada perlakuan kambing. Tabel 9. Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering (BK) dan Serapan Hara N dan P pada Tanaman Brokoli Perlakuan
Pukan Kambing Pukan Ayam Pukan Kambing + kompos Tithonia Pukan Ayam + kompos Tithonia
Kadar N Kadar P ............. % ............
Serapan N Serapan P BK .................. kg/ha ......................
6.09
0.50a
21.80
1.79
356.75
6.30
0.74b
23.60
2.91
396.43
6.72
0.52a
27.09
2.02
391.33
7.04
0.71b
30.46
3.06
435.50
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf α=5%
Tabel 9 menunjukkan bahwa bobot kering brokoli pada perlakuan pukan ayam cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing, namun cenderung lebih rendah daripada perlakuan pukan ayam + kompos Tithonia. Bobot kering brokoli pada perlakuan pukan kambing + kompos Tithonia cenderung lebih tinggi daripada perlakuan pukan kambing. Dari penelitian ini tampak bahwa nilai serapan N dan P serta bobot kering pada perlakuan pukan ayam lebih baik daripada perlakuan pukan kambing. Kompos Tithonia
26
memberikan pengaruh positif terhadap serapan N dan P serta bobot kering tanaman brokoli. Ini berarti bahwa allelopathy yang terdapat pada Tithonia diversifolia tidak mempengaruhi tanaman brokoli.
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1. Pemberian bahan organik berupa pupuk kandang dan pupuk hijau pada tanah Andisol di Cisarua dapat memperbaiki sifat kimia tanah. 2. Pengaruh pukan ayam terhadap serapan hara N dan P, pertumbuhan serta produksi tanaman brokoli dan petsai cenderung lebih baik daripada pukan kambing. 3. Penambahan kompos Tithonia pada pukan ayam dan pukan kambing cenderung meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman brokoli, tetapi cenderung menurunkan produksi tanaman petsai. 5.2.
Saran Pemberian pukan ayam lebih disarankan kepada petani dalam budidaya
pertanian organik daripada pukan kambing.
28
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. Diakses 28 Januari 2008. Arfiani, H. 2007. Peningkatan N Total, pH dan Hasil Tanaman Padi Gogo Melalui Pemberian Pupuk N, Pupuk Kandang Sapi dan Tithonia diversifolia pada Ultisol. http://www.bdpunib.org/bdp/rhGonggo.html. Diakses 25 Maret 2008. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Brady, N. C. 1990. The Nature and Properties of Soils. 10th ed. The Macmillan Publ. Co., New York. Djuniwati, S., A. Hartono, dan L. T. Indriyati. 2003. Pengaruh Bahan Organik (Pueraria javanica) dan Fosfat Alam terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays) pada Andisol Pasir Sarongge. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 5(1):17-22. Hartatik, W., D. Setyorini, S. Widati, dan J. Purwani. 2005. Laporan Penelitian Teknologi Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hartatik, W., D. Setyorini, dan S. Widati. 2006. Laporan Penelitian Teknologi Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hermawan, A. 2002. Pengaruh Pemberian Kompos Isi Rumen-Abu Sekam Padi dan Pupuk NPK terhadap Beberapa Karakteristik Kimia Tanah Ultisols dan Keragaan Tanaman Kedelai. Jurnal Tanah Tropika 15:7-13. Husnain dan H. Syahbuddin. 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia? Peluang dan Tantangan. Inovasi online. 4(17). IFOAM. 2005.http://io.ppi-jepang.org/article.php?id. Diakses 30 Desember 2007.
29
Ismunadji, S., Partohardjono, dan A. Syarifuddin. 1991. Fosfor: Peranan dan Penggunaannya dalam Bidang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, Bogor. Lingga, P. dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Pupuk Organik dan Pembenah Tanah. Departemen Pertanian, Jakarta. Prasetyo, B. H. 2005. Andisol: Karakteristik dan pengelolaannya untuk Pertanian di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan 1(1):1-7. Rinsema, W. I. 1983. Pupuk dan Pemupukan. Penerjemah: M. Shaleh. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta. Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Cetakan kedua. Pustaka Buana, Bandung. SNI. 2002. Sistem Pangan Organik. Badan Standarisasi Nasional. http://io.ppijepang.org/article.php?id. Diakses 30 Desember 2007. SOEL-Survey Statistics Organic. 2004. The World of Organik Agriculture. http://www.soel.de/inhalte/publicationen. Diakses 30 September 2007. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soil Survey Staff. 1990. Key Soil Taxonomy. Agency for International Development United. States Department of Agriculture and Soil Management Support Service. Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
30
Williams, C. N., dan W. T. H. Perengrine. 1991. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
31
Lampiran 1. Cara Pengomposan Pengomposan pupuk kandang dilakukan di lapang dalam bak kayu (100 x 50 x 50 cm). Kotoran kambing dan kotoran ayam masing-masing dimasukan ke dalam bak kayu tersebut dan diinkubasi selama 14 hari untuk kotoran kambing dan 21 hari untuk kotoran ayam sampai menjadi kompos. Selama proses pengomposan, dilakukan pembalikan setiap tiga hari sekali secara rutin agar aerasi cukup. Untuk mempercepat proses pengomposan pupuk kandang digunakan mikroba perombak bahan organik (M-dec). Cara penggunaan M-dec yaitu dengan menyemprotkan secara merata ke bahan kompos dan diaduk rata. Kompos dinyatakan matang setelah memenuhi kriteria antara lain tidak berbau, suhu stabil, warna berubah kehitaman, dan tekstur lebih halus. Sebelum diaplikasikan ke lapang, kompos kambing dan kompos ayam ditambah dengan abu sekam sesuai dengan perlakuan, yaitu sebesar 1,2 % dari dosis pukan kambing dan pukan ayam. Penentuan pemakaian dan jumlah dosis pupuk kandang dan abu sekam didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah Bogor. Pengomposan Tithonia diawali dengan pengambilan tanaman di lokasi penelitian. Tanaman dicacah dengan ukuran ± 5 - 10 cm, ditumpuk, disiram dengan air, dan ditutup dengan plastik kemudian diinkubasi selama dua hari. Setelah dua hari plastik dibuka dan ditambah dengan M-dec untuk mempercepat proses pengomposan kemudian plastik ditutup kembali. Selama proses pengomposan, tiap tiga hari sekali kompos dibalik. Pada hari ke-21 kompos Tithonia telah matang dengan ciri-ciri warna kompos lebih hitam, struktur kompos lebih remah, dan tidak berbau.
32
Tabel Lampiran 2. Kriteria Berdasarkan Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah PPT (1980) Sifat tanah
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
C (%)
<1
1– 2
2–3
3–5
>5
N (%)
<0.1
0.1 – 0.2
0.21 – 0.5
0.51 – 0.75
> 0.75
C/N
<5
5 – 10
11-15
16 – 25
> 25
P2O5 HCl (mg/100g)
< 15
15 – 20
21 – 40
41 – 60
> 60
P2O5 Bray 1 (ppm P)
<4
5–7
8 – 10
11– 15
> 15
P2O5 Olsen (ppm P)
<5
5 – 10
11 – 15
16 – 20
> 20
K2O HCl 25%
< 10
10 – 20
21 – 40
41 – 60
> 60
<5
5 – 16
17- 24
25 – 40
> 40
K (me/100g)
< 0.1
0.1 – 0.3
0.4 - 0.5
0.6 – 1.0
>1
Na (me/100g)
< 0.1
0.1 – 0.3
0.4 - 0.7
0.8 – 1.0
>1
Mg(me/100g)
< 0.3
0.4 – 1
1.1 - 2.0
2.1 – 8.0
>8
Ca (me/100g)
<2
2–5
6 – 10
11 – 20
> 20
Kejenuhan Basa (%)
< 20
20 – 40
41 – 60
61 – 80
> 80
Kejenuhan Al (%)
<5
5 – 10
1 – 20
20 – 40
> 40
Sangat Masam
Masam
Agak Masam
Netral
Agak alkalis
Alkalis
< 4.5
4.5 – 5.5
5.5 – 6.5
6.6 – 7.5
7.6 – 8.5
>8.5
(mg/100) KTK (me/100g) Susunan Kation :
pH H2O
33
Tabel Lampiran 3. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap pH Tanah
Perlakuan
pH H2O (1:2,5) Ulangan 1 2
3
Rata-Rata
Pukan Kambing
5.90
5.60
6.10
5.86
Pukan Ayam
6.10
6.10
5.80
6.00
Pukan Kambing + kompos Tithonia
6.10
6.10
5.90
6.03
Pukan Ayam + kompos Tithonia
6.00
6.00
6.00
6.00
Tabel Lampiran 4. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Ntotal
Perlakuan
N-total Ulangan Rata-Rata 1 2 3 .......................... (%) ...............................
Pukan Kambing
0.47
0.35
0.40
0.41
Pukan Ayam
0.42
0.56
0.44
0.47
Pukan Kambing + kompos Tithonia
0.40
0.34
0.44
0.39
Pukan Ayam + kompos Tithonia
0.55
0.41
0.36
0.44
34
Tabel Lampiran 5. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Ptersedia
Perlakuan
P-tersedia Ulangan Rata-Rata 1 2 3 ........................... ppm ..................................
Pukan Kambing
8.30
8.30
10.92
9.17
Pukan Ayam
37.55
25.76
48.46
37.26
Pukan Kambing + kompos Tithonia
14.41
10.92
7.86
11.06
16.59
61.56
51.96
43.37
Pukan Ayam + kompos Tithonia
Tabel Lampiran 6. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Petsai
Perlakuan
2 MST Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ........................... cm .............................
Pukan Kambing
13.6
14.6
14.2
14.1
Pukan Ayam
21.2
22.8
23.2
22.4
Pukan Kambing + kompos Tithonia
16.6
17.8
15.6
16.7
Pukan Ayam + kompos Tithonia
18.2
19.0
19.4
18.9
35
Tabel Lampiran 6. Lanjutan
Perlakuan
4 MST Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ........................ cm ........................
Pukan Kambing
22.4
21.8
27.2
23.8
Pukan Ayam
33.9
38.6
32.2
34.9
Pukan Kambing + kompos Tithonia
31.0
29.0
24.2
28.1
Pukan Ayam + kompos Tithonia
32.6
30.2
33.0
31.9
6 MST Ulangan
Perlakuan
Rata-Rata
1 2 3 ....................... cm ..................... Pukan Kambing
34.8
33.6
33.6
34.0
Pukan Ayam
42.2
36.6
35.4
38.1
Pukan Kambing + kompos Tithonia
34.4
38.2
32.2
34.9
Pukan Ayam + kompos Tithonia
40.6
36.8
39.4
38.9
36
Tabel Lampiran 7. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Kompos Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Brokoli
Perlakuan
2 MST Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ........................ cm ........................
Pukan Kambing
15.8
14.0
16.4
15.4
Pukan Ayam
20.8
20.8
21.4
21.0
Pukan Kambing + kompos Tithonia
17.2
17.8
18.4
17.8
Pukan Ayam + kompos Tithonia
21.8
17.8
18.8
19.5
4 MST Ulangan
Perlakuan
Rata-Rata
1 2 3 ....................... cm ..................... Pukan Kambing
21.7
30.6
28.2
26.8
Pukan Ayam
40.6
39.4
40.6
40.2
Pukan Kambing + kompos Tithonia
30.4
27.6
30.2
29.4
Pukan Ayam + kompos Tithonia
41.6
31.6
34.0
35.7
37
Tabel Lampiran 7. Lanjutan
Perlakuan
6 MST Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ........................ cm ........................
Pukan Kambing
40.4
37.0
38.0
38.5
Pukan Ayam
51.8
49.6
44.0
48.5
Pukan Kambing + kompos Tithonia
41.8
43.8
42.8
42.8
Pukan Ayam + kompos Tithonia
56.8
39.4
49.8
48.7
8 MST Ulangan
Perlakuan
Rata-Rata
1 2 3 ....................... cm ..................... Pukan Kambing
46.0
58.8
50.4
51.7
Pukan Ayam
61.2
65.6
59.6
62.1
Pukan Kambing + kompos Tithonia
51.0
57.6
51.0
53.2
Pukan Ayam + kompos Tithonia
65.0
54.0
60.0
59.7
38
Tabel Lampiran 8. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi Tanaman Brokoli
Perlakuan
Produksi Brokoli RataUlangan Rata 1 2 3 ......................... ton/ha ...........................
Pukan Kambing
5.5
5.3
4.5
5.1
Pukan Ayam
8.6
4.8
5.6
6.3
Pukan Kambing + kompos Tithonia
4.4
4.7
6.8
5.3
Pukan Ayam + kompos Tithonia
7.8
5.3
7.0
6.7
Tabel Lampiran 9. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi Tanaman Petsai
Perlakuan
Produksi Petsai Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ....................... ton/ha .............................
Pukan Kambing
12.9
12.1
8.4
11.1
Pukan Ayam
18.6
12.0
10.9
13.8
Pukan Kambing + kompos Tithonia
9.2
11.8
6.1
9.0
Pukan Ayam + kompos Tithonia
16.7
8.6
13.9
13.1
39
Tabel Lampiran 10. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Brokoli
Perlakuan
Bobot Kering Rata-Rata Ulangan 1 2 3 .............................. kg/ha .........................
Pukan Kambing
333.23
408.06
328.95
356.75
Pukan Ayam
558.86
332.68
297.75
396.43
Pukan Kambing + kompos Tithonia
333.75
298.95
541.28
391.33
Pukan Ayam + kompos Tithonia
489.96
395.91
421.40
435.50
Tabel Lampiran 11. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Petsai
Perlakuan
Bobot Kering RataUlangan Rata 1 2 3 ....................... kg/ha ............................
Pukan Kambing
615.85
558.58
423.70
532.71
Pukan Ayam
685.31
688.80
418.56
597.56
Pukan Kambing + kompos Tithonia
415.08
594.01
225.23
411.44
Pukan Ayam + kompos Tithonia
583.35
297.45
590.55
490.55
40
Tabel Lampiran 12. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman Brokoli
Perlakuan
Kadar N Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ............................ % ............................
Pukan Kambing
5.87
6.38
6.02
6.09
Pukan Ayam
4.70
6.79
7.37
6.30
Pukan Kambing + kompos Tithonia
6.00
6.35
7.81
6.72
Pukan Ayam + kompos Tithonia
6.18
7.31
7.63
7.04
Kadar P Ulangan
Perlakuan
Rata-Rata
1 2 3 .......................... % ........................ Pukan Kambing
0.56
0.46
0.49
0.50
Pukan Ayam
0.73
0.70
0.78
0.74
Pukan Kambing + kompos Tithonia
0.46
0.61
0.50
0.52
Pukan Ayam + kompo Tithonia
0.63
0.77
0.72
0.71
41
Tabel Lampiran 13. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Brokoli
Perlakuan
Serapan N Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ............................ kg/ha ............................
Pukan Kambing
19.56
26.03
19.80
21.80
Pukan Ayam
26.27
22.59
21.94
23.60
Pukan Kambing + kompos Tithonia
20.03
18.98
42.27
27.09
Pukan Ayam + kompos Tithonia
30.28
28.94
32.15
30.46
Serapan P Ulangan
Perlakuan
Rata-Rata
1 2 3 .......................... kg/ha ........................ Pukan Kambing
1.87
1.88
1.61
1.79
Pukan Ayam
4.08
2.33
2.32
2.91
Pukan Kambing + kompos Tithonia
1.54
1.82
2.71
2.02
Pukan Ayam + kompo Tithonia
3.09
3.05
3.03
3.06
42
Tabel Lampiran 14. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman Petsai
Perlakuan
Kadar N Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ............................ % ............................
Pukan Kambing
4.39
3.82
5.67
4.63
Pukan Ayam
5.00
3.51
4.48
4.33
Pukan Kambing + kompos Tithonia
3.43
4.90
4.17
4.17
Pukan Ayam + kompos Tithonia
6.37
5.20
5.92
5.83
Kadar P Ulangan
Perlakuan
Rata-Rata
1 2 3 .......................... % ........................ Pukan Kambing
0.56
0.42
0.44
0.47
Pukan Ayam
0.89
0.34
0.81
0.68
Pukan Kambing + kompos Tithonia
0.54
0.62
0.44
0.53
Pukan Ayam + kompo Tithonia
0.94
0.97
0.75
0.89
43
Tabel Lampiran 15. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Petsai
Perlakuan
Serapan N Rata-Rata Ulangan 1 2 3 ............................ kg/ha ............................
Pukan Kambing
27.04
21.34
24.02
24.13
Pukan Ayam
34.27
24.18
18.75
25.73
Pukan Kambing + kompos Tithonia
14.24
29.11
9.39
17.58
Pukan Ayam + kompos Tithonia
37.16
15.47
34.96
29.20
Serapan P Ulangan
Perlakuan
Rata-Rata
1 2 3 .......................... kg/ha ........................ Pukan Kambing
3.45
2.35
1.86
2.25
Pukan Ayam
6.10
2.34
3.39
3.94
Pukan Kambing + kompos Tithonia
2.24
3.68
0.99
2.30
Pukan Ayam + kompo Tithonia
5.48
2.89
4.43
4.27
44
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap pH Tanah Sumber
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F- hitung
Perlakuan
3
0.049
0.16
0.615
Galat
8
0.213
0.27
Total
11
0.263
Keragaman
F-tabel 5% 4.07
1% 7.59
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap N-total Tanah Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F- hitung
Perlakuan
3
0.12
0.004
0.714
Galat
8
0.43
0.005
Total
11
0.55
F-tabel 5% 4.07
1% 7.59
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap P-tersedia Tanah Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F- hitung
Perlakuan
3
14 674.250
4 891.417
5.307*
Galat
8
7 374
921.750
Total
11
22 048.250
F-tabel 5% 4.07
1% 7.59
Keterangan: * : nyata
45
Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Petsai Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
Perlakuan
3
110.517
36.839
49.782**
Galat
8
5.920
0.740
Total
11
116.437
F-tabel
5% 1% ……………………………………….2 MST…………………………………… 4.07
7.59
……………………………………….4 MST…………………………………… Perlakuan
3
208.509
69.503
Galat
8
68.513
8.564
Total
11
277.023
8.116**
4.07
7.59
……………………………………….6 MST…………………………………… Perlakuan
3
51.237
17.079
Galat
8
53.280
6.660
Total
11
104.517
2.564
4.07
7.59
Keterangan: ** : sangat nyata
46
Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Brokoli Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
Perlakuan
3
51.770
17.257
10.831**
Galat
8
14.747
1.593
Total
11
64.517
F-tabel
5% 1% ……………………………………….2 MST…………………………………… 4.07
7.59
……………………………………….4 MST…………………………………… Perlakuan
3
330.876
110.292
Galat
8
102.753
12.844
Total
11
433.629
8.587**
4.07
7.59
……………………………………….6 MST…………………………………… Perlakuan
3
217.040
72.347
Galat
8
193.760
24.220
Total
11
410.800
2.987
4.07
7.59
……………………………………….8 MST…………………………………… Perlakuan
3
225.717
75.239
Galat
8
193.600
24.200
Total
11
419.317
3.109
4.07
7.59
Keterangan: ** : sangat nyata
47
Tabel Lampiran 21. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi Tanaman Brokoli Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhitung
Perlakuan
3
5 697 288.369
1 899 096.123
1.010
Galat
8
15 044 870.140
1 880 608.767
Total
11
20 742 158.509
F-tabel 5% 4.07
1% 7.59
Tabel Lampiran 22. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Produksi Tanaman Petsai Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhitung
Perlakuan
3
41 479 693.333
13 826 564.444
1.147
Galat
8
96 456 951.333
12 057 118.917
Total
11
137 936 644.667
F-tabel 5% 4.07
1% 7.59
48
Tabel Lampiran 23. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman Brokoli Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
Perlakuan
3
1.647
0.549
0.620
Galat
8
7.086
0.886
Total
11
8.733
F-tabel
5% 1% ……………………………….…Kadar N (%)…………………………………… 4.07
7.59
…………………………………..Kadar P (%)…………………………………… Perlakuan
3
0.132
0.044
Galat
8
0.031
0.004
Total
11
0.163
11.492**
4.07
7.59
Keterangan **: sangat nyata Tabel Lampiran 24. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Brokoli Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
Perlakuan
3
132.624
44.208
0.909
Galat
8
389.062
48.633
Total
11
521.686
F-tabel
5% 1% ……………………………….…Serapan N (kg/ha)…………………………………… 4.07
7.59
…………………………………..Serapan P (kg/ha)…………………………………… Perlakuan
3
3.605
1.202
Galat
8
2.849
0.356
Total
11
6.453
3.347
4.07
7.59
49
Tabel Lampiran 25. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Brokoli Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
Perlakuan
3
9 419.834
3139.954
0.302
Galat
8
83 210.452
10401.306
Total
11
92 630.286
F-tabel 5% 4.07
1% 7.59
Tabel Lampiran 26. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar N dan P Tanaman Petsai Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
Perlakuan
3
5.093
1.698
2.88
Galat
8
4.716
0.590
Total
11
9.809
F-tabel
5% 1% ……………………………….…Kadar N (%)…………………………………… 4.07
7.59
…………………………………..Kadar P (%)…………………………………… Perlakuan
3
0.305
0.102
Galat
8
0.233
0.029
Total
11
0.537
3.490
4.07
7.59
50
Tabel Lampiran 27. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Serapan Hara Tanaman Petsai Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-hitung
Perlakuan
3
213.421
71.140
0.894
Galat
8
636.543
79.568
Total
11
849.965
F-tabel
5% 1% ……………………………….…Serapan N (kg/ha)…………………………………… 4.07
7.59
…………………………………..Serapan P (kg/ha)…………………………………… Perlakuan
3
8.684
2.895
Galat
8
15.872
1.984
Total
11
24.556
1.459
4.07
7.59
Tabel Lampiran 28. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Bobot Kering Tanaman Petsai Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Fhitung
Perlakuan
3
54 788.432
18262.811
0.763
Galat
8
191 449.135
23931.142
Total
11
246 237.567
F-tabel 5% 4.07
1% 7.59
51
Lampiran 29. Dokumentasi Kegiatan di Lahan Permata Hati Farm
Benih Brokoli dan Petsai
Penanaman Secara Tumpang Sari
Tata Letak Bedengan
Brokoli Siap Panen
Tithonia diversifolia
Petsai siap panen
52
53