PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 HASIL INDUKSI MEDAN MAGNET YANG DIINFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) (Skripsi)
Oleh Ade Safitri Jaratenghar
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 Hasil Induksi Medan Magnet yang Diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol).
Oleh ADE SAFITRI JARATENGHAR
Kandungan nutrisi yang terdapat pada buah tomat memiliki peranan penting untuk menunjang kesehatan tubuh manusia. Masalah utama dalam budidaya tomat adalah infeksi mikroba patogen penyebab penyakit. Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) merupakan mikroba utama yang menyebabkan tanaman layu bahkan apabila tingkat infeksi cukup tinggi maka tanaman dapat mati. Penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh Fol yaitu dengan cara pemaparan medan magnet pada benih. Medan magnet diduga dapat memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan tanaman tomat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dampak pemberian medan magnet 0,2 mT pada benih induk tomat yang diinfeksi Fusarium oxysporum (Fox) dapat bertahan pada benih F1 yang kembali diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Fol) berdasarkan parameter vegetatif tanaman (panjang tanaman, berat kering tanaman). Penelitian disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu jenis benih F1 terdiri dari M0F0, M0F60, M7F0, M7F60, M11F0, M11F60, M15F0, M15F60 dan faktor kedua yaitu infeksi Fol 60 menit. Berdasarkan analisis anara dan uji Fisher α=5% terhadap parameter yang diuji menunjukkan adanya perbedaan nyata tinggi tanaman dan berat kering tanaman sebagai akibat perlakuan jenis benih. Dan perbandingan akar-pucuk tanaman berbeda nyata sebagai akibat perlakuan infeksi Fol. Kata kunci : Pertumbuhan vegetatif, Tomat, Fol.
PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 HASIL INDUKSI MEDAN MAGNET YANG DIINFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol)
Oleh Ade Safitri Jaratenghar
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Januari 1995, sebagai putri terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ujang Sanjaya dan Ibu Susriati
Latar belakang pendidikan yang telah dijalankan yaitu penulis menyelesaikan pendidikan Taman
Kanak-kanak di TK
Sriwijaya, Bandar Lampung tahun 1999, Sekolah Dasar di SDN 4 Sukarame, Bandar Lampung tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 19 Bandar Lampung tahun 2007, Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung tahun 2010. Pada tahun 2013, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten dosen dalam praktikum biologi umum, Fisiologi Tumbuhan dan Embriologi Tumbuhan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO). Pada awal tahun 2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Tulang Bawang selama 60 hari. Pada bulan agustus tahun 2016, penulis melaksanakan Kerja Praktik di PT. Great Giant Pineapple Co di Terbanggi Besar-Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT Kupersembahkan Karya ini untuk : Papa dan Mama yang selalu memberikan dukungan, motivasi dalam penerapan ilmu, yang telah mencurahkan segala usaha dan doa untuk kesuksesan anaknya dengan ketulusan hatinya Ayuk, Keluarga dan Lelaki istimewa yang membuat aku termotivasi untuk menjadi orang yang sukses Para Guru dan Dosen atas dedikasi dan keikhlasannya yang telah mendidik dan mengajarkan nilai moral yang berperan dalam membentuk pribadi ini Sahabat seperjuangan yang menjadi bagian dari cerita perjalanan studiku Almamater Tercinta
MOTTO Sesuatu yang dapat dibayangkan adalah nyata (Ade Safitri Jaratenghar)
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah: 286)
SANWACANA
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-NYA skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 HASIL INDUKSI MEDAN MAGNET YANG DIINFEKSI Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Biologi (S.Si) di Universitas Lampung.
Selesainya penulisan skripsi ini, adalah juga berkat motivasi dan pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada:
1.
Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D. selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar memberi masukan, kritik, saran dan ilmu serta bimbingan kepada penulis selama proses penelitian hingga penyelesaian skripsi.
2.
Ibu Dra. Eti Ernawiati, M.P. selaku Pembimbing II yang telah memberi masukan, saran dan ilmu serta bimbingan kepada penulis selama proses penelitian hingga penyelesaian skripsi.
viii
3.
Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si., selaku Pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi arahan, kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan skripsi.
4.
Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
5.
Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
6.
Kedua orang tua penulis Bapak (Ujang Sanjaya) dan Ibu (Susriati), Ayuk (Iis Apriliati A.Ma) dan Keluarga besar yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dorongan moril dan materil yang tiada henti dalam menggapai cita-cita penulis.
7.
Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung yang telah membagi ilmunya kepada penulis.
8.
Lelaki istimewa (Jaka Fitrah Ramadhan Chaniago, S.A.B) yang telah memberi semangat, mendukung, membantu dan memberikan doa kepada penulis.
9.
Sahabat tersayang (Ratih Larasati, Siti Rohmatul, Herlin Lisiana Putri, Zeyca Wilantini, Putri Ayu Zulandri dan Karisa Nur Azizah) dari sejak SMP hingga kini yang selalu memberikan doa, dorongan semangat dan dukungan kepada penulis.
10. Sahabat tersayang serta rekan satu tim penelitian
(Nungki Nuari Dewi,
Nasyiatul Himmah, Siti Nurhayati) yang selalu bersama dalam menyelesaikan segala urusan, memberikan keceriaan dan semangat satu sama lain.
ix
11. Sahabat keluh kesah (Diajenk Anggraini Margareta) yang telah memberikan dukungan serta selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis. 12. Teman-teman Biologi yang telah memberikan semangat, nasihat, saran dan kekeluargaan yang akan selalu dikenang. 13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena penulis memiliki daya ingat yang kurang terhadap nama tapi tidak pada wajah kalian semua. 14. Untuk almamaterku tercinta.
Semoga Allah SWT berkenan memberikan imbalan pahala yang setimpal dan semoga ilmu yang telah penulis peroleh bermanfaat adanya, Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2017 Penulis,
Ade Safitri Jaratenghar
x
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL..............................................................................
i
ABSTRAK .............................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................
v
PERSEMBAHAN..................................................................................
vi
MOTTO..................................................................................................
vii
SANWACANA.......................................................................................
viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL .....………………………………………………..
xiv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................
xv
I. PENDAHULUAN ………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………
1
1.2 Tujuan Kerja Praktik …………………………………………...
3
1.3 Manfaat Kerja Praktik ………………………………………….
4
1.4 Kerangka Pemikiran ……………………………………….......
4
1.5 Hipotesis ……………………………………………………….
5
xi
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………...
6
2.1 Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) ……………………....
6
2.1.1
Syarat Tumbuh Tomat ………………............................
9
2.1.2
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat ……………....
9
2.2 Biologi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici ………………...
12
2.3 Medan Magnet …………….…………………………………...
15
2.3.1 Kajian Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pertumbuhan Tomat…………………………………………………......
17
2.4 Tanaman F1……. ……………………………………………...
19
III. METODE KERJA ……………………………………………….
21
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………
21
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ……………………………………...
21
3.2.1
Alat-alat Penelitian ………………………………….....
21
3.2.2
Bahan-bahan Penelitian ………………………………..
22
3.3 Rancangan Penelitian ………..…………………………………
22
3.4 Pelaksanaan Penelitian ….……………………………………...
24
3.4.1
Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) ………
25
3.4.2 Peremajaan Isolat Jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici ……………………………………………...
25
3.4.3 Pembuatan Suspensi Isolat Jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici ………………………………………...
26
3.4.4
Infeksi benih dengan Fol ……………………………....
27
3.4.5
Persiapan dan Sterilisasi Media Tanaman ……………..
27
3.4.6
Penanaman benih tomat ………………………………..
28
3.4.7
Pemeliharaan …………………………………………...
30
xii
3.4.8
Pengukuran tinggi tanaman ……………………………
31
3.4.9
Pengukuran berat kering tanaman ……………………...
31
3.4.10 Perbandingan akar-pucuk tanaman..................................
31
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................
32
4.1 Tinggi tanaman ...........................................................................
32
4.2 Berat kering tanaman ..................................................................
36
4.3 Perbandingan akar-pucuk tanaman............................................
40
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................
44
5.1 Kesimpulan .................................................................................
44
5.2 Saran ...........................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...
45
LAMPIRAN ..........................................................................................
49
IV.
V.
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh benih terhadap rata-rata pengukuran tinggi tanaman tomat F1 yang diinfeksi Fol.......................................................
33
Tabel 2. Pengaruh jenis benih terhadap rata-rata pengukuran berat
kering tanaman tomat F1 yang diinfeksi Fol............................ . Tabel 3. Pengaruh infeksi Fol terhadap rata-rata perbandingan akarpucuk tanaman tomat F1 ..........................................................
37
41
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Morfologi tanaman tomat…………………………………..
8
Gambar 2. Fusarium oxysporum……………………………………….
13
Gambar 3. Arah gaya magnet ………………………………………….
16
Gambar 4. Diagram alir penelitian …………………………………….
24
Gambar 5. Isolat murni Fol ...........................…………………………..
26
Gambar 6. Biakan Fol .............................................................................
26
Gambar 7. Pembuatan suspensi Fol ........................................................
26
Gambar 8. Penghitungan haemocytometer .............................................
27
Gambar 9. Infeksi benih ..........................................................................
27
Gambar 10. Tata letak tanaman pada polybag ........................................
29
Gambar 11. Pengaruh jenis benih terhadap rata-rata pengukuran tinggi tanaman tomat F1 yang diinfeksi Fusarium oxysprum f.sp lycopersici pada minggu ke-3, 4,5 dan 6 dengan uji Fisher α = 5%.................................................................................
33
Gambar 12. Pengaruh jenis benih terhadap rata-rata berat kering tanaman tomat F1 yang diinfeksi Fol selama 0 menit dan 60 menit pada minggu ke-3, 4,5 dan 6 dengan uji Fisher α=5%....................................................................................
37
Gambar 13. Pengaruh perlakuan infeksi Fol terhadap rata-rata perbandingan akar-pucuk tanaman tomat F1 pada minggu ke-3, 4,5 dan 6 dengan uji Fisher α = 5%............................
41
Gambar 14. Tanaman tomat pada minggu ke-3 setelah semai................
56
Gambar 15. Tanaman tomat pada minggu ke-4 setelah semai................
56
xv
Gambar 16. Tanaman tomat pada minggu ke-5 setelah semai................
56
Gambar 17. Tanaman tomat pada minggu ke-6 setelah semai................
57
Gambar 18. Alat pengamatan..................................................................
57
Gambar 19. Pengukuran tinggi tanaman tomat ......................................
57
Gambar 20. Proses pengovenan tanaman tomat .....................................
58
Gambar 21. Penimbangan berat kering tanaman tomat ..........................
58
xvi
1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat (Lycopersicon escelentum Mill) merupakan tanaman hortikultura yang banyak digemari dan dikembangkan di Indonesia. Tomat memiliki berbagai manfaat baik secara langsung, misalnya sebagai bumbu masakan, maupun secara tidak langsung misalnya sebagai bahan baku industri saus, selai, dodol dan sari buah (Maskar dan Gafur, 2006). Kandungan nutrisi buah tomat antara lain vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan mineral yang memiliki peranan penting untuk menunjang kesehatan tubuh manusia (Pitojo, 2005).
Buah tomat yang bernilai ekonomi tinggi masih memerlukan penanganan yang serius dalam pembudidayaannya. Produksi tomat di Indonesia masih rendah apabila dibandingkan dengan produksi di negara lain seperti Taiwan, Saudi Arabia, dan India. Data BPS (2015) menunjukkan rerata pertumbuhan luas panen, produktivitas dan produksi tomat dari tahun 2009 2013 berturut-turut adalah -2,452% ; 3,98 % dan 2,8 %. Berdasarkan data tersebut rerata pertumbuhan luas panen tomat hingga tahun 2013 mengalami penurunan luas panen yaitu -2,452 % sehingga kebutuhan tomat di Indonesia belum dapat terpenuhi. Wasonowati (2011) berpendapat kebutuhan konsumen akan tomat masih belum bisa dipenuhi.
2
Kendala dalam produksi tomat di Indonesia antara lain: varietas yang tidak cocok, cara budidaya yang kurang baik, serta pemberantasan hama dan penyakit yang kurang efisien. Masalah utama yang sering muncul dalam budidaya tomat adalah infeksi mikroba patogen penyebab penyakit. Mikroba patogen dapat menyebabkan penyakit busuk daun, bercak coklat, kapang daun, layu bakteri, busuk buah, busuk lunak, dan layu fusarium. Fusarium oxysporum adalah mikroba patogen penting pada tanaman tomat (Soesanto dan Rahayuniati, 2009). Gejala awal serangan Fusarium oxysporum dapat terdeteksi dari pucatnya tulang daun, terutama pada permukaan daun, diikuti dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya seluruh tanaman layu. Seringkali kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun bagian bawah. Pada tanaman yang masih muda Fusarium oxysporum dapat menyebabkan kematian karena terjadi kerusakan pada pangkal batang (Semangun, 2001).
Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah medan magnet. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan terdapat pengaruh positif medan magnet pada tumbuhan. Emelia (2015) membuktikan bahwa medan magnet dapat mempercepat laju pertumbuhan tanaman tomat ranti. El-Yazied dkk., (2011) menunjukan bahwa medan magnet mempengaruhi proses perkecambahan dan pertumbuhan tomat. Penelitian Nastiti dan Listiana (2016) juga membuktikan bahwa medan magnet 0,2 mT mampu meningkatkan persentase germinasi,
3
kecepatan berbunga, jumlah bunga, diamter buah, berat buah dan kandungan vitamin C. Perlakuan medan magnet juga memberikan ketahanan (resistensi) tanaman tomat terhadap serangan Fox selama masa vegetatif. Menurut Hersianti (2005) perlakuan medan magnet juga mampu meningkatkan aktivitas enzim peroksidase. Enzim peroksidase merupakan bagian penting dari sistem pertahanan terhadap cekaman ataupun serangan patogen.
Pertumbuhan vegetatif tanaman adalah perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman dan bersifat tidak dapat kembali seperti semula. Pertumbuhan vegetatif merupakan fase yang sangat penting pada tumbuhan karena mencakup penentu perkembangan akar, batang dan daun tanaman. Laju pertumbuhan vegetatif tanaman dapat ditentukan berdasarkan penambahan ukuran volume yaitu tinggi tanaman atau massa tanaman yaitu berat basah dan berat kering tanaman (Fried dan Hademenos, 2006).
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 hasil induksi medan magnet 0,2 mT dan infeksi Fusarium oxysporum yang diinfeksi kembali oleh Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol).
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah dampak pemberian medan magnet 0,2 mT pada benih induk tomat yang diinfeksi Fusarium oxysporum (Fox) dapat bertahan pada benih F1 yang kembali diinfeksi Fusarium
4
oxysporum f.sp lycopersici (Fol) berdasarkan parameter vegetatif tanaman antara lain : tinggi tanaman, berat kering tanaman dan perbandingan akarpucuk tanaman.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang dampak pemberian medan magnet 0,2 mT pada benih induk tomat yang diinfeksi Fusarium oxysporum (Fox) dapat bertahan pada benih F1 yang kembali diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) berdasarkan parameter vegetatif tanaman antara lain : tinggi tanaman, berat kering tanaman dan perbandingan akar-pucuk tanaman.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tomat merupakan salah satu hasil hortikultura yang banyak digemari dan dikembangkan di Indonesia. Tomat memiliki berbagai manfaat baik dikonsumsi secara langsung maupun tidak langsung. Produksi tomat di Indonesia masih sangat rendah karena antara lain terkendala oleh cara budidaya yang masih perlu ditingkatkan dan pemberantasan hama serta penyakit yang kurang efisien. Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) merupakan salah satu patogen penting dalam budi daya tomat di Indonesia. Gejala awal serangan Fol adalah pucatnya tulang daun, diikuti dengan merunduknya tangkai tanaman, dan akhirnya seluruh tanaman layu. Serangan Fol pada tanaman yang masih muda dapat menyebabkan kematian tanaman.
5
Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa perlakuan pemaparan medan magnet pada tanaman memberikan dampak positif, baik bagi proses perkecambahan, pertumbuhan vegetatif maupun produksinya. Medan magnet terbukti mampu meningkatkan aktivitas enzim peroksidase pada tanaman tomat yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tanaman terhadap cekaman atau serangan patogen.
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) F1 hasil induksi medan magnet 0,2 mT dan infeksi Fusarium oxysporum yang diinfeksi kembali oleh Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol).
1.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat jenih benih tomat F1 hasil induksi medan magnet 0,2 mT dan infeksi Fusarium oxysporum (Fox) yang diinfeksi kembali oleh Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Fol) yang menunjukan pertumbuhan vegetatif yang sama dengan pertumbuhan vegetatif induknya. 2. Benih tomat F1 yang benih induknya diinduksi medan magnet 0,2 mT memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dari benih F1 yang benih induknya tidak diinduksi medan magnet.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
Tanaman tomat adalah keluarga dari Solanaceae yang secara lengkap memiliki klasifikasi sebagai berikut (Cronquist, 1981) : Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Tubiflorae
Suku
: Solanaceae
Marga
: Lycopersicum
Jenis
: Lycopersicum esculentum Mill.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh dangkal ke arah samping. Berdasarkan sifat perakarannya, tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada tanah yang gembur dan porous (Tugiyono, 2005). Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah (Pitojo, 2005).
7
Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga membulat, batangnya lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara bulu–bulu itu terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman tomat berwarna hijau. Pada ruas–ruas atas batang mengalami penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar–akar pendek. Selain itu, batang tanaman tomat dapat bercabang. Apabila tidak dilakukan pemangkasan cabangnya akan banyak dan menyebar secara merata (Trisnawaty dan Setiawan, 1993).
Daun tomat berwarna hijau, berbentuk oval. Bagian tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip yang melengkung ke dalam. Daun tomat termasuk daun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat 5-7 helai daun. Susunan daun berselan-seling melingkari batangnya. Ukuran daun tomat, panjang sekitar 15-30 cm, lebar 10-25 cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm (Pitojo, 2005).
Bunga tomat tumbuh dari batang atau cabang yang masih muda. Bunga tomat berukuran kecil dengan diameter sekitar 2 cm dan berwarna kuning cerah. Bunga memiliki 5 kelopak berwarna hijau yang terdapat dibagian bawah atau pangkal bunga. Mahkota berjumlah sekitar 6 helai dengan ukuran sekitar 1cm dan berwarna kuning cerah. Bunga tomat merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan putik terletak pada bunga yang sama. Bunga memiliki 6 benang sari dengan kepala putik yang berwarna sama dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah (Tugiyono, 2005).
8
Bentuk buah tomat bervariasi mulai dari bulat, agak bulat, agak lonjong, hingga oval dan ada juga yang berbentuk bulat persegi. Ukuran buah tomat juga bervariasi mulai dari yang berukuran 8 gram untuk yang terkecil sampai 180 gram untuk yang terbesar. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau, jika matang warna akan berubah menjadi merah. Saat buah tomat masih muda, rasanya getir dan aroma yang dikeluarkan tidak enak sebab masih mengandung zat lycopersicin yang berbentuk lendir. Aroma tersebut akan hilang dengan sendirinya ketika buah memasuki fase pematangan hingga rasanya menjadi manis keasaman yang khas. Buah tomat mengandung banyak biji lunak yang berwarna putih kekuningkuningan, tersusun secara berkelompok dan antar kelompok dibatasi oleh daging buah. Biji tomat saling melekat karena adanya lendir pada ruang–ruang tempat biji (Pitojo,2005).
Daging buah tomat terasa lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah matang dan mengandung banyak air. Buah tomat memiliki kulit yang sangat tipis dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah tomat tidak harus dikelupas kulitnya terlebih dahulu apabila hendak dimakan (Tugiyono, 2005).
Gambar 1. Morfologi tanaman tomat
9
2.1.1 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Tanaman tomat pada fase vegetatife membutuhkan curah hujan yang cukup tinggi, namun sebaliknya pada fase generatife curah hujan yang diperlukan tidak terlalu banyak. Pada fase pemasakan buah, jika curah hujan tinggi dapat menurunkan daya tumbuh. Namun curah hujan pada musim kemarau tidak akan menjadi masalah yang besar apabila kebutuhan air pada tanaman tercukupi melalui sistem penyiraman atau air irigasi (Rismunandar, 2001). Suhu yang normal untuk perkecambahan benih tomat adalah sekitar 25-300C. Suhu ideal pertumbuhan tanaman tomat sekitar 24-280C. Apabila suhu kurang ideal maka pertumbuhan dan perkembangan bunga serta buahnya akan terganggu. Meskipun tomat tahan terhadap kekeringan namun bukan berarti tomat dapat tumbuh subur pada keadaan kering tanpa pengairan (Wiryanta, 2004).
Tanaman tomat dapat hidup di daratan rendah hingga daratan tinggi sampai ketinggian 1250 m dibawah permukaan laut dengan kadar keasaman tanah (pH) antara 5-6. Tanaman tomat dapat tumbuh pada semua jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang ideal tanah yang sangat cocok adalah tanah yang berjenis lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi sehingga mampu mengikat air dengan mudah (Pitojo, 2005).
2.1.2 Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat Pertumbuhan adalah perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tidak dapat kembali (irreversible). Pertumbuhan dapat dilihat dari pertambahan ukuran dan berat sebagai akibat pembelahan dan pembesaran sel.
10
Tanaman yang baik akan menunjukan laju pertumbuhan yang relatif cepat. Laju pertumbuhan suatu tanaman dapat ditentukan berdasarkan pengukuran volume penambahan dan atau massa tanaman. Pada volume, parameter yang dapat dilihat adalah panjang tumbuhan atau tinggi tanaman. Sedangkan pada pengukuran berdasarkan penambahan massa parameter yang dapat digunakan antara lain: berat basah dan bering kering tanaman (Fried dan Hademenos, 2006).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari gen dan hormon. 1. Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme makhluk hidup, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Hewan, tumbuhan, dan manusia yang memiliki gen yang baik akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sesuai dengan periode pertumbuhan dan perkembangannya (Mangoendidjojo, 2003).
2. Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh. Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup beragam jenisnya. Hormon pada tumbuhan sering disebut fitohormon atau zat pengatur tubuh. Beberapa di antaranya adalah auksin, sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat (Hilal, 2000).
11
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari air, iklim, suhu dan tanah. 1. Air merupakan faktor penting bagi tanaman. Penyerapan air dipengaruhi oleh kondisi tanaman itu sendiri dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis tanamannya. Fungsi air bagi pertumbuhan tanaman antara lain : pelarut hara pada proses: masuknya mineral dari tanah ke tanaman, pelarut berbagai proses reaksi biokimia dan biofisika didalam sel, sumber penghasil hidrogen dalam proses fotosintesis, mempengaruhi mekanisme pergerakan membuka dan menutupnya stomata, dan untuk membantu dalam proses respirasi (Kusfebriana dkk., 2010). Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250 mm/tahun. Kondisi curah hujan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman.
2. Tanaman tomat toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh. Namun tanaman tomat memerlukan sinar yang cukup sedikitnya 6 jam penyinaran dengan temperatur yang sejuk (Ashari, 2006). Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila cahaya diperoleh selama 12-14 jam/hari (Tugiyono, 2002).
3. Suhu merupakan salah satu syarat kondisi lingkungan penting bagi pertumbuhan tanaman, tetapi tidak bersifat mutlak seperti kebutuhn terhadap
12
air. Agar tanaman dapat tumbuh optimum diperlukan suhu antara 20-250C. Apabila suhu lingkungan melebihi 26 ºC seperti di daerah tropik, yang disertai dengan hujan lebat dan mendung dapat menyebabkan tanaman dormansi dan juga dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Sedangkan pada daerah kering, suhu tinggi dan kelembaban rendah dapat menyebabkan penghambatan pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Ashari, 2006).
4. Sebagai tanaman yang bisa tumbuh diberbagai jenis tanah, tanaman tomat mampu tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Pertumbuhan tomat akan tumbuh baik dengan tanahnya gembur, sedikit mengandung pasir, kadar keasaman pH antara 5,5 - 7,0 dan banyak mengandung humus dengan pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai tanaman mulai dari panen (Tugiyono, 2002).
2.2 Biologi Fusarium oxysporus f.sp. lycopersici
Fusarium oxysporus f.sp. lycopersici merupakan patogen penyebab penyakit layu fusarium pada tanaman tomat. Fusarium merupakan salah satu anggota famili Tuberculariaceae, dengan klasifikasi sebagai berikut (Semangun, 2001) : Kerajaan
: Fungi
Divisi
: Ascomycota
Kelas
: Pyrenomycetes
Bangsa
: Hypocreales
13
Suku
: Nectriaceae
Marga
: Fusarium
Jenis
: Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol).
Pada saat berkembangbiak, Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici membentuk tiga jenis konidia yaitu mikrokonidium, makrokonidium dan klamidospora. Spora mikrokonidium merupakan sel tunggal, tidak bersekat, tidak berwarna, berdinding tipis dan berbentuk bulat telur sampai lurus. Spora makrokonidium berbentuk lancip, ujungnya melengkung seperti bulan sabit, memiliki sekat 3-5. Pada keadaan tertentu Fusarium oxysporum akan menghasilkan klamidospora berwarna coklat muda, berdinding tebal dan dibentuk diujung terminal atau ditengah hifa (Semangun, 2000).
a
b
Gambar 2. Fusarium oxysporum a). mikrokonidium b). makrokonidium (Semangun, 2000) Fusarium oxysporum membentuk miselium pada jaringan tanaman yang diinfeksinya yaitu di dalam sel-sel epidermis dan di dalam sel-sel jaringan parenkim dekat tempat terjadinya infeksi (Semangun, 2004). Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), miselium yang terbentuk mula-mula akan berwarna putih, semakin tua umur jamur warnanya semakin krem atau kuning pucat. Pada kondisi
14
tertentu, miselium Fusarium oxysporum membentuk warna merah muda hingga ungu (Fadly, 2014). Fusarium oxysporum merupakan parasit lemah, berarti Fusarium oxysporum hanya dapat menyerang tanaman yang sedang berada dalam kondisi lemah seperti kekeringan, kekurangan unsur hara, terlalu banyak sinar matahari, atau karena tanaman terlalu banyak mengeluarkan buah (Semangun, 2000). Penyebaran Fusarium oxysporum dapat melalui pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin; air; atau alat pertanian yang digunakan. Populasi pathogen dapat bertahan secara alami di dalam tanah dan pada akar-akar tanaman sakit. Pada tanaman yang peka, luka pada akar akan segera diinfeksikan Fusarium oxysporum (Fadly, 2014).
Fusarium oxysporum sebagai patogen tanaman budidaya penyebarannya sangat luas, hampir di seluruh dunia. Patogen penyebab penyakit layu tanaman ini umumnya menginfeksi bagian akar atau pangkal batang tanaman. Di dalam jaringan tanaman Fusarium oxysporum menghasilkan tiga macam toksin yang menyerang pembuluh xylem yaitu: asam fusarat, asam dehydrofusarat, dan lycomarasmin. Toksin-toksin tersebut akan mengubah permeabilitas membran plasma sel tanaman inang sehingga mengakibatkan tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air daripada tanaman yang sehat (Katherin, 2015).
Kerusakan yang ditimbulkan oleh infeksi Fusarium oxysporum meliputi rebah benih, busuk akar, busuk batang serta busuk tangkai yang terjadi ketika tanaman
15
berada pada kondisi stress atau ketika terjadi luka pada bagian luar jaringan tanaman (Fadly, 2014).
2.3 Medan Magnet
Magnet adalah benda yang dapat menarik suatu benda tertentu misalnya besi atau baja yang ada di dekatnya. Setiap magnet terdiri atas dua bagian yang mempunyai daya tarik terbesar. Pada magnet batang, daya tarik terbesar terdapat pada ujungujung magnet. Bagian magnet yang daya tariknya terbesar disebut kutub magnet. Oleh karena itu, setiap magnet mempunyai dua buah kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Apabila kutub senama didekatkan akan terjadi gaya tolak-menolak, dan apabila kutub tidak senama didekatkan akan terjadi gaya tarik-menarik (Ganawati, 2012).
Medan magnet adalah suatu daerah yang dipengaruhi oleh magnet. Medan magnet terjadi karena adanya kutub-kutub magnet yang memiliki gaya tarikmenarik dan tolak menolak yang besar. Medan magnet bersifat tidak menghalangi dan mampu menembus benda penghalang seperti genting, tembok bangunan, pepohonan, maupun tubuh manusia (Emelia, 2015).
Sumber medan magnet dapat diperoleh baik dari alam maupun secara buatan. Salah satu sumber medan magnet buatan yaitu solenoida yang dialiri arus listrik. Solenoida merupakan lilitan kawat yang dibentuk secara spiral sehingga berbertuk silinder. Ketika sebuah solenoida dialiri arus listrik maka akan menghasilkan
16
medan magnet. Arah medan magnet yang ditimbulkan tergantung pada arah arus yang di alirkan. Arah medan magnet dapat ditentukan melalui kaidah tangan kanan. Medan magnet yang terdapat di dalam solenoid merupakan penjumlahan vektor. Semakin banyak jumah lilitan maka semakin banyak medan magnet yang ditimbulkan (Kuncoro, 2007).
a
b
Gambar 3. Arah gaya magnet a). selonoida b). Kaidah tangan kanan (fisikazone)
Berdasarkan sifat kemagnetannya, benda digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu feromagnetik, paramagnetic dan diamagnetik. Feromagnetik yaitu benda yang memiliki sifat kemagnetan kuat. Akibatny apabila benda-benda tersebut berada disekitar medan magnet maka benda-benda tersebut akan bergerak kearah medan magnet. Contoh benda feromagnetik adalah benda-benda logam dari besi, nikel, kobalt, dan baja. Pada umumnya feromagnetik sifat kemagnetan yang kuat (Tipler, 2001).
Paramagnetik yaitu benda yang memiliki sifat kemagnetan lemah. Akibatnya apabila terdapat benda-benda disekitar medan magnet tersebut akan bergerak ke
17
arah medan magnet namun dengan kekuatan yang lebih lemah dari benda-benda feromagnetik. Sebagai contoh yaitu aluminium dan platina. Sedangkan diamagnetik yaitu benda yang tidak memiliki sifat kemagnetan. Sehingga walaupun disekitar benda terdapat medan magnet benda-benda diamagnetic tidak akan mengikuti gaya/arus medan magnet. Contoh dari benda-benda diamagnetic adalah logam dari aluminium, perak, dan tembaga serta benda-benda yang bukan logam, seperti plastik, kertas, dan daun (Tipler, 2001).
Medan magnet diketahui dapat meningkatkan muatan negatif sel tumbuhan sehingga ion bermuatan positif seperti Ca, K, N, P dan Mg dapat lebih mudah diserap dan diinduksikan ke akar tanaman. Peranan ion tersebut dalam tumbuhan adalah sebagai pembentuk struktur sel, aktivator enzim, sintesis protein dan penyusun klorofil yang menyebabkan tumbuhan dapat melakukan pertumbuhannya dengan lebih baik (Bilalis dkk., 2013). Pada proses perkecambahan, medan magnet mampu merubah sifat fisik dan kimia air (Morejon dkk., 2007). Air yang terpapar medan magnet dapat diserap dengan lebih muda oleh sel-sel pada biji. Peningkatan air dalam sel dapat mempercepat aktivitas enzim-enzim perkecambahan pada biji sehingga laju metabolisme pada biji lebih cepat (Anggraini 2012; Rohma dkk., 2013).
2.3.1 Kajian Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pertumbuhan Tomat
Induksi medan magnet pada tanaman tomat diketahui memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya khususnya proses perkecambahan. Medan magnet mampu merubah sifat fisika dan kimia air yang merupakan
18
medium perkecambahan. Air yang diberi pemaparan medan magnet dapat diserap lebih mudah oleh jaringan biji, sehingga mempersingkat dormansi biji dan meningkatkan prosentase perkecambahannya (Morejon dkk., 2007).
Pengaruh positif medan magnet terhadap perkecambahan telah dibuktikan pada beberapa spesies tanaman diantaranya tanaman tembakau yang diteliti oleh Aladjadjian dan Ylieva (2003), tanaman kacang merah dan kacang buncis hitam yang terdapat di penelitian Aulia Rohmah (2013). Tanaman tomat sendiri telah diteliti oleh Abou El-Yazied dan O. A.; A.M. El-Gizawy (2011) dengan hasil yang menunjukan medan magnet menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam persentase pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan.
Penelitian yang dilakukan pada tanaman tomat ranti, diketahui bahwa paparan medan magnet Extremely Low Frequency (ELF) dengan intensitas 300 μT mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat ranti. Tidak hanya itu semakin besar intensitas medan magnet ELF dan lama pemaparan pada tumbuhan tomat ranti akan berpengaruh besar terhadap proses pertumbuhan. Maka dari itu dosis dengan intensitas medan magnet Extremely Low Frequency (ELF) intensitas 300 μT dengan lama paparan 60 menit merupakan dosis yang efektif untuk mempercepat laju pertumbuhan tanaman tomat ranti (Emelia, 2015). Dalam beberapa penilitan dapat disimpulkan bahwa medan magnet dapat berpengaruh besar dalam pertumbuhan suatu tanaman.
19
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nastiti (Komunikasi Personal) diketahui bahwa tanaman tomat yang dipaparkan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik menghasilkan laju pertumbuhan tomat yang paling baik walaupun benihnya diinfeksi Fusarium oxysporum. Dengan demikian, tanaman tomat akan lebih tahan terhadap daya serang Fusarium oxysporum.
2.4 Tanaman F1
Tanaman tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri. Induk dari galur murni disebut sebagai generasi parental (P), sedangkan keturunan dari parental disebut generasi F1 atau generasi filial pertama (Campbell dkk., 2008).
Dalam penelitian ini, benih yang akan digunakan adalah benih F1. Induknya (P) berasal dari penelitian sebelumnya yang diberi perlakuan medan magnet dan diinfeksi Fusarium oxysporum. Benih F1 yang diperoleh dari tanaman parental (P) hasil penelitian sebelumnya akan diuji untuk mengetahui apakah akan mampu menjadi tanaman yang pertumbuhannya sama baiknya dan tahan terhadap serangan patogen dari Fusarium oxysporum seperti pada tanaman induknya. Morejon dkk., (2007) menjelaskan bahwa medan magnet mampu mempengaruhi sifat fisika dan kimia air, diantaranya : tekanan permukaan, konduktivitas, daya melarutkan garam-garam, relatif indeks, dan pH. Perubahan ini mengakibatkan air menjadi lebih mudah menghidrasi senyawa-senyawa atau molekul-molekul di dalam sel-sel biji dan tanaman. Hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih tanaman tomat menghasilkan
20
tanaman tomat yang mampu tumbuh dengan baik dan tahan terhadap infeksi Fusarium oxysporum (Listiana, 2016).
21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Januari 2017 – April 2017 di Laboratorium Biomolekuler dan Laboratorium Botani 1 Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan untuk isolasi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol), perkecambahan dan penanaman, dan pengambilan data: a.
Alat yang digunakan untuk isolasi Fol adalah: autoclave, hotplate, sumbat, cawan petri, tabung reaksi, ose jarum, ose bulat, beaker glass 1000 ml, erlenmeyer 250 ml, kompor listrik, sumbat, alumunium foil, vortex, rak tabung reaksi, laminar air flow, gelas ukur 50 ml, gelas ukur 100 ml, inkubator, plastik cling, batang pengaduk dan bunsen.
22
b.
Alat yang digunakan untuk perkecambahan dan penanaman yaitu: cawan petri, tabung reaksi, labu ukur 100 ml, germinating chamber, polybag ukuran 10 kg dan ajir tanaman.
c.
Alat yang akan digunakan untuk setiap pengambilan data yaitu: kamera, mistar, alumunium foil, oven dan timbangan analitik.
3.2.2 Bahan-bahan Penelitian Seperti juga peralatan yang digunakan, maka bahan yang digunakan adalah : a. bahan untuk isolasi Fol adalah: alkohol 70%, agar batang, kentang, sukrosa, aquades, spritus, air serta isolat Fol.
b. Bahan yang digunakan untuk uji perkecambahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman adalah benih tomat dan isolat Fol. Benih tomat diperoleh dari induk yang benihnya diinduksi medan magnet dan diinfeksi Fusarium oxysporum, kertas germinasi, kapas, pengencaran hasil isolasi Fol, tanah steril, pupuk kompos dan air.
3.3 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Penelitian disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah sumber benih F1 terdiri dari M0F0, M0F60, M7F0, M7F60, M11F0, M11F60, M15F0, M15F60. Pada faktor pertama simbol M merupakan hasil perlakuan medan magnet 0,2 mT pada benih induk yang dilakukan pada 3 waktu yang berbeda yaitu 7 menit 48 detik, 11 menit 42 detik, dan 15 menit 36 detik. Sedangkan, simbol F
23
merupakan perlakuan infeksi Fusarium oxysporum pada benih induk yang dilakuan selama 60 menit dan 0 menit sebagai kontrol. Faktor kedua adalah infeksi Fol pada benih selama 60 menit (A) dan kontrol atau tanpa infeksi Fol (B). Setiap unit percobaan diulang 4 kali. Pengamatan dilakukan dari mulai perkecambahan sampai tanaman tomat berumur 35 hari setelah perkecambaha. Parameter yang diukur adalah penambahan berat segar, berat kering, tinggi tanaman dan nisbah akar-pucuk tanaman. Data yang diperoleh dianalisi dengan dengan metode ANARA (analisis ragam) atau ANOVA. Dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% jika terdapat beda nyata antar perlakuan.
24
3.4 Pelaksanaan Penelitian Secara singkat pelakasanaan penelitian dapat dilihat pada bagan alir penelitian dibawah ini. Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Peremajaan isolat Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Fol) dengan media PDA
Perendaman benih F1 dalam suspensi konidia Fol dengan kerapatan 107 konidia/ ml selama 60 menit Perkecambahan benih pada cawan petri
Penyemaian dalam plastik kecil selama semai berumur 2 minggu
Penanaman dan pemeliharaan bibit tomat dalam polybag 10 kg
Pengambilan data:
Berat segar dan berat kering tanaman Tinggi tanaman Perbandingan akar-pucuk tanaman
Analsisi data
Gambar 4. Diagram alir penelitian
25
3.4.1 Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Media Potato Dextrose Agar merupakan media isolasi dan peremajaan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersicum. Media PDA dibuat dengan menggunakan kentang yang telah dikupas dan dipotong dadu berukuran kecil sebanyak 500 gram. Potongan kentang direbus dalam aquades mendidih sebanyak 500 ml selama 2 jam. Air rebusan disaring untuk menghilangkan kotoran dan sisa potongan kentang. Air rebusan kentang tersebut kembali direbus dengan menambahkan 20 gram dekstrosa, 15 gram agar-agar dan aquades hingga volume mencapai 1000 ml. Larutan diaduk homogen, kemudian masukan kedalam erlenmeyer 500 ml dan tutup dengan sumbat. Larutan yang ada dalam erlenmeyer disterilisasi dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm. Larutan siap digunakan sebagai media (Hadioetomo, 1993).
3.4.2 Peremajaan Isolat Jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) Proses peremajaan isolat dilakukan secara aseptis untuk menghindari kontaminan. Fol diambil menggunakan jarum ose dan diinokulasikan ke cawan petri berisi media PDA dengan menggunakan metode strik dari Hadisutrisno (1987), kemudian diinkubasi selama ± 5 hari pada suhu 28-30 ° C. Koloni jamur akan menunjukan warna putih keunguan dan mengeluarkan aroma seperti aroma bunga bungur. Koloni jamur yang sudah
26
tumbuh akan dipindahkan ke medium PDA lain untuk memperoleh biakan isolat monospora (Hadioetomo, 1993).
Gambar 5. Isolat murni Fol
Gambar 6. Biakan Fol
3.4.3 Pembuatan Suspensi Isolat Jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici Konidia fusarium diambil dari isolat murni Fol yang kemudian ditambahkan 10 ml aquades kedalamnya sehingga menghasilkan pengenceran 10-1. Dari pengenceran 10-1 dihitung kerapatan sporanya menggunakan haemocytometer. Pada pengenceran 10-1 tersebut kembali diambil 1 ml dan dimasukan kedalam beaker glass 100 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 9 ml sehingga mendapatkan 10-2. Suspensi jamur dari pengenceran 10-2 dihitung kembali menggunakan haemocytometer untuk melihat kerapatan konidia jamur yang akan digunakan yaitu 1 x 107 konidia sel/ml.
Gambar 7. Pembuatan suspensi Fol
27
Gambar 8. Penghitungan haemocytometer
3.4.4 Infeksi benih dengan Fol Infeksi Fol pada benih tomat dilakukan dengan cara merendam benih tomat selama 60 menit dalam cawan petri dengan suspensi isolat konidia Fol yang telah diketahui kerapatannya yaitu 1 x 107 konidia sel/ml. Perlakuan infeksi benih dengan Fol dilakukan dalam keadaaan benih lembab namun tidak terendam sehingga memungkinkan spora Fol mengenai benih tomat.
Gambar 9. Infeksi benih
3.4.5 Persiapan dan Sterilisasi Media Tanaman Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan humus dengan perbandingan 2:1. Media tanam kemudian disterilisasi dengan cara
28
mengukus media dalam drum di laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Media tanah yang telah di sterilisasi digunakan baik untuk penyemaian maupun penanaman.
3.4.6 Penanaman benih tomat Penaman benih tomat terbagi menjadi 3 bagian yaitu, perkecambahan, penyemaian dan penanaman. Pada perkecambahan, benih tomat yang telah diberi perlakuan infeksi Fol dipindahkan ke dalam cawan petri dengan media kapas dan kertas germinasi dibiarkan selama 24 jam. Penyemaian benih tomat dilakukan dengan menanamkan benih tomat yang telah digerminasi selama 24 jam ke dalam tanah steril pada plastik ukuran 4 x 6 cm. Semaian diletakan dalam mini chamber kemudian disimpan di green house Jurusan Biologi selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, semaian atau bibit tomat di pindahkan ke dalam media tanam dalam polybag. Tata letak polybag dapat dilihat dari Gambar 10.
29
M11F0A2
M11F60B3
M15F0B2
M7F60B2
M11F60A3
M0F0B3
M11F0B3
M0F60A1
M0F0A3
M7F0B4
M15F60B3
M11F0B4
M0F60B2
M11F0A1
M0F60B4
M11F60B4
M15F60B4
M11F60A1
M7F0A4
M7F0B1
M0F0B4
M15F0A1
M7F60B1
M15F60A2
M11F60B2
M7F60A3
M0F0A1
M7F60A4
M11F60A2
M15F60B2
M7F60B3
M15F0B1
M15F0A3
M0F0A2
M11F0B2
M0F0B1
M11F0B1
M11F0A3
M7F60B4
M0F60B1
M7F0A3
M15F0B4
M15F60A3
M11F60A4
M11F60B1
M7F60A2
M0F60A3
M7F0A2
M0F0B2
M11F0A4
M7F0B3
M15F0A4
M7F60A1
M0F0A4
M15F0B3
M0F60A2
M15F60A1
M7F0A1
M0F60B3
M15F60A4
M15F60B1
M7F0B2
M0F60A4
M15F0A2
Gambar 10. Tata letak tanaman pada polybag Keterangan : A : Sampel yang tidak diinfeksi kembali dengan Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici B : Sampel yang diinfeksi kembali dengan Fusarium oxysporum f.sp. Lycopersici M : Sampel Dari benih yang di induksi medan magnet 0,2 mT F : Sampel dari benih yang diinfeksi Fusarium oxysporum
30
3.4.7 Pemeliharaan 1. Penyiraman Tanaman tomat disiram setiap hari untuk menjaga ketersediaan air dan kelembaban tanah, kecuali bila hari hujan.
2. Penyulaman Penyulaman dilakukan bila ada benih yang tidak tumbuh/mati. Penyulaman dilakukan dengan mengganti bibit yang mati dengan bibit yang baru dan diambil dari stok bibit yang telah disiapkan.
3. Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma di sekitar tanaman tomat. Penyiangan akan dilakukan selama penelitian berlangsung.
4. Pemupukan Pupuk diberikan sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar digunakan pupuk kandang atau pupuk kompos yang dicampur saat membuat media tanam. Pupuk susulan menggukan NPK yang diberikan 2 sampai 3 kali selama pertumbuhan tanaman tomat.
5. Pemasangan ajir Ajir dipasang untuk menjaga tanaman tomat tidak roboh. Ajir dibuat dari bambu dengan tinggi sekitar 1 – 1,75 meter. Pemasangan ajir dilakukan setelah tinggi tanaman berkisar antara 10 – 15 cm, dengan mengaitkan tanaman tomat pada ajir dengan tali plastik. Model ikatan berbentuk angka 8 supaya batang tomat tidak terluka karena bergesekan
31
dengan tiang ajir. Ikatan dibuat tidak terlalu kuat agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman tomat (Sunarjo, 2003).
3.4.8 Pengukuran tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali selama penelitian berlangsung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar, mulai dari pangkal batang yang sudah diberi tanda sebelumnya (±1cm di atas media) hingga titik tumbuh pucuk apical (Astari dkk., 2014).
3.4.9 Pengukuran berat kering tanaman Pengukuran berat kering tanaman dilakukan dengan cara mengeringkan seluruh bagian tanaman segar yang baru dicabut selama 24 jam pada suhu 800 C dengan menggunakan oven, setelah kering tanaman di timbang dengan neraca analitik (Herliyana dkk., 2012).
3.4.10 Perbandingan akar –pucuk tanaman Perbandingan akar-pucuk dilakukan dengan cara memisahkan akar dari pucuk tanaman. Setelah dilakukan pemisahan antara pucuk dan akar. Kemudian akar dan pucuk tanaman ditimbang menggunakan neraca analitik. Perbandingan akar-pucuk tanaman dilakukan pada berat kering tanaman. Perbandingan akar-pucuk tanaman ditentukan dengan rumus: Perbandingan Akar Pucuk = Wsh Wrt Keterangan : Wsh = berat pucuk Wrt = berat akar
44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Terdapat jenis benih tomat F1 yang diinfeksi kembali oleh Fusarium oxysporum f.sp lycopersici yang menunjukan pertumbuhan vegetatif sama dengan pertumbuhan vegetatif induk. 2. Pemaparan medan magnet 0,2 mT pada benih induk tomat yang diinfeksi Fusarium oxysporum (Fox) dapat bertahan pada benih F1 yang kembali diinfeksi Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Fol) berdasarkan parameter vegetatif tanaman.
5.2 Saran Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk melakukan uji lanjut pengaruh pemaparan medan magnet terhadap tanaman lainnya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abou El-yazied., Shalaby, O.A., A.M. El-gizawy., S.M. khalf., A. El-satar. 2011. Effect of Magnetic Field on Seed Germination and Transplant Growth of Tomato. Journal of American Science, 2011;7(12) Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Aladjadjiyan, A. 2002. Study of the influence of magnetic field on same biological characteristic of Zea mays. Journal of Central European Agriculture. 3: 9094. Anggraini, W. 2012. Isolasi dan Karakteristik Aktivitas Enzim Amilase Pada Kecambah Kedelai Putih (Glycine max (L). Merill) dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) di Bawah Pengaruh Medan Magnet. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta Astari, M., Purwani., K.I dan Anugerahani., W. 2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap Pe rtumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum L. ) Var. Tombatu di PT. Petrokimia Gresik. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928x Print) Astuti, T., Darmanti., S. 2010. Produksi bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang Diperlakukan dengan Naungan dan Volume Penyiraman Air Yang Berbeda. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, Vol. 11, No. 1, April 2010: 19-28. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Holtikultura. http://www.pertanian.go.id/indikator/tabel-2-prod-lspn-prodvitas-horti.pdf. Diakses pada tanggal 9 Januari 2017 Bilalis, Dimitrios J., et al. 2013. Magnetic Field Pre-Sowing Treatment As An Organis Friendly Technique To Promote Plant Growth And Chamical Element Accumulation In Early Stages Of Cotton. Australian Journal Of Cop Science.
46
Campbell, N.A., Reece, J.B dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga. Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press. New York. Emelia, R., Sari, Y.W., Prihandono, T. dan Sudarti. 2015. Aplikasi Medan Magnet Extremely Low Frequency (Elf) 100µt Dan 300µt Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat Ranti. Jurnal Pendidikan Fisika. Fkip Universitas Jember. Jember Esitken, A., dan Turan M. 2004. Alternating Magnetic Field Effects on Yield and Plant Nutrient Element Composition of Strawberry (Fragaria x ananassa cv.Caramosa). Departement Holtikultura Ataturk University. Turkey Fadly S.M. 2014. Jurnal Insidensi Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Di Kecamatan Langowan Barat. Universitas Sam Ratulangi. Manado Fried, G. H. & George J. H. 2000. Scahum’s Outlines BIOLOGI, Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta Ganawati, D. (2012). Kemagnetan. (Http://Www.Crayonpedia.Org//Kemagnetan_9.2_Dewi_Ganawati.Html) Waktu Akses 15 Oktober 2016 Hadioetomo, R. S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia: Jakarta. Hadi, S. 1987. Metodologi Research. Jakarta : Rineka Cipta Herliana, E. N., Putra, I.K dan Taniwiryono, D. Uji Patogenitas Ganoderma terhadap Bibit Tanaman Sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen). Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 01 April 2012, Hal. 37 – 43 Issn: 2086-8227. Hersanti. 2005. Analisis Aktivitas Enzim Peroksidase dan Kandungan Asam Salisilat Dalam Tanaman Cabai Merah yang Diinduksi Ketahanannya Terhadap Cucumber Mosaic Virus oleh Ekstrak Daun Nanangkaan (Euporbhia herta). Universitas Padjajaran. Jawa barat Hilal M.H. and Hilal M.M., 2000. Application of magnetic technologies in dessert agriculture. Seed germination and seedling emergence of some crops in a saline calacareous soil. Egyptian J. Soil Sci., 40(3), 413-422. http://fisikazone.com/medan-magnet/ Waktu Akses 3 November 2016 Khaterine dan Kasiamdari., S.R. 2015. Identification and Patogenisity Test of Fusarium spp. That Caused Crown Rot of Moth Orchid (Phalaenopsis sp.). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
47
Kuncoro Asih Nugroho.2007. Pemanfaatan Gaya Tolak Menolak Magnet Sebagai Generator Alternatif Bertenaga Gelombang Air. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Kusfebriana, dkk. 2010. Perkecambahan dan Dormansi. Jakarta : FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Kusumaningrum, I., Hastuti, R. B., Haryanti, S., 2007. Pengaruh Perasan Sargasum crassiflorium dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill). Buletin Anatomi dan Fisiologi . Vol, XV, No.2, Oktober. Listiana, I. 2016. Pengaruh Medan Magnet 0,2 mT Terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Yang Diinfeksi Fusarium oxysporum. Universitas Lampung : Lampung Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius: Yogyakarta. Maskar dan Syamsyiah, G. 2006. Budidaya Tomat. Departemen Pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Nomor 02/B/MKR-SG/P4MI/06 Morejon, L.P., Paloco, J.C.C., Abad, V dan Govea, A.P. 2007. Simulation Of Pinus Tropicalis M. Seeds By Magnetically Treated Water. International Agrophysics. Cuba. Hal 173-177. Nastiti, E. 2017. Efektivitas Medan Magnet 0,2 mT Terhadap Resistensi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Yang Diinfeksi Fusarium sp. Tesis. Universitas Lampung. Lampung. Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius: Yogyakarta Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo: Bandung Rohmah, A. 2013. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Aktivias Enzim α-Amilase Pada Kecambah Kacang Merah dan Kacang Buncis Hitam (Phaseous vulgaris L). Universitas Lampung. Lampung Semangun, H. 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
48
Setyowati, N., A. Fadli. 2015. Penentuan Tingkat Kematangan Buah Salam (Syzgium polyanthum (wight) walpers) Sebagai Benih Dengan Uji Kecambah dan Vigor Biji. Widyariset. Vol.1 No.1 31-40 Soesanto,L dan Rahayuniati,R.F. 2009. Pengimbasan Ketahanan Bibit Pisang Ambon Terhadap Penyakit Layu Fusarium dengan Beberapa Jamur Antagonis.J.H PT.Tropika.Vol 9. No 2; pp 130-140. Tipler. A Paul. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik, jilid 1. Gramedia: Jakarta Tugiyono. 2005. Tanaman Tomat. Agromedia Pustaka: Jakarta. Wahyudi, J. Pauzi, G.A Dan Warsito. 2013. Desain dan Karakterisasi Penggunaan Sensor Efek Hall Ugn 3503 Untuk Mengukur Arus Listrik Pada Kumparan Leybold P6271 Secara Non Destruktif. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika. Universitas Lampung Wasonowati,C. 2011. Menigkatkan pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) dengan sistem budidaya hidroponik. Agrovigor volume 4. Pp 21-28 Wiryanta,W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka: Jakarta Trisnawati, Y., Setiawan A. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.