PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENYELENGGARAAN “LEADER CLASS” DI KABUPATEN CILACAP
Oleh : ANDI CAHYONO.SE.MT NIP 19780607 2003121005
.
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENYELENGGARAAN “LEADER CLASS” DI KABUPATEN CILACAP
A. PENDAHULUAN Terlepas dari kemampuan sang anak, setiap orang tua selalu menginginkan anaknya untuk dapat mengenyam pendidikan di sekolah yang berkualitas. Berbagai upaya ditempuh para orang tua agar sang anak dapat diterima di sekolah yang berkualitas. Bahkan ada kesan dipaksakan, ketika upaya
para orang tua untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah yang berkualitas tersebut, tidak diimbangi dengan kemampuan sang anak. Hasrat para orang tua untuk menyekolahkan sang anak di sekolah yang berkualitas atau yang sering disebut dengan sekolah unggulan, bukanlah hal yang aneh.
Para orang tua berani
memasrahkan masa depan sang anak pada proses pendidikan yang dijalankan di sekolah yang berkualitas tersebut, karena memahami betul bahwa di sekolah tersebut senantiasa didukung dengan proses pembelajaran yang baik dan efektif, serta melahirkan output dan outcomes yang berkualitas pula. Dahulu kita mengenal sekolah dengan predikat RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang sering diplesetkan menjadi “Rintihan Sekolah Bertarif Internasional”, dimana sekolah tersebut menjadi incaran para orang tua karena termasuk sekolah unggulan. Setelah program RSBI dihapus, kemana para orang tua akan menyekolahkan anaknya di sekolah yang berpredikat unggulan? Adakah program sekolah unggulan di Kabupaten Cilacap? 2
B. SEKOLAH
UNGGULAN,
“LEADER
CLASS”
DAN
KUALITAS PENDIDIKAN Beberapa daerah telah mencoba mensikapi besarnya animo masyarakat akan keberadaan sekolah unggulan, misalnya untuk jenis SMA : Di Magelang ada SMA Taruna Nusantara, Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia di Tanggerang,
SMAK BPK Penabur di
Jakarta, SMA Global Mandiri di Bogor, SMA Semesta di Semarang, SMA Negeri Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) di Sragen. Untuk SMP misalnya : SMP - IT Istana Mulia di Serang Banten, SMPK BPK Penabur di Jakarta, SMP Labschool di Kebayoran Jakarta, SMP Santa Clara di Surabaya, SMP Muhammadiyah 1 di Yogyakarta, SMP Madina Islamic School di Jakarta dan sebagainya. Sekolah – sekolah tersebut didesain dengan pola pendekatan, proses pembelajaran serta manajemen yang berbeda dibandingkan dengan sekolah – sekolah reguler lainnya.
Oleh karenanya para orang tua yang rata – rata
berduit, berbondong – bondong menyerbu sekolah unggulan tersebut. Terkadang masyarakat masih kurang bisa menghargai makna “unggulan”. Masyarakat masih banyak yang mengharapkan dengan biaya yang semurah mungkin namun dapat merasakan “Sekolah Unggulan”, dengan kata lain “biaya ekonomi layanan eksekutif”. Ironisnya lagi, masyarakat sudah terjebak pada budaya instan tidak memahami bahwa semuanya itu pakai proses.
Tanpa sadar para
orang tua ikut andil dalam membentuk karakter “cengeng” – “lebay ” pada anak – anaknya. Di sisi lain anak – anak sekarang lebih tertarik pada sekolah yang penampilannya “wah”, tidak memperhatikan bagaimana proses pembelajaran yang ada di balik sekolah yang penampilannya “wah” 3
tersebut. Kondisi ini sering dimanfaatkan lembaga pendidikan yang hanya menekankan tampilan “wah” untuk mencari murid sebanyak – banyaknya, meskipun proses selanjutnya berjalan ala kadarnya. Disinilah peran orang tua dibutuhkan untuk lebih arif dan bijaksana dalam memilih sekolah bagi anaknya, terlebih lagi untuk memilih sekolah unggulan. Berkaitan dengan “Sekolah Unggulan” ternyata tidak semua kepala
daerah
memprioritaskan
program
pembangunan
yang
mendukung terwujudnya pendidikan yang berkualitas melalui “Sekolah Unggulan”.
Pemeritah Kabupaten Cilacap merupakan salah satu
kabupaten yang sangat peduli pada upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Melalui Gerakan Bangga Mbangun Desa pada Pilar Pendidikan,
Pemerintah
Kabupaten
Cilacap
telah
merintis
keberadaan Sekolah Unggulan melalui penyelenggaraan “Leader Class” yang dimulai sejak Tahun 2013. Krisis kepemimpinan dan keteladanan yang melanda bangsa kita akhir – akhir ini, ikut andil sebagai bahan inspirasi lahirnya “Leader Class” .
Persoalan karakter bangsa dalam hal ini
kepemimpinan
keteladanan,
mendapat
dan
perhatian
serius
merupakan
Pemerintah
persoalan
Kebupaten
yang
Cilacap.
Penyelenggaraan “Leader Class” telah menunjukkan betapa besar perhatian Bupati Cilacap terhadap pembentukan karakter yang pada gilirannya mengarah pada pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ratna Megawangi, Ph.D bahwa : “… pembentukan karakter yang dapat menjadi perilaku yang konsisten harus melibatkan aspek knowing, understanding, feeling and action. Itu saja tidak cukup, tetapi masih memerlukan komitmen yang besar dari pemimpin kita. Pemimpin yang peduli dengan pembangunan karakter adalah mereka yang berkarakter baik…”
4
Perhatian Bupati Cilacap terhadap pembentukan karakter dan pendidikan yang berkualitas melalui “Leader Class” juga punya nilai strategis yang sangat tinggi.
Hal tersebut terkait dengan “Pasar
Bebas Asia Tenggara” atau yang sering disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun 2015. Produk barang dan jasa akan berkompetisi bebas se wilayah Asia Tenggara. Oleh karena itu kita berpacu dengan waktu untuk mewujudkan produk barang – dan jasa yang berkualitas termasuk pendidikan, agar supaya tidak kalah bersaing dengan negara – negara Asia Tenggara lainnya. Jika tidak, maka kita akan menjadi penonton di wilayahnya sendiri. Penyelenggaraan “Leader Class” sebagai bentuk lain dari “Sekolah Unggulan” di Kabupaten Cilacap, tentu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, meskipun baru masih sebatas “Class”. Dibutuhkan dana yang cukup besar, SDM yang berkualitas serta proses yang tidak sebentar.
Kondisi sarana prasarana dan SDM
tentunya harus lebih baik dibandingkan sekolah reguler.
Untuk itu
dibutuhkan dana yang cukup besar. Tidak aneh jika penyelenggara sekolah unggulan di sekolah swasta dikelola oleh yayasan yang bermodal besar. Merujuk pada pengertian kelas unggulan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994), maka “Leader Class” kelas
yang
kemampuan,
dirancang bakat,
untuk
kreativitas
sejumlah dan
siswa
prestasi
yang yang
adalah memiliki
menonjol
dibandingkan dengan siswa lainnya kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan dan adanya tambahan materi pada mata pelajaran tertentu.
Dengan
demikian ada perbedaaan yang signifikan antara “Leader Class” dengan kelas reguler ataupun sekolah reguler. Istilah “Leader” titik beda utama dengan pola pembelajaran reguler.
5
Oleh karena itu, pelaksanaan “Leader Class” mampu
memfasilitasi
masyarakat
Kabupaten
diharapkan
Cilacap
yang
mengharapkan layanan pendidikan berkualitas dalam bentuk kelas unggulan atau sekolah unggulan. Masyarakat Cilacap tidak perlu jauh – jauh ke luar kota untuk memburu sekolah unggulan. Cilacap yang “BERCAHAYA” melalui “Leader Class”
Cukup di
atau “Leader
School”
C. KESIMPULAN Pemeritah Kabupaten Cilacap sangat peduli pada upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Melalui Gerakan Bangga Mbangun Desa pada Pilar Pendidikan,
Pemerintah Kabupaten
Cilacap telah merintis keberadaan Sekolah Unggulan melalui penyelenggaraan “Leader Class” Masyarakat Cilacap tidak perlu jauh – jauh ke luar kota untuk memburu sekolah unggulan. Sudah seharusnya masyarakat Kabupaten Cilacap mendukung penyelenggaraan “Leader Class” sebagai salah satu upaya Pemeritah Kabupaten Cilacap untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas di cilacap “BERCAHAYA” ini.
6
DAFTAR PUSTAKA Humphrey Wangke, Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta, 2009 . Megawangi, Ratna, Semua Berakar Pada Karakter – Isu – isu Permnasalahan Bangsa, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2007.
7
RIWAYAT HIDUP PENULIS 1 2 3 4 5 6
Nama NIP Tempat Lahir Tgl Lahir Agama Pendidikan
: : : :
7 8
Unit Organisasi Jabatan
: :
9 10
Status Hobi
: :
:
ANDI CAHYONO.SE.MT 19780607 200312 1 005 Purbalingga 06 Juli 1978 Islam Strata 2 Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang Disdikpora Kab. Cilacap Pelaksana Adminitrasi Bidang Dikmen Menikah Traveling, Membaca, Bersepeda Cilacap,
Oktober 2014
Andi Cahyono.SE.MT..
8