PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI KABUPATEN KLATEN MELALUI PENGEMBANGAN BANK SOAL Yulinda Erma Suryani, Gunawan Budisantoso, Sri Haryanti, Tasari 1) Universitas Widya Dharma Klaten,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bank soal ujian akhir semester, terutama untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan penelitian. Pelaksanaan penelitian pada tahap I merupakan penelitian quasi eksperimen dalam bentuk pelatihan teknik penulisan dan analisis soal tes prestasi belajar bagi guru SMA dan SMK se-Kabupaten Klaten. Pelatihan tersebut melibatkan 45 orang guru SMA dan SMK yang mengajar pada bidang studi Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil Analisis data dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan skor para peserta pelatihan.Rerata skor postes lebih tinggi dari pada rerata skor postes. Hal ini berarti bahwa Pelatihan Teknik Penulisan dan Analisis Soal Tes Prestasi belajar Bagi Guru SMA dan SMK Se-Kabupaten Klaten efektif untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan Guru dalam menulis dan menganalisis soal tes prestasi belajar. Selain itu, berdasarkan hasil skor para peserta pelatihan telah dilakukan seleksi terhadap peserta pelatihan untuk membentuk Tim Jaringan Pengujian Pendidikan Tingkat Wilayah Kabupaten Klaten. Tim Jaringan Pengujian Pendidikan Tingkat Wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari TIM SMA dan TIM SMK yang masingmasing tim terdiri atas Tim Penulis Kisi-Kisi Soal, Tim Penulis Soal, Tim Penelaah dan Revisi Soal, dan Tim Pengembang Bank Soal. Pada penelitian tahap II, Tim Jaringan Pengujian SMAmengembangkan Bank Soal ujian semester gasal mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris yang terdiri dari bank soal kelas X, kelas XI IPA, kelas XI IPS, kelas XI Bahasa, Kelas XII IPA, Kelas XII IPS dan kelas XII Bahasa. Bersadarkan hasil analisis data kelas X terdapat 43 butir soal Bahasa Indonesia, 44 butir Bahasa Inggris dan 28 butir soal Matematika yang dapat disimpan ke dalam bank soal. Bank soal kelas XI IPA terdiri atas 41 butir soal Bahasa Indonesia, 41 butir Bahasa Inggris dan 30 butir soal Matematika. Bank soal kelas XI IPS terdiri atas 41 butir soal Bahasa Indonesia, 44 butir Bahasa Inggris dan 38 butir soal Matematika. Bank soal kelas XI BAHASA terdiri atas 30 butir soal Bahasa Indonesia, 37 butir Bahasa Inggris dan 36 butir soal Matematika. Bank soal kelas XII IPA terdiri atas 21 butir soal Bahasa Indonesia, 42 butir Bahasa Inggris dan 32 butir soal Matematika. Bank soal kelas XII IPS terdiri atas 38 butir soal Bahasa Indonesia, 44 butir Bahasa Inggris dan 36 butir soal Matematika. Bank soal kelas XII BAHASA terdiri atas 32 butir soal Bahasa Indonesia, 40 butir Bahasa Inggris dan 29 butir soal Matematika. Kata Kunci: bank soal, Bahasa Indonesia, Bahsa Inggris, Matematika, teori tes klasik
1) Penelitian dibiayai melalui Hibah Bersaing, Tahun Anggaran 2013, Rp 65.000.000,2) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Widya Dharma, Dosen FKIP Universitas Widya Dharma, Dosen FKIP Universitas Widya Dharma, Dosen FKIP Universitas Widya Dharma
IMPROVING EDUCATION QUALITY IN KLATEN REGENCY THROUGH DEVELOPMENT OF TEST COLLECTION Yulinda Erma Suryani, Gunawan Budisantoso, Sri Haryanti, Tasari 1) Widya Dharma University Klaten,
[email protected] Abstract This research aims at developing the collection of final semester test, especially for the subjects of Mathematics, Indonesian language, and English language. This research is done in two phases. The first phase of research is experimental quasi research in the form of training on writing technique and analysis of learning achievement test for senior high school and vocational school teachers of Klaten regency. This training involves 45 senior high school and vocational school teachers who teach the subjects of Mathematics, Indonesian language, and English language. Based on data analysis, it can be known that there is a score increase for training participants. The average score of post test is higher than the average score of pre test. It means that the training on writing technique and analysis of learning achievement test for senior high school and vocational school teachers of Klaten regency is effective to increase teachers’ ability and skill in making and analyzing learning achievement test. Besides, based on score result of training participants it has been done a selection for them to make a team of education evaluation network in Klaten regency level. It consists of senior high school and vocational school team in which each team consists of teams as follows: the writers of test blue-print, test makers, test analysists and revisionists, and test collection. In the second phase of research, team of education evaluation network for senior high school develops a test collection for odd semester for the subjects of Mathematics, Indonesian language, and English language which covers a test collection for class X, class XI (Science), class XI (Social), class XI (Language), class XII (Science), class XII (Social), and class XII (Language). Based on the result of analysis, in class X there are 43 test items of Indonesian language, 44 test items of English language and 28 test items of Mathematics which can be saved in a test collection. A test collection in class XI (Science) consists of 41 test items of Indonesian language, 41 test items of English language, and 28 test items of Mathematics. A test collection in class XI (Social) consists of 41 test items of Indonesian language, 43 test items of English language, and 38 test items of Mathematics. A test collection in class XI (Language) consists of 30 test items of Indonesian language, 37 test items of English language, and 37 test items of Mathematics. A test collection in class XII (Science) consists of 22 test items of Indonesian language, 42 test items of English language, and 32 test items of Mathematics. A test collection in class XII (Social) consists of 38 test items of Indonesian language, 44 test items of English language, and 37 test items of Mathematics. A test collection in class XII (Language) consists of 34 test items of Indonesian language, 42 test items of English language, and 29 test items of Mathematics. Key words: test collection, Indonesian language, English language, Mathematics,classical test theory
1) The research is financed through competitive grant, Budget Year of 2013, Rp 65.000.000,2) Lecturer of Psychology Faculty Widya Dharma University, Lecturer of Teacher Training and Education Faculty Widya Dharma University, Lecturer of Teacher Training and Education Faculty Widya Dharma University, Lecturer of Teacher Training and Education Faculty Widya Dharma University
Pendahuluan Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Nawawi (Sugiyono dan Kuntoro, 2004) Pendidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang dalam organisasi atau lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.Tujuan untuk tercapainya sasaran atau tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan maka disusunlah kurikulum sesuai dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesesuaian jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar, isi kurikulum wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian atau pelajaran yang memadai. Tahun 2001 adalah awal diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia.Saat ini, otonomi pendidikan sebagai salah satu bagian dari otonomi daerah itu sendiri mulai digulirkan, meskipun secara bertahap.Saat ini adalah waktu yang menentukan bagi
para
ahli, praktisi, dan pengamat
pendidikan untuk bersama-sama
memberdayakan pendidikan nasional.Ada dua isu besar yang mengiringi pelaksanaan otonomi pendidikan, yakni dimulainya masa transisi desentralisasi pengelolaan pendidikan dan kecenderungan merosotnya hasil pembangunan pendidikan yang selama ini dicapai. Tak dapat ditolak, kedua isu ini akan mempengaruhi arah pendidikan nasional di masa yang akan datang. Dengan digulirkannya otonomi pendidikan yang merupakan salah satu kewenangan esensial daerah, peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang merupakan tolok ukur kualitas sumber daya manusia di daerah telah terbuka. Hal ini terjadi karena bupati/kepala daerah melalui dinas pendidikan saat ini memiliki kewenangan penuh dalam menentukan kualitas pendidikan di daerahnya, baik melalui sistem penerimaan siswa, pembinaan profesionalisme guru, rekrutmen kepala sekolah, penentuan sistem evaluasi, dan sebagainya. Sistem pengajaran dan sistem evaluasi memiliki keterkaitan dalam rangka memantau mutu pendidikan. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dengan memperbaiki sistem pengajarannya, tetapi untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas dan efisiensi sistem pengajaran yang telah dilakukan
diperlukan sistem evaluasi yang baik. Kedua hal tersebut harus merupakan suatu sistem yang harus sejalan dalam skala yang lebih besar, yaitu sebagai bagian dari sistem pendidikan. Secara umum penilaian atau evaluasi adalah suatu sistem sistematis untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiansi suatu program. Evaluasi dalam sistem pendidikan adalah salah satu kegiatan yang sangat penting dilaksanakan secara teratur pada periode-periode tertentu, antara lain untuk memantau kualitas mutu pendidikan dan membantu proses belajar mengajar (PBM) dikelas, karena itu diperlukan alat ukur. Menurut Setiadi (1998) evaluasi perlu dilakukan secara teratur dan sistematis pada periode-periode tertentu untuk melihat kemajuan belajar siswa.Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat diketahui seseorang berdasarkan hasil evaluasi, sehingga informasi yang bermakna dapat diperoleh dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu dalam prakteknya masalah pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses evaluasi. Baik buruknya hasil evaluasi tergantung pada hasil pengukuran. Umar (1991) mengemukakan jika kualitas kegiatan evaluasi cukup baik maka data yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan mengenai peserta didik dan untuk penyempurnaan kurikulum. Sebaliknya jika evaluasi rendah mutunya, akan menyesatkan para pengambil keputusan atau kebijakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi bertujuan untuk memperbaiki proses belajar siswa serta dapat memberi umpan balik yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk perencanaan di masa yang akan datang. Untuk pendidikan menengah evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali yang biasa disebut ujian semester (sub sumatif). Pelaksanaan evaluasi semacam ini didasarkan pada sistem semesteran yang diharapkan dapat memberi gambaran tentang tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran selama 1 tahun. Agar hasil ujian semester ini dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, maka perangkat soal yang digunakan harus memenuhi segala aspek persyaratan bagi sebuah alat ukur yang baik dan teruji dalam berbagai aspek. Perangkat soal yang digunakan dalam ujian semester Tingkat SMA DI Kabupaten Klaten di buat secara bersama-sama melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) baik untuk ujian semester gasal maupun semsester genap. Sedangkan untuk tingkat SMK, soal ujian
semester gasal dibuat masing-masing sekolah dan soal ujian semserter genap dibuat secara bersama-sama melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Hal ini tentu saja bertentangan dengan teori pengukuran yang menyatakan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan soal, yaitu soal yang digunakan tersebut harus valid yaitu sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya dan reliabel yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.Menurut Masrun (1978) gambaran tentang baiknya suatu alat ukur tercermin pada karakteristik dari perangkat soal itu sendiri. Karakteristik adalah ciri-ciri yang melekat atau dimiliki oleh suatu perangkat soal yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Karakteristik suatu perangkat dapat diketahui dari hasil bukti empiris. Perbaikan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui sistem evaluasi. Perbaikan sistem evaluasi dapat dimulai dari proses penyelenggaraan ujian semester baik itu semester I maupun semester II. Evaluasi keberhasilan belajar peserta didik dalam bidang studi, baik yang diselenggarakan pada setiap semester maupun akhir program pendidikan perlu direncanakan sebaik-baiknya, terutama yang berkaitan dengan tes bidang studi Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris karena perangkat soal dibuat secara bersama-sama. Perangkat tes untuk kepentingan evaluasi tersebut, pada masa yang akan datang sistem dan penyelenggaraannya harus didasarkan pada tes standar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Ciri-ciri yang membedakan tes standar dengan tes yang tidak terstandar adalah adanya langkah ujicoba (tryout) dan analisis secara kuantitatif. Analisis butir soal dapat dilakukan dengan pendekatan klasik maupun modern yang disebut item response theory. Tes standar dapat diperoleh melalui upaya yang sistematis, mulai dari penulisan kisi-kisi dan soal tes, penelaah butir soal, uji coba dan analisis empirik hasil tes maupun sistem penyimpanannya. Sistem evaluasi yang baik harus dapat menumbuhkan upaya perbaikan sistem pengajaran. Sistem evaluasi dengan tes prestasi sebagai alat ukurnya harus terdiri dari soal-soal yang berkualitas, yakni soal-soal yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Soal-soal yang baik adalah soal-soal yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik. Soal-soal seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas siswa dalam menggunakan logika berfikir yang dimilikinya. Perangkat tes bidang studi Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris perlu dibakukan dan di simpan dalam bentuk bank soal. Melalui sistem pengujian
dengan bank soal ini dimungkinkan tes standar bidang studi Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris yang dapat dipergunakan untuk kepentingan ujian yang sama sehingga menjamin terselenggaranya sistem pengujian yang fleksibel, adil serta berkesinambungan. Selain itu dengan sistem pengujian melalui bank soal diharapkan hasil-hasil ujian dalam bidang studi Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris selalu dapat diperbandingkan baik antar kecamatan maupun antar sekolah yang ada di Kabupaten Klaten. Berdasarkan pendapat diatas terlihat pentingnya pengembangan bank soal ujian semester di Kabupaten Klaten. Soal-soal yang telah terkalibrasi dapat disimpan dalam suatu bank soal yang terkomputerisasi. Soal yang tersimpan dalam bank soal beserta karakteristik psikometrik dan statistiknya dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Selain itu, validitas dan reliabilitas tes dapat dikontrol. Bank soal memungkinkan perencanaan tes secara efisien serta pembuatan desain tes yang sesuai dengan rata-rata tingkat kemampuan peserta. Skor dari perangkat-perangkat tes yang berbeda dikembangkan dari bank soal akan secara otomatis mempunyai skala yang sama sehingga keterbandingan hasil tes dapat dikembangkan. Pengukuran secara serentak dalam waktu yang sama tidak mudah untuk dilakukan,namun dengan adanya bank soal hal tersebut tidak lagi menjadi hambatan dalam penyelenggaraan ujian akhir sekolah, disamping itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kebocoran soal.
Tinjauan Pustaka A.Pengukuran Dan Penilaian Dalam dunia pendidikan untuk mengetahui keberhasilan suatu program atau kegiatan dalam berbagai bidang, perlu dilakukan penilaian. Penilaian akan melibatkan pengukuran sedangkan pengukuran akan diikuti dengan penilaian. Perbedaan antara pengukuran dan penilaian hanya terletak pada sifatnya.Pengukuran bersifat kuantitatif sedangkan penilaian bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang diikuti oleh suatu keputusan (judgment). Dalam dunia pendidikan Gronlund (1985) mengemukakan bahwa penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan sejauh mana tingkat pencapaian para siswa terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Batasan tersebut mengandung dua hal penting, yakni bahwa penilaian merupakan suatu proses yang sistematis, artinya terdiri dari serangkaian kegiatan yang dilakukan melalui dan berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Disamping itu penilaian juga dihubungkan dengan tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, sebab tanpa ditetapkan tujuan-tujuan pengajaran terlebih dahulu maka tidak mungkin membuat suatu keputusan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapai siswa. Alat ukur yang biasa digunakan dalam pengukuran terdiri dari tes dan non tes.Pengukuran dengan alat ukur berupa tes, sesungguhnya merupakan upaya mengestimasi kesalahan yang mungkin muncul dari respon peserta terhadap tes yang diberikan. Menurut Mardapi (1997) untuk melakukan estimasi besarnya kesalahan pengukuran yang bersumber dari alat ukur diperlukan pengetahuan tentang teori pengukuran.Indikator yang digunakan untuk menentukan besarnya kesalahan pengukuran tergantung pada teori yang digunakan. Metode yang digunakan untuk mengestimasi kesalahan pengukurandalam penelitian ini adalah teori tes klasik. B. Teori Tes Klasik Butir merupakan bagian terkecil dari alat ukur. Mutu tes tergantung pada mutu butir yang dibuat. Mutu butir diketahui dengan melakukan analisis terhadap butir tersebut. Analisis butir dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan pendekatan teori tes klasik dan pendekatan teori tes modern. Analisis butir pada teori tes klasik diperoleh data berupa tingkat kesukaran, daya pembeda, koefisien reliabilitas dan sekor komposit peserta. Analisis butir pada teori respon butir, diperoleh data berupa parameter ciri butir, parameter ciri peserta dan probabilitas jawaban benar. Teori tes klasik memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut diantaranya adalah : a. Statistik yang digunakan dalam Teori Tes Klasik seperti tentang kesukaran dan daya beda tergantung pada sampel yang digunakan dalam analisis. b. Sekor individu yang diperoleh dari satu tes bersifat sangat terbatas terhadap tes yang digunakan, sekor perolehan seseorang bergantung kepada pemilihan tes yang digunakan dan bukan pada kemampuan peserta tes. c.
Konsep
reliabilitas
pada
Teori
Tes
Klasik
yang
berdasarkan
kesejajaran/keparalelan perangkat tes sangat sulit untuk dipenuhi. d. Teori Tes Klasik tidak memberi landasan bagaimana respon peserta tes apabila diberikan butir soal tertentu. Tidak adanya informasi ini berakibat tidak dimungkinkannya melakukan design tes yang bervariasi sesuai kemampuan peserta tes.
v. Indeks kesalahan baku pengukuran diasumsikan sama untuk setiap peserta tes. Padahal seorang peserta tes dimungkinkan untuk berlaku konsisten dalam menjawab setiap soal dari peserta lainnya. Hambleton dan Swaminathan (1991) serta Azwar (1999) mengatakan bahwa pengukuran dengan pendekatan teori tes klasik memiliki kelemahan karena bersifat group dependent dan item dependent. Group dependent adalah bahwa pengukuran tergantung pada kelompok peserta yang dikenai tes. Bila kelompok tersebut memiliki kemampuan tinggi maka tes seolah-olah mudah sehingga hasil pengukuran akan tinggi dan bila kelompok tersebut berkemampuan rendah tes seolah-olah menjadi tes yang sulit sehingga hasil pengukuran akan rendah. Item dependent adalah bahwa hasil pengukuran tergantung pada tes yang diujikan. Artinya bila tes yang diujikan sulit, maka subyek yang dikenai tes seolah-olah berkemampuan rendah, sehingga hasil ukur menjadi rendah. Sebaliknya bila tes yang diujikan mudah, maka subyek yang dikenai tes seolah-olah berkemampuan tinggi sehingga hasil ukur menjadi tinggi pula. Parameter yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis butir pada teori tes klasik untuk tes tipe obyektif, kualitas butir dapat dilihat dari taraf kesukaran butir, daya pembeda dan efektifitas pengecoh (distraktor). Taraf kesukaran (p) yang dinyatakan dengan indeks kesukaran, yang merupakan rasio antara penjawab butir soal dengan benar dan banyaknya penjawab. Daya pembeda atau indeks diskriminasi (d) adalah kemampuan butir soal dalam membedakan subyek yang memiliki kemampuan tinggi (yang diwakili oleh kelompok yang berkemampuan tinggi) dan subyek yang berkemampuan rendah (diwakili oleh kelompok rendah). Suatu butir yang dikatakan memiliki daya diskriminasi tinggi haruslah dijawab dengan benar oleh subyek yang memiliki kemampuan tinggi dan sebaliknya. Kalau proporsi kedua kelompok tersebut sama, maka butir soal dikatakan tidak memiliki daya pembeda atau tidak mampu membedakan subyek yang berkemampuan tinggi dan rendah. Semakin besar daya pembeda (semakin mendekati 1) maka butir semakin mampu membedakan kelompok berkemampuan tinggi dengan rendah, dan semakin kecil harga indeks diskriminasi maka butir semakin tidak mampu membedakan kelompok tinggi dan rendah. Pengestimasian terhadap daya pembeda dari butir soal, dapat dilakukan dengan metode yang lain yaitu dengan mencari korelasi tiap butir dengan sekor totalnya (korelasi point biserial). Beberapa program komputer bisa digunakan untuk mencari korelasi point biserial, diantaranya adalah SPSS, ITEMAN dan bilog.
Distribusi jawaban Tes bentuk pilihan ganda bila dilihat dari strukturnya terdiri dari dua bagian, yaitu pokok soal yang merupakan permasalahan yang ditanyakan dan sejumlah kemungkinan jawaban. Satu dari kemungkinan jawaban merupakan kunci jawaban, sedangkan lainnya merupakan distraktor (pengecoh). Berdasarkan teori tes klasik kunci jawaban dikatakan efektif bila lebih banyak dipilih oleh kelompok yang lebih mampu dibanding yang kurang mampu, dan sebaliknya pengecoh dikatakan efektif bila banyak dipilih oleh kelompok yang kurang mampu dan hanya sedikit (atau tidak sama sekali) dipilih oleh kelompok yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Dari distribusi jawaban dapat dilihat seberapa efektif distraktor atau pengecoh yang dibuat. Ukuran kemampuan peserta tes pada Teori Tes Klasik adalah sekor yang diperoleh atau sekor yang telah ditransformasikan kedalam bentuk lain. Sekor ini tergantung dari tes yang dikerjakan. Jika tes yang diikuti sukar maka sekor yang diperoleh akan cenderung rendah, sebaliknya bila tes yang diikuti mudah maka sekor yang diperoleh akan cenderung tinggi. Ada juga yang memandang sekor perolehan tersebut diubah berdasar acuan norma kelompok. Sekor jenis ini sangat tergantung dari kelompok. Misalnya jika seseorang ditempatkan dalam kelompok yang berkemampuan rendah, maka sekornya akan cenderung tinggi, sebaliknya bila seseorang berada pada kelompok yang berkemampuan tinggi maka sekor yang diperoleh akan cenderung rendah. METODE PENELITIAN Penelitian ini berjudul “Pengembangan Bank Soal Ujian Akhir Semester Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Di Kabupaten Klaten” ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan Bank Soal ujian akhir sekolah yang terdiri dari mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian ini dirancangan dengan menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (research and development/R&D) yang di adaptasi dari modelnya Gall, Gall & Borg (2003). Penerapan model R & D ini dengan cara mengkombinasikan antara pendekatan kuatitatif dan kualitatif dan sifatnya longitudinal. Dikatakan longitudinal, karena penelitian ini sifatnya berkelanjutan untuk jangka waktu yang relatif panjang (Muhajir, 2004) yang dalam hal ini direncanakan selama dua tahun. Pendekatan R & D yang diadaptasi dan dikembangkan dari modelnya dalam penelitian Gall, Gall & Borg (2003) ini, dalam pelaksanaan setiap tahunnya berbeda, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pada penelitian tahap I (Tahun 2012), telah dilakukan pelatihan teknik penulisan dan analisis soal tes prestasi belajar bagi guru SMA dan SMK se-Kabupaten Klaten. Setelah Pelatihan teknik penulisan dan analisis soal tes prestasi belajar bagi guru SMA dan SMK se-Kabupaten Klaten, kemampuan dan keterampilan guru dalam menulis dan menganalisis soal tes prestasi belajar semakin meningkat. Selain itu, di Kabupaten Klaten juga telah terbentuk jaringan Pengujian Pendidikan tingkat Wilayah yang terdiri dari Tim SMA dan Tim SMK, yang masing-masing tim terdiri dari tim penulis kisi-kisi soal, tim penulis soal, tim penelaah dan revisi soal, dan tim pengelola bank soal. Tim jaringan pengujian Pendidikan Tingkat Wilayah Kabupaten Klaten akan melakukan pengembangn bank soal, yang nantinya dapat digunakan dalam penyelenggaraan ujian akhir semester. Pengembangan bank soal ujian akhir semester akan dilakukan pada penelitian tahap tahap II (tahun 2013). Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian tahap kedua adalah sebagai berikut: 1. Penulisan kisi-kisi dan soal. Penulisan kisi-kisi tes bertujuan untuk mengidentifikasi semua tingkah laku yang terkandung dalam tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada kurikulum KTSP. Pengembangan tes dalam penelitian ini mengarah pada pendekatan kemampuan standar dan kemampuan dasar yang harus dimiliki lulusan SMA/MA dan SMK. Kemampuan tersebut dijabarkan lebih luas dalam bentuk indikator-indikator butir soal. Penyusunan kisi-kisi diambil dari konsep, prinsip dan hukum yang mewakili sub-sub pokok bahasan tersebut. Setelah kisi-kisi disusun, kegiatan dilanjutkan dengan menyusun, menulis tes yang berpedoman pada kisi-kisi yang ada. 2. Telaah butir soal. Tes yang telah disusun dikonsultasikan kepada ahli, baik ahli bidang studi maupun ahli pengukuran. Untuk keperluan validasi, kepada penilai diberikan lembar validasi butir soal untuk menilai perangkat tes dan lembar saran. Kegiatan tersebut dilakukan sebelum soal diujicobakan, untuk mengetahui kesesuaian materi soal, keterbacaan soal, konstruksi antara materi dengan ide kebahasaan soal, dan untuk mengetahui kekurangan yang nyata pada butir soal Telaah butir soal secara kualitatif meliputi tiga aspek yaitu aspek materi, konstruksi dan bahasa Telaah butir soal didasarkan atas kaidah-kaidah telaah butir yang dikeluarkan Diknas (2000). 3. Ujicoba instrumen. Tes yang telah disusun dan direvisi, diujicobakan. Ujicoba dimaksudkan untuk: (1) melihat keterbacaan soal, (2) mengukur waktu yang
diperlukan, (3) melihat kecenderungan kesalahan siswa, dan (4) menentukan karakteristik butir soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. 4. Menganalisis butir soal. Hasil ujicoba dianalisis dengan menggunakan pendekatan item response theory untuk memperoleh tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas tes yang telah disusun. 6. Perakitan tes. Butir-butir yang telah dikalibrasi disusun kembali dengan memperhatikan pengamatan pada ujicoba yang telah dilakukan. Tampilan dari bentuk soal juga perlu mendapat perhatian. Selanjutnya soal yang telah dirakit digunakan untuk pengambilan data. 7. Administrasi tes. Paket tes yang dirakit perlu diadministrasikan tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas tesnya. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dapat diilustrasikan dalam diagram alur berikut: Pelatihan Teknik Penulisan dan Analisis Soal Tes Prestasi Belajar
Penulisan KisiKisi Soal Penulisan Soal
Jaringan Pengujian Pendidikan Wilayah Kabupaten Klaten
Telaah dan Revisi
Perakitan Tes
Ujicoba Tes
Tim SMK
Tim SMA
Kalibrasi Soal
Seleksi Soal Tim Penuli s KisiKisi
Tim Penuli s Soal
Tim Penela ah dan Revisi
TAHAP I 2012)
Tim Pengel ola
Soal Baik
Bank Soal TAHAP II (2013)
Soal Jelek/ Tidak Berfungsi
Metode Analisis Data Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menganalisis output program Iteman dari setiap paket tes, pertama menurut Mardapi (1998) tingkat kesukaran butir soal yang baik berada pada interval 0,3 sampai 0,7. Daya beda soal minimal 0,2 dan pengecoh yang baik jika ada yang memilih, ini sesuai dengan pendapat Allen & Yen (1979), kedua berdasarkan pendapat Crocker & Algina (1986) bahwa indek daya beda (d) dengan rentang d 0,40 butir soal berfungsi sangat baik, rentang 0,3 d 0,39 butir soal tidak perlu direvisi, rentang 0,2 d 0,29 butir soal perlu direvisi sedangkan jika d 0,19 soal harus dibuang atau direvisi, ketiga berdasarkan kriteria yang dikeluarkan depdiknas, rentang kesulitan butir (p) jika p 0,7 butir tergolong mudah, rentang 0,3 p 0,7 butir soal tergolong sedang dan rentang p 0,3 butir soal tergolong sukar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu menganalisis indek kesukaran soal antara lain : (a) soal yang ekstrim sulit atau mudah tidak memberikan informasi yang berguna bagi sebagian peserta tes, (b) sekalipun butir soal terlalu sukar atau terlalu mudah apabila setiap pengecoh pada butir tersebut menunjukkan distribusi jawaban merata dan daya beda (point biserial) negatif (kecuali kunci) maka butir soal tersebut masih dapat diterima, (c) sekalipun butir soal terlalu mudah atau terlalu sukar namun jika memiliki daya beda dan statistik pengecoh memenuhi kriteria maka soal tersebut dapat diterima akan tetapi jika daya beda dan statistik pengecoh tidak memenuhi kriteria maka butir soal perlu direvisi dan di ujicoba lagi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tahap II dengan menggunakan bantuan komputer program ITEMAN versi 3.00. Kriteria penerimaan
butir soal untuk disimpan ke dalam bank soal adalah dengan
menggunakan nilai koefisien korelasi biserial. Jika koefisien korelasi biserial nilainya lebih besar dari pada 0,20 maka butir soal tersebut dapat disimpan ke dalam bank soal. Namun, jika koefisien korelasi biserial nilainya kurang dari pada 0,20 maka butir soal tersebut harug digugurkan atau dibuang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tahap awal secara umum bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan penulisan dan analisis soal tes prestasi belajar terhadap kemampuan menulis dan analisisa soal tes prestasi belajar bagi guru SMA dan SMK di Kabupaten Klaten. Selain itu, pada penelitian tahap I tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu
terbentuknya Tim Jaringan Pengujian Pendidikan Wilayah Kabupaten Klaten. Tim Jaringan Pengujian Wilayah Kabupaten Klaten yang telah dibentuk terdiri dari dua Tim yaitu TIM SMA dan TIM SMK, yang masing-masing tim terdiri dari tim penulis soal, tim penelaah dan revisi soal, serta tim pengelola dan pengembangkan bank soal ujian semester tingkat SMA dan SMK yang pada tahap awal terdiri dari mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Tim Jaringan Pengujian Wilayah Kabupaten Klaten yang telah terbentuk pada penelitian tahap I akan mengembangkan bank soal ujian semester tingkat SMA dan SMK di Kabupaten Klaten berdasarkan teori tes klasik. Tim Jaringan Pengujian Tingkat Wilayah telah mengembangkan bank soal ujian semeser untuk tingkat SMA. Pengembangan bank soal yang dilakukan masih berdasarkan kurikulum KTSP 2006 karena Belum semua sekolah dikabupaten Klaten menerapkan kurikulum 2013. Tim Jaringan Pengujian Tingkat SMA telah mengembangkan bank soal ujian semester gasal yang terdiri dari 3 mata pelajaran yaitu Matemátika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, yang terdiri dari soal kelas X, kelas XI jurusan IPS dan IPA, dan Kelas XII jurusan IPA dan IPS. Soal Matemátika terdiri atas 40 soal pilihan ganda, Bahasa Indonesia sebanyak 50 soal, dan Bahasa Inggris sebanyak 50 soal. Kegiatan awal yang dilakukan sebelum menulis soal-soal yang akan dijadikan bank soal adalah menyusun kisi-kisi dengan tujuan memberikan arah untuk hal-hal yang berkaitan dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan dibuat soalnya, jumlah, bobotnya, uraian materi, standar kompetensi yang ingin dicapai melalui indikator yang dapat di tes dan spesifikasi lain agar diperoleh soal-soal yang valid. Setelah diperoleh kisi-kisi soal yang dinginkan barulah menulis soal dengan berpatokan kepada kaidah penulisan soal tes pilihan ganda. Telaah kualitatif dilakukan untuk setiap butir soal dari tiap paket oleh 3 orang Pada telaah ini belum ada data lain yang mendukung atau belum ada data empirik. Telaah kualitatif terhadap semua butir soal untuk mengetahui mutu soal dari segi kaidah penulisan soal yaitu menyangkut isi atau materi soal, konstruksi soal, dan dari segi bahasa. Poin-poin telaah tersebut diplot dalam sebuah matrik, soal-soal yang telah lolos dari telaah dapat langsung dimasukkan ke dalam paket soal, terhadap soal-soal yang tidak lolos telaah dilakukan editing dan revisi dimana kekurangannya harus diganti sampai memenuhi kriteria yang ada.
Berikut ini disajikan hasil pengembangan bank soal ujian semester gasal di Kabupaten Klaten untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Tabel 1 Rangkum Karakteristik butir soal Kelas X untuk Mata Pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Kelas/Jurusan
X
XI
IPA
IPS
BAHASA
XII
IPA
IPS
BAHASA
Mapel
B. Indonesia B. Inggris Matematika B. Indonesia B. Inggris Matematika B. Indonesia B. Inggris Matematika B. Indonesia B. Inggris Matematika
p>0,70 (Mudah) 26 20 2 19 7 2 27 6 16 14 4 11
0,30
P≥0,3 (Sukar) 0 1 9 4 3 22 2 7 1 4 9 5
d< 0,20 (Gugur) 7 6 12 9 9 12 9 7 2 20 13 3
d ≥ 0,20 (Bagus) 43 44 28 41 41 28 41 43 38 30 37 37
Juml ah Bank Soal 43 44 28 41 41 28 41 43 38 30 37 37
B. Indonesia B. Inggris Matematika B. Indonesia B. Inggris Matematika B. Indonesia B. Inggris
15 17 11 25 10 8 11 12
7 21 18 12 26 22 18 24
0 4 3 1 8 7 5 6
28 8 8 12 6 3 16 8
22 42 32 38 44 37 34 42
22 42 32 38 44 37 34 42
Matematika
12
Berdasarkan
Tingkat Kesukaran
pengembangan
15
bank
Daya Pembeda
2
soal
yang
11
telah
29
dilakukan
29
untuk
matapelajaran Bahasa Indonesia kelas X diperoleh bank soal sebanyak 43 butir. Daya pembeda soal Bahasa Indonesia berkisar antara 0,207 samapai dengan 0,536. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal diperoleh 26 butir atau 60,46 % soal termasuk dalam kategori mudah, dan 17 butir atau 39,54% soal termasuk dalam kategori sedang. Tidak ada satu butirpun yang termasuk dalam kategori sukar. Pengembangan bank soal Bahasa Inggris yang telah dilakukan memperoleh bank soal sebanyak 44 butir. Daya pembeda soal Bahasa Inggris berkisar antara 0, 204 sampai dengan 0,569. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal, dari 44 butir tersebut 20 butir atau 45,45% termasuk dalam ketegori mudah, 23 butir atau 52,27% termasuk dalam kategori sedang dan 1 butir atau 2,28% termasuk dalam kategori sukar. Soal matematika yang dapat disi,pam ke dalam bank soal sebanyak 28 butir soal, dengan rincian 2 butir atau 7,14 % termasuk dalam kategori soal yang mudah, 17 butir atau 60,71% soal termasuk kategori mudah, 9 butir atau 13,14% soal
termasuk kategori sukar. Daya pembeda soal Matematika berkisar antara 0,206 sampai dengan 0, 459. Bank soal Kelas XI Jurusan IPA mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh sebanyak 41 butir, dengan rincian 19 butir atau 46,34% soal termasuk dalam kategori tingkat kesukarannya mudah, 18 butir atau 43,9 % termasuk soal yang tingkat kesukarannya sedang dan 4 butir atau 9,76% termasuk dalam kategori soal yang sukar. Daya pembeda soal Bahasa Indonesia berkisar antara 0,207- 1,000. Bank soal Bahasa Inggris yang diperoleh sebanyak 41 butir dengan karakteristik daya pembeda berkisar antara 0,235 sampaidengan 0,873. Berdasarkan tingkat kesukaran diperoleh 7 butir atau 17,07 % termasuk dalam kategori soal mudah, 31 butir atau 75,61% termasuk dalam kategori soal sedang dan 3 butir atau 7,32 % termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Matematika yang diperoleh sebanyak 28 butir soal. Daya pembeda soal berkisar antara 0,211 sampai dengan 0,404. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal, 2 butir atau 7,14 % termasuk dalam kategori soal mudah, 4 butir atau 14,28% termasuk dalam kategori soal sedang dan 22 butir atau 78,48% termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Kelas XI Jurusan IPS mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh sebanyak 41 butir, dengan rincian 27 butir atau 65,85% soal termasuk dalam kategori tingkat kesukarannya mudah, 12 butir atau 29,27% termasuk soal yang tingkat kesukarannya sedang dan 2 butir atau 4,88% termasuk dalam kategori soal yang sukar. Daya pembeda soal Bahasa Indonesia berkisar antara 0,208-0,665. Bank soal Bahasa Inggris yang diperoleh sebanyak 43 butir dengan karakteristik daya pembeda berkisar antara 0,210 sampaidengan 0,704. Berdasarkan tingkat kesukaran diperoleh 6 butir atau 13,95 % termasuk dalam kategori soal mudah, 30 butir atau 69,77% termasuk dalam kategori soal sedang dan 7 butir atau 16,28 % termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Matematika yang diperoleh sebanyak 38 butir soal. Daya pembeda soal berkisar antara 0,246 sampai dengan 0,858. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal, 16 butir atau 42,10 % termasuk dalam kategori soal mudah, 21 butir atau 55,26% termasuk dalam kategori soal sedang dan 1 butir atau 2,64% termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Kelas XI Jurusan BAHASA mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh sebanyak 30 butir, dengan rincian 14 butir atau 46,67% soal termasuk dalam kategori tingkat kesukarannya mudah, 12 butir atau 40% termasuk soal yang tingkat kesukarannya sedang dan 4 butir atau 13,33% termasuk dalam kategori soal
yang sukar. Daya pembeda soal Bahasa Indonesia berkisar antara 0,212-0,639. Bank soal Bahasa Inggris yang diperoleh sebanyak 37 butir dengan karakteristik daya pembeda berkisar antara 0,214 sampaidengan 0,717. Berdasarkan tingkat kesukaran diperoleh 4 butir atau 10,81 % termasuk dalam kategori soal mudah, 24 butir atau 64,86% termasuk dalam kategori soal sedang dan 9 butir atau 24,33 % termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Matematika yang diperoleh sebanyak 37 butir soal. Daya pembeda soal berkisar antara 0,213 sampai dengan 0,852. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal, 11 butir atau 29,73 % termasuk dalam kategori soal mudah, 21 butir atau 56,76% termasuk dalam kategori soal sedang dan 5 butir atau 13,51% termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Kelas XII Jurusan IPA mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh sebanyak 22 butir, dengan rincian 15 butir atau 68,18% soal termasuk dalam kategori tingkat kesukarannya mudah, 7 butir atau 31,82 % termasuk soal yang tingkat kesukarannya sedang dan tidak ada satu butirpun yang termasuk dalam kategori sukar. Daya pembeda soal Bahasa Indonesia berkisar antara 0,207- 0,308. Bank soal Bahasa Inggris yang diperoleh sebanyak 42 butir dengan karakteristik daya pembeda berkisar antara 0,230 sampaidengan 0,553. Berdasarkan tingkat kesukaran diperoleh 17 butir atau 40,48 % termasuk dalam kategori soal mudah, 21 butir atau 50% termasuk dalam kategori soal sedang dan 4 butir atau 9,52 % termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Matematika yang diperoleh sebanyak 32 butir soal. Daya pembeda soal berkisar antara 0,200 sampai dengan 0,513. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal, 11 butir atau 34,37 % termasuk dalam kategori soal mudah, 18 butir atau 56,25% termasuk dalam kategori soal sedang dan 3 butir atau 9,37% termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Kelas XII Jurusan IPS mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh sebanyak 38 butir, dengan rincian 25 butir atau 65,79% soal termasuk dalam kategori tingkat kesukarannya mudah, 12 butir atau 31,58% termasuk soal yang tingkat kesukarannya sedang dan 1 butir atau 2,63% termasuk dalam kategori soal yang sukar. Daya pembeda soal Bahasa Indonesia berkisar antara 0,235-0,551. Bank soal Bahasa Inggris yang diperoleh sebanyak 44 butir dengan karakteristik daya pembeda berkisar antara 0,214 sampaidengan 0,700. Berdasarkan tingkat kesukaran diperoleh 10 butir atau 22,73 % termasuk dalam kategori soal mudah, 26 butir atau 59,09% termasuk dalam kategori soal sedang dan 8 butir atau 18,18 % termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Matematika yang diperoleh sebanyak
37 butir soal. Daya pembeda soal berkisar antara 0,205 sampai dengan 0,792. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal, 8 butir atau 21,62 % termasuk dalam kategori soal mudah, 22 butir atau 59,46% termasuk dalam kategori soal sedang dan 7 butir atau 19,92% termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Kelas XII Jurusan BAHASA mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh sebanyak 34 butir, dengan rincian 11 butir atau 32,35% soal termasuk dalam kategori tingkat kesukarannya mudah, 18 butir atau 52,94% termasuk soal yang tingkat kesukarannya sedang dan 5 butir atau 13,51% termasuk dalam kategori soal yang sukar. Daya pembeda soal Bahasa Indonesia berkisar antara 0,203-0,765. Bank soal Bahasa Inggris yang diperoleh sebanyak 42 butir dengan karakteristik daya pembeda berkisar antara 0,244 sampaidengan 0,797. Berdasarkan tingkat kesukaran diperoleh 12 butir atau 28,57 % termasuk dalam kategori soal mudah, 24 butir atau 57,14% termasuk dalam kategori soal sedang dan 6 butir atau 14,29 % termasuk dalam kategori soal sukar. Bank soal Matematika yang diperoleh sebanyak 29 butir soal. Daya pembeda soal berkisar antara 0,202 sampai dengan 0,705. Berdasarkan tingkat kesukaran butir soal, 12 butir atau 41,38 % termasuk dalam kategori soal mudah, 15 butir atau 51,72% termasuk dalam kategori soal sedang dan 2 butir atau 6,9% termasuk dalam kategori soal sukar.
Daftar Pustaka: Allen, M.J. and Yen, W.M. 1979. Introduction to Measurement Theory.California: Brooks/ Cole Publishing Company. Anastasi, A. and Urbina, S. 1979. Psychological Testing (4th ed). New York:Macmillan Publishing Co. Inc. Depdiknas. 2000. Pedoman Pengembangan Bank Soal (Ed ke-4). Jakarta :Puslitbangsijian. Ebel, R. L. 1972. Essentials of Educational Measurement. New Jersey : PrenticeHall, Englewood Cliff. Fernandes, H.J.X. 1980. Testing and Measurement. Jakarta : National EducationPlanning, Evaluating and Curriculum Development. Gronlund, N.E. 1982. Constructing Achievement Test. New Jersey : Prentice-Hall, Englewood Cliff. Gronlund, N.E. 1985. Measurement and Evaluation In Teaching. 5th ed. NewYork: Macmillan Publishing Company. Hamalik, O. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung:Mandar Maju. Linn, R. 1988. Educational Measurement. (3rd ed). New York: MacmillanPublishing Company.
Mardapi, J. 1997. Konsep Dasar Teori respon Butir: Perkembangan Dalam Bidang Pendidikan. Laporan Penelitian Cakrawala Pendidikan.Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. Mardapi, J. 1999. Evaluasi Penyelenggaraan Ebtanas. Laporan penelitian.Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. Masrun. 1978. Pengukuran Dalam Pendidikan. Fakultas Psikologi UniversitasGadjah Mada Yogyakarta. Mehrens, W.A. and Lehmann, I.J. 1984. Measurement Evaluation in Educationand Psychology. 3rd ed. New York: Holt, Rinehart and Winston. Muhibin. 1995. Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remadja RosdaKarya. Naga, D.S. 1992. Pengantar Teori Sekor Pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta:Gunadarma. Nunnanly, J.C. 1978. Psychometric Theory. New Delhi: McGraw Hill BookCompany. Suryabrata, S. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. Thorndike, R.L. 1982. Applied Psychometric. Boston: Houghton, Mifflin Company.