UPAYA ALTERNATIF OPTIMALISASI LEADER CLASS UNTUK MENYONGSONG ERA EMAS KABUPATEN CILACAP Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Leader Class di Kabupaten Cilacap “...Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kau gunakan untuk mengubah dunia...“ -(Nelson Mandela, 1993 Nobel Peace Prize laureate)1
Tahun 2045 merupakan tahun yang bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia. Inilah yang melatarbelakangi kebangkitan generasi emas. Maka pantaslah sekarang adalah saat yang tepat bagi pendidikan untuk berperan menciptakan generasi emas Indonesia. Didukung dengan bonus demografi, yaitu situasi yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun), dalam evolusi kependudukan yang dialaminya yang diperkirakan akan dirasakan Indonesia pada tahun 2025, maka selain idealisasi sangat perlu adanya realisasi dan optimalisasi. Publikasi The Global Competitiveness Report yang diterbitkan oleh World Economic Forum pada tahun 2013 menunjukkan bagaimana daya saing Indonesia dalam persaingan global. Pada tahun 2012, peringkat Indonesia berdasarkan Growth Competitiveness Index berada di urutan ke–38 dari 148 negara. Prestasi Indonesia di 2013 masih dibelakang negara tetangga serumpun ASEAN, yaitu Malaysia dengan urutan 24, Brunei Darussalam dengan urutan 26, dan Thailand dengan urutan 37. (Sumber: World Economic Forum-The Global Competitiveness Report 1
United Nations. Education For All. Diakses pada http://www.un.org/en/globalissues/briefingpapers/efa/quotes.shtml
13
April
2013.
1
tahun 2013-2014). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah dan kalah bersaing, baik di tingkat regional ASEAN terlebih lagi di tingkat dunia. Hal tersebut perlu direspon dengan tanggap dan efektif melalui pembenahan di sektor pendidikan. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional tahun 2000 (Mulyasa, 2006:23) mengungkapkan bahwa salah satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang dikembangkan di Indonesia adalah kurangnya perhatian pada output.2 Dengan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat alternatif solusi dalam menghadapi persaingan global dengan metode pengembangan sumber daya manusia yang applicable dan berpotensi dikembangkan secara masif.
A. Program Optimalisasi Program Leader Class Program Leader Class merupakan program yang baru kali pertama ada di Indonesia pada tahun 2012 yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap untuk mewadai para pelajar berprestasi yang memiliki kemampuan bakat kreatifitas dan prestasi yang menonjol. Siswa yang mengikuti program Leader class adalah siswa pilihan atau dengan kata lain, Leader Class adalah Kelas Unggulan. Perbedaannya adalah siswa Leader Class akan mendapatkan berbagai fasilitas pendidikan hingga biaya hidup sehari-hari dan tempat tinggal. Harapan dari program ini adalah agar menjadi acuan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan serta mengoptimalkan bibit-bibit unggul SDM sehingga menjadi generasi penerus serta pemimpin yang berjaya bagi era emas Kabupaten Cilacap maupun Indonesia. Program ini menitikberatkan pada pengembangan siswa berprestasi. Maka, alangkah sempurnanya potensi ilmu pengetahuan yang telah 2
Mulyasa E. 2006. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Penerbit: PT Remaja Rosdakarya.
2
dimiliki siswa apabila digabungkan dengan akhlak dan mental yang mumpuni.
Penulis memiliki
beberapa
alternatif
untuk
mendukung
optimalisasi program Leader Class tersebut, yaitu:
A.1. Pengembangan Kepribadian Melalui Bimbingan dan Konseling Menurut Bimo Walgito (1982: 11) bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya.3 Kemudian Depdikbud (1976: 19a) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan timbal balik antar individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapinya saat ini dan waktu yang akan datang.4 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan usaha untuk membantu individu atau sekelompok individu untuk mengatasi masalah mereka pada waktu itu dan masa mendatang. BK semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya disetiap institusi pendidikan. Hal ini didukung oleh Koestoer Parwisastro (1982) yang menyatakan bahwa para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapinya.5 Jadi, selain membantu permasalahan siswa, akan lebih baik apabila pembekalan karakter berbudi luhur juga diberikan secara rutin. Tidak dipungkiri bahwa karakter yang baik membentuk sikap yang baik pula sehingga akan terjadi persaingan yang sehat dalam masyarakat.
3
4
5
Bimo Walgito. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Yasbit Fakultas Psikologi, UGM. Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Balai Pustaka. Partowisastro Koestoer. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Erlangga.
3
A.2. One Book One Week Pembaca yang baik dapat memahami ide-ide, mengikuti argumen, dan mendeteksi kesalahan tulisan. Terdapat pula korelasi yang kuat antara membaca dan pengetahuan kosakata. Dengan kata lain, siswa yang memiliki kosakata yang bervariasi biasanya merupakan pembaca yang baik. Dalam persaingan global, bahasa merupakan salah satu modal penting, baik bahasa nasional maupun asing. Memahami urgensi dari kemampuan berbahasa, maka penulis mengangkat program One Book One Week sebagai salah satu alternatif peningkatan mutu melalui kegiatan membaca. Sejauh ini penerapan masih dilakukan di lingkup komunitas, penulis memberikan gagasan agar program ini diterapkan juga di lingkup pendidikan yang lebih luas. Dimulai dari tingkat SD, misalnya SD ABC di Depok. Dibagai dalam dua jangka waktu dengan capaian sebagai berikut: a). jangka pendek penerapan dilakukan di SD ABC; b). jangka panjang adalah penerapan di instansi pendidikan di Indonesia. Alasan pemilihan SD ABC sebagai target jangka pendek adalah karena SD ABC merupakan institusiyang terjangkau oleh penulis dan komunitasnya sehingga langkah konkret dapat dilakukan oleh penulis dalam kapasitasnya sebagai mahasiswa. Tahapan kerja terhadap target pencapaian jangka pendek adalah sebagai berikut: (1). Pembahasan ide dengan pengajar. (2). Kemudian diajukan ke birokrasi tertinggi SD ABC yaitu Kepala Sekolah. Apabila disetujui maka akan menimbulkan snow-balling effect. (3). Diharapkan dengan himbauan dan kebijakan Kepala Sekolah, program One Book One Week selanjutnya diiplementasikan di SD ABC sebagai langkah awal. (4). Pemberian reward bagi pematuh kebijakan dengan kriteria tertentu dan punishment bagi yang melanggar. Seluruh elemen institusi terkait dengan kebijakan tersebut. (5). Evaluasi program. Apabila satu daerah dapat berkembang dengan suatu kebijakan, maka daerah lain akan mengikutinya, dengan syarat daerah tersebut mampu. Program
4
jangka pendek merupakan program percontohan bagi rencana jangka panjang. Setelah mengetahui blueprint dari program, berikut langkah pendukung bagi peserta program agar manfaat program lebih terasa yaitu: a). mencoba metode chain-read; b). ciptakan lingkungan membaca yang nyaman; c). abaikan metodes skimming; d). gunakan metode “50 halaman”. Menurut Pretorius (2000) hasil penelitian dalam linguistik terapan dan konsistensi membaca, menunjukkan korelasi yang kuat antara kemampuan membaca dan keberhasilan akademis pada berbagai tingkatan usia, dari sekolah dasar sampai ke tingkat universitas. Siswa yang banyak membaca dan memahami bacaan mereka biasanya mencapai nilai yang bagus dan lebih berprestasi.6
A.3. Ecoducation Ecoducation berasal dari eco yaitu lingkungan dan education bermakna pendidikan, kesimpulannya Ecoducation adalah pendidikan berwawasan lingkungan. Elemen penting suatu negara adalah alam dan sumber dayanya. Dalam hal ini, perlu rekonstruksi pola pikir yang menempatkan kesadaran bahwa alam juga memiliki regulasi, sehingga pemanfaatannya juga harus terkontrol. Maka diperlukan langkah-langkah partisipatif untuk mencegah masalah lingkungan dan sumber daya alam, salah satunya melalui Ecoducation. Salah satu dari tujuan Ecoducation yaitu memastikan keberlanjutan lingkungan hidup. Penulis memiliki gambaran bahwa nantinya program ini diterapkan di instansi pendidikan dan prosesnya disesuaikan dengan jenjang kelasnya. Program ini akan lebih efektif apabila dibentuk menjadi suatu kegiatan ekstrakurikuler. Selain mengajak peserta untuk peduli lingkungan namun juga mengedukasi bahwa ada concern yang lebih krusial, misalnya edukasi eksploitasi minyak atau penggundulan hutan 6
E. Pretorius. 2000. What They Can’t Read Will Hurt Them: Reading And Academic. Innovation, 21,33-41. Diakses pada 12 April 2014. http://www.innovation.ukzn.ac.za/InnovationPdfs/No21pp33-41Pretorius.pdf.
5
bagi tingkat SMP hingga universitas, sedangkan untuk prasekolah dan SD diajak melakukan kegiatan dari hal sederhana, misalnya memilah jenis sampah. Apabila diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, menurut penulis kurang efektif mengingat adanya kemungkinan benturan dengan kurikulum. Selain itu program ini menitikberatkan pada praktik, sehingga butuh waktu dan pergerakan yang lebih intensif.
B. Urgensi Pengembangan Leader Class Bagi Daya Saing Global Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 bab VI ayat 1 menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Maka sudah sepatutnya pendidikan harus dikembangkan secara tepat guna dan kreatif mencakup seluruh jalur pendidikan. Saat ini perubahan semakin dinamis, sehingga permasalahan pendidikan akan berpengaruh pada sektor lainnya. Selain itu, pada tahun 2025-2035 jumlah penduduk Indonesia usia produktif cukup tinggi, termasuk wilayah Kabupaten Cilacap, sehingga generasi tersebut harus disiapkan mulai sekarang. Leader Class merupakan motor pendorong dunia pendidikan untuk bersaing memunculkan bibit unggul pada setiap siswa. Bibit unggul yang kemudian ditarik ke program Leader Class mulai dari SMP dan SLTA tak bisa didapat secara instan, perlu ada pengembangan sejak dini dari pendidikan prasekolah dan SD. Oleh karena itu, metode yang diangkat penulis membantu meningkatkan kualitas hasil program Leader Class untuk bersaing di kancah nasional, baik masa kini dan masa depan, mengingat masyarakat yang berpendidikan dapat membawa bangsanya menjadi negara yang maju dan disegani negara lain. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kreatifitas penguasaan IPTEK, kesejahteraan, dan perekonomian negara, sehingga perlu adanya optimalisasi sistem pendidikan masa kini agar lebih baik.
6