OPTIMALISASI DANA DESA : UPAYA ALTERNATIF MENYONGSONG BONUS DEMOGRAFI INDONESIA 2020-2030 BISMAR ARIANTO Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Jalan Raya Pulau Dompak Tanjungpinang-KEPRI
[email protected]
ABSTRAK Bonus demografi adalah kondisi dimana banyaknya jumlah penduduk berusia produktif dan rendahnya jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun dan kelompok penduduk berusia 60 hingga 65 tahun atau jumlah penduduk berusia kerja lebih tinggi dari pada jumlah penduduk anak-anak dan usia tua. Indonesia akan mengalami bonus demografi tahun 2020- 2030. Menyonsong bonus demografi banyak keuntungan dan tantangan akan dihadapi Indonesia. Keuntunganya antara lain jumlah pengangguran berkurang, meningkatnya daya saing bangsa, pertumbuhan ekonomi lebih baik serta Indonesia menjadi negara maju. Tantangan bonus demografi ini diantaranya ketersedian lapangan pekerjaan yang terbatas, naiknya angka pengganguran, kualitas SDM yang rendah, ketebatasan infrastruktur, penguasan teknologi yang belum optimal, pengelolan birokrasi yang belum bersih. Dalam upaya memaksimalkan masa bonus demografi ini bagi kemajuan Indonesia perlu upaya yang komprehensif. Salah satunya melalui optimaliasasi pengelolaan dan penggunaan dana desa. Kontribusi signifikan yang bisa diberikan oleh dana desa dalam menyongsong bonus demografi adalah, pertama, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan prasarana fisik dasar di desa yang akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan di desa. Kedua, pemberdayaan masyarakat desa dalam rangka meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa. Kata kunci : bonus demografi, dana desa, dan pemberdayaan masayarakat desa
PENDAHULUAN Bonus demografi adalah kondisi dimana produktivitas ekonomi meningkat pesat sebagai imbas dari rendahnya rasio ketergantungan (dependency ratio) dan
84 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
besarnya populasi angkatan kerja (Suryahadi dkk., 2012). Bonus demografi kondisi dimana mana banyaknya jumlah penduduk berusia produktif dan rendahnya jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun. Kemudian jumlah kelompok penduduk berusia 60 hingga 65 tahun juga tidak begitu banyak. Pada masa ini beban konsumsi untuk populasi penduduk usia anak-anak relatif kecil, maka biaya konsumsi untuk populasi ini dapat dialihkan ke investasi yang lebih produktif. Di Indonesia diperkirakan hingga tahun 2030 akan mengalami bonus demografi dimana jumlah penduduk berusia kerja lebih tinggi dari pada jumlah penduduk anak-anak dan usia tua. Pada masa ini, Indonesia akan mengalami peningkatan produktivitas yang berakibat pada kenaikan pendapatan dan konsumsi. Berikut grafik tentang gambaran bonus demografi di Indonesia. Grafik 1 Bonus Demografi di Indonesia
Banyak keuntungan dan tantangan yang akan didapatkan oleh Indonesia dalam masa bonus demografi. Dari berbagai kajian yang pernah dilakukan diantaranya jumlah pengangguran berkurang, akan meningkatnya daya saing bangsa, pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik serta Indonesia menjadi negara maju. Berdasarkan kajian McKinsey Global Institute tahun 2012, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu negara ekonomi terbesar dalam kurun 20 tahun kedepan. Namun disisi lain dalam menyongsong bonus demografi juga diikuti sejumlah tantangan diantaranya ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbatas akan berdampak pada naiknya angka pengganguran, banyaknya penduduk dengan tingkat pendidikan rendah ini terkait kualitas SDM baik tingkat pendidikan maupun skill yang dimiliki, ketersedian infrastruktur dalam menyonsong bonus demografi, penguasan teknologi yang belum optimal, pengelolaan birokrasi yang belum bersih, masih banyak perilaku koruptif. Kondisi ini semua menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam menyongsong bonus demografi 20202030.
85 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
Maka dalam upaya memaksimalkan masa bonus demografi bagi kemajuan Indonesia dan kemaslahatan masyarakat perlu upaya yang komprehensif dari berbagai pihak untuk memanfaatkan masa bonus demografi tersebut. Tulisan ini bermaksud menguraikan bahwa unit pemerintahan terendah yaitu desa bisa berkontribusi dalam menyongsong bonus demografi dengan cara mengoptimalkan pengelolaan dana desa. Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan dana ini, maka diharapkan desa mempunyai kapasitas secara anggaran dalam melakukan pembangunan dan pemberdayaan khususnya. Dengan besarnya dana desa ini bisa menjadi momentum bagi desa untuk tumbuh dan berkembang, serta dana desa harus menjadi pemicu bagi desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Kesenjangan Pembangunan Momentum bonus demografi Indonesia 2020-2030 semakin dekat hanya dalam hitungan kurang dari 4 tahun saja. Namun proses pembangunan di Indonesia masih mengalami permasalahan yang cukup komplek diantaranya masih besarnya kesenjangan pembangunan diberbagai daerah di Indonesia. Kesenjangan pembangunan ini bisa dilihat dari, pertama, masih besarnya ketimpangan pembangunan di Indonesia pada daerah perbatasan dan kepulauan. Ketimpangan pembangunan ini bisa dilihat dalam pengelolan daerah kepulauan dan perbatasan. Paradigma pembangunan Indonesia selama berpuluh tahun lebih terarah ke daratan hal ini terlihat pada kasus pengelolaan daerah perbatasan yang kurang tersentuh pembangunan. Pada masa orde baru arah pembangunan lebih diarah pada daerah yang padat penduduk, akses yang mudah dan potensial (Kemitraan Patnership, 2011). Karena pilihannya adalah daerah yang padat, akses yang baik dan potensial maka yang tersentuh pembangunan pada era itu adalah pulau besar seperti Sumatera dan Jawa. Konsekuensi dari pilihan tersebut berdampak pada ketimbangan pembangunan di Indonesia terutama di kawasan Indonesia Timur serta kesenjangan antara pulau-pulau besar dan pulau-pulau terluar. Baru dalam beberapa tahun terkahir pembangunan di Indonesia mulai mengarah ke daerah perbatasan dan kepulauan terutama dengan gagasan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritime dunia. Karena Indonesia adalah negara kepulauan, hampir seluruh perbatasan negara ini dengan negara lain adalah batas laut. Indonesia berbatasan laut dengan 10 negara diantaranya Malaysia, Singapura, Filipina, India, Vietnam, Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Sedangkan batas darat Indonesia hanya berbatasan langsung dengan tiga negara, yakni Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste dengan garis perbatasan darat secara keseluruhan adalah 2914,1 km.
86 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
Sebagian besar daerah terluar Indonesia jauh tertinggal dibandingkan daerah lain di Indonesia apalagi dibandingkan dengan negara tetangga. Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Karimun dan Kota Batam adalah contoh daerah perbatasan di Provinsi Kepuluan Riau. Kota Batam saja yang merupakan daerah paling maju di Provinsi Kepulauan Riau jika di bandingkan dengan Johor Baru Malaysia masih tertinggal apalagi dibandingkan dengan Singapura. Apalagi kalau dilihat kasus pulau terdepan di Indonesia timur yang dibandingkan dengan negara tetangga. Secara nasional daerah-daerah perbatasan di provinsi Kepulauan Riau capaian pembangunanya masih di atas beberapa daerah lain di Indonesia, namun jauh tertinggal dari negara tetangga. Maka daerah perbatasan tidak bisa hanya diukur dengan ukuran nasional, namun standarnya harus bersifat regional, apalagi memasuki globalisasi atau era pasar bebas tingkat persaingan itu semakin ketat, antar negara tidak memiliki batas waktu dan ruang. Kedua, ketimpangan pembangunan antara desa dan kota. Pembangunan dan investasi lebih banyak mensasar daerah dengan jumlah penduduk yang banyak atau perkotaan, sementara itu desa kurang tergarap secara optimal dalam proses pembangunan. Maka dampaknya adalah infrasturuktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, listrik, komunikasi, dan air lebih baik di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Roda perekonomian lebih hidup di kota dibandingkan di desa, bahkan terjadi kesenjangan yang besar. Dampak dari pola pembangunan seperti ini adalah tingginya angka urbanisasi. Kota menjadi magnet bagi penduduk desa untuk merubah hidup. Secara nasional pada 2010 persentase unbanisasi mencapai angka 42,1% pada tahun 2010 naik menjadi 89,8%. Secara lengkap persentase urbanisasi di Indonesia pada tahun 2000 dan 2010 ada pada tabel berikut. Tabel 1 PersentaseTingkat Urbanisasi Nasional dan Provinsi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
2000 23,1 42,9 28,9 34 29,7 33,4 28,3 21,6 43,0 100,0 50,4 40,2 57,6 40,9 54,7 49,7 34,3 14,5
2010 28,1 49,2 38,7 39,2 30,7 35,8 31,0 25,7 49,2 100,0 65,7 45,7 66,4 47,6 67,0 60,2 41,7 19,3
87 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Gorontalo Maluku Maluku Utara Irian Jaya/Papua Papua Barat Total Rata-Rata
28,1 36,2 57,7 37,7 20,2 31,2 20,8 18,0 24,0 25,3 27,8 20,4 32,1 42,1
30,2 33,5 42,1 62,1 45,2 24,3 36,7 27,4 22,9 34,0 37,1 27,1 26,0 30,0 49,8
Sumber data : http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/default.aspx, diakses 10 Oktober 2016
Kemudian yang ketiga, masih besarnya permasalahan sosial di Indonesia dampak lain dari aktivitas pembangunan. Secara sederhana masalah sosial adalah perilaku yang tidak diinginkan dan tidak bisa diterima dalam masyarakat. Masalah sosial itu antaranya permasalahan kemiskinan, penggaguran, kriminalias, ,kesenjangan dan ketidakadilan dan lain sebagainya. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2016 mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen), menurun 0,50 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2015 yang sebanyak 28,51 juta orang (11,13 persen). Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan menurun lebih banyak dibanding penurunan jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan. Selama periode September 2015–Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan menurun sekitar 0,28 juta orang, sementara di daerah perdesaan menurun sekitar 0,22 juta orang Perkembangan penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal dapat dilihat pada Grafik 1 berikut ini. Grafik 2 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah September 2015 - Maret 2016
88 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
Sumber : BPS, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 77 bulan Oktiber 2016
Untuk angka penganguran di Indonesia juga masih tinggi, pada Februari 2016 mencapai 7,0 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun dari 5,81 persen pada Februari 2015 menjadi 5,50 persen pada Februari 2016. Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Sumber : BPS, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 77 oktiber 2016 Tabel 2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2014–2016 (persen)
89 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
Kemudian pada aspek kriminilitas selama periode Tahun 2012–2014, jumlah kejadian kejahatan atau tindak kriminalitas di Indonesia berfluktuasi. Pada tahun 2012 sebanyak 341.159 kasus, meningkat menjadi sebanyak 342.084 kasus pada tahun 2013 dan menurun pada tahun 2014 menjadi 325.317 kasus. Sementara itu, jumlah orang yang berisiko terkena tindak kejahatan (crime rate) setiap 100.000 penduduk diperkirakan sebanyak 134 orang pada tahun 2012, 140 orang pada tahun 2013, dan 131 orang pada tahun 2014. Grafik 3 Jumlah Kejahatan (Crime Total) dan Tingkat Resiko Terkena Kejahatan (Crime Rate), Tahun 2012 - 2014
Sumber : BPS, Statistik Kriminal 2015
Pemanfaatan Dana Desa Menyongsong Bonus Demografi Filosofi dasar dari dana desa adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan (Kemendes 2016). Maka dari filosofi ini tergambar dana desa sebuah upaya dari pemerintah untuk memacu pembangunan dalam ranga peningkatan kesejahteran masyarakat desa. Pada tahun 2015 pemerintah melalui Peraturan Presiden No 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN tahun 2015 menganggarkan Rp. 20.766.200.000 untuk dana desa. Kemudian untuk tahun 2016 pemerintah menggarkan dana sebesar Rp. 46.982.080.00 untuk dana desa, serta tahun 2017 diperkirakan sebesar 81 triliun. Idealnya dengan dana yang besar yang dikelola oleh desa ini harus memiliki dampak yang signifikan untuk kemajuan desa. Pada tahun 2015 melalui Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015. Pada Peraturan tersebut seperti yang tertuang pada pasal 5; Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk pembangunan Desa 90 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan Desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui; a. Pemenuhan kebutuhan dasar. b. Pembangunan sarana dan prasarana desa. c. Pengembangan potensi ekonomi lokal, dan; d. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Fokus penggunakan dana desa pada pemenuhan kebutuhan dasar ini mensasar pada pengembangan pos kesehatan desa dan Polindes, pengelolaan dan pembinaan Posyandu, pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini. Inti dari penggunaan dana desa pada pemenuhan kebutuhan dasar ini mensasar pada pemenuhan dan peningkatan kualitas layanan dasar kesehatan di desa. Sedangkan pembangunan sarana dan prasarana desa difokuskan pada pembangunan dan pemeliharaan jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, pembangunan energi baru dan terbarukan, sanitasi lingkungan, air bersih berskala Desa, irigasi tersier, saluran untuk budidaya perikanan serta prasarana produksi di desa. Pembangunan sarana ddalam kontek pengelolaan dana desa adalah bagian dari upaya pemenuhan infrastruktur bagi pengembangan potensi desa. Sedangkan pengembangan potensi ekonomi lokal diarahkan pada pendirian dan pengembangan BUM desa, pasar desa dan kios desa, tempat pelelangan ikan milik desa, keramba jaring apung dan bagan ikan, lumbung pangan desa, pembuatan pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan, pengembangan benih lokal, pengembangan ternak secara kolektif, pembangunan dan pengelolaan energi mandiri, pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu, pengelolaan padang gembala, pengembangan desa wisata, pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Intinya dana desa mendorong atau memberi stimulus bagi desa untuk mengembangkan berbagai potensi yang miliki nilai ekonomi yang ada di desa. Dampak yang diharapkan dari pengelolaan dana desa tahun 2015 ini adalah terjadi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat desa, terpenuhi infrastruktur untuk pengembangan potensi desa dan tergali pontensi ekonomi desa. Maka dengan pengelolaan dana desa yang baik akan berdampak terhadap kualitas hidup dan ekonomi masyarakat desa. Pada tahun 2016 perioritas penggunaan dana desa diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. Prioritas dana desa tahun 2016 ini meliputi bidang pembangunan desa dan bidang pemberdayaan masyarakat. Bidang pembangunan desa ini mensasar pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan permukiman, kemudian pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat, berikutnya pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan kebudayaan, pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana produksi
91 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
dan distribusi serta pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana energi terbarukan serta kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Dampak yang diharapkan dari bidang pembangunan desa ini adalah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, prioritas penggunaan dana desa diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan desa. Permasalahan dasar selama ini yang dihadapi oleh banyak desa di Indonesia adalah terbatasnya sarana dan prasarana untuk pemenuhan kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat desa, sarana dan prasarana pelayanan umum dan sosial dasar baik pendidikan dan kesehatan masyarakat yang minim. Kedua kondisi ini berdampak terhadap lambat gerak roda ekonomi di desa. Maka dengan adanya dana desa yang cukup besar dan dari tahun 2015 ke 2016 mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp. 20.766.200.000 naik menjadi Rp. 46.982.080.000, maka permasalahya terbatasnya dana di desa, idealnya bisa diatasi secara bertahap. Pada bidang pemberdayaan masyarakat memfokuskan pada peningkatan investasi ekonomi desa melalui pengadaan, pengembangan atau bantuan alat-alat produksi, permodalan, dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan, mendukung kegiatan ekonomi yang dikembangkan oleh BUM Desa atau BUM Desa Bersama, maupun oleh kelompok dan atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya, bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan pangan desa, pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan para legal dan bantuan hukum masyarakat Desa, termasuk pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di Desa (Community Centre). Kemudian promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih dan sehat, termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan Posyandu, Poskesdes, Polindes dan ketersediaan atau keberfungsian tenaga medis/swamedikasi di desa, selanjutnya dukungan terhadap kegiatan pengelolaan hutan/pantai desa dan hutan/pantai kemasyarakatan, berikutnya peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi terbarukan dan pelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai dengan analisa kebutuhan desa dan telah ditetapkan dalam Musyawarah Desa. Salah satu kendala bagi desa dalam pemberdayan dan penguatan kapasitas masyarakat desa ada terbatasnya dana yang ada di desa. Dengan adanya dana desa ini maka bisa diarahkan pada program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa. Maka dengan pola seperti ini akan berdampak pada kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada membuka lapangan kerja dan atau usaha baru, serta bantuan penyiapan infrastruktur bagi terselenggaranya kerja dan usaha warga atau masyarakat baik dari proses produksi sampai pemasaran produk, serta pemenuhan kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat desa. Kemudian terjadinya peningkatkan kuantitas dan kualitas kerja dan/atau proses
92 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
produksi sampai pemasaran produk, serta pemenuhan kebutuhan atau akses modal/fasilitas keuangan. Dengan pengeloaan dana desa yang propesional, akuntabel, transparan dan partisipatif maka secara bertahap akan berdampak pada peningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di desa, ekonomi di desa akan tumbuh dan berkembang, kesenjangan antara desa dan kota semakin menipis. Maka desa akan memiliki infrastruktur dasar yang mamadai. Peningkatan infrastruktur ini akan berdampak pana peningktan ekonomi masyarakat dan akan menarik pemilik modal untuk berinvestasi. Dana desa juga akan berdampak terhadap peningkatan kapasitas masyarakat desa, maka desa akan memiliki daya saing yang baik. Pada akhir desa akan maju dan mandiri. Ketika desa maju dan mandiri maka momentum bonus demografi Indonesia tahun 2020-2030 semakin berdampak signifikan bagi kesejahteran dan kemajuan bangsa Indonesia, kerena sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di desa. Membangun desa berarti membangun Indonesia, memajukan desa berarti memajukan Indonesia. SIMPULAN Momentum bonus demografi Indonesia tahun 2020-2030 harus dimanfatakan semaksimal mungkin untuk mamacu pertumbuhhan ekonomi Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara maju, mempercepat terwujududnya pemeratan pembangunan dan pada akhir mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Disisi lain political will pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui dana desa harus dioptimalkan. Bonus demografi dan dana desa ini bisa disinergi untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera. Kontribusi signifikan yang bisa diberikan oleh dana desa dalam menyongsong bonus demografi adalah, pertama, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan prasarana fisik dasar di desa yang akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan di desa. Kedua, pemberdayaan masyarakat desa dalam rangka meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa. DAFTAR PUSTAKA BPS, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 77 bulan Oktober 2016 Statistik Kriminal 2015 Kemitraan, 2011 Rumusan Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Perbatasan di Kepulauan Riau Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonsia, Pokok-Pokok Kebijakan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 Suryahadi, A., Raya, U. R., Marbun, D., & Yumna, A. (2012). Accelerating poverty and vulnerability reduction: trends, opportunities and constraints. SMERU Research Institute, Diakses 93 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung
http://www.smeru.or.id/report/workpaper/povertyvulnerability reduction/povertyvulnerabilityreduction.pdf. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/default.aspx, diakses 10 Oktober 2016
94 Disampaikan pada Seminar Nasional tentang “Tantangan Ilmu – Ilmu Sosial dalam menghadapi Bonus Demografi 2020-2030” yang dilaksanakan oleh FISIP Universitas Lampung pada tanggal 9 November 2016 di Hotel Aston, Bandar Lampung