perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGALIKAN BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TEKNIK NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 / 2011
SKRIPSI Oleh :
NURMAN YUSUF K7107041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGALIKAN BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TEKNIK NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 / 2011
Oleh : NURMAN YUSUF K7107041
skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi
yang
berjudul
³3(1,1*.$7$1
.(0$038$1
MENGALIKAN BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
LEARNING)
(COOPERATIVE
TEKNIK
NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR 7$+81$-$5$1´ Oleh: Nama
: Nurman Yusuf
NIM
: K7107041
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari
: Rabu
Tanggal
: 11 Mei 2011
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi
yang
berjudul
³3(1,1*.$7$1
.(0$038$1
MENGALIKAN BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
LEARNING)
(COOPERATIVE
TEKNIK
NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR 7$+81$-$5$1´ Oleh: Nama
: Nurman Yusuf
NIM
: K7107041
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Rabu Tanggal : 1 Juni 2011
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nurman Yusuf. NIM K7107041. Peningkatan Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah Untuk meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan dengan penerapan model pembelajaran pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik NHT (Numbered Heads 7RJHWKHU ´ pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten, Jaten, Karanganyar tahun ajaran 2010 / 2011. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, tahun pelajaran 2010/ 2011 yang terdiri dari 35 siswa.Sedangkan objeknya adalah kemampuan siswa dalam mengalikan bilangan pecahan.Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus.Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara bebas terpimpin, dan tes.Validitas data yang digunakan adalah, trianggulasi data, trianggulasi metodologis, trianggulasi peneliti, trianggulasi teoretis, dan review informan.Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis teknik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011 dapat meningkatan kemampuan mengalikan bilangan pecahan. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 51,95 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 38,7% meningkat menjadi 62,77 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 56,45% pada siklus I. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 65,725 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 67%. Setelah dilakukan Post Test nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,8 dengan persentase 87,1%. Peningkatan ketuntasan siswa dari prasiklus sampai siklus II sebesar 15,55%.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Nurman Yusuf. NIM K7107041. Improving Numbers Fractions Multiplying Through Cooperative Learning (Cooperative Learning) Techniques NHT (Numbered Heads Together) In Class V Elementary School 01 Jaten Karanganyar in Academic Year 2010/2011. Skripsi.Surakarta: Teacher Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta. 2011. The purpose of this classroom action research is to improve the ability to multiply fractions with the application of learning model of cooperative learning (cooperative learning) techniques NHT (Numbered Heads Together) in the 5th grade students Elementary School 01 Jaten Karanganyar academic year 2010/2011. This classroom action research subjects are students in grade IV Elementary School 01 Jaten, Karanganyar, the academic year 2010/2011 which consisted of 35 students. While the object is the ability of students in multiplying fractions. Forms of this study was classroom action research using the model cycle. This research was conducted in two cycles. Each cycle consists of 4 stages: planning, implementation of action, observation, and reflection. Data collection techniques used were observation, documentation, free guided interviews, and tests. The validity of data used, data triangulation, methodological triangulation, researcher triangulation, theoretical triangulation, and reviews of informants. The data analysis technique used is descriptive analysis model technique. Based on the results of this study concluded that learning mathematics through Cooperative Learning (Cooperative Learning) Techniques NHT (Numbered Heads Together) In Class V Elementary School 01 Jaten, Jaten, Karanganyar in Academic Year 2010/2011 can improving the ability to multiply fractions. This is evident in the initial conditions prior to the act of the average value of 51.95 with the percentage of students the classical completeness of 38.7% increased to 62.77 with a percentage of classical completeness of 56.45% in cycle I. In cycle II, the average grade increased to 65.725 with classical completeness percentage of 67%. After Post Test class average value increased to 77.8 with a percentage of 87.1%. Increasing students' mastery of pre cycle to cycle II of 15.55%.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jika kegagalan bagaikan hujan dan kesuksesan bagaikan matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi (Ust. Yusuf Mansyur).
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan mengharap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan segenap hati yang paling dalam, kupersembahkan skripsi ini kepada : 1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan moril dan materiil. 2. Guru-guruku 3. Sahabat-sahabatku terima kasih atas persahabatan tulus dari kalian. 4. Rekan-rekan S1 PGSD angkatan 2007 5. Almamaterku.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan SHQHOLWLDQGHQJDQMXGXO³Peningkatan Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)Teknik NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011´ Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam menyusun proposal ini, tentunya penulis tidak lepas dari bantuan maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. H. Kartono, M.pd selaku kepala program S1 PGSD. 2. Drs. Hasan Mahfud, M.pd selaku sekretaris program S1 PGSD. 3. Dra. Mg.Dwijiastuti, M.Pd selaku dosen pembimbing I. 4. Prof.Dr.Retno Winarni, M.Pd selaku dosen pembimbing II. 5. Sutarno, S.P.d, selaku kepala sekolah SD Negeri 01 Jaten. 6. Susanto selaku guru kelas V SD Negeri 01 Jaten. 7. Ayah dan ibu yang memberikan dukungan baik berupa moral maupun materi. 8. Semua pihak-pihak yang telah ikut membantu. Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tugas ini.Penulis tetap berharap laporan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya serta pembaca pada umumnya. Surakarta, Mei 2011 Penulis
commit to user ix
NY
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DARTAR ISI HALAMAN JUDUL ...............................................................................................ii PERSETUJUAN ......................................................................................................iii PENGESAHAN .......................................................................................................iv ABSTRAK ...............................................................................................................v MOTTO ...................................................................................................................vii PERSEMBAHAN ....................................................................................................viii KATA PENGANTAR .............................................................................................ix DAFTAR ISI ............................................................................................................x DARTAR TABEL ................................................................................................... xiii DARTAR GAMBAR .............................................................................................. xv DARTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi DARTAR FOTO .....................................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1 A.
Latar Belakang Masalah .......................................................................1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C.
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D.
Manfaat Penelitian .................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................7 A.
KAJIAN TEORI .....................................................................................7 1. Hakikat KemampuanMengalikan Bilangan Pecahan ....................7 a. Pengertian Kemampuan ............................................................7 b. Pengertian KemampuanMengalikan .........................................8 c. Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan ...........................9 2. Model Pembelajaran Cooperative Learning metode Numbered Heads Together (NHT) ........................................................................11 a. Pengertian Model Pembelajaran ................................................11 b. Macam ± macam Model Pembelajaran .....................................13
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning ...........14 d. Unsur-unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif .............15 e. Sintak Model Pengajaran Kooperatif .......................................17 f. Macam-macam Teknik Pembelajaran Kooperatif ...................18 g. Pengertian Numbered Heads Together(NHT) ............................18 h. Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together(NHT) .................................................................20 i. Pembelajaran Perkalian Pecahan di SD kelas V .....................24
B.
Penelitian yang Relevan ..........................................................................29
C.
Kerangka Berpikir ..................................................................................31
D.
Hipotesis Penelitian .................................................................................33
BAB IIIMETODE PENELITIAN ..........................................................................34 A.
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................34
B.
Bentuk dan Strategi Penelitian ..............................................................35
C.
Subyek Penelitian ....................................................................................35
D.
Sumber Data ............................................................................................36
E.
Teknik Pengumpulan Data .....................................................................36
F.
Validitas Data ..........................................................................................38
G.
Indikator Kinerja ....................................................................................39
H.
Analisis Data ............................................................................................40
I.
Prosedur Penelitian .................................................................................40 a. Rancangan Siklus I ......................................................................41 b. Rancangan Siklus II ....................................................................43 c. Tes Akhir ......................................................................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN ..............................................................................46 A.
Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................46
B.
Deskripsi Kondisi Awal ..........................................................................46
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
C.
digilib.uns.ac.id
Deskripsi Hasil Siklus I ..........................................................................48 a. Tahap Perencanaan Tindakan ..................................................49 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ...................................................50 c. Tahap Observasi .........................................................................51 d. Tahap Refleksi .............................................................................61
D.
Deskripsi Hasil Siklus II .........................................................................64 a. Tahap Perencanaan Tindakan ..................................................65 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ...................................................65 c. Tahap Observasi .........................................................................67 d. Tahap Refleksi .............................................................................75
E.
Tahap Tes Akhir ......................................................................................78
F.
Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................................86 A.
Simpulan ...................................................................................................86
B.
Implikasi ...................................................................................................86
C.
Saran .........................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................90 LAMPIRAN .............................................................................................................92
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DARTAR TABEL Tabel 1 sintak pengajaran kooperatif menurut Agus Suprijono....................... 17 Tabel 2. Jadwal penyusunan skripsi ................................................................. 34 Tabel 3. Daftar nilai kemampuan mengalikan bilangan peserta didik kelas V pada kondisi awal ................................................................................ 47 Tabel 4. Kemampuan mengalikan bilangan peserta didik kelas V pada kondisi awal ......................................................................................... 53 Tabel 5. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 54 Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 53 Tabel 7. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I ...................... 56 Tabel 8. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I ........... 56 Tabel 9. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 59 Tabel 10. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 59 Tabel 11. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II ................... 61 Tabel 12. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II ....... 61 Tabel 13. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 69 Tabel 14.Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 70 Tabel 15. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I ................... 71 Tabel 16. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I ....... 72 Tabel 17. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 74 Tabel 18. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 75 Tabel 19. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II .................. 76 commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 20. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II ...... 77 Tabel 21. Rekapitulasi daftar nilai tes akhir..................................................... 79 Tabel 22. Distribusi frekuensi daftar nilai tes akhir ......................................... 79 Tabel 23. Rekapitulasi daftar nilai mengalikan bilangan pecahan ................... 81 Tabel 24. Rekapitulasi skor aktifitas peserdik ................................................. 81 Tabel 25. Rekapitulasi skor kinerja guru ......................................................... 83
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DARTAR GAMBAR Gambar 1.Perkalian bilangan bulat dalam Robert.E.Reys .............................. 8 Gambar 2. Contoh pecahan ............................................................................. 10 Gambar 3. Perkalian bilangan pecahan ........................................................... 25 Gambar 4. Gambar bilangan pecahan ........................................................... 26 Gambar 5. Gambar bilangan pecahan ........................................................... 26 Gambar 6. Gambar bilangan pecahan dan .................................................. 26 Gambar 7. Gambar bilangan pecahan dan pada tahap penyatuan ............. 27 Gambar 8. Perkalian bilangan pecahan dengan kertas berpetak ..................... 27 Gambar 9. Analisa perkalian dengan petak ..................................................... 28 Gambar 10. Kerangka berpikir ........................................................................ 33 Gambar 11. Grafik kemampuan mengalikan bilangan pecahanpeserta didik kelas V pada kondisi awal ................................................................................ 48 Gambar 12. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 55 Gambar 13. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I .......................... 56 Gambar 14. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 60 Gambar 15. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II ......................... 62 Gambar 16. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 70 Gambar 17. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I .......................... 72 Gambar 18. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 75 Gambar 19. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I .......................... 77 Gambar 20. Grafik daftar nilai post tes ............................................................ 80 Gambar 21. Grafik daftar nilai mengalikan bilangan pecahan ........................ 81 Gambar 22. Grafik skor aktifitas siswa ........................................................... 82 Gambar 23 grafik skor kinerja guru ................................................................ 84
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DARTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus .......................................................................................... 92 Lampiran 2 RPP ............................................................................................... 94 Lampiran 3 Daftar Nama Peserdik Kelas V SD Negeri 01 Jaten Tahun Ajaran 2010/2011 ................................................................................. 136 Lampiran 4 Daftar Nilai Kemampuan Perkalian Sebelum Penelitian ............ 137 Lampiran 5 Daftar Nilai Kemampuan Kognitif .............................................. 138 Lampiran 6 Daftar Pengamatan Aspek Psikomotor ........................................ 141 Lampiran 7Daftar Pengamatan Perilaku Berkarakter ..................................... 146 Lampiran 8Daftar Pengamatan Keterampilan Sosial ...................................... 152 Lampiran 9Lembar Observasi Kinerja Guru ................................................... 158 Lampiran 10Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V Pokok Bahasan Perkalian Bilangan Pecahan .................................... 162 Lampiran 11Wawancara Untuk Guru Sebelum Menggunakan Pembelajaran KooperatifTeknik NHT ................................................................................... 170 Lampiran 12 Post Test .................................................................................... 172 Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 174
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DARTAR FOTO 1. Rabu, 2 Maret 2011 Siswa sedang Melakukan Pengerjaan Soal Kelompok ............................................................................................. 174 2. Senin, 1 Maret 2011 Guru sedang Memberikan Arahan...................... 174 3. Senin, 1 Maret 2011 Suasana Kelas Saat Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung ......................................................................................... 175 4. Senin, 1 Maret 2011 Suasana Belajar Bersama dalam Salah satu Kelompok ............................................................................................. 175 5. Rabu, 2 Maret 2011 Siswa Mengerjakan Soal Latihan ....................... 176 6. Rabu, 9 Maret 2011 Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi ...................... 176 7. Rabu, 9 Maret 2011 Pemantauan dari Kepala sekolah ........................ 177 8. Rabu, 9 Maret 2011 Kepala Sekolah sedang Memantau Siswa .......... 177 9. Selasa, 1 Maret 2011 Arahan pada Siswa ............................................ 178 10. Rabu, 9 Maret 2011 Guru Menjelaskan Materi ................................... 178 11. Selasa, 1 Maret 2011 Guru dan Siswa Melakukan Latihan Bersama .. 179 12. Selasa, 1 Maret 2011 Siswa Mempresentasikan Soal .......................... 179 13. Selasa, 1 Maret 2011 Pembagian Soal pada Siswa .............................. 180 14. Selasa, 1 Maret 2011 Penunjukan Kelompok ...................................... 180 15. Rabu, 9 Maret 2011 Pengerjaan Lembar Kerja .................................... 181 16. Selasa, 1 Maret 2011 Pembentukan Kelompok ................................... 181 17. Selasa, 1 Maret 2011 Kerjasama Antarsiswa ....................................... 182
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan dari mulai pendidikan dasar. Mathematics is a tool (Robert.E.Reys, 1998:2). Matematika merupakan sebuah alat yang digunakan untuk dapat mempelajari berbagai disiplin ilmu yang lain. Sebagai contoh dasar dari ilmu alam dan pengembangan teknologi saat ini adalah matematika. Kenyataannya matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Selama ini umumnya siswa hanya bermodal menghafal rumus untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut dikarenakan matematika bersifat abstrak dan membutuhkan pemahaman konsep-konsep. Mathematics is a study of patterns and relationship (Robert.E.Reys, 1998:2) dijelaskan bahwa matematika mempelajari tentang pola-pola dan hubungan yang erat antar konsep yang satu dan konsep yang lain. Sebagai contoh (3 + 2 = 5) maka (5 ± 2 = 3). Contoh di atas merupakan pola dalam matematika yang saling berhubungan. Daftar nilai dari guru wali kelas lima tentang perkalian bilangan bulat menunjukkan bahwa: Dari 31 siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten terdapat 3 anak yang mendapat nilai 100. Sebanyak 3 anak mendapat nilai 80. Sebanyak 2 anak mendapat nilai 70. Sebanyak 4 anak mendapat nilai 60. Dan sisanya mendapat nilai kurang dari 60. Jika dihitung rata-rata dari hasil nilai tersebut, rata-rata hasil
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 nilai perkalian bilangan bulat hanya mencapai 55,8. Angka tersebut masih jauh dari angka ketuntasan minimal yaitu 60,0. Nilai-nilai di atas sungguh sangat ironis. Saat sebagian anak mendapat nilai yang baik dengan sebaran yang merata, masih mendapatkan rata-rata yang masih dibawah batas tuntas. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan pembelajaran matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten tahun ajaran 2010 / 2011. Matematika mengenal empat pola operasi hitung dasar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dari keempat pola operasi hitung itu terdapat hubungan pengembangan dan balikan. Perkalian adalah pengembangan dari penjumlahan, dan pembagian adalah pengembangan dari pengurangan. Pola perkalian merupakan kebalikan dari pembangian dan pengurangan merupakan kebalikan dari penjumlahan. Jika salah satu operasi hitung bilangan tidak dikuasai siswa, akan mengalami kesulitan pada tingkat yang lebih lanjut. Pada tingkat yang lebih lanjut operasi hitung bilangan akan lebih kompleks. Penting bagi siswa untuk dapat menguasai keempat operasi hitung dasar matematika. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keadaan belajar siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten dapat dikatakan kurang baik. Hal tersebut tercermin dari rendahnya kualitas pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 01 Jaten. Adapun faktor penyebabnya antara lain: (1) situasi belajar yang kurang kondusif yaitu siswa sering ramai sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal seperti ini terjadi karena mobilitas guru yang kurang guru cenderung hanya berada di depan kelas saja sehingga siswa yang duduk di belakang kurang mendapat perhatian; (2) guru cenderung menyampaikan pembelajaran perkalian dengan ceramah dan tugas saja, sehingga interaksi antara guru dengan siswa menjadi pasif dan menyebabkan siswa menjadi cepat bosan; (3) minat siswa yang kurang dalam mengikuti pembelajaran perkalian, hal ini terungkap dengan jelas karena ada siswa sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan guru ada sebagian siswa yang bicara dengan teman sebangku, bercanda dengan teman, menelungkupkan kepala di atas meja, atau bertopang dagu; (4) guru kesulitan dalam menemukan teknik yang tepat untuk mengajarkan materi perkalian,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 sehingga pembelajaran perkalian yang diajarkan saat ini kurang optimal; (5) guru kurang termotivasi untuk menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Kelima hasil pengamatan di atas dapat dapat dianalisis bahwa faktor utama yang mengakibatkan kelemahan kemampuan perkalian pada kejenuhan siswa atas model dan media yang pakai saat guru mengajar. Guru kurang dalam menggunakan model dan media yang menyenangkan bagi siswa. Sebagai akibatnya siswa akan merasa jenuh dan akan berujung pada ketidak mauan siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Hasil akhirnya adalah kemempuan siswa menjadi rendah. Media yang digunakan dalam mengajarkan materi perkalian dapat beragam. Baik yang bersifat kongkrit maupun abstrak. Untuk siswa kelas 5 akan lebih layak dengan media yang tergolong abstrak. Dalam tahap perkembangan siswa kelas 5 seharusnya sudah dapat menggunakan imajinasinya dengan baik. Adapun dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan menuntut partisipasi aktif siswa juga dapat dilaksanakan. Ada banyak model pembelajaran yang dapat dipilih. Baik cooperative learning, contekstual learning, ataupun yang lain. Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik dan kegiatan masing-masing. Guru dapat menyesuaikan model pembelajaran yang dipakai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa juga dengan kemampuan guru. Salah satu materi yang menyangkut perkalian yang ada pada kelas 5 semester genap adalah perkalian bilangan bilangan pecahan. Bilangan Pecahan adalah a ELODQJDQEXODWPDNDWHUGDSDW ELODQJDQa sedemikian sehingga a. 1/a = 1 (Yusuf Yahya, 1990:27). Bilangan pecahan tersusun atas bilangan bulat, maka perhitungan perkalian bilangan bilangan pecahan dapat dikatakan sama dengan perhitungan perkalian bilangan bulat. Mengingat dalam sebaran nilai masih terdapat delapan anak yang mendapat nilai lebih dari 65. Dapat diambil jalan untuk dapat meningkatkan ratarata nilai kelas dapat dilakukan dengan jalan diskusi kelompok heterogen. Salah satu pendekatan yang menggunakan media diskusi kelompok heterogen adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) teknik Numbered Heads Together (NHT). Menurut Trianto (2007:62) Numbered Heads Together (NHT)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen untuk lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajarn tersebut. Salah satu tahap dalam teknik Numbered Heads Together (NHT) adalah guru mengajukan pertanyaan secara acak sesuai dengan nomor yang dipakai oleh masing-masing anggota kelompok. Dengan cara ini tanggung jawab dari tiap-tiap anggota kelompok adalah sama. Sehingga dapat memupuk rasa ingin belajar. Kelebihan teknik Numbered Heads Together (NHT) antara lain: (1) Semua peserta didik aktif memikirkan jawaban, (2) Peserta didik mendapat pengetahuan dari pikiran temannya, (3) Peserta didik bekerja sama secara kooperatif Konsidi ini, siswa belajar materi perkalian bilangan pecahan dengan teknik Numbered Heads Together (NHT). Dengan penunjukan acak tersebut diharapkan siswa dapat memupuk rasa ingin belajar terhadap materi perkalian bilangan pecahan. Hal itulah yang dimanfaatkan untuk dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa kelas 5 SD Negari 01 Jaten. Terjadinya perluasan masalah yang diteliti, perlu diketahui dalam penelitian ini diterapkan batasan masalah sebagai berikut: (1) Kemampuan perkalian dalam hal ini dibatasi pada kemampuan mengalikan bilangan bilangan pecahan. (2) Model
pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan konsep perkalian adalah pembe;ajaran kooperatif (Cooperative Learning) Teknik NHT (Numbered Heads Together). Berdasarkan paparan masalah di atas, dapat ditarik untuk meneliti dengan MXGXO ³Peningkatan Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Jaten, Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011´
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah: ³$pakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatan kemampuan mengalikan bilangan pecahan pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Jaten, Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011"´
C. Tujuan Penelitian Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: ³Untuk meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan dengan penerapan model pembelajaran pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik NHT (Numbered Heads Together ´ pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten, Jaten, Karanganyar tahum ajaran 2010 / 2011.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pembelajaran Matematika di sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa. 1) Meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan. 2) Mengembangkan keterampilan sosial siswa. 3) Mengembangkan karakter siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 4) Mengembangkan kemampuan psikomotor siswa dalam belajar menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT)
b. Bagi Guru 1) Melatih guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT). 2) Melatih guru mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum pembelajaran dilaksanakan. c. Bagi Sekolah 1) Menumbuhkan budaya meneliti di SD Negeri 01 Jaten yang dilakukan oleh siapapun. 2) Mendapatkan sumbangan yang positif khususnya dalam pembelajaran perkalian bilangan pecahan mata pelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI 1.
Hakikat Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan
a. Pengertian Kemampuan Desmita (2006:257) ability (kemampuan, kecakapan) merupakan suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai suatu keterampilan. Seseorang dapat dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu keterampilan tertentu pada bidangnya. Menurut Chaplin dalam ´. (http://digib.petra.ac.id). ³DELOLW\NHPDPSXDQ kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) XQWXN PHODNXNDQ VXDWX SHUEXDWDQ´. ³.HPDPSXDQ ELVD merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik Lebih lanjut dipaparkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya. Robbins dalam (http://digib.petra.ac.id), menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu 1) Kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, 2) Kemampuan fisik (physical intellectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah keahlian dalam bidang tertentu yang dimiliki seseorang. Baik berupa keahlian yang bersifat intelektual maupun yang bersifat fisik. Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi dalan keahlian yang bersifat intelektual.
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 b. Pengertian Kemampuan Mengalikan Operasi hitung dalam matematika ada empat yaitu: Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, dan Pembagian. Mengalikan merupakan bentuk kata NHUMD\DQJWHUGLULGDULNDWDGDVDU³NDOL´\DQJPHQGDSDWLPEXKDQ³PH-NDQ´'DODP GXQLDPDWHPDWLNDNDWD³NDOL´GLVHEXWVHbagai operasi hitung perkalian. Perkalian adalah jika a dan b bilangan-bilangan cacah, maka a x b adalah penjumlahan berulang yang mempunyai a suku dan tiap suku sama dengan b (ST.Negoro dan B.Harahap, 1998:275). Dari penjelasan tersebut dapat dipelajari bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang yang terdiri dari suku-suku yang dikalikan. Sebagai contoh 3 x 5 = 5 + 5 + 5 Menurut Akbar Sutawidjaja (1993:259) perkalian adalah penambahan bilangan yang sama berulang kali. Sebagai contoh adalah perkalian antara dua bilangan cacah yaitu 3 x 5 itu sama halnya dengan 5 + 5 + 5. Dari pendapat yang dikemukakan oleh dua ahli di atas maka terdapat persamaan yaitu perkalian adalah penjumlahan berulang. Quintero
dalam
Robert.E.Reys,
(1998:149)
menyatakan
bahwa
multiplication is considered in terms of Cartesian product. Yang artinya adalah perkalian dianggap dalam hal produk Cartesius. Dalam hal ini bahwa perkalian dianggap sebagai banyaknya sesuatu yang dijumlahkan. Sebagai contoh adalah perkalian antara 2 x 3. Menurut pendapat ini maka perkalian tersebut dapat disajikan sebagai:
3 2 Gambar 1. Perkalian bilangan bulat dalam Robert.E.Reys Pendapat lain yang menelaah tentang definisi perkalian adalah dari http://www. encyclopedia. com/topic/multiplication. aspx#2 sebagai berikut Multiplication by a whole number can be interpreted as successive addition. For example, a number N multiplied by 3 is N+ N + N. In general, multiplying positive numbers N and M gives the area of the
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 rectangle with sides N and M. The result of a multiplication is known as the product. Numbers that give a product when multiplied together are called factors of that product. Perkalian oleh seluruh nomor dapat diartikan sebagai penambahan berturut-turut. Sebagai contoh, nomor N dikalikan dengan 3 adalah N + N + N. Pada umumnya, mengalikan positif angka N dan M memberikan luas persegi panjang dengan sisi N dan M. Hasil dari perkalian ini dikenal sebagai produk. Angka yang memberikan produk ketika dikalikan bersama-sama disebut faktor produk tersebut. Berdasarkan pandapat ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa mengalikan adalah menjumlahan berulang yang melibatkan unsur-unsur yang ada didalamnya. Unsur ini adalah bilangan, jadi secara gamblangnya mengalikan adalah menjumlahan bilangan secara berulang. Bertolak dari pengertian kemampuan adalah keahlian dalam bidang tertentu yang dimiliki seseorang. Mengalikan adalah menjumlahan bilangan secara berulang. Maka kemampuan mengalikan adalah keahlian seseorang untuk dapat melakukan penjumlahan bilangan secara berulang. c. Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan ST. Negoro (1998:260) menyatakan bahwa Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, atau bagian dari suatu himpunan. Apabila daerah lingkaran A dibagi menjadi 8 bagian yang sama maka setiap bagian adalah seperdelapan dari seluruh daerah. Lebih lanjutnya bahwa jika membagi bilangan cacah dengan bilangan asli maka bagian tersebut disebut suatu bilangan pecahan. Pendapat tersebut menerangkan bahwa suatu bilangan pecahan terjadi akibat pembagian suatu bilangan cacah dengan bilangan asli. Bilangan pecahan ini juga dapat disajikan dalam bentuk yang bermacam-macam. Namun hanya beberapa yang dipelajari dalam tingkat pendidikan dasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Gambar 2. Contoh pecahan
Setiap bagian merupakan seperdelapan dari keseluruhan (gambar 2). Maka dapat dituliskan sebagai . 1 sebagai bilangan cacah dan 8 sebagai bilangan asli Cholid 6D¶GLMDK (1999:148) yang menyatakan bahwa pecahan adalah bentuk penulisan
disebut pecahan dengan a dan b bilangan cacah dan b .
Dalam hal ini a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Jika pendapat itu ditelaah lebih dalam maka a adalah bilangan cacah dan b adalah bilangan cacah selain 0. Bilangan cacah selain 0 disebut bilangan asli. Sama halnya dengan menyebut bahwa bilangan pecahan berasal dari pembagian bilangan cacah oleh bilangan asli. Pendapat ini menelaah bahwa bilangan pecahan berbentuk bilangan pecahan dapat dicontohkan
maka
dengan 1 dan 8 adalah bilangan cacah dan
. Bilangan pecahan memang suatu bilangan dengan penyebut yang tidak mungkin 0. Jika bilangan pecahan dengan penyebut 0 ada maka hasilnya adalah LQILQLWLYH . Infinitive dapat diartikan sebagai bilangan yang nilainya tidak dapat didefinisikan. Pecahan juga dapat GLDUWLNDQVHEDJDLDbilangan bulat, maka terdapat bilangan
, sedemikian sehingga a x
adalah 1 (Yusuf Yahya, 1990:27). Dari
pengertian itu maka dapat ditelaah jika pecahan merupakan bagian dari bilangan bulat yang jika dikalikan dengan kebalikannya adkan mendapatkan nilai 1. Sebagai contoh: 5 x = 1 contoh lain adalah x = 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa bilangan pecahan adalah suatu bentuk pembagian bilangan cacah dengan bilangan asli. Berpijak dari pengertian kemampuan mengalikan adalah keahlian seseorang untuk dapat melakukan penjumlahan angka secara berulang. Bilangan pecahan adalah suatu bentuk pembagian bilangan cacah dengan bilangan asli. Maka dapat ditarik simpulan bahwa kemampuan mengalikan bilangan pecahan adalah keahlian seseorang untuk dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari pembagian bilangan cacah oleh bilangan asli secara berulang.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together (NHT)
a. Pengertian Model Pembelajaran Pembelajaran sehari-hari dilakukan oleh seorang guru. Dalam melakukan tugas kesehariannya, seorang guru dituntut untuk dapat bekerja secara profesional. Salah
satu
indikator
keprofesionalitasan
guru
adalah
mengajar
secara
menyenangkan bagi siswanya. Pembelajaran secara menyenangkan dapat dilakukan dengan menggunakan media yang tepat ataupun dengan menggunakan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Joyce, et.al. dalam Trianto (2007:2) menyatakan bahwa A model of teaching is a plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in classrooms or tutorial settings and to shape instructional materials including books, films, tapes, computer mediated programs and curriculum (longterm courses of study). Each of model guides us as we design instruction to help students achieve various obyectives. Artinya model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial untuk menentukan materi / perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film-film, program-program
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 media komputer dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan. $UHQGV GDODP 7ULDQWR PHQ\DWDNDQ EDKZD ³ The term model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, HQYLURQPHQWDQGPDQDJHPHQWV\VWHP´yang dapat diartikan bahwa istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Model pembelajaran atau dikenal juga dengan model mengajar merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain (Mulyani Sumantri, 2001:37). Dalam model pembelajaran dapat dikatakan sebagai rencana dan pola pembelajaran yang sudah terprogram untuk mengajarkan kepada siswa materi pelajaran. Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Trianto, 2007:3) Winataputra dalam Sugianto (2010:3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dalam tingkatan operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rangka rencana dan pola (konseptual) yang digunakan membentuk suatu tatanan atau pola pengajaran. Termasuk di dalamnya materi dan media, berdasarkan suatu pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 b. Macam-macam Model Pembelajaran Model pembelajaran dalam perkembengannya terbagi menjadi beberapa pendekatan atau pola. Dari beberapa model pembelajaran yang sudah diakui oleh para perancang pembelajaran setidaknya memiliki kriteria yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan atau materi ajar, 3) kondisi siswa, 4) ketersediaan sarana dan prasarana belajar (Sugiyanto, 2010:3). Depdiknas dalam Sugiyanto (2010:4) menyebutkan ada 8 prinsip dalam memilih strategi pembelajaran yaitu: 1) Berorientasi pada tujuan, 2) Mendorong aktifitas siswa, 3) Memperhatikan aspek individual siswa, 4) Mendorong proses interaksi, 5) Menantang siswa untuk berpikir, 6) Menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji, 7) Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, 8) Mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut. Sugiyanto (2010:4) membagi model pembelajaran menjadi lima yaitu: model pembelajaran konstekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kuantum, model pembelajaran terpadu, dan pembelajaran berbasis masalah. Triyanto (2007:11) membagi ada empat model pembelajaran. Pembagian model itu didasarkan
pada karakteristik lingkungannya. Empat
model
pembelajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Pengajaran Langsung, yang mempunyai karakteristik lingkungan terstruktur secara ketat dan lingkungan berpusat pada guru, 2) Pembelajaran Kooperatif, mempunyai karakteristik Fleksibel, demokratik dan lingkungan berpusat pada guru, 3) Pengajaran Berdasarkan Masalah, dalam pembelajaran model ini Fleksibel dan lingkungan berpusat pada inkuiri menjadi karakteristik lingkungannya, 4) Strategi-Strategi Belajar, dalam hal ini mempunyai karakteristik lingkungan yang reflekstif dan menekankan pada belajar bagaimana belajar. Sangat jelas dari paparan beberapa pendapat ahli di atas, salah satu model pembelajaran yang ada adalah pambelajaran kooperatif (cooperative learning)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 c. Model Pembelajaran Cooperative Learning Model
Cooperative
Learning
atau
yang
biasa
disebut
model
pembelajaran kooperatif merupakan revolusi dalam pengajaran di kelas. Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran gotong royong menggunakan falsafah ³KRPRKRPLQLQHVRFLXV´GDODPSHODNVDQDDQSHQGLGLNDQQ\D. Falsafah ini menekankan pada pemahaman bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia harus bekerja sama, karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan kegiatan belajar, setiap siswa tidak dapat melakukan kegiatan belajar tanpa adanya kerja sama dengan siswa yang lain. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:37). Dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran kooperatif ini yang ditekankan adalah kerjasama antar anggota dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif ini setiap anggota kelompok mendapatkan tugas masing-masing yang harus dilaksanakan guna mencapai satu tujuan. Sementara dalam pembelajaran kooperatif ini hanya mengenal satu tujuan. Sehingga mereka bekerja sama dalam mencapai satu tujuan tertentu yang disebut tujuan pembelajaran. Dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4 ± 6 orang yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku / ras dan satu sama lain saling membutuhkan (Trianto, 2007:41). Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Dari pendapat ini ditunjakkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi jembatan agar dapat mejadikan pembelajaran mengenai sasaran dengan cara melibatkan semua anggota yang ada dalam kelompok tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok (Buchari Alma, 2009:81). Disini anggota kelompok tidak hanya berkumpul. Melainkan ditonjolkan sisi kerjasamanya. Itulah yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dan belajar bersama. Slavin (2005:40) pembelajaran kooperatif dapat memicu munculnya ³SHQJHQGDUDEHEDV³DWDXSDUDSHPERQFHQJGLPDQDVHEDJLDQDQJJRWDNHORPSRN melakukan semua atau sebagian besar dari seluruh pekerjaannya (dan pembelajaran) sementara yang lainnya tinggal mengendarainya. Teori inilah yang mendasari terciptanya pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together (NHT). Berdasarkan
pendapat
di
atas,
dapat
ditarik
simpulan
bahwa
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model belajar kelompok yang mementingkan kerjasama antar anggota kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran. d. Unsur-unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif. Tidak semua belajar kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) lima unsur tersebut adalah: a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif) b)Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan) c) Face to face promotive interaction (interaksi promotif) d)Inter personal skill (komunikasi antar anggota) e) Group processing (pemrosesan kelompok)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Unsur pertama pengajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Dalam unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban
kelompok.
Pertanggungjawaban
itu
meliputi
pertanggungjawaban mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang VXGDKGLWXJDVNDQ´ Unsur kedua dari pengajaran kooperatif adalah pertanggungjawaban individual. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci yang PHQMDPLQVHPXDDQJJRWD\DQJGLSHUNXDWROHKNHJLDWDQEHODMDUEHUVDPD´. Unsur ketiga dari pengajaran kooperataif adalah interaksi promotif. Unsur ini dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Agus Suprijono (2009:60) menyebutkan ciri-ciri interaksi promotif adalah: a) Saling membantu secara efektif dan efisien. b) Saling member informasi dan sarana yang diperlukan. c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d) Saling mengingatkan. e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. f) Saling percaya. g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. Unsur keempat dari pengajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mencapai tujuan peserta didik harus saling mengenal, mampu berkomunikasi secara akurat, saling mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan kelompok adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. e. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif yang belum dilaksanakan secara optimal akan menimbulkan kekhawatiran bahwa pembelajaran kooperatif hanya akan mengakibatkan kegaduhan di dalam kelas dan peserta didik tidak belajar jika ditempatkan dalam kelompok. Supaya hal ini tidak terjadi, maka perlu dipahami sintak model pengajaran kooperatif. Sintak model pengajaran koperatif terdiri dari 6 fase yang akan digambarkan dalam tabel dua berikut ini (Agus Suprijono, 2009:65): Tabel 1 sintak pengajaran kooperatif menurut Agus Suprijono FASE-FASE PERILAKU GURU Menjelaskan tujuan Fase 1: Present goals and set pembelajaran dan Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik mempersiapkan peserta didik. siap belajar. Fase 2: Present information Mempresentasikan informasi Menyajikan informasi kepada peserta didik secara verbal. Memberikan penjelasan Fase 3: Organize students into kepada peserta didik tentang learning teams cara pembentukan tim belajar Mengorganisir peserta didik dan membantu kelompok kedalamtim-tim belajar. melakukan transisi yang efisien. Membantu tim-tim belajar Fase 4: Asist team work and selama peserta didik study mengerjakan tugasnya. Membantu kerja tim dan belajar Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan peserta Mengevaluasi didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mempersiapkan cara untuk Fase 6: Provide recognition mengakui usaha dan prestasi Memberikan pengakuan atau individu maupun kelompok. penghargaan. Sumber : Cooperative Learning teori dan aplikasi paikem hal 65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 f. Macam-macam Teknik Pembelajaran Kooperatif Macam-macam teknik pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2008:54-71) adalah sebagai berikut: a. Make a Match b. Bertukar Pasangan c. Think-Pair-Share d. Berkirim Salam dan Soal e. Numbered-Heads-Together f. Kepala Bernomor struktur g. Two Stay Two Stray h. Keliling Kelompok i. Kancing Gemerincing j. Keliling Kelas k. Inside-Outside Circle l. Tari Bambu m. Jigsaw n. Cerita Berpasangan Dari macam-macam teknik pembelajaran kooperatif itu, terpilihlah teknik pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan tujuan untuk dapat memaksimalkan aktifitas anggota kelompok dalam belajar. Dengan jalan menyetarakan peserdik dalam proses pembelajaran. g. Pengertian Numbered Heads Together (NHT) Numbered Heads Together (NHT) atau lebih dikenal dengan sebutan kepala bernomor merupakan teknik belajar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, Trianto (2007:62). Teknik ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Buchari Alma (2009:90) menyatakan bahwa teknik pembelajaran kepala bernomor, dalam hal ini kelompok terdiri atas 4 siswa, yang masing-masing diberi nomor 1, 2, 3, 4, mereka diberi pertanyaan lalu dipikirkan bersama. Kemudian guru memanggil nomor siswa, yang harus menyampaikan jawabannya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah guru memberikan soal sesuai dengan jumlah siswa dan setiap siswa bertanggung jawab atas jawaban dari soal pada nomornya. Juga tiap siswa bertanggung jawab atas keahlian anggota kelompok atas soal itu. Dipaparkan
dalam
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-
pembelajaran-nht-numbered-head-together,
Herdian
menyatakan
bahwa
³pembelajaran kooperatif teknik NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik ³ 6HEDE WHNQLN 1+7 LQL PHQJHPEDQJNDQ WHNQLN \DQg dapat untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari permasalahan yang ada. Hal itu dapat tercermin langsung pada salah satu langkah pembelajaran NHT yaitu guru memanggil nomor tertentu secara acak. Yang berarti seluruh siswa harus selalu siap dengan jawaban atas nomor soal yang telah dibagikannya. Adapun setiap siswa juga harus dapat mendorong anggota kelompok yang lain untuk dapat memahami atas soal yang ada pada nomor itu. Menurut pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kepala bernomor (Numbered Heads Together) adalah salah satu teknik pada pembelajaran kooperatif yang khusus dirancang agar siswa dapat menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahamannya terhadap materi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 h. Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Menurut Anita Lie (2005:59), teknik Numbered Heads Together memiliki beberapa tahapan yaitu: 1. Peserta didik dibagi dalam kelompok. Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat nomor 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya 3. Kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan memastikan setiuap anggota menetahui jawaban ini 4. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik. Peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Pelaksanaan Teknik Numbered Heads Together ini, setiap peserta didik dalam kelompok memiliki satu nomor dan peserta didik itu juga mengetahui bahwa hanya seorang peserta didik yang akan dipanggil pada setiap saat untuk mewakili kelompoknya. Kesempatan diskusi dan berbagi ide tersebut merupakan upaya untuk memperoleh berbagai informasi sehingga setiap orang mengetahui jawabanya. Prosedur ini menjadikan setiap peserta didikakan menerima sebuah solusi dari permasalahan yang diberikan tanpa memandang nomor mana yang dipanggil. Kagan
dalam
http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-
together/ menyatakan bahwa model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Lalu seperti apa langkah-langkah dalam menerapkan NHT? Langkah NHT dijelaskan sebagai berikut: 1.
Penomoran Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. 2. Pengajuan Pertanyaan Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. 3. Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. 4. Pemberian Jawaban Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Agus Suprijono (2009:92) mengatakan bahwa penerapan teknik NHT dalam pelaksanaanya memiliki beberapa langkah. Pembelajaran dengan menggunakan teknik NHT diawali dengan numbering atau penomoran. Guru membagai
kelas
dalam
kelompok-kelompok
kecil,
penentuan
jumlah
kelompoknya mempertimbangkan jumlah konsep yang akan dipelajari. Guru membagi pertanyaan kepada masing-masing siswa. Selanjutnya, setelah kelompok terbentuk yaitu heads together, yakni menyatukan pikiran guna menjawab pertanyaan yang ada. Langkah keempat guru memanggil nomor peserta didik untuk memberikan jawaban dari pertanyaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 ada, hal ini dilakukan terus-menerus hingga setiap nomor dalam kelompok mendapatkan giliran untuk memaparkan jawaban. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh Trianto (2007:63) pelaksanaan Numbered Heads Togethers terdiri atas 4 tahap (fase). Empat tahap tersebut adalah penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, menjawab. Penjelasan dari tahap tahap itu sebagai berikut: 1. Fase pertama, penomoran Guru membagi kelompok yang terdiri atas 3 ± 5 orang secara heterogen dan member nomor 1 ± 5. 2. Fase kedua, mengajukan pertanyaan Guru membagikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bersifat spesifik. Dan dapat bervariasi 3. Fase ketiga, berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya dan menjawab pertanyaan itu sebenarbenarnya serta memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban kelompoknya 4. Fase keempat, menjawab Guru memanggil nomor tertentu secara acak, siswa yang nomornya disebut mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan dari guru itu untuk seluruh kelas. Berdasarkan pemaparan pendapat-pendapat
di atas maka dapat
disimpulkan bahwa ada 4 langkah utama dalam pembelajaran kepala bernomor yaitu: 1. Penomoran Guru membagi kelompok dan memberikan nomor kepada masingmasing siswa dalam kelompok. Sehingga dalam kelompok setiap siswa memiliki nomor yang berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 2. Pengajuan Pertanyaan Guru membagikan pertanyaan kepada masing-masing siswa dalam kelompok. Setiap siswa bertanggung jawab atas jawaban pertanyaannya serta kemampuan kelompok atas pertanyaan itu 3. Berpikir Bersama Siswa menyatu dalam kelompok untuk memecahkan pertanyaan yang dibagikan oleh guru. Siswa menyatukan pikiransecara bersama-sama, sehimgga setiap anggota kelompok dapat mengatasi permasalahan dari soal tersebut 4. Menjawab Pertanyaan Guru menyebutkan nomor secara acak dan siswa dari kelompok yang mempunyai nomor itu mengacungkan tangan serta menjawab pertanyaan itu untuk seluruh kelas. Teman dari kelompok lain yang memiliki nomor yang sama menanggapi jawaban atas pertanyaan tersebut. Terlepas dari pengertian itu semua teknik NHT mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan teknik ini yaitu adanya kemungkinan nomor yang ditunjuk oleh guru ditunjuk kembali, kekurangan lain penerapan teknik ini, tidak semua nomor dapat ditunjuk sehingga tidak semua peserta didik dapat diukur kesiapannya saat ditunjuk oleh guru. Sedangkan kelebihan NHT antara lain: 1) Semua peserta didik aktif memikirkan jawaban 2) Peserta didik mendapat pengetahuan dari pikiran temannya 3) Peserta didik bekerja sama secara kooperatif 4) Peserta didik merasa cukup percaya diri untuk memberi jawaban ketika dipanggil 5) Meningkatkan keselarasan kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 i. Pembelajaran Perkalian Bilangan Pecahan di SD kelas V 1) Materi pembelajaran bilangan pecahan di SD kelas V Merujuk dari silabus matematika di SD bahwa materi perkalian bilangan pecahan di SD kelas V lebih pada perkenalan dan operasi hitung perkalian pada bilangan pecahan. Dengan standar kompetensi: 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah serta kompetensi dasar: 5.3. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Dalam membelajarkan meteri perkalian bilangan pecahan tersebut hendaklah memakai buku-buku yang sesuai. Memang banyak buku-buku yang sesuai dengan materi ini. Dalam buku Gemar Matematika 5 karangan Y.D.Dumanto, dkk materi ini meliputi perkalian pecahan biasa dan perkalian bilangan pecahan desimal. Ada dua macam cara yang digunakan dalam menghitung perkalian pada bilangan pecahan, yaitu perhitungan dengan kertas berpetak dan dengan cara mengalikan pembilang dan penyebut. Sebagai contoh menghitung dengan kertas berpetak dapat dijelaskan sebagai berikut: Mengalikan Bilangan Pecahan Menggunakan Kertas Berpetak Lakukan langkah-langkah berikut. 1. Sediakan kertas berpetak dan pensil warna atau krayon. 2. Gambarlah sebuah persegi panjang dengan panjang sisi-sisinya sama dengan penyebut pada pecahan yang dikalikan. Misalnya, mencari hasil kali
dan . Oleh karenapenyebutnya 3 dan 7,
gambarlah persegi panjang dengan panjang sisi 3 petak dan 7petak. 3. Arsirlah lajur baris untuk menggambarkan pecahan 4. Arsirlah lajur kolom untuk menggambarkan pecahan
Gunakan
pola arsiran atau warna yang berbeda dengan lajur baris. 5. Hitunglah banyak petak yang diwarnai atau diarsir sebanyak dua kali. Tulislah pecahan dengan pembilangnya banyak petak yang diwarnai atau diarsir dua kali, yaitu 5. Penyebutnya yaitu jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 seluruh petak. Pecahan yang dimaksud
. Inilah hasil perkalian
dan . Jadi, x =
dari
Gambar 3. Perkalian bilangan pecahan 6. Jika digambarkan akan terlihat sebagai berikut Yang selanjutnya adalah perkalian pembilang dan penyebut. Mengalikan pecahan hasil perkalian dari dan . x =
=
Jadi, langkah-langkah mengalikan dua pecahan (pecahan biasa atau campuran) atau lebih sebagai berikut. 1.Ubahlah pecahan yang dikalikan ke bentuk pecahan biasa. 2.Kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Seperti
dapat
digambarkan
bahwa
dalam
pecahan
dapat
digambarkan bahwa dalam bentuk kertas berpetak. Sebagai contoh adalah bilangan pecahan
dapat digambarkan dalam gambar 4 di bawah
ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
atau
atau
Gambar 4. Gambar bilangan pecahan Bilangan yang lain adalah
bila digambarkan dalam kertas
berpetak maka seperti ditunjukkan pada gambar 5
atau
atau
Gambar 5. Gambar bilangan pecahan Jika kedua bilangan pecahan tersebut dikalikan menggunakan kertas berpetak, maka ditulis kedua bilangan pecahan seperti gambar 6.
Gambar 6. Gambar bilangan pecahan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Susunlah kedua pecahan tersebut secara tegak lurus dengan ujung yang diarsir saling tumpang tindih / menyatu seperti gambar 7
Gambar 7. Gambar bilangan pecahan dan pada tahap penyatuan
Setelah itu panjangkan kedua sisi beserta arsirannya hingga membentuk persegi panjang.
Gambar 8. Perkalian bilangan pecahan dengan kertas berpetak Terdapat 4 daerah dalam persegi panjang tersebut. Satu bagian yang diarsir dua kali sebanyak 8 petak, dua bagian yang diarsir sekali sebanyak 18 petak, dan satu bagian yang tidak diarsir sama sekali sebanyak 9 petak. Hasil dari perkalian adalah daerah yang diarsir dua kali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 sebagai bilangan pembilang dan keseluruhan petak yang digunakan sebagai bilangan penyebut. Sehingga
bilangan
pembilangnya
adalah
8
dan
bilangan
penyebutnya adalah 8 + 18 + 9 = 35. Maka bilangan hasil kalinya adalah . Jika persegi panjang diuraikan lagi maka akan berbentuk seperti ada lima buah bilangan pecahan
yang dua diantaranya mempunyai arsiran
dua kali. Hal ini menggambarkan bahwa hasil perkalian antara adalah dua bagian dari lima pecahan
dan
. Seperti yang dijelaskan bahwa
dapat digambarkan dengan penjumlahan secara berulang lima buah bilangan pecahan
yang diambil dua bagian diantaranya. Jadi dapat
dibuktikan juga bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Seperti pada gambar 9 berikut ini.
Gambar 9. Analisa perkalian dengan petak Jika perkalian bilangan pecahan dikerjakan dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut, maka akan menjadi sebagai berikut: x =
=
=
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Dengan cara ini terlihat jelas bahwa perkalian terdiri dari penjumlahan yang berulang.
2) Implementasi cooperative Learning teknik Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran perkalian pecahan Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu teknik pada pembelajaran kooperatif yang khusus dirancang agar siswa dapat menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahamannya terhadap materi tersebut. Dengan adanya pengecekan kembali maka setelah dilakukan pemaparan atas jawaban kelompok dilakukan tes dengan menggunakan struktur soal yang sama. Sebagai indikator keberhasilannya seluruh anggota kelompok dapat menjawab atau seluruh anggota kelompok tidak ada yang dapat menjawabnya. Jika dalam suatu kelompok ada yang dapat menjawab dan ada tidak dapat menjawab sama sekali maka pembelajaran dengan teknik ini dikatakan gagal. Sebab yang ditonjolkan dalam teknik ini adalah kerja sama antar anggota kelompok, jika ada anggota kelompok yang tertinggal. Itu mengisyaratkan bahwa dalam kelompok siswa tersebut hanya ikutikutan. Tidak mengikuti kerja sama seperti anggota kelompok yang lain.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian Imam Buchori Muslim (2010) yang berjudul ³Peningkatan Prestasi Belajar Operasi Pecahan Melalui Model Pembelajaran Konstekstual Kelas IV SDN Cintamanik 02 7DKXQ ³ menyimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar operasi pecahan pada siswa kelas IV SDN Cintamanik 02, serta media pembelajaran dan variasi teknik pembelajaran sangat perlu dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang perlu diterapakan dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual pada operasi pecahan di kelas IV adalah (a) Memahami kompetensi yang harus dikuasai siswa. (b) Menentukan metode, strategi, dan media pembelajaran yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 memungkinkan terciptanya pembelajaran yang kontekstual. (c) Membuat sekenario pembelajaran. (d) Melaksanakan pembelajaran. (e) Mengadakan evaluasi proses dan hasil. (f) Menindak lanjuti hasil evaluasi yaitu dengan pengayaan dan perbaikan. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yakni sama- sama menelaah tentang pembelajaran pecahan. Adapun perbedaan antara penelitian yang dilakukan Imam Buchori Muslim adalah penggunaan model pembelajaran dan kelasnya. Suadara Imam menggunakan Model Pembelajaran Konstekstual sedangkan penelitian ini menggunakan Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together. Dari sisi kelasnya, Saudara Imam menggunakan kelas IV sedangkan penelitian ini menggunakan kelas V. Fatkhurohmah (2010) dalam ³3HQLQJNDWDQ .HPDPSXDQ %HUKLWXQJ Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif (NHT) Pada Siswa Kelas IV A SD Muhammadiyah Wonorejo Polokarto Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/´. Dalam penelitiannya Fatkhurohmah menyimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT) dalam pembelajaran Matematika materi berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IV A SD Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 dapat terbukti dan dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat siswa kelas IV A SD Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Fatkhurohmah dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperitif teknik NHT. Perbedaannya adalah materi yang digunakan adalah kemampuan berhitung bilangan bulat dan kemampuan mengalikan bilangan pecahan. Perbedaan yang lain adalah kelas yang digunakan yaitu kelas IV dan kelas V. Penelitian Noor Azizah (2007) dengan ³Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Metode NHT (Numbered-Heads-Together) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 3HODMDUDQ ´. Hasil penelitian bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif metode NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional dan rata-rata hasil belajar siswa SDGDNHODVHNVSHULPHQ. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor Azizah yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik NHT. Sedangkan perbedaannya adalah jenjang pendidikan yang diteliti yaitu SD dan SMP. C. Kerangka Berpikir Hasil pembelajaran mengalikan bilangan pecahan kelas 5 SD Negeri 01 Jaten rendah. Daftar nilai guru wali kelas 5 SD Negeri 01 Jaten. Dari 31 siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten terdapat 3 anak yang mendapat nilai 100. Sebanyak 3 anak mendapat nilai 80. Sebanyak 2 anak mendapat nilai 70. Sebanyak 4 anak mendapat nilai 60. Dan sisanya mendapat nilai kurang dari 60. Rata-rata hanya mencapai 55,8. Angka tersebut masih jauh dari angka ketuntasan minimal yaitu 60,0.. Pembelajaran yang terjadi terlihat membosankan. Siswa banyak yang pasif, justru guru banyak yang aktif. Kesan yang ada siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Berpijak dari keadaan itu, perlu diadakan penyetaraan kemampuan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dalam mengalikan serta siswa yang lemah dalam kemampuan mengalikan. Penyetaraan kemampuan dapat dilakukan menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:37). Dapat dikatakan juga bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dalam suatu kelompok heterogen untuk dapat menyelesaikan masalah. Oleh karena itu interaksi antar siswa dalam kelompok terjalin dengan sangat baik. Numbered Heads Together (NHT) atau lebih dikenal dengan sebutan kepala bernomor merupakan teknik belajar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Teknik ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, Trianto (2007:62). Setiap siswa dalam kelompok mempunyai kesempatan yang sama dalam menelaah materi. Hal yang menunjukkan ciri utama dari teknik ini adalah setiap anak mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap nomor soal yang sama dengan nomor yang ada pada dirinya. Dengan langkah di atas, kesetaraan kemampuan mengalikan bilangan pecahan dapat terwujud. Pembelajaran menjadi menyenangkan. Semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Terwujudnya kesetaraan kemampuan mengalikan bilangan pecahan, maka kemampuan mengalikan bilangan pecahan dapat meningkat. Alur berpikir di atas dapat dituangkan dalam suatu kerangka yang disebut kerangka berpikir. Kerangka berpikir dari paparan di atas digambarkan pada gambar 10 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 Kondisi awal
Pembelajaran yang terjadi. Guru mengajar dengan metode ceramah dan siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru Siklus I
Proses
Penerapan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik Numbered Heads Together (NHT)
Siklus II
Kondisi akhir
kemampuan tentang mengalikan bilangan pecahan rendah
1. Menggunakan metode kertas berpetak 2. Menggunakan metode perkalian pembilang dan perkalian penyebut 1. Menggunakan metode kertas berpetak dengan media pensil warna sebagai bantuan arsiran 2. Menggunakan metode perkalian pembilang dan perkalian penyebut beserta tugas struktur
Melalui model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik Numbered Heads Together (NHT) kemampuan mengalikan bilangan pecahan siswa meningkat
Gambar 10. Kerangka berpikir
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada kajian teori yang telah dipaparkan di atas, dapat diajukan Hipotesis penelitian bahwa ³3HQHUDSDQ model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan mengalikan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun ajaran 2010 / 2011´.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri 01 Jaten semester II tahun ajaran 2010/2011 yang beralamatkan di jalan Lawu No 96, Desa Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan diantaranya lokasinya mudah dijangkau sehingga efisien waktu dan biaya serta keberadaan sampel untuk memudahkan memperoleh data, sebab SD Negeri 01 Jaten merupakan tempat
Praktik
Pengalaman
Lapangan
(PPL)
peneliti,
sehingga
memudahkan pelaksanaan penelitian. 2. Waktu Penelitian Tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama 5 bulan, yakni mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2011. Dapat ditunjukkan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jadwal penyusunan skripsi N o
Kegiatan
Jan 2011
Feb 2011
Bulan Mar 2011 Apr 2011
Mei 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Pengajuan judul penelitian Penyusunan dan pengajuan proposal Mengurus izin penelitian Persiapan Penelitian Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan Siklus II
x x x x x xx x x x x
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 7.
Pengolahan data hasil penelitian 8. Penyusunan laporan hingga penjilidan skripsi
x x x x x x x x
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang ditekankan pada proses dan makna dalam penelitian ini maka jenis penelitian dengan strategi yang dianggap terbaik untuk diterapkan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternative pemecahan masalahnya dan ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terstruktur (Sarwiji Suwandi, 2009:11). Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model siklus menggunakan langkah-langkah menyusun perencanaan, mengadakan tindakan, melakukan pengamatan, refleksi, mengadakan perencanaan kembali yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk tindakan selanjutnya.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten Karanganyar tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 19 siswa putra dan 12 siswa putri. Siswa kelas V sebagai subjek yang akan diamati kegiatan pembelajarannya dan dikenai tindakan. Guru juga menjadi mitra penelitian berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Guru kelas bersama dengan salah satu rekan kerja mengamati jalanya penelitian. Objek penelitiannya adalah pembelajaran perkalian bilangan pecahan pada mata pelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 D. Sumber Data Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara
lain:
pendokumentasian
proses
pembelajaran,
observasi,
wawancara, dan tes. 2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar nilai, RPP, dan Silabus. Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data yang diperoleh dari nara sumber yang terdiri dari 31 siswa kelas V dan guru kelas V. 2. Arsip dan dokumen Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan, sedangkan dokumen berupa daftar nilai proses kemampuan mengalikan bilangan pecahan yang digunakan untuk mendapatkan data siswa sebelum dilakukan tindakan. 3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran mengalikan bilangan pecahan dengan teknik Numbered Heads Together (NHT)
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan,maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 1. Teknik observasi Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Cholid Narbuko, 2003:70) Observasi dilakukan oleh peneliti dsan seorang observer pada saat pembelajaran berlangsung untuk mendapatkan data tentang kondisi awal penelitian, aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, psikomotor, aktifitas siswa, serta kinerja guru. 2. Dokumentasi Dilakukan dengan menelusuri berbagai macam dokumen antara lain buku, majalah, Koran ataupun dokumen lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan (Sandjaja, 2006:144). Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data daftar nilai mengalikan bilangan dari guru wali. 3. Wawancara bebas terpimpin Pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti. Selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata dia menyimpang (Cholik Narbuko:85). Proses wawancara dilakukan dengan guru wali pada saat sebelum penelitian dilakukan. 4. Tes Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau dilakukan untuk menunjukkan seberapa baik siswa mengetahui tentang sesuatu, atau seberapa baik siswa dapat melakukan sesuatu. Tes dilakukan dengan memberikan soal pada akhir pertemuan pembelajaran saat penelitian berlangsung. Digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa tentang mengalikan bilangan pecahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 F. Validitas Data Validitas data merupakan kesahihan data penelitian. Ada beberapa cara untuk pengembangan validitas data. Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi dan review informan 1. Tringgulasi Trianggulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif (S.Y. Slamet dan Suwarto, 2007:54). Artinya, untuk menarik simpulan dari satu variable dibutuhkan lebih dari satu sudut pandang atau sumber. Trianggulasi lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil yang diinginkan (Burhan Bungin, 2003:191). Oleh karena itu, trianggulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode sudah berjalan dengan baik. Seperti catatan harian wawancara, uji silang hasil wawancara kepada informan, dan uji silang antara hasil dari informan dengan data-data sebelumnya. Proses trianggulasi tersebut di atas dilakukan terus menerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data. Sampai suatu saat bahwa semua yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. Menurut Patton dalam S.Y.Slamet dan Suwarto, (2007:54) teknik trianggulasi terbagi menjadi empat macam yaitu : a. Trianggulasi data 1) Data
tentang
kemampuan
mengalikan
bilangan
pecahan
didapatkan dari sumber daftar nilai guru wali kelas 5 SD Negeri Jaten dan hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran. 2) Data tentang kondisi awal penelitian didapatkan dari wawancara dengan guru wali, daftar nilai guru wali, dan pengamatan. b. Trianggulasi peneliti Penelitian dilakukan bersama dengan guru wali. Guru wali mengambil data tentang kondisi awal yang berupa daftar nilai, serta pengamatan terhadap guru saat penelitian berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 c. Trianggulasi metodologis 1) Data tentang kemampuan mengalikan bilangan pecahan didapatkan dari cara dokumentasi daftar nilai dan tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. 2) Dalam menentukan kondisi awal penelitian dilakukan melalui dokumentasi berupa daftar nilai dari guru wali serta pengamatan sebelum dilakukan penelitian.
2. Review informan Setelah dirasa mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan dengan informannya (S.Y. Slamet dan Suwarto, 2007:56). Data mengenai kemampuan mengalikan bilangan pecahan diberitahukan kepada siswa setelah dikoreksi dan diberitahukan kepada guru wali selaku pemilik kelas penelitian.
G. Indikator Kinerja Menurut Sarwiji Suwandi (2009: ³,QGLNDWRU NLQHUMD PHUXSDNDQ rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan NHEHUKDVLODQNHHIHNWLIDQ SHQHOLWLDQ´ Indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi, hasil observasi, hasil wawancara, dan tes yang berpatokan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60. Indikator kinerjanya yaitu apabila hasil nilai dari mengalikan bilangan pecahan siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten, Karanganyar meningkat dari nilai mengalikan bilangan pecahan sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM sebanyak 67% (21 siswa) dari 31 siswa. Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Rata-rata hasil nilai kelas dari pembelajaran meningkat dari keadaan sebelumnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 2. Jumlah siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM sebanyak 67% (21 siswa) dari 31 siswa. 3. Berdasarkan hasil pengamatan pada sikap dan kegiatan berdasarkan panduan pengamatan yang tersedia, sebanyak 67% (21 siswa) dari 31 siswa mempunyai rata-rata point sama atau diatas 60.
H. Analisis Data Analisis data dalam PTK dilaksanakan dalam rangka kegitan refleksi. Menurut Imam, dkk dalam Sarwiji Suwandi, (2009:41), analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini analisis data adalah proses menyeleksi,
menyederhanakan,
memfokuskan,
mengabstraksikan,
mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahanbahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK. Penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan prosentase hasil belajar siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan bilangan pecahan siswa kelas V di SD Negeri 01 Jaten, dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Melalui langkah-langkah akan dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten melalui penerapan teknik Numbered Heads Together (NHT) maka didapat refleksi awal. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Kasihani Kasbolah (2001:39) dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 a. Rancangan Siklus I 1) Tahap Perencanaan Tindakan Tahap ini disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKPD), lembar observasi, instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis, dan menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: a) Merencanakan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang akan diterapkan dalam pembelajaran b) Mengembangkan skenario pembelajaran c) Menyusun rencana pembelajaran (RPP) d) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) e) Menyiapkan sumber belajar f) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
2) Tahap pelaksanaan Tindakan a) Guru mengenalkan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads Together (NHT) b) Guru menjelaskan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads Together (NHT) c) Guru melaksanakan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads Together (NHT). Dimulai dengan membentuk kelas 6 menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 ± 6 siswa. d) Guru membagikan lembar kerja kepada tiap kelompok sejumlah siswa. Namun setiap siswa hanya dibebani satu buah nomor soal. Dan setiap siswa bertanggung jawab atas kemampuan kolempok tentang soal itu. e) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan teknik Numbered Heads Together (NHT) f) Memantau perkembangan kemampuan mengalikan bilangan pecahan pada siswa bersama pengamat yaitu teman sejawat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Pada siklus I ini terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama yang terdiri dari perkalian bilangan pecahan dengan metode kertas berpetak. Sedangkan pertemuan yang ke dua adalah perkalian bilangan pecahan menggunakan metode perkalian pembilang dan perkalian penyebut.
3) Tahap Observasi Tahap
observasi
dilakukan
dengan
mengamati
proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin - poin dalam pedoman yang telah disiapkan dalam bentuk instrument penelitian. Serta melakukan pengamatan atau observasi terhadap hasil nilai dari kemampuan mengalikan bilangan pecahan yang dilakukan oleh siswa disetiap akhir pembelajaran matematika tentang perkalian bilangan pecahan. Hasil observasi didapatkan bahwa pada kemampuan kognitif siswa meningkat, dengan rata-rata kelas menjadi 62,77 dengan tingkat kelulusan mencapai 56,45%. Dengan pengamatan pada keretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor mencapai tingkat kelulusan yaitu 14 siswa pada pertemuan I dan 15 siswa pada pertemuan II.
4) Tahap Refleksi Mengadakan refleksi dan evaluasi untuk menganalisis kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Hasil dari refleksi ini akan menjadi dasar pembuatan perencanaan siklus yang ke II. Hasil refleksi ini didasarkan pada hasil pengamatan dan hasil dari nilai siswa pada setiap akhir pembelajaran. Dari kedua hasil penilaian dan pengamatan diatas belum ada yang mencapai KKM. Setelah di telaah dengan seksama didapati bahwa terdapat berbagai kelemahan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun kelemahan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Siswa masih kesulitan dalam menggunakan metode kertas berpetak dalam membedakan antara bilangan pengali dan yang dikalikan hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 menggunakan arsiran yang berbeda. Siswa kebingungan antara yang diarsir dua kali dan sekali. 2. Kerja sama dalam kelompok masih sangat kurang. Siswa terlihat mengerjakan lembar kerja secara sendiri-sendiri dan tidak dilakukan secara bersama-sama. 3. Dalam mengerjakan evaluasi siswa tidak menyertakan langkahlangkahnya.
b. Rancangan Siklus II 1. Tahap Perencanaan Tindakan Berawal dari tahap refleksi siklus I. Pada tahap ini mengidentifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Dari hasil refleksi diatas maka perlu disusun rencana perbaikan sebagai berikut : a) Setiap kelompok diberikan satu lembar kerja yang dikerjakan secara bersama-sama dengan tidak meninggalkan bahwa setiap siswa mempunyai tanggung jawab salah satu nomor terhadap kelompoknya. b) Diperlukan
pembahasan
secara
detail
dan
konsep
yang
disederhanakan dalam penjelasannya c) Untuk pertemuan pertama digunakan pensil warna agar arsiran pertama dan kedua dapat terlihat berbeda dengan jelas. d) Pertemuan kedua menggunakan tugas secara struktur dan dilakukan penambahan beban nilai materi. Tahap perencanaan ini disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrument penelitian dan menetapkan indikator kinerja yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. 2. Tahap pelaksanaan Tindakan a. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 b. Guru menerapkan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads Together (NHT) yang telah disempurnakan. c. Guru membagikan satu lembar kerja kepada tiap kelompok. Namun setiap siswa hanya dibebani satu buah nomor soal. Dan setiap siswa bertanggung jawab atas kemampuan kolempok tentang soal itu d. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan teknik Numbered Heads Together (NHT) e. Memantau perkembangan kemampuan mengalikan bilangan pecahan pada siswa
3. Tahap Observasi Tahap
observasi
dilakukan
dengan
mengamati
proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan dalam bentuk instrument penelitian. Serta melakukan pengamatan atau observasi terhadap hasil nilai dari kemampuan mengalikan bilangan pecahan yang dilakukan oleh siswa disetiap akhir pembelajaran matematika tentang perkalian bilangan pecahan. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pada kemampuan kognitif siswa meningkat, dengan rata-rata kelas menjadi 65,725 dengan tingkat kelulusan mencapai 67%. Dengan pengamatan pada keretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor mencapai tingkat kelulusan yaitu 21 siswa pada pertemuan I dan 24 siswa pada pertemuan II.
4. Tahap Refleksi Pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan evaluasi. Berdasar pada hasil observasi tersebut dapat dianalisa bahwa indikator kinerja pada penelitian ini sudah tercapai. Dengan hasil seperti itu maka penelitian dapat dikatakan berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 c. Tes Akhir Tes akhir dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan kemampuan mengalikan bilangan pecahan siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten. Dalam tes akhir ini siswa mengerjakan soal mengalikan bilangan pecahan secara bebas tanpa terikat dengan cara mana yang akan dipakai. Yang terpenting adalah siswa mampu mengerjakan soalnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten, yang beralamatkan di jalan Lawu No. 96, Jaten Karanganyar. Ruang kelas yang dipakai untuk penelitian adalah ruang kelas 5. terletak di sisi selatan dari SD negeri 01 Jaten. Ruang yang berukuran 4 X 6 meter. Ruang kelas ini menghadap ke arah utara. Dari fentilasi ruangan ini dapat dikatakan masih kurang. Hanya ada empat buah lubang fentilasi di sisi selatan. Dan dua set jendela kaca pada sisi utara. Walaupun jendela namun tidak dapat dibuka. Hanya kaca yang membatasi antara luar dan dalam ruangan. Jumlah meja yang ada di kelas adalah 15 buah. Ditata dengan formasi 3 melintang serta 5 membujur. Jumlah siswa yang ada adalah 31. Ada salah satu meja yang diisi oleh 3 orang siswa, tepatnya adalah meja di depan meja guru. Terdapat satu meja yang ada di pojok ruangan yang berisi buku pelajaran dan alat peraga. Buku yang terdapat dalam lemari tersebut rata-rata adalah buku dari BSE. Sedangkan alat peraga yang ada berupa sebuah balok, sebuah kubus, jaring-jaring balok dan bola. Dibagian bawah juga terdapat benreda merah putih. Disisi utara kelas terdapat sebuah piano elektrik. Piano ini digunakan saat mata pelajaran SBK. Namun sering dimainkan siswa saat sedang istirahat.
B. Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran kemampuan mengalikan bilangan bulat pada semester 1, dapat diperoleh informasi sebagai data awal, sebab penelitian ini menitik beratkan pada perkalian bilangan. Dari siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa, hanya terdapat 12 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 dalam aspek kemampuan mengalikan bilangan bulat (lihat lampiran 4). Berikut adalah daftar nilai kemampuan mengalikan bilangan bulat siswa kelas V pada kondisi awal secara singkat:
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Tabel 3. Daftar nilai kemampuan mengalikan bilangan siswa kelas V pada kondisi awal No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KKM (65) TT TT TT TT TT TT TT TT T T TT
Nilai 50 50 60 50 30 30 30 60 80 85 30
Keterangan: T
No KKM No KKM Nilai Nilai Urut (65) Urut (65) 12 60 TT 22 75 T 13 50 TT 23 30 TT 14 50 TT 24 50 TT 15 40 TT 25 55 TT 16 100 T 26 40 TT 17 70 T 27 100 T 18 55 TT 28 100 T 19 50 TT 29 30 TT 20 50 TT 30 30 TT 21 80 T 31 60 TT Ketuntasan klasikal adalah 8/31x100% = 25,08%
: Tuntas
TT : Tidak Tuntas Daftar Nilai kemampuan mengalikan bilangan pecahan pada kondisi awal di atas, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk lebih jelasnya maka kondisi awal kemampuan mengalikan bilangan pecahan siswa kelas V dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan mengalikan bilangan siswa kelas V pada kondisi awal No
Interval
1 2 3 4 5 6 7 8
21 ± 30 31 ± 40 41 ± 50 51 ± 60 61 ± 70 71 ± 80 81 ± 90 91 ± 100
Frekuensi ( fi ) 7 2 8 6 1 3 1 3 Rata-rata kelas
Nilai tengah ( xi ) 25,5 35,5 45,5 55,5 65,5 75,5 85,5 95,5
fi.xi
Prosentase
178,5 71 364 333 65,5 226,5 85,5 286,5 51,95
22,5 6,4 25,8 19,35 3,2 9,7 3,2 9,7
Tabel 4. di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 11:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 8 7
Frekuensi
6 Banyak peserta didik 5 4 3 2 1 0 21 30
31 40
41 50
51 60
61 70
Interval Nilai
71 80
81 90
91 100
Gambar 11. Grafik kemampuan mengalikan bilangan siswa kelas V pada kondisi awal
Kondisi awal seperti yang disajikan dalam tabel 4 dan gambar 11 dapat dideskripsikan bahwa siswa mendapatkan nilai antara 21 ± 30 ada tujuh siswa atau 22%. Siswa mendapatkan nilai antara 31 ± 40 ada dua siswa atau 6,4%. Siswa mendapatkan nilai antara 41 ± 50 ada delapan siswa atau 25,8%. Siswa mendapatkan nilai antara 51 ± 60 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa mendapatkan nilai antara 61 ± 70 ada satu siswa atau 3,2%. Siswa mendapatkan nilai antara 71 ± 80 ada tiga siswa atau 9,7%. Siswa mendapatkan nilai antara 81 ± 90 ada satu siswa atau 3,2%. Siswa mendapatkan nilai antara 91 ± 100 ada tiga siswa atau 9,7%. Rata-rata kelas hanya mencapai 51,95. Deskripsi data di atas masih sangat jauh dari harapan yang diinginkan yaitu 60. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau di atas 60 hanya 12 siswa atau 38,7%.
C. Deskripsi Hasil Siklus I Berdasarkan hasil kegiatan awal yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengalikan bilangan pecahan masih perlu ditingkatkan. Tindakan siklus I dilakssiswaan sesuai dengan jad]wal yang telah ditetapkan yaitu selama 2 kali pertemuan, yang dimulai pada 1 Maret 2011 dan 2 Maret 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 a. Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Selasa, 1 Februari 2010. Dimulai dengan menyusun rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilakssiswaan berdasar pada solusi permasalahan yang muncul yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
tipe
numbered
heads
together
(NHT).
Rancangan
tersebut
dikonsultasikan pada hari Senin, 1 Maret 2011. Selanjutnya pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilakssiswaan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari Selasa, 2 Maret 2011 dan Rabu 3 Maret 2011. Adapun deskripsi perencanaan siklus I dijabarkan di bawah ini: 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang mengalikan bilangan pecahan disusun untuk 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian. 2. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: (1) Menyiapkan nomor yang digunakan untuk membagi siswa, (2) Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yakni meja kelas ditata sesuai dengan jumlah kelompok, (3) Menyiapkan media dokumentasi berupa camera digital. 3. Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan aktivitas psikomotor, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa. Sedangkan untuk lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisikisi soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakssiswaan dalam dua pertemuan. Masing-masing pertemuan dilakssiswaan dalam dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Kedua pertemuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilakssiswaan pada hari Selasa 1 Maret 2011. Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode kertas berpetak. Dengan metode ini siswa diajak menghitung perkalian bilangan pecahan dengan cara yang semi konkrit. Biasa dilakukan untuk menangani siswa yang lambat dalam berhitung. Pertemuan pertama diawali dengan salam dan mengabsen siswa. Guru menanyakan kepada siswa tentang pecahan yang dituliskan dalam kertas berpetak. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu perkalian bilangan pecahan menggunakan metode kertas berpetak. Dimulai dengan menuliskan bentuk pecahan dalam kertas berpetak, menentukan kertas berpetak yang akan digunakan, cara mengalikan bilangan pecahan serta cara membaca hasilnya. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 ± 6 orang. Selanjutnya guru membagikan nomor kepada setiap siswa. Setiap kelompok memiliki warna yang berbeda-beda. Setelah siswa mendapatkan nomornya masing-masing, guru membagikan lembar kerja pada setiap siswa. Siswa melakukan diskusi kelompok menggunakan tipe numbered heads together. Dalam diskusi kelompok siswa masih banyak yang kebingungan tentang perkalian pecahan dengan kertas berpetak. Setelah diskusi, dilakukan persentasi dengan pengacakan warna kelompok beserta nomornya. Siswa yang memiliki nomor yang keluar saat diacak oleh guru mempresentasikan hasil kerja kelompok. Peserta dengan nomor yang sama dari kelompok yang lain menanggapi serta mengoreksi hasil presentasi. Pada akhir diskusi guru beserta siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok yang sudah dikerjakan. Siswa mengerjakan tes evaluasi pada akhir pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 2. Pertemuan kedua Pertemuan kedua dilakssiswaan pada hari Rabu 2 Maret 2011. Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Dengan metode ini siswa diajak menghitung perkalian bilangan pecahan dengan cara abstrak. Biasa dilakukan untuk menangani siswa yang sudah lancar dalam berhitung. Pertemuan diawali dengan salam dan mengabsen siswa. Guru melakssiswaan apersepsi dengan menggambarkan pecahan pada kertas berpetak. Guru menanyakan kepada siswa tentang materi perkalian bilangan asli. Hingga guru menunjukkan bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu perkalian bilangan pecahan menggunakan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Guru menjelaskan perkalian adalah penjumlahan yang berulang secara rinci tahap demi tahap hingga menemukan hasil. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 ± 6 orang. Guru membagi nomor serta lembar kerja pada setiap siswa. Dalam mengerjakan lembar kerja siswa tidak bekerja sama dengan siswa lainnya dalam kelompok. Inilah yang membuat kerja sama kelompok kurang tampak. Setelah itu dilakukan pengacakan nomor, lalu presentasi. Presentasi hanya memberiikan persetujuan karena sebagian besar siswa mampu mengerjakan dengan benar. Barulah ditarik simpulan pembelajaran dan dilanjutkan dengan melakukan tes evaluasi pada pertemuan kedua.
c. Tahap Observasi Tahap observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang berfungsi sebagai salah satu tolok ukur terhadap keberhasilan penelitian. Observasi dilakukan oleh teman sejawat. Serta guru kelas yang selalu memantau perkembangan pesrdik setiap saat. Tahap observasi ini meliputi beberapa aspek, yaitu: aspek Psikomotor, aspek keterampilan sosial, aspek perilaku berkarakter,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 kegiatan guru, lembar kinerja guru, aktivitas belajar siswa, serta aspek keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tahap observasi dilakukan setiap kali pertemuan. Selanjutnya hasil dari tahap observasi ini yang dijadikan dasar pada tindakan refleksi. Hasil pengamatan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya presentase dihitung dari seluruh jumlah siswa kelas V yaitu 31 siswa.
1. Pertemuan pertama Pertemuan pertama, dari aspek psikomotor (lampiran 6) masih sangat kurang, terbukti dengan hanya ada dua puluh siswa atau 64,52 % siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara benar. Sub aspek mengeluarkan pendapat hanya ada lima belas siswa atau 48,38%. Siswa yang mampu melakukan berpikir bersama secara baik hanya tiga belas siswa atau 41,93% dan yang mampu menanggapi pertanyaan saat presentasi hanya ada tiga belas siswa atau 41,93%. Jika diambil rata-rata hanya mendapatkan 49,19%. Dengan kata lain siswa belum siap untuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together. Sebab aspek psikomotor ini tidak lepas dari langkah ± langkah pembelajaran kooperatif itu. Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang nilai 1 ± 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran mendapatkan porsi yang cukup membanggakan dari rentang nilai 1 ± 4 mendapatkan rata-rata 2,77 atau 69,35%. Aspek membantu teman mendapatkan nilai 2,48 atau 62%. Ketepatan waktu mendapatkan 2,52 atau 62,9% . Ketelitian mendapatkan nilai 2,52 atau 62,9%. Dan tanggung jawab mendapatkan nilai 2,58 atau 64,5%. Jika diambil rata-rata hanya mencapai 64,35%. Hal ini sudah cukup bagus untuk pertemuan pertama. Akan tetapi lebih baik jika asper perilaku ini mendapatkan porsi yang lebih. Sebab itu mencerminkan sikap siswa waktu pembelajaran berlangsung. Keterampilan sosial (lampiran 8) yang terdri dari empat sub aspek mendapatkan tentangan yang dapat dijabarkan sebagai berikut: dari sub aspek bertanya mendapatkan rentang nilai 3,54 atau 70,97%. Dari menyumbangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 pendapat atau ide mendapatkan nilai 3,29 atau 65,8% . Menjadi pendengar yang baik mendapatkan nilai 3,84 atau 76,8%. Dan dari kerja sama mendapatkan nilai 3,03 atau setara dengan 60,6%. Dari keempat sub aspek tersebut didapatkan ratarata nilai 3,43 atau setara dengan 68,55%. Perolehan nilai yang cukup baik. Aspek keterampilan sosial memang mendapatkan porsi yang lebih besar daripada aspek yang lain. Pengamatan aktivitas belajar matematika (lampiran 10) diperoleh hasil yang kurang baik. Dari 10 segi yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri, (2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi, (9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan (10) siswa menanggapi jawaban teman. Belum ada yang dapat menarik aktivitas siswa sebesar 67%. Itu terkesan sebagai pembelajaran yang asing, belum tercapai pada tingkat pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Dengan skor cukup atau 3 adalah tujuh aspek, kurang atau 2 adalah dua aspek, serta kurang sekali atau 1 adalah satu aspek. Rata-rata yang didapat adalah 2.6 Berdasarkan keterangan di atas dapat dijabarkan perolehan nilai dari aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor dapat disajikan dalam tabel 5 di bawah ini: Tabel 5. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus I pertemuan I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Aspek Pengamatan <1> <2> <3> 70 70 75 75 75 75 60 55 25 75 80 75 60 50 50 65 70 75 65 55 25 75 65 75 65 70 50 80 75 75 65 50 25
Rata rata 71,67 75 46,67 76,67 53,3 70 48,3 71,67 61,67 76,67 46,67
No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
commit to user
Aspek Pengamatan <1> <2> <3> 80 80 75 65 70 25 75 65 50 65 60 50 80 75 50 75 60 25 65 55 50 55 60 25 55 45 25 70 55 75 80 85 75
Rata rata 78,3 53,3 63,3 58,3 68,3 53,3 56,67 46,67 41,67 66,67 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 12 13 14 15 16
60 75 60 60 60
50 70 55 60 75
50 50 25 25 25
53,3 65 46,67 48,3 53,3
28 29 30 31 Rt-Rt
80 75 55 80 68,55
85 50 45 80 64,35
75 25 25 75 49,19
80 50 41,67 78,3 60,69
Keterangan: < 1 > = keterampilan sosial, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 5. tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau di atas 60 baru 15 siswa atau 48,38%. Masih jauh di bawah angka yang diharapkan yaitu 21 siswa atau 67%. Jika tabel 5 di atas disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka dapat disajikan pada tabel 6. berikut.
Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus I pertemuan I No
Interval
1 2 3 4 5 6 7 8
41 ± 45 46 ± 50 51 ± 55 56 ± 60 61 ± 65 66 ± 70 71 ± 75 76 ± 80
Frekuensi ( fi ) 2 7 5 2 2 3 4 6 Rata-rata kelas
Nilai tengah ( xi ) 43 48 53 58 63 68 73 78
fi.xi 86 336 265 116 126 204 292 468 61,06
Prosentase % 6,45 22,5 16,1 6,45 6,45 9,67 12,9 19,35
Tabel 6. dapat di jadikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 8
banyak peserdik
6 4 2 0 41 45
46 50
51 55
56 60
61 65
66 70
71 75
76 80
Gambar 12. Grafik nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus I pertemuan I Informasi dari gambar 12 di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa yang mendapatkan nilai antara 40 ± 45 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 46 ± 50 ada tujuh siswa atau 22,5%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 51 ± 55 ada lima siswa atau 16,1%. Siswa yang mendapat rentang nilai antara 56 ± 60 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 61 ± 65 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapat nilai antara 66 ± 70 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 71 ± 75 ada empat siswa atau 12,9%. Dan yang mendapatkan nilai antara 76 ± 80 ada enam siswa atau 19,35%. Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa bahwa dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukannya dengan cukup baik. Hal tersebut dapat tercermin dari aspek yang mendapat nilai baik atau skor 4 adalah: (1). Menyampaikan tujuan, (2) memberiikan kesempatan bertanya, (3) membimbing siswa dalam kelompok, (4) memberiikan tes akhir, (5) menyimpulkan pelajaran. Mendapat nilai cukup atau 3 pada aspek: (1) mengkondisikan siswa, (2) memberiikan motivasi, (3) melakukan apersepsi, (4) menyampaikan materi, (5) mengarahkan siswa bekerja sama, (6) mengevaluasi, (7) balikan. Rata-rata nilai menjadi 3,42 atau dapat dikatakan cukup. Berdasarkan aspek kognitif diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek yang diukur meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 produk yang diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan pecahan dengan metode kertas berpetak, sedangkan kompetensi proses yang diukur yakni siswa dapat menggambarkan perkalian bilangan pecahan dengan metode kertas berpetak. Tes didapatkan hasil seperti tersaji pada tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai 75 40 65 75 50 60 55 60 60 60 45
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nilai 55 55 40 55 55 40 45 40 60 70 Rata-rata Kelas
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nilai 60 55 55 40 50 75 75 50 40 60 55,48
Aspek kognitif pada siklus I pertemuan I dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I No
Interval
1 2 3 4
40 ± 49 50 ± 59 60 ± 69 70-79
Frekuensi ( fi ) 8 10 8 5 Rata-rata kelas
Nilai tengah ( xi ) 44,5 54,5 64,5 74,5
fi.xi 356 545 516 372,5 1789,5
Prosentase % 25,8 32,3 25,8 16,13
Bertolak dari distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar 13. 10
jumlah siswa
8 6 4 2 0 40 - 49
50 - 59
60 - 69
70 - 79
Gambar 13. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Gambar 13 di atas dapat dijabarkan bahwa siswa yang mendapat nilai antara 40 ± 49 ada delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang mendapat nilai antara 50 ± 59 ada sepuluh siswa atau 32,3%. Siswa yang mendapat nilai antara 60 ± 69 ada delapan siswa atau 25,8%. Dan siswa yang mendapat nilai antara 70 ± 79 ada lima siswa atau 16,13%. 2. Pertemuan kedua Pertemuan kedua membahas tentang perkalian bilangan pecahan dengan menggunakan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Sama dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua ini juga menggunakan lembar pengamatan yang sama. Pada pertemuan kedua diamati oleh seorang observer. Adapun hasil dari pengamatan yang dilakukan dapat diilustrasikan seperti ini Aspek psikomotor (lampiran 6) masih kurang, walau sudah meningkat dari pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ada dua puluh tiga siswa atau 74,19% siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara benar. Pada mengeluarkan aspek pendapat hanya ada sembilan siswa atau 29,03%. Siswa yang mampu melakukan berpikir bersama secara baik ada enam belas siswa atau 51,6% dan yang mampu menanggapi pertanyaan saat presentasi hanya ada empat belas siswa atau 45,16%. Jika diambil rata-rata hanya mendapatkan 50%. Dengan kata lain siswa masih perlu persiapan lebih untuk melakssiswaan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together. Sebab aspek psikomotor ini tidak lepas dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif. Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang nilai 1 ± 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran mengalami sedikit peningkatan dan mendapatkan rata-rata 2,95 atau 73,39%. Aspek membantu teman juga meningkat menjadi 2,516 atau 62,9%. Ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas dari guru menurun menjadi mendapatkan 2,45 atau 61,29% . Nilai ketelitian meningkat dengan cukup tajam menjadi 2,94 atau 73,387%. Dan tanggung jawab mengalami penurunan nilai menjadi 2,48 atau 62,09%. Jika diambil rata-ratanya meningkat menjadi 66,61%. Hal ini cukup bagus untuk peningkatan perilaku berkarakter secara perlahan. Akan tetapi nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 tanggung jawab mengalami penurunan. Seharusnya semua nilai dapat meningkat. Sebab itu mencerminkan sikap siswa ketika pembelajaran berlangsung. Keterampilan sosial (lampiran 8) yang terdiri dari empat sub aspek yang diamati dapat dijabarkan sebagai berikut: dari sub aspek bertanya mendapatkan rentang nilai 3,61 atau 72,26%. Dari menyumbangkan pendapat atau ide mendapatkan nilai 3,13 atau 62,58% . Menjadi pendengar yang baik mendapatkan nilai 3,48 atau 79,67%. Dan dari kerja sama mendapatkan nilai 2,967 atau setara dengan 59,35%. Dari keempat sub aspek tersebut didapatkan rata-rata nilai 3,298 atau setara dengan 65,97%. Perolehan nilai yang cukup baik. Namun disayangkan mengalami penurunan dari pertemuan pertama. Pengamatan aktivitas belajar (lampiran 10) matematika diperoleh hasil yang kurang baik. Dari 10 segi yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri, (2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi, (9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan (10) siswa menanggapi jawaban teman. Hanya aspek siswa yang mencatat pokok materi penting yang mendapatkan predikat baik atau skor 4. Pada aspek siswa yang mempersiapkan diri dan berusaha meminta materi dari gurulah yang mendapat predikat kurang atau skor 2. Sedangkan yang lain dapat dikatakan cukup atau 3. Rata-rata yang didapat adalah 2,9 atau dapat dikatakan cukup. Dalam penalaran bahwa aktivitas belajar masih harus mencapai 67% maka pembelajaran pada pertemuan yang ke 2 masih perlu ditingkatkan. Dari keterangan di atas dapat dijabarkan perolehan nilai dari aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor pada siklus yang pertama pertemuan yang kedua dapat disajikan dalam tabel 9:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Tabel 9. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus I pertemuan II Aspek Pengamatan <1> <2> <3> 70 65 75 70 75 75 60 70 25 80 80 75 65 55 25 60 65 75 65 55 25 70 70 50 65 70 75 65 70 25 65 55 25 60 50 25 70 80 50 65 65 25 60 60 50 65 80 50
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Rata rata 70 73,3 51,67 78,3 48,3 66,67 48,3 63,3 70 53,3 48,3 45 66,67 51,67 56,67 65
No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rt
Aspek Pengamatan <1> <2> <3> 70 75 75 60 65 75 70 80 25 70 65 75 80 85 50 75 70 25 60 55 50 50 60 25 55 40 25 65 55 50 75 85 75 70 80 75 65 55 50 55 50 25 70 80 75 65,97 66,61 50
Rata ± rata 73,3 66,67 58,3 70 71,67 56,67 55 45 48,3 56,67 78,3 75 56,67 43,3 75 60,86
Keterangan: < 1 > = keterampilan social, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 9 tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau di atas 60 baru lima belas siswa atau 48,38%. Masih jauh di bawah angka yang diharapkan yaitu 21 siswa atau 67%. Jika tabel 8 di atas disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka dapat disajikan pada tabel 10 berikut. Tabel 10. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor siklus I pertemuan II No
Interval
1 2 3 4 5 6 7 8
41 ± 45 46 ± 50 51 ± 55 56 ± 60 61 ± 65 66 ± 70 71 ± 75 76 ± 80
Frekuensi ( fi ) 3 4 4 5 2 6 5 2 Rata-rata kelas
Nilai tengah ( xi ) 43 48 53 58 63 68 73 78
commit to user
fi.xi 129 192 212 290 126 408 365 156 60,58
Prosentase % 9,67 12,9 12,9 16,13 6,45 19,35 16,13 6,45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Tabel 10 dapat disajikan dalam bentuk grafik dalam gambar 14: 6
jumlah siswa
5 4 3 2 1 0 41 45
46 50
51 55
56 60
61 65
66 70
71 75
76 80
Gambar 14. Grafik nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor siklus I pertemuan II Informasi dari gambar 14 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa yang mendapatkan nilai antara 40 ± 45 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 46 ± 50 ada empat siswa atau 12,9%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 51 ± 55 ada empat siswa atau 12,9%. Siswa yang mendapat rentang nilai antara 56 ± 60 ada lima siswa atau 16,13%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 61 ± 65 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapat nilai antara 66 ± 70 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 71 ± 75 ada lima siswa atau 16,13%. Dan yang mendapatkan nilai antara 76 ± 80 ada dua siswa atau 6,45%. Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa bahwa dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukannya dengan baik. Hal tersebut dapat tercermin pada aspek yang mendapat predikat baik atau skor 4 adalah (1) mengkondisikan siswa, (2) menyampaikan tujuan, (3) menyampaikan materi, (4) memberii kesempatan bertanya, (5) mengarahkan kerjasama, (6) membimbing siswa dalam kelompok, (7) melakukan tes akhir, (8) melakukan evaluasi, (9) menyimpulkan pelajaran. Dan mendapatkan predikat cukup baik atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 3 pada aspek (1) memberii motivasi, (2) melakukan apersepsi, (3) memberii balikan. Rata-rata yang didapat adalah 3,75 (baik). Aspek kognitif diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek yang diukur meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi produk yang diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan pecahan dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut, sedangkan kompetensi proses yang diukur yakni siswa dapat menghitung perkalian bilangan pecahan dengan metode metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Dari tes itu didapatkan hasil seperti yang tersaji pada tabel 11 di bawah ini Tabel 11. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai 66 63 76 90 53 56 56 76 76 86 66
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nilai 76 86 66 56 86 63 46 86 66 96 Rata-Rata Kelas
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nilai 76 66 46 46 76 96 90 46 53 86 70,06
Aspek kognitif pada siklus I pertemuan II dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 12 berikut ini: Tabel 12. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II No
Interval
Frekuensi ( fi )
1 2 3 4 5 6
40 ± 49 50 ± 59 60 ± 69 70 ± 79 80 ± 89 90 ± 99
4 5 7 6 5 4
Nilai tengah ( xi ) 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5
Rata-rata kelas
commit to user
fi.xi 178 272,5 451,5 447 422,5 378 69,34
Prosentase % 9,67 19,35 22,58 19,35 16,13 12,9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Distribusi frekuensi yang ada pada tabel 12 dapat dibuat grafik seperti pada gambar 15. 7
jumlah siswa
6 5 4
3 2 1 0 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89 90 - 99
Gambar 15. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II
Berpijak dari gambar 15 di atas dapat dijabarkan bahwa siswa yang mendapat nilai antara 40 ± 49 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 50 ± 59 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapat nilai antara 60 ± 69 ada tujuh siswa atau 22,58%. Dan siswa yang mendapat nilai antara 70 ± 79 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapat nilai antara 80 ± 89 ada lima siswa atau 16,13%. Dan siswa yang mendapat nilai antara 90 ± 99 ada empat siswa atau 12,9%. d. Tahap Refleksi Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil belajar pertemuan I dan II selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah 67% (21 siswa) dari 31 siswa mampu mendapatkan nilai sama atau lebih besar dari KKM yaitu 60 dan mempunyai nilai rata-rata dari lembar pengamatan sama atau lebih besar dari 60. Data yang diperoleh dari tahap observasi, pada pertemuan I sebanyak 15 atau 48,387% siswa mempunyai rata-rata nilai lembar pengamatan yang meliputi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial lebih dari 60. Dan 13 atau 41,93% siswa memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60. Data dari pertemuan yang kedua mendapatkan bahwa 14 siswa atau 45,16% mempunyai nilai rata-rata lembar pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keteranpilan sosial lebih dari 60. Dan 22 atau 70,97% siswa memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60. Pada aspek aktivitas siswa pada pertemuan I mendapat 2,6 dan pada pertemuan II mendapat 2,9. Adapun kinerja guru pada pertemuan I mendapat 3,42 dan pertemuan II mendapat 3,75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa perlu ditingkatkan. Aspek pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial pada pertemuan I ada 15 siswa dan pertemuan II ada 14 siswa. Dari data itu rata-rata kelulusan siswa pada aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial adalah 14,5. Hasil evaluasi yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari 60 pada pertemuan I ada 13 siswa dan pada pertemuan dua ada 22 siswa. Jika di rata-rata hasilnya adalah 17,5. Mengingat indikator kinerjanya adalah 21 siswa untuk rata-rata aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial serta nilai akhir. Masih harus ada perbaikan. Bertolak dari pemaparan di atas dapat ditarik simpulan bahwa siswa masih asing dengan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together yang sedang dilakssiswaan. Sedangkan perbedaan antara pertemuan I dan pertemuan II adalah metode perhitungnya. Dapat dilihat bahwa siswa siswa masih kesulitan dengan metode kertas berpetak. Dengan kertas berpetak siswa dapat leluasa dalam mengalikan bilangan pecahan. Namun tidak efektif jika digunakan untuk bilangan pecahan yang melibatkan bilangan besar. Dengan menggunakan perkalian bilangan pembilang dan bilangan penyebut terbukti dapat memudahkan siswa dalam mengalikan bilangan pecahan. Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus pertama memiliki beberapa kelemahan, kelemahan itu dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Siswa masih kesulitan dalam menggunakan metode kertas berpetak dalam membedakan antara bilangan pengali dan yang dikalikan hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 menggunakan arsiran yang berbeda. Siswa kebingungan antara yang diarsir dua kali dan sekali. 2. Kerja sama dalam kelompok masih sangat kurang. Siswa terlihat mengerjakan lembar kerja secara sendiri-sendiri dan tidak dilakukan secara bersama-sama. 3. Dalam mengerjakan evaluasi siswa tidak menyertakan langkahlangkahnya. Berpijak dari tiga kekurangan pada siklus pertama di atas, maka dilakukan beberapa langkah perbaikan pada siklus II. Langkah perbaikan yang dilakssiswaan adalah: 1. Siswa dalam menggunakan metode kertas berpetak pada pertemuan pertama arsiran yang berbeda dengan warna yang sama. Pada siklus kedua digunakan pensil warna yang mempunyai warna yang berbeda. 2. Diperlukan pembahasan secara detail dan konsep yang disederhsiswaan dalam penjelasannya dalam kertas berpetak. 3. Kerja sama kelompok sangat kurang pada siklus pertama. Hal itu disebabkan lembar kerja yang diberikan pada setiap siswa. Untuk itu pada siklus kedua lembar kerja diberikan untuk setiap kelompok. Sehingga pada tiap kelompok hanya diberikan sebuah lembar kerja. Dengan harapan siswa dapat bekerja sama lebih baik. 4. Pada siklus kedua tugas dilakukan secara struktur. Agar dapat diketahui sampai mana kemampuan siswa. Dan disertai dengan penambahan beban materi.
D. Deskripsi Hasil Siklus II Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengalikan bilangan pecahan masih perlu ditingkatkan. Tindakan siklus II dilakssiswaan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yaitu selama 2 kali pertemuan, yang dimulai pada 9 Maret 2011 dan 10 Maret 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 a. Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan mulai dengan merefleksi kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I. Setelah itu menyusun rancangan tindakan yang akan dilakssiswaan. Rancangan tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together (NHT). Rancangan tersebut dikonsultasikan pada hari Selasa, 8 Maret 2011. Selanjutnya pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilakssiswaan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari Rabu, 9 Maret 2011 dan Kamis 10 Maret 2011. Adapun deskripsi perencanaan siklus meliputi menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), fasilitas dan sarana pendukung serta lembar pengamatan. Untuk lembar pengamatan, fasilitas dan sarana pendukung yang digunakan masih sama dengan siklus I. Hanya untuk RPP yang disempurnakan berdasarkan refleksi siklus I. Penyusunan RPP pada siklus II pada dasarnya adalah sama dengan RPP pada siklus I. Hanya ada perubahan pada langkah pembelajaran. Serta penambahan alat yang berupa pensil warna dan perdalaman materi pada pertemuan I dan penambahan beban pada pertemuan II. Pada langkah pembelajaran lembar kerja siswa dirancang untuk satu kelompok, tidak untuk setiap siswa. Dimaksudkan agar siswa dapat bekerja sama dengan lebih baik. Pensil warna digunakan untuk lebih memperjelas arsiran pada pertemuan I, dan penambahan materi dilakukan pada pertemuan II untuk menguji sampai di mana kemampuan siswa sesungguhnya. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakssiswaan dalam dua pertemuan. Masing ± masing pertemuan dilakssiswaan dalam dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Kedua pertemuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilakssiswaan pada hari Rabu, 9 Maret 2011. Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode kertas berpetak. Dengan metode ini siswa diajak menghitung perkalian bilangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 pecahan dengan cara yang semi konkrit. Biasa dilakukan untuk menangani siswa yang lambat dalam berhitung. Pertemuan diawali dengan salam dan mengabsen siswa. Guru melakssiswaan
apersepsi
dengan
mengulang
pelajaran
perkalian
menggunakan kertas berpetak yang telah dilakssiswaan dengan menguraikan kesalahan-kesalahan yang terjadi. Guru menjelaskan materi perkalian bilangan pecahan menggunakan metode kertas berpetak. Penjelasan guru lebih ditekankan pada penghitungan kertas berpetak yang akan digunakan dan pembacaan hasil arsiran. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 ± 6 orang. Selanjutnya guru membagikan nomor kepada setiap siswa. Setelah siswa mendapatkan nomornya masing-masing, guru membagikan lembar kerja pada setiap kelompok. Siswa melakukan diskusi kelompok menggunakan tipe numbered heads together dengan menggunakan satu lembar kerja siswa. Pengerjaan lembar kerja siswa dilakukan dengan menggunakan pensil warna. Dalam melakukan
diskusi
kelompok
kerjasama
semakin
terlihat.
Dengan
menggunakan satu lembar kerja, siswa mengerjakannya secara bergantian. Terlihat jika salah satu siswa mengerjakan lembar kerja, siswa yang lain memperhatikan dengan seksama. Setelah diskusi, dilakukan persentasi dengan pengacakan warna kelompok beserta nomornya. Presentasi dilakukan oleh siswa yang ditunjuk oleh guru dan ditanggapi oleh siswa yang mempunyai nomor sama dari kelompok yang berbeda. Pada akhir diskusi guru beserta siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok yang sudah dikerjakan. Siswa mengerjakan tes evaluasi pada akhir pembelajaran. 2. Pertemuan kedua Pertemuan kedua dilakssiswaan pada hari Kamis, 10 Maret 2011. Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Pembelajaran diawali dengan salam dan mengabsen siswa. Guru melakssiswaan apersepsi dengan menuliskan perkalian bilangan cacah. Guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 menanyakan kepada siswa tentang materi perkalian bilangan cacah. Hingga guru menunjukkan bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu perkalian bilangan pecahan menggunakan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Mengingat hasil pada siklus I, guru hanya menjelaskan secara sederhana. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 ± 6 orang. Guru membagi nomor serta lembar kerja pada setiap Kelompok. Dalam mengerjakan lembar kerja siswa secara bergantian dan saling mengoreksi. Dengan ini kerja sama kelompok sudah tampak. Setelah itu dilakukan pengacakan
nomor,
lalu
presentasi.
Presentasi
hanya
memberiikan
pengoreksian karena sebagian besar siswa mampu mengerjakan dengan benar. Barulah ditarik simpulan pembelajaran dan dilanjutkan dengan melakukan tes evaluasi pada pertemuan kedua. c. Tahap Observasi Tahap observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang berfungsi sebagai salah satu tolok ukur terhadap keberhasilan penelitian. Observasi dilakukan oleh teman sejawat. Tahap observasi ini meliputi beberapa aspek, yaitu: aspek psikomotor, aspek keterampilan sosial, aspek perilaku berkarakter, kegiatan guru, lembar kinerja guru, aktivitas belajar siswa, serta aspek keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tahap observasi dilakukan setiap pertemuan dan dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya presentase dihitung dari seluruh jumlah siswa kelas V yaitu 31 siswa.
1. Pertemuan pertama Pertemuan pertama, dari aspek psikomotor (lampiran 6) dapat dikatakan cukup baik, terbukti dengan ada dua puluh tiga siswa atau 74,19 % siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara benar. Sub aspek mengeluarkan pendapat ada tujuh belas siswa atau 54,83%. Siswa yang mampu melakukan berpikir bersama secara baik ada tujuh belas siswa atau 54,83% dan yang mampu menanggapi pertanyaan saat presentasi ada enam belas siswa atau 51,61%. Jika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 diambil rata-rata hanya mendapatkan 58,87%. Dengan kata lain siswa siap untuk pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads together. Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang nilai 1 ± 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran mendapatkan porsi yang membanggakan yaitu 3,16 atau 79,03%. Aspek membantu teman mendapatkan nilai 2,87 atau 71,77%. Ketepatan waktu mendapatkan 2,67 atau 66,93% . Ketelitian mendapatkan nilai 2,74 atau 68,55%. Dan tanggung jawab mendapatkan nilai 2,55 atau 63,7%. Jika diambil rata-rata hanya mencapai 70%. Hal yang dapat dipetik dari itu adalah tumbuhnya karakter yang baik. Bila dilanjutkan akan menjadi sesuatu yang baik pula. Keterampilan sosial (lampiran 8) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: dari sub aspek bertanya mendapatkan rentang nilai 3,7 atau 74,19%. Dari menyumbangkan pendapat atau ide mendapatkan nilai 3,258 atau 65,16%. Menjadi pendengar yang baik mendapatkan nilai 3,84 atau 76,8%. Dan dari kerja sama mendapatkan nilai 4 atau setara dengan 80%. Dari keempat sub aspek tersebut didapatkan rata-rata nilai 3,7 atau setara dengan 74,03%. Perolehan nilai yang memuaskan. Keterampilan sosial memang mendapatkan porsi yang lebih dari rata-rata. Pengamatan aktivitas belajar matematika (lampiran 10) diperoleh hasil yang cukup baik. Dari 10 aspek yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri, (2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi, (9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan (10) siswa menanggapi jawaban teman. Dua aspek dapat menarik aktivitas siswa sebesar 67% dapat dikatakan baik atau skor 4. Tujuh aspek yang mendapat respon cukup atau 3. Dan hanya satu aspek yang menarik aktivitas siswa kurang skor 2 dari 67%. Dengan rata-rata 3 terkesan sebagai pembelajaran mulai digemari, namun belum tercapai pada tingkat pembelajaran yang mengaktifkan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Beerdasarkan pemaparan di atas dapat dijabarkan perolehan nilai dari aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor. Dapat disajikan dalam tabel 13 di bawah ini: Tabel 13. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus II pertemuan I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Aspek Pengamatan <1> <2> <3> 75 75 75 85 80 75 55 65 50 80 85 75 60 45 50 80 65 75 75 60 50 75 80 75 85 85 50 85 75 100 80 50 25 60 60 50 80 60 50 60 70 50 65 70 25 70 80 50
Rata rata
No
17 75 18 80 19 56,6 20 80 21 51,6 22 73,3 23 61,6 24 76,6 25 73,3 26 86,6 27 51,6 28 56,6 29 63,3 30 60 31 53,3 Rt-Rt 66,6 Keterangan:
Aspek Pengamatan <1> <2> <3> 80 80 75 70 70 25 80 65 50 70 70 50 85 85 75 60 80 75 65 75 50 80 65 25 55 55 25 75 60 75 95 90 100 90 95 100 70 50 50 55 40 50 95 85 75 68,55 64,35 49,19
Rata rata
78,3 55 65 63,3 81,6 71,6 63,3 56,6 45 70 95 95 56,6 48,3 85 67,63
< 1 > = keterampilan sosial, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 13 tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau di atas 60 baru dua puluh satu siswa atau 67,74%. Sudah melampaui sedikit di atas target yaitu dua puluh satu siswa atau 67%. Jika tabel 21 di atas disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka dapat disajikan pada tabel 14 berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Tabel 14. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus II pertemuan I No
Interval
1 2 3 4 5 6
41 ± 50 51 ± 60 61 ± 70 71 ± 80 81 ± 90 91 ± 100
Frekuensi ( fi ) 2 9 7 8 3 2 Rata-rata kelas
Nilai tengah ( xi ) 45,5 55,5 65,5 75,5 85,5 95,5
Prosentase % 6,45 29,03 22,58 25,8 9,67 6,45
fi.xi 91 499,5 458,5 604 256,5 191 67,75
Tabel 14 dapat di jadikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 16 .
10
banyak siswa
8 6 4 2 0 41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
Gambar 16. Grafik nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus II pertemuan I Informasi dari gambar 16 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa yang mendapatkan nilai antara 41 ± 50 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 51 ± 60 ada sembilan siswa atau 29,03%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 61 ± 70 ada tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang mendapat rentang nilai antara 71 ± 80 ada delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 81 ± 90 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 91 ± 100 ada dua siswa atau 6,45%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa bahwa dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukannya dengan cukup baik. Hal tersebut dapat tercermin dari aspek yang mendapat nilai baik atau nilai 4 adalah: (1)mengkondisikan siswa. (2) Menyampaikan tujuan, (3) memberiikan kesempatan bertanya, (4) mengarahkan siswa bekerja sama, (5) memberiikan tes akhir, (5) mengevaluasi. Mendapat nilai cukup atau skor 3 pada aspek: (1) memberiikan motivasi, (3) melakukan apersepsi, (4) menyampaikan materi, (5) balikan. Rata-rata yang didapat adalah 3,58. Kondisi ini dikatakan baik. Aspek kognitif dapat diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek yang diukur meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi produk yang diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan pecahan dengan metode kertas berpetak, sedangkan kompetensi proses yang diukur yakni siswa dapat menggambarkan perkalian bilangan pecahan dengan metode kertas berpetak. Tes tersebut didapatkan hasil seperti yang tersaji pada tabel 15. Tabel 15. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai
60 85 55 80 45 55 40 70 80 75 60
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nilai
65 60 45 55 60 50 45 70 55 60 Rata-Rata Kelas
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nilai
70 60 45 40 60 100 70 50 60 90 61,77
Aspek kognitif pada siklus II pertemuan I dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 16 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Tabel 16. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I No 1 2 3 4 5 6 7
Frekuensi ( fi ) 38 ± 46 6 47 ± 55 5 56 ± 64 9 65 ± 73 5 74 ± 82 2 83 ± 91 3 92 ± 100 1 Rata-rata kelas Interval
Nilai tengah ( xi ) 42 51 60 69 78 87 96
fi.xi 252 255 540 345 156 261 96 61,45
Prosentase % 19,35 16,13 29,03 16,13 6,45 9,67 3,23
Distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar 17. Gambar 17. Grafik daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
jumlah siswa
38 - 46 47 - 55 56 - 64 65 - 73 74 - 82 83 - 91
92 100
Gambar 17 di atas dapat dijabarkan bahwa siswa yang mendapat nilai antara 38 ± 46 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapat nilai antara 47 ± 55 ada lima siswa atau 16,13%. Siswa yang mendapat nilai antara 56 ± 64 ada sembilan siswa atau 29,03%. Siswa yang mendapat nilai antara 65 ± 73 ada lima siswa atau 16,13%. Siswa yang mendapat nilai antara 74 ± 82 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapat nilai antara 83 ± 91 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 92 ± 100 ada satu siswa atau 3,23%. 2. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua, dari aspek psikomotor (lampiran 6) dapat dikatakan cukup baik, terbukti dengan ada dua puluh lima siswa atau 80,65% siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 mampu menjawab pertanyaan secara benar. Sub aspek mengeluarkan pendapat ada delapan belas siswa atau 58,06%. Siswa yang mampu melakukan berpikir bersama secara baik ada dua puluh satu siswa atau 67,74% dan yang mampu menanggapi pertanyaan saat presentasi ada empat belas siswa atau 45,16%. Jika diambil rata-rata hanya mendapatkan 58,87%. Dengan kata lain siswa telah siap untuk pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads together. Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang nilai 1 ± 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran mendapatkan porsi yang membanggakan yaitu 2,74 atau 68,55%. Aspek membantu teman mendapatkan nilai 2,77 atau 69,35%. Ketepatan waktu mendapatkan 2,84 atau 70,97% . Ketelitian mendapatkan nilai 2,48 atau 62,1%. Dan tanggung jawab mendapatkan nilai 2,55 atau 63,7%. Jika diambil rata-rata hanya mencapai 66,94%. Hal yang dapat dipetik dari itu adalah menurunnya karakter yang baik. Terbukti nilai karakter turun dari pertemuan pertama. Karena kemampuan individu siswa yang telah cukup tinggi, menyebabkan nilai karakternya turun. Keterampilan sosial (lampiran 8) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: dari sub aspek bertanya mendapatkan rentang nilai 3,97 atau 79,35%. Dari menyumbangkan pendapat atau ide mendapatkan nilai 3,35 atau 67,1%. Menjadi pendengar yang baik mendapatkan nilai 3,94 atau 78,71%. Dan dari kerja sama mendapatkan nilai 3,84 atau setara dengan 76,77%. Dari keempat sub aspek tersebut didapatkan rata-rata nilai 3,77 atau setara dengan 75,48%. Perolehan nilai yang memuaskan. Keterampilan sosial memang mendapatkan porsi yang lebih dari rata-rata. Pengamatan aktivitas belajar matematika (lampiran 10) diperoleh hasil yang cukup baik. Dari 10 aspek yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri, (2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi, (9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan (10) siswa menanggapi jawaban teman. Enam aspek dapat dikatakan baik atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 skor 4 karena dapat menarik aktivitas siswa sebesar 67%. Tiga aspek yang mendapat respon cukup atau skor 3. Dan hanya satu aspek yang menarik aktivitas siswa kurang atau skor 2 dari 67%. Rata-rata yang didapat adalah 3,5. Pada tahap ini siswa sudah memulai beradaptasi dengan pembelajaran kooperatf tipe NHT. Berpijak dari keterangan di atas dapat disajikan perolehan nilai dari aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor dalam tabel 17:
Tabel 17. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus II pertemuan II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Aspek Pengamatan <1> <2> <3>
75 85 60 85 60 85 80 70 85 90 80 65 80 70 65 80
70 75 70 80 50 70 55 80 75 75 55 50 65 70 60 75
75 75 50 75 50 75 50 75 50 100 50 50 50 50 50 75
Rata rata
No
17 73,3 18 78,3 19 60 20 80 21 53,3 22 76,6 23 61,6 24 75 25 70 26 88,3 27 61,6 28 55 29 65 30 63,3 31 58,3 Rt-Rt 76,6 Keterangan:
Aspek Pengamatan <1> <2> <3>
Rata rata
80 70 80 75 95 55 65 75 55 75 95 90 65 55 95
80 70 65 65 80 70 60 60 55 55 85 85 50 40 80
75 25 50 50 75 75 75 50 50 75 100 75 50 50 75
78,3 55 65 63,3 83,3 66,6 66,6 61,6 53,3 68,3 93,9 93,9 55 48,3 83,3
75,48
66,64
62,9
68,4
< 1 > = keterampilan sosial, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 17 tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau di atas 60 hanya dua puluh empat siswa atau 77,42%. Sudah di atas angka yang diharapkan yaitu dua puluh satu siswa atau 67%. Jika tabel 16 di atas disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka dapat disajikan pada tabel 18 berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Tabel 18. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus II pertemuan II No
Interval
1 2 3 4 5 6
41 ± 50 51 ± 60 61 ± 70 71 ± 80 81 ± 90 91 ± 100
Frekuensi ( fi ) 1 7 11 7 3 2 Rata-rata kelas
Nilai tengah ( xi ) 45,5 55,5 65,5 75,5 85,5 95,5
fi.xi 45,5 388,5 720,5 528,5 256,5 191 68,73
Prosentase % 3,22 22,58 35,48 22,58 9,67 6,45
Tabel 18 dapat dijadikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 18. 12
banyak siswa
10 8 6 4 2 0 41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
Gambar 18. Grafik nilai pengamatan aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor siklus II pertemuan II Informasi dari gambar 18 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa yang mendapatkan nilai antara 41 ± 50 ada satu siswa atau 3,22%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 51 ± 60 ada tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 61 ± 70 ada sebelas siswa atau 35,48%. Siswa yang mendapat rentang nilai antara 71 ± 80 ada tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 81 ± 90 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 91 ± 100 ada dua siswa atau 6,45%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukan dengan cukup baik. Hal tersebut dapat tercermin dari aspek yang mendapat nilai baik atau skor 4 adalah: (1) mengkondisikan siswa. (2) Menyampaikan tujuan, (3) memberiikan kesempatan bertanya, (4) mengarahkan siswa bekerja sama, (5) memberiikan tes akhir, (5) mengevaluasi. Mendapat nilai cukup atau skor 3 pada aspek: (1) memberiikan motivasi, (3) melakukan apersepsi, (4) menyampaikan materi, (5) balikan. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 3,6. Ini menunjukkan adanya peningkatan yang lebih baik lagi. Aspek kognitif diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek yang diukur meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi produk yang diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan pecahan dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut, sedangkan kompetensi proses yang diukur yakni siswa dapat menghitung perkalian bilangan pecahan dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Dari tes itu didapatkan hasil seperti yang tersaji pada tabel 19 berikut ini. Tabel 19. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai
50 70 60 80 50 50 40 80 100 100 60
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nilai
60 70 60 40 100 50 60 80 60 100 Rata-Rata Kelas
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nilai
100 70 60 40 80 90 90 50 60 100 69,68
Aspek kognitif pada siklus II pertemuan II dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 20 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Tabel 20. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II Frekuensi ( fi ) 38 ± 46 3 47 ± 55 5 56 ± 64 8 65 ± 73 3 74 ± 82 4 83 ± 91 2 92 ± 100 6 Rata-rata kelas
No
Interval
1 2 3 4 5 6 7
Nilai tengah ( xi ) 42 51 60 69 78 87 96
fi.xi 168 255 480 207 312 174 576 70,06
Prosentase % 9,67 16,13 25,8 9,67 12,9 6,45 19,35
Distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar 19. Gambar 19. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I 8 7
jumlah siswa
6 5 4 3 2 1 0 38 46
47 55
56 64
65 73
74 82
83 91
92 100
Gambar 19 di atas menggambarkan bahwa siswa yang mendapat nilai antara 38 ± 46 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 47 ± 55 ada lima siswa atau 16,13%. Siswa yang mendapat nilai antara 56 ± 64 ada delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang mendapat nilai antara 65 ± 73 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 74 ± 82 ada empat siswa atau 12,9%. Siswa yang mendapat nilai antara 83 ± 91 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapat nilai antara 92 ± 100 ada enam siswa atau 19,35%. d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil belajar pertemuan I dan II selanjutnya dibuat rata-rata,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah 67% (21 siswa) dari 31 siswa mampu mendapatkan nilai sama atau lehih besar dari KKM yaitu 60 dan mempunyai nilai rata-rata dari lembar pengamatan sama atau lebih besar dari 60. Data yang diperoleh dari tahap observasi, pada pertemuan I sebanyak 21 atau 67,7% siswa mempunyai rata-rata nilai lembar pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial lebih dari 60. Dan 19 atau 61,29% siswa memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60. Data dari pertemuan yang kedua mendapatkan bahwa 24 siswa atau 77,42% mempunyai nilai rata-rata lembar pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial lebih dari 60. Dan 23 atau 74,19% siswa memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60. Berdasarkan data tersebut dapat diambil simpulan yaitu: Aspek pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial pada pertemuan I ada 21 siswa dan pertemuan II ada 24 siswa. Dari data itu rata-rata kelulusan siswa pada aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial adalah 22,5. Hasil evaluasi yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari 60, pada pertemuan I ada 19 siswa dan pada pertemuan dua ada 23 siswa. Jika di rata-rata hasilnya adalah 21. Mengingat indikator kinerjanya adalah 21 siswa untuk rata-rata aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial serta nilai akhir. Maka siklus ini dapat dikatakan berhasil.
E. Tahap Tes akhir Tahap pelaksanaan tes akhir ini untuk mengukur sejauh mana kenerja kemampuan siswa dalam menghitung. Dalam tes akhir siswa tidak dibebani dengan langkah kerja maupun metode yang digunakan. Siswa hanya dituntut untuk dapat menghitung perkalian bilangan pecahan dengan cepat. Proses yang digunakan adalah dengan memberiikan sejumlah 30 soal dan dikerjakan dalam waktu maksimal 20 menit. Adapun hasil yang dicapai ditunjukkan pada tabel 21.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Tabel 21. Rekapitulasi daftar nilai tes akhir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai
93 40 70 80 46 66 96 76 66 100 66
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nilai
93 90 70 83 100 80 76 100 95 100
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nilai
90 96 66 40 83 76 96 66 40 73
Rata-Rata Kelas
77,8
Daftar nilai tes akhir dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 22 berikut ini: Tabel 22. Distribusi frekuensi daftar nilai tes akhir No 1 2 3 4 5
Frekuensi ( fi ) 26 ± 40 3 41 ± 55 1 56 ± 70 7 71 ± 85 8 86 ± 100 12 Rata-rata kelas Interval
Nilai tengah ( xi ) 33 48 63 78 93
fi.xi 99 48 441 642 1116 75,68
Prosentase % 38,7 25,8 22,58 3,23 9,67
Distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar 20 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 12 jumlah siswa 10 8 6 4 2 0 26 - 40 41 - 55 56 - 70 71 - 85
86 100
Gambar 20. Grafik daftar nilai tes akhir Gambar 20 di atas dapat dijabarkan bahwa: siswa yang mendapat nilai antara 26 ± 40 adalah tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 41 ± 55 adalah satu siswa atau 3,23%. Siswa yang mendapat nilai antara 56 ± 70 adalah tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang mendapat nilai antara 71 ± 85 adalah delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang mendapat nilai antara 86 ± 100 adalah dua belas siswa atau 38,7%. Hasil inilah yang menunjukkan kecepatan hitung siswa setelah mengikuti pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads together. Jumlah siswa yang dapat memenuhi indikator kinerja adalah dua puluh tujuh siswa atau 87,1%.
F. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dapat dilihat bahwa peningkatan kemampuan yang terjadi terlihat dari peningkatan-peningkatan dari komponen pembelajaran. Dari yang terjadi pada kondisi awal. Banyaknya siswa yang mampu memenuhi indikator kinerja pada tahap penilaian kognitif dapat dijabarkan dalam table 23 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Tabel 23. Rekapitulasi daftar nilai mengalikan bilangan pecahan Kriteria Ketuntasan Minimal Jumlah siswa yang memenuhi indikator kinerja
Kondisi awal
Siklus I
Siklus II
Tes akhir
12 (tabel 3)
17,5 (refleksi siklus I)
21 (refleksi siklus II)
27 (tabel 21)
Berpijak dari tabel 23 dapar digambarkan sebagai grafik pada gambar 21.
30
jumlah siswa
25 20 15 10 5 0 kondisi awal
siklus I
siklus II
post test
Gambar 21. Grafik daftar nilai mengalikan bilangan pecahan Aspek pengamatan aktivitas siswa akan tampak pada tabel 24 di bawah ini. Tabel 24. Rekapitulasi skor aktivitas siswa Skor Uraian Tindakan 1 2 3 4 5 6 7
Banyaknya siswa yang mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran Banyaknya siswa yang berusaha meminta materi dari guru Banyaknya siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran Banyaknya siswa yang memperhatikan penjelasan guru Banyaknya siswa yang memanfaatkan media pembelajaran yang disajikan oleh guru Banyak siswa yang dapat menjawab dengan benar atas pertanyaan yang disampaikan guru Sikap yang ditunjukkan siswa saat
commit to user
Skor Siklus I Siklus II I II I II 2
2
3
3
1
2
2
2
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
8 9 10
memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran yang diajarkan Banyaknya siswa yang mencacat pokok-pokok penting dari materi yang diajarkan Kesiapan siswa saat akan melakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT Banyaknya siswa yang terlibat aktif menanggapi jawaban teman saat menjawab pertanyaan guru Total Skor Rata-rata skor
3
4
3
4
3
3
3
3
2
3
3
3
26 2,6
29 2,9
30 3
32 3,2
Berpijak dari tabel 24 tentang aktivitas siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 22 3.5 3
aktivitas siswa
2.5 2 1.5 1 0.5 0 SIPI
SI P II
S II P I
S II P II
Gambar 22. Grafik skor aktivitas siswa
Terlihat dengan jelas bahwa pada tabel aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat meningkat. Pada siklus I pertemuan pertama skor 2,6 pada pertemuan yang kedua 2,9. Pada siklus II pertemuan pertama mendapat 3 dan pertemuan kedua mendapatkan 3,2. Hal itu akan baik jika terus dilakssiswaan untuk mencapai pembelajaran yang aktif. Hanya pada aspek meminta materi belum dapat ditingkatkan. Dalam penelitian dapat dimaklumi karena siswa asik mendalami materi itu sendiri. Sementara siswa mengembangkan materi sendiri. Aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor terdapat peningkatan jumlah siswa yang mampu melampaui indikator kinerjanya. Pada siklus I pertemuan I ada 15 siswa dan 14 pada pertemuan keduanya. Untuk siklus II pertemuan I ada 21 siswa dan 24 pada pertemuan yang kedua. Terdapat kenaikan yang siknifkan terhadap siswa. Hal itu mengisyaratkan haruslah ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 pembiasaan terhadap sesuatu yang baru. Sesuatu yang dibiasakan akan menjadi hal yang biasa dan siswa tidak akan merasa minder dan asing. Sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Kinerja guru akan terlihat jelas pada tabel 25 di bawah ini Tabel 25. Rekapitulasi skor kinerja guru No 1
Aspek yang diamati Kegiatan awal pembelajaran a. Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif b. Memberiikan movitasi
2
3
4
4
4
3
3
3
3
c. Menyampaikan Tujuan
4
4
4
4
d. Melakukan apersepsi
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
41 3,42
45 3,75
43 3,58
44 3,6
Kegiatan inti pembelajaran a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami b. Memberii kesempatan untuk bertanya
3
Hasil Pengamatan Siklus I Siklus II I II I II
c. Mengarahkan siswa untuk bekerja sama dengan kelompok d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok Kegiatan akhir pembelajaran a. Memberiikan tes akhir b. Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok c. Memberiikan balikan pada siswa d. Menyimpulkan pelajaran Jumlah skor Rata-rata skor
Bertolak dari tabel 25 tentang skor kinerja guru dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 23.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 3.8 skor kinerja guru 3.6 3.4 3.2 3 2.8 SIPI
SI P II
S II P I
S II P II
Gambar 23. Grafik skor kinerja guru
Kinerja guru adalah pelayanan guru terhadap siswanya. Jadi kinerja guru cenderung pada memenuhi kebutuhan dari siswanya. Dalam hal ini kinerja guru mengikuti kebutuhan siswa. Dengan skor pada siklus I pertemuan I adalah 3,42 dan pertemuan II yaitu 3,75. Pada siklus II pertemuan I yakni 3,58 dan pertemuan II mencapai 3,6 sudah dapat dikatakan baik. Berdasarkan hal kinerja guru di atas banyak hal yang dapat tercermin. Tidak semua kinerja guru dengan skor tinggi mampu membekas pada siswa. Hambatan-hambatan yang terjadi pada saat penelitian dapat dikatakan berangsur-angsur dapat dikendalikan. Pada siklus I siswa masih asing dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. Siswa merasa kebingungan, sehingga banyak siswa yang perhatiannya tercurah pada hal yang lain. Siswa masih sulit jika diajak diskusi kelompok dengan proses kerjasama. Dalam hal ini kerjasama tidak terlihat. Siswa yang telah menerima lembar kerjanya mengerjakan sendiri tanpa mengindahkan teman-temannya. Sehingga dapat dianggap hanya belajar secara bersama. Siklus II hambatan yang terjadi dapat ditekan. Walau masih ada siswa yang belum dapat memusatkan perhatian, namun tidak mengganggu kelancaran diskusi kelompok. Untuk mengatasi bahwa siswa susah diajak bekerja sama adalah dengan menggunakan satu lembar kerja pada tiap kelompok. Cara ini efektif, sebab dapat memperlihatkan proses kerjasana dalam setiap kelompok. Sehingga pelaksanaan siklus II tidak ada hambatan yang berarti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 Hasil wawancara dengan guru kelas sebelum penelitian dimulai (lampiran 11), menunjukkan bahwa sebelumnya belum pernah dilakukan. Dapat ditarik garis besar bahwa pembelajaran yang terjadi hanya dilakukan dalam kelas. Masih banyak siswa yang belum lulus KKM. Hal tersebut siswa sudah sulit untuk diajak mempelajari perkalian pecahan. Metode pembelajaran sudah pernah dikenalkan saat ada mahasiswa yang PPL disini. Namun siswa tetap susah dalam mengikuti pelajaran. Untuk media pembelajaran, sebenarnya ada tapi untuk perkalian. Namun untuk perkalian pecahan itu masih sulit. Belum ada media pembelajaran yang mengakomodir perkalian pecahan. Akan tetapi sudah ada metode perkalian yang dipelajari oleh siswa. Dengan
demikian,
dapat
diajukan
suatu
rekomendasi
bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together dapat meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten, Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata hasil perkalian bilangan adalah 51,95. Peserta didik yang mencapai KKM yaitu 60 adalah 12 (38,7%) siswa. Pada siklus I rata-rata kelas menjadi 62,77 dengan tingkat kelulusan adalah 17,5 (56,45% siswa. Sebab siswa tidak dapat dibagi maka tingkat kelulusan pada siklus I adalah 17 anak. Pada siklus II rata-rata kelas menjadi 65,725 dengan tingkat kelulusan 21 (67%) anak. Waktu diadakan tes akhir terbukti bahwa rata-rata kelas menjadi 77,8 dengan tingkat kelulusan siswa adalah 27 siswa. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan mengalikan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten, Karanganyar tahun ajaran 2010 / 2011. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aspek keretampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor diperoleh data sebagai berikut: Siklus I pertemuan I ada 15 siswa dan 14 siswa pada pertemuan II. Siklus II pertemuan I ada 21 siswa dan 24 siswa pada pertemuan II. Maka pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. B. Implikasi Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together dalam pembelajaran Matematika kelas V tepatnya untuk pembelajaran perkalian pecahan. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari 2 (dua) siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam satu minggu. Adapun siklus yang kedua adalah perulangan untuk memperbaiki siklus pertama yang belum berhasil. Dalam setiap tindakan atau siklus tediri dari 4 (empat) tahapan kegiatan,
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang. Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan. Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan dari pertemuan I dan pertemuan II dalam satu siklus. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Implikasi Teoritis Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together dapat meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan peserta didik kelas V, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut. Dalam menyampaikan materi yang ada hendaknya guru dapat membangun relasi dengan siswanya. Walaupun dengan materi yang sama jika interaksi terjadi maka hasilnya akan lebih maksimal. Salah satu jalan untuk membuat interaksi itu adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran dirancang sebagai jalan agar pembelajaran tidak membosankan dan dapat berjalan secara maksimal. Guru adalah orang yang paling dekat dengan siswa pada saat pembelajaran. Dari masalah yang kecil hingga besar semua ada jalannya tersendiri. Masalah yang ditangani adalah beragam. Dari paparan bab IV guru dapat menganalisa masalah dan memilih model pembelajaran yang tepat. Jikalau model pembelajaran masih dirasa umum. Uraian diatas dapat dijadikan acuan untuk dapat memanipulasi model pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Kemampuan mengalikan bilangan pecahan telah meningkat. Akan tetapi bukan hanya dari aspek kognitifnya saja. Sebab pembelajaran yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 dianut tidak hanya menelaah satu aspek saja, namun menelaah tiga aspek penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hal tersebut juga terliput dalam aspek yang diamati yaitu aspek keretampilan sosial, dan psikomotor. Dalam penelitian ini juga mengacu pada pendidikan karakter. Diukur dengan lembar pengamatan perilaku berkarakter. Dan terbukti keempat aspek tersebut, yaitu kognitif, afektif, psikomotor serta pendidikan karakter dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together ini.
2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan model dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar peserta didik. Walaupun kendala yang dihadapi kelihatan kompleks namun guru harus dapat memecahkan hal tersebut. Hal yang terpenting dari pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa. Tidak hanya pada ranah kognitif, namun meliputi ranah afektif, psikomotor dan katakter anak. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini antara lain : 1. Bagi Guru Para
guru
perlu
mempertimbangkan
menggunakan
model
pembelajaran dalam melaksanakan tugasnya. Dalam pembelajaran matematika selain diperlukan pembelajaran yang menyenangkan, juga diperlukan agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 siswa dapat mengembangkan materi yang disampaikan. Untuk itu diperlukan proses tindak lanjut. 2. Bagi Siswa Peserta didik harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar. Mengingat penilaian hasil belajar meliputi aspek psikomotor, aspek afektif, dan aspek kognitif. 3. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menganalisa permasalahan yang terjadi. Dengan guru dapat menganalisa permasalahan yang terjadi maka guru dapat memilih serta memanipulasi model pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. 4. Bagi Peneliti Lain Bagi yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya dapat sebagai landasan tindakan. Lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) teknik numbered heads together (NHT). Serta melengkapi kekurangan yang ditemukan kemudian.
commit to user