Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN DENGAN PERMAINAN CETAK ANGKA PLAY DOUGH PADA ANAK Dian Anggraeni Yunikowati (11260167) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Penelitian dibuat karena pembelajaran Anak usia dini di TK Talenta Semarang masih menggunakan lembar kerja. Kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan disekolah tersebut sebelum dilakukan penelitian hanya 20% dari siswa yang ada yang dapat trampil berhitung. Tujuan penelitian ini adalah dengan permainan cetak angka playdough dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan pada kelompok A di TK Talenta Semarang tahun pelajaran 2013 / 2014. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian terdiri dari 2 siklus . Prosedur penelitian yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3)Observasi, 4)Refleksi. Tehnik dan alat pengumpulan data dalam hal ini menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah dengan menggunakan cetak angka playdough pada anak kelompok A TK Talenta Semarang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan. Indikator keberhasilan menunjukan peningkatan menjadi 75 % anak yang berkembang sangat pesat dan anak yang sudah berkembang yang tadinya hanya 20%. Kata Kunci: kemampuan kognitif, mengenal konsep bilangan, permainan cetak angka playdough, TK kelompok A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini mengembangkan potensi anak sejak usia dini sebagai persiapan untuk hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, butir 14 adalah dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilih kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya menstimulasi dengan membimbing, mengasuh dan mendidik anak yang berada pada usia 0 - 6 tahun. Dengan mengasuh, membimbing dan mendidik merupakan
satu
komponen
yang
terintegrasi
bertujuan untuk pencapaian yang optimal
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Penyelenggaraan Pendidikan anak usia dini menitik beratkan kepada pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa dan spiritual (moral). Cara pemberian stimulasi Anak Usia Dini dengan memberikan atau menciptakan kegiatan yang mencakup
56
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
berbagai aspek perkembangan anak dengan menyediakan berbagai fasilitas dan media yang dibutuhkan oleh anak usia dini sesuai dengan kebutuhannya. Begitu pula untuk peningkatan kemampuan kognitif anak. Individu berpikir menggunakan pikirannya, tingkah laku kognitif itu melibatkan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru, bersifat otomatis dan cepat dalam menemukan solusi-solusi baru dalam proses yang rutin. Pemahaman dalam matematika untuk anak usia dini perlu sekali stimulasi supaya konsep berhitung permulaan menjadi mudah untuk dimengerti sebagai dasar pembelajaran matematika di masa datang. Salah satu tingkat pencapaian perkembangan kemampuan kognitif dalam konsep berhitung dalam matematika permulaan adalah mengenal konsep bilangan pada kelompok A di satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak. Pada kenyataannya berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di lapangan ditemukan adanya permasalahan dalam kegiatan pengembangan kemampuan kognitif di kelas yaitu rendahnya kemampuan mengenal konsep bilangan siswa TK Talenta pada Kelompok A. Pada saat proses pembelajaran peneliti melihat peran guru masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru dengan spontan memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Kondisi ini ditengarai penyebabnya adalah dalam proses pembelajaran guru kurang memanfaatkan media pembelajaran dan permainan yang tepat yang dapat menumbuhkan motivasi belajar anak. Selain kurangnya media pembelajaran dan permainan yang tepat, hal ini lebih disebabkan oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh TK Talenta Sehingga kepala TK Talenta beserta guru merasa kesulitan mencari tempat jika menambahkan media dan sumber belajar terlalu banyak. Permasalahan lain yang terjadi di TK Talenta adalah metode yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada pengembangan kemampuan kognitif khususnya pada pengenalan konsep bilangan, guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil majalah dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberi tugas kepada anak untuk menjawab soal-soal yang terdapat pada majalah. Kadang juga guru menyuruh anak untuk mengerjakannya soal-soal yang dibuat di buku tulis tanpa adanya gambar atau penyajian yang menarik bagi anak. Metoda yang dilakukan menjurus kearah perlakuan bagi anak usia sekolah dasar. Melihat kenyataan seperti itu maka penulis mempunyai inisiatif untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut. Adapun data kemampuan anak di TK Talenta dalam mengenal konsep bilangan pada waktu observasi yaitu anak belum mengenal konsep bilangan meliputi pengenalan lambang bilangan, menunjuk dan menyebutkan lambang 1- 10 dengan tepat, Diakui oleh guru di TK Talenta bahwa sampai saat ini para guru belum menemukan media yang tepat untuk membantu meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak. Guru kurang memberikan media yang bervariasi dan juga masih menggunakan metode yang membuat anak merasa bosan dan tidak ada rasa antusias pada anak untuk aktif di dalam kelas. Sehingga dalam 57
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
mengenalkan konsep bilangan yang diterapkan di TK Talenta masih menggunakan metode konvensional atau pengerjaan latihan di buku tulis. Hasil dari metode konvensional tersebut dapat dilihat pada laporan tengah semester dari anak-anak menunjukan kurang berkembangnya kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan . Melihat kenyataan seperti itu maka penulis mempunyai inisiatif untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut. Data kemampuan anak di TK Talenta dalam mengenal konsep bilangan pada waktu observasi yaitu menunjukan dari siswa TK Talenta kelompok A yang berjumlah 12 anak, hanya 3 anak yang dapat mengenal konsep bilangan dengan baik. Maka kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan pada anak kelompok A usia 4-5 tahun di TK Talenta menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 58 meliputi indikator membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 5) (kognitif 31), menyebut urutan bilangan minimal dari 1-10 (kognitif 30), menunjuk urutan benda untuk bilangan 1-5 (kognitif 43) perlu dilakukan tindakan untuk peningkatannya penulis mempunyai inisiatif mengadakan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “Peningkatan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Konsep Bilangan Dengan Permainan Cetak Angka Play Dough Pada Anak Kelompok A Di TK Talenta Tahun Pelajaran 2013/2014”.
KAJIAN PUSTAKA Hakekat Kognitif Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Seiss yang hidup tahun 1896 1980. Teori kognitif berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh anak (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, 2011 ) Pada aspek pengembangan kognitif, kompetensi dan hasil belajar yang diharapkan pada anak adalah anak mampu dan memiliki kemampuan berpikir secara logis, berpikir kritis, dapat memberi alasan, mampu memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat dalam memcahkan masalah yang dihadapi (M. Yamin & Js. Sanan, 2010) Permainan Cetak Angka Playdough Cetak adalah proses produks karya seni melalui teknik percetakan. Angka adalah symbol dari bilangan. Cetak angka adala proses mencetak suatu karya dengan tehnik percetakan menggunakan cetakan benda yang mempunyai simbol bilangan. Media permainan untuk anak menggunakan media yang aman bagi anak. Playdough adalah permainan dari bahan bahan yang aman bagi anak-anak. Tehnik pembuatannya dengan meremasremas semua bahan menjadi satu merupakan stimulasi fisik motorik halus yang berguna untuk peningkatan aspek perkembangan kognitif anak. 58
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
METODE PENELITIAN Jenis penelitian Suharsini, Suhardjono, dan Supardi (2006) dalam H. E. Mulyasa (2009) menjelaskan P T K dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni : 1. Penelitian, menunjukam pada kegiatan yang mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan suatu mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti 2. Tindakan, menunjukan pada suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik . 3. Kelas ,dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. yaitu sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Jadi PTK merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan seebuah tindakan (treatment) yang sengaja di munculkan. Tindakan dilakukan oleh guru, oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru. Dalam hal ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas untuk meneliti Peningkatan Kognitif Anak Dalam mengenal Konsep Bilangan Siswa TK Talenta Kelompok A dengan Permainan Cetak Angka Playdough Tahun Pelajaran 2013/2014. Latar Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di TK Talenta Jl Puspogiwang Raya VI No 9 Semarang Barat. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Siswa TK Talenta Semarang Kelompok A berjumlah 12 orang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Fokus Penelitian Penelitian berpusat pada peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan dengan permainan cetak angka play dough pada anak kelompok A di TK Talenta Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014. Sumber Data Sumber Data di dapat dari : 1. Pengamatan / observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi Prosedur Penelitian 1. Perencanaan tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Pengamatan/Observasi 59
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
4. Refleksi
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data Metode dan instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah 1. Tanya jawab 2. Penugasan 3. Dokumentasi 4. Instrumen Pengumpulan Data
HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Siklus 1 Pada tindakan ini peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut : a. Perencanaan Tindakan Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah maupun teman guru/teman sejawat terutama tentang hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan 1 siklus 1: yaitu kegiatan yang akan dilakukan saat anak bermain dengan cetak angka play dough untuk peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan. Tujuan utama tahapan ini adalah agar pelaksanaan tindakan 1 dapat berjalan secara terarah sesuai dengan perencanaan yg telah dibuat. Langkah-langkah perencanaan sebagai berikut : 1) Peneliti mempersiapkan instrument-instrument penelitian dan rencana pembelajaran berupa RKH (Rencana Kegiatan Harian), lembar observasi dan instrument penilaian anak, alat cetak angka dan media play dough 2) Menetapkan materi pembelajaran yaitu Guru menyampaikan dan menjelaskan secara singkat dan jelas pada anak permaianan cetak angka playdough 3) Anak diberi tugas dari guru untuk bermain cetak angka playdough untuk dapat membilang 1-5 mencetak play dough. 4) Anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk dengan tepat bilangan dari 1 -10 dengan permainan cetak angka play dough. 5) Anak diberi tugas oleh guru untuk menyebutkan angka dengan melihat hasil dari permainan cetak angka playdough 6) Anak diminta oleh guru untuk melakukan sesuai aturan dalam permainan cetak angka playdough b. Pelaksanaan Siklus 1 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 sebanyak 2 kali tindakan dengan tema alam semesta. Berpedoman pada Rencana Kegiatan Harian yang telah disusun guru dalam melaksanakan siklus 1.
60
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
1) Pelaksanaan siklus 1 tindakan 1 Dimulai dengan kegiatan awal berdoa, memberi salam, dan menyanyikan lagu 1,2,3 dst.. Guru membuat aturan main. Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan media playdough. Anak diberi tugas dari guru untuk bermain cetak angka playdough untuk dapat membilang 1-5 dengan cetak angka play dough, anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk dengan tepat bilangan dari 1-10 dengan permainan cetak angka play dough., anak diberi tugas oleh guru untuk menyebutkan hasil angka dengan melihat hasil dari permainan cetak angka playdough, anak diminta oleh guru melakukan sesuai aturan dalam permainan cetak angka playdough. Dalam mengobservasi guru selama kegiatan teman sejawat/kepala sekolah juga mengobservasi sikap anak dalam melaksanakan kegiatan. Penilaian instrument anak diisi oleh peneliti. Dari kegiatan bermain cetak angka dengan play dough pada siklus 1 tindakan ke satu diperoleh anak belum bisa memainkan permainan cetak angka play dough. Hasil dari mencetak tidak sesuai harapan karena mereka masih berebut permainan. Hasil yang didapat dari 15 anak masih sama dengan saat prasiklus, hanya 3 anak yang paham dengan permainan tersebut, anak masih sering bertanya tentang permainan tersebut. 2) Pelaksanaan siklus 1 tindakan kedua Pelaksanaan siklus 1 tindakan kedua. Dimulai dengan kegiatan awal berdoa, memberi salam, dan menyanyikan lagu 1,2,3 dst. Guru membuat aturan main. Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan cetak angka playdough. Anak diberi tugas dari guru untuk menyebut bilangan dengan tepathasil dari cetak angka playdough, anak diberi tugas oleh guru untuk mengurutkan bilangan dari 1-10 dengan permainan cetak angka play dough, anak diberi tugas oleh guru untuk mengurutkan bilangan dari 10-1 dari hasil permainan cetak angka play dough. Dalam mengobservasi guru selama kegiatan berlangsung teman sejawat/kepala sekolah juga mengobservasi sikap anak dalam melaksanakan kegiatan. Penilaian instrument anak diisi oleh peneliti. 3) Pelaksanaan Siklus 1 Tindakan Ketiga Pelaksanaan siklus 1 tindakan ketiga dimulai dengan kegiatan awal berdoa, memberi salam, dan menyanyikan lagu 1, 2, 3 dst. Guru membuat aturan main, guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan cetak angka playdough. Anak diberi tugas dari guru untuk menunjuk dengan tepat hasil cetakan angka playdough. Anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk dengan tepat urutan bilangan, anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk urutan 5-1 dengan tepat. Dalam mengobservasi kegiatan guru teman sejawat mengobservasi sikap anak dalam melaksanakan kegiatan. Dalam siklus 1 ini didapat nilai pada indikatornya adalah anak yang berkembang sangat pesat 1 anak 8,33%, anak yang berkembang sesuai harapan 2 anak atau 16,67%, anak yang 61
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
masih berkembang 6 anak atau 50% dan anak yang belum berkembang 3 anak atau 25% maka melihat hasil dari indikator keberhasilan untuk anak yang berkembang pesat dan anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 20% masih jauh dari indikator ketuntasan maka dilakukan tindakan pada siklus ke 2. 4) Hasil Siklus 1 Total indikator keberhasilan 25% dari anak berkembang sangat pesat + berkembang sesuai harapan jadi kurang dari > 75% yaitu 1 anak BSP + 2 anak BSH adalah 3 orang jadi masih > 50% dari indikator ketuntasan yang dicapai. Kenyataan hasil dari tindakan siklus I dalam upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Konsep Bilangan Dengan Permainan Cetak Angka Play Dough Pada Anak Kelompok A Di TK Talenta tahun pelajaran 2013/2014 adalah anak yang berkembang sangat pesat 8,33 % dan berkembang sesuai harapan 16, 67 % masih mencapai 25 % masih dibawah ≥ 75%, maka harus dilakukan tindakan lagi pada siklus kedua. c. Observasi Siklus 1 Observasi dari hasil penelitian yaitu tentang upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Konsep Bilangan Dengan Permainan Cetak Angka Play Dough Pada Anak Kelompok A Di TK Talenta tahun pelajaran 2013/2014 Pada siklus 1 dihasilkan observasi pada guru oleh teman sejawat/kepala sekolah dihasilkan prosentase pada tindakan 1 adalah 75%, tindakan 2 adalah 75% dan tindakan 3 adalah 75%, observasi pada anak tindakan 1 adalah 50%, tindakan 2 adalah 50% dan tindakan 3 adalah 50% hasil dari observasi guru dan anak dapat dilihat dari gambar diagram dibawah ini. Gambar diagram 1. Observasi Guru Dan Anak Siklus I 80 70 60 50 40
Guru
30
Anak
20 10 0 Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3
d. Refleksi Melihat dari hasil pada siklus 1 yang masih belum mencapai ambang ketuntasan atau indikator keberhasilan mencapai > 75% maka peneliti dengan teman sejawat/kepala sekolah mengadakan diskusi untuk perbaikan hasil indikator keberhasilan. Pada kenyataannya permainan
62
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
cetak angka play dough itu kurang menarik karena play dough belum diberi warna yang menarik, maka pada siklus ke 2 nanti media play dough harus diberi pawarna makanan agar lebih menarik. Hasil Penelitian Siklus 2 Kegiatan siklus II mengulang kegiatan siklus I. Kegiatan pada siklus 2 adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Siklus 2 Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah maupun teman guru / teman sejawat terutama tentang hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan 1 siklus 1: yaitu kegiatan yang akan dilakukan saat anak bermain dengan cetak angka play dough untuk peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan. Tujuan utama tahapan ini adalah agar pelaksanaan siklus 2 tindakan 1 dapat berjalan secara terarah sesuai dengan perencanaan yg telah dibuat. Langkah-langkah perencanaan sebagai berikut : 1) Peneliti mempersiapkan instrument-instrument penelitian dan rencana pembelajaran berupa RKH (Rencana Kegiatan Harian), lembar observasi dan instrument penilaian anak, alat cetak angka dan media play dough warna 2) Menetapkan materi pembelajaran yaitu Guru menyampaikan dan menjelaskan secara singkat dan jelas pada anak permaianan cetak angka playdough 3) Anak diberi tugas dari guru untuk bermain cetak angka playdough untuk dapat membilang 1-5 dengan cetak angka play dough 4) Anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk dengan tepat 1– 10 dengan permainan cetak angka play dough. 5) Anak diberi tugas oleh guru untuk menyebutkan hasil angka dengan melihat hasil dari permainan cetak angka playdough 6) Anak diminta oleh guru untuk melakukan sesuai aturan dalam permainan cetak angka play dough b. Pelaksanaan Siklus 2 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 sebanyak 2 kali tindakan dengan tema Alam Semesta Berpedoman pada Rencana Kegiatan Harian yang telah disusun guru dalam melaksanakan siklus 2 1) Pelaksanaan siklus 2 tindakan 1 Dimulai dengan kegiatan awal berdoa, memberi salam, dan menyanyikan lagu 1,2,3 dst.. Guru membuat aturan main. Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan media playdough warna. Anak diberi tugas dari guru untuk bermain cetak angka playdough untuk dapat membilang 1-5 dengan cetak angka play dough, anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk dengan tepat bilangan dari 1– 10 dengan permainan cetak angka play dough warna, anak diberi tugas oleh guru untuk menyebutkan hasil angka dengan melihat hasil dari permainan cetak angka playdough warna, anak diminta oleh guru untuk melakukan sesuai aturan dalam permainan cetak angka play dough warna. Dalam mengobservasi guru selama 63
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
kegiatan teman sejawat/kepala sekolah juga mengobservasi sikap anak dalam melaksanakan kegiatan. Penilaian instrument anak juga dilakukan oleh peneliti selama kegiatan berlangsung. 2) Pelaksanaan siklus 2 tindakan kedua Dimulai dengan kegiatan awal berdoa, memberi salam, dan menyanyikan lagu 1,2,3 dst.. Guru membuat aturan main. Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan media playdough warna. Anak diberi tugas dari guru untuk bermain cetak angka playdough warna, anak diberi tugas oleh guru untuk mengurutkan bilangan dari 1– 10 dengan permainan cetak angka play dough warna, anak diberi tugas oleh guru untuk menyebut bilangan dengan melihat hasil dari permainan cetak angka play dough warna, anak diminta oleh guru untuk mengurutkan mundur 10-1 dengan permainan cetak angka play dough warna. Dalam mengobservasi guru selama kegiatan teman sejawat/kepala sekolah juga mengobservasi sikap anak dalam melaksanakan kegiatan. Penilaian instrument anak juga dilakukan peneliti saat penelitian berlangsung. 3) Pelaksanaan Siklus 2 Tindakan Ketiga Dimulai dengan kegiatan awal berdoa, memberi salam dan menyanyikan lagu 1,2,3 dst. Guru membuat aturan main. Guru menjelaskan cara bermain dengan menggunakan cetak angka play dough warna. Anak diberi tugas dari guru untuk menunjuk dengan tepat hasil cetak angka play dough warna, anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk dengan tepat urutan bilangan, anak diberi tugas oleh guru untuk menunjuk urutan 5-1 dengan tepat dengan permainan cetak angka play dough warna. Dalam mengobservasi kegiatan guru dalam pelaksanaan tindakan teman sejawat/kepala sekolah juga mengobservasi sikap anak dalam pelaksanaan kegiatan permainan cetak angka play dough warna. Dalam siklus 2 didapat prosentase nilai ketuntasan atau indikator keberhasilan sebagai berikutanak yang berkembang sangat pesat 6 anak atau 50%, anak yang berkembang sesuai harapan adalah 3 anak atau 25%, total anak yang berkembang sangat pesat dan anak yang berkembang sesuai harpan adalah 50% + 25% = 75% atau 9 anak. Hasil tersebut menunjukkan nilai ketuntasan telah tercapai sehingga tidak diperlukan tindakan lagi karena indikator keberhasilan sudah memenuhi. Keterangan Pada siklus 2 ini untuk anak yang masih berkembang (MA) adalah 8,33% atau 1 anak, anak yang belum berkembang (BB) 16,67% atau 2 anak. Sedang anak yang berkembang sangat pesat adalah mencapai 50% atau didapat 6 anak berkembang pesat. Anak yang mencapai berkembang sesuai harapan adalah mencapai 25% atau terdapat 3 anak yang berkembang sesuai harapan.
64
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
4) Hasil siklus 2 Total indicator keberhasilan 50% (BSP) + 25% (BSH) = 75% atau anak BSP 6 anak + BSH 3 anak = 9 anak telah mencapai indicator ketuntasan dari 12 anak bearti penelitian sudah selesai. Kenyataan hasil dari tindakan siklus II dalam peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan pada anak kelompok A di T Talenta kelompok A tahun pelajaran 2013/2014 adalah anak yang berkembang sangat pesat dan berkembang sesuai harapan sudah mencapai 75% ≥ 75%, maka penelitian sudah mencapai indikator keberhasilan, jadi tidak memerlukan tindakan lagi. c. Observasi Siklus Kedua Dari hasil peneliti yaitu tentang peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan pada anak kelompok A di TK Talenta Semarang tahun pelajaran 2013 / 2014 Pada siklus II dihasilkan observasi pada guru oleh teman sejawat/kepala sekolah dihasilkan prosentase pada tindakan 1 adalah 85%, tindakan 2 adalah 90%, tindakan 3 adalah 95% sedang observasi pada anak adalah tindakan 1 adalah 85%, tindakan 2 adalah 90%, tindakan 3 adalah 95%. Hasil dari observasi guru dan anak dapat dilihat dari gambar diagram dibawah ini.
Gambar Diagram 2. Observasi Guru dan Anak Siklus II 96 94 92 90 88
Guru
86
Anak
84 82 80 Tindakan 1
Tindakan 2
Tindakan 3
d. Refleksi Permainan cetak angka play dough untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan yang pada siklus 1 belum diberi pewarna makanan sehingga kurang menarik kemudian pada siklus 2 diberi pewarna makanan sehingga hasil dari cetak angka berwarna-warni membuat anak-anak senang untuk bermain dalam pengenalan konsep bilangan, melihat kegiatan tersebut dilakukan dengan gembira, hasil dari indikator keberhasilan sesuai yang diharapkan yaitu 75% untuk anak yang berkembang sangat pesat dan berkembang sesuai harapan. Maka penelitian cukup sampai pada siklus ke 2
65
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
KESIMPULAN Berdasarkan Hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa kegiatan permainan cetak angka playdough untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan dapat disimpulkan sebagai berikut : Kondisi kemampuan kognitif anak 1. Siklus I menunjukan peningkatan kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan masih menunjukan nilai keberhasilan anak yang berkembang sangat pesat adalah 8,33% dan untuk anak yang berkembang sesuai harapan adalah 16,67% sehingga total hasil adalah 25%. Maka karena belum mencapai indikator keberhasilan penelitian harus diulang pada siklus ke II 2. Siklus II menunjukan anak yang berkembang sangat pesat adalah 50 % dan untuk anak yang berkembang sesuai harapan adalah 25% sehingga total hasil adalah 75 % atau dari 12 anak terdapat 6 anak yang berkembang pesat dan 3 anak yang berkembang sesuai harapan sedang anak yang belum mulai berkembang 1 anak dan belum berkembang 2 anak. Melihat hasil yang sudah mencapai dari indikator keberhasilan yaitu ≥ 75 % seperti yang sudah ditentukan maka penelitian dianggap sudah selesai
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Desmita, 2008. Psikologi perkembangan. Bandung : Rosda Einon, D. 2005. Permainan Cerdas. Jakarta. Erlangga Hariwijaya, M dan Sutiwi, A. 2008. 1001 Pendekatan Multiple Intelegence. Yogyakarta : Almatera Publishing Jurnal Penelitian : www.scribd.com/doc/222817761/journal.pkp Hernayati Materi Workhshop Metodologi Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK ( PPKP ) dan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah ( PIPS ) . Semarang Matrik / Program Tahunan Taman Kanak – Kanak Kelompok A Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Semarang Monk, F. J dkk. 1984. Psikologi Perkembangan.Gajah Mada University Press Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departement Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar. Mulyasa, H. E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosda Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 Pramono. T.S. Permainan Asyik Bikin Anak Pintar. Yogyakarta : Ana books Rahman Hibana S. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini . Yogyakarta : PGTKI Press Suyadi & Ulfah, M. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung. Rosda 66
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Tangyong A F dkk .2009. Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta . Grasindo Tedjasaputra , M S .2001 . Bermain , Mainan dan Permainan. Jakarta Thobroni, M & Mustofa, A. 2011. Belajar dan Pembelajaran .Jogjakarta. Ar- ruzz Media Yamin, M & Sanan , JS. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta . G P Press Yuliani dkk. ( 2004 ). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
67
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang