Vol. 2 No. 2 Mei 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI BERMAIN BALOK Rumiatun (11261350) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Pembelajaran pengenalan konsep bilangan yang dilaksanakan dilapangan kenyataannya belum memanfaatkan media yang ada masih menekankan pembelajaran yang berpusat pada guru, hal ini dapat dibuktikan bahwa peran guru yang terlalu menguasai kelas, guru dengan spontan memberikan tugas pada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan. Sehingga proses pembelajaran pengenalan konsep bilangan menjadi kurang menarik dan menjenuhkan. Rumusan masalah : Apakah dengan bermain balok dapat meningkatkan kemampuan anak mengenal konsep bilangan di TK Siwi Peni 02 Wonorejo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang penting dan yang harus diperhatikan dalam melaksanakan permainan balok untuk meningkatkan kemampuan anak mengenal konsep bilangan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 3 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan menganalisis. Indikator kinerja yang diterapkan adalah guru terampil membuat rencana pembelajaran melalui permainan balok untuk meningkatkan kemampuan anak mengenal konsep bilangan dan aktivitas guru selama proses kegiatan, pembelajaran dengan metode pemberian tugas dan tanya jawab. Prosentase ketuntasan yang diharapkan sebesar 80%. Teknik pengumpulan datanya menggunakan tehnik observasi dan tehnik wawancara, analisis datanya statistik deskriptif dengan cara menghitung jumlah anak yang mempunyai nilai berkembang sangat baik (BSB), berkembang sedidik yang dikategorikan tuntas suai harapan (BSH), mulai berkembang (MB), dan belum berkembang (BB) serta membaginya dengan jumlah anak didik kemudian mengalikan dengan 100%. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil pada siklus I : Aktivitas anak dari 19 anak yang dikategorikan tuntas sebesar 57,8 % dan belum tuntas 42,2 %. Siklus II Aktivitas anak dari 19 anak didik yang dikategorikan tuntas sebesar 68,4 % dan belum tuntas sebesar 31,6 %. Siklus III aktivitas anak dari 19 anak didik yang dikategorikan tuntas sebesar 84% dan belum tuntas sebesar 16%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa bermain balok dapat meningkatkan pengenalan konsep bilangan pada anak kelompok B TK Siwi Peni 02 Wonorejo kecamatan Guntur kabupaten Demak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah permainan balok memiliki kontribusi terhadap peningkatan pendidikan dalam pengenalan konsep bilangan di TK. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar 34,73 % dari siklus I menjadi 72,26 % pada siklus II dan 84,2 % pada siklus III.Saran yang dapat disampaikan adalah (1) Pusatkan perhatian anak diawal pembelajaran dengan memberikan motivasi tentang materi yang akan diajarkan. (2) Gunakan alt peraga atau media yang dapat menarik perhatian anak sehingga dapat membantu memudahkan anak untuk memahami materi pembelajaran. (3) Ciptakan suasana kelas yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kata Kunci : Mengenal Konsep Bilangan, Bermain, Balok PENDAHULUAN Pendididkan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (Direktorat PAUD, 2005). Karena rentang anak usia dini merupakan rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. Periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan fisik, kognitif, bahasa, social, emosional dan spiritual. Diana Mutiah (2010:2) 56
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Masitoh (2005:1) mengungkapkan bahwa pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan di taman kanak-kanak merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas, yaitu Sekolah Dasar dan lingkungan lainnya. Sebagai salah satu bentuk pendidikan anak usia 4 tahun sampai memasuki jenjang pendidikan dasar. Salah satu aspek dalam pengembangan kognitif adalah pengembangan pembelajaran matematika seperti yang telah dikemukakan oleh Sriningsih (2008:1) bahwa praktik-praktik pembelajaran matematika untuk anak usia dini diberbagai Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini baik jalur formal maupun nonformal sudah sering dilaksanakan, istilah-istilah yang di kenal diantaranya pengembangan kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya sebagai pengembangan kecerdasan logika matematika. Berhitung merupakan bagian dari matematika yang sangat diperlukan dalam kehidupansehari-hari terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007:1). Dalam kehidupan sehari-hari bilangan memiliki nilai sosial yang tinggi, anak-anak sering menggunakan bil;angan saat memasangkan sendok dengan garpu, menghitung jumlah mainan yang dibutuhkan teman-temannya, bermain drama membilang berapa es krim yang dibutuhkan untuk empat anggota keluarganya, menghitung berapa sendok gula yang dibutuhkan dalam membuat segelas teh, membeli permainan di took dan sebagainya. Berhitung di taman kanak-kanak di harapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Olah karena itu dalam pelaksanaannya berhitung harus dilakukan dengan cara-cara yang menarik dan kreatif menyenangkan. Demikian dalam pembelajaran matematika untuk mengembangkan bilangan diperlukan adanya media pembelajaran yang sesuai, salah satunya dengan menggunakan media balok. Balok mudah diperoleh dan di manfaatkan untuk berbagai permainan, memiliki bentuk sederhana dan mudah dioperasikan sehingga mudah di mengerti. Karena itulah banyak anak-anak yang menyukai balok dan menggunakannya untuk bermain. Bermain bagi anak-anak bukan sekedar bermain, tetapi bermain merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Dalam bermain itu anak dapat menerima banyak rangsangan selain dapat membuat dirinya senang juga dapat menambah pengetahuan anak. Dalam proses belajar, anak-anak mengenalnya melalui permainan karena tidak ada cara yang lebih baikyang dapat merangsang perkembangan kecerdasan otaknya melalui kegiatan melihat, mendengar, meraba dan merasakan. Yang semuanya itu dapat dilakukan melalui kegiatan bermain. Kegiatan ini terus dirangsang agar simpul-simpul syaraf pada otak tidak menjadi vakum, Dwi Suhar Prasetyoono (2007 : 23). Lain halnya dengan apa yang ditemukan di lapangan, 70% di taman kanak-kanak yang masih belum memanfaatkan dan menggunakan media dalam pembelajaran konsep bilangan, kebanyakan 57
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
model pembelajaran masih menekankan pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas, guru dengan spontan memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Hal ini di karenakan masih kurangnya pengetahuan dan wawasan dari guru atau pihak sekolah tentang manfaat media atau masih terdapat pemikiran lebih repot menggunakan media dalam pembelajaran, sehingga fungsi dari proses pembelajaran bagi anak khususnya matematika pada pengenalan konsep bilangan anak tidak menarik.. Beranjak dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa perlu meningkatkan dan mengembangkan sebuah model pembelajaran yang dapat memotivasi anak dalam mengenal konsep bilangan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memilih judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Anak Mengenal Konsep Bilangan Malalui Bermain Balok Di Kelompok B TK Siwi Peni 02 Wonorejo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Tahun 2013”
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Bilangan Bilangan merupakan hal yang sering anak-anak jumpai. Menurut hasil penelitian Golinko (2005:103) 46% anak-anak berusia 4-5 tahun sibuk menghitung benda dan menghabiskan sebagian harinya dengan permainan yang menggunakan bilangan dan angka. Bilanganpun memiliki manfaat yaitu : bermanfaat bagi pemahaman ilmu matematika dan perkembangan ilmu-ilmu yang lain, menurut Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika UPI (2001:23)”konsep-konsep matematika tersusun dan terhirarkis, terstruktur, logis dan matematis mulai dari konsep paling sederhana samapai konsep yang lebih komplek”. Bilangan merupakan konsep dasar untuk memahami konsep yang lebih komplek, yaitu operasi dan penjumlahan. Dengan memahami bilangan anak-anak akan lebih mudah untuk memahami konsep operasi penjumlahan dan pengurangan. Pengertian Bermain Bermain adalah suatu kegiatan yang digemari oleh anak. Sebagian besar waktu anak hanya digunakan untuk bermain. Bermain memiliki manfaat yang besar bagi anak. Salah satunya bermain memiliki manfaat untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu seperti konsep dasar (warna, ukuran, besaran dll) Ade Benih Nirwana (2011:198) Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus karena kurangnya perhatian terhadap perkembangan anak. Plato dianggap orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dalam bermain. Menurut Plato anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan apel kepada anak-anak. Dengan memberikan alat permainan miniature balok-balok kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan mengantar anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan.
58
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Pengertian Balok Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang di antaranya berukuran berbeda. Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok yang dibentuk oleh enam persegi sama dan sebangun disebut sebagai kubus (Trevor Johnson dan Huge Neili, 2010 :179).
METODE PENELITIAN Pendekatan dari jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang didapat dilapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang. Kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat di generalisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperoleh kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat , Iskandar (2009 : 62)
Latar Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian bertempat di TK Siwi Peni 02 Wonorejo. Pelaksanaanya pada bulan maret 2013 sampai agustus 2013. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah anak Taman Kanak-Kanak Siwi Peni 02 Wonorejo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Kelompok B semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah anak sebanyak 19 anak terdiri dari 13 putra dan 6 putri. Prosedur Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), pengkategorian penelitian ini kedalan penelitian tindakan sesuai dengan (model kemmis dan Mc. Taggaart) Kasihani Kasbalah (2010:63). Setiap satu siklus atau putaran terdiri dari 4 tahap: Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi Alat pengumpulan data Alat pengumpulan data ini digunakan pada saat melakukan PTK, beberapa alat yang digunakan yaitu: 1. Lembar observasi 2. Lembar dokumen 3. Lembar dokumentasi foto
59
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
HASIL PENELITIAN Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana kegiatan harian (RKH), media untuk pembelajaran berupa balok dan alat-alat lain sebagai pendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan dengan menggunakan metode bermain balok. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti, teman sejawat telah memperoleh penyusunan perencanaan perbaikan untuk menangani bagaimana cara mengatasi masalah anak TK Siwi Peni 02 Wonorejo dalam kegiatan bermain balok, dengan susunan sebagai berikut : 1) Penyusunan RKH 2) Menggali pengetahuan anak 3) Anak diberi motivasi awal sebelun pembelajaran dimulai 4) Penyusunan scenario kegiatan bermain balok 5) Memberikan penjelasan mengenai bagaimana bermain balok 6) Anak diminta untuk bermain balok. 7) Menyiapkan instrument observasi b. Kegiatan dan Pelaksanaan Tindakan Kelas pada pertemuan pertama Siklus I Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pada pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 26 juli 2013 di kelompok TK Siwi Peni 02 Wonorejo dengan jumlah siswa 19 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Rencana yang telah disusun dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah dalam perencanaan pembelajaran. Peneliti sebagai pengajar (guru) menggunakan alat permainan berupa balok dengan metode bermain balok untuk meningkatkan kemampuan anak mengenal konsep bilangan. Kegiatan berawal dari : Pembukaan : kegiatan awal dimulai dari guru mengucapkan salam, berdo’a, bercerita, tanya jawab, sesuai dengan rencana kegiatan harian, kemudian guru menjelaskan tentang apa itu balok, macam-macam bentuk balok, bagaimana cara bermain dengan balok. Kegiatan inti : guru membagi anak dalam kelompok, satu kelompok berisi 5 anak kemudian guru membagi balok untuk dibuat permainan. Guru meminta anak untuk mengelompokkan balok sesuai dengan bentuknya, misal : balok segi empat, balok lingkaran, segitiga dan lain-lain. Kegiatan penutup : setelah anak-anak melaksanakan tugas bermain balok kemudian guru memntapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut sebagai penguatan, bagi anak yang mengalami kesulitan guru memberikan penjelasan, motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak, dan guru juga memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang berhasil maupun yang belum berhasil dalam mengelompokkan bentuk-bentuk balok. 60
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
c. Kegiatan dan Pelaksanaan Tindakan kelas pada pertemuan kedua Siklus I Proses kegiatan pembelajaran oleh peneliti dilakukan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian yang telah dibuat oleh peneliti dengan menggunakan media balok. Kegiatan berawal dari : Pembukaan : dimulai guru mengucapkan salam, berdo’a kemudian anak berlari sambil melompot dengan seimbang. Setelah itu guru memberikan tanya jawab tentang binatang peliharaan keluarga kemudian guru menjelaskan tentang binatang peliharaan keluarga, misalnya memelihara ayam, bebek, angsa atau kambing itu harus dibuat rumah khusus untuk binatang atau biasa disebut kandang. Kemudian guru membagi anak dalam empat kelompok. Kegiatan inti : anak diminta mengambil balok dengan urutan bilangan 1 – 10 sebagai simbol binatang peliharaan, kemudian anak diminta untuk membuatakan rumah atau kandang piaraan dengan menggunakan balok. Anak melaksanakan tugas bermain balok dengan senang. Kegiatan penutup : Setelah anak menyelesaiakan permainan balok tersebut kemudian guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan dengan penguatan, bagi anak yang mengalami kesulitan guru memberikan penjelasan, motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak dan guru juga memberikan pengharagaan dan pujian kepada semua anak baik yang berhasil maupun yang belum berhasil. Pada pertemuan kedua ini merupakan tahapan akhir siklus I, selama proses pembelajaran ini peneliti mengamati kinerja anak dan memberi pengarahan serta motivasi pada anak atau kelompok yang mengalamai kejenuhan dan kebosanan saat bermain. d. Observasi Penilaian hasil observasi adalah hasil pencapaian dari proses pengenalan konsep bilangan dengan bermain balok pada siklus I. Penilaian observasi anak di ambil dari kehadiran anak, ketuntasan belajar dan partisipasi anak. Tabel 1. Penilaian aktifitas anak pada siklus I Hasil Pengamatan Nilai (%) rata-rata SA A CA KA JML Aktivitas siswa 4 7 6 2 19 2,6 57,8 % Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas anak kelompok B TK Siwi Peni 02 Aspek penilaian
Wonorejo sebanyak 4 anak sangat aktif, 7 anak aktif, 6 anak cukup dan 2 anak kurang aktif, sehingga nilai rata-ratanya 2,6 dengan prosentase sebesar 57,8% dari hasil ketuntasan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 1. Penilaian Aktifitas Anak Siklus I 61
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
8 6 4 2 0 Sangat Aktif
Aktif
Cukup Aktif Kurang Aktif
Aktifitas proses belajar mengajarnya mengacu pada lembar observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung menghasilkan siklus I yang dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 2. Hasil pencapaian prestasi pada siklus 1 No
Aspek yang dinilai
Hasil pengamatan BSB
BSH
MB
BB
Nilai ratarata
%
1.
Anak mampu membedakan benda berbentuk geometri
2
3
6
8
1,9
26,31%
2.
Anak mampu membilang dengan menunjuk benda (balok)
2
3
7
7
2,0
26,31%
3.
Anak mampu menyusun bilangan sederhana dengan balok
3
4
6
6
2,21
36,84%
4
4
4
7
2,26
42,1%
4
4
5
6
2,31
42,1%
4.
Anak mampu mengelompokkan balok sesuai dengan bilangan Anak mampu membuat tulisan 5. berbentuk angka 1-10 Keterangan : Skor 4 = berkembang sangat baik ( BSB )
Skor 3 = Berkembang sesuai harapan ( BSH ) Skor 2 = Mulai berkembang ( MB ) Skor 1 = Belum berkembang ( BB ) Berdasarkan data diatas dapat diketahui hasil peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bilangan pada siklus I mendapati tingkat ketuntasan atau pencapaian indikator anak pada aspek penilaian kemampuan anak dalam membedakan benda-benda yang berbentuk geometri 26,31%, kemampuan Anak dalam membilang dengan menunjuk benda (balok) 26,31%, kemampuan Anak dalam memyusu bilangan sederhana dengan balok 36,84%, kemampuan Anak dalam mengelompokkan balok sesuai bilangan yang tertera 42,10% dan kemampuan anak dalam membuat tulisan yang membentuk angka atau bilangan dari 1 sampai 20 42,10%,. Dan berikut tabel tingkat ketuntasan peningkatan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan pada siklus I.
62
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Grafik 2. Pencapaian ketuntasan Siklus I 9 8 7 6 5
BSB
4
BSH
3
MB
2
BB
1 0
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa masing-masing aspek penilaian anak lebih banyak masuk dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 2,1. Hasil belajar pada siklus ini belum mencapai ketuntasan secara individu dan secara kalasikal. Dalam penilaian ini peneliti juga melakukan wawancara untuk mengetahui respon siswa, wawancara ini hanya digunakan untuk memperkuat penelitian. Wawancara dilakukan secara acak dengan 2 anak dari 19 siswa, dari wawancara tersebut disimpulkan bahwa anak sangat menikmati permainan balok tersebut tetapi belum bisa menerapkan dalam konsep bilangan. e. Refleksi 1. Refleksi Kegiatan Siswa Siklus I merupakan awal dari penerapan media bermain balok dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak. Suasan dalam siklus I ini belum sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. Dari hasil tersebut didapat permasalahan dalam pembelajaran sehingga prosentase ketuntasan belajar belum tercapai. Ini terlihat dari tabel rekapitulasi ketuntasan siswa pada siklus I di bawah ini : Tabel 3. Rekapitulasi Ketuntasan Anak pada Siklus I
No
Uraian
1 2
Nilai rata-rata siswa Prosentase ketuntasan belajar
Indikator Keberhasilan 4 80%
Hasil Siklus I 2,1 34,7%
Tabel diatas terlihat rendahnya prosentase ketuntasan belajar dari rata-rata pada aspek penilaian 34,7%. Hal ini dikarenakan pada siklus I masih terdapat kekurangan seperti : 1. Banyak siswa yang belum fokus terhadap pembelajaran. 2. Siswa belum terbiasa dengan aktivitas berkelompok. 3. Siswa belum dapat melaksanakan model bermain balok sesuai skenario guru.
63
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
2. Refleksi Kegiatan Guru Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di peroleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : a) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya : 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampiakan tujuan pembelajaran. Dimana siswa di ajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-onformasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias Selain itu dari tabel juga telihat dari hasil penilaian observer atau teman sejawat masih 66% dan ini belum memenuhi indikator keberhasilan maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian dengan pengenalan konsep bilangan melalui media balok pada siklus II. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Kegiatan Harian (RKH), media untuk pembelajaran berupa balok dan alat-alat lain sebagai pendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan dengan menggunakan metode bermain balok. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti, teman sejawat telah memperoleh penyusunan perencanaan perbaikan untuk menangani bagaimana cara mengatasi masalah anak TK Siwi Peni 02 Wonorejo dalam kegiatan bermain balok, dengan susunan sebagai berikut : 1. Penyusunan RKH 2. Menggali pengetahuan anak 3. Anak diberi motivasi awal sebelun pembelajaran dimulai 4. Penyusunan scenario kegiatan bermain balok 5. Memberikan penjelasan mengenai bagaimana bermain balok 6. Anak diminta untuk bermain balok. 7. Menyiapkan instrument observasi b. Kegiatan dan Pelaksanaan Kegiatan Pertama Siklus II Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2013 di kelompok B TK Siwi Peni 02 dengan jumlah 19 anak yang mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sedangkan kolaborator bertindak sebagai observer. 64
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Adapun pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang termuat dalam rencana kegiatan harian. Pelaksanaan pertemuan diawali dengan kegiatan awal, yaitu : guru mengucapkan salam, berdo’a, guru mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa dengan menyuruh siswa duduk tenang, menyebutkan tentang bagian-bagian rumah dan juga menggerakkan badan dengan hitungan secara berulang-ulang. Kegiatan ini akan memberikaan semangat bagi anak untuk beraktivitas pada kegiatan selanjutnya. Kegiatan inti guru membentuk siswa dalam kelompok masing-masing kelompok 5 anak kemudian guru memberikan penjelasan tentang lambang bilangan yang tertera pada balok kemudian guru menugaskan siswa mengelompokkan balok-balok sesuai dengan bilangannya. Setelah itu menugaskan anak untuk menata balok-balok menjadi sebuah bentuk bangunan (rumah). Setelah anak menyelesaiakan permainan balok tersebut kemudian guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan dengan penguatan, bagi anak yang mengalami kesulitan guru memberikan penjelasan, motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak dan guru juga memberikan pengharagaan dan pujian kepada semua anak baik yang berhasil maupun yang belum berhasil. c. Kegiatan dan Pelaksanaan Pertemuan Kedua Siklus II Pelaksanaan pertemuan diawali dengan kegiatan awal, yaitu : guru mengucapkan salam, berdo’a, guru mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa dengan menyuruh siswa duduk tenang, menjawab pertanyaan atau tanyajawab tentang alat dan perkakas dalam rumah tangga kemudian anak di ajak untuk melatih fisik motorik dengan berdiri di atas satu kaki dan tangan melintang. Kegiatan ini akan memberikaan semangat bagi anak untuk beraktivitas pada kegiatan selanjutnya. Sedangkan kegiatan inti, siswa ditugaskan untuk mengukur tinggi kaki meja dengan menggunakan balok yang di tata berurutan sesuai dengan bilangan dari bilangan terkecil dan seterusnya. Dalam pertemuan ini banyak siswa yang dapat menata balok sesuai dengan pola bangunan tetapi siswa masih ada yang belum bisa menata sesuai dengan urutan bilangan dari yang terkecil dan seterusnya. Setelah anak menyelesaiakan permainan balok tersebut kemudian guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan dengan penguatan, bagi anak yang mengalami kesulitan guru memberikan penjelasan, motivasi, rangsangan kata-kata kepada anak dan guru juga memberikan pengharagaan dan pujian kepada semua anak baik yang berhasil maupun yang belum berhasil. d. Observasi Penilaian hasil observasi adalah hasil pencapaian dari proses pengenalan konsep bilangan dengan bermain balok pada siklus II. Penilaian observasi anak di ambil dari kehadiran anak, ketuntasan belajar dan partisipasi anak. 65
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Tabel 4. Penilaian Aktifitas Anak pada Siklus II Hasil Pengamatan Nilai (%) rata-rata SA A CA KA JML Aktivitas siswa 7 6 4 2 19 2,9 68,4 % Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas anak kelompok B TK Siwi Peni 02 Aspek penilaian
Wonorejo sebanyak 7 anak sangat aktif, 6 anak aktif, 4 anak cukup dan 2 anak kurang aktif, sehingga nilai rata-ratanya 2,9 dengan prosentase sebesar 68,4% dari hasil ketuntasan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 3. Penilaian Aktifitas Anak Siklus II 8 6 4 2 0 Sangat Aktif
Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
Aktifitas proses belajar mengajarnya mengacu pada lembar observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung menghasilkan siklus II yang dirangkum pada tabel berikut : Tabel 5. Hasil Pencapaian Prestasi pada Siklus II No
Aspek yang dinilai
Hasil pengamatan A
B
C
D
Nilai ratarata
%
1.
Anak mampu membedakan benda berbentuk geometri
7
7
3
2
3
73,68%
2.
Anak mampu membilang dengan menunjuk benda (balok)
7
6
3
2
2,89
68.42%
3.
Anak mampu menyusun bilangan sederhana dengan balok
7
6
2
4
2,89
68,42%
Anak mampu mengelompokkan balok sesuai dengan bilangan Anak mampu membuat tulisan 5. berbentuk angka 1-10 Keterangan :
9
6
2
2
3,15
78,94%
9
5
2
3
3
73,68%
4.
Skor 4 = berkembang sangat baik ( BSB ) Skor 3 = Berkembang sesuai harapan ( BSH ) Skor 2 = Mulai berkembang ( MB ) Skor 1 = Belum berkembang ( BB ) Berdasarkan data diatas dapat diketahui hasil peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bilangan pada siklus II mendapati tingkat ketuntasan atau pencapaian indikator anak pada aspek penilaian kemampuan anak dalam membedakan benda-benda yang berbentuk geometri 66
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
73,68%, kemampuan Anak dalam membilang dengan menunjuk benda (balok) 68,42%, kemampuan Anak dalam memyusun bilangan sederhana dengan balok 68,42%, kemampuan Anak dalam mengelompokkan balok sesuai bilangan yang tertera 78,94% dan kemampuan anak dalam membuat tulisan yang membentuk angka atau bilangan dari 1 sampai 10 73,68%,. Dan berikut tabel tingkat ketuntasan peningkatan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan pada siklus II. Grafik 4. Grafik Pencapaian Ketuntasan Siklus II 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
BSB BSH MB BB
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa masing-masing aspek penilaian anak lebih banyak masuk dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 2,9. Hasil belajar pada siklus ini belum mencapai ketuntasan secara individu dan secara kalasikal. Dalam penilaian ini peneliti juga melakukan wawancara untuk mengetahui respon siswa, wawancara ini hanya digunakan untuk memperkuat penelitian. Wawancara dilakukan secara acak dengan 2 anak dari 19 siswa, dari wawancara tersebut disimpulkan bahwa anak sangat menikmati permainan balok tersebut tetapi belum bisa menerapkan dalam konsep bilangan. e. Refleksi 1. Refleksi Kegiatan Siswa Siklus II merupakan awal dari penerapan media bermain balok dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak. Suasana dalam siklus II ini belum sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. Dari hasil tersebut didapat permasalahan dalam pembelajaran sehingga prosentase ketuntasan belajar belum tercapai. Ini terlihat dari tabel rekapitulasi ketuntasan siswa pada siklus I di bawah ini : Tabel 6. Rekapitulasi Ketuntasan Anak Siklus II No
Uraian
1
Nilai rata-rata siswa
2
Prosentase ketuntasan belajar
Indikator Keberhasilan
Hasil Siklus I
4
2,9
80%
72,62%
Tabel diatas terlihat rendahnya prosentase ketuntasan belajar dari rata-rata pada aspek penilaian 72,62%. 67
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
2. Refleksi Kegiatan Guru Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : a) Memotivasi siswa b) Membimbing siswa dalam bermain balok c) Pengelolaan waktu Dengan melihat kondisi tersebut dan juga dari tabel tingkat kemampuan mengenal konsep bilangan melalui bermain dengan media balok di dapat 72,62% dan hasil penilaian observer atau teman sejawat masih 75% hasil dalam siklus II walaupun terjadi peningkatan dari siklus I tetapi masih belum memenuhi indikator keberhasilan. Dari hasil tersebut peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian dengan pengenalan konsep bilangan melalui media balok dengan pola bangunan yang ada di lingkungan pada siklus III, dengan memperhatikan hal-hal berikut : 1. Guru mengenalkan konsep bilangan hendaknya dapat membuat siswa lebih tertarik terhadap proses pembelajaran. 2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk memperagakan permainan dengan media balok. 3. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 4. Guru sebaiknya menambah media untuk pembelajaran agar anak lebih semangat dalam bermain dengan media balok.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar 34,73% dari siklus I menjadi 72,26% pada siklus II dan 84,2% pada siklus III, ini berarti penggunaan media balok dapat diterapkan dalam pengenalan konsep bilangan. 2. Proses pembelajaran dalam pengenalan konep bilangan dengan bermain balok di mulai dari membagi kelompok, kemudian membagi balok untuk
digunakan dalam permainan dan ternyata
anak lebih antusias dalam kegiatan belajar mengenal konsep bilangan dengan mudah dan menyenangkan ini terlihat pada penelitian yang mengalami peningkatan pada setiap siklus.
DAFTAR PUSTAKA
Tedjasaputra, Mayke S. (2001) Bermain Mainan dan permainan anak. Jakarta: PT Gramedia Prastowo Andi. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Peneliti. Yogyakarta : Er-Ruzz Media. ,Manfaat Media Balok. [online]. Tersedia.http://www.bundazona.com/kecerdasan- anak/permainanbalok -melatih-eq-anak/html. (09 juni 2010) 68
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Indriyani nur, W. (2008) Panduan Praktis Mendidik Anak Cerdas Intelektual & Emosional. Yogyakarta. Logung Pustaka Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Prasetyono, Dwi Sunar. (2007) Membedah Psikologi Bermain Anak. Jogjakarta: Think Jogjakarta Trevor J & Huge N. (2010) Teach Yourself MATHEMATICS. McGrow Hill Wulan, Ratna. (2011) Mengasah Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Charner K & Murphy M. (2006) Brain Power,Aktivitas Pintar untuk Prasekolah. Jakarta: Erlangga. Patty, A. M. (2008) Permainan Untuk Segala Usia. Jakarta: Gunung Mulia. Nungki P.S. (2008) Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Tugu Publisher Suryabrata, Sumadi. (2002) Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nasir. Moh. (2009) Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Arikunto, Suharsimi. (2010) Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
69
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang