Peningkatan Kemampuan Konsep Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penerapan Metode Penugasan Latihan Di TK Pertiwi Dewi Nor Endah (10262050-ST) Mahasiswa PG PAUD IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Guru memiliki peran yang besar dalam mencerdaskan bangsa, sebagai fasilitator, motivator, organisator dan pencipta suasana kondusif di sekolah. Banyak faktor yang menentukan mutu pendidikan diantaranya sarana prasarana, dana, siswa, guru serta peran masyarakat.ar dapat memenuhi tuntutan profesi guru perlu meningkatkan kualitas dengan cara melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti program S.1 PPAUD di IKIP Veteran semarang. Dalam melaksanakan tugas, penulis sebagai guru sering menemui berbagai problem, terutama guru TK/RA atau juga PAUD yang mengampu semua materi. Problem dari guru itu sendiri diantaranya kurang menguasai materi, cara melaksanakan pembelajaran, kurang memotivasi siswa, pengarahan dalam menentukan konsep kurang, serta masalah yang berhubungan dengan pribadi. Problem dari luar berasal dari siswa yang kurang tertarik pada materi pelajaran, kepala sekolah, teman sejawat maupun penguasaan tehnologi canggih seperti komputer dan LCD. TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013, materi berhitung selalu menjadi problema. Dari tahun ke tahun hasil evaluasi belajarnya tidak pernah memuaskan, rata-rata hasil evaluasi mencapai 62% pada tahun pelajaran 2012/2013. Di kelas B sendiri sebagian besar siswa belum memahami kompetensi dasar materi berhitung. Rumusan Masalah : (1) Apakah melalaui penerapan metode penugasan latihan dalam pembelajaran materi konsep bilangan di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus dapat berhasil dengan baik?. (2) Apakah memanfaatkan penerapan metode penugasan latihan dalam pembelajaran materi konsep bilangan di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus?. Tujuan Penelitian : (1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak dalam pembelajaran materi konsep bilangan TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. (2) Untuk mendeskripsikan penerapan metode peragaaan untuk pembelajaran materi konsep bilangan di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. (3) Untuk membuktikan kebenaran penerapan metode latihan penugasan dalam pembelajaran materi konsep bilangan di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Kesimpulan : (1) Penggunaan alat peraga kartu bilangan ditujukan untuk memusatkan perhatian siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus terhadap proses pembelajaran. (2) Penyampaian materi pembelajaran yang sistematis ditujukan untuk memudahkan siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus dalam memahami materi pelajaran. (3) Penguasaan konsep materi berhitung angka 1 sampai 20 dan materi penjumlahan angka 1 sampai dengan 20 memudahkan siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus dalam menghafal angka-angka. (4) Penerapan peragaan atau media gambar yang besar serta bentuk-bentuk benda yang menyerupai angka untuk memenuhi keterampilan berhitung benda-benda dalam kehidupan sehari-hari pada siswa TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. (5) Mengerjakan latihan soal yang dilakukan berural-ulang ditujukan untuk meningkatkan siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus agar berani bertanya kalau belum paham materi pembelajaran. Kata Kunci : konsep, Bilangan, Metode, Latihan PENDAHULUAN Pendidikan berfungsi untuk menciptakan pembaharuan dalam pengetahuan, perilaku dan sikap manusia terutama kaum generasi muda agar mereka siap menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi. Bahkan tidak hanya sekedar menyesuaikan diri dengan perubahan, melainkan harus 13
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
mampu menjadi aktor pembawa dan pengaruh perubahan yang sehat dan konstributif bagi manusi, alam dan lingkungan. Dengan demikian mereka akan mampu berperan aktif dalam keadaan seperti apapun, tak terkecuali ketika masyarakat dunia memasuki panggung globalisasi dan ketika Indonesia memasuki era desentralisasi. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan di indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Mengembangkan potensi pada diri anak hendaknya dimulai sejak dini, hal ini dapat ditempuh melalui pendidikan pra sekolah, yaitu taman kanak-kanak atau lebih dikenal dengan TK/RA. Ini merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang dapat mempersiapkan proses pembelajaran lebih lanjut atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga hal ini tidak lepas dari adanya seorang guru. Guru mempunyai peran sangat penting, orang sering mengira bahwa tugas seorang guru hanyalah mengeja huruf dan menghitung angka namun pada praktiknya tidak sesederhana itu. Sebagai lapis kedua setelah keluarga dalam perannya mendidik anak, guru mempunyai besar dalam tumbuh kembang anak. Keberhasilan seorang anak dimasa depan sangat dipengaruhi oleh didikan seorang guru, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungannya. Tidak ada seorangpun tokoh di dunia ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Seorang anak tidak mungkin berhasil menjadi politikus handal, ilmuwan pintar, tentara yang gagah berani, dan sebagainya kecuali sebelumnya dia belajar banyak dari seorang guru. Guru memiliki peran yang besar dalam mencerdaskan bangsa, sebagai fasilitator, motivator, organisator dan pencipta suasana kondusif di sekolah. Banyak faktor yang menentukan mutu pendidikan diantaranya sarana prasarana, dana, siswa, guru serta peran masyarakat. dapat memenuhi tuntutan profesi guru perlu meningkatkan kualitas dengan cara melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti program S.1 PAUD di IKIP Veteran semarang. Dalam melaksanakan tugas, penulis sebagai guru sering menemui berbagai problem, terutama guru TK/RA atau juga PAUD. Penulis sebagai guru sering menemui berbagai permasalahan, terutama guru TK/RA yang mengampu semua materi. permasalahan dari guru itu sendiri diantaranya kurang menguasai materi, cara melaksanakan pembelajaran, kurang memotivasi siswa, pengarahan dalam menentukan konsep kurang, serta masalah yang berhubungan dengan pribadi. Problem dari luar berasal dari siswa yang kurang tertarik pada materi pelajaran, kepala sekolah, teman sejawat maupun penguasaan tehnologi canggih seperti komputer dan LCD. TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, materi konsep bilangan selalu menjadi problema. Dari tahun ke tahun hasil evaluasi belajarnya tidak pernah memuaskan, ratarata hasil evaluasi mencapai 62% pada tahun pelajaran 2011/2012. Kelas B sendiri sebagian besar siswa belum memahami kompetensi dasar materi konsep bilangan. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mengaktifkan anak agar benar-benar memahami materi dan dapat menentukan konsep dengan tepat. Kesalahan-kesalahan pola pembelajaran yang dilakukan guru selama ini diantaranya 14
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
penerapan metode, alat peragayang kurang efektif, suasana kelas tidak mendukung hingga pencapaian hasil belajar tidak maksimal dan tingkat keberhasilan belum memenuhi. Oleh karena itu perlu diupayakan dengan menerapkan metode dan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Taman-Kanak Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus bertempat di sekitar pemukiman dan berada di tengah-tengahnya. jadi keramaian jalan tidak mengganggu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Kondisi gedung sekolah cukup memadai dengan adanya sarana bermain anak yang cukup memadai. Namun lingkungan keluarga dari sebagian besar siswa tidak mendukung, mata pencaharian orang tua/wali murid kebanyakan buruh lepas pabrik (ibu) karyawan swasta (ayah). Tingkat pendidikannya yang rata-rata rendah sehingga berdampak pada pendidikan anak yang kurang terbimbing dengan baik. Karena ibu pergi kerja sebelum matahari terbit, pulang sore hari, ayah seharian kerja keras. Pengasuh anak digantikan nenek atau famili bahkan diasuh orang yang kurang profesional. Hal ini juga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan di sekolah. Jadi faktor-faktor penyebab tak tercapainya kompetensi dasar tahun lalu adalah : 1. Pembelajaran di rumah yang tanpa bimbingan orang tua karena sibuk kerja dari pagi sampai sore. 2. Orang tua tak terpelajar atau tingkat pendidikannya rendah. 3. Waktu anak tersita untuk mengaji atau membantu orang tua sebagai buruh. 4. Anak terlalu bebas tanpa bimbingan orang tua. 5. Proses pembelajaran di TK kurang efektif. 6. SDM (Sumber Daya manusia) sangat rendah, sehingga mereka berpendapat pendidikan atau ilmu pengetahuan tak penting. Asal bisa membaca dan cari uang sudah cukup. Berdasarkan kondisi diatas dan mengapa kompetensi dasar anak dalam materi konsep bilangan masih jauh dari harapan, penulis sangat prihatin dan ingin mencari penyebabnya serta menemukan pemecahannya (solusinya) dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti memfokuskan dengan mengangkat judul “Meningkatkan Kemampuan Konsep Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penerapan Metode Penugasan Latihan di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013.
TINJAUAN PUSTAKA Pembelajaran Materi Konsep Bilangan Dalam pedoman pembelajaran permainan berhitung permulaan di taman kanak-kanak di jelaskan
bahwa:
Berhitung
merupakan
bagian
dari
matematika,
diperlukan
untuk
menumbuhkembangkan ketrampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pada permainan ini anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang bilangan sesuai dengan jumlah benda-benda, pengenalan 15
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
bentuk lambang dan dapat mencocokkan sesuai dengan lambang bilangan. Contoh kegiatannya adalah: meletakkan sejumlah kancing yang telah ditentukan padagambar baju, meletakkan sejumlah biji semangka pada gambar semangka, permainan angka dengan benda, bermain pengurangan dan penjumlahan melalui nyanyian. Teori Belajar Teori belajar yang penulis gunakan adalah teori Jerome Bruner yang berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, mulai dari yang nyata atau kongrit ke yang abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan lebih mudah. Urutan bahan yang dirancang biasanya juga terkait usia atau umur anak. Secara lebih jelas Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu : a. Enactive (manipulasi obyek langsung) b. Iconic (manipulasi obyek tidak langsung) c. Symbolic (manipulasi simbol) Penggunaan berbagai obyek, dalam berbagai bentuk dilakukan setelah melalui pengamatan yang teliti bahwa memang benar obyek itu diperlukan.
METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) termasuk penelitian kualitatif sehingga sudah barang tentu proses penelitiannya menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, yang dilakukan subjektif dengan berdasarkan semata-mata atas fakta. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, khususnya kelompok B tahun pelajaran 2012/2013. Subyek Penelitian TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2012/2013, kelas B dengan jumlah siswa 25 siswa.Sebenarnya lokasi sekolah tersebut cukup strategis. Terletak di dekat lingkungan perumahan perkotaan atau tepat berada di pemukiman penduduk sehingga kebisingan lalu lintas sedikit mengganggu proses pembelajaran, ditambah dengan jumlah tenaga pendidik yang cukup. Begitu pula kondisi fisik sekolah yang bagus pula karena baru saja selesai
16
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
direhabilitasi, membuat proses pembelajaran berjalan lancar dengan suasana pedesaan yang tenang dan kondusif. Bila diteliti dari segi latar belakang keadaan siswa pada umumnya ternyata masing-masing mempunyai permasalahan yang komplek dan dilematis. Kalau dilihat sepintas hampir tiap siswa dibekali uang saku yang cukup namun keterkaitan dengan perhatian orang tua atau wali murid terhadap belajar anak setelah lepas dari sekolah sangat kurang, karena kebanyakan siswa berasal dari keluarga yang ayahnya bekerja sedangkan ibunya juga bekerja. Mereka umumnya berpendidikan, pada saat anak-anaknya belajar di rumah , orang tua mendampingi sambil nonton TV. Hal inilah yang menjadikan hasil belajar siswa berantakan. Siswa lebih memahami acara TV dari pada matematika. Para orang tua juga mengatakan bahwa materi konsep bilangan yang diberikan kepada anaknya teralalu sulit jadi terkadang anak dibiarkan belajar sendiri. Data dan Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang dalam peningkatan kreatifitas anak dalam berhitung dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari observasi dan penelitian langsung. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sebagai metode untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi litelatur, maupun data yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi litelatur, peneliti menelaah buku-buku, karya tulis, karya ilmiah, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian selanjutnya dijadikan sebagai acuan dan alat utama bagi praktek penelitian lapangan. Adapun data empiris peneliti menggunakan beberapa metode yaitu: 1. Observasi 2. Dokumentasi 3. Evaluasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal, dalam kegiatan awal ini guru mengawali situasi dari rumah ke situasi sekolah dengan bercakap-cakap dan menuju ke tema dalam satu minggu. Dilanjutkan kegiatan inti, dalam kegiatan ini materi pengembangan yang akan diperbaiki dilaksanakan sesuai rencana pembelajaran perbaikan. Penekanan dan penggunaan alat peraga dalam menjelaskan maupun sebagai sarana anak untuk pengembangan kognitif melalui konsep bilangan. Dalam pembelajaran ini guru berusaha melibatkan siswa dalam kegiatan klasikal maupun individual. Pada siklus pertama ini aktivitas siswa belum menunjukkan minat siswa dalam kegiatan 17
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
konsep bilangan karena masih banyak siswa yang pasif pada kegiatan berlangsung. Dengan demikian hasil belajar siswa belum menunjukkan peningkatan yang berarti dalam tingkat pengembangan kognitif. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus pertama dari hari 1 – 5 hasil yang dicapai dalam keaktifan anak dalam mengikuti kegiatan 65%. Hasil dari pembelajaran selama 5 kali pertemuan pada siklus pertama dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : untuk anak didik yang aktif ikut melakukan kegiatan hasil dengan baik ada 18 anak dengan symbol (), baik tetapi masih perlu bantuan atau belum sempurna ada 5 anak dengan symbol () dan belum berhasil ada 2 anak dengan symbol (). Sedangkan kemampuan anak didik dalam konsep bilangan dengan baik 19 dengan simbol (), baik tetapi perlu bantuan atau belum sempurna ada 5 anak dengan simbol () dan belum berhasil ada 1 anak dengan simbol (). Tabel 1. hasil belajar siklus I NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
NAMA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 JUMLAH
Aktif mengikuti kegiatan 18 5 2
Keterarangan : : sudah mampu : sedang-sedang : tidak mampu 18
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Aktif mengikuti kegiatan 19 5 1
Tabel 2. Rata-rata tingkat keaktifan dan kemampuan siswa pada siklus I Aspek yang dinilai
siklus I
Tindakan ke
Keaktifan
1 45,83%
2 50%
3 58,33%
4 62,5%
5 65%
Kemampuan
37,5%
45,83%
50%
58,33%
58,33%
Siklus kedua Langkah-langkah pada siklus kedua sama pada siklus pertama. Hanya apa yang kita perbaiki dari kekurangan pada pembelajaran di siklus pertama betul-betul kita perhatikan. Tabel 3. Hasil belajar siklus II NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. JUMLAH
NAMA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25
Aktif Mengikuti Kegiatan
19
6
Keterarangan : : sudah mampu : sedang-sedang : tidak mampu
19
Aktif Mengikuti Kegiatan
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
0
19
6
0
Karena pembelajaran di TK belum terfokus pada satu pengembangan namun terintegrasi dengan pengembangan yang lain, yaitu yang dikemas dalam kegiatan bermain sambil belajar seraya bermain. Maka di siklus kedua ini kami menambah berbagai strategi pembelajaran dengan menekankan pada metode yang sesuai. Sesuai dengan tujuan perbaikan dan pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi terhadap pembelajaran anak. Hasil perbaikan pembelajaran menunjukkan hasil yang lebih baik dari siklus I dengan menambah alat peraga yang digunakan, merubah strategi pembelajaran, sehingga motivasi anak meningkat. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus ke I keaktifan dari 65% menjadi 75%, sedangkan kemampuan dari perbaikan pembelajaran selama 5 kali pertemuan pada siklus II juga terjadi peningkatan dari siklus I. Kemampuan dari 58,33% menjadi 75% dapat kami ambil kesimpulan sebagai berikut : Untuk aktif dan mampu melakukan kegiatan konsep bilangan dengan hasil baik 19 anak dengan symbol (), baik tetapi masih perlu bantuan atau belum sempurna ada 6 anak (), dan yang belum berhasil tidak ada dengan symbol (), jumlah anak ada 25, laki-laki 11 dan perempuan 14. Tabel 4. Rata-rata tingkat keaktifan dan kemampuan siswa pada siklus II Siklus I
Aspek yang dinilai
Tindakan ke
Keaktifan
1 58,33%
2 62,5%
3 66,67%
4 70,5%
5 75%
Kemampuan
58,33%
62,5%
66,67%
66,5%
75%
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan konsep bilangan di Taman Kanak-kanak. Hal ini terjadi karena anak masih dalam masa bermain senang dengan alat permainan. Sesuai dengan tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak yaitu mengembangkan 5 aspek perkembangan, kognitif berbahasa, fisik, motorik seni dan pembiasaan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Untuk hasil belajar siswa sebagai produk maka data yang digunakan adalah tingkat kemampuan anak didik dalam peningkatan konsep bilangan yang disusun guru berpedoman pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dalam rencana pembelajaran sebelumnya. Pembahasan dari setiap siklus 1. Siklus I a. Tindakan pertama Pada tindakan pertama dalam kegiatan menyusun angka dengan anak didik dan pengenalan macam-macam angka dengan berbagai gambar yang ada di dalam kelas. Dalam pengenalan ini anak dengan bergantian menyebut dan membedakan angka yang disediakan oleh guru, ternyata dalam kegiatan ini siswa masih banyak yang pasif. Untuk tingkat keaktifan
20
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
mencapai 45,8% sedangkan hasil dari tugas yang diberikan mencapai 37,5% atau 11 siswa dari 25 anak yang berhasil. b. Tindakan yang kedua Pada tindakan kedua ini, anak diajak mengambil angka dan menyebut angka yang diambil. Dari pengamatan keaktifan anak, anak mulai aktif mengerjakan ada 18 anak yang menyebut dan membedakan angka. Sedangkan 5 anak yang masih belum betul dan yang 2 anak tidak mau melakukannya. c. Tindakan ketiga Pada tindakan ketiga ini anak diajak menyusun angka dengan menggunakan angka bervariasi. Anak satu per satu disuruh melakukan hal yang sama dapat dilakukan kelompok individu. Setelah semua anak melakukan kegiatan tersebut dapat disimpulkan atau dicatat oleh guru yang membantu peneliti. Dalam menyusun angka ini tingkat keaktifan menunjukkan kemajuan hingga mencapai 58,33% dan kemampuan mencapai 50%. d. Tindakan Keempat Pada tindakan keempat ini anak menyusun angka sambil bermain dengan permainan gambar yang sudah disiapkan oleh guru. Baik keaktifan maupun kemampuannya. Ini terbukti dalam keaktifan mencapai 62,5% dan kemampuan mencapai 58,33%. e. Tindakan kelima Pada tindakan kelima ini, anak belajar menyusun angka dengan permainan ini anak mulai senang menyusun. Hal ini terlihat anak aktif dan mampu mengerjakan. Ini terbukti bahwa anak dalam memberikan warna tingkat keaktifan mencapai 65% dan tingkat kemampuan mencapai 58,33%. 2. Siklus II a. Tindakan pertama Pada siklus kedua ini pada tindakan pertama siswa disediakan kartu angka di ruangan yang disediakan. Dalam kegiatan ini anak terlihat aktif menghitung. Ini terbukti yang bias mengerjakan dengan baik ada 19 anak dari 25 siswa yang sedang-sedang ada 6 anak dan yang belum bisa tidak ada. b. Tindakan kedua Pada tindakan kedua ini yaitu menyusun angka menjadi urut dan disesuaikan dengan jumlah gambar yang ada. Pada kegiatan ini anak terlihat aktif dan senang dalam memilih angka yang mau disusun. Ini terbukti yang bias dan kreatif ada 19 anak dari 25 siswa, yang sedangsedang ada 6 anak sedangkan yang belum bias tidak ada.
21
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
c. Tindakan ketiga Pada tingkatan ketiga ini anak diajak menyusun angka pada gambar yang tersedia. Dalam kegiatan ini ada 19 anak dari 25 anak, 6 anak masih perlu bantuan dan yang belum bias tidak ada. d. Tindakan keempat Pada tindakan keempat ini anak diajak menghitung balon dengan tema yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini anak terlihat aktif bahkan ada yang ingin melakukan secara berulang-ulang, hal ini agar anak mampu melakukan yang terbaik melalui konsep bilangan dengan menyusun angka. Hal ini dapat dilihat yang sudah bisa ada 19 anak dari 25 siswa, yang sedang-sedang ada 6 anak dan yang belum bias tidak ada. e. Tindakan kelima Pada tindakan kelima ini anak diajak menyusun angka dibawah gambar yang ada. Kegiatan ini dirancang oleh guru dengan tujuan anak dapat mengenali angka dan dapat menggunakan angka secara tepat pada gambar. Hal ini terbukti ada 19 anak yang bisa menggunakan angka yang tepat, yang sedang-sedang ada 6 anak dan yang belum bisa tidak ada. Ini membuktikan bahwa kemampuan konsep bilangan anak melalui menyusun kartu angka 75%. Tabel 5. hasil belajar Siklus I dan Siklus II Siklus
Jumlah Anak
I
25
Hasil Pengamatan Keaktifan Kemampuan 18 5 2 19 5 1
II
25
19
6
0
19
6
Grafik 1. hasil belajar anak yang aktif berhitung
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Sudah sedang- tidak mampu sedang mampu
22
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
0
Grafik 2. hasil belajar anak yang mampu berhitung
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Sudah sedang- tidak mampu sedang mampu
Tabel 6. Rekapitulasi hasil belajar aktif berhitung No
Kategori
Siklus I
Siklus II
1
Aktif
65%
75%
2
Aktif dengan bantuan
25%
25%
3
Kurang aktif
10%
0%
100%
100%
Jumlah
Grafik 3. Prosentase Hasil Belajar Aktif Berhitung
0.8 0.6 0.4 0.2 0
Siklus Siklus I II Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Belajar Berhitung No
Kategori
Siklus I
Siklus II
1
Aktif
65%
75%
2
Aktif dengan bantuan
25%
25%
3
Kurang aktif
10%
0%
100%
100%
Jumlah 23
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Grafik 4. Prosentase Hasil Belajar per siklus
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Pra Siklus Siklus Siklus I II
Dari grafik diatas dijelaskan bahwa terjadi peningkatan dari pra siklus 50% meningkat menjadi 65% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75% pada siklus II sehingga hal ini dapat dikatakan pembelajaran konsep bilangan pada anak usia dini melalui penerapan metode penugasan latihan dapat berhasil.
KESIMPULAN Langkah-langkah perbaikan ini ditujukan untuk mengatasi pengetahuan siswa yang verbalisme dengan cara : 1. Penggunaan alat peraga kartu bilangan ditujukan untuk memusatkan perhatian siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus terhadap proses pembelajaran. 2. Penyampaian materi pembelajaran yang sistematis ditujukan untuk memudahkan siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus dalam memahami materi pelajaran. 3. Penguasaan konsep materi berhitung angka 1 sampai 20 dan materi penjumlahan angka 1 sampai dengan 20 memudahkan siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus dalam menghafal angka-angka. 4. Penerapan peragaan atau media gambar yang besar serta bentuk-bentuk benda yang menyerupai angka untuk memenuhi keterampilan berhitung benda-benda dalam kehidupan sehari-hari pada siswa TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. 5. Mengerjakan latihan soal yang dilakukan berural-ulang ditujukan untuk meningkatkan siswa di TK Pertiwi Desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus agar berani bertanya kalau belum paham materi pembelajaran. Selama dua siklus pembelajaran ada peningkatan kemampuan siswa dalam menghafal angka dan berhitung angka baik melalui benda-benda sekitar maupun maupun dari guru sehingga anak dapat termotivasi untuk lebih berminat dan menyukai belajar materi berhitung dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. 24
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti .2007. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ali, Mohamad. 1984. Penelitian Kependidikan. Bandung : Angkasa. Anggoro M. Toha, dkk (2008). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya. Dhieni, Nurbian, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hermawan, Asep Hery. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Hildayani, Rini, dkk. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Mikarsa Hera Lestari: Taufik Agus, Prianto Puji Lestari. (2008). Pendidikan Anak di TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Satori, Djama’an, dkk. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Siswantari; Umaedi: Hadiyanto. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumanto Y.D; Kusumastuti Heny; Aksin Nur. (2008). Gemar Maematika. Surakarta: Intan Pariwara. Tim FKIP. (2009). Pemantapan Kemamuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka. Tim TAP FKIP UT. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani IGAK; Wihardit Kusmaya. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Winatoputra; Udin S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
25
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang