Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain Dengan Media Kartu Angka Di TK Pertiwi Rejosari Kustini (10262058) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar Belakang : Sejak semula manusia di desain dan diciptakan sebagai mahluk yang dialogis disamping mahluk yang berakal. Adakalanya manusia berdialog dengan dirinya dengan sesama kaleganya terlebih dengan lingkungannya. Dalam dialog tersebut manusia memerlukan sebuah sarana atau komunikasi, karena dengan komunikasi itulah manusia dapat melangsungkan eksistensi dirinya. Manusia merupakan mahluk yang paradokal, kadangkala ia ingin berada bersama yang lain. Pentingnya ilmu hitung dalam kehidupan sosial telah menjadi perhatian yang menarik banyak cendekiawan dan pakar pendidikan. Sejak zaman Aristoteles, meskipun hanya berkisar retorika dalam lingkungan kecil, namun pada pertengahan abad ke 20, ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi tehnologi elektronik, para cendekiawan merasakan pentingnya peningkatan materi berhitung. Karena didasari atau tidak manusia hidup selalu menggunakan ilmu hitung dalam kesehariannya. Rumusan Masalah : (1) Apakah melalaui penerapan kegiatan bermain di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan?. (2) Apakah memanfaatkan penerapan Kegiatan bermain untuk meningkatkan kemampuan siswa 0 besar dalam memahami konsep bilangan di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus?. (3) Bagaiamana upaya meningkatkan kemampuan anak di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus untuk dapat memahami konsep bilangan?. Kesimpulan : (1) Peningkatan kemampuan konsep bilangan anak di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dapat dilakukan dengan melalui kegiatan bermain kartu angka. (2) Kegiatan bermain kartu angka merupakan salah satu kegiatan yang dapat menstimulus kemampuan konsep bilangan anak anak. (3) Kegiatan bermain kartu angka dapat meningkatkan kemampuan konsep bilangan anak. Saran : (1) Seorang guru sebaiknya menggunakan berbagai metode dan media dalam pembelajaran diantaranya adalah kegiatan bermain. (2) Seorang guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kata Kunci : Meningkatkan, Pemahaman, Konsep, Bilangan, Bermain, Media, Kartu, Angka PENDAHULUAN Usia lahir sampai dengan akan memasuki pendidikan dasar merupakan masa-masa keemasan (golden age) sekaligus masa-masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa usia dini merupakan masa yang tepat untuk melestarikan dasar-dasar pengembangan-pengembangan kemampuan fisik, bahasa social, emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga untuk pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai optimal. Dalam mengembangkan potensi pada diri anak hendaknya dimulai sejak dini, hal ini dapat ditempuh melalui pendidikan pra sekolah, yaitu taman kanak-kanak atau lebih dikenal dengan TK/RA. Ini merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang dapat mempersiapkan proses pembelajaran lebih lanjut atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga hal ini tidak lepas dari adanya seorang guru.
80
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Guru mempunyai peran sangat penting, orang sering mengira bahwa tugas seorang guru hanyalah mengeja huruf dan menghitung angka namun pada praktiknya tidak sesederhana itu. Sebagai lapis kedua setelah keluarga dalam perannya mendidik anak, guru mempunyai besar dalam tumbuh kembang anak. Keberhasilan seorang anak dimasa depan sangat dipengaruhi oleh didikan seorang guru, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungannya. Tidak ada seorangpun tokoh di dunia ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Seorang anak tidak mungkin berhasil menjadi politikus handal, ilmuwan pintar, tentara yang gagah berani, dan sebagainya kecuali sebelumnya dia belajar banyak dari seorang guru Sejak semula manusia di desain dan diciptakan sebagai mahluk yang dialogis disamping mahluk yang berakal. Adakalanya manusia berdialog dengan dirinya dengan sesama kaleganya terlebih dengan lingkungannya. Dalam dialog tersebut manusia memerlukan sebuah sarana atau komunikasi, karena dengan komunikasi itulah manusia dapat melangsungkan eksistensi dirinya. Manusia merupakan mahluk yang paradokal, kadangkala ia ingin berada bersama yang lain. Pentingnya ilmu hitung dalam kehidupan sosial telah menjadi perhatian yang menarik banyak cendekiawan dan pakar pendidikan. Sejak zaman Aristoteles, meskipun hanya berkisar retorika dalam lingkungan kecil, namun pada pertengahan abad ke 20, ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi tehnologi elektronik, para cendekiawan merasakan pentingnya peningkatan materi berhitung. Karena didasari atau tidak manusia hidup selalu menggunakan ilmu hitung dalam kesehariannya. Salah satu konsep pendidikan digambarkan sebagai bantuan pengetahuan yang diberikan oleh pendidik untuk peserta didik menjadi lebih maju kemudian diartikan sebagai pembekalan pengetahuan kepada peserta didik yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalan hidupnya. Pada dasarnya materi berhitung pada Taman Kanak-kanak kurang diminati oleh para siswa, sehingga menimbulkan pembelajaran yang kurang menggembirakan. Padahal materi Berhitung merupakan salah satu materi yang sangat penting bagi pembentukan kepribadian siswa serta dapat membekali anak dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang Sekolah Dasar. Rendahnya nilai materi berhitung pada tahun ajaran 2011/2012 mencapai 61%. Melihat hal tersebut guru termotivasi untuk mengaktifkan siswa dengan memperbaiki pembelajaran untuk menerapkan metode dan media pembelajaran yang sesuai dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Lokasi TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus sangat strategis dan menunjang kegiatan pembelajaran. Tetapi kondisi bangunan rusak sehingga kegiatan belajar mengajar agak terganggu., fasilitas sekolah lengkap dan mendukung pembelajaran, tetapi lingkungan sekolah kurang mendukung terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan orang tua/wali murid sangat rendah, baru sebagian tamat SLTP kurang lebih 40%, SLTA 5% dan sisanya tamatan SD/MI. mata pencaharian sebagian besar para ibu karyawan pabrik, ayah bekerja sebagai buruh serabutan dan karyawan pabrik rendahan, sebagian besar waktunya untuk 81
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
bekerja memenuhi kebutuhan keluarga, mereka kurang mengontrol putra-putrinya dalam belajar, hal tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Dalam penelitian ini penulis hanya memaparkan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Materi konsep bilangan di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus kurang disukai siswa, ini terbukti dari hasil test ulangan harian atau latihan-latihan setiap harinya. Dari analisa latihan-latihan yang diberikan pada siswa dari jumlah 20 anak baru 56% yang berhasil berarti 44% belum berhasil. Melihat hasil test masih rendah, maka penulis berupaya mencari penyebab rendahnya hasil prestasi belajar siswa. Penyebab rendahnya hasil prestasi belajar siswa : 1. Penjelasan guru terlalu abstrak 2. Siswa menjadi pendengar pasif 3. Guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya 4. Siswa belum menguasai materi dasar berhitung. Solusi dengan melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan PTK.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Bilangan di Taman Kanak-Kanak Dalam pedoman pembelajaran permainan konsep bilangan permulaan di taman kanak-kanak di jelaskan bahwa: konsep bilangan merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan ketrampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. Sedangkan Sri Ningsih, mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak usia dini di sebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta (route counting/rational counting). Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda kongkrit. Pada anak usia 4 tahun, mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 atau 6 tahun dapat menyebutkan urutan bilangan sampai seratus. Lebih lanjut sri ningsih, menjelaskan bahwa kegiatan menyebutkan bilangan ini dapat dilakukan melalui permainan bilangan. Pengertian Bermain Bagi Anak Usia Dini Bermain dalam hal ini adalah merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendorong imajinasi anak. Adapun manfaat bermain adalah sebagai berikut: 1. Membantu untuk merangsang imajinasi anak. 2. Membantu untuk mengembangkan imajinasi anak
82
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
3. Membantu anak mengembangkan harga diri tidak ada benar atau salah dan anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penguasaan atas lingkungan mereka 4. Membantu anak untuk melepaskan perasaan tegang atau marah 5. Merupakan salah satu mainan terbaik
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), dengan alasan karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran. Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki pendekatan untuk meningkatkan pendidikan kearah perbaikan terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan secara partisipatif sehingga dapat meningkatkan praktik kegiatan mengajar guru. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Lokasi ini dipilih berdasarkan tempat tugas peneliti. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran di selama ini masih bersifat paper-pencil-drill. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti berusaha untuk menelusuri Upaya Meningkatkan Kemampuan konsep bilangan melalui Kegiatan Bermain dengan media kartu angka di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. Subyek Penelitian Satu masalah penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, jika hendak mengadakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu penentuan subyek penelitian. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas B TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan pembagian kelompok didasarkan pada kelompok umur antara 5 tahun sampai 6 tahun. Data dan sumber data Data yang dikumpulkan merupakan informasi mengenai penggunaan media balok dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013. Data dikumpulkan dari guru sebagai kolaborator, dan observasi selama penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I a. Perencanaan Sebelum melakukan tindakan pada anak dengan menggunakan kartu angka, pada siklus I ini ada beberapa perencanaan yang harus dipersiapkan oleh guru dan peneliti, yaitu peneliti bersama guru kelas sebelum memulai kegiatan
penelitian, terlebih dahulu berdiskusi untuk membuat
rencana kegiatan yang tepat. Kemudian peneliti memberikan gambaran tentang proses kegiatan 83
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
menyebutkan urutan bilangan dari 1-20 dan menghubungkan lambang bilangan dengan bermain balok dari 1-10. Setelah peneliti dan guru berdiskusi mengenai proses kegiatan yang akan dilaksanakan, maka selanjutnya peneliti beserta guru membuat perencanaan secara tertulis yang dituangkan dalam rencana kegiatan harian (RKH). Perencanaan yang di buat tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang biasa di buat dengan kegiatan sehari-hari di kelas. Tabel 1. Hasil observasi peningkatan kemampuan berhitung melalui kegiatan bermain secara keseluruhan pada siklus I No 1 2 3
4 5 6
7
8 9 10 11
Indikator Anak menyebutkan urutan bilangan 1-20 secara berurutan Anak menyebutkan urutan bilangan secara mundur dari 20-1 Anak menyebutkan urutan bilangan sebelum dan sesudah misalnya sebelum 2 adalah 1, dan sesudah 1 adalah 2 Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 10 Membuat urutan bilangan 1-10 dengan bendabenda Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 secara berurutan Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 secara acak Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang lebih banyak Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang lebih sedikit Menyebutkan hasil penambahan dengan benda sampai 10 Menyebutkan hasil pengurangan dengan benda sampai 10
B 27
C 12
K 1
27
11
2
26
12
2
24
14
2
24
13
3
25
13
2
24
15
1
24
14
2
25
14
1
26
12
2
25
13
2
Keterangan: B
baik (sudah mampu melakukan kegiatan secara mandiri)
C
: cukup (anak masih perlu bantuan dalam melakukan kegiatan)
K
: kurang (anak tidak mampu melakukan kegiatan) Kemudian setiap Indikator tersebut, untuk kemampuan baik (B) diberikan nilai 3, untuk
kemampuan cukup (C) diberikan nilai 2, dan untuk kemampuan kurang (K) diberikan nilai 1. Untuk melihat skor akhir kemampuan berhitung setiap anak pada siklus I dapat di lihat pada tabel berikut ini:
84
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Grafik 1. pembelajaran siklus I
0.8 0.6 0.4 0.2 0 baik Cukupbelum Siklus II a. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan pada anak dengan kegiatan bermain, pada siklus dua ini ada beberapa perencanaan yang harus dipersiapkan kembali oleh guru dan peneliti, yaitu peneliti bersama guru kelas sebelum memulai kegiatan penelitian terlegih dahulu berdiskusi untuk membuat rencana kegiatan yang tepat. Kemudian peneliti memberikan gambaran tentang proses kegiatan menyebutkan hasil penambahan samapi 10 dengan menggunakan kartu angka dan menyebutkan hasil pengurangan sampai 10 dengan menggunakan kartu angka. Setelah peneliti dan guru berdiskusi mengenai proses kegiatan yang akan dilaksanakan, maka selanjutnya peneliti beserta guru membuat perencanaan secara tertulis yang dituangkan dalam rencana kegiatan harian (RKH). Perencanaan yang dibuat tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang biasa di buat dengan kegiatan sehari-hari di kelas. Tema yang di pilih guru adalah pekerjaan dengan sub tema alat-alat perlengkapan yang yang di pakai. Secara keseluruahan Pelaksanaan tindakan Pada pelaksanaan siklus ini, kegiatan yang dilakukan guru sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai observer atau pengamat, yang mengamati langsung dan merekam proses kegiatan berhitung yang dilakukan oleh guru kelas dan berbagai respon yang timbul dari anak. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan bernyanyi selamat pagi dan pak tani dan tukang kayu, kemudian dilakukan kegiatan bercakap-cakap antara guru dan anak. Guru mengulang pembicaraan dengan membahas tentang alat-alat perlengkapan yang di pakai saaat bekerja, misalnya dokter membawa stetoskop, suntikan, alat pengukur darah, dan lain-lain. Guru memberikan kembali pertanyaan kepada anak tentang berbagai alat-alat perlengkapan yang di pakai pada saat bekerja dan respon anak cukup ramai dan antusia. Guru membawa kembali gambar beberapa alat-alat perlengkapan yang di pakai saat bekerja.
85
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Tabel 2. Hasil observasi peningkatan kemampuan berhitung melalui kegiatan bermain secara keseluruhan pada siklus II No 1
Indikator Anak menyebutkan urutan bilangan 1-20 secara berurutan 2 Anak menyebutkan urutan bilangan secara mundur dari 20-1 3 Anak menyebutkan urutan bilangan sebelum dan sesudah misalnya sebelum 2 adalah 1, dan sesudah 1 adalah 2 4 Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 10 5 Membuat urutan bilangan 1-10 dengan bendabenda 6 Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 secara berurutan 7 Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 secara acak 8 Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang lebih banyak 9 Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang lebih sedikit 10 Menyebutkan hasil penambahan dengan benda sampai 10 11 Menyebutkan hasil pengurangan dengan benda sampai 10 Keterangan:
B 27
C 12
K 1
27
11
2
26
12
2
24
14
2
24
13
3
25
13
2
24
15
1
24
14
2
25
14
1
26
12
2
25
13
2
B
baik (sudah mampu melakukan kegiatan secara mandiri)
C
: cukup (anak masih perlu bantuan dalam melakukan kegiatan)
K
: kurang (anak tidak mampu melakukan kegiatan)
Kemudian setiap Indikator tersebut, untuk kemampuan baik (B) diberikan nilai 3, untuk kemampuan cukup (C) diberikan nilai 2, dan untuk kemampuan kurang (K) diberikan nilai 1. Untuk melihat skor akhir kemampuan berhitung setiap anak sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. skor akhir kemampuan berhitung setiap anak pada siklus II NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 86
NAMA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Skor Pra Siklus B C K 21 8 33 21 8 24 6 21 8 33 21 8 33 18 10 -
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Total Skor Pra Siklus 29 33 29 30 29 33 29 33 28
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40 Jumlah Keterangan:
33 21 33 18 33 33 18 21 33 21 33 33 18 33 21 27 33 18 33 33 33 33 33 18 33 21 33 33 21 33 33 1095
8 10 10 8 8 10 8 4 10 10 8 8 150
-
33 29 33 28 33 33 28 29 33 29 33 33 28 33 28 31 33 28 33 33 33 33 33 28 33 29 33 33 29 33 33 1245
B baik (sudah mampu melakukan kegiatan secara mandiri) C : cukup (anak masih perlu bantuan dalam melakukan kegiatan) K : kurang (anak tidak mampu melakukan kegiatan) Jumlah anak yang hadir adalah 40 atau hadir semua. Berdasarkan hasil tabel observasi kemampuan berhitung, dapat di lihat bahwa kemampuan berhitung anak setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan kartu angka pada tindakan ini tidak ada anak yang belum mampu melaksanakan secara mandiri atau pada kategori kurang, 15% pada kategori cukup dan selebihnya, kemampuan anak berada pada kategori baik atau anak telah mampu melakukannya sesuai dengan Indikator yaitu sebesar 85 %.
87
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Grafik 2. pembelajaran siklus II
0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 baik
Cukup belum
Pembahasan 1. Kondisi Obyektif Kemampuan Berhitung Anak TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Kondisi obyektif berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus kelompok B sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, walaupun masih banyak yang kesulitan dalam proses pengurangan dan penjumlahan. Namun permasalahan yang terjadi di sini adalah proses kegiatan berhitung dengan cara kegiatan evaluasi. Guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil buku tulis dan pensil masingmasing. Selanjutnya guru memberikan contoh kepada anak membuat beberapa buah benda dan benda tersebut di beri lingkaran. Setelah itu, anak harus mengisi jumlah benda tersebut dengan sebuah angka yang cocok. Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk membuatnya sendiri jumlah benda tersebut beserta angkanya sebanyak mungkin. Pembelajaran yang lainnya yaitu anak di suruh menulis angka untuk di jumlahkan. Angka yang di pilih sesuai keinginan anak itu sendri, dan selanjutnya anak menjumlahkan hasil penambahan tersebut. Dalam hal ini, ada beberapa anak yang tidak mampu sama sekali untuk menjumlahkan angka tersebut. Anak di paksa untuk mengingat di dalam kepala dan menambahkan dengan angka selanjutnya dengan menggunakan jari. Hal ini terlihat sangat membosankan dan membingungkan anak,, karena anak laun akan menghambat perkembangan anak selanjutnya, seperti yang dipaparkan oleh solehuddin, bahwa: Kurang optimalnya kegiatan berhitung di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dapat di lihat dari hasil pra-siklus. Dimana secara keseluruhan hasil pra-siklus menunjukkan bahwa secara umum kemampuan anak berada pada kategori baik sebesar 60%., pada kategori cukup sebesar 30 % dan pada kategori kurang sebesar 10%. 88
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Apabila kondisi tersebut tidak segera mendapat perhatian secara khusus, maka akan berpengaruh pada perkembangan kognitif anak selanjutnya. Oleh karena itu guru hendaknya menyajikan kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan menggunakan media yang dapat menarik minat anak untuk mengikuti kegiatan berhitung. Salah satu upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran khususnya pada kemampuan berhitung anak di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus yang dilakukan melalui penelitian ini adalah melalui kegiatan bermain. Dimana kegiatan berhitung sebaiknya di lakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu: a. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. bermain merupakan media yang dapat membantu anak dalam penguasaan konsep. Dengan kegiatan bermain, pada tahapan ini anak dapat mengenal warna dan mengetahui nilai masing-masing warna pada kartu angka tersebut. Selain itu, anak juga akan mengetahui bahwa dua lebih banyak dari satu. b. Masa transmisi Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan Lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Pada masa transisi, kegiatan bermain dilakukan dengan cara menghubungkan
kartu
angka
(Lambang
bilangan)
dengan
bilangan.
Anak
akan
menghubungkan kartu angka dengan bilangan yang di susun secara berurutan maupun secara acak. Dengan adanya pelaksanaan pemanfaatan media balok seperti ini jelas membuktikan bahwa bermain merupakan media yang tepat untuk mengenalkan masa transisi anak dalam berhitung. 2. Peningkatan kemampuan berhitung anak di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus melalui Kegiatan bermain Kegiatan berhitung melalui kegiatan bermain memberikan manfaat dalam meningkatkan kemempuan berhitung anak kelompok B di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Hal ini terbukti dari hasil observasi peningkatan berhitung anak pada siklus satu dan dua. Hasil pra siklus pada kategori baik skor yang diperoleh oleh semua anak adalah 60%., sedangkan pada pasca siklus, skor yang diperoleh pada kategori ini adalah 85%. Data ini membuktikan adanya peningkatan prosentase hasil dari pra siklus ke pasca siklus, artinya kemampuana anak sudah meningkat pada kategori baik. Hasil pra siklus pada kategori cukup skor yang diperoleh oleh semua anak adalah 30%, sedangkan pada pasca siklus skor yang diperoleh pada kategori ini adalah 15%. Data ini membuktikan adanya peningkatan prosentase hasil dari pra siklus ke pasca siklus, artinya kemampuan anak yang berada pada kategori cukup sudah berkurang dan meningkat pada kategori baik. 89
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Hasil pra siklus pada kategori Kurang skor yang diperoleh oleh semua anak adalah 10%, sedankan pada pasca siklus skor yang diperoleh pada kategori ini adalah 0 %. Data ini membuktikan adanya peningkatan prosentase hasil dari pra siklus ke pasca siklus, artinya kemampuana anak yang berada pada kategori kurang sudah berkurang dan meningkat pada kategori cukup dan baik. Berdasarkan penjabaran di atas,
dengan adanya kemajuan dari setiap siklus, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan bermain dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak. Berikut grafik hasil pembelajaran : Grafik 3. Hasil Pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II
1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Pra Siklus I Siklus Siklus II
KESIMPULAN Setelah peneliti cermati selama dalam kegiatan penelitian dari proses sampai pada hasil, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1. Peningkatan kemampuan Konsep bilangan anak di TK Pertiwi Rejosari 02 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dapat dilakukan dengan melalui kegiatan bermain kartu angka. 2. Kegiatan bermain kartu angka merupakan salah satu kegiatan yang dapat menstimulus kemampuan konsep bilangan anak 3. Hasil penelitian tindakan kelas di masing-masing siklus adalah sebagai berikut: a. Pra Siklus : kemampuan konsep bilangan sebelum diberikan tindakan masih ada beberapa anak yang belum mampu melakukan kegiatan secara mandiri atau pada kategori kurang (K) yaitu 5,8 %, dan masih ada beberapa anak yang masih memerlukan bantuan pada saat melakukan kegiatan konse bilangan ini atau pada kategori cukup (C) yaitu 26 %. sedangkan kemampuan anak yang berada pada kategori baik (B) atau anak telah mampu melakukannya sesuai dengan Indikator yaitu sebesar 68,2 %. b. Pasca Siklus : kemampuan berhitung anak setelah diberikan pembelajaran melalui kegiatan bermain kartu pada tindakan ini tidak ada anak yang belum mampu melaksanakan secara mandiri atau pada kategori kurang yaitu 25 % pada kategori cukup dan selebihnya, kemampuan 90
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
anak berada pada kategori baik atau anak telah mampu melakukannya sesuai dengan Indikator yaitu sebesar 75 %. 4. Kegiatan bermain dapat meningkatkan kemampuan konsep bilangan anak
DAFTAR PUSTAKA
Anggani Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Anak Usia Dini, Depdiknas, 1995 Bandung. Basuki Wibawa Dan Farida Mukti, Media Pengajaran, CV. Maulana, 2004. Bandung. Departemen Pendidikan Nasional, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar, Penilaian, Pembuatan dan Penggunaan Sarana (Alat Peraga) di Taman Kanak-Kanak, 2003 Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, Depdiknas. 2003. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak, 2004. Jakarta. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Alat Permaianan Edukatif Unuk Kelompok Bermain, Depdiknas, 2003. Jakarta. E Mulyas, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Bandung. Moeslihaton, R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Rineka Cipta, 1991. Suhaenah A. S. Pemanfaatan dan Pengembangan Sumber Belajar di Sekolah Dasar, Depdiknas, 1998. Jakarta.
91
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang