EFEKTIVITAS METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK Adawiah Maima, Edi Rohendi, Tita Mulyati Program Studi PGPAUD UPI Kampus Cibiru
ABSTRAK Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak usia dini. Konsep bilangan merupakan salah satu konsep dalam matematika, dan merupakan suatu pondasi bagi anak usia dini untuk bisa memahami konsep matematika pada tahap pendidikan selanjutnya. Mengingat begitu pentingnya mengenalkan konsep matematika pada anak usia dini, dan anak usia dini di TK sedang berada pada tahap praoperasional, maka perlu dicari alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan konsep matematika bagi anak, salah satunya adalah metode bermain peran. Penelitian ini dilaksanakan di dua TK di Kecamatan Ujungberung Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan konsep matematika kelas yang memperoleh metode bermain peran lebih baik daripada kelas yang memperoleh metode konvensional.
Kata Kunci: Matematika, Anak Usia Dini, Bermain Peran EFFECTIVENESS OF ROLE PLAY METHODS FOR IMPROVED YOUNG CHILDREN’S CONCEPT OF MATH ABILITY IN KINDERGARTEN Mathematics is one of the science that required by everyone to live a daily life, including early childhood. The concept of number is one of the concepts in mathematics, and is a foundation for young children to understand math concepts on the next stage of education. Given the importance of introducing mathematical concepts in early childhood, and early childhood kindergarten is at the preoperational stage, it is necessary to find an alternative learning method that can improve the ability of mathematical concepts for children, one of which is role play method. This research was conducted in two kindergartens in the district Ujungberung Bandung. The results showed that an increase in mathematical concepts ability of a class that obtain the role play method better than the conventional method.
Keywords: Math, Early Childhood, Role Playing dengan perubahan yang terjadi pada psikis seorang individu. Proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan pesat pada masa usia dini. Berdasarkan hasil penelitian Direktorat PAUD tahun 2004 (Mutiah, 2010:3), diketahui bahwa sebanyak kurang-lebih 50% kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika ia berusia 4 tahun,
A. PENDAHULUAN Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuh-kembang merupakan proses yang berkelanjutan dan bergantung satu sama lain. Pertumbuhan sendiri berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada fisik seorang individu, sedangkan perkembangan berhubungan 1
kemudian terjadi peningkatan sebesar 30% berikutnya ketika berusia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Hal tersebut disebabkan karena anak usia dini berada pada masa keemasan, masa keemasan merupakan masa yang paling berharga dan masa yang hanya terjadi satu kali seumur hidup pada setiap individu. Masa keemasan merupakan masa yang tepat bagi anak untuk mengenal berbagai macam pengetahuan yang terdapat di lingkungannya karena otak berkembang cepat pada masa keemasan. Sejalan dengan hal tersebut di atas, mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini amat penting. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu usaha dalam bidang pendidikan untuk megoptimalkan segala aspek pertumbuhan serta aspek perkembangan anak usia dini. Taman kanak-kanak merupakan salah satu jenis pendidikan pada anak usia dini. Taman kanak-kanak merupakan tempat bermain yang menyenangkan. Di taman kanakkanak, anak usia dini dapat mengoptimalkan seluruh tugas-tugas aspek pertumbuhan dan aspek perkembangannya. Adanya standar pendidikan anak usia dini yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 merupakan acuan tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini di Indonesia untuk dicapai. Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka taman kanak-kanak berupaya untuk mencapai seluruh tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan para peserta didiknya dengan metode yang tepat agar tugas-tugas tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa mengesampingkan kematangan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejalan dengan hakikat taman kanakkanak yaitu taman bermain bagi anak
yang bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak guna mempersiapkan mereka agar siap melanjutkan pendidikan ke tahap selanjutnya, metode bermain merupakan metode yang paling tepat guna mengoptimalkan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak, selain itu bermain merupakan dunia anak. Dalam teori kognitifnya, Piaget mengatakan bahwa bermain merupakan bagian dari perkembangan kognitif, bermain merupakan jembatan dari bermain kongkrit ke bermain abstrak. Selain itu, dalam teori belajar sosialnya, Vygotsky mengatakan bahwa bermain merupakan sarana bersosialisasi anak. Berdasarkan hasil temuan di lapangan pada saat pembelajaran pengembangan kognitif di kelas B (5-6 tahun), khususnya pembelajaran mengenalkan anak pada konsep banyak dan sedikit, yang mana salah satu konsep matematika tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan anak usia dini di kelas A (4-5 tahun) yang terdapat dalam kurikulum permendiknas nomor 58 tahun 2009. Anak masih cenderung bingung akan kumpulan benda mana yang lebih banyak dan kumpulan benda mana yang lebih sedikit ketika pendidik mengajukan pertanyaan manakah kumpulan benda yang paling banyak dan manakah kumpulan benda yang lebih sedikit seraya memperlihatkan mereka dua kelompok benda yang jumlah dan susunannya berbeda. Bahkan berdasarkan hasil temuan di lapangan, terdapat beberapa anak yang belum dapat membedakan lambang bilangan 6 dan 9 dengan baik. Hal tersebut diakibatkan karena pengetahuan anak usia dini terutama berdasarkan pada apa yang dapat mereka lihat, selain itu terlihat bahwa anak belum mengenal konsep bilangan dengan baik, serta metode yang dipakai oleh pendidik merupakan metode konvensional yang membosankan. Sejalan dengan hasil temuan tersebut di atas dan mengetahui 2
bahwa konsep banyak sedikit dan konsep bilangan merupakan tugas perkembangan anak usia dini di Indonesia, metode bermain dirasa lebih cocok digunakan dalam pembelajaran anak usia taman kanak-kanak, karena bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangannya serta memungkinkan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena bagi anak usia dini proses suatu kegiatan lebih bermakna daripada hasil akhir suatu kegiatan (Chugani, 2009:13). Bermain peran merupakan salah satu kegiatan bermain aktif yang menyenangkan, dengan bermain peran anak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Bermain peran menurut Abidin (2009:15) merupakan salah satu bentuk bermain aktif yang penting bagi perkembangan anak, karena anak-anak menggunakan daya khayal atau imajinasinya dalam kegiatan bermain peran. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Vygotsky dan Erikson (Mutiah, 2010:115) yang berpendapat bahwa main peran merupakan: “Main simbolis, pura-pura, make-believe, fantasi, imajinasi, atau main drama. Main peran sangat penting untuk perkembangan kognitif, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun”. Berdasarkan dari pengertian-pengertian bermain peran tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain peran memiliki peranan penting dalam mengembangkan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal tersebut pun diperkuat oleh pernyataan Prianggoro (Magfiroh, 2011:3) bahwa berdasarkan hasil penelitian di Amerika tampak anak yang bermain peran memiliki IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang melakukan permainan biasa seperti menggunting atau melipat.
Dengan bermain peran, daya imajinasi anak akan berkembang dengan baik, selain itu bermain peran pun dapat mengembangkan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak dengan baik, dan anak tidak akan merasa bahwa mereka sedang belajar, serta anak dapat memahami konsep banyak sedikit dan konsep bilangan. Seperti misalnya ketika di area bermain peran setting tempatnya diubah menjadi sebuah area perkebunan yang memiliki 2 petak kebun pohon rambutan. Setiap petak kebun rambutan memiliki jumlah pohon rambutan berbeda dengan susunan yang berbeda pula. Berikut ini merupakan kebaikankebaikan yang dimiliki oleh metode bermain peran menurut Mansyur (Sagala, 2011:213), antara lain: 1) bermain peran dapat memberikan kesempatan pada anak untuk melatih, memahami, dan mengingat cerita atau adegan yang akan didramakan; 2) memberikan kesempatan pada anak untuk berinisiatif dan berkreatif; 3) memberikan kesempatan pada anak untuk memupuk bakat terpendamnya, sehingga dimungkinkan akan timbul bibit seni dari sekolah; 4) memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama antar pemain; 5) memberikan kesempatan pada anak memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya; dan 5) memberikan kesempatan pada anak untuk dapat merangsang dan membina bahasa lisan anak agar anak dapat berbahasa dengan baik. Adapun kelemahan yang dimiliki oleh metode bermain peran menurut Sagala (2011:213), antara lain: 1) dalam bermain peran terdapat sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama, hal ini menyebabkan mereka menjadi anak yang kurang aktif; 2) memakan waktu yang tidak sedikit; 3) memerlukan tempat yang cukup luas; dan 4) ketika suatu kelas sedang bermain peran dan kelas 3
sebelahnya sedang tidak bermain peran, maka akan sering terganggu oleh suara yang ditimbulkan oleh kelas yang sedang bermain peran. Dalam pelaksanaannya, metode bermain peran memerlukan media yang sungguhan atau kongkrit. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara bermain peran dengan peningkatan kemampuan konsep matematika anak usia dini di taman kanak-kanak. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka metode bermain peran yang menyenangkan ini dianggap mampu untuk meningkatkan kemampuan konsep matematika anak usia dini di taman kanak-kanak dan dianggap mampu untuk mengubah metode belajar di taman kanak-kanak yang sering menggunakan metode ceramah dan metode konvensional yang cenderung pasif. Maka penelitian dengan judul “Efektivitas Metode Bermain Peran terhadap Peningkatan Kemampuan Konsep Matematika Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak” dianggap perlu untuk dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk memberikan pendidikan anak usia dini yang berkualitas dan menyenangkan tanpa mengesampingkan kematangan serta tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan anak yang telah diatur dalam permendiknas nomor 58 tahun 2009. Agar mempermudah dalam pengambilan penganalisaan masalah tersebut di atas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan konsep matematika antara anak yang memperoleh metode bermain peran dengan anak yang memperoleh metode konvensional? 2. Bagaimana respon anak terhadap pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran?
B. METODE Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. Subjek sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang diambil secara acak dari siswa Taman Kanak-Kanak yang berada di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Adapun ilustrasi desain dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: O X Group)
O
(Treatment
O O (Control Group) Keterangan: O = pretes = postes X = Pembelajaran menggunakan metode bermain peran (Sugiyono, 2010:79) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen respon performa, lembar observasi siswa, dan angket respon siswa. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengetesan (respon performa), observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data akan dianalisis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji dua rerata uji-t, serta klasifikasi interpretasi rata-rata gain. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap kedua kelompok sampel ialah melakukan pretes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal konsep matematika yang dimiliki oleh anak usia dini di taman kanak-kanak pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang diperoleh dari hasil pretes kemudian dianalisis dengan tujuan untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan kedua kelompok sampel. Setelah mengetahui
4
kemampuan awal konsep matematika kedua kelompok sampel, langkah selanjutnya ialah melakukan kegiatan belajar pembelajaran dengan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelompok sampel. Metode bermain peran diberikan pada kelas eksperimen, sedangkan metode konvensional diberikan pada kelas kontrol. Setelah itu, dilakukan postes dengan tujuan untuk dapat mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan konsep matematika kedua kelompok sampel, serta memberikan angket respon siswa bagi seluruh siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan metode bermain peran. Pretes dilakukan di kedua kelompok sampel, yakni di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut merupakan data nilai statistik dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh melalui pretes.
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan setelah melakukan uji normalitas, untuk mengetahui apakah data dari dua atau lebih kelompok sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama atau variansi yang tidak sama. Hasil dari uji homogenitas skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut. Tabel 3 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variance
N
Min
Max
Sum
Mean
St. dev
Var
11
180
320
2640
240
41,23
1700
11
200
320
2790
253,64
38,28
1465,45
Tests of Normality
Skor Pretes Kont.
Based on Mean
.116
1
20
.737
Based on Median
.066
1
20
.800
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
.143
11
.200*
.962
11
.794
.101
11
.200*
.965
11
.830
.066
1
.128
1
19.72 .800 4 20
.724
Setelah data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji normalitasnya dan homogenitasnya, kemudian didapatkan hasil bahwa data pretes kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji perbedaan reratanya menggunakan uji perbedaan rerata. Pengujian uji perbedaan dua rerata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t (T-Test Sample Independent) dengan asumsi bahwa data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Adapun hasil uji perbedaan rerata data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Eksp.
Sig.
Berdasarkan Tabel 3, diperoleh nilai signifikansi skor pretes adalah 0,737. Nilai signifikansi skor pretes tersebut lebih besar dari 0,05; hal tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yag homogen.
Uji normalitas skor pretes dalam penelitian ini dilakukan pada kedua kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari uji normalitas skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tergambar dalam Tabel 2 berikut.
Kelas
df2
Based on trimmed mean
Descriptive Statistics
Kolmogorov-Smirnova
df1
Nilai Based on Median and with adjusted df
Tabel 1 Nilai Statistik Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Skor Pretes Kls Eks Kls Kon
Levene Statistic
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel 2, nilai signifikansi skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 0,200, hal tersebut menunjukkan bahwa data pretes kelas
5
Tabel 4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 6 Nilai Statistik Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descriptive Statistics Skor Postes Kls Eksp Kls Kont
Group Statistics Kelas
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Eksp.
11
240.0000
41.23106
12.43163
Kont.
11
253.6364
38.28126
11.54223
N
Min
Max
Sum
Mean
Std. dev
Var
11
240
320
3350
304.55
30.12
907.3
11
210
320
2840
258.18
32.50
1056.4
Nilai
Uji normalitas skor postes pada penelitian ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Independent Sample Test F
Equal variances .116 assumed Nilai Equal variances not assumed
Sig.
T
Df
.737
-.804
20
95% Std. Confidence Sig. Mean Error Interval of the (2- DiffeDiffeDifference tailed) rence rence Lower Upper .431 -13.63 16.96
-49.02
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
21.75
Tests of Normality Kelas
-.804 19.89
.431 -13.63 16.96
-49.03
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
Eksp.
.423
11
.000
.580
11
.000
Kont.
.145
11 .200*
.968
11
.862
21.76
Skor Postes
Kolmogorov-Smirnova
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4, diperoleh nilai signifikansi kemampuan konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan asumsi kedua kelompok sampel tersebut berasal dari populasi yang berdsitribusi normal dan memiliki varians yang homogen adalah 0,431. Artinya bahwa nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 sehingga berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah sama. Maka, tidak terdapat perbedaan kemampuan konsep matematika antara kelas eksperimen yang mendapatkan metode bermain peran dan kelas kontrol yang mendapatkan metode konvensional. Postes dilakukan di kedua kelompok sampel, yakni di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk memudahkan dalam menganalisis data, berikut merupakan nilai statistik postes kelas eksperimen dan kelas kontrolnya.
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel 7, diperoleh nilai signifikansi skor postes kelas eksperimen adalah 0,000 dan kelas kontrol adalah 0,200. Nilai signifikansi skor postes kelas eksperimen lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai signifikansi skor postes kelas kontrol lebih besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil dari uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa data kedua kelompok sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian, syarat untuk melakukan perbedaan uji dua rerata tidak terpenuhi. Maka, perhitungan dilanjutkan dengan uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney, dengan asumsi bahwa data kedua kelompok sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Hasil uji perbedaan rerata dari kedua kelompok sampel adalah sebagai berikut.
6
Tabel 8 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 9 Rekapitulasi Indeks Gain Kelas Eksperimen Kriteria Gain
Ranks Kelas
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Eksp.
11
15.27
168.00
Nilai Kont.
11
7.73
85.00
Total
22
Jml Sam pel
11
Mean
0.81
Gain Max
1.00
Gain Min.
0.00
Tg
Sd
Rd
Jml
%
Jml
%
Jml
%
8
72.7
2
18.2
1
9.09
Test Statisticsb
Berdasarkan rekapitulasi indeks gain pada Tabel 9, kelas eksperimen memiliki rata-rata gain sebesar 0,81 dari jumlah siswa sebanyak 11 siswa. Siswa yang memperoleh gain berkriteria tinggi sebanyak 8 siswa dengan persentase 72,73%. Siswa yang memperoleh gain berkriteria sedang sebanyak 2 siswa dengan persentase 18,18%, dan siswa yang memperoleh gain berkriteria rendah sebanyak 1 siswa dengan persentase 9,09%. Rekapitulasi perhitungan indeks gain ternormalisasi pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Nilai Mann-Whitney U
19.000
Wilcoxon W
85.000
Z
-2.828
Asymp. Sig. (2-tailed)
.005
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.005a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelas
Berdasarkan Tabel 8, diperoleh signifikansi skor kemampuan konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan asumsi kedua kelompok sampel tidak berasal dari populasi yang berdsitribusi normal adalah 0,005 artinya bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 sehingga berdasarkan kriteria pengambilan keputusan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan konsep matematika antara kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan (metode bermain peran) dan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan (metode konvensional). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai ratarata kemampuan konsep matematika siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode bermain peran lebih tinggi daripada siswa yang tidak mendapatkan perlakuan atau menggunakan metode konvensional. Uji gain dilakukan untuk melihat apakah terdapat peningkatan kemampuan konsep matematika antara siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Rekapitulasi perhitungan indeks gain ternormalisasi pada kelas eksperimen pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 10 Rekapitulasi Perhitungan Gain Kelas Kontrol Jml Sampel 11
mean 0.34
Gain Max
Gain Min
1.00
-0.80
Tg Jml 1
% 9.09
Kriteria Gain Sd Jml % 3 27.27
Berdasarkan rekapitulasi indeks gain pada Tabel 10, kelas kontrol memiliki ratarata gain sebesar 0,34 dari jumlah siswa sebanyak 11 siswa. Siswa yang memperoleh gain berkriteria tinggi sebanyak 1 siswa dengan persentase 9,09%. Siswa yang memperoleh gain berkriteria sedang sebanyak 3 siswa dengan persentase 27,27%, dan siswa yang memperoleh gain berkriteria rendah sebanyak 1 siswa dengan persentase 63,64%. Berdasarkan hasil dari perhitungan indeks gain di kelas eksperimen dan di kelas kontrol, didapatkan nilai rata-rata indeks gain dari masing-masing kelas. Dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol, maka dapat diasumsikan bahwa perubahan peningkatan kemampuan konsep matematika kelas eksperimen lebih tinggi daripada perubahan peningkatan kemampuan konsep matematika
7
Rd Jml 7
% 63.64
kelas kontrol. Berikut merupakan diagram yang menggambarkan perubahan peningkatan kemampuan konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol. 10
8
7
8
daripada 0,05; hal tersebut menunjukkan bahwa data normalitas gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan pemaparan tersebut maka perhitungan dilanjutkan dengan uji dua rerata dengan uji Mann-Whitney karena uji nonparametrik Mann-Whitney. Pengujian uji perbedaan dua rerata non parametrik MannWhitney dalam penelitian ini digunakan dengan asumsi bahwa data gain kedua kelompok sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun hasil uji perbedaan dua rerata dari kedua kelompok sampel adalah sebagai berikut.
6 4 1
2
3
2
1
0 Rendah
Sedang
Kelas Eksperimen
Tinggi Kelas Kontrol
Tabel 12 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Diagram 1 Perbedaan Peningkatan Kemampuan Konsep Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test Statisticsb Gain
Adapun penggunaan pengujian dua rerata yang sama seperti pengujian perbedaan dua rerata data pretes dan data postes untuk memperjelas perbedaan dua rerata secara signifikan.
Gain
Shapiro-Wilk
Df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
Eksp
.436
11
.000
.630
11
.000
Kont
.205
11
.200*
.952
11
.671
-3.105
Asymp. Sig. (2-tailed)
.002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002a
Berdasarkan Tabel 12 dengan menggunakan uji Mann-Whitney, diperoleh signifikansi skor kemampuan konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan asumsi kedua kelompok sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,002, artinya bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 sehingga berdasarkan kriteria berdasarkan pengambilan keputusan di atas, maka terdapat perbedaan peningkatan kemampuan konsep matematika antara kelas eksperimen yang mendapatkan metode bermain peran dan kelas kontrol yang mendapatkan metode konvensional. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan konsep matematika siswa yang mendapatkan metode bermain peran lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan metode konvensional. Angket respon siswa diberikan pada kelas eksperimen untuk mengetahui respon
Tests of Normality Statistic
81.000
Z
b. Grouping Variable: kelas
Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
15.000
Wilcoxon W
a. Not corrected for ties.
Dalam penelitian ini, perhitungan uji normalitas dilakukan dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Hasil uji normalitas gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tergambar dalam Tabel 11 berikut.
Kolmogorov-Smirnova
Mann-Whitney U
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel 11, diperoleh hasil pengujian normalitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,000, dan dengan nilai signifikansi kelas kontrol sebesar 0,200. Nilai signifikansi kelas eksperimen lebih kecil daripada 0,05, sedangkan nilai signifikansi kelas kontrol lebih besar
8
siswa terhadap matematika dan metode bermain peran. Angket respon siswa ini diberikan setelah kelas mendapatkan perlakuan sebanyak 5 kali. Mengingat kemampuan membaca anak usia dini yang masih terbatas, angket respon siswa ini menggunakan sistem wawancara, dilakukan dengan memanggil anak pada kelas eksperimen satu-persatu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang telah disusun dalam angket respon siswa. Siswa pada kelas eksperimen hanya menjawab pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”, kemudian peneliti memberi ceklis pada kolom yang telah tersedia di lembar respon siswa sesuai dengan jawaban yang siswa berikan. Berdasarkan data yang telah terkumpul dari angket respon siswa, diperoleh hasil persentase jawaban yang tergambar dalam Tabel 13 berikut. Tabel 13 Analisis Angket Respon Siswa No 1 2 3
4
5 6 7
Pertanyaan Senang dengan pelajaran matematika tidak? Apakah belajar matematika ada gunanya? Senang tidak kalau kita belajar matematika dengan bermain peran? Senang tidak kalau kita melakukan kegiatan bermain peran setiap hari? Senang tidak kalau belajar bersama-sama dengan teman/berkelompok? Saat bermain peran, takut atau tidak? Saat bermain peran sebagai … (tokoh yang pernah diperankan) susah atau tidak?
Prosentase (%)
10
1
90,9
9,1
10
1
90,9
9,1
10
1
90,9
9,1
11
0
100
0
9
2
81,8 2
18, 18
11
0
100
0
10
1
90,9
9,1
Jawaban
kegunaan dari matematika ialah mereka dapat berhitung. Dari 11 peserta didik, 10 diantara mereka senang belajar matematika dengan menggunakan metode bermain peran, namun 1 diantara mereka tidak senang belajar matematika dengan menggunakan metode bermain peran. Sekitar 81,82% peserta didik merasa senang apabila melakukan kegiatan belajar pembelajaran dengan berkelompok atau bersama-sama daripada sendiri. Dan sebagian besar peserta didik tidak merasa sulit dalam memerankan tokoh yang terdapat di dalam cerita. Secara keseluruhan dapat diperkirakan bahwa sebagian besar peserta didik pada kelas eksperimen senang memperoleh metode bermain peran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran khususnya dalam kegiatan belajar pembelajaran konsep matematika. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Magfiroh, dengan judul “Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Kemampuan Matematika Awal Anak TK” bahwa kemampuan matematika awal anak pada kelompok yang diteliti terdapat peningkatan, peningkatan tersebut dapat terlihat dari bertambahnya anak yang berada pada kategori tinggi yang awalnya berada pada kategori rendah. Kemudian dari hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ditemukan anak yang berada pada kategori rendah dalam memahami kemampuan matematika awal setelah diberi perlakuan. Maka dari hasil penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan matematika awal anak sebelum dan sesudah diberi perlakuan dan terdapat pengaruh positif melalui penerapan metode bermain peran yang peneliti tersebut berikan.
Berdasarkan hasil analisis dari angket respon siswa di atas, seluruh siswa merasa senang apabila kegiatan bermain peran dilakukan setiap hari. Selain itu seluruh peserta didik tidak merasa takut saat kegiatan bermain peran berlangsung. Hampir 90,9% peserta didik senang dengan pelajaran matematika; 90,9% peserta didik senang belajar matematika dengan menggunakan bermain peran. Sekitar 90,9% peserta didik senang akan pelajaran matematika, serta 90,9% peserta didik menganggap bahwa matematika memiliki kegunaan, beberapa dari mereka mengungkapkan bahwa
Hal tersebut sesuai dengan teori John Locke yang menyatakan bahwa perkembangan berasal dari rangsangan yang diterima oleh anak karena memberikan rangsangan kepada anak dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat membuat kegiatan tersebut lebih bermakna bagi anak karena bagi anak usia dini, proses suatu kegiatan lebih bermakna daripada hasil akhir suatu kegiatan (Chugani, 2009:13). Selain sesuai dengan teori Locke, hal tersebut juga sesuai dengan teori Jean Piaget yang 9
menyatakan bahwa permainan merupakan cara yang utama bagi anak untuk terlibat secara aktif dengan lingkungan sekitarnya, untuk berpikir, dan untuk belajar. Metode bermain peran memberikan anak kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam berpikir dan belajar tentang konsep matematika yang dikemas dengan kegiatan menyenangkan, dari metode bermain peran ini anak tidak akan merasa tertekan akan tetapi anak merasa senang dan gembira namun tetap dapat membiasakan anak untuk teliti dalam mengerjakan sesuatu.
apabila kegiatan bermain peran dilakukan setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat beberapa rekomendasi, diantaranya: 1) metode bermain peran dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran di TK guna mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan kognitifnya, khususnya dalam mengembangkan konsep matematika bagi anak usia dini; 2) tenaga pendidik TK hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak melalui metode pembelajaran yang menyenangkan yang memberikan anak pengalaman yang bermakna yang dapat memotivasi anak untuk senang belajar melalui metode bermain peran; 3) hendaknya ada peneliti yang dapat melakukan penelitian ini lebih lanjut dalam bentuk penelitian kualitatif atau mengenai indikator yang masih rendah yakni mengenal lambang bilangan 1-20, dan membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit.
D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian efektivitas metode bermain peran terhadap kemampuan konsep matematika anak usia dini di taman kanak-kanak, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan konsep matematika antara kelompok anak yang memperoleh pembelajaran konsep matematika melalui metode bermain peran dengan kelompok anak yang memperoleh pembelajaran konsep matematika melalui metode konvensional. Perubahan peningkatan kemampuan konsep matematika kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran konsep matematika melalui metode bermain peran lebih tinggi daripada kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konsep matematika melalui metode konvensional. 2. Berdasarkan hasil angket respon siswa yang diberikan kepada kelas eksperimen melalui wawancara dapat disimpulkan bahwa anak memberikan respon yang baik dan senang terhadap matematika dan metode bermain peran. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya siswa yang menyatakan bahwa mereka senang belajar matematika dan mereka senang
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2009). Bermain Pengantar bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) dalam Dimensi PAUD. Bandung: Rizqi Press. Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamintan Pendidikan Dasar PAUD. Bandung: Rizqi Press. TN. (……). Bermain dan Anak. [Online]. Tersedia: http://anakbersinar.com [5Juni2013] Anggriati, D. N. R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak melalui Media Kartu Angka Bergambar. Skripsi UPI Jurusan PGPAUD Bandung. Tidak diterbitkan. 10
Chugani, S.D. (2009). Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rahayu, S. D. (2012). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Taman KanakKanak melalui Pemanfaatan Papan Display yang Dimodifikasi. Skripsi UPI Jurusan PGPAUD Bandung: Tidak diterbitkan.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Konsep Matematika untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Kemendiknas.
Rahmatika, F.I. (2012). Pengembangan Aspek Moral Anak melalui Metode Bermain Peran (Role Play). Skripsi UPI Jurusan PGPAUD Bandung: Tidak diterbitkan. Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Lestari, V. (2011). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences terhadap Penalaran Siswa pada Matematika di Sekolah Dasar. Skripsi UPI Jurusan PGSD Bandung. Tidak diterbitkan Magfiroh, V. S. (2011). Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Kemampuan Matematika Awal Anak TK. Skripsi UPI Jurusan PGAUD Bandung: Tidak diterbitkan.
Safriayani, H. (2011). 99 Ide Kegiatan Main Peran untuk Anak Usia Dini 0-4 Tahun. Jakarta: Bentara Cipta Prima. Seefeldt, C. dan Wasik, B.A. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta: Indeks.
Marlina, L. (2012). Penerapan Metode Role Playing dalam Upaya Meningkatkan Kedisiplinan pada Anak Usia Dini. Skripsi UPI Jurusan PGPAUD Bandung. Tidak diterbitkan.
Sugianto, R.P. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak dalam Pengenalan Konsep Bilangan melalui Permainan Kartu Angka Di Taman Kanak-Kanak. Skripsi UPI Jurusan PGPAUD Bandung. Tidak diterbitkan.
Morrison, G.S. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Edisi Kelima. Jakarta: Indeks. Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Mulyati, T. et al. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian Pendidikan Dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.
Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama.
11