64
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS
A. Analisis Upaya Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas Kemandirian anak usia dini adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari dengan sendiri atau hanya dengan sedikit bimbingan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitas anak. Dalam pengertian pendidikan telah diungkapkan bahwa tujuan pendidikan yakni untuk menjadikan anak agar menjadi pribadi yang cerdas, terampil yang dapat menjadi bekal dan berperan di masa depannya. 1 Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya diperlukan usaha atau upaya agar dapat mencapai tujuan tersebut. Demikian juga dengan kemandirian, kemandirian dapat terbentuk setelah melalui proses pendidikan dan latihan yang terarah dan berkesinambungan. 2 Hal tersebut sebagaimana yang di lakukan di TK Pertiwi Pagumenganmas untuk melatih peserta didiknya agar memiliki kemandirian yang dapat dijadikan modal bagi anak dalam menjalani kehidupan dan sebagai bekal agar anak
1
Wahyudi Siswanto, Lilik Nur Kholidah, Sri Umi Minarti, Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting Bagi Orang Tua dalam Mendidik Anak (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 52. 2 http://id.shvoong.com/social-sciences/1830707-pentingkah-kemandirian-bagi-anak/. Diakses hari Rabu, 30-Apri-2014. Pukul 13.42.
65
dapat memiliki kesiapan untuk melanjutkan pendidikan yang selanjutnya. Adapun
langkah-langkah
yang
dilakukan
oleh
TK
Pertiwi
Pagumenganmas dalam melatih kemandirian agar peserta didik dapat terlatih untuk mandiri di antaranya dengan: 1. Meningkatkan rasa percaya diri dalam diri anak. Sebagaimana yang dilakukan oleh TK Pertiwi Pagumenganmas sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu
Endah Wahyuningrum
bahwa cara meningkatkan kepercayaan diri dengan memberi penghargaan (reward), memuji, sebagaimana kegiatan pembelajaran yang ada, yakni ketika kegiatan belajar mencocokkan gambar yang menunjukkan sikap yang terpuji, langkah pertama yang guru lakukan yakni menerangkan terlebih dahulu tentang apa saja sikap teladan itu, kemudian guru menyuruh kepada para siswa untuk membuka buku yang dimiliki oleh masing-masing anak. Guru memberikan arahan pada siswa untuk membuka halaman buku yang menerangkan tentang sikap terpuji. Setelah itu murid-murid disuruh untuk mengerjakan tugas tersebut sesuai dengan yang ada dalam petunjuk buku. Setelah anak-anak selesai mengerjakan guru memberikan gambar bintang sebagai bentuk penghargaan untuk anak. Tujuan pemberian tersebut agar anak merasa senang, dengan rasa tersebut akan tumbuh rasa percaya diri. 3
3
Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.
66
Rasa percaya diri pada anak perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Hal ini sangat penting sebagai dasar anak untuk menerobos suatu peluang dan berani mengambil resiko di masa yang akan datang.4 Dengan rasa percaya diri, anak mampu menunjukkan apa yang mereka miliki dan apa yang dapat mereka lakukan, selain itu anak lebih mudah mengungkapkan sesuatu yang dirasakan dari pada anak yang cenderung pemalu.5 Membangun rasa percaya diri dalam diri anak bisa dilakukan dengan cara yakni berilah pujian, penghargaan (reward) atau apresiasi positif atas usaha mereka. Karena pujian juga merupakan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan anak akan keinginan untuk dihargai, dan anak yang merasa dihargai, maka kepercayaan dirinya akan meningkat.6 Rasa percaya diri yang dimiliki anak dapat menjadikan anak mudah untuk mengeksplor segala kemampuan yang dimilikinya, sehingga kemampuan yang ada pada dirinya dapat berkembang secara optimal. Selain itu, anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi anak mudah untuk dapat bersosialisasi dengan yang lainnya dari pada anak yang cenderung pemalu. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri anak bisa dilakukan dengan memberikan hadiah atau pujian kepada anak atas usaha yang dilakukannya, terlepas dari usaha tersebut
4
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, cet-ke V (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 164. 5 Susanti, Febriana Werdiningsih, Sujiyanti, Mencetak Anak Juara (Jogjakarta: Kata hati, 2009), hlm. 50. 6 Dian Ibung, Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak (Jakarta: Gramedia, 2002), hlm. 23.
67
sudah berhasil atau belum, karena dengan pujian atau hadiah dapat menumbuhkan rasa berharga pada diri anak. 2. Menumbuhkan motivasi intrinsik dari diri anak Sebagaimana wawancara dengan ibu Endah Wahyuningrum, bahwa cara menumbuhkan motivasi intrinsik dari anak di TK Pertiwi Pagumenganmas dilakukan dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan
pada
anak
untuk
melakukan
tugas-tugas
perkembangannya, kebebasan tersebut dilakukan metode pembiasaan. Sebagaimana kegiatan pembelajaran yang ada yakni saat kegiatan pembelajaran, anak diberikan kebebasan oleh guru untuk mengerjakan tugas-tugasnya, seperti mengambil bekalnya sendiri, makanannya sendiri,
menyuap
mengambil mainannya sendiri dan lain
sebagainya. Kegiatan itu tidak hanya dilakukan hanya sekali saja, tetapi dengan terus menerus, berulang-ulang atau pembiasaan.7 Dalam melatih kemandirian sebaiknya guru ataupun orang tua hendaknya memberi kesempatan atau kebebasan dan kepercayaan pada anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya seperti belajar makan sendiri, belajar memakai baju sendiri, belajar mengerjakan tugas sendiri, belajar mengambil dan merapikan mainannya sendiri dan lain sebagainya, walaupun hasilnya belum sesuai dengan keinginan dan jangan selalu melarang apa yang dikerjakan anak. Sebagai orang tua atau guru hendaknya hanya mengarahkan dan membimbing dengan
7
Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.
68
baik supaya anak bisa melakukannya lebih baik lagi dalam mengembangkan segala kemandirian anak. 8 Tugas perkembangan tersebut hendaknya dilakukan dengan pembiasaan atau rutinitas, sehingga dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan, maka anak dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut dengan sendirinya tanpa harus diperintah dan tanpa adanya paksaan, sehingga anak menjadi lebih mandiri. 9 Kebebasan yang dimiliki anak untuk melakukan tugas perkembangannya
seperti
makan,
minum,
mengambil
bekal,
mengambil peralatan belajar, mengerjakan tugas dan lain-lain dengan sendirinya, dapat dilakukan dengan pembiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak, bertujuan agar anak dapat terbiasa untuk melakukan tugas perkembangannya sendiri, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah, sehingga anak akan lebih mandiri, karena anak telah terbiasa untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya, dan tanpa harus diperintahpun anak telah sadar dalam mengerjakan tugas perkembangannya, dengan keadaan demikian dapat menciptakan anak yang mandiri serta mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa yang akan datang.
8
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013), hlm. 195. 9 Ibid., hlm. 177.
69
3. Melatih anak agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Cara yang dilakukan TK Pertiwi Pagumenganmas untuk menjadikan anak didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sebagaimana wawancara dengan ibu barokah dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran Circle Time. Contoh ketika kegiatan pembelajaran yakni saat kegiatan berdoa telah selesai dan kegiatan pembelajaran akan segara dimulai, guru duduk melingkar, kemudian guru bertanya pada anak-anak, yakni siapa yang masih ingat pelajaran kemarin, anak-anakpun berebut ingin menjawab pertanyaan dari guru. Setalah itu guru menunjuk beberapa anak untuk menceritakannya. Ketika setelah selesai bercerita, guru dan anak didik kembali belajar dengan posisi duduk melingkar, saat itu guru dan anak membahas bersama-sama mengenai tema pembelajaran untuk saat itu. Adapun tujuan kegiatan tersebut yakni agar antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya atau guru, memiliki pemahaman yang sama akan tema pembelajaran saat itu.10 Metode Circle Time adalah kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari orang dewasa (guru atau atau narasumber) dan anak-anak, kegiatan itu dilakukan dengan duduk bersama dan berdiskusi berdasarkan tema atau topik yang akan dibahas pada saat itu, dan kegiatan tersebut
bertujuan untuk membangun
pemahaman bersama mengenai topik yang akan dibahas. Kegiatan 10
Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.
70
circle time ini memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga anak dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya dimana dalam kegiatan tersebut anak berlatih untuk mengemukakan pendapat atau idenya serta mendengarkan pendapat temannya, dan mereka belajar untuk bersikap sportif bila pendapatnya diterima atau tidak diterima oleh temannya. 11 Semakin sering anak bekerja kelompok atau berdiskusi dengan temannya, maka hal tersebut dapat menjadikan anak mampu bersosialisasi dengan lingkungannya, dengan kemampuan sosialisasi yang di miliki anak, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberani dan tidak pemalu, anak yang pemberani dan tidak pemalu cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, dan dengan keberaniannya tersebut anak tidak akan menggantungkan diri pada orang lain terutama orang tua atau guru dan anak akan lebih mandiri dalam melakukan tugas-tugasnya. 4. Melatih agar anak tidak menggantungkan diri pada orang lain TK Pertiwi Pagumenganmas dalam melatih anak agar tidak menggantungkan diri pada orang lain, dilakukan dengan modelling atau mencontohkan hal-hal yang baik (teladan) dan bekerjasama dengan orang tua.
11
Luluk Asmawati, Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, cet-ke 6 (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm. 7.5-7.6.
71
a. Modelling atau mencontohkan hal-hal teladan Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Barokah bahwa agar anak tidak menggantungkan diri pada orang lain dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada siswa mengenai perbuatan-perbuatan yang teladan. Sebagaimana dalam kegiatan pembelajaran yakni ketika kegiatan pembelajaran makan bersama, dalam kegiatan tersebut anak diajarkan mengenai tata cara makan yang
baik,
mulai dari
mencuci tangan sebelum
makan,
menggunakan alat makan yang baik, sampai dengan cuci tangan sesudah makan, tujuan kegiatan tersebut agar anak dapat mencontoh tentang perbuatan yang baik atau teladan sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh guru.12 Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial. 13 Anak adalah sang peniru ulung. Maka semua aktivitas atau perilaku di sekelilingnya baik orang tua, guru, maupun teman selalu dipantau yang nantinya akan dijadikan model. Bahkan, semua perilaku yang dilihat entah itu baik ataupun buruk akan dengan mudah ditiru oleh anak. Dengan demikian, sosok guru paud harus menjadi figur
12
Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, alih bahasa Jamaluddin Miri (Beirut: Darus Salam, 1994), hlm.142. 13
72
teladan yang akan ditiru dan diikuti segenap perilaku oleh anak. 14 Keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik memiliki sikap teladan seperti jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya, jika pendidik adalah seorang pembohong, penghianat, orang yang kikir, penakut, dan hina maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, hianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina. 15 Jadi sosok guru yang teladan dan semua perbuatan yang dilakukan guru atau orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa depan. Guru atau orang tua adalah sebagai pantulan nyata bagi anaknya akan menjadi anak tersebut di masa yang akan datang. 16 Metode keteladan merupakan suatu cara mengajarkan ilmu dengan mencontohkan secara langsung kepada anak, sehingga anak bisa menirukan atau menontoh perbuatan sesuai dengan yang dicontohkan oleh guru maupun orang tua. Sebagai orang tua ataupun guru maka hendaknya dapat memberikan contoh sikap, 14
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Membangun Karakter di Usia Emas), cet. ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 119. 15 Yustina Eka Tjandra, Anakku Peniru Paling Luar Biasa (TKP: Sinar Ilmu, 2012), hlm. 22-23. 16 Bunda Rezky, Ba A Smart Parent, Cara Kreatif Mengasuh Anak Ala Supernanny (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010), hlm. 20.
73
cara atau perilaku yang baik, yang bisa di tiru atau di contoh oleh anak sesuai dengan apa yang dilihatnya. Dengan kegiatan tersebut anak
juga
bisa
melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
akan
dilakukannya dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan dari orang lain, Dengan keteladanan anak bisa memilah dan memilih mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. b. Bekarja sama dengan orang tua murid. Sebagaimana
yang
disampaikan
oleh
Ibu
Endah
Wahyuningrum bahwa selain menggunakan pemodelan tentang hal-hal yang baik kepada peserta didik juga dilakukan dengan bekerjasama dengan orang tua murid. Semisal ketika ada orang tua yang selalu menemani anaknya dalam semua kegiatan saat pembelajaran berlangsung, dengan alasan merasa khawatir dengan anaknya jika terjadi apa-apa dengan anaknya, sebagai guru maka guru tersebut menjelaskan kepada orang tua bahwa tindakan yang seperti itu adalah salah, dengan sikap orang tua yang seperti itu, maka anak akan cenderung menjadi manja, karena orang tua selalu mencemaskan apa yang dilakukan anak, takut kalau anaknya tidak bisa mengerjakan tugasnya. 17
Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai 17
Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.
74
berbagai peran pilihan, diantaranya orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua. Dalam peran-peran
tersebut
memungkinkan
orang
tua
membantu
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Usaha guru dalam mengajar akan lebih efektif hasilnya apabila orang tua ikut membantu dalam pendidikan tersebut. Beberapa hal telah membuktikan bahwa, ternyata semakin orang tua menyadari pentingnya program sekolah, maka peran keterlibatan orang tua pun semakin besar. 18 Untuk membentuk sikap kemandirian dalam anak didik, diperlukan adanya kerjasama antara guru dan orang tua. Karena orang tua adalah orang yang sangat berperan penting dalam perkembangan anak dan orang tua adalah pendidik pertama bagi anak di lingkungan keluarga. Orang tua yang bersikap telalu memanjakan
atau
mencemaskan
anak,
cenderung
akan
menghasilkan anak yang manja. Namun ketika orang tua bersikap tidak memanjakan dan selalu memberikan kebebasan pada anak dalam kegiatan perkembangannya, asalkan kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang, maka cenderung akan menghasilkan anak yang mandiri.
18
hlm. 124.
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
75
5. Melatih anak agar mampu menentukan pilihannya atau pendapatnya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Barokah bahwa upaya yang dilakukan TK Pertiwi Pagumenganmas dalam melatih anak agar mampu menentukan pilihannya atau pendapatnya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya biasanya guru menggunakan metode diskusi. Contoh kegiatan setelah usai istirahat anak bersama guru melakukan doa bersama setelah makan, sesudah guru dan anak didik duduk melingkar sembari guru tersebut bertanya kapada semua peserta didik terkait dengan kegiatan apa saja yang dilakukan saat istirahat, dan kegiatan apa yang ingin dilakukan setelah istirahat, seketika itu ada anak yang menjawab setelah itu mau bermain dengan mainan yang ada di sekolah, saat itu pula guru memberinya kesempatan pada anak dan guru menjelaskan tentang tata aturan yang hendak ditaati oleh peserta didik saat bermain, yakni anak dapat mengambil mainan sendiri sesuai dengan yang di inginkan anak, anak anak harus merapikan mainan dan mengembalikan mainan yang digunakannya ditempat semula diambil. 19 Kegiatan tersebut termasuk kegiatan diskusi, dengan kegiatan tersebut menghasilkan keputusan yang akan dilakukan, dan anak diberikan arahan akan tanggunga jawab akan keputusan yang diambilnya.
19
Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.
76
Metode diskusi ini bisa dilakukan dengan tanya jawab antara pendidik dan peserta didik. Dengan metode ini dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam mengemukakan pendapat.20 Anak yang tumbuh dengan sifat kemandirian biasanya anak tersebut akan mudah untuk mengemukakan atau menentukan pilihannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menjadi pilihannya. Untuk membentuk anak agar menjadi pribadi yang demikian bisa dibentuk melalui kegiatan diskusi, dengan kegiatan ini anak dapat mengemukakan pendapatnya, semakin sering anak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya maka akan menjadikan anak bisa bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensi yang menyertai atas pendapatnya. Selain itu juga bisa melatih anak bersosialisasi dengan yang lainnya, sehingga anak tidak merasa malu atau canggung dengan yang lainnya.
B. Analisis Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Upaya Guru Dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas 1. Faktor Pendukung dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas
20
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm. 123-124
77
a. Semangat dan kesadaran guru sangat tinggi Sebagaimana
yang
diungkapkan
oleh
ibu
Endah
Wahyuningrum bahwa salah satu faktor yang mendukung dalam melatih kemandirian anak di TK Pertiwi Pagumenganmas yaitu semangat dan kesadaran guru yang sangat tinggi akan pentingnya kemandirian anak. Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya saja, tetapi beliau juga seorang yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merenanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. 21 Dengan tanggung jawab yang besar akan perubahan tingkah laku pada peserta didik, hendaknya seorang guru haruslah memiliki semangat dan kesadaran akan pentingnya kemandirian untuk anak. Karena semangat juang merupakan fondasi setiap aktivitas, terutama bagi pendidik, karena tanpa dukungan semangat juang, profesi guru akan mundur.22 Guru adalah orang yang sangat berperan penting dalam kegiatan
pembelajaran,
terutama
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan. Semakin tinggi semangat dan kesadaran guru maka dapat memperlancar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Baik buruknya lembaga sekolah tidak lepas dari 21
Syafruddin Nurdin , Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 8. 22 Moh. Rosyid, Guru (Kudus: STAIN Kudus Press, 2007), hlm. 106.
78
peran serta seorang guru, jika guru bersemangat mengembangkan
lembaga,
maka
lembaga
tersebut
dalam akan
berkembang. Namun jika guru kurang mempunyai semangat dalam mengembangkan lembaga, cenderung lembaga tersebut juga kurang berkembang. b. Sarana prasarana yang sudah cukup memadai dan suasana lingkungan yang kondusif Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Barokah bahwa faktor pendukung dalam melatih kemandirian anak di TK Pertiwi Pagumenganmas yakni tersedianya sarana prasarana yang sudah cukup memadai, dengan sarana dan prasarana yang memadai dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Bentuk sarana prasarana yang memadai salah satunya yakni tersedianya alat permainan edukatif bagi anak, sehingga antara anak yang satu dengan anak yang lainnya tidak berebut mainan dengan demikian akan tercipta lingkungan yang kondusif dalam pembelajaran, selain itu, tersedianya alat-alat lain yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana adalah hal yang sangat menunjang dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai. Dengan fasilitas atau sarana yang lengkap dan memadai maka dapat menciptakan kenyamanan, dengan kenyamanan tersebut akan lercipta lingkungan yang
79
kondusif. Lingkungan yang aman dapat mengembangkan semangat belajar dalam diri peserta didik. 23 Sarana prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam suatu lembaga. Di tinjau dari segi sarana dan prasarana yang ada di TK Pertiwi Pagumenganmas sudah cukup memadai, dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan anak akan merasa aman, sehingga dapat mempermudah guru dalam melatih kemandirian sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga. 2. Faktor Penghambat dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas a. Orang tua yang overprotektif dan kesadaran orang tua yang rendah akan kemandirian anak. Sebagaimana
yang
disampaikan
oleh
ibu
Endah
Wahyuningrum Kesadaran orang tua akan kemandirian anak dan sikap orang tua yang terlalu overprotektif terhadap anak adalah salah satu penghambat bagi guru dalam melatih kemandirian anak. Sikap overprotektif di sini yakni sikap orang tua yang terlalu memanjakan anak dan selalu mengkhawatirkan akan apa saja yang dilakukan anak. Seperti ketika anak mengerjakan tugas dari guru, degan kekhawatiran orang tua yang berlebihan akan 23
E. Mulyasa, Manajemen PAUD, op. cit., hlm. 88.
80
keadaan anak apakah anaknya dapat mengerjakan tugasnya, maka orang tua yang mengambil alih pekerjaannya tersebut, dengan alasan karena anaknya belum mampu, padahal sebagai orang tua hendaknya mendukung atas usaha anak, sejelek apapun hasil pekerjaan anak, maka orang tua harus tetap menghargainya, bukan mengambil alih tugasnya. Orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kemandirian. Bila seorang anak sejak kecil dilatih untuk mandiri, ketika harus keluar dari asuhan orang tua untuk hidup mandiri, maka ia tidak akan merasa takut. Namun, jika seorang anak dilatih untuk tidak mandiri atau terlalu memanjakan anak, maka akan tuumbuh menjadi anak yang manja dan penakut. Sikap orang tua yang
bertoleransi
berlebihan,
ataupun
pemeliharaan
yang
berlebihan yakni orang tua yang terlalu keras kepada anak dapat menghambat pencapaian kemandiriannya. Bila rasa kasih sayang dan rasa khawatir orang tua yang tidak berani melepaskan anaknya berdiri sendiri, akan manjadikan anak tersebut harus selalu dibantu, sehingga anak harus selalu terikat pada orang tua, dan anak kurang berani menghadapi masyarakat luas. 24 Sikap overprotektif pada orang tua hendaknya dihilangkan, sebab dengan overprotektif hanya akan merusak rasa percaya dirinya. Larangan yang
24
Novan Ardi Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini (panduan orang tua dan guru dalam membentuk kemandirian dan kedisiplinan anak usia dini (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 40.
81
dikeluarkan hanya akan mematikan kreativitas anak yang selanjutnya memperkuat rasa ketergantungan pada orang tua.25 Orang tua merupakan orang yang sangat berperan penting dalam pertumbuhan atau perkembangan anak. Sebagai orang tua hendaknya mengarahkan, membimbing anak, dan tidak bersikap overprotektif pada anak, seperti mengambil alih semua pekerjaan anak ketika anak menangis saat tidak bisa mengerjakan tugasnya. Dengan sikap overprotektif orang tua, cenderung anak kurang percaya diri, cengeng, manja, dan penakut, hal tersebut disebabkan karena rasa sayang yang berlabihan pada diri orang tua, orang tua yang terlalu memanjakan dan mencemaskan akan apa saja perbuatan yang dilakukan anak, sehingga orang tua mengambil alih semua pekerjaan anak, hal tersebut dapat menjadi faktor penghambat dalam upaya untuk membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri. Karena dalam melakukan berbagai aktivitas apapun anak tidak mau lepas dari genggaman orang tua. b. Tingkat pendidikan yang diperoleh anak Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Barokah bahwa tingkat pendidikan yang diperoleh anak merupakan faktor penghambat
anak
dalam
mencapai
kemandirian.
Tingkat
pendidikan disini adalah jenjang pendidikan anak usia dini bisa berbentuk KB, PAUD, TK atau lembaga pendidikan yang lainnya 25
Op.cit., Be A Smart Parent, hlm. 83.
82
yanag ditujukan untuk anak usia dini.
Adapun maksud kata
“tingkat pendidikan yang diperoleh anak” bahwa ketika anak masuk sekolah di kelompok B ( TK Besar) anak tersebut belum pernah mengenyam pendidikan di tingkat usia 0-4 tahun, sehingga ketika anak langsung masuk ke kelas B, berbeda dengan anak yang pernah mengenyam pendidikan di tingkat dasar yakni untuk anak usia 0-4 Tahun. Sehingga dengaan demikian menyebabkan kemandirian yang berbeda anatara anak yang satu dengan yang lainnya. Hasil kreativitas,
kajian
menunjukkan,
inovatif,
wawasan,
tanggungjawab,
bahwa
daya
intelektual,
imajinasi, kepribadian,
partisipatif, semangat mandiri dan proaktif
lulusan PAUD, berbeda dengan yang tidak melalui PAUD. Pendidikan anak memang harus dimulai sejak dini, agar anak bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan unrtuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. 26 Dengan melihat kondisi yang ada di TK Pertiwi Pagumenganmas yakni ketika anak masuk ke TK B ternyata terdapat sejumlah anak yang belum pernah mengenyam pendidikan baik di tingkat A maupun di lembaga pendidikan lain untuk anak usia dini, dengan kondisi demikian sangatlah berpengaruh terhadap
26
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 39-40.
83
kemandirian yang dimiliki anak, anak yang sudah pernah mengenyam pendidikan baik di tingkat A maupun di lembaga lain untuk anak usia dini cenderung akan menghasilkan anak yang mandiri karena anak telah terbiasa di lingkungan pendidikan baik dari segi sosialisasi dengan temannya maupun kemandirian anak dalam segi penyelesaian tugas pembelajaran, dengan keadaan yang demikian dapat dipahami bahwa tingkat pendidikan antara tingkat yang satu dengan yang lainnya sangat berkesinambungan dan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa selanjutnya. Pembelajaran yang telah diperoleh anak sejak masa kanak-kanak dapat dijadikan bekal atau dasar dalam menjalani pendidikan di tingkat dasar, sehingga anak akan lebih siap memasuki tingkat pendidikan yang lebih lanjut. Dengan bekal dan kesiapan tersebut anak akan lebih mampu untuk menjalani tugas perkembangannya sehingga anak menjadi lebih mandiri.