PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGERJAAN HITUNG PERKALIAN MENGHASILKAN BILANGAN TIGA ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MATRIKS BILANGAN PADA SISWA KELAS III SD
Hery Subagio Rohayati SD Negeri 012 Tanjung Lanjut,Tanjungpinang Kota Abstrak: Materi pengerjaan hitung perkalian dua bilangan sangat penting untuk siswa Sekolah Dasar khususnya di kelas 3. Keterampilan dalam pengerjaan perkalian sangat dibutuhkan untuk jenjang berikutnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media Matriks bilangan. Penelitian ini memfokuskan pada upaya peningkatan keterampilan hitung perkalian dengan matriks bilangan. Penelitian ini menggunakan setting pengamatan dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan matriks bilangan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar mencapai 78,00 % dan nilai rata-rata kelas mencapai 75,22. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar mencapai 80,33 % dan rata-rata kelas mencapai 90,23. Kata kunci: minat belajar, perkalian , bilangan, matriks bilangan.
Ketrampilan operasi hitung perkalian dalam Materi berhitung bilangan yang menghasilkan bilangan tiga angka merupakan salah satu materi pokok di kelas tiga semester I sekolah dasar. Sehingga Sangat banyak materi matematika lanjut yang membutuhkan prasyarat keterampilan hitung perkalian. Siswa khususnya yang mengalami kesulitan dalam materi hitung perkalian, kecenderungannya akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar materi matematika berikutnya. Sebalik-nya siswa yang menguasai materi hitung perkalian dengan baik, akan membantu menguasai materi matematika lanjutnya. Karena itu, penguasaan terhadap materi hitung perkalian merupakan
hal yang fundamental untuk bisa menguasai materi matematika secara umum. Pembelajaran berhitung dasar (perkalian) sering dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah: (1) menyajikan sedikit konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang, (2) membuatkan tabel hitung perkalian dan siswa disuruh menghafal, (3) memberikan prosedur menghitung perkalian bersusun pendek dan siswa diminta menirukan, (4) memberikan latihan soal (5) memberikan contoh jalan bersusun panjang. Dalam hal ini guru lebih banyak menggunakan papan tulis saja untuk menjelaskan kepada murid, tidak disertai media yang 152
Subagio dan Rohayati, Peningkatan Kemampuan Pengerjaan Hitung Perkalian, 153
menarik bagi siswa. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu bahkan bisa menimbulkan kurangnya motivasi siswa pada matematika akibatnya pembelajaran menjadi kurang bermakna (Unmeaningful Learning) sehingga siswa meskipun mengerti akan tetapi mengingatnya tidak terlalu lama (Les retention Spam). Untuk mengatasi hal tersebut Bruner (dalam Fadjarshidiq, 1978) menyarankan agar siswa belajar di berikan contoh benda yang konkrit (Iconic). Menurut Kompasiana (2012) Guru di dalam memantapkan pemahaman siswa tentang operasi perkalian perlu menggunakan tekhnik perkalian matrik agar siswa lebih tertarik dengan kegiatan pembelajaran yang di lakukan. Menurut Subanji (2011), pembelajaran matematika di sekolah dasar masih perlu memanfaatkan media, terutama untuk mengembangkan pemahaman siswa. Benda-benda fisik atau manipulatif untuk memodelkan konsep-konsep matematika merupakan alat-alat yang penting untuk membantu siswa belajar matematika. Dalam mempelajari matematika, bahan-bahan atau benda-benda manipulasi merupakan benda konkrit yang dirancang khusus dan dapat diotak-atik dalam usaha untuk memahami suatu konsep matematika. Estiningsih dkk (2005) menegaskan bahwa objek-objek yang dapat dimanipulasi siswa sangat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah bilangan dan pengembangan ide matematika.
Pengamatan ini mengkaji pemanfaatan kalian dengan menggunakan teknik matrik untuk meningkatkan kemampuan pengerjaan hitung perkalian yang menghasilkan bilangan tiga angka pada siswa kelas III SD. Perkalian dengan teknik matrik merupakan alat peraga yang dibuat dari karton yang di gambar menurut ukuran kolom dan baris sehingga membentuk matrik kemudian bilangan dua angka 1 dan 8 di tempatkan pada kolom pertama baris 2 dan angka 2 dan 5 pada dua baris pada kolom paling kanan setelah itu lakukan perkalian Bilangan 1, 8, kita tem-
patkan pada 2 kolom pada baris pertama, dan bilangan 2 dan 5 pada dua baris pada kolom paling kanan. Kemudian Lakukan operasi perkalian 2 x 8 yang menghasilkan 16. Bilangan 16 dituliskan pada sel/kotak dibawah 8 dan sebaris dengan 2, dan penulisannya dipisahkan antara puluhan dan satuan (gambar 1). Demikian seterusnya untuk 2 x 1, 5 x 8, dan 5 x 1. Setelah semua operasi perkalian dilakukan, langkah berikutnya adalah menjumlahkan sesuai dengan arah diagonal/sel mulai dari diagonal paling kanan, dan hasil penjumlahan dituliskan pada sel/kotak pada bagian tepi kiri dan bawah (gambar 2). Diagonal paling kanan = 0, berikutnya 6 + 4 + 5 = 15 dituliskan 5, puluhan 1 disimpan dan ditambahkan pada diagonal berikutnya : 1 + 5 + 8 + 5 + 7 = 26 ditulis 6, 1 disimpan dan ditambahkan pada diagonal berikutnya 1+ 1 + 2 = 4 ditulis 4. Hasil perkalian diperoleh dengan urutan mulai kanan bawah sebagai “satuan”, sebelah kirinya sebagai “puluhan” dan seterusnya. Jadi kita mendapatkan hasil bahwa : 18 x 25 = 450
154, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
1
8
x 2
1 2
6
5
4 5 4
5
0 0
Gambar 1: Simulasi Matrik Perkalian 18 x 21
Pembagian daerah di atas dimaksudkan untuk meletakan hasil kali perkalian. Bagian atas untuk puluhan, sedangkan bagian bawah untuk satuan. Bilangan 16 diwakili dengan media berikut bilangan 1 adalah puluhan dan angka enam untuk bilangan satuan. Pada gambar 2, bilangan 16 terdiri dari angka 1 sebagai puluhan dan 6 sebagai satuan. Kedua angka dipisahkan oleh diagonal yang di sebut sel. Karena itu diagonal merupakan penanda kedudukan angka sebagai satuan atau puluhan.
1
4
x 3
1 3
6
4
1 1 4
6
8
6
Gambar 3: Simulasi Matrik Perkalain 14 x 34
b. Jumlahkan hasil perkalian pada setiap petak tersebut menurut sel/diagonalnya diperoleh hasil :
puluhan
1 6
satuan
Gambar 2: Sel Matrik Perkalian
Pemanfaatan matrik bilangan untuk menghitung perkalian dapat dilakukan sebagai berikut. Menghitung perkalian 14 x 34 a.Perhatikan hasil pada kolom ke empat baris ke 2, kolom keempat baris ke 3, dan kolom keempat baris ke 4.
6
1 3
1 1
4
8
6
6
Gambar 4: Hasil Perkalian 14 x 34
Jadi 14 x 34 = 486
Subagio dan Rohayati, Peningkatan Kemampuan Pengerjaan Hitung Perkalian, 155
METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan PTK disajikan dengan empat tahapan yaitu: (1) planning (perencanaan); (2) acting (tindakan, pelaksanaan atau perlakuan); (3) observing (pengamatan, monitoring atau observasi) dan (4) reflecting (refleksi). Penelitian ini dilakukan di SD I Surya buana, Malang dan SDN 012 Tanjung Lanjut, Tanjungpunang. Sekolah ini adalah sekolah yang bukan sekolah peneliti, sehingga secara empiris setting sekolah belum dapatdikenali, baik karakteristik maupun permasalahan yang dihadapi. Penelitian dilakukan di kelas III SD Surya Buana, Malang dan SDN 012 Tanjung Lanjut, Tanjungpinang Kota. Subjek penelitian terdiri dari 44 siswa dengan sebaran 32 siswa SD I Surya buana dan 12 siswa. Siswa kelas III yang memiliki kemampuan beragam. Data utama penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang Dianalisis secara kualitatif. Data pendukungnya adalah hasil belajar siswa yang diperoleh melalui evaluasi pada setiap akhir siklus. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan analisis deskriptif dalam bentuk persentase ketuntasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Siklus I Pembelajaran pada siklus 1 dilakukan dengan langkah-langkah: (a) guru membentuk 16 dan 12 kelompok belajar yang beranggotakan 2 orang dengan kemampuan akademik yang beragam. Setelah kelompok belajar terbentuk, masing-masing kelompok
berpasangan, (b) guru menyiapkan alat peraga, menyajikan materi, memberikan contoh dan pembahasan cara menyelesaikan perkalian dua bilangan dengan menggunakan matrik bilangan. Pada kegiatan inti guru mendemonstrasikan perkalian 18 x 25 dengan menggunakan matrik bilangan yang di tempelkan di papan tulis juga slide. a. Perhatikan kolom kedua dan ketiga, baris kedua dan ketiga. b. Jumlahkan hasil perkalian pada setiap kotak tersebut menurut sel/diagonalnya sehingga hasilnya akan menjadi : c. Siswa memperhatikan dan mencatat halhal yang dianggap penting, (d) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas yang berkaitan dengan penyelesaikan perkalian yang menghasilkan bilangan tiga angka bilangan dengan menggunakan kartu matrik bilangan, (e) guru memberikan latihan soal berkelompok berpasangan. Pada saat belajar kelompok, ada sebagian siswa rebutan lembar kerja (LKK), yang lain ikut aktif belajar. Ada lagi sebagian yang keluar masuk kelas Meskipun guru sudah berusaha menenangkan kelas untuk kembali pada kegiatan kerja kelompok, namun kenyataannya siswa masih ada yang yang belajar bermain - main dengan temannnya. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran ditemukan bahwa penyebab siswa belum belajar secara baik di kelompok, karena (1) siswa terlalu aktif sehingga tidak sabar menunggu giliran untuk maju ke depan kelas dalam mempraktikkan sendiri-sendiri dan (b) lembar tugas yang diberikan masih terlalu sulit untuk di pecahkan oleh sebagian kelompok. Sehingga ketika mengerjakan lembar kerja ada yang sama sekali tidak daapat di kerjakan siswa.
156, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
Dengan kelemahan tersebut, direncanakan ada perubahan pada siklus kedua dengan memperbaiki lembar kerja kelompoknya pada tiap kelompok. Siklus II Pada siklus II, kegiatan pembelajaran menyajikan perkalian yang menghasilkan bilangan tiga angka dilakukan dengan langkah berikut. (a) siswa duduk berdasarkan kelompok dan nomor dalam tiap kelompok seperti pada siklus I, (b) guru menyiapkan alat peraga untuk masing-masing individu, (c) memodelkan perkalian dua bilangan dengan menggunakan slide matrik bilangan, dan (d) memberikan lembar tugas sebanyak 2 lembar per kelompok berpasangan. Dengan perubahan langkah-langkah pembelajaran tersebut, terdapat beberapa perubahan: (a) siswa mulai termotivasi ketika di tayangkannya slide matrik bilangan aktif mengikuti pembelajaran, (b) pengelolaan waktu menjadi efisien, (c) pemahaman siswa terhadap perkalian semakin baik, (c) ketrampilan berhitung semakin baik dan minat belajar bertambah. DAFTAR RUJUKAN Estiningsih, E., Manula P., Sukarman, H. 2005. Pengajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. Fadjar shidiq. 1978. Psychology of Teaching and learning and it’s implication. Jogjakarta.
Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus 1: (a) nilai rata-rata kelas adalah 75,22, dan (b) siswa yang tuntas belajar secara individual sebanyak 25 orang (78,00%). Sedangkan hasil belajar siklus 2: (a) nilai rata-rata kelas adalah 90,23 dan (b) siswa yang tuntas belajar secara individual sebanyak10 orang (83,33%). SIMPULAN Langkah-langkah pembelajaran dengan media matrik bilangan yang dapat mening-katkan keterampilan hitung perkalian meliputi: (a) membentuk kelompok, (b) memodelkan perkalian dengan gambar matrik bilangan yang di tempelkan di papan tulis, (c) memfasilitasi siswa untuk praktik perkalian dengan matrik bilangan, dan (4) latihan soal menyelesaikan masalah dengan matrik bilangan. Peningkatan hasil pengerjaan hitung perkalian dua bilangan pada siswa kelas III SD, dari rata-rata 75,00 menjadi 90,23 dan persentase ketuntas dari 78,00% menjadi 83,33%.
Subanji, 2011. Matematika Kreatif. Malang: Universitas Negeri Malang. Kompasiana, 2012. Teknik matrik bilangan. www.google.com.