1 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
PENGGUNAN MODEL MULTILITERASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI Intan Nur Azizah1, Yunus Abidin2, Hana Yunansah3 Program Studi PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan,Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
Abstrak. Penelitian ini didasari oleh rendahnya kemampuan siswa kelas V dalam menulis karangan eksposisi. Hal ini diakibatkan oleh kurang terbiasanya siswa menulis sehingga siswa sulit mengungkapkan dan menuangkan ide serta gagasan ke dalam sebuah tulisan. Selain itu, pembuatan karangan yang biasa siswa lakukan di sekolah ialah karangan yang hanya bersifat bebas dan tidak bernilai ilmu pengetahuan karena kurangnya kemampuan guru berinovasi dalam pembelajaran menulis. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan penerapan model multiliterasi dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi, meningkatkan aktivitas pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menerapkan model multiliterasi, dan meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi setelah menerapkan model multiliterasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan desain Elliot. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah lembar penilaian aktivitas, lembar penilaian kemampuan menulis karangan eksposisi, lembar observasi, lembar wawancara, lembar catatan lapangan dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil yakni proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model multiliterasi membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, lebih menarik, dan menumbuhkan rasa cinta menulis pada diri siswa. Pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model multiliterasi juga mampu meningkatkan aktivitas dan kemampuan menulis karangan eksposisi. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata aktivitas yang diperoleh siswa, yakni pada siklus I: 65,75, siklus II: 80,16, dan siklus III: 88,59. Sedangkan untuk perolehan nilai rata-rata kemampuan menulis karangan eksposisi pada siklus I: 63,87, siklus II: 83,59, dan siklus III: 85,74.
Kata Kunci: Karangan Eksposisi, Model Multiliterasi, Menulis.
1. Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1102304 2. Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3. Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
2 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
APPLICATION OF MODEL MULTILITERACY TO INCREASE WRITING SKILL EXPOSITION ESSAY Intan Nur Azizah1, Yunus Abidin2, Hana Yunansah3 Program Studi PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
Abstract. This study is based on the low ability class V students in essay writing exposition . This is caused by lack of familiarity students in writing so that they are difficult to express ideas into an article. In addition, the essays that the students make is usually free and worth of science. This is due to lack of ability of teachers to innovate in teaching writing . The purpose of this study is to describe the application of the model multiliteracy in enhancing the ability to write essay exposition, increase the activity of learning to write essays exposition by applying the model multiliteracy , and improve the ability to write essays of exposition after applying the model multiliteracy. The method used in this research is classroom action research with Elliot design. The instrument used in this study is the assessment sheet activities, essay writing skills assessment sheet exposition, observation sheets, questionnaires, field notes and documentation sheet. Based on the research that has been done, the result that the process of learning to write essays exposition by using model multiliteracy makes learning more fun, more interesting, and foster a sense of love written on students. Learning to write essay exposition using multiliteracy models are also able to increase the activity and the ability to write the essay exposition. It can be seen from the average value obtained by the student activity, namely in the first cycle : 65.75, second cycle : 80.16, and third cycle : 88.59. As for the acquisition of the average value of essay writing ability of exposition in the first cycle : 63.8 , second cycle : 83.59, and third cycle : 85.74.
Keywords : Exposition Essay, Model Multiliteracy, Writing.
1. Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1102304 2. Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3. Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
3 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
Pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sebab melalui pendidikan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu luas.Pendidikan juga berfungsi sebagai tempat untukmengembangkan potensi yang ada didalam diri seseorang selain itu dapat dijadikan sebagai dasar dalam bertindak atau mengambil sebuah keputusan, melatih keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bersosial di lingkungan masyarakat sekitarnya dan dapat dijadikan sebagai bentuk persiapanuntuk menghadapi situasi dunia yang selalu berubah-ubah. Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang begitu penting bagi kehidupan manusia karena dapat membentuk manusia yang seutuhnya yang memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan dan kepribadian yang baik dan dapat melatih keterampilan hidup dalam bersosialisasi. Selain itu, melalui pendidikan yang baik dan benar potensi diri seseorang akan tergali dan terasah dengan baik dan benar pula. Seiring dengan berkembangnya zaman, pendidikan pun harus mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik lagi terutama untuk menghadapi pendidikan di abad ke 21 yang lebih menekankan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, produktif, komunikatif dan berkarakter agar dapat bersaing secara global. Marocco, et. al. (dalam Abidin, 2014) berpendapat bahwa minimal ada 4 kompetensi yang harus dikuasai pada abad ke 21 ini yaitu pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, serta kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Salah satu pendidikan yang mempunyai peran penting agar ke empat kompetensi dapat tertanam dengan baik ialah pendidikan di sekolah dasar. Dalam jenjang pendidikan dasar terdapat mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia bukan hanya semata mata sebagai mata pelajaran saja sebab
melalui 4 keterampilan berbahasa yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni membaca, menulis, berbicara, dan menyimak ini siswa dilatih dan dibina kemampuan mereka dalam berbahasa dan berkomunikasi dengan banyak orang. Selain hal tersebut, pendidikan bahasa Indonesia juga memiliki peran penting dalam mempelajari dan memahami berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya yakni dengan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai jembatan penghubung dan pengantar pembelajaran bagi mata pelajaran lainnya salah satunya melalui keterampilan menulis. Namun, pada kenyataannya di lapangan, mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis saat ini masih belum mengacu pada pendidikan abad 21 yang menuntut siswanya untuk berpikir secara kritis, kreatif, ilmiah, komunikatif, produktif, dan berkarakter. Hal ini dibuktikan dengan pada setiap pembelajaran menulis guru hanya memfokuskan siswa untuk membuat tulisan berupa pengalaman pribadi, karangan eksposisi, dan lainnya yang bersifat karangan bebas dengan tema tertentu namun tidak memiliki nilai pengetahuan lain terutama dalam bidang sains. Dengan begitu kemampuan siswa untuk berpikir secara logika dan ilmiah otomatis menjadi kurang terasah karena kurangnya kemampuan guru berinovasi dalam pembelajaran menulis ini. Selain itu, akibat kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menulis berpengaruh pada minimnya ide atau gagasan yang diakibatkan minimnya kosakata yang dimiliki siswa membuat semakin sulit untuk merangkai kata dalam pembuatan tulisan yang bersifat keilmuan. Selain itu, kurang terbiasanya siswa dilatih untuk menulis merupakan salah satu alasan masih rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
4 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
1. mendeskripsikan penerapan model multiliterasi dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi pada siswa kelas V; 2. meningkatkan aktivitas pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menerapkan model multiliterasi pada siswa kelas V; 3. meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi pada siswa kelas V setelah menerapkan model multiliterasi. Secara sederhana menulis merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Abidin (2013) berpendapat bahwa menulis adalah proses untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam bahasa tulis. Lalu lebih lanjut, Suparno& Yunus (2008) menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Selanjutnya secara khusus Tarigan (dalam Cahyani, 2012) berpendapat bahwa menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, juga dapat membuat berpikir secara kritis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu rangkaian proses aktivitas mencurahkan dan menuangkan pikiran, pendapat, perasaan, ataupun pesan kedalam sebuah tulisan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain atau pembaca. Selain itu pula dengan menulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir seseorang terutama peserta didik agar dapat mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan berpikirnya secara kritis dan kreatif. Sebagai suatu rangkaian proses,sebuah tulisan tidaklah langsung menjadi sebuah tulisan yang baik dalam sekali pembuatan melainkan harus melewati beberapa tahapan dalam proses menulis. Secara garis besar, proses menulis dibagi menjadi tiga bagian, yakni tahap
pramenulis, tahap menulis, dan tahap pascamenulis. Tahap pramenulismerupakan tahap awal atau persiapan dalam menulis. Menurut Proett dan Gill (dalam Suparno& Mohamad Yunus. 2008) bahwa tahap ini adalah tahapan mencari, menemukan, dan mengingat kembali segala sesuatu seperti pengalaman dan pengetahuan yang diperlukan oleh penulis untuk memulai menulis sebuah tulisan. Selanjutnya adalah tahap menulis, pada tahapan ini penulis mengembangkan pengetahuan awalnya atau ide-ide yang sudah terkumpul pada tahap pramenulis ke dalam sebuah draf. Kemudian pada tahap terakhir yakni pascamenulis yang terdiri dari merevisi, editing, pembacaan profesional, dan publikasi. Saat ini pembelajaran menulis yang dilakukan di sekolah dasar hanyalah menulis karangan bebas yang tidak mengandung nilai ilmu pengetahuan dan kurang terlatihnya kemampuan berpikir secara kritis, berpikir secara komunikatif, komunikatif, dan berkarakter. Padahal jika guru mau berinovasi, guru dapat melatih siswa untuk menulis suatu karangan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan salah satu contohnya adalah dengan menugaskan siswa untuk menulis karangan eksposisi. Karangan eksposisi adalah suatukarangan yang berisi tentang informasi, penjelasan atau pengarahan suatu hal yang bertujuan agar dapat memperluas pengetahuan pembacanya.Agar karangan eksposisi tersebut dapat memperluas pengetahuan pembacanya maka karangan eksposisi tersebut haruslah mengandung nilai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat suatu karangan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan dapat melatih kemampuan berpikir secara kritis, berpikir secara komunikatif, komunikatif, dan berkarakter yakni dengan menggunakan model pembelajaran multiliterasi. Model pembelajaran multiliterasi adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan dan
5 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa, pemahaman konseptual siswa, berpikir kreatif siswa, serta kolaboratif dan komunikatif antar siswa. Model pembelajaran multiliterasi dapat digunakan karena mampu mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan-kemampuan siswa dalam menghadapi pendidikan pada abad 21 ini. Selain itu juga dengan model pembelajaran ini dapat membiasakan siswa untuk menulis suatu karangan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Abidin (2014) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis multiliterasi ini sangat bermanfaat dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang berbasis inkuiri kritis dan sekaligus dapat mengembangkan penggunaan kemampuan multiliterasi siswa. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain PTK model John Elliot yang terdiri dari 3 siklus dan 3 tindakan pada setiap siklusnya. Metode PTK dipilih karena memiliki beberapa keunggulan di antaranya PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik, serta memperbaiki dan meningkatkan pula layanan guru dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto dkk. (2009) bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dikelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Dengan demikian, melalui penelitian tindakan kelas ini guru dapat melatih keterampilan dasar mengajarnya agar tujuan awal yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil belajar dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan alasan tersebut penulis yakin bahwa dengan menggunakan metode PTK ini tidak hanya proses dan hasil belajar siswa saja yang meningkat melainkan
kualitas guru dalam mengajar pun menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Bima Kota Cirebon. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 33 orang siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman penilaian (penilaian aktivitas dan penilaian hasil), lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik penilaian, teknik observasi, teknik dokumentasi, dan teknik wawancara. Untuk penilaian aktivitas siswa dinilai pada saat siswa mengidentifikasi kerangka eksposisi, siswa membuat kerangka karangan, siswa menulis draf karangan, siswa merevisi karangan, dan siswa memublikasikan karangan tersebut. Selain penilaian aktivitas, dalam penelitian ini juga menilai hasil produk karangan eksposisi siswa. Penilaian hasil tersebut dinilai berdasarkan indikatorindikator yang telah dikembangkan yakni keaslian dan kelogisan tulisan, isi karangan, kelengkapan struktur karangan, serta bahasa dan tata tulisan. Semua penilaian tersebut dinilai dengan kriteriakriteria sebagai berikut nilai 4 untuk baik atau lengkap, 3 apabila terdapat salah satu aspek yang tidak terpenuhi, 2 apabila terdapat dua aspek yang tidak terpenuhi, dan 1 apabila hanya satu aspek saja yang terpenuhi. Perolehan nilai akhirnya dari tiap penilaian adalah skor yang diperoleh siswa dibagi dengan skor ideal kemudian dikali 100. Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik kualitatif, teknik kuantitatif, dan teknik triangulasi. Data yang berupa deskripsi diperoleh dari teknik kualitatif, kemudian untuk data yang berupa angkaangka diperoleh dari teknik kuantitatif. Sedangkan teknik triangulasi adalah
6 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
penggabungan antara teknik kualitatif dan kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang diteliti oleh peneliti yaitu mengenai kurangnya kemampuan siswa dalam menulisSiswa selama ini biasanya jika membuat sebuah karangan hanya berupa karangan biasa tanpa adanya mengaitkan salah satu bidang ilmu. Hal ini disebabkan karena kurang terbiasanya siswa dilatih untuk menulis sebuah karangan yang digabungkan dengan bidang ilmu lainnya. Selain itu juga penerapan model pembelajaran yang kurang tepat memuat siswa merasa kesulitan untuk menuangkan ide serta gagasan dalam sebuah karangan. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,terdapat beberapa temuan-temuan kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran. Temuantemuan tersebut adalah sebagai berikut. Dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 30 dan 31 Maret 2015 serta tanggal 1 April 2015 dengan tema karangan “Anggota Tubuh” dengan bentuk karangan berupa booklet, ditemukan beberapa catatan-catatan kekurangan, di antaranya siswa menjawab secara serempak pertanyaan yang guru ajukan, siswa belum memahami mengenai bagian-bagian dari karangan, siswa belum mampu mengolah informasi sehingga karangan yang ditulis masih mengikuti bahasa buku, penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan ejaan yang masih belum tepat, kemudian siswa mengabaikan revisi berdasarkan saran dari teman dan gurunya, siswa tidak kondusif saat melakukan hiasan untuk pameran karangan kelompoknya, dan hiasan dalam pajangan karangan kurang indah dan kurang menarik. Selanjutnya pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus II yang
dilaksanakan pada tanggal 27, 28, dan 29 April 2015 dengan tema karangan “Pesawat Sederhana” dengan bentuk karangan berupa zig-zag book telah menunjukkan pembelajaran yang lebih baik lagi dari siklus I seperti siswa sudah tidak lagi menjawab pertanyaan guru secara serempak, siswa sudah mulai memahami cara membuat kerangka karangan, siswa sudah mau memberikan saran perbaikan kepada temannya, kemudian siswa juga sudah mulai memperhatikan saran-saran perbaikan dari temannya pada saat tahap revisi, dan hasil pajangan karya siswa sudah lebih menarik dan berwarna. Meskipun begitu masih terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran pada siklus II ini. Kekurangan-kekurangan tersebut adalah beberapa siswa masih tidak percaya diri saat peneliti mengajukan pertanyaan pada tahapan awal agar siswa mengingat materi sebelumnya, dan pada tindakan 3 saat siswa berkelompok beberapa siswa mengganggu temannya lain sehingga tidak membantu teman sekelompoknya dalam membuat hiasan untuk pajangan karangan kelompoknya. Sedangkan pada pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus III yang dilaksanakan pada tanggal 4, 5, dan 6 Mei 2015 dengan tema karangan “Perubahan Energi” dengan bentuk karangan berupa mini book juga menunjukkan pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya, yakni siswa sudah memahami langkah-langkah membuat karangan dan struktur-struktur dalam membuat karangan eksposisi, kemudian pada tahap revisi siswa sudah mulai banyak memperhatikan saran dari temannya, dan pajangan yang siswa buat sudah menarik, rapi, indah, dan sesuai dengan tempat yang telah disediakan. Namun tidak dapat dipungkiri dalam pembelajaran siklus III ini pun masih terdapat beberapa kekurangan yaitu siswa kembali gaduh ketika mereka sedang membuat mini book dan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Namun peneliti dapat mengatasi
7 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
masalah tersebut dengan membantu siswa dalam membuat mini book tersebut karena dengan membantu dan membimbing siswa membuat waktu pembelajaran lebih efisien. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dalam pembelajaran menulis dengan menggunakan model multiliterasi ini dikatakan berhasil karena mengalami peningkatan dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran menulis karangan eksposisi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Selain proses pembelajaran yang meningkat, hasil nilai aktivitas menulis karangan eksposisi siswa pun meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa dari siklus I hingga siklus III yang mengalami kenaikan nilai. Peningkatan nilai aktivitas menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model multiliterasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus III dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. Peningkatan Nilai Rata-Rata Aktivitas Menulis Karangan Eksposisi
dapat kita simpulkan bahwa nilai rata-rata aktivitas menulis karangan eksposisi pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Peningkatan nilai rata-rata aktivitas menulis ini dipengaruhi oleh meningkatnya pula perolehan nilai siswa pada setiap indikator aktivitas menulis karangan eksposisi. Peningkatan yang terjadi pada nilai rata-rata aktivitas siswa tersebut terjadi karena adanya peningkatan pula pada skor setiap indikator aktivitas menulis. Berikut ini penjelasan mengenai peningkatan skor indikator aktivitas yang diperoleh siswa tergambar pada gambar di bawah ini. Peningkatan Skor Indikator Aktivitas Menulis Karangan Eksposisi 4.5
Mengidentifikasi Isi Karangan
4 Membuat Kerangka Karangan
3.5 3
Menulis Draf Karangan
2.5 2
100
80.16
88.59
65.75
80
Merevisi Karangan
1.5 1
60
0.5
40
0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Publikasi Berdasarkan Keindahan dan Kerapian Publikasi Berdasarkan Ukuran Pajangan
20 0 Siklus I
Siklus II Siklus III
Nilai Rata-Rata Aktivitas Menulis Karangan Eksposisi
Gambar 1. Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Aktivitas Menulis Karangan Eksposisi Berdasarkan gambar diatas, perolehan nilai rata-rata aktivitas pada siklus I adalah 65,75, perolehan nilai ratarata aktivitas pada siklus II adalah 80,16, dan perolehan nilai rata-rata aktivitas pada siklus III adalah 88,59. Dengan demikian
Gambar 2. Diagram Peningkatan Skor Indikator Aktivitas Menulis Karangan Eksposisi. Jika diperhatikan dengan seksama pada siklus I peneliti menetapkan 6 indikator penilaian aktivitas namun pada siklus II dan siklus III peneliti menguranginya menjadi 5 indikator saja. Hal ini dikarenakan pada siklus I indikator aktivitas mengenai mengidentifikasi isi karangan digunakan hanya untuk sebagai pembelajaran awal siswa dalam mengenal karangan eksposisi sehingga pada pembelajaran selanjutnya aktivitas
8 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
mengidentifikasi isi karangan ini tidak diperlukan lagi. Berdasarkan gambar di atas pula dapat dilihat bahwa skor penilaian indikator setiap siklusnya meningkat. Pada indikator menulis kerangka karangan terjadi peningkatan yang cukup baik dari siklus I sampai siklus III yakni sebanyak 0,40. Selanjutnya pada indikator menulis draf karangan, peningkatan skor dari siklus I sampai siklus III sebanyak 1,06. Untuk peningkatan skor yang terjadi pada indikator merevisi karangan ialah sebanyak 1,00. Sementara itu, peningkatan skor indikator publikasi karangan berdasarkan keindahan dan kerapian adalah sebesar 1,22. Dan indikator terakhir yang mengalami peningkatan cukup baik ialah publikasi karangan berdasarkan ukuran pajangan dengan peningkatan skor sebesar 1,25. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai peningkatan skor indikator dalam penilaian aktivitas menulis karangan eksposisi siswa yang mengalami peningkatan paling signifikan hingga pembelajaran siklus III ialah indikator publikasi karangan berdasarkan ukuran pajangan. Sejalan dengan nilai rata-rata aktivitas menulis karangan eksposisi siswa yang meningkat, nilai rata-rata kemampuan menulis karangan eksposisi juga mengalami peningkatan yang cukup baik dari pembelajaran siklus I sampai dengan siklus III. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis karangan eksposisi siswa tersebut tergambar pada gambar di bawah ini.
Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Menulis Karangan Eksposis 83.59
90 80
85.74
63.87
70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3. Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan menulis karangan eksposisi siswa pada siklus I sebesar 63,87. Pada siklus ke II nilai rata-rata kemampuan menulis karangan eksposisi siswa meningkat menjadi 83,59, dan pada siklus III nilai rata-rata kemampuan siswa mengalami peningkatan lagi menjadi 85,74. Dengan demikian, nilai rata-rata kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model multiliterasi mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III. Hal ini dipengaruhi oleh skorskor indikator kemampuan menulis karangan eksposisi yang meningkat pula. Berikut ini diagram peningkatan skor setiap indikator kemampuan menulis karangan eksposisi.
9 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
Peningkatan Skor Indikator Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi 4 Keaslian dan Kelogisan Tulisan
3.5 3
Isi Karangan
2.5 2
Kelengkapan Struktur Karangan
1.5 1
Bahasa dan Tata Tulisan
0.5
peningkatan skor bahasa dan tata tulisan adalah sebesar 0,34. Dengan demikian, berdasarkan penjelasan peningkatan skor indikator di atas bahwa peningkatan skor tertinggi ada pada indikator kelengkapan struktur dengan peningkatan sejumlah 1,18.Peningkatan skor indikator yang paling rendah ialah indikator bahasa dan tata tulisan dengan jumlah peningkatan yakni 0,34. Kondisi ini disebabkan oleh siswa yang kurang teliti dalam memperbaiki saran yang diberikan oleh teman dan guru sehingga masih terdapat banyak kesalahan dalam ejaan, penggunaan huruf kapital dan tanda baca.
0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 4. Diagram Peningkatan Skor Indikator Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi. Berdasarkan diagram tersebut skor indikator kemampuan menulis karangan eksposisi mengalami kenaikan pada setiap siklusnya. Dalam indikator keaslian dan kelogisan tulisan karangan eksposisi siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,75 dan dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 0,22 sehingga jumlah peningkatan indikator bahasa dan tata tulisan adalah 0,97. Selanjutnya indikator isi karangan eksposisi mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II sebesar 0,91 dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 0,09 sehingga jumlah peningkatan indikator isi karangan yakni 1,00. Sementara untuk peningkatan skor indikator kelengkapan struktur karangan dari siklus I ke siklus II ialah 1,18 dan peningkatan siklus II ke siklus III adalah sebesar 0. Jumlah kenaikan indikator kelengkapan struktur karangan yakni sebesar 1,18. Peningkatan skor indikator yang terakhir adalah bahasa dan tata tulisan. Kenaikan skor indikator ini pada siklus I ke siklus II adalah sebesar 0,31 dan peningkatan skor dari siklus II ke siklus III yakni 0,03. Jumlah keseluruhan
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang sudah peneliti laksanakan menunjukkan peningkatan. Peningkatan-peningkatan tersebut terdiri dari proses pembelajaran, aktivitas, dan kemampuan menulis karangan eksposisi siswa. Penjelasan mengenai peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model multiliterasi diawali dengan kegiatan menentukan topik karangan, menentukan tujuan penulisan, melakukan observasi atau eksplorasi, membuat peta konsep, menulis draf karangan, merevisi karangan, mengedit karangan, pembacaan ulang karangan, dan publikasi karangan. Dengan menggunakan model multiliterasi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, menarik, dan menumbuhkan minat siswa dalam menulis. 2. Aktivitas dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pun mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata aktivitas menulis karangan eksposisi siswa pada siklus I adalah 65,75, pada siklus II adalah 80,16, dan pada siklus III adalah
10 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
88,59. Peningkatan nilai rata-rata tersebut dipengaruhi oleh indikator aktivitas menulis siswa yakni membuat kerangka karangan, menulis draf karangan, merevisi karangan, publikasi berdasarkan keindahan dan kerapian, serta publikasi berdasarkan ukuran pajangan. 3. Kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model multiliterasi juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari perolehan nilai rata-rata kemampuan menulis siswa pada setiap siklusnya, nilai pada siklus I adalah 63,87, pada siklus II adalah 83,59, dan pada siklus III adalah 85,74. Peningkatan nilai ratarata tersebut dipengaruhi oleh indikator kemampuan menulis siswa yakni keaslian dan kelogisan tulisan, isi karangan, kelengkapan struktur karangan, serta bahasa dan tata tulisan. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: RefikaAditama. Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: RefikaAditama. Arikunto, S., dkk. (2009). Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Cahyani, I. (2012). Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter dengan Pendekatan ExperientalLearning. Bandung: CV. Nurani. Suparno& Yunus, M. (2008). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
11 Antologi, Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015
PENGGUNAAN MODEL MULTILITERASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI
(Penelitian Tindakan Kelas pada siswa Kelas V SD Negeri Bima Kecamatan Kesambi Kota Cirebon)
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Intan Nur Azizah (1102304)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2015