1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PETUNJUK DENGAN MODEL MULTILITERASI INVESTIGASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Eka Nur Nafisah1, Yunus Abidin2, Tita Mulyati3 Jurusan S-1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected] ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan didasarkan pada rendahnya kemampuan siswa kelas IV dalam pembelajaran menulis petunjuk. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menulis, kesulitan siswa dalam mengungkapkan ide yang dimilikinya, serta siswa yang masih kurang mengindahkan dalam penggunaan ejaan secara tepat. Penyebab kondisi tersebut adalah karena dalam pembelajaran guru kurang mengoptimalkan model pembelajaran yang digunakan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa serta meningkatkan kemampuan siswa dalam kemampuan menulis petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain Elliot. Dengan demikian, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan tiga tindakan dari setiap siklusnya. Adapun instrumen yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, lembar catatan lapangan, lembar wawancara, lembar penilaian, serta dokumentasi kegiatan berupa foto. Berdasarkan penelitian pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi maka diperoleh hasil bahwa model multiliterasi investigasi telah berhasil meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata setiap siklusnya. Rata-rata yang diperoleh pada aktivitas pembelajaran menulis petunjuk, yakni siklus I: 65,11, siklus II: 78,2, dan pada siklus III: 88,8. Kemudian peningkatan rata-rata yang diperoleh pada kemampuan menulis petunjuk yakni siklus I: 63,37, siklus II: 74,83, dan pada siklus III: 83,13. Kata Kunci: Menulis Petunjuk, Model Multiliterasi Investigasi, Siswa Sekolah Dasar.
¹penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Eka Nur Nafisah¹, Yunus Abidin², Tita Mulyati³ Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Model Multiliterasi Investigasi pada Siswa Sekolah Dasar | 2
IMPROVING DIRECTIONAL WRITING ABILITY USING MULTILITERCY INVESTIGATION MODEL IN ELEMENTARY SCHOOL ABSTRACT
The research which is done is based on the low ability of 4 grade student in the directional writing subject. This is happened because the lack of students’ interest in writing subject, the students’ difficulty in expressing their ideas, and also students who do not aware in spelling with the correct prosedure. The reason of those conditions is because when in the classroom, the teacher doesn’t optimize their learning model completely. The goal of this research are to improve students learning activity and their ability in directional writing with multiliteracy investigation model. The methode of this reseach is class action research by using the Elliot design. Thus, this research is done by 3 cycles with 3 action in every cycle. The instrument that is used are students worksheet (LKS), observation sheet, field note sheet, interview sheet, evaluation sheet, and photos as activity documentations. Based on the directional writing learning research by using multiliteracy investigation model has successfully improved students activity and ability in the directional writing. It can be seen from the average which is obtained in the directional writing learning activity, cycle 1: 65,11, cycle 2: 78,2 and in the cycle 3: 88,2. Then, the average raise which is obtained in the directional writing learning ability, such as, cycle 1: 63,37 cycle 2: 74,83, and in the cycle3: 83,13. Key
Word:
Directional Writing, Multiliteracy Elementary School Students.
Permasalahan yang terberat yang harus diselesaikan bangsa pada saat ini adalah masalah mengenai kemiskinan dan kebodohan. Pendidikan merupakan jalan keluar dari permasalahan tersebut. Terlebih pada zaman yang terus berkembang pendidikan tidak hanya dituntut untuk membekali manusia dengan pengetahuan saja, melainkan harus membekali manusia dengan berbagai keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki khususnya pada abad 21 ini. Maka dari itu, pendidikan pada abad 21 ini haruslah mampu memberikan keterampilan-keterampilan tersebut. Keterampilan abad 21 yang harus dikuasai menurut Trilling & Fadel (dalam Abidin, 2014) salah satunya adalah
Investigation
Model,
diantaranya keterampilan belajar dan berinovasi yang di dalamnya berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan kemampuan berkreativitas dan berinovasi. Keterampilan tersebut bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan tujuan yang jelas. Dengan demikian maka pembelajaran bahasa Indonesia erat kaitannya dengan keterampilan abad 21, karena pada pembelajaran bahasa Indonesia terdapat keterampilan-keterampilan yang dapat menunjang kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca maupun menulis.
3|Antologi UPI
Volume
Keterampilan menulis pada abad 21 ini menduduki posisi yang penting dalam kehidupan, khususnya dalam dunia pendidikan maupun dunia pekerjaan. Seorang individu dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik, yang dapat dilihat dari kemampuan sesorang dalam mengekspresikan dirinya melalui tulisan (Walsh, dalam Klimova, 2014). Ironisnya, keterampilan menulis menurut sebagian besar siswa dianggap sebagai pembelajaran yang begitu sulit dan menakutkan. Hal tersebut berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah. Siswa seringkali merasa kebingungan dalam mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya, merasa kesulitan dalam mengungkapkan kata pertama yang akan diungkapkannya, merasa takut akan hasil tulisannya yang tidak sesuai dengan sistematika penulisan, dan kekurangpahaman siswa menganai ejaan, penggunaan huruf kapital serta permasalahan-permasalahan lainnya. Sehingga pada akhirnya siswa memiliki sikap acuh tak acuh dan kurang termotivasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Hedge dan Norrish (dalam Chiramanee, 2014) bahwa sebagian siswa menganggap kegiatan menulis adalah suatu kemahiran yang sulit untuk dikuasai sehingga siswa memberikan respon negatif terhadap pembelajaran bahasa. Berdasarkan hasil observasi, permasalahan di atas berpengaruh terhadap pembelajaran menulis petunjuk yang menyebabkan siswa terkadang masih kebingungan dalam mengungkapkan urutan-urutan petunjuk dengan benar, dan penggunaan kata yang kurang efektif. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis petunjuk pun disebabkan karena siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran khususnya pada pencarian data yang diperlukan sehingga menyebabkan petunjuk yang sampaikan ¹penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
kurang optimal dan kurang dapat dipahami oleh pembaca. Berkenaan dengan hal-hal di atas, kurangnya pemberian reward atas hasil karya siswa adalah salah satu penyebab yang membuat siswa kurang percaya diri dalam menulis. Selanjutnya terlalu banyaknya jumlah siswa yang melampaui batas dalam satu kelas pun dapat menyebabkan pembelajaran tidak berjalan dengan semestinya karena model dan media pembelajaran yang digunakan pun menjadi kurang optimal. Hal lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya alokasi waktu yang tersedia sehingga siswa di tuntut untuk menyelesaikan tulisannya dalam sekali jadi tanpa memperhatikan proses menulis yang kemudian menyebabkan hasil tulisannya pun kurang optimal, selanjutnya disebabkan juga karena penggunaan model pembelajaran yang kurang optimal pada pembelajaran menulis petunjuk dengan hanya menggunakan gambar-gambar yang sudah tersedia di buku siswa. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa peran guru dalam keberhasilan siswa menulis sangat besar, sehingga guru diharapkan dapat meningkatkan pemberian bimbingan dan juga motivasi kepada siswa. Permasalahan-permasalahan di atas tentulah harus segera diatasi salah satunya adalah dengan mengoptimalkan model-model pembelajaran sehingga dapat terkemas proses pembelajaran menulis yang menarik. Salah satu model yang diyakini dapat menyelesaikan masalah tersebut adalah model multiliterasi investigasi. Model ini dinilai dapat menyelesaikan masalah guru dan siswa karena pada model multiliterasi ini menekankan dan berkenaan pada multimodal, multikonteks, multimedia, dan multibudaya (Abidin, 2015). Kelebihan lain dari model ini adalah dengan adanya produk pada pembelajaran, hal ini diyakini dapat
Eka Nur Nafisah¹, Yunus Abidin², Tita Mulyati³ Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Model Multiliterasi Investigasi pada Siswa Sekolah Dasar | 4 meningkatkan kemampuan menulis siswa, seperti yang diungkapkan oleh Klimova (2014) berdasarkan hasil penelitiannya bahwa penggunaan pendekatan produk akan meningkatkan pembelajaran menulis. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi di kelas IV? 2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menulis petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi di kelas IV? Adapun tujuan dari penelitian adalah: 1. Meningkatkan aktivitas pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi di kelas IV. 2. Meningkatkan kemampuan pada pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi di kelas IV. Peranan menulis sangatlah besar pada abad ke-21 ini, Dunsmuir (2015) menjelaskan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan yang penting yang memungkinkan seseorang untuk berpartisipasi penuh di dalam masyarakat dan memberikan konstribusi bagi perekonomian. Menulis merupakan sebuah kegiatan produktif dan ekspresif (Tarigan, 2013). Karena menulis merupakan sebuah hasil kreativitas yang dihasilkan manusia yang di dalamnya terdapat kegiatan mengungkapkan ide yang dimiliknya dalam bentuk tulisan dengan menggunakan imajinasi sehingga terdapat keaslian di dalamnya. Menulis merupakan sebuah proses. Akhadiah (dalam Abidin, 2012) menyatakan bahwa menulis merupakan proses penuangan ide atau gagasan menggunakan bahasa tulis dengan diwujudkan dalam beberapa tahapan sistem yang utuh. Selanjutnya, Tomkins
dan Hosskinson (dalam Abidin, 2012) yang menguraikan proses menulis meliputi tahap pramenulis, tahap pembuatan draft, tahap editing, tahap revising dan tahap publikasi. Pada keterampilan menulis pasti memiliki tujuan yang akan disampaikan oleh penulis. Hartig (dalam Tarigan, 2013) mengungkapkan adanya tujuan penulisan suatu tulisan diantaranya adalah tujuan penugasan, tujuan altruistik, tujuan persuasif, tujuan informasional, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif, dan tujuan pemecehan masalah. Sejalan dengan pendapat Hartig, Dietsch (dalam Faisal, 2016) yang menyatakan bahwa tujuan utama dari menulis yakni untuk menginformasikan sesuatu, membujuk, mengungkapkan ataupun menghibur. Keterampilan menulis yang akan ditingkatkan pada penelitian ini adalah kemampuan menulis petunjuk, dimana teks petunjuk adalah teks yang berisikan mengenai arahan, bimbingan atau tuntunan akan penggunaan atau pembuatan sesuatu yang dapat memudahkan pembaca dalam memamahami suatu hal tertentu. Tarigan (2006) petunjuk dapat diartikan sebagai suatu ketentuan yang memberikan arah atau bimbingan akan sesuatu. Jika kita mengulas pada jenis-jenis karangan seperti deskripsi, narasi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi, maka teks petunjuk dikategorikan dalam jenis karangan eksposisi. Hal tersebut didasarkan pada pendapat Tarigan diatas mengenai petunjuk dan pendapat Yunus (2009) yang menjelaskan bahwa teks eksposisi adalah wacana yang berusaha untuk mengupas, memapakan, memberitahu suatu hal yang berfungsi untuk memperluas pengetahuan pembaca. Adapun yang harus diperhatikan dalam teks petunjuk menurut Tarigan (2006) yaitu dalam segi bahasa dan segi isi. Segi bahasa meliputi aspek ejaan dan tanda bacanya, pilihan kata yang digunakan,
5|Antologi UPI
Volume
struktur dari setiap kata dan kalimatnya serta dilihat juga dari kekomunikatifan bahasa yang digunakan. Sedangkan dalam segi isi yaitu apek kejelasan, singkat, sitematis, operasional dan petunjuk yang disampaikan haruslah bersifat menuntun langkah demi langkah. Adapun model multiliterasi investigasi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis petunjuk menurut Abidin (2015) memiliki sintaks sebagai berikut: (1) menetapkan fokus pencarian, (2) menetapkan lokasi pencarian, (3) menentukan tujuan, (4) melaksanakan pengumpulan data, (5) mencatat data, (6) menganalisis data, (7) membuat kesimpulan, dan (8) memproduksi laporan. METODE Metode penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Mulyasa (2012) menjelaskan penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan aktivitas berupa tindakan-tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara profesional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain model Elliot. Hal ini dikarenakan dalam desain model Elliot terdiri dari beberapa siklus yang di dalamnya terdiri dari beberapa tindakan, hal ini di dasarkan pada kegiatan pembelajaran yang kompleks yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali tindakan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Cibiru yang berlokasi di Jl. A.H Nasution Desa Pasir Biru Kecamatan Cibiru Kota Bandung. Adapun subjek penelitian ini dilaksanalan pada peserta didik kelas IVA SD Negeri 4 Cibiru dengan jumlah siswa adalah 44 siswa yang terdiri dari 21 orang siswa perempuan dan 23 orang siswa laki-laki.
¹penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
Instrumen penelitian yang digunakan diantaranya lembar penilaian berupa penilaian aktivitas/proses serta penilaian hasil/produk, lembar observasi, dokumentasi, catatan lapangan, lembar kerja siswa, dan lembar wawancara. Sedangkan untuk teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik kualitatif, kuantitatif, dan trangulasi. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang terdiri dari 3 tindakan dalam setiap siklusnya. Penelitian dimulai dengan membuat sebuah perencanaan berupa perencanaan pembelajaran, menyiapkan media serta segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran. Setelah menyusun perencanaan peneliti kemudian melaksanakan penelitian dari siklus I dengan pelaksanaan tindakan 1 hingga tindakan 3. Setelah selesai, selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk selanjutnya melakukan sebuah refleksi guna membantu peneliti dalam merencanakan perbaikan dari kekurangan yang ditemukan sehingga tidak akan terulang pada siklus selanjutnya. Siklus I Pada siklus I teks petunjuk yang disajikan adalah mengenai teks petunjuk melakukan/menggunakan sesuatu dengan tema “Teknologi”. Pada tindakan 1 siswa diajak untuk mengidentifikasi mengenai teks petunjuk yang akan mereka pelajari guna untuk mengetahui teks petunjuk yang baik dan benar. Selanjutnya siswa dibimbing untuk menentukan topik dan menentukan tujuan penulisan serta menentukan lokasi untuk pengumpulan data. Media yang digunakan pada tindakan 1 ini adalah berupa teks petunjuk melakukan / menggunakan sesuatu dalam bentuk besar.
Eka Nur Nafisah¹, Yunus Abidin², Tita Mulyati³ Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Model Multiliterasi Investigasi pada Siswa Sekolah Dasar | 6 Tindakan 2 siswa sudah mulai melakukan pengumpulan data dan mencatat data berdasarkan topik dan lokasi yang telah dilakukan. Kemudian, siswa dibimbing untuk melakukan analisis data untuk membuat kesimpulan. Siswa pun di tuntun untuk merevisi tulisan berdasarkan saran dari guru. Pada tindakan 3 siswa sudah diminta untuk menuliskan laporan. Pada siklus I produk laporan yang dibuat adalah buku zigzag. Adapun pemerolehan nilai aktivitas siswa adalah sebagai berikut: Gambar 1 Persentase Nilai Aktivitas Siklus I
Berdasarkan gambar diagram di atas, maka didapatkan sebuah gambaran nilai siswa pada siklus I, yaitu sebesar 9% siswa memperoleh nilai 50, 5% memperoleh nilai 55, 16% siswa yang mendapatkan nilai 60, 27% siswa memperoleh nilai 65, 34% siswa memperoleh nilai 70, 7% memperoleh nilai 75, dan hanya 2% siswa yang memperoleh nilai 85. Berdasarkan data tersebut, 91% siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Hal tersebut diakibatkan siswa masih memperoleh skor rendah pada beberapa indikator penilaian diantaranya adalah identifikasi teks petunjuk, ketepatan topik, ketelitian mengumpulkan data, membuat kesimpulan, dan revisi. Rata-rata skor aktivitas siklus I adalah 13,04.
Pemerolehan nilai hasil/produk siswa pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2
Persentase Nilai Hasil/Produk Siklus I
Berdasarkan gambar diagram di atas, maka didapatkan sebuah gambaran nilai hasil / produk siswa pada siklus I, yaitu sebesar 7% siswa memperoleh nilai 50, 16% memperoleh nilai 56,25, 42% siswa yang mendapatkan nilai 62,5, 30% siswa memperoleh nilai 68,75, 3% siswa memperoleh nilai 75, dan hanya 2% memperoleh nilai 81,25. Dengan demikian 95% siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM. Hal tersebut diakibatkan siswa masih memperoleh skor rendah pada beberapa indikator penilaian diantaranya adalah bahasa, isi, ejaan, dan tampilan. Rata-rata skor hasil/produk pada siklus I adalah 10,13. Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pada dasarnya hampir sama dengan siklus I. Teks petunjuk yang disajikan adalah mengenai teks petunjuk membuat sesuatu dengan tema “membuat alat/barang”. Pada tindakan 1 siswa diajak untuk mengidentifikasi mengenai teks petunjuk yang akan mereka pelajari guna untuk mengetahui teks petunjuk membuat sesuatu. Selanjutnya siswa dibimbing untuk menentukan topik dan menentukan tujuan penulisan serta menentukan lokasi untuk pengumpulan data. Media yang digunakan pada tindakan 1 ini adalah berupa teks petunjuk membuat sesuatu dalam bentuk besar. Tindakan 2 siswa sudah mulai melakukan pengumpulan data dan mencatat data berdasarkan topik dan
7|Antologi UPI
Volume
lokasi yang telah dilakukan. Setelah siswa mengumpulkan data, siswa dibimbing untuk melakukan analisis data untuk selanjutnya membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh. Siswa pun di tuntun untuk merevisi tulisan berdasarkan saran dari guru. Pada tindakan 3 siswa sudah diminta untuk menuliskan laporan dalam berbagai bentuk produk, pada siklus II produk yang dipilih adalah mini book. Adapun pemerolehan nilai aktivitas siswa adalah sebagai berikut: Gambar 3 Persentase Nilai Proses Siklus II
Berdasarkan gambar diagram di atas, maka didapatkan sebuah gambaran nilai siswa pada siklus II, yaitu sebesar 3% siswa memperoleh nilai 65, 15% memperoleh nilai 70, 20% siswa yang mendapatkan nilai 75, 41% siswa memperoleh nilai 80, 18% siswa memperoleh nilai 85, dan hanya 3% siswa yang memperoleh nilai 85. Pada siklus II pemerolehan nilai sudah mengalami peningkatan, yang terlihat dari skor rata-rata sebesar 15,64. Indikator yang digunakan adalah indikator mengidentifikasi teks, ketepatan topik, ketelitian pengumpulan data, kesimpulan, dan revisi. Adapun pemerolehan nilai hasil/produk pada siklus II adalah sebagai berikut:
Gambar 4 Persentase Nilai Hasil/Produk Siklus II
¹penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
Berdasarkan gambar diagram di atas, maka didapatkan sebuah gambaran nilai hasil / produk siswa pada siklus I, yaitu sebesar 3% siswa memperoleh nilai 56,25, 15% memperoleh nilai 62,5, 16% siswa yang mendapatkan nilai 68,75, 23% siswa memperoleh nilai 75, 28% siswa memperoleh nilai 81,25, dan 13% memperoleh nilai 87,5. Peningkatan penilaian hasil/produk pada siklus II pun sudah mengalami peningkatan yang dapat terlihat dari skor rata-rata hasil/produk sebesar 11,97. Siklus III Pada siklus III teks petunjuk yang disajikan adalah masih mengenai teks petunjuk membuat sesuatu namun dengan tema “membuat makanan”. Pada siklus III mengidentifikasi teks sudah tidak diperlukan lagi karena siswa sudah mengetahui mengenai teks petunjuk membuat sesuatu. Pada tindakan 1 siswa langsung dibimbing untuk menentukan topik dan menentukan tujuan penulisan serta menentukan lokasi untuk pengumpulan data. Tindakan 2 siswa melakukan pengumpulan data dan mencatat data. Setelah siswa mengumpulkan data, siswa dibimbing untuk melakukan analisis data untuk selanjutnya membuat kesimpulan. Siswa pun di tuntun untuk merevisi tulisan berdasarkan saran dari guru. Pada tindakan 3 siswa sudah diminta untuk menuliskan laporan dalam berbagai bentuk cerita bergambar.
Eka Nur Nafisah¹, Yunus Abidin², Tita Mulyati³ Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Model Multiliterasi Investigasi pada Siswa Sekolah Dasar | 8 Adapun pemerolehan nilai aktivitas siswa adalah sebagai berikut: Gambar 5 Persentase Nilai Aktivitas Siklus III
Berdasarkan gambar diagram diatas diketahui bahwa nilai 75 diperoleh siswa dengan persentase sebesar 9%, nilai 81,25 dengan persentase sebesar 7%, nilai 87,5 diperoleh dengan persentase sebesar 40%, nilai 93,75 dengan persentase 42%, dan nilai 100 dengan perolehan persentase sebesar 2%. Dari indikator yang digunakan, siswa sudah mengalami peningkatan dengan skor ratarata yang diperoleh yaitu 14,20. Adapun untuk indikator yang digunakan adalah sama dengan siklus I Adapun pemerolehan nilai hasil/produk pada siklus II adalah sebagai berikut:
Gambar 6 Persentase Nilai Hasil/Produk Siklus III
Berdasarkan gambar diagram di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 5% siswa memperoleh nilai 68,75, sebanyak 16% siswa memperoleh nilai 75, sebanyak 37% siswa memperoleh nilai 81,25, sebanyak 28% siswa memperoleh nilai 87,5, dan yang
memperoleh nilai 93,75 dengan persentase 14%. Seperti pada siklussiklus sebelumnya pada siklus III pun menggunakan indikator-indikator, yang sama. Peningkatan pun dialami pada siklus III ini yang ditandai dengan pemerolehan rata-rata skor indikator yang meningkat yaitu 13,30. Dengan demikian, jika dilihat dari gambar pemerolehan nilai aktivitas dan hasil/produk maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa telah memperoleh nilai di atas KKM pelajaran bahasa Indonesia yakni 75. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan model multiliterasi investigasi untuk meningkatkan kemampuan menulis petunjuk telah berhasil dilaksanakan dan tidak perlu untuk penambahan siklus pembelajaran. Pembahasan Melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi telah mampu meningkatkan kemampuan siswa baik dalam nilai aktivitas maupun nilai kemampuan menulis petunjuk. Pembelajaran dimulai dengan dengan pemberian apersepsi dan tujuan pembelajaran teks petunjuk. Sebelum siswa dilibatkan menulis petunjuk, peneliti mengajak siswa untuk mengidentifikasi teks petunjuk dengan tujuan untuk mengenalkan teks petunjuk yang benar. Setelah itu, barulah peneliti mengarahkan siswa untuk menentukan topik, tujuan dan maksud penulisan serta lokasi pencarian untuk mencari informasi yang siswa perlukan. Pada tahap selanjutnya peneliti mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang diperlukannya berkaitan dengan topik/judul petunjuk yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian siswa
9|Antologi UPI
Volume
diajak dan diarahkan untuk menganalisis informasi yang telah diperoleh untuk selanjutnya siswa membuat sebuah kesimpulan. Tahapan selanjutnya adalah merevisi tulisan berdasarkan saran dari guru, dalam kegiatan ini siswa memperbaiki tulisan-tulisannya. Kegiatan akhir, siswa diajak untuk membuat sebuah teks petunjuk dalam bentuk produk seperti buku zig-zag, mini book, serta cerita bergambar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa temuan selama proses pembelajaran dalam siklus I-III. Pada siklus I siswa kurang kondusif yang telihat dari siswa yang belum menghabiskan makanannya pada saat pembelajaran dimulai, selanjutnya kebiasaan siswa yang menjawab pertanyaan serempak dan kebiasaan siswa menyoraki temannya. Upaya yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan pengelolaan kelas. Rukmana & Suryana (2006) menjelaskan bahwa pengolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru guna menciptakan kondisi yang optimal sehingga pembelajaran dapat terlaksana secara nyaman dan efektif. Pada tahap pengumpulan data pun menjadi kurang kondusif karena siswa kurang terbiasa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas serta lingkungan sekolah yang kurang mendukung, upaya yang dilakukan peneliti adalah berupa pemberian tugas di rumah, sehingga ketika di sekolah siswa selanjutnya menganalisis dan membuat kesimpulan. Abidin (2015) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran multiliterasi haruslah menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa secara intensif. ¹penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
Pada tahap merevisi siswa masih kurang memperhatikan saran-saran yang telah diberikan guru dalam kegiatan merevisi, serta masih banyaknya siswa yang tidak menggunakan penggunaan tanda baca, huruf kapital yang kurang tepat, dan penulisan yang masih disingkat. Adelsteil & Pival (dalam Tarigan, 2013) mengemukakan bahwa salah satu tulisan yang baik adalah penulis yang tidak enggan dalam melakukan revisi terhadap hasil tulisan pertamanya. Dengan demikian upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan latihan kepada siswa. Kegiatan merevisi pun terkait dengan ejaan siswa, sehingga selain dengan melakukan latihan perlu juga dengan adanya pemberian contoh mengenai ejaan yang tepat. Strickland, Ganske, & Monro (dalam Abidin, 2015) pun menyatakan bahwa kunci sukses bagi anak yang berkesulitan belajar adalah menggunakan strategi pemodelan dan pelatihan. Setelah dilakukannya upaya-upaya perbaikan. Pembelajaran pada siklus II sudah berjalan dengan baik, meskipun masih ditemukannya beberapa kekurangan seperti masih adanya siswa yang bermain-main ketika pembelajaran, dan kondisi kelas yang kurang kondusif ketika kegiatan merevisi banyak siswa yang berkerumun di depan kelas. Upaya perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi siswa yang bermainmain guru memberikan teguran kepada siswa dengan maksud membuat siswa jera dan mengondisikan kembali pembelajaran dengan semestinya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan Halimah (2012) bahwa guru hendaknya memberikan teguran kepada siswa apabila siswa tersebut kurang memperhatikan dan melanggar aturan yang telah disepakati dengan tujuan untuk mengondisikan siswa pada kondisi yang diharapkan oleh guru.
Eka Nur Nafisah¹, Yunus Abidin², Tita Mulyati³ Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Model Multiliterasi Investigasi pada Siswa Sekolah Dasar | 10 Untuk mengatasi permasalahan dalam kurang kondusifnya kelas ketika merevisi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya peneliti akan meningkatkan kemampuan mengelola kelas serta dengan mengubah strategi pembelajaran dengan memanggilnya satu per satu. Halimah (2012) berpendapat bahwa apabila terjadi penyimpangan maka diperlukannya keluwesan guru dalam mengubah strategi pembelajaran dalam mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan mengajar yang lain. Pembelajaran pada siklus III pun sudah mengalami peningkatan, namun masih adanya kekurangan yang terjadi misalnya masih adanya siswa yang bermain-main dan terdapatnya siswa yang tidak bersemangat. Untuk mengatasi siswa yang bermain-main guru memberikan ancaman pengurangan nilai kepada siswa. Bagi siswa yang tidak bersemangat guru pun memberikan motivasi kapada siswa sehingga akan memunculkan motivasi dalam diri siswa. Pembelajaran menulis petunjuk dengan model multiliterasi investigasi pun telah mengalami peningkatan dalam aktivitas pembelajarannya. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari setiap siklusnya sudah mengalami peningkatan. Peningkatan teraebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 7 Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Aktivitas Menulis Teks Petunjuk
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai rata-rata aktivitas pada pembelajaran menulis petunjuk telah mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hal tersebut dapat terlihat pada pemerolehan pada siklus I adalah sebesar 65,11, siklus II menjadi 78,2, siklus III menjadi 88,8. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai yang di alami oleh setiap siswa pada setiap indikatornya. Indikator yang digunakan pada setiap siklusnya pun hampir sama, yaitu mengidentifikasi teks petunjuk, ketepatan topik, ketelitian pengumpulan data, kesimpulan, dan revisi, hanya saja pada sikus III sudah tidak ada indikator mengenai mengidentifikasi teks petunjuk. Indikator yang mengalami peningkatan paling tinggi dari siklus I sampai siklus III adalah mengenai indikator merevisi. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran peneliti melakukan upaya-upaya perbaikan dengan selalu memberikan latihan kepada siswa untuk merevisi. Dimyati & Mujiono (2006) mengungkapkan bahwa dalam teorinya Thorndike mengemukakan hukum belajar yang berbunyi “law of exercise” serta memberikan sebuah pepatah bahwa latihan akan menjadikan sempurna. Sementara itu, yang mengalami peningkatan paling rendah adalah indikator mengenai menentukan topik dengan peningkatan sebesar 0,41. Hal tersebut karena kebanyakan siswa masih bingung untuk menentukan judulnya sehingga pada akhirnya siswa hanya mengikuti judul teman-temannya. Nilai kemampuan siswa dalam menulis teks petunjuk pun sudah mengalami peningkatan yang cukup baik dari setiap siklusnya. Peningkatan tersebut dapat tergambar dari diagram di bawah ini: Gambar 8 Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Kemampuan Menulis Teks Petunjuk
11 | A n t o l o g i U P I
Volume
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk telah mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hal tersebut dapat terlihat pada pemerolehan pada siklus I adalah sebesar 63,37, siklus II menjadi 74,83, dan pada siklus III menjadi 83,13. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai yang di alami oleh setiap siswa pada setiap indikatornya. Indikator yang digunakan antara lain bahasa, isi, ejaan, dan tampilan. Indikator yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah pada indikator ejaan. Hal tersebut dikarenakan peneliti memberikan bimbingan serta penjelasan dengan pemberian contoh kepada siswa. Selanjutnya indikator yang mengalami peningkatan paling rendah adalah indikator bahasa, yakni sebesar 0,4. Hal tersebut dikarenakan pada penggunaan bahasa masih ada siswa yang masih menggunakan bahasa kesehariannya serta siswa yang masih belum mampu membuat kalimat yang jelas dan efektif. Dalam mengatasi permasalahan bahasa yang digunakan, peneliti sudah berupaya dengan memberikan contoh dan penjelasan kepada siswa. Abidin (2015) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan pemodelan untuk membantu siswa dalam memahani struktur dan ciri-ciri ¹penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
kebahasaan teks akan membantu siswa untuk benar-benar memahami dan dapat mengaplikasikannya dalam tulisan yang dibuatnya. Namun hal tersebut kurang dapat meningkatkan secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil bahwa pembelajaran menulis petunjuk dengan penggunaan model multiliterasi investigasi telah berhasil meningkatkan nilai proses maupun nilai kemampuan menulis petunjuk siswa. Seperti yang diungkapkan Mills (dalam Hesterman, 2013) bahwa pembelajaran multiliterasi diyakini mampu membantu siswa dalam mengembangkan dan memperkuat identitas pada diri mereka, kemudian dapat membantu siswa untuk menghubungkan mereka dengan dunia nyata, serta membuat mereka lebih percaya diri sehingga mampu melakukan komunikasi secara efektif. Abidin (2015) mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran literasi adalah untuk mengembangkan seorang siswa menjadi individu sebagai pembelajar yang kreatif, inovatif, produktif, serta berkarakter. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dilihat dari pemerolehan nilai rata-rata pada penilaian aktivitas dan hasil/produk yang telah dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III sudah berhasil mencapai nilai di atas KKM yakni 75. Keberhasilan tersebut ternyata relevan dengan peneitian yang telah dilakukan oleh Retnasari (2015) dalam penelitinnya yang berjudul penerapan model pembelajaran multiliterasi untuk meningkatkan kemampuan menulis iklan. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model multiliterasi telah mampu meningkatkan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam menulis iklan, serta menarik minat siswa terhadap menulis.
Eka Nur Nafisah¹, Yunus Abidin², Tita Mulyati³ Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Model Multiliterasi Investigasi pada Siswa Sekolah Dasar | 12 Kemudian penelitian yang dilakukan Finanjung (2015) dengan judul meningkatkan kemampuan menulis teks petunjuk siswa melalui penerapan model guided writing. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis dapat ditingkatkan melalui berbagai macam model pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran multiliterasi investigasi. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2015) mengenai pengaruh pembelajaran matematika model multiliterasi terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V sekolah dasar. Dari penelitian sudah membuktikan bahwa penerapan model multiliterasi tidak hanya dapat digunakan dalam pembelajaran matematika saja, melainkan dapat digunakan juga pada pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya dalam kemampuan menulis petunjuk. Meskipun demikian, dalam penelitiannya peneliti masih memiliki beberapa kekurangan-kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain kurangnya pengelolaan waktu yang dilakukan oleh peneliti, karena dalam pengerjaannya dibutuhkan waktu yang cukup lama khususnya dalam pembuatan produk. Selain itu, pemberian motivasi pun disarankankan peneliti untuk penelitian selanjutnya karena dengan pemberian motivasi maka siswa akan lebih tanggap terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Untuk penelitian selanjutnya pun peneliti dapat menentukan topik atau tema dalam pembelajaran menulis petunjuk sehingga dengan demikian peneliti dapat menyediakan sumber belajar seperti video atau yang lainnya. Selanjutnya pembelajaran berikutnya pun dapat menggunakan media literasi yang lain seperti booklet, kalender cerita dan lainlain sehingga pembelajaran yang dihadirkan pun akan tercipta
pembelajaran yang lebih menarik dan bersifat kebaruan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat peneliti simpulkan sebagai berikut. Pembelajaran menulis teks petunjuk dengan menggunakan model multiliterasi investigasi diawali dengan siswa menentukan topik, menentukan tujuan penulisan, menentukan lokasi pencarian data / informasi, mengumpulkan data/ informasi yang diperlukan dengan menuliskannya, menganalisis data yang telah diperoleh, membuat kesimpulan, merevisi, serta membuat teks petunjuk dalam berbagai bentuk media. Penggunaan model multiliterasi investigasi pada pembelajaran memberikan dampak positif seperti pembelajaran menjadi menyenangkan, aktif, kreatif, serta dapat menarik perhatian siswa sehingga memberikan dampak pada peningkatan aktivitas yang dapat dilihat dari pemerolehan nilai ratarata yang diperoleh siswa dari setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata proses diperoleh dengan nilai 65,11, pada siklus II memperoleh nilai 78,2 dan pada siklus III nilai rata-rata yang diperoleh adalah 88,8. Peningkatan tersebut tentulah dipenguruhi oleh peningkatan dari nilai yang diperoleh siswa dalam setiap indikatornya. Adapun indikator yang digunakan adalah menentukan topik, ketelitian pengumpulan data / informasi, membuat kesimpulan, serta merevisi tulisan. Sejalan dengan peningkatan proses pada pembelajaran, peningkatan pun dialami pada kemampuan menulis teks petunjuk. Peningkatan tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata produk pada setiap siklusnya, siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,37, sementara pada siklus II nilai rata-rata yang
13 | A n t o l o g i U P I
Volume
diperoleh adalah 74,83, dan pada siklus III dengan nilai rata-rata sebesar 83,13. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: HSAA PRES. Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah, H. (2015). Pembelajaran Literasi. Bandung: Rizki PRESS. Chiramanee, T. (2014). Journal Writing with Peer Feedback : A Friend or A Foe for EFL Learners. International Journal of English Language Education, 2(2), hlm. 142–153. Dunsmuir, S., dkk. (2015). Assessing Writing An evaluation of the Writing Assessment Measure ( WAM ) for children ’ s narrative writing. Assessing Writing, 23, hlm. 1–18. Faisal, M. dkk. (2016). Errors in EFL writing by junior high students in Indonesia. International Journal of Research Studies in Language Learning, 10(10), hlm. 1–14. Finanjung, M. (2015). Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Petunjuk Melalui Penerapan Model Guided Writing. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung. Halimah, L. (2013). Sikap Profesion nal Guru & Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung; RIZQI PRESS. Hesterman, S. (2013). Early Childhood Designs for Multiliteracies Learning. Australian Lournal of Language and Literacy, 36(3), hlm. 158-168. Klimova, B. F. (2014). Approaches to the ¹penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
Teaching of Writing Skills. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 112(Iceepsy 2013), hlm. 147–151. Maharani, A. (2015). Pengaruh Pembelajaran Matematika Model Multiliterasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung. Mulyasa (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung; Rosda. Retnasari, Y. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Multiliterasi untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Iklan. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung. Tarigan, D. (2006). Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan, H.G. (2013). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.