Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 1 PENGGUNAAN FILM BISU DENGAN TEKNIK DUBBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYAMPAIKAN DIALOG DALAM DRAMA SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA NEGERI 2 NEGARA I Putu Ari Utama Irawan, I Nyoman Sudiana, I Wayan Wendra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran yang efektif melalui penggunaan film bisu dengan teknik dubbing, (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa menyampaikan dialog dalam drama melalui penggunaan film bisu dengan teknik dubbing, dan (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penggunaan film bisu dengan teknik dubbing. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI IPA 1 SMAN 2 Negara yang berjumlah 41 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah, peningkatan hasil, dan respons siswa terhadap penggunaan film bisu dengan teknik dubbing. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat beberapa langkah-langkah pembelajaran yang efektif melalui penggunaan film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama. Langkah-langkah tersebut menekankan pada pemberian contoh penyampaian dialog oleh guru, latihan berulang-ulang, dan pemberian penghargaan. (2) adanya peningkatan dan ketuntasan hasil belajar menyampaikan dialog dalam drama berkat diterapkannya film bisu dengan teknik dubbing, yakni pada data awal skor rata-rata klasikal 64 dengan kategori cukup, siklus I memperoleh skor rata-rata klasikal 76 dengan ketegori baik, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 80,90 dengan kategori baik, dan (3) siswa memberikan respons positif terhadap penggunaan film bisu dengan teknik dubbing dalam pembelajaran menyampaikan dialog dalam drama. Berdasarkan hasil penelitian ini, guru disarankan menggunakan media berupa film bisu dengan teknik dubbing ini untuk pelajaran yang menuntut keterampilan, khususnya menyampaikan dialog dalam drama. Kata kunci: film bisu, teknik dubbing, dialog, drama
Abstract Classroom Action Research (CAR) aims to (1) describe the steps for effective learning through the use of silent film with dubbing techniques, (2) describe an increase in the ability of students convey drama through the use of dialogue in the silent film dubbing techniques, and (3) describe student response to the use of silent film with dubbing techniques . Subjects of this research is teachers and students of class XI IPA 1 SMAN 2 State totaling 41 people. Object of this research is a step by step, increasing yields, and the response of students in the use of silent film with dubbing techniques. Data collection methods used in this study is the observation method, the test method and questionnaire method. Data were analyzed using
1
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 2 descriptive techniques of quantitative and qualitative description. The results of this study were (1) there are several steps for effective learning through the use of silent film with dubbing techniques to improve the ability of delivering dialogue in the drama. These steps emphasizes providing examples of dialogue delivery by teachers, repetitive exercise, and giving rewards. (2) the achievement of improvement and mastery of learning outcomes expressed in the dialogue drama thanks to the implementation of the silent film dubbing techniques, namely the baseline average score of 64 with a classical category enough, the cycle I gained an average score of 76 with classical good category, while in second cycle the average value of 80.90 with classical students into either category, and (3) students give a positive response to the use of silent film with dubbing techniques in delivering learning dialogue in the drama. Based on these results, teachers are advised to use the media in the form of a silent movie with dubbing technique is to subjects that require skill, especially in the dialogue convey the drama . Keywords : silent film , dubbing techniques, dialogue , drama
PENDAHULUAN Sebagai mahluk sosial, manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berbahasa. Hal itu dapat dilihat dalam penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Terkait penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari itu, manusia hendaknya perlu memerhatikan empat aspek keterampilan berbahasa, seperti keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pada dasarnya, keterampilan berbicara harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya, baik bersifat satu arah maupun timbal balik. Wendra (2009:4) mengatakan “Berbicara sebagai suatu aktivitas berbahasa mempunyai tujuan tertentu. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomuikasi”. Selain tujuan tersebut, berbicara juga memiliki tujuan lain yakni menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakan. Melihat pentingnya keterampilan berbicara dalam kehidupan ini, setiap orang perlu kiranya memiliki keterampilan berbicara yang baik. Akan tetapi, keterampilan berbicara ini tidaklah dimiliki oleh seseorang secara otomatis, ada pada dirinya. Keterampilan berbicara yang baik, dapat dimiliki oleh seseorang dengan cara mengolah atau melatih seluruh potensi berbahasa yang ada pada diri manusia itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1986:1), “Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan prak-
tik dan banyak latihan.” Selain itu, suatu keterampilan tidak akan dapat ditingkatkan hanya melalui teori semata. “Keterampilan itu tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori” (Tarigan, 1986:3). Keterampilan berbicara harus dikembangkan melalui suatu latihan. Salah satu latihan pengembangan keterampilan berbicara itu adalah bermain drama. Dalam bermain drama, terdapat suatu kegiatan memerankan tokoh yang ada dalam naskah drama. Pemeranan tokoh dalam drama tersebut dilakukan dengan alat utama, yakni berupa percakapan (dialog). Terkait penggunaan dialog sebagai alat utama dalam melakukan pemeranan tokoh dalam drama, kemampuan menyampaikan dialog dalam drama seseorang kiranya perlu dilatihkan dan ditingkatkan. Melalui pelatihan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama, seseorang akan menjadi lebih mudah berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam menyampaikan maksud tuturan kepada orang lain. Dalam memerankan drama, seorang pemain (aktor) harus mampu membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Selain itu, seorang pemain drama harus pula memerhatikan pengucapan lafal, intonasi, getikulasi, vokal, mimik, diksi, dan sebagainya. Dengan diperhatikannya hal tersebut, sebuah pementasan drama setidaknya akan menjadi lebih baik dan mendapatkan hasil pementasan drama yang memuaskan. Ketika peneliti melakukan observasi sederhana pada salah satu sekolah menengah atas di Kabupaten Jembrana, tepatnya di SMAN 2 Negara, peneliti
2
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 3
menemukan sebuah fenomena mengenai sulitnya siswa menyampaikan dialog dalam drama. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan Agustus 2013, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra, khususnya menyampaikan dialog dalam drama di SMAN 2 Negara, masih belum sesuai dengan harapan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Pertama, kurangnya pengetahuan siswa terhadap drama. Kedua, masih rendahnya keterampilan siswa dalam menyampaikan drama. Ketiga, kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sastra khususnya bermain drama karena sebagian besar siswa menganggap pelajaran sastra kurang penting. Melalui hasil wawancara singkat terhadap salah satu siswa kelas XI IPA 1 yang bernama Dewa Made Resi Prasstaya, ditemukan informasi bahwa dalam bermain drama, ia mengalami kesulitan ketika menyampaikan dialog dalam drama. Kata-kata yang diucapakannya ketika menyampaikan dialog dalam drama, cenderung kacau dan berlebihan. Made mengatakan “Saya mengalami kesulitan dalam merangkai kata-kata atau kalimat ketika menyampaikan dialog dalam drama, terutama pada saat melakukan improvisasi”. Edi Wibowo, S.Pd., selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara mempertegas pula bahwa banyak anakanak di sekolah tersebut, khususnya kelas XI IPA 1, mengalami kesulitan dalam memerankan atau memainkan drama, terutama ketika menyampaikan dialog dalam drama. Dari 41 siswa, nilai rata-rata siswa dalam bermain drama masih di bawah KKM, yakni 64, sedangkan KKM mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas XI IPA 1 adalah 75. Itu menandakan bahwa ketuntasan pembelajaran bermain drama atau memerankan drama, khususnya menyampaikan dialog dalam drama, masih belum tercapai. Beliau juga menambahkan bahwa dari 41 orang siswa dari kelas XI IPA 1 tersebut, hanya 5 orang saja yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan sisanya masih belum mencapai KKM. Data tersebut menunjukan dari 41 siswa hanya 12,20 % yang memperoleh nilai tuntas. Sisanya
adalah 87,80 % yang mendapat nilai belum tuntas. Upaya untuk meningkatkan keterampilan menyampaikan dialog dalam drama, tidak hanya cukup pada pengembangan metode saja, tetapi perlu juga menggunakan suatu media yang mampu menggugah minat dan perhatian siswa dalam berdrama. Salah satunya adalah dengan menghadirkan suatu pembelajaran bermain drama dengan media yang lebih variatif dan kreatif, seperti media film. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang diungkapkan oleh Sudjana dan Rivai (2002) bahwa pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar akan lebih menarik perhatian siswa, bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, metode pembelajaran akan lebih bervariasi, dan menumbuhkan motivasi belajar. Terkait dengan upaya peningkatan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama, media yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah media berupa film bisu, dengan teknik dubbing. Penggunaan media berupa film bisu dengan paduan teknik dubbing atau teknik mengsisi suara, kiranya akan dapat meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama siswa kelas XI IPA 1 di SMAN 2 Negara. Sebelumnya, dalam pembelajaran drama di sekolah tersebut, guru hanya memberikan materi dan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari naskah drama kemudian mempraktikkannya di depan kelas. Hal tersebut cenderung membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak kreatif karena mereka hanya menuruti teks drama yang telah disediakan oleh guru. Penelitian mengenai peningkatan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama ini telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Yuniarti Dahlia (2013) dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Peran melalui Kegiatan Berbicara sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog Teks Drama (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI MA Ibadur-Rahman Rajapolah Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013)”.
3
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 4
Selain itu, Yetti Kusniati (2007) juga melakukan penelitian sejenis yakni dengan judul “Peningkatan Berdialog dalam Bermain Peran pada Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Belajar Kelompok di Kelas IV SDN Banjarsari 4 Kota Bandung.” Berdasarkan penelitian-penelitian sejenis di atas, sepengetahuan peneliti belum ada penelitian yang meneliti dengan menggunakan media berupa film bisu. Selain itu, peneliti-peneliti sebelumnya belum ada yang menggunakan teknik dubbing untuk meningkatan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama. Pada penelitian sejenis tersebut, juga dapat dilihat bahwa media pembelajaran tidak digunakan pada kedua penelitian sejenis tersebut. Padahal, penggunaan media pada suatu pembelajaran, akan dapat membantu sekaligus meningkatkan kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana dan Rivai (2001:2) yang mengatakan “Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya” Penelitian-penelitian di atas dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan pembelajaran yang berkaitan dengan materi drama. Penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru selama ini dinilai kurang kreatif. Selain itu, terkait dengan data awal yang ditemukan oleh peneliti, kata-kata yang diucapkan oleh siswa ketika menyampaikan dialog dalam drama, cenderung kacau dan berlebihan. Menyikapi permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti menawarkan media berupa film bisu dengan teknik dubbing untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran drama, khususnya kesulitan menyampaikan dialog dalam drama di SMAN 2 Negara. Melalui suatu media, seperti film bisu ini, siswa akan dapat melatihkan kemampuannya menyampaikan dialog pada drama dan secara tidak langsung hal itu akan dapat meningkatkan hasill belajarnya pula. “Penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna
bagi berbagai kemampuan siswa” (Arsyad, 2002:24). Istilah ”bisu” sendiri berasal dari bahasa Indonesia, yang berarti tidak mampu berkata-kata (Wiyono, 2007:75). Akan tetapi, bisu pada film bisu yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai film tanpa suara. Amsal (2012) mengungkapkan bahwa film bisu atau silent film adalah film yang dibuat tanpa adanya suara terutama dalam dialog dan penonton “dipaksa” untuk memahami alur cerita itu melalui gerakan tubuh dari pemain film. Istilah dubbing yang dimaksud dalam konteks ini adalah kegiatan mengisi suara atau sulih suara. Dengan adanya penggunaan film bisu ini, masalah yang dihadapi siswa terkait kurangnya pengetahuan dan minat siswa terhadap pembelajaran drama, khususnya menyampaikan dialog dalam drama, kiranya akan dapat teratasi. Penggunaan media seperti film bisu ini akan dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran menyampaikan dialog dalam drama yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang dialog dalam drama. Arsyad (2010) mengungkapkan bahwa film dapat mendorong dan meningkatkan motivasi, bahkan menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Selain itu, masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, seperti rendahnya kemampuan menyampaikan dialog dalam drama dan kesulitan dalam merangkai kata-kata atau kalimat ketika menyampaikan dialog dalam drama, akan dapat ditanggulangi dengan adanya film bisu ini. Film tanpa suara ini memiliki urutan peristiwa yang jelas, sehingga siswa tidak akan kesulitan dalam menentukan urutan penyampaian dialog para pemain. Riyana (2006) menggungkapkan bahwa film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Selain itu, dengan adanya film bisu ini, akan dapat digunakan untuk melatih siswa dalam mengatasi kesulitan dalam merangkai kata-kata atau kalimat ketika berbicara. Seperti yang diungkapkan oleh Soeparno (1980) bahwa film bisu dapat digunakan untuk melatih keterampilan berbicara melalui gambar yang ditampilkan. Bahkan dengan adanya teknik dubbing yang
4
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 5
disertai naskah dialog film, tentunya akan memudahkan siswa sekaligus melatih siswa dalam merangkai kata atau kalimat dalam menyampaikan dialog. Karena ketika siswa melakukan dubbing, siswa dituntut untuk mengisi kata-kata yang sesuai dengan suara artis pada film bisu. Hal tersebut sejalan dengan pengertian dubbing sendiri yakni mengisi ucapan atau perkataan (Wiyono, 2007). Berdasarkan penjelasan mengenai permasalah yang dialami siswa terkait pembelajaran menyampaikan dialog dalam drama, peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Film Bisu dengan Teknik Dubbing untuk Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog dalam Drama pada Siswa Kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara” Adapun tujuan penelitian ini, yakni untuk mengetahui (1) langkah-langkah pembelajaran yang efektif melalui penggunaan film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama pada siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara, (2) peningkatan kemampuan siswa menyampaikan dialog dalam drama melalui penggunaan film bisu dengan teknik dubbing di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Negara, (3) respons siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara terhadap penggunaan film bisu dengan teknik dubbing. Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini. Manfaat tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yakni manfaat teoretis dan praktis. Manfaat secara teoretis penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mengesksistensikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya mengenai penggunaan film bisu dengan teknik dubbing sebagai media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terkait tentang kemampuan menyampaikan dialog dalam drama. Manfaat praktis penelitian ini berupa sumbangan bagi semua kalangan yang terlibat dalam pendidikan. Bagi pembaca atau masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan masukan atau referensi guna memperluas cakrawala pengetahuan tentang
apresiasi sastra, khususnya tentang kemampuan menyampaikan dialog dalam drama. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman langsung untuk mengetahui dan memahami tentang apresiasi sastra (menyampaikan dialog dalam drama. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pengajaran bermain drama, khususnya melatih kemampuan menyampaikan dialog dalam drama Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam belajar bermain drama, terutama melatih kemampuan menyam-paikan dialog dalam drama. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, pedoman, serta bahan perbandingan untuk menambah wawasan penelitian yang dilakukan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi, refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta kembali lagi ke refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Negara yang berjumlah 41 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah, peningkatan hasil, dan respons siswa terhadap penggunaan film bisu dengan teknik dubbing. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode observasi, metode tes, dan metode kuesioner atau angket. Adapun instrumen yang digunakan yakni lembar observasi, tes praktik menyampaikan
dialog dalam drama yang dialognya diambil dari salah satu peristiwa pada film bisu, dan lembar angket yang bersifat tertutup. Data yang diperoleh dalam penelitian ini, akan dianalisis dengan teknik analisi data deskriftif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Data langkah–langkah pem-
belajaran yang efektif melalui kegiatan menyampaikan dialog dalam drama dengan penggunaan film bisu melalui 5
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 6
teknik dubbing, akan dianalisis dengan analisis data deskriftif kualitatif. Data kemampuan siswa menyampaikan dialog dalam drama melalui penggunaan film bisu dengan teknik dubbing, akan dianalisis dengan analisis data deskriftif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Sedangkan, data respons siswa terhadap pembelajaran menyampaikan dialog dalam drama melalui penggunaan film bisu dengan teknik dubbing, akan dianalisis dengan analisis data deskriftif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, kriteria keberhasilan belajar menyampaikan dialog dalam drama ditunjukkan dengan adanya keberhasilan pemerolehan skor rata-rata kelas pada kategori tuntas atau 75% dari jumlah siswa yang memperoleh skor 75. Kriteria ini juga sesuai dengan KKM yang dirancang oleh guru pada sekolah itu. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan tersebut menandakan
bahwa siswa sudah memahami cara menyampaikan dialog dalam drama dengan baik atau tuntas sehingga tindakan dapat dihentikan. Begitu pula pada respons siswa, kriteria keberhasilan pada respons siswa ditunjukan oleh perolehan persentase 85% dari jumlah keseluruhan siswa merespons positif terhadap tindakan pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai peningkatan kemampuan siswa dalam menyampaikan dialog dalam drama dan respons siswa terhadap penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing ini, akan dijabarkan secara sederhana dalam tabel berikut ini. Tabel. 01 Pemerolehan skor siswa menyampaikan dialog dalam drama dan respons siswa
Aspek
RataK rata a Siklus I t.
Rata -rata Sikl us II
K a t.
K e t.
Peni ngka tan
B a i k
80,9 0
B a i k
T u n t a s
Meni ngka t
P o s i t i f
44,3 7
P o s i t i f
T u n t a s
Meni ngka t
Pemero 76 lehan skor menya mpaika n dialog dalam drama Res43,68 pons siswa terhadap penggu naan film bisu dengan teknik dubbing
Sesuai dengan peningkatan hasil belajar dan respons siswa yang disampaikan dalam tabel di atas, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru melalui penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing untuk dapat meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama. Langkah-langkah pembelajaran ini merupakan pembaruan pada langkah-langkah pembelajaran siklus I yang kemudian diterapkan pada siklus II. Langkah-langkah tersebut yakni (1) pemberian apersepsi berupa melakukan dialog sederhana dalam bentuk sandiwara dengan siswa, (2) guru menyampaikan KD dan tujuan pembelajaran, (3) guru memberikan penjelasan tentang dialog dalam drama dan fungsi dialog dalam drama, (4) guru memperlihatkan contoh cara penyampaian dialog dalam drama, (5) guru memberikan gambaran kegiatan menyampaikan dialog dalam drama dengan media film bisu melalui teknik dubbing, (6) guru menyampaikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan
6
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 7
dalam menyampaikan dialog dalam drama, beserta contohnya, (7) guru mengajak siswa berlatih cara mengucapkan bunyi bahasa atau lafal dengan baik dan dilanjutkan dengan berlatih vokal, diksi, intonasi, getikulasi, dan mimik, (8) siswa diminta untuk membentuk kelompok dan kemudian guru memberikan sebuah CD yang berisi sebuah film bisu beserta naskah dialog film tersebut, (9) siswa diberikan tugas untuk berlatih menyampaikan dialog dalam drama, (10) guru mengadakan tes menyampaikan dialog dalam drama kepada siswa. Pada intinya, implementasi media film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama di kelas, telah dilakukan oleh guru dengan baik. Terkait dengan langkah-langkah pembelajaran melalui penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama tersebut, terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang menjadi titik penekanan agar kemampuan siswa dalam menyampaikan dialog dalam drama dapat meningkat. Kegiatan-kegiatan itu yakni (1) pemberian contoh penyampaian dialog dalam drama oleh guru, (2) penerapan latihan yang berkaitan dengan penyampaian dialog dalam drama, secara berulang-ulang, dan (3) pemberian apresiasi berupa hadiah kepada siswa menampilkan penampilan terbaik. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut lebih ditekankan di langkahlangkah pembelajaran pada siklus II. Hasil penelitian yang berkaitan dengan peningkatan dan ketuntasan hasil belajar menyampaikan dialog dalam drama melalui penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing, dapat dilihat dalam tabel 0.1. Dalam tabel tersebut, peningkatan rata-rata yang dipe-roleh oleh siswa selama pembelajaran di siklus I dan II, dapat terlihat secara jelas. Skor ratarata yang pada data awal hanya 64 yang tergolong kategori cukup, mengalami peningkatan pada saat pelak-sanaan siklus I yakni 76 yang tergolong baik. Kemudian, pada saat pelaksanaan siklus II, skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa kembali mengalami peningkatan yakni
sebesar 80,90 dengan kategori baik. Hal itu membuktikan bahwa rata-rata skor siswa pada data awal dan rata-rata skor siswa pada siklus I lebih rendah dibandingkan siklus II. Pening-katan tersebut terjadi karena telah dilakukannya perbaikan dan pembaruan terhadap langkah pembelajaran pada siklus I. Selain itu, ada beberapa hal lain juga yang ikut memberikan andil dalam peningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan dialog dalam drama ini, yakni dilakukannya pengubahan tema media film bisu dan dilakukannya pemberian apresiasi atau penghargaan pada siklus II. Kemudian, hasil penelitian yang berkaitan dengan respon siswa terhadap penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing, juga mengalami peningkatan pada pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut dapat diamati pada tabel 0.1 yang menyatakan bahwa pada siklus I skor rata-rata respons siswa menunjukan angka 43,68, sedangkan pada siklus II skor rata-rata respons siswa menunjukan angka 44,37. Hal tersebut menandakan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 0,69. Dari 41 siswa, 100% siswa memberikan tanggapan yang positif, bahkan 21 orang siswa mem-berikan tanggapan sangat positif. Pene-litian ini dikatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa memberikan respons positif. Terkait dengan hasil penelitian yang telah diajabarkan sebelumnya, pembahasaan mengenai temuan langkahlangkah pembelajaran yang efektif melalui penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing ini, lebih menekankan pada pemberian contoh penyampaian dialog dalam drama oleh guru. Pada langkahlangkah pembelajaran tersebut, guru memperlihatkan contoh penyampaian dialog dalam drama melalui kegiatan mengisi suara pada sebuah film bisu. Hal ini sangat penting dilakukan karena pemberian contoh penyampaian dialog yang dilakukan oleh guru akan berfungsi sebagai model untuk siswa dalam melakukan penyampaian dialog dalam drama. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sriantini (2013:76) bahwa pemberian contoh akan dapat membuat pemahaman siswa menjadi lebih mantap.
7
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 8
Ketika pembelajaran dilaksanakan, guru telah memberikan contoh tentang cara menyampaikan dialog dalam drama dengan baik. Dengan diberikannya contoh oleh guru, siswa akan dapat lebih mudah menguasai kemampuan menyampaikan dialog dalam drama. Siswa dapat dikatakan menguasai keterampilan dengan baik jika guru memberikan contoh untuk dilihat atau ditiru (Depdiknas, 2002). Tidak hanya dari segi pemberian contoh penyampaian dialog, langkahlangkah pembelajaran pada siklus II tersebut juga menekankan pada pemberian latihan secara berulang-ulang kepada siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama ini, memerlukan latihan yang berulang-ulang sehingga kemampuan siswa dapat terasah menjadi lebih baik lagi. Pendapat ini sejalan dengan tokoh Teori Psikologi atau Konseksionisme, yakni Thorndike. Thorndike yang terkenal dengan hukum law of exercise, mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons baik karena dengan adanya latihan akan menjadi sempurna (dalam Akbar, 2010:110). Langkah-langkah pembelajaran melalui penerapan film bisu dangan teknik dubbing ini, juga memberikan penekanan pada pemberian apresiasi berupa hadiah kepada siswa yang meperlihatkan kemampuan terbaik. Pemberian apresiasi atau penghargaan berupa hadiah kepada kelompok yang memperlihatkan penampilan terbaik juga memengaruhi minat siswa untuk mau belajar lebih serius. Siswa yang awalnya enggan belajar, merasa terdorong untuk bersaing menjadi yang terbaik. Penghargaan pada tindakan tersebut menunjukan bahwa pemberian penguatan positif berupa hadiah kepada siswa memiliki peran penting dalam meningkatkan semangat belajar siswa. Pernyataan ini sejalan dengan teori B. F. Skiner (dalam Sukadi, 2009) tentang pemberian reinforcement, seperti hadiah, akan dapat memperkuat respons siswa
dalam berbagai siuasi. Pendapat senada juga disampaikan Rumapea (2012) bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan dan pujian dari guru mempunyai arti penting bagi siswa karena dengan diberi pujian atau penghargaan oleh guru, akan dapat meningkatkan motivasi, minat, perhatian, dan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Namun, pemberian hadiah yang terlalu sering kepada siswa akan berdampak tidak baik. Usman (2002) menyatakan bahwa untuk pemberian penghargaan dalam bentuk hadiah ini janganlah terlalu sering dilakukan agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharapkan suatu imbalan. Oleh karena itu, pemberian penghargaan dalam bentuk hadiah ini dapat dilakukan secara sesekali. Terkait dengan pembahasan mengenai temuan tentang peningkatan dan ketuntasan hasil belajar menyampaikan dialog dalam drama pada siswa kelas XI IPA 1 di SMAN 2 Negara melalui penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing, ada hal yang menjadi penyebab terjadinya peningkatan tersebut. Hal itu tidak lain karena telah dilakukannya pembaruan terhadap tema film bisu yang digunakan pada siklus II. Media film bisu yang pada awalnya menggunakan tema sosio drama (Laskar Pelangi) pada siklus I dan kemudian diubah menjadi film yang bertema drama romantisme (Radio Galau FM) pada siklus II, juga ikut memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. Ketuntasan klasikal pada siklus I yakni 66%, sedangkan pada siklus II mencapai 100%. Pengubahan pada tema media film bisu yang dilakukan oleh peneliti ini, tidak lain karena film Laskar Pelangi yang memiliki karakteristik sosio drama, kurang memiliki daya tarik di mata siswa. Selain itu, film Laskar Pelangi cenderung menyulitkan siswa ketika menyampaikan dialog karena kalimat dalam naskah dialog film ini lebih banyak menuntut penggunaan dialek Melayu. Dipilihnya film bertema drama romantisme
8
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 9
(Radio Galau FM) pada siklus II ini, tidak lain digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami dan menyampaikan dialog dalam drama karena bahasa dalam film ini secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, film yang bertema drama romantisme cenderung meningkatkan daya tarik siswa untuk mau belajar. Pengubahan tema film bisu yang digunakan dalam penelitian ini, secara tidak langsung menggambarkan bahwa pemilihan bentuk media yang tepat dalam suatu pembelajaran akan memengaruhi hasil belajar dan minat siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sukarta (2012) bahwa pemilihan media sebagai alat bantu yang tepat akan mampu menimbulkan semangat belajar siswa, meningkatkan hasil belajar siswa, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. Pentingnya pemilihan media yang tepat pada suatu pembelajaran, dikarenakan pula oleh fungsi media pembelajaran sendiri, yakni untuk meningkatkan hasil belajar siswa. “Penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa” (Arsyad, 2002:24). Hasil penelitian yang berjudul penggunaan film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan siswa menyampaikan dialog dalam drama di kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara ini, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dahlia (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Peran melalui Kegiatan Berbicara sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog Teks Drama (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI MA Ibadur-Rahman Rajapolah Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013)”. Hasil dalam penelitian yang dilakukan Dahlia tersebut menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe bermain peran melalui kegiatan berbicara pada kemampuan menyampaikan dialog dalam drama siswa, mengalami peningkatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dahlia sejalan
dengan hasil dalam penelitian penggunaan film bisu dengan teknik dubbing ini, yakni sama-sama mampu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya untuk kemampuan menyam-paikan dialog dalam drama siswa. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Yetti Kusniati (2007) dengan judul “Peningkatan Berdialog dalam Bermain Peran pada Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Belajar Kelompok di Kelas IV SDN Banjarsari 4 Kota Bandung.” Dalam penelitian tersebut, pendekatan belajar kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan dialog dalam drama atau dalam bermain peran. Hasil dalam penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil dalam penelitian ini, yakni sama-sama mampu meningkatkan hasil belajar siswa untuk kemampuan menyampaikan dialog dalam drama siswa. Kemudian, terkait pembahasan mengenai respons siswa terhadap pembelajaran terhadap penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama, tidak terlepas pula oleh adanya penggunaan suatu media pendidikan, seperti media film bisu ini pada suatu pembelajaran. Media sangatlah penting pada suatu pembelajaran karena dengan adanya media akan mampu mendorong minat siswa untuk mau belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sudjana dan Rivai (2002) bahwa pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar akan lebih menarik perhatian siswa, bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, metode pembelajaran akan lebih bervariasi, dan menumbuhkan motivasi belajar. Jadi, penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing, dapat dikatakan telah mampu meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama siswa kelas XI IPA 1 di SMAN 2 Negara. Dengan demikian pula, hipotesis penelitian yang berbunyi penggunaan film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama pada siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara, dapat diterima. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil tes keterampilan menyam-
9
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 10
paikan dialog dalam drama pada siklus II jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I dan nilai awal siswa. Respons siswa terhadap penggunaan film bisu dengan teknik dubbing pada pembelajaran menyampaikan dialog dalam drama juga memperoleh respons positif oleh siswa, baik pada siklus I dan siklus II penelitian ini. Untuk mengatasi beragam permasalahan yang ditemui oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran menyampaikan dialog dalam drama, guru dapat menggunakan media film bisu dengan teknik dubbing. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah dari segi alokasi waktu pembelajaran. Alokasi waktu pembelajaran yang diperlukan untuk penyampaian materi menyampaikan dialog dalam drama cenderung terlalu lama. Hal ini tidak lain disebabkan oleh jumlah siswa yang cukup banyak, yakni 41 siswa. Maka dari itu, peneliti lain yang hendak melanjutkan penelitian ini perlu memerhatikan masalah alokasi waktu pembelajaran. Jika memungkinkan, perencanaan untuk alokasi waktu pembelajaran perlu diminimalisir agar pembelajaran menjadi lebih efisien. Selain itu, penelitian ini hanya terbatas pada kelas XI IPA, sehingga informasi yang didapat mengenai penerapan media film bisu dengan teknik bisu menjadi kurang lengkap. Meskipun demikian, penggunaan film bisu dengan teknik dubbing tetap dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif dalam upaya peningkatan aktivitas dan tercapainya ketuntasan hasil belajar menyampaikan dialog dalam drama.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut. Pertama, langkah-langkah pembelajaran yang efektif melalui penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama siswa kelas XI IPA 1 di SMAN 2 Negara ini adalah langkah-langkah pembelajaran pada siklus II dengan uraian sebagai berikut. (1) guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa, (2) guru dan siswa menyiapkan media, (3) guru
menyampaikan apersepsi kepada siswa, (4) guru menyampaikan KD dan tujuan pembelajaran, (4) guru memberikan penjelasan tentang pengertian dan fungsi dialog dalam drama, (5) guru memperlihatkan contoh penyampaian dialog dalam drama dengan cara mengisi salah satu suara aktris pada film bisu, sekaligus juga memberikan penjelasan mengenai gambaran kegiatan menyampaikan dialog dalam drama dengan media film bisu melalui teknik dubbing, (6) siswa diminta untuk mengamati dan mengucapkan beberapa kata dan kalimat yang ditulis oleh guru di papan tulis dengan baik dan benar. (7) guru membagikan teks percakapan “handphone rusak” dan kemudian menunjuk secara acak beberapa pasangan siswa untuk membaca teks percakapan itu dengan memerhatikan aspek getikulasi, intonasi, dan mimik. (8) siswa diminta untuk membentuk beberapa kelompok yang terdiri atas 6 hingga 7 orang anggota dan masing-masing kelompok diberikan satu buah CD yang berisi sebuah film bisu dan membagikan naskah dialog film kepada siswa. (9) siswa diminta mencermati teks dialog yang didapat dan meminta siswa untuk berlatih menyampaikan dialog pada teks tersebut dengan cara dubbing. kelompok dengan penampilan terbaik akan mendapatkan hadiah. guru juga meminta siswa agar tidak meniru sama persis kalimat pada naskah dialog film. (10) guru dan siswa mempersiapkan film yang akan ditayangkan pada tes praktik siswa dan meminta salah satu kelompok untuk melakukan dubbing pada film yang telah dipilihnya, secara berurutan sesuai dengan urutan video, hingga semua kelompok mendapatkan bagian untuk menampilkan pertunjukan dubbing-nya. (11) guru mengamati sekaligus melakukan penilaian terhadap cara berdialog masing-masing siswa, (12) siswa yang lain diminta untuk mengamati cara penyampaian dialog yang dilakukan temannya dan kemudian memberikan komentar, (13) guru menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, (14) guru memberikan tanggapan dan konfirmasi terkait tata cara menyampaikan dialog dalam drama dan memberikan solusi atas kesulitan-kesulitan yang diha-
10
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 11
dapi siswa. kelompok dengan penampilan terbaik diberikan penghargaan berupa hadiah, (15) secara bersama-sama, guru dan siswa membuat kesimpulan hasil materi pembelajaran, (16) guru memberikan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas rumah kepada siswa untuk mencari teks dialog drama di berbagai sumber dan kemudian berlatih mempraktikannya dengan teman, dan (17) guru mengucapkan salam penutup. Kedua, penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing dapat meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama siswa kelas XI IPA 1 di SMAN 2 Negara. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh oleh siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada nilai awal adalah 64 yang tergolong cukup, siklus I adalah 76 yang termasuk kategori baik, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 80,90 yang tergolong kategori baik. Hal itu membuktikan bahwa rata-rata skor siswa pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Ketuntasan klasikal siswa juga mengalami peningkatan. Ketuntasan klasikal pada siklus I menunjukan angka 66%. Kemudian, pada siklus II, ketuntasan klasikalnya yakni 100%. Hal itu menandakan bahwa telah terjadi pe-ningkatan yang cukup drastis, yakni 44%. Bahkan, ketuntasan klasikalnya telah melebihi kriteria yang telah ditentukan, yakni 75% siswa memperoleh nilai di atas 75. Ketiga, penggunaan media film bisu dengan teknik dubbing untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan dialog dalam drama siswa kelas XI IPA 1 di SMAN 2 Negara ini, mendapatkan respons yang positif di kelas tesebut, dengan rincian yakni 20 siswa atau 48,78% siswa menyatakan respons positif terhadap pembelajaran, bahkan 21 orang siswa atau 51,22% siswa memberikan respons sangat positif Berdasarkan temuan pada penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan saran kepada guru bahasa Indonesia agar menggunakan media berupa film bisu dengan teknik dubbing ini untuk pelajaran yang menuntut keterampilan, khususnya menyampaikan dialog dalam drama.
DAFTAR PUSTAKA A Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha nasional Akbar, Syahrizal. 2010. “Penggunaan Metode Drill dalam Memingkatkan Kemampuan Menulis Sinopsis Cerpen Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Sigaraja: Undiksha. Amsal, Andi Yasir. 2012. “Film Bisu sebagai Salah Satu Media Pembelajaran”.http://andiyasiramsal mediapembelajaran.blogspot.com/20 12/05/film-bisu-sebagai-salah-satumedia.html Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Dahlia, Yuniarti. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Peran melalui Kegiatan Berbicara sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog Teks Drama (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI MA Ibadur-Rahman Rajapolah Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013)”. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: FKIP. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas Kusniati, Yetti. 2007. “Peningkatan Menyampaikan dialog dalam drama dalam Bermain Peran pada Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Belajar Kelompok di Kelas IV SDN Banjarsari 4 Kota Bandung”. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandung: Fakultas Sastra UM. Nurjaya, I Gede. 2012. Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Singaraja: Undiksha.
11
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 12
Raharjo, Budhy.1986. Bandung: Yrama.
Seni
Teater.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Rumapea, Yuliana Putri Lestari. 2012. “Hubungan Keterampilan Guru Memberi Penguatan Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Kelas X SMK Swasta Surya Nusantara Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2011/2012”. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Universitas Negeri Medan. Sriantini, Komang Ayu. “Penggunaan Teknik REIS untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Khususnya Bercerita Siswa Kelas VII 12 SMP Negeri 2 Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Sukarta, I Wayan. 2012. “Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Drama pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Seririt”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Tarigan, Djago. 1986. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa. Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wendra, I Wayan. 2009. Buku Ajar Keterampilan Berbicara. Singaraja: Undiksha Wiyono, Eko Hardi. 2007. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap Disertai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Jakarta : Palanta. Akbar, Syahrizal. 2010. “Penggunaan Metode Drill dalam Memingkatkan Kemampuan Menulis Sinopsis Cerpen Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Singaraja”. Skripsi
(tidak diterbitkan). Undiksha.
Sigaraja:
Amsal, Andi Yasir. 2012. “Film Bisu sebagai Salah Satu Media Pembelajaran”.http://andiyasiramsal mediapembelajaran.blogspot.com/20 12/05/film-bisu-sebagai-salah-satumedia.html Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Dahlia, Yuniarti. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Peran melalui Kegiatan Berbicara sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog Teks Drama (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI MA Ibadur-Rahman Rajapolah Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013)”. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: FKIP. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas Kusniati, Yetti. 2007. “Peningkatan Menyampaikan dialog dalam drama dalam Bermain Peran pada Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Belajar Kelompok di Kelas IV SDN Banjarsari 4 Kota Bandung”. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandung: Fakultas Sastra UM. Raharjo, Budhy.1986. Bandung: Yrama.
Seni
Teater.
Rumapea, Yuliana Putri Lestari. 2012. “Hubungan Keterampilan Guru Memberi Penguatan Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Kelas X SMK Swasta Surya Nusantara Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2011/2012”. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Universitas Negeri Medan.
12