e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014)
PENGGUNAAN MEDIA FILM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X2 DI SMA NEGERI 1 TAMPAKSIRING Pande Putu Edi Harnata, I Wayan Rasna, Ni Made Rai Wisudariani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan media film, (2) media film yang mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen, (3) langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen yang tepat melalui penggunaan media film, dan (4) respons siswa terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan siswa, media film yang digunakan, langkah-langkah, dan respons siswa dalam penggunaan media film. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes, metode dokumentasi, metode observasi, dan metode kuesioner. Data yang diperoleh dari metode tes dan metode kuesioner dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh dari metode dokumentasi dan metode observasi dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan skor rata-rata nilai kelas dalam tes menulis cerpen sebesar 5.07 dari 78.96 pada siklus I menjadi 84.03 pada siklus II, (2) media film yang berjudul TWIT(LOVE)WAR dapat memberikan inspirasi dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa ketika menulis cerpen, (3) ada beberapa langkah dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media film, yaitu memberikan contoh nyata saat menjelaskan materi, memberikan penguatan, menggunakan film yang menarik perhatian siswa, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif di kelas, dan (4) siswa memberikan respons sangat positif terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Tampaksiring agar menggunakan media film ketika mengajarkan siswa materi menulis cerpen sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditemukan dalam penelitian ini.
Kata kunci: media, film, menulis cerpen
Abstract This study aimed at describing: (1) the improvement of students’ competency of writing short story through the use of movie as a media, (2) movie as a media that could improve the students’ competency of writing short story, (3) the learning syntax of teaching writing short story through the use of movie as a media, and (4) the students’ response toward the implementation of movie in teaching writing short story. This study was classroom-based action research conducted in two cycles. The subject
1
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) was the teacher of Bahasa Indonesia and students who belonged to X2 class of SMA Negeri 1 Tampaksiring. The object was the improvement of students’ competency, the used movie, the learning syntax and the students’ response toward the implementation of movie. The methods of data collection were test, documentation, observation and questionnaire. The data gained from conducting test and questionnaire were analyzed descriptive quantitatively. The data collected from documentation and observation methods were analyzed descriptive qualitatively. The results of this study were (1) there was improvement of classical mean score in writing short story in which 5.07 from 78.96 in cycle I to 84.03 in cycle II, (2) the movie entitled TWIT(LOVE)WAR could give inspiration and grew the students’ confidence in writing short story, (3) there were some appropriate steps needed to be employed in teaching writing short story by using movie as a media namely giving the real example in explaining the material, giving reinforcement through the use of attractive movie and giving appreciation to the active students, and (4) the students showed positive attitude toward the implementation of movie as a media in teaching writing short story. According to the findings and discussion of this study, the researcher suggests to the teacher of Bahasa Indonesia in SMA Negeri 1 Tampaksiring to be able to use movie as a media to teach students writing short story with the learning syntax observed in this study. Keywords: media, movie, writing short story
PENDAHULUAN Media pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Sadiman (2009:6) mengatakan bahwa media dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi dengan efektif. Sejalan dengan pendapat Sadiman, Gagne (dalam Sadiman dkk, 2009) menyatakan bahwa media dapat merangsang siswa untuk belajar. Artinya, media dapat membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa akan termotivasi dan mampu berkreasi untuk menghasilkan suatu karya pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Salah satu media yang bisa digunakan untuk menunjang pembelajaran adalah media film. Film merupakan suatu karya seni yang ditayangkan dalam bentuk audio visual. Sumarno (1996:28) menyatakan bahwa sebagai karya seni, film terbukti mempunyai kemampuan kreatif. Media film mempunyai kesanggupan untuk menciptakan suatu realitas rekaan sebagai bandingan terhadap realitas. Realitas imajiner itu dapat menawarkan rasa keindahan, renungan, atau sekadar hiburan. Dalam tampilannya, film sudah memiliki tema dan
alur cerita yang cukup jelas karena dalam pembuatan sebuah film, semua skenario sudah dipersiapkan dengan matang. Selain sebagai karya seni, film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audio visual dan gerak. Oleh karena itu, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Selain itu, film juga dapat diartikan sebagai gambar-gambar dalam frame yang mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film biasanya digunakan untuk hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Dalam satu penggunaan, film adalah medium komunikasi massa, yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern saat ini, Sumarno (1996:27). Sebagai alat penyampaian berbagai jenis pesan, film diharapkan memberikan informasi atau tayangan yang sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Film menggunakan bahasa sebagai alat untuk memberikan informasi kepada pemirsanya. Bahasa diibaratkan sebagai “jembatan” yang menghubungkan penyampaian informasi di layar kaca dengan pemirsa atau
2
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) masyarakat yang menyaksikan film tersebut. Jadi, media film tidak bisa dipisahkan dengan bahasa. Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan media bahasa. Sebagai alat komunikasi, bahasa yang digunakan harus jelas dan mudah dipahami oleh orang lain. Orang yang ikut dalam kegiatan berkomunikasi akan menjadi lebih mudah mengerti jikalau bahasa yang digunakan oleh informan jelas dan terstruktur. Begitu juga sebaliknya, jika bahasa informan tidak bagus dan tidak jelas, lawan bicaranya tidak bisa memahami bahasa yang disampaikan ketika berkomunikasi. Jadi, bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan. Agar semua kegiatan komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar, maka ada empat aspek keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis salah satu aspek keterampilan berbahasa yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Keterampilan menulis ini memungkinkan penulis untuk mengomunikasikan ide, pikiran, dan pengalaman yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan. Kegiatan menulis juga bisa mendorong seseorang untuk berpikir kritis terhadap sesuatu yang ada. Selain itu, kegiatan menulis juga melibatkan logika dan emosi penulis dalam membangkitkan kreativitas dan memperkuat kesadaran akan dunia penulis itu sendiri. Darmadi (1996:1) mengatakan bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan yang sangat kompleks. Menulis melibatkan cara berpikir dan kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, serta perasaan ke dalam bentuk bahasa tulis. Tulisan merupakan media dalam komunikasi yang tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Hal senada juga disampaikan oleh Tarigan (1985:5) yang
menyatakan bahwa menulis merupakan salah satu aspek keterampilan yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Agar komunikasi dengan tulisan dapat berlangsung dengan baik dan lancar, seorang penulis harus berupaya dan mengusahakan agar bahasa tulis itu mendekati kenyataan sebagaimana diucapkan dalam bahasa lisan. Tarigan (1994:21) menyatakan “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Tidak hanya itu, menulis juga merupakan pengungkapkan gagasan atau ide-ide secara tertulis melalui kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis yang produktif artinya kegiatan menulis yang menghasilkan produk berupa tulisan, sedangkan menulis yang ekspresif, artinya melalui menulis seseorang akan dapat mengekspresikan atau mengungkapkan maksud dan ide-ide. Pakar lain, Kartono (2009:17) menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat-kalimat, melainkan lebih daripada itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak. Ini berarti dalam kegiatan menulis akan terjadi proses berpikir secara kritis dari seseorang untuk menghasilkan suatu tulisan. Dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, kegiatan menulis dimunculkan pada standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA disebutkan bahwa keterampilan menulis, khususnya menulis cerpen wajib dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis cerpen ini terdapat pada standar kompetensi kelas X semester genap di SMA. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak hanya mempelajari teoriteori sastra saja, tetapi siswa dituntut pula untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya
3
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) melalui sebuah karya sastra berupa cerpen. Dengan memahami teori dan praktik yang telah diberikan di sekolah, siswa diharapkan mampu untuk mengenal dan menulis cerpen. Cerpen adalah cerita fiksi yang menceritakan sebagian kisah kehidupan tokoh, baik kisah yang mengharukan maupun menyedihkan dengan penceritaan yang singkat, (Suharma. dkk, 2007:5). Cerita yang disajikan dalam cerpen sangat singkat karena hanya menceritakan sebagian kecil kehidupan tokohnya. Senada dengan pendapat tersebut, Suroto (1989: 18) menyatakan “Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerpen tersebut. Pakar lain, Pranoto (2007:41) menyatakan “Cerpen adalah cerita yang pendek tetapi menyelesaikan semua persoalan secara tuntas dan utuh, sesuai dengan tema yang disajikan”. Dengan demikian, cerpen hanya menceritakan sebagian kecil kehidupan tokohnya dan cerita yang disajikan sangat singkat. Menulis cerpen merupakan kegiatan merekayasa rangkaian cerita seputar kehidupan tokoh, kehidupan di masyarakat, dan pengalaman penulis yang disajikan secara unik dan baru (Suharma. dkk, 2007:15). Menulis cerpen juga dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide-ide menjadi cerita rekaan yang disusun berdasarkan imajinasi penulis, realitas kehidupan penulis, maupun pengalaman penulis yang dituangkan ke dalam tulisan. Menulis cerpen dapat digunakan sebagai salah satu langkah untuk mengapresiasi suatu karya sastra. Apresiasi sastra berarti memberikan penghargaan terhadap kehadiran suatu karya sastra. Dengan menulis cerpen, siswa akan ikut serta memperkaya karya sastra, khususnya pada bidang cerpen. Selain itu, menulis cerpen juga menjadi alternatif siswa untuk berkreativitas dan menuangkan ide-idenya ke dalam tulisan. Saat ini, keterampilan menulis cerpen di sekolah masih menjadi permasalahan dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis sastra. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi awal
peneliti di SMA Negeri 1 Tampaksiring. Dari hasil observasi itu, kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan untuk mengembangkan tema, menyusun alur/jalan cerita, dan menggambarkan tokoh, dan sudut pandang. Menuangkan ide-ide ke dalam tulisan juga menjadi permasalahan yang paling banyak ditemui dalam penulisan cerpen. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa ketika proses belajar-mengajar berlangsung, guru tidak menggunakan media saat menunjang proses belajar menulis cerpen di kelas. Selain tidak menggunakan media, metode yang digunakan pun hanya metode ceramah. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya siswa menulis sebuah cerpen. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dan Bapak Dewa Gede Agung, S.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas X diperoleh informasi bahwa, kemampuan siswa dalam menulis cerpen masih rendah. Dari 36 siswa di kelas X2, siswa yang mendapatkan nilai yang sesuai atau di atas KKM yang telah ditentukan sebanyak 12 orang siswa, sedangkan 24 siswa yang lainnya masih di bawah KKM. Jika data tersebut dipersentasekan, siswa yang dinyatakan tuntas dalam menulis cerpen hanya 33,3%, sedangkan sisanya 66,7% yang belum tuntas atau masih di bawah KKM. KKM yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas X SMA Negeri 1 Tampaksiring adalah 78. Tetapi, skor rata-rata menulis cerpen yang diperoleh siswa di kelas X2 sebesar 75. Selain guru, peneliti juga mewawancarai siswa kelas X2 secara klalikal. Siswa menuturkan bahwa mereka kesulitan dalam mengembangkan tema dan menyusun alur cerita. Alur cerita yang mereka tulis sering tidak beraturan dan tidak jelas. Selain itu, menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan dan menggambarkan tokoh juga menjadi masalah yang dihadapi oleh siswa ketika menulis cerpen. Secara umum, hal inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa ketika menulis cerpen. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemilihan media sangat penting diperhatikan oleh guru. Apabila guru dapat
4
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) memilih media yang tepat dalam pembelajaran, maka keterampilan siswa dalam menulis, khususnya menulis cerpen dapat ditingkatkan. Dengan menggunakan media film, permasalahan yang dihadapi siswa ketika menulis cerpen dapat diminimalisir. Siswa akan lebih mudah untuk mengembangkan tema, menyusun alur/jalan cerita, dan menggambarkan tokoh. Selain itu, siswa menjadi lebih mudah dalam menuangkan ide-idenya ke dalam tulisan. Hal ini dikarenakan dalam cerita film tersebut sudah jelas alur ceritanya. Siswa akan menjadi lebih mudah untuk menyusun kerangka tulisan yang akan dibuat dalam bentuk cerpen. Siswa juga akan dilatih supaya konsep menulis yang siswa menjadi terstruktur dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan siswa dalam menulis cerpen harus segera diatasi. Untuk mengatasi permasalahan itu, pemilihan media sangat penting dilakukan agar permasalahan siswa dalam menulis cerpen dapat diatasi. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka penelitian dengan judul “Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring” sangat penting dilakukan untuk mengatasi permasalahan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Bersasarkan hal tersebut, adapun permasalahan yang akan di bahas pada penelitian ini , yaitu (1) bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan media film di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring, (2) media film yang bagaimanakah yang mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring, (3) bagaimanakah langkahlangkah pembelajaran menulis cerpen melalui penggunaan media film pada siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring, dan (4) bagaimanakah respons siswa terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring. Dari permasalahan tersebut, adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1) untuk mengetahui
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan media film di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring, (2) untuk mendeskripsikan media film yang mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring, (3) untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen melalui penggunaan media film pada siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring, dan (4) untuk mengetahui respons siswa terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring. Penelitian ini memberikan manfaat kepada beberapa pihak, yakni guru, siswa, dan peneliti lain. Manfaat bagi guru bahasa dan sastra Indonesia di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu media alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis cerpen. Manfaat bagi siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring adalah hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam mencapai indikator pembelajaran menulis cerpen. Manfaat bagi peneliti lain adalah penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian sejenis. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan media film, media film yang mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen, langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen melalui penggunaan media film, dan respons siswa terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode tes/penugasan, metode dokumentasi, metode observasi, dan metode kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes dan
5
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) kriteria penilaian menulis cerpen, pencatatan, lembar observasi, dan kuesioner tertutup. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kemampuan menulis cerpen dan data kuesioner tertutup. Sedangkan, teknik analisis data deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data media yang film yang digunakan dan langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media film. Kriteria keberhasilan belajar menulis cerpen melalui media film ditunjukkan dengan adanya rasa antusias dari siswa dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari hasil observasi pada saat penelitian berlangsung. Kemampuan menulis cerpen siswa mengalami penigkatan, yaitu 75% siswa mencapai KKM atau di atas KKM. Selain itu, hasil kuesioner menunjukkan 80% ke atas siswa merespons positif terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Ada empat hasil yang diperoleh dari penelitian ini. (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa, (2) media yang digunakan, (3) langkah-langkah pembelajaran, dan (4) respons siswa mengenai penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen. Peningkatan hasil belajar menulis cerpen dapat dilihat dari hasil skor ratarata yang di peroleh siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Tampaksiring. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada pratindakan atau sebelum dilaksanakan tindakan adalah 75,5. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan menggunakan media film, skor rata-rata yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Skor rata-rata pada siklus I adalah 78,96. Sedangkan, skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 84,03.
Pada siklus I, skor rata-rata yang diperoleh siswa lebih rendah dibandingkan dengan siklus II. Peningkatan skor dari siklus I ke siklus II sebesar 5,07. Rendahnya skor yang diperoleh pada siklus I disebabkan oleh beberapa hal, yaitu guru tidak memberikan gambaran atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, guru tidak memberikan variasi penguatan dan motivasi kepada siswa sehingga siswa kurang percaya diri untuk mengikuti pelajaran, guru jarang memberikan contoh kepada siswa saat menjelaskan materi, guru tidak memberikan penghargaan atau apresiasi kepada siswa yang aktif di kelas. Selain itu, film yang ditayangkan pada siklus I kurang menarik perhatian siswa. Ini adalah beberapa hal yang menyebabkan rendahnya skor yang diperoleh siswa pada siklus I. Pada siklus II, skor rata-rata yang diperoleh siswa mengalami peningkatan karena permasalahan yang dihadapi pada siklus I sudah diatasi. Guru sudah memberikan gambaran atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar-mengajar berlangsung, guru memberikan variasi penguatan dan motivasi kepada siswa supaya mereka percaya diri ketika berada di kelas, guru memberikan contoh berdasarkan kenyataan yang ada di sekitar siswa ketika menjelaskan materi, dan guru memberikan nilai tambahan kepada siswa yang sudah aktif ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Selain itu, media film yang digunakan mampu menarik minat dan perhatian siswa. Tabel 1. Perbandingan antara skor ratarata kelas sebelum dilakukan tindakan, pada siklus I, dan pada siklus II Pelaksanaan Skor rata-rata kelas Pratindakan 75,5 Siklus I 78,96 Siklus II 84,03
Terkait dengan peningkatan skor rata-rata siswa menulis cerpen dengan
6
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) menggunakan media film tersebut, terdapat media film yang digunakan sehingga mampu menarik perhatian siswa. Media film pada siklus II mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dibandingkan media film pada siklus I. Media film yang digunakan pada siklus I kurang menarik perhatian siswa. Cerita yang disajikan pada film tersebut tergolong biasa dan sederhana. Hal ini yang menyebabkan siswa merasa bosan diakhir film tersebut. Pada siklus II, media film diganti dengan media film yang mampu menarik minat dan perhatian siswa. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Film yang digunakan pada siklus II mencerminkan kehidupan atau situasi yang ada disekitar lingkungan siswa. Dengan demikian, siswa akan menjadi lebih tertarik dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Film yang biasa digunakan adalah film yang bertemakan cinta, lucu, senang, dan sedih. Tema tersebut sangat menggambarkan keadaan anak SMA zaman sekarang. Film tersebut merupakan gambaran umum seputar kehidupan siswa. Walaupun terkait dengan kehidupan siswa, film tersebut tidak terlepas dari makna pendidikan yang disampaikan melalui cerita. Jadi, siswa akan menjadi tertantang untuk menyaksikan film tersebut. Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen tidak terlepas dari langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh. Langkah-langkah pembelajaran ini merupakan pembaharuan dari langkahlangkah pembelajaran siklus I yang kemudian diterapkan pada siklus II. Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II, yaitu (1) guru membuka pelajaran dengan salam, (2) guru mengkondisikan kelas supaya kelas menjadi lebih tenang dan guru mengecek kehadiran siswa, (3) guru memberikan apersepsi, (4) guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, (5) guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, (6) guru memberikan arahan atau gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan, (7) guru mulai menjelaskan materi. Pada saat menjelaskan materi cerpen, guru
menyertakan dengan contoh, (8) guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang sudah dipelajari dan memberikan variasi penguatan dan motivasi kepada siswa, (9) guru membacakan sebuah contoh cerpen, (10) guru meminta dua orang siswa untuk membacakan contoh cerpen di depan kelas, (11) guru memberikan motivasi kepada siswa, (12) guru menugaskan siswa untuk mencatat hal-hal yang terdapat dalam film, (13) guru memutar film di depan kelas, (14) guru mempersilahkan siswa untuk meresapi dan memahami film yang telah diputar, (15) guru menugaskan siswa untuk membuat sebuah cerpen dan guru memberikan aspek-aspek yang akan dinilai, (16) guru menunjuk siswa untuk membacakan cerpen yang telah dibuat, (17) guru memberikan masukan terkait dengan cerpen yang dibuat oleh siswa, (18) guru melakukan refleksi dan evaluasi mengenai kegiatan yang sudah berlangsung, (19) guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran, (20) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah aktif di kelas, (21) guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Berbicara mengenai langkahlangkah pembelajara menulis cerpen ini, terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang menjadi titik penekanan agar kemampuan siswa menjadi meningkat. Adapun kegiatan-kegiatan pembelajaran itu adalah (1) memberikan contoh ketika menjelaskan materi, (2) memberikan variasi penguatan dan motivasi kepada siswa, (3) menggunakan media film yang tepat dan menarik perhatian siswa, dan (4) memberikan penghargaan atau apresiasi kepada siswa yang aktif di kelas ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada siklus II. Kemudian, hasil penelitian yang berkaitan dengan respons yang diberikan oleh siswa terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen juga mengalami peningkatan. Pada siklus I, dari 33 siswa yang mengisi kuesioner, 19 siswa atau 57,6% yang memberikan respons sangat positif terhadap
7
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) penggunaan media film untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen. 14 siswa atau 42,4% memberikan respons positif. Siswa tidak ada yang memberikan respons cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif. Jika dipersentasekan secara keseluruhan, 81,2% siswa kelas X2 merespons positif. Sedangkan pada siklus II, dari 32 siswa yang mengisi kuesioner, 29 siswa atau 90,6% memberikan respons sangat positif dan 3 siswa atau 9,4% memberikan respons yang positif terhadap penggunaan media film ketika pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan data di atas, tidak ada siswa yang memberikan respons kurang positif, tidak positif, atau sangat tidak positif. Jika dipersentasekan secara keseluruhan, 86,25% siswa kelas X2 merespons sangat positif. Dari hal tersebut, penggunaan media film untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa dikatakan berhasil. Grafik 1. Perbandingan Respons Siswa Siklus I dan Siklus II pada Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Film
87.0% 86.0% 85.0% 84.0% 83.0% 82.0% 81.0% 80.0% 79.0% 78.0%
Siklus
Siklus I
Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, adapun pembahasan dari masing-masing hasil tersebut. Penggunaan media film sangat memengaruhi peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Dengan menggunakan media film, siswa menjadi lebih mudah untuk mengikuti pelajaran menulis cerpen di kelas. Kustandi dan Sutjipto (2011:9) menyatakan “Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna
pesan yang ingin disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna”. Sejalan dengan Kustandi dan Sutjipto, Arsyad (2010:4) mengatakan bahwa media ialah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, siswa juga mampu menuangkan imajinasi atau pikirannya ke dalam tulisan dengan menggunakan media film. Hal itu sejalan dengan pendapat Sadiman (2009:6) yang menyatakan “Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dengan efektif”. Peningkatan skor rata-rata yang diperoleh juga tidak terlepas dari pemilihan media film yang akan digunakan. Media film yang tepat digunakan sebagai media pembelajaran menulis cerpen. Tema percintaan atau lebih tepatnya tentang kesetiaan adalah tema yang mampu menarik perhatian dan minat siswa SMA. Seperti yang diketahui bahwa, tema tersebut tidak jauh dari kehidupan siswa SMA zaman sekarang. Hal ini senada dengan pendapat Hamalik sebagaimana dikutip Asnawir (dalam Munadi, 2008:117) mengemukakan bahwa film yang baik dan berkualitas memiliki ciriciri, yaitu:1) dapat menarik minat siswa, 2) benar dan autentik, 3) up to date, 4) sesuai dengan tingkat kematangan audiens, 5) perbendaharaan bahasa digunakan secara baik dan benar, 6) kesatuan dan sequence-nya cukup teratur, dan 7) teknis yang digunakan cukup memenuhi persyaratan dan memuaskan. Dengan pemilihan film yang tepat, siswa sangat tertarik dan antusias menyaksikan film tersebut. Media film yang pada awalnya menggunakan tema kehidupan sosial (BEJO) pada siklus I dan diubah dengan menggunakan media film yang bertemakan tentang cinta atau kesetiaan (TWIT(LOVE)WAR) pada siklus II, juga
8
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) ikut memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II. Ketuntasan klasikal pada siklus I 72.8% menjadi 90.6% pada siklus II. Pengubahan tema pada media film ini dilakukan karena film pada siklus I kurang menarik perhatian siswa. Hal ini dikarenakan film pada siklus I hanya menceritakan tentang kehidupan sosial. Dipilihnya media film dengan tema percintaan atau kesetiaan pada siklus II ini, tidak lain digunakan untuk menarik perhatian dan minat siswa untuk mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa juga dituntun untuk belajar jujur pada diri sendiri, sabar, dan memiliki prinsip diri. Hal ini senada dengan butir pertama pada pemanfaatan film dalam rangka menunjang proses belajar mengajar yang diungkapkan oleh Munadi (2008: 119), yaitu 1) film harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Film untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, dan untuk mengajarkan aturan dan prinsip. Film untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh suatu keterampilan yang harus ditiru (keterampilan gerak). Dengan demikian, pemilihan film ini diberikan untuk membangkitkan semangat dan minat siswa untuk mengikuti pelajaran. Penerapan langkah-langkah pembelajaran yang tepat juga memengaruhi peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa. Pada langkahlangkah pembelajara menulis cerpen ini, terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang menjadi titik penekanan agar kemampuan siswa menjadi meningkat. Adapun kegiatan-kegiatan pembelajaran itu adalah (1) memberikan contoh ketika menjelaskan materi, (2) memberikan variasi penguatan dan motivasi kepada siswa, (3) menggunakan media film yang tepat dan menarik perhatian siswa, dan (4) memberikan penghargaan atau apresiasi kepada siswa yang aktif di kelas ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada siklus II.
Pada langkah-langkah siklus II tersebut, guru memberikan contoh nyata atau contoh yang sesuai dengan keadaan sekitar siswa ketika menjelaskan materi. Tidak hanya pada saat menjelaskan materi, tetapi setelah materi dipahami dengan baik oleh siswa, guru membacakan sebuah contoh cerpen. Hal ini sangat penting dilakukan agar siswa mengetahui dan memahami dengan baik isi dari sebuah cerpen. Siswa mendapat gambaran atau bayangan mengenai cerpen yang akan mereka buat. Sejalan dengan hal tersebut, Sriantini dan Depdiknas (dalam Irawan, 2014:134-135) mengatakan bahwa pemberian contoh akan dapat membuat pemahaman siswa menjadi lebih mantap. Siswa juga dapat dikatakan menguasai keterampilan dengan baik jika guru memberikan contoh untuk dilihat dan ditiru. Memberikan variasi penguatan dan motivasi juga memjadi hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran menulis cerpen. Terkait dengan hal tersebut, pada kegiatan pembelajaran siklus II, guru memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa yang aktif memjawab ataupun memberi pertanyaan. Pada saat siswa menjawab ataupun memberi pertanyaan dengan baik dan tepat, guru memberikan penguatan berupa kata-kata, seperti bagus sekali, tepat sekali, hebat, acungan jempol, dan senyuman. Pemberian variasi penguatan dan motivasi ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat siswa ketika belajar dikelas. Sejalan dengan hal tersebut, Djamarah (2005:117) menyatakan “Pengubahan tingkah laku siswa (behavior modification) dapat dilakukan dengan memberikan penguatan.” Selanjutnya, Djamarah juga mengemukakan bahwa penguatan adalah hadiah atau hukuman yang diberikan oleh guru kepada siswa sebagai respons atas prilakunya. Penguatan berupa hadiah dan hukuman itu bertujuan untuk mengubah tingkah laku siswa yang kurang baik dan meningkatkan prestasi belajar siswa yang sudah baik. Pada intinya, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media film untuk meningkatkan
9
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) keterampilan menulis cerpen ini, menggunakan media film yang dapat menarik perhatian siswa. Pada kegiatan siklus II, guru menggunakan media film yang bertemakan tentang percintaan atau kesetiaan, yaitu film yang berjudul TWIT(LOVE)WAR. Penggunaan media film ini lebih menarik perhatian siswa dibandingkan dengan media film pada siklus I. Pernyataan ini sejalan dengan Munadi (2008:117) yang mengatakan bahwa film yang baik dan berkualitas memiliki ciri-ciri dapat menarik minat siswa. Itu adalah salah satu butir dari ciriciri film yang baik dan berkualitas menurut Munadi. Dengan demikian, pemilihan media film yang tepat akan memengaruhi kegiatan pembelajaran menulis cerpen. Langkah-langkah pembelajaran melalui penggunaan media film untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen ini, juga memberikan penekanan terhadap pemberian penghargaan atau apresiasi kepada siswa yang sudah aktif di kelas. Pemberian penghargaan atau apresiasi ini sangat memengaruhi minat dan semangat siswa untuk belajar di kelas. Pernyataan ini senada dengan Rumapea (dalam Irawan, 2014: 136) yang mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar, penghargaan dan pujian dari guru mempunyai arti penting bagi siswa karena dengan diberi pujian atau penghargaan oleh guru, akan dapat meningkatkan motivasi, minat, perhatian, dan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Pemberian penghargaan atau apresiasi ini dilakukan dengan memberikan point atau nilai tambahan kepada siswa. Selain itu, respons yang diberikan oleh siswa terhadap penggunaan media film untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen juga sangat positif. Keberhasilan itu terjadi apabila 80% dari seluruh siswa memberikan respons positif. Hal tersebut dapat dicapai karena siswa sangat antusias dan bersemangat mengikuti pelajaran. Memperhatikan penjelasan dari guru dan bertanya kepada guru adalah ciri dari minat dan semangat
siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media film. Pernyataan ini diperkuat oleh Sadiman, dkk (2005:68) dan Munadi (2008:116) mengatakan bahwa film memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1) film dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, 2) film dapat menerangkan suatu proses dengan baik, 3) film dapat menyajikan teori dan praktik dari yang bersifat umum ke khusus dan sebaliknya, 4) film dapat menayangkan sosok para ahli dan memperdengarkan pendapatpendapat mutakhirnya di dalam kelas, 5) film dapat menampilkan butir-butir tertentu secara jelas karena didukung oleh penggunaan teknik-teknik warna, gerak, animasi, dan sebagainya, 6) film cenderung lebih realitas, dapat diulangulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, 7) film dapat mengatasi keterbatasan daya indera manusia (indera penglihatan dan pendengaran), 8) film dapat merupakan suatu denominator belajar umum yang memungkinkan anak cerdas maupun anak yang kurang cerdas untuk memeroleh sesuatu dari film yang sama, 9) film dapat mengkiat perhatian peserta didik, 10) film dapat menumbuhkan minat, merangsang, dan memotivasi peserta didik untuk belajar, 11) film dapat mengembangkan pikiran dan pendapat peserta didik, dan 12) film dapat mengembangkan imajinasi peserta didik. Berdasarkan pemaparan di atas, penggunaan media film dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring. Dengan demikian pula, hipotesis penelitian yang berbunyi penggunaan media film untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring, dapat diterima. Hal ini dilihat dari adanya peningkatan hasil tes pada siklus II, jika dibandingkan dengan hasil tes yang diperoleh pada siklus I. Di samping meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa, penggunaan media film juga dapat meningkatkan respons siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen dan mampu menumbuhkan respons sanagt positif pada diri siswa
10
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) yang mengikuti cerpen.
pembelajaran menulis
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, peningkatan skor ratarata menulis cerpen siswa dengan menggunakan media film terjadi pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, hasil yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yaitu dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 78,96 dengan 24 siswa yang sudah tuntas atau 72,8% dan 9 siswa atau 27,2 mendaptkan nilai di bawah KKM. Sedangkan pada siklus II, nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 5,07, yaitu dari rata-rata nilai kelas sebesar 78,96 pada siklus I menjadi 84,03 pada siklus II. Untuk ketuntasan secara klasikal juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 17,8% dari ketuntasan kelas 72,8% pada siklus I menjadi 90,6% pada siklus II. Kedua, media film yang mampu meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen adalah media film yang bisa menarik perhatian siswa dan sesuai dengan tingkat kematangan audiens (siswa SMA). Film tentang romantisme, percintaan, dan kesetiaan adalah jenis film yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran menulis cerpen di SMA. Dengan menayangkan film yang berjudul TWIT(LOVE)WAR, siswa merasa senang dan menyambut dengan antusias. Dari isi film tersebut, siswa sangat terbantu untuk membuat sebuah cerpen, mulai dari membuat tema, menentukan jalan cerita, dan menggambarkan tokoh dalam cerita. Ketiga, pada intinya, langkahlangkah proses belajar-mengajar menulis cerpen dengan menggunakan media film, yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapakan salam, guru mengkondisikan kelas supaya kelas menjadi lebih tenang dan nyaman dan guru mengecek kehadiran siswa, guru memberikan apersepsi, guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru memberikan arahan atau gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakuakan,
guru mulai menjelaskan materi. Pada saat menjelaskan unsur-unsur cerpen, guru menyertakan contoh dari masing-masing unsur tersebut, setelah menjelaskan materi, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang sudah dipelajari. Pada saat tanya jawab berlangsung, guru mengadakan variasi penguatan kepada siswa, guru membacakan contoh cerpen, guru meminta dua orang siswa untuk membacakan contoh cerpen di depan kelas, guru memberikan motivasi kepada siswa, guru menugaskan siswa untuk mencatat hal-hal yang terdapat dalam film, guru memutar film di depan kelas, guru mempersilahkan siswa untuk meresapi dan memahami film yang telah diputar, guru menugaskan siswa untuk membuat sebuah cerpen dan sebelum itu, guru menyampaikan aspek-aspek yang akan dinilai, guru menunjuk siswa untuk membacakan cerpen yang telah dibuat, guru memberikan masukan terkait dengan cerpen yang dibuat oleh siswa, guru melakukan refleksi dan evaluasi mengenai kegiatan yang sudah berlangsung, guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran, guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah aktif di kelas, guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Terakhir, Siswa memberikan respons sangat positif terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen. Hal ini bisa dilihat dari 32 siswa yang mengisi kuesioner, 29 atau 90,6% memberikan respons sangat positif dan 3 siswa atau 9,4% memberikan respons positif terhadap penggunaan media film dalam pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1) Penelitian ini disarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia untuk menggunakan media film sebagai salah satu media alternatif dalam meningkatkan kualitas menulis cerpen siswa. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai refrensi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis sastra
11
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Tahun 2014) lainya. Guru juga hendaknya memberikan banyak contoh agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan, memberikan penguatan atau motivasi kepada siswa, menggunakan media film yang tepat, dan memberikan apresiasi supaya siswa menjadi lebih aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung. 2) Penelitian ini hendaknya dijadikan pengetahuan baru bagi siswa dalam menulis cerpen. Ketika menulis cerpen, siswa bisa menggunakan film sebagai medianya. Siswa juga diharapkan selalu menyimak dan memerhatikan perintah dan penjelasan yang diberikan oleh guru ketika proses belajar-mengajar menulis cerpen dengan menggunakan media film berlangsung. Dalam menulis cerpen, siswa juga hendaknya memerhatikan aspek-aspek, seperti: kesesuaian isi dengan judul, organisasi yang meliputi kronologi dan peristiwa, unsur-unsur cerpen dan penggunaan bahasa. Hal ini bertujuan supaya kemampuan siswa menjadi lebih baik dan mampu mencapai KKM yang telah ditentukan oleh guru. 3) Peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian lanjutan terkait dengan penerapan media pada aspek pembelajaran bahasa, khususnya pada aspek menulis. Selain itu, penelitian ini hanya terbatas pada subjek penelitian di kelas X2 saja. Untuk memperoleh informasi yang luas dalam mengkaji pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media film ini, peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan subjek yang berbeda, seperti kelas XI program bahasa. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi Offset. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Irawan, I Putu Ari Utama. 2014. “Penggunaan Film Bisu dengan Teknik Dubbing untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog dalam Drama Siswa Kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara.” Skripsi. (tidak diterbitkan). PBSI, FBS. Singaraja: Undiksha. Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membeca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Kustandi, Cecep & Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran (Manual dan Digital). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Pranoto, Naning. 2007. “Pelatihan Singkat Menulis Cerpen”. Warta. Edisi VIII (halm.41). Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. -------. 2009. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: Rajawali Pers. Suharma. dkk. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Yudhistira. Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Gramedia. Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga. Tarigan, Hendry Guntur. 1985. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa. -------, 1994. Menulis: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
12