e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
ANALISIS KALIMAT EFEKTIF CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAMPAKSIRING
Indrayani, Sang Ayu Putu Surya1, Putrayasa, Ida Bagus2, Sriasih, Sang Ayu Putu3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian yang menggunakan rancangan deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan kalimat efektif yang ada dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring, (2) kendala-kendala penyusunan kalimat yang dihadapi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dalam menulis cerpen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dan objek penelitian ini adalah penggunaan kalimat efektif dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring ditinjau dari segi syarat kalimat efektif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode wawancara. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penggunaan kalimat dalam cerpen sudah sesuai dengan ciri-ciri kalimat efektif, yaitu keutuhan (kesatuan), keterpaduan, keringkasan, dan keterpusatan perhatian berhubungan dengan struktur atau interelasi (penekanan) sehingga cerpen siswa menarik untuk dibaca. (2) Kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam penyusunan kalimat efektif, yaitu siswa kurang memahami unsur-unsur kalimat, siswa kurang percaya diri dengan hasil/kalimat yang ditulis, siswa kurang bisa memanfaatkan kata-kata dalam menyusun kalimat, siswa sulit dalam menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, dan siswa sulit membedakan antara awalan dengan kata depan. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kalimat yang dibuat oleh siswa sudah sesuai dengan ciri dan syarat kalimat efektif, serta kendala siswa lebih banyak ada pada pemahaman tentang unsur-unsur kalimat karena kondisi kelas kurang kondusif saat pembelajaran berlangsung. Untuk itu, disarankan kepada guru agar lebih mengondisikan kelas sehingga siswa dapat belajar dengan baik, terutama terhadap siswa yang kurang memahami pemakaian unsur-unsur kalimat yang baik. Kata kunci: Analisis Kalimat Efektif, Cerpen
Abstract This research is a descriptive qualitative, aimed at describing (1) the use of sentences in short story made by second grade students of SMA Negeri 1 Tampaksiring, (2) the obstacles of second grade students of SMA Negeri 1 Tampaksiring in arranging the effective sentence towrite a short story. The subjects of this research are second grade students of SMA Negeri 1 Tampaksiring and the objects are the short story made by students of SMA Negeri 1 Tampaksiring. The data collecting methods are documentation and interview method. After the data have been collected, they are analyzed further by descriptive qualitative research. The result show that (1) the use of sentences in short story are correspond with characteristics of effective sentence, namely integrality, integration, brevity, and centering of attention related with structure or interrelation (accentuation) so that the students’ short story are interested to be read. (2) the obstacles of the students in arranging the effective sentences, such as the students less understand the unsure of the sentences, studentslessconfidence with the result of the sentences that they write, students less in exploiting the words in arranging the sentences, students hard to correlate the sentence with the others, and students hard to distinguish between prefix and preposition. Base on the result and discussion, can be concluded that the sentences which are made by the students are correspond with characteristics of effective sentence, and the students’ obstacles is more on comprehension about the unsure of sentence because of
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 classroom condition is less conducive when the learning process is held. Therefore, is recommended for the teacher to more condition the class in order to make the students be able to study well, especially for the students with less comprehension in using the appropriate sentences unsure. Keywords: The Analysis of Effective Sentence, Short Story
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Pada saat berkomunikasi, sebuah hubungan akan lebih bermakna dan bernilai positif atau negatif, tergantung dari bahasa yang digunakan. Manusia memikirkan segala hal yang berhubungan dengan kehidupannya dan hampir semua kegiatan manusia dibarengi dengan kegiatan berbahasa. Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kushartanti, dkk (ed)., 2005:4). Melalui definisi yang dikemukakan oleh Kushartanti terlihat bahwa bahasa adalah hal yang disepakati oleh masyarakat penggunanya. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis, manusia diharapkan menguasai empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut meliputi (a) keterampilan menyimak, (b) keterampilan berbicara, (c) keterampilan membaca, dan (d) keterampilan menulis. Masing-masing kemampuan berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu-kesatuan dan memiliki peranan yang sama penting dalam kegiatan berkomunikasi. Salah satu keterampilan berbahasa yang penting dikuasai, khususnya oleh siswa adalah menulis. Menulis merupakan aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat-kalimat, melainkan lebih daripada itu. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis memiliki manfaat yang besar dalam mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, kemampuan menemukan, mengumpulkan, dan mengelola informasi (Kartono, 2009:17). Ahli lain mengatakan bahwa aktivitas menulis merupakan salah satu manifestasi kemampuan berbahasa paling akhir yang harus dikuasai pelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca, dan berbicara
(Nurgiyantoro, 2001:296). Jika dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh pelajar bahasa karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar bahasa. Darmadi (1996:1) mengatakan bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan yang sangat kompleks. Menulis dikatakan kegiatan yang sangat kompleks karena dalam menulis, penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisan serta menuangkan dalam perumusan ragam bahasa tulis dan konversi penulisan.Kegiatan menulis melibatkan cara berpikir dan kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, serta perasaan ke dalam bentuk bahasa tulis. Berdasarkan beberapa pengertian menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa karena hal tersebut termasuk kegiatan yang kompleks. Dalam KTSP SMA, siswa kelas XI diharapkan sudah mampu menulis sebuah karya sastra yaitu cerpen. Dalam menulis cerpen, perlu adanya kepaduan antara kemampuan merangkai kata dan daya khayal seseorang. Selain itu, seseorang dapat pula menulis cerpen yang berangkat dari pengalaman pribadinya. Cerpen merupakan salah satu bentuk tulisan narasi. Tulisan narasi adalah suatu tulisan atau karya yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Tujuan diajarkannya menulis cerpen yaitu untuk meningkatkan daya imajinasi siswa dengan mengungkapkan apa yang pernah dialami atau kejadian yang pernah dialami dalam bentuk tulisan. Cerpen adalah cerita fiksi yang menceritakan sebagian kisah kehidupan tokoh, baik kisah yang mengharukan maupun yang menyedihkan dengan penceritaan yang singkat (Suharma. dkk, 2007:5). Penulisan cerpen tidak pernah terlepas
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 dari penggunaan gramatika bahasa Indonesia. Gramatika merupakan tata bahasa yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Gramatika bahasa Indonesia dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek morfologi dan aspek sintaksis. Aspek morfologi mengkaji tentang afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan. Afiksasi adalah proses pelekatan morfem terikat baik di awal, di tengah, maupun di akhir morfem dasar. Proses afiksasi di dalam linguistik ikut andil untuk memperkaya pembendaharaan pembentukan kata. Proses afiksasi dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu prefiks, sufiks, infiks dan konfiks. Aspek sintaksis mengkaji tentang kalimat. Kalimat merupakan bagian terpenting yang harus dikuasai seseorang dalam upaya membuat suatu tulisan khususnya membuat cerpen. Hal ini dikarenakan kalimat adalah komponen utama penyusunan suatu tulisan. Tanpa adanya penguasaan terhadap kalimat, seseorang tidak akan mampu mengorganisasi ideidenya dengan baik. Menurut Chaer (2009:44) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Kalimat memiliki unsur-unsur antara lain subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (P), keterangan (K), konjungsi, dan modalitas. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tampaksiring, diketahui bahwa pembelajaran di SMA Negeri 1 Tampaksiring khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia sudah baik. Dari hasil wawancara penulis dengan Bapak Dewa Gede Agung selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI diperoleh informasi bahwa penggunaan kalimat yang digunakan dalam cerpen siswa sudah baik terlihat dari kalimat-kalimat efektif yang terdapat dalam salah satu cerpen siswa “Mereka berdua tidak pernah terpisah”. Dalam kutipan tersebut, contoh kalimat sudah menunjukkan kriteria keefektifan sebuah kalimat. Itu dibuktikan bahwa kalimat tersebut sudah mengandung subjek dan predikat. Walaupun siswa sudah mampu menulis cerpen dengan baik, tetapi ada beberapa siswa yang menemukan kendala dalam menulis cerpen. Maka dari itu perlu diselidiki lagi
mengenai kendala yang dialami siswa dalam menulis cerpen. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian tentang penggunaan kalimat dalam sebuah cerpen perlu diteliti. Penggunaannya sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan pikiran yang tepat dan akhirnya akan mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengingat penggunaan kalimat sangat berperan penting dalam menghasilkan suatu karya tulis yang sesuai dengan penggunaan gramatika bahasa Indonesia secara tepat, maka pada kesempatan kali ini, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Analisis Kalimat Efektif Cerpen Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring” Ada penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu penelitian yang diteliti oleh Suryantini pada tahun 2010 yang berjudul “Kemampuan Memahami Imbuhan Dalam Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Mengwi Badung Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini hanya terfokus pada pengertian morfologi tetapi tidak mencantumkan pengertian morfem dan bagian-bagian dari morfem karena morfem merupakan bagian dari morfologi. Namun keunggulan yang terdapat dalam penelitian ini adalah kemampuan memahami imbuhan dalam bahasa Indonesia secara khusus diteliti untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami imbuhan dalam bahasa Indonesia oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Mengwi Badung. Persamaan pada penelitian ini terletak pada metode yang digunakan yaitu metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan sama-sama meneliti tentang imbuhan dalam bahasa Indonesia. Sedangkan perbedaannya terlihat dari subjek penelitian, lokasi penelitian, rumusan masalah penelitian dan penelitian ini hanya membahas tentang imbuhannya saja. Selain Suryantini, Yulia Alifia Zahara juga melakukan penelitian yang sama. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kesalahan Gramatika dalam Makalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester V Tahun Ajaran 2012/2013”. Persamaan penelitian yang dilakukan Yulia dengan penulis yaitu
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 sama-sama meneliti tentang gramatika. Perbedaannya terlihat dari subjek dan objek penelitiannya, rumusan masalah penelitian serta penelitian yang dilakukan oleh Yulia membahas tentang kesalahan gramatikanya sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu bagaimana penggunaan gramatikanya. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu (1) bagaimanakah penggunaan kalimat efektif dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1Tampaksiring ditinjau dari segi syarat kalimat efektif? (2) Apa sajakah kendala-kendala penyusunan kalimat efektif yang dihadapi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dalam menulis cerpen? Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui penggunaan kalimat efektif dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring ditinjau dari segi syarat kalimat efektif, serta (2) untuk mengetahui kendala-kendala penyusunan kalimat efektif yang dihadapi oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dalam menulis cerpen.
METODE
Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif ini adalah menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan data yang berkaitan dengan penggunaan kalimat dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring. Penggunaan metode penelitian deskriptif kualitatif pada penelitian ini adalah untuk menggambarkan data sesuai dengan kondisi sebenarnya. Subjek dalam penelitian ini adalah cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring. Jumlah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring sebanyak 209 orang dan terbagi atas 6 kelas yaitu kelas IPA 1, IPA 2, IPA 3, IPA 4, IPS 1, dan IPS 2. Karena subjek penelitian ini terlalu besar, maka tidak semua cerpen siswa dianalisis. Peneliti hanya mengambil 1 kelas yang digunakan sebagai sampel penelitiannya yaitu kelas XI IPA 3.
Tabel 3.2.1. Data Cerpen Siswa No. 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. 12.
Judul
Tema
Pengarang
Jumlah Kalimat Efektif 5 5
Aku Pasti Kembali Pantang Menyerah untuk Sekolah Seandainya Aku Tulang Rusukmu Perbuatan Baik juga akan Dibalas dengan Kebaikan Cinta Dinosaurus
Percintaan Pendidikan
Sonia Pratiwi Dwi Anggraeni
Penantian
Putri Triantini
4
Sosial
Sudi Pratama
3
Percintaan
4
Aku dan Ixora Dilanda Ombak Ketidakpuasan menjadi Penyesalan Seragam 8 Sahabat Sejati Rindu pada Senja Sama-sama Suka Persahabatan yang Hancur
Percintaan Penyesalan
Answar Anugrah Harta Surya Kesuma Putra Angga Saputra
Persahabatan Persahabatan Percintaan Percintaan Persahabatan
Lisna Oktariani Yuyun Cahyani Ratna Widi Antari Ratni Widi Astuti Dodik Widyastika
4 5 3 4 5
5 5
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 No. 13. 14. 15.
16. 17. 18. 19. 20.
Judul Karena Cinta Hari yang Sial Laki-Laki Penuh Ambisi Waktu Lebih Berharga dari Dirimu Cinta Segitiga Burung dalam Sangkar Sahabat dari Kecil Sepenggal Kisah Sahabat Sejati Sate Nangka
Tema
Jumlah Kalimat Efektif
Pengarang
Penyesalan Percintaan
Eva Priana Rupayana
4 5
Penyesalan
Bagus Putra
6
Percintaan Pelajaran
Kris Aryantini Kresna Putra
Semara
3 5
Persahabatan Fitri Handayani Persahabatan Arik Darma Yasa
Tolongmenolong 21 Ibu Perjuangan Seorang Ibu 22 Bidadari Hatiku Penyesalan 23 Pengorbanan Pengorbanan Seorang Ibu Seorang Ibu 24. Liburan ke Pantai Liburan Dreamland 25 Hikmah Lingkungan Membersihkan Lingkungan 26. Winter Persahabatan 27. Kekasih Bukan Percintaan Pacar 28 Sahabat Persahabatan Selamanya 29. Hanya Percintaan Selingkuhanmu 30. Gadis Penjaja TolongTikar menolong Jumlah Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan kalimat efektif dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring ditinjau dari segi syarat kalimat efektif, serta kendala-ken-dala penyusunan kalimat efektif yang di-hadapi oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dalam menulis cerpen. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan dua metode untuk mempermudah pengambilan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode wawancara. Uraian yang lebih lengkap mengenai metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
3 4
Debi Widyasari
4
Fitri Mandasari
3
Dwi Angga Zena Mira Utari Dewi
3 4
Ayu Oktaviani
6
Eka Ayu Wahyu
Sri
4
Pande Diantari Mahayasa
4 5
Adek Krisnawati
7
Sumarayasa
5
Oka Sumerta
3 130
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang benar-benar valid dan memang diperlukan dalam penelitian. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup melainkan benda mati. Dalam penelitian ini, data yang dicari dengan metode dokumentasi yaitu data penggunaan kalimat dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring. Metode wawancara adalah suatu metode dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penelitian kepada responden. Metode wawancara dalam hal ini digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa da-
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 lam menulis cerpen. Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur agar responden bisa menjawab secara bebas sesuai dengan pikiran dan isi hatinya. Responden secara spontan dan lugas dapat mengemukakan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Dengan demikian, peneliti bisa memperoleh gambaran yang luas mengenai kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam menulis cerpen. Instrumen pada metode ini adalah pedoman wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kartu data dan pedoman wawancara. Kartu data digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan kalimat dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring. Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kendala-kendala yang dihadapi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dalam menulis cerpen khususnya dalam penggunaan kalimat. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu cara pengolahan yang dilakukan dengan cara menyusun data secara sistematis sehingga diperoleh simpulan secara umum. Melalui metode analisis deskriptif kualitatif, data yang diperoleh tidak dimaksudkan untuk membuktikan atau menolak hipotesis. Prosedur pengolahan data dilakukan dengan empat langkah, meliputi (a) identifikasi data, (b) klasifikasi data, (c) penyajian data, dan (d) penarikan kesimpulan. Pada tahap identifikasi data, kegiatan yang dilakukan adalah memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitianya itu penggunaan kalimat dalam cerpen siswa. Data yang kurang penting disisihkan. Dengan demikian, data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Kemudian tahap klasifikasi, pada tahap ini dilakukan pengklasifikasian data atau pengelompokan data sesuai dengan sub-sub masalah yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah kemudian diberikan kode. Setelah data dikelompokkan sesuai dengan sub-sub masalah yang telah dikemukakan dalam rumusan masa-
lah, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan data. Dalam penelitian ini, data yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan kemudian disajikan dengan uraian singkat dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Dalam penarikan simpulan, peneliti merumuskan simpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyajikan secara deskriptif kualitatif yakni menyajikan temuan di lapangan dengan katakata. Penarikan simpulan ini disesuaikan dengan temuan di lapangan yang disajikan, yaitu tentang analisis kalimat efektif cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan pada penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang telah dikaji oleh peneliti sebelumnya. Gramatika dalam penulisan cerpen sangatlah penting agar kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen dapat mengantarkan pesan yang ingin disampaikan. Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang digunakan. Ada kalimat yang dimulai dengan subjek, ada pula kalimat yang dimulai dengan predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek, ada juga kalimat yang panjang. Kalimat yang baik adalah kalimat yang mudah dipahami oleh orang lain. Dalam hal ini, kalimat dikatakan efektif jika kalimat mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung secara sempurna (Sudiara, 2006:152). Artinya, informasi yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima, sama seperti yang disampaikan atau dimaksudkan oleh penutur. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dan dapat menyampaikan pesan yang tepat serta terdiri atas satu gagasan pokok, yakni subjek dan predikat. Penulisan kalimat efektif sesuai dengan ejaan yang baku (EYD). Kata-kata yang digunakan dalam membentuk sebuah kalimat haruslah dipilih dengan tepat agar kalimat tersebut lebih jelas maknanya. Sesuai dengan hasil penelitian pada 4.1, bahwa kalimat yang digunakan
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring di dalam penulisan cerpen yang meliputi ciri-ciri penulisan kalimat efektif. Ada empat ciri kalimat efektif yang ditemukan dalam hasil kerja siswa, yaitu keutuhan, keterpaduan, keringkasan, keterpusatan perhatian. Sudiara (2006: 152) menyatakan bahwa ciri keutuhan kalimat akan tampak jika kalimat itu mengandung satu gagasan pokok yang diwakili oleh subjek (S) dan predikat (P). Setiap bagian mengacu secara jelas kepada gagasan pokok tersebut. Kesatuan gagasan menjadi kabur, antara lain disebabkan oleh penggunaan preposisi yang tidak tepat, kalimat berbentuk fragmen atau penggalan, kalimat terlalu panjang dan pelesapan yang tidak tepat. Kesatuan tersebut bisa dibentuk kalau ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, predikat-keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai S dan P, ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel. Hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat, agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar. Di samping keutuhan, kalimat efektif juga harus memenuhi ciri keterpaduan. Sudiara (2006: 152) menyatakan bahwa keterpaduan berhubungan dengan struktur atau interelasi antarunsur dalam kalimat. Hubungan yang ada harus logis dan jelas. Keterpaduan menjadi kabur, karena kesalahan penggunaan preposisi (dan kata penghubung), kesalahan penempatan keterangan aspek dan kata kerja bantu, serta ketidakparalelan bentuk dan kelas kata (dalam kalimat majemuk setara). Kalimat yang tidak memenuhi unsur kepaduan dapat menjadi kalimat kontaminasi, kalimat tidak logis, kalimat salah nalar, dan kalimat bermakna ganda. Berikut akan dipaparkan contoh kalimat yang tidak efektif dilihat dari unsur kepaduannya beserta analisis dan perbaikannya. Selanjutnya, yaitu ciri keringkasan. Sudiara (2006:153) menyatakan bahwa ciri keringkasan berkaitan dengan masalah gramatikal dan semantis. Jumlah kata dalam kalimat hendaknya sesuai
dengan maksudnya. Artinya, hindarilah penggunaan kata-kata yang tidak diperlukan (mubazir). Keringkasan ini akan terganggu disebabkan oleh kalimat pleonastis dan hiponimi. Terakhir, yaitu ciri keterpusatan perhatian. Sudiara (2006: 153) menyatakan bahwa keterpusatan perhatian terkait dengan tujuan dan bentuk ekspresi masyarakat. Ciri ini diarahkan kepada bagian terpenting atau dipentingkan dalam kalimat, atau diarahkan kepada upaya penonjolan gagasan pokok sehingga menarik perhatian penutur. Penegasan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi (penekanan), pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, adar unsur atau bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca. Setiap kalimat memiliki ide pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara dengan memperlambat ucapan, meninggalkan suara, dan sebagainya pada ka-limat tadi (Putrayasa, 2010: 56). Pene-kanan biasanya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan pengubahan urutan kata, pembedaan tingkatantingkatan bagian kalimat, penggunaan pola inversi, penggunaan pertentangan, dan pemakaian partikel penegas (-lah, -kah). Sesuai dengan pemaparan tersebut, dalam pembahasan ini, peneliti hanya membahas ciri yang paling baik dan tidak baik yang ditemukan dalam kalimat siswa. Ciri yang dimaksud paling baik adalah ciri keutuhan. Kalimat yang dibuat oleh siswa sudah baik dan memenuhi ciri keutuhan dalam penulisan cerpen. Dalam cerpen siswa, ciri ini yang paling banyak muncul atau yang paling menonjol daripada ciri-ciri yang lain. Hal ini dikarenakan siswa sudah memahami unsur-unsur pembentuk kalimat. Dengan pemahaman yang baik, siswa lebih mudah dalam membentuk kalimat yang sesuai dengan ciri keutuhan kalimat efektif sehingga cerpen yang dihasilkan dapat dipahami dengan mudah. Di samping itu, kalimat yang dibuat oleh siswa sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudiara (2006:152), bahwa keutuhan kalimat akan tampak jika kalimat
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 itu mengandung subjek dan predikat yang jelas. Subjek dan predikat adalah unsur wajib dalam kalimat. Kedua unsur ini merupakan dasar yang mendukung ide pokok suatu kalimat. Jika salah satu atau kedua unsur tersebut tidak ada, maka kalimat yang terbentuk hanyalah berupa penggalan, pragmen tidak lengkap, tidak efektif, dan tidak baku. Selain dibahas ciri yang paling menonjol, juga dibahas ciri yang kurang atau tidak baik. Dalam hal ini, ciri kalimat efektif yang kurang baik dalam cerpen siswa, yaitu ciri keterpusatan perhatian. Kalimat yang dibuat oleh siswa secara umum kurang memenuhi ciri keterpusatan perhatian. Hal ini dikarenakan oleh siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ideide atau gagasan agar memenuhi ciri keterpusatan perhatian. Meskipun demikian, siswa cukup memahami konsep keterpusatan perhatian, hanya saja siswa masih sulit menuangkannya dalam bentuk kalimat. Keterpusatan perhatian kalimat atau penegasan kalimat merupakan ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat yang terpenting. Penegasan dapat dicapai dengan pengubahan urutan yang lazim, dengan pengulangan, dengan pemilihan ragam tertentu (pasif, aktif), atau dengan menggunakan pungtuasi khusus. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa kalimat yang digunakan oleh siswa dalam membangun sebuah tulisan yang berupa cerpen sudah mengandung ciri-ciri kalimat efektif sehingga cerpen yang dihasilkan menjadi cukup menarik untuk dibaca. Di samping itu, teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli dan digunakan oleh peneliti seperti apa yang telah disebutkan di atas, sudah sesuai dengan temuan-temuan yang didapatkan dari data hasil kerja siswa. Adapun juga kajian empiris dari para peneliti sebelumnya yang juga dijadikan referensi oleh penulis juga mendukung bahwa kalimat yang efektif sangat diperlukan dalam penulisan cerpen agar pesan yang ingin disampaikan bisa dengan mudah dipahami oleh pembaca. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jia Effendie (2012) mengenai pentingnya kalimat-kalimat efektif dalam menulis sebuah cerpen, dia menyatakan bahwa kalimat-kalimat yang
efektif akan membuat cerpen menjadi mudah dipahami. Dari pernyataan tersebut, secara teori dan empiris temuan dari data hasil kerja siswa sudah sesuai dan mampu menjawab rumusan masalah yang ingin diketahui oleh peneliti. Penelitian terdahulu juga pernah dilakukan oleh Zahara (2012), bahwa kalimat efektif sangat berperan dalam menulis, karena pikiran yang baik hanya dapat dituangkan ke dalam kalimat yang efektif. Ketika menulis, khususnya cerpen, harus diperhatikan kalimat yang digunakan untuk mewakili gagasan atau ide agar ide yang disampaikan dapat diterima seutuhnya oleh pembaca. Tulisan yang menggunakan pola serta bentuk kalimat yang terus menerus sama akan membuat suasana menjadi kaku sehingga menimbulkan kebosanan bagi pembaca. Oleh sebab itu, untuk menghindari rasa bosan, suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan jenis kalimat yang bervariasi. Kalimat yang efektif sangat diperlukan pada saat penulisan cerpen sehingga pembaca dapat lebih mudah mengerti isi sebuah cerpen. Berdasarkan data yang ditemukan sebagian besar siswa telah memperhatikan pentingnya penggunaan kata dalam penyusunan sebuah kalimat agar kalimat tersebut menjadi kalimat yang efektif. Untuk membuat suatu kalimat yang baik dan kalimat yang efektif siswa hendaknya memahami unsur-unsur yang membentuk sebuah kalimat. Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi di sini diberi pengertian hubungan saling kebergantungan antar unsur-unsur dari suatu perangkat sedemikian rupa, sehingga perangkat itu merupakan suatu keutuhan dan membentuk sebuah struktur (Kridalaksana, 2002:23). Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah subjek, predikat, objek, dan keterangan. Unsur-unsur tersebut terdapat dalam sebuah kalimat, akan tetapi semua unsur-unsur itu bisa saja tidak selalu bersama-sama ada dalam satu kalimat.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam menyusun kalimat pada saat menulis cerpen ialah kurangnya pengetahuan siswa tentang bagaimana cara menulis cerpen. Siswa kurang memahami penyusunan kalimat dengan tata cara penyusunan kalimat dengan baik. Siswa hanya membuat kalimat tanpa memperhatikan unsur-unsur yang ada dalam kalimat, yakni subjek, predikat, objek, keterangan, maupun pelengkap sehingga kalimat yang disusun kurang baik. Masalahnya selama ini guru kurang menjelaskan secara terperinci dan guru jarang memberikan pelatihan terhadap siswa untuk membuat suatu kalimat. Kendala lainnya yang dihadapi siswa yaitu siswa merasa kesulitan dalam menyusun dan memilih kata-kata yang baik karena kurangnya kosa kata yang mereka miliki/ketahui. Selain kesulitan dalam menyusun dan memilih kata-kata yang baik, siswa juga mengalami kesulitan dalam menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya karena siswa membuat kalimat dengan pemikiran dan pengetahuan mereka sendiri tanpa menanyakan kepada guru. Siswa juga mengalami kesulitan dalam pembelajaran kalimat. Dalam menulis satu tulisan yang berupa cerpen, siswa sulit membedakan awalan dengan kata depan. Siswa masih bingung mana kata yang harus dihubungkan dan mana kata yang harus dipisahkan. Siswa memerlukan banyak latihan agar nantinya bisa menyusun dan menulis kalimat-kalimat yang efektif. Dengan mengetahui kendalakendala yang dihadapi siswa dalam menulis cerpen. Peneliti dapat mengetahui bagaimana seharusnya memperbaiki dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat yang efektif pada saat membuat cerpen. Dari sekian kesulitan yang dialami siswa, kesulitan yang paling utama dialami oleh siswa yaitu pemahaman siswa tentang unsur-unsur dari sebuah kalimat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka terhadap unsur-unsur yang ada dalam kalimat tersebut. Siswa hanya sekedar membuat kalimat tanpa memperhatikan unsur-unsur yang ada dalam kalimat tersebut.
PENUTUP Berdasarkan masalah yang diajukan, penggunaan kalimat efektif dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring ditinjau dari segi syarat kalimat efektif dan kendala-kendala penyusunan kalimat efektif yang dihadapi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dalam menulis cerpen, dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penggunaan kalimat efektif dalam cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring, siswa sudah mampu menulis kalimat efektif dengan baik. Siswa sudah mampu menulis kalimat berdasarkan ciri-ciri dari kalimat efektif tersebut. Ciri-ciri kalimat efektif berupa keutuhan (kesatuan), keterpaduan, keringkasan, dan keterpusatan perhatian. Dalam keutuhan, kalimat yang ditemukan sudah baik, ini terlihat pada kalimat siswa sudah mengandung subjek dan predikat yang jelas. Dalam ciri keterpaduan kalimat yang digunakan dalam cerpen siswa sudah baik, dikarenakan bahwa kalimat yang ditulis siswa sudah mengandung struktur atau interelasi antarunsur (antarkata). Ciri yang ketiga yaitu keringkasan, kalimat dalam hasil tulisan siswa yang mengandung ciri keringkasan terlihat sudah baik ini dikarenakan siswa sudah mampu menggunakan kata-kata apa saja yang memang diperlukan dalam membuat kalimat agar kata-kata yang digunakan tidak mubazir. Dan ciri yang terakhir yaitu keterpusatan perhatian, dalam ciri ini kalimat yang dibuat siswa cukup baik, karena siswa belum menguasai materi tentang keterpusatan perhatian. Kendala-kendala penyusunan kalimat efektif yang dihadapi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tampaksiring dalam menulis cerpen, antara lain: (1) siswa kurang memahami unsur-unsur kalimat yang mengandung subjek, predikat, objek, keterangan maupun pelengkap, (2) siswa kurang percaya diri dengan hasil atau kalimat yang ditulis karena belum memahami penjelasan yang diberikan oleh guru, (3) siswa kurang bisa memanfaatkan katakata untuk menyusun kalimat sehingga mereka kurang bagus dalam menyusun kalimat pada teks cerpen, (4) siswa sulit dalam menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, dan (5) siswa sulit
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 membedakan anatara kata hubung dengan kata depan. Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, ada beberapa hal yang dapat peneliti sarankan kepada beberapa pihak, yaitu sebagai berikut. Guru bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran menulis cerpen seharusnya memperhatikan bagaimana cara siswa dalam menulis sebuah kalimat efektif. Guru sebaiknya harus meningkatkan kreativitas atau metode-metode pembelajaran agar siswa lebih tertarik serta lebih mudah menerima materi yang diberikan. Sehubungan dengan hambatan berupa sulitnya menulis kalimat efektif dalam pembelajaran menulis cerpen, guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Tampaksiring, sebaiknya terlebih dulu menyuruh siswa untuk belajar di rumah mengenai teori tentang penulisan cerpen dan pada saat mulai pembelajaran, waktu yang digunakan untuk membahas teori lebih sedikit dibandingkan waktu praktik menulis. Guru juga dapat memberi batasanbatasan waktu untuk siswa menulis cerpen sehingga siswa akan lebih serius dalam memikirkan hal yang akan ditulis dan siswa tidak akan sempat untuk mengerjakan hal lainnya selain menulis. Peneliti lain diharapkan untuk melakukan penelitian yang sejenis terkait dengan permasalahan tentang bagaimana cara menulis kalimat efektif dengan baik sehingga siswa lebih bisa memahami teori tentang penulisan cerpen dengan menggunakan kalimat efektif. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi Offset. Effendi, Jia. 2012. Kalimat Efektif Cerpen. http// e-journal/kalimat efektif dalam menulis cerpen/, Accesed on August 14, 2015.
Kartono.2009. Menulis tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Kushartanti, dkk (ed). 2005. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasadan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Sudiara, I NyomanSeloka.2006. Modul Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Suharma.dkk. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Yudhistira. Suryantini, Dewa Ayu Putu. 2010. “Kemampuan Memahami Imbuhan Dalam Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Mengwi Badung Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Denpasar: IKIP PGRI Bali. Zahara, Yulia Alifia. 2013. “Analisis Kesalahan Gramatika dalam Makalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester V Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi. Singaraja: Undiksha.