PENGARUH PENGGUNAAN KOSTUM DAN PROPERTI TERHADAP KEMAMPUAN BERMAIN PERAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG Eka Dian Wahyuni1) Endah Tri Priyatni2) Indra Suherjanto3) E-mail:
[email protected] Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang meliputi aspek vokal, gerak, dan ekspresi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu dengan menggunakan instrumen berupa tes, deskriptor lakuan, rubrik penilaian, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Data penelitian berupa skor kemampuan bermain peran diolah dengan menggunakan analisis statistik untuk membuktikan hipotesis alternatif adanya pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sugnifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa aspek intonasi dan ekspresi. Kata kunci: penggunaan kostum, penggunaan properti, kemampuan bermain peran ABSTRACT: This research is used to describe the effect of the use of costumes and properties of the ability of acting of student grade XI SMA Negeri 2 Malang include aspects of vocal, movement and expression. This reseach use quasi-experimental design using a test instrument, descriptors of actions, rubric assessments, field notes, and interview guides. Data of this research is scores of ability of acting were processed using statistical analysis to prove the alternative hypothesis of the existence of significant influence of the use of costumes and properties of the students ability of acting. The result of this research shown that there is significant effect of the use of costumes and properties of the ability of acting at intonation and ekspression aspect. Keyword: the use of costumes, the use of properties, the ability of acting
Pengajaran drama di sekolah terdiri dari dua macam, yaitu pengajaran teori drama dan pengajaran apresiasi drama (Waluyo, 2003: 153). Pengajaran teori drama di antaranya (1) cara menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya, (2) mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama, (3) mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama, dan (4) menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan. Pengajaran apresiasi drama yang terdapat dalam beberapa KD, mulai 1
2 3
Eka Dian Wahyuni adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UM. Endah Tri Priyatni adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UM. Indra Suherjanto adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UM.
1
2
dari tingkat SD hingga SMA, lebih cenderung pada penikmatan dan penghargaan terhadap sebuah naskah maupun pementasan drama. Penikmatan tersebut berupa memberi tanggapan, membahas dan mendiskusikan, memberi penilaian, hingga pada taraf membuat atau mencipta. Kenyataannya, pembelajaran drama di sekolah masih cenderung berpusat pada aspek teoretis. Waluyo (2003: 154) menyatakan bahwa selama ini guru sastra masih terpaku pada penilaian dan tujuan mengajar dalam aspek kognitif. Khusus untuk aspek berbicara, faktor utama yang menjadi penghambat pencapaian kompetensi drama adalah alokasi waktu yang disediakan. Terkadang, beberapa sekolah hanya memberikan alokasi waktu kurang dari enam jam pertemuan untuk menyelesaikan kompetensi tersebut. Penggunaan kostum dan properti merupakan bagian dari pementasan drama. Kostum dan properti merupakan bagian dari pementasan drama yang sangat lazim dibutuhkan keberadaannya. Seorang aktor atau pelaku, selain harus memperhatikan bagaimana membaca teksnya (berdialog), harus juga memperhatikan bagaimana penampilannya (Harymawan, 1988: 127). Dengan kata lain, keberadaan kostum dan properti bisa menjadi pendukung permainan seorang aktor, dan memperkuat penyampaian ide melalui dialog dengan adanya visualisasi yang tampak oleh penonton. Pementasan drama dalam lingkup pembelajaran drama di sekolah juga membutuhkan adanya kelengkapan pentas seperti yang disebutkan sebelumnya, meskipun pemenuhan atas perlengkapan tersebut tidak wajib ada. Penggunaan kostum dan properti dalam pementasan drama memiliki tujuan. Kostum memiliki dua tujuan, yaitu (1) membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi tokoh, (2) membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan peranan yang lain (Harymawan, 1988: 131). Sedangkan properti merupakan benda-benda yang digunakan untuk mendukung sebuah pementasan baik berupa benda-benda yang ada terletak pada panggung, benda-benda yang dibawa oleh aktor, maupun perlatan yang digunakan sebagai dekor pentas. Kemampuan bermain peran dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dalam drama, seorang aktor sebagai pengemban cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang naskah drama diharapkan dapat mengungkapkan dirinya dengan gerak, suara, bahasa penciptaan dan penyampaian watak dengan bantuan perbuatan-perbuatan yang dilaksanakan dan yang tidak dilaksanakan. Dari keterangan tersebut, dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa penyampaian isi dari naskah drama bisa dilakuakan dalam wujud dialog yang menuntut adanya kemampuan vokal (intonasi dan volume), gerak (gesture, business, dan movement), serta ekspresi atau mimik sesuai dengan tokoh yang diemban. Studi pendahuluan terhadap pembelajaran bermain drama dilakukan di SMA Negeri 2 Malang tahun ajaran 2010/2012, pada kompetensi dasar (1) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, dan (2) menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama. Peneliti memperoleh data bahwa pementasan drama sebagai evaluasi pembelajaran tampak kurang memunculkan greget dan terkesan hambar tanpa adanya penggunaan kostum dan properti yang sesuai dengan tuntutan pentas.
3
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada aspek (1) vokal (intonasi dan volume), (2) gerak (gesture, business, dan movement), dan (3) ekspresi (mimik). METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan model penelitian posttest-only control group design. Dengan demikian, peneliti hanya ingin melihat hasil dari perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa melalui pretes untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh subjek penelitian. Kemampuan awal subjek penelitian dianggap sama. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Malang, dengan kelas XI E-1 (Program IS) sebagai kelas eksperimen dan kelas XI E-2 (Program IS) sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan dalam jangka waktu satu bulan, dimulai pada tanggal 12 Maret11 April 2012. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan bermain peran, deskriptor lakuan, rubrik penilaian, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Tes kemampuan bermain peran dilakukan untuk memperoleh skor kemampuan bermain peran siswa. deskriptor lakuan dan rubrik penilaian digunakan sebagai acuan pemberian skor tes kemampuan bermain peran. Catatan lapangan digunakan untuk mengetahui aktivitas kegiatan siswa di kelas selama pembelajaran berlangsung. Pedoman wawancara merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data kegiatan pembelajaran drama di sekolah kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagai langkah validasi instrumen, peneliti melakukan konsultasi dan revisi berulang kali kepada pembimbing untuk menyempurnakan isi dan bentuk instrumen. Revisi instrumen berdasarkan catatan-catatan yang diberikan oleh pembimbing. Data penelitian berupa skor kemampuan bermain peran. Skor diperoleh dari tes pementasan drama kelas. Pemberian skor berdasarkan lakuan siswa ketika tes pementasan disesuaikan dengan deskriptor lakuan. Penghitungan skor dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Skor= ∑skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal Skor tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for the Scientist)16.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Jumlah sampel sebanyak 56, dan ttabel untuk df 56 dengan α 0,05 adalah 2,021 (Sugiyono, 2006: 287). Langkah analisis yang dilakukan adalah (1) uji normalitas, digunakan untuk menguji data tersebut berdsistribusi normal atau tidak, (2) uji homogenitas, digunakan menguji varian data yang diperoleh homogen atau tidak, dan (3) uji t dua variabel independen, digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat signifikansi pengaruh perlakuan terhadap subjek penelitian. Pedoman dalam mengambil keputusan untuk data hasil belajar siswa berdasarkan uji t dua pihak dilakukan berdasarkan uji hipotesis sebagai berikut.
4
Ha : ada pengaruh yang signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol • Nilai thitung < ttabel , maka H0 diterima atau Ha ditolak. • Nilai thitung > ttabel , maka H0 ditolak atau Ha diterima. (Rukmigarsari, 2011: 2) HASIL Hasil penelitian ini berupa pengaruh penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek (1) vokal (intonasi dan volume), (2) gerak (gesutre, business, dan movement), dan (3) ekspresi (mimik). Pengaruh Penggunaan Kostum dan Properti terhadap Kemampuan Bermain Peran Aspek Vokal (Intonasi dan Volume) Penggunaan kostum dan properti memiliki pengaruh terhadap kemampuan bermain peran aspek intonasi, namun tidak berpengaruh terhadap aspek volume. Hal ini terbukti dari hasil uji t sebagai berikut. Pada aspek intonasi, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 82,24, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 69,56. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar, kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata lebih tinggi daripada kelas kontrol. Apek Intonasi memperoleh thitung lebih besar dari pada ttabel (3,225>2,021). Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek intonasi. Pada aspek volume, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 82,24, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 73,07. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar, kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aspek volume memperoleh thitung lebih kecil dari pada ttabel (0,776<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermian peran aspek volume. Pengaruh Penggunaan Kostum dan Properti terhadap Kemampuan Bermain Peran Aspek Gerak (Gesture, Business, dan Movement) Penggunaan kostum dan properti tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan bermian peran aspek gerak, baik gesture, business, dan movement. Hal ini terbukti dari hasil uji t sebagai berikut. Pada aspek gesture, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 71,56, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 68,74. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar, kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aspek gesture memperoleh thitung lebih kecil daripada ttabel (0,413<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh
5
signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek gesture. Pada aspek business, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 59,79, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 67,11. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar, kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata lebih rendah daripada kelas kontrol. Aspek business memperoleh thitung lebih kecil daripada ttabel (-0,769<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek business. Pada aspek movement, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 75,79, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 78,37. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar, kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata lebih rendah daripada kelas kontrol. Aspek movement memperoleh thitung lebih kecil daripada ttabel (-0,426<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek movement. Pengaruh Penggunaan Kostum dan Properti terhadap Kemampuan Bermain Peran Aspek Ekspresi (Mimik) Pada aspek ekspresi, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 82,41, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 69,48. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar, kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata lebih tinggi daripada kelas kontrol.Penggunaan kostum dan properti memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan bermain peran aspek ekspresi. hal ini terbukti dari hasil uji t sebagai berikut. Diperoleh thitung aspek ekspresi lebih besar daripada ttabel (3,179>2,021). Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek ekspresi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, pada bagian ini akan dibahas mengenai kemampuan bermain peran pada kelas kontrol dan eksperimen, meliuti aspek (1) vokal (intonasi dan volume), (2) gerak (gesture, business, dan movement), dan (3) ekspresi (mimik). Kemampuan Bermain Peran Aspek Vokal (Intonasi dan Volume) pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kostum berfungsi membantu menghidupkan perwatakan pelaku (Harymawan, 1988: 131). Dengan kata lain, sebelum seorang aktor berdialog, kostum sudah menunjukkan siapa dia (peran) sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya, suka dan tidak sukanya, dan sebagainya. Dengan demikian, dengan menggunakan kostum yang sesuai dengan karakter tokoh, maka aktor (dalam hal ini siswa), diharapkan bertutur kata sesuai dengan pribadi peran tersebut. Nada bicara, tempo, tekanan, dan pemberian jeda seorang komandan polisi akan sangat jauh berbeda dengan pengangguran. Cara berbicara ibu rumah tangga di
6
lingkungan kelarga kurang mampu juga akan bisa berbeda dengan seorang putri kerajaan, baik berkenaan dengan keras lemahnya volume suara ketika berbicara maupun intonasi yang digunakan setiap aktor dalam menunjukkan perannya dalam masyarakat di dalam cerita. Properti secara garis besar tidak berpengaruh terhadap individual pemain namun berpengaruh terhadap keseluruhan permainan. Harymawan (1988: 108) menyatakan bahwa properti di atas panggung yang berupa dekorasi melingkupi perabot rumah, meja-kursi dan sebagainya, lukisan dan segala anasir yang memungkinkan memberikan perwatakan yang terdapat pada suatu lakon. Akan tetapi, pemilihan dekorasi atau properti yang digunakan di atas pentas pun bisa memiliki pengaruh terhadap permainan vokal seorang aktor. Penggunaan kostum dan properti mampu meningkatkan kemampuan bermain peran aspek intonasi, namun tidak pada aspek volume. Penggunaan kostum dan properti pada dasarnya tidak banyak berpengaruh pada aspek vokal seorang aktor ketika berdialog, dengan syarat tidak ada kostum dan properti yang mengganggu alat ucap (mulut) seorang aktor. Ganggunan tersebut bisa berupa pengguaan pakaian kepala yang menutupi mulut sehingga aktor sulit berbicara, penggunaan properti dari bahan-bahan yang menyerap bunyi sehingga volume suara aktor akan tenggelam, dan sebagainya. Pencapaian siswa baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, sebagian besar sudah bisa menggunakan intonasi sesuai dengan deskriptor. Penggunaan kostum dan properti dalam pementasan drama pada kelas eksperimen tidak menjadi penghambat ketika siswa (aktor) berdialog, demikian pula dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan kostum dan properti ketika pementasan drama berlangsung. Latar belakang emosi menjadi titik tumpu bagaimana dialog diucapkan. Benda-benda yang ada di sekeliling pun bisa menjadi sesuatu yang sanggup meningkatkan timbulnya emosi tersebut. Dengan demikian, adanya properti yang mendukung dan dibantu dengan kostum yang sesuai karakter bisa menguatkan pemunculan emosi sehingga berpengaruh terhadap seberapa kuat satu dialog diucapkan. Beberapa faktor di luar penggunaan kostum dan properti seperti kelelahan, demam panggung, kurangnya latihan vokal, serta kurangnya pemahaman terhadap dialog yang diucapkan ternyata mampu memberikan pengauh negatif terhadap aspek vokal, terutama volume. Dialog yang seharusnya diucapkan dengan keras, tetapi justru diucapkan dengan lemah karena kelelahan. Dialog sedih yang seharusnya diucapkan dengan lemah, justru diucapkan dengan kuat dan keras karena kurangnya pemahaman terhadap isi dari dialog yang diucapkan. Kemampuan Bermain Peran Aspek Gerak (Gesture, Business, dan Movement) pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kostum memiliki fungsi memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku (Harymawan, 1988: 132). Kostum yang baik adalah kostum yang mampu membantu aktor melaksanakan lakuan di atas pentas sesuai dengan kebutuhan tanpa menjadi perintang. Maksudnya, dengan penggunaan kostum yang sesuai dengan tuntutan karakter, seorang aktor diharapkan lebih mampu menghidupkan karakternya dan tidak menjadi lebih buruk. Harymawan (1988: 132) juga mengungkapkan bahwa
7
kostum tidak hanya harus menjadi bantu bagi pelaku, tetapi juga harus menambah efek visual gerak, menambah indah, dan menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku setiap saat. Stage business akan sangat mudah tercapai jika kelengkapan kostum mendukung, seperti seorang aktor yang dilengkapi dengan kipas akan otomatis sering mengipasi wajah atau menunjuk-nunjuk, tas tangan yang mudah jatuh atau tas tangan yang mahal akan membuat aktor sering mengelus dan memamerkannya, dan sebagainya. Gesture berhubungan dengan posisi tubuh dalam mengungkap ide, sedangkan movement berkaitan dengan perpindahan aktor di atas pentas. Kostum yang berlebihan akan menghambat seorang aktor dalam bergerak, menyulitkan, bahkan bisa jadi menyakitkan gerak aktor. Sebaliknya, penggunaan kostum yang belum memenuhi kebutuhan karakter bisa juga menghambat seorang aktor dalam mewujudkan ide dalam dialog dengan bantuan posisi keindahan tubuh melalui gesture. Properti yang ada di atas pentas maupun properti yang digunakan oleh aktor juga diharapkan mampu membantu kinerja aktor tanpa harus menjadi penghalang. Gerak aktor di sekitar ruangan di atas panggung (pentas) dan hubungannya dengan aktor-aktor lain harus mengekspresikan arti dan logika tersendiri (Sitorus, 2003: 113). Dengan kata lain, jika seorang aktor menyadari properti yang ada di sekitarnya dan properti yang ada pada tubuhnya, maka aktor akan melakukan interaksi dengan benda-benda tersebut untuk mendukung penyampaian ide. Sebaliknya, jika aktor tidak segera menyadari arti keberadaan benda-benda di sekitarnya, maka keberadaan benda-benda tersebut tidak memiliki arti dan hanya menjadi sesuatu yang sia-sia. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa aspek gerak tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Hal ini karena kostum dan properti yang digunakan belum bisa membantu siswa dalam mencapai sebuah lakuan, namun lebih menjadi perintang yang membuat siswa bingung harus berbuat apa dengan kostum terutama properti yang mereka gunakan. Kesalahan penggunaan kostum yang sempit seperti rok panjang, menghambat movement aktor yang dituntut untuk berlari, penggunaan alas kaki yang menyakitkan seperti kelompen kayu bergerigi mengakibatkan posisi tubuh atau gesture aktor menjadi tidak wajar karena menahan rasa sakit di kaki. Demikian pula dengan penataan properti panggung yang terlalu banyak menjadikan ruang gerak aktor menjadi terbatas, sehingga tidak bisa mencapai movement yang diharapkan. Serta kurangnya adaptasi dengan properti panggung juga berakibat memunculkan satu kesibukan atau stage business yang canggung. Kemampuan Bermain Peran Aspek Ekspresi (Mimik) pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Ekspresi berkaitan dengan emosi. Waluyo (2003: 122) menyatakan bahwa emosi yang harus diekspresikan harus hidup dan meyakinkan. Menghadirkan emosi hingga muncul satu ekspresi bukan hal yang mudah. Seorang aktor bisa saja membutuhkan bantuan suara atau benda-benda di atas pentas untuk bisa menghadirkan emosi tersebut.
8
Fungsi pertama dan paling penting dari kostum ialah membantu menghidupkan perwatakan pelaku (Harymawan, 1988: 131). Kostum juga bisa menunjukkan hubungan psikologis dan mampu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan yang lain. Demikian pula dengan properti yang digunakan. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, seorang aktor yang kesulitan memunculkan emosi sebagai dasar adanya ekspresi memerlukan bantuan bendabenda disekitarnya. Sentuhan terhadap benda terkadang mampu membangkitkan ingatan pada suatu peristiwa. Kenangan terhadap segala kesan emosi terhadap orang, alam, dan benda-benda sekitar kita, juga sumber ingatan emosi bagi kita (aktor) (Waluyo, 2003: 127). Terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti dalam pembelajaran bermain peran siswa terhadap kemampuan bermain peran aspek ekspresi. Memunculkan ekspresi sesuai dengan latar belakang emosi merupakan salah satu pencapaian siswa sesuai dengan deskriptor aspek ekspresi. Seorang putri bisa bersikap anggung dan memunculkan eksprei berwibawa dengan bantuan visualisasi kostum putri yang melekat pada badannya. Adanya endabenda yang mengingatkan satu kejadian, membantu aktor untuk lebih mudah memunculkan ekspresi yang sesuai. Emosi ibu rumah tangga yang memuncak karena kebutuhan dapur belum terpenuhi, bisa dengan mudah dimunculkan dengan bantuan properti panggung yang di sesuaikan dengan keadaan rumah kumuh yang berantakan dan tampak usang di mana-mana. PENUTUP Simpulan Penggunaan kostum dan properti memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan bermain peran siswa pada aspek intonasi dan ekspresi. penggunaan kostum dan peroperti mampu memambantu siswa (aktor) dalam mewujudkan emosi yang sesuai sehingga dengan mudah mengucapkan dialog sesuai dengan keadaan dan meunculkan ekspresi yang juga sesuai dengan suasana batin tokoh. Penggunaan kostum dan proerti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bermain peran aspek volume dan gerak. Hal ini menunjukkan bahwa, penggunaan kostum dan properti lebih menjadi sebagai penghambat gerak dan fisik aktor. Pembiasann terhadap penggunaan kostum dan properti sebelum pementasan drama kelas sangat diperlukan, dengan tujuan aktor lebih terbiasa dengan lingkungan sekitar dan terbiasa bergerak dengan kostum sesuai tuntutan naskah. Saran Berdasarkan hasli penelitian, menunjukkan bahwa penggunaan kostum dan properti dapat memengaruhi kemampuan siswa aspek vokal terutama pada intonasi ketika berbicara, serta membantu siswa dalam mewujudkan ekspresi sesuai dengan tuntutan naskah. Dengan demikian, disarankan kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menggunakan kostum dan properti sebagai media atau alat peraga ketika menjelaskan materi tentang drama maupun ketika guru meminta siswa untuk praktek bermain peran.
9
Penggunaan kostum dan properti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terutama pada aspek gerak, hal ini dikarenakan kurangnya latihan dengan menggunakan kostum dan properti yang digunakan selama pentas. Dengan demikian, disarankan kepada siswa untuk melakukan tahap latihan dengan menggunakan kostum dan properti sebagai proses adaptasi. Penggunaan kostum dan properti sebagai perlengkapan pementasan mampu memberikan pengaruh terhadap beberapa kemampuan bermain peran siswa, dan juga membantu guru dalam memberikan penjelasan materi. Dengan demikian, disarankan kepada peneliti lanjut yang akan melakukan penelitian mengenai pembelajaran drama untuk meneliti penggunaan perlengkapan pementasan drama yang lain (tata rias, tata suara, dan sebagainya) terhadap proses pembelajaran drama itu sendiri maupun terhadap kemampuan bermain peran siswa, sesuai dengan aspek yang akan diukur. Hasil analisis data pada penelitian ini berupa deskriptor lakuan yang menjadi acuan penilaian siswa bisa dijadikan bahan penyusunan buku latihan bermain drama. Disarankan kepada penulis buku ajar baik buku ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, mata pelajaran Seni Teater, dan mata pelajaran yang sejenis untuk menggunakan deskriptor dalam penelitian ini sebagai dasar penyusunan prosedur latihan bermain drama atau contoh-contoh sebagai penjelas latihan bermain drama. DAFTAR RUJUKAN Harymawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi.Bandung: CV Rosda. Rukmigarsari, E. 2011. Analisis Data dengan Program SPSS (Komputer 4). Malang: Universitas Islam Malang. Sitorus, Eka D. 2003. The Art of Acting Seni Peran untuk Teater, Film & TV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Waluyo, Herman J. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.