PENGARUH COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MALANG Yessy Perdanasari Suwardi1, Marhadi Slamet Kistiyanto2, Satti Wagistina2 1 Mahasiswa Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang 2 Dosen Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5 Malang E-mail:
[email protected] Abstrak: Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh cooperative script terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang. Desain penelitian pretest-posttest control group. Sampel adalah X-9 sebagai kelas eksperimen dan X-6 kelas kontrol. Data dianalisis menggunakan uji-t. Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen memiliki rerata gain score 46,59 sedangkan kelas kontrol 16,12. Hasil belajar kelas eksperimen memiliki rerata gain score 43,72 sedangkan kelas kontrol 10,71. Terdapat pengaruh signifikan cooperative script terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Kata kunci: cooperative script, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar
Kreativitas guru dalam mengajar dan menentukan strategi pembelajaran yang digunakan dapat menciptakan pembelajaran yang aktif. Pembelajaran yang aktif dapat meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Pembelajaran yang aktif dapat memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan dan pengetahuannya. Salah satu metode belajar yang dapat meningkatkan aktivitas siswa, kerjasama antar siswa, kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar adalah metode pembelajaran kooperatif. Suprijono (2012:58) menyatakan pembelajaran kooperatif semata-mata tidak sama dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan yang sekadar belajar dalam kelompok. Pengetahuan siswa dijadikan acuan pertimbangan dalam pemilihan anggota kelompok. Tingkat pengetahuan diperoleh dari nilai awal yang dilakukan guru sebelum memulai materi atau diperoleh dari nilai ulangan sebelumnya. Pertimbangan pemilihan kelompok akan mempermudah guru dalam menentukan anggota kelompok dalam belajar diskusi. Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi akan membantu siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Interaksi siswa dalam diskusi untuk memecahkan masalah dapat meningkat dan guru dalam mengelola kelas dapat lebih efektif. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil observasi, proses belajar-mengajar di SMA Negeri 7 Malang khususnya Kelas X menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Berdasarkan metode yang diterapkan ini diperoleh hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) gasal dengan daya serap klasikal siswa terhadap mata pelajaran geografi masih belum tuntas. Arikunto (2003:236) menyatakan bahwa ketuntasan klasikal yang dimiliki siswa lebih besar atau sama dengan 75%, maka siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar. Hasil observasi menunjukkan siswa masih belum tercapai 75%. Kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa masih rendah. Siswa yang belum memenuhi ketuntasan minimal sebesar 52,68% sisanya sebesar 47,32% sudah tuntas. Sumber belajar yang dimiliki siswa juga kurang. Sebanyak 87,5% siswa tidak memiliki buku penunjang. Siswa hanya mengandalkan pegangan LKS yang diberikan dari sekolah tanpa referensi lain. Berdasar permasalahan yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative script terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang.
METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain penelitian pretest dan posttest control group design. Kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan tes dua kali, yaitu awal dan akhir dalam desain ini. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang yang terdiri dari sepuluh kelas. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas dengan teknik purposive sampling. Kelas X-9 terpilih sebagai kelas eksperimen dan X-6 terpilih sebagai kelas kontrol. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain score, antara kelas eksperimen dan kontrol. Gain score dihitung dari selisih nilai akhir dengan niai awal siswa.
HASIL Hasil penelitian ini mencakup gain score variabel terikat yang terdiri dari kemampan berpikir kritis dan hasil belajar. Berikut diuraiakan gain score kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dari kelas eksperimen dan kontrol.
Gain Score Kemampuan Berpikir Kritis Gain score kemampuan berpikir kritis dapat diketahui dari selisih nilai siswa dari tes awal dan tes akhir yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gain Score Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kontrol Nilai Eksperimen Kontrol KBK F Persentase F Persentase -20 – -5 0 0% 4 12% -4 – 11 0 0% 8 24% 12 – 27 3 11% 11 34% 28 – 43 8 29% 9 27% 44 – 59 11 39% 0 0% 60 – 75 6 21% 1 3% Jumlah 28 100% 33 100% Mean = 46,59 Mean = 16,12 *) KBK: Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas eksperimen dengan frekuensi tertinggi pada interval 44 – 59 sebesar 39% dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan kelas kontrol berada pada interval 12 – 27 sebesar 34% dapat di;ihat pada Gambar 2. Rerata gain score kelas eksperimen dan kontrol diperoleh selisih 30,47 (46,59 – 16,12 = 30,47) dapat dilihat pada Gambar 3. Rerata kelas eksperimen di atas kelas kontrol, sehingga kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
21%
0%
11%
-20 - -5
-4 - 11
12 - 27
28 - 43
44 - 59
60 - 75
29%
39%
Gambar 1 Diagram Distribusi Gain Score Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
0%
3%
12% 24%
27%
-20 - -5
-4 - 11
12 - 27
28 - 43
44 - 59
60 - 75
34%
Gambar 2 Diagram Distribusi Gain Score Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
50
46.59
40 30
16.12
20
Eksperimen Kontrol
10 0 Rerata
Gambar 3 Diagram Distribusi Rerata Gain Score Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kontrol
Gambar 3 menunjukkan rerata gain score kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen sebesar 46,59 sedangkan kelas kontrol mempunyai rerata 16,12. Gambar 3 menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dari kelas eksperimen dan kontrol. Pada penelitian ini kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen memiliki gain score yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Analisis menggunakan uji dua pihak (sampel kelas eksperimen dan kontrol) dengan α (0,05) yang harus dibagi dua, sehingga α bernilai 0,025. Berdasarkan analsis menggunakan uji-t diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai sig. 0,000 < 0,025, maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima H1. Hasilnya ada pengaruh signifikan penerapan model Cooperative Script terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang.
Gain Score Hasil Belajar Hasil penelitian ini mencakup gain score variabel terikat yang terdiri dari kemampan berpikir kritis dan hasil belajar. Berikut diuraiakan gain score hasil belajar dari kelas eksperimen dan kontrol. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Gain Score Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol Nilai Eksperimen Kontrol Hasil Belajar F Persentase F Persentase -17 – -3 0 0% 1 3% -2 – 12 0 0% 17 52% 13 – 27 2 7% 13 39% 28 – 42 13 46% 2 6% 43 – 57 5 18% 0 0% 58 – 75 8 29% 0 0% Jumlah 28 100% 33 100% Mean = 43,72 Mean = 10,71
Peningkatan hasil belajar dari kelas eksperimen dan kontrol. Nilai tertinggi kelas eksperimen berada pada rentangan 28 – 42 dengan frekuensi sebesar 46% dapat dilihat pada Gambar 4, sedangkan pada kelas kontrol berada pada rentangan 13 – 27 dengan frekuensi sebesar 39% dapat dilihat pada Gambar 5. Rerata gain score hasil belajar kelas eksperimen sebesar 43,72 sedangkan kelas kontrol sebesar 10,71. 0%
7%
29%
46%
18%
-17 - -3
-2 - 12
13 - 27
28 - 42
43 - 57
58 - 75
Gambar 4 Diagram Distribusi Gain Score Hasil Belajar Kelas Eksperimen
6%
0% 0% 3% 52%
39%
-17 - -3
-2 - 12
13 - 27
28 - 42
43 - 57
58 - 75
Gambar 5 Diagram Distribusi Gain Score Hasil Belajar Kelas Kontrol
50
43,72
40 30
Eksperimen Kontrol
20
10,71
10 0 Rerata
Gambar 6 Diagram Distribusi Rerata Gain Score Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol
Gambar 6 menunjukkan rerata gain score hasil belajar kelas eksperimen sebesar 43,72 sedangkan kelas kontrol mempunyai rerata 10,71. Gambar 6 menunjukkan peningkatan hasil belajar dari kelas eksperimen dan kontrol. Pada penelitian ini yang didapat dari data gain score hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji dua pihak (sampel kelas eksperimen dan kontrol) dengan α (0,05) yang harus dibagi dua, sehingga α bernilai 0,025. Berdasarkan perhitungan uji-t tersebut diperoleh nlai sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Oleh karena itu 0,000 < 0,025, maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima H1. Hasilnya ada pengaruh signifikan penerapan model Cooperative Script terhadap hasil belajar kelas X SMA Negeri 7 Malang.
PEMBAHASAN Suprijono (2012:126) menyatakan skrip kooperatif merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Model pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran cooperative adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas (Schank dan Abelson dalam Hadi, 2007).
Model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Robert Ennis dalam Fisher (2009:4) mendefinisikan ”berpikir kritis sebagai pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan”. Berpikir kritis juga memberikan manfaat dalam memutuskan permasalahan dalam setiap situasi. Setiawan, (2007:189) menyatakan bahwa hanya dengan bepikir kritis siswa dapat menganalisis pemikirannya sendiri untuk memastikan bahwa dirinya telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan cerdas. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakekatnya mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Purwanto (2007:8) menyatakan bahwa: Ranah kognitif digunakan untuk menjelaskan kemampuan berpikir manusia, kemampuan ini kemudian dipilih menjadi enam bagian, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. Dari ke-6 bagian tersebut kemampuan yang paling dasar adalah kemampuan untuk mengenali atau mengingat nama, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya. Kemampuan ini menjadi prasyarat kemampuan tingkat berikutnya yaitu pemahaman. Hasil belajar ranah kognitif merupakan kemampuan siswa dalam tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Arikunto, 2009). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Penerapan model ini sepenuhnya melibatkan siswa. Dari 39 siswa dalam satu kelas dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat orang. Satu kelompok dibagi lagi menjadi dua sub kelompok yang terdiri dari dua orang. Pembentukan kelompok diharapkan dapat mengajarkan siswa untuk bertanggungjawab terhadap tugas masing-masing. Sub kelompok yang telah berpasangan akan memecahkan masalah yang telah disediakan guru, merangkum materi, dan menjelaskan materi kepada sub kelompok lain. Kerjasama dalam sub
kelompok menentukan keberhasilan dalam menyampaikan materi kepada sub kelompok lain pada setiap kelompok. Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script selalu melibatkan siswa karena setiap siswa mempunyai tanggung jawab sendiri. Sebelum siswa melaksanakan model ini, guru memberikan materi yang memotivasi siswa untuk mempelajari materi atmosfer. Motivasi yang diberikan guru dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa. Motivasi yang diberikan yaitu guru mengaitkan perubahan musim dan siswa diminta untuk menjelaskan dampak perubahan musim dalam kehidupan seharihari. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 20% siswa atau sebanyak 7 dari 36 siswa yang hadir antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru. Pertemuan selanjutnya terdapat peningkatan 40% siswa atau sebanyak 15 dari 35 siswa yang hadir berusaha untuk menjawab pertanyaan guru. Guru juga memberikan motivasi lain berupa permasalahan yang sesuai dengan pelaksanaan Car Free Day (CFD) di SMA Negeri 7 Malang yang menerapkan gerakan mengurangi gas-gas emisi. Selanjutnya guru menunjuk seorang siswa untuk menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mengurangi pemansan global melalui pendekatan CFD yang dilaksanakan di SMA Negeri 7 Malang pada materi atmosfer. Penerapan model pembelajaran cooperative script melibatkan siswa dalam satu kelas. Pada kelas tersebut seluruh siswa dibagi menjadi 10 kelompok. Kelompok diharuskan menumbuhkan kerjasama yang baik demi keberhasilan kelompok dalam memahami materi. Keberhasilan peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat dicapai apabila setiap anggota dapat bertanggung jawab sesuai dengan tugas masing-masing. Pada awalnya siswa selalu mengeluh dalam merangkum materi yang diberikan guru. Berdasarkan penelitian, pada pertemuan pertama sebanyak 4 kelompok yang tidak menjalankan tugas kelompok, pertemuan kedua sebanyak 3 kelompok, pertemuan ketiga sebanyak dua kelompok. Tugas yang diberikan guru hanya dikerjakan oleh 1 anggota kelompok. Siswa yang tidak melaksanakan tugas melakukan aktivitas diluar kegiatan diskusi, misal membaca novel, bermain dengan temannya, keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar mandi, tidur di kelas, dan bermain handphone atau laptop.
Kegiatan ini mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa karena dapat mengganggu sub kelompok lain dalam mengerjakan tugas kelompok. Penekanan selalu diberikan guru kepada anggota kelompok agar memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya untuk memahami materi yang akan disampikan kepada sub kelompok lain secara utuh. Melalui penerapan model cooperative script siswa mulai lebih antusias dalam mengerjakan tugas. Sebanyak 82% siswa sudah mulai melaksanakan tugas atau sebanyak 2 kelompok belum menumbuhkan kerja sama yang baik. Siswa masih ada yang bergantung kepada anggota sub kelompok, sehingga Penekanan guru selalu ditingkatkan setiap pertemuan agar siswa menjalankan tanggung jawab sendiri sesuai dengan tugasnya. Satu siswa yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya akan mempengaruhi keberhasilan kemampuan berpikir kritis karena pembagian kelompok pada model cooperative script bukan kelompok besar melainkan kelompok kecil. Penekanan juga dilakukan supaya siswa selalu memperhatikan. Guru juga menjelaskan dengan media agar siswa dapat menerima materi. Guru menjelaskan tidak hanya melalui lisan tetapi juga melalui praktik nyata. Guru memberikan penjelasan iklim matahari melalui google earth, sehingga siswa dapat memahami pembagian iklim matahari berdasarkan garis lintang. Tayangan google earth dapat menarik minat dan perhatian siswa. Sebanyak 90% siswa secara spontan memperhatikan tayangan tersebut. Pada awalnya kelas sulit untuk dikondisikan, namun melalui media ini siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan guru. Tidak hanya sub bab iklim saja tetapi penekanan praktik langsung juga dilakukan pada sub materi suhu udara yaitu melalui penggunaan senter. Sudut datangnya sinar matahari dijelaskan langsung melalui senter, senter yang disinarkan ke lantai secara tegak lurus menunjukkan suhu panas seperti pada saat pukul 12 siang. Senter yang disinarkan miring seperti halnya pagi dan sore hari, mempengaruhi suhu udara, karena matahari tidak tepat diatas kepala manusia. Melalui pembelajaran ini siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Model yang dilakukan pada kelas eksperimen tidak menggunakan diskusi besar di depan kelas, namun siswa menjelaskan dalam satu kelompok yang terdiri dari dua sub kelompok. Tanya jawab yang dilakukan siswa sebatas antar sub
kelompok. Berdasarkan penelitian terdapat 5 kelompok yang antusias dalam menanggapi materi. Pertemuan pertama dan kedua sebanyak 4 kelompok pada saat harus menjelaskan materi ke sub kelompok lain tidak menjelaskan tetapi merangkum atau menulis ulang hasil rangkuman dari sub kelompok lain, dan pertemuan ketiga terdapat 5 kelompok yang tidak melakukan tanya jawab dalam kelompok. Salah satu anggota kelompok bertanya langsung kepada guru mengenai permasalahan yang tidak dapat dipecahkan bersama temannya dalam sub kelompok. Permasalahan yang tidak dapat dipecahkan yaitu perhitungan iklim menurut Koopen, Schmidt-Ferguson, Thornthwaite, dan perhitungan kelembaban relatif. Berdasarkan pertanyaan siswa, secara langsung guru membahas permasalahan di depan kelas bersama-sama untuk mendapatkan solusinya. Sebelum guru menjelaskan permasalahan, guru memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada siswa yang sudah memahami permasalahan yang telah diajukan oleh siswa. Setelah itu guru memberikan penegasan. Melalui langkah pembelajaran cooperative script memotivasi siswa untuk berargumen sesuai dengan materi yang dipahami sendiri, terdapat 5 siswa yang antusias untuk menjelaskan kepada temannya didepan kelas walaupun itu masih salah. Selanjutnya guru memberikan lain kesempatan kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dan menjelaskan kepada teman lain yang belum jelas. Setelah siswa guru menuntun untuk menjawab soal sesuai indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu siswa dapat menjawab soal secara deduksi dan induksi. Indikator lain merumuskan masalah, memberikan argumen, evaluasi, dan memutuskan dan melaksanakan juga telah diterapkan dalam latihan soal dalam LKS (Lembar Kerja Siswa) cooperative script. Tahapan model pembelajaran cooperative script dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan di kelas X-9 SMA Negeri 7 Malang. Pada pertemuan ketiga siswa diberi lembar penilaian oleh guru. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 64% atau 18 siswa antusias dengan belajar kelompok dan membaca skrip karena dapat memahami materi dengan sendirinya. Permasalahan yang lain terdapat siswa yang tidak nyaman dengan teman dalam satu kelompok. Terdapat siswa lain yang tidak suka dengan matapelajaran geografi, sehingga tidak memiliki semangat
untuk mengikuti pelajaran. Permasalahan yang terjadi dapat diatasi melalui penekanan yang dilakukan guru untuk memotivasi siswa menjadi lebih bertanggung jawab. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran cooperative script berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang materi atmosfer. Melalui model ini siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti. Informasi yang didapatkan siswa berasal dari teman lain dan teman yang lain juga memberikan informasi kepada teman dalam satu kelompok. Istarani dalam Anonim, (2012) menjelaskan model pembelajaran cooperative script mendorong siswa mengungkapkan ide-ide yang dimiliki secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya saat pemecahan masalah. Masalah yang diberikan guru dalam LKS, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil analisis diperoleh rerata gain score kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen sebesar 46,59 dan kelas kontrol sebesar 16,12. Rerata kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol. Langkah pembelajaran cooperative script dapat melatih siswa untuk meningkatkan berpikir kritis. Krulik dan Rudnick dalam Fachrurazi (2011) mengemukakan yang termasuk berpikir kritis yaitu menguji, mempertanyakan, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah. Melalui masalah yang dikemukakan dalam penerapan model ini, siswa dapat dilatih untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, sehingga model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang pada materi atmosfer. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script terhadap Hasil Belajar Penerapan model pembelajaran cooperative script dalam kelas eksperimen pada pertemuan pertama terdapat 30% atau 25 siswa yang mengerjakan LKS, sedangkan 70% siswa yang lain masih tergantung kepada anggota kelompoknya. Pertemuan kedua 24% atau 8 siswa tidak mengerjakan, sedangkan 76% siswa yang lain masih tergantung kepada anggota kelompoknya. Permasalahan itu juga
terjadi pada pertemuan ketiga sebanyak 27% atau 10 siswa tidak mengikuti pelajaran. Siswa yang tidak mengerjakan tugas melakukan aktivitas lain, misalnya bermain handphone, berbicara dengan teman, tidur, dan izin keluar kelas dengan alasan ke kamar mandi. Semua tugas dikerjakan oleh satu siswa dalam satu sub kelompok. Penyampaian materi juga dilakukan oleh satu siswa dalam satu kelompok. Berdasarkan hasil penelitian siswa yang anggota kelompoknya tidak sesuai dengan teman akrabnya akan merasa bosan untuk belajar bersama. Pembagian kelompok model cooperative script tidak berganti pasangan sub kelompok selama berlangsungnya materi atmosfer. Kelompok sudah dibentuk sesuai dengan kemampuan yang didapat dari nilai awal pada saat observasi awal. Siswa yang memiliki nilai yang tinggi dipasangkan dengan siswa yang memiliki nilai yang rendah. Pembagian ini dimaksudkan agar siswa yang memiliki nilai tinggi membantu siswa yang memiliki nilai rendah. Pembagian kelompok juga dilakukan secara acak dimaksudkan untuk mengurangi kegaduhan siswa dalam kelas. Siswa yang bertemu dengan teman sebangku akan membicarakan hal-hal diluar wacana. Penerapan model pembelajaran cooperative script diawali dari tahap diskusi dalam sub kelompok. Siswa mulai berdiskusi dengan anggota sub kelompok untuk merangkum skrip dan menjawab LKS. Skrip yang berisi materi harus dirangkum siswa dan dipahami untuk disampaikan ke sub kelompok lain. LKS cooperative script digunakan untuk melatih siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Siswa harus bekerja sama dengan anggota sub kelompok demi keberhasilan dalam menyampikan materi. Menurut Suprijono, (2012:126) skrip kooperatif merupakan metode belajar. Siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Pembelajaran kelompok dapat meningkatkan tanggung jawab, kerjasama, dan hasil belajar. Istarani, dalam Anonim, (2012) lebih lanjut mengatakan kelebihan dari model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan prestasi belajar, rasa percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain. Penerapan model pembelajaran cooperative script terhadap hasil belajar pada kelas eksperimen mengalami peningkatan dibandingkan kelas kontrol.
Rerata gain score hasil belajar kelas eksperimen sebesar 43,72, sedangkan kelas kontrol sebesar 10,71. Rerata gain score hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol, sehingga model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang pada materi atmosfer.
KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan model pembelajaran cooperative script berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang pada materi Atmosfer. Adapun saran berdasarkan penelitian ini yaitu: (1) kepada guru geografi di SMA Negeri 7 Malang disarankan untuk menggunakan model pembelajaran cooperative script sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa, (2) pihak SMA Negeri 7 Malang dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa, dan (3) peneliti selanjutnya disarankan untuk mengujicobakan model pembelajaran cooperative script pada materi yang berbeda dalam bidang studi geografi dan jenjang kelas yang lebih tinggi. Sebagai perbandingan atau bahan referensi bagi peneliti yang berminat dalam menerapkan model pembelajaran cooperative script. Selain itu, disarankan pula dalam penyampaian materi dan pengeloalaan waktu harus dikelola dengan baik.
Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Anonim. 2012. Model Pembelajaran Cooperative Script, (Online), (http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajarancooperative-script.html) diakses 13 Januari 2013. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edisis Khusus No 1. ISSN 1412-565X. Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hadi, S. 2007. Pengaruh startegi pembelajaran Cooperative Script terhadap keterampilan berpikir kritis, keterampilan meta kognitif, dan kemampuan kognitif biologi pada siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Purwanto, Edy. 2010. Evaluasi Proses dan Hasil dalam Pembelajaran. Malang: UM Press. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustakan Pelajar.